13
Bab 3 Praktek Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI Pecangaan 3.1. Pendahuluan Pada bab ini, penulis akan mengulas bentuk-bentuk nyanyian dan penerapan musik gerejawi yang ada di Gereja Kristen Muria Indonesia Pecangaan berdasarkan penelitian yang dilakukan selama periode 21-30 Juli 2012. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada pendeta jemaat, musisi gerejawi, majelis dan jemaat yang ada, serta menjadi partisipan dalam ibadah yang dilaksanakan. Tulisan ini dimulai dengan ibadah yang terasa sebagai rutinitas belaka tanpa adanya rasa keterlibatan penuh dari jemaat, ibadah yang tidak bervariasi atau monoton, sampai pada nyanyian dan musik gerejawi yang dipahami hanya sebagai pelengkap ibadah dalam mempersiapkan diri untuk mencapai klimaks ibadah yaitu pemberitaan firman. Pada akhir bab ini, penulis akan menyimpulkan beberapa hal yang akan digunakan pada bab selanjutnya, yaitu tinjauan kritis praktek nyanyian dan musik di GKMI Pecangaan berdasarkan teori yang ada. 3.2. Sekilas mengenai GKMI Pecangaan Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI Pecangaan) terletak di Kabupaten Jepara, tepatnya di Kecamatan Pecangaan. Gereja ini berdomisili di Jalan Waluyo No. 52 Pecangaan Kulon, tepat di belakang PT. Dasaplast Pecangaan yang dulunya merupakan Pabrik Karung Goni. GKMI Pecangaan merupakan GKMI tertua kedua di wilayah Persekutuan Gereja Muria Wilayah (PGMW) IV setelah GKMI Jepara. Gereja ini dirintis oleh GKMI Jepara di bawah pimpinan Sie Giok Gian dan Sie Lian

Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

Bab 3

Praktek Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI Pecangaan

3.1. Pendahuluan

Pada bab ini, penulis akan mengulas bentuk-bentuk nyanyian dan penerapan

musik gerejawi yang ada di Gereja Kristen Muria Indonesia Pecangaan berdasarkan

penelitian yang dilakukan selama periode 21-30 Juli 2012. Pengumpulan data

dilakukan melalui wawancara kepada pendeta jemaat, musisi gerejawi, majelis dan

jemaat yang ada, serta menjadi partisipan dalam ibadah yang dilaksanakan.

Tulisan ini dimulai dengan ibadah yang terasa sebagai rutinitas belaka tanpa

adanya rasa keterlibatan penuh dari jemaat, ibadah yang tidak bervariasi atau

monoton, sampai pada nyanyian dan musik gerejawi yang dipahami hanya sebagai

pelengkap ibadah dalam mempersiapkan diri untuk mencapai klimaks ibadah yaitu

pemberitaan firman. Pada akhir bab ini, penulis akan menyimpulkan beberapa hal

yang akan digunakan pada bab selanjutnya, yaitu tinjauan kritis praktek nyanyian

dan musik di GKMI Pecangaan berdasarkan teori yang ada.

3.2. Sekilas mengenai GKMI Pecangaan

Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI Pecangaan) terletak di Kabupaten

Jepara, tepatnya di Kecamatan Pecangaan. Gereja ini berdomisili di Jalan Waluyo

No. 52 Pecangaan Kulon, tepat di belakang PT. Dasaplast Pecangaan yang dulunya

merupakan Pabrik Karung Goni. GKMI Pecangaan merupakan GKMI tertua kedua

di wilayah Persekutuan Gereja Muria Wilayah (PGMW) IV setelah GKMI Jepara.

Gereja ini dirintis oleh GKMI Jepara di bawah pimpinan Sie Giok Gian dan Sie Lian

Page 2: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

Ing yang mampu mengumpulkan masyarakat etnis Tiong Hoa di daerah Pecangan

untuk percaya kepada Kristus. Selain itu ada seseorang yang berpengaruh dalam

perkembangan umat Kristen di wilayah Pecangaan bernama Samilin. Ia merupakan

seorang mantri di Puskesmas Pecangaan yang memimpin persekutuan Kristen

dengan anggota orang-orang pribumi. Ia berpikir bahwa kelompok etnis Tiong Hoa

pun perlu mendapatkan pengenalan akan Kristus, sehingga kemudian ia

menghubungi Gombak Sugeng atau Sie Giok Gian pendiri GKMI Jepara untuk

mengabarkan Injil kepada masyarakat Tiong Hoa di Pecangaan.1 Satu peristiwa

penting yang mempengaruhi orang-orang Tiong Hoa di Pecangaan untuk beralih

kepercayaan menjadi Kristen adalah ketika seorang jemaat bernama Tan King Ling

terkena serangan asma di tengah-tengah peribadatan yang dipimpin Gombak Sugeng.

Seketika itu juga Tan King Ling sembuh setelah mendapatkan pertolongan Bapak

Samilin dan didoakan oleh Gombak Sugeng. Peristiwa yang begitu mengherankan ini

membawa banyak jiwa untuk percaya kepada Kristus, sehingga akhirnya tujuh orang

percaya dibaptiskan dan dilantik sebagai pengurus dan gereja dewasa bernama

GKMI Pecangaan di Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwe Kudus pada tanggal 3

Desember 1950.

Peribadatan yang ada di GKMI Pecangaan pada awalnya dilaksanakan dari

rumah ke rumah jemaat, sampai pada akhirnya pindah ke rumah Bapak Samilin.

Karena tidak dapat menampung jemaat yang semakin bertambah, maka diputuskan

untuk menyewa gedung tembakau dan baru di tahun 1966 GKMI Pecangaan

membangun sebuah gedung gereja yang mengalami renovasi beberapa kali.2

1 Lawrence M. Yoder, The Muria Story: A History of the Chinese Mennotie Churches of Indonesia,

(Ontario: Pandora Press, 2006), 174. 2 Panitia HUT, Berakar, Bertumbuh, Dibangun dan Berbuah di dalam Kristus: Kebaktian Penahbisan

Gedung dan HUT ke-55 GKMI Pecangaan, (Pecangaan: GKMI Pecangaan, 2005), 21.

Page 3: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

Terakhir di tahun 2005, GKMI Pecangaan kembali membangun sebuah gedung

gereja baru tepat di samping gedung gereja lama, yang kini telah menjadi lahan

parkir.

Dalam perjalanannya, GKMI Pecangaan membutuhkan pendeta untuk

memimpin dan menggembalakan jemaatnya. Sampai saat ini sudah lima orang yang

melayani di tempat ini, antara lain Bapak Oei Djan Hwe, Pdt. Hartono Sayit, S.Th,

Pdt. Joko Priyatno, M.Si, Sdr. Eddy Sumartono, S.Th, dan Pdt. Kornelius Suratman,

S.Si yang masih melayani sampai sekarang. GKMI Pecangaan memiliki lima komisi,

terdiri dari Komisi Anak, Komisi Remaja, Komisi Pemuda, Komisi Wanita, dan

Komisi Lansia. Kebaktian Umum hanya diadakan satu kali di hari Minggu pukul

07.00 WIB mengingat jumlah anggota jemaat hanya berkisar tiga ratus orang,

selebihnya adalah Ibadah Kategorial, Doa dan Puasa pada setiap hari Selasa dan

Jumat pukul 19.00 WIB, serta Persekutuan Doa pada hari Rabu pukul 18.30 WIB.

Dalam hal liturgi, nyanyian, dan musik gereja, GKMI Pecangaan

kemungkinan besar dipengaruhi oleh GKMI Jepara sebagai gereja perintis. Liturgi

yang digunakan merupakan liturgi yang diberikan oleh Sinode GKMI dan dibuat

oleh seorang Pendeta dari GKMI Jepara. Demikian pula nyanyian dan musik yang

digunakan, tidak jauh berbeda dengan kondisi GKMI Jepara. GKMI Pecangaan pada

awalnya menggunakan dua buku nyanyian dalam peribadatan mereka, yaitu Puji-

pujian Rohani (PPR) 1 dan Puji-pujian Rohani 2 sama dengan buku nyanyian yang

digunakan oleh GKMI Jepara dan GKMI pada umumnya. Menurut penulis,

penggunaan solo electone sampai pada musik band untuk ibadah juga banyak

dipengaruhi oleh GKMI Jepara, meskipun dalam prakteknya GKMI Jepara tidak

menggunakan musik band untuk mengiringi Kebaktian Umum di hari Minggu.

Page 4: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

3.3. Ibadah yang Menjadi Rutinitas Belaka

Pada bab sebelumnya disampaikan bahwa ibadah merupakan bentuk

pertemuan umat percaya yang di dalamnya terdapat dua peristiwa, yaitu penyataan

kasih Allah dan tanggapan umat atas penyataan tersebut.3 Klimaks ibadah bagi umat

Kristen adalah pelayanan Firman4, namun bukan berarti liturgi, nyanyian dan musik

dapat dipandang sebelah mata. Keterlibatan jemaat dalam menghasilkan sebuah

persembahan ibadah bagi Tuhan merupakan sebuah tuntutan. Dengan kata lain,

bukan pihak gereja saja yang mempersiapkan liturgi dan pengkhotbah tetapi jemaat

mempersiapkan hati untuk menyambut Firman melalui pujian dan penyembahan itu.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan, ibadah yang ada di

GKMI Pecangaan belum bisa menjadi bentuk tanggapan umat atas penyataan Allah.

Beberapa anggota jemaat menyampaikan bahwa ibadah yang mereka alami tidak

menyentuh, kurang bermakna, tidak ada rasa keterlibatan, bahkan membosankan.5

Tanggapan atas kasih Allah diwujudkan melalui bentuk keterlibatan seluruh anggota

jemaat dalam ibadah yang diselenggarakan. Keterlibatan ini bukan dimaknai dengan

pemberian tugas bagi anggota jemaat sebagai pendoa, pengedar kantong kolekte,

pemimpin pujian, singers, atau penata ruang. Namun pada prakteknya, ibadah terasa

sebagai sebuah pertunjukan yang dibintangi oleh musisi, liturgos, pemimpin pujian

dan pendeta sedangkan jemaat bertindak sebagai penonton.6

Kurangnya keterlibatan jemaat dalam penyelenggaraan ibadah berimplikasi

pada munculnya kesan ibadah hanyalah sebuah rutinitas yang dilaksanakan tiap hari

3 White, Pengantar Ibadah Kristen, 7.

4 Marianne H. Micks, The Joy of Worship, (Philadelphia: The Westminster Press, 1982), 58.

5 Wawancara dengan Sdri. PNS Sabtu 21 Juli 2012; Wawancara dengan Sdri. MY Sabtu 28 Juli 2012;

Wawancara kepada Ibu V, Ibu T, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Bapak S,

Bapak SS, Bapak AP, Sdr. HA, Sdr. SDH, Sdri. MPS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 29

Juli 2012. 6 Wawancara dengan Sdri. PNS, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 21.40

WIB.

Page 5: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

Minggu. Jemaat yang datang dengan membawa harapan bahwa segala kepenatan dan

masalah yang ada akan dipulihkan melalui penguatan dalam nyanyian dan firman,

pulang dengan perasaan yang sama.7 Mengenai hal ini penulis berpendapat, anggota

jemaat kurang menikmati ibadah atau ibadah yang diselenggarakan tidak mengena.

Mengena maksudnya ada menginspirasi jemaat melalui nyanyian, musik atau

Firman.8

3.4. Sifat Monoton

Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah yang dilaksanakan di GKMI

Pecangaan adalah liturgi yang monoton.9 Sinode GKMI menyediakan lebih dari satu

liturgi (lihat lampiran) yang dapat digunakan dan dikreasikan oleh gereja lokal10

,

tetapi GKMI Pecangaan hanya menggunakan satu liturgi dari Minggu I sampai

Minggu V. Tidak adanya variasi liturgi yang digunakan membuat anggota jemaat

merasa jenuh. Di samping itu, liturgi yang digunakan belum mewakili sebuah liturgi

yang autentik atau kontekstual. Liturgi yang ada masih berdasarkan buku panduan

liturgi yang diterbitkan oleh Sinode GKMI.

Ketiadaan variasi tidak hanya terdapat pada liturgi, tetapi pada praktek musik

gereja yang ada. Hampir setiap Minggu, ibadah hanya menggunakan iringan solo

synthesizer meskipun tim musik telah terjadwal. Beberapa anggota jemaat

mengungkapkan bahwa mereka sangat menikmati nyanyian yang diiringi oleh tim

7 Wawancara dengan Sdri. MY, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012, pukul 20.13

WIB. 8 Wawancara dengan Pdt. KS, Pendeta Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32

WIB. 9 Wawancara dengan Sdri. MY, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012 pukul 20.13

WIB. 10

BPH Sinode GKMI, Tata Dasar dan Tata Laksana Sinode GKMI, (Semarang: Sinode GKMI,

2001), 27.

Page 6: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

keroncong pada sebuah ibadah.11

Ini menyatakan bahwa Jemaat membutuhkan suatu

variasi penggunaan alat musik dalam sebuah ibadah, sehingga ibadah benar-benar

inspiratif dan menyegarkan.

3.5. Pengharapan dalam Nyanyian dan Musik

Nyanyian jemaat sebagai ekspresi iman orang percaya menjadi bagian yang

penting dalam ibadah Kristen. Melalui nyanyian, jemaat diberi kesempatan untuk

mengekspresikan kerinduannya untuk memuji Tuhan, mengungkapkan syukur, dan

merefleksikan pengalaman hidup, oleh karena itu pemilihan nyanyian untuk

peribadatan tidak seharusnya dipandang sebelah mata, sama seperti yang dipaparkan

pada bab sebelumnya. Dalam hal pemilihan nyanyian untuk ibadah di GKMI

Pecangaan, Pendeta Jemaat lebih mendominasi daripada Komisi Kesenian atau Tim

Musik.12

Pemilihan nyanyian dilandaskan pada tema ibadah.13

Tetapi seorang

anggota jemaat berpendapat, beberapa terjadi ketidakcocokan antara nyanyian

dengan unsur liturgi, contohnya adalah nyanyian yang dipilih untuk mengiringi

pemberian persembahan dirasa tidak mewakili ungkapan syukur.14

Untuk hal ini

penulis berpendapat bahwa nyanyian tematik merupakan ide yang baik untuk

memperkuat pelayanan Firman, sehingga biasa dinyanyikan sebelum atau sesudah

pelayan Firman. Tetapi menggunakan nyanyian tematik pada sebuah unsur liturgi

yang tidak tepat akan mengganggu penghayatan jemaat terhadap unsur liturgi yang

dilalui.

11

Wawancara dengan Ibu DPA, Ibu Y, Bapak W, Bapak S, Bapak AS, Bapak SH, Sdri. MY, Sdr. H,

Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012. 12

Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32

WIB. 13

Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32

WIB. 14

Wawancara dengan Sdri. MY, anggota jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012 pukul 20.13

WIB.

Page 7: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

Kondisi ini ditambah dengan musisi yang hanya dibekali pelatihan musik dan

latihan mandiri atau otodidak.15

Tim Musik yang kurang memahami nyanyian yang

diiringi, cenderung menggunakan intuisi untuk menentukan irama. Di samping itu

Tim Musik tidak melaksanakan tugasnya sesuai jadwal yang telah disusun. Menurut

seorang musisi gerejawi, Tim Senior bertugas di Minggu I dan III sedangkan Tim

Junior pada Minggu II dan IV.16

Namun pada kenyataannya iringan untuk ibadah

didominasi permainan solo synthesizer. Tim Musik yang seharusnya berada di bawah

koordinasi Komisi Kesenian tidak dapat bertugas sesuai jadwal dengan alasan

kesibukan pekerjaan.17

Komisi Kesenian sendiri tidak dapat melaksanakan tugasnya

karena ketua komisi yang sedang dalam masa penggembalaan.18

Kondisi ini

membuat jemaat merindukan pelayanan musik yang lebih baik di masa yang akan

datang. Pelayanan musik yang dipersiapkan dengan benar, sehingga tidak terkesan

sebagai musisi yang ditunjuk mendadak untuk mengiringi ibadah.

Sebagian anggota jemaat menyatakan bahwa nyanyian menjadi satu bagian

penting dalam ibadah untuk mengantar mereka dalam suasana peribadatan.19

Nyanyian menjadi sarana mempersiapkan hati untuk menyambut kehadiran Allah

dalam ibadah dan firmanNya yang disampaikan pengkhotbah. Nyanyian dalam

ibadah juga membantu jemaat untuk merefleksikan hidup mereka melalui ajaran

Kekristenan, maksudnya melalui nyanyian, mereka dapat melihat apakah hidup

15

Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul

20.44 WIB. 16

Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul

20.44 WIB. 17

Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32

WIB dan PK majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 WIB. 18

Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul

20.44 WIB. 19

Wawancara dengan Sdri. PNS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, 21 Juli 2012; Sdri. MY,

Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Bapak DE, Bapak AP, Ibu S, Anggota Jemaat

dan Simpatisan GKMI Pecangaan, Minggu 29 Juli 2012.

Page 8: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

mereka telah sesuai dengan nilai-nilai Kekristenan atau sebaliknya. Melalui nyanyian

mereka dibantu untuk menyatakan syukur dan mengakui perbuatan dosa mereka

setelah beraktivitas enam hari lamanya. Nyanyian yang berpadu dengan musik

pengiring menjadi satu kesatuan untuk membangun suasana beribadah yang

diharapkan tiap unsur liturgi. Tetapi sayangnya, musisi gereja yang ada hanya

menganggap bahwa nyanyian dan musik hanya menjadi pelengkap dalam sebuah

ibadah, sehingga nyanyian dan musik tidak perlu dipandang sebagai bagian yang

penting selain pelayanan Firman.

GKMI Pecangaan menggunakan tiga buku nyanyian dalam peribadatan

mereka, yaitu PPR 1, PPR 2, dan Pujian bagi Kristus. PPR 1 merupakan buku

nyanyian jenis himne yang diterbitkan oleh Sinode Muria sejak tahun 1974 dan telah

dicetak sebanyak sepuluh kali. Di tahun 2011, Sinode Muria menerbitkan PPR 1

yang terbaru dengan berbagai revisi dalam lirik dan notasinya, sehingga lebih mudah

untuk dipelajari dan dipahami liriknya. PPR 2 menghadirkan himne dengan bentuk

yang lebih kontemporer dan kontekstual karena struktur melodi yang lebih bernuansa

pop dan etnik. PPR 2 diterbitkan oleh Sinode Muria tahun 1994 dan telah mengalami

revisi sebanyak dua kali dengan harapan membantu mengakomodasi kebutuhan

nyanyian bagi kaum muda akan lagu-lagu yang bersifat kekinian.

Menyadari bahwa kehadiran PPR 1, PPR 2, dan PBK belum cukup memenuhi

kebutuhan jemaat dalam memuji Tuhan, maka pada tahun 2009 dalam Rapat Majelis

Pelaksana Lengkap (MPL)20

diputuskan untuk membuat suatu buku nyanyian baru

yang berisi lagu-lagu rohani kontemporer berjudul Pujian bagi Kristus (PBK) untuk

20

Rapat MPL merupakan rapat majelis jemaat bersama seluruh pengurus komisi dan perwakilan

anggota kelompok di GKMI Pecangaan yang diselenggarakan tiga kali selama satu tahun. Rapat di

bulan Januari biasa diselenggarakan untuk membicarakan program kerja komisi, kelompok dan gereja

selama satu tahun. Di dalamnya akan diperoleh keputusan yang disepakati oleh seluruh anggota rapat.

Page 9: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

memenuhi kebutuhan tersebut.21

Buku ini dicetak secara mandiri oleh GKMI

Pecangaan dengan meminjam buku dari GKMI Jepara sebagai contoh. Di setiap

Ibadah Minggu, GKMI Pecangaan memadukan PPR 1, PPR 2 dan PBK dalam

memilih nyanyiannya, dengan harapan baik kaum muda maupun tua sama-sama

mendapatkan bagian untuk bernyanyi. Itu pun belum cukup, sehingga tak jarang

pendeta jemaat yang memilih nyanyian untuk ibadah memilih lagu kontemporer

rohani yang ada di luar PBK sebagai nyanyian jemaat dengan dalih asal sesuai

dengan tema.22

Jemaat tidak memiliki keberatan atas pemilihan himne dan lagu

kotemporer rohani sebagai nyanyian jemaat dalam peribadatan sejauh nyanyian itu

dirasa sesuai dan tepat. Tepat maksudnya adalah dapat membangun ibadah menjadi

lebih inspiratif, relevan dengan unsur liturgi atau sesuai dengan tema yang diangkat.

Pengalaman yang banyak disampaikan adalah sebagian jemaat menyanyikan

nyanyian yang dipilih selama ibadah tanpa penghayatan atau tanpa memahami

makna dari nyanyian itu sendiri.23

Mereka menyatakan bahwa mereka bernyanyi

dengan sekedar bernyanyi, meskipun lirik atau syair dari nyanyian tersebut mudah

dipahami. Mereka berusaha untuk menikmati nyanyian dan musik yang dipilih

meskipun pada dasarnya mereka kurang memaknai apa yang sedang mereka

nyanyikan. Dalam prakteknya, GKMI Pecangaan tak jarang menggunakan

pemimpin pujian atau singers untuk membantu jemaat bernyanyi. Menurut sebagian

jemaat, pemimpin pujian dan singers sangat membantu mereka untuk memandu dan

21

Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32

WIB. 22

Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32

WIB. 23

Wawancara dengan Sdri. PNS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012; Sdri. MY,

Anggota GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Ibu LS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Jumat 27

Juli 2012; Bapak DE, Bapak AP, Ibu S, Anggota Jemaat dan Simpatisan GKMI Pecangaan, Minggu

29 Juli 2012.

Page 10: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

memotivasi jemaat untuk bernyanyi.24

Tetapi bagi sebagian jemaat, kehadiran

pemimpin pujian saja sudah lebih dari cukup tanpa perlu menggunakan singers,

karena konteks GKMI Pecangaan yang bukan gereja kharismatik.25

Demikian halnya

dengan paduan suara, masih dipahami sebagai aspek musik gereja yang bertugas

hanya untuk mempersembahkan pujian. Paduan suara atau grup vokal yang ada di

GKMI Pecangaan hanya mendapatkan posisi sebagai pengisi/pelengkap dalam

peribadatan. Belum ada kesadaran bahwa paduan suara merupakan salah satu

komponen musik gereja yang bertugas membantu dan bernyanyi bersama-sama

dengan jemaat.

Mengenai praktek musik instrumen pengiring ibadah, sebagian jemaat senior

mengaku terganggu dengan penggunaan band dalam ibadah.26

Mereka menuturkan

bahwa permainan drum yang kurang baik justru mengganggu kekhidmatan dalam

beribadah. Kebisingan terjadi ketika drum dipukul keras dan suaranya yang

dipantulkan oleh dinding gereja yang tinggi menghasilkan gema yang kurang enak

didengar. Mereka merindukan pelayanan musik yang tidak terlalu kompleks tetapi

benar-benar membantu dalam bernyanyi dan mempersembahkan suara terbaik

mereka bagi Tuhan. Jemaat tidak merasa keberatan ketika nyanyian jemaat diiringi

oleh musik irama tertentu, selama itu bisa membangun mereka dan tidak membuat

mereka untuk berdiam diri.

Kendala yang dialami GKMI Pecangaan adalah sulitnya mencari musisi atau

sumber daya manusia (SDM) yang memiliki komitmen untuk melayani secara rutin

24

Wawancara dengan Pdt. KS, Pendeta Jemaat GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012; Wawancara

dengan Bapak PK, Musisi Gerejawi GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012; Wawancara dengan Sdri.

MY, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 28 Juli 2012; Wawancara dengan Sdr. A, Musisi

Gerejawi GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012. 25

Wawancara dengan Sdri. PNS, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012; Wawancara

dengan Ibu DPA, Bapak DE, Bapak W, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan Minggu 29 Juli 2012. 26

Wawancara dengan Bapak W, Bapak H, Bapak S, Ibu W, Ibu S, Anggota Jemaat GKMI Pecangaan,

Minggu 29 Juli 2012.

Page 11: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

di GKMI Pecangaan.27

Rata-rata kaum muda yang mau melayani sebagai musisi

gereja hanya memilih instrumen gitar, bass dan drum dengan alasan instrumen yang

praktis, yaitu mudah diperoleh dan dimainkan, sedangkan permainan synthesizer

diserahkan kepada musisi senior.28

Bagi mereka, instrumen seperti electone telah

ketinggalan zaman dan terlalu sulit untuk dipelajari. Selain itu tim junior yang terdiri

dari kaum muda itu lebih tertarik untuk mengiringi lagu-lagu kontemporer rohani

daripada himne. Dengan alasan itu pula gereja menjual electone yang mereka miliki

dan menggantikannya dengan synthesizer.29

Pendeta Jemaat yang ada sendiri

menuturkan bahwa kaum muda yang ada lebih memilih untuk melayani di tempat

lain daripada di gereja asal mereka ketika mereka telah menempuh studi atau bekerja

di luar kota.30

Dalam kondisi yang demikian, jemaat mengharapkan bahwa pada suatu saat

nanti musik gereja di GKMI Pecangaan akan berkembang lebih baik. Menemukan

orang-orang dalam (anggota jemaat) yang berkomitmen untuk melayani di bidang

Musik Gereja dengan kemampuan yang lebih baik pula. Musisi yang mengetahui

bagaimana seharusnya memainkan setiap instrumen musik dengan tepat dan musisi

yang terus mengembangkan potensi mereka. Lebih dari itu, harapan tentang musisi

yang takut akan Tuhan lebih besar daripada harapan yang lain, mengingat proses

penggembalaan kepada salah satu musisi sekaligus ketua komisi kesenian masih

berjalan sampai saat ini. Jemaat berharap bahwa melalui nyanyian dan musik gereja

mereka dibangun untuk beribadah lebih baik lagi, menjadi partisipan aktif dalam

27

Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32

WIB. 28

Wawancara dengan PK, musisi gereja di GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul 20.44 WIB. 29

Wawancara dengan PK, majelis dan musisi gereja di GKMI Pecangaan, Sabtu 21 Juli 2012 pukul

20.44 WIB. 30

Wawancara dengan Pdt. KS, pendeta jemaat di GKMI Pecangaan, Minggu 22 Juli 2012 pukul 10.32

WIB.

Page 12: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

ibadah, serta ibadah yang ada bersifat inspiratif bagi tiap jemaat dalam menghadapi

kehidupan sehari-hari.

3.6. Penutup

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis menyimpulkan beberapa

hal sebagai berikut, Ibadah yang ada di GKMI Pecangaan belum bisa mewujudkan

kerinduan sebagian anggota jemaat untuk beribadah. Ibadah di GKMI Pecangaan

masih terkesan sebagai sebuah pertunjukan karena belum dapat membuat jemaat

merasa sebagai partisipan aktif untuk menyajikan sebuah ibadah yang indah bagi

Tuhan. Ibadah yang ada di GKMI Pecangaan hanya terasa sebagai rutinitas dan tidak

ada variasi dalam hal liturgi sehingga membuat anggota jemaat merasa jenuh ketika

mengikuti ibadah yang ada.

Pendeta Jemaat dan Musisi Gereja memahami nyanyian hanya sebagai

pelengkap dalam sebuah ibadah, sehingga persiapan yang diperlukan cukup satu kali

selama satu minggu. Nyanyian untuk ibadah secara dominan dipilih oleh pendeta

jemaat. Nyanyian di dalam peribadatan GKMI Pecangaan memiliki peran yang

beragam, antara lain membangun suasana peribadatan yang tepat, membantu jemaat

merefleksikan kehidupan mereka dengan ajaran Kekristenan, dan mempersiapkan

diri untuk mendengarkan Firman. Namun sebagian jemaat belum bisa menghayati

nyanyian yang dinyanyikan, sehingga ini membuat jemaat bernyanyi tanpa

memahami syair atau liriknya. Meskipun demikian, kelebihan dari jemaat di GKMI

Pecangaan adalah jemaat tidak memiliki rasa keberatan atas digunakannya PPR 1,

PPR 2 dan PBK maupun lagu kontemporer rohani baru sebagai nyanyian di dalam

peribadatan.

Page 13: Studi tentang Peran Nyanyian dan Musik Gerejawi di GKMI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6844/3/T1_712008012_BAB III... · Kritik sebagian anggota jemaat terhadap ibadah

Musik Gerejawi yang ada di GKMI Pecangaan berada di taraf cukup baik

untuk mengiringi nyanyian jemaat. Musisi yang ada hanya memiliki bekal pelatihan

dan otodidak, belum ada yang merupakan lulusan pendidikan formal jurusan musik.

Tim musik yang ada di GKMI Pecangaan belum memiliki komitmen yang kuat

untuk melayani, karena dari jadwal tugas yang sudah dibuat jarang dilaksanakan.

Ada rasa kecewa kepada Komisi Kesenian yang tidak menjalankan tugasnya dengan

baik, bahkan ketua komisi yang menjalani masa penggembalaan karena pelanggaran

yang diperbuat. Jemaat tidak terkurung dalam pemahaman musik tertentu saja yang

bisa digunakan dalam ibadah, tetapi sudah membuka diri terhadap berbagai jenis

musik, misalnya musik keroncong. Hambatan perkembangan pelayanan musik gereja

di GKMI Pecangaan adalah sulitnya menemukan SDM yang berkomitmen kuat

untuk melayani dan memiliki kemampuan yang memadai. Kaum muda yang ada

cenderung memilih-milih jenis instrumen dan nyanyian untuk ibadah sehingga

potensi mereka tidak berkembang dengan baik. Jemaat merindukan adanya

pembaharuan atau variasi pelayanan musik gereja untuk ibadah, sehingga tidak

terkesan membosankan.