96
Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memperoleh Persyaratan Gelar Sarjana Sastra (S.S) Oleh: Deni Maulana NIM: 1112024000006 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

  • Upload
    phamanh

  • View
    247

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn,

(Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memperoleh Persyaratan Gelar Sarjana Sastra (S.S)

Oleh:

Deni Maulana

NIM: 1112024000006

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016

Page 2: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 3: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 4: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 5: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

iv

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji syukur hanya milik Allah swt, yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Zat yang telah memberikan beribu-ribu

nikmat, di antaranya: nikmat Iman, Islam dan sehat wa al-fi’at sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan. Shalawat beriring salam semoga tercurah kepada kekasih Allah,

pahlawan revolusi Islam, yaitu Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, para

sahabat, yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju kesalamatan.

Penyusunan skripsi ini peneliti buat untuk memenuhi persyaratan mencapai

gelar Sarjana Sastra (S.S) dengan judul skripsi yang berjudul Struktur Kalimat

Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn., (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia

Karya H.B. Jassin).

Selama penelitian ini, banyak sekali kesulitan, rintangan dan hambatan yang

dialami, namun berkat doa, kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti ucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora.

2. Bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum selaku ketua Jurusan

Tarjamah.

3. Ibu Rizqi Handayani, MA selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah yang telah

memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan Skripsi

ini.

Page 6: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

v

4. Bapak Drs. H. Ahmad Syatibi M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah

mengarahkan dan membantu peneliti dengan sabar dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan. Peneliti

berterima kasih kepada seluruh staf TU khususnya Fakultas Adab dan

Humaniora yang telah banyak membantu dan mengurusi segala

administrasi.

6. Kepada Drs. Nawawi M.Ag dan Drs. Ikhwan Azizi MA sebagai penguji

sidang munaqasyah yang menyempatkan waktu dan kesempatan dalam

membimbing penelitian ini.

7. Peneliti haturkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua tercinta,

Ayahanda Madroji dan Ibunda Nenih, yang tak kenal lelah memberikan

dorongan, dukungan, dan motivasi baik berupa moril maupun materil.

8. Peneliti haturkan ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan

Tarjamah angkatan 2012.

9. Peneliti haturkan terima kasih kepada PDS (Pusat Dokumentasi Sastra H.B.

Jassin) yang telah membantu Peneliti dalam mencari buku-buku referensi.

Semoga skripsi yang sederhana ini memberikan kontribusi dan manfaat bagi

diri peneliti khususnya dan umumnya bagi orang yang memperdalami ilmu bahasa

terutama pada bidang kajian penerjemahan. Akhirnya peneliti haturkan mohon

maaf atas kekurangan dan keterbatasan skripsi ini dan terimakasih.

Page 7: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

vi

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PANITIA UJIAN........................................................................i

PERNYATAAN......................................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii

PRAKATA.............................................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi

ABSTRAK.............................................................................................................ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN..............................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................1

B. Batasan dan Rumusan Masalah........................................................4

C. Tujuan Penelitian..............................................................................4

D. Manfaat Penelitian............................................................................4

E. Kajian Terdahulu..............................................................................5

F. Metodologi Penelitan.......................................................................6

G. Sistematka Penulisan.......................................................................9

BAB II KERANGKA TEORI

A. Gambaran Umum Penerjemahan....................................................11

1. Definisi Penerjemahan.......................................................11

2. Metode Penerjemahan........................................................12

3. Proses Penerjemahan..........................................................17

B. Gambaran Umum Surah Yâsîn.......................................................20

1. Pengenalan Surah Yâsîn.....................................................20

Page 8: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

vii

2. Asbabu an-Nuzul................................................................21

3. Kandungan.........................................................................25

4. Kedudukan.........................................................................26

C. (Amr dalam tinjauan Balaghah)....................................................27

1. Konsep Amr .......................................................................30

2. Bentuk-bentuk Amr ............................................................31

3. Makna-makna Balaghi Amr ..............................................35

BAB III H.B. JASSIN DAN AL-QUR’AN AL-KARIM BACAAN

MULIA

A. H.B. Jassin..................................................................................41

1. Riwayat Hidup....................................................................41

2. Pendidikan..........................................................................41

3. Karya..................................................................................41

B. Al-Qur’an Bacaan Mulia...........................................................43

1. Latar belakang penerjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia......43

2. Kontroversi Al-Qur’an Bacaan Mulia.................................46

BAB IV ANALISIS TERJEMAHAN STRUKTUR KALIMAT

PERINTAH (AMR) DALAM SURAH YÂSÎN

A. Makna dan Analisis Amr Haqiqi dalam surah

Yâsîn........................................................................................48

Page 9: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

viii

B. Makna dan Analisis Amr Balaghi dalam surah

Yâsîn........................................................................................59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................68

B. Saran..........................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................70

LAMPIRAN..........................................................................................................72

Page 10: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

ix

ABSTRAK

DENI MAULANA

Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn (Studi Kasus

Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin).

Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan jika dilihat dari sistematika

bahasanya. Semua keistimewaan itu dapat terlihat baik dari segi pemilihan kata,

keserasian penyususnan kalimat maupun keindahan makna. Surah Yâsîn ini

mengandung bentuk perintah (amr). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa

banyakkah bentuk perintah (amr) dalam Surah Yâsîn, dan sudah akuratkah

terjemahan struktur kalimat perintah (amr) yang dilakukan H.B. Jassin di dalam

bacaan mulianya.

Metode yang digunakan untuk mengkaji permasalahan di atas, peneliti

menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif, yaitu dengan cara

mengumpulkan data terkait dengan masalah yang diteliti. Selain itu, peneliti

mendeskripsikan masalah tersebut sehingga memberikan kejelasan terhadap objek

yang diteliti.

Temuan penelitian ini adalah bahwa dalam surah Yâsîn terdapat bentuk amr

yaitu, bentuk fi’il amr, adapun bentuk fi’il mudhâri yang didahului lam amr,

bentuk masdar pengganti fi’il amr, dan bentuk isim fi’il amr tidak ditemukan dalam

surah Yâsîn.

dilihat dari bentuk amr yang bermakna haqiqi, peneliti menemukan 7 ayat.

Tersebar pada ayat ke 11, 26, 45, 61, 64,79, dan 82. Sedangkan, dari bentuk amr

yang bermakna balaghi peneliti menemukan 5 ayat. Tersebar pada ayat ke 13, 20,

21, 25, dan 47. Makna balaghi pada ayat ke 13, 20, 21, 25, dan 47 menunjukan amr

maknanya lil-irsyâd (saran). Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti

lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan

Bacaan Mulia H.B. Jassin terhadap surah Yâsîn sudah sesuai.

Kata kunci: Kalimat Perintah (Amr), Al-Qur’an Bacaan Mulia (Terjemahan),

Balaghah.

Page 11: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin.

Transliterasi ini berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padananya dalam aksara latin.

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

Page 12: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

xi

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis di bawah ط

z zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas ‘ ع

hadap kanan

gh ge dan ha غ

f Ef ف

q Ki ق

k Ka ك

l El ل

m Em م

n En ن

w We و

Page 13: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

xii

h Ha ه

Apostrof , ء

y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,

ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a fathah ـــــــ

i kasrah ـــــــ

u dammah ـــــــ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ----ي

au a dan u ----و

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan harakat dan huruf, yaitu:

Page 14: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

xiii

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â â dengan topi di atas ــا

ĭ ĭ dengan topi di atas ــى

û û dengan topi di atas ــو

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu ال, dilahirkan menjadi huruf /L/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf

qomariyah. Contoh: al-rij l, al-d w n bukan ad-d w n.

4. Syaddah (Tasyd d)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda )ـــ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf , yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-

dar rah melainkan al-dar rah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang

berdiri sendiri. Maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh

1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata

sifat (na’t) (lihat contoh 2 di bawah). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti

kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat

contoh 3).

Page 15: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

xiv

No Kata Arab Alih Aksara

tarîqah طريقة 1

al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

6. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, anatara lain

untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama

diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang,

maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû

Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih akasara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau

cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring,

maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani,

tidak ‘Abd al-Samad al-Palimb n ; Nuruddin al-Raniri, tidak N r al-D n al-R n r .

Page 16: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

xv

7. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-

kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاذ

tsabata al-ajru ثبت األجر

al-harakah al-‘asriyyah الحركة العصرية

asyahdu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد أن ال اله اال هللا

Maulânâ Malik al-Sâlih موالنا ملك الصالح

yu’ats-tsirukum Allâh يؤثركم هللا

al-mazâhir al-‘aqliyyah المظاهر العقلية

al-âyât al-kauniyyah اآليات الكونية

al-darûrat tubihu al-mahzûrât الضرورة تيبح المحظورات

Page 17: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an al-Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu

diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah Swt kepada Nabi

Muhammad Saw untuk mengeluarkan manusia dari alam gelap gulita menuju alam

terang benderang. Rasulullah Saw menyampaikan al-Qur’an itu kepada orang-

orang Arab. Mereka dapat memahami ajaran agama yang dibawa Rasulullah.1

Bahasa al-Qur’an pun sangat indah. Begitu indah dan mempesona sehingga

karya syi’ir yang sudah ada ternyata tak menyamai nilai sastranya. Syi’ir temasuk

dalam sastra. Sastra merupakan ekspresi bebas. Sastra bukan sesuatu tanpa aturan

dan rumusan. Hal ini bisa dibuktikan dengan munculnya beragam ilmu sastra yang

menentukan kualitas karya sastra yang dianalisa. Dalam tradisi ilmu sastra Arab

ada yang dikenal dengan istilah, balaghah atau yang disebut dengan retorika

bahasa. Balaghah setelah menjadi ilmu, mempunyai rumusan-rumusan tertentu

yang digunakan sebagai basis konkretisasi sastra dan tolak ukur keindahan dan ke-

balaghah-an karya sastra.

Balaghah merupakan ilmu sastra di atas kajian morfologi dan sintaksis.

Kajian balaghah berpijak pada kedua ilmu tersebut, yang secara teori prasyarat

mempelajari balaghah harus menguasai gramatika bahasa yang merupakan

1 Mudzakir As, Studi Ilmu-ilmu Qur’an.(Bogor: Litera Nusantara, 2011) Cet. Ke-14, h.1.

Page 18: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

2

pembahasan tentang morfologi dan sintaksis. Dalam gramatika bahasa Arab dikenal

istilah Nahwu yang pararel dengan sintaksis, dan Sharf yang pararel dengan

morfologi.2

Al-Qur’an yang merupakan kitab Allah yang menjadi sumber syariat Islam

selain dikaji isinya juga sering dikaji bahasanya. Untuk menyingkap keindahan

bahasa al-Qur’an, banyak sarana ilmu yang dibutuhkan, di antara ilmu yang

terpenting adalah ilmu balaghah. Hal ini dikatakan oleh Ali Al Jarim dan Musthafa

Amin, bahwa Ilmu balaghah adalah suatu disiplin ilmu yang berlandaskan kepada

kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang

samar di antara macam-macam uslub (ungkapan).3 Al-Qur’an memiliki tingkat

fashahat dan balaghah yang tinggi, sehingga untuk memahaminya haruslah betul-

betul memahami ilmu balaghah. Banyak yang dibahas dalam ilmu balaghah salah

satunya struktur kalimat perintah (amr).

Kalimat bermacam-macam jenisnya, yaitu kalimat perintah, kalimat tanya,

kalimat berita, dan sebagainya. Kalimat perintah dilihat dari taraf reaksi tindakan

yang diharapkan dibedakan adanya (a) kalimat perintah yang tegas, (b) kalimat

perintah yang biasa, dan (c) kalimat perintah yang halus.4

Jika kalimat perintah (amr) dilihat dari pandangan balaghah yakni ilmu

ma’ani. Peneliti menemukan banyak kalimat perintah. Di antaranya, kalimat

2Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004), cet. Ke-1 h. 75. 3 Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghatul Waadhihah.(Bandung:

Sinar Baru Algensindo, 2015) Cet. Ke-10, h. 6. 4 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2009) Cet. Ke-1 h. 197.

Page 19: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

3

perintah permintaan (doa), kalimat perintah memberi saran, kalimat perintah setara

(sederajat kedudukannya), kalimat perintah angan-angan (sesuatu yang tidak

mungkin tercapai), kalimat perintah memilih (memberi pilihan), kalimat perintah

menyamakan, kalimat perintah melemahkan, kalimat perintah mengancam, dan

kalimat perintah membolehkan.5

Jenis kalimat perintah (memberi saran) ditemukan dalam terjemahan

Al-Qur’an H.B. Jassin di surah Yâsîn. Jenis kalimat perintah (memberi saran)

maksudnya adalah bahwa bentuk kalimat perintah itu, tidak dimaksudkan sebagai

perintah, tetapi cendrung sebagai saran yang diungkapkan mutakallim kepada

mukhâtab.

Peneliti meneliti variasi kalimat, yaitu kalimat perintah dilihat dari tinjauan

ilmu balaghah pada terjemahan al-Qur’an H.B. Jassin surah Yâsîn karena dalam

surah tersebut ditemukan beberapa data berupa kalimat perintah. Peneliti memilih

Terjemahan al-Qur’an H.B. Jassin sebagai objek penelitian karena dilihat dari latar

belakang penerjemah al-Qur’an tersebut, penerjemahnya adalah seorang yang

bukan seorang ahli tafsir al-Qur’an melainkan ahli dalam bidang ilmu sastra.

Terjemahan al-Qur’annya pun berbeda dengan terjemahan al-Qur’an yang ada.

Terjemahannya berbentuk Puisi. Peneliti meneliti surah Yâsîn karena surah Yâsîn

merupakan salah satu surah di al-Qur’an yang paling sering dibaca oleh umat Islam

khususnya di Indonesia, karena surah tersebut memiliki keistimewaan

5 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an

(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 67.

Page 20: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

4

dibandingkan surah-surah lainnya. Di antaranya adalah sebagai jantungnya

al-Qur’an.

Oleh karena itu, peneliti akan meneliti dan menulis skripsi dengan judul:

“Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn (Studi Kasus

Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin)”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok

permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka peneliti membatasi ruang

lingkup masalah yang akan dibahas, hanya terfokus pada surah Yâsîn.

Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Berapa banyakkah bentuk-bentuk amr yang terdapat dalam surah Yâsîn.?

2. Sudah akuratkah terjemahan struktur kalimat perintah (amr) yang

dilakukan H.B. Jassin di dalam bacaan mulianya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain:

1. Untuk mengetahui seberapa banyakkah bentuk-bentuk amr yang terdapat

dalam surah Yâsîn.

2. Untuk mengetahui sudah akuratkah terjemahan struktur kalimat perintah

(amr) yang dilakukan H.B. Jassin di dalam bacaan mulianya.

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaatnya adalah:

Penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis

Page 21: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

5

memberikan pengetahuan mengenai struktur kalimat perintah (amr). Secara praktis

dapat memberikan kekayaan, wawasan ilmu pengetahuan bagi penerjemah,

memahami al-Qur’an, penulis, dan pengajar bahasa Arab.

E. Kajian Terdahulu

Berdasarkan tinjauan penelitian terhadap skripsi yang pernah diteliti, bahwa

penelitian yang setema dengan penelitian ini belum pernah diteliti.

Namun demikian penelitian yang ingin peneliti teliti ini terinspirasi dari

skripsi yang berjudul “Personifikasi dalam Surah Al-Baqarah (Analisis Terjemahan

Al-Qur’an Prof. Dr. Hamka)” karya Muhamad Fadli (2007). Skripsi tersebut

membahas tentang Analisis Terjemahan Al-Quran Prof. Dr. Hamka. Bagaimana

Hamka menerjemahkan ayat Personifikasi dalam Al-Qur’an .

Peneliti juga menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu di antaranya:

Personifikasi dan Simile dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin karya Achmad

Sunarto (Tinjauan Balaghah) karya Novi Aryanita (2015), Terjemahan Novel

Aulad Haratina karya Nâzib Mahfud Studi Stilistika terhadap serial Rifaat Sang

Penebus karya Umar Mukhtar (2013), Penerjemahan Struktur Kalimat Qhasar

dalam Tafsir al-Misbah karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Studi kasus Surat Al-

Baqarah karya Reda Pahlevi (2015), dan Ragam Struktur Kalimat Tasybih dalam

Terjemahan Kitab Balaghatul Hukama (Studi Analisis Struktur Kalimat Tasybih)

karya Khilda Shulhiyyah (2016).

Adapun perbedaan antara penelitian yang akan peneliti teliti dengan

penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada studi yang diambil. Dalam

penelitian ini peneliti hanya ingin memfokuskan pada analisis Terjemahan Struktur

Page 22: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

6

Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus Terjemahan Bacaan

Mulia Oleh H.B. Jassin). Objek kajiannya Surah Yâsîn, dengan tujuan, penelitian

ini dapat memberikan informasi bahwa al-Qur’an terjemahan merupakan objek

kajian yang lengkap, dalam segi kebahasaan. Seperti halnya karya ilmiah pada

umumnya, skripsi ini yang menganalisa tentang Struktur Kalimat Perintah (Amr)

dalam Surah Yâsîn. Peneliti merasa cukup penting, karena selain untuk melangkapi

dalam pustaka khazanah keislaman juga untuk memberikan informasi baru bagi

khalayak umum serta menambah pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.

Adapun buku rujukan utama yang peneliti pakai yaitu, Terjemahan al-Qur’an

H.B. Jassin Bacaan Mulia, buku-buku tentang balaghah dan teori-teori

penerjemahan.

F. Metodologi Pelitian

Metodologi penelitian yang digunakan peneliti terdiri dari:

1) Metode Penelitian (library research)

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif deskriptif,

yaitu dengan cara mengumpulkan data terkait dengan masalah yang diteliti. Selain

itu, peneliti mendesripsikan masalah tersebut sehingga memberikan kejelasan

terhadap objek yang diteliti. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan

suatu masalah dan keadaan sebagimana adanya, sehingga hanya ada pengungkapan

fakta. sesuai dengan data yang ada, sehingga mencapai maksud dan tujuan

penelitian.6 Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan kajian pustakaan dan

6 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 1993) Cet

ke-1 h.19.

Page 23: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

7

mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian, kemudian memilih

antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain.

2) Sumber Data

Data yang peneliti ambil ini terdiri dari sumber primer dan sekunder.

Sumber primer atau sumber utama yang peneliti ambil ialah Surah Yâsîn yang

terdapat dalam al-Qur’an Terjemahan Bacaan Mulia H.B. Jassin. Sedangkan

sumber sekunder atau pendukung dari literatur balaghah, teori-teori penerjemahan,

tafsir al-Lubâb, Tafsir Hamami Sebab-sebab turunnya Ayat al-Qur’an dan lainnya,

serta sumber literatur lainnya sebagai pendukung.

3) Teknik Pengumpulan Data

Secara teknis, yang penulis lakukan yaitu dengan menentukan korpus yang

akan diambil. Setelah itu membacanya secara keseluruhan, kemudian menentukan

berapa banyak struktur amr dalam surah Yâsîn. Langkah selanjutnya menganalisis

terjemahan sudah akuratkah Terjemahan Al-Qur’an H.B. Jassin.

4) Analisis Data

Pada bagian analisis data, peneliti menentukan potongan ayat-ayat. Dari

surah Yâsîn yang mengandung struktur amr, selanjutnya menganalisis hasil

terjemahan al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin yang berpedoman

pada ilmu balaghah. Secara tekhnik penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi)” yang belaku di lingkungan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku ini diterbitkan oleh Center of Quality

Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 24: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

8

Metodologi

Penelitian

Metode

Kualitatif

Paradigma

Ilmu Balaghah

Sumber

Data

al-Qur’anul karim

Bacaan Mulia

H.B. Jassin

Analisis

Data

Membaca al-Qur’anul karim Bacaan

Mulia dengan terjemahannya dengan baik

karya H.B. Jassin

Menganalisa berapa banyak ayat yang

terkandung struktur amr dan

Penerjemahan struktur kalimat amr

dalam surah Yâsîn yang terdapat dalam

al-Qur’anul karim Bacaan Mulia

.

Page 25: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

9

G. Sistematika Penulisan

Berikut adalah langkah yang peneliti tempuh supaya penulisan ini lebih

terarah dan sestematis. Langkah-langkahnya adalah:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dipaparkan tentang latar belakang

masalah, dilanjut dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kajian terdahulu, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Kerangka Teori, dalam bab ini dibahas tentang pengertian

terjemah,gambaran umum surat yâsîn, Amr dalam tinjauan Balaghah.

Bab III H.B. Jassin dan Al-Qur’anul Karim Bacan Mulia

Bab IV Bab ini memaparkan analisis data yang ditemukan peneliti.

Bab V Penutup berisi Kesimpulan dan Saran.

Page 26: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

10

BAB II

KERANGKA TEORI

Sebelum peneliti menjelaskan tentang teori-teori penerjemahan, peneliti akan

memberikan gambaran apa itu teori? Memahami betapa pentingnya teori untuk

penelitian, maka istilah teori menerut Oxford Rereference Dictionary, (1990)

adalah: A system of ideas formulated ( by reasoning from know fact) to explaint

samething. An opinion, supposition in general (opp, practice) An exsposition of the

principles on wich a subject is based.

Maksudnya teori adalah suatu sistem, dari jumlah ide yang diformulasikan (oleh

proses penalaran dari pengetahuan menjadi kenyataan) untuk menjelaskan sesuatu.

Sebuah opini, sebuah pemikiran umum (lawan dari praktis). Sebuah penjelasan

yang terperinci dari serangkaian prinsip dimana sebuah subjek di letakkan sebagai

dasar.

Sedangkan menurut Bailey (1982), ada sejumlah perbedaan konsep tentang

teori, tetapi pada dasarnya teori adalah menjawab tentang kemengapaan dan

kebagaimanaan. Dari berbagai pernyataan tersebut, teori dapat didefiniskan sebagai

proses penyediaan penjelasan-penjelasan dan prediksi-prediksi dari fenomena

sosial dan merupakan generalisasi yang berhubungan dengan suatu kepentingan

untuk mengacu kepada berbagai fenomena. Adakalanya teori, ditampilkan dalam

Page 27: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

11

bentuk pernyataan dan dalam istilah-istilah yang menunjukan hubungan sebab

akibat (causal-term).7

A. Gambaran Umum Penerjemahan

1. Definisi Penerjemahan

Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli terkait penerjemahan. Dari

berbagai definisi yang ada, peneliti akan menyajikan beberapa definisi yang sering

dikutip dalam buku-buku tentang penerjemahan.

Definisi pertama berasal dari Catfort. Ia menulis:

(translation is) replacement of textual material in one language by

equivalent textual material in another language. (Caford, 1965:20). atau ,

Penerjemah adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa dengan

materi tekstual yang padan dalam bahasa.

Definisi kedua dikemukakan oleh Savory (1968) dalam bukunya the Art of

Translation.

Translation is made possible by an equivalent of thought that lies behind its

different verbal expression.

Kutipan di atas bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berikut:

7 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi 2013) Cet

ke-1 h. 76.

Page 28: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

12

Penerjemahan menjadi mungkin dengan adanya gagasan yang sepadan di

balik ungkapan verbal yang berbeda.

Definisi ketiga, Nida dan Taber (1969) menyatakan secara lebih jelas proses

penerjemahannya. Mereka menyatakan:

Translating consists of reproducing in the receptor language the chosest

natural equivalent of the source language message, first in the terms of meaning

and scondlyin terms of style.

Secara bebas kutipan di atas bisa diterjemahkan sebagai berikut:

Penerjemahan adalah usaha mencipta kembali pesan dalam bahasa sumber

(BSU) kedalam bahasa sasaran (BSA) dengan padanan alami yang sedekat

mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan kemudian gaya bahasanya.8

Definisi dalam buku Ibnu Burdah yang berjudul Menjadi Penerjemah

Wawasan dan Metode menerjemahkan Teks Arab.

Penerjemahan adalah usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab

(teks sumber) dengan padanannya ke dalam bahasa Indonesia (bahasa sasaran).9

2. Metode penerjemahan

Terjemahan yang dihasilkan sesungguhnya tidak terlepas dari metode

penerjemahan yang digunakan. Metode penerjemahan merupakan pilihan yang

8 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Haryanto Translatin Bahasan Teori dan Penuntun

Praktis Menerjemahkan ( Yogyakarta: Kanisius, 2003) Cet ke- 6 h. 12. 9 Ibnu Burdah Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode menerjemahkan Teks Arab

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004) Cet Ke-1 h. 10.

Page 29: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

13

bersifat umum. Pemilihan metode ini turut menentukan corak dan warna teks

terjemahan secara keseluruhan. Menurut Molina dan Albir (2002), Translation

method refers to the way of particular translation process that is carried out in the

terms of translator’s objective, ‘metode penerjemahan merujuk pada cara tertentu

yang digunakan dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuan penerjemah.’

Bahwa penerjemah adalah pelaku utama dalam komunikasi interlingual.

Dalam kapasitas pelaku inilah penerjemah mengambil keputusan, baik menyangkut

pemilihan padanan maupun pengungkapan padanan dalam bahasa target.

Secara umum metode penerjemahan merupakan cara, teknik, atau prosedur

yang dipilih penerjemah ketika melakukan kegiatan penerjemahan atau menangani

masalah-masalah yang dia hadapi selama proses penerjemahan.

Secara garis besar dikenal dua metode penerjemahan, yakni metode harfiah

dan metode tafsiriah. Bahkan, topik mengenai baik-buruk terjemahan harfiah dan

tafsiriah sejak lama sudah menjadi perdebatan hangat. Metode harfiah berfokus

pada kata, karena untuk mengindahkan susunan dan stuktur teks bahasa sumber

sedangkan metode tafsiriah tidak berfokus pada kata karena tidak terlalu

memperhatikan susunan dan struktur teks bahasa sumber.

Newmark (1988: 45-47) membagi penerjemahan berdasarkan

penekanannya pada bahasa sumber dan penekanannya pada bahasa target.

Dikelompokkan menjadi delapan metode penerjemahan, lihat seksama diagram

berikut.

Page 30: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

14

Penekanan pada Bahasa Sumber Penekanan pada bahasa Target

Penerjemahan kata demi kata Adaptasi

Penerjemahan literal Penerjemahan bebas

Penerjemahan setia Penerjemahan idiomatis

Penerjemahan semantis Penerjemahan komunikatif

1. Penekanan pada Bahasa Sumber

Ada empat metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber. Di

antaranya sebagai berikut:

1.1 Metode Penerjemahan Kata demi Kata

Penerjemahan kata demi kata ini sering kali digambarkan sebagai

terjemahan antarbaris dengan bahasa target berada langsung di bawah kata-kata

bahasa sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata bahasa sumber, dan sangat

terikat pada tataran kata.

1.2 Metode Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan harfiah dilakukan dengan mengalihkan konstruksi gramatika

bahasa sumber kedalam konstruksi bahasa target yang memiliki padanan paling

dekat. Namun dengan demikian, unsur leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu

persatu tanpa mengindakan konteks yang melatarinya.

Page 31: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

15

1.3 Metode Penerjemahan Setia

Dengan metode ini penerjemah berupaya sesetia mungkin mengalihkan

makna kontekstual bahasa sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target.

Dalam penerjemahan setia ini kosakata kebudayaan ditransfer, dan urutan

gramatika dalam terjemahan dipertahankan sedemikian rupa.

1.4 Metode Penerjemahan Semantis

Metode penerjemahan semantis berfokus pada pencarian padanan pada

tataran kata, tetapi tetap terikat budaya bahasa sumber, namun begitu, penerjemah

berusaha mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber sedekat mungkin dengan

struktur sintaksis dan semantik bahasa target. Penerjemahan semantis sangat

memperhatikan nilai estetika teks bahasa sumber, kompromi makna agar selaras

dengan asonansi, serta permainan dan pengulangan kata yang menggetarkan.

2. Penekanan pada Bahasa Target

Pada kelompok ini metode penerjemahan lebih berorientasi pada bahasa

target. Seperti halnya yang pertama terbagi menjadi empat metode. Sebagai

berikut:

2.1 Metode Penerjemahan Adaptasi

Metode penerjemahan adabtasi merupakan penerjemahan teks yang paling

bebas. Penerjenahan berusaha mengubah dan menyalaraskan budaya bahasa

sumber dalam bahasa target. Metode ini terutama digunakan dalam menerjemahkan

Page 32: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

16

naskah drama dan puisi dengan tetap mempertahankan tema, karakter, dan alur

cerita.

2.2 Metode Penerjemahan Bebas

Penerjemahan bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa

menggunakan cara tertentu. Dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata

tanpa mengindahkan bentuk. Dalam praktiknya, penerjemahan bebas tidak terikat

dengan pencarian padanan pada tataran kata.

2.3 Metode Penerjemahan Idiomatis

Metode penerjemahan idiomatis berusaha mereproduksi pesan bahasa

sumber, tetapi cendrung mendistorsi nuansa makna. Hal ini disebabkan penerjemah

lebih menyukai pemakaian aneka kolokial dan idiom-idiom yang tidak terdapat

dalam bahasa sumber.

2.4 Metode Penerjemahan Komunikatif

Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan makna

kontekstual bahasa sumber secara tepat. Pengungkapan dilakukan dengan cara-cara

tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah dipahami pembaca target.

Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna, dan fungsi yang selaras

dalam bahasa target.

Page 33: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

17

Lebih lanjut Newmark (1988) mengomentari delapan metode penerjemahan

tadi. Hanya ada dua metode yang dianggap dapat memenuhi tujuan utama

penerjemahan, yaitu Penerjemahan Semantis dan penerjemahan komunikatif.10

3. Proses Penerjemahan

Bagus atau tidaknya teks terjemahan seseorang, dilihat dari proses

penerjemahannya. Seorang penerjemah harus memperhatikan proses

penerjemahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Proses penerjemahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Proses 1: Pemahaman leksikal dan gramatikal Bsu. Pada tahap ini, seorang

penerjemah harus memiliki kepekaan leksikal, sehingga dia bisa memahami

penggunaan makna kosakata yang terlihat pada teks atau ujaran dalam Bsu

sesuai peruntukannya berdasarkan makna yang tersedia di kamus.

2) Proses 2: Pemahaman Bsu, pada tahap ini, seorang penerjemah harus

memahami struktur pemaknaan (semantik) yang berlaku pada teks atau

10 M. Zaka Al Farisi Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia,(Bandung: PT Rosda

Karya 2011) Cet ke-1 h. 57.

(MASUKAN)

Stuktur Luar Bahasa

(PROSES 1)Pemahan

Leksikal dan

Gramatikal Bsu

(PROSES 2)

Pemahaman Makna

Bsu

(PROSES 3) Sikronisasi

Struktur Dalam Bsu

dan Bsa

(PROSES 4)

Pemadanan Makna ke

dalam Bsa

(KELUARAN)

Struktur Luar Bsa

Page 34: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

18

ujaran dalam Bsu, juga pemaknaan (pragmatik) yang dikaitkan dengan

konteks situasi yang berlaku pada teks atau ujaran dalam Bsu.

3) Proses 3: Sinkronisasi struktur dalam Bsu dan Bsa. Pada tahap ini, struktur

luar Bsu telah bertransformasi menjadi struktur dalam.

4) Proses 4: Pemadanan makna ke dalam Bsa. Pada tahap ini, hasil

penyelarasan itu dikonversikan menjadi teks atau ujaran dalam Bsa yang

bisa dipahami dengan baik oleh pembaca atau pendengar Bsa, sebaik

pemahaman yang diperoleh oleh pembaca atau pendengar Bsu.

Untuk dapat berhasil melalui empat proses itu, seorang perlu

memperhatikan diagram berikut:

(1) Pemahan (2) Implikatur (3) Pemadanan

Leksikografi

Morfologi

Sintaksis

Semantik

Pragmatik

Kelaziman

Keterpahaman

Dari bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pemahaman pada diagram di atas dimaksudkan sebagai hasil dari

olah intertekstual atas teks ujaran dalam Bsu, melalui perangkat

ilmu leksikografi, morfologi, dan sintaksis yang ada pada teks atau

ujaran dalam Bsu.

2) Implikatur merupakan maksud yang dihasilkan dari ketajaman

menangkap aspek semantik dan pragmatik yang sangat dipengaruhi

oleh pemahaman terhadap teks dan implikasi kontekstualnya.

Page 35: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

19

3) Pemadanan Bsa merupakan pengalihan aspek tekstual dan

kontekstual dari teks ujaran dalam Bsu Ke Bsa. Hasil penerjemahan

menjadi wajar sesuai kelaziman yang berlaku dalam struktur Bsa

baik struktur gramatikal maupun struktur makna.

Untuk mendapatkan pemahaman, implikatur, dan pemadanan yang

tepat dan wajar, ada beberapa langkah yang terlihat dalam bagan

berikut:

Bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengenalan jenis teks atau ujaran, yaitu mengenali jenis teks atau ujaran

yang akan diterjemahkan dengan membacanya secara berulang-ulang atau

mempelajari karakter pembicara dengan seksama sebelum proses

penerjemah berlangsung, yang tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan.

2) Analisis unsur teks dan ujaran, yaitu mengurangi satuan-satuan kalimat dan

usur-unsur dalam bagian teks atau ujaran yang lebih besar lagi.

3) Pengolahan dan penyerasian, yaitu penata ulang analisis dan dilakukan

penyelarasan pada semua unsur teks atau ujaran baik sehubungan dengan

aspek linguistisnya maupun aspek nonlinguistisnya dengan mencari istilah

dan ungkapan dalam Bsa yang tepat, cermat, dan selaras.

(1)

Pengenalan

Jenis Teks

atau Ujaran

(2)

Analisis Unsur

Teks atau

Ujaran

(3)

Pengolahan

dan

Penyesuaian

(4)

Pengecekan

Hasil

Page 36: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

20

4) Pengecekan hasil, yaitu memeriksa kesalahan-kesalahan yang mungkin

terjadi pada penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan susunan kalimatnya,

juga kualitas terjemahannya.11

B. Gambaran Umum Surah Yâsîn

1. Pengenalan Surah Yâsîn

Dari 114 surah yang ada dalam al-Qur’an, surah Yâsîn diurutan surah yang

ke 36 dalam al-Qur’an. Surah Yâsîn terdiri dari 83 ayat. Keseluruhannya turun

sebelum Nabi Muhammad Saw berhijrah ke Madinah. Sebagian ulama

mengecualikan ayat 12, tetapi pendapat ini tidak tepat.12

Namanya “Surah Yâsîn”, terambil dari ayat pertama surah ini. Nama tersebut

diperkenalkan oleh Nabi saw. Beliau bersabda: “ Bacakanlah surah Yâsîn bagi

orang-orang mati kamu yang sedang akan mati.” Surah ini dikenal dengan nama

“Qalbu al-Qur’an” (jantung al-Qur’an). Menurut Imam Ghazali penamaan itu

disebabkan karena surah Yâsîn menekankan uraiannya tentang hari kebangkitan,

sedangkan keimanan baru dinilai benar, kalau seseorang mempercayai hari

kebangkitan. Memang kepercayaan tentang Hari Kebangkitan mendorong manusia

beramal saleh lagi tulus, walau tanpa imbalan duniawi. Keyakinan itu juga

mengantar manusia menghindari kedurhakaan, karena kalu tidak, ia akan tersiksa

di akhirat nanti.

11 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer,

(Ciputat Tanggerang Selatan: UIN Press 2014) Cet ke-1 h. 24. 12 M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya (Ciputat, Tanggerang: Lentera Hati) cet

ke-2 h. 27.

Page 37: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

21

Surah Yâsîn dianjurkan, dibacakan untuk orang yang akan mati, agaknya

disebabkan karena orang yang akan meninggal dunia hatinya gentar menghadap

Allah swt. Maka ayat-ayatnya akan memperkuat kalbu/hati siapa yang gentar itu.

Ia akan merasakan bahwa kematian akan mengantarkannya bertemu dengan Allah

swt. Bersifat Rahmân dan yang menjanjikan aneka janji baik terhadap orang-orang

yang percaya.

Ada lagi yang menamainya surah “Habîb an-Najjar” karena sementara

riwayat menyatakan bahwa tokoh itulah yang dimaksud oleh ayat 20 surah ini yang

menguraikan kedatangan seorang laki-laki dengan bergegas-gegas.......” tetapi

penamaan itu tidak mempunyai dasar riwayat yang kuat. Surah ini dinamai juga

ad-Dâfi’ah yang menampik, dan yang mendukung dan al-Qâdhiyah yang

menetapkan karena siapa yang mempercayai kandungannya, maka kepercayaannya

itu menampik segala marabahaya, serta mendukung dan menetapkan untuknya

aneka kebajikan dan memberinya apa yang dia harapkan.13

2. Asbabu an-Nuzul Surah Yâsîn

Peneliti mengutip dari buku Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, karangan

Jalaluddin as-Suyuthi. Peneliti hanya menemukan ada beberapa ayat saja yang

diungkapkan sebab turunnya surah Yâsîn. Di antaranya ayat ke 1-2, 8, 12 dan 77.

Ayat 1-2, yaitu firman Allah Swt,

13 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-

Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 312.

Page 38: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

22

٢ٱل ك يم ٱلقرء ان و ١يس

“Yâsîn. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah.”(QS. Yâsîn:1-2).

Sebab turunnya ayat

Abu Nu’aim dalam kitab ad-Dalâ’il meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang

berkata, “Dahulu, Rasulullah pernah membaca surah as-Sajdah dengan suara keras.

Hal itu membuat orang-orang kafir Quraisy marah sehingga mereka bermaksud

mencelakakan beliau. Akan tetapi, tiba-tiba tangan mereka menjadi terbelenggu

kaku di leher (tidak dapat digerakkan) dan pandangan mereka menjadi gelap

sehingga tidak dapat melihat. Mereka lantas berbondong-bondong mendatangi

Nabi saw. Dan berkata, ‘Wahai Muhammad, kami memohon kepadamu dengan

nama Allah dan hubungan kekerabatan di antara kita (agar engkau menolong kami

mengembalikan keadaan kami).’ Rasulullah lalu berdoa sehingga keadaan mereka

seperti semula. Setelah itu, turunlah ayat, Yâ sîn. Demi al-Qur’an yang penuh

hikmah,’ hingga ayat 10, “dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi

peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga.” Ibnu Abbas berkata,

“sayangnya, tidak seorang pun di antara orang-orang tadi yang lantas beriman

kepada Rasulallah.”

Ayat 8, yaitu firman Allah swt.

إ نا إ ل ف ه لا غل ق ه مأ عن

لن اف أ ع ذق ج

ان ٱل حون قم همم ٨ف

Page 39: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

23

“Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan

mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah.” (QS. Yâsîn: 8).

Sebab Turunnya ayat

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah yang berkata, “Suatu hari, Abu Jahal

berkata, ‘jika saya bertemu dengan Muhammad niscaya saya akan

menyelakakannya.’ Allah lantas menurunkan ayat, ‘Sungguh, kami telah

memasang belenggu di leher mereka,.....’ sampai ayat 9, ‘... Sehingga mereka tidak

dapat melihat.’ Ketika orang-orang kafir Quraisy mengatakan kepadanya, ‘itu

Muhammad! Itu Muhammad” Abu Jahal justru balik berkata, ‘Mana dia! Mana

dia!’ Ia tidak bisa melihat Rasulullah.”

Ayat 12, yaitu Firman Allah swt,

إ نا ننح ن وت ب نيٱلم امم هف إ م ين حص ءأ ش ك ر همو مواو ء اث اق د ن كتبم ١٢و

“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan

kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang

mereka (tingalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas

(Lauh Mahfuzh).” (QS. Yâsîn: 12).

Sebab Turunnya ayat

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan suatu riwayat yang dinilainya hasan dan

dinilainya shahih oleh Imam al-Hakim dari Abu Said al-Khudri yang berkata, “Bani

Page 40: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

24

Salamah Tinggal dipinggir kota Madinah. Suatu hari mereka ingin pindah ke suatu

tempat di dekat Masjid Nabawi. Akan tetapi, tidak lama kemudian turunlah ayat

ini. Setelah ayat turun, Rasululah berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya bekas

jalan yang kalian lalui akan dicatat. ‘oleh karenaitu, janganlah pindah!’” Imam

ath-Thabrani juga meriwayatkan hal serupa dari Ibnu Abbas.

Ayat 77, yaitu Firman Allah swt,

و أ نل مي ر نس ب نيٱل يمم ص خ ةف إ ذ اهو طف هم نن قن

ل ناخ ٧٧أ

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari

setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata”(QS. Yâsîn: 77).

Sebab Turunnya ayat

Imam al-Hakim meriwayatkan riwayat yang dinilainya shahih dari Ibnu

Abbas yang berkata, “Suatu ketika, al-‘Ash bin Wa’il datang kepada Rasulullah,

sementara ditangannya tergenggam sepotong tulang yang sudah berumur lama. Ia

harus meremas tulang itu dihadapan Nabi hingga hancur lembur kemudian berkata

(dengan sinis),” Wahai Muhammad, Mungkinkah tulang yang sudah hancur lebur

akan dibangkitkan kembali?! Rasulullah lalu menjawab, ‘Ya. Allah akan

menghidupkan tulang ini kembali, mematikanmu kemudian menghidupkanmu

kembali. Selanjutnya memasukkanmu ke dalam neraka jahanam.” Tidak lama

kemudian turunlah ayat ini hingga akhir surah (ayat 83)

Page 41: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

25

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mujahid, Ikrimah, Urwah Ibnuz-Zubair,

Suddi, dan yang lainnya riwayat yang mirip dengan riwayat di atas. Akan tetapi,

semua mereka menyatakan bahwa orang yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah

Ubai bin Khalaf.14

3. Kandungan

Surah ini dimulai dengan Yâsîn yang merupakan dua huruf dari alfabet

bahasa Arab, yakni Yâ dan Sîn yang antara lain dipahami di sini sebagai tantangan

kepada mereka yang meragukan kebenaran wahyu Ilahi yang diterima oleh Nabi

Muhammad saw. Itu, seakan-akan Allah swt. Berfirman bahwa kata-kata yang

kalian gunakan sehari-hari adalah kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf semacam

Yâ-sîn, tetapi kendati demikian, kamu tidak dapat menyusun seindah, seteliti, dan

sebenar kandungan al-Qur’an yang disampaikan oleh Rasul Kami, Muhammad

saw.

Setelah memaparkan tantangan tersebut, melalui ayat 2 Allah swt.

Bersumpah demi al-Qur’an yang disifatinya dengan kata hakîm (penuh hikmah),

bahwa “sesungguhnya Engkau, Wahai Nabi Muhammad saw, benar-benar termsuk

salah seorang di antara rasul-rasul yang diutus Allah swt. 3, lagi berada di atas jalan

yang lurus 4. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa, lagi Maha

pengasih 5, dengan tujuan agar Nabi Muhammad saw, memberi peringatan kepada

14 Jalaluddin As-Suyuthi, Asbabu an-Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an (Jakarta:

Gema Insani 2008) Cet ke-I h. 476.

Page 42: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

26

kaum yang, menurut ayat 6, nenek moyang terdekat mereka tidak pernah diberi

peringatan sehingga mereka lengah.

Pelajaran yang dipetik dari ayat tersebut, al-Qur’an sejak turunnya hingga

sekarang, bahkan hari-hari mendatang, menantang siapa pun yang meragukan untuk

menyusun semacam al-Qur’an dari sisi keindahan dan ketelitian redaksi dan

kandungannya. Hingga kini tidak ada yang berhasil.

Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji

dapat mengantar pengamal-pengamalnya kepada kemuliaan, keperkasaan, dan

keterpujian.

Masyarakat Arab yang ditemui pertama kali oleh al-Qur’an adalah

masyarakat yang belum pernah didatangi oleh seorang Rasul, yakni sejak Nabi

Ismail as. Rasul-rasul yang silih berganti diutus Allah swt. Yang diperkenalkan

al-Qur’an sesudah Nabi Ismail as, adalah dari Bani Israil.15

4. Kedudukan

Kedudukan atau makna surah Yâsîn ini adalah akidah. Uraiannya dimulai

dengan al-Qur’an dan kerasulan Nabi Muhammad saw. Serta tujuan kehadiran

Beliau dan kehadiran al-Qur’an. Selanjutnya, diuraikan tentang kerasualan dan

ajakan mereka untuk mengesakan Allah swt. Yang dikukuhkan dengan

membentangkan aneka kekuasaan-Nya dalam mengatur alama raya/matahari dan

bulan serta kecaman terhadap mereka yang tidak bersyukur. Tujuan surah ini adalah

15 M. Quraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-

Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 314.

Page 43: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

27

mengantar manusia mempercayai akidah, khususnya tentang kenabian dan

keniscayaan Hari Kebangkitan.16

C. (Amr dalam tinjauan Balaghah)

Sebelum membahas Amr dalam tinjauan Balaghah, peneliti akan membahas

gambaran umum tentang balaghah.

1. Definisi Balaghah

Peneliti menemukan berbagai macam definisi balaghah di antaranya:

Definisi Ahmad al-Hasyimi dalam kitab Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-

Bayan Wa al-Badi’.

هاء ت صول واالن ابلالغة يف اللغة الو

17ا للالكم، واملتلكم فقط.وتقع ابلالغة يف االصطالح وصف

Arti secara bebas balaghah secara bahasa sampai (keterbacaan teks),

sedangkan menurut istilah balaghah berlaku pada sifat kalam dan mutakalim.

Definisi Ahmad Musthafa Maragi dalam kitab Ulumul Balaghah Al Bayan

wal Ma’ani al Badi’.

16 M. Quraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah

al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 312. 17 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’

( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 44.

Page 44: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

28

18واملتلكم، ولم يسمع وصف اللكمة بها.وتقع ابلالغة وصفا للالكم،

Balaghah adalah terletak pada karakteristik kalam dan mutakalim.

2. Cabang-cabang Ilmu Balaghah

Dari berbagai macam buku atau kitab balaghah peneliti baca. Cabang-

cabang Ilmu Balaghah terdiri dari tiga. Di antaranya:

a. Ilmu Bayan

ابليان معناه يف اللغة الكشف، واإليضاح و الظهور.

19أصول و قواعد يعرف بها إيراد املمعىن الواحد، بطرق خيتلف بعضها عن بعض. و اصطالحا:

Artinya bayan secara bahasa adalah nampak dan terbuka, menurut istilah

bayan adalah menciptakan makna yang unik dengan teknik yang beragam.

Ilmu bayan bahasannya mencangkup, di antaranya: Tasybih, Majaz

Lughawi, Majaz Mursal, Majaz Aqli dan Kinayah.

18 Ahmad Musthafa Maragi Ulumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’ (Baerut-

Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993) Cet ke-3 h. 35. 19 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’

( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 258.

Page 45: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

29

b. Ilmu Ma’ani

ل اليت يكون بها مطابقا ملقتىض احلاعلم املعاىن: أصول و قواعد يعرف بها أحوال الالكم العريب

20حبيث يكون وفق الغرض اذلى سيق هل.

Artinya: Ilmu Ma’ani pada prinsipnya dikenal dengan ilmu untuk

mengetahui kasus suatu kalam (tulisan dan lisan) bahasa Arab sehingga sesuai

dengan kondisi yang dimaksud oleh konteks.

Ilmu Ma’ani bahasannya mencangkup, di antranya: Kalam, Qhasar, Washal

dan Fashal, Ijaz, Ithnab dan Musawah.21

c. Ilmu Badi’

ت خ ابلديع لغة الم ال سابق.ث ىلع غري م د ع املو

وه، واملزايا اليت تزيد الالكم حسن ع واصطالحا: هو علم ي ء بهاا وطالوة، وتكسوه رف به الو

22ا، بعد مطابقته ملقتىض احلال.ورونق

Artinya: Badi’ menurut bahasa adalah inovasi, sedangkan menurut istilah

adalah ilmu untuk mengetahui berbagai bentuk dan kelebihan yang dapat

20 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’

( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 57. 21 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an

(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 3. 22 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’

( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 377.

Page 46: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

30

menambah kecantikan suatu kalam setelah disandingkan dengan tuntutan yang

sesuai.

Ilmu Badi’ bahasannya mencangkup, di antaranya: Keindahan-keindahan

Lafzhi dan keindahan-keindahan Maknawi.23

Selanjutnya peneliti akan membahas perintah (Amr) dalam tinjauan

balaghah yaitu:

1. konsep Amr

Secara harfiah, amr artinya ‘perintah’. Perintah adalah suatu tuntutan

untuk melakuakan suatu perbuatan. Definisi amr dalam balaghah sebagai berikut:

و طلب ر ه م ت ع الء ال س

ه اإل ل ىلع وع ف

.ال

Amr adalah menuntut suatu perbuatan dari yang lebih tinggi kepada yang

lebih rendah.

Sebuah tuntutan melakukan perbuatan itu merupakan amr atau bukan,

dapat diketahui. Dengan melihat siapa yang berbicara (mutakallim) dan siapa yang

diajak bicara (mukhâthab). Jika seseorang yang bicara adalah lebih tinggi

kedudukannya dari pada seseorang yang diajak berbicara, maka perintah itu disebut

amr. Jika tidak, perintah itu tidak dikatakan amr. Perintah dalah amr, tetapi tidak

semua amr perintah.

23 Ahmad Musthafa Maragi Ulumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’ (Baerut-

Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993) Cet ke-3 h. 319.

Page 47: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

31

Contoh:

و كوا بوا ن يٱش ئ ه لون اكنتمت عم ١٩اب م

"Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu

kerjakan." (QS. At-Tur: 19).

Pada contoh di atas mutakallim adalah Allah, sedangkan Mukhâthab-nya

adalah para hambanya. sebagai mutakallim, kedudukannya Allah lebih tinggi

daripada hamba-hamba-Nya sebagai mukhathab. Dengan demikian, kalimat كوا

بوا disebut amr atau perintah.24 و ٱش

2. bentuk-bentuk Amr

Sebuah kalâm insyâ dapat diketahui dengan melihat ciri-cirinya. Di antara

cirinya adalah amr (perintah). Namun, amr tidak diketahui keuali dengan

mengetahui bentuk-bentuknya. Sementara itu, bentuk-bentuk amr ada empat di

antaranya sebagai berikut:25

1. Fi’il Amr (فعل المر)

24 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an

(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h.54. 25 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’

( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93.

Page 48: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

32

Fi’il Amr adalah pola fi’il atau kata kerja khusus yang artinya menunjukan

sebuah perintah.

Contoh:

ع رف ٱصد اتؤم عر ضب م أ و ن ٩٤ٱلمش ك ني ع

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang

diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik,” (QS.

al-Hijr: 94).

Kalam yang bergaris bawah di atas disebut kalam insya. Cirinya adalah

karena di dalamnya terdapat amr. Bentuk amr-nya adalah fi’il amr.

2. Fi’il Mudhâri yang didahului Lam Amr ( ر الفعلم و ن ب الم ال ر ضار ع ال مق ال م )

Bentuk amr yang kedua adalah pola fi’il mudhâri yang didahului lam amr.

Ketika fi’il mudhâri didahului lam yang disebut lam amr, maka fi’il mudhâri

tersebut menjadi salah satu bentuk amr. Maknanya menjadi perintah.

Contoh:

ثم ث همل قضوا ت ف لوفوا وفوانذور همو ل ط ت يق ٱل يت ب و ٢٩ٱلع

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada

badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan

Page 49: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

33

hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu

(Baitullah),” (QS. al-Hajj: 29).

Kalam yang bergaris bawah pada contoh di atas disebut kalam insya’.

Cirinya adalah karena di dalamnya terdapat amr. Yaitu perintah dari Allah sebagai

Zat lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Bentuk amr-nya adalah fi’il mudhâri

yang didahului lam amr.

3. Masdar pengganti Fi’il Amr ( رم ل ال

در انلائ ب عن ف ع (ال مص

Bentuk amr yang ketiga adalah masdar. Masdar sesungguhnya adalah isim

Masdar yang berkedudukan sebagai maf’ul muthlak dapat hilangkan fi’il-nya,

sehingga menjadi berdiri sendiri. Kondisi itulah masdar pengganti fi’il amr.

Kata ا يام ا asalnya adalah ق يام م ق Kemudian fi’il-nya dibuang, maka .ق

tinggal ا يام .inilah disebut Masdar pengganti Fi’il Amr ق

Contoh:

إوذ إ ل ت عبدون ل ء يل إ سر ب ن ق ذن ام يث خ أ ب ٱلل ين و ل انااٱلو ٨٣إ حس

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):

Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu

bapa,” (QS. al-Baqarah: 83).

Page 50: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

34

Dari contoh di atas yang bergaris bawah disebut kalam insya’ karena

terdapat amr. Asal kalamnya adalah:

س ن إ ح س ح ان اأ

Kemudian fi’ilnya dibuang sehingga tertinggal masdar-nya sebagai maf’ul

muthlak, inilah dimaksud masdar pengganti amr.

4. Isim Fi’il Amr ( رم ل ال

م ف ع (ا س

Dalam bahasa Arab ada kata yang disebut dengan isim Fi’il. Disebut

demikian karena dari sisi bentuk dikategorikan sebagai isim. Namun, jika makna

pekerjaan itu menunjukkan pekerjaan sedang atau akan, maka kata tersebut

dinamai isim fi’il mudhari, seperti آه maknanya ع تو ,Sedangkan .(aku mengeluh) أ

jika makna kerja yang terdapat di dalamnya menunjukkan perintah. Maka kata

tersebut dinamai isim fi’il amr, seperti berikut ini di dalam diagram :

Terimalah ) ب تج ي )ا س آم

Diamlah ) ت ك صه )ا س

marilah/ sambutlah ) ب ل ق ح )أ

marilah/ sambutlah ) ب ل ق هيا )أ

Page 51: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

35

Biasakanlah ) م علي ك )الز

Ambil/perhatikanlah ذ نك )خ (\د و ل م تأ

Contoh:

الص يف ال عمل علي ك خ ب اإل

Biasakanlah ikhlas dalam beramal.

3. Makna-Makna Amr Balaghi

Amr (balaghi) yang keluar dari makna asal menjadi makna lain karena konteks

kalimat. Amr pada asalnya bermakna perintah, namun karena situasi kondisi,

susunan kalimat, atau mutakallim dan mukhathab, amr tidak lagi bermakna

perintah. Diakibatkan oleh situasi, struktur, konteks kalimat, dan indikasi lainnya.26

Makna-makna lain yang dimaksud antara lain:

1. Bermakna Doa ( عء (ل دل

Pada dasarnya doa adalah permintaan. Permintaan dalam doa dilakukan

oleh pihak yang lebih rendah kepada yag pihak lebih tinggi. Bentuk amr yang

26 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an

(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 60.

Page 52: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

36

digunakan dalam ungkapan doa dipastikan bukan amr dalam arti sebenarnya,

melainkan sudah keluar menjadi arti lain, yaitu bermakna doa.

Contoh:

ق ال ٱغف رر ب خ ل و لن ال دخ

أ مو رح

أ نت

أ و ر ح ت ك ح ني ف ١٥١ٱلر

Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan

masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang

di antara para penyayang,"(QS. al-A’raf : 151).

2. Makna Saran ( ل إل ر شاد )

Secara secara harfiah, al-irsyâd berarti memberi petunjuk, memberi

nasehat, atau memberi saran. Bahwa bentuk amr yang terdapat dalam kalâm yang

ada tidak dimaksudkan sebagai perintah, tetapi cendrung sebagai saran yang

diungkapkan mutakallim dan kepada mukhâthab.

Contoh:

م ا س لم ج أ ينإ ل اي نتمب د ف إ ذ ات د ب ٱكتبوه ت ب ل كتببين كمك دل و ٢٨٢ٱلع

Page 53: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

37

apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,

hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. (QS. al-Baqarah. 282).27

3. Bermakna Setara ( ل إل ل ماس)

Al-iltimâs artinya kata-kata, ungkapan kalâm yang ditunjukan kepada

mukhâthab yang setara atau sederajat. Ketika ungkapan dipergunakan itu bentuk

amr, maka amr tersebut tidak dikatakan perintah tetapi disebut al-Iltimâs.

Contoh:

ن ع ط ك تابك أ

Berikan aku bukumu!28

4. Bermakna Angan-angan ( ل لتمن)

At-tamannî artinya ‘angan-angan’ atau keinginan mendapatkan suatu yang

tidak mungkin dicapai. Keinginan yang dimaksud adalah keinginan yang

dikemukakan berbentuk amr.

Contoh:

27 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’

( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93. 28 Ahmad Musthafa Maragi Ulumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’ (Baerut-

Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993) Cet ke-3 h. 76.

Page 54: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

38

ي ح . بل غ يا ر ي ت سالم إ ل من قد هو

Wahai angin, sampaikan salamku pada yang kucintai.

5. Bermakna Memberi pilihan ( ي ري (ل لتح

Secara harfiah, at-takhyîr artinya memilih atau memberi pilihan.

Maksudnya, bentuk amr yang digunakan tidak dimaksud sebagai perintah, tetapi

cendrung kepada pilihan bagi mukhâthab.

Contoh:

ر . ا ن تظ ة ثان ية د مر ع ث م ع و ا ر ويا أ س

Tunggulah sebentar, atau pulang, nanti kembali lagi.

6. Bermakna Menyamakan ( ية و (ل لتس

At-taswiyah artinya ‘menyamakan’. Maksudnya adalah menyamakan dua

perkara. Penyamaan dimaksud adalah penyamaan yang dikemukakan dalam bentuk

amr.

Contoh:

ف ا و ل يكمٱصب ا ءع و واس ت صب ول ١٦أ

Page 55: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

39

Maka, baik kamu bersabar atau tidak bersabar, sama saja bagimu. (QS.

at-Thûr.16).29

7. Bermakna Melemahkan ( ي (ل لتع ج

At-ta’jîz secara harfiah artinya ‘melemahkan’. Maksudnya, bentuk amr

yang digunakan tidak dimaksudkan sebagai perintah yang sesungguhnya, tetapi

melemahkan mukhâthab dan tidak mampu melakukan suatu perintah.

Contoh:

إون ن ا بد ع لع ل ا ن ز ا م م يب ر ف كنتم توام ثل ه ف أ م ن ة ٱدعوو ۦب سور ا

ا ء كمم ندون د ٱلل شه ق ني د ٢٣إ نكنتمص

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami

wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang

semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu

orang-orang yang benar,”(QS. al-Baqarah: 23).30

29 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’(

Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93. 30 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an

(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 65.

Page 56: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

40

8. Bermakna Mengancam ( ي د ( ل لته د

At-tahdîd artinya ‘mengancam’ atau ‘menakut-nakuti’. Maksudnya adalah

menyampaikan dalam bentuk amr. Karena itu, bentuk amr yang digunakan tidak

lagi sebagai perintah dalam arti sesungguhnya.

Contoh:

لوا ئتمإ نهٱعم اش ريۥم ب ص لون ات عم ٤٠ب م

Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang

kamu kerjakan. (QS. Fushshilât. 40).31

9. Bermakna Membolehkan ( ل إلباحة)

Al-ibâhah artinya ‘membolehkan’. Maksudnya adalah makna amr yang

digunakan lebih cendrung kapada membolehkan untuk melakukan sesuatu daripada

sebagai perintah.

Contoh:

ت حان ف م ن اال اا ذا ا ن تهي ت م م و ر .اخ

Jika kalian sudah selesai ujiannya, keluarlah.32

31 Ahmad al-Hasyimi Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’(

Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 201) Cek ke-1 H. 93. 32 Ahmad Syatibi Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an

(Jakarta: Tarjamah Center 2013) Cet ke-1 h. 68.

Page 57: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

41

BAB III

H.B. JASSIN DAN AL-QUR’ANUL KARIM BACAAN MULIA

A. H.B. Jassin

1. Riwayat Hidup Singkat

Pada tahun 1978, terbit puitisasi terjemahan Al-Qur’anul Karim Bacaan

Mulia dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia berbentuk puisi. penerjemahnya

adalah H.B. Jassin, dia lahir di Gorontalo, pada tanggal 31 Juli Tahun 1917 dan

meninggal di Jakarta 11 Maret tahun 2000.

2. Pendidikan

Pendidikan H.B. Jassin di antaranya:

H.I.S. Gorontalo 1932

MULO, HBS, Medan 1939

Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta, 1957,

studi Ilmu perbandingan kesusastraan di Universitas Yale, AS (1958-1959

Doktor Kehormatan Sastra dari UI 1975.33

3. Karya

a. Karangan Asli

1. Pengarang

Karya-karya Jassin, karangan asli di antaranya: Angkatan 45, Jajasan

Dharma, 1952. Tifa Penjairdan Daerahnya, Jajasan Dharma, 1952. Kesastraan

33 HB. Jassin, Pusat Dokumentasi H.B Jassin Mengenang HB. Jassin Kritikus

Mahaputra Sastra Indonesia. (lingkar Budaya Indonsia) cet ke-1. h. 2.

Page 58: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

42

Indonesia Modern dalam kritik dan Esei, Gunung Agung, Jilid I 1954, 11 1954, II

1954, III 1967, IV 1967. Kesusastraan Dunia dalam Terjemahan Indonesia, Jajasan

Kerdjasam Kebudajaan, 1966. Heboh Sastra1968, Gunung Agung, 1970.

2. Pengarang Pembantu

Karya Jassin, karangan Pembantu yaitu: Ikhtisar Kritik Sastra (bersama

Liaw Yock Fang). Penerbit Pustaka Nasional. Singapura, 1970.

b. Terjemahan

Karya-karya terjemahan Jassin, di antaranya: Sepoeloeh Thaoen Koperasi,

oleh R.M. Magono Djojohadikoesoemo. BP 1941. Judul asli: Tien Jaren

Coöperate. Chushingura oleh Sakae Shioya, BP (1945). Diterjemahkan bersama

Karim Halim dari bahasa Inggris. Renungan Indonesia, oleh Sjahrazad, Pustaka

rakjat, 1974. Judul asli: Indonesisehe Over peinzingen. Terbang Malam, oleh A. de

St.- Exupery, BP 1949. Judul asli Vol de Nuit.

Kisah-kisah dari Rumania, BP 1964. Bersama Taslim Ali dan Carla

Rampen. Judul asli: Nouveles Roumaines. Api Islam, oleh Syed Ameer Ali,

Pembangunan, 1966. 2 jilid. Judul asli The Spirit of Islam. Tjerita Pandji dalam

Perbandingan, oleh Prof, Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka. Diterjemahkan bersama

Zuber Usman. Judul asli: Pandji-verhalen onderling vergelekan.

Max Haveelar, oleh Multatuli, Djambatan, 1972. Klan Kemari-Indonesia

dan Belanda dalam Sastra. Djambatan 1973. The Complete Poems of Chairil

Anwar,University Education Press, Singapore, 1974. (Terjemahan bersama Liaw

Page 59: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

43

Yock Fang). Al-Qur’anu’lkarim-Bacaan Mulia. Mulai Diterjemahkan 7 Oktober

1972, selesai 18 Desember 1974. Saijah dan Adinda/Max Havelaar, cerita

Multatuli. Skenario film P.T. Mondial Motion Pictures dan Fons Rademakers

Productie, ditulis Oleh G. Soeteman dan Hiswara Darmaputra. 1975.34

B. Al-Qur’an Bacaan Mulia

1. Latar Belakang Penerjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia

Terjadi kehendak Allah Swt, bahwa istri H.B. Jassin dipanggil ke hadirat

Ilahi pada tanggal 12 Maret 1962. Kejadian ini sanggat menggugah kesadaranakan

arti hidup yang singkat di dunia ini.

Tujuh hari lamanya setiap malam diadakan pengajian di rumah Jassin, sejak

malam pertama jenazah istrinya diangkut dari rumah sakit dan jenazahnya

dibaringkan di dalam rumah setelah itu disemayamkan. Dia hadiri semua pengajian

itu, sampai selesai 30 juz dalam waktu tujuh hari.

Pada malam ke delapan sepilah rumah, tidak ada lagi yang datang untuk

mengaji. Maka timbullah pikiran Jassin, mengapa tidak teruskan sendiri pengajian?

Lalu dia mencoba mengaji dengan suara perlahan, sampai terbawa oleh rasa haru

yang terkandung dalam hati.

34 H.B. Jassin Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia (Jakarta: Yayasan Idayu

1981) Cet ke-1 h. 28.

Page 60: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

44

Jassin terharu, karena teringat Neneknya yang setiap hari dahulu di

kampung membaca al-Qur’an terharu, karena dia sekarang bisa membaca

al-Qur’an dengan alunan suara berkat setiap hari Neneknya membacanya.

Terlepas dari itu, dia tidak puas dengan sekedar membacanya, diapun

mempergunakan beberapa buku terjemahan untuk mendalami dan meresapi isi

Kitab suci al-Qur’an itu.

Selanjutnya, semakin bertambah pengetahuan Jassin karena menyelami

hikmah-hikmah yang terkandung dalam al-Qur’an, ayat-ayat yang mustahil adalah

bikinan manusia, tetapi firman-firman Tuhan Sendiri. Keyakinan ini dia resapi

kebenarannya. Karena ayat-ayat itu meliputi masalah-masalah kehidupan yang

amat luas serta tinggi dan maknanya.

Ayat demi ayat Jassin baca resapkan dan timbullah pikiran untuk

menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia yang puitis. Sepuluh tahun lebih dia

menyelami ayat demi ayat, tidak satupun hari yang lewat tanpa menghirup firman

Tuhan, sekalipun hanya seayat dalam sehari.

Ujian demi ujian menimpa pula, bahkan Jassin dituduh murtad dan

berhadapan dengan hakim pengadilan atas tuduhan telah menghina agama Islam,

Rasul dan Nabi-Nabi, Pancasila dan UUD 1945. Tapi semua dia terima sebagai

cambuk untuk lebih dalam menyelam ke dalam inti hakekat dan dia anggap sebagai

karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.

Page 61: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

45

Sampai tibalah suatu hari Jassin terbuka untuk memulai menterjemahkan

Al-Qur’an, tanggal 17 Oktober 1972, di negeri dingin yang jauh dari katulistiwa,

yakni di negri Belanda.

Setahun di negeri itu dapatlah Jassin menterjemahkan separuh isi

kandungan Al-Qur’an dan sekembali di Indonesia lebih setahun pula dia

mengerjakan, alhamdulillah selesailah seluruh 30 juz tanggal 18 Desember 1974 di

Jakarta, Ibukota Republik Indonesia. Karena dibawa kemana-mana untuk

mengerjakannya, tercatatlah berbagai kota tempat terjemahan pernah dilakukan

seperti Amsterdam, Berlin, Paris, London, Antwerpen, Kuala Lumpur, Singapura,

tetapi juga kampung-kampung Seperti Leiden, Zaandam, Reuver, Peperga dan

beberapa kali dalam perjalanan di kapal terbang.

Pikiran untuk menterjemahkan al-Qur’an secara puitis timbul pada Jassin

oleh membaca terjemahan Abdullah Yusuf Ali “The Holy Quran” yang dia peroleh

dari kawanya, sebut saja Haji Kasim Mansur, tahun 1969. Itulah terjemahan yang

dia rasa lebih indah, disertai keterangan-keterangan yang luas dan universal

sifatnya.

Terjemahan Al-Qur’an Bacaan Mulia H.B. Jassin, bukanlah dari terjemahan

Yusuf Ali ataupun terjemahan lainnya. Susunan Sajak terjemahan dalam bahasa

Indonesia adalah susunan dia sendiri, sedang susunan sajak dalam bahasa Arab

disusun baru sesuai dengan baris-baris sajak dalam bahasa Indonesia.35

35 H.B. Jassin Kontroversi Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta : Dinas

Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta) Cet ke-2 h. 25.

Page 62: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

46

2. Kontroversi Al-Qur’an Bacaan Mulia

Setelah Al-Qur’an Bacaan Mulia terbit. Banyak dari para peneliti, para

tokoh agama dan lembaga-lembaga. Seperti Dewan Dakwah Islamiyah DDI dan

IKMI dan Team peneliti Bacaan Mulia H.B. Jassin.

Team peneliti Bacaan Mulia H.B. Jassin memberikan kritikan tentang

al-Qur’an Bacaan Mulia berwajah Puisi:

Sebagai bahan perbandingan Team Peneliti pergunakan kitab-kitab Tafsir

dan terjemah-terjemah sebagai tersebut di bawah ini:

Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Kasysyaf,

Tafsir Fie Zilalil Qur’an, Tafsir Al-Azhar (HAMKA), Tafsir Al-Qur’anul Karim

(H.A. Halim Hasan dan kawan-kawan), Terjemahan Departemen Agama,

Terjemahan Al-Furqan (A. Hasan), Terjemahan Mahmud Yunus dan lain-lain.

Sebagaimana kita maklumi, bahwa Kitab Suci Al-Qur’an Al-Karim adalah

satu-satunya Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Yang

merupakan wahyu dari Allah swt. Kemu’jizatan al-Qur’an terletak pada keindahan

sastra dan susunan kata sekaligus sejalan dengan keindahan isi kandungan

maknanya, sehingga tidak bisa ditandingi oleh sastrawan masa lampau maupun

sastrawan masa kini.

Dari sumber keindahan sampai keindahan rangkaian kalimat dan tata bahasa

yang ada di dalamnya, maka tumbuhlah kemudian ilmu-ilmu: Sharaf, Nahwu,

Balaghah, Ma’ani, Bayan, Mantiq dan sebagainya. Dan ilmu-ilmu tersebut itu

akhirnya menjadi pegangan mutlak bagi para Ulama Mufassirin.

Page 63: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

47

Lepas dari maksud menilai keahlian Sastrawan Dr. H.B. Jassin. Menurut

pengamatan team Peneliti, dari hasil gubahan dia, terjemah Puitis “Bacaan Mulia”

nyata benar terjadi kehilapan-kehilapan, penyimpangan-penyimpangan, yang jauh

dari tafsir (terjemah)lain yang pernah team peneliti jumpai. Dalam hal ini team

peneliti catat sebagai berikut:

a. Tidak mengindahkan seluk-beluk bahasa al-Qur’an sehingga banyak

kalimat yang diterjemahkan bukan semestinya.

b. Merusak kaidah Lughat Arab, dengan meniadakan dan mengalih-

pindahkan kalimat-kalimat yang berpungsi penting dalam tata-bahasa,

misalnya kedudukan dhamir, athaf, badal, hal, qasam, masdar,

mubtada, jama’. Khabar, fa’il, maf’ul, tauhid, istisna’, mufrad,

mutasnna dan sebagainya.

c. Banyak kalimat yang diterjemah atau tidak diterjemah demi selera puisi.

Catatan koreksian ‘Bacaan Mulia’ H.B Jassin سورة الفاحتة:

ي وم ل ك yang merajai hari perhitungan ٤ٱل ين م

Pada umumnya ulama ahli Tafsir mengartikan “Maliki” dengan: Yang

Menguasai/Yang memiliki.36

36 H.B. Jassin Kontroversi Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta : Dinas

Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta) Cet ke-2 h. 337.

Page 64: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

48

BAB IV

ANALISIS TERJEMAHAN STRUKTUR KALIMAT PERINTAH (AMR)

DALAM SURAH YÂSÎN,

Sebelum membahas tentang terjemahan struktur kalimat perintah (Amr)

yang terdapat dalam surah Yâsîn secara rinci, peneliti perlu memaparkan

keberadaan bentuk-bentuk amr itu sendiri di dalam surah yang sedang dibahas ini.

Bentuk Amr yang terdapat dalam surah Yâsîn sebanyak 12 buah, tersebar

dalam 12 ayat.

Bentuk amr yang sebanyak 12 tersebar dalam ayat-ayat sebagai berikut: 11,

13, 20, 21, 25, 26, 45, 47, 61, 64,79 dan 82. Seluruhnya berbentuk fi’il Amr.

Adapun bentuk fi’il mudhâri yang didahului lam amr, bentuk masdar

pengganti fi’il amr, dan bentuk isim fi’il amr tidak ditemukan dalam surah Yâsîn.

A. Makna dan Analisis Amr Haqiqi dalam Surah Yâsîn.

Peneliti menemukan makna-makna amr haqiqi dalam surah Yâsîn sebanyak

7 ayat, tersebar pada ayat ke 11, 26, 45, 61, 64,79, dan 82.

Page 65: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

49

1. Ayat: 11

Terjemahan H.B. Jassin

Kau hanya dapat memberi

peringatan pada orang yang

mengikuti peringatan dan takut

kepada (Tuhan) yang maha Pemurah,

(walaupun) ia tiada melihat-Nya.

Maka sampaikanlah kabar gembira

tentang ampunan dan pahala

berlimpah.

ر وخش ك بع اذل ر من ات ما ت ن ذ إ ن

ن ب ال غي ب ف بش ه الرح رة وأ ف ر ب مغ

يم 11كر

Analisis:

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ف بش ه adalah stuktur

kalimat Perintah (amr). Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ف بش ه artinya

(maka sampaikanlah kabar gembira). Mutakallim adalah Allah, sedangkan

Mukhâtab-nya adalah Nabi Muhammad saw. Sebagai Mutakallim, kedudukan

Allah lebih tinggi daripada Nabi Muhammad saw sebagai Mukhâtab. Dengan

demikian, ف بش ه bermakna amr haqiqi.

Page 66: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

50

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)

bermakna amr haqiqi pada ayat ke 11 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir surah

Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yâsîn ayat ke 11. Yakni: Wahai

Muhammad, peringatan yang kamu berikan dengan pedoman al-Qur’an hanyalah

berguna bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan percaya akan risalahmu.

Maka bagi orang yang mengikuti hukum-hukum al-Qur’an dan al-Hadist, berilah

kabar gembira, bahwa Allah Swt mengampuni dosa-dosanya, memasukan surga

dan memberinya pahala yang amat besar.37

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

2. Ayat: 26

Terjemahan H.B. Jassin

Dikatakan (kepadanya),

“masuklah sorga.” Ia menjawab,

Aduhai, sekiranya kaumku tahu.

يل ل ق نة قال يا ل ت قو م اد خ ال

ون لم 26يع

37 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1

h. 25.

Page 67: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

51

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ل disebut اد خ

stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ل اد خ

artinya (masuklah).

Mutakallim adalah para malaikat. sedangkan Mukhâtab-nya adalah Habib

an-Najjar (sang syahid). Sebagai Mutakallim, kedudukan para malaikat lebih tinggi

daripada Habib an-Najjar (sang syahid) sebagai Mukhâtab. Dengan demikian,

ل .bermakna amr haqiqi اد خ

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)

bermakna amr haqiqi pada ayat ke 26 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir

al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 26. Yakni:

dikatakan kepada mereka, yakni oleh para malaikat: “Masuklah ke surga” yakni

bergembiralah dengan surga yang akan engkau masuki kelak atau nikmatilah

kenikmatan surgawi dan alam kubur, sebelum kenikmatan surga yang akan engkau

masuki setelah kebangkitan dari dari kubur nanti. Mendengar kabar berita gembira

itu, sang sahid berkata: “ alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui” yang

sedang kualami ini.38

38 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah

al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 321.

Page 68: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

52

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

3. Ayat: 45

Terjemahan H.B. Jassin

Dan bila dikatakan kepada mereka,

“Takutlah kamu akan (azab) yang ada

di depan kamu , Dan (azab) yang akan

datang, Supaya kamu mendapat

rahmat,” (Mereka berbalik

kebelakang).

م يل له واوإ ذا ق م وما اتق يك ي د أ ما بي

م ت ر ح ون م لعلك 45خل فك

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah وا ق disebut stuktur ات

kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu وا ق artinya ات

( takutlah).

Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah orang-orang

musyrik. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada orang-orang

musyrik sebagai Mukhâtab. Dengan demikian, وا ق .bermakna amr haqiqi ات

Page 69: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

53

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)

bermakna amr haqiqi pada ayat ke 45 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir

al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 45. Yakni: apabila

dikatakan oleh siapapun kepada mereka: “ waspadailah siksa yang dihadapan kamu,

yaitu seperti apa yang menimpa generasi terdahulu, atau dampak dosa-dosa yang

kamu kerjakan sekarang di dunia, dan apa yang di belakang kamu berupa azab

akhirat yang akan menimpa semua pendurhaka, atau dosa-dosa yang telah kamu

kerjakan dahulu, wapadailah keduanya dengan harapan kiranya kamu mendapat

rahmat,” apabila itu disampaikan niscaya mereka angkuh dan berpaling. 39

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

4. Ayat: 61

Terjemahan H.B. Jassin

Tapi menyembah aku, (karena)

inilah jalan yang lempang.

ن أ ست ق يمٱعبدون و طم ر اص ذ ٦١ه

39 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah

al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 329.

Page 70: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

54

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ون ب د disebut اع

stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ون ب د اع

artinya (menyembah aku), sejatinya sembahlah aku.

Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah orang-orang

musyrik kepada Allah. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada

orang-orang musyrik sebagai Mukhâtab. Dengan demikian ون ب د bermakna amr اع

haqiqi.

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)

bermakna amr haqiqi pada ayat ke 61 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir

al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 61. Yakni:

bukankah aku telah berpesan bahwa sembahlah aku dengan tulus, tidak

menyekutukan Aku dengan siapa pun? Beribadalah kepada-Ku semata adalah jalan

yang lurus.40

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas belum sesuai.

40 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-

Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 334.

Page 71: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

55

5. Ayat: 64

Terjemahan H.B. Jassin

Masuklah ke dalamnya hari ini,

karena kamu mengingkari kebenaran.

لو ون هااص ر ف ن ت م تك م ب ما ك و 64ال

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah لو ا disebut اص

stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu لو ا اص

artinya (Masuklah).

Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah orang-orang kafir

kepada Allah. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada orang-

orang kafir sebagai Mukhâtab. Dengan demikian, لو ا .bermakna amr haqiqi اص

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah

(amr) bermakna amr haqiqi pada ayat ke 64 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir

al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 64. Yakni: Kini

masuklah ke dalamnya dan rasakan kepedihannya disebabkan karena kamu dahulu

Page 72: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

56

senantiasa kufur, tidak mempercayai ajaran Ilahi, tidak juga mensyukuri nikmat-

Nya.41

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas tidak sesuai, sejatinya artinya: pada hari ini, masuklah

ke dalamnya, karena kamu dahulu terus-menerus mengingkarinya.

6. Ayat: 79

Terjemahan H.B. Jassin

Jawablah, “Yang memberinya

hidup, Itulah Penciptanya yang

pertama kali Dan ialah yang

mengetahui segala kejadian!

و ق ل ة وه ل مر وها أ

ن شأ

ي أ ي ي يها اذل

ل خل ق عل يم 79 ب ك

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ق ل disebut stuktur

kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ق ل artinya

( Jawablah).

41 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-

Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 335.

Page 73: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

57

Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah Nabi Muhammad

saw. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada Nabi Muhammad

saw sebagai Mukhâtab. Dengan demikian, ق ل bermakna amr haqiqi.

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah

(amr) bermakna amr haqiqi pada ayat ke 79 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir

al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 79. Yakni: Allah

Swt memerintah Nabi Muhammad Saw. Menjawab pertanyaan Ubay Bin Khalaf

bahwa: “ Tulang belulang ini dan lainnya akan dihidupkan kembali untuk kedua

kalinya oleh Allah swt. Yang menciptakannya dari tiada, lalu menghidupkan

pertama kali. Jangan duga ada sesuatu yang luput dari Allah Swt. Dia Maha

Mengetahui segala ciptaan.42

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

7. Ayat: 82

Terjemahan H.B. Jassin

Sungguh, bila Ia menghendaki

seuatu, cukuplah Ia berkata,

“Jadilah!” Maka iapun jadilah!

ول هل ن يق راد شي ئ ا أ

ر ه إ ذا أ م

ما أ ن إ ن ك

ون ٨٢ فيك

42 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-

Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 341.

Page 74: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

58

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah ن disebut ك

stuktur kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu ن ك

artinya (jadilah).

Mutakallim adalah Allah sedangkan Mukhâtab-nya adalah menciptakan

(sesuatu) hal baru. Sebagai Mutakallim, kedudukan Allah lebih tinggi daripada

menciptakan (sesuatu) hal baru sebagai Mukhâtab. Dengan demikian, ن ك

bermakna amr haqiqi.

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah

(amr) bermakna amr haqiqi pada ayat ke 82 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir

al-Lubâb surah Yâsîn karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 82. Yakni: Tidak

lain perintah atau keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata

kepadanya: “Jadilah!” maka jadilah ia.43

43 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-

Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 342.

Page 75: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

59

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

B. Makna dan Analisis Amr Balaghi dalam Surah Yâsîn.

Peneliti menemukan makna-makna amr balaghi dalam surah Yâsîn

sebanyak 5 ayat, tersebar pada ayat ke 13, 20, 21, 25, dan 47.

1. Ayat: 13

Terjemahan H.B. Jassin

Dan buatlah perumpamaan bagi

mereka, (Suatu kisah) penduduk negri,

Ketika datang Rasul-rasul kepada

mereka.

ية إ ذ اض ب و حاب ال قر ص م مثال أ له

ر سل ون اءها ال م 13

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris اض ب disebut stuktur

kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu اض ب artinya

(buatlah).

Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah. Namun,

bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah. Karena saran

Page 76: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

60

yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti ini disebut lil-

irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, اض ب bermakna amr

balaghi.

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)

bermakna amr balaghi pada ayat ke 47 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir surah

Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yâsîn ayat ke 47. Yakni: Berilah

mereka peringatan wahai Muhammad, dan buatlah perumpamaan hal ihwal mereka

dengan cerita penduduk negri Inthakiyyah.44

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

2. Ayat : 20

Terjemahan H.B. Jassin

Maka datang berlari-lari seorang

lelaki dari ujung kota, sambil berseru,

“ wahai kaumku, patuhillah para

utusan!

ع قال ل يس ينة ر ق ص ال مد ن أ اء م و

م وايا قو ر سل ي اتب ع 20 ال م

44 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1

h. 31.

Page 77: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

61

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris وا disebut stuktur اتب ع

kalimat Perintah (amr). Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu وا artinya اتب ع

(patuhillah).

Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah. Namun,

bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah. Karena saran

yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti ini disebut lil-

irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, وا bermakna amr اتب ع

balaghi.

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)

bermakna amr balaghi pada ayat ke 20 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir surah

Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yâsîn ayat ke 20. Yakni: laki-

laki itu bernama Habib an-Najjar. Assadiyyu berkata: “ Dia seorang tukang binatu,

dan berkata wahab, dia seorang laki-laki yang pekerjaannya membikin kain sutra,

rumahnya di dekat tapal batas kota. Dia adalah orang yang jujur setiap sore

mengumpulkan hasil pekerjaannya, lantas dibaginya hasil yaitu menjadi dua.

Separoh untuk keluarganya dan separoh ia sedahkan kepada fakir miskin. Ketika

habib an-Najjar mendengar berita, bahwa kaumnya hendak membunuh utusan-

Page 78: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

62

utusan, maka ia lari bergegas-gegas mendatangi kaumnya. Habib an-Najjar berkata:

“Hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu.45

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

3. Ayat: 21

Terjemahan H.B. Jassin

“Ikutilah mereka yang tiada meminta

upah dari padamu, Karena mereka

beroleh bimbingan.”

وا م اتب ع ا وه ر م أ ل ك

أ من ال يس

ون تد ه 21 م

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris وا disebut stuktur اتب ع

kalimat Perintah (amr). Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu وا artinya اتب ع

(Ikutilah).

Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah. Namun,

bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah. Karena saran

yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti ini disebut

45 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1

h. 47.

Page 79: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

63

lil-irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, وا bermakna amr اتب ع

balaghi.

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah (amr)

bermakna amr balaghi pada ayat ke 20 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir surah

Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yasin ayat ke 20. Yakni:

Qatadah berkata bahwa ketika Habib an-Najjar sudah sampai dihapan utusan-

utusan itu dan bertanya: “Apakah Kamu minta upah atau gaji di dalam

menyampaikan risalah? Maka utusan-utusan itu menjawab: “ Tidak, kami hanya

menyeru “وا ,Lalu Habib an-Najjar berkata: “Hai kaumku ”!(ikutilah)“ اتب ع

ikutillah utusan-utusan itu! Ikutillah orang yang tiada minta upah adamu, dan

mereka orang yang mendapat petunjuk.46

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

46 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1

h.48.

Page 80: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

64

4. Ayat: 25

Terjemahan H.B. Jassin

“sungguh, aku beriman kepada

Tuhanmu, maka dengarkanlah aku (

sebagai saksi atas keimananku)!”

م مع ون إ ن آمن ت ب ربك 25 فاس

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris مع ون disebut stuktur فاس

kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu مع ون artinya فاس

(maka dengarkanlah aku).

Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah. Namun,

bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah. Karena saran

yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti ini disebut

lil-irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, مع ون bermakna فاس

amr balaghi.

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah

(amr) bermakna amr balaghi pada ayat ke 25 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir

al-Lubâb surah Yasin karangan M. Quraish Shihab pada ayat ke 25. Yakni:

Page 81: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

65

kusampaikan kepada kamu, wahai penduduk kota, bahwa sesungguhnya aku telah

beriman kepada Allah Yang Maha Esa yang merupakan Tuhan kamu; maka

dengarkanlah, yaitu penjelesan, dan ikutilah tuntunan para rasul itu.47

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

5. Ayat: 47

Terjemahan H.B. Jassin

Dan bila dikatan kepada mereka,

“Nafkahkanlah sebagian pemberian

Allah kepadamu,” Orang yang kafir

mengejek kepada orang yang beriman,

“akankah kami beri makan orang Yang

Tuhan berimakan, Sekiranya Ia

berkenan? Kamu hanya dalam

kesesatan yang nyata.

م أ يل له واوإ ذا ق ق م ا ن ف ا رزقك م لل قال م

م من لو ع ن ط ين آمن وا أ وا ل ل ين كفر اذل

ن ت م إ ال يف ضالل عمه إ ن أ ط

يشاء الل أ

ب ي 47 م

47 M. Quaraish Shihab, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-

Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012) Cet ke-I h. 321.

Page 82: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

66

Analisis

Struktur kalimat dalam ayat di atas yang bergaris bawah وا ق ن ف disebut stuktur أ

kalimat Perintah amr. Sebab di dalamnya terdapat fi’il amr yaitu وا ق ن ف artinya أ

( Nafkahkanlah).

Kata yang bergaris bawah di atas berbentuk fi’il amr atau perintah.

Namun, bentuk amr di atas cendrung memberi saran, bukan memberi perintah.

Karena saran yang diberikan menggunakan bentuk amr, maka bentuk amr seperti

ini disebut lil-irsyâd atau bermakna memberi saran. Dengan demikian, وا ق ن ف أ

bermakna amr balaghi.

Demi memperkuat argumen peneliti, tentang struktur kalimat perintah

(amr) bermakna amr balaghi pada ayat ke 47 di surah Yâsîn. Peneliti sajikan tafsir

surah Yâsîn karangan syaikh Hamami Zadah pada surah Yâsîn ayat ke 47. Yakni:

Demikian ini disebutkan, bahwa orang-orang mukmin berkata kepada orang-orang

kafir Mekkah: “ Nafkahkanlah sebagian dari harta-harta yang kamu senangi”, lantas

orang-orang kafir menjawab: “ Apakah kami akan memberi rizki orang jika Allah

menghendaki, tentulah Dia akan memberinya rizki, sedang Dia tidak

memberikannya; padahal Dia berkuasa memberinya, maka kamipun menyesuaikan

Page 83: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

67

kehendak Allah Swt dan kami memberi makan orang yang Allah swt tidak

memberinya makan.”48

Berdasarkan penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa terjemahan Struktur Amr pada terjemahan Bacaan Mulia H.B.

Jassin terhadap ayat di atas sudah sesuai.

48 Syaikh Hamami Zadah, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014) Cet ke-1

h. 108.

Page 84: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

68

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bedasarkan penelitian yang dilakukan, terhadap terjemahan al-Qur’anul

Karim Surah Yâsîn Bacaan Mulia Karya H.B Jassin. Peneliti hanya menemukan

bentuk fi’il amr. Adapun bentuk fi’il mudhâri yang didahului lam amr, bentuk

masdar pengganti fi’il amr, dan bentuk isim fi’il amr tidak ditemukan dalam surah

Yâsîn.

Peneliti juga, menemukan macam penerjemahan Struktur Kalimat Perintah

(Amr) dalam Surah Yâsîn. Di antaranya:

1. Penerjemahan struktur kalimat perintah amr, dilihat dari bentuk amr yang

bermakna haqiqi, peneliti menemukan 7 ayat. Tersebar pada ayat ke 11,

26, 45, 61, 64,79, dan 82.

2. Sedangkan, Penerjemahan struktur kalimat perintah amr, dilihat dari

bentuk amr yang bermakna balaghi peneliti menemukan 5 ayat. Tersebar

pada ayat ke 13, 20, 21, 25, dan 47. Makna balaghi pada ayat ke 13, 20,

21, 25 dan 47 menunjukan amr maknanya lil-irsyâd (saran).

Dilihat dari segi terjemahan al-Qur’an Bacaan Mulia H.B. Jassin, berdasarkan

penelitian atau pengamatan yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

secara umum terjemahan Struktur kalimat perintah (Amr) pada terjemahan Bacaan

Mulia H.B. Jassin terhadap surah Yâsîn sudah akurat atau sesuai.

Page 85: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

69

B. SARAN

Setelah Peneliti meneliti objek data. Tentang Terjemahan Struktur Kalimat

Perintah (Amr) di Surah Yâsîn, dalam terjemahan Bacaan Mulia Oleh H.B. Jassin.

Penerjemahan al-Qur’an tersebut alangkah indahnya apabila mengunakan

penerjemahan, dilihat dari segi balaghahnya dan tafsir Al-Qur’an. Demi

mendapatkan makna yang sesuai.

Page 86: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

70

DAFTAR PUSTAKA

Al Farisi, M. Zaka Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia,(Bandung: PT Rosda

Karya 2011).

al-Hasyimi, Ahmad Jawahir al-Balagah Fi al-Ma’ani Wa al-Bayan Wa al-Badi’

( Kairo: Daru At-Taufiqiyyah li At-turas 2012).

Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghatul Waadhihah.

(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2015).

As, Mudzakir, Studi Ilmu-ilmu Qur’an.(Bogor: Litera Nusantara, 2011).

As-Suyuthi, Jalaluddin, Asbabu an-Nuzul Sebab Turunnya Al-Qur’an (Jakarta:

Gema Insani: 2008).

Burdah, Ibnu, Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004).

Chaer, Abdul. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2009).

Zadah, Syaikh Hamami, Tafsir Surat Yâsîn, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2014).

Hoed, Benny Hoedoro. Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya

2006).

Jassin, H.B Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta: Yayasan 23 Januari 1982).

_________, Kontroversi Al-Qur’anul Karim Bacaan Mulia (Jakarta : Dinas

Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta).

_________, Pusat Dokumentasi H.B Jassin Mengenang HB. Jassin Kritikus

Mahaputra Sastra Indonesia. (lingkar Budaya Indonsia).

Page 87: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus

71

_________, Sastra Indonesia Sebagai Warga Sastra Dunia (Jakarta: Yayasan

Idayu 1981).

Maragi, Ahmad Musthafa, Ulumul Balaghah Al Bayan wal Ma’ani al Badi’

(Baerut-Lebanon: Darul Kutub Ilmiyah 1993).

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi 2013).

Quraish Sihab, M, AL-LUBÂB Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah

al-Qur’an (Tanggerang: Lentera Hati 2012).

______________, Al-Qur’an dan Maknanya (Tanggerang: Lentera Hati 2013).

Suryawinata, Zuchridin dan Sugeng Haryanto Translatin Bahasan Teori dan

Penuntun Praktis Menerjemahkan ( Yogyakarta: Kanisius, 2003).

Syarif, Moch. Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia

Kontemporer, (Ciputat Tanggerang Selatan: UIN Press 2014).

Syatibi, Ahmad Balaghah I (Ilmu Bayan) pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an

(Jakarta: Tarjamah Center 2014).

_________, Balaghah II (Ilmu Ma’ani) Pengantar Memahami Makna Al-Qur’an

(Jakarta: Tarjamah Center 2013).

Syihabuddin, Penerejamahan ARAB-INDONESIA Teori dan Praktek (Bandung:

Humaniora 2005).

Wasito,Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia,

1993).

Page 88: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 89: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 90: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 91: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 92: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 93: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 94: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 95: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus
Page 96: Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus