Upload
duongdung
View
217
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI TENATANG MOTIF BATIK DRUJU DUSUN
WONOREJO KABUPATEN MALANG
ARTIKEL HASIL PENELITIAN
OLEH
PUTRI MULYANTI NIM 108251416407
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA Mei 2012
Studi Tentang Motif Batik Druju Dusun Wonorejo Kabupaten Malang
Putri Mulyanti
Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
E-mail : [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui latar belakang motif batik Druju dan karakteristik batik Druju beserta fungsinya. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dimulai dari reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari visualisasi motif batik Druju, ditemukan motif flora, motif fauna, motif sinar matahari dan pemandangan, serta motif benda teknologis sebagai peralatan hidup manusia. Tata susunan warna motif batik Druju cenderung mengkombinasikan warna-warna kontras dan mengarah pada warna gelap. Proses penciptaan desain batik menggunakan bahan utama sutera dan dikerjakan dengan teknik tulis dan cap.
Kata Kunci: Desain, Motif, Batik Druju.
ABSTRACT: The purpose of this study, then, is to reveal the motif background of Batik Druju, the characteristics of Batik Druju, and the use of Batik Druju. This current study used descriptive qualitative. The data collection was carried out through interview, observation, and documentation. The data analysis, then, was started from the data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The motif visualizations are in the form of flora, fauna, sunshine, scenery, and technological motif which is presented as the daily tools for human needs. In terms of color composition, Batik Druju tends to combine the contrast colors which lead to dark color. In There are two kinds of produced batik, which are written batik and printed batik. Keywords: Design, Motif, Batik Druju.
Keberadaan batik Druju masih kurang populer di masyarakat Malang,
akan tetapi di luar Malang, batik ini cukup mendapat sambutan yang baik di
wilayah kota besar, terutama Jakarta, Surabaya, Palembang, dan kota-kota besar
lain karena promosi produk batik diutamakan di wilayah tersebut (Anshori dan
Kusrianto, 2011: 185). Batik Druju merupakan salah satu hasil produk kerajinan
yang dapat dikembangkan menjadi hasil budaya khas kota Malang. Oleh karena
itu perlu dijaga kelangsungan dan kelestariannya dalam rangka memperkaya
khasanah kebudayaan nasional.
Motif batik Druju sangat beragam. Menurut Antik dan Edi Subagio
sebagai perajin batik menyatakan bahwa motif-motif tersebut diambil dari
lingkungan sekitar tempat tingggal perajin. Desa Druju merupakan wilayah
pegunungan kapur yang dekat dengan laut, sehingga kondisi tanah yang
sedemikian mempengaruhi jenis tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Motif-motif
yang dihasilkan adalah motif pengembangan yang terinspirasi dari lingkungan
sekitar. Salah satu contoh adalah motif Olanda yang terinspirasi bentuk daun pakis
( Anshori dan Kusrianto, 2011: 180).
Batik Druju merupakan produksi batik pertama yang didirikan di wilayah
kecamatan Sumbermanjing Wetan, kabupaten Malang. Kemunculan kerajinan
batik di wilayah ini cukup menarik ditilik dari kondisi lingkungan geografis dan
masyarakat yang kesehariannya bergelut pada dunia agraris dan industri.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengenal sekaligus menggali dan
mengetahui corak atau karakteristik motif batik Druju sebagai produk kerajinan
batik yang terdapat di daerah Malang.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif,
berupa paparan data mengenai latar belakang motif batik, ragam hias motif batik,
alat bahan pembuatan batik, teknik pembuatan batik tulis dan fungsi batik Druju
yang diperoleh dari observasi langsung dan data sekunder dari berbagai sumber.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi
dan dokumentasi. Analisis data dimulai dari reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan melakukan
dua kriteria. Kriteria tersebut adalah kredibilitas dan dependabilitas yaitu dengan
model triangulasi dan melibatkan berbagai pihak (pakar). Model trianggulasi yang
digunakan oleh peneliti adalah trianggulasi dengan sumber, yaitu dengan cara
membandingkan dan mengecek balik derajat suatu kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Patton dalam Moleong,
2002: 178).
HASIL
Andis Batik merupakan rumah produksi batik yang didirikan oleh
pasangan Antik Subagio dan Edi Subagio di dusun Wonorejo, RT 24 RW 05 desa
Druju kecamatan Sumbermanjing Wetan kabupaten Malang. Pasangan ini mulai
merintis kerajinan batik sejak tahun 1996. Andis batik merupakan nama butik
yang didirikan kedua pasangan Edi dan Antik Subagio samping rumah mereka.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap produk batik dan
wawancara terhadap perajin Antik Subagio, diperoleh data mengenai teknik
pembuatan batik di butik Andis yang hampir semuanya dikerjakan dengan metode
tulis. Beberapa yang lainnya dikerjakan dengan metode batik cap. Yang menjadi
ciri khas batik ini ialah baju yang sudah di jahit kemudian dibatik, yaitu dalam
menerapkan motif batik perajin menggambarkan motif di atas permukaan kain
yang sudah dijahit menjadi baju. Dengan demikian motifnya selalu menyambung
dari depan dan belakang, bahkan di bagian samping, lengan, dan kerah baju.
Selain itu ciri khas lain dari batik Druju adalah identik dengan warna
hitam pekat, yang dipadu dengan warna primer seperti merah, biru, kuning, dan
warna-warna sekunder seperti jingga, nila dan hijau. Warna-warna motif batik
Druju cenderung mengkomposisikan warna kontras, misalkan merah dengan
hitam, kuning dengan hitam, biru dengan merah, dan sebagainya.Pada proses
pewarnaan, teknik yang digunakan adalah teknik celup dan teknik colet dengan
bahan Naphtol, garam Diazo, dan Indigosol.
Batik Druju merupakan batik yang mengambil tema alam dan kehidupan
sekitar sebagai ide atau konsep pembuatan motif. Batik Druju merupakan batik
Modern. Motif yang diciptakan perajin adalah murni kreasi dan pengembangan
dari beberapa motif batik yang sudah ada dengan pola yang bebas.
Motif batik Druju difungsikan sebagai busana, baik busana wanita maupun
pria. Pada busana wanita berupa terusan panjang, baju atasan, selendang dan kain
panjang. Pada busana pria berupa atasan lengan panjang.
Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh peneliti, maka motif-motif
batik Druju dapat diklasifikasikan menjadi golongan motif flora, motif fauna, dan
motif benda alam. Berikut akan disajikan hasil observasi dan wawancara peneliti
terhadap motif batik Druju dan wawancara terhadap Antik Subagio meliputi; latar
belakang motif, karakteristik motif, dan fungsi motif batik Druju. Hasil penelitian
akan disajikan dalam bentuk tabel yang berisi keterangan dan gambar:
Tabel 1. Hasil observasi dan wawancara mengenai motif batik Druju.
No Nama Motif Latar Belakang
Karakteristik motif
Fungsi batik
Desainer
1 Motif Mawar Pupus
Tahun pembuatan:1996 Sumber ide: Bunga mawar
1. bentuk : berupa bidang dan garis tanpa isen-isen motif
2. warna: kombinasi warna naturalis: coklat, hitam, dan putih
3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera,
napthol, dan garam diazo
Diterapkan sebagai: Terusan panjang, baju panjang
Antik dan Edi Subagio
2 Motif Koral
Tahun pembuatan:1996 Sumber ide: Ranting pohon.
1. bentuk : berupa garis yang disusun simetris
2. warna: kombinasi warna naturalis: coklat dan putih
3. pola: ulang sejajar
4. teknik: cap 5. bahan: sutera,
napthol, dan garam diazo
Kain panjang
Antik dan Edi Subagio
3
Motif berikal
Tahun pembuatan:1996 Sumber ide: daun pakis.
1. bentuk : berupa garis yang disusun asimetris
2. warna: kombinasi: coklat dan putih dengan latar hitam.
3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera,
napthol, dan garam diazo
Baju, kain panjang, selendang,.
Antik Subagio
Lanjutan Tabel
No Nama Motif Latar Belakang
Karakteristik motif Fungsi batik
Desainer
4 Uli-uli
Tahun pembutan:1996 Sumber ide: daun pakis.
1. bentuk : berupa garis yang membentuk bidang disusun berhimpit 2. warna: kombinasi: hitam putih 3. pola: perulangan bersinggungan 4. teknik: cap 5. . bahan: sutera, napthol, dan garam diazo
Diterapkan sebagai: Kain panjang, baju,sandal, tas, mukena.
Antik Subagio
5 Daun Palem
Tahun pembuatan: 1996 Sumber ide: daun palem
1. bentuk : berupa bidang dan garis yang disusun menyebar 2. warna: kombinasi: hitam putih, dan hijau. 3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. . bahan: sutera, napthol, dan garam diazo
Baju panjang, atasan lengan panjang dan lengan pendek.
Antik dan Edi Subagio
6
Motif Sinar
Tahun pembuatan: 1997 Sumber ide: sinar matahari
1. bentuk : berupa garis dengan arah memusat 2. warna: kombinasi: hitam putih, 3. pola: titik pusat ditengah. 4. teknik: tulis 5. . bahan: sutera, napthol, dan garam diazo .
Busana, Kain panjang, selendang
Edi Subagio
7 Sapu ular
Tahun pembuatan:2000 Sumber ide: bentuk sapu
1. bentuk : berupa garis dan titik dengan arah menyebar 2. warna: kombinasi: hitam putih, dan merah 3. pola: diulang dengan arah menyebar 4. teknik: tulis 5. . bahan: sutera, napthol, dan garam diazo
Baju atasan, terusan panjang.
Antik Subagio
Lanjutan Tabel
No Nama motif Latar Belakang
Karakteristik motif Fungsi batik
Desainer
8 Motif gedeg/bambu
.
Tahun pembuatan: 2001 Sumber ide: bambu
1. bentuk : berupa garis yang membentuk bidang disusun berhimpit
2. warna: kombinasi: hitam putih
3. pola: sejajar dan bertumpangan
4. teknik: cap 5. bahan: sutera, napthol,
dan garam diazo
Baju, kain panjang, asesoris berupa tas kerja.
Antik Subagio
9 Motif Singo
Tahun pembuatan:2001 Sumber ide: singa Malang
1. bentuk : berupa garis, bidang dan titik dengan arah asimetris
2. warna: kombinasi: hitam putih, dan coklat kekuningan
3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera, napthol,
dan garam diazo
Baju, kain panjang
Antik dan Edi Subagio
10 Motif Bintang Kota.
Tahun pembuatan: 2003 Sumber ide: bintang
1. bentuk : berupa garis dan bidang dengan isen-isen titik yang disusun simetris
2. warna: kombinasi: merah dan putih
3. pola: sejajar 4. teknik: cap 5. bahan: sutera, napthol,
dan garam diazo
Kain panjang, baju,
Antik Subagio
11 Daun Ribang
Tahun pembuatan:2004 Sumber ide: daun ribang
1. bentuk : berupa garis dan bidang arah asimetris
2. warna: kombinasi: biru tua, tint biru, dan putih.
3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera, napthol,
dan garam diazo
Baju, terusan panjang yang kecil.
Antik Subagio
Lanjutan Tabel
No Nama motif Latar Belakang
Karakteristik motif Fungsi batik
Desainer
12 Ayam Bekisar
Tahun pembuatan: 2004 Sumber ide: ayam bekisar
1. bentuk : berupa garis, bidang dan titik dengan arah asimetris
2. warna: kombinasi: biru tua, ungu, tint biru, hijau, jingga, tint merah dan putih.
3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera,
napthol, dan garam diazo
Busana, Kain panjang
Antik dan Edi Subagio
13
Bunga wortel
Tahun pembuatan:2005 Sumber ide: sayuran wortel
1. bentuk : berupa garis, bidang dan titik dengan arah asimetris
2. warna: kombinasi: biru tua, ungu, tint biru, hijau, jingga, tint merah dan putih.
3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera,
napthol, dan garam diazo
Kain panjang.
Edi subagio
14
Buah Anggur
Tahun pembuatan: 2006 Sumber ide: buah anggur
1. bentuk : berupa garis, bidang dan titik dengan arah asimetris
2. warna: kombinasi: hijau, ungu, dan putih.
3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5.bahan: sutera,
napthol, dan garam diazo
Kain panjang, atasan lengan panjang dan pendek.
Antik Subagio
15 Daun Berduri
Tahun pembuatan:2009 Sumber ide: daun berduri
1. bentuk : berupa garis dan bidang dengan arah asimetris tanpa isen-isen motif
2. warna: kombinasi: merah, ungu dan putih.
3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera,
napthol, dan garam diazo
Baju terusan, Kain panjang merah
Edi subagio
Lanjutan Tabel
No Nama motif Latar Belakang
Karakteristik motif Fungsi batik
Desainer
16 Motif Sayap Bintang
Tahun pembuatan: 2009 Sumber ide: bintang dilangit
1. bentuk : berupa bidang dengan arah asimetris dengan isen-isen motif berupa titik 2. warna: kombinasi merah, hitam dan putih. 3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera, napthol, dan garam diazo
Baju, kain panjang
Antik Subagio
17 Kerang Acak
Tahun pembuatan:2010 Sumber ide: kehidupan di pesisir laut Sendang Biru.
1. bentuk : berupa bidang dan garis dengan arah asimetris dengan isen-isen motif berupa titik dan bulatan kecil
2. warna: kombinasi coklat kekuningan, hitam dan putih.
3. pola: ulang rapat dan menyebar
4. teknik: tulis 5. bahan: sutera, napthol,
dan garam diazo
Busana pria, Kain panjang
Antik Dan Edi Subagio
18 Pulau Sempu
Tahun pembuatan:2011 Sumber ide:Pulau sempu dan kehidupan di sekitar
1.bentuk : berupa bidang dan garis disusun asimetris
2. warna: kombinasi coklat kekuningan, biru keputihan, biru pekat dan putih.
3. pola: menyebar 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera, napthol,
dan garam diazo
Baju, kain panjang
Edi Subagio
19 Bola Sinar
Tahun pembuatan:2012 Sumber ide: pengembangan dari motif sinar
1. bentuk : berupa bidang dan garis disusun memusat
2. warna: kombinasi merah, hitam, dan putih
3. pola: memusat 4. teknik: tulis 5. bahan: sutera, napthol,
dan garam diazo
Kain panjang.
Edi Subagio
PEMBAHASAN
Latar Belakang Munculnya Motif Batik Druju.
Batik Druju merupakan batik Modern. Motif yang diciptakan perajin
adalah murni kreasi dan pengembangan dari beberapa motif batik yang sudah ada
dengan pola yang bebas. Hal ini sependapat dengan Susanto dalam bukunya yang
berjudul Seni Kerajinan Batik Indonesia bahwa semua jenis batik modern, motif
dan gayanya tidak seperti batik tradisional. Pada batik Tradisional susunan
motifnya terikat oleh suatu ikatan tertentu dan dengan isen-isen tertentu. Apabila
menyimpang dari ikatan yang sudah menjadi tradisi diakatakan telah menyimpang
dari batik tradisional. Batik modern dapat dibedakan menjadi beberapa corak atau
gaya antara lain; gaya abstrak dinamis, gaya gabungan, gaya lukisan, dan gaya
khusus dan cerita lama (1980: 15).
Ditinjau dari sumber ide pembuatan motifnya, batik Druju dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu; pembuataan ide atau konsep
berdasarkan kelompok ragam hias yang tergolong dalam bentuk pengayaan
tumbuh-tumbuhan, kelompok ragam hias dengan bentuk penggambaran mahluk
hidup berupa jenis binatang, dan kelompok ragam hias bentuk penggambaran
benda alam dan benda-benda peralatan manusia.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pamadhi (2007:
8.23), bahwa motif batik sebagai karya seni dapat mengambil ide dasar penciptaan
dari beberapa hal, dengan merubah bentuk menggunakan proses stilasi. Stilasi
adalah hasil gubahan dari bentuk alami sehingga tinggal sarinya (esensinya) saja
dan menjadi bentuk baru yang terkadang hampir kehilangan ciri-ciri alaminya
sama sekali (Sipahelut, 1991: 54).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan Batik Druju merupakan batik
yang mengambil tema alam dan kehidupan sekitar sebagai ide atau konsep
pembuatan motif. Soedarso mengemukakan, bahwa alam telah menyediakan
unsur-unsur yang baik untuk dikomposisikan dan diambil menjadi motif-motif
batik atau kain cita batik setelah distilasi ataupun tidak, dan dapat diberi arti atau
simbolisasi tertentu maupun dibiarkan saja tanpa makna (2006: 29).
Karakteristik Motif Batik Druju
Karakteristik batik Druju dapat ditinjau dari ragam hias motif berupa
bentuk motif, teknik pembuatan, warna, serta alat dan bahan yang digunakan.
Pada desain batik karya Andis batik ditemukan kecenderungan penerapan motif-
motif flora. Motif-motif tersebut digolongkan dalam beberapa jenis diantaranya
motif bunga, motif buketan dan motif daun, lung dan sulur.
Motif flora muncul bersamaan dengan masuknya pengaruh Hindu yang
datang dari India, motif flora atau tumbuh-tumbuhan menjadi sangat umum dan
menjadi bagian motif utama yang ada di Indonesia (Sunaryo, 2009: 153). Secara
umum motif flora digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu motif bunga, motif
buketan, motif daun, lung dan sulur serta motif pohon hayat.
Pada desain batik Druju ditemukan beberapa bentuk motif menyerupai
bunga. Motif tersebut dikomposisikan dengan pola ceplok, baik itu berbentuk
kelopak bunga yang mekar maupun setangkai bunga yang terdiri dari beberapa
bunga melati, mawar yang mekar dan berbentuk kuncup bunga.
Motif fauna sangat banyak jenis dan ragam bentuknya termasuk
didalamnya hewan yang hidup di darat, di air, hewan bersayap dan juga makhluk
imajinatif atau hasil rekaan semata. Pada umumnya jenis-jensi binatang itu
merupakan satwa yang dapat ditemui di daerah Nusantara sesuai dengan satwa
lingkungan tiap-tiap daerah terkecuali binatang-binatang imajinatif yang terkait
dengan kepercayaan setempat, binatang mitologi hasil pengaruh luar, dan
sebagainya. Pada batik bahkan sangat kaya mengambil motif binatang sebagai
motif hias yang sangat beragam (Sunaryo, 2000: 65).
Pada produk batik Andis Batik ditemukan motif fauna berupa motif
binatang unggas, binatang darat, dan binatang air dan melata. Dalam kesenian
Nusantara binatang air dan melata mewakili kehidupan bawah (Sunaryo,
2009:118). Pada motif Batik Druju ditemukan motif binatang yang hidup di air
berupa motif Motif Kerang Acak. Sedangkan Binatang-binatang darat kelompok
mamalia seperti gajah, kijang, macan, dan anjing merupakan binatang yang hidup
di kawasan Nusantara. Sesuai dengan pendapat Sunaryo (2000: 121), binatang-
binatang peliharaan, ternak dan binatang yang dimanfaatkan sebagai kendaraan
merupakan binatang-binatang yang sudah lama ada sebagai motif ornamen. Pada
motif Batik Druju ditemukan motif binatang darat yang mengambil bentuk
binatang Singa sebagai ornamen utama motif.
Motif hias benda alam dan pemandangan menurut Sunaryo (2008: 171)
dalam Van Der Hoop, diciptakan dengan mengambil inspirasi dari alam, misalnya
benda-benda langit seperti matahari, bulan dan bintang, awan, api, air, gunung,
perbukitan dan bebatuan serta pemandangan. Pada motif batik Druju ditemukan
beberapa motif yang mengambil tema benda alam dan pemandangan sebagai
sumber ide pembuatan motif. Motif -motif tersebut dapat dikelompokkan pada
golongan motif benda alam.
Motif hias berupa matahari, bulan dan bintang terdapat pada motif Druju
berdasarkan sumber ide pembuatan. Motif yang menggambarkan sinar matahari
terdapat pada Motif Sinar sedangkan motif bintang terdapat pada Motif Bintang
Kota.
Motif Hias Pemandangan oleh Van Der Hoop dalam Sunaryo(2000: 174),
termasuk motif yang menggambarkan alam. Motif hias pemandangan merupakan
gabungan dari beberapa motif yang membentuk sebuah keseluruhan atau
penggambaran bentuk alam. Di dalamnya mungkin terdapat motif gunung, bukit
karang, air, tumbuh-tumbuhan, awan, dan aneka satwa.
Pada batik Druju ditemukan motif yang mengambil tema pemandangan
alam di sekitar wilayah laut dengan bentuk- bentuk motif berupa pulau kecil,
binatang-binatang laut, awan dan air. Motif ini dinamakan Motif Pulau Sempu.
Benda-benda teknologis yang dibuat manusia juga dapat dijadikan sebagai
motif hias. Semua benda-benda buatan manusia untuk peralatan dan keperluan
hidup sehari-sehari digolongkan ke dalam benda-benda teknologis (Sunaryo,
2000: 183). Pada batik Druju ditemukan motif-motif yang mengambil bentuk-
bentuk peralatan hidup sehari-hari berupa motif Sapu.
Fungsi Batik Druju
Fungsi karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi estetis
dan fungsi praktis. Fungsi estetis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia tentang rasa keindahan, misalnya lukisan, patung, dan lainnya. Fungsi
praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan benda pakai.
Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai foto (Sunaryo, 2009: 4).
Kegunaan batik secara tradisional antara lain sebagain kain panjang, kain
sarung, kain selendang, kain ikat kepala, dan kain kemben. Pada keraton Surakarta
kain batik merupakan busana kebesaran keraton yang digunakan pada hari biasa
maupun upacara-upacara besar dan kecil (Pujiyanto, 2008: 78).
Dalam penciptaanya motif batik Druju diterapkan sebagai busana,
asesoris, dan kain panjang. Pada busana diklasifikasikan pada busana wanita dan
busana pria. Pada busana wanita berupa terusan panjang, baju atasan, selendang
dan kain panjang. Pada busana pria berupa atasan lengan panjang dan lengan
pendek. Pada Asesoris batik Druju difungsikan berupa tas dan sandal sebagai
pelengkap busana wanita.
Sehingga batik mengalami perkembangan ditinjau dari nilai fungsinya,
apabila dulu batik hanya digunakan oleh para bangsawan/keluarga istana berupa
kain panjang, selendang, dan busana kebesaran, sekarang batik bebas dipakai oleh
kalangan apapun dalam berbagai bentuk produk selain busana. Hal ini sejalan
dengan pendapat Anne Richter dalam Soedarso yang mengemukakan bahwa pada
jaman modern ini, batik tidak lagi hanya dipakai oleh para keluarga istana dan
bagsawan, akan tetapi batik berkembang dan banyak diciptakan untuk diterapkan
sebagai; kemeja lengan panjang, rok, alas meja, serbet makan, bahkan juga gorden
(2006: 61).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan mengenai mengenai latar
belakang, karaktersitik dan fungsi batik Druju, kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
Motif batik Druju merupakan motif dari hasil pengembangan dan
kreatifitas Antik dan Edi Subagio selaku desainer dan pemilik produksi batik.
Sumber ide pembuatan motif adalah kehidupan alam dan sekitarnya. Berdasarkan
hasil paparan data dan pembahasan data, maka sumber ide pembutatan motif
dapat dikelompokkan sebagai; motif flora, di dalamnya terdapat motif
bunga,buah, buketan, patra, lung dan sulur, motif fauna, di dalamnya terdapat
motif hewan air, motif unggas dan motif serangga, dan hewan darat, motif benda-
benda alam, di dalamnya terdapat motif sinar matahari dan bintang, motif benda
teknologis berupa peralatan hidup manusia.
Berdasarkan hasil pembahasan, maka tinjauan motif batik Druju
berdasarkan unsur-unsur penyusun motifnya dan teknik pembuatan motifnya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: berdasarkan oranamen penyusun motifnya,
motif Batik Druju terdiri, berdasarkan alat dan teknik pembuatan motif, Batik
Druju dapat diklasifikasikan sebagai batik tulis dan batik cap. Pada teknik tulis
motif pada batik Druju diterapkan pada kain jenis Sutera dan katun, sedangkan
pada teknik cap diterapkan pada jenis kain katun saja, berdasarkan tata susunan
warnanya, motif batik Druju cenderung mengkombinasikan warna-warna kontras.
berdasarkan fungsinya, motif batik Druju difungsikan sebagai; busana dan
asesoris/pelengkap pakaian
Saran
Dari keseluruhan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai
Studi Tentang Motif Batik Druju Dusun Wonorejo Kabupaten Malang, maka
penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
Bagi Butik Andis supaya mendokumentasikan tiap desain dan hasil produk
batik agar dapat bermanfaat bagi pelajar atau peneliti sebagai sumber referensi
pencarian data mengenai motif batik Druju, sehingga dapat mengetahui
perkembangan motif-motif batik Druju dari awal pembuatan hingga sekarang.
Bagi peneliti lain, disarankan untuk menggembangkan dengan menggali
data dan permasalahan yang tidak ditemukan pada penelitian ini. pada penelitian
ini, jumlah motif yang dikaji adalah 19 motif yang diproduksi dari tahun 1996
sampai 2012. Penelitian ini tidak mengkaji keseluruhan motif berdasarkan tahun
produksi karena keterbatasan peneliti dalam menemukan motif-motif yang
diptoduksi pada tahun 1999, tahun 2002, tahun 2007, dan tahun 2008.
DAFTAR RUJUKAN
Djoemena, Nian S. 1990. Ungkapan sehelai batik. Jakarta: Djambatan. Hamzuri. 1981. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan. Hoop, Van Der. 1949. Ragam-ragam Perhiasan Indonesia. Bandoeng, Gedrukt
door N.V. v/h A. C. Nix dan Co. Indrawati, Lilik. 2004. Nirmana (organisasi Visual). Malang: Jurusan Seni dan
Desain. Kerlogue, Fiona. 2004. Batik( design, style, and history). New York: Thames &
Hudson ltd. Kudiya, Komarudin. 2011. Batik (eksistensi dan tradisi). Jakarta : Dian Rakyat. Mistaram. 2009. Revitalisasi dan Eksistensi Batik Malangan. Malang: Jurusan
Seni dan Desain Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakakarya. Moerdiono. 2003. Batik Tulis Tanjung Bumi. Surabaya: Pemprov Jawa timur dan
Museum Mpu Tantular. Pujiyanto. 2008. Estetika Batik Keraton Surakarta. Malang. Sachari, Agus. 2004. Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Sipahelut, Atisah.1991. Dasar-Dasar Desain. Jakarta: CV. Gravik Indah Siswati, Yuri. 2002. Skripsi Profil Kerajinan Sangkar Burung di Desa Gedog
Wetan Kecamatan Turen Kab. Malang. Malang. Soedarso.2006. Trilogi Seni. Yogyakarta: Badan Penerbit Institut Seni Indonesia
Yogyakarta. Soetopo.1983. Batik. Jakarta: Indira. Sunaryo, Aryo.2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize. Susanto, Sewan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai
Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industry, Departemen Perindustrian RI.
Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Suyanto, Bagong dan Sutinah.2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana. Tukio M, Soegeng.1987. Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Penerbit
Angkasa. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Tesis, Disertai Artikel, Majalah, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang: Dpartemen Pendidikan Nasional
Utoro, Bambang. 1979. Pola-Pola Batik dan Pewarnaan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Yusak, Anshari dan Kusrianto. 2011. Keeksotisan Batik Jawa Timur. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
Nama : Putri Mulyanti
NIM :108251416407
Prodi/ Jurusan : S1 Pendidikan Seni Rupa/ Seni dan Desain
Telah menyelesaikan artikel ilmiah dengan judul “Studi tentang motif batik Druju
dusun Wonorejo kabupaten Malang”
Malang, 28 Mei 2012
Penulis
Putri Mulyanti
NIM. 108251416407
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Lilik Indrawati, M.Pd Drs. Eko Budi Winarno
NIP. 19560831 198403 2 001 NIP. 19530115 198502 1 002