10
 Studi Kelayakan Bisnis bab X BAB X. CONTOH PERHITUNGAN ANALISA PENDUKUNG Beberapa contoh perhitungan analisa pendukung Untuk mendukung tingkat keamanan dalam investasi / penanaman modal, maka dilakukan beberapa analisa pendukung melalui beberapa metode sebagai berikut : 1. Metode Discount Cash-Flow A. Metode Net Present Value ( NPV ). B. Metode Internal Rate of Return (IRR). A. Metode net present value Net Present Value adalah Present Value Net Cash-Flows dikurangi Present Value Outlay (Net Investment). Langkah-langkah perhitungan dengan NPV. a. Menentukan discount rate yang akan dipergunakan dalam hal ini dapat dipakai : 1) Biaya modal (cost of capital ) atau 2) Tingkat keuntungan (rate of return) yang dikehendaki. b. Menghitung PV dari Net Cash-Flows dengan discount rate di atas. c. Menghitung PV dari Net Outlay (pengeluaran untuk investasi). d. Menghitung NPV dengan mengurangkan PV Net Outlay pada PV Net Cash-Flows. Apabila NPV positif berarti rate of return dari proyek lebih tinggi dari discount rate. Kriteria : Proyek dapat dipertimbangkan bila NPV ³ 0. Contoh 1 : Proyek dengan cash-flow yang besarnya sama (dalam ribuan rupiah). Net outlay : 2.000 Net Cash-Flows : 1.000 / tahun selama 3 tahun. Nilai residu : 0 Cost of capital ( r ) = 10 % Apabila Net Cash-Flows sama, maka dapat dipergunakan tabel B, sehingga dapat di cari discount faktor pada n = 3 dan rate = 10 % yaitu = 2,487. PV Net Cash-Flows = 2,487 x 1.000 =2.487 PV Net Outlay = 2.000 Net Present Value = 487 NPV positif berarti rate of return dari proyek tersebut lebih dari 10 % yang berarti lebih besar dari biaya modal ( cost of capital ), sehingga proyek dapat dipertimbangkan. Contoh 2 : Proyek dengan net cash-flow yang besarnya tidak sama ( dalam ribuan rupiah ) : Net Outlay = 5.000 Net Cash-Flow tahun ke 1 = 2.000

Studi Kelayakan Bisnis Bab X

Embed Size (px)

Citation preview

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 1/10

 

Studi Kelayakan Bisnis bab X

BAB X. CONTOH PERHITUNGAN ANALISA PENDUKUNG

Beberapa contoh perhitungan analisa pendukung

Untuk mendukung tingkat keamanan dalam investasi / penanaman modal, maka dilakukanbeberapa analisa pendukung melalui beberapa metode sebagai berikut :

1. Metode Discount Cash-Flow

A. Metode Net Present Value ( NPV ).B. Metode Internal Rate of Return (IRR).

A. Metode net present valueNet Present Value adalah Present Value Net Cash-Flows dikurangi Present Value Outlay (Net

Investment).

Langkah-langkah perhitungan dengan NPV.

a. Menentukan discount rate yang akan dipergunakan dalam hal ini dapat dipakai :1) Biaya modal (cost of capital ) atau

2) Tingkat keuntungan (rate of return) yang dikehendaki.

b. Menghitung PV dari Net Cash-Flows dengan discount rate di atas.

c. Menghitung PV dari Net Outlay (pengeluaran untuk investasi).

d. Menghitung NPV dengan mengurangkan PV Net Outlay pada PV Net Cash-Flows.

Apabila NPV positif berarti rate of return dari proyek lebih tinggi dari discount rate.

Kriteria : Proyek dapat dipertimbangkan bila NPV ³ 0.

Contoh 1 :Proyek dengan cash-flow yang besarnya sama (dalam ribuan rupiah).

Net outlay : 2.000Net Cash-Flows : 1.000 / tahun selama 3 tahun.

Nilai residu : 0

Cost of capital ( r ) = 10 %Apabila Net Cash-Flows sama, maka dapat dipergunakan tabel B, sehingga dapat di cari discount

faktor pada n = 3 dan rate = 10 % yaitu = 2,487.

PV Net Cash-Flows = 2,487 x 1.000 =2.487PV Net Outlay = 2.000

Net Present Value = 487NPV positif berarti rate of return dari proyek tersebut lebih dari 10 % yang berarti lebih besar

dari biaya modal ( cost of capital ), sehingga proyek dapat dipertimbangkan.

Contoh 2 :

Proyek dengan net cash-flow yang besarnya tidak sama ( dalam ribuan rupiah ) :Net Outlay = 5.000

Net Cash-Flow tahun ke 1 = 2.000

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 2/10

 

2 = 4.000

3 = 1.000Nilai Residu = nol

Tingkat keuntungan yang dikehendaki = 30%.

Seperti telah dibicarakan di muka bahwa untuk discount rate dapat dipakai biaya modal dandapat pula tingkat keuntungan yang dikehendaki, sehingga disini discount rate ditetapkan 30%.

Jawab :Karena net cash-flows tidak sama besar, maka dipakai tabel A.

PV Net Cash-Flows :

Tahun ke 1 = 0,769 x 2.000 = 1.538

2 = 0,592 x 4.000 = 2.368

3 = 0,455 x 1.000 = 455

4.361

PV Net Outlay = 5.000Net Present Value = ( 639 )

NPV negatif ini berarti rate of return dari proyek kurang dari 30%. Apabila pemilik modal tetap

berpendirian bahwa hanya mau menanam modal kalau rate of returnnya 30%, maka berarti

proyek ini tidak dapat dipertimbangkan.

A. METODE Internal Rate of Return

Internal Rate of return ( IRR ) adalah discount rate di mana PV Net Cash-Flow = PV net Outlay

atau discount rate di mana NPV = 0.IRR menunjukkan rate of return dari proyek yang nantinya akan dibandingkan dengan biaya

modal atau dengan tingkat keuntungan yang dikehendaki.

Langkah-langkah perhitungan dengan IRR :a. Menghitung IRR dari proyek.

b. Membandingkan IRR dengan biaya modal atau tingkat keuntungan yang dikehendaki.

Contoh 1 : Proyek dengan net cash-flow yang besarnya sama. ( dalam ribuan rupiah ).

Net Outlay : 9.340

Net Cash-Flow : 5.000 / tahun, selama 3 tahunKarena cash-flow sama maka dipergunakan tabel B.

Dari pembicaraan di muka telah diketahui bahwa :PV = dicsount factor x FV.

PV

Discount Factor = PV / FV= 9340 / 5000 = 1,868

Discount factor 1,868 pada n = 3 terletak pada rate 28 % ( lihat tabel B ), IRR = 28 %.

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 3/10

 

Apabila diketahui biaya modal 20%, maka berarti proyek ini dapat dipertimbangkan karena IRR

lebih dari biaya modal.

Contoh 2 : Proyek dengan cash-flow besarnya tidak sama. ( dalam ribuan rupiah ) :

Net cash-outlay : 7.608

Net cash-flow :Tahun ke 1 : 2.000

2 : 6.000

3 : 4.000IRR dicari secara coba-coba (trial & error).

Discount pada rate 26 %

PV Net Cash-Flow :

Tahun Ke 1 : 0,794 x 2.000 = 1.588

2 : 0,630 x 6.000 = 3.780

3 : 0,500 x 4.000 = 2.0007.368

Ternyata PV pada 26 % kurang dari 7.608 ( Net Outlay ) berarti rate yang dipakai terlalu tinggi.

Dicoba lagi pada rate 20 %

PV Net Cash Flow :Tahun Ke 1: 0,833 x 2.000 = 1.666

2: 0,694 x 6.000 = 4.164

3: 0,579 x 4.000 = 2.316

8.146Ternyata PV pada 20 % lebih besar dari 7.608 ( Net Outlay ) berarti rate yang dipakai terlalu

rendah.

Kesimpulan IRR berada di antara 20 % dan 26 %.Interpolasi Present Value Rate

a. 7.368 26 %

b. 7.608 xc. 8.146 20 %

Selisih 778 diimbangi dengan 6 % ( selisih C dengan A )Selisih 538 diimbangi dengan ( X-20% ) ( selisih C dengan B )

538 x - 20% = --------- ( 6%)778 x - 20% = 4 %x = 24%

IRR = 24%

Dalam proses coba-coba dapat timbul suatu pertanyaan yaitu : Harus mulai dari mana atau dari

rate berapa %.

Ada suatu cara sederhana untuk membantu menemukan rate dimana sebaiknya dimulai. Net

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 4/10

 

Outlay dibagi dengan rata-rata cash-flow, hasilnya dilihat pada tabel B.

Kalau diambil contoh di atas :

Rata-rata Cash-flow = (2.000+6000+4.000) : 3 = 4.000

Net Outlay = 7.608

Rata-rata Cashflow = 4.000= 1.902

Pada Tabel-B, untuk n=3 maka angka 1.902 terletak sekitar rate 26%, proses coba-coba dimulaidari 26%

2. Metode Konvensional dalam Analisa lnvestasi

a) Metode Payback:Yang dimaksud dengan Payback adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan

kembali kembali jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin cepat modal dapat diperoleh

kembali berarti semakin kecil resiko yang harus dihadapi

Contoh :Net outlay = 10.000

TAHUNAN KUMULATIF

Net Cash-Flow

1 2.000 2.0002 4.000 6.000

3 5.000 11.000

4 3.000 14.000

5 3.000 17.000Payback = 2,8 tahun.

Kelemahan metode Payback :

1. Tidak memperhatikan “ Time Value of Money “. 2. Tidak memperhatikan cash-flow yang diterima setelah masa payback.

Contoh :0 1 2 3

Proyek A ( 10.000 ) 6.000 5.000 -

Proyek B ( 10.000 ) 4.000 5.000 10.000

Masa Payback Proyek A = 1,8 tahun.

Masa Payback Proyek B = 2,1 tahun.

Kalau dinilai proyek atas dasar payback semata-mata maka proyek A lebih baik dari proyek B.

Namun kalau dilihat cash flow yang masih akan diterima setelah masa payback lewat, maka

proyek A hanya akan menerima 1.000, sedang proyek B masih akan menerima 9.000.

b). Metode Accounting Rate of Return

Metode ini menilai suatu proyek dengan memperhatikan rasio antara rata-rata laba bersih dengan

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 5/10

 

 jumlah modal yang ditanam (initial investment) atau rata-rata modal yang tertanam (average

investment).

Contoh :

Proyek A, ( Rp. 000 ).Nilai proyek (initial investment) = 10.000

umur proyek 4 tahun dan nilai residu = nol.

Rata-rata laba bersih per tahun = 1.500.

a. Rate of return on initial investment

Rata-rata laba bersih = 1.500Initial investment 10.000

= 15 %

b. Rate of return on average investment.

Rata-rata modal yang ditanam (average investment) dihitung (nilai awal+nilai akhir )/2.Dalam contoh di atas (10.000 + 0) : 2 = 5.000

rata-rata laba bersih = 1.500rata-rata modal yang ditanam 5.000

= 30 %

Kelemahan Metode Accounting Rate Return

1. Tidak memperhatikan Time Value of Money

2. Untuk proyek-proyek yang rata-rata laba bersihnya sama tetapi jumlah per tahunnya berbeda

atau umurnya berbeda, penilaian dengan metode ini menyesatkan.

Contoh :

PROYEK A B CJumlah investasi 10.000 10.000 10.000

Laba bersih tahun ke 1 1.000 3.000 2.000

2 2.000 2.000 2.0003 3.000 1.000 2.000

4 - - 2.000

Jumlah laba bersih 6.000 6.000 8.000Umur proyek 3 th 3 th 4 th

Rata-rata laba bersih/th 2.000 2.000 2.000

Rate of return :on initial investment 20% 20% 20%on average investment 40% 40% 40%

Menurut Accounting Rate of return, proyek A, B dan C sama baiknya, karena menghasilkan rateof return yang sama. Padahal jelas bahwa ke tiga proyek tersebut tidaklah sama baiknya.

3. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 6/10

 

Benefit-cost ratio B/C ratio disebut juga dengan istilah “profitability index” pendekatan ini

hampir sama dengan teknik NPV, hanya saja B/C ratio mengukur present value untuk setiaprupiah yang diinvestasikan sementara teknik NPV menunjuk pada beberapa rupiah kelebihan

present value cash inflow, diatas present value initial investment.

Perhitungan B/C ratio dilakukan sebagai berikut :B/C Ratio = Present Value Cash Inflow / Present Value Initial Investment

Selama B/C ratio > 1, maka usulan proyek dapat diterima tetapi apabila sebaliknya maka usulanproyek tersebut harus ditolak. B/C ratio yang lebih besar dengan 1 berarti NPV lebih besar dari

atau sama dengan nol (0).

Contoh :

B/C ratio untuk perusahaan : “TERUS MAJU” dapat dengan mudah ditentukan yaitu denganmenggunakan data present value yang sudah disajikan berdasarkan rumus diatas, maka B/C ratio

untuk masing-masing proyek adalah sebagai berikut (A dan B) :

B/C ratio proyek A = Rp 8.710.000,00 / Rp 6.000.000,00 = 1,45B/C ratio proyek B = Rp 7.838.100,00 / Rp 7.200.000,00 = 1,37

Kedua proyek tersebut dapat diterima karena B/C rasionya lebih besar dari 1 (sepanjang proyek 

tersebut bersifat independen), dan apabila diranking, maka proyek A akan ditempatkan diatas

karena untuk setiap rupiah yang diinvestasikan akan diperoleh return sebesar Rp 1,45 sedangkanproyek B hanya menghasilkan Rp1,37 untuk setiap rupiah yang diinvestasikan.

Ranking yang diperoleh disini sama dengan yang dihasilkan dengan menggunakan teknik NPV,

keadaan seperti ini tidak selalu terjadi, karena bukan mustahil dijumpai suatu situasi dimanaranking yang dihasilkan dalam kedua teknik tesebut akan bertolak belakang satu sama lain,

misalnya ranking 1 dalam teknik NPV akan diranking ditempat ke-2 dalam teknik NPV akandiranking teratas dalam teknik B/C ratio.

Contoh :

Perusahaan penggilingan beras “OJOLALI ” sedang mempertimbangkan untuk membeli salah

satu dari 2 buah mesin yang tersedia yang bersifat mutually exclusive.Data dari kedua mesin tersebut disajikan pada tabel berikut :

TabelPembandingan Antara NPV Dengan B/C Ratio

Keterangan Mesin X Mesin Y1. Present Value cash inflow Rp 300.000,00 Rp 600.000,002. Present Value initial investment Rp 200.000,00 Rp 450.000,00

3. Net present value (1-2) Rp 100.000,00 Rp 150.000,00

4. B/C ratio (1 : 2) 1,50 1,33

Dari hasil perhitungan tabel tersebut maka kedua proyek/mesin tersebut dapat diterima baik 

dengan menggunakan teknik NPV karena net present value yang diperoleh lebih besar dari 0,

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 7/10

 

maupun dengan menggunakan teknik B/C ratio karena hasil yang diperoleh adalah lebih besar

dari 1.Apabila kedua mesin tersebut diranking berdasarkan teknik NPV, maka mesin Y akan diranking

lebih atas akan tetapi sebaliknya apabila diranking berdasarkan teknik B/C ratio maka ranking

tersebut akan berbalik dimana mesin X akan diranking lebih tinggi. Keadaan seperti diatas

bukanlah hal yang luar biasa dan proyek mana yang akan dipilih (dalam mutually exclusiveprojects) akan sangat tergantung pada tekanan yang diberikan oleh perusahaan, “return” yang besar untuk setiap rupiah yang diinvestasikan atau “net present value” yang besar yang lebih

ditekankan.Kesulitan lain yang seringkali dijumpai dalam penggunaan teknik B/C ratio adalah dalam hal

mengklasifikasikan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dalam tahun-tahun sesudah tahun

pertama investasi dilakukan, apakah pengeluaran tersebut dianggap sebagai tambahan investasi,ataukah sebagai faktor yang mengurangi jumlah cash inflow.

Contoh :

Perusahaan “PERKASA” sedang mempertimbangkan untuk membeli salah satu diantara mesin

A dan mesin B.Mesin A membutuhkan initial investment sebesar Rp 1.500.000,00 dan akan menghasilkan cash

inflow masing-masing sebesar Rp 1.000.000,00 pada tahun pertama dan kedua.Mesin B juga membutuhkan initial investment sebesar Rp 1.500.000,00 dan cash inflow sebesar

Rp 2.000.000,00 masing-masing untuk tahun pertama dan kedua, akan tetapi disamping cash

inflow tersebut, pada tahun pertama dan kedua juga dibutuhkan pengeluaran masing-masingsebesar Rp 1.000.000,00.

Tingkat bunga yang digunakan untuk meng-diskonto initial investment dan cash inflow adalah

10 %.

Present value inflow proyek A pada tingkat discount sebesar 10 % adalah :

PA2 = A.(PV1.FA 10%.2)= Rp 1.000.000,00 x 1,735

= Rp 1.735.000,00

B/C ratio proyek A = Rp 1.735.000,00 : Rp 1.500.000,00 = 1,16

Untuk mengevaluasi proyek B terdapat sedikit kesulitan sehubungan dengan adanya cashoutflow pada tahun pertama dan tahun kedua.

Pada cash flow proyek B akan tampak sebagai berikut :

Proyek B Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2

Cash inflow - Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

Cash outflow (Rp 1.500.000) (Rp 1.000.000) (Rp 1.000.000)

Dengan menggunakan teknik net present value, maka hasil yang diperoleh baik untuk proyek A

maupun B adalah sama yaitu sebesar Rp 235.000,00 (present value cash inflow dikurangi dengan

present value keseluruhan out flow). Akan tetapi, dengan menggunakan pendekatan B/C ratioakan dijumpai suatu kesulitan sehubungan dengan penentuan klasifikasi cash outflow yang

terjadi pada tahun pertama dan kedua.

Apabila cash outflow tersebut dianggap sebagai penggurangan cash inflow, maka B/C ratio yang

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 8/10

 

diperoleh adalah sama dengan B/C ratio proyek A, yaitu sebesar 1,16 dan sebaliknya apabila

cash outflow dalam tahun pertama dan kedua tersebut dianggap sebagai tambahan investasi,maka B/C ratio yang diperoleh akan jauh lebih kecil.

Present value cash inflow = Rp 2.000.000 x 1,735 = Rp 3.470.000

Present value outflow = Rp 1.500.000 + (1.000.000 x 1,735) = Rp 3.235.000

4. Sensitivity Analysis

Salah satu cara yang termudah dalam memperkirakan resiko dari suatu proyek adalah denganmenggunakan Sensitivity Analysis yang berarti bahwa di dalam menilai suatu proyek digunakan

 beberapa jumlah return / penghasilan yang mempunyai “kemungkinan” untuk diperoleh, hal ini

akan sangat berguna dalam situasi yang benar-benar tidak menentu (benar-benar tidak adakepastian).

Sensitivity analysis ini dilakukan dengan jalan mengevaluasikan suatu proyek berdasarkan

sejumlah estimasi atas cash inflow yang mungkin akan diterima.

Hal ini dimaksudkan agar diperoleh suatu “feeling” atau perkiraan dari variabilitas hasil-hasil

yang akan diperoleh.Salah satu cara yang paling sering digunakan adalah mengestimasikan hasil yang terjelek (terlalu

pesimis), hasil yang paling mungkin untuk dicapai, dan hasil yang terlalu optimis dari suatuproyek.

Dalam hal seperti ini, maka risiko dari suatu proyek akan direfleksikan oleh “range” dari hasilyang diharapkan dimana pengukuran seperti ini merupakan penggukuran risiko yang paling

dasar sekali.

Range dapat ditentukan dengan melihat selisih antara hasil yang terbaik dengan hasil yang

terjelek (antara yang sangat pesimis dengan yang sangat optimis ).Semakin besar range suatu proyek maka semakin besar variabilitas atau risiko yang dikandung

oleh proyek tersebut.

Contoh :

Perusahaan Pembiayaan “LIKUID” sedang mengevaluasi dua buah proyek A dan B, yang

mutually exclusive, initial investment untuk masing-masing proyek tersebut adalah Rp

10.000.000 dan cash inflow yang “paling mungkin terjadi” masing-masing sebesar Rp2.000.000/tahun untuk jangka waktu 15 tahun dan cost of capital perusahaan adalah sebesar 10

%.

Untuk menentukan atau memperkirakan tingkat risiko dari masing-masing proyek, maka

manajemen perusahaan telah mengestimasikan cash inflow yang sangat pesimis dan sangat

optimis untuk masing-masing proyek tersebut. Ketiga tingkat cash inflow serta range darimasing-masing proyek disajikan dalam tabel berikut :

Tabel

Proyek Cash Inflow dari Proyek A dan B

Keterangan Proyek A Proyek B

Initial investment Rp 10.000.000 Rp 10.000.000

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 9/10

 

Estimasi cash inflow :

- terlalu pesimis Rp 1.500.000 Rp 0- paling mungkin Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

- terlalu optimis Rp 2.500.000 Rp 4.000.000

Range Rp 1.000.000 Rp 4.000.000

Dengan membandingkan range dari cash inflow untuk masing-masing proyek maka dapat dilihat

bahwa risiko yang dikandung oleh proyek A lebih rendah dari pada proyek B karena rangenya

hanya sebesar (Rp 2.500.000 – Rp 1.500.000) = Rp 1.000.000 dibandingkan dengan proyek Bsebesar (Rp 4.000.000 – Rp 0) = Rp 4.000.000

Dengan menggunakan teknik perhitungan NPV = PV cash-flow – PV investasi maka dapat

ditentukan besarnya net present value dari masing-masing tingkat “kemungkinan” cash flowuntuk kedua proyek tersebut.

Sebagai contoh misalnya :

NPV = PV cash inflow – PV investasi

= cash inflow x (PVI.FA 10 %.15) – Rp 10.000.000= Rp 1.500.000 x 7,606 – Rp 10.000.000

= Rp 1.409.000

Hasil keseluruhan perhitungan tersebut disajikan dalam tabel berikut.

Tabel

Net Present Value untuk masing-masing Proyek pada Tingkat Kemungkinan Cash Inflow yang

berbeda-beda

Kemungkinan Cash inflow Net Present Value

Proyek A Proyek BTerlalu pesimis Rp 5.212.000 Rp 9.015.000

Paling mungkin Rp 7.606.000 ( Rp 10.000.000 )

Terlalu optimis Rp 5.212.000 Rp 20.424.000

Range Rp 1.409.000 Rp 30.424.000

Dari tabel tersebut terlihat tampak bahwa sensitivity analysis dapat memberikan informasi yang

bermanfaat tentang proyek-proyek karena sekalipun dua buah proyek akan memberikan hasilyang sama apabila didasarkan atas cash inflow yang paling mungkin, tetapi apabila range inflow

ikut dipertimbangkan maka keadaannya menjadi lain.

Dengan membandingkan range net present value antara proyek A sebesar Rp7.606.000 denganproyek B sebesar Rp 30.424.000 maka jelaslah bahwa risiko proyek B lebih besar dibandingkandengan proyek A.

Penentuan proyek mana nantinya akan dipilih , sangatlah tergantung pada sikap pemilik terhadap

risiko.

Apabila pemilik termasuk seorang yang konservatif, maka pilihan akan jatuh ke proyek A,

sebaliknya apabila termasuk orang yang berani menanggung resiko, maka proyek B yang akan

5/17/2018 Studi Kelayakan Bisnis Bab X - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kelayakan-bisnis-bab-x 10/10

 

dipilih.

Sekalipun penggunaan range dalam sensitivity analysis masih merupakan suatu pengukuran yang

kasar, tetapi hal tersebut sudah memberikan lebih dari suatu estimasi cash inflow kepada pemilik 

atau pemutus, sehingga dengan demikian, pengukuran yang “masih kasar” tersebut pun sudah

dapat digunakan untuk memperkirakan risiko yang dihadapi.