Upload
others
View
29
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB
NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Diajukan u
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
i
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB
NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Asiskha Avitanty
NIM 23070150008
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB
NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
ntuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
ii
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB
NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Diajukan u
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
PROGRAM STUDI TADRIS
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB
NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Asiskha Avitanty
NIM 23070150008
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB
NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
ntuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iv
v
vi
vii
MOTTO
Artinya : “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
“ Tak ada yang lebih tidak adil dengan perlakuan yang sama terhadap orang-orang
yang berbeda”
(Dr. K. Dunn)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin, atas rahmat dan ridho Allah SWT karya skripsi
yang sederhana ini saya persembahkan untuk :
1. Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Kurnen dan Ibu Kastini. Beliau-beliau
adalah sepasang malaikat penjagaku di bumi-Nya, yang selalu mendoakan
dan memberikan banyak kasih sayang dan berkorban untukku sehingga aku
dapat seperti sekarang. Semoga suatu saat nanti, saya bisa membawa mereka
sampai ke Baitullah. Amiin..
2. Kakak-Kakak saya Arsyad Abdul Khamid, Astrid Noviyanti dan adik saya
Akhyar Syairozi yang selalu memberikan motivasi di kala saya sedang jenuh.
Aku sayang kalian.
3. Kakek dan nenek yang selalu mendukungku dan terima kasih banyak atas doa
restunya.
4. Almaghfurlah Romo K. H. Mahfudz Ridwan dan Ibu Nyai Hj. Nafisah yang
saya ta’dzimi, orang tua kedua di pondok pesantren Edi Mancoro. Ilmu-ilmu
yang telah beliau berikan takkan mampu kubalas dengan materi apapun.
Semoga surga menemukan kita.
5. Kyai Muhamad Hanif M. Hum. dan Ibu Nyai Rosyidah Lc. yang selalu
memberikan nasehat dan kasih sayang dan selalu mendoakan saya.
6. Para guru dan dosen, khususnya Bapak Winarno, S. Si., M. Pd. dan Ibu Enika
yang selalu membimbing demi terselesainya skripsiku dan menjadi pelita
dalam studiku.
ix
7. Pak Ali, Pak Manaf, Pak Slamet, Pak Makhasin, Pak Zuhdi, Pak Shofari, dan
semua asatidz pondok pesantren Edi Mancoro. Terima kasih atas ilmu yang
telah diberikan.
8. Keluarga besar pondok pesantren Edi Mancoro, khususnya kamar 15 dan 20
yang selalu menghiburku disaat sedang gundah dan selalu memberikan
dukungan di kala sedang terpuruk.
9. Keluarga YABISMILLAH IAIN Salatiga yang telah memberikan motivasi.
10. Seseorang yang masih dalam rahasia Allah SWT, semoga segera
dipertemukan.
11. Teman-temanku PPL SMK Muhammadiyah Salatiga yang saya sayangi.
12. Teman-temanku KKN Desa Sonorejo Posko 124 yang saya sayangi.
13. Teman-teman seperjuangan Tadris Matematika Angkatan 2015.
14. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.
15. Dan untuk semuanya terima kasih.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah di Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Tadris
Matematika dan sekaligus dosen pembimbing skripsi, yang berkenan
mengoreksi dan mengarahkan judul skripsi di tengah padatnya tugas.
4. Bapak Saiful Marom, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik, beserta
bapak ibu dosen yang telah berkenan membimbing penulis selama masa
studi.
5. Orang tuaku tercinta yang selalu memberikan dukungan, inspirasi, aspirasi
dan nasehat bagi penulis.
6. Bapak Eko Puji, S.Ag. dan Bapak Sularno, S. Pd. yang telah memberikan izin
dan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
xi
xii
ABSTRAK
Avitanty, Asiskha. 2019. Strategi Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita SMALB Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi. IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. Winarno, S. Si., M. Pd.
Kata Kunci : Strategi Pembelajaran, Matematika, Anak Tunagrahita Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan strategi pembelajaran
matematika pada anak tunagrahita, faktor pendukung pembelajaran matematika, dan faktor penghambat pembelajaran matematika. Hal ini menjadi penting melihat persoalan yang dihadapi anak tunagrahita ringan dalam pembelajaran matematika yang mengalami kesulitan untuk memahami materi karena intelegensi yang rendah. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi harus menggunakan strategi-strategi agar materi yang disampaikan mudah dipahami.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Informan dalam penelitian adalah guru matematika SMALB Negeri Salatiga, dan siswa-siswa SMALB Negeri Salatiga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi atau pengamatan, wawancara, dan dokumenter. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Strategi pembelajaran matematika di SMALB menggunakan beberapa metode. Namun, yang paling sering digunakan yaitu metode drill. Karena dengan metode drill guru merasa lebih mudah untuk memahamkan materi kepada siswa. Seluruh aspek dalam strategi pembelajaran matematika pada anak tunagrahita meliputi pemberian reinforcement, pemberian punishment, dan materi yang diklasifikasikan sesuai perkembangan anak belum terlaksana (2) Faktor pendukung dalam pembelajaran matematika di SMALB Negeri Salatiga sangat dipengaruhi dengan suasana hati siswa yang merasa senang terlebih dahulu. Jika suasana hati siswa dari rumah sudah merasa senang terlebih dahulu, maka kegiatan pembelajaran matematika di sekolah juga merasa nyaman dan berhasil. Namun juga dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti, motivasi orang tua dan guru, adanya alat peraga, memberikan tugas rumah, sarana dan prasarana yang mendukung. (3) Faktor penghambat dalam pembelajaran matematika di SMALB Negeri Salatiga juga sangat dipengaruhi oleh suasana hati buruk siswa. Ketika suasana hati dan keinginan siswa dalam belajar itu rendah, maka kegiatan pembelajaran akan kurang menyenangkan. Suasana hati tersebut biasanya merupakan bawaan dari rumah. Ketika pagi berangkat sekolah siswa merasa tidak senang dan terlihat murung, tidak punya semangat untuk belajar maka akan berdampak kepada proses berlangsungnya pembelajaran matematika.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................ ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN DEKLARASI DAN PUBLIKASI SKRIPSI .............................. vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ................................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 9
xiv
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 12
A. Landasan Teori ..................................................................................... 12
1. Strategi Pembelajaran Matematika ................................................. 12
a. Strategi .................................................................................... 12
b. Pembelajaran ........................................................................... 14
c. Matematika .............................................................................. 20
d. Strategi Pembelajaran Matematika pada Anak Tunagrahita ... 21
2. Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita ..................................... 24
a. Anak Berkebutuhan Khusus .................................................... 24
b. Tunagrahita .............................................................................. 25
1) Pengertian Tunagrahita ..................................................... 25
2) Klasifikasi Tunagrahita ..................................................... 26
3) Karakteristik Anak Tunagrahita ........................................ 27
4) Defisit Anak Tunagrahita .................................................. 29
5) Etiologi Tunagrahita .......................................................... 32
3. Faktor Pendukung Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita ............................................... 33
4. Faktor Penghambat Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita ............................................... 35
B. Kajian Pustaka ..................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 38
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 38
B. Kehadiran Peneliti ............................................................................... 39
xv
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 39
D. Sumber Data ........................................................................................ 40
1. Data Primer ................................................................................... 40
2. Data Sekunder ............................................................................... 40
E. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 41
1. Metode Observasi atau Pengamatan ............................................. 41
2. Metode Wawancara ....................................................................... 41
3. Metode Dokumenter ...................................................................... 42
F. Analisis Data ....................................................................................... 43
1. Data Reduction (Reduksi Data) .................................................... 44
2. Data Display (Penyajian Data) ..................................................... 44
3. Verification (Penarikan Kesimpulan) ............................................ 44
G. Pengecekan Keabsahan Data ............................................................... 45
H. Tahap – Tahap Penelitian .................................................................... 46
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ............................................... 48
A. Profil Subjek Penelitian ....................................................................... 48
1. Data Informan ................................................................................ 48
2. Sarana dan Prasarana SLB Negeri Salatiga ................................... 49
3. Keunggulan SLB Negeri Salatiga ................................................. 50
B. Analisis Data ....................................................................................... 51
1. Strategi Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan
Khusus Tunagrahita SMALB Negeri Salatiga .............................. 51
2. Faktor Pendukung Pembelajaran Matematika pada Anak
xvi
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita SMALB Negeri Salatiga ...... 57
3. Faktor Penghambat Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita SMALB Negeri Salatiga ..... 59
C. Pembahasan ......................................................................................... 60
1. Strategi Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan
Khusus Tunagrahita ...................................................................... 60
2. Faktor Pendukung Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita ............................................... 62
3. Faktor Penghambat Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita ............................................... 63
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 65
A. Kesimpulan ......................................................................................... 65
B. Saran .................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 72
xvii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.3 Data Informan Siswa Tunagrahita Ringan ........................... 48
2. Tabel 4.2 Data Sarana dan Prasarana ................................................... 49
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup .......................................................................... 73
2. Daftar Nilai SKK.................................................................................. 74
3. Nota Pembimbing Skripsi ................................................................... 82
4. Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................................... 83
5. Lembar Konsultasi Skripsi .................................................................. 84
6. Kode Penelitian ................................................................................... 86
7. Instrumen Penelitian ............................................................................ 87
8. Pedoman Observasi ............................................................................. 87
9. Pedoman Wawancara .......................................................................... 88
10. Hasil Observasi ................................................................................... 89
11. Hasil Wawancara ................................................................................ 105
12. Data Informan ..................................................................................... 116
13. Kompetensi Inti dan Kompteensi Dasar Matematika SMALB
Tunagrahita ......................................................................................... 117
14. Hasil Ulangan Tengah Semester Siswa Kelas X SMALB
Tunagrahita ......................................................................................... 119
15. Foto-Foto Kegiatan .............................................................................. 131
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan menjadi tujuan yang selalu diperjuangkan oleh
seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Pemerintah pusat, pemerintah
daerah, sampai organisasi penyelenggara pendidikan selalu berupaya agar
pendidikan yang diselenggarakan mempunyai kualitas yang baik. Kualitas
pendidikan yang baik akan menjadi instrumen untuk berkembangnya lembaga
pendidikan sekaligus menghasilkan lulusan yang berkualitas. Adanya kualitas
lulusan yang unggul, tentunya kualitas sumber daya manusia ke depan akan
mampu eksis dalam dinamika perubahan dan pembangunan nasional.
Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan
manusia, pendidikan berkembang begitu pesat sehingga menuntut setiap
orang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, termasuk didalamnya
anak yang membutuhkan pendidikan khusus dan anak yang membutuhkan
pendidikan layanan khusus. Menurut (Kustawan, 2012:16) pendidikan khusus
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Strategi sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, khususnya
kegiatan belajar mengajar. Dalam konteks pengajaran, strategi dimaksudkan
sebagai daya upaya pengajar/guru dalam menciptakan suatu sistem
2
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar agar tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil. Oleh karena
itu, seorang guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum
komponen-komponen pembelajaran sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar
komponen pembelajaran yang dimaksud.
Al-qur’an juga menganjurkan untuk menggunakan strategi dalam proses
pembelajaran. Strategi pembelajaran yang terkandung dalam Al-qur’an
bermacam-macam, antara lain QS. An-Nahl ayat 125 :
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Matematika memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak yang telah disumbangkan matematika bagi perkembangan peradaban
manusia. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak
lepas dari peranan matematika. Boleh dikatakan, matematika adalah landasan
utama sains dan teknologi. Dengan demikian menguasai matematika
merupakan salah satu jalan utama menuju tumbuh berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi di negeri ini.
Pembelajaran matematika tidak hanya diberikan kepada anak yang
memiliki kelengkapan fisik saja, tetapi juga diberikan kepada anak yang
mempunyai kelainan dan kekurangan fisik atau mental, karena manusia
3
mempunyai hak yang sama di hadapan Allah SWT. Dalam QS. An-Nur ayat
61:
Artinya : “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.”
Manusia ada yang tumbuh dan berkembang dalam keadaan normal dan
ada pula yang tidak normal (abnormal) yang mana akan berpengaruh pada
kesehatan mental dan jasmani. Namun, dalam masalah pendidikan tidak ada
perbedaan antara anak yang tumbuh dan berkembang dengan normal dan
anak yang mengalami kecacatan fisik atau kelemahan mental yang sering
4
disebut anak berkebutuuhan khusus. Setiap manusia mempunyai kewajiban
yang sama yaitu menuntut ilmu. Hadits Nabi Muhammad SAW :
على كل مسلم ومسلمة طلب العلم فریضة
Artinya: “Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan
sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang
tidak akan pernah berhasil di sekolah anak-anak pada umumnya atau sekolah
umum. Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga dapat diartikan sebagai anak
yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi serta emosi sehingga
diharuskan pembelajaran secara khusus. Banyak nama lain yang
dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhuan khusus, seperti disability,
impairment, dan handicap (Atmaja, 2018:5-6).
Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak
berkebutuhan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB)
sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra,
SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian
D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk
cacat ganda (Nur’aeni, 2017:2).
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 11 Maret 2019, peneliti
menemukan beberapa permasalahan terkait dengan pembelajaran matematika
bagi siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga. Permasalahan tersebut
5
diantaranya, siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi karena
intelegensi yang rendah. Proses pembelajaran didominasi oleh guru yang
memberikan materi dengan metode ceramah dengan urutan menjelaskan,
memberikan contoh, latihan soal, dan pekerjaan rumah. Hal tersebut
menyebabkan siswa tunagrahita tertinggal dalam hal pemahaman maupun
penguasaan materi.
Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “Strategi
Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita SMALB Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan
khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2018/2019?
2. Apa faktor pendukung pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan
khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2018/2019?
3. Apa faktor penghambat pembelajaran matematika pada anak
berkebutuhan khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga tahun
pelajaran 2018/2019?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam penelitian ini mengacu pada
permasalahan di atas adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui strategi pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan
khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga tahun pelajaran 2018/2019.
2. Mengetahui faktor pendukung pembelajaran matematika pada anak
berkebutuhan khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga tahun
pelajaran 2018/2019.
3. Mengetahui faktor penghambat pembelajaran matematika pada anak
berkebutuhan khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga tahun
pelajaran 2018/2019.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan positif untuk memperkaya khasanah matematika yang
diperoleh dari hasil penelitian, terutama dalam ruang lingkup
pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa Tunagrahita SMALB Negeri Salatiga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya
memberikan motivasi belajar anak berkebutuhan khusus tunagrahita
7
SMALB serta meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika.
b. Mahasiswa
Agar dapat meningkatkan belajar mahasiswa sebagai penerus bangsa,
sebagai calon guru yang diharapkan mampu mengamalkan dan
mengembangkan metode – metode pembelajaran yang menarik.
c. Bagi Lembaga
Bagi lembaga, diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan
pembinaan dalam pembelajaran matematika terhadap siswa
tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga.
d. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah pengalaman
dalam penelitian terkait dengan siswa tunagrahita di SMALB Negeri
Salatiga.
E. Penegasan Istilah
Di dalam penegasan istilah, penulis akan menjelaskan istilah-istilah
lain agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan
maksud penulis. Istilah – istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut.
1. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan rencana dan cara-cara
membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan
8
segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif. Cara-cara
membawakan pengajaran itu merupakan pola dan urutan umum
perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Pola
dan urutan umum perbuatan guru-murid tersebut merupakan suatu
kerangka umum kegiatan belajar mengajar yang tersusun dalam suatu
rangkaian bertahap menuju tujuan yang telah ditetapkan (Gulo, 2008:3).
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai
tujuan pembelajarann tertentu yang digunakan untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran
(Sanjaya, 2008:23).
2. Pembelajaran Matematika
Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua dan dianggap
sebagai induk atau alat dan bahasa dasar banyak ilmu. Matematika
digunakan juga dalam berbagai industri lain seperti fisika, kimia, biologi,
teknik, komputer, industri, kedokteran, dan pertanian. Pembelajaran
matematika adalah kegiatan belajar dan mengajar pada bidang
matematika. Dalam pembelajaran matematika, diperlukan pemahaman
dan penguasaan materi, terutama dalam membaca tabel, simbol, dan
diagram. Dalam pembelajaran matematika, sebaiknya diusahakan agar
arti atau makna dalam setiap konsep yang dipelajari harus benar-benar
dipahami sebelum sampai pada latihan praktis.
9
3. Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita
Menurut Kirk (Jamila K. A. Muhammad, 2008: 37), anak disebut
berkebutuhan khusus apabila memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan
program pendidikan. Ditinjau dari segi statistika, anak dianggap
berkebutuhan khusus jika mengalami penyimpangan dari kriteria normal
baik penyimpangan ke bawah atau atas rata-rata. Penyimpangan yang
terjadi dapat berupa mencakup penyimpangan ketajaman sensorik seperti
penglihatan, pendengaran, kapasitas intelektual, kondisi fisik,
kematangan dalam emosi-sosial, perilaku dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian tunagrahita, sebagai berikut:
a. Fungsi intelektualnya yang lamban, yaitu IQ 70 ke bawah
berdasarkan tes inteligensi baku.
b. Kekurangan dalam perilaku adaptif.
c. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga
usia 18 tahun (Kemis & Rosnawati, 2013:10-11).
Menurut penulis, anak berkebutuhan khusus tunagrahita ringan
adalah anak yang mengalami keterbelakangan mental yang memiliki
tingkatan IQ : 51-70 dan mengalami hambatan tingkah laku.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam
membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil penelitian kualitatif,
secara garis besar sebagai berikut.
10
1. Bagian Awal
Bagian awal ini meliputi, halaman sampul luar, lembar berlogo IAIN,
halaman sampul dalam, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, pernyataan dan deklarasi skripsi, halaman motto,
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
lampiran.
2. Bagian Inti
Pada bagian inti dalam skripsi ini, memuat data:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah,
Sistematika Penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka
Berisi strategi pembelajaran matematika, anak
berkebutuhan khusus tunagrahita, faktor pendukung dan
penghambat pembelajaran matematika pada anak
berkebutuhan khusus tunagrahita.
Bab III : Metode Penelitian
Meliputi Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi dan
Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan
Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-
Tahap Penelitian.
11
BAB IV : Paparan dan Analisis Data
Meliputi gambaran umum SMALB Negeri Salatiga dan
paparan pembelajaran matematika pada anak tunagrahita
di SMALB Negeri Salatiga. Analisis data meliputi strategi
pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan khusus
tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga, faktor pendukung
dan penghambat pembelajaran matematika pada anak
berkebutuhan khusus tunagrahita di SMALB Negeri
Salatiga.
BAB V : Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Strategi Pembelajaran Matematika
a. Strategi
Menurut KBBI, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan
semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan
tertentu dalam perang dan damai. Dalam konteks pengajaran, menurut
Gagne, strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir,
memecahkan masalah dan mengambil keputusan (Iskandarwassid &
Sunendar, 2008:2-3).
Strategi berasal dari kata Yunani, strategia, yang berarti ilmu
perang atau panglima perang. Berdasarkan arti kata tersebut, strategi
adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti
cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau
laut. Strategia juga dapat diartikan sebagai suatu keterampilan
mengatur kejadian atau peristiwa (Hardini & Puspitasari, 2015:11).
Seiring berjalannya waktu, istilah “strategi” di dunia militer
diadopsi ke dalam dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan,
strategi digunakan untuk mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan
yang baik. Dengan kata lain, strategi dalam konteks pendidikan dapat
dimaknai sebagai perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang
13
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan. Strategi dalam konteks
pendidikan mengarah kepada hal yang lebih spesifik, yakni khusus
pada pembelajaran. Konsekuensinya, strategi dalam konteks
pendidikan dimaknai secara berbeda dengan strategi dalam konteks
pembelajaran. Kemp (Suyadi, 2013) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru serta
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien (Suyadi, 2013:13).
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi
hal-hal berikut (Djamarah dan Zain, 2010:5-6).
1) Mengidentifikasi serta menerapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi
dan pandangan hidup masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
mengajarnya.
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik
14
untuk penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan
secara keseluruhan (Hardini & Puspitasari, 2015:12).
Berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, strategi dapat
disimpulkan sebagai langkah-langkah yang ditempuh guru dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien.
b. Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berimbuhan
awalan pe- dan akhiran –an. Secara umum, pembelajaran dapat
diartikan sebagai proses belajar dan mengajar. Tetapi, banyak ahli
yang mendefinisikan secara sistematis, baik dari kata
pembelajaran itu sendiri maupun dari kata belajar dan mengajar.
Untuk lebih mudah memahaminya maka akan dipaparkan satu
persatu.
Definisi belajar telah diungkapkan oleh banyak ahli
diantaranya oleh Crombach dalam bukunya Educational
Psycology, menyatakan “Learning is show by a change in
behavior as a result of experience”. (Suryabrata, 2007 : 231),
yang berarti bahwa belajar yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan.
Sedangkan menurut dictionary of psycology yang dikutip dari
buku Syah (2012) menyebutkan bahwa belajar memiliki dua
15
definisi. Pertama, belajar diartikan “the process of acquiring
knowledge”, kedua belajar diartikan “a relatively permanent
change potentiality which occurs as a result of reinforced
practice.” Pengertian pertama memiliki suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu
perubahan kemampuan untuk beraksi yang relatif langgeng
sebagai hasil latihan yang diperkuat (Sriyanti, dkk, 2009:22-33).
Reflis Kosasi menjelaskan bahwa mengajar merupakan
suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu suatu usaha yang
dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan perilaku tingkah laku
pada diri anak (Usman, 2002: 20-21).
Kemudian disimpulkan oleh Usman (2002:21) bahwa
mengajar adalah suatu usaha bagaimana lingkungan dan adanya
interaksi subjek didik (anak) dengan lingkungannya sehingga
tercipta kondisi belajar yang baik.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa mengajar adalah usaha yang dilakukan seseorang terhadap
peserta didik untuk menghasilkan perubahan yang awalnya tidak
tahu menjadi tahu, yang awalnya berbuat buruk menjadi baik.
Pernyataan di atas sesuai dengan firman Allah SWT dalam
Al Qur’an Surah Al-Kahfi : 66.
16
Artinya: Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (Q.S Al-Kahfi:66).
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
23 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia
serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun (Arifprabowo &
Musfiqon, 2018:7).
Pembelajaran secara harfiah berarti proses belajar.
Pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses penambahan
pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang
dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan
perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang
sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didapat keterampilan,
kecakapan dan pengetahuan baru (Saefuddin & Berdiati, 2014: 8).
17
Dari definsi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu usaha atau aktivitas yang dengan
sengaja yang melibatkan dan menggunakan pengetahuan
profesional yang dimiliki guru untuk tercapainya suatu tujuan
yaitu tercapainya tujuan kurikulum.
a) Ciri-Ciri Pembelajaran
Pembelajaran sebagai proses belajar mengajar telah
memiliki ciri-ciri tersendiri sebagaimana diungkapkan oleh
Sriyanti mengutip pendapat Baharudin dan Esa N. W yaitu:
(1) Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku
(2) Perubahan tingkah laku dari hasil belajar itu relatif
permanen
(3) Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati saat
berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan tingkah
laku itu bisa bersifat potensial
(4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau
pengalaman
(5) Latihan dan pengalaman dapat memberikan penguatan
(Sriyanti, 2009: 24)
Sedangkan ciri-ciri pembelajaran menurut Hamalik (Djamarah,
2006:39-42) adalah sebagai berikut.
18
(1) Belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu membentuk anak
didik dalam suatu perkembangan tertentu, sehingga
perhatian dipusatkan pada anak didik.
(2) Prosedur yang direncanakan dan didesain secara sistematik
dan relevan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sehingga dapat tercapai tujuan yang optimal.
(3) Materi sesuai tujuan dengan memperhatikan komponen
anak didik dan komponen - komponen lain serta disiapkan
sebelum berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
(4) Aktivitas anak didik baik secara fisik maupun secara
mental.
(5) Guru sebagai pembimbing harus dapat memotivasi agar
terjadi proses interaksi yang kondusif.
(6) Kedisiplinan dalam pelaksanaan prosedur yang telah
ditetapkan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu
indikator pelanggaran disiplin.
(7) Adanya batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
(8) Evaluasi dalam rangka untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pembelajaran.
Dari ciri-ciri di atas menunjukkan bahwa pembelajaran
adalah suatu pelaksanaan yang tersusun secara sistematis dan
mengarah dalam mencapai tujuan, yang mana tujuan utamanya
adalah perubahan atas bimbingan dari guru.
19
b) Unsur-Unsur Pembelajaran
Unsur dapat dikatakan sebagai komponen yang harus
ada. Unsur pembelajaran berarti segala sesuatu yang harus ada
dalam pelaksanaan pembelajaran. Unsur pembelajaran juga
dapat menjadi ciri dari pembelajaran, maka isi dari unsur
pembelajaran hampir sama dengan yang disebutkan dalam ciri-
ciri pembelajaran. Secara mendasar, unsur yang paling utama
adalah guru, siswa, dan materi.
Menurut Djamarah (2006:41-50) yang termasuk unsur-unsur
pembelajaran adalah :
(1) Tujuan pembelajaran
(2) Bahan pembelajaran (materi)
(3) Kegiatan belajar mengajar
(4) Teknik pembelajaran
(5) Alat bantu pembelajaran
(6) Sumber pelajaran
(7) Evaluasi
Berdasarkan unsur-unsur pembelajaran yang telah
disebutkan di atas dapat disimpulkan secara umum unsur-unsur
pembelajaran adalah sebagai berikut.
(1) Pendidik dan peserta didik atau pengajar dengan yang diajar
(2) Materi yang diajarkan
(3) Metode pembelajaran
20
(4) Media pembelajaran
(5) Alat bantu (dapat berupa media atau bahan pengait materi)
(6) Sumber pelajaran
(7) Tujuan pembelajaran
(8) Evaluasi
c. Matematika
Definisi matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif
dan keruangan sehingga fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan
berfikir (Abdurrahman, 2003:252).
Menurut Soejadi (2000:11) matematika adalah suatu ilmu yang
memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan
berpola pikir deduktif. Sedangkan menurut Aristoteles (Franklin,
2009:104) matematika adalah ilmu tentang kuantitas.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah suatu ilmu kuantitas yang mempelajari tentang
bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian mengenai bilangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses interaksi belajar mengajar pelajaran
matematika yang dilakukan antara siswa dan guru dengan tujuan
membangun pengetahuan matematika agar bermanfaat dan mampu
mempraktekkan hasil belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari.
21
Sedangkan strategi pembelajaran matematika adalah pemilihan
jenis latihan tertentu dalam proses interaksi belajar mengajar pelajaran
matematika yang dilakukan antara siswa dan guru yang melibatkan
pengembangan pola berpikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan
belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar
program belajar matematika dapat berhasil dan berkembang secara
optimal.
d. Strategi Pembelajaran Matematika pada Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita lambat dalam kemajuan perkembangan, dan
diperlukan prosedur langkah yang kecil untuk mengubah tingkah
lakunya. Bentuk strategi yang dikembangkan dari perpaduan
pengajaran berprogram dan terapi tingkah laku dalam praktik klinis
menurut Muljono (Mumpuniarti, 2007:59-62) sebagai berikut.
1) Reinforcement, terdiri dari dua macam yaitu positive reinforcer dan
negative reinforcer. Positive reinforcer adalah peristiwa yang
menyebabkan meningkatnya perilaku yang diharapkan, sementara
negative reinforcer adalah hilangnya peristiwa yang tidak
menyenangkan setelah hal yang diharapkan nampak.
2) Punishment, kehadiran sesuatu yang tidak menyenangkan yang
mengikuti respon dan dapat mengurangi frekuensi respon tersebut.
3) Extinction, penghentian reinforcement dari suatu respon. Dalam
artian suatu peristiwa tidak dihadirkan atau dihilangkan.
22
4) Shaping dan backward chaining, dimana dalam shaping perilaku
akhir yang diharapkan dicapai melalui reinforcement terhadap
setiap langkah menuju respon akhir. Penggunaan strategi ini juga
dapat disertai strategi backward chaining, yaitu melatihkan tahap-
tahap perilaku yang dipelajari anak tunagrahita dengan arah
terbalik dari shaping.
5) Promting dan fading, dimana promting berarti suatu peristiwa yang
membantu anak melakukan suatu respon. Sementara fading yaitu
menghilangkan secara gradual dari suatu promt.
Strategi-strategi yang telah disebutkan di atas dapat
mengembangkan tingkah laku anak tunagrahita. Penataan materi juga
harus memperhatikan dan mempertimbangkan kebutuhan anak dengan
cara pengorganisasian materi dengan cara klasifikasi sesuai dengan
perkembangan kognitif.
Selain yang disebutkan di atas, juga terdapat strategi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak dengan hambatan
intelektual/tunagrahita yaitu:
1) Direct Instruction
Merupakan metode pengajaran yang menggunakan
pendekatan selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat,
dalam memberikan instruksi atau perintah. Strategi pembelajaran
langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh
23
guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau
membangun keterampilan anak tunagrahita tahap demi tahap.
2) Cooperative Learning
Strategi pembelajaran kooperatif paling efektif diterapkan
pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan/intelegensi
heterogen. Strategi pembelajaran ini akan lebih relevan dengan
kebutuhan anak tunagrahita yang kecepatan belajarnya tertinggal
dari anak normal. Strategi pembelajaran kooperatif bertitik tolak
dari semangat kerja saja, dimana mereka yang lebih pandai dapat
membantu temannya yang masih mengalami kesulitan dalam
suasana keakraban dan kekeluargaan.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam
metode pengajaran dimana anak tunagrahita bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya
dalam memahami pelajaran. Kelompok belajar yang mencapai
hasil belajar yang maksimal diberikan penghargaan. Pemberian
penghargaan ini untuk merangsang motivasi anak tunagrahita
dalam belajar.
3) Strategi Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang
diberikan kepada anak tunagrahita secara perseorangan/individu.
Strategi pembelajarann individual ini merupakan salah satu
pembelajaran yang dilaksanakan dengan mengatur kelas
24
sedemikian rupa sehingga memberikan pengalaman belajar yang
efektif dan efisien kepada setiap individu di dalam kelas. Selain itu,
strategi ini lebih cocok digunakan untuk memberikan layanan
pembelajaran pada anak tunagrahita yang disesuaikan dengan
karakteristik individu masing-masing anak.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Evmenova dan
Behrmann (2011:315-325), menyatakan bahwa strategi guru untuk
mengajarkan isi materi matematika pada anak tunagrahita adalah
dengan cara mengadaptasi video chunking, narasi alternatif dalam
kelas, fitur video interaktif dengan berbagai jenis teks dan gambar,
judul tertutup dengan isyarat visual dan verbal yang mendukung
konten pemahaman siswa berkebutuhan khusus. Siswa dengan
kebutuhan khusus sering mendapat perlakuan khusus dikarenakan
daya tangkap mereka terhadap materi pembelajaran sangat berbeda
dengan anak normal pada umumnya.
2. Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita
a. Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan anak yang
memiliki ciri yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mereka
mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Mereka membutuhkan kegiatan dan layanan yang khusus agar dapat
mencapai perkembangan yang optimal.
25
Menurut Kirk (Muhammad, 2008:37), anak disebut
berkebutuhan khusus apabila memiliki kebutuhan untuk
menyesuaikan program pendidikan. Ditinjau dari segi statistika, anak
dianggap berkebutuhan khusus jika mengalami penyimpangan dari
kriteria normal baik penyimpangan ke bawah atau atas rata-rata.
Penyimpangan yang terjadi dapat berupa mencakup penyimpangan
ketajaman sensorik seperti penglihatan, pendengaran, kapasitas
intelektual, kondisi fisik, kematangan dalam emosi-sosial, perilaku
dan lain sebagainya (Kemis & Rosnawati, 2013:10-11).
b. Tunagrahita
1) Pengertian Tunagrahita
Orang lebih banyak mengatakan sebagai orang yang idiot
atau terbelakang mental (Retardasi Mental). Secara definisi para
ahli mengatakan seorang dikatakan mengalami ketunagrahitaan
adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada
di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam
adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan
(Rachmayana, 2013:23).
Tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya
jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi
dan ketidakcakapan dalam komunikasi sosial. Anak berkebutuhan
khusus ini juga sering dikenal dengan istilah terbelakang mental
karena keterbatasan kecerdasannya. Akibatnya anak berkebutuhan
26
khusus tunagrahita ini sukar untuk mengikuti pendidikan di
sekolah biasa (Atmaja, 2018:97).
2) Klasifikasi Tunagrahita
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ
Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ
dibawah 20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik
beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
Tunagrahita berarti suatu keadaan yang ditandai dengan
fungsi kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata disertai
dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri
(berperilaku adaptif), yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.
Orang-orang yang secara mental mengalami
keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan (IQ) yang
lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta
adaptasi sosial.
Anak dengan tunagrahita ringan (IQ 51-70) bisa mencapai
kemampuan membaca sampai kelas 4–6. Meskipun memiliki
kesulitan membaca, tetapi mereka dapat mempelajari kemampuan
pendidikan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka memerlukan pengawasan dan bimbingan serta pendidikan
dan pelatihan khusus. Biasanya tidak ditemukan kelainan fisik,
tetapi mereka bisa menderita epilepsi. Mereka seringkali tidak
27
dewasa dan kapasitas perkembangan interaksi sosialnya kurang.
Mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
keadaan yang baru dan mungkin memiliki penilaian yang buruk.
Anak-anak dengan tunagrahita sedang (IQ 36-51) jelas
mengalami kelambatan dalam belajar berbicara dan keterlambatan
dalam mencapai tingkat perkembangan lainnya (misalnya duduk
dan berbicara). Dengann latihan dan dukungan dari
lingkungannya, mereka dapat hidup dengan tingkat kemandirian
tertentu.
Anak-anak dengan tunagrahita berat (IQ 20-35) dapat
dilatih meskipun agak lebih susah dibandingkan dengan
tunagrahita sedang. Anak-anak dengan tunagrahita sangat berat
(IQ 19 atau kurang) biasanya tidak dapat belajar berjalan,
berbicara atau memahami. Angka harapan hidup untuk anak-anak
dengan tunagrahita mungkin lebih pendek, tergantung kepada
penyebab dan beratnya tunagrahita. Biasanya, semakin berat
ketunagrahitaannya maka semakin kecil angka harapan hidupnya
(Rachmayana, 2013:23-26).
3) Karakteristik Anak Tunagrahita
Karakteristik anak cacat mental ringan adalah mereka
termasuk yang mampu didik, bila dilihat dari segi pendidikan.
Mereka pun tidak memperlihatkan kelainan fisik yang mencolok,
28
walaupun perkembangan fisiknya sedikit agak lambat daripada
anak rata-rata.
Karakteristik anak cacat mental sedang adalah mereka
digolongkan sebagai anak yang mampu latih, dimana mereka
dapat dilatih untuk beberapa ketrampilan tertentu, meskipun
sering merespons lama terhadap pendidikan dan pelatihan.
Mereka dapat dilatih untuk mengurus dirinya sendiri serta dilatih
untuk kemampuan membaca, menulis sederhana.
Karakteristik anak cacat mental berat adalah mereka yang
memperlihatkan banyak masalah dan kesulitan, meskipun di
sekolah khusus. Oleh karena itu, mereka membutuhkan
perlindungan hidup dan pengawasan yang teliti. Mereka
membutuhkan pelayanan dan pemeliharaan yang terus-menerus.
Dengan kata lain, mereka tidak bisa mengurus dirinya sendiri
tanpa bantuan orang lain meskipun tugas-tugas sederhana.
Mereka juga mengalami gangguan bicara. Mereka hanya bisa
berkomunikasi secara vokal setelah pelatihan secara intensif.
Tanda-tanda kelainan fisik lainnya adalah lidah seringkali
menjulur keluar, bersamaan dengan keluarnya air liur. Kepala
sedikit besar dari biasanya. Kondisi fisik mereka lemah. Mereka
hanya bisa dilatih ketrampilan khusus selama kondisi fisik
memungkinkan.
29
Karakteristik anak cacat mental sangat berat mempunyai
problem yang serius, baik menyangkut kondisi fisik, intelegensi
serta program pendidikan yang tepat bagi mereka. Kelainan fisik
lainnya dapat dilihat dari kepala yang lebih besar dan sering
bergoyang-goyang. Penyesuaian dirinya yang sangat kurang, dan
bahkan seringkali meminta bantuan orang lain karena mereka tak
dapat berdiri sendiri. Mereka tampaknya membutuhkan bantuan
medis yang baik dan intensif (Atmaja, 2018:102-104).
Pada tunagrahita, ciri-cirinya bisa dilihat jelas dari fisik,
antara lain:
a) Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu
kecil/besar.
b) Pada masa pertumbuhannya dia tidak mampu mengurus
dirinya.
c) Terlambat dalam perkembangan bicara dan bahasa.
d) Cuek terhadap lingkungan.
e) Koordinasi gerakan kurang.
f) Sering keluar ludah dari mulut (ngeces) (Smart, 2012:51-52).
4) Defisit Anak Tunagrahita
Anak berkebutuhan khusus dalam hal ini, yaitu defisit anak
tunagrahita mencakup beberapa area utama, sebagai berikut.
a) Atensi (perhatian) sangat diperlukan dalam proses belajar.
Seseorang harus dapat memusatkan perhatian sebelum ia
30
mempelajari sesuatu. Anak tunagrahita sering memusatkan
perhatian pada benda yang salah, serta sulit mengalokasikan
perhatian secara tepat.
b) Daya ingat. Kebanyakan dari mereka yang menderita
keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam mengingat
informasi. Seringkali masalah ingatan yang dialami adalah
yang berkaitan dengan working memory, yaitu kemampuan
menyimpan informasi tertentu dalam pikiran sementara
melakukan tugas kognitif lain.
c) Perkembangan bahasa. Secara umum, anak tunagrahita
mengikuti tahap-tahap perkembangan bahasa yang sama
dengan anak normal, tetapi perkembangan bahasa mereka
biasanya terlambat muncul, lambat mengalami kemajuan, dan
berakhir pada tingkat perkembangan yang lebih rendah.
Mereka juga mengalami masalah dalam memahami dan
menghasilkan bahasa. Perkembangan bahasa yang buruk dan
masalah dalam self-regulation berdasarkan pada dasar-dasar
ilmu bahasa. Anak yang buruk keterampilan bahasanya akan
terhambat dalam menggunakan taktik self-regulation-nya.
d) Self regulation, yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur
tingkah lakunya sendiri. Jadi, bila seseorang diberikan
sejumlah daftar kata-kata yang perlu diingat, kebanyakan
orang akan mengulanginya dengan cara menghafal dan
31
menyimpannya dalam ingatan. Keadaan ini menunjukkan
bahwa mereka secara aktif mengatur tingkah laku mereka
untuk menentukan strategi apa yang akan digunakan.
e) Perkembangan sosial. Anak tunagrahita cenderung sulit
mendapat teman dan mempertahankan pertemanan yang
disebabkan oleh dua hal. Pertama, bahwa mulai usia
prasekolah mereka tidak tahu bagaimana memulai interaksi
sosial dengan orang lain. Kedua, bahkan mereka tidak sedang
berusaha untuk berinteraksi dengan orang lain, mungkin
menampilkan tingkah laku yang menjauh dari teman-
temannya.
f) Motivasi. Jika anak cacat mental selalu mengalami kegagalan,
maka dapat berisiko untuk mengembangkan kondisi learned
helplessness, dimana munculnya perasaan bahwa seberapa
besar pun usaha mereka, pasti akan menunjukkan kegagalan.
Akhirnya cenderung mudah putus asa ketika dihadapkan pada
tugas yang menantang.
g) Prestasi akademik. Performa anak-anak cacat mental yang
pada semua area kemampuan akademisnya berada di bawah
rata-rata mereka yang seusia dengannya. Cenderung menjadi
underachiever dalam kaitannya dengan harapan-harapan yang
didasarkan pada tingkat kecerdasannya (Atmaja, 2018:109-
110).
32
5) Etiologi Tunagrahita
Pemahaman etiologi anak tunagrahita diharapkan dapat
berguna dan dapat membantu para pendidik dalam memberikan
layanan pendidikan bagi anak-anak tunagrahita seperti yang
dikemukakan oleh Smith (Atmaja, 2018), sebagai berikut.
a) Penyebab Genetik dan Kromosom
Ketunagrahitaan yang disebabkan oleh faktor genetik
yang dikenal dengan phenylketonuria. Hal ini merupakan
suatu kondisi yang disebabkan oleh gen orang tua mengalami
kurangnya produksi enzim yang memproses protein dalam
tubuh sehingga terjadinya penumpukan asam yang disebut
asam phenylpyruvic. Penumpukan ini menyebabkan
kerusakan otak. Selain itu mengakibatkan timbulnya penyakit
Tay-Sachs, yaitu adanya gen yang terpendam yang
diwariskan oleh orang tua yang membawa gen ini.
Selanjutnya faktor kromosom adalah Down’s syndrome
yang disebabkan oleh adanya kromosom ekstra karena
kerusakan atas adanya perpindahan.
b) Penyebab pada Pra-kelahiran
Penyebab pada pra-kelahiran terjadi ketika pembuahan.
Hal yang paling berbahaya adalah penyakit Rubela (campak
jerman) pada janin. Selain itu, adanya infeksi penyakit sifilis.
33
Dalam hal yang lain yang juga dapat menyebabkan
kerusakan otak adalah racun dari alkohol dan obat-obatan
ilegal yang digunakan oleh wanita hamil. Racun tersebut
dapat mengganggu perkembangan janin sehingga
menimbulkan sebuah masalah ketunagrahitaan yang akan
terjadi pada anak-anak keturunannya tersebut.
c) Penyebab pada saat Kelahiran
Penyebab ketunagrahitaan pada saat kelahiran adalah
kelahiran prematur, adanya masalah proses kelahiran seperti
kekurangan oksigen, kelahiran yang dibantu dengan alat-alat
kedokteran beresiko terhadap anak yang akan menimbulkan
trauma pada kepala. Terjadinya kelahiran prematur yang
tidak atau kurang mendapatkan perawatan dengan baik.
d) Penyebab selama masa perkembangan anak-anak dan remaja
Anak tunagrahita yang terjadi pada masa kanak-kanak
dan remaja adalah penyakit radang selaput otak meningitis
dan radang otak encephalitis yang tidak tertangani dengan
baik sehingga mengakibatkan kerusakan otak.
3. Faktor Pendukung Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita
Faktor pendukung pembelajaran matematika pada siswa
tunagrahita sangatlah penting agar tujuan yang diharapkan guru tercapai.
Tujuan utamanya adalah hasil belajar matematika siswa tunagrahita
34
optimal. Faktor pendukung pembelajaran matematika pada siswa
tunagrahita dapat ditinjau dari faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dan hasil belajar siswa.
Menurut Syah (2004:144), faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni kondisi jasmani dan
rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Menurut Dalyono (2007:55-60) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut.
a. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
1) Kesehatan
2) Intelegensi dan bakat
3) Minat dan motivasi
4) Cara belajar
b. Faktor eksternal
1) Keluarga
2) Sekolah
3) Masyarakat
35
4) Lingkungan Sekitar
4. Faktor Penghambat Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita
Banyak hambatan dalam pembelajaran matematika bagi anak
tunagrahita lebih didasarkan faktor guru yang lebih dominan dari
ketidakberhasilan dalam pelaksanaannya yaitu:
a. Kurangnya kemauan dari guru yang tidak mau sulit dalam
mempersiapkan perangkat pembelajaran matematika terutama
perangkat asesmen, silabus, dan RPP yang mencerminkan kebutuhan
anak.
b. Masih lemahnya kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum
atau membuat SKKD berdasarkan hasil asesmen.
c. Guru masih suka menggunakan kurikulum yang baku padahal belum
tentu sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
d. Belum mampu menyusun hasil asesmen menjadi materi pembelajaran
/ bahan ajar.
e. Belum mampu menyelaraskan antara materi hasil asesmen dan
kurikulum yang baku menjadi program pembelajaran (Kemis &
Rosnawati, 2013:104-105).
B. Kajian Pustaka
Kajian hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian adalah
sebagai berikut.
36
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Afifah (2011) dalam judulnya
“Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Anak Berkesulitan Belajar Kelas III A SD Negeri Kepatihan
Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011” menyatakan bahwa penggunaan
strategi pembelajaran tutor sebaya dalam pembelajaran matematika pokok
bahasan pecahan sederhana dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
pada anak berkesulitan belajar Kelas III A SD Negeri Kepatihan Surakarta
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penelitian yang dilakukan oleh Tjutju Soendari (2006) dalam judulnya
“Pendekatan Realistik dalam Meningkatkan Kemampuan Matematika Anak
Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa” menyatakan bahwa pendekatan
realistik merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar matematika anak tunagrahita ringan khususnya dalam operasi
penjumlahan dan pengurangan. Keberhasilan yang diperoleh melalui
pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika di SLB-C tidak terlepas
dari hambatan. Terdapat kelemahan yang ditemukan, diantaranya: 1)
kurangnya pengembangan sosialisasi siswa sebagai akibat dari keterbatasan
intelektual serta kelainan perilaku adaptif mereka, 2) kesulitan guru dalam
membuat dan mempersiapkan masalah matematika yang kontekstual dan
bermakna. Oleh karena itu, terdapat beberapa catatan yang perlu
dipertimbangkan dalam menerapkan pendekatan realistik di SLB-C,
diantaranya kesiapan siswa, kebutuhan, dan tahapan belajar siswa, serta
37
tingkat kemampuan sebagai hasil analisis asesmen matematika sebagai
landasan dalam pembuatan rancangan pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2015) dalam judulnya
“Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa (SLB) Khusus Tunarungu
Karnnamanohara Yogyakarta Tingkat SMP”menunjukkan bahwa proses
pembelajaran matematika pada siswa tunarungu yaitu, penyusunan
perencanaan pembelajaran seperti tujuan pembelajaran, metode, strategi,
alat/media, materi ajar dan instrumen evaluasi disesuaikan dengan
kemampuan siswa karena keterbatasan yang dimiliki siswa tunarungu serta
pelaksanaan belum sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Metode yang
digunakan antara lain, metode pemberian tugas, ceramah, tanya jawab, dan
diskusi. Media/ alat yang menunjang pembelajaran tidak ditemukan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya kajian hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
menitikberatkan pada pentingnya strategi pembelajaran pada anak
berkebutuhan khusus. Sedangkan peneliti akan melakukan penelitian tentang
strategi pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan khusus tunagrahita
yang diterapkan di SMALB Negeri Salatiga. Oleh karena itu peneliti akan
melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pembelajaran Matematika pada
Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita SMALB Negeri Salatiga Tahun
Pelajaran 2018/2019”.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai sifat populasi atau daerah tertentu,
sehingga secara keseluruhan penelitian ini tergolong penelitian kualitatif.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yang dalam
pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yang
umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan,
serta penelaahan dokumen studi dokumenter yang antar satu dengan yang lain
saling melengkapi, memperkuat, dan menyempurnakan (Sukmadinata,
2008:108). Data yang diperoleh dari laporan penelitian ini berasal dari naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan dokumen lainnya.
Penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap sebagai
pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk
mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah peneliti berangkat ke
lapangan mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu
keadaan alamiah atau in siti.
Peneliti memilih menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif
karena data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa data deskriptif yang
bersumber dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumenter. Penelitian
39
ini mendeskripsikan realita di lapangan mengenai strategi pembelajaran
matematika pada siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga.
B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting, karena
peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus terjun secara langsung di
lapangan untuk mendapatkan data yang valid dan objektif. Menurut Burhan
Bungin (2012:48) mengatakan bahwa seorang peneliti dalam penelitian
kualitatif lebih berada pada posisi sebagai orang yang belajar dari masyarakat,
bukan belajar tentang masyarakat. Maka, untuk memperoleh data yang
dibutuhkan, peneliti hadir dan terlibat secara langsung dalam aktivitas
pendidik, santri atau peserta didik, dan masyarakat sekitar di lokasi penelitian
untuk memperoleh data-data dan berbagai informasi yang diperlukan. Dalam
penelitian kualitatif ini peneliti menjadi pelajar yakni belajar dari orang yang
dipelajarinya yang menjadi sumber data.
Maka dari itu, peneliti akan melakukan penelitian dan terjun langsung
di SMALB Negeri Salatiga.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMALB Negeri Salatiga. Alasan
pemilihan tempat di SMALB Negeri Salatiga adalah pentingnya upaya
pengembangan pembelajaran matematika pada siswa tunagrahita. Oleh
karena itu, para guru harus terus mengembangkan pembelajaran matematika
40
pada siswa SMALB Negeri Salatiga. Salah satu diantara lembaga SMALB
yang menerapkan strategi pembelajaran matematika pada siswa tunagrahita
adalah SMALB Negeri Salatiga. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret – Mei tahun 2019.
D. Sumber Data
Sumber data adalah subjek yang akan diteliti. Menurut Lofland (dalam
Moleong, 2009:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Sumber data dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan
disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Kelebihan data primer adalah
data lebih valid dan mencerminkan kebenaran berdasarkan apa yang
dilihat dan didengar langsung oleh peneliti. Kekurangan data primer
adalah membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang dikeluarkan relatif
lebih besar. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu
satu guru matematika dan enam anak berkebutuhan khusus tunagrahita
SMALB Negeri Salatiga.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan data informasi yang diperoleh
dari sumber-sumber lain selain data primer, antara lain, buku-buku
literatur, majalah atau jurnal ilmiah, internet, dokumen pribadi, dan
41
dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data
sekunder yang diperoleh penulis pada penelitian ini adalah data siswa
tunagrahita SMALB Negeri Salatiga.
Penulis menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara langsung dengan para narasumber.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang diperlukan digunakan metode-metode berikut:
a. Metode Observasi atau Pengamatan
Pengamatan (observation) merupakan cara yang sangat baik untuk
meneliti tingkah laku manusia. Dalam melakukan pengamatan sebaiknya
peneliti sudah memahami terlebih dahulu pengertian-pengertian umum
dari objek penelitiannya. Apabila tidak maka hasil pengamatannya
menjadi tidak tajam (Rasimin, 2018:96-97). Metode ini digunakan penulis
untuk mengetahui secara langsung kegiatan belajar mengajar matematika
di SMALB Negeri Salatiga. Data yang diperoleh adalah hasil dari
pengamatan secara langsung kegiatan belajar mengajar matematika serta
ikut terjun langsung dalam kegiatan tersebut sehingga data yang diperoleh
benar-benar valid.
b. Metode Wawancara
Wawancara merupakan teknik komunikasi antara interviewer
dengan interviewee. Terdapat sejumlah syarat bagi seorang interviewer
42
yaitu harus responsive, tidak subjektif, menyesuaikan diri dengan
responden dan pembicaraannya harus terarah. Di samping itu, terdapat
beberapa hal yang harus dilakukan interviewer ketika melakukan
wawancara yaitu jangan memberikan kesan negatif, mengusahakan
pembicaraan bersifat kontinu, jangan terlalu sering meminta responden
mengingat masa lalu, memberi pengertian kepada responden tentang
pentingya informasi mereka dan jangan mengajukan pertanyaan yang
mengandung banyak hal (Rasimin, 2018:97).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara
semiterstruktur. Dalam melakukan wawancara peneliti mendengarkan dan
mencatat hasil wawancara yang dikemukakan oleh guru mata pelajaran
matematika dan juga siswa tunagrahita ringan. Tujuan dari wawancara
yang dilakukan dari penelitian adalah untuk mendapatkan informasi
terkait pelaksanaan pembelajaran pada anak tunagrahita, yaitu: penerapan
strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru, faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Tujuan
lain dari wawancara adalah untuk mengetahui hal-hal yang tidak dapat
diketahui apabila peneliti hanya melakukan observasi.
c. Metode Dokumenter
Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data
dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode
dokumenter ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari
sumber non manusia. Sumber–sumber informasi non-manusia ini
43
seringkali diabaikan dalam penelitian kualitatif, padahal sumber ini
kebanyakan sudah tersedia dan siap pakai. Dokumen berguna karena
dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok
penelitian. Foto merupakan salah satu bahan dokumenter. Foto
bermanfaat sebagai sumber informasi karena foto mampu membekukan
dan menggambarkan peristiwa yang terjadi. Akan tetapi dalam penelitian
kita tidak boleh menggunakan kamera sebagai alat pencari data secara
sembarangan, sebab orang akan menjadi curiga. Gunakan kamera ketika
sudah ada kedekatan dan kepercayaan dari objek penelitian dan mintalah
izin ketika akan menggunakannya (Rasimin, 2018:97-98).
Dokumentasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu
dengan cara melampirkan foto kegiatan pembelajaran, hasil wawancara
guru matematika dan siswa berkebutuhan khusus tunagrahita ringan
selama proses penelitian berlangsung. Dokumentasi ini dilakukan dengan
tujuan untuk mendukung kredibilitas hasil penelitian yang diperoleh dari
hasil observasi dan wawancara.
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada
orang lain (Zuriah, 2007:217).
44
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data
model Miles & Huberman (Sugiyono, 2009) yang meliputi tiga aktivitas,
yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data pada dasarnya lebih merupakan proses seleksi data
yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dalam catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan untuk memilih
data yang dirasa perlu dan membuang data yang tidak perlu, sehingga
kesimpulan dan verifikasi data dapat dilakukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penyajian data, menurut Miles dan Huberman, merupakan
proses analisis kedua yang harus dilakukan. Sebagaimana halnya reduksi
data, penciptaan dan penggunaan penyajian data tidaklah terpisah dari
analisis. Penyajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk
uraian singkat hasil penelitian mengenai pelaksanaan pembelajaran
matematika bagi siswa tunagrahita. Penyajian data bertujuan untuk
memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan
kerja selanjutnya.
3. Verification (Penarikan Kesimpulan)
Menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari satu kegiatan
dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat
45
pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran peneliti selama menulis.
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang telah diteliti dengan jelas.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Wiliam Wiersma (Sugiyono, 2009:372) menjelaskan bahwa
triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Dalam
penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuannya.
Teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan data temuan tersebut adalah
teknik triangulasi. Triangulasi pada dasarnya merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan apa yang ada di luar data atau
memanfaatkan sesuatu yang lain sebagai pembanding terhadap data yang
telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber merupakan triangulasi yang digunakan untuk
menguji kredibilitas dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari
beberapa sumber. Dalam penelitian ini, triangulasi sumber dilakukan dengan
mengecek apa yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa sumber,
yaitu guru matematika dan siswa tunagrahita.
46
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Triangulasi teknik ini dilakukan dengan menggunakan
hasil wawancara, yang kemudian dicek dengan menggunakan hasil observasi
dan dokumentasi.
Dari teknik-teknik tersebut diharapkan dapat menghasilkan sebuah
kesimpulan terkait dengan strategi pembelajaran matematika pada anak
berkebutuhan khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga.
H. Tahap-Tahap Penelitian
1. Kegiatan administratif yang meliputi, pengajuan izin operasional untuk
penelitian dari Kepala Sekolah SMALB Negeri Salatiga selaku
penanggung jawab, kemudian menyusun pedoman wawancara dalam
melakukan administratif lainnya.
2. Kegiatan lapangan, meliputi:
a. Survey awal, untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian yaitu
SMALB Negeri Salatiga;
b. Menemui dan berkomunikasi dengan siswa tunagrahita yang akan
menjadi subjek penelitian;
c. Melakukan survey langsung ke lapangan dengan melakukan
wawancara kepada para responden atau informan sebagai langkah
untuk pengumpulan data;
47
d. Menyajikan data dengan susunan atau urutan yang sistematis agar
mudah dipahami;
e. Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan;
f. Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
48
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Profil Subjek Penelitian
1. Data Informan
Tabel 4.1 Data Informan Guru Matematika dan Anak Berkebutuhan
Khusus Tunagrahita Ringan Kelas X C SMALB Negeri Salatiga
Nama TTL Alamat Keterangan
Sularno, S.Pd Karanganyar,
15 Juni 1967
Banjaran, RT 02/12
MangunsariSidomuktiSala
tiga
Guru Matematika
Aprila Hana
Dewi Hapsari
Salatiga, 23
April 2003
Kutowinangun, RT 09/06
Karang Pete Kec. Tingkir
Siswa Tunagrahita
Ringan
Erika Indah
Pratiwi
Salatiga, 16
April 2004
Pulutan RT 03/02 Kec.
Sidorejo
Siswa Tunagrahita
Ringan
Faisal
Firmansyah
Salatiga, 20
Agustus 2000
Ngepos RT 01/07 Tingkir
Tengah Kec. Tingkir
Siswa Tunagrahita
Ringan
Adi Nugroho
Febriyanto
Salatiga, 09
Februari 2002
Kalicacing RT 05/06 Kec.
Sidomukti
Siswa Tunagrahita
Ringan
M. Alpha
Teddy
Salatiga, 22
Mei 2001
Gintang RT 05/01 Kab.
Boyolali
Siswa Tunagrahita
Ringan
Sugiarti Semarang, 21
Februari 1995
Karang Tengah RT 02/06
Kec. Tuntang
Siswa Tunagrahita
Ringan
49
2. Sarana dan Prasarana SLB Negeri Salatiga
Sarana dan prasarana bertujuan untuk mendukung kelancaran,
keberhasilan proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana di SMALB
Negeri Salatiga yang menjadi faktor pendukung jalannya proses
pembelajaran matematika diantaranya, yaitu gedung sekolah, ruang kelas,
white board, meja dan kursi guru, meja dan kursi siswa, alat peraga
matematika, perpustakaan, dan lain-lain. Tersedianya sarana dan prasarana
di SMALB yang memadai, dapat mendukung proses pembelajaran
matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tabel 4.2 Sarana dan prasarana yang mendukung proses
pembelajaran matematika
No. Nama Barang Jumlah Bahan
1. Gedung Sekolah 5 Beton
2. Perpustakaan 1 Beton
3. Meja Guru 11 Kayu
4. Kursi Guru 11 Kayu
5. Meja Siswa 129 Kayu
6. Kursi Siswa 129 Kayu
7. White Board 35 Triplek
8. Alat Peraga 40
Keterangan Dokumentasi : 02 April 2019
50
3. Keunggulan SLB Negeri Salatiga
SLB Negeri Salatiga memiliki keunggulan dan prestasi di luar akademik,
diantaranya :
Tingkat Eks Karesidenan Semarang
a. Juara II bulu tangkis putra SDLB B
b. Juara I balap kursi roda 100 m putra / SMPLB D
c. Juara II lari 100 m putra/c SMPLB
d. Juara III bocce putra SMPLB C1
e. Juara II bulu tangkis putra SMALB
Tingkat Kota Salatiga
a. Juara I Cipta Baca Puisi SDLB A/D
b. Juara I lari 80 m Putra/C SDLB
c. Juara I Bulu Tangkis SDLB B
d. Juara II Melukis SDLB
e. Juara I Lari 100 m Putra/C SMPLB
f. Juara I Cipta Baca Puisi SMPLB
g. Juara I Menyanyi Solo SMPLB A/D
h. Juara II Lompat Jauh Putri/B SMPLB
i. Juara II Memainkan Alat Musik SMPLB C
j. Juara I Merias Wajah dan Kuku SMALB B
k. Juara II Desain Grafis SMALB B
51
B. Analisis Data
Hal-hal yang akan dianalisis adalah pelaksanaan strategi pembelajaran
matematika, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan
pembelajaran matematika di SMALB Negeri Salatiga.
1. Strategi Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan
Khusus Tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi peneliti
dapat mengetahui bahwa semua aspek strategi pembelajaran matematika
di SMALB Negeri Salatiga belum terlaksana. Strategi pembelajaran
matematika pada anak berkebutuhan khusus tunagrahita dalam
pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pemberian Reinforcement (baik reinforcer positif maupun negatif)
Berdasarkan wawancara dengan guru matematika, diketahui
bahwa guru tidak memberikan reinforcement untuk anak tunagrahita.
Pada saat peneliti mengajukan pertanyaan apakah ada reinforcement
untuk anak tunagrahita dalam pelaksanaan pembelajaran kepada
guru matematika pada wawancara maka guru matematika menjawab
“tidak mbak, semua anak saya anggap sama. Jika ada yang maju
mengerjakan dan bisa maka akan saya puji pintar atau yang
lainnya. Terus kalau misalkan ada yang nakal atau kurang nurut
paling saya peringatkan saja gak dihukum yang aneh-aneh. Ya
namanya mengajar anak yang luar biasa ya mbak, bukan seperti
52
anak-anak normal lainnya, jadi harus lebih bisa memahami dan
harus bisa sabar.”
Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi terhadap
apakah ada reinforcement dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika atau tidak. Dan ternyata hasil dari observasi terhadap
pemberian reinforcement baik reinforcer positif maupun negatif
untuk anak tunagrahita selama pelaksanaan pembelajaran
matematika yaitu belum terlaksana. Dikarenakan bahwa guru
menganggap bahwa anak tunagrahita harus dihadapi dengan sabar
tanpa adanya hukuman-hukuman.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, peneliti
menyimpulkan bahwa pada saat pelaksanaan pembelajaran
matematika, guru tidak melakukan reinforcement baik positif
maupun negatif pada anak tunagrahita dikarenakan bahwa guru
memiliki anggapan bahwa jika mengajar anak yang luar biasa tidak
perlu adanya reinforcement, pokoknya harus dihadapi dengan sabar
dan saling mengerti.
b. Pemberian Punishment
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika, dapat
diambil kesimpulan bahwa guru tidak memberikan punishment atau
hukuman apapun kepada anak tunagrahita yang melakukan
kesalahan dalam pembelajaran. Jika ada anak yang melanggar, maka
guru cukup memperingati tanpa memberikan hukuman-hukuman.
53
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika terlalu monoton, jadi
seperti yang saya lihat bahwa anak mengalami titik kejenuhan yang
akhirnya menyebabkan si anak tidak fokus lagi kepada pelajaran
yang diajarkan.
Setelah penulis melakukan wawancara dengan ANF, apakah
ada siswa yang gaduh dalam kelas atau tidak. Dan ANF menjawab
“ada mbak, tapi ya itu biasa saja sih, emang sudah biasa dia itu
gaduh di kelas” ternyata ada satu dua anak yang sering gaduh dan
bicara sendiri ketika guru mengajar. Namun, hal itu tidak ada tindak
lanjut, bahkan guru hanya sekedar memberikan peringatan saja
padahal itu dapat mengganggu ketenangan dalam belajar
matematika.
Menurut hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti
lakukan, maka dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
matematika guru belum melakukan adanya punishment kepada siswa
apabila ada yang melanggar aturan.
c. Klasifikasi atau grouping
Berdasarkan wawancara dengan guru matematika, apakah ada
grouping materi yang disampaikan kepada siswa? SL
mengungkapkan bahwa “tidak ada grouping atau klasifikasi
mengenai materi yang diajarkan mbak. Karena menurut saya, satu
kelas ini semua saya sama ratakan, jadi yang membedakan di sini
yaitu antara materi yang diajarkan di sekolah umumnya itu pasti
54
sangat berbeda dibandingkan dengan materi yang diajarkan di
sekolah luar biasa ini mbak.. materinya pasti sangat berbeda.
Ibaratnya di sini sudah SMALB tapi jika di sekolah umum bisa juga
masuk ke materi SMP atau tidak materi SD mbak. Di sini SMALB
kelas X saja masih mempelajari tentang penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian dan lain-lain mbak... jadi sangat berbeda jika
dibandingkan dengan sekolah umum. Kalau untuk klasifikasi materi
antar individu dalam satu kelas, saya tidak ada mbak. Karena
semuanya saya anggap sama. Jadi satu kelas mempelajari dan
memahami materi yang sama.”
Selain peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika,
peneliti juga melakukan observasi sendiri dan langsung mengamati
dalam kelas saat kegiatan pembelajaran matematika berlangsung.
Dan ternyata memang tidak ada klasifikasi atau grouping materi
dalam satu kelas. Jadi, semua individu semuanya sama dan belajar
materi matematika yang sama.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam pembelajaran matematika tidak ada
klasifikasi atau grouping materi berdasarkan perkembangan kognitif
anak, usia mental anak, tahapan konkrit ke semi konkrit lalu abstrak.
Materi yang disampaikan masih bersifat umum. Jadi semua anak
diberikan pengetahuan dan pengajaran yang sama.
55
Pada bagian ini juga, peneliti akan memaparkan mengenai strategi
pembelajaran matematika yang diterapkan di SMALB Negeri Salatiga
selama kegiatan belajar mengajar matematika berlangsung. Pembahasan
yang ditulis pada bab ini mengacu pada rumusan masalah yang pertama
yaitu bagaimana strategi pembelajaran matematika pada anak
berkebutuhan khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga tahun pelajaran
2018/2019?
Untuk mengetahui bagaimana saja strategi yang diterapkan, maka
sebelumnya peneliti meminta izin kepada guru matematika kelas X
Tunagrahita ringan yaitu Bapak Sularno, S.Pd. untuk melakukan
penelitian. Dengan respon yang ramah dari beliau, maka observasi dapat
berjalan dengan lancar.
Saat pembelajaran matematika berlangsung, Bapak Sularno, Selaku
guru matematika kelas Tunagrahita ringan menerapkan metode driil
dalam mengajar. Sedangkan untuk menjelaskan tentang materinya yaitu
dengan menggunakan bantuan LCD dan juga dipaparkan lagi di papan
tulis. Menurutnya, dengan metode driil siswa lebih mampu dan mudah
untuk memahami materi apa yang diajarkan. Adapun langkah-langkah
dalam melaksanakan metode drill adalah sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, guru mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran, instrumen pembelajaran, daftar hadir siswa dan soal-
soal latihan. Pada saat membuat soal-soal latihan, guru harus
56
mempertimbangkan beberapa hal, seperti : jenis soal-soal latihan yang
tepat dan jelas sehingga siswa mengerti apa yang diberikan, sesuai
dengan kemampuan siswa, ada petunjuk sumber yang dapat membantu
pekerjaan siswa, waktu yang cukup dan tentunya sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini harus berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran
menggunakan penerapan metode drill. Mulai dari menyampaikan
kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator dan tujuan
pembelajaran. Selanjutnya, melakukan kegiatan inti mulai dari
menyampaikan materi pembelajaran sesuai indikator pembelajaran.
Pokok bahasan yang diajarkan oleh guru yaitu tentang perkalian.
Kegiatan selanjutnya adalah pelaksanaan latihan. Langkah ini meliputi:
guru memberikan bimbingan, dorongan sehingga siswa mau bekerja,
diusahakan oleh siswa sendiri tanpa bantuan orang lain, dan dianjurkan
agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan
sistematik.
c. Tahap Pelaksanaan Pengamatan (Observasi) dan Evaluasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Pada akhir tahap ini diadakan latihan untuk
mengukur hasil belajar. Jika siswa dalam melaksanakan latihannya
ditunjang dengan minat dan perhatian serta kejelasan tujuan
57
belajarnya, maka latihan tersebut dapat mengembangkan daya berpikir
inisiatif, kreatif dan melatih siswa bertanggung jawab.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini, hasil yang diperoleh dari tahap
observasi dan evaluasi kemudian dianalisis. Dari hasil tersebut, peneliti
akan merefleksi tentang keberhasilan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan.
Dengan metode tersebut, siswa lebih digembleng kepada materi
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian kemudian memberikan
soal-soal latihan yang kemudian siswa disuruh untuk mencoba
mengerjakan setelah diajarkan langkah-langkahnya terlebih dahulu.
“Mengajar matematika di sekolah luar biasa dengan sekolah umum
tentunya akan terasa sangat berbeda, yang jelas lebih menantang di
sekolah luar biasa. Kita harus lebih sabar, pelan dalam mengajar, dan
yang terpenting dapat melakukan pendekatan dengan siswa “ ujar
Bapak Sularno (wawancara 15 April 2019).
2. Faktor Pendukung Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita SMALB Negeri Salatiga
Hasil wawancara dengan SL, “bahwa yang menjadi faktor
pendukung paling utama dalam pembelajaran matematika yaitu suasana
hati siswa. Ketika suasana hati atau keinginan siswa dalam belajar itu
tinggi, maka kegiatan pembelajaran akan berhasil dengan
menyenangkan. Suasana hati tersebutbiasanya merupakan bawaan dari
58
rumah. Ketika pagi berangkat sekolah siswa merasa senang dan ceria
maka akan berdampak kepada proses berlangsungnya pembelajaran
matematika tersebut” (wawancara, 15 April 2019).
Faktor – faktor pendukung lainnya antara lain:
a. Motivasi
Motivasi ini dapat berupa motivasi dari orang tua maupun dari
guru. Misalnya dengan memberikan pujian-pujian atau sanjungan.
Setelah saya mengamati anak tunagrahita yang berada di SMALB
Negeri Salatiga banyak orang tua dan juga guru yang selalu
memberikan perhatian dan kasih sayang. Anak tunagrahita lebih
tergugah semangatnya jika memperoleh motivasi dari orang lain.
Karena dengan adanya motivasi-motivasi tersebut mereka merasa lebih
diperhatikan.
b. Tersedianya Alat Peraga
SL mengungkapkan bahwa “Di SMALB Negeri Salatiga sudah
tergolong memiliki fasilitas yang baik, meskipun belum lengkap.
Dengan adanya alat peraga, guru dan siswa merasa lebih terbantu
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika.” Karena,
dengan alat peraga guru lebih bisa menjelaskan materi secara lebih
konkrit dan lebih mudah untuk dipahami.
c. Memberikan Tugas di Rumah
Dengan adanya tugas rumah yang diberikan guru dari sekolah,
anak lebih merasa memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan
59
tugasnya di rumah. Itu merupakan salah satu usaha yang dilakukan
guru agar anak tetap belajar di rumah tidak hanya di sekolah saja.
d. Sarana dan Prasarana yang Mendukung
Dengan mendukungnya sarana dan prasarana di SMALB
Negeri Salatiga maka guru dan siswa akan merasa lebih mudah dan
merasa terfasilitasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Dengan sarana dan prasarana yang memadai, maka kegiatan
pembelajaran akan merasa nyaman dan lebih kondusif sehingga dapat
mempengaruhi terserapnya materi yang diberikan guru kepada siswa.
3. Faktor Penghambat Pembelajaran Matematika pada Siswa
Tunagrahita SMALB Negeri Salatiga
Hasil wawancara dengan SL, “bahwa yang menjadi faktor
penghambat paling utama dalam pembelajaran matematika yaitu suasana
hati siswa, itu yang susah mbak. Ketika suasana hati atau keinginan
siswa dalam belajar itu rendah, maka kegiatan pembelajaran akan
kurang menyenangkan. Suasana hati tersebut biasanya merupakan
bawaan dari rumah. Ketika pagi berangkat sekolah siswa merasa tidak
senang dan terlihat murung, tidak punya semangat untuk belajar maka
akan berdampak kepada proses berlangsungnya pembelajaran
matematika tersebut” (wawancara, 15 April 2019).
Faktor – faktor penghambat pembelajaran matematika yang ada di
SMALB Negeri Salatiga berdasarkan hasil observasi dan wawancara
antara lain:
60
a. Kurangnya kemauan guru untuk mempersiapkan perangkat
pembelajaran matematika, seperti silabus, RPP dan lain-lain.
b. Monoton dalam mengajar, menggunakan metode yang biasa-biasa dan
kurang menarik dalam pembelajaran.
c. Lebih mementingkan kegiatan vokasional (pengembangan bakat
siswa).
d. Kurangnya daya tangkap siswa saat diberikan pelajaran.
C. Pembahasan
1. Strategi Pembelajaran Matematika pada Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita
a. Pemberian Reinforcement (baik reinforcer positif maupun negatif)
Bentuk strategi yang dikembangkan dari perpaduan pengajaran
berprogram dan terapi tingkah laku dalam praktik klinis menurut
Muljono (Mumpuniarti, 2007:59-62) diantaranya yaitu reinforcement
yang terdiri dari dua macam yaitu positive reinforcer dan negative
reinforcer. Positive reinforcer adalah peristiwa yang menyebabkan
meningkatnya perilaku yang diharapkan, sementara negative reinforcer
adalah hilangnya peristiwa yang tidak menyenangkan setelah hal yang
diharapkan nampak. Yang terlihat hanyalah teguran kepada siswa
apabila ada siswa yang berbuat gaduh di kelas. Ketika ada siswa yang
bisa mengerjakan maka guru hanya memberikan pujian-pujian, seperti
kata “pintar, bagus” dan itu berlaku untuk seluruh siswa dalam kelas.
61
b. Pemberian Punishment
Bentuk strategi yang dikembangkan dari perpaduan pengajaran
berprogram dan terapi tingkah laku dalam praktik klinis menurut
Muljono (Mumpuniarti, 2007:59-62) diantaranya yaitu pemberian
punishment. Selama kegiatan penelitian dilakukan ketika ada siswa
yang melakukan kesalahan atau melanggar aturan misalkan gaduh,
maka dari pihak guru tidak memberikan hukuman dan hanya menegur
saja. Namun, untuk kelas tunagrahita ringan ini hanyalah berbuat
gaduh sewajarnya, tidak sampai melakukan hal-hal yang meresahkan
dan mengganggu kegiatan pembelajaran matematika.
c. Klasifikasi/grouping
Bentuk strategi yang dikembangkan dari perpaduan pengajaran
berprogram dan terapi tingkah laku dalam praktik klinis menurut
Muljono (Mumpuniarti, 2007:59-62) diantaranya yaitu klasifikasi atau
grouping sesuai perkembangan kognitif anak, usia mental anak,
tahapan konkret ke semi konkret lalu abstrak. Namun selama kegiatan
pembelajaran matematika di kelas Tunagrahita Ringan SMALB Negeri
Salatiga berlangsung, materi yang disampaikan guru bersifat umum.
Materi yang tersusun bukanlah individual namun menyeluruh satu
kelas.
62
2. Faktor Pendukung Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita
Faktor pendukung dalam pembelajaran dapat ditinjau dari faktor
yang mempengaruhi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Menurut (Syah,
2004:144) faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga, yaitu faktor
internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar.
Faktor pendukung yang peneliti peroleh dari hasil observasi dan
wawancara di SMALB Negeri Salatiga antara lain:
a. Motivasi
Motivasi ini berasal dari guru dan juga orang tua siswa.
semakin banyak motivasi yang diperoleh, maka siswa akan semakin
giat dan semangat untuk belajar.
b. Tersedianya alat peraga
Dengan tersedianya alat peraga di SMALB Negeri Salatiga,
maka guru akan merasa lebih mudah untuk menjelaskan materi
kepada siswa dan siswa juga merasa lebih mudah memahami materi
yang diajarkan.
c. Memberikan tugas di rumah
Dengan memberikan tugas di rumah, maka guru memiliki
tujuan agar siswa selain belajar di sekolah juga akan belajar di rumah.
Jadi, siswa dapat belajar dengan mengulang materi pelajaran yang
sudah diajarkan guru di sekolah.
63
d. Sarana dan prasarana yang mendukung
Sarana dan prasarana yang mendukung juga sangat
mempengaruhi dalam melaksanakan pembelajaran matematika.
Karena dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, misalkan
ruang kelas yang nyaman, maka suasana kegiatan pembelajaran juga
akan kondusif.
3. Faktor Penghambat Pembelajaran Matematika pada Anak
Berkebutuhan Khusus Tunagrahita
Menurut Kemis & Rosnawati (2013:104-105) ada beberapa faktor
penghambat yang mempengaruhi pembelajaran matematika bagi anak
tunagrahita lebih didasarkan faktor guru yang lebih dominan dari
ketidakberhasilan dalam pelaksanaannya yaitu:
a. Kurangnya kemauan dari guru yang tidak mau sulit dalam
mempersiapkan perangkat pembelajaran matematika terutama
perangkat asesmen, silabus, dan RPP yang mencerminkan kebutuhan
anak.
b. Masih lemahnya kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum
atau membuat SKKD berdasarkan hasil asesmen.
c. Guru masih suka menggunakan kurikulum yang baku padahal belum
tentu sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
d. Belum mampu menyusun hasil asesmen menjadi materi pembelajaran
/ bahan ajar.
64
e. Belum mampu menyelaraskan antara materi hasil asesmen dan
kurikulum yang baku menjadi program pembelajaran.
Sedangkan faktor – faktor penghambat pembelajaran matematika yang
ada di SMALB Negeri Salatiga berdasarkan hasil observasi dan
wawancara antara lain:
a. Kurangnya kemauan guru untuk mempersiapkan perangkat
pembelajaran matematika, seperti silabus, RPP dan lain-lain.
b. Monoton dalam mengajar, menggunakan metode yang biasa-biasa dan
kurang menarik dalam pembelajaran.
c. Kurangnya semangat dan daya tangkap siswa saat diberikan pelajaran
d. Lebih mementingkan kegiatan vokasional (pengembangan bakat
siswa).
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan analisis mulai dari bab I sampai dengan bab IV
untuk menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yang dilakukan, maka
ada beberapa yang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan dalam skripsi ini,
yaitu:
1. Strategi pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan khusus
tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga. Saat pembelajaran matematika
berlangsung, Bapak Sularno, selaku guru matematika kelas Tunagrahita
ringan menerapkan metode drill dalam mengajar. Sedangkan untuk
menjelaskan tentang materinya yaitu dengan menggunakan bantuan LCD
dan juga dipaparkan lagi di papan tulis. Menurutnya, dengan metode drill
siswa lebih mampu dan mudah untuk memahami materi apa yang
diajarkan. Seluruh aspek dalam strategi pembelajaran matematika pada
anak tunagrahita meliputi pemberian reinforcement, pemberian
punishment, dan materi yang diklasifikasikan sesuai perkembangan anak
belum terlaksana.
2. Faktor pendukung pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan
khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga. Faktor pendukung paling
utama dalam pembelajaran matematika yaitu suasana hati siswa, ketika
suasana hati atau suasana siswa dalam belajar itu tinggi, maka kegiatan
66
pembelajaran akan berhasil dengan menyenangkan.Suasana hati tersebut
biasanya merupakan bawaan dari rumah. Ketika pagi berangkat sekolah
siswa merasa senang dan ceria maka akan berdampak kepada proses
berlangsungnya pembelajaran matematika tersebut. Faktor-faktor lainnya
antara lain, motivasi, tersedianya alat peraga, memberikan tugas di rumah,
sarana dan prasarana yang mendukung.
3. Faktor penghambat pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan
khusus tunagrahita SMALB Negeri Salatiga. Faktor penghambat paling
utama dalam pembelajaran matematika yaitu suasana hati siswa, ketika
suasana hatidan keinginan siswa dalam belajar itu rendah, maka kegiatan
pembelajaran akan kurang menyenangkan. Suasana hati tersebut biasanya
merupakan bawaan dari rumah. Ketika pagi berangkat sekolah siswa
merasa tidak senang dan terlihat murung, tidak punya semangat untuk
belajar maka akan berdampak kepada proses berlangsungnya pembelajaran
matematika tersebut. Faktor-faktor lainnya antara lain, kurangnya
kemampuan guru untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran
matematika, seperti silabus, RPP dan lain-lain, monoton dalam mengajar,
menggunakan metode yang biasa-biasa dan kurang menarik dalam
pembelajaran, kurangnya semangat dan daya tangkap siswa saat diberikan
pelajaran, lebih mementingkan kegiatan vokasional (pengembangan bakat
siswa).
67
B. Saran
1. Untuk anak berkebutuhan khusus Tunagrahita SMALB Negeri
Salatiga
a. Anak berkebutuhan khusus tunagrahita merupakan anak yang
memiliki tingkat intelegensi yang rendah dibandingkan dengan
anak pada umumnya. Namun, ia masih bisa dididik dan dilatih.
Untuk itu, janganlah berputus asa dengan keterbatasan yang kalian
miliki.
b. Tidak sedikit juga masyarakat yang memandang sebelah mata
kondisi anak tunagrahita. Namun, tidak menutup kemungkinan
sederet prestasi yang menunggu kedatanganmu.
2. Untuk guru dan karyawan SMALB Negeri Salatiga
a. Meningkatkan kualitas guru baik dari segi akademis maupun dari
segi non akademis
b. Menerapkan strategi pembelajaran yang tepat, sehingga dapat
memudahkan siswa dalam memahami materi
c. Meningkatkan kesabaran dan ketekunan dalam membimbing dan
mendidik anak berkebutuhan khusus
d. Selalu menjadi teladan dan panutan bagi siswa-siswa
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Afifah, Nur. 2011. Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar Kelas III A SD
Negeri Kepatihan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Pendidikan
Khusus. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Arifprabowo, Tri dan Musfiqon. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Grup Penerbitan CV Budi Utama.
Atmaja, Jati Rinarki. 2018. Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan
Khusus. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers
Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahari dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Evmenova dan Behrman. 2011. Research-Based Strategies for Teaching Content
to Students with Intellectual Disabilities: Adapted Videos, Education and
Training in Autism and Developmental Disabilities. Vol 46, No. 5. 519-
537
Firmansyah, Faisal dkk. 2019. “Respon Siswa dalam Pembelajaran Matematika”.
Wawancara Pribadi: 15 April 2019, SMALB Negeri Salatiga.
69
Franklin, James. 2009. Aristotelian Realism in Philosophy of Mathematics. UK:
Elsevier, ed.AD. Irvine.
Gulo. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. 2015. Strategi Pembelajaran Terpadu.
Yogyakarta: Familia.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Rosdakarya.
Kemis dan Ati Rosnawati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita. Bandung: PT. Luxima Metro Media.
Kustawan, Dedy. 2012. Pendidikan Inklusif & Upaya Implementasinya. Jakarta:
PT. Luxima Metro Media.
Moleong, Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhammad, Jamila. 2008. Special Education for Special Children: Panduan
Pendidikan Khusus Anak-Anak dengan Ketunaan dan Learning
Disabilities. Jakarta: Hikmah.
Mulyadi. 2015. Pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa (SLB) Khusus
Tunarungu Karnnamanohara Yogyakarta Tingkat SMP.Pendidikan
Matematika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Mumpuniarti. 2007. Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental.
Yogyakarta: Kanwa Publisher.
70
Nur’aeni. 2017. Buku Ajar Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Purwokerto: UM Purwokerto Press (Anggota APPTI).
Rachmayana, Dadan. 2013. Diantara Pendidikan Luar Biasa, Menuju Anak Masa
Depan yang Inklusif. Jakarta : PT. Luxima Metro Media.
Rasimin. 2018. Metode Penelitian Pendekatan Praktis Kualitatif. Yogyakarta:
Mitra Cendikia.
Saefuddin, Asis dan Ika Berdiati. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Smart, Aqila. 2012. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi
untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati.
Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indoenesia. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud.
Soendari, Tjutju. 2006. Pendekatan Realistik dalam Meningkatkan Kemampuan
Matematika Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa.Pendidikan
Luar Biasa. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Sriyanti dkk. 2009. Teori-Teori Pembelajaran. Salatiga: STAIN Salatiga.
Sudana, Antonius Aris. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: Familia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
71
Sularno. 2019. “Strategi Pembelajaran Matematika”. Wawancara Pribadi: 15
April 2019, SMALB Negeri Salatiga.
Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
72
LAMPIRAN-LAMPIRAN
73
Lembar Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
74
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Asiskha Avitanty Jurusan : Tadris Matematika
NIM : 23070-15-0008 Dosen P.A : Saiful Marom, M. Sc.
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1. Syahadah “Kursus Bahasa
Arab” di Pare 04 Februari 2018 Peserta 10
2. English Course and Camp di
Pare
05 Januari – 03
Februari 2017 Peserta 10
3.
Sertifikat “Menghafal Juz
30” di Pondok Pesantren
Madrosatul Qur’an
Karangjoho, Mojo, Andong,
Boyolali
11 Januari – 9
Februari 2016 Peserta 10
4.
Seminar Nasional 2015
“Epistemologi Tafsir
Kontemporer; Integrasi
Hermeneutika dalam
Metode Penafsiran Al-
Qur’an”
30 September
2015 Peserta 8
5. Seminar Nasional
“Pendidikan Karakter untuk
17 November
2015 Peserta 8
Lembar Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
75
Melahirkan Pemimpin Masa
Depan”
6.
Seminar Nasional DEMA
FTIK “Peningkatan
Profesionalisme Guru
Sebagai dalam
Pembelajaran di Era
Globalisasi”
23 November
2015 Peserta 8
7.
Seminar Nasional
“Membentuk Hakim
Progresif dan Profesional
Demi Terciptanya
Keadilan”
19 Desember
2015 Peserta 8
8.
Seminar Nasional
“Pembangunan Karakter
Bangsa Upaya Mewujudkan
Generasi Muda yang
Berbudaya untuk Indonesia
Bermartabat”
09 April 2016 Peserta 8
9.
Seminar Nasional
Problematika Hakim dan
peradilan “Rekontruksi
Ideal Sistem Peradilan di
22 September
2016 Peserta 8
Lembar Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
76
Indonesia”
10.
Seminar Nasional Hari
santri “Santri dalam Kancah
Geopolitik Global”
Peserta 8
11.
Seminar Nasional
Peringatan Hari Bumi 22
April “Dengarkan Bisikan
Alam Tentang Manusia”
29 April 2017 Peserta 8
12.
Seminar Nasional Ittaqo
“Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab Integratif
untuk Membangun
Peradaban Islam di
Indonesia”
23 Mei 2017 Peserta 8
13.
Seminar Nasional “Inovasi
Pembelajaran dan Media
Pembelajaran Matematika
Berbasis IT”
11 November
2017 Peserta 8
14.
Seminar Nasional “Hari
Hutan Dunia 2018” Mapala
Mitapasa “Keep Our Forest,
Keep Our Life”
24 Maret 2018 Peserta 8
15. Seminar Nasional 27 Oktober 2018 Peserta 8
Lembar Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
77
Matematika “Hakikat
Pendidikan Matematika dan
Perkembangannya di Era
Millenial”
16. Instensive English
Language Program
22 Februari – 10
Juni 2016 Peserta 6
17.
Ijazah Kursus Pembina
Pramuka Mahir Tingkat
Dasar (KMD)
06 – 11
September 2016 Peserta 6
18. Pelatihan Kepramukaan 19-21 Juli 2018 Peserta 4
19.
Training Entrepreneurship
Youth Association of
Bidikmisi Limardhotillah
(Ya Bismillah) IAIN
Salatiga “Kiat Berwirausaha
Sukses dan Mandiri Melalui
Bisnis Online”
30 Oktober 2017 Peserta 3
20.
Pelatihan TOEFL dan
TOAFL di Aula Pondok
Pesantren Edi Mancoro
12 Februari 2017 Peserta 3
21.
Pelatihan Desain Grafis
“Berkreasi Melalui Desain
Grafis”
17 – 18 Mei 2017 Peserta 3
Lembar Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
78
22.
ESQ Character Building – I
ESQ Training – Champion
Mentality Mahasiswa Bidik
Misi Institut Agama Islam
Negeri Salatiga
13 Juni 2016 Peserta 3
23.
OPAK Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga 2015 “Integrasi
Pendidikan Karakter
Mahasiswa Melalui Kampus
Edukatif Humanis dan
Religius”
13 Agustus 2015 Peserta 3
24.
OPAK IAIN Salatiga
“Penguatan Nilai-Nilai
Islam Indonesia Menuju
Negara yang Aman dan
Damai”
14 Agustus 2015 Peserta 3
25.
UPT Perpustakaan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga
21 Agustus 2015 Peserta 3
26.
Pengenalan Jurusan dan
Keakraban Matematika
“Revolusi Mental Pendidik
03 September
2016 Peserta 3
Lembar Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
79
Matematika dan Wahana
Solidaritas Mahasiswa
Matematika”
27.
Diskusi Ilmiah Bulanan
Dosen & Mahasiswa Tadris
Matematika Periode Mei
2017 “ Matematika dalam
Perspektif Agama Islam”
22 Mei 2017 Peserta 3
28. FORMULA (Forum Diskusi
Bulanan Matematika) 31 Oktober 2017 Peserta 3
29.
Seminar Motivasi
“Menumbuhkan Semangat
Berprestasi sebagai Wujud
Pengabdian Bangsa di Era
Global”
24 Desember
2015 Peserta 3
30.
Scholarship Seminar
“Unlocking The Future
Through Scholarships”
23 Mei 2017 Peserta 3
31. Seminar “STAY
POSITIVE” 26 Mei 2016 Peserta 3
32.
Seminar “Peran Santri di
Era Literasi Digital dalam
Menyaring Informasi Palsu”
24 April 2017 Peserta 3
Lembar Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
80
33.
Seminar Edukasi Zakat dan
Mawaris “Mwujudkan
Generasi yang Mempunyai
Dedikasi Islami”
07 April 2018 Peserta 3
34.
Pelatihan Penulisan
Proposal Penelitian
Mahasiswa Bidikmisi
Angkatan 2015
13 September
2018 Peserta 3
35.
Ramadhan In Campus
“Bersahabat dengan Al-
Qur’an, Menjadi Keluarga
Terdekat Sang Maha
Rahman”
15 Juni 2017 Peserta 3
36.
Seminar Pra-nikah
“Pentingnya Menjaga
Kesehatan Reproduksi”
23 April 2017 Peserta 3
37.
Bedah Buku Ulama-Ulama
Aswaja Nusantara yang
Berpengaruh di Negeri
Hijaz
21 Februari 2016 Peserta 3
38. Talkshow Sukses Kuliah
Bersama KAMMI Salatiga
16 September
2015 Peserta 3
Lembar Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
81
82
83
84
85
86
KODE PENELITIAN
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
1. Responden
Nama Kode Jabatan Kode
Sularno, S. Pd. Guru Matematika SL
Erika Indah Pratiwi Siswa Tunagrahita Ringan EIP
Aprila Hana Dewi Hapsari Siswa Tunagrahita Ringan AHDH
Sugiarti Siswa Tunagrahita Ringan SG
M. Alpha Teddy Siswa Tunagrahita Ringan MA
Adi Nugroho Febriyanto Siswa Tunagrahita Ringan ANF
Faisal Firmansyah Siswa Tunagrahita Ringan FF
2. Metode Penelitian
Metode Penelitian Kode
Wawancara W
3. Media Penyimpanan Data
Media Kode
Foto F
File L
87
Instrumen Penelitian
Menurut Sugiono (2009:305-306) dalam penelitian kualitatif yang
menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Untuk memudahkan dalam proses penelitian, peneliti membuat instrumen
penelitian sebagai berikut.
1. Pedoman Observasi
Sebelum kegiatan observasi dilakukan, peneliti perlu membuat
pedoman observasi untuk memudahkan pelaksanaan saat di lapangan.
Pedoman observasi disusun berdasarkan kajian teori, digunakan untuk
mengamati siswa tunagrahita dan guru mata pelajaran matematika.
Kisi-kisi pedoman observasi pembelajaran matematika tunagrahita.
No. Aspek yang diamati Sub aspek yang diamati
1. Strategi pembelajaran siswa
tunagrahita
Strategi khusus pembelajaran
matematika siswa tunagrahita
2. Faktor pendukung
pembelajaran matematika
Faktor pendukung yang
mempengaruhi pembelajaran
matematika pada siswa tunagrahita
3. Faktor penghambat
pembelajaran matematika
Faktor penghambat yang
mempengaruhi pembelajaran
matematika pada siswa tunagrahita
88
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara disusun berdasarkan kajian teori yang
digunakan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dari guru mata
pelajaran matematika dan siswa tunagrahita.
a. Pedoman wawancara untuk guru mata pelajaran matematika
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih
mendalam terkait dengan strategi pembelajaran matematika pada siswa
tunagrahita SMALB Negeri Salatiga.
Kisi-kisi pedoman wawancara untuk guru matematika
No. Indikator
1. Penerapan strategi khusus dalam proses pembelajaran
matematika pada siswa tunagrahita
2. Hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran matematika
pada siswa tunagrahita
b. Pedoman wawancara untuk siswa tunagrahita
Kisi-kisi pedoman wawancara untuk siswa tunagrahita
No. Indikator
1. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika
Lembar Hasil Observasi
89
Observasi 1
Hari, Tanggal : Senin, 11 Maret 2019
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita C
Waktu : 08.50 – 09.45
Pelajaran : Matematika
No. Aspek yang diamati Sub aspek yang
diamati
Hasil pengamatan
1. Strategi pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Metode
pembelajaran
Dalam pembelajaran
matematika, guru
menggunakan metode
drill. Metode drill
dianggap metode yang
cukup efektif. Hal ini
dapat dilihat dari nilai
hasil ujian akhir semester
genap siswa tunagrahita
yang mayoritas dapat
mencapai di atas KKM.
Pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif)
Selama kegiatan
pembelajaran
matematika berlangsung
tidak tampak pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif) oleh guru
matematika
Lembar Hasil Observasi
90
Pemberian
punishment
Tidak tampak
Klasifikasi/grouping Tidak ada klasifikasi
selama kegiatan
pembelajaran
berlangsung
2. Faktor pendukung
dalam pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Motivasi orang tua
dan guru
Orang tua dan guru
memberikan motivasi
yang kuat terhadap anak
tunagrahita
Tersedianya alat
peraga
Alat peraga yang cukup
dapat mendukung
kegiatan pembelajaran
dan dapat mempermudah
siswa dalam memahami
materi
Memberikan tugas
di rumah
Guru memberikan tugas
di rumah dengan tujuan
siswa lebih dapat
memahami tentang
materi yang disampaikan
di sekolah dan juga
sebagai cara agar siswa
banyak latihan.
Sarana dan
prasarana yang
mendukung
Sarana dan prasarana
yang tersedia cukup
memfasilitasi, sehingga
kegiatan pembelajaran
Lembar Hasil Observasi
91
dapat berlangsung
dengan efektif.
3. Faktor penghambat
pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Perangkat
pembelajaran
Kurangnya kemauan
guru dalam menyiapkan
perangkat pembelajaran.
Strategi mengajar
guru
Strategi mengajar guru
yang monoton.
Observasi 2
Hari, Tanggal : Selasa, 02 April 2019
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita C
Waktu : 09.50 – 10.45
Pelajaran : Matematika
No. Aspek yang diamati Sub aspek yang
diamati
Hasil pengamatan
1. Strategi pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Metode
pembelajaran
Dalam pembelajaran
matematika, guru
menggunakan metode
drill. Metode drill
dianggap metode yang
cukup efektif. Hal ini
dapat dilihat dari nilai
hasil ujian akhir semester
genap siswa tunagrahita
yang mayoritas dapat
mencapai di atas KKM.
Lembar Hasil Observasi
92
Pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif)
Selama kegiatan
pembelajaran
matematika berlangsung
tidak tampak pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif)
Pemberian
punishment
Tidak tampak
Klasifikasi/grouping Tidak ada klasifikasi
selama kegiatan
pembelajaran
berlangsung
2. Faktor pendukung
dalam pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Motivasi orang tua
dan guru
Orang tua dan guru
memberikan motivasi
yang kuat terhadap anak
tunagrahita
Tersedianya alat
peraga
Alat peraga yang cukup
dapat mendukung
kegiatan pembelajaran
dan dapat mempermudah
siswa dalam memahami
materi
Memberikan tugas
di rumah
Guru memberikan tugas
di rumah dengan tujuan
siswa lebih dapat
memahami tentang
materi yang disampaikan
Lembar Hasil Observasi
93
di sekolah dan juga
sebagai cara agar siswa
banyak latihan.
Sarana dan
prasarana yang
mendukung
Sarana dan prasarana
yang tersedia cukup
memfasilitasi, sehingga
kegiatan pembelajaran
dapat berlangsung
dengan efektif.
3. Faktor penghambat
pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Perangkat
pembelajaran
Kurangnya kemauan
guru dalam menyiapkan
perangkat pembelajaran.
Strategi mengajar
guru
Guru merasa kesulitan
dalam memberikan
materi yang bersifat
individual, karena anak
tunagrahita dalam satu
kelas memiliki tingkat
kecerdasan yang
berbeda-beda
Lembar Hasil Observasi
94
Observasi 3
Hari, Tanggal : Senin, 15 April 2019
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita C
Waktu : 08.50 – 09.45
Pelajaran : Matematika
No. Aspek yang diamati Sub aspek yang
diamati
Hasil pengamatan
1. Strategi pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Metode
pembelajaran
Dalam pembelajaran
matematika, guru
menggunakan metode
drill. Metode drill
dianggap metode yang
cukup efektif. Hal ini
dapat dilihat dari nilai
hasil ujian akhir semester
genap siswa tunagrahita
yang mayoritas dapat
mencapai di atas KKM.
Pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif)
Selama kegiatan
pembelajaran
matematika berlangsung
tidak tampak pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif)
Lembar Hasil Observasi
95
Pemberian
punishment
Tidak tampak
Klasifikasi/grouping Tidak ada klasifikasi
selama kegiatan
pembelajaran
berlangsung
2. Faktor pendukung
dalam pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Motivasi orang tua
dan guru
Orang tua dan guru
sangat mendukung anak
berkebutuhan khusus
tunagrahita ini dalam
mencari ilmu, contoh:
orang tua rela menunggu
dan menemani anaknya
di sekolah hingga waktu
pulang sekolah.
Tersedianya alat
peraga
Alat peraga yang cukup
dapat mendukung
kegiatan pembelajaran
dan dapat mempermudah
siswa dalam memahami
materi
Memberikan tugas
di rumah
Guru memberikan tugas
di rumah dengan tujuan
siswa lebih dapat
memahami tentang
materi yang disampaikan
di sekolah dan juga
sebagai cara agar siswa
banyak latihan.
Lembar Hasil Observasi
96
Sarana dan
prasarana yang
mendukung
Sarana dan prasarana
yang tersedia cukup
memfasilitasi, sehingga
kegiatan pembelajaran
dapat berlangsung
dengan efektif.
3. Faktor penghambat
pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Perangkat
Pembelajaran
Kurangnya kemauan
guru dalam menyiapkan
perangkat pembelajaran.
Strategi mengajar
guru
Selama kegiatan
pembelajaran
berlangsung, materi yang
diberikan bersifat
klasikal, tidak ada
program yang tersusun
secara individual.
Observasi 4
Hari, Tanggal : Rabu, 17 April 2019
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita C
Waktu : 08.50 – 09.45
Pelajaran : Matematika
No. Aspek yang diamati Sub aspek yang
diamati
Hasil pengamatan
1. Strategi pembelajaran
matematika pada anak
Metode
pembelajaran
Dalam pembelajaran
matematika, guru
Lembar Hasil Observasi
97
tunagrahita menggunakan metode
drill. Metode drill
dianggap metode yang
cukup efektif. Hal ini
dapat dilihat dari nilai
hasil ujian akhir semester
genap siswa tunagrahita
yang mayoritas dapat
mencapai di atas KKM.
Pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif)
Selama kegiatan
pembelajaran
matematika berlangsung
tidak tampak pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif)
Pemberian
punishment
Tidak tampak
Klasifikasi/grouping Tidak ada klasifikasi
selama kegiatan
pembelajaran
berlangsung
2. Faktor pendukung
dalam pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Motivasi orang tua
dan guru
Orang tua dan guru
memberikan motivasi
yang kuat terhadap anak
tunagrahita
Tersedianya alat Alat peraga yang cukup
Lembar Hasil Observasi
98
peraga dapat mendukung
kegiatan pembelajaran
dan dapat mempermudah
siswa dalam memahami
materi
Memberikan tugas
di rumah
Guru memberikan tugas
di rumah dengan tujuan
siswa lebih dapat
memahami tentang
materi yang disampaikan
di sekolah dan juga
sebagai cara agar siswa
banyak latihan.
Sarana dan
prasarana yang
mendukung
Sarana dan prasarana
yang tersedia cukup
memfasilitasi, sehingga
kegiatan pembelajaran
dapat berlangsung
dengan efektif.
3. Faktor penghambat
pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Perangkat
Pembelajaran
Kurangnya kemauan
guru dalam menyiapkan
perangkat pembelajaran.
Strategi mengajar
guru
Tidak ada
pengklasifikasian materi,
sehingga materi yang
disampaikan sama rata.
Lembar Hasil Observasi
99
Observasi 5
Hari, Tanggal : Kamis, 02 Mei 2019
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita C
Waktu : 08.50 – 09.45
Pelajaran : Matematika
No. Aspek yang diamati Sub aspek yang
diamati
Hasil pengamatan
1. Strategi pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Metode
pembelajaran
Dalam pembelajaran
matematika, guru
menggunakan metode
drill. Metode drill
dianggap metode yang
cukup efektif. Hal ini
dapat dilihat dari nilai
hasil ujian akhir semester
genap siswa tunagrahita
yang mayoritas dapat
mencapai di atas KKM.
Pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif)
Selama kegiatan
pembelajaran
matematika berlangsung
tidak tampak pemberian
reinforcement (baik
reinforcer positif
maupun reinforcer
negatif)
Lembar Hasil Observasi
100
Pemberian
punishment
Tidak tampak
Klasifikasi/grouping Tidak ada klasifikasi
selama kegiatan
pembelajaran
berlangsung
2. Faktor pendukung
dalam pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Motivasi orang tua
dan guru
Orang tua dan guru
memberikan motivasi
yang kuat terhadap anak
tunagrahita
Tersedianya alat
peraga
Alat peraga yang cukup
dapat mendukung
kegiatan pembelajaran
dan dapat mempermudah
siswa dalam memahami
materi
Memberikan tugas
di rumah
Guru memberikan tugas
di rumah dengan tujuan
siswa lebih dapat
memahami tentang
materi yang disampaikan
di sekolah dan juga
sebagai cara agar siswa
banyak latihan
Sarana dan
prasarana yang
mendukung
Sarana dan prasarana
yang tersedia cukup
memfasilitasi, sehingga
kegiatan pembelajaran
Lembar Hasil Observasi
101
dapat berlangsung
dengan efektif
3. Faktor penghambat
pelaksanaan
pembelajaran
matematika pada anak
tunagrahita
Perangkat
Pembelajaran
Kurangnya kemauan
guru dalam menyiapkan
perangkat pembelajaran
Strategi mengajar
guru
Strategi mengajar guru
yang monoton
102
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kode Responden :
Kode Data :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Daftar Pertanyaan :
1. Kapan jadwal pembelajaran matematika?
2. Apakah materi pembelajaran matematika di SMALB sama dengan SMA
umum?
3. Bagaimana strategi pembelajaran matematika yang dikembangkan di
SMALB Negeri Salatiga?
4. Bagaimana respon siswa dengan pembelajaran matematika?semangat atau
tidak?
5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan strategi
pembelajaran matematika?
6. Apa saja usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam
belajar matematika?
103
7. Bagaimana cara menangani para anak yang kesulitan dalam menerima
pelajaran matematika yang disampaikan?
104
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kode Responden :
Kode Data :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah Anda suka pelajaran matematika?
2. Apa yang Anda lakukan selama kegiatan pembelajaran matematika
berlangsung?
3. Jika kamu sulit memahami materinya, apa yang Anda lakukan?
4. Cara belajar matematika yang seperti apakah yang Anda suka?
5. Apa yang membuat Anda bosan dalam pembelajaran matematika?
105
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU MATEMATIKA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kode Responden : SL
Kode Data : W / SL
Hari/Tanggal : Senin, 15 April 2019
Waktu : 09.20 – 09.50
Tempat : R. Multimedia
Daftar Pertanyaan :
1. Kapan jadwal pembelajaran matematika?
Pada hari Selasa jam pertama sampai keempat
2. Apakah materi pembelajaran matematika di SMALB sama dengan SMA
umum?
Tentu berbeda, untuk materi kelas X SMALB Negeri Salatiga meliputi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian.
3. Bagaimana strategi pembelajaran matematika yang dikembangkan di
SMALB Negeri Salatiga?
Saya lebih menggunakan metode driil. Karena menurut saya, dengan
begitu anak-anak lebih banyak berlatih untuk menghitung. Jika belum
paham maka akan saya dampingi dan ajari satu per satu.
106
4. Bagaimana respon siswa dengan pembelajaran matematika?semangat atau
tidak?
Semangat, tapi juga tergantung suasana hati yang dibawa dari rumah
sebelum berangkat sekolah. Jika suasana hatinya baik maka respon siswa
juga baik.
5. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan strategi
pembelajaran matematika?
- Faktor pendukung, suasana hati baik siswa, orang tua yag mendukung,
dalam pembelajaran matematika ada alat peraga yang telah disediakan
dari sekolah.
- Faktor penghambat, suasana hati jelek siswa, suasana hati yang sudah
tidak enak yang dibawa oleh siswa dari rumah masuk sekolah akan
sangat mempengaruhi berlangsungnya proses pembelajaran
matematika.
6. Apa saja usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam
belajar matematika?
Lebih banyak memberi soal-soal latihan, yang belum paham maka akan
saya terangkan dan perjelas lagi.
7. Bagaimana cara menangani para anak yang kesulitan dalam menerima
pelajaran matematika yang disampaikan?
Melakukan pendekatan, saya tuntun pelan-pelan. Saya juga memaklumi
bahwa anak luar biasa tidak bisa disamakan dengan anak yang sekolah di
sekolah pada umumnya.
107
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kode Responden : EIP
Kode Data : W / EIP
Hari/Tanggal : 02 April 2019
Waktu : 09.00 – 09.20
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita Ringan C
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah Anda suka pelajaran matematika?
Suka matematika karena lumayan mudah.
2. Apa yang Anda lakukan selama kegiatan pembelajaran matematika
berlangsung?
Mendengarkan dan memperhatikan.
3. Jika kamu sulit memahami materinya, apa yang Anda lakukan?
Bertanya kepada Pak Larno atau teman yang lain.
4. Cara belajar matematika yang seperti apakah yang Anda suka?
Yang tidak membosankan. Yang tidak spaneng.
5. Apa yang membuat Anda senang dalam pembelajaran matematika?
Gurunya yang tidak galak, sabar dalam mengajar matematika.
6. Apa yang membuat Anda bosan dalam pembelajaran matematika?
Kalau materinya sulit saya bosan karena tidak bisa.
108
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kode Responden : AHDH
Kode Data : W / AHDH
Hari/Tanggal : 02 April 2019
Waktu : 09.20 – 09.40
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita Ringan C
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah Anda suka pelajaran matematika?
Tidak suka, karena sulit
2. Apa yang Anda lakukan selama kegiatan pembelajaran matematika
berlangsung?
Mendengarkan dan selalu memperhatikan. Terkadang usil, ngajak ngobrol
teman yang lain.
3. Jika kamu sulit memahami materinya, apa yang Anda lakukan?
Bertanya kepada Pak Larno
4. Cara belajar matematika yang seperti apakah yang Anda suka?
Yang lucu, tidak terlalu memaksa. Jadi ada senda guraunya. Terus Kalau
pas saya bisa mengerjakan saya senang belajar matematika, tapi kalau saya
tidak suka ya saya tidak senang.
5. Apa yang membuat Anda bosan dalam pembelajaran matematika?
109
Kalau suasana kelas monoton sama setiap harinya terkadang saya bosan.
110
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kode Responden : SG
Kode Data : W / SG
Hari/Tanggal : Senin, 15 April 2019
Waktu : 08.10 – 08.20
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita Ringan C
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah Anda suka pelajaran matematika?
Suka matematika karena mudah.
2. Apa yang Anda lakukan selama kegiatan pembelajaran matematika
berlangsung?
Mendengarkan, memahami, mencatat.
3. Jika kamu sulit memahami materinya, apa yang Anda lakukan?
Bertanya kepada Pak Larno.
4. Cara belajar matematika yang seperti apakah yang Anda suka?
Yang unik. Jadi terkadang kan ditampilkan di layar ada gambar-gambar itu
saya suka. Jadi tidak hanya mencatat saja.
5. Apa yang membuat Anda bosan dalam pembelajaran matematika?
111
Kalau pembelajaran di kelas terlalu spaneng dan mencatat terus saya
merasa bosan.
112
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kode Responden : MA
Kode Data : W / MA
Hari/Tanggal : Senin, 15 April 2019
Waktu : 08.20 – 08.30
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita Ringan C
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah Anda suka pelajaran matematika?
Suka matematika tapi kadang tidak suka karena mengalami kesulitan.
Tergantung materinya susah atau tidak.
2. Apa yang Anda lakukan selama kegiatan pembelajaran matematika
berlangsung?
Mendengarkan, menulis, memperhatikan.
3. Jika kamu sulit memahami materinya, apa yang Anda lakukan?
Bertanya kepada teman atau kepada Pak Larno.
4. Cara belajar matematika yang seperti apakah yang Anda suka?
Belajar yang bisa maju mengerjakan nanti dikasih apa gitu bu.. jadi saya
senang.
5. Apa yang membuat Anda bosan dalam pembelajaran matematika?
Bosan kalau diberi soal tapi saya tidak bisa mengerjakan.
113
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kode Responden : ANF
Kode Data : W / ANF
Hari/Tanggal : Senin, 15 April 2019
Waktu : 08.30 – 08.40
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita Ringan C
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah Anda suka pelajaran matematika?
Suka, karena mudah dipahami. Materinya mudah (penjumlahan,
pengurangan)
2. Apa yang Anda lakukan selama kegiatan pembelajaran matematika
berlangsung?
Memperhatikan, jika ditanya saya menjawab, mengerjakan di depan jika
disuruh perwakilan maju mengerjakan.
3. Jika kamu sulit memahami materinya, apa yang Anda lakukan?
Mengerjakan sendiri sampai bisa, kalau terpaksa tidak bisa baru bertanya
kepada Pak Larno.
4. Cara belajar matematika yang seperti apakah yang Anda suka?
Yang ada kayak permainannya gitu bu.. kalau tidak ya kerja kelompok
misalnya kan bisa tukar saling bertanya.
114
5. Apa yang membuat Anda bosan dalam pembelajaran matematika?
Terlalu spaneng bu.. saya tidak suka.
115
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA SMALB NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Kode Responden : FF
Kode Data : W / FF
Hari/Tanggal : Senin, 15 April 2019
Waktu : 08.40 – 08.50
Tempat : Ruang Kelas Tunagrahita Ringan C
Daftar Pertanyaan :
1. Apakah Anda suka pelajaran matematika?
Suka, materi yang saya suka itu tentang penjumlahan dan pengurangan.
Kalau perkalian sudah susah. Susah-susah gampang tapi membingungkan.
2. Apa yang Anda lakukan selama kegiatan pembelajaran matematika
berlangsung?
Mendengarkan, menulis, belajar,
3. Jika kamu sulit memahami materinya, apa yang Anda lakukan?
Bertanya kepada Pak Larno dan teman yang lain.
4. Cara belajar matematika yang seperti apakah yang Anda suka?
Kalau belajar materi yang mudah dan saya bisa saya suka.
5. Apa yang membuat Anda bosan dalam pembelajaran matematika?
Kalau saya tidak bisa mengerjakan saya merasa bosan dan ingin segera
keluar.
116
Data Informan Guru Matematika dan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita Ringan Kelas X C SMALB Negeri Salatiga
Nama TTL Alamat Keterangan
Sularno, S. Pd Karanganyar,
15 Juni 1967
Banjaran, RT 02/12
Mangunsari Sidomukti
Salatiga
Guru Matematika
Aprila Hana
Dewi Hapsari
Salatiga, 23
April 2003
Kutowinangun, RT
09/06 Karang Pete
Kec. Tingkir
Siswa Tunagrahita
Ringan
Erika Indah
Pratiwi
Salatiga, 16
April 2004
Pulutan RT 03/02 Kec.
Sidorejo
Siswa Tunagrahita
Ringan
Faisal
Firmansyah
Salatiga, 20
Agustus 2000
Ngepos RT 01/07
Tingkir Tengah Kec.
Tingkir
Siswa Tunagrahita
Ringan
Adi Nugroho
Febriyanto
Salatiga, 09
Februari 2002
Kalicacing RT 05/06
Kec. Sidomukti
Siswa Tunagrahita
Ringan
M. Alpha
Teddy
Salatiga, 22
Mei 2001
Gintang RT 05/01 Kab.
Boyolali
Siswa Tunagrahita
Ringan
Sugiarti Semarang, 21
Februari 1995
Karang Tengah RT
02/06 Kec. Tuntang
Siswa Tunagrahita
Ringan
117
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
MATEMATIKA SMALB
TUNAGRAHITA
KELAS X
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi
sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”.
Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya
diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. ”Kedua kompetensi tersebut
dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang
proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan
sebagai berikut ini.
118
KOMPETENSI INTI 3
(PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI 4
(KETERAMPILAN)
1 . Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian nyata dalam
kehidupan
1. Mencoba, mengolah dan
menyajikan dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami operasi hitung
bilangan asli (penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan
pembagian) dalam pemecahan
masalah pada kehidupan sehari-
hari.
4.1 Menghitung operasi bilangan asli
(penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian) dalam
pemecahan masalah pada
kehidupan sehari-hari.
3.2 Memahami bentuk persen dalam
kehidupan sehari-hari.
4.2 Menghitung bentuk persen dalam
kehidupan sehari-hari dengan
bantuan kalkulator
3.3 Memahami konsep satuan
panjang, waktu, berat dan
volume dalam ketrampilan
vokasional
4.3 Menerapkan konsep satuan
panjang, waktu, berat dan volume
dalam ketrampilan vokasoinal
3.4 Memahami table kebutuhan uang
dan barang dalam kaitannya
dengan kegiatan keterampilan
vokasional
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
FOTO-FOTO KEGIATAN
Guru matematika kelas tunagrahita ringan
Kelas tunagrahita ringan saat pembelajaran matematika
132
Kelas tunagrahita ringan saat pembelajaran matematika
Kelas tunagrahita ringan saat pembelajaran matematika
133
Kelas tunagrahita ringan saat pembelajaran matematika
Wawancara dengan guru matematika
134
Wawancara dengan siswa tunagrahita
Wawancara dengan siswa tunagrahita