12

Click here to load reader

Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kajian tentang pembesaran (budidaya) ikan kerapu macan di perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan (sekarang Pesawaran).

Citation preview

Page 1: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

STUDI PEMBESARAN IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI PERAIRAN PULAU PUHAWANG, LAMPUNG SELATAN

Kata kunci: kerapu macan, laju pertumbuhan, survival rate, food convertion ratio,

analisis usaha

Oleh: Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si.*)

ABSTRAK

This study was held on May 2002 until March 2003 at Puhawang Island, Lampung Selatan. The objective of this research is to know growth rate of grouper (kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus) during its cultured. The result of this study could be used by government to develop grouper culture in Lampung Province. The number of young grouper (2.6-2.9 g) in this experiment was 1000, that be enclosed in 4 cage nets. Each cage net contained 250 of test fishes. In everyday test fishes was fed twice with unimportant fish meat. Feeding was done approximately 15% of biomass in early culture, and then decreases about 5% while it was finished. In every month the biomass of fishes test was weigh, amount of food and dead test fishes were recorded in order to know its growth rate, food conversion ratio (FCR), and survival rate (SR). The results of this experiment were known that the growth rate model for grouper was lnWt= 2.033 + 0.502t or Wt = 7.637 * e0.502t ; FCR was 8.2; and SR was 67.9%. Then, based on economic analysis, it was found that benefit rate of this business was 43.65%. So, it was a great opportunity to improve grouper husbandry for supporting regional development

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Propinsi Lampung memiliki panjang pantai 1.105 km2 dan luas wilayah pesisir

sekitar 16.625,3 km2 (mengacu pada pasal 3 UU No. 22/1999) merupakan salah satu

propinsi dengan keragaman potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup

besar. Keragaman potensi tersebut meliputi sumberdaya ikan, rumput laut, teripang,

ubur-ubur, udang, kerang hijau, kepiting, dan sumberdaya perikanan lainnya yang

tersebar di sepanjang perairan Pantai Barat, Pantai Timur, Teluk Lampung dan Teluk

Semangka. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang

Otonomi Daerah memberi dampak diperlukannya sistem pengelolaan sumberdaya laut

dan perikanan yang lebih efisien dan efektif yang dapat menjamin peningkatan

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 1

Page 2: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

pendapatan asli daerah (PAD) dan sekaligus menjamin kelangsungan hidup

masyarakatnya. Hal ini mendorong diperlukannya suatu aktivitas bidang kelautan dan

perikanan di masa mendatang yang dapat menghasilkan nilai tambah produksi yang

tinggi melalui upaya pengembangan industri kelautan dan perikanan yang terintegrasi

dengan pengembangan wilayah. Upaya tersebut diharapkan dapat menarik minat

investor di sektor kelautan dan perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan bersama-

sama dengan lembaga terkait di daerah diharapkan dapat berfungsi menjadi fasilitator

dalam upaya pengintegrasian pengelolaan sumberdaya laut untuk mencapai hasil yang

optimal.

Pengembangan budidaya laut (marine culture) di Propinsi Lampung, terutama

untuk ikan-ikan karang bernilai ekonomis tinggi, memiliki keunggulan dibandingkan

dengan daerah lainnya di Indonesia. Faktor yang mempercepat perkembangan tersebut

antara lain adanya Balai Budidaya Laut (BBL) yang terletak di Desa Hanura, Kecamatan

Padang Cermin, Lampung Selatan. Selain itu, kondisi lingkungan pesisir di Propinsi

Lampung dengan banyaknya pulau-pulau kecil (69 pulau) juga sangat mendukung untuk

pengembangan budidaya ikan karang. Menurut Sunyoto (1993), wilayah pesisir

Lampung memiliki areal terluas dibandingkan dengan daerah lainnya, yaitu sekitar 800

ha, untuk pengembangan budidaya ikan karang dengan metode keramba jaring apung

(KJA).

Saat ini di Propinsi Lampung telah banyak pengusaha yang bergerak dalam

budidaya ikan kerapu macan dan kerapu bebek. Menurut Sudjiharno (2002) saat ini

terdapat lebih kurang 30 usaha budidaya ikan kerapu yang sebagian besar lokasinya

berada di sekitar perairan Tanjung Putus, Pulau Puhawang, Bawang, Piabung, Ringgung,

Pulau Tegal, Mutun, Pulau Pasaran, Pulau Kubur, Pulau Balak, serta Pulau Condong.

Oleh karena usaha budidaya kerapu telah mulai berkembang dengan pesat di Propinsi

Lampung, maka diperlukan beberapa penelitian yang diharapkan dapat mendukung

kelanjutan usaha budidaya tersebut. Beberapa penelitian sudah banyak dilakukan,

terutama oleh BBL, perguruan tinggi maupun instansi pemerintah lainnya yang turut

menyumbangkan pemikiran untuk kemajuan budidaya laut di Propinsi Lampung.

Penelitian mengenai pertumbuhan dan beberapa aspek budidaya ikan kerapu macan

ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pembangunan perikanan. Dengan diketahuinya

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 2

Page 3: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

laju pertumbuhan ikan kerapu macan selama masa budidaya dapat dijadikan acuan untuk

lebih mengoptimalkan masa budidaya, sehingga dapat diperoleh hasil panen yang

maksimal.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan ikan kerapu macan

selama masa budidaya hingga mencapai ukuran panen (sekitar 450-500 gram) serta

beberapa aspek budidaya lainnya, seperti SR, FCR, penyakit, dan analisis usaha

budidaya. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi investor yang berminat untuk

mengembangkan usaha budidaya ikan kerapu macan.

2. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2002 hingga Maret 2003 di karamba jaring

apung (KJA) milik Yayasan Sahabat Alam di Pulau Puhawang, Kecamatan Punduh

Pidada, Kabupaten Lampung Selatan.

2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 unit rakit KJA yang

berukuran 8x8 m2 dan masing-masing terdiri dari 4 petak tempat meletakkan jaring,

jaring I (waring bagan berdiameter 2x2 mm2) ukuran 1x1x1 m3 sebanyak 12 buah, jaring

II (jaring trawl dengan mesh size ¾ inchi ) ukuran 2x2x2 m3 sebanyak 12 buah, jaring III

(jaring trawl dengan mesh size 1¼ inchi) ukuran 3x3x3 m3 sebanyak 12 buah,

timbangan, bak pengobatan dan perlengkapannya, gunting, gilingan daging, wadah

pakan, serta cool box tempat penyimpan pakan rucah.

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih ikan kerapu macan berukuran seragam

dengan bobot sekitar 2.6-2.9 gram sebanyak 1000 ekor, pakan yang berupa pelet dan ikan

rucah, multivitamin, minyak cumi, es untuk menyimpan pakan rucah, formalin 38% dan

metilen blue.

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 3

Page 4: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

2.3 Tahapan Penelitian

.Sebanyak 1.000 ekor benih ikan kerapu macan ditempatkan dalam 4 petak jaring,

sehingga masing-masing petak jaring berisi 250 ekor. Ikan-ikan yang dipelihara diberi

makan dengan ikan rucah yang telah dihaluskan dengan gilingan daging sebanyak 15%

dari bobot total. Pemberian pakan ini dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.

Setiap bulan dihitung bobot ikan dengan cara menimbangnya secara keseluruhan dan

dirata-ratakan. Ikan yang mati juga dicatat untuk perhitungan SR (survival rate, tingkat

kelulushidupan). Untuk mengukur laju pertumbuhan ikan kerapu macan selama 10

bulan, dilakukan dengan menimbang bobot ikan yang dipelihara setiap bulan selama

masa budidaya hingga panen. Selanjutnya melalui pendekatan model matematika dapat

diketahui persamaan laju pertumbuhan. Salah satu model laju pertumbuhan yang dapat

digunakan adalah sebagai berikut (Effendie, 1997):

Wt = W0 egt atau ln Wt = ln W0 + gt

dimana Wt adalah bobot ikan pada waktu t, W0=berat awal, e=dasar logaritma natural dan

g=koefisien pertumbuhan. Dengan model pertumbuhan tersebut, maka dapat diketahui

laju pertumbuhan ikan kerapu macan selama masa budidaya hingga panen, sehingga

dapat dilakukan pendugaan yang lebih baik untuk perhitungan biaya operasional

(investasi). Beberapa faktor lainnya yang penting juga turut diamati, seperti perhitungan

SR (survival rate, tingkat kelangsungan hidup) hingga panen, jenis-jenis penyakit yang

menyerang, dan FCR (food conversion ratio, rasio konversi pakan).

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Laju Pertumbuhan

Hasil pengukuran bobot rata-rata ikan kerapu macan setiap bulan selama 10 bulan

masa pemeliharaan disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan nilai rata-rata bobot ikan kerapu

macan pada tabel tersebut dapat diketahui persamaan laju pertumbuhannya dengan

pendekatan garis regresi setelah nilai rata-rata tersebut ditransformasikan dalam fungsi ln.

Persamaan laju pertumbuhan tersebut adalah: ln Wt = 2.033 + 0.502t atau

Wt = 7.637 * e0.502t. Adapun grafik laju pertumbuhan dapat dilihat pada Gambar 1.

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 4

Page 5: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Tabel 1. Bobot rata-rata ikan kerapu macan selama 10 bulan

Ulangan ke- Bulan ke-

1 2 3 4 Rerata (gram)

0 2.6 2.7 2.7 2.9 2.73

1 9.2 9.4 10.5 8.9 9.50

2 26.3 27.1 28.6 26.2 27.05

3 55.3 57.2 59.7 56.1 57.08

4 95.4 97.3 98.5 96.8 97.00

5 160 154.9 163.2 161.6 159.93

6 226.8 220.1 231.6 218.4 224.23

7 280.3 298.4 301.5 276.9 289.28

8 386.6 403.5 410.2 397 399.35

9 504.8 529.3 550.7 513 524.45

10 597.4 610.3 645.4 589.7 610.70

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11MASA PEMELIHARAAN (BULAN)

BOBO

T (G

RAM

)

Wt=7.637*e0.502t

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Ikan kerapu Macan

Berdasarkan persamaan dan grafik tersebut dapat diketahui bahwa laju

pertumbuhan ikan kerapu macan pada awal pemeliharaan berlangsung lambat hingga

bulan ke-3. Selanjutnya mulai bulan ke-3 hingga 5 relatif sedikit lebih cepat, dan dari

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 5

Page 6: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

bulan 5 hingga bulan 10 terus meningkat dengan pesat. Dari data tersebut dapat

diketahui pula bahwa sebaiknya panen dilakukan di atas bulan ke-9, karena bobot ikan

yang dipanen sudah mencapai ukuran konsumsi (di atas 500 gram). Dibandingkan dengan

bulan ke-9, maka panen pada bulan ke-10 diperkirakan lebih menguntungkan lagi, karena

pertambahan bobot ikan kerapu akan lebih meningkat pesat hanya dalam waktu 1 bulan.

Oleh karena pertumbuhan yang pesat sudah dimulai sejak bulan ke-5, maka sebaiknya

pemberian pakan juga lebih diintensifkan lagi sejak bulan tersebut.

Dibandingkan dengan ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), maka

pertumbuhan ikan kerapu macan yang dibesarkan pada lokasi dan dengan ukuran awal

yang sama ternyata lebih cepat. Untuk mencapai ukuran konsumsi, ikan kerapu macan

dapat pelihara selama 9 bulan; sedangkan ikan kerapu bebek lebih lama lagi, yaitu sekitar

16 bulan (Yudha, 2003). Hal ini sesuai dengan pendapat Effendie (1997) yang

menyatakan bahwa faktor keturunan merupakan salah satu faktor internal yang

mempengaruhi pertumbuhan ikan, dan faktor tersebut merupakan hal yang sulit untuk

dikontrol.

3.3 Survival Rate (SR) dan Food Convertion Ratio (FCR)

Survival rate atau tingkat kelulushidupan ikan kerapu macan yang dipelihara dalam

KJA selama 10 bulan dalam penelitian ini adalah 67.9%. Rendahnya tingkat

kelulushidupan ini dikarenakan pada saat pemeliharaan mengalami serangan penyakit,

sehingga mengalami kematian. Penyakit yang banyak menyerang antara lain dari jenis

crustacea (Nerocila sp), cacing (Diplectanum sp), dan protozoa (Cryptocaryon sp).

Beberapa jenis bakteri juga menyerang bersamaan dengan serangan penyakit tersebut,

seperti bakteri finrot, sehingga ikan yang terserang mengalami kerusakan sirip yang

cukup parah, badan mengalami luka dan borok, serta dapat menyebabkan kematian.

Tindakan pencegahan sudah dilakukan, seperti perendaman rutin setiap seminggu sekali

terhadap ikan yang dipelihara dalam air tawar ataupun air laut yang telah diberi formalin

dan metilen blue. Pengobatan terhadap ikan yang sakit juga telah dilakukan, namun tidak

banyak ikan yang tertolong.

Rasio konversi pakan (FCR) selama masa budidaya adalah 8.2 Perhitungan secara

jelas dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai FCR 8.2 berarti bahwa untuk menaikkan 1

gram bobot ikan dibutuhkan 8.2 gram pakan. Dibandingkan dengan ikan kerapu bebek,

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 6

Page 7: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

ikan kerapu macan memiliki FCR yang lebih baik. Nilai FCR ikan kerapu bebek

berdasarkan penelitian Yudha (2003) selama masa pemeliharaan 14 bulan dengan

pemberian pakan ikan rucah adalah 11.1. Menurut Sunyoto (1993) nilai konversi pakan

berbeda tergantung jenis pakan, spesies, ukuran ikan, dan suhu perairan. Sebagai contoh,

ikan kerapu lumpur yang diberi ikan rucah mempunyai konversi pakan sekitar 5-8,

sedangkan ikan kerapu sunuk antara 8-12. Terdapat kecenderungan bahwa dalam usaha

budidaya kerapu, ikan-ikan yang berharga lebih tinggi mempunyai laju pertumbuhan

yang lebih lambat serta konversi pakan yang lebih tinggi.

3.4 Analisis Usaha Budidaya

Pengembangan budidaya ikan kerapu macan dalam karamba jaring apung dapat

menjadi salah satu alternatif untuk pengembangan agribisnis perikanan. Hal ini didukung

dengan kondisi harga jual yang semakin baik dan menguntungkan, karena merupakan

komoditi ekspor yang prospektif. Selain itu, dengan teknologi budidaya dalam jaring

apung, produksi ikan ini dapat dipasarkan (ekspor) dalam keadaan hidup, dan memiliki

harga jual mencapai 10 kali lipat dibandingkan ekspor ikan segar. Dari informasi pasar

diketahui bahwa harga ikan kerapu macan ukuran konsumsi dengan berat 400-600 gram

per ekor laku dijual di pasar lokal dengan harga tahun 2003 sekitar Rp 70.000,00 - Rp

80.000,00 per kg. Bahkan untuk pasar ekspor, seperti Hongkong, Taiwan, Singapura,

Jepang, Malaysia, AS, dan Cina Daratan, harga kerapu macan ukuran konsumsi sekitar

US $ 20 per kg.

Berdasarkan data hasil panen setelah masa budidaya 10 bulan diketahui bahwa berat

total ikan yang dipanen adalah 414.67 kg (dengan SR 67.9%), dan harga jual Rp 75000

per kg. Dari analisis usaha yang dilakukan seperti pada Lampiran 3, maka diketahui

tingkat keuntungan mencapai 43.65% dengan R/C ratio 1.33 dan ROI 32.52%. Hal ini

menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan kerapu macan menguntungkan dan memiliki

prospek yang baik untuk dikembangkan.

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 7

Page 8: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

4 SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

a. Laju pertumbuhan ikan kerapu macan selama masa budidaya 10 bulan mengikuti

model laju pertumbuhan Wt = 7.637 * e0.502t .

b. Rasio konversi pakan ikan kerapu macan selama masa budidaya dengan pakan ikan

rucah adalah 8.2.; sedangkan tingkat kelulushidupan (SR) selama masa budidaya

adalah 67.9%.

c. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan sektor perikanan di Propinsi

Lampung, terutama budidaya ikan karang ekonomis tinggi.

4.2. Saran

Beberapa hal yang perlu disarankan untuk kemajuan pengembangan budaya ikan kerapu

macan, antara lain:

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai beberapa aspek budidaya ikan

kerapu macan, seperti peningkatan daya tahan terhadap penyakit, pencegahan

penyakit serta pengobatan yang efektif, sehingga dapat meningkatkan SR.

b. Perlu dilakukan studi lanjutan tentang laju pertumbuhan ikan kerapu macan hingga

diperoleh gambaran kurva pertumbuhan yang lebih lengkap (bentuk sigmoid), untuk

keperluan pengelolaan sumberdaya perikanan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. dan Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Macan. Penebar Swadaya. Jakarta. 104 hal.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

Sudjiharno. 2002. Peran Balai Budidaya Laut Lampung dalam Pengembangan Budidaya Laut di Indonesia. Makalah Seminar sehari Pengembangan Teknologi Budidaya Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung, 2 Juli 2002. Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan dengan JICA. 11 hal.

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 8

Page 9: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Sunaryat dan Salam. 1998. Laporan Hasil Pengujian Penggelondongan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogutatus) di Kurungan Apung. Laporan Tahunan Balai Budidaya Laut T.A 1997/1998. Lampung. 8 hal.

Sunyoto, P. 1993. Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring Apung. Penebar Swadaya. Jakarta. 65 hal.

Suwirya, K. 2002. Pakan dalam Budidaya Laut. Makalah Seminar sehari Pengembang-an Teknologi Budidaya Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung, 2 Juli 2002. Kerjasama Departemen Kelautan dan Perikanan dengan JICA. 9 hal.

Yudha, I.G. 2003. Studi Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) dalam Karamba Jaring Apung (KJA) di Pulau Puhawang, Kabupaten Lampung Selatan Prosiding Seminar Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Dosen Universitas Lampung dalam rangka Dies Natalis Universitas Lampung ke-38, tanggal 19-20 September 2003. Hal. 215-222.

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 9

Page 10: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Lampiran 1. Perhitungan menentukan persamaan laju pertumbuhan ikan kerapu macan

Bulan(x) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ulangan

1 2.6 9.2 26.3 55.3 95.4 160 226.8 280.3 386.6 504.8 597.4 2 2.7 9.4 27.1 57.2 97.3 154.9 220.1 298.4 403.5 529.3 610.3 3 2.7 10.5 28.6 59.7 98.5 163.2 231.6 301.5 410.2 550.7 645.4 4 2.9 8.9 26.2 56.1 96.8 161.6 218.4 276.9 397.1 513 589.7

Rata-rata 2.73 9.50 27.05 57.08 97.00 159.93 224.23 289.28 399.35 524.45 610.70 ln Wt (y) 1 2.251 3.298 4.044 4.575 5.0747 5.413 5.6674 5.9898 6.262 6.4146 intercept 2.03 slope 0.5 r2 0.91

Persamaan kurva pertumbuhan: Ln Wt = 2.033 + 0.502 t atau Wt=7.64*e0.502t

Lampiran 2. Perhitungan untuk menentukan FCR dan SR

Bulan ke-

Bobot rata- rata (g)

Jumlah Ikan

Bobot Total (g)

PemberianPakan (%)

Jumlah Pakan (g)

Pakan dlm 1 bulan (g)

0 2.73 1000 2730.00 15 409.50 12285.00

1 9.50 956 9082.00 15 1362.30 40869.00

2 27.05 940 25427.00 12 3051.24 91537.20

3 57.08 913 52114.04 10 5211.40 156342.12

4 97.00 876 84972.00 9 7647.48 229424.40

5 159.93 862 137859.66 8 11028.77 330863.18

6 224.23 831 186335.13 7 13043.46 391303.77

7 289.28 811 234606.08 6 14076.36 422290.94

8 399.35 793 316684.55 5 15834.23 475026.83

9 524.45 746 391239.70 5 19561.99 586859.55

10 610.70 679 414665.30 5 20733.27 621997.95

Total 3358799.95 FCR = Jumlah pakan/pertambahan bobot = 3358799.95/(414665.30-2730.00) = 8.2

SR = (Jumlah ikan yang hidup saat panen/jumlah ikan mula-mula) x 100% = (679/1000) x 100% = 67.9%

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 10

Page 11: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Lampiran 3. Analisis Usaha Pembesaran Ikan Kerapu Macan

No Bahan/Uraian Volume Satuan Harga satuan Jumlah

I. Investasi A. Pembuatan jaring apung 1. Bahan jaring: jaring bagan: 16x8 m 128 m 2500 320000 jaring trawl 3/4": 2x8x3 kg 50 kg 45000 2250000 jaring trawl 1 1/4" : 2x8x3 kg 50 kg 35000 1750000 2. Tali Temali: Tali 6 mm: 6 roll x 15 kg 90 kg 17000 1530000 Tali 8 mm: 2x2rollx15 kg 60 kg 17000 1020000 Tali jangkar 16 mm 20 kg 17500 350000 Tali jahit: 3x20 ikat 60 ikat 2500 150000 Jarum karung utk menjahit jaring 10 buah 1500 15000 3. Pemberat: Jangkar: 4x30 kg 120 kg 5500 660000 Bandul pemberat (semen cor) - semen 1 zak 27000 27000 - pasir 0.5 kubik 65000 32500 4. Rakit Apung: Batang kelapa 3 batang 80000 240000 Papan (kayu bayur) 2 kubik 600000 1200000 Kayu kaso 20 batang 5000 100000 Paku papan 5 kg 3500 17500 Paku senta 5 kg 3500 17500 Semen putih 5 kg 7500 37500 Lem aibon 1 kaleng 11000 11000 Baut 20 cm 36 buah 2500 90000 Karbit 1 kg 5500 5500 Kunci pas no.19 4 buah 5000 20000 Pelampung (drum plastik) 15 buah 90000 1350000 5. Upah Pembuatan: Pembuatan jaring I (bagan) 16 buah 15000 240000 Pembuatan jaring II (trawl 3/4") 16 buah 20000 320000

Pembuatan jaring III (trawl 1 1/4") 8 buah 30000 240000

Pembuatan rakit 1 unit 500000 500000 Jumlah biaya (A) 12493500 B. Sarana dan Prasarana Perahu ketinting 1 buah 300000 300000 Gilingan daging 1 buah 250000 250000 Gunting stainless stell 2 buah 15000 30000 Pisau 2 buah 20000 40000 Wadah pakan 1 buah 15000 15000 Senter/lentera 2 buah 30000 60000 Scoop net 2 buah 25000 50000 Ice box untuk menyimpan pakan 1 buah 350000 350000

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 11

Page 12: Studi Pembesaran Kerapu Macan Di Pulau Puhawang Lampung Selatan Oleh Indra Gumay Yudha

Timbangan 1 buah 50000 50000 Jumlah biaya (B) 1145000 Total biaya (A+B) 13638500 II Biaya Operasional per musim tanam (10 bulan) A. Biaya tetap : 1. Perawatan: 10% dari investasi 1136541.667 2. Penyusutan (umur peralatan 4 th) 2841354.167 3. Bunga modal: 18% dari investasi 2045775 4. Ijin usaha: 2% dari investasi 227308.3333 Jumlah biaya tetap 6250979.167 B. Biaya variable 1. Pengadaan benih 1000 ekor 5500 5500000 2. Pembelian pakan 3358.80 kg 2000 6717599.9 3. Pembelian es 10 bulan 100000 1000000 4. Obat-obatan 1 paket 500000 500000 5. Upah tenaga kerja: 1 org x 10 bln 10 org.bln 350000 3500000 Jumlah biaya variable 17217599.9

Total biaya operasional 23468579.07

III Penerimaan: Hasil produksi per musim tanam: 414.67 kg x Rp 75000 = Rp. 31099897.5 IV Analisa Biaya Manfaat 1. Keuntungan kotor 7631318.43 2. Pajak 3% dari keuntungan 228939.55 3. Aliran uang (cash flow) 10472672.60 4. Pendapatan bersih 10243733.05 5. Tingkat keuntungan (profit rate) 43.65% 6. Imbangan penerimaan biaya (R/C ratio) 1.33 Analisa Return of Invesment (ROI) 1. Biaya tetap 6250979.167 2. Biaya variable 17217599.9 3. Modal produksi 23468579.07 4. Return of Invesment (ROI) 32.52%

Indra Gumay Yudha: Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan (E. fuscoguttatus di Perairan Pulau Puhawang, Lampung Selatan 12