29
1 Pengalaman Belajar Lapangan Syok Anafilaksis Oleh : Oleh : I Gusti Bagus Oka Wijaya (0902005027) PEMBIMBING : dr. Ketut Suardamana, Sp.PD DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA RSUP SANGLAH 2017

SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

1

Pengalaman Belajar Lapangan

Syok Anafilaksis

Oleh :

Oleh :I Gusti Bagus Oka Wijaya (0902005027)

PEMBIMBING :dr. Ketut Suardamana, Sp.PD

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

RSUP SANGLAH

2017

Page 2: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

2

BAB 1

PENDAHULUAN

Makanan, obat-obatan, gigitan serangga, maupun kondisi ekstrem dapat

menimbulkan reaksi hipersensitifitas. Hipersensitifitas merupakan respon imun

yang berlebihan sehingga dapat merusak jaringan tubuh. Reaksi ini berdasarkan

Gell dan Coombs dibagi menjadi reaksi tipe 1 atau tipe cepat yaitu reaksi yang

muncul segera setelah terpajan alergen, reaksi tipe 2 atau reaski sitotoksik yang

terjadi karena pembentukan IgG dan IgM sehingga dapat mengaktifkan

komplemen dan mengakibatkan lisis, reaksi tipe 3 atau reaksi kompleks imun

yang terjadi akibat pembentukan kompleks antigen antibodi, dan reaksi tipe 4 atau

reaksi hipersensitivitas lambat yang timbul > 24 jam setelah terpajan antigen.1

Anafilaksis secara jelas diperkenalkan pada tahun 1901 oleh Charles Richet

dan Paul Portier. Reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitifitas tipe cepat

yang melibatkan lebih dari satu sistem organ. Anafilaksis adalah reaksi alergi

yang dapat menyebabkan kematian. Di amerika serikat, setiap tahunnya

diperkirakan terdapat 150 kematian akibat reaksi alergi terhadap makanan.

Sedangkan 400-800 kematian setiap tahunnya karena alergi terhadap antbiotik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Imbawan,dkk. di RSUP Sanglah

pada tahun 2007-2010, baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang

sama untuk mengalami reaksi anafilaksis, dan reaksi terbanyak disebabkan oleh

obat sebesar 63,9%.2,3

Pada pelayanan kesahatan, anafilaksis tidak dipertimbangkan sebagai

penyebab kematian. Kematian akibat anafilaksis sering tidak terdiagnosis karena

tidak adanya riwayat yang mendetail dari saksi mata, pemeriksaan laboratorium

yang sedikit, dan pemeriksaan post mortem yang tidak spesifik. Reaksi anafilaktik

dapat terjadi dimana saja, di tempat praktek, di meja operasi, bahkan di rumah

pasien sendiri sehingga edukasi kepada pasien dan keluarga merupakan salah satu

upaya preventif dalam kasus ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah

melalui kunjungan ke rumah pasien.4

Page 3: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Reaksi hipersensitifitas akut yang melibatkan dua organ atau lebih (sistem

kulit/mukosa dan jaringan bawah kulit, sistem respirasi, sistem kardiovaskuler,

sistem gastrointestinal).3,5

Reaksi hipersensitivitas sistemik yang serius, mengancam nyawa dan merupakan

reaksi alergi dengan onset cepat.4

Anafilaksis merupakan reaksi hipersensitifitas sistemik, akut yang dimediasi oleh

IgE akibat pelepasan mediator sel mast, basofil.5

2.2 Epidemiologi

Beberapa sumber menyebutkan, prevalensi reaksi anafilaksis terhadap gigitan

serangga sebesar 1-3%. Sedangkan terhadap penggunaan obat-obatan berbeda-

beda tergantung dari jenis obatnya, seperti penisilin dengan prevalensi sebesar 2%.

Di RSUP Sanglah pada penelitian tahun 2007-2010, pencetus reaksi

hipersensitifitas terbanyak adalah obat sebesar 6,9% yang sebagian besar terjadi

melalui jalur oral, diikuti oleh makanan sebanyak 27,8%.3,6

Berdasarkan World Allergy Organization (WAO) 2013, kelompok

infantile, remaja, wanita hamil dan lanjut usia memiliki peningkatan kerentanan

terhadap anafilaksis. Penyakit concomitant seperti asma berat yang tidak

terkontrol, mastositosis, penyakit kardiovaskuler, dan penggunaan medikasi

seperti beta blocker terbukti meningkatkan risiko anafilaksis fatal.6

2.3 Etiologi

Faktor pemicu timbulnya anafilaktik pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda

adalah sebagian besar oleh makanan. Sedangkan gigitan serangga dan obat-obatan

menjadi pemicu timbulnya reaksi ini pada kelompok usia pertengahan dan dewasa

tua. Sebagian besar pemicu spesifik terhadap reaksi anafilaksis bersifat universal,

seperti di Amerika Utara, dan beberapa negara di Eropa dan Asia, susu sapi telur,

kacang, ikan, kerang merupakan penyebab tersering. Di beberapa negara Eropa

lainnya, buah peach adalah faktor pemicu tersering. Obat-obatan, seperti antivirus,

antimikroba, anti jamur adalah penyebab paling sering reaksi anafilaksis di dunia.

Page 4: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

4

Reaksi anafilaksis juga dapat dipicu oleh agen kemoterapi, seperti carboplatin,

doxorubicin, cetuximab, infliximab. Agen lain yang dapat menyebabkan reaksi ini

adalah radiocontrast media, latex yang biasa ditemukan di sungkup, endotrakeal

tube, cuff tensimeter, kateter, torniket, udara yang terlalu dingin atau air yang

dingin. Sensitivitas host, dosis, kecepatan, cara, dan waktu paparan dapat

mempengaruhi reaksi anafilaksis, dimana paparan oral lebih jarang menimbulkan

reaksi.4,6,8

2.4 Patofisiologi

Reaksi anafilaksis merupakan reaksi hipersensitvitas tipe I atau reaksi cepat

dimana reaksi segera muncul setelah terkena alergen. Perjalanan reaksi ini dibagi

menjadi tiga fase, yaitu fase sensitisasi, fase aktivasi, dan fase efektor.

Fase sensitisasi dimulai dari masuknya antigen ke dalam tubuh lalu

ditangkap oleh sel imun non spesifik kemudian di fagosit dan dipersentasikan ke

sel Th2. Sel ini akan merangsang sel B untuk membentuk antibodi sehingga

terbentuklah antibodi IgE. Antibodi ini akan diikat oleh sel yang memiliki

reseptor IgE yaitu sel mast, basofil, dan eosinofil. Apabila tubuh terpajan kembali

dengan alergen yang sama, alergen yang masuk ke dalam tubuh itu akan diikat

oleh IgE dan memicu degranulasi dari sel mast. Proses ini disebut dengan fase

aktivasi.

Pada fase aktivasi, terjadi interaksi antara IgE pada permukaan sel mast

dan basofil dengan antigen spesifik pada paparan kedua sehingga mengakibatkan

perubahan membran sel mast dan basofil akibat metilasi fosfolipid yang diikuti

oleh influks Ca++ yang menimbulkan aktivasi fosfolipase, kadar cAMP menurun,

menyebabkan granul-granul yang penuh berisikan mediator bergerak

kepermukaan sel. Terjadilah eksositosis dan isi granul yang mengandung mediator

dikeluarkan dari sel mast dan basofil.

Adanya degranulasi sel mast menimbulkan pelepasan mediator inflamasi,

seperti histamin, trptase, kimase, sitokin. Bahan-bahan ini dapat meningkatkan

kemampuan degranulasi sel mast lebih lanjut sehingga menimbulkan dampak

klinis pada organ organ tubuh yang dikenal dengan fase efektor.5,8

Page 5: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

5

Gambar 1. Hipersensitivitas tipe I yang mendasari Reaksi Anafilaksis(Elseviere.com, 2009)

2.5 Tanda dan Gejala4,6

Tanda dan gejala dari anafilaksis dapat berupa:

1. Kulit, subkutan, mukosa (80-90% kasus)

Kemerahan, gatal, urtikaria, angioedema, pilor erection

Gatal di periorbital, eritema dan edema, eritema konjunctiva, mata berair

Gatal pada bibir, lidah, palatum, kanalis auditori eksternus, bengkak di

bibir, lidah, dan uvula.

Gatal di genital, telapak tangan dan kaki.

2. Respirasi (70%)

Gatal di hidung, bersin-bersin, kongesti, rinorea, pilek

Gatal pada tenggorokan, disfonia, suara serak, stridor, batuk kering.dry

staccato cough

Peningkatan laju nafas, susah bernafas, dada terasa terikat, wheezing,

sianosis, gagal nafas.

3. Gastrointestinal (45%)

Nyeri abdomen, mual, muntah, diare, disfagia.

4. Sistem kardiovaskuler (45%)

Nyeri dada, takikardia, bradikardia (jarang), palpitasi, hipotensi, merasa

ingin jatuh, henti jantung.

Page 6: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

6

Manifestasi primer pada jantung tampak dari perubahan EKG yaitu T-

mendatar, aritmia supraventrikular, AV block.

5. Sistem saraf pusat (15%)

Perubahan mood mendadak seperti iritabilitas, sakit kepala, perubahan

status mental, kebingungan.

6. Lain-lain

Metallic taste di mulut, kram dan pendarahan karena kontraksi uterus.

2.6 Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis, sangat penting untuk mengetahui riwayat pajanan

sebelum reaksi muncul. Kunci diagnosis adalah adanya gejala yang muncul dalam

menit atau jam setelah terpapar dari pemicu dan diikuti oleh gejala yang progresif

dalam beberapa jam. Adapun kriteria klinis untuk menegakkan diagnosis

anafilaksis dapat dilihat pada tabel berikut.4

Tabel 1. Kriteria Klinis Diagnosis Anafilaksis

2.7 Klasifikasi

Dalam tabel dibawah ini ditunjukkan derajat reaksi anafilaksis berdasarkan

keparahan dari gajala klinis.Tabel 2. Derajat Reaksi Anafilaksis2

Page 7: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

7

Disamping tabel diatas, terdapat juga klasifikasi derajat klinis reaksi

hipersensitifitas/anafilaksis oleh Brown (2004) yaitu.

1. Ringan (hanya melibatkan kulit dan jaringan dibawah kulit) seperti:

eritema generalisata, urtikaria, angioedema/edema periorbita.

2. Sedang (melibatkan sistem respirasi, kardiovaskuler, gastrointestinal)

seperti : sesak nafas, stridor, mengi, mual, muntah, pusing (pre syncope),

rasa tidak enak di tenggorokan dan dada serta nyeri perut.

3. Berat (hipoksia, hipotensi, syok dan manifestasi neurologis), seperti:

sianosis (SpO2 ≤ 90%), hipotensi (SBP < 90 mmHg pada dewasa), kolaps,

penurunan kesadaran dan inkontinensia.

Reaksi dengan derajat ringan dikenal sebagai reaksi hipersensitifitas

akut, sedangkan untuk derajat sedang dan berat merupakan gambaran

klinis anafilaksis.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium hanya digunakan untuk memperkuat dugaan adanya

reaksi alergi, bukan untuk menetapkan diagnosis.

Jumlah leukosit

Pada alergi, jumlah leukosit normal kecuali bila disertai dengan infeksi.

Eosinofilia sering dijumpai tetapi tidak spesifik.

Page 8: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

8

Serum IgE total

Dapat memperkuat adanya alergi, tetapi hanya didapatkan pada 60-80% pasien.

IgE spesifik

Pengukuran IgE spesifik dilakukan untuk mengukur IgE terhadap alergen tertentu

secara in vitro dengan cara RAST (Radio Alergo Sorbent Test) atau ELISA

(Enzim Linked Imunnosorbent Assay). Tes ini dapat dipertimbangkan apabila tes

kulit tidak dapat dilakukan.

Serum tryptase

Pemeriksaan serum triptase dapat digunakan untuk mengidentifikasi reaksi

anafilaksis yang baru terjadi atau reaksi lain karena aktivasi sel mast. Triptase

merupakan protease yang berasal dari sel mast.

Tes kulit

Tes kulit bertujuan untuk menentukan antibodi spesifik IgE spesifik dalam kulit

pasien yang secara tidak langsung menunjukkan antibodi yang serupa pada organ

yang sakit. Tes kulit dapat dilakukan dengan tes tusuk (prick test), scratch test,

friction test, tes tempel (patch test), intradermal test. Tes tusuk dilakukan dengan

meneteskan alergen dan kontrol pada tempat yang disediakan kemudian dengan

jarum 26 G dilakukan tusukan dangkal melalui ekstrak yang telah diteteskan.

Pembacaan dilakukan 15-20 menit dengan mengukur diameter urtika dan eritema

yang muncul. Tes tempel dilakukan dengan cara menempelkan pada kulit bahan

yang dicurigai sebagai alergen. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam dan 96 jam.1

Tes provokasi

Tes provokasi adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen langsung kepada

pasien sehingga timbul gejala.1

2.9 Diagnosis Banding

Diagnosis banding reaksi anafilaksis adalah asma episode berat, sinkop, panic

attacks, hipoglikemia. Asma episode berat saat serangan dapat menunjukkan

gejala batuk, sulit bernafas, terdengar wheezing sehingga menyerupai reaksi

anafilaksis pada sistem respirasi. Namun, gatal, urtikaria, angioedema, nyeri

abdomen jarang ditemukan pada asma. Panic attacks menimbulkan gejala seperti

kesulitan bernafas, kemerahan, takikardia, dan gangguan gastrointestinal. Namun,

adanya urtikaria, angioedema, hipotensi jarang pada panic attacks. Hipotensi

Page 9: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

9

dapat terjadi pada sinkop dan anafilaksis, tetapi pucat dan berkeringat tampak

pada sinkop.2,4

2.10 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan reaksi anafilaksis sebagai berikut.4,5,7

1. Evaluasi ABC

2. Posisikan pasien dengan posisi elevasi ekstremitas atas

3. Beri 02 100% 6-8 L/menit (distress nafas)

4. Adrenalin 1:1000 larutan (1mg/ml) disuntikkan 0,3-0,5 ml IM atau 0,01

mg/kgBB Akses infus (14atau 16 gauge) intravena dengan normal salin

5. Bila tidak ada perbaikan, pemnerian adrenalin dapat diulang 10-15 menit

kemudian dengan dosis maksimum 0,5 mg untuk dewasa dan 0,3 mg

untuk anak-anak

6. Medikasi lini kedua yang dapat digunakan adalah H1 antihistamin seperti

intravena chlorpheniramine (10 mg) atau dipenhidramin (25-50 mg),

cetirizine intra oral; β2 adrenergic agonists, seperti salbutamol inhaler (2,5

mg/3 mL); glukokortikoid seperti hydrocortison 100-500 mg IM atau IV,

metylprednisolon 125-250 mg IV, oral prednisone.

7. Observasi 2-3 kali dalam 24 jam dan hindari agen penyebab.

Adrenalin

Adrenalin atau epinephrine merupakan hormon kerja cepat yang disekresi oleh

kelenjar suprarenal. Adrenalin bersifat simpatomimetik (agonist α adrenergik dan

β adrenergik). Efek samping adrenalin dapat berupa tremor, pucat, palpitasi,

pusing, dan sakit kepala. Tetapi terdapat juga beberapa efek yang menunjukkan

overdosis adrenalin, yaitu ventrikular aritmia, krisis hipertensi, edema pulmonal.

Terapi jangka panjang setelah pemberian terapi terhadap anafilaksis di pelayanan

kesahatan.4

1. Edukasi terhadap reaksi anafilaksis

Anafilaksis merupakan kondisi gawat darurat sehingga harus dibawa ke

pelayanan kesehatan terdekat.

2. Mengonfirmasi faktor pemicu reaksi anafilaksis

Page 10: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

10

Waktu yang optimal untuk melakukan tes terhadap pemicu alergi adalah 3-

4 minggu setelah episode akut anafilaksis. Pasien dengan hasil negatif

perlu dites lagi beberapa minggu/bulan kemudian. Faktor yang diketahui

melalui anamnesis dapat menyebabkan reaksi anafilaksis perlu

dikonfirmasi lagi dengan alergen skin test dan/atau mengukur level

allergen-spesific IgE pada serum.

3. Pencegahan berulangnya reaksi anafilaksis

- Terapi terhadap penyakit yang mendasari seperti asma, penyakit

kardiovaskuler, mastocytosis dan penyakit lainnya yang dapat

memeperberat reaksi anafilaksis.

- Menghindari pemicu dan imunomodulasi

Pasien yang alergi terhadap makanan tertentu harus menghindari

makanan yang dapat memicu reaksi. WAO belum merekomendasikan

penggunaan oral immunotherapy food allergen atau imunomodulator

lainnya. Sedangkan, pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis terhadap

gigitan serangga dapat menggunakan imunoterapi subkutan untuk 3-5

tahun. Perlindungan yang diberikan yaitu sebesar 80-90%. Pasien

dengan riwayat pemakaian obat-obatan tertentu kemudian menjadi

alergi tidak boleh diberikan obat tersebut sehingga dapat mencegah

timbulnya reaksi anafilaksis. Pasien dengan anafilaksis idiopatik yang

sering muncul yaitu > 6 kali dalam 1 tahun atau >2 kali dalam 2 bulan

dipertimbangkan untuk diberikan terapi profilaksis yaitu

glukokortikoid sistemik dan H1 antihistamin atau injeksi omalizumab

untuk 2-3 bulan.

2.11 Prognosis

Kematian pada reaksi anafilaksis seringkali terjadi sebelum penderitanya

mendapat pertolongan kesehatan yang adekuat di rumah sakit, atau bila telah

mendapat pengobatan biasanya kematian terjadi pada 30 menit pertama. Prognosis

pada penderita reaksi anafilaksis biasanya baik bila telah mendapat pengobatan

yang adekuat, kecuali pada penderita usia lanjut, penderita dengan penyakit

Page 11: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

11

kardiovaskuler atau infark miokard akut, penderita dengan penyakit pernapasan

dan penderita dengan kerusakan sistem saraf pusat.8

Page 12: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

12

BAB II

KASUS PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

1. Identitas Pasien

Nama : MST

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Tegal Wangi Gang Pandan no. 1 Dps

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Hindu

Pendidikan : Tamat Akademi / Universitas

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

MRS : 14 Juni 2014

Tanggal kunjungan : 20 Juni 2014

2. Anamnesis

Keluhan utama: Bengkak pada wajah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh bengkak pada wajah sejak beberapa jam SMRS (subuh:14 Juni

2014). Bengkak disadari oleh keluarga pasien pada pagi hari setelah bangun tidur

(14 Juni 2014). Kedua kelopak mata pasien dikatakan membengkak sehingga

pandangan pasien menyempit. Disamping itu, pasien juga mengatakan bibirnya

terasa seperti tebal dan ada rasa seperti panas.

Awalnya pasien mengatakan sempat minum 3 macam obat sekitar pukul

23.00 wita yang diberikan oleh dokter paraktek swasta karena keluhan sakit pada

persendian. Setelah minum obat tersebut pasien tidur dan gelisah karena merasa

gatal dan matanya seperti membengkak. Saat bangun tidur sekitar pukul 07.00

wita, keluarga pasien melihat wajah pasien sangat bengkak kemudian segera

melarikan pasien ke UGD rumah sakit Sanglah. Sebelumnya, pada tanggal 13 Juni

2014 pagi, pasien juga sempat minum obat decolgen. Obat ini biasa diminum oleh

pasien apabila pasien merasa pegal, nyeri kaki, dan sakit kepala.

Page 13: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

13

Pasien juga mengeluh gatal dan kemerahan pada seluruh tubuhnya sejak

beberapa jam SMRS terutama pada tangan dan kakinya. Gatal tidak dirasakan

pada sekitar mata atau hidung. Gatal tidak membaik dengan garukan. Pasien

mengatakan gatal dan merah-merah muncul bersamaan. Disamping itu, pasien

juga mengeluh berdebar-debar sejak subuh dan tidak membaik dengan tidur

maupun perubahan posisi.

Riwayat sesak nafas atau kesulitan bernafas disangkal oleh pasien begitu juga

dengan keluhan sakit kepala . Pasien juga mengatakan ada keluhan nyeri ulu hati,

sedangkan mual, muntah, maupun diare disangkal. Keluhan gatal pada

tenggrorokan, bersin-bersin disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien menyangkal memiliki keluhan yang sama sebelumnya. Pasien menyangkal

memiliki alergi terhadap obat-obatan, makanan, maupun debu. Pasien mengatakan

tidak memiliki riwayat penyakit asma, batuk kronis, diabetes melitus, hipertensi,

penyakit jantung, penyakit hati dan penyakit ginjal.

Riwayat pengobatan

Pada tanggal 13 Juni 2014, pasien berobat ke dokter praktek swasta dan

mendapatkan 2 macam suntikan berwarna putih dan merah. Selain itu, pasien

juga mendapatkan obat ciprofloxacin, asam mefenamat, sumagesik, diplopyrum

(efionand, fentibutazin).

Riwayat keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga dengan keluhan wajah

membengkak dan sesak. Pasien menambahkan anak dan cucunya pernah

mengalami kemerahan dan gatal-gatal pada seluruh tubuh, tetapi pasien tidak

mengetahui penyebabnya. Riwayat penyakit kronis dalam keluarga disangkal oleh

pasien.

Riwayat sosial

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari pasien diam di rumah

mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas agama. Pasien mengatakan tidak pernah

merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

3. Pemeriksaan Fisik

Page 14: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

14

Status present

Kesan sakit : sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4V5M6)

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : 75 kg

BMI : 31,2 kg/m2

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 110 kali/menit, reguler, isi cukup

Respirasi : 26 kali/menit, teratur, tipe : torakoabdominal

Temperatur aksila : 36,5 °C

Status general

Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor,

edema palpebra (+/+)

THT

Telinga : sekret tidak ada, pendengaran ↓ tidak ada

Hidung : sekret (-) kemerahan (-)

Tenggorokan : tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Mulut : bibir edema (+)

Leher

JVP : PR + 0 cmH2O, pembesaran KGB (-)

Thoraks

Cor: Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis

Palpasi : iktus kordis tidak teraba

Perkusi : batas atas jantung ICS II midclavicular line sinistra,

batas kanan jantung parasternal line dekstra, batas

kiri jantung midclavicular line sinistra ICS V

Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo: Inspeksi : simetris, retraksi (-)

Palpasi : vokal fremitus (N/N)

Perkusi : sonor +/+

+/+

+/+

Page 15: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

15

Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

+/+ -/- -/-

+/+ -/- -/-

Abdomen

Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,

ginjal tidak teraba

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : hangat +/+ edema −/− kemerahan -/-+/+ −/− -/-

4. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap (14-06-2014)

Parameter Remark Unit Reference Range

WBC 2,9 103/μL 4,1 – 11,0

- Ne 1,76 4,5% 103/μL 2,5 – 7,5

- Ly 1,48 38% 103/μL 1,0 – 4,0

- Mo 0,38 9,8% 103/μL 0,1 – 1,2

- Eo 0,04 1% 103/μL 0,0 – 0,5

- Ba 0,00 0,1% 103/μL 0,0 – 0,1

- Luc 0,24 103/μL

RBC 4,58 106/μL 4,50 – 5,90

HGB 12 g/dL 13,50 – 17,50

HCT 36,50 % 36,0 – 46,0

MCV 79,70 fL 80,0 – 100,0

MCH 26,10 Pg 26,0 – 34,0

Page 16: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

16

MCHC 32,70 g/dL 31,0 – 36,0

PLT 171 103/μL 150 – 440

MPV 7 Fl 6,80 – 10

Kimia Darah (14-06-2014)

Parameter Remark Unit Reference Range

SGOT 42 U/L 11,00 – 33,00

SGPT 28 U/L 11,00 – 50,00

Albumin 3,2 g/dL 3,40 – 4,80

BUN 15 mg/dL 10,00 – 23,00

Creatinine 1,4 mg/dL 0,50 – 1,20

Uric Acid 4 mg/dL 2,00 – 5,70

Na 139 Mmol /L 136 – 145

K 4 Mmol /L 3,50 – 5,01

Elektrokardiogram (14 Juni 2014)

Page 17: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

17

Irama : Irama Sinus

Heart Rate : 86 x/menit reguler

Axis : Axis normal

Gelombang P : Normal

PR Interval : Normal

Komplek QRS : Normal

Segmen ST : ST Change (-)

Gelombang T : Normal

Kesimpulan : EKG Normal

5. Diagnosis

Reaksi Anafilaktik ec suspek drugs (ciprofloxacin, asam mefenamat,

sumagesik, diplopyrum).

6. Penatalaksanaan

Masuk Rumah Sakit (MRS)

Injeksi adrenalin 0,3 cc IM (1x)

IVFD RL 20 tpm

Metil Prednisolon 125 mg 2 x 62,5 mg IV

Diphenhidramin 2 x 10 mg

Hindari obat pencetus

Planning Diagnostik:

IgE total

Monitoring:

Keluhan

Tanda vital

7. Prognosis

Dubius ad bonam

Page 18: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

18

BAB IV

DISKUSI HASIL KUNJUNGAN RUMAH

4.1 Alur Kunjungan Lapangan

Kunjungan yang dilakukan pada tanggal 20 Juni 2014 bertempat di rumah pasien

Jalan Tegal Wangi gang Pandan Harum no. 1 Denpasar. Kami mendapat

sambutan yang baik dari pasien dan keluarga pasien. Adapun tujuan diadakannya

kunjungan lapangan ini adalah untuk mengenal lebih dekat kehidupan pasien serta

mengidentifikasi masalah yang ada pada pasien. Selain itu, kunjungan lapangan

ini juga bertujuan memberikan edukasi tentang penyakit yang dialami pasien

kepada pasien dan keluarga pasien. Pasien dalam kasus ini telah mengalami syok

anafilaktik.

4.2 Daftar Permasalahan Pasien

Adapun sejumlah permasalahan yang kami temukan antara lain:

1. Pasien dan keluarga sudah mengetahui bahwa pasien mengalami alergi,

namun pasien dan keluarga masih kurang paham dengan bahaya alergi yang

dialami pasien, gejala alergi lainnya, penyebab dari alergi, dan pencegahan

berulangnya reaksi alergi yang dialami pasien.

2. Pasien tidak mengetahui adanya tes alergi untuk mengetahui faktor pemicu

reaksi alergi yang dialami pasien.

4.3 Analisis Kebutuhan Pasien

Kebutuhan fisik biomedis

Kecukupan gizi

Pada saat pasien sakit, pasien sering ditemani oleh anak dan cucu laki-lakinya.

Anak lai-laki pasien jarang membelikan pasien makanan di luar karena telah

mendapat makanan dari rumah sakit. Pasien juga tidak pernah dibuatkan makanan

dari rumah karena anak perempuan pasien sibuk bekerja dan menantu pasien

mengurus anaknya yang masih bayi. Jadi kebutuhan gizi pasien sepenuhnya

didapatkan dari rumah sakit. Di rumah, pasien memasak sendiri untuk makanan

sehari-hari, kadang-kadang dibantu oleh anak perempuan dan menantunya. Pasien

mengatakan makanan yang dimasak biasanya sayur, tempe, dan daging ayam.

Kadang-kadang memasak telur dan daging babi. Pasien jarang memasak ikan

Page 19: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

19

ataupun makanan laut lainnya karena cucu laki-laki pasien tidak gemar makan

ikan. Kebutuhan gizi pasien saat dirumah diatur sendiri oleh pasien yang

makanannya disesuaikan dengan kesukaan cucu pasien. Pasien tidak minum susu

dan jarang memakan buah-buahan. Buah-buahan biasanya tersedia saat hari raya

saja. Pasien dan keluarga pasien mengaku tidak ada riwayat gatal-gatal setelah

makan-makanan yang dibuat oleh pasien ataupun oleh anak perempuan dan

menantu pasien.

Akses terhadap pelayanan kesehatan

Pasien tinggal di jalan Tegal Wangi, Sesetan. Daerah tempat tinggal pasien sangat

dekat dengan akses pelayanan kesehatan. Disekitar rumah pasien terdapat praktek,

baik dokter umum maupun dokter spesialis yang memudahkan pasien untuk

berobat jika sedang sakit. Pasien mengatakan jika dirinya sakit atau anggota

keluarganya sakit akan langsung diperiksakan ke tempat pelayanan kesehatan

terdekat. Tempat tinggal pasien pun tidak jauh dari rumah sakit swasta maupun

pemerintah. Pasien juga mengatakan tidak sulit untuk mendapatkan obat-obatan

apabila keluarganya ada yang sakit karena apotek tidak jauh dari rumah pasien.

Hal ini diakui oleh pasien membuat pasien kadang-kadang membeli obat-obatan

sendiri di apotek tanpa resep dokter.

Lingkungan (tempat tinggal)

Pasien tinggal dalam rumah yang beranggotakan 2 kepala keluarga. Pasien

bersama suami, dan anak laki-laki pasien bersama keluarganya yaitu istri dan

anaknya. Jadi, pasien tinggal bersama suaminya, seorang anak laki-laki, seorang

menantu, dan seorang cucu laki-laki yang masih berumur 8 bulan. Anak

perempuan pasien kadang-kadang menginap dirumah pasien dengan anak laki-

lakinya.

Pasien tinggal di tanah seluas seluas 2 are yang dibangun rumah permanen

dan terdiri dari 2 gedung yang terpisah. Satu gedung merupakan tempat tinggal

keluarga terdiri atas ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dan ruang keluarga.

Sedangkan gedung yang lain terdiri atas dapur, kamar mandi, bale bengong, dan

dua kamar yang disewakan. Semua ruangan berlantai keramik dan sudah di cat.

Halaman rumah pasien sudah di semen. Terdapat 2 tempat suci. tidak terdapat

tanaman di sekitar rumah pasien.

Page 20: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

20

Sumber air minum untuk keluarga pasien adalah dari air mineral isi ulang

tetapi kadang-kdang pasien memasak air. Sumber air MCK pasien berasal dari

PDAM. Pada rumah pasien terdapat dua kamar mandi, air bak biasa dibersihkan

seminggu sekali. Pasien mengatakan tempat tidur jarang dibersihkan. Menurut

pengakuan pasien, rumah disapu setiap hari dan halaman disiram setiap sore.

Secara umum, lingkungan rumah pasien tergolong cukup bersih.

Komunikasi dengan tetangga diakui sangat baik, dimana pasien sering

mengobrol dengan tetangga dan mendapat bantuan moral. Hubungan pasien

dengan keluarga besar baik, dimana pasien sering berkumpul. Adik ipar pasien

juga kerap kali berkunjung kerumah untuk membantu pasien mengerjakan

pekerjaan rumah dan tugas persembahyangan. Keluarga pasien juga cepat tanggap

jika ada hal buruk yang menimpa pasien.

4.4 Kebutuhan Biopsikososial

Lingkungan Biologis

Pasien tidak mengetahui betul riwayat penyakit yang ada pada keluarganya

terutama riwayat penyakit alergi. Kurangnya pengetahun tentang riwayat penyakit

keluarga khususnya riwayat penyakit alergi membuat pasien tidak waspada akan

adanya kemungkinan alergi terhadap obat, makanan, gigitan serangga, ataupun

alergen lainnya. Kebutuhan akan makanan dirasakan cukup oleh pasien. Pasien

makan 3x sehari, biasanya dengan porsi 1 piring nasi dengan lauk tempe, sayur,

dan daging. Diakui oleh pasien tidak ada gatal-gatal atau kemerahan setelah

makan makanan yang ia buat. Pasien juga mengatakan tidak pernah ada riwayat

kemerahan atau gatal-gatal setelah menggunakan pakaian tertentu atau mengoles

bahan-bahan tertentu pada kulitnya.

Pada saat baru keluar dari rumah sakit, pasien dirawat oleh anak laki-laki

dan menantunya, tapi saat ini, pasien sudah mampu mengerjakan aktivitas sehari-

hari yang biasa dilakukannya di rumah, seperti memasak, membuat upakara, dan

membersihkan rumah.

Faktor Psikososial

Pasien dan keluarga pasien saling menjaga kesehatan satu sama lainnya. Apabila

pasien sakit, keluarga pasien akan segera memeriksakan pasien dan mencegah

agar anggota keluarga lain tidak ikut sakit. Antar anggota keluarga juga saling

Page 21: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

21

mengingatkan untuk menjaga kesehatan. Hubungan pasien dengan suami, anak,

menantu dan saudaranya tampak cukup harmonis. Hubungan pasien dengan

tetangga lingkungan sekitar tempat tinggalnya pun tampak baik. Lingkungan

sekitar rumah banyak yang mengenal pasien dan mereka sering membantu pasien

apabila ada kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh keluarga pasien. Keluarga

pasien termasuk golongan ekonomi menengah. Pasien tidak memiliki penghasilan,

sehari-hari kebutuhan pasien masih ditanggung oleh suami dan anak laki-lakinya.

4.4 Saran-Saran terhadap Daftar Permasalahan Pasien, Kebutuhan Fisik

Biomedis dan Biopsikososial

1. Pasien harus segera mengatakan kepada keluarga apabila mengalami

gejala-gejala seperti yang pernah pasien alami tanpa menunda, disamping

itu gejala-gejala lain seperti rasa tidak enak pada perut, sakit kepala,

bahkan sesak nafas setelah makan makanan, obat-obatan tertentu, ataupun

setelah menggunakan bahan-bahan tertentu, dan juga apabila digigit

serangga. Begitu pula dengan keluarga pasien. Karena apabila ditunda

dapat membahayakan nyawa.

2. Untuk lebih memastikan apa penyebab dari alergi yang dialami oleh

pasien, keluarga dapat mengantar pasien ke rumah sakit untuk menjalani

tes alergi sehingga pencetus reaksi alergi pasien dapat dihindari. Begitu

pula dengan keluarga pasien karena ada pengaruh genetik terhadap alergi.

Namun, hal ini memerlukan waktu dan biaya sehingga perlu didiskusikan

antar anggota keluarga.

3. Agar pasien menjaga makanan yang dimakan sehari-hari. Pasien

diharapkan berhati-hati dalam mengonsumsi makanan karena pasien

pernah mengalami reaksi alergi. Mungkin saja cucu pasien tidak gemar

makan ikan karena ada rasa gatal atau tidak nyaman sehingga perlu dicari

tahu apakah ada alergi terhadap makanan tersebut. Kemungkinan pasien

untuk mengalami reaksi alergi karena makanan laut juga masih ada.

4. Pasien dan keluarga dianjurkan untuk tidak membeli obat-obatan sendiri di

apotek tanpa resep dokter karena pasien pernah memiliki riwayat alergi

terhadap obat-obatan. Apalagi penyebab pasti alergi belum diketahui.

Disamping itu, banyak obat yang dijual memilik kandungan yang sama

Page 22: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

22

namun nama yang berbeda. Tentu hal ini perlu diwaspadai oleh pasien dan

keuarga pasien.

5. Agar keluarga dan pasien mewaspadai tanda-tanda adanya alergi dan

segera membawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

6. Pasien dianjurkan untuk terus menjaga kesehatan dan tidak terlalu lelah

karena daya tahan tubuh yang tidak baik dapat mempengaruhi pemulihan

dan kemungkinan terjadinya alergi.

7. Pasien dianjurkan untuk minum obat yang didapatkan saat pulang dari

rumah sakit Sanglah secara teratur. Namun, apabila terdapat keluhan

setelah minum obat-obatan tersebut agar segera ke rumah sakit.

8. Jika pasien berobat ke rumah sakit atau dokter praktek swasta agar

memberitahukan kepada petugas kesehatan bahwa pasien pernah memiliki

riwayat alergi terhadap obat-obatan.

Page 23: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

23

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan kunjungan lapangan yang kami lakukan, permasalahan pada pasien

berupa pemahaman yang masih kurang mengenai penyakit pasien. Walaupun

pasien dan keluarga sudah mengetahui bahwa pasien mengalami alergi, namun

pasien dan keluarga masih kurang paham dengan bahaya alergi yang dialami oleh

pasien, gejala alergi lainnya, penyebab dari alergi, dan pencegahan berulangnya

reaksi alergi yang dialami pasien dan pasien tidak mengetahui adanya tes alergi

untuk mengetahui faktor pemicu reaksi yang dialami pasien. Berkenaan dengan

hal tersebut, kami memberikan beberapa informasi sebagai berikut.

Pasien mengalami gejala kemerahan dan gatal pada tubuh, bengkak pada

kedua mata, jantung berdebar-debar setelah minum beberapa obat. Hal tersebut

merupakan gejala dari reaksi alergi, dimana tubuh menjadi lebih sensitif terhadap

bahan-bahan tertentu. Gejala yang dialami pasien tergolong gejala yang ringan,

dimana gejala dapat lebih berat, berupa gangguan pada perut seperti nyeri pada

perut, mual, muntah, diare, nyeri menelan. Bahkan pasien dengan reaksi alergi

dapat mengalami sesak nafas, membiru, sampai tidak bisa bernafas, dan tekanan

darah dapat menurun dengan drastis sehingga menyebabkan kematian.

Hal itu dapat terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah

terpapar dengan bahan-bahan yang diduga sebagai pemicu. Penyebab pastinya

belum diketahui karena pasien mengonsumsi 4 jenis obat-obatan berbeda pada

saat bersamaan. Untuk itu, pasien diharapkan menghindari keempat jenis obat-

obatan tersebut. Penyebab lain dari reaksi alergi selain obat-obatan adalah

makanan, gigitan serangga, udara yang terlalu dingin ataupun air yang terlalu

dingin.

Cara yang dapat digunakan untuk mengetahui agen penyebab alergi adalah

dengan tes alergi. Tes ini harus dilakukan dibawah pengawasan dokter yang telah

berpengalaman. Waktu yang optimal untuk melakukan tes terhadap pemicu alergi

adalah 3-4 minggu setelah pasien keluar dari rumah sakit. Tes yang dilakukan

dapat berupa tes provokasi yaitu pasien diberikan agen yang diduga sebagai

penyebab alergi atau tes kulit yang berupa tes tusuk maupun tes tempel.

Page 24: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

24

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Reaksi anafilaksis adalah reaksi hipersensitifitas akut yang melibatkan dua organ

atau lebih (sistem kulit/mukosa dan jaringan bawah kulit, sistem respirasi, sistem

kardiovaskuler, sistem gastrointestinal). Faktor pemicu timbulnya anafilaksis pada

anak-anak, remaja, dan dewasa muda adalah sebagian besar oleh makanan.

Sedangkan gigitan serangga dan obat-obatan menjadi pemicu timbulnya reaksi ini

pada kelompok usia pertengahan dan dewasa tua. Perjalanan reaksi ini dibagi

menjadi tiga fase, yaitu fase sensitisasi, fase aktivasi, dan fase efektor. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan gejala klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang

digunakan untuk memperkuat adanya alergi. Reaksi anafilaksis/hipersensitifitas

dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat. Penanganan utama anafilaksis adalah

dengan mengamankan jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi serta terapi adrenalin.

Pemberian informasi mengenai alergi di masyarakat sangat jarang

sehingga kami menyarankan agar pemberian informasi mengenai reaksi alergi,

penyebab, gejala, dan bahaya reaksi alergi diberikan secara lebih luas sehingga

masyarakat dapat mengenali dan melakukan tindakan yang tepat serta dapat

mencegah timbulnya reaksi anafilaksis melalui penghindaran terhadap alergen.

Page 25: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Haryanto et.all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Alergi Imunologi Klinik.

Edisi kelima. Jakarta: Interna Publishing:2009:367.

2. Johannes Ring et.all. History and Classification of Anaphylaxis.

anaphylaxis.Wiley, Chichester (Novartis Foundation Symposium

257):2004 p 6-24.

3. Imbawan Eka, Suryana Ketut, Suadarmana Ketut. Asosiasi Cara

Pemberian Obat dengan Onset dan Derajat Klinis Reaksi Hipersensitifitas

Akut/Anafilaksis pada Penderita yang Dirawat di RSUP Sanglah Denpasar

Bali. J Penyakit Dalam 2010;vol.11:135-139.

4. Estelle et.all. WAO Guideline for the Assessment and Management of

Anaphylaxis. 2011;4:13-37.

5. Suryana Ketut, Suardamana Ketut, Saturti Anom. Pedoman Diagnosis dan

Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Anafilaksis/Reaksi Hipersensitivitas Akut:

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana/RSUP Sanglah. 2013:577-585.

6. Estele, et.al. World Allergy Organization Anaphylaxis Guidelines: 2013

Update Of The Evidence Base. Int Arch Allergy Immunol 2013;162:193–

204.

7. Longmore Murray et.all. Anaphylactic Shock. Oxford Handbook of

Clinical Medicine.2010:8th:806-807.

8. F Estelle. Anaphylaxis: the acute episode and beyond. BMJ 2013; 1–10

Page 26: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

26

LAMPIRAN FOTO – FOTO LINGKUNGAN RUMAH PASIEN

Page 27: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

27

Page 28: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

28

DAFTAR PUSTAKA9. Haryanto et.all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Alergi Imunologi Klinik.

Edisi kelima. Jakarta: Interna Publishing:2009:367.

10. Johannes Ring et.all. History and Classification of Anaphylaxis.

anaphylaxis.Wiley, Chichester (Novartis Foundation Symposium

257):2004 p 6-24.

11. Imbawan Eka, Suryana Ketut, Suadarmana Ketut. Asosiasi Cara

Pemberian Obat dengan Onset dan Derajat Klinis Reaksi Hipersensitifitas

Akut/Anafilaksis pada Penderita yang Dirawat di RSUP Sanglah Denpasar

Bali. J Penyakit Dalam 2010;vol.11:135-139.

12. Estelle et.all. WAO Guideline for the Assessment and Management of

Anaphylaxis. 2011;4:13-37.

13. Suryana Ketut, Suardamana Ketut, Saturti Anom. Pedoman Diagnosis dan

Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Anafilaksis/Reaksi Hipersensitivitas Akut:

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana/RSUP Sanglah. 2013:577-585.

14. Estele, et.al. World Allergy Organization Anaphylaxis Guidelines: 2013

Update Of The Evidence Base. Int Arch Allergy Immunol 2013;162:193–

204.

15. Longmore Murray et.all.Anaphylactic Shock.2010:8th:806-807.

16. F Estelle. Anaphylaxis: the acute episode and beyond. BMJ 2013; 1–10.

17. Haryanto et.all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Alergi Imunologi Klinik.

Edisi kelima. Jakarta: Interna Publishing:2009:367.

18. Johannes Ring et.all. History and Classification of Anaphylaxis.

anaphylaxis.Wiley, Chichester (Novartis Foundation Symposium

257):2004 p 6-24.

19. Imbawan Eka, Suryana Ketut, Suadarmana Ketut. Asosiasi Cara

Pemberian Obat dengan Onset dan Derajat Klinis Reaksi Hipersensitifitas

Akut/Anafilaksis pada Penderita yang Dirawat di RSUP Sanglah Denpasar

Bali. J Penyakit Dalam 2010;vol.11:135-139.

20. Estelle et.all. WAO Guideline for the Assessment and Management of

Anaphylaxis. 2011;4:13-37.

Page 29: SyokAnafilaksis - erepo.unud.ac.iderepo.unud.ac.id/id/eprint/14739/1/2326f74b55e57c... · 5 Gambar1.HipersensitivitastipeIyangmendasariReaksiAnafilaksis (Elseviere.com,2009) 2.5TandadanGejala4,6

29

21. Suryana Ketut, Suardamana Ketut, Saturti Anom. Pedoman Diagnosis dan

Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Anafilaksis/Reaksi Hipersensitivitas Akut:

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana/RSUP Sanglah. 2013:577-585.

22. Estele, et.al. World Allergy Organization Anaphylaxis Guidelines: 2013

Update Of The Evidence Base. Int Arch Allergy Immunol 2013;162:193–

204.

23. Longmore Murray et.all.Anaphylactic Shock.2010:8th:806-807.

24. F Estelle. Anaphylaxis: the acute episode and beyond. BMJ 2013; 1–10.