27
STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL TUMOR (GTCT) PADA KUDA DI INDONESIA LUSI PARWATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL TUMOR (GTCT)

PADA KUDA DI INDONESIA

LUSI PARWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel
Page 3: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kasus

Granulosa-Theca Cell Tumor (GTCT) pada Kuda di Indonesia adalah benar karya

Saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Dengan ini Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Lusi Parwati

NIM B04110151

Page 4: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

ABSTRAK

LUSI PARWATI. Studi Kasus Granulosa-Theca Cell Tumor (GTCT) pada Kuda

di Indonesia. Dibimbing oleh AMROZI dan LIGAYA ITA TUMBELAKA.

Granulosa-theca cell tumor (GTCT) adalah tumor yang paling sering

ditemukan pada kuda yang mengalami neoplastik. Beberapa perubahan perilaku,

seperti stallion like behaviour, nimfomania, dan anestrus dapat disebabkan oleh

tumor ini. Studi ini ditujukan untuk mengukur prevalensi GTCT pada kuda di

Indonesia. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan terhadap ovarium pada kuda-

kuda yang diperiksa di Pulau Jawa dan Madura. Hasil ultrasonografi yang

ditemukan pada penderita berupa gambaran sarang lebah pada ovarium yang

terkena tumor dan hipofungsi ovarium kontralateralnya. Sebanyak 15 kuda

didiagnosa terkena GTCT dari 2913 kuda yang diperiksa dan prevalensi per tahun

kasus GTCT dari kuda yang diperiksa sebesar 0.51 %. Pada kuda yang terkena

GTCT, siklus reproduksinya akan normal kembali dengan ovariektomi.

Kebuntingan masih ditemukan pada beberapa penderita GTCT.

Kata kunci: granulosa-theca cell tumor, kuda betina, ovariektomi, prevalensi.

ABSTRACT

LUSI PARWATI. Case Study Granulosa-Theca Cell Tumor in Mares in

Indonesia. Supervised by AMROZI dan LIGAYA ITA TUMBELAKA.

Granulosa-theca cell tumor (GTCT) is the most common tumor case in

neoplastic mares. Behavioural changes like stallion-like behaviour, nymphomania,

and anestrous could be caused by this tumor. This study was conducted to

measure the prevalence of GTCT in mares in Indonesia. Ultrasound examination

of ovaries were performed on mares in Java and Madura Island. The result of

ultrasound showed that in affected ovary has a honeycomb appearance in affected

ovary and hipofunction of contralateral ovary. Fifteen mares out of 2913 were

diagnosed with GTCT and the prevalence is 0.51 %. Ovariectomy on GTCT

mares will bring to a normal reproductive cycle. It was found that gestation still

can be occurred on some GTCT mares.

Keywords: granulosa-theca cell tumor, mare, ovariectomy, prevalence.

Page 5: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL TUMOR (GTCT)

PADA KUDA DI INDONESIA

LUSI PARWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 6: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel
Page 7: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel
Page 8: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

PRAKATA

Penulis memanjatkan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Granulosa-theca cell tumor

pada kuda merupakan tema yang diangkat oleh Penulis sejak Maret 2015.

Berdasarkan tema tersebut, Penulis memberikan judul karya ilmiah Granulosa-

Theca Cell Tumor (GTCT) pada Kuda di Indonesia.

Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Bapak Drh Amrozi, PhD

dan Ibu Dr Drh Ligaya ITA Tumbelaka, SpMP, MSc selaku pembimbing, serta

Drh Budhy Jasa Widyananta, MSi selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan saran. Apresiasi yang sebesar-besarnya juga Penulis berikan kepada

para staf Unit Rehabilitasi Reproduksi FKH IPB atas bantuannya dalam penulisan

karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada orang

tua, keluarga, beserta seluruh teman-teman atas segala doa beserta dukungannya

kepada Penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015

Lusi Parwati

Page 9: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Studi Kasus 1

Manfaat Studi Kasus 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2

Saluran Reproduksi Kuda Betina 2

Ovarium 3

Sel Granulosa dan Sel Teka 4

Granulosa-Theca Cell Tumor (GTCT) 4

Ultrasonografi 5

METODE 6

Tempat dan Waktu Studi Kasus 6

Materi dan Metode Studi Kasus 6

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

RIWAYAT HIDUP 17

Page 10: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

DAFTAR GAMBAR

1 Saluran reproduksi pada kuda betina 3

2 Bagian-bagian ovarium pada kuda betina secara skematis 4

3 Granulosa-Theca Cell Tumor (GTCT) 5 4 Hasil USG pada ovarium kuda penderita GTCT terlihat bentuk seperti

sarang lebah pada ovarium yang terkena dan hipofungsi pada ovarium

kontralateralnya 7

5 Grafik prevalensi GTCT pada kuda di Indonesia tahun 2006-2014 8 6 Tumor yang ruptur akibat GTCT tidak ditangani sehingga terjadi

internal bleeding yang menyebabkan kematian 10 7 Pasca operasi ovariektomi dengan penyayatan pada flank kanan secara

vertikal sepanjang 30 cm untuk pengangkatan GTCT 11 8 Ovarium yang terkena GTCT pasca ovariektomi dan potongan

melintang tumor terlihat adanya multikista 12 9 Hasil USG uterus kuda yang terdapat fetus dan ovariumnya yang

terkena GTCT dengan gambaran multikista 13

DAFTAR TABEL

1 Jumlah dan prevalensi kasus GTCT pada kuda di Indonesia tahun 2006-

2014 8

2 Ringkasan kasus GTCT pada kuda di Indonesia tahun 2006-2014 10

Page 11: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kegagalan kebuntingan pada kuda dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Salah satu penyebabnya adalah abnormalitas dari organ reproduksi, terutama pada

ovarium. Adanya abnormalitas pada ovarium menyebabkan sel ova tidak dapat

terbentuk sehingga fertilisasi tidak terjadi. Korpus luteum persisten, kista

ovarium, maupun tumor ovarium, seperti teratoma, kista adenoma, dan granulosa-

theca cell tumor (GTCT) merupakan beberapa contoh abnormalitas ovarium.

Tumor yang paling sering ditemukan pada kuda yang mengalami kegagalan

kebuntingan adalah GTCT dengan kejadian 2.5 % dari seluruh kasus neoplasma

(Sundberg et al. 1977). Granulosa-theca cell tumor merupakan tumor yang

berkembang pada sel-sel granulosa maupun sel-sel teka di folikel ovarium.

Keberadaannya menyebabkan ketidakseimbangan hormonal yang dapat

menghambat hormon lain yang dibutuhkan dalam masa bunting ataupun masa

estrus. Terlihat pula perubahan perilaku, seperti timbulnya perilaku “stallion like

behaviour”, nimfomania, dan anestrus (Samper et al. 2007). Kejadian tumor ini

biasanya hanya unilateral. Penanganan yang biasa dilakukan adalah insisi dan

pembuangan ovarium yang memiliki tumor.

Frekuensi kejadian yang tinggi pada GTCT sangat menghambat

perkembangbiakan kuda. Perilaku abnormal yang timbul dari kuda yang

menderita GTCT dapat menimbulkan masalah lainnya, seperti cedera pada kuda

tersebut maupun kuda yang sekandang dengan penderita. Apabila tidak dilakukan

penanganan, tumor akan ruptur sehingga terjadi internal bleeding yang

menyebabkan kuda mati akibat kehabisan darah. Kondisi tersebut tentunya sangat

merugikan bagi pemilik kuda. Berdasarkan hal diatas Penulis tertarik untuk

membahas kasus-kasus GTCT pada kuda yang terjadi di Indonesia khususnya

pada tahun 2006-2014. Diharapkan karya tulis ini dapat memberikan acuan

informasi mengenai prevalensi GTCT dan keberhasilan penanganannya pada kuda

betina.

Tujuan Studi Kasus

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata prevalensi kasus GTCT

pada tahun 2006-2014 pada kuda di Indonesia yang diperiksa di Pulau Jawa dan

Madura berdasarkan diagnosis secara ultrasonografi serta mengetahui

keberhasilan penanganan GTCT secara ovariektomi.

Manfaat Studi Kasus

Manfaat dari studi kasus ini sebagai informasi mengenai prevalensi GTCT

pada kuda betina di Indonesia dan metode penanganan yang dilakukan sehingga

kuda penderita GTCT akan mendapatkan penanganan yang lebih baik dan efektif.

Page 12: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

2

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Kuda (Equus cabalus)

Kuda memiliki nama latin Equus caballus dalam Famili Equidae, yaitu

hewan berkuku satu. Semula kuda hidup liar dan berkelompok hingga suatu saat

dijinakkan bangsa nomade di Asia Tengah pada 3000 SM. Penjinakan ini

menghasilkan kuda tunggangan dan kuda penghela. Umumnya kuda tunggangan

akan dirawat dengan lebih baik dibandingkan dengan kuda penghela (Maswarni

dan Rachman 2014).

Kuda memiliki beragam ras. Ras yang digunakan pada studi kasus ini, yaitu

lokal, generasi (G), kuda pacu Indonesia (KPI), thoroughbred, dan warmblood.

Ras kuda lokal di Indonesia sangat beragam. Ukuran dari kuda lokal yang kecil,

sekitar 1.13-1.33 m mengklasifikasikan kuda Indonesia termasuk ke kuda poni

(Siregar 2011). Berdasarkan dari letak geografisnya, umumnya ras kuda lokal

disebut dari wilayah kuda tersebut berada. Contoh dari kuda lokal Indonesia

diantaranya, kuda gayo, batak, priangan, jawa, sandel, timor, flores, sumba,

padang, makassar, dan bima (Astari 2011; Siregar 2011).

Berdasarkan dari perkawinan antara kuda lokal dengan kuda thoroughbred,

didapatkan kuda generasi (G). Perkawinan antar kuda G3, G3 dan G4, serta antar

G4 akan menghasilkan kuda pacu Indonesia (KPI). Keturunan dari persilangan ini

diharapkan memiliki tinggi badan 1.50 m, bentuk tubuh yang serasi, daya tahan

yang kuat, dan dapat beradaptasi dengan lingkungan (Maswarni dan Rachman

2014).

Kuda thoroughbred merupakan kuda yang berasal dari Inggris, yang

merupakan percampuran dari kuda pejantan timur tengah mediterania dengan

kuda betina “royal mares”. Tinggi kuda thoroughbred rata-rata 152.40–172.72

cm dan memiliki berat 1000 sampai 1200 pon, berwarna abu-abu, coklat, hitam,

maupun coklat kemerahan. Temperamen dari kuda ini energik dan sangat

berperasaan. Kuda thoroughbred memiliki stamina dan kecepatan yang baik.

Fungsi lain dari kuda warmblood sebagai kuda pacu, jumping horse, dan dressage

horse (Siegal 1996).

Kuda warmblood merupakan percampuran antara kuda hotblood dan

coldblood (Price et al. 1998). Kuda ini sangat kuat tetapi memiliki konformasi

yang atraktif serta cukup temperamen. Tinggi dari kuda ini biasanya antara

162.56–172.72 cm. Kuda warmblood sering digunakan untuk dressage horse,

show jumping, maupun sebagai tunggangan rekreasi (Hunington et al. 2004;

Johnson dan Daniel 2008).

Saluran Reproduksi Kuda Betina

Saluran reproduksi kuda betina berbentuk tubular seperti huruf Y yang

terlihat pada Gambar 1 (Morel 2008). Organ reproduksi tersebut berada di daerah

pelvis dan ruang abdominal. Vulva merupakan organ luar pembuka dari saluran

reproduksi dan berada di ventral anus. Vagina merupakan bagian antara himen

dengan serviks yang berfungsi sebagai sistem proteksi pertama dan pembersih

Page 13: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

3

(Reeder et al. 2009). Serviks terletak di mulut dari uterus yang memiliki otot

sfingter, dinding yang tebal, dan berfungsi sebagai sistem proteksi (Morel 2008).

Uterus merupakan organ muskular berongga dari serviks ke tuba fallopi.

Organ ini dibagi menjadi 2 daerah, yaitu bagian badan dan tanduk. Dinding uterus

terdiri dari tiga lapis, yaitu perimetrium, miometrium, dan endometrium.

Miometrium berfungsi dalam kebuntingan dan untuk kontraksi saat kelahiran,

sementara endometrium berfungsi untuk membantu perkembangan konsepsi dan

perkembangan serta penempelan plasenta. Endometrium juga memiliki glandula

yang berpengaruh pada siklus perubahan hormon (Morel 2008).

Tuba fallopi merupakan perpanjangan dari tanduk uterus yang biasanya

memiliki panjang 25-30 cm. Terbagi menjadi dua bagian yang sama rata pada

tuba fallopi, yaitu ismus dan ampula. Fertilisasi akan terjadi di ampula. Pada

bagian akhir dari tanduk uterus terdapat infundibulum yang dekat pula dengan

fosa ovulasi. Infundibulum berbentuk seperti corong yang akan menangkap dan

mengirimkan sel ova ke tuba fallopi (Morel 2008). GTCT terjadi di ovarium,

sehingga ovarium akan dibahas lebih jelas di subbab berikutnya.

Ovarium

Ovarium pada kuda dewasa berbentuk seperti ginjal, sedangkan pada kuda

neonatal dan sebelum pubertas ovariumnya berbentuk oval (Samper 2009; Riegel

dan Hakola 2002). Perubahan bentuk ovarium dimulai saat kuda mengalami

pubertas pada umur 5-7 bulan. Bentuk ovarium yang awalnya oval kemudian

terjadi invaginasi pada korteks sehingga membentuk seperti ginjal (Samper 2009).

Ovarium umumnya berada di dorsal abdomen pada sayap tulang iliaka dan

tulang lumbal kelima (Samper 2009). Struktur ovarium dari kuda, yaitu zona

parenkimatosa berada di bagian dalam dan zona vaskular berada di bagian luar.

Zona vaskular terdiri dari pembuluh darah, saraf pembuluh limfatik, serat otot

halus, dan jaringan ikat. Zona parenkimatosa terdiri dari berbagai folikel dan

korpus luteum pada berbagai tingkat perkembangan dan regresi (König dan

Liebich 2007). Zona parenkimatosa hanya mencapai permukaan pada fosa ovulasi,

Gambar 1 Saluran reproduksi pada kuda betina (Morel 2008)

Page 14: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

4

yang merupakan tempat normal terjadinya ovulasi. Korpus luteum juga terlihat di

fosa ovulasi (Riegel dan Hakola 2002).

Sel Granulosa dan Sel Teka

Sel granulosa merupakan lapis tipis dari folikel (Verma 2001). Berdasarkan

dari susunan sel granulosa, ukuran sel granulosa, dan tingkat maturasi dari oosit

folikel ovarium dapat dibedakan menjadi primordial, primer, sekunder, dan tersier

(Verma 2001). Menurut Heffner dan Schust (2005), sel granulosa akan mengubah

androgen yang diproduksi sel teka menjadi estrogen.

Saat folikel berkembang, sel teka terbentuk dari diferensiasi fibroblas

sehingga membentuk lapisan yang melingkari folikel (Peters dan McNatty 1980).

Menurut Verma (2001), sel stroma akan berdiferensiasi membentuk sel sekretori

dan sel nonsekretori. Sel yang terlebih dahulu tersusun di lapisan yang

mengelilingi folikel disebut sel teka interna, sementara yang mengelilingi lapisan

sel teka interna membentuk sel teka eksterna. Testosteron yang disekresikan oleh

sel teka secara keseluruhan akan menstimulasi sel granulosa pada hewan domestik

(Cupps 1991).

Granulosa-Theca Cell Tumor (GTCT)

Granulosa-theca cell tumor (GTCT) merupakan tumor tipe sex cord-

gonadostromal yang akan menyerang sel granulosa dan sel teka (Samper et al.

2007). Kemunculan dari tumor ini berasal dari sex cord stroma yang segaris

dengan fosa ovulasi (Hoque et al. 2003). Kista dan multikista umumnya akan

ditemukan pula pada ovarium yang terkena GTCT yang terlihat pada Gambar 2

(Samper 2009). Pada ovarium dari penderita akan ditemukan bagian yang

nekrohemoragi (Patrick et al. 2003).

Gambar 2 Bagian-bagian ovarium pada kuda betina dewasa secara

skematis (König dan Liebich 2007)

Page 15: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

5

Penanganan yang dapat dilakukan adalah insisi dan ovariektomi pada

ovarium yang terkena. Pembuangan ovarium yang terkena GTCT dapat

menyebabkan ovarium kontralateral yang sebelumnya tidak fertil menjadi fertil

kembali. Aktifitas siklus kembali normal dan dapat menyebabkan prognosis

fertilitas (Riegel dan Hakola 2002). Diagnosis banding dari GTCT adalah

hematoma ovarium, kista adenoma, teratoma, dan neoplasma ovarium lainnya,

seperti limfosarkoma/limfoma (Munroe dan Weese 2011).

Ultrasonografi

Ultrasonografi merupakan salah satu alat diagnostik dengan berprinsipkan

gelombang suara yang melewati jaringan yang kemudian direfleksi, direfraksi,

dan diabsorbsi. Transduser akan merubah gelombang suara yang kembali (echo)

menjadi bentuk gambar. Gelombang suara yang digunakan merupakan gelombang

suara frekuensi tinggi yang melebihi 20 KHz. Umumnya frekuensi yang

digunakan untuk diagnostik adalah 2-10 MHz (Mannion 2006). Frekuensi yang

digunakan untuk diagnostik pada ovarium, yaitu 5.0-7.5 MHz (Corley dan

Stephen 2008).

Skala abu-abu yang didapatkan sesuai dengan amplitudo atau kekuatan dari

echo yang kembali. Terdapat istilah untuk menggambarkan hasil USG, yaitu

anechoic, hyperechoic, hypoechoic, dan isoechoic (Mattoon dan Nyland 2015).

Anechoic akan terlihat hitam, yaitu di tempat dengan tidak ada echo yang biasanya

merupakan struktur yang berisi cairan. Hyperechoic akan berwarna abu-abu

hingga putih karena merupakan area dengan intenitas echo yang tinggi. Berbeda

dengan hyperechoic, hypoechoic akan berwarna abu-abu gelap karena

intensitasnya rendah. Sementara isoechoic merupakan organ atau jaringan yang

memiliki intensitas yang sama ketika dibandingkan pada kedalaman yang sama

dan pengaturan di mesin atau secara esensial akan sama dengan gambaran normal

parenkim.

Gambar 3 Granulosa-theca cell tumor (GTCT) (McAullife 2013)

Page 16: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

6

METODE

Tempat dan Waktu Studi Kasus

Kajian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Reproduksi, Fakultas

Kedokteran Hewan IPB pada bulan Maret-Juli 2015 terhadap rekam medis yang

didapatkan pada tahun 2006-2014 dari kuda yang diperiksa di Pulau Jawa dan

Madura.

Materi dan Metode Studi Kasus

Dilakukan kajian terhadap data sekunder yang berasal dari rekam medis dari

kasus-kasus yang ditangani oleh Unit Rehabilitasi Reproduksi, Fakultas

Kedokteran Hewan IPB pada kuda-kuda yang berada di Pulau Jawa dan Madura

tahun 2006-2014. Pengambilan data ini dilakukan dalam rangka peningkatan

populasi kuda di Indonesia. Ras kuda yang digunakan adalah ras lokal,

warmblood, thoroughbred, G, dan KPI. Kuda tersebut berasal dari Pulau

Sumatera, Jawa, Madura, Bali, Lombok, Sumba, Sulawesi dan Maluku.

Pemeriksaan dilakukan dengan mendatangi istal-istal kuda yang berada di daerah

Jawa dan Madura. Pemeriksaan yang dilakukan berkaitan dengan pemeriksaan

kesehatan secara umum, terutama pemeriksaan kesehatan reproduksi. Pada

pemeriksaan reproduksi, ditemukan adanya GTCT pada beberapa kuda yang

diperiksa.

Data sekunder yang akan dikaji adalah pemeriksaan secara ultrasonografi

dan penanganan GTCT dengan ovariektomi. Alat yang digunakan untuk

pemeriksaan ultrasonografi adalah Sonoscape Vet A6 yang dilengkapi dengan

probe linear 7.5 MHz. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan secara perektal

dengan memasukkan probe ke dalam rektum untuk mengetahui kondisi

reproduksi. Ovariektomi dilakukan dengan pemberian xylazin 10 % (Ilium

Xylazil-100®) dengan dosis 1.1 mg/kg BB (100 mg/ml) untuk sedasi terlebih

dahulu, kemudian pemberian ketamin 10 % (Ketamil Injection®) 2.2 mg/kg BB

(100 mg/ml) untuk anastesi. Setelah itu, kuda dibaringkan dan diberikan lidokain

2 % (Lidocaine®) dengan dosis 20 mg/ml untuk anastesi lokal di bagian fosa

paralumbal. Penyayatan dilakukan pada bagian flank kanan sepanjang ± 30 cm.

Mesovarium dari ovarium yang terkena tumor diligasi dengan benang nilon

kemudian dilakukan penyayatan pada bagian dorsalnya untuk pengangkatan

tumor. Penjahitan antar otot menggunakan teknik simple suture interupted dan

antar kulit dengan teknik mattress suture. Benang yang digunakan untuk

penjahitan keduanya adalah benang nilon. Perawatan pasca operasi dilakukan

dengan pemberian antibiotik penisilin (2.0 x 105 IU/ml) dan streptomisin (2.5 x

105

IU/ml) (Pen-Duo-Strep®) dengan dosis 1 ml/25 kg BB dan antiinflamatori

deksametason (Dexamethason®) dengan dosis 5 mg/ml.

Page 17: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

7

Analisis Data

Data ditabulasikan menggunakan Microsoft Excel 2010 kemudian diolah

dan dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seluruh kuda diperiksa menggunakan USG dan hasilnya digunakan untuk

mendiagnosa adanya kelainan pada ovarium. Hasil USG ovarium dari penderita

GTCT (Gambar 4A) terlihat seperti sarang lebah yang hipoechoic. Hal ini

disebabkan ovarium terisi beberapa area seperti kista yang berisi cairan. Jarak

antara multikista terlihat tidak teratur. Terlihat pula masa padat yang terlihat

hiperechoic. Hal ini seperti yang dilaporkan oleh Maurice (2005). Ovarium

lainnya mengalami hipofungsi (Gambar 4B) yang ditandai adanya bagian

hipoechoic yang merupakan ovarium dengan folikel yang inaktif dan terlihat

ukurannya yang mengecil. Hasil ini sesuai dengan hasil beberapa penelitian dari

Watson (1999), McCue et al. (2006), dan Gündüz et al. (2010) yang menyatakan

bahwa kuda dengan GTCT pada satu ovariumnya biasanya diikuti dengan

hipofungsi dari ovarium lainnya (kontralateral). Diagnosa dapat dilakukan

berdasarkan gejala klinis, palpasi transrektal, dan tes laboratorium, seperti analisis

hormon inhibin, hormon testosteron, dan histopatologi (Bailey et al. 2002).

Berdasarkan dari diagnosa yang telah dilakukan, dihitung prevalensi kasus

GTCT setiap tahunnya (2006-2014). Prevalensi GTCT tahun 2006-2014 berturut-

turut sebesar 4.71 %, 11.11 %, 0.36 %, 0.00 %, 0.76 %, 0.25 %, 0.00 %, 0.16 %,

dan 0.45 % (Gambar 5). Prevalensi GTCT pada tahun 2007 mencapai angka

11.11 % sementara tahun 2009 dan 2012 hanya 0.00 % karena tidak

ditemukannya penderita GTCT. Adanya peningkatan prevalensi pada tahun 2007

diduga karena kurangnya pengetahuan pemilik terhadap perawatan kuda, terutama

penggunaan anabolic steroid sebagai penekan estrus yang tidak sesuai dengan

dosis dan digunakan terus menerus (Skelton et al. 1991). Berdasarkan pada

Gambar 4 Hasil USG pada ovarium kuda penderita GTCT (A) terlihat

bentuk seperti sarang lebah pada ovarium yang terkena dan (B)

hipofungsi pada ovarium kontralateralnya

A B

Page 18: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

8

Gambar 5, terlihat bahwa GTCT dapat terjadi setiap tahunnya, walaupun dalam

jumlah yang sedikit.

Kuda yang diperiksa dari tahun 2006-2014 sebanyak 2913 ekor dengan 15

ekor terkena GTCT. Kasus GTCT paling banyak ditemukan pada tahun 2006 dan

2007, yaitu sebanyak 4 ekor. Namun, tahun 2009 dan tahun 2012 tidak ada satu

ekor pun kuda yang ditemukan mengalami GTCT. Rata-rata prevalensi kasus

GTCT dari seluruh penyakit per tahun adalah sebesar 0.51 %. Menurut Sundberg

et al. (1977), insidensi kasus GTCT sebesar 2.5 % dari seluruh kasus neoplasma.

McCue et al. (2006) menyatakan kasus GTCT terjadi lebih dari 85 % dari seluruh

kasus tumor pada saluran reproduksi.

Tabel 1 Jumlah dan prevalensi kasus GTCT pada kuda di Indonesia tahun 2006-

2014

No. Tahun Jumlah Populasi yang diperiksa

Jumlah Kasus GTCT Prevalensi (%)

1. 2006 85 4 4.71

2. 2007 38 4 11.11

3. 2008 280 1 0.36 4. 2009 371 0 0.00

5. 2010 394 3 0.76

6. 2011 408 1 0.25 7. 2012 506 0 0.00

8. 2013 608 1 0.16

9. 2014 223 1 0.45

Jumlah 2913 15 - Rata-rata 324 - 0.51

Umumnya penderita GTCT akan mengalami perubahan perilaku. Hal ini

disebabkan adanya ketidakseimbangan hormonal akibat adanya hormon yang

dikeluarkan oleh tumor. Tumor yang menyerang sel teka di ovarium akan

menyebabkan peningkatan sekresi hormon testosteron. Kegagalan ekspresi enzim

Gambar 5 Grafik prevalensi GTCT pada kuda di Indonesia tahun 2006-

2014

Page 19: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

9

aromatase juga berpengaruh karena hal ini menyebabkan enzim aromatase tidak

dapat mengubah testosteron menjadi estradiol sehingga testosteron tertimbun

(Hoque et al. 2003). Hormon testosteron yang berlebihan ini akan mengakibatkan

perubahan perilaku “stallion like behaviour” yang khas pada penderita GTCT

(Stabenfeldt et al. 1979; Crabtree 2011). Pada studi ini diketahui bahwa 14 dari 15

penderita GTCT mengalami gejala “stallion like behavior”. Menurut Ball et al.

(2013), sebanyak 55 % dari penderita GTCT mengalami peningkatan testosteron.

Pemberian anabolic steroid jangka panjang sebagai penekan estrus juga dapat

menimbulkan gejala “stallion like behaviour” (Turner dan Irvine 1982). Namun,

belum ada penelitian yang mendukung bahwa pemberian anabolic steroid akan

menyebabkan tumor pada kuda.

Apabila tumor menyerang sel granulosa, maka hormon estrogen akan

diproduksi berlebihan. Peningkatan hormon estrogen ini menimbulkan gejala

nimfomania. Berdasarkan dari penelitian Yoshida et al. (2000) adanya sedikit

peningkatan level estradiol pada penderita akan menimbulkan gejala nimfomania.

Berbeda dengan Elleberger et al. (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

pada kasus malignan GTCT, level estradiol mengalami peningkatan yang

abnormal sehingga gejala nimfomania lebih jelas terlihat. Pada studi ini tidak

ditemukan penderita dengan gejala nimfomania.

Tumor juga mensekresikan hormon inhibin yang dapat menghambat

aktifitas reseptor FSH di ovarium kontralateralnya (Zelli et al. 2006). Hal tersebut

menyebabkan folikel tidak dapat tumbuh dengan optimal dan menyebabkan

penderita menjadi infertil yang ditandai dengan gejala anestrus. Kuda yang

menunjukkan gejala anestrus pada studi ini hanya 1 dari 15 kuda penderita.

Namun berdasarkan pemeriksaan USG (Gambar 4B), 13 dari 15 ekor kuda (Tabel

2) yang terkena GTCT mengalami hipofungsi ovarium kontralateral. Menurut Ball

et al. (2013), peningkatan level inhibin akan terjadi pada 85 % penderita GTCT.

Oleh sebab itu, folikel tidak dapat tumbuh optimal pada ovarium yang abnormal

dan menyebabkan penderita menjadi infertil.

Terjadinya GTCT tidak memiliki predileksi jenis, sehingga kuda lokal juga

dapat terserang tumor ini. Jenis kuda yang terkena GTCT pada studi kasus ini,

yaitu KPI, G, thoroughbred, dan warmblood. Kuda G merupakan kuda yang

paling banyak terserang tumor ini dengan jumlah 12 dari 15 ekor kuda. Telah

dilaporkan juga bahwa GTCT dapat menyerang kuda arab, thoroughbred cross,

hanoverian, dan miniatur (Ali et al. 2013; Crabtree 2011; Patrick et al. 2003).

Tumor ini juga dapat menyerang berbagai umur kuda termasuk anak kuda

neonatal dan pubertas serta kuda dara, kuda yang telah satu kali melahirkan, dan

kuda yang menyusui. Kasus GTCT pada studi ini ditemukan pada kuda berumur

4-18 tahun dengan median 14 tahun. Tumor ini banyak ditemukan pada kuda tua

(≥ 14 tahun) dengan persentase 53.85 % dibandingkan dengan kuda muda (< 14

tahun) dengan persentase 46.15 %. Menurut Crabtree (2011) dan Meagher (1977)

GTCT dapat terjadi pada kuda berumur 2-20 tahun dengan rata-rata berumur 11.7

tahun. Telah dilaporkan Patrick et al. (2003), bahwa kuda berumur 2 tahun

mengalami GTCT. Juvenil GTCT pada kuda thoroughbreed berumur 15 bulan

juga telah dilaporkan oleh Charman dan McKinnon (2007).

Page 20: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

10

Tabel 2 Ringkasan kasus GTCT yang terjadi pada kuda di Indonesia tahun

2006-2014

No. Nama Kuda Ras Umur Hipofungsi Ovarium

Kontralteral

Bunting

(+/-)

1. Ichiko G 4 Ya -

2. Maker G 4 Ya - 3. Katasa G 4 Ya -

4. Safira Sion G 5 Ya -

5. Again G 8 Tidak + 6. Scarlet G 12 Ya -

7. Okavanyo THB 14 Tidak + 8. Surya Dinar G 14 Ya -

9. Surya Dinar G 14 Ya -

10. Phoenix G 15 Ya -

11. Doa Ibu G 16 Ya - 12. Doa Ibu G 16 Ya -

13. Mutu Manikam KPI 18 Ya -

14. Rusi WB 18 Ya -

15. Ratu Matahari G 18 Ya -

Keterangan : (+) = positif bunting; (-) = tidak bunting.

Beberapa tahun sebelum dilakukan pengambilan data studi ini, terdapat

kasus GTCT yang menyebabkan kematian pada penderita. Hal tersebut akibat

rupturnya GTCT (Gambar 6) sehingga menyebabkan hemaperitoneum, seperti

yang dilaporkan Alexander et al. (2004). Selanjutnya, terjadi internal bleeding

dan mengakibatkan kematian karena kehilangan darah. Oleh sebab itu, kasus

GTCT harus segera dilakukan penanganan yang sesuai sehingga kematian dari

pasien dapat dihindari.

Penanganan GTCT dilakukan dengan ovariektomi. Kuda diberikan anastesi

general dengan pemberian sedasi terlebih dahulu menggunakan xylazin 10 %

dilanjutkan dengan pemberian anastesi ketamin 10 %. Kemudian kuda

dibaringkan lateral rekumbensi. Diberikan anastesi lokal, lidokain 2 % pada

sekitar fosa paralumbal. Penyayatan dilakukan dengan orientasi di fosa

paralumbal sepanjang ± 30 cm. Penyayatan pada bagian flank kanan atau kiri

ditentukan oleh adanya tumor. Pada Gambar 7 mengilustrasikan penyayatan yang

dilakukan di bagian flank kanan karena tumor yang terbentuk pada ovarium kanan.

Gambar 6 Tumor yang ruptur akibat GTCT tidak ditangani

sehingga terjadi internal bleeding yang menyebabkan

kematian

10 cm

Page 21: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

11

Pada flank bagian kanan juga lebih mudah menjangkau ovarium karena tidak

tertutupi oleh intestin. Perawatan pasca operasi dilakukan dengan pemberian

antibiotik pensilin dan streptomisin serta antiinflamatori, deksametason. Setelah 6

bulan pasca ovariektomi pada kuda penderita, estrus kembali terjadi sehingga

kuda dikawinkan. Kembalinya siklus estrus terjadi sendirinya setelah dilakukan

ovariektomi. Setelah itu, pada pengecekan kebuntingan setelah 30 hari pasca

perkawinan menggunakan USG menyatakan hasil yang positif bunting. Hal ini

sesuai dengan pernyataan dari Hoque et al. (2003) yang menyatakan bahwa

pengangkatan GTCT dapat mengakibatkan terjadinya kembali siklus dari ovarium

kontralateral.

Pengangkatan tumor dapat juga dilakukan dengan laparoskopi

menggunakan vessel sealing dan motorized morcellator serta dengan kolpotomi

(Bont et al. 2010; Kummer et al. 2009; Hubert et al. 2006; Bosu et al. 1982).

Kolpotomi dilakukan dengan penyayatan pada bagian vagina. Keuntungan dari

metode ini, yaitu waktu yang digunakan singkat dan fungsi atletik dapat kembali

dengan cepat. Metode ini juga memiliki kerugian, yaitu ovariektomi dilakukan

dengan visualisasi yang buruk, sehingga hemoragi tidak dapat dideteksi serta

rantai écraseur juga dapat menghancurkan mesovarium. Operator yang

melakukan operasi ini harus terlatih (Sebaugh dan Schumacher 2014). Kerugian

lainnya, yaitu terjadinya iatrogenik peritonitis, pada pasca operatif dapat terjadi

exsangunations, dan hernia intestin melalu sayatan tersebut (Packer dan McKane

2012).

Pengangkatan ovarium dengan cara laparoskopi dilakukan dengan

penyayatan pada tiga tempat antara kaudal dari tulang rusuk terakhir dengan

kranial dari tuber coxae (Lloyd et al. 2007). Penggunaan vessel sealing seperti

gunting dengan gagang panjang yang akan memotong mesovarium yang terkena

GTCT (Bont et al. 2010; Lloyd et al. 2007; Hubert et al. 2006). Pada motorized

morcellator dilakukan pemotongan jaringan ovarium GTCT dengan ujung pisau

kerucut yang berputar (Kummer et al. 2009). Penggunaan kedua alat ini biasanya

disertai dengan alat kauterisasi sehingga akan menghentikan pendarahan yang

terjadi. Namun, di Indonesia penggunaan laparoskopi untuk pengangkatan GTCT

belum dilakukan.

Gambar 7 Pasca operasi ovariektomi dengan penyayatan pada flank

kanan secara vertikal sepanjang 30 cm untuk pengangkatan

GTCT

Page 22: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

12

Ukuran tumor yang ditemukan pada studi ini berkisar 8.08-19.50 cm

(Gambar 8A). Bobot ovarium yang terkena GTCT bervariasi tergantung dari

ukuran tumor yang terbentuk. Kecepatan perkembangan dari GTCT sampai saat

ini belum diketahui. Namun, menurut Crabtree (2011), level inhibin berkorelasi

positif dengan bobot tumor. Ellenberger et al. (2007) telah melaporkan GTCT

yang sangat besar, yaitu berukuran 65 x 51 x 24 cm dan bobot sebesar 35.52 kg.

Menurut McCue et al. (2006) tumor akan bertambah beratnya secara perlahan.

Pada Gambar 8B terlihat potongan secara melintang dari tumor. Potongan ini

sesuai dengan diagnosa berdasarkan USG yang memperlihatkan adanya multikista

pada tumor yang sesuai dengan gambaran USG. Multiple hemoragi juga terlihat

jelas saat dilakukan penyayatan pada tumor, seperti yang dilaporkan Ellenberger

et al. (2007).

Kebuntingan dapat terjadi pada kuda dengan GTCT. Kasus ini ditemukan

pada pemeriksaan kesehatan reproduksi kuda tahun 2015. Hal ini dibuktikan pada

Gambar 9 merupakan hasil USG pada kuda bunting yang menderita GTCT. Pada

Gambar 9B yang menunjukkan adanya bentuk seperti sarang lebah hipoechoic

yang merupakan salah satu diagnosa dari GTCT. Uterus penderita menunjukkan

adanya kebuntingan (Gambar 9A). Kebuntingan ini dapat terjadi jika ovarium

kontralateral tidak mengalami hipofungsi. Ovarium mengalami fase folikuler

sehingga folikel akan berkembang dengan baik. Folikel yang matang kemudian

akan ovulasi, sehingga sel ova akan disalurkan ke bagian tuba Fallopi. Sel ova dan

sperma akan mengalami fertilisasi dan terjadi perkembangan fetus dalam uterus.

Kebuntingan ini bertahan hingga kuda partus dan tetap memiliki GTCT.

Telah dilaporkan juga oleh Gee et al. (2012) dan Murphy et al. (2005)

kejadian GTCT pada kuda bunting. Perubahan perilaku”stallion like behaviour”

juga ditunjukkan pada kedua penderita tersebut. Gee et al. (2012) telah melakukan

pengukuran level inhibin dan testosteron. Terjadi peningkatan level inihibin dan

testosteron pada kuda bunting penderita GTCT saat sebelum dilakukannya

pengangkatan ovarium GTCT dan mengalami penurunan setelahnya. Menurut

Daels et al. (1995) peningkatan level inhibin dan testosteron pada kuda bunting

merupakan peningkatan yang biologis pada awal kebuntingan dan akhir

kebuntingan. Kedua ovarium secara normal akan membesar pada awal

kebuntingan. Hal tersebut menyebabkan kesalahan penafsiran dengan GTCT pada

kuda di awal kebuntingan (Gee et al. 2012).

Gambar 8 (A) Ovarium yang GTCT pasca ovariektomi. (B)

Potongan melintang tumor terlihat adanya multikista

A B

Page 23: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rata-rata prevalensi kasus GTCT pada kuda di Indonesia tahun 2006-2014

sebesar 0.51 %. Penanganan GTCT dengan ovariektomi dapat mengembalikan

siklus normal dari penderita GTCT. Kebuntingan dapat terjadi bersamaan dengan

GTCT.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme terjadinya

kebuntingan pada pasien yang terkena GTCT, terutama pada kuda.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander GR, Tweedie MA, Lescun TB, McKinnon AO. 2004.

Haemaperitoneum secondary to granulosa cell tumour in two mares. Aust

Vet J. 82(8):481-484. doi: 10.1111/j.1751-0813.2004.tb11163x.

Ali A, Alamaary M, Al-Sobayil F, Mehana E, Fathy A. 2013. Ovarian tumours in

arabian mares. Comp Clin Pathol. 24(1):157-162. doi: 10.1007/s00580-013-

1877-3.

Astari D. 2011. Karakteristik karkas kuda dengan umur, jenis kelamin dan

pemanfaatan yang berbeda di kecamatan Binamu, kabupaten Jeneponto

Sulawesi Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gambar 9 Hasil USG (A) uterus kuda yang terdapat fetus dan (B)

ovariumnya yang terkena GTCT dengan gambaran multikista

A B

Page 24: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

14

Bailey MT, Troedsson MHT, Wheaton JE. 2002. Inhibin concentrations in mares

with granulosa cell tumours. Theriogenology. 57(7): 1885-1895. doi:

10.1016/s0093-691x(02)00658-1

Ball BA, Conley AJ, Almeida J, Vico AE, Crabtree J, Munro C, Liu IKM. 2013.

A retrospective analysis of 2253 cases submitted for endocrine diagnosis of

possible granulosa cell tumors in mares. J Equine Vet Sci. 34(2):307-313.

doi: 10.1016_j.jevs.2013.07.005.

Bont MPD, Wilderjans H, Simon O. 2010. Standing laparoscopic ovariectomy

technique with intraabdominal dissection for removal of large pathologic

ovaries in mares. Vet Surg. 39(6):737-741. doi:10.1111/j.1532-

950X.2010.00695.x.

Bosu WTK, Camp SCV, Miller RB, Owen RR. 1982. Ovarian disorder: clinical

and morphological observations in 30 mares. J Can Vet. 23(1):6-14.

Charman RE, McKinnon AO. 2007. A granulosa-theca cell tumor in a 15-month-

old thoroughbred fily. Aust Vet J. 85(3):124-125. doi: 10.1111/j.1751-

0813.2007.00110.x.

Corley K, Stephen J. 2008. The Equine Hospital Manual. Oxford (GB): Blackwell

Publishing.

Crabtree J. 2011. Review of seven cases of granulosa cell tumour of the equine

ovary. Vet Rec. 169(10):251-258. doi: 10.1136/vr.d4635.

Cupps PT. 1991. Reproduction in Domestic Animal. California (US): Academic

Press.

Daels PF, Chang GC, Hansen B, Mohammed HO. 1995. Testosterone secretion

during pregnancy in mare. Theriogenology. 45(6):1211-1219. doi:

10.1016_0093-691x(96)00076-3.

Ellenberger C, Bartman CP, Hoppen HO, Kratzsch J, Aupperle H, Klug E,

Schoon D, Schoon HA. 2007. Histomorphological and

immunohistochemical characterization of equine granulosa cell tumor. J

Comp Path. 136(2):167-176. doi :10.1016/j.jcpa.2007.01.011.

Gee EK, Dicken M, Archer RM, Herdan CL, Pauwels FET, Drayton BM. 2012.

Granulosa theca cell tumour in a pregnant mare: concentrations of inhibin

and testosterone in serum before and after surgery. New Zeal Vet J.

60(2):160-163. doi: 10.1080/00480169.2011.645776.

Gündüz MC, Kaşikçi G, Kiliçarslan R, Uçmak M, Düzgün O, Tek C. 2010.

Reproductive performance following unilateral ovariectomy for treatment of

ovarian tumors in 7 mares. Turk J Vet Anim Sci. 34(3):283-287. doi:

10.3906/vet-0812-20.

Heffner LJ, Schust DJ. 2005. At A Glance Sistem Reproduksi. Ed ke-2. Jakarta

(ID): Penerbit Erlangga.

Hoque SMD, Senba H, Tsunoda N, Derar RI, Watanabe G, Taya K, Osawa T,

Miyake YI. 2003. Endocronological change before and after removal of the

granulosa-theca cell tumor (GTCT) affected ovary in 6 mares. J Vet Med Sci.

65(8):887-891. doi: 10.1292/jvms.65.887.

Hubert JD, Burba DJ, Moore RM. 2006. Evaluation of a vessel-sealing device for

laparoscopic granulosa cell tumor removal in standing mares. Vet Surg.

35(4):324-329. doi: 10.1111/j.1532-950X.2006.00151.x

Hunington P, Myers J, Owen L. 2004. Horse Sense: The Guide to Horse Care in

Australia and New Zealand. Melbourne (AU): Landlinks Press.

Page 25: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

15

Johnson S, Daniel J. 2008. Horse Breeds: 65 Popular Horse, Pony, & Draft

Horse Breeds. Minneapolis (US): Voyageur Press.

König HE, Libiech HG. 2007. Veterinary Anatomy of Domestic Mamals Textbook

and Colour Atlas. Stuttgart (DE): Schattauer.

Kummer M, Theiss F, Jackson M, Früst A. 2009. Evaluation of a motorized

morcellator for laparoscopic removal of granulosa-theca cell tumors in

standing mares. Vet Surg. 39(5):649-653. doi:10.1111/j.1532-

950X.2010.00688.x.

Lloyd D, Walmsey JP, Greet TRC, Payne RJ, Newton JR, Phillips. 2007.

Electrosurgery as the sole means of haemostatis during the laparoscopic

removal of pathologically enlarged ovaries in mares: a report case of 55

cases. Equine vet J. 39(3):210-214. doi: 10.2746/042516407X171165225.

Mannion P. 2006. Diagnostic Ultrasound in Small Animal Practice. Oxford (GB):

Blackwell Publishing.

Maswarni M, Rachman N. 2014. Kuda : Manajemen Pemeliharaan dan

Pengembangbiakan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Mattoon S, Nyland G. 2015. Small Animal Diagnostic Ultrasound. Ed ke-3.

Missouri (US): Saunders Elsevier.

Maurice KT. 2005. Diagnosis and surgical removal of a granulosa-theca cell

tumor in a mare. Can Vet J. 46(7):644-646.

McAuliffe S. 2013. Color Atlas of disease and Disorders of The Horse. Liverpool

(GB): Saunders Elsevier.

McCue PM, Roser JF, Munro CJ, Liu IKM, Lasley BL. 2006. Granulosa cell

tumors of the equine ovary. Vet Clin Equine. 22(3):799-817. doi:

10.1016/j.cveq.2006.08.008.

Meagher DM, Wheat JD, Hughes JP, Stabenfeldt GH, Harris BA. 1977.

Granulosa cell tumors in mares-a review of 78 cases. Proc Am Assoc Equine

Pract. 23:133-143.

Morel MCCD. 2008. Equine Reproductive Physiology, Rasing, and Stud

Management. Wallingford (GB): CABI.

Munroe GA, Weese JS. 2011. Equine Clinical Medicine Surgery and

Reproduction. New York (US): CRC Press.

Murphy J, Hendrickson DA, Hendrix S. 2005. Right flank laparoscopic

ovariectomy of a regressing granulosa theca cell tumor of a pregnant mare:

case review. J Equine Vet Sci. 25(7):309-311.

doi:10.1016/j.jevs.2005.06.009.

Packer M, McKane S. 2012. Case report granulosa theca cell tumour in a mare

causing hypertopic osteopathy. Equine Vet Educ. 24(7):1-6. doi:

10.1111/j.2042-3292.2011.00316.x

Patrick DJ, Kiupel M, Gerber V, Carr EA. 2003. Malignant granulosa-theca cell

tumor in a two years old miniature horse. J Vet Diagn Invest. 15(1):60-63.

doi: 10.1177/104063870301500114.

Peters H, McNatty KP. 1980. The Ovary: Correlation of Structure and Function

in Mamals. California (US): Univ of California Pr.

Price DP, Dolensek BB, Rentsch G, Spector DA, Rentsch W. 1998. The Whole

Horse Catalog. New York (US): Simon & Schuster.

Reeder D, Miller S, Wilfong DA, Leitch M, Zimmel D. 2009. AAVET’S Equine

Manual for Veterinary Technicians. Iowa (US): Willey-Blackwell.

Page 26: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

16

Riegel RJ, Hakola SE. 2002. Illustrated Atlas of Clinical Equine Anatomy and

Common Disorder of the Horse, Volume Two: Reproduction, Internal, and

Skin. Ohio (US): Equistar Publications.

Seabaugh KA, Schumacher J. 2014. Urogenital surgery performed with the mare

standing. Vet Clin Equine. 30(1):191-209. doi: 10.1016/j.cveq.2013.11.007.

Samper JC, Pycock JF, McKinnon A. 2007. Current Therapy In Equine

Reproduction. Missipi (US): Saunders Elsevier.

Samper JC. 2009. Equine Rasing Management and Artificial Insemination.

Missouri (US): Saunders Elsevier.

Siegal M. 1996. UC Davis Book of Horses: A Complete Medical Refference Guide

For Horses and Foals. New York (US): Harper Collins Pub.

Siregar R. 2011. Kuda beban sebagai alat transportasi di kecamatan Saipar Dolok

Hole kabupaten Tapanuli Selatan provinsi Sumatera Utara [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Skelton KV, Dowsett KF, McMeniman NP. 1991. Ovarian activity in fillies

treated with anabolic steroids prior to the onset of puberty. J Reprod Fertil.

44: 351–356.

Stabenfeldt GH, Hughes JP, Kennedy PC, Meagher DM, Neely DP. 1979.

Clinical findings, pathological changes and endocrinological secretory

patterns in mare with ovarian tumours. J Reprod Fertil Suppl.

1979(27):277-285.

Sundberg JP, Burnstein T, Page EH, Kirkham WW, Robinson FR. 1977.

Neoplasms of equidae. J Am Vet Med. 170(2):150-152.

Turner JE, Irvine CH. 1982. Effect of prolonged administration of anabolic and

androgenic steroid on reproductive function in the mare. J Reprod Fertil.

32:213-218.

Verma GP. 2001. Fundamental of Histology. New Delhi (IN): New Age

International Press.

Watson ED. 1999. Granulosa cell tumours in the mare: a review of 9 cases.

Equine Vet Educ. 11(3):136-142.

Yoshida G, Tsunoda N, Miyake YI, Shafiqul HMD, Osawa T, Nagamine N,

Taniyama H, Nambo Y, Watanabe G, Taya K. 2000. Endocrinological

studies of mares with granulosa-theca cell tumor. J Equine Sci. 11(2):35-43.

doi: 10.1294/jes.11.35.

Zelli R, Sylla L, Monaci M, Stradaidoli G, Sibley LE, Roser JF, Munro C, Liu

IKM. 2006. Gonadotropin secretion and ptuitary responsiveness to GnRH in

mares with granulosa theca cell tumor. Theriogenology. 66(5):1210-1218.

doi: 10.1016/j.theriogenology.2006.03.030.

Page 27: STUDI KASUS GRANULOSA-THECA CELL ... - repository.ipb.ac.id · Manfaat Studi Kasus 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Perkembangan Kuda (Equus cabalus) 2 Saluran Reproduksi Kuda Betina 2 ... Sel

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 13 September 1992

dari Ayah Eddy Partamihardja dan Ibu Eko Kelonowati. Penulis adalah putri

kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri

Empang 4 Bogor tahun 2004, sekolah menengah pertama di SMP Taruna Andigha

Bogor tahun 2007, dan sekolah menengah atas di Sekolah Menengah Analis

Kimia Bogor (SMAKBo) pada tahun 2011.

Penulis masuk pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor pada tahun

2011 melalui jalur Uji Talenta Mandiri (UTM). Selama mahasiswa, Penulis aktif

dalam Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKH IPB, Himpunan

Minat dan Profesi Hewan Kecil dan Satwa Akuatik Eksotik (HKSA), Komunitas

STERIL, dan Komunitas Vetzone.