Upload
zakiyya-ulpiyah
View
98
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kjh
Citation preview
Maafkan aku , aku pake word 2010 ukurannya inch , gabisa 4 3 3 3 OTL
1. Sumber Fluor
Fluor ditemukan pada setiap tempat di alam ini. Fluorine merupakan unsur kimia
paling electronegative. Di alam , fluor dapat ditemukan dalam bentuk fluorides. Fluoride
dapat muncul dalam berbagai variasi mineral seperti fluorspar, cryolite, apatite , mica,
hornblende dan sejumlah pegmatites seperti topaz dan tourmaline.
Fluore dalam Makanan dan Minuman :
Daging, sayur mayur, buah-buahan,dan padi-padian hanya mengandung
sedikit fluor. Sumber lain yang juga tinggi kadar fluornya adalah makanan yang
berasal dari laut, terutama pada ikan dengan tulang yang kecilseperti sardin dan
salmon. Kadar fluor dalamikan segar sekitar 1,6 ppm, sedangkan padasardin,
salmon, dan makarel sekitar 7-12 ppm. Daun teh juga mengandung kadar fluor
yangtinggi yaitu 75-100 ppm. Jadi dalam setiap cangkir teh terkandung 0,5-1,5
ppm fluor.
Fluor yang terkandung dalam bahan makanan diatas tidak pula
mempunyai efek dalam mengurangi insiden karies.Hal ini disebabkan karena
apabila makanan mengandungkalsium, magnesium, atau aluminium maka akan
terbentuk ion fluoride komplek dengan daya larut rendah sehingga ion fluoride
akan sukar diabsorpsi.
Fluor juga dapat ditemukan di makanan segar seperti pada table berikut ;
Konsentrasi fluore pada makanan
Makanan Kadar F dalam ppm
Sereal 0.18 – 2.8
Buah jeruk 0.07 – 0.17
Coca Cola 0.07
Kopi instan (bentuk bubuk) 0.2 – 1.6
Ikan tanpa tulang dan kulit 1.0
Susu 0.04 – 0.55
Noncitrus fruits 0.03 – 0.84
Sarden 8.0 – 40.0
Daging udang 0.4
Kulit udang 18.0 – 48.0
TheinstanDaun the
0.1 – 2.00.275 – 110
Sayuran dan umbi-umbian 0.02 – 0.9
Wine 0.0 – 6.3
Fluore dalam air :
Semua air mengandung fluor dengan konsentrasi yang bervanasi. Air laut
mengandung fluor sekitar 0.18-1 .4mg/kg. Kandungan. fluor dalam air yang
didapatkan dari telaga, sungai, atau sumur buatan biasanya sebagian besar jauh
dibawah 0.5mg/kg, meskipun pernah dilaporkan ada yang mengaandung 95mg/kg
yaitu di Republik Tanzania.
Formasi geologi secara umum bukanlah suatu indikator dari konsentrasi
fluoride dalam air tanah. Sudah diamati bahwa, bahkan dalam satu masyarakat
desa, sumur yang berbeda sering menunjukkan isi fluoride sangat beragam,
tampaknya sebagai akibat dari perbedaan dalam kondisi hidrogeologi setempat.
Air tanah bisa menunjukkan variasi fluoride tergantung pada keberadaan fluoride
yang berbeda pada masing-masing kedalaman.
Fluore dalam udara :
Fluor juga didistribusikan secara luas di atmosfir, berasal dari debu-debu
tanah yang mengandung fluor, dan buangan gas industri, dan pembakaran batu
bara, dan dari semburan gas gunung berapi yang aktif Kandungan fluor di udara
dan beberapa pabrik dapat mencapai 1.4 mg F per m3. Kandungan fluor di daerah
non-industri didapatkan antara 0.05-1.90 ug F per m3
Sumber : WHO.1994.Report of a WHO Expert Commite on Oral Health Status and Fluoride
Use.Switzerland
2. Mekanisme fluor pada karies
1. Menghambat metabolisme bakteri
Ketika pH plak turun akibat bakteri yang menghasilkan asam, ion hydrogen
akan berikatan dengan fluor dalam plak membentuk HF yang dapat berdifusi secara
cepat ke dalam sel bakteri kariogenik sedangkan untuk fluor yang terionisasi (F-) tidak
dapat menembus dinding dan membran bakteri.
Di dalam sel bakteri, HF akan terurai menjadi H+ dan F-. H+ akan membuat sel
menjadi asam dan F- akan mengganggu aktivitas enzim bakteri. Contohnya fluor
menghambat enolase (enzim yang dibutuhkan bakteri untuk metabolisme karbohidrat).
Aktivitas metabolism bakteri yang terganggu contohnya glikolisis , menyebabkan sel
bakteri kekurangan asupan energy. Jika hal ini terjadi , maka sel bakteri akan mati.
2. Menghambat demineralisasi
Seperti yang kita ketahui bahan anorganik utama dalam gigi adalah karbonat
hidroksiapatit, dengan formula Ca10-x(Na)x(PO4)6-y(CO3)z(OH)2-u(F)u. Dalam suasana
asam , gigi akan mudah mengalami demineralisasi dimana mineral yang hilang adalah
karbonat, tetapi selama remineralisasi karbonat tidak akan terbentuk kembali
melainkan digantikan oleh mineral yang baru.
Karbonat hidroksiapatit (CAP) lebih larut dalam asam daripada hidroksiapatit
(HAP= Ca10(PO4)6(OH)2) dan fluorapatit (FAP= Ca10(PO4)6F2) dimana ion OH- pada
hidroksiapatit digantikan oleh F- menghasilkan FAP yang sangat resisten terhadap
disolusi asam.
Fluor menghambat demineralisasi dengan menyelubungi kristal CAP lebih
efektif menghambat demineralisasi daripada fluor yang tergabung di dalam kristal
pada email. Pada saat bakteri menghasilkan asam, fluor dalam cairan plak melalui
aplikasi topical akan masuk bersama asam ke bawah permukaan gigi yang kemudian
diadsorpsi lebih kuat ke permukaan Kristal CAP (mineral email) dan menyebabkan
mekanisme proteksi yang poten melawan disolusi asam pada permukaan kristal pada
gigi.
Fluor yang tergabung dalam kristal pada dosis 20-100 ppm, tidak memberikan
pengaruh pada solubilitas terhadap asam. Namun, Fluor yang terkonsentrasi pada
permukaan kristal yang baru selama remineralisasi dapat mengubah solubilitas
terhadap asam.Fluor yang tergabung dalam kristal tidak berperan signifikan dalam
proteksi terhadap karies sehingga perlu diberikan fluor terus-menerus sepanjang hidup.
3. Meningkatkan remineralisasi
Remineralisasi, merupakan penggantian mineral pada daerah-daerah yang
terdemineralisasi sebagian akibat lesi karies pada email atau dentin (termasuk bagian
akar). Ketika saliva mengenai plak dan komponen-komponennya, saliva dapat
menetralisasi asam sehingga menaikkan pH yang akan menghentikan demineralisasi.
Dalam proses ini , saliva bersama kalsium dan fosfat akan menarik komponen yang
hilang ketika demineralisasi kembali menyusun gigi. Permukaan kristal yang
terdemineralisasi yang terletak antara lesi akan bertindak sebagai ‘nukleator’dan
permukaan baru akan terbentuk.
Dalam proses remineralisasi, fluor berperan dalam adsorpsi pada permukaan
kristal menarik ion kalsium diikuti dengan ion fosfat untuk pembentukan mineral baru.
Mineral yang baru terbentuk disebut veneer . Mineral ini tidak mengandung karbonat
dan komposisinya memiliki kemiripan antara HAP dan FAP. FAP mengandung sekitar
30.000 ppm fluor dan memiliki kelarutan terhadap asam yang rendah daripada CAP.
Ini aku copas edit-edit laporan kakak tingkat T.T
Martı´nez-Mier EA. 2011. Fluoride: Its Metabolism, Toxicity, and Role in Dental Health
Herdiyati, Yetty, dkk. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi. Bandung: FKG UNPAD
3. Mekanisme fluorosis …
Haduh aku nggak ngerti T.T
Fluoride dapat mempengaruhi ameloblast selama tahap pembentukan gigi dan
dapat menyebabkan fluorosis atau mottled enamel. Fluorosis gigi hanya terbatas pada
permukaan enamel dan menunjukkan perubahan warna menjadi lebih putih opak atau
kecoklatan dengan atau tanpa disertai pembentukan pit pada permukaan enamel
(McDonald et al., 2011)
Penambahan asupan lebih dari 1 ppm dalam air minum dapat menyebabkan
fluorosis, akan tetapi perubahan dapat juga terjadi bergatung pada banyaknya air yang
dikonsumsi. Hipomaturasi enamel yag terjadi akibat dari konsumsi kadar fluoride yang
tinggi selama masa perkembangan gigi , biasanya antara 2-3 tahun
Menurut Kidd dan Sally (1992) , fluoride dapat mempegaruhi enamel pada ketiga
tahap pembentukannya yakni meliputi tahapan pembentukan matriks enamel ,
mineralisasi dan maturasi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa fluoride
mempengaruhi ameloblast dalam pembentukan enamel pada tahapan yang berbeda-beda
sehigga mengakibatkan tingkat kerusakan enamel yang berbeda pula (Bronckers et al.,
2006)
Dalam pembentukan enamel , di sebuah penelitian menunjukkan bahwa fluoride
secara tidak langsung berikatan dengan protein amelogenin , tetapi fluoride tampak
berikatan dengan kalsium yang terdapat dalam matriks protein. Sampai sekarang ,
mekanisme dibalik pertumbuhan dental fluorosis masih belum jelas. Akhir-akhir ii
diketahui bahwa fluoride menginduksi fosforilasi component ribosom eIF2ɑ yang mana
secara signifikan menurunkan sitesis protein. Ini terjadi selama masa pertumbuhan pada
stage maturasi. (Megan, 2011)
Pada kadar fluoride yang tinggi , kemungkinan fluoride berikatan dengan
amelogenin dan matriks lainnya sehingga dapat menggaggu matriks yang memperatai
pertumbuhan Kristal secara reversible. Fluoride mengakibatkan kerusakan mineralisasi
dan menurunkan kekerasan enamel. Hal ini terjadi akibat fluoride mengubah ukuran
Kristal , jumlah , bentuk atau kualitas dengan ikut terlibat dalam pembentukan Kristal
enamel. Dampak pada morfologi Kristal diketahui dari penelitian terhadap rodent . Pada
gigi insisif tikus , pada Kristal fluorotik yang terpapar 75 ppm fluoride dari air minum
menunjukkan perbedaan pada tingkat skala nano dimana memiliki permukaan yang lebih
kasar secara signifikan dibandingkan Kristal nonfluorotik. Perubahan ini akan meningkat
seiring dengan kadar fluoride yag lebih tinggi dalam air minum hingga skala mikro.
Perubahan ini dimungkinkan terjadi karena keterlibatan fluoride pada fase late-secretory
transitional dari enamel yang terpapar fluoride (Bronckers et al.2006)
Kidd Edwina, Joyston Sally, Bechal. Dasar-dasar karies, penyakit dan penanggulangannya. Sumawinata Narlan, Faruk Safrida, editors. Jakarta: EGC. 1992
Lyaruu DM, Bervoets TJ, Bronckers AL. (2006). Short exposure to high levels of fluoride induces stage-dependent structural changes in ameloblasts and enamel mineralization. Eur J Oral Sci
McDonald RE, Avery D, Stookey GK, Chin JR, Kowolik JO. Dental caries in the child and adolescent. In: McDonald RE, Avery D, Dean J, editors. Dentistry for the child and adolescent. 9th ed. Philadelphia: CV Mosby Co; 2011
Megan.2011. A Potential Mechanism for the Development of Dental Fluorosis.Springer:Tohoku University
4. Lupa LO
a. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui
pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan
perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi
gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian
makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun
di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor,
yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif. Berikut
adalah mekanisme fluor secara sistemik:
1. Absorpsi
Kira-kira 75-90 % dari fluor yang dikonsumsi diserap. Didalam
lambung yang bersifat asam, fluor dikonversi menjadi hidrogen fluorida
(HF) dan hamper 40% dari fluor yang dikonsumsi diserap oleh lambung
dalam bentuk HF. pH asam lambung yang tinggi akan mengurangkan
absorpsi dengan mengurangkan konsentrasi HF. Fluor yang tidak
diabsorpsi dilambung akan diserap oleh usus dan pH tidak mempengaruhi
absorpsinya berbanding di lambung. Kadar kation yang tinggi yang bisa
membentuk kompleks dengan fluor (seperti kalsium,magnesium dan
aluminium) turut menyebabkan menurunnya absorpsi fluor di
gastrointestinal.
2. Distribusi
Setelah diabsorpsi ke dalam darah,fluor didistribusikan keseluruh
tubuh dengan kira-kira hampir 99% fluor berada di daerah yang tinggi
kandungan kalsium seperti tulang dan gigi (dentin dan enamel) dimana ia
tersusun seperti crystal lattice. Fluor bisa meleawti plasenta dan dijumpai
didalam air susu ibu pada kadar yang rendah yaitu sama seperti di dalam
darah. Pada kondisi tertentu,kadar fluor pada plasma juga dapat menjadi
indikasi kepada kadar fluor didalam air minum yang dikonsumsi. USNRC
(1993) mengatakan bahawa “ Air merupakan sumber utama untuk
pengambilan fluor,konsentrasi fluor plasma puasa pada dewasa muda dan
dewasa dalam mikromol per liter secara kasarnya sama dengan
konsenteasi fluor didalam air minum dalam unit miligram per liter”.
3. Ekskresi
Fluor diekskresikan secara primer oleh urin (ICPS,2002). Urinary
fluor clearance meningkat dengan pH urin disebabkan oleh penurunan
konsentrasi HF. Pelbagai faktor seperti diet dan obat-obatan yang bisa
memberi efek kepada pH urin dan ini seterusnya akan memberi efek
terhadap fluoride clearance dan retention
Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
1. Fluoridasi air minum
Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang
dikonsumsi oleh suatu daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat
kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari karies gigi.
Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara
1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat mencegah karies, fluor
juga mempunyai efek samping yang tidak baik yaitu dengan
adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’ pada mottled enamel
gigi-gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik
permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu
banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali.
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air
minum adalah 0,7–1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and Rugg-
gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan
karies 40–50% pada gigi susu.
Gambar 1. Fluoridasi pada air minum publik (Charleshamel, 2008)
2. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik
itu dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan
tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang
berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai
konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan
menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari) (Ami Angela, 2005).
Menurut ADA (American Dental Association) untuk
menghindari konsumsi fluor yang berlebihan maka pemberian
yang terbaik adalah dengan memberikan flour sesuai dengan
konsentrasinya di dalam air:
Usia Anak
Kadar fluor dalam air
Kurang dari
0,3 ppm
Antara 0,3
– 0,6 ppm
Lebih dari
0,6 ppm
Lahir – 6 bln 0 0 0
6 bln – 3 th 0.25 mg 0 0
3 th – 6 th 0.50 mg 0.25 mg 0
6 th – 16 th 1.00 mg 0.50 mg 0
b. Penggunaan Fluor Secara lokal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi
gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak
yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada
enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan
asam. Reaksi kimia :
Ca10(PO4)6(OH)2+F →Ca10(PO4)6(OHF)
menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Remineralisasi adalah proses
perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan mineral anorganik pada
permukaan gigi yang telah kehilangan mineral tersebut. Demineralisasi adalah
proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh
mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai
mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam.
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak
lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara
topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara:
1. Topikal Aplikasi
Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada
enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit,
dan selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur.
Gambar. Topikal Aplikasi Fluor.
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF
yang memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish
fluor.
NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF
merupakan salah satu yg sering digunakan karena dapat disimpan untuk
waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai
gigi serta tidak mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan
penggunaannnya dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk
0,2 gram dengan air destilasi 10 ml.
Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak
kesukaran, misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan
kecenderungannya mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan
sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera
dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih baru.
Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini
diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan air destilasi 10
ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8.
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry , APF
(acidulated phosphate) lebih sering digunakan akhir-akhir ini karena
memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak
menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan
ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan
topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF dalam
bentuk gel sering mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan
jeruk nipis. Konsentrasi APF yang serig digunakan yaitu 1.23 % (12,300
ppm F).
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi
yang mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies. Akan tetapi
pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada umunya
mereka masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian
pasta giginya bisa tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di
pasaran mengandung kira-kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm
pasta gigi pada sikat gigi) (Kidd dan Bechal, 1991).
3. Obat kumur dengan fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies
sebanyak 20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang
berisiko karies tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Berkumur fluor
diindikasikan untuk anak yang berumur diatas enam tahun karena telah
mampu berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang
karies, serta bagi pasien-pasien yang memakai alat ortho.
Ini aku juga copas tambah-tambahin dikit :D
Angela, A. 2005. Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3.
Yanti, S. 2002. Topikal Aplikasi Pada Gigi Permanen Anak. USU e-Repository.C. Marya & V. Dahiya : Fluoride Varnish: A Useful Dental Public Health Tool . The Internet
Journal of Dental Science. 2007 Volume 4 Number 2Herdiyati, Yetty, dkk. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi. Bandung: FKG
UNPAD
5. Syalallalalaaalaaaa
Efek Terhadap Otak
Berdasarkan kepada penemuan reset yang terkini,didapati bahawa fluor(F)
menyebabkan disfungsi neuronal dan cedera pada sinap dengan mekanisme yang
melibatkan produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid. Dalam penelitian yang
berkaitan, Wang et al (2005) telah membuktikan bahawa kerusakan DNA pada otak tikus
dewasa karena didedahkan kepada kadar fluor yang tinggi dan kadar iodin yang rendah.
Penelitian terbaru telah mendedahkan bahawa kadar F yang tinggi didalam air
minum akan menyebabkan depresi abilitas pembelajaran memori( learning-memory)
pada tikus Winstar. Penelitian oleh Lu et al (2000) di China dan Trivedi et al (2007) di
India yang mengkaji mengenai efek kadar fluor yang tinggi didalam air minum terhadap
IQ anak-anak telah menunjukkan hasil yang signifikan yaitu anak-anak yang minum air
yang kadar fluornya tinggi mempunyai IQ yang lebih rendah berbanding anak-anak yang
minum air dengan kandungan fluor yang rendah. Biomekanisme cara kerja dari fluor
yang bia menurunkan IQ masih tidak jelas namun terdapat bukti yang menyatakan
bahawa ini mungkin melibatkan alterasi lipid membran dan menurunnya aktivitas
kholinesterase di otak.
Fluor juga diketahui mempunyai adverse effect terhadap aktivitas kholinesterase
yang terlibat dalam hidrolisis ester choline. Efek toksik ini bisa menyebabkan perubahan
utilisasi acethylcholine,seterusnya memberi efek terhadap transmisi impuls saraf pada
jaringan otak.
Wang S, et al. (2005). Investigation and evaluation on intelligence and growth of children in endemic fluorosis and arsenism areas. Chinese Journal of Endemiology 24:179-182
Lu XH, et al. (2000). Study of the mechanism of neurone apoptosis in rats from the chronic fluorosis. Chinese Journal of Epidemiology 19: 96-98
Trivedi MH, et al. (2007). Effect of high fluoride water on intelligence of school children in India. Fluoride 40(3):178-183.