Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN SANTRI
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
DESA DANGDEUR KECAMATAN JAYANTI
KABUPATEN TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
Muhamad Ibrohim
NIM : 1113054000041
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UINIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
LEMBAR PERSETUJUAN
Strategi Pengembangan Kemandirian Santri Pondok Pesantren Daarul Ahsan
Desa Dangdeur Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang
SkriPsi
DiajukanKepadaFakultasilmuDakwahDanKomunikasi
untuk memenuhi syarat memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S- Sos)
Oleh
Muhamad Ibrohim
1113054000041
Di bawah bimbingan
-Jry-Prof. Dr. KII. Asep Usman Ismail' MA
NrP. 1960 0720 L99l 0310 01
, PROGRAM STUDI
PENGEMBANGAi\ MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAK\ilAII DAN II,MU KOMUNIKASI
UIN SYARTF IIIAYATULLAH JAKARTA
143912018
I,Ei\ I TtAR PENGESAHAN PANITIA IJ,IIAN
Skr.ill-si bcr iudirl Strategi l'ctrgetubangan Kenrandirian Santri po16okt'e s:littl ett Da;tt'ttl ..\ltsan Dcsa Drrngrlerrr Kecltrratan ,lal,anti Iiabult:rtc1l':tttgcr:tttg tclrLlr dirLjLLliritr dalaur sidang nruniirlasah Fakultas Dak,,l,aI cl:r1 lnrLrKorllurrik:r-ri t;l\ Srarit' IliilayatLrllah Jakarta pacla tanqeal 20 Septcnrbcr. 2()j 8.Skripsi ini tclrrlr diter-irnrr sebagai salah satu svariit nierlperoleh gelar Sar-jariaSosial (S.Sos) 1llcla pnrgram stLrdi Pergcnrbangzur rr,Iasyarakat Islam.
Jakarla, 20 Scptember 201 S
Sidang Munaqasyah
?4r anggota
1\{. Hudri, MA
r\tiegota
Drs. Yusra Kilun, M. Pd
NtP.19600711) 199103 I 001
j(etua rrterantkap anggota
ilamsari, M.Si.
rcrrgql PengLr.ji II
PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Muhamad Ibrohim
NIM : 1113054000041
Dengan ini menyatankan bahwa skripsi yang berjudulSTRATBGI PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN SANTRIPONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN DESADANGDEUR KECAMATAN JAYANTI KABUPATENTANGERANG adalah benar merupakan karya saya sendiri dantidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapunkutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersediamelakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturanperudangan yang berlaku jika ternyata skripsi sebagian ataukeseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pemyataan ini dibuat untuk digunakan sepeilunya.
Jakafta, 15 Oktober 2018
1 1 13054000041
i
ABSTRAK
Muhamad Ibrohim
Strategi Pengembangan Kemandirian Santri Pondok
Pesantren Daarul Ahsan
Desa Dangdeur Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang
Santri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
Agama Islam yaitu ulama-ulama yang dulunya menjadi santri dan
menempuh pendidikan di pesantren. Kemandirian santri
merupakan kontruksi yang didesain untuk melahirkan santri
tangguh bermoral dan bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai
universal ke Islaman. Permasalahan kemandirian dalam
kehidupan di pondok pesantren sangat berpengaruh pada mental
santri. Bagaimanapun, santri dituntut untuk hidup mandiri dalam
menjalan aktivitas sehari-hari selama di pondok pesantren.
Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah bahwa
manusia diciptakan di muka bumi menjadi khalifah yang
berusaha menjalankan ketaatan kepada Allah dan mengambil
petunjuk-Nya. Pondok pesantren Daarul Ahsan tempat dimana
seorang menimba ilmu agama, maupun pengetahuan umum.
pesantren mendidik santri agar menjadi orang yang berakhlak
baik, didik menjadi orang berpengetahuan luas, berintegritas
berdaya bagi orang lain, dan mampu menjalin kehidupan sosio
kultural.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1. Bagaimana
strategi pengembangan kemandirian santri di pondok pesantren
Daarul Ahsan. 2. Implementasi kemandirian di pondok pesantren
Daarul Ahsan. 3. Mengetahui apa saja hasil yang diperoleh oleh
santri selama tinggal di pondok pesantren.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, melalui
pengamatan langsung, observasi, dan wawancara, terhadap
responden atau infoman. Hasil dari penelitian ini adalah : bahwa
pondok pesantren Daarul Ahsan mampu menciptakan generasi
santri yang berdikari, dan mandiri. Dengan beberapa aspek
ii
tersebut digunakan untuk mendukung pada kepribadian santri
dengan keterpaduan dan keseimbangan dalam pembinaan
keutuhan kepribadian (Integrated Personality) aspek tersebut
meliputi aspek strategi Kognitif, yakni pembinaan kecerdasan dan
ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam, sebagai penjabaran
dari sifat Rasul, Fathanah. Aspek strategi afektif, yakni
pembinaan sikap mental (mental attitude, jiwa kepribadian), yang
mantap dan matang, sebagai penjabaran dari sifat Rasul, Amanah.
Aspek strategi psikomotorik, yakni pembinaan tingkahlaku
(behavior) dengan akhlak mulia sebagai penjabaran dari sifat
Rasul, Shidiq. serta aspek kognatif, yakni pembinaan
keterampilan (Skill) kepemimpinan yang terlatih dan bijaksana
sebagai penjabaran dari sifat Rasul, Tabligh. Pondok pesantren
sebagai penopang generasi penerus bangsa memberikan manfaat
khususnya pada masyarakat.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat serta karuia-Nya yang sungguh
menjadi sumber pengetahuan penulis dalam menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Kemandirian
Santri Pondok Pesantren Daarul Ahsan Desa Dangdeur
Kecamatan Jayanti Kabupaten Tangerang”. Skripsi ini diajukan
kepada Program Sastra 1 Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negri. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, hingga para
sahabat, serta pengikutnya hinngga akhir zaman.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1)
guna memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kebahagiaan yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi
adalah dapat mempersembahkan hasil yang terbaik kepada kedua
orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Sebagai bentuk penghargaan yang tidak tertuliskan
penulis, sampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatulah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
4. Dr. Raoudhonah, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Keuangan Mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Wati Nilamsari, M.Si, selaku Ketua Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
7. Muhammad Hudri S.Ag., M.Pd, selaku Sekertaris Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
8. Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.A., selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktunya
memberikan bimbingan dan pengarahan serta membantu
literatur dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
9. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi khususnya dosen Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, yang senantiasa memberikan ilmu,
membimbing dan memberikan pengarahan selama
perkuliahan.
10. Ayahanda tercinta Alm. H. Idris merupakan tokoh yang
amat berpengaruh dalam kehidupan, baik dalam hal
perilaku serta rasa tanggung jawab.
11. Ibunda tercinta Ibu Hj. Asnawati yang selalu mensuport
baik lahir maupun batin inilah guru spritual spanjang
sejarah kehidupan untuk seorang anak.
12. Kakanda Ishaq yang telah memberikan formulasi dalam
kehidupan sehingga dapat menyelesaikan jenjang
Perguruan Tinggi UIN syarrif Hidayatullah Jakarta
13. Seluruh keluarga tercinta yang banyak memberikan
peranan penting dalam kehidupan.
v
14. KH. Maman L. Hakim, MA pimpinan pondok pesantren
Daarul Ahsan sosok panutan yang penuh karismatik
dalam mendidik santriwan dan santriwati.
15. Muhamad Ubaidillah (Bedi Bhetoy), Iqbal Qurnawan,
Agus Atoyib, Adesta Guntoro, M. Fahrul rozi, yang selalu
mendukung dalam menyelesaikan skripsi.
16. Sahabat terbaik Siti Surya Ningsih, Sumiyati, Anang, Arif
Alimuddin, Saeful Millah Izzudin, Rizky Setiawan, M.
Anugrah Al-Faritsy yang selalu memberikan semangat
serta menyadarkan dalam meneyelesaikan Skripsi.
17. Sayid Muarif, Ahmad Khudori, Bambang Bahtiar. Yang
telah suport tanpa batas.
18. Sahabat seperjuangan Sarah Fauziah, Aulia Ulfa, Mir’atun
Nisa, Nurul Andani, Ajeng Dwi, Vikron Fahreza, Ali
nida, Zaenal Arifin, Aan Sujana, Ade Fauzan. yang saling
memberikan semangat untuk menyelesaikan penelitian
ini, serta seluruh teman-teman Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam angkatan Tahun 2013.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca
pada umumnya dan penulis pada khususnya, terimakasih
kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Jakarta, 15 Oktober 2018
Muhamad Ibrohim
1113054000041
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Batasan Dan Rumusan Masalah ...................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 11
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 11
E. Metodelogi Penelitian ..................................................... 12
F. Tinjauan Pustaka ............................................................. 18
G. Sistematika Penulisan ..................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORI ................................................... 21
A. STRATEGI KEMANDIRIAN SANTRI ........................ 21
1. Pengertian Strategi .................................................... 21
2. Pengertian Kemandirian ............................................ 21
3. Pengertian Santri ....................................................... 22
B. PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DI PONDOK
PESANTREN .................................................................. 29
1. Tinjauan Umum ........................................................ 32
2. Tinjauan Khusus ....................................................... 33
C. TINJAUAN STRATEGI PEMBERDAYAAN SANTRI
......................................................................................... 28
1. Pengertian Pemberdayaan ........................................ 28
2. Nilai Strategi Dalam Pemberdayaan ......................... 29
3. Strategi Pemberdayaan Santri Melalui Life Skills ..... 31
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN ..................... 35
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Ahsan ...... 35
B. Kecakapan Hidup Di Pondok Pesantren Daarul Ahsan .. 37
C. Macam –Macam Life Skill Di Pondok Pesanten Daarul
Ahsan .............................................................................. 41
D. Nilai Strategi Dalam Pemberdayaan ............................... 45
E. Pemberdayaan Santri Melalui Life Skills ....................... 46
F. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Daarul Ahsan ............. 48
G. Disiplin Pondok Pesantren Daarul Ahsan ....................... 52
H. Tata Tertib Santri ............................................................ 53
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ....................................... 57
A. TEMUAN PENELITIAN ............................................... 57
1. Strategi Pengembangan Kemandirian Santri Pondok
Pesantren Daarul Ahsan ............................................ 57
2. Ciri-Ciri Kemandirian ............................................... 59
3. Target Pengembangan Kemandirian Santri Pondok
Pesantren Daarul Ahsan ............................................ 60
4. Target Strategi Pengembangan Kemandirian Santri
Pondok Pesantren Daarul Ahsan ............................... 62
5. Implementasi Kemandirian Santri Pondok Peantren
Daarul Ahsan ............................................................. 65
B. ANALISIS HASIL PENELITIAN ................................ 68
BAB V PENETUP .................................................................... 91
A. Kesimpulan ................................................................... 91
B. Saran .............................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................ 99
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan pada masa kini diwarnai dengan kemajuan dalam
berbagai bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa manusia kepada taraf kehidupan yang relatif lebih maju. Hal
ini merupakan keberhasilan manusia dalam rangka mengembangkan
dirinya. Sebagai Agama Islam berkembang melalui dua macam struktur,
struktur keyakinan dan struktur peribadatan.1
Pendidikan modern dihadapkan pada dilema pendidikan kepada
tranmisi sains dan mengabaikan pendidikan karakter. kepribadian
padahal, pendidikan sains yang tidak disertai dengan pembinaan karakter
akan membawa proses dehunanisasi yang dapat menyebabkan
melemahkan dan bahkan hilangnya nilai-nilai patriotisme seperti cinta
tanah air, disiplin Nasional. Oleh sebab itu, para orang tua banyak
memilih pesantren sebagai alternatif untuk memwujudkan impian
mereka, yakni memiliki anak yang berkompeten dalam sains, berakhlak,
dan berkarakter.
Situasi sosial, kultur masyarakat kita akhir-akhir ini memang
semakin mengkhawatirkan. Ada berbagai macam peristiwa dalam
pendidikan yang semakin merendahkan harkat dan derajat manusia.
Hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidak adilan, tipisnya
rasa solidaritas telah terjadi dalam lembaga Pendidikan. Hal ini
1 Subandi, Psikologi Dzikir, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), hal. 18
2
mewajibkan kita mempertanyakan sejauh mana lembaga pendidikan kita
telah mampu menjawab dan tanggapan atas berbagai macam persoalan
dalam masyarakat, ada apa dengan pendidikan kita sehinnga manusia
dewasa ini yang telah lepas dari lembaga pendidikan formal tidak mampu
menghidupi gerak dan dinamika masyarakat yang lebih membawa
berkah dan kebaikan bagi semua orang.2
Lembaga pendidikan merupakan salah satu lembaga diantara
lembaga lain yang ada dalam masyarakat. Kita tidak bisa mengharapkan
lembaga pendidikan kita semacam obat mujarab bagi segala penyembuh
luka manusia yang telah teraniaya oleh kebijakan pemerintah maupun
kebijakan yang lain. Oleh karena itu, pendidikan karakter serta
pengembangan kemandirian memiliki bidireksional, yaitu pengembangan
kemampuan intelektual dan kemampuan moral, dua arah pengembangan
ini diharapkan menjadi semacam idealisme bagi para siswa agar mereka
semakin semakin mampu mengembangkan ketajaman intelektual dan
integritas diri sebagai pribadi yang memiliki karakter kuat.
Penerapan dan kebiasaan dalam beragama yang diharapkan tentu
saja melibatkan banyak pihak dalam upaya mewujudkan tujuannya.
Diantaranya adalah peran pendidikan formal, Pendidikan nonformal, dan
peran pendidikan informal. Peneliti fokus untuk meneliti peran
pendidikan nonformal khususnya Pondok Pesantren Daarul Ahsan.
Pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh
komponen bangsa Indonesia. Masyarakat ikut dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa ini, tidak hanya dari segi materi dan
moril, tetapi juga ikut serta memberikan sumbangsih yang signifikan
2 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), hal.
112
3
dalam menyelenggarakan pendidikan.3 Muculnya berbagai lembaga
perguruan swasta yang merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan
masyarakat. Lembaga swasta dapat terbentuk jalur pendidikan luar
sekolah termasuk jalur pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
atau pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga
keagamaan Islam yang tumbuh dan berkembang dimasyarakat.
Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan
peserta didik dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap,
pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan masyarakat secara luas, serta meningkatkan
kesadaran terhadap alam lingkungannya. Proses pendidikan di pesantren
merupakan interaksi antara Pengasuh dan Ustadz sebagai pendidik dan
santri sebagai peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Peran
pengasuh dan Ustadz dalam proses pendidikan kepada santri dituntut,
bisa memberikan bimbingan serta pegaruh agar bisa mewujudkan
kemandirian dengan tuntunan agama Islam. Pesantren sebagai lembaga
pendidikan sekaligus lembaga sosial di satu sisi dituntut berperan dalam
mengawal perjalanan moral masyarakat. Akan tetapi di sisi lain juga
pesantren dituntut untuk perperan aktif dalam menjawab aneka macam
kebutuhaan masyarakat yang belakangan semakin meningkat dan relatif.
Pesantren mau tidak mau harus berpartisipasi dalam mengatasi
permasalahan nyata masyarakat seperti kemiskinan, kebodohan, dan
kerusakan lingkungan, keterbatasan suber daya alam minimnya sanitasi
lingkungan dan sejenisnya.4 Melalui Pesantren akan muncul gambaran
terlahirnya santri-santri yang siap saji dengan segala potensinya sehingga
3 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter. hal 115 4 Zubaidi, Pemberdayaan Masyarakat Bebasis Pesantren, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007), hal. 27
4
dapat membentuk kemandirian serta bermanfaat bagi masyarakat dan
lingkungan.
Seiring dengan perkembangan zaman fungsi pondok pesantren
bertambah. Pondok pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga
keagamaan, tetapi juga sebagai pusat perkembangan masyarakat di
berbagai sektor kehidupan. Proses internalisasi agama Islam kepada
santri berjalan penuh. Dalam pesantren, dengan pimpinan dan
keteladanan para Kiyai dan para Ustadz serta pengelola khas, tercipta
satu komunikasi tersendiri, yang di dalamnya terdapat semua aspek
kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, budaya dan organisasi.5
Dalam pesantren tidak ada kata orang tua dan anak, tetapi kakak, adik,
atau saudara menjadikan santri memiliki jiwa sosial, loyalitas yang baik.
Santri hidup bersama dengan santri yang lain menuntut santri
mempunyai jiwa social yang baik, saling mengerti dan saling
menghormati satu sama lain. Seluruh kegiatan dan proses pendidikan di
pesantren menuntut para santri menjadi orang mandiri.
Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam berbagai hal, baik
yang kecil maupun yang besar. Meskipun Ustadz atau pengurus ikut
mengawasi kegiatan para santri. Banyak unsur yang menunjang watak
mandiri santri, umpanya saja kesediaan mengabdi dengan jalan berkarya
di pesantren tanpa memperoleh imbalan pinansial seimbang, bahkan
kebanyakan tanpa imbalan apapun. Begitu pula kesediaan santri untuk
tinggal di pesantren dalam kondisi fisik yang tidak menyenangkan
selama bertahun-tahun, dengan bilik sempit atau asrama yang amat
sederhana tanpa peralatan, penerangan dan kadang tanpa persediaan air
5Departemen Agama RI, Profil Pondok Pesantren Mu’dalah, (Jakarta: Depag
RI, 2014), hal. 286
5
yang cukup. Semuanya kesukaran itu digunakan karena satu kesadaran
bahwa pesantren adalah alat perjuangan agama untuk mengubah wajah
kehidupan moral masyarakat sekitarnya.6
Mereka tidak mengharapkan pelayanan apapun dari pihak
pesantren., bahkan sebaliknya mereka bersedia memberikan pelayanan
pada pesantren, umpamanya saja dengan menyediakan diri sebagai
tenaga kerja yang tak dibayar, pada waktu pembuatan pembangunan-
bangunan fisik di dalamnya, suatu hal yang diperlukan untuk dapat hidup
mandiri proses pendidikan tidak terlepas dari pengarahan, penyuluhan,
bimbingan yang bersifat menyeluruh kepada peserta didik untuk
mewujudkan kemandirian peserta didik. Kyai sebagai pengasuh selalu
memberikan mauidhah khasanah (pelajaran yang baik) berupa perkataan
melalui kegiatan pengajian maupun contoh yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Kyai juga sebagai pemimpin mengatur seluruh sistem
pesantren melalui pegurus-pengurus pesantren. Kyai juga sebagai
uswatun khasanah (suri tauladan yang baik) untuk para ustadz, pengurus
dan santri-santrinya.
Kepemimpinan kyai sangat berpengaruh dalam seluruh kegiatan
pesantren dan juga berpengaruh pada akhlak santri, kemandirian santri,
jiwa social santri dan lainnya. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik
untuk meneliti strategi pengembangan kemandirian santri yang
diterapkan di Pondok pesantren Daarul Ahsan.
Masa depan peradaban Indonesia modern haruslah bertumpu pada
peradaban yang berbudi luhur, mampu bersaing dengan peradaban-
peradaban dunia lainnya. Lembaga pesantren dengan visinya yang selalu
berkembang menyesuaikan dirinya. Dewasa ini mengalami perubahan
6 Departemen Agama RI, Profil Pondok Pesantren Mu’dalah, hal. 287
6
turut memainkan peranan penting dalam proses transformasi peradaban
Indonesia modern itu.
Dalam konteks tersebut, Kyai dan tradisi pesantren adalah dua
variable yang tak dipisahkan. Benar, bahwa lembaga pesantren terikat
dengan formulasi eksplesit Islam tradisional, tetapi Kyai yang menjadi
penghubung antara Islam tradisonal dan dunia nyata ini juga merupakan
bagian kehidupan bangsa ini. Posisi Kyai seperti ini tergolong unik, dan
menjadi inti dari kualitasnya yang dominan. Walaupun posisi itu menjadi
persoalan dan menyulitkannya, namun justru di sinilah letak keaggungan
Kyai. Kyai adalah pemimpin kreatif yang selalu berupaya
mengembangkan pesantren dalam dimensi-dimensi baru, dan panorama
berwajah plural. Kehidupan pesantren dewasa ini, merupakan indikasi
adanya kreasi jenius Kyai.
Pendidikan pesantren, sebagai salah satu lembaga pendidikan
Islam sejak lama telah membuktikan keberadaannya dan keberhasilannya
dalam meningkatkan sumberdaya manusia, atau human resources
development.7 Kita mengetahui bahwa banyak pesantren yang cikal
bakalnya merupakan sebuah langgar (mushola kecil) yang didikan oleh
seorang Kyai. Mushola tesebut, pada mulanya, selain dipergunakan
sholat juga dipergunakan untuk mengajar anak-anak sekitar tentang tata
cara membaca Al-Qur’an dan dasar-dasar agama. Dari hal sedserhana ini,
kemudian lambat laun didatangi oleh para santri dari tetangga desa yang
kemuian turut memberikan andil dalam perkembangan sebuah pesantren.
Di lembaga ini, santri diajarkan membaca, menghafal dan memahami Al-
Qur’an, kitab-kitab kuning (al-kutub al-mutabaroh). Dalam konteks
7 Rohani Shidiq, Gus Dur Penggerak Dinamisi Pendidikan Pesantren,
(Yogyakarta: Istana Publishing, 2015), hal, 8-9.
7
pendidikan pesantren ini, menurut pandangan Gus Dur, pendidikan
Islama merupakan pendidikan yang terarah yang disiapkan oleh seorang
Kyai, kepada santri (peserta didik) nya. Pendidikan dimaksud
dipersiapkan sebagai aksi kultur untuk transformasi, kedewasaan dan
kemerdekaaan. Dalam konteks pendidikan pesantren, Gus Dur
menjelaskan bahwa “proses mengajar di lingkungan pondok pesantren
bukan sekedar menguasai ilmu-ilmu keagamaan melainkan proses
pembentukan pandangan hidup, dan penentuan prilaku para santri itu
kembali ke pondok pesantren ke dalam masyarakat”.8
Hal ini terbukti dalam perkembangan dewasa ini, dari pesantren
banyak lahir pemimpin bangsa dan pemimpin masyarakat. Pesantren juga
telah memberikan nuansa dan mewarnai corak dan pola kehidupan
masyarakat di sekitarnya. Oleh karnanya, tepat kiranya bila pesantren
disebut sebagai lembaga pendidikan yang telah berhasil menjadi benteng
pertahanan yang kokoh menghadapi dahsyatnya gelombang budaya dan
peradaban yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan adat ketimuran.
Clifford Greertz, antropolog AS telah mencatat prestasi cultural broker
(pembentukan kultur), maupun sebagai benteng pertahanan bagi nilai-
nilai religious yang dipegang teguh oleh komunitas muslim di
Indonesia.9
Risalah Islam selalu melandaskan sesuatu semata-mata untuk
mencari ridha Allah. Demikian pula dalam proses pendidikan. Dalam
tradisi pesantren, seorang santri ketika dalam proses belajar, sangat
dianjurkan untuk selalu pasrah dan berserah dan berserah diri pada Allah
dan tidak memikirkan orientasi keduniaan apapun. Mereka dituntut untuk
9 Rohani Shidiq, Gus Dur Penggerak Dinamisi Pendidikan Pesantren, hal, 9
8
focus pada pencarian ilmu pengetahuan, dan meninggalkan baying-
bayang kelak akan menjadi apa setalah belajar. Dengan demikian,
proyeksi dan tujuan pendidikan merupakan upaya atau proses untuk
menghasilkan peserta didik yang cerdas secara spiritual dan intelektual
sekaligus. Demikian gambaran yang dapat di ambil dari Gus Dur.10
Pemikiran Gus Dur mengenai tujuan pendidikan merupakan
manifestasi dari dari watak dasar tradisi pesantren, di mana proses
transmisi ilmu bukanlah segala-galanya, akan tetapi diperlukan pula
adanya moralitas yang akan membentuk karakter keulamaan, yakni
kesadaran bersama setiap santri (peserta didik) untuk memahami ilmu
yang didapat harus diamalkan untuk tujuan pengabdian pada umat
manusia guna mencapai ridha Tuhan sebagai orientasi hidupnya, al-
hayatu ‘ibadatun kulluha li-btighai mardatil-llah.
Tujuan pendidikan Islam demikian berpijak pada fungsi dan
tanggung jawab transformatif manusia sebagai seorang hamba (‘abdu-
llah) dan pengemban amanat untuk menyejahterakan masyarakat
(khalifah).
Intinya adalah bahwa kerja pendidikan harus dapat menjalankan
peran dan fungsi dari dimensi kehambaan dan kekhalifahan manusia
secara kebersamaan. Kedua hal tersebut harus dapat diperankan secara
bersamaan untuk memakmurkan dan menyejahterakan masyarakat.
Menurut pandangan Gus Dur, fungssi kekhalifahan manusia merupakan
hak untuk menjadi ‘pengganti Tuhan’ di muka bumi, sebuah fungsi
kemasyarakatan yang mengharuskan senantiasa memperjuangkan dan
melestarikan cita hidup masyarakatan untuk menyejahterakan manusia
10 Rohani Shidiq, Gus Dur Penggerak Dinamisi Pendidikan Pesantren, hal, 10
9
secara menyeluruh dan tuntas. Dengan demikian, umat Islam diharuskan
untuk menentang segala bentuk eksploitasi, dehumanisasi dan ketidak
adilan dalam segala bidang, terlebih dalam proses pendidikan. Karena
arah pendidik Islam adalah untuk “mencetak” peserta didik yang bersifat
mistik-imanen, yakni dengan menempakan agama sebagai komplementer
yang Saling melemgkapi untuk menjawab tantangan realitas dan
menyelesaikan problem kemanusiaan, seperti kemiskinann, penindasan,
kebodohan dan berbagai bentuk sisi negative lainnya. Lebih dari itu,
pendidikan Islam juga diharapkan dapat menjadi penggerak masyarakat
(community organizer) di mana masyarakat para peserta didik terlibat
aktif dalam upaya pemberdayaan.11
Melaksanakan program yang berorientasi pemberdayaan sehingga
berdampak pada proses berkelanjutan tersebut bukan hal yang mudah.
Banyak di temukan bahwa suatu program atas bantuan/asistensi dari
pemerintah mau non pemerintah memang dapat mendorong tumbuhnya
aktivitas lokal. Dan jelas implementasi dalam proses pelaksaan harus
terorganisir, tahapan manajemen pengembangan masyarakat (santri)
adalah kata lain dari fungsi pengorganisasian suatu kegiatan pengaturan
pada sumberdaya untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta
menggapai tujuan organisasi atau lembaga pendidikan pesantren.12
Pesantren menurut banyak kalangan memiliki kontribusi dalam
pengembangan masyaraakat. Hal ini mengigat bahwa yang
dikembangkan di lembaga pendidikan Islam tersebut sarat dengan nilai
persaudaraan dan prinsip-prinsip lain untuk penataan kehidupan
11 Rohani Shidiq, Gus Dur Penggerak Dinamisi Pendidikan Pesantren, hal,
57-59. 12 Muhtadi, Tantan Hermansah, Manajemen Pengembangan Masyarakat
Islam, (Ciputat, UIN JAKARTA PRESS, 2013), hal 46-48.
10
bermasyarakat. Relasi antara pesantren dan masyarakat tidak heran
berlangsung dalam suasana penuh kedekatan dan persaudaraan. Manfaat
keberadaan pesantren dalam hal transmisi dan transfer ilmu pengetahuan
ke Islaman, di sisi lain pesantren memiliki watak yang tak bisa
dilepaskan dari pngembangan dan pemberdayaan masyarakat. Dengan
lain ungkapan, kedekatan antara pesantren dan masyarakat yang terjalin
dalam suasana matualistik dalam melahirkan komposisi masyarakat yang
berkapasitas dan santri-santri pesantren yang tidak saja intelek secara
keilmuan, tetapi juga memiliki kearifan dan juga kebijakan dalam proses
internalisasi keislaman di tengah kehidupan bermasyarakat.13
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar peneliti ini lebih terfokus dan terarah dari tujuan yang
semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data
dan informasi yang diperlukan, maka penelitian ini dibatasi pada
penelitian santri di Lembaga Pendidikan Pesantren Daarul Ahsan
yang memberikan strategi pengembangan kemandirian santri,
Pondok Pesantren Daarul Ahsan, Dangdeur, Jayanti, Tangerang.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana strategi pengembangan kemandirian santri Pondok
Pesantren Daarul Ahsan?
b. Sejauh mana target strategi pengembangan kemandirian yang
dapat dicapai oleh Pondok Pesantren Daarul Ahsan?
C. Tujuan Penelitian
13 Lany Oktavia dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesntren, (Jakarta,
Rumah Kitab, 2014), hal. 161-162
11
1. Untuk mengetahui Bagaimana strategi pengembangan kemandirian
santri Pondok Pesantren Daarul Ahsan
2. Untuk mengetauhi Sejauh mana target strategi pengembangan
kemandirian yang dapat dicapai oleh Pondok Pesantren Daarul
Ahsan
3. Untuk mengetahui Apa hambatan dan dukungan yang diperoleh
Pondok Pesantren Daarul Ahsan dalam strategi pengembangan
kemandirian santri
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak
yang berminat maupun yang terkait dalam pemberdayaan masyarakat
(santri) yang berbasis pendidikan Pondok Pesantren, yaitu:
1. Segi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian-
kajian dalam menerapkan strategi pengembangan kemandirian
santri. Selain itu peneliti juga dapat menambah pengetahuan tentang
bagaimana upaya yang dilakukan dalam pengembangan kemandirian
santri di Pondok Pesantren Daarul Ahsan.
2. Segi Praktis
Diharapkan dapat bermanfaat dalam sebuah pertimbangan
untuk mengambil kebijakan terkait dalam menerapkan masalah
strategi pengembangan kemandiri santri.
3. Masyarakat
Dalam hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat khususnya mengenai
pengembangan kemandirian santri Pondok Pesantren Daarul Ahsan.
12
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif dalam kondisi sewajarnya untuk dirumuskan
menjadi generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.14
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khususnya alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.15
Dalam penelitian ini penulis berupaya mendeskripsikan atau
melihat fenomena tentang srategi pengembangan kemandirian santri
memalui kegiatan yang diterapkan di Pondok Pesantren. Dalam
penelitian ini penulis berusaha menggambarkan dengan pengumpulan
data melalui wawancara mendalam, tinjauan pustaka, dan pengamatan
di lapangan yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Penulis ingin
melihat proses yang terjadi dalam strategi pengembangan kemandirian
santri melalui proses kegiatan santri Pondok pesantren Daarul Ahsan.
2. Macam Dan Sumber Data
Adapun macam data pada penelitian ini terbagi menjadi dua
bagian yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-kata
dan tindakan. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari hasil wawancara dengan responden di lapangan serta
14 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1992) Cet. 1 hal. 3. 15 Lexy J Moleong, Metedologi penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 6.
13
hasil observasi pada subjek penelitian, yaitu data berasal dari
Pimpinana, Ustadz, Majlis Pengasuhan, dan Santri Pondok
Pesantren Daaarul Ahsan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah berupa catatan atau dokumen yang
diambil dari berbagai letirature, internet atau tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan masalah penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sehubung dengan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data yaitu:
a. Observasi (Pengamatan)
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.16 Observasi atau pengamatan
adalah metode pengumpulan yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Suatu
kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan
pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria yaitu:
pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan
secara serius, pengamatan harus berkaitan dengan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan, serta pengamatan dicatat secara
sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan
dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.17
Dalam teknik observasi ini untuk memperoleh data
peneliti mengunjungi dan meninjau lokasi penelitian yaitu
16 Husaini Usman dan Purnomo, Metedologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2000), hal. 54. 17 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 115.
14
Pondok Pesantren Daarul Ahsan Dangdeur Jayanti, Tangerang,
sambil mengamati dan mencatat kejadian ke dalam buku catatan
kecil mengenai kegiatan yang sedang berlangsung dalam kegiatan
pengembangan kemandirian santri di lokasi penelitian. Sehingga
dapat terlihat dampak dari kegiatan yang diberikan Pondok
Pesantren Daarul Ahsan kepada santriwan/santriawati.
Untuk meningkatkan validitas hasil pengamatan peneliti
menggunakan beberapa alat bantu, antara lain handphone yang
sudah dilengkapi dengan kamera, buku tulis dan pulpen. Alat
bantu kamera digunakan oleh peneliti untuk merekam kejadian
dalam bentuk gambar dan membantu mengingat apa yang dilihat
pada saat observasi. Sehingga peneliti hanya terfokus pada
pengamatan yang membutuhkan penglihatan. Buku tulis dan
pulpen membantu peneliti dalam mencatat kejadian pada objek
penelitian.
b. Wawancara
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
orang yan diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan
terlihat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan
demikian kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya
dalam kehidupan informan.18
18 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, hal. 108
15
Dalam penelitian ini penulis mewawancarai Ustadz H.
Madtosi selaku ketua Yayasan, dan KH. Maman Lukman Hakim,
MA. Selaku pimpinan Pondok Pesantren Daarul Ahsan. Peneliti
mengadakan Tanya jawab berkenaan dengan strategi kemandirian
pengembangan santri pondik pesantren Daarul Ahsan, ber etika,
sopan santun, berbicara di depan orang dengan baik. Yang
semuanya mempunyai tujuan untuk menjadikan masyarakat
(santri) ini menjadi kader-kader manusia yang berwawasan jauh
kedepan yang gemilang.
c. Studi Dokumen
Studi dokumentasi mencari data yang tertulis, baik berupa
buku, jurnal atau tulisan.19 Dokumentasi adalah pengumpulan
bahan tertulis ataupun filem yang memiliki sifat alamiah, sesuai
dalam konteks dan berada dalam konteks sehingga dapat
digunakan sebagai bukti untuk pengujian.20 Dalam hal ini untuk
memperoleh kelengkapan data peneliti meminta langsung kepada
pimpinan Pondok Pesantren Daarul Ahsan dan pengurus Pondok
Pesantren dalam hal ini yang memberikan strategi kemandirian
pengembangan santri yang tiggal di dalam Pondok.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data yaitu menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh dari lapangan melalui
19 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 34. 20 Lexy, J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosadakarya, 2007). hal. 216-217
16
wawancara, pengamatan, dokumen pribadi, dokumen resmi dan foto.
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja
menggunakan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskanya mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.21 Dalam menganalisis data hasil peneliti menjelaskan
catatan hasil temuan lapangan dan setelah itu disimpulkan.
5. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu
derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability),kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).22
Dalam penelitian penulis menggunakan pertama kriterium
derajat kepercayaan. Berfungsi sebagai melaksanakan inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat
dicapai, dan menunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan
dengan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang
diteliti. Dalam penelitian ini, penulis melakukan beberapa kali
kunjungan ke Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Daarul
Ahsan untuk melakukan wawancara, observasi langsung saat
berjalanya pelatihan, meminta dokomentasi Pondok Pesantren
Daarul Ahsan dan sambil ngopi-ngopi santai dengan santri dalam
proses kegiatan di dalam Pesantren. Kedua, triangulasi yakni teknik
21 Lexy, J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hal. 247-248 22 Lexy, J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hal. 324-331
17
keabsahan data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data. Hal itu dapat dicapai dengan membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa
yang dikaitkan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya
secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang
waktu, membandingkan hasil wawacara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
6. Instrumen dan Alat bantu
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus
merupakan perncanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil
penelitianya. Pengertian instrumen atau alat penelitian disini tepat
karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.23
7. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemelihan informan dalam
penelitian ini adalah teknik purposive sampling, bertujuan dimana
informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap
sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan penelit. Peneliti menggali dari pihak-pihak
yang terlibat dalam pengembangan kemandirian santri yang
dilakukan Pondok Pesantren Daarul Ahsan.
8. Waktu dan Lokasi Penelitian
23 Lexy J Moleong, Metedologi penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 168.
18
Waktu penelitian adalah setiap hari senin sampai jumat, dan
lokasi penelitian akan dilakukan di Lembaga Pendidikan Islam
Pondok Pesantren Daarul Ahsan Jl. Raya serang KM 31 Ds.
Dangdeur Kec. Jayanti Tangerang – Banten 15610. Dengan melihat
langsung bagaimana pengembangan kemandirian yang dilakukan
santri melalui kegiatan yang dilakukan sehari-hari di Pondok
Pesantren, sehingga akan mempermudah peneliti dalam
mengidentifikasi permasalahan yang ada. Alasan peneliti memilih
lokasi tersebut untuk dijadikan bahan penelitian adalah:
a. Lokasi yang mudah dijangkau sehingga peneliti dapat
menghemat waktu dan biaya
b. Lembaga Pendidikan Islam yang sejalan dengan pembangunan
Indonesia yakni mencerdaskan anak Bangsa
c. Sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Daarul Ahsan
menitik beratkan pada strategi pengembangan kemandirian
santri
d. Tempat penelitian yang pernah belajar selama 6 tahun
F. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini sudah banyak peneliti yang meneliti
pemberdayaan masyarakat dalam lembaga, yayasan dan sebagainya.
Akan tetapi fokus kajiannya berbeda namun subyeknya sama yaitu
masyarakat (santri).
Judul skripsi: Upaya Yayasan Bina Mandiri “Master”Pemberdayaan
Anak Jalanan Melalui Program Pelatihan Keterampilan Computer Di
Depok Jawa Barat
Penulis : Vivih Rahmawati Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam
Tahun 2014
19
Isi pokok : Skripsi ini berisikan tentang pemberdayaan anak jalanan
yang dilakukan oleh, yayasan Bina Mandiri “Master” melalui pelatihan
computer.
Judul skripsi : Upaya meningkatkan Life Skill Anak Jalanan
Melalui Keterampilam Otomotif Bagi Klien Anak Jalanan Di
Sosial Devlopment Center (SDC) Bambu Apus Jakarta Timur
Penulis : Ahmad Hary Deni Mahasiswa Pengmbangan Masyarakat Islam
Tahun 2010
Isi Pokok: skripsi ini berisi tentang upaya yang dilakukan oleh social
development center (SDC) dalam meningkatkan life skill agar anak-anak
dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki, bakat dan minat
mereka dapat tersalurkan serta dapat menciptakan jiwa kreatif dan
mandiri.
Dalam penulisan ini, agar mempermudah penulis menggunakan
teknik penulisan yang didasarkan pada buku pedoman penulisan Skripsi,
Tesis, Disertasi”, yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, cetakan tahun 2007.
Skripsi yang penulis bahas adalah mengenai Strategi
pengembangan kemandirian santri yang dilakukan Pondok Pesanten
Daarul Ahsan melaului sistem pendidikan bebasis Pesantren, fokus
program lembaga tersebut adalah memberikan pendidikan pembinaan
kecerdasan ilmu pengetahuan, pembinaan sikap dan mental dan
kepribadian, serta pembinaan keterampilan (Skill) kepemimpinan yang
terlatih, dan bijaksana.
G. Sistematika Penulisan
20
BAB I : Merupakan bagian dari pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metedologi penelitian, kajian
pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Akan memaparkan mengenai tinjaun teoritis, pengertian
strategi, kemandirian, santri serta Pondok Pesantren. teori
strategi, pengertian kemandirian, faktor penyebab hambatan dan
dukungan pesantren, system pengembangan kemandirian apa
saja yang di terampkan kepada santri pondok pesantren Daarul
Ahsan, dan bagaimana strategi pengembangan kemandirian
santri yang diberikan Pondok Pesantren Daarul Ahsan.
BAB III : Akan memaparkan mengenai Lembaga Pendidikan Pondok
Pesantren Daarul Ahsan, sejarah, visi dan misi, struktur
pengurusan, sistem pendidikan, peraturan Pondok Pesantren.
BAB IV : Akan memaparkan mengenai hasil temuan lapangan yang
menganalisa hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan
Kemandirian Santri Pondok Pesantren Daarul Ahsan.
BAB V : Kesimpulam dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh dan
akan dijelaskan secara konkrit yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Daarul
Ahsan pada khususnya, dan pada umumnya masyarakat luas.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang tinjauan teori yang
berkaitan dengan strategi, pengembangan kemandirian, santri pondok
pesantren Daarul Ahsan.
A. Strategi Kemandirian Santri
1. Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “strategos” (
stratos militer Ag: memimpin) yang berarti “generalship” atau
suatu yang dikerjakan para jemdral perang dalam membuat rencana
untuk memenangkan perang dimana jendral dibutuhkan untuk
memepin suatu angkatan perang.24
Pada awalnya konsep strategi (strategy) didefinisikan
sebagai berbagai cara untuk mendapatkan tujuan (way to achieve
ends). Konsep gerik ini terutama sesuai dengan perkembangan
awal penggunaan konsep strategi digunakan dalam dunia militer.
dalam dunia militer adalah berbagai cara yabg digunakan oleh
panglima perang untuk mengalahkan musuh dalam memenangkan
pertempuran (war). Sedangkan yang
2. Pengertian Kemandirian
24 Hendrawan Supratikno, Advanced Stategic Management: Back To Basic,
(Jakarta: PT Gravindo Utama, 2003), Hal 19
22
Menurut Anita Lie (2004 : 2) dan S arah Prasti (2004 : 3),
menyatakan bahwa : “Kemandirian adalah untuk kegiatan atau
tugas sehari-hari atau sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan
perkembangan dan kapasitasnya”. “Kemandiran adalah prilaku
yang menentukan bahwa menentukan bagaimana yang menentukan
bagaimana kita bereaksi tahap terhadap situasi setiap yang
memerlukan beberapa jenis keputusan versifat moral dan
merupakan sikap yang harus dikembangkan seorang anak untuk
bisa menjalani kehidupan tanpa ketergantungan orang lain”.
Kemandirian merupakan sebuah mentalitas yang diajarkan
oleh Islam. Kemandirian merupakan mental untuk berani menjalani
kehidupan tanpa menggantungkan diri kepada orang lain, akan
tetapi seseorang harus mempunyai keyakinan bahwa kehidupan
seseorang harus selalu digantungkan kepada Allah. Ajaran
kemandirian ini tidak hanya hanya disampaikan secara teori di
dalam kelas akan tetapi pondok pesantren Daarul Ahsan juga
memperaktekan pendidikan kemandirian ini dalam kehidupan
sehari-hari di pondok.
3. Pengertian Santri
Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-
orang orang-orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai
bila mana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam
pesantren untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena
itu, santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga
pesantren. Perlu diketahui bahwa, menurut tradisi pesntren, santri
terdiri dari dua :
23
a. Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang
jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim
yang paling lama tinggal di pesntren biasanya merupakan satu
kelompok tersendiri yang memang bertanggung jawab
mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari ; mereka juga
memikul tanggung jawab mengajar santri-sntri muda tentang
kitab-kitab dasar dan menengah. Dalam sebuah pesantren yang
besar dan masyhur terdapat putra-putra kyai dari pesantren-
pesantren lain yang belajar disana; mereka ini biasanya akan
menerima perhatian istimewa dari kyai ; tetapi saya tidak
mempunyai keterangan yang cukup apakah mereka membentuk
suatu kelompok seperti yang pernah terjadi di pesantren
tebuireng semasa KH. Asyim asy’ari. Para putra kyai ini
memainkan peranan yang sangat penting dalam kelanjutan
kepemimpinan lembaga-lembaga pesntren. Tetapi, karena tidak
memadainya data yang ssaya kumpulkan, saya tidak dapat
menyajikan pembahasan lebih lanjut tentang peranan putra-putra
kyai dalam komposisi santri di pesantren.
b. Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di
sekitar pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren.
Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bulak-balik
(ngelaju) dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan antara
pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi
santri kalong. Semakin besar sebuah pesantren, semakin besar
jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain, pesantren kecil
memiliki lebih banyak santri kalong dario pada santri mukim.
Seorang santri pergi dan menetap disuatu pesantren karena
berbagai alesan :
24
1. Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas islam
secara lebih mendalam dibawah bimbingan kyai yang
memimpin pesantren ;
2. Ia ingin memperoleh pengaalaman kehidupan pesantren,
baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian mnaupun
hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal ;
3. Ia ingin memusatkan studinya dipesantren tanpa disibukkan
oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya.
Disamping itu, dengan tinggal di sebuah pesantren yang
sangat jauh letaknya dari rumahnya sendiri ia tidak mudah
pulang-balik meskipun kadang-kadang menginginkannya.
Dimasa silam, pergi dan menetap di sebuah pesantren yang
jauh dan masyhur merupakan suatu keistimewaan bagi seorang santri
nyang penuh cita-cita ia harus memiliki keberanian yang cukup,
penuh ambisi, dapat menekan perasaan rindu kepada keluarga
maupun teman-teman sekampungnya, sebab selesi pelajarannya di
pesntren ia diharapkan menjadi seoran alim yang dapat kitab-kitab
dan memimpin masyarakat dalam kegiatan keagamaan. Ia juga
diharapkan dapat memberikan nasehat-nasehat mengenai persoalan-
persolan kehidupan individual dan masyarakat yang bersangkut-paut
erat dengan agama. Itulah sebabnya maka biasanya hanya seorang
calon yang penuh kesungguhnya dann ada harapan akan berhasil saja
yang diberi kesempatan untuk belajar di pesantren yang jauh ini
semua harus ia tunjukan pada waktu mengikuti pengajian sorogan di
kampungnya.
B. Pendidikan Kecakapan Hidup di Pondok Pesantren
25
Pendidikam kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan
yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, intelektual
dan kecakapan intelektual dan dan kecakapan vokasional untuk
bekerja atau usahamandiri.25
Life skill atau kecakapan hidup adalah kecakapan yang
dimilki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema
hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian
secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya.26 Kecakapan hidup (life skill) lebih luas
keterampilan untuk bekerja, apalagi keterampilan secara manual.
Life skill cenderung pada bakat yang dimiliki oleh seorang santri,
dengan demikian life skills dapat diartikan sebagai kecakapan hidup.
Kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang
secara praktis dapat membekali seorang santri dalam mengatasi
berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan, kecakapan itu
menyangkit aspek pengetahuan sikap didalamnya termasuk fisik dan
mental, serta kecakapan kejujuran yang berkaitan dengan
pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi
tuntunan dan tantangan hidup dalam kehidupan.
Life skill mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang
diperlukan seseorang untuk memenuhi kehidupan dengan sukses,
bahagia dan secara martabat di masyarakat. Life skill merupakan
25 Depdiknas, Undang-Undang SISDIKNAS, (Jakarta, Depdiknas RI, 2003),
hal. 48.
26 Konsep Pendidikan Kecakapan untuk Hidup (Life Skiills Education), dalam
http://pakguruonline.pendidikan.net/life_skill_1.htm
26
kemampuan komunikasi secara epektif, kemampuan
mengembangkan kerjasama, melaksanakan peranan sebagai warga
Negara yang bertanggung jawab, memilki kesiapan serta kecakapan
untuk bekerja, dan memiliki karakter dan etika untuk terjun ke dunia
kerja.
Dengan demikian lembaga pendidikan formal maupun non
formal wajib meberikan keterampilan pilihan oleh narasumber
teknis, dengan harapan santri mempunyai bekal untuk bekerja dan
berusaha yang dapat mendukung pencapaian taraf hidup yang lebih
baik. Dan dapat menolong sntri agar mempunyai harga diri dan
kepercayaan diri dalam mencari nafkah dalam konteks peluang yang
ada di lingkungannya serta dengan mudah memecahkan masalah
yang dihadapinya.
Dalam pendidikan life skill pembelajaran yang diberikan
adalah pelajaran yang mampu memberikan kesadaran terhadap
santrisehingga santri mau dan mampu belajar, santri tahu apa yang
hendak dikerjakan atau tahu yang pekerjaan alternative dalam
hidupnya, santri mampu memberikan motivasi untuk hidup dalam
era sekarang dan memiliki orientasi hidup ke masa depan, dan
mampu hidup bersama.27
Oleh karena itu kecakapan untuk hidup (life skills) dapat di
definikan sebagai suatu kepandaian, kemahiran, kesanggupan, atau
kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalan
hidup atau untuk menjalani kehidupan.
27 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill education) Konsed dan
Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet II. hlm. 71.
27
Dalam suatu lokakarya intensifikasi pengembangan pendidikan
pesantren bulan Mei 1987 di Jakarta telah meremuskan tujuan
institusional pendidikan pesantren sebagai berikut.28
1. Tujuan Umum
Membina warga negara agar berkepribadian muslim dengan
ajaran-ajaran ama Islam dan menanamkan rasa keagamaan
tersebut dalam semua segi kehidupan serta menjadikannya
orang berguna bagi Agama, masyarakat, dan negara.
2. Tujuan khusus
Mendidik santrianggota masyarakat untuk menjadi orang
muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,
memilki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir dan batin
sebagai warga negara yang berpancasila.
Rumusan tujuan umum dan khusus dari pendidikan
pesantren sebagaimana tersebut diatas, mengharuskan pesantren
tidak hanya mengajar ilmu agama saja , akan tetapi pesantren
mempelajari ilmu umum dan sntri dibekali keterampilan hidup.
Departemen pendidikan nasional membagi life
skillmenjadi empat bagian :
a. Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup
kecakapan mengenal diri (social skills), kecakapan mengenal
diri ini merupakan penghayatan manusia sebagai makhluk
Tuhan, dan juga sebgai modal dalam meningkatkan dirinya
sebagai individu yang bermanfaat bagi dirinya sendri dan
lingkungannya dan juga sebgai alat bagi invidu untuk
28
28
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya yakni dengan
keterampilan belajar ( learning skills).
b. Kecakapan sosial (social skills) mencakup kecakapan
komunikasi dengan empati, dan kecakapan bekerjasama
empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua
arah.kecakapan ini sangat membantu seseorang lebih
berkompenten secara sosial.
c. Kecakapan akademik (academic skills) disebut juga
kemampuan berfikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan
perkembangan berpikir ilmiah rasional yang masih bersifat
umum. Kecakapan ini lebih mengarah kepada kegiatan yang
bersifat akademik atau keilmuan.
d. Kecakapan vokasional (vocational skills) disebut juga dengan
kecakapan kejujuran yaitu kecakapan yang dikaitkan dengan
bidang bekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.
C. Tinjuan Strategi Pemberdayaan Santri
1. pengertian pemberdayaan
pemberdayaan dalam pemikiran Edi Suharto adalah sebuah
proses sebagaimana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi,
dalam berbagai pengentrol atas, dan mempengaruhi kejadian-
kejadian serta lembaga lembaga yang mempengaruhi kehidupannya,
pemberdayaan menekankan bahwa orang yang memperoleh
29
keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupan orang lain yang menjadi perhatian.29
Namun, secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata
“berdaya” yang berati kekuatan, kemampuan bertenaga atau
mempunyai akal (cara melihat dan sebagainya) untuk mengatasi
sesuatu.30
Dalam bahasa inggris pemberdayaan bersal dari kata
“empowerment” dan “empower” yang artinya pemberdayaan atau
memberdayakan. Dengan kata lain pemberdayaan berarti usaha
memberi daya, kekuatan, ataupun potensi kepada seseorang yang
hendak sadarkan sehingga mereka mempunyai kekuatan atau
kemampuan dalam mengatasi segala sesuatu yang dihadapi.
2. Nilai Nilai Strategi Dalam Pemberdayaan
Beberapa landasan yang sangat membantu dalam
pemberdayaan masyarakat khususnya yang penulis maksud dalam
konsep strategi pemberdayaan santri ada puluhan makna yang
banyak dan arti yang dimuat di semua buku yang ada, namun yang
paling penting dalam suatu strategi pemberdayaan sebagai mana
angka nilai dalam esensi ingin merubah tatanan kehidupan
masyarakat dapat terrealisasikan dalam kehidupan yang baik.
29 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung PT
Refika Aditama 2005), hlm. 58 30 Tim Pusat Penelitian Bahasa Departemen pendidikan Dan Kebudayaan,
hlm. 189
30
Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan nilai esensi dalam
pemberdayaan dalam pengembangan masyarakat yang penulis
kutip dari Islam SM yaitu,31
Pertama, adanya nilai kemandirian, suatu pengembangan
dalam nilai “kemandirian” misalnya nampak pada penyadaran
kelompok sasaran untuk memetakan masalah atau kebutuhan
mereka, menentuka prioritas pogram pemecahan atau
pemenuhannya dan pelaksanaan oleh mereka sendiri, kelompok
sasaran menjadi tidak lagi bergantung pada negara.
Kedua, nilai “kesukarelaan”, dalam hal ini diri seseorang
akan Nampak pada peran serta aktif dalam mendampingi anggota
sasaran dalam seluruh strategi kegiatan. Kemudian, berusaha
menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang di
tafsirkan berdasarkan dalam konsep kekuatan.
Ketiga, yaitu nilai “keswadayaan dan keswasembadaan”
yang mana akan Nampak pada pendayagunaan sumberdaya
material dan keterampilan sumberdaya lokal. Yang memberikan
kontributif inovasi dan kreativitas dalam masyarakat.
Keempat, “keterkaitan dengan norma” dimana secara
persamaan, keterbukaan, partisipasi toleransi dan lain sebagainya
yang nampak baik dalam diskusi diskusi anggota kelompok sasaran
tentang pemetaan masalah atau kebutuhan mereka dalam penetuan
prioritas program aksi maupun dalam pelaksanaan program itu
sendiri.
31 Ismail SM, “Sinifikasi Peran Pesantren Dalam Pengembangan Masyarakat
Madani” Dalam Islami SM dan Abdul Mukti (eds), Pendidikan Islam Demokrasi dan
Masyarakat Madani (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000), hlm 184
31
Suatu gagasanan mengenai peranan pesantren dalam
strategi pemberdayaan santri, bukanlah suatu yang final. Ia tidak
lebih sebagai suatu hipotesi dalam kerangka mengantisipasi
perubahan, yang merupakan strategi yang tidak pernah berakhir
menyertai pesantren sebagai system pendidikan dan sosil khas
Indonesia yang unik.
3. Strategi Pemberdayaan santri melalui Life skills
pada dasarnya setiap jalan pasti ada panduan khusus yang hendak
di tempuh, begitupun dalam tahap atau konsep dalam
memberdayakan masyarakat (santri) dalam hal ini. Yang
sebagaimana pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun
daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.32
Menurut Edi Suharto, pemberdayaan menunjukan pada
kemampuan orang khususnya kelompok rentan dan lemah shingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan, antara lain dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka meliki kebebasan
(freedom). Bukan saja berarti bebas mengemukakan pendapat,
melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan.33
Pertama, menciptakan suasana iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat itu berkembang. Titik tolaknya adalah
32 Mubyartanto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta: BPFF, 2000), hlm
263 33 Edi Suharto, Membangun Maasyarakat Memberdayakan Rakyat, hlm 58
32
pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki
potensi (daya) yang dapat dikembangkan.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimilki oleh
masyarakat, dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah positif
dan nyata, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang
akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya dalam
memanfaatkan peluang.34
Adapun menurut pendapat lain saudara Isbandi Rukminto
Adi, dalam konsep untuk memberdayakan masyarakat dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu ;
a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk
berwiraswasta, bergelut dalam aspek ekonomi, bertindak
dengan merancang munculnya diskusi tentang apa yang
menjadi apa yang menjadi masalah dalam masyarakat.
b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain
yang telah sukses dan sejahtera.
c. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat
dimanfaatkan.35
Menurut Ali Riyadi, program pengajaran di Madrasah
keagamaan disusun berdasarkan tiga bidang pengembangan yang
meliputi : bidang pengembangan pendidikan karakter, bidang
pengembangan pendidikan akademik, bidang pengembangan
34 Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat, (Jalarta: PT Bina Retna Pariwisata, 2003), hlm 16 35 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, (Jakarta : Ui Press 2003), hlm 23
33
pendidikan keterampilan dan bidang pengembangan unggulan
pesantren.36
Lebih lanjut pendekatan pelaksanaan proses dan
pencapaian tujuan strategi kemandirian santri di atas dapat dicapai
melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat
menjadi 5P yaitu:
a. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara
optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan
masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang
menghambat
b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah
dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan
harus mampu menumbuh-kembangkan segenap
kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang
menunjang kemandirian mereka.
c. Perlindungan : melindungi masyarakat terutama
kelompok-kelompolok lemah agar tidak tertindas oleh
kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang
tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan
lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok
kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus
diarahkan pda penghapusan segala jenis diskriminasi dan
dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil
36 Ali Riyadi, Politik Pendidikan Menggugat Birokrasi Pendidikan Nasional,
(Jakarta : Ar-Ruzz, 2006), hlm 120.
34
d. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan
agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-
tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu
menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam
keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan
e. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar
tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara
berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan
harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan
yang memungkinkan setiap orang memperoleh
kesempatan berusaha.37
37 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian
Streategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, hlm.68-69
35
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Ahsan
Gambaran sejarah singkat sekilas tentang pondok pesantren
Daarul Ahsan yang memberikan upaya pengembangan kemandirian
santri melalui aspek pendidikan. Pondok pesantren Daarul Ahsan
didirikan pada tanggal 15 juli 1999, terletak di desa Dangdeur,
kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang, provinsi Banten, pondok
pesantren yang didirikan oleh Ustadz H. Madtosi dan Ustadz H. Maman
Lukman Hakim, MA. Ini diresmikan oleh Abuya KH. Damanhuru
(Pandeglang), Abuya KH. Bustomi (Pandeglang), Abuya KH. Ahmad
Romli (Dangdeur), dan hadir pula pada saat peresmian H. Rhoma Irama
dan Qori Internasional, Ustadz Nanang Kosim.
Sisitem pendidikan di pondok pesantren Daarul Ahsan menganut
sistem integrated curriculum, yaitu keterpaduan kurikulum antara yang
satu dengan yang lainnya tidak bias dipisahkan; kurikulum modern dan
salaf, kurikulum Depag dan Diknas.
Pondok pesantren Daarul Ahsan memberikan solusi alternatif,
menyuguhkan sebuah lembaga pendidikan Islam masa depan dengan
pendidikan formal setigkat menengah pertama dan menengah atas yang
dikemas dalam satu paket pesantren, bertujan membentuk sumber daya
manusia bertafaqquh fiddien yang memiliki wawasan dan menyiapkan
36
Insan pembangunan Indonesia yang berbudi luhur, cerdas, trampil
kreatif, dinamis dan religius.
Upaya dalam melaksanakan pendidikan sepanjang hayat (Long
Life Education) sesuai dengan perintah Rosulullah SAW juga dalam
membantu merealisasikan program pendidikan karakter yang harus
menjadi belahan mata uang dari pendidikan sains, tidaklah cukup dengan
hanya mentransmisikan nilai-nilai budi pekerti (akhlak) dan norma-
norma keagamaan, tetapi memerlukan suatu proses pendidikannyang
mencakup penghayatan pelatihan (driling) dan pembiasaan (ta’awwud).
Dan ini hanya yang terpadu dan mengarah kepada pembinaan
kepribadian seutuhnya.
Sejalan dengan tujuan pembanguna Indonesia, yaitu membangun
manusia Indonesia seutuhnya, kita dituntun mencari formula alternatif
yang menyiapkan kader-kader manusia yang berwawasan jauh ke depan,
berilmu amaliah dan beramal ilmiah agar mampu menjembatani antara
pembangunan fisik material dan mental spritual yang (integrate
personality). Proses pendidikan terpadu demikian ini hanya dapat
dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Pesantren. Dan lebih dari itu,
hanya dengan keyakinan hidup dan keagamaan yang tidak akan
tergoyahkan oleh arus perubahan nilai-nilai social buday yang
dihembuskan oleh Era Globalisasi.
Sistem pendidikan dan pengajaran pesantren adalah pendidikan
kemasyarakatan yang memadukan nilai-nilai keunggulan, sebagai
pendidikan terpadu dengan pengertian:
37
1. Keterpaduan antara Iman, Ilmu, dan Amal.
2. Keterpaduan dan keseimbangan dalam pembinaan keutuhan
kepribadian (Integrated Personality) yang meliputi aspek-aspek:
a. Kognitif, yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan
yang luas dan mendalam, sebagai penjabaran dari sifat Rasul,
Fathanah.
b. Afektif, yakni pembinaan sikap mental (mental attitude, jiwa
kepribadian). Yang mantap dan matang, sebagai penjabaran dari
sifat Rasul, Amanah.
c. Psikomotorik, yakni pembinaan tingkahlaku (behavior) dengan
akhlak mulia sebagai penjabaran dari sifat Rasul, Shidiq.
d. Kognatif, yakni pembinaan keterampilan (Skill) kepemimpinan
yang terlatih dan bijaksana sebagai penjabaran dari sifat Rasul,
Tabligh.
3. Keterpaduan dalam kegiatan pendidikan dan kehidupan kampus
yang meliputi:
a. Dzikir/Ibadah, untuk membina manusia yang beriman, bertaqwa,
berakhlak, mulia, berdisiplin, berdedikasi dan bertanggung jawab.
b. Fikir, untuk membina manusia yang mempunyai keahlian dan
keterampilan yang handal serta berwawasan IPTEK dan
pembangunan.
c. Amar, yakni keterampilan bekerja dan dapat berwira usaha (Al-
I’timadu ‘Alanafsi).38
B. Pendidikan Kecakapan Hidup di Pondok Pesantren Daarul Ahsan
Pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan yang
memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, intelektual dan
38 Modul, Mengenal Lebih Dekat Pondok Pesantren Daarul Ahsan, Dangdeur -
Jayanti -Tangerang, 4-7.
38
kecakapan intelektual dan dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau
usaha mandiri.39
Life skill atau kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimilki
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif
dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya.40
Kecakapan hidup (life skill) lebih luas keterampilan untuk bekerja,
apalagi keterampilan secara manual. Life skill cenderung pada bakat
yang dimiliki oleh seorang santri, dengan demikian life skills dapat
diartikan sebagai kecakapan hidup.
Kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara
praktis dapat membekali seorang santri dalam mengatasi berbagai macam
persoalan hidup dan kehidupan, kecakapan itu menyangkit aspek
pengetahuan sikap didalamnya termasuk fisik dan mental, serta
kecakapan kejujuran yang berkaitan dengan pengembangan akhlak
peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntunan dan tantangan hidup
dalam kehidupan.
Life skill mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang
diperlukan seseorang untuk memenuhi kehidupan dengan sukses, bahagia
dan secara martabat di masyarakat. Life skill merupakan kemampuan
komunikasi secara epektif, kemampuan mengembangkan kerjasama,
melaksanakan peranan sebagai warga Negara yang bertanggung jawab,
39 Depdiknas, Undang-Undang SISDIKNAS, (Jakarta, Depdiknas RI, 2003),
hal. 48.
40 Konsep Pendidikan Kecakapan untuk Hidup (Life Skiills Education), dalam
http://pakguruonline.pendidikan.net/life_skill_1.htm
39
memilki kesiapan serta kecakapan untuk bekerja, dan memiliki karakter
dan etika untuk terjun ke dunia kerja.
Dengan demikian lembaga pendidikan formal maupun non formal
wajib meberikan keterampilan pilihan oleh narasumber teknis, dengan
harapan santri mempunyai bekal untuk bekerja dan berusaha yang dapat
mendukung pencapaian taraf hidup yang lebih baik. Dan dapat menolong
sntri agar mempunyai harga diri dan kepercayaan diri dalam mencari
nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya serta dengan
mudah memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dalam pendidikan life skill pembelajaran yang diberikan adalah
pelajaran yang mampu memberikan kesadaran terhadap santrisehingga
santri mau dan mampu belajar, santri tahu apa yang hendak dikerjakan
atau tahu yang pekerjaan alternative dalam hidupnya, santri mampu
memberikan motivasi untuk hidup dalam era sekarang dan memiliki
orientasi hidup ke masa depan, dan mampu hidup bersama.41
Oleh karena itu kecakapan untuk hidup (life skills) dapat di
definikan sebagai suatu kepandaian, kemahiran, kesanggupan, atau
kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalan
hidup atau untuk menjalani kehidupan.
Dalam suatu lokakarya intensifikasi pengembangan pendidikan
pesantren bulan Mei 1987 di Jakarta telah meremuskan tujuan
institusional pendidikan pesantren sebagai berikut.42
a. Tujuan Umum
41 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill education) Konsed dan
Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet II. hlm. 71.
40
Membina warga negara agar berkepribadian muslim dengan
ajaran-ajaran ama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut
dalam semua segi kehidupan serta menjadikannya orang berguna
bagi Agama, masyarakat, dan negara.
b. Tujuan khusus
Mendidik santrianggota masyarakat untuk menjadi orang
muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,
memilki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir dan batin sebagai
warga negara yang berpancasila.
Rumusan tujuan umum dan khusus dari pendidikan pesantren
sebagaimana tersebut diatas, mengharuskan pesantren tidak hanya
mengajar ilmu agama saja , akan tetapi pesantren mempelajari ilmu
umum dan sntri dibekali keterampilan hidup.
Departemen pendidikan nasional membagi life skillmenjadi
empat bagian :
a. Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan
mengenal diri (social skills), kecakapan mengenal diri ini merupakan
penghayatan manusia sebagai makhluk Tuhan, dan juga sebgai
modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang
bermanfaat bagi dirinya sendri dan lingkungannya dan juga sebgai
alat bagi invidu untuk mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya yakni dengan keterampilan belajar ( learning skills).
b. Kecakapan sosial (social skills) mencakup kecakapan komunikasi
dengan empati, dan kecakapan bekerjasama empati, sikap penuh
pengertian dan seni komunikasi dua arah.kecakapan ini sangat
membantu seseorang lebih berkompenten secara sosial.
41
c. Kecakapan akademik (academic skills) disebut juga kemampuan
berfikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan perkembangan
berpikir ilmiah rasional yang masih bersifat umum. Kecakapan ini
lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik atau
keilmuan.
d. Kecakapan vokasional (vocational skills) disebut juga dengan
kecakapan kejujuran yaitu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang
bekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.
C. Macam-macam life skill Pondok Pesantren Daarul Ahsan
1. Public Speaking
Public speaking merupakan sebuah program yang ada dalam
kegiatan life skill Pondok Pesantren Daarul Ahsan, ini
merupakakn rutinan yang diadakan oleh pondok untuk
menguatakan kapasitas seorang santri, agara mereka mandiri
dalam mental dan matang untuk menyampaikan dakwah.
Kegiatan ini sebagai kegiatan runtin para santri yang menjadi
nilai tambah untuk para santri sehingga mereka terbiasa ketika
sesuatu saat kembali kerumah, dan ditunjuk untuk ceramah bisa
menyampaikan materi dengan baik.
Keterampilan dalam berdakwah merupakan bagian dari
seni yang harus dimiliki oleh setiap santri yang langsung
bersentuhan dengan masyarakat, oleh sebab itu para santri benar-
benar di latih untuk memiki keterampilan tersebut. Keterampilan
yang mereka dibiasakan menyampaikan ceramah didepan para
santri lainya maupun langsung kemasyarakat. Pelatihan yang
diberikan kepada santri melalui praktek langsung dengan kegiatan
rutin yang diwajibkan Mereka dituntut menyampaikan materi
42
dakwah didepan para teman-temannya Disinilah para santri
melatih mental mereka untuk berceramah.
2. Kepramukaan
Keperamukaan adalah termasuk dari strategi membentuk
kemandirian para santri yang belajar di pondok Darul Ahsan,
nilai-nilai dalam keperamukaan adalah proses pembentukan
kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui
penghayatan serta pengalaman kepramukaan merupakan proses
pendidikan di luar sekolah atau keluarga dalam bentuk kegiatan
menarik, menyenangkan, sehat, terarah, teratur.
3. Jurnalistik
Program pengembangan santri melalui Kegiatan jurnalistik
sebagai media komunikasi memegang peranan penting bagi
kehidupan manusia, tidak hanya cetak dan eletronik namun juga
online. Hal ini tidak terlepas dari peran serta teknologi yang
sedang gencar menawarkan berbagai macam produk dengan
kecanggihan masing masing aplikasi yang pada hakikatnya
mengajarkan santri pondok Pesantren Daarul Ahsan untuk
memperoleh informasi secara cepat, tepat, akurat, mudah, murah,
efektif dan efisien. Inilah strategi pengembangan kemandirian
yang diterapkan di pondok peantren Daarul Ahsan untuk
menciptakan santri yang melek akan dunia media informasi.
4. Seni Musik Islami
Seni merupakan bagian dari kegiatan yang ada dalam
pengembangan skill para santri terutama dalam bidang musik,
karena seorang santri yang berada dalam jaman modern,
43
merupakan tuntuntan sehingga mereka dibekali dengan keahlian
tersebut. Dalam hal ini mereka bisa mengepresikan dirinya
melalui pengembangan bakat pada santri. Melalui kegiatan musik
Islami pondok pesantren Daarul Ahsan bisa berdakwah melalui
bidang kesenian yang telah diterapkan di dalam pondok.
5. Olahraga
Kegiatan berolahraga bentuk kegiatan yang sangat penting dalam
membetuk keribadian santri agar lebih mandiri, manfaat dalam
pengembangan serta nilai-nilai dalam olahraga memberikan
dampak yang sangat banyak diantaranya adalah memberikan
kesehatan pada diri santri, serta memberikan akal yang sehat.
Daarul Ahsan memberikan wadah besar dalam mengembangkan
minat serta potensi yang dimilki santri seperti Futsal, Volly ball,
bulutangkis dan lain sebagainya. Inilah aspek pendukung
menciptakan santri lebih berintegritas dan mandiri melalui
pengembangan potensi dalam program olahraga.
Manfaat Mengikuti Ekskul Olahraga dan inilah manfaat yang bagi
santri dalam mengikuti kegiatan olahraga diantaranya adalah :
1. Tubuh sehat, pikiran sehat
Melalui pengembangan kebiasaan aktivitas fisik yang
sehat, anak-anak dan remaja tidak hanya mendukung
tubuh yang sehat, tetapi juga cenderung menunjukkan
peningkatan kinerja di sekolah. Keuntungan hebat lainnya
dari klub olahraga – yang umumnya melibatkan komitmen
jangka panjang – adalah bahwa jika orang muda aktif
secara fisik sejak usia dini, mereka lebih mungkin untuk
terus demikian pada masa dewasa awal.
2. Mengembangkan Keterampilan Sosial
44
Kegiatan terstruktur, seperti olahraga tim, terkait dengan
tingkat perilaku antisosial yang lebih rendah pada anak-
anak. Klub olahraga dapat membantu mengembangkan
keterampilan sosial yang penting seperti kewarganegaraan
yang baik, hubungan teman sebaya yang positif, dan
menghormati otoritas.
Menurut Unigo, santri yang berpartisipasi dalam olahraga
pondok pesantren belajar memetik manfaat lebih dengan
mewakili komunitas mereka di lapangan atau pengadilan.
Atlet-atlet ini mengalami kegembiraan dari persaingan tim
dan menikmati tiap pekerjaan yang dilakukan dengan baik
untuk sekolah mereka. Perasaan dan kehormatan saat
mewakili tim olahraga dan komunitas dapat menular ke
aspek hidup yang lain dari para pelajar.
3. Membangun Kepercayaan Diri
Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang terlibat
dalam olahraga dan aktivitas fisik lebih percaya diri ini
sangat penting dalam perkembangan santri. Klub olahraga
memungkinkan santri untuk membangun rasa percaya diri
dan harga diri dengan cara percaya pada kemampuan
mereka sendiri. Hal ini dicapai dengan menerima
dorongan dan pujian dari pelatih dan orangtua, serta
belajar untuk menerima kritik yang membangun.
4. Mengembangkan Keterampilan Diri
Klub olahraga memberikan kesempatan bagi santri untuk
mempelajari keterampilan yang akan membantu mereka di
pesantren, serta dalam karier masa depan dan hubungan
pribadi mereka. Melalui keterlibatan dalam olahraga,
45
mereka belajar kepemimpinan, kerja tim, pemecahan
masalah, tanggung jawab, disiplin diri, dan rasa inisiatif.
5. Toleransi
Klub olahraga membantu santri-santri terutama mereka
yang dirugikan membangun persahabatan dan merasa jadi
bagian dari komunitas yang lebih luas. Dengan
menyatukan individu dari berbagai ras, agama, jenis
kelamin dan latar belakang ekonomi, olahraga dapat
meningkatkan rasa saling menghormati, toleransi, dan
memahami.
D. Nilai Nilai Strategi Dalam Pemberdayaan
Beberapa landasan yang sangat membantu dalam pemberdayaan
masyarakat khususnya yang penulis maksud dalam konsep strategi
pemberdayaan santri ada puluhan makna yang banyak dan arti yang
dimuat di semua buku yang ada, namun yang paling penting dalam suatu
strategi pemberdayaan sebagai mana angka nilai dalam esensi ingin
merubah tatanan kehidupan masyarakat dapat terrealisasikan dalam
kehidupan yang baik.
Maka dari itu penulis dapat menyimpulkan nilai esensi dalam
pemberdayaan dalam pengembangan masyarakat yang penulis kutip dari
Islam SM yaitu,43
43 Ismail SM, “Sinifikasi Peran Pesantren Dalam Pengembangan Masyarakat
Madani” Dalam Islami SM dan Abdul Mukti (eds), Pendidikan Islam Demokrasi dan
Masyarakat Madani (Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000), hlm 184
46
Pertama, adanya nilai kemandirian, suatu pengembangan dalam
nilai “kemandirian” misalnya nampak pada penyadaran kelompok
sasaran untuk memetakan masalah atau kebutuhan mereka, menentuka
prioritas pogram pemecahan atau pemenuhannya dan pelaksanaan oleh
mereka sendiri, kelompok sasaran menjadi tidak lagi bergantung pada
negara.
Kedua, nilai “kesukarelaan”, dalam hal ini diri seseorang akan
Nampak pada peran serta aktif dalam mendampingi anggota sasaran
dalam seluruh strategi kegiatan. Kemudian, berusaha menemukan
masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang di tafsirkan
berdasarkan dalam konsep kekuatan.
Ketiga, yaitu nilai “keswadayaan dan keswasembadaan” yang
mana akan Nampak pada pendayagunaan sumberdaya material dan
keterampilan sumberdaya lokal. Yang memberikan kontributif inovasi
dan kreativitas dalam masyarakat.
Keempat, “keterkaitan dengan norma” dimana secara persamaan,
keterbukaan, partisipasi toleransi dan lain sebagainya yang nampak baik
dalam diskusi diskusi anggota kelompok sasaran tentang pemetaan
masalah atau kebutuhan mereka dalam penetuan prioritas program aksi
maupun dalam pelaksanaan program itu sendiri.
Suatu gagasanan mengenai peranan pesantren dalam strategi
pemberdayaan santri, bukanlah suatu yang final. Ia tidak lebih sebagai
suatu hipotesi dalam kerangka mengantisipasi perubahan, yang
merupakan strategi yang tidak pernah berakhir menyertai pesantren
sebagai system pendidikan dan sosil khas Indonesia yang unik.
E. Strategi Pemberdayaan santri melalui Life skills
47
Pada dasarnya setiap jalan pasti ada panduan khusus yang hendak
di tempuh, begitupun dalam tahap atau konsep dalam memberdayakan
masyarakat (santri) dalam hal ini. Yang sebagaimana pemberdayaan
adalah suatu upaya untuk membangun daya (masyarakat) dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.44
Menurut Edi Suharto, pemberdayaan menunjukan pada
kemampuan orang khususnya kelompok rentan dan lemah shingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan, antara lain dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka meliki kebebasan
(freedom). Bukan saja berarti bebas mengemukakan pendapat, melainkan
bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan.45
Pertama, menciptakan suasana iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat itu berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang
dapat dikembangkan.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimilki oleh
masyarakat, dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah positif dan
nyata, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan
membuat masyarakat menjadi semakin berdaya dalam memanfaatkan
peluang.46
44 Mubyartanto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta: BPFF, 2000), hlm
263 45 Edi Suharto, Membangun Maasyarakat Memberdayakan Rakyat, hlm 58 46 Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat, (Jalarta: PT Bina Retna Pariwisata, 2003), hlm 16
48
Adapun menurut pendapat lain saudara Isbandi Rukminto Adi,
dalam konsep untuk memberdayakan masyarakat dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu ;
a. Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk berwiraswasta, bergelut
dalam aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya
diskusi tentang apa yang menjadi apa yang menjadi masalah dalam
masyarakat.
b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang
telah sukses dan sejahtera.
c. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat
dimanfaatkan.47
Menurut Ali Riyadi, program pengajaran di Madrasah keagamaan
disusun berdasarkan tiga bidang pengembangan yang meliputi : bidang
pengembangan pendidikan karakter, bidang pengembangan pendidikan
akademik, bidang pengembangan pendidikan keterampilan dan bidang
pengembangan unggulan pesantren.48
F. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Daarul Ahsan
1. Visi Pesantren
“ Terwujudnya lembaga pendidikan yang baik, benar dan indah”
Kami memilih visi ini untuk tujuan jangka panjang , jangka menengah
dan jangka pendek. Visi ini menjiwai seluruh civitas akademika
Pondok Pesantren untuk selalu mewujudkannya setiap saat dan
berkelanjutan dalam mencapai tujuan pesantren. Visi tersebut
mencerminkan pprofil dan cita-cita pensatren sebagai berikut :
47 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, (Jakarta : Ui Press 2003), hlm 23 48 Ali Riyadi, Politik Pendidikan Menggugat Birokrasi Pendidikan Nasional,
(Jakarta : Ar-Ruzz, 2006), hlm 120.
49
“ dengan mencari yang baik, kan melahirkkan etika”
“ dengan mencari yang benar, akan menghasilkan Ilmu”
“ dengan mencari yang indah, akan menghasilkan Seni”
2. Misi Pesantren
a. Menanamkan moral dan akhlaqul karimah pada setiap pesrta
didik.
b. Menciptakan pesrta didik yang menguasai ilmu pengetahuan
agama dan umum secara komprehenshif.
c. Menciptakan peserta didik yang menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, komunikasi, dan informasi.
d. Mengembangkan potensi, minat dan bakat kemampuan peserta
didik
e. Menciptakan lingkungan yang asri, bersih dan indah.
3. Tujuan Pesantren
Tujuan pesantren merupakan jabaran dari visi dan misi agar
komunikatif dan bisa diukur sebagai berikut:
a. Menjadikan moral dan akhlaqul karimah sebagai pijakan
utama dalam kehidupan.
b. Unggul dalam penguasaan ilmu Agama dan umum
c. Mampu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi
dan informasii.
d. Menggali dan mengembangkan secara kontinyu dan terarah
potensi, minat dan bakat secara kemampuan pesrta didik
melalui berbagai kegiatan.
e. Meningkatkan kebersihan, kerapihan, keindahan, keasrian dan
kerindangan lingkungan.
50
Dalam bentuk kongkritnya, tujuan pendidikan di pondok
pesantren Daarul Ahsan membentuk muslim/muslimah yang:
1) Baik, yang berarti moral dan akhlak harus jadi
penghias dirinya dalam kehidupan bermasyarakat
dimana berada, yang berlandaskan aqidah Islamiyah
maka ia menjadi orang baik dan beretika.
2) Benar, yang mempunyai kecerdasaan dan kepandaian
untuk memahami dan menerima serta menguasai ilmu
pengetahuan Agama dan ilmu pengetahuan umum
secara benar dan mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, maka ia maka ia menjadi orang
yang berilmu.
3) Indah, yang mencintai dan memiliki kepedulian
terhadap kebersihan, keasrian, kerapihan dan
keindahan lingkungan sekitarnya maka ia menjadi
orang yang memiliki jiwa seni tinggi.
4. Panca Jiwa Pondok Pesantren Daarul Ahsan
Kehidupan dalam pesantren Daarul Ahsan senantiasa dijiwai oleh
suasana-suasana yang kita simpulkan dalam PANCA JIWA, yaitu
sebagai berikut:
a. Jiwa Keikhlasan
Sepi ing pamrih (karena tidak didorong oleh keinginan
memperoleh keuntungan-keuntungan tertentu), semta-mata
karena untuk ibadah, hal ini meliputi segenap suasana
51
kehidupan Pondok Pesantren Daarul Ahsan. Dengan
demikian, terdapatlah suasana hidup yang harmonis antara
Kyai yang disegani santri yang taat dan penuh cinta serta
hormat denngan segala keikhlasannya, maka seorang santri
haruslah benar-benar mengerti dan menyadari arti lillah,
artinya beramal, arti taqwa dan arti ikhlas.
b. Jiwa Ukhwah Islamiyah
Kehidupan di Pesntren Daarul Ahsan meliputi suasana
persodaraan akrab, maka segala kesenangan akan akan
diraskan bersama-sama dengan jalinan perasaan keagamaan,
ukhuwah (persodaraan) ini, bukan hanya saja didalam
pesantren itu sendir, tetapi mempengaruhi ke arah persatuan
umat dalam masyarakat sepulangnya santri dari pesantrennya.
c. Jiwa Kesederhanaan
Kehidupan dalam pondok senantiasa diliputi suasana
kesederhanaan, sederhana bukan berarti pasif, sederhana
bukan berarti miskin, sekali lagi bukan. Tetapi mengandung
unsur kekuatan dan ketabahann hati, penguasa diri dalam
menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan. Maka
dibalik kesederhanaan itu terpancarlah jiwa yang besar, maju
terus dalam menghadapi perjuangan hidup, pantang mundur
dalam segala keadaan.
d. Jiwa Kesanggupan Menolong Diri Sendiri (Berdikari)
Perjalanan inilah yang menjadikan senjata hidup yang
ampuh berdikari bukan saja dalam arti bahwa santri selalu
belajar dan berlatih mengurus kepentingan sendiri, tetapi juga
pondok pesantren itu sendir sebagai lembaga pendidikan tidak
52
pernah menyadarkan kehidupan nya kepada bantuan dan belas
kasih orang lain, itulah yang disebut self help.
e. Jiwa Bebas
Para santri bebas dalam berfikir dan berbuat, bebas
dalam menentukan masa depannya, dalam memilih jalan
hidup di masyarakat kelak. Dengan jiwa besar dan optimis
dalam menghadapi kehidupan, tuntunan di bawah garis-garis
yang telah ditentukan oleh Allah AWT. Dengan penuh
tanggung jawab baik dalam kehidupan pondok itu sendiri
maupun dalam kehidupan masyarakat. Jiwa yang menguasai
pondok itulah yang dibawa oleh santri sebgai bekal pokok
dalam kehidupan didalam masyarakat, dan jiwa pesanten
inilah yang harus senantiasa dihidup-hidupkan, dipelihara dan
dikembangkkan sebaik-baiknya.
E. Disiplin Pondok Pesantren Daarul Ahsan
Mau tidak mau, manusia terpaksa pasti berdisiplin atau terkena
disiplin. Orang hidup, segala yang hidup, bahkan segala sesuatu tidak
akan dapat terlepas dari disiplin rumah tangga, disiplin perkumpulan,
disiplin partai, disiplin negara, disiplin dalam berjalan dijalan yang besra,
disiplin diri sendiri, disiplin kesehatan bahkan di hutanpun tetap disiplin.
Barang siapa yang tidak mau mengikuti, tentu akan ada akibatnya.
Binatang dibelantara pun selalu terkena disiplin / peraturan. Yakni
disiplin iklim, disiplin teman, disiplin dari keadaan tempatnya. Maka dari
itu orang tidak akan dapaty bebas 100 % dari macam-macam disiplin,
mau tidak mau, berat atau ringan.
53
Agama Islam mengandung pelajaran amat penting tentang
disiplin dan self-disiplin. Ingatlah sholat dengan pembagian waktunya,
puasa dengan self-disiplinnya dan seharusnya.
Maka kita tidak boleh mengartikankan kata bebas dan merdeka. Bebas
bukan berarti tidak berdiplin, tetapi sebenarnya bebas ialah kebebasan
berbifikir dalam memilih disiplin disiplin yang akan ditaati. Jangan
terlalu rendah berfikir, seperti halnya orang mengartikan merdeka dengan
tidak membayar pajak, atau merdeka dengan naik kereta api tidak usah
membayar.
Menjalankan disiplin amat ringan sekali, apabila telah niat / mau
berdisiplin tetatapi ammat sangat beratnya apabila dikerjakan dengan
sebab paksaan. Rasa tepat sebagaimana diterangkan dalam al- Qur’an
tentang disiplin sembahyang, yang diketakan berat bagi orang paksaan,
tetapi ringan bagi orang yang tahu arti sembahyang. “innaha lakabiratuun
illa ‘alal khaysi’in” sesungguhnya sembahyang itu, brat kecuali orang-
orang yang khusyu’ (QS. Al-Baqorah (2) : 45).
Latihan disiplin masyarakat
Segala sesuatu di pondok pesantren Daarul Ahsan mengandung
didikan dan latihan disiplin untuk terjun ke dalam masyarakat kelak
akhirnya menasehatkan :
1. Berdisiplin dengan penuh keinsyafan
2. Ingatlah untuk apa semua peraturan itu
3. Semuanya tidak lain hanya untuk kebaikan dan kemajuan kita
bersama, kemmajuan dan kebaikan kita senddiri.
4. Biasakan hidup teratur, dan dapat mengataur.
5. Pandai-pandailah membawa diri dan mengusai diri.
6. Bersiap-siaplah untuk dipimpin dan mau memimpin.
54
F. Tata Tertib Santri
I. Tata Tertib Umum
Seluruh santri di wajibkan untuk :
a. Taat dan patuh pada Pimpinan dan pembantu pembantunya.
b. Menjalankan disiplin dan sunnah-sunnah pesantren yang telah
ditentuka.
c. Berkepribadian yang baik, sopan santun terhadap sesama.
d. Menjaga hak pribadi, dan milik pondok pesantren.
e. Izin ke majlis pengasuhan santri apabila hendak pilang/keluar
pesantren, serta menepati waktu izin sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
f. Memakkai busana yang sesuai dengan iklim pondok pesantren.
g. Mengucapkan salam kepada sesama temman, dewan Guru dan
orang lain.
h. Membuang sampah pada tempatnya.
2. Seluruh Santri dilarang untuk :
a. Mengambil barang orang lain tanpa izin.
b. Meghina sesama teman dan orang lain
c. Melanngar susila dan norma Agama
d. Merokok
e. Membawa senjata tajam, senjata api, dan benda-benda berbau
mistik.
f. Berhubungan dengan lawan jenis.
g. Membawa alat-alat elektronik (HP, Mp3, Ipad, Tablet, Laptop,
Flasdisk dll)
h. Berkelahi
3. Tata Tertib Bahasa
55
Seluruh santri diwajibkan untuk :
a. Berbahasa dengan bahasa resmi pondok pesantre (B. Arab dan
Innggris)
b. Menginterventarisir slogan-slogan bahasa yang telah di tashih.
c. Memiliki buku “daily Convertation”
d. Menghafal kosa kata yang telah disampaikan
e. Membawa note book atau kamus kecil
f. Memiliki kamus-kamus yang telah ditentikan sesuai jenjang atau
tingkat kelas.
4. Seluruh santri dilarang untuk :
a. Menghina teman yang semangat menggunaka bahasa resmi
b. Menyebarkan slogan-slogan yang dapat merusak bahasa resmi
c. Mengganggu keikhlasan teman, Guru atau Pimpinan.
d. Dilarang keras menggunakan kata-kata kasar
56
57
BAB IV
TEMUAN DAN ANALIS
A. Temuan Penelitian
1. Strategi Pengembangan Kemandirian Santri Pondok Pesantren
Daarul Ahsan
Pesantren merupakan tempat dimana seorang menimba dan
mengkaji ilmu, agama maupun pengetahuan umum. Di pesantren
dididik menjadi orang yang berakhlak baik, dididik menjadi orang
yang berpengetahuan luas, berintegritas, berdaya bagi orang lain, dan
mampu menjalin kehidupan sosio kultural. Maka dari itu pondok
Pesantren Daarul Ahsan, siap mewujudkan santrinya kreatif dan
inovatif melalui pemberdayaan menunjukan pada kemampuan santri
khususnya kelompok rentan dan lemah shingga mereka memiliki
kekuatan atau kemampuan, antara lain dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya sehingga mereka meliki kebebasan (freedom). Bukan saja
berarti bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan.49
Pertama, menciptakan suasana iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat itu berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang
dapat dikembangkan.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimilki oleh
masyarakat, dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah positif dan
nyata, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan
49 Edi Suharto, Membangun Maasyarakat Memberdayakan Rakyat, hlm 58
58
membuat masyarakat menjadi semakin berdaya dalam memanfaatkan
peluang.50
Dalam hal ini, pesantren tidak hanya mengajar ilmu agama saja , akan
tetapi pesantren mempelajari ilmu umum dan santri dibekali
keterampilan hidup.
Departemen pendidikan nasional membagi life skill menjadi empat
bagian :
a. Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan
mengenal diri (social skills), kecakapan mengenal diri ini
merupakan penghayatan manusia sebagai makhluk Tuhan, dan
juga sebgai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu
yang bermanfaat bagi dirinya sendri dan lingkungannya dan juga
sebgai alat bagi invidu untuk mengembangkan potensi yang ada
pada dirinya yakni dengan keterampilan belajar ( learning skills).
b. Kecakapan sosial (social skills) mencakup kecakapan komunikasi
dengan empati, dan kecakapan bekerjasama empati, sikap penuh
pengertian dan seni komunikasi dua arah.kecakapan ini sangat
membantu seseorang lebih berkompenten secara sosial.
c. Kecakapan akademik (academic skills) disebut juga kemampuan
berfikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan perkembangan
berpikir ilmiah rasional yang masih bersifat umum. Kecakapan ini
lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik atau
keilmuan.
50 Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat, (Jalarta: PT Bina Retna Pariwisata, 2003), hlm 16
59
d. Kecakapan vokasional (vocational skills) disebut juga dengan
kecakapan kejujuran yaitu kecakapan yang dikaitkan dengan
bidang bekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.
2. Ciri-ciri Kemandirian
a. Kemandirian secara psikososial tersusun dari tiga aspek
yaitu sebagai berikut :
b. Mandiri emosi adalah aspek kemandirian yang berhubungan
dengan perubahan pendekatan atau keterkaitan hubungan
emosional individu, terutama sekali dengan orang tua atau
orang dewasa lainya yang banyak melakukan interaksi dengan
dirinya.
c. Mandiri bertindak adalah kemampuan untuk membuat
keputusan secara beba, menindaklanjuti, serta bertanggung jawab.
d. Mandiri berfikir adalah kebebasan memaknai seperangkat
prinsip tentang benar-salah, baik-buruk, dan apa yang berguna
bagi dirinya.
Ciri-ciri kemandirian yang Pertama, kemandirian emosional.
Hubungan anatar anak dan orang tua berubah dengan sangat cepat,
lebih- lebih setelah anak memasuki usia remaja. Seiring dengan
semakin mandirinya anak dalam mengurus dirinya sendiri pada
pertengahan masa kanak-kanak, maka perhatian orang tua dan orang
dewasa lainya terhadap anak semakin berkurang.
Kedua, kemandirian bertindak. Mandiri dalam bertindak
berarti bebas untuk bertindak sendiri tanpa terlalu bergantung pada
bimbingan orang lain. Kemandirian bertindak, khususnya kemampuan
mandiri secara fisik sebenarnya sudah dimulai sejak usia anak dan
60
meningkat dengan tajam sepanjang usia beranjak remaja.
Peningkatan itu bahkan lebih dramatis daripada peningkatan
kemandirian emosional.
Ketiga, kemandirian berfikir, kemandirian berfikir merupakan
proses yang paling komplek, tidak jelas bagaiman proses berlangsung
dan pencapaianya terjadi melalui proses internalisasi yang pada
lazimnya tidak disadari. Ciri kemandirian mandiri dalam berfikir
ditandai dengan cara berfikir semakin abstrak, keyakinan yang
dimiliki berbasis ideologis, keyakinan-keyakinan semakin mendasar
pada nilai-nilai mereka sendiri bukan hanya nilai yang ditanamkan
oleh orang tua.51
3. Target Pengembangan Kemandirian Santri di Pondok
Pesantren Daarul Ahsan
Kehidupan di Pondok Pesantren Daarul Ahsan ibarat hidup di
lingkungan masyarakat, para santri diajarkan untuk hidup dengan
mandiri. Hal tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip yang diterapkan
oleh tiap pondok pesantren yang ada di Nusantara. Santri dididik dan
dibina guna menjadi insan yang mandiri dan kreatif tanpa terus
menerus membebani orang lain.
Santri pondok Daarul Ahsan dituntut untuk menjalankan
disiplin yang ada di lembaga tersebut. Mulai dari terbit fajar
(persiapan sholat subuh berjamaah) hingga malam hari. Segala
aktivitas santri diatur demi berjalannya suatu kedisiplinan, hal
tersebut merupakan salah satu wujud terciptanya rasa kemandirian
pada santri. Kehidupan di pondonok pesantren memiliki kegiatan
51 Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2011, hlm. 133.
61
yang membentuk santri mengembangkan potensinya, ini merupkan
proses kemandirian pada santri.
KH. Maman Lukman Hakim, MA mengungkapkan
(Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Ahsan) bahwa:
“kemandirian adalah perilaku seseorang untuk hidup dengan
usaha mandiri tidak bergantungan pada orang lain. Orang
yang mandiri identik memecahkan masalahnya sendiri tanpa
minta bantuan orang lain.”52
Lebih jauh KH. Maman Lukman Hakim, MA mengatakan :
”Menanamkan kemandirian pada santri secara garis besar
dilakukan dengan 2 cara : pertama, teoritis, yaitu
menanamkan jiwa kemandirian pada diri santri melalui
pelajaran-pelajaran tertentu yang diajarkan di kelas.
Contohnya pelajaran mahfudzot ada materi tentang
kemandirian, yaitu bersandar pada diri sendiri adalah modal
dasar keberhasilan. Kedua, praktis, yaitu menanamkan jiwa
kemandirian pada diri santri melalui aktifitas dan kegiatan
sehari-hari tanpa bantuan orang tua atau orang lain, seperti
makan, mandi, dan merapihkan tempat tidur dilakukan
sendiri tanpa ada orang tua atau pembantu”.53
“Iqbal dan Ayash (Alumni Pondok Pesantren Daarul Ahsan)
memiliki pandangan yang sama mengenai kemandirian santri,
mereka beranggapan bahwa hidup di pesantren haruslah mandiri
sebab harus siap jauh dari orang tua dalam menjalankan segala
aktivitasnya sendiri”.54
52 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB 53 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB 54 Wawancara pribadi dengan Ayassh Lukman Hakim (Alumni Pondok
Pesantren Daarul Ahsan) Dangdeur, Jayanti, Tangerang 23 November 2017), Pukul
12.00 WIB
62
Salah satu santri (Zulfikar Reza), ia melakukan segala
sesuatu di pondok pesantren secara sendiri meskipun terkadang
meminta bantuan teman-temannya. Hal ini dia anggap sebagai
pembelajaran bagi dirinya agar menjadi santri mandiri, sejauh ini ia
merasa banyak perubahan dalam kehidupannya karena suasana yang
berbeda akan tetapi hal ini akan terbiasa jika dilakukan secara ikhlas,
sebab kehidupan di pesantren tidak seperti hidup di dalam penjara
yang serinng dikatakan banyak orang.55
Bambang Bahtiar (wali santri) merasa dirinya tenang dan
ama ketika menitipkan anaknya ke pesantren, sebab lingkungan
pondok pesantren lebih terjaga dibandingkan kehidupan di luar, hal
ini menjadikan alasan dirinya untuk menitipkan anaknya.56
Berdasarkan uraian diatas kemadirian dapat ditanamkan melalui
dua cara yaitu teoritis dan praktis. Selain santri diberikan ilmu untuk
pengetahuannya, pondok pesantren Daarul Ahsan menerapkan praktis
dalam hal ini santri dibrikan pendidikan kecakapan hidup merupakan
kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali seorang
santri dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan,
kecakapan itu menyangkit aspek pengetahuan sikap didalamnya
termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejujuran yang berkaitan
dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu
menghadapi tuntunan dan tantangan hidup dalam kehidupan.
4. Target Strategi Pengembangan Kemandirian Santri Pondok
Pesantren Daarul Ahsan
Menurut Edi Suharto, strategi pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga aras atau matra pemberdayaan yaitu:
55 Wawancara pribadi dengan Iqbal dan Ayash Alumni Pondok Pesantren
Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 23 November 2017), Pukul 13.00 WIB 56 Wawancara pribadi dengan Bambang Bahtiar, wali santri Pondok Pesantren
Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 26 November 2017), Pukul 09.00 WIB
63
a. Aras Mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara
individu melalui bimbingan, konseling, stress management,
crisis intervention.
b. Aras Mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok
klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan
kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan,
dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi
dalam meningkatkan kesadaran pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
c. Aras Makro, pendekatan ini disebut juga sebagai strategi
sistem besar (large-system strategy), karena sasaran perubahan
diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial,
lobbying, pengorganisasian masyarakat.57
Strategi pengembangan kemandirian santri pondok
pesantren Daarul Ahsan melalui (1) strategi aras mikro, strategi
ini mengembangkan kemandirian secara individu dengan
melalui bimbingan, dan konseling, tujuan utamanya adalah
membimbing atau melatih santri agar mengembangkan
kepribadiannya dalam melakukan aspek kehidupan sehari-hari.
(2) strategi aras mezzo : strategi ini cakupannya dengan
mengembangkan secara kelompok, media pelatihan, lembaga,
dan pendidikan. Teori ini lebih menekankan pada kecerdasan
dan keterampilan santri, hal ini merupakan pokok dalam
pengembangan kemandirian santri.
57 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian
Streategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 50
64
Seluruh kegiatan dan proses pendidikan di pesantren
menuntut para santri untuk mandiri, bertanggung jawab terhadap
diri sendiri dalam berbagai hal, baik yang kecil maupun yang
besar. Meskipun pada hal lain ustaz atau pengurus ikut
mengawasi kegiatan santri. Banyak unsur yang mendukung dalam
proses kemandirian santri, misalnya kesediaan mengabdi dengan
berkarya tanpa memperoleh imbalan finansial di pesantren.
Begitu pula kesediaan santri untuk tinggal di pesantren dalam
fasilitas yang amat terbatas.
KH. Maman Lukman Hakim mengungkapkan konsep
kemandirian santri sebagai berikut:
(a) Santri harus aktif, kreatif, inovatif, dan produktif. (b) Santri
harus mampu mengenali jati dirinya. (c) Santri harus mampu
mengelola keuangannya sendiri, (d) Santri harus berani
bertanggung jawab atas tindakannya sendiri, (e) Santri mampu
hidup dalam kesederhanaan.58
Kiai juga sebagai pemimpin mengatur seluruh sistem
pesantren melalui pengurus pesantren. Kiai juga sebagai uswatun
khasanah untuk para ustaz, pengurus dan santri-santrinya. Peran
kepemimpinan kiai sangat berpengaruh dalam seluruh kegiatan
pesantren dan juga berpengaruh pada akhlak santri, kemandirian
santri, jiwa sosial santri dan sebagainya. Selain itu, pesantren
dapat mengajarkan santrinya menjadi lebih mandiri dalam
berbagai kehidupan. Seperti yang di ungkapkan oleh pimpinan
pondok pesantren:
58 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
65
“pesantren adalah tempat curahan ilmu, pesantren adalah
temapat kawah candra dimuka, pesantren adalah padepokan
masa depan. jelas sekali, pesantren mengajarkan ilmu ilmu
kehidupan dan membentuk kemandirian”.59
Upaya dalam membentuk kerpibadian santri, serta mewujudkan
santri yang kretif dan invosi, pondok pesantren memberikan solusi bagi
bangsa ini dalam menciptakan geberasi penerus bangsa dan penerus
umat.
5. Implementasi Kemandirian Santri Pondok Pesantren Daarul
Ahsan
Awal berdirinya, pesantren memiliki visi, misi target dalam
pelaksaan pesantren. Visi pesantren, secara umum adalah
masyarakat kehidupan beragama yang harmonis dan humanis sesuai
dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sedangkan misi pesantren adalah mencetak santri yang siap terjun
kemasyarakat untuk mengembangkan Agama Islam dengan
menjaga pendapat para ulama terdahulu dan mengambil dari
penemuan yang baru para ulama sekarang ila pendapat mereka lebih
baik sesuai dengan perkembangan zaman.
Tujuan yang menjadi target pelaksanaan pendidikan
pesantren menjadi dua, yaitu target jangka pendek dan target jangka
panjang. Target jangka pendek pesantren adalah mencetak santri
yang tangguh dan handal dalam menyebarkan atau menyampaikan
pesan pesan Agama kepada masyarakat.
59 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
66
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kiai Maman Lukman
Hakim, MA. Ketika ditanya prihal konsep yang selama ini
diterapkan oleh pondok pesantren Daarul Ahsan, beliau berkata :
“Jelas semua aspek kehidupan, baik itu dari (1) aspek sosial, santri
berinteraksi satu sama lain selama 24 jam, mereka akan terbiasa
dengan berbagai warna kehidupan yang ada disekitar mereka, karena
santri datang dari berbagai macam pelosok nusantara tentu berbeda
budaya dan bahasa. (2) aspek ekonomi, santri yang masuk ke
pesantren beragam ekonomi orang tuanya, ada yang miskin dan ada
pula yang kaya, bercampur dalam satu kehidupan tidak
mencerminkan status ekonomi keluarganya di rumah, ketikaa anak
orang kaya pun kesederhanaan dan kebersehajaan. (3) aspek sikap,
santri dituntut untuk bersikap tawadhu’, hormat terhadap sesama
mandiri (tidak bergantung pada orang lain), sikap inilah yang akan
membentuk santri menjadi orang yang mampu menyelesai semua
pekerjaan tepat waktunya mengatasi masalah pada solusinya.” 60
Berdasarkan uraian diatas kemadirian dapat ditanamkan melalui
dua cara yaitu teoritis dan praktis. Selain santri diberikan ilmu untuk
pengetahuannya, santri pun harus diajarkan cara bergaul yang baik
dengan rekannya, hal ini agar santri dapat terhindar dari dampak
negatif yang terjadi di masyarakat.
Kemandirian seorang santri sangat penting, agar santri dapat
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan tanpa harus selalu
bersandar pada orang lain.
Lembaga pondok pesantren memberikan implementasi terhadap
santrinya diantaranya adalah :
60 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
67
Keterpaduan antara Iman, Ilmu, dan Amal. Maksudnya ialah
sebagaimana manusia pada hakikatnya khusunya umat Islam
tumbuhnya keImanan sebagai dasar pondasi umat Islam
sebagaimana khalayak nya sebuah lembaga pondok pesantren
tentunya jelas menciptakan saantri yang berpegang teguh terhadap
Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan Ilmu yang wajib kita tumpu dari
buayan sampe akhir hayat sebagi penopang kehidupan manusia.
ketika seseorang yang kuat akan ke Imanannya serta keIlmuannya
khendaklah ia menyampaikan ilmunya dan sunnatullah.
1. Keterpaduan dan keseimbangan dalam pembinaan keutuhan
kepribadian (Integrated Personality) yang meliputi aspek-aspek:
a. Kognitif, yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu
pengetahuan yang luas dan mendalam, sebagai penjabaran
dari sifat Rasul, Fathanah.
b. Afektif, yakni pembinaan sikap mental (mental attitude,
jiwa kepribadian). Yang mantap dan matang, sebagai
penjabaran dari sifat Rasul, Amanah.
c. Psikomotorik, yakni pembinaan tingkahlaku (behavior)
dengan akhlak mulia sebagai penjabaran dari sifat Rasul,
Shidiq.
d. Kognatif, yakni pembinaan keterampilan (Skill)
kepemimpinan yang terlatih dan bijaksana sebagai
penjabaran dari sifat Rasul, Tabligh.
2. Keterpaduan dalam kegiatan pendidikan dan kehidupan
kampus yang meliputi:
a. Dzikir/Ibadah, untuk membina manusia yang beriman,
bertaqwa, berakhlak, mulia, berdisiplin, berdedikasi dan
bertanggung jawab.
68
b. Fikir, untuk membina manusia yang mempunyai keahlian
dan keterampilan yang handal serta berwawasan IPTEK
dan pembangunan.
c. Amar, yakni keterampilan bekerja dan dapat berwira
usaha (Al-I’timadu ‘Alanafsi).61
B. Analisis Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti
menemukan bahwa berdirinya lembaga pondok pesantren Daarul
Ahsan merupkan lembaga yang bergerak di bidamg pendidikan, yang
mana pondok pesantren tidak hanya menciptakan santri tumbuh
berkembang secara kecerdasannya saja, akan tetapi pondok pesantren
Daarul Ahsan membentuk santri dengan karakter, akhlak, serta
pengembangan kemandirian yang miliki pada diri santri. Hal tersebut
selaras dengan pernyataan Kiai yang menyatakan :
“Indikatornya adalah santri mampu hidup tanpa kehadiran
orang tuanya disisinya, santri mampu mengatur keuangan
untuk waktu yang lama, tidak bergantung pada orang lain,
hidup dalam kesederhanaan dan kesehajaan.”62
Anak masuk ke pesantren, diharapkan anak tersebut tumbuh
menjadi sosok yang mandiri dan bertanggung jawab meskipun
dengan tanpa kehadiran orang tua nya. Para santri juga diharapkan
untuk dapat mengatur keuangan pribadinya sendiri. Dan juga tumbuh
menjadi pribadi yang sederhana.
Terwujudnya visi lembaga pendidikan yang baik, benar, dan
indah. Serta Misi yang dimiliki ponodok pesantren Daarul Ahsan
61 Modul, Mengenal Lebih Dekat Pondok Pesantren Daarul Ahsan, Dangdeur -
Jayanti -Tangerang, 4-7. 62 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
69
sebagai pondasi dasar menciptakan santri yang bermoral dan
berakhlaqul karimah serta menguasai ilmu pengetahuan umum scara
konprehenship. Saat ini lembaga pondok pesantren di perhitungkan
dikancah dunia pendidikan Nasional karena dapat menciptakan
generasi penerus bangsa yang mandiri.
Daarul ahsan merupakan pondok pesantren modern yang
memiliki sistem yang berbeda yang mana menerapkan sisitem
modern dan salafiyah hal inilah yang menjadikan dayatarik
masyarakat sekitar agar anaknya dapat belajar di Daarul Ahsan,
dengan tantangan zaman golobalisasi serta pesatnya dunia teknologi
dan informasi, dengan dua sistem keterpaduan modern dan salafiyah
dapat menopang santri untuk belajar ilmu Agama dan pengetahuan
Umum. Saat ini Daarul Ahsan sudah memilki alumni kurang lebih
delapan ratus alumni yang sudah tersembar di berbagai Kota dan
Desa khususnya di manyarakat, yang sudah dibekali selama ia
mesantren di Daarul Ahsan dengan hasil yang di dapatkan banyak
alumni yang berkembang dan mandiri di masyarakatnya. Hal tersebut
sesuai dengan harapan yang dikatakan oleh KH. Maman Lukman
Hakim, MA :
”Insya Allah mudah-mudahan alumni Daarul Ahsan
mayoritas hidup mandiri tidak menggantungkan hidupnya
pada keluarganya, karena sudah di didik mandiri.”63
Adapun strategi yang dilakukan oleh pondok pesantren
Daarul Ahsan ialah dengan cara :
63 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
70
Daarul Ahsan memiliki strategi dalam mengembangkan
santrinya melalui keterpaduan dan kesimbangan dalam pembinaan
pada santri yang tingaal di pesantren. Hal yang paling mendasar yang
harus dibimbing oleh Kiyai Ustadz, serta pengurus ponodok yaitu
membimbing keutuhan pribadi (Integrated Personality), artinya
membangun kepribadian baik secara emosial maupun secara
intelektual serta memberikan wadah bagi santri yang memiliki
potensi baik dibidang keagamaan maupun dibidang kesenian.
Membangun secara intelektual terutuma dengan kognitif,
yaitu pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan
mendalam, sebagai penjabaran dari sifat Rasul, Fathanah.
Afektif, yakni pembinaan sikap mental (mental attitude, jiwa
kepribadian) yang mantap dan matang, sebagai penjabaran dari sifat
Rasul, Amanah.
Psikomotorik, yaitu pembinaan tingkah laku (behavior)
dengan akhlak mulia sebagai penjabaran dari sifat Rasul, Shidiq.
Kognitif, yakni pembinaan keterampilan (skill) kepemimpinan
yang terlatih dan bijaksana sebagai penjabaran dari sifat Rasul,
Tabligh. Menurut pandangan Kiai Maman, orang yang sukses harus
memiliki kepribadian dan jaringan yang kuat, berikut pemaparannya :
“orang yang ingin sukses di masyarakat modalnya harus punya value
(nilai kepribadian) jaringan yang kuat untuk mempermudah rizki
(silaturrahim), dan model kalau saya lebih cenderung pada inovasi.
71
Alumni Daarul Ahsan harus punya itu kalo ingin lancar dan mudah
dala meraih prestasi kehidupan”64
Kiai dan Pondok pesantren Daarul Ahsan berperan sebagai
wadah untuk menjadikan para santri menjadi pribadi yang lebih
mandiri melalui pendidikan formal dan nonformal yang berada di
pesantren.
4. Keterpaduan dalam kegiatan pendidikan dan kehidupan kampus
yang meliputi:
a) Zikir/Ibadah, untuk membina manusia yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, berdisiplin, berdedikasi dan
bertanggung jawab. Berzikir atau beribadah dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Zikir dan beribadah
dapat pula membentuk insan yang beriman, bertaqwa, dan
berakhlakul karimah. Hal ini dapat pula menimbulkan rasa
tanggung jawab untuk saling membantu.
b) Fikir, untuk membina manusia yang mempunyai keahlian
dan keterampilan yang handal serta berwawasan IPTEK dan
pembangunan, dengan inovasi serta kemampuan skill santri
yang haurus dikembangkan tidak hanya dalam asapek
keagamaan dan ke ilmuannya, akan tetapi dalam konteks
pengetahuan ilmu teknologi juga harus mampu bersaing
dengan seokolah umum. Strategi yang harus dicapai dalam
persaingan dunia di era digital harus mengusai ilmu
teknologinya.
64 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
72
c) Amar, yakni keterampilan bekerja dan dapat berwirausaha
(Al-I’timadu ‘Alanafsi).65 Meskipun pesantren, meski di
pesantren, para santri pun diajarkan mengenai pelajaran-
pelajaran pada aspek sosial, hal diharapkan agar para santri
dapat terampil dalam berwirausaha. Seperti dijelaskan oleh
Kiai Maman dalam kutipannya.
“Jelas semua aspek kehidupan, baik itu dari (1) aspek sosial,
santri berinteraksi satu sama lain selama 24 jam, mereka akan
terbiasa dengan berbagai warna kehidupan yang ada disekitar
mereka, karena santri datang dari berbagai macam pelosok
nusantara tentu berbeda budaya dan bahasa. (2) aspek
ekonomi, santri yang masuk ke pesantren beragam ekonomi
orang tuanya, ada yang miskin dan ada pula yang kaya,
bercampur dalam satu kehidupan tidak mencerminkan status
ekonomi keluarganya di rumah, ketikaa anak orang kaya pun
kesederhanaan dan kebersehajaan. (3) aspek sikap, santri
dituntut untuk bersikap tawadhu’, hormat terhadap sesama
mandiri (tidak bergantung pada prang lain), sikap inilah yang
akan membentuk santri menjadi orang yang mampu
menyelesai semua pekerjaan tepat waktunya mengatasi
masalah pada solusinya”.66
Melakukan aktivitas serta kegiatan di pesantren bisa mengubah
prilaku hidup seseorang menjadi lebih mandiri ( tidak mengandalkan
orang lain) . Seperti yang dikemukakan oleh Alya Rosa ( santriwati
65 Modul, Mengenal Lebih Dekat Pondok Pesantren Daarul Ahsan, Dangdeur-
Jayanti-Tangerang, 4-7. 66 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
73
pondok pesantren Daarul Ahsan) bahwa kemandirian adalah sifat yang
harus dimiliki santri, sifat yang dibutuhkan melatih diri santri melatih diri
sendiri tidak nyusahin orang lain.67
Aspek emosial merupakan salah satu aspek untuk terbentuknya
sikap mandiri, sebab aspek tersebut menekankan santri untuk melepas
diri dari ketergantungan pada orang tua dalam memenuhi kebutuhannya.
Santri yang mandiri secara emosional tidak hidup disebuah pondok
pesantren amatlah dinamis dan tidak monoton, banyak pelajaran yang
didapat pada kehidupan sehari-harinya, seperti, disiplinan dalam berbagai
hal.
Bertindak dalam mengambil keputusan merupakan sifat dasar
bagi seorang santri ketika jauh dari orang tua, ada beberapa komponen
yang harus kita kuasai dalam diri santri seperti mengatur waktu. saja
dalam hal mengatur ekonomi atau uang jajan yang kita penggang sendiri,
ini tugas pribadi sebisa mungkin harus bias mengambil sikap atau
tindakan yang sesuai dengan koridor jangan sampe boros. Seperti yang
dikatakan oleh Adul Ajib santri kelas IX pondok pesantren berkata :
“Bisa ngatur waktu, ngatur uang, dan nambah wawasan juga ilmu yang
di da kemandirian santri dapat dilihat dari banyaknya kegiatan santri
yang masih dilakukan secara manual oleh masing – masing personal,
seperti mencuci pakaian, mengambil nasi, membersihkan lingkungan
pondok dan lain lain”.68
67 Wawancara pribadi dengan Alya Rosa Santriwati Pondok Pesantren Daarul
Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 22 November 2017), Pukul 19.00 WIB 68 Wawancara pribadi dengan Adul Ajib santri Pondok Pesantren Daarul
Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 22 November 2017), Pukul 22.00 WIB
74
Hal ini bertujuan untuk melahirkan seorang santri yang soleh dan
bermanfaat untuk kehidupan di masyarakan, pesantren merupakan tempat
diamana seorang menimba ilmu dan mengkaji ilmu, agama maupun
pengetahuan umum. Selain itu pesantren juga, mendidik santri agar
menjadi orang yang berakhlak baik, didik menjadi orang berpengetahuan
luas, berintegritas berdaya bagi orang lain, dan mampu menjalin
kehidupan sosio kultural.
2. Ciri-ciri Kemandirian
e. Kemandirian secara psikososial tersusun dari tiga aspek
yaitu sebagai berikut :
f. Mandiri emosi adalah aspek kemandirian yang
berhubungan dengan perubahan pendekatan atau keterkaitan
hubungan emosional individu, terutama sekali dengan
orang tua atau orang dewasa lainya yang banyak
melakukan interaksi dengan dirinya.
g. Mandiri bertindak adalah kemampuan untuk membuat
keputusan secara beba, menindaklanjuti, serta bertanggung
jawab.
h. Mandiri berfikir adalah kebebasan memaknai
seperangkat prinsip tentang benar-salah, baik-buruk, dan apa
yang berguna bagi dirinya.
Ciri-ciri kemandirian yang Pertama, kemandirian
emosional. Hubungan anatar anak dan orang tua berubah dengan
sangat cepat, lebih- lebih setelah anak memasuki usia remaja.
Seiring dengan semakin mandirinya anak dalam mengurus
dirinya sendiri pada pertengahan masa kanak-kanak, maka
75
perhatian orang tua dan orang dewasa lainya terhadap anak
semakin berkurang.
Kedua, kemandirian bertindak. Mandiri dalam bertindak
berarti bebas untuk bertindak sendiri tanpa terlalu bergantung pada
bimbingan orang lain. Kemandirian bertindak, khususnya
kemampuan mandiri secara fisik sebenarnya sudah dimulai sejak
usia anak dan meningkat dengan tajam sepanjang usia beranjak
remaja. Peningkatan itu bahkan lebih dramatis daripada peningkatan
kemandirian emosional.
Ketiga, kemandirian berfikir, kemandirian berfikir
merupakan proses yang paling komplek, tidak jelas bagaiman proses
berlangsung dan pencapaianya terjadi melalui proses internalisasi
yang pada lazimnya tidak disadari. Ciri kemandirian mandiri dalam
berfikir ditandai dengan cara berfikir semakin abstrak, keyakinan
yang dimiliki berbasis ideologis, keyakinan-keyakinan semakin
mendasar pada nilai-nilai mereka sendiri bukan hanya nilai yang
ditanamkan oleh orang tua.69
3. Target Pengembangan Kemandirian Santri di Pondok Pesantren
Daarul Ahsan
Kehidupan di Pondok Pesantren Daarul Ahsan ibarat hidup di
lingkungan masyarakat, para santri diajarkan untuk hidup dengan
mandiri. Hal tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip yang diterapkan
oleh tiap pondok pesantren yang ada di Nusantara. Santri dididik dan
dibina guna menjadi insan yang mandiri dan kreatif tanpa terus
menerus membebani orang lain.
69 Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2011, hlm. 133.
76
Santri pondok Daarul Ahsan dituntut untuk menjalankan
disiplin yang ada di lembaga tersebut. Mulai dari terbit fajar
(persiapan sholat subuh berjamaah) hingga malam hari. Segala
aktivitas santri diatur demi berjalannya suatu kedisiplinan, hal
tersebut merupakan salah satu wujud terciptanya rasa kemandirian
pada santri. Kehidupan di pondonok pesantren memiliki kegiatan
yang membentuk santri mengembangkan potensinya, ini merupkan
proses kemandirian pada santri.
KH. Maman Lukman Hakim, MA mengungkapkan
(Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Ahsan) bahwa kemandirian
adalah perilaku seseorang untuk hidup dengan usaha mandiri tidak
bergantungan pada orang lain. Orang yang mandiri identik
memecahkan masalahnya sendiri tanpa minta bantuan orang lain.70
Lebih jauh KH. Maman Lukman Hakim, MA mengatakan :
“Menanamkan kemandirian pada santri secara garis besar
dilakukan dengan 2 cara : pertama, teoritis, yaitu menanamkan jiwa
kemandirian pada diri santri melalui pelajaran-pelajaran tertentu
yang diajarkan di kelas. Contohnya pelajaran mahfudzot ada materi
tentang kemandirian, yaitu bersandar pada diri sendiri adalah modal
dasar keberhasilan. Kedua, praktis, yaitu menanamkan jiwa
kemandirian pada diri santri melalui aktifitas dan kegiatan sehari-
hari tanpa bantuan orang tua atau orang lain, seperti makan, mandi,
dan merapihkan tempat tidur dilakukan sendiri tanpa ada orang tua
atau pembantu”.71
Iqbal dan Ayash (Alumni Pondok Pesantren Daarul Ahsan)
memiliki pandangan yang sama mengenai kemandirian santri,
mereka beranggapan bahwa hidup di pesantren haruslah mandiri
70 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB 71 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
77
sebab harus siap jauh dari orang tua dalam menjalankan segala
aktivitasnya sendiri.72
Salah satu santri (Zulfikar Reza), ia melakukan segala
sesuatu di pondok pesantren secara sendiri meskipun terkadang
meminta bantuan teman-temannya. Hal ini dia anggap sebagai
pembelajaran bagi dirinya agar menjadi santri mandiri, sejauh ini
ia merasa banyak perubahan dalam kehidupannya karena suasana
yang berbeda akan tetapi hal ini akan terbiasa jika dilakukan
secara ikhlas, sebab kehidupan di pesantren tidak seperti hidup di
dalam penjara yang serinng dikatakan banyak orang.73
Bambang Bahtiar (wali santri) merasa dirinya tenang dan
ama ketika menitipkan anaknya ke pesantren, sebab lingkungan
pondok pesantren lebih terjaga dibandingkan kehidupan di luar,
hal ini menjadikan alasan dirinya untuk menitipkan anaknya.74
Berdasarkan uraian diatas kemadirian dapat ditanamkan
melalui dua cara yaitu teoritis dan praktis. Selain santri
diberikan ilmu untuk pengetahuannya, santri pun harus
diajarkan cara bergaul yang baik dengan rekannya, hal ini
agar santri dapat terhindar dari dampak negatif yang terjadi di
masyarakat.
Kemandirian seorang santri sangat penting, agar santri dapat
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan tanpa harus
selalu bersandar pada orang lain.
72 Wawancara pribadi dengan Ayassh Lukman Hakim (Alumni Pondok
Pesantren Daarul Ahsan) Dangdeur, Jayanti, Tangerang 23 November 2017), Pukul
12.00 WIB 73 Wawancara pribadi dengan Iqbal dan Ayash Alumni Pondok Pesantren
Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 23 November 2017), Pukul 13.00 WIB 74 Wawancara pribadi dengan Bambang Bahtiar, wali santri Pondok Pesantren
Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 26 November 2017), Pukul 09.00 WIB
78
4. Strategi Pengembangan Kemandirian Santri Pondok
Pesantren Daarul Ahsan
Menurut Edi Suharto, strategi pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga aras atau matra pemberdayaan yaitu:
d. Aras Mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap klien
secara individu melalui bimbingan, konseling, stress
management, crisis intervention.
e. Aras Mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap
sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan
menggunakan kelompok sebagai media intervensi.
Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar
memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang
dihadapinya.
a) Aras Makro, pendekatan ini disebut juga sebagai strategi
sistem besar (large-system strategy), karena sasaran
perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih
luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian
masyarakat.75
Strategi pengembangan kemandirian santri pondok
pesantren Daarul Ahsan melalui (1) strategi aras mikro, strategi
ini mengembangkan kemandirian secara individu dengan melalui
bimbingan, dan konseling, tujuan utamanya adalah membimbing
atau melatih santri agar mengembangkan kepribadiannya dalam
75 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian
Streategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 50
79
melakukan aspek kehidupan sehari-hari. (2) strategi aras mezzo :
strategi ini cakupannya dengan mengembangkan secara
kelompok, media pelatihan, lembaga, dan pendidikan. Teori ini
lebih menekankan pada kecerdasan dan keterampilan santri, hal
ini merupakan pokok dalam pengembangan kemandirian santri.
Seluruh kegiatan dan proses pendidikan di pesantren
menuntut para santri untuk mandiri, bertanggung jawab terhadap
diri sendiri dalam berbagai hal, baik yang kecil maupun yang
besar. Meskipun pada hal lain ustaz atau pengurus ikut
mengawasi kegiatan santri. Banyak unsur yang mendukung dalam
proses kemandirian santri, misalnya kesediaan mengabdi dengan
berkarya tanpa memperoleh imbalan finansial di pesantren.
Begitu pula kesediaan santri untuk tinggal di pesantren dalam
fasilitas yang amat terbatas.
KH. Maman Lukman Hakim mengungkapkan konsep
kemandirian santri sebagai berikut: (a) Santri harus aktif, kreatif,
inovatif, dan produktif. (b) Santri harus mampu mengenali jati
dirinya. (c) Santri harus mampu mengelola keuangannya sendiri,
(d) Santri harus berani bertanggung jawab atas tindakannya
sendiri, (e) Santri mampu hidup dalam kesederhanaan.76
Kiai juga sebagai pemimpin mengatur seluruh sistem
pesantren melalui pengurus pesantren. Kiai juga sebagai uswatun
khasanah untuk para ustaz, pengurus dan santri-santrinya. Peran
kepemimpinan kiai sangat berpengaruh dalam seluruh kegiatan
76 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
80
pesantren dan juga berpengaruh pada akhlak santri, kemandirian
santri, jiwa sosial santri dan sebagainya. Selain itu, pesantren
dapat mengajarkan santrinya menjadi lebih mandiri dalam
berbagai kehidupan. Seperti yang di ungkapkan oleh pimpinan
pondok pesantren:
“pesantren adalah tempat curahan ilmu, pesantren adalah
temapat kawah candra dimuka, pesantren adalah padepokan
masa depan.jelas sekali, pesantren mengajarkan ilmu ilmu
kehidupan dan membentuk kemandirian”.77
5. Implementasi Kemandirian Santri Pondok Pesantren
Daarul Ahsan
Di awal berdirinya, pesantren memiliki visi, misi target
dalam pelaksaan pesantren. Visi pesantren, secara umum adalah
masyarakat kehidupan beragama yang harmonis dan humanis
sesuai dengan ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Al-Hadits.
Sedangkan misi pesantren adalah mencetak santri yang
siap terjun kemasyarakat untuk mengembangkan Agama Islam
dengan menjaga pendapat para ulama terdahulu dan mengambil
dari penemuan yang baru para ulama sekarang ila pendapat
mereka lebih baik sesuai dengan perkembangan zaman.
Tujuan yang menjadi target pelaksanaan pendidikan
pesantren menjadi dua, yaitu target jangka pendek dan target
jangka panjang. Target jangka pendek pesantren adalah mencetak
77 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
81
santri yang tangguh dan handal dalam menyebarkan atau
menyampaikan pesan pesan Agama kepada masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kiai Maman Lukman
Hakim, MA. Ketika ditanya prihal konsep yang selama ini
diterapkan oleh pondok pesantren Daarul Ahsan, beliau berkata :
“Jelas semua aspek kehidupan, baik itu dari (1) aspek sosial,
santri berinteraksi satu sama lain selama 24 jam, mereka akan
terbiasa dengan berbagai warna kehidupan yang ada disekitar
mereka, karena santri datang dari berbagai macam pelosok
nusantara tentu berbeda budaya dan bahasa. (2) aspek
ekonomi, santri yang masuk ke pesantren beragam ekonomi
orang tuanya, ada yang miskin dan ada pula yang kaya,
bercampur dalam satu kehidupan tidak mencerminkan status
ekonomi keluarganya di rumah, ketikaa anak orang kaya pun
kesederhanaan dan kebersehajaan. (3) aspek sikap, santri
dituntut untuk bersikap tawadhu’, hormat terhadap sesama
mandiri (tidak bergantung pada orang lain), sikap inilah yang
akan membentuk santri menjadi orang yang mampu
menyelesai semua pekerjaan tepat waktunya mengatasi
masalah pada solusinya.” 78
Berdasarkan uraian diatas kemadirian dapat ditanamkan
melalui dua cara yaitu teoritis dan praktis. Selain santri diberikan
ilmu untuk pengetahuannya, santri pun harus diajarkan cara
78 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
82
bergaul yang baik dengan rekannya, hal ini agar santri dapat
terhindar dari dampak negatif yang terjadi di masyarakat.
Kemandirian seorang santri sangat penting, agar santri
dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan tanpa
harus selalu bersandar pada orang lain.
Lembaga pondok pesantren memberikan implementasi
terhadap santrinya diantaranya adalah :
Keterpaduan antara Iman, Ilmu, dan Amal. Maksudnya
ialah sebagaimana manusia pada hakikatnya khusunya umat
Islam tumbuhnya keImanan sebagai dasar pondasi umat Islam
sebagaimana khalayak nya sebuah lembaga pondok pesantren
tentunya jelas menciptakan saantri yang berpegang teguh
terhadap Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan Ilmu yang wajib kita
tumpu dari buayan sampe akhir hayat sebagi penopang kehidupan
manusia. ketika seseorang yang kuat akan ke Imanannya serta
keIlmuannya khendaklah ia menyampaikan ilmunya dan
sunnatullah.
1) Keterpaduan dan keseimbangan dalam pembinaan keutuhan
kepribadian (Integrated Personality) yang meliputi aspek-
aspek:
e. Kognitif, yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu
pengetahuan yang luas dan mendalam, sebagai penjabaran
dari sifat Rasul, Fathanah.
f. Afektif, yakni pembinaan sikap mental (mental attitude,
jiwa kepribadian). Yang mantap dan matang, sebagai
penjabaran dari sifat Rasul, Amanah.
83
g. Psikomotorik, yakni pembinaan tingkahlaku (behavior)
dengan akhlak mulia sebagai penjabaran dari sifat Rasul,
Shidiq.
h. Kognatif, yakni pembinaan keterampilan (Skill)
kepemimpinan yang terlatih dan bijaksana sebagai
penjabaran dari sifat Rasul, Tabligh.
i. Keterpaduan dalam kegiatan pendidikan dan kehidupan
kampus yang meliputi:
j. Dzikir/Ibadah, untuk membina manusia yang beriman,
bertaqwa, berakhlak, mulia, berdisiplin, berdedikasi dan
bertanggung jawab.
k. Fikir, untuk membina manusia yang mempunyai keahlian
dan keterampilan yang handal serta berwawasan IPTEK
dan pembangunan.
l. Amar, yakni keterampilan bekerja dan dapat berwira
usaha (Al-I’timadu ‘Alanafsi).79
C. Analisis Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti
menemukan bahwa berdirinya lembaga pondok pesantren Daarul
Ahsan merupkan lembaga yang bergerak di bidamg pendidikan, yang
mana pondok pesantren tidak hanya menciptakan santri tumbuh
berkembang secara kecerdasannya saja, akan tetapi pondok pesantren
Daarul Ahsan membentuk santri dengan karakter, akhlak, serta
pengembangan kemandirian yang miliki pada diri santri. Hal tersebut
selaras dengan pernyataan Kiai yang menyatakan :
79 Modul, Mengenal Lebih Dekat Pondok Pesantren Daarul Ahsan, Dangdeur -
Jayanti -Tangerang, 4-7.
84
“Indikatornya adalah santri mampu hidup tanpa kehadiran
orang tuanya disisinya, santri mampu mengatur keuangan
untuk waktu yang lama, tidak bergantung pada orang lain,
hidup dalam kesederhanaan dan kesehajaan.”80
Anak masuk ke pesantren, diharapkan anak tersebut tumbuh
menjadi sosok yang mandiri dan bertanggung jawab meskipun
dengan tanpa kehadiran orang tua nya. Para santri juga diharapkan
untuk dapat mengatur keuangan pribadinya sendiri. Dan juga tumbuh
menjadi pribadi yang sederhana.
Terwujudnya visi lembaga pendidikan yang baik, benar, dan
indah. Serta Misi yang dimiliki ponodok pesantren Daarul Ahsan
sebagai pondasi dasar menciptakan santri yang bermoral dan
berakhlaqul karimah serta menguasai ilmu pengetahuan umum scara
konprehenship. Saat ini lembaga pondok pesantren di perhitungkan
dikancah dunia pendidikan Nasional karena dapat menciptakan
generasi penerus bangsa yang mandiri.
Daarul ahsan merupakan pondok pesantren modern yang
memiliki sistem yang berbeda yang mana menerapkan sisitem
modern dan salafiyah hal inilah yang menjadikan dayatarik
masyarakat sekitar agar anaknya dapat belajar di Daarul Ahsan,
dengan tantangan zaman golobalisasi serta pesatnya dunia teknologi
dan informasi, dengan dua sistem keterpaduan modern dan salafiyah
dapat menopang santri untuk belajar ilmu Agama dan pengetahuan
Umum. Saat ini Daarul Ahsan sudah memilki alumni kurang lebih
delapan ratus alumni yang sudah tersembar di berbagai Kota dan
80 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
85
Desa khususnya di manyarakat, yang sudah dibekali selama ia
mesantren di Daarul Ahsan dengan hasil yang di dapatkan banyak
alumni yang berkembang dan mandiri di masyarakatnya. Hal tersebut
sesuai dengan harapan yang dikatakan oleh KH. Maman Lukman
Hakim, MA :
”Insya Allah mudah-mudahan alumni Daarul Ahsan
mayoritas hidup mandiri tidak menggantungkan hidupnya
pada keluarganya, karena sudah di didik mandiri”81
Adapun strategi yang dilakukan oleh pondok pesantren
Daarul Ahsan ialah dengan cara :
Daarul Ahsan memiliki strategi dalam mengembangkan
santrinya melalui keterpaduan dan kesimbangan dalam pembinaan
pada santri yang tingaal di pesantren. Hal yang paling mendasar yang
harus dibimbing oleh Kiyai Ustadz, serta pengurus ponodok yaitu
membimbing keutuhan pribadi (Integrated Personality), artinya
membangun kepribadian baik secara emosial maupun secara
intelektual serta memberikan wadah bagi santri yang memiliki
potensi baik dibidang keagamaan maupun dibidang kesenian.
Membangun secara intelektual terutuma dengan kognitif,
yaitu pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan
mendalam, sebagai penjabaran dari sifat Rasul, Fathanah.
Afektif, yakni pembinaan sikap mental (mental attitude, jiwa
kepribadian) yang mantap dan matang, sebagai penjabaran dari sifat
Rasul, Amanah.
81 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
86
Psikomotorik, yaitu pembinaan tingkah laku (behavior)
dengan akhlak mulia sebagai penjabaran dari sifat Rasul, Shidiq.
Kognitif, yakni pembinaan keterampilan (skill) kepemimpinan
yang terlatih dan bijaksana sebagai penjabaran dari sifat Rasul,
Tabligh. Menurut pandangan Kiai Maman, orang yang sukses harus
memiliki kepribadian dan jaringan yang kuat, berikut pemaparannya :
“orang yang ingin sukses di masyarakat modalnya harus punya value
(nilai kepribadian) jaringan yang kuat untuk mempermudah rizki
(silaturrahim), dan model kalau saya lebih cenderung pada inovasi.
Alumni Daarul Ahsan harus punya itu kalo ingin lancar dan mudah
dala meraih prestasi kehidupan”82
Kiai dan Pondok pesantren Daarul Ahsan berperan sebagai
wadah untuk menjadikan para santri menjadi pribadi yang lebih
mandiri melalui pendidikan formal dan nonformal yang berada di
pesantren.
5. Keterpaduan dalam kegiatan pendidikan dan kehidupan kampus
yang meliputi:
d) Zikir/Ibadah, untuk membina manusia yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, berdisiplin, berdedikasi dan
bertanggung jawab. Berzikir atau beribadah dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Zikir dan beribadah
dapat pula membentuk insan yang beriman, bertaqwa, dan
berakhlakul karimah. Hal ini dapat pula menimbulkan rasa
tanggung jawab untuk saling membantu.
82 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
87
e) Fikir, untuk membina manusia yang mempunyai keahlian
dan keterampilan yang handal serta berwawasan IPTEK dan
pembangunan, dengan inovasi serta kemampuan skill santri
yang haurus dikembangkan tidak hanya dalam asapek
keagamaan dan ke ilmuannya, akan tetapi dalam konteks
pengetahuan ilmu teknologi juga harus mampu bersaing
dengan seokolah umum. Strategi yang harus dicapai dalam
persaingan dunia di era digital harus mengusai ilmu
teknologinya.
f) Amar, yakni keterampilan bekerja dan dapat berwirausaha
(Al-I’timadu ‘Alanafsi).83 Meskipun pesantren, meski di
pesantren, para santri pun diajarkan mengenai pelajaran-
pelajaran pada aspek sosial, hal diharapkan agar para santri
dapat terampil dalam berwirausaha. Seperti dijelaskan oleh
Kiai Maman dalam kutipannya.
“Jelas semua aspek kehidupan, baik itu dari (1) aspek sosial,
santri berinteraksi satu sama lain selama 24 jam, mereka akan
terbiasa dengan berbagai warna kehidupan yang ada disekitar
mereka, karena santri datang dari berbagai macam pelosok
nusantara tentu berbeda budaya dan bahasa. (2) aspek
ekonomi, santri yang masuk ke pesantren beragam ekonomi
orang tuanya, ada yang miskin dan ada pula yang kaya,
bercampur dalam satu kehidupan tidak mencerminkan status
ekonomi keluarganya di rumah, ketikaa anak orang kaya pun
kesederhanaan dan kebersehajaan. (3) aspek sikap, santri
dituntut untuk bersikap tawadhu’, hormat terhadap sesama
83 Modul, Mengenal Lebih Dekat Pondok Pesantren Daarul Ahsan, Dangdeur-
Jayanti-Tangerang, 4-7.
88
mandiri (tidak bergantung pada prang lain), sikap inilah yang
akan membentuk santri menjadi orang yang mampu
menyelesai semua pekerjaan tepat waktunya mengatasi
masalah pada solusinya”.84
Melakukan aktivitas serta kegiatan di pesantren bisa mengubah
prilaku hidup seseorang menjadi lebih mandiri ( tidak mengandalkan
orang lain) . Seperti yang dikemukakan oleh Alya Rosa ( santriwati
pondok pesantren Daarul Ahsan) bahwa kemandirian adalah sifat yang
harus dimiliki santri, sifat yang dibutuhkan melatih diri santri melatih diri
sendiri tidak nyusahin orang lain.85
Aspek emosial merupakan salah satu aspek untuk terbentuknya
sikap mandiri, sebab aspek tersebut menekankan santri untuk melepas
diri dari ketergantungan pada orang tua dalam memenuhi kebutuhannya.
Santri yang mandiri secara emosional tidak hidup disebuah pondok
pesantren amatlah dinamis dan tidak monoton, banyak pelajaran yang
didapat pada kehidupan sehari-harinya, seperti, disiplinan dalam berbagai
hal.
Bertindak dalam mengambil keputusan merupakan sifat dasar
bagi seorang santri ketika jauh dari orang tua, ada beberapa komponen
yang harus kita kuasai dalam diri santri seperti mengatur waktu. saja
dalam hal mengatur ekonomi atau uang jajan yang kita penggang sendiri,
ini tugas pribadi sebisa mungkin harus bias mengambil sikap atau
84 Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB 85 Wawancara pribadi dengan Alya Rosa Santriwati Pondok Pesantren Daarul
Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 22 November 2017), Pukul 19.00 WIB
89
tindakan yang sesuai dengan koridor jangan sampe boros. Seperti yang
dikatakan oleh Adul Ajib santri kelas IX pondok pesantren berkata :
“Bisa ngatur waktu, ngatur uang, dan nambah wawasan juga ilmu yang
di da kemandirian santri dapat dilihat dari banyaknya kegiatan santri
yang masih dilakukan secara manual oleh masing – masing personal,
seperti mencuci pakaian, mengambil nasi, membersihkan lingkungan
pondok dan lain lain”.86
Hal ini bertujuan untuk melahirkan seorang santri yang soleh dan
bermanfaat untuk kehidupan di masyarakan, pesantren merupakan tempat
diamana seorang menimba ilmu dan mengkaji ilmu, agama maupun
pengetahuan umum. Selain itu pesantren juga, mendidik santri agar
menjadi orang yang berakhlak baik, didik menjadi orang berpengetahuan
luas, berintegritas berdaya bagi orang lain, dan mampu menjalin
kehidupan sosio kultural.
86 Wawancara pribadi dengan Adul Ajib santri Pondok Pesantren Daarul
Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 22 November 2017), Pukul 22.00 WIB
90
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menujnjukan bahwa strategi
pengembangan kemandirian santri di pondok pesantren Daarul
Ahsan Tangerang, melaui pendekatan terintegrasi pada
segmenkegiatan serta lingkungan yang diciptakan pda pondok
pesantren. Unsur-unsur nilai karakter yang dikembangkan
bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadist serta nilai luhur
pancasila. Yang terdiri dari nilai fundamental instrumental dan
praksis, yaitu sebagai makhluk Tuhan, yang makhluk social, serta
sebgai makhluk individu. Penanaman unsur-unsur nilai karakter
tersebut kuhususnya pengembangan kemandirian pada santri serta
disiplin dilaksanakan melalui pendekatan menyeluruh melalui
pembelajran, pembiasaan, ekstrakulikuler serta kerjasam dengan
pihak keluarga dan masyarakat. Dengan metode pemberian
nasihat, pembiasaan, pahala dan sangsi, serta keteladanan dari
Kyai dan pengajarnya. Dalam pelaksanaannya, pengembangan
kemandirian dan disiplin santri mengalami beberapa kendala,
baik bersifat eksternal maupun internal. Akan tetapi sejauh ini,
beberapa kendala tersembut masih dapat ditangani oleh pengelola
pondok pesantren adapu keunggulan hasil yang dikembagkan
dalam membangun pengembangan kemandirian santri pada
pondok pesantren Daarul Ahsan Tangerang, dibuktikan dengan
beberapa hal berikut :
1). Terdapat perubahan yang semakin baik alam sikap,
tatakrama serta prilaku santri.
92
2). Munculnya kemadirian santri dalam berfikir dan
bertindak.
3). Munculnya kedisiplinan dalam mengelola waktu serta
menaati tata peraturan.
4). Muculnya pigur-pigur yang menjadi panutan dalam
lingkungan masyarakat, baik dalam bidang
pendidikan, keagamaan, kesehatan serta organisasi
kemasyarakatan.
Besar harapan seluruh komponen seluruh pengasuh pondok
pesantren maupun pihak wali santri yang tgelah memberikan
kepercayaan terhadap pesantren Daarul Ahsan agar anaknya tubuh
berkembang dan mandri baik dalam aspek pengetahuan keagamaan
ataupun ilmu pengetahuan umum, dan yang tepenting adalah mempunya
nilai akhlakul karimah.
Konsep yang diterapkan yang dimiliki pondok pesntren Daarul
Ahsan amat integral yang mana memadukan antara system modern dan
salafiyyah ini yang menjadi santri lebih berkualitas yang bisa mengusai
Ilmu Agma dan Ilmu pengetahuan Umum.
Dengan Visi Misi yang dimiliki pesantren sebagai acuan dasar untuk
terus berkembang dan membina, serta mengasuh santri selama tinggal di
pondok sehingga dapat tercapainyan sandri yang akademis dan religious
sehingga biasa menjadi penerus Bangsa dan Penurus Ummat.
B. Saran
Dari berbagai informasi yang didapatkan dari hasil
penelitian, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi catatan
bagi peneliti yang mana hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk
93
memberikan masukan dan usulan untuk mengembangkan strategi
kemandirian pada santri di Jl. Raya Serang Desa Dangdeur
Kecamatan Jayanti, Tangerang. Peneliti berharap saran yang
diberikan dapat dijadikan sebgai bahan pertimbangan.
a. Pondok pesantren Daarul Ahsan secara system harus lebih
di tingkatkan baik secara eksternal maupun internalnya
agar memliki keselarasan dalam mengembangkan santri.
b. Agar terwujudnya system yang harmonis serta efektivitas
kegiatan yang ada di pesantren khalayaknya pesantren
memperhatikan fasilitas yang memadai.
c. Mengembangkan kemandirian serta menjadikan santri
dengan berkepribadian baik secara mentalitas ataupun
secara ke Ilmuan Daarul Ahsan harus tepat mencari
Ustadz, serta pengasuh yang ada di dalam pesantren.
d. Hubungan lembaga dengan masyarakat harus lebih
diperhatikan agar terciptanya lingkungan yang harmonis.
e. Pemerintah juga diharapkan untuk lebih sering
memberikan perhatian khusus terhadap pondok pesantren
Daaru Ahsan , sebagai mana santri adalah penerus masa
depan umat dan Bangsa
f. Pemerintah terlalu banyak men intervensi system dunia
pendidikan secara otomatis ini akan menghambat
perkembangan pondok pesntren yang ada di seluruh
Indonesia.
94
95
DAFTAR PUSTAKA
1. Daftar Buku
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana, 2008.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. 2014.
Departemen Agama RI, Profil Pondok Pesantren Mu’dalah, Jakarta :
Depag RI, 2014
Dhofier Zamarkhsyari, Tradidisi Pesantren, Studi Pandangan Hidup
Kyai Dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta:
LP3S, 2011
Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press, 1992.
Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosia. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press, Cet. 1, 1992.
Husaini Usman Purnomo, Metode Penelitian Sosial. Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2000.
Irwanto, Muhammad, Farid & Anwar, Jeffry, Anak yang
Membutuhkan Perlindungan Khusus di Indonesia: Analisis
Situasi. Jakarta : PKPM Unika Atmajaya, Departemen sosial,
dan UNICEF, 1999.
Koesoema Doni A,Pendidikan Karakter. Jakarta : PT. Grasindo,
2007.
Lany Oktavia dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesntren.
Jakarta : Rumah Kitab, 2014.
Muhtadi, Tantan Hermansah, Manajemen Pengembangan
Masyarakat Islam. Ciputat. UIN JAKARTA PRESS, 2013.
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2007.
96
Nurhayati Eti, Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2011.
Oktavia Lany dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesntren.
Jakarta : Rumah Kitab, 2014.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta, 2011.
Suprayogo. Imam dan Tobroni, Metode penelitian Sosial Agama.
Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.
Shidiq Rohani, Gus Dur Penggerak Dinamisi Pendidikan Pesantren.
Yogyakarta : Istana Publishing, 2015.
Suprayogo Imam dan Tobroni. 2004. Metode Penelitian Sosial
Agama. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sondang Siagin, Analisa Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi
Organisasi. Jakarta : PT Gunung Agung, 1998.
Shidiq Rohani, Gus Dur Penggerak Dinamisi Pendidikan
Pesantren. Yogyakarta : Istana Publishing, 2015.
Stainer George dan Jhon Minner. Manajemen Stratefik. Jakarta:
Erlangga)
Usman Husaini dan Purnomo, Metedologi Penelitian Sosial. Jakarta
: PT Bumi Aksara, 2000
Uchjana Onong Effendi, Ilmu Komunikai. Bandung : Rosda, 2007.
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka, 2017.
Zubaidi, Pemberdayaan Masyarakat Bebasis Pesantren. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2007.
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill education) Konsed
dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, Cet II, 2006.
Ismail SM, “Sinifikasi Peran Pesantren Dalam Pengembangan
Masyarakat Madani” Dalam Islami SM dan Abdul Mukti
(eds), Pendidikan Islam Demokrasi dan Masyarakat Madani
(Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000.
97
Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan
Pemberdayaan Masyarakat, Jalarta: PT Bina Retna
Pariwisata, 2003.
Mubyartanto, Membangun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta: BPFF,
2000), hlm 263
Adi, Rukminto Isbandi Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, Jakarta : Ui Press, 2003.
Riyadi Ali, Politik Pendidikan Menggugat Birokrasi Pendidikan
Nasional, Jakarta : Ar-Ruzz, 2006.
Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2011, hlm. 133.
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,
Bandung PT Refika Aditama, 2005.
2. Sumber Wawancara
Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim, MA, Pimpinan
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November
2017), Pukul 10.00 WIB
Wawancara pribadi dengan Ayassh Lukman Hakim (Alumni Pondok Pesantren
Daarul Ahsan) Dangdeur, Jayanti, Tangerang 23 November 2017), Pukul 12.00
WIB
Wawancara pribadi dengan Bambang Bahtiar, wali santri Pondok Pesantren
Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 26 November 2017), Pukul 09.00
WIB Wawancara pribadi dengan Alya Rosa Santriwati Pondok Pesantren Daarul
Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 22 November 2017), Pukul 19.00 WIB
Wawancara pribadi dengan Iqbal dan Ayash Alumni Pondok Pesantren Daarul
Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang 23 November 2017), Pukul 13.00 WIB
Wawancara pribadi dengan Adul Ajib santri Pondok Pesantren Daarul Ahsan
(Dangdeur, Jayanti, Tangerang 22 November 2017), Pukul 22.00 WIB
3. Sumber Observasi
98
Hasil Observasi di Pondok Pesantren Daarul Ahsan. Pukul 09:30 Wib.
Tangerang. Tanggal 24 September 2017.
Hasil Survey dan Data Dokumentasi Pondok Pesantren Daarul Ahsan,
Tangerang 21 September 2017.
Modul, Mengenal Lebih Dekat Pondok Pesantren Daarul Ahsan,
Dangdeur - Jayanti -Tangerang.
4. Sumber Internet
Konsep Pendidikan Kecakapan untuk Hidup (Life Skiills Education),
dalam http://pakguruonline.pendidikan.net/life_skill_1.htm
99
HASIL WAWANCARA DENGAN
KH. MAMAN LUKMAN NUL HAKIM, MA
SELAKU PIMPINAN
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Menurut Pak Kyai apa yang
dimaksud dengan kemandirian ?
KH. MAMAN HAKIM : kemandirian adalah perilaku
seseorang untuk hidup
dengan usaha mandiri tidak
bergantungan pada orang lain.
Orang yang mandiri identik
memecahkan masalahnya sendiri
tanpa minta bantuan orang lain.
2. PEWAWANCARA : Bagaimana konsep kemandirian
menurut Pak Kyai ?
KH. MAMAN HAKIM : konsep kemandirian santri
menurut saya adalah (a). Santri
harus aktif, kreatif, inovatif, dan
produktif. (b). Santri harus mampu
mengenali jati dirinya. (c). Santri
harus mampu mengelola
keuangannya sendiri, (d). Santri
harus berani bertanggung jawab
atas tindakannya sendiri, (e). Santri
mampu hidup dalam
kesederhanaan.
3. PEWAWANCARA : Apa saja indikator kemandirian
santri ?
KH. MAMAN HAKIM : indikatornya adalah santri mampu
hidup tanpa kehadiran orang tuanya
disisinya, santri mampu mengatur
keuangan keuangan untuk waktu
100
yang lama, tidak bergantung pada
orang lain, hidup dalam
kesederhanaan dan kesehajaan.
4. PEWAWANCARA : Bagaimana mewujudkan
kemandirian santri secara umum menurut Pak Kyai ?
KH. MAMAN HAKIM : menanamkan kemandirian pada
santri secara garis besar dilakukan
dengan 2 cara : pertama, teoritis,
yaitu menanamkan jiwa
kemandirian pada diri santri melalui
pelajaran-pelajaran tertentu yang
diajarkan di kelas. Contohnya
pelajaran mahfudzot ada materi
tentang kemandirian, yaitu
”bersandar pada diri sendiri adalah
modal dasar keberhasilan”.
Kedua, praktis, yaitu menanamkan jiwa
kemandirian pada diri santri melalui
aktifitas dan kegiatan sehari-hari tanpa
bantuan orang tua atau orang lain, seperti
makan, mandi, dan merapihkan tempat
tidur dilakukan sendiri tanpa ada orang tua
atau pembantu.
5. PEWAWANCARA : kemandirian santri itu menyangkut apa
saja menurut Pak Kyai?
A. Sikap
B. Ekonomi
C. Sosial
KH. MAMAN HAKIM : jelas semua aspek kehidupan, baik
itu dari (1) aspek sosial, santri berinteraksi
satu sama lain selama 24 jam, mereka
akan terbiasa dengan berbagai warna
kehidupan yang ada disekitar mereka,
101
karena santri datang dari berbagai macam
pelosok nusantara tentu berbeda budaya
dan bahasa. (2) aspek ekonomi, santri
yang masuk ke pesantren beragam
ekonomi orang tuanya, ada yang miskin
dan ada pula yang kaya, bercampur dalam
satu kehidupan tidak mencerminkan status
ekonomi keluarganya di rumah, ketikaa
anak orang kaya pun kesederhanaan dan
kebersehajaan. (3) aspek sikap, santri
dituntut untuk bersikap tawadhu’, hormat
terhadap sesama mandiri (tidak
bergantung pada prang lain), sikap inilah
yang akan membentuk santri menjadi
orang yang mampu menyelesai semua
pekerjaan tepat waktunya mengatasi
masalah pada solusinya.
6. PEWAWANCARA : Bagaimana pesantren dapat
mewujudkan kemandirian santri?
KH. MAMAN HAKIM : dengan terus menerus
menanamkan jiwa pondok dan dua
cara tadi pada santri tiada henti
dalam kehidupan sehari-hari.
7. PEWAWANCARA : Apakah pesantren yang
mengajarkan santri atau pesantren yang membentuk kemandirian
santri ?
KH. MAMAN HAKIM : pesantren adalah tempat curahan
ilmu, pesantren adalah temapat
kawah candra dimuka, pesantren
adalah padepokan masa depan.jelas
sekali, pesantren mengajarkan ilmu
ilmu kehidupan dan membentuk
kemandirian.
102
8. PEWAWANCARA : Pak Kyai yang mengajar atau Pak
Kyai yang membentuk kemandirian santri ?
KH. MAMAN HAKIM : semua kehidupan di pesantren
diakui atau tidak semuanya bermuara pada
satu sosok pimpinan pesantren yaitu kyai,
biasanya kyai menjadi sumber inspirasi dan
ideologi bagi santrinya.
9. PEWAWANCARA : Apakah Pondok Pesantren Daarul
Ahsan sudah mandiri?
KH. MAMAN HAKIM : Insya Allah, pondok pesantren
Daarul Ahsan dari awal pendiriannya
sampai saat ini selalu berfikir untuk
mandiri dan tidak menggantungkan
kehidupannya dari belas kasih orang lain,
karena Daarul Ahsan selalu yakin “berdiri
di atas kaki sendiri” adalah modal dasr
untuk tumbuh dan berkembang.
10. PEWAWANCARA : Apakah pondok pesantren Daarul
Ahsan sudah mandiri?
KH. MAMAN HAKIM : Alhamdulillah Daarul Ahsan
sudah menghasilkan alumni-alumni yang
berhasil di masyarakat, ini menunjukan
bahwa santrin Daarul Ahsan tumbuh dan
berkembang hasil dari jiwa kemandirian
tadi.
11. PEWAWANCARA : Apakah pondok pesantren Daarul
Ahsan sudah melahirkan kemandirian santri ?
KH. MAMAN HAKIM : Insya Allah mudah-mudahan
alumni Daarul Ahsan mayoritas hidup
mandiri tidak menggantungkan hidupnya
103
pada keluarganya, karena sudah di didik
mandiri.
12. PEWAWANCARA : Apakah alumni Daarul Ahsan
yang menjadi PNS atau birokrat meiliki mentalitas kemandirian ?
KH. MAMAN HAKIM : PNS atau Birokrat bukan simbol
ketergantungan, tapi itu bagian dari
profesi/jabatan pekerjaan
seseorang, maka alumni Daarul
Ahsan yang menjadi PNS atau
Birokrat Insya Allah memiliki
mental kemandirian yang baik.
13. PEWAWANCARA : secara keseluruhan modal yang
dimiliki santri atau alumni Daarul Ahsan diantaranya Nilai,
jaringan, dan model. Bagaimana menurut Pak Kyai ?
KH. MAMAN HAKIM : orang yang ingin sukses di
masyarakat modalnya harus punya
value (nilai kepribadian) jaringan
yang kuat untuk mempermudah
rizki (silaturrahim), dan model
kalau saya lebih cenderung pada
inovasi. Alumni Daarul Ahsan
harus punya itu kalo ingin lancar
dan mudah dala meraih prestasi
kehidupan.
104
105
HASIL WAWANCARA DENGAN
ALYA ROSA
SANTRIWATI KELAS IX
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Apa yang dimaksud dengan
kemandirian ?
ALYA ROSA : Kemandirian adalah sifat yang
harus dimiliki santri, sifat yang dibutuhkan
melatih diri santri melatih diri sendiri tidak
nyusahin orang lain.
2. PEWAWANCARA : Kenapa santri yang tinggal di
podok harus mandiri ?
ALYA ROSA : kerena kemadirian itu sangat
dibutuhkan, buat kedepannya bisa
dimanfaatkan.
3. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri
selama tinggal di pondok pesantren ?
ALYA ROSA : susah-susah gampang buat
mandiri itu, banyak cobaannya.
4. PEWAWANCARA : bagaimana proses kemandirian
santri ?
ALYA ROSA : proses kemandirian itu yah harus
dimulai dari kesadaran pribadi dulu sih,, itu
yang paling dasar mah.
5. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian
itu ?
106
ALYA ROSA : penting banget ini suatu pelajaran
agar kedepannya terbiasa
6. PEWAWANCARA : hambatan apa sajakah yang
menjadikan santri tidak mandiri ?
ALYA ROSA : hambatannya, 1) cobaan dari
temen. 2) godaan kaka kelas ade kelas
juga. 3) kadang ngaruh kadang nggk juga
untuk disiplin di pondok itu.
7. PEWAWANCARA : hal apa sajakah santri yang
menjadikan santri lebih ?
ALYA ROSA : Lingkungan serta motivasi dari
Kyai dan Ustadz
107
HASIL WAWANCARA DENGAN
MUTIA IRIANI YUSUF
SANTRIWATI KELAS X
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
8. PEWAWANCARA : Apa yang dimaksud dengan
kemandirian ?
MUTIA IR : mandiri adalah yang mampu
menyelesaikan persoalan sendiri
9. PEWAWANCARA : kapan santri harus mulai mandiri ?
MUTIA IR :ya dari pertamaa kita masuk
pesantre ya kita di tuntut untuk mulai terbiasa mandiri
10. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri
selama tinggal di pondok pesantren ?
MUTIA IR :ya dari nyuci baju sendiri yang
biasanya di cuciin orang tua dan sekarang d tuntut untuk bisa
mandiri
11. PEWAWANCARA : bagaimana proses kemandirian
santri ?
MUTIA IR :di mulai dari diri sendiri untuk
belajar membiasakan mandiri walaupun tanpa bantuan orang
tua
12. PEWAWANCARA : apa sajakah santri yang
menjadikan santri lebih mandiri ?
MUTIA IR : motivasi dari Kyai dan dorongan
orang tua
13. PEWAWANCARA : hambatan apa sajakah yang
menjadikan santri tidak mandiri ?
MUTIA IR : lingkungan yang kebawa kita buat
ikut malesa-malesan
108
14. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian
itu ?
MUTIA IR : jelas penting inikan modal utama
banget dalam kehidupkan sehari hari
109
HASIL WAWANCARA DENGAN
ADUL AJIB
SANTRIWAN KELAS IX
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Apa yang dimaksud dengan
kemandirian ?
ABDUL NAJIB : Yah, untuk melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang lain, suapaya terbiasa
agar tidak dimanja, mau ngapa-ngapain
sendiri biasanyakan ama orang tua.
2. PEWAWANCARA : kapan santri harus mulai mandiri ?
ABDUL NAJIB : sebelum mondok juga selama
dirumah orang tua sudah mendidik buat
mandiri, baik dalam hal aktivitas
keseharian. Apalagi tinggal di pesantren
jelas mandiri modal utama yang harus
dimulai dari diri sendiri.
3. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri
selama tinggal di pondok pesantren ?
ABDUL NAJIB : sejauh ini sih banyak
perkembangan yang saya alam apalagi
selama tinggal di pesantren Daarul Ahsan,
dari mulai mengatur waktu, uang, dan
pergaulan jua.
4. PEWAWANCARA : bagaimana proses kemandirian
santri ?
110
ABDUL NAJIB : proses kemandirian di pondok
tidak terlepas dari kebiasaan keseharian di
pesantren yang begitu adanya disiplin,
bimbingan ustadz, dan ajakan temen juga.
5. PEWAWANCARA : apa sajakah yang menjadikan
santri lebih mandiri ?
ABDUL NAJIB : kedisiplinan akan menghasilkan
kebiasaan itu aja sih.
6. PEWAWANCARA : hambatan apa sajakah yang
menjadikan santri tidak
ABDUL NAJIB : biasanya temen yang ngajak
males-malesan
7. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian
itu ?
ABDUL NAJIB : walau bagaimana pun kemandirian
pembelajaran untuk dan persiapan hidup di masyarakat nanti,
jadi sangat penting menurut saya.
111
HASIL WAWANCARA DENGAN
IQBAL QURNAWAN
MAHASISWA
ALUMNI ANGKATAN X
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Bagaimana kemandirian santri
pondok pesantren Daarul Ahsan ?
IQBAL QURNAWAN :bicara mandiri jelas santri-santri
sangatlah mandiri, kami ditanamkan sifat berdikari untuk
dapat hidup dimanapun. Sebagai santri kemandirian adalah
pokok yang mendasar dalam menjalani hidup di pesantren,
karena kami harus siap jauh dari orang tua, keluarga dan
teman-teman bermain di kampung. Mandiri di sini bukan
berarti selalu sendiri, melainkan kegiatan-kegiatan yang
mampu dikerjakan dengan tangan sendiri setiidaknya bisa
kami lakukan. Contoh kecil dari mengambil nasi, mengatur
uang dan sebagainya.
2. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri
selama tinggal di pondok pesantren ?
IQBAL QURNAWAN : sampai saat ini menurut
pengamatan saya sendiri, banyak sekali mengalami perubahan
yang signifikan, dari yang serba ketergantungan kepada orang
tua dan orang-orang disekeliling kita, kini mulai membentuk
pribadi yang lebih baik. Mampu menghilangkan
ketergantungan dan mulai berkiprah dengan diri sendiri.
3. PEWAWANCARA : indikator apa saja yang
menjadikan santri mandiri ?
IQBAL QURNAWAN : ada beberapa indikator yang
merubah sifat-sifat para santri. Seperti ajaran kedisiplinan dari
pesantren, motivas-motivasi yang membangun dari para
pendidik, dan ilmu-ilmu agama yang mendorong semangat
spiritual santri.
112
4. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian
itu ?
IQBAL QURNAWAN : Sangatlah penting. Banyak orang
yang tidak bisa melanjutkan kiprahnya di dunia yang sudah
dihiasi dengan perusahaan sendiri, jatuh dan merosot karena
ia selalu bergantung terhadap orang tuanya. Maka hidup
mandiri sangatlah penting untuk peroses jangka panjang.
5. PEWAWANCARA : apa hambatan santri tidak mandiri
ketika tinggal di pondok pesantren Daarul Ahsan ?
IQBAL QURNAWAN : hambatan para santri tiidak
mampu hidup mandiri di pesantren bisa datang dari faktor
kemewahan yang dibawa oleh santri ke dalam pondok.
Seperti orang tua yang selalu memfasilitasi anaknya di
pesantren secara berlebihan dan tidak melepaskan anak
sepenuhnya pada pengurus pesantren. Maka hal demikian
menyebabkan santri akan bertindak lebih semaunya sendri
dan tidak mau menjalani hidup layaknya santri yang
sederhana dalam sikap kaya dalam pemikiran.
113
HASIL WAWANCARA DENGAN
AYYASH LUKMAN HAKIM
MAHASISWA
ALUMNI ANGKATAN XII
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Bagaimana kemandirian santri
pondok pesantren Daarul Ahsan ?
AYYASH LH : Sejauh ini, kemandirian santri
pondok pesantren Daarul Ahsan dapat dibilang cukup.
Berbagai kegiatan yang mereka lakukan dipondok, juga
ketiadaan orang tua disisi mereka menuntut mereka untuk
melakukan pekerjaanya sendiri.
2. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri
selama tinggal di pondok pesantren ?
AYYASH LH : selama tinggal di pondok
pesantren Daarul ahsan, kemandirian santri meningkat secara
signifikan sesuai dengan umurnya. Biasanya santri akan benar
– benar mandiri ketika mencapai kelas 1 SMA.
3. PEWAWANCARA : indikator apa saja yang
menjadikan santri mandiri ?
AYYASH LH : kemandirian santri dapat dilihat
dari banyaknya kegiatan santri yang masih dilakukan secara
manual oleh masing – masing personal, seperti mencuci
pakaian, mengambil nasi, membersihkan lingkungan pondok
dan lain lain.
4. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian
itu ?
114
AYYASH LH : kemandirian itu penting, karena
tanpa adanya kemandirian seseorang akan banyak bergantung
pada orang lain dan hanya akan menjadi sampah masyarakat.
5. PEWAWANCARA : apa hambatan santri tidak mandiri
ketika tinggal di pondok pesantren Daarul Ahsan ?
AYYASH LH : perhatian yang berlebihan dari
orang tua,
HASIL WAWANCARA DENGAN
ZULFIKAR REZA PAHLEFI
SANTRIWATI KELAS IX
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Apa yang dimaksud dengan
kemandirian ?
ZULFIKAR REZA P : melakukan sesuatu tanpa
menyusahkan iorang lain dari segi materi
maupun tenaga
2. PEWAWANCARA : kapan santri harus mulai mandiri ?
ZULFIKAR REZA P : iyah dimulai dari sekarang,
terutama dari diri sendiri biar nggk nyusahin, udah
ada persiapan buat kedepannya.
3. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri
selama tinggal di pondok pesantren ?
ZULFIKAR REZA P :sajauh ini sih saya ngerasa banyak
perubahan karena dengan suasana yang berdeda,
akan menjadi terbiasa dengan melakukan sesuatu
tanpa orang tua dan orang lain.
4. PEWAWANCARA : bagaimana proses kemandirian
santri ?
115
ZULFIKAR REZA P : masih nggk dikit perubahannya,
nggak ada waktu, peranan ustadz
serta pengurus lumayan ngaruh juga
sih
5. PEWAWANCARA : apa sajakah yang menjadikan
santiri lebih mandiri ?
ZULFIKAR REZA P : motivasi dari Mudir dan temen-
temen juga
6. PEWAWANCARA : hambatan apa sajakah yang
menjadikan santri tidak mandiri ?
ZULFIKAR REZA P : hambantannya biasa yah, temen
paling, males-malesan
7. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian
itu ?
ZULFIKAR REZA P : penting banget biar nggk
nyusahin, udah ada persiapan buat
kedepannya.
116
Lampiran 1
KEGIATAN OBSERVASI
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
NO TANGGAL MENGAMATI OBJEK
OBSERVASI DESKRIPSI
1. 21 Agt 2017 Lokasi Pondok
pesantren
Daarul Ahsan
Kondisi
lingkungan di
Pondok
pesantren
Daarul Ahsan
pondok pesantren Daarul
Ahsan yang berlokasi di
Jl. Raya Serang KM 31
Ds. Dangdeur Kec.
Jayanti Kab. Tangerang
Banten. Kode pos 15610.
Ponodok pesantren
Daarul Ahsan merupakan
Lembaga pendidikan
yang berbasis modern,
yang sekarang di Pimpin
oleh KH. Maman
Lukman Hakim, MA.
Pondok pesantren Daarul
Ahsan memiliki santri
kurang lebih 800
santriwan dan santriawati
dari berbagai daerah di
Kabupaten Kota dan
Provinsi.
Dengan kondisi
lingkungan yang dinamis
yang mana santri dalam
kesehariannya belajar dan
mengaji, maka dari itu
dinamika perkembangan
santri yang digembleng
Ilmu Agama dan
pelajaran Umum agar
menjadi generasi penerus
Bangsa dan Agama.
117
2. 02 Sep 2017 Akses Jalan Akses jalan
menuju
Pondok
pesantren
Daarul Ahsan
Akses yang amat strategis
menuju Pondok
Pesantren Daarul Ahsan
karena dekatnya dengan
jalan TOL Jakarta Merak
membuat para walisantri
ingin belajar di pesantren.
dengan lokasi tersebut
sangat mudah di temui,
kondisi jalan yang bagus
disebabkan dukungan
pemerintah ikut andil
dalam mesejahterakan
dunia pendidikan.
3. 23 Okt 2017 Proses
kegiatan di
pondok
pesantren
Daarul Ahsan
Santri
mempersiapka
n buku-buku
pelajaranya
sebelum jam
pelajaran
dimulai
Santri
Pengajian kitab
kuning setiap
malam hari
Darul ahsan
menggembleng santrinya
agar bisa menjadi santri
yang mandiri dan bisa
memahami ilmu-ilmu
agama. Santri di pondok
pesantren di ajarkan
pendidikan agama dan
pendidikan umum agar
santri setelah keluar dari
pondok pesantren bisa
menjadi penerus bangsa
dan agama.
118
Beberapa Para
asatid dan
asatidah yang
mengajar para
santriwan dan
santriwati
Santri
mengikuti
kegiatan
ekstrakulikuler
di dalam
lingkungan
pondok
pesantren
daarul ahsan
Santri di
wajibkan
Sholat
berjamaah
lima waktu
4. 07 Nov 2017 Santri Pondok darul
ahsan sudah
memili alumni
Pondok pesantren daarul
ahsan berdiri pada tahun
1999 dan kini sudah
memiliki beberapa
alumni dan kini para
alumni-alumni yang dari
puluhan tahun belajar di
pondok pesantren daarul
ahsan sekarang sudah di
terapkan di masyarakat.
Yang dulunya sebelum
mondok masih belum
mandiri dan setelah
mesantren sudah bisa
mandiri.
119
5. 14 Nov 2017 Fasilitas
pondok
pesantren
daarul ahsan
Sarana dan
prasarana,
pondok
pesantren
daarul ahsan
memiliki
fasilitas milik
sendiri seperti
ruangan
belajar untuk
para santri,
lapangan
olahraga,
dapur, kantin
dan gedung
Fasilitas yang ada di
pondok pesantren daarul
ahsan. seperti ruangan
belajar untuk santri dengan
keadaan yang sangat bersih
membuat santri yang akan
belajar bisa lebih fokus dan
nyaman untuk belajar.
Adapun dari pihak pondok
pesantren menyediakan
lapangan olahraga agar
santri tetap sehat jasmani
dan rohaninya. Santri
memulai olahraganya
setiap hari libur pondok
pesantren seperti di hari
minggu.
6. 01 Des 2017 Bahasa Bahasa yang
digunakan oleh
santri dan
ustad
mengunakan
bahasa Arab
dan Inggris.
Untuk berinteraksi sehari
harinya. Para santri dan
ustad diwajibkan
menggunakan bahasa
Arab dan Ingris. Karena
pondok pesantren
tersebut berbasis
moderen. Dan santri yang
melanggar peraturan di
pondok pesantren akan
mendapatkan hukuman
7. 16 Des 2017 Interaksi Interaksi santri
dengan
pengurus
pondok
pesantren
Interaksi
pengurus
pondok
Dalam sehari-harinya
santri dengan santri lain
atau dengan ustadnya
untuk bercakap-cakap
harus menggunakan
bahasa arab dan inggris
agar santri setelah keluar
dari pesantren sudah
120
pesantren
dengan
masyarakat
yang ada di
sekitar pondok
Interaksi santri
dengan
masyarakat di
sekitar pondok
biasa berbicara
menggunakan bahasa
arab atau inggris. Dan
percakapan antara santri
dengan ustad seperti yang
penulis lihat sangat
mahir. Adapun
percakapan ustad dengan
masyarakat setempat
menggunakan bahasa
indonesia dan santri pun
setiap berbicara dengan
masyarakat setempat
menggunakan bahasa
indoesia.
121
Lampiran 2
Struktur Pengurus Pondok Pesantren Daarul Ahsan
Ketua Yayasan : KH. Madtosi
Mudirul Ma’had : KH. Maman Lukman Hakim, MA
Bendahara : Siti Eneng Marni. S. Pd.
Surtiyah , SE, Sy
Ninda Septiarini
Tata usaha dan administrasi perkantoran
: Nasrullah, M. P.
Ahmad Rajab Setiandi, S. Kom
Agus Baehaki
Chusnul Khotimah
1. Bidang Pendidikan dan Pengajaran
Kabid : Anan Afandi, S. Pd.I
Anggota : Haryanto, S. Pd.I
Ahmad Rajab Setiandi, S. Kom
Apipudin, S. Pd
Ahmad Khotim
Dicka Al-Hasan
Lisnawati. S. Pd
Chuusnul Khotimah
Neneng Kurniasih
122
2. Bidang ‘Ubuddiyah ( Ibadah )
Kabid : Kusnadi, S. Pd.I
Angggota : Zelani AB, S. Pd.I
M. Azhar
Dede Iif Syarif Hidayatullah
Romatiatul Lutfiah
Magfiroh
3. Bidang Pengasuhan
Kabid : Mukromin
Anggota : Ahmad Roni
Rasmani
Gian Ikhsan Maulana
Sahrul Lutfi
Maspufah, S.Pd.I
Yuli Indah Sari
Siti Hujaemah
Nuranisah
4. Bidang Pengembangan Bahasa dan Budaya
Kabid : Safrudin, SE, M.Pd
Anggota : Ade Buckhori
Sandi Yanuar Yunus
Ahmad khotam
Ayyash Lukmanul Hakim
Siti Nurhikmah
Sulitianingsih
123
5. Bidang Olahraga
Kabid : Didin Mukhlisudin , S.Sos.I
Anggota : Ahmad Roni
Citra Gustiani Dewi
Ninda Seoptiarini
6. Bidang Humas dan Pemberdayaan Alumni
Kabid : Ahmad Haerudin, M.Pd.
Sandi Yanuar Yunus
Ahmad Khudori
Opah Maspupah
Ninda Septiarini
Iim Imaniah
7. Bidang pengembangan Bakat dan Seni
Kabid : Bahrul Hikam
Anggota : Ahmad Khudori
Jejen Nahrowi
Sahrul Lutfi
Halimatussakdiyah
Tri Eka Komara, S.Pd
Iim Imaniah
Magfiroh
8. Bidang Pengembangan Ekonomi Pesantren (Kopontren)
Kabid : Matawi, SE, M.Pd.
Anggota : Apipudin, S.Pd
Ahmad muhroji
Arif Husaeni Latif
Siti Paikah, S.Pd
Neneng Kurniasih
124
9. Bidang Sarana dan Prasarana
Kabid : Abdul Syukur Hadi
M. Azhar
Dede iif
Siti sulpah
Neneng Kurniasih
10. Bidang Non Struktural
Redaktur Pengelola Majalah
Apipudin, S.Pd
Ahmad khudori, S.Pd.
Pengembangan Teknologi dan Informasi
Ahmad Rajab Setiandi, S.Kom
125
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
126
127
DAFTAR PUSTAKA
1. Daftar Buku
Adi, Rukminto Isbandi Pemikiran-Pemikiran dalam
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Jakarta : Ui
Press, 2003.
Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill
education) Konsed dan Aplikasi, Bandung:
Alfabeta, Cet II, 2006.
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Kencana, 2008.
Departemen Agama RI, Profil Pondok Pesantren
Mu’dalah, Jakarta : Depag RI, 2014
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2014.
Dhofier Zamarkhsyari, Tradidisi Pesantren, Studi
Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya Mengenai
Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3S, 2011
Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 133.
Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan
Pemberdayaan Masyarakat, Jalarta: PT Bina
Retna Pariwisata, 2003.
Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosia.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press, Cet. 1,
1992.
Hadari Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1992.
Husaini Usman Purnomo, Metode Penelitian Sosial.
Jakarta : PT Bumi Aksara, 2000.
Irwanto, Muhammad, Farid & Anwar, Jeffry, Anak yang
Membutuhkan Perlindungan Khusus di Indonesia:
Analisis Situasi. Jakarta : PKPM Unika Atmajaya,
Departemen sosial, dan UNICEF, 1999.
Ismail SM, “Sinifikasi Peran Pesantren Dalam
Pengembangan Masyarakat Madani” Dalam
Islami SM dan Abdul Mukti (eds), Pendidikan
Islam Demokrasi dan Masyarakat Madani
(Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2000.
Koesoema Doni A,Pendidikan Karakter. Jakarta : PT.
Grasindo, 2007.
Lany Oktavia dkk, Pendidikan Karakter Berbasis
Tradisi Pesntren. Jakarta : Rumah Kitab, 2014.
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Ban-
dung : Remaja Rosdakarya, 2007.
Mubyartanto, Membangun Sistem Ekonomi,
(Yogyakarta: BPFF, 2000), hlm 263
Muhtadi, Tantan Hermansah, Manajemen Pengemba-
fngan Masyarakat Islam. Ciputat. UIN JAKARTA
PRESS, 2013.
Nurhayati Eti, Psikologi Pendidikan Inovatif.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011.
Oktavia Lany dkk, Pendidikan Karakter Berbasis
Tradisi Pesntren. Jakarta : Rumah Kitab, 2014.
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Balai Pustaka, 2017.
Riyadi Ali, Politik Pendidikan Menggugat Birokrasi
Pendidikan Nasional, Jakarta : Ar-Ruzz, 2006.
Shidiq Rohani, Gus Dur Penggerak Dinamisi Pendidi-
kan Pesantren. Yogyakarta : Istana Publishing,
2015.
Shidiq Rohani, Gus Dur Penggerak Dinamisi
Pendidikan Pesantren. Yogyakarta : Istana
Publishing, 2015.
Sondang Siagin, Analisa Serta Perumusan Kebijakan
dan Strategi Organisasi. Jakarta : PT Gunung
Agung, 1998.
Stainer George dan Jhon Minner. Manajemen Stratefik.
Jakarta: Erlangga)
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta, 2011.
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat, Bandung PT Refika Aditama, 2005.
Suprayogo Imam dan Tobroni. 2004. Metode Penelitian
Sosial Agama. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suprayogo. Imam dan Tobroni, Metode penelitian Sosial
Agama. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.
Uchjana Onong Effendi, Ilmu Komunikai. Bandung :
Rosda, 2007.
Usman Husaini dan Purnomo, Metedologi Penelitian
Sosial. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2000
Zubaidi, Pemberdayaan Masyarakat Bebasis Pesantren.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.
2. Sumber Wawancara
Wawancara pribadi dengan KH. Maman Lukman Hakim,
MA, Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Ahsan
(Dangdeur, Jayanti, Tangerang 25 November 2017),
Pukul 10.00 WIB
Wawancara pribadi dengan Ayassh Lukman Hakim (Alumni
Pondok Pesantren Daarul Ahsan) Dangdeur, Jayanti,
Tangerang 23 November 2017), Pukul 12.00 WIB
Wawancara pribadi dengan Bambang Bahtiar, wali santri
Pondok Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti,
Tangerang 26 November 2017), Pukul 09.00 WIB Wawancara pribadi dengan Alya Rosa Santriwati Pondok
Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang
22 November 2017), Pukul 19.00 WIB
Wawancara pribadi dengan Iqbal dan Ayash Alumni Pondok
Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang
23 November 2017), Pukul 13.00 WIB
Wawancara pribadi dengan Adul Ajib santri Pondok
Pesantren Daarul Ahsan (Dangdeur, Jayanti, Tangerang
22 November 2017), Pukul 22.00 WIB
3. Sumber Observasi
Hasil Observasi di Pondok Pesantren Daarul Ahsan.
Pukul 09:30 Wib. Tangerang. Tanggal 24
September 2017.
Hasil Survey dan Data Dokumentasi Pondok Pesantren
Daarul Ahsan, Tangerang 21 September 2017.
Modul, Mengenal Lebih Dekat Pondok Pesantren
Daarul Ahsan, Dangdeur - Jayanti -Tangerang.
4. Sumber Internet
Konsep Pendidikan Kecakapan untuk Hidup (Life Skiills
Education), dalam
http://pakguruonline.pendidikan.net/life_skill_1.ht
m
112
HASIL WAWANCARA DENGAN
KH. MAMAN LUKMAN NUL HAKIM, MA
SELAKU PIMPINAN
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Menurut Pak Kyai apa yang dimaksud
dengan kemandirian ?
KH. MAMAN HAKIM : kemandirian adalah perilaku
seseorang untuk hidup
dengan usaha mandiri tidak
bergantungan pada orang lain. Orang
yang mandiri identik memecahkan
masalahnya sendiri tanpa minta
bantuan orang lain.
2. PEWAWANCARA : Bagaimana konsep kemandirian
menurut Pak Kyai ?
KH. MAMAN HAKIM : konsep kemandirian santri menurut
saya adalah (a). Santri harus aktif,
kreatif, inovatif, dan produktif. (b).
Santri harus mampu mengenali jati
dirinya. (c). Santri harus mampu
mengelola keuangannya sendiri, (d).
Santri harus berani bertanggung jawab
atas tindakannya sendiri, (e). Santri
mampu hidup dalam kesederhanaan.
3. PEWAWANCARA : Apa saja indikator kemandirian santri
?
KH. MAMAN HAKIM : indikatornya adalah santri mampu
hidup tanpa kehadiran orang tuanya
disisinya, santri mampu mengatur
keuangan keuangan untuk waktu yang
lama, tidak bergantung pada orang lain,
113
hidup dalam kesederhanaan dan
kesehajaan.
4. PEWAWANCARA : Bagaimana mewujudkan kemandirian
santri secara umum menurut Pak Kyai ?
KH. MAMAN HAKIM : menanamkan kemandirian pada santri
secara garis besar dilakukan dengan 2
cara : pertama, teoritis, yaitu
menanamkan jiwa kemandirian pada
diri santri melalui pelajaran-pelajaran
tertentu yang diajarkan di kelas.
Contohnya pelajaran mahfudzot ada
materi tentang kemandirian, yaitu
”bersandar pada diri sendiri adalah
modal dasar keberhasilan”.
Kedua, praktis, yaitu menanamkan jiwa
kemandirian pada diri santri melalui aktifitas
dan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang
tua atau orang lain, seperti makan, mandi, dan
merapihkan tempat tidur dilakukan sendiri
tanpa ada orang tua atau pembantu.
5. PEWAWANCARA : kemandirian santri itu menyangkut apa saja
menurut Pak Kyai?
A. Sikap
B. Ekonomi
C. Sosial
KH. MAMAN HAKIM : jelas semua aspek kehidupan, baik itu
dari (1) aspek sosial, santri berinteraksi satu
sama lain selama 24 jam, mereka akan
terbiasa dengan berbagai warna kehidupan
yang ada disekitar mereka, karena santri
datang dari berbagai macam pelosok
nusantara tentu berbeda budaya dan bahasa.
(2) aspek ekonomi, santri yang masuk ke
114
pesantren beragam ekonomi orang tuanya,
ada yang miskin dan ada pula yang kaya,
bercampur dalam satu kehidupan tidak
mencerminkan status ekonomi keluarganya di
rumah, ketikaa anak orang kaya pun
kesederhanaan dan kebersehajaan. (3) aspek
sikap, santri dituntut untuk bersikap tawadhu’,
hormat terhadap sesama mandiri (tidak
bergantung pada prang lain), sikap inilah yang
akan membentuk santri menjadi orang yang
mampu menyelesai semua pekerjaan tepat
waktunya mengatasi masalah pada solusinya.
6. PEWAWANCARA : Bagaimana pesantren dapat
mewujudkan kemandirian santri?
KH. MAMAN HAKIM : dengan terus menerus menanamkan
jiwa pondok dan dua cara tadi pada
santri tiada henti dalam kehidupan
sehari-hari.
7. PEWAWANCARA : Apakah pesantren yang mengajarkan
santri atau pesantren yang membentuk kemandirian santri ?
KH. MAMAN HAKIM : pesantren adalah tempat curahan ilmu,
pesantren adalah temapat kawah candra
dimuka, pesantren adalah padepokan
masa depan.jelas sekali, pesantren
mengajarkan ilmu ilmu kehidupan dan
membentuk kemandirian.
8. PEWAWANCARA : Pak Kyai yang mengajar atau Pak
Kyai yang membentuk kemandirian santri ?
KH. MAMAN HAKIM : semua kehidupan di pesantren diakui
atau tidak semuanya bermuara pada satu sosok
pimpinan pesantren yaitu kyai, biasanya kyai
115
menjadi sumber inspirasi dan ideologi bagi
santrinya.
9. PEWAWANCARA : Apakah Pondok Pesantren Daarul
Ahsan sudah mandiri?
KH. MAMAN HAKIM : Insya Allah, pondok pesantren Daarul
Ahsan dari awal pendiriannya sampai saat ini
selalu berfikir untuk mandiri dan tidak
menggantungkan kehidupannya dari belas
kasih orang lain, karena Daarul Ahsan selalu
yakin “berdiri di atas kaki sendiri” adalah
modal dasr untuk tumbuh dan berkembang.
10. PEWAWANCARA : Apakah pondok pesantren Daarul
Ahsan sudah mandiri?
KH. MAMAN HAKIM : Alhamdulillah Daarul Ahsan sudah
menghasilkan alumni-alumni yang berhasil di
masyarakat, ini menunjukan bahwa santrin
Daarul Ahsan tumbuh dan berkembang hasil
dari jiwa kemandirian tadi.
11. PEWAWANCARA : Apakah pondok pesantren Daarul
Ahsan sudah melahirkan kemandirian santri ?
KH. MAMAN HAKIM : Insya Allah mudah-mudahan alumni
Daarul Ahsan mayoritas hidup mandiri tidak
menggantungkan hidupnya pada keluarganya,
karena sudah di didik mandiri.
12. PEWAWANCARA : Apakah alumni Daarul Ahsan yang
menjadi PNS atau birokrat meiliki mentalitas kemandirian ?
KH. MAMAN HAKIM : PNS atau Birokrat bukan simbol
ketergantungan, tapi itu bagian dari
profesi/jabatan pekerjaan seseorang,
maka alumni Daarul Ahsan yang
116
menjadi PNS atau Birokrat Insya Allah
memiliki mental kemandirian yang
baik.
13. PEWAWANCARA : secara keseluruhan modal yang
dimiliki santri atau alumni Daarul Ahsan diantaranya Nilai, jaringan,
dan model. Bagaimana menurut Pak Kyai ?
KH. MAMAN HAKIM : orang yang ingin sukses di
masyarakat modalnya harus punya
value (nilai kepribadian) jaringan yang
kuat untuk mempermudah rizki
(silaturrahim), dan model kalau saya
lebih cenderung pada inovasi. Alumni
Daarul Ahsan harus punya itu kalo
ingin lancar dan mudah dala meraih
prestasi kehidupan.
117
HASIL WAWANCARA DENGAN
ALYA ROSA
SANTRIWATI KELAS IX
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Apa yang dimaksud dengan
kemandirian ?
ALYA ROSA : Kemandirian adalah sifat yang harus
dimiliki santri, sifat yang dibutuhkan melatih
diri santri melatih diri sendiri tidak nyusahin
orang lain.
2. PEWAWANCARA : Kenapa santri yang tinggal di podok
harus mandiri ?
ALYA ROSA : kerena kemadirian itu sangat
dibutuhkan, buat kedepannya bisa
dimanfaatkan.
3. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri selama
tinggal di pondok pesantren ?
ALYA ROSA : susah-susah gampang buat mandiri
itu, banyak cobaannya.
4. PEWAWANCARA : bagaimana proses kemandirian santri
?
ALYA ROSA : proses kemandirian itu yah harus
dimulai dari kesadaran pribadi dulu sih,, itu
yang paling dasar mah.
5. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian itu ?
118
ALYA ROSA : penting banget ini suatu pelajaran agar
kedepannya terbiasa
6. PEWAWANCARA : hambatan apa sajakah yang
menjadikan santri tidak mandiri ?
ALYA ROSA : hambatannya, 1) cobaan dari temen.
2) godaan kaka kelas ade kelas juga. 3) kadang
ngaruh kadang nggk juga untuk disiplin di
pondok itu.
7. PEWAWANCARA : hal apa sajakah santri yang
menjadikan santri lebih ?
ALYA ROSA : Lingkungan serta motivasi dari Kyai
dan Ustadz
119
HASIL WAWANCARA DENGAN
MUTIA IRIANI YUSUF
SANTRIWATI KELAS X
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
8. PEWAWANCARA : Apa yang dimaksud dengan
kemandirian ?
MUTIA IR : mandiri adalah yang mampu
menyelesaikan persoalan sendiri
9. PEWAWANCARA : kapan santri harus mulai mandiri ?
MUTIA IR :ya dari pertamaa kita masuk pesantre
ya kita di tuntut untuk mulai terbiasa mandiri
10. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri selama
tinggal di pondok pesantren ?
MUTIA IR :ya dari nyuci baju sendiri yang
biasanya di cuciin orang tua dan sekarang d tuntut untuk bisa
mandiri
11. PEWAWANCARA : bagaimana proses kemandirian santri
?
MUTIA IR :di mulai dari diri sendiri untuk belajar
membiasakan mandiri walaupun tanpa bantuan orang tua
12. PEWAWANCARA : apa sajakah santri yang menjadikan
santri lebih mandiri ?
MUTIA IR : motivasi dari Kyai dan dorongan
orang tua
13. PEWAWANCARA : hambatan apa sajakah yang
menjadikan santri tidak mandiri ?
MUTIA IR : lingkungan yang kebawa kita buat
ikut malesa-malesan
14. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian itu ?
120
MUTIA IR : jelas penting inikan modal utama
banget dalam kehidupkan sehari hari
121
HASIL WAWANCARA DENGAN
ADUL AJIB
SANTRIWAN KELAS IX
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Apa yang dimaksud dengan
kemandirian ?
ABDUL NAJIB : Yah, untuk melakukan sesuatu tanpa
bantuan orang lain, suapaya terbiasa agar tidak
dimanja, mau ngapa-ngapain sendiri
biasanyakan ama orang tua.
2. PEWAWANCARA : kapan santri harus mulai mandiri ?
ABDUL NAJIB : sebelum mondok juga selama dirumah
orang tua sudah mendidik buat mandiri, baik
dalam hal aktivitas keseharian. Apalagi tinggal
di pesantren jelas mandiri modal utama yang
harus dimulai dari diri sendiri.
3. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri selama
tinggal di pondok pesantren ?
ABDUL NAJIB : sejauh ini sih banyak perkembangan
yang saya alam apalagi selama tinggal di
pesantren Daarul Ahsan, dari mulai mengatur
waktu, uang, dan pergaulan jua.
4. PEWAWANCARA : bagaimana proses kemandirian santri
?
ABDUL NAJIB : proses kemandirian di pondok tidak
terlepas dari kebiasaan keseharian di pesantren
yang begitu adanya disiplin, bimbingan ustadz,
dan ajakan temen juga.
122
5. PEWAWANCARA : apa sajakah yang menjadikan santri
lebih mandiri ?
ABDUL NAJIB : kedisiplinan akan menghasilkan
kebiasaan itu aja sih.
6. PEWAWANCARA : hambatan apa sajakah yang
menjadikan santri tidak
ABDUL NAJIB : biasanya temen yang ngajak males-
malesan
7. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian itu ?
ABDUL NAJIB : walau bagaimana pun kemandirian
pembelajaran untuk dan persiapan hidup di masyarakat nanti, jadi
sangat penting menurut saya.
123
HASIL WAWANCARA DENGAN
IQBAL QURNAWAN
MAHASISWA
ALUMNI ANGKATAN X
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Bagaimana kemandirian santri pondok
pesantren Daarul Ahsan ?
IQBAL QURNAWAN :bicara mandiri jelas santri-santri
sangatlah mandiri, kami ditanamkan sifat berdikari untuk dapat
hidup dimanapun. Sebagai santri kemandirian adalah pokok yang
mendasar dalam menjalani hidup di pesantren, karena kami harus
siap jauh dari orang tua, keluarga dan teman-teman bermain di
kampung. Mandiri di sini bukan berarti selalu sendiri, melainkan
kegiatan-kegiatan yang mampu dikerjakan dengan tangan sendiri
setiidaknya bisa kami lakukan. Contoh kecil dari mengambil nasi,
mengatur uang dan sebagainya.
2. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri selama
tinggal di pondok pesantren ?
IQBAL QURNAWAN : sampai saat ini menurut pengamatan
saya sendiri, banyak sekali mengalami perubahan yang
signifikan, dari yang serba ketergantungan kepada orang tua dan
orang-orang disekeliling kita, kini mulai membentuk pribadi yang
lebih baik. Mampu menghilangkan ketergantungan dan mulai
berkiprah dengan diri sendiri.
3. PEWAWANCARA : indikator apa saja yang menjadikan
santri mandiri ?
IQBAL QURNAWAN : ada beberapa indikator yang merubah
sifat-sifat para santri. Seperti ajaran kedisiplinan dari pesantren,
motivas-motivasi yang membangun dari para pendidik, dan ilmu-
ilmu agama yang mendorong semangat spiritual santri.
4. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian itu ?
124
IQBAL QURNAWAN : Sangatlah penting. Banyak orang
yang tidak bisa melanjutkan kiprahnya di dunia yang sudah
dihiasi dengan perusahaan sendiri, jatuh dan merosot karena ia
selalu bergantung terhadap orang tuanya. Maka hidup mandiri
sangatlah penting untuk peroses jangka panjang.
5. PEWAWANCARA : apa hambatan santri tidak mandiri
ketika tinggal di pondok pesantren Daarul Ahsan ?
IQBAL QURNAWAN : hambatan para santri tiidak mampu
hidup mandiri di pesantren bisa datang dari faktor kemewahan
yang dibawa oleh santri ke dalam pondok. Seperti orang tua yang
selalu memfasilitasi anaknya di pesantren secara berlebihan dan
tidak melepaskan anak sepenuhnya pada pengurus pesantren.
Maka hal demikian menyebabkan santri akan bertindak lebih
semaunya sendri dan tidak mau menjalani hidup layaknya santri
yang sederhana dalam sikap kaya dalam pemikiran.
125
HASIL WAWANCARA DENGAN
AYYASH LUKMAN HAKIM
MAHASISWA
ALUMNI ANGKATAN XII
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Bagaimana kemandirian santri pondok
pesantren Daarul Ahsan ?
AYYASH LH : Sejauh ini, kemandirian santri pondok
pesantren Daarul Ahsan dapat dibilang cukup. Berbagai kegiatan
yang mereka lakukan dipondok, juga ketiadaan orang tua disisi
mereka menuntut mereka untuk melakukan pekerjaanya sendiri.
2. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri selama
tinggal di pondok pesantren ?
AYYASH LH : selama tinggal di pondok pesantren
Daarul ahsan, kemandirian santri meningkat secara signifikan
sesuai dengan umurnya. Biasanya santri akan benar – benar
mandiri ketika mencapai kelas 1 SMA.
3. PEWAWANCARA : indikator apa saja yang menjadikan
santri mandiri ?
AYYASH LH : kemandirian santri dapat dilihat dari
banyaknya kegiatan santri yang masih dilakukan secara manual
oleh masing – masing personal, seperti mencuci pakaian,
mengambil nasi, membersihkan lingkungan pondok dan lain lain.
4. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian itu ?
AYYASH LH : kemandirian itu penting, karena tanpa
adanya kemandirian seseorang akan banyak bergantung pada
orang lain dan hanya akan menjadi sampah masyarakat.
5. PEWAWANCARA : apa hambatan santri tidak mandiri
ketika tinggal di pondok pesantren Daarul Ahsan ?
126
AYYASH LH : perhatian yang berlebihan dari orang
tua,
HASIL WAWANCARA DENGAN
ZULFIKAR REZA PAHLEFI
SANTRIWATI KELAS IX
PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN
1. PEWAWANCARA : Apa yang dimaksud dengan
kemandirian ?
ZULFIKAR REZA P : melakukan sesuatu tanpa
menyusahkan iorang lain dari segi materi
maupun tenaga
2. PEWAWANCARA : kapan santri harus mulai mandiri ?
ZULFIKAR REZA P : iyah dimulai dari sekarang, terutama
dari diri sendiri biar nggk nyusahin, udah ada
persiapan buat kedepannya.
3. PEWAWANCARA : sejauhmana kemandirian santri selama
tinggal di pondok pesantren ?
ZULFIKAR REZA P :sajauh ini sih saya ngerasa banyak
perubahan karena dengan suasana yang berdeda, akan
menjadi terbiasa dengan melakukan sesuatu tanpa
orang tua dan orang lain.
4. PEWAWANCARA : bagaimana proses kemandirian santri
?
ZULFIKAR REZA P : masih nggk dikit perubahannya,
nggak ada waktu, peranan ustadz serta
pengurus lumayan ngaruh juga sih
5. PEWAWANCARA : apa sajakah yang menjadikan santiri
lebih mandiri ?
127
ZULFIKAR REZA P : motivasi dari Mudir dan temen-temen
juga
6. PEWAWANCARA : hambatan apa sajakah yang
menjadikan santri tidak mandiri ?
ZULFIKAR REZA P : hambantannya biasa yah, temen
paling, males-malesan
7. PEWAWANCARA : seberapa pentingkah kemandirian itu ?
ZULFIKAR REZA P : penting banget biar nggk nyusahin,
udah ada persiapan buat kedepannya.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
KBMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAI\ ILMU KOMUNIKASI
Jl. lr. H. Juanda No. 95. Ciputat I5412. Indonesia\\'ebsrte : wu,u,.fi dkom.uinjkt.ac.id
Telp./Fax: (62-21) 1 4327 28 I 1 41 03580Email : frdkom@uinjkt. ac. id
r\omorLampiranHal
: Un.0I/F5/PP.00.9/ 4rzl /2017
: Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,Kepala LPI Pondok pesantren Daarul AhsanDangdeur Jayanti Tangerang Banten
Jal<arta, I September 2017
di'Iempat
As s al ctnr u' al aikum lltr. Wb.
Dekan Fakultas llmuJakarta menerangkan bahwa
NamaNomor PokokTempat/TanggalLahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamatTelp.
Tembusan:l. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ketua Jurusan/Prod i pengembangan Masyarakat Islam
adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi uINsyarif Hidayatullah Jakartayang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangkapenulisan skripsi dengan Judul "strategi Pengembangan Kemandirian santri pon pesDaarul Ahsan"
Sehubungan denga, itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/sdr. dapatmenerima/nrengizinkan mahasiswa kanti tersebut dalam pelutsanaan kegiatarr dimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Il'as s al amu' al a i kum Wr. Wb.
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Muhamad IbrohimI r i3054000041Tangerang, ll Juli 1995IX (Sembilan)Pengembangan Masyarakat IslamKaliasin Sukamulya Tangerang Banten08 I 3 86669087
Dekan
Subhan, MAr l0 199303 t 0o4A
-r^L,dH@r rrL.\III I
% ,@
ffi(rrrrstlrl=. +llrrlt,l 4;A r-- ' 40
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
PO1NDOK PESA}NTREN DAARUT AIISANRaudhatul Athfal I TK Islam, Madrasah Tsanawiyah (MTsf & MA
Jl, Raya Serang KM, 31 Ds. Dangdeur Kec. Jayanti Tangerang 15610 E 021 - 5950202
SLT RA T KETER{I{GA T PEI\{ELIT IAT{
Ncmor : 042llpl-DA/ponpes/Ivl20 1 g
Yang bertanda tangan di barvah ini, Pirnpinan Pondok pesantren Daarul Ahsanmenerangkan bahwa .
Nama :MUHAMAD ItsROHIM
Tempat Tgl Lahir . Tangerang, 1l Juli 1995
NiM . 1113054000041
Semester : IX (Sembilan)
Jurusan i Konsentrasi : Pengembangan Masvarakat lslarn
Karnpus : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Daarul Ahsan Jal.anti Tangerang untukpenulisan skripsi dengan judul : "strategi Pengembangan Kemandirian Santri ponpes DaarulAhsan"
Demikian surat keterangan ini karni buat dengan sebenar - benarn-va agar dapat digunakansebagaimana rnestinya.
Tangerang, 29 April 20i8
Pimpinan Ponpes Daarul Ahsan
ItitiRHAKINl- i!l-A