Upload
hardianfaisal
View
116
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
m
Citation preview
Suara napas tambahanPosted on May 6, 2011 by Administrator
Selain suara napas bronkial dan vesikular yang merupakan suara napas
normal, terdapat suara napas lain yang disebut suara napas tambahan
(adventitious sounds atau added sounds). Suara napas tambahan hanya
didapatkan pada keadaan tidak normal. Suara napas tambahan disebut juga
suara napas tidak normal (abnormal breath sounds), suara ini disebabkan
karena adanya penyempitan jalan napas atau obstruksi. Menurut lamanya
bunyi, suara napas tambahan dibedakan menjadi suara yang terdengar
kontinu dan suara yang terdengar tidak kontinu.
Suara napas tambahan dapat dibedakan menjadi empat bunyi, yaitu:
- Stridor, yaitu suara yang terdengar kontinu (tidak terputus-putus),
bernada tinggi yang terjadi baik pada saat inspirasi maupun pada saat
ekspirasi, dapat terdengar tanpa menggunakan stetoskop, bunyinya
ditemukan pada lokasi saluran napas atas (laring) atau trakea, disebabkan
karena adanya penyempitan pada saluran napas tersebut. Pada orang
dewasa, keadaan ini mengarahkan kepada dugaan adanya edema laring,
kelumpuhan pita suara, tumor laring, stenosis laring yang biasanya
disebabkan oleh tindakan trakeostomi atau dapat juga akibat pipa
endotrakeal.
- Ronkhi basah, yaitu suara yang terdengar kontinu. Ronkhi adalah suara
napas tambahan bernada rendah sehingga bersifat sonor, terdengar tidak
mengenakkan (raspy), terjadi pada saluran napas besar seperti trakea
bagian bawah dan bronkus utama. Disebabkan karena udara melewati
penyempitan, dapat terjadi pada inspirasi maupun ekspirasi.
- Suara mengi (wheezing), yaitu suara yang terdengar kontinu, nadanya
lebih tinggi dibandingkan suara napas lainnya, sifatnya musikal, disebabkan
karena adanya penyempitan saluran napas kecil (bronkus perifer dan
bronkiolus). Karena udara melewati suatu penyempitan, mengi dapat
terjadi, baik pada saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Penyempitan jalan
napas dapat disebabkan oleh sekresi berlebihan, konstriksi otot polos,
edema mukosa, tumor, maupun benda asing.
- Ronkhi kering (Rules atau crackles) yang terdengar diskontinu (terputus-
putus), ditimbulkan karena adanya cairan di dalam saluran napas dan
kolapsnya saluran udara bagian distal dan alveoli. Ada tiga macam ronkhi
kering: halus (fine rales), sedang (medium rules), dan kasar (coarse rules).
- Bising gesek pleura (Pleural friction rubs)
Bising gesek pleura dihasilkan oleh bunyi gesekan permukaan antara pleura
perietalis dan pleura viseralis. I3unyi gesekan terjadi karena kcdua
permukaan pleura kasar. Permukaan pleura yang kasar biasanya
disebabkan oleh eksudat fibrin. Suara gesekan terdengar keras pada akhir
inspirasi walaupun sebenarnya Bising gesek terdengar selama inspirasi
maupun ekspirasi. Bising gesek pleura terdengar pada saat bernapas
dalam. Gesekan lebih string terdengar pada dinding dada lateral bawah dan
anterior. Gesekan yang kuat juga dapat dirasakan pada saat palpasi, dan
terasa sebagai vibrasi.
Pada beberapa literatur, mengi (wheezing) disamakan dengan ronkhi,
seperti halnya pada buku kedokteran Inggris. Buku kedokteran Amerika,
menyebut mengi dengan istilah wheezing. Menurut Tisi, pada ronkhi
nadanya lebih rendah dibandingkan dengan nada mengi, ronkhi bersumber
di saluran napas yang lebih besar sedangkan mengi bersumber di saluran
napas yang lebih kecil. Penerjemahan istilah ronchi, wheezing, rules dan
crackles ke dalam hahasa Indonesia belum seragam. Banyak yang
menerjemahkan rales atau crackles menjadi ronkhi. Ronkhi kering untuk
padanan fine rules sedangkan ronkhi basah sebagai padanan coarse roles.
Wheeze atau wheezing diterjemahkan menjadi mengi.
Ronkhi yang terdengar dini saat inspirasi disebabkan oleh obstruksi saluran
napas. Ronkhi kering yang terjadi dini saat inspirasi biasanya disebabkan
oleh penutupan saluran pernapasan kecil pada saat akhir ekspirasi, suara
ini akan hilang setelah menarik napas dalam dalam beberapa kali. Ronkhi
kering yang terjadinya terlambat pada saat inspirasi (suaranya seperti
ketika mengelentek “velcro”, (hook and loop fastener), biasanya berkaitan
dengan penyakit yang menyebabkan defek ventilasi yang sifatnya restriktif
seperti fibrosis interstisial difus idiopatik, asbestosis dan sarkoidosis.
Pustaka
Respirologi Oleh DR. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP
Otot dalam keadaan normal mempunyai ketegangan tertentu (kelenturan yang baik) disebut tonus otot. Bila ketegangan menurun disebut hypotunus, kondisi ini menyebabkan seseorang akan mengalami cepat lelah, mudah mengantuk, serta emosional. Kondisi demikian biasanya akibat kurang makan-makanan yang berserat, vitamin, dan kurang gerak badan. Namun, apabila ketegangan otot meninggi disebut hypertonus otot.Spasme dan Spastik.Spasme adalah ketegangan otot meningkat akibat adanya rasa nyeri. Hal ini terjadi sebagai bagian dari proteksi agar bagian tubuh yang nyeri tidak bergerak sehingga tidak menimbulkan kerusakan jaringan lebih parah. Spasme bersifat sementara dan dapat kembali normal.Sedangkan spastik adalah ketegangan otot meningkat akibat kerusakan sistem neuro muscular, sehingga kontraksi otot tidak terkontrol oleh pusat kesadaran. Biasanya terjadi pada kondisi dimana terjadi kerusakan sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis).Spastik bersifat permanen, walaupun otot dapat dirileksasi hanya sementara, akhirnya akan kembali tegang lagi.Nyeri pada tubuh merupakan perasaan spesifik seseorang yang diinformasikan oleh mekanisme pertahanan organisasi tubuh terhadap suatu lesi atau kerusakan jaringan. Maka, tidak berlebihanlah kalau tubuh kita harus dirileksasi dengan massage sebulan sekali secara rutin dan kontinyu agar kerusakan pada jaringan dapat terdeteksi dan dicegah dari dini.
PPOK/COPD by Admin on Wed Nov 07, 2007 12:38 pm
Penyakit
Paru Obstruksi Kronik [PPOK] adalah penyakit paru dengan terjadinya
sumbatan aliran udara pada paru yang berlangsung lama. Dalam istilah
Inggrisnya dikenal sebagai Chronic Obstructive Pulmonary Disease [COPD].
Normalnya,
saat kita bernapas, udara akan masuk melalui hidung atau mulut, melalui
tenggorokan, trakea, bronchus [cabang trachea, mengandung lendir dan cilia
yang berfungsi untuk proses pembersihan udara], bronchiolus [cabang
bronchus], dan kemudian ke alveoli [kantung-kantung udara di paru].
Setelah itu terjadi pertukaran antara oksigen dan carbon dioksida. Oksigen
akan diserap ke dalam pembuluh darah, sedangkan carbon dioksida akan
dikeluarkan melalui saluran napas.
PPOK
mempunyai 3 gejala umum utama, yaitu : sesak napas, batuk menahun, dan
batuk berdahak. Namun pada kasus yang ringan tidak menimbulkan gejala
apapun. Beberapa ciri dari PPOK yaitu : biasanya dialami oleh perokok
berat, gejala muncul pada usia 40-an, gejala semakin lama semakin
bertambah buruk, gejala memburuk pada musim hujan/dingin, dan tidak ada
hubungannya dengan alergi.
Terdapat
2 jenis PPOK, yaitu Bronchitis Chronic dan Emphysema.
Pada bronchitis chronic terjadi peradangan pada dinding saluran napas
sehingga menghasilkan terlalu banyak lendir. Akibatnya saluran napas
menyempit sehingga pertukaran udara di paru terganggu. Pada bronchitis
chronic juga terjadi kerusakan pada cilia yang berfungsi untuk
membersihkan lendir berlebihan dalam saluran napas. Pada emphysema,
terjadi pembesaran dan kerusakan luas alveoli, sehingga terjadi gangguan
pertukaran udara dalam paru.
Penegakan
diagnosis dari PPOK mencakup pemeriksaan anamnesis [pola hidup-riwayat
merokok, riwayat penyakit keluarga, keluhan yang dialami, dsb],
pemeriksaan fisik [pada saluran napas dan jantung], dan pemeriksaan
penunjang [pemeriksaan laboratorium, rontgen dada, dan test fungsi paru].
Beberapa
hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ini :
[1]
Berhenti merokok, dapat memperlambat proses perburukan penyakit, mencegah
komplikasi, dan memperpanjang harapan hidup.
[2]
Latihan pernapasan [pursed-lip breathing dan diaphragmatic breathing]. Pursed-lip
breathing : duduk tegak dengan otot leher dan bahu dalam keadaan
rileks. Tarik napas secara perlahan melalui hidung selama 2 hitungan.
Hembuskan napas secara perlahan melalui mulut Anda [dengan gerakan seperti
meniup lilin] selama 4 hitungan atau lebih. Diaphragmatic breathing
: duduk atau berbaring dalam posisi nyaman dengan kepala bersandar dan
lutut ditekuk. Otot leher dan bahu dalam keadaan rileks. Tempatkan salah
satu tangan di uluhati dan tangan lainnya di dada. Tarik napas secara
perlahan melalui hidung selama 2 hitungan. Lalukan dengan cara yang benar
sampai Anda merasakan otot uluhati dalam keadaan rileks dan mengembang dan
posisi dada tidak berubah. Kencangkan otot uluhati dan hembuskan napas
melalui mulut 4 hitungan. Anda akan merasa otot uluhati mengempis.
[3]
Perkusi dada, untuk membantu mengeluarakan dahak/lendir yang berlebihan
dari paru. Dengan cara : rapatkan kelima jari tangan Anda membentuk
mangkuk lalu tepuk-tepuk dada dan punggung [dengan atau tanpa bantuan
orang lain] secara lembut.
[4]
Olahraga, pilih yang mampu Anda lakukan, misal berjalan, bersepeda,
berenang, dsb.
[5]
Mempertahankan berat badan ideal.
[6]
Minum banyak air untuk membantu mengencerkan dahak.
[7]
Konsumsi cukup protein [daging dan produk susu], buah, dan sayuran.
Bila
Anda telah mengalami penyakit ini, segeralah memeriksaan diri ke dokter
secara teratur. Dengan menjalani pengobatan secara teratur dan melakukan
perubahan perilaku, Anda masih mempunyai kesempatan untuk hidup lebih
sehat dan bugar.
BERANDA ABOUT ME
COPD (PPOK)
26112009
3 Votes
Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang biasa disebut sebagai PPOK merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang bersifat progresif ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi
Definisi
COPD atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan penyakit yang dapat dicegah dan dirawat dengan beberapa gejala ekstrapulmonari yang signifikan, yang dapat mengakibatkan tingkat keparahan yang berbeda pada tiap individual. Penyakit paru kronik ini ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.3
Prevalensi
Di Amerika, kasus kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta, 726.000 memerlukan perawatan di rumah sakit dan 119.000 meninggal selama tahun 2000. Sebagai penyebab kematian, PPOK menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung, kanker dan penyakti serebro vascular. Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit ini mencapai $24 milyar per tahunnya. WHO memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat. Akibat sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya akan meningkat dari ke duabelas menjadi ke lima dan sebagai
penyebab kematian akan meningkat dari ke enam menjadi ke tiga. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga Dep. Kes. RI tahun 1992, PPOK bersama asma bronchial menduduki peringkat ke enam. Merok merupakan farktor risiko terpenting penyebab PPOK di samping faktor risiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lainnya.2
Etiologi
Setiap orang dapat terpapar dengan berbagai macam jenis yang berbeda dari partikel yang terinhalasi selama hidupnya, oleh karena itu lebih bijaksana jika kita mengambil kesimpulan bahwa penyakit ini disebabkan oleh iritasi yang berlebihan dari partikel-partikel yang bersifat mengiritasi saluran pernapasan. Setiap partikel, bergantung pada ukuran dan komposisinya dapat memberikan kontribusi yang berbeda, dan dengan hasil akhirnya tergantung kepada jumlah dari partikel yang terinhalasi oleh individu tersebut.1
Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Faktor resiko genetik yang paling sering dijumpai adalah defisiensi alfa-1 antitripsin, yang merupakan inhibitor sirkulasi utama dari protease serin.3
Faktor resiko COPD bergantung pada jumlah keseluruhan dari partikel-partikel iritatif yang terinhalasi oleh seseorang selama hidupnya :4
Asap rokok
Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita COPD bergantung pada “dosis merokok”nya, seperti umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok.
Enviromental tobacco smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami gejala-gejala respiratorik dan COPD dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-paru “terbakar”.
Merokok selama masa kehamilan juga dapat mewariskan faktor resiko kepada janin, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paru-paru dan perkembangan janin dalam kandungan, bahkan mungkin juga dapat mengganggu sistem imun dari janin tersebut.
Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan
Hampir 3 milyar orang di seluruh dunia menggunakan batubara, arang, kayu bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil energi untuk memasak, pemanas dan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya. Sehingga IAP memiliki tanggung jawab besar jika dibandingkan dengan polusi di luar ruangan seperti gas buang kendaraan bermotor. IAP diperkirakan membunuh 2 juta wanita dan anak-anak setiap tahunnya.
o Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan.
o Infeksi saluran nafas berulang
o Jenis kelamin
Dahulu, COPD lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Karena dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi dewasa ini prevalensi pada laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok itu sendiri. Beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok wanita lebih rentan untuk terkena COPD dibandingkan perokok pria.
o Status sosio ekonomi dan status nutrisi
o Asma
o Usia
Onset usia dari COPD ini adalah pertengahan
Patogenesis
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari COPD ini adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan. Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan.4
Komponen-komponen asap rokok tersebut juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps.4
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien COPD, yakni : peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding saluran nafas dan parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi yang terjadi pada penderita asma.5
Klasifikasi
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2007, dibagi atas 4 derajat :4
1. Derajat I: COPD ringan
Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum). Keterbatasan aliran udara ringan (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 > 80% Prediksi). Pada derajat ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal.
1. Derajat II: COPD sedang
Semakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP1 / KVP < 70%; 50% < VEP1 < 80%), disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas. Dalam tingkat ini pasien biasanya mulai mencari pengobatan oleh karena sesak nafas yang dialaminya.
1. Derajat III: COPD berat
Ditandai dengan keterbatasan / hambatan aliran udara yang semakin memburuk (VEP1 / KVP < 70%; 30% VEP1 < 50% prediksi). Terjadi sesak nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien.
1. Derajat IV: COPD sangat berat
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 < 30% prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi ditambah dengan adanya gagal nafas kronik dan gagal jantung kanan.
Diagnosa
Penderita COPD akan datang ke dokter dan mengeluhkan sesak nafas, batuk-batuk kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (+). Sedangkan COPD ringan dapat tanpa keluhan atau gejala. Dapat ditegakkan dengan cara :1
1. Anamnesis
Anamnesis riwayat paparan dengan faktor resiko, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat keluarga PPOK, riwayat eksaserbasi dan perawatan di RS sebelumnya, komorbiditas, dampak penyakit terhadap aktivitas, dll.
1. Pemeriksaan Fisik, dijumpai adanya :
o Pernafasan pursed lips
o Takipnea
o Dada emfisematous atu barrel chest
o Tampilan fisik pink puffer atau blue bloater
o Pelebaran sela iga
o Hipertropi otot bantu nafas
o Bunyi nafas vesikuler melemah
o Ekspirasi memanjang
o Ronki kering atau wheezing
o Bunyi jantung jauh
1. Pemeriksaan Foto Toraks, curiga PPOK bila dijumpai kelainan:
2. Uji Spirometri, yang merupakan diagnosis pasti, dijumpai :
o Hiperinflasi
o Hiperlusen
o Diafragma mendatar
o Corakan bronkovaskuler meningkat
o Bulla
o Jantung pendulum
o VEP1 < KVP < 70%
o Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : VEP1 paska bronkodilator < 80% prediksi
1. Uji Coba kortikosteroid
2. Analisis gas darah
o Semua pasien dengan VEP1 < 40% prediksi
o Secara klinis diperkirakan gagal nafas atau payah jantung kanan
Diagnosa Banding
COPD didiagnosa banding dengan :1
1. Asma Bronkial
2. Gagal jantung kongestif
3. Bronkiektasis
4. Tuberkulosis
2.8. Penatalaksanaan
Adapun tujuan dari penatalaksanaan COPD ini adalah :1
Mencegah progesifitas penyakit
Mengurangi gejala
Meningkatkan toleransi latihan
Mencegah dan mengobati komplikasi
Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang
Mencegah atau meminimalkan efek samping obat
Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
Meningkatkan kualitas hidup penderita
Menurunkan angka kematian
Program berhenti merokok sebaiknya dimasukkan sebagai salah satu tujuan selama tatalaksana COPD.5
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui 4 komponen program tatalaksana, yaitu :1
1. Evaluasi dan monitor penyakit
PPOK merupakan penyakit yang progresif, artinya fungsi paru akan menurun seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, monitor merupakan hal yang sangat penting dalam penatalaksanaan penyakit ini. Monitor penting yang harus dilakukan adalah gejala klinisdan fungsi paru.
Riwayat penyakit yang rinci pada pasien yang dicurigai PPOK atau pasien yang telah di diagnosis PPOK digunakan untuk evaluasi dan monitoring penyakit :
o Pajanan faktor resiko, jenis zat dan lamanya terpajan
o Riwayat timbulnya gejala atau penyakit
o Riwayat keluarga PPOK atau penyakit paru lain, misalnya asma, tb paru
o Riwayat eksaserbasi atau perawatan di rumah sakit akibat penyakit paru kronik lainnya
o Penyakit komorbid yang ada, misal penyakit jantung, rematik, atau penyakit-penyakit yang menyebabkan keterbattasan aktifitas
o Rencanakan pengobatan terkini yang sesuai dengan derajat PPOK
o Pengaruh penyakit terhadap kehidupan pasien seperti keterbatasan aktifitas, kehilangan waktu kerja dan pengaruh ekonomi, perasaan depresi / cemas
o Kemungkinan untuk mengurangi faktor resiko terutama berhenti merokok
o Dukungan dari keluarga
1. Menurunkan faktor resiko
Berhenti merokok merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif dalam mengurangi resiko berkembangnya PPOK dan memperlambat progresifitas penyakit.
Strategi untuk membantu pasien berhenti merokok – 5 A :
1.
1. Ask (Tanyakan)
Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua perokok pada setiap kunjungan
1.
1. Advise (Nasehati)
Memberikan dorongan kuat untuk semua perokok untuk berhenti merokok
1.
1. Assess (Nilai)
Memberikan penilaian untuk usaha berhenti merokok
1.
1. Assist (Bantu)
Membantu pasien dengan rencana berhenti merokok, menyediakan konseling praktis, merekomendasikan penggunaan farmakoterapi
1.
1. Arrange (Atur)
Jadwal kontak lebih lanjut
1. Tatalaksana PPOK stabil
o
Terapi Farmakologis
1.
1.
1.
1. Bronkodilator
o
Secara inhalasi (MDI), kecuali preparat tak tersedia / tak terjangkau
Rutin (bila gejala menetap) atau hanya bila diperlukan (gejala intermitten)
3 golongan :
Agonis -2: fenopterol, salbutamol, albuterol, terbutalin, formoterol, salmeterol
Antikolinergik: ipratropium bromid, oksitroprium bromid
Metilxantin: teofilin lepas lambat, bila kombinasi -2 dan steroid belum memuaskan
Dianjurkan bronkodilator kombinasi daripada meningkatkan dosis bronkodilator monoterapi
1.
1.
1.
1. Steroid
1. PPOK yang menunjukkan respon pada uji steroid
2. PPOK dengan VEP1 < 50% prediksi (derajat III dan IV)
3. Eksaserbasi akut
2. Obat-obat tambahan lain
1.
1. Mukolitik (mukokinetik, mukoregulator) : ambroksol, karbosistein, gliserol iodida
2. Antioksidan : N-Asetil-sistein
3. Imunoregulator (imunostimulator, imunomodulator): tidak rutin
4. Antitusif : tidak rutin
5. Vaksinasi : influenza, pneumokokus
o
Terapi Non-Farmakologis
1. Rehabilitasi : latihan fisik, latihan endurance, latihan pernapasan, rehabilitasi psikososial
2. Terapi oksigen jangka panjang (>15 jam sehari): pada PPOK derajat IV, AGD=
1.
1. PaO2 < 55 mmHg, atau SO2 < 88% dengan atau tanpa hiperkapnia
2. PaO2 55-60 mmHg, atau SaO2 < 88% disertai hipertensi pulmonal, edema perifer karena gagal jantung, polisitemia
o Pada pasien PPOK, harus di ingat, bahwa pemberian oksigen harus dipantau secara ketat. Oleh karena, pada pasien PPOK terjadi hiperkapnia kronik yang menyebabkan adaptasi kemoreseptor-kemoreseptor central yang dalam keadaan normal berespons terhadap karbon dioksida. Maka yang menyebabkan pasien terus bernapas adalah rendahnya konsentrasi oksigen di dalam darah arteri yang terus merangsang kemoreseptor-kemoreseptor perifer yang relatif kurang peka. Kemoreseptor perifer ini hanya aktif melepaskan muatan apabila PO2 lebih dari 50 mmHg, maka dorongan untuk bernapas yang tersisa ini akan hilang. Pengidap PPOK biasanya memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dan tidak dapat diberi terapi dengan oksigen tinggi. Hal ini sangat mempengaruhi koalitas hidup. Ventimask adalah cara paling efektif untuk memberikan oksigen pada pasien PPOK.
1.
1.
1.
1. Nutrisi
2. Pembedahan: pada PPOK berat, (bila dapat memperbaiki fungís paru atau gerakan mekanik paru)
o Penatalaksanaan menurut derajat PPOK1
DERAJAT KARAKTERISTIK REKOMENDASI PENGOBATAN
Semua derajat
Hindari faktor pencetus
Vaksinasi influenza
Derajat I (PPOK Ringan)
VEP1 / KVP < 70 %VEP1 80% Prediksi
1. Bronkodilator kerja singkat (SABA, antikolinergik kerja pendek) bila perlu
2. Pemberian antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
Derajat II(PPOK sedang)
VEP1 / KVP < 70 %50% VEP1 80% Prediksi dengan atau tanpa gejala
1. Pengobatan reguler dengan bronkodilator:
1. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
2. LABA
3. Simptomatik
2. Rehabilitasi
Kortikosteroid inhalasi bila uji steroid positif
Derajat III(PPOK Berat)
VEP1 / KVP < 70%; 30% VEP1 50% prediksiDengan atau tanpa gejala
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator:
1. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
2. LABA
3. Simptomatik
2. Rehabilitasi
Kortikosteroid inhalasi bila uji steroid positif atau eksaserbasi berulang
Derajat IV(PPOK sangat berat)
VEP1 / KVP < 70%; VEP1 < 30% prediksi atau gagal nafas atau gagal jantung kanan
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator:
1. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
2. LABA
3. Pengobatan komplikasi
4. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan respons klinis atau eksaserbasi berulang
1. Rehabilitasi
2. Terapi oksigen jangka panjang bila gagal nafas
pertimbangkan terapi bedah
1. Tatalaksana PPOK eksaserbasi
Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut di rujmah : bronkodilator seperti pada PPOK stabil, dosis 4-6 kali 2-4 hirup sehari. Steroid oral dapat diberikan selama 10-14 ahri. Bila infeksi: diberikan antibiotika spektrum luas (termasuk S.pneumonie, H influenzae, M catarrhalis).
Terapi eksaserbasi akut di rumah sakit:
o Terapi oksigen terkontrol, melalui kanul nasal atau venturi mask
o Bronkodilator: inhalasi agonis 2 (dosis & frekwensi ditingkatkan) + antikolinergik. Pada eksaserbasi akut berat: + aminofilin (0,5 mg/kgBB/jam)
o Steroid: prednisolon 30-40 mg PO selama 10-14 hari.
Steroid intravena: pada keadaan berat
Antibiotika terhadap S pneumonie, H influenza, M catarrhalis.
o Ventilasi mekanik pada: gagal akut atau kronik
Indikasi rawat inap :
o Eksaserbasi sedang dan berat
o Terdapat komplikasi
o Infeksi saluran napas berat
o Gagal napas akut pada gagal napas kronik
o Gagal jantung kanan
Indikasi rawat ICU :
Sesak berat setelah penanganan adekuat di ruang gawat darurat atau ruang rawat.
o Kesadaran menurun, letargi, atau kelemahan otot-otot respirasi
o Setelah pemberian oksigen tetapi terjadi hipoksemia atau perburukan PaO2 > 50 mmHg memerlukan ventilasi mekanik (invasif atau non invasif)
2.9. Prognosa
Dubia, tergantung dari stage / derajat, penyakit paru komorbid, penyakit komorbid lain.6
Komplikasi
Gagal nafas, kor pulmonal, septikemia6
DAFTAR PUSTAKA
1. PDPI. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: 2006. p. 1-18.
2. Riyanto BS, Hisyam B. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Obstruksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI, 2006. p. 984-5.
3. GOLD. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management and Prevention. USA: 2007. p. 6. [serial online] 2007. [Cited] 20 Juni 2008. Didapat dari :http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp?l1=2&l2=1&intId=989
4. GOLD. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA: 2007. p. 16-19. [serial online] 2007. [Cited] 20 Juni 2008. Didapat dari : http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp?l1=2&l2=1&intId=1116
5. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC, 2001. p. 437-8.
6. PB PAPDI. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI, 2006. p. 105-8
Penyakit Batuk Batuk
Definisi
Batuk adalah salah satu keluhan yang sering diungkapkan pasien kepada dokter. Batuk sebenarnya adalah suatu
cara yang penting bagi tubuh kita untuk membersihkan tenggorokan dan saluran pernafasan kita. Tetapi batuk yang
berlebihan dapat berarti bahwa kita mempunyai suatu gangguan atau penyakit.
Batuk ada yang kering, ada pula yang produktif. Batuk produktif adalah batuk yang berdahak. Dahak disebut juga
sputum atau reak.
Batuk dapat akut atau kronik.
Ø Batuk akut biasanya timbul mendadak. Seringkali disebabkan oleh masuk angin, influenza, atau infeksi sinus
(sinusitis). Batuk akut biasanya hilang setelah 2 sampai 3 minggu.
Ø Batuk kronik biasanya berlangsung lebih dari 2 sampai 3 minggu.
Penyebab Umum
Disamping infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) seperti influenza, penyebab batuk yang paling sering adalah:
Ø Alergi dan asthma
Ø Infeksi paru-paru seperti pneumonia atau bronkitis akut.
Ø Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau bronkitis kronik, ephysema
Ø Sinusitis yang menyebabkan postnasal drip.
Ø Penyakit paru seperti bronkiektasis, tumor paru.
Ø Gastroesophageal reflux disease (GERD) ini artinya cairan lambung balik ke tenggorokan, orangnya suka bertahak
asam atau pahit.
Ø Merokok
Ø Terpapar asap rokok (perokok pasif)
Ø Terpapar polutan udara
Ø Obat darah tinggi golongan ACE Inhibi
Perawatan Rumah
Beberapa tips untuk mengurangi batuk:
Ø Permen obat batuk atau permen pedas dapat menolong pada batuk yang kering dan menggelitik. Tidak boleh
diberikan pada anak-anak berusia dibawah 3 tahun karena dapat tersedak menyumbat jalan nafas.
Ø Menghirup uap hangat dapat menolong batuk kering dengan cara meningkatkan kelembaban di udara.
Ø Minum lebih banyak cairan dapat mengencerkan dahak di tenggorokan sehingga mudah dibatukkan keluar.
Beberapa obat batuk yang dapat dibeli tanpa resep dokter antara lain yang mengandung:
Ø Guaifenesin (Cohistan Expectorant, Probat, Bisolvon Extra, Actifed Expectorant, dll). Yang harus diingat adalah
jika minum obat-obatan yang mengandung Guaifenesin adalah harus minum banyak air.
Ø Dekongestan seperti pseudoephedrine (Actifed, Actifed Expectorant, Disudrin, Clarinase, Rhinos SR, Triaminic,
dll). Obat-obatan yang mengandung pseudoephedrine ini dapat digunakan untuk menghentikan pilek encer (meler)
dan postnasal drip. Tidak boleh digunakan jika ada penyakit darah tinggi atau untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun
kecuali atas resep dokter anda.
Meskipun batuk dapat menjadi gejala yang mengganggu, tetapi batuk adalah cara tubuh kita untuk menyembuhkan
dirinya. Beberapa pakar akhir-akhir ini menganjurkan tidak menggunakan penahan batuk pada beberapa situasi.
Sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter anda sebelum mencoba penahan batuk yang dijual bebas yang
mengandung dextromethorphan (Vicks 44, dll).
Jangan mengharapkan atau meminta dokter untuk meresepkan antibiotika untuk infeksi virus seperti influenza atau
masuk angin. Antibiotik tidak bekerja terhadap virus. Antibiotik juga tidak mempercepat penyembuhan batuk yang
disebabkan alergi.
Hubungi Dokter Anda Jika
Segera ke gawat darurat jika:
Ø Nafas pendek atau sulit bernafas
Ø Pembengkakan di muka dan kerongkongan disertai kesulitan menelan
Segera ke dokter anda jika:
Ø Batuk sangat hebat yang timbul mendadak.
Ø Batuk disertai bunyi nada tinggi pada saat menarik nafas.
Ø Batuk berdarah.
Ø Demam (yang dapat dapat mengindikasikan adanya suatu infeksi bakteri yang memerlukan antibiotika).
Ø Dahak yang kental, berbau busuk, bewarna kuning kehijauan (mengindikasikan adanya suatu infeksi bakteri).
Ø Terpapar dengan seorang penderita TBC.
Ø Penurunan berat badan yang tidak diharapkan atau keringat malam (mengindikasikan terkena TBC).
Ø Batuk lebih dari 10 – 14 hari.
Ø Batuk pada bayi berusia kurang dari 3 bulan.
Apa yang akan dilakukan dokter anda?
Pada keadaan darurat pasien akan diobati pertama-tama untuk menstabilkan kondisinya. Setelah kondisi stabil,
maka dokter anda akan menanyakan hal-hal mengenai batuk anda. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan
oleh dokter anda:
Ø Apakah batuk berdarah (berapa banyak, berapa sering, sudah berapa lama).
Ø Apakah batuk berdahak? Bagaimana dahaknya, apakah kental dan sulit dibatukkan?
Ø Apakah batuknya parah? Apakah batuknya kering?
Ø Apakah suara batuknya seperti gonggongan?
Ø Bagaimana pola batuk? Apakah timbulnya tiba-tiba? Apakah makin tambah parah akhir-akhir ini? Apakah batuk
memburuk di malam hari? Apakah batuk mulai pada saat bangun pagi?
Ø Sudah berapa lama batuk?
Ø Apakah batuk memburuk jika berbaring pada satu sisi?
Ø Apakah batuk periodik disertai muntah?
Ø Gejala-gejala lain apa yang menyertai batuk? Adakah sesak nafas, demam?
Kemudian dokter anda akan melakukan pemeriksaan fisik termasuk memeriksa telinga, hidung, tenggorokan dan
dada anda.
Mungkin dokter anda akan meminta pemeriksaan tambahan seperti:
Ø Foto rontgen dada.
Ø Analisa dahak (jika batuk berdahak).
Ø Test fungsi paru
Ø Scan paru
Ø Bronkoskopi.
Pencegahan
Ø Jangan merokok dan jangan berada dekat-dekat perokok.
Ø Jika anda memiliki alergi musiman usahakan tetap di dalam ruangan selama alergen udara sedang banyak-
banyaknya. Jika memungkinkan, tutuplah jendela dan gunakan AC. Hindari kipas angin yang menarik udara dari luar
ruangan. Mandilah dan gantilah baju sesudah berada di luar ruangan.
Ø Jika anda memiliki alergi sepanjang tahun, jangan gunakan bantal dan kasur kapuk, gunakan pembersih udara (air
purifier) dan jangan piara hewan peliharaan, dan hindari pencetus lainnya.