44
1 SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Suluh MHSA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Majalah Berita & Kebudayaan Madura

Citation preview

Page 1: Suluh MHSA

1SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Page 2: Suluh MHSA

2 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Page 3: Suluh MHSA

3SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

SAPATORIAL

Lengser keprabon yang dialami Soeharto pada tahun 1998 diasumsikan sebagai awal peru-bahan birokrasi. Sebagaimana jamak terjadi,

identitas yang paling lekat tentang birokrasi adalah membuat yang sederhana menjadi lebih rumit dan menyulitkan yang sebenarnya mudah.

Pasca Soeharto, perubahan terjadi meski sesaat terutama ketika istana negara tidak sakral lagi dan pendopo bukan hanya milik penguasa. Seir-ing waktu berjalan, perubahan ini pelan tetapi pasti menjadi masa lalu birokrasi yang tidak reformatif. Sejumlah pihak pada gilirannya membuat kesim-pulan ; reformasi mati suri karena berlalu setengah hati.

Substansi reformasi birokrasi sejatinya men-gubah paradigma lama secara sistemik. Dulu, pejabat merupakan pangreh praja dan direformasi menjadi pejabat yang pamong praja (wibawa). Reformasi ini hanya berlangsung sesaat dan mewa-bah lagi sampai saat ini. Reformasi hanya mengganti pejabat karena pensiun atau tidak pro status quo, bukan mengubah mentalitas birokrasi yang pangreh praja tadi.

Akibatnya, reformasi hanya berlangsung se-olah-olah, seakan ada perubahan. Sebab, secara sistemik tidak berubah. Harapan publik dari yang dipersulit menjadi sederhana hanya tinggal harapan. Karena secara defacto, umumnya pejabat masih sok, minta dilayani (dari yang seharusnya melayani), bermental penjajah dan melayani rakyat tidak sepe-nuh hati. Bahkan belakangan ini, reformasi karena masa jabatan purna juga menjadi dagelan ketika se-rupa pilkades reformasi berlangsung dari suami ke istrinya, atau dari orangtua kepada anaknya.

Memang tidak ada yang salah dengan reformasi sebentuk itu. Tetapi republik ini bukan dinasti dan neg-eri bersistem kaisar. Sebab jika itu yang terjadi maka sebegitu rumitkah mencari pemimpin di jenjangnya masing-masing? Padahal, lebih dari 200 juta penduduk republik ini dan sudah pasti memunculkan SDM yang luar biasa dan lebih bisa meski terhadang terhalang sistem. Akibatnya, reformasi hanya mengganti orang, dari orang yang sama ke orang yang sama untuk yang kedua kalinya, atau orang yang berbeda untuk episode berikutnya. Tetapi pergantian orang ini tidak mengganti prilaku yang menyebabkan reformasi menderita mati suri.

Dulu, Soekarno disebut pemimpin besar karena memiliki ketegasan dalam bertindak. Ia tahu apa yang harus dilakukan untuk kepentingan bangsa dan secara konsekuen melakukannya.

Itulah yang membuat mereka dikatakan sebagai pemimpin yang kuat dan efektif. Ia juag tegas meng-hardik Amerika dengan kata-kata “Go to hell with your aids.” Sedang kini, warga republik seakan-akan merasa-kan atas ketidakhadiran pemimpinnya. Di tengah situasi yang serba tidak menentu, ketika masyarakat sedang saling berseteru, republiken tidak merasakan adanya sikap pemimpin yang mengayomi warganya.

Setelah 12 tahun reformasi berlalu, hasil surver orde reformasi juga tidak begitu baik versi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network. Survei menunjukkan kondisi orde baru masih lebih baik (44,5 persen), dan hanya 16,9 persen masyarakat yang menyatakan kondi-si reformasi saat ini lebih baik. 31,3 persen responden menyatakan reformasi berjalan ke arah yang benar. Mayoritas (46,2 persen) menyatakan reformasi berjalan ke arah yang salah. Setelah orde baru dicap tidak baik saat itu, setelah survey menyimpulkan orde reformasi tidak jauh lebih baik, lalu bahasa apa lagi untuk meng-ganti orde baru ke reformasi tanpa mengganti prilaku secara revolutif, evolutif? Bila orde tak lagi inovatif, jika reformasi tak jua kreatif, inikah negeri karikaturis itu?

REFORMASI

SULUH MHSA edisi mei-juni 2012

PEMBINA MH Said Abdullah, Januar Herwanto,

Moh Rasul Junaidy.

PEMIMPIN REDAKSI Abrari Alzael

SEKRETARIS REDAKSI Zeinul Ubbadi LAY OUTER

Ahmed DavidREPORTER

Busri Thaha, Veros Afif

FOTOGRAFERSaiful Bahri

BIRO-BIROSampang: Mamak,

Pamekasan: Syah Manaf, Sumenep:

Fauzi, Bangkalan: Safi’, Jakarta: Alwi Assegaf Koresponden: Rozaki

(Jogja), Firdhia Lisnawati (Bali)

AE: Deddy PrihantonoPEMASARAN

A. Rusdi Gogo.

ALAMAT REDAKSI Jalan Adirasa 5-7 Sumenep

69417 tel. 0328-674374 faks. 0328-661719. email: [email protected].

web : www.suluhmhsa.com.

cover by david

Surat pembaca

Hingga saat progrma elektronik KTP di Madura masih menemui banyak kendala. Bahkan di Kabupaten

Sumenep, beberapa waktu lalu ditemukan beberapa peral-atan untuk rekam data ternyata barang bekas. Peralatan tersebut rusak dan tidak bisa digunakan. Di Kecamatan Pragaan, 1 komputer tidak berfungsi. Kemudian di Bluto, alat iris mata tidak berfungsi. Sementara di Saronggi, yang rusak adalah finger print yang rusak. Di kecamatan Ganding malah semua alatnya tidak berfungsi sama sekali.

Semua kendala ini menyebabkan target penyelesaian pro-gram elektronik KTP ini terus molor. Bahakan di Pame-

kasan dan Sumenep molor hingga tiga kali. Sejak bulan Ma-ret, April hingga Bulan Mei ini pun belum juga kelar. Padahal menurut informasi yang saya dapat, pemberlakuan Elektron-ik KTP ini akan dimulai sejak awal tahun 2013 mendatang. Artinya, KTP lama sudah dinyatakan tidak berlaku lagi.

Hanya saja, jika terus molor apakah mungkin target pember-lakuan elektronik KTP ini akan tercapai. Saya sebagai rakyat kecil hanya bisa berharap agar persiapan sejak dari pen-gadaan barang peralatan program hingga pelaksanaannya harus betul-betul rapi. Jangan sampai rakyat dibuat bingung dengan program yang bagi masyarakat sendiri sebenarnya manfaat langsungnya tidak terlalu besar.

Novemri H. HamisiWarga Desa Gingging Bluto Sumenep

Peralatan E-KTP Barang Bekas?

Page 4: Suluh MHSA

4 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

SULUH UTAMA

Meski pilkada (pemilihan kepala daerah) di Pame-kasan, Sampang, dan

Bangkalan dijadwal akhir tahun ini atau awal tahun depan, tetapi suhunya sudah mulai terasa. Mas-ing-masing kandidat baik langsung maupun tidak langsung mulai ber-gerilya, mencari simpati, dan hen-dak menanam benih untuk menuai suara di saat pilkada.

Di sisa satu semester menjelang pilkada, yang tersembunyi mulai menampakkan diri. Di Bangkalan misalnya, tiba-tiba muncul nama

Makmun Fuad yang tak lain putera dari Bupati Fuad Amin Imron. Di lain pihak juga muncul Imam Buk-hori yang keduanya masih terikat hubungan famili. Begitu juga di Sampang, muncul dua kandidat yang masih sama-sama berkuasa. Yakni, Noer Tjahja akan meju lagi dan ditandingin wakilnya, Fannan Hasib. Kedua sosok ini saat ini sama-sama memiliki hubungan bi-rokratik sebagai bupati dan wakil bupati.

Sedangkan di Pamekasan, Ach-mad Syafii yang sebelumnya agak

adem-ayem kini tegas menampak-kan diri sebagai sang kandidat. Ia akan menantang incumbent Kho-lilurrahman yang telah mengalah-kan Syafii pada pilkada 2008 lalu. Dibanding dua kabupaten lainnya di Madura (Sampang dan Bang-kalan), Pamekasan dinilai paling “panas”. Ini lantaran “perang” lama terulang kembali, Kholilur-rahman Vs Ahmad Syafii. Jika benar kedua alumni Ponpes Nu-rul Jadid Paiton Probolinggo ini bertanding, skor akhirnya hanya ada dua kemungkinan, 1 – 1, atau 2 – 0.

Udara Politik Mulai MembaraJELANG PILKADA 2012 - 2013

SETARA USIA DINI: Sejumlah anak TK dalam perayaan Hari Kartini 21 April 2012 Pamekasan sebagai bentuk pembelajaran anti patriarkhi.

foto: abrari/sm

Page 5: Suluh MHSA

5SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Pengamat politik Universi-tas Islam Madura Pamekasan Ah-mad Fakih menilai suhu politik di Kota Gerbang Salam mulai meng-hangat. Indikatornya, kata dia, masing-masing pendukung mulai mengunggulkan jagonya masing-masing. Satu pihak menilai jagonya harus menang dan pihak lainnya juga mengharuskan kandidat yang diusungnya juga harus mengalah-kan lawan. “Itulah dinamika politik hari ini, menghangat,” urainya.

Mantan ketua DPD PAN Pame-kasan Husnan Ahmadi juga men-gakui suhu politik di Pamekasan mulai sedikit hangat. Dia mempre-diksi, semakin dekat pilkada suhu-nya terus menghangat sampai pada hari H, 9 Januari 2013 mendatang. Dia tidak menampik dua sosok Kholilurrahman dan Achmad Syafii banyak dibicarakan orang. Husnan menduga karena dua figur terse-but sama-sama punya pengalaman dan memiliki sejarahnya sendiri di Pamekasan. Sebab, katanya, Syafii pernah menjadi bupati Pamekasan dan Kholilurrahman juga sedang menjabat bupati. Tetapi ke mana suara PAN pada akhirnya? “Nanti saja jawabnya,” Husnan berdiplo-masi.

Di Pamekasan, sejumlah baliho memang sudah mulai bertebaran dengan gaya dan caranya masing-masing. Sebagai bupati, poster Kholilurrahman menghiasai wajah kota Pamekasan. Sebagain sang kandidat, baliho bergambar Syafii juga terdapat di sejumlah titik. Di luar poster Syafii-Kholilurrahman, baliho anggota DPRD Jatim asal Pamekasan, Badruttamam juga terdapat di titik strategis. Siapa akhirnya maju sebagai sosok yang benra-benar-benar calon bupati, ini semua menunggu pendaftaran di KPU Pamekasan sekitar Agustus mendatang. (abe)

Jauh sebelum pilkada digelar di tiga kabupaten di Madura, sejumlah jurnalis mendamba pilkada damai. Ini sekaligus menjadi penegas bahwa wartawan hakikatnya juga tidak ingin ada kerusuhan tentang

apapun termasuk soal pilkada. Bahwa kerusuhan pada akhirnya terjadi meski tak diinginkan, wartawan mengabadikannya sebagai pembelajaran dalam bentuk reportase.

Soal pilkada damai versi wartawan ini dikukuhkan di Sampang. Musya-warah Perwakilan II Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sampang, mengusung tema pilkada damai, jujur, adil dan aman. Keempat hal itu dirindukan wartawan dan masyarakat pada umumnya. Damai, jujur, adil, dan aman mencerminkan toleransi perbedaan pilihan baik dalam politik maupun di luar politik. Tema ini dipilih wartawan yang tergabung dalam PWI karena dinilai sesuai kondisi Madura saat ini. Sebab, sesuai jadwal, di Madura akan berlangsung tiga pilkada. Dua pilkada yang bersamaan digelar di Bangkalan dan Sampang dan awal tahun 2013 pilkada dihelat di Pamekasan.

Ketua panitia musyawarah perwakilan PWI Sampang Nur Kholis mengaku sengaja memilih tema itu karena wartawan juga bagian dari masyarakat. Apalagi, media menjadi partner pelaksanaan pilkada yang juag berkwa-jiban menciptakan suasana aman dan damai melalui berita yang ditulis-nya. Selain itu, profesi wartawan memiliki peran penting dalam berupaya menyukseskan pelaksanaan pilkada dan acara lainnya. “Kami juga ingin menyukseskan pilkada tanpa kekerasan,” katanya kepada pekerja media di di aula PKN Sampang (22/5).

Itu juga yang disampaikan ketua PWI Sampang terpilih, Nora yang meraih suara terbanyak mengungguli pesaingnya, Ach Bahri. Baik dalam momen-tum pilkada atau di luar pilkada, ketua PWI ini merasa profesi wartawan merupakan profesi yang memegang peran penting dalam proses demok-ratisasi. “Oleh sebab itu, peningkatan profesionalisme mutlak diperlukan,” Nora berpidato.

Begitu juga di Pamekasan, Ketua AJP (aliansi Jurnalis Pamekasan) Akhmad Fauzi merasa kemananan dan kedamaian dirindukan siapa saja. Bahwa di Pamekasan situasi politik mulai hangat, ia sadari hal itu bagian dari demokrasi. Tetapi kehangatan di Pamekasan masih berlangsung nor-mal karena di sisi kehangatan ada kedamaian.

Fauzi tidak menampik setiap warga tidak satu pilihan untuk menentukan pemimpin di pemkab Pamekasan. Karena itu, perbedaan yang terjadi tidak untuk dibeda-bedakan. Tidak menutup kemungkinan, antarpribadi warta-wan juga memiliki ketidaksamaan pilihan. Tetapi sebagai wartawan, dia yakin siapa pun berada pada orbit yang mengariskan netralitas. “Tanpa kekerasan, kedamaian situasi lebih terasa sejuknya,” katanya. (muk/bet).

Pemburu BeritaRindu Kedamaian Juga

Page 6: Suluh MHSA

6 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Salah satu tanda pilkada akan digelar di Madura, antara lain lantaran genderang sudah mu-

lai di tabuh. Mula-mula, genderang pilkada ditabuh di Sampang, di depan Monumen Sampang. Ratusan pejabat mulai daritingkat pusat dan daerah, hadir di sini. Mereka berikrar bersama bahwa tahapan pilkada

Sampang sudah dimulai dan puncak pilkada digelar tanggal 12 Desember 2012. Tetapi, pilkada bisa berubah jika pada tanggal yang ditentukan terjadi badai besar yang tidak me-mungkinkan pilkada digelar.

Dalam catatan sejarah, Sampang memiliki fenomena yang lain diband-

ing kabupaten lainnya di Madura. Setidaknya, hal itu yang dirasakan ang-gota KPU Pusat, Arief Budiman. Dia menyampaikan, dalam pemilukada, KPU bukanlah satu-satunya faktor dalam sukses tidaknya penyelengga-raan pemilukada. Tetapi, KPU hanya menjadi salah satu aktor utama dalam pelaksanaan pemilukada. Setidakn-ya, Arief menyebut tiga aktor utama dalam pelaksanaan pemilukada. Yakni, penyelenggara (KPU), pemerintahan dan peserta pemilukada (calon).

Mantan anggota KPUD Jatim ini juga menghendaki semua proses pemilukada Sampang masa lalu tidak terulang kembali. Dulu, kenangnya, pemilukada Sampang sempat di-

SULUH UTAMA

Genderang Pilkada Mulai ditabuh

Larung Sesaja: Sejumlah perahu sedang mengikuti ritual larung sesaji dalam rangka mensyukuri anugerah Tuhan lewat laut yang begitu luas dan melimpah.

Page 7: Suluh MHSA

7SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

tunda beberapa kali karena yang mendaftar hanya satu pasangan calon. Kali ini, dia inginkan Sampang menjadi titik balik inspirasi positif dalam proses pemerintahan dan pemilu pada umumnya. “Tahun ini, kami yakin Sampang lebih dewasa,” katanya memebri semangat.

Di akhir launching pemilukada ditandatangani MoU Pemilukada Sampang yang melibatkan Ketua KPUD Sampang dan Kapolres Sam-pang. Setelah itu, dialkukan pemo-tongan pita balon sebagai tanda dimulainya tahapan pemilukada oleh Bupati Noer Tjahja. Menjadi saksi atas launching pemilukada ini antara lain jajaran KPU Pusat, KPUD Jatim dan KPUD Sampang . Bahkan, kem-bang api yang diluncurkan ke ang-kasa juga menyaksikan genderang perang pilkada Sampang yang di-gelar di angka yang serba 12.

Launching pemilukada juga terja-

di di Pamekasan. Tanggal 9 Mei lalu, KPUD Pamekasan launching Pemili-han Kepala Daerah (pilkada) Bupati & Wakil Bupati Pamekasan 2013. Di launching ini, Ketua KPUD Pame-kasan HM Ramli mmenyampaikan sosialisasi dan tahapan pemilukada Pamekasan. Puncaknya, pemilukada digelar pada 9 Januari 2013. Sebagai penyelenggara, Ramli ingin pemilu-kada Pamekasan berlangsung damai, siapapun yang akan keluar sebagai pemenang. “Sesuai tahapan, awal tahun depan (9 Januari 2013, Red.) pilkada baru bisa digelar,” Ramli me-negaskan.

Diberi kesempatan sambutan, Bupati Pamekasan Kholilurrahman mengatakan pemerintah yang diben-tuk melalui pemilu akan memiliki legitimasi yang kuat. Pemilu dia nilai sebagai pranata penting dalam tiap negara demokrasi. Ini berfungsi un-tuk memenuhi tiga prinsip pokok demokrasi ; kedaulatan rakyat, legiti-

masi pemerintahan dan pergantian pemerintahan secara teratur.

Khusus pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, Kholilur-rahman katakan tujuannya meliputi implementasi demokrasi Pancasila melalui pemenuhan prinsip hak asasi dan kedaulatan rakyat. Selain itu, mencari pemimpin daerah terbaik yang memiliki integritas, kredibili-tas, kapabilitas dan loyalitas akan kemauan dan keinginan rakyatnya. “Pilkada juga untuk mewujudkan pemerintahan yang baik,” katanya.

Menjadi saksi dalam launch-ing pilkada Pamekasan ini antara lain, jajaran forum pimpinan daerah (forpimda), ketua pengadilan negeri, pimpinan DPRD beserta anggota, KPUD Propinsi Jatim, KPUD Pame-kasan, Sumenep, Sampang, Bangka-lan, Malang dan Kota Surabaya, serta pimpinan partai politik serta para pimpinan SKPD. (tim)

Meski sebagian politisi masuk gelanggang politik, ada juga politisi lainnya yang men-gaku sedang “berpuasa” politik. Mungkin

saat ini belum waktunya karena pilkada Pamekasan masih dihelat awal tahun depan atau setidaknya masih ada waktu satu semester lagi. Meski pada ta-hun 2008 masuk gelanggang dan menjadi calon wakil bupati Achmad Syafii, namun kali ini Sahibudin un-tuk sementara tidak bersedia komentar politik terlalu jauh.

Alasan Rektor Universitas Islam Madura Pame-kasan ini, masuk ke pusaran politik dalam waktu yang begitu jauh terasa berada di ruangan yang tak teridentifikasi. Untuk sementara waktu, lelaki yang akrab disapa Soheb ini merasa lebih baik uzlah. “Untuk sementara saya jalan di tempat dulu,” katanya.

Mantan aktivis Ansor Pamekasan ini percaya setiap manusia akan berpolitik termasuk dirinya. Itu dianggapnya sesuai dengan

Memilih di Luar Gelanggang tradisi ilmiah akademik. Dalam tradisi kampus, manusia tetap sebagai zoon politicon sebagaima-na digariskan Plato dalam bukunya, Republica.

Karena itu, Soheb juga menyadari adanya kenaikan suhu politik hari demi hari menuju pilkada. Naiknya suhu politik menurutnya pal-ing nampak ditandai dengan naiknya baliho bergambar kandidat. Hal itu diakuinya terjadi khususnya di Sampang dan Pamekasan. Padahal secara politik, pemasang baliho tidak serta-mer-ta mendukung nama kandidat pada gambar yang dikibarkannya.

Berdasar pengalaman nyalon wakil bupati Pamekasan tahun 2008 lalu, Soheb menemukan

pendukung yang setia, ada juag yang ikhlas, dan ada pula yang pamrih. Dalam konstalasi politik kontemporer, dia masih yakin situasi politik belum berubah. “Faktanya masih seperti itu dan siapa saja perlu belajar dari masa lalu,” ungkapnya. (abe)

Page 8: Suluh MHSA

8 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

SULUH UTAMA

Banyak yang mengatakan, politik mengalami peruba-han per sepersekian detik. Di

dalam politik juga seringkali dike-nal tak ada teman sejati dan tak ada lawan abadi. Bagaimana pula den-gan dukung-mendung partai politik menjelang pilkada Pamekasan. Beri-kut wawancara dengan fungsionaris PDI Perjuangan Pamekasan, H Abd Syukur.

Pamekasan tak lama lagi pilkada, bagaimana Anda menyikapi?

Pilkada itu barang lama, namun tak basi dalam banyak diskusi. Se-lalu menarik didialogkan karena perkembangannya sangat cepat. Pilkada sejatinya bukan hanya me-milih kepala daerah tetapi lebih penting dari itu adalah penataan masa depan yang lebih baik, siapa-pun kepala daerahnya.

Tetapi di Pamekasan berbeda ka-rena dikabarkan akan memilih mantan dan incumbent?

Wacananya begitu meski belum de jure. Secara de facto memang ra-mai. Di arus bawah, muncul dua nama kandidat, Pak Kholil (Kholi-lurrahman) dan Pak Syafii (Achmad Syafii). Tetapi keduanya belum ter-daftar sebagai calon kepala daerah 2013 di KPU. Bagi saya kedua tokoh tersebut sama-sama punya pengala-man. Pak Kholil bupati saat ini dan Pak Syafii bupati di era lalu. Bupati masa depan akan ditentukan 9 Jan-uari 2013. Masyarakat yang akan menentukan. Tidak menutup ke-mungkinan akan muncul kandidat yang lain di luar kedua tokoh yang ramai dibicarakan.

Mengapa bisa begitu?

Lha saya kan saya sudah bilang ini ranah politik yang selalu berlalu seperti angin. Serupa udara, politik

Politik Sering Bergantung Pada Angin

ABD. SYUKUR

Page 9: Suluh MHSA

9SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

dinamis dan senantiasa bergerak. Ada hal penting dalam politik yang idealnya harus dipahami siapa saja sebagai bentuk kearifan politik.

Apa itu?

Perbedaan. Demokrasi itu kan mengguratkan ketidaksamaan dan keserupaan. Misalnya, dalam hal pemilihan kepala daerah, boleh jadi pilihan saya dengan Anda serupa, atau berbeda sama sekali. Tetapi pasca pilkada, ayo kembali ke ru-mah bersama. Dalam kontek Pame-kasan, mestinya kembali kepada kesatuan Gerbang Salam. Rumah besar kita kan Pamekasan. Bahwa di dalam rumah besar ini ada yang berbeda, saya kira itu sunnatullah dan kita semua berkewajiban untuk memelihara rumah besar itu.

Tetapi kan sulit dalam era politik kekinian?

Karena kita terkondisikan begitu, berkubu-kubu. Tetapi kata orang Jawa, begitu ya begitu ya tapi jan-gan begitu. Menurut saya ada yang salah dalam konstruk pemikiran sebagian kecil masyarakat. Bahwa ada yang mendukung X, bukan be-rarti ia tidak menyukai Y. Tetapi politik kan soal pilihan, harus me-milih salah satu. Sebab memilih dua-duanya antara X dan Y di bilik suara atau tidak memilih kedua-du-anya, KPU akan memutuskan surat suara itu tidak sah. Karena itu tadi, politik harus memilih.

Nah, PDI Perjuangan memilih kandidat yang mana?

Ha ha ha...pertanyaan yang cerdas. PDI Perjuangan pasti memiliki pili-han. PDI Perjuangan juga harus me-milih untuk mengatakan atau tidak menjelaskan. Mengatakan pilihan itu juga harus dipilih, kepada sia-pa pilihan itu harus disampaikan.

Waktunya pun harus dipilih juga, kapan harus menjelaskan. Begitu pula tempatnya, di mana pilihan itu harus disampaikan.

Kok jadi ribet ne?

He he he..... kembali ke awal, poli-tik itu kadang-kadang bahkan ser-ingkali seperti angin. Ada angin muson, timur, barat, bahkan barat laut. Kalau saya tanya kepada Anda, siapa yang Anda dukung dalam pilkada Pamekasan, Anda juga pasti memilih sebagaimana saya jelaskan tadi yang menurut Anda ribet itu. Tetapi saya menyadari Anda punya pilihan. Bahwa pada akhirnya di-katakan atau tidak disampaikan, saya harus menghormati Anda. Saya juga akan memaknai bahwa seandainya Anda memilih X, bukan

bupati dari kelompok tertentu ka-rena sebelumnya mendukung atau tidak mendukung. Saya kira juga wajar bila ada yang puas pada satu sisi atau kecewa pada sisi yang lain. Bupati manusia juga pasti memi-liki keterbatasan di tengah masa jabatan yang terbatas pula. Saya yakin siapapun bupati Pamekasan nanti, sudah pasti nawaitunya akan berbuat yang lebih baik karena bu-pati juga tinggal di rumah besar bernama Pamekasan ini.

Harapan Anda?

Pilkada hanya satu hal. Saya tidak ingin yang satu hal ini justru meng-aburkan hal lain yang lebih pent-ing, soal kebangsaan dan gotong-royong. Saya berharap siapa pun bupatinya, pembangunan terus

berarti Anda tidak menyukai Y. Sep-erti cinta, politik harus memilih.

Apa yang harus dilakukan bupati masa depan?

Kan sudah ada tugas-tugas kepala daerah sesuai aturan formal perun-dang-undangan. Yang diinginkan masyarakat, siapapun bupatinya adalah Bupati Pamekasan, bukan

meingkat, berkualitas, berguna, dan memberi manfaat. Ada empat PR yang selalu tidak tuntas dalam setiap reformasi. Yakni, soal pendid-ikan, kesehatan, penguatan sosial-ekonomi kerakyatan dan layanan publik disamping hal penting lain-nya. Namun bila empat hal itu di-laksanakan dengan baik, insyaallah masyarakat tidak gelisah dan refor-masi dirasa ada manfaatnya. (abe)

Page 10: Suluh MHSA

10 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

SULUH KHUSUS

dan pihak lain percaya tidak begitu kejadiannya. Tetapi versi Noer Tjahja, isu tersebut tidak benar dan sengaja diembuskan orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk menurunk-an popularitasnya menjelang pilkada.

Sebagaimana diberitakan, suatu ketika Noer sedang berada di salah satu hotel di Surabaya. Di area hotel itulah, Noer diisukan men-gonsumsi narkoba dan ditangkap badan narkotika. Adanya isu ini, ditanggapi Bupati Sampang Noer Tjahja. Kepada wartawan, Noer me-minta media berhati-hati menulis isu yang menerpa dirinya. Jika sam-pai mencemarkan nama baiknya,

Noer mengancam akan melaporkan ke aparat yang berwajib dengan tuduhan pencemaran nama baik. Dia juga mengancam akan meny-eret penyebar isu tak sedap itu jika diketahui pelakunya.

Noer menduga penyebaran isu dirinya ditangkap karena nyabu di-lakukan oleh lawan politiknya untuk mencemarkan nama baiknya menjel-ang pilkada. Padahal, fitnah itu jadi pupuk yang justru akan semakin membesarkan namanya. Dia men-jelaskan, Senin, 7 Mei 2012 dirinya ke Jakarta untuk suatu keperluan. Kemudian Selasa siang, 8 Mei 2012, dirinya mengadakan rapat dengan

Isu Nyabu, Fakta atau Fiksi?

foto: david/sm

Pilkada Sampang memang masih akan digelar pada tang-gal 12 Desember 2012 menda-

tang. Tetapi, isu-isu yang bisa mem-buat oponi publik mengarah ke salah satu kandidat mulai dimainkan. Baik ini menguntungkan salah satunya, atau merugikan salah satunya. Ini juga yang mulai sayup-sayup terden-gar di Sampang.

Misalnya, pertengahan Mei lalu Bupati Sampang Noer Tjahja diter-pa isu tak sedap. Itu lantaran sosok nomor satu di pemkab Sampang ini diisukan nyabu dan tertangkap pula. Berita ini bersayap dua. Satu pihak yakin memang begitu kejadiannya

Page 11: Suluh MHSA

11SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

salah satu perbankan di Surabaya. Karena vitu, ia merasa tidak mel-akukan seperti diisukan orang yang tidak bertanggungjawab, dan dirinya baik-baik saja bahkan bermain tenis. “Itu (isu) sangat politis menjelang pilkada,” katanya kepada sejumlah wartawan.

Atas berita yang merugikan di-rinya, bupati yang juga ketua PKB Sampang tersebut berencana men-gadukan media yang telah memberi-takannya ditangkap karena nyabu.

Itu dilakukan untuk memen-uhi hak publik yang telah dice-markan namanya melalui media massa. Apalagi, media massa yang memberitakan dugaan Noer nyabu tersebut tidak sesuai fakta dan cenderung mengada-ada. Sebagai penegakan kebenaran, pihaknya telah menyiapkan laporan kepada dewan pers di Jakarta.

Sementara itu, menyikapi isu bu-pati nyabu, PMII Sampang melaku-kan aksi dengan mendatangi kantor badan kesatuan bangsa dan politik (bakesbangpol). Mereka datang den-gan sejumlah pernyataan sikap atas adanya isu tersebut. Pertama, PMII meminta bupati melakukan sumpah

pocong. Ini sesuai dengan “hukum adat” Sampang untuk meyakinkan masyarakat bahwa seseorang tidak melakukan sesuatu yang telah diisu-kan selama ini.

Kedua, PMII meminta pihak terkait melakukan tes urine kepada bupati Sampang dan pejabat publik lainnya yang diduga nyabu bersama. Tes urine diperlukan untuk meyakin-kan publik bahwa secara medis sese-orang tidak mengonsumsi narkoba.

Sepanjang hal tersebut tidak di-lakukan, PMII yakin masyarakat terb-elah antara yakin dan ragu bahwa bu-patinya nyabu. Namun dengan sumpah pocong dan tes urine, masyarakat akan mendapatkan kepastian. “Kami (PMII) ingin kejelasan baik dari sisi adat mau-pun dalam kerangka imiah (tentang dugaan bupati nyabu),” terang Junai-di, salah satu fungsionaris PMII Sam-pang. (tim)

Menjelang pilkada di Madura (Pamekasan, Sam-pang dan Bangkalan) suhu politik meningkat. Setidaknya, komunikasi politik antarpihak men-

galami kenaikan persentase. Begitu juga mobilitas politisi semakin lesat. Meski bukan semata-mata untuk kepentin-gan pilkada, tetapi publik awam menilai gerakan politisi se-lalu berkait dengan pilkada.

Itu yang antara lain dirasakan wakil ketua KIP (Komisi Informasi Publik) Jatim Imadoeddin. Mantan ketua KPU Pamekasan ini belum lama ini pulang kampung dan men-gaku merasa ada suhu yang naik sepanjang perjalanan mu-lai dari Bangkalan, Sampang dan Pamekasan. Imad merasa hal itu lumrah karena setiap calon memiliki pendukung.

Dalam amatannya, Pamekasan dan Sampang pal-ing hangat dibanding Bangkalan. Itupun Imad nilai wajar. Hangat di Pamekasan karena yang mewacana dua nama antara Kholilurrahman dan Achmad Syafii. Perlu diingat, Achmad Syafii pernah menjadi Bupati Pamekasan 2003 –

2008. Pada tahun 2008 Syafii mencalonkan lagi untuk bupati 2009 – 2013. Sedangkan Kholilurrah-man, mantan aktivis ini menilai punya sejarahnya sendiri. Tahun 2009 Kholil mencalonkan sebagai bu-pati dan perolehan suara-nya mengungguli Syafii.

Sementara di Sam-pang, Noer Tjahja yang saat ini sebagai bupati diprediksi akan bersaing dengan Ra Fannan yang kini juga menjadi wakil bupati Sampang. Dua nama yang masih aktif sebagai pejabat ini dinilai paling sering disebut di Sampang dan seolah-olah hangat. Sedan-gkan di Bangkalan, Fuad Amin tidak bisa mencalon-kan lagi karena sudah dua periode. Kandidat bupati di Bangkalan dipastikan orang baru. “Suasana hangat boleh tetapi kepala tetap dingin kan?,” ia tersenyum. (abe)

Ada Eskalasi Suhu Politik

Page 12: Suluh MHSA

12 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

OPINI

Berbicara kemiskinan memang menarik, karena kemiskinan merupakan penyakit kronis yang

bisa menyerang semua negara di du-nia, sekalipun negara maju seperti Amerika serikat.

Isu kemiskinan sudah menjadi tren dan popular di negara kita seba-gai alat legitimasi kepentingan politik. Isu kemiskinan begitu santernya pada waktu kampanye pemilu yang mam-pu menghipnotis jutaan rakyat miskin Indonesia dengan kata “penurunan kemiskinian, penurunan kemiskinan, dan penurunan kemiskinan” itulah yang mereka janjikan. Pada kenyat-aanya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa fakta di lapan-gan masih banyak daerah yang me-miliki kantong-kantong kemiskinan. Pada tahun 2011 jumlah masyarakat miskin 29,89 juta jiwa, sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu meningkat tiap tahun. Pertan-yaannya kemudian, untuk siapa per-tumbuhan ekonomi tersebut?

Jumlah penduduk miskin di In-donesia menurun dari tahun ke ta-hun, yang semula meningkat seba-gai dampak dari krisis ekonomi pada tahun 1998 sebesar 24,23% berada di bawah garis kemiskinan nasional turun menjadi 12,49% pada 2011. Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut menunjukkan adanya trend

positif, karena adanya usaha dan ker-ja sama seluruh stakeholders dan ke-berpihakan pada masyarakat miskin dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia.

Namun “kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)” Oktober 2005 menunjukan angka kemiskinan men-ingkat dari 35,10 juta jiwa (2005) menjadi 39,30 juta jiwa penduduk miskin pada tahun 2006 (data BPS). Kenaikan harga BBM ini dipengaruhi harga minyak dunia yang melonjak dari 25 dollar per barel menjadi 60 dollar perbarel akibat konflik timur tengah dan perang pada periode tersebut. Seperti kita alami tingginya harga minyak dunia ini membawa implikasi dikeluarkannya kebijakan penyesuaian BBM di dalam negeri dan pengurangan subsidi pemerintah untuk harga BBM.

Beban rakyat terus meningkat ak-ibat kenaikan harga-harga kebutuhan pokok akibat dari kenaikan BBM sela-ma periode tersebut yang digambar-kan oleh inflasi umum sebesar 17,95 persen. Keadaan inflasi yang mening-kat meresahkan banyak kalangan me-nengah kebawah, karena merekalah yang paling merasakan dampak in-flasi. Akibat dari kenaikan inflasi ini, jumlah penduduk miskin bertambah dan dibeberapa daerah rakyat men-derita kekurangan gizi atau busung

lapar. Serhingga Penduduk yang ter-golong tidak miskin namun penghasi-lannya berada disekitar garis kemiski-nan, banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.

Di sisi lain pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pasca krisis ekonomi pertum-buhan ekonomi mencapai 0,79 (1999) menjadi 6,5 persen (2011). Hal ini se-cara tidak langsung menggambarkan keadaan perubahan ekonomi yang lebih baek. Namun kenyataan yang memiriskan hati, kantong-kantong kemiskinan masih ada di bebera-pa daerah seperti Aceh, NTB, NTT,

Paradok Pertumbuhan Ekonomi Republik

Page 13: Suluh MHSA

13SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Maluku, Gorontalo, Papua Barat dan Papua. Menurut data BPS pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin Aceh 894.810 ribu, NTB 894.770 ribu, NTT 1.012.900 ribu, Papua barat 249.840 ribu, Gorontalo 198.270 ribu, Papua 944.79 ribu dan Maluku 360.320 ribu.

Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat ini, diikuti ketimpangan masyarakat yang cenderung menin-gkat. Hal ini menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dimiliki oleh kelompok yang menguasai faktor-faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi hanya mem-berikan manfaat bagi orang kaya

tidak terhadap orang miskin. Ber-dasarkan data Badan Pusat Statistik gini rasio pada 2010 sebesar 0,331 atau turun dari tahun sebelumnya sebesar 0,357. Namungini rasio (pen-gukuran ketimpangan) hanya ter-jadi diperkotaan dari 0,362 menjadi 0,352. Sedangkan di pedesaan men-ingkat menjadi 0,297 dari 0,288.

Sungguh ironis, dengan pertum-buhan ekonomi yang terus mening-kat, namun kemiskinan masih cukup tinggi dan ketimpangan cenderung meningkat. Kondisi seperti ini meng-gambarkan ketidakseriusan pemerin-tah dalam pengentasan kemiskinan. Pemerintah masih perlu bekerja keras dalam pengentasan kemiskinan den-gan berbagai strategi kebijakan pub-lik. Tentunya dalam kebijakan pen-gentasan kemiskinan ini dibutuhkan partisipasi masyarakat yang cukup besar, sehingga pertumbuhan ekono-mi yang tinggi bisa dinikmati oleh se-mua lapisan masyarakatr indonesia.

Pertumbuhan ekonomi harus me-nawarkan pendekatan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang bersifat rehabilitasi sosial, seperti: mencipta-kan lapangan pekerjaan ditiap-tiap daerah, memberikan ketrampilan ke-pada masyarakat pengangguran serta menyediakan fasilitas, seperti sara-na, modal, teknologi, informasi dan penyuluhan yang disesuaikan den-

gan potensi daerah dan kebutuhan masyarakat setempat. Agar pendeka-tan pertumbuhan ekonomi bekelan-jutan tercapai, harus ada sinergi dan adanya kerjasama antara pemerin-tah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh masyarakat.

Peranan modal dan teknologi tidaklah cukup dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, tapi kuali-tas sumber daya manusia (human de-velopment) juga memegang peranan yang penting. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena ren-dahnya pendidikan, ketika pendidikan rendah akan menyebabkan produk-tivitas manusianya rendah, yang pada akhirnya mendapatkan upah yang rendah. Jika upah rendah, maka tabun-gan masyarakat juga rendah sehingga masyarakat masih terbelakang (dalam keadaan miskin).

Kita sebagai bangsa Indonesia tidaklah pantas untuk berbangga diri terhadap negara lain. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi kemiskinan masih tinggi adalah menggambarkan kegagalan pemerintah. Inilah yang disebut dengan paradok pertumbu-han ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, pengentasan kemiskinan perlu adanya kerjasama dan tangguang jawab yang lebih di tingkatkan antar stake holder sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai. =

Peneliti di Inspect JogjakartaOleh : Istianah Asas M.Ec.Dev

Page 14: Suluh MHSA

14 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

OPINI

Ada kecendrungan massif dima-na budaya belajar peserta didik mengalami penurunan diband-

ing kegiatan belajar mengajar be-berapa tahun lalu. Ini terjadi diduga karena adanya digitalisasi sarana pe-nunjang sekolah yang mengakibatkan peserta didik memiliki kecendrungan instan. Ini misalnya peserta didik ingin belajar sebentar tetapi ingin menda-patkan pengetahuan seluas-luasnya.

Pola pikir ini sinergis dengan ko-smopolitanisme hidup dimana gen-erasi bangsa memiliki kecendrungan untuk menjalani rutinitas secara hedonis dan kapitalistik. Ini jelas berdampak kepada kegiatan belajar mengajar dimana peserta didik men-erapkan prinsip ekonomi, modal kecil hasil besar yang diadaptasi menjadi belajar sebentar hasil besar.

Di luar itu, peserta didik dihadap-kan kepada banyak bidang studi yang bisa dibagi menjadi dua, eksakta dan non eksakta. Dalam kehidupan mod-ern, pelajaran eksak difavoritkan ka-rena out putnya diyakini lebih mudah meloloskan lulusannya ke bursa kerja. Padahal faktanya, tidak selalu seperti itu. Selain itu, ada kecendrungan pe-serta didik untuk (lebih) belajar non eksakta. Ini pun dipilah-pilah kepada materi yang diunaskan. Bidang studi non eksakta yang tidak diunaskan, justru agak luput dari perhatian pe-serta didik dan seolah-olah dianggap tidak menarik karena tidak diunaskan.

Pola pikir parsial inilah yang men-untut SDM pembelajaran seperti guru untuk berinovasi, termasuk guru

pengampu bidang studi keterampi-lan. Sebab, bidang studi keterampilan berbeda cara menyajikannya dengan mata pelajaran lainnya. Sesuai den-gan nama, keterampilan seseorang dituntut tidak hanya pada wilayah teroritis tetapi pada aspek praktik keterampilan diutamakan. Survey menunjukkan, inovasi berbais lokali-tas tidak saja mendidik anak untuk in-ovatif tetapi hal ini menjunjung tinggi harkat kebudayaan lokal-tradisional.

Itulah sebabnya, teori dan praktek sangat mudah dan menjadikan gen-erasi bangsa tidak hanya bermimpi. Apalagi, perpaduan antara teori dan praktek ini yang dapat membuat gen-erasi bangsa lebih berminat belajar keterampilan karena di tingkatan lokal semua yang dieprlukan sudah terseda dan tinggal pengembangan-nya. Tetapi, berminat saja tidak cukup sebelum akhirnya peserta didik men-gaplikasikan daya minatnya ke dalam dunia nyata yang terus membuat pe-serta didik mengerti keterampilan. Di dalam pembelajaran, menegrti saja tidak cukup sebelum akhirnya bisa mengaplikasikannya.

The Liang Gie (1994:28), minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam pendidi-kan. Penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para peserta did-ik karena kekurangan minat belajar. Secara lebih terinci arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan pendidikan adalah minat memun-culkan perhatian, minat memudah-

kan terciptanya konsentrasi, minat mencegah gangguan perhatian dari luar, minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, dan minat memperkecil kebosanan studi. Pada saat generasi bangsa tidak ber-minat terhadap apapun termasuk inovasi, kreasi bahkan yang berbasis lokalitas pun, pasti ada yang tidak ny-ambung dalam melakukan doktrinasi dalam pembelajaran.

Sementra fakta di lapangan, saat pembelajaran berlangsung, peserta didik kurang bergairah dalam mengi-kuti materi ajar. Hanya sebagian kecil saja peserta didik yang bisa mema-hami dan mengerjakan tugas dengan penuh semangat. Sebagian besar pe-

Lokalitas, Budaya Tanding dan Inovasi-Kreatif

Page 15: Suluh MHSA

15SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

serta didik lainnya mengerjakan tu-gas yang diberikan dengan perasaan terpaksa.

Hal ini menyebabkan tugas yang diberikan hasilnya kurang memuas-kan sehingga terkesan asal jadi. Jika mereka ditanya apa alasannya tidak memperhatikan KBM (kegiatan be-lajar-mengajar) keterampilan, dije-laskan tidak mempunyai bakat, ba-hasa lain dari tidak berminat. Dengan kondisi seperti ini, guru perlu mencari upaya bagaimana menumbuhkan mi-nat belajar peserta didik terutama dalam pembelajaran keterampilan atau inovasi.

Minat belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam

proses belajar. Sayangnya, minat be-lum membudaya sebagaimana belum membudayanya inovasi-kreatif di re-publik ini. Akibatnya, generasi bangsa hedonis, ingin cepat saji, konsumeris-tik dan pragmatis. Dalam kaitan den-gan minat ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-fak-tor tersebut bersumber pada dirinya dan luar dirinya atau lingkungannya, antara lain faktor dalam diri siswa.

Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal ini biasa dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelaja-ran dengan berita-berita yang sensa-sional, yang sudah diketahui peserta didik. Harry Kitson (dalam The Liang gie 1995:130) mengemukakan bahwa ada dua kaidah tentang minat (the laws of interest).

Seorang anak misalnya, berke-inginan untuk dapat pintar naik se-peda (keterampilan), maka dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk belajar naik sepeda. Walaupun anak tersebut telah beberapa kali terjatuh dari sepedanya, akan tetapi mereka tetap berusaha dan mencari jalan bagaimana cara untuk dapat naik se-peda dengan lancar.

Dalam hubungannya dengan keg-iatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa minat, tujuan belajar tidak akan tercapai. Meski demikian, minat belajar tinggi dari peserta didik saja tidak cukup jika tidak diimbangi dengan inovasi dan kompetensi guru. Sebab, guru memi-liki peranan penting dalam pembela-

jaran karena guru merupakan aktor utama di ruang belajar mengajar.

Usaha mengembangkan manusia berkualitas yang siap menghadapi berbagai tantangan hidup dimulai sedini mungkin melalui pendidikan. Kegiatan pendidikan diberikan antara lain melalui sejumlah mata pelajaran yang dimaksudkan untuk memberi-kan pengalaman belajar yang ber-makna dan bervariasi bagi peserta didik. Tidak semua lulusan SMP mel-anjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, sebagian diantaranya harus memasuki dunia kerja.

Oleh sebab itu mata pelajaran keterampilan perlu diberikan pada peserta didik di tingkat SMP. Mata pelajaran Keterampilan diarahkan agar peserta didik dapat mengem-bangkan kecakapan hidup (life skills) yang meliputi keterampilan personal, sosial, pra-vokasional, dan akademik. Penekanan jenis keterampilan yang dipilih oleh satuan pendidikan perlu mempertimbangkan minat dan bakat peserta didik serta potensi lokal, ling-kungan budaya, kondisi ekonomi dan kebutuhan daerah.

Seluruh aktivitas pembelajaran memberikan bekal kepada peserta didik agar adaptif, kreatif dan inovatif melalui pengalaman belajar yang menekankan pada aktivitas fisik dan aktivitas mental. Peserta didik mel-akukan interaksi dengan produk kera-jinan dan teknologi yang ada di ling-kungannya untuk dapat menciptakan

Guru SMPN 1 PamekasanOleh :Retno Widayanti

Bersambung di halaman 17 ...

Page 16: Suluh MHSA

16 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

PENDIDIKAN

Unas, selama ini menjadi momok serupa hantu yang menakutkan. Tidak itu saja,

unas mengajarkan ketakutan. Bisa diperhatikan mulai saat pengam-bilan unas, pengantaran naskah, pelaksanaan, dan pengantara LJK. Semua serba kawalan petugas. Pa-dahal situasi ini menegaskan bah-wa oknum civitas sekolah sedang mengukuhkan ketidakjujuran dan

karenanya berada dalam kawasan serdadu.

Saat unas diselenggara-kan, masalah unas pun belum se-lesai. Semua sekolah ingin semua peserta didiknya yang mengikuti unas lulus. Padahal, dalam kurva normal, kelulusan mutlak 100% dalam statistik pendidikan tidak mungkin. Sama tidak mungkinnya

dengan satu sekolah tidak lulus se-mua. Faktanya, ada siswa di sekolah tertentu yang tidak lulus semua dan ada pula di sekolah tertentu lainnya siswanya lulus unas semua.

Di Bangkalan misalnya, terdapat satu siswa (SMKN) saja yang tidak lulus. Mengapa tidak lu-lus, siswa tersebut tidak memiliki standar nilai yang mengakibatkan dirinya lulus. Tetapi bisa jadi, ke-mungkinan lainnya, siswa tersebut memang jujur dan tidak mendapat bocoran kunci jawaban. Di sinilah perlu dipertanyakan antara siswa yang diluluskan, atau diloloskan. Lulus karena tahapannya dijalani dengan baik, lolos karena dibuat lulus meski tahapannya tidak ter-lampaui.

Kabid pendidikan menengah di

UNAS, Meluluskan atau Meloloskan?

DILEMA UJIAN NASIONAL

Tegang: Seorang siswi kelas akhir tampak sedang serius membaca dan mencermati soal-soal dalam ujian nasional tahun 2012. foto: istimewa

Page 17: Suluh MHSA

17SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Bangkalan M Kamil menegaskan siswa yang tidak lulus karena tidak memenuhi persyara-tan. Karena tidak memenuhi persyaratan lu-lus siswa tidak boleh mengikuti ujian susulan. Sebab ujian susulan hanya diberikan kepada mereka yang berhalangan sakit (dibuktikan dengan keterangan doketr). Karena itu, siswa yang tidak lulus akan menjalani ujian unas al-ternatif melalui kejar paket sesuai jenjangn-ya.”

“Untuk SMK hanya ada satu (siswa) yang tidak lulus, ini jauh lebih baik dibanding kelu-lusan tahun lalu” katanya.

Di Sampang, angkanya berbeda lagi. Siswa yang ikut unas SMA dan sederajat tahun ini mencapai 6.904 siswa. Ini meliputi 3.150 siswa untuk SMA dengan 36 lembaga dan 1.782 un-tuk MA dengan 41 lembaga. Sedangkan untuk SMK sebanyak 1.972 siswa dengan 28 lem-baga. Kepala Dinas Pendidikan Sampang Hery Poernomo mengatakan, dari sekian siswa yang mengikuti unas, hanya tiga orang siswa yang tidak lulus, satu siswa SMA dan dua dari SMK SMK. Seperti halnya di Bangkalan, di Sampang tingkat kelulusan siswa lebih baik dibanding tahun lalu. “Dulu jumlah siswa yang tidak lu-lus mencapai tujuh orang,” ujarnya, bangga.

Ketidaklulusan di Pamekasan juga terjadi. Hanya, di Pamekasan ketidaklulusan lebih disebabkan ketidakikutan siswa dalam unas. Inilah yang menjadi sebab mereka tidak lulus. Selebihnya, siswa lulus (lolos) unas. Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Dikmen) pada Dinas Pendidikan Pemkab Pamekasan Moham-mad Tarsun mengatakan, secara umum pelak-sanaan ujian nasional tingkat SMP/MTs dan sederajat di Kabupaten Pamekasan berlang-sung lancar. Sementara di Sumenep tidak jauh berbeda.

Ratusan siswa yang tidak lulus unas di ham-pir semua jenjang. Masalahnya karena tidak ikut unas. Kepala Bidang Pendidikan Menen-gah Dinas Pendidikan Sumenep, Ata’ur Rah-man memebnarkan hal ini. Ada siswa yang mengundurkan diri dari peserta unas sebanyak 254 siswa, kawin 75, wafat 3 siswa, dan tanpa keterangan 71 siswa. “Banyak yang tidak ikut unas,” urainya. (fat/naf/bet)

berbagai jenis produk kerajinan maupun produk teknologi.Orientasi pembelajaran keterampilan pra-vokasional adalah

memfasilitasi pengalaman emosi, intelektual, fisik, persepsi, so-sial, estetika, artistik dan kreativitas peserta didik dengan melaku-kan aktivitas apresiasi dan kreasi terhadap berbagai produk. Keg-iatan ini dimulai dari mengidentifikasi potensi di sekitar peserta didik untuk diubah menjadi produk yang bermanfaat bagi kehidu-pan manusia. Pembelajaran dirancang secara sistematis melalui tahapan meniru, memodifikasi, dan mengubah fungsi produk yang ada menuju produk baru yang lebih bermanfaat.

Dalam konteks ini, learning how to learn bukan diarah-kan pada proses pelatihan untuk menciptakan manusia-manusia robot, akan tetapi untuk menghasilkan individu-individu yang mampu belajar dan mengarahkan dirinya sendiri (self directed learner). Belajar dalam konteks ini mempunyai sisi intuitif dimana ilmu dan pengetahuan bisa didapatkan dari dalam diri kita sendi-ri, baik dalam bentuk insight, proses kreatif ataupun intuisi (Fer-guson, 1980: 290). Sedangkan dalam perspektif nilai dan persepsi diri dari setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran (diri, orang lain, danlingkungan) pun harus berubah.

Hal ini disebabkan karena pentingnya memahami proses be-lajar sebagai sebuah proses yang berkesinambungan dan tidak terpisah satu sama lain dimana arah,tujuan, cara dan fokus dari belajar diarahkan oleh individu yang mengalaminya sendiri (inde-pendent and self-directed learning). Dalam konteks ini aktivitas belajar dapat dikatakan sebagaisebuah proses tanpa henti yang terus dilakukan untuk mendapatkan (acquiring) berbagai keahl-ian (skills) yang diperlukan bagi setiap individu dalam segala aspek kehidupannya. Khususnya bagi para siswa keterampilan belajar menjadi sangat penting ketika dihadapkan dalamkonteks realita dunia pendidikan ataupun dalam interaksi sosial.

Konsepsi long life education merupakan salah satu rujukan dan panduan utama dalamkonsep learning how to learn , di-mana setiap individu diarahkan agar mampu menjadi seorang autonomous learner (pembelajar mandiri) yang dapat mengarah-kan dirinya (self directed learning) dalam mempelajari berbagai keahlian dan keterampilan yang diperlukan baik untuk keperluan belajar di jalur pendidikan formal (institutional learning), dalam kelompok (collaborative learning) atau untuk dirinya sendiri di berbagai aspek kehidupan. Dalam perspektif ini belajar merupa-kan self-seen-as-learner role yang merupakan komponen esen-sial dalam learning how to learn.

Lemahnya kreativitas generasi bangsa dewasa ini antara lain karena lingkungan sekitar mengajarkan sesuatu yang mahal se-bagai praktikum. Padahal, seseorang dapat melaksanakan prak-tek dengan mudah dan murah. Sekedar menyebut contoh, sese-orang dapat memanfaatkan potensi lokal Maduar seperti batik, gerabah, dan kreativitas lainnya untuk praktikum. Dalam hal ini, seorang anak akan mendapatkan pendidikan lebih baik sebagai khazanah budaya lokal maupun SDM yang inovatif-kreatif. =

....... dari halaman 16 ...

Page 18: Suluh MHSA

18 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

POLITIK

Seluruh perwakilan blater berkumpul di GNI (Gedung Nasional Indonesia) Sume-

nep beberapa waktu lalu. Mereka tergabung dalam Organisasi Ma-war Merah Berduri (MMB).

Anggota DPR RI MH Said Abdul-lah menjadi pembina di organisasi yang mayoritas beranggotakan kaum yang “parlemen jalanan” ini. Tujuan berkumpulnya golon-gan ini antara lain untuk persat-uan dan kesatuan bermasyarakat, minimal di lingkungannya sendiri.

Ketika memebrikan sambu-tan, pembina MMB Said Abdullah

bercerita tentang seorang pen-yair Romawi, Sappho. Ia memberi gelar bunga mawar (berduri) se-bagai raja dari segala jenis bunga. Mengapa begitu, menurut Said lantaran mawar dianggap sebagai lambang kesucian dan keimanan. Shakespeare seorang pujangga Inggris memuja bunga mawar yang dianggap melambangkan keperkasaan. Kuntuman mawar dengan daun dan tangkai batangn-ya yang berduri melambangkan kegagahan yang menyatu dengan keindahan dan keharuman.

Selain itu, anggota DPR RI dari PDI Perjuangan ini menilai MMB

sebagai lambang maskulin yang sangat menggairahkan setiap jiwa keperempuanan. MMB dia tegas-kan telah menduduki perlamban-gan bentuk maskulin atau jiwa kelakian. Mengapa begitu, sebab MMB dilihat dari sudut penggu-naannya, MMB sangat disukai oleh para wanita. Segala sesuatu yang disukai oleh wanita, hakikatnya bersifat maskulin. Jika perem-puan yang sebangsa ibu kita itu menyukai MMB pasti siapa saja senang dengan bunga mawar. “Apalah artinya sebuah nama ka-rena Mawar Merah Berduri saya inginkan tidak hanya sekedar nama,” katanya.

Mawar, Diantara Merah dan DuriDEKLARASI MAWAR MERAH BERDURI

PENGUKUHAN: MH. Sadi Abdullah, salah satu pembina Mawar Merah Berduri sedang memberikan pengarahan terhadap pengurus dan anggota Ma-war Merah Merduri saat pengukuhan di Gedung Nasioanl Indonesia (GNI) Sumenep 7/5/12).

Page 19: Suluh MHSA

19SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Oleh karena itu dia ingin ko-munitas mawar berduri mengede-pankan kebersamaan dengan se-mangat gotong royong. Selain organisasi masyarakat, Said meny-iapkan lembaga koperasi dengan nama yang sama, Mewar Merah Berduri. Kunci utamanya, kebersa-maan seperti halnya bunga mawar. Indahnya mozaik mawar karena tersusun dari lembaran-lembaran. Jika lembaran-lembaran itu lepas dari kesatuan mawar, maka keinda-han mawar nyaris tak terlihat sama sekali. Itu sebabnya jangan malu untuk bersama, bersatu, dan maju. “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut un-tuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya dengan ke-majuan selangkah pun,” kata Said mengutip pidato Bung Karno.

BERDOA: Hadirin tampak mengucapkan “amin” saat pembacaan doa di akhir acara pengukuhan dewan pengurus Mawar Merah Berduri.

Foto-foto: obeth/sm

Bupati Sumenep A Busyro Ka-rim menyampaikan hal yang tidak jauh berbeda. Dia meminta ang-gota MMB menciptakan kedamaian dan keamanan di lingkungannya masing-masing. Itu dinilai berman-faat untuk pemenuhan rasa aman dan damai bagi masyarakat. Selain itu, dia berterima kasih kepada MH Said Abdullah yang telah meny-iapkan lembaga perekonomian ke-pada MMB. Ini juga menunjang un-tuk penguatan hidup masyarakat. “Kami bangga dengan organisasi ini semoga berguna dan memberi manfaat,” katanya.

Sebelumnya, ketua Mawar Me-rah Berduri Fathorrahman menga-takan bahwa organisasi ini sudah dua tahun tertunda. Baru kali ini (kemarin, Red.) bisa terealisasi dan dilantik di hadapan sidang anggota.

Dia meminta para anggotanya ikut memberikan kesejukan di tengah-tengah masyarakat. Menurut dia, nama MMB sudah sangat filosofis. Sebab, mawar memberikan keharu-man, warna merah pertanda be-rani menegakkan kebenaran, dan keindahan bentuknya pertanda ke-damaian. “Tapi ingat, ada durinya, hati-hati biar tidak tertusuk,” pungkasnya.

Dalam acara ini hadir sejumlah tokoh di semua desa di Sumenep mulai dari tingkatan desa, kecama-tan, dan kabupaten. Organisasi MMB ini tersebar di semua kecama-tan sebagai bagian dari PAC dan desa (ranting). Lembaga ini akan bergerak di bidang usaha pening-katan ekonomi menengah ke bawah melalui badan keuangan berbentuk koperasi. =

Page 20: Suluh MHSA

20 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

RESENSI

proses sosial yang panjang dan kompleks. Menurut Suwarsih, cara terbaik untuk menjernihkan cara pandang masyarakat terhadap stereotipe etnis suatu kelompok adalah dengan menghimpun informasi yang bersifat objektif sebanyak mungkin, untuk kemudian disebarkan.

Profesor Mien Ahmad Rifai, penulis buku ini, sangat sadar akan perlunya klari-fikasi dan informasi yang jernih tentang manusia Madura, sehingga kemudian la-hirlah buku yang cukup tebal dan kaya ref-erensi ini. Dalam kata pengantarnya, Pro-fesor Mien menjelaskan maksud penulisan buku ini, yakni untuk mengisi kekosongan referensi yang memadai yang menjelaskan sosok manusia Madura. Menurut Mien, pemahaman yang lebih baik terhadap manusia Madura akan membantu terben-tuknya keharmonisan sosial dalam kehidu-pan berbangsa dan bernegara yang memi-liki masyarakat majemuk ini.

Pembahasan tentang manusia Ma-dura dalam buku ini sangat luas dan mendalam. Hal itu sudah cukup tergam-bar dari subjudul buku ini, yang menun-

Judul Buku: Manusia Madura: Pembawaan, Perilaku, Etos Kerja, Penampilan, dan Pandangan Hidupnya seperti Dicitrakan Periba-

hasanya | Penulis: Mien Ahmad Rifai | Penerbit: Pilar Media, Yogyakarta | Tebal: xii + 504 halaman | Cetakan: Pertama, 2007 |

Peresensi: Muhammad Musthafa, Guru MTs III Annuqayah

Menjernihkan Stigma Manusia Madura

Stigma dan stereotipe tentang suatu hal muncul dan bertahan terutama karena miskinnya infor-

masi dan klarifikasi. Stereotipe yang bertahan sedemikian lama pada satu sisi menunjukkan bahwa suasana ko-munikasi sosial yang ada cukup tidak sehat. Dengan kata lain, iklim komuni-kasinya keruh, tidak jernih. Bila yang terjadi demikian, dan itu menyang-kut sekelompok masyarakat (baik et-nis, golongan, atau mungkin agama), maka pergaulan sosial akan gampang memunculkan prasangka yang pada satu saat dapat mudah memicu konf-lik, dari skala paling kecil hingga yang lebih masif.

Dalam sebuah penelitian tentang stereotipe etnis di Indonesia, Profe-sor Suwarsih Warnaen (2002: 121) mendefinisikan stereotipe etnis seba-gai kepercayaan yang dianut bersama oleh sebagian besar warga suatu golon-gan etnis tentang sifat khas berbagai kelompok etnis lain, termasuk etnis mereka sendiri. Dalam kehidupan sosial, stereotipe etnis muncul dari

Page 21: Suluh MHSA

21SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

jukkan bahwa pembahasan ten-tang manusia Madura mencakup aspek pembawaan, perilaku, etos kerja, penampilan, dan pandangan hidupnya. Aspek-aspek yang dis-ebutkan ini meliputi semua unsur kebudayaan manusia Madura, mulai dari kebudayaan fisik, hingga yang berhubungan dengan aspek nilai dan pandangan hidup.

Ada lima pokok bahasan atau sudut pandang yang digunakan un-tuk membahas manusia Madura. Yang pertama, sudut pandang seja-rah, di bab kedua. Dalam bagian ini, Mien menguraikan sejarah sosial Madura sebagai sebuah unit kebu-dayaan. Pokok bahasan yang kedua adalah tentang pandangan (stere-otipe) orang luar terhadap orang Madura. Dalam bab ketiga ini, dije-laskan berbagai stereotipe tentang manusia Madura, yang berkembang sejak zaman kolonial Belanda.

Di antara stereotipe itu ada-lah bahwa manusia Madura ce-pat tersinggung, pemarah, suka berkelahi, dan beringas. Dalam me-nyusun stereotipe itu, kadang ada upaya perbandingan dengan manu-sia Jawa. Digambarkan, misalnya, bahwa baik bangsawan Madura maupun rakyat jelatanya memiliki tubuh yang tidak seanggun orang Jawa. Tentang perempuan, digam-barkan bahwa kecantikan wanita Madura itu jauh di bawah wanita Jawa Tengah dan Jawa Barat. Wani-ta Madura dipandang tidak anggun dan cepat tua. Dalam hampir segala hal, orang Madura dianggap lebih rendah dibandingkan dengan orang Jawa. Kalaupun orang Madura me-miliki sifat-sifat positif, seperti bah-wa manusia Madura memiliki tali kekeluargaan yang erat dan moral yang tinggi, itu kemudian dipan-dang sebagai konsekuensi sifat-sifat yang negatif tersebut.

Ironisnya, ketika Indonesia merdeka dan pengetahuan tentang masyarakat Madura meningkat, ste-reotipe semacam ini masih tetap bertahan. Mien menggarisbawahi, bahwa citra negatif orang Madura ini malah sering diperburuk sendiri oleh sejumlah orang Madura yang kurang berpendidikan dengan cara lebih menonjolkan kenegatifan-nya secara sengaja dengan maksud menakut-nakuti orang lain demi tu-juan yang tak terpuji.

Pembahasan yang cukup pan-jang lebar tentang manusia Madu-ra terdapat di bab keempat, yakni yang memaparkan cara pandang orang Madura terhadap dirinya sendiri. Pada bagian ini, Mien men-gupas masalah ini dengan cara me-nafsirkan berbagai peribahasa yang hidup dalam kebudayaan Madura. Dalam bagian ini terungkap bahwa ternyata manusia Madura itu—di antaranya—bersifat sangat individ-ualistis tetapi tidak egois, sangat menekankan ketidaktergantungan-nya pada orang lain, ulet dan tegar, suka berterus terang, suka bertu-alang, sangat menghormati tetua dan guru, dan sebagainya. Pada bagian ini, Mien juga menjelaskan fenomena carok, yang—seperti di-ungkap dalam penelitian A. Latief Wiyata—dikaitkan dengan konsep kehormatan atau harga diri. Akan tetapi Mien mencatat bahwa dalam beberapa ungkapan dan peribahasa Madura tersirat pandangan bahwa carok juga bukan kegiatan yang ter-puji sehingga harus dihindari.

Di bagian kelima, Mien men-jelaskan pandangan orang Madura terhadap etnis lain. Selanjutnya, di bagian keenam, Mien memberikan analisis tentang bagaimana tan-tangan manusia Madura ke depan. Mien menghubungkan masalah ini dengan proyek industrialisasi

Madura. Menurut Mien, untuk meningkatkan harkat dan marta-bat masyarakat Madura, pendidi-kan harus menjadi prioritas tert-inggi. Agenda perbaikan ekonomi masyarakat juga perlu mendapat perhatian, terutama dukungan dari pihak pemerintah. Selain itu, perlu juga ada ruang yang cukup leluasa bagi orang-orang Madura yang sukses baik dalam bidang keilmuan, ekonomi, dan sosial, un-tuk berkiprah kembali di kampung halamannya.

Terbitnya buku ini, dengan menghadirkan perspektif yang utuh tentang manusia Madura, tidak hanya mampu mengklarifi-kasi berbagai stigma dan stereotipe negatif yang selama ini mungkin cukup merugikan orang Madura, sehingga komunikasi antarbudaya yang terjalin dapat menjadi lebih baik. Dalam buku ini, Profesor Mien—yang kelahiran Sumenep—juga berhasil menghadirkan potret pergulatan budaya etnis Madura, et-nis terbesar ketiga di Indonesia, di antara kebudayaan etnis yang lain. Bertolak dari situ, manusia Madura dapat merumuskan jati dirinya un-tuk dapat berkiprah dalam kehidu-pan berbangsa dan bernegara di era globalisasi ini. =

MUHAMMAD MUSTHAFAGuru di Madrasah Tsanawiyah III Putri

Annuqayah Guluk-Guluk

Page 22: Suluh MHSA

22 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

fokus lensa

BATU KAPURPara pekerja tampak sedang

memotong batu kapur untuk dijadikan bata bahan bangunan

Page 23: Suluh MHSA

23SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Page 24: Suluh MHSA

24 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

fokus lensa

Page 25: Suluh MHSA

25SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Batu Kumbung “Dolmit”

Saat kita mengunjungi berbagai daerah di tanah jawa, kita melihat masyarakat membangun rumah dengan bata merah yang dibuat dengan tanah liat. Namun tidak demikian dengan masyarakat di daerah pesisir, khususnya di Madura. Masyarakat madura mayori-

tas menggunakan batu kumbung. Mengapa? Ternyata pilihan tersebut bukan tanpa alasan.

Menurut para peneliti dan pengrajin bangunan, tanah pejal merah yang biasa digunakan sebagai bahan dasarnya ternyata tidak bisa sembarang tanah. Tanah di daerah pesisir kandun-gan garamnya sangat tinggi. Sehingga ketika dibuat bata cend-erung lapuk dan bisa mengakibatkan bangunan menjadi rapuh. Karena alasan itulah masyarakat madura dan masyarakat pe-sisir pada umumnya memilih bata dari batu kumbung. Sebab batu yang bernama latin Batu Dolmit ini tidak sulit untuk lapuk. Ia sangat cocok untuk bahan bangunan.

Di Madura, banyak sekali bisa ditemukan lahan atau kawasan yang mengandung batu Dolmit ini. Sejak dari Kabupaten Sumenep di timur hingga Kabupaten Bangkalan di barat, ban-yak sekali masyarakat menambangnya.

Karena pada dasarnya manusia terus beranak pinak dan mem-butuhkan tempat tinggal, maka pekerjaan menambang batu ini tak pernah mati. Bahkan tak hanya kaum laki-laki yang mengerjakannya. Ibu-ibu rumah tangga juga tampak bahu membahu bersama suami mereka menggergai dan mengang-kut bata keluar dari lubang penambangan. Di Pamekasan, tepatnya di Kecamatan Pakong dan kecamatan Larangan, me-nambang batu kumbung sudah menjadi kegiatan sehari-hari warga. Pekerjaan ini mereka jadikan sebagai mata pencaha-rian untuk menyambung hidup.

Selain dari dalam kabupaten pamekasan, tak jarang mereka juga mendapat pesanan dari luar daerah. Seperti Sumenep dan Sampang. Di dua kabupaten ini bukan tidak ada tempat panambangan batu kumbung, namun jaraknya terkadang leb-ih dekat ke Pamekasan.

Setiap hari, para pekerja ini rata-rata bisa menghasilakan batu bata sebanyak 100 hingga 150 potong. Biasanya mereka menjual batu-batu tersebut dengan harga Rp 700 - Rp 800 perpotong. Artinya dalam sehari mereka bisa memperoleh penghasilan 70 hingga 100 ribu rupiah. Namun ini tetap tidak sebanding dengan bahaya yang mereka tantang, sebab lubang tambang yang mereka gali rata-rata berkedalaman hingga 25 meter. Ini tentu sangat berbahaya untuk keselamatan jiwa mereka. (obeth)

Page 26: Suluh MHSA

26 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

PERCIK

Bahasa menunjukkan bangsa. Begitulah guru Bahasa Indo-nesia SD biasanya menana-

mkan nasionalisme melalui priba-hasa. Watak dan karakter seseorang dapat dilihat dari karyanya. Seperti dulu di jaman penjajahan, karya anak bangsa terutama puisi meng-guratkan semangat perjuangan dan kemerdekaan. Ini juga bisa meng-gambarkan karakter Madura pada batik khas Madura.

Karakteristik Batik Madura da-

Menguji Watak di Kampung Batik

pat dilihat dari warna motif. Dari segi warna, karakteristik warna Batik Madura cenderung memilih warna berani dan tegas, seperti warna merah, kuning, hijau dan biru sendiri. Warna tersebut di-hasilkan dari pewarna alam (soga alam) seperti mengkudu dan tingi untuk menghasilkan warna merah, daun tarum untuk warna biru. Kulit mundu ditambah tawas juga diam-bil untuk memberikan efek warna hijau pada kain batik Madura. Efek terang dan gelapnya pada kain

Batik Madura dihasilkan melalui lamanya perendaman kain sendiri, bisa satu bulan, 3 bulan, bahkan ada yg sampai 1 tahun. Perendaman ini juga akan membuat warna kain batik lebih awet dari biasanya.

Motif batik merupakan bagian kritikal dari proses pembuatan kain batik sendiri. Karena goresan cant-ing dan gerak tangan pembatik juga melibatkan pikiran dan hat-inya, sehingga apa yang tergores pada kain batik menjadi motif yang akan cukup menarik minat pecinta batik. Ragam motif Madura sangat banyak, diambil dari motif tumbu-han, binatang, serta motif kombi-nasi hasil kreasi pembatik sendiri.

Di Pamekasan, motif batik sep-erti sekarjagat, keong mas, mata-

FASHION SHOW BATIK: Para peragawati Madura memperagakan berbagai busana yang bahan bakunya adalah batik.

foto-foto: saiful bahri/sm

Page 27: Suluh MHSA

27SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

hari, daun memba (daun mojo), gorek basi. Beberapa motif batik Pamekasan, yang sudah di patenkan di Depkumham, seperti keraben sapeh, sakereh, kempeng salade-rih, padih kepa’, manik-manik. Ciri khas lainnya yg dimiliki dari Batik Madura adalah banyaknya tarikan garis pada satu desain Batik.

Seiring dengan perkembangan kerajinan batik tulis Pamekasan dan dipatenkannya sejumlah jenis motif batik. Pemerintah Kabupaten Pamekasan, mendirikan kampung batik yang dipusatkan di Kecama-tan Proppo. Kecamatan ini dipilih karena sebagian besar di 27 desa di kecamatan ini menjadi pengrajin batik. Selain itu, batik di kecama-tan ini lebih berkarakter Madura dan nagras. “Kampung batik itu obsesi jangka panjang,” kata pem-batik Proppo, Muafi. (abe)

JALUR LAUT: Beberapa orang warga sedang menggiring sapi di tengah selat madura untuk di-naikkan ke atas perahu. Sapi-sapi ini akan diangkut ke Kabupaten Probolinggo.

ANGGUN: Salah satu model Madura tampak Sumringah dan bangga mengenakan batik hasil produksi masyarakat setempat.

Meski terdapat angku-tan darat, tidak semua masyarakat memanfaat-

kannya sebagai sarana transportasi. Sebab, pada masyarakat pesisir, sarana transportasi laut dengan menggunakan perahu tradisional dianggap masih layak, efektif, dan efisien.

Di pesisir Aengpanas Pragaan Sumenep misalnya, sebagian warga tetap menyeberangi lautan menuju Besuki Situbondo. Mereka men-umpang perahu tradisional dengan tarif separuh lebih mruah diband-ing dengan menempuh jalur darat. Selain itu, waktu tempuh lebih ce-pat daripada jalur darat. Dengan catatan, bila angin lancar dan tidak dihadang badai maupun ombak.

Begitu juag dengan pesisi Pa-gagan Pademawu Pamekasan.

Menggergaji

Selat Madura

foto: saiful bahri/sm

Masyarakat pesisir menganggp perahu tradisional efisien. Bahkan, mereka tidak saja berlayar seorang diri saja atau bersama keluarga. Dari Madura ke Songai Topoh Probolinggo, mereka berlayar membawa hewan ternak se-rupa sapi atau kambing. Cara ini sudah berlalu sebegitu lama bahkan sebelum Indonesia merdeka.

Bisa dibayangkan begitu murahnya transportasi lewat jalur laut mela-lui Pagagan-Probolinggo. Melalui jalur laut ongkos per orang 20 ribu. Justru penumpang bnatang yang lebih mahal tarifnya, rp. 25 ribu/ekor. Waktu tem-puh hanya sekitar 3 - 4 jam. Dari sisi waktu dan percepatan ke lokasi yang dituju, cara tradisional ini terus berja-lan sampai saat ini. “Sudah dari dulu begini (lewat laut),” Solehuddin, salah satu penumpang di pelabuhan Paga-gan menuju Probolinggo. (muk/bet)

Page 28: Suluh MHSA

28 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

OLAHRAGA

Dua olahraga beda warna digelar di dua tempat yang berbeda. Bal budih,

olahraga tradisional diselengga-rakan di Kecamatan Lenteng dan olahraga modern, futsal, berlang-sung di kecamatan Pragaan. Di dua pertandingan beda warna ini, SAI (Said Abdullah Institute) memberi-kan 4 unit sepeda motor. Tiga unit sepeda motor di bal budih dan 1 unit di arena futsal, Pragaan.

Untuk sekedar diketahui, olah-

raga tradisonal Madura bal budih (bola tangkap) sebentuk sejenis olahraga yang memperagakan kece-patan, ketangkasan, keseimbangan, dan konsentrasi. Bal budih kerap di-mainkan di Kecamatan Lenteng dan Bluto, Sumenep. Sekedar ilustrasi, bal budih biasanya dimainkan dua tim. Masing-masing tim terdiri atas 9 orang dan 2 orang pemain cadangan.

Bola yang dimainkan adalah tenis di lapangan berukuran 2 depa x 7 depa atau kurang lebih 3 meter

x 10,5 meter. Lapagan tidak dig-aris dengan cat melainkan dibatasi belahan bambu. Peraturan dalam permainan ini masing-masing regu secara bergantian menjadi pemukul dan bertahan. Setiap tim bermain ini sebanyak 5 kali ongga’an (men-jadi penyerang).

Ketika ongga masing-masing pemain memiliki kewajiban untuk memukul bola. Ini yang membeda-kan dengan olahraga lainnya. Cara memukul bolanya juga unik. Setiap

Bal Budih di Lenteng,Futsal di Pragaan-Nyalaran

FUTSAL: Salah satu kompetisi futsal yang berlangsung di Desa Pragaan Laok Kecamatan Pragaan atas dukungan SAI dan Madura Channel.

foto: abe/sm

Page 29: Suluh MHSA

29SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

pemain yang akan memukul harus naik ke eppak bertumpu pada satu kaki dengan cara membelakangi lawan. Bola dilempar ke atas kepa-la pemukul menggunakan satu tangan untuk kemudian dipukul dengan tangan terbuka kearah be-lakang mengarah ke lapangan. Pe-main dituntut untuk memasukkan bola ke lapangan dengan pukulan yang keras dan tidak boleh turun dari atas eppak. Jika pemain jatuh meski bola masuk maka akan gu-gur. Setiap pemain hanya menda-patkan kesempatan satu kali me-mukul dalam setiap ongga kecuali memasukkan bola.

Jika satu pemain sudah memas-ukkan bola melalui bal budihnya (memukul dengan cara membela-kangi) maka dilanjutkan dengan teppakan (pukulan mengarah kede-pan). Teppakan juga dilakukan di atas eppak sama seperti memukul kearah belakang, teppakan dlaku-kan terus hingga mengumpulkan 5 poin. Jika suda terkumpul 5 poin permainan akan dilanjutkan den-gan tendangan bola. Tendangan dilakukan cukup dengan memasuk-kan satu kali saja, dan jika tendan-gan masuk maka regu yang sudah memasukkan menang satu bindel, dan permainan harus dimulai dari bal budih lagi oleh semua regu. Dalam pertandingan bal budih terkadang hingga 4 kali ongga’an tidak ada bola masuk melalui bal budih. Jika ini terjadi yang terjadi, maka pada ongga’an kelima akan adu teppakan.

Pada 9 pemain tersebut, mereka harus beredar di orbaitnya masing-masing sesuai posisinya. 3 orang pemain bertindak sebagai komando, 1 orang panyompet, 1 orang tebeng panyompet, 2 orang sayap, 2 orang kapten. Posisi komando, berdiri tepat di depan garis depan dan memiliki tuga menghalau bola agar tidak mas-

BAL BUDI: MH. Said Abdullah saat mencoba memukul bola dalam permainan Bal Budih yang dilak-sanakan di Desa Cangkreng Lenteng Sumenep

uk ke lapangan. Tebeng, berposisi dicelah lebar yang tersedia di bela-kangnya komando. Panyompet, ber-posisi menutupi celah sempit yang dimungkinkan bola melewati celah-celah sempit komando. Sedangkan sayap kanan dan kiri menjaga tepat di belakang panyompet. Sementara, kapten 1 dan 2 berada di lapangan paling belakang.

Berbeda sekali dengan futsal. Permainan bola itu dimainkan dua kubu, masing-masing beranggo-takan lima orang. Selain lima pe-main utama, setiap regu diijinkan memiliki pemain cadangan. Futsal dipopulerkan di Montevideo, Uru-guay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani. Keunikan futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan, terutamanya di Brasil. Ketrampilan yang dikem-bangkan dalam permainan ini dapat dilihat dalam gaya terk-enal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil di luar ru-angan, pada lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Bra-sil, contohnya, mengembangkan bakatnya di futsal. Sementara

Brasil terus menjadi pusat futsal dunia, permainan ini sekarang dimainkan di bawah perlindun-gan Fédération Internationale de Football Association di seluruh dunia, dari Eropa hingga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, dan Oseania.

Untuk Futsal tahun ini, SAI me-nyelenggarakan dua even sekaligus. Di Pragaan Sumenep digelar SAI Futsal Competition dan di Nyalaran Pamekasan SAI mendukung pelak-sanaan Machan Futsal Competition 2012. Itu dilakukan untuk hari ul-ang tahun (HUT) Madura Channel ke-4, satu-satunya stasiun televisi swasta di Madura. Jika di Pragaan futsal digelar untuk umum se ke-camatan Pragaan, di Nyalaran sp-esifik untuk siswa SLTP – SLTA se Madura ini menyelenggarakan turnamen futsal antarpelajar. Baik tingkat SMP maupun SMA sedera-jat. Even yang diberi titel Madura Channel Futsal Com-petition 2012 ini dilangsungkan dalam lingkup se Madura. “Semua ramai, meny-enangkan,” kata pembina SAI, MH Said Abdullah. (muk/vid/bet)

Page 30: Suluh MHSA

30 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

GENERASI BANGSA

Berpikir tentang masa depan sebenarnya tak perlu terlalu dirisaukan. Maghfira Kurnia

Pramisti, dara kelahiran 10 oktober 1998 ini mengatakan bahwa sejatinya menjalani hidup hanyalah butuh keteku-nan dan konsisten.

Banyak orang gelisah dengan masa depan. Takut tidak punya pekerjaan, takut karirnya seret dan lain sebagainya. Padahal

menurutnya seseorang hanya perlu menekuni dan konsisten pada apa yang disukai. “Saat sudah kon-

sisten, seseorang biasanya akan menjadi ahli, dan saat men-

jadi ahli, apa yang dilaku-kannya akan benar-benar berkualitas” Ujarnya.

Sayangnya, menrut gadis yang juga pernah menjuarai berbagai lomba peragaan bu-sana ini, banyak orang ragu-ragu tentang apa sebenarnya sesuatu yang menjadi keg-emaran keahliannya.

Karenanya, Vievie punya tips meng-

etahui apa se-benarnya yang

menjadi keg-emaran dan

Asah Bakat, Asuh MinatMaghfira Kurnia Pramisti

bakatnya. Menurut Vievei untuk mengetahui apa bakat dan keg-emaran yang kita punya hanyalah cukup dengan mendeteksi diri sendiri kira-kira aktifitas apa yang membuat kita senang dan merasa menjadi cukup bangga mengerja-kannya.

“Sebenarnya sih banyak orang sudah mengetahui akan bahwa untuk mengetahui bakat diri ada-lah dengan cara seperti itu, namun banyak orang tetap kurang yakin dengan apa yang dirasakannya. Se-hingga mereka setengah-setengah menekuninya” terang aktifis Osis SMPN 2 Sumenep ini.

Menurutnya, hal tersebut se-benarnya tak perlu terjadi. Jika dirasa nyaman dan menjadikan diri bangga dalam mengerjakan-nya, maka teruslah tekuni dan kembangkan. “Tidak ada sesuatu yang gemilang dikerjakan dengan setengah-setengah.

“Dan juga” ujar Vievie “orang yang konsisten dengan kesenangan dan bakatnya, kelak biasanya kan bekerja dengan riang gembira. Sebab yang dikerjakannya adalah kegemarannya. Sehingga bagianya, datang untuk bekerja sama halnya dengan datang untuk rekreasi” (obeth)

Page 31: Suluh MHSA

31SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

GENERASI BANGSA

Ani Purnama

Sastrawan Halim HD di Solo pernah menga-takan setiap orang sesungguhnya adalah penyair, setidaknya bagi dirinya sendiri. Ini

juga yang diamini Ani Purnama. Perempuan yang kerap menjadi MC di sejumlah acara ini merasakan sentuhan keindahan kata-kata penyair. Tetapi untuk menjadikan dirinya menjadi penyair berkelas, Ani merasa tidak sanggup karena bukan maqomnya. Itu sebabn-ya dia melakukan migrasi dari semula penyair ke penyiar. “Dan penyiar pun ternyata bersyair,” katanya lalu tersenyum.

Dari modal kepenyiarannya ini, Ani kerap diundang ke sejumlah kota khususnya di Madura. Umumnya, acara yang dipandunya mengguratkan kesenian lokal. Untungnya, perempuan berwajah Njawani ini juga memiliki potensi menyanyi. Di sela-sela memandu acara, sesekali ia menembangkan lagu berlanggam keroncong. Jenis lagu ini pernah menobatkannya sebagai penyanyi keroncong remaja terbaik.

Ani memilih jalur musik keron-cong karena langgam ini miskin generasi. Sebab, akunya, gen-erasi kontemporer cendrung memilih jalur pop. Selain itu, keroncong dianggap jenis musik yang lebih berhati-hati baik nada maupun cara melafalkannya. Dia mengaku sangat senang apabila menyanyikan lagu keroncong Madura. “Pas dan gue banget,” tuturnya. (vid)

Dari Penyair ke Penyiar

Page 32: Suluh MHSA

32 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

SOSIALITA

Pemerintah segera menerbitkan rancangan peraturan pemerintah (RPP) soal pengendalian tembakau untuk mengurangi konsumsi rokok masyarakat. Preaturan ini dinilai

Mengutuk RPP, Mengetuk Negara

POLEMIK RUU-RPP PENGENDALIAN TEMBAKAU

TOLAK RUU-RPP TEMBAKAU: Sejumlah sepanduk bertuliskan penolakan RUU-RPP Pengendalian tembakau kini terpampang di sudut-sudut kota Pamekasan.

bermanfaat pada stu sisi karena in-gin memasyarakatkan kesehatan. Tetapi pada sisi yang lain, RPP ini dinilai membunuh petani tembakau. Sebab produktivitas petani dicekal

meski dalam bahasa yang sederhana dikurangi atau dibatasi.

Ada yang menilai, RPP ini murni karena banyaknya jumlah perokok di republik ini. Indikator banyaknya per-okok ini ditandai dengan banyaknya rokok yang laku. Pada tahun 2011 lalu, cukai rokok mencapai Rp. 77 triliun. Tetapi dalam versi yang lain, pemerintah memaksakan kehendak atas dasar pesanan sponsor. Sebab sebelumnya, kredo tentang RPP ini sudah muncul dengan cara pelaran-gan versi MUI Pusat dan belakangan PP Muhammadiyah juga bersuara sama. Namun masyarakat di daerah termasuk MUI di Pamekasan ketika

Page 33: Suluh MHSA

33SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

itu, tak patuh pada fatwa haram mer-okok versi MUI dan Muhammadiyah.

RPP Tembakau akan mengatur larangan penayangan iklan rokok, sponsor acara, kegiatan CSR, laran-gan penjualan rokok secara eceran, dan pada orang di bawah 18 tahun serta wanita hamil. RPP ini merupa-kan amanat UU Kesehatan. Peratu-ran ini diharapkan dapat melindungi anak-anak usia sekolah dari kecan-duan merokok. Rencana peraturan pemerintah (RPP) tentang penga-manan produk tembakau sebagai zat adiktif bagi kesehatan, disusun han-ya untuk melindungi generasi muda.

Tetapi bagi petani tembakau Ma-dura, RPP itu hanya akal-akalan pihak

yang berkepentingan. Itu sebabnya mereka berunjuk rasa, menolak RPP ini, apapun alasannya. Mereka berun-juk rasa mendatangi gedung DPRD Pamekasan. Daerah ini dipilih karena Pamekasan merupakan kabupaten penyerap tembakau paling banyak di Madura. Para pengunjuk rasa mem-inta pemerintah membatalkan RUU tersebut karena melawan bangsanya sendiri dan RPP dinilai tidak berpi-hak pada masyarakat bawah.

Massa membawa sejumlah per-alatan yang biasa digunakan dalam bertani. Atribut itu sebagai lambang betapa tidak nyamannya menjadi petani. Situasi yang serba tidak ny-aman itu akan dirasa lebih tidak mengenakkan ketika pemerintah menegsahkan RPP Tembakau den-gan alasan melindungi kaum muda. Versi petani, alasan tersebut diang-gap mengada-ada karena pemerin-tah tidak punya alasan lain.

Di Madura sendiri, tembakau merupakan tanaman favorit. Sebab, petani memiliki pekerjaan sampin-gan selain bercocok tanam reguler. Mestinya, RPP yang dibuat bagaima-na caranya petani dilindungi hak-haknya dan bukan untuk menguran-gi atau menekan petani tembakau deangan RPP. Bagi petani, RPP merupakan kepanikan pemerintah pusat yang tidak bisa menyelesaikan persoalan bangsa yang sesungguhn-

BIBIT TEMBAKAU: Seorang petani sedang merawat bibit tembakau yang sebentar lagi akan ditanam

foto: saiful bahri/sm

ya, reformasi hukum dan penguatan ekonomi kerakyatan. “Jika produksi tembakau dibatasi, kami tak bisa haji,” kata salah satu petani tem-bakau yang ikut unjuk rasa Ismail.

RPP juga dinilai mengancam pabrikan rokok lokal. Di Pamekasan saja, industri rokok lokal mencapai ratusan unit. Jika RPP disahkan, pabrikan rokok lokal tiarap dan yang berjasa pabrikan rokok besar. Situ-asi yang demikian itu pada akhirnya menimbulkan tanda tanya atas RPP yang bisa jadi dipaksakan kehadiran-nya karena ada kekuatan kapitalis be-sar yang memintanya. “RPP membe-la kapitalis dan menyingkirkan usaha ekonomi mikro dan alasan kesehatan hanya omong kosong,” teriak ketua KTNA Pamekasan, Fathurrozi.

Wakil Ketua DPRD Pamekasan yang menemui pengunjuk reasa, Muhdlar Abdullah, menegaskan pihaknya (DPRD) mendukung keingi-nan petani menolak RPP Tembakau. Tetapi, jika RPP Tembakau memang bagus, dampaknya jangan hanya ba-gus bagi kesehatan, tapi juga bagi perekonomian masyarakat di daerah penghasil tembakau. Sebab, 70 pers-en dari 900 ribu warga Pamekasan adalah petani tembakau. Bagi Muh-dlar, RUU penting tetapi masa depan petani lebih penting. “Kami dukung aspirasi petani,” Muhdlar memberi semangat. (muk/naf/bet)

Page 34: Suluh MHSA

34 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

SOSIALITA

Rp. 1.000 – Rp. 2.000/bulan dari setiap siswa di lingkungan Kankeme-nag penerima BOS. Selain itu, kepala kankemenag diduga menerima upeti sebesar Rp. 50.000 dari guru sertifi-kasi/bulan dari guru (PNS) di bawah naungan kankemenang. Kankeme-nag juga diduga menerima aliran dana setiap pernikahan melalui KUA senilai Rp. 40.000.

Versi barisan penyelamat kantor kementrian agama, cara-cara pen-erapan pungli tersebut tidak populer di Pamekasan. Itu sebabnya mereka meminta kepala kankemenang yang menjabat kurang dari 3 bulan ini segera mundur karena pantas diduga menyalahi hukum adat dan berpoten-si pungli. Korlap Aksi Miftahul Kamil saat orasi mengatakan, jika dugaan itu benar maka kepala kankemenag telah menghalalkan praktik-praktik kolusi yang mendekati korupsi. Se-

Diminta Mundur,Ada Apa dengan Kakankemenag?

GENERASI TOLAK KORUPSI

ditandai dengan dugaan pungli ter-hadap sejumlah lembaga pendidikan di bawah kankemenag.

Kabar yang beredar, kepala kanke-menag Nurmaludin ditengarai me-mungut “upeti” secara liar. Dugaan pungutan ini bervariasi. Misalnya, ada dugaan kepala kankemenag memun-gut secara langsung maupun yang tidak langsung kepada jajarannya. Diantaranya, kepala kankemenang menerima upeti secara liar sebesar

Sejumlah aktivis parlemen jala-nan di Pamekasan berunjuk rasa. Mereka yang mengaku

Barisan Peduli dan Penyelamat Kan-tor Kementrian Agama Pamekasan menggelar unjuk rasa di depan kan-tor kementrian agama setempat. Tuntutannya, barisan ini menuntut kepala kantor kementrian agama Pamekasan mundur dari jabatannya sebagai kepala. Alasannya, kepala kankemenag tidak profesional. Ini

DEMONSTRASI : Sejumlah warga berunjukrasa, menuntut Kakan Kemenag Pamekasan mundur dari jabatannya

Page 35: Suluh MHSA

35SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

belum praktik ini meluas, Miftahul meminta kepala kankemenang mun-dur saja karena melakukan tindakan yang tidak populer. “Jika betul prak-tiknya begitu, diminta atau tidak di-minta, lebih baik Nurmaludin tidak menjadi kepala kantor kemenag ini< katanya.

Kepala Kantor Kementerian Aga-ma Pamekasan Nurmaludin sempat keluar menemui pengunjuk rasa. Ia mendengarkan orasi seputar dugaan penyimpangan yang telah didugakan kepadanya. Nurmaludin membantah dugaan pengunjuk rasa dan semua yang ditengarakan kepadanya tidak pernah dilakukannya. Dia menilai dugaan tersebut bermuatan fitnah atau mispersepsi.

Nurmaludin meluruskan, pungu-tan memang ada tetapi itu terjadi pada penggandaan naskah dan sudah dirembuk dengan sekolah. Begitu juga pungutan piagam sertifikasi guru, merupakan kebijakan sejak tahun 2008. Dirinya juga tidak per-nah menginstruksikan kepada kepala KUA untuk memungut 40 ribu ru-piah setiap perkawinan. Nurmalud-din menegaskan, semua tudingan tersebut, dinilai fitnah yang sengaja dibuat untuk mengadu domba in-ternal Kemenag. Dirinya berharap masyarakat bisa menyikapi hal terse-but secara arif dan bijaksana. “Tidak benar apa yang dituduhkan kepada saya,” tegasnya.

Ada dua faksi terkait dengan adanya isu ini. Pertama, ada dugaan faksi ini memang menyampaikan apirasi yang benar adanya. Tetapi, ini belum diketahui apakah hal ini dilakukan sistem yang melibatkan kepala kankemenang atau hanya ulah oknum tertentu di kanmenag. Versi faksi kedua, isu ini sengaja ditiupkan kelompok tertentu karena ada kelompok di inetrnal kankeme-nag yang tidak suka bila kemenang dikepalai Nurmaludin. Siapakah akhirnya yang paling benar dalam dugaan pungli ini, sejarah yang akan menentukan. (muk/abe)

MEMBUAT SENJATA: Seorang pandai besi sedang menempa besi untuk dibuat senjata dan per-alatan pertanian

Seorang pandai besi, boleh jadi memang cukup aman berdekatan dan bermain dengan api yang ada di tungku peleburannya. Sepintas, hal itu bukan saja tidak aman namun juga tidak nyaman. Apakah sang pandai besi tak merasakan

ketidaknyamanan yang sama? Tidak juga; ia juga merasa sumuk, gerah. Tetapi, ia telah terbiasa dalam kondisi fisikal seperti itu. Ia bisa pada mulanya dipaksa, terpaksa, ter-biasa, dan akhirnya.

Seakan telah menjadi kodrat alami, bila emosi tak bisa dihindarkan secara serentak dengan rasio. Mereka, para pandai besi itu, hadir bergantian. Mereka yang sekeluarga, seketurunan, sebangsa, setradisi dan sebudaya umumnya punya ikatan emosional dan sentimental yang kuat. Mereka mungkin mampu menghasilkan solusi yang terbaik dalam menghadapi garis hidupnya yang panas, yang tak biasa bagi yang tak pernah mencoba untuk membuatnya menjadi biasa.

Sebatang besi yang masih keras, yang belum sepenuhnya dapat dibentuk, dipanas-inya dahulu dalam tanur perapen-nya. Setelah cukup lunak, barulah dilakukan pen-empaan dan pembentukan. Proses pemanasan, pembakaran di perapen, merupakan pengibaratan dan laku tapa-brata.

Di nusantara ini, sebetulnya telah diwarisi “Bhineka Tunggal Ika”. Ia bukan saja pernah berhasil mempersatukan bangsa ini selama berabad-abad, namun juga masih ampuh di era global ini. Bapak dan para pendahulu bangsa ini telah membuktikan keampu-hannya, mengapa kita tidak? Vakya ini hadir dan seorang ‘pandai besi’, seorang Mpu. Melalui penempaan diri dan penggalian yang sedemikian dalam ke lubuk hatinya yang paling dalam, Mpu Tantular memunculkannya di permukaan lewat masterpiece-nya -- Sutasoma.

Inilah juga yang dilakukan Mpu lokal. Mereka menjinakkan api, baja, besi, dan emos-inya menuju kesabaran. Sejumlah pandai besi, menempa besi untuk dibuat sabit, di Desa Blumbungan, Larangan, Pamekasan, Madura, Provinsi Jawa Timur karena dalam beberapa bulan terakhir ini, permintaan sabit yang biasa digunakan untuk bercocok tanam meningkat sekitar 20 Persen seiring mulai masuk musim tanam tembakau. “Pekerjaan ini sudah cukup (membuat derita),” kata salah seorang pandai besi, Abduh. (pul/abe)

Pandai Besi Sepi Tanpa Api

Page 36: Suluh MHSA

36 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

KRIMINAL

Warga kepulauan mengala-mi galau masal. Ini ter-jadi karena pasokan BBM

tersendat ke kepulauan khususnya di Kangayan. Pemicunya, warga tidak lagi bisa mengonsumsi BBM secara bebas menyusul adanya ke-bijakan pemerintah. Selama ini, industri kecil memanfaatkan BBM bersubsidi terutama untuk mem-produksi es batu yang menjadi ba-

han pengawet ikan. Namun saat ini, pabrikan es sesuai ketentuan regulasi harus menggunakan BBM non subsidi yang harganya lebih mahal.

Sebelumnya, aparat kepoli-sian menahan 20 ribu liter lebih bahan bakar minyak (BBM) yang akan dikirim ke wilayah kepulauan Sumenep. Bahan bakar jenis solar

dan premium itu sedianya akan dibawa ke Kepulauan Sapeken menggunakan kapal kayu. BBM tersebut diamankan polisi karena ditemukan ketidaksesuaian antara dokumen dan barang yang dibawa. Dalam dokumen, disebutkan pe-milik memiliki ijin membeli BBM maksimal 15 ribu liter solar dan 15 ribu liter premium. Yang terjadi, 17 ribu liter solar dan 3000 liter lain-nya premium.

Di luar itu, seringkali harga BBM di kepulauan bergerak naik hingga berlipat-lipat. Tokoh masyarakat kepulauan yang juga anggota DPRD Sumenep Badrul Aini mengakui hal itu. Bahkan, suatu ketika harga premium sampai menembus Rp 16 ribu per liter. Kenaikan harga BBM disebabkan langkanya BBM di pasaran. Kelangkaan ini, akibat

Tanpa BBM, Pulau Kacau Balau

BBM UNTUK WARGA KEPULUAN

ANTRE BBM: Di daratan warga mengisi BBM dimulai dari angka Nol, sementara di Kepulauan justru Nol SPBU (tak ada SPBU)foto: istimewa

Page 37: Suluh MHSA

37SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

pasokan BBM yang tidak sesuai ke-butuhan. Mestinya, di kepulauan dibentuk ada semacam SPBU yang dipasok langsung tanker BBM un-tuk menghemat biaya. Sebab se-lama ini, warga kepulauan tidak menikmati harga BBM seperti di daratan karena setiap pengiriman BBM ke kepulauan dikenai biaya kirim. Karena itu, paling rendah warga pulau membeli BBM seharga Rp. 6.500 per liter.

Tokoh kepulauan lainnya, Haitami, curhat di kantor redaksi Suluh. Sebagai warga kepulauan dirinya tidak pernah dibuat baha-gia dengan BBM. Pertama, BBM di kepulauan tidak lancar. Ketidak-lancaran BBM ke kepulauan dis-ebabkan angin dan kelangkaan di daratan. Kedua, BBM di kepulauan pasti lebih mahal dengan harga BBM di daratan. Ketiga, mahalnya harga BBM tidak sebanding dengan penghasilan warga kepulauan yang sebagian masyarakatnya adalah ne-layan.

Dalam logika Haitami, jika har-ga BBM lebih mahal seharusnya hasil nelayan juga dihargai lebih mahal. Pergerakan angka ini dinilai seimbang mengikuti pergerakan harga BBM. Faktanya, Haitami menganggap tidak sebanding. BBM mahal sedangkan harga ikan dari nelayan ke pedagang tetap saja. Situasi inilah yang disebut Haitami sebagai bentuk pemiskinan secara sistemik. “Nelongso Pak jadi warga kepulauan,” katanya.

Disebutkan, langka dan ma-halnya BBM berfek domino. Mis-alnya, pabrikan es tidak bisa men-jalankan usahanya karena kesulitan atau merasa kemahalan BBM. Se-lain itu, nelayan enggan melaut karena hasil tangakapan tidak bisa diawetkan menyusul tidak beroper-asinya pabrikan es batu. (abe) GALAU: Seorang petani garam sedang menyiapkan lahannya untuk meproduksi garam.

foto: saiful bahri/sm

Madura dikenal sebagai penghasil garam. Tetapi ini menjadi paradoks ketika penghasil garam justru diimpori garam. Inilah yang dikeluhkan petani garam Madura. Meski mereka awam soal regulasi, tetapi mereka menilai ada yang

tidak sehat dengan niaga garam.

Itulah yang disuarakan petani garam khususnay di Sumenep, Pamekasan dan Sampang. Di Sumenep misalnya, beberapa waktu lalu Paguyuban Petani Garam Rakyat Sumenep (Perras), menyuarakan kehendak rakyat soal garam. Terutama, memreka menolak ren-cana pemerintah melakukan impor garam hingga 700 ribu ton di tahun 2012 ini. Pada-hal, garam impor belum begitu diperlukan menuju Madura karena garam di Madura belum sepenuhnya terbeli.

Ketua Perras, Hasan Basri misalnya, menjelaskan impor garam merugikan petani ga-ram rakyat. Hingga triwulan pertama tahun ini, puluhan ribu ton garam rakyat belum terserap. Itu belum termasuk sentra penghasil garam seperti di Kalianget, Saronggi, dan Pragaan. Tahun lalu, tonase garam yang terserap sebesar 40.000 - 50.00 ton. Se-dangkan lahan garam rakyat yang tersebar di 10 kecamatan seluas 2.100 hektar. Dalam hitungan petani, produktivitas rata-rata garam rakyat berada pada kisaran 30-50 ton per hektar.

Karena itu, kebijakan impor garam dinilai tidak hanya menjatuhkan harga garam raky-at. Namun juga bisa menjadikan ketergantungan yang berkepanjangan. Petani mem-inta pemerintah meninjau ulang tata niaga garam agar tidak sampai merugikan para petani garam. Masuknya garam impor ke Jatim mengancam nasib para petani garam lokal. “Madura pulau garam, lalu didrop garam, bagaimana ini bisa terjadi?,” Hasan Basri tak habis pikir.

Pemerintah, melalui Pemprov Jatim melakukan pengawasan ketat terhadap importir garam, khususnya setelah muncul Pergub nomor 78 Tahun 2011 tentang Pengendalian Garam Impor dan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat. Pengawasan harus dilakukan, agar para importir tidak melakukan kecurangan. Sebab, jika para importir ini melaku-kan kecurangan dipastikan akan bisa merugikan petani garam di Jatim, terutama Ma-dura. (sai/bet)

Mengeluh Karena Impor Garam

Page 38: Suluh MHSA

38 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Awal Mei lalu, seorang warga (alwan, 40) asal Desa Dasuk Laok, Kecamatan Dasuk,

Sumenepdibakar hidup-hidup. Pelakunya, diduga sekelompok mas-sa yang berasal dari berbagai desa di kecamatan setempat. Ditengarai, aksi brutal massa ini dikarenakan korban merupakan pencuri sekali-gus penadah ternak sapi hasil cu-rian. Memang belum terbukti, tetapi masyarakat terlanjur tidak percaya pada penegak hukum di republik ini. Lalu, mereka membuat hukum sendiri sebagaimana penegak hukum seringkali membuat hukum sendiri berdasar keyakinannya.

Alkisah, Alwan (40) lelaki malang itu diikat terlebih dahulu sebelum akhirnya dibakar secara beramai-ramai. Tidak itu saja, ia diseret be-

berapa meter dari rumahnya. Setelah itu, massa menganiaya dan memba-karnya hidup-hidup. Katakanlah ia memang pencuri dan pada akhirnya terbukti, pembakaran ini bukan In-donesia. Sebab ia bukan kayu bakar dan adegan ini bukan sedang shoot-ing sinetron. Katakanlah ini film Hollywood, tetapi pembakaran tidak dengan cara yang sesungguhnya. Tetapi ini Indonesia, mengapa sam-pai begitu keadaannya.

Banyak yang mengatakan, amuk itu karena penegak hukum tak lagi dipercaya. Bahkan tidak jarang sang penegak hukum (oknum) tampil dengan sosok yang menakutkan dari yang seharusnya ekonomi. Maka pada emosi yang membuncah didukung ketidakpercayaan keapda penegak hukum secara massif, amuk

Dua Raga Terpanggangterjadi, di Dasuk, dua hari setelah re-publik ini merayakan hardiknas (hari pendidikan nasional). Memang tidak pernah dibenarkan gaya barbar ini, tetapi jangan-jangan itulah cara war-ga mendidik penegak hukum.

Alwan memang belum terbukti mencuri sapi di rumah salah seorang warga di Desa Beringin, Kecamatan Dasuk. Memang, warga menemukan dua ekor sapi yang mereka cari dikan-dang milik Alwan. Tetapi pelakunya belum tentu Alwan dan bisa juga jadi memang Alwan. Tetapi negeri ini ne-gara hukum dan tidak begitu caranya mengadili seseorang yang diduga men-curi. Ini memang kasus langka. Tetapi suatu ketika, oknum penegak hukum yang dicurigai sebagai pencuri, bu-kan tidak mungkin akan mendapat giliran ; dibakar hidup-hidup juga.

KRIMINAL

KETIKA PENEGAK HUKUM TAK LAGI DIPERCAYA

illustrasi: repro panupticurse

Page 39: Suluh MHSA

39SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Belum sirna soal kasus pembakaran manusia secara hidup-hidup. Muncul lagi kejadian yang sama menimpa Jumaksir alias Dul Maksir (30). Warga Desa Keles, Kecamatan Ambunten Sumenep ini juga dibakar hidup-hidup. Seperti Alwan, Dul Maksir juga mati. Padahal, Maksir didu-ga mencuri sepeda motor dan sebagian warga memergokinya (sedang mencuri motor). Pembakaran Maksir ini terjadi ketika Jumaksir tengah melakukan aksi pencurian sepeda motor di Desa Pakon-dang, Kecamatan Rubaru. Apes, Jumaksir kepergok warga. Spontan warga langsung meneriakinya maling dan massa mengejar tersangka.

Dul Maksir berusaha kabur bersama sepeda motor hasil curiannya. Namun massa berhasil menangkap Dul dan langsung dihajar habis-habisan. Warga kesal karena tersangka diduga sudah beberapa kali melakukan aksi pencurian di wilayahnya. Tersangka sempat dilem-pari batu sebelum akhirnya disiram ben-sin dan dibakar hingga tewas. Namun versi lain yang berkembang, Jumaksir memang diincar warga karena dicurigai kerap melakukan pencurian sepeda mo-tor, diketahui melintas di Desa Kalebben-gan, Kecamatan Rubaru, mengendarai sepeda motor pinjaman. Warga langsung meneriaki maling dan mengejar hingga Desa Pakondang. Saat tertangkap, Ju-maksir dihajar massa dengan batu dan kayu, hingga akhirnya disiram bensin dan dibakar hingga tewas.

Atas peristiwa ini, polisi selalu nor-matif. Seperti Kabag Operasional Polres Sumenep, Komisaris Polisi Edy Purwanto, pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap aksi penganiayaan yang me-nyebabkan Jumaksir tewas. Seharusnya, bukan yang dicari bukan hanya soal be-nar tidaknya Maksir atau Alwan pencuri atau bukan. Perlu juga disadari mengapa warga membakar dua orang yang diduga pencuri. “Kami masih meminta keteran-gan sejumlah saksi terkait aksi kekerasan massa itu,” katanya kepada wartawan. (sai/bet)

Pemusnahan miras di berbagai kota seringkali dilakukan. Secara formal dilaku-kan di hadapan Forpimda (Forum Pimpinan Daerah). Ini juga yang terjadi di

Pamekasan. Sedikitnya 3000-an botol miras digilas mobil perata jalan. Tetapi ini bukan yang pertama, di beberapa waktu sebelumnya hal yang sama juga terjadi. Seakan-akan, pemusnahan miras ini seperti pepatah lama, patah tumbuh hilang berganti. Mengapa bisa begitu, jawabannya harus ditanya kepada ahlinya, ahli miras.

Pada pemusnahan kali ini, dari jumlah sebanyak 3.089 botol minuman keras yang dimusnahkan, 2.896 botol diantaranya merupakan hasil sitaan petugas Satpol PP. Sedangkan 192 botol sisanya merupakan barang bukti dari pihak Kejaksaan Neg-eri (Kejari) Pamekasan yang sebelumnya disita polisi. Jenis miras itu antara lain meliputi bir, anggur hitam, anggur ketan hitam dan anggur putih.

Barang haram untuk Kota Gerbang Salam itu semula tersimpan di gudang sebe-lum ada keputusan pengadilan untuk dilakukan pemusnahan. Pemusnahan miras itu lanjut sebagai jawaban atas keresahan beberapa kelompok masyarakat yang menduga miras itu raib tanpa identitas. “Tidak mungkin kami menghilangkan ba-rang bukti yang pernah disita dari orang lain, sebab itu berkaitan dengan masalah hukum,” Kepala Satpol PP, Willy Agusta menjelaskan.

Di Pamekasan, miras sangat dilarang. Begitu pentingnya pelarangan miras ini, pemerintah memiliki payung hukum berupa Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2001, tentang larangan minuman berlakohol dan anti prostitusi. Satpol PP Pame-kasan di Pamekasan tetap ebrjuang untuk menyita miras jika di saat yang lain kembali menemukan miras. Operasi Pol PP tidak boleh berhenti dan harus terus berlanjut, baik operasi miras ataupun operasi prostitusi.

Inilah sebabnya, pemkab menolak adanya isu pencabutan perda larangan miras yang datang dari pusat. Sebab, perda larangan miras di Pamekasan sudah efektif dan berjalan dengan baik. Ketua komisi A, M Suli Faris, mengaku sudah meng-komunikasikan kepada pemerintah agar tidak mengganggu perda yang sudah efektif, berguna bagi masyarakat, dan sesuai dengan agama yang dianut sebagian besar penduduk negeri ini. “Dulu pernah ada isu pemerintah pusat menyarankan daerah agar mencabut perda miras, kami tolak,” ujarnya. (muk/bet)

Dimusnahkan, Miras Tak Punah

foto: saiful bahri/sm

MUSNAHKAN MIRAS: Khalilurrahman, Bupati Pamekasan sedang melakukan pemusna-han ribuan botol miras yang berhasil di sita oleh petuga.

Page 40: Suluh MHSA

40 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

Sengketa sebuah rumah yang semula ditempati polisi di Ja-lan Jokotole, berakhir sudah.

Ini terjadi karena ahli waris Zain Umar Basyarahil selaku penggugat menerima surat penetapan ekseku-si pada 7 Februari 2012. Melalui su-rat bernomor W14-U7/185/HK.02/II/2012. Dalam surat dijelaskan, tergugat (Polres Pamekasan) masih diberi tenggat waktu untuk meny-erahkan rumah secara sukarela ke-pada penggugat sampai 28 Febru-ari. Pengadilan pun mengeksekusi, tanpa kekerasan.

Sengketa rumah tersebut ber-langsung lama dan berliku. Tahun 2002 lalu Zain Umar Basyarahil menggugat Kapolwil Madura. Itu karena 30 tahun lamanya Pol-wil menempati rumah tersebut

dan tidak pernah membayar sewa rumah. Sampai akhirnya, peng-gugat menang mulai dari Pan-gadilan Negeri Surabaya hingga banding di Mahkamah Agung. Hal itu berdasarkan putusan perkara PN Surabaya, PT Jawa Timur, dan Mahkamah Agung (MA), Nomor 589/Pdt.G/2002/PN.SBY jo Nomor 118/Pdt/Pdt/2004.Sby juncto No-mor 1255K/Pdt/2005.

Meskipun sudah dinyatakan menang, Kapolwil Madura tetap menempati rumah tersebut dan PN Pamekasan enggan untuk mengek-sekusi. Kuasa hukum penggugat berulang kali mendatangi Kantor PN Pamekasan, tetapi tak juga ada proses eksekusi. Pada tanggal 27 April 2011, Kapolres Pamekasan meminta waktu untuk mengosong-

Eksekusi, Akhir dari Seteru

KRIMINAL

SENGKETA RUMAH DINAS POLISI PAMEKASAN

kan sendiri hingga 8 hari. Namun, lagi-lagi janji pengosongan tidak dilakukan.

Pada 5 Mei 2011, pihak polres meminta perpanjangan waktu un-tuk mencapai kesepakatan dengan penggugat dan siap mengosong-kan sendiri. Setelah melewati batas perjanjian pengosongan, PN Pame-kasan mengeluarkan surat putusan menghukum tergugat dengan mem-bayar uang paksa Rp 250 setiap hari untuk keterlambatan pengosongan. Selanjutnya, eksekusi tersebut be-lum dilakukan hingga pada bulan September dan dipasrahkan kepada Kejaksaan Agung.

Akhirnya, pada 7 Februari su-rat penetapan eksekusi turun dan Kapolres diberi tenggang waktu

EKSEKUSI: Beberapa orang petugas Pengadilan Negeri Pamekasan sedang melakukan penyitaan terhadap rumah dinas polri yang disengketakan warga.

foto: saiful bahri/sm

Page 41: Suluh MHSA

41SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

hingga 28 Februari 2012 untuk men-gosongkan rumah. Penasehat hukum penggugat eks rumah dinas Kapolwil Madura, mensinyalir rumah sengketa di Jalan Jokotole Pamekasan telah diproses menjadi aset negara. Pa-dahal, Mahkamah Agung menerima gugatan Zain Umar Basyarahil atas rumah sengketa yang berhimpitan dengan Kantor Cabang Bank BCA Pamekasan.

Namun, eks rumah dinas Kapolwil Madura yang kemudian dihuni Kapol-res Pamekasan semasa AKBP Anjar Gunadi itu benar-benar dikosongkan. Kapolres Pamekasan yang baru, AKBP Nanang Chadarisman memilih meng-huni rumah dinas di tempat yang lain. Pengosongan barang dari eks Rumdin Kapolwil Madura itu di mulai tanggal 20 Pebruari 2012 lalu. Kini, rumah sengketa itu benar-benar kosong tak berpenghuni. Bahkan, rumah seng-keta itu gelap gulita saat malam tiba. Tak ada satu pun cahaya lampu men-erangi rumah sengketa yang dipredik-si bernilai lebih dari Rp 2 Miliar terse-but.

Tanggal 24 Mei lalu, eksekusi pun berlangsung damai. Eksekusi eks Rumah Dinas (Rumdin) Kapolres Pamekasan yang dilaksanakan tim eksekutor dari Panitera Sekretaris Pengadilan Negeri (PN) berlalu tanpa perlawanan. Sejak petugas membuka pintu gerbang tepat jam 09.00 Kamis (24/5/2012), tidak tampak seorang-pun anggota kepolisian yang berjaga-jaga di sekitar lokasi untuk melaku-kan pengaman. Diduga, polres telah mengetahui posisinya sesuai putusan Mahkamah Agung. Meski Kapolda Ja-tim melayangkan PK atas putusan MA yang telah memenangkan penggugat. “Tidak ada masalah, eksekusi ini tidak akan terhalang PK (peninjauan kem-bali),” kuasa hukum penggugat, Luh Putu Susila Dewi menjelaskan. (muk/bet)

PERANGKAP RAJUNGAN: Seorang ibu di pesisir Pademawu Pamekasan sedang merapikan perangkap-perangkap rajungan yang digunakan suaminya untuk mencari nafkah.

Rajungan merupakan potensi kelautan dan perikanan. Namun rajun-gan Madura, sudah dikenal paling lezat. Itu lantaran selat Madura memiliki kadar garam yang cukup tinggi. Selain itu, rajungan sudah

lama menjadi menu seafood favorit. Daging rajungan yang tersembunyi dibalik kerasnya kerapas atau cangkang binatang itu, lezat terasa, gurih, dan dingin-dingin.

Selain dagingnya, cangkang rajungan ternyata juga sedang menjadi pri-madona. Rupanya, kulit rajungan mengandung kitosan. Ini adalah sejenis zat yang bisa digunakan sebagai bahan pengawet makanan. Selain itu, produsen kosmetik pun mulai memanfaatkan kulit rajungan itu. Sebab, cangkang rajungan juga mengandung zat yang berfungsi sebagai fung-isida atau bahan anti jamur.

Namun di Madura, sedikit orang yang secara khusus mengelola cang-kang rajungan. Tetapi sebagian besar warga justru menjadi penangkap rajungan melalui ranjau yang terbuat dari anyaman bambu. Di Sampang misalnya, terdapat Tofa yang menekuni bisnis ini. Usaha pengupasan ra-jungan itu telah dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir ini. Awalnya, Cuma melayani permintaan dan pengiriman ikan segar ke para pengepul di Surabaya. Kemudian usaha rumah tangga ini berkembang melayani permintaan rajungan. Rajungannya sendiri dipasok beberapa nelayan.

Ada dua jenis rajungan unggulan yang menjadi primadona pengiriman. Yakni, jenis jumbo dan jenis back fish. Harganya pun berbeda antara ked-ua jenis rajungan itu. Rajungan jumbo lebih mahal dari back fish. “Per-mintaan meningkat sedang stoknya terbatas karena pasar tidak hanya dari dalam melainkan dari dalam negeri juga,” pemilik udaha rajungan itu menjelaskan. (fat/bet)

Menjinakkan Cangkang Rajungan

Page 42: Suluh MHSA

42 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012

OASE

Ada Hotel Sunway didekat pu-sat kota, tidak jauh dari Wat Phnom. Ramos Horta pernah menginap di hotel itu. Nama Pol Pot tidak asing di hotel itu

seperti juga bukan hal yang baru di negeri ini. Pol Pot sebagai penguasa di jamannya tetapi ia lebih terkenal karena berhasil membunuh manusia hingga mencapai 2 juta orang dari bangsanya sendiri. Men-gapa Pol Pot kejam, warga Phnom Penh juga tidak begitu tahu peris alasannya. Ka-rena itu warga Phnom Penh yakin Pol Pot sendiri yang lebih tahu apa sebab mem-bantai.

Di Sumenep, sejumlah warga juag kejam. 2 jiwa dipanggang hidup-hidup. 1 orang dibakar di Dasuk dan 1 orang lain-nya di Rubaru di dalam bulan yang sama, Mei lalu. Meski dipanggang di tempat yang berbeda, alasannya sama. Dua jiwa yang dibakar hidup-hidup karena men-curi. Korban di dasuk diduga mencuri sapi dan di Rubaru mencuri sepeda motor. Be-gitulah versi warga. Tetapi alasan apapun, pembakaran jasad hidup-hidup bukan solusi dan ini bukan tradisi dalam agama baru.

Dari sisi sosial, masyarakat sudah muak dengan penegakan hukum di re-publik ini. SDM penegak hukum di negeri ini diragukan kompetensinya. Warga mer-asa hukum di tanah ini bisa dibeli. Hukum pandang bulu. Semakin banyak bulu sese-orang maka ia berpeluang menang dalam perkara hukum. Sebaliknya, semakin tidak berbulu kian mudah masuk penjara. Con-toh kecil, ada seorang anak mencuri san-dal milik penegak hukum, di situlah hu-kum berlaku dan tegak pada sosok yang

tidak berbulu. Sementara pelanggaran hukum bagi yang berbulu, cukup berliku jalannya.

Pada kasus pembakaran manusia oleh manusia di Dasuk dan Rubaru, sekali lagi publik muak. Penegak hukum diang-gap tegak pada yang lemah. Pada yang kuat, penegak hukum sendiri yang lemah. Dalam situasi amuk seperti ini, siapa saja terancam. Bila suatu ketika penegak hu-kum atau siapa saja tersesat dan mencuri, massa akan membakarnya hidup-hidup pula, apapun latarnya karena yang dike-tahui publik cuma satu hal : diangap pen-curi. Ini pasti logika hukum yang tidak be-nar karena publik yakin dengan praduga bersalah.

Di sini ada pengambilalihan, semacam kudeta peran karena yang berwenang dianggap tidak bisa berbuat apa-apa se-lain hidup sendiri dengan biaya negara. Ini juga yang menyebabkan publik yang kehilangan pun enggan melaporkan peri-stiwa kemalingan itu kepada penegak hukum. Sebab, melapor satu sapi yang hilang akan terancam kehilangan seekor sapi lainnya yang tersisa di kandang. Teta-pi, publik tidak sepenuhnya benar karena pasti masih ada penegak hukum yang baik. Bahwa ada penegak hukum yang pandang bulu, pastilah hanya oknum. Na-mun apa jawabannya bila oknumnya ban-yak dan merata?

Soal kudeta peran ini dilakukan Jen-deral Lon Nol terhadap Raja Sihanouk sewaktu keluar negeri. Khmer Merah saat itu melawan dan dikomandani Pol Pot dengan basis petani, orang desa dan me-musuhi orang kota. Pada tanggal 17 April 1975 saat tentara Pol Pot menang dan

bisa memasuki kota Phnom Penh, di saat itu juga Pol Pot memerintahkan penduduk kota agar segera meninggalkan kota ka-rena (diisukan) pesawat Amerika akan segera membombardir kota. Siapa yang menolak tanpa ampun langsung dibunuh, tak ada toleransi. Seperti di Dasuk dan Ru-baru, berani maling berarti menghalalkan dirinya dibakar hidup-hidup.

Polpot memang “gila”. Para biksu dibunuh bila tak tunduk Angkar, pemer-intahan Pol Pot. Pemeluk agama juga dibunuh karena dianggap memiliki loyali-tas ganda. Sat kaki ke Angkar dan satu kaki lainnya ekpada agama. Begitu pula para intelektual dicincang karena dinilai bisa membaca. Sebagian dari mereka dipen-jara dan disiksa. Kekejaman lainnya, bagi Pol Pot masih berharga peluru daripada nyawa. Karena itu, balita tidak dibunuh dengan peluru melainkan dibanting ke batang pohon. Sedangkan orang dewasa cukup dipacul atau tubuhnya dimasuk-kan kantong plastik diikat dan mati lemas. Mootnya, kill wrongly better than release wrongly.

Tetapi sekejam-kejamnya Pol Pot, se-jarah belum cerita ia membakar warganya hidup-hidup dan membiarkan jasadnya melepuh seperti kambing guling. Pol Pot masih menguburnya secara massal di wilayah Choen Ek, daerah yang begitu banyaknya jenasah manusia (killing field). Kekejaman yang terjadi di sekitar kita baik karena wanita, tahta, dan harta, ini semakin menegaskan bahwa barbarisme ada dan meneguhkan Madura sebagai Sisilia of Java. Sebab di negeri ini, kekeja-man tidak hanya pada aspek fisik, psikis, tetapi juga sistem bahkan hukum. (*)

Sisilia of JavaOleh : ABRARI ALZAEL

Page 43: Suluh MHSA

43SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012 |

Page 44: Suluh MHSA

44 | SULUH MHSA | XII | MEI-JUNI 2012