115
STUD BEB DI KOND BERAPA S DEPA IN DISI DAN SEKOLA JA RID ARTEMEN FAKU NSTITUT N PEMAN AH MENE AKARTA DO MONT N ARSIT ULTAS PE T PERTA 2011 NFAATAN ENGAH A TIMUR THAZERI TEKTUR ERTANIA ANIAN BO 1 N LANSK ATAS NE LANSKA AN OGOR KAP PAD EGERI D AP DA I

stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

STUD

BEB

DI KOND

BERAPA S

DEPA

IN

DISI DAN

SEKOLA

JA

RID

ARTEMENFAKU

NSTITUT

N PEMAN

AH MENE

AKARTA

DO MONT

N ARSITULTAS PET PERTA

2011

NFAATAN

ENGAH A

TIMUR

THAZERI

TEKTUR ERTANIA

ANIAN BO1

N LANSK

ATAS NE

LANSKAAN OGOR

KAP PAD

EGERI D

AP

DA

I

Page 2: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

2

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Kondisi dan

Pemanfaatan Lanskap pada Beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta

Timur” adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua

sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan pada daftar pustaka skripsi ini.

Bogor, April 2011

Rido Monthazeri

A44062733

Page 3: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

RINGKASAN RIDO MONTHAZERI. Studi Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap pada Beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur. Dibimbing oleh Tati Budiarti. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) menurut UU No. 20 Tahun 2003 merupakan jenjang pendidikan formal tingkat menengah yang dikelola oleh pemerintah di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Keberadaan lembaga pendidikan ini cukup menjadi pusat perhatian dan tak jarang menjadi barometer kualitas pendidikan di Indonesia. Pada umumnya sekolah hanya berupa bangunan kokoh dimana para siswa diwajibkan untuk belajar di dalamnya. Bahkan terkadang nyaris tidak terdapat ruang terbuka dan kalaupun ada kurang memadai untuk kegiatan outdoor edukatif bagi siswa atau kegiatan rekreatif lainnya.

Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh sekolah, SMAN 12, SMAN 42, SMAN 44, SMAN 48, SMAN 53, SMAN 81 dan SMAN 113, dimulai pada bulan Februari sampai dengan September. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi penggunaan ruang terbuka, elemen RTH, mengetahui persepsi dan preferensi pengguna terhadap RTH serta membuatuat rekomendasi pemanfaatan RTH sekolah. Penelitian dibatasi pada penampilan kondisi fisik sekolah secara umum, penataan halaman dari bangunan sekolah, keberadaan sarana outdoor sebagai fasilitas penunjang kegiatan, persepsi dan preferensi pengguna terhadap elemen yang ada pada lanskap sekolah dan pemanfaatannya. Penelitian ini merupakan penelitian observatif, data dianalisis secara deskriptif.

Tahapan penelitian meliputi persiapan penelitian, survei, analisis dan sintesis serta pembuatan rekomendasi. Data primer diperoleh dengan cara survei langsung ke lapang, wawancara dengan pihak sekolah dan menyebar kuisioner, sedangkan untuk data sekunder dengan cara mengumpulkan data dari instansi-instansi terkait.

Berdasarkan hasil survey, pengamatan dan perolehan data yang dimiliki masing-masing sekolah terdapat angka penggunaan ruang yang bervariasi. Luas total tanah yang ada mulai dari 2.351 m2 sampai dengan 15.354 m2. Luas tanah yang paling kecil yaitu pada SMAN 12, sedangkan yang paling luas yaitu SMAN 113. Ruang terbangun (RB) berisi bangunan yang berdiri di atas luasan tanah tersebut, luasan RB yang ada antara lain mulai dari 1.750 m2 sampai dengan 4.500 m2, di mana RB yang paling kecil terdapat pada SMAN 12 dan yang terluas ada pada SMAN 44. Ruang terbuka (RT) atau ruang yang tidak diisi oleh bangunan mulai dari 601 m2 sampai dengan 11.422 m2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dijumpai mulai dari 96 m2 sampai dengan 8.206 m2, RTH yang paling kecil ada pada SMAN 12 sedangkan sekolah dengan RTH yang paling luas yaitu SMAN 113.

Dari hasil survey dan pengamatan, dijumpai 15-37 spesies pohon di setiap sekolah sampel dan terdata sekitar 74 spesies. Semak 4-48 spesies dan terdata sekitar 68 spesies. Tanaman penutup tanah 6-13 spesies dan terdata sekitar 32 spesies. Tanaman merambat hanya dimiliki oleh lima sekolah, 1-6 spesies dan terdata sekitar 11 spesies. Tanaman air hanya dimiliki oleh tiga sekolah, 1-3 spesies dan terdata sekitar 5 spesies.

Page 4: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

iv

Nilai dominansi merupakan nilai yang menunjukan tingkatan dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sampel sekolah. Glodogan tiang (Polyalthia longifolia) memiliki nilai dominansi tertinggi dari kategori pohon (14,41%) dan keberadaannya sebesar 71,43%. Untuk semak, teh-tehan (Acalipha macrophyla) memiliki nilai dominansi 12,42% dan keberadaannya sebesar 85,71%. Untuk penutup tanah Lili paris (Clorophytum sp.) memiliki nilai dominansi 28,43% dan keberadaannya sebesar 57,14%.

Sebanyak 43,3% warga sekolah mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka telah cukup nyaman. Kesan nyaman terhadap lanskap sekolah paling banyak (56,6%) dirasa pada SMAN 42 dan terasa kurang nyaman paling banyak (33,3%) dirasa pada SMAN 12. Sedangkan untuk kesan kenyamanan, umumnya (47,1%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka sedikit teduh. Kesan teduh terhadap lanskap sekolah paling banyak (53,3%) dirasa responden pada SMAN 42. Terasa gersang/panas paling banyak (36,7%) dirasa responden pada SMAN 12 dan 44. Selanjutnya untuk kesan kelapangan, umumnya (35,7%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka sedikit lapang. Kesan lapang terhadap lanskap sekolah paling banyak (56,7%) dirasa responden pada SMAN 113. Kesan sangat sempit paling banyak (23,3%) dirasa responden pada SMAN 12.

Pemanfaatan RTH pada SMAN di Jakarta harus terintegrasi dengan mata ajaran yang ada. Peranan RTH dalam membantu proses pemahaman siswa dalam mata ajar tertentu yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup berdasarkan garis-garis besar isi materi (GBIM) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan menggunakan rumus pendugaan daya dukung, hanya SMAN 12 yang daya dukung RTH nya tidak cukup untuk menampung jumlah siswa dalam satu kelas (rata-rata siswa dalam satu kelas 30-40 siswa). Namun, kegiatan outdoor class masih bisa diatur dengan menggunakan RTB yang ada.

Peran RTH sebagai ameliorasi iklim mikro dirasa cukup efektif. Dengan menggunakan perhitungan THI, diketahui bahwa THI rata-rata dari keseluruhan sekolah sampel sedikit di atas batas kenyamanan, yaitu sebesar 28,4. Namun jika dilihat berdasarkan perbedaan tempatnya, di bawah naungan pohon, di lapangan (tanpa naungan), dan di dalam kelas, maka terlihat ada perbedaan yang cukup nyata. Nilai THI pada lapangan lebih besar dari pada di bawah naungan pohon dan di dalam ruangan, artinya adanya vegetasi yang memberikan naungan (RTH) secara signifikan dapat meningkatkan kenyamanan dalam suatu kawasan dengan menurunkan nilai THI 1-2 point.

Page 5: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

STUD

BEB

Sebaga

DI KOND

BERAPA S

ai Salah Sat

Depar

DEPA

IN

DISI DAN

SEKOLA

JA

RID

tu Syarat un

rtemen Arsi

Ins

ARTEMENFAKU

NSTITUT

N PEMAN

AH MENE

AKARTA

DO MONT

Skrips

ntuk Mempe

itektur Lans

titut Pertani

N ARSITULTAS PET PERTA

2011

NFAATAN

ENGAH A

TIMUR

THAZERI

si

eroleh Gela

skap Fakult

ian Bogor

TEKTUR ERTANIA

ANIAN BO1

N LANSK

ATAS NE

ar Sarjana Pe

tas Pertanian

LANSKAAN OGOR

KAP PAD

EGERI D

ertanian pad

n

AP

DA

I

da

Page 6: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penilitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan sutau masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

.

Page 7: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

Judul : Studi Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap pada Beberapa

Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur

Nama : Rido Monthazeri

NRP : A44062733

Disetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS.

NIP. 19610720 198403 2 002

Diketahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA

NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Disetujui :

Page 8: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Kota Bekasi, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 14

Februari 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan

Bapak Muhadi dan Ibu Sapuri. Penulis menghabiskan masa kecilnya di Kota

Bekasi dan mulai mengawali masa jenjang pendidikan formal pada tahun 1994

sampai dengan 2000 di SD Negeri Kranji 1 Bekasi Barat, Kota Bekasi. Setelah

menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar, penulis melanjutkan ke SLTP

Negeri 14 Bekasi dari tahun 2000 sampai 2003.

Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah

Menengah Atas di SMA Negeri 2 bekasi dan berhasil menyelesaikan masa

pendidikan SMA pada tahun 2006. Semasa SMA penulis aktif dalam berbagai

organisasi, dan pernah menjabat sebagai Wakil Pradana Pramuka Pangkalan

SMAN 2 Bekasi dan Ketua Seksi Bidang Pendidikan Pendahuluan Bela Negara

OSIS SMAN 2 Bekasi.

Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

SPMB. Pada tahun 2007 melalui sistem mayor minor di IPB, penulis diterima

pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti kegiatan

kemahasiswaan, sebagai staff Kementrian Sosling BEM KM (2006-2007), staff

Divisi Kewirausahaan HIMASKAP (2007-2008), Ketua Divisi Minat dan Bakat

HIMASKAP (2008-2009). Selama menjadi mahasiswa penulis juga pernah

menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Rekayasa Lanskap dan Tanaman

Lanskap.

Page 9: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur ke hadirat Allah SWT berkat

rahmat dan hidayahnya selama hidup ini yang tidak henti-hentinya mencurahkan

sayang, rizki, dan hidayahNya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada

Nabi Muhammad SAW dan kepada para sahabat. Penelitian ini berjudul Studi

Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap Pada Beberapa Sekolah Menengah Atas

Negeri di Jakarta Timur. Penelitian ini disusun agar ruang terbuka hijau pada

sekolah dapat dimanfaatkan secara optimal.

Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada banyaknya orang di

sekitar penulis yang memotivasi, memberikan nasihat, serta mewarnai kehidupan

penulis:

1. Pembimbing skripsi yang selalu memberikan masukan, berbagai macam

saran, dan juga sebagai orang tua kedua Dr. Ir. Tati Budiarti, MS.

2. Pembimbing akademik penulis Ir. Indung S. F. M.Si atas bimbingannya

selama penulis menempuh masa kuliah.

3. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr dan Akhmad Arifin Hadi, SP. MALA. atas

masukan dan sarannya.

4. Bapak Muhadi dan Ibu Sapuri selaku orang tua penulis, terimakasih atas

kasih sayangnya selama ini. Kakakku Ilo Sofia dan adikku Anisa

Puspasari serta seluruh keluarga besar yang selalu mewarnai hidup

penulis.

5. Civitas academica SMAN 12, 42, 44, 48, 53, 81, 113 terimakasih penulis

haturkan atas bantuan dan kerjasamanya.

6. Ibu Teti, Bapak Sungkono, Bapak Suwarto, Bapak Christison, Bapak Iip,

Bapak Rustaman, dan Ibu Dewi penulis menghaturkan terimakasih atas

dukungan dan bantuannya selama penulis mengambil data.

7. Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 43 terimakasih atas tawa,

canda dan tangisnya.

8. Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 40, 41, 42, 44, 45 dan 46 atas

dukungannya.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

Page 10: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

x

Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah

dilakukan, karena niat penulis melakukan penelitian sebagai sarana panduan untuk

memanfaatkan ruang terbuka hijau sekolah. Penulis berharap tulisan ini dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Bogor, April 2011

Penulis

Page 11: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii 

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv 

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi 

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 

1.  Latar Belakang ............................................................................................ 1 

2.  Tujuan ......................................................................................................... 2 

3.  Manfaat ....................................................................................................... 2 

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3 

1.  Lanskap Sekolah ......................................................................................... 3 

2.  Ruang Terbuka Hijau .................................................................................. 4 

3.  Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau ............................................................ 8 

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 11 

1.  Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 11 

2.  Batasan dan Pendekatan Penelitian ........................................................... 12 

3.  Metode Penelitian ..................................................................................... 12 

4.  Pengumpulan Data .................................................................................... 15 

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 18 

1.  Kondisi Umum Jakarta Timur ................................................................... 18 

1.1.  Letak Geografis Jakarta Timur ........................................................... 18 

1.2.  Iklim .................................................................................................... 19 

1.3.  Pendidikan .......................................................................................... 20 

2.  Data dan Analisis ...................................................................................... 20 

2.1.  Lanskap Sekitar Tapak ....................................................................... 20 

2.2.  Penggunaan Ruang ............................................................................. 22 

2.3.  Tata Letak/Layout Sekolah ................................................................. 24 

2.4.  Sosial ................................................................................................... 33 

2.5.  Aktivitas .............................................................................................. 35 

2.6.  Tanaman Lanskap Sekolah ................................................................. 36 

2.6.1.  Fungsi Kontrol Visual ................................................................. 37 

Halaman

Page 12: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

xii

2.6.2.  Frekuensi Relatif ......................................................................... 40 

2.8.  Pemeliharaan ....................................................................................... 44 

2.9.  Persepsi Pengguna Terhadap Lanskap Sekolah .................................. 46 

3.  Rekomendasi ............................................................................................. 53 

3.1.  Pemanfaatan Edukatif ......................................................................... 53 

3.2.  Ameliorasi Iklim Mikro ...................................................................... 57 

3.3.  Konsep Tata Hijau .............................................................................. 61 

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 65 

1.  Simpulan ................................................................................................... 65 

2.  Saran .......................................................................................................... 65 

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66 

Page 13: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

DAFTAR TABEL

1. Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang Diteliti ........................ 11 

2. Jenis, Bentuk dan Cara Pengambilan Data ....................................................... 16 

3. Luas Wilayah per Kecamatan Tahun 2007 ....................................................... 18 

4. Keadaan Iklim Jakarta Timur Tahun 2007........................................................ 19 

5. Jumlah Sekolah, Gedung, Guru, Murid Menurut Tingkatan Tahun 2007 ........ 20 

6. Lanskap Sekitar Tapak Sekolah ........................................................................ 21 

7. Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah ....................................................... 23 

8. Fasilitas Lapangan Olahraga ............................................................................. 34 

9 . Kegiatan Ekstrakurikuler yang Menggunakan Ruang Terbuka ....................... 35 

10 . Penggunaan Ruang dan Fasilitas .................................................................... 36 

11. Persentase Desain Taman ................................................................................ 44 

12. Elemen Keras .................................................................................................. 44 

13. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Sekolah ......................................... 46 

14. Keberadaan RTH (taman) ............................................................................... 46 

15. Keberadaan Tanaman di Sekolah .................................................................... 47 

16. Fasilitas outdoor yang ada .............................................................................. 47 

17. Fasilitas yang perlu ditambah ......................................................................... 49 

18. Alat transportasi yang digunakan .................................................................... 50 

19. Kondisi sarana parkir ...................................................................................... 51 

20. Bahan perkerasan pada taman sekolah ............................................................ 51 

21. Pola penghijauan sekolah ................................................................................ 52 

22. Kesan terhadap lanskap sekolah...................................................................... 52 

23. Ukuran pohon yang disukai ............................................................................ 53 

24. Bentuk partisipasi dalam pemeliharaan .......................................................... 53 

25. Peranan RTH berdasarkan GBIM tingkat SMA bertema manusia dan

lingkungan ............................................................................................................. 55 

26. Luas RB, RTH, dan RTB yang seharusnya .................................................... 56 

27. Daya dukung RTH untuk belajar per sekolah ................................................. 57 

28. Daftar Suhu, Kelembabab dan THI ................................................................. 60 

HalamanTeksNo.

Page 14: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

xiv

29. Pembagian Ruang, Alokasi ruang, Aktifitas dan Fasilitas .............................. 63 

Page 15: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

xv

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Orientasi Lokasi ........................................................................................ 11 

2. Bagan Alur Pelaksanaan studi ........................................................................... 15 

3. Tujuh Sekolah Sampel ..................................................................................... 17 

4. Ruang Terbuka Terbangun (RTB) Sekolah ...................................................... 23 

5. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah ............................................................... 23 

6. Layout Sekolah (a) Letter L, (b) Letter U ......................................................... 24 

7. (a) Planter Box, (b) Tanaman Dalam Pot.......................................................... 25 

8. Peta SMAN 12 .................................................................................................. 25 

9. Peta SMAN 42 .................................................................................................. 25 

10. Peta SMAN 44 ................................................................................................ 25 

11. Peta SMAN 48 ................................................................................................ 25 

12. Peta SMAN 53 ................................................................................................ 31 

13. Peta SMAN 81 ................................................................................................ 32 

14. Peta SMAN 113 .............................................................................................. 33 

15. Lapangan Futsal (a), Lapangan Basket (b) ..................................................... 34 

16. Grafik Persentase Fungsi Pohon ..................................................................... 38 

17. Grafik Persentase Fungsi Semak ..................................................................... 38 

18. Grafik Persentase Fungsi Penutup Tanah ....................................................... 39 

19. Grafik Persentase Fungsi Semak ..................................................................... 40 

20. Konsep Pembagian Ruang dalam sekolah ...................................................... 62 

21. Rekomendasi Model Sekolah .......................................................................... 64 

HalamanTeksNo.

Page 16: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Tanaman Pohon Pada 7 Sekolah Sampel ............................................... 69 

2. Daftar Tanaman Semak/Perdu Pada 7 Sekolah Sampel .................................... 74 

3. Daftar Tanaman Penutup Tanah Pada 7 Sekolah Sampel ................................. 78 

4. Daftar Tanaman Merambat Pada 7 Sekolah Sampel......................................... 80 

5. Daftar Tanaman Air Pada 7 Sekolah Sampel .................................................... 81 

6. Daftar Pertanyaan dan Persentase Jawaban dalam Kuisioner ........................... 82 

7. Peranan RTH Berdasarkan GBIM Tingkat SMA ............................................. 92 

HalamanTeksNo.

Page 17: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi Warga Negara

Indonesia. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 5 (1) disebutkan, setiap warga

negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Bahkan dalam Undang Undang Dasar 1945 tertuang salah satu cita-cita nasional

yang harus kita perjuangkan bersama, yaitu upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa melalui pendidikan. Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh sumber

daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Dengan SDM yang berkualitas tinggi

diharapkan secara signifikan dapat menjadi subjek dalam pembangunan agar lebih

berhasil mengelola sumber daya (resources) bagi kepentingan kesejahteraan

masyarakat. Untuk itu peran sebuah lembaga pendidikan, dalam hal ini

keberadaan fisik dan lingkungan suatu sekolah penting untuk dicermati.

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) menurut UU No. 20 Tahun 2003

merupakan jenjang pendidikan formal tingkat menengah yang dikelola oleh

pemerintah di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Keberadaan lembaga

pendidikan ini cukup menjadi pusat perhatian dan tak jarang menjadi barometer

kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk menjadi siswa SMAN harus melalui ujian

saringan masuk terlebih dahulu untuk menjaga kualitas peserta didik.

Menurut Sartain dalam Hasbullah (2008), yang dimaksud lingkungan

meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi

tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Secara umum,

sekolah-sekolah diperkotaan mempunyai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang

sangat terbatas sehingga mempengaruhi kualitas lingkungan. Dengan demikian

peningkatan kualitas RTH sangat diperlukan.

Upaya penataan ruang terbuka hijau (RTH) pada sekolah tentunya tidak

mudah, isu menurunnya kualitas lingkungan yang makin sering terdengar tidak

serta merta membuat warga sekolah sadar akan pentingnya sebuah lingkungan

sekolah yang asri. Menurunnya kualitas udara di perkotaan, minimnya ruang

terbuka hijau, banjir tahunan, dan intrusi air laut dapat mengganggu kegiatan

manusia, termasuk kegiatan belajar mengajar. Untuk itu diperlukan upaya

perbaikan lingkungan, khususnya lingkungan sekolah.

Page 18: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

2

Salah satu upaya perbaikan lingkungan khususnya lingkungan sekolah

yaitu dengan meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau (RTH). Menurut Nurisjah

dan Pramukanto (1995) adanya RTH di kawasan perkotaan merupakan salah satu

bagian dari kota yang sangat penting nilainya, tidak hanya ditinjau dari segi fisik

dan sosial, tetapi juga dari nilai ekonomi dan ekologis. Selanjutnya dikatakan pula

bahwa secara fungsional, tersedianya RTH di perkotaan merupakan “paru-paru”

bagi lingkungannya dan “penyembuhan psikis” bagi pemakainya, memperlihatkan

adanya keseimbangan antara tata hijau yang menyegarkan dan struktur bangunan

yang bersifat kaku, juga berfungsi untuk menghasilkan suatu nilai estetika yang

tinggi bagi lingkungan sekitarnya.

2. Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut :

1. Menginventarisasi kondisi ruang terbuka di SMA Negeri Jakarta Timur dan

penggunaannya.

2. Menginventarisasi elemen ruang terbuka hijau (RTH) di SMA Negeri Jakarta

Timur

3. Mengetahui persepsi dan preferensi pengguna terhadap ruang terbuka hijau

(RTH) di SMA Negeri Jakarta Timur dan pemanfaatannya

4. Membuat model lanskap sekolah dan rekomendasi pemanfaatan ruang

terbuka hijau (RTH) sekolah

3. Manfaat

Hasil dari studi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

pengelola sekolah khususnya dan pihak-pihak yang terkait dengan dunia

pendidikan pada umumnya dalam hal perbaikan dan menjadi rujukan dalam

perencanaan tapak untuk pembangunan sekolah.

Page 19: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lanskap Sekolah

Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang di sekeliling manusia

mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Menurut Hubbard dan

Kimball (1917) dalam Laurie (1986), arsitektur lanskap adalah bidang seni yang

menitik beratkan pada fungsi kreasi dan pelestarian keindahan lingkungan di

sekitar tempat tinggal manusia dan pada lingkup alam yang lebih luas lagi selain

itu berkaitan dengan peningkatan kenyamanan, kemudahan dan kesehatan

penduduk perkotaan. Senada dengan Rachman (1984), arsitektur lanskap adalah

bidang ilmu dan seni yang mempelajari pengaturan ruang dan massa di alam

terbuka (tata ruang luar) dengan mengkomposisikan elemen-elemen lanskap alami

maupun buatan manusia, beserta segenap kegiatan di dalamnya, agar tercipta

kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia beserta makhluk hidup lainnya, selaras

dengan faktor ruang, waktu dan geraknya.

Flemming dan Tscharner (1981) dalam Titidarmila (1999) berpendapat

bahwa penataan tempat pendidikan akan melekat dalam ingatan, ada tempat-

tempat atau objek khusus yang menjadi kenangan tersendiri bagi guru atau para

murid dimana diharapkan akan didapat kenangan yang positif. Menurut Gagne

dan Briggs (1979) dalam Suparno (2000) menambahkan, bahwa perencanaan

pengajaran harus berdasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana individu

belajar agar diketahui bagaimana kondisi-kondisi harus ditata.

Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi

pelajaran. Menurut tingkatannya, sekolah dibagi menjadi tingkat dasar (SD),

menengah (SMP), lanjutan (SMA) dan tinggi. Dinas Pekerjaan Umum (2002)

menyebutkan, sekolah adalah tempat dimana berlangsung kegiatan guru mengajar

dan murid belajar. Suparno (2000) memberikan pengertian belajar secara umum

merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen

sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Bloom (1974) dalam

Suparno (2000) menyatakan, terdapat tiga kategori belajar yang dikenal, antara

lain domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah-

ranah ini merupakan perilaku yang diniatkan untuk ditunjukkan oleh pelajar

dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (ranah kognitif),

Page 20: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

4

bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) serta

bagaimana mereka berbuat (ranah psikomotorik).

Block (1974) dalam Suparno (2000) mengatakan konsep belajar tuntas

berdasarkan pikiran bahwa siswa dapat mencapai penguasaan yang integral bila

kepadanya disediakan kondisi belajar yang sesuai. Suparno (2000) menambahkan,

bahwa dalam menumbuhkan situasi yang mendukung proses belajar, hakikat dan

kualitas interaksi belajar menjadi sangat penting. Struktur kooperatif dibanding

dengan struktur kompetisi dan usaha individual lebih menunjang komunikasi

diantara siswa yang lebih efektif dan pertukaran informasi yang saling membantu

tercapainya hasil belajar yang baik.

Pada umumnya SMA berprestasi memiliki sarana dan prasarana yang

baik, yakni luas tanah yang cukup luas, tempat parkir, lapangan olah raga, tempat

bermain atau jenis kegiatan lain, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang

kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, alat bantu/peraga mata pelajaran,

serta berbagai macam alat elektronik untuk menunjang mata pelajaran. Pengadaan

sarana dan prasarana untuk memungkinkan terlaksananya proses pembelajaran,

seperti pusat sumber belajar merupakan salah satu alternatif yang harus

dikembangkan baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun di lembaga

kemasyarakatan. Fasilitas tersebut harus disertai dengan pengaturan yang tertib

dan benar-benar memberikan kemudahan untuk belajar (Suparno, 2000).

2. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang-ruang terbuka

(open spaces) suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi

(endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung

yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,

kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Ruang terbuka hijau

memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga kelangsungan

hidupnya. Tanpa keberadaan ruang terbuka hijau di kota akan mengakibatkan

ketegangan mental bagi manusia yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu,

perencanaan ruang terbuka hijau harus dapat memenuhi keselarasan harmoni

antara struktural kota dan alamnya, bentuknya bukan sekedar taman, lahan kosong

Page 21: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

5

untuk rekreasi atau lahan penuh tumbuhan yang tidak dapat dimanfaatkan

penduduk kota (Simond, 1983).

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988, ruang

terbuka hijau adalah bagian dari ruang terbuka kota yang didefinisikan sebagai

ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pada penghijauan tanaman atau

tumbuhan secara alamiah maupun buatan (budidaya tanaman) seperti lahan

pertanian, pertamanan, perkebunan, dan lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Perkotaan dikatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu

kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung

manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi

(a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH

non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga,

pemakaman). Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (a)

bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor,

linear). Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi

menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH

kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-

kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status

kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang

berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah

(taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran

dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota) dan (b) RTH privat atau non

publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat (taman rumah

tinggal).

Jenis-jenis RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.01 tahun

2007 adalah :

1. Taman kota

2. Taman wisata alam

3. Taman rekreasi

Page 22: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

6

4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman

5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial

6. Taman hutan raya

7. Hutan kota

8. Hutan lindung

9. Bentang alam, seperti gunung, bukit, lereng dan lembah

10. Cagar alam

11. Kebun raya

12. Kebun binatang

13. Pemakaman umum

14. Lapangan olah raga

15. Lapangan upacara

16. Parkir terbuka

17. Lahan pertanian perkotaan

18. Jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)

19. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa

20. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian

21. Kawasan dan jalur hijau

22. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara

23. Taman atap (roof garden)

Tujuan dibentuk atau disediakannya ruang terbuka hijau di wilayah

perkotaan, antara lain untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan sebagai

pengaman sarana lingkungan perkotaan dan menciptakan keserasian lingkungan

alam dan lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan manusia

(INMENDAGRI No. 14 Tahun 1988). Maksud diselenggarakannya RTH menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 adalah untuk menjaga kelestarian

dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial

dan budaya dengan luasan yang harus direncanakan sebesar lebih kurang 25 %

dari luas wilayah. Menurut Purnomohadi (2006), RTH memiliki fungsi utama

(intrinsik) yaitu fungsi bio-ekologis dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi

arsitektural, sosial dan ekonomi. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam

Page 23: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

7

lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang

sehat dan manusiawi

RTH dibangun dari kumpulan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi

dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya.

Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri, sempadan

badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang juga berbeda yang

selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda. Jenis

tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki keunggulan tertentu

(ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam wilayah kota tersebut

menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut, yang selanjutnya akan

dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman hayati wilayahnya dan

juga nasional.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mewujudkan rancangan,

penanaman dan kelestarian RTH maka sifat dan ciri serta kriteria arsitektural dan

hortikultural tanaman penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam

menyeleksi jenis-jenis tanaman yang akan ditanam. Beberapa kriteria umum

tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan antara lain:

1. disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota

2. mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara

dan air yang tercemar)

3. tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme)

4. perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang

5. tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural

6. dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota

7. bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau oleh

masyarakat

8. prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal

9. keanekaragaman hayati

Page 24: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

8

3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) mempunyai banyak manfaat, diantaranya

manfaat estetis, orologis, hidrologis, klimatologis, edaphis, ekologis, protektif,

higienis, dan edukatif (Nazaruddin 1994 dan Eckbo 1964 dalam Yuliasari 2008).

Adapun secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Manfaat estetis

Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman yang sengaja

ditata sehingga tampak menonjol keindahannya, serta dapat menciptakan

pemandangan yang menyejukkan.

b. Manfaat orologis

Manfaat ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah terutama

longsor serta menjaga kestabilan tanah.

c. Manfaat hidrologis

Daerah hijau sangat penting sebagai daerah persediaan air tanah. Struktur

akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan,

sehingga air tidak mengalir di atas tanah (run off) melainkan dapat terserap

oleh tanah. Hal ini sangat mendukung proses daur alami air tanah,

sehingga dapat menguntungkan kehidupan manusia.

d. Manfaat klimatologis

Faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, ketinggian tempat,

dan sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang

sangat besar pengaruhnya terhadap manusia. Keberadaan vegetasi dapat

menunjang faktor-faktor iklim tersebut. Efek rumah kaca akan dikurangi

oleh banyaknya vegetasi dalam suatu daerah, bahkan adanya vegetasi

dapat menambah kenyamanan dan kesejukan lingkungan.

e. Manfaat edaphis

Manfaat ini berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa diperkotaan

yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang tempat

huniannya. Lingkungan hijau akan memberi tempat yang nyaman bagi

satwa.

Page 25: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

9

f. Manfaat ekologis

Kehidupan makhluk hidup di alam ini memiliki ketergantungan satu sama

lain dan dapat hidup nyaman apabila ada kesatuan. Apabila salah satunya

musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu hidupnya.

g. Manfaat protektif

Vegetasi dapat menjadi pelindung bagi manusia dari teriknya sinar

matahari, terpaan angin kencang, maupun kebisingan.

h. Manfaat higienis

Vegetasi bermanfaat dalam mengurangi bahaya polusi udara, karena

dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di

udara. Selain itu vegetasi juga mampu menghasilkan oksigen yang

dibutuhkan manusia.

i. Manfaat edukatif

Adanya koleksi tanaman dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam

seperti kebun raya dan taman bunga dapat menambah pengetahuanbagi

generasi mendatang.

Manfaat RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.01 Tahun

2007 adalah (a) sarana untuk mencerminkan identitas daerah; (b) sarana

penelitian, pendidikan dan penyuluhan; (c) sarana rekreasi aktif dan pasif serta

interaksi sosial; (d) meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; (e)

menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; (f) sarana aktivitas

sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; (g) sarana ruang evakuasi

untuk keadaan darurat; (h) memperbaiki iklim mikro; dan (i) meningkatkan

cadangan oksigen di perkotaan.

RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota

secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan

berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan

sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring

habitat kehidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi,

arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan

dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan

Page 26: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

10

kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung

arsitektur kota.

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam

pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk

dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan

manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti

perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.

Page 27: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

METODOLOGI PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI

Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi

tercantum pada Tabel 1. Gambar 1 menunjukkan letak lokasi dari sekolah sampel.

Gambar 3 menunjukkan penampilan dari sekolah sampel.

Gambar 1. Peta Orientasi Lokasi

Tabel 1. Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang Diteliti No. Sekolah Alamat

1 SMAN 12 Jl. Pertanian

2 SMAN 42 Jl. Rajawali

3 SMAN 44 Jl. Delima IV Perumnas Klender

4 SMAN 48 Jl. Pinangranti II Taman Mini

5 SMAN 53 Jl. Cipinang Jaya 2 B

6 SMAN 81 Jl. Kompleks KODAM/Kartika Ekapaksi

7 SMAN 113 Jl. Albaido 1

Page 28: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

12

2. Batasan dan Pendekatan Penelitian

Penelitian dibatasi pada penampilan kondisi fisik sekolah secara umum,

penataan halaman dari bangunan sekolah, keberadaan sarana outdoor sebagai

fasilitas penunjang kegiatan, persepsi dan preferensi pengguna terhadap elemen

yang ada pada lanskap sekolah dan pemanfaatannya.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observatif yang dilakukan pada 7

sampel Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur. Studi bersifat deskriptif

dan dilakukan dengan metode survei. Adapun tahapan studi yang dilakukan :

3.1.Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan studi, pembuatan usulan studi,

serta penentuan lokasi sekolah yang akan dipilih. Selain itu dilakukan kegiatan

persiapan sebelum survei ke lapang, diantaranya permohonan izin mengadakan

penelitian, pembuatan daftar isian data biofisik dan sosial, daftar pertanyaan

dalam kuisioner, daftar lokasi, daftar peta, daftar peralatan yang dibutuhkan,

petunjuk pelaksanaan dan penyusunan jadwal survei.

3.2.Tahap Survei

Pelaksanaan survei dilakukan pada sampel sekolah secara visual dan

pengukuran fisik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menginventarisasi kondisi

fisik, biofisik, dan sosial pada lanskap sekolah. Sementara untuk mengetahui

persepsi dan preferensi pengguna terhadap ruang terbuka hijau (RTH) dilakukan

wawancara dan pengisian kuisioner. Wawancara dilakukan terhadap pihak

pengelola, sedangkan kuisioner dibagikan pada sebagian siswa, guru, dan pegawai

sekolah. Pencarian data sekunder diperoleh dari sekolah yang bersangkutan

melalui kantor tata usaha, kantor kewilayahan seperti dinas-dinas yang terkait, dan

dari penelusuran pustaka. Daftar data yang dikumpulkan dirangkum dalam Tabel

2.

Page 29: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

13

3.3.Tahap Analisis dan Sintesis

Pada tahap ini dilakukan penyeleksian data, penyusunan data secara

sistematis dalam bentuk tabel, diagram, grafis, serta peta, yang kemudian

dilakukan penilaian dan analisis sintesis. Data sekunder dan primer dianalisa

secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui permasalahan yang ada lalu

ditemukan alternatif-alternatif pemecahannya. Analisis yang dilakukan meliputi:

1. Analisis kondisi fisik

Analisis kondisi fisik adalah menganalisis hasil inventarisasi secara

deskriptif. Data yang dianalisis mencakup data mengenai kondisi fisik sekolah,

lanskap sekitar tapak, penggunaan ruang, tata letak/layout.

2. Analisis Ruang Terbuka Hijau

Analisis terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah menggunakan 2

metode, yaitu analisis fungsi vegetasi dan nilai dominansi. Analisis fungsi

vegetasi digunakan untuk mengetahui fungsi dari masing-masing vegetasi yang

ada pada RTH sekolah, sehingga didapatkan persentase dari masing-masing

fungsinya. Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai yang menunjukkan tingkatan

dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sekolah

sampel. Masing-masing spesies tanaman memiliki nilai yang menunjukkan

seberapa banyak jumlah tanaman tersebut ditemukan di antara tanaman spesies

lain di tujuh sekolah sampel dengan menggunakan rumus penghitungan

FR =         

 100%

3. Analisis persepsi dan preferensi pengguna

Analisis terhadap persepsi dan preferensi pengguna menggunakan metode

wawancara dan menyebar kuisioner. Jumlah responden masing-masing sekolah

terdiri dari 20 siswa dan 5 guru. Wawancara dilakukan pada Wakil Kepala

Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Kasudin Dikmen Jakarta Timur dan Staf

Ahli KNLH.

4. Analisis daya dukung

Analisis daya dukung pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah dihitung

dengan menggunakan rumus pendugaan daya dukung. Menurut Boulon (1992)

Page 30: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

14

dalam Nurisjah (2003), menyatakan bahwa secara umum rumus untuk

menghitung daya dukung adalah sebagai berikut:

DD = SA

Dimana,

DD = Daya dukung

A = Luas area (m2)

S = Standar rata-rata individu (orang/m2)

5. Analisis kenyamanan

Analisis kenyamanan dilakukan dengan metode penghitungan

Temperature Humidity Index (THI). THI adalah indeks yang menunjukkan tingkat

kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai suhu dan kelembaban

udara relatif. Dalam studi ini sampel suhu di ambil pada waktu pagi, siang, dan

sore hari, masing-masing di tiga tempat berbeda, di bawah naungan pohon, di

lapangan (tanpa naungan) dan di dalam ruang kelas. Dengan menggunakan THI

dapat diketahui kenyamanan dari sekolah sampel, bila nilai THI lebih dari 27

maka dikatakan tidak nyaman. Menurut Fandeli (2009) THI dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

THI = 0,8T + 500

* TRH

THI = Temperature Humidity Index

T = Suhu udara rata-rata (°C)

RH = Relative Humidity rata-rata (%)

Nilai rata-rata suhu udara (T) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

T = ( )4

2 TsoreTsiangTpagix ++

Sedangkan nilai rata-rata kelembaban relatif (RH) harian dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

RH = ( )3

RHsoreRHsiangRHpagi ++

Page 31: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

15

3.4.Tahap Pembuatan Rekomendasi

Penyusunan rekomendasi pemanfaatan RTH dilakukan berdasarkan proses

analisis sintesis dari data yang ada, baik data primer maupun sekunder.

Penyusunan rekomendasi mempertimbangkan karakter umum dari sampel sekolah

yang ada. Rekomendasi disusun sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak

yang terkait. Bagan alur pelaksanaan studi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Alur Pelaksanaan studi

4. Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui survei, kuisioner, pengamatan langsung,

wawancara, dan studi literatur. Analisis terhadap data hasil kerja dilakukan secara

deskriptif, kuantitatif maupun kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data

primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan

langsung di lapang, pengisian kuisioner dan wawancara dengan user (warga

sekolah). Sedangkan data yang diperoleh dari studi literatur yang berasal dari

buku-buku, internet, brosur, skripsi, serta sumber pustaka lainnya. Kelompok,

jenis, bentuk, dan cara pengambilan data pada kegiatan penelitian dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tujuan Studi

Permasalahan Potensi

Pengembangan

Penggunaan Ruang Terbuka Elemen RTH Persepsi dan preferansi pengguna Usulan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Sekolah

Analisis

Tujuan lanskap sekolah

Kriteria, peraturan dan persyaratan

Inventarisasi data fisik dan

biofisik

Survei

Karakter sekolah

Page 32: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

16

Tabel 2. Jenis, Bentuk dan Cara Pengambilan Data

Kelompok Data Jenis Data Bentuk Data Cara Pengambilan

Umum

• Lokasi dan aksesibilitas • Kondisi fisik wilayah studi

(iklim, titik banjir, topografi, dll)

• Kondisi sosial • Pengukuran suhu, RH, dan

THI

Primer, sekunder Sekunder Sekunder Primer

Survei, URL Studi pustaka Studi pustaka Survei

Ruang dan Penggunaannya

• Luas lahan • Luas bangunan • Luas RTH • Luas RTB • Penggunaan ruang terbuka • Penggunaan ruang terbangun • Lanskap sekitar tapak • Layout/tata letak sekolah

Primer, sekunder Sekunder Primer, sekunder Primer, sekunder Primer Primer Primer Primer

Survei, Studi pustaka Studi pustaka Survei, Studi pustaka Survei, Studi pustaka Survei Survei Survei Survei

Vegetasi

• Fungsi • Spesies • Posisi • Jumlah dan komposisi

Primer Primer Primer Primer

Survei Survei, wawancara Survei Survei

Desain RTH • Gaya taman • Persentase penggunaan

Primer Primer

Survei Survei

Elemen Keras • Jenis • Fungsi • Posisi

Primer Primer Primer

Survei Survei Survei

Sosial

• Aktifitas • Jumlah jam belajar • Prestasi • Persepsi • Keinginan user

Primer Primer Primer Primer Primer

Survei Survei, wawancara Wawancara Kuisioner Kuisioner

Pemeliharaan

• Penyapuan • Penyiraman • Pembuangan sampah • Pemangkasan • Penyiangan • Pemupukan • Penyulaman

Primer Primer Primer Primer Primer Primer Primer

Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara

Page 33: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

17

Sekolah Nomor 1 (SMAN 12) Sekolah Nomor 2 (SMAN 42)

Sekolah Nomor 3 (SMAN 44) Sekolah Nomor 4 (SMAN 48)

Sekolah Nomor 5 (SMAN 53) Sekolah Nomor 6 (SMAN 81)

Sekolah Nomor 7 (SMAN 113)

Gambar 3. Tujuh Sekolah Sampel Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010

Page 34: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi Umum Jakarta Timur

1.1. Letak Geografis Jakarta Timur

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1966 tentang pembagian wilayah-

wilayah dalam dekonsentralisasi maka Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibagi

menjadi 5 wilayah administrasi, yaitu: Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat,

Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Kotamadya Jakarta Timur terletak di antara koordinat 106o49’35” BT-

106°59’22” BT dan 06o10’37” LS - 06°23’42” LS serta mempunyai ketinggian

rata-rata 6 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kotamadya Jakarta Timur

mempunyai luas wilayah 188,03 km2 dan dialiri 5 buah sungai di dalamnya, yaitu:

Ci (Sungai) Liwung, Sungai Sunter, Kali Malang, Kali Cipinang, dan Cakung

drain. Luas wilayah Jakarta Timur per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Batas-batas wilayah kota meliputi :

• Utara : Kotamadya Jakarta Pusat dan Kotamadya Jakarta Utara

• Timur : Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi

• Selatan : Kabupaten Bogor

• Barat : Sungai Ciliwung dan Kotamadya Jakarta Selatan

Tabel 3. Luas Wilayah per Kecamatan Tahun 2007

Nama Kecamatan Luas Area (km2) % Terhadap Kotamadya

Jakarta Timur Pasar Rebo 12,98 6,90 Ciracas 16,08 8,55 Cipayung 28,45 15,13 Makasar 21,86 11,63 Kramat Jati 13,00 6,91 Jatinegara 10,25 5,45 Duren Sawit 22,65 12,05 Cakung 42,28 22,49 Pulo Gadung 15,60 8,30 Matraman 4,88 2,60 Jumlah 188,03 100 Sumber: BPS Jakarta Timur Tahun 2007

Page 35: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

19

1.2. Iklim

Jakarta Timur memiliki suhu rata-rata 27°C, curah hujan rata-rata 243,14

mm/bulan dengan curah hujan terbesar jatuh pada bulan Februari (1.081,4

mm/bulan) dan terendah jatuh pada bulan Juli (6,6 mm/bulan). Letak wilayah di

daerah khatulistiwa dan dipengaruhi oleh angin musim timur yang terjadi pada

bulan Mei sampai dengan Oktober dan angin musim barat pada bulan November

sampai dengan April seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2007 tekanan udara di Jakarta

Timur rata-rata sebesar 1.011,5 mb. Tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan

Agustus (1.012,5 mb) dan terendah pada bulan Desember (1.010,0 mb). Rata-rata

kelembaban udara sebesar 77,7%. Kelembaban udara tertinggi terjadi di bulan

Pebruari (86%) dan terendah pada bulan September (70%). Rata-rata kecepatan

angin 3,3 knot/jam, dengan kecepatan angin tertinggi ada pada bulan Januari dan

Maret (5 knot/jam) dan terendah pada bulan April (2 knot/jam).

Tabel 4. Keadaan Iklim Jakarta Timur Tahun 2007

Bulan Curah Hujan

(mm)

Tekanan Udara (mb)

Kelembaban Udara (%)

Kecepatan angin

(knot/jam) Januari 274,9 1.012,4 75 5 Februari 1.081,4 1.012,2 86 3 Maret 144,0 1.010,9 78 5 April 310,8 1.011,6 85 2 Mei 53,1 1.011,7 80 3 Juni 127,0 1.010,1 79 2 Juli 6,6 1.011,8 75 3 Agustus 64,8 1.012,5 72 3 Septrmber 27,4 1.012,3 70 3 Oktober 168,0 1.011,1 74 3 November 126,4 1.011,1 75 4 Desember 533,3 1.010,0 83 4 Jumlah 2917,7 12.137,7 932 40 Rata-rata/bulan 243,14 1.011,5 77,7 3,3 2006 163,7 1.011,6 75,4 3,7 2005 150,0 1.009,7 80 3,3 Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Tahun 2007

Page 36: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

20

1.3. Pendidikan

Peningkatan partisipasi sekolah penduduk diimbangi dengan penyediaan

fisik sarana pendidikan. Menurut data Sudin Dikdas dan Sudin Dikmen Jakarta

Timur, di wilayah Jakarta Timur terdapat 850 Sekolah Dasar (SD), 569 Sekolah

Menengah Pertama (SMP), dan 134 Sekolah Menengah Atas. Dengan jumlah

siswa masing SD, SMP, dan SMA masing-masing sebanyak 261.000, 113.00, dan

57.000. sementara jumlah guru SD, SMP, dan SMA masing-masing 11.000,

6.900, dan 4.800. Sehingga rasio murid-guru SD sekitar 23,27; SMP sekitar

16,26; SMA sekitar 11,79 (Tabel 5).

Tabel 5. Jumlah Sekolah, Gedung, Guru, Murid Menurut Tingkatan Tahun 2007 Tingkat

Pendidikan Sekolah Gedung Guru Murid

Rasio

Murid-Guru

SD 850 706 11.218 261.029 23,27

Negeri 679 540 7.567 216.905 28,66

Swasta 171 166 3.651 44.124 12,08

SMP 569 242 6.949 112.985 16,26

Negeri 96 96 3.716 84.789 22,82

Swasta 473 146 3.233 28.196 8,72

SMA 134 134 4.809 56.699 11,79

Negeri 39 39 2.340 33.739 14,42

Swasta 95 95 2.469 22.960 9,30

Sumber: Sudin Dikdas dan Sudin Dikmen Jakarta Timur Tahun 2007

2. Data dan Analisis

2.1. Lanskap Sekitar Tapak

Tapak yang dimaksud adalah sekolah dengan lingkungan tetangganya,

yaitu pada sisi depan, belakang, kanan serta kiri dari lokasi sekolah. Dari hasil

survey dapat dilihat semua sekolah berada di tepi jalan yang dapat dilalui

kendaraan baik roda dua maupun roda empat.

Sekolah lokasi studi memiliki kondisi lanskap sekitar yang beragam, pada

sisi kanan sekolah didapati 14,29% sekolah bersebelahan dengan sekolah lain,

42,86% sekolah bersebelahan dengan perumahan, 14,29% sekolah bersebelahan

Page 37: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

21

dengan perkantoran, 14,29% sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi

semak, dan 14,29% sekolah bersebelahan dengan pasar.

Pada sisi kiri sekolah, didapati 42,86% sekolah bersebelahan dengan

sekolah lain, 28,57% sekolah bersebelahan dengan komplek perumahan, dan

28,57% bersebelahan dengan komplek pertokoan. Pada sisi depan didapati

14,29% sekolah berhadapan dengan sekolah lain, 28,57% sekolah berhadapan

dengan komplek perumahan, 57,14% sekolah berhadapan dengan pertokoan. Pada

sisi belakang, 71,43% sekolah membelakangi deretan perumahan, 14,29%

sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi semak, dan 14,29% sekolah

bersebelahan dengan pasar. Jumlah sekolah dan persentase sekolah dengan batas-

batasnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Lanskap Sekitar Tapak Sekolah Lanskap Bagian Keterangan Jumlah sekolah

(n) Persentase

(%)

Kanan

Sekolah lain 1 14,29 Komplek perumahan 3 42,86 Pertokoan - - Perkantoran 1 14,29 Semak 1 14,29 Pasar 1 14,29

Kiri

Sekolah lain 3 42,86 Komplek perumahan 2 28,57 Pertokoan - - Perkantoran 2 28,57 Semak - - Pasar - -

Depan

Sekolah lain 1 14,29 Komplek perumahan 2 28,57 Pertokoan 4 57,14 Perkantoran - - Semak - - Pasar - -

Belakang

Sekolah lain - - Komplek perumahan 5 71,43 Pertokoan - - Perkantoran - - Semak 1 14,29 Pasar 1 14,29

Sumber: Survei, 2010

Page 38: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

22

2.2. Penggunaan Ruang

Berdasarkan hasil survey, pengamatan, dan perolehan data yang dimiliki

masing-masing sekolah, terdapat angka penggunaan ruang yang bervariasi. Luas

total tanah yang ada mulai dari 2.351 m2 sampai dengan 15.354 m2, sehingga

luasan rata-rata 7.921 m2. Luas total tanah yang paling kecil yaitu pada SMAN 12,

sedangkan yang paling luas yaitu SMAN 113 yang merupakan SMA Negeri

terluas kedua di DKI Jakarta. Ruang terbangun (RB) berisi bangunan yang berdiri

di atas luasan tanah tersebut, luasan RB yang ada antara lain mulai dari 1.750 m2

sampai dengan 4.500 m2, di mana RB yang paling kecil terdapat pada SMAN 12

dan yang terluas ada pada SMAN 44, dengan luas rata-rata RB sebesar 3.351 m2.

Ruang terbuka (RT) atau ruang yang tidak diisi oleh bangunan mulai dari 601 m2

sampai dengan 11.422 m2. Ruang inilah yang digunakan untuk bermacam-macam

kegiatan pendidikan di luar kelas (Gambar 4-5).

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu bagian yang mengisi

Ruang Terbuka (RT), luasan RTH yang dijumpai mulai dari 96 m2 sampai dengan

8.206 m2, RTH yang paling kecil ada pada SMAN 12 sedangkan sekolah dengan

RTH yang paling luas yaitu SMAN 113. Rata-rata luasan RTH pada semua

SMAN yaitu 2.501. Ruang Terbuka Hijau pada sekolah dapat berupa kebun,

taman sekolah, jalur hijau, lapangan rumput, hutan sekolah, atau taman tanaman

obat keluarga (TOGA). Ruang Terbuka Terbangun (RTB) merupakan ruang

terbuka yang berisi elemen keras penunjang kegiatan outdoor. Elemen keras

tersebut dapat berupa tempat parkir, shelter, area duduk-duduk, lapangan olah

raga dengan bentuk dan ukuran tertentu beralaskan paving block, beton, asphalt,

dan lain sebagainya. RTB yang dijumpai pada sekolah studi berkisar antara 505

m2 hingga 3.216 m2. Seperti yang terlihat pada Tabel 8, sekolah dengan luas RTB

terkecil yaitu SMAN 12 sedangkan yang memiliki RTB terluas yaitu SMAN 113,

dengan luasan rata-rata sebesar 2.069 m2.

Page 39: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

23

Tabel 7. Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah

Sekolah Luas (m2)

Ruang Terbangun

(m2)

Ruang Terbuka

(m2)

Ruang Terbuka

Hijau (m2)

Ruang Terbuka

Terbangun (m2)

Koefisien Dasar

Bangunan(%)

SMAN 12 2.351 1.750 601 96 505 74,4 SMAN 42 9.250 3.597 5653 3.629 2.024 38,9 SMAN 44 6.648 4.500 2148 380 1768 67,7 SMAN 48 5.703 3.124 2579 827 1.752 54,8 SMAN 53 7.684 3.250 4434 2.150 2.284 42,3 SMAN 81 8.460 3.302 5158 2.221 2.937 39,0 SMAN 113 15.354 3.932 11422 8.206 3.216 25,6

Rataan 7.921 3.351 4.571 2.501 2.069 49 Sumber: Survei dan Data Sekolah, 2010

Gambar 4. Ruang Terbuka Terbangun (RTB) Sekolah

Gambar 5. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah

Page 40: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

24

2.3. Tata Letak/Layout Sekolah

Secara umum, tapak berbentuk segi empat (baik beraturan maupun tak

beraturan), namun ada juga tapak yang berbentuk segi lima. Pintu masuk

menghadap jalan utama, di mana pada pintu masuk juga terdapat pos keamanan.

Lapangan olahraga selain digunakan sebagai tempat berolah raga

umumnya juga digunakan sebagai tempat berlangsungnya upacara bendera,

terletak di tengah-tengah bangunan membentuk leter L atau leter U (Gambar 6).

Posisi ini ditemukan hampir pada semua sekolah sampel studi, dimana semuanya

(100%) beralaskan perkerasan atau paving.

Gambar 6. Layout Sekolah (a) Letter L, (b) Letter U

Ruangan kelas terletak berbaris bersebelahan memanjang dengan koridor

terletak di sampingnya. Deretan kelas saling berhadapan dengan lapangan

olahraga terletak di tengahnya. Ruang guru, ruang tata usaha, dan ruang kepala

sekolah terpisah, umumnya ruang kepala sekolah berdekatan dengan ruang tata

usaha. Selain ruang kelas, dalam deretan ini juga terdapat perpustakaan,

laboratorium, klinik/UKS, ruang serba guna dan toilet. Letak mushalla dan kantin

terpisah dari gedung utama. Dari semua sampel sekolah yang ada memiliki lima

karakter layout yang hampir sama.

Lokasi parkir dekat dengan pintu masuk dan keluar, terdapat pemisahan

antara parkir kendaraan roda dua dengan kendaraan roda empat. Umumnya

sekolah tidak menyediakan tempat parkir untuk kendaraan roda empat, sehingga

parkir untuk kendaraan roda empat ditempatkan di pinggir lapangan, itupun hanya

untuk kendaraan kepala sekolah, guru, atau staff yang lain. Sedangkan untuk

kendaraan roda empat siswa tidak difasilitasi.

(a) (b)

Page 41: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

25

Pada bagian depan koridor kelas biasanya di buat planter box atau bak

tanaman yang umumnya berukuran dengan lebar 1-1,5 m dan memanjang

mengelilingi pinggir lapangan (Gambar 7). Bak tanaman tersebut diisi oleh

tanaman hias seperti pohon peneduh, perdu, maupun groundcover. Pada semua

sampel sekolah juga menggunakan tanaman dalam pot ataupun pot gantung untuk

memberikan suasana hijau dan indah karena terbatasnya lahan.

Gambar 7. (a) Planter Box, (b) Tanaman Dalam Pot

(a) (b)

Page 42: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

8

26

Page 43: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

9

27

Page 44: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

10

28

Page 45: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

11

29

Page 46: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

12

30

Page 47: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

13

31

Page 48: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

14 32

Page 49: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

33

2.4. Sosial

Pengguna/user terdiri atas siswa, guru, staff tata usaha dan staff lainnya.

Jumlah siswa rata-rata 836, yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII. Pengguna

terbanyak dari tapak sekolah adalah remaja yang berusia sekitar 15 tahun hingga

19 tahun. Sedangkan jumlah guru yang tersedia rata-rata 64 orang, karyawan tata

usaha 16 orang, karyawan kebersihan 6 orang.

Proses kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 5 hari dalam

seminggu, mulai hari senin sampai dengan jum’at. Semua sekolah sampel hanya

mengadakan 1 shift rombongan belajar, yaitu pagi dari pukul 06.45 hingga pukul

14.45. Sedangkan pada hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan belajar mengajar biasa berlangsung di dalam ruang kelas atau di

laboratorium, kecuali mata pelajaran olahraga. Kegiatan pelajaran olahraga

dipusatkan di lapangan olahraga atau menggunakan track di luar sekolah,

misalnya di jalan sekitar sekolah ketika olahraga lari. Selain itu, untuk mata

pelajaran seperti fisika dan biologi kadang-kadang menggunakan ruangan di luar

laboratorium ketika praktikum, seperti di kebun, halaman, atau taman toga.

Pada hari Sabtu beberapa sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler,

kegiatan biasanya berpusat di lapangan olahraga (Gambar 15). Kegiatan

ekstrakurikuler yang memanfaatkan ruang terbuka untuk melakukan kegiatannya

antara lain Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR),

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), kelompok pecinta alam, dan berbagai

ekstrakurikuler bidang olahraga, seperti basket, voli, bulu tangkis, sepak bola,

futsal, dan lain-lain. Kegiatan ekstrakurikuler ini terkait dengan keberadaan

fasilitas yang ada di sekolah. Keberadaan fasilitas sekolah yang baik dan sesuai

dapat memberi kontribusi terhadap prestasi yang diperoleh.

Lapangan basket dimiliki semua sekolah (100%), lapangan voli dimiliki

86% sekolah. Lapangan bulutangkis dimiliki oleh 14% sekolah, lintasan lompat

jauh dimiliki 29% sekolah, tenis lapangan dimiliki 14% sekolah, lapangan futsal

dimiliki 100% sekolah (Tabel 8). Keseluruhan fasilitas olahraga ini umumnya

dalam kondisi yang baik dan layak untuk digunakan, kecuali beberapa sekolah

memiliki lapangan yang garis batasnya sudah tidak jelas. Fasilitas olahraga

lapangan basket dan lapangan futsal ini terdapat dalam satu lapangan dimana

Page 50: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

34

dalam satu lapangan tersebut terdapat dua fungsi yang berbeda, dapat digunakan

sebagai lapangan basket ataupun lapangan futsal. Biasanya lapangan basket atau

lapangan futsal ini juga digunakan sebagai lapangan utama untuk mengadakan

upacara bendera.

Tabel 8. Fasilitas Lapangan Olahraga

SMA Basket Voli Bulutangkis Lompat jauh

Tenis lapangan Futsal

12 X X 42 X X X X 44 X X X X 48 X X X 53 X X X 81 X X X X 113 X X X X X % 100% 86% 29% 29% 14% 100%

Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada

Berdasarkan penggunaan fasilitas olahraga yang ada disekolah, kegiatan

ekstrakurikuler (ekskul) dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ekskul olahraga

dan non olahraga. Ekskul olahraga diantaranya basket, voli, bulutangkis, sepak

bola dan futsal, dan beladiri. Ekskul basket diselenggarakan oleh 100% sekolah,

demikian juga dengan futsal.

Untuk ekskul non olahraga yang melangsungkan kegiatannya di ruang

terbuka diantaranya Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja

(PMR), Praja Muda Karana (Pramuka), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan

teater. Paskibra diselenggarakan oleh 100% sekolah, PMR diselenggarakan oleh

Gambar 15. Lapangan Futsal (a), Lapangan Basket (b)

b. SMAN 48 a. SMAN 12

Page 51: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

35

100% sekolah, Pramuka diselenggarakan oleh 86% sekolah, KIR diselenggarakan

oleh 100% sekolah, dan teater diselenggarakan oleh 86% sekolah (Tabel 9).

Semua sekolah mewajibkan setiap siswanya untuk memilih minimal satu jenis

ekskul untuk diikuti dan termasuk komponen penilaian dalam rapot.

Tabel 9 . Kegiatan Ekstrakurikuler yang Menggunakan Ruang Terbuka

Ekskul Sekolah Sampel Persentase (%) 12 42 44 48 53 81 113 Basket X X X X X X X 100% Voli X X X X X X 86% Bulutangkis X X 29% Futsal X X X X X X X 100% Bela diri X X X X X 71% Paskibra X X X X X X X 100% PMR X X X X X X X 100% Pramuka X X X X X X 86% KIR X X X X X X X 100% Teater X X X X X X 86% Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada

2.5. Aktivitas

Fungsi ruang mengikuti aktivitas yang ada di dalamnya. Fungsi ruang

dalam lingkungan sekolah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi edukatif

dan fungsi non edukatif. Ruang edukatif adalah ruang yang digunakan oleh civitas

academica untuk kegiatan belajar mengajar seperti praktikum dan membaca.

sedangkan ruang non edukatif adalah ruang yang digunakan untuk menunjang

kegiatan selain kegiatan belajar mengajar (Tabel 10).

Ruang dengan fungsi edukatif dapat berupa ruang kelas, ruang

laboratorium, dan perpustakaan. Sedangkan ruang dengan fungsi non edukatif

dibagi menjadi beberapa sub fungsi, antara lain fungsi peribadatan. Sub fungsi

peribadatan yaitu berupa mushalla yang dapat ditemui pada semua sekolah sampel

(100%), dengan aktivitas yang dapat dilakukan antara lain ibadah ritual seperti

solat, mengaji, dan mengambil air wudhu, kadang juga digunakan oleh siswa

sebagai tempat untuk diskusi dan rapat. Sub fungsi selanjutnya adalah fungsi

himpunan siswa yang dimiliki oleh semua sampel sekolah. Ruang sub fungsi

himpunan siswa adalah ruangan yang digunakan siswa sebagai tempat berkumpul

dan melakukan kreativitas di dalamnya, seperti yang terhimpun dalam kegiatan

Page 52: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

36

ekstrakurikuler atau organisasi kesiswaan lainnya. Ruang dengan fungsi ini dapat

berupa ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), sekretariat ekskul, koperasi

siswa, dan ruang serbaguna.

Ruang dengan sub fungsi rekreasi didapati pada kantin (dimiliki oleh

100% sekolah sampel), koperasi (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), taman

sekolah (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), dan lapangan olahraga (dimiliki

oleh 100% sekolah sampel). Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain berjalan,

duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jual-

beli, mengadakan pertunjukan teater atau drama, olahraga, menonton

pertandingan, kegiatan ekskul lainnya. Ruang dengan sub fungsi sirkulasi terdapat

pada area parkir (dimiliki oleh 100% sekolah sampel) dan jalan di dalam sekolah

(dimiliki oleh 100% sekolah sampel). Sedangkan ruang dengan sub fungsi

penyangga dapat berupa area penghijauan seperti kebun yang biasa terletak pada

bagian belakang sekolah atau jalur hijau yang diisi dengan tanaman penahan

angin, peredam bising, sekaligus peneduh yang juga ditemui pada lingkar luar

lokasi sekolah.

Tabel 10 . Penggunaan Ruang dan Fasilitas No Fungsi Aktivitas Fasilitas 1 Edukatif Belajar mengajar,

praktikum, membaca, olahraga, rapat, upacara bendera

Kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, ruang guru, ruang kepala sekolah

2 Non edukatif • Peribadatan • Himpunan siswa • Kesehatan • Rekreasi • Sirkulasi • Penyangga

Ritual ibadah Rapat, diskusi Berobat, istirahat Berjalan, duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jual beli, olahraga, menonton pertandingan, kegiatan ekskul Berjalan, berkendara Pasif

Mushalla Ruang OSIS, sekretariat ekskul Klinik, UKS Taman sekolah, plaza, kantin, koperasi, lapangan olahraga Parkir, jalan di dalam sekolah Area penghijauan

Sumber: Survei, 2010 2.6. Tanaman Lanskap Sekolah

Page 53: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

37

Dari hasil survey dan pengamatan, dijumpai sekitar 15 spesies pohon

hingga 37 spesies pohon di setiap sekolah sampel, dan terindikasi sekitar 74

spesies pohon. Masing-masing sekolah memiliki semak mulai dari 4 spesies

hingga 48 spesies, dan terindikasi sekitar 63 spesies semak. Masing-masing

sekolah memiliki tanaman penutup tanah (groundcover) mulai dari 6 spesies

hingga 13 spesies, dan terindikasi sekitar 28 spesies tanaman penutup tanah

(groundcover). Tanaman merambat hanya dimiliki oleh lima sekolah, dimana

masing-masing sekolah memiliki tanaman merambat mulai dari 1 spesies hingga 6

spesies, dan terindikasi sekitar 11 spesies tanaman merambat. Tanaman air hanya

dimiliki oleh tiga sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki tanaman air

mulai dari 1 spesies hingga 3 spesies, dan terindikasi sekitar 4 spesies tanaman

air.

2.6.1. Fungsi Kontrol Visual

Tanaman yang ada di lingkungan sekolah sampel terdiri dari pohon, semak

atau perdu, penutup tanah, tanaman merambat, serta tanaman air. Fungsi visual

dari tanaman lanskap ini antara lain sebagai pembentuk estetika, peneduh,

pengarah, screen, dan sebagai alas. Sedangkan dari segi biofisik, tanaman lanskap

sekolah sampel ini memiliki fungsi antara lain kontrol angin, filter radiasi

matahari, pencegah banjir, peredam bising, dan penyerap polutan. Dari segi sosial,

tanaman ini dapat digunakan oleh user sebagai obyek ilmu pengetahuan atau bisa

juga sebagai komoditas ekonomi dalam skala kecil.

Pohon

Dari jumlah pohon yang ada, masing-masing memiliki fungsi tertentu pada

masing-masing sekolah. Untuk fungsi peneduh didapat dari pengamatan bentuk

kanopi, posisi, dan ketinggian. Diperoleh nilai rataan dari penggunaan pohon

sebagai peneduh adalah 34,75% dari jumlah total pohon yang ada. Penggunaan

pohon untuk fungsi estetik rata-rata yaitu 30,07%. Penggunaan pohon dengan

fungsi sebagai pengarah rata-rata 21,35%, sebagai penghalang pandangan / screen

rata-rata sebanyak 13,83% (Gambar 16).

Page 54: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

38

Semak

Pada semak teridentifikasi empat fungsi utama, yaitu fungsi estetik, fungsi

pengarah, fungsi screen, dan fungsi pembatas. Semak dengan fungsi estetika

dimiliki oleh semua sekolah dengan rata-rata penggunaan tertinggi yaitu 55,25%.

Semak sebagai pengarah memiliki nilai rataan penggunaan sebesar 10,58%.

Semak sebagai screen rata-rata sebanyak 8,34%, biasanya semak ini digunakan

untuk menutupi pemandangan yang kurang baik. Semak dengan fungsi sebagai

pembatas atau border rata-rata sebanyak 25,83%, semak jenis ini penggunaan

paling banyak untuk pinggiran taman di halaman sekolah (Gambar 17).

Gambar 16. Grafik Persentase Fungsi Pohon

Gambar 17. Grafik Persentase Fungsi Semak

34,7530,07

21,35

13,83

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Fungsi Peneduh Fungsi Estetika Fungsi Pengarah Fungsi Screen

Pers

enta

se(%

)

Fungsi

55,25

10,58 8,34

25,83

0

10

20

30

40

50

60

Fungsi Estetik Fungsi Pengarah Fungsi Screen Fungsi Pembatas

Pers

enta

se(%

)

Fungsi

Page 55: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

39

Penutup Tanah

Penutup tanah atau ground cover juga didapati pada semua sekolah.

Fungsi dari penutup tanah ini dapat dibagi menjadi tiga fungsi. yaitu pembentuk

estetika, pembatas atau border, dan alas. Fungsi pembentuk estetika sebesar

29,35%. Fungsi pembatas atau border sebesar 64,70%. Sedangkan sebagai fungsi

alas sebesar 5,95% (Gambar 18).

Tanaman Merambat

Tanaman merambat atau climbing plant didapati pada semua sekolah,

tetapi keragaman jenisnya sangat rendah. Adapun fungsi yang terdapat pada

tanaman merambat ini dibagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi estetika dan fungsi

penanung (dibuat semacam shelter). Fungsi estetika pada tanaman merambat

sebesar 99,79%, sedangkan fungsi penanung sebesar 0,21% (Gambar 19).

Gambar 18. Grafik Persentase Fungsi Penutup Tanah

29,35

64,7

5,950

10

20

30

40

50

60

70

Fungsi Estetika Fungsi Pembatas Fungsi Alas

Pers

enta

se(%

)

Fungsi

Page 56: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

40

Tanaman Air

Tanaman air atau water plant hanya didapati pada tiga sekolah dengan

keragaman jenis yang sangat rendah. Adapun fungsinya hanya sebagai penambah

kesan estetika saja.

2.6.2. Frekuensi Relatif

Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai yang menunjukkan tingkatan

dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sekolah

sampel. Masing-masing spesies tanaman memiliki nilai yang menunjukkan

seberapa banyak jumlah tanaman tersebut ditemukan di antara tanaman spesies

lain di tujuh sekolah sampel dengan menggunakan rumus penghitungan

FR =         

 100%

Pohon

Urutan pohon dengan frekuensi relatif lima teratas adalah glodogan tiang

(Polyalthia longifolia) menempati urutan pertama dari daftar pohon yang paling

banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan FR 14,73% dari keseluruhan

spesies pohon yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 71,43% dari semua

sekolah sampel. Artinya 71,49% dari tujuh sekolah sampel menanam pohon ini

dan jumlah spesies pohon ini sebesar 14,73% dari keseluruhan spesies pohon yang

Gambar 19. Grafik Persentase Fungsi Semak

99,79

0,210

20

40

60

80

100

Fungsi Estetika Fungsi Penaung

Pers

enta

se(%

)

Fungsi

Page 57: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

41

ditemukan di seluruh sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar

7,08%, keberadaannya di 85,71% dari semua sekolah sampel adalah palem raja

(Roystonea regia). Urutan berikutnya adalah pohon mangga (Mangifera indica)

dengan nilai FR sebesar 6,90% dan keberadaannya paling sering ditemui , yaitu di

semua (100%) sekolah sampel. Selanjutnya palem putri (Veitchiia merilii) dengan

nilai FR 5,96% dan terdapat di 57,14% sekolah sampel.

Urutan pohon dengan frekuensi lima terbawah adalah mahoni (Switenia

mahogani), jamblang (Syzygium cumini), jambu mawar (Syzygium jambos), asem

(Tamarindus indica), dan ginje (Thevetia peruviana). Dengan nilai FR sebesar

0,11% dan keberadaannya masing-masing 14,29%. Daftar pohon beserta nilai

frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.

Semak/Perdu

Urutan psemak/perdu dengan frekuensi relatif lima teratas adalah teh-

tehan (Acalipha macrophyla) menempati urutan pertama dari daftar semak/perdu

yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan mendominasi

12,42% dari keseluruhan spesies semak/perdu yang ditemukan. Keberadaannya

sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR

sebesar 9,95% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah soka

(Ixora sp.). Selanjutnya dracaena (Dracaena sp.) dengan nilai FR sebesar 9,65%

dan keberadaanya 86,71% dari sekolah sampel. Adenium (Adenium sp.) ada pada

urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,60% dengan keberadaannya 57,14%

dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,15% dan keberadaannya

85,71% dari sekolah sampel adalah bougenvil (Bougenvillea sp.).

Urutan semak/perdu dengan frekuensi relatif lima terbawah adalah bunga

kancing (Gomphrena globosa), kemuning (Murayya paniculata), tebu

(Saccarhum officinarum), sangitan (Sambucus javanica), legundi (Vitex trifolia),

dan daun enok dengan nilai FR sebesar 0,04% dengan keberadaannya sebesar

14,29% dari jumlah sekolah sampel. Daftar semak/perdu beserta nilai frekuensi

dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 2.

Page 58: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

42

Penutup tanah

Urutan penutup tanah dengan frekuensi relatif lima teratas adalah lili paris

(Clorophytum sp.) menempati urutan pertama dari penutup tanah yang paling

banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 28,43% dari

keseluruhan spesies penutup tanah yang ditemukan. Keberadaannya sebesar

57,14% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar

22,06% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah Sansiveira

(Sansiviera sp.) Selanjutnya adam hawa (Rhoeo discolor) dengan nilai FR sebesar

8,91% dan keberadaanya 42,86% dari sekolah sampel. Pakis (Cycas rumphii) ada

pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,68% dengan keberadaannya

14,29% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,46% dan

keberadaannya 42,86% dari sekolah sampel adalah kucai variegata (Carex

morowii 'variegata').

Urutan penutup tanah dengan frekuensi lima terbawah adalah krokot

(althernantera sp.) dan paku sarang burung (Asplenium nidus) dengan nilai FR

sebesar 0,13% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Selanjutnya

dengan nilai FR 0,04% dan keberadaannya 14,29% dari sekolah sampel adalah

begonia (Begonia sp.), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), dan sutra bombay

(Portulaca sp.). Daftar penutup tanah beserta nilai frekuensi dari masing-masing

sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tanaman Merambat

Urutan tanaman merambat dengan frekuensi relatif lima teratas adalah

sirih belanda (Epipremnum sp.) menempati urutan pertama dari tanaman

merambat yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai

FR 49,15% dari keseluruhan spesies tanaman merambat yang ditemukan.

Keberadaannya sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua

dengan nilai FR sebesar 20,15% dan keberadaannya di 57,14% dari sekolah

sampel adalah anggrek (Dendrobium sp.). Selanjutnya sirih gading

(Raphidophora aurea) dengan nilai FR sebesar 12,99% dan keberadaanya 28,57%

dari sekolah sampel. Philodendron (Philodendron sp.) ada pada urutan berikutnya

dengan nilai FR sebesar 6,03% dengan keberadaannya 57,14% dari sampel

sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 4,52% dan keberadaannya 14,29% dari

Page 59: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

43

sekolah sampel adalah tanduk rusa (Platycerium bifurcatum). Daftar tanaman

merambat beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat

pada Lampiran 4.

Tanaman Air

Melati air (Echinodorus sp.) menempati urutan pertama dari tanaman air

yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 52,63%

dari keseluruhan spesies tanaman air yang ditemukan. Keberadaannya sebesar

28,57% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar

31,58% dan keberadaannya di 14,29% dari sekolah sampel adalah paku ekor kuda

(Equisetum hymale). Selanjutnya papyrus (Cyperus papyrus) dengan nilai FR

sebesar 10,53% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Apu-apu (Pistia

startiotes) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 5,26% dengan

keberadaannya 14,29% dari sampel sekolah. Daftar tanaman air beserta nilai

frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 5.

2.7. Desain Taman

Pada umunya sekolah memiliki desain formal pada tamannya. Kurang

lebih 61,86% taman pada halaman sekolah memiliki pola formal, hal ini dilihat

dari bentukan dan pola penanaman (Tabel 11). Pada halaman sekolah juga

ditemukan elemen-elemen keras (hardscape) bernilai estetik yang sengaja

diadakan untuk menunjang kegiatan outdoor siswa dan untuk menambah estetika

halaman sekolah (Tabel 12). Elemen keras yang dapat dilihat pada mayoritas

sekolah sampel antara lain podium upacara, bangku taman, tempat sampah, pot

gantung, pot duduk, serta wastafel outdoor. Sedangkan elemen keras lainnya yang

minoritas sekolah memilikinya antara lain kolam ikan, shelter, dan pergola.

Page 60: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

44

Tabel 11. Persentase Desain Taman

Sekolah Desain Taman (%)

Formal Informal

12 80 20

42 62 38

44 67 33

48 54 46

53 60 40

81 65 35

113 45 55

Rataan 61,86 38,14

Sumber: Survei, 2010

Tabel 12. Elemen Keras

Sekolah

Elemen Keras

Podium Bangku

Taman

Tempat

Sampah

Pot

Gantung Pot Duduk

12 X X X X

42 X X X X X

44 X X X X X

48 X X X X X

53 X X X X X

81 X X X X X

113 X X X X

Persentase 100% 71% 100% 100% 100%

Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada

2.8. Pemeliharaan

Pemeliharaan (maintanence) lingkungan sekolah dari sekolah yang diteliti

dilakukan oleh penjaga sekolah dan/atau tukang kebun khusus di bawah

koordinasi dari Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana (sapras)

sekolah masing-masing. Dalam pelaksanaannya didapati berbagai kendala dan

keterbatasan, diantaranya kurang pedulinya sekolah terhadap kebersihan dan

Page 61: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

45

kenyamanan lingkungan sekolah. Keterbatasan tenaga sumber daya manusia juga

menjadi kendala yang cukup berarti, karena pemeliharaan seluruh sekolah

dibebankan hanya pada beberapa user, dalam hal ini adalah penjaga sekolah atau

tukang kebun. Dibeberapa sekolah seorang penjaga sekolah atau tukang kebun

juga merangkap tugas membersihkan ruang kelas, kantor, dan ruang lainnya.

Kendala lain yang sering didapati adalah terbatasnya dana operasional untuk

kebersihan lingkungan sekolah. Hal yang tidak kalah penting adalah tingkat

partisipasi yang rendah dari user.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di sekolah sampel antara lain

menyapu lingkungan sekolah, menyiram tanaman sesekali diselingi dengan

memangkas, menyiangi, memupuk dan menyulam. Kegiatan yang rutin dilakukan

setiap hari di semua sekolah adalah menyiram tanaman, menyapu lingkungan

sekolah, dan membuang sampah. Penyiraman tanaman biasanya dilakukan pada

pagi dan/atau siang hari disetiap harinya, kecuali saat musim hujan.

Pada sekolah sampel didapati kegiatan rutin yang dilakukan pada 100%

sekolah sampel adalah menyapu lingkungan sekolah. Pada beberapa sekolah

penyapuan dilakukan sampai tiga kali dalam sehari, pagi sebelum siswa masuk,

siang setelah jam istirahat, dan sore setelah jam pulang siswa. Selain itu kegiatan

pemeliharaan yang juga dilakukan oleh semua sekolah sampel (100%) adalah

menyiram tanaman. Menyiram tanaman dilakukan setiap hari, dengan intensitas

1-2 kali dalam sehari, pada saat pagi dan sore hari. Namun pada saat musim

penghujan kegiatan menyiram tanaman ini disesuaikan. Membuang sampah juga

menjadi kegiatan rutin harian dari semua sekolah sampel (100%). Sampah hasil

dari kegiatan user di sekolah, baik sampah dari kegiatan belajar mengajar maupun

makan, setiap harinya dibuang ke tempat penampungan sampah sementara

terdekat oleh tukang kebun atau penjaga (Tabel 13).

Kegiatan memangkas tanaman dengan frekuensi bulanan terdapat pada

71,43% sekolah sampel, dan sisanya sejumlah 28,57% dilakukan secara insidentil.

Penyiangan tanaman dengan frekuensi mingguan dilakukan oleh 14,29%,

frekuensi bulanan 14,29%, dan sebanyak 71,43% melakukan secara insidentil.

Kegiatan pemupukan tanaman dilakukan oleh 42,86% sekolah dengan frekuensi

bulanan, dengan frekuensi semesteran 42,86%, dan sisanya 14,29% secara

Page 62: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

46

insidentil. Sedangkan untuk penyulaman tanaman dilakukan secara insidentil oleh

semua sekolah sampel (100%).

Tabel 13. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Sekolah Kegiatan Pemeliharaan

Persentase Sekolah dengan Frekuensi Pemeliharaan (%) Harian Mingguan Bulanan 6 bulanan Tahunan Insidentil

Penyapuan lingkungan sekolah 100 - - - - - Penyiraman tanaman 100 - - - - - Pembuangan sampah 100 - - - - - Pemangkasan tanaman - - 71,4 - - 28,6 Penyiangan tanaman - 14,3 14,3 - - 71,4 Pemupukan tanaman - - 42,8 42,8 - 14,3 Penyulaman tanaman - - - - - 100

Sumber: Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, 2010

2.9. Persepsi Pengguna Terhadap Lanskap Sekolah

Responden dari masing-masing sekolah sampel terdiri atas 25 siswa, mulai

dari siswa kelas X sampai dengan kelas XII, dan 5 guru bidang studi dan pegawai

lainnya. Jumlah keseluruhan responden dari tujuh sekolah sampel adalah 210

orang. Responden terbanyak adalah para siswa, sebanyak 175 orang dengan umur

berkisar antara 16 sampai 18 tahun. Sedangkan guru dan pegawai sebanyak 35

orang dengan umur berkisar antara 30-50 tahun. Jumlah responden laki-laki dan

perempuan dalam satu sekolah umumnya sebanding, dalam studi ini juga tidak

dilihat pengaruh perbedaan gender.

Tabel 14. Keberadaan RTH (taman)

Taman sekolah Jumlah Responden dari SMAN (%)

Rataan 12 42 44 48 53 81 113

Memiliki 100 100 100 100 100 100 100 100

Tidak memiliki 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 63: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

47

Tabel 14 menunjukkan 100% sekolah sampel memiliki Ruang Terbuka

Hijau (RTH) pada sekolahnya. Bentuk RTH dari sekolah sampel berupa taman,

hutan sekolah, maupun Tanaman Obat Keluarga (TOGA).

Tabel 15. Keberadaan Tanaman di Sekolah Jumlah Tanaman pada taman dan halaman sekolah

Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan

12 42 44 48 53 81 113

Cukup 20,0 80,0 20,0 43,3 60,0 53,3 76,7 50,5

Kurang 43,3 20,0 56,7 33,3 23,3 36,7 23,3 33,8

Sangat kurang 36,7 0,0 23,3 23,3 16,7 10,0 0,0 15,7

Tabel 15 menunjukkan 50,5% responden dari tujuh sekolah sampel,

menyatakan jumlah tanaman pada sekolah dirasa sudah cukup. Pernyataan ini

paling banyak (80%) terdapat pada SMAN 42 dan terendah (20%) pada SMAN 12

dan SMAN 44. Tetapi sebanyak 33,8% responden menyatakan bahwa tanaman

yang ada di sekolah dirasa kurang, hal ini terdapat paling banyak (56,7%) pada

SMAN 44 dan terendah (20%) pada SMAN 42. Sedangkan 15,7% responden

menyatakan jumlah tanaman pada sekolah sampel sangat kurang, hal ini terdapat

paling banyak (36,7%) pada SMAN 12 dan paling rendah (0%) pada SMAN 42

dan 113.

Tabel 16. Fasilitas outdoor yang ada Fasilitas dalam

proses belajar

Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan

12 42 44 48 53 81 113

Menunjang 26,7 50,0 43,3 60,0 33,3 36,7 20,0 38,6

Cukup menunjang 36,7 43,3 46,7 33,3 13,3 46,7 70,0 41,4

Kurang menunjang 36,7 6,7 10,0 6,7 43,3 16,7 10,0 18,6

Sangat kurang

menunjang 0,0 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 1,4

Tabel 16 menunjukkan terdapat 41,4% responden dari tujuh sekolah

sampel, menyatakan kondisi fasilitas outdoor telah cukup menunjang kegiatan,

Page 64: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

48

pernyataan ini paling banyak (70%) terdapat pada SMAN 113 dan terendah

(13,3%) terdapat pada SMAN 53.

Seperti yang dilihat pada Tabel 17, fasilitas yang perlu ditambah

berdasarkan jenisnya (sarana umum, sarana pendukung lingkungan, elemen

taman, dan sarana olahraga). Sarana umum yang menurut responden paling perlu

ditambah adalah tempat istirahat dan tempat cuci tangan/wastafel sebesar 7%.

Tempat istirahat dengan permintaan tertinggi (11,2%) terdapat pada SMAN 42

dan terendah (2,1%) terdapat pada SMAN 53. Tempat cuci tangan dengan

permintaan tertinggi (11,4%) terdapat pada SMAN 44 dan terendah (0%) terdapat

pada SMAN 113.

Sarana pendukung lingkungan yang menurut responden paling perlu

ditambah adalah papan nama tanaman, yaitu sebesar 10,6%. Dengan permintaan

tertinggi (12,5%) terdapat pada SMAN53 dan 81 sedangkan yang terendah

terdapat (7,1%) pada SMAN 113.

Elemen taman yang menurut responden paling perlu ditambah adalah

bangku taman, yaitu sebesar 5,7%. Dengan permintaan tertinggi (9,1%) terdapat

pada SMAN 113 dan terendah (3%) pada SMAN 44.

Sarana olahraga yang menurut responden paling perlu ditambah adalah

lapangan bulutangkis, yaitu sebesar 9,9%. Dengan permintaan tertinggi (18,2%)

terdapat pada SMAN 113 dan terendah (5,2%) terdapat pada SMAN 12.

Page 65: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

49

Tabel 17. Fasilitas yang perlu ditambah Fasilitas yang perlu ditambah

Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan 12 42 44 48 53 81 113

Sarana Umum Tempat istirahat 7,7 8,2 11,4 6,9 8,3 6,3 0,0 7,0 Kantin 4,5 7,1 5,3 5,0 3,1 3,6 3,0 4,5 Masjid/mushalla 3,9 0,0 3,0 2,0 0,0 0,0 5,1 2,0 Toilet 6,5 6,1 3,8 3,0 7,3 7,1 6,1 5,7 Area parkir 10,3 4,1 6,1 5,9 3,1 0,0 8,1 5,4 Tempat cuci tangan 7,7 11,2 6,1 2,0 2,1 10,7 9,1 7,0 Sarana Pendukung Lingkungan Tempat pengomposan 1,3 2,0 3,8 4,0 2,1 12,5 2,0 4,0 Temapat sampah 3,9 5,1 3,8 4,0 3,1 3,6 4,0 3,9 Rumah kaca 9,7 4,1 13,6 7,9 11,5 9,8 17,2 10,5 Apotek hidup 5,8 9,2 8,3 4,0 2,1 10,7 3,0 6,2 Papan nama tanaman 11,0 9,2 9,8 11,9 12,5 12,5 7,1 10,6 Elemen Taman Banagku taman 3,2 6,1 3,0 5,9 7,3 5,4 9,1 5,7 Lampu penerangan 2,6 7,1 4,5 4,0 8,3 1,8 4,0 4,6 Kolam hias 1,3 3,1 1,5 8,9 4,2 2,7 0,0 3,1 Air mancur 7,7 2,0 0,0 3,0 0,0 0,0 2,0 2,1 Sarana Olahraga Lapangan basket 7,1 3,1 2,3 3,0 0,0 7,1 0,0 3,2 Lapangan voly 0,0 0,0 3,0 5,0 0,0 0,0 0,0 1,1 Lapangan bulutangkis 5,2 8,2 6,8 8,9 16,7 5,4 18,2 9,9 Panjat tebing 0,6 4,1 3,8 5,0 8,3 0,9 2,0 3,5

Berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan, dan dapat dilihat pada Tabel

18, responden paling banyak menggunakan kendaraan sepeda motor untuk

berangkat ke sekolah (49,5%), dengan pengguna sepeda motor paling banyak ada

pada SMAN 113 sebanyak 73,3% dan paling sedikit ada pada SMAN 53

sebanyak 20%. Selanjutnya sebanyak 32,9% responden berangkat ke sekolah

dengan menggunakan kendaraan umum, dengan pengguna kendaraan umum

Page 66: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

50

paling banyak ada pada SMAN 12 sebanyak 50% dan paling sedikit ada pada

SMAN 42 sebanyak 23,3%. Berikutnya sebanyak 11% responden berangkat ke

sekolah dengan menggunakan mobil pribadi, dengan pengguna mobil paling

banyak ada pada SMAN 53 sebanyak 30% dan paling sedikit ada pada SMAN 12,

44, dan 113 sebanyak 0%. Selanjutnya sebanyak 5,2% responden berangkat ke

sekolah tanpa menggunakan kendaraan (berjalan kaki), dengan pejalan kaki paling

banyak ada pada SMAN 12 sebanyak 13,3% dan paling sedikit ada pada SMAN

42, 81, dan 113 sebanyak 0%. Selanjutnya sebanyak 1,4% responden berangkat ke

sekolah dengan menggunakan sepeda, dimana hanya ada satu sekolah saja yang

respondennya menggunakan sepeda, yaitu SMAN 48, sebesar 10%.

Dari responden yang menggunakan kendaraan ke sekolah, baik kendaraan

umum maupun pribadi, sebanyak 53,3% responden mengatakan bahwa lahan

parkir harus diperluas,terutama pada SMAN 12, kemudian tipe parkir perlu

diubah (19,5%) terutama pada SMAN 42 dan 44, selain itu lahan parkir juga perlu

diperbaiki karena sudah rusak (12,9%) terutama pada SMAN 48, 53, dan 81.

Sedangkan sebanyak 13,3% responden menyatakan bahwa lahan parkir sudah

nyaman,terutama pada SMAN 42, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 19.

Untuk perkerasan yang paling banyak dipilih responden adalah conblock

sebanyak 77,1% sebagai bahan perkerasan, terutama (90%) di SMAN 12 dan 42.

Aspalth berada pada posisi selanjutnya (14,3%), terutama di SMAN 48, 81, dan

113 sebesar 20%. Beton menjadi pilihan terakhir (8,6%) terutama di SMAN 113

sebesar 30% (Tabel 20).

Tabel 18. Alat transportasi yang digunakan

Alat transportasi

yang digunakan

Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan

12 42 44 48 53 81 113

Mobil 0,0 26,7 0,0 3,3 30,0 16,7 0,0 11,0

Motor 36,7 50,0 56,7 53,3 20,0 56,7 73,3 49,5

Sepeda 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 0,0 1,4

Kendaraan umum 50,0 23,3 36,7 26,7 40,0 26,7 26,7 32,9

Tidak

berkendaraan 13,3 0,0 6,7 6,7 10,0 0,0 0,0 5,2

Page 67: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

51

Tabel 19. Kondisi sarana parkir Kondisi sarana

parkir Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan

12 42 44 48 53 81 113 Perlu diperluas 80,0 23,3 56,7 63,3 60,0 13,3 76,7 53,3Diperbaiki karena rusak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 1,0Tipe parkir dirubah 13,3 26,7 26,7 20,0 13,3 33,3 3,3 19,5Sudah nyaman 0,0 43,3 3,3 0,0 10,0 36,7 0,0 13,3Perlu diperbaiki agar nyaman 6,7 6,7 13,3 16,7 16,7 16,7 13,3 12,9

Tabel 20. Bahan perkerasan pada taman sekolah Bahan perkerasan

pada taman sekolah Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan

12 42 44 48 53 81 113 Aspalt 6,7 10,0 13,3 20,0 10,0 20,0 20,0 14,3Conblock 90,0 90,0 83,3 76,7 80,0 70,0 50,0 77,1Beton 3,3 0,0 3,3 3,3 10,0 10,0 30,0 8,6Lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Umumnya kesan responden (41%) terhadap pola penghijauan sekolah

menyatakan pola penghijauan di sekolah kurang memberi kenyamanan, terutama

(60%) pada SMAN 113. Sekolah sampel yang dirasa pola penghijauannya telah

memberi kenyamanan adalah SMAN 42 seperti yang dinyatakan oleh 43,3%

respondennya, seperti dapat dilihat pada Tabel 21.

Kesan terhadap lanskap sekolah dibagi atas tiga aspek, kenyamanan,

keteduhan, dan ukuran. Umumnya (43,3%) responden mengatakan bahwa lanskap

sekolah mereka telah cukup nyaman. Kesan nyaman terhadap lanskap sekolah

paling banyak (56,6%) dirasa responden pada SMAN 42. Terasa kurang nyaman

paling banyak (33,3%) dirasa responden pada SMAN 12. Sedangkan untuk kesan

kenyamanan, umumnya (47,1%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah

mereka sedikit teduh. Kesan teduh terhadap lanskap sekolah paling banyak

(53,3%) dirasa responden pada SMAN 42. Terasa gersang/panas paling banyak

(36,7%) dirasa responden pada SMAN 12 dan 44. Selanjutnya untuk kesan

kelapangan, umumnya (35,7%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah

mereka sedikit lapang. Kesan lapang terhadap lanskap sekolah paling banyak

(56,7%) dirasa responden pada SMAN 113. Kesan sangat sempit paling banyak

Page 68: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

52

(23,3%) dirasa responden pada SMAN 12, seperti yang tercantum dalam Tabel

22.

Tabel 21. Pola penghijauan sekolah Pola

penghijauan Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan

12 42 44 48 53 81 113 Nyaman 13,3 43,3 16,7 13,3 23,3 23,3 20,0 21,9Cukup nyaman 43,3 36,7 36,7 40,0 43,3 40,0 20,0 37,1Kurang nyaman 43,3 20,0 46,7 46,7 33,3 36,7 60,0 41,0Belum nyaman 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Tabel 22. Kesan terhadap lanskap sekolah Kesan terhadap lanskap sekolah

Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan12 42 44 48 53 81 113

Aspek Kenyamanan Nyaman 26,7 56,7 16,7 40,0 43,3 36,7 40,0 37,1Cukup nyaman 40,0 30,0 53,3 46,7 50,0 43,3 40,0 43,3Kurang nyaman 33,3 13,3 30,0 13,3 6,7 20,0 20,0 19,5Tidak nyaman 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0Aspek Keteduhan Teduh 23,3 53,3 20,0 13,3 20,0 13,3 10,0 21,9Sedikit teduh 40,0 33,3 43,3 53,3 56,7 53,3 50,0 47,1Gersang/panas 36,7 13,3 36,7 33,3 23,3 30,0 33,3 29,5Sangat gersang 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 6,7 1,4Aspek Ukuran Lapang 0,0 46,7 26,7 23,3 33,3 16,7 56,7 29,0Sedikit lapang 0,0 43,3 26,7 30,0 53,3 53,3 43,3 35,7Sempit 76,7 10,0 46,7 46,7 13,3 30,0 0,0 31,9Sangat sempit 23,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3

Umumnya (83,3%) responden menyukai adanya pohon di sekolah mereka.

Ukuran pohon yang lebih disukai (40%) adalah pohon tinggi dengan ketinggian

lebih dari 7 meter. Jenis pohon yang disukai (54,8%) adalah pohon berbunga dan

daun berwarna hijau. Selain itu, sebanyak 38,6% responden suka dengan adanya

semak di sekolah mereka, dengan jenis yang berbunga indah disukai oleh banyak

responden (47,1%). Penanaman semak yang lebih disukai (54,8%) adalah

dipangkas teratur dan rapi. Untuk tanaman merambat, sebanyak 47,1% responden

menyukainya, dengan jenis kombinasi antara berbunga indah dan berdaun indah

(42,9%). Untuk tanaman rumput, sebanyak 77,6% responden menyukainya

Page 69: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

53

sebagai elemen lanskap sekolah dan penanaman pada sisi lapangan lebih disukai

(27,6%), seperti yang dapat dilihat pada Tabel 23.

Desain taman yang lebih disukai (45,7%) adalah formal. Bentuk

partisipasi dalam pemeliharaan umumnya (50,4%) dengan tidak melakukan

vandalisme atau merusaknya (Tabel 24).

Tabel 23. Ukuran pohon yang disukai Ukuran pohon

yang disukai

Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan

12 42 44 48 53 81 113

Pohon tinggi 40,0 46,7 33,3 40,0 43,3 36,7 40,0 40,0

Pohon sedang 46,7 36,7 43,3 43,3 33,3 40,0 30,0 39,0

Pohon pendek 13,3 16,7 23,3 16,7 23,3 23,3 30,0 21,0

Tabel 24. Bentuk partisipasi dalam pemeliharaan

Bentuk partisipasi dalam pemeliharaan

taman sekolah

Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan

12 42 44 48 53 81 113 Tidak merusak 52,8 32,6 51,4 62,9 51,5 40,0 61,8 50,4Terjun langsung memelihara 19,4 18,6 22,9 8,6 21,2 22,5 8,8 17,4Melarang orang untuk merusak 16,7 25,6 14,3 11,4 9,1 15,0 17,6 15,7Memberi sumbangan dana pemeliharaan 11,1 23,3 11,4 17,1 18,2 22,5 11,8 16,5

3. Rekomendasi

3.1. Pemanfaatan Edukatif

Proses belajar mengajar di dalam suatu tapak sekolah sebaiknya dapat dilakukan

di dalam maupun di luar ruang kelas. Demi mencapai tujuan tersebut maka

vegetasi yang digunakan di dalam tapak adalah tanaman yang dapat memberikan

kontribusi dalam proses tersebut. Vegetasi yang dimaksud antara lain tanaman

Hibiscus rosasinensis (kembang sepatu) yang sering digunakan untuk

menerangkan organ reproduksi pada tanaman, berbagai tanaman rambat untuk

menjelaskan mengenai pergerakan tanaman, beberapa jenis tanaman air, berbagai

tanaman produksi, dan lain-lain (Tasyara, 2008).

Page 70: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

54

Pada sekolah sampel terdapat 121 spesies tanaman, baik pohon, semak,

penutup tanah, tanaman merambat, maupun tanaman air, dengan jumlah masing-

masing 74 spesies pohon, 63 spesies semak, 28 spesies tanaman penutup tanah, 11

spesies tanaman merambat, dan 4 spesies tanaman air. Dilihat dari jumlah spesies

yang ada dari sekolah sampel, maka keberadaan dari vegetasi merupakan sebuah

potensi untuk membantu pemahaman siswa dalam pelajaran tertentu yang

berkaitan dengan vegetasi atau lingkungan.

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Sekolah Menengah Atas

Negeri (SMAN) khususnya di Jakarta sebagai media/sarana edukatif dirasa sangat

kurang. Hal ini bisa dilihat dari muatan lokal (mulok) yang ada pada tujuh sekolah

sampel yang ada, hanya dua di antaranya yang bermuatan lokal Pendidikan

Lingkungan Hidup, yaitu SMAN 48 dan SMAN 12. Setiap SMAN di Jakarta

memang diwajibkan memiliki mulok, tetapi mata pelajaran mulok tersebut

disesuaikan dengan program sekolahnya masing-masing. Untuk itu, pemanfaatan

RTH pada SMAN di Jakarta harus terintegrasi dengan mata ajaran yang ada.

Dalam Tabel 25 dapat dilihat contoh peranan RTH dalam membantu

proses pemahaman siswa dalam mata ajar tertentu yang terintegrasi dengan

Pendidikan Lingkungan Hidup berdasarkan garis-garis besar isi materi (GBIM)

tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tema manusia dan lingkungannya.

Page 71: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

55

Tabel 25. Peranan RTH berdasarkan GBIM tingkat SMA bertema manusia dan lingkungan

No GBIM Kompetensi Dasar

Tingkat Pendidikan/ Tingkatan

Umur

Integrasi Materi Ajar pada

Pendidikan Formal

Peranan RTH

1. Hubungan manusia dan lingkungan hidup

1. Menjelaskan pengertian hubungan manusia dan lingkungan hidup

2. Menjelaskan etika manusia dengan lingkungan (tanggung jawab manusia dengan memelihara ciptaan Tuhan yang lain)

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dengan sosiologi, materi hubungan masyarakat dan lingkungan

Outdoor class dan alat bantu ajar

3. Lingkungan fisik dan perubahan ekosistem

3. Menjelaskan ekosistem perairan dan daratan dan jenis-jenis lingkungan fisik yang ada di dalamnya

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dengan Biologi, materi hubungan antara ekosistem , perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem

Outdoor class dan alat bantu ajar

4. Dampak perubahan ekosistem

4. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem daratan dan dampaknya

5. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem perairan dan dampaknya

6. Menjelaskan dampak negatif perubahan tata ruang terhadap ekosistem

Kelas X (15-16 tahun)

s.d.a Outdoor class dan alat bantu ajar

5. Lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan

7. Menjelaskan pengertian pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

8. Menjelaskan peran masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (masyarakat, institusi pendidikan, industri, dll)

9. Kearifan budaya dalam memelihara lingkungan

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dengan Geografi, materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan

Outdoor class dan alat bantu ajar

Page 72: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

56

Dalam satu minggu terdapat lima hari efektif kegiatan belajar mengajar

(KBM). Dimana setiap siswa dan guru melakukan KBM hanya di dalam ruangan,

baik ruang kelas maupun ruang laboratorium. Keberadaan RTH sebagai tempat

belajar outdoor sangat diperlukan untuk mengurangi rasa bosan baik dari murid

maupun guru dalam melakukan KBM.

Perbedaan mendasar antara ruang kelas dan RTH dalam mengakomodasi

para siswa untuk tempat belajar adalah suasana. Suasana yang ditimbulkan dari

ruang kelas sangat tertutup dan formal, membuat para siswa cenderung lebih cepat

jenuh, bosan, dan susah menyerap pelajaran yg diberikan. Sedangkan pada RTH

terkesan terbuka dan informal, membuat siswa excited, memberi suasana baru.

Menurut Sari (2006), luasan ruang terbangun (RB) yang ideal bagi sebuah

SMA adalah sebesar 40%, sedangkan luasan ruang terbuka (RT) sebesar 60% dari

luasan total tanah yang ada. Dengan komposisi ruang terbuka terbangun (RTB)

maksimal sebesar 37% dan ruang terbuka hijau (RTH) minimal sebesar 23%.

Selain itu, koefisien dasar bangunan maksimal 40%. Berikut adalah luasan RB,

RTB, dan RTH yang ada pada sekolah sampel dan seharusnya ada pada sekolah

sampel.

Tabel 26. Luas RB, RTH, dan RTB yang seharusnya

Sekolah Luas

Ruang Terbangun (m2)

Ruang Terbuka Hijau (m2)

Ruang Terbuka Terbangun

(m2)

Eksisting Seharusnya (maks 40%) Eksisting Seharusnya

(min 23%) Eksisting Seharusnya (maks 37%)

SMAN 12 2351 1750 940 96 541 505 870 SMAN 42 9250 3597 3700 3629 2128 2024 3423 SMAN 44 6648 4500 2659 380 1529 1768 2460 SMAN 48 5703 3124 2281 827 1312 1752 2110 SMAN 53 7684 3250 3074 2150 1767 2284 2843 SMAN 81 8460 3302 3384 2221 1946 2937 3130 SMAN 113 15354 3932 6142 8206 3531 3216 5681

Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa sekolah yang memiliki luasan RB yang

ideal dimilki oleh SMAN 42, 81, dan 113. Sedangkan SMAN 12, 44, 48, dan 53

memiliki RB yang lebih besar dari 40%. Untuk RTH yang ideal dimiliki oleh

SMAN 42, 53, dan 113. Sedangkan untuk RTB semua sekolah telah memiliki

RTB yang ideal.

Page 73: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

57

Dengan asumsi kebutuhan manusia untuk dapat belajar di RTH sekolah

sama dengan gathering di dalam sekolah sebesar 4 m2/orang (Sebayang, 1996),

maka dapat dihitung berapa daya dukung maksimal yang dapat ditampung di

dalam RTH sekolah sampel untuk melakukan kegiatan outdoor class. Menurut

Boulon (1992) dalam Nurisjah (2003), menyatakan bahwa secara umum rumus

yang diajukan adalah sebagai berikut:

DD = SA

Dimana,

DD = Daya dukung

A = Luas area (m2)

S = Standar rata-rata individu (orang/m2)

Dengan menggunakan rumus di atas, maka didapat daya dukung dari

masing-masing sekolah sampel (tabel 27). Dari penghitungan dengan rumus di

atas, hanya SMAN 12 yang daya dukung RTH nya tidak cukup untuk menampung

jumlah siswa dalam satu kelas (rata-rata siswa dalam satu kelas 30-40 siswa).

Namun, kegiatan outdoor class masih bisa disiasati dengan menggunakan RTB

yang ada.

Tabel 27. Daya dukung RTH untuk belajar per sekolah

Sekolah Ruang Terbuka Hijau (m2)

Daya Dukung (orang)

SMAN 12 96 24 SMAN 42 3629 907 SMAN 44 380 95 SMAN 48 827 207 SMAN 53 2150 538 SMAN 81 2221 555 SMAN 113 8206 2052 Rataan 2501 625

3.2. Ameliorasi Iklim Mikro

Laurie (1986) dalam Mulgiati (2010) mengatakan standar kelembaban

bagi kenyamanan manusia dalam beraktifitas berkisar antara 40% - 75%. Pada

daerah tropis, kondisi kenyamanan dirasakan manusia bila berada pada suhu 27°C

- 28°C.

Page 74: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

58

Menurut Munandar (2010) pada umumnya daerah yang bervegetasi yang

tumbuh baik mampu menekan suhu rata-rata tahunan sebesar 1°C hingga 2°C.

Fluktuasi suhu harian di daerah yang bervegetasi yang sangat rapat akan jauh

lebih kecil jika dibandingkan dengan daerah terbuka. Tajuk vegetasi yang rapat

akan menahan atau bahkan menurunkan efek peningkatan radiasi matahari dan

menahan turunnya suhu minimum pada malam hari. Menurut Griffits (1976)

dalam Munandar (2010) pada musim panas, suhu di bawah tegakkan vegetasi

akan lebih rendah dibandingkan daerah terbuka, sebab tajuk pohon mempunyai

kemampuan menyerap sebagian besar radiasi matahari.

Relatife Humidity (RH) rata-rata pada ketujuh sekolah sampel sebesar

54,24% dengan RH paling rendah ada pada SMAN 113 pada saat siang hari di

lapangan, yaitu sebesar 32% dan paling tinggi ada pada SMAN 42 pada saat pagi

hari di bawah naungan pohon,yaitu sebesar 73%. Sedangkan suhu rata-rata pada

ketujuh sekolah sampel sebesar 32,19°C dengan suhu paling rendah ada pada

SMAN 42 pada saat pagi hari di bawah naungan pohon dan SMAN 53 pada saat

pagi hari di lapangan dan di bawah naungan pohon yaitu sebesar 27°C, suhu

tertinggi ada pada SMAN 42, SMAN 53, dan SMAN 113 pada saat siang hari di

lapangan sebesar 41°C.

Temperature Humidity Index (THI) adalah indeks yang menunjukkan

tingkat kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai suhu dan

kelembaban udara relatif. Dalam studi ini sampel suhu di ambil pada waktu pagi,

siang, dan sore hari, masing-masing di tiga tempat berbeda, di bawah naungan

pohon, di lapangan (tanpa naungan) dan di dalam ruang kelas. Dengan

menggunakan THI dapat diketahui kenyamanan dari sekolah sampel, bila nilai

THI lebih dari 27 maka dikatakan tidak nyaman. Menurut Fandeli (2009) THI

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

THI = 0,8T + 500

* TRH

THI = Temperature Humidity Index

T = Suhu udara rata-rata (°C)

RH = Relative Humidity rata-rata (%)

Page 75: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

59

Nilai rata-rata suhu udara (T) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

T = ( )4

2 TsoreTsiangTpagix ++

Sedangkan nilai rata-rata kelembaban relatif (RH) harian dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

RH = ( )3

RHsoreRHsiangRHpagi ++

Dengan menggunakan perhitungan rumus di atas, dapat diketahui bahwa

Termal Humidity Index rata-rata dari keseluruhan sekolah sampel sedikit di atas

batas kenyamanan, yaitu sebesar 28,4. Namun jika dilihat berdasarkan perbedaan

tempatnya, di bawah naungan pohon, di lapangan (tanpa naungan), dan di dalam

kelas, maka terlihat ada perbedaan yang cukup nyata. Nilai THI pada lapangan

lebih besar dari pada di bawah naungan pohon dan di dalam ruangan, artinya

adanya vegetasi yang memberikan naungan (RTH) secara signifikan dapat

meningkatkan kenyamanan dalam suatu kawasan dengan menurunkan nilai THI

1-2 point (Tabel 28).

Page 76: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

Sekolah Tempat Suhu (°C) Kelembaban (%)

THI Pagi Siang Sore Rataan Pagi Siang Sore Rataan

SMAN 12

Ruangan 28 31 30 29,3 70 48 52 56,7 26,7 Lapangan 29 36 32 31,5 68 41 50 53,0 28,5 Naungan Pohon 28 32 31 29,8 71 52 54 59,0 27,3

SMAN 42

Ruangan 28 32 30 29,5 71 52 54 59,0 27,1 Lapangan 28 41 35 33,0 68 42 51 53,7 29,9 Naungan Pohon 27 33 31 29,5 73 56 57 62,0 27,3

SMAN 44

Ruangan 29 37 32 31,8 62 45 50 52,3 28,7 Lapangan 29 40 34 33,0 61 43 49 51,0 29,8 Naungan Pohon 28 36 32 31,0 64 47 54 55,0 28,2

SMAN 48

Ruangan 29 33 30 30,3 60 45 53 52,7 27,4 Lapangan 30 39 33 33,0 59 41 45 48,3 29,6 Naungan Pohon 29 35 31 31,0 64 49 52 55,0 28,2

SMAN 53

Ruangan 28 37 31 31,0 72 45 52 56,3 28,3 Lapangan 27 41 36 32,8 70 44 47 53,7 29,7 Naungan Pohon 27 36 31 30,3 73 47 53 57,7 27,7

SMAN 81

Ruangan 28 33 30 29,8 61 45 54 53,3 27,0 Lapangan 29 39 34 32,8 59 40 49 49,3 29,4 Naungan Pohon 28 36 30 30,5 63 47 55 55,0 27,8

SMAN 113

Ruangan 30 33 30 30,8 64 40 53 52,3 27,8 Lapangan 31 41 36 34,8 57 32 49 46,0 31,0 Naungan Pohon 29 37 32 31,8 67 50 56 57,7 29,1

Rataan 28,5 36,1 32,0 31,3 65,6 45,3 51,9 54,2 28,4

Tabel 28. Daftar Suhu, Kelembabab dan THI

60

Page 77: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

61

3.3. Konsep Tata Hijau

Dari ketujuh sekolah yang diteliti SMAN 42 Jakarta memiliki lanskap

sekolah yang paling ideal. Dengan daerah sekitar sekolah yang dikelilingi oleh

Komplek Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma yang banyak memiliki Ruang

Terbuka Hijau menjadikan lingkungan di dalam sekolah memiliki tingkat

kenyamanan yang cukup untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Data hasil

pengukuran THI juga menunjukkan indeks kenyamanan termal pada lingkungan

SMAN 42 Jakarta menunjukkan angka 27,1 yang berarti tingkat kenyamanan

masuk dalam kategori nyaman.

Penggunaan ruang pada SMAN 42 Jakarta juga telah sesuai dengan

peraturan Dinas Pekerjaan Umum yang mensyaratkan penggunaan Ruang

Terbangun (RB) dan Ruang Terbuka (RB) sebesar 40% dan 60%. Secara spesifik

penggunaan ruang pada SMAN 42 Jakarta adalah RB 3.597 m2 (38,9%), RTB

2.024 m2 (21,9%), RTH 3.629 m2 (39,2%), dengan Koefisien Dasar Bangunan

(KDB) 38,9%. Dengan penggunaan ruang tersebut, SMAN 42 Jakarta mampu

meningkatkan nilai indeks kenyamanan (THI) hingga batas nyaman untuk

melakukan kegiatan belajar mengajar.

Tata letak sekolah pada SMAN 42 juga memiliki andil yang cukup besar

dalam meningkatkan nilai indeks kenyamanan (THI). Tata letak yang menyerupai

huruf U dengan lapangan sebagai pusatnya memberikan kesan luas pada

lingkungan sekolah. Penanaman pohon penanung pada sisi lapangan memberikan

kenyamanan bagi siswa yang sedang belajar di dalam kelas ataupun yang sedang

berolah raga di lapangan karena bayangan dari pohon penaung mampu menghalau

panas yang berlebih dari matahari. Pada SMAN 42 Jakarta juga terdapat hutan

sekolah yang ditanami pohon tinggi yang berfungsi sebagai penaung. Keberadaan

hutan sekolah ini selain mampu meningkatkan nilai indeks kenyamanan (THI)

juga dapat menjadi sarana/media edukatif yang baik bagi para siswa.

Dengan tingginya tingkat kenyamanan maka model sekolah yang ideal

untuk Jakarta Timur adalah SMAN 42 Jakarta. Dengan pembagian fungsi dan

presentase luas ruang beserta aktivitas dan fasilitasnya dapat dilihat pada Tabel

dan konsep ruang dapat dilihat pada Gambar.

Page 78: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

62

Gambar 20. Konsep Pembagian Ruang dalam sekolah

Page 79: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

Tabel 29. Pembagian Ruang, Alokasi ruang, Aktifitas dan Fasilitas Pembagian Ruang Fungsi Ruang Alokasi Ruang

(%) Aktifitas Fasilitas

Ruang Terbangun (RB)

Edukatif 27 Belajar, diskusi Ruang kelas, ruang guru, kantor kepala sekolah

Peribadatan 7 Beribadah, wudhu, diskusi, duduk-duduk

Mushalla, tempat wudhu

Kesiswaan 5 Diskusi, ajang kreatifitas Ruang serba guna, papan pengumuman

Penerima 1 Datang dan pergi, menjaga keamanan

Gerbang, pos keamanan, meja piket, identitas sekolah

Ruang Terbuka Terbangun (RTB)

Sirkulasi-parkir 10 Berjalan, berkendaraan, memarkir

Parkir, jalan setapak, pergola

Rekreasi-lapangan 27 Berolahraga, upacara, latihan ekskul

Lapangan olahraga dan upacara

Ruang Terbuka Hujau (RTH)

Penyangga 13 Pasif, viewing, belajar Arboretum, tembok, parit Rekreasi 9 Makan, minum, duduk-duduk,

viewing, menonton pertandingan olahraga, belajar

Taman, bangku taman

Penerima 1 Pasif Taman

63

Page 80: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

21

64

Entrance

Page 81: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Penggunaan ruang di tujuh sekolah sampel secara umum dapat dikatakan

telah sesuai dengan peraturan yang ada. Komposisi ruang terbangun (RB) lebih

kecil jika dibandingkan dengan ruang terbuka (RT). Namun, di beberapa sekolah

sampel komposisi antara RB dan RT belum memenuhi standar, yaitu 40% untuk

RB dan 60% untuk RT.

Pada sekolah sampel dijumpai sekitar 15-37 spesies pohon di setiap

sekolah sampel, dan terindikasi sekitar 75 spesies. Masing-masing sekolah

memiliki semak 4-48 spesies, dan terindikasi sekitar 63 spesies. Masing-masing

sekolah memiliki tanaman penutup tanah (groundcover) 6-13 spesies, dan

terindikasi sekitar 28 spesies. Masing-masing sekolah memiliki tanaman

merambat mulai dari 1-6 spesies, dan terindikasi sekitar 11 spesies. Tanaman air

hanya dimiliki oleh tiga sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki

tanaman air 1-3 spesies, dan terindikasi sekitar 4 spesies.

Kenyamanan pada lingkungan sekolah dipengaruhi oleh lingkungan

sekitar sekolah, penggunaan ruang, penggunaan jenis tanaman dan

pemeliharaannya. Sekolah yang lingkungan sekitarnya masih banyak RTH akan

memiliki nilai kenyamanan yang lebih tinggi, begitu juga dengan penggunaan

ruangnya. Pemilihan tanaman dari jenis pohon dan pemeliharan yang dilakukan

secara baik juga dapat meningkatkan nilai kenyamanan. Nilai kenyamanan pada

sekolah yag tinggi di ruang terbuka dapat menunjang kegiatan outdoor edukatif.

2. Saran

Untuk memaksimalkan manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) sebaiknya desain penanaman vegetasi

pada sekolah diperhatikan dan bila memungkinkan ditata kembali. Luasan RTH

disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, minimal dapat menampung siswa

dengan jumlah 30-40 orang, hal ini agar RTH dapat berfungsi maksimal sebagai

outdoor class. Untuk meningkatkan kenyamanan, hendaknya ditanam tanaman

pohon untuk ameliorasi iklim mikro.

Page 82: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

DAFTAR PUSTAKA

Carpenter, P.L., T.D. Walker and F.O. Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. WH Freeman and Company. New York.

Eckbo, G. 1964. Urban Lanskap Design. McGraw-Hill Book, New York.

Fandeli, C. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Gajahmada University Press. Jogjakarta.

Hasbullah. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Edisi Revisi. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Heath, T. F. 1988. Behavioral and Perceptual Aspects of The Aesthetics of Urban Environtments. In J. L. Nasar. (ed.). Environmental Aesthetics. Cambridge University Press. New York.

Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988

Laurie, M. 1975. An Intruduction To Landscape Architecture. American Elsevier Publishing Co. Ltd. New York.

Lestari, G. dan Kencana I. P. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mulgiati, U. Dkk. 2010.Pengaruh Penutupan Vegetasi Terhadap Kenyamanan Kota. [Prosiding]. IALI. Bogor.

Munandar, A. Dkk. 2010. Pengembangan Metode Penilaian Elemen Keindahan Lanskap Berbasis Landform dan Landcover untuk Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan. [Prosiding]. IALI. Bogor.

Nasar, J. L. 1988. Environmental Aesthetics. Cambridge University Press. New York.

Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 2003. Daya Dukung Dalam Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York.

Simonds, J.O. dan Barry W. Starke. 2006. Landscape Architecture: A Manual of Environment Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New York.

Page 83: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

67

Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Sari, P. 2003. Evaluasi Lanskap Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN), Jakarta Utara. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sebayang, SK. 1996. Rencana Lanskap Kawasan Leisure Core Untuk Rekreasi Pantai. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Supaparno, A. Suhaenah. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Depdiknas. Jakarta.

Titidarmila, Nurhasanah. 1999. Evaluasi Taman Bermain pada Taman Kanak-Kanak di Kota Bogor. [Karya Ilmiah].. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan)

Page 84: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

LAMPIRAN

Page 85: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

Lampiran 1. Daftar Tanaman Pohon Pada 7 Sekolah Sampel

Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR

(%)

Jumlah Keberadaan

(%) 12 42 44 48 53 81 113

Acacia auriculiformis Akasia - - - - - - 0,11 0,11 14,29

Acras zapota Sawo 0,22 - - 0,22 - - - 0,43 28,57

Araucaria heterophyla cemara norflok 0,43 - - - - - - 0,43 14,29

Areca catecu Pinang - - - - - 0,11 0,33 0,43 28,57

Arthocarpus integra Nangka 0,11 - - - - - 0,43 0,54 28,57

Artocarpus communis Sukun - - 0,22 - - - - 0,22 14,29

Arundinaria pumila Bambu - - - - - 0,98 0,22 1,19 28,57

Averrhoa bilimbi belimbing wuluh - - - - - 0,11 0,87 0,98 28,57

Averrhoa pentandra Belimbing - - - 0,11 - 0,11 0,76 0,98 42,86

Baringtonia asiatica butun - - - 0,11 - - - 0,11 14,29

Bauhinia purpurea kupu-kupu - - - - 0,11 - 0,76 0,87 28,57

Brucea javanica buah makasar - - - 0,11 - - - 0,11 14,29

Caesalpinia pulcherrima bunga merak - - - - - - 0,11 0,11 14,29

Cananga odorata kenanga - 0,11 - 0,11 - - - 0,22 28,57

Carica papaya pepaya - - - - 0,43 0,11 1,08 1,63 42,86

Casuarina equisetifolia cemara angin - 0,87 - - 0,11 - - 0,98 28,57 69

Page 86: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

70

Ceiba pentandra kapuk - - - - - - 0,11 0,11 14,29

Cerbera manghas bintaro - 0,11 - - 0,54 - 0,11 0,76 42,86

Cinnamomun burmanii kayu manis - - - 0,11 - - - 0,11 14,29

Citrus sp. jeruk - 0,22 0,22 - 0,11 - - 0,54 42,86

Cocos nucifera kelapa - - - - - - 0,11 0,11 14,29

Cupresus sampervirens cemara lilin - - - - 0,11 - - 0,11 14,29

Cupsresus papuana cemara gembel - 0,76 - - - 0,11 - 0,87 28,57

Cycas revoluta cikas - - - - - 0,11 - 0,11 14,29

Cyrtostachis renda palem merah 0,22 0,54 - - - 0,33 - 1,08 42,86

Diospyros celebica bisbul - 0,33 - - - - - 0,33 14,29

Erythrina cristagali dadap merah - - - - 0,65 - - 0,65 14,29

Eugenia aquea jambu air 0,11 - 0,76 - - 0,11 1,73 2,71 57,14

Ficus benjamina beringin 0,11 0,11 0,11 - 0,33 0,22 0,33 1,19 85,71

Ficus benjamina var.

varigata beringin variegata - 0,76 - - - - - 0,76 14,29

Ficus elastica beringin karet - - - 0,11 0,11 - 0,11 0,33 42,86

Ficus lyrata biola cantik 0,22 0,54 - - - 0,33 0,76 1,84 57,14

Guazuma ulmifolia jati belanda - - 0,11 0,11 - 0,11 - 0,33 42,86

Jathropa pandurifolia batavia - - - 0,22 - - 0,98 1,19 28,57 70

Page 87: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

71

Jathropa podakrica jarak - - - - 0,11 - - 0,11 14,29

Juniperus cinensis cemara jupiter - 0,76 - - 0,11 - - 0,87 28,57

Leucaena leucocephala petai cina - - - - - - 0,65 0,65 14,29

Mangifera indica mangga 0,80 0,26 0,91 0,15 0,15 0,80 3,83 6,90 100,00

Manilkara kauki sawo kecik - - - - - 0,11 1,19 1,30 28,57

Mascarena lagenicaulis palem botol 0,33 0,65 - 0,22 - 0,11 0,11 1,41 71,43

Mimusoph elengi tanjung - - - - - 2,60 - 2,60 14,29

Morinda citrifolia mengkudu - 0,11 1,19 - 0,22 0,11 0,22 1,84 71,43

Muntingia calabura kersen - - 0,76 0,11 0,11 - - 0,98 42,86

Murayya paniculata kemuning - 0,65 - - - - - 0,65 14,29

Nephelium lappaceum rambutan - - 0,22 - - 0,11 0,65 0,98 42,86

Nephelium longanum klengkeng - - - 0,11 - - - 0,11 14,29

Paraserianthes falcataria sengon - - 0,22 - - - - 0,22 14,29

Phoenix roebelenii phoenix - - - - 1,63 - 0,11 1,73 28,57

Phyllantus acidus cerme - - 0,11 - - - - 0,11 14,29

Plumeria rubra kamboja - 1,08 - - 0,33 - 0,76 2,17 42,86

Polyalthia fragrans glodogan bulat - - 1,63 - - 0,11 0,22 1,95 42,86

Polyalthia longifolia glodogan tiang 1,58 3,64 - 1,47 5,37 - 2,67 14,73 71,43

Pometia pinnata matoa - - - - - - 0,22 0,22 14,29 71

Page 88: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

72

Psidium guajava jambu biji - - 0,22 - 0,11 0,11 - 0,43 42,86

Pterocarpus indicus angsana 0,11 - - - - - 2,49 2,60 28,57

Ptycosperma macarturii palem ijo - - - - - 0,11 0,11 14,29

Ravenala madagascariensis pisang kipas - - - - - 0,22 - 0,22 14,29

Roystonea regia palem raja 0,48 - 1,02 0,15 1,13 3,51 0,80 7,08 85,71

Salix babilonica janda merana - 0,87 - - - - - 0,87 14,29

Samanea saman ki hujan - - - - 0,87 - - 0,87 14,29

Switenia mahogani mahoni - 0,11 - - - - - 0,11 14,29

Syzygium cumini jamblang - - - - - 0,11 - 0,11 14,29

Syzygium jambos jambu mawar - - - - - 0,11 - 0,11 14,29

Syzygium oleana pucuk merah 1,16 - - 0,83 - 0,62 3,33 5,94 57,14

Syzygium polyanthum pohon salam - - - - - 0,43 - 0,43 14,29

Tabebuia sp. tabebuiya - - - - 0,43 - - 0,43 14,29

Tamarindus indica asem - - - - - 0,11 - 0,11 14,29

Tectona grandis jati - 3,65 - - 0,62 - - 4,27 28,57

Terminalia catapa ketapang - - - - 0,87 - 0,11 0,98 28,57

Theobroma cacao coklat - - - 0,33 - - - 0,33 14,29

Thevetia peruviana ginje - 0,11 - - - - - 0,11 14,29

Thuja orientalis cemara kipas 0,54 0,33 - - - - 1,73 2,60 42,86 72

Page 89: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

73

Veitchiia merilii palem putri 0,57 4,79 - - 0,14 0,46 - 5,96 57,14

Wodyetia bifurcata palem ekor tupai - 0,73 - 1,70 1,48 - 0,51 4,42 57,14

73

Page 90: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

74

Lampiran 2. Daftar Tanaman Semak/Perdu Pada 7 Sekolah Sampel

Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR

(%)

Jumlah Keberadaan

(%) 12 42 44 48 53 81 113

Acalipha macrophyla teh tehan 0,33 7,85 0,37 0,55 - 0,63 2,69 12,42 85,71

Adenium sp. adenium 1,29 2,87 - - - 0,59 1,84 6,60 57,14

Aerva sanguinolenta bayam merah - - - - 2,58 - 0,37 2,95 28,57

Alpinia purpurata lengkuas merah - - - 0,04 - - - 0,04 14,29

Andrographis paniculata sambiloto - 0,18 - - - - - 0,18 14,29

Anthurium crystalinum kuping gajah - 0,85 - 0,15 - 0,44 0,37 1,81 57,14

Anthurium sp. anthurium - 0,18 - 0,29 - - - 0,48 28,57

Arundinaria pumila bambu jepang - - - - 0,74 - 0,04 0,77 28,57

Basella rubra gendola merah - 0,04 - - - - - 0,04 14,29

Belamcanda chinensis brojo lintang - 3,68 - - - - - 3,68 14,29

Bougenvillea sp. bougenville 0,52 0,18 - 0,22 2,36 1,33 1,55 6,15 85,71

Canna sp. kana - - - - - - 0,22 0,22 14,29

Capsicum anuum cabe - 0,44 - - - 0,04 - 0,48 28,57

Citrus amblycarpa jeruk limau - - - - - - 0,22 0,22 14,29

Clerodendrum paniculatum bunga pagoda - 0,04 - - - - - 0,04 14,29

Codiaeum sp. puring - 1,77 - 0,66 0,18 - 1,88 4,50 57,14 74

Page 91: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

75

Colocasia gigantea talas - 0,04 - - 0,22 - 0,52 0,77 42,86

Cordyline sp. hanjuang 0,33 0,18 - 0,22 0,29 0,48 0,18 1,69 85,71

Costus sp. pacing - - - 0,04 - - - 0,04 14,29

Crinum sp bakung - - - - - 0,07 0,07 14,29

Crysalidocarpus lutescense palem kuning 0,33 0,55 - - 0,29 1,18 0,26 2,62 71,43

Curcuma domestica kunyit - 0,22 - - - - - 0,22 14,29

Curcuma xanthorriza temulawak - 0,22 - - - - - 0,22 14,29

Diffenbachia sp difenbachia 0,11 1,62 - - 2,06 1,18 0,33 5,31 71,43

Dracaena reflexa variegata dracaena variegata - 4,05 - - 0,92 - - 4,97 28,57

Dracaena sp. dracaena 0,74 0,55 - 0,85 5,78 0,59 1,14 9,65 85,71

Dracaena surculosa dracaena bambu - 0,37 - 0,41 0,15 0,33 - 1,25 57,14

Duranta repens pangkas kuning 0,07 - 0,29 - 0,22 - - 0,59 42,86

Euodia suaviolens zodia - - - 0,22 - - - 0,22 14,29

Euphorbia milii euphorbia 0,66 0,63 - 0,48 0,07 0,11 0,11 2,06 85,71

Euphorbia tirucali tulang-tulangan - 0,11 - - 0,52 0,04 - 0,66 42,86

Gardenia jasminoides kaca piring - - - 0,04 - - - 0,04 14,29

Gomphrena globosa bunga kancing - - - - - - 0,04 0,04 14,29

Heliconia sp heliconia 0,04 1,84 0,37 0,37 0,44 - 0,26 3,32 85,71

Hibiscus rosasinensis kembang sepatu - - 0,07 - 0,04 - 1,03 1,14 42,86 75

Page 92: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

76

Hibiscus sabdariffa rosela - 0,37 - - - - - 0,37 14,29

Hymenocallis speciosa spider lili - 2,62 - - 0,07 - - 2,69 28,57

Impatiens sp pacar air - - - - - - 0,63 0,63 14,29

Ixora sp. soka 0,55 2,76 - 0,11 4,72 1,11 0,70 9,95 85,71

Jasminum sambac melati - 0,59 - - - - - 0,59 14,29

Jathropa pandurifolia batavia - 0,15 - - 0,29 - - 0,44 28,57

Jathropa podagrica jarak hias - - - - - - 0,11 0,11 14,29

Manihot utilisma singkong - - - - - - 2,28 2,28 14,29

Murayya paniculata kemuning - - - - - - 0,04 0,04 14,29

Musaenda sp. nusa indah - 0,07 - - - - - 0,07 14,29

Neomarica longifolia irish - - - - - 0,07 0,07 0,15 28,57

Notopanax scutelarium daun mangkokan - 0,04 0,07 0,04 - 0,07 - 0,22 57,14

Ortosipon aristatus kumis kucing - 0,07 - - - - - 0,07 14,29

Pachystachys lutea lolipop - - - - 0,26 0,22 - 0,48 28,57

Pandanus pygmaeus pandan - - - - 0,26 0,04 0,37 0,66 42,86

Phaleria macrocarpa mahkota dewa - - - 0,07 - 0,04 0,15 0,26 42,86

Pleomele angustifolia suji - 0,11 - 0,04 - - - 0,15 28,57

Rhapis exelsa palem wregu 0,04 - - 0,15 0,04 1,25 0,04 1,51 71,43

Saccarhum officinarum tebu 0,04 - - - - - - 0,04 14,29 76

Page 93: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

77

Sambucus javanica sangitan - 0,04 - - - - - 0,04 14,29

Scheflera sp. walisongo 0,04 0,44 - 0,11 0,29 - 0,04 0,92 71,43

Tabernaemontana sp. trimbosa - - - - - - 0,26 0,26 14,29

Talinum paniculatum ginseng - 0,92 - - - - - 0,92 14,29

Vitex trifolia legundi - 0,04 - - - - - 0,04 14,29

Yucca sp. yucca - 0,11 - - 0,04 - - 0,15 28,57

Zingiber officinale jahe - 1,14 - - - - - 1,14 14,29

daun dewa - 0,33 - - - - - 0,33 14,29

daun enok - 0,04 - - - - - 0,04 14,29

77

Page 94: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

78

Lampiran 3. Daftar Tanaman Penutup Tanah Pada 7 Sekolah Sampel

Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR

(%)

Jumlah Keberadaan

(%) 12 42 44 48 53 81 113

Aglaonema sp. aglaonema - 1,11 - - - - 0,94 2,05 28,57

Aloe vera lidah buaya - 1,34 - 0,98 - 0,45 - 2,76 42,86

Althernantera sp. krokot - - - - - - 0,13 0,13 14,29

Ananas comosus nanas hias - - - - - 0,18 0,13 0,31 28,57

Arachis pintoi kacang-kacangan - - - - 0,80 - - 0,80 14,29

Asparagus sp. ekor tupai - 0,09 - 0,31 - 0,22 - 0,62 42,86

Asplenium nidus paku sarang burung - - - 0,13 - - - 0,13 14,29

Axonopus compresus gajah mini 0,36 - - 0,45 - 1,96 - 2,76 42,86

Axonopus compresus rumput gajah - - - - - 0,89 - 0,89 14,29

Begonia sp. begonia - - - - - - 0,04 0,04 14,29

Bromelia sp. bromelia - - - 0,13 - 2,01 - 2,14 28,57

Caladium sp. keladi hias 0,09 1,02 - 0,04 - - 0,09 1,25 57,14

Calathea sp. calathea - - - - - - 1,11 1,11 14,29

Carex morowii kucai - 0,36 - - - - - 0,36 14,29

Carex morowii 'variegata' kucai variegata 2,41 - - 1,60 2,45 - - 6,46 42,86

Clorophytum sp. lili paris 1,11 6,68 - - 1,69 18,94 - 28,43 57,14 78

Page 95: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

79

Cuphea hyssopifolia taiwan beauty - - - - - 0,04 - 0,04 14,29

Cycas rumphii pakis - 6,68 - - - - - 6,68 14,29

Cymbopogon nardus serai wangi - 1,56 - - - - - 1,56 14,29

Ipomea sp. ketela hias - - - - - - 0,53 0,53 14,29

Palisota barteri palisota - 1,11 - - 0,13 - - 1,25 28,57

Pilea sp. daun mutiara - - - - 0,18 - - 0,18 14,29

Portulaca sp. sutra bombay - - - - - 0,04 - 0,04 14,29

Rhoeo discolor adam hawa 1,11 6,37 - - 1,43 - - 8,91 42,86

Ruelia malacosperma dwarf ruelia - - - - 2,63 - - 2,63 14,29

Sansiviera sp. sansivera 1,43 3,34 - 2,32 2,67 4,99 7,31 22,06 85,71

Sphatyphylum sp. spatyphilum - - - 0,27 3,65 0,13 - 4,06 42,86

Zephyranthes sp. bawang brojol - - - - - - 1,78 1,78 14,29

79

Page 96: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

80

Lampiran 4. Daftar Tanaman Merambat Pada 7 Sekolah Sampel

Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR

(%)

Jumlah Keberadaan

(%) 12 42 44 48 53 81 113

Alamanda cathartica alamanda - - - 1,13 - - - 1,13 14,29

Asplenium nidus kadaka - - - - 2,26 - 0,56 2,82 28,57

Clerodendrum thomsoniae nona makan sirih - - - - 1,88 - - 1,88 14,29

Dendrobium sp anggrek - - - 4,90 6,59 8,29 0,38 20,15 57,14

Epiphyllum oxypetalum wijaya kusuma - - - - - - 0,19 0,19 14,29

Epipremnum sp sirih belanda 3,20 6,03 5,27 - 8,66 15,07 10,92 49,15 85,71

Monstera sp monstera - - - 0,94 - - - 0,94 14,29

Philodendron sp pilodendron - - - 0,38 1,88 0,38 3,39 6,03 57,14

Platycerium bifurcatum tanduk rusa - - - - - - 4,52 4,52 14,29

Raphidophora aurea sirih gading - - - 2,26 10,73 - - 12,99 28,57

Vitis vinifera anggur - - - 0,19 - - - 0,19 14,29

80

Page 97: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

81

Lampiran 5. Daftar Tanaman Air Pada 7 Sekolah Sampel

Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR

(%)

Jumlah Keberadaan

(%) 12 42 44 48 53 81 113

Cyperus papyrus papyrus - - - 10,53 - - - 10,53 14,29

Echinodorus sp. melati air - - - - - 31,58 21,05 52,63 28,57

Equisetum hymale paku ekor kuda - - - - - 31,58 - 31,58 14,29

Pistia startiotes apu-apu - - - - - 5,26 - 5,26 14,29

81

Page 98: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

82

Lampiran 6. Daftar Pertanyaan dan Persentase Jawaban dalam Kuisioner

Pertanyaan Kuisioner Sampel Sekolah (%)

12 42 44 48 53 81 113 x

1. Apakah sekolah anda memiliki taman sekolah ?

a. Ya 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

b. Tidak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

2. Apakah luas taman sekolah yang ada sudah memadai ?

a. Ya 30,0 93,3 60,0 43,3 53,3 56,7 90,0 61,0

b. Tidak 70,0 6,7 40,0 56,7 46,7 43,3 10,0 39,0

3. Jumlah tanaman pada halaman dan taman sekolah ?

a. Cukup 20,0 80,0 20,0 43,3 60,0 53,3 76,7 50,5

b. Kurang 43,3 20,0 56,7 33,3 23,3 36,7 23,3 33,8

c. Sangat kurang 36,7 0,0 23,3 23,3 16,7 10,0 0,0 15,7

4. Kegiatan apa yang bisa anda lakukan di taman sekolah ?*

a. Bersosialisasi dengan teman 40,9 21,6 25,0 22,9 23,1 17,1 19,0 24,2

b. Mengerjakan tugas-tugas sekolah 2,3 25,5 19,4 8,6 15,4 14,3 21,4 15,3

c. Beristirahat saat jam istirahat 27,3 41,2 50,0 51,4 48,7 48,6 54,8 46,0

d. Praktikum pelajaran tertentu 29,5 11,8 5,6 17,1 10,3 20,0 4,8 14,1

e. Lainnya, sebutkan... 0,0 0,0 0,0 0,0 2,6 0,0 0,0 0,4

82

Page 99: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

83

5. Seberapa sering anda mengunjungi taman sekolah ?

a. Tiap hari 13,3 30,0 13,3 26,7 10,0 20,0 10,0 17,6

b. Sering 40,0 56,7 26,7 40,0 43,3 40,0 46,7 41,9

c. Jarang 33,3 13,3 43,3 30,0 26,7 26,7 40,0 30,5

d. Sangat jarang 13,3 0,0 16,7 3,3 20,0 13,3 3,3 10,0

6. Seberapa lama anda menghabiskan waktu di taman sekolah ?

a. 0-15 menit 90,0 53,3 80,0 60,0 66,7 70,0 86,7 72,4

b. 15-30 menit 10,0 40,0 20,0 36,7 23,3 23,3 13,3 23,8

c. Lebih dari 30 menit 0,0 6,7 0,0 3,3 10,0 6,7 0,0 3,8

7. Fasilitas yang telah ada apakah menunjang aktivitas siswa

dalam proses belajar ?

a. Ya 26,7 50,0 43,3 60,0 33,3 36,7 20,0 38,6

b. Cukup 36,7 43,3 46,7 33,3 13,3 46,7 70,0 41,4

c. Kurang 36,7 6,7 10,0 6,7 43,3 16,7 10,0 18,6

d. Sangat kurang 0,0 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 1,4

8. Fasilitas yang perlu ditambah pada sekolah ?*

Sarana umum

a. Tempat istirahat 7,7 8,2 11,4 6,9 8,3 6,3 0,0 7,0 83

Page 100: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

84

b. Kafetaria/kantin 4,5 7,1 5,3 5,0 3,1 3,6 3,0 4,5

c. Masjid/mushalla 3,9 0,0 3,0 2,0 0,0 0,0 5,1 2,0

d. Toilet 6,5 6,1 3,8 3,0 7,3 7,1 6,1 5,7

e. Area parkir 10,3 4,1 6,1 5,9 3,1 0,0 8,1 5,4

f. Tempat cuci tangan 7,7 11,2 6,1 2,0 2,1 10,7 9,1 7,0

Sarana pendukung lingkungan

g. Tempat pengomposan/daur ulang sampah 1,3 2,0 3,8 4,0 2,1 12,5 2,0 4,0

h. Tempat sampah 3,9 5,1 3,8 4,0 3,1 3,6 4,0 3,9

i. Apotek hidup 9,7 4,1 13,6 7,9 11,5 9,8 17,2 10,5

j. Papan nama tanaman 5,8 9,2 8,3 4,0 2,1 10,7 3,0 6,2

Elemen taman

k. Bangku taman 3,2 6,1 3,0 5,9 7,3 5,4 9,1 5,7

l. Lampu penerangan 2,6 7,1 4,5 4,0 8,3 1,8 4,0 4,6

m. Kolam hias 1,3 3,1 1,5 8,9 4,2 2,7 0,0 3,1

n. Air mancur 7,7 2,0 0,0 3,0 0,0 0,0 2,0 2,1

Sarana olahraga

o. Lapangan basket 7,1 3,1 2,3 3,0 0,0 7,1 0,0 3,2 84

Page 101: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

85

p. Lapangan voli 0,0 0,0 3,0 5,0 0,0 0,0 0,0 1,1

q. Lapangan bulutangkis 5,2 8,2 6,8 8,9 16,7 5,4 18,2 9,9

r. Panjat tebing 0,6 4,1 3,8 5,0 8,3 0,9 2,0 3,5

s. Track atletik 7,1 3,1 2,3 3,0 0,0 7,1 0,0 3,2

9. Alat transportasi yang digunakan untuk ke sekolah ?

a. Mobil 0,0 26,7 0,0 3,3 30,0 16,7 0,0 11,0

b. Motor 36,7 50,0 56,7 53,3 20,0 56,7 73,3 49,5

c. Sepeda 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 0,0 1,4

d. Kendaraan umum 50,0 23,3 36,7 26,7 40,0 26,7 26,7 32,9

e. Tidak berkendaraan 13,3 0,0 6,7 6,7 10,0 0,0 0,0 5,2

10. Jika anda membawa kendaraan, bagaimana menurut anda

kondisi sarana parkir yang tersedia ?

a. Perlu diperluas 80,0 23,3 56,7 63,3 60,0 13,3 76,7 53,3

b. Diperbaiki karena rusak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 1,0

c. Tipe parkir dirubah 13,3 26,7 26,7 20,0 13,3 33,3 3,3 19,5

d. Sudah nyaman 0,0 43,3 3,3 0,0 10,0 36,7 0,0 13,3

e. Perlu diperbaiki agar nyaman 6,7 6,7 13,3 16,7 16,7 16,7 13,3 12,9

11. Jalan masuk pada sekolah apakah sudah nyaman ?

a. Ya 30,0 56,7 46,7 40,0 63,3 56,7 90,0 54,8

85

Page 102: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

86

b. Belum 70,0 43,3 53,3 60,0 36,7 43,3 10,0 45,2

12. Bahan perkerasan /paving yang dipilih untuk taman sekolah ?

a. Aspalt 6,7 10,0 13,3 20,0 10,0 20,0 20,0 14,3

b. Conblock 90,0 90,0 83,3 76,7 80,0 70,0 50,0 77,1

c. Beton 3,3 0,0 3,3 3,3 10,0 10,0 30,0 8,6

d. Lainnya... 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

13. Apakah pola penghijauan di sekolah telah memberi

kenyamanan ?

a. Ya 13,3 43,3 16,7 13,3 23,3 23,3 20,0 21,9

b. Cukup 43,3 36,7 36,7 40,0 43,3 40,0 20,0 37,1

c. Kurang 43,3 20,0 46,7 46,7 33,3 36,7 60,0 41,0

d. Belum sama sekali 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

14. Kesan terhadap lanskap sekolah ?

Kenyamanan

a. Nyaman 26,7 56,7 16,7 40,0 43,3 36,7 40,0 37,1

b. Cukup nyaman 40,0 30,0 53,3 46,7 50,0 43,3 40,0 43,3

c. Kurang nyaman 33,3 13,3 30,0 13,3 6,7 20,0 20,0 19,5

d. Tidak nyaman 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 86

Page 103: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

87

Keteduhan

a. Teduh 23,3 53,3 20,0 13,3 20,0 13,3 10,0 21,9

b. Sedikit teduh 40,0 33,3 43,3 53,3 56,7 53,3 50,0 47,1

c. Gersang/panas 36,7 13,3 36,7 33,3 23,3 30,0 33,3 29,5

d. Sangat gersang 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 6,7 1,4

Ukuran

a. Lapang 0,0 46,7 26,7 23,3 33,3 16,7 56,7 29,0

b. Sedikit lapang 0,0 43,3 26,7 30,0 53,3 53,3 43,3 35,7

c. Sempit 76,7 10,0 46,7 46,7 13,3 30,0 0,0 31,9

d. Sangat sempit 23,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3

15. Apakah menyukai pohon sebagai pelengkap taman sekolah ?

a. Ya 86,7 83,3 76,7 90,0 70,0 83,3 93,3 83,3

b. Kurang 13,3 16,7 23,3 10,0 30,0 16,7 6,7 16,7

c. Tidak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

16. Ukuran pohon yang disukai ?

a. Pohon tinggi (lebih tinggi dari 15 meter) 40,0 46,7 33,3 40,0 43,3 36,7 40,0 40,0

b. Pohon sedang (7-15 m) 46,7 36,7 43,3 43,3 33,3 40,0 30,0 39,0

c. Pohon pendek (3-7 m) 13,3 16,7 23,3 16,7 23,3 23,3 30,0 21,0 87

Page 104: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

88

17. Jenis pohon yang disukai ?

a. Berbunga, daun berwarna hijau 53,3 43,3 46,7 36,7 63,3 60,0 80,0 54,8

b. Tidak berbunga tapi warna dan bentuk daun menarik 23,3 26,7 30,0 43,3 13,3 23,3 10,0 24,3

c. Bentuk percabangan menarik 23,3 30,0 23,3 20,0 23,3 16,7 10,0 21,0

18. Lokasi penanaman pohon yang disukai?

a. Pada sisi area penerimaan/dekat gerbang masuk sekolah 26,7 16,7 20,0 26,7 23,3 26,7 40,0 25,7

b. Di sebelah/depan koridor kelas 16,7 23,3 26,7 23,3 16,7 23,3 10,0 20,0

c. Area parkir 26,7 26,7 23,3 16,7 13,3 20,0 6,7 19,0

d. Pada sisi lapangan sekolah 30,0 33,3 30,0 33,3 43,3 30,0 43,3 34,8

e. Lainnya... 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,5

19. Apakah menyukai semak (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap

taman sekolah ?

a. Ya 46,7 36,7 40,0 43,3 33,3 40,0 30,0 38,6

b. Kurang 36,7 50,0 40,0 33,3 43,3 33,3 43,3 40,0

c. Tidak 16,7 13,3 20,0 23,3 23,3 26,7 26,7 21,4

20. Jenis semak yang disukai ?

a. Berbunga indah 43,3 36,7 40,0 36,7 63,3 43,3 66,7 47,1

b. Sedikit berbunga 16,7 20,0 20,0 20,0 23,3 26,7 10,0 19,5

c. Tidak berbunga tapi warna daun menarik 23,3 30,0 26,7 26,7 13,3 30,0 23,3 24,8 88

Page 105: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

89

d. Tidak berbunga dan daun berwarna hijau 16,7 13,3 13,3 16,7 0,0 0,0 0,0 8,6

21. Penanaman semak yang disukai ?

a. Dibiarkan tumbuh alami 20,0 23,3 26,7 16,7 23,3 23,3 13,3 21,0

b. Dipangkas teratur dan rapi 53,3 46,7 43,3 60,0 43,3 63,3 73,3 54,8

c. Ada yang dibiarkan alami dan ada yang dipangkas rapi 26,7 30,0 30,0 23,3 33,3 13,3 13,3 24,3

22. Lokasi penanaman semak yang disukai?

a. Pada sisi area penerimaan/dekat gerbang masuk sekolah 23,3 16,7 23,3 30,0 10,0 20,0 16,7 20,0

b. Di sebelah/depan koridor kelas 30,0 26,7 40,0 23,3 16,7 30,0 20,0 26,7

c. Area parkir 10,0 23,3 16,7 6,7 13,3 23,3 30,0 17,6

d. Pada sisi lapangan sekolah 36,7 33,3 20,0 40,0 60,0 26,7 33,3 35,7

e. Lainnya... 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

23. Apakah menyukai tanaman merambat sebagai pelengkap taman

sekolah ?

a. Ya 40,0 46,7 43,3 60,0 63,3 36,7 40,0 47,1

b. Kurang 50,0 33,3 46,7 26,7 26,7 36,7 30,0 35,7

c. Tidak 10,0 20,0 10,0 13,3 10,0 26,7 30,0 17,1

24. Jenis tanaman merambat yang disukai ?

a. Memiliki keindahan bunga 26,7 23,3 30,0 26,7 20,0 43,3 60,0 32,9

b. Memiliki keindahan daun 26,7 33,3 23,3 23,3 16,7 26,7 20,0 24,3

89

Page 106: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

90

c. Memiliki keindahan bunga dan daun 46,7 43,3 46,7 50,0 63,3 30,0 20,0 42,9

25. Apakah menyukai rumput sebagai pelengkap taman sekolah ?

a. Ya 76,7 83,3 80,0 73,3 70,0 83,3 76,7 77,6

b. Kurang 23,3 16,7 20,0 26,7 30,0 16,7 23,3 22,4

c. Tidak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

26. Lokasi penanaman rumput yag disukai ?

a. Pada sisi area penerima/dekat gerbang masuk sekolah 23,3 33,3 26,7 16,7 23,3 26,7 30,0 25,7

b. Di sebelah/depan koridor kelas 30,0 26,7 30,0 10,0 10,0 36,7 40,0 26,2

c. Area parkir 23,3 13,3 20,0 33,3 6,7 23,3 20,0 20,0

d. Pada lapangan sekolah 23,3 26,7 23,3 36,7 60,0 13,3 10,0 27,6

e. Lainnya, sebutkan.. 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,5

27. Komposisi dan susunan tanaman yang disukai ?

a. Massal dengan menyusun satu jenis tanaman 26,7 30,0 26,7 23,3 10,0 26,7 30,0 24,8

b. Massal dengan menyusun variasi jenis tanaman 40,0 46,7 50,0 73,3 66,7 60,0 70,0 58,1

c. Tunggal dengan menyusun satu jenis tanaman 16,7 10,0 6,7 0,0 6,7 3,3 0,0 6,2

d. Tunggal dengan menyusun variasi jenis tanaman 16,7 13,3 16,7 3,3 16,7 10,0 0,0 11,0

28. Bentuk/pola desain yang disukai untuk taman sekolah ?

a. Formal (simetris, warna umumnya netral, bentuk

sederhana, jarang menggunakan tanaman berbunga, 43,33 56,67 53,33 23,33 13,33 60,00 70,00 45,7 90

Page 107: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

91

umumnya satu jenis tanaman, ukuran hampir sama)

b. Informal (asimetris, tanaman bervariasi, warna

berdegradasi, berbunga indah dengan variasi jenis

tanaman) 40,00 26,67 26,67 26,67 76,67 30,00 30,00 36,7

c. Natural (mendekati bentuk liar/alami) 16,67 16,67 20,00 50,00 10,00 10,00 0,00 17,6

29. Bentuk partisipasi yang dapat diberikan dalam pemeliharaan

taman sekolah ?*

a. Dengan tidak melakukan vandalisme/merusaknya 52,8 32,6 51,4 62,9 51,5 40,0 61,8 50,4

b. Dengan terjun langsung dalam pemeliharaan 19,4 18,6 22,9 8,6 21,2 22,5 8,8 17,4

c. Dengan melarang siapapun untuk merusaknya 16,7 25,6 14,3 11,4 9,1 15,0 17,6 15,7

d. Dengan memberikan sumbangan dana pemeliharaan 11,1 23,3 11,4 17,1 18,2 22,5 11,8 16,5

91

Page 108: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

92

Lampiran 7. Peranan RTH Berdasarkan GBIM Tingkat SMA 

GBIM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (KELAS X-XII)/ TINGKAT UMUR 15-18 TAHUN

Tema: Manusia dan Lingkungannya

No GBIM Kompetensi Dasar

Tingkat Pendidikan/ Tingkatan

Umur

Integrasi Materi Ajar pada

Pendidikan Formal

Peranan RTH

1. Hubungan manusia dan lingkungan hidup

1. Menjelaskan pengertian hubungan manusia dan lingkungan hidup

2. Menjelaskan etika manusia dengan lingkungan (tanggung jawab manusia dengan memelihara ciptaan Tuhan yang lain)

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dengan sosiologi, materi hubungan masyarakat dan lingkungan

Outdoor class dan alat bantu ajar

2. Lingkungan fisik dan perubahan ekosistem

3. Menjelaskan ekosistem perairan dan daratan dan jenis-jenis lingkungan fisik yang ada di dalamnya

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dengan Biologi, materi hubungan antara ekosistem , perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem

Outdoor class dan alat bantu ajar

3. Dampak perubahan ekosistem

4. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem daratan dan dampaknya

5. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem perairan dan dampaknya

6. Menjelaskan dampak negatif perubahan tata ruang terhadap ekosistem

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dengan Biologi, materi hubungan antara ekosistem , perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem

Outdoor class dan alat bantu ajar

4. Lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan

7. Menjelaskan pengertian pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

8. Menjelaskan peran masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (masyarakat, institusi pendidikan, industri, dll)

9. Kearifan budaya dalam memelihara lingkungan

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dengan Geografi, materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan

Outdoor class dan alat bantu ajar

Page 109: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

93

Tema: Memelihara Kebersihan Lingkungan

No GBIM Kompetensi Dasar

Tingkat Pendidikan/ Tingkatan

Umur

Integrasi Materi Ajar

pada Pendidikan

Formal

Peranan RTH

A. Pengelolaan Sampah (Limbah Padat)

1. Jenis dan sumber sampah

1. Menjelaskan jenis dan sumber sampah dari setiap aktivitas (rumah tangga, industri, pasar, dll)

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah

Outdoor class dan alat bantu ajar

2. Memahami besarnya timbulan sampah rata-rata dari setiap aktivitas

2. Dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan

3. Menjelaskan berbagai jenis dampak yang ditimbulkan oleh sampah lingkungan/ sekitar kita (perairan dan daratan) terhadap ekosistem air dan darat, juga terhadap kesehatan manusia

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah

Outdoor class dan alat bantu ajar

3. Pengelolaan sampah • Skema pengelolaan sampah

4. Menjelaskan skema pengelolaan sampah mulai dari pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan ke TPS dan TPA serta pengolahan

Kelas XI (16-17 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah

Outdoor class dan alat bantu ajar

• Cara dan jenis alat pengelolaan sampah

5. Mengidentifikasi cara dan jenis peralatan yang digunakan untuk pengelolaan sampah, mulai dari pewadahan hingga pengangkutan ke TPA

• Jenis-jenis pengelolaan sampah

6. Mengidentifikasi berbagai jenis pengelolaan sampah di sekitar kita (pembakaran, penimbunan, pengomposan, dll)

• Pengelolan sampah dengan pembakaran

7. Menjelaskan cara pengolahan sampah dengan pembakaran dan dampak yang ditimbulkannya

• Pengolahan sampah dengan

8. Menjelaskan dan praktek cara pengolahan sampah dengan

Page 110: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

94

komposting komposting • Pengolahan

sampah dengan sanitary landfill

9. Menjelaskan cara pengelolaan sampah dengan sanitary landfill

4. Nilai ekonomi sampah

10. Menjelaskan nilai ekonomis dari sampah, diantaranya melalui prinsip 3R

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah, dan mata pelajaran Ekonomi, materi daur ulang sampah

Outdoor class dan alat bantu ajar

11. Praktek daur ulang kertas secara sederhana

5. Peninjauan ke lokasi TPA dan pengelolaan sampah kompos

12. Mendeskripsikan hasil peninjauan pengolahan sampah di TPA dan pengolahan sampah dengan komposting

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah, dan mata pelajaran Ekonomi, materi daur ulang sampah

Outdoor class dan alat bantu ajar

B. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (limbah cair)

1. Sumber air limbah rumah tangga

1. Mengidentifikasi kegiatn rumah tangga yang menjadi sumber air limbah

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah

Outdoor class dan alat bantu ajar

2. Pembuangan air limbah

2. Menjelaskan skema pembuangan air limbah rumah tangga dan air hujan

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah

Outdoor class dan alat bantu ajar

3. Menjelaskan gambar dan cara kerja tangki septik

3. Sumur resapan 4. Menjelaskan pengertian sumur resapan

Kelas XI (16-17 tahun)

Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah

Outdoor class dan alat bantu ajar

5. Menjelaskan fungsi sumur resapan

6. Menjelaskan tata letak sumur resapan

7. Menjelaskan pentingnya sumur resapan di kota-kota besar

8. Meninjau salah satu sumur resapan yang ada di sekitar sekolah

4. Pemeliharaan saluran air

9. Menjelaskan pentingnya

Kelas XII (17-18

Terintegrasi dalam

Outdoor class dan

Page 111: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

95

membersihkan saluran air limbah dari sampah

tahun) pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah

alat bantu ajar

5. Dampak air limbah terhadap kesehatan dan lingkungan

10. Menjelaskan dampak air limbah bagi kesehatan

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah

Outdoor class dan alat bantu ajar 11. Menjelaskan dampak

air limbah bagi lingkungan (penurunan kualitas air dan biota air)

B. Limbah B3

1. Pengertian dan karakteristik limbah B3

1. Memahami pengertian limbah B3

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan

Outdoor class dan alat bantu ajar

2. Memahami karakteristik limbah B3

2. Sumber limbah B3 3. Mendeskripsikan jenis limbah B3 yang ada di sekitar kita (baterai, accu, pembasmi hama, zat pewarna tekstil pada makanan, dll)

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan

Outdoor class dan alat bantu ajar

4. Memahami kegiatan yang menimbulkan limbah B3

3. Dampak limbah B3

• Terhadap air tanah

5. Memahami dampak limbah B3 terhadap tanah

Kelas XI (16-17 tahun)

Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan

Outdoor class dan alat bantu ajar • Terhadap

kesehatan 6. Memahami dampak

limbah B3 terhadap kesehatan

• Terhadap makhluk lainnya

7. Memahami dampak limbah B3 terhadap makhluk lainnya

4. Pengelolaan limbah B3

8. Memahami mata rantai limbah B3 dari industri

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan

Outdoor class dan alat bantu ajar

5. Pemanfaatan limbah B3

9. Pemanfaatan limbah B3 dengan 3R

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan

Outdoor class dan alat bantu ajar

Page 112: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

96

Tema: Sumber Daya Alam

No GBIM Kompetensi Dasar

Tingkat Pendidikan/ Tingkatan

Umur

Integrasi Materi Ajar

pada Pendidikan

Formal

Peranan RTH

1. Pengertian dan jenis-jenis sumber daya alam

1. Menjelaskan pengertian dan jenis-jenis sumber daya alam

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran geografi, materi sumber daya alam, dan mata pelajaran Biologi, materi konsep keanekaragaman hayati

Outdoor class dan alat bantu ajar 2. Memahami sumber

daya alam hayati dan keanekaragaman hayati

3. Mengidentifikasi persebaran lokasi SDA di Indonesia dan pemanfaatannya

2. Pemanfaatan sumber daya alam

4. Menjelaskan sektor-sektor/jenis-jenis usaha yang menggunakan sumber daya alam bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (kelautan, kehutanan, pertanian, dll)

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Geografi, materi sumber daya alam

Outdoor class dan alat bantu ajar

5. Mengidentifikasi jenis sumber daya alam yang digunakan sektor-sektor usaha

3. Kerusakan sumber daya alam dan dampaknya bagi lingkungan dan manusia

6. Menjelaskan penyebab kerusakan sumber daya alam dan contohnya

Kelas XI (16-17 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Geografi, materi sumber daya alam

Outdoor class dan alat bantu ajar 7. Menjelaskan dampak

kerusakan sumber daya alam bagi lingkungan dan manusia

4. Pelestarian sumber daya alam dan pencegahan kerusakannya

8. Menjelaskan pengertian pelestarian sumber daya alam dan usaha-usaha pencegahan kerusakan sumber daya alam

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran geografi, materi sumber daya alam, dan mata pelajaran Biologi, materi konsep keanekaragaman hayati

Outdoor class dan alat bantu ajar

Page 113: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

97

Tema : Air

No GBIM Kompetensi Dasar

Tingkat Pendidikan/ Tingkatan

Umur

Integrasi Materi Ajar

pada Pendidikan

Formal

Peranan RTH

1. Kualitas air 1. Menjelaskan pengertian kualitas air

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan air bagi kehidupan manusia

Outdoor class dan alat bantu ajar

2. Menjelaskan kualitas air secara fisik, kimia, dan biologi

2. Pencemaran air

• Pengertian pencemaran air

3. Menjelaskan pengertian pencemaran air

Kelas XI (16-17 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan air bagi kehidupan manusia

Outdoor class dan alat bantu ajar

4. Memahami peraturan pemerintah tentang pengendalian pencemaran air

• Penyebab pencemaran air/sumber pencemaran air

5. Menjelaskan penyebab pencemaran air

• Indikator pencemaran air

6. Menjelaskan indikator pencemaran air

• Akibat pencemaran air

7. Menjelaskan akibat penggunaan air yang tercemar

• Hubungan pencemar dengan kadar O2 dari kehidupan di dalam air

8. Memahami skema hubungan pencemar dengan kadar O2 dari kehidupan di dalam air

3. Pengolahan air • Penggunaan air 9. Menjelaskan

penggunaan air rumah tangga, industri, pertanian

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan air bagi kehidupan manusia

Outdoor class dan alat bantu ajar

10. Menyebutkan jumlah penggunaan air di Indonesia untuk rumah tangga, industri, pertanian, dll

• Jenis pengolahan air dan fungsinya

11. Menjelaskan pengolahan air bersih secara sederhana berikut skemanya

• Kunjungan ke PAM atau pabrik pengolahan air mineral

12. Mendeskripsikan hasil kunjungan mengenai pengolahan air

Page 114: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

98

Tema : Udara

No GBIM Kompetensi Dasar

Tingkat Pendidikan/ Tingkatan

Umur

Integrasi Materi Ajar

pada Pendidikan

Formal

Peranan RTH

1.

Pencemaran udara • Pengertian,

jenis, dan sumber

1. Menjelaskan pengertian, jenis dan sumber pencemaran udara dari aktivitas manusia dan alam

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Kimia, materi pencemaran udara

Outdoor class dan alat bantu ajar

• Isentifikasi permasalahan

2. Mengidentifikasi permasalahan pencemaran udara di kota-kota besar

• Dampak pencemaran udara

3. Menjelaskan dampak pencemaran udara terhadap lingkungan dan manusia

• Upaya pengendalian pencemaran udara

4. Mengenal berbagai upaya pengendalian pencemaran udara

2. Indeks standar pencemaran udara

• Pengertian 5. Menjelaskan indeks standar pencemaran udara

Kelas XI (16-17 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Kimia, materi pencemaran udara

Outdoor class dan alat bantu ajar 6. Memahami kondisi

pencemaran udara di kota-kota besar

• Parameter IPU 7. Menyebutkan parameter IPU

8. Menjelaskan dampak setiap parameter pencemar (Partikulat, CO, SO2, NO2, dan O3)

• Kategori dan rentang pencemaran udara

9. Memahami dan menjelaskan kategori (baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, berbahaya) dan rentangnya untuk setiap kategori pencemaran udara

10. Memahami IPU yang tertera pada alat ukur yang ada di kotanya dan menjelaskan artinya

3. Kebauan

• Pengertian 11. Menjelaskan pengertian bau

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Kimia, materi pencemaran

Outdoor class dan alat bantu ajar

• Sumber bau & zat-zat yang menimbulkan

12. Menjelaskan sumber bau dan zat-zat yang menimbulkan bau

Page 115: stud beb di kond berapa s depa in disi dan sekola ja artemen faku

99

bau (sampah pasar, industri, dll)

udara

• Ambang batas kebauan

13. Menjelaskan ambang batas kebauan (min. 8 orang menanggapi adanya bau)

• Dampak kebauan

14. Menjelaskan dampak kebauan bagi kesehatan manusia (pusing, sakit kepala), dan gangguan kenyamanan

Tema : Tanah dan Lahan

No GBIM Kompetensi Dasar

Tingkat Pendidikan/ Tingkatan

Umur

Integrasi Materi Ajar

pada Pendidikan

Formal

Peranan RTH

1. Degradasi lahan 1. Menjelaskan dampak degradasi lahan terhadap lingkungan

Kelas X (15-16 tahun)

Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pencemaran lingkungan, dan Geografi materi litosfer

Outdoor class dan alat bantu ajar 2. Menjelaskan upaya-

upaya penanggulangan degradasi lahan

3. Menganalisa pola dan hubungan spasial antara penduduk dan degradasi lahan

Kelas XI (16-17 tahun)

Terintegrasi dalam Geografi materi sebaran, pola & obyek geografi

Outdoor class dan alat bantu ajar

4. Memberi contoh-contoh penerapan bioteknologi pada upaya pencegahan dan pengendalian degradasi lahan

Kelas XII (17-18 tahun)

Terintegrasi dalam Biologi materi implikasi bioteknologi pada sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat

Outdoor class dan alat bantu ajar