4
TUPPERWARE PARTY SELLING Tupperware didirikan oleh Earl Silas Tupper yang menemukan teori kedap udara khas Tupperware. Mulanya Tupperware tidak memakai system penjualan langsung. Baru setelah lima tahun, setelah berdiri Tupperware mengadopsi system direct selling dengan format party selling yakni ketika Brownie Wise, bekas salesman Stanley Home Product bergabung dengan perusahaan. Nah, sampai hari ini format inovatif tersebut masih dipakai karena terbukti sukses. Dalam party selling, dealer Tupperware sebutan untuk salesmannya, akan membuat janji dengan calon konsumen yang sebagian besar ibu-ibu untuk mengadakan pesta di salah satu rumah calon konsumen. Calon konsumen yang menjadi tuan rumah akan mendapat produk Tupperware gratis, semakin besar omset yang tercetak pada party selling tersebut semakin besar hadiah yang didapat tuan rumah. Otomatis tuan rumah akan bersemangat dan mengajak temannya sebanyak mungkin datang ke party. Dalam party selling, yang bentuknya bisa bermacam-macam dari mulai arisan, ulang tahun anak, temu PKK, sampai gathering alumni sekolah, dealer Tupperware akan mendemokan fungsi dan kegunaan produk. Produk yang dibawapun bersifat unik sesuai dengan karakteristik konsumen yang datang ke acara party selling tersebut. Meskipun tidak menutup kemungkinan produknya dipakai pria, namun Tupperware telah mematok target utamanya dalah wanita berusia 25 – 30 tahun dari strata ekonomi menengah ke atas. Kenapa ibu? karena ibu menyediakan makanan untuk semua anggota keluarga di rumah.

Study Case Konsumen Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asdasdasdasdasdasdasd

Citation preview

TUPPERWARE PARTY SELLING

TUPPERWARE PARTY SELLING

Tupperware didirikan oleh Earl Silas Tupper yang menemukan teori kedap udara khas Tupperware.

Mulanya Tupperware tidak memakai system penjualan langsung. Baru setelah lima tahun, setelah berdiri Tupperware mengadopsi system direct selling dengan format party selling yakni ketika Brownie Wise, bekas salesman Stanley Home Product bergabung dengan perusahaan. Nah, sampai hari ini format inovatif tersebut masih dipakai karena terbukti sukses.

Dalam party selling, dealer Tupperware sebutan untuk salesmannya, akan membuat janji dengan calon konsumen yang sebagian besar ibu-ibu untuk mengadakan pesta di salah satu rumah calon konsumen.

Calon konsumen yang menjadi tuan rumah akan mendapat produk Tupperware gratis, semakin besar omset yang tercetak pada party selling tersebut semakin besar hadiah yang didapat tuan rumah. Otomatis tuan rumah akan bersemangat dan mengajak temannya sebanyak mungkin datang ke party.

Dalam party selling, yang bentuknya bisa bermacam-macam dari mulai arisan, ulang tahun anak, temu PKK, sampai gathering alumni sekolah, dealer Tupperware akan mendemokan fungsi dan kegunaan produk.

Produk yang dibawapun bersifat unik sesuai dengan karakteristik konsumen yang datang ke acara party selling tersebut. Meskipun tidak menutup kemungkinan produknya dipakai pria, namun Tupperware telah mematok target utamanya dalah wanita berusia 25 30 tahun dari strata ekonomi menengah ke atas. Kenapa ibu? karena ibu menyediakan makanan untuk semua anggota keluarga di rumah.

Party selling Tupperware dikemas dalam format acara yang menarik, ada demo memasak tanpa api, demo membuat jus, membuat burger, bikin pasta sendiri, demo menata meja yang indah, dan lain sebagainya, Bahkan kadang mereka mengajak artis atau selebriti untuk menambah daya tarik pesta.

Para dealer Tupperware dengan mudah melakukan party selling di Indonesia karena banyak sekali kelompok ibu-ibu yang bisa dihadiri. Para penjual Tupperware yang teratas bahkan bisa mengadakan 2 kali party selling dalam sehari dengan omset per party rata-rata Rp. 4 juta rupiah sehingga banyak yang akhirnya menjalani profesi penjual Tupperware full time, padahal sebelumnya hanya part-time.

Sejalan dengan perilaku konsumen Indonesia yang suka berkumpul, upaya menggalang komunitas pun tidak diabaikan). Untuk para sales force, mereka menerbitkan majalah TupperNews sebagai sarana komunikasi. Sementara untuk konsumen, ada wadah yang bernama Ezy Living Club (ELC). Tiap tiga bulan sekali, 6.000 konsumen yang terdaftar sebegai member dikirimi majalah yang berisi promosi dan kegiatan ELC. Konsumen-konsumen loyal ini juga menularkan experience dan word of mouth kepada orang lain di lingkungannya. PERTANYAAN :

1. Apa yang Anda pelajari dari kasus ini ?

2. Konsep marketing apa yang digunakan pada kasus ini ?

3. Apa yang ingin Anda lakukan seandainya Anda menghadapi kasus seperti ini?

Kemewahan APV vs Ketangguhan Mesin Maven

Kita disini tidak berbicara mengenai faktor merek dan harga. Namun ada yang menarik dari kedua iklan di atas. Kalau diperhatikan iklan Mitsubishi Maven sangat maskulin sekali, fungsional, dan menonjolkan fitur teknologi produk-mesin 1.5 MPI, 8 passenger seats, front ventilated disk, power windows, power steering dan 2-Din audio system. Sedangkan Suzuki APV Arena berbeda sekali, sangat feminin, emotional attachmentnya kuat dengan menampilakan gambar ibu dan anak, dan penjelasan manfaat fitur unggulan dengan ekspresi bahasa yang mudah dimengerti yakni, suspensi yang lembut. Fitur teknologi hanya diletakkan di samping sebagai teaser saja.

PERTANYAAN :

4. Apa yang Anda pelajari dari kasus ini ?

5. Konsep marketing apa yang digunakan pada kasus ini ?

6. Apa yang ingin Anda lakukan seandainya Anda menghadapi kasus seperti ini?