Status Gizi Lanjut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gizi

Citation preview

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    1/17

    LAPORAN PRAKTIKUM

    BLOK ELEKTIF GIZI KLINIK

    PENILAIAN STATUS GIZI LANJUT

    Oleh:

    Rizqi Ahmad Nur Diyono

    G0010168

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    2013

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    2/17

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, yang telah melimpahkan rahmat dan

    bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Praktikum Blok

    Elektif Gizi Klinik. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat post testyang harus dijalani

    penulis pada akhir paraktikum blok ini.

    Penyusunan laporan ini ditujukan sebagai salah satu metode pembelajaran pada blok

    Gizi Klinik. Diharapkan dari pembelajaran dan praktikum ini dapat memberikan pemahaman

    bagi penulis.

    Selanjutnya agar laporan hasil praktikum ini dapat lebih bermanfaat bagi penulis dan

    seluruh pelaksana blok secara keseluruhan, maka kami mengharapkan pendapat dan

    sumbangan saran dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan yang akan datang.

    Surakarta, 10 November 2013

    Rizqi Ahmad Nur D

    G0010168

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    3/17

    3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1

    DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 3

    B. TUJUAN ..................................................................................................... 5

    BAB II. MATERI DAN METODE

    A. ALAT DAN BAHAN ................................................................................. 6

    B. PROSEDUR KERJA .................................................................................. 6

    BAB III. HASIL KEGIATAN ........................................................................................... 9

    BAB IV. PEMBAHASAN ................................................................................................. 13

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN ............................................................................................ 16

    B. SARAN ....................................................................................................... 16

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17

    LAMPIRAN ....................................................................................................................... 18

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    4/17

    4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.

    LATAR BELAKANG

    Insidensi suatu penyakit sering terkait dengan status gizi pada pasien itu

    sendiri. Untuk menggambarkan status gizi seseorang yang sebenarnya memerlukan 5

    pemeriksaan yang saling terkait satu sama lain yaitu meliputi pemeriksaan

    antropometri, biokemikal, klinis, asupan makanan dan ekonomi (Wardlaw dan Smith,

    2006). Namun sumber tebaru menyebutkan bahwa diperlukan gabungan dari indikator

    antropometri, marker biologis/ pemeriksaan klinis dan asupan makanan untuk

    mengetahui status gizi seseorang (Barasi, 2009).Antropometri merupakan metode yang digunakan untuk mengukur tubuh

    manusia berdasarkan indeks yang sudah ditentukan. Indeks adalah cara perhitungan

    yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk (shape) melalui keterkaitan antara

    titik pengukuran (Glinka et al. 2008). Pengukuran antropometri merupaka indikator

    penting untuk menilai status gizi seseorang, untuk mengetahui ukuran dan perubahan

    proporsi tubuh. Pengukuran tersebut meliputi berat badan dan tinggi badan, lingkar

    bagian tubuh, dan komposisi tubuh, seperti skins fold. Penanda biologis digunakan

    untuk menilai kadar nutrien atau produk turunannya, seperti enzim. Sedangkan

    pemeriksaan klinis seperti tekanan darah, kadar kolesterol plasma, keadaan dan fungsi

    gigi, adanya penyakit tertentu dan fungsi otot akan memberikan informasi tentang

    kondisi kesehatan pasien. Sedangkan penilaian asupan makanan dapat menentukan

    penyebab dari gangguan gizi yant terjadi pada psien (Barasi, 2009).

    Pada orang yang baru masuk rumah sakit pemeriksaan status gizi berguna

    untuk mengetahui apakah pasien tersebut telah mengalami malnutrisi ataupun beresiko

    mengalami malnutrisi. Pemeriksaan status gizi biasanya dilakukan menggunakan alat

    skrining agar dapat dilakukan secara cepat dan sederhana. Pemeriksaan ini dilakukan

    untuk memberikan informasi dasar untuk penyusunan menu diet pada pasien tersebut.

    Praktikum penilaian gizi lanjut kali ini yang meliputi pemeriksaan ketebalan

    lemak yang diukur menggunakan skinfold caliper, kekuatan otot dengan handgrim

    dynamometer, tinggi badan melalui tinggi lutut dan arm span serta metode skrining

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    5/17

    5

    status gizi SGA, kesemuanya digunakan untuk menilai status gizi pada pasien/kondisi

    sakti sebagai dasar untuk menentukan terapi diet.

    B.

    TUJUAN PRAKTIKUM

    1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tebal lemak kulit dengan skinfold

    caliper.

    2. Mahasiswa mampu melakukan skrining gizi pada pasien dengan SGA atau

    screening toollainnya.

    3. Mahasiswa mampu menentukan status gizi dengan pendekatan rumus-rumus pada

    keadaan yang tidak ideal (pasien tidak dapat ditimbang, tidak dapat berdiri)

    4.

    Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dengan hand grip dynamometer.5. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pengukuran.

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    6/17

    6

    BAB II

    MATERI DAN METODE

    A.

    ALAT DAN BAHAN

    1. Skinfold caliper

    2. Hand grip dynamometer

    3. Blanko skrining

    4. Metline

    5. Antropometer

    6. Laptop dan LCD

    B. PROSEDUR KERJA

    1. Skinfold Caliper

    a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

    b.

    Mengenali lokasi pengukuran. Pada praktikum ini hanya dilakukan pada biceps

    dan triceps.

    c. Menentukan lokasi titik tengah pada lengan atas.

    d. Mengukur tebal lemak kulit pada posisi lengan rileks (ekstensi lemah), dengan

    cara mencubit 1,5 cm diatas titik tengah tersebut menggunakan ibu jari dan

    telunjuk. Kemudian menarik cubitan tersebut secara vertikal menjauhi lengan.

    Dilakukan dengan pelan agar tidak menyakiti.

    e. Memasang caliper secara horozontal dibawah cubitan tersebut dan membaca

    angka yang ditunjukkan jarum.

    f. Melakukan pengukuran 3 kali dan menghitung rata-ratanya.

    2. Skrining gizi pada pasien rumah sakit (SGA)

    a.

    Menyiapkan blanko SGA dan alat tulis.

    b. Melakukan wawancara dan pengamatan yang meliputi:

    1)

    Perubahan berat badan

    Menanyakan perubahan berat badan dalam kurun waktu 6 bulan dan 2

    minggu terakhir.

    2) Perubahan asupan makanan.

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    7/17

    7

    Menanyakan lama terjadinya perubahan dan adanya perubahan jenis

    makanan (makanan padat kurang optimal/cair/cair rendah kalori/makan

    sedikit-puasa).

    3)

    Gangguan saluran cerna

    Menanyakan adanya riwayat mual, muntah, diare, nafsu makan turun/

    anoreksia yang > 15 hari.

    4) Kapasitas fungsional fisik/ aktivitas fisik

    Menanyakan apakah ada perubahan aktivitas fisik, lamanya serta jenis

    gangguan. Kemudian menilai apakah kemampuan aktivitasnya menurun,

    dapat bergerak namun terbatas, atau hanya mampu berbaring saja.

    5)

    Penyakit yang berkaitan dengan kebutuhan nutrisiMenanyakan keluhan yang membawa pasien masuk rumahsakit dan

    menentukan diagnosis primernya. Kemudian menentukan stress metabolik

    yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi seperti trauma, operasi, luka bakar,

    dan infeksi berat.

    6) Pemeriksaan fisik

    Melihat apakah ada lemak subkutan dan massa otot yang hilang serta

    melihat jika terdapat edema pada pergelangan kaki atau sakrum serta

    menilai apakah ada asites.

    c. Mengisikan data yang diperoleh ke dalam formulir SGA

    d. Menentukan ranking/ skor SGA-nya

    3. Penilaian status gizi pada kondisi tidak ideal

    a. Menyiapkan alat yang dibutuhkan

    b. Melakukan pengukuran tinggi lutut

    1) Memposisikan lutut membentuk sudut 90 (probandus naik ke meja)

    2)

    Mengukur tinggi lutut

    3) Mengulangi 3 kali dan diambil rata-rata

    c.

    Melakukan pengukuran arm span

    1) Memposisikan probandus dalam keadaan berdiri dan tangan direntangkan

    maksimal

    2) Mengukur arm spandari ujung terjauh kanan ke kiri

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    8/17

    8

    3) Mengulangi 3 kali dan diambil rata-rata

    d. Memasukkan hasil perhitungan pada rumus-rumus yang sesuai

    e. Menentukan status gizi

    4.

    Hand grip dynamometer

    a. Menyiapkan alat yang dibutuhkan yaituHand grip dynamometer

    b. Melakukan pengukuran kekuatan otot tangan dengan posisi antropometri

    (berdiri) dan menarik handel sekuat-kuatnya.

    c. Membaca hasil pengukuran pada jarum penunjuk

    d. Melakukan 3 kali pengukuran dan menghitung rata-rata kemudian

    dibandingkan dengan standar (Lampiran).

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    9/17

    9

    BAB III

    HASIL KEGIATAN

    A.

    SKINFOLD CALIPER

    1. Probandus: Daniel Purbo, laki-laki, 57 kg, 2 tahun

    Tebal lemak subkutan kulit triceps = 8,17 mm (borderline)

    Tebal lemak subkutan kulit biceps = 9,67 mm

    Tebal lemak subkutan kulit subscapula = 11,67 mm

    Tebal lemak subkutan kulit suprailiaca = 12,83 mm

    SK4 = 42.34 mm

    Rumus densitas lemak (D) menurut Durnin Womersley, 1974:

    D (kg/m3)= 1.1631( 0.0632 x log10 [SK4(mm)])

    = 1.1631(0.0632 x log 10 [42.34])

    = 1.1631(0.0632 x [log 10 + log 42.34])

    = 1.1631(0.0632 x [1+1.62])

    = 1.1631(0.0632 x 2.62)

    = 1.16310.10281065

    = 1.060 kg/m3

    Tr iceps Skinfold Thickness menurut heimburger dan ard, 2006:

    Percent of

    Reference Value

    Men

    (mm)

    Woman

    (mm)

    Calorie reserves

    100 12.5 16.5 Adequate

    90 11 15 Adequate

    80 10 13 Adequate

    70 9 11.5 Adequate

    60 7.5 10 Adequate

    50 6 8 Borderline

    40 5 6.5 Borderline

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    10/17

    10

    30 4 5 Borderline

    20 2.5 3 Severely depleted

    Tebal lemak subkutan kulit triceps = 5 mm = Borderline.

    B. SKRINING GIZI PADA PASIEN RUMAH SAKIT (SGA)

    FORMULIR SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMENT

    1. Perubahan berat badan (BB)

    Kehilangan BB dalam 6 bulan terakhir = 2 kg% kehilangan BB = 2.94%

    Perubahan BB dalam 2 minggu terakhir = turun 5 kg

    2.

    Perubahan asupan makananTidak berubah = (-)

    Berubah = lama 1 bulan

    Jenis = Diet padat kurang optimal = (-) Diet cair total = (-)

    Diet cair hipokalori = (+) Starvasi = (-)

    3. Gejala gastrointestinal (menetap lebih dari 2 minggu)

    Tidak ada = (-)

    Ada = Mual = (+) Muntah = (+) Diare = (-) Anoreksia = (+)

    4. Kapasitas fungsional

    Tidak ada gangguan = (+)

    Disfungsi = lama 1 bulan

    Jenis = bekerja suboptimal

    5. Penyakit dan hubungannya dengan kebutuhan malnutrisi

    Diagnosis primer = demam typhoid

    Stress metabolik = sedang

    A.

    PEMERIKSAAN FISIK (0= normal, +1= ringan, +2=sedang, +3= berat)

    Kehilangan lemak subkutan (triceps, dada) = +2

    Kehilangan massa otot (quadriceps, deltoid) = +1

    Edema pergelangan kaki = 0

    Edema sacrum = 0

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    11/17

    11

    Asites = 0

    B. DERAJAD SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMENT

    Gizi baik A = (-)

    Malnutrisi sedang B = (+)

    Malnutrisi berat C = (-)

    C. PENILAIAN STATUS GIZI PADA KONDISI TIDAK IDEAL

    A. Tinggi Lutut (Probandus: Daniel Purbo Rinanto, laki-laki, 21 tahun)

    a. TB (L)= 64,19(0,4 x usia) + (2,02 x tinggi lutut)

    = 64,19(0,4 x 21) + (2,02 x 48,67)

    = 64,19

    8,4 + 98.31= 154,10 cm

    B. Arm span (Probandus: Daniel Purbo Rinanto, laki-laki, 21 tahun)

    a. TB = [0.73 x (2 x arm span)] + 0.43

    = [0.73 x (2x 168)] + 0.43

    = (0.73 x 168) + 0.43

    = 1.656 m

    = 167.8 cm (pengukuran tinggi badan dengan microtoise 167 cm)

    D. HANDGRIP DYNAMOMETER

    A. Probandus: Probandus: Daniel Purbo Rinanto, laki-laki, 21 tahun

    Rata-rataHandgrip= 36.0 kg (tidak sesuai, N= 46,5 kg)

    B. Probandus: Dewantari Saputri, perempuan, 21 tahun

    Rata-rataHandgrip= 28.6 kg (sesuai, N= 29.2 kg)

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    12/17

    12

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    A. SKINFOLD CALIPER

    Pemeriksaan ketebalan lipat kulit berguna untuk memperkirakan simpanan lemak yang

    ada di tubuh, hal ini dikarenakan kurang lebih 50% lemak tubuh tersimpan di area

    subkutan. Ketebalan lipat kulit juga dapat menggambarkan fat mass dari muscle mass

    (Heimburger dan Ard, 2006). Daerah yang sering dilakukan pengukuran ketebalan lipat

    kulit yaitu pada trisep dan daerah subscapular, yaitu 1 cm dibawah angulus inferior

    scapula (Truswell, 2003). Pada praktikum ini praktikan menampilkan data pengukuran

    probandus laki-laki (Daniel Purbo,20) dengan total lipatan kulit 42.34 mm.

    Standar tempat pengukuran skinfold menurut Norton dan Old (1998) ada sepuluh

    lokasi spesifik, yaitu Subscapular, Abdominal, Suprailiac, Iliac crest, Midaxillary, Medial

    calf, Front thigh, Triceps, Biceps, dan Chest. Itulah beberapa yang menunjukan tempat

    tempat dan petunjuk pengukuran skinfold.

    Beberapa asumsi yang digunakan mengapa skinfold dapat digunakan untuk mengukur

    lemak tubuh. Pertama, skinfold adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak

    bawah kulit; Kedua, distribusi lemak dibawah kulit adala sama untuk semua individu

    termasuk jenis kelamin; Ketiga, ada hubungan antara lemak bawah kulit dan total lemak

    tubuh; Keempat, jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat digunakan untuk

    memperkirakan total lemak tubuh (Wicaksono et al. 2012).

    Menurut referensi standart untuk umur 19-24 tahun pada 50% populasi di US

    didapatkan ketebalan lipat kulit adalah 9,5 mm (Truswell, 2003). Sedangkan menurut

    Heimburger dan Ard (2006) ketebalan lipatan kulit trisep sebesar 5 mm berarti

    mempunyai cadangan kalori yang termasuk kategori borderline. Orang yang termasuk

    pada kategori borderline berarti orang tersebut dalam keadaan yang sehat dan fit.

    Sedangkan untuk referensi standar dari ketebalan lipat kulit pada area lain praktikan

    belum mendapatkan sumber. Pemeriksaan ketebalan lipatan kulit pada triep dapat

    membedakan komposisi antara fat mass dan fat free mass, yang tidak dapat didapatkan

    pada pengukuran BMI. Karena terkadang kenaikan BMI tidak selalu disebabkan

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    13/17

    13

    peningkatan lemak tubuh, tapi biasanya justru sering terjadi peningkatan massa otot. Oleh

    karena itu pemeriksaan ketebalan lipat kulit trisep dapat berguna untuk membedakannya.

    Selain pengukuran ketebalan lipatan kulit pada trisep, midarm muscle circumference

    juga dapat digunakan untuk membedakan fat mass dan fat free mass. Namun karena nilai

    variasi yang lebar pada orang yang sehat dan tergantung umur, maka pengukuran tebal

    lipat kulit pada trisep jarang digunakan sebagai pemeriksaan tunggal. Selain itu

    pengukuran ini juga tidak akurat untuk pasien dengan edema pada ekstremitas atas.

    B. SKRINING GIZI PADA PASIEN RUMAH SAKIT (SGA)

    SGA merupakan salah satu alat skrining yang digunakan untuk menilai apakah pasien

    mengalami malnutrisi atau tidak. Alat skrining lain yang dikembangkan seperti

    Prognostic Nutritional Index (PNI); Nutrition Risk Index (NRI) dan Mini Nutritional

    Assessment (MNA). SGA bukan merupakan alat diagnostik namun alat prognostik yang

    digunakan untuk menilai clinical outcome tanpa adanya intervensi nutrisi (Elia dan

    Stratton, 2011).

    Pada praktikum ini pada pasien simulasi, didapatkan pemeriksaan SGA pada Sintin

    mengalami malnutrisi sedang. Penilaian ini bisa saja tidak sesuai dengan keadaan pasien

    yang sebenarnya karena menurut review dari Queensland Health Dietitians pada tahun

    2009, validitas dari SGA hanya sosok untuk kelompok pasien bedah, geriatri, onkologi

    dan renal. Di review ini juga disebutkan bahwa pemeriksaan SGA memerlukan latihan.

    Hal ini karena penilaian tergantung subjektivitas dari pemeriksa. Menurut review dari Elia

    dan Stratton (2011), didapatkan nilai reabilitas dari SGA antara 0,56-0,784 (skala 1-1,0).

    Hal ini menunjukkan SGA kurang reliabel jika dibanding dengan MNA (0,25-1,0).

    Namun karena sederhana dan mudah dilakukan, hingga saat ini SGA masih sering

    digunakan.

    C. PENILAIAN STATUS GIZI PADA KONDISI TIDAK IDEAL

    Tinggi badan (TB) merupakan komponen beberapa indikator status gizi sehingga

    pengukuran TB seseorang secara akurat sangatlah penting untuk menentukan nilai IMT

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    14/17

    14

    (Indeks Massa Tubuh). IMT berguna sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi

    kasus KEK (Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). Namun untuk

    memperoleh pengukuran TB yang tepat pada usila cukup sulit karena masalah postur

    tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang menyebabkan harus duduk di kursi roda

    atau di tempat tidur. Oleh karena itu dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut ( knee

    height), panjang lengan (arm span) (Fatimah, 2006).

    Pada probandus Dessy, pengukuran BMI menurut tinggi badan dari pemeriksaan tinggi

    lutut didapatkan probandus dalam kategori underweight, sedangkan BMI menurut arm

    spandidapatkan probandus dalam kategori obese II. Padahal jika diukur dengan keadaan

    ideal BMI untuk probandus adalah normal. Hasil yang tidak sesuai ini mungkin

    dipengaruhi oleh umur dan etnik probandus. Seperti yang disebutkan Bjelica et al (2012)

    dalam penelitiannya bahwa korelasi antara arm spandan tinggi badan sangat bervariasi

    tergantung dari etnik dan ras.

    D. HANDGRIP DYNAMOMETER

    Handgrip merupakan salah satu intrumen yang digunakan untuk mengukur kekuatan

    otot tangan. Pengukuran ini dilakukan di tangan karena kekuatan otot tangan merupakan

    yang paling representatif untuk menggambarkan total kekuatan tubuh (Newman, 1984).Selain itu, handgrip juga dapat menilai apakah seseorang asupan nutrisi proteinnya

    tercukupi atau tidak.

    Pada praktikum ini, praktikan meberikan data penguuran 2 probandus, Daniel Purbo

    yang didapatkan handgrip tidak sesuai dengan angka rujukan (kurang) . Yang kedua

    Dewantari Saputri yang didapatkan handgrip kurang sesuai namun telah mendekati angka

    rujukan. Pada probandus yang memiliki nilai handgrip kurang dari rujukan, berarti ada

    kemungkinan probandus kekurangan asupan protein. Sedangkan pada probandus yangpemeriksaan handgrip-nya melebihi nilai rujukan memiliki asupan protein yang sudah

    adekuat.

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    15/17

    15

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    1. Skinfold digunakan untuk menilai komposisi tubuh dan dapat membedakan

    komposisi tubuh antara fat mass dan fat free mass.

    2. SGA merupakan pemeriksaan yang sederhana dan mudah dilakukan untuk menilai

    adanya malnutrisi atau kemungkinan malnutrisi pada pasien baru masuk rumah

    sakit

    3. Pemeriksaan status gizi dengan keadaan tidak ideal berguna pada lansia, serta

    orang yang menderita kelainan tulang belakang ataupun dengan cedera ekstremitas

    bawah yang tidak dapat berdiri dengan tegak

    4. Dari praktikum didapatkan penilaian TB dengan pemeriksaan status gizi tidak ideal

    tidak sesuai dengan tinggi badan asli.

    5. Handgrip merupakan pemeriksaan untuk menilai kekuatan otot dan dapat

    menggambarkan asupan protein seseorang.

    B. SARAN

    1. Pada pemeriksaan gizi lanjutan, diperlukan latihan untuk pemeriksa agar hasil

    dapat reliabel2. Dilakukan skrining lain selain SGA agar dapat membandingkan hasilnya antara

    alat skrining satu dengan yang lain.

  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    16/17

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    Bjelica D, Popovic S, Kezunovic M, Petkovic J, Jurak G, Grasgruber P (2012). Body height

    and its estimation utilising arm span measurements in Montenegrin adults.

    Anthropological Notebooks, 18 (2): 6983.

    Elia M, Stratton RJ (2011). Considerations for screening tool selection and role of predictive

    and concurrent validity. Current Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care,

    14: 425433.

    Glinka, Josef., Artaria, Dyah.Myrtati ., Koesbardiati, Toetik., (2008). Metode Pengukuran

    Manusia. Surabaya : Airlangga University Press.

    Fatimah. (2006). Persamaan (Equation) Tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula)

    Berdasarkan Usia Dan Etnis Pada 6 Panti Terpilih Di Dki Jakarta Dan Tangerang Tahun

    2005. Makara Kesehatan Vol. 10 No. 1. Depok: Indonesian University.

    Heimburger DC, Ard JD (2006). Handbook of Clinical Nutrition 4 Edition. Philadelphia:Mosby Elsevier, pp:242-253.

    Queensland Health Dietitians (2009). Validated Nutrition Assessment Tools: Comparison

    Guide. Diakses 9 November 2013

    http://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/hphe_asst_tools.pdf

    Truswell AS (2003). ABC of Nutrition 4 Edition.London: BMJ, pp:78-86.

    Wardlaw GM, Smith AM (2006). Contemporary Nutrition. New York: McGraw- Hill, pp: 40-

    41.

    http://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/hphe_asst_tools.pdfhttp://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/hphe_asst_tools.pdfhttp://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/hphe_asst_tools.pdf
  • 5/21/2018 Status Gizi Lanjut

    17/17

    17

    LAMPIRAN

    LAMPIRAN 1. Tabel nilai normal handgrip dynamometer menurut jenis kelamin