2
Konstruktivisme Leo Sutrisno  Anakku Setia Nugraha, Jumat minggu lalu, 28 Mei 2010, salah seorang kawan guru mengirim es-em-es ke HP  bapak. Ia menanyakan bentuk nyata dari pembelajaran konstruktivisme. Seperti disebutkan dalam kurikulum yang berlaku saat ini proses pembelajaran sebaiknya menggunakan konstruktivisme. Sebelum menanggapi pertanyaan sahabat kita ini, bapak ingin mengatakan bahwa secara sporadis pembelajaran bernuansa konstruktivisme ini telah dilakukan d i sekolah. Selain itu, ada buku yang bagus karangan Dr.Paul Suparno, mantan rector Universitas Sanata Dharma dengan judul ³Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan´. Mungkin, engkau masih menyimpan bukunya yang dulu bapak kirimkan. Betul?!. Prinsip umum pembelajaran dalam nuansa ko nstruktivism e adalah pe mbelajaran yang  berfokus pada murid yang sedang b elajar. Bukan pada guru y ang sedang mengajar. Apa artinya? Pertama-tama, kita sebagai s eorang guru harus menerima pendaat bahwa si swa-siswi ki ta itu otonomi dalam belajar. Mereka memiliki kehendak bebas dalam mengikuti kegiatan  pembelajaran. Mereka masing-masing juga memiliki tujuan dalam be lajar. Walaupun,  bisa jadi berbeda dari keinginan kita. Karena itu, kegiatan pembelajaran ditekankan pada siswa yang belajar ketimbang pada guru yang sedang mengajar.  Namun demikian, sel ama pembelajaran kita wajib memotiv asi mereka. Karena, motivasi merupakan kunci utama keberhasilan. Ki ta wajib mendorong agar siswa memiliki rasa ingin tahu (curiosity) tentang sesuatu yang akan dipelajari. Selama proses pembelajaran, kita juga mendorong agar para siswa secara terus menerus mengembangkan sikap dan keinginan menggali kebenaran dari sesuatu yang sedang dipelajarinya. Selanjutnya, para siswa perlu pula didorong untuk mengungkapkan buah pikiran atau pendapatnya. Inisiatif  para siswa perlu ditumbuhkan. Di samping itu, kita juga perlu menerima paham bahwa pengalaman para murid baik secara individual maupun secara kelompok berinteraksi dengan bahan yang sedang mereka pelajari. Maka, kita harus mengga li pendapat, ide, konsepsi, serta sikap mereka terhadap mata pelajaran yang sedang dipelajarinya. Selanjutnya, dalam n uansa konstruktivisme, pembelajaran dil aksanakan secara kontekstual. Artinya, pembelajaran yang kita lakukan harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Mungkin juga kita kaitkan dengan pengalaman dan pendapat mereka (prakonsepsi). Bahkan, dapat juga dikaitkan dengan hal-hal mungkin ditakut i mereka. Misal takut tersambar petir, t akut kesetrum listrik dsb.

Surat untuk guru 70 konstruktivisme

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Surat untuk guru 70 konstruktivisme

8/9/2019 Surat untuk guru 70 konstruktivisme

http://slidepdf.com/reader/full/surat-untuk-guru-70-konstruktivisme 1/2

Konstruktivisme

Leo Sutrisno

 Anakku Setia Nugraha,

Jumat minggu lalu, 28 Mei 2010, salah seorang kawan guru mengirim es-em-es ke HP bapak. Ia menanyakan bentuk nyata dari pembelajaran konstruktivisme. Seperti

disebutkan dalam kurikulum yang berlaku saat ini proses pembelajaran sebaiknyamenggunakan konstruktivisme.

Sebelum menanggapi pertanyaan sahabat kita ini, bapak ingin mengatakan bahwa secara

sporadis pembelajaran bernuansa konstruktivisme ini telah dilakukan di sekolah. Selainitu, ada buku yang bagus karangan Dr.Paul Suparno, mantan rector Universitas Sanata

Dharma dengan judul ³Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan´. Mungkin, engkaumasih menyimpan bukunya yang dulu bapak kirimkan. Betul?!.

Prinsip umum pembelajaran dalam nuansa konstruktivisme adalah pembelajaran yang berfokus pada murid yang sedang belajar. Bukan pada guru yang sedang mengajar. Apa

artinya?

Pertama-tama, kita sebagai seorang guru harus menerima pendaat bahwa siswa-siswi kitaitu otonomi dalam belajar. Mereka memiliki kehendak bebas dalam mengikuti kegiatan

 pembelajaran. Mereka masing-masing juga memiliki tujuan dalam belajar. Walaupun, bisa jadi berbeda dari keinginan kita. Karena itu, kegiatan pembelajaran ditekankan pada

siswa yang belajar ketimbang pada guru yang sedang mengajar.

 Namun demikian, selama pembelajaran kita wajib memotivasi mereka. Karena, motivasimerupakan kunci utama keberhasilan. Kita wajib mendorong agar siswa memiliki rasa

ingin tahu (curiosity) tentang sesuatu yang akan dipelajari. Selama proses pembelajaran,kita juga mendorong agar para siswa secara terus menerus mengembangkan sikap dan

keinginan menggali kebenaran dari sesuatu yang sedang dipelajarinya. Selanjutnya, parasiswa perlu pula didorong untuk mengungkapkan buah pikiran atau pendapatnya. Inisiatif 

 para siswa perlu ditumbuhkan.

Di samping itu, kita juga perlu menerima paham bahwa pengalaman para murid baik secara individual maupun secara kelompok berinteraksi dengan bahan yang sedang

mereka pelajari. Maka, kita harus menggali pendapat, ide, konsepsi, serta sikap mereka

terhadap mata pelajaran yang sedang dipelajarinya.

Selanjutnya, dalam nuansa konstruktivisme, pembelajaran dilaksanakan secara

kontekstual. Artinya, pembelajaran yang kita lakukan harus dikaitkan dengan kehidupansehari-hari siswa. Mungkin juga kita kaitkan dengan pengalaman dan pendapat mereka

(prakonsepsi). Bahkan, dapat juga dikaitkan dengan hal-hal mungkin ditakuti mereka.Misal takut tersambar petir, takut kesetrum listrik dsb.

Page 2: Surat untuk guru 70 konstruktivisme

8/9/2019 Surat untuk guru 70 konstruktivisme

http://slidepdf.com/reader/full/surat-untuk-guru-70-konstruktivisme 2/2

Dalam tradisi konstruktivisme, belajar dipandang sebagai aktivitas social. Karena itu, penggunaan bahasa yang cermat mesti diperhatikan. Penggunaan bahasa yang baik dan

 benar perlu dilakukan baik oleh kita maupun oleh para siswa. Jangan menggunakan bahasa gaul atau bahasa es-em-es. Perhatikan, bahasa yang santun jangan ditinggalkan.

Selain itu, engkau harus mendorong murid-muridmu agar bersikap kooperatif dan

 bertindak kolaboratif.

Apa peran guru?

Dalam pembelajaran yang bernuansa konstruktivisme, guru tidak sekedar sumber belajar.Tetapi, guru berperan sebagai fisilitator, sebagai konselor, dan sebagai seporter kognitif 

 bagi para murid.

Sebagai fasilitator, guru harus menyiapkan rencana belajar bagi para muridnya. Ia jugamengorganisasi segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Sebagai

konselor, maka para guru harus dapat membimbing murid-muridnya serta µmengarahkan¶mereka dalam belajar.

Sebagai sepeorter kognitif, para guru harus mampu memberi saran kepada siswa agar 

 berhasil baik dalam belajar maupun dalam hidup bermasyarakat. Selain itu, kita juga perlu memberi tantangan kreatif kepada para siswa kita. Dan, jangan lupa, kita harus

mendorong para siswa kita menjadi orang yang berpikir µmerdeka¶.

Selanjutnya, agar pembelajaran yang bernuansa konstruktivisme berlangsung dengan baik, kita sendiri-para guru- harus berpikir terbuka (open minded). Kita mesti menerima

 pendapat µl earn along the way¶  belajar tiada henti sepanjang perjalanan. Kita sebagaiguru harus belajar terus-menerus setiap waktu.

Ketika sedang berdiri di depan kelas pun, kita mesti juga belajar. Banyak hal yang belum

kita ketahui tentang kemampuan siswa. Banyak hal yang dapat kita pelajari dari carasiswa merespons penjelasan kita. Banyak yang dapat kita pelajari dari interaksi kita

dengan para murid. Nah, µlearn along the wayµ menjadi sangat penting bagi kita paraguru.

Inilah anakku penjelasan singkat tentang konstruktivisme. Semoga sahabat kita juga

membaca surat ini. Salam dan doa bapak menyertaimu. Sampai jumpa!