16
11 ILMU GIZI INDONESIA ilgi.respati.ac.id ISSN 2580-491X (Print) ISSN 2598-7844 (Online) Vol. 05, No. 01, 11-26 Agustus 2021 Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food neophobia dan perilaku anak autistik di SD Inklusi Salsabila Purwakarta Case study on reactive food consumption, food neophobia and autistic children behavior in Salsabila Inclusive Elementary School Purwakarta Mira Tsamrotul Ula*, Muhammad Ikhsan Ammar, Iin Fatmawati Imrar Program Studi S-1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Indonesia Diterima: 28/02/2020 Ditelaah: 10/11/2020 Dimuat: 30/08/2021 Abstrak Latar Belakang: Di samping hambatan perkembangan, beban hidup anak autistik bertambah berat dengan gangguan metabolisme pencernaan. Upaya penekanan beban sistem biologis akan membantu meringankan beban anak dalam waktu yang relatif lebih cepat. Oleh sebab itu, diet yang sehat (khususnya menghindari pangan reaktif) merupakan prinsip utama pada anak autistik untuk memperbaiki kondisi food neophobia dan perilaku anak autistik. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan reaktif, food neophobia dan perilaku anak autistik. Metode: Penelitian dilakukan di SD Inklusi Salsabila Purwakarta. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi concurrent embedded dengan metode primer berupa metode kualitatif dan metode sekunder berupa metode kuantitatif. Untuk memeroleh data kualitatif, dilakukan wawancara mendalam kepada lima orang tua dan enam guru dari anak autistik dan dokumentasi serta observasi aktivitas keseharian lima anak autistik selama kurun waktu 18 hari. Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) digunakan untuk memeroleh data kuantitatif kebiasaan makan. Hasil: Setiap pangan reaktif yang dikonsumsi berpengaruh terhadap gejala perilaku autistik. Semakin banyak dan sering jenis pangan reaktif yang dikonsumsi diduga berpengaruh terhadap durasi dan kemunculan tantrum juga gejala food neophobia. Kesimpulan: Pangan yang reaktif terhadap satu anak belum tentu reaktif terhadap anak autistik lainnya. Pengecekan data pangan reaktif dalam tubuh anak autistik berguna untuk mengukur ketepatan dalam penentuan diet yang sehat melalui upaya eliminasi maupun substitusi secara bertahap. Kata kunci: anak autistik; pangan reaktif; food neophobia Abstract Background: In addition to developmental barriers, the life burden of autistic children increases with the disruption of their metabolism pathways. Lessening biological system load can help to relieve their burden. Therefore, a healthy diet (especially avoiding reactive food) is a cornerstone not an option to improve food neophobia condition and autictic behavior. Objective: The purpose of this study was to know reactive food consumption patterns, food neophobia and behavior of autistic children. Methods: This study conducted in Salsabila Inclusive Elementary School, Purwakarta used concurrent embedded mix method consisted of primary methods (qualitative methods) and secondary methods (quantitative methods). Data collection were done with interviews for five parents and six teachers of autistic children, as well as monitoring the daily activities of five autistic children for a period of 18 days. Quantitative data were obtained using SQFFQ. Results: Reactive food affected behavioral symptoms of autistic children. More and more reactive food consumed is thought to influence the duration and appearance of tantrums and experienced symptoms of food neophobia. Conclusion: Not all children have the same reaction to the same type of food. Detection of reactive food consumption is highly recomended for accuracy in determining the next healthy diet trying with elimination or subtitution step by step. Keywords: autistic children; reactive food; food neophobia *Korespondensi: Mira Tsamrotul Ula, Program Studi S-1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Jalan Raya Limo, Depok, Jawa Barat, Indonesia, Telepon/ fax (021) 7532884/7546772, email: [email protected]

Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

11

ILMU GIZI INDONESIA ilgi.respati.ac.id

ISSN 2580-491X (Print)

ISSN 2598-7844 (Online)

Vol. 05, No. 01, 11-26

Agustus 2021

Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food neophobia dan perilaku anak autistik di SD Inklusi Salsabila Purwakarta

Case study on reactive food consumption, food neophobia and autistic children behavior in Salsabila Inclusive Elementary School Purwakarta

Mira Tsamrotul Ula*, Muhammad Ikhsan Ammar, Iin Fatmawati ImrarProgram Studi S-1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional

Veteran Jakarta, IndonesiaDiterima: 28/02/2020 Ditelaah: 10/11/2020 Dimuat: 30/08/2021

AbstrakLatar Belakang: Di samping hambatan perkembangan, beban hidup anak autistik bertambah berat dengan gangguan metabolisme pencernaan. Upaya penekanan beban sistem biologis akan membantu meringankan beban anak dalam waktu yang relatif lebih cepat. Oleh sebab itu, diet yang sehat (khususnya menghindari pangan reaktif) merupakan prinsip utama pada anak autistik untuk memperbaiki kondisi food neophobia dan perilaku anak autistik. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan reaktif, food neophobia dan perilaku anak autistik. Metode: Penelitian dilakukan di SD Inklusi Salsabila Purwakarta. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi concurrent embedded dengan metode primer berupa metode kualitatif dan metode sekunder berupa metode kuantitatif. Untuk memeroleh data kualitatif, dilakukan wawancara mendalam kepada lima orang tua dan enam guru dari anak autistik dan dokumentasi serta observasi aktivitas keseharian lima anak autistik selama kurun waktu 18 hari. Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) digunakan untuk memeroleh data kuantitatif kebiasaan makan. Hasil: Setiap pangan reaktif yang dikonsumsi berpengaruh terhadap gejala perilaku autistik. Semakin banyak dan sering jenis pangan reaktif yang dikonsumsi diduga berpengaruh terhadap durasi dan kemunculan tantrum juga gejala food neophobia. Kesimpulan: Pangan yang reaktif terhadap satu anak belum tentu reaktif terhadap anak autistik lainnya. Pengecekan data pangan reaktif dalam tubuh anak autistik berguna untuk mengukur ketepatan dalam penentuan diet yang sehat melalui upaya eliminasi maupun substitusi secara bertahap.

Kata kunci: anak autistik; pangan reaktif; food neophobia

AbstractBackground: In addition to developmental barriers, the life burden of autistic children increases with the disruption of their metabolism pathways. Lessening biological system load can help to relieve their burden. Therefore, a healthy diet (especially avoiding reactive food) is a cornerstone not an option to improve food neophobia condition and autictic behavior. Objective: The purpose of this study was to know reactive food consumption patterns, food neophobia and behavior of autistic children. Methods: This study conducted in Salsabila Inclusive Elementary School, Purwakarta used concurrent embedded mix method consisted of primary methods (qualitative methods) and secondary methods (quantitative methods). Data collection were done with interviews for five parents and six teachers of autistic children, as well as monitoring the daily activities of five autistic children for a period of 18 days. Quantitative data were obtained using SQFFQ. Results: Reactive food affected behavioral symptoms of autistic children. More and more reactive food consumed is thought to influence the duration and appearance of tantrums and experienced symptoms of food neophobia. Conclusion: Not all children have the same reaction to the same type of food. Detection of reactive food consumption is highly recomended for accuracy in determining the next healthy diet trying with elimination or subtitution step by step.

Keywords: autistic children; reactive food; food neophobia

*Korespondensi: Mira Tsamrotul Ula, Program Studi S-1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Jalan Raya Limo, Depok, Jawa Barat, Indonesia, Telepon/ fax (021) 7532884/7546772, email: [email protected]

Page 2: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

12

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26

PENDAHULUANKasus autisme pada anak semakin

meningkat sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama orang tua khususnya dalam hal penanganannya (1). Prevalensi autisme di dunia pada tahun 2012 berdasarkan data CDC (Centers for Disease Control and Prevention, USA) menyatakan bahwa sejumlah 1:88 anak menyandang autisme dan pada tahun 2014 meningkat 30% yaitu sebanyak 1,5% atau 1:68. Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi autisme di Indonesia. Dokter Rudy, merujuk pada insiden dan prevalensi ASD (Autism Spectrum Disorder), memperkirakan bahwa penyandang kasus autisme di Indonesia sekitar 2,4 juta orang dengan pertambahan penyandang baru sebanyak 500 orang setiap tahunnya (2,3).

Anak autistik terkadang mengalami gangguan perilaku diantaranya menjadi agresif dan hiperaktif, mengalami gangguan konsentrasi, mengalami gangguan sensoris dan memiliki perilaku defisit. Aspek pengaturan pola makan sedemikian penting bagi anak autistik karena suplai makanan merupakan bahan dasar pembentuk neurotransmitter yang memengaruhi mood dan tingkah laku. Pengaturan pola makan yang baik telah terbukti dapat mengurangi gangguan perilaku pada anak autistik (4).

Pengaturan pola makan yang baik diantaranya adalah menghindari pangan reaktif (5). Konsumsi pangan reaktif salah satunya dipengaruhi oleh pola konsumsi sebelumnya yang mengakibatkan food neophobia atau rasa takut dalam mencoba makanan baru. Dengan kata lain, anak menolak untuk mencoba makanan yang tidak dikenali oleh dirinya sendiri (6). Food neophobia merupakan salah satu komponen food selectivity yang diakibatkan oleh withdrawal syndrome atau ketagihan terhadap makanan tertentu karena tidak optimalnya peranan enzim dalam mencerna polipeptida tertentu seperti gluten

dan kasein. Hasil pencernaan polipeptida yang tidak sempurna ini mirip dengan senyawa opiate yang menyebabkan sensasi candu bagi anak autistik terhadap jenis makanan tertentu (5).

Anak autistik dapat bersekolah di Sekolah Luar Biasa maupun Sekolah Inklusi. Penjaja makanan dan minuman di sekitar sekolah inklusi pada umumnya tidak memperhatikan bahwa produk yang mereka tawarkan dapat dibeli ataupun dikonsumsi oleh anak autistik (7–9). Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsumsi pangan reaktif, food neophobia, dan perilaku anak autistik. Penanganan yang tepat, cermat dan telaten sedari dini dapat mendukung anak autistik menjadi orang hebat dan potensial. Penanganan ini dapat dimulai dari kontrol makanan yang dikonsumsi oleh anak autistik.

METODEPenelitian ini dilaksanakan selama tiga

bulan, sejak bulan Oktober 2019 sampai Desember 2019 bertempat di satu-satunya sekolah inklusi di Kabupaten Purwakarta yaitu SD Inklusi Salsabila Purwakarta. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi concurrent embedded (10,11) dengan metode kualitatif (12) sebagai metode primer dan metode kuantitatif sebagai metode sekunder.

Wawancara mendalam kepada lima orang tua dan enam guru dari anak autistik selama kurang lebih 30 menit dilakukan untuk memeroleh data kualitatif mengenai kebiasaan makan dan perilaku anak autistik baik ketika di rumah maupun di sekolah. Wawancara dilakukan di SD Inklusi Salsabila Purwakarta. Pengambilan data kualitatif juga disertai dengan dokumentasi serta observasi aktivitas keseharian lima anak autistik selama 18 hari. Untuk memperkuat hasil pengukuran data kualitatif, dilakukan pengumpulan data kuantitatif terhadap kebiasaan makan (khususnya konsumsi pangan reaktif) menggunakan Semi Quantitative Food

Page 3: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

13

Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan

Frequency Questionnaire (SQFFQ) dan pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital (13).

Penetapan subjek dipilih secara purposive dan snowball. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu orang tua dan guru dari anak autistik yang memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Anak autistik yang diobservasi adalah anak autistik yang berusia di bawah 10 tahun dan merupakan siswa SD Inklusi Salsabila Purwakarta.

Pada penelitian ini dilakukan analisis data untuk menentukan: 1) pola konsumsi pangan reaktif dari hasil SQFFQ menggunakan aplikasi Nutrisurvey (14,15) dan 2) food neophobia serta perilaku anak autistik berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dideskripsikan melalui penilaian peneliti. Selanjutnya, korelasi antar variabel dianalisis menggunakan uji bivariat Pearson Correlation dengan aplikasi SPSS. Komisi Etik Penelitian Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (KEPK UPNVJ) telah melayangkan surat kelayakan pada penelitian ini dengan menjamin kerahasiaan identitas dari subjek penelitian dengan angket yang tidak mencantumkan nama jelas atau dengan kode tertentu serta memperlakukan seluruh subjek secara adil sebelum, selama dan sesudah keikutsertaan dalam penelitian. Nomor persetujuan kelayakan etik dari penelitian ini adalah B/2226/XII/2019/KEPK.

HASILTabel 1 merupakan data yang mewakili

analisis isi indepth interview yang dilakukan peneliti terhadap informan dan didapatkan hasil untuk variabel perilaku anak autistik yaitu terjadi perubahan perilaku spontan menjadi hiperaktif setelah mengonsumsi makanan manis berlebihan, terjadi perbaikan dalam hal konsentrasi setelah pangan glikemik dieliminasi, dan terjadi penurunan gangguan perilaku autistik setelah pangan reaktif

dieliminasi. Untuk variabel food neophobia didapatkan hasil bahwa anak autistik memiliki rasa kecanduan pangan reaktif yang terngiang-ngiang dalam pikirannya sebagai keinginan yang teramat dalam sehingga anak menyebut-nyebut nama makanan ataupun terfokuskan agar dapat mengonsumsi makanan tersebut. Berdasarkan hasil pengkajian konsumsi pangan reaktif, didapatkan hasil bahwa semua tubuh anak autistik masih dibubuhi asupan pangan reaktif.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan beberapa gangguan yang terjadi pada anak autistik, diantaranya adalah tertawa, melamun, menangis sendiri tanpa sebab (16), menyukai gerakan yang terus dilakukan berulang, menarik baju orang sekitar, mengalami gangguan konsentrasi, menyakiti diri sendiri dan menyerang orang lain, fokus dan menarik diri sendiri, tahan terhadap sakit dan terus berteriak (Gambar 1).

Gambar 1. Gangguan perilaku autistik

Frekuensi kemunculan gangguan perilaku anak ditampilkan pada Gambar 2, dari seluruh anak A hingga anak E, anak C merupakan subjek dengan frekuensi kemunculan gangguan perilaku tergolong tinggi. Sejalan dengan Gambar 2, pada Gambar 3 anak C menempati posisi pertama dalam hal kuantitas dan variasi tertinggi akan pangan reaktif yang

Page 4: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

14

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26

dikonsumsi. Variasi jumlah dan jenis pangan reaktif yang dikonsumsi setiap anak autistik didapatkan dari hasil SQFFQ yang diisikan dalam kegiatan wawancara terhadap setiap orang tua dari anak autistik. Pangan reaktif terbesar yang memengaruhi anak autistik menurut para ahli (5,17) adalah produk gluten (18) dan kasein, pangan dengan beban glikemik tinggi, kedelai, jagung dan makanan yang tinggi akan fenol (19).

Dari lima anak yang terdeteksi autistik, hanya satu anak yang menerapkan diet dengan tepat. Penerapan diet yang dilakukan

menyebabkan anak tersebut merupakan satu-satunya dari lima anak autistik yang tidak mengalami food neophobia (Gambar 4). Sementara anak autistik lainnya, mengalami kondisi food neophobia yang ditandai dengan terus menyebut-nyebut makanan sumber gluten dan kasein atau pangan reaktif serta memiliki hasrat yang tinggi untuk membeli dan mengonsumsi produk susu dan terigu tersebut. Anak-anak tersebut biasanya oleh orang tua mereka disamakan sebagai milk-aholics karena tingginya intensitas konsumsi produk susu.

Gambar 2. Frekuensi gangguan perilaku

Gambar 3. Jumlah variasi pangan reaktif yang dikonsumsi

Dari lima anak autistik, tiga diantaranya telah disadari oleh orang tua mereka bahwa anak sensitif terhadap makanan manis. Apabila anak diberikan makanan manis,

perilaku anak menjadi tidak terkontrol seperti tertawa sendiri dan hiperaktif. Selebihnya, orang tua mengatakan bahwa belum terlalu mengerti tentang anaknya yang berubah

Page 5: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

15

Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan

spontan hiperaktif, apakah disebabkan karena makanan atau mood.

Lima anak yang autistik, tiga diantaranya diberi kewenangan untuk jajan sendiri, sedangkan sisanya dengan pengawasan. Terjadi perubahan perilaku membaik setelah perubahan menu makan siang sekolah setahun yang lalu mengingat menu makan siang sekolah menjadi lebih diperhatikan kandungan gizinya. Untuk tingkat konsumsi energi dan protein sehari, sebagai efek dari makanan yang dibatasi, tidak terlalu menjadi perhatian khusus karena hampir semua anak yang diobservasi tidak mematuhi diet yang diinformasikan oleh sekolah. Akan tetapi, mereka mendapatkan pengawasan apabila telah berlebihan dalam mengonsumsi

makanan tertentu. Hal ini terlihat dari adanya perubahan perilaku hiperaktif spontan. Secara keseluruhan, hasil penelitian kualitatif dapat disederhanakan seperti Gambar 5.

Gambar 4. Gambaran food neophobia pada subjek

Gambar 5. Hasil penelitian kualitatif

Page 6: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

16

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26

Tabe

l 1. H

asil

inde

pth

inte

rvie

w

No

Info

rmas

iIn

form

anJa

wab

an in

form

asi

Kon

sep

Vari

abel

: per

ilaku

ana

k au

tistik

1Pe

ruba

han

peril

aku

yang

si

gnifi

kan

kare

na

mak

anan

OT.

A“K

eban

yaka

n m

anis

jadi

lebi

h hi

pera

ktif,

mon

dar m

andi

r, ga

mau

die

m, k

adan

g ke

taw

a-ta

wa

send

iri k

alau

keb

anya

kan

mak

an y

ang

man

is k

aya

perm

en d

ikas

ih

sam

a ne

nekn

ya k

an m

inta

lagi

, min

ta la

gi. K

etik

a te

rjadi

per

ubah

an p

erila

ku

baru

sam

a sa

ya se

baga

i ibu

nya

dihe

ntik

an.”

Pang

an re

aktif

yan

g m

emen

garu

hi p

erila

ku a

nak

autis

tik d

iant

aran

ya a

dala

h pr

oduk

glu

ten,

kas

ein,

zat

feno

l da

n pr

oduk

den

gan

inde

ks

glik

emik

yan

g tin

ggi.

Pang

an

glik

emik

mem

iliki

efe

k (m

ood)

te

rhad

ap d

aya

mem

foku

skan

diri

da

n da

lam

men

aruh

per

hatia

n te

rhad

ap se

suat

u. S

elai

n itu

, as

upan

yan

g m

enga

ndun

g fe

nol

bisa

men

yeba

bkan

ana

k de

ngan

au

tism

e te

rtaw

a-ta

wa

pada

m

alam

har

i ata

u pa

da se

suat

u ya

ng ti

dak

lucu

.

GP.

A“S

aat t

erja

di p

erub

ahan

men

u m

akan

sian

g se

kola

h ya

ng d

ari n

asi p

utih

ke

nasi

mer

ah, g

oren

g-go

reng

an ja

di d

iseu

pan

(dik

ukus

), pa

s uda

h di

atur

, A ja

di

lebi

h fo

kus.

Kan

asa

lnya

ana

knya

mud

ah te

ralih

kan

saat

keg

iata

nnya

apa

per

gi

kem

ana,

nah

jadi

lebi

h m

ende

ngar

kan

ketik

a m

akan

anny

a le

bih

berm

utu.

Kal

au

dulu

mas

ih in

form

asi s

ampa

i beb

erap

a ka

li...”

GP.

C“A

lham

dulil

lah

sete

lah

ada

prog

ram

giz

i di s

ekol

ah. M

eman

g ad

a pr

ogra

m

mak

an d

i sek

olah

seta

hun

yang

lalu

tapi

mas

ih m

engg

unak

an n

asi p

utih

, m

inya

k go

reng

, say

uran

nya

digo

reng

, lau

knya

sepe

rti p

inda

ng, s

nack

nya

bahk

an sa

mpa

i bal

a-ba

la. S

etel

ah d

irekt

ur y

ayas

an b

eker

ja sa

ma

deng

an d

okte

r Ti

fauz

iah

dan

men

giku

ti se

min

ar-s

emin

arny

a da

n be

rdis

kusi

. Mak

a, d

iput

uska

n ba

hwa

nutri

si it

u ad

alah

hal

yan

g ut

ama.

..set

elah

pro

gram

giz

i ber

jala

n al

ham

dulil

lah

ada

peru

baha

n pa

da a

nakn

ya m

eski

tant

rum

tapi

tida

k te

rlalu

la

ma

jeda

nya.

..alh

amdu

lilla

h su

dah

bisa

dia

jak

bica

ra d

an m

ulai

men

gerti

ko

saka

ta. K

emud

ian

untu

k po

la k

onsu

msi

ket

ika

di ru

mah

ber

peng

aruh

ke

C se

perti

dat

ang

ke se

kola

h la

ngsu

ng ta

ntru

m. M

eman

g m

amah

nya

mas

ih

suka

mem

berik

an n

asi u

duk.

..per

kem

bang

an C

per

laha

n ta

pi p

asti,

per

laha

n be

rpen

garu

h da

ri tid

ak k

elua

r kos

akat

a ja

di k

elua

r sed

ikit-

sedi

kit m

engi

kuti

apa

yang

diu

capk

an, a

da p

enin

gkat

an se

lam

a se

tahu

n in

i, da

lam

foku

s jug

a.”

Page 7: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

17

Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan

No

Info

rmas

iIn

form

anJa

wab

an in

form

asi

Kon

sep

OT.

E“K

alau

keb

anya

kan

man

is g

erak

anny

a ja

di le

bih

cepa

t mal

ah e

kstri

m sa

mbi

l ke

taw

a he

boh,

saya

jadi

kag

et w

aduh

gim

ana,

sebe

lum

saya

tau

kala

u itu

di

pant

ang-

kan

saya

kas

ih ja

jana

n aj

a, te

rnya

ta la

ngsu

ng b

ange

t ber

akib

at g

itu

spon

tan,

jaja

nan

sepe

rti b

isku

it at

au y

ang

men

gand

ung

man

is a

tau

ga k

ue

blac

kfor

est k

elih

atan

ban

get p

erub

ahan

nya

jadi

lebi

h ak

tif, h

iper

aktif

...”

GP.

E“S

ejak

hijr

ah d

iet t

ahun

lalu

, ada

per

ubah

an si

gnifi

kan

sepe

rti b

isa

dudu

k te

nang

sam

pai 3

0 m

enit,

jara

ng m

enya

kiti

diri

send

iri...

dika

sih

info

rmas

i sek

ali

lang

sung

nur

ut...

nam

un se

tela

h sa

kit,

saki

tnya

itu

dia

pern

ah o

pera

si p

erut

ka

rena

mas

alah

di p

erut

nya

sepe

rti k

ulit

lam

bung

nya

mem

bent

uk m

angk

ok d

an

men

ampu

ng a

ir ...

sete

lah

perk

emba

ngan

pes

at a

tas p

erub

ahan

men

u di

et y

ang

mer

ubah

per

ilaku

sign

ifika

n, m

ulai

saki

t ini

tuh

sepe

rti k

emba

li ke

aw

al, s

eper

ti pe

rkem

bang

an a

utis

me

di a

wal

.”

2M

enat

ap

mat

a la

wan

bi

cara

OT.

A“.

..sek

aran

g ad

a ra

sa c

are

dulu

mah

ga,

cue

k aj

a ga

men

atap

.”Sa

lah

satu

gan

ggua

n ko

nsen

trasi

/ fok

us d

apat

terli

hat

dari

baga

iman

a an

ak a

utis

tik

men

atap

mat

a la

wan

bic

aran

ya.

Sela

in it

u, se

nyaw

a op

iate

ya

ng te

rkan

dung

dal

am p

anga

n re

aktif

juga

dap

at m

embu

at

anak

aut

istik

men

gala

mi s

ocia

l w

ithdr

awal

. Per

ubah

an m

enu

diet

mak

an si

ang

seko

lah

yang

di

perh

atik

an k

andu

ngan

nya

didu

ga b

erpe

ngar

uh te

rhad

ap

min

imal

isas

i gan

ggua

n ko

nsen

trasi

pad

a an

ak a

utis

tik.

OT.

B“S

ekar

ang-

seka

rang

iya

mau

men

atap

mat

a la

wan

bic

ara,

dul

u en

gga.

..”

OT.

C“E

ngga

suka

men

atap

mat

a la

wan

bic

ara.

GP.

C“K

adan

g-ka

dang

, kal

au d

ulu

engg

a.”

OT.

D“.

..men

atap

mat

a la

wan

bic

aran

ya...

OT.

E“S

uka

men

atap

mat

a la

wan

bic

ara

tapi

suka

sebe

ntar

.”

Page 8: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

18

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26

No

Info

rmas

iIn

form

anJa

wab

an in

form

asi

Kon

sep

3Pe

rilak

u an

ak a

utis

tikG

P.C

“Ser

ing

tant

rum

men

arik

ker

udun

g da

n ba

ju o

rang

lain

seku

at te

naga

bah

kan

sam

pai k

anci

ngny

a co

pot..

.sam

bil d

ia n

angi

s jer

it-je

rit. K

adan

g ju

ga m

enan

gis

send

iri, t

erta

wa

dan

mel

amun

tiba

-tiba

tanp

a se

bab.

Kes

ulita

n da

lam

men

erim

a pe

ruba

han

runi

titas

yan

g m

enda

dak”

Pang

an re

aktif

yan

g tid

ak

dihi

ndar

i ole

h se

mua

ana

k au

tistik

yan

g di

obse

rvas

i m

enim

bulk

an g

ejal

a au

tistik

ya

ng k

erap

kal

i tim

bul p

ada

anak

. Sem

akin

serin

g da

n ba

nyak

var

iasi

pan

gan

reak

tif

yang

dik

onsu

msi

sem

akin

se

ring

dan

berta

han

lam

a pe

rilak

u au

tistik

mun

cul.

Ana

k au

tistik

yan

g sa

kit k

aren

a pe

reng

gang

an m

ukos

a us

us

yang

dip

enuh

i bak

teri

juga

da

pat m

enam

bah

beba

n be

rat

met

abol

ism

e tu

buh

yang

tida

k efi

sien

dan

ket

idak

seim

bang

an

neur

otra

nsm

itter

di o

tak.

Pa

saln

ya, p

enur

unan

sist

em

imun

yan

g m

enin

gkat

kan

jum

lah

sito

kin

dala

m tu

buh

sang

at b

erpe

ngar

uh te

rhad

ap

kem

uncu

lan

dan

dura

si p

erila

ku

autis

tik.

GP.

E“C

ende

rung

akt

if m

enca

ri se

suat

u, ti

dak

bisa

dia

m, m

enyu

kai s

esua

tu y

ang

berp

utar

, ser

ing

mem

ukul

kak

inya

dan

men

gelu

arka

n ko

saka

ta b

ublin

g...

men

caka

r dan

men

yaki

ti di

ri se

ndiri

itu

lebi

h se

ring,

soal

nya

dia

suka

m

emuk

ul-m

ukul

kak

i tea

sam

a m

embe

ntur

kan

kepa

la d

an m

enar

ik, m

enja

mba

k ra

mbu

t ora

ng ju

ga d

an d

iri se

ndiri

. Sem

enja

k sa

kit p

ence

rnaa

n ya

ng

men

ghar

uska

n en

dosk

opi,

perk

emba

ngan

E se

perti

kem

bali

ke a

wal

, kad

ang

juga

dia

gig

it bi

birn

ya sa

mpa

i ber

dara

h...s

uka

keta

wa

tiba-

tiba

tanp

a se

bab,

m

enan

gis d

an m

elam

un se

ring

enta

h in

gat a

pa, m

enar

ik d

iri se

ndiri

. Jik

a ad

a pe

ruba

han

baru

tida

k ny

aman

den

gan

tant

rum

yan

g le

bih

para

h m

isal

nya,

se

perti

gan

ti pe

ndam

ping

.”

GP.

D“A

wal

-aw

al p

erna

h di

pega

ng, n

yaka

r sed

ikit,

..gan

ggua

n ko

nsen

trasi

serin

g,

haru

s dia

rahi

n at

au d

idam

ping

i bar

u bi

sa tu

ntas

, ga

bisa

lam

a. S

uka

keta

wa

tiba-

tiba,

mel

amun

tiba

-tiba

, kal

au a

da a

nak

lain

yan

g ta

ntru

m, d

ia su

ka

nged

eket

in ik

utan

ket

awa

buka

nnya

ber

sedi

h. B

elum

bis

a m

engu

ngka

pkan

apa

ya

ng d

ia in

gink

an.”

GP.

B“H

arus

dia

rahi

n at

au d

idam

ping

i bar

u bi

sa tu

ntas

, tid

ak se

perti

ana

k la

inny

a.

Men

yend

iri iy

a, m

asih

bel

um b

isa

berg

abun

g de

ngan

tem

anny

a, d

ekat

tapi

tid

ak b

erm

ain

berd

ampi

ngan

. Bis

a m

emili

h te

man

tapi

tida

k bi

sa b

erin

tera

ksi.”

Page 9: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

19

Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan

No

Info

rmas

iIn

form

anJa

wab

an in

form

asi

Kon

sep

GP.

A“S

ensi

tif d

enga

n su

ara,

men

gaki

batk

an ta

ntru

m. T

antru

mny

a te

riak-

teria

k.

Serin

g te

rtaw

a tib

a-tib

a da

n bi

cara

send

iri, k

adan

g m

enan

gis s

endi

ri tib

a-tib

a ta

npa

alas

an, m

elam

un ju

ga. K

etaw

a di

situ

asi y

ang

buka

n un

tuk

terta

wa.

OT.

C“K

adan

g-ka

dang

em

ang

suka

ket

awa

send

iri ta

pi g

a ta

u ka

rena

mak

anan

ata

u bu

kan

atau

kar

ena

apa,

mon

dar-m

andi

r, na

ngis

...K

adan

g ke

liata

n le

bih

aktif

ka

dang

eng

ga, s

aya

ga ta

u ap

a itu

dar

i mak

anan

ata

u m

oodn

ya.”

OT.

B“A

utis

men

ya it

u ku

rang

foku

s, ka

lau

dita

nya

suka

kem

ana-

man

a...t

erus

kal

au

lihat

TV

pad

ahal

uda

h no

nton

ber

ulan

g-ul

ang.

..dia

ket

awa

send

iri...

seka

rang

-se

kara

ng m

au m

enat

ap m

ata

law

an b

icar

a, d

ulu

engg

a”

OT.

E“S

etel

ah sa

kit s

ampa

i die

ndos

kopi

itu

ada

penu

runa

n pe

rkem

bang

an ja

di se

ring

emos

ian

dan

kese

lan,

cen

deru

ng k

e ka

sar,

ke si

apa

saja

yan

g de

ket k

e di

a.

Emos

inya

itu

mai

n fis

ik d

an le

mpa

r-lem

par b

aran

g ju

ga.”

4Te

s pen

egak

di

agno

sis

OT.

A“P

alin

g te

snya

stim

ulus

”Te

s pen

egak

dia

gnos

is d

apat

m

embe

rikan

pet

unju

k te

rhad

ap

perja

lana

n an

ak p

enya

ndan

g au

tism

e da

n fa

ktor

-fak

tor y

ang

didu

ga b

erpe

ngar

uh te

rhad

ap

peril

aku

anak

.

OT.

B“T

es st

imul

us p

alin

g’

OT.

C“T

es st

imul

us”

OT.

D“P

alin

g te

s dia

gnos

anya

itu

dita

nya-

tany

a ib

unya

, dili

hatin

ana

knya

, di

obse

rvas

i sam

a ps

ikia

ter”

OT.

E“P

alin

g di

tes r

ambu

tnya

, cen

deru

ng le

bih

ke a

lerg

i. D

alam

tubu

h E

kelih

atan

ba

nyak

kan

dung

an m

erku

ri da

n ha

sil t

imba

lnya

bes

ar. K

atan

ya w

aktu

m

amah

nya

ham

il m

akan

nya

seaf

ood

mel

ulu,

kar

ena

dipi

kirn

ya se

hat t

api

sesu

atu

yang

ber

lebi

han

kan

ga b

agus

juga

. Sea

food

nya

juga

mun

gkin

lagi

ya

ng b

anya

k tim

baln

ya a

tau

lagi

yan

g na

asny

a.”

Page 10: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

20

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26

No

Info

rmas

iIn

form

anJa

wab

an in

form

asi

Kon

sep

5Pe

nget

ahua

n ib

u ak

an

peny

ebab

an

ak

men

gala

mi

autis

me

OT.

A“.

..ada

gen

aut

isny

a m

ungk

in y

a di

tam

bah

wak

tu k

ecil

A d

ititip

in n

enek

nya

sehi

ngga

ga

kepa

ntau

dan

ga

ada

stim

ulus

mun

gkin

dar

i situ

...ay

ahny

a ju

ga g

a te

rlalu

ban

yak

bica

ra m

ungk

in d

ari s

itu, b

icar

anya

mal

as.”

Peng

etah

uan

ibu

mem

berik

an

gam

bara

n fa

ktor

yan

g di

duga

be

rpen

garu

h te

rhad

ap p

erila

ku

autis

tik.

OT.

B“M

ungk

in k

aren

a ke

bany

akan

vita

min

wak

tu d

i dal

am k

andu

ngan

kar

ena

kan

anak

per

tam

a ja

di d

ikas

ih v

itam

in d

imin

um, d

ikas

ih la

gi d

imin

um m

enur

ut

saya

ya

teh!

Kat

a do

kter

nya

keba

nyak

an o

bat,

obat

apa

? G

a ta

u ob

at a

pa.”

OT.

C“D

ulu

saya

ting

gal d

i Sum

ater

a ja

rang

gau

l sam

a te

tang

ga m

aklu

m k

aren

a di

pe

rant

auan

kan

. Mun

gkin

spee

ch d

elay

snya

dar

i situ

, kar

ena

dia

ga su

ka k

elua

r ru

mah

dan

ber

sosi

alis

asi s

ama

teta

ngga

.”

OT.

D“M

enur

ut p

anda

ngan

saya

tida

k ta

hu k

enap

a bi

sa se

perti

itu

pada

hal k

akak

-ka

kakn

ya n

orm

al. D

ari g

en d

ari n

utris

i ban

yak

fakt

or si

h ta

pi le

bih

bany

ak d

ari

nutri

si k

ata

dokt

erny

a.”

OT.

E“S

etau

saya

, yan

g sa

ya b

aca,

bel

um a

da il

mu

yang

fix

kena

pa a

nak

itu b

isa

autis

at

au e

ngga

. Ket

ika

ibu

kand

ungn

ya h

amil

kare

na ib

unya

ken

a vi

rus t

okso

. Saa

t itu

ben

ar-b

enar

diu

saha

kan

E itu

supa

ya ti

dak

kegu

gura

n, d

iupa

yaka

n la

hir

dala

m k

eada

an n

orm

al. T

erny

ata

pas l

ahir

fisik

nya

bagu

s tap

i ter

nyat

a ba

ru

keta

huan

aut

is. T

api s

aya

juga

bel

um ta

hu fa

ktor

man

a ya

ng m

endu

kung

, ata

u m

ungk

in k

aren

a tim

bal s

aya

ga ta

u...”

6K

onsu

msi

ob

atO

T.A

“A m

engo

nsum

si o

bat a

bilif

y ca

ir w

aktu

usi

a em

pat t

ahun

, efe

k sa

mpi

ngny

a an

ak y

ang

tadi

nya

hipe

rakt

if se

perti

dire

dam

jadi

tiba

-tiba

pen

diam

, tid

ak

bany

ak g

erak

dan

jadi

nga

ntuk

an b

anya

k m

akan

. Sek

aran

g su

dah

tidak

lagi

.”

Kon

sum

si o

bat d

idug

a be

rpen

garu

h da

lam

mer

edam

pe

rilak

u au

tism

e pa

da a

nak.

Pe

rlu d

iper

hatik

an ju

ga

peng

guna

an o

bat,

teru

tam

a da

lam

dos

is m

aupu

n da

lam

ja

ngka

wak

tu p

anja

ng.

OT.

BU

ntuk

bul

an N

ovem

ber k

emar

in sa

ma

awal

Des

embe

r ini

B ti

dak

men

gons

umsi

oba

t, ka

rena

oba

tnya

men

yeba

bkan

ben

gkak

-ben

gkak

pad

a da

erah

muk

a. Ja

di se

men

tara

tida

k m

engo

nsum

si o

bat d

ulu.

Page 11: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

21

Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan

No

Info

rmas

iIn

form

anJa

wab

an in

form

asi

Kon

sep

OT.

CM

ethy

lpen

idat

e H

CL,

Ris

perid

one,

Trih

exyp

heni

dyl H

Cl

OT.

DM

ethy

lpen

idat

e H

CL,

Ris

perid

one,

Sod

ium

Val

proa

te

OT.

EVa

lpro

ic a

cid,

Met

hylp

enid

ate

HC

L, F

riman

ia

Vari

abel

: foo

d ne

opho

bia

7M

enye

but-

nyeb

ut te

rus

mak

anan

te

rtent

u

OT.

A“.

..es k

rim c

okla

t, ka

lau

peng

en su

ka n

gom

ong

teru

s tia

p ha

ri, k

alau

uda

h ke

sam

paia

n ba

ru b

erhe

nti..

.suka

mau

jasu

ke a

ja b

ekal

mak

anan

nya.

..”Fo

od n

eoph

obia

ada

lah

tidak

m

au m

enco

ba m

akan

an la

in

yang

tida

k fa

mili

ar d

enga

n di

rinya

kar

ena

subj

ek k

ecan

duan

ha

nya

deng

an m

akan

an te

rtent

u sa

ja.

GP.

A“W

aktu

ber

imaj

inas

i mau

es k

rim c

okla

t kal

au g

a di

kasi

h m

arah

...se

ring

terta

wa

tiba-

tiba

dan

bica

ra se

ndiri

, kad

ang

men

angi

s sen

diri

tiba-

tiba

tanp

a al

asan

, mel

amun

juga

...du

lu se

ring

nang

is k

elua

r air

mat

a te

rus b

ilang

es k

rim

cokl

at A

OT.

D “

Kal

au su

su d

ulu

keta

giha

n w

aktu

TK

...se

hari

bisa

sam

pai 1

0 ge

las,

seka

rang

ud

ah ja

rang

min

um su

su..d

ulu

juga

suka

mar

ah-m

arah

...te

riak-

teria

k...

ngel

empa

r mai

nan

seka

rang

mah

uda

h ga

per

nah,

tapi

saya

ga

tau

peng

aruh

da

ri ap

a...p

ulan

g se

kola

h di

a su

ka m

inta

bel

i sio

may

jaja

nan

di p

ingg

ir se

kola

h.

Es k

rim ja

rang

sih

palin

g cu

man

di r

umah

aja

, ga

past

i tia

p ha

ri. K

alau

siom

ay

mah

ada

teru

s tia

p ha

ri, p

erna

h ga

ada

seha

ri, n

anya

teru

s dia

nya.

8C

ende

rung

m

embe

li pr

oduk

pa

ngan

te

rtent

u sa

ja

OT.

B“.

..suk

a m

akan

an sp

aghe

tty k

alau

mam

anya

bik

in...

palin

g so

re m

inta

uan

g ja

jan,

bua

t bel

i sus

u ca

ir ke

mas

an k

adan

g es

kad

ang

ciki

-cik

ian,

serin

gnya

su

suan

(pro

duk

susu

).”

Tubu

h ya

ng d

ipen

uhi o

leh

pang

an re

aktif

cen

deru

ng

ingi

n te

rus m

emak

an p

rodu

k pa

ngan

reak

tif te

rseb

ut k

aren

a ha

nya

mak

anan

ters

ebut

yan

g di

ingi

nkan

ole

h ot

ak.

OT.

C“.

..ker

ipik

-ker

ipik

dia

suka

, kay

a ke

ripik

sing

kong

nge

miln

ya g

itu sa

mpa

i abi

s se

topl

es k

alau

ga

dist

op...

suka

jaja

n se

ndiri

di l

uar,

bias

anya

jaja

n ci

ki ik

utan

te

man

-tem

anny

a...k

adan

g ke

lihat

an le

bih

aktif

kad

ang

engg

a ta

pi sa

ya g

a ta

u ap

a itu

dar

i mak

anan

ata

u m

oodn

ya...

suka

jaja

n ci

ki-c

iki,

mak

aron

i kem

asan

, ci

ki c

inci

n, w

afer

kej

u ke

mas

an, t

api k

alau

waf

er k

adan

g si

h, c

iki y

ang

serin

g.

Pern

ah sa

ya c

oba

kunc

i pin

tu b

iar g

a ja

jan

tapi

mal

ah b

ertin

gkah

lebi

h ek

strim

le

wat

jend

ela

dem

i bis

a ja

jan

yang

diin

gink

anny

a. B

ukan

saya

yan

g ka

sih

uang

ja

jan

tapi

dia

yan

g am

bil s

endi

ri ke

war

ung,

nan

ti w

arun

gnya

min

ta k

e sa

ya.”

Page 12: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

22

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26

No

Info

rmas

iIn

form

anJa

wab

an in

form

asi

Kon

sep

Vari

abel

: kon

sum

si p

anga

n re

aktif

9Pa

ntan

gan

mak

anan

OT.

A“K

ata

dokt

erny

a su

su g

a us

ah d

ibat

asi k

aren

a au

tism

e rin

gan

dan

belu

m p

erlu

un

tuk

diba

tasi

...ha

nya

diba

tasi

yan

g m

anis

, kal

au m

akan

an la

in ti

dak.

”Pa

ngan

reak

tif ti

dak

bisa

te

rcer

na se

mpu

rna

oleh

tubu

h an

ak a

utis

tik. M

embe

rikan

pa

ngan

reak

tif h

anya

aka

n m

embe

rikan

efe

k be

rbah

aya

bagi

tubu

h, sa

lah

satu

nya

men

ggan

gu k

esei

mba

ngan

ne

urot

rans

mitt

er d

alam

ota

k ya

ng m

emen

garu

hi m

ood

dan

tingk

ah la

ku.

Bel

um si

ap d

alam

men

erim

a an

jura

n di

et ju

ga m

erup

akan

sa

lah

satu

fakt

or o

rang

tua

anak

au

tistik

mas

ih m

embe

rikan

pa

ngan

reak

tif te

rhad

ap

anak

nya.

OT.

B“A

tura

n di

et d

ari s

ekol

ah d

ulu

dite

rapi

n, se

bula

n ke

sini

-sin

i nga

co (e

rror

) lag

i. M

isal

kay

a lu

pa u

dah

terla

njur

bel

i ber

as p

utih

ban

yak,

bul

an d

epan

lupa

lagi

.”

OT.

C“D

ibat

asi s

ama

dokt

erny

a ga

bol

eh m

akan

pro

duk

susu

sam

a ka

ya a

tura

n se

kola

h...k

alau

yan

g la

in d

ia b

iasa

aja

ga

ada

pant

anga

n...d

ari s

usu

diba

tasi

, gl

uten

sepe

rti d

alam

roti,

ked

elai

dan

jagu

ng g

a di

bata

si.”

OT.

D”K

alau

di a

tura

n se

kola

h si

h ga

bol

eh te

rigu

sam

a go

reng

-gor

enga

n, su

su, g

ula.

K

alau

mak

anan

juga

bai

knya

yan

g di

rebu

s tap

i jar

ang

dite

rapi

n. K

alau

ber

as

mer

ah su

dah

dite

rapk

an.”

OT.

E“D

ipan

tang

glu

ten

kaya

bol

u di

kasi

h se

diki

t unt

uk n

yici

p su

paya

dia

nge

rasa

in.

Ked

elai

dan

jagu

ng ju

ga d

ipan

tang

, dite

rapi

n at

uran

die

t dar

i sek

olah

kec

uali

kala

u sa

ya la

gi k

alah

sam

a ra

sa te

ga sa

ya m

aka

saya

kas

ih ta

pi it

u ju

ga d

ikit.

G

ula

juga

dip

ilih

gula

are

n…ka

lau

rest

rict

ban

get d

ietn

ya a

gak

susa

h ju

ga.”

GP.

C“P

alin

g ke

ndal

a m

aman

ya a

dala

h sa

at b

erso

sial

isas

i den

gan

saud

aran

ya y

ang

lain

, tid

ak ta

hu m

ana

mak

anan

yan

g di

anju

rkan

dan

tida

k di

anju

rkan

dan

m

eman

g m

aman

ya m

asih

suka

mem

berik

an n

asi u

duk

untu

k sa

rapa

n ka

dang

-ka

dang

Ket

eran

gan:

OT=

Ora

ng T

ua; G

P= G

uru

Pem

bim

bing

Page 13: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

23

Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan

Berdasarkan hasil data kualitatif, dilakukan uji kebenaran melalui data kuantitatif dengan korelasi dan pengaruh variabel-variabel yang memiliki nilai kuantitatif, meliputi: berat badan anak autistik (X1), rata-rata asupan energi sehari (X2), rata-rata asupan protein sehari (X3), pola konsumsi pangan reaktif (X4), dan gangguan perilaku autistik (Y). Berdasarkan uji kuantitatif, pola konsumsi pangan reaktif (X4) adalah variabel yang sangat memengaruhi gangguan perilaku autistik (Y) sebesar 36% (Gambar 6). Diduga angka yang tidak terlalu besar tersebut diperoleh karena ada satu subjek yang walaupun jumlah variasi konsumsi pangan reaktifnya tidak banyak tetapi subjek memiliki riwayat infeksi toksoplasma, tingginya kadar timbal dan merkuri dalam tubuh, riwayat penyakit pencernaan, dan kejadian infeksi yang menyebabkan gangguan intensitas dan gangguan perilaku autistik yang tinggi.

Gambar 6. Hubungan antar variabel

PEMBAHASANSubjek yang peneliti dapatkan dalam

penelitian ini memiliki perbandingan anak perempuan dan laki-laki yaitu 1:4. Ada hubungan yang kuat antara jenis kelamin dengan kejadian autisme yang mendukung teori sebelumnya (5).

Semua anak autistik yang diobservasi masih sering menampilkan gejala perilaku autistik hanya saja intensitas, durasi dan

tingkat keparahannya yang berbeda-beda. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya ketidakseimbangan senyawa neurotransmitter dalam otak yang mengatur tingkah laku disebabkan perubahan suplai makanan sebagai bahan pembentuk neurotransmitter tersebut (4,5).

Suplai makanan pada semua anak autistik yang diobservasi masih mengandung pangan reaktif. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan yang kuat antara pangan reaktif dengan gejala perilaku anak autistik. Semakin sering atau banyak jenis pangan reaktif yang dikonsumsi anak autistik, semakin sering gejala perilaku autistiknya muncul dan semakin lama durasi gejalanya (5).

Anak autistik cenderung ingin terus mengonsumsi makanan yang termasuk ke dalam pangan reaktif. Pada umumnya, jika orang tua menerapkan diet yang sangat ketat maka makanan sumber protein dan energi akan terbatas variasinya yang memungkinkan menyebabkan anak kekurangan gizi. Sebaliknya, jika anak autistik tidak dipantang konsumsi makanannya, anak cenderung memiliki respon nafsu makan yang didukung untuk mengonsumsi protein dan energi lebih banyak bahkan sampai berlebihan jika tidak dihentikan, seperti salah satu anak autistik yang disebutkan sebelumnya dalam kajian ini. Anak tersebut dapat mengonsumsi susu hingga 10 gelas ketika tidak dihentikan dan menolak untuk mengonsumsi makanan lainnya. Hal ini tentu mendukung penelitian sebelumnya (6) yang menyebutkan bahwa kombinasi antara autistik dengan food neophobia menyebabkan IMT yang tinggi. Semua anak autistik yang diobservasi dalam penelitian ini pada akhirnya mendapatkan perhatian dan pendampingan yang baik dari orang tua maupun dari guru mereka, khususnya dalam hal pembatasan asupan jika sudah pada ambang batas berlebihan yang ditandai dengan perubahan perilaku yang spontan. Pengawasan terhadap asupan anak autistik tersebut diduga sebagai

Page 14: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

24

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26

alasan semua anak autistik dalam penelitian ini memiliki status gizi yang baik (14,20).

Salah satu anak autistik yang diobservasi mengalami riwayat infeksi toksoplasma ketika dalam kandungan dan memiliki kadar merkuri dan timbal yang tinggi dalam tubuhnya yang juga diduga merupakan faktor penyebab autisme tipe berat. Riwayat infeksi toksoplasma kemungkinan menyebabkan keabnormalan pada perkembangan mukosa yang mengganggu fungsi pencernaan makanan. Kadar merkuri dan timbal yang tinggi dalam tubuh anak autistik dan penyakit pencernaan yaitu dipenuhinya bakteri dalam renggangan usus yang diderita diduga dapat menambah beban biologis anak autistik atau bisa menyebabkan mispelled word pada penyerapan nutrisi yang berakibat pada gangguan perilaku autistik.

Withdrawal symptom atau ketagihan (gejala food neophobia) dapat dipandang sebagai tanda yang baik, karena hal itu memberi tanda yang jelas kepada si penderita bahwa jenis pangan tertentu berpengaruh terhadapnya. Jika terjadi gejala negatif terhadap tindakan eliminasi jenis pangan dari diet, jenis pangan tersebut dapat dipastikan menjadi sumber masalah atau penyebab utama gejala negatif. Sebaliknya, tanpa adanya withdrawal symptom tidak berarti jenis pangan tersebut tidak menjadi masalah. Data jenis pangan tersebut dapat berguna dalam ketepatan penentuan diet sehat yang selanjutnya melalui upaya eliminasi maupun substitusi secara bertahap (5,6).

Setiap anak yang mendapatkan intervensi diet mengalami waktu perubahan perilaku yang berbeda-beda. Jika ingin membuktikan hasil penilaian dari diet pangan reaktif ini minimal dilakukan setelah enam bulan asupan diet. Diperlukan tes delayed food reaction

atau Ig6 testing untuk mengetahui data pangan reaktif yang akurat dalam tubuh anak autistik.

Semua anak autistik tipe ringan yang diobservasi cenderung patuh terhadap instruksi. Semua anak autistik tipe berat yang diobservasi cenderung menyukai air dan pandai menyelam ke dalam air dan juga mengalami gangguan sensoris yaitu sangat tahan terhadap rasa sakit (pain killer) (21). Satu dari dua anak autistik tipe berat yang diobservasi sering menyakiti dirinya sendiri seperti membentur-benturkan kepala dan kaki, mencakar kulit dan menggigit bibir. Diduga pangan reaktif bertindak seperti senyawa opiate yang menimbulkan hilangnya perasaan sakit pada tubuh. Tiga dari lima anak autistik yang diobservasi sangat menyukai gerakan yang berulang. Mengurangi dan memerhatikan pangan reaktif pada menu makanan diduga berpengaruh signifikan terhadap gejala perilaku autistik.

KESIMPULAN DAN SARANPangan yang reaktif terhadap satu anak

belum tentu reaktif terhadap anak autistik lainnya. Pengecekan Ig6 atau delayed food reaction sangat dianjurkan untuk mendapatkan data pangan reaktif dalam tubuh anak autistik. Hal itu berguna untuk ketepatan dalam penentuan diet yang sehat melalui upaya eliminasi maupun substitusi secara bertahap.

Saran bagi orang tua, orang terdekat, ataupun pemerhati anak autistik adalah terus menambah pengetahuan seputar faktor gizi karena zat gizi yang tidak bisa dicerna dengan baik oleh anak autistik terlebih dapat menimbulkan racun sebaiknya dihindari. Perlunya orang tua berhati-hati dalam memilih produk yang dikonsumsi melalui pembacaan label seperti gluten free (GF), milk free yang

Page 15: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

25

Mira Tsamrotul Ula, dkk. : Studi kasus mengenai konsumsi pangan

bukan berarti casein free, wheat free yang bukan berarti gluten free.

Upaya orang tua diperlukan dalam menciptakan makanan alternatif yang menarik dan tanpa kandungan pangan reaktif seperti pangan berindeks glikemik rendah, dengan cara melakukan substitusi gula pasir putih dengan gula aren, nasi dan tepung terigu diganti dengan sorgum dan tepung sorgum.

UCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih ditujukan kepada

berbagai pihak yang sangat krusial dalam jalannya penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik, khususnya kepada orang tua dan guru.

DAFTAR PUSTAKA1. KEMENDIKBUD (Badan Pengembangan

Bahasa dan Perbukuan). Autisme, autis dan autistik [internet]. 2015 [cited 2019 Oct 8]. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI; Available from: https://badanbahasa.kemdikbud.go.id.

2. KEMENPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Hari peduli autis sedunia: kenali gejalanya, pahami keadaannya [internet]. 2018 [cited 2019 Oct 8]. KEMENPPPA RI; Available from: https://www.kemenpppa.go.id.

3. Judarwanto W. Intervensi diet pada penderita autisme [internet]. 2015 [cited 2019 Jan 11]. Pediatrician Clinical; Available from: https://jurnalpediatri.com/2015/03/24/intervensi-diet-pada-penderita-autisme/.

4. Nurhidayati Z. Pengaruh pola konsumsi makanan bebas gluten kasein dengan gangguan perilaku pada anak autistik. Majority, 2015; 4(7).

5. Winarno FG. Autisme dan peran pangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2013.

6. Wallace GL. Autism spectrum disorder and food neophobia: clinical and subclinical links. American Society for Nutrition; Am J Clin Nutr, 2018; 108, 701-707. doi: 10.1093/ajcn/nqy163.

7. BPOM RI. Pedoman pangan jajanan anak sekolah untuk pencapaian gizi seimbang. BPOM RI; 2013.

8. Metrotvnews.com. Sekolah inklusi: direktur rumah autis [internet]. 2014 [cited 2014 Dec 10]. Available from: http://www.metrotvnews.com.

9. Andayani N. Pola Konsumsi makanan, status gizi dan perilaku anak autis (studi kasus di SDN Ketintang 2 Surabaya). e-journal Boga, 2016; 5(3):48–53.

10. Sugiyono. Cara mudah menyusun: skripsi, tesis dan disertasi. Bandung: Penerbit Alfabeta; 2016.

11. Creswell JW. Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2016.

12. Martha E & Sudarti K. Metode penelitian kualitiatif untuk bidang kesehatan. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers; 2016.

13. World Health Organization (WHO) Copyright. Weight-for-age (5-10 years) [internet]. 2019 [cited 2019 Oct 8]. Available from: https://www.who.int/growthref/who2007_weight_for_age_field/en/tahun2019.

14. Supariasa IDN. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.

15. Purnawijaya MPD. Pola konsumsi makanan jajanan dan status gizi anak sekolah dasar di SDN 17 Dangin Puri dan SDN 3 Penatih Kota Denpasar. Skripsi.

Page 16: Studi kasus mengenai konsumsi pangan reaktif, food

26

Ilmu Gizi Indonesia, Vol. 05, No. 01, Agustus 2021 : 11-26

Denpasar: Gizi POLTEKKES Denpasar; 2018.

16. Irawan R. Gangguan metabolik otak & terapi nutrisi pada anak autisme. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press; 2019.

17. Dahlia L. Hidup sehat tanpa gluten. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia; 2014.

18. Soedarto. Kamus alergi dan imunologi. Jakarta: CV Sagung Seto; 2014.

19. Darmawi Y. Seminar autisme dalam memperingati hari autisme sedunia di RS

Budi Kemuliaan [internet]. 2017 [cited 2020 Jan 14]. Available from: http://m.detik.com.

20. Par’i HM. Penilaian status gizi: dilengkapi proses asuhan gizi terstandar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.

21. Triana E. Pengaruh terapi musik islami terhadap kemampuan berbahasa anak autis di Wishing Kids Blitar. Skripsi. Tulungagung: Tasawuf Psikoterapi IAIN Tulungagung; 2019.