Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PENINGKATAN MOTIVASI KERJA
PEGAWAI KANTOR CAMAT DALAM MEMBERIKAN
PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT
(Studi Kasus di Sekretariat Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Sosial
OLEH
DARLIS
07C20201024
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
MEULABOH – ACEH BARAT
TAHUN 2014
viii
ABSTRAK
Darlis, 2014. Strategi Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai Kantor Camat
Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat di Sekretariat
Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat. Di bawah Bimbingan Drs.
Moenawar Iha, dan Andi Sayumitra.
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya peran pemimpin dalam efektifitas
pencapaian tujuan dengan melakukan upaya-upaya memberikan bibingan dan
pengarahan, mempengaruhi perasaan dan prilaku orang lain serta menggerakkan
orang lain sehingga dapat meningkatkan partisipasi pegawai dan bertanggung
jawab terhadap pekerjaanya. Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur
aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara,
pemerintah dan pembangunan kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan
ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk dapat
melaksanakan tugas dengan baik, maka pembinaan pegawai diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki sikap dan perilaku
yang berintikan pengabdian, kejujuran, tanggung jawab, disiplin serta wibawa
sehingga dapat memberikan pelayanan sesuai tuntutan perkembangan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif secara deskriptif. Tehnik
pengumplan data yang diperlukan adalah data primer dengan data sekunder,
sedangkan penelitian lapangan yang ditujukan untuk mendapatkan data,
pelaksanaannya dilaksanakan dalam bentuk wawancara dengan beberapa
informan yang dianggap mengetahui masalah yang diteliti. Hasil penelitian
kemudian dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, Strategi
Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai Dalam Memberikan Pelayanan Kepada
Masyarakat di Sekretariat Kecamatan Panton Reu, Camat selalu berupaya
melakukakan pendekatan-pendekatan untuk memotivasi bawahanya dalam
bekerja sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.
Kata Kunci : Strategi, Motivasi Kerja, Pegawai, Pelayanan Masyarakat.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional
sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri
Sipil (PNS). Karena itu, dalam rangka pencapai tujuan pembangunan nasional
yakni mewujudkan masyarakat madani dan taat hukum, berperadaban modern,
demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri Sipil
yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi negara dan
abdi masayarakat.
Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur Negara yang
bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional,
jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah dan
pembangunan kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk dapat melaksanakan tugas
dengan baik, maka pembinaan pegawai diarahkan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia agar memiliki sikap dan perilaku yang berintikan
pengabdian, kejujuran, tanggung jawab, disiplin serta wibawa sehingga dapat
memberikan pelayanan sesuai tuntutan perkembangan masyarakat.
Kantor Camat Kecamatan Panton Reu merupakan salah satu kantor
instansi pemerintah yang melayani masyarakat sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik.
Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan memerlukan adanya seorang
2
pemimpin yang selalu mampu untuk menggerakkan bawahannya agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, berpartisipasi dalam kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta berdayaguna dan berhasil
guna. Keberhasilan pembangunan akan terlihat dari tingginya produktifitas,
penduduk makmur dan sejahtera secara merata.
Peran kepemimpinan dalam efektivitas pencapaian tujuan dapat dilakukan
dengan melakukan upaya-upaya memberikan bimbingan dan pengarahan,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, serta menggerakkan orang lain
sehingga dapat meningkatkan partisipasi pegawai dan bertanggung jawab
terhadap kerjanya, dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan
maksimal. Kepemimpinan dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin
dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam
kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang
diinginkan, sehingga menghasilkan hasil yang maksimal.
Camat merupakan pemimpin dalam sebuah Kecamatan, Camat
berkedudukan sebagai koordinator penyelenggaraan pemerintah di wilayah
Kecamatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
sekretaris daerah dan Camat tersebut diangkat dan dipilih langsung oleh bupati
sebagai kepala daerah. Tugas Camat adalah melaksanakan kewenangan
pemerintahan dalam Kecamatan yang dilimpahkan oleh bupati sesuai dengan
karakteristik wilayah dan kebutuhan daerah dan menyelenggarakan kegiatan
pemerintahan Kecamatan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
3
juga melaksanakan serta mengawasi segala bentuk pembangunan yang ada di
sebuah Kecamatan.
Kondisi seperti ini tentunya tidak terlepas dari peranan sumberdaya
manusia (Rachibini, 2002 : 198). Pendapat seperti tersebut diatas sejalan dengan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang pokok-pokok kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang
dalam penjelasannya menyatakan bahwa kelancaran penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan
aparatur negara khususnya Pegawai Negeri.
Pelaksanaan tugas aparatur pemerintahan di Kecamatan Panton Reu
berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan wawancara dengan Camat, Sekcam,
Kasi serta Kasubag yang bekerja pada sekretariat Kecamatan tersebut, dapat
dipaparkan bahwa pelaksanaan tugas di Kecamatan Panton Reu masih dirasakan
perlu adanya peningkatan motivasi kerja terhadap pegawai yang bekerja di Kantor
Camat tersebut. Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah Kecamatan dalam berbagai sektor pelayanan terutama menyangkut
pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat masih belum seperti
yang diharapkan.
Penelitian yang berjudul “ Strategi Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai
Kantor Camat Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat “ yang Studi
Kasusnya di Kantor Camat Panton Reu ini meneliti tentang bagaimana strategi
peningkatan motivasi kerja pegawai dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Kecamatan. Untuk proses awal dengan menggunakan teknik wawancara
4
memperoleh hasil bahwa strategi yang digunakan oleh Camat Panton Reu dalam
memotivasi pegawai adalah dengan pendelegasian wewenang, komunikasi,
pengakuan, dan partisipasi. Kenyataannya dilapangan, strategi yang diterapkan
masih belum dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai. Buktinya masih banyak
pegawai yang tidak disiplin masuk dan keluar kantor (pulang) bahkan juga
terdapat pegawai yang masuk kerja dalam satu minggu hanya satu kali, keadaan
ini disebabkan karena strategi yang diterapkan belum maksimal dan menyeluruh
kepada seluruh pegawai.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka Penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dalam rangka penyusunan Skripsi dengan judul “Strategi Peningkatan
Motivasi Kerja Pegawai Kantor Camat Dalam Memberikan Pelayanan Kepada
Masyarakat “
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana Strategi Peningkatan Motivasi Kerja
Pegawai Kantor Camat dalam memberikan pelayanan kepada Masyarakat di
Kantor Camat Panton Reu?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka penulis membatasi
ruang lingkup permasalahan pada Strategi Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai
Kantor Camat dalam memberikan pelayanan kepada Masyarakat di Kantor Camat
Panton Reu Kabupaten Aceh Barat.
5
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Strategi
Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai Kantor Camat dalam memberikan pelayanan
kepada Masyarakat di Kantor Camat Panton Reu?
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian yang dilakukan yaitu :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan bagi penulis terutama yang berhubungan
dengan Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai dalam memberikan pelayanan
kepada Masyarakat.
Manfaat lainnya ialah :
1. Sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Perguruan Tinggi
Universitas Teuku Umar (UTU), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Program Studi Administrasi Negara.
2. Dengan penelitian ini penulis dapat membandingkan antara Teori yang
diperoleh dibangku kuliah dengan praktek yang diterapkan.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Proposal Skripsi ini terdiri dari :
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian,dan Sistematika
Penulisan.
6
Bab II : Landasan Teori, terdiri dari Konsep Kinerja, Teori Motivasi,
Sumber Motivasi, Tujuan Motivasi, Cara Meningkatkan Motivasi,
Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi, Pendekatan
Motivasi, Model Pengukuran Motivasi, Pengertian Pegawai,
Pelayanan Publik dan Etika Pelayanan Publik.
Bab III : Metode Penelitian, terdiri dari Lokasi Penelitian, Informan,
Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian,
Teknik Analisa Data, dan Pengujian Kredibilitas Data.
Daftar Pustaka.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rahmat Galih pada tahun
2013 tentang Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
Pada Dinas Komunikasi Dan Informatika Provinsi Jawa Barat.
Kinerja pegawai pemerintah yang tinggi dapat dicapai jika seluruh elemen-
elemen yang ada dalam instansi terintegrasi dengan baik, dan mampu
menjalankan peranannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan publik dan
pegawai. Oleh sebab itu diperlukan dukungan motivasi dan disiplin kerja guna
meningkatkan kinerja pegawai tersebut.Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis dan mengetahui pengaruh motivasi dan disiplin kerja terhadap
kinerja pegawai.
Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh motivasi dan disiplin
kerja terhadap kinerja pegawai baik secara parsial maupun simultan pada Kantor
Camat Kecamatan Panton Reu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan Kualitatif dengan jumlah sampel 10
Informan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode Observasi,
Wawancara dan Dokumentasi.
2.2 Konsep Strategi
Menurut Stoner, Freeman dan Gilbert (Tjiptono,2002, P3) konsep strategi
dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda yaitu:
8
Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan
Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan
berdasarkan perspektif yang pertama, strategi didefinisikan sebagai program untuk
menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya.
Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa para manajer memainkan
peran yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi organisasi
sedangkan perspektif yang kedua strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan
atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada definisi ini,
setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut tidak pernah
dirumuskan secara eksplisit.
Istilah strategi sebenarnya tidak asing dalam setiap percakapan sehari-hari.
Seringkali istilah strategi ini dalam pemikiran kita mempunyai pengertian sendiri
dalam membaca kata ini dalam sebuah tulisan atau sedang berbicara dengan orang
lain. Artinya istilah strategi ini sudah sangat populis, tetapi yang membingungkan
dari istilah strategi ini yaitu orang sering menyamakan strategi dengan taktik atau
siasat.
2.2.1 Pengertian Strategi
1. Pengertian Umum
Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang
berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara
atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
9
2. Pengertian khusus
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,
strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi.
Banyak buku mengemukakan pengertian strategi secara berbeda-beda.
Strategi dapat diartikan secara sederhana sebagai apa yang akan dilakukan oleh
sebuah organisasi. Adapun ciri-ciri strategi menurut Stoner dan Sirait (2006: 140)
adalah :
a. Wawasan waktu, wawasan waktu meliputi cakrawala waktu yang jauh
kedepan, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengamati dampaknya.
b. Dampak, walaupun hasil akhir dengan mengikuti suatu strategi tertentu
tidak langsung terlihat oleh jangka waktu yang lama dampak akhir akan
sangat berarti.
c. Pemusatan Upaya, sebuah strategi yang efiktif biasanya mengharuskan
pemusatan kegiatan, upaya atau perhatian terhadap rentang sasaran yang
sempit.
d. Pola keputusan, kebanyakan strategi masyarakat bahwa sederatan
keputusan tertentu harus diambil sepanjang waktu. Keputusan-keputusan
tersebut harus saling menunjang, artinya mereka mengikuti suatu pola
yang konsisten.
10
e. Peresapan, sebuah strategi mencakup spektrum kegiatan yang luas mulai
dari proses alokasi sumbedaya sampai dengan kegiatan operasional harian.
Selain itu adanya konsitensi sepanjang waktu, dalam kegiatan-kegiatan ini
mengharuskan semua tingkatan organisasi bertindak secara naluri dengan
cara-cara yang akan memperkuat strategi.
Menurut Tjiptono (2002, p3) istilah strategi berasal dari kata yunani
strategeia (stratos = militer, dan ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu
untuk menjadi seorang jenderal. Konsep ini relevan dengan situasi jaman dulu
yang sering diwarnai perang, dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin satu
angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi juga bisa
diartikan sebagai suatu rencana pembagian dan pengguanaan kekuatan militer dan
material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Hunger dan Wheelen (2001, p16) dalam bukunya Manajemen
Strategi mempunyai pengertian bahwa strategi sebagai rumusan perencanaan
komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya.
Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan
keterbatasan bersaing.
Pengertian strategi memberikan beberapa dimensi strategi diantaranya:
1. Strategi sebagai penentu tujuan jangka panjang, program kerja, dan
alokasi sumberdaya. Dalam dimensi ini, strategi merupakan cara
untuk secara eksplisit menentukan tujuan jangka panjang, sasaran-
sasaran organisasi, program kerja yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan, dan alokasi sumberdaya yang diperlukan.
2. Strategi sebagai penentu aspek keunggulan organisasi. Di sini
strategi dijadikan power yang efektif untuk menentukan segmentasi
produk dan pasar. Segmentasi itu mencakup baik penentuan
customer maupun pengenalan tentang competitor yang dihadapi.
11
3. Strategi sebagai penentu tugas manajerial. Dimensi ini
memperlihatkan tiga perspektif organisasi sebagai korporasi,
bisnis, dan fungsi-fungsi. Ketiga perspektif ini harus dilihat
secara holistik dengan tetap memperhatikan perbedaan tugas
manajerial masing-masing perspektif. Strategi dipilahkan dari
sekedar efektivitas operasional yang terdiri dari serangkaian
aktivitas. Di samping menentukan dan menyusun aktivitas yang
perlu dilakukan untuk mencapai level terbaik, strategi juga
berperan memperlihatkan bagaimana aktivitas-aktivitas tersebut
saling berhubungan.
4. Strategi sebagai pola pengambilan keputusan yang saling
mengikat. Di sini strategi dilihat sebagai pola pengambilan
keputusan berdasarkan masa lampau yang mungkin ikut
menentukan apa yang harus dilakukan di masa depan.
5. Strategi sebagai pernyataan keinginan strategis. Dimensi ini
menempatkan strategi sebagai perumus posisi strategis organisasi
tentang besarnya tantangan dalam mencapai tujuan. Di sini
strategi tidak berhenti hanya pada penyusunan program-program
yang sudah atau sedang berjalan, tetapi terus terarah pada
pemusatan daya kreativitas dan mendorong organisasi ke posisi
yang semakin jaya.
6. Strategi sebagai upaya mengalokasikan sumberdaya untuk
mengembangkan keunggulan daya saing yang bersinambung. Di
sini kompetensi inti terkait erat dengan sumberdaya organisasi.
Dan strategi dilihat sebagai model investasi berbasis sumberdaya
untuk mengembangkan sumberdaya sebagai sarana mencapai
keunggulan. Di sini mau ditekankan bahwa keunggulan daya
saing tergantung pada pengembangan sumberdaya organisasi.
Dari ke enam dimensi diatas, penulis berkesimpulan pengertian strategi
haruslah bersifat keseluruhan dari setiap bagian-bagian dan tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya. Artinya berbicara pengertian strategi berarti berbicara pula dari
keseluruhan dari enam dimensi tersebut. Sependapat dengan apa yang dikatakan
Kaplan & Norton yang dimaksud strategi yaitu,
“Strategi sebagai konsep adalah blueprint masa depan berjangka
panjang. Blueprint itu terdiri dari dua bagian utama, yakni tujuan
jangka panjang dan cara untuk mencapai tujuan jangka panjang
itu berdasarkan tujuan dan aktivitas dalam perspektif financial,
perspektif customer, perspektif proses internal, dan perspektif
learning and growth. Dengan perpaduan dua bagian utama ini,
suatu strategi akan benar-benar menjadi konsep yang terstruktur
12
dan holistik. strategi akan menjadi konsep pars pro toto (bagian-
bagian untuk keseluruhan/terstruktur) sekaligus totem pro parte
(keseluruhan untuk bagian-bagian/holistik).”
Sedangkan menurut Hamel dan Prahalad yang dikutip Icuk Rangga
Bawono dalam makalahnya yang berjudul Manajemen Sektor Publik: Langkah
Tepat menuju Good Governance, Mereka mendefinisikan strategi menjadi:
“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat ) dan terus – menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh
para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai
dengan apa yang terjadi.” (Icuk, 2007:6)
Pengertian strategi kemudian berkembang dengan adanya pendapat John
Von Neumann seorang ahli matematika dan Oskar Morgenstern seorang ahli
ekonomi. Mereka memasukkan istilah games dan adanya faktor yang sama dalam
games yang sesungguhnya. Mereka pun mengakui bahwa teori games
sesungguhnya adalah teori strategi (Mc Donald dalam Salusu, 2003:87). Teori
menyebutkan dua atribut utama yang harus senantiasa diingat yaitu ketrampilan
dan kesempatan dimana keduanya merupakan kontribusi bagi setiap situasi
stratejik. Menurut Salusu situasi stratejik yaitu,
“Situasi stratejik merupakan suatu interaksi antara dua orang atau
lebih yang masing – masing mendasarkan tindakannya pada
harapan tentang tindakan orang lain yang tidak dapat ia kontrol,
dan hasilnya akan tergantung pada gerak – gerik perorangan dari
masing – masing pemeran.” (Salusu, 2003:87).
2.2.2 Strategi Sektor Publik
konsep strategi yang ingin penulis tekankan dalam tulisan ini menyangkut
strategi dalam sektor publik. Henry Mintzberg yang dikutip Wilopo dalam seri
13
Jurnal Administrasi Negara UNIBRAW Malang yang berjudul Improvisasi
Manajemen Strategis dalam Sektor Publik mengatakan,
”Strategy formation must above all emphasize learning, notably
in circumstances of considerable uncertainty and
unpredictabilkity, or ones of complexity in which much power
over strategy making has to be granted to a variety of actors deep
inside the organization. We also reject the model where in tends
to be appied with superficial understanding of the issues in
questions”. (Wilopo, 2002:11)
Pendapat Mintzberg ini didalam melihat strategi itu pada dasarnya tidak
ada perbedaan antara strategi pada sektor publik dengan strategi pada sektor
swasta, tetapi lebih menekankan pada pendekatan yang maksimalisasi birokrasi
yang profesional dalam format organisasi. Sedangkan perbedaan terbesar strategi
antara sektor publik dan swsata akan nampak pada aspek konten ketimbang
format. Menurut Anthony dan Young dalam Salusu (2003) penekanan organisasi
sektor publik dapat diklasifikasikan ke dalam 7 hal yaitu:
“(1) Tidak bermotif mencari keuntungan. (2) Adanya
pertimbangan khusus dalam pembebanan pajak. (3) Ada
kecenderungan berorientasi semata – mata pada pelayanan. (4)
Banyak menghadapi kendala yang besar pada tujuan dan strategi.
(5) Kurang banyak menggantungkan diri pada kliennya untuk
mendapatkan bantuan keuangan (6) Dominasi profesional. (7)
Pengaruh politik biasanya memainkan peranan yang sangat
penting.” (Salusu, 2003:22).
2.3 Teori Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan
atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya
dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Malayu S.P Hasibuan,
2006:141). Pada dasarnya seorang bekerja karena keinginan memenuhi kebutuhan
14
hidupnya. Dorongan keinginan pada diri seseorang dengan orang yang lain
berbeda sehingga perilaku manusia cenderung beragam di dalam bekerja.
Menurut Vroom (dalam Ngalim Purwanto 2006: 72), motivasi mengacu
kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-
macam bentuk kegiatan yang dikehendaki.
Kemudian John P. Campbell, dkk mengemukakan bahwa motivasi
mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan
kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah tersebut mencakup sejumlah
konsep dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan (incentive), ganjaran
(reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal setting), harapan
(expectancy), dan sebagainya.
Menurut Ngalim Purwanto. (2006: 72). motivasi mengandung dua
komponen pokok, yaitu:
1. Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
2. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia
menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan
terhadap sesuatu untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan
sekitar harus menguatkan (reniforce) intensitas, dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.
Berdasarkan beberapa definisi dan komponen pokok diatas dapat
dirumuskan motivasi merupakan daya dorong atau daya gerak yang
membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan.
15
Teori-teori motivasi menurut Malayu S. P. Hasibuan (2006:152-167)
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Teori Kepuasan (Content Theory)
Teori ini merupakan teori yang mendasarkan atas faktor-faktor kebutuhan
dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara
tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang
menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya. Jika
kebutuhan semakin terpenuhi, maka semangat pekerjaannya semakin baik.
Teori-teori kepuasan ini antara lain:
2. Teori Motivasi Klasik
F.W.Taylor mengemukakan teori motivasi klasik atau teori motivasi
kebutuhan tunggal. Teori ini berpendapat bahwa manusia mau bekerja giat untuk
dapat memenuhi kebutuhan fisik, berbentuk uang atau barang dari hasil
pekerjaannya. Konsep dasar teori ini adalah orang akan bekerja giat bilamana ia
mendapat imbalan materi yang mempunyai kaitan dengan tugas-tugasnya.
3. Teori Maslow
Hirarki kebutuhan Maslow mengikuti teori jamak yaitu seseorang
berperilaku atau bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-
macam kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang diinginkan manusia
berjenjang. Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan, sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis
16
Kebutuhan Fisiologis ialah kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat
tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, dan
sebagainya.
2. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan akan
kebebasan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan
keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan teman, interaksi, dicintai, dan
mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat
lingkungannya.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan adalah kebutuhan akan pengakuan dan
penghargaan diri dari pegawai dan masyarakat lingkungannya.
5. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan
menggunakan kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai
prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa.
4. Teori Herzberg
Menurut Hezberg, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan,
yaitu:
17
a. Kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan (maintenance
factors).
Faktor kesehatan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus,
karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Faktor-faktor
pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik, supervisi,macam-macam
tunjangan.
b. Faktor pemeliharaan yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang.
Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan
yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang
kuat, yang dapat menghasilkan prestasi yang baik.
5. Teori X dan Teori Y Mc. Gregor
Menurut teori X untuk memotivasi pegawai harus dilakukan dengan cara
pengawasan yang ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mau bekerja sungguh-
sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan cenderung motivasi negatif yakni dengan
menerapkan hukuman yang tegas. Sedangkan menurut teori Y, untuk memotivasi
pegawai dilakukan dengan cara peningkatan partisipasi, kerjasama, dan
keterikatan pada keputusan.
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu. Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha - usaha yang dapat menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
18
perbuatannya. Motivasi mempunyai peranan strategis dalam aktivitas belajar
seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi, tidak ada motivasi
berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka
prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus
diterangkan dalam aktivitas sehari-hari.
1) Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi
ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan respon
instrinsik yang menampakkan perilaku-perilaku manusia
(Swanburg, 2006). Motivasi merupakan keadaan internal
organisme, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu (Mohibbin, 2008).
2) Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan
tujuan tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang
atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang di kehendaki (Poerwodarminto, 2006).
3) Gray (dalam Winardi, 2002) Motivasi merupakan sejumlah
proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu
yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi
dalam hal melaksanakan kegiatan –kegiatan tertentu.
2.3.1 Jenis-jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis menurut
Malayu S. P Hasibuan (2006: 150), yaitu:
1. Motivasi positif (insentif positif)
Pimpinan memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada
mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja
bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang
baik-baik saja.
2. Motivasi negatif (insentif negatif)
19
Pimpinan memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada
mereka yang pekerjannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi
negatif ini semangat kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat, karena
takut dihukum.
Pengunaan kedua motivasi tersebut haruslah diterapkan kepada siapa dan
kapan agar dapat berjalan efektif merangsang gairah bawahan dalam bekerja.
2.3.2 Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu
(Purwanto, 2008).
Tingkah laku bawahan dalam suatu organisasi seperti sekolah pada
dasarnya berorientasi pada tugas. Maksudnya, bahwa tingkah laku bawahan
biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan harus selalu diamati,
diawasi, dan diarahkan dalam kerangka pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Secara umum tujuan motivasi adalah untuk
menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu (Ngalim Purwanto, 2006: 73).
Sedangkan tujuan motivasi dalam Malayu S. P. Hasibuan (2006: 146)
mengungkapkan bahwa:
Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai.
20
Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
Mempertahankan kestabilan pegawai perusahaan.
Meningkatkan kedisiplinan absensi pegawai.
Mengefektifkan pengadaan pegawai.
Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi pegawai.
Meningkatkan tingkat kesejahteraan pegawai.
Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas-tugasnya.
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan
disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang
dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan
kepribadian orang yang akan dimotivasi.
2.3.3 Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman (2007: 85), fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai,
sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
21
3. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2.3.4 Metode Motivasi
Menurut Malayu S. P Hasibuan (2006: 149), ada dua metode motivasi, yaitu:
1. Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan nonmateriil) yang
diberikan secara langsung kepada setiap individu untuk memenuhi kebutuhan
serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan
hari raya, dan sebagainya.
2. Motivasi Tak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan
fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja, sehingga lebih
bersemangat dalam bekerja. Misalnya, mesin-mesin yang baik, ruang kerja yang
nyaman, kursi yang empuk, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa Motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu
perubahan pada diri seseorang yang nampak pada gejala kejadian, perasaan, dan
juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan
sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus
terpuaskan.
22
2.3.5 Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang baik
yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk untuk melakukan suatu pekrjaan
dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja banyak hasil penelitian
atau pendapat yang memperlihatkan bahwa motivasi dari seseorang atau pegawai
yang mendorong untuk bekerja baik atau berprestasi dipengatuhi faktor-faktor
pekerjaan itu sendiri. Keberhasilan pelaksanaan, tanggung jawab, pengakuan dan
pengembangan.
Disamping masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi kerja
seperti sikap pimpinan, persaingan, kebanggaan, penghargaan, sarana penunjang,
pendidikan dan latihan, jamainan kerja, kedisiplinan dan sebagainya. Pembahasan
dalam tulisan ini tetap mengacu pada faktor-faktor yang diyakini berpengaruh
terhadap motivasi kerja pegawai, yang meliputi :
a. Lingkungan dan Sarana Kerja
Lingkungan dan sarana kerja merupakan kebutuhan yang sangat
dibutuhkan dalam menciptakan kondisi kerja yang baik serta kelancaran
pelaksanaan tugas-tugas pegawai dalam suatu organisasi. Lingkungan dan sarana
kerja yang dimaksud tersebut meliputi penyediaan ruangan kerja yang kondisinya
memenuhi syarat-syarat kesehatan, tersedianya peralatan kantor yang memadai
dan sarana angkutan mobilitas pekerjaan pelaksanaan pekerjaan.
b. Insentif
23
Istilah insentif kadang-kadang disebut tambahan upah atau bonus, yang
dimaksudkan untuk dapat meningkatkan produktivitas pegawai dan
mempertahankan pegawai yang berprestasi, untuk tetap berada dalam organisasi
atau perusahaan. Tujuan pemberian insentif pada hakekatnya adalah
meningkatkan motivasi pegawai dalam berupaya mencapai tujuan-tujuan
organisasi dengan menawarkan perangsang financial diatas dan melebihi upah dan
gaji besar.
c. Kedisiplinan
Asal kata disiplin ini dari bahasa latin, dengan kata dasarnya „discipline‟
yang bearti “latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta
pengembangan tabiat (Martoyo, 2000 : 151)”. Seringkali terdapat pengertian lain
tentang disiplin yakni merupakan suatu tindakan membangun untuk memperbaiki
perilaku seseorang.
Untuk menjamin kelancaran aktivitas dalam organisasi maka faktor
disiplin merupakan masalah yang urgen bagi manajemen dalam organisasi.
Disamping faktor disiplin, ada dua faktor yang lain yaitu moral dan tanggung
jawab dalam organisasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari faktor
disiplin, atau dengan kata lain, ketika faktor itu merupakan suatu kesatuan,
sekalipun dapat dibeda-bedakan satu dengan lainnya.
Secara umum ada tiga tipe kegiatan pendisiplinan yang dikemukakan oleh
Hari Handoko (Martoyo, 2000 : 154) yaitu :
1. Preventiv
24
Yang dimaksud dengan type disiplin ini adalah bentuk kegiatan yang
dilakukan disertai dengan tujuan untuk menggerakkan para pegawai sehingga
dapat mengikuti berbagai standar dan aturan, dan kemudian dapat mencegah
terjadinya berbagai jenis penyelewengan, atau pelanggaran. Tujuan utama jenis
disiplin ini yakni semata-mata untuk meningkatkan disiplin dari para pegawai.
Disamping itu diharapkan juga bahwa dengan cara ini, masing-masing pegawai
dapat melakukan disiplin terhadap dirinya dengan penuh kesadaran.
2. Korektif
Disiplin korektif merupakan suatu upaya dalam rangka menggerakkan
setiap pegawai untuk tertib melakukan suatu peraturan serta mampu megarahkan
pegawai untuk tetap mematuhi aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari
pelanggaran ada kemungkinan dapat terjadi. Disiplin korektif ini dilakukan dalam
bentuk hukuman, seringkali dikenal dengan istilah “tindakan pendisiplinan”
(disciplinary action) yaitu dalam bentuk peringatan atau skorsing. Tujuan tipe
disiplin ini terutama untuk mendidik, mengoreksi, dan bukanlah tindakan untuk
menjatuhkan pegawai yang sedang melakukan kesalahan.
3. Progresif
Disiplin progresif dilakukan adalah untuk memberikan sanksi kepada
pegawai atau pegawai yang telah sering kali melakukan pelanggaran dan kelihatan
tidak berkeinginan untuk melakukan perubahan terhadap perilakunya. Maksud
tindakan ini untuk memperbaiki perilaku pegawai yang tidak berubah dan
cenderung untuk senantiasa melakukan pelanggaran.
25
Seyogyanya tujuan dari suatu tindakan pendisiplinan semata-mata adalah
untuk menciptakan keharmonisan kehidupan dalam berorganisasi baik formal
maupun non formal. Sebab kondisi keharmonisan dalam organisasi hanya
dimungkinkan jika hubungan antara sesama anggota organisasi dapat
dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai yang telah disepakati bersama dan dengan
kesadaran yang cukup tinggi, kemudian harus diwujudnyatakan dalam bentuk hak
dan kewajiban yang harus dihormati, ditaati dan dilaksanakan oleh setiap anggota
organisasi.
Handoko (2000 : 208) mengartikan disiplin sebagai kegiatan manajemen
untuk menjalankan standar-standar organisasi yang ditetapkan dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Hamzah B. Uno (2008: 66-67), kerja adalah sebagai 1) aktivitas
dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia, 2) kerja itu
memberikan status, dan mengikat seseorang kepada individu lain dan masyarakat,
3) pada umumnya wanita atau pria menyukai pekerjaan, 4) moral pekerja dan
pegawai itu banyak tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik
maupun materiil dari pekerjaan, 5) insentif kerja itu banyak bentuknya,
diantaranya adalah uang.
Motivasi kerja merupakan motivasi yang terjadi pada situasi dan
lingkungan kerja yang terdapat pada suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan
dan kegagala memang sering dikaitkan dengan motivasi kerja pegawai. Pada
dasarnya manusia selalu menginginkan hal yang baik-baik saja, sehingga daya
pendorong atau penggerak yang memotivasi semangat kerjanya tergantung dari
26
harapan yang akan diperoleh mendatang jika harapan itu menjadi kenyataan maka
seseorang akan cenderung meningkatkan motivasi kerjanya.
2.4 Strategi Peningkatan Motivasi Kerja
Bertitik tolak dari teori Maslow jelas terlihat bahwa para manajer suatu
organisasi, terutama para manajer puncak harus selalu berusaha memuaskan
berbagai jenis kebutuhan para bawahannya. Salah satu cara yang dikenal untuk
memuaskan kebutuhan para bawahan itu adalah dengan menggunakan teknik
motivasi yang tepat. Teknik motivasi yang efektif ialah teknik yang ditunjukan
kepada dan disesuaikan dengan kebutuhan individual. Sasarannya ialah bahwa
dengan demikian manajer yang bersangkutan akan lebih mampu meyakinkan para
bawahannya bahwa dengan tercapainya tujuan organisasi, tujuan-tujuan pribadi
para bawahan itu akan ikut tercapai pula dan berbagai kebutuhannya akan tercapai
sesuai dengan persepsi bawahan yang bersangkutan. Artinya, dengan demikian
dalam diri para bawahan itu terdapat keyakinan bahwa terdapat sinkronisasi antara
tujuan pribadinya dengan tujuan organisasi sebagai keseluruhan.
Dalam rangka untuk memotivasi bawahan dalam suatu organisasi, sangat
ditentukan oleh kepiawaian seorang pimpinan untuk memahami faktor-faktor
motivasi sebagai daya pendorong atau penguat (reinforcement) sehingga individu
tergerak untuk bekerja dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu,
pemahaman terhadap motivasi sangat penting artinya bagi pimpinan. Tidak
sepenuhnya penghargaan dalam bentuk financial menjadi alat motivasi utama. Hal
ini dikarenakan rencana organisasi bisa saja tidak lengkap dalam hal kompensasi
27
financial baik dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, komisi dan sebagainya.
Dengan demikian diperlukan tindakan-tindakan sederhana untuk memotivasi
tanpa harus bergantung kepada kompensasi financial. Berikut ini diuraikan
beberapa langkah sederhana untuk memotivasi yaitu :
Pertama : Pendekatan Tujuan
Pendekatan Tujuan adalah cara yang paling sederhana dan terbaik untuk
memotivasi pegawai hanyalah dengan memastikan bahwa pegawai memiliki
tujuan yang memungkinkan untuk dicapai dan mereka setuju dengan tujuan
tersebut. Pendekatan ini dikenal dengan teori penetapan tujuan (goal setting –
theory) yang dipopulerkan oleh Edwind Locke. Ia menyatakan bahwa niat untuk
mencapai tujuan merupakan sumber utama dari motivasi. Artinya, tujuan memberi
tahu seorang pegawai apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang
harus dikeluarkan. Dapat dikatakan bahwa tujuan khusus meningkatkan kinerja,
tujuan yang sulit ketika diterima, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi daripada
tujuan yang mudah, dan umpan balik menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari
umpan balik (Robbins dan Judge, 2007).
Kedua : Pengakuan terhadap kontribusi seorang pegawai adalah perangkat
motivasi yang sederhana dan berpengaruh besar.
Studi menunjukkan bahwa pengakuan memiliki dampak positif pada
kinerja, baik sendiri maupun dikombinasikan dengan dengan penghargaan
keuangan. Sebagai contoh menggabungkan penghargaan keuangan dengan
nonkeuangan hampir dua kali lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan
penghargaan tersebut itu secara terpisah.
28
Ketiga : Terhadap sejumlah besar penghargaan yang memperkuat secara positif
yang dapat digunakan sehari-hari, bebas dari rencana insentif perusahaan. Daftar
tersebut antara lain, (Dessler, 2009).
1. Penugasan kerja yang menantang
2. Kebebasan untuk memiliki kegiatan sendiri
3. Kegembiraan menjadi bagian dari pekerjaan
4. Lebih banyak pilihan tugas
5. Berperan sebagai bos bagi diri sendiri ketika tugas luar
6. Berperan dalam presentasi pada manajemen puncak
7. Rotasi pekerjaan
8. Mendorong pembelajaran dan perbaikan terus-menerus
9. Diberi cukup dukungan
10. Diijinkan untuk menetapkan tujuan sendiri
11. Dihargai
12. Mengekpresikan penghargaan di depan orang lain
13. Nota ucapan terimakasih
14. Penghargaan sebagai pegawai terbaik bulan ini
15. Penghargaan khusus secara resmi
16. Meja kantor yang lebih besar
17. Kantor atau ruangan yang lebih besar
29
Sunaryo. (2006). Mengemukakan beberapa cara dalam peningkatan
motivasi, yaitu :
1. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force) yaitu cara memotivasi
dengan ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang dimotivasi dapat
melakukan apa yang harus dilakukan.
2. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement) yaitu cara
memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu
harapan yang memberikan motivasi.
3. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification on
egoinvoiremen) yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran
(Sunaryo, 2006).
Motivasi terdiri dari elemen-elemen yang saling berinteraksi dan bersifat
interdependen yaitu :
1. Need : Kebutuhan tercipta manakala terjadi ketidakseimbangan fisik
maupun psikologis. Kebutuhan psikologis terkadang tidak timbul akibat
ketidakseimbangan.
2. Driver : Dorongan atau motif timbul untuk mengurangi kebutuhan.
Dorongan baik fisiologis maupun psikologis berorientasi pada tindakan
dan menyiapkan energi pendorong untuk mencapai tujuan (incentives).
3. Incentives / goal : Segala sesuatu yang akan mengurangi kebutuhan dan
menurunkan dorongan tindakan. Dengan demikian pencapaian tujuan akan
mengembalikan keseimbangan fisiologis dan psikologis dan menurunkan
bahkan menghentikan dorongan.
30
2.4.1 Pendekatan Motivasi
Kemampuan manager (pemimpin) untuk memotivasi, mempengaruhi,
mengarahkan dan berkomunikasi dengan para bawahannya (pegawai) akan
menentukan efektifitas kepemimpinan. Oleh karena itu pemimpin harus
melakukan pendekatan-pendekatan untuk mencapai efektifitas dalam memotivasi.
Pendekatan motivasi terdiri dari 2 (Dua) macam yaitu :
1. Soft Motivation
Disampaikan melalui proses dialog dan pembicaraan yang menekankan
pada peresapan nilai pada diri anak sebagai sumber motivasi.
Lebih lamban prosesnya, lebih stabil hasilnya dan lebih kuat bertahan
untuk masa yang lebih panjang.
Kedekatan emosi dan kuatnya alasan mendasar untuk bertindak adalah
modal utama.
2. Hard Motivation
Motivasi yang menekankan pada perubahan secara cepat dengan cara-cara
yang atraktif atau menghentak.
Lebih cepat prosesnya, kurang stabil hasilnya, mudah didobrak oleh
counter yang ia alami, cocok untuk tujuan jangka pendek bagi anak yang
sudah memiliki orientasi motivasional terkendali (controlled orientation)
Kekuatan utama pada kecakapan komunikasi dan prilaku atraktif.
Kemampuan olah vokal dan ekspresi sangat bermanfaat.
31
2.4.2 Sumber Motivasi
a. Motivasi instrinsik
Motivasi Intrinsik yaitu motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu, misalnya seseorang yang senang membaca
tidak perlu lagi didorong untuk membaca, ia dengan sendirinya akan mencari
buku-buku untuk dibacanya.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik yaitu motivasi yang aktif dan berfungsinya karena
adanya rangsangan dari luar, sebagai contok seseorang belajar karena besok akan
ada ujian dengan harapan mendapatkan nilai yang baik.
c. Motivasi terdesak
Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan
munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali (Widayatun, 2008).
Klasifikasi Motivasi
1. Motivasi Kuat
Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang saat melakukan
kegiatan sehari-hari memiliki harapan positif, mempunyai harapan yang tinggi,
dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa lansia akan mudah dalam melakukan
aktifitasnya berkaitan dengan persoalan yang dihadapi.
2. Motivasi Sedang
Motivasi dikatakan sedang apabila dalam diri manusia keinginan yang
positif, mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan yang rendah
32
bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi.
3. Motivasi Lemah
Motivasi dikatakan lemah apabila didalam diri manusia memiliki harapan
dan keyakinan yang rendah bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya bagi
seseorang, dorongan dan keinginan mempelajari pengetahuan dan keterampilan
baru merupakan mutu kehidupan maupun mengisi waktu luangnya agar lebih
produktif dan berguna (Irwanto, 2008)
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi
Menurut Gomes (2001:180) bahwa faktor-faktor motivasi kerja terdiri dari
dua bagian yaitu faktor individual dan faktor organisasional. Yang tergolong
faktor individual adalah kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals),
sikap (attitudes), dan kemampuan (ability). Sedangkan yang tergolong faktor
organisasional meliputi; pembayaran gaji/upah, keamanan pekerjaan, hubungan
sesama pegawai, pengawasan, pujian, dan pekerjaan itu sendiri.
a. Faktor Internal, Terdiri atas :
1. Persepsi individu mengenai diri sendiri, seseorang termotivasi atau
tidak untuk melakukaan sesuatu tergantung pada proses kognitif berupa
persepsi. Persepsi sesorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan
mengarahkan prilaku seseorang untuk bertindak.
2. Harga diri dan Prestasi, Faktor ini mendorong atau mengarahkan
individu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang
33
mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta membebaskan status
tertentu dalam lingkungan Masyarakat serta dapat mendorong individu
untuk berprestasi.
3. Harapan, adanya harapan-harapan akan masadepan. Harapan ini
merupakan Informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi
sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari
perilaku.
4. Kebutuhan, manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi dirinya
sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih
potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan
seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi
respon terhadap tekanan yang dialaminya.
5. Kepuasan Kerja, merupakan suatu dorongan efektif yang muncul dalam
diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari
suatu perilaku.
b. Faktor Eksternal, terdiri atas
1. Jenis dan sifat pekerjaan, dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat
pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan
mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan
yang akan ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengaruhi oleh sejauhmana
nilai imbalan yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud.
2. Kelompok kerja, kelompok kerja atau organisasi tempat dimana
individu bergabung dapat mendorong atau mengarahkan perilaku
34
individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu, peranan
kelompok atau organisasi ini membantu individu mendapatkan
kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat
memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam
kehidupan sosial.
3. Situasi lingkungan, pada umumnya setiap individu terdorong untuk
berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara
efekif dengan lingkungannya.
4. Sistem imbalan yang diterima, imbalan merupakan karakteristik atau
kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat
mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari
suatu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih
besar, Sistempemberian imbalan dapat mendorong individu untuk
berprilaku dalam mencapai tujuan, perilaku dipandang sebagai tujuan,
sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan.
Menurut Salusu (2000:429) bahwa seseorang bersedia melakukan suatu
pekerjaan karena dirangsang oleh motivasi. Motivasi itu timbul karena faktor-
faktor, sebagai berikut :
1. Adanya perasaan ingin mencapai sesuatu hasil dengan melakukan
pekerjaan menantang dengan baik.
2. Suatu kebutuhan dari dalam diri sendiri yang ingin melakukan suatu
pekerjaan yang baik.
3. Melakukan pekerjaan menurut perasaan adalah penting.
35
4. Apa yang dilakukan itu selalu berkaitan dengan suatu tujuan.
5. Apa yang dikerjakan itu adalah sesuatu yang menarik.
6. Melakukan pekerjaan dengan harapan akan ada promosi.
7. Mengerjakan sesuatu adalah membantu organisasi mencapai tujuannya.
8. Mengharapkan kemungkinan kenaikan penghasilan.
9. Mengerjakan sesuatu sebagai kredit untuk keperluan penilaian penampilan
prestasi yang akan datang.
10. Untuk memperoleh penghargaan dan pengakuan dari atasan.
11. Melakukan sesuatu dengan kemungkinan bertambahnya kebebasan dalam
pekerjaan.
12. Harapan akan pengakuan dari teman sejawat.
13. Melaksanakan tugas dengan tekad tidak menginginkan kelompoknya
berpenampilan buruk.
14. Jaminan adanya keamanan kerja yang prima.
15. Mengerjakan sesuatu karena dorongan oleh kondisi fisik pekerjaan yang
baik.
2.4.4 Model Pengukuran Motivasi
Model-model Pengukuran Motivasi Kerja telah banyak dikembangkan,
diantaranya oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68), mengemukakan 6
(Enam) karakteristik orang yang mempunyai Motivasi berprestasi tinggi, Yaitu :
1) Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi
2) Berani mengambil dan memikul resiko
36
3) Memiliki tujuan realistik
4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasikan tujuan
5) Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang
dilakukan, dan
6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
dipogramkan.
Edwar Murray (Mangkunegara, 2005,67-68) berpendapat bahwa
karakteristik orang yang mempunyai Motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai
berikut :
1) Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya
2) Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan
3) Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan
4) Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu
5) Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan
6) Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti, dan
7) Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain
Kriteria pengukuran motivasi dikatigorikan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Motivasi Kuat : 67 – 100%
2. Motivasi Sedang : 34 – 66%
3. Motivasi Lemah : 0 – 33% (Hidayat, 2009).
37
2.5 Pelayanan Publik
Pelayanan publik atau pelayanan umum adalah segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada
prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di
pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan
publik oleh birokrasi publik merupakan salah satu perwujudan dari fungsi
Aparatur Negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara untuk
mensejahterakan masyarakat (Warga Negara). Apalagi saat ini masyarakat
semakin sadar apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Masyarakat semakin
berani untuk mengontrol apa yang dilakukan pemerintahannya.
Kottler dalam (Supranto, 2001:227) mengatakan bahwa jasa/pelayanan
merupakan suatu kinerja penampilan, tidak terwujud dan cepat hilang, lebih dapat
dirasakan dari pada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berperan aktif dalam
proses mengkonsumsi jasa tersebut.untuk dapat melihat dan merasakan baik
tidaknya layanan yang diberikan kepada pelanggan, maka sangat terkait penilaian
atau perasaan pelanggan yang biasa disebut kepuasan pelanggan.
Menurut Irawan (2002:2), kepuasan adalah persepsi terhadap produkatau
jasa yang telah memenuhi harapan, pelanggan merasa puas jika persepsinya sama
atau lebih dari yang diharapkan. Disini terlihat bahwa kepuasan adalah respon
permulaan dari konsumen, hasil penilaian dari konsumen bahwa produk atau
38
pelayanan telah memberikan tingkatan kenikmatan dimana tingkat pemenuhannya
bisa lebih atau kurang.
Menurut Gerson (2002:5), kepuasan pelanggan adalah sebuah produk/jasa
memenuhi atau melampaui harapannya. Selanjutnya Kottler dalam (Supranto,
2001:230), mengemukakan bahwakepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi (kesannya
terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya).
Menurut Supriyanto dan Sugiyanti (2001:38), pelayanan sebagai upaya
untuk membantu, menyediakan atau mengurus keperluan orang lain. Keperluan
atau sesuatu yang disampaikan, disajikan atau dlakukanoleh pihak yang melayani
kepada pihak yang dilayani dinamakan layanan.
2.5.1 Etika Pelayanan Publik
Etika pelayanan publik merupakan suatu cara dalam melayani publik
dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup
dan hukum atau norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia yang
dianggap baik, dengan kata lain penggunaan atau penerapan standar-standar etika
yang telah ada sebagai tanggung jawab aparatur birokrasi pemerintahan dalam
menyelenggarakan pelayanan bagi kepentingan publik. Fokus utama dalam etika
pelayanan publik adalah apakah aparatur pelayanan publik telah mengambil
keputusan dan berperilaku yang dapat dibenarkan dari sudut pandang etika (agar
manusia mencapai kehidupan yang baik). Apabila dikaitkan dengan birokrasi
maka etika birokrasi merupakan panduan norma bagi aparat birokrasi dalam
39
menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat. Etika birokrasi harus
menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
organisasinya. Etika harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-
benar mengutamakan kepentingan masyarakat luas.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan integritas dalam
pelayanan publik adalah sebagai berikut:
1. Pelaku pelayan publik (Pegawai Negeri) harus sejalan dengan misi
pelayanan publik dari instansi tempat mengabdi.
2. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diandalkan.
3. Warga Negara memperoleh perlakuan “tanpa pandang bulu”sesuai dengan
ketentuan hukum dan keadilan.
4. Sumber daya digunakan secara tepat, efisien, dan efektif.
Dimensi etika dimasukkan dalam pertimbangan atau keputusan pelayanan
publik, karena pelayanan publik ditujukan untuk kebaikan masyarakat, bangsa,
dan Negara. Etika digunakan sebagai panduan dalam pengambilan keputusan dan
sebagai criteria untuk menilai baik-buruknya keputusan. Selain itu, hubungan
etika dan pelayanan publik tercermin dalam kenyataan bahwa warga negara telah
mempercayakan sumber daya publik kepada birokrasi (sebagai pengelola sumber
daya dan penjaga kepercayaan yang diamanatkan oleh warga negara). Kemudian,
nilai-nilai tertinggi yang harus diacu oleh aparatur pelayanan publik (birokrasi)
adalah nilai-nilai yang bersumber dari Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945
(Konstitusi), dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat.
40
2.6 Pengertian Pegawai
Didalam masyarakat yang selalu berkembang, manusia senantiasa
mempunyai kedudukan yang makin penting, meskipun Negara Indonesia menuju
kepada masyarakat yang berorientasi kerja yang memandang kerja adalah sesuatu
yang mulia, tidaklah berarti mengabaikan manusia yang melaksanakan kerja
tersebut. Demikian juga halnya dalam satu ornanisasi, unsur manusia sangat
menentukan sekali karena berjalan tidaknya suatu organisasi kearah pencapaian
tujuan yang ditentukan tergantung kepada kemampuan manusia untuk
menggerakkan organisasi tersebut kearah yang telah ditetapkan. Manusia yang
terlibat dalam suatu organisasi ini disebut juga pegawai. Untuk lebih jelasnya
dikemukakan pendapat beberapa ahli mengenai defenisi pegawai. A. W. Widjaja
(2006:133) berpendapat bahwa :
“ Pegawai adalah merupakan tenaga kerja manusia Jasmaniah
maupun Rohaniah (Mental dan Pikiran) yang senantiasa dan oleh
karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha
kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu (Organisasi) “.
Selanjutnya A. W. Widjaja mengatakan bahwa Pegawai adalah orang-orang yang
dikerjakan dalam suatu badan tertentu baik dilembaga-lembaga pemerintah
maupun dalam badan-badan usaha.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa Pegawai merupakan modal
pokok dalam suatu organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi
swasta. Dikatakan bahwa pegawai merupakan modal pokok dalam suatu
organisasi karena berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya
tergantung pada pegawai yang memimpin dalam melaksanakan tugas-tugas yang
ada dalam organisasi tersebut. Pegawai yang telah memberikan tenaga maupun
41
pikirannya dalam melaksanakan tugas maupun pekerjaan baik organisasi
pemerintah maupun organisasi swasta akan mendapat imbalan sebagai balas jasa
atas pekerjaan yang telah dikerjakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Musanef
(2004:5) yang mengatakan bahwa :
“Pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan
mendapatkan imbalan jasa berupa gaji dan tunjangan
pemerintah ataupun swasta.”
Selanjutnya Musanef memberi definisi pegawai sebagai pekerjaan adalah
mereka yang secara langsung digerakkan oleh seorang menejer untuk bertindak
sebagai menejer untuk bertindak sebagai pelaksana yang akan menyelenggarakan
pekerjaan sehingga karya-karya yang diharapkan dalam usaha pencapaian tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Dari definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pegawai sebagai
tenaga kerja atau yang menyelenggarakan pekerjaan perlu digerakkan sehingga
mereka mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam bekerja yang pada
akhirnya akan dapat menghasilakan karya-karya yang bermanfaat untuk
tercapainya tujuan organisasi.
42
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Narbuko dan Achmadi
(2004:44) memberikan pengertian penelitian deskriptif sebagai penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan
pengamatan dan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasi, ia juga bisa bersifat komperatif dan korelatif. Danim (2002:41)
memberikan beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif yaitu:
1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat
faktual. Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat
deskripsi atau narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak
untuk mencari hubungan antar variabel, menguji hipotesis, atau
membuat ramalan.
2. Dilakukan secara survei. Oleh karena itu penelitian deskriptif
sering disebut juga sebagai penelitian survei. Dalam arti luas,
penelitian deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian,
kecuali yang bersifat historis dan eksperimental.
3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.
4. Mengidentifikasi masalah-masalah untuk mendapatkan keadaan
dan praktek-praktek yang sedang berlangsung; dan
5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok
orang tertentu dalam waktu yang bersamaan.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Kecamatan Panton Reu Kabupaten
Aceh Barat Provinsi Aceh. Penulis memilih lokasi penelitian di Sekretariat
Kecamatan Panton Reu dikarenakan mudah dijangkau, selain itu juga tertarik
43
dengan melihat begitu besar keinginan Camat untuk meningkatkan pelayanan
terhadap masyarakat.
3.3 Informan
Informan adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek
penelitian, yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai objek
penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi, suatu reduksi
terhadap jumlah objek penelitian (Mardalis, 2003: 56).Penelitian yang dilakukan
oleh penulis tidak melakukan analisa terhadap populasi, karena semua responden
yang penulis wawancarai merupakan informan yang dianggap mengetahui secara
menyuluruh tentang permasalahan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis
melakukan wawancara dengan beberapa informan yang dianggap mengetahui dan
mengerti tentang permasalahan dalam penelitian ini dan masyarakat yang
berkunjung kekantor kecamatan dalam rangka keperluan pengurusan dan berbagai
hal lainnya.
Dalam melakukan teknik pengambilan informan penulis menggunakan
metode non probability sampling di mana dalam teknik ini jumlah atau ukuran
informan disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian ini. Spesifikasi
metode non probability sampling yang dipakai penulis adalah purposive sampling,
yakni teknik penentuan sampel (informan)secara sengaja dengan pertimbangan
tertentu(Sugiyono, 2006: 96). Maksudnya, peneliti menentukan sendiri informan
yang akan di ambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi, informan yang diambil
tidak secara acak, tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Adapun yang menjadi
informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yaitu: Camat, Sekcam, Kasi,
44
Kasubag dan Pegawai yang dianggap mengetahui dan mengerti tentang
permasalahan dalam penelitian ini dan masyarakat sebagai output yang menerima
pelayanan selama berkunjung kekantor kecamatan dalam proses pengurusan
keperluan adminitrasi dan lain-lain.
3.4 Sumber Data Dan Tehnik Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan yang
diperoleh melalui:
1. Observasi, yaitu suatu teknik dengan mengamati langsung serta
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Chalid
Narbuko dan Abu Achmadi, 2004: 76-77); Pada penelitian kualitatif,
observasi merupakan salah satu mengumpulkan data yang populer.
Untuk terlaksananya observasi dengan baik perlu disusun instrumen,
yaitu pedoman observasi. Pedoman tersebut biasanya dalam bentuk
daftar cek (chek list) atau daftar isian. Adapun aspek yang diobservasi
meliputi keperilakuan, keadaan fisik, pertumbuhan dan perkembangan
subjek tertentu dan sebagainya.(Danim, 2002: 140)
2. Wawancara, teknik pengumpulan data dengan sebuah percakapan
antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti
kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab
45
(Danim, 2002: 130). Instrumen yang digunakan dalam melakukan
wawancara yaitu pedoman wawancara. Wawancara biasanya dilakukan
kepada sejumlah responden/informan yang jumlahnya relatif terbatas
dan memungkinkan bagi peneliti untuk mengadakan kontak langsung
secara berulang-ulang sesuai dengan keperluan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun
telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian
ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan
dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, perarutan-
peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk pelaksana, petunjuk
teknis dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Observasi,
Observasi yaitu “suatu teknik dengan mengamati langsung serta mencatat
hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti” (Narbuko dan Achmadi,
2004: 76-77); Pada penelitian kualitatif, observasi merupakan salah satu
mengumpulkan data yang populer. Untuk terlaksananya observasi dengan baik
perlu disusun instrumen, yaitu pedoman observasi. Pedoman tersebut biasanya
dalam bentuk daftar cek (chek list) atau daftar isian. Adapun aspek yang
diobservasi meliputi keperilakuan, keadaan fisik, pertumbuhan dan perkembangan
46
subjek tertentu dan sebagainya. (Danim, 2002: 140). Dalam hal ini, pengamatan
dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1) Pengamat berperan serta, yaitu seorang pengamat melakukan dua peran
sekaligus sebagai pengamat dan menjadi anggota resmi dari objek atau
kelompok yang diamati.
2) Pengamatan tanpa berperan serta, yaitu seorang pengamat hanya
berfungsi untuk melakukan pengamatan saja, tanpa ikut menjadi anggota
dari objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi langsung
yaitu Pengamatan dilakukan sendiri secara langsung ditempat yang menjadi objek
penelitian, sedangkan objek yang diamati adalah Strategi peningkatan motivasi
kerja pegawai Kantor Camat Panton Reudalam menjalankan tugasnya masing-
masing.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2002:135). Ada bermacam-macam cara pembagian jenis
wawancara yang dikemukakan dalam kepustakaan, diantaranya dikemukakan oleh
Patton (dalam Moleong, 2002:197) dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
dua model wawancara yaitu :
1) Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, yaitu jenis
wawancara yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :
47
a. Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang
dinyatakan dalam proses wawancara
b. Penyusunan pokok-pokok itu dilakukan sebelum wawancara dilakukan.
c. Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan.
d. Penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu
tidak perlu dilakukan sebelumnya.
e. Petunjuk wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar tentang
proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang
direncanakan dapat tercakup seluruhnya.
f. Wawancara baku terbuka, yaitu jenis wawancara yang menggunakan
seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara
penyajiannya pun sama untuk setiap responden.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Dokumen dalam penelitian ini digunakan sebagai sumber data
karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menafsir, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2002:191).
Pada dasarnya proses studi dokumentasi bukan merupakan kegiatan yang
berdiri sendiri, akan tetapi seringkali bersamaan dengan penggunaan teknik
pengumpulan data yang lainnya.
48
3.5. Instrumen Penelitian
Penelitian yang menggunakan metode kualitatif adalah suatu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, maka
peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Moleong, 2002;4). Peneliti merupakan
instrumen kunci utama, karena peneliti sendirilah yang menentukan keseluruhan
skenario penelitian serta langsung turun ke lapangan melakukan pengamatan dan
wawancara dengan informan.
Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian dimaksudkan untuk
mendapatkan data-data yang valid dan realible. Namun, untuk membantu
kelancaran dalam melaksanakannya, peneliti juga didukung oleh instrumen
pembantu sebagai panduan wawancara. Oleh karena itu, sebelum turun ke
lapangan maka peneliti akan membuat terlebih dahulu panduan wawancara untuk
memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan. Alat bantu yang digunakan
dalam pengumpulan data yaitu dokumen, laporan-laporan dan lain sebagainya.
3.6. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah “proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan kerja”(Moleong, 2002:103). Analisa data menggunakan
metode deskriptif kualitatif, dimana pembahasan penelitian serta hasilnya
diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kualitatif, maka analisis
data yang digunakan non statistik.
49
Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung secara interaktif,
dimana pada setiap tahapan kegiatan tidak berjalan sendiri-sendiri. Meskipun
tahap penelitian dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan, akan tetapi
kegiatan ini tetap harus dilakukan secara berulang antara kegiatan pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data serat verifikasi atau penarikan suatu kesimpulan.
Untuk menganalisa data dalam penelitian ini, digunakan langkah-langkah
atau alur yang terjadi bersamaan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan atau balur verifikasi data (Miles, 2007:15-19).
1. Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-
catatan yang tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 2007:17). Reduksi
data ini bertujuan untuk menganalisis data yang lebih mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data agar diperoleh
kesimpilan yang dapat ditarik atau verifikasi. Dalam penelitian ini, proses
reduksi data dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi kemudian dipilih dan dikelompokkan
berdasarkan kemiripan data.
2. Penyajian data, adalah pengumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
(Miles dan Huberman, 1992:18). Dalam hal ini, data yang telah
dikategorikan tersebut kemudian diorganisasikan sebagai bahan penyajian
data. Data tersebut disajikan secara deskriptif yang didasarkan pada aspek
yang diteliti.
50
3. Verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Verifikasi data adalah sebagian
dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-makna yang muncul dari data
telah disajikan dan diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya
(Miles dan Huberman, 1992:19). Penarikan kesimpulan berdasarkan pada
pemahaman terhadap data yang disajikan dan dibuat dalam pernyataan
singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan
yang diteliti.
3.7. Pengujian Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketentuan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat dan
member check. Digunakannya uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
lebih mendalam mengenai subyek penelitian (Sugiyono, 2008:270). Adapun
pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut :
1. Perpanjangan Pengamatan. Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan
karena berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dirasakan data yang
diperoleh masih kurang memadai. Menurut Moleong (2001:327)
perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian
sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan
dilakukan dengan membaca berbagai referensi baik buku maupun
51
dokumen yang terkait dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk
memeriksa data apakah benar dan bisa dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi. Analisa triangulasi merupakan suatu metode analisis untuk
mengatasi masalah akibat dari kajian mengandalkan suatu teori saja, satu
macam data atau satu metode penelitian saja (Sugiyono, 2007:225).
Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara. Menurut (Sugiyono, 2008:273-274), terdapat
minimal 3 (tiga) macam triangulasi, yaitu :
a) Triangulasi sumber data. Pada triangulasi ini, data di cek
kredibilitasnya dari berbagai sumber data yang berbeda dengan
teknik yang sama, misalnya mengecek sumber data antara bawahan,
atasan dan teman.
b) Triangulasi teknik pengumpulan data. Data di cek kredibilitasnya
dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda dengan sumber
data yang sama.
c) Triangulasi waktu pengumpulan data. Data di cek kredibilitasnya
dengan waktu yang berbeda-beda namun dengan sumber data dan
teknik yang sama.
Triangulasi menjadikan data yang diperoleh dalam penelitian menjadi
lebih konsisten, tuntas dan pasti serta meningkatkan kekuatan data (Sugiyono,
2008:241)
4. Pemeriksaan teman sejawat. Dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
52
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan akan ada saran atau masukan
yang berguna untuk proses penelitian.
5. Analisis kasus negatif. Menurut Sugiyono (2008:275) melakukan analisis
kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
6. Member Check. Dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian
kepada sumber-sumber yang telah memberikan data untuk mengecek
kebenaran data dan interprestasinya. Menurut Moleong (2002:336)
pengecekan dilakukan dengan jalan :
a. Penilaian dilakukan oleh responden
b. Mengkoreksi kekeliruan
c. Menyediakan tambahan informasi
d. Memasukkan responden dalam kancah penelitian, menciptakan
kesempatan untuk mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisa data
e. Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan
Pengujian kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran dari
temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan
mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai
pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang
telah ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh informan.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Panton Reu merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan
Kaway XVI yang terbentuk pada Tanggal 11 April 2007 yang ibu kota
kecamataan dipusatkan di Gampong Meutulang merupakan salah satu lembaga
pemerintah yang bertugas sebagai pengelola, pengatur perkembangan kecamatan
dilingkup daerah Kabupaten Aceh Barat. Kecamatan Panton Reu terdiri dari tiga
Mukim yaitu Mukim Mugo dengan luas wilayah 47.250 Ha, Mukim Meuko
dengan luas wilayah 5.050 Ha, dan Mukim Krung Manggi dengan luas wilayah
10.739 Ha. dengan total luas wilayah 83.039 Ha. Secara astronomis Kecamatan
Panton Reu terletak pada garis 96° 9’ 20” - 96° 15’ 40” Bujur Timur dan 4° 21’
30” - 4° 32’ 20” Lintang Utara, dan secara administrasi terdapat 19 gampong yaitu
Gampong Baro Paya, Gampong Seubintang, Gampong Blang Teungoh, Gampong
Mugo Rayeuk, Gampong Mugo Cut, Gampong Meutulang, Gampong Kuala
Mayeu, Gampong Ujoeng Raja, Gampong Paya Baro, Gampong Tuwi Buya,
Gampong Antong, Gampong Manggi, Gampong Baro, Gampong Lek-lek,
Gampong Gunong Mata Ie, Gampong Blang Bale, Gampong Babah Krung
Manggi, Gampong Tamping dan Gampong Antong.
Sedangkan batas wilayah Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat
adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sungai Mas
- Sebelah Selatan berbatasab dengan Kecamatan Kaway XVI
54
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Woyla Timur
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pante Cermen.
4.2 Profil Kantor Camat Panton Reu
4.2.1 Visi & Misi Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat
A. Visi
Terwujudnya Pelayanan Yang Cepat, Tepat, Transparan Yang Bernuansa
Islami.
B. Misi
1. Peningkatan Kualitas Aparatur Pemerintahan Kecamatan melalui Pelatihan
dan Pendidikan
2. Meningkatkan Kedisiplinan Aparatur Pemerintahan Kecamatan dan
Gampong serta Masyarakat
3. Memberikan Pelayanan kepada Masyarakat dengan sopan, santun, jujur,
dan ramah.
4.2.2 Sarana Dan Prasarana
Bangunan Kantor Camat Panton Reu dibangun secara permanen yang
dikelilingi dengan pagar beton, dihalamannya terdapat sebuah tempat parkir yang
memadai yang tiap hari kerja dipenuhi dengan parkiran kendaraan pribadi dan
atau kendaraan dinas pegawai baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda 4,
pada Kantor Camat tersebut memiliki kendaraan dinas sebanyak 4 unit yang
terdiri dari 3 unit kendaraan roda 4 dan 1 unit kendaraan roda 2, untuk fasilitas
55
lain yang terdapat pada Kantor Camat tersebut yaitu 6 ruangan kerja yang terdiri
ruangan kerja Camat, ruangan kerja Sekcam, ruangan kerja Kasubbag dan
ruangan kerja Kasi. Selain itu juga terdapat 1 ruangan Sholat(Musala), satu
ruangan Gudang, ruangan Aula dan Toilet. Dimasing-masing ruangan tersebut
terdapat berbagai fasilitas seperti Kipas Angin, Komputer/Laptop, Printer, Felling,
Meja, Kursi, dan lain sebagainya kecuali di ruangan Aula dan Toilet. Diruangan
Aula hanya ada Kursi, Meja dan Televisi.
Pada Kantor Camat Panton Reu dengan jumlah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebanyak 22 orang, Tenaga Harian Lepas (THL) sebanyak 10 orang, dan
Personil Wilayatul Hisbah Sebanyak 4 orang dengan total jumlah pegawai
sebanyak 36 orang sangat diharapkan mampu menjadikan salah satu faktor
penunjang peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat khususnya di
Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat, adapun untuk melihat daftar
nama-nama pegawai pada Kantor Camat Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh
Barat tersebut, dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Daftar Nama-Nama Pegawai Negeri Sipil (PNS)
pada Kantor Camat Kecamatan Panton Reu
Kabupaten Aceh Barat
NO NAMA / NIP Pangkat/
Gol. Ruang Jabatan KET
1 TARFIN, S.Sos
NIP. 19680817 199011 1 002
Pembina Tk.I
(IV/b) Camat
2 Drs. H. Idrus
NIP. 19611011 198503 1 008
PenataTk.I
(III/d) Sekcam
3 SAHIMI. SE
NIP. 19640503 198603 1 004
Penata
(III/c)
Kasie Pemerintah
dan Pelayanan
4 RAZALI, SE
NIP. 19630206 198802 1 001
Penata
(III/c)
Kasie Pemerintah
dan Pelayanan
5 FITRIANA, SE
NIP. 19790909 200212 2 005
Penata
(III/c)
Kasie Kesra &
Trantib
56
6 USMAN
Nip.19650417 198903 1 005
Penata Muda
Tk.I
(III/b)
Kasubbag
Keuangan
Dan Kepegawaian
7 SAID ISMAIL, SH
Nip.19681216 199703 1 002
Penata Muda
(III/b)
Kasubbag Umum
dan Perlengkapan
8 MUHKTAR, SE
Nip.19600420 198603 1 005
Penata Tk.I
(III/d) Staf
9 SAID ALMAHZAR, SE
NIP. 19650813 198602 1 001
Penata
(III/c) Staf
10 MUKHLISIN, ST
NIP.19841003 201003 1 001
Penata Muda
(III/a) Staf
11 NURMAN, SE
NIP.19610507 200701 1 002
Penata Muda
(III/a) Staf
12 YENI SUMARLINDA, A.Md
NIP.19840424 201003 2 001 Pengatur Tk.I
(II/c) Staf
13 ASAHIR MANSUR, SE
NIP. 19680517 19890101 1 001
Penata Tk. I
(III/d)
14 MUSA
NIP.19670301 200701 1 006
Pengatur
Muda Tk.I
(II/b)
Staf
15 SAMSUL GANI
NIP. 19851214 201310 1 001
Pengatur
Muda (II/a) Staf
16 RIZA AMRILLAH
NIP.19780812 200504 1 002
Pengatur
Muda Tk.I
(II/c)
Bendahara
Pengeluaran
17 EDDI BAHARI
NIP.19650223 200701 1 001
Pengatur
Muda Tk.I
(II/b)
Staf
18 JUNAIDI
Nip.19710730 200801 1 001
Pengatur
Muda Tk.I
(II/b)
Staf
19 ZAINAL ABIDIN. M
NIP. 19680402 200801 1 001
Pengatur
Muda Tk.I
(II/b)
Staf
20
JALALUDDIN
NIP. 19760701 200701 1 002
Pengatur
Muda Tk.I
(II/b)
Staf
21
MUHAMMAD NASIR
NIP. 19800312 200904 1 001
Pengatur
Muda
(II/a)
Bendahara
Barang
22 MASREBI
NIP. 19720727 201310 1 001 Juru (I/c) Staf
Sumber : Data Kantor Camat Panton Reu Bulan Juni Tahun 2014
57
Berdasarkan dari tabel diatas dapat dilihat daftar nama, pangkat/gol.
Ruang, dan jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor Camat Kecamatan
Panton Reu yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 2
orang perempuan.
Adapun daftar nama pegawai Tenaga Harian Lepas (THL) pada Kantor
Camat Kecamatan Panton Reu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Daftar Nama-Nama Pegawai Tenaga Harian Lepas (THL)
pada Kantor Camat Kecamatan Panton Reu
Kabupaten Aceh Barat
NO NAMA / NIP
Pangkat/
Gol.
Ruang
Jabatan KET
1 NURHAYATI Honorer Staf Operator E-KTP
2 FIRDAUS Honorer Staf Jaga Malam
3 T. ANANAN Honorer Staf Operator E-KTP
4 RAZALI Honorer Staf Pengantar Surat
5 SUTRIANI Honorer Staf Clening Service
6 YAMIL RIFAL Honorer Pesuruh
7 CUTTI AISYAH, SE THL Staf
8 LINDA PUSPA SARI, SE THL Staf
9 DARLIS THL Staf
10 MUHAMMAD QARI THL Sopir Bus Sekolah
Sumber : Data Kantor Camat Panton Reu Bulan Juni Tahun 2014
Berdasarkat tabel diatas dapat dilihat daftar nama dan jabatan pegawai
Tenaga Harian Lepas (THL) pada Kantor Camat Kecamatan Panton Reu yang
berjumlah 10 orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki termasuk salah seorang
Sopir Bus Sekolah dan 4 orang perempuan.
Adapun personil Wilayatul Hisbah (WH) yang ditugaskan pada Kantor
Camat Kecamatan Panton Reu berjumlah 4 orang personil, daftar nama personil
Wilayatul Hisbah (WH) tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
58
Tabel 4.3
Daftar Nama-Nama Personil Wilayatul Hisbah (WH)
pada Kantor Camat Kecamatan Panton Reu
Kabupaten Aceh Barat
NO NAMA / NIP Pangkat/
Gol. Ruang Jabatan KET
1 TGK. ALFAN MAULANA, S.Pdi Danru
2 TGK. T. JASMAN Wadanru
3 BAKHTIAR Anggota
4 HASMI HASAN Anggota
Sumber : Data Kantor Camat Panton Reu Bulan Juni Tahun 2014
Berdasarkan tabel-tabel di atas, dapat diketahui bahwa pegawai pada
Kantor Camat Panton Reu Kabupaten Aceh Barat sudah maksimal, dan hal
tersebut dapat dipahami bahwa pelayanan untuk wilayah Kecamatan Panton Reu
Kabupaten Aceh Barat sudah bisa dilaksanakan secara maksimal karena pegawai
pada Kantor tersebut sudah memadai dan profesinya disesuaikan menurut struktur
kerja pada Kantor Camat Panton Reu dan hal ini dapat memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
4.2.3 Dinamika Pegawai
Kantor Camat Panton Reu memiliki pegawai yang memadai dengan
jumlah 36 orang, yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 22
Orang, Tenaga Harian Lepas (THL) sebanyak 10 orang dan personil Wilayatul
Hisbah (WH) sebanyak 4 orang. Dalam penelitian ini, penulis hanya meninjau
pada lima aspek saja yaitu, jenis kelamin, jenjang pendidikan, usia, masa kerja
dan gol. ruang/pangkat.
Adapun jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
berikut:
59
Tabel 4.4
Klasifikasi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
No Keterangan Frekuensi
1. Laki-laki 30
2. Perempuan 6
Jumlah 36
Sumber: Data Kantor Camat Panton Reu Bulan Juni Tahun 2014
Dilihat dari tabel di atas bahwa jumlah pegawai yang berjenis kelamin
laki-laki lebih besar dari jumlah pegawai yang berjenis kelamin perempuan. Jenis
kelamin pegawai laki-laki berjumlah 30 orang, sedangkan pegawai dengan
berjenis kelamin perempuan berjumlah 6 orang.
Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan Pendidikannya dapat dilihat pada
tabel berikut di bawah ini :
Tabel 4.5
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan
No Keterangan Frekuensi
1. SD 0
2. SMP 1
3. SMA 18
4. Diploma 1
5. Sarjana 16
Jumlah 36
Sumber : Data Kantor Camat Panton Reu Bulan Juni Tahun 2014
Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan Usia dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.6
Jumlah Pegawai Berdasarkan Usia
No Keterangan Frekuensi
1. 20-25 Tahun 1
2. 26-30 Tahun 12
3. 31-40 Tahun 9
4. > 41 Tahun 14
60
Jumlah 36
Sumber : Data Kantor Camat Panton Reu Bulan Juni Tahun 2014
Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.7
Jumlah Pegawai Berdasarkan Masa Kerja
No Keterangan Frekuensi
1. 0-10 Tahun 26
2. 11-20 Tahun 2
3. 21-30 Tahun 8
4. > 31 Tahun 0
Jumlah 36
Sumber : Data Kantor Camat Panton Reu Bulan Juni Tahun 2014
Sedangkan jumlah pegawai berdasarkan Golongan Ruang/Pangkat dapat
dilihat pada tabel dibawan ini :
Tabel 4.8
Jumlah Pegawai Berdasarkan Gol. Ruang/Pangkat
No Keterangan Frekuensi
1. IIa 2
2. IIIa 2
3. IIb 5
4. IIIb 2
5. IVb 1
6. Ic 1
7. IIc 2
8. IIIc 4
9. IIId 3
Jumlah 22
Sumber : Absensi Kantor Camat Panton Reu Bulan Juni Tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik Informan
pada penelitian ini bervariasi, dalam artian bahwa karakteristik Informan, baik
berupa jenis kelamin, jenjang pendidikan, usia, masa kerja dan gol. ruang/pangkat
61
mempunyai perbedaan semuanya, hal tersebut disebabkan karena bedanya
Informan itu sendiri, sehingga berbeda pula karakteristik mereka.
4.2.4 Struktur Organisasi
Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat
serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan
tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu
mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Organisasi adalah suatu proses
perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu
struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.
Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
baik secara posisi maupun tugas yang ada pada organisasi dalam menjalin
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan,. Struktur Organisasi
menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu
dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktifitas dan fungsi dibatasi. Dalam
struktur organisasi yang baik harus menjelask hubungan wewenang siapa melapor
kepada siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa yang akan dikerjakan.
Adapun struktur organisasi pada Kantor Camat Panton Reu Kabupaten
Aceh Barat dapat dilihat dari bagan berikut.
62
STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KECAMATAN PANTON REU
TIPE C MENURUT PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH BARAT
NOMOR : 36 TAHUN 2008
Sumber : Data Kantor Camat Panton Reu Bulan Juni Tahun 2014
CAMAT
TARFIN, S.Sos
Pembina Tk.I ( IV/b )
NIP. 19680817 199011 1 002
SEKCAM
Drs. H. IDRUS
Penata ( III/c )
NIP. 19611011 198503 1 008
KASI PEMERINTAHAN &
PELAYANAN
RAZALI. SE
Penata Muda Tk.I (III/c)
NIP. 19630206 198802 1 001
KASI EKONOMI
PEMBANGUNAN
SAHIMI. SE
Penata Tk. I ( III/d)
NIP. 19640503 198603 1 004
KASI KESRA,KETERTIBAN &
LINMAS
FITRIANA,SE
Penata ( III/c )
NIP. 19790909 200212 2 005
KSB. KEUANGAN &
KEPEGAWAIAN
USMAN
Penata Muda ( III/b )
NIP. 19650417 198903 1 005
KSB.UMUM &
PERLENGKAPAN
SAID ISMAIL. SH
Penata ( III/c )
NIP. 19681216 199703 1 002
STAF
1. Saud Almahzar, SE
2. Nurman
3. Mukhlisin, ST
STAF
1. Asahir Mansur
2. Musa
3. Samsul Gani
STAF
1. Mukhtar. SE
2. Zainal Abidin. M
3. Eddi Bahri
STAF
1. Riza Amrillah
2. Yeni Sumarlinda
3. Junaidi
STAF
1. Jalaluddin
2. Muhammad Nasir
3. Masrebbi
KELOMPOK
FUNGSIONAL
63
4.3 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Kantor Camat Panton Reu
menurut Peraturan Bupati Aceh Barat nomor : 36 Tahun 2008
1. Camat
Tugas :
Membantu Bupati dalam Penyelengaraan Pemerintah, Pelayana Umum,
Pembangunan dan Pembinaan kehidupan kemasyarakatan, melakukan koordinasi
dan Sinkronisasi Instansi Pemerintah dan Swasta diwilayah Kecamatan.
Fungsi :
a. Penyelengaraan tugas–tugas Pemerintahan umum, Pembangunan, dan
Kemasyarakatan.
b. Penyelengaraan Pelayanan umum melalui koordinasi dengan satuan kerja
perangkat Daerah Kabupaten lainnya.
c. Pembinaan pemerintahan Mukim dan Gampong
d. Pemebinaan keterampilan dan ketertiban masyarakat.
e. Pembinaan fasilatasi masalah pertanahan.
2. Sekretaris Kecamatan
Tugas :
Melakukan pembinaan dan koordinasi administrasi, ketatausahaan dan
memberikan pembinaan teknis kepada seluruh unit kerja dilingkup sekretariat
kecamatan.
Fungsi :
a. Penyusunan rencana kerja Kecamatan
b. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan administrasi / ketatausahaan
c. Pembinaan administrasi keuangan
64
d. Koordinasi penyusunan laporan Kecamatan
e. Pelayanan tata usaha, administrasi kepegawaian, perlengkapan dan rumah
tangga.
3. Seksi Pemerintahan dan Pelayanan
Tugas :
Melakukan urusan Pemerintahan umum, pembinaan pemerintahan mukim
dan Gampong, administrasi pertanahan, administrasi kependudukan, pembinaan
politik dalam Negeri dan menyelenggarakan urusan pelayanan kepada
masyarakat, dan melaksanakan kewenangan yang limpahkan kepada Camat.
Uraian Tugas :
a. Menyusun program kerja seksi Pemerintahan dan Pelayanan terdasar
Dokumen Rencana Kerja.
b. Menyiapkan bahan-bahan, melaksanakan pembinaan penguatan
kelembagaan Pemerintahan Mukim dan Gampong sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
c. Mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan mengevaluasi data dibidang
Pemerintahan Mukim dan Gampong, bidang pertanahan, serta saranan dan
prasarana fisik.
d. Mengkoordinasi kegiatan pemerintahan daerah dan instansi vertikal
diwilayah kecamatan untuk singkronisasi kerja bidang pemerintahan.
e. Membantu pelaksanaan tugas- tugas dibidang administrasi pertanahan.
65
4. Seksi Kesejahteraan Rakyat, Ketentraman dan Ketertiban
Tugas :
Melaksanaan urusan peningkatan kesejahteraan rakyat, ketertiban,
ketentraman, perlindungan masyarakat, dan penegakan atas peraturan perundang–
undangan yang dilimpahkan kepada Camat.
Uraian Tugas :
a. Menyusun program kerja seksi kesejahteraan Rakyat, ketentraman dan
ketertiban berdasarkan Dokumen Rencana Kerja.
b. Bersama dengan instansi terkait mengkoordinasi pelaksanaan pembinaan
pendidikan, pendidikan luar Sekolah, Dayah / Pesantren, dan Agama
lainnya yang diakui Pemerintah.
c. Bersama dengan Instansi terkait mengkoordinasikan pelaksanaan
Pembinaan kesehatan, Kebersihann dan Kesehatan lingkungan.
d. Memfasilitasi Koordinasi dengan UPTD bidang Pendidikan dan Kesehatan
di tingkat Kecamatan.
e. Memfasilitasi koordinasi Perencanaan, Pemantauan dan pemberian
rekomendasi di bidang Pendidikan dan Kesehatan dasar diwilayah
Kecamatan.
5. Seksi Ekonomi Pembangunan
Tugas :
Melaksanakan Pengembangan Ekonomi Pembangunan, dan melaksanakan
kewenangan yang dilimpahkan kepada Camat.
Uraian Tugas :
66
a. Menyusun program kerja Seksi Ekonomi Pembangunan berdasarkan
Dokumen Rencana Kerja.
b. Mengumpulkan, mengelola data, menganalisis, potensi sumber daya alam
kemukiman dan Gampong termasuk swadaya masyarakat dibidang
pembangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Merencanakan dan menyusun program, pedoman dan petunjuk pembinaan
untuk usaha pembangunan perekonomian masyarakat sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam upaya pemberdayaan potensi yang ada.
d. Memfasilitasi, mendampingi dan mengevaluasi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Gampong ( RKPG ) tahunan, Musrenbang Gampong, dan
Anggaran Pendataan dan Belanja Gampong ( APBG ).
e. Memfasilitasi, memantau dan mendampingi pelaksanaan Alokasi Dana
Gampong ( ADG ), pelaksanaan Anggaran Pendataan dan Belanja Gmpong
( APBG ), dan mengkoordinasikan dengan Satuan kerja Pemerintah Daerah
terkait.
6. Kasubag Umum dan Perlengkapan
Kasubag Umum dan Perlengkapan bertanggung jawab kepda Sekretaris
Kecamatn yang mempunyai uraian tugas sebagai berikut:
a. Membantu Sekretaris Kecamatan sesuai dengan tugasnya.
b. Melaksanakan Administrasi surat menyurat, Kearsipan, urusan rumah
tangga dan perlengkapan.
c. Melasanakan kegiatan kehumasan, ketertiban, keamanan dan kebersihan
Kantor.
67
d. Melakasanakan pencatatan, pemeliharaan dan menyusun perencanaan dan
pengadaan kebutuhan Alat Tulis ( ATK ) administrasi, peralatan kerja dan
inventaris Kantor kecamatan.
e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris kecamatan sesuai
dengan bidang tugasnya.
7. Kasubag Keuangan dan Kepegawaian
Kasubag Keuangan dan Kepegawaian bertanggung jawab kepada
Sekretaris Kecamatn yang mempunyai uraian tugas sebagai berikut:.
a. Membantu Sekretaris Kecamatan sesuai dengan tugasnya.
b. Menyelengarakan administrasi keuangan dan realisasi anggaran/.
c. Melaksanakan penatausahaan keuangan di Sekretariat Kecamatan .
d. Menyiapkan bahan – bahan untuk penyusunan RKA Kecamatan.
e. Menyiapkan Laporan dan pertanggung jawaban tidak langsung, keuangan,
termasuk anggaran langsung dan tidak langsung.
4.4 Hasil Penelitian
Penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan
informan di lapangan, data penelitian yang menggunakan daftar pertanyaan
dengan melakukakan Wawancara langsung kepada informan yaitu sebanyak 15
orang iforman.
Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan beberapa
informan tersebut akan disajikan dalam bentuk kutipan Wawancara.
68
4.4.1 Karakteristik Informan
Dalam karakteristik informan akan dijelaskan data mengenai identitas
informan yang terdiri dari jenis kelamin dan usia informan. Dapat di gambarkan
bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada jenis kelamin perempuan.
Untuk melihat karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9
Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 10 80
2 Perempuan 5 20
Total 15 100
Sumber : Hasil penelitian Bulan Juni Tahun 2014
4.4.2 Strategi Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai Kantor Camat Dalam
Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat
Peran kepemimpinan dalam efektivitas pencapaian tujuan dapat dilakukan
dengan melakukan upaya-upaya memberikan bimbingan dan pengarahan,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, serta menggerakkan orang lain
sehingga dapat meningkatkan partisipasi pegawai dan bertanggung jawab
terhadap kerjanya, mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan maksimal.
Kepemimpinan dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin dalam
mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok
atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan,
sehingga menghasilkan hasil yang maksimal. Strategi merupakan proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
69
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar
tujuan tersebut dapat dicapai.
Dalam rangka untuk memotivasi bawahan dalam suatu organisasi, sangat
ditentukan oleh kepegawaian seorang pimpinan untuk memahami faktor-faktor
motivasi sebagai daya pendorong atau penguat (reinforcement) sehingga individu
tergerak untuk bekerja dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu,
pemahaman terhadap motivasi sangat penting artinya bagi pimpinan. Tidak
sepenuhnya penghargaan dalam bentuk financial menjadi alat motivasi utama. Hal
ini dikarenakan rencana organisasi bisa saja tidak lengkap dalam hal kompensasi
financial baik dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, komisi dan sebagainya.
Dengan demikian diperlukan tindakan-tindakan sederhana untuk memotivasi
tanpa harus bergantung kepada kompensasi financial. (Robbins dan Judge, 2007).
1. Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Persuasif Dan
Komunikatif
Teknik Persuasif dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintahan
maupun non pemerintahan, teknik/cara kepemimpinan seorang pemimpin dalam
memotivasi kerja pegawai/bawahannya dalam bekerja sangat diharapkan agar
bawahan dapat lebih bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Teknik persuasif
dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi camat dalam membujuk
bawahan untuk bekerja lebih rajin. Bujukan biasanya termasuk strategi lunak dan
baik, maka dilakukan dengan lemah lembut. Jadi dengan teknik persuasif ini
pemimpin pemerintahan melakukan pendekatan bujukan dimana untuk
70
memotivasi bawahan dipergunakan strategi pemanjaan dengan begitu bawahan
melaksanakan pekerjaan karena alasan baik hatinya atasan.
Kepemimpinan camat mengunakan teknik komunikatif dalam
kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana seorang
pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan pegawainya dengan sebaik mungkin
dengan mengunakan bahasa yang mudah di mengerti dan dalam menuliskan pesan
dengan jelas, seperti yang dikemukakan oleh Syafiie (2003:41), agar apa yang
disampaikan oleh pimpinan dapat dengan mudah dipahami oleh bawahannya,
sehingga bawahan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh pimpinan.
Untuk mengetahui Strategi Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai Kantor
Camat Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat di Kantor Camat
Panton Reu Kabupaten Aceh Barat dapat kita lihat dalam petikan wawancara yang
penulis lakukan pada tanggal 10 Juni 2014 antara lain sebagai berikut :
Berdasarkan wawancara dengan bapak Tarfin. S.Sos selaku Camat
Kecamatan Panton Reu menyatakan bahwa :
“Camat selalu melakukan upaya-upaya untuk memotivasi
pegawainya seperti melakukan pendekatan-pendekatan,
membangun komunikasi, memberikan fasilitas-fasilitas dan lain-
lain agar pegawai semangat dan bertanggung jawab pada
pekerjaannya”.
Wawancara lebih lanjut mengenai pendekatan apa saja yang bapak Camat
lakukan dalam memotivasi pegawai, bapak Tarfin S.Sos selaku pimpinan
Sekretariat Kecamatan Panton Reu mengatakan bahwa :
“Pendekatan yang sudah dilakukan salah satunya pendekatan
tujuan yaitu memberitahukan kepada pegawai sejelas mungkin
71
apa yang harus dikerjakan dan usaha-usaha apa saja yang harus
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, selain itu juga
memberikan semangat kepada pegawai agar dapat bekerja dengan
penuh tanggung jawab sesuai dengan tugasnya masing-masing.
”(Wawancara tanggal 10 Juni 2014)
Ketika wawancara lebih lanjut mengenai kendala dalam memotivasi
pegawai, bapak Tarfin. S.Sos (Camat Panton Reu) mengatakan bahwa :
“Kendala dalam memotivasi pegawai antara lain adanya
keterbatasan-keterbatasan dari pegawai itu sendiri, misalnya tidak
memiliki kemampuan untuk mengoperasikan komputer, sehingga
pegawai tersebut merasa malas untuk melakukan suatu pekerjaan
yang ditugaskan khususnya pekerjaan yang menggunakan
komputer karena pegawai tersebut tidak memiliki kemampuan
dalam mengoperasikan komputer, selain itu kurangnya fasilitas-
fasilitas kantor yang tersedia”. (Wawancara 10 Juni 2014).
Wawancara lebih lanjut mengenai strategi peningkatan motivasi pegawai,
Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Drs. H. Idrus mengatakan :
“Saya selalu melakukan pendekatan-pendekatan dengan pegawai
dengan cara memasuki ruang kerja dan menanyakan ada yang
dapat saya bantu atau ada suatu hal yang belum dimengerti,
supaya dimana pekerjaan yang belum difahami oleh pegawai
dapat ditanyakan langsung kepada saya, selain itu saya juga
menjelaskan suatu penjelasan dimana yang kurang difahami oleh
pegawai menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
pegawai tersebut”(wawancara tanggal 10 Juni 2014).
Lebih lanjut, bapak Sahimi. SE selaku Kasi Ekonomi dan Pembangunan
menyatakan bahwa:
“Benar bapak Camat dan bapak Sekcam telah melakukan upaya-
upaya untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai, saya sering
melihat bapak Camat atau bapak Sekcam melakukan pendekatan
dengan pegawai dan penjelasan yang berikan juga sangat mudah
difahami dan dimengerti, sehingga pegawai dalam melakukan
pekerjaannya terarah”.(Wawancara tanggal 10 Juni 2014).
72
Lebih lanjut Nurhayati salah seorang Tenaga Honorer yang bertugas sebagai
Operator Komputer yang di tempatkan dibagian E-KTP dan juga membatu di
Kasubbag Umum dan Perlengkapan menyatakan :
“Saya sangat senang dengan pimpinan saat ini, tugas yang
diberikan begitu jelas baik secara lisan maupun tulisan dan bahasa
yang digunakan tidak membingungkan apalagi menyangkut
dengan surat menyurat, selalu ada arahan mengenai isi surat yang
harus ditulis sesuai dengan keperluan sehingga saya dapat
mengkonsep surat sebagaimana yang seharusnya”.(wawancara
tanggal 10 Juni 2014).
Wawancara lebih lanjut, Muhammad Nasir selaku Bendahara Barang
menyatakan :
“Pimpinan saat ini benar-benar dapat memotivasi saya dalam
bekerja, awalnya saya tidak mengerti bagaimana mengelola
barang kantor dengan baik, alhamdulillah sekarang barang-barang
kantor sedikit-sedikit sudah dapat saya kelola dengan baik berkat
bantuan pimpinan yang selalu menjelaskan dimana yang saya
belum mengerti”. (wawancara tanggal 10 Juni 2014)
Berdasarkan keterangan diatas, Camat selaku pimpinan Sekretariat
Kecamatan Panton Reu sudah melakukan pendekatan-pendekatan untuk
memotivasi bawahannya.
2. Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Fasilitas
Teknik fasilitas dalam kepemimpinan pemerintahan merupakan suatu hal
yang sangat penting yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam mengerakan
bawahannya melalui beberapa cara, dimana teknik fasilitas ini menyangkut
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin terhadap kebutuhan
pegawainya agar dapat memotivasi/mendorong pegawai/bawahan dalam bekerja.
Seperti yang di kemukakan oleh Syafiie (2003:41), teknik fasilitas dalam
73
kepemimpinan pemerintahan adalah strategi pemerintah, seperti camat dalam
memberikan fasilitas kepada bawahan untuk memperlancar pekerjaan karena
bawahan tersebut terikat oleh pemberian tersebut, hal ini disebut dengan kekuatan
pemberian. Misalnya sebagai berikut :
a. Pemberian uang misalnya kenaikan gaji honorer dan bebagai tunjangan.
b. Pemberian barang misalnya, motor dinas dan berbagai peralatan lainnya.
c. Pemberian tempat misalnya jabatan yang diberikan kepada seseorang
d. Pemberian waktu misalnya kenyamanan, ketertiban, dan kesejahteraan.
Memberikan pemberian tersebut di atas merupakan hal yang penting untuk
memotivasi kerja pegawai/bawahan, menumbuhkan disiplin diri dan
menumbuhkan tanggung jawab dalam bekerja, selain itu, tujuan dari pemberian
fasilitas-fasilitas tersebut diharapkan para pegawai bisa lebih kreatif lagi dalam
bekerja sehingga mampu memberikan hasil kerja yang baik. Wawancara dengan
bapak Tarfin. S.Sos selaku pimpinan unit kerja Sekretariat Kecamatan mengenai
fasilitas, beliau menyebutkan bahwa :
“Fasilitas yang kita berikan dengan melihat sesuai kebutuhan dan
kemampuan pegawai, misalnya membayar gaji/honor tepat waktu,
pengadaan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
memberikan jabatan sesuai dengan kemampuan”. (wawancara
Tanggal 11 Juni 2014).
Wawancara lebih Lanjut, bapak Riza Amrillah selaku bendahara
pengeluaran menyatakat :
“Benar bapak Camat hampir tiap bulan mengingatkan saya
terhadap pembayaran gaji/honor pegawai, 3 atau 2 hari sebelum
jatuh tempoh pembayaran oleh pimpinan menanyakan apakah
pengajuannya telah selesai dibuat dan diajukan, selain itu saya
juga diberikan 1 unit laptop dan 1 unit kendaraan dinas untuk
74
kelancaran dalam melaksanakan tugas”. (wawancara tanggal 11
Juni 2014)
Lebih lanjut, Sekretaris Kecamatan (Sekcam) bapak Drs. H. Idrus
menyatakan bahwa :
“Benar adanya fasilitas yang diberikan kepada pegawai, misalnya
Laptop/Komputer walaupun belum semua Kasi dan Kasubbag
mendapatkan, tetapi kita upayakan dalam tahun ini untuk
pengadaan barang tersebut setiap Kasi dan Kasubbag memiliki
supaya lancar dalam melaksanakan tugasnya”. (wawancara
tanggal 11 Juni 2014).
Wawancara lebih lanjut mengenai kedisiplinan pegawai, bapak Drs. H.
Idrus selaku Sekcam Kecamatan Panton Reu mengatakan bahwa :
“Agak sedikit susah untuk mendisiplinkan jam masuk kantor pagi
pegawai yang bertugas di Sekretariat Kecamatan Panton Reu
disebabkan sebagian pegawai bertempat tinggal jauh dari kantor,
namun saat ini juga sudah ada perubahan semenjak diberlakukan
absen elektronik, jika pegawai terlambat masuk kantor maka
absennya akan merah, begitu juga keluar kantor (pulang) terlalu
cepat absennya juga akan merah, karna jam masuk dan jam keluar
kantor sudah di atur/diprogram dalam mesin tersebut, kami selalu
berusah masuk dan keluar kantor sesuai dengan waktu yang sudah
ditetapkan”. (Wawancara tanggal 11 Juni 2014).
Wawancara lebih lanjut mengenai sanksi terhadap pegawai yang
melanggar aturan yang sudah ditetapkan, bapak Drs. H. Indrus (Sekcam Panton
Reu) menerangkan bahwa :
“Sanksi terhadap pegawai apabila melanggar aturan yang sudah
ditetapkan ada bermacam-macam, misalnya terlambat masuk
kantor atau terlalu cepat keluar kantor (pulang) maka absennya
akan merah, apabila absenya merah 3 (tiga) kali maka dianggab 1
(satu) Alpa, jika alpanya banyak kemungkinan ada pemotongan
gaji sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan, ada juga teguran
dari pimpinan dan lain sebagainya tergantung pelanggaran yang
dilakukan”. (wawancara tanggal 11 Juni 2014).
75
Wawancara lebih lanjut mengenai jam masuk dan keluar kantor, Sekretaris
Kecamatan (Sekcam) Panton Reu menyebutkat bahwa :
“Ada kita tempel jam masuk dan keluar kantor sesuai dengan
petunjuk dari Pemerintah Kabupaten Aceh Barat pada dinding
dalam ruangan Kasubbag Umum dan Perlengkapan supaya setiap
pegawai yang akan mengisi absen bisa melihat ketentuan jam
tersebut. disitu sudah tertera seperti masuk pagi jam 8.20, keluar
pagi jam 12.30, masuk siang jam 14.00 dan keluar sore jam 16.30.
apabila pegawai masuk atau keluar kantor diluar jadwal tersebut
maka absen mereka (pegawai) akan merah”. (wawancara tanggal
11 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat penulis simpulkan bahwa
pimpinan unit kerja Sekretariat Kecamatan Panton Reu selalu melakukan upaya-
upaya untuk mengadakan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan yang dimiliki oleh pegawai dan meningkatkan kedisiplinan pegawai.
3. Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Keteladanan dan
pelayanan
Teknik keteladanan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi
pimpinan dalam memberikan contoh yang baik kepada bawahannya. Keteladanan
pemimpin adalah suatu perbuatan atau tingkah laku yang baik, yang patut ditiru
oleh bawahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam tugasnya sebagai
pemimpin, baik tutur kata ataupun perbuatannya yang dapat diterapkan dalam
lingkungan pekerjaan. dari definisi diatas dapat dipahami bahwa teknik
keteladanan merupakan upaya atau cara yang dilaksanakan oleh pemimpin dengan
tujuan agar bawahan mau meniru segala perbuatan yang dilakukannya. misalnya
dalam bekerja pimpinan selalu bertanggung jawab atas tugasnya dan juga dalam
76
bekerja pimpinan mulai dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditetapkan jadi
dengan begitu secara tidak langsung akan mempengaruhi bawahannya dalam
bekerja. untuk mengetahui keteladanan dan pelayanan dapat kita lihat dalam
petikan wawancara yang penulis lakukan pada tanggal 13 Juni 2014 antara lain
sebagai berikut :
Wawancara bersama bapak Tarfin. S.Sos selaku Camat Panton Reu
mengenai keteladanan dan pelayanan, beliau mengatakan bahwa :
“Menjaga harkat dan martabat sebagai seorang pimpinan yang
selalu memberikan contoh-contoh yang baik kepada pegawai,
misalnya dalam berpakaian, dalam berbicara, dalam bekerja, dan
menghargai pegawai. Begitu juga dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang sedang melakukan suatu pengurusan ”.
Lebih lanjut, mengenai keteladanan dan pelayanan. Bapak Drs. H. Idrus
selaku Sekretaris Kecamatan (Sekcam) mengatakan :
“Kami selalu mengarahkan pegawai dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan aturan yang berlaku,
misalnya ada masyarakat yang ingin mengurus Surat
Rekomendasi Camat terhadap suatu permohonan atau surat-surat
lainya, kami selalu mengarahkan pegawai untuk meagendakan
dan mengarahkan untuk melakukan pemeriksaan dan di paraf oleh
Kasi/Kasubbag sesuai dengan surat Rekomendasi yang diperlukan
sebelum diparaf oleh Sekcam untuk ditanda tangan oleh Bapak
Camat”. (wawancara tanggal 13 Juni 2014).
Wawancara selanjutnya mengenai pelayanan yang diberikan oleh pegawai
Sekretariat Kecamatan Panton Reu apakah sudah sesuai denga harapan, bapak
Tarmizi salah seorang penduduk Gampong Baro Paya mengatakan :
“Insya Allah pelayanan yang diberikan oleh pegawai Sekretariat
Kecamatan Panton Reu sudah memadai, dan tidak dipersulit
dalam suatu pengurusan, setiap apa yang menjadi keperluan saya
selalu ada pegawai yang melayani dan memberi petunjuk sama
siapa saya suruh paraf sebelum saya bawa keruangan bapak
Sekcam dan bapak Camat. Keseringan pegawai juga yang
77
melakukakn semua itu, saya terima sudah ditanda tangan oleh
bapak Camat”.(wawancara tanggal 13 Juni 2014)
Wawancara lebih lanjut mengenai adakah penyediaan layanan pengaduan
bagi masyarakat di Kantor Camat Panton Reu, bapak T. Alamsyah penduduk
gampong Mugo Rayeuk mengatakan :
“ada, layanan pengaduan tersebut berbentuk kotak yang ditempel
pada dinding sisi kiri Kantor Camat, jika masyarakat ingin
melakukan pengaduan terhadap pekerjaan pegawai, oleh
masyarakat dapat memasukkan pengaduanya kedalam kotak
tersebut”. (wawancara tanggal 13 Juni 2014)
Lebih Lanjut, Wawancara mengenai apakah ada permintaan imbalan atau
memberikan imbalan kepada pegawai dalam melakukan suatu pengurusan, ibu
Hindon penduduk gampong Baro mengatakan :
“setiap saya melakukan suatu pengurusan tidak ada saya berikan
imbalan dalam bentuk apapun dan tidak ada perintah ataupun
permintaan imbalan dari pegawai yang bertugas terhadap suatu
pengurusan yang saya lakukan. Begitu juga dengan masyarakat
lain, saya belum pernah mendengar adanya pegawai meminta
imbalan kepada masyarakat dalam melakukan suatu pengurusan
di Kantor Camat”.(wawancara tanggal 13 Juni 2014).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa Kepemimpinan
Camat dalam memberikan keteladanan kepada bawahan/pegawai yang ada di
Kantor Camat Kecamatan Panton Reu dalam bekerja sudah dilakukan oleh
pimpinan dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dari upaya yang sudah
dilakukan oleh pimpinan dengan cara-cara yang dilakukan pimpinan, dimana
pimpinan dalam memberikan keteladanan yang baik kepada pegawai, pimpinan
selalu mencerminkan sikap disiplin baik pada saat apel, masuk kantor dan pulang
kantor sesuai dengan waktu yang ditentukan, serta dalam menjalan kan tugas
pimpinan selalu bertanggung jawab, serta selalu memberikan dorongan berupa
78
nasehat kepada pegawai dengan tujuan pegawai dapat termotivasi untuk lebih baik
lagi dalam melaksanakan tugasnya sehingga apa yang menjadi tujuan pimpinan
dalam memajukan organisasi dapat tercapai.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Strategi Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai Kantor Camat Dalam
Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat
Strategi merupakan proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang
berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara
atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam rangka untuk
memotivasi bawahan dalam suatu organisasi, sangat ditentukan oleh kepiawaian
seorang pimpinan untuk memahami faktor-faktor motivasi sebagai daya
pendorong atau penguat (reinforcement) sehingga individu tergerak untuk bekerja
dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap motivasi
sangat penting artinya bagi pimpinan. Tidak sepenuhnya penghargaan dalam
bentuk financial menjadi alat motivasi utama. Hal ini dikarenakan rencana
organisasi bisa saja tidak lengkap dalam hal kompensasi financial baik dalam
bentuk gaji, tunjangan, bonus, komisi dan sebagainya. Dengan demikian
diperlukan tindakan-tindakan sederhana untuk memotivasi tanpa harus bergantung
kepada kompensasi financial. (Robbins dan Judge, 2007).
Pada intinya usaha untuk meningkatkan motivasi kerja adalah suatu
keterampilan dalam memadukan kepentingan pegawai dan kepentingan organisasi
sehingga keinginan-keinginan pegawai dipuaskan bersamaan dengan tercapainya
sasaran-sasaran organisasi. Motivasi mempengaruhi kerja seseorang sebesar 80%
79
sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi adalah faktor penting bagi keberhasilan
kerja (Batubara dalam Rimawati, 2001). Dalam fungsinya sebagai salah satu
variabel penting yang mempengaruhi prilaku pegawai dalam lingkungan kerja,
motivasi memiliki dampak pada produktivitas kerja pegawai tersebut.
Ditempat penelitian ini berlangsung dapat dilihat beberapa teknik yang
dilakukan oleh Camat dalam memotivasi bawahannya. Adapun teknik tersebut
meliputi : Teknik Persuasif dan Komunikatif, Teknik Fasilitas, Teknik
Keteladanan dan Pelayanan. Beberapa teknik tersebut dapat dirinci sebagai
berikut.
4.5.2 Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Persuasif Dan
Komunikatif
4.5.2.1 Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Persuasif
Teknik Persuasif dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintahan
maupun non pemerintahan Teknik/cara kepemimpinan seorang pemimpin dalam
memotivasi kerja pegawai/bawahannya dalam bekerja sangat diharapkan agar
bawahan dapat lebih bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Teknik persuasif
dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi camat dalam membujuk
bawahan untuk bekerja lebih rajin. Bujukan biasanya termasuk strategi lunak dan
baik, maka dilakukan dengan lemah lembut. Jadi dengan teknik persuasif ini
pemimpin pemerintahan melakukan pendekatan bujukan dimana untuk
memotivasi bawahan dipergunakan strategi pemanjaan dengan begitu bawahan
melaksanakan pekerjaan karena alasan baik hatinya atasan. (Syafiie, 2003:41)
80
Di Kantor Camat Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat dapat di
katakan bahwa kepemimpinan camat dalam menggunakan teknik persuasif dalam
kepemimpinannya sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dari
hasil wawancara dimana pimpinan selalu melakukan bujukan-bujukan kepada
pegawai yang bekrja pada Sekretariat Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh
Barat, bujukan-bujukan yang dilakukan pimpinan berupa ajakkan, himbauan dan
nasehat yang diberikan secara langsung biasanya bujukan-bujukan yang dilakukan
pimpinan pada saat apel pagi, rapat staf dan dalam ruang kerja para pegawai agar
setiap pegawai tetap melaksanakan tugasnya sesuai tugas dan fungsinya masing-
masing sehingga dapat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Dapat
diketahui bahwa kepemimpinan camat dalam memotivasi pegawainya dengan
mengunakan teknik persuasif sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Syafiie
(2003:41), dimana teknik persuasif merupakan suatu strategi yang harus dimiliki
seorang pemimpin yaitu camat dalam membujuk bawahannya agar dapat
termotivasi untuk bekerja lebih rajin dan menanamkan kesadaran betapa
pentingnya menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama.
4.5.2.2 Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Komunikatif
Komunikasi sangat diperlukan dalam keseluruhan interaksi antar manusia,
tidak terkecuali antara pelatih dan peserta pelatihan atau antar staf dan pimpinannya.
Tanpa komunikasi antar manusia di dalam organisasi, sumber daya yang ada akan
mengalami disintegrasi. Artinya, sumber daya insani yang ada pada lembaga/instansi
tidak banyak berbeda dengan setumpuk benda mati yang pasif. dalam kepemimpinan
81
pemerintahan komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting, dimana
seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan pegawainya dengan sebaik
mungkin dengan mengunakan bahasa yang mudah di mengerti dan dalam
menuliskan pesan dengan jelas, seperti yang dikemukakan oleh Syafiie (2003:41),
agar apa yang disampaikan oleh pimpinan dapat dengan mudah dipahami oleh
bawahan, sehingga bawahan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa
yang diperintahkan oleh pimpinan.
Di Kantor Camat Kecamatan Panton Reu dapat dikatakan bahwa teknik
kepemimpinan Camat dalam mengunakan teknik komunikatif dalam memberikan
dorongan atau motivasi kepada pegawai dengan cara berbahasa yang baik dan
benar, menuliskan pesan dengan jelas dan mengunakan pengeras suara yang
memadai sudah cukup berjalan dengan baik, hal tersebut dapat terlihat pada saat
pimpinan dalam memberikan pesan atau perintah kepada bawahan dimana
pimpinan sudah mengunakan bahasa yang baik dan benar sehingga pegawai yang
bekerja pada Sekretariat Kecamatan Panton Reu dapat dengan mudah memahami
apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab mereka dalam pelaksanaantugasnya,
Seperti yang di kemukakan oleh Syafiie (2003:41), bahwa dalam memperlancar
pekerjaan agar apa yang teknik kepemimpinan Camat dalam memotivasi kerja
(Charlo Castoby)186, menjadi tujuan organisasi, seseorang pimpinan harus
melakukan hubungan yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu komunikasi, yaitu
apa yang diinginkan oleh pimpinan sebagai pemberi pesan sama dengan apa yang
diterima oleh bawahan. Itulah sebabnya disebut dengan komunikasi. Hal ini
82
dilakukan oleh pimpinan agar apa yang menjadi tujuan organisasi tersebut dapat
tercapai dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dapat dilihat bahwa, pimpinan
unit kerja Sekretariat Kecamatan Panton Reu dalam melakukan strategi
peningkatan motivasi kerja pagawai sudah melakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan motifasi kerja pegawai, hal tersebut sudah seharusnya dilakukan
oleh Camat Panton Reu untuk meningkatkan semangat kerja pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
4.5.3 Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Fasilitas
Teknik fasilitas disini adalah fasilitas yang menyangkut dengan semua
kebutuhan pegawai, dengan terpenuhinya segala kebutuhan maka pegawai
tersebut akan lebih semangat dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini sudah
semestinya oleh pimpinan untuk mengajukan permohonan untuk memenuhi
segala kebutuhan-kebutuhan pegawai, dalam kepemimpinan pemerintahan
merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki seorang pemimpin
dalam mengerakan bawahannya melalui beberapa cara, dimana teknik fasilitas ini
menyangkut kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin terhadap
kebutuhan pegawainya agar dapat memotivasi/mendorong pegawai/bawahan
dalam bekerja. Seperti yang di kemukakan oleh Syafiie (2003:41), teknik fasilitas
dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi pemerintah, seperti camat
dalam memberikan fasilitas kepada bawahan untuk memperlancar pekerjaan
83
karena bawahan tersebut terikat oleh pemberian tersebut, hal ini disebut dengan
kekuatan pemberian. Misalnya sebagai berikut :
a. Pemberian uang misalnya kenaikan gaji honorer dan bebagai tunjangan.
b. Pemberian barang misalnya, motor dinas dan berbagai peralatan lainnya.
c. Pemberian tempat misalnya jabatan yang diberikan kepada seseorang
d. Pemberian waktu misalnya kenyamanan, ketertiban, dan kesejahteraan.
Memberikan pemberian tersebut di atas merupakan hal yang penting untuk
memotivasi kerja pegawai/bawahan, menumbuhkan disiplin diri dan
menumbuhkan tanggung jawab dalam bekerja, selain itu, tujuan dari pemberian
fasilitas-fasilitas tersebut diharapkan para pegawai bisa lebih kreatif lagi dalam
bekerja sehingga mampu memberikan hasil kerja yang baik.
Di Kantor Camat Kecamatan Panton Reu teknik kepemimpinan yang
dilakukan oleh pimpinan dalam memotivasi kerja pegawai seperti yang
dikemukakan oleh Syafiie (2003:41) dalam bentuk pemberian berupa, uang,
barang, tempat/jabatan dan pemberian waktu misalnya kenyamanan, ketertiban
dan kesejateraan pada dasarnya sudah berjalan hanya saja belum maksimal,
karena adanya beberapa dari pemberian diatas belum dilakukan oleh pimpinan
yang sangat mempengaruhi motivasi pegawai, misalnya dalam pemberian uang
seperti kenaikan gaji honorer serta pemberian rumah dinas dan motor dinas belum
dapat dilakukan oleh pimpinan secara maksimal dikarenakan keputusan terhadap
hal tersebut diatas harus menunggu keputusan atau persetujuan dari Pemerintah
Daerah baik Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi. Berkaitan
dengan hal tersebut salah satu penyebab motivasi pegawai di Kantor Camat
84
Kecamatan Panton Reu itu rendah di karenakan strategi camat yang belum
maksimal dalam memenuhi kebutuhan pegawainya melalui teknik fasilitas.
Melihat hal tersebut sangat diperlukan peran seorang pimpinan dalam
mengunakan teknik kepemimpinannya yaitu melalui teknik fasilitas, dengan
teknik fasilitas ini seorang pimpinan dapat melihat kebutuhan apa yang dapat
diberikan kepada pegawai sehingga pegawai dapat termotivasi dalam bekerja.
apabila seorang pemimpin dapat mengetahui mengenai kebutuhan-kebutuhan
tersebut agar dapat menumbuhkan semangat kerja pegawai itu sendiri dengan
begitu pegawai/bawahan akan termotivasi dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat tercapai.
Berdasarkan penelitian lapangan yang penulis lakukan, fasilitas yang
diberikan belum memadai sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan terkendala
dengan kurangnya fasilitas yang tersedia, hal ini sesuai dengan penjelasan
Sekretaris Kecamatan (Sekcam). Jika hal tersebut belum memadai maka
kelancaran dalam pekerjaan pegawai akan terganggu.
4.5.4 Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Keteladanan dan
Pelayanan
4.5.4.1 Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Keteladanan
Sikap dan sifat seorang pemimpin akan berpengaruh besar kepada
pegawai. Teknik keteladanan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah strategi
pimpinan atau Camat dalam memberikan contoh yang baik kepada bawahannya.
Keteladanan pemimpin adalah suatu perbuatan atau tingkah laku yang baik, yang
patut ditiru oleh bawahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam tugasnya
85
sebagai pemimpin, baik tutur kata ataupun perbuatannya yang dapat diterapkan
dalam lingkungan pekerjaan. dari definisi diatas dapat dipahami bahwa teknik
keteladanan merupakan upaya atau cara yang dilaksanakan oleh pemimpin dengan
tujuan agar bawahan mau meniru segala perbuatan yang dilakukannya. misalnya
dalam bekerja pimpinan selalu bertanggung jawab atas tugasnya dan juga dalam
bekerja pimpinan mulai dan berhenti sesuai dengan waktu yang ditetapkan jadi
dengan begitu secara tidak langsung akan mempengaruhi bawahannya dalam
bekerja. (Hasibuan:2009:193).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa Kepemimpinan
Camat dalam memberikan keteladanan kepada bawahan/pegawai yang ada di
Kantor Camat Kecamatan Panton Reu dalam bekerja sudah dilakukan oleh
pimpinan dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dari upaya yang sudah
dilakukan oleh pimpinan dengan cara-cara yang dilakukan pimpinan, dimana
pimpinan dalam memberikan keteladanan yang baik kepada pegawai, pimpinan
selalu mencerminkan sikap disiplin baik pada saat apel, masuk kantor dan pulang
kantor sesuai dengan waktu yang ditentukan, serta dalam menjalan kan tugas
pimpinan selalu bertanggung jawab, serta selalu memberikan dorongan berupa
nasehat kepada pegawai dengan tujuan pegawai dapat termotivasi untuk lebih baik
lagi dalam melaksanakan tugasnya sehingga apa yang menjadi tujuan pimpinan
dalam memajukan organisasi dapat tercapai.
86
4.5.4.2 Kepemimpinan Camat Dalam Mengunakan Teknik Pelayanan
Pelayanan publik atau pelayanan umum adalah segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada
prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di
pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan
publik oleh birokrasi publik merupakan salah satu perwujudan dari fungsi
Aparatur Negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara untuk
mensejahterakan masyarakat (Warga Negara). Apalagi saat ini masyarakat
semakin sadar apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai warga negara
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Masyarakat semakin
berani untuk mengontrol apa yang dilakukan pemerintahannya. Menurut
Supriyanto dan Sugiyanti (2001:38), pelayanan sebagai upaya untuk membantu,
menyediakan atau mengurus keperluan orang lain. Keperluan atau sesuatu yang
disampaikan, disajikan atau dilakukan oleh pihak yang melayani kepada pihak
yang dilayani dinamakan layanan.
Di Kantor Camat Kecamatan Panton Reu teknik kepemimpinan yang
dilakukan oleh pimpinan dalam memotivasi kerja pegawai seperti yang
dikemukakan oleh Supriyanto dan Sugiyanti (2001:38), pelayanan sebagai upaya
untuk membantu, menyediakan atau mengurus keperluan orang lain. Keperluan
atau sesuatu yang disampaikan, disajikan atau dilakukan oleh pihak yang
melayani kepada pihak yang dilayani dinamakan layanan. Dalam melakukan
87
pelayanan publik pimpinan unit kerja Sekretariat Kecamatan Panton Reu sudah
menunjukkan bagaimana pelayanan yang seharusnya dilakukan oleh pegawainya
mulai dari penyambutan, pengarahan sampai dengan bahasa yang digunakan.
Melihat hal tersebut sangat diperlukan peran seorang pimpinan dalam
mengunakan teknik kepemimpinannya yaitu melalui pelayanan, apabila seorang
pemimpin dapat memberikan contoh pelayanan yang seharusnya dilakukan maka
pegawainya juga akan mengikuti contoh yang pernah dilihat dari pimpinanya.
Berdasarkan penelitian lapangan yang penulis lakukan, pelayanan yang
diberikan sudah memadai, setiap ada masyarakat yang datang untuk melakukan
suatu pengurusan sudah ada penyambutan dan pengarahan dari pegawai, sehingga
masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam urusannya. Hal ini sesuai dengan
penjelasan masyarakat setempat yaitu pelayanan yang sudah memadai tanpa
dipersulit dalam suatu pengurusan dan tidak dipungut biaya dalam setiap
pengurusan.
Berdasarkan hasil penelitian dari rincian-rincian diatas, dapat kita ketahui
bahwa pimpinan unit kerja Sekretariat Kecamatan Panton Reu sudah melakukan
upaya-upaya untuk melakukan peningkatan motivasi kerja pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
88
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa selama ini Kantor Camat melalui pimpinanya telah melakukan strategi
peningkatan motivasi kerja pegawai, pimpinan unit kerja Sekretariat Kecamatan
Panton Reu sudah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi kerja
dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Hal tersebut dapat dilihat
melalui Indikator kempemimpinan Camat dalam menggunakan teknik Persuasif
dan Komunikatif, kempemimpinan Camat dalam menggunakan teknik Fasilitas,
kempemimpinan Camat dalam menggunakan teknik Keteledanan dan Pelayanan.
Upaya yang sudah dilakukan oleh pimpinan unit kerja Sekretariat Kecamatan
Panton Reu sudah mulai meningkatkan motivasi kerja pegawai dari sebelumnya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka melalui kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan beberapa rekomendasi atau saran untuk perbaikan dimasa
yang akan datang, sebagai berikut :
1. Pimpinan unit kerja Sekretariat Kecamatan Panton Reu untuk terus melakukan
upaya peningkatkan motivasi pegawai agar menjadi kebiasaan bagi pegawai
dalam melaksanakan tugasnya di Kantor Camat Panton Reu.
2. Mengusahakan terpenuhinya fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan baik yang
dibutuhkan pegawai maupun fasilitas kantor.
89
3. Meningkatkan perhatian kepada pegawai Honorer/THL agar pegawai tersebut
lebih termotivasi terhada pekerjaanya.
4. Menempelkan jadwal masuk dan keluar kantor sesuai dengan ketentuan
disetiap ruangan kerja pegawai Kantor Camat Panton Reu.
Demikianlah kesimpulan dan saran yang dapat penulis kemukakan agar
dapat bermanfaat dalam pencapaian Strategi Peningkatan Motivasi Kerja Pegawai
Kantor Camat Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat di Kantor
Camat Kecamatan Panton Reu Kabupaten Aceh Barat melalui Strategi
peningkatan motivasi kerja yang diterapkan oleh Camat Panton Reu.
DAFTAR PUSTAKA
A.W. Widjaja, Manajemen Motivasi, PT Gramedia Sarana Indonesia, Jakarta,
2006: 133.
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi
Perkembangan Anak dan Remaja Jakarta : Gunung Mulia, 2004:44
---------------------------------------------. Metode Penelitian. Jakarta : 2004:76-77
Danim. Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung : Pustaka Setia. 2002:41-140
Dessler. 2009. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta
Gerson. 2002:5. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Terjemahan. PPM. Jakarta.
Hungel dan Wheelen, Manajemen Strategis, Erlangga. 2002:p16
Icuk Rangga Bawono. 2007:6. Manajemen Stratejik Sektor Publik: Langkah
Tepat.
Irwanto. 2008. Klasifikasi Motivasi. http//www.media.com.
Musanef, Manajemen Sumberdaya Manusia, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta,
2004:5.
Mangkunegara. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara, 2004: 67
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya 2002:4-103-135-191-197-336.
Miles dan Huberman. Penelitian Kualitatif. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo. 2007:17-19.
Mubarok. 2007. Teori Kebutuhan. Jakarta: Rineka Cipta.
Narbuko. Cholid. Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.
Tahun: 2004:44.
Purwanto. 2008. Unsur Motivasi. Jakarta: Balai Pustaka
Rachibini. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta. PT Raja Grafindo.
2002:198
Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. buku 1 dan 2. Jakarta. Selemba
Empat.
Sudarmanto. Kinerja Dan Pengembangan Kompetensi sdm, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2009:8.
Swabung. 2006. Motivasi. Jakarta: Bintang Pustaka
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta. 2006:96
-------------. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.
2008:241-270-273-274-275.
Supriyanto & Sugiyanti. Pelayanan Publik. 2001:38.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
Wilopo. 2002. Improvisasi Manajemen Strategis Sektor Publik. JURNAL
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789//189433/Chapter II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/28976/4/Chapter%20II.pdf
http://digilib.usn.ac.id/abstrak_25740_strategi peningkatan motivasi kerja.html
http://bkpp.kepriprov.go.id/web/indek.php./85-berita/164-meningkatkan-motivasi-
kerja-pegawai.