67
“FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. QURAISH SHIHAB ATAS SURAH AL- BAQARAH AYAT 191, 193, DAN 217) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Starata Satu (S1) Dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Oleh: Eka Wulan Sari NIM: UT 143185 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITA ISLAM NEGERI (UIN) SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

(STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

“FITNAH DALAM AL QUR’AN”

(STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

SAYYID QUTB DAN M. QURAISH SHIHAB ATAS SURAH AL-

BAQARAH AYAT 191, 193, DAN 217)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Starata Satu (S1) Dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh:

Eka Wulan Sari

NIM: UT 143185

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITA ISLAM NEGERI (UIN)

SULTAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2020

Page 2: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

ii

Page 3: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

ii

SURAT PERNYATAAN

Page 4: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

ii

PENGESAHAN

Page 5: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

iii

MOTTO

بسم الل ه الرحن الرحيم

نة اشد واق ت لوهم حيث ثقفتموهم واخرجوهم من حيث اخرجوكم والفت تلوكم فيه المسجدالرام ول ت قاتلوهم عند من القتل حت ي قت لوكم فرين فاق ت لوهم فان ق لك جزاء الك كذ

“dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu

lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi

mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat

itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.

Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir”.

Page 6: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

iv

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingin tahuan penulis tentang makna

fitanah lebih kejam dari pembunuhan untuk mengubah pemikiran penulis tentang

makna fitnah yang sebenarnya. Setelah diteliti ternyata banyak para mufassir

memaknai nya dengan makna yang berbeda-beda. Salah satunya yaitu penafsiran

M.Quraish Shihab dan Sayyid Qutb yang memiliki perbedaan pendapat secara

signifikan. M. Quraish Shihab memaknai fitnah sebagai pengusiran,

penganiayaan, dan kekacauan. sedangkan Sayyid Qutb memaknai fitnah sebagai

ancaman dan permusuhan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian library

research. Dimana penulis harus berangkat dari suatu teori atau metode untuk

menganalisis permasalahan yang akan penulis angkat. Adapun teori atau metode

yang penulis gunakan untuk menganalisis permasalahan ini adalah tafsir

muqarran/perbandingan.

Kesimpulan yang dapat diambil dalam hasil penelitian ini adalah

penggambaran mengenai fitnah menurut Al-Qur’an, baik dalam pengertian umum

dan pengertian Al-Qur’an, lalu mengetahui ayat-ayat fitnah dalam al-Qur’an, dan

mengetahui bentuk perbedaan penafsiran makna fitnah dalam al-Qur’an menurut

M.Quraish Shihab dan Sayyid Qutb.

Kata kunci: fitnah

Page 7: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

v

PERSEMBAHAN

بسم الل ه الرحن الرحيم

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kemudahan dan

kepuasan. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada insan

terbaik, Nabi Muhammad SAW.

Kepada belahan jiwaku yaitu kedua orang tuaku Bapak Masri’an dan

Ibu Sunarsih, atas pengorbanan, kerja keras dan selalu memberi semangat dan

motivasi kepadaku sehingga bisa meraih gelar Stara Satu (SI) di Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Selanjutnya untuk Alm mbah (Sanding)

dan mbah (Sumiati), Kepada pak de (Supadi), paman (Sukir) dan adikku

(Ni’matul Fauziyah) yang telah memberikan semangat kepadaku.

Semoga keluargaku selalu dalam lindungan dan

Rahmat Allah SWT.

Kupersembahkan juga karyaku ini untuk kakak ku Santo yang sudah sangat

direpotkan untuk membenahi tulisan ini, terlebih untuk mas Rudi Handoko

terimakasih untuk semuanya, sahabat-sahabatku (Putri Rahmadayani,

Endah Zahrani), teman seperjuangan

yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang selalu

memberikan semangat selama proses penulisan karya ini.

Penulis ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam proses penyelesaian karya tulis ini. Semoga kebaikan yang

diberikan akan diberi balasan kebaikan yang berlipat ganda oleh Allah SWT.

Aamiin.

Page 8: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur tiada henti-hentinya kehadirat Allah SWT.

Yang telah menganugerahkan penulis dengan sedikit ilmu pengetahuan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam, yakni

Nabi besar Muhammad SAW. Seorang Nabi yang membawa umatnya dari

kejahilan menuju lautan ilmu agama dan menegakkan kalimat tauhid Laa ilaa ha

illallah Muhammada rasulullah.

Adapun maksud dan tujuan penulis ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Stara Satu (SI) dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

pada Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. tak luput pula

rasa terima kasih kepada yang terhormat.

1. Bapak H. Husin Abd. Wahab, Lc., M.A., PH.D Sebagai pembimbing I

dan Ermawati, MA sebagai pembimbing II yang telah sabar mebantu

dalam menyelesaikan Skripsi ini.

2. Bapak Dr. Bambang Husni Nugroho, S.Th.I.,M.H.I selaku ketua Jurusan

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr. Abdul Halim, S.Ag., M.Ag Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

dan Studi Agama Universitas Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. Edy Kusnadi, S.Ag., M.phill selaku Wakil Dekan Bidang

Adminisrasi Umum, Perencanaan dan keuangan. Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak Dr. M. Ied Al-Munir, S.Ag., M. Hum selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan kerja sama Luar Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Prof. H. Su’aidi Asy’ari M.A Ph.D selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 9: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

vii

8. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, S.E., M.EI. selaku Wakil Rektor Bidang

Akademik dan pengembangan Lembaga. Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifudin Jambi.

9. Bapak Dr. As’ad, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum,

perencanaan dan keuangan. Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

10. Bapak Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam

Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

11. Bapak Ibu karyawan dan karyawati di lingkungan Fakultas Ushuluddin

dan Studi Agama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

12. Bapak Pimpinan Perpustakaan Umum dan Fakultas, beserta staf-stafnya

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi..

13. Kepada kedua orang tua Tercinta yang selalu melimpahkan kasih dan

sayang, memberi dukungan, baik moral maupun Do’a yang tak henti-

hentinya sehingga penulis mampu menyelesaikan jenjang pendidikan di

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

14. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Al-Qur’an da Tafsir yang telah

memberi Motivasi Kepada Penulis.

15. Serta semua pihak yang turut membantu dalam menyelasaikan skripsi ini,

yang tidak bisa penulis sebut namanya satu persatu.

Jambi, 30 Juli 2020

Penulis,

Eka Wulan Sari

UT.143185

Page 10: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

ii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

ṭ ط ʼ ا

ẓ ظ B ب

‘ ع T ت

gh غ Ts ث

f ف J ج

q ق ḥ ح

k ك Kh خ

l ل D د

m م Dz ذ

n ن R ر

h ه Z ز

w و S س

, ء Sy ش

y ي ṣ ص

ḍ ض

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

iˉ اى ā ا A ا

aw او á اى U ا

ay اى ū او I ا C. Tāʼ Marbūṭah

Page 11: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

iii

Transliterasi untuk ta marbutah ini ada dua macam:

1. Tāʼ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya

adalah /h/.

Contoh:

Arab Indonesia

Ṣalāh صلاة

Mirʼāh مراة

2. Tāʼ Marbūṭah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan

dammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Contoh:

Arab Indonesia

Wizārat al-Tarbiyah وزراة التبية

Mir’āt al-zaman مراة الزمن

3. Tāʼ Marbūṭah yang berharkat tanwin maka translitnya adalah /tan/tin/tun.

Contoh:

Arab Indonesia

Tan فجئة

Page 12: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

NOTA DINAS ...................................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................... iii

PENGESAHAN ................................................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

C. Batasan Masalah .............................................................................. 5

D. Tujuan dan Kegunaan penelitian ..................................................... 5

E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6

F. Metode Penelitian ............................................................................ 7

G. Sistematika Penelitian ...................................................................... 8

BAB II BIOGRAFI MUFASSIR DAN KITAB TAFSIRNYA

A. Biografi Quraish Shihab dan Kitab Tafsir Al-Mishbah ................... 10

B. Bografi Sayyid Qutb dan Kitab Tafsir Fii Dzilalil Qur’an .............. 17

BAB III GAMBARAN TENTANG FITNAH

A. Pengertian Fitnah Secara Umum ..................................................... 29

B. Sebab dan akibat Fitnah ................................................................... 32

C. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Fitnah.................................................34

BAB IV KOMPARASI QURAISH SHIHAB DAN SAYYID QUTB

TERHADAP FITNAH DALAM SURAH AL-BAQARAH AYAT

191,193 DAN 217

A. Pandangan Kedua Mufassir Tentang Fitnah .................................... 39

a. Penafsiran Quraish Shihab ......................................................... 39

Page 13: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

iii

b. Penafsiran Sayyid Qutb ............................................................. 46

B. Komparatif Kedua Kitab Tafsir ....................................................... 50

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 51

B. Saran ................................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

Page 14: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran islam dan pedoman hidup bagi

setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan

manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan

sesamanya, serta manusia dengan alam sekitarnya.Untuk memahi ajaran Islam

secara sempurna, diperlukan pemahaman terhadap kandungan isi Al-Qur’an

dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh

dan konsisten.1

Al-Qur’anul Karim adalah mukjizat islam yang kekal dan mukjizatnya

selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah SWT.

Kepada Rasulullah, Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia dari

suasana yang gelap menuju ke suasana yang terang, serta membimbing

mereka ke jalan yang lurus. Diantara kemurahan Allah terhadap manusia

bahwa Dia mengutus seorang Rasul kepada umat manusia dengan membawa

Kitab dari Allah SWT.Dan menyuruh mereka beribadah hanya kepada Allah

SWT, menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan.Agar yang

demikian menjadi bukti bagi manusia,2 dan membaca Al-Qur’an merupakan

ibadah, karena itu sering dibaca di dalam shalat.

Sesungguhnya, Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi

mereka yang ingin mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan bahkan al-

Qur’an tidak diturunkan untuk keperluan satu umat atau dalam durasi satu

abad saja, melainkan juga untuk keperluan seluruh umat manusia dan berlaku

sepanjang masa. Oleh karena itu, luas ajarannya sama dengan luasnya umat

manusia. Bagaimanapun, ajaran Islam merupakan salah satu risalah yang

paripurna (bukti keotentikan dan kelengkapan ajaran). Kesempurnaan risalah

yang diterima Nabi Saw didasari pada fakta empiris dan tingkat kelogisan

1 Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat

Press, 2002) , 3. 2 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Litera Antarnusa, 2013), 10.

Page 15: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

2

antar waktu, dan ini tentu saja dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Maksud ini mengindikasikan bahwa ajaran Islam al-Qur’an sebagai pedoman

sejak peristiwa turunnya (senin, 17 Ramadhan atau 5Agustus 610 Masehi)

adalah sama dan serupa dalam pengamalannya hingga saat ini tanpa

mengalami evolusi dan distorsi.3

Dari berbagai keunikan dan keistimewaan Al-Qur’an tersebutlah penulis

tertarik mengambil tema Fitnah. Fitnah menjadi tema yang menarik dikaji

mengingat banyaknya bencana-bencana atau musibah-musibah yang terjadi di

Negara kita ini. Bencana atau musibah yang tidak disukai manusia. Ada

beberapa istilah yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk sesuatu yang

tidak disenangi, antara lain, musibah, bala’, azab, iqab, dan fitnah. Pengertian

dan cakapan maknanya berbeda-beda. Akan tetapi fokus kajian dalam skripsi

ini adalah Fitnah.

Mendasari landasan dan makna al-Qur’an secara sesungguhnya, kiranya

penuh dinamika dan kompleksitas. Ini akan terlihat berdasarkan pembahasan

yang akan diurai dalam kajian ini, yang akan menitikberatkan kepada konsep

fitnah dalam pandangan al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam

Qs. Al-Baqarah ayat 191

نة اشد من القتل ول واق ت لوهم حيث ثقفتموهم واخرجوهم من حيث اخرجوكم والفت تلوك المسجدالرام ت قاتلوهم عند ت لوكم فاق ت لوهم م فيه حت ي ق لك جزاء فان ق كذ

فرين الك

“dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu

lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi

mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat

itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.

Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir”. (QS. Al-Baqarah:191).4

3 M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan Media Utama, 1996), 3. 4 Tim Penterjemah dan Penafsir al-Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahnya

(Jakarta:Departemen Agama RI., 1998)

Page 16: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

3

Konsep fitnah, dalam banyak tafsirannya mengalami sudut pandang

yang diukur di luar kemampuan dan logika manusia, atau yang tidak disukai

oleh manusia, yang dalam bahasa al-Qur’an serangkaian peristiwa ini disebut

dengan kata “fitnah”, “baliyyah” dan “musibah”. Istilah istilah ini,

sesungguhnya secara generic adalah kata-kata independen yang tidak memiliki

korelasi yang sama. Dikarenakan fokus kajian ini dibatasi dalam konsep

fitnah, karena itu menarik dibicarakan.5

Fitnah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai suatu

perkataan bohong atau tanpa dasar kebenarannya yang disebarkan dengan

maksud menjelekkan orang, seperti pencemaran nama baik atau dalam bentuk

kehormatan lainnya. 6

Pengertian diatas tampak berbeda dengan arti yang digunakan dalam

bahasa Arab. Fitnah menurut bahasa Arab lebih dimaknai kepada sifat tertentu

untuk dibakar [berupa benda-benda logam: emas atau perak] dengan tujuan

diperoleh kemurniannya. Adapun al-Qur’an sendiri dan derivasinya

menggunakan kata fitnah tersebar sebanyak 60 (enam puluh) kali. Bahkan al-

Qur’an memaknai kata fitnah di banyak tempat secara varian dan berbeda-

beda sesuai dengan konteks ayatnya; adakala kata fitnah menunjukkan kepada

bencana, syirik, cobaan, ujian, siksaan, kezhaliman, kesesatan dan bahkan

termasuk kepada kategori kegilaan. Dengan demikian, apa yang dijadikan

sandaran terhadap pemaknaan kata fitnah, al-Qur’an lebih bersifat general

daripada pemaknaan secara parsial seperti dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kendati pemaknaan itu tetap saja mengarah kepada suatu tindakan

yang kurang baik atau perbuatan yang akan menimbulkan bahaya yang lebih

besar. Bahkan sejumlah pemaknaan ini jika dikondisikan dengan makna yang

terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seperti yang disebutkan di

atas akan memiliki penilaian yang berbeda.

5 Umar Latif, Konsep Fitnah Menurut Al-Qur’an, Jurnal Al-Bayan/ VOL. 22, NO. 31,

JANUARI – JUNI 2015 6 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hal.

318.

Page 17: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

4

Salah satu perbedaan menonjol adalah terbatasnya interpretasi makna

fitnah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, yakni sebatas pencemaran

nama baik atau secara implicit terkait dengan kehormatan itu sendiri. Artinya,

ruang lingkup fitnah begitu mengikat dalam konteks yang parsial.Bahkan

bentuknya pun dapat diketahui secara langsung sikap memfitnah, kendati tidak

dapat diperjelas secara eksplisit apakah tindakan memfitnah itu dikategorikan

ke dalam sifat seseorang yang suka memfitnah.

Perbedaan pendapat antara mufassir Indonesia dan mufassir arab, yaitu

antara Quraish Shihab dan Sayyid Qutb. perbedaan tersebut akan sedikit

dibahas pada bab ini. Menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Mishbah

kata fitnah dalam Al-Qur’an terulang tidak kurang dari tiga puluh kali dan

tidak satu pun yang mengandung makna membawa berita bohong, atau

menjelekkan orang lain. 7 Karena itu, tidaklah tepat mengartikan al-fitnatu

asyaddu minal qatl dengan al-fitnatu akbaru minal qatl (QS. al-Baqarah ayat

217 dengan makna memfitnah atau membawa berita buruk.

Sedangkan menurut Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fii Dzilalil Qur’an

menegaskan bahwa sesungguhnya fitnah terhadap agama berarti permusuhan

terhadap sesuatu yang paling suci dalam kehidupan manusia. Karena itu, ia

lebih besar bahayanya daripada pembunuhan, lebih kejam daripada

membunuh jiwa seseorang,menghilangkan nyawa dan menghilangkan

kehidupan. Baik fitnah itu berupa intimidasi maupun perbuatan nyata atau

berupa peraturan perundang-undangan bejat yang dapat menyesatkan manusia,

merusak dan menjauhkan mereka dari manhaj Allah serta menganggap indah

kekafiran dan memalingkan manusia dari agama Allah itu.

Islam sebagai agama yang menekankan perdamaian, pada dasarnya

Islam tidak menghendaki terjadinya peperangan dan permusuhan antar

manusia meskipun mereka berbeda agama, tapi bila orang-orang kafir sudah

sampai pada tingkat memerangi kaum muslimin, maka pembalasan harus

dilakukan dan bila mereka berhenti memerangi umat islam apalagi mereka

masuk islam, maka permusuhan pun diakhiri. Betapa mulianya islam ini.

7 M. Shihab Quraish, Tafsir Al-Mishbah, jilid I, hal

Page 18: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

5

Tujuan perang ialah memberikan jaminan agar manusia tidak difitnah lagi dari

memasuki atau melaksanakan agama Allah, dan agar mereka tidak dijaukan

atau dimurtadkan darinya dengan kekuatan atau semacamnya seperti kekuatan

undang-undang yang mengatur kehidupan umum manusia dan kekuatan untuk

menyesatkan dan merusak.8

Bertitik tolak dari kenyataan di atas, penulis merasa tertarik dalam

mengetahui serta memahami maksud dari makna fitnah sesuai dengan

permasalahan yang penulis rasa perlu dikaji dengan lebih mendalam. Dengan

itu penulis menamakan skripsi ini dengan judul: Konsep Fitnah menurut Al-

Qur’an (Study Komperatif antara Penafsiran M.Quraisy Shihab dan

Sayyid Qutb).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan

rumusan masalah yang menjadi objek pembahasan pada skripsi ini, yaitu

sebagai berikut:

1. Apa pengertian fitnah menurut Quraish Shihab dan Sayyid Qutb ?

2. Bagaimana konsep Al-Qur’an tentang fitnah lebih kejam dari

pembunuhan?

3. Bagaimanakah penafsiran Quraish Shihab dan Sayyid Qutb tentang

fitnah?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan judul yang penulis angkat, maka pembahasan yang menjadi

tumpuan utama dari karya ilmiah ini agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam

pembahasan.Baik terhadap penulis sendiri maupun para pembaca, maka

penulis telah membatasi permasalahan yang akan dikaji, yaitu hanya pada

penafsiran ayat- ayat fitnah dalam tafsir Al-Mishbah dan Fii Dzilalil Qur’an

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan fitnah dalam Al-Qur’an

2. Ingin mengetahui makna fitnah lebih kejam dari pembunuhan

8 Yani Ahmad, Era Muslim, Media Islam Rujukan, internet.

Page 19: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

6

3. Ingin menjelaskan dan menggambarkan fitnah menurut tafsir Al-Mishbah

dan Fii Dzilalil Qur’an

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini membandingkan penafsiran Sayyid Qutb dan M. Quraish

Shihab atas surat Al-Baqarah ayat 191,193, dan 217. Sebatas penelitian

penulis, banyak karya tulis yang membahas tentang konsep fitnah saja dan

tidak ada yang membahas tentang perbandingan penafsiran. Penulis

menemukan sebuah skripsi yang berjudul konsep fitnah menurut tafsir al-

mishbah pada Jurnal Al-Bayan / VOL.22, NO. 31, JANUARI-JUNI 2015

yang ditulis oleh Umar Latif. Skripsi tersebut lebih banyak membahas tentang

fitnah secara global. Demikian juga karya-karya lain seperti karya Siti Nur

Fitriah IAIN Ponorogo jurusan IAT yang berjudul Fitnah dalam Perspektif M.

Quraish Shihab. Skripsi tersebut lebih banyak membahas tentang telaah ayat-

ayat fitnah dalam tafsir Al-Mishbah saja.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

penelitian ini memfokuskan penelitian pada surat Al-Baqarah ayat 191, 193,

dan 217 yang membahas tentang Fitnah dengan membandingkan penafsiran

Sayyid Qutb dan M.Quraish Shihab. Sementara penafsiran sebelumnya

mengangkat hanya pada konsep fitnah saja tidak memfokuskan penelitian

pada ayat dan tafsir tertentu.

Page 20: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

7

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis mengungkapkan metodologi penelitian

kepustakaan (library research). Adapun metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan penelitian

kepustakaan (library research) dalam tehnis deskriptif kualitatif

eksploratif. Tujuannya adalah pencarian ide-ide baru dalam kerangka

penemuan teori baru. Sesuai dengan sifat data, maka pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan filosofis, yang berupaya menjelaskan inti,

hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang ada dibalik objek

formalnya.9yang menyajikan secara sistematis data yang berkenan dengan

permasalahan yang diperoleh berdasarkan tela’ah terhadap buku-buku

literature-literature yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

Data tersebut akan diperoleh dari sumber-sumber data, yaitu buku-buku

literature yang berhasil dikumpulkan sebagai data tambahan.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber yang digunakan terbagi menjadi dua,

primer dan sekunder. Sumber primer penelitian ini adalah kitab tafsir al-

mishbah dan tafsir fi zilal alquran sayyid qutb yang khusus membahas

tentang masalah yang akan dikaji.

Adapun sumber sekunder dalam penelitian ini adalah beberapa buku,

artikel, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, tindakan pertama yang dilakukan dalam

pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi dan semua data, baik

primer maupun sekunder, dan yang lain sebagainya. Langkah selanjutnya

setelah terkumpul akan dipilih sesuai dengan sebab bahasan yang ada,

kemudian dianalisis secara kritis.

9Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin,

(Jambi:IAIN STS Jambi, 2016), 44.

Page 21: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

8

4. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis muqaran, yakni mendeskripsikan konsep pemikiran Quraish Shihab

dan Sayyid Qutb mengenai fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan untuk

kemudian dibandingkan dan di analisis secara kritis dengan mencari sisi

persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan dari pemikiran

kedua mufassir tersebut.

Dengan menggunakan metode perbandingan penulis akan

menghubungkan pemikir satu dengan yang lainnya, memperjelas kekayaan

alternative yang terdapat dalam satu permasalahan tertentu dan menyoroti

titik temu pemikiran mereka berdua dengan tetap mempertahankan dan

menjelaskan perbedaan-perbedaan yang ada, baik pada aspek-aspek

metodologi maupun materi pemikirannya. Tidak hanya itu, penulis juga

akan melakukan kritik pemikiran dan pengembangannya, untuk kemudian

dilanjutkan dengan melakukan proses rethinking dari sudut pandang atau

konteks keindonesiaan sehingga tidak terjebak pada taklid buta.

Penelitian ini akan ditulis dengan menggunakan metode muqaran,

penulis akan mencari sisi-sisi persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan

kekurangan dari masing-masing tokoh tersebut dan juga implikasi yang

ditimbulkannya. Dalam metode komparatif penulis akan memperhatikan

aspek-aspek komparatif yang bersifat konsep dasar. Setelah itu penulis

akan membuat kesimpulan-kesimpulan secara cermat sebagai jawaban

terhadap rumusan masalah sehingga menghasilkan pemahaman baru yang

komprehensif dan sistematik.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mensistematisasi penulisan, maka penelitian ini dibagi menjadi

beberapa bab. Penelitian diawali dari:

Bab I, yang membahas tentang latar belakang masalah, permasalahan,

batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II, membahas tentang pengertian biografi mufassir.

Page 22: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

9

Bab III, membahas tentang pengertian fitnah.

Bab IV, merupakan bahasan inti, yang akan menjelaskan tentang

bagaimana Quraish Shihab dan Sayyid Qutb memberikan penafsirannya

tentang fitnah dalam kitab tafsirnya serta beberapa mufassir yang mendukung

refleksi pemikirannya.

Bab V, merupakan bab terakhir yang berisikan penutup penelitian.

Bahasan ini tentang kesimpulan akhir penelitian, saran-saran, penulis tentang

hikmah yang terkandung dalam pembahasan tentang fitnah. Serta kata penutup

yang akan mengakhiri penelitian.

Page 23: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

10

BAB II

BIOGRAFI MUFASSIR DAN KITAB TAFSIRNYA

A. Biografi Quraish Shihab

1. Biografi Tokoh

Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. beliau lahir

di Rappang, Kabupaten Sidenreng, Sulawesi Selatan, pada 16 Februari

1944. Beliau adalah seorang ulama dan cendikiawan muslim Indonesia,

dikenali ahli dalam bidang Tafsir Al-Qur’an. Ayahnya adalah Prof. KH.

Abdurrahman Shihab keluarga keturunan Arab yang terpelajar.

Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam

bidang tafsir dan dipandang sebagai salah seorang tokoh pendidik yang

memiliki reputasi baik dikalangan masyarakat Sulawesi Selatan. 10

Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya membina

dua perguruan tinggi di Ujung Pandang, yaitu Universitas Muslim

Indonesia (UMI), sebagai perguruan tinggi swasta terbesar dikawasan

Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujung Pandang. Ia juga

tercatat sebagai mantan rektor pada kedua perguruan tinggi tersebut:

UMI 1959-1965 dan IAIN 1972-1977.11

Sejak kecil, beliau telah menjalani perkumpulan dan kecintaan

terhadap Al-Qur’an. Pada umur sekitar 6 tahun, beliau harus mengikuti

pengajian Al-Qur’an yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Selain disuruh

membaca Al-Qur’an, ayahnya yang mengurai kisah-kisah dalam Al-

Qur’an. Disinilah menurut beliau sendiri, benih-benih kecintaannya

terhadap Al-Qur’an mulai tumbuh.12 Selain mendapat pendidikan dari

orang tuanya, masa kecil M.Quraish Shihab juga tidak terlepas pandang

dari pendidikan formal. Sekolah dasar dengan nama sekolah rakyatlah

10 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998) 11 Muhammad Ilham, “Transplantasi Babi dalam Perspektif Al-Qur’an Studi Analisis Tafsir

Quraish Shihab dan Ibnu Katsir”, (Jambi: Fakultas Ushuluddin, 2014),16 12 M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi: Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati,1998)

Page 24: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

11

yang menjadi pendidikan formal pertama dalam kehidupan Muhammad

Quraish Shihab.

Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah sekolah dasar di Ujung

Pandang. Setalah itu ia melanjutkan ke sekolah tingkat pertama di kota

Malang sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Darul Hadis Al-Falaqiyah

di kota yang sama. Untuk mendalami studi keislamannya, Quraish

Shihab dikirim oleh ayahnya ke al-azhar, Cairo, pada tahun 1958 dan

diterima di kelas dua sanawiyah. Setelahitu, ia melanjutkan studinya ke

Universitas al-Azhar pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan

Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar LC (setingkat sarjana S1). Dua

tahun kemudian 1969, Quraish Shihab berhasil meraih gelar M.A. pada

jurusan yang sama dengan tesis berjudul “al-I’jaz at-Tasyri’i al-Qur’an

al-Karim (kemukjizatan al-Qur’an al-Karim dari segi Hukum)”.

Pada tahun 1973, beliau dipanggil pulang ayahnya bagi mengganti

kedudukan ayahnya yang sudah uzur sebagai wakil rector akademis dan

kemahasiswaan di IAIN Alauddin. Selain itu, dia juga diserahi jabatan-

jabatan lain, baik di dalam kampus seperti Koordinator Perguruan

Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia bagian Timur), maupun diluar

kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam

bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang ini, dia juga

sempat melakukan berbagai penelitian: antara lain, penelitian dengan

tema “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur”

(1975) dan “Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978).13

Pada tahun 1980, demi cita-citanya, beliau menuntut ilmu kembali

ke almameternya dulu di al-Azhar dengan spesialisasi studi tafsir al-

Qur’an. Untuk meraih gelar doctor dalam bidangn ini, beliau menempuh

dalam waktu dua tahun yang berarti selesai pada tahun 1982,

disertasinya yang berjudul “Nazm al-Durar Li al-Biqa’i Tahqiq wa

Dirasah (Suatu Kajian terhadap Kitab Nazm al-Durar karya al-Biqa’i)”

berhasil dipertahankannya dengan predikat summa cum laude dengan

13 Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta:Jembatan Merah, 1988),111

Page 25: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

12

penghargaan Mumtaz Ma’a Martabah al-Saraf al-Ula (Sarjana Teladan

dengan prestasi istimewa). Pendidikan Tingginya yang kebanyakan

ditempuh di Timur Tengah, al-Azhar, Kairo sampai mendapatkan gelar

M.A dan Ph.D-nya. Atas prestasinya, ia tercatat sebagai orang yang

pertama dari Asia Tenggara yang meraih gelar tersebut.14

Setelah berhasil meraih gelar doctor dalam bidang ilmu-ilmu Al-

Qur’an di Universitas Al-Azhar, Quraish Shihab kembali ketempat tugas

semula, mengajar di IAIN Alauddin Ujung Pandang. Dalam masa

tugasnya pada periode kedua di IAIN Alauddin Ujung Pandang, ia

menulis karya berjudul “Tafsir Al-Manar: Keistimewaan dan

Kelemahannya.” Tidak sampai dua tahun di IAIN Alauddin Ujung

Pandang, pada tahun 1984, ia hijrah ke Jakarta dan ditugaskan pada

Fakultas Ushuluddin dan Program Pascasarjana IAIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta. Suasana kehidupan akademis di ibukota tentu saja

menghadirkan banyak tantangan, khususnya bila dibandingkan dengan

suasana akademis di Ujung Pandang. Tetapi juga menawarkan sejumlah

kesempatan bagi dinamika intelektual dan keilmuannya.15

Selain mengajar, beliau juga dipercaya untuk menduduki sejumlah

jabatan, seperti Ketua Majelis Ulama (MUI) Pusat sejak tahun 1984,

Anggota Badan Perimbangan Pendidikan Nasional sejak tahun 1989,

dan Ketua Lembaga Pengembangan Anggota MPR-RI tahun untuk

periode tahun 1982-1987 dan 1987-2002. Dalam organisasi-organisasi

profesi, ia duduk sebagai Ketua Pengurus Perhimpunan Ilmu-Ilmu

Syari’ah, Pengurus Konsersium Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, dan ketika Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia (ICMI) berdiri, M.Quraish Shihab dipercayai menduduki

jabatan sebagai asisten ketua umum. Disela-sela kesibukannya sebagai

staf pengajar IAIN Syarif Hidayatullah dan jabatan-jabatan di luar

14 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat

(Bandung: Mizan, 2000) 15 Rudi Mustakim, Tafsir Surat Al-Qadr dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab”,

Skripsi IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, 2012,17

Page 26: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

13

kampus itu, beliau juga banyak terlibat dalam berbagai kegiatan diskusi

dan seminar, baik dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri.16

Secara intelektual, M.Quraish Shihab telah banyak menerbitkan

karya ilmiah yang bermutu dan berkualitas tinggi. Karya M. Quraish

Shihab yang sejak kemunculannya menjadi best seller diantaranya

adalah “Membumikan Al-Qur’an” pada tahun 1992. Buku ini

merupakan kumpulan makalah-makalah dalam rentang waktu antara

tahun 1975 hingga diterbitkan. Kemudian karya brilian dari M. Quraish

Shihab yang sesuai dngan kapasitasnya sebagai seorang mufassir yang

berkaliber, Nampak pada karyanya yang terdiri dari 15 jilid, yakni

“Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” pada

tahun 2002. Awal penulisan ini berlangsung di Kairo pada tahun 1999.

Selanjutnya kemampuan dan kehebatan M. Quraish Shihab sebagai

ilmuan yang mumpuni terlihat pula pada karya yang berjudul “M.

Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda

Ketahui” pada tahun 1999. Terdapat juga beberapa karya yang lahir dari

alumnis Al-Azhar ini telah dipublikasikan adalah: Tafsir Al-Manar:

Keistimewaan dan Kelemahannya (1998):Menyikapi Tabir Illahi

(1998): Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan dan Malaikat (1999):

Pengantin Al-Qur’an (1999): Sahur Bersama Quraish Shihab (1999):

Shalat Bersama Quraish Shihab (1999): Puasa Bersama Quraish

Shihab (1999): Fatwa-Fatwa (1999): Hidangan Illahi (1999):

Perjalanan Menuju Keabadian (2000): Tafsir Al-Mishbah (2002):

Jilbab Pakaian Wanita Muslimah (2004): Dia Dimana-mana (2004):

Perempuan (2005).17

2. Metode Penafsiran dan Sistematika

Tafsir Al-Mishbah karya Quraish Shihab ditulis dalam bahasa

Indonesia yang berisi 30 juz ayat-ayat Al-Qur’an yang terbagi menjadi

15 jilid berukuran besar. Pada setiap jilidnya berisi satu, dua atau sampai

16 Ibid, 17 17 Rudi Mustakim, “Tafsir Surah Al-Qadr dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab”,

Skripsi IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, 2012,21

Page 27: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

14

tiga juz. Kitab ini dicetak pertama kali pada tahun 2001 untuk jilid satu

sampai tiga belas. Sedangkan jilid empat belas sampai lima belas dicetak

pada tahun 2003. Warna keindonesiaan penulis member warna yang

menarik dank has serta sangat relevan untuk memperkaya khasanah

pemahaman dan penghayatan untuk untuk umat islam terhadap rahasia

makna ayat Allah SWT, dalam buku tafsir ini lebih menggunakan

metode tematik atau maudhu’i.

Metode maudhu’i ialah membahas ayat-ayat Al-Qur’an sesuai

dengan tema atau judul yang ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan

dihimpun, dalam arti kata lain sama-sama membicarakan satu topic

kemudian dikaji secara mendalam dari berbagai aspek yang terkait

seperti asbab nuzul, kosakata, makna, kaitan ayat yang dikaji dengan

ayat yang lain dan sebagainya. Semuanya dijelaskan secara rinci dan

tuntas serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta yang dapat dikutip

secara ilmiah, baik argument itu berasal dari A-Qur’an dan hadits

maupun pendapat sahabat-sahabat ataupun mufassir lain. Adapun cirri-

ciri Metode Maudhu’i ialah menonjolkan tema, judul atau topic

pembahasan, sehingga tidak salah bila di katakana bahwa metode ini

juga disebut metode “topikal”. Jadi mufassir mencari tema-tema atau

topik-topik yang ada di tengah masyarakat atau berasal dari Al-Qur’an

itu sendiri, ataupun dari yang lain. Kemudian tema-tema yang sudah

dipilih itu dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari berbagai aspek,

sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di dalam ayat-ayat

Al-Qur’an, agar tidak terkesan penafsiran tersebut berangkat dari

pemikiran atau terkaan belaka.

Secara konsepnya, metode maudhu’i ada dua macam bentuk, yaitu:

Pertama, bentuk pembahasan mengenai satu surat secara menyeluruh

dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat umum dan

khusus, menjelaskan korelasi antar berbagai masalah yang dikajinya,

sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan

cermat. Kedua: menghimpun sejumlah ayat-ayat tersebut disusun

Page 28: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

15

sedemikian rupa dan diletakkan dibawah satu tema pembahasan, dan

selanjutnya ditafsirkan secara tematik.18

Disamping itu penulis dalam mengemukakan uraian-uraiannya,

amat memperhatikan arti kosakata atau ungkapan Al-Qur’an dengan

merujuk kepada pandangan pakar-pakar bahasa, kemudian

memperhatikan bagaimana kosakata atau ungkapan itu digunakan Al-

Qur’an, lalu memahami arti ayat-ayat dasar penggunaan kata tersebut

oleh Al-Qur’an.

3. Pemikiran Muhammad Quraish Shihab

Dalam kaitan dengan proses memahami dan menafsirkan Al-

Qur’an, dalam bentangan sejarah banyak sekali sarjana intelektual

muslim dari era klasik hingga intelektual muslim kontemporer yang

berusaha merumuskan dan membuat metode penafsiran dengan baik,

benar dan tepat. Dari situasi inilah bermunculan berbagai metode,

gagasan, konsep dan disiplin keilmuan yang khususnya penafsiran Al-

Qur’an, satu dari antara adalah Hermeneutika.19

Hermeneutika dalam decade terakhir ini menjadi satu topic yang

unik dan cukup menarik kajian Islamik Studi, tidak kurang karya-karya

dalam studi Al-Qur’an terutama yang menjamur di Indonesia, bernuansa

hermeneutika dan mengusung tema-tema kekinian. Misalnya tema,

kesetraan jender, metode keislaman, poligami, pluralisme, dekorasi,

hukum, ahli kitab, dan sebagainya. Tema-tema seperti diatas mendapat

beberapa kritik dari sekelompok umat islam yang tidak setuju dengan

penggunaan hermeneutika sebagai salah satu alat bantu dalam

metodologi penafsiran teks suci Al-Qur’an.

Salah satu yang menarik dari penafsiran kontemporer adalah tafsir

Al-Mishbah karya M.Quraish Shihab. Beliau melihat bahwa masyarakat

muslim Indonesia sangat mencintai dan mengagumi Al-Qur’an. Hanya

18 Arie Machlina Amri, “Metode Penafsiran Al-Qur’an”, (Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi

Islam, Vol. 2, No. 1, Juni 2014),19 19 Atik Wartini, Corak Penafsiran M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, (Hunafa: Jurnal

Studi Islamika, Vol.11,No.1, Juni 2014),111

Page 29: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

16

saja sebagian dari mereka itu hanya kagum pada bacaan dan lantunan

dengan menggunakan suara merdu. Sebenarnya bacaan dan lantunan Al-

Qur’an harus disertai dengan pemahaman dan penghayatan dengan

menggunakan akal dan hati untuk mengungkapkan pesan-pesan dalam

Al-Qur’an. Al-Qur’an juga telah memberikan banyak motivasi agar

manusia merenungi kandungan-kandunganAl-Qur’an melalui dorongan

untuk memberdayakan akal pikiran. Tradisi tilawah, qira’ah dan

tadabbur Al-Qur’an merupakan upaya memahami dan mengamalkan Al-

Qur’an.

Dari awal dilihat bahwa Tafsir Al-Mishbah menggunakan

pendekatan berbagai pengetahuan dalam mengkaji dan menafsirkan Al-

Qur’an. Dengan demikian Muhammad Quraish Shihab dapat disebut

beraliran sujektivis, ini dapat dilihat dari gaya penafsiran yang sering di

perkuat data-data sejarah sebagai pelengkap data penafsiran atau

terkadang dari kitab lain sebagai pembanding dalam memberikan

penguat dalam argument penafsiran terhadap ayat suci Al-Qur’an.20

Beberapa tujuan M.Quraish Shihab menulis Tafsir Al-Mishbah

adalah21: pertama, memberikan langkah yang mudah bagi umat islam

dalam memahami isi dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dengan jalan

menjelaskan secara rinci tentang pesan-pesan yang dibawa oleh Al-

Qur’an, serta menjelaskan tema-tema yang berkaitan dengan

perkembangan kehidupan manusia. Karena menurut Quraish Shihab

walaupun banyak orang berminat memahami pesan-pesan yang terdapat

dalam Al-Qur’an, namun kendala baik dari segi keterbatasan waktu,

keilmuan dan kelangkaan referensi sebagai bahan acuan.22 Kedua, ada

kekeliruan umat islam dalam memaknai fungsi Al-Qur’an. Misalnya

tradisi membaca QS. Yasin berkali-kali, tetapi tidak memahami apa

yang mereka baca berkali-kali tersebut. Indikasi tersebut juga terlihat

20 Atik Wartini, Corak Penafsiran M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, (Hunafa: Jurnal

Studi Islamika, Vol.11, No.1, Juni 2014),109 21 Ibid, 113 22 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Lentera Hati:2002), Vol I, vii

Page 30: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

17

dengan banyaknya buku-buku tentang fadhilah-fadhilah surat-surat

dalam Al-Qur’an. Dari kenyataan tersebut perlu untuk memberikan

bacaan baru yang menjelaskan tema-tema atau pesan-pesan Al-Qur’an

pada ayat-ayat yang mereka baca.23

Ketiga, kekeliruan itu tidak hanya merambah pada level

masyarakat awam terhadap ilmu agama tetapi juga pada masyarakat

terpelajar yang berkecimpung dalam dunia studi Al-Qur’an. Apalagi jika

mereka membandingkan dengan karya ilmiah, banyak diantara mereka

yang tidak mengetahui bahwa sistematika penulisan Al-Qur’an

mempunyai aspek pendidikan yang sangat menyentuh. 24 Keempat,

adanya dorongan dari umat islam Indonesia yang menggugah hati dan

membulatkan tekad M.Quraish Shihab untuk menulis karya tafsir. 25

Berbagai permasalahn yang telah saya sebutkan tadi adalah latar

belakang M.Quraish Shihab dalam menulis Tafsir Al-Miahbah dengan

cara menghidangkannya dalam bentuk tema-tema pokok dalam A-

Qur’an dan hal itu menunjukkan betapa serasinya ayat-ayat dan setiap

surat dengan temanya, tentunya hal ini akan sangat membantu dalam

meluruskan pemahaman tentang tema-tema dalam Al-Qur’an.

B. Biografi Sayyid Qutb dan Kitab Tafsir Fii Dzilalil Qur’an

1. Biografi Sayyid Qutb

a. Sejarah hidup Sayyid Qutb

Sayyid Qutb bin Ibrahim, lahir di Musyrah, propinsi Asiyuth, pesisir

Mesir, tanggal 09 oktober 1906.26 Di desa itu ayahnya cukup terkemuka

dan terkenal sebagai anggota aktif partai nasional pimpinan Mustafa

Kamil. Sayyid Qutb yang bersaudara tiga orang: amidah, aminah, dan

23 Ibid, Vol 1,x 24 Ibid, 25 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Lentera Hati: Jakarta), Vol 15, 645. Bahwa M.Quraish

Shihab pernah menerima surat yang tidak dikenal yang menulis “Kami menunggu karya Ilmiah

Pak Quraish yang lebih serius.” 26 Al-Mustasyar Abdullah Al-Agil, mereka yang telah pergi, tokoh-tokoh pembangunan gerakan

islam kontemporer, (Jakarta: Al-Itishom cahaya umat, 2003), cet 1, hal 602.

Page 31: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

18

Muhammad, seperti halnya kebanyakan orang-orang mesir yang berasal

dari kawasan mesir selatan, pada masa kecilnya memperoleh pendidikan

agama dari ayahnya dan sekolah dasar di desanya. Ketika masih kecil

itulah, ayahnya telah mengarahkannya menghafal Al-Qur’an. Tak heran

ketika umur 10 tahun, kitab suci out telah dihafal seluruhnya.27 Ia masuk

madrasah ibtidaiyyah di desanya tahun 1912 dan lulus tahun 1918. Lalu ia

berhenti dari sekolah selama dua tahun karena revolusi 1919. Tahun 1920

ia pergi ke kairo untuk belajar. Ia masuk ke Madrasah Mualimin Al-

Awaliyah tahun 1922, kemudian melanjutkan kesekolah persiapan darul

ulum, 1925. Setelah itu, melanjutkan ke Unuversitas Darul Ulum 1929 dan

lulus tahun 1933 dengan gelar Lisance di bidang Sastra.

Ia diangkat sebagai Departemen Pendidikan madrasah Ad-

Dawudiyah, lalu pindah ke madrasah diniyah tahun 1935, halwan tahun

1936, dan tahun 1940 ke Departemen Pendidikan sebagai pengawas

pendidikan dasar. Ia kembali ke Manajemen Umum Pengetahuan di

departemen yang sama pada tahun 1945. Pada tahun itu juga ia menulis

buku Islam oertama yaitu At-Tashawwur Al-Fanni fil Qur’an dan mulai

menjauhkan diri dari sekolahan sastra l-Aqqad.

Tahun 1948, ia diutus departemen pendidikan ke Amerika untuk

mengkaji kurikulum dan system pendidikan Amerika. Ia di Amerika

selama dua tahun, pulang ke Mesir tanggal 20 Agustus 1950, lalu di

angkat sebagai Asisten Riset Kesenian di kantor Menteri Pendidikan.

Tanggal 18 Oktober 1952, ia mengajukan permohonan pengunduran diri.

Sayyid Qutb bekerja di bidang jurnalistik sejak masa muda dan

menulis ratusan makalah di berbagai surat kabar dan majalah Mesir.

Seperti Al-Ahram, Ar-Risalah dan At-Tasaqafah. Ia menerbitkan majalah

Al-Alam Al-Arabi dan Al-Fikrul Jaded, kemudian memimpin surat kabar

pekanan Al-Ikhwanul Muslimin tahun 1953. Tahun itulah ia secara resmi

bergabung dengan ikhwanul muslimin. Sebelumnya ia sudah dekat dengan

27 Saiful Hadi, 125 Ilmuan Muslim Pengukir Sejarah, (Jakarta Timur: Insan Cemerlang dan Pt

Intimedia Ciptanusantara), Hal 451.

Page 32: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

19

ikhwan dan saling menjalin kerja sama dengan mereka. Di makalah-

makalahnya, ia memerangi bentuk-bentuk kerusakan dan penyimpanan di

kehidupan sosial politik, dan ekonomi Mesir. Ia serang pihak-pihak yang

bertanggung jawab atas kerusakan ini dan bertanggung jawab atas

kerusakan ini dan menyerukan perbaikan dan berdasarkan prinsip Islam.

Dengan upayanya ini ia menjadi tokoh masyarakat yang selalu hadir di

kehidupan Mesir, baik dalam tatanan budaya, sosial, politik atau

reformasi. Ia tegaskan bahwa inggris, petinggi-petinggi kerajaan, dan

pemerintahan yang menjadi antek-antek penjajah dan melakukan

kolaborasi dengan mereka, tokoh-tokoh partai,feodalisme, dan

konglomerat merupakan biangkeladi keterbelakangan Mesir.28

Ia mencapai puncak karirnya dibidang kritik sastra dan mengenalkan

teori baru dalam kritik sastra yang ia namakan teori deskripsi dan

bayangan. Ia menyerukan system terpadu dalam kritik sastra, yaitu

menggabungkan antara system seni dengan system sejarah bahasa dan

system psikologi.

Tahun 1947, Sayyid Qutb berubah haluan menuju Islam dan menjadi

reformer islam, bahkan tokoh pelopor pemikiran islam kontemporer yang

paling menonjol. Ia menyerukan kebangkitan islam yang bersifat

kepeloporan dan menyerukan dimulai kehidupan berdasarkan islam.

Karena itu, ia menafsirkan Al-Qur’an dengan penafsiran baru karya

monumentalnya, Fii Zilalil Qur’an. Ia pendiri aliran baru dalam

penafsiran, yaitu tafsir araki yang merupakan penggabungan antara manhaj

salaf, ahlusunnah wal jamaah dengan manhaj araki yang bid’ah. Ia

menambahkan makna, pemikiran araki dan tarbiya di tafsirnya.

Ia menyerukan isolasi spiritual yang berkaitan dengan perasaan dan

naluri orang muslim, bukan isolasi material yang berkaitan dengan fisik

dan anggota badan, dalam batas-batas yang di halalkan Allah dan

menjauhi apa yang dilarang-Nya. Ia berpendapat isolasi spiritual muncul

28 Saiful Hadi, 125 Ilmuan Muslim Pengukir Sejarah, 604

Page 33: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

20

secara reflek perasaan orang muslim yang berkomitmen terhadap orang-

orang yang tidak komitmen pada perintah-perintah islam.

Aqidah Sayyid Qutb aqidah salafus saleh. Pemikirannya juga

pemikiran salafi (pengkafiran pada muslim lain) yang bersih dari noda.

Pemikirannya terfokus pada tema tauhid yang murni, penjelasan makna

hakiki laa ilaha illallah, penjelasan sifat hakiki iman seperti yang

disebutkan di Al-Qur’an dan Sunnah. Dibukunya ia mengkonsentrasikan

diri pada masalah akimiyah dan loyalitas hendaknya murni hanya untuk

Allah semata.

Ia menghadapi jahiliyyah kontemporer dengan buku-buku yang ia

tulis dan menjelaskan hakikatnya. Ia tegaskan jahiliyyah itu bukan kondisi

individual, namun individunya bergerak sebagai suatu kesatuan, antara

satu bagian dengan bagian yang lain saling member loyalitas. Ia menuntut

masyarakat muslim menghadapi jahiliyyah dengan karakteristik yang

sama, tapi dengan tingkatan yang lebih kuat dan mendalam, agar tidak

terjadi fitnah, yaitu munculnya kerusakan di darat dan di laut.29

b. Konflik dengan tokoh-tokoh revolusi.

Sayyid Qutb berselisih pendapat dengan tokoh-tokoh revolusi Mesir

setelah Abdul Nasir menggulingkan Presiden Muhammad Najib,

menjadikan dirinya penguasa tunggal, menegakkan pemerintahan dictator

bukan pemerintahan demokratis, berbuat zalim kepada pakar hukum dan

perundang-undangan, dai, para pemiir, dan ulama. Sayyid Qutb di tahan

pertama kalinya tahun 1954 dan mendekam di penjara selama dua bulan

bersama para pemimpin Ikhwanul Muslimin. Ia di tahan sekali lagi setelah

“Sandiwara Mansyiah”. Kala itu, Abdul Nasir menuduh ikhwanul

muslimin berusaha membunuhnya tanggal 26 oktober 1954. Pengadilan

yang di ketuai Jama Salim dengan anggota antara lain Anwar Sadat dan

Husain As-Syafi’i melanjutkan hukuman lima belas tahun penjara kepada

Sayyid Qutb. Presiden Irak, Abdul Salim Arif, menjadi mediator

pembebasan Syyid Qutb dan ia dibebaskan karena sakit tahun 1964.

29 Saiful Hadi, 125 Ilmuan Muslim Pengukir Sejarah, 604

Page 34: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

21

Tahun 1965, Abdul Nasir dari Moskow mengumumkan ada upaya

pembunuhan terhadap dirinya dan penggulingan pemerintahannya oleh

Ikhwanul Muslimin di bawah pimpinan Sayyid Qutb. Akibat peristiwa

itu, Sayyid Qutb di tahan untuk ketiga kalinya tanggal 09 agustus 1965.

Penyidikan terhadapnya dilakukan di penjara tanggal 19 desember 1965

selama tiga hari. Pengadilan Sayyid Qutb di mulai tanggal 12 April 1966

di ketuai Fuad Ad-Dajwi dan menjatuhkan hukuman mati atas Sayyid

Qutb tanggal 12 agustus 1966. Pelaksanaan hukuman mati terhadap

Sayyid Qutb di lakukan sebelum fajar pada hari senin.30

c. Karya Sayyid Qutb

Gagasan dan ide Sayyid Qutb ia sebarkan dalam beberapa karyanya,

yaitu:

1. Muhimmat Al-Sha’ir fi Al-Hayat wa Al-Jail Al-Hadir (pentingnya

penyair dan syair di masa sekarang), terbit pada tahun 1933.

2. Al-Shati’ Al-Majhul, kumpulan sajak Sayyid Qutb satu-satunya, terbit

Februari 1935.

3. Naqd kitab “Mustaqbal Al-Thaqafat fi Misr” li al-duktur Taha

Husayn, terbit tahun 1939.

4. Al-Taswir Al-Fanni fi Al-Qur’an, buku islam Sayyid Qutb yang

pertama, terbit April 1945.

5. Al-Atyaf Al-Arba’at, ditulis bersama saudara-saudaranya: Aminah,

Muhammad, dan Hamidah, terbit tahun 1945.

6. Al- Tifl min Al-Qaryat, berisi tentang gambaran desanya serta catatan

masa kecilnya di desa, terbit tahun 1946.

7. Al-Madinat Al-Mashurat, sebuah kisah khayalan semisal kisah Seribu

Satu Malam, terbit tahun 1946.

8. Kutub wa Shakhsiyat, sebuah studi Sayyid Qutb terhadap karya-karya

pengarang lain, terbit tahun 1946.

9. Ashwak, terbit tahun 1947.

30 Al-Mukhtasyar Abdullah Al-Agil, Mereka yang telah pergi, tokoh-tokoh pembangunan gerakan

islam kontemporer, (Jakarta: Al-‘Itishom cahaya umat, 2003), cet 1, hal 605

Page 35: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

22

10. Mashahid Al-Qiyamat fi Al-Qur’an, bagian kedua dari serial Pustaka

Baru Al-Qur’an, terbit pada bulan April 1947.

11. Raudat Al-Tifl, ditulis bersama Aminah As-Sa’id dan Yusuf Murad,

terbit dua episode.

12. Al-Qasas Al-Dini, ditulis bersama ‘Abd Hamid Jaudat As-Sahhar.

13. Al-Jadid fi Al-Lughat Al-‘Arabiyat, bersama penulis lain.

14. Al-Jadid fi Al-Mahfuzat.

15. Al-‘Ada Lah Al-Ijtima ‘Iyat fi Al-Islam, buku pertama Sayyid Qutb

dalam pemikiran Islam, terbit April 1949.

16. Ma’rakat Al-Islam wa Al-Ra’simaliyat, terbit Februari 1951.

17. As-Salam Al-‘Alamiwa Al-Islam, terbit Oktober 1951.

18. Fizilalil Al-Qur’an, cetakan pertama juz pertama terbit Oktober 1952.

19. Dirasat Islamiyat, kumpulan berbagai macam artikel yang dihimpun

oleh Muhibbudin Al-Khatib, terbit tahun 1953.

20. Al-Mustaqbal li Hadha Al-Din, buku penyempurna dari buku Hadha

Al-Din.

21. Khasais Al-Tasawwur Al-Islami wa Muqawwimatuhu, buku dia yang

mendalam yang dikhususkan untuk membicarakan karakteristik akidah

dan unsure-unsur dasarnya.

22. Al-Islam wa Musykilat Al-Hadarat.

23. Al-Ma’alim fi Al-Tariq.31

2. Tafsir fi Zilalil Qur’an

a. Sejarah Penulisan Tafsir fi Zilalil Qur’an

Pada tahun 1950, Sayyid Qutb memulai penulisan fi Zilalil Qur’an.32

Pada mulanya penulisan tafsir oleh Sayyid Qutb diterbitkan di majalah-

majalah Al-Muslimun edisi ke-3, yang terbit pada Februari 1952. Sayyid

Qutb mulai menulis tafsir secara serial di majalah itu, mulai dari surat Al-

Fatihah dan diteruskan dalam surat Al-Baqarah dalam episode-episode

31 Hidayat, Sayyid Qutb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani, 2005) 22-

23 32 Muhammad Sayyid Al-Wakil, Kubra Harakat Al-Islamiyah fi Al-Qarn Al-Rabi’ Al-Ashr Al-

Hijr. Diterjemahkan oleh Fachruddin, (Bandung: Asy-Syammil Press dan Grafatika, 2001), 224

Page 36: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

23

berikutnya. Setelah tulisannya sampai edisi ke-7, Sayyid Qutb

menyatakan:

Dengan kajian (episode ke-7 ini)maka berakhirlah serial dalam

majalah Al-Muslimun. Sebab Fi Zilalil Qur’an akan dipublikasikan

tersendiri dalam tiga puluh juz bersambung, dan masing-masing

episodenya akan diterbitkan pada awal setiap dua bulan, dimulai

dari bulan September mendatang dengan izin Allah, yang akan

diterbitkan oleh Dar Ihya’ Al-Kutub Al-‘Arabiyah milik Isa

Halabi&Co. Sedangkan majalah Al-Muslimun mengambil tema

lain dengan judul Nahwa Mujtama’ Islami (menuju masyarakat

islami).33

Dalam muqadimah tafsirnya, Sayyid Qutb menjelaskan alas an

menulis kitab tafsir tersebut, Sayyid Qutb merasa bertanggung jawab

untuk mencari solusi terhadap perbagai masalah yang terjadi di

masyarakat berdasarkan Al-Qur’an. Dalam karya tafsirnya, Al-Qur’an

ditafsirkan dengan gaya modern sesuai dengan tuntunan masyarakat.

Dengan pilihan bahasa yang mudah di pahami, walaupun terkadang ada

beberapa bahasa dengan penekanan emosional, hal ini diupayakan untuk

membangkitkan semangat pembaca tafsir Fi Zilalil Qur’an (dibawah

naungan Al-Qur’an). Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah salah

suatu nikmat. Nikmat yang tidak dimengerti, kecuali oleh yang

merasakannya. Nikmat yang mengangkat harkat manusia, menjadikannya

diberkahi, dan menyucikannya.34

Sayyid Qutb menjelaskan, bahwa manusia sekarang sudah masuk

dalam kejahiliyahan, dimana mereka meninggalkan Allah sehingga

timbullah isme-isme di muka bumi yang melakukan segala urusan dengan

serampangan dalam satu generasi, dan melangkahi fitrah yang seimbang

karena mereka tidak sabar terhadap langkah perjalanan yang seimbang.35

Ditengah perjalanan budaya westernisasi yang mengikis moral agama.

33 Hidayat, Sayyid Qutb Biografi, 25-26 34 Sayyid Qutb, Fi Zilalil Al-Qur’an, (Beirut: Dar Al-Shuruq, 1412 H). Vol 1, cet Ke-17, 13 35 Sayyid Qutb. Fi Zilalil Al-Qur’an., 16

Page 37: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

24

Maka dari itu, Sayyid Qutb mengajak orang muslim untuk kembali ke

jalan Allah melalui Al-Qur’an.

Maka dengan semangat melakukan pembaharuan islam, Sayyid Qutb

mengajak kembali kepada Al-Qur’an melalui karya tafsirnya.

Juz pertama Fi Zilalil Al-Qur’an terbit Oktober 1952. Sayyid Qutb

memenuhi janjinya kepada pembacanya, sehingga diterbitkan satu juz dari

Fi Zilalil Al-Qur’an setiap dua bulan, bahkan kadang lebih cepat dari

waktu yang ditargetkan. Pada periode antara Oktober 1952 dan Januari

1954, diterbitkan 16 juz dari tafsir tersebut.

Ketika dimasukkan penjara untuk pertama kalinya, Januari hingga

Maret 1954, Sayyid Qutb berhasil menerbitkan dua juz Fi Zilali Al-

Qur’an, juz ke- 17 dan juz ke- 18. Ia kemudian dibebaskan, tapi November

1954 ia bersama jamaah IM ditangkap lagi dan dijatuhi hukuman 15 tahun

penjara. Pada awalnya, di penjara, Sayyid Qutb tidak bisa melanjutkan

untuk menulis Fi Zilalail Al-Qur’an, karena berbagai siksaan yang

dialaminya. Tapi lambat laun, atas jasa penerbitnya, Sayyid Qutb bisa

melanjutkan tulisannya dan juga merevisi juz-juz tafsir tersebut

sebelumnya.36

Tujuan-tujuan yang dituliskan tafsir Fi Zilalil Al-Qur’an, menurut Al-

Khalidi adalah sebagai berikut: pertama, menghilangkan jurang yang

dalam antara kaum muslimin sekarang ini dengan Al-Qur’an. Sayyid Qutb

menyatakan: sesungguhnya saya serukan kepada para pembaca Zilal,

jangan sampai Zilal ini yang menjadi tujuan mereka. Tetapi hendaklah

membaca zilal agar bisa dekat kepada Al-Qur’an. Selanjutnya agar mereka

mengambil Al-Qur’an secara hakiki dan membuang Zilal ini.

Kedua, mengenalkan kepada kaum muslimin pada fungsi Amaliyat

Harakiyat Al-Qur’an, menjelaskan karakternya yang hidup dan bernuansa

jihad, memperlihatkan kepada mereka mengenai Al-Qur’an dalam

pergerakan dan jihad melawan kejahiliyahan, menggariskan jalan yang

mereka lalui dengan mengikuti petunjuknya, menjelaskan jalan yang lurus

36 Hidayat. Sayyid Qutb Biografi, 26.

Page 38: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

25

serta meletakkan tangan mereka diatas kunci yang dapat mereka gunakan

untuk mengeluarkan perbendaharaan-perbendaharaan yang terpendam.

Ketiga, membekali orang muslim serkarang dengan petunjuk

amaliyah tertulis menuju cirri-ciri kepribadian islam yang dituntut, serta

menuju cirri-ciri islami yang Qur’ani. Keempat, mendidik orang muslim

dengan pendidikan Qur’ani yang integral, membangun kepribadian

islam yang efektif, menjelaskan karakteristik dan cirri-cirinya, factor-

faktor pembentukan dan kehidupannya.

Kelima, menjelaskan cirri-ciri masyarakat islami yang dibentuk

oleh Al-Qur’an, mengenalkan asas-asas yang menjadi pijakan

masyarakat islami, menggariskan jalan yang bersifat gerakan dan jihad

untuk membangunnya. Dakwah secara murni utuk menegakkannya,

membangkitkan hasrat para aktivis untuk meraih tujuan ini, menjelaskan

secara terperinci mengenai masyarakat islami pertama yang didirikan

oleh Rasulullah saw, diatas nas-nas Al-Qur’an, arah-arahan dan manhaj-

manhajnya sebagai bentuk nyata yang bisa dijadikan teladan, missal, dan

contoh bagi para aktivis.37

Metode dan Corak Penafsiran

Sebelum penulis menjelaskan metode Sayyid Qutb dalam menulis

tafsirnya tersebut, ada baiknya kita mengetahui apa makna yang tersirat

di balik penamaan tafsir FI Zilalil Qur’an. Al-Khalidi dalam bukunya

mengatakan bahwa penamaan tersebut tidaklah dibuat-buat. Artinya, ia

memiliki makna khusus dalam diri Sayyid Qutb. Hal itu untuk

mencerminkan suatu hakikat yang ia alami selama berada di bawah

naungan al-qur’an. Menurut Al-Khalidi, Sayyid Qutb ingin

menyampaikan bahwa hidup naungan Al-Qur’an memberian banyak

inspirasi, petunjuk dan bimbingan yang jika terus diikuti bisa membawa

kita kepada jalan yang lurus. Dan bimbingan serta petunjuk ini tidak

bisa kita dapati kecuali dengan masuk dan hidup dalam naungannya.

Oleh karena itu, ia berusaha keras untuk mengajak para pembacanya

37 Hidayat. Sayyid Qutb Biografi., 27-29

Page 39: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

26

untuk mengimplementasikan ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan

sehari-hari.

Adapun metode yang ia pakai adalah metode penalaran dengan

pendekatan tahlily. Sedangkan corak penafsirannya adalah adaby

ijtima’i (corak sastra kebudayaan masyarakat).38 Akan tetapi menurut al-

Khalidi, tafsir ini termasuk dalam kategori tafsir haraki (tafsir yang

cenderung mengajak pembacanya kepada suatu pergerakan).39

d. Sumber Penafsiran

Sumber penafsiran merupakan salah satu hal yang sangat penting

untuk diketahui. Karena dengan hal itu, kita bisa mengetahui watak dan

metode seorang mufassir. Begitu juga dengan Sayyid Qutb, sumber

penafsiran yang dipakai olehnya bisa kita bagi menjadi dua: primer dan

sekunder. Adapun sumber primer yang ia pakai adalah ayat Al-Qur’an dan

hadits nabi. Sedangkan untuk sumber sekunder, ia mengambilnya dari

kitab-kitab lain, baik kitab tersebut mengenai tafsir, sejarah, atau yang

lainnya.

Sayyid Qutb memiliki cara unik dalam menggunakan kedua sumber

tersebut. Dalam sumber primer misalnya, ia membaca ayat yang ia

tafsirkan beberapa kali sampai mendapat pemahaman serta pencerahan

dari apa yang ia baca tersebut. Hal itu ia lakukan, sebelum merujuk kepada

kitab literatur sekunder, terutama kitab tafsir. Tatkala ia merujuk kepada

tafsir tersebut, ia tidak mengutipnya kecuali hanya untuk mendukung

penafsirannya dari sumber primer. Dengan kata lain, ia tidak seperti

mufassir modern pada umumnya yang mengambil penafsiran para

mufassir klasik yang dikira cocok untuk menafsirkan ayat tersebut. Karena

Sayyid Qutb melihat kepada Al-Qur’an terlebih dahulu sambil

memahaminya dengan Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman. Setelah itu

baru kemudian ia melihat kepada tafsir-tafsir klasik untuk dijadikan

pelengkap yang membuktikan penafsirannya. Kata lain, ia mendahulukan

38Dr. Muhammad Ibrahim Syarif, Ittijah al-Tajdid fi Tafsir al-Qur’an al-Azim, (Kairo: Dar al-

Salam, 2008), 351 39 Salah Abdul Fatah al-Khalidi, Fi Zilalil Qu’an fi al-Mizan, (‘Amman: Dar ‘Ammar, 2000), 186

Page 40: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

27

penafsiran dengan Al-Qu’an dan hadits dan menjadikan karya para

mufassir lainnya sebagai pendukung.

Selain itu, terdapat pula keunikan yang lainnya, yaitu kebiasaannya

dalam mengambil literature-literatur untuk dijadikan sumber sekunder.

Pasalnya, ia terbiasa untuk mengambil suatu buku sesuai dengan bidang

yang digeluti oleh penulisnya. Contohnya, jika ia ingin mengetahui lebih

lanjut perihal sejarah umat dahulu, ia akan merujuk kepada leteratur yang

khusus menjelaskan hal itu. Di samping itu, ia juga tidak mudah menerima

perkataan ulama-ulama sebelumnya, oleh karenanya ia bersifat kritis

dalam mengutip. Maka dari itu, tidak jarang ia mengkritisi suatu pendapat

yang dianggapnya tidak valid. Dan jika ia menerimanya, tidak jarang pula

ia menyebutkan alasan menerima itu. Dalam kata lain, ia melakukan

pengkategorian sumber sekundert yang ia kutip. Dan hal inilah yang

membuat literature yang ia gunakan menjadi banyak. Diantaranya adalah

sebagai berikut:

1) Dalam bidang riwayat al-ma’thur

Sayyid Qutb menggunakan tafsir ibnu Katsir (700-774 H), yaitu Tafsir

Al-Qur’an Azim sebagai sumber utama. Selain itu ia juga

menggunakan tafsir lainnya, yaitu tafsir karya Ibnu Jarir al-Tabari

(224-310 H), jami al-Bayan fi Takwil Al-Qur’an, dan lain sebagainya.

2) Dalam Bidang Fiqh

Untuk pembahasan fiqh, Sayyid Qutb menggunakan tafsir ahkam Al-

Qur’an karya Al-Jassas, ahkam al-qur’an karya Ibnu ‘Arabi, al-Jami’

Li Ahkam al-Qur’an karya al-Qurtubi, dll. Perlu diingat disini, bahwa

Sayyid Qutb tidak fanatic kepada suatu mazhab. Oleh karena itu, ia

mengunggulkan pendapat yang memiliki bukti yang kuat dan otentik,

apapun mazhabnya.

3) Dalam Bidang Sirah Nabawiyyah

Pada saat ia menjelaskan ayat-ayat yang menyangkut dengan sejarah

nabi, ia mengutipnya dari kitab-kitab yang khusus menjelaskan hal

tersebut. Misalnya, al-Sirah al-Nabawiyyah karya Ibnu Hisyam, Imta’

Page 41: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

28

al-Asma karya al-Maqrani, Zad al-Ma’ad karya Ibnu al-Qoyyim al-

Jawziyyah.

4) Dalam Bidang Hadits

Adapun kitab-kitab hadits yang secara langsung ia kutip misalnya,

shahih al-Bukhari,sunan abu dawud, al-Muwatta’, dan al-musnad.

Biasanya, sewaktu ia mengutip hadits,ia akan mengutip perawinya

sekaligus nama kitab yang dijadikan rujukan.

5) Dalam Bidang Sejarah

Kategori ini, alangkah baiknya jika kita membaginya ke dalam dua

kategori. Pertama, sejarah umat-umat sebelum islam dan kedua sejarah

umat islam. Adapun dalam menjelaskan sejarah umat-umat

sebelumnya, ia bertumpu pada kitab-kitab yang khusus menjelaskan

hal tersebut. Misalnya, kitab al-Athar al-Baqiyah ‘an al-Qurun al-

Khaliyah. Karya Abi Rayhan al-Biruni, dan tatkala ia menjelaskan hal-

hal yang berhubungan dengan kaum Nasrani, ia langsung merujuk

pada kitab suci mereka, al-Ahdu al-Qadim. Adapun dalam

menjelaskan sejarah umat Islam, ia menggunakan referensi-referensi

seperti Tarikh al-Umam wa al-Muluk, karya al-Tabari, al-Bidayah wa

al-Nihayah, karya Ibnu Katsir.40

Dengan ini, cukup kiranya untuk membuktikan ketidakbenaran

tuduhan yang dilontarkan oleh sebagian intelektual Barat seperti

Jansen, yang mana mereka menyatakan bahwa tafsir ini hanya sekedar

kumpulan khutbah. Atau yang seperti dituduhkan oleh

Tripp,bahwasanya tafsir ini hanya bersumber dari pemikiran Sayyid

Qutb semata, dan tidak didukung oleh literature lainnya.41

40 Lihat Salah ‘Abdul Fattah, Madkhal ila Zilalil al-Qur’an, (‘Ammar: Dar ‘Ammar, 2000), 135-

183 41 Abdul Bari, Jahuliyyah dalam al-Qur’an. Tesis Fakultas Uashuluddin, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2005,51

Page 42: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

29

BAB III

GAMBARAN TENTANG FITNAH

A. Pengertian Fitnah Secara Umum

Dalam percakapan sehari-hari istilah fitnah digunakan dalam pengertian

tuduhan yang dilontarkan kepada seseorang dengan maksud menjelekkan atau

merusak nama baik orang tersebut, padahal dia tidak pernah melakukan

perbuatan buruk sebagaimana yang dituduhkan itu. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia pun kata “fitnah” diartikan sama, yaitu perkataan bohong

atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud

menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan

orang).42

Memfitnah dalam pengertian di atas jelas termasuk perbuatan buruk,

bahkan keji. Fitnah seperti itu dapat berakibat fatal, baik bagi korban fitnah

secara pribadi, maupun bagi keluarga, bahkan masyarakat sekalipun. Oleh

sebab itu, untuk menunjukan bahwa fitnah itu sangat keji, masyarakat

menyatakan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Ungkapan ini

sebenarnya terjemahan dari sepotong ayat dalam Surah Al-Baqarah ayat 191:

نة ا ول شد من القتل واق ت لوهم حيث ثقفتموهم واخرجوهم من حيث اخرجوكم والفت تلوكم فيه المسجدالرام ت قاتلوهم عند ت لوكم فاق ت لوهم حت ي ق فرين فان ق لك جزاء الك كذ

“dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu

lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi

mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat

itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.

Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir”. (QS. Al-Baqarah:191).43

Memang benar dalam ayat di atas disebutkan bahwa fitnah itu lebih

besar bahayanya dari pembunuhan, tetapi apakah fitnah yang dimaksud dalam

42 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

pustaka, 2005), 318. 43 Ibid

Page 43: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

30

ayat tersebut sama artinya dengan fitnah yang kita gunakan sehari-hari? Mari

kita lihat dalam konteks apa ayat ini diturunkan.

Sewaktu berada di Makkah, kaum Muslimin sama sekali tidak

mendapatkan kebebasan untuk menjalankan ajaran agama yang mereka yakini.

Bahkan mereka mendapatkan hinaan, cacian, tekanan, sampai kepada teror

fisik dari orang-orang kafir Quraisy. Akhirnya mereka terpaksa hijrah ke

Yatsrib yang kemudian popular dengan sebutan Madinatun Nabi atau Al-

Madinah Al-Munawwarah. Setelah di Madinah inilah baru kaum Muslimin

diizinkan untuk berperang melawan orang-orang kafir Makkah. Pada ayat

sebelumnya (2: 190), Allah Swt memerintahkan kepada kaum Muslimin

memerangi pada jalan Allah orang-orang yang dulu dan sampai sekarang terus

memerangi mereka. Tetapi perang itu harus ada batasnya, tidak boleh

berlebihan. Perang dilancarkan bukanlah atas harta, tanah air, kedudukan,

kekuasaan dan semacamnya, apalagi untuk melampiaskan dendam, tetapi

haruslah atas nama Allah, pada jalan Allah, untuk menjamin kebebasan

menjalankan agama Allah atau untuk meninggikan kalimat Allah di atas

permukaan bumi ini.44

Pada ayat di atas, Allah Swt memerintahkan kaum Muslimin memerangi

orang-orang kafir secara total dan mengusir mereka sebagaimana mereka

mengusir kaum Muslimin dari Makkah sebelumnya. Pada saat itu kaum

Muslimin diizinkan memerangi orang-orang kafir Makkah dimana saja di

jumpai kecuali di Masjidil Haram. Yang diperangi hanyalah orang-orang kafir

yang mengangkat senjata dan juga memernagi kaum Muslimin, tidak boleh

meluas dengan juga memerangi siapa saja orang-orang kafir yang ditemui.

Orang-orang kafir yang tidak melawan, yang mau berdamai, tidak

membahayakan bagi dakwah islam seperti kaum perempuan, anak-anak, orang

tua, para ahli ibadah yang kerjanya hanya semata-mata beribadah, tidak boleh

diperangi.45

44 Yunahar Ilyas, Tafsir Tematik Cakrawala Al-Qur’an (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003)

cet, 1 , 234. 45 Ibid., 234

Page 44: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

31

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “fitnah” diartikan sebagai

“perkataan yang bermaksud menjelekkan orang”. Kata fitnah dalam Al-Qur’an

mempunyai makna yang berbeda.46 Sesuai dengan konteks ayatnya. Bukan hal

yang mudah untuk menarik kesimpulan makna dari sekian banyak

pengulangan dalam aneka ragam konteks penyebutan.

Kata fitnah kadang-kadang juga digunakan berdasar pemakaian asal kata

di atas, dengan arti “menguji”, baik ujian itu berupa kenikmatan maupun

kesulitan. Di dalam Al-Qur’an, kata fitnah terulang tidak kurang dari 30 kali,

dan tidak satu pun yang mengandung makna seperti dikemukakan oleh Kamus

Besar Bahasa Indonesia di atas.47

Secara umum kata fitnah dalam Al-Qur’an mengandung beberapa arti,

antara lain:48

a. Fitnah berarti kezaliman/ penganiayaan: hal ini diantaranya disebutkan

dalam surah Al-Baqarah/2:191 dan Al-Anfal/8:39.

b. Fitnah berarti membakar secara mutlak, yaitu berupa azab neraka, ini

dijelaskan dalam Surah Az-Zariyat/51:13.

c. Fitnah itu adalah setan karena dia adalah sebagai cobaan bagi manusia, ini

disebut dalam Surah Al-A’raf/7:27.

d. Fitnah berarti “siksaan” atau hukuman, dapat juga berarti malapetaka, hal

ini disebut dalam Surah Al-Anfal/8:25.

e. Fitnah berarti cobaan atau ujian dan inilah mayoritad arti kata yang

digunakan oleh Al-Qur’an. Secara lebih rinci bentuk-bentuk fitnah atau

cobaan bagi manusia antara lain:

1. Harta dan anak, ini diisyaratkan dalam dua ayat: Surah Al-

Anfal/8:28 dan At-Taghabun/64:15.

2. Ujian (keburukan dan kebaikan): ini disebutkan dalam Surah Al-

Anbiya’/21:35 dan An-Nahl/16:110.

3. Sihir adalah fitnah:Surah Al-Baqarah/2:102.

46 Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan

(Yogyakarta:TERAS,2008), cet.1, 176

47 Ibid 48 Perpustakaan Nasional RI, Pelestarian Lingkungan Hidup (Tafsir Al-Qur’an Tematik), 334-335.

Page 45: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

32

4. Kenikmatan hidup adalah fitnah: Surah Az-Zumar/39:49.

5. Godaan dan pengaruh luar yang dapat dijadikan seseorang

melanggar perintah Allah adalah fitnah: Surah Al-Maidah/5:48-49.

6. Kekacauan dan kerancuan berfikir, Surah Ali ‘Imran/3:7.

Didalam bacaab tahiyyat akhir dalam shalat ada do’a minta

perlindungan kepada Allah dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Fitnah

kehidupan adalah azab dunia dan fitnah akhirat adalah azab kubur atau azab

neraka.

Oleh karena itu fitnah memiliki banyak arti, untuk memahami dan

menerapkan dalam kalimat harus diperintahkan konteks pemakaiannya. Pada

suatu ketika Umar Ibnu al-Khattab (w. 644 H) mendengar seorang sahabat

berdo’a “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala fitnah. “ umar

menegurnya, “apakah kamu minta kepada Allah untuk tidak diberi rizki?

Tidakkah kau baca di dalam Al-Qur’an innama amwalakum wa auladukum

fitnah? “sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah).

Sesungguhnya yang dimaksud fitnah oleh sahabat tadi adalah sesuatu yang

negatif.49

B. Sebab dan Akibat Fitnah

Fitnah adalah hal-hal dan kesulitan-kesulitan yang Alah timpakan

kepada hamba-hamba-Nya sebagai ujian dan cobaan yang mengandung

hikmah. Pada akhirnya berkat karunia Allah, fitnah kelak akan diangkat

sehingga meninggalkan dampak positif bagi orang-orang beriman dan berbuat

baik (sesuai syariat), dan sebaliknya, meninggalkan dampak yang buruk bagi

yang berbuat jahat dan tidak beriman.

Fitnah ada yang bersifat khusus (individual) juga bersifat umum

(global). Fitnah yang khusus menyerang individu terbagi menjadi beragam

macam: 1. Fitnah berupa musibah, 2. Fitnah berupa kenikmatan, 3. Fitnah

hawa nafsu, 4. Fitnah syubhat. Adapun fitnah yang bersifat umum, dengannya

kaum muslimin berada dalam cobaan besar, sehingga menjadi lemah,

49 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, “fitnah”, Ensiklopedi, jil, 1 A-H,301.

Page 46: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

33

penganutnya tampak begitu hina, dan umat-umat kafir mengerumuninya

layaknya orang-orang lapar mengerumuni hidangan mereka.

Sebab terjadinya fitnah terbagi menjadi dua:

1. Sebab Kauniyah (Sunnatullah)

Yaitu Allah ingin menunjukkan hikmah dan keadilan—Nya menguji antar

sesame manusia, wafatnya Nabi Muhammad saw, dan meninggalnya para

sahabat.

2. Sebab Khusus (Manusiawi)

Yaitu kaum muslimin menyepelekan perintah untuk mengikuti Al-Qur’an

dan As-Sunnah, terutama ketika terjadi fitnah dan perselisihan.

Keselamatan umat ini sangat bergantung pada sejauh mana mereka

berpegang pada Al-Qur’an dan As-Sunnah pada setiap urusan agama,

terutama ketika terjadi fitnah, perselisihan dan kekacauan. Ibnu Katsir

ketika menafsirkan An-Nuur ayat 63, beliau menekankan tentang jalan,

manhaj (cara beragama), sunnah dan syari’at Rasulullah.

Muncullah firqah atau aliran yang mempunyai seorang pemimpin yang

mengajak, membela, dan berperang demi kelompoknya, sehingga umat

mengalami kehancuran. Bencana yang ditimbulkan oleh rifadhah,

khawarij, bathiniyyah, dan firqah meyimpang lainnya bisa menjadi bukti.

Semua ini disebabkan mereka jauh dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Memberontak dan merebut kekuasaan dari tangan para pemimpin kaum

Muslimin dengan dalih amar ma’ruf nahi munkar. Ditekankan oleh Syaikh

Muhammad bahwa “ketika terjadi fitnah kami berlindung kepada Allah

darinya, setiap orang akan kembali kepada sesuatu yang menjadi pedoman

bagi dirinya, guna mencari jalan keluar dari fitnah tersebut. Dan yang

menjadi pedoman bagi umat islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta

komitmen kepada jamaah dan pemimpin kaum muslimin.

Namun, sebagian orang yang telah terkena fitnah tidak merasa tertarik

kepada pedoman-pedoman tersebut. Mereka juga tidak suka merujuk

kepada Ahlul Hall wal Aqd, karena merasa bukan termasuk dari

golongannya. Oleh karena itulah, mereka mencari tempat lain yang dapat

Page 47: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

34

menjadi pelindung ketika terjadi fitnah, karena mereka merasa benar-benar

mengetahui realita, maka mereka pun mengadopsi solusi dari luar islma,

dengan anggapan bahwa dengan solusi tersebut akan member jalan keluar

dari fitnah yang terjadi pada umat ini.

Ketika orang-orang terkena fitnah itu merasa pendapatnya yang bathil

tidak didengar oleh ahlul hall wal aqd di negar-negara kaum muslimin,

maka mereka pun merangkul orang-orang awam. Mereka memprovokasi

orang-orang awam itu untuk menentang ulama dengan memanfaatkan

kecintaan orang-orang awam tersebut kepada islam, antusiasme mereka

dalam membela islam, dan gairah mereka dalam melakukan jihad.”50

C. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Fitnah

1. QS.Al-Baqarah ayat 191

نة اشد من القتل ول واق ت لوهم حيث ثقفتموهم واخرجوهم من حيث اخرجوكم والفت تلوكم فيه المسجدالرام ت قاتلوهم عند ت لوكم فاق ت لوهم حت ي ق لك جزاء فان ق كذ

فرين الك

“dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu

lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi

mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat

itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.

Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir”. (QS. Al-Baqarah:191).51

50 https://www.nahimunkar.com oleh Hasan Al-Jaizy Al-Jaizy 51 Ibid

Page 48: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

35

2. QS. Al-Baqarah Ayat 193

نة ويكون ين لل ه وقتلوهم حت ل تكون فت فان ان ت هوا فلا عدوان ال على الظ لمي الد

“Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya

bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan,

kecuali terhadap orang-orang zalim. (Q.S. Al Baqarah : 193)52

3. QS. Al-Baqarah Ayat 217

لونك عن الشهر الرام قتال فيه ر يس به وصد عن سبيل الل ه وكفر قل قتال فيه كبي نة اكب ر من القتل منه اكب ر عند الل ه والمسجد الرام واخراج اهله ي زالون ول والفت

ف يمت وهو ومن ي رتدد منكم عن دينه ي قاتلونكم حت ي ردوكم عن دينكم ان استطاعوا ن يا والخرة ك حبطت اعمالم ف الد ب النار كافر فاولى ك اصح لدون واولى هم في ها خ

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan

haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi

menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi

orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih

besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam

daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai

kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa

murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka

mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah

penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al Baqarah : 217)53

Adapun asbabul Nuzul ayat tentang fitnah ini: “Ibnu Abi Hatim

menceritakan, dari Jundub bin Abdullah bahwasanya Rasulullah SAW. Pernah

mengutus sebuah delegasi, dan menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai

pemimpin. Ketika Abu Ubaidah berangkat, ia pun menangis, karena berat

meninggalkan Rasulullah SAW. Maka beliau pun menahan kepergian Abu

Ubaidah. selajutnya beliau mengutus Abdullah bin Jahsy untuk menggantikan

posisi Abu Ubaidah. Rasulullah SAW. Menitipkan sepucuk surat kepadanya

dan memerintahkan agar tidak membacanya hingga ia sampai di suatu tempat

52 Ibid 53 Ibid

Page 49: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

36

ini dan itu, seraya berpesan, “janganlah engkau memaksa seseorang dari para

sahabatmu untuk pergi bersamamu.” Setelah membaca isi surat itu, ia pun

berucap: “innaa lillahi wa inna ilaihi raji’uun” dan berkata, “aku patuh dan taat

kepada Allah dan Rasul-Nya.” Selanjutnya ia menyampaikan berita itu dan

membacakan surat itu kepada mereka, lalu ada dua orang yang pulang kembali

(Dalam sirah diceritakan, tidak ada seorang pun dari mereka yang kembali

pulang. Tetapi Sa’ad bin Abi Waqqash dan Atabah bin Ghazwan tertinggal di

belakang, karena kehilangan unta. Mereka berdua terlambat karena mencari

unta tersebut dan kembali pulang ke Madinah setelah delegasi itu berangkat)

(diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ath-Thabari di dalam Kitab

Al-Kabir, Al-Baihaqi di dalam sunannya, yang bersumber dari Jundub bin

Abdillah) mereka yang tersisa terus berjalan hingga bertemu dengan Ibnu Al-

Hadhrami, maka mereka membunuhnya, sedang mereka tidak mengetahui

bahwa hari itu termasuk bulan Rajab atau Jumadil Tsaniyah. Lalu orang-orang

musyrik mengatakan kepada kaum Muslimin: “kalian telah berperang pada

bulan Haram.” Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini bahwasanya tidak

boleh berperang pada bulan haram itu, namun apa yang kalian kerjakan, hai

orang-orang musyrik lebih besar dosanya daripada pembunuhan pada bulan

haram ini, yaitu kalian kufur kepada Allah Ta’ala, kalian halangi Rasulullah

SAW. Dan para sahabatnya dari Masjidil Haram dan kalian mengusir

penduduk yang tinggal di sekitar Masjidil Haram yaitu ketika mereka

mengusir Rasulullah SAW. Dan para sahabatnya. Disisi Allah, hal itu jelas

lebih besar dosanya daripada pembunuhan.

Mengenai firman Allah Ta’ala ini, Al-Aufi mengemukakan, dari Ibnu

Abbas, yaitu bahwa orang-orang musyrik menghalangi dan melarang

Rasulullah SAW. Masuk Masjidil Haram pada bulan Haram. Kemudian Allah

Ta’ala membukakan jalan bagi Nabi-Nya pada bulan Haram tahun berikutnya.

Karena itulah, orang-orang musyrik menuduh Rasulullah SAW. Berperang

pada bulan Haram.

Allah berfirman lebih besar dosanya daripada pembunuhan pada bulan

Haram, tetapi mereka telah menghalangi kalian dari jalan Allah Ta’ala dan

Page 50: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

37

Masjidil Haram, kafir kepada-Nya, dan mengusir kalian darinya, padahal

kalian adalah penduduk asli di sana, maka hal itu lebih besar dosanya di sisi

Allah Ta’ala daripada pembunuhan yang kalian lakukan terhadap salah sorang

dari mereka.

Allah berfirman: mereka sebelumnya telah menekan orang muslim

dalam urusan agamanya sehingga mereka berhasil mengembalikannya kepada

kekufuran setelah keimanannya. Maka perbuatan seperti itu lebih besar

dosanya di sisi Allah daripada pembunuhan. Kemudian mereka akan terus

melakukan perbuatan yang lebih keji tanpa ada keinginan untuk bertaubat dan

menghentikan diri.

Menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan perdamaian di

Hudaibiyyah, yaitu ketika Raulullah SAW.kabilah Rasulullah dicegat oleh

kaum Quraish untuk pergi kebaitullah melaksanakan umrah pada tahun

berikutnya. Padahal pada tahun sebelumnya perjanjian ini diperbolehkan

memasuki baitullah. Para sahabat khawatir kalau-kalau orang quraish tidak

menepati janjinya, padahal kaum muslimin enggan berperang pada bulan

haram.54

Jika melihat konteks diatas, maka kita bisa tahu bahwa ayat ini turun

berdasarkan keadaan lingkungan atau disebut asbabun nuzul makro yang

berbicara konteks histori pada ranah lingkungan, artinya suuatu kejadian pada

zaman itu mengangkut kehidupan sosial masyarakat pada masa itu yang

memungkinkan ayat ini turun.55

54 K.H.Q.Shaleh, H. A.A. Dahlan, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya al-Qur’an,

hal. 194 55 Sahiron Syamsudin, sababun Nuzul dari Makro hingga mikro, Pengantar Buku.

Page 51: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

38

BAB IV

KOMPARASI QURAISH SHIHAB DAN SAYYID QUTB TERHADAP

FITNAH DALAM SURAH AL-BAQARAH AYAT 191,193 DAN 217

A. Pandangan kedua Mufassir tentang Fitnah

a. Penafsiran Quraish Shihab

1. QS Al-Baqarah ayat 191

نة اشد من القتل ول واق ت لوهم حيث ثقفتموهم واخرجوهم من حيث اخرجوكم والفت تلوكم فيه المسجدالرام ت قاتلوهم عند ت لوكم حت ي ق لك جزاء فاق ت لوهم فان ق كذ

فرين الك

“dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu

lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi

mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat

itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka.

Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir”. (QS. Al-Baqarah:191).56

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam menafsirkan ayat ini,

menjelaskan bahwa apabila telah terjadi peperangan antara kamu dan mereka

(kafir), maka bunuhlah mereka di mana saja kamu bertemu. Jangan karena

kamu berada di daerah haram, kamu tidak membunuhnya. Usirlah orang-

orang kafir musyrikin dari Mekkah. Para musyrikin sebelumnya telah

mengusir Nabi dan para sahabatnya dari Mekkah dengan aneka jalan

gangguan terhadap penyebaran agama, sehingga Nabi dan sahabat berhijrah ke

Madinah. Setelah bermukim di Madinah, Nabi dan sahabatnya tak bisa

beribadat di Mekkah karena orang kafir menghalang-halanginya. Nabi dan

pengikutnya terpaksa kembali ke Madinah, setelah gagal masuk Mekkah,

dengan janji baru tahun berikutnya boleh memasuki Mekkah untuk

menunaikan haji dan tinggal di Mekkah selama tiga hari. Namun setelah

sampai waktunya, janji itu pun mereka khianati. Dengan keutamaan Allah dan

56 Ibid

Page 52: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

39

rahmatNya, orang-orang mukmin akhirnya memperoleh kekuatan dan Allah

pun mengizinkan mereka untuk kembali ke tanah kelahirannya (Mekkah)

dengan aman dan damai, sebagaimana Allah membenarkan mereka melawan

kaum musyrikin yang telah mengkhianati (mengingkari) perjanjian

(hudaibiyah) dengan tetap menghalangi Nabi dan sahabatnya mengunjungi

Baitullah.mereka memfitnah kaum muslimin dari agamanya dengan cara

menyakitinya, menyiksa dan mengusirnya dari negeri yang dicintainya, serta

menyita harta-hartanya. Hal seperti itu sesungguhnya lebih buruk dari pada

membunuh di bulan haram. Barangsiapa diantara mereka yang masuk kedalam

Masjid Haram, maka amanlah dia, kecuali jika dia memulai peperangan di

dalam Masjid Haram dan merusak kehormatannya. Ketika itu tidak aman

baginya. Jika mereka membunuh umat Islam di dalam Masjid Haram, maka

lawanlah atau membela diri sendiri. Karena yang berdosa adalah mereka yang

memulainya, sedangkan orang yang membunuh karena membela diri sendiri

tidak berdosa.

Telah menjadi sunnah Allah. Orang-orang kafir akan memperoleh

balasan dan azab karena perbuatannya yang melampaui batas, sebagaimana

yang telah diisyaratkannya oleh Allah. Mereka sesungguhnya yang

menganiayai dirinya, karena mereka yang memulai membuat permusuhan.57

Muhammad Quraish Shihab, menjelaskan bahwa kalau ayat yang lalu

melarang melampai batas, karena Allah tidak suka siapa pun yang melampaui

batas, tetapi bila mereka melampaui batas, maka bunuhlah mereka dan

siapapun yang memerangi dan bermaksud membunuh kamu jika tidak ada

jalan lain yang dapat ditempuh untuk mencegah agresi mereka. Lakukan hal

itu dimanapun kamu menemukan mereka dan bila mereka tidak bermaksud

membunuh, dan hanya mengusir kamu, maka usirlah mereka dari tempat

mereka telah mengusir kamu yakni Mekkah.

Kaum musyrikin Mekkah telah menganiaya kaum muslimin, menyiksa

dengan aneka siksaan jasmani, perampasan harta dan memisahkan sanak

57 Teungku Muhammad Hasbi Ash-shiddieqy, Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur, cet I, jil 1

(Jakarta: Cakrawala Publishing, 2011), 201-202.

Page 53: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

40

keluarga, teror serta pengusiran dari tanah tumpah darah, bahkan menyangkut

agama dan keyakinan mereka, sehingga pembunuhan dan pengusiran yang

diizinkan Allah itu, adalah sesuatu yang wajar. Dan hendaknya semua

mengetahui bahwa fitnah yakni penganiayaan seperti disebut diatas, atau

kemusyrikan yakni penolakan mereka atas Keesaan Allah lebih keras yakni

besar bahayanya atau dosanya dari pada pembunuhan yang diizinkan dan

diperintahkan. Namun demikian, wahai kaum muslimin, peliharalah kesucian

dan kehormatan Masjid Al-Haram sepanjang kemampuan kamu, karena itu

janganlah kamu memerangi apabila membunuh mereka di Masjid Al-Haram,

kecuali jika mereka memerangi kamu ditempat itu. Jika mereka memerangi

kamu ditempat itu, maka bukan hanya diizinkan memerangi tetapi kalau perlu

bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir (baik mereka

yang ketika itu berada di Mekkah, maupun selain mereka kapan dan dari mana

pun datangnya).58

Quraish shihab dalam tafsirnya menjelaskan fitnah terhadap kaum

muslimin yang dilakukan oleh kaum musyrikin yang beliau maksud fitnah

disini adalah penganiayaan seperti penyiksaan jasmani, perampasan harta dan

pemisahan sanak keluarga, terror, serta pengusiran dari tanah tumpah darah

dan pengusiran. Hal ini wajar jika dibalas oleh kaum muslimin sebagai bentuk

pembelaan mempertahankan haknya, dan hal ini diizinkan Allah. Itu adalah

hal yang wajar. Dibandingkan dari pada bentuk penolakan mereka terhadap

keesaan Allah. 59

Berdasarkan tafsir yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RI ayat ini

merupakan ayat madaniyah yang termasuk ayat-ayat pertama yang

memerintahkan kaum muslim untuk memerangi orang-orang musyrik, apabila

kaum muslimin mendapat serangan yang mendadak, meskipun pada bulan-

bulan haram seperti rajab, muharram, zulkaidah. 60 Karena dalam tradisi

bangsa arab tidak diperbolehkan berperang ketika bulan-bulan haram, akan

58 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan,Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Cet

IX, vol 1 (Jakarta:Lentera Hati, 2002) 420-421. 59 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal 508 60 Departemen Agama RI, hal. 287

Page 54: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

41

tetapi Allah mengizinkan membalas serangan kaum kafir ketika orang

mukmin diserang.61

Kesimpulan dari QS. Al-Baqarah ayat 191 ini adalah menjelaskan

bahwa orang mukmin diperintahkan memerangi orang musyrik yang

memerangi mereka dimana saja, baik di tanah halal maupun di tanah haram

(Mekkah dan sekitarnya). Dijelaskan pula peranan pembelaan terhadap hak-

hak kaum muslim terhadap apa yang dilakukan kaum musyrik seperti mukmin

diperintahkan pula mengusir musyrik dari sana, karena keberadaan kaum

musyrik membahayakan muslim disana. Maksudnya adalah kaum musyrik

melakukan penganiayaan terhadap kaum muslimin dengan pengusiran,

penyiksaan, perampasan harta, serta merintangi pelaksanaan ibadah, dan lain

sebagainya. Jika demikian maka orang mukmin diperintahkan untuk

membalas hal yang setimpal dengannya atau dengan peperangan juga.

Demikian balasan yang harus diberikan orang mukmin kepada orang musyrik.

Namun, jika orang musyrik menghentikan serangan terhadap orang mukmin,

maka mereka tidak boleh diganggu, dan dihormati haknya juga.

Fitnah (menimbulkan kekacauan), seperti mengusir sahabat dari

kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau

mengganggu kebebasan mereka beragama.

1. QS. Al-Baqarah ayat 193

ين لل ه نة ويكون الد عدوان ال على الظ لمي فان ان ت هوا فلا وقتلوهم حت ل تكون فت

“Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama

hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi)

permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim. (Q.S. Al Baqarah :

193)62

Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan dalam ayat sebelumya

sudah dijelaskan kapan peperangan dimulai, maka ayat ini menjelaskan kapan

61 Ibid. 62 Ibid

Page 55: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

42

peperangan itu harus dihentikan. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak

ada lagi fitnah yakni syirik dan penganiayaan. Jika yang dimaksud dengan

kata mereka adalah kaum musyrikin Mekkah pada masa Nabi. Karena

memang, telah digariskan Allah bahwa kota Mekkah harus bersih dari segala

bentuk syirik serta menjadi kota damai lahir dan batin bagi siapa pun yang

mengunjunginya. Karena itu, kaum musyrikin yang melakukan penganiayaan

baik terhadap dirinya melalui keengganan mengesakan Allah, apalagi yang

menganiaya orang lain, tidak dibenarkan berada di Mekkah. Yang enggan

meninggalkannya harus dipaksa keluar, bahkan kalau perlu dibunuh sehingga

dengan demikian ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.63

Setiap Negara mempunyai wewenang yang dibenarkan hukum

internasional untuk menetapkan siapa yang berhak masuk diwilayahnya. Ada

syarat-syarat yang ditetapkan oleh masing-masing, longgar atau ketat untuk

maksud kunjungan atau menetap disuatu wilayah. Dari sini, setiap Negara

menetapkan perlunya visa (izin masuk) kewilayahnya. Tidak satu Negara,

betapa pun demokratisnya, mengizinkan seseorang memasuki wilayahnya jika

yang bersangkutan dinilainya akan mengganggu keamanan atau mengeruhkan

pikiran dan kesucian wilayahnya. Itulah yang digariskan oleh ayat diatas

terhadap orang-orang musyrik, khusus menyangkut bertempat tinggal bahkan

masuk ke kota Mekkah.

Kembali ke ayat diatas. Jika yang dimaksud dengan kata mereka pada

ayat ini adalah mereka yang secara umum melakukan agresi terhadap kaum

muslimin, maka kata fitnah berarti segala bentuk ketidakadilan, baik

penganiayaan fisik, maupun kebebasan beragama, karena hal itu merupakan

salah satu bentuk permusuhan. Jadi, jika mereka berhenti dari memusuhi

kamu, maka tidak ada permusuhan lagi, baik dari kaum muslimin maupun

dari Allah, kecuali terhadap orang-orang yang zhalim. Orang-orang yang

zhalim, dalam ayat ini, mencakup orang-orang kafir yang terus melakukan

agresi, dan juga kaum muslimin yang melanggar tuntutan penghentian

63 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal 422

Page 56: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

43

permusuhan itu. Dan jika itu terjadi, maka Allah akan membiarkan mereka

dilanda agresi dan permusuhan melalui makhluk atau manusia-manusia lain. 64

Setelah mengizinkan peperangan disemua tempat walaupun di Masjid

Al-Haram, dan di bulan Haram, maka ayat selanjutnya menjelaskan mengapa

demikian.

2. Surah Al-Baqarah ayat 217

لونك عن الشهر الرام قتال فيه ر يس به وصد عن سبيل الل ه وكفر قل قتال فيه كبي نة اكب ر منه اكب ر عند الل ه والمسجد الرام واخراج اهله ي زالون ول من القتل والفت

ف يمت وهو ومن ي رتدد منكم عن دينه ي قاتلونكم حت ي ردوكم عن دينكم ان استطاعوا ن يا والخرة ك حبطت اعمالم ف الد ب النار واولى كافر فاولى لدون ك اصح هم في ها خ

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan

haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi

menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi

orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih

besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam

daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai

kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa

murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka

mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah

penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al Baqarah : 217)65

Adanya perintah berperang sebelum ayat ini dengan redaksi yang

bersifat umum menimbulkan pertanyan di kalangan para sahabat, tentang

peperangan pada Bulan Haram. Pertanyaan ini menjadi penting, karena telah

melekat dalam benak mereka, perintah membunuh kau musyrikin di mana saja

mereka berada kecuali di Mesjid al-Haram (ayat 191). Di sisi lain, kaum

musyrikin Mekkah juga mengecam kaum muslimin atas peristiwa pasukan

‘Abdullah Ibn Jahsy yang beranggotakan dua belas orang sahabat Nabi saw.

Dengan tugas rahasia mengati kafilah musyrik Mekah, dan mencari informasi

64 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal 422 65 Ibid

Page 57: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

44

tentang rencana-rencana mereka. Pasukan itu menemukan kafilah dimaksud

pada akhir bulan Rajab- dalam riwayat lain awal Rajab yang merupakan salah

satu bulan Haram. Ada juga yang mengatakan, bahwa ketika itu anggota

pasukan menduga bahwa mereka masih berada pada penghujung bulan

Jumadil Akhir. Mereka memutuskan untuk membunuh dan merampas kafilah.

Seorang anggota kafilah terbunuh, seorang berhasil melarikan diri, dan

seorang ditahan. Kafilah dan tawanan dibawa ke Madinah menemui Rasul

saw. Mereka disambut dengan kecaman karena membunuh di bulan Haram,

nabi pun menegur mereka dengan keras. 66

Fitnah yang dimaksud dalam ayat yang ditafsirkan ini adalah penyiksaan

yang dilakukan oleh kaum musyrikin di Mekkah. Itulah yang ditunjuk sebagai

lebih kejam dan lebih besar dosanya daripada pembunuhan yang dilakukan

oleh pasukan pimpinan ‘Abdullah Ibn Jahsy dan kelompoknya, apalagi jika

peristiwa ini terjadi pada malam pertamma bulan Rajab. Penyiksaan kaum

musyrikin lebih kejam dan besar dosanya dari pembunuhan pasukan itu.

Karena ketika itu mereka belum mengetahui bahwa bulan Rajab telah tiba.

Kata fitnah dalam ayat ini dapat juga dipahami dalam arti siksaan yang akan

dialami kaum musyrikin di hari kemudian, lebih besar dan lebih keras sakitnya

dari pembunuhan yang dilakukan baik oleh anggota pasukan ‘Abdullah Ibn

Jahsy maupun kaum musyrikin terhadap kaum muslimin.

Kesimpulan dari QS Al-Baqarah ayat 217 adalah Fitnah yang berarti

penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas Islam

dan muslimin.

Jika kita ikuti Pendapat Ar Razy, Maka terjemah ayat di atas sebagai

berikut: Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan

(adalah berarti) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah

dan (menghalangi manusia dari) Masjidilharam. tetapi mengusir penduduknya

dari Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi Allah." Pendapat

Ar Razy ini mungkin berdasarkan pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan

sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan menumpas agama Islam.

66 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal 461

Page 58: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

45

b. Penafsiran Sayyid Qutb

1. QS Al-Baqarah ayat 191

نة اشد من القتل واق ت لوهم حيث ثقفتموهم و ول اخرجوهم من حيث اخرجوكم والفت تلوكم فيه المسجدالرام ت قاتلوهم عند ت لوكم فاق ت لوهم حت ي ق لك جزاء فان ق كذ

فرين الك

“dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih

besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di

Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika

mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah

Balasan bagi orang-orang kafir”. (QS. Al-Baqarah:191).67

Sayyid Qutb menjelaskan bahwa fitnah terhadap agama itu adalah

permusuhan terhadap sesuatu yang paling suci dalam kehidupan manusia.

Karena itu, ia lebih besar bahayanya daripada pembunuhan, lebih kejam dari

pada membunuh jiwa seseorang, menghilangkan nyawa, dan menghilangkan

kehidupan. Baik fitnah itu berupa intimidasi maupun perbuatan nyata, atau

berupa peraturan dan perundang-undangan bejat yang dapat menyesatkan

manusia, merusak, dan menjauhkan mereka dari manhaj Allah, serta

menganggap indah kekafiiran dan memalingkan manusia dari agama Allah itu.

Sesuatu yang paling mulia pada manusia adalah kebebasan akidah.

Karena itu, siapa saja yang merusak kebebasan ini dan memfitnah manusia

dari agamanya (islam) baik secara langsung maupun tidak, maka dia dihukum

dengan hukuman yang tidaklah dijatuhi hukuman semacam itu atas orang

yang membunuh kehidupan yang bersangkutan. Dan, tindakan ini menjadi

alasan untuk dibunuhnya orang-orang yang demikian itu. Oleh karena itu,

Allah tidak mengatakan , “pergilah mereka”, tetapi Dia mengatakan,

“Bunuhlah mereka1” “Bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka1”,

bagaimanapun keadaan mereka, dan dengan alat apa apa pun yang kamu

pergunakan, asal dengan menjaga etika Islam yang di antaranya tidak

67 Tim Penterjemah dan Penafsir al-Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahnya

(Jakarta:Departemen Agama RI., 1998)

Page 59: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

46

membunuh dengan menyiksanya terlebih dahulu seperti menyayat atau

memotong-motongnya sedikit demi sedikit, tidak memotong-motong

mayatnya, dan tidak membakarnya dengan api.

Tidak boleh berperang Dimasjidil Haram telah ditetapkan Allah sebagai

daerah aman, dan dijadikanNya kawasan sekitarnya sebagai kawasan yang

aman, sebagai pengabulan doa Nabi Ibrahim as, dan telah dijadikannya

sebagai tempat berkumpul manusia sehingga mereka mendapatkan keamanan,

kehormatan, dan kedamaian. Tidak boleh berperang di Masjidil Haram kecuali

terhadap orang-orang kafir yang tidak menjaga kehormatan Masjidil Haram,

lalu memulai menyerang kaum muslimin disana. Pada waktu itu

diperkenankanlah bagi kaum muslimin untuk memerangi mereka dan tidak

dilarang lagi untuk membunuh mereka, karena begitulah balasan yang

setimpal bagi orang-orang kafir yang memfitnah kaum muslimin dari

agamanya, dan tidak menjaga kehormatan Masjidil Haram yang mereka hidup

disekitarnya dengan aman.

2. QS.Al-Baqarah ayat 193

ين لل ه نة ويكون الد فان ان ت هوا فلا عدوان ال على الظ لمي وقتلوهم حت ل تكون فت

“Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya

bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan,

kecuali terhadap orang-orang zalim. (Q.S. Al Baqarah : 193)68

Sayyid Qutb menjelaskan bahwa berulang-ulangnya pembicaraan

tentang larangan melakukan fitnah, setelah sebelumnya dijelek-jelekkan dan

dianggapnya sebagai sesuatu yang lebih berbahaya dan lebih kejam dari pada

pembunuhan. Pengulangan ini memberikan kesan betapa pentingnya masalah

ini dalam pandangan Islam. Suatu kelahiran yang dengannya ditetapkan nilai

manusia dengan nilai akidahnya, dan diletakkan kehidupannya dalam satu

anak timbangan dan akidahnya pada anak timbangan satunya, yang kemudian

timbangan akidahnya lebih berat. Demikianlah didalam prinsip ini ditetapkan

68 Ibid

Page 60: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

47

siapa sebenarnya musuh manusia itu. Sesungguhnya, musuh-musuh manusia

itu ialah orang-orang yang memfitnah orang mukmin dari agamanya dan

orang-orang yang menyakiti orang muslim disebabkan keislamannya. Mereka

itulah yang menghalang-halangi manusia dari unsure kebaikannya yang

terbesar dan menghalang-halangi mereka dari manhaj Allah. Jadi, terhadap

mereka inilah kaum muslimin harus memeranginya dan membunuhnya di

manapun nereka berada, “sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)

ketaatan (keberagamaan) itu hanya semata-mata untuk Allah”.69

Apabila orang-orang yang zalim menghentikan kezalimannya dan

menahan diri dari menghalang-halangi hubungan antara manusia dan

Tuhannya, maka tidak ada permusuhan yakni tidak ada pembunuhan lagi

terhadap mereka, karena jihad itu hanya ditujukan kepada kezaliman dan

orang-orang yang zalim.70

Kesimpulan dari QS.Al-Baqarah ayat 193 adalah perlawanan terhadap

orang-orang yang zalim itu sebagai permusuhan adalah termasuk bab

bentukan lafal saja. Karena sebenarnya yang demikian itu adalah keadilan dan

penolakan permusuhan dari orang-orang zalim.

3. QS.Al-Baqarah ayat 217

لونك عن الشهر الرام قتال فيه ر يس به وصد عن سبيل الل ه وكفر قل قتال فيه كبي نة اكب ر من القتل ند الل ه منه اكب ر ع والمسجد الرام واخراج اهله ي زالون ول والفت

ف يمت وهو ومن ي رتدد منكم عن دينه ي قاتلونكم حت ي ردوكم عن دينكم ان استطاعوا ك حبطت اعمالم ف ن يا والخرة كافر فاولى ب النار الد ك اصح لدون واولى هم في ها خ

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan

haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi

menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi

orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih

besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam

daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai

kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa

69 Sayyid Qutb “tafsir Fi Zhilalil Qur’an Dibawah Naungan Al-Qur’an” hal. 226 70 ibid

Page 61: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

48

murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka

mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah

penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al Baqarah : 217)71

Sayyid Qutb menjelaskan bahwa ayat ini turun untuk menetapkan dan

mengakui kehormatan bulan Haram, serta menetapkan bahwa berperang pada

bulan itu memang merupakan dosa besar.

B. Komparatif Kedua Kitab Mufassir

a. Perbedaan

1. Menurut Quraish Shihab

• QS. Al-Baqarah ayat 191 penganiayaan seperti penyiksaan

jasmani, perampasan harta dan pemisahan sanak keluarga, terror,

serta pengusiran dari tanah tumpah darah dan pengusiran.

• QS. Al-Baqarah ayat 193 menjelaskan kapan peperangan harus

dihentikan. “dan pergilah mereka itu, sehingga tidak ada lagi

fitnah” yakni syirik dan penganiayaan.

• QS. Al-Baqarah ayat 217 penganiayaan dan segala perbuatan yang

dimaksudkan untuk menindas Islam dan muslimin.

2. Menurut Sayyid Qutb

• QS. Al-Baqarah ayat 191 permusuhan terhadap sesuatu yang

paling suci dalam kehidupan manusia. Karena itu ia lebih besar

bahayanya daripada pembunuhan, lebih kejam dari pada

membunuh jiwa seseorang, menghilangkan nyawa, dan

menghilangkan kehidupan.

• QS. Al-Baqarah ayat 193 perlawanan terhadap orang-orang yang

zalim itu sebagai permusuhan adalah termasuk bab bentukn lafal

saja. Karena sebenarnya yang demikian itu adalah keadilan dan

penolakan permusuhan dari orang-orang zalim.

71 Ibid

Page 62: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

49

• QS.Al-Baqarah ayat 217 menetapkan dan mengakui kehormatan

bulan Haram, serta menetapkan bahwa berperang pada bulan itu

memang merupakan dosa besar.

b. Persamaan

• QS. Al-Baqarah ayat 217 dan 193 memiliki persamaan penafsiran

yakni makna penganiayaan dengan perlawanan terhadap orang-

orang yang zalim.

Page 63: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konteks ayat ini bisa diketahui bahwa perang fisabilillah sebenarnya

bukan untuk merampas hak orang lain, bukan juga untuk memperbesar

kekuasaan dan kejayaan. Melainkan untuk membela hak dan menegakkan

keadilan.

Yang dimaksud fitnah lebih besar dari pembunuhan menurut Ibnu Abi

Hatim yaitu larangan bagi kaum muslimin untuk membunuh di bulan-bulan

Haram yang dilarang yaitu bulan Rajab atau Jumadil Tsaniyah. Penafsiran

Quraish Shihab menjelaskan makna fitnah ini yakni sebagai:

1. QS. Al-Baqarah ayat 191 penganiayaan seperti penyiksaan jasmani,

perampasan harta dan pemisahan sanak keluarga, terror, serta

pengusiran dari tanah tumpah darah dan pengusiran.

2. QS. Al-Baqarah ayat 193 menjelaskan kapan peperangan harus

dihentikan. “dan pergilah mereka itu, sehingga tidak ada lagi fitnah”

yakni syirik dan penganiayaan.

3. QS. Al-Baqarah ayat 217 penganiayaan dan segala perbuatan yang

dimaksudkan untuk menindas Islam dan muslimin.

Sedangkan penafsiran Sayyid Qutb menjelaskan makna fitnah ini

sebagai:

1. QS. Al-Baqarah ayat 191 permusuhan terhadap sesuatu yang paling

suci dalam kehidupan manusia. Karena itu ia lebih besar bahayanya

daripada pembunuhan, lebih kejam dari pada membunuh jiwa

seseorang, menghilangkan nyawa, dan menghilangkan kehidupan.

2. QS. Al-Baqarah ayat 193 perlawanan terhadap orang-orang yang

zalim itu sebagai permusuhan adalah termasuk bab bentukn lafal

saja. Karena sebenarnya yang demikian itu adalah keadilan dan

penolakan permusuhan dari orang-orang zalim.

Page 64: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

51

3. QS.Al-Baqarah ayat 217 menetapkan dan mengakui kehormatan

bulan Haram, serta menetapkan bahwa berperang pada bulan itu

memang merupakan dosa besar.

B. Saran

Skripsi ini bermaksud menguak makna fitnah, makna kata tersebut perlu dikaji

kembali karena dikontekstualisasikan dengan kehidupan masyarakat sehingga

membawa sesuatu yang baru yang tidak akan pernah habis untuk dibahas.

Maka dari itu tulisan ini hadir sebagai salah satu penelitian mengenai makna

fitnah dalam Tafsir Al-Mishbah dan Fii Zhilalil Al-Qur’an. Penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam banyak hal, baik secara teknis,metodologis,

maupun bahan materi kajian. Penulis berharap dan menerima partisipasi aktif

pembaca, baik kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna perbaikan

kedepan.

Page 65: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

52

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Al-Agil, Al-Mustasyar. Mereka yang telah pergi tokoh-tokoh

Pembangunan Gerakan Islam Kontemporer, (Jakarta: Al-Itishom Cahaya

Umat, 2003), cet I, hal.

Al- Wakil, M. Sayyid,Kubra Harakat Al-Islamiyah Fi Al-Qarn Al- Rabi’ Al- Ashr

Al-Hijr, Diterjemahkan oleh Fachruddin, (Bandung: Asy-Syammil Press dan

Grafatila, 2001).

Al-Khalid, Salah Abdul Fatah. Fi Zhilalil Qur’an Fi Al-Mizan, (‘Amman: Dar

‘Ammar, 2000).

Ahmad, Yani. Era Muslim Media Islam Internal

Agil Said Husin Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Krsalehan Hakiki

(Jakarta: Ciputat Press, 2002).

Amri, Arie Machlina. Metode Penafsiran Al-Qur’an, (Jurnal Ilmu Bahasa Arab

dan Studi Islam, Vol.2, No. 1, Juni 2014).

Al-Qattan Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Litera Antarnusa,

2013).

Esiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Jembatan Merah, 1998).

Hadi, Saiful,125 Ilmu Muslim Pengukir Sejarah, (Jakarta Timur: Insan Cemerlang

dan Pt Intimedia Ciptanusantara).

Hidayat, Sayyid Qutb Biografi, dan Kejernihan Pemikirannya, (Jakarta: Gema

Insan, 2005).

Ilham, Muhammad. Transplantasi Babi dalam Perspektif Al-Qur’an Studi Analisi

Tafsir Quraish Shihab dan Ibnu Katsir, (Jambi: Fakultas Ushuluddin,

2014).

Ilyas, Yunahar. Tafsir Tematik Cakrawala Al-Qur’an (Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2003) cet, 1 .

Latif Umar, Konsep Fitnah Menurut Al-Qur’an, Jurnal Al-Bayan / VOL. 22, NO.

31, JANUARI-JUNI 2015.

Munir, Ahmad. Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang

Pendidikan (Yogyakarta: TERAS, 2008), cet. 1 .

Page 66: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

53

Mustakim, Rudi. Tafsir Surat Al-Qadr dalam Tafsir Al-Mishbah Karya

M.Quraish Shihab, Skripsi IAIN Sultan Thaha Saifuddin, 2012.

Mu’awanah, Fitnah dalam Al-Qur’an Studi Tematik, Skripsi (Semarang: Program

Strata I IAIN Walisongo Semarang, 2006).

Nasional RI, Perpustakaan. Pelestarian Lingkungan Hidup (Tafsir Al-Qur’an

Tematik).

Penulis Tim, IAIN Syarif Hidayatullah, fitnah, Ensiklopedi, jil, 1 A-H.

Qutb, Sayyid. Fi Zhilalil Al-Qur’an, (Beirut: Dar Al-Shuruq, 1412 H). Vol I, Cet

ke-17.

Qutb, Sayyid. Fi Zhilalil Al-Qur’an.

Shihab M.Quraisy, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan Media Utama, 1996).

Shihab M.Quraisy, kaidah Tafsir. (Tanggerang: Lentera Hati, 2013).

Shihab M. Quraisy, Menyingkap Tabir Illahi:Asma Al-Husna dalam Perspektif

Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 1998).

Shihab M.Quraisy.Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1998).

Syarif, Ibrahim. Ittijah, Al-Jadid Fi Tafsir Al-Qur’an Al-Azim, (Kairo: Dar Al-

Salam, 2008).

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001).

Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin, (Jambi: IAIN STS Jambi, 2016).

Tim Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen

Agama RI., 1998)

Wartini, Atik. Corak Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah.

(Hunafa: Jurnal Studi Islamika, Vol. 11, NO 1, Juni 2014).

Page 67: (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN M. …repository.uinjambi.ac.id/5060/1/UT143185 Judul - lampiran fulltext.pdf · “FITNAH DALAM AL QUR’AN” (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN

54