Upload
others
View
12
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
STRESS DAN COPING PADA ISTRI TNI-AD
SAAT DITINGGAL SUAMI BERTUGAS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Yosefa Supiyati
NIM: 139114002
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Kegagalan terbesar kita adalah menyerah. Cara paling pasti untuk sukses adalah
mencoba sekali lagi” – Thomas A. Edison
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Untuk bapak, mamak, dan adik-adik yang selalu mendukung dan berbesar hati
untuk mempercayai saya bahwa saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
Untuk para sahabat dan teman-teman atas segala perjumpaan dan kebersamaan
serta terkhusus untuk para wanita hebat Ibu-ibu persit yang menginspirasi para
wanita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
STRESS DAN COPING PADA ISTRI TNI-AD SAAT DITINGGAL SUAMI
BERTUGAS
Yosefa Supiyati
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mengungkap pengalaman stress dan coping pada istri TNI-AD saat ditinggal
suami bertugas. Untuk mengungkap pengalaman stress peneliti menggunakan
tanda stress yang terdiri dari stress fisik dan psikologi. Sementara untuk
mengungkap coping yang digunakan peneliti menggunakan strategi coping
Lazarus (1986) yang terdiri dari problem focused coping dan emotional focused
coping. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode wawancara semi-
terstruktur. Analisis yang digunakan yaitu metode analisis isi (AIK) dengan
pendekatan deduktif terarah. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang.
Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa istri TNI-AD yang ditinggal
tugas mengalami perasaan sedih dan cenderung bermalas-malasan dari biasanya
dan juga kepikiran suami yang disebabkan oleh sumber stress life event yaitu
ditinggal suami bertugas. Selain itu, juga muncul tanda stress seperti perasaan
khawatir dan mudah marah yang bersumber dari chronic strain. Sementara
coping yang muncul secara umum pada problem focused coping berupa planful
coping dan seeking social support. Pada emotional focused, coping istri TNI-AD
yang ditinggal tugas menggunakan accepting responsibility yaitu menerima risiko
penugasan suami dan meyesuaikan diri. Sementara coping yang sengaja dibentuk
oleh lingkungan batalyon yaitu coping distancing dengan kegiatan rutin ibu-ibu
dan juga berdoa.
Kata Kunci: Perasaan sedih, khawatir, menerima risiko penugasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
STRESS AND COPING OF INDONESIAN ARMY WIVES WHOSE
HUSBANDS LEFT ON DUTY
Yosefa Supiyati
ABSTRACT
This research is a qualitative research aiming to reveal stresses and coping
experiences of Indonesian Army wives whose husbands left on duty. In order to
reveal stress experiences, the researcher utilized stress signs which consisted of
physical and psychological stresses. Whereas, in order to investigate coping, the
researcher utilized coping strategy by Lazarus (1986) which consisted of problem
focused coping and emotional focused coping. The data collection was done by
conducting a semi-structured interview. The analysis was done by employing
content analysis which utilizedthe directional deductive approach. There were
three participants in this study. In general, the results showed that Indonesian
Army wives whose husbands left on duty experienced sad feeling, tended to laze
around than usual and kept thinking of their husbands caused by stress life event
sources which was left by their husbands to go on duty. Moreover, there also
occurred stress signs such as feeling anxious and bad-tempered which were
sourced from chronic strain. Meanwhile, coping which generally occurred in
problem focused coping were planful coping and seeking social support. In
emotional focused coping, Indonesian Army wives whose husbands left on duty
used accepting responsibility which was accepting their husbands’ assignment
risks and adapting. Meanwhile, coping which was deliberately formed by the
battalion environment was coping distancing by conducting routine activities of
Indonesian Army wives and also praying.
Keywords: sad feeling, anxiety, accepting assignment risks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Terima kasih dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena saya
masih bisa berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. Selama proses pengerjaan
skripsi, tentu banyak hambatan yang saya lalui, satu satunya cara untuk keluar
dari hambatan tersebut adalah terus mencoba dan menyelesaikannya. Meskipun
saya terlambat dalam mengerjakan skripsi, tetapi saya memperoleh pelajaran
untuk saya kedepan terutama dalam penelitian ini, saya juga belajar bagaimaa
mengamati tanda stress yang muncul pada diri saya saat mengerjakan skripsi serta
yang terpenting adalah penggunaan problem focused coping untuk mengubah
situasi yang sulit dan jangan pernah malu untuk mencari social support dalam
keadaan sulit.
Oleh karena itu dengan setulus hati saya mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Semesta, terima kasih
atas segala proses yang telah dan akan terus berjalan dalam hidup saya,
hingga proses ini begitu bermakna dan berharga
2. Terima kasih kepada Bapak Prof. Augustinus Supratiknya, Ph.D. selaku
dosen pembimbing yang selalu mendidik, memberikan dukungan, arahan,
semangat kepada saya untuk terus mengerjakan. Terima kasih sudah
mengingatkan saya untuk terus berproses dan tetap maju
3. Ibu dr. Titik Kristiyani, M.Psi selaku Dekan fakultas Psikologi universitas
Sanata Dharma dan jajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Terima kasih kepada Ibu Monica E. Madyaningrum, M.Psych., Ph.D.
selaku dosen pembimbing Akademik yang menyemangati saya untuk terus
maju menyelesaikan tugas akhir saya
5. Terima kasih kepada Komandan dan jajarannya, di Batalyon tempat saya
mengambil data penelitian dan juga ibu persit senior yang
mempertemukan saya dengan responden penelitian.
6. Terima kasih kepada seluruh responden yang sudah bersedia
berpartisipasi, baik dari awal hingga akhir penelitian.
7. Terima kasih kepada kedua orangtua saya, Bapak Marianus Acit dan Ibu
saya Onu yang memberikan banyak dukungan dan kepercayaan kepada
saya
8. Terima kasih kepada Adik-adik saya lidia wenny dan Libertus Wendy, and
yang terus menyemangati agar segera menyelesaikan skripsi
9. Terima kasih kepada sepupu saya Serena Ella Sumiati yang menginspirasi
saya dalam pemilihan topik penelitian
10. Terima kasih kepada teman seperjuangan dibawah bimbingan Prof. A.
Supratiknya: Anti, vian, citra, indah, vian, zerlinda, ko rikjan, kak reka dan
erik wang yang banyak membantu saya dalam berproses mengerjakan
skripsi
11. Terima kasih kepada sahabat saya Totok Victor, D.S Patricia laras, RR.
Gora Vatsu I, liyana Safitri, yang senantiasa memberi semangat dan
menemani saya dalam menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
12. Terima kasih kepada sonya wisung, teman baik sekaligus teman yang
menamani saya dalam perijinan pengambilan data, terima kasih juga untuk
KI yang membantu saya dalam berdiskusi untuk menentukan latar
belakang penelitian.
Terlepas dari ucapan terima kasih yang telah saya berikan kepada berbagai pihak,
sayalah yang bertanggungjawab penuh atas semua kesalahan yang mungkin
terjadi dalam skrispi ini. Peneliti menyadari skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan sehingga peneliti terbuka akan setiap kritik dan saran yang
disampaikan untuk perkembangan yang lebih baik.
Yogyakarta, 19 Oktober 2020
Peneliti,
Yosefa Supiyati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………......iii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….......iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….....v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….......vi
ABSTRAK……………………………………………………………….……vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS…………………………………….ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………….…...x
DAFTAR ISI………….……………………………………………................xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………...…….........xvi
DAFTAR TABEL……………………………………………………...….…xvii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….1
Latar Belakang …………………………………..................................1
Pertanyaan Penelitian …………………………………….....13
Tujuan Penelitian………………………………...................................13
Manfaat Penelitian…………………………………………………....13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….…........15
Istri Tentara Nasional Angkatan Darat (TNI-AD) ……………….…15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Stress………………………………………………………..………..17
Pengertian…………………………………………………….17
Tanda-Tanda Stress………………………………..………....18
Sumber Stress……………… …………….……... ………….19
Coping Stress………………………………………………………..21
Pengertian…………………………………………………….21
Bentuk Coping ……………………….……………...............22
Kerangka konseptual………………………………………..............26
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….......30
Jenis dan Desain Penelitian…………………………...……...............30
Fokus Penelitian…………………………………………...................31
Partisipan……………………………………………………….…....32
Peran Peneliti……………………………………………………........33
Metode Pengambilan Data………………………. ……......................34
Analisis dan Interpretasi Data………………………………..............38
Kredibilitas Data ……………………………………….... ..….……..43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………...……………….44
Pelaksanaan Penelitian………………………………………….........44
Latar belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara..............46
Hasil Penelitian……………………………………………………....52
Stress…………………………………………………..................53
Coping stress………………………………………………….….63
Pembahasan……………………………………………………..…....85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….……………………...........96
Kesimpulan………………………………………………….............96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Keterbatasan Penelitian……………………………………………...98
Saran………………………………………………………...............99
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..101
LAMPIRAN……………………………………………………………….105
Lampiran A. Informed Consent …………………………………....106
Lampiran B. Form Debriefing …………………………………....108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan kerangka konseptual penelitian……………………………….29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pedoman Wawancara……………………………………………….39
Tabel 2 Aspek dan indikator seseorang yang mengalami stress……………...43
Tabel 3 Jenis coping dan indikator yang digunakan………………………..44
Tabel 4 Waktu dan Tempat wawancara…………………………………....48
Tabel 5 Demografi Partisipan………………………………………............49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan berita harian CNN Indonesia jumat 19 Mei 2017 dilaporkan
empat orang Prajurit TNI tewas dan 8 luka-luka saat melakukan gladiresik latihan
tempur pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) dan pertempuran darat 2017 di
Natuna, Kepulauan Riau. Selain itu, berita harian Kompas Selasa, 4 Desember
2018, Pos TNI di Distrik Mbua Hancur diserang oleh kelompok bersenjata
(KKB), satu orang TNI Yonif 755 Kostrad. Pada dasarnya, dinas militer
membawa risiko cedera dan kematian. Risiko ini paling jelas selama masa perang,
tetapi juga ada selama misi kemanusiaan dan penjaga perdamaian, serta selama
pelatihan lapangan (Burrell et al, 2006).
Pada umumnya pasangan yang sudah menikah tentu menginginkan tinggal
serumah dengan pasangan. Akan tetapi, mengingat adanya berbagai alasan,
pasangan suami istri tidak dapat memenuhi keinginan untuk tinggal bersama pada
pada waktu tertentu. Seorang istri TN-AD harus bersedia menghadapi
konsekuensi dari penugasan suami, yaitu ditinggalkan dalam waktu yang cukup
lama yang akan berdampak pada kehidupan perkawinan dan seluruh anggota
keluarga (Prakash et al, 2011). Selama suami sedang ditugaskan, beberapa istri
cenderung untuk menghindari berita tentang perang yang terjadi pada militer
karena istri menyadari bahwa pekerjaan suami sangat rentan dan menyadari
bahwa mati ataupun cidera mungkin saja terjadi pada suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Selama suami bertugas, terdapat dua beban tambahan yang harus
ditanggung oleh istri prajurit. Pertama beban psikis yaitu istri harus menyesuaikan
diri dengan ketidakhadiran suami yang menyebabkan perasaan kesepian,
perpisahan, kecemasan serta risiko yang mungkin dialami suami seperti
kecelakaan maupun kematian pasangan saat dalam satuan tugas. Kedua adalah
peran ganda yaitu istri mengambil alih peran suami serta ayah dalam keluarga,
termasuk peran-peran mengatur urusan rumah dan mengasuh anak. Selain itu,
peran lain yang harus dijalani istri prajurit TNI Angkatan Darat adalah turut
menjalankan organisasi Persatuan Istri Prajurit (Persit).
Dalam proses menyesuaikan diri dengan ketidakhadiran suami, istri harus
mengelola rumah tangga akibat penugasan suami. Tampaknya hal ini sangat
menantang bagi wanita yang sedang hamil atau yang memiliki anak kecil, karena
banyak ibu muda mengalami kesulitan untuk mempertahankan rutinitas sementara
suami mereka ditugaskan (Kelly, et al., 1994). Penelitian lain yang dilakukan
oleh (Marnocha, 2012) menemukan bahwa kekacauan emosi merupakan salah
satu fase yang muncul pada istri tentara yang sedang ditinggalkan saat penugasan
suami. Sebagian besar peserta merasakan adanya peningkatan stress kehidupan
sehari-hari, dengan tanggung jawab tambahan dan hilangnya bantuan pasangan.
Misalnya saat istri baru melahirkan, mereka harus siap ditinggalkan suami untuk
penugasan sehingga harus merawat bayinya tanpa kehadiran suami.
Menurut Lazarus (1997) Stress diartikan ketika seseorang mengalami
tuntutan yang melampaui sumberdaya yang dimilikinya untuk melakukan
penyesuaian diri. Dalam keadaan stress, terdapat kesenjangan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
ketidakseimbangan antara tuntunan dan kemampuan individu baik tuntutan
internal maupun eksternal. Sementara Slamet dan Markam (2003) mengartikan
stress sebagai keadaan dimana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan
dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu.
Pada saat seseorang mengalami stress, gejala fisik yang paling sering
ditemukan selama penugasan prajurit pada istri yaitu detak jantung akan
meningkat, tekanan darah pada tubuh akan meningkat, meningkatkan intensitas
pernafasan, akan terjadi tegang pada otot perut, sakit kepala dan kelelahan.
Sementara gejala psikologis yang muncul seperti insomnia, gangguan makan,
perubahan menstruasi, masalah perilaku, kesepian, kesedihan, munculnya rasa
khawatir atau cemas (Blount, et al., 1992). Litiloly dan Swastiningsih (2014) juga
menemukan gejala stress yang dialami istri yang menjalani long distance
marriage yaitu adanya perasaan cemas, penurunan nafsu makan, penurunan berat
badan secara drastis, gangguan tidur serta meningkatnya rasa malas selama
ditinggal suami bekerja keluar daerah.
Dalam menangani stress yang dialami istri tentara akibat penugasan suami,
maka diperlukan strategi coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1998) coping
adalah usaha-usaha individu baik secara kognitif maupun perilaku untuk
mengatasi, mengurangi atau mentolelir tuntutan-tuntutan internal maupun
eksternal yang disebabkan oleh hubungan antara individu dengan peristiwa-
peristiwa yang dinilai menimbulkan stress. Pada saat suami bertugas, istri TNI-
AD harus menjalani kehidupan tanpa kehadiran suami dan tidak bisa
berkomunikasi setiap saat dengan suami. Hal ini mengakibatkan sulitnya bagi istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
untuk mendapatkan dukungan, terutama secara emosional dari suami sebagai
salah satu bentuk coping. Selain itu, permasalah coping lainnya yaitu, ketika
tinggal di batalyon, istri memiliki keterbatasan waktu untuk ke luar rumah,
sehingga tidak memiliki waktu yang leluasa untuk bisa bertemu teman dan
keluarga. Shin (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial dari keluarga, teman
dan pasangan secara signifikan menunjukkan kesejahteraan psikologis yang lebih
baik. Selain itu, permasalahan coping lainnya yang dialami istri TNI-AD yaitu
adanya keterbatasan dalam penggunaan emotional focused coping terutama dalam
mengekpresikan emosi-emosi negatif yang dirasakan, karena istri perlu menjaga
sikap dan tutur kata, baik lisan maupun dalam media sosial.
Lazarus dan Folkman (1986) membagikan dua cara coping yaitu coping
yang berfokus pada masalah (problem focused coping) dan coping yang berfokus
pada emosi (emotion focused coping). Problem-focused coping pertama, terdiri
dari planful problem solving, dimana seseorang berusaha mengubah situasi,
mengacu pada perencanaan atau tentang cara menyelesaikan masalah termasuk
berpikir tentang pilihan dan memikirkan konsekuensi masa depan. Kedua, seeking
social support, strategi ini melibatkan orang lain sebagai sumber daya untuk
membantu mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Ketiga, confrontative
coping, merupakan upaya agresif yang dilakukan seseorang untuk mengubah
situasi seperti menunjukkan kemarahan, membuat orang bertanggungjawab untuk
mengubah pikirannya serta berjuang untuk hal yang diinginkan, termasuk
melakukan hal yang bertentangan dengan aturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Sementara coping yang berfokus pada emosi (emotional focused coping)
terdiri dari lima kategori. Pertama, yaitu self controlling (pengendalian diri)
merupakan upaya seseorang untuk mengatur perasaan dan tindakannya sebelum
melakukan sesuatu. Kedua, accepting responsibility (menerima tanggungjawab)
yaitu mengakui perannya sendiri dalam masalah yang dihadapi, menerima segala
sesuatu yang terjadi saat ini dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang dialami.
Ketiga, distancing (menjaga jarak), pada coping ini, seseorang berupaya
mengelola emosi dengan berusaha menghindar atau berhenti memikirkan masalah.
Keempat, escape avoidance (penghindaran masalah) yaitu upaya seseorang untuk
melarikan diri atau menghindari situasi yang menyebabkan stress. Kelima, positif
reappraisal (penilaian positif) yang berfokus pada pertumbuhan pribadi, misalnya
berdoa dan bersyukur.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan. Saat istri
Prajurit TNI-AD ditingal tugas oleh suami yang bertugas di luar daerah pada
waktu lebih dari 3 bulan. Maka istri akan mengalami stress karena ketidakhadiran
suami yang menyebabkan perasaan kesepian, kurangnya pengungkapan kasih
sayang, hilangnya bantuan pasangan dalam mengurus rumah tangga seperti
mengurus anak dan mengurus rumah. Selain itu, Risiko cidera dan kematian pada
saat suami bertugas di daerah rawan konflik menjadi salah satu beban psikis bagi
istri. Ketika istri dapat mengelola stress dan menemukan coping yang tepat, maka
diharapkan istri dapat lebih memahami dan menerima akan tanggung jawab
penugasan suami agar terhindar dari konflik. Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti ingin mengungkap pengalaman stress yang dialami istri TNI-AD serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
coping yang digunakan dalam menangani stress. Jika istri dapat mengelola stress
dengan baik dan menemukan coping yang tepat maka hal ini dapat mempengaruhi
kehidupan perkawinan suami istri dan berdampak pada kesejahteraan pasangan
karena dapat mengelola respon stress dengan baik.
Penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai istri anggota TNI-AD yang
tinggal di Batalyon diantaranya, Damayanti, dkk ( 2016) pada istri tentara yang
tinggal di batalyon Kaveleri 3/tank Singosari, Malang. Dalam penelitian pada 6
subjek ditemukan bahwa selama penugasan suami, istri merasa gelisah mendengar
suami akan ditugaskan meskipun istri memahami penugasan suami. Disisi lain,
istri merasa bangga namun khawatir saat suami bertugas karena kesulitan
menggantikan peran ayah dan merawat anak. Seorang istri yang suaminya
mendapatkan penugasan diwajibkan untuk menetap di batalyon dengan tujuan
untuk keamanan serta memudahkan pengawasan. Pada penelitian tersebut, peneliti
menyarankan agar penelitian selanjutnya menindaklanjuti stress yang dialami
istri tentara dan mekanisme coping yang digunakan serta melengkapi credibility
dengan melakukan triangulasi data pada pejabat setempat.
Penelitian mengenai istri anggota prajurit TNI juga dilakukan oleh Amelia,
dkk (2018) mengenai hubungan antara self disclosure dan religius dengan
komitmen pernikahan pada istri TNI-AL. Sebagai seorang istri prajurit TNI-AL
harus siap menerima konsekuensi ditinggal berlayar sewaktu-waktu dalam waktu
tertentu. Penugasan suami menimbulkan rasa khawatir dan cemas pada istri. Oleh
sebab itu, perlunya religiusitas pada istri TNI-AL. Selain itu, istri diharapkan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
terbuka dengan menceritakan segala sesuatu kepada suami serta melakukan
kegiatan positif saat penugasan suami.
Rachmawati dan Mastuti (2013) yang meneliti mengenai perbedaan tingkat
kepuasan perkawinan pada istri Brigif 1 Marinir TNI-AL yang mengalami long
distance marriage. Pada penelitian ini ditemukan adanya perbedaan tingkat
kepuasan perkawinan ditinjau dari tingkat penyesuaian perkawinan pada istri
anggota BRIGIF MARINIR TNI-AL yang mengalami long distance marriage.
Penelitian lain yang meneliti pernikahan jarak jauh pada istri pelaut TN-AL
ditemukan bahwa awal menjalani pernikahan jarak jauh, ke empat subjek
merasakan kesedihan dan seiring berjalannya waktu, istri dapat memahami situasi
dan kondisi saat menjalani pernikahan jarak jauh. Problematika yang dialami istri
TNI-AL yaitu permasalahan pengasuhan, komunikasi dan pembagian peran.
Kendala utama yang dirasakan terkait komunikasi adalah terkait sinyal, karena
suami bekerja di laut. (Supatmi & Masykur, 2018).
Penelitian mengenai stress dan coping yang dilakukan diluar negeri seperti
yang dilakukan Wheeler dan Stone (2010) ditemukan bahwa beberapa responden
mengandalkan saran dari keluarga dan teman-teman yang mengalami situasi yang
sama. Hubungan dengan teman menjadi lebih kuat karena menghadapi
pengalaman yang sama. Tanda stressor yang ditemukan terkait penugasan suami
yaitu masalah yang mempengaruhi kondisi emosi dan fisik istri, kesulitan dengan
tangnggungjawab membesarkan anak serta ketidakpastian masa depan. Meskipun
istri mengalami kesulitan akibat penugasan suami, sebagian besar subjek
membahas mengenai kekuatan yang mereka kembangkan akibat pemisahan, istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
mengalami kesadaran baru tentang masalah sosial serta kesadaran akan prioritas
dan hubungan dalam kehidupan mereka sendiri. Sehingga peneliti juga
menyarankan agar penelitian masa depan meneliti mengenai wawasan dalam
pertumbuhan pribadi yang terjadi pada individu atau kekuatan positif yang
dikembangkan oleh istri akibat penugasan suami.
Penelitian lainnya yang juga dilakukan diluar Negeri (Cafferky & Shi,
2015) memaparkan strategi coping yang dilakukan oleh istri militer saat suami
ditugaskan yaitu adanya kedekatan tidak realistis selama suami ditugaskan seperti
menghabiskan waktu dengan menangis dikamar serta menunggu dering telepon
dari suami dan hampir tidak bisa meninggalkan telepon selulernya. Beberapa istri
memanfaatkan kekuatan emosional mereka dengan membawa kemeja suami
untuk tidur agar terasa dekat dengan suaminya. Selain itu, beberapa istri
menggunakan jurnal harian untuk mengekspresikan perasaannya dan
menceritakan kegiatan sehari hari untuk suami.
Penelitian lain mengenai stress dan coping pada suami istri yang dilakukan
oleh Litiiloly dan Swastiningsih (2014) menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomelogis mengenai dampak psikologis yang dialami
subjek penelitain saat ditinggal suami bekerja diluar daerah yaitu adanya perasaan
cemas dan khawatir, penurunan nafsu makan, gangguan tidur, serta meningkatnya
rasa malas. Selain itu, istri merasa terbebani dalam mengurus anak serta muncul
perasaan bersalah karena tidak menjalankan kewajibaan sebagai seorang istri
untuk melayani suami. Penelitian yang meneliti mengenai coping stress yaitu
mengenai Strategi Penanggulangan Stress pada Istri Prajurit Batalypn X yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
sedang ditinggal tugas suami pertama kali” menggunakan metode purposive
sampling dan sampel dalam penelitian tersebut berjumlah 84 istri prajurit dengan
menggunakan alat ukur kuisioner Ways of coping dari Lazarus dan Folkman
(1986) oleh Barlyra (2014).
Berdasarkan beberapa penelitan diatas, beberapa penelitian mengenai stress
di kehidupan istri tentara memang sudah pernah dilakukan. Berdasarkan tinjauan
pustaka, peneliti menemukan beberapa defisiensi. Dari segi konsep, peneliti
menggunakan konsep stress Safarino (1998) yang terdiri aspek fisik dan aspek
psikologis pada konteks istri TNI-AD masih sedikit ditemukan. Selain itu, belum
ditemukan penelitian yang membahas mengenai sumber stress oleh Thoits (1995)
pada konteks istri TNI-AD saat ditinggal suami bertugas.
Penelitian lainnya pada istri TNI-AD mengenai resiliensi diri ditemukan
bahwa informan secara tidak langsung mengasah kemampuan mereka untuk
belajar mengontrol emosi, mengendalikan kesulitan dengan menghadapi kesulitan
dengan tenang, memiliki sikap optimisme, menerima berbagai risiko serta
tantangan di masa depan (Armanda sari & Wulandari, 2015)
Pada konsep coping, memang sudah banyak yang menggunakan coping
stress menurut Lazarus & Folkman (1986). Akan tetapi, pada konteks responden
istri TNI-AD masih sedikit diteliti.
Ditinjau dari metode yang digunakan, peneliti terdahulu menggunakan
metode kuantitatif untuk mengukur stress dan melihat coping yang digunakan
pada istri tentara. Metode penelitian tersebut, kurang dapat mengungkapkan
kondisi stress yang sebenarnya dialami istri TNI-AD yang tinggal di Batalyon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
saat suami bertugas didaerah yang berbeda. Selain itu, juga dirasa kurang bisa
mengungkapkan strategi coping yang digunakan dalam menangani stress. Adapun
penelitian yang menggunakan metode kualitatif pada istri TNI-AD yang tinggal di
Batalyon oleh Litiloly dan Swastiningsih (2014) sebatas menggali mengenai
stress yang dialami namun belum menggali mengenai coping yang digunakan
serta faktor-faktor yamg mempengaruhi stress maupun coping.
Berdasarkan defisiensi diatas, maka penelitian ini secara khusus akan
mengeksplorasi pengalaman stress istri TNI-AD yang ditinggal suami bertugas
berdasarkan pendekatan stress menurut Safarino dan Smith (1998). Penelitian ini
juga akan mengeksplorasi strategi coping dalam menangani stress pada istri TNI-
AD saat suami bertugas dengan menggunakan konsep coping Lazarus & Folkman
(1986)
Penelitian ini memberikan kebaruan dari konsep, peneliti menggunakan
tanda stress oleh Safarino dan Smith (1998) yang terdiri aspek fisik dan aspek
psikologis. Pada penelitian sebelumnya pada konteks istri TNI-AD belum
ditemukan penelitian yang menggunakan konsep stress Safarino dan Smith
(1998).
Pada penelitian sebelumnya, tidak pernah memakai frame tertentu, terutama
mengenai sumber stress pada konteks istri TNI-AD. Kebaharuan penelitian ini
adalah penggunaan satu teori yaitu teori Thoits (1995) yang terdiri dari life event,
chronic event dan daily hassles dalam mengidentiffikasi sumber stress.
Pada konsep coping, memang sudah banyak yang menggunakan coping
stress menurut Lazarus & Folkman (1986). Akan tetapi, pada konteks responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
istri TNI-AD masih sedikit diteliti. Konsep coping menurut Lazarus (1986)
terdiri dari 2 tipe coping utama yaitu problem focused coping dan emotional
focused coping.
Adapun konsep coping lainnya yang juga menggunakan 2 tipe coping
utama, problem focused coping dan emotional problem coping yaitu Stuart dan
Sundeen (1991). Meskipun keduanya sama menggunakan coping yang berfokus
pada masalah dan coping yang berfokus pada emosi, akan tetapi peneliti lebih
memilih menggunakan konsep coping menurut Lazarus. Adapun kelemahan
coping yang dimiliki Stuart dan Sundeen (seperti dikutip dalam Maryam, 2017)
yakni, pada problem coping Stuart dan Sundeen tidak terdapat planful problem
coping yaitu bentuk coping yang diperlukan untuk mengubah keadaan dalam
memecahkan masalah. Selain itu, pada emotional focused coping, konsep coping
oleh Lazarus seperti self control, accepting responsibility dan positif reappraisal
lebih memiliki perseptif yang lebih positif pada copingnya. Sebaliknya, pada
konsep emotional coping Stuart dan Sundeen cenderung mengarah pada coping
yang negatif seperti penggunaan deniel, rasionalisasi, kompensasi, represi,
regresi, proyeksi dan displacement, yang dirasa kurang sesuai pada konteks
partisipan.
Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini adalah Istri Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) yang ditinggal suami bertugas. kriteria
inklusif partisipan adalah pernah atau sedang ditinggal suami bertugas pada
daerah yang berbeda lebih dari 3 bulan serta memiliki anak. Hurlock dan
Elisabeth (1997) mengatakan bahwa salah satu penunjang dalam penyesuaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
perkawinan adalah masa menjadi orangtua dan jika anak pertama lahir pada tahun
pertama perkawinan. Apabila pasangan belum bisa menyesuaikan diri maka akan
mengalami stress.
Peneitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain analisis isi
kualitatif (AIK) dengan menggunakan pendekatan deduktif-terarah. Peneliti akan
melakukan proses klasifikasi sistematis berupa coding pada teks untuk
mengidentifikasikan suatu tema atau pola (Hsieh & Shannon, 2015, seperti
dikutip dalam Supratiknya, 2015). Metode analisis data yang akan digunakan
yaitu analasis isi terarah. Sedangkan prosedur pengambilan data yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara semi
terstruktur.
Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah gambaran stress dan coping pada istri TNI-AD dalam menangani
stress saat suami bertugas?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali pengalaman stress istri TNI-
AD selama ditinggal suami bertugas serta ingin mengetahui coping yang
digunakan dalam menangani stress berdasarkan pendekatan Lazarus dan Folkman
(1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan baru di
bidang psikologi sosial dan klinis, khususnya yang berkaitan dengan stress dan
coping bagi istri tentara yang suaminya sedang dalam tugas militer.
Manfaat Praktis
Manfaat penelitian ini yaitu dapat digunakan sebagai acuan bagi para
psikolog TNI-AD dalam memberikan treatment yang tepat bagi para istri TNI-AD
yang ditinggal bertugas. Selain itu, dapat menjadi acuan para calon istri tentara
agar dapat memiliki gambaran mengenai stress dan coping yang dialami istri
prajurit TNI-AD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istri Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD
Berdasarkan UU no 34 tahun 2004 tentang tugas TNI Angkatan Darat yaitu
melaksanakan tugas TNI mantra darat di bidang pertahanan, melaksanakan tugas
TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain.
Melaksanakan tugas TNI dalam pengembangan kekuatan mantra darat dan
melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. Sebagai istri prajurit
TNI Angkatan Darat tidak dapat dipisahkan dari anggota TNI-AD, baik dalam
melaksanakan tugas organisasi maupun dalam kehidupan pribadi. Oleh karena itu,
istri prajurit TNI-AD harus mensukseskan tugasnya baik sebagai kekuatan
pertahanan keamanan maupun sebagai komponen pembangunan bangsa. Selain
mendampingi suami dalam menunaikan tugas negara, istri TNI-AD juga
tergabung dalam organisasi istri prajurit TNI-AD yang bernama persit kartika
Chandra kirana atau biasa disebut persit.
Istri yang memiliki suami seorang TNI harus bersedia menghadapi
konsekuensi dari penugasan suami, yaitu ditinggalkan dalam waktu yang cukup
lama yang akan berdampak pada kehidupan perkawinan dan seluruh anggota
keluarga (Praskah et al 2011). Selama suami bertugas, istri harus mengurus rumah
tangga sendiri seperti memperbaiki genteng yang bocor, mengelola keuangan
sendiri dalam rumah tangga serta mengurus anak.
Pasangan suami istri idealnya tinggal serumah, namun karena tuntutan
pekerjaan yang mengharuskan salah satu pasangan bekerja di luar daerah, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
waktu yang cukup lama, maka pasangan suami istri harus menjalani long distance
marriage. Istri yang memiliki suami seorang TNI harus bersedia menghadapi
konsekuensi dari penugasan suami, yaitu ditinggalkan dalam waktu yang cukup
lama yang akan berdampak pada kehidupan perkawinan dan seluruh anggota
keluarga (Praskah et al 2011).
Selama suami bertugas, istri harus mengurus rumah tangga sendiri seperti
memperbaiki genteng yang bocor, mengelola keuangan sendiri dalam rumah
tangga serta mengurus anak. Hal ini juga dialami oleh istri pelaut yang mengalami
long distance marriage, yaitu adanya perasaan cemas, khawatir, serta merasa
terbebani mengurus anak sendiri (Litiloly & Swastiningsih, 2014). Hal ini juga
didukung oleh Supatmi dan Masykur (2018) yang meneliti mengenai hubungan
pernikahan jarak jauh pada istri pelaut, yaitu adanya permasalahan dalam
pengasuhan anak dan komunikasi tidak lancar.
Adapun hal yang membedakan antara istri TNI-AD dengan istri yang
mengalami long distance marriage lainnya, selain harus mengurus rumah tangga
sediri tanpa bantuan suami serta mengantikan peran suami, istri TNI-AD juga
berperan sebagai anggota organisasi persatuan istri prajurit (persit). Selain
mendukung tugas suami, seorang istri TNI-AD dalam keanggotaannya sebagai
persit juga turut mendukung kebijakan pimpinan TNI-AD dengan membina dan
mengarahkan perjuangan istri anggota TNI-AD, menciptakan rasa persaudaraan
dan kekeluargaan, rasa persatuan dan kesatuan, serta senasib sepenanggungan
sebagai istri prajurit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan website resmi Komandan Cadangan Strategi Angkatan Darat
(KOSTRAD, diunduh tanggal 26 September 2017) Persit Chandra kirana
melaksanakan senam dan olahraga bersama. Kegiatan rutin ini dilaksanakan dua
kali seminggu tepatnya pada hari selasa dan dan jumat yang diikuti oleh seluruh
anggota persit yang dipimpin langsung oleh ketua persit. Kegiatan olahraga
bersama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara
kebugaran dan kesehatan. Selain itu, kegiatan tersebut juga sebagai kesempatan
untuk saling bersilaturahmi, sehingga anggota persit semakin akrab, kompak, bisa
bersenang-senang, bercanda ria dan melepaskan penat dibalik kesibukkan
mengurus keluarga. Selain kegiatan olahraga, kegiatan rutin lainnya yaitu
pertemuan rutin arisan bulanan, dengan tujuan untuk meningkatkan kebersamaan
dan menjalin silaturahmi, serta memberikan pengarahan sekaligus informasi yang
berkembang (tni.ad.mil)
Selain itu, pangkat suami dalam TNI-AD menentukan jabatan istri dalam
keanggotaan persit. Hal ini berarti bahwa, semakin tinggi pangkat suami, maka
istri juga memiliki pangkat yang tinggi dan lebih berpengaruh dalam organisasi
(Chotimah & Hadi, 2014). Selain itu, saat suami ditugaskan, istri harus tinggal di
batalyon. Istri yang tinggal di batalyon harus mengikuti peraturan yang ada di
batalyon, misalnya apabila ada keperluan di luar batalyon, istri harus membuat
laporan kepada penjaga yang bertugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Stress
Pengertian stress
Lazarus (1998) menyebutkan stress terjadi ketika seseorang mengalami
tuntutan yang melampaui sumberdaya yang dimilikinya untuk melakukan
penyesuaian diri. Dalam keadaan stress, terdapat kesenjangan atau
ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan individu baik internal
maupun eksternal. Individu yang mengalami stress merasa tidak berdaya terhadap
peristiwa-peristiwa yang ada disekitarnya. Slamet dan Markam (2003) juga
mengartikan stress adalah suatu keadaan dimana beban yang dirasakan seseorang
tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasinya. Sedangkan stress menurut
Robert S. Feldman, 1989 (seperti dikutip dalam Fausiah & Widury, 2008)
mengartikan stress sebagai proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu
yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon
peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku.
Dalam menghadapi stress, setiap individu memiliki cara penyesuaian diri
yang khusus. Hal tersebut tergantung bagaimana individu tersebut berusaha
menghadapi (coping) situasi yang menekan yang tergantung dari kemampuan
yang dimiliki, pengaruh lingkungan, pendidikan dan bagaimana ia
mengembangkan dirinya (Slamet & Markam, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tanda-Tanda Stress
Aspek Fisik
Beberapa gejala fisik yang dirasakan seseorang ketika sedang mengalami stress
yaitu, sakit kepala, tidur tidak nyenyak, hilangnya nafsu makan serta produksi
keringat berlebih (Safarino, 1998). Beberapa penelitian menemukan bahwa stress
memberikan pengaruh yang buruk pada fungsi kekebalan tubuh dan hal ini berarti
dapat berhubungan dengan munculnya berbagai penyakit fisik. Selain itu,
perasaan kehilangan ternyata dapat menyebabkan perubahan pada sistem
kekebalan tubuh. Penelitian lain yang dilakukan oleh Stone dan Neale (seperti
dikutip dalam Fausiah & Widury, 2008) menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan
sehari-hari dapat mempengaruhi fluktuasi mood atau perasan seseorang.
Peningkatan peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan disertai dengan
menurunnya peristiwa yang menyenangkan dapat menurunkan mood pada
seseorang. Keluhan somatisasi yang paling umum terjadi yaitu merasa lelah atau
memliki sedikit energi, kram menstruasi atau masalah lain saat periode, masalah
sakit punggung,kesulitan tidur, dan sakit kepala (Burton, 2009).
Aspek Psikologis
Pada tanda-tanda psikologis dapat dibedakan menjadi aspek kognisi,
emosi dan tingkahlaku.
Kognisi. Tanda tanda stress dari aspek kognisi seperti daya ingat menurun,
mudah lupa, konsentrasi berkurang sehingga kurang fokus. Keluhan orang
yang mengalami stress termasuk mimpi buruk, konsentrasi dan daya ingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berkurang. Wheeler (2005) mengatakan bahwa rasa takut akan keselamatan
menyebabkan kurangnya konsentrasi pada tugas sehari-hari.
Emosi. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pasangan suami-istri yang
suaminya sedang mendapat penugasan, menunjukkan berbagai tahap kesedihan
dan kehilangan, termasuk kemarahan, depresi, dan penerimaan. Tanda-tanda
stress lainnya dari segi emosi yaitu mudah marah, kecemasan berlebih, merasa
sedih atau depresi.
Tingkah Laku. Pada aspek tingkah laku gejala stress seperti mudah
menyalahkan orang lain, mencari kesalahan orang lain, melanggar norma serta
menunda pekerjaan.
Sumber Stress
Sumber stress diartikan sebagai segala sesuatu atau pemicu yang
menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Sumber stress terdiri dari
life event (peristiwa kehidupan), chronic strain (ketegangan kronis) dan daily
hasless (permasalahan kehidupan sehari-hari).
Life Event (Peristiwa Kehidupan)
Life event merupakan suatu peristiwa bermakna yang berpotensi dapat
membuat individu mengalami stress, sehingga membuat individu mengalami
perubahan aktivitas yang pernah dilakukannya sehari-hari (Dohrenwend, 2006).
Life event berfokus pada perubahan-perubahan dalam kehidupan yang
membutuhkan penyesuaian. Faktor ini disebabkan oleh interaksi individu dengan
lingkungan seperti pindah rumah, hilang pekerjaan dan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Chronic Strain (Ketegangan Kronis)
Sumber stress kronis terkait dengan interaksi individu dan kondisi yang
dihadapi dalam melaksanakan tanggungjawab peran sosial utama (Pearlin 1982,
1999a, Pearlin et al 1981; Wheaton 1986 ) Pada ibu yang memiliki anak, stress
pengasuhan timbul akibat ketidaksesuaian antara tuntutan yang dirasakan
orangtua dan kemampuan orangtua dalam memenuhi tuntutan tersebut.
Sumber stress ini berasal dari dalam individu seperti stressor psikologis
tekanan dari dalam diri individu yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan,
rasa bersalah, takut maupun cemburu. Stress kronis juga disebutkan sebagai
kesulitan hidup yang berulang.
Konflik peran sosial seperti tuntutan untuk menjadi orangtua tunggal dan
kekhawatiran bahwa suami akan terluka termasuk dalam chronic strain yang
menimbulkan stress psikologis dari aspek emosional pada istri TNI-AD yang
ditinggalkan. Marnocha (2012) mengatakan bahwa adanya peningkatan stress
pada istri tentara dengan tanggung jawab tambahan dan hilangnya bantuan
pasangan, terutama saat istri baru melahirkan dan harus merawat bayi tanpa
kehadiran suami. Kekhawatiran bahwa suami akan terluka atau tidak dapat
kembali ke rumah meningkatkan tingkat kecemasan pada istri, terlebih ketika
mengetahui ada tentara lain yang terluka atau tewas saat bertugas (Dimiceli,
2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Daily Hassles (Peristiwa Kehidupan Sehari-hari)
Daily Hassles adalah permasalahan sehari-hari yang terdapat kesulitan
kesulitan, tetapi kesulitan tidak berlangsung terus-menerus dan bisa terselesaikan
dengan waktu yang singkat. Sumber stress ini juga disebutkan sebagai tuntutan
yang menjengkelkan, memuat frustasi serta menyusahkan. Daily hassles
disebabkan dari beberapa sumber, diantaranya yaitu bidang sosial, fisik serta
faktor situasional (Kanner et al, 1981).
Penelitian yang dilakukan oleh Stone Neale (dalam Fausiah & Widury,
2008) menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi
fruktuasi mood atau perasaan seseorang akibat meningkatnya peristiwa yang tidak
menyenangkan disertai dengan menurunnya peristiwa yang menyenangkan dapat
menurunkan mood pada seseorang.
Sumber daily hassles (peristiwa kehidupan sehari-hari) dapat juga
disebabkan oleh sumber chronic strain atau peristiwa yang berulang.
Berdasarkan sumber stress tersebut, maka istri TNI-AD yang ditinggalkan suami
bertugas memerlukan coping stress untuk bisa mengatasi stress yang dirasakan.
Coping Stress
Pengertian
Menurut Lazarus dan Folkman (1998) coping stress adalah usaha-usaha
individu baik secara kognitif maupun perilaku untuk mengatasi, mengurangi atau
mentolerir tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal yang disebabkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
hubungan antara individu dengan peristiwa-peristiwa yang dinilai menimbulkan
stress. Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara penyesuaikan diri
untuk mengatasi berbagai macam stress. Tiap orang mempunyai cara-cara
penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari kemampuan-kemampuan
yang dimiliki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan, dan bagaimana ia
mengembangkan dirinya. Hal ini didukung oleh Fausiah dan Widury (2008) yang
mengatakan bahwa penggunaan coping tidak dapat dipastikan mana yang terbaik
yang dapat berlaku untuk semua orang, mungkin yang terbaik adalah
menggunakan kedua coping secara fleksibel.
Bentuk Coping
Penelitian ini menggunakan teori coping Lazarus dan Folkman (1986) yang
terdiri dari 2 tipe coping, yaitu problem focused coping dan emotional focused
coping.
Problem Focused Coping
Problem focused coping adalah suatu tindakan yang diarahkan untuk
memecahkan masalah. Perilaku coping ini cenderung dilakukan jika individu
merasa bahwa sesuatu yang konstruktif dapat dilakukan terhadap situasi yang
menekan, atau individu merasa yakin bahwa sumber daya yang dimiliki dapat
mengubah situasi (Maryam, 2017).
Individu yang menggunakan problem focused coping, biasanya langsung
mengambil tindakan untuk memecahkan masalah atau mencari informasi yang
berguna untuk membantu memecahkan masalah. (Fausiah & Widury, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Planful Problem Solving. Seseorang yang menggunakan coping ini
melakukan upaya untuk mengubah situasi. Mengacu pada semua perencanaan
atau pemikiran tentang cara menyelesaikan masalah termasuk berpikir tentang
pilihan, memikirkan konsekuensi di masa depan, dan melibatkan pendekatan
analitik dimana seseorang memikirkan cara untuk memecahkan masalah yang
melibatkan perencanaan sekaligus mengeksekusi rencana tersebut menjadi
sebuah tindakan langsung.
Seeking Social Support. Strategi ini melibatkan orang lain sebagai sumber
daya untuk membantu mencari solusi dari masalah yang dihadapi, termasuk
mencari saran, informasi atau bantuan langsung dan juga dukungan emosional.
Dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan secara signifikan
menunjukkan kesejahteraan psikologis yang lebih baik dan tingkat depresi
yang lebih rendah (Shin, 2006). Selama suami bertugas, dukungan sosial dari
teman dapat membantu mengurangi rasa kesepian. Mengunjung keluarga atau
dikunjungi oleh keluarga, dianggap sebagai hal yang menghibur dan
menyenangkan karena dapat bericara dan mencari saran dari keluarga dan
teman (Wheeler & Stone, 2010). Meskipun demikian, dukungan sosial dari
teman pada lingkungan militer bukan menjadi faktor utama. Hal ini mungkin
disebabkan karena ketika bercerita kepada sesama teman lingkungan militer,
akan ada rasa khawatir jika rahasia mereka diketahui dan dianggap tidak
mampu menghadapi tantangan (Dandeker et, al. 2006). Penelitian yang sejalan
dengan penelitian ini mengatakan bahwa seseorang mungkin merasa malu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dengan meminta dukungan karena akan merasa bahwa dengan mencari
dukungan akan dilihat sebagai seseorang yang tidak berdaya.
Confrontative Coping. Upaya agresif untuk mengubah situasi seperti
menunjukkan tingkat permusuhan, mengekspresikan kemarahan pada orang
yang menyebabkan masalah serta memuat orang bertanggung jawab untuk
mengubah pikirannya. Selain itu, pengguna coping ini akan berjuang untuk apa
yang ia inginkan dan melakukan sesuatu hal meskipun dipikir tidak berhasil,
tetapi setidaknya ia telah melakukan sesuatu. Bereaksi mengubah keadaan yang
dapat mengambarkan tingkat risiko yang harus diambil. Hal ini juga termasuk
melakukan hal yang bertentangan dengan aturan.
Emotional Focused Coping
Emotional focused coping merupakan usaha-usaha yang dilakukan seseorang
dengan tujuan memodifikasi fungsi emosi, tanpa melakukan usaha untuk
mengubah stressor secara langsung. Emotional focused coping cenderung
dilakukan ketika individu tersebut merasa tidak dapat mengubah situasi karena
sumber daya yang dimiliki tidak mampu mengatasi situasi. (Maryam, 2017).
Fausiah dan Widury (2008) mengatakan bahwa, individu dengan emotional
focused coping lebih menekankan pada usaha untuk menurunkan emosi negatif
yang dirasakan ketika menghadapi masalah atau tekanan.
Strategi coping ini diwakili oleh lima kategori: sel control, accepting
responsibility distancing, escape avoidance, dan positif appraisal.
Self Controlling (Pengendalian diri). Seseorang berupaya untuk mengatur
perasaan dan tindakannya sebelum melakukan sesuatu. Hal ini juga termasuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menyimpan perasaan sendiri dan membuat orang tidak mengetahui apa yang
dirasakan. Selain itu, pengendalian diri juga mencoba untuk tidak tergesa
dalam melakukan sesuatu.
Accepting Responsibility (Menerima Tanggungjawab). Seseorang
mengakui perannya sendiri dalam permasalahan yang dihadapi dan berusaha
menempatkan segala sesuatu sebagaimana mestinya. Seseorang menerima
segala sesuatu yang terjadi saat ini dengan sebagaimaan mestinya dan
menyesuaikan diri dengan kondisi yang dialami (Maryam, 2017). Misalnya,
mengkritik atau menceramahi diri sendiri, meminta maaf jika melakukan
kesalahan dan mencoba untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan.
Distancing (Menjaga Jarak). Pada coping ini, seseorang melakukan upaya
untuk menjaga jarak, menolak untuk memikirkan masalah, mencoba untuk
melupakan masalah seolah semunya baik-baik saja. Strategi ini berupaya
mengelola emosi dengan berusaha menghindari atau berhenti memikirkan
masalah sepenuhnya Hal ini termasuk upaya untuk menghindari berpikir
tentang masalah dengan menggunakan rangsangan yang mengganggu,
hiburan, atau beberapa aktivitas yang mengganggu. Misalnya dengan
mendengarkan musik.
Escape Avoidance (Penghindaran Masalah). Upaya seseorang untuk
melarikan diri atau menghindari situasi yang menyebabkan stress. Misalnya
tidur lebih lama dari biasanya, minum alkohol dan obat-obatan terlarang.
Seseorang juga mengambarkan angan-angan dengan berharap bahwa situasi
akan baik-baik saja. Istri tentara seolah-olah perlu menghindari radio dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
televisi yang berhubungan dengan berita militer karena dianggap
menyebabkan kecemasan tambahan (Marnocha, 2012).
Positif Reappraisal (Penilaian positif). Upaya seseorang untuk menciptakan
makna positif dengan berfokus pada pertumbuhan pribadi. Seseorang yang
menggunakan coping penilaian positif bertumbuh kearah yang lebih baik
termasuk pengalaman religius seperti berdoa dan bersyukur.
Kerangka Konseptual
Menjadi istri prajurit TNI-AD harus siap ditinggal kapanpun selama suami
menjalani panggilan tugas. Hal ini tidaklah mudah bagi seorang istri yang masih
memiliki usia perkawinan dibawah 12 tahun. Istri harus menyesuaikan diri dengan
ketidakhadiran suami dan tinggal di Batalyon selama suami bertugas. Sebagai
pasangan suami istri tentunya ingin tinggal satu rumah. Akan tetapi, mengingat
suami harus siap bertugas untuk negara maka istri harus membiasakan diri.
Mengingat tugas menjadi seorang anggota TNI-AD memiliki risiko-risiko seperti
cidera hingga risiko besar yaitu kematian maka istri terkadang merasa
cemas/khawatir akan keselamatan suami di tempat tugas. Selama suami bertugas,
terkadang juga muncul rasa kesepian karena tidak ada tempat untuk berbagi cerita
bahkan membuat istri harus mengurus rumah tangga sendiri. Bagi pasangan yang
sudah memiliki anak, menngurus anak sendiri menjadi beban tambahan bagi istri.
Apalagi merawat anak pertama yang dimana istri mendapatkan pengalaman
pertama menjadi seorang ibu yang membutuhkan suami untuk bertukar peran
dalam mengurus anak. Jika istri tidak bisa beradaptasi dengan ketidakhadiran
suami maka akan menimbulkan stress bagi istri. Stress yang muncul dapat berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
stress fisik seperti kelelahan, sakit kepala dan stress psikologi seperti gangguan
makan, insomnia, masalah perilaku dan lainnya.
Selama suami bertugas, istri harus bisa menyesuaikan diri dari
ketidakhadiran suami. Untuk menyesuaikan diri, terdapat dua beban tambahan
yang harus ditanggung oleh istri TNI-AD selama penugasan suami. Pertama,
beban psikis, yaitu istri harus menyesuikan diri dari ketidakhadiran suami yang
menyebabkan perasaan kesepian dan kecemasan akan risiko yang mungkin
dialami suami dalam satuan tugas. Kedua, adalah peran ganda yaitu mengambil
alih peran suami sebagai ayah dalam keluarga, termasuk mengatur rumah tangga
dan mengasuh anak. Selain itu, istri TNI-AD juga turut serta dalam menjalankan
organisasi Persatuan Istri Tentara persit). Istri TNI-AD yang dapat menyesuaikan
diri dari ketidakhadiran suami dianggap dapat beradaptasi pada peran yang harus
dijalankan. Akan tetapi, akan menjadi hal yang sangat menantang bagi istri yang
sedang hamil atau yang memiiki anak kecil, karena banyak ibu muda mengalami
kesulitan untuk mempertahankan rutinitas sementara suami mereka ditugaskan.
(Kelly, 1994).
Stress terjadi ketika ketika seseorang mengalami tuntutan yang melampaui
sumberdaya yang dimilikinya untuk melakukan penyesuaian diri (Lazarus, 1998).
Tanda-tanda stress terbagi menjadi dua, yaitu stress fisik dan stress psikologis.
Stress fisik memberikan pengaruh bagi fungsi kekebalan tubuh, yang
berhubungan dengan munculnya berbagai penyakit fisik seperti sakit kepala, tidur
tidak nyenyak hilang nafsu makan serta produksi keringat berlebih. Sementara
aspek psikologis terdiri dari kognisi, emosi dan perilaku. Tanda stress psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pada aspek kognisi seperti daya ingat menurun, konsentrasi berkurang, serta
mimpi buruk. Pada tanda emosi, akan muncul rasa sedih, kemarahan, depresi,
kecemasan dan munculnya rasa khawatir. Pada aspek perilaku, seseorang yang
mengalami stress memiliki tanda seperti mudah menyalahkan orang lain, mencari
kesalahan orang lain, menunda pekerjaann dan melanggar norma.
Untuk menangani stress maka istri TNI-AD memerlukan coping. Coping
adalah usaha-usaha individu baik secara kognitif maupun perilaku untuk
mengatasi, mengurangi atau mentolerir tuntutan-tuntutan internal maupun
eksternal yang disebabkan individu oleh hubungan antara individu dengan
peristiwa-peristiwa yang dinilai menimbulkan stress. Teori coping dalam
penelitian ini yaitu menggunakan teori Lazarus dan Folkman (1986) yang terdiri
dari pertama, problem focused yang terdiri dari planful problem solving,
confrontative coping, dan seeking social support. Kedua, emotional focused
coping, yang terdiri dari self control, avoidance, positif reappraisal, accepting
responsibility serta distancing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 1.
Bagan Kerangka Konseptual Penelitian
Istri TNI-AD
di tinggal
tugas
Mengalami
Stress:fisik dan
psikologis
Memerlukan
coping
Emotional focused coping
Problem focused coping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitia kualitatif, yaitu jenis penelitian yang
mencoba menggali dan menangkap makna mengenai isu yang diteliti, sehingga
peneliti harus terjun langsung ke dalam suasana ilmiah partisipan untuk
mengambil berbagai macam data, baik wawancara, observasi maupun dokumen-
dokumen. Penelitian kualitatif mencoba untuk mencari gambaran menyeluruh atau
holistic dari isu yang diteliti, dimana peneliti menginterpretasikannya dari apa
yang dia saksikan, dengar, dan pahami (Creswell, dalam Supratiknya, 2015).
Desain dalam penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK)
dengan pendekatan deduktif terarah, yaitu metode penelitian untuk menafsirkan
secara subjektif isi data berupa teks melalui proses klasiikasi sistematik berupa
coding atau pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau pola (Hsieh &
Shannon, 2015, seperti dikutip dalam Supratiknya, 2015). Peneliti menggunakan
metode ini karena sudah ada teori maupun hasil-hasl penelitian sebelumnya
mengenai suatu fenomena (Supratiknya, 2015). Dalam penelitian ini, peneliti
ingin mengungkap pengalaman stress dan strategi coping pada konteks baru
dengan menggunakan kelompok partisipan istri TNI-AD yang tinggal di Batalyon
selama suami bertugas pada daerah yang berbeda. Kriteria partisipan yaitu pernah/
sedang ditinggal tugas lebih dari 3 bulan, sedang hamil atau sudah memiliki anak
usia Sekolah Dasar yang tinngal di Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk
mengeksplorasi dinamika stress istri TNI-AD serta cara coping dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
menggunakan teori Lazarus dan Folkman (1986) yang meliputi problem focused
coping emotional focused coping. Problem focused coping terdiri dari planful
problem solving, seeking social support dan confrontative coping. Emotional
focused coping terdiri dari self controlling, accepting responsibility, distancing,
escape avoidance serta positif reappraisal. . Untuk mengetahui hal tersebut,
peneliti menggunakan prosedur pengambilan data berupa wawancara semi
terstruktur, yang diharapkan dapat mendorong partisipan untuk mengungkapkan
pengalamannya secara personal dan mendalam.
Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah stress dan coping istri TNI-AD saat
ditinggal suami bertugas. Peneliti hendak mengungkap dinamika stress yang
dialami istri TNI-AD selama penugasan suami. Stress adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami tuntutan yang melampaui sumberdaya yang dimiliki
untuk melakukan penyesuaian diri. Dalam keadaan stress, terdapat kesenjangan
atau ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan individu baik internal
maupun eksternal (Lazarus, 1998). Sementara coping stress menurut Lazarus dan
Folkman (1998) adalah usaha-usaha individu baik secara kognitif maupun
perilaku untuk mengatasi, mengurangi atau mentolerir tuntutan-tuntutan internal
maupun eksternal. Tuntutan-tuntutan tersebut disebabkan oleh hubungan antara
individu dengan peristiwa yang dinilai menimbulkan stress.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Partisipan
Penelitian ini melibatkan tiga istri TNI-AD sebagai partisipan. Kriterianya
adalah pernah atau sedang ditinggal tugas lebih dari 3 bulan, sedang hamil atau
memiliki anak usia Sekolah Dasar saat ditinggalkan. Hurlock dan Elisabeth
(1997) mengatakan bahwa salah satu penunjang dalam penyesuaian perkawinan
adalah masa menjadi orangtua dan jika anak pertama lahir pada tahun pertama
perkawinan. Apabila pasangan belum bisa menyesuaikan diri maka akan
mengalami stress.
Terkait pemilihan partisipan, peneliti menggunakan teknik berupa criterion
sampling yaitu bertujuan untuk meninjau dan mempelajari semua kasus yang
memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti supaya sesuai dengan tujuan
penelitian. Selain itu, penelitian menggunakan pendekatan purposif, yaitu memilih
anggota sampel secara selektif berpedoman pada kriteria yang dirumuskan secara
rinci sesuai pertanyaan penelitian. Sampel partisipan homogen, yaitu memiliki
karekteristik yang kurang lebih sama terkait masalah yang hendak diteliti. Adapun
kriteria sampel yang dirumuskan berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu
partisipan mengalami tanda-tanda stress akibat penugasan suami yang meliputi
stress fisik maupun psikologis. Pemilihan partisipan berdasarkan rekomendasi
dari komandan atau pengurus persit serta menyesuaikan kondisi partisipan yang
memungkinkan untuk melakukan sesi wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Peran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrument kunci. Artinya
peneliti memainkan peranan penting dalam pengambilan data. Peneliti juga
diharuskan untuk menjalin kontak secara intensif dengan partisipan dengan terjun
langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data, mengamati perilaku, atau
mewawancarai partisipan (Supratiknya, 2015). Untuk itu, peneliti harus
membekali diri dengan sebuah protocol, yaitu instrument pengumpulan data
berupa pedoman wawancara atau pedoman observasi (Supratiknya, 2015).
Penelitian ini juga menekankan peneliti untuk memperoleh data yang kredibel
berdasarkan sudut pandang partisipan, yaitu peneliti harus benar-benar berusaha
menyerap atau menangkap makna tentang isu atau masalah yang diteliti
sebagaimana diyakini dan dihayati oleh partisipan (Supratiknya, 2015).
Penelitian ini menyesuaikan tempat penelitian berdasarkan kesepakatan
dengan partisipan untuk mempertimbangkan kerahasian, serta kenyamanan
partisipan untuk menceritakan pengalamannya. Dalam rangka merekrut
partisipan, peneliti melakukan pendekatan kepada komandan batalyon untuk
melakukan ijin penelitian serta pemilihan partisipan. Setelah itu, peneliti
mendapat rekomendasi dari komandan batalyon. Lalu peneliti menghubungi
langsung partisipan yang direkomendasikan oleh komandan batalyon untuk
menyampaikan maksud dan tujuan serta meminta kesediaan partisipan untuk
melakukan wawancara. Setelah mendapatkan kesediaan dari partisipan, peneliti
lalu menjelaskan gambaran umum penelitian dan memberikan lembar informed
consent yang kemudian ditandatangani oleh partisipan. Dalam hal ini, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
berperan menjaga kerahasiaan data serta kepercayaan yang diberikan oleh
partisipan. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap perilaku
nonverbal partisipan. Setelah data terkumpul, peneliti kemudian melakukan
transkip wawancara.
Potensi buruk yang mungkin terjadi pada partisipan yaitu munculnya
perasaan sedih, khawatir, serta perasaan ketidaknyamanan lainnya ketika
menceritakan pengalaam terkait penugasan suami. Untuk mengantisipasi perasaan
tidak nyaman tersebut, peneliti mendiskusikan tempat pengambilan data
berdasarkan kenyamanan partisipan untuk menceritakan pengalamannya. Selain
itu, peneliti juga mempersilahkan partisipan untuk mengetahui tema penelitian
dan prosedur pengambilan data. Isu sensitif yang dapat muncul terkait etika
adalah terbongkarnya identitas partisipan. Untuk mengantisipasi hal tersebut
maka, peneliti menggunakan inisial ITN1, IT2, dan ITN3 untuk meminimalisir
terkait etika.
Metode Pengambilan Data
Dalam penelitian ini, metode utama pengambilan data adalah wawancara.
Wawancara adalah sebuah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan terwawancara
(interviewee). Tujuan dari wawancara ini adalah memfasilitasi sebuah interaksi,
dimana peneliti mengajukan pertanyaan dan partisipan menceritakan
pengalamannya dengan ijinnya. Setelah itu, sebagian besar dalam proses
wawancara ini, partisipan bercerita dan pewawancara mendengarkan cerita
tersebut. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
memungkinkan peneliti dan partisipan terlibat dalam sebuah dialog dimana
selanjutnya pertanyaan-pertanyaan awal peneliti dapat dimodifikasi sesuai
jawaban partisipan, serta peneliti dapat mendalami hal-hal baru, penting dan
menarik yang muncul selama proses dialog berlangsung.
Sebelum proses wawancara, ada beberapa tahapan yang digunakan agar
pengambilan data dapat dilaksanakan dengan baik. Tahap pelaksanaan tersebut
adalah :
1. Melakukan pencarian partisipan sesuai dengan kriteria untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Pencarian partisipan ini dengan cara
menghubungi pihak-pihak terkait dan menjalin kerjasama dengan
pihak terkait seperti batalyon
2. Setelah mendapatkan partisipan sesuai dengan kriteria, peneliti
melakukan pendekatan kepada partisipan dengan tujuan untuk
menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta memberikan
lembar informed consent sebaagi terkait kesediaan partisipan dalam
penelitian
3. Peneliti bersama dengan partisipan menyusun jadwal penelitian
4. Melaksanakan kesepakatan wawancara sesuai kesepakatan peneliti dan
partisipan. Pada sesi wawancara, peneliti menggunakan bantuan alat
perekam (digital recorder). Disamping itu, peneliti juga mencatat
perilaku nonverbal partisipan selama proses wawancara berlangsung.
5. Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan transkrip hasil
rekaman wawancara yang didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
6. Peneliti menghubungi partisipan kembali untuk memberikan debrief
dari proses penelitian yang sudah dijalankan.
Berikut adalah pedoman wawancara yang dugunakan dalam penelitian ini:
Tabel 1
Pedoman Wawancara
No Pertanyaan
1. Protokol Wawancara Untuk mengungkap Stress Yang Dirasakan
Pertanyaan Inti
Apa beban terberat yang ibu rasakan saat ditinggal suami bertugas?
Pertanyaan Probing
a) Bagaimanakah proses adaptasi ibu saat awal ditingal tugas?
b) Apa saja perbedaan saat ada suami dan saat ditinggal suami dalam
keseharain ibu?
c) Hal apa yang paling menantang saat ditinggal suami bertugas?
d) Kesulitan apa saja yang ibu alami saat tidak ada suami?
Pertanyaan Inti
Perasaan seperti apakah yang ibu rasakan saat ditinggal suami bertugas?
Pertanyaan Probing
a) Bagaimanakah mood ibu sehar-hari saat ditinggal suami bertugas?
b) Bagaimana perasaan ibu saat melahirkan tidak ditemani suami?
c) Bagaimanakah perasaan ibu saat harus menjalani peran sebagai ibu
sekaligus mengantikan peran suami?
d) Apakah anda kendala saat mengurus anak sendiri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
No Pertanyaan
Pertanyaan inti
Hal apakah yang paling ibu khawatirkan saat suami dalam satuan tugas?
Pertanyaan Probing
a) Bagaimanakah dampak dari perasaan yang ibu rasakan dalam kehidupan
sehari-hari?
b) Bagaimanakah komunikasi yang terjadi saat suami bertugas?
Pertanyaan Inti
Apakah ada keluhan mengenai kesehatan ibu selama suami bertugas?
Pertanyaan probing
a) Bagaimanakah kualitas tidur ibu selama suami bertugas?
b) Apakah ibu pernah sakit saat ditinggal suami?
2. Protokol Wawancara Untuk Mengungkap Coping Yang Digunakan
Pertanyaan Inti
Bagaimana cara ibu menangani permasalahan yang selama ini ibu alami
selama
s suami bertugas?
Pertanyaan probing
a) Apa yang ibu lakuan saat belum mendapat kabar dari suami?
b) Upaya apa saja yang ibu lakukan untuk mengubah situasi yang ibu
alami?
c) Kegiatan apa saja yang ibu lakukan agar tidak terlalu memikirkan suami?
d) Apakah ibu selalu menceritakan apa yang ibu rasakan kepada suami?
e) Saat ada kendala terkait pengasuhan anak, hal apa saja yang biasa ibu
lakukan?
f) Saat ibu ada masalah selama suami bertugas, siapakah yang berpengaruh
bagi ibu?
g) Apakah ada yang ingin ibu tambahkan terkait permasalahan yang ibu
alami dan cara ibu menanganinya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Analisis dan Interpretasi Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis isi
kualititif (AIK). AIK merupakan suatu metode untuk menganalisis peran-peran
komunikasi yang bersiat lisan, tertulis, atau visual (Supratikyna, 2015). Penelitian
ini menghasilkan data berupa transkrip dari hasil wawancara. Ketika data selesai
ditranskrip, lalu data tersebut dikumpulkan menjadi satuan analisis. Data-data
hasil penelitian tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan kesamaan makna
sehingga diperoleh suatu deskipsi yang padat terhadap fenomena yang sedang
diteliti (Supratiknya, 2015).
Analisis isi kualitatif (AIK) dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deduktif atau analisis terarah. Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti
mengikuti langkah-langkah berikut (Supratiknya, 2018) :
1. Membaca secara berulang-ulang corpus data berupa transkip verbatim
responden yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur;
2. Melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu dalam
transkrip verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-line
approach) dengan membandingkan pada konsep stress yang terdiri drai
stress fisik dan stress psikologis dan juga konsep coping yang digunakan
oleh peneliti;
3. Mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-subtema/kategori/kriteria yaitu
sejenis konsep besar dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan
kode, dengan tujuan menemukan sejenis narasi analitik yang koheren dari
keseluruhan corpus data;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
4. Memperhalus atau mempertajam analisis dengan cara menempatkan
subtema-subtema dalam susunan hirarkis tertentu menjadi tema besar; sub-
subtema tersebut selanjutnya diberi label atau nama, masing-masing
subtema dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari transkrip
verbatim sebagai bukti atau pendukung sehingga diperoleh narasi yang
utuh tentang fenomena yang diteliti.
Skema awal pengodean yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kriteria stress berdasarkan aspek fisik dan aspek psikologis. Pada
aspek psikologis terdiri dari kognisi, emosi dan tingkah laku. Apabila peneliti
masih menemukan data-data yang belum dimasukan dalam kode, maka peneliti
akan membaca dan kembali menganalisis apakah data-data tersebut hanyalah
termasuk sukategori atau perlu membuat suatu kode baru. Selain itu, untuk koding
pada coping stress, peneliti mengunakan kriteria coping menurut Lazarus &
Folkman (1986) Kriteria coping terdiri dari problem focused coping dan
emotional focused coping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Kriteria yang digunakan dalam koding tertera dalam table berikut:
Tabel 2
Aspek dan indikator seseorang yang mengalami stress
Aspek Stress Indikator
a. Aspek stress fisik
b. Aspek Stress psikologis
1). Kognisi
2). Emosi
3). Perilaku
Stres memberikan pengaruh buruk pada
fungsi kekebalan tubuh yang berhubungan
dengan munculnya penyakit fisik. Hal ini
termasuk somatisasi, kesulitan tidur dan
masalah saat menstruasi
Daya ingat menurun, mudah lupa,
konsentrasi berkurang sehingga kurang
fokus dan mimpi buruk
Mudah marah, sedih, adanya kecemasan,
rasa kesepian, khawatir, penerimaan diri
dan depresi
Mudah menyalahkan orang lain, mencari
kesalahan orang lai melanggar norma
serta menunda pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 3
Jenis coping dan indikator coping yang digunakan
Jenis coping Indikator
a. Prolem Focused Strategies
1) Planful focused solving
2) Seeking social support
3) Confrontatif coping
Melakukan upaya untuk mengubah situasi,
memiliki perencanaan tentang cara
menyelesaikan masalah, berpikir tentang
pilihan, memikirkan konsekuensi di masa
depan. Berpikir analitik dengan memikirkan
cara pemecahan masalah yang melibatkan
perencanaan sekaligus mengeksekusi rencana
Melibatkan orang lain sebagai sumber daya
untuk membantu mencari solusi dari masalah,
termasuk mencari saran, mendapatkan
informasi atau bantuan langsung dan juga
dukungan emosional
Upaya agresif untuk mengubah situasi
dengan menunjukkan tingkat permusuhan,
mengekpresikan kemarahan pada orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Jenis Coping
Indikator
b. Emotional focused strategies
1). Self controlling
2). Acceptin Responsibility
3). Distancing
4) Avoidance
5) Positif reappraisal
Mengatur perasaan dan tindakan sebelum
melakukan sesuatu, tidak tergesa dalam
melakukan sesuatu, membuat orang tidak
mengetahui apa yang dirasakan dan
memendam perasaan sendiri
Mengakui perannya sendiri dalam masalah
yang dihadapi dan menempatkan sesuatu
sebagaimana mestinya, menyesuaikan diri
dengan kondisi yang dialami
Menjaga jarak, menolak memikirkan
masalah, mengelola emosi dengan berusaha
menghindari atau berhenti memikirkan
masalah seperti hiburan
Melarikan diri aatu menghindari situasi yang
menyebabkan stress. Seperti tidur lebih dari
biasanya, penggunaan obat dan alkohol
Menciptakan makna positif dengan berfokus
pada pertumbuhan pribadi. Hal ini termasuk
pengalaman religius seperti berdoa dan
bersyukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Kredibilitas Data
Peneliti menggunakan beberapa strategi untuk menguji kredibilitas
penelitiannya. Strategi pertama yang digunakan yaitu rich and thick description,
yaitu menggambarkan setting penelitian dan membahas salah satu elemen dari
pengalaman-pengalaman partisipan. (Creswell, 2012). Peneliti memaparkan
secara rinci latar belakang partisipan mulai dari usia, tingkat pendidikan, agama,
usia perkawinan, usia anak, jumlah anak, jenis kelamin anak, lamanya penugasan
suami serta lokasi penugasan. Strategi kedua yang digunakan adalah peer
debriefing atau review oleh sejawat. Untuk memastikan keakuratan tersebut,
peneliti meminta teman sejawat melakukan review dengan memeriksa kembali
transkrip rekaman wawancara dan memeriksa kesesuaian pemaknaan hasil
verbatim yang sudah disusun oleh peneliti, kemudian peneliti melakukan tanya
jawab terkait pemaknaan coding, untuk memastikan tidak ada coding yang
bergeser berdasarkan panduan coding yang sudah ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan dua strategi untuk menguji konsistensi hasil
penelitian. Stategi pertama adalah memeriksa transkrip-transkrip rekaman
wawancara atau observasi untuk memastikan tidak ada kesalahan-kesalahan serius
yang bisa terjadi selama proses transkip rekaman wawancara dan observasi.
Strategi kedua adalah memastikan tidak ada definisi dan makna yang
mengambang mengenai kode-kode selama proses koding dengan terus
membandingkan data dengan kode-kode atau dengan menulis catatan tentang
kode-kode dan definisi-deinisi (Gibbs, 2007, seperti dikutip dalam Creswell,
2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data ini dilakukan pada Desember 2019 sampai Januari 2020.
Pada pertemuan pertama, terdapat enam orang istri TNI-AD yang
direkomendasiakn serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dengan
menyetujui informed concent. Akan tetapi, setelah berlangsungnya wawancara
awal, peneliti menemukan hanya empat orang istri TNI-AD yang paling sesuai
dengan kriteria penelitian. Dua partisispan gugur karena kurang sesuai dengan
kriteria penelitian, diantaranya karena tidak tinggal di batalyon dan sedang
berkuliah sehingga tinggal bersama orangtua selama suami bertugas. Selain itu,
satu dari partisipan yang gugur cenderung tidak memunculkan pengalaman stress
dan cenderung menjawab dengan keadaan baik-baik saja dan biasa saja sehingga
sulit bagi peneliti untuk menggali lebih jauh mengenai pengalaman stress dan
coping saat ditinggal tugas. Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti memilih
empat orang istri TNI-AD yang paling sesuai dengan kriteria penelitian.
Pada akhir sesi wawancara, peneliti meminta kesediaan partisipan untuk
dihubungi kembali untuk melengkapi sesi wawancara dengan meminta nomor
telpon partisiapn. Untuk mempersiapkan sesi wawancara berikutnya, peneliti
kembali menghubungi partisipan. Akan tetapi, pada sesi kedua ini, satu partisipan
tidak bisa ditemuai setelah dihubungi beberapa kali sehingga partisipan yang
tersisa yaitu sejumlah tiga orang. Dalam hal ini, peneliti berperan menjaga
kerahasiaan data serta kepercayaan yang diberikan oleh partisipan. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
peneliti juga melakukan observasi terhadap perilaku nonverbal partisipan. Setelah
data terkumpul, peneliti kemudian melakukan transkip wawancara.
Proses pengumpulan data menggunakan metode wawancara yang
dilakukan oleh peneliti sendiri kepada ketiga istri TNI-AD yang pernah ditinggal
tugas oleh suami selama lebih dari 6 bulan. Wawancara selanjutnya dilakukan di
beberapa tempat karena menyesuaikan kesepakatan dengan partisipan. Duransi
wawancara bervariansi antara 14 menit hingga 46 menit. Berikut peneliti
lampirkan rangkuman waktu dan tempat diadakannya wawancara yang disajikan
Tabel 4
Waktu dan tempat pelaksanaan wawancara
No Partisipan Sesi Waktu Lokasi
1. ITN1 I 24 Januari 2020 Lingkungan Batalyon
II 28 Januari 2020 Lingkungan Batalyon
2. ITN2 I 24 Januari 2020 Lingkungan Batalyon
II 29 Januari 2020 Lingkungan Batalyon
3. ITN3 I 24 Januari 2020 Lingkungan Batalyon
II 6 Februari 2020 Lingkungan Batalyon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Latar belakang Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara
Berikut merupakan data demografi partisipan yang disajikan dalam tabel
dibawah ini
Tabel 5
Demografi Partisipan
LingNo Keterangan Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3
1. Inisial ITN1 ITN2 ITN3
2. Usia 24 tahun 26 tahun 36 tahun
3. Pengalaman ditinggal Pertama Kedua Ketiga
4. Pendidikan Terakhir S1 S1 S1
5. Pekerjaan IRT IRT Pemilik warung
6. Jumlah anak Sedang hamil 2 2
saat ditinggal tugas
7. Usia anak/ Hamil 4 bln 3 bln Hamil (tugas1)
kandungan
(tugas 1) 4 bulan dan 5
thn
3 thn dan (tugas 2)
Hamil 6 bln (tugas2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Wawancara dilakukan oleh peneliti secara langsung bertemu secara
personal terhadap setiap partisipan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti
menjelaskan garis besar mengenai penelitian dan beberapa hal yang perlu
diketahui oleh partisipan. Tiap partisipan telah menyetujui untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini yang dibuktikan dengan surat pernyataan persetujuan
(informed concent) yang mencakup pemberian informasi lengkap tentang
penelitian termasuk risiko-risiko dan pemberian kesediaan untuk berpartisipasi
oleh partisipan sesudah mengetahui informasi-informasi yang diketahui. Setelah
proses pengolahan data, peneliti kembali menghubungi partisipan untuk
memberikan form debriefing yang berisi mengenai penjelasan penelitian yang
sesungguhnya serta memberikan alamat layanan konseling yang bisa
dimanfaatkan, seandainya terjadi ketidaknyamanan akibat dari penelitian yang
dilakukan (Supratiknya, 2020). Sehubungan dengan kondisi saat ini yang tidak
memungkinkan maka peneliti tidak bisa bertemu secara langsung dengan
partisipan, sehingga peneliti meminta persetujuan partisipan dengan mengirim
form debrief melalui pesan pada aplikasi WhatApp. Setelah partisipan membaca
form debrief tersebut, peneliti mendapat persetujuan dari partisipan berupa pesan
text melalui aplikasi WhatApp.
Partisipan pertama adalah seorang ibu yang memiliki anak satu. Pada saat
penugasan, partisipan belum lama menikah dan sedang hamil muda. Partisipan
mengaku tidak menyangka jika akan ditinggal suaminya bertugas sementara
mereka baru menikah dan hamil muda. Penugasan tersebut bukan seharusnya
jadwal suami partisipan, karena ada personil yang kurang sehingga suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
partisipan harus ikut berangkat ke Kalimantan Utara selama kurang lebih 1 tahun
dari awal keberangkatan hingga tiba lagi di Batalyon.
Partisipan saat ditinggal tugas oleh suami berusia 24 tahun. Menurut partisipan,
pada saa partisipan lulus kuliah, ia langung diajak untuk menikah dan tinggal di
batalyon. Hal tersebut membuat partisipan cukup terkejut dengan peraturan dan
dinamika yang ada sebagai istri TNI-AD yang tinggal di Batalyon. Saat suami
bertugas, partisipan sedang hamil 4 bulan dan belum banyak mengenal tetangga,
kecuali satu teman yang dikenalnya saat proses pengajuan pernikahan.
Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 24 Januari dan
29 Januari 2020. Pengambilan data pertama berlangsung selama 15 menit di
sebuah ruangan yang terletak di depan lapangan lingkungan Batalyon. Partisipan
menggunakan baju berwarna hitam panjang dan celana hitam dan jilbab berwarna
hitam. Pada pertengahan sesi sempat ada jeda karena ada pemberitahuan oleh
senior untuk mempersingkat proses wawancara dengan harapan satu partisipan
bisa diwawancarai selama 5 menit saja jika memungkinkan. Partisipan tampak
lancar dalam menceritakan pengalaman pertamanya ditinggal tugas oleh suami.
Pada sesi wawancara kedua, wawancara dilakukan di teras sebuah gedung
lingkungan batalyon. Partisipan saat itu mengajak anaknya, akan tetapi anak
partisipan bisa bermain sendiri dan hanya sesekali meminta ijin ibunya untuk
bermain di lingkungan sekitar. Pada sesi ini, partisipan tampak sangat terbuka
untuk membagikan pengalamnya selama suami bertugas. Partispam juga
menceritakan ketatnya aturan yang ada di batalyon selama suami bertugas.
Misalnya adanya pembatasan jam keluar serta membuat laporan keluar masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
area batalyon. Apabila ada hal-hal yang mencurigakan, ada kemungkinan akan
diawasi.
Partisipan kedua berinisial ITN2 adalah seorang istri TNI-AD yang pernah
ditinggal tugas oleh suami sebanyak 2x yaitu penugasan pertama di Kalimantan
utara dan pengalaman kedua di Kalimantan barat. Saat suami bertugas, partisipan
diwajibkan untuk tetap tinggal di Batalyon agar mempermudah pengawasan dan
juga tetap bisa mengikuti kegiatan yang telah di agendakan untuk ibu-ibu persit.
Selama suami ditugaskan, responden dan anggota persit lainnya dipadatkan
dengan sejumlah kegiatan, diantaranya olahraga bersama, pengajian dan aktivitas
lain yang sudah di jadwalkan
ITN2 saat ini berusia 30 tahun dan saat penugasan, partisipan berusia 25
tahun. Pengalaman yang paling menantang menurut ITN2 adalah ketika suami
bertugas di Kalimantan barat. Hal tersebut dianggap pengalaman paling
menantang, karena pada saat itu, ITN2 sedang hamil 6 bulan dan juga memiliki
satu anak yang masih berusia 3 tahun. Saat suami bertugas selama kurang lebih 11
bulan. Selama penugasan suami, ITN2 tetap bisa berkomunikasi dengan suami,
meskipun tidak setiap hari dikarenakan lokasi penugasan yang tidak terjangkau
oleh signal sehingga komunikasi akan terjalin ketika suami mendapat giliran
waktu untuk menelpon dan mencari signal ke daerah yang lebih tinggi untuk bisa
menjangkau sinyal.
Pengambilan data dilakukan dua kali yaitu pada 24 Januari dan 28 Januari
2020. Pada pengambilan data yang pertama, wawancara berlangsug secara singkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
selama 15 menit. Pengambilan data pertama terbatas oleh waktu karena harus
bergantian dengan responden lainnya. Akan tetapi wawancara tersebut dilakukan
secara bergantian dalam sebuah rungan yang terletak di depan lapangan dalam
lingkungan Batalyon. Pada wawancara pertama ITN 2 menggunakan baju panjang
berwarna hitam dengan menggunakan jilbab berwarna abu-abu dan celana kain
berwatna coklat. Karena keterbatasan waktu yang disediakan, maka peneliti
memanfaatkan waktu tersebut untuk menjelaskan informed consent dan juga
menggali informasi penting yang diperlukan untuk memastian kesesuaian ITN 2
dengan kriteria responden yang dibutuhkan. Pada pengambilan data yang kedua
dilakukan di rumah dinas ITN2 dalam lingkungan Batalyon. Wawancara
berlangsung selama 46 menit. ITN 2 menggunakan baju lengan panjang berwarna
hitam dan celana panjang saat sesi wawancara. Pada sesi ini, ITN 2 tampak lebih
santai dan lebih terbuka dalam menceritakan pengalamannya.
Partisipan Ketiga berinisial ITN 3 adalah seorang istri TNI-AD yang pernah
ditinggal tugas oleh suami sebanyak 3x yaitu Papua, Libanon dan Kalimantan
Utara. Berdasarkan pengalaman ditinggal tugas, penugasan di Papua merupakan
penugasan yang paling rawan menurut partisipan. Hal tersebut dikarenakan saat
itu sedang ada wabah penyakit malaria, sehingga partisipan menghawatirkan
kondisi suami. Sementara saat penugasan di Kalimantan utara partisipan kesulitan
untuk menghubungi suami akibat susahnya mendapatkan jaringan komunikasi.
Sementara saat ditinggal di Libanon justru tidak begitu terasa saat suami ikut serta
dalam tugas perdamaian dan mudahnya berkomunikasi setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Partisipan memilih untuk pulang ke kampung halaman selama suami
bertugas karena sedang hamil dan akan melahirkan pada saat suami bertugas di
Papua. Menurut partisipan, seharusnya ketika suami ditugaskan, istri wajib tinggal
di batalyon. Akan tetapi, karena orangtua atau keluarga partisipan tidak dapat
mendampingi di batalyon, maka partisipan tetap ingin pulang kampung dengan
syarat kusus, yaitu partisipan menanggung segala risiko yang mungkin terjadi
karena di luar pengawasan anggota satuan.
Pengambilan data wawancara dilakukan dua kali yaitu pada tanggal 24
januari dan 9 februari. Wawancara pertama dilakukan bersamaan dengan
partisipan lainnya yaitu di sebuah rungan yang berada di depan lapangan dalam
lingkungan batalyon. Wawancara berlangsung selama 14 menit. Pada wawancara
pertama, partisipan menggunakan baju terusan berwarna merah dan menggunakan
jilbab berwarna hitam. Partisipan tampak lancar dalam menceritakan
pengalamannya. Akan tetapi kurang mendalam. Partisipan tampaknya sempat
berkomunikasi dengan partisipan sebelumnya mengenai pertanyaan penelitian.
Hal ini terlihat ketika peneliti belum memulai bertanya pada pertanyaan tertentu,
partisipan langsung memberikan latarbelakang yang peneliti perlukan seperti
jumlah anak, area penugasan suami dan juga asal daerah partisipan sambil
sesekali melihat layar telpon genggam miliknya. Sesi wawancara kedua,
dilakukan pada 9 Februari 2020 di depan warung partisipan karena sambil
menunggu warung. Partisipan pada sesi wawancara kedua menggunakan daster.
Wawancara berlangsung selama 15 menit, dengan sesekali jeda karena ada
pembeli yang datang. Dalam proses wawancara, partisipan sesekali tampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
membutuhkan waktu lebih lama untuk memikirkan perasaan-perasaan yang
muncul saat ditinggal suami bertugas.
Hasil Penelitian
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian ini, peneliti akan
mengeksplorasi secara keseluruhan mengenai gambaran stress dan coping stress
yang digunakan oleh istri TNI-AD yang tinggal di Batalyon selama suami
bertugas. Aspek stress mencakup aspek fisik dan aspek psikologis. Pada aspek
psikologis, terdiri dari kognisi, emosi dan perilaku. Selain itu, peneliti juga akan
menjelaskan hasil penelitian terkait sumber stress pada istri TNI-AD yang
ditinggal tugas. Pada konsep coping peneliti akan mendeskripsikan coping yang
digunakan dalam menangani stress. Peneliti menggunakan coping dari Lazarus
(1986) yang terdiri dari problem focused coping dan emotional focused coping.
Problem focused coping terdiri dari planful problem solving, seeking social
support dan confrontative coping. Sementara emotional focused coping terdiri
dari self controlling, accepting responsibility, distancing, escape avoidance dan
positif reappraisal.
Dalam melakukan analisis, peneliti melakukan beberapa langkah
(Supratiknya, 2018) yaitu (1) membaca secara berulang-ulang corpus data
lazimnya berupa transkip verbatim ungkapan partisipan yang dikumpulkan
melalui wawancara semi terstruktur, (2) melakukan intial coding atau menemukan
kode-kode tertentu dari dalam transkip verbatim secara induktif baris demi baris
(inductive, line by-line approach) dengan membandingkannya berdasarkan
konsep-konsep yang sudah ditentukan yaitu stress dan coping (3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-kategori yaitu sejenis konsep besar
dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan kode, dengan tujuan
menemukan narasi analitik yang koheren dari keseluruhan corpus data; dan (4)
memperhalus atau mempertajam analisis dengan cara menempatkan subkategori-
kategori dalam susunan hirarkis tertentu menjadi tema besar Sub-sub kategori
tersebut selanjutnya diberi label atau nama, masing-masing sub-kategori
dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari transkip verbatim sebagai
bukti atau pendukung, sehingga diperoleh narasi yang utuh tentang fenomena
yang diteliti
Stress
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil pengalaman stress istri
TNI-AD yang ditinggal suami bertugas dengan memaparkan stress yang terdiri
dari stress fisik dan psikologis. Pada stress psikologis peneliti akan memaparkan
pengalaman stress psikologis berdasarkan kognisi, emosi dan perilaku.
Tanda-Tanda Stress
Stress Fisik. Stress memberikan pengaruh buruk pada fungsi kekebalan
tubuh. Hal ini dapat berhubungan dengan munculnya berbagai penyakit fisik.
Dalam penelitian ini ditemukan adanya gejala stress fisik yang muncul pada
partisipan (ITN1 dan ITN2) saat ditinggal suami bertugas. Gejala stress fisik
yang muncul yaitu kelelahan karena mengurus anak sendiri tanpa bantuan
suami (ITN2). Hal tersebut dapat terlihat dari kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Kelelahan
ITN2 : Mungkin karena capek, nggak ada yang bantuin momong, Kadang
kita juga butuh istirahat sejenak. Kadang kan kalo anak tidur ada
pekerjaan lainnya. Giliran kita mau tidur, nggak bisa, cumak itu sih
masalahnya. Mungkin karna anak masih kecil sih, jadi nggak terlalu
banyak problemnya sih. Cuma anak, dan capek jugak.(baris 77-82)
Selain kelelahan, tanda stress fisik lain yang muncul pada partisipan yaitu
demam yang hanya muncul pada satu partisipan.
Demam
ITN1 : januari akhir. kalau nggak salah, itu sakit. Sakit apa? Demam,
demam itu, ada kurang lebih 4 hari, Posisi hamil, demam,batuk filek,
nggak nyaman kan mungkin masih kepikiran juga gituk kan. Sampe sakit.
Sakit itu.. 4 hari demam (baris 141-145)
Tanda-tanda stress fisik lain yang muncul yaitu nafsu makan yang berkurang
saat tidak ada suami.
Nafsu makan berkurang
ITN2: Nasfu makan berkurang. jadi mikir, disana makan ada yang kurang
nggak, Jadi saya tu kalo pas ditinggal tugas, saya kecil mbak. Jadi giliran
suami pulang, saya gendutan. Nggak tau, padahal dari segi makan sama
aja.(baris 149-151)
Selain itu, tanda-tanda stress fisik yang muncul lainnya yaitu tidur yang tidak
nyenyak karena terus memikirkan suami.
Tdur tidak nyenyak
ITN1: Tidurnya ya masih suka kepikiran karena dalam seminggu itu,
masih dalam penampungan. Posisi kan belum berangkat Kalo udah telpon
ya baru bisa nyenyak jadi nggak kepikiran (baris 169-170)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada penelitian ini, tanda-tanda stress fisik hanya muncul pada ITN1 dan
ITN2. Tanda-tanda stress fisik yang muncul diantaranya yaitu demam yang
dialami oleh ITN1. Hal ini terjadi karena menurut partisipan ia terus
memikirkan suami yang meninggalkannya bertugas. Hal ini disebabkan
pengalaman ditinggal tugas merupakan pengalaman pertama bagi ITN1. Selain
demam, kualitas tidur ITN1 juga tidak nyenyak apabila belum ada kabar dari
suami. Sementara pada ITN2 tanda stress fisik muncul berupa nafsu makan
yang berkurang. Perbedaan nafsu makan ITN1 pada saat ada dan tidak ada
suami berdampak pada berat badan partisipan. Ditinggal suami bertugas
menjadi salah satu sumber stress yaitu chronic strain karena berasal dari
dalam individu seperti tekanan yang ada dalam diri individu yang bersifat
negatif. Hal ini dapat terlihat dari respon partisipan yang tidak bisa tidur
nyenyak jika belum ada kabar dan juga sakit karena kepikiran suami.
Tanda-tanda stress fisik lain yang muncul yaitu kelelahan. Kelelahan ini
terjadi karena tidak adanya bantuan pasangan, terutama dalam hal mengurus
anak terlebih jika memiliki lebih dari satu anak seperti yang dialami ITN2. Hal
ini termasuk dalam sumber stress yaitu chronic strain karena terkait dengan
interaksi individu dengan kondisi yang dihadapi dalam melakukan
tanggungjawab peran sosial.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa tanda-tanda stress yang
muncul pada tanda fisik yaitu adanya kelelahan, demam, berkurangnya nasfu
makan serta tidur yang tidak nyanyak yang bersumber dari chronic strain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Stress Psikologis. Secara umum tanda-tanda stress psikologis dapat dilihat dari
tanda-tanda psikologis secara kognitif, emosi dan perilaku.
Emosi. Tanda stress psikologi yang paling banyak muncul adalah tanda-tanda
secara emosi. Hal ini dapat terlihat berdasarkan kutipan berikut :
Sedih
ITN1: Pas melahirkan jugak suami nggak ada kan,, Jadi ya sedihnya karena
nggak ada suami aja. Kalo misal udah bekeluarga gitu kan enaknya sama
suami apa-apa minta tolong suami (baris 14-17)
waktu awal-awal ditinggal itu, moodnya ibu itu seperti apa bu? sedihlah…pas itu waktu berangkat berangkat dari sini..jam 12an apa jam 1
gitu.nah Ibu-ibunya pake bis, berangkat sekitar jam 2. waktu itu nyusul sampek
sana sampe siang. Akhirnya sore tu berangkat kapalnya kita di pinggir gitu
kan. badan lagi hamil, ditinggal, banyak yang nangis disitu
ITN2: Itu mah kadang kalok paling sedih itu pas ditinggal tugas, anak-anak
sakit. (baris 66)
Sedih ya mungkin karena suami nggak ada. Ada yang kuranglah pokoknya
(baris 66)
ITN3: Itu yang pas di Kalimantan itu pas di jawa timur. perasaan sedih, itu
seharian mbak pas nganter (baris 62)
Sedih, ya sedih. Pas melahirkan itu tetap telpon tapi nggak bisa pas itu. Pas
gencar2nya dia latihan itu (baris 47-48)
Selain perasaan sedih karena ditinggal suami, ketiga partisipan juga
mengalami rasa khawatir. Rasa khawatir ini terbagi menjadi 3 hal yaitu
khawatir akan perjalanan suami, khawatir akan kesehatan suami serta khawatir
akan keselamatan saat berperang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Khawatir akan perjalanan suami
ITN1: Dah sampe sana, namanya juga kalau di pelosok, gak ada sinyal,
susah, Ya ada sinyal juga tempat tertentu Enggak di tempat tinggalnya. itupun
harus, perjalanannya jauh. pake motor itu berapa jam gitu, lupa mana lewatin
hutan. Itu kan harus ada temannya kalo nggak kan kita gatau namanya hutan
kan, benar-benar hutan jadi kan mikirnya selama perjalanan pas dia cari
sinyal. Pas dia.. mau pulang kan gak tau. (baris 65-73)
Khawatir akan kesehatan suami
ITN3: Ya khawatirnya suami saya disana gimana. Soalnya kan daerah rawan
juga toh sama penyakitnya juga disana tu mbak ngeri. Malaria itu banyak
yang kena kan, Kalok udah kambuh kayak gitu mbak menggigilnya. Tugas itu
nek papua itu ngeri penyakitnya (baris 118-125)
Khawatir saat suami dalam perang
ITN2: Ya mungkin kalo disana, kalo suami pas cerita ini, Ikut nangkap
buronan narkoba, jadi e agak khawatir. Disanakan pake senjata tajam, eh
senjata api. Suami kan nggak bawa Jadi ya was-was juga sih (baris 32-36)
ITN3 : Yang paling menantang itu yang mana bu? Yang libanon mbak. Kan
jarang pulang, perasaan khawatir dan lain-lain ya ada. Kalo di libanon kan
tau sendiri perangnya gimana
Tanda-tanda lain yang menunjukkan seseorang mengalami stress secara emosi
yaitu kesepian saat ditinggal suami.
Kesepian
ITN 1: satu minggu itu emang sedihhh banget kan. tapi pas masih kerasa
ditinggal kerasa kesepian, pokoknya kerasa banget. tapi kadang-kadang
perasaan kesepian itu sampe ada seminggu (baris 122-124)
ITN2 : Sepi..biasanya ada yang diajak ngobrol apa diajak ini, sharing, nggak
ada. Semua sendiri, apa-apa mikir sendiri (baris 63-64)
Em.. itu perasaan kesepian pas ditinggal tugas biasanya berapa lama bu?
Kalo yang 3 bulan ditinggal tugas itu. Kangennya tu udah ujung lah. Poll kalo
3 bulan sebelum pulang itu rasanya pengen cepet-cepet (baris 67-70)
Saat mendengar berita tentang perang, istri menjadi cemas akan keselamatan
suami saat sedang bertugas . Hal ini juga dialami oleh ITN2 dan ITN3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Cemas
ITN2: Kalo nonton berita itu kan ngeri mbak, jadi agak parno dikit. Parnonya
gimana bu? Namanay sindikat mbak, ya mesti kan senjata tajam, senjata api.
Giliran suami nggak bawa. Lah gimana. (baris 137-140)
Selain mencemaskan suami setelah mengetahui berita, partisipan juga merasa
takut jika terjadi apa-apa pada suami.
Takut terjadi apa-apa
ITN3: Ya kadang perasaannya Cuma itu mbak, sakit sama takut kenapa-napa
kan ada berita itu (baris 153-154)
Adapun tanda-tanda lain saat istri TNI-AD mengalami stress secara emosi
yaitu adanya perasaan kehilangan , seperti ada sosok yang kurang
Kehilangan parthner hidup
ITN2: Mungkin kalo pas saya, ada sosok yang kurang Seperti kehilangan
sosok, ya parthner hiduplah. Itu pas posisi tinggal di pos yang pertama di
Kalimantan barat itu lho, Itu kan posisi anak juga masuk Rumah Sakit, jadi
harus mikir sendiri. Capek pikiran, capek badan juga. Sosok parthner hidup
itu gimana bu maksudnya? Gimana ya, susah ya jelasnya Ya, kayak teman
buat tukar pendapat, Trus kalo ada masalah ini gimana penyelesainnya. Kalo
yang kecil itu sakit kalo suami ada disini ya tenang. Kenapa orangtua nggak
dikasi tau, ya karena ada sosok suami disini, ya udah wes lengkap. Mau sedih,
yang penting kalau saya itu jadi satu gitulah mbak. (baris 20-31)
Istri TNI-AD yang ditinggal tugas merasa khawatir, cemas dan takut
akan keselamatan suami, baik dari segi kesehatan, keselamaatan perjalanan dan
juga saat suami berada dalam situasi perang atau mengancam. Hal ini
bersumber dari chronic strain berupa tekanan dalam diri individu karena tidak
tahu akan kondisi suami sehingga menimbulkan rasa khawatir dan cemas pada
partisipan. Adapun tanda stress berdasarkan tanda emosi yang juga sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
muncul yaitu perasaan sedih karena suami tidak menemani saat melahirkan
maupun mengasuh anak. Hal ini bersumber dari life event yaitu konsekuensi
dari penugasan suami.
Selain itu, perasaan kesepian juga muncul berdasarkan tanda stress secara
emosi yang juga bersumber dari chronic strain. Perasaan kesepian terjadi pada
rentang satu minggu hingga tiga bulan setelah keberangkatan. Perasaan
kesepain muncul karena partisipan masih dalam proses penyesuaian sehingga
belum terbiasa akan ketidakhadiran pasangan, tidak ada teman untuk sharing
ataupun bertukar pikiran.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa tanda stress yang
muncul dalam aspek stress emosi yaitu perasaan sedih yang bersumber dari life
event akibat ditinggal suami bertugas. Tanda stress emosi lain yaitu rasa
khawatir akan kesehatan suami, khawatir akan keselamatan dalam perjalanan
maupun dalam kondisi perang yang bersumber dari chronic strain berupa
tekanan dari dalam individu yang tidak tahu akan kondisi suami. Selain itu,
tanda emosi yang jarang muncul yaitu perasaan kesepian,cemas, takut terjadi
apa-apa pada suami serta kehilangan parthner hidup yang juga bersumber dari
chronic strain.
Kognisi. Tanda-tanda stress secara psikologis lainnya dapat dilihat pada aspek
kognisi. Pada penelitian ini, tanda stress secara kognisi dialami oleh ITN1 dan
ITN2. Salah satu tanda partisipan mengalami stress secara kognisi saat
ditinggal suami bertugas yaitu bingung membagi waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Bingung membagi waktu
ITN2: Hal apa lagi bu yang biasanya buat ibu tambah kepikiran gitu?
Kalo pas kegiatan mbak. Kalo pas kegiatan pagi, suami nggak ada, saya
pegang anak sendiri . Cuma itu aja. Kegiatan pagi, senam. (baris 83-85)
Selama suami bertugas partisipan juga sering kepikiran suami dalam
penugasan
Mikir
ITN1: sama perjalanan kemarin kan setaun ya, mikirnya nantik, pas lahiran
gada suami gituk kan. Mana jauh dari keluarga, keluarga suami kan juga
jauh. Yaudah sedihnya itu aja. kok ngerasa gada siapa-siapa. Gak punya
siapa-siapa
ITN2: Jadi ya, sebenarnya mikir. Tapi kalo ditanya kenapa mikir? Ya
otomatislah itu suami pergi kan. Suami gada itu, Dari segi hati kan lebih
nyaman kalau suami ada itu lo. (baris 17-19)
Selain itu, peneliti juga menemukan tanda stress yang juga masuk dalam
tanda stress kognisi yaitu curiga kepada suami
curiga
ITN1: Pernah jam 9 malam kan, nggak ada komunikasi, di WA nggak bales
gitu kan. Kok malam-malam gini kemana? Gitu kan mikirnya, namanya juga
masih kota kan. Gimana? Apa jalan-jalan apa kemana..dimananya disana lah
kan. Trus udah gitu jam 10 baru dapat kabar, tadi ada pengarahan. Loh, kok
nggak ngasi tau dulu? Ya pas itu aja. Berantemnya pas belum ada ini. Pas
masih di penampungan. Sinyal-sinyal kan pas masih banyak tuh. Kalo di
pelosok nggak sering berantem karna nggak ada sinyal. Namanya juga di
hutan mau ngapain sih. Namanya di kota kan bisa kemana aja. (baris 178-
186)
Pada tanda kognisi, partisipan ITN2 bingung membagi waktu saat harus
menjaga anak sementara juga harus mengikuti rutinitas yang telah terjadwal
dalam lingkungan batalyon. Sumber stress ini termasuk dalam chronic strain
berupa konlik peran dimana partisipan harus mengurus anak sementara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
partisipan juga memiliki peran sosial sebagai anggota PERSIT yang harus
mengikuti rutinitas harian sebagai anggota PERSIT. Selain itu, tanda-tanda
yang juga termasuk dalam kognisi yaitu memikirkan suami yang muncul pada
ITN1 dan ITN2 yang mengatakan bahwa saat ditinggal suami otomatis akan
“mikir” karena ketidakhadiran suami. Adapun temuan lain yang juga masuk
dalam tanda stress kognisi yaitu rasa curiga pada suami saat tidak memberi
kabar. Akan tetapi, tanda stress kognisi ini tidak muncul pada ITN3.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan tanda-tanda stress
kognitif dalam penelitian ini yaitu bingung membagi waktu. Bingung
membagi waktu berumber dari konflik peran yaitu mengurus anak dan juga
harus mengikuti kegiatan sebagai ibu persit. Selain itu, tanda stress terus
memikirkan suami dan juga rasa curiga saat suami terlambat memberi kabar
juga bersumber dari chronic strain berupa tekanan dalam diri partisipan yang
negatif .
Tingkah Laku. Tanda-tanda seseorang yang mengalami stress psikologis
juga dapat terlihat berdasarkan perilaku. Dalam penelitian ini tanda stress
tingkah laku dialami oleh ketiga partisipan seperti menjadi lebih malas masak
saat tidak ada suami
Malas-malasan
ITN1: Dampakya? ya paling jadi malas ngapa ngapain. paling ya cuma
malas malas an aja. Paling ya beli. (baris 187-189)
ITN2: Biasanya nyiapin sarapan, jadi sarapan nggak ada. Masak juga buat
anak, masak juga saya jarang mbak. Jadi lebih malas-malasan (13-15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Menjadi seorang istri TNI-AD harus siap ditinggal tugas oleh suami. Pada
saat keberangkatan, istri berkesempatan untuk mengantar suami hingga
pelabuhan. Setelah keberangkatan suami, partisipan menangis seharian dan
tidak keluar rumah saat ditinggal suami (ITN3)
Menangis seharian tidak keluar rumah
ITN3: pertama ya tegar. Tapi udah ditinggal pergi itu ya langsung nangis,
Seharian nggak keluar (baris 67-68)
Saat menjadi orangtua tunggal, partisipan harus mengurus anak sendiri dan
juga kehidupan di rumah tanpa bantuan pasangan. Hal tersebut membuat
partisipan menjadi mudah marah
Marah-marah
ITN2: jadi marah-marah ke anak, kalau anak-anak udah tidur malam itu,
Kan kita capek, anak-anak kalo disuruh tidur nggak mau. ya Cuma itu aja,
marah-marah ke anak, ya agak emosi (72-74)
ITN3: kalo bertengkar itu ya paling kalok di telpon itu kan kadang susah itu
loh. Kadang anaknya nyari , pengen telpon tapi papanya nggak bisa gitu kan.
Kadang marahnya kayak gitu. Kan kita nggak tau kondisi disana kayak
gimana (baris 172-174)
Tanda stress psikologis secara tingkah laku yang sering muncul yaitu
bermalas-malasan. Saat suami ditugaskan, partisipan mengaku lebih sering
bermalas-malasan. Saat ada suami, biasanya partisipan membuat sarapan
namun ketika suami bertugas menjadi jarang masak dan hanya masak untuk
anak sehingga cenderung membeli makanan. Tanda stress perilaku bermalas-
malasan bersumber dari sumber stress yaitu life event yaitu ditinggal suami
bertugas. Tanda stress tingkahlaku yang juga sering muncul pada tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
perilaku yaitu partisipan menjadi mudah marah-marah yang disebabkan
karena capek mengurus anak dan ingin istirahat tetapi tidak bisa. Hal ini
bersumber dari chronic strain akibat ketidaksesuaian antara tunutan yang
dirasakan sebagai orangtua dengan kemampuan dalam memenuhi tuntutan.
Selain itu, tanda stress perilaku yang jarang muncul yaitu menangis seharian
yang bersumber dari life event berupa ditinggal suami bertugas.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan tanda-tanda stress
yang muncul pada aspek tingkah laku yaitu malas-malasan serta menangis
seharian yang bersumber dari life event yaitu ditinggal suami bertugas. Selain
itu, tanda perilaku yang juga muncul yaitu mudah marah yang bersumber dari
chronic strain terkait pengasuhan.
Coping Stress
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil coping stress berdasarkan
bentuk-bentuk coping.
Bentuk Coping
Penelitian ini membahas mengenai bentuk coping yang digunakan oleh
istri TNI-AD dalam mengatasi stress yang dirasakan. Adapun bentuk coping yang
digunakan dalam penelitian menggunakan coping Lazarus and Folkman (1986).
Coping ini terbagi menjadi problem focused coping dan emotional focused
coping.
Problem focused Coping. Problem focused coping terbagi menjadi planful
problem solving, seeking social support dan confrotative coping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Planfull Problem Solving. Seseorang yang menggunakan coping ini akan
melakukan upaya untuk mengubah situasi. Hal ini mengacu pada perencanaan
atau pemikiran tentang cara menyelesaikan masalah. Ketika harus melakukan
segala sesuatu sendiri tanpa bantuan suami, isri TNI-AD mau tidak mau harus
bisa menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sendiri.
Mau nggak mau harus bisa
ITN1: Kadang kalo ke pasar, mau nggak mau harus bisa. Yang awalnya
nggak bisa, jadi bisa gitu lo. Awalnya mikir kayak gini, bisa nggak ya? Bisa
nggak ya? Awalnya nggak brani pas posisi gendong gini bawa motor . Pas
umur 3 bulan, 4 bulan pergi ke pasar. Bisa nggak ya? jadi benar-benar
harus diakalin. Harus pelan-pelan, lama-lama bisa sendiri (baris 216-221)
Duluk, mikirnya bisa nggak ya sendiri? Trus misalnya kalo gendong bawa
motor bisa nggak ? Cobaklah pelan-pelan. Kadang orang tanyak, bisa
nggak? Kalo emang nggak brani nggak usah. Namanya juga kebutuhan, mau
nggak mau, bisa nggak bisa harus bisa. (baris 230-232)
Apa ya.. paling duluk pernah banget pas hamil udah agak besar sih, 6 atau 7
bulan. Posisi itu geser-geser lemari sendiri , beberes rumah sendiri gitu. Ya
diberesin, digeser-geser sampe kalo misal ada yang maku-maku sendiri.
Pokoknya kayak nukang rumah sendiri tu di posisi hamil. Gimana ya, kalo
nunggu suami lama gitu. Kalo (baris 298-302)
Planful problem solving lain yang digunakan oleh partisipan yaitu
memikirkan konsekuensi di masa depan oleh ITN1 yang tetap harus makan
karena menyadari bahwa bayi dalam kandungannya juga harus makan.
Sementara pada ITN2 mengingatkan suaminya agar tetap selamat dan harus
pulang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Harus makan demi bayi
ITN1: Namanya orang demam kan ya. Nggak enak makan. . Tapi kan harus
makan.. karna kita dua, Ya harus makan..bayi diperut juga harus makan
(baris 153-154)
Bentuk planfull coping yang memikirkan masa depan yaitu tidak boleh sakit.
Hal ini dikarenakan istri menyadari tidak ada yang akan mengurus anak jika
ia sakit
Tidak boleh sakit
ITN2: Tapi saya nggak sakit. Karna kalau sakit, anak-anak siapa yang
ngurus (baris 147-148)
Saat sedang sakit dalam kondisi hamil, ITN1 pergi berobat ke dokter
kandungan agar diresepkan obat sesuai kondisinya yang sedang hamil
Ke Dokter Kandungan
ITN1: sampe nggak keluar dari rumah, Sampe benar-benar nggak nyaman,
ampe tetangga bilang gimana? Apa, bisa nggak? bisa kok nggak papa. Cuma
paling kan minum obat. Cuma kan pas sakit itu kan periksa ke dokter
kandungan (baris 146-149)
Adapun bentuk coping yang memikirkan masa depan yaitu partisipan
mengingatkan suami untuk berhati-hati saat bertugas serta memberi gambaran
estimasi perjalanan agar istri bisa memprediksi kedatangan suami
Mengingatkan suami
ITN1: Trus Selalu bilang, pokoknya nantik kalo nanti kalo misal dah sampe
harus bilang. Jadi kita biar tau perjalanannya jam sgini, kira-kira jam sgini
udah sampek nih. trus harus ngasi kabar, biar kita tenang Kalo misal dah
sampe Tapi kan kita ndak bisa prediksi, trus datang ngabarin (baris 84-89)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
ITN2: Mungkin kalo pas suami telpon, dulu pas suami berangkat pamit,
pulang. Ya itulah. Janji pulang harus pulang. Gitu aja sih (baris 154-155)
Nggak usah aneh-anehlah pokoknya, Kayak kemarin, yang berurusan dengan
sindikat narkoba. Saya bilang nggak usah ikut. Ya nggak bisa. Orang udah
terlanjur (baris 188-189)
Apa yang ibu lakukan saat tau suami ikut? Saya ya ini, Cuma hati-hati.
Anak-anak masih kecil. Yang ini kan belum liat mbak, anaknya (baris 190-
192)
ITN3: karena dia tugas nanti malah kepikiran, disana malah dipenugasan
kan macem macem mbak. takut e masalah di kesehatannya. kalo dia nanti
pas gencar takut e nanti nggak konsen kan bisa juga toh. Nggak fokus, lebih
baik saya tutupi (baris 185-187)
Selain itu, yang termasuk dalam planful problem solving yaitu melakukan
tindakan langsung seperti pada kutipan berikut:
Meminta ijin
ITN3: Kan biasanya nggak boleh pulang waktu lahiran itu. Tapi karna ibu
saya kerja jadinya ya pulang. saya kan punya anak kecil, jadinya saya ijin ke
komandan untungnya ya boleh.. tapi resiko harus ditanggung kita kalo ada
apa-apa (baris 40-43)
Bentuk tindakan langsung yang muncul pada partisipan yaitu menelpon suami
seperti yang dilakuakn oleh ITN2 dan ITN3
Menelpon
ITN2: Telpon, trus ya suami mungkin juga udah tau. Anaknya aktif semua,
jadi ya, yang sabar.. Cuma nasehatin gitu mbak (baris 161-162)
ITN3: Kalo kangen itu biasanya gimana bu? Telpon. Kalo nggak bisa di
telpon yaudah paling sama anak-anak (baris 63-64)
Tindakan langsung yang juga muncul pada partisipan saat anak sakit yaitu
mengendong kedua anaknya seperti kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Mengendong Anak
ITN3: Kalo anak sehat itu nggak papa. Kalo lek sakit itu loh mbak anak dua.
satunya gendong, satunya taroh depan (baris 98-99)
Dalam menyelesaikan masalah secara langsung, istri TNI-AD juga perlu
menentukan pilihan dalam menghadapi masalah yang dihadapi seperti yang
muncul pada ITN1 dan ITN2.
Menentukan Pilihan
ITN1: Mikirnya yaudahlah kalo lagi sakit biar rumah berantakan, yang
penting ngurus anak dulu. Ini dulu kan belum makan, jadi ASI aja. Kalo
makan beli aja. Sampe rumah berantakan kayak gimana pas lagi sakit. Udah
biarin aja, yang penting anak keurus (baris 235-237)
ITN2: Saya tu pernah pulang kampung, pas lebaran nggak ada kendaraan.
Naik kereta tiket habis dan posisi bawa anak itu umur 5 bulan, Ke
purwokerto ke sini naik bus. Dan itu busnya nggak terus eksekuti duduk satu-
satu. Nggak Padat itu lho..saya ngerasa, ya Allah.. kok saya sendiri Untung
anak nggak rewel, jadi diajak panas-panas gini (baris 87-92)
Mencari Informasi di internet
ITN1: Trus waktu itu sering buka google kalo misal kenapa-napa. Ya
misalnya yang batuk filex nggak pake obat-obatan gitu, jadi searching (baris
292-293)
ITN1: Kalo yang kayak gitu seringa searching searching aja. Kan di
instagram itu ada yang parenting-parenting , tentang ngasuh bayi tu kayak
gimana (288-289)
Trus waktu itu sering buka google kalo misal kenapa-napa. Ya misalnya yang
batuk filex nggak pake obat-obatan gitu, jadi searching (baris 292-293)
Memberi Pengertian
ITN2: Ya Cuma ngasi tau aja. Ayahnya berangkat tugas. Namanya tentara
itu ya berangkat tugas. Kerjanya ya buat Negara, ngamanin Indonesia. Itu,
ayahnya juga berangkat, jadi abang sama. Cuma ngasi pengertian ke
anaknya (baris 195-198)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Menerapkan Pengalaman
ITN1: Trus dulu kan juga basicnya kuliah kesehatan kan, jadi pernah praktik
juga di ruang bayi, jadi ingat-ingatlah. Apalagi dulu pas kuliah ada pijet bayi
gitu, jadi diterapin ke anak sendiri (baris 290-291)
Seseorang yang menggunakan coping ini melakukan upaya untuk
mengubah situasi. Hal ini meliputi perencanaan atau pemecahan masalah,
memikirkan konsekuensi di masa depan serta tindakan langsung dalam
memecahkan masalah. Planful coping yang paling sering muncul yang
pertama, yaitu tindakan langsung. Partisipan dalam penelitian ini melakukan
tindakan langsung untuk mengubah situasi yang dihadapi. Hal ini dapat
terlihat ketika partisipan merindukan suaminya seperti yang dilakukan oleh
ITN3 dengan langsung menelpon suami. Planful coping yang juga sering
muncul dalam tindakan langsung yaitu menentukan pilihan. Dalam penelitian
ini, menentukan pilihan dilakukan oleh ITN1 ketika sedang sakit yang
membiarkan rumah berantakan karena harus mengurus anak terlebih dahulu.
Strategi coping yang juga termasuk dalam tindakan langsung yaitu meminta
ijin kepada komandan. Hal ini dilakukan oleh ITN3 yang meminta ijin untuk
melahirkan di kampung karena orangtua tidak bisa datang sehingga partisipan
yang haruss pulang. Selain itu, ITN3 juga melakukan tindakan langsung
untuk mengendong kedua anaknya dengan mengendong satu anak dibelakang
dan satunya lagi digendong di depan.
Planfull problem solving tindakan langsung juga dilakuakn oleh ITN2
dengan cara memberi pengertian langsung kepada anak akan tentara yang
bekerja untuk Negara. Selain itu, tindakan langsung yang dilakukan yang oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
ITN1 yaitu mencari informasi di internet terkait cara mengobati batuk tanpa
memberikan obat.
Peneliti juga menemukan hal yang termasuk dalam planful problem
solving tindakan langsung yaitu menerapkan pengalaman. Partisipan
menggunakan pengalamannya sewaktu kuliah yang pernah praktik di ruang
bayi untuk diterapan kepada anaknya.
Seeking Social Support
Strategi coping ini melibatkan orang lain sebagai sumber daya untuk
membantu mencari solusi dari masalah yang dihadapi, termasuk mencari
saran, informasi atau bantuan langsung maupun emosional. Seeking social
support dalam penelitian ini muncul pada semua partisipan. Dukungan
informasi dalam peneltian ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Mencari Informasi
ITN1: karna emang kan gak sama. Kan satu pos itu ada berapa orang gitu
ya. Jadikan suaminya siapa, suaminya siapa? nanti kan kita nanyak sama
istrinya. Bu.. eee.. suaminya udah sampe belum? Udah ngabarin belum? Kok
ini om saya belum ngabarin ya? Gitu.kalo misalnya kan , ada yang udah
ngasi tau kok. Yodah, meskipun pas nggak ada sinyal atau entah hp nya mati
atau gimana kan kita gak tau. kadang saling tanyak aja sama suaminya yang
bareng-bareng disitu Sama istri yang suaminya juga satu pos gitu. (baris 96-
103)
Kalo nggak nanya tetangga yang anaknya lebih dari dua, yang besar dari ini.
Nanyanya tu gimana kalo gini gini? Sharing sama tetangga yang anaknya
lebih besar. Jadi lebih seringnya nanya ke tetangga yang udah pengalaman
ngerasain ngurus anak dua gitu (baris 294-296
Bu.. eee.. suaminya udah sampe belum? Udah ngabarin belum? Kok ini om
saya belum ngabarin ya? Gitu.kalo misalnya kan. ada yang udah ngasi tau
kok. Yodah, meskipun pas nggak ada sinyal atau entah hp nya mati atau
gimana kan kita gak tau. kadang saling tanyak aja sama suaminya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
bareng-bareng disitu, sama istri yang suaminya juga satu pos gitu (baris 96-
103)
ITN3: Saya paling nanyak teman-teman yang satu pos sama suami. Kemarin
ngubungi nggak? Pos nya suami kita ndak. Dak ada apa-apa gitu. Jadi ibu
Tanya ke sesama istri ya? iya, satu pos gitu kan ada beberapa orang (baris
161-165)
Tau. Saya kan kalo telpon kan mesti nanyak toh barangannya om siapa-siapa
yang bekeluarga. Kalo yang bujangan kan belum ada istrinya (baris 167-
168)
Selain dukungan informasi, seeking social support dalam penelitian ini
juga berupa dukungan emosional misalnya dukungan emosional karena ada
anak.
Ada Anak
ITN1: Soalnya udah ada ini juga kan, jadi nggak terlalu fokus sama suami.
Ada anak juga, jadi kehibur juga sama ini. Jadi nggak selalu pegang hp
(baris 175-177)
Dukungan emosional yang juga muncul dalam penelitian ini yaitu adanya
dukungan keluarga yang menunggu partisipan saat melahirkan.
Dukungan keluarga
ITN2: Dari keluarga, soalnya Bapak Ibu kebetulan nungguin sebelum dari
lahiran. Trus yang kedua ini, sebelum lahiran sampai suami pulang tu di
asrama juga. Mungkin karena saudara juga dekat, jadi saya bisa terbantu.
Dari mungkin menyelesaikan masalah kecil, sampai besar, itu ya tukar sama
saudara. Saudara kandung itu kan dekat banget. Kakak juga di sini semua
Jadi ya bukan Cuma bantu tenaga, tapi cover semuanya.
Cerita ke orangtua, ke suami juga. Ini gimana, Karna kan anak udah tidur
juga. Jadi ngobrol sama ayahnya (baris 158-159)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
ITN3: Ya kita kan paling bingung to mbak. Jadi ke orangtua Kalo ada
masalah ke ibu saya biasanya. Jadi lebih nyaman ke ibu atau ke teman
sesama ini bu? Ke ibu saya lah. Nggak cerita sama orang lain. Kalo sama
oranglain takut e kan, namanya orang kan. gak tau. lain kan, mending sama
orangtua sendiri (baris 189-193)
Cerita ke Suami
ITN1: Paling cerita kalo misal ada sinyal, pasti cerita misalnya ada yang
nyebelinlah. Ada tetangga yang benar-benar.. suaminya kan nggak tugas
(baris 257-258)
ITN2: Kayak, sabar ya, sabar bund. Kayak cowok itu kan biasanya
feelingnya itu kayak Jadi suami bukan tipe cowok yang romantis, jadi kalo
jauh gitu nggak terus yang romatis. Tapi pernah marah nggak bu? Kalo
saya emang marahnya, emang banyak omong. Kalo suami diam. Jadi ya
beda. Saling melengkapi. Suami mending diamlah, ngalah lah. Gimana
ngomongnya bu kalo marah? Cerita apa aja mbak. Suami yang dengerin.
Cukup jadi pendengar setia aja kalo saya Karna capek itu lama-lama bisa
ilang Soalnya capek Cuma capek ngurus anak sih Masalah anak, sebenarnya
ya Cuma butuh pendengar setia aja (baris 107-117)
Ya sekedar sharinglah. Sebenarnya saya tu kalo marah-marah, suami juga
udah tau. Marah-marah Cuma di dengerin aja. Nanti juga reda (baris 163-
164)
Ya mungkin karna pacaran udah lama jugak. Jadi ya kayak teman gitu
Diceritain, ngomong apa yang dirasakan, apa yang terjadi disini. Ya
diceritain (baris 168-172)
Kangen ya bilang kangen. Ya trus mau bilang apa? Susah jauh, lah kangen
obatnya Cuma ketemu. Ketemu ya belum bias. Jujur aja bilang kangen.
Kayak gitu aja Kadang setiap hari suami mesti ada nelpon sih Cerita
kegiatannya, hari ini ngapain aja, ngapain aja gitu (baris 183-187)
Adanya teman lain yang juga ditinggal oleh suami membuat partsipan merasa
ia memiliki teman yang senasib
Ada teman
ITN1: Ya sedih lah. Tapi nggak Cuma sendiri kayak gitu. Teman sebelah
juga nggak didampingi suami. Sebelumnya juga ada teman yang ditinggal
suami (baris 194-19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
ITN3: kan yang disebelah juga ditinggal jadi ya. se.barak itu, ada yang
berangkat, ada yang nggak. Jadi ada temannya. Oh jadi ibu merasa ada
teman yang se.. iya.. senasib mbak. Kadang kita makan bareng.. yang pake
daun itu lho mbak. wah asik ya bu. Malah..rukun. akrab sama teman
sebelah-sebelah (baris 70-75)
Bentuk seeking social support yang juga muncul pada partisipan yaitu
dukungan langsung dari orang disekitar
Orang Kantor
ITN1:Trus gitu yang orang kantornya nggak berangkat bertanggungjawab
sama istri-istri yang disini. Jadi kalo missal ada yang mau lahiran, mereka
siap nganterin. Siap ndampingin. Siap nemani. Kalo misal ada apa-apa
lapor. Karena mereka yang bertanggungjawan sama ibu-ibu disini. Jadi pas
suami berangkat, titiplah istriku. Ya di pantaulah gitu (baris 196-199)
Minta tolong, kalo ada apa-apa minta tolong. Suami kan udah berangkat.
Kalo missal minta tolong bilang aja bulek nggak papa, bilang sama istri saya
Pas melahirkan itu kan Cuma ditemani ibuk. Jadi orang kantor yang
nganterin maksudnya pas lahiran itu mereka nungguin, buat ngambil ari-
arinya trus nguburin. (baris 201-204)
ITN3: sepi lah mbak.nggak ada suami kan..apalagi kalo beli-beli apa kan.
Kadang galon gitu, bersih-bersih halaman. Kan nggak ada suami jadi ya
nyuruh orang akhirnya kan. Oh jadi minta tolong orang ya bu? iya. Kayak
gas gitu kan saya nggak brani, jadi nyuruh orang, Maksute paling orang
koperasi apa nomor orang luar gitu, orang bisa ngantar sama masang (baris
83-94)
Saat ditinggal suami bertugas, partisipan mendapat bantuan dari tetangga
seperti saat melahirkan maupun juga bantuan untuk mengantar anak yang
sakit.
Bantuan Tetangga
ITN1: Trus habis lahiran itu kan syukuran, masak gitu. Tetangga yang
masakin. Udah dibagi-agi kok tugasnya. Trus tetangga yang sebelah itu
ngantar ke rumah sakit, bawain makanan (baris 205-207)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
ITN3: Selama anaknya sehat ya nggak papa . tapi kalok pas anak sakit itu
loh. Kan kita susahnya kan harus bawa ke itu. Kan malam gelap-gelap gitu.
Kadang harus ngetok sebelahnya minta temeni gitu (baris 140-143)
Nyuruh Orang
ITN3: Sepi lah mbak.nggak ada suami kan..apalagi kalo beli-beli apa kan.
Kadang galon gitu, bersih-bersih halaman. Kan nggak ada suami. jadi ya
nyuruh orang akhirnya kan. Oh jadi minta tolong orang ya bu. iya. Kayak
gas gitu kan saya nggak brani, jadi nyuruh orang. Maksute paling orang
koperasi apa nomor orang luar gitu orang bisa ngantar sama masang (baris
88-94)
Seeking social support yang pertama yaitu mencari bantuan informasi.
Mencari informasi merupakan seeking social support yang paling banyak
muncul. Partisipan mencari informasi mengenai siapa saja yang berada satu
pos dengan suami sehingga bisa saling bertanya kepada sesama istri yang
ditinggalkan. Hal tersebut dilakukan karena sulitnya mendapat jaringan
komunikasi sehingga apabila salah satu dari istri sudah mendapat kabar dari
suami maka akan disampaikan juga pada istri lainnya.
Seeking social support yang kedua yaitu dukungan emosional.
Dukungan emosional paling banyak muncul yaitu dukungan emosional dari
keluarga dan juga dari suami. Suami menjadi sumber dukungan emosional
sebagai teman sharing dan berkeluh kesal. Selain suami, partisipan juga
mendapatkan dukungan emosional dari keluarga. Selain mendapatkan
dukungan emosional dari suami, partisipan juga mendapat dukungan dari
teman sebelah rumah. Sementara dukungan emosional yang jarang muncul
yaitu dukungan emosional anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Seeking social support yang ketiga yaitu dukungan langsung. Dukungan
langsung yang paling sering muncul adalah dukungan yang berasal dari
lingkungan batalyon termasuk dukungan dari kantor secara langsung dan juga
tetangga asrama batalyon. Selain itu tetangga yang juga ditinggal suami
menjadi teman senasib bagi partisipan sehingga menjadi lebih akrab satu
sama lain. Dukungan langsung yang jarang muncul yaitu meminta bantuan
orang yang di luar batalyon seperti memasang gas dan mengangkat gallon.
Confrontative coping . Confrontative coping merupakan upaya agresif yang
dilakukan seseorang untuk mengubah situasi seperti menunjukkan tingkat
permusuhan serta mengekspresikan kemarahan pada orang lain. Pada
penelitian ini, confontative yang muncul yaitu berbicara dengan memberi
sindiran kepada suami karena tidak ikut merasakan begadang untuk
mengasuh anak.
Memberi sindiran
ITN1: Pernah telponan sama ayahnya, bilang sama ayahnya enak ya, nanti
kalo udah pulang anaknya udah besar, nggak ikut ngurusin sampe begadang
. Sampe 2 bulan itu sering nggak tidur, 1 jam bangun, selang se jam bangun.
Nggak ngerasain begadang, nanti tau-tau udah besar (baris 223-226)
Hasil temuan yang juga termasuk dalam confrontative coping yaitu
menunjukkan kemarahan kepada anak.
Menunjukkan kemarahan
ITN2: O jadi marah-marah ke anak, kalau anak-anak udah tidur malam itu.
Kan kita capek, anak-anak kalo disuruh tidur nggak mau. ya Cuma itu aja,
marah-marah ke anak, ya agak emosi (baris 72-74)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Berdasarkan hasil penelitian ini confrontative yang muncul yaitu
memberi sindiran kepada suami karena tidak merasakan bagaimana begadang
untuk mengasuh anak. Selain memberi sindiran, bentuk coping lain yang juga
muncul yaitu menunjukkan kemarahan kepada anak karena merasa capek dan
anak tidak mau diajak tidur sementara partisipan ingin istirahat.
Emotional Focused Coping. Pada bagian ini peneliti akan memaparkan
hasil penelitian emotional coping.
Self Controlling (Pengendalian Diri). Seseorang yang menggunakan coping
ini berupaya untuk mengatur perasaan dan tindakannya sebelum melakukan
sesuatu. Self controlling yang Pertama yaitu pengendalain tindakan seperti
tidak langsung bercerita kepada suami karena tidak ingin suami kepikiran.
Tidak langsung bercerita
ITN1: Besoknyaaa..kan dikasi tau jugak kan di asrama memang lagi ada
kejadian. Jadi suami-suami kalo ada apa-apa disni juga dikasi tau kan. Trus
besok suami berangkat nih. Ke tempat yang ada sinyal. Langsung nelponlah
Sengaja nggak cerita kan. Biar nggak khawatir ( baris 164-167)
Waktu itu..kan Pas posisi udah sembuh baru cerita susah sinyal sih ya. Pas
sakitnya nggak bilang. takut kepikiran. Pas posisi udah sembuh baru cerita.
Nggak papa kok, udah sembuh (baris 156-157)
ITN3: paling ya ceritanya simpan dulu, Kan nggak ada sinyal (baris 60)
Ya, maksudnya ngga terbuka si nggak. selama penugasan itu loh. Tapi kalok
cerita yang susah-susah gitu jarang saya cerita, kasian kan. Paling kalo bisa
kita atasi sendiri kita atasi sendiri gitu. (baris 181-183)
Strategi coping pengendalian tindakan lainnya yaitu ketika merasa capek saat
bekerja maka partisipan beristirahat terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Hal yang termasuk dalam pengendalian tindakan yaitu tidak pilih-pilih teman
dalam lingkungan batalyon. Partisipan tidak hanya berteman dengan yang
suaminya juga sedang dalam tugas tetapi juga pada istri yang suaminya tetap
berada di lingkungan batalyon.
Tidak pilih teman
ITN3: Ya sama aja kita nggak pilih-pilih. Tapi ya, dia yang nggak ditinggal
suaminya juga suaminya jaga kan. Jaga di dalam gitu lo (baris 77-78)
Setiap pasangan tentu pernah bertengkar, hal ini juga dialami pada ITN2 yang
meskipun sering bertengkar tetapi tetap berpegang pada komitmen
pernikahan.
Berpegang pada komitmen
ITN2: Wah sering mbak. Kalau Cuma bertengkar itu sering. Tapi kan balik
lagi komitmen awal, namanya orang nikahan nggak Cuma sehari dua hari.
Kalo masalah ibaratkan karpet, digulung, diulur lagi, digulung, diulur lagi.
Gitu kalo jarak jauh (baris 100-103)
Strategi coping lain pengendalian tindakan yang muncul dalam penelitian ini
yaitu tidak ingin hutang budi.
Tidak ingin hutang budi
ITN2: Satu letting , kebetulan rumahnya sebelahan mbak. Jadi ya emang
kayak saudara. Ya kalau hanya sekedar cerita , kangen atau masalah apa
ya..nggak kebiasaan sih. Soalnya cerita ke orang kalo masalah pribadi itu
nggak. Alasan ibu nggak terbuka banget ke tetangga itu apa bu? Biasanya,
sebetulnya saya orangya tu kalo dibilang tertutup nggak sih mbak. Tapi ya
kalok masalah pribadi, yaudah intern aja yang tau. Seumpama ini. Nggak
suka, orangnya nggak suka utang budi. Bukannya nggak suka ya, nggak mau
utang budi aja sih. (baris 208-214)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Saat harus mengurus rumah tangga sendiri tanpa bantuan suami, partisipan
berusaha mengatasi masalahnya sendiri terlebih dahulu
Mengatasi masalah sendiri
ITN3: Kalo saya masih bisa diatasi sendiri, ta atasi sendiri. Soalnya kan
kasian kalo kepikiran (baris 178-179)
ITN1: Gimana ya, kalo nunggu suami lama gitu. Kalo mau minta tolong ke
tetangga nggak enak gitu (baris 302-303)
Self controlling yang kedua yaitu pengendalian perasaan. Bentuk
pengendalian perasan dalam penelitian ini muncul pada ITN1 yang merasa
sedih saat mengantar suami berangkat sehingga ingin menangis. Akan tetapi
partisipan dapat mengendalikan perasaan untuk tidak menangis di bus karena
merasa malu.
Mau nangis tapi malu
ITN1: Sedihlah pokoknya . Sampek pulang lagi, di bis. Namanya kan di bis
banyak orang. mau nangis kan malu ya..(110-111)
Salah satu hal yang menantang bagi istri saat ditinggal suami yaitu harus
mengurus anak sendiri tanpa bantuan pasangan sehingga istri merasa capek.
Akan tetapi partisipan mengendalikan perasaanya untuk tidak mengeluh
Tidak boleh ngeluh
ITN2: Karna ada dua anak ya, dibilang capek, iya. Tapi nggak boleh
ngeluh sih. Jadi di batin itu kayak berat (baris 120-121)
Bentuk pengendalian perasan lain yang muncul pada aprtisipan yaitu
menenangkan diri untuk sabar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Sabar
ITN2: Saya tu dari awal masuk kesini aja udah kaget mbak. Dengan
peraturannya yang PERSIT harus seprti ini, seperti ini. Apalagi pas habis
selesai sekolah, nikah, langsung isi. Jadi ya harus sabar..sabar..sabar aja
terus (baris 121-122)
Berdasarkan hasil penelitain,bentuk pengendalian diri yang paling
pertama yaitu pengendalian tindakan. Pengendalian tindakan yang dilakukan
yaitu tidak langsung bercerita. Alasan partisipan untuk tidak membagi cerita
kepada suami yaitu karena tidak ingin suami kepikiran yang dikhawatirkan
akan berdampak pada konsentrasi suami dalam menjalankan tugas.
Pengendalian tindakan yang juga sering muncul yaitu mengatasi masalah
sendiri, karena merasa tidak enak meminta bantuan tetangga. Sementara
pengendalain tindakan yang jarang muncul yaitu tidak pilih-pilih teman. tidak
ingin hutang budi dan berpegang pada komitmen. Meskipun sering
bertengkar, tetapi partisipan tetap berpegang teguh pada komitmen
pernikahan.
Strategi coping self controlling yang kedua yaitu pengendalian
perasaan. Bentuk pengendalian perasaan yaitu meyakinkan diri untuk tidak
mengeluh dan harus bersabar yang muncul pada ITN2 terutama saat
mengurus anak sendiri meskipun ada perasaan capek. Bentuk lain dari
pengendalian perasaan dalam penelitian ini yaitu menahan diri untuk tidak
menangis diperjalanan karena banyak orang di bus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Accepting Responsibility ( Menerima Tanggungjawab). Seseorang yang
menggunakan coping accepting responsibility akan menerima segala sesuatu
sebagaimana mestinya dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang dialami.
Menjadi istri TNI-AD harus mengikuti aturan yang berlaku. Hal ini termasuk
menerima risiko ditinggal tugas oleh suami.
Menerima risiko
ITN1: satu minggu itu emang sedihhh banget kan selang itu udah. cobak
adaptasikan dengan keadaan kayak gini yodahlah ngakpapa, yodahlah
namanya tugas, namanya udah resiko gitukan (baris 136-139)
Ya sedih lah. tapi nggak cuma sendiri kayak gitu Teman sebelah juga nggak
didampingi suami Sebelumnya juga ada teman yang ditinggal suami (baris
191-193)
Ya nggak masalah sih. Namanya juga risiko namanya menjadi istri kan ya.
Ada yang sampe di ikutin kabur gitu Saya kan kalo udah di asrama, kalo
nggak penting-penting banget, keluar tu males (baris 252-256)
ITN2: Antara e, iklas nggak iklas nggak iklas suami tugas. Tapi ya risiko, jadi
ya harus dijalani (baris 48-49)
Selain harus menerima risiko menjadi istri TNI-AD, partisipan juga perlu
menyesuaikan diri untuk dengan kondisi yang dialami.
Menyesuaikan diri
ITN1: Lama-lama sebulan, 2 bulan terbiasa aja. Lama-lama nggak kerasa,
tau-tau udah mau pulang Cepet..Udah balik lagi ke penampungan, jadikan
sinyal ada lagi (baris 132-134)
ITN2: Saya tu dari awal masuk kesini aja udah kaget mbak dengan
peraturannya yang PERSIT harus seprti ini, seperti ini apalagi pas habis
selesai sekolah, nikah, langsung isi. Jadi ya harus sabar..sabar..sabar aja
terus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
ITN3: jadi kalo telpon itu ya berenti gitu. tapi jam-jam an. Malam jarang
telpon, gentian sama yang lain. Kadang bisa siang, bisa sore. hp nya belum
canggih mbak (baris 55-57)
keluarnya ngak boleh lama. kalo dibatasi gitu gimana perasaannya bu? Ya
kan kita udah dikasi tau mbak kalo ditinggal itu istri prajurit itu ya harus anu
apa. harus tau ,nggak kayak orang biasa Apa-apa ada aturannya. Jadi pas
awal nikah tau kalo akan ditinggal? Ya tau lah. Kan dikasi tau to besok kalo
tentara gini, sering ditinggal gitu mau nggak.
Peneliti akan membahas bentuk coping accepting responsibility yang
menonjol dalam penelitain yaitu menyesuaikan diri dengan kondisi yang
dialami. Untuk bisa menyesuaikan diri dengan penugasan suami, sebagai istri
TNI-AD partisipan menerima risiko penugasan suami yaitu ditinggal tugas
meskipun ada perasaan berat, antara iklas dan tidak iklas akan tetapi
partisipan menyadari bahwa hal tersebut merupakan risiko yang harus
dijalani.
Partisiapan mmenyadari bahwa menjadi istri TNI-AD tidak seperti istri
pada umumnya karena istri TNI-AD memiliki aturan-aturan yang harus
dijalankan. Salah satunya yaitu tetap tinggal di asrama batalyon selama suami
bertugas. Hal ini dilakukan oleh seluruh partisipan yang tinggal di asrama
batalyon. ITN2 menceritakan bahwa pada awal datang ke batalyon partisipan
merasa kaget dengan aturan-aturan yang yang ada. Selain itu, istri TNI-AD
tidak bisa sembarang keluar masuk batalyon karena adanya pembatasan
waktu untuk ijin keluar. Pada saat ingin keluar batalyon, partisipan harus
menulis ijin dan setelah pulang kembali juga harus mengisi laporan kembali.
Bentuk lain penyesuaian diri yang harus dilakukan oleh partisipan saat
ditinggal suami bertugas yaitu adanya keterbatasan komunikasi. Saat berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dalam lokasi penugasan suami tidak bisa selalu memberi kabar karena harus
bergantian mencari singnal komunikasi
Distancing . Seseorang yang menggunakan coping distancing berupaya
untuk mengelola emosi dengan berusaha menghindari atau berhenti
memikirkan masalah sepenuhnya. Dalam penelitian ini coping distancing
muncul pada ketiga partisipan seperti mengalihkan perhatian pada aktivitas
yang padat yang telah dijadwalkan.
Kumpul ibu-ibu
ITN1: Yaudah misalnya udah yang dalam rumah beres, keluar.. kumpul gitu
teman-teman. trus kadang juga kan sering ada kegiatan diasrama. jadi ya
nggak terlalu sepi-sepi banget, Jadi yaudah nggak kerasa (baris 129-130)
ITN2: Ya ini lah, kadang dibuat kumpul-kumpul ibu-ibu kegiatan. Itu nanti
ilang sendiri kok (baris 180)
ITN3: Ya kan kegiatan juga full mbak. Kalo ditinggal tugas gitu jadi
memang kegiatan dibanyakin Palig liburnya Cuma hari minggu, jumat, apa
sabtu (baris 132-134)
Olahraga
ITN3: Biasanya kalo senin itu, senin selasa itu mesti olahraga bersama
jumat olahraga bareng (baris 136-137)
Untuk menghindari rasa bosan, para partisipan dalam penelitian ini juga
menggunakan coping distancing dengan jalan-jalan di luar asrama batalyon
meskipun dengan waktu yang terbatas.
Jalan-Jalan
ITN1: Soalnya waktu itu kan pergi juga paling ke sunmor itu paling rame-
rame gitu . jadi rame-rame ke sunmor yuk..biar nggak sepi trus, kayak gitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
ITN3: Kalo bosan tak ajak jalan-jalan ke alun-alun dibatasi keluarnya ngak
boleh lama (baris 105-106)
Bentuk coping distancing lainnya yang juga muncul dalam penelitian ini
yaitu bersikap cuek yang muncul pada ITN1.
Berdasarkan hasil penelitain dapat disimpulkan bahwa bentuk distancing
coping yang paling sering muncul yaitu berkumpul bersama ibu-ibu
lingkungan batalyon. Saat suami dalam satuan tugas, kegiatan ibu-ibu persit
sengaja dipadatkan bahkan hampir setiap hari selalu ada kegiatan bersama.
Selain itu juga muncul distancing dengan cara olahraga bersama. Hal ini juga
merupakan bagian dari kegiatan yang sudah dijadwalkan untuk ibu-ibu persit.
Bentuk distancing coping yang jarang muncul yaitu jalan-jalan. Untuk
menghilangakan rasa bosan, partisipan pergi ke tempat hiburan baik bersama
teman maupun bersama anak meskipun dengan waktu yang terbatas.
Escape Avoidance.
Tidak saling teguran
ITN1: Ya posisi sempat nggak teguran. Ya malas gitu lo. Jengkel (baris 278)
Bentuk coping avoidance lainnya juga muncul dalam penelitian ini yaitu
bersikap Bodoh amat yang muncul pada ITN1.
Mada bodoh
ITN1: Kalo aku sih apa ya..masa bodoh, maksudnya bisa dibilang acuh tak
acuh orangnya. Soalnya posisi kan lagi hamil, kan nanti nggak kepikiran
juga (271-272)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Untungnya saya cuek, akhirnya ke balas Kita nggak ngapa-ngapain dia, kita
nggak ganggu dia, dia suka cari kesalahan kita (baris 265-266)
Berdasarkan hasil penelitain diaats dapat disimpulkan bahwa Escape
avoidance coping yang muncul dalam penelitian ini yaitu tidak berteguran
dengan orang yang menjadi salah satu sumber stress karena merasa jengkel.
Selain tidak berteguran, partisipan juga bersikap masa bodoh terhadap sumber
stress tersebut. Pada peenlitian ini, escape avoidance coping hanya muncul
pada satu partisipan.
Positif Reapraisal. Seseorang yang menggunakan coping ini menciptakan
makna positif dengan berfokus pada pertubuhan pribadi. Hal ini juga
termasuk pengalaman religius.
Berdoa
ITN2: Minta sama Allah jaga suami (baris 153)
ITN3: nanti hari rabu itu biasanya yasinan pagi bareng di kompi trus kamis
nanti yasinan di kompi di masjid gitu (baris 138-139)
Bentuk coping positif reapraisal yang juga muncul pada istri TNI-AD dalam
penelitian ini yaitu Bersyukur.
Bersyukur
ITN2: Allhamdulillah..suami jugak mungkin nggak bias jauh toh mbak
(baris 94)
ITN3: Tapi kan ada anak-anak, Allhamdulillah mbak .positif aja sih kalo
saya pikirannya (baris 96)
Kalo sekarang ya nggak. Allhamdullilah Udah biasa ditinggal (baris 11 in 5-
116)
Tapi kan udah ada anak-anak jadi nggak sepi banget mbak. Untung ada
anak-anak itu loh (baris 131)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Saya biasa aja, untungnya anak cewek itu nggak terlalu rewel mbak bayinya
maksudnya dia nggak rewel gitu lo jadi diam bisa di sambil jadi enak toh
(baris 146-147)
Selain itu, bentuk coping yang termasuk dalam positif reappraisal yaitu
menemukan makna positif
Makna Positif
ITN1: Tapi untungnya itu, punya tetangga yang baik-baik itu aja sih (baris
119)
Mikirnya waktu itu yaudahlah nggak ada suami. tapi orang sini baik-baik
semua (baris 195)
Untungnya nggak pernah begadang kan, termasuk nggak susah juga ngurus
pas kecil. Ngerti juga loh ibunya Cuma sendiri gitu Untungnya kalo misal
pas ditinggal masak, ditinggalin mainannya diem gitu. Tau-tau tidur (baris
213-215)
ITN2: Ya gimana ya mbak, susah diceritain Susah e diungkapkan pake kata-
kata kan gimana ya Pasti senang, lahirannya normal, lancer (baris 58-60)
ITN3: tapi lebih enak sih di libanon.kan dia jaga-jaga kayak perdamaian
gitu lo. Kayak sering patrol-patroli (baris 21-22)
Menjaga komitmen
ITN2: Kalo dari segi e, menjaga komitmen itu e..nggak terlalu saya
khawatirkan sih. Karena memang dari pacaran jugak udah 8 tahun Mungkin
dari segi kesetiaannya juga udah percaya (baris 125-127)
Berpikir Positif
ITN3: Udah pengalaman ditinggal beberapa kali to mbak. Jadi positif aja
saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Berserah Pada Tuhan
ITN1: Ah malas ah mikirin orang kayak gituk. Ya diceritain. Biar Allah yang
balas (baris 273)
Mengadu pada Allah
ITN1: Mikirnya, ya Allah, baru nikah, belum lama barengnya lah intinya
(baris 113)
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa coping positif
reappraisal yang paling menonjol yaitu memiliki makna positif yang muncul
pada seluruh partisipan. Selain itu, positif reappraisal yang juga sering
muncul yaitu bersyukur. Kehadiran anak membuat partisipan bersyukur
karena tidak terlalu berfokus pada kepergian suami, meskipun anak juga
sebagai salah satu sumber stress pada pembahasan sebelumnya. Sementara
positif reappraisal yang jarang muncul yaitu berpegang pada komitmen serta
positif reappraisal yang berkaitan dengan komunikasi pada Tuhan seperti
berdoa, berserah pada Tuhan serta mengadu pada Tuhan. Coping reappraisal
dalam penelitian ini banyak berhubungan dengan kehadiran anak dan adanya
orang baik disekitar partisipan.
Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan membahas temuan stress dan coping yang
digunakan pada istri TNI-AD secara umum untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Selain itu, peneliti akan memberikan interpretasi berdasarkan hasil
penelitain dengan membandingkan dengan penelitain sebelumnya dan juga
mengaitkan pada latarbelakang partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Istri TNI-AD yang ditinggal tugas pada daerah yang berbeda dalam waktu
yang cukup lama akan mengalami tanda-tanda stress . Adapun tanda stress yang
muncul pada istri TNI-AD yang ditinggal tugas secara umum disebabkan oleh
beberapa sumber stress, yaitu life event dan chronic strain. Secara umum, tanda
stress yang muncul yaitu tanda stress psikologis berupa perasaan sedih, khawatir,
mudah marah, bermalas-malasan dan juga kepikiran suami. Perasaan sedih
muncul disebabkan oleh sumber stress life event yaitu ditinggal tugas oleh suami
dalam waktu yang cukup lama sehingga partisipan merasa kehilangan teman
untuk sharing.
Selain itu, tanda stress berupa perasaan khawatir juga sering muncul yakni
perasaan khawatir akan perjalanan, kesehatan dan juga khawatir akan kondisi
suami saat daalm perang ataupun dalam situasi rawan konflik. Perasaan khawatir
yang dialami partisipan bersumber dari chronic strain berupa tekanan dalam diri
individu karena tidak tahu akan kondisi suami sehingga menimbulkan rasa
khawatir dan cemas pada partisipan. Chronic strain berupa ketidaktahuan akan
kondisi suami juga menyebabkan partisipan sering kepikiran suami. Sementara
itu, saat suami bertugas, partisipan juga cenderung bermalas-malasan yang
bersumber dari life event yaitu adanya perubahan interaksi individu dengan
lingkungan akibat ditinggal tugas, seperti lebih malas masak dibanding saat suami
berada di rumah. Tanda stress lain yang juga muncul dalam penelitian ini yaitu
perilaku mudah marah yang bersumber dari chronic strain akibat ketidaksesuaian
antara tuntutan yang dirasakan sebagai orangtua dan kemampuan partisipan dalam
memenuhi tuntutan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Saat mengalami stress, partisipan memerlukan coping untuk mengurangi atau
mentolerir tuntutan-tuntutan baik secara internal maupun eksternal. Coping stress
yang sering digunakakan dalam penelitian ini yaitu problem focused coping atau
coping yang berfokus pada masalah. Probem focused coping yang paling
menonjol yaitu planfull problem solving Planful problem solving banyak
digunakan pada situasi yang berhubungan dengan anak, baik saat sedang hamil,
melahirkan hingga mengurus anak tanpa bantuan suami. Problem focused coping
yang juga sering muncul yaitu seeking social support. Suami menjadi sumber
dukungan emosional bagi istri, terutama untuk berbagi cerita dan bertukar pikiran.
Akan tetapi, ketika komunikasi dengan suami terhambat akibat kurangnya signal
komunikasi, istri memerlukan orang lain untuk berbagi cerita, dalam hal ini yaitu
oragtua atau keluarga partisipan. Sementara pada emotional focused coping
partisipan menggunakan self controlling atau pengendalian tindakan dengan
mencoba mengatasi masalah sendiri terlebih dahulu. Selain itu juga memiliki
pengendalian tindakan untuk tidak langsung bercerita pada suami agar tidak
menganggu konsentrasi yang diduga akan berdampak pada keselamatan suami.
Partisipan juga menggunakan coping accepting responsibility dengan
menyesuaikan diri sebagai istri TNI-AD yang harus tinggal dilingkungan batalyon
dan menerima risiko penugasan suami. Saat penugasan suami, seluruh partisipan
menggunakan coping distancing yang diberlakukan bagi seluruh anggota persit
dalam lingkungan batalyon seperti olahraga dan pertemuan lainnya. Selain adanya
kegiatan rutin seperti olahraga, juga muncul coping positif reappraisal yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
pengajian bersama bagi yang beragama islam. Bentuk lain dari coping positif
reappraisal yang muncul pada seluruh partisipan yaitu memiliki makna positif.
Penugasann suami yang berada pada daerah rawan konflik menimbulkan
rasa khawatir akan keselamatan suami yang menjadi sumber stress berupa
Chronic Strain pada partisipan. Rasa khawatir dialami oleh seluruh partisipan
namun pada konteks yang berbeda. Pada ITN1 rasa khawatir muncul saat
perjalanan suami yang bertugas di Kalimantan menggunakan helicopter. Hal ini
terjadi karena partisipan pernah mendengar berita helicopter yang hilang sehingga
khawatir akan terjadi hal yang serupa pada suami. Sementara pada ITN2 rasa
khawatir muncul ketika mengetahui suami berurusan dengan sindikat narkoba
yang diduga membawa senjata api maupun senjata taham sehingga
mengkhawatirkan kselamatan suami. Perasaan khawatir akan kselamatan suami
juga dialami oleh ITN3 saat suami bertugas pada daerah rawan konflik, yaitu
menjaga perdamaian di libanon. Selain itu, ITN3 juga menghawatirkan kesehatan
suami saat suami sedang bertugas di papua karena sedang khawatir terkena
malaria. Adapun penelitian yang mendukung penelitian ini yaitu Burrell et al
(2006) menyebutkan pada dasarnya, dinas militer membawa risiko cedera dan
kematian. Risiko ini paling jelas selama masa perang, tetapi juga ada selama misi
kemanusiaan dan penjaga perdamaian, serta selama pelatihan lapangan.
Kekhawatiran tersebut semakin kuat ketika partisipan mengetahui ada berita yang
berhubungan dengan situasi yang sama dengan yang dihadapi suami saat itu.
Penelitian ini juga didukung oleh Dimiceli (2009) yang menyatakan kekhawatiran
bahwa suami akan terluka atau tidak dapat kembali ke rumah meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
tingkat kecemasan pada istri, terlebih ketika mengetahui ada tentara lain yang
terluka atau tewas saat bertugas
Pada tanda stress perilaku muncul tanda stress yaitu mudah marah yang
dialami oleh ITN2 berkaitan dengan pengasuhan dimana partisipan ingin istirahat
sementara anak tidak mau diajak tidur. Sementara pada ITN3 rasa marah muncul
ketika suami tidak bisa dihubungi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kansas et al, (2015) yang mengatakan bahwa perasaan marah dan
kesal juga muncul terhadap situasi yang dialami akibat kurangnya dukungan
pasangan, baik secara emosional maupun dukungan langsung. Selain itu, pada
tanda perilaku, partisipan jadi bermalas-malasan saat tidak ada suami, termasuk
menjadi jarang masak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Litiloly dan Swastiningsih (2014) yang menyebutkan bahwa adanya gejala stress
berupa aspek perilaku yaitu adanya rasa malas pada istri selama suami bekerja ke
luar daerah.
Penugasan suami pada daerah tertentu dalam waktu yang cukup lama dapat
menimbulkan sumber stress life event bagi partisipan. Beberapa tanda stress yang
diakibatkan oleh sumber life event dalam penelitian ini yaitu munculnya tanda
stress fisik. Tanda stress fisik hanya muncul pada ITN1 dan ITN2. Adapun tanda
stress fisik yang muncul pada ITN1 yaitu demam yang diakui partisipan karena
sering memikirkan suami. Selain itu, saat ditinggal suami bertugas partisipan
mengatakan tidak bisa tidur nyenyak jika belum mendapat kabar dari suami.
Sementara pada ITN2 stress fisik yang muncul yaitu kelelahan karena mengurus
anak sendiri tanpa bantuan pasangan. Selain kelelahan, tanda stress fisik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
juga muncul pada ITN2 yaitu nafsu makan berkurang. Penelitian ini sejalan
dengan Burton et al (2009) juga menemukan bahwa pada pasangan yang
ditugaskan, tingkat stress somatisasi lebih tinggi daripada pasangan yang tidak
ditinggal tugas. Keluhan somatic yang paling umum adalah kesulitan tidur,
masalah punggung, rendah energi dan kelelahan. Sementara pada ITN3 tidak
muncul tanda-tanda stress fisik karena menurut partisipan ia tidak boleh sakit
karena harus mengurus anak-anak.
Dalam proses menyesuaikan diri dengan ketidakhadiran suami, istri harus
mengelola rumah tangga akibat penugasan suami. Hal ini sangat menantang bagi
wanita yang sedang hamil atau yang memiliki anak kecil, karena banyak ibu muda
mengalami kesulitan untuk mempertahankan rutinitas sementara suami mereka
ditugaskan (Kelly et al, 1994). Hal ini juga ditemukan dalam penelitian ini yaitu
mengelola rumah tangga sendiri termasuk juga mengurus anak tanpa bantuan
suami. Seluruh partisipan mengalami pengalaman tidak ditemani suami saat
melahirkan hingga mengurus anak sendiri. Mengurus anak sendiri tanpa bantuan
suami juga merupakan salah satu sumber stress bagi partisipan. Hal ini
berhubungan denagn chronic strain, yaitu adanya ketidaksesuaian antara tuntutan
yang dirasakan orangtua dan kemampuan orangtua dalam memenuhi tuntutan
tersebut. Ketidaksesuain tuntutan pengasuhan yang sering dikeluhkan partisipan
yaitu ketika anak sakit, adanaya kelelahan mengurus anak sendiri akibat tidak
adanya bantuan pasangan sementara partisipan ingin istirahat. Selain itu, ketika
baru melahirkan, partisipan akan banyak begadang dan mengurus anak sendiri.
saat suami bertugas, partisipan ditemani orangtua saat melahirkan, akan tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
setelah satu hingga tiga bulan, orangtua partisipan akan pulang dan partisipan
harus mengurus anak sendiri tanpa bantuan keluarga maupun suami.
Ketidakhadiran suami juga menimbulkan tanda stress emosi yaitu perasaan sedih
karena suami tidak menemani saat melahirkan maupun mengasuh anak.
Pada tanda stress kognisi, adanya rasa curiga yang dialami ITN1 dan
bingung membagi waktu pada ITN2 dan juga kepikiran suami pada ITN1 dan
ITN2. Sementara pada ITN3 tidak muncul tanda stress kognitif. Hal ini sesuai
dengan pernyataan ITN3 yang mengatakan bahwa dirinya sudah biasa ditinggal
tugas sehingga cenderung berpikir positif. Sementara pada tanda stress
tingkahlaku tanda stress yang muncul yaitu bermalas-malasan yang muncul pada
ITN1 dan ITN2. Selain itu juga muncul perilaku marah-marah yang terjadi pada
ITN2 yang berkaitan dengan kelelahan yang dialami sehingga menjadi mudah
marah ketika anak tidak mau tidur sementara partisipan ingin istirahat. Pada ITN3
rasa marah muncul ketika suami tidak bisa dihubungi.
Selain itu, Keterbatasan jaringan komunikasi menjadi salah satu sumber
stress berupa chronic strain bagi partisipan. Sunpatmi dan Masykur (2018)
menyebutkan bahwa salah satu problematika istri pelaut yang menjalani
pernikahan jarak jauh yaitu masalah komunikasi. Adanya keterbatasan jaringan
komunikasi dalam penelitian ini membuat partisipan harus memikirkan sendiri
masalah yang dihadapi tanpa bisa meminta pendapat suami. Suami merupakan
teman sharing atau berbagi cerita, teman untuk bertukar pikiran dan juga parthner
hidup seperti yang dikatakan oleh ITN2. Akan tetapi keterbatasan jaringan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
komunikasi pada tempat penugasan suami menyebabkan komunikasi tertunda
sehingga menimbulkan stress.
Problem focused coping yang sering muncul yaitu seeking social support.
Suami menjadi sumber dukungan emosional bagi istri, terutama untuk berbagi
cerita dan bertukar pikiran. Akan tetapi, ketika komunikasi dengan suami
terhambat akibat kurangnya signal komunikasi, istri memerlukan orang lain untuk
berbagi cerita, dalam hal ini yaitu oragtua atau keluarga partisipan. Sementara
teman letting, atau tetangga bukan menjadi sumber utama dalam berbagi cerita
atau keluh kesah saat ditinggal suami karena partisipan. Selain itu, berkumpul
bersama teman atau sesama ibu persit. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dandeker at al, (2006) yang menemukan bahwa
dukungan sosial yang berasal dari teman dapat membantu pasangan mengurangi
rasa kesepian ketika pasangan berada di tempat tugas. Akan tetapi, dukungan
sosial dari lingkungan militer bukan menjadi faktor utama sebagai pendukung.
Sebagai istri TNI-AD harus siap merima konsekuensi dari penugasan suami.
Konsekuensi penugasan tersebut yaitu ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama
yang akan berdampak pada kehidupan perkawinan dan seluruh anggota keluarga (
Praskash, et al, 2011). Pada penelitian ini, meskipun ada perasaan berat dan antara
iklas dan tidak iklas akan tetapi partisipan menyadari bahwa hal tersebut
merupakan risiko yang harus dijalani. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Sari dan Wulandari (2015) yang menemukan bahwa aspek
resiliensi pada istri anggota TNI-AD dapat ditemukan pada situasi yang menekan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
serta secara tidak langsung mengasah kemapuan untuk mengontrol emosi dengan
berbagai keadaan.
Emotional focused coping yang sering muncul yaitu seseorang yang
menggunakan coping ini berupaya mengatur tindakan dan perasaanya. Bentuk
pengendalian diri yang pertama yaitu pengendalian tindakan. Pengendalian diri
yang sering muncul yaitu tidak langsung bercerita Partisipan menunda untuk
membagikan cerita kepada suami. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya jaringan
komunikasi di tempat penugasan suami. Selain itu, alasan partisipan untuk tidak
membagi cerita kepada suami yaitu karena tidak ingin suami kepikiran yang
dikhawatirkan akan berdampak pada konsentrasi suami dalam menjalankan tugas.
Penelitian yang sejalan dengan hasil penelitian ini oleh Hill (1949) bahwa istri
militer mungkin ragu untuk berbagi stress dengan suami karena takut akan
mengalihkan perhatian suami yang dikhawatikan akan mempengaruhi
keselamatan suami saat bertugas. Namun berbeda pada ITN2 yang tidak menunda
berbagi informasi pada suami. ITN2 cenderung berbagi cerita apapun kepada
suami termasuk juga berkeluh kesah. Karena menurut partisipan,suami juga harus
mengetahui apa yang partisipan alami.
Saat suami bertugas, partisipan juga menggunakan coping distancing.
Adapun distancing coping yang muncul dalam penelitian ini yaitu dengan
menyibukkan diri dengan kegiatan untuk mengurangi pikiran tentang suami.
Bentuk distancing coping dalam penelitan ini yaitu dengan melakukan olahraga
dan berkumpul bersama ibu-ibu persit yang sudah dijadwalkan. Kegiatan tersebut
hampir diadakan setiap hari seperti senam pagi serta pertemuan lainnya. Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
yang sejalan dengan penelitian ini oleh Blank (2012) yang mengatakan bahwa
perilaku yang sering digunakan adalah berusaha untuk tetap sibuk dan olahraga
adalah salah satu strategi coping yang dianggap paling efektif. Berdasarkan hasil
penelitian, melakukan kegiatan bersama ibu-ibu lainnya memang dapat megurangi
pikiran tentang suami dan mengurangi rasa kesepian. Meskipun kegiatan tersebut
terbukti dapat mengurangi rasa kesepian dan mengurangi pikiran tentang suami,
tetapi hal ini juga dapat menjadi salah satu sumber stress bagi partisipan terutama
karena bingung harus membagi waktu antara mengurus anak dan mengikuti
kegiatan seperti yang dialami ITN2.. .
Coping stress positif reappraisal yang paling menonjol yaitu memiliki
makna positif yang muncul pada seluruh partisipan. Selain itu, positif reappraisal
yang juga sering muncul yaitu bersyukur. Kehadiran anak membuat partisipan
bersyukur karena tidak terlalu berfokus pada kepergian suami, meskipun anak
juga sebagai salah satu sumber stress pada pembahasan sebelumnya. Selain itu,
positif reappraisal yang jarang muncul yaitu menjaga komitmen yang muncul
pada ITN2 berpikir positif dan berserah kepada Tuhan. Positif reappraisal banyak
berhubungan dengan kehadiran anak dan adanya orang baik disekitar partisipan
Coping yang jarang muncul yaitu confrontative coping pada problem solving
yang muncul pada ITN1 dengan memberi sindiran. Sementara pada ITN2
confrontative yang muncul yaitu menunjukkan kemarahan. Coping ini tidak
muncul pada ITN3 mungkin karena partisipan yang cenderung berpikir positif dan
sudah memiliki pengalaman ditinggal lebih sering disbanding kedua partisipan.
Selain itu, coping yang juga jarang muncul pada emotional focused coping yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
coping avoidance. Coping ini hanya muncul pada ITN1 yaitu tidak berteguran
dengan orang yang menjadi salah satu sumber stress karena merasa jengkel.
Selain tidak berteguran, partisipan juga bersikap masa bodoh terhadap sumber
stress tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, peneliti mengambil beberapa
kesimpulan untuk mengekplorasi pengalaman stress dan coping yang digunakan
pada istri TNI-AD saat ditinggal suami bertugas. Adapun kesimpulan penelitian
ini sebagai berikut:
1. Istri TNI-AD yang ditinggal tugas dinas militer dalam waktu yang relatif
lama mengalami stress berupa stress fisik dan psikologis. Stress yang dialami
istri TNI-AD bersumber dari life-events akibat ditinggal tugas dalam waktu
yang relatif lama. Selain bersumber dari life event, tanda stress yang muncul
juga bersumber dari chronic strain.
2. Tanda stress fisik yang muncul dalam penelitian ini yaitu kelelahan akibat
pengasuhan tanpa bantuan suami yang bersumber dari chronic strain kberupa
tuntutan yang dirasakan sebagai orangtua dan kemampuan untuk memenuhi
tuntutan tersebut. Selian itu, tanda stress fisik lain yaitu demam dan
penurunan nafsu makan yang bersumber dari life event yang terjadi karena
penugasan suami pada awal penugasan. Tanda stress fisik lain yang muncul
yaitu tidur tidak nyenyak ketika belum mendapat kabar dari suami. Pada tanda
stress fisik hanya muncul pada ITN1 dan ITN2 sementara ITN3 mengatakan
ia tidak boleh sakit karena harus mengurus anak.
3. Seluruh partisipan menunjukkan adanya tanda stress psikologis berupa
tanda emosi, kognitif dan tingkahlaku. Stress psikologis yang terjadi saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
ditinggal suami bertugas bersumber dari life event. Hal ini mengakibatkan
munculnya perasaan sedih dan kesepian. Sumber Stress life event juga
mengakibatkan munculnya sumber stress lain berupa chronic strain.
Pengasuhan anak tanpa bantuan suami merupakan salah satu sumber cronic
strain bagi partisipan yang menyebabkan kelelahan akibat pengasuhan yang
juga menimbulkan rasa marah bagi partisipan. Selain itu, sumber chronic
strain lain yaitu adanya hambatan dalam komunikasi serta tantangan
penugasan suami menyebabkan partisipan tidak tahu akan kondisi suami
sehingga menimbulkan rasa khawatir dan cemas pada partisipan. Selain itu,
penugasan suami mengakibatkan munculnya rasa malas dari biasanya seperti
cenderung malas masak.
4. Seluruh partisipan menggunakan problem focused coping yaitu planful
problem coping dan seeking social support. Penggunaan planful probem
coping ditemukan terkait cara partisipan mengubah situasi yang berkaitan
dengan anak. Pada seeking social support, suami merupakan sumber
dukungan utama bagi partisipan Akan tetapi, ketika tidak memungkinkan
untuk mendapatkan dukungan suami, partisipan mengandalkan keluarga
sebagai sumber dukungan. Semetara teman dan tetangga menjadi dukungan
langsung seperti teman ngobrol dan juga bantuan langsung saat melahirkan
atau megantar anak ke rumah sakit.
5. Adapun emotional focused coping yang digunakan seluruh partisipan yaitu
coping distancing dengan cara menyibukkan diri seperti olahraga bersama dan
pertemuan lainnya. Hal ini memang sudah diprogramkan oleh pihah pengurus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
batalyon ataupun persit. Selain berolahraga, partisipan juga sesekali
berpergian mencari hiburan di luar asrama batalyon. Selain itu, adanya
pengajian bergilir juga merupakan coping positif reappraisal yang ditemukan
pada seluruh partisipan, karena merupakan kegiatan rutin yang harus diikuti
oleh anggota lingkungan batalyon.
6. Sebagai istri TNI-AD Partisipan menerima konsekuensi yaitu ditinggal
tugas dalam waktu yang cukup lama sehingga partisipan perlu menyesuaikan
diri, Saat suami bertugas, partisipan juga mengendalikan tindakan dan
perasaan. Bentuk pengendalian tindakan yaitu tidak langsung bercerita pada
suami, tidak pilih teman, berpegang pada komitmen. Sementara pengendalain
perasaan yaitu mengatasi masalah sendiri, bersabar, tidak menangis di tempat
umum.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:
1. Peneliti kurang bayak melakukan rapport pada partisipan. Rapport hanya
dilakukan pada pertemuan awal yang disepakati dengan senior persit setelah
kegiatan rutin berlangsung
2. Peneliti kurang dapat menggali tanda stress fisik dan kognitif dengan
metode penelitain yang digunakan
3. Peneliti kurang mampu menggali stress terkait kehidupan pernikahan
antara hubungan suami dan istri dan pengungkapan kasih sayang selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
ditinggal suami bertugas dan hanya berfokus pada stress terkait
pengasuhan anak tanpa bantuan suami
4. Peneliti kurang menggali seberapa efektif coping yang digunakan
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil identifikasi kelemahan diatas, berikut
beberapa saran yang dapat peneliti ajukan:
Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk memastikan ketersediaan
partisipan berdasarkan kriteria yang dibutuhkan terlebih dahulu. Setelah
menemukan partisipan yang sesuai dengan kriteria maka perlu membangun
rapport dan mengikuti kegiatan harian setidaknya sekali untuk melihat gambaran
kegiaatan yang dilakukan di lapagan. Selain itu, untuk peneliti selanjutnya yang
ingin meneliti terkait stress yang dialami, disarankan untuk menggunakan mix
method yaitu dengan memberikan kuisioner skala stress terlebih dahulu lalu
kemudian dilengkapi dengan pengambilan data wawancara untuk memperdalam
tanda stress. Selain itu, dalam hal coping stress disarankan menggali seberapa
efektif coping yang digunakan seperti distancing yang diterapkan oleh semua
partisipan. Penelitain selanjutnya juga disarankan untuk mengungkap stress
terkait hubungan pernikahan dan juga pengungkapan kasih sayang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Bagi Psikolog TNI-AD
Perlu untuk memantau secara berkala mengenai stress yang dialami istri
TNI-AD saat ditinggal suami bertugas, terutama bagi istri yang pertama kali
ditinggal tugas. Selain itu, mengingat stress yang dirasakan cenderung terkait
pengasuhan anak, maka disarankan agar psikolog TNI-AD memanfaatkan
pertemuan rutin PERSIT dengan mengisi pertemuan terkait dengan parenting
sehingga para ibu lebih bisa percaya diri dalam menghadapi tantangan terkait
pengasuhan tanpa suami.
Bagi calon pasangan TNI-AD
Diharapkan setelah membaca penelitian ini, calon pasangan TNI-AD dapat
mempelajari pengalaman-pengalaman istri TNI-AD yang pernah ditinggal tugas
dan dinamika yang ada dalam lingkungan batalyon sehingga memiliki gambaran
untuk bisa menyesuaikan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R., Abidin, M. Z., & Riskasari, W. (2018). Hubungan antara self
disclosure dan religiusitas dengan komitmen pernikahan pada istri pelaut
TNI-Al. Jurnal Psikologi Poseidon (Jurnal Ilmiah Psikologi dan Psikologi
Kemaritiman), 1(1), 25-35. https://doi.org/10.30649/jpp.v1i1.10
Barlyra, A. (2014). Studi deskriptif mengenai strategi penanggulangan stress
pada istri Prajurit Batalyon “X” yang sedang ditinggal bertugas pertama
kali [Thesis tidak diterbitkan]. Universitas Maranatha
Burrell, L. M., Adams, G. A., Durand, D. B., & Castro, C. A. (2006). The impact
of military lifestyle demands on well-being, army, and family outcomes.
Armed Forces & Society, 33(1), 43–58.
https://doi.org/10.1177/0002764206288804
Blount, B. W., Curry, A., & Lubin, G. I. (1992). Family separations in the
military. Military Medicine, 157(2), 76-80.
https://doi.org/10.1093/milmed/157.2.76
Burton, T., Farley, D., & Rhea, A. (2009). Stress-induced somatization in spouses
of deployed and nondeployed servicemen. Journal of the American
Academy of Nurse Practitioners, 21(6), 332–339.
https://doi.org/10.1111/j.1745-7599.2009.00411.x
Cafferky, B., & Shi, L. (2015). Military wives emotionally coping during
deployment: balancing dependence and independence. The American
Journal of Family Therapy, 43(3), 282–295.
https://doi.org/10.1080/01926187.2015.1034633
Coyne, J. C., Aldwin, C., & Lazarus, R. S. (1981). Depression and coping in
stressful episodes. Journal of Abnormal Psychology, 90(5), 439–447.
https://doi.org/10.1037/0021-843x.90.5.439
Damayanti, F. E., Ratnawati, R., & Fevriasanty, F. I. (2016). Pengalaman istri
tentara (TNI-AD) yang tinggal di Batalyon saat suami bertugas di daerah
rawan konlik. Jurnal Ilmu Keperawatan: Journal of Nursing Science, 4(2),
127–144. https://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/113/132
Dimiceli, E. E., Steinhardt, M. A., & Smith, S. E. (2009). Stressful experiences,
coping strategies, and predictors of health-related outcomes among wives
of deployed military servicemen. Armed Forces and Society, 36(2), 351–
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
373. https://doi.org/10.1177/0095327x08324765
Dohrenwend, B. P. (2006). Inventorying stressful life events as risk factors for
psychopatology: Toward resolution of the problem of intracategory
variability. Psychological Bulletin, 132(3), 477-495.
https://doi.org/10.1037/0033-2909.132.3.477
Fausiah, F., & Widury, J. (2005). Psikologi abnormal klinis dewasa. UI-Press.
Folkman, S., Lazarus, R. S., Dunkel-Schetter, C., DeLongis, A., & Gruen, R. J.
(1986). Dynamics of a stressful encounter: Cognitive appraisal, coping,
and encounter outcomes. Journal of Personality and Social Psychology,
50(5), 992–1003. https://doi.org/10.1037/0022-3514.50.5.992
Hurlock, & Elizabeth, B. (1997). Psikologi perkembangan suatu pendekatan
rentang kehidupan (Edisi kelima). Erlangga.
Joseph, A. L., & Afifi, T. D. (2010). Military wives’ stressful disclosures to their
deployed husbands: The role of protective buffering. Journal of Applied
Communication Research, 38(4), 412–434.
https://doi.org/10.1080/00909882.2010.513997
Jurnaliston, R. (2018, December 4). Pos TNI di Distrik Mbua hancur diserang 250
Orang. Kompas.Com.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/04/20041161/pos-tni-di-distrik-
mbua-hancur-diserang-250-orang.
Kanner, A. D., Coyne, J. C., Schaefer, C., & Lazarus, R. S. (1981). Comparison of
two modes of stress measurement: Daily hassles and uplifts versus major
life events. Journal of Behavioral Medicine, 4(1), 1–39.
https://doi.org/10.1007/bf00844845
Kelly, M. L., Herzog-Simmer, P. A., & Harris, M. A. (1994). Effects of Military-
Induced Separation on the Parenting stress and family functioning of
deploying mothers. Military Psychology, 6(2), 125–138.
https://doi.org/10.1207/s15327876mp0602_4
Litiloly, F., & Swastiningsih, N. (2014). Manajemen stress pada istri yang
mengalami long distance marriage. Jurnal Fakultas Psikologi, 2(2), 53-
61. https://media.neliti.com/media/publications/241800-manajemen-stres-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
pada-istri-yang-mengalam-221a9ede.pdf
Marnocha, S. (2012). Military wives’ transition and coping: Deployment and the
return home. ISRN Nursing 798342, 2012, 1–8.
https://doi.org/10.5402/2012/798342
Maryam, S. (2017). Strategi coping: Teori dan sumberdayanya. JURKAM: Jurnal
Konseling Andi Matappa, 1(2), 101-107.
https://doi.org/10.31100/jurkam.v1i2.12
Prakash, J., Bavdekar, R., & Joshi, S. (2011). The woes of waiting wives:
Psychosocial battle at homefront. Medical Journal Armed Forces India,
67(1), 58–63. https://doi.org/10.1016/s0377-1237(11)80016-x
Rachmawati, D., & Mastuti, E. (2013). Perbedaan tingkat kepuasan perkawinan
ditinjau dari tingkat penyesuaian perkawinan pada istri BRIGIF 1
MARINIR TNI -AL yang menjalani long distance marriage. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2(1), 1-8.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Dwi%20Rachmawati_110810051_ringk
asan.pdf
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (1998). Health psychology : Biopsychosocial
Interactions (3th
ed.). Wiley.
Sari, D., & Wulandari, D. (2015). Resiliensi diri dalam menghadapi tekanan
kehidupan (studi pada istri anggota TNI Angkatan Darat). PSYCHO
IDEA, 13(1), 12-19.
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PSYCHOIDEA/article/view/157
9
Setyawan, F. (2017, May 17). Empat prajurit TNI tewas saat latihan tempur di
natuna. CNN Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170517194113-20-
215575/empat-prajurit-tni-tewas-saat-latihan-tempur-di-natuna.
Shin, J., Nhan, N. V., Crittenden, K. S., Hong, H. T. D., Flory, M., & Ladinsky, J.
(2006). Parenting stress of mothers and fathers of young children with
cognitive delays in Vietnam. Journal of Intellectual Disability Research,
50(10), 748–760. https://doi.org/10.1111/j.1365-2788.2006.00840.x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Slamet, S., & Markam, S. (2003). Pengantar psikologi klinis. UI-Press.
Supatmi, I., & Masykur, A. M. (2020). “Ketika berjauhan adalah sebuah pilihan”
Studi fenomenologi pengalaman istri pelaut yang menjalani pernikahan
jarak jauh (long distance marriage). Empati, 7(1), 288–294.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/20221/19074
Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam dalam penulisan karya
ilmiah. Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam
psikologi. Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2020). Debriefing dalam penelitian psikologi (Manuskrip tidak
diterbitkan). Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma
Thoits, P. A. (1995a). Stress, coping, and social support processes: where are we?
what next? Journal of Health and Social Behavior, 35, 53-79.
https://doi.org/10.2307/2626957
Wheeler, A. R., & Torres Stone, R. A. (2009). Exploring stress and coping
strategies among national guard spouses during times of deployment: A
research note. Armed Forces & Society, 36(3), 545–557.
https://doi.org/10.1177/0095327x09344066
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran A.
Informed Consent
Saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian
yang dilakukan oleh Yosefa Supiyati dari Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. Saya paham bahwa penelitian ini bertujuan memperoleh informasi
tentang pengalaman saat ditinggal suami bertugas. Saya adalah salah satu dari (6)
orang yang akan dilibatkan sebagai subjek dalam penelitian ini.
1 Partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saya paham bahwa
sebagai subjek saya tidak akan memperoleh imbalan materi. Saya bisa
membatalkan dan tidak melanjutkan partisipasi saya sebagai subjek tanpa
sanksi apa pun. Jika saya memutuskan membatalkan dan tidak melanjutkan
partisipasi saya sebagai subjek, tidak seorang pun akan tahu selain (para)
peneliti.
2 Saya paham bahwa apa yang akan saya lakukan dalam penelitian ini penting
dan mungkin menarik. Namun bila ternyata saya merasa tidak nyaman
melakukannya maka saya berhak menolak memberikan jawaban atau
melakukan tugas yang diminta.
3 Saya paham bahwa partisipasi yang dibutuhkan dari saya adalah menjalani
wawancara yang diselenggarakan oleh peneliti dari Universitas Sanata
Dharma. Kegiatan tersebut membutuhkan waktu selama 60-90 menit. Para
peneliti mungkin akan membuat catatan-catatan, membuat rekaman audio-
video saat kegiatan berlangsung dan melakukan tanya-jawab pada akhir
kegiatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
4 Saya paham bahwa para peneliti tidak akan menyebutkan nama saya dalam
laporan yang disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian ini,
dan bahwa kerahasiaan saya sebagai subjek dalam penelitian ini dijamin
sepenuhnya. Data dan informasi lain yang diperoleh dari penelitian ini hanya
akan digunakan untuk kepentingan ilmiah yang menjamin kerahasiaan individu
dan institusi yang menjadi sumbernya.
5 Saya paham bahwa pimpinan, dosen atau pihak lain di Universitas Sanata
Dharma tidak akan pernah mengetahui jawaban atau hasil pengerjaan tugas
saya dalam penelitian ini. Dengan demikian saya tidak akan pernah mengalami
akibat negatif apa pun dari apa yang saya katakan atau lakukan dalam
penelitian ini.
6 Saya telah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan kepada saya.
Saya telah memperoleh jawaban yang memuaskan terhadap semua pertanyaan
saya, dan secara suka rela saya menyatakan sepakat berpartisipasi sebagai
subjek dalam penelitian ini.
7 Saya telah memperoleh salinan Kesepakatan Partisipasi Penelitian ini.
Yogyakarta,
Mengetahui,
(Yosefa Supiyati) (ITN1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran B.
Form Debriefing
Terima kasih atas peran serta Anda sebagai partisipan dalam penelitian tentang
Pengalaman Stress dan Coping Pada Istri TNI-AD Saat ditinggal Suami
Bertugas Penelitian ini bertujuan mengungkap Pengalaman Stress dan coping
yang digunakan.
Sekali lagi, terima kasih atas peran serta Anda dalam penelitian ini. Jika
Anda mengenal teman atau kenalan yang mungkin juga layak terpilih sebagai
partisipan dalam penelitian ini, saya mohon Anda tidak membicarakan penelitian
ini dengan mereka sampai sesudah mereka memperoleh kesempatan untuk
berperan serta sebagai partisipan. Jika mereka tahu sebelumnya tentang
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian ini, hal itu bisa
menjadikan hasil-hasil penelitian ini tidak valid. Saya akan sangat menghargai
kerjasama Anda terkait hal ini.
Jika ada hal-hal yang ingin Anda tanyakan tentang penelitian ini, silakan
Anda kemukakan sekarang juga atau silahkan menghubungi Pembimbing saya
Prof. A. Supratiknya, Ph.D.melalui [email protected]. Jika
kemudian Anda mengalami kecemasan atau ketidaknyamanan akibat peran serta
Anda dalam penelitian ini, silakan menghubungi saya Yosefa Supiyati melalui
081217036969, atau Pembimbing saya melalui [email protected].
Saya juga memberikan alamat layanan konseling yang bisa Anda manfaatkan
P2TKP yang ada di Fakultas Psikologi Kampus III Universitas Sanata Dharma,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Krodan, Maguwoharjo, kec. Depok, Sleman, Yogyakarta, seandainya Anda
mengalami kecemasan atau ketidaknyamanan akibat peran serta Anda dalam
penelitian ini.
Sekali lagi, terima kasih atas peran serta Anda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI