Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TENTANG PERAWATAN KAKI DENGAN KLASIFIKASI
RISIKO ULKUS DIABETIK DI POLIKLINIK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
LALU MUHAMMAD ARSIL AZIM 2212136
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2016
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini : “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki Dengan
Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati
Bantul”, tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Yogyakarta, Agustus 2016
Lalu Muhammad Arsil Azim
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Rahman dan Rahim, karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul: “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Tentang Perawatan Kaki Dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di Poliklinik
RSUD Panembahan Senopati Bantul”.
Tidak lupa pula shalawat serta salam selalu bermuara kepada junjungan umat
Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan para tabiin
yang telah mempelopori zaman jahiliyah menuju zaman addin yang penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti sekarang.
Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima
kasih dengan setulus-tulusnya kepada:
1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes, selaku Ketua Stikes A.Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha., M.Kep., Ns. Sp.Kep.MB, selaku Ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan dan selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
3. Dwi Kartika Rukmi, M.Kep., Ns. Sp.Kep.MB, selaku Penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan
saran serta masukan terhadap penyusunan skripsi ini.
4. Adi Sucipto., M.Kep, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus
ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa
sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
v
6. Semua pihak yang sudah ikut serta membantu dalam penyelesaian skripsi
ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, penulis ucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.
7. Teman-teman Kelas C dan teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan
angkatan 2012/2013
Penulis menyadari atas keterbatasan dan kemampuan dalam menyelesaikan
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan masukan dari semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas amal kebaikan dan bantuannya.
Akhirnya besar harapan penulis semoga penelitian ini berguna bagi semua pihak.
Yogyakarta, Juni 2016
Penulis
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vi
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii INTISARI……………………………………………………………………. xiii ABSTRACT………………………………………………………………….. xiv BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah . .................................................................... 1 B. Rumusan Masalah . .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .. ............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5 E. Keaslian Penelitian .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………. 8
A. Pengetahuan ............................................................................... 8 B. Diabetes Mellitus ................................................... ................... 12 C. Ulkus Diabetik ........................................................ .................. 20 D. Kerangka Teori ........................................................................... 29 E. Kerangka Konsep ....................................................................... 30 F. Hipotesis ..................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………… 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 31 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 31 C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 31 D. Variabel Penelitian ........................................................................... 33 E. Definisi Operasional ......................................................................... 34 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ................................................ 35 G. Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 37 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 39 I. Etika Penelitian ................................................................................. 41 J. Pelaksanaan Penelitian...................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………... 44
A. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 44 B. Pembahasan…………………………………………………………… 48
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
C. Keterbatasan Penelitian……………………………………………….. 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 57
A. Kesimpulan……………………………………………………………. 57 B. Saran…………………………………………………………………... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 3.1. Definisi Operasional .................................................................... 34 Tabel 3.2. Kisi-Kisi Pertanyaan Perawatan Kaki .......................................... 35 Tabel 3.3. Format Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik ................................... 36 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe
2 di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun 2016…………………………………………………… . 45
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tipe 2 tentang Perawatan Kaki di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun 2016…………. 46
Tabel 4.3. Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun 2016 ................ 47
Tabel 4.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Juli Tahun 2016…………………………………………. 47
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1. Kerangka Teori ............................................................................ 29 Gambar 2.2. Kerangka Konsep ........................................................................ 30
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 4 Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan Kaki Lampiran 5 Kunci Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan Lampiran 6 Lembar Observasi Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Lampiran 7 Gambar Perubahan-Perubahan Pada Kaki Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 9 Data Karakteristik Responden Lampiran 10 Hasil Analisa Data Lampiran 11 Hasil Analisa Tabulasi Silang Lampiran 12 Surat Pengantar Izin Studi Pendahuluan Lampiran 13 Surat Pengantar Izin Uji Validitas Lampiran 14 Surat Pengantar Izin Penelitian Lampiran 15 Lembar Kegiatan Bimbingan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TENTANG PERAWATAN KAKI DENGAN KLASIFIKASI
RISIKO ULKUS DIABETIK DI POLIKLINIK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Lalu Muhammad Arsil Azim1, Tetra Saktika Adinugraha2, Adi Sucipto3
INTISARI
Latar Belakang : Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin. Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi DM yang paling serius dan melumpuhkan. Prevalensi kejadian ulkus diabetikum di Indonesia sebesar 15% dari total pasien DM. Pencegahan terhadap terjadinya ulkus diabetik, salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien DM dengan melakukan perawatan kaki. Pasien DM perlu mengetahui perawatan kaki diabetik dengan baik sehingga kejadian ulkus gangrene dan amputasi dapat dihindarkan.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan deskriptif korelasional, dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel dalam penelitian ini 60 pasien DM tipe 2 tanpa ulkus diabetikum.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar pasien DM mempunyai tingkat pengetahuan tentang perawatan kaki dengan kategori kurang sebanyak 24 orang (40,0%) dan memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi sebanyak 25 orang (41,7%). Hasil uji Korelasi Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (p<0,1) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Kata Kunci : Pengetahuan, Perawatan kaki DM, Risiko ulkus diabetik
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiv
THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL OF TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS ABOUT FOOT CARE AND DIABETIC ULCER RISK CLASSIFICATION AT POLYCLINIC
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL HOSPITAL
Lalu Muhammad Arsil Azim1, Tetra Saktika Adinugraha2, Adi Sucipto3
ABSTRACT
Background : Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with hyperglycemia characteristic that occurs due to abnormal insulin secrection. Diabetic ulcer is the most serious complication of diabetic mellitus and disabling. The prevalence of diabetic ulcers in Indonesia is amounted 15% from the total of diabetic mellitus patients. The prevention of diabetic ulcers that can be done by the patients is foot care. Diabetes mellitus patients need to know about foot care appropriately so that the incidence of gangrene and amputation can be avoided.
Objective : To find out the correlation between knowledge level of type 2 diabetes mellitus patients about foot care and diabetic ulcer risk classification at Polyclinic Panembahan Senopati Bantul hospital.
Method : This study is qualitative descriptive correlational with cross sectional research design. The sampling technique used was purposive sampling and the total of samples in this research were 60 patients of diabetes mellitus without diabetic ulcers.
Results : The study result confirmed that the majority of DM patients had knowledge level about foot treatment in poor category as many as 24 respondents (40,0%) and had high diabetic ulcer risk as many as 25 respondents (41,7%). The result of Spearman correlational test figured out p value of 0,000 (p<0,1) which indicated that there was a significant correlation between knowledge level of type 2 diabetes mellitus patients about foot care and diabetic ulcer risk classification
Conclusion : There is a significant correlation between knowledge level of type 2 diabetes mellitus patients about foot care and diabetic ulcer risk classification at Polyclinic Panembahan Senopati Bantul Hospital.
Keywords : Knowledge, Foot care of Diabetes Mellitus, Diabetic Ulcer Risk
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi apabila
pankreas tidak memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup atau
tubuh yang tidak efektif menggunakan hormon insulin yang sudah dihasilkan
(WHO, 2014). Menurut American Diabetes Association (ADA), DM
merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin (PERKENI, 2006).
Ada beberapa macam tipe DM salah satunya DM tipe 2, yaitu: terjadi
resistensi insulin atau penurunan produksi insulin dalam tubuh sehingga
fungsinya tidak maksimal atau tubuh kurang peka terhadap insulin (ADA,
2011).
DM dengan tatalaksana yang tidak benar akan mengakibatkan komplikasi
yaitu terjadinya luka terbuka pada kaki atau sering disebut sebagai ulkus
diabetik. Prevalensi kejadian ulkus diabetikum di Indonesia sebesar 15% dari
total pasien DM. Sebagian besar perawatan DM selalu terkait dengan ulkus
diabetik (Utami dkk, 2014). Menurut data dari Perkumpulan Endokrin
Indonesia (PERKENI) (2008), di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, hampir
70% dari pasien DM dirawat dengan diagnosis ulkus diabetes.
Ulkus diabetik adalah kerusakan atau infeksi luka pada permukaan kulit
yang dapat meluas ke jaringan bawah kulit, tendon, otot, dan tulang. Faktor
yang mempengaruhi terjadinya ulkus pada kaki pasien DM diantaranya adalah
neuropati, lama menderita DM, peripheral artery disease (penyumbatan arteri
pada ekstremitas bawah), perawatan kaki tidak teratur, dan penggunaan alas
kaki tidak tepat (Edward dkk, 2015). Berdasarkan penelitian Yekta et al
(2011), ulkus diabetik merupakan penyebab paling umum amputasi kaki
nontraumatik diseluruh dunia. Pasien diabetes dari 15 sampai 20 kali lebih
mungkin memerlukan amputasi daripada mereka yang tidak menderita DM.
Hampir 14% -24% pasien dengan ulkus diabetik memerlukan amputasi, yang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
berarti bahwa setiap 30 detik ekstremitas bawah seseorang hilang karena
diabetes. The Global Lower Extremity Amputation Study Group
memperkirakan bahwa 25%-90% dari semua amputasi dikaitkan dengan
diabetes (Davis, 2006 cit. Yekta et al, 2011).
Peran perawat atau tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya ulkus
diabetik dan amputasi maka perlu mengetahui dan melakukan identifikasi
terhadap risiko ulkus diabetikum (PERKENI, 2006). Identifikasi dan
klasifikasi terhadap risiko ulkus diabetik meliputi; adanya riwayat ulkus dan
amputasi, penyakit vaskular dan neuropati, deformitas kaki, dan insfeksi
terhadap kondisi kaki (Boulton et al, 2008). National Institute for Health and
Clinical Excellence (NICE) dalam Bilous dan Donelly (2014), telah
merekomendasikan sistem klasifikasi risiko ulkus diabetik, yaitu: risiko
rendah apabila sensasi normal atau nadi teraba, berisiko apabila terdapat bukti
neuropati atau nadi tidak teraba, dan risiko tinggi apabila neuropati atau nadi
tidak teraba dan deformitas atau perubahan bentuk kaki serta adanya riwayat
ulkus. Sementara Diabetes Care Program of Nova Scotia dalam Ariyanti
(2012), risiko rendah apabila tidak ditemukan tanda dan gejala apapun, risiko
sedang jika terdapat salah satu dari: deformitas, gangguan mobilisasi, dan
gangguan vaskular, sedangkan risiko tinggi jika terdapat luka, riwayat ulkus
dan riwayat amputasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ariyanti (2012),
tentang resiko ulkus kaki diabetes, didapatkan 35 orang (77,8%) dengan risiko
ulkus rendah dan 10 orang (22,2%) dengan risiko ulkus tinggi.
Pencegahan terhadap terjadinya ulkus diabetik, salah satu tindakan yang
dapat dilakukan oleh pasien DM dengan melakukan perawatan kaki. Tindakan
perawatan kaki meliputi: memeriksa kondisi kaki setiap hari, memotong kuku
yang benar untuk mengurangi risiko terjadinya pertumbuhan kuku kedalam,
pemakain alas kaki yang yang baik, menjaga kebersihan kaki dan senam kaki.
Hal yang tidak boleh dilakukan adalah mengatasi sendiri bila ada masalah
pada kaki atau dengan penggunaan alat-alat atau benda yang tajam
(Tambunan, 2011).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
Penelitian yang dilakukan Desalu et al., (2011), tentang praktek perawatan
kaki diabetes dengan jumlah responden 352 orang mendapatkan hasil hanya
36 (10,2%) memiliki praktek perawatan kaki yang baik, 142 (40,3%) memiliki
nilai sedang dan 174 (49,4%) memiliki praktek yang buruk tentang perawatan
kaki diabetes. Sementara hasil penelitian Noordiani (2013), didapatkan
sebanyak 59 orang (55,7%) memiliki praktek perawatan kaki yang baik dan 47
orang (44,3%) memiliki praktek kurang tentang perawatan kaki. Berdasarkan
penelitian Desalu dan Noordiani disimpulkan bahwa perawatan kaki DM
tergolong rendah, hal ini dimungkinkan terdapat faktor yang mempengaruhi
salah satunya pengetahuan. Ketidaktahuan masyarakat terutama pasien DM
mengenai ulkus diabetik masih tergolong rendah (Waspadji, 2009 &
Misnadiarly, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Noordiani (2013),
tentang pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien Diabetes Mellitus
di Kalimantan Selatan, didapatkan sebanyak 58 orang (54,7%) yang memiliki
pengetahuan baik tentang perawatan kaki dan 48 orang (45,3%) yang memiliki
pengetahuan kurang tentang perawatan kaki DM. Berdasarkan penelitian
tentang perawatan kaki pasien DM tipe 2 dengan kejadian ulkus diabetik dari
total responden sebanyak 54 orang, didapatkan bahwa terdapat 10 responden
yang mendapatkan nilai perawatan kaki baik, 21 responden dengan nilai
sedang, dan 23 responden yang mendapat nilai buruk dalam melakukan
perawatan kaki (Mahfud, 2012).
Pengetahuan atau kognitif merupakan aspek yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan dan sikap yang positif perilaku tersebut akan berlangsung lama
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan pasien tentang diabetes melitus merupakan
sarana atau solusi yang dapat membantu pasien menjalankan penanganan
diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan semakin baik pasien
mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus mengubah
perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan (Waspadji , 2009).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD
Panembahan Senopati Bantul pada tanggal 12 Desember 2015, didapatkan
hasil bahwa jumlah pasien rawat jalan dengan DM tipe 2 tanpa ulkus dari
bulan Januari sampai Oktober 2015 sebanyak 1.472 orang. Hasil wawancara
yang dilakukan peneliti pada tanggal 14 Desember 2015 dengan kepala ruang
dan beberapa perawat mengatakan bahwa perawat atau tenaga medis lain yang
ada di RSUD Panembahan Senopati Bantul jarang atau bahkan tidak pernah
memberikan edukasi atau penyuluhan tentang perawatan kaki yang baik
kepada pasien DM. Sementara dari hasil wawancara peneliti dengan 5 pasien
DM, menjelaskan bahwa 5 pasien DM tersebut mengatakan tidak tahu
bagaimana cara melakukan perawatan kaki yang baik dan tidak pernah
mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan tentang cara melakukan
perawatan kaki, baik saat berada di rumah maupun saat dirawat di rumah
sakit. Sementara insfeksi bentuk kaki dari 5 pasien DM tanpa ulkus, yaitu 1
pasien mempunyai riwayat amputasi, 1 pasien mengalami deformitas kaki, dan
3 pasien tidak ditemukan gajala apapun.
Berdasarkan uraian latar belakang atau permasalahan yang telah dijelaskan
di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana
“Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Tentang Perawatan
Kaki Dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di Poliklinik RSUD
Panembahan Senopati Bantul”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah dalam latar belakang yang telah dijelaskan
diatas, maka rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut: “Apakah
Terdapat Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki Dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di
Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul?”.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes
mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus
diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik responden tentang pengetahuan pasien
diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi
risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan responden tentang perawatan kaki
diabetes di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul.
c. Diketahuinya klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD
Panembahan Senopati Bantul
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah kajian mengenai tingkat pengetahuan pasien DM terhadap
perawatan kaki dan risiko ulkus diabetik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai sumber atau landasan dalam membuat pengelolaan atau
intervensi keperawatan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya
risiko ulkus diabetik.
b. Bagi Responden
Sebagai informasi kategori risiko ulkus diabetik sehingga mampu
melakukan pencegahan sedini mungkin.
c. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam menyusun karya tulis atau riset yang
baik dan melakukan penelitian yang nyata sesuai prosedur akademik,
sehingga dapat memotivasi peneliti yang lain untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
E. Keaslian Penelitian
1. Miftakhul Ulum Mahfud, 2012 dengan judul “Hubungan Perawatan Kaki
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Di
RSUD Dr. Moewardi”. Pada penelitian ini metode yang dilakukan adalah
analitik cross sectional, yang dilaksanakan pada sampel menggunakan
Convenience sampling pada pasien DM tipe 2 dengan ulkus diabetik
maupun tanpa ulkus yang melakukan perawatan di bagian Penyakit Dalam
RSUD Dr. Moewardi. Hasil penelitian adalah terdapat hubungan
bermakna antara perawatan kaki pasien DM tipe 2 dengan kejadian ulkus
diabetik di RSUD Dr. Moewardi dengan kolerasi yang sedang. Hasil uji
statistik menggunakan uji T Tidak Berpasangan didapatkan hasil nilai
probabilitasnya (p) = 0,001. Hasil uji kolerasi dengan uji Spearman,
diperoleh r = 0,441.
Perbedaan pada penelitian ini adalah pada variabel pengatahuan dan
variabel risiko, serta pada sampel yang digunakan. Persamaan pada
penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang perawatan kaki diabetik
dan teknik sampling yang digunakan.
2. Noordiani, 2013 dengan judul “Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki
pada Klien Diabetes Mellitus di Kalimantan Selatan”. Pada penelitian ini
metode yang digunakan adalah deskriptif korelational dengan desain cross
sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
pengetahuan dengan praktik pelaksanaan perawatan kaki dengan hasil uji
statistik chi square nilai p = 0,040.
Perbedaan pada penelitian ini adalah pada variabel praktik dan variabel
risiko, serta pada sampel dan besar sampel yang digunakan. Persamaan
pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengetahuan
perawatan kaki DM.
3. Ariyanti, 2012 dengan judul “Hubungan Perawatan Kaki dengan Resiko
Ulkus Kaki Diabetes Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta”. Pada
penelitian ini metode yang digunakan adalah non eksperimen-korelational
dengan desain cross sectional mengunakan teknik sampling dengan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara perawatan kaki dengan resiko ulkus kaki diabetes dengan
nilai p五0.05 (p=0.013).
Perbedaan pada penelitian ini adalah pada variabel bebas tingkat
pengetahuan tentang perawatan kaki DM dan pada teknik sampling yang
digunakan serta besar sampel yang digunakan. Persamaan pada penelitian
ini adalah sama-sama meneliti tentang perawatan kaki dengan risiko ulkus
diabetik dan pada desain penelitian.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pelayanan yang tersedia di RSUD Panembahan Senopati Bantul
khusus untuk rawat jalan atau poliklinik, terdapat 15 poliklinik di RSUD
Panembahan Senopati Bantul yaitu poli penyakit dalam, poli penyalit
anak, poli tumbuh kembang, poli penyakit bedah, poli bedah ortopedi, poli
kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana, poli penyakit
mata, poli penyakit THT, poli penyakit saraf dan elektromedik, poli
penyakit kulit kelamin dan kosmetik medik, poli jiwa, poli gigi spesialis
orthodonsi dan bedah mulut, poli rehabilitasi medik/fisioterapi, poli umum
dan poli paru.
Salah satu poliklinik tempat penelitian ini yaitu poliklinik penyakit
dalam. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama melakukan
penelitian dan wawancara dengan perawat di poli penyakit dalam RSUD
Panembahan Senopati Bantul, penanganan pasien diabetes mellitus di
poliklinik penyakit dalam dilakukan oleh tiga Dokter spesialis dan 5
Perawat. Pelayanan yang diberikan kepada pasien diabetes mellitus
meliputi pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan penujang laboratorium
rutin serta apabila ada luka atau ulkus akan diusulkan untuk dilakukan
perawatan luka ke poli bedah. Di poli penyakit dalam, tidak ada program
atau hari khusus untuk pelayanan kesehatan kepada pasien diabetes
mellitus dan tidak ada Standar Operasional Prosedur (SOP) pendidikan
atau penyuluhan kesehatan tentang perawatan kaki pada pasien diabetes
mellitus.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
45
2. Analisa Univariat
1) Karakteristik Responden
Pada penelitian ini hasil analisa univariat menggambarkan
karakteristik responden yang terdiri dari usia, lama menderita DM,
jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Distribusi frekuensi
karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Juli Tahun 2016
Karakteristik
Frekuensi (f) Persentase (%)
Usia 40-49 tahun 12 20,0 50-60 tahun 48 80,0 Total 60 100 Lama DM <10 tahun 40 66,7 ≥ 10 tahun 20 33,3 Total 60 100 Jenis kelamin Laki-laki 29 48,3 Perempuan 31 51,7 Total 60 100 Pendidikan SD/MI 14 23,3 SMP/MTs 12 20,0 SMA/MA 25 41,7 Perguruan Tinggi 9 15,0 Total 60 100 Pekerjaan Tidak bekerja 20 33,3 Buruh
- Petani 8
13,3
- Kuli bangunan 4 6,7 Wiraswasta 19 31,7 PNS 9 15,0 Total 60 100
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
46
Berdasarkan tabel 4.1. di atas diketahui bahwa sebagian besar
dengan usia 50-60 tahun sebanyak 48 orang (80,0%). Dengan lama
menderita DM <10 tahun sebanyak 40 orang (66,7%). Dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 31 orang (51,7%). Dengan tingkat
pendidikan SMA/MA sebanyak 25 orang (41,7%). Dan dengan status
tidak bekerja sebanyak 20 orang (33,3%).
2) Tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 tentang
perawatan kaki
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus
tipe 2 tentang perawatan kaki dalam penelitian ini dikategorikan ke
dalam 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil analisa distribusi
frekuensi tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang
perawatan kaki dapat dilihat dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tipe 2 tentang Perawatan Kaki di Poliklinik RSUD
Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun 2016
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%) Baik 16 26,7 Cukup 20 33,3 Kurang 24 40,0 Total 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui bahwa tingkat pengetahuan pasien
diabetes melitus tipe 2 tentang perawatan kaki paling banyak dengan
kategori kurang sebanyak 24 orang (40,0%) dan tingkat pengetahuan
paling sedikit dengan kategori baik sebanyak 16 orang (26,7%).
3) Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik
Hasil analisa distribusi frekuensi klasifikasi risiko ulkus diabetik
yang dikategorikan ke dalam 3 kategori yaitu rendah, sedang dan
tinggi. Dapat dilihat pada tabel 4.3.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
Tabel 4.3. Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul
Bulan Juli Tahun 2016
Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Frekuensi (f) Persentase (%) Rendah 15 25,0 Sedang 20 33,3 Tinggi 25 41,7 Total 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa klasifikasi risiko ulkus
diabetik paling banyak dengan kategori tinggi sebanyak 25 orang
(41,7%). Dan klasifikasi risiko ulkus diabetik paling sedikit dengan
kategori rendah sebanyak 15 orang (25,0%).
3. Analisa Bivariat
Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tipe 2
Tentang Perawatan Kaki dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik
Analisa bivariat digunakan untuk melihat apakah terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2
tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik
menggunakan uji Korelasi Spearman dengan α=10%. Hasil uji korelasi
dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang Perawatan Kaki dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di
Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul Bulan Juli Tahun 2016
Tingkat Pengetahuan
Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik
r p value
Rendah Sedang Tinggi Total N % N % n % n %
Baik 9 15,0 7 11,7 0 0,0 16 26,7 0,643 0,000 Cukup 5 8,3 8 13,3 7 11,7 20 33,3 Kurang 1 1,7 5 8,3 18 30,0 24 40,0 Total 15 25,0 20 33,3 25 41,7 60 100
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
48
Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa sebagian besar pasien
dengan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 9 orang (15,0%) memiliki
risiko ulkus diabetik kategori rendah. Pasien dengan tingkat pengetahuan
yang cukup sebanyak 8 orang (13,3%) memiliki risiko ulkus diabetik
kategori sedang dan pasien dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak
18 orang (30,0%) memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi. Hasil uji
Korelasi Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (p<0,1) yang
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi
risiko ulkus diabetik.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik RSUD
Panembahan Senopati Bantul
Karakteristik pasien Diabetes Melitus tipe 2 di Poliklinik RSUD
Panembahan Senopati Bantul sebagian besar dengan usia 50-60 tahun
sebanyak 48 orang (80,0%). Karena menurut Smeltzer (2008), diabetes
mellitus tipe 2 muncul setelah usia 30 tahun dan semakin sering terjadi
setelah usia 40 tahun. Usia sangat erat kaitannya dengan terjadinya
peningkatan kadar gula darah, sehingga pada golongan usia yang semakin
tua prevalensi gangguan toleransi glukosa akan meningkat dan demikian
pula prevalensi DM (Rochmah, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desalu et al (2011)
menunjukkan bahwa rata-rata usia responden paling banyak adalah diatas
50 tahun.
Lama menderita DM terbanyak < 10 tahun yaitu 40 orang (66,7%).
DM tipe 2 adalah penyakit yang bersifat genetik dan menahun. Pasien DM
umumnya menjelaskan lama menderita DM berdasarkan saat didiagnosa.
Kenyataannya bahwa lama menderita DM kurang menggambarkan kondisi
penyakit yang sesungguhnya karena biasanya klien terdiagnosa setelah
mengalami komplikasi. Padahal sebenarnya proses penyakit sudah terjadi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
49
antara 5 sampai 10 tahun sebelumnya (Smeltzer, 2008). Pasien yang
mengalami DM lebih lama memiliki perawatan kesehatan diri lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien yang memiliki lama DM lebih pendek.
Sehingga pasien dengan lama DM lebih lama dapat mempelajari perilaku
berdasarkan pengalaman yang diperolehnya sehingga pasien mampu
melakukan hal-hal yang harus dilakukan dengan baik dalam mengontrol
kadar gula darah (Bai et al, 2009).
Pada penelitian ini responden terbanyak adalah dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 31 orang (51,7%). Perempuan lebih berisiko
terjadinya DM karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan
indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan
(premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi
lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut
sehingga perempuan berisiko memiliki diabetes mellitus (Irawan, 2010).
Tingginya angka kejadian DM tipe 2 pada perempuan salah satunya
dihubungkan dengan faktor kegemukan yang merupakan faktor pencetus
DM tipe 2 (Soegondo, 2009). Penelitian ini sama dengan hasil penelitian
yang dilakukan Mahfud (2012) menunjukkan bahwa frekuensi jenis
kelamin yaitu sebagian besar dari responden berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini sebagian besar
responden dengan tingkat pendidikan SMA/MA sebanyak 25 orang
(41,7%). Tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap kejadian
DM, akan tetapi tingkat pendidikan lebih mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang tentang kesehatan sehingga orang yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki pengetahuan tentang
kesehatan sehingga orang akan memiliki kesadaran dalam menjaga
kesehatannya (Irawan, 2010). Klien tidak hanya mengerti tentang
merawat diri guna menghindari peningkatan kadar glukoasa darah atau
faktor risiko terjadinya DM, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif
dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi DM jangka panjang
(Smeltzer, 2008).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
50
Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar tidak bekerja sebanyak
20 orang (33,3%). Hal ini dikaitkan dengan aktivitas fisik yang dilakukan
klien dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat menurunkan kadar
glukosa darah dan mengurangi faktor risiko terjadinya komplikasi DM
(ADA, 2011). Pada pasien DM, latihan atau aktivitas fisik berguna untuk
pengaturan kadar glukosa darah. Pada saat beraktivitas resistensi insulin
akan berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini yang
menyebabkan kebutuhan insulin pada pasien DM akan berkurang. Respon
ini hanya terjadi setiap kali melakukan aktivitas fisik dan bukan
merupakan efek yang menetap dan berlangsung lama, oleh karena itu
latihan atau aktivitas fisik harus tetap dilakukan dengan teratur (Ilyas,
2009). Penelitian yang dilakukan Herwanto (2016) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh aktivitas fisik berlari terhadap penurunan kadar gula
darah. Pekerjaan atau aktivitas fisik tidak harus berat tetapi aktivitas
apapun yang memadai seperti berkebun, membersihkan rumah, mencuci,
mengepel, bersepeda, berjalan atau berlari dan lain-lain asalkan dikerjakan
dengan teratur (Waspadji, 2009). Hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Noordiani (2013) berdasarkan jenis
pekerjaan menunjukkan hasil sebagian besar responden bekerja.
2. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Tentang
Perawatan Kaki Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui tingkat pengetahuan pasien diabetes
melitus tipe 2 tentang perawatan kaki paling banyak dengan kategori
kurang sebanyak 24 orang (40,0%) dan tingkat pengetahuan paling sedikit
dengan kategori baik sebanyak 16 orang (26,7%). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan pasien tentang
perawatan kaki dalam kategori kurang.
Berdasarkan analisis tabulasi silang dengan karakteristik responden
diperoleh hasil bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki
tingkat pendidikan SMA/MA yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
51
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan sangat erat hubungannya dengan
pendidikan, diharapkan bahwa dengan dengan pendidikan yang tinggi
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun
perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh
pada pendidikan non formal (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan usia diperoleh hasil bahwa responden dengan usia 50-60
tahun sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan kurang, hal ini
menunjukkan bahwa semakin cukup usia, tidak menjamin kematangan dan
kekuatan seseorang menuju kematangan dalam berfikir, termasuk juga
tingkat pengetahuan seseorang dikarenakan pada usia-usia tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang (Ahmadi, 2001). Berdasarkan pekerjaan
diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden tidak bekerja memiliki
tingkat pengetahuan kurang, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan dapat memberikan dan
meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga pekerjaan berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mahfud
(2012) yang menyatakan sebanyak 23 orang (42,6%) dari 54 responden
yang memiliki nilai buruk dalam melakukan perawatan kaki. Hasil
penelitian ini juga diperkuat dengan tidak adanya informasi atau
penyuluhan kesehatan tentang perawatan kaki yang diberikan kepada
responden.
Adanya informasi kesehatan atau penyuluhan kesehatan yang
memadai bagi pasien DM dari tenaga kesehatan, pengetahuan pasien DM
mengenai penyakitnya diharapkan akan semakin meningkat. Dengan
pengetahuan yang baik akan dapat diperoleh kepatuhan yang lebih besar
terhadap pengelolaan kesehatan bagi pasien DM terutama perawatan kaki
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
52
dan selanjutnya dapat mengurangi pencegahan terjadinya komplikasi
kronik DM (Waspadji, 2009)
3. Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan
Senopati Bantul
Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa klasifikasi risiko ulkus
diabetik paling banyak dengan kategori tinggi sebanyak 25 orang (41,7%).
Dan klasifikasi risiko ulkus diabetik paling sedikit dengan kategori rendah
sebanyak 15 orang (25,0%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar pasien memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi.
Berdasarkan analisis tabulasi silang dengan karakteristik responden
diperoleh hasil bahwa responden dengan usia 50-60 tahun sebagian besar
memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
menurut Smeltzer (2008) seiring dengan bertambahnya usia pasien DM,
maka akan terjadi proses degeneratif yang aka mengakibatkan penurunan
fungsi organ-organ vital tubuh. Pada pasien DM proses degeneratif ini
ditambah sindrome resistensi insulin yang semakin menambah risiko
terjadinya komplikasi DM.
Adanya neuropati atau hilangnya sensasi pada kaki merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya ulkus diabetik, terdapat beberapa faktor risiko
lain yang juga turut berperan yaitu keadaan hiperglikemia yang tidak
terkontrol, usia pasien yang lebih dari 40 tahun, adanya riwayat ulkus atau
riwayat amputasi, penurunan denyut nadi perifer, deformitas pada kaki
atau bagian yang menonjol seperti bunion dan kalus (Waspadji, 2009).
Berdasarkan lama menderita DM diperoleh hasil bahwa sebagian
besar lama menderita DM ≥ 10 tahun memiliki risiko ulkus diabetik
kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa terjadinya komplikasi jangka
panjang pada pasien DM biasanya tidak terjadi dalam 5 sampai 10 tahun
pertama. Prevalensi komplikasi DM terjadi bersamaan dengan
bertambahnya usia dan lama menderita DM, angka prevalensi meningkat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
53
50% pada pasien yang sudah menderita DM selama 25 tahun (Smeltzer,
2008)
Berdasarkan Frykberg (2006) lama menderita DM ≥ 5 tahun
merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum karena neuropati
cenderung terjadi sekitar 5 tahun lebih. Gejala neuropati menyebabkan
hilang atau menurunnya sensasi pada kaki sehingga tidak bisa merasakan
adanya injuri pada kaki. Hal tersebut dikarenakan semakin lama menderita
DM maka kemungkinan terjadinya hiperglikemia kronik semakin besar
yang dapat menyebabkan komplikasi DM, salah satunya ulkus diabetik.
Ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes
mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai
adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetik merupakan luka
terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati
sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut
terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun
anaerob (Tambunan, 2011).
Ulkus diabetik dapat melebar dan cenderung lama sembuh akibat
adanya infeksi. Kadar gula dalam darah yang tinggi merupakan makanan
bagi kuman untuk berkembang biak dan mengakibatkan infeksi bertambah
buruk. Infeksi yang semakin memburuk dan tidak segera ditangani dapat
menimbulkan gangren. Amputasi diperlukan untuk mencegah gangren
tidak meluas (Smeltzer, 2008).
4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Tentang Perawatan Kaki Dengan Klasifikasi Risiko Ulkus Diabetik Di
Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul
Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa sebagian besar pasien dengan
tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 9 orang (15,0%) memiliki risiko
ulkus diabetik kategori rendah. Pasien dengan tingkat pengetahuan yang
cukup sebanyak 8 orang (13,3%) memiliki risiko ulkus diabetik kategori
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
54
sedang dan pasien dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 18 orang
(30,0%) memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi. Hasil uji Korelasi
Spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,000 (p<0,1) yang berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien
diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko
ulkus diabetik. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang perawatan kaki maka semakin
rendah risiko terjadinya ulkus diabetik.
Dalam penelitian yang telah dilakukan Begum et al., (2010) telah
meneliti hubungan pengetahuan tentang perawatan kaki diabetes dan
perawatan kaki dengan kejadian ulkus diabetik, adanya pengetahuan yang
baik tentang risiko komplikasi suatu penyakit tersebut secara umum, maka
akan merubah perilaku penderita DM menjadi perilaku yang sehat dan
dapat mencegah terjadinya komplikasi kaki diabetes. Peningkatan
pengetahuan penderita diabetes melitus tentang penyakit dan
pengelolaannya mempunyai tujuan penderita diabetes melitus dapat
merawat sendiri sehingga mampu mempertahankan hidup dan mencegah
komplikasi lebih lanjut (Mansjoer, 2001). Strine et al., (2005) melaporkan
bahwa 50-80% orang dengan diabetes di seluruh dunia mempunyai
pengetahuan yang rendah dan kurang dalam kaitannya dengan penyakit,
komplikasi serta pengelolaan penyakit mereka.
Untuk mengontrol komplikasi DM, pengetahuan pasien DM mengenai
penyakit serta komplikasinya dapat berkontribusi untuk mencegah atau
mengurangi risiko terjadinya komplikasi DM salah satunya ulkus diabetik.
Jika pasien memiliki pengetahuan yang memadai mereka akan dapat
berlatih untuk mencegah ulkus diabetik (Begum et al., 2010).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ariyanti
(2012) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara perawatan
kaki dengan risiko ulkus diabetik. Penelitian yang sama juga dilakukan
oleh Mahfud (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
perawatan kaki pasien diabetes melitus tipe 2 dengan kejadian ulkus
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
55
diabetik. Sekitar 15% penderita diabetes melitus dalam perjalanan
penyakitnya akan mengalami komplikasi ulkus diabetik terutama ulkus di
kaki (American Diabetes Association, dalam Cahyono, 2007).
Ulkus diabetik yang terjadi pada pasien DM diawali adanya
hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan neuropati atau
hilangnya sensasi pada kaki sehingga tidak dapat merasakan luka yang
terjadi pada kaki. Ulkus diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan
kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat dan cenderung
lama sembuh akibat adanya infeksi. Hal ini terjadi disebabkan karena
tatalaksana yang tidak baik terutama perawatan kaki (Bilous & Donelly,
2014).
Edukasi yang tepat mengenai perawatan kaki, diharapkan mampu
mencegah terjadinya risiko ulkus diabetik. Dalam hal ini peran perawat
atau tenaga kesehatan lain dalam pengelolaan pasien DM, meliputi
pengkajian DM, pendidikan dan perawatan langsung. Perawat diharapkan
mampu memandu, mengarahkan, dan mengajarkan tentang perawatan kaki
yang baik bagi pasien DM. Evaluasi terhadap pengetahuan, kemampuan
perawatan diri, status fisik dan kebutuhan klien bisa dilakukan diawal
kontak dengan pasien. Sehingga mampu mengurangi risiko terjadinya
komplikasi DM salah satunya ulkus diabetic (Black & Hawk, 2009).
Pencegahan terhadap terjadinya ulkus diabetik, salah satu tindakan
yang dapat dilakukan oleh pasien DM dengan melakukan perawatan kaki.
Tindakan perawatan kaki meliputi: memeriksa kondisi kaki setiap hari,
memotong kuku yang benar untuk mengurangi risiko terjadinya
pertumbuhan kuku kedalam, pemakain alas kaki yang yang baik, menjaga
kebersihan kaki dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah
mengatasi sendiri bila ada masalah pada kaki atau dengan penggunaan
alat-alat atau benda yang tajam (Tambunan, 2011)
Perawatan kaki seharusnya dilakukan oleh setiap orang, terutama juga
hasus dilakukan oleh pasien DM. Hal ini dikarenakan pasien DM
sangatlah rentan terkena luka pada kaki, dimana proses penyembuhan luka
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
56
tersebut membutuhkan waktu yang lama. Apabila setiap pasien DM mau
melakukan perawatan kaki dengan baik, akan mengurangi risiko terjadinya
komplikasi pada kaki. Oleh karena itu perawatan kaki yang baik dapat
mencegah terjadinya ulkus diabetik, karena perawatan kaki merupakan
salah satu faktor penanggulangan cepat untuk mencegah terjadinya
masalah pada kaki dalam hal ini ulkus diabetik (Waspadji, 2009).
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti dalam melakukan penelitian telah berusaha secara maksimal,
namun tentunya penelitian ini masih belum sempurna karena dalam penelitian
ini peneliti memiliki keterbatasan penelitian.
Pada penelitian ini tidak semua faktor pengganggu dapat dikendalikan
contohnya keragaman informasi kesehatan yang diterima oleh pasien atau
tidak melihat informasi yang didapat pasien dari berbagai sumber.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karakteristik responden tentang pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2
tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko ulkus diabetik di
Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul diketahui bahwa sebagian
besar dengan usia 50-60 tahun sebanyak 48 orang (80,0%). Dengan lama
menderita DM <10 tahun sebanyak 40 orang (66,7%). Dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 31 orang (51,7%). Dengan tingkat
pendidikan SMA/MA sebanyak 25 orang (41,7%). Dan dengan status tidak
bekerja sebanyak 20 orang (33,3%).
2. Tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik RSUD
Panembahan Senopati Bantul tentang perawatan kaki sebagian besar
kategori kurang sebanyak 24 orang (40,0%).
3. Klasifikasi risiko ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati
Bantul sebagian besar memiliki risiko ulkus diabetik kategori tinggi
sebanyak 25 orang (41,7%).
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan pasien
diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi risiko
ulkus diabetik di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan p
value =0,000 (p五0,1)
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber atau landasan dalam
membuat pengelolaan atau intervensi keperawatan untuk mencegah atau
mengurangi terjadinya risiko ulkus diabetik.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
58
2. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi kategori risiko ulkus
diabetik sehingga mampu melakukan pencegahan sedini mungkin.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti
lain untuk menambah wawasan dalam mengembangkan atau meneliti lebih
lanjut mengenai permasalahan yang berhubungan dengan pengetahuan
pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang perawatan kaki dengan klasifikasi
risiko ulkus.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
59
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
American Diabetes Association, 2011. Diagnosis And Classification Of Diabetes Mellitus. Diabetes Care
Ariyanti. 2012. Hubungan Perawatan Kaki dengan Risiko Ulkus Kaki Diabetes Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta
Bai,Y.L. Chiou, C.P. & Chang, Y.Y. 2009. Selft-Care Behaviour and Related Factors in Older People With Type 2 Diabetes. Journal Clinical Nursing, Vol 18
Begum, S. Wipawee, K. Jaruwan, M. 2010. Knowledge and Practice of Prevention of Foot Ulcer Among Patients with Diabetes Mellitus. Diakses pada 29 Juni 2016. www.libarts-conference.psu.ac.th/.../008.pdf
Bilous, R. Donelly, R. 2014. Handbook of Diabetes, Dalam: Barrid, B. (ed), Buku Pegangan Diabetes, Edisi 4, Jakarta: Bumi Medika
Black, J.M Hawks, J.H. 2009. Medical Surgical Nursing: Clinical Management For Positive Outcome. Edisi 8. St. Louis.
Boulton, A.J.M. Armstrong, D.G. Albert, S.F. Fryberg, R.G. Hellman, R. Kirkman, M.S. 2008. Conprehensive Foot Examination And Risk Assessement, Diabetes Case Journal, Vol 31 (8)
Davis W.A. Norman P.E. Bruce T.M.E. 2006. Predictors, consequences and costs of diabetes-related lower extremity amputation complicating type 2 diabetes: The Fremantle Diabetes Study, Diabetologia
Depkes RI. 2008. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana penyakit Diabetes Melitus, Catatan ke 2 Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
60
________.2013. Pharmaceutical Care Untuk PenyakitDiabetes Melitus. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Desalu O. O, Salawu F. K, Jimoh A. K, Adekoya A. O, Busari O. A, Olokoba A. B, 2011. Diabetic Foot Care: Self Reported Knowledge And Practice Among Patients Attending Three Tertiary Hospital In Nigeria. Ghana Medical jurnal. Diakses pada 29 April 2012.
Edward, Z. Roza, R. L. Afriant, R. 2015. Faktor Resiko Terjadinya Ulkus Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal kesehatan Andalas, Vol 4 (1)
Frykberg, RG. 2006. Diabetic Foot Disorders A Clinical Practice Guidline. The Journal of Foot an Ankle. Vol. 5
Herwanto, M.E. 2016. Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pria Dewasa. Jurnal e-Biomedik. Vol 4
Hurlock, E.B. 2004. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga
Ilyas, E.I. 2009. Manfaat Latihan Jasmani Bagi Penyandang Diabetes. Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P., Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta FKUI
Irawan, D. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia. Tesis. Universitas Indonesia
Mahfud, M.U. 2012. Hubungan Perawatan Kaki Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Di Rsud Dr. Moewardi, jurnal keperawatan, vol 2
Misnadiarly. 2006. Ulcer, gangren, infeksi Diabetes Mellitus, Ed.1, Jakarta: Pustaka.
Noordiani. 2013. Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Mellitus di Kalimantan Selatan, Tesis, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
61
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
____________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Pandelaki, K. 2009. Retinopati Diabetik. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Jakarta
Perkumpulan Endokrin Indonesia (PERKENI). 2006. Konsensus: Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Jakarta
_____________. 2008. Peningkatan Kapasitas pelayanan Kaki Diabetes Di Indonesia, Jakarta
Rochmah, W. 2009. Diabetes Mellitus pada Usia Lanjut. Dalam Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Jakarta
Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddart. Jakarta: EGC
Soegondo, S. 2009. Prinsip Pengobatan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik Oral. Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P., Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta
Subekti, I. 2009. Neuropati Diabetik. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Jakarta
Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung
Sundari, A. 2009. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Diabetik dan Perawatan Kaki Pada Pasien DM Tipe 2 Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
62
Suyono, S. 2009. Patofisiologi Diabetes Melitus, Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P., Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta FKUI
Tambunan, M. 2011. Perawatan Kaki Diabetes, Dalam : Soegondo, S., Soewondo,P., Subekti, I., Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta FKUI
Tarwoto, Wartonah, Ihsan, T. Mulyati, L. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin, Edisi 1, Trans Info Media, Jakarta
Utami, D.T. Karim, D. Agrina. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum. Jom Psik .Vol. 1 No. 2
Waspadji, S. 2009. Kaki Diabetik, Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Jakarta
__________. 2009. Komplikasi Kronik Diabetes, Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V, Jakarta
World Health Organization. 2014. Global Status Report On Noncomunicable Disease. WHO
Yekta, Z, Reza, P, Rahim, N, Leila, R, Mohammad, G. 2011. Clinical and behavioral factors associated with management outcome in hospitalized patients with diabetic foot ulcer. Dove Press Journal. Diakses pada 20 maret 2012.