Upload
lamdien
View
248
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MUARA SUNGAI
DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG
Zooplankton Community Structure Estuary Waterway Dompak, Tanjunpinang
Kudrotulloh
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Andi Zulfikar, S.Pi, M.Si
Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
T. Said Raza’I, S.Pi, M.Si
Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
ABSTRACT
Zooplankton, also called animal plankton, is an animal whose life floats, or floating in a
swimming laut.Kemampuan very limited until its existence is largely determined where
membawanya.Zooplankton flows are heterotrophic, that the intention was not able to produce
their own organic matter from inorganic materials. Therefore, for the continuity of his life he
was very dependent on organic matter from phytoplankton into his food. Zooplankton very
function as consumers (consumer) organic material.
This study was conducted in densely packed Kepuluan riau, this study implemented in
October 2014 until December 2014 determination in doing research station based on
random techniques (simple randem sampling) .simple randem sampling is the simplest
method of sampling, data analysis in measuring namely: knowing the abundance of
zooplankton, zooplankton diversity, uniformity and dominance zooplankton
zooplankton.There are 8 genus zooplankton in between them, namely: foraminivera,
radiolarians, ctenophera, urochorda, copepods, tintinnidiidae, rotivera, and
mastigophora.Indeks Diversity (H ') of (0.61 to 1.56) are included in the category of
medium, Uniformity (E ) range (0.31 to 0.68) are included in the category
rendah.Sedaangkan Dominance (D) range (0.36 to 0.76), including low category which
indicates that there is no particular type of zooplankton mendominansi. Average
temperatures range from 32.5 to 33.8 ‰, the brightness value range is 65 to 76.5 m, the
current range stands at 0.2 - 0,72m / sec, degree of acidity (pH) in the range of 7.05
figures - 9.03 Dissolved oxygen (DO) in the range of 12.6 to 12.9 mg / L.
.
Keywords: Zooplankton Community Structure Estuary Waterway Dompak,
Tanjunpinang.
I. PENDAHULUAN
Pulau Dompak merupakan salah
satu kawasan yang memiliki wilayah
pesisir. Pulau Dompak pada saat ini
banyak dilakukan kegiatan pembebasan
lahan untuk pembangunan
Perkantoran, Jalan, Masjid, dan
Pendidikan yang dapat menyebabkan
Pencemaran dan kerusakan pada
perairan Pulau Dompak. Hal ini di
perkuat oleh (Mukminin, 2008). Pulau
Dompak merupakan perluasan Ibu kota
Provinsi Kepulauan Riau dengan di
bangun nya pusat Pemerintahan. Segala
bentuk aktivitas di sekitar kawasan ini
akan berdampak langsung pada
perairan baik secara biologi, fisika,
mau pun kimia.
Ciri utama yang menojol pada
ekosistem daerah pesisir dan estuari
adalah ke tidak stabilan dan
kekomplekan ekosistem. Daerah pesisir
dan estuaria merupakan suatu
ekosistem yang dinamis di muka bumi
yang selalu berubah-ubah setiap waktu.
Oleh karena itu, biota yang menghuni
daerah pesisir dan estuary adalah jenis-
jenis yang memiliki kemampuan
adaptasi dan toleransi yang tinggi
(Poernomo, 1997 dalam Kordi,
2007).Perairan pesisir dan estuari
merupakan daerah yang kaya unsur
hara. Karena kaya akan unsur hara dan
jasad renik makanan alami, maka
daerah ini merupakan daerah
pengasuhan (nursery ground) dan
daerah tempat mencari makanan
(feeding ground ) bagi berbagai jenis
biota laut seperti ikan, kerang, dan
udang. Namun dibalik fungsinya yang
penting dan strategi situ ternyata
ekosistem pesisir dan estuari sangat
sensitive terhadap gejala perubahan
faktor yang dapat menimbulkan
kerusakan ekosistem tersebut. Ini tidak
lain karena daerah tersebut merupakan
terminal dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) sebagai sumber pasok
bermacam-macam limbah yang dibawa
dari hulu melalui aliran sungai
kedaerah hilir (Kordi, 2007). Plankton
adalah mahluk (tumbuhan atau hewan)
yang hidupnya mengapung,
mengambang, atau melayang di dalam
air yang kemampuan renangnya
(kalaupun ada) sangat terbatas hingga
selalu terbawa hanyut oleh arus. Secara
fungsional, plankton dapat digolongkan
menjadi empat golongan utama, yaitu
fitoplankton, zooplankton,
bakterioplankton, dan virioplankton
(Nontji, 2008). Menurut (Sachlan, 1972
dalam Furqon, 2011). plankton dibagi
ke dalam beberapa ukurannya dari
kelompok, yaitu makroplankton (lebih
besar dari 1 mm), mikroplankton (0,06
mm – 1 mm) dan nanoplankton (kurang
dari 0,06 mm) meliputi berbagai jenis
fitoplankton. Diperkirakan 70 % dari
semua fitoplankton di laut terdiri dari
nanoplankton dan inilah yang
memungkin kan terdapatnya
zooplankton sebagai konsumen primer.
Zooplankton merupakan anggota
plankton yang bersifat hewani, sangat
beranekaragam dan terdiri dari
bermacam larva dan bentuk dewasa
yang mewakili hampir seluruh filum
hewan Zooplankton memiliki ukuran
lebih besar dari fitoplankton (Nontji,
1987 dalam Furqon 2011). Menurut
(Effendi, 1997 dalam furqon, 2011).
Ukuran zooplankton dengan ketentuan
khusus, yaitu makrozooplankton yang
berukuran lebih besar dari 2 cm, dan
mesozooplankton yang berukuran 200-
20.000 cm. Larva ikan maupun ikan-
ikan muda yang bersifat planktonik
disebut ichtyoplankton umumnya
berukuran besar. Zooplankton
mempunyai alat gerak seperti flagel,
cilia atau kaki renang, namun tidak
dapat melawan pergerakan air. (Davis,
1955, dalam Fajri, 2012). Menyatakan
bahwa zooplankton adalah makanan
sebagian besar organisme seperti ikan,
udang, moluska dan sebagainya. Oleh
karena itu zooplankton memegang
peranan penting dalam rantai makanan
di perairan.
Keberadaan zooplankton di
perairan dapat dijadikan sebagai
indicator tentang adanya gangguan
terhadap stabilitas wilayah perairan.
Maraknya aktivitas yang ada di Pulau
Dompak tersebut secara tidak langsung
akan menyebabkan ketidak stabilan
kondisi perairan, maka sangat penting
untuk dilakukan kajian untuk
mengetahui kondisi terkini perairan
muara Pulau Dompak. Dalam hal ini,
sekiranya perlu dilakukan kajian
dengan melihat keberadaan komunitas
Zooplankton di perairan muara Sungai
Dompak.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perairan estuaria secara
sederhana dapat diartikan sebagai
perairan disekitar muara sungai. Karna
air di Muara Sungai merupakan
campuran massa air yang berasal dari
sungai (air tawar) dengan air laut
sekitarnya. Percampuran dari massa air
tersebut dapat menyebabkan fluktuasi
parameter fisika dan kimia di perairan
estuaria. Kondisi lingkungan yang
selalu berfluktuasi ini akan
mempengaruhi organisme dan biota
yang ada di dalam perairan. Salah
satunya adalah Zooplankton yang
berperan sebagai produsen dalam
tingkatan rantai makanan pada perairan
tersebut.(Wulandari.2009).
Plankton adalah makhluk
(tumbuhan atau hewan) yang hidupnya
mengapung, mengambang, atau
melayang di dalam air yang
kemampuan renangnya (kalaupun ada)
sangat terbatas hingga selalu terbawa
hanyut oleh arus.Istilah “plankton”
diperkenalkan oleh Victor Hensen
(1887), yang berasal dari bahasa
Yunani, “planktos” yang berarti
menghanyut atau mengembara.
Plankton berbeda dengan
nekton yang merupakan hewan yang
mempunyai kemampuan aktif berenang
bebas,tidak tergantung pada harus
,seperti misalnya ikan,cumi-cumi,paus.
Lain pula dengan bentos yang
merupakaan biota yang hidup melekat,
menancap, merayap, atau meliang
(membuat liang)di dasar laut, seperti
misalnya kerang,teripang, binatang
laut, dan karang (coral) (Nontji , 2008).
Zooplankton merupakan
organisme laut yang memainkan peran
sangat penting dalam rantai makanan di
laut. Walaupun daya geraknya terbatas
dan distribusinya ditentukan oleh
keberadaan makanannya, zooplankton
berperan pada tingkat energi yang
kedua yang menghubungkan produsen
utama (fitoplankton) dengan konsumen
dalam tingkat makanan yang lebih
tinggi. Peranan zooplankton sebagai
konsumen pertama sangat berpengaruh
dalam rantai makanan suatu ekosistem
perairan (Handayani dan Patria, 2005
dalam fitriya 2013).
Ukurannya zooplankton yang
paling umum berkisar 0,2-2mm, tetapi
ada juga yang berukuran besar
misalnya ubur-ubur yang biasa
berukuran sampai lebih satu meter.
Kelompok yang paling umum di
temukan antara lain copepod
(copepod), eufausid (euphausid), misid
(mysid), amfipod (amphipod),
kaetognat (chaetognath). Zooplankton
dapat di jumpai mulai dari perairan
pantai, perairan estuaria di depan
muara sampai ke perairan di tengah
samudra, dari perairan tropis hingga ke
perairan kutub (Nontji, 2008).
Zooplankton ada juga yang
hidup di permukaan dan ada juga hidup
juga di perairan dalam.Ada juga yang
dapat melakukan migrasi vertikal
harian dari lapisan dalam ke
permukaan. Hampir semua hewan yang
mampu berenang bebas (nekton) atau
yang hidup di dasar laut (bentos)
menjalani awal hidupnya menjadi
zooplankton antara lain ketika masih
berupa telur dan larva. Baru kemudian
hari, menjelang dewasa,sifat hidupnya
yang bermula plankton berubah
menjadi nekton atau bentos (Nontji,
2008).
Keanekaragaman zooplankton
Keberadaan zooplankton disuatu
perairan juga sangat dipengaruhi oleh
kondisi perairan, ada beberapa
Ordo/Family Zooplankton antara lain
yaitu:
a. Ordo / Family Tintinid
Tintinid adalah tubunnya
membentuk kantong dari gelatin atau
kitin (chitin) yang di sebut
lorika(lorica), yakni penutup di luar
pelindung yang di hasilkan oleh
rekreasin sekujur tubuh. Bentuk lorika
masing masing berbeda berbeda hingga
bagian tubuh hewan ini di gunakan
sebagai cirri untuk identifikasi, tintinid
mempunyai banyak jenis yang hidup
sebagai plankton (Nontji, 2008).
b. Ordo / Family Foram
Foram adalah nama singkat atau
nama umum yang digunakan untuk
merujuk pada hewan dari bangsa
foraminifera, yang berada di bawah
kelas Sarcodina, Filum Protozoa.
Foram mempunyai cangkang ( biasa
disebut pula shell atau test) dari bahan
kapur karbonat (CaCOᵌ). ( Nontji, 2008
).
c. Ordo / Family Radiolaria
Radiolaria merupakan
zooplankton yang tergolong dalam
kelas Sarcodina, Filum
Protozoa.Hewan ini mempunyai bentuk
cangkang yang bulat, dengan berbagai
variasi struktur yang umumnya
mempunyai simetri radial, memencar.
Ukuran sel Radiolaria umumnya
berkisar antara 30um hingga 2
mm(Nontji,2008).
d. Ordo / Family Ubur-ubur
Ubur-ubur plankton yang hidup
di laut amat beragam, dari yang
berukuran kecil hingga yang berukuran
raksasa. Namun yang dianggap sebagai
ubur-ubur sejati yang sangat umum
dijumpai di laut adalah genus atau jenis
Scyphozoa (Nontji, 2008).
e. Ordo / Family Ktenofor
Ktenofor biasa juga di kenal
ordo Pleurobrachia, dengan di cirikan
dengan adanya delapan busur “sisir”
yang dapat digetarkan untuk
memunkinkannya untuk bergerak. ordo
Ktenofor umumnya berukuran (1-
5mm). (Nontji, 2008).
f. Ordo / Family Kopepod
Kopepod mempunyai kulit atau
kerangka luar (eksoskeleton) yang
keras dari kitin (chitin). Oleh sebab itu,
dalam pertumbuhannya membesarkan
ia sering harus berganti kulit (molting),
family copepod juga mempunyai dua
pasang antenna. Antenna pertama
berukuran panjang dan antena kedua
berukuran kecil.Kakinya banyak
umumnya untuk berenang dan untuk
mengumpulkan makanan.Tubuhnya
terdiri atas ruas-ruas, yang penting
untuk bahan identifikasi genus / jenis.
(Nontji, 2008).
III. METODE
Penelitian ini akan dilaksanakan
pada bulan Oktober 2014 - Februari
2015 yang berlokasi di Perairan Muara
Pulau Dompak, Kelurahan Dompak,
Kecamatan Bukit Bestari, Kota
Tanjungpinang. Peta Lokasi Penelitian
dapat dilihat pada citra satelit seperti
pada gambar 2.
Gambar 2.Peta Lokasi penelitian (Google
Earth, 2013).
A. Bahan Penelitian
Adapun bahan-bahan untuk
penelitian Struktur Komunitas
Zooplankton Di Perairan Muara Sungai
Dompak Kota Tanjunpinang ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Bahan yang digunakan dalam
penelitian
No. Bahan Keterangan
1. Zooplankton
2. Aquades
3. Tissue
4. Lugol 4%
- Objek Penelitian
- Kalibrasi alat dan
membilas alat
- Mengeringkan alat
- Mengawetkan
Zooplankton
B. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Alat yang digunakan dalam
penelitian
No. Keterangan Alat
Kegunaan 1. Pengambi
lan
Zooplankt
on
- Alat Tulis
- Planktonet
- Botol
Sampel
- Kertas Label
-Mencatat hasil pengamatan
- Menyaring Zooplankton
- Wadah sampel Zooplankton
- Menandai sampel Zooplankton
2. Pengamat
an
Zooplankt
on
- Mikroskop
- Kaca objek
dan kaca
penutup
- Cover Glass
- Cawan Petri
- Pipet tetes
- Kamera
Digital
- Pengamatan Zooplankton
- Menghitungkelimpahan
Zooplankton
- KacaPenutup haemacytometer
- Wadah Zooplankton
-Mengambil sampel Zooplankton
- Dokumentasi penelitian
3. Parameter
Fisika,Ki
mia
Perairan
- Multi tester
- Salt meter
- Current
Drouge
- Secchi disk
- Luxmeter
- Mengukur pH, DO, Suhu
Perairan
- - Mengukur salinitas
- - Mengukur Kecepatan arus
- -MengukurKecerahan Perairan
-
Pengambilan sampel zooplankton
dilakukan berdasarkan pembagian
luasan total area penelitian dan
ditentukan titik dengan jarak 50 meter
antar titik pengamatan. Dengan
mengacu pada sketsa diatas, maka
diperoleh titik pengambilan sampling
pada lokasi penelitian sebanyak 24 titik
yang masing – masing diletakkan
seperti pada gambar 4 berikut:
Gambar 4. Titik Stasiun Penelitian (Google
Earth, 2013).
3. Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja dalam
penelitian ini meliputi pengambilan
Sampel Zooplankton, Pengawetan
zooplankton dan Identifikasi
zooplankton. Secara rinci dijelaskan
pada sub bab di bawah ini :
a. Pengambilan Sampel
Zooplankton
Pengambilan sampel
zooplankton dilakukan dengan
menggunakan planktonet berbahan
monofilament dengan ukuran meshsize
40µm. Pengambilan sampel contoh
zooplankton dengan menarik secara
perlahan jaring planktonet secara
horizontal dan vertikal pada
permukaan dan badan air, dan ditarik
sepanjang 2 m. zooplankton yang
tersaring dalam planktonet dipindahkan
kedalam botol sampel yang telah diberi
label. Metode pengambilan sampel
zooplankton dilakukan secara kualitatif
dengan menarik jala planktonet secara
horizontal dan vertikal pada permukaan
perairan serta badan air (Setyobudiandi
2009).
b. Pengawetan Zooplankton
Sampel zooplankton yang
sudah diperoleh harus segera diberi
pengawet untuk keperluan analisis di
laboratorium. Pengawetan perlu
dilakukan karena sampel zooplantkton
sangat mudah rusak sehingga harus
ditangani dengan proses
pengawetan.Pengawetan sampel
zooplankton dilakukan dengan
menambahkan 2 – 3 tetes larutan lugol
4% ke dalam botol sampel zooplankton
yang telah diberi label. Pengawetan
Zooplankton harus dilakukan dengan
hati-hati agar jasad zooplankton tidak
rusak sehingga mudah untuk dilakukan
identifikasi dilaboratorium.
(Setyobudiandi, 2009).
c. Identifikasi zooplankton
Identifikasi suatu pekerjaan
taxonomi, sehingga identifikasi harus
dilakukan dengan keakurantan tinggi.
Sebagaimana diketahui, bahwa jika
memungkinkan, contoh sebaiknya
langsung identifikasi dalam keadaaan
hidup (in situ/live samples) untuk
mengetahui ordo/family Sedangkan
contoh yang diawet, lebih diutamakan
untuk keperluan penghitungan
jumlahnya (Setyobudiandi 2009).
Identifikasi zooplankton
dilakukan dengan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran total
100x dan 400x Identifikasi dilakukan
dengan meneteskan beberapa sampel
zooplankton (0,05ml). Yang diletakkan
diatas gelas objek kemudian ditutup
dengan cover glass. Pedoman
identifikasi menggunakan buku
identifikasi (Setyobudiandi 2009).
Pengolahan Data
Untuk pengolahan data lapangan
terdiri dari data Zooplankton antara
data kualitas perairan yang menjadi
faktor pembatas zooplankton.
1. Kelimpahan Zooplankton
Penentuan kelimpahan
zooplankton dapat dihitung dengan
menggunakan rumus. Hal ini didukung
oleh (Dianthani, 2003 dalam
Madinawati, 2010), sebagai berikut:
N = n (𝑉𝑟
𝑉𝑜 ) x (
1
𝑉𝑠 )
keterangan : N = Jumlah sel per liter
(ind/l)
n = Jumlah sel yang diamati atau
didapat
Vr = Volume air tersaring (ml)
Vo = Volume air yang diamati (ml)
Vs = Volume air yang disaring (l)
2. Indeks keanekaragaman (H’)
Analisis indeks keanekaragaman
digunakan untuk mengetahui
keanekaragaman jenis organisme
akuatik. Persamaan yang digunakan
untuk menghitung indeks ini adalah
persamaan Shanon-Wiener seperti
berikut (Magurran 1988 dalam Faza,
2012).
Keterangan: H’: Indeks
Keanekaragaman Shanon-Wiener
S: Jumlah spesies
Pi: ni/N
ni: jumlah individu spesies i
N: jumlah total plankton
Kisaran nilai Indeks
keanekaragaman (H’) diklasifikasikan
sebagai berikut (Magurran 1988: 35
dalam Faza 2012) :
0 < H’ < 1.5 = keanekaragaman rendah
1.5 < H’ < 3.5 = keanekaragaman
sedang
H’ > 3.5 = keanekaragaman tinggi
Menurut (Wilhm & Dorris 1968
dalam Faza 2012) nilai indeks
keanekaragaman (H’)dikaitkan dengan
tingkat pencemaran adalah sebagai
berikut:
H’ > 3 = tidak tercemar
1 < H’ < 3 = tercemar sedang
0 < H’ < 1 = tercemar berat
Keanekaragaman rendah artinya
kondisi perairan labil karena perairan
tersebut hanya cocok bagi jenis
tertentu.Keanekaragaman sedang atau
menandakan jenis organisme menyebar
merata.Keanekaragaman tinggi
ataustabil menandakan jenis organisme
variasinya tinggi didukung oleh factor
lingkungan yang prima untuk semua
jenis yang hidup dalam habitat
bersangkutan(Odum, 1993 dalam Faza,
2012).
3. Indeks keseragaman(E)
Untuk menentukan indeks
keseragaman di gunakan rumus
Shannon-Wiener menurut (Brower
and Zar, 1990 Dalam Setyobudiandi,
2009).
𝐸 =H′
H max =
H′
Ln s
Keterangan:E = Indeks Keseragaman
H' = Indeks Keanekaragaman
Shannon-Wiener
H𝑚𝑎𝑘𝑠 = Keanekaragaman Maksimum
S = Jumlah Spesies
Nilai indeks keseragaman
berkisar antara 0-1.Indeks yang
mendekati 0 menunjukan adanya
jumlah individu yang terkonsentrasi
pada satu atau beberapa jenis. Hal ini
dapat diartikan ada beberapa jenis biota
yang memiliki jumlah individu relative
banyak, sementara beberapa jenis
lainnya memiliki jumlah individu yang
relative sedikit. Nilai indeks
keseragaman yang mendekati 1
menunjukan bahwa jumlah individu
disetiap spesies adalah sama atau
hampir sama (Setyobudiandi,2009).
4. Indeks dominansi (D)
Menurut (Legendre, 1983
dalam Setyobudiandi, 2009).Untuk
Mengetahui ada atau tidaknya satu
dominasi, agar lebih akurat dan jelas
gunakan indeks dominasi Simpson.
Keterangan : D = Indeks Dominansi
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
Nilai Indeks dominansi berkisar
antara 0-1; indeks 1 menunjukan
dominansi oleh satu jenis spesies
sangat tinggi (hanya terdapat satu jenis
pada satu stasiun), sedangkan indeks 0
menunjukan bahwa diantara jenis-jenis
yang ditemukan tidak ada yang
medominasi (Setyobudiandi,2009 ).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kelimpahan Ordo/Family
Zooplankton
Dari hasil penelitian zooplankton
yang ditemukan pada lokasi penelitian
dengan jumlah 8 Ordo/Family dan 17
Genus/jenis secara lengkap
Ordo/Family dan Genus/Jenis yang di
temukan pada lokasi penelitian dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel. 4 Kelimpahan rata-rata Ordo /
Genus Zooplankton yang di temukan di
Perairan Muara Sungai Dompak Kota
Tanjungpinang.
Ordo /
Family Genus / Jenis
Kelimpahan
rata
rata(ind/L)
Foraminifera 1.Orbulinauniversa 999
Radiolarian
1.Acauthromefron
Pellucidum 800
2.Thalassoxanthium
cervicorne 2998
Ctenophera 1.Cestum venesis 87755
Urochorda 1.Oikopleura sp 2799
Copepod 1.Eucolonus Nasutus 999
2.Labidocera scoltti 1199
3.Euchaeta marina 600
Tintinnidiidae 1.Rhabdonella lohmanni 800
2.Parafavella
Ventricosa 3798
3.Eutintinnus sp 999
4.Tintinnopsis sp 600
5.Undella hyaline 3998
Rotifer
1.Notholca
longispina 2199
Mastigophora 1.Carteria klebsii 2399
2.Ochoromonas
ludibunda pascheu 800
3.Platydorina
caudata 1199
kelimpahan total
rata rata 114.941
Diketahui dari tabel 4 bahwa yang
banyak terdapat pada Ordo/family
𝐷 = − ∑(ni
N)²
𝑠
1
Tinntinidiae dengan jumlah jenis 5
yaitu : Rhabdonella lohmanni,
Eutinitus sp, Parafavella ventricosa,
Tintipnosis sp, Undellahyaline. Dari
semua genus tinntinidiae yang paling
tinggi genus/jenis Undella hyaline
dengan nilai rata rata 6.67(Ind/L). dan
genus/jenis yang paling rendah pada
genus/jenis tinntinnopsis sp dengan
nilai rata rata 1.00(Ind/L). Tingginya
kelimpahan Zooplankton dengan
ordo/family Tintinnidiidae disebabkan
karna mampu beradaptasi terhadap
iklim tropis. Hal ini di perjelas Oleh
(Dolan et al, 2006 dalam Rahayu,
2013), menyatakan bahwa ordo/family
Tintinnidiidae hidup di iklim tropis dan
banyak hidup di perairan dangkal.
Tingginya ordo/family ini di perairan
dangkal berhubungan dengan
ketersediaan pakan. Ordo/family
Tintinnidiidae memakan suspensi
organik kemudian dimangsa oleh
ordo/family Copepod. Menurut
(Rahayu, 2013). Ordo/family
Tintinnididea memiliki kemampuan
untuk membentuk kristal sehingga pada
kondisi lingkungan yang tidak
menunjang kehidupannya kedua genus
ini tetap bertahan hidup.
Sedangkan Ordo/family
Foraminifera yang memiliki nilai
paling rendah terdapat pada genus/jeis
Orbulinauniversa dengan nilai rata rata
1.67 (Ind/L). Rendahnya ordo/family
Foraminifera di perairan muara
dompak ini karena ordo/family tersebut
membutuhkan oksigen yang cukup,
jadi rendahnya oksigen pada perairan
ini membuat kecilnya ordo/family
foraminifera untuk berkembang, Hal
ini dinyatakan oleh (Phleger & Soutar
dalam Brasier, 1980 dalam Puspasari,
2012) yang mengatakan rendahnya
kandungan oksigen mengurangi
kemampuan ordo/family foraminifera
untuk mensekresi kalsium karbonat,
keadaan ini akan bertambah parah bila
kondisi perairan juga bersifat asam.
Tabel.5 Komposisi ordo/family
Zooplankton Di Perairan Muara Dompak ,
Kepulauan Riau. NO KOMPOSISI ORDO/FAMILY
ZOOPLANKTON
NILAI %
1 Foraminifera 6%
2 Radiolaria 12%
3 Ctenophera 6%
4 Urochorda 6%
5 Copepoda 17%
6 Tintinnidiidae 29%
7 Rotifera 6%
8 Mastigophora 18%
9 TOTAL 100%
Dari hasil komposisi
ordo/family dapat diketau ordo/family
Zooplankton yang paling tinggi
tinntinndiiae nilai 29% dan untuk
ordo/family yang terendah adalah
Foraminifera, Ctenophera, Urochorda,
Rotifera dengan nilai kesamaan rata-rata
6%. Komposisi Zooplankton yang
tergolong kedalam 8 Ordo/ Family
dapat dilihat pada gambar 5:
Gambar 5. Komposisi jenis
zooplankton di lokasi penelitian
Berdasarkan Gambar 5 maka
didapatkan Ordo/Family yang lebih
banyak ditemukan adalah Ordo/Family
Tintinnidiidae. Sedangkan
Ordo/Family yang paling sedikit di
temukan adalah
Foraminifera,Chenophera dan
6%
12% 6%
6%
17%29%
6%
18%
Komposisi Ordo Atau Family Zooplankton
foraminifera
radiolaria
ctenophera
Rotifera. Dari komposisi tersebut,
terlihat genus/jenis Tintinidiidae yang
paling banyak ditemukan di lokasi
penelitian.
Tabel 7.Kesuburan perairan
berdasarkan kelimpahan plankton
Kesuburan
Perairan
Kelimpahan
Plankton (ind/l)
Perairan
Oligotropik
< 1 ind/L
Perairan
Mesotropik
1-500 ind/L
Perairan Eutropik
>500 ind/L
Keterangan :
Oligotropik = Kesuburan
perairan Rendah
Mesotropik = Kesuburan
perairan sedang
Eutropik = Kesuburan
perairan Tinggi
Untuk mengetaui status trofik
berdasarkan kelimpahan zooplankton
berpedoman pada (Goldman and
Horne, 1994 dalam Suryanto 2009),
yaitu:
Oligotrofik yaitu perairan
tersebut mempunyai tingkat
kesuburan rendah dengan
kelimpahan zooplankton kurang
dari 1 ind/lt,
Mesotrofik yaitu perairan yang
mempunyai tingkat kesuburan
sedang dengan kelimpahan
zooplankton antara 1-500 ind/lt,
Eutrofik yaitu perairan yang
mempunyai tingkat kesuburan
tinggi dengan kelimpahan
zooplankton lebih dari 500
ind/lt.
Dari penjelasan tabel 6 di atas,
kelimpahan zooplankton berdasarkan
stasiun 1 pada waktu pengambilan
pagi hari lebih tinggi dengan kisaran
kelimpahan total zooplankton bernilai
22389 ind/L di bandingkan dengan
kelimpahan zooplankton di sore hari
dengan nilai 13593 ind/L. Serta dalam
pengambilan kelimpahan pada titik
permukaan lebih tinggi dengan nilai
15592 ind/L di bandingkan dengan
kelimpahan zooplankton di tengah
lebih rendah dengan nilai 6797 ind/L.
Sedangkan kelimpahan
zooplankton di stasiun 2 pada
pengambilan pagi lebih tinggi dengan
nilai 34782 ind/L di bandingkan
dengan kelimpahan zooplankton di sore
dengan nilai 22988 ind/L,Hal ini di
sebab kan oleh pada saat pengambilan
sample zooplankton pada pagi hari air
laut pasang ,ini memungkinkan juga
berpengaruh pada kelimpahan total
zooplankton lebih tinggi pada saat
permukaan air naik,hal ini di perkuat
oleh (Suryati 2008, dalam Rahayu,
2013) saat pasang kecepatan arus
meningkat sehingga plankton laut akan
terbawa arus masuk ke muara
menyebabkan kelimpahan plankton
saat pasang juga meningkat. serta
dalam pengambilan kelimpahan
zooplankton pada titik tengah lebih
tinggi di bandingkan dengan
permukaan dengan nilai 33383 ind/L.
Sedangkan kelimpahan
zooplankton di stasiun 3 pada
pengambilan pagi hari lebih tinggi di
bandingkan dengan kelimpahan
zooplankton di sore hari dengan nilai
15392 ind/L, serta dalam pengambilan
kelimpahan zooplankton pada titik
permukaan dan badan air
menghasilkan nilai yang sama 6896
ind/L.Bahwa kelimpahan zooplankton
di Perairan Muara Dompak rendah. Hal
ini dinyatakan oleh (Barus, 2004 dalam
Siregar, 2009) kepadatan zooplankton
di suatu perairan lotik (mengalir) jauh
lebih sedikit dibandingkan dengan
fitoplankton. Oleh Karena itu
zooplankton banyak di temukan pada
perairan yang mempunya kecepatan
arus yang rendah serta kekeruhan air
yang sedikit. Zooplankton tidak dapat
memproduksi zat-zat organik dari zat-
zat anorganik, oleh karena itu mereka
harus mendapat tambahan bahan-bahan
organik dan makanannya. Hal ini dapat
diperoleh mereka baik secara langsung,
sedangkan golongan karnivora
memanfaatkan mereka dengan cara
tidak langsung dengan memakan
golongan herbivora atau karnivora
yang lain. Dasar ketergantungan
zooplankton pada fitoplankton dalam
melengkapi bahan-bahan organik
menunjukkan suatu rantai makanan
atau yang lebih dikenal sebagai food
web.28 Dari sudut ekologi, hanya satu
golongan zooplankton yang sangat
penting, yaitu ordo/family copepoda
(klas crustacean, filum
arthtropoda).(Asdak, 2010).
Dari semua ketiga stasiun
dapat diketahui bahwa kelimpahan total
zooplankton di perairan muara dompak
kepulauan riau ini berbeda beda yaitu
berkisar 35982 ind/L, 57771ind/L dan
27586ind/L hal ini di sebabkan oleh
faktor cuaca yang mendung dan sebab
faktor lain dimana zooplankton
membutuhkan kecepatan arus untuk
keberlangsungan hidup pada saat
pengambilan sampel pada pagi hari dan
sore hari, dimana zooplankton tinggi
saat permukaan air naik. Dari
karakteristik perairan yang salah
satunya adalah plankton dapat dilihat
dari tingkat kesuburan perairan bahwa
di dompak ini masih termasuk perairan
oligotrofik, bahwa perairan oligotrofik
adalah perairan yang mempunyai
tingkat kesuburan rendah dengan
kelimpahan zooplankton berkisar
antara < 1 ind/L. Dan kondisi struktur
komunitas zooplankton di perairan
dompak kepulauan riau ini ini masih
termasuk kelimpahan Rendah karena
berkisar < 1 ind/L.
B. Kelimpahan Total Ordo /
Family Zooplankton
Kelimpahan total Ordo / Family
zooplankton dapat dilihat pada gambar
6.
Gambar 6. Kelimpahan Total
Ordo/Family Zooplankton
Dari hasil Grafik kelimpahan
total Ordo/family Zooplankton
berdasarkan stasiun I, II dan III
ordo/family yang lebih banyak yaitu
Tintinnidiidae dengan nilai family total
3398 ind/L.Sedangkan yang terendah
yaitu ordo/family Foraminifera dengan
nilai total 333 ind/L. Tingginya
kelimpahan Zooplankton dengan
Ordo/family Tintinnidiidae karena
mampu beradaptasi terhadap iklim
tropis. Hal ini diperjelas Oleh (Dolan et
al, 2006 dalam Rahayu, 2013).
Menyatakan bahwa ordo/family
Tintinnidiidae hidup di iklim tropis dan
banyak hidup di perairan dangkal.
Tingginya ordo/family ini di perairan
dangkal berhubungan dengan
ketersediaan pakan. Ordo/family
Tintinnidiidae memakan suspensi
organic kemudian dimangsa oleh
ordo/family Copepod. Menurut
(Rahayu, 2013) ordo/family
Tintinnididea memiliki kemampuan
untuk membentuk kristal sehingga pada
kondisi lingkungan yang tidak
333
1266
29252
933
933
3398
733
13193
0 10000 20000 30000 40000
foramini…
radiolaria
ctenoph…
urochorda
copepoda
tintinnid…
rotifera
mastigo…
Kelimpahan Total Zooplankton
Kelimpahan Total
menunjang kehidupannya kedua
ordo/family ini tetap bertahan hidup.
C. Indeks Ekologi Zooplankton
Secara lengkap Indeks ekologi
keanekaragaman, dominan,
keseragaman Zooplankton di stasiun I,
II dan III dapat dilihat di tabel 8.
Tabel 8. Indeks Ekologi Zooplankton
Indeks Ekologi Nilai Kategori
Keanekaragaman
(H’)
0.94 Sedang
Keseragaman (E) 0.46 Rendah
Dominansi (C) 0.61 Rendah
Dari hasil tabel 8 diketahui nilai
indeks keanekaragaman 0.94 Menurut
(Magurran 1988: 35 dalam Faza 2012)
Kisaran nilai Indeks keanekaragaman
(H’) diklasifikasikan sebagai berikut 0
< H’ < 1 = Keanekaragaman rendah.
Ganbar 7. Indeks Ekologi
Zooplankton
Pada gambar 7 diketahui bahwa
Indeks Keanekaragaman zooplankton
di perairan muara pulau Dompak lebih
tinggi dengan nilai 0.94 sedangkan
untuk terendah pada Indeks
Keseragaman dengan nilai 0.46
Keanekaragaman sedang artinya
kondisi perairan stabil karena perairan
tersebut hanya cocok bagi genus/jenis
tertentu. Keanekaragaman sedang
menandakan genus/jenis organisme
menyebar merata. Keanekaragaman
tinggi atau stabil menandakan jenis
organisme variasinya tinggi didukung
oleh factor lingkungan yang prima
untuk semua jenis yang hidup dalam
habitat bersangkutan(Odum, 1993
dalam Faza, 2012).
Kemudian dari hasil Indeks
Keseragaman yaitu dengan nilai 0.46
Nilai indeks keseragaman berkisar
antara 0-1. Indeks yang mendekati 0
menunjukan adanya jumlah individu
yang terkonsentrasi pada satu atau
beberapa jenis. Hal ini dapat diartikan
ada beberapa jenis biota yang memiliki
jumlah individu relative banyak,
sementara beberapa jenis lainnya
memiliki jumlah individu yang relative
sedikit. Nilai indeks keseragaman yang
mendekati 1 menunjukan bahwa
jumlah individu di setiap spesies adalah
sama atau hamper sama
(Setyobudiandi,2009). Nilai indeks
keseragaman zooplankton yang terukur
masuk dalam kategori rendah karena
indeks keseragaman yang terukur tidak
mempunyai nilai lebih dari 0,67
(Krebs, 1978 dalam Pranoto, 2003).
Indeks dominansi di lokasi
penelitian tentang struktur komunitas
zooplankton di perairan muara Dompak
Kepulauan Riau masih berada di
kisaran 0.50 -0.75 yang menunjukan
bahwa perairan tersebut dominansi nya
rendah dengan dengan nilai rata rata
0.61. hal ini juga dinyatakan oleh
(Odum, 1993 dalam Prianto, 2009)
Hilangnya genus/family yang dominan
akan menimbulkan perubahan-
perubahan yang penting tidak hanya
dalam komunitas biotiknya sendiri
tetapi juga dalam lingkungan fisiknya.
0.94
0.460.61
Indeks Ekologi Zooplankton
Keanekaragaman (H’)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian struktur
komunitas Zooplankton di
perairan muara dompak ini
didapatkan sebanyak 8
Ordo/Family yaitu
foraminivera, radiolaria,
ctenophera, urochorda,
copepoda, tintinnidiidae,
rotivera, mastigophora, dimana
untuk ordo/family
foraminivera didapatkan 1
genus/jenis, untuk ordo/family
radiolaria didapatkan 2, untuk
ordo/family ctenophera
didapatkan 1, untuk ordo/family
urochorda didapatkan 1 , untuk
ordo/family copepoda
didapatkan 3, untuk ordo/family
tintinnidiidae didapatkan 5,
untuk ordo/family rotivera
didapatkan 1 dan untuk
ordo/family mastigophora
didapatkan 3.
Untuk kelimpahan total
Zooplankton di perairan muara
dompak kepulauan riau ini
berkisar antara 92.0ind/L –
43.9ind/L ini masih tergolong
perairan Oligotrofik dan
mempunyai kelimpahan rendah.
Indeks Keanekaragaman (H’)
Zooplankton berkisar (0.94)
termasuk dalam kategori Indeks
Keanekaragaman Rendah,
Indeks Keseragaman (E)
berkisar (0.46) termasuk dalam
kategori rendah, yang
menunjukkan bahwa tidak ada
jenis Zooplankton tertentu yang
mendominasi.
sedangkan Dominansi (D)
berkisar (0.61) termasuk
kategori komunitas stabil atau
merata
Kualitas air di perairan muara
dompak ini berada pada kisaran
yang masih layak bagi
kehidupan Zooplankton.
B. Saran
Perlu dilakukan pemantauan
struktur komunitas dari perairan
muara lainnya kususnya di
daerah kepulauan riau.
Perlu dilakukan penelitian
lanjutan untuk mengetahui
pengaruh kondisi lingkungan
sekitar perairan terhadap
struktur komunitas.
VI. UCAPAN TERIMAKASIH
1. Ibunda, ayahanda dan Sekeluarga
yang telah memberikan doanya
dan semangatnya serta teman-
teman seperjuangan yang tak
terlupakan.
2. Bapak Andi Zulfikar, S.Pi, M.Si
selaku dosen pembimbing I
3. Bapak T. Said Raza’I, S.Pi, M.Si
selaku dosen pembimbing II
VII. DAFTAR PUSTAKA
Asdak.C. Hidrologi Dan Pengelolahan
Daerah Aliran Sungai. jurnal Gadja
Mada University press. Hlm 504.
(2010). Yogyakarta.
Djumanto. Pola Sebaran Horizontal
Dan Kerapatan Plankton Di
perairanBawean.Jurnal.Universitas
Gadja-Mada. (2009). Yogyakarta
Effendi.H. 2003. Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan
Sumberdaya dan
Lingkungan
Perairan.Kanisius:
Yogyakarta.
Faza.M. F. 2012. Struktur Komunitas
Plankton Di Sungai
Pesanggarahan Dari
Bagian Hulu(Bogor,Jawa
Barat) Hingga Bagian Hilir
(KembanganDki
Jakarta).Skripsi. Fakultas
Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Universitas Indonesia
Depok.
Fitriya,N. Lukman. M. Komunitas
Zzooplankton Di Perairan
Lamalera dan Laut Sawu,
Nusa tenggara
timur.jurnal.Ilmu dan
teknologi kelautan
tropis.Vol. 5.No. 1,Hlm
219-227. (2013). Pusat
Penelitian Oseanografi
LIPI, Jln.Pasir Putih I,Ancol
Timur,Jakarta.
Furqon. 2011. Tentang Zooplankton Di
Perairan
Budidaya,(Makalah)Fakulta
s Ilmu Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Universitas
Brawijaya Malang.
Handayani.D. 2009. Kelimpahan dan
keanekaragaman plankton
di perairan pasang surut
tambak bianakan
subang.Skripsi Universitas
Islam Negeri Syafif
Hidayatullah (UIN):Jakarta.
Isnaini. Struktur Komunitas
Fitoplankton di Perairan
Muara Sungai Banyuasin
Kabupaten Banyuasin
Sumatera Selatan. Jurnal.
Maspion Journal.Vol 4 (1).
Hal 58-68. (2011). Program
Studi Ilmu Kelautan
FMIPA.Universitas
Sriwijaya.
Junaidi.E, Hanapiah.Z, Agustina.S.
Komunitas Plankton Di
Perairan Sungai Ogan
Kabupaten Ogan Komering
Ulu, Sumatera Selatan,
jurnal.Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan
Alam.Universitas
Sriwijaya.(2013)
Kasri.A.Fajri,E.Kualitas PerairanMuara
Sungai Siak Di Tinjau Dari
Parameter Fisika –Kimia
Dan Organisme. Jurnal
Berkala Perikanan. Vol 40.
No. 2. (2012).
Kordi.K.M.G,Tanjung.A.B.2008.Penge
lolaan Kualitas Air
DalamBudidaya
Perairan.PT RINEKA
CIPTA,Jakarta.
Mukminin.A.2008.Proses Sedimentasi
Di Perairan Dompak.
Kecamatan Bukit Bestari
Provinsi Kepulauan Riau.
Skripsi. UniversitasRiau.
PekanBaru.
Madinawati.Kelimpahan dan
keanekaragaman plankton
di perairan laguna Desa
Tolonggano kecamatan
banawa selatan.Jurnal
media Litbang Sulteng.
Universitas
Tadulako.VOL,3(2):119-
123. (2010). Sulawesi
Tenggara.
Nontji.A.2008.Plankton Laut. LIPI
Press,anggotaIkapi:
Menteng, Jakarta.
Puspasari.R,Marsoedi,Sartimbul.A,Suh
artati. Kelimpahan
Foraminifera Bentik Pada
Sedimen Permukaan
Perairan Dangkal Pantai
Timur Semenanjung Ujung
Kulon,Kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon,
Banten. Jurnal Penelitian
Perikanan. Vol 1(1) 1-9
(2012). Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI Ancol,
Jakarta
Pranoto.A.B. Ambariyanto. Zainuri. M.
Struktur Komunitas
Zooplankton di Muara
sungai serang, jurnal Ilmu
Kelautan Vol 10(2) hal 90-
97 . (2005)Jogyakarta.FPIK
Universitas
Diponegoro,Semarang
,Indonesia.
Prianto.E.Husnah. Aprianti.S.
2009.Komposisi jenis
Zooplankton di Sungai
Banyuasin Sumatra Selatan.
Pusat penelitian pengelolaan
Perikanan dan konservasi
sumberdaya ikan.jln.Pasir
Putih I,Ancol Timur Jakarta
Utara.
Rahayu.S. Setyawati.R.T, Turnip.M.
Struktur Komunitas
Zooplankton Di Perairan
Muara Sungai Mempanah
Kabupaten Pontianak
Berdasarkan Pasang Surut
Air Laut.Jurnal Protobiont
Vol 2 (2) : 49-55 (2013).
Program Studi Biologi,
Fakultas Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
Sharfina.S.Suwono.H,Prabaningtyas.S.
2013.Struktur Komunitas
Fitoplankton Di Perairan
Ranu Pani, Kecamatan
Senduro,Kabuaten
Lumajang. Universitas
Negeri Malang.
Siregar.M.H.2009.StudiKeanekaragam
an Plankton Di Hulu Sungai
AsahanPorsea,(skripsi).Fak
ultas Matematika Dan Ilmu
PengetahuanAlam.Universit
as Sumatera Utara.
Setyobudiandi.2009. Sampling Dan
Analisis Data Perikanan
Dan Kelautan.Terapan
Metode Pengambilan
Contoh Di Wilayah Pesisir
Dan Laut.MAKAIRA-
FPIK:Bogor.
Soraya.Hanafiah.Z,Windusari.Y, 2014.
Analisi Fisika Kimia
Perairan untuk Mendeteksi
Kualitas Perairan Sungai
Rambang Kabupaten Ogan
Ilir Sumatra
Selatan.Jurusan Biologi
FMIPA dan Pascasarjana
Universitas Sriwijaya dan
Penelitian PLSO
Universitas Sriwijaya.
Suryanto.A.M. Umi.H. 2009.
Pendugaan Status Tropik
Dengan Pendekatan
Kelimpahan Fitoplankton
dan Zooplankton Di Waduk
Sengguruh
Karangkates,Lahor,Wlingi
Raya Dan Wonorejo
JawaTimur. Jurnal Ilmu
Perikanan Vol 1. No 1.
(2009). Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan.
Universitas
Brawijaya.Malang.
Usman.M.S, J. D, Joice R.T.S.L.
Struktur Komunitas
Plankton di perairan pulau
Bangka,Kabupaten
Minahasa utara.Jurnal
pesisirdan laut tropis. Vol
2. No. 1. (2013). Program
Studi Ilmu
Kelautan,Fakultas
Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Sam
Ratulangi, Manado.
Wulandari.D.2009.Keterikatan antara
kelimpahan fitoplankton
dengan parameter
fisikakimia Di Estuari
sungai brantas
(Porong),JawaTimur.
Institut Pertanian
Bogor(IPB).Bogor.