Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI AKTIVITAS ENZIM POLIFENOL OKSIDASE (PPO) DARI BUAH
LANGSAT (Lansium parasiticum)
Oleh
Nabila Mukmininah Jibril
G31113308
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
ii
HALAMAN PENGAJUAN
STUDI AKTIVITAS ENZIM POLIFENOL OKSIDASE (PPO) DARI
BUAH LANGSAT (Lansium parasiticum)
Oleh :
NABILA MUKMININAH JIBRIL
G311 13 308
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Departemen Teknologi Pertanian
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
HALAMANPENGESAHAN
Jl,D L STUDI AKTMTAS ENZIM POLIFENOL
OKSIDASE (PPO) DARI BUAH LAN GSA T
(Lansium parasiticum)
. �tA : NABILA MUKMINlNAH JIBRIL
MBUK : G311 13 308
PROGRAM STUDI : ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
Disetujui:
1. Tim Pembirnbing
Pembimbing I
Dr. A. Nur Faidah Rahman, STP., M.Si
:\lP. 19830428 200812 2 002
Mengetabui,
Pembimbing II
Dr. Ir. Rindam Latief, MS
NCP. 19640302 198903 1 003
2 Ketua Departemen Teknologi Pertanian 3. Ketua Panitia Ujian Sarjana
-
Ir. Nandi K Sukendar, M.App.Sc
NIP.19571103 198406 1 001
Tanggal Lulus: April 2018
iii
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahi rahmanirrahim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“Studi Aktivitas Enzim Polifenol Oksidase (PPO) Dari Buah Langsat
(Lansium parasiticum)” sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
pada jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Makassar.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini, banyak rintangan
dan hambatan yang datang silih berganti. Akan tetapi, berkat do’a, motivasi, dan
bimbingan dari berbagai pihak penulis dapat mengatasinya. Penulis juga memohon
maaf apabila dalam skripsi ini terdapat kekurangan yang tidak terlepas dari
keterbatasan kemampuan penulis sebagai manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan dan semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. A. Nur Faidah Rahman STP, M.Si dan
Dr. Ir. Rindam Latief, MS selaku dosen pembimbing, Prof. Dr.Ir. Amran Laga,
MS. dan Dr. Andi Dirpan, STP, M.Si, PhD. selaku penguji yang telah
memberikan banyak masukan, arahan, bimbingan dan motivasi selama pelaksanaan
penelitian hingga penulisan skripsi ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibunda
tercinta Dr. Kasnaeny Karim, SE, M.Si. dan Ayahanda tercinta Dr. Ir.
Muhammad Jibril Tajibu, SE, M.Si yang telah memberikan segala-galanya serta
doa yang selalu menyertai setiap langkah anak-anaknya, dan juga kepada adik-adik
saya.
Semoga laporan akhir ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak.
Amin.
Makassar, April 2018
Penulis
v
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nabila Mukmininah Jibril, lahir di Ujung Pandang,
pada Tanggal 29 Desember 1995. Penulis
dilahirkan sebagai anak sulung dari lima
bersaudara, dari pasangan Dr. Ir. Muhammad Jibril
Tajibu, SE., M.Si dengan Dr. Kasnaeny Karim, SE.,
M.Si.
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adala sebagai berikut:
1. Taman Kanak-kanak BLKI, Makassar, tahun 1995-1996.
2. Sekolah Dasar Negeri Impres Kampus Unhas 1 Makassar, Sulawesi Selatan,
tahun 2001-2007.
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Makassar, Sulawesi Selatan, tahun
2007-2010.
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 21 Makassar, Sulawesi Selatan, tahun 2010-
2013.
5. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, tahun 2013-2018.
vi
Nabila Mukmininah Jibril (G31113308). Studi Aktivitas Enzim Polifenol Oksidase (PPO) dari Buah Langsat (Lansium parasiticum). Dibawah Bimbingan A. Nur Faidah Rahman dan Rindam Latief.
RINGKASAN
Pencoklatan (browning) pada langsat merupakan proses pembentukan pigmen berwarna kuning yang akan segera berubah menjadi coklat gelap pada kulit buah tersebut.. Pembentukan warna coklat ini dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase (PPO). Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk: (1) untuk mengetahui pH optimum dan stabilitas pH enzim PPO pada kulit langsat, (2) untuk mengetahui suhu optimum dan stabilitas suhu terhadap aktifitas enzim PPO, dan (3) untuk mengetahui pengaruh bahan kimia terhadap aktifitas enzim PPO. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan: pertama, enzim polifenol oksidase diekstrak dari sampel buah langsat menggunakan buffer phosphate, disaring, hasil filtrat disentrifus hingga diperoleh larutan enzim ppo, kemudian dilakukan analisa pH optimum, stabilitas pH, suhu optimum dan stabilitas suhu terhadap aktivitas enzim polifenol oksidase. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa enzim PPO memiliki pH optimum 6 dan stabil pada kisaran pH 3-11. Suhu optimum enzim PPO adalah 40oC dan relatif stabil pada suhu 20-80oC. Lebih dari 80% dari aktivitas enzim PPO masih aktif pada kisaran pH dan suhu tersebut. Aktivitas enzim PPO kuat dihambat oleh pyrogallol, sodium florida (NaF), L-asam askorbat dan DL-DOPA pada konsentrasi 10 mM.
Kata Kunci : buah langsat, pencoklatan, polifenol oksidase
vii
Nabila Mukmininah Jibril (G31113308). Study Activity of Polyphenol Oxidase (PPO) from Langsat Fruit (Lansium parasiticum). Supervised by A. Nur Faidah Rahman and Rindam Latief.
ABSTRACT
Browning in langsat fruit was a process of yellow pigment formation that will soon turn into brown on the skin of the fruit. The formation of this brown color is triggered by oxidation reactions catalyzed by phenol oxidase or polyphenol oxidase (PPO). Research has been conducted with the aimed: (1) to determine the optimum pH and pH stability of Polifenol Oxidase (PPO) from langsat fruit, (2) to determine the optimum temperature and temperature stability of PPO activity; and (3) to know the effect of chemicals on PPO activity. This research was conducted through the first stage: polyphenol oxidase enzyme extracted from sample with phosphate buffer, filtered, the filtrate was centrifuged to obtain PPO solution, then analysis of optimum pH, pH stability, optimum temperature and temperature stability of polyphenol oxidase enzyme activity was performed. The results showed that the PPO enzyme had an optimum pH of 6 and was stable in the pH range of 3-11. The optimum temperature of the PPO enzyme was 40oC and was relatively stable at 20-80oC. More than 80% of PPO was still active at the pH and temperature range. PPO activity was strong inhibited by pyrogallol, sodium fluoride (NaF), L-ascorbic acid and dihydroxyphenylalanin (DL-DOPA) at concentration of 10 mM.
Keywords : langsat fruit, browning, polyphenol oxidase
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim ........................................ 6 B. Stabilitas Enzim ......................................................................................... 7
III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 18
IV.1 Ekstrak Enzim Polifenol Oksidase ............................................................. 18
IV.2 Substrat Spesifik Enzim PPO ..................................................................... 19
IV.3 Pengaruh pH Terhadap Stabilitas Enzim PPO ........................................... 20
IV.4 Pengaruh pH terhadap pH Optimum Enzim PPO ...................................... 21
I.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
I.3. Tujuan dan Kegunaan ................................................................................ 3
II.1 Tanaman Langsat....................................................................................... 4
II.2 Enzim ......................................................................................................... 5
II.3 Enzim Polifenol Oksidase (PPO) .............................................................. 8
II.4 Pencoklatan (Browning) .......................................................................... 10
II.5 Penanganan Pascapanen .......................................................................... 13
III.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 14
III.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 14
III.3 Prosedur Penelitian ..................................................................................... 14
III.4 Olah Data Penelitian ................................................................................... 16
ix
V. PENUTUP ........................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27 LAMPIRAN .......................................................................................................... 31
IV.5 Pengaruh Suhu terhadap Optimum Suhu Enzim PPO ............................... 22
IV.6 Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Suhu Enzim PPO .............................. 23
IV.7 Efek Beberapa Bahan Kimia terhadap Aktivitas Enzim PPO. ................... 24
V.1 Kesimpulan .................................................................................................. 26
V.2 Saran ............................................................................................................ 26
x
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.
Substrat Spesifik Enzim PPO dari Ekstrak Buah Langsat…. 20
2. Efek Beberrapa Komponen Kimia (10mM) pada Aktivitas Enzim PPO …………………………………………………
24
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Deskripsi Metode Untuk Menghambat Pencoklatan Enzimatis ….………11
2. Diagram Alir Prosedur Penelitian Ekstraksi PPO dengan Metode Xu,
Jiang, dan Gong …………………………………...……………………...17
3. Buah Langsat ……………………………………………………………..18
4. Ekstrak Enzim PPO Setelah Di Sentrifuge.………………………………19
5. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Relatif Stabilitas Enzim PPO Dari
Langsat ……………………...……………………………………………20
6. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Relatif Enzim PPO dari Buah
Langsat ……………….……………………...………………...…………21
7. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Relatif Enzim PPO terhadap Suhu
Optimum dari Buah Langsat ……………………………………...…….22
8. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Relatif enzim pada Stabilitas Suhu
Enzim PPO dari Langsat…....…………………………………………....23
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kurva Standar Protein Bovin Serum Albumin (BSA) ........................... 31
2. Substrat Spesifik Enzim PPO ................................................................. 32
3. Data Hasil Pengaruh pH terhadap pH Optimum Enzim PPO................ 34
4. Data Hasil Pengaruh pH Terhadap Stabilitas pH Enzim PPO ............... 35
5. Data Hasil Pengaruh suhu terhadap Stabilitas Suhu Enzim PPO .......... 36
6. Data Hasil Pengaruh suhu terhadap Suhu Optimum Enzim PPO .......... 37
7. Data Hasil Penelitian Efek Bahan Kimia Terhadap Enzim PPO ............ 38
8. Dokumentasi Penelitian .......................................................................... 40
1
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang beriklim tropis. Beraneka ragam jenis
buah dapat ditemukan di Indonesia. Buah-buahan pada umumnya dikonsumsi dalam
bentuk segar, diperkirakan 35% buah-buahan dan sayur-sayuran banyak yang rusak
dan tidak dapat dikonsumsi lagi. Hal ini disebabkan karena pada saat panen jumlahnya
berlimpah sedangkan penanganan atau pemanfaatanya belum memadai. Salah satu
jenis buah yang mudah rusak adalah langsat. Berdasarkan Statistik Tanaman Buah-
Buahan dan Sayuran Tahunan Indonesia (2015), produksi tanaman buah di Indonesia
tahun 2015 adalah 19.387.293 ton dan langsat berada pada urutan ke-11 pada urutan
kontribusi produksi buah di Indonesia yaitu sebesar 274.319 ton.
Langsat yang memiliki nama latin Lansium parasiticum ini merupakan buah
musiman yang merupakan tanaman holtikultura yang cukup prospektif dalam
pengembangannya sebagai sumber pangan lokal karena dapat tumbuh sembarangan di
beberapa tempat. Di Indonesia, penyebaran pohonnya tersebar di pulau Sumatra,
Kalimantan, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi. Sehingga buah langsat dapat
dikembangkan menjadi beberapa olahan pangan lain seperti selai atau sirup. Setiap 100
g buah langsat mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan zat gizi lain yang
bermanfaat (Tanyoe, 2017). Buah musiman ini kurang diminati karena cenderung cepat
membusuk dalam hitungan empat hari dan sulit untuk dipasarkan (Abdullah et al.
2009).
Salah satu ciri pembusukan buah langsat ditandai dengan terjadi perubahan warna
kulit langsat menjadi kecoklatan. Kulit langsat akan mengalami pencoklatan sampai
kehitaman setelah empat hari dipanen walaupun tidak merusak daging buahnya.
Terjadinya pencoklatan pada kulit buah langsat ini disebabkan oleh enzim, sehingga
pecoklatan ini disebut dengan pencoklatan enzimatis (enzymatic browning).
Pencoklatan enzimatis terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung substrat
2
fenolik. Jenis enzim yang paling penting dalam proses pencoklatan produk holtikultura
adalah polifenol oksidase (PPO) (Ho et al. 1992).
Pencoklatan enzimatis muncul akibat kehadiran komponen seperti enzim,
oksigen, dan substrat (Queiroz et al., 2008). Pencoklatan enzimatis dalam pangan
biasanya dianggap merugikan karena menyebabkan perubahan seperti perubahan
warna (browning), flavor, tekstur, dan mutu gizi (seperti hilangnya vitamin) dari
produk dan menyebabkan menurunnya penerimaan sensori pangan (Abdullah et al.,
2009), menyatakan bahwa kulit langsat akan mengalami pencoklatan sampai
kehitaman setelah empat hari dipanen, walaupun tidak merusak daging buahnya, hanya
saja tampilan kulitnya yang tidak menarik. Hal ini menyebabkan harga jual langsat
semakin menurun.
Pencoklatan pada buah langsat akibat aktivitas enzim PPO dapat dicegah dengan
mempelajari sifat atau karakterisasi dari enzim tersebut (Lozano, 2006). Oleh karena
itu pada penelitian ini akan dipelajari aktivitas dari enzim PPO terhadap suhu (stabilitas
suhu dan suhu optimum), pH (stabilitas pH dan pH optimum) dan pengaruh
penambahan bahan kimia terhadap stabilitas enzim pada buah langsat, sehingga dapat
dijadikan acuan untuk meminimalisasi terjadinya reaksi pencoklatan selama
pengolahan dan penyimpanan.
I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat di tarik berdasarkan latar belakang di atas adalah:
1. Berapa suhu optimum dan stabilitas suhu terhadap aktifitas enzim PPO pada buah
langsat?
2. Berapa pH optimum dan stabilitas pH terhadap aktifitas enzim PPO pada buah
langsat?
3. Bagaimana efek perlakuan secara kimiawi terhadap aktifitas enzim PPO pada buah
langsat?
3
I.3. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pH optimum dan stabilitas pH enzim PPO pada buah langsat.
2. Untuk mengetahui suhu optimum dan stabilitas suhu terhadap aktifitas enzim PPO
pada buah langsat.
3. Untuk mengetahui pengaruh bahan kimia terhadap aktifitas enzim PPO pada buah
langsat.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat untuk
meminimalisasi terjadinya reaksi pencoklatan pada kulit buah langsat.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tanaman Langsat
Langsat merupakan tanaman buah musiman yang cukup dikenal di Indonesia.
Langsat termasuk dalam spesies L. domesticum. Spesies ini terdiri dari beberapa
varietas yang sangat bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya, sehingga ada para
ahli yang memisahkannya kedalam kelompok yang berlainan. Pada garis besarnya, ada
dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal dengan duku dan yang dinamakan
langsat. Kemudian ada kelompok campuran duku langsat, serta kelompok terakhir
yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan (Muhammad, 2010). Kelompok duku
dicirikan dengan butiran buahnya agak besar, cenderung bulat, berkulit agak tebal
namun cenderung tidak bergetah bila masak. Kelompok langsat dicirikan dengan
bentuk buah yang berbentuk bulat telur, berkulit tipis dan bergetah (putih) sekalipun
telah masak (Ashari 2006).
Dari status taksonomis duku, kokosan dan langsat masih belum mempunyai
klasifikasi yang tetap. Menurut beberapa ahli taksonomi belum tetapnya
pengklasifikasian tersebut antara lain disebabkan oleh tingginya tingkat
kemiripan morfologis terutama pada duku dan langsat (Te-chato et al., 1995).
Partenokarpi dan apomiksis yang terjadi pada duku, kokosan dan langsat
mengakibatkan perbandingan morfologis sulit dibedakan karena tumbuhan ini sering
tumbuh pada lokasi yang sama. Selain itu pemberian nama daerah tidak konsisten
sehingga nama yang sama diberikan untuk varietas yang berbeda ataupun sebaliknya
nama yang berbeda digunakan untuk varietas yang sama (Verheij & Coronel, 1997).
Karakter fenotipik yang dapat membedakan tumbuhan ini, baru dapat
diamati setelah tumbuhan memasuki masa berbuah yaitu setelah tumbuhan berumur 5-
10 tahun (Song et al., 2000).
Manfaat utama tanaman langsat, yaitu dimakan dalam keadaan segar atau diolah
menjadi makanan olahan lainnya, seperti kismis, selai, dan pure. Bagian tanaman
lainnya yang bermanfaat dan digunakan secara tradisional adalah biji yang pahit
5
rasanya, ditumbuk dan dicampur air untuk obat cacing, obat demam, dan juga obat
malaria. Kulit kayunya dimanfaatkan sebagai obat disentri dan malaria, sementara
tepung kulit kayu ini dijadikan tapal untuk mengobati gigitan kalajengking. Kulit
buahnya juga digunakan sebagai obat diare, dan kulit buah yang dikeringkan biasanya
dibakar sebagai pengusir nyamuk.
Khasiat ekstrak kulit buah langsat berdasarkan hasil penelitian Lawalata (2012),
bahwa semua jenis ekstrak kasar kulit buah langsat dari pelarut heksana, etil asetat, dan
etanol dengan berbagai konsentrasi mempunyai kemampuan untuk menghambat
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Aktivitas tertinggi ekstrak etanol
dibandingkan ekstrak lainnya. Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) pada bakteri S. aureus lebih baik daripada
bakteri E. coli terhadap ekstrak etanol kulit buah langsat. Korompis et al. (2010)
melaporkan bahwa ekstrak kulit buah langsat memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Salmonella typhii, E. coli, Vibrio cholera, dan S. aureus. Menurut Dong et al. (2011)
juga menyatakan bahwa ekstraksi kulit buah langsat menggunakan pelarut etanol yang
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif.
II.2 Enzim
Enzim adalah protein yang diproduksi dari sel hidup dan digunakan oleh sel-sel
untuk mengkatalisis reaksi kimia yang spesifik. Enzim memiliki tenaga katalitik yang
luar biasa dan biasanya lebih besar dari katalisator sintetik. Spesifitas enzim sangat
tinggi terhadap substratnya. Tanpa pembentukan produk samping enzim merupakan
unit fungsional untuk metabolisme dalam sel, bekerja menurut urutan yang teratur.
Sistem enzim terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan yang harmonis
diantara sejumlah aktivitas metabolic yang berbeda (Shahib, 1992).
Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim membutuhkan kofaktor yang bisa
berupa senyawa organik atau logam. Senyawa organik itu terikat pada bagian protein
enzim. Bila ikatan itu lemah maka kofaktor tadi disebut co-enzim dan dan jika terikat
erat melalui ikatan kovalen maka dinamakan gugus prostetis. Pada
umumnya dua kofaktor itu tidak dibedakan dan disebut co-enzim saja. Apabila enzim
6
itu terdiri dari bagian seperti yang diterangkan diatas maka keseluruhan enzim itu
dinamakan holo enzim. Bagian protein dinamakan apoenzim dan bagian non
proteinnya disebut co-enzim.fungsi logam pada umumnya adalah untuk memantapkan
ikatan substrat pada enzim atau mentransfer electron yang timbul selama proses
katalisis (Soeharsono, 1989).
Enzim meningkatkan kemungkinan molekul-molekul yang bereaksi saling
bertemu dengan permukaan yang saling berorientasi. Hal ini terjadi karena enzim
mempunyai suatu afinitas yang tinggi terhadap substrat dan mempunyai kemampuan
untuk mengikat substrat tersebut walaupun bersifat sementara. Penyatuan antara
substrat dengan enzim sangat spesifik substrat terikat dengan enzim sedemikian rupa,
sehingga setiap substrat terorientasi secara tepat untuk terjadi reaksi. Pembentukan
ikatan yang sementara (biasanya ikatan nonkovalen) antara substrat dengan enzim
menimbulkan penyebaran elektron dalam molekul substrat dan penyebaran ini
menyebabkan suatu regangan pada ikatan kovalen spesifik dalam molekul substrat,
sehingga ikatan kovalen tersebut menjadi mudah terpecah. Para ahli biokimia
menamakan keadaan dimana terjadi regangan ikatan molekul substrat setelah
berinteraksi dengan enzim disebut pengaktifan substrat (Shahib, 1992).
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a) pH Struktur ion enzim bergantung pada pH lingkungan. Enzim dapat berbentuk
ion positif dan ion negative (Zwitter ion). Dengan demikianperubahan pH akan
mempengaruhi efektivitas bagian aktif enzim dalammembentuk kompleks enzim-
substrat. pH yang rendah atau pH yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya
proses denaturasi dan ini akanmengakibatkan menurunnya aktivitas enzim
(Poedjiadi, 1994).
b) Suhu. Suhu dapat meningkatkan laju reaksi enzimatik sampai batas tertentu. Suhu
yang terlalutinggi (jauh dari suhu optimum suatu enzim) akan menyebabkan enzim
terdenaturasi.Bila enzim terdenaturasi, maka bagian aktifnya akan terganggu dan
dengan demikiankonsentrasi efektif enzim menjadi berkurang. Hal ini
menyebabkan laju reaksi enzimatikmenurun (Poedjiadi, 1994)
7
c) Konsentrasi enzim. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, laju reaksi meningkat
secara linierdengan bertambahnya konsentrasi enzim (Page, 1997).
d) Konsentrasi substrat. Pada konsentrasi enzim tetap dan konsentrasi substrat
rendah, kompleks enzim-substrat yang terbentuk sedikit (masih banyak enzim
bebas/tidakberikatan dengan substrat). Bila konsentrasi substrat diperbesar, maka
makin banyak substrat yang bereaksi dengan sisi aktif enzim, sehingga konsentrasi
enzim-substrat makin besar dan menyebabkan meningkatnya laju reaksi. Namun
pada batas konsentrasi substrat tertentu, semua enzim telah bereaksi dengan
substrat (tidak terdapat enzim bebas). Dalam kondisi ini, bertambahnya
konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambahnya konsentrasi enzim-
substrat, sehingga laju reaksinya puntidak meningkat (Poedjiadi, 1994).
e) Inhibitor. Inhibitor merupakan suatu zat yang dapat menghambat reaksi enzimatis.
Ikatan inhibitor dengan enzim dapat mengubah kemampuan enzim dalam
mengikat substrat dan mengubah kemampuan daya katalisator enzim. umunya
inhibitor akan menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim tidak lagi berikatan
dengan substrat dan tidak memiliki fungsi katalitik.
f) Waktu inkubasi. Waktu inkubasi yang dibutuhkan enzim untuk bereaksi dengan
substrat secara optimum adalah berbeda-beda. Ada beberapa enzim membutuhkan
waktu inkubasi yang lama untuk bereaksi dengan substrat.
B. Stabilitas Enzim
Menurut Kazan et al. (1996), stabilitas enzim dapat diartikan sebagai kestabilan
aktivitas enzim selama penyimpanan dan penggunaan enzim tersebut, serta kestabilan
terhadap senyawa yang bersifat merusak seperti pelarut tertentu (asam atau basa), oleh
pengaruh suhu dan kondisi-kondisinon fisiologis lainnya. Ada beberapa cara yang
digunakan untuk memperoleh stabilitas enzim yang tinggi, yaitu menggunakan enzim
yang memiliki stabilitas enzim alami dan mengusahakan peningkatan stabilitas enzim
yang secara alami tidak atau kurang stabil.
1. Stabilitas Termal Enzim
Suhu yang tinggi akan menyebabkan laju reaksi meningkat. Demikian halnya
dengan reaksi enzimatik, kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, namun
8
hanya batas tertentu. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan enzim
terdenaturasi. Hal ini menyebabkan laju enzimatik menurun. Proses inaktivasi
enzim pada suhu tinggi dapat berlangsung melalui dua tahap, yaitu:a. Adanya
pembukaan parsial struktur sekunder, tersier dan kuartenermolekul enzim.b.
Perubahan struktur primer enzim karena adanya kerusakan asamamino tertentu
oleh panas (Ahern dan Klibanov, 1987).
Biasanya industri menginginkan penggunaan suhu reaksi yang tinggi pada
reaksinya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kontaminasi, masalah-
masalah viskositas dan meningkatkan laju reaksi.
2. Stabilitas pH Enzim
Enzim yang aktif pada pH netral menandakan enzim mempunyai konstanta
disosiasi pada gugus asam maupun gugus basanya, terutama pada gugus residu
terminal karboksil dan gugus terminal anionnya. Enzim memiliki aktivitas
maksimum pada kisaran pH optimum, yaitu 13 antara pH 4,5-8,0. Di sekitar pH
optimum, enzim mempunyai stabilitas yang tinggi. Perubahan pH lingkungan
dapat mempengaruhi keaktifanenzim akibat terjadinya perubahan ionisasi
enzim, substrat, atau kompleks enzim substrat (Winarno, 1986).
Pada reaksi enzimatik, sebagian besar enzim akan kehilangan aktivitas
katalitiknya secara cepat dan irreversible pada pH yang jauh dari rentang
pHoptimumnya. Inaktivasi ini terjadi karena unfolding molekul protein
akibatperubahan kesetimbangan elektrostatik dan ikatan hidrogen (Kazan et
al.,1997).
II.3 Enzim Polifenol Oksidase (PPO)
Polifenol oksidase (PPO) EC 1.14.18.1 adalah suatu enzim yang termasuk pada
golongan oksidoreduktase yang mengkatalisis proses hidrosilasi senyawa monofenol
menjadi senyawa difenol, kemudian dilanjutkan dengan mengkatalisis proses oksidasi
difenol menjadi kuinon. Senyawa kuinon yang terbentuk sangat reaktif sehingga akan
mengalami reaksi polimerisasi menghasilkan pigmen merah, coklat dan hitam yang
9
disebut pigmen melanin. Kesemuanya ini menampakkan warna kecoklatan pada
jaringan buah-buahan dan sayur-sayuran yang memar (Mardiah, 2011). Enzim
polifenol oksidase ini aktif pada pH 3 hingga 8,5.Aktivitas maksimum enzim polifenol
oksidase yaitu pada pH 7 (Weller et al., 2007; Variyar et al., 2008).
Pada sel tumbuhan, enzim ini terdapat di dalam vakuola sel dan letaknya terpisah
dengan senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Inilah
sebabnya reaksi pencoklatan akan terjadi hanya jika jaringan atau selnya rusak. Fungsi
dari enzim PPO ini dalam sel yang utuh belum diketahui secara pasti, diperkirakan
enzim ini berfungsi sebagai pemacu biosintesis lignin atau berpartisipasi dalam
perlindungan mekanik dari jaringan tumbuhan yang luka atau memar (Mardiah, 2011).
Enzim PPO disebut juga polifenolase atau fenolase yang bertanggung jawab
untuk terjadinya reaksi pencoklatan. Pigmen coklat yang dihasilkan akan membentuk
pertahanan terhadap patogen. Keadaan ini secara sederhana dapat dibuktikan bila buah
apel yang telah dikupas atau mendapat perlakuan pelukaan, maka dalam tempo satu
hingga dua jam di udara terbuka akan mencoklat, ini menunjukkan bahwa enzim PPO
hadir dalam proses pencoklatan. Keadaan tersebut dapat dijelaskan dimana enzim PPO
bekerja pada jaringan yang luka atau rusak pada tanaman. Ini terjadi akibat adanya
polimerasi spontan dan cross-linking o-quinon. Apabila difenol menjadi o-quinon, atau
sering disebut sebagai aktivitas katekolase (oksidoreduktase oksigen difenol, EC
1.10.3.1). Senyawa quinon adalah senyawa yang memiliki molekul elektrofilik reaktif,
dapat berpolimerisasi, dan berperan dalam pembentukan pigmen coklat dan hitam.
Enzim PPO dalam tanaman tingkat tinggi memiliki peran secara fisiologis yaitu dalam
pembentukan pigmen, penghalangan molekul oksigen pada kloroplas, serta
pemblokiran radikal bebas dalam jaringan fotosintesis.
Dilihat dari strukturnya, PPO (dalam hal ini katekol oksidase) memiliki enam
ligan berupa histidin dan salah satu dari ligan tersebut berikatan secara kovalen dengan
sistein. Menurut Siegbahn (2004), mekanisme reaksi PPO dalam pembentukan quinon
dimulai dengan reduksi Cu dengan adanya hidroksida. Hidroksida memisahkan proton
dari substrat katekol yang pertama. Satu atom oksigen akan terikat langsung pada
logam membentuk grup oxo, sementara atom oksigen lain menerima dua proton
10
membentuk molekul air. Pada keadaan ini, Katekol oksidase berubah dari oksigenase
menjadi oksidase. Hal ini dijelaskan bahwa proton hidroksil dipisahkan dari substrat
oleh anion radikal superoksida. Setelah pergantian produk quinon dengan substrat
katekol yang baru, ikatan O–O dari peroksida terputus. Ini menyebabkan adanya
transfer proton dari satu grup hidroksil katekol. Keadaan ini dinamakan keadaan
transisi yang diikuti oleh pemisahan atom H dari substrat, meninggalkan kompleks Cu
dengan quinon. Setelah penyerahan elektron pada atom logam, produk quinon segera
terbentuk.
II.4 Pencoklatan (Browning)
Pencoklatan enzimatik pada buah dan sayuran dalam proses pengolahan
merupakan masalah yang serius, karena bagian yang terkelupas dan dipotong akan
cepat menjadi gelap warnanya ketika terkena udara. Hal ini tidak diingini karena
menampilkan warna serta rupa yang tida bagus dan diiringi rasa yang tidak enak. Proses
pencoklatan yang terjadi akan mengurangi kualitas produk dan menurunkan minat
konsumen (Mardiah, 2011).
Reaksi pencoklatan enzimatik pada buah dan sayuran dapat diatasi dengan
menghinhibisi enzim PPO. Penginhibisi ini harus memperhatikan hal-hal yang dapat
mempengaruhi rasa, keamanan dan nilai ekonomisnya. Cara-cara yang pernah dipakai
untuk menginhibisi reaksi enzimatik ini antara lain dengan memanaskan, mengurangi
kontak dengan oksigen serta penggunaan senyawa- senyawa kimia (Mardiah, 2011).
Pencoklatan enzimatis muncul akibat kehadiran komponen seperti enzim,
oksigen, dan substrat (Queiroz et al, 2008). Karena pencoklatan menurunkan kualitas
dari produk, telah banyak metode untuk mengontrol komponen penyebab pencoklatan.
Gambar 1 menunjukkan klasifikasi metode untuk mencegah pencoklatan enzimatis
(Lozano, 2006).
11
Gambar 1. Deskripsi Metode untuk Menghambat Pencoklatan Enzimatis
II.4.1 Browning Enzimatis
Proses browning enzimatis disebabkan karena adanya aktivitas enzim pada bahan
pangan segar, seperti pada susu segar, buah-buahan dan sayuran. Pencoklatan
enzimatik terjadi pada buahbuahan yang banyak mengandung substrat fenolik, di
samping katekin dan turunnya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta
leukoantosiain dapat menjadi substrat proses pencoklatan. Senyawa fenolik dengan
jenis ortodihidroksi atau trihidroksi yang saling berdekatan merupakan substrat yang
baik untuk proses pencoklatan. Reaksi ini dapat terjadi bila jaringan tanaman terpotong,
terkupas dan karena kerusakan secara mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan
integritas jaringan tanaman. Hal ini menyebabkan enzim dapat kontak dengan substrat
yang biasanya merupakan asam amino tirosin dan komponen fenolik seperti katekin,
asam kafeat, dan asam klorogena sehingga substrat fenolik pada tanaman akan
dihidroksilasi menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa) dan dioksidasi menjadi kuinon
oleh enzim phenolase. (Wiley-Blackwell, 2012).
Pencoklatan enzimatis pada bahan pangan memiliki dampak menguntungkan dan
juga dampak yang merugikan. Reaksi pencoklatan enzimatis bertanggung jawab pada
warna dan flavor yang 4 terbentuk. Dampak yang menguntungkan, misalnya enzim
polifenol oksidase bertanggung jawab terhadap karakteristik warna coklat keemasan
12
pada buah-buahan yang telah dikeringkan seperti kismis, buah prem dan buah ara.
Dampak merugikannya adalah mengurangi kualitas produk bahan pangan segar
sehingga dapat menurunkan nilai ekonomisnya. Sebagai contoh, ketika memotong
buah apel atau pisang. Selang beberapa saat, bagian yang dipotong tersebut akan
berubah warna menjadi coklat. (Wiley-Blackwell,2012).
Perubahan warna ini tidak hanya mengurangi kualitas visual tetapi juga
menghasilkan perubahan rasa serta hilangnya nutrisi. Reaksi pencoklatan ini dapat
menyebabkan kerugian perubahan dalam penampilan dan sifat organoleptik dari
makanan serta nilai pasar dari produk tersebut. Kecepatan perubahan pencoklatan
enzimatis pada bahan pangan dapat dihambat melalui beberapa metode berdasarkan
prinsip inaktivasi enzim, penghambatan reaksi substrat dengan enzim, penggunaan
chelating agents, oksidator maupun inhibitor enzimatis. Adapun cara konvensional
yang biasa dilakukan adalah perlakuan perendaman bahan pangan dalam air, larutan
asam sitrat maupun larutan sulfit. (Wiley-Blackwell, 2012).
Pada mekanisme pencoklatan enzimatis polifenol oksidase dapat mengkatalis
dua jenis reaksi yaitu :
a. Reaksi monofenol menjadi o-difenol (aktivitas kresolase atau monofenolase)
seperti tirosin yang dapat di lihat pada gambar :
b. Reaksi difenol menjadi o-kuinon (aktivitas katekolase atau difenolase)
Reaksi pencoklatan enzimatis melibatkab perubahan gugus fenol seperti yang
terjadi pada tanin (katekin dan leukoantosianin) menjadi gugus kuinon. Selanjutnya
13
kuinon akan mengalami polimerisasi dan dengan cepat dapat di konversi menjadi
polimer berwarna merah atau merah kecoklatan sehingga akhirnya akan membentuk
melanin yang berwarna coklat.
II.5 Penanganan Pascapanen
Di Indonesia penyebab kerusakan dan kehilangan produk holtikultura ataubuah-
buahan; terutama pada tingkat petani; karena penanganan dan perlakuan pasca panen
masih dengan cara sederhana (tradisional) dan tidak efisien. Salah satu bentuk
kerusakan yang terjadi selama transportasi dan distribusi biasanya adalah kerusakan
fisik dan mekanis yang terjadi pada tahap-tahap pengangkutan, grading
dan pengemasan sebelum produk diangkut (Gunarto, 1996).
Pasca panen merupakan puncak dari segala usaha yang telah dilakukan petani.
Perlakuan pasca panen berperan penting dalam kualitas produksi panen. Penanganan
pasca panen yang kurang baik terhadap produk buah-buahan segar akan menyebabkan
kerusakan dan kehilangan, baik kehilangan dalam jumlah, mutu, kesegaran maupun
nilai gizinya. Pada akhirnya bisa menjadi kendala bagi petani maupun pedagang
bahkan eksportirnya (Gunarto, 1996).
Penanganan pasca panen sangat besar artinya dalam mempertahankan kualitas
hasil dan mengurangi besarnya kehilangan hasil. Penanganan pasca panen dengan
teknologi yang tepat juga berperan dalam membantu pemanfaatan bagian-bagian yang
selama ini belum dimanfaatkan, serta meningkatkan daya guna dan nilai guna
komoditas pertanian (Mulyono, 1996).
Penanganan buah dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan
kemudian pemasaran. Langkah yang harus dilakukan dalam penanganan buah setelah
dipanen meliputi pemilihan (sorting), pemisahan berdasarkan umuran (sizing),
pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan pengepakan (packing). Namun demikian,
untuk beberapa komoditi atau jenis buah tertentu memerlukan tambahan penanganan
seperti degreening, pencucian, penggunaan bahan kimia, pelapisan (coating), dan
pendinginan awal (precooling) (Santoso, 2005).
14
III. METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2017 di Laboratorium
Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi
Pangan, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat Analisa kimia
seperti gelas piala, gelas ukur, batang pengaduk, labu ukur, wadah, botok kaca, botol
plastic, kain saring, labu takar, blender, sprektrofotometer, dan sentrifuge
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian berupa bahan baku utama, yaitu
kulit buah langsat sebagai bahan baku. Bagian buah langsat yang digunakan yaitu kulit
dan daging buah yang belum kecoklatan. Bahan kimia yang digunakan untuk membuat
buffer phosphate adalah KH2PO4 dan Na2HPO4. Bahan kimia lain yang digunakan
adalah Pyrogalol, Resorcinol, EDTA, NaF, NaCl, BaCl2, ZnSO4, L-ascorbic acid,
Hydroquinone, ammonium sulfat, aquadest, NaOH, Citric acid monohydrate, sodium
phosphate buffer, Phloroglucinol, Na2CO3, H3BO3, KCL, Pottassium Sodium Tartrate,
CuSO4.5H2O, folin cair, bovine serum albumin, H202, dan ethanol 80%.
III.3 Prosedur Penelitian
Adapun proses penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ekstraksi Enzim PPO dari Kulit Buah Langsat
Buah langsat segar sebanyak 5 gram dihancurkan Bersama dengan 40 ml dari 0,2 M
sodium buffer fosfat pH 6,4 menggunakan blander. Setelah itu, disaring dengan
menggunakan kain saring. Filtrat yang diperoleh kemudian di sentrifus pada kecepatan
15
5000 rpm selama 30 menit hingga diperoleh larutan enzim Metode Xu, Jiang, dan Gong
(2002).
2. Larutan enzim yang diperoleh kemudian diukur substrat spesifik, aktifitas
enzimnya pada suhu dan lama waktu yang bervariasi.
1) Aktivitas PhO.
Aktivitas PhO diukur dengan menggunakan metode spektofotometrik
berdasarkan perbedaan spectra (Fujita et al., 1993). Pengukuran dimulai dengan
mencampur 0,5 mL dari 0,2 M larutan phloroglucinol, larutan 1,4 mL dari 0,1
M potassium phosphate/0,1 M sodium hydrogen phosphate, dan 0,1 mL larutan
enzim.
2) Aktivitas PPO.
Aktivitas PPO diukur dengan menggunakan metode pengukuran warna
(colorometric) (Yang et al., 2000). Pengukuran dimulai dengan mencampur 0,5
ml dari 10 mM larutan polyphenol (catechol), 4.0 mL dari 0,1 M larutan
phosphate pH 7 dan 0,5 mL larutan enzim. Setelah 5 menit diinkubasi pada suhu
300C, kemudian campuran larutan diukur pada absorbansi 420 nm. Nilai
absorbansi dari tiga kali ulangan kemudian di tentukan aktivitas relatif enzim
(%) yang ditentukan berdasarkan aktivitas enzim melalui rumus berikut
(Nabilasani, 2015) :
a. pH Optimum, diukur pada suhu 300C pada 0,2 M sodium fosfat/0,1 larutan
asam sitrat (larutan Mcllvaine) pada pH 3-8 dan larutan Atkins-Pantin pada
pH 9-11.
b. Stabilitas pH, larutan enzim diinkubasi pada suhu 10oC selama 20 jam
dalam larutan Mcllvaine (pH 3-8) dan larutan Atkins-Pantin (pH 9-11).
Aktivitas PPO dan PO diukur pada kondisi PPO: pH 6,4, 300C.
16
c. Suhu Optimum, aktivitas PPO diukur pada pH 6,4 dan suhu 10-800C.
d. Stabilitas Suhu, larutan enzim dipanaskan pada suhu 10-800C selama 10
menit. Aktivitas diukur pada kondisi PPO: pH 6,4, 300C.
3) Pengaruh Bahan Kimia.
Aktivitas PPO diukur dalam beberapa larutan bahan kimia seperti L-ascorbic
acid, chlorogenic acid, dan lain-lain. PPO pada kondisi PPO: pH 6,4, 300C.
4) Substrat Spesifik
Pengukuran substrat spesifik dilakukan dengan menggunakan metode
pengukuran warna (colorometric) (Yang et al., 2000). Pengukuran dimulai
dengan mencampur 0,5 ml dari 10 mM larutan beberapa macam larutan
polyphenol (chlorogenic acid, catechol, dopamine, DL-DOPA, Resorcinol,
Gallic Acid, Pyrogallol), 4.0 mL dari 0,1 M larutan phosphate pH 7 dan 0,5 mL
larutan enzim. Setelah 5 menit diinkubasi pada suhu 300C, kemudian campuran
larutan diukur pada absorbansi 420 nm. Nilai absorbansi dari tiga kali ulangan
kemudian di tentukan aktivitas relatif enzim (%) yang ditentukan berdasarkan
aktivitas enzim melalui rumus berikut (Nabilasani, 2015) :
3. Pengukuran Protein
Kandungan protein diukur berdasarkan metode Lowry modifikasi oleh Hartree
(Hartree, 1972) menggunakan bovine serum albumin sebagai standar. Kemudian
diukur pada 280 nm.
III.4 Olah Data Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan, kemudian dihitung
standar deviasi untuk masing-masing perlakuan. Data yang disajikan adalah aktivitas
relatif enzim (%) yang ditentukan berdasarkan aktivitas enzim melalui rumus berikut
(Nabilasani, 2015) :
17
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝑅𝑅(%) = 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑎𝑎𝑒𝑒 𝑦𝑦𝑎𝑎𝑒𝑒𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑎𝑎𝑑𝑑𝑒𝑒𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑒𝑒ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑎𝑎𝑒𝑒 𝑎𝑎𝑒𝑒𝑑𝑑𝑎𝑎𝑎𝑎𝑒𝑒𝑦𝑦𝑦𝑦𝑎𝑎
. 100%
Buah Langsat 5g
Dihancurkan dengan 40 ml 0.2 M Sodium Buffer
posphat pH 4
Disaring menggunakan kain
saring
Filtrat
Disentrifus pada Kecepatan 12000 g,
selama 30 menit
Supernatan Larutan
Larutan Enzim
• Pengukuran Aktivitas Enzim
• Pengukuran Protein• Karakterisasi Enzim
Gambar 2 Diagram Alir Prosedur Penelitian Ekstraksi PPO dengan Metode Xu, Jiang, dan
Gong (2002)
555
5000
Disentrifus pada kecepatan 5000 rpm selama 30
menit
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Ekstrak Enzim Polifenol Oksidase
Penelitian ini menggunakan enzim Polifenol oksidase yang diekstrak dari buah langsat.
Polifenol oksidase adalah enzim yang bertanggung jawab atas reaksi pencoklatan pada buah dan
tanaman akibat adanya kerusakan sel pada tanaman tersebut. Menurut Cheng et al., (2005);
Ekinci et al., (2007); Ho et al., (1992), Enzim PPO mampu mengkatalisis perubahan berbagai
senyawa aromatik yang memiliki dua kelompok senyawa fenolik. Oksidasi kelompok senyawa
fenolik akan menghasilkan sejumlah produk quinon. Quinon tersebut sangat reaktif sehingga
dapat bereaksi satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan pencoklatan sebagai kuinon
yang lama kelamaan berwarna gelap. Selain itu pencoklatan yang terjadi pada buah atau
tanaman akan menyebabkan kerusakan atau penurunan mutu terhadap buah dan tanaman
tersebut sehingga akan membuat buah atau tanaman tersebut terbuang sia-sia. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Ho et al. (1992) bahwa, dalam sistem pangan, pencoklatan tersebut
menyebabkan kerusakan buah dan sayuran yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar.
Gambar 3. Buah Langsat
Buah langsat yang digunakan dalam proses ektraksi enzim ini adalah buah langsat yang
masih segar dan kulit buah yang belum berubah warna menjadi coklat. Ektraksi enzim dari buah
langsat ini dimulai dari pemisahan buah dan biji. Bagian-bagian yang digunakan adalah kulit
19
dan daging buah sementara biji langsat dibuang. Kulit dan daging yang telah ditimbang
kemudian dihancurkan menggunakan blander. Setelah hancur, disaring dengan menggunakan
kain saring dan diperoleh larutan. Kemudian filtrat yang diperoleh disentrifuge hingga terpisah
dengan sisa ampasnya dan diperoleh ekstrak enzim.
Gambar 4. Ekstrak Enzim PPO setelah disentrifuge
IV.2 Substrat Spesifik Enzim PPO
Salah satu sifat katalitik enzim adalah enzim mempunyai selektifitas yang tinggi
terhadap substrat (substansi yang mengalami perubahan kimia setelah bercampur dengan enzim)
(Page,1989). Tabel 1 merupakan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa enzim PPO kuat
dioksidasi oo-diphenol yaitu catechol dengan aktifitas relatif mencapai 100%, chlorogenic acid
67%, dopamin 60%, DL-Dopa 46%, Resorcinol 43%, dan Gallic Acid 37% dan tidak
mengoksidasi 1,3,5-trihydroxybenze seperti phloroglucinol. Hasil penelitian ini menunjukkan
dimana catechol memiliki aktivitas yang tertinggi dibandingkan golongan o-diphenol lainnya
sehingga catechol digunakan sebagai substrat pada pengujian aktivitas enzim. Enzim PPO dari
buah langsat tidak mengoksidasi 1,3,5-trihydroxybenze seperti phloroglucinol. Umumnya
enzim PPO mengoksidasi substrat pada golongan o-diphenol seperti pada enzim PPO yang
diekstrak dari daging dan kulit pisang yang kuat mengoksidasi dopamine; buah apel (Murata et
al., 1992), garland chrysanthemum (Nkya et al., 2003), dan edible burdock (Han et al., 2006)
yang kuat mengoksidasi chlorogenic acid. Sedangkan pada sayuran golongan cruciferae seperti
20
lobak (Rahman et al., 2011), bunga kol (cauliflower) (Rahman et al., 2012) dan brokoli
(Rahman et al., 2013), enzim PPO kuat dioksidasi oleh 1,3,5-trihydroxybenze seperti
phloroglucinol.
Tabel 1. Subtrat Spesifik Enzim PPO dari Ekstrak Buah Langsat
Substrat Aktifitas Relatif (%) 0-diphenol
Catechol 100 Chlorogenic Acid 67
Dopamin 60 DL-DOPA 46 Resorcinol 43 Gallic Acid 37 Pyrogalol 0
1,3,5- tryhydroxybenze Phloroglucinol 0
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
IV.3 Pengaruh pH Terhadap Stabilitas Enzim PPO
Nilai pH yang sangat tinggi atau rendah umumnya mengakibatkan hilangnya aktivitas
total enzim. pH juga merupakan faktor dalam stabilitas enzim. Seperti halnya aktivitas, untuk
masing-masing enzim terdapat juga daerah pH yang optimal kestabilannya.
Gambar 5. Pengaruh pH terhadap Aktivitas relative stabilitas enzim PPO dari buah langsat
0
20
40
60
80
100
120
0 2 4 6 8 10 12
AKtif
itas R
elat
if (%
)
pH
21
Larutan enzim PPO yang diperoleh dianalisa pada pH 3-11. Hasil pengujian untuk
stabilitas pH menunjukkan bahwa enzim PPO stabil pada kisaran pH 3-11, dimana enzim masih
aktif pada kisaran 80-100% sehingga enzim dapat efektif melakukan reaksi pencoklatan pada
range pH 3-11 tersebut. Sehingga untuk mencengah terjadinya reaksi pencoklatan pada buah
langsat dapat disimpan pH kondisi pH rendah. Hasil penelitian ini sedikit berbeda pada hasil
penelitian karakterisasi enzim PPO dari daging buah pisang (Yang et al., 2001) dan pada kulit
pisang (Yang et al., 2001) yang menyatakan lebih dari 80% aktivitas enzim masih stabil pada
kisaran pH 5-11.
IV.4 Pengaruh pH terhadap pH Optimum Enzim PPO
Setiap perubahan pH akan memicu aktivitas enzim. Pada kondisi pH yang cukup
ekstrim, enzim akan menjadi rusak. Hal ini dikarenakan setiap enzim hanya bisa bekerja secara
optimum pada derajat keasaman tertentu. Winarno (1986) menyatakan, enzim memiliki
aktivitas maksimum pada kisaran pH optimum, yaitu antara pH 4,5-8,0. Di sekitar pH optimum,
enzim mempunyai stabilitas yang tinggi.
Gambar 6. Pengaruh pH terhadap aktivitas relatif enzim PPO dari buah langsat
0
20
40
60
80
100
120
0 2 4 6 8 10 12
AKtif
itas
Rela
tif (%
)
pH
22
Hasil analisa menunjukkan bahwa enzim PPO memiliki pH optimum yaitu pada pH 6,0
dimana aktifitas relatif enzimnya mencapai 100% dan perlahan mulai menurun pada pH 7-12.
Maka dari itu untuk menghambat proses pencoklatan, buah langsat dapat disimpan dengan
kondisi pH rendah dibawah 4 dan di atas 8, karena aktivitas enzim berada di bawah 80%. Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh pada karakterisasi PPO
pada daging buah pisang (Yang et al., 2001) dan kulit pisang (Yang et al., 2001), di mana enzim
PPO memiliki pH optimum 6,5. Juga tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang diperoleh
pada karakterisasi PPO pada biji kakao (Ganda et al., 2010), dimana enzim PPO memiliki pH
optimum pada pH 5,42.
IV.5 Pengaruh Suhu terhadap Optimum Suhu Enzim PPO
Setiap jenis enzim mempunyai suhu optimal sendiri-sendiri. Aktivitas enzim akan terus
meningkat sampai batas suhu tertentu. Batas suhu tersebut dinamakan suhu optimum. Jika
enzim berada di bawah suhu optimum maka kerja enzim akan terhambat. Enzim pada suhu 0oC
atau di bawahnya brsifat nonaktif. Akan tetapi pada suhu tersebut enzim tidak rusak.
Gambar 7. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivfitas relatif enzim PPO terhadap Suhu Optimum Enzim dari Buah Langsat
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100
Aktif
itas
Rel
atif
(%)
Temperatur (oC)
23
Gambar 7 menujukkan suhu optimum enzim PPO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
enzim PPO memiliki aktivitas optimum pada suhu 40oC dimana aktivitas relatifnya mencapai
100% sehingga proses terjadinya reaksi pencoklatan sangat tinggi pada suhu tersebut. Hasil
penelitian ini sama dengan enzim PPO kembang kol FI-A (40oC) (Fujita et al., 1997) dan tidak
jauh berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh pada karakterisasi PPO pada daging buah
pisang (Yang et al., 2001) dan kulit pisang (Yang et al., 2001), begitupun hasil penelitian yang
diperoleh dari karakterisasi enzim PPO dari Swiss chard leaves (Gao et al., 2009) dimana enzim
PPO memiliki suhu optimum 45oC. Namun jauh berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh
pada karakterisasi enzim PPO dari biji buah kakao (Ganda et al., 2010) yang memiliki suhu
optimum pada suhu 53oC.
IV.6 Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Suhu Enzim PPO
Stabilitas enzim juga dipengaruhi oleh suhu, lama penyimpanan dan zat tambahan yang
mampu menjaga stabilitas struktur kuartenernya. Menurut Kazan et al. (1997), stabilitas enzim
dapat diartikan sebagai kestabilan aktivitas enzim selama penyimpanan dan penggunaan enzim
tersebut.
Gambar 8. Pengaruh suhu terhadap aktivtas relative enzim pada stabilitas suhu Enzim PPO dari Buah Langsat
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100
Aktiv
itas
Rel
atif
(%)
Temperatur (oC)
24
Hasil penelitian stabilitas suhu (Gambar 8) menunjukkan bahwa, enzim PPO memiliki
stabilitas enzim pada kisaran suhu 20-80oC. Hasil penelitian ini hampir sama dengan enzim PPO
dari buah pisang dan kulit buah pisang dimana lebih 80% aktivitas enzim masih stabil sampai
suhu 70oC untuk daging buah pisang (Yang et al., 2001) dan 60oC untuk kulit buah pisang (Yang
et al., 2001).
IV.7 Efek Beberapa Bahan Kimia terhadap Aktivitas Enzim PPO.
Pada Tabel 2 Dapat dilihat beberapa efek penambahan bahan kimia dengan konsentrasi
10 mM terhadap aktivitas enzim PPO yang diekstrak dari buah langsat.
Tabel 2. Efek Beberapa Komponen Kimia (10mM) pada Aktivitas Enzim PPO dan POD
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
Komponen Aktiviitas Relatif (%)
PPO
Tanpa Pemambahan
L-ascorbic acid
DL-DOPA
Pyrogallol
NaF
Resorcinol
Hydroquinone
BaCl2
ZnSO4
EDTA
Chlorogenic Acid
CuSO4
Dopamine
Gallic Acid
NaCl
100
0
0
0
0
53
43
101
77
98
83
144
71
95
101
25
Tabel 2 menunjukkan bahwa L-ascorbic acid, DL-Dopa, Pyrogallol, dan NaF sangat
kuat menghambat enzim PPO yang diekstrak dari beberapa buah dan sayuran seperti pada
kembang kol (Fujita et al., 1995); leaf lettuce (Han et al., 2011); daging buah pisang dan kulit
pisang (Yang et al., 2000, 2001); garland chrysanthemum ((Nkya et al., 2003); dan Swiss chard
leaves (Gao et al., 2009). Bahan kimia tersebut menghambat kerja enzim sehingga biasa disebut
dengan inhibitor. Menurut Sumardjo (2009), zat kimia tersebut merupakan senyawa selain
substrat yang biasa terikat pada sisi aktif enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan
inhibitor terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif. Persaingan tersebut terjadi karena
inhibitor biasanya mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Sementara
Resorcinol, Hydroquinone sedikit menghambat aktivitas enzim PPO. Sedangkan EDTA,
Chlorogenic Acid, Dopamine, Gallic Acid, NaCl dan metal ion seperti Zn2+tidak dapat
menghambat kerja enzim dan Cu2+, Ba2+ tidak menghambat sehingga metal ion tersebut
mempercepat aktivitas enzim PPO pada konsentrasi 10 mM. Hasil penelitian yang sama juga
dihasilkan pada karakterisasi enzim PPO dari daging buah pisang dan kulit pisang (Yang et al.,
2000, 2001), dimana enzim PPO tidak dapat dihambat oleh komponen kimia tersebut.
26
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Suhu optimum dari enzim PPO yang diekstrak dari buah langsat adalah 40oC dan stabilitas
suhunya adalah 20-80oC
2. pH optimum enzim PPO yang diekstraksi dari buah langsat adalah pada pH 6. Dan stabilitas
pHnya pada kisaran pH 3-11.
3. Efek dari beberapa bahan kimia seperti pyrogallol, L-ascorbic Acid, DL-Dopa, dan NaF
pada konsentrasi 10 mM kuat menghambat aktivitas enzim PPO yang diekstrak dari buah
langsat. Sedangkan Resorcinol, Hydroquinon, BaCl2, ZnSO4, EDTA, Chlorogenic Acid,
CuSO4, dan Dopamin sedikit dan tidak dapat menghambat aktivitas enzim PPO dari buah
langsat.
V.2 Saran
Untuk memperpanjang masa simpan buah langsat, maka sebaiknya buah langsat disimpan pada
suhu dibawah 20oC, yaitu pada suhu 15-20oC.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, N.B., Aziz, S.A.A., Shahril, Z., and Bachok, S. 2009. Quality and Nutritional Properties of Lansium domesticum Corr jam. Laporan Akhir Penyelidikan. Universiti Teknologi MARA, Malaysia.
Ahern, T.J. and A.M. Klibanov. 1987. Why do enzyme irreversibly inactive athigh
temperature. Biotec 1. Microbial Genetic Engineering and EnzymeTechnology. Gustav Fischer. Stuttgart. New York
Ashari, S., 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta. Blackweel, Wiley, 2012. Food Biochemistry and Food Processing, 2nd (ed). New York Cheng GW, Crisosto CG. 2005: Browning potential, phenolic composition, and
polyphenoloxidase activity of buffer extracts of peach and nectarine skin tissue. J. Amer. Soc. Horts. Sct. 120 (5):835-838
Dong, S.H., Zhang, C. R., Dong, L., Wu, Y., & Yue, J. M. 2011. Onocera- noid-type
triterpenoids from Lansium domesticum. Journal of Natural Product 74(5), 1042-1048.
Ekinci, O., Boyukbayram., A.E., Kiralp, S., Toppare, L., Yagci, Y. 2007.
Characterization and potential applications of immobilized glucose oxidase and polyphenol oxidase, Journal of Macromolecular Science, Part A: Pure and Applied Chemistry, 44, 801-808.
Fujita, S., Kawahara, H., Nazamid, S. and Tono, T 1993. Spectropotometric
determination of phloroglucinoloxidase activity based on difference spectra, Bull. Fac. Agric. Saga Univ., 74, 81-88.
Fujita, S.; Saari, N.; Maegawa, M.; Tetsuka, T.; Hayashi, N.; Tono, T. 1995.
Purification and Properties of Polyphenol Oxidase from Cabbage (Brassica oleracea L.). J. Agric. Food Chem., 43, 1138−1142.
Fujita, S., Saari, N., Maegawa, M., Tetsuka, T., Hayashi, N., and Tono, T. 1997.
Isolation and Characterization of Poliphenol of Two Phloroglucinol Oxidase From Cabbage ( Brassica oleracea L.), J.Agric. Food Chem., 45. 59-63.
Ganda, Putra., Wartini, A.A.M. Dewi Anggreni. 2010. Characterization of
Polyphenol Oxidase Enzyme of Cocoa Beans (Theobroma cacao Linn.). AGRITECH, Vol. 30, No. 3.
28
Gao, Z-J.; Han, X-H.; Xiao, X-G. 2009. Purification and Characterisation of Polyphenol Oxidase from Red Swiss Chard (Beta vulgaris subspecies cicla) Leaves. Food Chem., 117: 342-348.
Gunarto, A. 1996. Peranan kemasan transpor buah-buahan segar dalam mendukung
kekuatan agribisnis di Indonesia. Analisis Sistem 7 : 164-173. Han, Y.; Hayashi, N.; Fujita, S. 2011. Purification and Properties of Polyphenol
Oxidase from Leaf Lettuce (Lactuca sativa). Food Presevation Scientist., 31, 295-301.
Hartree, E.F. 1972. Determination of Protein: a Modification of Lowry Method that
Gives a Linear Photometric Response. Anal. Biochem., 48, 422−427. Ho,C., Lee, C.Y., Huang, M.T. 1992 : Phenolic Compound in Food and Their Effects
on Health I : Analysis, Occurence, and Chemistry, ACS Symposium Series, American Chemical Society Washington, DC.
Kazan, D, H.; Ertan, A.; Erarslan. 1997. Stabilization of Escherichia coli Penicillin G
Acylase agains thermal Inactivation by cross-linking with dextran dialdehyde polymers. Applied. Microbiology and Biotechnology. 48: 191-197.
Kementerian Pertanian. 2014. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2013.
Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura, Jakarta. Korompis, G. E. C., Vennita R. D., Oksfriani J. S., 2010. Uji Invitro Aktivitas
Antibakteri dari Lansium domesticum Correa (Langsat). Universitas Sam Ratulangi, Fakultas Kedokteran, Manado.
Lawalata, VN., 2012. Rekayasa proses ekstraksi kulit buah Langsat (Lansium
domesticum var. langsat) sebagai bahan antibakteri dan antioksidan. Institut Pertanian Bogor.
Lozano, J.E. 2006. Fruit Manufacturing: Scientific basis, Engineering properties, and
deteriorative reaction of technological importance. Springer Science + Business Media LLC.
Mardiah, E. 2011. Mekanisme Inhibisi Enzim Polifenol Oksidase Pada Sari Buah
Markisa dengan Sistein dan Asam Askorbat. Jurnal. Vol. 4, No. 2, Maret 2011. Mulyono. 1996. Peran penanganan pasca panen dalam industri pengolahan hasil
pertanian di Sulawesi Tenggara. Analisis Sistem 7 : 203-210.
29
Murata, M.; Kurokami, C.’ and Homma, S. 1992. Purifiication and Properties of Chlorogenic Acid Oxidase from Apple (Malus pumila). Biosci. Biotechnol. Biochem., 56, 1705 ~ 1710.
Nkya, E.; Kouno, C.; Li, Y. J.; Yang, C,-P.; Hayashi, N; Fujita S. 2003. Purification
and Characterization of Polyphenol Oxidase from Garland Chrysanthemum (Chrysanthemum coronarium L.). J. Agric. Food Chem., 51, 5467−5471.
Nyoman, S.A., Ph.D. 2007. Proses Minimum untuk Meningkatkan Nilai Tambah
Produk Hortikultura. Disampaikan pada Seminar Nasional Ritel Produk Hortikultura Segar Melalui Praktek Penanganan Pascapanen dan Keamanan Pangan yang Baik. Fakultas Teknologi Pertanian Unud, Kampus Bukit Jimbaran, Bali.
Page, U.S. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga. Poedjiadi, A.1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta.UI-Press. 155, 158-160. Queiroz, C., Lopes, M.L., Fialho, E and Valente- Mesquita, V.L. 2008. Polyphenol
oxidase: characteristics and mechanisms of browning control. Food Review International 24: 361-375.
Rahman, A.N.F.; Ohta, M; Li, Y.; Nakatani, K.; Hayashi, N.; Fujita, S. 2011.
Purification and Characterization of Polyphenol Oxidase from Japanese Radish (Raphanus sativus L.) Root. Food Presevation Scientist., 37, 233-240.
Rahman, A.N.F.; Ohta, M; Nakatani, K.; Hayashi, N.; Fujita, S. 2012. Purification and
Characterization of Polyphenol Oxidase from Cauliflower (Brassica oleracea L.). Journal Agricultural and Food Chemistry., 60, 3673-3678.
Rahman, A.N.F.; Ohta, M; Nakatani, K.; Hayashi, N.; Fujita, S. 2013. Purification and
Characterization of Phloroglucinol Oxidase from Broccoli (Brassica oleracea L. Italica Group). Food Presevation Scientist., 39, 273-282.
Santoso, B. B., 2005. Bahan Ajar Pascapanen Holtikultura. Universitas Mataram. Shahib, N. 1992. Pemahaman Seluk Beluk Biokimia dan Penerapan Enzim. Bandung:
Penerbit PT. Citra Adtya Bakti. Siegbahn P.E.M. 2004. The catalytic cycle of catechol oxidase. J Biol Inorg Chem9:
577–590 Soeharsono, M.T. 1989. Biokimia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
30
Song, B.K., Clyde, M.M., Wickneswari, R. and Normah, M.N. 2000. Geneticrelatedness among Lansium domesticum accessions using RAPD markers. Annals. Bot. 86:299-307.
Te-chato, S., Nawarangsann, W. and Lim, M. 1995. Identification of Lansium
domesticum Correa by isozyme technique. Songklanakarin J. Sci. Technol. 17(4): 355-361.
Variyar, P.S., M.B. Penddharkar, A. Banerje, and C. Bandyopadhyay.1988.Blackening
in green pepper berries. Phytochemistry. 27(3) : 715-717. Verheij, E.M.W. dan R.E. Coronel, 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara, Buah-
buahan yang Dapat Dimakan. Terjemahan S. Somaatmadja. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Weller, A., C.A. Sims,R.F. Matthews, R.P. Bates, and J.K. Brecht. 2007. Browning
Susceptibility and Changes in Compotition during Storage of Carambola Slices. Journal of Food Science. 62(2) : 256-260
Winarno, F.G. 1986. Enzim Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
155 halaman Yang, C.-P.; Fujita, S.; Ashrafuzzaman, Md.; Nakamura, N.; Hayashi, N. 2000.
Purification and Characterization of Polyphenol Oxidase from Banana (Musa sapientum L.) Pulp. J. Agric. Food Chem., 48, 2732−2735.
Yang, C.-P.; Fujita, S.; Kohno, K.; Kusubayashi, A.; Ashrafuzzaman, Md.; Hayashi,
N. 2001. Partial Purification and Characterization of Polyphenol Oxidase from Banana (Musa sapientum L.) Peel. J. Agric. Food Chem.,49, 1146−1149.
31
LAMPIRAN
Lampiran 01. Kurva Standar Protein Bovin Serum Albumin (BSA)
Tabel 03. Hasil Absorbansi Pada Pengujian Protein dengan Tiga Kali Ulangan
20 40 60 80 100
1 0,124 0,143 0,207 0,244 0,33
2 0,099 0,165 0,18 0,237 0,293
3 0,109 0,185 0,195 0,264 0,294
Rata-rata 0,111 0,1643 0,194 0,248 0,306 Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
y = 0.0028x + 0.0297R² = 0.964
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0 20 40 60 80 100 120
A650
nm
BSA (μg/ml)
32
Lampiran 02. Substat Spesifik Enzim PPO
Tabel 04. Data Hasil Nilai Absorbansi pada Pengujian Substrat Spesifik Enzim PPO dengan Tiga Kali Ulangan
Ulangan Pyrogalol Resorcinol Gallic Acid Chatecol Chlorogenic
Acid DL-
Dopa Dopamine
1 0 0,669 0,546 1,366 0.906 0,652 1,502
2 0 0,614 0,563 1,459 1,037 0,654 0,902
3 0 0,57 0,513 1,519 1,243 0,69 0,83 Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
33
Tabel 05. Data hasil Pengujian untuk Substrat Spesifik Enzim PPO dengan Tiga Kali Ulangan
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017 Catatan: Total Aktivitas = 1.488*10*2*1*vol Total Protein = (0.177/0,0028)*70*vol*184*0.001 Aktivitas spesifik = total aktivitas / Total protein
Komponen Volume (mL)
Total Activitas (unit)
Total Protein (mg)
Aktivitas Spesifik
(unit/mg)
Aktivitas Relatif
(%) Komponen PPO
Activity Pengenceran
Catechol 184 5328.64 814.2 7 100 Pyrogallol 0 1
Pyrogallol 184 0 814.2 0 0 Resorcinol 0.618 1
Resorcinol 184 2274.24 814.2 3 43 Gallic Acid 0.541 1
Gallic Acid 184 1990.88 814.2 2 37 Chlorogenic Acid 0.972 1
Chlorogenic Acid 184 3576.96 814.2 4 67 DL-DOPA 0.665 1
Dl-DOPA 184 2447.2 814.2 3 46 Dopamin 0.866 1
Dopamin 184 3186.88 814.2 4 60 Phloroglucinol 0 1
phloroglucinol 184 0 814.2 0 0
34
Lampiran 03 . Data Hasil Pengaruh pH terhadap pH Optimum Enzim PPO
Tabel. 06. Data Hasil Nilai Absorbansi pada Pengujian pH Optimum dengan Tiga Kali Ulangan
Ulangan
pH Optimum
3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 0,726 0,912 1,,086 1,429 1,194 1,031 0,724 0,619 0
2 0,628 0,877 1,286 1,239 1,196 1,099 0,855 0,701 0
3 0,642 1,118 1,285 1,383 1,194 0,957 0,957 0,714 0 Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
Tabel 07. Aktifitas Relatif dan Standar Deviasi pada Pengujian pH Optimum
pH Abs Rata-Rata (A)
Aktivitas Relatif (%)
Standar Deviasi
3 0,67 49.6 0,053 4 0,97 71.9 0,13 5 1,22 90.4 0,115 6 1,35 100.0 0,099 7 1,194 88.4 0,001 8 1,065 78.9 0,048 9 0,845 62.6 0,116 10 0,678 50.2 0,051 11 0 0.0 0
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
35
Lampiran 04. Data Hasil Pengaruh pH Terhadap Stabilitas pH Enzim PPO
Tabel. 08. Data Hasil Nilai Absorbansi pada Pengujian Stabilitas pH dengan Tiga Kali Ulangan
Ulangan Stabilitas pH
3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 0,312 0,382 0,387 0,36 0,352 0,336 0,315 0,316 0,316
2 0,313 0,364 0,401 0,362 0,333 0,336 0,317 0,319 0,315
3 0,312 0,328 0,358 0,361 0,348 0,357 0,316 0,316 0,315 Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
Tabel 09. Aktifitas Relatif dan Standar Deviasi pada Pengujian Stabilitas pH
pH Abs Rata-Ratab
(A) Aktivitas
Relatif (%) Standar Deviasi
3 0,312 82 0,0005 4 0,358 94 0,0275 5 0,382 100 0,0219 6 0,36 94 0,001 7 0,344 90 0,01002 8 0,336 88 0,01212 9 0,317 83 0,001 10 0,316 83 0,00173 11 0,315 82 0,00058
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
36
Lampiran 05 . Data Hasil Pengaruh suhu terhadap Stabilitas Suhu (oC) Enzim PPO
Tabel. 10. Data Hasil Nilai Absorbansi pada Pengujian Stabilitas Suhu (oC) dengan Tiga Kali Ulangan
Ulangan Stabilitas Suhu (oC)
20 30 40 50 60 70 80
1 0,422 0,427 0,454 0,445 0,447 0,436 0,433
2 0,398 0,453 0,48 0,52 0,388 0,406 0,424
3 0,382 0,439 0,432 0,495 0,472 0,484 0,481
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
Tabel 11. Aktifitas Relatif dan Standar Deviasi pada Pengujian Stabilitas Suhu
Suhu
(oC)
Abs Rata-
Rata (A)
Aktivitas
Relatif (%)
Standar
Deviasi
20 0,400667 82.33 0,6020
30 0,439667 90.34 0,013
40 0,455333 93.56 0,024
50 0,486667 100.00 0,038
60 0,435667 89.52 0,043
70 0,421 86.51 0,039
80 0,429 88.15 0,031
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
37
Lampiran 06 . Data Hasil Pengaruh Suhu terhadap Suhu Optimum (oC) Enzim
PPO
Tabel 12. Data Hasil Nilai Absorbansi pada Pengujian Suhu Optimum (oC) dengan Tiga Kali Ulangan
Ulangan Suhu Optimum (oC)
10 20 30 40 50 60 70 80
1 0,672 0,723 0,718 0,902 0,757 0,755 0,709 0,58
2 0,688 0,763 0,814 0,982 0,724 0,637 0,809 0,689
3 0,68 0,797 0,766 0,942 0,764 0,797 0,609 0,635
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
Tabel 13. Aktifitas Relatif dan Standar Deviasi pada Pengujian Optimum Suhu
Suhu (oC) Absorbansi
Rata-Rata (A)
Standar
Deviasi
Aktivitas
Relatif (%)
10 0,68 0,01 72.19
20 0,761 0,04 80.79
30 0,766 0,07 81.32
40 0,942 0,06 100.00
50 0,748 0,02 79.41
60 0,73 0,08 77.49
70 0,709 0,1 75.27
80 0,635 0,08 67.41
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
38
Lampiran 07. Data Hasil Penelitian Efek Bahan Kimia Terhadap Enzim PPO
Tabel 14. Data Absorbansi Hasil Penelitian Efek Bahan Kimia Terhadap Enzim PPO dengan tiga kali ulangan
Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
Ulangan
Efek dari Bahan Kimia
BaCl2 ZnSO4 EDTA Chloroge-nic Acid
Pyro-gallol CUSO4 Dopa-
mine Galic Acid
Resor-cinol
Hydro-quinon NaCl DL-
Dopa NaF L-ascorbic
1 1,726 0,678 1,386 0,902 0 1,43 1,175 1,631 0,934 0,588 1,395 0 0 0
2 1,388 1,539 1,6 1 0 2,152 0,908 1,122 0,691 0,603 1,536 0 0 0
3 1,263 1,108 1,275 1,474 0 2,651 1,007 1,376 0,695 0,663 1,467 0 0 0
39
Tabel 15. Data Hasil Absorbansi dan Aktivitas Relatif Beberapa Bahan Kimia terhadap
Enzim PPO
Bahan Kimia Absorbansi Rata-Rata
Aktivitas Relatif (%)
Tanpa Penambahan 1.448 100
BaCl2 1.459 101 ZnSO4 1.109 77 EDTA 1.42 98
Chlorogenic Acid 1.199 83
Pyrogallol 0 0 CuSO4 2.078 144
Dopamin 1.03 71 Gallic Acid 1.377 95 Resorcinol 0.773 53
Hydroquinone 0.618 43 NaCl 1.467 101
DL-DOPA 0 0 NaF 0 0
L-ascorbic acid 0 0 Sumber: Data Hasil Penelitian, 2017
40
Lampiran 08. Dokumentasi Penelitian
Buah Langsat yang digunakan
Penyortiran buah langsat
41
1
2. Hasil Ekstrak Enzim PPO dari Buah Langsat
42
Analisa Suhu
3 Analisa pH