Upload
duongque
View
234
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
STUD
BEB
DI KOND
BERAPA S
DEPA
IN
DISI DAN
SEKOLA
JA
RID
ARTEMENFAKU
NSTITUT
N PEMAN
AH MENE
AKARTA
DO MONT
N ARSITULTAS PET PERTA
2011
NFAATAN
ENGAH A
TIMUR
THAZERI
TEKTUR ERTANIA
ANIAN BO1
N LANSK
ATAS NE
LANSKAAN OGOR
KAP PAD
EGERI D
AP
DA
I
2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Kondisi dan
Pemanfaatan Lanskap pada Beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta
Timur” adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua
sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan pada daftar pustaka skripsi ini.
Bogor, April 2011
Rido Monthazeri
A44062733
RINGKASAN RIDO MONTHAZERI. Studi Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap pada Beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur. Dibimbing oleh Tati Budiarti. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) menurut UU No. 20 Tahun 2003 merupakan jenjang pendidikan formal tingkat menengah yang dikelola oleh pemerintah di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Keberadaan lembaga pendidikan ini cukup menjadi pusat perhatian dan tak jarang menjadi barometer kualitas pendidikan di Indonesia. Pada umumnya sekolah hanya berupa bangunan kokoh dimana para siswa diwajibkan untuk belajar di dalamnya. Bahkan terkadang nyaris tidak terdapat ruang terbuka dan kalaupun ada kurang memadai untuk kegiatan outdoor edukatif bagi siswa atau kegiatan rekreatif lainnya.
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh sekolah, SMAN 12, SMAN 42, SMAN 44, SMAN 48, SMAN 53, SMAN 81 dan SMAN 113, dimulai pada bulan Februari sampai dengan September. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi penggunaan ruang terbuka, elemen RTH, mengetahui persepsi dan preferensi pengguna terhadap RTH serta membuatuat rekomendasi pemanfaatan RTH sekolah. Penelitian dibatasi pada penampilan kondisi fisik sekolah secara umum, penataan halaman dari bangunan sekolah, keberadaan sarana outdoor sebagai fasilitas penunjang kegiatan, persepsi dan preferensi pengguna terhadap elemen yang ada pada lanskap sekolah dan pemanfaatannya. Penelitian ini merupakan penelitian observatif, data dianalisis secara deskriptif.
Tahapan penelitian meliputi persiapan penelitian, survei, analisis dan sintesis serta pembuatan rekomendasi. Data primer diperoleh dengan cara survei langsung ke lapang, wawancara dengan pihak sekolah dan menyebar kuisioner, sedangkan untuk data sekunder dengan cara mengumpulkan data dari instansi-instansi terkait.
Berdasarkan hasil survey, pengamatan dan perolehan data yang dimiliki masing-masing sekolah terdapat angka penggunaan ruang yang bervariasi. Luas total tanah yang ada mulai dari 2.351 m2 sampai dengan 15.354 m2. Luas tanah yang paling kecil yaitu pada SMAN 12, sedangkan yang paling luas yaitu SMAN 113. Ruang terbangun (RB) berisi bangunan yang berdiri di atas luasan tanah tersebut, luasan RB yang ada antara lain mulai dari 1.750 m2 sampai dengan 4.500 m2, di mana RB yang paling kecil terdapat pada SMAN 12 dan yang terluas ada pada SMAN 44. Ruang terbuka (RT) atau ruang yang tidak diisi oleh bangunan mulai dari 601 m2 sampai dengan 11.422 m2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dijumpai mulai dari 96 m2 sampai dengan 8.206 m2, RTH yang paling kecil ada pada SMAN 12 sedangkan sekolah dengan RTH yang paling luas yaitu SMAN 113.
Dari hasil survey dan pengamatan, dijumpai 15-37 spesies pohon di setiap sekolah sampel dan terdata sekitar 74 spesies. Semak 4-48 spesies dan terdata sekitar 68 spesies. Tanaman penutup tanah 6-13 spesies dan terdata sekitar 32 spesies. Tanaman merambat hanya dimiliki oleh lima sekolah, 1-6 spesies dan terdata sekitar 11 spesies. Tanaman air hanya dimiliki oleh tiga sekolah, 1-3 spesies dan terdata sekitar 5 spesies.
iv
Nilai dominansi merupakan nilai yang menunjukan tingkatan dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sampel sekolah. Glodogan tiang (Polyalthia longifolia) memiliki nilai dominansi tertinggi dari kategori pohon (14,41%) dan keberadaannya sebesar 71,43%. Untuk semak, teh-tehan (Acalipha macrophyla) memiliki nilai dominansi 12,42% dan keberadaannya sebesar 85,71%. Untuk penutup tanah Lili paris (Clorophytum sp.) memiliki nilai dominansi 28,43% dan keberadaannya sebesar 57,14%.
Sebanyak 43,3% warga sekolah mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka telah cukup nyaman. Kesan nyaman terhadap lanskap sekolah paling banyak (56,6%) dirasa pada SMAN 42 dan terasa kurang nyaman paling banyak (33,3%) dirasa pada SMAN 12. Sedangkan untuk kesan kenyamanan, umumnya (47,1%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka sedikit teduh. Kesan teduh terhadap lanskap sekolah paling banyak (53,3%) dirasa responden pada SMAN 42. Terasa gersang/panas paling banyak (36,7%) dirasa responden pada SMAN 12 dan 44. Selanjutnya untuk kesan kelapangan, umumnya (35,7%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka sedikit lapang. Kesan lapang terhadap lanskap sekolah paling banyak (56,7%) dirasa responden pada SMAN 113. Kesan sangat sempit paling banyak (23,3%) dirasa responden pada SMAN 12.
Pemanfaatan RTH pada SMAN di Jakarta harus terintegrasi dengan mata ajaran yang ada. Peranan RTH dalam membantu proses pemahaman siswa dalam mata ajar tertentu yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup berdasarkan garis-garis besar isi materi (GBIM) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan menggunakan rumus pendugaan daya dukung, hanya SMAN 12 yang daya dukung RTH nya tidak cukup untuk menampung jumlah siswa dalam satu kelas (rata-rata siswa dalam satu kelas 30-40 siswa). Namun, kegiatan outdoor class masih bisa diatur dengan menggunakan RTB yang ada.
Peran RTH sebagai ameliorasi iklim mikro dirasa cukup efektif. Dengan menggunakan perhitungan THI, diketahui bahwa THI rata-rata dari keseluruhan sekolah sampel sedikit di atas batas kenyamanan, yaitu sebesar 28,4. Namun jika dilihat berdasarkan perbedaan tempatnya, di bawah naungan pohon, di lapangan (tanpa naungan), dan di dalam kelas, maka terlihat ada perbedaan yang cukup nyata. Nilai THI pada lapangan lebih besar dari pada di bawah naungan pohon dan di dalam ruangan, artinya adanya vegetasi yang memberikan naungan (RTH) secara signifikan dapat meningkatkan kenyamanan dalam suatu kawasan dengan menurunkan nilai THI 1-2 point.
STUD
BEB
Sebaga
DI KOND
BERAPA S
ai Salah Sat
Depar
DEPA
IN
DISI DAN
SEKOLA
JA
RID
tu Syarat un
rtemen Arsi
Ins
ARTEMENFAKU
NSTITUT
N PEMAN
AH MENE
AKARTA
DO MONT
Skrips
ntuk Mempe
itektur Lans
titut Pertani
N ARSITULTAS PET PERTA
2011
NFAATAN
ENGAH A
TIMUR
THAZERI
si
eroleh Gela
skap Fakult
ian Bogor
TEKTUR ERTANIA
ANIAN BO1
N LANSK
ATAS NE
ar Sarjana Pe
tas Pertanian
LANSKAAN OGOR
KAP PAD
EGERI D
ertanian pad
n
AP
DA
I
da
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penilitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan sutau masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
.
Judul : Studi Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap pada Beberapa
Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur
Nama : Rido Monthazeri
NRP : A44062733
Disetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Tati Budiarti, MS.
NIP. 19610720 198403 2 002
Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Disetujui :
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan di Kota Bekasi, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 14
Februari 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Muhadi dan Ibu Sapuri. Penulis menghabiskan masa kecilnya di Kota
Bekasi dan mulai mengawali masa jenjang pendidikan formal pada tahun 1994
sampai dengan 2000 di SD Negeri Kranji 1 Bekasi Barat, Kota Bekasi. Setelah
menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar, penulis melanjutkan ke SLTP
Negeri 14 Bekasi dari tahun 2000 sampai 2003.
Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 2 bekasi dan berhasil menyelesaikan masa
pendidikan SMA pada tahun 2006. Semasa SMA penulis aktif dalam berbagai
organisasi, dan pernah menjabat sebagai Wakil Pradana Pramuka Pangkalan
SMAN 2 Bekasi dan Ketua Seksi Bidang Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
OSIS SMAN 2 Bekasi.
Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SPMB. Pada tahun 2007 melalui sistem mayor minor di IPB, penulis diterima
pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti kegiatan
kemahasiswaan, sebagai staff Kementrian Sosling BEM KM (2006-2007), staff
Divisi Kewirausahaan HIMASKAP (2007-2008), Ketua Divisi Minat dan Bakat
HIMASKAP (2008-2009). Selama menjadi mahasiswa penulis juga pernah
menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Rekayasa Lanskap dan Tanaman
Lanskap.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur ke hadirat Allah SWT berkat
rahmat dan hidayahnya selama hidup ini yang tidak henti-hentinya mencurahkan
sayang, rizki, dan hidayahNya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad SAW dan kepada para sahabat. Penelitian ini berjudul Studi
Kondisi dan Pemanfaatan Lanskap Pada Beberapa Sekolah Menengah Atas
Negeri di Jakarta Timur. Penelitian ini disusun agar ruang terbuka hijau pada
sekolah dapat dimanfaatkan secara optimal.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada banyaknya orang di
sekitar penulis yang memotivasi, memberikan nasihat, serta mewarnai kehidupan
penulis:
1. Pembimbing skripsi yang selalu memberikan masukan, berbagai macam
saran, dan juga sebagai orang tua kedua Dr. Ir. Tati Budiarti, MS.
2. Pembimbing akademik penulis Ir. Indung S. F. M.Si atas bimbingannya
selama penulis menempuh masa kuliah.
3. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr dan Akhmad Arifin Hadi, SP. MALA. atas
masukan dan sarannya.
4. Bapak Muhadi dan Ibu Sapuri selaku orang tua penulis, terimakasih atas
kasih sayangnya selama ini. Kakakku Ilo Sofia dan adikku Anisa
Puspasari serta seluruh keluarga besar yang selalu mewarnai hidup
penulis.
5. Civitas academica SMAN 12, 42, 44, 48, 53, 81, 113 terimakasih penulis
haturkan atas bantuan dan kerjasamanya.
6. Ibu Teti, Bapak Sungkono, Bapak Suwarto, Bapak Christison, Bapak Iip,
Bapak Rustaman, dan Ibu Dewi penulis menghaturkan terimakasih atas
dukungan dan bantuannya selama penulis mengambil data.
7. Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 43 terimakasih atas tawa,
canda dan tangisnya.
8. Teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 40, 41, 42, 44, 45 dan 46 atas
dukungannya.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
x
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah
dilakukan, karena niat penulis melakukan penelitian sebagai sarana panduan untuk
memanfaatkan ruang terbuka hijau sekolah. Penulis berharap tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Bogor, April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
2. Tujuan ......................................................................................................... 2
3. Manfaat ....................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
1. Lanskap Sekolah ......................................................................................... 3
2. Ruang Terbuka Hijau .................................................................................. 4
3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau ............................................................ 8
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 11
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 11
2. Batasan dan Pendekatan Penelitian ........................................................... 12
3. Metode Penelitian ..................................................................................... 12
4. Pengumpulan Data .................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 18
1. Kondisi Umum Jakarta Timur ................................................................... 18
1.1. Letak Geografis Jakarta Timur ........................................................... 18
1.2. Iklim .................................................................................................... 19
1.3. Pendidikan .......................................................................................... 20
2. Data dan Analisis ...................................................................................... 20
2.1. Lanskap Sekitar Tapak ....................................................................... 20
2.2. Penggunaan Ruang ............................................................................. 22
2.3. Tata Letak/Layout Sekolah ................................................................. 24
2.4. Sosial ................................................................................................... 33
2.5. Aktivitas .............................................................................................. 35
2.6. Tanaman Lanskap Sekolah ................................................................. 36
2.6.1. Fungsi Kontrol Visual ................................................................. 37
Halaman
xii
2.6.2. Frekuensi Relatif ......................................................................... 40
2.8. Pemeliharaan ....................................................................................... 44
2.9. Persepsi Pengguna Terhadap Lanskap Sekolah .................................. 46
3. Rekomendasi ............................................................................................. 53
3.1. Pemanfaatan Edukatif ......................................................................... 53
3.2. Ameliorasi Iklim Mikro ...................................................................... 57
3.3. Konsep Tata Hijau .............................................................................. 61
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 65
1. Simpulan ................................................................................................... 65
2. Saran .......................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66
DAFTAR TABEL
1. Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang Diteliti ........................ 11
2. Jenis, Bentuk dan Cara Pengambilan Data ....................................................... 16
3. Luas Wilayah per Kecamatan Tahun 2007 ....................................................... 18
4. Keadaan Iklim Jakarta Timur Tahun 2007........................................................ 19
5. Jumlah Sekolah, Gedung, Guru, Murid Menurut Tingkatan Tahun 2007 ........ 20
6. Lanskap Sekitar Tapak Sekolah ........................................................................ 21
7. Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah ....................................................... 23
8. Fasilitas Lapangan Olahraga ............................................................................. 34
9 . Kegiatan Ekstrakurikuler yang Menggunakan Ruang Terbuka ....................... 35
10 . Penggunaan Ruang dan Fasilitas .................................................................... 36
11. Persentase Desain Taman ................................................................................ 44
12. Elemen Keras .................................................................................................. 44
13. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Sekolah ......................................... 46
14. Keberadaan RTH (taman) ............................................................................... 46
15. Keberadaan Tanaman di Sekolah .................................................................... 47
16. Fasilitas outdoor yang ada .............................................................................. 47
17. Fasilitas yang perlu ditambah ......................................................................... 49
18. Alat transportasi yang digunakan .................................................................... 50
19. Kondisi sarana parkir ...................................................................................... 51
20. Bahan perkerasan pada taman sekolah ............................................................ 51
21. Pola penghijauan sekolah ................................................................................ 52
22. Kesan terhadap lanskap sekolah...................................................................... 52
23. Ukuran pohon yang disukai ............................................................................ 53
24. Bentuk partisipasi dalam pemeliharaan .......................................................... 53
25. Peranan RTH berdasarkan GBIM tingkat SMA bertema manusia dan
lingkungan ............................................................................................................. 55
26. Luas RB, RTH, dan RTB yang seharusnya .................................................... 56
27. Daya dukung RTH untuk belajar per sekolah ................................................. 57
28. Daftar Suhu, Kelembabab dan THI ................................................................. 60
HalamanTeksNo.
xiv
29. Pembagian Ruang, Alokasi ruang, Aktifitas dan Fasilitas .............................. 63
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Peta Orientasi Lokasi ........................................................................................ 11
2. Bagan Alur Pelaksanaan studi ........................................................................... 15
3. Tujuh Sekolah Sampel ..................................................................................... 17
4. Ruang Terbuka Terbangun (RTB) Sekolah ...................................................... 23
5. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah ............................................................... 23
6. Layout Sekolah (a) Letter L, (b) Letter U ......................................................... 24
7. (a) Planter Box, (b) Tanaman Dalam Pot.......................................................... 25
8. Peta SMAN 12 .................................................................................................. 25
9. Peta SMAN 42 .................................................................................................. 25
10. Peta SMAN 44 ................................................................................................ 25
11. Peta SMAN 48 ................................................................................................ 25
12. Peta SMAN 53 ................................................................................................ 31
13. Peta SMAN 81 ................................................................................................ 32
14. Peta SMAN 113 .............................................................................................. 33
15. Lapangan Futsal (a), Lapangan Basket (b) ..................................................... 34
16. Grafik Persentase Fungsi Pohon ..................................................................... 38
17. Grafik Persentase Fungsi Semak ..................................................................... 38
18. Grafik Persentase Fungsi Penutup Tanah ....................................................... 39
19. Grafik Persentase Fungsi Semak ..................................................................... 40
20. Konsep Pembagian Ruang dalam sekolah ...................................................... 62
21. Rekomendasi Model Sekolah .......................................................................... 64
HalamanTeksNo.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Tanaman Pohon Pada 7 Sekolah Sampel ............................................... 69
2. Daftar Tanaman Semak/Perdu Pada 7 Sekolah Sampel .................................... 74
3. Daftar Tanaman Penutup Tanah Pada 7 Sekolah Sampel ................................. 78
4. Daftar Tanaman Merambat Pada 7 Sekolah Sampel......................................... 80
5. Daftar Tanaman Air Pada 7 Sekolah Sampel .................................................... 81
6. Daftar Pertanyaan dan Persentase Jawaban dalam Kuisioner ........................... 82
7. Peranan RTH Berdasarkan GBIM Tingkat SMA ............................................. 92
HalamanTeksNo.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi Warga Negara
Indonesia. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 5 (1) disebutkan, setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Bahkan dalam Undang Undang Dasar 1945 tertuang salah satu cita-cita nasional
yang harus kita perjuangkan bersama, yaitu upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui pendidikan. Masa depan suatu bangsa ditentukan oleh sumber
daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Dengan SDM yang berkualitas tinggi
diharapkan secara signifikan dapat menjadi subjek dalam pembangunan agar lebih
berhasil mengelola sumber daya (resources) bagi kepentingan kesejahteraan
masyarakat. Untuk itu peran sebuah lembaga pendidikan, dalam hal ini
keberadaan fisik dan lingkungan suatu sekolah penting untuk dicermati.
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) menurut UU No. 20 Tahun 2003
merupakan jenjang pendidikan formal tingkat menengah yang dikelola oleh
pemerintah di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Keberadaan lembaga
pendidikan ini cukup menjadi pusat perhatian dan tak jarang menjadi barometer
kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk menjadi siswa SMAN harus melalui ujian
saringan masuk terlebih dahulu untuk menjaga kualitas peserta didik.
Menurut Sartain dalam Hasbullah (2008), yang dimaksud lingkungan
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Secara umum,
sekolah-sekolah diperkotaan mempunyai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
sangat terbatas sehingga mempengaruhi kualitas lingkungan. Dengan demikian
peningkatan kualitas RTH sangat diperlukan.
Upaya penataan ruang terbuka hijau (RTH) pada sekolah tentunya tidak
mudah, isu menurunnya kualitas lingkungan yang makin sering terdengar tidak
serta merta membuat warga sekolah sadar akan pentingnya sebuah lingkungan
sekolah yang asri. Menurunnya kualitas udara di perkotaan, minimnya ruang
terbuka hijau, banjir tahunan, dan intrusi air laut dapat mengganggu kegiatan
manusia, termasuk kegiatan belajar mengajar. Untuk itu diperlukan upaya
perbaikan lingkungan, khususnya lingkungan sekolah.
2
Salah satu upaya perbaikan lingkungan khususnya lingkungan sekolah
yaitu dengan meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau (RTH). Menurut Nurisjah
dan Pramukanto (1995) adanya RTH di kawasan perkotaan merupakan salah satu
bagian dari kota yang sangat penting nilainya, tidak hanya ditinjau dari segi fisik
dan sosial, tetapi juga dari nilai ekonomi dan ekologis. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa secara fungsional, tersedianya RTH di perkotaan merupakan “paru-paru”
bagi lingkungannya dan “penyembuhan psikis” bagi pemakainya, memperlihatkan
adanya keseimbangan antara tata hijau yang menyegarkan dan struktur bangunan
yang bersifat kaku, juga berfungsi untuk menghasilkan suatu nilai estetika yang
tinggi bagi lingkungan sekitarnya.
2. Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut :
1. Menginventarisasi kondisi ruang terbuka di SMA Negeri Jakarta Timur dan
penggunaannya.
2. Menginventarisasi elemen ruang terbuka hijau (RTH) di SMA Negeri Jakarta
Timur
3. Mengetahui persepsi dan preferensi pengguna terhadap ruang terbuka hijau
(RTH) di SMA Negeri Jakarta Timur dan pemanfaatannya
4. Membuat model lanskap sekolah dan rekomendasi pemanfaatan ruang
terbuka hijau (RTH) sekolah
3. Manfaat
Hasil dari studi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
pengelola sekolah khususnya dan pihak-pihak yang terkait dengan dunia
pendidikan pada umumnya dalam hal perbaikan dan menjadi rujukan dalam
perencanaan tapak untuk pembangunan sekolah.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lanskap Sekolah
Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang di sekeliling manusia
mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan. Menurut Hubbard dan
Kimball (1917) dalam Laurie (1986), arsitektur lanskap adalah bidang seni yang
menitik beratkan pada fungsi kreasi dan pelestarian keindahan lingkungan di
sekitar tempat tinggal manusia dan pada lingkup alam yang lebih luas lagi selain
itu berkaitan dengan peningkatan kenyamanan, kemudahan dan kesehatan
penduduk perkotaan. Senada dengan Rachman (1984), arsitektur lanskap adalah
bidang ilmu dan seni yang mempelajari pengaturan ruang dan massa di alam
terbuka (tata ruang luar) dengan mengkomposisikan elemen-elemen lanskap alami
maupun buatan manusia, beserta segenap kegiatan di dalamnya, agar tercipta
kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia beserta makhluk hidup lainnya, selaras
dengan faktor ruang, waktu dan geraknya.
Flemming dan Tscharner (1981) dalam Titidarmila (1999) berpendapat
bahwa penataan tempat pendidikan akan melekat dalam ingatan, ada tempat-
tempat atau objek khusus yang menjadi kenangan tersendiri bagi guru atau para
murid dimana diharapkan akan didapat kenangan yang positif. Menurut Gagne
dan Briggs (1979) dalam Suparno (2000) menambahkan, bahwa perencanaan
pengajaran harus berdasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana individu
belajar agar diketahui bagaimana kondisi-kondisi harus ditata.
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi
pelajaran. Menurut tingkatannya, sekolah dibagi menjadi tingkat dasar (SD),
menengah (SMP), lanjutan (SMA) dan tinggi. Dinas Pekerjaan Umum (2002)
menyebutkan, sekolah adalah tempat dimana berlangsung kegiatan guru mengajar
dan murid belajar. Suparno (2000) memberikan pengertian belajar secara umum
merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen
sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Bloom (1974) dalam
Suparno (2000) menyatakan, terdapat tiga kategori belajar yang dikenal, antara
lain domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah-
ranah ini merupakan perilaku yang diniatkan untuk ditunjukkan oleh pelajar
dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (ranah kognitif),
4
bagaimana mereka bersikap dan merasakan sesuatu (ranah afektif) serta
bagaimana mereka berbuat (ranah psikomotorik).
Block (1974) dalam Suparno (2000) mengatakan konsep belajar tuntas
berdasarkan pikiran bahwa siswa dapat mencapai penguasaan yang integral bila
kepadanya disediakan kondisi belajar yang sesuai. Suparno (2000) menambahkan,
bahwa dalam menumbuhkan situasi yang mendukung proses belajar, hakikat dan
kualitas interaksi belajar menjadi sangat penting. Struktur kooperatif dibanding
dengan struktur kompetisi dan usaha individual lebih menunjang komunikasi
diantara siswa yang lebih efektif dan pertukaran informasi yang saling membantu
tercapainya hasil belajar yang baik.
Pada umumnya SMA berprestasi memiliki sarana dan prasarana yang
baik, yakni luas tanah yang cukup luas, tempat parkir, lapangan olah raga, tempat
bermain atau jenis kegiatan lain, ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, ruang
kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, alat bantu/peraga mata pelajaran,
serta berbagai macam alat elektronik untuk menunjang mata pelajaran. Pengadaan
sarana dan prasarana untuk memungkinkan terlaksananya proses pembelajaran,
seperti pusat sumber belajar merupakan salah satu alternatif yang harus
dikembangkan baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun di lembaga
kemasyarakatan. Fasilitas tersebut harus disertai dengan pengaturan yang tertib
dan benar-benar memberikan kemudahan untuk belajar (Suparno, 2000).
2. Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang-ruang terbuka
(open spaces) suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
(endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung
yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Ruang terbuka hijau
memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga kelangsungan
hidupnya. Tanpa keberadaan ruang terbuka hijau di kota akan mengakibatkan
ketegangan mental bagi manusia yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu,
perencanaan ruang terbuka hijau harus dapat memenuhi keselarasan harmoni
antara struktural kota dan alamnya, bentuknya bukan sekedar taman, lahan kosong
5
untuk rekreasi atau lahan penuh tumbuhan yang tidak dapat dimanfaatkan
penduduk kota (Simond, 1983).
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988, ruang
terbuka hijau adalah bagian dari ruang terbuka kota yang didefinisikan sebagai
ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pada penghijauan tanaman atau
tumbuhan secara alamiah maupun buatan (budidaya tanaman) seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan, dan lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan dikatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu
kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung
manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi
(a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH
non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga,
pemakaman). Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (a)
bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor,
linear). Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi
menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH
kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-
kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status
kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang
berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah
(taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran
dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota) dan (b) RTH privat atau non
publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat (taman rumah
tinggal).
Jenis-jenis RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.01 tahun
2007 adalah :
1. Taman kota
2. Taman wisata alam
3. Taman rekreasi
6
4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman
5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial
6. Taman hutan raya
7. Hutan kota
8. Hutan lindung
9. Bentang alam, seperti gunung, bukit, lereng dan lembah
10. Cagar alam
11. Kebun raya
12. Kebun binatang
13. Pemakaman umum
14. Lapangan olah raga
15. Lapangan upacara
16. Parkir terbuka
17. Lahan pertanian perkotaan
18. Jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)
19. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa
20. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian
21. Kawasan dan jalur hijau
22. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara
23. Taman atap (roof garden)
Tujuan dibentuk atau disediakannya ruang terbuka hijau di wilayah
perkotaan, antara lain untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan sebagai
pengaman sarana lingkungan perkotaan dan menciptakan keserasian lingkungan
alam dan lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan manusia
(INMENDAGRI No. 14 Tahun 1988). Maksud diselenggarakannya RTH menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 adalah untuk menjaga kelestarian
dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial
dan budaya dengan luasan yang harus direncanakan sebesar lebih kurang 25 %
dari luas wilayah. Menurut Purnomohadi (2006), RTH memiliki fungsi utama
(intrinsik) yaitu fungsi bio-ekologis dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi
arsitektural, sosial dan ekonomi. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam
7
lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang
sehat dan manusiawi
RTH dibangun dari kumpulan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi
dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya.
Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri, sempadan
badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang juga berbeda yang
selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda. Jenis
tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki keunggulan tertentu
(ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam wilayah kota tersebut
menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut, yang selanjutnya akan
dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman hayati wilayahnya dan
juga nasional.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mewujudkan rancangan,
penanaman dan kelestarian RTH maka sifat dan ciri serta kriteria arsitektural dan
hortikultural tanaman penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam
menyeleksi jenis-jenis tanaman yang akan ditanam. Beberapa kriteria umum
tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan antara lain:
1. disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota
2. mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara
dan air yang tercemar)
3. tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme)
4. perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang
5. tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural
6. dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
7. bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau oleh
masyarakat
8. prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal
9. keanekaragaman hayati
8
3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau (RTH) mempunyai banyak manfaat, diantaranya
manfaat estetis, orologis, hidrologis, klimatologis, edaphis, ekologis, protektif,
higienis, dan edukatif (Nazaruddin 1994 dan Eckbo 1964 dalam Yuliasari 2008).
Adapun secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Manfaat estetis
Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman yang sengaja
ditata sehingga tampak menonjol keindahannya, serta dapat menciptakan
pemandangan yang menyejukkan.
b. Manfaat orologis
Manfaat ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah terutama
longsor serta menjaga kestabilan tanah.
c. Manfaat hidrologis
Daerah hijau sangat penting sebagai daerah persediaan air tanah. Struktur
akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan,
sehingga air tidak mengalir di atas tanah (run off) melainkan dapat terserap
oleh tanah. Hal ini sangat mendukung proses daur alami air tanah,
sehingga dapat menguntungkan kehidupan manusia.
d. Manfaat klimatologis
Faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, ketinggian tempat,
dan sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang
sangat besar pengaruhnya terhadap manusia. Keberadaan vegetasi dapat
menunjang faktor-faktor iklim tersebut. Efek rumah kaca akan dikurangi
oleh banyaknya vegetasi dalam suatu daerah, bahkan adanya vegetasi
dapat menambah kenyamanan dan kesejukan lingkungan.
e. Manfaat edaphis
Manfaat ini berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa diperkotaan
yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang tempat
huniannya. Lingkungan hijau akan memberi tempat yang nyaman bagi
satwa.
9
f. Manfaat ekologis
Kehidupan makhluk hidup di alam ini memiliki ketergantungan satu sama
lain dan dapat hidup nyaman apabila ada kesatuan. Apabila salah satunya
musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu hidupnya.
g. Manfaat protektif
Vegetasi dapat menjadi pelindung bagi manusia dari teriknya sinar
matahari, terpaan angin kencang, maupun kebisingan.
h. Manfaat higienis
Vegetasi bermanfaat dalam mengurangi bahaya polusi udara, karena
dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di
udara. Selain itu vegetasi juga mampu menghasilkan oksigen yang
dibutuhkan manusia.
i. Manfaat edukatif
Adanya koleksi tanaman dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam
seperti kebun raya dan taman bunga dapat menambah pengetahuanbagi
generasi mendatang.
Manfaat RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.01 Tahun
2007 adalah (a) sarana untuk mencerminkan identitas daerah; (b) sarana
penelitian, pendidikan dan penyuluhan; (c) sarana rekreasi aktif dan pasif serta
interaksi sosial; (d) meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; (e)
menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; (f) sarana aktivitas
sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; (g) sarana ruang evakuasi
untuk keadaan darurat; (h) memperbaiki iklim mikro; dan (i) meningkatkan
cadangan oksigen di perkotaan.
RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota
secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan
berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan
sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring
habitat kehidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi,
arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan
dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan
10
kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung
arsitektur kota.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam
pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk
dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan
manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti
perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI
Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi
tercantum pada Tabel 1. Gambar 1 menunjukkan letak lokasi dari sekolah sampel.
Gambar 3 menunjukkan penampilan dari sekolah sampel.
Gambar 1. Peta Orientasi Lokasi
Tabel 1. Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang Diteliti No. Sekolah Alamat
1 SMAN 12 Jl. Pertanian
2 SMAN 42 Jl. Rajawali
3 SMAN 44 Jl. Delima IV Perumnas Klender
4 SMAN 48 Jl. Pinangranti II Taman Mini
5 SMAN 53 Jl. Cipinang Jaya 2 B
6 SMAN 81 Jl. Kompleks KODAM/Kartika Ekapaksi
7 SMAN 113 Jl. Albaido 1
12
2. Batasan dan Pendekatan Penelitian
Penelitian dibatasi pada penampilan kondisi fisik sekolah secara umum,
penataan halaman dari bangunan sekolah, keberadaan sarana outdoor sebagai
fasilitas penunjang kegiatan, persepsi dan preferensi pengguna terhadap elemen
yang ada pada lanskap sekolah dan pemanfaatannya.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observatif yang dilakukan pada 7
sampel Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur. Studi bersifat deskriptif
dan dilakukan dengan metode survei. Adapun tahapan studi yang dilakukan :
3.1.Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan studi, pembuatan usulan studi,
serta penentuan lokasi sekolah yang akan dipilih. Selain itu dilakukan kegiatan
persiapan sebelum survei ke lapang, diantaranya permohonan izin mengadakan
penelitian, pembuatan daftar isian data biofisik dan sosial, daftar pertanyaan
dalam kuisioner, daftar lokasi, daftar peta, daftar peralatan yang dibutuhkan,
petunjuk pelaksanaan dan penyusunan jadwal survei.
3.2.Tahap Survei
Pelaksanaan survei dilakukan pada sampel sekolah secara visual dan
pengukuran fisik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menginventarisasi kondisi
fisik, biofisik, dan sosial pada lanskap sekolah. Sementara untuk mengetahui
persepsi dan preferensi pengguna terhadap ruang terbuka hijau (RTH) dilakukan
wawancara dan pengisian kuisioner. Wawancara dilakukan terhadap pihak
pengelola, sedangkan kuisioner dibagikan pada sebagian siswa, guru, dan pegawai
sekolah. Pencarian data sekunder diperoleh dari sekolah yang bersangkutan
melalui kantor tata usaha, kantor kewilayahan seperti dinas-dinas yang terkait, dan
dari penelusuran pustaka. Daftar data yang dikumpulkan dirangkum dalam Tabel
2.
13
3.3.Tahap Analisis dan Sintesis
Pada tahap ini dilakukan penyeleksian data, penyusunan data secara
sistematis dalam bentuk tabel, diagram, grafis, serta peta, yang kemudian
dilakukan penilaian dan analisis sintesis. Data sekunder dan primer dianalisa
secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui permasalahan yang ada lalu
ditemukan alternatif-alternatif pemecahannya. Analisis yang dilakukan meliputi:
1. Analisis kondisi fisik
Analisis kondisi fisik adalah menganalisis hasil inventarisasi secara
deskriptif. Data yang dianalisis mencakup data mengenai kondisi fisik sekolah,
lanskap sekitar tapak, penggunaan ruang, tata letak/layout.
2. Analisis Ruang Terbuka Hijau
Analisis terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah menggunakan 2
metode, yaitu analisis fungsi vegetasi dan nilai dominansi. Analisis fungsi
vegetasi digunakan untuk mengetahui fungsi dari masing-masing vegetasi yang
ada pada RTH sekolah, sehingga didapatkan persentase dari masing-masing
fungsinya. Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai yang menunjukkan tingkatan
dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sekolah
sampel. Masing-masing spesies tanaman memiliki nilai yang menunjukkan
seberapa banyak jumlah tanaman tersebut ditemukan di antara tanaman spesies
lain di tujuh sekolah sampel dengan menggunakan rumus penghitungan
FR =
100%
3. Analisis persepsi dan preferensi pengguna
Analisis terhadap persepsi dan preferensi pengguna menggunakan metode
wawancara dan menyebar kuisioner. Jumlah responden masing-masing sekolah
terdiri dari 20 siswa dan 5 guru. Wawancara dilakukan pada Wakil Kepala
Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Kasudin Dikmen Jakarta Timur dan Staf
Ahli KNLH.
4. Analisis daya dukung
Analisis daya dukung pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah dihitung
dengan menggunakan rumus pendugaan daya dukung. Menurut Boulon (1992)
14
dalam Nurisjah (2003), menyatakan bahwa secara umum rumus untuk
menghitung daya dukung adalah sebagai berikut:
DD = SA
Dimana,
DD = Daya dukung
A = Luas area (m2)
S = Standar rata-rata individu (orang/m2)
5. Analisis kenyamanan
Analisis kenyamanan dilakukan dengan metode penghitungan
Temperature Humidity Index (THI). THI adalah indeks yang menunjukkan tingkat
kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai suhu dan kelembaban
udara relatif. Dalam studi ini sampel suhu di ambil pada waktu pagi, siang, dan
sore hari, masing-masing di tiga tempat berbeda, di bawah naungan pohon, di
lapangan (tanpa naungan) dan di dalam ruang kelas. Dengan menggunakan THI
dapat diketahui kenyamanan dari sekolah sampel, bila nilai THI lebih dari 27
maka dikatakan tidak nyaman. Menurut Fandeli (2009) THI dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
THI = 0,8T + 500
* TRH
THI = Temperature Humidity Index
T = Suhu udara rata-rata (°C)
RH = Relative Humidity rata-rata (%)
Nilai rata-rata suhu udara (T) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
T = ( )4
2 TsoreTsiangTpagix ++
Sedangkan nilai rata-rata kelembaban relatif (RH) harian dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
RH = ( )3
RHsoreRHsiangRHpagi ++
15
3.4.Tahap Pembuatan Rekomendasi
Penyusunan rekomendasi pemanfaatan RTH dilakukan berdasarkan proses
analisis sintesis dari data yang ada, baik data primer maupun sekunder.
Penyusunan rekomendasi mempertimbangkan karakter umum dari sampel sekolah
yang ada. Rekomendasi disusun sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak
yang terkait. Bagan alur pelaksanaan studi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bagan Alur Pelaksanaan studi
4. Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui survei, kuisioner, pengamatan langsung,
wawancara, dan studi literatur. Analisis terhadap data hasil kerja dilakukan secara
deskriptif, kuantitatif maupun kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan
langsung di lapang, pengisian kuisioner dan wawancara dengan user (warga
sekolah). Sedangkan data yang diperoleh dari studi literatur yang berasal dari
buku-buku, internet, brosur, skripsi, serta sumber pustaka lainnya. Kelompok,
jenis, bentuk, dan cara pengambilan data pada kegiatan penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tujuan Studi
Permasalahan Potensi
Pengembangan
Penggunaan Ruang Terbuka Elemen RTH Persepsi dan preferansi pengguna Usulan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Sekolah
Analisis
Tujuan lanskap sekolah
Kriteria, peraturan dan persyaratan
Inventarisasi data fisik dan
biofisik
Survei
Karakter sekolah
16
Tabel 2. Jenis, Bentuk dan Cara Pengambilan Data
Kelompok Data Jenis Data Bentuk Data Cara Pengambilan
Umum
• Lokasi dan aksesibilitas • Kondisi fisik wilayah studi
(iklim, titik banjir, topografi, dll)
• Kondisi sosial • Pengukuran suhu, RH, dan
THI
Primer, sekunder Sekunder Sekunder Primer
Survei, URL Studi pustaka Studi pustaka Survei
Ruang dan Penggunaannya
• Luas lahan • Luas bangunan • Luas RTH • Luas RTB • Penggunaan ruang terbuka • Penggunaan ruang terbangun • Lanskap sekitar tapak • Layout/tata letak sekolah
Primer, sekunder Sekunder Primer, sekunder Primer, sekunder Primer Primer Primer Primer
Survei, Studi pustaka Studi pustaka Survei, Studi pustaka Survei, Studi pustaka Survei Survei Survei Survei
Vegetasi
• Fungsi • Spesies • Posisi • Jumlah dan komposisi
Primer Primer Primer Primer
Survei Survei, wawancara Survei Survei
Desain RTH • Gaya taman • Persentase penggunaan
Primer Primer
Survei Survei
Elemen Keras • Jenis • Fungsi • Posisi
Primer Primer Primer
Survei Survei Survei
Sosial
• Aktifitas • Jumlah jam belajar • Prestasi • Persepsi • Keinginan user
Primer Primer Primer Primer Primer
Survei Survei, wawancara Wawancara Kuisioner Kuisioner
Pemeliharaan
• Penyapuan • Penyiraman • Pembuangan sampah • Pemangkasan • Penyiangan • Pemupukan • Penyulaman
Primer Primer Primer Primer Primer Primer Primer
Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara
17
Sekolah Nomor 1 (SMAN 12) Sekolah Nomor 2 (SMAN 42)
Sekolah Nomor 3 (SMAN 44) Sekolah Nomor 4 (SMAN 48)
Sekolah Nomor 5 (SMAN 53) Sekolah Nomor 6 (SMAN 81)
Sekolah Nomor 7 (SMAN 113)
Gambar 3. Tujuh Sekolah Sampel Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi Umum Jakarta Timur
1.1. Letak Geografis Jakarta Timur
Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1966 tentang pembagian wilayah-
wilayah dalam dekonsentralisasi maka Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibagi
menjadi 5 wilayah administrasi, yaitu: Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat,
Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Kotamadya Jakarta Timur terletak di antara koordinat 106o49’35” BT-
106°59’22” BT dan 06o10’37” LS - 06°23’42” LS serta mempunyai ketinggian
rata-rata 6 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kotamadya Jakarta Timur
mempunyai luas wilayah 188,03 km2 dan dialiri 5 buah sungai di dalamnya, yaitu:
Ci (Sungai) Liwung, Sungai Sunter, Kali Malang, Kali Cipinang, dan Cakung
drain. Luas wilayah Jakarta Timur per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.
Batas-batas wilayah kota meliputi :
• Utara : Kotamadya Jakarta Pusat dan Kotamadya Jakarta Utara
• Timur : Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi
• Selatan : Kabupaten Bogor
• Barat : Sungai Ciliwung dan Kotamadya Jakarta Selatan
Tabel 3. Luas Wilayah per Kecamatan Tahun 2007
Nama Kecamatan Luas Area (km2) % Terhadap Kotamadya
Jakarta Timur Pasar Rebo 12,98 6,90 Ciracas 16,08 8,55 Cipayung 28,45 15,13 Makasar 21,86 11,63 Kramat Jati 13,00 6,91 Jatinegara 10,25 5,45 Duren Sawit 22,65 12,05 Cakung 42,28 22,49 Pulo Gadung 15,60 8,30 Matraman 4,88 2,60 Jumlah 188,03 100 Sumber: BPS Jakarta Timur Tahun 2007
19
1.2. Iklim
Jakarta Timur memiliki suhu rata-rata 27°C, curah hujan rata-rata 243,14
mm/bulan dengan curah hujan terbesar jatuh pada bulan Februari (1.081,4
mm/bulan) dan terendah jatuh pada bulan Juli (6,6 mm/bulan). Letak wilayah di
daerah khatulistiwa dan dipengaruhi oleh angin musim timur yang terjadi pada
bulan Mei sampai dengan Oktober dan angin musim barat pada bulan November
sampai dengan April seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2007 tekanan udara di Jakarta
Timur rata-rata sebesar 1.011,5 mb. Tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan
Agustus (1.012,5 mb) dan terendah pada bulan Desember (1.010,0 mb). Rata-rata
kelembaban udara sebesar 77,7%. Kelembaban udara tertinggi terjadi di bulan
Pebruari (86%) dan terendah pada bulan September (70%). Rata-rata kecepatan
angin 3,3 knot/jam, dengan kecepatan angin tertinggi ada pada bulan Januari dan
Maret (5 knot/jam) dan terendah pada bulan April (2 knot/jam).
Tabel 4. Keadaan Iklim Jakarta Timur Tahun 2007
Bulan Curah Hujan
(mm)
Tekanan Udara (mb)
Kelembaban Udara (%)
Kecepatan angin
(knot/jam) Januari 274,9 1.012,4 75 5 Februari 1.081,4 1.012,2 86 3 Maret 144,0 1.010,9 78 5 April 310,8 1.011,6 85 2 Mei 53,1 1.011,7 80 3 Juni 127,0 1.010,1 79 2 Juli 6,6 1.011,8 75 3 Agustus 64,8 1.012,5 72 3 Septrmber 27,4 1.012,3 70 3 Oktober 168,0 1.011,1 74 3 November 126,4 1.011,1 75 4 Desember 533,3 1.010,0 83 4 Jumlah 2917,7 12.137,7 932 40 Rata-rata/bulan 243,14 1.011,5 77,7 3,3 2006 163,7 1.011,6 75,4 3,7 2005 150,0 1.009,7 80 3,3 Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Tahun 2007
20
1.3. Pendidikan
Peningkatan partisipasi sekolah penduduk diimbangi dengan penyediaan
fisik sarana pendidikan. Menurut data Sudin Dikdas dan Sudin Dikmen Jakarta
Timur, di wilayah Jakarta Timur terdapat 850 Sekolah Dasar (SD), 569 Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan 134 Sekolah Menengah Atas. Dengan jumlah
siswa masing SD, SMP, dan SMA masing-masing sebanyak 261.000, 113.00, dan
57.000. sementara jumlah guru SD, SMP, dan SMA masing-masing 11.000,
6.900, dan 4.800. Sehingga rasio murid-guru SD sekitar 23,27; SMP sekitar
16,26; SMA sekitar 11,79 (Tabel 5).
Tabel 5. Jumlah Sekolah, Gedung, Guru, Murid Menurut Tingkatan Tahun 2007 Tingkat
Pendidikan Sekolah Gedung Guru Murid
Rasio
Murid-Guru
SD 850 706 11.218 261.029 23,27
Negeri 679 540 7.567 216.905 28,66
Swasta 171 166 3.651 44.124 12,08
SMP 569 242 6.949 112.985 16,26
Negeri 96 96 3.716 84.789 22,82
Swasta 473 146 3.233 28.196 8,72
SMA 134 134 4.809 56.699 11,79
Negeri 39 39 2.340 33.739 14,42
Swasta 95 95 2.469 22.960 9,30
Sumber: Sudin Dikdas dan Sudin Dikmen Jakarta Timur Tahun 2007
2. Data dan Analisis
2.1. Lanskap Sekitar Tapak
Tapak yang dimaksud adalah sekolah dengan lingkungan tetangganya,
yaitu pada sisi depan, belakang, kanan serta kiri dari lokasi sekolah. Dari hasil
survey dapat dilihat semua sekolah berada di tepi jalan yang dapat dilalui
kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Sekolah lokasi studi memiliki kondisi lanskap sekitar yang beragam, pada
sisi kanan sekolah didapati 14,29% sekolah bersebelahan dengan sekolah lain,
42,86% sekolah bersebelahan dengan perumahan, 14,29% sekolah bersebelahan
21
dengan perkantoran, 14,29% sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi
semak, dan 14,29% sekolah bersebelahan dengan pasar.
Pada sisi kiri sekolah, didapati 42,86% sekolah bersebelahan dengan
sekolah lain, 28,57% sekolah bersebelahan dengan komplek perumahan, dan
28,57% bersebelahan dengan komplek pertokoan. Pada sisi depan didapati
14,29% sekolah berhadapan dengan sekolah lain, 28,57% sekolah berhadapan
dengan komplek perumahan, 57,14% sekolah berhadapan dengan pertokoan. Pada
sisi belakang, 71,43% sekolah membelakangi deretan perumahan, 14,29%
sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi semak, dan 14,29% sekolah
bersebelahan dengan pasar. Jumlah sekolah dan persentase sekolah dengan batas-
batasnya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Lanskap Sekitar Tapak Sekolah Lanskap Bagian Keterangan Jumlah sekolah
(n) Persentase
(%)
Kanan
Sekolah lain 1 14,29 Komplek perumahan 3 42,86 Pertokoan - - Perkantoran 1 14,29 Semak 1 14,29 Pasar 1 14,29
Kiri
Sekolah lain 3 42,86 Komplek perumahan 2 28,57 Pertokoan - - Perkantoran 2 28,57 Semak - - Pasar - -
Depan
Sekolah lain 1 14,29 Komplek perumahan 2 28,57 Pertokoan 4 57,14 Perkantoran - - Semak - - Pasar - -
Belakang
Sekolah lain - - Komplek perumahan 5 71,43 Pertokoan - - Perkantoran - - Semak 1 14,29 Pasar 1 14,29
Sumber: Survei, 2010
22
2.2. Penggunaan Ruang
Berdasarkan hasil survey, pengamatan, dan perolehan data yang dimiliki
masing-masing sekolah, terdapat angka penggunaan ruang yang bervariasi. Luas
total tanah yang ada mulai dari 2.351 m2 sampai dengan 15.354 m2, sehingga
luasan rata-rata 7.921 m2. Luas total tanah yang paling kecil yaitu pada SMAN 12,
sedangkan yang paling luas yaitu SMAN 113 yang merupakan SMA Negeri
terluas kedua di DKI Jakarta. Ruang terbangun (RB) berisi bangunan yang berdiri
di atas luasan tanah tersebut, luasan RB yang ada antara lain mulai dari 1.750 m2
sampai dengan 4.500 m2, di mana RB yang paling kecil terdapat pada SMAN 12
dan yang terluas ada pada SMAN 44, dengan luas rata-rata RB sebesar 3.351 m2.
Ruang terbuka (RT) atau ruang yang tidak diisi oleh bangunan mulai dari 601 m2
sampai dengan 11.422 m2. Ruang inilah yang digunakan untuk bermacam-macam
kegiatan pendidikan di luar kelas (Gambar 4-5).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu bagian yang mengisi
Ruang Terbuka (RT), luasan RTH yang dijumpai mulai dari 96 m2 sampai dengan
8.206 m2, RTH yang paling kecil ada pada SMAN 12 sedangkan sekolah dengan
RTH yang paling luas yaitu SMAN 113. Rata-rata luasan RTH pada semua
SMAN yaitu 2.501. Ruang Terbuka Hijau pada sekolah dapat berupa kebun,
taman sekolah, jalur hijau, lapangan rumput, hutan sekolah, atau taman tanaman
obat keluarga (TOGA). Ruang Terbuka Terbangun (RTB) merupakan ruang
terbuka yang berisi elemen keras penunjang kegiatan outdoor. Elemen keras
tersebut dapat berupa tempat parkir, shelter, area duduk-duduk, lapangan olah
raga dengan bentuk dan ukuran tertentu beralaskan paving block, beton, asphalt,
dan lain sebagainya. RTB yang dijumpai pada sekolah studi berkisar antara 505
m2 hingga 3.216 m2. Seperti yang terlihat pada Tabel 8, sekolah dengan luas RTB
terkecil yaitu SMAN 12 sedangkan yang memiliki RTB terluas yaitu SMAN 113,
dengan luasan rata-rata sebesar 2.069 m2.
23
Tabel 7. Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah
Sekolah Luas (m2)
Ruang Terbangun
(m2)
Ruang Terbuka
(m2)
Ruang Terbuka
Hijau (m2)
Ruang Terbuka
Terbangun (m2)
Koefisien Dasar
Bangunan(%)
SMAN 12 2.351 1.750 601 96 505 74,4 SMAN 42 9.250 3.597 5653 3.629 2.024 38,9 SMAN 44 6.648 4.500 2148 380 1768 67,7 SMAN 48 5.703 3.124 2579 827 1.752 54,8 SMAN 53 7.684 3.250 4434 2.150 2.284 42,3 SMAN 81 8.460 3.302 5158 2.221 2.937 39,0 SMAN 113 15.354 3.932 11422 8.206 3.216 25,6
Rataan 7.921 3.351 4.571 2.501 2.069 49 Sumber: Survei dan Data Sekolah, 2010
Gambar 4. Ruang Terbuka Terbangun (RTB) Sekolah
Gambar 5. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah
24
2.3. Tata Letak/Layout Sekolah
Secara umum, tapak berbentuk segi empat (baik beraturan maupun tak
beraturan), namun ada juga tapak yang berbentuk segi lima. Pintu masuk
menghadap jalan utama, di mana pada pintu masuk juga terdapat pos keamanan.
Lapangan olahraga selain digunakan sebagai tempat berolah raga
umumnya juga digunakan sebagai tempat berlangsungnya upacara bendera,
terletak di tengah-tengah bangunan membentuk leter L atau leter U (Gambar 6).
Posisi ini ditemukan hampir pada semua sekolah sampel studi, dimana semuanya
(100%) beralaskan perkerasan atau paving.
Gambar 6. Layout Sekolah (a) Letter L, (b) Letter U
Ruangan kelas terletak berbaris bersebelahan memanjang dengan koridor
terletak di sampingnya. Deretan kelas saling berhadapan dengan lapangan
olahraga terletak di tengahnya. Ruang guru, ruang tata usaha, dan ruang kepala
sekolah terpisah, umumnya ruang kepala sekolah berdekatan dengan ruang tata
usaha. Selain ruang kelas, dalam deretan ini juga terdapat perpustakaan,
laboratorium, klinik/UKS, ruang serba guna dan toilet. Letak mushalla dan kantin
terpisah dari gedung utama. Dari semua sampel sekolah yang ada memiliki lima
karakter layout yang hampir sama.
Lokasi parkir dekat dengan pintu masuk dan keluar, terdapat pemisahan
antara parkir kendaraan roda dua dengan kendaraan roda empat. Umumnya
sekolah tidak menyediakan tempat parkir untuk kendaraan roda empat, sehingga
parkir untuk kendaraan roda empat ditempatkan di pinggir lapangan, itupun hanya
untuk kendaraan kepala sekolah, guru, atau staff yang lain. Sedangkan untuk
kendaraan roda empat siswa tidak difasilitasi.
(a) (b)
25
Pada bagian depan koridor kelas biasanya di buat planter box atau bak
tanaman yang umumnya berukuran dengan lebar 1-1,5 m dan memanjang
mengelilingi pinggir lapangan (Gambar 7). Bak tanaman tersebut diisi oleh
tanaman hias seperti pohon peneduh, perdu, maupun groundcover. Pada semua
sampel sekolah juga menggunakan tanaman dalam pot ataupun pot gantung untuk
memberikan suasana hijau dan indah karena terbatasnya lahan.
Gambar 7. (a) Planter Box, (b) Tanaman Dalam Pot
(a) (b)
8
26
9
27
10
28
11
29
12
30
13
31
14 32
33
2.4. Sosial
Pengguna/user terdiri atas siswa, guru, staff tata usaha dan staff lainnya.
Jumlah siswa rata-rata 836, yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII. Pengguna
terbanyak dari tapak sekolah adalah remaja yang berusia sekitar 15 tahun hingga
19 tahun. Sedangkan jumlah guru yang tersedia rata-rata 64 orang, karyawan tata
usaha 16 orang, karyawan kebersihan 6 orang.
Proses kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 5 hari dalam
seminggu, mulai hari senin sampai dengan jum’at. Semua sekolah sampel hanya
mengadakan 1 shift rombongan belajar, yaitu pagi dari pukul 06.45 hingga pukul
14.45. Sedangkan pada hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan belajar mengajar biasa berlangsung di dalam ruang kelas atau di
laboratorium, kecuali mata pelajaran olahraga. Kegiatan pelajaran olahraga
dipusatkan di lapangan olahraga atau menggunakan track di luar sekolah,
misalnya di jalan sekitar sekolah ketika olahraga lari. Selain itu, untuk mata
pelajaran seperti fisika dan biologi kadang-kadang menggunakan ruangan di luar
laboratorium ketika praktikum, seperti di kebun, halaman, atau taman toga.
Pada hari Sabtu beberapa sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler,
kegiatan biasanya berpusat di lapangan olahraga (Gambar 15). Kegiatan
ekstrakurikuler yang memanfaatkan ruang terbuka untuk melakukan kegiatannya
antara lain Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR),
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), kelompok pecinta alam, dan berbagai
ekstrakurikuler bidang olahraga, seperti basket, voli, bulu tangkis, sepak bola,
futsal, dan lain-lain. Kegiatan ekstrakurikuler ini terkait dengan keberadaan
fasilitas yang ada di sekolah. Keberadaan fasilitas sekolah yang baik dan sesuai
dapat memberi kontribusi terhadap prestasi yang diperoleh.
Lapangan basket dimiliki semua sekolah (100%), lapangan voli dimiliki
86% sekolah. Lapangan bulutangkis dimiliki oleh 14% sekolah, lintasan lompat
jauh dimiliki 29% sekolah, tenis lapangan dimiliki 14% sekolah, lapangan futsal
dimiliki 100% sekolah (Tabel 8). Keseluruhan fasilitas olahraga ini umumnya
dalam kondisi yang baik dan layak untuk digunakan, kecuali beberapa sekolah
memiliki lapangan yang garis batasnya sudah tidak jelas. Fasilitas olahraga
lapangan basket dan lapangan futsal ini terdapat dalam satu lapangan dimana
34
dalam satu lapangan tersebut terdapat dua fungsi yang berbeda, dapat digunakan
sebagai lapangan basket ataupun lapangan futsal. Biasanya lapangan basket atau
lapangan futsal ini juga digunakan sebagai lapangan utama untuk mengadakan
upacara bendera.
Tabel 8. Fasilitas Lapangan Olahraga
SMA Basket Voli Bulutangkis Lompat jauh
Tenis lapangan Futsal
12 X X 42 X X X X 44 X X X X 48 X X X 53 X X X 81 X X X X 113 X X X X X % 100% 86% 29% 29% 14% 100%
Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada
Berdasarkan penggunaan fasilitas olahraga yang ada disekolah, kegiatan
ekstrakurikuler (ekskul) dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ekskul olahraga
dan non olahraga. Ekskul olahraga diantaranya basket, voli, bulutangkis, sepak
bola dan futsal, dan beladiri. Ekskul basket diselenggarakan oleh 100% sekolah,
demikian juga dengan futsal.
Untuk ekskul non olahraga yang melangsungkan kegiatannya di ruang
terbuka diantaranya Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja
(PMR), Praja Muda Karana (Pramuka), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan
teater. Paskibra diselenggarakan oleh 100% sekolah, PMR diselenggarakan oleh
Gambar 15. Lapangan Futsal (a), Lapangan Basket (b)
b. SMAN 48 a. SMAN 12
35
100% sekolah, Pramuka diselenggarakan oleh 86% sekolah, KIR diselenggarakan
oleh 100% sekolah, dan teater diselenggarakan oleh 86% sekolah (Tabel 9).
Semua sekolah mewajibkan setiap siswanya untuk memilih minimal satu jenis
ekskul untuk diikuti dan termasuk komponen penilaian dalam rapot.
Tabel 9 . Kegiatan Ekstrakurikuler yang Menggunakan Ruang Terbuka
Ekskul Sekolah Sampel Persentase (%) 12 42 44 48 53 81 113 Basket X X X X X X X 100% Voli X X X X X X 86% Bulutangkis X X 29% Futsal X X X X X X X 100% Bela diri X X X X X 71% Paskibra X X X X X X X 100% PMR X X X X X X X 100% Pramuka X X X X X X 86% KIR X X X X X X X 100% Teater X X X X X X 86% Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada
2.5. Aktivitas
Fungsi ruang mengikuti aktivitas yang ada di dalamnya. Fungsi ruang
dalam lingkungan sekolah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi edukatif
dan fungsi non edukatif. Ruang edukatif adalah ruang yang digunakan oleh civitas
academica untuk kegiatan belajar mengajar seperti praktikum dan membaca.
sedangkan ruang non edukatif adalah ruang yang digunakan untuk menunjang
kegiatan selain kegiatan belajar mengajar (Tabel 10).
Ruang dengan fungsi edukatif dapat berupa ruang kelas, ruang
laboratorium, dan perpustakaan. Sedangkan ruang dengan fungsi non edukatif
dibagi menjadi beberapa sub fungsi, antara lain fungsi peribadatan. Sub fungsi
peribadatan yaitu berupa mushalla yang dapat ditemui pada semua sekolah sampel
(100%), dengan aktivitas yang dapat dilakukan antara lain ibadah ritual seperti
solat, mengaji, dan mengambil air wudhu, kadang juga digunakan oleh siswa
sebagai tempat untuk diskusi dan rapat. Sub fungsi selanjutnya adalah fungsi
himpunan siswa yang dimiliki oleh semua sampel sekolah. Ruang sub fungsi
himpunan siswa adalah ruangan yang digunakan siswa sebagai tempat berkumpul
dan melakukan kreativitas di dalamnya, seperti yang terhimpun dalam kegiatan
36
ekstrakurikuler atau organisasi kesiswaan lainnya. Ruang dengan fungsi ini dapat
berupa ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), sekretariat ekskul, koperasi
siswa, dan ruang serbaguna.
Ruang dengan sub fungsi rekreasi didapati pada kantin (dimiliki oleh
100% sekolah sampel), koperasi (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), taman
sekolah (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), dan lapangan olahraga (dimiliki
oleh 100% sekolah sampel). Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain berjalan,
duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jual-
beli, mengadakan pertunjukan teater atau drama, olahraga, menonton
pertandingan, kegiatan ekskul lainnya. Ruang dengan sub fungsi sirkulasi terdapat
pada area parkir (dimiliki oleh 100% sekolah sampel) dan jalan di dalam sekolah
(dimiliki oleh 100% sekolah sampel). Sedangkan ruang dengan sub fungsi
penyangga dapat berupa area penghijauan seperti kebun yang biasa terletak pada
bagian belakang sekolah atau jalur hijau yang diisi dengan tanaman penahan
angin, peredam bising, sekaligus peneduh yang juga ditemui pada lingkar luar
lokasi sekolah.
Tabel 10 . Penggunaan Ruang dan Fasilitas No Fungsi Aktivitas Fasilitas 1 Edukatif Belajar mengajar,
praktikum, membaca, olahraga, rapat, upacara bendera
Kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, ruang guru, ruang kepala sekolah
2 Non edukatif • Peribadatan • Himpunan siswa • Kesehatan • Rekreasi • Sirkulasi • Penyangga
Ritual ibadah Rapat, diskusi Berobat, istirahat Berjalan, duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jual beli, olahraga, menonton pertandingan, kegiatan ekskul Berjalan, berkendara Pasif
Mushalla Ruang OSIS, sekretariat ekskul Klinik, UKS Taman sekolah, plaza, kantin, koperasi, lapangan olahraga Parkir, jalan di dalam sekolah Area penghijauan
Sumber: Survei, 2010 2.6. Tanaman Lanskap Sekolah
37
Dari hasil survey dan pengamatan, dijumpai sekitar 15 spesies pohon
hingga 37 spesies pohon di setiap sekolah sampel, dan terindikasi sekitar 74
spesies pohon. Masing-masing sekolah memiliki semak mulai dari 4 spesies
hingga 48 spesies, dan terindikasi sekitar 63 spesies semak. Masing-masing
sekolah memiliki tanaman penutup tanah (groundcover) mulai dari 6 spesies
hingga 13 spesies, dan terindikasi sekitar 28 spesies tanaman penutup tanah
(groundcover). Tanaman merambat hanya dimiliki oleh lima sekolah, dimana
masing-masing sekolah memiliki tanaman merambat mulai dari 1 spesies hingga 6
spesies, dan terindikasi sekitar 11 spesies tanaman merambat. Tanaman air hanya
dimiliki oleh tiga sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki tanaman air
mulai dari 1 spesies hingga 3 spesies, dan terindikasi sekitar 4 spesies tanaman
air.
2.6.1. Fungsi Kontrol Visual
Tanaman yang ada di lingkungan sekolah sampel terdiri dari pohon, semak
atau perdu, penutup tanah, tanaman merambat, serta tanaman air. Fungsi visual
dari tanaman lanskap ini antara lain sebagai pembentuk estetika, peneduh,
pengarah, screen, dan sebagai alas. Sedangkan dari segi biofisik, tanaman lanskap
sekolah sampel ini memiliki fungsi antara lain kontrol angin, filter radiasi
matahari, pencegah banjir, peredam bising, dan penyerap polutan. Dari segi sosial,
tanaman ini dapat digunakan oleh user sebagai obyek ilmu pengetahuan atau bisa
juga sebagai komoditas ekonomi dalam skala kecil.
Pohon
Dari jumlah pohon yang ada, masing-masing memiliki fungsi tertentu pada
masing-masing sekolah. Untuk fungsi peneduh didapat dari pengamatan bentuk
kanopi, posisi, dan ketinggian. Diperoleh nilai rataan dari penggunaan pohon
sebagai peneduh adalah 34,75% dari jumlah total pohon yang ada. Penggunaan
pohon untuk fungsi estetik rata-rata yaitu 30,07%. Penggunaan pohon dengan
fungsi sebagai pengarah rata-rata 21,35%, sebagai penghalang pandangan / screen
rata-rata sebanyak 13,83% (Gambar 16).
38
Semak
Pada semak teridentifikasi empat fungsi utama, yaitu fungsi estetik, fungsi
pengarah, fungsi screen, dan fungsi pembatas. Semak dengan fungsi estetika
dimiliki oleh semua sekolah dengan rata-rata penggunaan tertinggi yaitu 55,25%.
Semak sebagai pengarah memiliki nilai rataan penggunaan sebesar 10,58%.
Semak sebagai screen rata-rata sebanyak 8,34%, biasanya semak ini digunakan
untuk menutupi pemandangan yang kurang baik. Semak dengan fungsi sebagai
pembatas atau border rata-rata sebanyak 25,83%, semak jenis ini penggunaan
paling banyak untuk pinggiran taman di halaman sekolah (Gambar 17).
Gambar 16. Grafik Persentase Fungsi Pohon
Gambar 17. Grafik Persentase Fungsi Semak
34,7530,07
21,35
13,83
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Fungsi Peneduh Fungsi Estetika Fungsi Pengarah Fungsi Screen
Pers
enta
se(%
)
Fungsi
55,25
10,58 8,34
25,83
0
10
20
30
40
50
60
Fungsi Estetik Fungsi Pengarah Fungsi Screen Fungsi Pembatas
Pers
enta
se(%
)
Fungsi
39
Penutup Tanah
Penutup tanah atau ground cover juga didapati pada semua sekolah.
Fungsi dari penutup tanah ini dapat dibagi menjadi tiga fungsi. yaitu pembentuk
estetika, pembatas atau border, dan alas. Fungsi pembentuk estetika sebesar
29,35%. Fungsi pembatas atau border sebesar 64,70%. Sedangkan sebagai fungsi
alas sebesar 5,95% (Gambar 18).
Tanaman Merambat
Tanaman merambat atau climbing plant didapati pada semua sekolah,
tetapi keragaman jenisnya sangat rendah. Adapun fungsi yang terdapat pada
tanaman merambat ini dibagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi estetika dan fungsi
penanung (dibuat semacam shelter). Fungsi estetika pada tanaman merambat
sebesar 99,79%, sedangkan fungsi penanung sebesar 0,21% (Gambar 19).
Gambar 18. Grafik Persentase Fungsi Penutup Tanah
29,35
64,7
5,950
10
20
30
40
50
60
70
Fungsi Estetika Fungsi Pembatas Fungsi Alas
Pers
enta
se(%
)
Fungsi
40
Tanaman Air
Tanaman air atau water plant hanya didapati pada tiga sekolah dengan
keragaman jenis yang sangat rendah. Adapun fungsinya hanya sebagai penambah
kesan estetika saja.
2.6.2. Frekuensi Relatif
Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai yang menunjukkan tingkatan
dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sekolah
sampel. Masing-masing spesies tanaman memiliki nilai yang menunjukkan
seberapa banyak jumlah tanaman tersebut ditemukan di antara tanaman spesies
lain di tujuh sekolah sampel dengan menggunakan rumus penghitungan
FR =
100%
Pohon
Urutan pohon dengan frekuensi relatif lima teratas adalah glodogan tiang
(Polyalthia longifolia) menempati urutan pertama dari daftar pohon yang paling
banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan FR 14,73% dari keseluruhan
spesies pohon yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 71,43% dari semua
sekolah sampel. Artinya 71,49% dari tujuh sekolah sampel menanam pohon ini
dan jumlah spesies pohon ini sebesar 14,73% dari keseluruhan spesies pohon yang
Gambar 19. Grafik Persentase Fungsi Semak
99,79
0,210
20
40
60
80
100
Fungsi Estetika Fungsi Penaung
Pers
enta
se(%
)
Fungsi
41
ditemukan di seluruh sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar
7,08%, keberadaannya di 85,71% dari semua sekolah sampel adalah palem raja
(Roystonea regia). Urutan berikutnya adalah pohon mangga (Mangifera indica)
dengan nilai FR sebesar 6,90% dan keberadaannya paling sering ditemui , yaitu di
semua (100%) sekolah sampel. Selanjutnya palem putri (Veitchiia merilii) dengan
nilai FR 5,96% dan terdapat di 57,14% sekolah sampel.
Urutan pohon dengan frekuensi lima terbawah adalah mahoni (Switenia
mahogani), jamblang (Syzygium cumini), jambu mawar (Syzygium jambos), asem
(Tamarindus indica), dan ginje (Thevetia peruviana). Dengan nilai FR sebesar
0,11% dan keberadaannya masing-masing 14,29%. Daftar pohon beserta nilai
frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.
Semak/Perdu
Urutan psemak/perdu dengan frekuensi relatif lima teratas adalah teh-
tehan (Acalipha macrophyla) menempati urutan pertama dari daftar semak/perdu
yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan mendominasi
12,42% dari keseluruhan spesies semak/perdu yang ditemukan. Keberadaannya
sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR
sebesar 9,95% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah soka
(Ixora sp.). Selanjutnya dracaena (Dracaena sp.) dengan nilai FR sebesar 9,65%
dan keberadaanya 86,71% dari sekolah sampel. Adenium (Adenium sp.) ada pada
urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,60% dengan keberadaannya 57,14%
dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,15% dan keberadaannya
85,71% dari sekolah sampel adalah bougenvil (Bougenvillea sp.).
Urutan semak/perdu dengan frekuensi relatif lima terbawah adalah bunga
kancing (Gomphrena globosa), kemuning (Murayya paniculata), tebu
(Saccarhum officinarum), sangitan (Sambucus javanica), legundi (Vitex trifolia),
dan daun enok dengan nilai FR sebesar 0,04% dengan keberadaannya sebesar
14,29% dari jumlah sekolah sampel. Daftar semak/perdu beserta nilai frekuensi
dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 2.
42
Penutup tanah
Urutan penutup tanah dengan frekuensi relatif lima teratas adalah lili paris
(Clorophytum sp.) menempati urutan pertama dari penutup tanah yang paling
banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 28,43% dari
keseluruhan spesies penutup tanah yang ditemukan. Keberadaannya sebesar
57,14% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar
22,06% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah Sansiveira
(Sansiviera sp.) Selanjutnya adam hawa (Rhoeo discolor) dengan nilai FR sebesar
8,91% dan keberadaanya 42,86% dari sekolah sampel. Pakis (Cycas rumphii) ada
pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,68% dengan keberadaannya
14,29% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,46% dan
keberadaannya 42,86% dari sekolah sampel adalah kucai variegata (Carex
morowii 'variegata').
Urutan penutup tanah dengan frekuensi lima terbawah adalah krokot
(althernantera sp.) dan paku sarang burung (Asplenium nidus) dengan nilai FR
sebesar 0,13% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Selanjutnya
dengan nilai FR 0,04% dan keberadaannya 14,29% dari sekolah sampel adalah
begonia (Begonia sp.), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), dan sutra bombay
(Portulaca sp.). Daftar penutup tanah beserta nilai frekuensi dari masing-masing
sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tanaman Merambat
Urutan tanaman merambat dengan frekuensi relatif lima teratas adalah
sirih belanda (Epipremnum sp.) menempati urutan pertama dari tanaman
merambat yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai
FR 49,15% dari keseluruhan spesies tanaman merambat yang ditemukan.
Keberadaannya sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua
dengan nilai FR sebesar 20,15% dan keberadaannya di 57,14% dari sekolah
sampel adalah anggrek (Dendrobium sp.). Selanjutnya sirih gading
(Raphidophora aurea) dengan nilai FR sebesar 12,99% dan keberadaanya 28,57%
dari sekolah sampel. Philodendron (Philodendron sp.) ada pada urutan berikutnya
dengan nilai FR sebesar 6,03% dengan keberadaannya 57,14% dari sampel
sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 4,52% dan keberadaannya 14,29% dari
43
sekolah sampel adalah tanduk rusa (Platycerium bifurcatum). Daftar tanaman
merambat beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat
pada Lampiran 4.
Tanaman Air
Melati air (Echinodorus sp.) menempati urutan pertama dari tanaman air
yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 52,63%
dari keseluruhan spesies tanaman air yang ditemukan. Keberadaannya sebesar
28,57% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar
31,58% dan keberadaannya di 14,29% dari sekolah sampel adalah paku ekor kuda
(Equisetum hymale). Selanjutnya papyrus (Cyperus papyrus) dengan nilai FR
sebesar 10,53% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Apu-apu (Pistia
startiotes) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 5,26% dengan
keberadaannya 14,29% dari sampel sekolah. Daftar tanaman air beserta nilai
frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 5.
2.7. Desain Taman
Pada umunya sekolah memiliki desain formal pada tamannya. Kurang
lebih 61,86% taman pada halaman sekolah memiliki pola formal, hal ini dilihat
dari bentukan dan pola penanaman (Tabel 11). Pada halaman sekolah juga
ditemukan elemen-elemen keras (hardscape) bernilai estetik yang sengaja
diadakan untuk menunjang kegiatan outdoor siswa dan untuk menambah estetika
halaman sekolah (Tabel 12). Elemen keras yang dapat dilihat pada mayoritas
sekolah sampel antara lain podium upacara, bangku taman, tempat sampah, pot
gantung, pot duduk, serta wastafel outdoor. Sedangkan elemen keras lainnya yang
minoritas sekolah memilikinya antara lain kolam ikan, shelter, dan pergola.
44
Tabel 11. Persentase Desain Taman
Sekolah Desain Taman (%)
Formal Informal
12 80 20
42 62 38
44 67 33
48 54 46
53 60 40
81 65 35
113 45 55
Rataan 61,86 38,14
Sumber: Survei, 2010
Tabel 12. Elemen Keras
Sekolah
Elemen Keras
Podium Bangku
Taman
Tempat
Sampah
Pot
Gantung Pot Duduk
12 X X X X
42 X X X X X
44 X X X X X
48 X X X X X
53 X X X X X
81 X X X X X
113 X X X X
Persentase 100% 71% 100% 100% 100%
Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada
2.8. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintanence) lingkungan sekolah dari sekolah yang diteliti
dilakukan oleh penjaga sekolah dan/atau tukang kebun khusus di bawah
koordinasi dari Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana (sapras)
sekolah masing-masing. Dalam pelaksanaannya didapati berbagai kendala dan
keterbatasan, diantaranya kurang pedulinya sekolah terhadap kebersihan dan
45
kenyamanan lingkungan sekolah. Keterbatasan tenaga sumber daya manusia juga
menjadi kendala yang cukup berarti, karena pemeliharaan seluruh sekolah
dibebankan hanya pada beberapa user, dalam hal ini adalah penjaga sekolah atau
tukang kebun. Dibeberapa sekolah seorang penjaga sekolah atau tukang kebun
juga merangkap tugas membersihkan ruang kelas, kantor, dan ruang lainnya.
Kendala lain yang sering didapati adalah terbatasnya dana operasional untuk
kebersihan lingkungan sekolah. Hal yang tidak kalah penting adalah tingkat
partisipasi yang rendah dari user.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di sekolah sampel antara lain
menyapu lingkungan sekolah, menyiram tanaman sesekali diselingi dengan
memangkas, menyiangi, memupuk dan menyulam. Kegiatan yang rutin dilakukan
setiap hari di semua sekolah adalah menyiram tanaman, menyapu lingkungan
sekolah, dan membuang sampah. Penyiraman tanaman biasanya dilakukan pada
pagi dan/atau siang hari disetiap harinya, kecuali saat musim hujan.
Pada sekolah sampel didapati kegiatan rutin yang dilakukan pada 100%
sekolah sampel adalah menyapu lingkungan sekolah. Pada beberapa sekolah
penyapuan dilakukan sampai tiga kali dalam sehari, pagi sebelum siswa masuk,
siang setelah jam istirahat, dan sore setelah jam pulang siswa. Selain itu kegiatan
pemeliharaan yang juga dilakukan oleh semua sekolah sampel (100%) adalah
menyiram tanaman. Menyiram tanaman dilakukan setiap hari, dengan intensitas
1-2 kali dalam sehari, pada saat pagi dan sore hari. Namun pada saat musim
penghujan kegiatan menyiram tanaman ini disesuaikan. Membuang sampah juga
menjadi kegiatan rutin harian dari semua sekolah sampel (100%). Sampah hasil
dari kegiatan user di sekolah, baik sampah dari kegiatan belajar mengajar maupun
makan, setiap harinya dibuang ke tempat penampungan sampah sementara
terdekat oleh tukang kebun atau penjaga (Tabel 13).
Kegiatan memangkas tanaman dengan frekuensi bulanan terdapat pada
71,43% sekolah sampel, dan sisanya sejumlah 28,57% dilakukan secara insidentil.
Penyiangan tanaman dengan frekuensi mingguan dilakukan oleh 14,29%,
frekuensi bulanan 14,29%, dan sebanyak 71,43% melakukan secara insidentil.
Kegiatan pemupukan tanaman dilakukan oleh 42,86% sekolah dengan frekuensi
bulanan, dengan frekuensi semesteran 42,86%, dan sisanya 14,29% secara
46
insidentil. Sedangkan untuk penyulaman tanaman dilakukan secara insidentil oleh
semua sekolah sampel (100%).
Tabel 13. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Sekolah Kegiatan Pemeliharaan
Persentase Sekolah dengan Frekuensi Pemeliharaan (%) Harian Mingguan Bulanan 6 bulanan Tahunan Insidentil
Penyapuan lingkungan sekolah 100 - - - - - Penyiraman tanaman 100 - - - - - Pembuangan sampah 100 - - - - - Pemangkasan tanaman - - 71,4 - - 28,6 Penyiangan tanaman - 14,3 14,3 - - 71,4 Pemupukan tanaman - - 42,8 42,8 - 14,3 Penyulaman tanaman - - - - - 100
Sumber: Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, 2010
2.9. Persepsi Pengguna Terhadap Lanskap Sekolah
Responden dari masing-masing sekolah sampel terdiri atas 25 siswa, mulai
dari siswa kelas X sampai dengan kelas XII, dan 5 guru bidang studi dan pegawai
lainnya. Jumlah keseluruhan responden dari tujuh sekolah sampel adalah 210
orang. Responden terbanyak adalah para siswa, sebanyak 175 orang dengan umur
berkisar antara 16 sampai 18 tahun. Sedangkan guru dan pegawai sebanyak 35
orang dengan umur berkisar antara 30-50 tahun. Jumlah responden laki-laki dan
perempuan dalam satu sekolah umumnya sebanding, dalam studi ini juga tidak
dilihat pengaruh perbedaan gender.
Tabel 14. Keberadaan RTH (taman)
Taman sekolah Jumlah Responden dari SMAN (%)
Rataan 12 42 44 48 53 81 113
Memiliki 100 100 100 100 100 100 100 100
Tidak memiliki 0 0 0 0 0 0 0 0
47
Tabel 14 menunjukkan 100% sekolah sampel memiliki Ruang Terbuka
Hijau (RTH) pada sekolahnya. Bentuk RTH dari sekolah sampel berupa taman,
hutan sekolah, maupun Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Tabel 15. Keberadaan Tanaman di Sekolah Jumlah Tanaman pada taman dan halaman sekolah
Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan
12 42 44 48 53 81 113
Cukup 20,0 80,0 20,0 43,3 60,0 53,3 76,7 50,5
Kurang 43,3 20,0 56,7 33,3 23,3 36,7 23,3 33,8
Sangat kurang 36,7 0,0 23,3 23,3 16,7 10,0 0,0 15,7
Tabel 15 menunjukkan 50,5% responden dari tujuh sekolah sampel,
menyatakan jumlah tanaman pada sekolah dirasa sudah cukup. Pernyataan ini
paling banyak (80%) terdapat pada SMAN 42 dan terendah (20%) pada SMAN 12
dan SMAN 44. Tetapi sebanyak 33,8% responden menyatakan bahwa tanaman
yang ada di sekolah dirasa kurang, hal ini terdapat paling banyak (56,7%) pada
SMAN 44 dan terendah (20%) pada SMAN 42. Sedangkan 15,7% responden
menyatakan jumlah tanaman pada sekolah sampel sangat kurang, hal ini terdapat
paling banyak (36,7%) pada SMAN 12 dan paling rendah (0%) pada SMAN 42
dan 113.
Tabel 16. Fasilitas outdoor yang ada Fasilitas dalam
proses belajar
Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan
12 42 44 48 53 81 113
Menunjang 26,7 50,0 43,3 60,0 33,3 36,7 20,0 38,6
Cukup menunjang 36,7 43,3 46,7 33,3 13,3 46,7 70,0 41,4
Kurang menunjang 36,7 6,7 10,0 6,7 43,3 16,7 10,0 18,6
Sangat kurang
menunjang 0,0 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 1,4
Tabel 16 menunjukkan terdapat 41,4% responden dari tujuh sekolah
sampel, menyatakan kondisi fasilitas outdoor telah cukup menunjang kegiatan,
48
pernyataan ini paling banyak (70%) terdapat pada SMAN 113 dan terendah
(13,3%) terdapat pada SMAN 53.
Seperti yang dilihat pada Tabel 17, fasilitas yang perlu ditambah
berdasarkan jenisnya (sarana umum, sarana pendukung lingkungan, elemen
taman, dan sarana olahraga). Sarana umum yang menurut responden paling perlu
ditambah adalah tempat istirahat dan tempat cuci tangan/wastafel sebesar 7%.
Tempat istirahat dengan permintaan tertinggi (11,2%) terdapat pada SMAN 42
dan terendah (2,1%) terdapat pada SMAN 53. Tempat cuci tangan dengan
permintaan tertinggi (11,4%) terdapat pada SMAN 44 dan terendah (0%) terdapat
pada SMAN 113.
Sarana pendukung lingkungan yang menurut responden paling perlu
ditambah adalah papan nama tanaman, yaitu sebesar 10,6%. Dengan permintaan
tertinggi (12,5%) terdapat pada SMAN53 dan 81 sedangkan yang terendah
terdapat (7,1%) pada SMAN 113.
Elemen taman yang menurut responden paling perlu ditambah adalah
bangku taman, yaitu sebesar 5,7%. Dengan permintaan tertinggi (9,1%) terdapat
pada SMAN 113 dan terendah (3%) pada SMAN 44.
Sarana olahraga yang menurut responden paling perlu ditambah adalah
lapangan bulutangkis, yaitu sebesar 9,9%. Dengan permintaan tertinggi (18,2%)
terdapat pada SMAN 113 dan terendah (5,2%) terdapat pada SMAN 12.
49
Tabel 17. Fasilitas yang perlu ditambah Fasilitas yang perlu ditambah
Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan 12 42 44 48 53 81 113
Sarana Umum Tempat istirahat 7,7 8,2 11,4 6,9 8,3 6,3 0,0 7,0 Kantin 4,5 7,1 5,3 5,0 3,1 3,6 3,0 4,5 Masjid/mushalla 3,9 0,0 3,0 2,0 0,0 0,0 5,1 2,0 Toilet 6,5 6,1 3,8 3,0 7,3 7,1 6,1 5,7 Area parkir 10,3 4,1 6,1 5,9 3,1 0,0 8,1 5,4 Tempat cuci tangan 7,7 11,2 6,1 2,0 2,1 10,7 9,1 7,0 Sarana Pendukung Lingkungan Tempat pengomposan 1,3 2,0 3,8 4,0 2,1 12,5 2,0 4,0 Temapat sampah 3,9 5,1 3,8 4,0 3,1 3,6 4,0 3,9 Rumah kaca 9,7 4,1 13,6 7,9 11,5 9,8 17,2 10,5 Apotek hidup 5,8 9,2 8,3 4,0 2,1 10,7 3,0 6,2 Papan nama tanaman 11,0 9,2 9,8 11,9 12,5 12,5 7,1 10,6 Elemen Taman Banagku taman 3,2 6,1 3,0 5,9 7,3 5,4 9,1 5,7 Lampu penerangan 2,6 7,1 4,5 4,0 8,3 1,8 4,0 4,6 Kolam hias 1,3 3,1 1,5 8,9 4,2 2,7 0,0 3,1 Air mancur 7,7 2,0 0,0 3,0 0,0 0,0 2,0 2,1 Sarana Olahraga Lapangan basket 7,1 3,1 2,3 3,0 0,0 7,1 0,0 3,2 Lapangan voly 0,0 0,0 3,0 5,0 0,0 0,0 0,0 1,1 Lapangan bulutangkis 5,2 8,2 6,8 8,9 16,7 5,4 18,2 9,9 Panjat tebing 0,6 4,1 3,8 5,0 8,3 0,9 2,0 3,5
Berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan, dan dapat dilihat pada Tabel
18, responden paling banyak menggunakan kendaraan sepeda motor untuk
berangkat ke sekolah (49,5%), dengan pengguna sepeda motor paling banyak ada
pada SMAN 113 sebanyak 73,3% dan paling sedikit ada pada SMAN 53
sebanyak 20%. Selanjutnya sebanyak 32,9% responden berangkat ke sekolah
dengan menggunakan kendaraan umum, dengan pengguna kendaraan umum
50
paling banyak ada pada SMAN 12 sebanyak 50% dan paling sedikit ada pada
SMAN 42 sebanyak 23,3%. Berikutnya sebanyak 11% responden berangkat ke
sekolah dengan menggunakan mobil pribadi, dengan pengguna mobil paling
banyak ada pada SMAN 53 sebanyak 30% dan paling sedikit ada pada SMAN 12,
44, dan 113 sebanyak 0%. Selanjutnya sebanyak 5,2% responden berangkat ke
sekolah tanpa menggunakan kendaraan (berjalan kaki), dengan pejalan kaki paling
banyak ada pada SMAN 12 sebanyak 13,3% dan paling sedikit ada pada SMAN
42, 81, dan 113 sebanyak 0%. Selanjutnya sebanyak 1,4% responden berangkat ke
sekolah dengan menggunakan sepeda, dimana hanya ada satu sekolah saja yang
respondennya menggunakan sepeda, yaitu SMAN 48, sebesar 10%.
Dari responden yang menggunakan kendaraan ke sekolah, baik kendaraan
umum maupun pribadi, sebanyak 53,3% responden mengatakan bahwa lahan
parkir harus diperluas,terutama pada SMAN 12, kemudian tipe parkir perlu
diubah (19,5%) terutama pada SMAN 42 dan 44, selain itu lahan parkir juga perlu
diperbaiki karena sudah rusak (12,9%) terutama pada SMAN 48, 53, dan 81.
Sedangkan sebanyak 13,3% responden menyatakan bahwa lahan parkir sudah
nyaman,terutama pada SMAN 42, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 19.
Untuk perkerasan yang paling banyak dipilih responden adalah conblock
sebanyak 77,1% sebagai bahan perkerasan, terutama (90%) di SMAN 12 dan 42.
Aspalth berada pada posisi selanjutnya (14,3%), terutama di SMAN 48, 81, dan
113 sebesar 20%. Beton menjadi pilihan terakhir (8,6%) terutama di SMAN 113
sebesar 30% (Tabel 20).
Tabel 18. Alat transportasi yang digunakan
Alat transportasi
yang digunakan
Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan
12 42 44 48 53 81 113
Mobil 0,0 26,7 0,0 3,3 30,0 16,7 0,0 11,0
Motor 36,7 50,0 56,7 53,3 20,0 56,7 73,3 49,5
Sepeda 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 0,0 1,4
Kendaraan umum 50,0 23,3 36,7 26,7 40,0 26,7 26,7 32,9
Tidak
berkendaraan 13,3 0,0 6,7 6,7 10,0 0,0 0,0 5,2
51
Tabel 19. Kondisi sarana parkir Kondisi sarana
parkir Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan
12 42 44 48 53 81 113 Perlu diperluas 80,0 23,3 56,7 63,3 60,0 13,3 76,7 53,3Diperbaiki karena rusak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 1,0Tipe parkir dirubah 13,3 26,7 26,7 20,0 13,3 33,3 3,3 19,5Sudah nyaman 0,0 43,3 3,3 0,0 10,0 36,7 0,0 13,3Perlu diperbaiki agar nyaman 6,7 6,7 13,3 16,7 16,7 16,7 13,3 12,9
Tabel 20. Bahan perkerasan pada taman sekolah Bahan perkerasan
pada taman sekolah Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan
12 42 44 48 53 81 113 Aspalt 6,7 10,0 13,3 20,0 10,0 20,0 20,0 14,3Conblock 90,0 90,0 83,3 76,7 80,0 70,0 50,0 77,1Beton 3,3 0,0 3,3 3,3 10,0 10,0 30,0 8,6Lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Umumnya kesan responden (41%) terhadap pola penghijauan sekolah
menyatakan pola penghijauan di sekolah kurang memberi kenyamanan, terutama
(60%) pada SMAN 113. Sekolah sampel yang dirasa pola penghijauannya telah
memberi kenyamanan adalah SMAN 42 seperti yang dinyatakan oleh 43,3%
respondennya, seperti dapat dilihat pada Tabel 21.
Kesan terhadap lanskap sekolah dibagi atas tiga aspek, kenyamanan,
keteduhan, dan ukuran. Umumnya (43,3%) responden mengatakan bahwa lanskap
sekolah mereka telah cukup nyaman. Kesan nyaman terhadap lanskap sekolah
paling banyak (56,6%) dirasa responden pada SMAN 42. Terasa kurang nyaman
paling banyak (33,3%) dirasa responden pada SMAN 12. Sedangkan untuk kesan
kenyamanan, umumnya (47,1%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah
mereka sedikit teduh. Kesan teduh terhadap lanskap sekolah paling banyak
(53,3%) dirasa responden pada SMAN 42. Terasa gersang/panas paling banyak
(36,7%) dirasa responden pada SMAN 12 dan 44. Selanjutnya untuk kesan
kelapangan, umumnya (35,7%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah
mereka sedikit lapang. Kesan lapang terhadap lanskap sekolah paling banyak
(56,7%) dirasa responden pada SMAN 113. Kesan sangat sempit paling banyak
52
(23,3%) dirasa responden pada SMAN 12, seperti yang tercantum dalam Tabel
22.
Tabel 21. Pola penghijauan sekolah Pola
penghijauan Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan
12 42 44 48 53 81 113 Nyaman 13,3 43,3 16,7 13,3 23,3 23,3 20,0 21,9Cukup nyaman 43,3 36,7 36,7 40,0 43,3 40,0 20,0 37,1Kurang nyaman 43,3 20,0 46,7 46,7 33,3 36,7 60,0 41,0Belum nyaman 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Tabel 22. Kesan terhadap lanskap sekolah Kesan terhadap lanskap sekolah
Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan12 42 44 48 53 81 113
Aspek Kenyamanan Nyaman 26,7 56,7 16,7 40,0 43,3 36,7 40,0 37,1Cukup nyaman 40,0 30,0 53,3 46,7 50,0 43,3 40,0 43,3Kurang nyaman 33,3 13,3 30,0 13,3 6,7 20,0 20,0 19,5Tidak nyaman 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0Aspek Keteduhan Teduh 23,3 53,3 20,0 13,3 20,0 13,3 10,0 21,9Sedikit teduh 40,0 33,3 43,3 53,3 56,7 53,3 50,0 47,1Gersang/panas 36,7 13,3 36,7 33,3 23,3 30,0 33,3 29,5Sangat gersang 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 6,7 1,4Aspek Ukuran Lapang 0,0 46,7 26,7 23,3 33,3 16,7 56,7 29,0Sedikit lapang 0,0 43,3 26,7 30,0 53,3 53,3 43,3 35,7Sempit 76,7 10,0 46,7 46,7 13,3 30,0 0,0 31,9Sangat sempit 23,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3
Umumnya (83,3%) responden menyukai adanya pohon di sekolah mereka.
Ukuran pohon yang lebih disukai (40%) adalah pohon tinggi dengan ketinggian
lebih dari 7 meter. Jenis pohon yang disukai (54,8%) adalah pohon berbunga dan
daun berwarna hijau. Selain itu, sebanyak 38,6% responden suka dengan adanya
semak di sekolah mereka, dengan jenis yang berbunga indah disukai oleh banyak
responden (47,1%). Penanaman semak yang lebih disukai (54,8%) adalah
dipangkas teratur dan rapi. Untuk tanaman merambat, sebanyak 47,1% responden
menyukainya, dengan jenis kombinasi antara berbunga indah dan berdaun indah
(42,9%). Untuk tanaman rumput, sebanyak 77,6% responden menyukainya
53
sebagai elemen lanskap sekolah dan penanaman pada sisi lapangan lebih disukai
(27,6%), seperti yang dapat dilihat pada Tabel 23.
Desain taman yang lebih disukai (45,7%) adalah formal. Bentuk
partisipasi dalam pemeliharaan umumnya (50,4%) dengan tidak melakukan
vandalisme atau merusaknya (Tabel 24).
Tabel 23. Ukuran pohon yang disukai Ukuran pohon
yang disukai
Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan
12 42 44 48 53 81 113
Pohon tinggi 40,0 46,7 33,3 40,0 43,3 36,7 40,0 40,0
Pohon sedang 46,7 36,7 43,3 43,3 33,3 40,0 30,0 39,0
Pohon pendek 13,3 16,7 23,3 16,7 23,3 23,3 30,0 21,0
Tabel 24. Bentuk partisipasi dalam pemeliharaan
Bentuk partisipasi dalam pemeliharaan
taman sekolah
Jumlah Responden dari SMA (%) Rataan
12 42 44 48 53 81 113 Tidak merusak 52,8 32,6 51,4 62,9 51,5 40,0 61,8 50,4Terjun langsung memelihara 19,4 18,6 22,9 8,6 21,2 22,5 8,8 17,4Melarang orang untuk merusak 16,7 25,6 14,3 11,4 9,1 15,0 17,6 15,7Memberi sumbangan dana pemeliharaan 11,1 23,3 11,4 17,1 18,2 22,5 11,8 16,5
3. Rekomendasi
3.1. Pemanfaatan Edukatif
Proses belajar mengajar di dalam suatu tapak sekolah sebaiknya dapat dilakukan
di dalam maupun di luar ruang kelas. Demi mencapai tujuan tersebut maka
vegetasi yang digunakan di dalam tapak adalah tanaman yang dapat memberikan
kontribusi dalam proses tersebut. Vegetasi yang dimaksud antara lain tanaman
Hibiscus rosasinensis (kembang sepatu) yang sering digunakan untuk
menerangkan organ reproduksi pada tanaman, berbagai tanaman rambat untuk
menjelaskan mengenai pergerakan tanaman, beberapa jenis tanaman air, berbagai
tanaman produksi, dan lain-lain (Tasyara, 2008).
54
Pada sekolah sampel terdapat 121 spesies tanaman, baik pohon, semak,
penutup tanah, tanaman merambat, maupun tanaman air, dengan jumlah masing-
masing 74 spesies pohon, 63 spesies semak, 28 spesies tanaman penutup tanah, 11
spesies tanaman merambat, dan 4 spesies tanaman air. Dilihat dari jumlah spesies
yang ada dari sekolah sampel, maka keberadaan dari vegetasi merupakan sebuah
potensi untuk membantu pemahaman siswa dalam pelajaran tertentu yang
berkaitan dengan vegetasi atau lingkungan.
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Sekolah Menengah Atas
Negeri (SMAN) khususnya di Jakarta sebagai media/sarana edukatif dirasa sangat
kurang. Hal ini bisa dilihat dari muatan lokal (mulok) yang ada pada tujuh sekolah
sampel yang ada, hanya dua di antaranya yang bermuatan lokal Pendidikan
Lingkungan Hidup, yaitu SMAN 48 dan SMAN 12. Setiap SMAN di Jakarta
memang diwajibkan memiliki mulok, tetapi mata pelajaran mulok tersebut
disesuaikan dengan program sekolahnya masing-masing. Untuk itu, pemanfaatan
RTH pada SMAN di Jakarta harus terintegrasi dengan mata ajaran yang ada.
Dalam Tabel 25 dapat dilihat contoh peranan RTH dalam membantu
proses pemahaman siswa dalam mata ajar tertentu yang terintegrasi dengan
Pendidikan Lingkungan Hidup berdasarkan garis-garis besar isi materi (GBIM)
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tema manusia dan lingkungannya.
55
Tabel 25. Peranan RTH berdasarkan GBIM tingkat SMA bertema manusia dan lingkungan
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/ Tingkatan
Umur
Integrasi Materi Ajar pada
Pendidikan Formal
Peranan RTH
1. Hubungan manusia dan lingkungan hidup
1. Menjelaskan pengertian hubungan manusia dan lingkungan hidup
2. Menjelaskan etika manusia dengan lingkungan (tanggung jawab manusia dengan memelihara ciptaan Tuhan yang lain)
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dengan sosiologi, materi hubungan masyarakat dan lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
3. Lingkungan fisik dan perubahan ekosistem
3. Menjelaskan ekosistem perairan dan daratan dan jenis-jenis lingkungan fisik yang ada di dalamnya
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dengan Biologi, materi hubungan antara ekosistem , perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Outdoor class dan alat bantu ajar
4. Dampak perubahan ekosistem
4. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem daratan dan dampaknya
5. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem perairan dan dampaknya
6. Menjelaskan dampak negatif perubahan tata ruang terhadap ekosistem
Kelas X (15-16 tahun)
s.d.a Outdoor class dan alat bantu ajar
5. Lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan
7. Menjelaskan pengertian pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
8. Menjelaskan peran masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (masyarakat, institusi pendidikan, industri, dll)
9. Kearifan budaya dalam memelihara lingkungan
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dengan Geografi, materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
56
Dalam satu minggu terdapat lima hari efektif kegiatan belajar mengajar
(KBM). Dimana setiap siswa dan guru melakukan KBM hanya di dalam ruangan,
baik ruang kelas maupun ruang laboratorium. Keberadaan RTH sebagai tempat
belajar outdoor sangat diperlukan untuk mengurangi rasa bosan baik dari murid
maupun guru dalam melakukan KBM.
Perbedaan mendasar antara ruang kelas dan RTH dalam mengakomodasi
para siswa untuk tempat belajar adalah suasana. Suasana yang ditimbulkan dari
ruang kelas sangat tertutup dan formal, membuat para siswa cenderung lebih cepat
jenuh, bosan, dan susah menyerap pelajaran yg diberikan. Sedangkan pada RTH
terkesan terbuka dan informal, membuat siswa excited, memberi suasana baru.
Menurut Sari (2006), luasan ruang terbangun (RB) yang ideal bagi sebuah
SMA adalah sebesar 40%, sedangkan luasan ruang terbuka (RT) sebesar 60% dari
luasan total tanah yang ada. Dengan komposisi ruang terbuka terbangun (RTB)
maksimal sebesar 37% dan ruang terbuka hijau (RTH) minimal sebesar 23%.
Selain itu, koefisien dasar bangunan maksimal 40%. Berikut adalah luasan RB,
RTB, dan RTH yang ada pada sekolah sampel dan seharusnya ada pada sekolah
sampel.
Tabel 26. Luas RB, RTH, dan RTB yang seharusnya
Sekolah Luas
Ruang Terbangun (m2)
Ruang Terbuka Hijau (m2)
Ruang Terbuka Terbangun
(m2)
Eksisting Seharusnya (maks 40%) Eksisting Seharusnya
(min 23%) Eksisting Seharusnya (maks 37%)
SMAN 12 2351 1750 940 96 541 505 870 SMAN 42 9250 3597 3700 3629 2128 2024 3423 SMAN 44 6648 4500 2659 380 1529 1768 2460 SMAN 48 5703 3124 2281 827 1312 1752 2110 SMAN 53 7684 3250 3074 2150 1767 2284 2843 SMAN 81 8460 3302 3384 2221 1946 2937 3130 SMAN 113 15354 3932 6142 8206 3531 3216 5681
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa sekolah yang memiliki luasan RB yang
ideal dimilki oleh SMAN 42, 81, dan 113. Sedangkan SMAN 12, 44, 48, dan 53
memiliki RB yang lebih besar dari 40%. Untuk RTH yang ideal dimiliki oleh
SMAN 42, 53, dan 113. Sedangkan untuk RTB semua sekolah telah memiliki
RTB yang ideal.
57
Dengan asumsi kebutuhan manusia untuk dapat belajar di RTH sekolah
sama dengan gathering di dalam sekolah sebesar 4 m2/orang (Sebayang, 1996),
maka dapat dihitung berapa daya dukung maksimal yang dapat ditampung di
dalam RTH sekolah sampel untuk melakukan kegiatan outdoor class. Menurut
Boulon (1992) dalam Nurisjah (2003), menyatakan bahwa secara umum rumus
yang diajukan adalah sebagai berikut:
DD = SA
Dimana,
DD = Daya dukung
A = Luas area (m2)
S = Standar rata-rata individu (orang/m2)
Dengan menggunakan rumus di atas, maka didapat daya dukung dari
masing-masing sekolah sampel (tabel 27). Dari penghitungan dengan rumus di
atas, hanya SMAN 12 yang daya dukung RTH nya tidak cukup untuk menampung
jumlah siswa dalam satu kelas (rata-rata siswa dalam satu kelas 30-40 siswa).
Namun, kegiatan outdoor class masih bisa disiasati dengan menggunakan RTB
yang ada.
Tabel 27. Daya dukung RTH untuk belajar per sekolah
Sekolah Ruang Terbuka Hijau (m2)
Daya Dukung (orang)
SMAN 12 96 24 SMAN 42 3629 907 SMAN 44 380 95 SMAN 48 827 207 SMAN 53 2150 538 SMAN 81 2221 555 SMAN 113 8206 2052 Rataan 2501 625
3.2. Ameliorasi Iklim Mikro
Laurie (1986) dalam Mulgiati (2010) mengatakan standar kelembaban
bagi kenyamanan manusia dalam beraktifitas berkisar antara 40% - 75%. Pada
daerah tropis, kondisi kenyamanan dirasakan manusia bila berada pada suhu 27°C
- 28°C.
58
Menurut Munandar (2010) pada umumnya daerah yang bervegetasi yang
tumbuh baik mampu menekan suhu rata-rata tahunan sebesar 1°C hingga 2°C.
Fluktuasi suhu harian di daerah yang bervegetasi yang sangat rapat akan jauh
lebih kecil jika dibandingkan dengan daerah terbuka. Tajuk vegetasi yang rapat
akan menahan atau bahkan menurunkan efek peningkatan radiasi matahari dan
menahan turunnya suhu minimum pada malam hari. Menurut Griffits (1976)
dalam Munandar (2010) pada musim panas, suhu di bawah tegakkan vegetasi
akan lebih rendah dibandingkan daerah terbuka, sebab tajuk pohon mempunyai
kemampuan menyerap sebagian besar radiasi matahari.
Relatife Humidity (RH) rata-rata pada ketujuh sekolah sampel sebesar
54,24% dengan RH paling rendah ada pada SMAN 113 pada saat siang hari di
lapangan, yaitu sebesar 32% dan paling tinggi ada pada SMAN 42 pada saat pagi
hari di bawah naungan pohon,yaitu sebesar 73%. Sedangkan suhu rata-rata pada
ketujuh sekolah sampel sebesar 32,19°C dengan suhu paling rendah ada pada
SMAN 42 pada saat pagi hari di bawah naungan pohon dan SMAN 53 pada saat
pagi hari di lapangan dan di bawah naungan pohon yaitu sebesar 27°C, suhu
tertinggi ada pada SMAN 42, SMAN 53, dan SMAN 113 pada saat siang hari di
lapangan sebesar 41°C.
Temperature Humidity Index (THI) adalah indeks yang menunjukkan
tingkat kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai suhu dan
kelembaban udara relatif. Dalam studi ini sampel suhu di ambil pada waktu pagi,
siang, dan sore hari, masing-masing di tiga tempat berbeda, di bawah naungan
pohon, di lapangan (tanpa naungan) dan di dalam ruang kelas. Dengan
menggunakan THI dapat diketahui kenyamanan dari sekolah sampel, bila nilai
THI lebih dari 27 maka dikatakan tidak nyaman. Menurut Fandeli (2009) THI
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
THI = 0,8T + 500
* TRH
THI = Temperature Humidity Index
T = Suhu udara rata-rata (°C)
RH = Relative Humidity rata-rata (%)
59
Nilai rata-rata suhu udara (T) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
T = ( )4
2 TsoreTsiangTpagix ++
Sedangkan nilai rata-rata kelembaban relatif (RH) harian dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
RH = ( )3
RHsoreRHsiangRHpagi ++
Dengan menggunakan perhitungan rumus di atas, dapat diketahui bahwa
Termal Humidity Index rata-rata dari keseluruhan sekolah sampel sedikit di atas
batas kenyamanan, yaitu sebesar 28,4. Namun jika dilihat berdasarkan perbedaan
tempatnya, di bawah naungan pohon, di lapangan (tanpa naungan), dan di dalam
kelas, maka terlihat ada perbedaan yang cukup nyata. Nilai THI pada lapangan
lebih besar dari pada di bawah naungan pohon dan di dalam ruangan, artinya
adanya vegetasi yang memberikan naungan (RTH) secara signifikan dapat
meningkatkan kenyamanan dalam suatu kawasan dengan menurunkan nilai THI
1-2 point (Tabel 28).
Sekolah Tempat Suhu (°C) Kelembaban (%)
THI Pagi Siang Sore Rataan Pagi Siang Sore Rataan
SMAN 12
Ruangan 28 31 30 29,3 70 48 52 56,7 26,7 Lapangan 29 36 32 31,5 68 41 50 53,0 28,5 Naungan Pohon 28 32 31 29,8 71 52 54 59,0 27,3
SMAN 42
Ruangan 28 32 30 29,5 71 52 54 59,0 27,1 Lapangan 28 41 35 33,0 68 42 51 53,7 29,9 Naungan Pohon 27 33 31 29,5 73 56 57 62,0 27,3
SMAN 44
Ruangan 29 37 32 31,8 62 45 50 52,3 28,7 Lapangan 29 40 34 33,0 61 43 49 51,0 29,8 Naungan Pohon 28 36 32 31,0 64 47 54 55,0 28,2
SMAN 48
Ruangan 29 33 30 30,3 60 45 53 52,7 27,4 Lapangan 30 39 33 33,0 59 41 45 48,3 29,6 Naungan Pohon 29 35 31 31,0 64 49 52 55,0 28,2
SMAN 53
Ruangan 28 37 31 31,0 72 45 52 56,3 28,3 Lapangan 27 41 36 32,8 70 44 47 53,7 29,7 Naungan Pohon 27 36 31 30,3 73 47 53 57,7 27,7
SMAN 81
Ruangan 28 33 30 29,8 61 45 54 53,3 27,0 Lapangan 29 39 34 32,8 59 40 49 49,3 29,4 Naungan Pohon 28 36 30 30,5 63 47 55 55,0 27,8
SMAN 113
Ruangan 30 33 30 30,8 64 40 53 52,3 27,8 Lapangan 31 41 36 34,8 57 32 49 46,0 31,0 Naungan Pohon 29 37 32 31,8 67 50 56 57,7 29,1
Rataan 28,5 36,1 32,0 31,3 65,6 45,3 51,9 54,2 28,4
Tabel 28. Daftar Suhu, Kelembabab dan THI
60
61
3.3. Konsep Tata Hijau
Dari ketujuh sekolah yang diteliti SMAN 42 Jakarta memiliki lanskap
sekolah yang paling ideal. Dengan daerah sekitar sekolah yang dikelilingi oleh
Komplek Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma yang banyak memiliki Ruang
Terbuka Hijau menjadikan lingkungan di dalam sekolah memiliki tingkat
kenyamanan yang cukup untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Data hasil
pengukuran THI juga menunjukkan indeks kenyamanan termal pada lingkungan
SMAN 42 Jakarta menunjukkan angka 27,1 yang berarti tingkat kenyamanan
masuk dalam kategori nyaman.
Penggunaan ruang pada SMAN 42 Jakarta juga telah sesuai dengan
peraturan Dinas Pekerjaan Umum yang mensyaratkan penggunaan Ruang
Terbangun (RB) dan Ruang Terbuka (RB) sebesar 40% dan 60%. Secara spesifik
penggunaan ruang pada SMAN 42 Jakarta adalah RB 3.597 m2 (38,9%), RTB
2.024 m2 (21,9%), RTH 3.629 m2 (39,2%), dengan Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) 38,9%. Dengan penggunaan ruang tersebut, SMAN 42 Jakarta mampu
meningkatkan nilai indeks kenyamanan (THI) hingga batas nyaman untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar.
Tata letak sekolah pada SMAN 42 juga memiliki andil yang cukup besar
dalam meningkatkan nilai indeks kenyamanan (THI). Tata letak yang menyerupai
huruf U dengan lapangan sebagai pusatnya memberikan kesan luas pada
lingkungan sekolah. Penanaman pohon penanung pada sisi lapangan memberikan
kenyamanan bagi siswa yang sedang belajar di dalam kelas ataupun yang sedang
berolah raga di lapangan karena bayangan dari pohon penaung mampu menghalau
panas yang berlebih dari matahari. Pada SMAN 42 Jakarta juga terdapat hutan
sekolah yang ditanami pohon tinggi yang berfungsi sebagai penaung. Keberadaan
hutan sekolah ini selain mampu meningkatkan nilai indeks kenyamanan (THI)
juga dapat menjadi sarana/media edukatif yang baik bagi para siswa.
Dengan tingginya tingkat kenyamanan maka model sekolah yang ideal
untuk Jakarta Timur adalah SMAN 42 Jakarta. Dengan pembagian fungsi dan
presentase luas ruang beserta aktivitas dan fasilitasnya dapat dilihat pada Tabel
dan konsep ruang dapat dilihat pada Gambar.
62
Gambar 20. Konsep Pembagian Ruang dalam sekolah
Tabel 29. Pembagian Ruang, Alokasi ruang, Aktifitas dan Fasilitas Pembagian Ruang Fungsi Ruang Alokasi Ruang
(%) Aktifitas Fasilitas
Ruang Terbangun (RB)
Edukatif 27 Belajar, diskusi Ruang kelas, ruang guru, kantor kepala sekolah
Peribadatan 7 Beribadah, wudhu, diskusi, duduk-duduk
Mushalla, tempat wudhu
Kesiswaan 5 Diskusi, ajang kreatifitas Ruang serba guna, papan pengumuman
Penerima 1 Datang dan pergi, menjaga keamanan
Gerbang, pos keamanan, meja piket, identitas sekolah
Ruang Terbuka Terbangun (RTB)
Sirkulasi-parkir 10 Berjalan, berkendaraan, memarkir
Parkir, jalan setapak, pergola
Rekreasi-lapangan 27 Berolahraga, upacara, latihan ekskul
Lapangan olahraga dan upacara
Ruang Terbuka Hujau (RTH)
Penyangga 13 Pasif, viewing, belajar Arboretum, tembok, parit Rekreasi 9 Makan, minum, duduk-duduk,
viewing, menonton pertandingan olahraga, belajar
Taman, bangku taman
Penerima 1 Pasif Taman
63
21
64
Entrance
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Penggunaan ruang di tujuh sekolah sampel secara umum dapat dikatakan
telah sesuai dengan peraturan yang ada. Komposisi ruang terbangun (RB) lebih
kecil jika dibandingkan dengan ruang terbuka (RT). Namun, di beberapa sekolah
sampel komposisi antara RB dan RT belum memenuhi standar, yaitu 40% untuk
RB dan 60% untuk RT.
Pada sekolah sampel dijumpai sekitar 15-37 spesies pohon di setiap
sekolah sampel, dan terindikasi sekitar 75 spesies. Masing-masing sekolah
memiliki semak 4-48 spesies, dan terindikasi sekitar 63 spesies. Masing-masing
sekolah memiliki tanaman penutup tanah (groundcover) 6-13 spesies, dan
terindikasi sekitar 28 spesies. Masing-masing sekolah memiliki tanaman
merambat mulai dari 1-6 spesies, dan terindikasi sekitar 11 spesies. Tanaman air
hanya dimiliki oleh tiga sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki
tanaman air 1-3 spesies, dan terindikasi sekitar 4 spesies.
Kenyamanan pada lingkungan sekolah dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar sekolah, penggunaan ruang, penggunaan jenis tanaman dan
pemeliharaannya. Sekolah yang lingkungan sekitarnya masih banyak RTH akan
memiliki nilai kenyamanan yang lebih tinggi, begitu juga dengan penggunaan
ruangnya. Pemilihan tanaman dari jenis pohon dan pemeliharan yang dilakukan
secara baik juga dapat meningkatkan nilai kenyamanan. Nilai kenyamanan pada
sekolah yag tinggi di ruang terbuka dapat menunjang kegiatan outdoor edukatif.
2. Saran
Untuk memaksimalkan manfaat Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) sebaiknya desain penanaman vegetasi
pada sekolah diperhatikan dan bila memungkinkan ditata kembali. Luasan RTH
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, minimal dapat menampung siswa
dengan jumlah 30-40 orang, hal ini agar RTH dapat berfungsi maksimal sebagai
outdoor class. Untuk meningkatkan kenyamanan, hendaknya ditanam tanaman
pohon untuk ameliorasi iklim mikro.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenter, P.L., T.D. Walker and F.O. Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. WH Freeman and Company. New York.
Eckbo, G. 1964. Urban Lanskap Design. McGraw-Hill Book, New York.
Fandeli, C. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Gajahmada University Press. Jogjakarta.
Hasbullah. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Edisi Revisi. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Heath, T. F. 1988. Behavioral and Perceptual Aspects of The Aesthetics of Urban Environtments. In J. L. Nasar. (ed.). Environmental Aesthetics. Cambridge University Press. New York.
Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988
Laurie, M. 1975. An Intruduction To Landscape Architecture. American Elsevier Publishing Co. Ltd. New York.
Lestari, G. dan Kencana I. P. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mulgiati, U. Dkk. 2010.Pengaruh Penutupan Vegetasi Terhadap Kenyamanan Kota. [Prosiding]. IALI. Bogor.
Munandar, A. Dkk. 2010. Pengembangan Metode Penilaian Elemen Keindahan Lanskap Berbasis Landform dan Landcover untuk Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan. [Prosiding]. IALI. Bogor.
Nasar, J. L. 1988. Environmental Aesthetics. Cambridge University Press. New York.
Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 2003. Daya Dukung Dalam Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York.
Simonds, J.O. dan Barry W. Starke. 2006. Landscape Architecture: A Manual of Environment Planning and Design. McGraw-Hill Book Co. New York.
67
Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Sari, P. 2003. Evaluasi Lanskap Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN), Jakarta Utara. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sebayang, SK. 1996. Rencana Lanskap Kawasan Leisure Core Untuk Rekreasi Pantai. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Supaparno, A. Suhaenah. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Depdiknas. Jakarta.
Titidarmila, Nurhasanah. 1999. Evaluasi Taman Bermain pada Taman Kanak-Kanak di Kota Bogor. [Karya Ilmiah].. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Tanaman Pohon Pada 7 Sekolah Sampel
Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR
(%)
Jumlah Keberadaan
(%) 12 42 44 48 53 81 113
Acacia auriculiformis Akasia - - - - - - 0,11 0,11 14,29
Acras zapota Sawo 0,22 - - 0,22 - - - 0,43 28,57
Araucaria heterophyla cemara norflok 0,43 - - - - - - 0,43 14,29
Areca catecu Pinang - - - - - 0,11 0,33 0,43 28,57
Arthocarpus integra Nangka 0,11 - - - - - 0,43 0,54 28,57
Artocarpus communis Sukun - - 0,22 - - - - 0,22 14,29
Arundinaria pumila Bambu - - - - - 0,98 0,22 1,19 28,57
Averrhoa bilimbi belimbing wuluh - - - - - 0,11 0,87 0,98 28,57
Averrhoa pentandra Belimbing - - - 0,11 - 0,11 0,76 0,98 42,86
Baringtonia asiatica butun - - - 0,11 - - - 0,11 14,29
Bauhinia purpurea kupu-kupu - - - - 0,11 - 0,76 0,87 28,57
Brucea javanica buah makasar - - - 0,11 - - - 0,11 14,29
Caesalpinia pulcherrima bunga merak - - - - - - 0,11 0,11 14,29
Cananga odorata kenanga - 0,11 - 0,11 - - - 0,22 28,57
Carica papaya pepaya - - - - 0,43 0,11 1,08 1,63 42,86
Casuarina equisetifolia cemara angin - 0,87 - - 0,11 - - 0,98 28,57 69
70
Ceiba pentandra kapuk - - - - - - 0,11 0,11 14,29
Cerbera manghas bintaro - 0,11 - - 0,54 - 0,11 0,76 42,86
Cinnamomun burmanii kayu manis - - - 0,11 - - - 0,11 14,29
Citrus sp. jeruk - 0,22 0,22 - 0,11 - - 0,54 42,86
Cocos nucifera kelapa - - - - - - 0,11 0,11 14,29
Cupresus sampervirens cemara lilin - - - - 0,11 - - 0,11 14,29
Cupsresus papuana cemara gembel - 0,76 - - - 0,11 - 0,87 28,57
Cycas revoluta cikas - - - - - 0,11 - 0,11 14,29
Cyrtostachis renda palem merah 0,22 0,54 - - - 0,33 - 1,08 42,86
Diospyros celebica bisbul - 0,33 - - - - - 0,33 14,29
Erythrina cristagali dadap merah - - - - 0,65 - - 0,65 14,29
Eugenia aquea jambu air 0,11 - 0,76 - - 0,11 1,73 2,71 57,14
Ficus benjamina beringin 0,11 0,11 0,11 - 0,33 0,22 0,33 1,19 85,71
Ficus benjamina var.
varigata beringin variegata - 0,76 - - - - - 0,76 14,29
Ficus elastica beringin karet - - - 0,11 0,11 - 0,11 0,33 42,86
Ficus lyrata biola cantik 0,22 0,54 - - - 0,33 0,76 1,84 57,14
Guazuma ulmifolia jati belanda - - 0,11 0,11 - 0,11 - 0,33 42,86
Jathropa pandurifolia batavia - - - 0,22 - - 0,98 1,19 28,57 70
71
Jathropa podakrica jarak - - - - 0,11 - - 0,11 14,29
Juniperus cinensis cemara jupiter - 0,76 - - 0,11 - - 0,87 28,57
Leucaena leucocephala petai cina - - - - - - 0,65 0,65 14,29
Mangifera indica mangga 0,80 0,26 0,91 0,15 0,15 0,80 3,83 6,90 100,00
Manilkara kauki sawo kecik - - - - - 0,11 1,19 1,30 28,57
Mascarena lagenicaulis palem botol 0,33 0,65 - 0,22 - 0,11 0,11 1,41 71,43
Mimusoph elengi tanjung - - - - - 2,60 - 2,60 14,29
Morinda citrifolia mengkudu - 0,11 1,19 - 0,22 0,11 0,22 1,84 71,43
Muntingia calabura kersen - - 0,76 0,11 0,11 - - 0,98 42,86
Murayya paniculata kemuning - 0,65 - - - - - 0,65 14,29
Nephelium lappaceum rambutan - - 0,22 - - 0,11 0,65 0,98 42,86
Nephelium longanum klengkeng - - - 0,11 - - - 0,11 14,29
Paraserianthes falcataria sengon - - 0,22 - - - - 0,22 14,29
Phoenix roebelenii phoenix - - - - 1,63 - 0,11 1,73 28,57
Phyllantus acidus cerme - - 0,11 - - - - 0,11 14,29
Plumeria rubra kamboja - 1,08 - - 0,33 - 0,76 2,17 42,86
Polyalthia fragrans glodogan bulat - - 1,63 - - 0,11 0,22 1,95 42,86
Polyalthia longifolia glodogan tiang 1,58 3,64 - 1,47 5,37 - 2,67 14,73 71,43
Pometia pinnata matoa - - - - - - 0,22 0,22 14,29 71
72
Psidium guajava jambu biji - - 0,22 - 0,11 0,11 - 0,43 42,86
Pterocarpus indicus angsana 0,11 - - - - - 2,49 2,60 28,57
Ptycosperma macarturii palem ijo - - - - - 0,11 0,11 14,29
Ravenala madagascariensis pisang kipas - - - - - 0,22 - 0,22 14,29
Roystonea regia palem raja 0,48 - 1,02 0,15 1,13 3,51 0,80 7,08 85,71
Salix babilonica janda merana - 0,87 - - - - - 0,87 14,29
Samanea saman ki hujan - - - - 0,87 - - 0,87 14,29
Switenia mahogani mahoni - 0,11 - - - - - 0,11 14,29
Syzygium cumini jamblang - - - - - 0,11 - 0,11 14,29
Syzygium jambos jambu mawar - - - - - 0,11 - 0,11 14,29
Syzygium oleana pucuk merah 1,16 - - 0,83 - 0,62 3,33 5,94 57,14
Syzygium polyanthum pohon salam - - - - - 0,43 - 0,43 14,29
Tabebuia sp. tabebuiya - - - - 0,43 - - 0,43 14,29
Tamarindus indica asem - - - - - 0,11 - 0,11 14,29
Tectona grandis jati - 3,65 - - 0,62 - - 4,27 28,57
Terminalia catapa ketapang - - - - 0,87 - 0,11 0,98 28,57
Theobroma cacao coklat - - - 0,33 - - - 0,33 14,29
Thevetia peruviana ginje - 0,11 - - - - - 0,11 14,29
Thuja orientalis cemara kipas 0,54 0,33 - - - - 1,73 2,60 42,86 72
73
Veitchiia merilii palem putri 0,57 4,79 - - 0,14 0,46 - 5,96 57,14
Wodyetia bifurcata palem ekor tupai - 0,73 - 1,70 1,48 - 0,51 4,42 57,14
73
74
Lampiran 2. Daftar Tanaman Semak/Perdu Pada 7 Sekolah Sampel
Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR
(%)
Jumlah Keberadaan
(%) 12 42 44 48 53 81 113
Acalipha macrophyla teh tehan 0,33 7,85 0,37 0,55 - 0,63 2,69 12,42 85,71
Adenium sp. adenium 1,29 2,87 - - - 0,59 1,84 6,60 57,14
Aerva sanguinolenta bayam merah - - - - 2,58 - 0,37 2,95 28,57
Alpinia purpurata lengkuas merah - - - 0,04 - - - 0,04 14,29
Andrographis paniculata sambiloto - 0,18 - - - - - 0,18 14,29
Anthurium crystalinum kuping gajah - 0,85 - 0,15 - 0,44 0,37 1,81 57,14
Anthurium sp. anthurium - 0,18 - 0,29 - - - 0,48 28,57
Arundinaria pumila bambu jepang - - - - 0,74 - 0,04 0,77 28,57
Basella rubra gendola merah - 0,04 - - - - - 0,04 14,29
Belamcanda chinensis brojo lintang - 3,68 - - - - - 3,68 14,29
Bougenvillea sp. bougenville 0,52 0,18 - 0,22 2,36 1,33 1,55 6,15 85,71
Canna sp. kana - - - - - - 0,22 0,22 14,29
Capsicum anuum cabe - 0,44 - - - 0,04 - 0,48 28,57
Citrus amblycarpa jeruk limau - - - - - - 0,22 0,22 14,29
Clerodendrum paniculatum bunga pagoda - 0,04 - - - - - 0,04 14,29
Codiaeum sp. puring - 1,77 - 0,66 0,18 - 1,88 4,50 57,14 74
75
Colocasia gigantea talas - 0,04 - - 0,22 - 0,52 0,77 42,86
Cordyline sp. hanjuang 0,33 0,18 - 0,22 0,29 0,48 0,18 1,69 85,71
Costus sp. pacing - - - 0,04 - - - 0,04 14,29
Crinum sp bakung - - - - - 0,07 0,07 14,29
Crysalidocarpus lutescense palem kuning 0,33 0,55 - - 0,29 1,18 0,26 2,62 71,43
Curcuma domestica kunyit - 0,22 - - - - - 0,22 14,29
Curcuma xanthorriza temulawak - 0,22 - - - - - 0,22 14,29
Diffenbachia sp difenbachia 0,11 1,62 - - 2,06 1,18 0,33 5,31 71,43
Dracaena reflexa variegata dracaena variegata - 4,05 - - 0,92 - - 4,97 28,57
Dracaena sp. dracaena 0,74 0,55 - 0,85 5,78 0,59 1,14 9,65 85,71
Dracaena surculosa dracaena bambu - 0,37 - 0,41 0,15 0,33 - 1,25 57,14
Duranta repens pangkas kuning 0,07 - 0,29 - 0,22 - - 0,59 42,86
Euodia suaviolens zodia - - - 0,22 - - - 0,22 14,29
Euphorbia milii euphorbia 0,66 0,63 - 0,48 0,07 0,11 0,11 2,06 85,71
Euphorbia tirucali tulang-tulangan - 0,11 - - 0,52 0,04 - 0,66 42,86
Gardenia jasminoides kaca piring - - - 0,04 - - - 0,04 14,29
Gomphrena globosa bunga kancing - - - - - - 0,04 0,04 14,29
Heliconia sp heliconia 0,04 1,84 0,37 0,37 0,44 - 0,26 3,32 85,71
Hibiscus rosasinensis kembang sepatu - - 0,07 - 0,04 - 1,03 1,14 42,86 75
76
Hibiscus sabdariffa rosela - 0,37 - - - - - 0,37 14,29
Hymenocallis speciosa spider lili - 2,62 - - 0,07 - - 2,69 28,57
Impatiens sp pacar air - - - - - - 0,63 0,63 14,29
Ixora sp. soka 0,55 2,76 - 0,11 4,72 1,11 0,70 9,95 85,71
Jasminum sambac melati - 0,59 - - - - - 0,59 14,29
Jathropa pandurifolia batavia - 0,15 - - 0,29 - - 0,44 28,57
Jathropa podagrica jarak hias - - - - - - 0,11 0,11 14,29
Manihot utilisma singkong - - - - - - 2,28 2,28 14,29
Murayya paniculata kemuning - - - - - - 0,04 0,04 14,29
Musaenda sp. nusa indah - 0,07 - - - - - 0,07 14,29
Neomarica longifolia irish - - - - - 0,07 0,07 0,15 28,57
Notopanax scutelarium daun mangkokan - 0,04 0,07 0,04 - 0,07 - 0,22 57,14
Ortosipon aristatus kumis kucing - 0,07 - - - - - 0,07 14,29
Pachystachys lutea lolipop - - - - 0,26 0,22 - 0,48 28,57
Pandanus pygmaeus pandan - - - - 0,26 0,04 0,37 0,66 42,86
Phaleria macrocarpa mahkota dewa - - - 0,07 - 0,04 0,15 0,26 42,86
Pleomele angustifolia suji - 0,11 - 0,04 - - - 0,15 28,57
Rhapis exelsa palem wregu 0,04 - - 0,15 0,04 1,25 0,04 1,51 71,43
Saccarhum officinarum tebu 0,04 - - - - - - 0,04 14,29 76
77
Sambucus javanica sangitan - 0,04 - - - - - 0,04 14,29
Scheflera sp. walisongo 0,04 0,44 - 0,11 0,29 - 0,04 0,92 71,43
Tabernaemontana sp. trimbosa - - - - - - 0,26 0,26 14,29
Talinum paniculatum ginseng - 0,92 - - - - - 0,92 14,29
Vitex trifolia legundi - 0,04 - - - - - 0,04 14,29
Yucca sp. yucca - 0,11 - - 0,04 - - 0,15 28,57
Zingiber officinale jahe - 1,14 - - - - - 1,14 14,29
daun dewa - 0,33 - - - - - 0,33 14,29
daun enok - 0,04 - - - - - 0,04 14,29
77
78
Lampiran 3. Daftar Tanaman Penutup Tanah Pada 7 Sekolah Sampel
Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR
(%)
Jumlah Keberadaan
(%) 12 42 44 48 53 81 113
Aglaonema sp. aglaonema - 1,11 - - - - 0,94 2,05 28,57
Aloe vera lidah buaya - 1,34 - 0,98 - 0,45 - 2,76 42,86
Althernantera sp. krokot - - - - - - 0,13 0,13 14,29
Ananas comosus nanas hias - - - - - 0,18 0,13 0,31 28,57
Arachis pintoi kacang-kacangan - - - - 0,80 - - 0,80 14,29
Asparagus sp. ekor tupai - 0,09 - 0,31 - 0,22 - 0,62 42,86
Asplenium nidus paku sarang burung - - - 0,13 - - - 0,13 14,29
Axonopus compresus gajah mini 0,36 - - 0,45 - 1,96 - 2,76 42,86
Axonopus compresus rumput gajah - - - - - 0,89 - 0,89 14,29
Begonia sp. begonia - - - - - - 0,04 0,04 14,29
Bromelia sp. bromelia - - - 0,13 - 2,01 - 2,14 28,57
Caladium sp. keladi hias 0,09 1,02 - 0,04 - - 0,09 1,25 57,14
Calathea sp. calathea - - - - - - 1,11 1,11 14,29
Carex morowii kucai - 0,36 - - - - - 0,36 14,29
Carex morowii 'variegata' kucai variegata 2,41 - - 1,60 2,45 - - 6,46 42,86
Clorophytum sp. lili paris 1,11 6,68 - - 1,69 18,94 - 28,43 57,14 78
79
Cuphea hyssopifolia taiwan beauty - - - - - 0,04 - 0,04 14,29
Cycas rumphii pakis - 6,68 - - - - - 6,68 14,29
Cymbopogon nardus serai wangi - 1,56 - - - - - 1,56 14,29
Ipomea sp. ketela hias - - - - - - 0,53 0,53 14,29
Palisota barteri palisota - 1,11 - - 0,13 - - 1,25 28,57
Pilea sp. daun mutiara - - - - 0,18 - - 0,18 14,29
Portulaca sp. sutra bombay - - - - - 0,04 - 0,04 14,29
Rhoeo discolor adam hawa 1,11 6,37 - - 1,43 - - 8,91 42,86
Ruelia malacosperma dwarf ruelia - - - - 2,63 - - 2,63 14,29
Sansiviera sp. sansivera 1,43 3,34 - 2,32 2,67 4,99 7,31 22,06 85,71
Sphatyphylum sp. spatyphilum - - - 0,27 3,65 0,13 - 4,06 42,86
Zephyranthes sp. bawang brojol - - - - - - 1,78 1,78 14,29
79
80
Lampiran 4. Daftar Tanaman Merambat Pada 7 Sekolah Sampel
Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR
(%)
Jumlah Keberadaan
(%) 12 42 44 48 53 81 113
Alamanda cathartica alamanda - - - 1,13 - - - 1,13 14,29
Asplenium nidus kadaka - - - - 2,26 - 0,56 2,82 28,57
Clerodendrum thomsoniae nona makan sirih - - - - 1,88 - - 1,88 14,29
Dendrobium sp anggrek - - - 4,90 6,59 8,29 0,38 20,15 57,14
Epiphyllum oxypetalum wijaya kusuma - - - - - - 0,19 0,19 14,29
Epipremnum sp sirih belanda 3,20 6,03 5,27 - 8,66 15,07 10,92 49,15 85,71
Monstera sp monstera - - - 0,94 - - - 0,94 14,29
Philodendron sp pilodendron - - - 0,38 1,88 0,38 3,39 6,03 57,14
Platycerium bifurcatum tanduk rusa - - - - - - 4,52 4,52 14,29
Raphidophora aurea sirih gading - - - 2,26 10,73 - - 12,99 28,57
Vitis vinifera anggur - - - 0,19 - - - 0,19 14,29
80
81
Lampiran 5. Daftar Tanaman Air Pada 7 Sekolah Sampel
Nama Latin Nama Lokal Sekolah (Frekuensi Relatif %) Jumlah FR
(%)
Jumlah Keberadaan
(%) 12 42 44 48 53 81 113
Cyperus papyrus papyrus - - - 10,53 - - - 10,53 14,29
Echinodorus sp. melati air - - - - - 31,58 21,05 52,63 28,57
Equisetum hymale paku ekor kuda - - - - - 31,58 - 31,58 14,29
Pistia startiotes apu-apu - - - - - 5,26 - 5,26 14,29
81
82
Lampiran 6. Daftar Pertanyaan dan Persentase Jawaban dalam Kuisioner
Pertanyaan Kuisioner Sampel Sekolah (%)
12 42 44 48 53 81 113 x
1. Apakah sekolah anda memiliki taman sekolah ?
a. Ya 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
b. Tidak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
2. Apakah luas taman sekolah yang ada sudah memadai ?
a. Ya 30,0 93,3 60,0 43,3 53,3 56,7 90,0 61,0
b. Tidak 70,0 6,7 40,0 56,7 46,7 43,3 10,0 39,0
3. Jumlah tanaman pada halaman dan taman sekolah ?
a. Cukup 20,0 80,0 20,0 43,3 60,0 53,3 76,7 50,5
b. Kurang 43,3 20,0 56,7 33,3 23,3 36,7 23,3 33,8
c. Sangat kurang 36,7 0,0 23,3 23,3 16,7 10,0 0,0 15,7
4. Kegiatan apa yang bisa anda lakukan di taman sekolah ?*
a. Bersosialisasi dengan teman 40,9 21,6 25,0 22,9 23,1 17,1 19,0 24,2
b. Mengerjakan tugas-tugas sekolah 2,3 25,5 19,4 8,6 15,4 14,3 21,4 15,3
c. Beristirahat saat jam istirahat 27,3 41,2 50,0 51,4 48,7 48,6 54,8 46,0
d. Praktikum pelajaran tertentu 29,5 11,8 5,6 17,1 10,3 20,0 4,8 14,1
e. Lainnya, sebutkan... 0,0 0,0 0,0 0,0 2,6 0,0 0,0 0,4
82
83
5. Seberapa sering anda mengunjungi taman sekolah ?
a. Tiap hari 13,3 30,0 13,3 26,7 10,0 20,0 10,0 17,6
b. Sering 40,0 56,7 26,7 40,0 43,3 40,0 46,7 41,9
c. Jarang 33,3 13,3 43,3 30,0 26,7 26,7 40,0 30,5
d. Sangat jarang 13,3 0,0 16,7 3,3 20,0 13,3 3,3 10,0
6. Seberapa lama anda menghabiskan waktu di taman sekolah ?
a. 0-15 menit 90,0 53,3 80,0 60,0 66,7 70,0 86,7 72,4
b. 15-30 menit 10,0 40,0 20,0 36,7 23,3 23,3 13,3 23,8
c. Lebih dari 30 menit 0,0 6,7 0,0 3,3 10,0 6,7 0,0 3,8
7. Fasilitas yang telah ada apakah menunjang aktivitas siswa
dalam proses belajar ?
a. Ya 26,7 50,0 43,3 60,0 33,3 36,7 20,0 38,6
b. Cukup 36,7 43,3 46,7 33,3 13,3 46,7 70,0 41,4
c. Kurang 36,7 6,7 10,0 6,7 43,3 16,7 10,0 18,6
d. Sangat kurang 0,0 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 1,4
8. Fasilitas yang perlu ditambah pada sekolah ?*
Sarana umum
a. Tempat istirahat 7,7 8,2 11,4 6,9 8,3 6,3 0,0 7,0 83
84
b. Kafetaria/kantin 4,5 7,1 5,3 5,0 3,1 3,6 3,0 4,5
c. Masjid/mushalla 3,9 0,0 3,0 2,0 0,0 0,0 5,1 2,0
d. Toilet 6,5 6,1 3,8 3,0 7,3 7,1 6,1 5,7
e. Area parkir 10,3 4,1 6,1 5,9 3,1 0,0 8,1 5,4
f. Tempat cuci tangan 7,7 11,2 6,1 2,0 2,1 10,7 9,1 7,0
Sarana pendukung lingkungan
g. Tempat pengomposan/daur ulang sampah 1,3 2,0 3,8 4,0 2,1 12,5 2,0 4,0
h. Tempat sampah 3,9 5,1 3,8 4,0 3,1 3,6 4,0 3,9
i. Apotek hidup 9,7 4,1 13,6 7,9 11,5 9,8 17,2 10,5
j. Papan nama tanaman 5,8 9,2 8,3 4,0 2,1 10,7 3,0 6,2
Elemen taman
k. Bangku taman 3,2 6,1 3,0 5,9 7,3 5,4 9,1 5,7
l. Lampu penerangan 2,6 7,1 4,5 4,0 8,3 1,8 4,0 4,6
m. Kolam hias 1,3 3,1 1,5 8,9 4,2 2,7 0,0 3,1
n. Air mancur 7,7 2,0 0,0 3,0 0,0 0,0 2,0 2,1
Sarana olahraga
o. Lapangan basket 7,1 3,1 2,3 3,0 0,0 7,1 0,0 3,2 84
85
p. Lapangan voli 0,0 0,0 3,0 5,0 0,0 0,0 0,0 1,1
q. Lapangan bulutangkis 5,2 8,2 6,8 8,9 16,7 5,4 18,2 9,9
r. Panjat tebing 0,6 4,1 3,8 5,0 8,3 0,9 2,0 3,5
s. Track atletik 7,1 3,1 2,3 3,0 0,0 7,1 0,0 3,2
9. Alat transportasi yang digunakan untuk ke sekolah ?
a. Mobil 0,0 26,7 0,0 3,3 30,0 16,7 0,0 11,0
b. Motor 36,7 50,0 56,7 53,3 20,0 56,7 73,3 49,5
c. Sepeda 0,0 0,0 0,0 10,0 0,0 0,0 0,0 1,4
d. Kendaraan umum 50,0 23,3 36,7 26,7 40,0 26,7 26,7 32,9
e. Tidak berkendaraan 13,3 0,0 6,7 6,7 10,0 0,0 0,0 5,2
10. Jika anda membawa kendaraan, bagaimana menurut anda
kondisi sarana parkir yang tersedia ?
a. Perlu diperluas 80,0 23,3 56,7 63,3 60,0 13,3 76,7 53,3
b. Diperbaiki karena rusak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,7 1,0
c. Tipe parkir dirubah 13,3 26,7 26,7 20,0 13,3 33,3 3,3 19,5
d. Sudah nyaman 0,0 43,3 3,3 0,0 10,0 36,7 0,0 13,3
e. Perlu diperbaiki agar nyaman 6,7 6,7 13,3 16,7 16,7 16,7 13,3 12,9
11. Jalan masuk pada sekolah apakah sudah nyaman ?
a. Ya 30,0 56,7 46,7 40,0 63,3 56,7 90,0 54,8
85
86
b. Belum 70,0 43,3 53,3 60,0 36,7 43,3 10,0 45,2
12. Bahan perkerasan /paving yang dipilih untuk taman sekolah ?
a. Aspalt 6,7 10,0 13,3 20,0 10,0 20,0 20,0 14,3
b. Conblock 90,0 90,0 83,3 76,7 80,0 70,0 50,0 77,1
c. Beton 3,3 0,0 3,3 3,3 10,0 10,0 30,0 8,6
d. Lainnya... 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
13. Apakah pola penghijauan di sekolah telah memberi
kenyamanan ?
a. Ya 13,3 43,3 16,7 13,3 23,3 23,3 20,0 21,9
b. Cukup 43,3 36,7 36,7 40,0 43,3 40,0 20,0 37,1
c. Kurang 43,3 20,0 46,7 46,7 33,3 36,7 60,0 41,0
d. Belum sama sekali 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
14. Kesan terhadap lanskap sekolah ?
Kenyamanan
a. Nyaman 26,7 56,7 16,7 40,0 43,3 36,7 40,0 37,1
b. Cukup nyaman 40,0 30,0 53,3 46,7 50,0 43,3 40,0 43,3
c. Kurang nyaman 33,3 13,3 30,0 13,3 6,7 20,0 20,0 19,5
d. Tidak nyaman 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 86
87
Keteduhan
a. Teduh 23,3 53,3 20,0 13,3 20,0 13,3 10,0 21,9
b. Sedikit teduh 40,0 33,3 43,3 53,3 56,7 53,3 50,0 47,1
c. Gersang/panas 36,7 13,3 36,7 33,3 23,3 30,0 33,3 29,5
d. Sangat gersang 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 6,7 1,4
Ukuran
a. Lapang 0,0 46,7 26,7 23,3 33,3 16,7 56,7 29,0
b. Sedikit lapang 0,0 43,3 26,7 30,0 53,3 53,3 43,3 35,7
c. Sempit 76,7 10,0 46,7 46,7 13,3 30,0 0,0 31,9
d. Sangat sempit 23,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3
15. Apakah menyukai pohon sebagai pelengkap taman sekolah ?
a. Ya 86,7 83,3 76,7 90,0 70,0 83,3 93,3 83,3
b. Kurang 13,3 16,7 23,3 10,0 30,0 16,7 6,7 16,7
c. Tidak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
16. Ukuran pohon yang disukai ?
a. Pohon tinggi (lebih tinggi dari 15 meter) 40,0 46,7 33,3 40,0 43,3 36,7 40,0 40,0
b. Pohon sedang (7-15 m) 46,7 36,7 43,3 43,3 33,3 40,0 30,0 39,0
c. Pohon pendek (3-7 m) 13,3 16,7 23,3 16,7 23,3 23,3 30,0 21,0 87
88
17. Jenis pohon yang disukai ?
a. Berbunga, daun berwarna hijau 53,3 43,3 46,7 36,7 63,3 60,0 80,0 54,8
b. Tidak berbunga tapi warna dan bentuk daun menarik 23,3 26,7 30,0 43,3 13,3 23,3 10,0 24,3
c. Bentuk percabangan menarik 23,3 30,0 23,3 20,0 23,3 16,7 10,0 21,0
18. Lokasi penanaman pohon yang disukai?
a. Pada sisi area penerimaan/dekat gerbang masuk sekolah 26,7 16,7 20,0 26,7 23,3 26,7 40,0 25,7
b. Di sebelah/depan koridor kelas 16,7 23,3 26,7 23,3 16,7 23,3 10,0 20,0
c. Area parkir 26,7 26,7 23,3 16,7 13,3 20,0 6,7 19,0
d. Pada sisi lapangan sekolah 30,0 33,3 30,0 33,3 43,3 30,0 43,3 34,8
e. Lainnya... 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,5
19. Apakah menyukai semak (tinggi 1-3 m) sebagai pelengkap
taman sekolah ?
a. Ya 46,7 36,7 40,0 43,3 33,3 40,0 30,0 38,6
b. Kurang 36,7 50,0 40,0 33,3 43,3 33,3 43,3 40,0
c. Tidak 16,7 13,3 20,0 23,3 23,3 26,7 26,7 21,4
20. Jenis semak yang disukai ?
a. Berbunga indah 43,3 36,7 40,0 36,7 63,3 43,3 66,7 47,1
b. Sedikit berbunga 16,7 20,0 20,0 20,0 23,3 26,7 10,0 19,5
c. Tidak berbunga tapi warna daun menarik 23,3 30,0 26,7 26,7 13,3 30,0 23,3 24,8 88
89
d. Tidak berbunga dan daun berwarna hijau 16,7 13,3 13,3 16,7 0,0 0,0 0,0 8,6
21. Penanaman semak yang disukai ?
a. Dibiarkan tumbuh alami 20,0 23,3 26,7 16,7 23,3 23,3 13,3 21,0
b. Dipangkas teratur dan rapi 53,3 46,7 43,3 60,0 43,3 63,3 73,3 54,8
c. Ada yang dibiarkan alami dan ada yang dipangkas rapi 26,7 30,0 30,0 23,3 33,3 13,3 13,3 24,3
22. Lokasi penanaman semak yang disukai?
a. Pada sisi area penerimaan/dekat gerbang masuk sekolah 23,3 16,7 23,3 30,0 10,0 20,0 16,7 20,0
b. Di sebelah/depan koridor kelas 30,0 26,7 40,0 23,3 16,7 30,0 20,0 26,7
c. Area parkir 10,0 23,3 16,7 6,7 13,3 23,3 30,0 17,6
d. Pada sisi lapangan sekolah 36,7 33,3 20,0 40,0 60,0 26,7 33,3 35,7
e. Lainnya... 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
23. Apakah menyukai tanaman merambat sebagai pelengkap taman
sekolah ?
a. Ya 40,0 46,7 43,3 60,0 63,3 36,7 40,0 47,1
b. Kurang 50,0 33,3 46,7 26,7 26,7 36,7 30,0 35,7
c. Tidak 10,0 20,0 10,0 13,3 10,0 26,7 30,0 17,1
24. Jenis tanaman merambat yang disukai ?
a. Memiliki keindahan bunga 26,7 23,3 30,0 26,7 20,0 43,3 60,0 32,9
b. Memiliki keindahan daun 26,7 33,3 23,3 23,3 16,7 26,7 20,0 24,3
89
90
c. Memiliki keindahan bunga dan daun 46,7 43,3 46,7 50,0 63,3 30,0 20,0 42,9
25. Apakah menyukai rumput sebagai pelengkap taman sekolah ?
a. Ya 76,7 83,3 80,0 73,3 70,0 83,3 76,7 77,6
b. Kurang 23,3 16,7 20,0 26,7 30,0 16,7 23,3 22,4
c. Tidak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
26. Lokasi penanaman rumput yag disukai ?
a. Pada sisi area penerima/dekat gerbang masuk sekolah 23,3 33,3 26,7 16,7 23,3 26,7 30,0 25,7
b. Di sebelah/depan koridor kelas 30,0 26,7 30,0 10,0 10,0 36,7 40,0 26,2
c. Area parkir 23,3 13,3 20,0 33,3 6,7 23,3 20,0 20,0
d. Pada lapangan sekolah 23,3 26,7 23,3 36,7 60,0 13,3 10,0 27,6
e. Lainnya, sebutkan.. 0,0 0,0 0,0 3,3 0,0 0,0 0,0 0,5
27. Komposisi dan susunan tanaman yang disukai ?
a. Massal dengan menyusun satu jenis tanaman 26,7 30,0 26,7 23,3 10,0 26,7 30,0 24,8
b. Massal dengan menyusun variasi jenis tanaman 40,0 46,7 50,0 73,3 66,7 60,0 70,0 58,1
c. Tunggal dengan menyusun satu jenis tanaman 16,7 10,0 6,7 0,0 6,7 3,3 0,0 6,2
d. Tunggal dengan menyusun variasi jenis tanaman 16,7 13,3 16,7 3,3 16,7 10,0 0,0 11,0
28. Bentuk/pola desain yang disukai untuk taman sekolah ?
a. Formal (simetris, warna umumnya netral, bentuk
sederhana, jarang menggunakan tanaman berbunga, 43,33 56,67 53,33 23,33 13,33 60,00 70,00 45,7 90
91
umumnya satu jenis tanaman, ukuran hampir sama)
b. Informal (asimetris, tanaman bervariasi, warna
berdegradasi, berbunga indah dengan variasi jenis
tanaman) 40,00 26,67 26,67 26,67 76,67 30,00 30,00 36,7
c. Natural (mendekati bentuk liar/alami) 16,67 16,67 20,00 50,00 10,00 10,00 0,00 17,6
29. Bentuk partisipasi yang dapat diberikan dalam pemeliharaan
taman sekolah ?*
a. Dengan tidak melakukan vandalisme/merusaknya 52,8 32,6 51,4 62,9 51,5 40,0 61,8 50,4
b. Dengan terjun langsung dalam pemeliharaan 19,4 18,6 22,9 8,6 21,2 22,5 8,8 17,4
c. Dengan melarang siapapun untuk merusaknya 16,7 25,6 14,3 11,4 9,1 15,0 17,6 15,7
d. Dengan memberikan sumbangan dana pemeliharaan 11,1 23,3 11,4 17,1 18,2 22,5 11,8 16,5
91
92
Lampiran 7. Peranan RTH Berdasarkan GBIM Tingkat SMA
GBIM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (KELAS X-XII)/ TINGKAT UMUR 15-18 TAHUN
Tema: Manusia dan Lingkungannya
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/ Tingkatan
Umur
Integrasi Materi Ajar pada
Pendidikan Formal
Peranan RTH
1. Hubungan manusia dan lingkungan hidup
1. Menjelaskan pengertian hubungan manusia dan lingkungan hidup
2. Menjelaskan etika manusia dengan lingkungan (tanggung jawab manusia dengan memelihara ciptaan Tuhan yang lain)
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dengan sosiologi, materi hubungan masyarakat dan lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
2. Lingkungan fisik dan perubahan ekosistem
3. Menjelaskan ekosistem perairan dan daratan dan jenis-jenis lingkungan fisik yang ada di dalamnya
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dengan Biologi, materi hubungan antara ekosistem , perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Outdoor class dan alat bantu ajar
3. Dampak perubahan ekosistem
4. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem daratan dan dampaknya
5. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem perairan dan dampaknya
6. Menjelaskan dampak negatif perubahan tata ruang terhadap ekosistem
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dengan Biologi, materi hubungan antara ekosistem , perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Outdoor class dan alat bantu ajar
4. Lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan
7. Menjelaskan pengertian pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
8. Menjelaskan peran masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (masyarakat, institusi pendidikan, industri, dll)
9. Kearifan budaya dalam memelihara lingkungan
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dengan Geografi, materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
93
Tema: Memelihara Kebersihan Lingkungan
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/ Tingkatan
Umur
Integrasi Materi Ajar
pada Pendidikan
Formal
Peranan RTH
A. Pengelolaan Sampah (Limbah Padat)
1. Jenis dan sumber sampah
1. Menjelaskan jenis dan sumber sampah dari setiap aktivitas (rumah tangga, industri, pasar, dll)
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah
Outdoor class dan alat bantu ajar
2. Memahami besarnya timbulan sampah rata-rata dari setiap aktivitas
2. Dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan
3. Menjelaskan berbagai jenis dampak yang ditimbulkan oleh sampah lingkungan/ sekitar kita (perairan dan daratan) terhadap ekosistem air dan darat, juga terhadap kesehatan manusia
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah
Outdoor class dan alat bantu ajar
3. Pengelolaan sampah • Skema pengelolaan sampah
4. Menjelaskan skema pengelolaan sampah mulai dari pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan ke TPS dan TPA serta pengolahan
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah
Outdoor class dan alat bantu ajar
• Cara dan jenis alat pengelolaan sampah
5. Mengidentifikasi cara dan jenis peralatan yang digunakan untuk pengelolaan sampah, mulai dari pewadahan hingga pengangkutan ke TPA
• Jenis-jenis pengelolaan sampah
6. Mengidentifikasi berbagai jenis pengelolaan sampah di sekitar kita (pembakaran, penimbunan, pengomposan, dll)
• Pengelolan sampah dengan pembakaran
7. Menjelaskan cara pengolahan sampah dengan pembakaran dan dampak yang ditimbulkannya
• Pengolahan sampah dengan
8. Menjelaskan dan praktek cara pengolahan sampah dengan
94
komposting komposting • Pengolahan
sampah dengan sanitary landfill
9. Menjelaskan cara pengelolaan sampah dengan sanitary landfill
4. Nilai ekonomi sampah
10. Menjelaskan nilai ekonomis dari sampah, diantaranya melalui prinsip 3R
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah, dan mata pelajaran Ekonomi, materi daur ulang sampah
Outdoor class dan alat bantu ajar
11. Praktek daur ulang kertas secara sederhana
5. Peninjauan ke lokasi TPA dan pengelolaan sampah kompos
12. Mendeskripsikan hasil peninjauan pengolahan sampah di TPA dan pengolahan sampah dengan komposting
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan sampah, dan mata pelajaran Ekonomi, materi daur ulang sampah
Outdoor class dan alat bantu ajar
B. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (limbah cair)
1. Sumber air limbah rumah tangga
1. Mengidentifikasi kegiatn rumah tangga yang menjadi sumber air limbah
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
Outdoor class dan alat bantu ajar
2. Pembuangan air limbah
2. Menjelaskan skema pembuangan air limbah rumah tangga dan air hujan
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
Outdoor class dan alat bantu ajar
3. Menjelaskan gambar dan cara kerja tangki septik
3. Sumur resapan 4. Menjelaskan pengertian sumur resapan
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
Outdoor class dan alat bantu ajar
5. Menjelaskan fungsi sumur resapan
6. Menjelaskan tata letak sumur resapan
7. Menjelaskan pentingnya sumur resapan di kota-kota besar
8. Meninjau salah satu sumur resapan yang ada di sekitar sekolah
4. Pemeliharaan saluran air
9. Menjelaskan pentingnya
Kelas XII (17-18
Terintegrasi dalam
Outdoor class dan
95
membersihkan saluran air limbah dari sampah
tahun) pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
alat bantu ajar
5. Dampak air limbah terhadap kesehatan dan lingkungan
10. Menjelaskan dampak air limbah bagi kesehatan
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Biologi, materi pengelolaan air limbah
Outdoor class dan alat bantu ajar 11. Menjelaskan dampak
air limbah bagi lingkungan (penurunan kualitas air dan biota air)
B. Limbah B3
1. Pengertian dan karakteristik limbah B3
1. Memahami pengertian limbah B3
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
2. Memahami karakteristik limbah B3
2. Sumber limbah B3 3. Mendeskripsikan jenis limbah B3 yang ada di sekitar kita (baterai, accu, pembasmi hama, zat pewarna tekstil pada makanan, dll)
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
4. Memahami kegiatan yang menimbulkan limbah B3
3. Dampak limbah B3
• Terhadap air tanah
5. Memahami dampak limbah B3 terhadap tanah
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar • Terhadap
kesehatan 6. Memahami dampak
limbah B3 terhadap kesehatan
• Terhadap makhluk lainnya
7. Memahami dampak limbah B3 terhadap makhluk lainnya
4. Pengelolaan limbah B3
8. Memahami mata rantai limbah B3 dari industri
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
5. Pemanfaatan limbah B3
9. Pemanfaatan limbah B3 dengan 3R
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam pelajaran Kimia, materi kimia lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
96
Tema: Sumber Daya Alam
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/ Tingkatan
Umur
Integrasi Materi Ajar
pada Pendidikan
Formal
Peranan RTH
1. Pengertian dan jenis-jenis sumber daya alam
1. Menjelaskan pengertian dan jenis-jenis sumber daya alam
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran geografi, materi sumber daya alam, dan mata pelajaran Biologi, materi konsep keanekaragaman hayati
Outdoor class dan alat bantu ajar 2. Memahami sumber
daya alam hayati dan keanekaragaman hayati
3. Mengidentifikasi persebaran lokasi SDA di Indonesia dan pemanfaatannya
2. Pemanfaatan sumber daya alam
4. Menjelaskan sektor-sektor/jenis-jenis usaha yang menggunakan sumber daya alam bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (kelautan, kehutanan, pertanian, dll)
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Geografi, materi sumber daya alam
Outdoor class dan alat bantu ajar
5. Mengidentifikasi jenis sumber daya alam yang digunakan sektor-sektor usaha
3. Kerusakan sumber daya alam dan dampaknya bagi lingkungan dan manusia
6. Menjelaskan penyebab kerusakan sumber daya alam dan contohnya
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Geografi, materi sumber daya alam
Outdoor class dan alat bantu ajar 7. Menjelaskan dampak
kerusakan sumber daya alam bagi lingkungan dan manusia
4. Pelestarian sumber daya alam dan pencegahan kerusakannya
8. Menjelaskan pengertian pelestarian sumber daya alam dan usaha-usaha pencegahan kerusakan sumber daya alam
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran geografi, materi sumber daya alam, dan mata pelajaran Biologi, materi konsep keanekaragaman hayati
Outdoor class dan alat bantu ajar
97
Tema : Air
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/ Tingkatan
Umur
Integrasi Materi Ajar
pada Pendidikan
Formal
Peranan RTH
1. Kualitas air 1. Menjelaskan pengertian kualitas air
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan air bagi kehidupan manusia
Outdoor class dan alat bantu ajar
2. Menjelaskan kualitas air secara fisik, kimia, dan biologi
2. Pencemaran air
• Pengertian pencemaran air
3. Menjelaskan pengertian pencemaran air
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan air bagi kehidupan manusia
Outdoor class dan alat bantu ajar
4. Memahami peraturan pemerintah tentang pengendalian pencemaran air
• Penyebab pencemaran air/sumber pencemaran air
5. Menjelaskan penyebab pencemaran air
• Indikator pencemaran air
6. Menjelaskan indikator pencemaran air
• Akibat pencemaran air
7. Menjelaskan akibat penggunaan air yang tercemar
• Hubungan pencemar dengan kadar O2 dari kehidupan di dalam air
8. Memahami skema hubungan pencemar dengan kadar O2 dari kehidupan di dalam air
3. Pengolahan air • Penggunaan air 9. Menjelaskan
penggunaan air rumah tangga, industri, pertanian
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pengelolaan air bagi kehidupan manusia
Outdoor class dan alat bantu ajar
10. Menyebutkan jumlah penggunaan air di Indonesia untuk rumah tangga, industri, pertanian, dll
• Jenis pengolahan air dan fungsinya
11. Menjelaskan pengolahan air bersih secara sederhana berikut skemanya
• Kunjungan ke PAM atau pabrik pengolahan air mineral
12. Mendeskripsikan hasil kunjungan mengenai pengolahan air
98
Tema : Udara
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/ Tingkatan
Umur
Integrasi Materi Ajar
pada Pendidikan
Formal
Peranan RTH
1.
Pencemaran udara • Pengertian,
jenis, dan sumber
1. Menjelaskan pengertian, jenis dan sumber pencemaran udara dari aktivitas manusia dan alam
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Kimia, materi pencemaran udara
Outdoor class dan alat bantu ajar
• Isentifikasi permasalahan
2. Mengidentifikasi permasalahan pencemaran udara di kota-kota besar
• Dampak pencemaran udara
3. Menjelaskan dampak pencemaran udara terhadap lingkungan dan manusia
• Upaya pengendalian pencemaran udara
4. Mengenal berbagai upaya pengendalian pencemaran udara
2. Indeks standar pencemaran udara
• Pengertian 5. Menjelaskan indeks standar pencemaran udara
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Kimia, materi pencemaran udara
Outdoor class dan alat bantu ajar 6. Memahami kondisi
pencemaran udara di kota-kota besar
• Parameter IPU 7. Menyebutkan parameter IPU
8. Menjelaskan dampak setiap parameter pencemar (Partikulat, CO, SO2, NO2, dan O3)
• Kategori dan rentang pencemaran udara
9. Memahami dan menjelaskan kategori (baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, berbahaya) dan rentangnya untuk setiap kategori pencemaran udara
10. Memahami IPU yang tertera pada alat ukur yang ada di kotanya dan menjelaskan artinya
3. Kebauan
• Pengertian 11. Menjelaskan pengertian bau
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Kimia, materi pencemaran
Outdoor class dan alat bantu ajar
• Sumber bau & zat-zat yang menimbulkan
12. Menjelaskan sumber bau dan zat-zat yang menimbulkan bau
99
bau (sampah pasar, industri, dll)
udara
• Ambang batas kebauan
13. Menjelaskan ambang batas kebauan (min. 8 orang menanggapi adanya bau)
• Dampak kebauan
14. Menjelaskan dampak kebauan bagi kesehatan manusia (pusing, sakit kepala), dan gangguan kenyamanan
Tema : Tanah dan Lahan
No GBIM Kompetensi Dasar
Tingkat Pendidikan/ Tingkatan
Umur
Integrasi Materi Ajar
pada Pendidikan
Formal
Peranan RTH
1. Degradasi lahan 1. Menjelaskan dampak degradasi lahan terhadap lingkungan
Kelas X (15-16 tahun)
Terintegrasi dalam mata pelajaran Biologi, materi pencemaran lingkungan, dan Geografi materi litosfer
Outdoor class dan alat bantu ajar 2. Menjelaskan upaya-
upaya penanggulangan degradasi lahan
3. Menganalisa pola dan hubungan spasial antara penduduk dan degradasi lahan
Kelas XI (16-17 tahun)
Terintegrasi dalam Geografi materi sebaran, pola & obyek geografi
Outdoor class dan alat bantu ajar
4. Memberi contoh-contoh penerapan bioteknologi pada upaya pencegahan dan pengendalian degradasi lahan
Kelas XII (17-18 tahun)
Terintegrasi dalam Biologi materi implikasi bioteknologi pada sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat
Outdoor class dan alat bantu ajar