Upload
ika-ayu-paramita
View
96
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Studi Kasus Delayed Speech dipandang dari sudut kedokteran keluarga yang membantu kita untuk mendiagnosa dgn pendekatan terhadap diagnosis kedokteran keluarga.
Citation preview
LAPORAN KASUS
BERKAS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : An. Farsyah Nama Ayah : Kanafi
Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 25 tahun
Usia : 1 tahun 9 bulan Nama Ibu : Sari
Alamat : Tanah Tinggi Usia : 20 tahun
No. CM : -- -- --
Tanggal Berobat : 3 April 2013
B. Anamnesa
Dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 3 April 2013 pukul 10.00
WIB
1. Keluhan Utama: Kemampuan bicara lambat
2. Keluhan Tambahan:
- Belum bisa merangkai kata-kata
dalam satu kalimat dan pengucapan kata dalam
berbicara kurang jelas.
- Anak sulit makan sejak usia dua tahun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke puskesmas kecamatan johar baru dengan diantar
oleh ibunya datang dengan keluhan kemampuan bicara terlambat, pasien
saat ini belum bisa merangkai kata-kata dalam satu kalimat dan
pengucapan kata-kata masih belum jelas. Pasien dapat mengucapkan satu
kata umur sebelas bulan, tetapi hinga kini pasien hanya bisa mengucapkan
satu sampai tiga kata sederhana. Ibu pasien juga mengatakan anak masih
dapat melakukan tindakan yaang diperintahkan. Tetapi pasien sering
terdiam jika mendengar kata-kata ibunya dan jika banyak anak-anak lain
1
sering memalingkan muka. Ibu pasien merasa khawatir adanya
keterlambatan dalam berbicara pada anaknya ini, ibu pasien mengatakan
seharusnya anak seusia itu sudah bisa bicara secara lancar. Menurut ibu
pasien, perkembangan kemampuan berbicara pasien sangat lambat dan
berbeda dengan anak-anak seusianya, artikulasi kata yang diucapkan
anaknya juga kurang jelas. Ibu pasien juga mengeluhkan nafsu makan
anak turun sejak usia dua tahun, sehingga ibu merasa berat badan anaknya
tidak pernah bertambah, berat badan pasien sekarang 9,2kg. Ibu pasien
menyangkal adanya keluhan batuk-batuk lama pada anaknya. Pasien lebih
suka jajan-jajanan di luar dari pada makan-makanan yang di masak oleh
ibu pasien, pasien juga ering mengkonsumsi minum-minum yang dingin.
Sehari-harinya pasien lebih sering main didalam rumah dan jarang
bermain dengan teman-teman sebayanya diluar rumah dan jarang bermain
dengan teman-teman sebanyanya diluar rumah, pasien hanya bermain-
main sendiri didalam rumah, pasien juga suka sekali menonton TV. Ibu
pasien mengakui bahwa dia dulu, saat anak masih dalam kandungan
maupun setelah lahir hingga sekarang jarang sekali mengjak komunikasi,
memberikan stimulasi dan latihan bahasa dengan alasan ibu pasien tidak
mengerti karena anak pertama dan ditambah saat pasien belum genap
berusia dua tahun, ibu pasien mengandung lagi, sehingga perhatian ibu
pasien terhadap pasien berkurang.
Ibu pasien mengatakan saat ini anaknya sudah bisa duduk, berjalan
dan makan sendiri kalaupun masih perlu dibantu. Ibu pasien merasa
khawatir terhadap perkembangan anaknya yang tidak seperti anak
seusianya, selain itu ibu pasien juga merasa khawatir akan nafsu makan
anaknya yang tidak baik, sehingga anak terlihat kurus dan cenderung tidak
pernah bertambah berat badannya. Sehingga orangtua pasien memutuskan
untuk memeriksakan kesehatan anaknya ke puskesmas.
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Ibu pasien mengatakan sejak kecil pasien sering sekali sakit panas,
dan terkadang juga batuk pilek. Riwayat flek paru disangkal, riwayat kejang
2
disangkal, pasien juga tidak pernah mengalami sakit berat maupun maupun
trauma kepala. Riwayat diare (+) saat usia tiga bulan, riwayat alergi disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Ayah pasien saat balita mempunyai keluhannya yang sama seperti
pasien yaitu gangguan keterlambatan dalam perkembangan bicara, riwayat
flek atau batuk-batuk lama dalam keluarga disangkal. Riwayat penyakit
disangkal, Riwayat kejang disangkal.
6. Riwayat Kehamilan :
Ibu jarang memeriksakan kehamilan kebidan. Selama hamil ibu
tidak pernah menderita penyakit berat, kontrol kehamilan teratur ke bidan.
Ibu tidak pernah mendapat suntikan Tetanus Toxoid. Riwayat
mengkonsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan tidak ada. Riwayat
kebiasaan merokok dan minuman keras tidak ada. Lama kehamilan cukup
bulan.
7. Riwayat Persalinan
Usia kehamilan cukup bulan, Pasien lahir secara spontan dan di
tolong oleh bidan, lahir langsung menangis, berat badan 2900 gr Riwayat
mendapat terapi penyinaran tidak ada, panjang badan 48cm.
8. Riwayat Imunisasi
BCG : satu bulan, scar positif
DPT : tiga kali
Polio : tiga kali
Hepatitis B : tiga kali
Campak : tidak diberikan
Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap
9. Riwayat sosio ekonomi
Keluarga Tn kanafi berasal dari Tegal jawa tengah, kemudian
pindah ke Jakarta sejak 1 bulan yang lalu. Keluarga Tn. Kanafi tinggal
dirumah kontrakan berukuran 4x3 m². Pasien tinggal bersama ayah, ibu
dan satu saudara laki-laki yang berumur 2 bulan. Pasien berasal dari sosial
ekonomi menengah ke bawah. Tn. Kanafi bekerja sebagai pemulung,
dengan penghasilan yang tidak tetap perharinya Rp 20.000- Rp40.000
3
/bulan. Ibu Pasien tidak berkerja, hanya sebagai ibu rumah tangga. Pasien
adalah anak pertama dari dua bersaudara, Sehari-hari orang tua pasien
menggunakan bahasa Indonesia, yang kadang disertai juga bahasa Jawa.
10 . Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan pasien dirumah hanya bermain-main sendiri, tidak mau
bermain-main dengan teman sebayanya., dan jika banyak orang pasien
sering sekali berpaling. Pasien suka bermain mobil-mobilan dan juga
menonton teevisi. Ibu pasien membiarkan pasien bermain sendiri
dirumahnya. Pasien juga cepat merasa bosan dan cenderung cengeng,
Ayah pasien mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah.
Kebiasaan makan pasien dua kali sehari dalam porsi kecil. Untuk
makan sehari-hari pasien, ibu pasien memasak sendiri. Masakan yang
biasa dimasak adalah nasi, sayur dan lauk pauk seperti tahu, tempe, telor,
ikan, ,menu tersebut diberikan berbeda-beda setiap hari. Ibu jarang
memberikan lauk ayam pada anaknya. Tetapi pasien tidak mau makan
masakan yang dimasak oleh ibunya, pasien sulit sekali untuk makan nasi,
pasien lebih suka jajan-jajanan diluar seperti cilok, permen, chiki,
minuman-minuman yang dingin. Orang tua pasien juga jarang
memberikan susu karena pendapatan keluarga yang kecil.
11. Perkembangan motorik
Menurut ibu perkembangan motorik pasien normal sebagai berikut:
Bisa mengangkat kepala pada usia satu bulan
Bisa tengkurep pada usia tiga bulan
Bisa duduk pada usia delapan bulan
Bisa merangkak pada usia sembilan bulan
Bisa berdiri pada usia sepuluh bulan
Bisa berjalan pada usia 14 bulan
4
12. Perkembangan bahasa :
Bisa mengucapkan “mama” pada usia 11 bulan.
Pasien dapat melakukan tindakan yang diperintahkan.
Hingga kini pasien hanya bisa mengatakan satu sampai tiga kata
sederhana.
Jika mendengar kata-kata ibunya pasien sering diam, jika banyak anak-
anak sering berpaling.
Orang tua sering sangat sulit menterjemahkan permintaan pasien karena
pasien tidak mampu mengungkapkan.
13. Perkembangan sosial :
Anak diasuh sendiri oleh ibunya, ibu pasien mengakui bahwa saat anak
masih dalam kandungan maupun setelah lahir hingga sekarang jarang sekali
mengajak komunikasi, memberikan stimulasi dan latihan bahasa dengan alasan
ibu pasien tidak mengerti karena anak pertama dan ditambah saat pasien belum
genap berusia dua tahuan, ibu pasien mengandung lagi, sehingga perhatian ibu
pasien terhadap pasien berkurang.
Bapak pasien sibuk bekerja dari pagi hingga sore hari. Pasien senang
diajak nonton televisi terutama acara anak-anak, tetapi pasien tidak mampu
menirukan kata-kata yang diucapkan oleh pengisi acara televisi. Pasien hanya bisa
menari-nari, pasien juga tidak pernah mengenal rasa takut, pasien cepat merasa
bosan dan cenderung cengeng.
A. Fisik
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Tanda Vital :
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6 = 15
Frek. Nadi : 122 x /menit
Frek. Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 37,9°C
5
3. Status generalis :
BB : 4,3 kg
TB : 67 cm
IMT : - BB/U = 4,3/21 x 100% = 20,4%
TB/U = 67/21 x 100% = 31,9%
BB/TB = 4,3/0,67 x 100% = 60,4%
Status Gizi :
Kesan: Gizi Buruk <-3SD atau < 70%
Status lokalis
- Kulit : Berwarna sawo matang, ikterik (-) suhu febris (+), dan
turgor kulit baik.
- Kepala : Bentuk normocephal, simetris, UUB sudah menutup.
- Rambut : Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan
mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
- Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat dan
isokor.
- Hidung : Tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak ada deviasi
septum, tidak ada sekret, dan tidak hiperemis.
- Telinga : Bentuk normal, tidak ada tanda radang, terdapat sedikit
serumen, membrana timpani utuh.
- Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, mukosa mulut gak
kering, tonsil T1-T1.
6
- Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Tidak
terdapat pembesaran tiroid, trakea berada ditengah (tidak
deviasi).
- Paru-paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru, tidak ada peranjakan paru-hati
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS V linea stenalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midklavikula sinistra
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, tidak
terdapat murmur dan gallop
- Abdomen
Inspeksi : Tampak datar, simetris, tidak dapat kelainan kulit, tidak
terdapat pelebaran vena
Auskultasi : Bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengar
Palpasi : Turgor baik, tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas,
tidak teraba Hepatomegali dan spleenomegali
Perkusi : Suara timpani di semua lapang abdomen
Ekstrimitas : Akral hangat, tidak terdapat sianosis dan edema di ke-
empat ekstrimitas
Pola pemberian ASI dan makan
0- 6 bulan : ASI
6-9 bulan : ASI jarang, jarang mendapatkan susu formula,
bubur nasi, pisang dan pepaya
12- 21 bulan : bubur nasi, lauk\ pauk yang dimakan oleh keluarga
7
seperti tahu, tempe,
Kesan : pola pemberian makan kurang memperhatikan gizi seimbang
10. Riwayat Perkembangan Fisik
Metode MileStones
Usia 0-3 bulan
Personal Sosial (PS) : Melihat ke muka orang dengan tersenyum. (ya)
Motorik Kasar (MK) : Belajar mengangkat kepala. ( ya)
Motorik Halus (MH) : Belajar mengikuti objek dengan matanya. ( ya)
Bahasa (B) : Bereaksi terhadap suara/bunyi. ( ya)
Usia 3-6 bulan
Personal Sosial (PS) : Mulai belajar kontak sosisal, tertawa dan menjerit karena
gembira bila diajak bermain. ( ya)
Motorik Kasar (MK) : Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada
dengan bertopang tangan. ( ya)
Motorik Halus (MH) : Meraih benda-benda yang ada dalam jangkauanya atau di
luar juangkauannya. ( ya)
Bahasa (B) : Dapat mengucapkan aah, ngah. ( ya)
Usia 6-9 bulan
Personal Sosial (PS) : Mulai berpartisipasi dalam permainan. ( ya)
Motorik Kasar (MK) : Dapat duduk tanpa dibantu. ( ya)
Motorik Halus (MH) : Memegang benda kecil dan melempar benda-benda. ( ya)
Bahasa (B) : Mengeluarkan kata-kata tanpa arti. ( ya)
Usia 9-12 bulan
Personal Sosial (PS) : Memperlihatkan minat yang besar dalam
mengekspresikan sekitarnya, ingin menyentuh apa saja
dan memasukan benda ke mulutnya. ( ya)
Motorik Kasar (MK) : Dapat berdisi sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan
dituntun. ( ya)
Motorik Halus (MH) : Dapat menyusun balok dan mainan. ( ya)
Bahasa (B) : Menirukan suara, belajar menyatakan satu atau dua kata.
8
( ya)
Usia12-15 bulan
Personal Sosial (PS) : Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing. ( ya)
Motorik Kasar (MK) : Berjalan sambil berjinjit, berjalan mundur. (ya)
Motorik Halus (MH) : Menyusun 2 atau 3 balok. (ya)
Bahasa (B) : Dapat menyebut nama bagian tubuh. (tidak)
2.2.6 Usia 15-18 bulan
Personal Sosial (PS) : Mampu melakukan permainan petak umpet. (tidak)
Motorik Kasar (MK) : Dapat bermain dan menendang bola. (ya)
Motorik Halus (MH) : Mampu membuat untaian benda-benda. (ya)
Bahasa (B) : Mampu memberitakan sesuatu mengenai gambar-
gambar.(tidak)
2.2.7 Usia 18-21 bulan
Personal Sosial (PS) : Mulai belajar mengontrol buang air besar dan air kecil.
(tidak)
Motorik Kasar (MK) : Mampu berjalan naik turun tangga. (ya)
Motorik Halus (MH) : Menyusun 6 kotak/balok. (tidak)
Bahasa (B) : Mampu bernyanyi /bersajak. (tidak)
Gambar 1. Denver II
Kesan : Terdapat penyimpangan perkembangan bahasa.
9
C. Usulan Pemeriksaan Penunjang
Gessel Infant Scale
BERKAS KELUARGA
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala Keluarga : Tn. Kanafi (25 tahun)
b. Identitas Pasangan : Ny. Sari (20 tahun)
c. Struktur Komposisi Keluarga :
10
Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal seluruh
No Nama
Kedudukan
dalam
Keluarga
Jenis
KelaminUmur Pendidikan Pekerjaan
Keterangan
Tambahan
1. Tn. Kanafi Suami Laki-laki 25 th SD Pemulung
2. Ny. Sari Istri Perempuan 20 th SD IRT
3. An.Farsyah Anak pertama Laki-laki 1 th 9 bln - - Pasien
4. An. Farlan Anak kedua Laki-laki 2bln - - Adik pasien
2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
a. Lingkungan tempat tinggal
Tabel 2. Lingkungan tempat tinggal
Status kepemilikan rumah : milik sendiri
Daerah perumahan : Padah kumur
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 4 x 3 m2 Pasien tinggal di rumah kontrakan,
pasien tinggal dalam rumah yang tidak
sehat pada daerah yang padat dan
kumuh, dimana rumah tersebut
berukuran kecil untuk menampung 4
orang anggota keluarga, rumah tersebut
tidak memenuhi syarat rumah sehat
karena tidak memiliki lingkungan yang
bersih, penerangan yang kurang ventilasi
rumah yang tidak memadai, lantai rmasih
yang masih dari semen yang hanya
beralaskan terpal plastik dan tempat
pembuangan sampah yang tidak tertutup
sehingga terlihat berserakan dan
menimbulkan bau yang tidak sedap.
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 orang
Luas halaman rumah : 1 x 1 m2
Rumah tidak bertingkat
Lantai rumah dari : semen beralaskan terpal plastic
Dinding rumah dari : triplek
Jamban keluarga : tidak ada
Tempat bermain : tidak ada
Penerangan listrik : 900 watt
Ketersediaan air bersih ada
Tempat pembuangan sampah ada
11
b. Kepemilikan barang-barang berharga Tn. Kanafi dan Ny. Sari memiliki
barang elektronik di rumahnya
Antara lain, yaitu :
- Satu buah televisi berwarna berukuran 14inci yang terletak di ruang tamu,
- Satu buah kipas angin yang terletak di ruang tamu,
- Satu buah setrikaan yang terletak di ruang tamu,
- Satu buah kompor minyak yang terletak di dapur,
- Satu kasur yang terletak di kamar tidur,
c. Denah rumah keluarga
4 meter
wc dapur kamar tidur
3 meter 3 meter
ruang tamu
4 meter
3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga :
a. Tempat berobat
Tempat berobat anggota keluarga di Puskesmas, karena letaknya yang
tidak begitu jauh dengan rumah, dapat dijangkau dengan berjalan kaki
ataupun kendaraan umum (bajaj), tetapi keluarga pasien juga terkadang
hanya membeli obat saja di warung terdekat.
b. Balita : KMS
Keluarga ini mempunyai dua orang balita, dan mempunyai dua KMS
(Kartu Menuju Sehat), tetapi hanya sisa satu KMS, dengan alasan satu
KMS hilang.
12
c. Asuransi/Jaminan Kesehatan
Keluarga ini merupakan keluarga dengan status ekonomi rendah. Sehingga
untuk berobat keluarga ini menggunakan kartu Gakin.
4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Tabel 3. Pelayanan Kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat
pelayanan kesehatan
Angkutan umum Pasien berobat ke
puskesmas karena jarak
rumah yang tidak begitu
jauh dengan Puskesmas
sehingga keluarga pasien
pergi ke puskesmas
dengan bejalan kaki atau
menggunakan angkutan
umum (bajaj). Biaya
pengobatan di Puskesmas
dengan menggunakan
gakin menurut orang tua
pasien sangat membantu.
Pelayanan Puskesmas
cukup memuaskan
sehingga pasien dan
keluarga mau datang
kembali untuk berobat.
Tarif pelayanan
kesehatan
Terjangkau
Kualitas pelayanan
kesehatan
Cukup memuaskan
5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga
a. Kebiasaan makan :
Semua orangtua harus memberikan hak anak untuk tumbuh. Semua
anak harus memperoleh yang terbaik agar dapat tumbuh sesuai dengan apa
yang mungkin dicapainya dan sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Untuk
itu perlu perhatian/dukungan orangtua. Untuk tumbuh dengan baik tidak
13
cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal
menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan sikap orangtuanya
dalam memberi makan. Semasa bayi, anak hanya menelan apa saja yang
diberikan ibunya. Sekalipun yang ditelannya itu tidak cukup dan kurang
bergizi. Demikian pula sampai anak sudah mulai disapih. Anak tidak tahu
mana makanan terbaik dan mana makanan yang boleh dimakan. Anak
masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar
pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap
anak meliputi perhatian ketika makan, mandi dan sakit
Keluarga Tn. Kanafi mempunyai kebiasaan makan 2 kali sehari
dengan menu hidangan seadanya, seperti tahu, tempe, sambal. Sayuran
tidak setiap hari di hidangkan, sumber protein hewani seperti daging ayam,
ikan, sangat jarang dihidangka Ny. Sari memanaskan masakan sisa malam
hari untuk dibuat sarapan besok pagi. Konsumsi buah dan susu sangat
jarang. Keluarga ini memasak makanan sendiri dan jarang membeli
makanan di luar rumah.
An. Farsyah (pasien) makan dua kali sehari dengan porsi piring
kecil, pasien tidak pernah menghabiskan makanannnya, sekali makan
pasien tidak pernah lebih dari enam sendok makan dewasa. Menu
makanan pasien sama seperti menu makanan keluarga lainnya. Selain itu
juga pasien jarang diberikan susu karena keterbatasan biaya. Pasien sering
tidak menghabiskan makanannya, kalaupun makanan tersebut dalam porsi
yang kecil, pasien lebih suka jajan-jananan diluar seperti cilok, chiki,
pasien juga suka sekali minum es. Sedangkan An. Farlan (adik) hanya
diberikan ASI.
b. Menerapkan pola gizi seimbang
Keluarga ini tidak menerapkan pola gizi seimbang. Hal ini
dikarenakan keterbatasan ekonomi dan juga pengetahuan keluarga yang
kurang mengenai gizi seimbang. Sehingga keluarga ini sangat jarang
mengkonsumsi buah-buahan dan susu terutama bagi anak-anak yang
sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan
asupan gizi yang seimbang.
14
6. Pola Dukungan Keluarga
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga :
- Ibu pasien peduli dan cepat menyadari keterlambatan berbahasa yang
terjadi kepada anaknya.
- Ibu pasien cepat bertindak sehingga pasien cepat dibawah di
Puskesmas untuk diobati dan dilatih dalam berbicara.
- Ibu lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
- Ibu pasien mau meluangkan waktunya untuk mengantarkan pasien ke
dokter.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga :
- Pendapatan keluarga yang kurang sehingga kurang bisa memenuhi
kebutuhan gizi pasien.
- Pengetahuan orang tua pasien yang kurang mengetahui akan
keterlambatan bahasa pada pasien.
- Lingkungan tempat tinggal yang padat, kumuh dan pencahayaan yang
kurang dapat mempengaruhi perkembangan pasien.
- Orang tua jarang mengajak komunikasi pasien, mengajari atau melatih
pasien dalam berbicara.
- Perhatian sedikit terbagi karena ibu pasien memiliki anak lagi di saat
usia pasien masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
- Pasien jarang berinteraksi dengan teman-temannya.
B. Genogram
1. Bentuk keluarga :
Keluarga terdiri atas kepala keluarga (KK) bernama Tn. Kanafi
berusia 25 tahun dan istrinya Ny. Sari berusia 20 tahun serta memiliki dua
anak Farsyah berusia 1 tahun 9 bulan dan Farlan berusia 2 bulan. Bentuk
keluarga ini adalah keluarga inti (nuclear family).
2. Tahapan siklus keluarga :
Menurut Duvall keluarga ini berada pada tahapan sikluas keluarga
yang kedua, yaitu keluarga dengan anak usia 21 bulan. Tahapan ini
15
dimulai sejak anak pertama berusia 0 bulan dan berakhir pada saat anak
berusia 30 bulan.
3. Family map (gambar)
(usia 1 tahun 9 bulan) (usia 2 bulan)
Keterangan Gambar :
: laki-laki
: pasien laki-laki
: perempuan
: garis pernikahan
: garis keturunan
: meninggal
: tinggal dalam satu rumah
C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga
1. Lingkungan tempat tinggal pasien yang padat dan kumuh serta keadaan
rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat karena kecil dan sempit,
penerangan yang kurang serta ventilasi yang tidak memadai, adanya
16
Tn. Mahmud(52 tahun)
Ny. Khotimah(49 tahun)
Tn. Takir(51 tahun)
Ny. Kasniti(53 tahun)
Ny. SAri(21 tahun)
Tn. Kanafi(25 tahun)
An. Farsyah An. Farlan
tempat sampah di lingkungan sekitar rumah, pada rumah tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan pasien.
2. Kabiasaan orang tua yang jarang melatih dan mengajak anaknya dalam
berkomunikasi sehingga kurang membantu pasien dalam perkembangan
bahasanya.
3. Orang tua membiarkan anaknya jajan-janan diluar, makanan ringan.
4. Pendapatan ayah pasien sebagai pemulung yang sedikit, sehingga kurang
untuk mencukupi kebutuhan pasien akan makanan yang bergizi.
5. Pasien jarang berinteraksi dan bermain dengan teman-temannya juga akan
membuat pasien tidak terlatih dalam berbicara.
D. Diagnosis Holistik
a. Aspek personal : (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)
Pasien dan ibunya datang ke Puskesmas dengan keluhan kemampuan
bicara anaknya terlambat, anak belum bisa berbicara secara lancar dan
pengucapan kata-kata yang diucapkan anaknya masih belum jelas ibu
merasa anaknya susah dalam membentuk kalimat dalam berbicara, Ibu
pasien berharap agar anaknya dapat berbicara seperti anak yang lainnya.
Jika tidak diobat dan dilatih dari sekarang ibu khawatir anaknya tidak
dapat mengucapkan kata-kata secara normal dan ibu juga takut
perkembangan anaknya dalam berbahasa akan terganggu. Ibu pasien juga
khawatir tentang nafsu makan pasien yang berkurang, dan berat badan
pasien yang terlihat tidak pernah bertambah sehingga semkain terlihat
semakin kurus. Ibu pasien mempunyai harapan agar nafsu makan anaknya
bertambah dan berat badan anaknya dapat naik.
b. Aspek klinis
Diagnosis kerja : Speech Delay dengan gizi buruk
Dasar diagnosis : - Pasien umur 1 tahun 9 bulan tahun hanya bisa
mengucapkan satua sampai tiga kata sederhana.
- Pasien belum bisa membentuk suatu kalimat dalam
berbicara.
- Pengucapan kata-kata masih belum jelas
17
- BB/U = 4,3/21 x 100% = 20,4%
TB/U = 67/21 x 100% = 31,9%
BB/TB = 4,3/0,67 x 100% = 60,4%
Kesan: Gizi Buruk <-3SD atau < 70%
c. Aspek resiko internal
1. Kurangnya komunikasi dari orang tua pasien terhadap anaknya
sehingga kurang melatih pasien dalam hal berbicara.
2. Ayah pasien saat balita mempunyai keluhan yang sama seperti pasien
yaitu gangguan keterlambatan dalam berbicara.
3. Pengetahuan anggota keluarga yang kurang tentang keterlambatan
bahasa yang terjadi pada anaknya.
4. Kebiasaan anak yang sering menonton televisi dan hanya bermain
didalam rumah.
5. Faktor nutrisi berpengaruh dalam terjadinya gizi buruk pada pasien ini.
Makanan yang dikonsumsi oleh pasien tidak memenuhi gizi seimbang,
dengan pola makan hanya 2 kali sehari, pasien jarang makan buah dan
minum susu.
6. Kebiasaan pasien yang sering makan makanan jajan.
d. Aspek psikososial keluarga
- Perekonomian keluarga yang kurang sehingga kurang memenuhi
kebutuhan gizi pasien.
- Lingkungan rumah pasien yang padat dan kumur serta rumah pasien
yang tidak memenuhi rumah sehat sehingga dapat mengganggu
perkembangan pasien.
- Pasien jarang berinteraksi dan jarang bermain dengan teman-temannya
diluar rumah.
e. Aspek fungsional
Pasien berada pada tingkat lima masih mampu melakukan aktivits fisik
didalam maupun diluar rumah.
18
E. Rencana Pelaksanaan
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan
Aspek
personal
1.Menjelaskan kepada orang
tua pasien tentang
keterlambatan perkembangan
yang diderita anaknya yakni
speech delay (definisi,
penyebab, gejala).
2. Menjelaskan kepada
orangtua pasien tentang gizi
buruk (definisi, penyebab,
gejala)
Orang
tua
pasien
Saat pasien
berobat ke
puskesmas
Agar orang tua
pasien tidak terlalu
cemas dan khawatir
dalam memikirkan
masalah yang terjadi
pada anaknya.
3.Menjelaskan pada orang tua
pasien bahwa status gizi
pasien dapat diperbaiki agar
memiliki berat badan ideal
Orang
tua
pasien
Saat pasien
berobat ke
puskesmas
Pemahaman keluarga
pasien tentang
keadaan pasien,
sehingga keluarga
pasien tidak putus asa
dan terus membawa
pasien berkonsultasi
ke dokter
4. Menjelaskan pada orang tua
pasien bahwa keterlambatan
bahasa dalam berbicara yang
terjadi pada anaknya tidak
termasuk suatu penyakit yang
berat.
Agar orang tua
pasien tidak terlalu
cemas dan khawatir
dalam memikirkan
masalah yang terjadi
pada anaknya
Aspek
klinik
1. M
elakukan terapi wicara
Pasien Saat pasien
datang
Merangsang
kemampuan bahasa
19
dengan cara sering
melakukan komunikasi
dengan anak. Memberikan
kesempatan pada anaknya
untuk memberi umpan
balik, juga menjadi faktor
yang mempengaruhi
kemampuan bicara,
menggunakan kalimat dan
berbahasa.
2.Memberitahukan kepada
orangtua agar memberikan
kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang
lain guna melatih
kemampuan komunikasi.
beriobat ke
puskesmas
dan pada
saat
kunjungan
ke rumah
pasien
anak, agar anak
tumbuh dan
berkembang secara
optimal.
3. Melakukan tatalaksana gizi
buruk dan memberikan resep
formula WHO F-75.
Pada saat di
pusk
konseling
dilakukan
oleh
Tenaga
Pelaksana
Gizi (TPG)
puskesmas
bersama
Tenaga
Penggerak
Masyarakat
1.Mampu mencegah
dan mengatasi
kejadian, atau
mencari rujukan,
manakala terjadi
kelainan gizi di
dalam keluarga
2.Mampu
menerapkan susunan
hidangan yang baik
dan benar, sesuai
dengan Pedoman
Umum Gizi
Seimbang (PUGS)
20
(TPM) 3.Mampu mengenali
tanda-tanda
sederhana keadaan
kelainan gizi (gizi
kurang dan gizi
lebih)
Aspek
risiko
internal
1.Mengarahkan orang tua
pasien agar lebih sering
melatih dan mengajak
anaknya dalam
berkomunikasi
Orang
tua
dan
pasien
Saat pasien
berobat ke
puskesma
dan
kunjungan
ke rumah
pasien
Pasien bisa lebih
sering terlatih
dalam
berkomunikasi
2. Memberikan informasi dan
mengajak orang tua pasien
agar sering mengikuti
kegiatan yang berhubungan
dengan perkembangan dan
pertumbuhan anak.
Orang tua bisa
lebih mengetahui
tentang
pertumbuhan dan
perkembangan
anaknya.
1. Orang tua harus membatasi
anaknya agar tidak
keseringan dalam menonton
televisi.
Anak tidak
keseringan
menonton televisi
dan lebih sering
melakukan
kegiatan yang
lebih melatih anak
dalam berbicara
2. Menjelaskan kepada orang
tua pasien, tentang kebiasaan
Orang tua pasien
dapat mengontrol
21
anaknya yang sering makan
makanan ringan seperti ciki
itu dapat membuat anak tidak
mau makan
makanan pasien, dan
pasien mengurangai
kebiasaan jajan
sehingga beralih ke
makanan pokok
- Ibu harus rajin memberikan
makan kepada anaknya,
misalnya pada saat anaknya
sedang bermain, si ibu tetap
menyuapin anaknya
Aspek
risiko
sosial
keluarga
1. Menyarankan
kepada orang tua pasien agar
lebih menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan
rumahnya
Orang
tua
dan
pasien
Saat
kunjungan
ke rumah
pasien
Tercipta
lingkungan yang
bersih dan sehat
2.Mengajak pasien agar lebih
sering berinteraksi dan
bermain dengan teman-
temannya
Pasien jadi lebih
sering berinteraksi
dan bisa membantu
pasien agar lebih
terlatih dalam
berbicara.
1.Makanan yang bergizi itu
tidak harus mahal
Orang tua pasien
paham mengenai pola
makan gizi seimbang
dan dapat
menerapkannya
sehari-hari.
Aspek
fungsional
1. Pasien melakukan aktivitas
fisik seperti diajak bermain
dan jalan-jalan sore
Orang
tua
dan
Saat
kunjungan
ke rumah
Kondisi tubuh pasien
menjadi lebih sehat
dan sering
22
pasien pasien berinteraksi dengan
lingkungan
sekitarnya
F. Prognosis
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad sanatioam : ad bonam
c. Ad fungsionam : ad bonam
Analisis Kasus
Pasien dan ibunya datang ke Puskesmas dengan keluhan kemampuan
bicara anaknya terlambat, anak belum bisa berbicara secara lancar dan
pengucapan kata-kata yang diucapkan anaknya masih belum jelas ibu
merasa anaknya susah dalam membentuk kalimat dalam berbicara, Ibu
pasien berharap agar anaknya dapat berbicara seperti anak yang lainnya.
Jika tidak diobat dan dilatih dari sekarang ibu khawatir anaknya tidak
dapat mengucapkan kata-kata secara normal dan ibu juga takut
perkembangan anaknya dalam berbahasa akan terganggu. Ibu pasien juga
khawatir tentang nafsu makan pasien yang berkurang, dan berat badan
pasien yang terlihat tidak pernah bertambah sehingga semkain terlihat
semakin kurus. Ibu pasien mempunyai harapan agar nafsu makan anaknya
bertambah dan berat badan anaknya dapat naik.
Diduga pasien mengalami keterlambatan bicara (speech delay) dan gizi
buruk dengan dasar diagnosis :
23
- Pasien umur 1 tahun 9 bulan tahun hanya bisa mengucapkan satua
sampai tiga kata sederhana.
- Pasien belum bisa membentuk suatu kalimat dalam berbicara.
- Pengucapan kata-kata masih belum jelas
BB : 4,3 kg
TB : 67 cm
IMT : - BB/U = 4,3/21 x 100% = 20,4%
TB/U = 67/21 x 100% = 31,9%
BB/TB = 4,3/0,67 x 100% = 60,4%
Status Gizi :
Kesan: Gizi Buruk <-3SD atau < 70%
Melakukan terapi wicara dengan cara sering melakukan komunikasi
dengan anak. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk memberi umpan
balik, juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara,
menggunakan kalimat dan berbahasa dan memberitahukan kepada orangtua
agar memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain guna
melatih kemampuan komunikasi.
Anjuran pemeriksaan tumbuh kembang di poli tumbuh kembang RSCM
dan menatalaksana pasien gizi buruk sesuai dengan protab WHO yaitu:
1. Memberikan cotrimoksazol oral 2x1 selama 5 hari,
2. Vaksin campak.
3. Formula F-75 yang terdri dari susu bubuk 25 gr, gula pasir 100gr, minyak
sayur 27ml, mineral mix, diaduk sampai homogen dan volumenya menjadi
1000ml. Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak selama 4 menit.
24
Formula F-75 ini diberikan selama 2hari berturut-turut. Selanjutnya lakukan
transisi bertahap ke F-100 susu bubuk 85 gr, gula pasir 50gr, minyak sayur
60ml, mineral mix. Berikan ini sebanyak 10ml setiap kali pemberian sampai
anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit.
4. Setelah transisi bertahap berikan makanan yang sering dengan jumlah tidak
terbatas (sesuai batas kemampuan anak).
Melakukan konseling Keluarga Sadar Gizi yaitu : Mewujudkan pola
konsumsi makanan yang baik dan benar dengan penerapan perilaku gizi
seimbang, yang mencakup pengetahuan, sikap dan praktek keluarga
mengkonsumsi makanan seimbang serta berperilaku hidup sehat dengan cara
mencuci tangan yang baik benar, membuang sampah pada wadah tertutup.
Mengajarkan kepada orangtua tentang stimulasi perkembangan anak.
1.kemampuan gerak kasar (motivasi berjalan,menangkap dan melempar bola,
bermain di air, melompat, melatih keseimbangan),
2.kemampuan gerak halus ( menggambar, bermain puzzle, mengenal berbagi
ukuran dan bentuk),
3.kemampuan bicara dan bahasa(bernyanyi, bercerita, dibacakan buku, memberi
perintah sederhana),
4.kemampuan bersosialisasi dan kemandirian (mengunjungi tempat bermain,
mengancingkan baju, belajar makan sendiri, bermain dengan teman sebaya).
25