Upload
lamnhan
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PURIALA KEC. PURIALA KAB. KONAWE PROV. SULTRA
TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan Di Poltekkes Kemenkes Kendari
Jurusan Kebidanan
OLEH
RATNI
P00324014025
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D-III KEBIDANAN 2017
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
1. Nama : Ratni
2. Tempat/Tgl. Lahir : Puriala, 10 Februari 1996
3. Suku : Tolaki
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Kebangsaan : Tolaki/Indonesia
7. Alamat : Desa Puriala Kec. Puriala Kab.
Konawe
B. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 2 Puriala tamat tahun 2008
2. SMP Negeri 4 Lambuya tamat tahun 2011
3. SMA Negeri 1Puriala tamat tahun 2014
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan D III Kebidanan sejak
tahun 2014- Sekarang.
v
ABSTRAK
Studi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Asi Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Puriala Kec. Puriala Kab. Konawe Prov. Sultra
Tahun 2017
Ratni1, Sultina Sarita2, Elyasari3 Latar belakang : Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara mengenai ASI Ekslusif pada tanggal 9-10 desember 2016 dari 262 bayi hanya 46,1% yang mendapatkan ASI Ekslusif
Tujuan penelitian : Memperoleh gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI Ekslusif berdasarkan variabel umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi.
Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitiaan ini adalah semua ibu hamil trimester III yang memeriksakan kehamilannya di Poli KIA Puskesmas Puriala tahun 2016 yaitu 305 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yaitu 31 orang. Dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling.
Hasil penelitian : Dari 31 ibu yang dijadikan sampel penelitian, ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang ASI Ekslusif yaitu 12 orang (38,70 %) dan yang berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif berjumlah 19 orang (61,29%). Dari 12 responden yang berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif, berdasarkan umur, persentase tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu 9 orang (75%). Berdasarkan pendidikan, persentase tertinggi terdapat pada jenjang pendidikan menengah yaitu 5 orang (41,66%). Berdasarkan pekerjaan, persentase tertinggi terdapat pada responden yang bekerja sebagai IRT yaitu 9 orang (75%) karena sebagian besar sampel penelitian adalah responden yang bekerja sebagai IRT. Berdasarkan sumber informasi, persentase tertinggi terdapat pada responden yang mendapat informasi yaitu 12 orang (100%).
Daftar Pustaka: 22 literatur (2001-2016)
Kata Kunci : ASI Ekslusif
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan D III Kebidanan 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan D III Kebidanan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya walaupun
hanya dalam bentuk sederhana dengan judul “Studi Pengetahuan Ibu
Hamil Trimester III Tentang Asi Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2017”. yang merupakan salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan D III
Kebidanan Tahun 2017
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna baik dari penyusunan maupun dari segi isi. Namun penulis
tetap berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis dengan
segala kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes selaku
pembimbing I dan ibu Elyasari SST, M.Keb selaku pembimbing II yang
telah memberikan arahan, bimbingan dan saran serta segala kemampuan
dan keikhlasan telah membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini. Melalui kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari.
vii
2. Kepala kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Kepala Puskesmas Puriala bapak Anwar, SKM yang telah
memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.
4. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
5. Ibu Aswita, S.Si.T, MPH selaku penguji I, ibu Hasmia Naningsih,
SST, M.Keb selaku penguji II dan ibu Nasrawati, S.Si.T, MPH
selaku penguji III yang telah banyak memberikan saran dan
masukan bagi penulis.
6. Seluruh Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan atas ilmu pengetahuan yang diberikan kepada penulis
selama mengikuti pendidikan dan seluruh staf Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan atas
pelayanan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini terselesaikan.
7. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih
kepada ayahanda Aidin dan ibunda Samlan yang selama ini telah
banyak berkorban baik materi maupun non materi demi
kesuksesan penulis
8. Rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2014 yang telah memberikan motivasi
dalam penyusunan karya tulis ilmiah
viii
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis
mengharapkan bantuan, kritik, dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.
Kendari, Juli 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………... ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. iii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………... iv
INTISARI………………………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xi
DAFTAR BAGAN………………………………………………………... xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 5 C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 5 D. Manfaat Penelitian………………………………………………. 6 E. Keaslian penelitian………………………………………………. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah pustaka…………………………………………………… 9 1. Tinjauan Tentang Pengetahuan…………………………… 9 2. Tinjauan Tentang ASI Ekslusif…………………………….. 33
B. Landasan Teori…………………………………………………... 57 C. Kerangka Konsep………………………………………………... 59
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………….. 60 B. Waktu dan Tempat Penelitian………………………………….. 60 C. Populasi dan Sampel Penelitian………………………………. 60 D. Definisi Operasional…………………………………………….. 61 E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….. 63 F. Instrument Penelitian…………………………………………… 63 G. Pengolahan Dan Analisis Data………………………………... 63 H. Penyajian Data…………………………………………………… 65
x
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………… 66 B. Hasil Penelitian…………………………………………………… 70 C. Pembahasan……………………………………………………… 74
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 81 B. Saran………………………………………………………………. 82
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kadar Gizi Dalam ASI……………………………………… 47
Tabel 1.2 Perbedaan Payudara Penuh Dan Payudara Bengkak... 58
Tabel 1.3 Data Sumber Daya Manusia…………………………….... 70
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang
ASI Ekslusif Di Puskesmas Puriala Tahun 2017……….. 70
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang
ASI Ekslusif Di Puskesmas Puriala Tahun 2017 Ditinjau
Dari Kelompok Umur………………………………………. 71
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang
ASI Ekslusif Di Puskesmas Puriala Tahun 2017 Ditinjau
Dari Tingkat Pendidikan…………………………………... 72
Tabel 1.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang
ASI Ekslusif Di Puskesmas Puriala Tahun 2017 Ditinjau
Dari Pekerjaan……………………………………………… 73
Tabel 1.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang
ASI Ekslusif Di Puskesmas Puriala Tahun 2017 Ditinjau
Dari Sumber Informasi…………………………………….. 74
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Skema Perilaku…………………………………………… 29
Bagan 1.2 Kerangka Konsep………………………………………… 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Macam-Macam Bentuk Putting………………………….. 42
Gambar 1.2 Payudara Tampak Samping……………………………… 43
Gambar 1.3 Struktur Payudara…………………………………………. 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Master Tabel
Lampiran 4. Surat Telah Melakukan Pengambilan Data Awal
Lampiran 5. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian
Lampiran 7. Surat Telah Melakukan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI
merupakan satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena
memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi (Sugiarti E, Zulaekah S, Puspowati D. S,
2011). Melihat manfaat yang besar, maka pemberian ASI Eksklusif
sangat dianjurkan. Maksud ASI Eksklusif disini adalah pemberian
ASI selama 6 bulan tanpa makanan tambahaan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir
hingga bayi umur 6 bulan (Sugiarti E, Zulaekah S, Puspowati D. S,
2011)
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum
tanpa tambahan apapun sejak lahir, dengan kata lain pemberian
susu formula, air matang, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir
tidak dibenarkan. ASI adalah makanan satu-satunya yang paling
sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan
pertama (Sitti Saleha, 2009)
Pentingnya ASI Ekslusif memang harus menjadi perhatian
dan tanggung jawab sebagai orang tua juga harus mulai menyadari
akan dampak pada si bayi jika ASI Ekslusif ini tidak diberikan pada
2
bayi dengan maksimal. Pertumbuhan bayi pada usia 0-6 bulan bisa
sangat terhambat dan kemungkinan besar juga bayi tidak sehat.
Ibu memberikan ASI nya secara maksimal maka otomatis sang ibu
akan mentransfer imunitasnya kepada si bayi, sehingga apabila ibu
sehat maka bayi juga bisa sehat. Karena meskipun ada susu
formula sebagai pengganti ASI Ekslusif itu tidak akan sebaik ASI.
Karena banyak sekali kandungan susu formula yang tidak terdapat
pada ASI, ASI lebih memiliki fungsi menyeluruh pada bayi
sedangkan susu formula hanya memacu sebagian saja. Jadi,
sudah sangat jelas bahwa memberikan ASI Ekslusif adalah hal
yang tidak bisa digantikan.(Ummu, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) dan UNICEF
(2012) laporan anak di dunia 2011 yaitu dari 136,7 juta yang lahir di
seluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara
Eksklusif dalam 6 bulan pertama. Sedangkan di negara industri,
bayi yang tidak di beri ASI Eksklusif lebih besar meninggal dari
pada bayi yang di beri ASI Eksklusif. Pemberian ASI Ekslusif
selama 6 bulan di hubungkan dengan penurunan kasus diare
(53,0%) dan ISPA (27,0%). Sementara di Negara berkembang
hanya 39% ibu–ibu yang memberikan ASI Eksklusif (Siallagan,
2013).Penelitian di enam negara berkembang, resiko kematian bayi
usia 9-12 bulan meningkat 40%, jika bayi tersebut tidak disusui.
Untuk bayi berusia di bawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat
3
menjadi 48 %. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI beresiko
meninggal lebih tinggi dari pada bayi yang mendapat ASI (Roesli,
2008).
ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap
tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yang diberi ASI
Eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak
mudah sakit. Hal tersebut sesuai dengan beberapa kajian dan fakta
global. Kajian global “The Lancet Braestfeeding Series, 2016 telah
membuktikan 1) Menyusui Eksklusif menurunkan angka kematian
karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurang dari 3
bulan, 2) Sebanyak 31,36% (82%) dari 37,94% anak sakit, karena
tidak menerima ASI Ekslusif. Investasi dalam pencegahan BBLR,
Stunting dan meningkatkan IMD dan ASI Eksklusif berkontribusi
dalam menurunkan risiko obese dan penyakit kronis (Patal, 2013).
Tidak menyusui berhubungan dengan kehilangan nilai
ekonomi sekitar $302 milyar setiap tahunnya atau sebesar 0-49%
dari Pendapatan Nasional Broto (Lancet, 2016).
Di Indonesia pemberian ASI Ekslusif masih sangat rendah
tahun 2010 pemberian ASI saja pada bayi usia enam bulan di
Indonesia hanya 15,3 persen, tahun 2012, cakupan pemberian ASI
Eksklusif secara nasional sebesar 48,62%.dan pada tahun 2013
pemberian ASI Eksklusif hanya sebesar 30,2 persen, sementara
target nasional di atas 80 persen. Data riset kesehatan dasar
4
(Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI
Eksklusif secara nasional sebesar 54,3%. Data ini masih jauh dari
target pencapaian pemerintah yaitu 80%. Bayi yang tidak diberi ASI
dari lahir sampai usia 6 bulan dapat berakibat buruk pada gizi dan
kesehatan bayi (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan,2013).
Data pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0-6 bulan di
Sulawesi Tenggara cenderung naik turun, peningkatan signifikan
dilaporkan pada tahun 2011 dengan cakupan 63,8 %, atau naik
sebesar 49,7 % dari tahun sebelumnya. Namun angka tersebut
terus menurun pada tiga tahun berikutnya hingga mencapai 32,9 %
pada tahun 2014. Dan di tahun 2015 kembali naik menjadi 54,15
%. (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015).
Data Dinas Kesehatan Kota Kendari menunjukkan bahwa
cakupan ASI Eksklusif dari tahun 2011-2013 belum mencapai
target nasional, dimana pada tahun 2011 tercatat sebanyak
52,38%, tahun 2012 pencapaian menurun menjadi 32,52%, dan
pada tahun 2013 mencapai sebesar 59,24%. (Profil Dinas
Kesehatan Kota Kendari, 2013).
Cakupan pemberian ASI Ekslusif di Kabupaten konawe
belum mencapai target yaitu 34,52 % pada tahun 2013 dan
menurun menjadi 27 % pada tahun 2014 dan pada tahun 2015
5
meningkat menjadi 60,65 %. (Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2015).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan di puskesmas puriala
kecamatan puriala kabupaten konawe provinsi sulawesi tenggara
mengenai pemberian ASI Ekslusif pada tanggal 9-10 desember
2016 dari 262 bayi hanya 46,1% yang mendapatkan ASI Ekslusif
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang studi pengetahuan ibu hamil
trimester III tentang pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja
Puskesmas Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengetahuan ibu hamil
trimester III tentang ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas
Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Memperoleh gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III
tentang ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Puriala
Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2017.
6
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI
Ekslusif berdasarkan umur di wilayah kerja Puskesmas
Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2017.
b. Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI
Ekslusif berdasarkan pendidikan di wilayah kerja Puskesmas
Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2017.
c. Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI
Ekslusif berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas
Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2017.
d. Mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI
Ekslusif berdasarkan sumber informasi di wilayah kerja
Puskesmas Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan
masukan bagi bidan untuk meningkatkan pengetahuan ibu
hamil trimester III tentang ASI Ekslusif.
7
2. Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah bahan acuan dalam mengembangkan
penelitian khususnya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari
yang berkaitan dengan penelitian ini
3. Bagi ibu hamil
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang berarti bagi
ibu hamil trimester III dalam meningkatkan pengetahuan tentang
ASI Ekslusif
4. Bagi peneliti
Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam
rangka menambah wawasan pengetahuan serta
pengembangan diri, khususnya dibidang penelitian lapangan.
E. Keaslian Penelitian
1. Ida Ismail (2013) yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu
Tentang ASI Ekslusif Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada
Bayi Umur 0-6 Bulan Di Puskesmas Poasia Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013” jenis penelitian ini
bersifat deskriftif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu yang memiliki bayi dengan teknik pengambilan data primer
dan sekunder. Variabel yang digunakan umur, pendidikan dan
pekerjaan.
8
2. Yuni (2014) yang berjudul “Pengetahuan Ibu Tentang ASI
Ekslusif Di Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara” jenis penelitian in bersifat deskriftif.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang sedang menyusui
dengan teknik pengambilan data primer dan sekunder. Variabel
yang digunakan yaitu pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif
dengan jumlah sampel 43 orang.
Persamaan penelitian yang peneliti lakukan dengan
penelitian sebelumnya adalah instrument penelitian, sedangkan
perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian
sebelumnya adalah responden, lokasi, dan waktu penelitian.
Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III
yang berjumlah 31 responden. Penelitian dilaksanakan di
Puskesmas Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Dan waktu penelitian
ini dilakukan tanggal 4 maret - 20 juni 2017
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran,
gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia
dan kehidupannya (keraf, 2009).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia
sebagai hasil kepercayaan (biliefs), takhayul (superstition)
dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation).
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan
pengalaman apa yang didapatkan oleh setiap manusia
(Mubarak, 2011)
Menurut Regers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2010), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan, yaitu:
1) Kesadaran (awareness), yaitu subjek menyadari atau
mengetahui terlebih dahulu tentang stimulus.
2) Ketertarikan (interest), yaitu subjek merasa tertarik
terhadap stimulasi atau objek tersebut.
10
3) Evaluasi (evaluation) yaitu subjek mempertimbangkan
baik dan tidak stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
menunjukan kemajuan sikap responden.
4) Percobaan (trial) yaitu subjek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.
5) Adopsi (adoption), yaitu dimana subjek berprilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan terhadap
stimulus.
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
menurut Soekijo Notoatmodjo (2010) mempunyai 6 tingkatan
yaitu :
1) Tahu ( know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. termasuk ke dalam
pengetahuan pada tingkat ini adalah mengingat kembali
(recal) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
11
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2) Memahami ( compherention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar, orang telah paham terhadap objek suatu materi
harus dapat dijelaskan, menyimpulkan dan menamakan
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk
menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-
komponen. Tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan
yang lainnya.
12
5) Sintesis (synthesis)
Sistesis merupakan suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan pada
kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah
ada.
c. Jenis Pengetahuan
Macam-macam pengetahuan menurut Wawan A & Dewi,
(2010) sebagai berikut :
1) Pengetahuan khusus yaitu mengenai yang satu saja.
2) Pengetahuan umum, yaitu berlaku bagi seluruh macam
dan masing-masing dalam macamnya.
3) Pengetahuan khusus maupun umum, keduanya menjadi
milik manusia berlandaskan pengalaman, baik
pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain,
sehingga manusia mengetahui sesuatu. Jadi, tahu
hendaknya mencakup objeknya, setidak-tidaknya hendak
13
mengetahui dasar pengetahuannya itu. Demikian orang
mungkin tahu, bahwa pengetahuannya tidak sesuai
objeknya maka salahlah pengetahuannya kelirulah
orangnya. Kalau pengetahuan itu ternyata sesuia dengan
objeknya, maka puaslah dia serta dikatakan bahwa
pengetahuannya itu benar atau ia mencapai kebenaran.
d. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Budiman & Agus Riyanto (2013) dalam bukunya
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam
dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal,
berlangsung seumur hidup).
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi.
2) Informasi/Media Massa
Informasi adalah “that of which one is apprised or the
told: intelligence, news” (oxport eglish dictionary). Kamus
lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang
14
dapat diketahui, namum ada pula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka
pendek sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatakan pengetahuan
3) Sosial, Budaya, Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah baik atau buruk. Dengan
demikian, seseorang bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga kan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar
individu, baik fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke
dalam individu yang berada di lingkungan tersebut.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
15
dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.
6) Umur
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
seseorang semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
e. Pengukuran Dan Indikator Perilaku Kesehatan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo perilaku mencakup 3
domain, yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude),
dan tindakan atau praktek (practice). Oleh sebab itu,
mengukur perilaku dan perubahannya, khususnya perilaku
kesehatan juga mengacu kepada 3 domain tersebut. Secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pengetetahuan kesehatan (health knowledge)
Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup
apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara
memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara
memelihara kesehatan ini meliputi :
a) Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak
menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau
16
gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara
pencegahannya, cara mengatasi atau menangani
sementara).
b) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait
dan/atau mempengaruhi kesehatan antara lain : gizi
makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah,
pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah,
perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.
c) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan
yang professional maupun yang tradisional.
d) Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik
kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu
lintas, dan tempat-tempat umum.
Oleh sebab itu, untuk mengukur pengetahuan
kesehatan seperti tersebut diatas, adalah dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung
(wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis
atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah
“tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan,
atau besarnya persentase kelompok responden atau
masyarakat tentang variabel-variabel atau komponen-
komponen kesehatan. Misalnya berapa % responden
atau masyarakat yang tahu tentang cara-cara mencegah
17
penyakit demam berdarah, atau berapa % masyarakat
atau responden yang mempunyai pengetahuan yang
tinggi tentang ASI Ekslusif, dan sebagainya.
2) Sikap terhadap kesehatan (health attitude)
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau
penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan, yang mencakup sekurang-
kurangnya 4 variabel, yaitu :
a) Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular
(jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya,
penyebabnya, cara penularannya, cara
pencegahannya, cara mengatasi atau menanganinya
sementara).
b) Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan/atau
mempengaruhi kesehatan antara lain : gizi makanan,
sarana air bersih, pembuangan air limbah,
pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah,
perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.
c) Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang
professional maupun yang tradisional.
d) Sikap untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan
rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan
tempat-tempat umum
18
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara
langsung dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang
bersangkutan. Misalnya, bagaimana pendapat responden
tentang imunisasi pada anak balita, bagaimana pendapat
responden tentang keluarga berencana, dan sebagainya.
Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan
dengan cara memberikan pendapat dengan
menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap
pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu, dengan
menggunakan skala Lickert. Misalnya : beri pendapat
anda tentang pernyataan-pernyataan di bawah ini
dengan memberikan penilaian sebagai berikut :
5 : bila sangat setuju
4 : bila setuju
3 : bila biasa saja
2 : bila tidak setuju
1 : bila sangat tidak setuju
Contoh :
a) Demam berdarah adalah penyakit yang sangat
berbahaya.
19
b) Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian
ibu.
c) Penderita HIV/AIDS tidak perlu dikucilkan atau
diisolasi, dan sebagainya
Sikap juga dapat diukur dari pertanyaan-pertanyaan
secara tidak langsung, misalnya :
a) Apabila anda diundang untuk mendengarkan ceramah
tentang Napza, apakah anda mau hadir?
b) Seandainya akan dibangun Polindes di desa ini,
apakah anda mau membantu dana?, dan sebagainya.
3) Praktik kesehatan (health practice)
Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat
adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam
rangka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik
kesehatan ini juga meliputi 4 faktor seperti pengetahuan
dan sikap kesehatan tersebut diatas, yaitu :
a) Tindakan atau praktik sehubungan dengan penyakit
menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-
tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara
penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi
atau menangani sementara).
b) Tindakan atau praktik sehubungan dengan faktor-
faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan
20
antara lain : gizi makanan, sarana air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan kotoran
manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat,
polusi udara, dan sebagainya.
c) Tindakan atau praktik sehubungan dengan
penggunaan (utilisasi) fasilitas pelayanan kesehatan
d) Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan
baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan
lalu lintas, dan tempat-tempat umum
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat
dilakukan melalui 2 cara, secara langsung, maupun
secara tidak langsung. Pengukuran perilaku yang paling
baik adalah secara langsung, yakni dengan pengamatan
(observasi), yaitu mengamati tindakan dari subjek dalam
rangka memelihara kesehatannya, misalnya : dimana
responden membuang air besar, makanan yang disajikan
ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizi, dan
sebagainya.
Sedangkan secara tidak langsung menggunakan
metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan
melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang
apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek
tertentu.
21
Contoh : untuk mengetahui perilaku gizi ibu terhadap
anak balitanya, dengan menanyakan makanan apa saja
yang diberikan kepada anaknya selama 24 jam terakhir.
Untuk mengetahui perilaku antenatal care, dapat
menanyakan apakah pada kehamilan terakhir melakukan
periksa hamil, berapa kali, dimana, dan sebagainya.
f. Determinan Perilaku Kesehatan
Seperti telah diuraikan terdahulu, bahwa perilaku
adalah hasil atau resultan terhadap stimulus (faktor
eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek
atau orang yang berperilkau tersebut. Dengan perkataan
lain, perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau
ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari
luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk
perilaku ini disebut determinan. Banyak teori tentang
determinan perilaku ini, masing-masing mendasarkan pada
asumsi-asumsi yang dibangun. Dalam bidang perilaku
kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam
penelitian-penelitian kesehatan masyarakat. Ketiga teori
sersebut adalah :
1) Teori Lawrence Green
Berangkat dari analisis penyebab masalah
kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan
22
masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors
(factor perilaku), dan non-behavioral factors atau faktor
non-perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa
faktor perilaku sendiri ditentukan oleh faktor utama, yaitu:
a) Faktor-faktor presdisposisi (disposing factors), yaitu
faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.
Seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu,
karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan
penimbangan anak untuk mengetahui
pertumbuhannya. Anaknya akan memperoleh
imunisasi untuk pencegahan penyakit, dan
sebagainya. Tanpa adanya pengetahuan-
pengetahuan ini, ibu tersebut mungkin tidak akan
membawa anaknya ke Posyandu.
b) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah
faktor-faktor yang memungkinankan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud
dengan faktor adalah sarana dan prasarana adalah
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya
Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, tempat
23
pembuangan air, tempat pembuangan sampah,
tempat olahraga, makanan bergizi, uang, dan
sebagianya. Sebuah keluarga yang sudah tahu
masalah kesehatan, mengupayakan keluarganya
untuk menggunakan air bersih, buang air besar di
WC, makan-makanan yang bergizi, dan sebagainya.
Tetapi apabila keluarga tersebut tidak mampu untuk
mengadakan fasilitas itu semua, makan dengan
terpaksa buang air besar di kali/kebun, menggunakan
air kali untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya,
dan sebagainya.
c) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah
faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun
seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat,
tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu
manfaat periksa hamil, dan didekat rumahnya ada
Polindes, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak mau
melakukan periksa hamil, karena ibu lurah dan ibu-ibu
tokoh lain tidak pernah periksa hamil, namun anaknya
tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berpeilaku
sehat memerlukan contoh dari parah tokoh
masyarakat.
24
Secara matematis, perilaku menurut Green itu dapat
digambarkan sebagai berikut :
B = Behavior
F = Fungsi
Pf = Presdisposing factors
Ef = Enabling factors
Rf = Reinforcing factors
2) Teori Snehandu B. Karr
Karr seorang staf pengajar Departemen
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Universitas
California di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5
determinan perilaku, yaitu :
a) Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak
sehubungan dengan objek atau stimulus diluar
dirinya. Misalnya, orang mau membuat jamban/WC
kelaurga dirumahnya, apabila dia mempunyai “niat”
untuk itu.
b) Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social
support). Di dalam kehidupan seseorang di
masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung
memerlukan legitimasi dari masyarakat disekitarnya.
Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak
B = F (Pf, Ef, Rf)
25
memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia
akan merasa kurang atau tidak merasa “nyaman”.
Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang
memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya, paling
tidak, tidak menjadi gunjingan atau bahan
pembicaraan masyarakat.
c) Terjangkaunya informasi (accessibility of information),
adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan
tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Sebuah
keluarga mau ikut program keluarga berencana,
apabila keluarga ini memperoleh penjelasan yang
lengkap tentang keluarga berencana : tujuan ber-KB,
bagaimana cara ber-KB, (alat-alat kontrasepsi ayang
tersedia), akibat-akibat sampingan ber-KB, dan
sebagainya.
d) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal
autonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia,
terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih
terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri,
dalam pengambilan keputusan masih sangat
tegantung kepada suami. Contoh, untuk membawa
anaknya yang sakit ke Puskesmas, harus menunggu
setelah suaminya pulang kerja. Demikian pula, untuk
26
periksa hamil, seorang istri harus memperoleh
persetujuan dari suami, dan kalau suami tidak setuju
maka tidak akan ada pemeriksaan kehamilan.
e) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan
(action situation). Untuk bertindak apapun memang
diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat.
Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas,
baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang
ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya,
jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari
orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yang lain
tidak ada masalah, tetapi apabila kondisi dan
situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut
tidak akan terjadi.
Secara matematik, teoti Karr ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
B = Behavior
F = Fungsi
Bi = Behavior intention
Ss = Sosial support
Ai = Accesssibility information
B = F (Bi, Ss, Ai, Pa, As)
27
3) Teori WHO
Tim kerja pendidikan kesehatan dari WHO
merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana.
Mereka mengatakan, bahwa mengapa seseorang
berperilaku, karena adanya 4 alasan pokok,
(determinan), yaitu :
a) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling)
Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan
seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan-
pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus,
merupakan modal awal untuk bertindak atau
berprilaku. Seorang ibu akan membawa anaknya ke
Puskesmas untuk memperoleh imunisasi, akan
didasarkan pertimbangan untung ruginya, manfaat
dan sumber daya atau uangnya yang tersedia, dan
sebagainya.
b) Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau
pribadi yang dipercayai (personal references). Di
dalam masyarakat, dimana sikap paternalisitik masih
kuat, maka perubahan perilaku masyarakat
tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang pada
umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat.
Orang mau membangun jamban keluarga, kalau
28
tokoh masyarakatnya sudah lebih dulu mempunyai
jamban keluarga sendiri.
c) Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan
pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat. Kalau dibandingkan dengan teori Green,
sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling
(sarana dan prasarana atau fasilitas). Sebuah
keluarga akan selalu menyediakan makanan yang
bergizi bagi anak-anaknya apabila mempunyai uang
cukup untuk membeli makanan tersebut, dan orang
mau menggosok gigi menggunakan pasta gigi kalau
mampu untuk membeli sikat gigi dan pasta gigi.
Sosio-budaya (culture) setempat biasanya sangat
berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku
seseorang. Telah diuraikan terdahulu bahwa faktor
sosio budaya merupakan faktor eksternal untuk
terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita
lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang
berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis
mempunyai budaya yang berbeda yang khas.
Dari uraian tersebut, teori dari tim WHO ini dapat
dirumuskan secara matematis sebagai berikut :
29
B = Behavior
F = Fungsi
Tf = Thoughts and feeling
Pr = Personal references
R = Resources
C = Culture
Dari pengalaman penulis selama melakukan
pengamatan dan bertugas dilapangan (masyarakat),
khususnya dipedesaan, dapat disimpulkan adanya urutan
terjadinya perilaku sebagai berikut :
Bagan 1.1 Skema Perilaku
B = F (Tf, Pr, R, C)
Pengalaman
Fasilitas
Sosio-
Budaya
Persepsi
Pengetahuan
Keyakinan
Keinginan
Motivasi
Niat
Sikap
Perilaku
Respons Eksternal Internal
30
Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku
terjadi diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman
seseorang serta faktor-faktor di luar orang tersebut
(lingkungan), baik fisik maupun non-fisik. Kemudian
pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui,
dipersepsikan, diyakini, dan sebagainya, sehingga
menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, dan akhirnya
terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku.
g. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh
pengetahuan ada 2 yaitu :
1) Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum
ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistematik dan logis adalah dengan cara non
ilmiah. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode
ini yaitu :
a) Pertama, cara coba salah (trial and error), cara
memperoleh kebenaran non ilmiah yang perna
digunakan oleh manusia dalam memperoleh
pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau
dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara
31
ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.
b) Kedua, secara kebetulan, penemuan kebenaran
secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh
orang yang bersangkutan.
c) Ketiga, cara kekuasaan atau otoritas, dalam
kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang
dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
d) Keempat, berdasarkan pengalaman pribadi,
pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi
pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa
pengalaman ini merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
e) Kelima, cara akal sehat (common sense), akal sehat
atau commom sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu
pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman
dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang
tuanya.
32
f) Keenam, kebenaran melalui wahyu, ajaran agama
adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari tuhan
melalui para nabi. Kebenaran ini haru diterima dan
diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang
bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran
tersebut rasional atau tidak.
g) Ketujuh, kebenaran secara intuitif, kebenaran sacara
intuitifdiperoleh manusia secara cepat sekali melalui
proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berfikir
h) Kedelapan, melalui jalan pikiran, sejalan dengan
perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dan memperoleh pengetahuannya.
i) Kesembilan, deduksi, adalah pembuatan kesimpulan
dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.
Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara
berfikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut
“silogisme”.
2) Cara Ilmiah Dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh
pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan
33
ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau
lebih popular disebut metodologi penelitian.
h. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin di ukur dari subyek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan domain diatas.
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
interprestasikan sebagai berikut:
1) Baik : bila skor jawaban > 60%
2) Kurang : bila skor jawaban < 60% (Notoatmodjo, S.
2007)
2. Tinjauan Tentang Asi Ekslusif
a. Pengertian ASI Ekslusif
ASI Ekslusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu
Ibu) secara ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak
usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan,
tanpa tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari buah,
air putih, madu, air teh dan tanpa tambahan makanan padat
seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi, dan
nasi tim.
34
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makanan lain, walaupun air putih sampai bayi berumur 6
bulan (Ai Yeye Rukia, dkk. 2011)
Untuk mencapai ASI Ekslusif, WHO dan UNICEF
merekomendasikan metode tiga langkah. Langkah pertama
adalah menyusui segera setelah melahirkan. Langkah kedua
tidak memberikan makanan tambahan apapun pada bayi.
Langkah ketiga menyusui sesering mungkin dan sebanyak
yang diinginkan bayi. Melalui tiga langkah tersebut,
diharapkan tujuan menyusui secara Ekslusif dapat tercapai
(Suryoprayogo, 2009).
b. Manfaat Asi Ekslusif
1) Manfaat Bagi Bayi
a) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dengan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik
kualitas maupun kuantitasnya. Melalui
penatalaksanaan menyusui yang benar, ASI sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
35
b) ASI sebagai kekebalan
Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan zat
kekebalan dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar
zat tersebut akan cepat sekali menurun segera
setelah bayi lahir, padahal bayi sampai usia beberapa
bulan tubuh bayi belum dapat membentuk sendiri zat
kekebalan secara sempurna. Oleh Karena itu, kadar
zat kekebalan di dalam tubuh bayi menjadi rendah.
Hal ini akan tertutupi jika bayi mengkonsumsi ASI. ASI
mengandung zat kekebalan yang akan melindungi
bayi dari bahaya penyakit dan infeksi, seperti: diare,
infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi (Roesli,
2000; Depkes 2001). Angka morbiditas dan mortalitas
bayi yang diberi ASI Ekslusif jauh lebih kecil dibanding
bayi yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif.
c) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai
dengan usia 2 tahun adalah periode dimana terjadi
pertumbahan otak yang sangat pesat. Periode ini
tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh
kembang anak. Oleh karena itu kesempatan ini
hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya agar otak
bayi dapat tumbuh optimal dengan kualitas yang
36
optimal. Pertumbuhan otak adalah faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan kecerdasan.
Sementara itu pertumbuhan otak sangat dipengaruhi
oleh nutrisi yang diberikan kepada bayi baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Nutrisi utama untuk
pertumbuhan otak antara lain: Taurin, Laktosa, DHA,
AA, Asam Omega-3 dan Omega-6. Semua nutrisi
yang dibutuhkan untuk itu, bisa didapatkan dari ASI.
d) ASI menigkatkan jalinan kasih saying
Pada waktu menyusu, bayi berada sangat dekat
dalam dekapan ibunya. Semakin sering bayi berada
dalam dekapan ibunya, maka bayi akan semakin
merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa
aman, tentram dan nyaman terutama karena masih
dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah
dikenalnya sejak dalam kandungan. Perasaan
terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi
dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk
ikatan yang erat antara ibu dan bayi.
Selain 4 manfaat pokok di atas, ada beberapa
manfaat lain pemberian ASI, bagi bayi yaitu ASI
mudah dicerna karena mengandung enzim
pencernaan sehingga bayi yang diberi ASI tidak
37
mengalami obstipasi (sembelit), dan ASI tidak
memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal
yang belum sempurna. ASI juga menunjang
perkembangan motorik sehingga bayi ASI Ekslusif
akan lebih cepat bisa jalan, membantu pembentukan
rahang yang bagus, meningkatkan daya penglihatan
dan kepandaian bicara, mencegah obesitas
(kegemukan) pada bayi, dan mencegah anemia
akibat kekurangan zat besi. Selain itu, ASI
mengurangi resiko terkena penyakit diabetes, kanker
pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan
menderita penyakit jantung.
2) Manfaat Menyusui Bagi Ibu
a) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah
melahirkan serta mempercepat pemulihan rahim
kebentuk semula
Menyusui bayi segera setelah melahirkan akan
meningkatkan kadar oksitosin di dalam tubuh ibu.
Oksitosin berguna untuk proses kontriksi/penyempitan
pembuluh darah di rahim sehingga pendarahan akan
lebih cepat terhenti sehingga terjadinya perdarahan
dapat berkurang. Hal ini juga dapat mengurangi
terjadinya anemia pada ibu. Selain itu kadar oksitosin
38
yang meningkat juga sangat membantu mempercepat
rahim kembali mendekati ukuran seperti sebelum
hamil.
b) Menjarangkan kehamilan
Menyusui/memberikan ASI pada bayi merupakan
cara kontrasepsi alamiah yang aman, murah dan
cukup berhasil.
c) Lebih cepat langsing kembali
Menyusui memerlukan energi yang besar. Tubuh
ibu akan mengambil sumber energi dari lemak-lemak
yang tertimbun selama hamil tertutama dibagian paha
dan lengan atas, sehingga berat badan ibu yang
menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan
semula.
d) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui
akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker
payudara dan akan mengurangi resiko ibu terkena
penyakit kanker indung telur.
e) Lebih ekonomis dan murah
ASI adalah jenis makanan bermutu yang murah
dan sederhana yang tidak memerlukan perlengkapan
menyusui sehingga dapat menghemat pengeluaran.
39
Bayi yang diberi ASI Ekslusif mempunyai daya tahan
tubuh yang kuat, sehingga bayi akan terhindar dari
berbagai macam penyakit dan infeksi. Hal tersebut
akan menghemat pengeluaran untuk berobat ke
dokter atau rumah sakit.
f) Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI sangat mudah diberikan tanpa harus
menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus
mencuci botol. ASI mempunyai suhu yang tepat
sehingga dapat langsung diminumkan pada bayi,
tanpa perlu khawatir terlalu panas atau dingin. ASI
dapat diberikan kapan saja, di mana saja dan tidak
perlu takut persediaan habis.
g) Portabel dan praktis
ASI mudah dibawa kemana-mana (portabel), siap
kapan saja dan dimana saja bila dibutuhkan. Pada
saat bepergian tidak perlu membawa peralatan untuk
membuat susu dan tidak perlu membawa alat listrik
untuk memasak atau menghangatkan susu serta tidak
perlu takut basi karena ASI di dalam payudara ibu
tidak akan perna basi.
40
h) Memberi kepuasan pada ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI Ekslusif akan
merasa puas, bangga dan bahagia yang mendalam.
c. Anatomi Dan Fisiologi Laktasi
1) Anatomi payudara
Secara vertical payudara terletak diantara kosta II
dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum
sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada
dijaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan subkutan
superficialis dan profundus, yang menutupi muskulus
pectoralis mayor.
Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada
wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm
400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800
gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi
menurut aktifitas fungsionalny. Payudara menjadi besar
saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah
menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan struma jaringan penyangga dan
penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan),
areola, papilla atau putting. Areola mamae (kalang
payudara) letaknya mengelilingi puting susu dan
41
berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan
dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan
warna ini tergantung dari corak kulitnya, kuning langsat
akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman
maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian
menetap.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi
berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara
maka letaknya pun bervariasi pula. Pada tempat ini
terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari
duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi
maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan
putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang
longitudinal akan menarik kembali puitng susu tersebut.
Ada 4 macam bentuk putting yaitu bentuk yang
normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam
(inverted). Namum bentuk-bentuk puting ini tidak terlalu
berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah
bahwa putting susu dan areola dapat ditarik sehingga
membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi.
Kadang dapat terjadi putting tidak lentur terutama pada
42
bentuk puitng terbenam, sehingga butuh penanganan
khusus agar bayi bisa menyusu dengan baik.
Gambar 1.1 Macam-macam bentuk puting
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian, yaitu kulit,
jaringan subkutan (jaringan bawah kulit), dan corpus
mammae. corpus mammae. Terdiri dari parenkim dan
stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri
dari duktus laktiferus (duktus), duktulus (duktulli), lobus
dan alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus
bercabang menjadi 20-40 duktulli. Duktulus bercabang
menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing
dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus)
sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon
tersebut dari akarnya pada putting susu, akan
didapatkan saluran air susu yang disebut duktus
laktiferus. Di daerah kalang payudara duktus laktiferus ini
melebar membentuk sinus laktiferus tempat
43
penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus
terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus,
tapii duktulus yang pada perjalanan selanjutnya disusun
pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari
duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang
menghasilkan air susu dan miopitelium yang berfungsi
memeras air susu keluar dari alveoli.
Gambar 1.2 payudara tampak samping
Gambar 1.3 struktur payudara
2) Fisiologi payudara
Selama kehamilan, hormone prolakktin dari
plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar
karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
44
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar
estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga
pengaruh prolactin lebih dominan dan pada saat inilah
mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini
terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin
hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua
reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi
yaitu reflek prolactin dan reflek aliran timbul akibat
perangsangan putting susu oleh hisapan bayi.
a) Reflex prolactin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang
terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan
tersebut oleh serabut afferent dibawah ke hipotalamus
di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah.
Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar
(alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah
prolactin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu
frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
b) Reflex aliran (let down reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat
menyusu selai memengaruhi hipofise anterior
45
mengeluarkan hormon prolaktin juga memengaruhi
hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin.
Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah
mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan
duktulus berkonsetraksi sehingga memeras air susu
dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Reflex let down dapat dirasakan sebagai sensasi
kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensai
apapun. Tanda-tanda lain let down adalah tetesan
pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi.
Reflex ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
d. Komposisi Gizi Dalam ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal in
berdasarkan stadium laktasi. Komposisi ASI dibedakan
menjadi 3 macam:
1) Kolostrum
ASI yang dihasilakn pada hari pertama sampai
hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan
cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibanding dengan ASI matur, bentuknya
agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-
sel epitel, dengan khasiat kolostrum sebagai berikut :
46
a) Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga
saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.
b) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama
globulin sehingga dapat memberikan perlindungan
tubuh terhadap infeksi.
c) Mengandung zat antibodi sehingga mampu
melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi
untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
2) ASI Masa Transisi
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai
hari ke-10
3) ASI Matur
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai
seterusnya untuk lebih jelas perbedaan kadar gizi yang
dihasilkan kolostrum, ASI transisi dan ASI matur dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
47
Tabel 1.1 Kadar Gizi Dalam ASI
Kandungan Kolostrum Transisi Asi Matur
Energi (Kl kla) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosim (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin (mg/100 ml) 420-520 - 250-270
e. Upaya Memperbanyak ASI
Upaya memperbanyak ASI antara lain :
1) Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering
menyusui, juga untuk merangsang produksinya.
2) Berikan bayi kedua belah dada ibu tiap kali menyusui,
juga untuk merangsang produksinya
3) Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin
banyak dihisap makin banyak rangsangannya.
4) Jangan terburu-buru memberi susu formula bayi sebagai
tambahan. Perlahan-lahan ASI akan cukup diproduksi.
48
5) Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik
berupa susu maupun air putih, karena ASI yang diberikan
pada bayi mengandung banyak air.
6) Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas,
baik untuk menunjang pertumbuhan dan menjaga
kesehatan bayinya. Ibu yang sedang menyusui harus
dapat tambahan energi, protein maupun vitamin dan
mineral. Pada 6 bulan pertama masa menyusui saat bayi
hanya mendapat ASI saja, ibu perlu tambahan nutrisi 700
kalori/hari. Bulan berikutnya 500 kalori/hari dan tahun
kedua 400 kalori/hari.
7) Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan
tegang dan kurang tidur dapat menurunkan produksi ASI.
8) Jika jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat
dicoba dengan pemberian obat pada ibu, seperti tablet
moloco B12 untuk menambah produksi ASI nya.
f. Tanda Bayi Cukup ASI
1) Dengan pemeriksaan kebutuhan ASI dengan cara
menimbang BB bayi sebelum mendapatkan ASI dan
sesudah minum ASI dengan pakaian yang sama, dan
selisih berat penimbangan dapat diketahui banyaknya
ASI yang masuk dengan konvera kasar 1 gr BB-1 ml ASI.
49
2) Secara subjektif dapat dilihat dari pengamatan dan
perasaan ibu yaitu bayi merasa puas, tidur pulas setelah
mendapat ASI dan ibu merasakan ada perubahan
tegangan pada payudara saat menyusui bayinyaibu
merasa ASI mengalir deras.
3) Sesudah menyusui tidak diberikan reaksi apabila
dirangsang (disentih pipinya, bayi tidak mencari arah
sentuhan).
4) Bayi tumbuh dengan baik.
5) Pada bayi 1 minggu : karena ASI banyak mengandung
air, maka salah satu tanda adalah bayi tidak dehidrasi,
antara lain :
a) Kulit lembab kenyal
b) Turgor kulit negative
c) Jumlah urin sesuia jumlah ASI/PASI yang
diberikan/24 jam. (kebutuhan ASI bayi mulai 60 ml/kg
BB/ hari, setiap hari bertambah mencapai 2001/kg
BB/hari, Ppada hari ke-14).
d) Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu BB waktu
lahir tercapai lagi.
e) Penurunan BB faali selama 2 minggu sesudah lahir
tidak melebihi 10% BB waktu lahir.
50
f) Usia 5-6 bulan BB mencapai 2x BB waktu lahir. 1
tahun 3x waktu lahir dan 2 tahun 4 lahirnya. Naik 2
kg/tahun atau sesuai dengan kurve KMS.
g) BB usia 3 tahun +20% BB lahir = usia 1 tahun + 50%
BB lahir.
g. Masalah Dalam Pemberian ASI
1) Puting Susu Nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal
menyusui. Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI
keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar,
perasaan nyeri akan hilang. Cara menangani :
a) Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar.
b) Mulailah menyusui pada puting susu yang tidak sakit
guna membantu mengurangi sakit pada puting susu
yang sakit.
c) Segera setelah diminum, keluarkan sedikit ASI
oleskan di puting susu dan biarkan payudara terbuka
untuk beberapa waktu sampai puting susu kering.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah
rasa nyeri puting susu ketika menyusui :
a) Santai ketika menyusui, harus santai dan tenang saat
menyusui. Hal ini akan membantu meningkatkan
aliran air sus ibu. Meletakan kain basah yang hangat
51
pada payudara atau mengambil shower hangat untuk
mengguyur payudara setelah menyusui.
b) Jangan menarik isapan bayi sebelum bayi benar-
benar selesai menetek, memastikan bayi tidak lagi
menetek sebelum melepaskan dari payudara. Untuk
menghentikan bayi dari anak susuan, melalui sudut
mulut bayi memasukan jari ke dalam mulutnya. Ini
akan melepaskan isapan bayi dari payudara dan
dapat dengan mudah mengangkat atau menarik bayi
dari puting susu.
c) Mencari posisi yang nyaman saat menyusui. Karena
tidak nyaman saat menyusui bisa membuaT cemas
dan mengurangi atau menghentikan aliran susu.
d) Memastikan mulut bayi santai saat menyusui, jika bayi
menyusu terlalu keras maka puting menjadi sakit,
anda perlu membuat santai mulut bayi.
2) Puting Susu Lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani
dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui
akan menyakitkan kadang-kadang mengeluarkan darah.
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui
yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh trush
(candidates) atau dermatitis. Cara menangani :
52
a) Cari penyebab puting lecet (posisi menyusui salah,
candidates atau dermatitis)
b) Obati penyebab puting susu lecet terutama perhatikan
posisi menyusui
c) Kerjakan semua cara-cara menangani nyeri di atas
tadi
d) Ibu dapat terus memberikan ASI-nya pada keadaan
luka tidak begitu sakit
e) Olesi puting susu ASI akhir (hind milk), jangan sekali-
kali memberikan obat lain, seperti krim, salep dan
lain-lain
f) Putting susu yang sakit dapat diistrahatkan untuk
sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan
biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar
2x24 jam
g) Selama putting susu diistrahatkan, sebaiknya ASI
tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan
dengan alat pompa karena nyeri
h) Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan
untuk menggunakan sabun
i) Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada
payudara yang sakit untuk sementara untuk
memberikan kesempatan lukanya menyembuh
53
j) Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan
tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk tetap
mempertahankan kelancaran pembentukan ASI
k) Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan
menggunakan dot
l) Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali
mula-mula dengan waktu yang lebih singkat
m) Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke
puskesmas
3) Payudara Bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar2-4 jam), payudara
sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya
aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai
diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab bengkak :
a) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah
b) Produksi ASI berlebihan
c) Terlambat menyusui
d) Pengeluaran ASI yang jarang
e) Waktu menyusui yang terbatas
54
1.2 Perbedaan Payudara Penuh Dan Payudara Bengkak
Payudara Penuh Payudara Bengkak
Rasa berat pada
payudara, panas dan
keras. Bila diperiksa ASI
keluar dan tidak demam
Payudara oedema, sakit,
puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak
merah, dan bila
diperiksa/diisap ASI tidak
keluar. Badan biasa
demam setelah 24 jam
Untuk mencegah maka
diperlukan : menyusui dini,
perlekatan yang baik,
menyusui “on demand”.
Bayi harus lebih sering
disusui. Apabila terlalu
tegang atau bayi tidak
dapat menyusu sebaiknya
ASI dikeluarkan terlebih
dahulu, agar ketegangan
menurun.
Merangsang reflex oksitosin :
a) Kompres panas untuk mengurangi sakit
b) Ibu harus rileks
c) Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah
payudara)
d) Pijat ringat pada payudara yang bengkak (pijat pelan-
pelan ke arah tengah)
55
e) Stimulasi payudara dan putting
f) Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi
oedema
g) Memakai BH yang sesuai
h) Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik
Cara mengatasinya :
a) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa
jadwal dan tanpa batas waktu
b) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan
bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif.
c) Sebelum menyusui untuk merangsang reflex oksitosin
dapat dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi
rasa sakit, massage payudara, massage leher dan
punggung
a) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk
mengurangi oedema.
4) Mastitis Atau Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara.
Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti
rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam
terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi
merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu
setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran
56
susu yang berlanjut. Keadaan ini disebakan kurangnya
ASI diisap/dikeluarkan atau mengisap yang tidak efektif.
Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan
jari atau karena tekanan baju/BH. Tindakan yang dapat
dilakukan :
a. Kompres hangat/panas dan pemijatan
b. Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang
tidak sakit yaitu stimulasi putting susu, pijat leher,
punggung dan lain-lain.
c. Pemberian antibiotic : flucloxacilin atau erythromycin
selama 7-10 hari
d. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri
e. Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena
mungkin perlu tindakan bedah.
57
B. Landasan Teori
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah
persalinan diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,
walaupun air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Ai Yeye Rukia,
Dkk. 2011). Beberapa factor yang mempengaruhi dalam pemberian
ASI Ekslusif antara lain :
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang
semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. (Budiman & Agus Riyanto, 2013)
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik
formal maupun nonformal, berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang,
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. (Budiman
& Agus Riyanto 2013)
Dengan terbukanya kesempatan bekerja dan tuntutan untuk
bekerja membantu ekonomi keluarga maka sebagian ibu-ibu
memilih bekerja di luar rumah. Dengan bekerja ibu tidak dapat
berhubungan penuh dengan bayinya, akibatnya ibu cenderung
memberikan susu formula dan diberikan melalui botol,
menyebabkan frekuensi penyusuan akan berkurang dan produksi
ASI akan menurun. Keadaan ini menyebakan ibu menghentikan
58
pemberian ASI. Jadi, seorang ibu yang bekerja kemungkinan
menyusui bayinya secara Ekslusif menurun drastis (Arini H. 2012).
Informasi adalah “that of which one is apprised or the told:
intelligence, news” (oxport eglish dictionary). Kamus lain
menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui,
namum ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer
pengetahuan. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatakan
pengetahuan (Budiman & Agus Riyanto, 2013)
59
C. Kerangka Konsep
Sesuai dasar pemikiran variabel yang diteliti, maka
dibuatkan kerangka konsep sebagai berikut :
Bagan 1.2 Kerangka Konsep
Variabel Bebas (Independent) : Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Dan Sumber Informasi
Variabel Terikat (Dependent) : Pengetahuan Ibu Tentang Asi
Ekslusif
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pengetahuan Ibu
Tentang Asi
Ekslusif
Sumber Informasi
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu
memperoleh gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III tentang
ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Puriala Kecamatan Puriala
Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017.
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2017
2. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Puriala Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2017.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitiaan ini adalah semua ibu hamil
trimester III yang memeriksakan kehamilannya di Poli KIA
Puskesmas Puriala tahun 2016 yaitu 305 orang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III
yang memeriksakan kehamilannya di Poli KIA Puskesmas
Puriala selama periode penelitian dengan teknik pengambilan
61
sampel accidental sampling. Jumlahnya ditentukan dengan
rumus :
n = 10 x N
100
n = 10 x 305
100
n = 30,5
n = 31 orang
keterangan :
N : jumlah populasi
n : populasi yang diteliti (Arikunto 2006)
D. Definisi Operasional
1. Pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif adalah pemahaman ibu
tentang ASI Ekslusif yang mencakup tentang pengertian,
manfaat cara pemberian ASI serta waktu pemberian ASI
Ekslusif, cara pencapaian ASI Ekslusif dilakukan dengan cara
menggunakan kuesioner. Dengan hasil yang di dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a. Baik : bila skor jawaban > 60%
b. Kurang : bila skor jawaban < 60% (Notoatmodjo, S.
2007)
2. Umur adalah lamanya sesorang hidup, dihitung dari mulai lahir
sampai ulang tahun terakhir.
62
Kriteria objektif :
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
c. > 35 tahun (Handayani, 2007)
3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh ibu.
Kriteria objektif :
a. Pendidikan Dasar (SD, SMP, MTs, SLTP)
b. Pendidikan Menengah (SMA, SMK, MA)
c. Pendidikan Tinggi (Diploma, Sarjana) (Sisdiknas, 2003)
4. Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dilakukan responden
dengan maksud menambah penghasilan/ status ekonomi
Kriteria objektif :
a. IRT
b. Petani
c. PNS
d. Wiraswasta (Notoatmodjo, 2003)
5. Sumber Informasi adalah sebagai sarana kumunikasi, berbagai
bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
internet dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Khususnya ibu
dalam memahami ASI Ekslusif. Kriteria objektif :
63
a. Tidak mendapat informasi
b. Mendapat informasi
1) Tenaga kesehatan
2) Keluarga
3) Media massa (Notoatmodjo, 2010)
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh atau diisi langsung
oleh responden (ibu) dengan memberikan kuesioner yang berisi
pertanyaan tertulis.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku register
di Puskesmas Puriala tentang jumlah ibu hamil trimester III, dan
data lain yang terkait dengan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data
yang relevan dengan masalah yang diteliti yaitu menggunakan
instrumen kuesioner, yakni daftar pertanyaan yang sudah tersusun
dengan baik dan matang dimana responden hanya memberi
jawaban dengan memberi tanda.
G. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
64
Data yang telah dikumpul dari responden diolah dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Coding tahap ini dilakukan pengkodean nama responden
dengan beberapa huruf tertentu untuk menjamin keaslian
identitas responden.
b. Editing tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kembali
kelengkapan data responden yang telah dikumpulkan untuk
mendapatkan data yang akurat.
c. Skoring adalah perhitungan secara manual dengan
menggunakan kalkulator untuk mengetahui persentase
setiap variabel yang diteliti. Untuk pertanyaan yang benar di
beri skor 1 dan untuk pertanyaan yang salah diberi skor 0.
d. Tabuling setelah dilakukan coding, editing dan skoring
dilanjutkan dengan pengelompokkan data dalam tabel
menurut sifat-sifat yang dimiliki data sesuai dengan tujuan
penelitian.
2. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini yaitu digunakan rumus :
p = f x 100%
N
Keterangan :
p = variabel yang diteliti
F = jumlah responden berdasarkan variabel
65
N = jumlah sampel penelitian (Budiarto, 2001).
H. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi di presentasekan, disertai dengan penjelasan-
penjelasan atau dinarasikan.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
UPTD Puskesmas puriala di bentuk pada tanggal 26 juli
2007 dengan luas wilayah 98,227 km2 yang ditandai dengan
peresmian dan penandatanganan prasasti oleh Bupati Konawe,
DR. H. Lukman Abunawas, SH, M.Si
Letak UPTD Puskesmas Puriala berada di Kelurahan
Watundehoa sebagai ibukota Kecamatan Puriala yang termasuk
dalam wilayah Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Batas Wilayah
Adapun batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Puriala
adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Onembute
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Lambuya
c. Sebelah Timur : Kecamatan Wonggeduku
d. Sebelah Barat : Kecamatan Angata Kab. Konsel
3. Visi Dan Misi
a. Visi
Terwujudnya masyarakat sehat.
67
b. Misi
Menggerakkan dan mengembangkan peran serta
masyarakat, memelihara dan meningkatkan kualitas
pelayanan yang bermutu
c. Motto
“Sehat Itu Mahal”
“Pencegahan Lebih Baik Daripada Pengobatan”
4. Kegiatan Pokok Dan Fungsi
a. Kegiatan pokok
Berdasarkan buku pedoman kerja Puskesmas, usaha
pokok kesehatan pada UPTD Puskesmas Puriala terdiri dari
14 kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan tersebut terutama ditujukan
kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil.
Adapun 14 kegiatan pokok tersebut yaitu :
1. Upaya kesehatan ibu dan anak (KIA)
2. Upaya kesehatan usia-subur/KB
3. Upaya perbaikan gizi
4. Upaya kesehatan lingkungan
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular
6. Upaya pengobatan
7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM)
68
8. paya kesehatan sekolah (UKS)
9. Upaya perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas)
10. Upaya peningkatan kesehatan kerja (Kesker)
11. Upaya kesehatan gigi dan mulut (Kesgimul)
12. Upaya pencatatan dan pelaporan
13. Upaya pembinaan peran serta masyarakat (PSM)
14. Upaya pembinaan pengobatan tradisional (batra)
b. Fungsi
Sebagai penyelenggara upaya kesehatan masyarakat, maka
Puskesmas mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Pusat penggerqk pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi:
- Upaya pelayanan kesehatan perorangan (privat
goods)
- Upaya pelayanan kesehatan masyarakat (public
goods)
5. Fasilitas Layanan Kesehatan
Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di
Puskesmas Puriala ialah :
a. Tempat pendaftaran (loket)
b. Poli umum
c. Poli KIA/KB
d. Apotek dan gudang obat
69
e. UGD
6. Fasilitas Penunjang
Demi pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan maka UPTD Puskesmas Puriala ditunjang dengan
unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu
Puskesmas Pembantu 2 buah, pos kesehatan desa 4 buah dan
puskesmas keliling 1 buah.
7. Kegiatan Lapangan Puskesmas
Adapun kegiatan lapangan UPTD Puskesmas Puriala antara
lain sbb :
a. Posyandu
b. Puskesmas keliling
c. Pembinaan kesling dan UKBM
d. Pelayanan poskesdes.
70
8. Sumber Daya Manusia
Tabel 1.3
Data Sumber Daya Manusia
No Jenis
Ketenagakerjaan
PNS PTT PHL Jumlah
1 Dokter Umum 1 1 - 2
2 Kesmas (Skm) 4 - 2 6
3 Bidan 15 - 11 26
4 Perawat Kesehatan 4 - 23 27
5 Perawat Gigi 1 - - 1
6 Farmasi 1 - - 1
7 Sanitasi 2 - - 2
8 TP. Gigi 1 - - 1
Total 29 1 36 66
B. Hasil Penelitian
1. Pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif
Tabel 1.4 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif di Puskesmas Puriala tahun 2017
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase
Baik 12 38,70% Kurang 19 61,29%
Jumlah 31 100%
Sumber: Data Primer, 2017
Dari tabel 1.4 diatas terlihat bahwa dari 31 responden
yang dijadikan sampel penelitian, responden yang memiliki
pengetahuan baik tentang ASI Ekslusif yaitu 12 orang (38,70 %)
71
dan yang berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif
berjumlah 19 orang (61,29%).
2. Umur
Tabel 1.5 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif di Puskesmas Puriala tahun 2017 ditinjau dari kelompok umur.
Kelompok
Umur
Pengetahuan Jumlah Total
Baik Kurang F %
F % F %
<20 1 33,33 2 66,66 3 100 20-35 9 36 16 64 25 100 >35 2 66,66 1 33,33 3 100
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 1.5 diatas menunjukan bahwa dari 31
responden yang dijadikan sampel penelitian pada kelompok
umur <20 tahun berjumlah 3 orang, yang berpengetahuan baik
tentang ASI Ekslusif berjumlah 1 orang (33,33%),
berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif berjumlah 2 orang
(66,66%). Kelompok umur 20-35 tahun berjumlah 25 orang,
yang berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif berjumlah 9
orang (36%), berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif
berjumlah 16 orang (64%). Kemudian kelompok umur > 35
tahun berjumlah 3 orang, yang berpengetahuan baik tentang
ASI Ekslusif berjumlah 2 orang (66,66%), berpengetahuan
kurang tentang ASI Ekslusif berjumlah 1 orang (33,33%).
72
3. Pendidikan
Tabel 1.6 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif di Puskesmas Puriala tahun 2017 ditinjau dari tingkat pendidikan
Jenjang
Penddidikan
Pengetahuan Jumlah Total
Baik Kurang F %
F % F %
Pendidikan Dasar
3 17,64 14 82,35 17 100
Pendidikan Menengah
5 50 5 50 10 100
Pendidikan Tinggi
4 100 - - 4 100
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 1.6 menunjukan bahwa dari 31
responden yang dijadikan sampel penelitian pada tingkat
pendidikan dasar (SD, SMP, MTs, SLTP) berjumlah 17 orang.
yang berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif berjumlah 3
orang (17,64%) berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif
berjumlah 14 orang(82,35%). Tingkat pendidikan menengah
(SMA, SMK, MA) berjumlah 10 orang yang berpengetahuan
baik tentang ASI Ekslusif berjumlah 5 orang (50%)
berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif berjumlah 5 orang
(50%). Tingkat pendidikan tinggi (Diploma, sarjana) berjumlah 4
orang. yang berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif
berjumlah 4 orang (100%) dan tidak ada yang berpengetahuan
kurang tentang ASI Ekslusif.
73
4. Pekerjaan
Tabel 1.7 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif di Puskesmas Puriala tahun 2017 ditinjau dari pekerjaan
Pekerjaan
Pengetahuan Jumlah Total
Baik Kurang F %
f % F %
IRT 9 32,14 19 67,85 28 100 Petani - - - - - PNS 2 100 - - 2 100
Wiraswasta 1 100 - - 1 100
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 1.7 di atas menunjukan bahwa dari 31
responden yang dijadikan sampel penelitian pada responden
yang bekerja sebagai IRT berjumlah 28 orang. Yang
berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif berjumlah 9 orang
(32,14%) berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif
berjumlah 19 orang (67,85%). Responden yang bekerja
sebagai petani, tidak ada yang berpengetahuan baik dan
berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif. Responden yang
bekerja sebagai PNS berjumlah 2 orang. Yang berpengetahuan
baik tentang ASI Ekslusif berjumlah 2 orang (100%) dan tidak
ada yang berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif.
Responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 1 orang
yang berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif berjumlah 1
orang (100%) dan tidak ada yang berpengetahuan kurang
tentang ASI Ekslusif.
74
5. Sumber Informasi
Tabel 1.8 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif di Puskesmas Puriala tahun 2017 ditinjau dari sumber informasi
Sumber
Informasi
Pengetahuan Jumlah Total
Baik Kurang F %
f % f %
Tidak Mendapat Informasi
- - 8 100 8 100
Mendapat infromasi (nakes, Keluarga, Media Masa)
12
62,16
11
35,46
23
100
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan tabel 1.8 di atas menunjukan bahwa dari 31
responden yang dijadikan sampel penelitian pada responden
yang tidak mendapat informasi berjumlah 8 orang yang
berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif tidak ada,
berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif berjumlah 8
orang(100%). Pada ibu yang mendapat informasi (tenaga
kesehatan, keluarga, media massa) berjumlah 23 orang. yang
berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif berjumlah 12 orang
(62,16%) berpengetahuan kurang tentang ASI Ekslusif
berjumlah 11 orang (35,46%).
C. Pembahasan
1. Umur
Umur seseorang individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Jika dilihat dari sisi biologis, usia
75
20-35 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin.
Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah
berfungsi dengan baik dan belum ada penyakit-penyakit
degeneratif seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta
daya tahan tubuh masih kuat (Harlock, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian, persentase tertinggi
terdapat pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu 9 orang (75%)
dari 12 responden yang berpengetahuan baik tentang ASI
Ekslusif dan persentase terendah terdapat pada kelompok umur
<20 tahun yaitu 1 orang (8,33%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Asta Kartika
(2013) dimana umur responden didapatkan rata-rata paling
banyak pada umur 20-35 tahun, yaitu sejumlah 23 orang (54,8
%) dari 42 responden. Pada penelitian menunjukan bahwa
pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif di Desa Butuh,
Kecamatan Tengaren, Kabupaten Semarang yang terbanyak
adalah kategori baik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Noor
(2010), menemukan bahwa usia ibu berhubungan dengan
tingkat pengetahun ibu.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Budiman
& Agus Riyanto (2013) bahwa umur mempengaruhi daya
tangkap dan pola pikir seseorang semakin bertambah usia akan
76
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Menurut widyatun (2009), secara teoritis dikatakan
bahwa pada usia 20-35 tahun merupakan masa pengaturan,
masa usia produktif, masa bermasalah, masa ketegangan
emosional, masa keterasingan social, masa ketergantungan,
masa perubahan nilai dan masa penyesuaian diri dengan hidup
kreatif.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam merubah
perilaku terutama dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan
karena wanita yang berpendidkan cenderung untuk
meningkatkan status kesehatan keluarganya dengan mencari
pelayanan yang lebih baik termasuk untuk mengimunisasikan
anaknya. (Lienda, 2009)
Berdasarkan hasil penelitian, persentase tertinggi
terdapat pada jenjang pendidikan menengah yaitu 5 orang
(41,66%) dari 12 responden yang berpengetahuan baik tentang
ASI Ekslusif dan persentase terendah terdapat pada jenjang
pendidikan rendah yaitu 3 orang (25%)
Berdasarkan hasil diatas didapatkan ibu dengan
pendidikan menengah sebagian besar mempunyai
77
pengetetahuan baik tentang ASI Ekslusif. Hal ini dapat
dikarenakan makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi. Pararel dengan hal
ini, Notoatmodjo (2003) dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik
dari orang lain maupun dari media masa. Sebaliknya tingkat
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang
rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu
rendah akan sulit menerima pesan dan informasi yang
disampaikan
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya
dari La Ode Amal Saleh (2011) bahwa semakin tinggi
pendidikan formal seseorang maka akan semakin luas wawasan
berfikirnya, sehingga akan lebih banyak informasi yang diserap.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor internal
yang mempengaruhi seseorang dalam pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menafsirkan informasi sehingga
menciptakan suatu hal yang baik, sebaliknya pendidikan yang
78
kurang akan menghambat penafsiran informasi seseorang
terhadap objek-objek baru diperkenalkan (mulyana, 2000).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala sesuatu yang dilakukan responden
dengan maksud menambah penghasilan/ status ekonomi
(Notoatmodjo, 2003)
Berdasarkan hasil penelitian, persentase tertinggi
terdapat pada responden yang bekerja sebagai IRT yaitu 9
orang (75%) dari 12 responden yang berpengetahuan baik
tentang ASI Ekslusif karena sebagian besar sampel penelitian
adalah responden yang bekerja sebagai IRT dan persentase
terendah terdapat pada pada ibu yang bekerja sebagai petani
yaitu 0 %
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya
dari Fauzia Tamara Rauf (2010) Untuk karakteristik pekerjaan
yang memiliki pengetahuan baik paling banyak pada status tidak
bekerja, yaitu 13 orang (26%) dari 19 responden yang
berpengetahuan baik. Hal tersebut terjadi dikarenakan hampir
semua ibu rumah tangga melaksanakan aktivitas pekerjaan
utamanya yaitu pekerjaan dalam mengasuh anak,
membersihkan rumah dan melaksanakan pekerjaan rumah
tangga lainnya yang menjadi tanggungjawab sebagai ibu rumah
tangga. Jenis pekerjaan ini tidak terlalu melelahkan tenaga dan
79
pikiran ibu sehingga ibu mempunyai waktu yang cukup untuk
mendapatkan informasi disebabkan karena hanya melakukan
pekerjaan rumah tangga. Responden mempunyai waktu untuk
mendapatkan penyuluhan kesehatan dan konseling.
4. Sumber informasi
Informasi adalah “that of which one is apprised or the told:
intelligence, news” (oxport eglish dictionary). Kamus lain
menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat
diketahui, namum ada pula yang menekankan informasi sebagai
transfer pengetahuan. Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatakan pengetahuan (Budiman & Agus Riyanto,
2013).
Sumber Informasi adalah sebagai sarana kumunikasi,
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, internet dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Khususnya ibu dalam memahami ASI Ekslusif.
Berdasarkan hasil penelitian, persentase tertinggi
terdapat pada responden yang mendapat informasi yaitu 12
orang (100%) dari 12 responden yang berpengetahuan baik
80
tentang ASI Ekslusif dan persentase terendah terdapat pada
responden yang tidak mendapat informasi yaitu 0 %.
Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2003) bahwa dengan cukupnya informasi tentang
cara-cara mencapai hidup sehat, cara mencapai pemeliharaan,
cara menghindari penyakit, dan sebagainya maka akan
meningkatkan pengetahuan ibu tentag ASI.
Menurut Istiarti (2000) pengetahuan seseorang biasanya
diperoleh dari berbagai macam sumber, misalnya media massa,
media elektronik, buku petunjuk petugas kesehatan, kerabat
dekat dan sebagainya. Hasil penelitian Ludvingsson (2003)
yang menyatakan bahwa ibu yang mendapatkan informasi
tentang menyusui dari seseorang tetangga, dokter, majalah dan
buku lebih banyak yang melanjutkan menyusui dari pada yang
tidak mendapatkan informasi.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,penulis
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan umur, persentase tertinggi terdapat pada kelompok
umur 20-35 tahun yaitu 9 orang (75%) dari 12 responden yang
berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif dan persentase
terendah terdapat pada kelompok umur <20 tahun yaitu 1 orang
(8,33%).
2. Berdasarkan pendidikan, persentase tertinggi terdapat pada
jenjang pendidikan menengah yaitu 5 orang (41,66%) dari 12
responden yang berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif dan
persentase terendah terdapat pada jenjang pendidikan rendah
yaitu 3 orang (25%)
3. Berdasarkan pekerjaan, persentase tertinggi terdapat pada
responden yang bekerja sebagai IRT yaitu 9 orang (75%) dari
12 responden yang berpengetahuan baik tentang ASI Ekslusif
karena sebagian besar sampel penelitian adalah responden
yang bekerja sebagai IRT dan persentase terendah terdapat
pada pada ibu yang bekerja sebagai petani yaitu 0 %
82
4. Berdasarkan sumber informasi, persentase tertinggi terdapat
pada responden yang mendapat informasi yaitu 12 orang
(100%) dari 12 responden yang berpengetahuan baik tentang
ASI Ekslusif dan persentase terendah terdapat pada responden
yang tidak mendapat informasi yaitu 0 %.
B. SARAN
1. Bagi pihak puskesmas , disarankan perlu memberikan
pendidikan kesehatan pada ibu hamil mengenai ASI Ekslusif.
Terutama peran bidan untuk meningkatkan pengetahuan pasien
mengenai ASI Ekslusif.
2. Bagi institusi pendidikan, agar terus meningkatkan mutu
pendidikan khususnya dalam bidang riset dan metodologi
penelitian serta memperbanyak literatur yang dapat menunjang
penyusunan karya tulis ilmiah penelitian.
3. Pada ibu hamil agar senantiasa memanfaatkan
pelayanan/melakukan pemeriksan semasa kehamilan dan
senantiasa mengikuti penyuluhan kesehatan agar mengetahui
informasi-informasi kesehatan khususnya tentang ASI Ekslusif.
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih meningkatkan
penelitian ini dengan lebih baik lagi, lebih akurat tentang
83
masalah – masalah yang diteliti, dan prospeknya lebih
membangun keilmuan dalam bidang ilmu ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA Ai Yeye Rukiah, Lia Yulianti, Meida Liana, 2011. Asuhan Kebidanan III
(Nifas), Jakarta : TIM Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arini. 2012. Mengapa Ibu Harus Menyusui ?. Yogyakarta. Flash Books.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.(2013).Riset Kesehatan Dasar.Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.
Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika. EGC; Jakarta.
Budiman, Riyanto & Agus. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Kendari.(013. Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari Tahun 2013. Dinas Kesehatan Kota Kendari. Kendari
Elisabeth Siwi Walyani, Th. Endang Purwoastuti, 2015. Asuhan Kebidanan
Masa Nifas & Menyusui. Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS
Fauzia Tamara Rauf, 2010. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Asi Ekslusif Di Poliklinik Obstetric BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO.
Handayani, (2007). Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Bedasarkan
Karasteristik Ibu Di Puskesmas Sukawarna, Kota Bandung Periode Desember 2006 s/d Januari 2007. Bandung: Universitas Padjajaran.
Harlock, 2004. Developmenral Psychology. Jakarta : Erlangga Istiarti, T. 2000. Menanti Buah Hati. Media Persindo. Yogjakarta.
Keraf Noer, 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta
Lancet. 2016. Breastfeeding A Key To Sustainable Development. Jakarta. PAS
Lienda, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi. 5. Jakarta : EGC.
Mubarak , Wahid I. 2011. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mulyana, 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Praktiko.
Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
.2003. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
.2010.. Pendidikan Dan Prilaku Kesehatan Jakarta : Rineka Cipta
Roesli. Utami, 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Pustaka Bunda.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Siallagan., Y. Erna., M. Yusad., Y. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi (0-6 bulan) di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013. Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi, 2: 6.
Sisdiknas.2003. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Depdiknas Sugiarti E., Zulaekah S., Puspowati D.S., 2011. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Karang Malang Kabupaten Sragen. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 195-206
Suryoprayogo, N. 2009. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: keyword. Ummu Yahya, 2009. Apa Keuntungan Pemberian ASI Ekslusif (
http://ummuuyahyakdr.blogspot.com/2009/apa keuntungan asi air-susu-htm di akses 31 oktober 2016
Wawan A & Dewi, 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
WHO And The World Bank Estimates. 2012. Trends In Maternal Mortality : 1990. Geneva : WHO
Widyatun, 2009. Ilmu Perilaku. Jakarta : Info Medika
Lembar Persetujuan Responden
(inform consent)
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Saya menyetujui untuk menjadi responden pada penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan.
Nama : Ratni
NIM : P00324014025
Judul : “Studi pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI
Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Puriala Kecamatan
Puriala Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017”.
Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan penelitian
dan informasi yang saya butuhkan. Jika saya tidak berkenan peneliti akan
menghentikan pengumpulan data ini dan saya berhak mengundurkan diri.
Dengan sadar dan sukarela serta tidak ada unsur pemaksaan dari
siapapun, saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
Kendari, 21 februari 2017
Responden
No :
KUESIONER PENELITIAN
STUDI PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURIALA KEC.PURIALA
KAB. KONAWE PROV. SULTRA TAHUN 2017
1. Identitas Responden a. Nama responden : b. Alamat responden : c. Umur responden :
1) < 20 tahun 2) 20-35 tahun 3) > 35 tahun
d. Pendidikan terakhir : 1) Pendidikan dasar (SD, SMP, SLTA MTs) 2) Pendidikan menengah (SMA, SMK, MA) 3) Perguruan tinggi (Diploma, Sarjana)
e. Pekerjaan responden : 1) IRT 2) Petani 3) PNS 4) Wiraswasta (Notoatmodjo, 2003)
f. Paritas 1) 1 2) 2-5 3) >5
g. Sumber informasi tentang ASI Ekslusif 1) Tidak Mendapat Informasi 2) Mendapat Informasi
a) Tenaga kesehatan b) Keluarga c) Media massa
TV
Majalah
Koran
Radio
Internet
2. Kuesioner Pengetahuan Tentang ASI Ekslusif
No Daftar Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI Eksklusif
2 ASI Ekslusif adalah makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
3 Seorang bayi harus diberikan ASI pertamanya setelah ibu benar-benar siap memberikan ASI
4 Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi
5 Manfaat yang didapat dari pemberian ASI adalah sebagai nutrisi, untuk pertumbuhan dan perkembangan anak dan meningkatkan daya tahan tubuh
6 Kandungan yang terdapat dalam ASI adalah kolostrum, antibody, protein susu, taurin, karbohidrat dan lemak
7 Keunggulan bayi yang diberikan ASI Eksklusif adalah ASI eksklusif membuat anak cerdas, mandiri, menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan bayi
8 Apakah pemberian ASI eksklusif memberikan manfaat bagi ibu
9 Menunda kehamilan adalah manfaat yang didapatkan oleh ibu yang menyusui ASI Ekslusif
10 ASI Ekslusif dapat diganti dengan makanan pengganti ASI (PASI)
11 ASI lebih baik dari makanan pendamping (PASI)
12 Kelebihan ASI adalah Kandungan nutrisi ASI lebih baik, ASI praktis dan tidak memerlukan biaya, ASI dapat mempererat tali kasih sayang ibu dan anak
13 Bayi diberikan makanan pengganti ASI setelah berusia 6 bulan
14 Bayi disusui setiap kali menangis
15 ASI perah dapat bertahan selama 30 menit bila tidak dimasukan dalam kulkas