33
Hari Raya Gerejawi | 1 GKI KOTA WISATA HARI RAYA GEREJAWI

HARI RAYA GEREJAWI

  • Upload
    others

  • View
    47

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 1

GKI KOTA WISATA

HARI RAYA GEREJAWI

Page 2: HARI RAYA GEREJAWI

PENGANTAR

Hari-hari raya gerejawi adalah hari-hari khusus yang dirayakanoleh gereja/umat Kristen di seluruh dunia dalam rangka memeliharaiman kristen dan menyaksikan karya penyelamatan Allah kepadadunia melalui Anak-Nya Yesus Kristus, Juruselamat dunia. Dalam ta-hun gerejawi, yang menonjol adalah hari raya Natal dan hari raya Pas-ka. Kedua hari raya ini merupakan hari-hari penentu bagi keseluruhantahun gerejawi.

Tahun Gerejawi adalah pengaturan waktu, secara khusus hari-hari minggu, selama 12 bulan. Waktu selama 12 bulan itu diatursedemikian rupa, sehingga karya keselamatan Allah menjadi nyata.Akan tetapi, tahun ge-rejawi tidak dimulai tgl. 1 Januari melainkandimulai minggu-minggu Adven sebelum hari raya Natal. Jadi, tahungerejawi dimulai pada akhir bulan November atau awal bulan Desem-ber.

Booklet Hari Raya Gerejawi ini bersumber dari materi BinaPenatua GKI Kota Wisata yang disampaikan oleh Pdt. Yolanda Pan-taou (GKI Surya Utama) dengan beberapa penambahan materi.Dibukukan dengan tujuan agar lebih mudah dibaca, sistematis dan mu-dah diupload jika dibutuhkan.

Soli Deo Gloria.

Cibubur, 22 Juni 2019Dibukukan oleh,

Pnt. Meida E. Andel

Page 3: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 3

Ketika kita memasuki Minggu Adven yang pertama, artinya 4minggu lagi kita akan memperingati dan merayakan hari raya Natal,dan berkaitan dengan ini ada beberapa hal yang perlu kita ingatmengenai Adven. Pertama Adven adalah awal tahun gerejawi, tahun ba-runya orang Kristen, yang dipahami sebagai masa penantian akan ke-

datangan Sang Juruselamat. Oleh karena itu kita belum memasangdekorasi Natal atau menyanyikan lagu-lagu bertemakan kelahiranYesus selama masa ini.

Mungkin ada yang berpendapat “Tahun baru malah disuruhmenanti?” – memang berbeda dengan tahun baru dalam berbagaijenis agama maupun kebudayaan, di mana biasanya diperingatidengan perayaan (baca: pesta), tahun baru gerejawi malah diperingatidengan kalem dan dalam semangat penantian. Secara teo-logis hal inidapat kita jadikan perenungan bahwa ketika kita mengalami “hidupbaru” di dalam Tuhan kita justru harus mengisinya dengan penantianyang penuh kesadaran sebagai orang-orang yang menantikan Tuhandan Kerajaan Allah, bukan justru menjadi seperti orang mabuk yanghanyut dalam kegembiraan hidup yang sementara.

Pokoknya Adven adalah penantian dan pengharapan akan ke-

datangan Kristus kembali. Tidak pasti masih berapa tahun lagi.

A D V E N

Page 4: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 4

Apakah masih ada Natal yang akankita rayakan, atau ini menjadi Na-tal terakhir? Pokoknya, kita harus siap sedia menyambut Kristuskembali.

Adven bukan masa menanti Natal Betlehem. Itu peringatan,bukan penantian. Peringatan memang adalah pesta, penantian adalahkesiapan: kesiapan diri dan hati, kesiapan iman, kesiapan totalitaspenyerahan diri untuk hidup menurut kehendak Tuhan.

Aneh juga, tidak banyak cerita tentang Maria di dalam Alkitab.Sebenarnya siapa sih sosok Maria itu? Orang pandaikah? Atau orangkebanyakan, orang biasa saja? Entahlah. Yang pasti, ia adalah sosokorang yang menantikan Tuhan. Denganmudah dan penuh keyakinan,ia berkata: ”Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padakumenurut perkataanmu itu” (Luk 1:38).

Siapa aku? Aku ini adalah milik Tuhan, bukan pengusaha ataupenguasa, cuma hamba yang tunduk pada tuannya. Lalu, apakahpekerjaanku? Pekerjaanku adalah menjalani perintah Tuanku. DanTuanku itu bukan dari dunia, tapi dari sorga sana.

Adven adalah sikap yang seperti ini, jangan ditambah dan jangandikurangi. Jangan kuatir dan takut kalau begini atau kalau begitu.Pokoknya, jalani kehendak-Nya dalam hidup kita sehari-hari. Itulahmenantikan Tuhan. Itulah sikap yang ditunggu oleh Tuhan.

Page 5: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 5

Ketika memasuki Bulan Desember, semakin mendekati Natal,orang-orang biasanya mulai semangat mempersiapkan dan menyam-but hari Natal. Namun, banyak yang hanya dilakukan karena terbawasuasana saja, oleh dekorasi yang meriah di mall, acara-acara televisi,lagu-lagu, atau terpengaruh oleh kegiatan para aktivis gereja yangsedang sibuk mempersiapkan Natal di gereja, dll. Akhirnya pada saatkesudahannya, ketika Natal berlalu, semangat itupun mulai hilangdan seiring suasana mulai sunyi kembali, semangat diri dalam halkerohanian pun menjadi "sunyi".

Pemilihan tanggal 25 DesemberTidak ada satu orang pun tahu persis kapan tanggal lahirnya

Yesus! Diperkirakan, Yesus lahir sekitar tahun ke-3 atau ke-4 SM.Tetapi tidak ada yang tahu persis tanggalnya.

What is known is that Christian leaders in 336 C.E. set the date to December 25in an attempt to eclipse a popular pagan holiday in Rome (Saturnalia) that cele-brated Natalis Solis Invincti, or “Birthday of the Invincible Sun God,” on thewinter solstice. One mid-fourth century church theologian later wrote “We holdthis day holy, not like the pagans because of the birth of the sun, but because ofhim who made it”

N ATA L

Page 6: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 6

Natal sesungguhnya perayaan publik zaman Romawi kuno. Dulunya, natal ada-lah sebuah perayaan yang disebut Natalis Solis Invincti, yakni perayaan kem-balinya matahari yang sudah sekian lama tidak muncul setelah musim dinginyang begitu panjang. Ketika matahari itu mulai kembali, peristiwa itu yangdirayakan. Namun teologis gereja mengatakan, “Kita menguduskan hari ini, tid-ak seperti kaum pagan merayakan kelahiran matahari, tetapi karena dia yangmenciptakannya.”

Berbeda dengan ketika masa Pra-Paska, suasana Natal yangserba meriah membuat kita kurang ingin mendengar dan me-renungkan tentang sengsara-Nya dan pengorbanan-Nya yangsebenarnya dimulai pada malam Natal, ketika Yesus lahir di bumi.Rangkaian karya penebusan dan pengorbanan Allah yang luar biasa dim-ulai sejak Hari Natal, ketika Ia memberikan Anak-Nya turun kebumi. Ia selama ini menanti kita, orang-orang berdosa, yang tak kun-jung kembali pada-Nya, sehingga pada waktu Natal inilah Iamengambil langkah untuk meraih kita terlebih dulu.

Semoga pada Hari Natal nanti, ketika kita bersikap rianggembira, itu bukan karena terbawa suasana. Bukan karena ada lagu-

lagu yang meriah, atau sekadar basa basi karena ucapan "Selamat Na-tal" biasanya disampaikan dengan ramah dan ceria. Biarlah kitamelakukannya karena hati kita bersukacita dan bersyukur, menyadaribahwa Allah menyatakan kasih dan pengorbanan-Nya melalui Natal.

Page 7: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 7

Apakah Saudara pernah lihat kalender 30 tahun yang lalu?Lihatlah terutama di tanggal merah Natal, selalu ada tanggal merah26 Desember dengan keterangan ”Natal hari ke-2”. Seolah-olah Nataldirayakan selama 2 hari. Dan memang betul, di beberapa negara danwilayah di Indonesia, Natal dirayakan selama 2 hari sampai hari ini,yakni 25 Desember dan 26 Desember. Itu ”resmi” – menurut”penganut” kebiasaan tersebut.

Bagaimana bisa begitu?

Asal muasal sehingga terciptanya kebiasaan ini tidak jelas, na-mun logikanya dapat ditelusuri begini. Di barat, tempat perayaan Na-tal tradisional ini berasal, perayaan Natal baru dilakukan pada 24Desember malam. Sebelumnya masyarakat tidak bernatalan, kecualisibuk mengurusi persiapan Natal di keluarga. Mereka merayakan harikelahiran Dewa Surya Yang Tak Terkalahkan (dies natalis Solis Invic-ti). Sepanjang malam masyarakat berpesta pora di jalan dan tegalanhingga besok pagi dan siang, bahkan hingga malam lagi. Lampu-

lampu menghiasi rumah dan jalan, minuman untuk menghangatkanbadan di musim dingin juga tersaji, termasuk dansa-dansi. Pokoknyasangat meriah. Keesokan hari, tinggal capeknya. Maka 26 Desember

NATAL HARI KEDUA

Page 8: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 8

itu masyarakat meneruskan natalan mereka dengan berlibur atau dikeluarga masing-masing.

Kebiasaan barat inilah yang dibawa oleh para misionaris danorang Jerman atau Belanda ke Indonesia di zaman penginjilan abadke-19. Dengan begitu, di beberapa wilayah di Indonesia, Natal harike-2 memang dirayakan, namun dengan isi dan bungkus berbeda.

Masyarakat di Indonesia merayakan Natal, baik 25 maupun 26Desember, dengan lebih tertib. Hal ini dipahami bahwa dies natalisSolis Invicti sama sekali tidak dikenal di Indonesia, melainkan pe-

rayaan kelahiran Yesus. Para penginjil, yang berasal dari lembaga-

lembaga penginjilan bercorak pietisme di Eropa dan Inggris, lang-sung memberikan nuansa kesalehan dan kekristenan pada Natal, bah-wa Natal dirayakan dengan tertib dan gerejawi. Masyarakat Indone-sia sejak dahulu merayakan Natal dengan bersahaja, tidak jor-joran,sebagaimana masyarakat barat waktu itu, namun tetap meriah dankekeluargaan. Setidaknya, masyarakat Indonesia tidak demonstratifberhura-hura di hari Natal – begitu juga gereja.

Bagaimana masyarakat tradisional merayakan Natal?Umumnya masyarakat Indonesia merayakan Natal dengan ibadah 25Desember – baru 30 tahun terakhir ini saja ada perayaan ibadah pada24 Desember – di gereja. Ada drama, paduan suara, lampu-lampu,lilin, pohon Natal, dan khotbah Natal. Kemudian 26 Desember adapembaptisan, terutama baptisan anak, dan dilanjutkan dengan pestakampung atau anjangsana ke tetangga. Kue dan minuman istimewaselalu ada. Kedua model acara ini, di beberapa wilayah Indonesia,masih berlangsung hingga kini, seperti di Sumatera Utara, SulawesiUtara, dan Nusa Tenggara Timur. Baik pesta kampung dan an-jangsana selalu memberikan kesan baik dan ngangenin. Setiap orangadalah pemeran utama dan subjek perayaan yang berperan aktif danpenting. Tidak ada yang melayani atau dilayani, tidak ada yang me-

Page 9: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 9

nyuguhkan acara atau cuma jadi penonton. Maka setiap tahun orangmenantikan bernatalan itu berulang lagi, tanpa diundang, dibujuk-

bujuk, diwartakan berkali-kali untuk hadir.Natal hari ke-2 sekarang ini, terutama di kota Jakarta, hampir

tidak lagi lazim dilakukan. Acara gereja yang sangat padat membuattetangga dan kita tidak lagi saling beranjangsana – sekalipun di hariNatal. Generasi kedua di Jakarta setelah dekade 1970-an tidak lagimengenal tradisi anjangsana. Sekalipun tulisan ini tidak hendakmengubah apa pun, namun sebaiknyalah kita ingat bahwa Natalsemula berarti memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan sesamamelalui ibadah dan anjangsana, jangan tereduksi menjadi sekadartontonan: subjek kepada para objek.

Page 10: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 10

Masa perayaan pemunculan atau manifestasi Yesus Kristusterhadap dunia dalam bentuk kelahiran-Nya. Hari Epifania dirayakanpada 6 Januari, sedangkan Minggu Epifania dimulai dengan hariMinggu terdekat dengan tanggal 6 Januari dan dirayakan selama 7minggu.

Sebelum abad IV, Hari Epifania (bahasa Yunani: penampakandiri) dirayakan sebagai hari kelahiran Kristus, yaitu pada tanggal 6Januari (bukan tanggal 25 Desember) atau pada hari Minggu yangterdekat dan enam minggu sesudahnya. Sebelumnya, Epifania adalahperayaan musim salju di Mesir yang dirayakan pada tanggal 6 Janu-ari. Perayaan ini diselenggarakan sebelum Yesus lahir, sekitar tahun1996 SM.

“Epifania” berarti “membuat nyata/jelas.” Pada masa ini, kitamengenang setiap pemunculan Yesus, bahwa Ia sungguh-sungguhhadir secara nyata di dunia sebagai manusia. Ibadah-ibadahditekankan pada pernyataan Yesus sebagai “Terang Bagi Bangsa-

bangsa Kafir” dan “Kemuliaan Israel,” pernyataan Simeon ketika ba-yi Yesus hadir di Bait Allah, pernyataan Yesus sebagai YangDikasihi Allah dalam baptisan-Nya, dan penyataan Yesus kepada se-

E P I FA N I A

Page 11: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 11

luruh dunia sebagaimana digambarkan oleh orang-orang Majus dariTimur.

Gereja Protestan merayakannya sebagai hari penampakankemuliaan Yesus setelah dibaptis atau hari Perjamuan Kudus yangpertama. Lama masa Epifania, yang dimulai pada tanggal 6 Januari,bervariasi tergantung pada penetapan tanggal Paskah. Selambat-lambatnya masa Epifania berlangsung sampai Minggu Septuagesima,atau 64 hari sebelum Paskah.

Page 12: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 12

Rabu Abu merupakan awal masa Pra-Paska. Selama 40 harihingga sebelum hari raya Paska adalah masa Pra-Paska. Jumlah haridalam Pra-Paska, tanpa memperhitungkan hari-hari Minggu, adalah40 hari. Bersama dengan gereja-gereja ekumenis, kita mengawali danmenghayati masa ini dengan beribadah bersama.

Dalam sejarah gereja, masa Pra-Paska baru dikenal pada abadke-4. Masa itu berlangsung selama 40 hari. Sebelumnya, sejak abadke-2, gereja langsung merayakan Paska tanpa Pra-Paska. Angka 40menyimbolkan masa persiapan dengan ujian. Umat Israel berjalanselama 40 tahun di padang pasir dengan berbagai ujian. Yesus ber-puasa selama 40 hari setelah dibaptis dan sebelum memulai pela-yanan-Nya di Palestina. Masa 40 hari Prapaska menyimbolkan per-siapan umat menyambut Paska. Di situlah masa pengujian diri, apadan bagaimana umat di hadapan Tuhan.

Pra-Paska baru dilakukan dengan lebih khusus di abad ke-12.Sejak itu masa Pra-Paska yang diawali dengan hari Rabu – waktu itubelum ada kata ”abu” pada hari Rabu itu – ini dihayati sebagai masapertobatan. Pada masa 40 hari itu umat melakukan berpantang, ber-tarak, berpuasa, dan tidak mengadakan pesta pora. Intinya adalahmenahan diri dari foya-foya dan jor-joran.

R A B U A B U

Page 13: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 13

Sebenarnya kegembiraan umat ini dapat dipahami di dalamrangka mulainya musim semi di Eropa. Gereja mengajak setiap oranguntuk mengisi kegembiraan yang meluap itu dengan sikap meditatif,yakni dengan menyesali dosanya dan bertobat. Demikian juga bilaada orang-orang yang pada masa itu sedang mempersiapkan diri un-tuk dibaptis, mereka diajak bersama-sama mempersiapkan bap-tisannya dengan berpuasa dan melakukan derma.

Lambat laun, abu ditambahkan di dalam persiapan Paska itu –berawal dari rumah-rumah dahulu – dan mulai digunakan oleh umatsetelah ibadah pembuka Pra-Paska di gereja. Para laki-laki mena-burkan abu di atas kepala, sedangkan para perempuan menorehkann-ya di dahi sambil membuat tanda salib dengan abu tersebut. Praktekinilah yang kemudian menambahkan kata ”abu” pada hari Rabu ter-sebut.

Abu adalah tanda pertobatan. Alkitab menyampaikan abu se-bagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (Yun 3:6).Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debutanah (Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali men-jadi debu. Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kitamendengar ucapan dari Pendeta, “Bertobatlah, dan percayalah kepa-da Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi de-bu” (you are dust, and to dust you shall return).”

Abu menyimbolkan kefanaan hidup manusia, manusia yangberasal dari debu tanah itu diberi kemuliaan (Mzm 8) oleh Allah dankehidupan kekal, hanya di dalam dan melalui kurban Kristus. Manu-sia fana inilah yang kemudian kembali ditutupi abu dan menjadi debuketika mati. Penorehan abu di kepala – bagian atas dari tubuh –mengartikan penguburan manusia ketika mati; tanah menutupi hing-ga ke atas kepala. Di masa kini, abu masih ditorehkan di dahi, baiklaki-laki maupun perempuan, di dalam ibadah Rabu Abu.

Page 14: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 14

Dalam prakteknya dewasa kini, abu yang dipakai berasal daridaun dan ranting daun palem. Palem yang diperoleh dan disimpanumat sejak Minggu Palem ((Mrk 11: 1-11] sepekan sebelum Paska)setahun lalu, dikumpulkan di gereja untuk kemudian yang digorengatau disangrai. Kemudian abu palem itu, dalam liturgi Rabu Abu, di-torehkan di dahi setiap orang sambil membuat tanda salib. Penorehanabu di kepala sejajar dengan kebiasaan penyesalan umat Israel ketikamenyesal (bnd. Tamar menyesal dengan menaburkan abu [2 Sam13:19]).

Jadi inti dari ibadah Rabu Abu adalah ajakan untuk kembali kefitrah manusia fana sebagai makhluk Tuhan.

Page 15: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 15

Hari Minggu terakhir dalam masa Prapaska disebut MingguPalem dan Sengsara. Ada dua nama untuk hari Minggu tersebut.Sebelum tahun 1992, Minggu Sengsara terpisah dari Minggu Palem,jatuh pada hari Minggu sebelum Palem. Setelah revisi leksionari1992, Minggu Sengsara dipindahkan ke Minggu ke-6 Prapaska, se-mentara Minggu Palem sebagai semacam mukadimah di awal liturgisengsara.

Kisah Yesus masuk kota Yerusalem dan Mazmur yang berhub-ungan dengan itu dibacakan sebagai tanda perayaan Palem. Biasanyadilakukan dengan prosesi mengitari sekitar gereja, tergantung denganlokasi dan kondisi gereja. Umat memegang daun-daun, termasukdaun palem. Selama prosesi itu nyanyian-nyanyian jemaat dinyanyi-kan. Hal ini menggambarkan umat menyambut dan bersama Yesusmemasuki kota Yerusalem. Prosesi tersebut berlangsung sekitar 10-

15 menit, diakhiri di pintu gereja kembali, dan umat masuk ke ruangibadah.

Kemudian liturgi sengsara dilakukan dalam ruang ibadah.Dengan tetap memegang daun-daun, dibacakan kisah sengsara Yesusmenurut salah satu perikop dari Injil Sinoptik. Hari Minggu Sengsara

M I N G G U PA L E M

Page 16: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 16

ini merupakan persiapan yang langsung berhubungan dengan peristi-wa sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus.

Daun palem melambangkan pengharapan. Ketika Yesus masukke Yerusalem, orang-orang melambaikan daun palem sambil berseru:" Hosana bagi anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam namaTuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!"(Mat 21:9). Seruan inijuga diwujudkan dalam bentuk nyanyian. Hosana berarti:"Selamatkanlah kami sekarang"

Yesus diserukan sebagai anak Daud. Tentu maksudnya adalahbukan anak kandung, tetapi lebih dalam arti penerus kekuasaanDaud. Bagi orang Israel, “Daud” yang kemudian adalah mesias yangakan menyelamatkan Israel dari cengkeraman kekuasaan Romawidan bangsa-bangsa lain, serta mengembalikan Israel seperti pada za-man Raja Daud pada abad ke-10 SM. Kedatangan Yesus di kota Ye-rusalem mengandung arti mesianisme, bahwa Dialah yang akan me-nyelamatkan umat Israel dari kekuasaan Romawi. Jadi terdapat hub-ungan simbolis antara daun palem dan makna di dalamnya.

Minggu Palem dirayakan oleh gereja-gereja ekumenis padahari Minggu sebelum Paska, atau Minggu Prapaska terakhir. Parapenulis Injil Sinoptik menempatkan kisah Yesus masuk ke kota Ye-rusalem hanya satu kali dan di bagian akhir masa pelayanan-Nya.Kemudian secara elok para Penginjil tersebut memperhitungkan harimasuknya Yesus, sehingga ada 7 – 8 hari sejak Yesus masuk ke kotaYerusalem hingga kebangkitan-Nya. Dalam seluruh masa pelayanan-

Nya, hanya di bagian akhir hidup-Nya, Ia masuk dan berada hanya3 - 4 hari di kota Yerusalem. Penempatan kisah ini pun mengandungmakna simbolis bahwa Yerusalem menjadi simbol puncak penghara-pan umat Israel. Pulihnya Yerusalem yang baru dan bukan dalam artipolitis bagi Negera Israel yang sekarang, pada akhirnya, akan men-

Page 17: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 17

jadi pulihnya kondisi umat Israel.Apakah makna Minggu Palem dan kisah Yesus masuk ke kota

Yerusalem bagi kita? Pemulihan umat Allah terjadi ketika penghara-pannya hanya pada Tuhan Semesta Alam.

Page 18: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 18

Kamis Putih (Maundy Thursday) merupakan ibadah yang di-laksanakan oleh gereja dalam rangka merayakan peristiwa Pembasu-han Kaki dan Perjamuan Malam, yang dilaksanakan Yesus bersamamurid-muridNya. Perayaan Pembasuhan kaki berdasarkan Yohanes13:1-20 menjadi bentuk perenungan atas sikap, pikiran dan perasaanYesus yang menyediakan diriNya untuk melayani. Sekalipun Ia ada-lah Tuhan dan Guru tetapi bersedia membasuh kaki murid-muridNya.Dengan merayakan Pembasuhan kaki maka kita diingatkan dan di-ajak untuk bersedia melayani sesama.

Berdasarkan Lukas 22:7-23, pada hari Kamis malam atau ma-

lam Jumat itu, Yesus bersama murid-muridNya sedang makan Per-jamuan Paskah. Paskah yang mereka rayakan adalah Paskah Yahudiberdasarkan Keluaran 12, yaitu merayakan peristiwa keluaran dariMesir. Pada waktu itu umat biasa melakukan sakramen di rumah ber-sama keluarga atau kerabat dekat. Sehingga Yesus memerintahkanmuridNya mencari tempat untuk mereka dapat merayakan makanPerjamuan Paskah. Roti yang dipakai dan dimakan adalah roti tidakberagi, yang dicelupkan ke dalam air dari sayur pahit (Yoh 13:26).Setelah makan roti maka dilanjutkan minum anggur dari cawan. Tin-

K A M I S P U T I H

Page 19: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 19

dakan dan perkataan Yesus dalam Perjamuan Paskah itu dijadikanketetapan dalam tindakan dan perkataan untuk sakramen Perjamuanhingga kini.

Gereja-gereja masa kini, bukan lagi merayakan PerjamuanPaskah Yahudi pada ibadah Kamis Putih melainkan Perjamuan Ma-

lam Terakhir. Artinya, inti perenungannya bukan lagi pada keluarandari Mesir melainkan tindakan dan perkataan Yesus pada perjamuanMalam Terakhir bersama murid-muridNya. Perjamuan pada ibadahKamis Putih bukan sakramen Perjamuan sehingga biasanya gereja-

gereja merayakan dengan suasana yang lebih akrab dan menyebutnyadengan Perjamuan Kasih. Perjamuan juga tidak diatur dan tidak di-laksanakan pada meja altar melainkan pada meja lain, yang mungkinlebih cocok untuk jamuan makan malam.

Page 20: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 20

Pada hari ini Gereja-gereja mengenang sengsara dan wafat Ye-sus di salib. Jumat Agung merupakan awal dari misteri Paska , yanghanya dipahami secara utuh mulai dari Kamis Putih, Jumat Agungdan Paska. Sehingga jika ingin memahami misteri paska, maka umatbukan memilih mengikuti ibadah Kamis Putih, Jumat Agung atauPaska, melainkan mengikuti dan merenungkan keseluruhannyasecara utuh.

Jumat Agung dipenuhi dengan suasana duka karena kematianYesus. Ruang ibadah diatur untuk mendukung suasana duka tersebutsehingga tidak ada bunga dan hiasan lainya, yang telah disimpan se-jak ibadah Kamis Putih. Lilinpun tidak menyala sebagai tanda ke-matian. Musik yang mengiringi nyanyian umat dimainkan dengansuasana yang teduh, tenang dan khidmat. Bahkan ada gereja yangtidak menggunakan musik pada saat Jumat Agung. Kain hitam ter-gantung di salib menjadi tanda perkabungan yang dalam atas ke-matian Yesus.

J U M AT A G U N G

Page 21: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 21

Pada hari raya Sabtu Sunyi, kita tidak mengadakan kebaktian.Bukan berarti bahwa hari raya ini penting, karena Sabtu Sunyi samapentingnya dengan Jumat Agung, Paska, dan hari-hari raya lainnya.Sabtu Sunyi adalah hari untuk kita merenung mengenai kematian,rasa kehilangan, dan kesedihan.

Dalam kehidupan ini, ada banyak penderitaan yang tidak bisakita mengerti. Penderitaan yang tak terelakkan, tidak bisa kitatanggulangi dengan tindakan dan jawaban logis. Rasa sakit, sedih,lelah, khawatir yang membuat kita bertanya: "Mengapa, Tuhan?","Sampai kapan?", dan sebagainya. Bila kita bayangkan, sepertinyahal inilah yang juga terjadi pada keluarga, sahabat dan murid-muridYesus pada hari Sabtu Sunyi. Walaupun Yesus sudah memberi tahumereka sebelumnya melalui perumpamaan-perumpamaan bahwa Iaakan bangkit, tetapi pada saat itu mereka belum mengerti. JenazahYesus sedang terbaring di dalam kubur, itu yang mereka tahu. Ke-matian Yesus bagi mereka adalah sesuatu yang sangat tidak adil, teta-pi tidak terelakkan bagi mereka, tidak dapat mereka cegah.

Sabtu Sunyi memberikan kesempatan bagi kita untuk merasa-kan dan "menikmati" kesedihan itu. Allah tahu bahwa kadang kitahanya bisa diam saja menghadapi derita dan pertanyaan “mengapa”

S A B T U S U N Y I

Page 22: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 22

yang menyertainya. Sabtu Sunyi menunjukkan bahwa dalam diampun, ada kekuatan yang besar, yaitu kekuatan untuk berharap dan un-tuk tetap percaya. Melalui ketekunan dan pengharapan yang tidakputus, kita akan menyaksikan hari kemenangan dan penggenapanjanji-Nya.

Page 23: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 23

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang ka-rena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh ke-bangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidupyang penuh pengharapan.” (1 Petrus 1:3)

Kita semua benar-benar menyadari bahwa hanya melalui pe-

ristiwa kebangkitan Kristus di Minggu Paska itu, penderitaan dankematian Yesus di atas kayu salib memiliki makna yangsesungguhnya. Keyakinan ini menjadi sumber iman bagi seluruhorang Kristen untuk dengan teguh mempercayai karya Kristus yangmenyelamatkan kita di dalam setiap pergumulan hidup kita. Ia jugamenjadi sumber pengharapan yang teguh, sebagaimana disaksikanoleh penulis surat 1 Petrus di atas, bahwa penderitaan dan kematiantidak pernah menjadi kata akhir dan akan selalui diatasi oleh keme-nangan di dalam dan bersama Kristus.

Akhirnya, berita Paska itu juga dan terutama memotivasi kitauntuk hidup di dalam kasih, agar seluruh kehidupan kita menjadi se-bentuk perjuangan mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah ditengah situasi hidup sesama yang menderita. Perjuangan ini tidakakan pernah sia-sia, karena pengharapan itu kita taruh bukan per-

PA S K A

Page 24: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 24

tama-tama pada salib Yesus, namun justru pada kubur yang kosong.Itu sebabnya, salib Kristus memiliki tempat yang istimewa di dalamseluruh iman kita.

Maka, Paska selalu menjadi puncak perayaan iman Kristen. Me-laluinya kita memperoleh kekuatan untuk berjuang melawan segalabentuk kekerasan terhadap nilai kemanusiaan di sekitar kita. TanpaPaska, penyaliban Kristus akan tampil sebagai sebuah kesia-siaan.Namun, dalam terang Paskalah, salib Kristus itu memberi jaminankepada kita bahwa Allah telah membuktikan kuasa kehidupan barudengan membangkitkan Kristus.

Page 25: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 25

Peristiwa gerejawi ini memang tidak “seheboh” hari raya ge-

rejawi lainnya bagi sebagian besar orang Kristen, apalagi perayaan-

nya selalu jatuh pada hari Kamis – hari kejepit, kita di Indonesia ter-masuk beruntung karena hari ini menjadi hari libur alias tanggal me-rah, di banyak negara lainnya hari kenaikan ini bahkan tidak diperhi-tungkan sama sekali sebagai hari libur. Padahal hari raya ini adalahperistiwa yang penting bagi kehidupan iman kita sebagai orang Kris-ten: Kristus yang naik ke surga untuk menyiapkan tempat bagi orangpercaya (Yohanes 14).

Peristiwa ini juga penting karena merupakan momen pende-wasaan bagi para murid Kristus, baik para murid yang pertama mau-pun kita saat ini. Kenaikan Yesus mengingatkan kita sebagai orangKristen untuk berupaya menjadi dewasa di dalam iman, bertumbuh didalam pengetahuan iman, pengenalan akan kehendak Allah dan per-buatan kasih yang didasari kesadaran bukan pamrih. Kristus yangnaik ke surga memberi tugas perutusan kepada para murid, menan-dakan bahwa adalah tanggung jawab kita untuk terus memeliharaiman di muka bumi ini sampai kedatangan Kristus yang kedua kali.

Namun Kristus tidak meninggalkan kita begitu saja dan

K E N A I K A N Y E S U S

Page 26: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 26

sekedar menuntut buah-buah iman kita, Ia juga menjanjikan Roh Ku-dus sebagai penolong dan penghibur. Oleh karena itu memperingatihari Kenaikan Yesus Kristus tidak mungkin cukup tanpa disertai ke-turutsertaan kita dalam pekan doa Pentakosta sebagai persiapan diriuntuk menyambut Roh Kudus.

Page 27: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 27

Kata Pentakosta berarti lima puluh (pentekoston). Hari Pen-takosta dalam Perjanjian Lama adalah tujuh minggu satu hari setelahPaskah. Hari Pentakosta merupakan hari perayaan pesta panen se-bagai bentuk pengucapan syukur kepada Allah yang telah mem-berikan tanah untuk kehidupan umat. Untuk itu, orang-orang Yahudimemberikan atau mempersembahkan hasil panen pertama merekakepada Tuhan. Hasil panen atau korban persembahan yang merekasampaikan haruslah yang terbaik dan bukan untuk dijual tetapi di-persembahkan (Bil. 28:26-31). Angka tujuh dihubungkan dengansimbol Sabat dalam Perjanjian Lama dengan ditambah satu hari men-jadi lima puluh hari. angka lima puluh dihubungkan dengan TahunYobel. Dalam Perjanjian Lama ada waktu sepanjang tujuh minggudalam setahun, setiap tahun kelima puluh merupakan hari pembeba-san tanah. Pentakosta dihubungkan juga dengan Paskah sebagai haripembebasan Israel dari Mesir, sehingga pada hitungan lima puluhhari setelah Paskah dirayakan dengan pesta panen. Pentakosta dalamPerjanjian Lama, dikaitkan juga dengan peristiwa pemberian HukumTuhan di gunung Sinai, lima puluh hari setelah Paskah.

Pada abad ke-4, hari Pentakosta dirayakan sebagai hariturunnya Roh Kudus, lima puluh hari setelah Paskah. Hari ini disebutPentakosta karena Roh Kudus turun dalam hitungan lima puluh hari

P E N TA KO S TA

Page 28: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 28

setelah Paskah.Selain ada pekan doa, di hari Pentakosta juga ada persembahan

syukur tahunan dan pesta panen hasil bumi. Di Jemaat kita, Pen-takosta juga dimeriahkan dengan perjamuan kudus dan persembahanbuah-buahan.

Ada tiga hal penting dalam Pentakosta yang umumnya di-lakukan oleh GKI. Pertama, turunnya Roh Kudus sebagaimanakesaksian Lukas dalam Kisah Para Rasul 2. Peringatan ini melengka-pi masa raya Paska dan ritual di dalamnya. Paska adalah puncak masaraya, maka Pentakosta adalah mahkota masa raya. Benih ditabur padawaktu Paska, kemudian benih itu mati dan tumbuh, dan berbuah padaPentakosta. Baptisan umat pada Paska, menjalankan misi sebagaiutusan Allah pada Pentakosta melalui peneguhan sidi. Maka secararohani Pentakosta dihayati, kedua, sebagai peringatan berdirinya ge-reja ekumenis. Ketiga, persembahan syukur tahunan yang menya-takan secara simbolis dengan tradisi perayaan panen Pentakosta umatIsrael.

Page 29: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 29

Memperingati Trinitas, tiga pribadi Allah: Allah Bapa, AllahPutra, Allah Roh Kudus. Untuk kalender liturgi gereja Ritus Barat,Minggu Trinitas jatuh pada hari Minggu ke-8 setelah Paska.

Hari Minggu Trinitas dirayakan satu minggu sesudah hari Pen-takosta. Hari raya ini mengajak kita untuk menyaksikan KeEsa-anAllah dengan cara menghayati dan mengingat kembali ajaran tentangTrinitas.

Ada yang mengatakan bahwa Trinitas (Tiga Pribadi Allah yangmerupakan suatu kesatuan) merupakan bab terakhir dari dogma Kris-ten. Bab-bab pertama adalah tentang Penciptan, pembebasan umatdari berbagai belenggu (belenggu dalam Perjanjian Lama misalnyaberupa penjajahan Mesir, dll.; dalam perjanjian baru berupa dosa),penebusan oleh Yesus Kristus melalui kelahiran, kematian dan ke-bangkitan-Nya, sampai ke pemberian Roh Kudus. Untuk dapat me-mahami bab terahir, tentunya kita harus sudah memahami duludengan benar bab-bab sebelumnya. Bila ada bagian yang terlewat,tentu pemahaman kita akan Trinitas juga tidak akan penuh. Maka,dalam memahami Trinitas kita harus lebih dulu membaca dan me-renungkan Injil, percaya kepada Kristus, berdoa kepada Allah dalam

M I N G G U T R I N I TA S

Page 30: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 30

nama-Nya, dan membiarkan Roh Kudus menyingkapkannya bagikita.

Melalui hari raya ini, biarlah kita dapat menyegarkan dan me-renungkan pengenalan kita secara mendalam akan Allah yang datangke dunia ini, menyatakan diri-Nya kepada kita dalam Kristus dankuasa Roh Kudus. Dialah Allah Bapa yang menciptakan langit danbumi, Allah yang menyelamatkan kita dari kuasa dosa dan maut me-lalui kematian dan kebangkitan Anak-Nya Yesus Kristus; Dia juga-lah Allah yang menjaga dan memampukan kita untuk hidup kudusmenjelang kedatangan-Nya kembali dalam Roh Kudus. TerpujilahAllah Tritunggal: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Amin.

Page 31: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 31

Hari Raya Kristus Raja dirayakan untuk mengingatkan kitaakan otoritas Kristus yang adalah raja dari seluruh alam semesta, danterutama atas diri kita sendiri. Hari raya ini ditetapkan oleh Paus PiusXI pada tahun 1925. Pada saat itu Paus Pius XI menyaksikan pertum-buhan sekularisme, banyak orang Kristen meragukan otoritas Kristusdan Gereja, bahkan meragukan keberadaan Kristus. Bagaimanadengan kita sendiri, apakah kita menganggap-Nya sebagai raja dalamkehidupan kita atau tidak? Atau kita lebih memilih untuk mengandal-kan kekuatan kita sendiri, dan patuh pada ego kita masing-masing?

Kalau kita berkata bahwa raja kita adalah Kristus, berarti kitaadalah anggota kerajaan-Nya. Bukankah pada setiap tradisi kerajaan,keluarga dan para pelayan raja diharapkan mengikuti standar tata kra-ma yang lebih tinggi? Maka selaku anggota kerajaan Kristus di ten-gah-tengah dunia ini, haruslah kita menjaga nama baik dan imageRaja kita dengan bertingkah laku sesuai dengan standar kerajaan-Nya.

Kristus yang walaupun adalah raja, berkali-kali dengan tulusbersikap seperti hamba dan melayani murid-murid-Nya. Cukupberanikah kita untuk membiarkan diri kita ingin dihormati, inginberkuasa, ingin dipuji-puji dan dianggap lebih tinggi dari orang lain?

MINGGU KRISTUS RAJA

Page 32: HARI RAYA GEREJAWI

Hari Raya Gerejawi | 32

Dalam penutupan rangkaian tahun liturgi ini, baiklah kitamerefleksikan kembali sejauh mana kita membiarkan Kristus ber-peran dalam hidup kita. Tanyakan pada diri sendiri, "Siapakah yangberkuasa dalam hidup kita?". Sudahkah Kristus menjadi yang teruta-ma? Atau kita lebih memilih untuk tunduk pada ego kita, danmenempatkan kekuatan dan keinginan pribadi sebagai raja atas ke-hidupan kita?

Page 33: HARI RAYA GEREJAWI