Upload
hahanh
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
~ 1 ~
Table of Contents
KEDATANGAN KOMUNITAS TIONGHOA DI JAWA BARAT DAN PERKEMBANGAN KOTA BANDUNG. ................ 2
CATATAN TERTULIS SEJARAH TIONGKOK MENGENAI NUSANTARA ................................................ 3
PELAYARAN NIAGA DISERTAI EMIGRAN TIONGHOA KE BATAVIA ................................................... 6
PERIODE GELOMBANG MIGRASI ETNIS TIONGHOA. ...................................................................................... 11
TERBENTUKNYA PECINAN DI KOTA-KOTA PULAU JAWA .................................................................. 11
HETEROGENITAS KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA DI PULAU JAWA ............................................... 14
PERKEMBANGAN KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA DAN KOTA BANDUNG .................................................. 18
GROOTE POSTWEG ........................................................................................................................................ 18
STATISTIK PENDUDUK ETNIS TIONGHOA DIKOTA BANDUNG ........................................................................ 21
JALAN KERETA API DAN PERKEMBANGAN KOTA BANDOENG ........................................................................ 23
PETA KODYA BANDUNG TAHUN 1955 ............................................................................................................ 32
KEADAAN STREETSCAPE KINI ......................................................................................................................... 34
PENUTUP ....................................................................................................................................................... 36
~ 2 ~
Kedatangan komunitas Tionghoa di Jawa Barat dan perkembangan kota Bandung.
Hubungan antara Tiongkok dan Nusantara telah berlangsung lama; sepanjang sejarah
tercatat Tiongkok. Warga Tionghoa yang beremigrasi ke Indonesia terutama karena alasan
ekonomi, juga ketika situasi domestik Tiongkok kacau. Mereka menumpang perahu niaga
junk yang routine berlayar antara pesisir Tiongkok Selatan dan Batavia.
Para pendatang Tionghoa juga diperlukan kemampuan nya oleh VOC ketika membangun
Batavia dan melancarkan roda perekonomian. Namun kemudian imigran swakarsa Tionghoa
membanjir tanpa terkendali, VOC menjadi gamang. Terjadilah tragedi 1740 dan pemukiman
etnis Tionghoa diatur dipisahkan secara pengelompokan berdasarkan etnis. Kelompok ini
diatur oleh wijkenstelsel sehingga terbentuk ghetto chineesenwijk serta diawasi
pergerakannya dengan passenstelsel.
Pengaturan ini memudahkan pengendalian/pengawasan sambil tetap memanfaatkan
kemampuan perdagangan perantara dan jaringan distribusi kepedalaman. Etnis Tionghoa
menjadi terisolir dari masyarakat setempat dan sepanjang sejarahnya dijadikan alat
pemerintahan kolonial. Dengan tanpa harus memperbesar biaya organik pemerintahan
kolonial.
Pada kawasan urban terjadilah daerah pecinan yang intense; bercorak budaya dan
arsitektur kusus berbeda dari lingkugan kota lainnya. Pada kasus kota Bandung awal daerah
pecinan terbentuk dipusat kota sekeliling setasiun kereta api, Pasar Baru dan jalan raya utama
Groote Postweg dan Pasar Baroeweg.
Kemudian mereka menghuni menyebar mengikuti perkembangan kota. Secara historis
pecinan Bandung hanya mengikuti pengaturan pemerintah Hindia Belanda pada masa ahir
abad 19 dan awal abad 20. Setelahnya kawasan Priangan terbuka bebas bagi pendatang dan
pemukimannya.
Suatu kenyataan kini bahwa warga etnis Tionghoa merupakan bagian dari kebhinekaan
Bangsa Indonesia, suatu hasil dari perjalanan sejarah panjang dan lama. Kelompok ini turut
menyumbang dalam pembentukan budaya nasional Indonesia. Misalnya dalam
perbendaharaan kosa kata bahasa, kesusastraan, penyebaran agama Budha dan Islam,
produk tenunan dan batik, teknik pertanian, bangunan dan pertukangan, arsitektur baik dalam
langgam bangunan, ornamen maupun kawasan dll.
Penelitian kecil ini menelusuri sejarah hubungan antara warga Tionghoa dan Nusantara
yang tercatat, lalu mencari tempat asal para perantau ini dan cara mereka mencapai bumi
Nusantara. Diteruskan situasi kehidupan baru di pulau Jawa; khususnya Batavia, hingga
~ 3 ~
dimulainya pengaturan pemisahan daerah hunian berdasarkan etnis oleh VOC yang
diteruskan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Kondisi ini menyebabkan timbulnya daerah pemukiman pecinan di kota-kota pulau Jawa.
Dengan bangunan bercirikan arsitektur Tionghoa, yang menimbulkan kesan eksotis kawasan
kota yang berbeda dengan daerah pemukiman lainnya . Kenyataan heterogenitas komunitas
Tionghoa di pulau Jawa, juga berimbas pada bangunan klenteng yang tersebar di kota-kota
pulau Jawa dan mata pencaharian warga.
Khusus daerah Priangan ditelusuri jejak pecinan dalam periode sejarah yang singkat dan
peran serta kelompok etnis ini dalam perkembangan kota Bandung .
Catatan tertulis sejarah Tiongkok mengenai Nusantara 1
Bukti paling awal hubungan Tiongkok dengan kawasan Asia tenggara dapat diperoleh dari
beberapa temuan gendrang perunggu besar (gong) yang tersebar didaerah Asia tenggara
yang diperkirakan merupakan hasil kerajinan dari abad 6BC–abad 3AD dari daerah Dongson;
propinsi Thanh Hoa, teluk Tonkin, Vietnam utara. Yang berasal dari daerah Yunnan,
Tiongkok barat daya. Gendrang ini diduga menyebar melalui perahu niaga ke Asia tenggara.
.
2
1 Liang Li Ji. Selayang pandang penyelidikan mengenai Indonesia di Tiongkok. Archipel 24, halaman 17 – 21. Publiees avec le concours du Centre National de la Recherche Scientifique. Paris. 1981. 2 Benny G. Setiono. Tionghoa dalam pusaran politik. Halaman 17-18. Elkasa, Jakarta. 2002.
Dari penelitian arkeologi di Indonesia ditemukan barang- barang keramik yang berasal dari
masa dinasti Han (206BC–220AD), berarti lebih dari 2,200 tahun yang lalu telah berlangsung
hubungan antara kedua kawasan.
Dalam buku Han shu di li zhi, “漢 書 地 理 誌” “Buku dinasti Han mengenai negeri-negeri”
menceritakan ketika kaisar Han Wu-di 漢 武 帝 (140BC-87BC)bertahta; telah berlangsung
pelayaran antara Kanton-Malaya –India.
Kemudian catatan seorang rahib Buddha dari dinasti Jin Timur 東 晉 ( 317–420 ), Fa
Xian 法顯setelah belajar agama Buddha di India dalam pelayaran pulangnya terdampar ke
Yawadwipa, Jawa. Bukunya Fo guo ji 佛國 記 “Hikayat kerajaan Buddha” tercatat adanya
perahu niaga besar berawak lebih dari 200 pelaut berlayar antara Kanton dan Nusantara. Pada
masa itu agama Hindu telah tersebar di Nusantara.
~ 4 ~
Pada dinasti Liang 梁(502-556) mereka menerima perutusan dari kerajaan Taruma,
mewakili Sri Maharaja Sindhula(528), kemudian juga ada utusan Sri Maharaja
Purwacandra (545). 3
Ketika dinasti Tang 唐(618–907) terdapat buku sejarah resmi kerajaan Xin Tang shu,
新 唐 書 “Buku dinasti Tang Baru“ lalu Jiu Tang shu 舊 唐 書 “Buku dinasti Tang lama“
tercatat adanya perutusan–perutusan resmi dari negeri-negeri Asia tenggara. Diantaranya
Utusan dari Rahyang Purbasora, Prabu Santanumurti(662-717) pada tahun 666 dan 669.
4
Ada juga rahib Buddha yang belajar agama di Sriwijaya. Yi Jing 義净 menetap selama 12 –
13 tahun di Sriwijaya, bukunya Da Tang xi-yu qiu-fa gao-seng-zhuan, 大 唐 西 域 求 法 高 僧 傳
“Kisah perjalanan rahib Tang raya ke bumi barat belajar agama Buddha” dan Nan-hai- ji
gui-nei fa-zhuan 南海寄歸內法傳“Catatan agama Buddha dari laut selatan” dalam bukunya
ia menganjurkan para rahib dari Tiongkok agar belajar di Sriwijaya dahulu sebelum belajar
ke India. Menurut catatannya sedikitnya 18 rahib Buddha dinasti Tang唐 pernah singgah di
Sriwijaya dalam perjalanan ke India. Pada tahun 1959 di Guangzhou 廣州ditemukan prasasti
perbaikan kuil Tian-Ching yang mencatat sumbangan datu Sriwijaya Tie-hua Cia-lo,
sejumlah 500,000 tail emas. 5
Pada masa dinasti Song 宋(960-1279) dalam buku Zhu fan zhi 諸番誌 ”Mengenai negeri-
negeri asing” dicatat perdagangan 16 macam rempah-rempah berasal dari Nusantara, diantara
29 jenis rempah yang diperdagangkan. Dalam buku sejarah resmi Song Shi 宋史 “Sejarah
dinasti Song”, lalu tulisan Zhou Qu-fei周去非 : Ling wai dai da, 領外代答 “Jawaban
mengenai pertanyaan negeri asing” tertulis mengenai Sriwijaya dan Jawa. Pada tahun 1961
ketika menggali dihalaman belakang suatu klenteng Dao道 yang tidak digunakan lag,
ditemukan prasati bertahun 1064; raja Wakaro dari Sumatera Timur ketika berkunjung ke
Kanton menyumbang kuil yang habis terbakar dan isinya dijarah.
6
3 Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 82. PT Granesia. Bandung. 1986. 4 Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 82. PT Granesia. Bandung. 1986. 5 Benny G. Setiono. Tionghoa dalam pusaran politik. Halaman 21. Elkasa, Jakarta. 2002. 6 Benny G. Setiono. Tionghoa dalam pusaran politik. Halaman 20. Elkasa, Jakarta. 2002.
Dinasti Yuan 元(1206-1368) meninggalkan buku Yuan shi元史 “Sejarah dinasti Yuan“,
lalu Wang Da-yuan汪大淵menulis: Dao yi zhi lue島夷志略“Catatan singkat kepulauan
asing” banyak mencatat mengenai kerajaan Majapahit disebutkan: Istana dan mahligainya
indah serta megah, wilayahnya luas, penduduknya padat, melebihi kerajaan lain di laut timur.
~ 5 ~
Periode dinasti Ming明(1368 – 1644) berlangsung 7 kali pelayaran armada kerajaan
dipimpin laksamana Zheng-He 鄭 和 berkunjung ke Asia tenggara; disebut-sebut pelayaran ini
mencapai pantai timur Afrika. Zheng-He 鄭和adalah seorang muslim dari mazhab Hanafi.
Beberapa cendekiawan turut dalam pelayaran ini, Ma Huan 馬歡, Fei Xin費信dan Gong
Zhen 鞏珍. Tulisannya Xing cha sheng lan, 星槎勝覽 “Pemandangan dalam pelayaran” ,
Xi yang fan guo zhi 西 洋 番 國 誌 “Catatan mengenai negeri asing di laut barat”. Ada juga
tulisan Zhang Xie: Dong xi yang kao,東西洋考 “Kajian atas laut timur dan barat”. Karya Ma
Huan : Ying ya sheng lan, 灜涯勝覽 “Pemandangan tepi lautan seberang”, catatannya sangat
teliti dan cermat.
Ketika pemerintahan dinasti Qing 清(1616-1911) kekaisaran menarik diri dari hubungan
dengan luar negeri dan melarang para warga berlayar keluar Tiongkok. Perhatian terhadap
Asia tenggara menyusut sekali. Meskipun masih ada beberapa catatan ; Xie Qing-Gao 謝清
高: Hai lu, 海路 “ Catatan mengenai laut seberang” , Wang Da-hai王大海: Hai dao yi zhi,
海島 遺址 “ Catatan pulau-pulau”
Dari catatan sejarah yang panjang terlihatlah adanya hubungan mulai dari tahap
kenegaraan hingga masyarakat umum yang lebih berdasarkan kegiatan kepentingan ekonomi
perdagangan. Tanpa sifat ekspansi menjajah secara militer.
Kecuali satu kejadian saja yaitu pada masa kekaisaran Mongol 蒙古; 元朝, Ku-Bilai Kan
忽必烈 可汗(1260 -1294) tahun 1280 mengirim utusan pada raja Kartanegara dari Singasari.
Meminta agar kekuasaannya diakui, tetapi Kartanegara malah melukai wajah utusan ini. Ku-
Bilai Kan 忽必烈可汗 menjadi gusar dan mengirim ekspedisi dalam tahun 1292, ekspedisi
tiba di Tuban 1294. Mereka tidak sadar bahwa Kartanegara telah wafat dibunuh
Jayakatwang pemberontak Kediri. Mereka bersekutu dengan Raden Widjaya dan
mengalahkan Jayakatwang. Setelahnya pasukan Mongol ini juga dikalahkan Raden Wijaya
yang berbalik menyerang. Sehingga armada dan pasukan Mongol pulang dengan kekalahan,
sebagian pasukan menetap di Jawa timur tidak kembali ke negaranya.Tetapi pada tahun 1297
kembali dikirim utusan dari Majapahit yang memulihkan persahabatan kedua kerajaan.7
7 Ivan Taniputera. History of China. Halaman 458-459. Ar-ruzz media. Jogjakarta. 2008.
~ 6 ~
Pelayaran niaga disertai emigran Tionghoa ke Batavia8
Berisikan teori pelayaran serta prakteknya, doa-doa dan penjelasan tempat-tempat yang
disinggahi. Tercatat ada 2(dua) jalur pelayaran; yaitu alur barat menelusuri pantai Asia
tenggara dan semenanjung Malaya serta alur timur mengikuti kepulauan Philipina dilanjutkan
ke kepulauan Maluku dan pantai barat Kalimantan.
Jalur perlayaran perdagangan Tiongkok dan Nusantara menurut buku Shun-feng xiang-
song 順風相送 ”Fair winds for the escort” yang merupakan buku acuan bagi para pelaut
Tionghoa pada abad ke15. Dikarang sekitar tahun1430, pada terbitan berikutnya tambahan
mungkin disisipkan setelah tahun1571. Diedit ulang oleh Xiang Da 向達 pada tahun 1961
(Liang-zhong hai-dao zhen-jing. 两种海道真经, Zhong-hua shu-ju 中华书局, Bei-jing 北京.
1961) .
9
8 Leonard Blusse. Chinese trade to Batavia during the days of the V.O.C. Archipel 18. Halaman 195 -213. Publiees avec le concours du Centre National de la Recherche Scientifique. Paris. 1979. 9 J.V. Mills. Chinese navigators in Insulinde about AD 1500. Archipel 18, halaman 69 – 93. Publiees avec le concours du Centre National de la Recherche Scientifique. Paris. 1979.
Jalur perdagangan Tiongkok dengan Batavia pada abad 17-18 banyak menggunakan
perahu-perahu junk kayu. Mereka berlayar dari pelabuhan Tiongkok Selatan terutama daerah
Amoy, Xia-men 厦门,menuju Batavia.
Bermuatan barang-barang dagangan bagi keperluan pasar masyarakat Nusantara.
Kunjungan junk niaga dari Fujian 福建 – Batavia inilah yang menghidupkan roda
perekonomian Batavia. Para pelaut Fujian menjadi tangguh dan ulet karena dipaksakan
keadaan alam yang keras, keharusan menyelengarakan perdagangan karena kebutuhan
setempat. Tanah sepanjang pesisir yang tandus mengharuskan beras didatangkan dari daerah
sekitarnya, serta menjual keluar hasil industri lokal berupa keramik, tekstil, dan barang-
barang dari logam.
Selama abad 14-15-16 perniagaan interinsular ini mengalami gangguan dari perompak
Jepang dan Tiongkok yang juga menggunakan perahu armada serupa sehingga sangat sulit
dibedakan; sehingga pada suatu masa kekaisaran Qing 清 Tiongkok melarang pelayaran
niaga samudra oleh masyarakat pesisir setempat. Sampai mereka diharuskan meninggalkan
pemukiman dipesisir pantai dan pindah kedaerah pedalaman.
~ 7 ~
Gambar 1 Asia tenggara abad ke 16 – 17. (Reid, Anthony. Sejarah modern awal Asia tenggara. Halaman 2.
LP3ES. Jakarta.2004.)
Atas desakan para pedagang yang berminat berdagang dengan berlayar ke Asia tenggara;
barulah sekitar tahun 1567 pelayaran diijinkan kembali. Ketika pelaut Belanda tahun 1596
pertama kali tiba di pelabuhan Banten mereka menemukan sudah tersedianya aneka barang-
barang produksi Tiongkok.
Setelah usaha VOC gagal untuk menguasai Malaka dan Banten, tahun1619 benteng
Batavia didirikan oleh Jan Piters zoenCoen, ia membujuk dan mengusahakan agar para
pemukim Tionghoa untuk menetap di Batavia agar mereka dapat menyediakan pangan dan
keahlian pertukangan dalam membangun kota. Serta juga dapat mengawali persinggahan
kapal dagang junk Tiongkok untuk menghidupkan perniagaan di Batavia. (salah seorang
tokoh Tionghoa bernama Sow Beng Kong; Su Minggang 蘇鳴崗 , makamnya baru saja
direnovasi April 2008 )
Dalam rangka ini VOC pernah menangkapi dengan paksa pelaut Tionghoa dari kapal-
kapal niaga yang ditemui, malah juga pernah menangkap paksa penduduk dari pesisir
Tiongkok untuk dibawa ke Batavia.
Perahu-perahu junk pada masa 1620an ini kebanyakan dimiliki oleh para pedagang besar
di Fujian福建, kadang-kadang sebuah junk dimiliki bersama oleh beberapa pedagang yang
~ 8 ~
bergabung, lalu ditentukan besarnya pemilikan ruang perahu untuk diisi barang dagangan
oleh masing-masing pedagang yang bergabung.
Pada masa 1640-1880 perahu-perahu niaga ini kebanyakan dibawah kendali keluarga
Zheng 鄭, Zheng Zhi-long 鄭芝龍 (Iquan) dan puteranya Zheng Cheng-gong 鄭成功(1624-
1662) Koxinga(bergelar Tuan penyandang marga kerajaan), kemudian hari pada tahun 1662
Koxinga malah mampu merebut dari VOC serta menjadi penguasa di pulau Taiwan臺灣
(Formosa ); mereka mutlak mengendalikan pelayaran perniagaan antara Taiwan dan Batavia
(pada masa ini pulau Taiwan juga merupakan koloni Belanda)10
10 Ivan Taniputera. History of China. Halaman 496. Ar-ruzz media. Jogjakarta. 2008.
.
Penumpang kapal niaga junk dari pantai Tiongkok biasanya terdiri dari para petugas
kawal yang dikirim oleh pedagang pemilik kargo, para awak kapal dan kaptennya, serta
pekerja atau emigrant sebagai penumpang; mereka bergeletak didek perahu dan harus bekerja
untuk membayar biaya pelayarannya. Satu contoh perahu junk kayu dengan bobot 800 ton,
pada tahun 1761, berawak 130 orang, terdiri dari penumpang pedagang 130 orang, lalu
sisanya beberapa ratus emigrant yang turut berlayar.
Perahu niaga junk akan bertolak dari pantai Tiongkok saat angin monsoon utara mulai
betiup dengan teratur, pada hari yang telah ditentukan; seluruh persyaratan administrasi dan
pajak diselesaikan. Lalu para pelaut menggotong rupang Ma-tsu 妈祖; dewi laut dan
pelindung keselamatan pelaut dari perahu untuk dibawa berarak pada kuil setempat, sambil
menyampaikan persembahan dan berdoa memohon agar pelayaran menjadi i-lu ping-an 一路
平安 , lancar dan selamat.
Lalu rupang Ma-tsu 妈祖 Dibawa kembali ke perahu junk untuk ditahtakan kembali
ditempatnya, dengan diringi letusan petasan dan suara gong; perahu junk mengangkat
jangkar untuk memulai pelayaran samudera ke selatan.
Setelah berlayar sekitar 3 minggu junk akan memasuki pelabuhan Batavia yang akan
disambut dengan upacara mirip ketika bertolak. Pajak dan bea dibayarkan pada petugas VOC,
kemudian kargo yang dibawa akan diturunkan untuk disimpan kegudang dan dijual.
Selama bulan Januari- Juni para pelaut bermukim didarat sambil membayar pajak
kepala pada VOC yang berkuasa di Batavia, sedangkan perahu mengalami perbaikan. Mereka
akan berlayar kembali dibulan Juni-Juli disertai angin mosoon tenggara sambil membawa
barang dagangan yang laku dijual di Tiongkok. Para nakoda perahu junk sangat dihormati di
Batavia, mereka sering disertakan saat rapat-rapat pemerintahan kota.
~ 9 ~
Sedang para penumpang imigran yang mendarat harus bekerja pada pihak yang telah
membayarkan biaya pelayaran. Untuk kemudian dapat bebas bekerja sendiri. Catatan VOC
menunjukan antara tahun 1620–1630 rata-rata Batavia dikunjungi oleh 5 perahu junk dengan
1000 immigrant Tionghoa per tahun. Bagi kota Semarang yang merasa sangat
membutuhkan tenaga-tenaga pendatang baru ini; malah telah menyediakan rumah
penampungan sementara di Batavia tempat mereka menunggu kapal berikut untuk berlayar
menuju kota Semarang( 三寳壟).
Gambar 2 Jalur perniagaan historis Tiongkok-Asia tenggara. ( Leonard Blusse. Chinese trade to Batavia during
the days of the V.O.C. Archipel 18. Halaman 73. Publiees avec le concours du Centre National de la Recherche
Scientifique. Paris. 1979. )
Gambar 3 Junks niaga abad 14. (Wikipedia.com)
Tahun 1645 imigrant Tionghoa sangat berkurang sebab pertempuran yang menyebabkan
dinasti Ming 明 jatuh dan digantikan dinasti Qing 清(1644)11
11 Ivan Taniputera. History of China. Halaman 495. Ar-ruzz media. Jogjakarta. 2008.
, meskipun demikian pelayaran
perahu junk kadang-kadang masih singgah juga ke Batavia.
Perahu junk ini sementara menghilang sekitar tahun 1660 ketika kaisar Qing 清melarang
seluruh pelayaran dan perdagangan pantai; yang tujuannya untuk mengisolasi perniagaan
samudra keluarga Cheng.
~ 10 ~
Gambar 4 Beberapa pelabuhan keberangkatan para emigrant dari pantai daerah Fujian. (Claudine
Salmon.Cultural links between Insulindian Chinese and Fujian. Archipel 73. Halaman 167-194. Publiees avec
le concours du Centre National de la Recherche Scientifique. Paris. 2007.)
Bagi VOC masa 1690 – 1730 merupakan saat gemilangnya perniagaan dengan perahu
junk, setelah Banten dikuasai VOC, serta admiral Shi Lang 施琅 berhasil merebut kembali
Taiwan bagi kekaisaran Qing 清.
Tahun 1684 pelayaran junk keluar oleh kekaisaran diizinkan kembali. Pada tahun 1686
menurut catatan tiba di Batavia 800 imigran baru dari 11 perahu junk. Angka ini
meningkat dalam tahun-tahun berikutnya dengan tidak terkendali, kemudian VOC
mengeluarkan bermacam peraturan yang memberatkan para imigran. Tetapi imigrant tetap
saja mengalir menimbulkan ketegangan dimasyarakat kota. Suasana yang berujung pada
kerusuhan Batavia tahun1740 terjadi pembantaian massal penduduk Tionghoa; sehingga
menghentikan sementara arus perniagaan dengan perahu junk.
Kemudian setelah 1743 junk mulai muncul kembali di Batavia, VOC mengenakan
bermacam pajak dan peraturan pada perahu-perahu junk yang tiba. Bersamaan dengan usaha
VOC juga berambisi untuk memonopoli seluruh perdagangan rempah-rempah di Nusantara
agar hanya terpusat di Batavia; dengan melarang perdagangan langsung junk Tionghoa
~ 11 ~
berkunjung pada pelabuhan-pelabuhan Nusantara lainnya berakibat kurangnya kunjungan
perahu junk dari Tiongkok.
Secara total jumlah kunjungan perahu junk terus menurun, penyebab lainnya adalah
Batavia kalah bersaing dengan pelabuhan Johor yang bebas pajak bagi kunjungan perahu
junk niaga. Situasi ini berakibat berkurangnya komoditas perdagangan untuk Batavia dan
dibarengi sedikitnya pendatang immigran baru Tionghoa. Pada tahun1799 VOC dinyatakan
bangkrut, mulai 1 Januari 1800 kekuasaan pemerintahan dioper oleh pemerintahan Hindia
Belanda.
Periode gelombang migrasi etnis Tionghoa. Dari sejarah tercatat mungkin abad 17 merupakan masa derasnya kedatangan imigran
Tionghoa ke Nusantara, setelah sebelumnya mereka datang secara sporadis dan kontinu
dalam jangka waktu yang lama.
Berikutnya berlangsung sekitar tahun 1850an ketika di Tiongkok berlangsung Perang
Candu 鸦片战争dan pemberontakan Taiping 太 平天國 terhadap dinasti Qing 清12
Kemudian perpindahan exodus ke Indonesia terahir terjadi tahun 1949 ketika terjadi
pertempuran antara PKT gongchandang 共產黨dan Nasionalis guomindang 國 民 唐 yang
berahir dengan pihak Nasionalis 國 民 唐 menyebrang ke pulau Taiwan.
. Lalu
gelombang migrasi sekitar 1925 (12 Maret Sun Yat Sen meninggal dunia ) hingga 1930
selama masa timbul kekacauan disertai pertempuran dan perebutan kekuasaan antara para
warlords; jun fa hun zhan 军阀混战 di Tiongkok.
13
Terbentuknya pecinan di kota-kota pulau Jawa
14
Ketika para pelaut Belanda pertama kali tiba di Banten, mereka melihat ekonomi yang
sangat aktif oleh masyarakat Tionghoa yang telah lama menetap disana dan berhubungan
baik dengan warga setempat. Ketika Jan Piterzoen Coen 1619 membangun Batavia
diundangnya masyarakat Tionghoa agar menetap sehingga dapat menjadi penggerak
12 Ivan Taniputera. History of China. Halaman 495. Ar-ruzz media. Jogjakarta. 2008. 13 Widodo, Yohannes. Chinese settlement in a changing city. Thesis Katholieke Universiteit Leuven. 1988. Halaman: 15, 26,32. 14 Mona Lohanda. The passen-en wijkenstelsel. Dutch practice of restriction policy on the Chinese. Jurnal sejarah. Juni 2005. Halaman:58-76. Yayasan Masyarakat sejarahwan Indonesia & Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
~ 12 ~
Periode
Bangunan klenteng Dibangun Zhong he, Ceng ho 1405-1433
Sam Po Kong Bui Su, Da Bo Gong An Xu Miao. Jakarta, Ancol circa 1480
Dinasti Ming abad 16 Talang, Cirebon 1577
Tiao Kak Sie, Cirebon circa 1595
Batavia, JP Z Coen 1619 Dinasti Manzu, Qing 1644-1911 Jin De Yuan, Kim Tek Ji. Jakarta; Kota, Petak 9 circa 1650
Bun San Tong , Cirebon circa 1680
Huru-hara Batavia 1740
Feng Shan Miao, Da Shi Miao, Jakarta, Kemenangan circa 1751
Chen Shi Zu Miao, Jakarta, Blandongan circa 1757
Wan Jie Si, Jakarta, Lautze circa 1761
Boen Tek Bio, Tangerang circa 1780
Lu Ban Gong, Jakarta, Bandengan selatan circa 1794
Singapore dikuasai Inggris 1819
Da Bo Gong You Mi Hang Hui Miao, Jakarta, Pejagalan circa 1823
Xin De Miao, Jakarta, Pasar baru circa 1825
Hong Kong dikuasai Inggris 1842
San Yuan Gong, Jakarta, Jembatan batu circa 1847 Pemberontakan Tai Ping Dian Guo 1850 - 1864
Lu Guo Dai Fu, Jakarta, Angke circa 1860
Hong Xi Miao, Jakarta, Angke circa 1869
Hok Tek Bio, Bogor 1880
Hiap Thian Kiong, Bandung 1885
Hiap Thian Kiong, Krawang 1892
Tju Tji Kiong, Krawang 1908
Tiongkok Nasionalis, GMT 1911- 1950
Kun An Tong , Cirebon, Kuningan 1917
Tian Bao Tang, Jakarta, Jatinegara circa 1920
Hok Man Tong, Tasikmalaya circa 1920
Tong Shan Tang, Jakarta, Mangga besar circa 1925
Pasar Tanah Abang, Jakarta. circa 1928
Ban Sian Tong, Bandung 1935
Tabel 1. Periode migrasi Tionghoa dan pembangunan klenteng tua di Jawa barat, dan
Jakarta.15, 16
15 Moerthiko. Riwayat Klenteng, Vihara, Lithang.(1980). Sekretariat empeh Wong Kam Fu. Semarang.
~ 13 ~
ekonomi. Malah pernah suatu masa VOC memaksa warga Tionghoa dengan merompak
perahu junk atau menangkapi penduduk daerah pesisir Tiongkok untuk dibawa ke Batavia.17
Kemudian setelah VOC berdamai dengan Banten 1658 dan Mataram 1677,
pembangunan dan perkembangan kota Batavia menjadi gencar kembali. Namun ketika
immigran Tionghoa baru mengalir secara tidak terkendali keadaan menjadi berbalik
menyulitkan penguasa sehingga timbul ketegangan dimasyarakat. Keadaan ini berujung
menjadi kerusuhan 1740 Chineezenmoord, yang meluas menjadi pemberontakan Tionghoa
bersama dengan para bupati pesisir Mataram hingga 1743 di Jawa tengah dan timur.
Ketika VOC menawarkan kondisi ekonomi terbuka para pendatang leluasa bertempat
tinggal dimanapun disekitar Batavia, kondisi menarik dengan tersedianya lahan subur luas
untuk digarap bagi pertanian.
VOC juga mendatangkan warga dari pulau-pulau lain Ambon, Banda, Bugis, Bali dan
menempatkan mereka disekeliling Batavia untuk alasan keamanan dan pertahanan terhadap
serangan dari Banten dan Mataram. Karena kekwatiran ini ; VOC melarang warga Banten
atau Jawa untuk berpindah dan menetap di Batavia.
18
16 Cl. Salmond, D. Lombard. Klenteng-klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta.(2003).CLC. Jakarta.
Halaman 107-110.
17 Sofianto, Kunto. Garoet kota intan. Halaman XIII. Alquaprint, Jatinangor. Bandung. 2001. 18Untuk situasi terperinci lihat: Luc Nagtegaal. Riding the Dutch tiger. KITLV Press, Leiden. 1996.
Setelah kejadian 1740 tersebut gubernur jendral VOC Valkenier memulai mengatur
pemukiman menurut kelompok etnis, wijkenstelsel timbullah bagi etnis Tionghoa daerah
yang disebut Chineesche kamp ( pacinaan, pecinan).
Karena pengalaman dan alasan politik kelompok Tionghoa dipersulit agar tidak bergaul
rapat dengan warga pribumi lainnya, sehingga mempermudah pengendalian warga jajahan
yang terpisah-pisah. Untuk mengatur daerah-daerah ghetto ini diangkatlah wijkmeester. Bagi
penghuni yang keluar dari wijk dengan perjalanan melebihi limit waktu diharuskan membawa
surat keterangan; passenstelsel.
Sebagai kelompok lapisan perantara (buffer) yang menghubungkan kehidupan ekonomi
penguasa yang berhubungan keluar dengan masyarakat lokal sebagai konsumen pasar,
komunitas Tionghoa berfungsi sebagai distributor kebutuhan (diantaranya dikenal istilah
pedagang klontong keliling). Sekaligus juga kolektor hasil pertanian untuk dikumpulkan lalu
diekspor VOC. Sikap VOC sebenarnya mendua disamping kwatir bila tersaingi, atau tidak
dapat mengendalikan, tetapi juga harus menerima fakta nyata bahwa komunitas masyarakat
Tionghoa dibutuhkan untuk memutarkan roda perekonomian.
~ 14 ~
Ketika VOC bangkrut 1799, pemerintah Hindia Belanda meneruskan passenstelsel ini;
lalu pada tahun1816 menekankan kembali peraturan surat jalan . Kemudian tahun 1863
dengan alasan terjadi pelangaran dalam perdagangan candu, peraturan surat perjalanan ini
ditekankan lagi. 1904 dikeluarkan peraturan surat jalan yang berlaku per tahun. Ahirnya
barulah pada tahun 1916 peraturan passenstelsel ini dihapus seluruhnya.
Juga mengenai peraturan wijkenstelsel pemerintahan Hindia Belanda memberlakukan
kembali pada 1818 bagi vreemde oosterlingen (Timur asing). Untuk mengatur dan sebagai
penanggung jawab ketertiban masing-masing kelompok etnis diangkatlah tokoh masyarakat
dengan pangkat kehormatan militer: luitenant, mayor, kapitein. (tahun 1825 -1830 Perang
Dipanegara, Perang Jawa).
Peraturan Chineesche wijken diulang kembali pada tahun 1835 dan 1854. Peraturan
yang dikeluarkan tahun 1835 bila ada 25 keluarga Tionghoa disuatu lingkungan pribumi
mereka harus dikepalai oleh seorang wijkmeester sebagai penanggung jawab. Peraturan ini
memungkinkan wijk kelompok etnis Tionghoa untuk tinggal diluar Chineesche kamp yang
telah ditentukan.
Pemusatan komunitas etnis yang pekat juga menimbulkan rasa kebersamaan sesama etnis
menjadi lebih solid, solidaritas dan kesadaran kelompok yang eksklusif. Kondisi konsentrasi
kelompok etnis Tionghoa dalam ruang urban serba terbatas menjadikannya hanya
memungkinkan kegiatan dalam bidang perdagangan, ini menghasilkan stad en voorsteden
(kota terdepan) dengan Chineesche winkelbuurt, kawasan perdagangan etnis Tionghoa
didaerah urban.
Hambatan yang dibuat oleh pemerintah kolonial mendorong modal yang ada menjadi
terkumpul bagi kegiatan niaga diperkotaan dan industri. Di Batavia muncul daerah Pasar
Baru, Pasar Senen, Tanah Abang, China Town dikawasan kota .
Heterogenitas komunitas etnis Tionghoa di pulau Jawa19
Kelompok Hokkian adalah kelompok besar awal yang bermukim di Nusantara, menurut
sejarahnya mereka berasal dari daerah perdagangan di Fujian 福建selatan. Keahlian ini
menjadikan kelompok mereka banyak yang berhasil sebagai pedagang baik kecil maupun
Immigran Tionghoa ke Indonesia sebagaian besar adalah berasal dari propinsi Fujian 福
建dan Goangdung 廣東, mereka membawa ciri budaya dari daerah asal, ciri linguistic (
speech-group).
19 Dr. Yusiu Liem, Prasangka terhadap etnis Cina. Penerbit Jambatan, Jakarta, 2000.
~ 15 ~
besar. Mereka banyak bermukim didaerah Indonesia timur, Jawa timur, Jawa tengah dan
pantai barat Sumatra.
Kemudian kelompok Teochiu,Chaozhou潮州, yang berasal dari sekitar kota pelabuhan
Swatow, Shantou汕头 kebanyakan bermukim diluar pulau Jawa, pantai timur Sumatera
sebagai buruh perkebunan karet, Kepri laut, Kalimantan barat: Pontianak sekitarnya.
Keahlian utama mereka dalam bidang pertanian, beberapa diantaranya juga berhasil menjadi
pedagang didaerah yang kurang pemukim suku Hokkiannya.
Kelompok Hakka Kejia 客家, berasal dari pedalaman Goangdung 廣東daerah yang
tandus, sehingga motivasi utama mereka untuk beremigrasi adalah segi ekonomi. Selama
periode 1850–1930, mereka adalah kelompok imigran yang paling miskin. Bermukim di
Kalimantan barat daerah bekas pertambangan emas, Bangka Belitung daerah tambang timah,
kemudian setelah Priangan terbuka diahir abad 19, mereka juga bermukim di Batavia dan
Priangan .
Kelompok Kanton廣州, berasal dari delta Mutiara Zhujianng Sanjiaozhou 珠江三角州
dan sungai Barat. Xijiang 西江. Banyak bekerja di daerah tambang timah Bangka, kemudian
juga mereka datang ke pulau Jawa bersamaan dengan dibukanya daerah Priangan oleh
Hindia Belanda, kelompok ini datang dengan membawa modal, ketrampilan pertukangan dan
industri.
Berawal dari daerah asalnya telah biasa berhubungan dengan bangsa Eropah serta dunia
usaha di Hongkong yang merupakan daerah jajahan Inggris, sehingga mereka telah mengenal
teknologi dan mesin-mesin mutahir.
Kelompok imi bermukim secara tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan timur,
Kalimantan Selatan, Bangka, Kepri, Jambi, Sumatra barat. Banyak berusaha dibidang toko
besi, alat-alat teknik, teknisi , industri juga restoran.20
Pembagian menurut kelompok dialek asalnya: Hokkian 福建 , Hakka 客家, Konghu 廣府,
Shantung山東, Kwangtung 廣東, Cantonese 廣州, Hainan海南 dst. Seringkali masing-masing
Dalam menyebutkan komunitas etnis Tionghoa kita sering sangat menyederhanakan
dengan menganggap sebagai suatu entitas yang homogen dan solid. Kadang juga sekedar
membagi mereka dengan sederhana dalam kelompok totok dan peranakan, padahal bila
diteliti lebih cermat akan ditemukan banyak pengelompokan yang rumit.
20 Skinner, G. William. The Chinese Minority. Dalam Tan, Mely G. Golongan etnis Tionghoa di Indonesia. Halaman 1-29. Leknas-LIPI & Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 1979.
~ 16 ~
kelompok berdasarkan asal geografi dan geneologi ini cenderung untuk saling tidak
bercampur.
Mereka juga mengelompok menurut kemampuan bagi yang masih mampu berbicara
dialek daerah asal, kelompok yang mampu berbicara bahasa Tionghoa Mandarin, kelompok
yang hanya menguasai bahasa Indonesia, kelompok yang juga mampu berbahasa dialek lokal
Indonesia, meski kadang juga hanya berbahasa yang kasar saja.
Kemudian pengelompokan berdasarkan pendidikan, mereka yang pernah bersekolah
dengan pengantar bahasa Tionghoa Mandarin, kelompok mereka yang berpendidikan
berbahasa Belanda, ataupun berbahasa Indonesia saja. Ada juga kelompok yang pernah
belajar di manca negara.
Juga pengelompokan berdasarkan agama;kepercayaan yang dianut. Pengelompokan
berdasarkan orientasi politik baik lokal nasional, maupun kiblat terhadap paham komunis
(PKT) atau nasionalis (Kuomingtang) di Tiongkok dan Taiwan.
Kenyataan dalam masyarakat yang demikian menybabkan perlunya kehati-hatian dalam
pernyataan umum mengenai kelompok etnis Tionghoa, terutama bila kita bermaksud
menguraikan pembahasan mengenai kehidupan sosial budaya, ataupun aspek-aspek
komunitas masyarakat etnis ini. Agar tidak terlalu mudah menyama ratakan.
Gambar 5 Peta daerah asal menurut kelompok dialek para emigran Tionghoa ke Asia tenggara. (David G.
Kohl. Chinese architecture in the straits settlements and western Malaya: temples, kongsis and houses.
Halaman 2. Heinemann Asia, Singapore. 1984. )
~ 17 ~
Gambar 6 Sebaran imigran Tionghoa di Indonesia. (Dr. Yusiu Liem, Prasangka terhadap etnis Cina. Halaman 106. Penerbit Jambatan, Jakarta, 2000.)
Untuk pendalaman mengenai kelompok etnis Tionghoa untuk daerah Bandung, bahan
data-data historis dalam bentuk tertulis, terbitan cukup sulit diperoleh. Ataupun dapat disebut
hampir tidak ada. Agaknya jalan keluar ahir pengumpulan data-data rekaman jejak sejarah
haruslah dicari secara oral history dari mereka yang masih tersisa sekarang(2008) dalam usia
senja .
No Provinsi
Jumlah Etnis
Tionghoa
Jumlah Warga
Negara Indonesia
Etnis Tionghoa
Distribusi Konsentrasi
1 Jakarta 460.002 8.324.707 26,45 5,53
2 Kalimantan Barat 352.937 3.732.419 20,30 9,46
3 Jawa Timur 190.968 34.756.400 10,98 0,55
4 Riau 176.853 4.750.068 10,17 3,72
5 Jawa Tengah 165.531 30.917.006 9,52 0,54
6 Jawa Barat 163.255 35.668.374 9,39 0,46
7 Bangka-Belitung 103.736 898.889 5,97 11,54
8 Banten 90.053 8.079.938 5,18 1,11
9 Sumatera Barat 15.029 4.241.256 0,86 0,35
10 Bali 10.630 3.145.368 0,61 0,34
11 Yogyakarta 9.942 3.119.397 0,57 0,32
Total 1.738.936 137.633.822 100
tabel 2 Sebaran etnis Tionghoa WNI di 11 propinsi, 2000.
Sensus tahun 2000. Data dipublikasikan BPS hanya bila termasuk 8 etnis terbesar diprovinsi tsb. Total WNI 201.092.238. (Suryadinata, Leo. Penduduk Indonesia. Halaman:86. LP3ES. Jakarta. 2003 )
~ 18 ~
Perkembangan komunitas etnis Tionghoa dan kota Bandung
Gambar 7 Groote postweg, 1808. (Kompas, harian 15 Agustus 2008. Jakarta
Groote postweg. Ketika VOC bangkrut, kekuasaan pemerintahan dialihkan pada kerajaan
Belanda, kemudian ketika Belanda diduduki oleh Napoleon terbentuklah Republik Batavia
Belanda. Dikirimlah pada tahun 1808 governor general Herman Willem Daendels ke Hindia
Belanda.
)
Untuk kepentingan ekonomi dan pertahanan pulau Jawa terhadap kemungkinan serangan
Inggris ia memerintahkan membangun jalan raya sepanjang pulau Jawa, Anyer-
Panarukan.21
Pekerjaan ini selesai dalam waktu 2tahun dengan menelan banyak korban masyarakat
yang dipaksa kerja
Disebut sebagai groote postweg, kelak jalan raya ini berfungsi menjadi jalan
utama bagi perkembangan kota-kota yang dilewatinya sepanjang pulau Jawa.
22. Setelah jalan raya ini selesai perjalanan berkuda dari Batavia sampai
Soerabaya dapat tercapai dalam 9 hari. Setiap 9km sepanjang jalan ini disediakan tempat
beristirahat dan penggantian kuda.23
Berbarengan dengan pekerjaan ini Daendels juga memerintahkan pada bupati Wiranata
Kusumah untuk memulai dibangunnya kota Bandoeng ditepi jalan raya tsb. Titik yang
ditunjukan oleh Daendels kini menjadi patok km 0(nol) Bandung. Sedangkan lahan kampung
berpenduduk yang paling tua di kota Bandung adalah Cikapundung kolot, Balubur, Babakan
Bogor( Kebun kawung), Cikalintu (Cipaganti)
24
21 Untuk penjelasan detail pemerintahan HW Daendels. lihat Clive Day, The policy and administration of the Dutch in Java. Halaman 148 dst.. The Macmillan, New York 1904. Reprinted Oxford University Press. KualaLumpur. 1972. 22 Pramudya Ananta Toer. Jalan raya pos, jalan Daendels. Lentera Dipantara. Jakarta.2008. 23 Lubis, Nina dkk. Sejarah kota-kota lama di Jabar. Halaman 139. Aquaprint Jatinangor. Bandung. 2000. 24 Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 188. PT Granesia. Bandung. 1986.
~ 19 ~
Gambar 8 Patok km 0 (nol) Bandung.
Daerah Priangan sejak pemerintahan VOC telah dipolakan secara khusus tertutup bagi
para pendatang. April 1764 dikeluarkan larangan untuk etnis Tionghoa, Eropah atau pun
kelompok lain yang bukan penduduk asli Priangan untuk masuk, dengan ancaman hukuman
bagi yang melanggar.
Menurut catatan pada tahun 1809 hanya pemukim Tionghoa saja yang diijinkan berdagang
beras, dan didaerah ini tertutup untuk yang lain. Tahun 1810 mulai dibangun wijk kusus
hunian Tionghoa Chineesche kamp, disertai perintah bila ada penghuni yang tidak kembali
lagi pada hari yang sama, maka akan ditahanlah 10 keluarga Tionghoa.25
Keputusan diambil setelah terbukti warga Tionghoa berhasil memajukan kesejahteraan
dan perdagangan di daerah Kedu dan vorstenlanden sekitarnya. Tidak tercatat di Bandung
didaerah mana pemukiman awal ini terletak; tapi mungkin diperkirakan sebelah barat Alun-
alun Bandoeng. Profesor Dr. Godee Molsbergen memperkirakan pasar pertama dibanguni di
kampung Ciguriang, belakang Kepatihan sekarang; dibangun 1812
Pembentukan kampung kusus Tionghoa ini berdasarkan besluit tanggal 9 Juni 1810,
bersamaan dengan kota-kota lain dikeresidenan Priangan: Cianjur, Parakan muncang,
Sumedang, Sukapura, Limbangan dan Galuh.
Tujuan utama dikeluarkannya penunjukan daerah pecinan ini adalah dalam usaha untuk
memberdayakan tanah-tanah kosong yang tidak bisa ditanami kopi dan padi serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menggiatkan perdagangan.
26
Tahun 1821 Gubernur jendral GA van der Capellen mengeluarkan peraturan yang
melarang bangsa Belanda , Eropah dan asing lain untuk menetap atau berdagang di daerah
, dan terbakar ketika
terjadi huru hara pada pertengahan abad 19. Kemudian mereka berkumpul lagi dan berdagang
di sekitar Pasar Baroe.
25 Sandi Aminuddin Siregar. Bandung, the architecture of an city in development. Halaman 86. Disertasi Katholiekke Universiteit Leuven. 1990. 26 Prof. Dr. Ecb Godee Molsbergen, Mooi Bandoeng en de oude tijd. 1935.
~ 20 ~
Priangan(9 Januari 1821, staatsblad no. 6 tahun 1821) 27 ,Peraturan ini bertujuan agar
perdagangan kopi dapat tetap dikendalikan hanya oleh pemerintah Hindia Belanda28
Juga selama masa itu ada hambatan lain berupa peraturan Hindia Belanda yang berawal
dari tahun 1875, melarang penjualan tanah pertanian pribumi pada warga Tionghoa tetap
berlaku.
.
Baru pada tahun 1852 keresidenan Priangan dinyatakan terbuka oleh Hindia Belanda
bebas untuk para pedatang. Berbeda dengan kota-kota pesisir pantura Jawa dengan sejarah
lebih lama dan lebih terbuka untuk pendatang etnis Tionghoa; hampir selalu dapat ditemukan
daerah pecinan yang homogen, padat dan jelas batasannya, sedangkan didaerah Bandung-
Priangan ini bagi etnis Tionghoa adalah daerah terahir yang dapat dimasuki dan dihuni.
Sehingga periode sejarah yang singkat kurang meninggalkan jejak batas daerah tegas yang
mudah dilihat secara kasat mata.
Keadaan ini lebih meluas lagi setelah tahun 1911 ketika pemerintah Hindia Belanda
mencabut semua larangan yang membatasinya. Demikianlah hingga daerah pecinan di
Bandung hanya mempunyai sejarah yang singkat sampai saat Jepang masuk lalu dilanjutkan
dengan kemerdekaan Indonesia, batasan daerah pecinan menjadi sangat tersamar tidak terlalu
tegas.
29
27 Kunto, Haryoto. Wajah Bandoeng tempo doeloe. Halaman 17. PT Granesia. Bandung. 1984. 28 Clive Day, The policy and administration of the Dutch in Java. Halaman 234. The Macmillan, New York 1904. Reprinted Oxford University Press. KualaLumpur. 1972. 29 Tan, Mely G. Golongan etnis Tionghoa di Indonesia. Halaman 19. Leknas-LIPI & Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 1979.
Peraturan ini kemudian hari baru digantikan oleh peraturan agraria nasional pada
masa pemerintahan Soeharto.
Karena kegiatan utamanya bergerak dalam bidang perdagangan, komunitas Tionghoa
cenderung bermukim disekitar pusat simpul (node) transportasi, perhubungan (jalan raya,
jalan kereta api), setasiun kereta api dan pasar sebagai pusat perdagangan (Pasar Baroe ).
Ciri khusus lainnya hunian Tionghoa berupa deretan bangunan yang menyambung
sepanjang tepi jalan utama. Tempat berdagang dan tinggal bercampur, dinding muka masing-
masing unit dapat dibuka lepas pagi hari ketika berdagang dan ditutup kembali sore hari
ketika kegiatan berhenti,(dinding muka ruko demikian disebut: tiam tang,dian chuang 店
窗, bagian belakang atau lantai atas berfungsi untuk tempat tinggal (ruko horisontal atau
vertikal).
~ 21 ~
Statistik penduduk etnis Tionghoa dikota Bandung. Tahun Pribumi Eropa Tionghoa Gol Lain Sumber
footnote
Keterangan
Tionghoa Peranakan
1812-1813 203.042 34 107 51 279 30
Batavia &
Priangan
1815 243.268 _ 180 _ _ 31 Priangan
1846 11.136 9 13 _ 35 32 Bandoeng
1874 _ _ 6 keluarga _ _ 33 Bandoeng
1889 _ _ 1.000 _ _ 34 Bandoeng
1901 _ _ 2.530 _ _ 35 Bandoeng
1905 _ _ 3.800 _ _ 36 Bandoeng
1906-1910 _ _ 3.704 _ _ 37 Bandoeng
tabel 3 Penduduk Bandoeng, data dari beberapa sumber. (1812-1910)
Tahun Pribumi Eropa Tionghoa Arab Gol. Lain Jumlah
1889 16.424 339 974 263 18.000
1890 16.656 467 923 68 17.114
1891 19.240 591 1.140 69 21.040
1892 19.370 601 1.150 60 9 21.190
1893 22.000 548 1.182 69 1 23.800
1894 22.754 724 1.453 57 24.988
1895 23.731 968 1.756 59 26.514
1896 26.247 1.134 1.958 43 29.382
1897 24.000 800 1.800 60 26.660
1900 24.748 1.522 2.630 43 20 28.963
1905 41.400 2.200 3.700 100* 47.400
1906 41.493 2.199 3.704 98* 47.194
tabel 4 Penduduk Bandoeng 1889-1906.38
* mungkin termasuk timur asing lainnya.
30 Thomas Stamford Raffles. History of Java. Halaman I/62. Printed for Black,Parbury and Allen. London1817 31 Thomas Stamford Raffles. History of Java. Halaman I/63. Printed for Black,Parbury and Allen. London1817. 32 Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 832. PT Granesia , Bandung. 1986. 33 Sandi Aminuddin Siregar. Bandung, the architecture of an city in development. Halaman 142. Disertasi Katholiekke Universiteit Leuven. 1990. 34 RPGA Voskuil. Bandoeng, beeld van een stad. Halaman 28. Asia Major. Purmerend 1996 35 Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 413. PT Granesia. Bandung. 1986. 36 RPGA Voskuil. Bandoeng, beeld van een stad. Halaman 28. Asia Major. Purmerend 1996 37 Tan, Mely G. Golongan etnis Tionghoa di Indonesia. Halaman XII. Leknas-LIPI & Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 1979. 38 Lubis, Nina dkk. Sejarah kota-kota lama di Jabar. Halaman 127. Alquaprint Jatinangor. Bandung. 2000.
~ 22 ~
tabel 5 Penduduk Bandoeng 1905 – 1929. Kelompok etnis Tionghoa termasuk dalam “vreemde oosterlingen”
(Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 824. PT Granesia. Bandung. 1986.)
Kemudian lingkungan kawasan dilengkapi dengan klenteng sebagai tempat aktifitas dan
ibadat komunitas Tionghoa. Hunian bagi komunitas etnis Tionghoa yang intens demikian
berakibat membentuk lingkungan kusus bercirikan typo-morphological patrimonial yang
membedakannya dari bagian lingkungan kota lainnya39
Pada peta kota Bandoeng tahun 1882 telah terlihat bangunan sepanjang Pangeran
Soemedang weg (sekarang jl. Otista) dan Groote postweg( sekarang jl AA dan jl. Jend.
Soedirman) berupa deretan pertokoan yang dimiliki oleh pengusaha pribumi yang tinggal
disekitar pasar Baroe yang dikenal sebagai “saudagar Bandoeng”, “orang pasar”, “mandoran”
menurut cerita rehrean urang pasar ini adalah keturunan prajurit dan senapati Pangeran
Diponegoro yang mengungsi, banyak diantaranya berdagang kain batik dari Jawa tengah.
. Dengan bangunan berlanggam gaya
arsitektur dari tempat asalnya di Tiongkok.
40
39 Sandi Aminuddin Siregar. Bandung, the architecture of an city in development. Halaman 28-30, 37. Disertasi Katholiekke Universiteit Leuven. 1990. 40 Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 832-856. PT Granesia , Bandung. 1986.
~ 23 ~
Jalan kereta api dan perkembangan kota Bandoeng.
Kehidupan kota Bandoeng sangat erat berhubungan dengan perkembangan perkebunan
sekitarnya, ketika pemodal swasta masuk ke daerah Priangan setelah peraturan Cultuurstelsel
secara bertahap dihapuskan. Dalam rangka ini pada tahun 1870 dikeluarkan peraturan agraria
Hindia Belanda dan berdatanganlah para pemodal Eropah (Preanger planters) memulai
perkebunan kina, teh, karet, coklat disamping penanaman kopi yang sebelumnya diharuskan
tanam paksa oleh pemerintahan kolonial Belanda. Para pemukim inilah yang menghidupkan
kota Bandung sebagai kota berahir pekan mereka.
Gambar 9 Peta Bandoeng, 1825. (RPGA Voskuil. Bandoeng, beeld van een stad. Halaman 22. Asia Major. Purmerend
1996.)
Pada tahun 1869-1873 jalan kereta api dibangun antara Batavia dan Buitenzorg ( Bogor),
lalu tahun 1879 mulai diperpanjang melewati Bandoeng sampai Cicalengka ( selesai tahun
1884 ) dan disambung ke Garoet tahun 1889. Buitenzorg - Soekaboemi selesai tahun 1882,
kemudian Buitenzorg- Cianjoer 1883, tahun 1884 Cianjoer- Bandoeng tersambung pula.
Dengan demikian Bandoeng – Batavia telah dapat langsung ditempuh via Bogor.
Sarana ini turut mempercepat perkembangan kota Bandoeng dengan lancarnya perniagaan
ekspor barang hasil pertanian perkebunan pedalaman Priangan yang dikirimkan kepelabuhan
Tanjung Priok dan barang-barang kebutuhan warga Bandoeng pun dapat dengan mudah
didatangkan.
~ 24 ~
Kemudian tahun 1906 dibukalah jalan kereta api Bandoeng-Batavia melewati Padalarang
–Karawang yang lebih mempersingkat waktu tempuh antara kedua kota.41 Dalam rangka
pembangunan jalan kereta api ini Belanda banyak mendatangkan tenaga kerja etnis
Tionghoa.42
Gambar 10 Bandoeng 1825. Digambar ulang.(Kunto, Haryoto. Wajah Bandoeng tempo doeloe. Halaman 183.
PT Granesia. Bandung. 1984.)
Gambar 11 Gudang Tjirojom, Paskal Hypersquare sekarang. (S.A. Reitsma. Gedenkboek der Staatsspoor- en
tramwegen in Nederlandsch-Indie. 1875-1925. Halaman 171. Topografische inrichting. Weltevreden. 1925.)
Gambar 12 Kegiatan bongkar muat di Ciroyom. (S.A. Reitsma. Gedenkboek der Staatsspoor- en tramwegen in
Nederlandsch-Indie. 1875-1925. Halaman 181. Topografische inrichting. Weltevreden. 1925.)
41 Sandi Aminuddin Siregar. Bandung, the architecture of an city in development. Halaman 90-92. Disertasi Katholiekke Universiteit Leuven. 1990. 42 Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 362. PT Granesia. Bandung. 1986.
~ 25 ~
Gambar 13 Peta Bandoeng, 1882. (RPGA Voskuil. Bandoeng, beeld van een stad. Halaman 29. Asia Major.
Purmerend 1996.)
Gambar 14 Peta 1888 , 1889 sejarah jalan kereta api ke Bandoeng. (S.A. Reitsma. Gedenkboek der
Staatsspoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indie. 1875-1925. Halaman 72. Topografische inrichting.
Weltevreden. 1925.)
~ 26 ~
Gambar 15 Peta 1913, 1925 sejarah jalan kereta api ke Bandoeng. S.A. Reitsma. Gedenkboek der
Staatsspoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indie. 1875-1925. Halaman 73. Topografische inrichting.
Weltevreden. 1925.
Gambar 16 Setasiun kereta api Bandoeng 1926, 1884,( RPGA Voskuil. Bandoeng, beeld van een stad. Halaman 124.
Asia Major. Purmerend 1996.)
Gambar 17 Setasiun kereta api Bandoeng dibangun ulang 1928.
~ 27 ~
Dan tugu SS (Staats Spoorwagen) ultah 50 tahun ( 5 Juni 1926, perencana oleh Ir. EH de Roo) dengan lampu
listrik, merupakan titik ordinat pemetaan triangulasi kota Bandoeng. Sekarang diganti monument lokomotif
kecil.
Gambar 18 Setasiun kereta api, foto uidara.
Jalan kereta api bersilangan dengan jalan Pasirkaliki 1925. Sudut kanan perempatan pertemuan berupa
gedung gudang Ciroyom yang sekarang digunakani sebagai Paskal Hypersquare. (S.A. Reitsma. Gedenkboek
der Staatsspoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indie. 1875-1925. Halaman 45. Topografische inrichting.
Weltevreden. 1925. )
Pada tahun 1856 gubernur jendral Charles Ferdinand Pahud memindahkan ibukota
keresidenan Priangan dari Cianjur ke Bandoeng, gagasan ini baru terwujud pada tahun 1864
bertepatan dengan letusan gunung Gede, residen van der Moore pindah disertai sekretaris,
komisaris, mantri kesehatan, guru dan notaris43
43 Kunto, Haryoto. Wajah Bandoeng tempo doeloe. Halaman 18. PT Granesia. Bandung. 1984.
.
~ 28 ~
Lalu pada tahun 1894 Balai besar kereta api pindah ke Bandoeng, disusul 1898 pabrik
senjata, mesiu dan ACW (artillerie constructie winkel) kedaerah Kiaracondong sekarang dari
Soerabaia. Setelah sebelumnya 1896 dibangun pusat militer di daerah Cimahi arah barat
kota Bandoeng. Semuanya menyumbang pada perkembangan kota.44
Disekitar setasiun kereta api tumbuhlah usaha yang menunjang perjalanan hotel-hotel,
restoran dan toko. Awal abad ke 20, pada tahun 1919 direncanakan Bandoeng sebagai
ibukota Hindia Belanda. Dimulailah dengan perencanaan kota yang lengkap dan
pembangunan berkembang. Diantaranya dalam pelaksanaan ketika membangun Gedung Sate;
Belanda juga mendatangkan para tenaga ahli bangunan etnis Tionghoa.
Gambar 19 Pintu masuk utama Pasar Baroe 1930.( RPGA Voskuil. Bandoeng, beeld van een stad. Halaman 123. Asia
Major. Purmerend 1996.)
Gambar 20 Pasar Baru 2008.
Gambar 21 Pasar Baru 1984. (Kunto, Haryoto. Wajah Bandoeng tempo doeloe. Halaman . PT Granesia.
Bandung. 1984.)
44 Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 835. PT Granesia , Bandung. 1986.
~ 29 ~
Gambar 22 Pasar Baroeweg dari pintu kereta api ke selatan 1910.( RPGA Voskuil. Bandoeng, beeld van een stad.
Halaman 123. Asia Major. Purmerend 1996.) Gambar 23 trotoar sudah dibangun. (http://djawatempodoeloe.multiply.com/photos )
Gambar 24 Jl Otista 2008, pintu kereta api, kearah selatan.
Gambar 25 Pasar baroe 1880.
Gambar 26 Pangeran Soemedangweg (Otista sekarang) ke-utara kearah kediaman residen 1890.( RPGA Voskuil.
Bandoeng, beeld van een stad. Halaman 123. Asia Major. Purmerend 1996.)
~ 30 ~
Gambar 27 Toko ABC. SudutPasarbaroeweg dan jl. pasar selatan.
(http://djawatempodoeloe.multiply.com/photos )
Gambar 28 Bangunan sudut toko ABC sudah dibangun baru.
Gambar 29 ABCweg kearah Pasar Baroeweg (toko ABC) 1940. (RPGA Voskuil. Bandoeng, beeld van een stad.
alaman 124. Asia Major. Purmerend 1996.) Gambar 30 Lokasi bekas toko ABC sekarang.
Gambar 31 Toko Ang Sioe Tjiang pertengahan Pasar Baroeweg 1925. (RPGA Voskuil. Bandoeng, beeld van een
stad. Halaman 124. Asia Major. Purmerend 1996.)
~ 31 ~
Gambar 32 Sudut Raceplein weg-Groote postweg. (http://djawatempodoeloe.multiply.com/photos)
Gambar 33 Sudut jl Otista – jl.Jend Soedirman, sekarang. (http://djawatempodoeloe.multiply.com/photos)
Gambar 34 Toko Soekaboemi Sudut Pasarbaroeweg-Soeniaradjaweg.
(http://djawatempodoeloe.multiply.com/photos)
Gambar 35 Sudut Jl.Otista-Suniaraja, sekarang.
Pada tgl 21 Februari 1906 kota Bandoeng memperoleh status “Gemeente” dengan
Burgemeester pertama B. Coops. Untuk mengevaluasi kondisi Bandoeng pemerintah
Hindia Belanda membentuk “ Commissie voor de Beoordeeling van de uitbreidingsplannen
der Gemeente Bandoeng “ dipimpin oleh E.H. Karsten. Dalam laporan no.4 , tgl. 12 Agustus
1919, disebutkan kegiatan ekonomi kota Bandoeng sangat terpusat di daerah Chineezenwijk (
Pecinan ) sekitar Pasar Baroe.
Perputaran usaha di Pasar Baroe 5 kali dari pergerakan di Pasar Andir atau Pasar
Kosambi. Juga kepala dinas kereta api menyampaikan laporan bahwa 80% penumpang
kereta yang turun disetasiun Bandung setiap hari adalah para commuters .
Sehingga Karsten diantaranya mengajukan usulan yang dilaksanakan untuk membagi dan
memudahkan para penumpang kereta turun sedekat mungkin pada tujuan, dibangunlah halte
kereta api di Andir, Ciroyom, Cikudapateuh, Kiaracondong, Jl.Jawa, Jl.Karees (Gatsu
sekarang).
~ 32 ~
Peta kodya Bandung tahun 1955 , terlihat pada beberapa kawasan kota terdapat beberapa
nama jalan yang berkaitan erat dengan sejarah perkembangan kota bercirikan etnis Tiong
Hoa.
Gg Gwan An( developer Kok Gwan & Kok An), sekarang Jl. Kerta Laksana. Menurut
referensi Poey Kok Gwan adalah seorang hartawan di Bandoeng, pada zamannya aktif
dalam berorganisasi dalam masyarakat Tionghoa, THHK (pendidikan), Siang hwe (
kumpulan perdagangan), direktur Koran “Sin Bin” (1925), anggota dewan regentschapsraad
Bandoeng, Khong Kauw Tjong Hwe ( keagamaan), Hok Gie Hwe (paguyuban), Chineesche
werkloozenfonds . Lahir di Bandoeng tgl 18 –12-1886, meninggal 3 Mei 1964. Mengetahui
banyak mengenai kebudayaan dan filsafat Tionghoa45
Kawasan Yap Lun . sekarang jl. Gabus, jl. Jambal, jl. Kakap. Dari penelusuran tercatat
Yap Loen seorang pengusaha tekstil dan properti. Aktif dibanyak organisasi Tionghoa,
THHK ( pendidikan), Siang hwe ( perdagangan), Hong Hoat Tong ( paguyuban), anggota
dewan regentschapsraad Bandoeng, lahir 1874 di Batavia, ( menurut cucunya lahir di
Tiongkok ?), kembali ke Jawa pada usia 12 tahun, awalnya sebagai pedagang kain keliling.
Menjadi kaya raya ketika pecah perang dunia ke 1 (1914-1918). Karena impor kain dalam
jumlah besar dari Jepang, pada saat Eropah berperang sehingga tidak mampu mensuplai ke
Hindia Belanda. Menjadi developer Gg. Luna ( Lun-An; Yap Lun & Kok An),didaerah jl
Waringin, Pasar Andir. Disebut sebagai kompleks Yap-lun, Yaploen straat, Yaploen plein.
Terdiri dari sekitar 130 buah rowhouse ruko satu lantai
. Mengusahakan perumahan di daerah
Gedung delapan , Gedung Sembilan dan sekitarnya. Pabrik beras di Jawa Barat, pabrik mesin
dan gelas “Kong Liong” didaerah Kerta Laksana sekarang. Daerah Kong Liong ( 2
bersaudara Kong Seng & Liong Seng, putera Kok An). Sekarang jl. Kerta Laksana, sekitar
400 unit rumah.
46
Jl. Tamblong . menurut catatan tahun 1874 ketika pennduduk Tionghoa baru 6 keluarga,
ada pengrajin mebel suku Konghu bernama Tam Long , dipakai nama jalan disisi timur
hotel Preanger
khas Tionghoa. Perusahaan
pengembangnya : “Jap Loen & Co. “ dan “NV Bow Mij Tjoan Seng.”
47
45 Tan Hong Boen. Orang-orang Tionghoa jang terkemoeka di Java. Halaman 180. The Biographical centre. Solo. 1935. Setyautama, Sam. Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia. Halaman:312. KPG. 2008. 46 Tan Hong Boen. Orang-orang Tionghoa jang terkemoeka di Java. Halaman 185. The Biographical centre. Solo. 1935. Setyautama, Sam. Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia. Halaman:101. KPG. 2008. 47 Kunto, Haryoto. Semerbak bunga di Bandung raya. Halaman 833. PT Granesia , Bandung. 1986.
~ 33 ~
Jl. Yo Sun Bie, sekarang jl. Mayor Sunarya . Yo Sun-bie ( 1870 -1968 ) lahir di Changpu,
Fujian. Sampai di Batavia tahun 1891, dan mulai berdagang tekstil 1895. Mendirikan pabrik
tenun “Sin I Seng” dan pabrik sagu di Malngbong “ Jo Sun Bie Kongsie”. Membangun ruko
2 lantai disekitar Pasar baru, Jl Jo Sun Bie. Aktif di organisasi CHCH ( paguyuban) , THHK
(pendidikan), Siang Hwe (perkumpulan perdagangan), simpatisan Dr. Sun Yat Sen.
Mengalami interniran semasa pendudukan Jepang. Mendirikan sekolah “Soen Bie” dan
menyumbang jalan di Fujian. Meninggal di Bandung.48
( Seorang putera angkatnya adalah
Yo Giok Sie industriawan textil Bandung besar th 1950an, pabriknya BTN Badan Tekstil
Nasional ),
Gambar 36 Peta Bandung 1955.
Gambar 37 Gg. Sow Tjin Kie, Gg. Gwan An. Gambar 38 Kompleks Jap-Lun, Gg. Luna, Gg. Kam Soei.
48 Setyautama, Sam. Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia. Halaman:104. KPG. 2008.
~ 34 ~
Gambar 39 Gg. Sim Tjong, Gg. Kompato Sianto. Gambar 40 Jl. Pecinan Lama, Jl. Jo Soen Bie.
Gambar 41 Jl. Jun Liong.
Keadaan streetscape kini pada beberapa lingkungan hunian historis etnis Tionghoa.
Suasana sekarang di jalan Pecinan Lama, Pasar Utara, Belakang Pasar, Pasar Barat, kompleks
Yaplun, jendral Sudirman. Terlihat suasana ditepi jalan jalan-jalan sekitar Pasar Baru telah
berubah sama sekali. Bangunan yang ada sebagian besar merupakan perbaruan dengan
langgam arsitektur masa kini .
Bangunan-bangunan historis era kolonial hampir hilang semuanya. Tidak lagi dapat
dilihat suasana pecinan dahulu. Yang masih dapat ditemui adalah suasana kesibukan
perdagangan pada hari-hari kerja, disertai kemacetan lalu lintas disepanjang jalan-jalan ini.
Kemungkinan besar perkembangan demikian (perubahan menjadi bangunan-bangunan
berlanggam mutahir) merupakan imbas dari pembangunan renovasi bangunan Pasar-baru
sendiri sebagai bangunan utama yang menentukan lingkungannya . Sedikitnya bangunan
pasar ini sejak era kemerdekaan sampai sekarang telah dua kali dibongkar total dan dibangun
~ 35 ~
baru kembali. Setiap terjadi hal ini selalu diikuti oleh renovasi bangunan para penghuni di
jalan sekeliling bangunan Pasar-baru tsb.
Tetapi pada daerah kompleks Yap-Lun masih dapat dilihat suasana seolah-olah waktu
telah berhenti pada masa kolonial dahulu. Bangunan ruko satu lantai berderat sebagian besar
tanpa perubahan berarti. Suasana khas daerah pecinan, disain dinding muka toko dari
konstruksi kayu yang dapat dibuka ketika siang hari, sore hari dapat dipasang kembali.
Merubah ruang depan ruko sebagai ruang terbuka umum untuk aktifitas perdagangan. Ketika
malam tiba kembali menjadi hunian pemilik toko. Bangunan sempit yang memanjang
kedalam. Atap menerus sepanjang barisan ruko. Beberapa wuwungan masih terlihat
berbentuk melengkung.
Daun pintu yang terbelah setengah tinggi. Aroma khas pasar selalu melingkupi lingkungan
ini, disebabkan ikan asin yang dijajakan para pedagang, bercampur sisa-sisa sayur dagangan,
dan lingkungan yang tergenang air disebabkan buruknya sistim drainase kota didaerah ini.
Berdekatan dengan kompleks ini terdapat Pasar Andir yang merupakan pasar tradisional
dengan masa bangunan yang sangat menentukan suasana sekitarnya. Pasar ini baru saja
mengalami perombakan total beberapa waktu y.l.
Bila berkaca pada suasana dilingkungan Pasar-baru sekarang, besar kemungkinan ini akan
berimbas juga pada bangunan lain disekelilingnya. Terutama bila pihak Pemda berwibawa,
mampu dan dapat mengembalikan fungsi jalan dan trotoar sebagai peruntukan sebenarnya.
Suasana yang kacau sekarang jelas sangat menghambat gerak dan niat para pemilik rumah
disekitarnya, para PKL dapat semena-mena berdagang memenuhi seluruh trotoar dan badan
jalan dari subuh sampai malam hari.
Dari segi sebagai suatu heritage lingkungan, kondisi situasi kompleks Yaplun sekarang
adalah satu kesempatan untuk dapat preservasi suasana dahulu. Bila Pemda dapat membuat
suatu rencana yang integral menyeluruh sebagai suatu kawasan hunian Tionghoa, daerah ini
mungkin dapat dikembangkan menjadi suatu daerah tujuan wisata baru.
Para penghuni akan dapat memperbaharui kehidupan setempat, rejunivication. Mirip
seperti China-town dibanyak kota-kota besar dunia. Suatu ide yang ambisius tetapi bukan
tidak mungkin dapat dilaksanakan.
~ 36 ~
Penutup
Sejarah hubungan Tiongkok dan Nusantara sudah tercatat selama +/_ 2200 tahunan ,
disamping temuan arkeologis lainnya yang berusia lebih lama lagi. Para emigrant Tionghoa
secara kontinu meninggalkan tempat asalnya mayoritas berasal dari Tiongkok Selatan.
Gelombang immigrant ini mencapai pulau Jawa, khususnya Batavia dengan menumpang
kapal-kapal dagang junk, mereka merantau karena alasan ekonomi demi mencari kehidupan
yang lebih baik dibanding di tempat asal.
Pada beberapa periode juga disebabkan alasan politis dan terjadinya peperangan di
daratan Tiongkok. Awal VOC berusaha di Nusantara kelompok ini sangat dibutuhkan sebagai
pekerja dalam membangun, bertani dan perdagangan kepedalaman. Tetapi kondisi berbalik
ketika pendatang mengarus menjadi tidak terkendali, hingga menimbulkan kekwatiran akan
menggoyahkan kekuasaan VOC49
49 Kemasang, ART. Overseas Chinese in Java and their liquidation in 1740. Southeast Asian Studies, vol. 19, no.2, September 1981. Halaman 123-146. Kyoto University. Japan.
.
Dimulai pengaturan tempat hunian kelompok etnis yang menimbulkan pecinan di kota-
kota pulau Jawa. Lingkungan yang bernuansa khusus berlanggam arsitektur Tionghoa,
dominan bangunan ruko satu lantai berderet, row-house shop-house bagi warga kebanyakan,
memanjang dengan sisi muka langsung menempel pada tepi jalan umum. Konstruksi kayu
dinding muka yang dapat dibuka pada siang hari untuk berusaha dan ditutup kembali ketika
sore tiba; dinding muka ruko demikian disebut: tiam tang, dian chuang 店窗.
Dengan wuwungan atap bangunan yang menanjak dikedua ujung akhir. Kadang dibangun
juga beberapa rumah dalam ukuran besar bagi warga kaya yang menjadi pimpinan kelompok
Tionghoa setempat.
Kawasan biasa dilengkapi dengan klenteng tempat aktifitas komunitas dan beribadat,
dengan ciri arsitektur yang mutlak mengacu bangunan asli serupa dari tempat asalnya.
Dikota Bandung sesuai sejarah berkembangnya kota, peran serta kelompok etnis
Tionghoa ini terekam juga dalam nama-nama jalan. Mereka membangun hunian di daerah
tersebut dengan langgam arsitektur khusus. Karena kendala waktu; tulisan ini hanya sempat
menelusuri beberapa diantaranya.
Nama jalan lain yang dapat diteliti lebih lanjut sejarah dan peran mereka dalam
perkembangan kota Bandung a.l. : Jl. Kompato Sianto, Gg. Sow Tjin Kie, Gg. Sim Tjong,
Gg. Kam Soei, Jl. Kelenteng, Gg Tan Tie Wan, Gg. Lim Siong, Gg. Ong Toa Tin, Jl.
Pecinan lama, kampung Pecinan, Jl. Yun Liong ( Chineese Luitennant).
~ 37 ~
Para tukang bangunan beretnis Tionghoa banyak dimanfaatkan dalam pembangunan kota
Bandoeng oleh pemerintahan kolonial Belanda, diantaranya pembangunan gedung Sate dan
pembangunan jalan kereta api.
Perkembangan terahir pada daerah-daerah hunian Tionghoa ini sudah mengalami
perubahan yang sangat drastis, beberapa diantaranya suasana dari arsitektur bangunannya
tidak lagi memberi kesan sebagai pecinan. Tetapi didaerah kompleks Yaplun masih sangat
kental suasana hunian pecinan zaman kolonial dulu. Untuk daerah demikian mungkin dapat
dipikirkan sebagai suatu daerah preservasi arsitektur dan lingkungan yang dapat
dimanfaatkan untuk tujuan wisata. dan dan kawasan historis.