5

Click here to load reader

Suku Bali

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Suku Bali

Suku Bali

Pengenalan suku

Siapa tak kenal Bali? Di luar negeri, Bali lebih dikenal daripada Indonesia. Kata “Bali” merupakan daya tarik kuat bagi wisatawan asing untuk dating ke Indonesia. Pulau Dewata ini didiami oleh sebagian besar suku Bali. Orang Bali juga terdapat di Pulau Lombok bagian barat. Ada juga yang bertransmigrasi ke daerah lain di Indonesia, seperti Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah dan Selatan serta Irian Jaya.

Sosial Budaya

Ada dua kelompok masyarakat suku Bali. Yang pertama adalah Bali Aga, yaitu penduduk asli yang mendiami daerah pegunungan. Sedang yang kedua adalah Bali Majapahit, yaitu pendatang dari Jawa (Kerajaan Majapahit) yang beragama Hindu, tinggal di sebagian besar Pulau Bali, khusunya dataran rendah.

Mata pencaharian utama orang Bali Aga maupun Bali Majapahit adalah bercocok tanam di sawah. Sistem irigasi mereka dikenal dengan sebutan subak. Ikatan solidaritas antar sesame a nggota satu subak ( satu sumber air yang sama) terlihat saat rapat subak atau saat upacara keagamaan khhusus. Masyarakat Bali juga mengenal ikatan lain berkenaan dengan kegiatan tertentu dalam kehidupan mereka yang disebut dadia. Suatu dadia biasanya menempati satu kompleks rumah yang dibatsi oleh tembok sekitar 2m dengan sebuah pintuu masuk yang dihiasi dengan gapura dan anak tangga. Di dalamnya juga ada seuah kuil tempat pemujaan milik keluarga. Ikatan lain didasarkan atas sistem religi orang Bali, yaitu Hindu Bali. Terdapat juga ikatan berdasarkan aktivitas mata pencaharian dan ikatan antar warga kasta.

Keindahan alam Bali jug amenjadikan sektor pariwisata berkembang pesat. Wajah pulau Bali telah berubah dengan hotel-hotel mewah, biro-biro perjalanan, dan penerbangan internasional.

Agama dan kepercayaan

Kepercayaan orang Bali adalah Hindu Bali. Sebagian kecil beragama Islam, Kristen, dan Budha. Walau agama Hhindu besar pengaruhnya terhadap kebudayaan penduduknya, orang Bali berhasil mempertahankan budaya aslinya, sehingga tidak sama dengan budaya India. Orang Hindu Bali percaya akan adanya satu Tuhan, dalam konsep Trimurti (tiga wujud) yang esa. Brahmana, wujud yang menciptakan; Wisnu, wujud yang melindungi serta memelihara; Siwa, wujud yang melebur segala yang ada. Orang Bali mengenal adanya Panca Yadnya (lima upacara): Manusia Yadnya atau upacara-upacara siklus hidup dari masa kanak-kanak sampai dewasa; Pita Yadnya atau upacara kepada roh leluhur, meliputi upacara kematian sampai penyucian roh leluhur; Dewa Yadnya atau upacara pentahbisan pendeta/mediksa; dan Buta Yadnya atau upacara yang ditujukan kepada kala dan buta serta roh-roh yang dapat mengganggu.

Kebutuhan

Yang mereka butuhkan sekarang adalah agar pemerintah merencanakan perkembangan pariwisata sesuai daya dukung Bali. Areal umum seperti pantai misalnya, sudah semakin sempit karena pembangunan hotel. Orang-orang tidak lagi bisa leluasa merendam tubuhnya di pantai atau

Page 2: Suku Bali

menikmati cahaya bulan purnama. Sementara, pencemaran udara dan kebisingan meningkat. Pecemaran air juga tidak kalah gawatnya. Dibutuhkan perencaan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan sosial dalam membnagun Bali sebagai daerah pariwisata.

Suku Betawi

Pengenalan suku

Orang Betawi dianggap sebagai penduduk asli Jakarta. Suku Betawi yang sering disebut orang Jakarta, Betawi, Batavi, Batawi atau Jakarte merupakan suku yang terbentuk dari hasil pembauran suku-suku yang dating ke Batavia (nama Jakarta di masa lampau) dan yang menduduki kota pelabuhan sejak abad ke-15. Keaslian orang Betawi bisa dijumpai di kawasan pinggir kota Jakarta, misalnya, di Pasar Minggu (Jakarta Selatan) atau kawasan Condet (Jakarta Timur), serta di daerah Kampung Sawah, Bekasi, Jawa Barat.

Sosial Budaya

Di tengah kota, orang Betawi hidup sebagai pedagang, pegawai negeri, buruh, tukang, atau pegawai swasta. Sedangkan di daerah pinggiran, sebagian besar adalah petani, yaitu petani buah-buahan, petani sawah, dan pemelihara ikan. Misalnya di daerah Jagakarsa, Ciracas dan Cilangkap. Areal pertanian mereka makin lama makin menyempit, karena banyak yang dijual untuk pembangunan perumahan, industry dan lain-lain. Karena itulah, maka para petani itu mulai beralih pekerjaan menjadi buruh, pedagang, tukang ojek, dan lain-lain.

Bagi orang Betawi , sangat sulit untuk berpisah dengan keluarga. Menurut mereka, kalauu di kampong sendiri, susah sedikit, mereka bisa minta tolong ke family yang mampu dan meminta sedikit bantuan. Hal ini menimbulkan kesan mereka kurang gigih dalam mencari nafkah dibandingkan pendatang. Tingkat pendidikan formal penduduk asli Jakarta umumnya amat rendah. Kemungkinan, penyebabnya karena dahulu “sekolah” mereka hubungkan dengan cara hidup orang Kristen (Belanda) atauu orang Cina yang kurang merka sukai. Sedangkan guru mengaji mendorong mereka untuk memilih belajar mengaji, masuk pesantren atau masuk madrasah. Mereka juga memiliki kesenian yang khas, seperti lenong, ondel-ondel, topeng, tanjidor, atau wayang golek Betawi. Tapi sekarang kita mulai jarang menemukan orang Betawi yang terlibat dalam pergelaran kesenian tradisional mereka.

Page 3: Suku Bali

Agama dan kepercayaan

Orang Betawi, dalm hidup sehari-hari maupun dalam cara bergaul banyak berorientasi pada etika Islam. Ada empat pandangan hidup yang masih terlihat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Yang pertama, setiap berjumpa, orang Betawi akan mengucapkan “Assalamaualaikum”. Kedua, bilatiba waktunya untuk sembahyang (isya, subuh, lohor, asar, maghrib) harus segera dilaksanakan. Ketiga, jika punya anak gadis sudah cukup dewasa harus segera dinikahkan. Keempat, kalau ada tamu harus disuguhi atau dijamu menurut kemampuan masing-masing. Filsafat dasar mereka adalah “Rezeki hanya buat hari ini, besok adalah urusan besok”. Mereka yakin, Allah SWT pasti akan memberi rezeki. Di lain pihak, mereka juga percaya akan roh-roh di tempat-tempat tertentu, misalnya pohon, jembatan, kuburan dll

Kebutuhan

Generasi muda Betawi membutuhkan bekal ilmu pengetahuan yang cukup agar bisa beradaptasi di era teknologi dan informasi ini. Sementara itu, orang Betawi lapisan bawah, yang sub-kulturnya masih agraris, membutuhkan pembaharuan sikap atau pandangan baru. Mereka harus mampu mengejar prestasi, hemat, bersaing agar bisa bertahan hidup di kota metropolitan yang amat menghargai produktivitas dan efisiensi.

Suku Sunda

Pengenalan suku

Suku Sunda adalah penduduk asli Jawa Barat. Populasi orang Sunda berjumlah sekitar 32 juta jiwa. Melihat jumlahnya yang besar, mereka merupakan suku kedua terbesar di Pulau Jawa. Wilayah asal orang Sunda ini biasa disebut sebgai Tatar Sunda atau Tanah Pasundan. Oang Sunda hidup berdampingan dengan beberapa kelompok lain seperti orang Banten, Cirebon, dan Baduy.

Sosial Budaya

Secara turun-temurun orang Sunda tinggal terutama di Propisnsi Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Secara tradisional, orang Sunda menggantungkan hidup dari bertani. Baik untuk keperluan sendiri atau untuk dijual. Secara umum, tanah di Jawa Bara memiliki tingkat kesuburan yang sangat tinggi. Hal ini menjadikan Jawa Barat sebagai penghasi utama berbagai hasil pertanian dan perkebunan. Daerh ini bahkan sudah lama menjadi lumbung padi nasional. Selain padi, the juga diusahakan dalam perkebunan-perkebunan yang besar, terutaa di daerah pegunungan. Berbagai tanaman palawija dan buah-buahan juga dapat tumbuh subur.

Umumnya orang Sunda terkenal ramah dan cukup terbuka dengan orang asing. Dalam banyak hal mereka adalah orang-orang yang berpikiran maju. Orang Sunda memiliki banyak kemiripan dengan orang Jawa, terutama dalam hal pakaian dan cara bertani. Hal ini mungkin karena secara geografis mereka bertetangga. Namun demikian, bahasa Sunda memiliki abjad, struktur, dan kosa kata yang berbeda dengan bahasa Jawa.

Saat ini orang Sunda telah tersebar ke berbagai daerah di Indonesia. Pembangunan daerah industry dan perumahan secara besar-besaran mulai mengubah gaya hidup orang Sunda. Banyak dari mereka

Page 4: Suku Bali

yang tidak lagi menjadi petani. Orang Sunda termasuk suku yang cukup banyak berperan dalam pemerintahan. Sebagian lagi merupakan pedagang yang ulung.