14
PERBEDAAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL DAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PERUBAHAN SIKAP MEMBUANG SAMPAH PADA SISWA DI SMPN 1 BALUNG KABUPATEN JEMBER Dicky Endrian Kurniawan* Abstrak Perilaku membuang sampah sembarangan sering ditemukan pada anak usia sekolah. Berbagai masalah ditimbulkan oleh sampah yang tidak dikelola dengan baik. Salah satu upaya merubah perilaku adalah merubah sikapnya dengan memberikan penyuluhan kesehatan. Agar memperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan pemilihan media penyuluhan yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa SMPN 1 Balung. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experimental dengan metode nonequivalent control group pretest-posttest design. Sampel penelitian adalah siswa SMPN 1 Balung yang dipilih dengan cara Proportionate Stratified Random Sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dengan penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual (n=43) dan kelompok kontrol dengan penyuluhan kesehatan menggunakan media visual (n=43). Variabel yang diukur adalah perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t tidak berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai signifikansi 0,027. Disimpulkan ada perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa. Sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan kesehatan dengan media bervariasi agar diterima dengan baik oleh peseta didik sebagai upaya pencegahan masalah kesehatan serta mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan kesehatan. Kata kunci : Sampah, sikap, penyuluhan kesehatan, media visual, media audiovisual Abstract Littering of trash discard behaviour often be found at students. There are many problem can posed if trash do not managed properly. One of the efforts to change behavior is change the attitude by providing health education. To obtain maximum results, a selection of appropriate media needed. The objective of this research is knowing the differences between health education using visual media and audiovisual media toward changes in student’s trash discard attitude at SMPN 1 Balung Kabupaten Jember. This research used quasy-experiment with nonequivalent control group pretest-posttest design. Samples used are the students of SMPN 1 Balung, chosen by using Proportionate Stratified Random Sampling in which they are separated into 2 groups with each group had 2 different media applied. One group is an experiment side with audiovisual media applied (n=43) and the other is a control side with visual media applied (n=43). The measured variable is a differences between health education using visual media and audiovisual media toward changes in student’s trash discard attitude. Based on hypothetical test with “unpaired t-test” and CI=95%, we got 0.027 as a result of significance value. It is concluded that there is a differences between health education using visual media and audiovisual media toward changes in student’s trash discard attitude. It is recommended that medical employees give various media of health education so that it is well retrieved by the students as a prevention of many health problems as well as an attempt to develop and increase health education quality. Key words : trash, attitude, health education, visual media, audiovisual media. *Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Survey Media Audio Visual Dan Visual

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jt

Citation preview

Page 1: Survey Media Audio Visual Dan Visual

PERBEDAAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL DAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PERUBAHAN SIKAP MEMBUANG SAMPAH

PADA SISWA DI SMPN 1 BALUNG KABUPATEN JEMBER

Dicky Endrian Kurniawan*

Abstrak

Perilaku membuang sampah sembarangan sering ditemukan pada anak usia sekolah. Berbagai masalah ditimbulkan oleh sampah yang tidak dikelola dengan baik. Salah satu upaya merubah perilaku adalah merubah sikapnya dengan memberikan penyuluhan kesehatan. Agar memperoleh hasil yang maksimal maka diperlukan pemilihan media penyuluhan yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa SMPN 1 Balung. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experimental dengan metode nonequivalent control group pretest-posttest design. Sampel penelitian adalah siswa SMPN 1 Balung yang dipilih dengan cara Proportionate Stratified Random Sampling dan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dengan penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual (n=43) dan kelompok kontrol dengan penyuluhan kesehatan menggunakan media visual (n=43). Variabel yang diukur adalah perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t tidak berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai signifikansi 0,027. Disimpulkan ada perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa. Sehingga disarankan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan kesehatan dengan media bervariasi agar diterima dengan baik oleh peseta didik sebagai upaya pencegahan masalah kesehatan serta mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan kesehatan.

Kata kunci : Sampah, sikap, penyuluhan kesehatan, media visual, media audiovisual

Abstract

Littering of trash discard behaviour often be found at students. There are many problem can

posed if trash do not managed properly. One of the efforts to change behavior is change the attitude by providing health education. To obtain maximum results, a selection of appropriate media needed. The objective of this research is knowing the differences between health education using visual media and audiovisual media toward changes in student’s trash discard attitude at SMPN 1 Balung Kabupaten Jember. This research used quasy-experiment with nonequivalent control group pretest-posttest design. Samples used are the students of SMPN 1 Balung, chosen by using Proportionate Stratified Random Sampling in which they are separated into 2 groups with each group had 2 different media applied. One group is an experiment side with audiovisual media applied (n=43) and the other is a control side with visual media applied (n=43). The measured variable is a differences between health education using visual media and audiovisual media toward changes in student’s trash discard attitude. Based on hypothetical test with “unpaired t-test” and CI=95%, we got 0.027 as a result of significance value. It is concluded that there is a differences between health education using visual media and audiovisual media toward changes in student’s trash discard attitude. It is recommended that medical employees give various media of health education so that it is well retrieved by the students as a prevention of many health problems as well as an attempt to develop and increase health education quality.

Key words : trash, attitude, health education, visual media, audiovisual media.

*Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Page 2: Survey Media Audio Visual Dan Visual

PENDAHULUAN

Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh dua faktor yang saling berhubungan, yaitu pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan syarat utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang (Diskes Bali, 2011).

Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pendidikan juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit bagi anak sekolah. Berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah umumnya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu indikator perilaku hidup bersih dan sehat adalah membuang sampah pada tempatnya (Depkes, 2004; Proverawati & Rahmawati, 2012).

Perilaku membuang sampah sembarangan masih ditemukan pada anak sekolah. Dalam Riskesdas, survei nasional Balitbangkes tahun 2010, prosentase pengelolaan sampah dengan baik di Indonesia masih rendah, yakni hanya 28,7%. Sementara itu di Jawa Timur hanya 28,3%. Ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran dalam membuang dan mengelola sampah. Sebuah survei yang telah dilakukan oleh Diskes Bali tahun 2011, 1% dari 774 siswa masih membuang sampah tidak pada tempatnya (Diskes Bali, 2011; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011; Proverawati & Rahmawati, 2012).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan April 2012 pada salah seorang guru SMP Negeri 1 Balung Kabupaten Jember, diperoleh keterangan bahwa siswa kurang menerapkan perilaku hidup sehat, seperti sering membuang sampah tidak pada tempatnya. Dari 10 orang siswa, ada 3 siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya.

Berbagai masalah dapat ditimbulkan oleh sampah yang tidak dikelola dengan baik. Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan media yang cocok untuk perkembangbiakan beberapa mikroorganisme dan menarik perhatian binatang, seperti lalat, nyamuk, dan sebagainya yang dapat menimbulkan potensi penyakit. Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan diantaranya penyakit diare, kolera, tifus, serta penyakit demam berdarah. Daya

tahan tubuh anak-anak di masa sekolah masih belum sebaik daya tahan tubuh orang dewasa. Apabila tidak diimbangi dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, maka generasi muda akan terpapar oleh beragam penyakit, yang mungkin bisa membahayakan kelangsungan hidupnya (Diskes Bali, 2011; Proverawati & Rahmawati, 2012).

Perilaku merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang, yang kemudian diikuti oleh faktor lingkungan, layanan kesehatan, dan keturunan (genetik). Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Dampaknya yaitu perilaku ditentukan oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu, perilaku juga tidak hanya dipengaruhi oleh sikap tapi juga oleh norma, dan sikap terhadap suatu perilaku bersama dengan norma akan membentuk niat untuk berperilaku. Oleh karena itu, cara untuk merubah perilaku seseorang diantaranya dapat dilakukan dengan merubah sikapnya (Azwar, 2009).

Pendidikan kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang memiliki pengaruh menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan setiap orang, masyarakat, dan bangsa untuk mempersiapkan kemudahan diterimanya perilaku secara sukarela yang akan meningkatkan atau memelihara kesehatan (Wood, 1926 dalam Machfoedz, 2005). Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan dari pendidikan kesehatan melalui penyebaran pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, namun juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Machfoedz, 2005). Dalam penyuluhan kesehatan diperlukan metode yang pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk penyampaian pesan kepada sasaran pendidikan kesehatan, yaitu individu, kelompok atau keluarga, dan masyarakat. Salah satu metode penyuluhan kesehatan adalah ceramah (Herawani, 2001). Ceramah adalah pidato yang dilakukan oleh pembicara didepan kelompok (Djamarah & Zain, 2010).

Page 3: Survey Media Audio Visual Dan Visual

Selain memilih metode, penyuluhan kesehatan perlu alat bantu/media agar informasi yang diberikan mudah diterima atau ditangkap melalui panca indera oleh sasaran. Pemilihan media perlu memperhatikan kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan sasaran dan kemampuannya (Djamarah & Zain, 2010). Pada anak usia sekolah menengah pertama yang berada pada tahap perkembangan usia remaja seringkali mudah bosan terhadap sesuatu yang monoton. Oleh karena itu diperlukan media yang tidak membosankan seperti media audiovisual dan media visual. Media audiovisual merupakan media yang memiliki kekuatan yang terletak pada perpaduan antara visualisasi dan suara, indera mata melihat sesuatu yang nyata dan ditunjang oleh nada suara dan intonasi komunikator, seperti tayangan di televisi, video, dan film (Barata, 2003). Sedangkan media visual hanya mengandalkan indera penglihatan pada proses pendidikan kesehatannya. Contohnya adalah gambar diam, slide foto, dan gambar atau lukisan (Djamarah & Zain, 2010).

Penyuluhan kesehatan yang diberikan diharapkan dapat merubah sikap membuang sampah pada tempatnya dan terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Visual dan Media Audiovisual terhadap Perubahan Sikap Membuang Sampah pada Siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember”.

Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh dua faktor yang saling berhubungan, yaitu pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan syarat utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang (Diskes Bali, 2011).

Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pendidikan juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit bagi anak sekolah. Berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah umumnya berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu indikator perilaku hidup bersih dan sehat adalah membuang sampah pada tempatnya (Depkes, 2004; Proverawati & Rahmawati, 2012).

Perilaku membuang sampah sembarangan masih ditemukan pada anak sekolah. Dalam Riskesdas, survei nasional Balitbangkes tahun 2010, prosentase pengelolaan sampah dengan baik di Indonesia masih rendah, yakni hanya 28,7%. Sementara itu di Jawa Timur hanya 28,3%. Ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran dalam membuang dan mengelola sampah. Sebuah survei yang telah dilakukan oleh Diskes Bali tahun 2011, 1% dari 774 siswa masih membuang sampah tidak pada tempatnya (Diskes Bali, 2011; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011; Proverawati & Rahmawati, 2012).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan April 2012 pada salah seorang guru SMP Negeri 1 Balung Kabupaten Jember, diperoleh keterangan bahwa siswa kurang menerapkan perilaku hidup sehat, seperti sering membuang sampah tidak pada tempatnya. Dari 10 orang siswa, ada 3 siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya.

Berbagai masalah dapat ditimbulkan oleh sampah yang tidak dikelola dengan baik. Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan media yang cocok untuk perkembangbiakan beberapa mikroorganisme dan menarik perhatian binatang, seperti lalat, nyamuk, dan sebagainya yang dapat menimbulkan potensi penyakit. Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan diantaranya penyakit diare, kolera, tifus, serta penyakit demam berdarah. Daya tahan tubuh anak-anak di masa sekolah masih belum sebaik daya tahan tubuh orang dewasa. Apabila tidak diimbangi dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, maka generasi muda akan terpapar oleh beragam penyakit, yang mungkin bisa membahayakan kelangsungan hidupnya (Diskes Bali, 2011; Proverawati & Rahmawati, 2012).

Perilaku merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang, yang kemudian diikuti oleh faktor lingkungan, layanan kesehatan, dan keturunan (genetik). Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Dampaknya yaitu perilaku ditentukan oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu, perilaku juga tidak hanya dipengaruhi oleh sikap tapi juga oleh norma,

Page 4: Survey Media Audio Visual Dan Visual

dan sikap terhadap suatu perilaku bersama dengan norma akan membentuk niat untuk berperilaku. Oleh karena itu, cara untuk merubah perilaku seseorang diantaranya dapat dilakukan dengan merubah sikapnya (Azwar, 2009).

Pendidikan kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang memiliki pengaruh menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan setiap orang, masyarakat, dan bangsa untuk mempersiapkan kemudahan diterimanya perilaku secara sukarela yang akan meningkatkan atau memelihara kesehatan (Wood, 1926 dalam Machfoedz, 2005). Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan dari pendidikan kesehatan melalui penyebaran pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, namun juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Machfoedz, 2005). Dalam penyuluhan kesehatan diperlukan metode yang pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk penyampaian pesan kepada sasaran pendidikan kesehatan, yaitu individu, kelompok atau keluarga, dan masyarakat. Salah satu metode penyuluhan kesehatan adalah ceramah (Herawani, 2001). Ceramah adalah pidato yang dilakukan oleh pembicara didepan kelompok (Djamarah & Zain, 2010).

Selain memilih metode, penyuluhan kesehatan perlu alat bantu/media agar informasi yang diberikan mudah diterima atau ditangkap melalui panca indera oleh sasaran. Pemilihan media perlu memperhatikan kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan sasaran dan kemampuannya (Djamarah & Zain, 2010). Pada anak usia sekolah menengah pertama yang berada pada tahap perkembangan usia remaja seringkali mudah bosan terhadap sesuatu yang monoton. Oleh karena itu diperlukan media yang tidak membosankan seperti media audiovisual dan media visual. Media audiovisual merupakan media yang memiliki kekuatan yang terletak pada perpaduan antara visualisasi dan suara, indera mata melihat sesuatu yang nyata dan ditunjang oleh nada suara dan intonasi komunikator, seperti tayangan di televisi, video, dan film (Barata, 2003). Sedangkan media visual hanya mengandalkan indera

penglihatan pada proses pendidikan kesehatannya. Contohnya adalah gambar diam, slide foto, dan gambar atau lukisan (Djamarah & Zain, 2010).

Penyuluhan kesehatan yang diberikan diharapkan dapat merubah sikap membuang sampah pada tempatnya dan terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Sehingga tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bahwa penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media audiovisual dan media visual memiliki perbedaan dalam mempengaruhi perubahan sikap membuang sampah pada siswa serta dapat digunakan sebagai bahan identifikasi profesi perawat yang berperan sebagai edukator dapat memberikan intervensi lebih lanjut baik dalam tindakan promotif atau preventif dengan penyuluhan menggunakan media audiovisual atau media visual. METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experimental dengan rancangan non-equivalent control group pretest-posttest design. Desain penelitian ini yaitu dilakukan pretest pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, kemudian pada kelompok perlakuan diberikan penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual. Sedangkan penyuluhan kesehatan metode menggunakan media visual diberikan kepada kelompok kontrol. Setelah itu posttest dilakukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember pada tanggal 21 Desember 2012. Besar Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel dengan rumus sampel minimal dengan jumlah 86 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling (Sugiono, 2009 dalam Nasir dkk., 2011) pada kelas VII, VIII, dan kelas IX.

Page 5: Survey Media Audio Visual Dan Visual

Tahap pertama teknik pengambilan sampel ini adalah menentukan ukuran sampel yang harus diambil dari setiap subpopulasi (kelas). Tahap kedua yang dilakukan peneliti adalah menentukan sampel sasaran atau responden, dengan cara pengambilan sampel random sederhana melalui pengundian nomor absen masing-masing anggota subpopulasi (kelas) sampai didapatkan sampel 86 siswa. Tahap ketiga dari 86 siswa yang menjadi sampel tersebut kemudian ditentukan lagi untuk dibagi menjadi dua kelompok yaitu 43 siswa dengan nomor absen ganjil sebagai kelompok perlakuan dan 43 siswa dengan nomor absen genap sebagai kelompok kontrol.

Analisa Data

Analisa yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan sikap

membuang sampah pada siswa yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual pada saat pretest dan posttest adalah uji t berpasangan (paired-samples t test) dengan nilai signifikansi 0,05.

Untuk mengetahui adanya perbedaan sikap membuang sampah pada siswa yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual pada saat pretest dan posttest digunakan uji t berpasangan (paired-samples t test) dengan nilai signifikansi 0,05.

Untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji t tidak berpasangan (independent-samples t test) dengan nilai signifikansi 0,05.

Gambar 1. Gambaran Sikap Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang Diberi

Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Visual HASIL PENELITIAN Sikap Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang Diberi Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Visual

Gambaran sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual berdasarkan uji statistik descriptive explorative dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh data untuk pretest skor rata-rata (mean) adalah 78,

median 77, skor terendah 68, skor tertinggi 89 dengan standar deviasi 5,972 dan skor yang sering muncul adalah 74. Sedangkan untuk posttest skor rata-rata (mean) adalah 79,72, median 80, skor terendah 66, skor tertinggi 89 dengan standar deviasi 6,449 dan skor yang sering muncul adalah 80 dan 89.

Berdasarkan hasil uji normalitas, signifikansi (Asymp. Sig (2-tailed)) untuk pretest adalah 0,421 (sig>0,05) dan posttest adalah 0,679 (sig>0,05) yang berarti populasi berdistribusi normal. Rata-rata skor pretest sikap membuang sampah pada siswa di

Page 6: Survey Media Audio Visual Dan Visual

SMPN 1 Balung Kabupaten Jember sebelum diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual adalah 78,00 dengan standar deviasi 5,972. Sedangkan rata-rata skor posttest setelah diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual adalah 79,72 dengan standar deviasi 6,449. Didapatkan perbedaan nilai mean antara pretest dan posttest adalah 1,721 dengan standar deviasi 3,667. Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired-samples T test) menunjukkan nilai

thitung sebesar 3,078 dan nilai signifikansi sebesar 0.004, oleh karena thitung > ttabel

(3,078>1,681) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,004<0,05), yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember antara pretest dan posttest penyuluhan kesehatan menggunakan media visual.

Tabel 1. Perbedaan Sikap Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang Diberi

Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Visual

Variabel Perlakuan n Mean SD

Asymp.

Sig. (2-

tailed)

t

Hasil uji t

p-value

Keputusan

Sikap siswa SMPN 1 Balung yang diberi penyuluhan visual

Pretest

43

78,00 5,972 0,421

- 3,078 0,004 Berbeda signifikan

Posttest

43 79,72 6,449 0,679

Hal ini mengindikasikan bahwa

penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dapat berpengaruh positif terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember, yang mana sikap membuang sampah setelah

diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual (posttest) cenderung lebih tinggi (mean=78,00) daripada sebelum diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual (pretest) (mean=79,72).

Gambar 2. Gambaran Sikap Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang Diberi Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Audovisual

Page 7: Survey Media Audio Visual Dan Visual

Sikap Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang Diberi Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual

Gambaran sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual berdasarkan uji statistik descriptive explorative dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh data untuk

pretest skor rata-rata (mean) adalah 75,70, median 76,00, skor terendah 64, skor tertinggi 87 dengan standar deviasi 5,418 dan skor yang sering muncul adalah 70, 77, 79, dan 82. Sedangkan untuk posttest skor rata-rata (mean) adalah 79,67, median 80,00, skor terendah 69, skor tertinggi 90 dengan standar deviasi 4,597 dan skor yang sering muncul adalah 78 dan 83.

Tabel 2. Perbedaan Sikap Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang Diberi

Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual

Variabel Perlakuan n Mean SD Asymp. Sig. (2-tailed)

t

Hasil uji t

p-value

Keputusan

Sikap siswa SMPN 1 Balung yang diberi penyuluhan audiovisual

Pretest

43

75,70 5,418 0,957

-4,778 0,000 Berbeda signifikan

Posttest 43 79,67 4,597 0,762

Berdasarkan hasil uji normalitas,

signifikansi (Asymp. Sig (2-tailed)) untuk pretest adalah 0,957 (sig>0,05) dan posttest adalah 0,762 (sig>0,05) yang berarti populasi berdistribusi normal. Rata-rata skor pretest sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember sebelum diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual adalah 75,70 dengan standar deviasi 5,418. Sedangkan rata-rata skor posttest setelah diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual adalah 79,67 dengan standar deviasi 4,597. Didapatkan perbedaan nilai mean antara pretest dan posttest adalah 3,977 dengan standar deviasi 5,458. Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired-samples T test) menunjukkan nilai thitung sebesar 4,778 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, oleh karena thitung > ttabel (4,778>1,681) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember antara pretest dan posttest penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual. Hal ini mengindikasikan bahwa penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual dapat berpengaruh positif terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember, yang mana sikap membuang sampah setelah diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual

(posttest) cenderung lebih tinggi (mean=79,67) daripada sebelum diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual (pretest) (mean=75,70).

Perbandingan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Sikap Membuang Sampah pada Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember pada Kelompok yang Diberi Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Visual dan Media Audiovisual

Rata-rata skor pretest sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan media audiovisual. Begitu juga dengan skor posttest sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan media audiovisual. Namun bila dilihat dari kenaikan rata-rata skor sikapnya, siswa yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual lebih tinggi peningkatannya daripada siswa yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual.

Page 8: Survey Media Audio Visual Dan Visual

Gambar 3. Rata-rata Sikap Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember antara Skor

Pretest dan Posttest yang Diberi Penyuluhan Kesehatan menggunakan Media Visual dan Media Audiovisual

Perbedaan Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Visual dan Media Audiovisual terhadap Perubahan Sikap Membuang Sampah pada Siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember

Berdasarkan nilai uji Levene’s, Fhitung > Ftabel (5,726>3,952) sehingga data tidak homogen. Rata-rata selisih skor pretest dan posttest pada siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual adalah

1,72 dengan standar deviasi 3,667. Sedangkan rata-rata selisih skor pretest dan posttest pada siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual adalah 3,98 dengan standar deviasi 5,458. Berdasarkan hasil uji t tidak berpasangan (independent-samples t test) menunjukkan nilai thitung sebesar 2,250, sedangkan ttabel dengan df=73 sebesar 1,666 dan nilai signifikansi sebesar 0,027.

Tabel 3. Perbedaan Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Visual dan

Media Audiovisual terhadap Perubahan Sikap Membuang Sampah pada Siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember

Variabel Perlakuan n Mean SD

Levene’sTest

t

Hasil Uji t Independen

F Sig. p-

value Keputusan

Selisih sikap siswa

pretest-posttest

Penyuluhan kesehatan

menggunakan media visual

43

1,72

3,667

5,726 0,019 -2,250 0.027 Berbeda signifikan Selisih

sikap siswa

pretest-posttest

Penyuluhan kesehatan

menggunakan media

audiovisual

43 3,98 5,458

Oleh karena thitung > ttabel (2,250>1,666)

dan nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (p=0,027<0,05), maka dapat dinyatakan hipotesis “ada perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan

menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember” diterima. Selain itu juga menunjukkan bahwa rata-rata selisih

78,00

79,72

75,70

79,67

73

74

75

76

77

78

79

80

81

Pretest Posttest

Rata

-rata

Sko

r S

ikap

Pengukuran Skor Sikap Responden

Media Visual

Media Audiovisual

Page 9: Survey Media Audio Visual Dan Visual

skor sikap siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual lebih tinggi (mean=3,98) dari pada rata-rata selisih skor sikap yang diberi penyuluhan kesehatan

menggunakan media visual, yang artinya penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual cenderung lebih baik daripada penyuluhan kesehatan menggunakan media visual.

Tabel 4. Uji Beda Karakteristik Responden antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok

Kontrol

Karakteristik Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Uji

Statistik p-

value mean + SD n % mean + SD n %

Usia 13,6 + 0,903 43 100 13,2 + 0,996 43 100 Mann-

Whitney 0,048

Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

- -

20 23

46,5 53,5

- -

18 25

41,9 58,1

Mann-Whitney

0,666

Kelas 1. Kelas VII 2. Kelas VIII 3. Kelas IX

- - -

16 10 17

37,2 23,3 39,5

- - -

14 18 11

32,6 41,9 25,6

Mann-Whitney

0,530

Informasi tentang sampah 1. Pernah 2. Tidak

- -

28 15

65,1 34,9

- -

15 28

34,9 65,1

Mann-Whitney

0,005

Tahu dampak sampah 1. Ya 2. Tidak

- -

42 1

97,7 2,3

- -

42 1

97,7 2,3

Mann-Whitney

1,000

Uji Beda antara Karakteristik Responden Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Berdasarkan uji beda dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, kelas, dan tahu dampak membuang sampah sembarangan, pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p>0,05). Sedangkan pada karakteristik usia dan pernah mendapatkan informasi sebelumnya ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p<0,05). PEMBAHASAN Sikap Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang Diberi Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Visual

Berdasarkan penelitian yang dilakukan rata-rata skor sikap siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember sebelum diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual adalah 78,00 kemudian setelah diberi

penyuluhan kesehatan menggunakan media visual rata-rata skor sikap meningkat menjadi 79,72. Dari hasil uji t berpasangan (paired-samples t test) menunjukkan nilai thitung > ttabel dan nilai signifikansi sebesar 0,004 (p<0,05), yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember antara pretest dan posttest penyuluhan kesehatan menggunakan media visual.

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan dari pendidikan kesehatan melalui penyebaran pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, namun juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Machfoedz, 2005). Media visual merupakan alat bantu dalam menyampaikan informasi yang hanya mengandalkan indera penglihatan pada proses pendidikan kesehatannya dan hanya mengandung unsur visual (Machfoedz, 2005). Jadi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual merupakan suatu bentuk penyampaian pesan atau informasi dalam bentuk gambar saja,

Page 10: Survey Media Audio Visual Dan Visual

baik gambar bergerak maupun diam tanpa unsur suara atau auditif.

Dari uraian diatas, adanya perubahan skor sikap pada siswa dikarenakan siswa mendapatkan penambahan informasi atau pengetahuan melalui media visual. Perubahan sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember antara sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual karena terdapat suatu proses perubahan dalam diri siswa yaitu adanya penerimaan informasi baru yang telah mereka pelajari dengan melibatkan penggunaan indera penglihatan dalam menerima informasi.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Azwar (1983) dalam Machfoedz (2005) bahwa penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah sekumpulan pengalaman yang memiliki pengaruh menguntungkan pada kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang memiliki hubungan dengan kesehatan perseorangan, masyarakan, dan bangsa (Wood, 1926, yang dikutip oleh Azwar, 1983, dalam Machfoedz, 2005). Sikap seseorang dapat berubah dari diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan kelompok sosialnya (Sarwono, 1993 dalam Harahap & Andayani, 2004). Sikap dapat dibentuk berdasarkan perasaan, pemikiran, pengetahuan, keyakinan, dan pengalaman masa lalu (WHO, 1992 dalam Harahap & Andayani, 2004). Adanya peningkatan rata-rata skor sikap setelah penyuluhan kesehatan, terdapat kesesuaian dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya (Effendi, 2000 dalam Lupikasari, 2011).

Sementara itu, media visual merupakan alat bantu dalam menyampaikan informasi yang hanya mengandalkan indera penglihatan pada proses pendidikan kesehatannya (Machfoedz, 2005). Alat ini berguna untuk merangsang indera penglihatan saat berlangsungnya proses pendidikan kesehatan (Suiraoka & Supariasa, 2012). Kelebihan dari media visual yaitu dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan, menumbuhkan minat sasaran dan memberikan hubungan langsung antara materi pendidikan pada kenyataannya, dan

dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan merangsang kepercayaan, sikap, dan perilaku (Arsyad, 2009; Daryanto, 2010; Suiraoka & Supariasa, 2012).

Berdasarkan pengamatan peneliti, pada saat proses penyuluhan kesehatan menggunakan media visual, siswa tampak antusias dalam memperhatikan materi yang disampaikan. Namun ada juga siswa yang tampak bosan yang terbukti dari cara siswa memperhatikan materi dengan bersandar di bangku dan dengan tidur-tiduran. Seperti yang disebutkan oleh Arsyad (2009), Daryanto (2010) serta Suiraoka & Supariasa (2012), bahwa media visual memiliki beberapa kelemahan seperti membosankan bila terlalu lama dipaparkan dan sulit memantau apakah semua sasaran memperhatikan. Hal ini yang mungkin dapat menimbulkan peningkatan rata-rata skor sikap yang kecil. Sikap Siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang Diberi Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Audiovisual

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 43 siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember sebagai kelompok perlakuan didapatkan rata-rata skor sikap siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember sebelum diberi diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual adalah 75,70 kemudian setelah diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual rata-rata skor sikap meningkat menjadi 79,67. Dari hasil uji t berpasangan (paired-samples t test) menunjukkan nilai thitung > ttabel dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember antara pretest dan posttest penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual.

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan dari pendidikan kesehatan melalui penyebaran pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, namun juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar, 1983 dalam Machfoedz, 2005). Media audiovisual merupakan gabungan dari media audio dan visual. Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Djamarah & Zain, 2010). Jadi

Page 11: Survey Media Audio Visual Dan Visual

penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual merupakan suatu bentuk penyampaian pesan atau informasi dalam bentuk gambar dan suara, baik gambar bergerak maupun diam dengan unsur suara atau auditif, seperti video.

Dari uraian diatas, adanya perubahan skor sikap pada siswa dikarenakan siswa mendapatkan penambahan informasi atau pengetahuan melalui media audiovisual. Perubahan sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember antara sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual karena terdapat suatu proses perubahan dalam diri siswa yaitu adanya penerimaan informasi baru yang telah mereka pelajari dengan melibatkan penggunaan indera penglihatan dan indera pendengaran dalam menerima informasi.

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Azwar (1983) dalam Machfoedz (2005) bahwa penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah sekumpulan pengalaman yang memiliki pengaruh menguntungkan pada kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang memiliki hubungan dengan kesehatan perseorangan, masyarakan, dan bangsa (Wood, 1926, yang dikutip oleh Azwar, 1983, dalam Machfoedz, 2005). Sikap seseorang dapat berubah dari diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan kelompok sosialnya (Sarwono, 1993 dalam Harahap & Andayani, 2004). Sikap dapat dibentuk berdasarkan perasaan, pemikiran, pengetahuan, keyakinan, dan pengalaman masa lalu (WHO, 1992 dalam Harahap & Andayani, 2004). Adanya peningkatan rata-rata skor sikap setelah penyuluhan kesehatan, terdapat kesesuaian dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya (Effendi, 2000 dalam Lupikasari, 2011).

Sementara itu, media audiovisual memiliki kemampuan yang lebih baik karena dapat merangsang pendengaran dan penglihatan sasaran (Djamarah & Zain, 2010). Berdasarkan pengamatan peneliti, pada saat proses penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual, siswa tampak termotivasi

dalam memperhatikan materi yang disampaikan. Siswa tampak antusias dalam memperhatikan video yang diputar, terbukti dari banyaknya siswa yang berkomentar, dan juga kadang tertawa. Kelebihan dari media audiovisual yaitu, mendukung dan memperkaya proses pendidikan dengan menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran peserta didik, menambah variasi pada pengalaman belajar-mengajar, merupakan alat yang tepat untuk model peran, peragaan, dan pengajaran keterampilan psikomotorik, media yang menarik, modern, dan selalu siap pakai, dapat merangsang atau memotivasi kegiatan, dan penggunaan audiovisual menjadikan pesan dapat lebih mudah dimengerti dan dipahami serta tidak membosankan penerima pesannya (Barata, 2003; Bastable, 2002; Suiraoka & Supariasa, 2012). Namun dalam pelaksanaan penyuluhan, media audiovisual memerlukan ruangan yang gelap agar video yang ditampilkan terlihat lebih jelas. Karena seperti yang diungkapkan oleh Suiraoka & Supariasa (2012) kelemahan dari media audiovisual adalah penggunaannya perlu ruangan yang gelap dan biaya produksinya yang mahal.

Perbedaan Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Visual dan Media Audiovisual terhadap Perubahan Sikap Membuang Sampah pada Siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember

Berdasarkan adanya perbedaan rata-rata selisih skor pretest dan posttest pada siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual adalah 1,72 dan rata-rata selisih skor pretest dan posttest pada siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual adalah 3,98 serta hasil uji t tidak berpasangan (independent-samples t test) menunjukkan nilai thitung sebesar 2,250, sedangkan ttabel dengan df=73 sebesar 1,666 dan nilai signifikansi sebesar 0,027. Oleh karena thitung > ttabel (2,250>1,666) dan nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (p=0,027<0,05), maka dapat dinyatakan “ada perbedaan pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember”. Selain itu juga

Page 12: Survey Media Audio Visual Dan Visual

menunjukkan bahwa rata-rata selisih skor sikap siswa SMPN 1 Balung Kabupaten Jember yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual lebih tinggi (mean=3,98) dari pada rata-rata selisih skor sikap yang diberi penyuluhan kesehatan menggunakan media visual, yang artinya penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual cenderung lebih baik daripada penyuluhan kesehatan menggunakan media visual.

Adanya perbedaan yang signifikan mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa ini dapat disebabkan oleh pemilihan media. Media merupakan alat bantu yang digunakan oleh penyuluh untuk menyampaikan informasi yang akan diberikan. Disebut media karena alat bantu yang digunakan berupa alat saluran untuk menyampaikan informasi kesehatan yang mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi sasarannya (Machfoedz, 2005). Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran (Brown, 1973 dalam Kumboyono, 2011). Dalam penyuluhan menggunakan media visual (microsoft office powerpoint yang mengandung unsur gambar tidak bergerak dan tulisan) sehingga media tersebut hanya menstimulasi indera penglihatan saja. Sedangkan penyuluhan menggunakan media audiovisual (microsoft office powerpoint yang mengandung unsur video dan tulisan) sehingga media tersebut dapat menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran. Penggunaan media audiovisual lebih menarik daripada penggunaan media visual sehingga membangkitkan antusiasme siswa untuk mendapatkan informasi dan lebih mudah menerimanya. Hal tersebut mungkin menjadi sebab lebih tingginya rata-rata skor yang mendapatkan penyuluhan menggunakan media audiovisual (video) daripada penyuluhan menggunakan media yang lebih difokuskan menstimulasi indera penglihatan (Kumboyono, 2011). Suiraoka dan Supariasa (2012) juga menyebutkan bahwa proses pendidikan dengan melibatkan banyak indera akan lebih mudah diterima dan diingat oleh para sasaran.

KESIMPULAN 1. Ada perbedaan pengaruh penyuluhan

kesehatan menggunakan media visual dan media audiovisual terhadap perubahan sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember dengan nilai signifikansi sebesar 0,027 (p<0,05).

2. Penyuluhan kesehatan menggunakan media visual menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember antara pretest dan posttest dengan nilai signifikansi 0,004 (p<0,05).

3. Penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada sikap membuang sampah pada siswa di SMPN 1 Balung Kabupaten Jember antara pretest dan posttest dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05).

4. Penyuluhan kesehatan menggunakan media audiovisual dengan selisih mean 3,98 lebih efektif daripada penyuluhan kesehatan menggunakan media visual dengan selisih mean=1,72 dalam merubah sikap membuang sampah pada siswa.

SARAN 1. Petugas kesehatan sebagai pemberi

penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sebaiknya menggunakan media yang menarik, seperti media audiovisual, agar bisa diterima oleh peserta didik dengan baik sebagai upaya pencegahan masalah kesehatan serta untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan kesehatan.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan dengan membandingkan media visual atau media audiovisual dengan media lain yang lebih mutakhir, seperti menggunakan multimedia, untuk memudahkan peserta didik menerima informasi yang diberikan. Selain itu diharapkan dilakukan uji beda apakah antara usia dan jenis kelamin dengan skor yang diperoleh oleh responden mempengaruhi hasil penelitian.

3. Secara rutin memberikan pendidikan kesehatan kepada siswa sebagai upaya pencegahan perilaku membuang sampah

Page 13: Survey Media Audio Visual Dan Visual

di tatanan kehidupan sekolah, berupa penyuluhan secara interaktif menggunakan media yang menarik, seperti media audiovisual.

DAFTAR PUSTAKA Amini, Risda. 2011. Pengembangan

Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Berbasis Outdoor Untuk Calon Guru Sekolah Dasar, diunduh dari http://repository.upi.edu/operator/upload/d_ipa__055486_chapter1 pada 2 Juni 2012

Anonim. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Hidup Sehat di SD Islamadina Semarang, diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-enggarriap-5773-1-bab1 pada 29 Maret 2012

Anonim. 2012. Meningkatkan Pemahaman tentang Gizi, Kesehatan dan Keafiatan di Kalangan Murid-Murid Sekolah di Seluruh Dunia, diakses dari http://www.nestle.co.id/ina/csv/gizidankesehatan/Pages/meningkatkanpemahamantentanggizi.aspx pada 29 Maret 2012

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya Edisi ke 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Barata, Atep Adya. 2003. Dasar Dasar Pelayanan Prima, Persiapan Membangun Budaya Pelayanan Prima Untuk Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik; Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran, terjemahan. Jakarta: EGC

Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta: EGC

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran.

Bandung: Satu Nusa

Diskes Bali. 2011. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tatanan Sekolah di Provinsi Bali, diakses dari http://www.diskes.baliprov.go.id/berita/ 2011/1/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbsdi-tatanan-sekolah-di-provinsi-bali pada 18 Maret 2012

Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Harahap, Juliandi & Andayani, Lita Sri. 2004. Pengaruh Peer Education terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa dalam Menanggulangi HIV/AIDS di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Herawani, dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kumboyono. Perbedaan Efek Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Media Cetak dengan Media Audio Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tuberkulosis. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 2011, 7(1): 9-25

Lupikasari, Depit. 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah terhadap Perubahan Sikap Siswa SMA I Kesamben Blitar pada Konsumsi Junk Food. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang

Machfoedz, Ircham. 2005. Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya

Nasir dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan, Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Page 14: Survey Media Audio Visual Dan Visual

Nurlia, Fifie. 2002. Pembentukan Sikap Siswa pada Lingkungan Hidup, Studi Kasus Pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 37 Jakarta, diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17039/A02fnu_abstract.pdf/sequence/1 pada 2 Juni 2012

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman Skripsi, Thesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Proverawati, Atikah & Rahmawati, Eni. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika

Santjaka, Arif. 2011. Statistik untuk Penelitian Kesehatan (Deskriptif, Inferensial, Parametrik dan Non Parametrik). Yogyakarta: Nuha Medika

Suiraoka, I Putu & Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012. Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Susilo, Rakhmat. 2011. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Undang-Undang Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

Wawan, A & M, Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Yuwono, Nasih Widya. 2010. Pengelolaan Sampah yang ramah lingkungan di sekolah, makalah disampaikan pada “Pelatihan Pengembangan Sekolah Hijau untuk Guru-Guru SMK RSBI se-DIY”, LPPM UGM dengan Dispendikpora Provinsi DIY