6
PERAN TREATMENT DAN STANDAR Terhadap Ketahanan Hidup Penderita Kanker Paru * Iswandi (0806470421), email : [email protected] Metodologi 111111111111111111111111111111111i Desain penelitian ini adalah Randomized Clinical Trial (RCT). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat peran antara treatment dan standar terhadap ketahanan hidup penderita kanker paru. Selain itu juga ingin melihat apakah Karnofsky Performance Score dan tipe sel besar (large cell type) berpengaruh terhadap peran treatment dan standar. Selanjutnya juga ingin dicari model yang paling parsimoni variable apa saja yang paling mempengaruhi waktu ketahanan hidup penderita kanker paru dari beberapa factor tersebut. Data yang akan diolah dan dianalisis adalah “vets.dta” yaitu data waktu survival perhari pada 137 pasien dari Veteran’s Administration Lung Cancer Trial (Kalbfleisch and Prentice, 1980). Beberapa variabel yang ada dalam file ini adalah : 1. Terapi yaitu jenis pengobatan yang diberikan, terbagi atas standar (coding=1) dan treatment test (coding=2). 2. Tipe sel 1, terbagi atas besar (coding=1) dan selainnya (coding=0). 3. Tipe sel 2, terbagi atas adeno (coding=1) dan selainnya (coding=0). 4. Tipe sel 3, terbagi atas kecil (coding=1) dan selainnya (coding=0). 5. Tipe sel 4, terbagi atas squamous (coding=1) dan selainnya (coding=0) 6. Survival time yaitu waktu ketahanan hidup (hari). 7. Performance status yaitu nilai skor Karnofsky Performance (0=terburuk…100=terbaik). 8. Durasi penyakit (bulan) 9. Usia (tahun) 10. Terapi terdahulu yang terbagi atas tidak pernah (coding=0) dan beberapa (coding=10) 11. Status yakni status penderita kanker paru, terbagi atas sensor (coding=0) dan mati (coding=1). Hasil 111111111111111111111111111111111111111 Rata-rata Survival dan Median Survival Dengan melihat rata-rata survival dan median survival didapatkan beberapa interpretasi. Misalnya pada variabel terapi memperlihatkan bahwa rata-rata survival kelompok treatment test lebih panjang dibandingkan kelompok standar. Pada kelompok standar mempunyai rata-rata survival 115.14 hari sedangkan kelompok treatment test lebih panjang 128.21 hari. Perbedaan rata-rata survival pada kedua kelompok ini -setelah dilakukan uji t- ternyata tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan (t=-0.48 ; p value=0.629). Perbandingan median survival kedua kelompok juga terlihat berbeda yaitu 52.5 hari pada kelompok treatment test dan 97 hari pada kelompok standar. Sementara pada variabel lain, misalnya tipe sel 1 menunjukkan hal yang sama yaitu walaupun antara pasien dengan tipe sel besar dengan yang tidak memiliki perbedaan rata-rata survival dan perbedaan median survival, namun hasil uji perbedaan dua mean antara kelompok penderita dengan tipe sel besar dengan kelompok yang tanpa sel besar ternyata menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Pada penderita dengan tipe sel besar memiliki rata-rata survival 166.11 hari dan median survival 156 hari, sedangkan pada penderita tanpa sel besar rata-rata survival 110.71 hari dan median survival 55 hari. Uji t untuk kedua kelompok tersebut dihasilkan nilai -1.64 dengan nilai p value=0.102. * Sebagai tugas mata kuliah Analisis Survival, Program Pasca Sarjana FKM-UI, Dosen pengajar : Pandu Riono, MD, MPH. Ph.D - 1

Survival analisis (latihan1)

  • Upload
    iswandi

  • View
    770

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Survival analysis, dosen pengajar : Pandu Riono, PhD

Citation preview

Page 1: Survival analisis (latihan1)

[email protected] - 1

PERAN TREATMENT DAN STANDAR Terhadap Ketahanan Hidup Penderita Kanker Paru*

Iswandi (0806470421), email : [email protected]

Metodologi 111111111111111111111111111111111i

Desain penelitian ini adalah Randomized Clinical Trial

(RCT). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk

melihat peran antara treatment dan standar terhadap

ketahanan hidup penderita kanker paru. Selain itu juga

ingin melihat apakah Karnofsky Performance Score dan

tipe sel besar (large cell type) berpengaruh terhadap

peran treatment dan standar. Selanjutnya juga ingin

dicari model yang paling parsimoni variable apa saja

yang paling mempengaruhi waktu ketahanan hidup

penderita kanker paru dari beberapa factor tersebut.

Data yang akan diolah dan dianalisis adalah “vets.dta”

yaitu data waktu survival perhari pada 137 pasien dari

Veteran’s Administration Lung Cancer Trial (Kalbfleisch

and Prentice, 1980). Beberapa variabel yang ada dalam

file ini adalah :

1. Terapi yaitu jenis pengobatan yang diberikan,

terbagi atas standar (coding=1) dan treatment test

(coding=2).

2. Tipe sel 1, terbagi atas besar (coding=1) dan

selainnya (coding=0).

3. Tipe sel 2, terbagi atas adeno (coding=1) dan

selainnya (coding=0).

4. Tipe sel 3, terbagi atas kecil (coding=1) dan

selainnya (coding=0).

5. Tipe sel 4, terbagi atas squamous (coding=1) dan

selainnya (coding=0)

6. Survival time yaitu waktu ketahanan hidup (hari).

7. Performance status yaitu nilai skor Karnofsky

Performance (0=terburuk…100=terbaik).

8. Durasi penyakit (bulan)

9. Usia (tahun)

10. Terapi terdahulu yang terbagi atas tidak pernah

(coding=0) dan beberapa (coding=10)

11. Status yakni status penderita kanker paru, terbagi

atas sensor (coding=0) dan mati (coding=1).

Hasil 111111111111111111111111111111111111111

Rata-rata Survival dan Median Survival

Dengan melihat rata-rata survival dan median survival

didapatkan beberapa interpretasi. Misalnya pada

variabel terapi memperlihatkan bahwa rata-rata

survival kelompok treatment test lebih panjang

dibandingkan kelompok standar. Pada kelompok

standar mempunyai rata-rata survival 115.14 hari

sedangkan kelompok treatment test lebih panjang

128.21 hari. Perbedaan rata-rata survival pada kedua

kelompok ini -setelah dilakukan uji t- ternyata tidak

menunjukkan perbedaan secara signifikan (t=-0.48 ; p

value=0.629). Perbandingan median survival kedua

kelompok juga terlihat berbeda yaitu 52.5 hari pada

kelompok treatment test dan 97 hari pada kelompok

standar.

Sementara pada variabel lain, misalnya tipe sel 1

menunjukkan hal yang sama yaitu walaupun antara

pasien dengan tipe sel besar dengan yang tidak

memiliki perbedaan rata-rata survival dan perbedaan

median survival, namun hasil uji perbedaan dua mean

antara kelompok penderita dengan tipe sel besar

dengan kelompok yang tanpa sel besar ternyata

menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Pada

penderita dengan tipe sel besar memiliki rata-rata

survival 166.11 hari dan median survival 156 hari,

sedangkan pada penderita tanpa sel besar rata-rata

survival 110.71 hari dan median survival 55 hari. Uji t

untuk kedua kelompok tersebut dihasilkan nilai -1.64

dengan nilai p value=0.102.

* Sebagai tugas mata kuliah Analisis Survival, Program Pasca Sarjana FKM-UI, Dosen pengajar : Pandu Riono, MD, MPH. Ph.D - 1

Page 2: Survival analisis (latihan1)

[email protected] - 2

Analisis Survival Variabel Terapi (tx)

Pada awal, variabel terapi terlihat bahwa usia survival

pasien dengan treatment dan standar terlihat tidak

begitu berbeda. Namun selanjutnya treatment lebih

baik dibandingkan dengan standar pada awal hari,

dimana probabilitas untuk survive pada kelompok

treatment lebih besar dibandingkan kelompok standar.

Setelah menginjak hari ke 200an terlihat adanya titik

perpotongan yang menunjukkan adanya persamaan

probabilitas usia survival kelompok treatment test dan

standar. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa

pasien yang diberikan treatment pada hari ke-249

masih memiliki estimasi survival 16,5%, sedangkan

pada standar 15.9%. Dari hasil log-rank test terlihat

bahwa p-valuenya > 0.05 yaitu 0.93 (chi2=0.01)

mengindikasikan bahwa usia survival pada kedua

kelompok tidak terdapat perbedaan yang cukup

signifikan.

Grafik 1 : Estimasi survival antara kelompok treatment dengan kelompok standar pada variabel terapi

Hazard ratio kasar dari variabel terapi didapatkan nilai

sebesar 1.016 (95% CI: 0.713-1.448). Ini berarti pasien

yang diberikan obat standar memiliki ratio bahaya

untuk terjadinya kematian kanker paru sebesar 1.016

kali dibandingkan dengan pasien yang diberikan

treatment. Nilai hazard ratio ini diperoleh tanpa

melakukan pengendalian terhadap factor large cell

type (tc1) dan performance status (perf). Tabel 2 : Nilai Hazard ratio kasar (HR Crude) masing-masing variabel terhadap terjadinya kematian pada penderita kanker paru.

Peranan variabel large cell type (ct1) pada pengaruh

terapi terjadinya kematian kanker paru dijelaskan pada

table 3 dan grafik 2. Pada pasien dengan large cell type

nilai hazard ratio 1.536 (95% CI: 0.692-3.409), namun

nilai HR tersebut tidak signifikan karena p value > 0.05

dan convidence intervalnya melewati nilai 1. Tidak

adanya perbedaan yang signifikan dalam estimasi

survival antara pemberian treatment dan pemberian

standar pada pasien large CT juga terlihat pada grafik

2, dimana walaupun pada awal Nampak terlihat

perbedaan, namun selanjutnya kedua garis tersebut

(treatment dan standar) saling bersilangan satu sama

lain. Hal ini berarti pemberian terapi baik treatment

maupun standar pada pasien large CT tidak

memberikan perbedaan yang berarti.

Sementara pada pasien non large CT nilai hazard rasio

variabel terapi sebesar 0.899, dari nilai p value dan CI

menunjukkan juga tidak adanya perbedaan yang

signifikan. Dari grafik juga terlihat kedua garis Nampak

berhimpit dan bersilangan satu sama lain. Tabel 3 : Beberapa nilai hazard rasio (HR Crude) pada peran Large CT dalam pengaruh terapi terhadap terjadinya kematian kanker paru

* HR adjusted terapi dimana factor large CT sudah dikendalikan **HR adjusted large CT dimana factor terapi sudah dikendalikan

Untuk melihat apakah variabel large CT (ct1)

merupakan factor confounding dalam hubungan

antara variabel terapi terhadap terjadinya kematian

kanker paru, maka harus dilihat prosentase selisih HR

crude dengan HR adjusted terhadap HR crude itu

sendiri. Dari table 3, didapatkan prosentase selisih

tersebut sebesar -4.531% yang menunjukkan variabel

large CT bukan merupakan confounding terhadap

hubungan antara terapi dengan kematian kanker paru.

0.0

00.2

50.5

00.7

51.0

0

0 200 400 600 800 1000analysis time

tx = 1 tx = 2

Kaplan-Meier survival estimates

Page 3: Survival analisis (latihan1)

[email protected] - 3

Peranan variabel performance status juga perlu dikaji

pada pengaruh terapi terhadap terjadinya kematian

kanker paru (table 4). Pada pasien dengan

performance status buruk dan sedang nilai hazard ratio

variabel terapi masing-masing sebesar 1.373 dan 1.113

namun dari p-value dan CI menunjukkan tidak adanya

signifikansi. Tidak adanya perbedaan yang signifikan

dalam estimasi survival antara pemberian treatment

dengan pemberian standar pada pasien performance

status buruk dan sedang dapat terlihat pada grafik 3

dimana kedua grafik memperlihatkan kedua garis

(treatment dan standar) dari kedua grafik tersebut

saling berhimpitan satu sama lain. Hal ini berarti

pemberian terapi baik treatment maupun standar

pada pasien status performance buruk dan status

performance sedang tidak memberikan perbedaan

yang berarti.

Sementara pada pada pasien dengan status

performance baik nilai hazard ratio variabel terapi

sebesar 0.364 dan dari p-value dan CI menunjukkan

adanya signifikansi. Perbedaan estimasi survival antara

pasien status performance baik yang diberikan

treatment dengan pasien status performance baik

yang diberikan standar terlihat pada grafik 3

memperlihatkan perbedaan kedua garis (band)

tersebut cukup lebar dan terlihat bahwa pasien dengan

status performance baik yang diberikan treatment

memiliki estimasi survival yang lebih kecil. Dengan

demikian status performance baik merupakan factor

protektif umtuk terjadinya kematian kanker paru

interpretasinya semakin tinggi skor performance status

maka ratio bahaya untuk terjadinya kematian kanker

paru semakin kecil. Tabel 4 : Beberapa nilai hazard rasio (HR Crude) pada peran performance status (perf1) dalam pengaruh terapi terhadap terjadinya kematian kanker paru

a Cut of point ditentukan melalui median perf yang didapatkan 60, sehingga performance status

buruk antara 0 – 59 b Pada status menengah ditentukan antara nilai median dan percentile 75% yaitu antara 60 – 74 c Pada status baik ditentukan antara percentile 75% dan nilai max 75 – 100 * HR adjusted terapi dimana factor performance status (perf) sudah dikendalikan **HR adjusted performance status (perf) dimana factor terapi sudah dikendalikan

Untuk melihat apakah variabel status performance

merupakan factor confounding dalam hubungan

antara variabel terapi terhadap terjadinya kematian

paru, maka harus dilihat prosentase selisih HR crude

dengan HR adjusted terhadap HR crude itu sendiri. Dari

table 4, didapatkan prosentase selisih tersebut sebesar

12.60%, yang menunjukkan bahwa variabel status

performance ada kemungkinan sebagai confounding

terhadap hubungan antara terapi dengan terjadinya

kematian kanker paru.

Selain itu perlu dilihat apakah rata-rata skor Karnofsky

Performance pada kelompok treatment dan kelompok

standar berbeda maka perlu dilakukan uji t. Dari

perhitungan didapatkan bahwa rata-rata skor status

performance pada kelompok treatment sebesar 59.20

sedangkan pada kelompok standar sebesar 57.93.

Perbedaan tersebut ternyata tidak signifikan, karena

dari uji t didapatkan p-value=0.710 (> 0.05) dan nilai

t=0.371. Dihitung juga median performance status

(perf) pada kelompok treatment dan standar yang

ternyata sama sebesar 60. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

tentang jumlah skor Karnofsky Performance pada

kelompok treatment dan kelompok standar.

Analisis Survival Variabel Large Cell Type (ct1)

Pada variabel ct1 terlihat bahwa gambaran kurva

estimasi survival cukup menarik sebagaimana terlihat

pada grafik 4. Pada grafik tersebut, kurva antara pasien

dengan large cell type dan non large CT bersilang pada

Page 4: Survival analisis (latihan1)

[email protected] - 4

waktu survival sekitar 250 hari. Pada waktu survival

antara 1 sampai 249 hari pasien kelompok large CT

memiliki estimasi survival yang lebih tinggi

dibandingkan pasien non large CT, namun setelah

menginjak hari ke 250an terlihat adanya titik

perpotongan yang menunjukkan adanya persamaan

probabilitas usia survival kelompok CT other dan cell

type large. Grafik 4 : Estimasi survival antara pasien kelompok large CT dan pasien kelompok non large CT pada variabel ct1

Dari hasil log-rank test terlihat didapatkan nilai Pr>ch2

yang tidak bermakna. Uji log rank didapatkan nilai

Pr>ch2=0.082 (ch2=3.02), yang mengindikasikan

bahwa usia survival pada kedua kelompok tidak

terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Sedangkan

asumsi yang dibangun oleh test of proportional hazard

assumption(global test) tidak dapat diteruskan, karena

nilai Pr>ch2=0.0074 (time : rank(t)) yang berarti

bermakna.

Karena ketidaklaziman kurva estimasi survival di atas

perlu dilakukan analisis lanjutan dengan membagi

menjadi dua kelompok yang memakai patokan cut of

point titik persilangan kedua kurva di atas. Analisis ini

untuk melihat apakah pada waktu survival antara 1-

249 hari pasien dengan large CT secara signifikan

memiliki estimasi survival yang lebih tinggi dari pasien

non large CT atau tidak? Dan bagaimana pula kondisi

tersebut pada waktu survival antara 250 sampai 999

hari?.

Setelah dilakukan analisis lanjutan didapatkan

gambaran sebagaimana pada grafik 5. Berdasarkan

perhitungan pada kelompok waktu survival 1-249 hari

didapatkan hasil bahwa pada pasien large CT pada

waktu survival 121 hari memiliki estimasi survival lebih

tinggi yaitu 47.62% sedangkan pada non large CT

estimasi survivalnya hanya 18.86%. Dari uji log rank

juga didapatkan nilai Pr>chi2 signifikan yaitu 0.0146

(chi2=5.97). Berikutnya pada waktu survival 250 – 999

hari didapatkan hasil sebaliknya bahwa pada pasien

non large CT pada waktu survival 529 hari memiliki

estimasi survival yang lebih tinggi yaitu 25% sedangkan

pasien large CT survivalnya hanya 16.67%. Dari uji log

rank didapatkan nilai Pr>chi2 tidak signifikan 0.0679

(chi2=3.33).

Grafik 5 : Gambaran estimasi survival variabel large CT (ct1) pada kelompok waktu survival 1-249 hari dengan kelompok waktu survival 250 – 999 hari

Pada table 2, hazard ratio kasar dari variabel ct1

didapatkan nilai sebesar 0.681 (95% CI: 0.440 – 1.054).

Namun demikian nilai HR ini tidak signifikan karena p-

value>0.05 dan CI-nya melewati angka 1. Berarti secara

umum -tanpa melakukan pembagian waktu survival-

tidak ada perbedaan hazard ratio pada pasien large CT

maupun non large CT terhadap terjadinya kematian

kanker paru.

Analisis Survival Variabel Performance Status (perf) Sebelum melakukan analisis variabel perf (performance status), karena datanya merupakan data kontinu maka terlebih dahulu dilakukan kategorisasi. Sebagaimana yang dilakukan sebelumnya, perf dibagi menjadi 3 kelompok yaitu buruk 0-59, sedang 60-74 dan baik 75-100. Pada analisis variabel perf terlihat bahwa pasien dengan skor performance status buruk memiliki estimasi survival lebih pendek jika dibandingkan dengan pasien skor performance status sedang dan baik. Sementara pasien dengan skor performance status sedang dengan pasien status baik terlihat memiliki estimasi survival yang tidak begitu berbeda walaupun pada awal sebelum hari ke-200 kelompok skor performance baik memiliki estimasi survival lebih

0.0

00

.25

0.5

00

.75

1.0

0

0 200 400 600 800 1000analysis time

ct1 = 0 ct1 = 1

Kaplan-Meier survival estimates

Page 5: Survival analisis (latihan1)

[email protected] - 5

panjang (gambar 6). Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa pasien dengan performance status baik pada waktu survival 249 hari memiliki estimasi survival yang paling tinggi yaitu 24.38%, sedangkan pasien dengan performance status sedang estimasi survival-nya sebesar 20.76% dan pasien dengan performance status buruk estimasi survivalnya 5.77%. Grafik 6 : Estimasi survival antara kelompok performance status buruk 0-59, sedang 60-74 dan baik 75-100 pada variabel performance status.

Dari uji log rank didapatkan nilai Pr>chi2 signifikan

yaitu 0.0000 (chi2=29.18). sedangkan Pada table 2,

hazard ratio kasar dari variabel performance status -

tanpa pengelompokan- didapatkan nilai sebesar 0.967

(95% CI: 0.958-0.927). Ini berarti semakin tinggi skor

performance status maka ratio bahaya untuk

terjadinya kematian kanker paru semakin kecil sebesar

0.967 kali.

The Cox Proportional Hazard (PH) Model

Dengan menggunakan The Cox Proporsional Hazard,

kita ingin melihat interaksi berbagai variabel sebagai

upaya untuk menentukan sebuah model yang

sederhana dan lengkap. Dalam analisis ini, pertama-

tama disusun sebuah model yang mencakup semua

variabel dan variabel interaksi. Selanjutnya dilakukan

penilaian interaksi. Variabel dikatakan berinteraksi bila

p-valuenya < 0.05, seleksinya dengan mengeluarkan

secara bertahap dari variabel interaksi yang p valuenya

terbesar. Dari model 1 interaksi tx*ct1 dikeluarkan.

Setelah model ke-2, interaksi tx*perf juga dikeluarkan

karena p-valuenya > 0.05. Dengan demikian

kesimpulannya tidak ada variabel interaksi, langkah

selanjutnya uji confounding.

Selanjutnya dilakukan uji confounding, walaupun

sebenarnya uji ini telah dilakukan di awal. Untuk

mengetahui factor confounding maka harus dilihat

prosentase selisih HR crude dengan HR adjusted

terhadap HR crude itu sendiri pada variabel kandidat

confounding. Pada model ke-3, variabel ct1

dikeluarkan didapatkan prosentase selisihnya sebesar

1.24%, dengan demikian variabel ct1 bukan

confounding dan harus dikeluarkan dari model.

Selanjutnya pada saat variabel perf dikeluarkan

diperoleh prosentase selisih sebesar 13.49%, untuk itu

variabel perf harus tetap ikut dalam model sebagai

confounding hubungan antara pemberian terapi dan

waktu ketahanan hidup penderita kanker paru. Tabel 5 : Tahapan pembuatan model the cox proportional hazard (PH) pada masing-masing variabel terhadap terjadinya kematian kanker paru

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model akhir dari modeling ini adalah antara terapi dengan performance status yang secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Model akhir : h(t,X) = ho (t) eβ1 terapi + β2 performance status

Kesimpulan 11111111111111111111111111111111 Pertama, studi ini tidak dapat membuktikan terapi dengan pemberian treatment dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandindingkan dengan pemberian standar. Kedua, large cell type nampaknya tidak berpengaruh pada hubungan antara terapi dengan terjadinya kematian kanker paru. Ketiga, skor performance status nampaknya berpengaruh pada hubungan antara terapi dengan terjadinya kematian

0.0

00

.25

0.5

00

.75

1.0

0

0 200 400 600 800 1000analysis time

perf1 = 1 perf1 = 2

perf1 = 3

Kaplan-Meier survival estimates

Page 6: Survival analisis (latihan1)

[email protected] - 6

kanker paru. Keempat, tidak terdapat perbedaan yang signifikan tentang jumlah skor Karnofsky Performance pada kelompok treatment dan kelompok standar. Kelima, secara umum tidak ada perbedaan estimasi survival pada pasien large CT maupun non large CT, namun sebelum memasuki hari ke 250an terlihat jarak dua garis hingga adanya titik perpotongan. Keenam, semakin tinggi skor performance status maka ratio bahaya untuk terjadinya kematian kanker paru semakin kecil sebesar. Ketujuh, dalam analisis The Cox Proportional Hazard Model dihasilkan sebuah model yang parsimoni yaitu model antara terapi dan performance status. Daftar Pustaka11 111111111111111111111111111111

1. Kleinbaum and Klein. 2005. Survival Analysis A Self-Learning Text, Springer.

2. Kleinbaum et.all. 1998. Applied regression analysis and Other Multivariable Methods, Duxbury Press.

3. Rabe, Hesketh and Everitt. 2004. A Handbook of Statistical Analyses Using Stata. Chapman & Hall/CRC.

4. Materi Kuliah Survival Analysis oleh Dr. Steve Selvin (Dep of Biostatistics, Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health).2005. Diunduh dari http://www.biostat.jhsph.edu/~beglesto/survival2005.htm

5. Statistical Computing Seminars Survival Analysis with Stata. Diunduh dari www.ats.ucla.edu/stata/survival_ucla.htm