Upload
rizqiahmad33
View
37
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Gizi
Citation preview
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
1/17
LAPORAN PRAKTIKUM
BLOK ELEKTIF GIZI KLINIK
PENILAIAN STATUS GIZI LANJUT
Oleh:
Rizqi Ahmad Nur Diyono
G0010168
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2013
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
2/17
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, yang telah melimpahkan rahmat dan
bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Praktikum Blok
Elektif Gizi Klinik. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat post testyang harus dijalani
penulis pada akhir paraktikum blok ini.
Penyusunan laporan ini ditujukan sebagai salah satu metode pembelajaran pada blok
Gizi Klinik. Diharapkan dari pembelajaran dan praktikum ini dapat memberikan pemahaman
bagi penulis.
Selanjutnya agar laporan hasil praktikum ini dapat lebih bermanfaat bagi penulis dan
seluruh pelaksana blok secara keseluruhan, maka kami mengharapkan pendapat dan
sumbangan saran dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan yang akan datang.
Surakarta, 10 November 2013
Rizqi Ahmad Nur D
G0010168
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
3/17
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 3
B. TUJUAN ..................................................................................................... 5
BAB II. MATERI DAN METODE
A. ALAT DAN BAHAN ................................................................................. 6
B. PROSEDUR KERJA .................................................................................. 6
BAB III. HASIL KEGIATAN ........................................................................................... 9
BAB IV. PEMBAHASAN ................................................................................................. 13
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 16
B. SARAN ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 18
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
4/17
4
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Insidensi suatu penyakit sering terkait dengan status gizi pada pasien itu
sendiri. Untuk menggambarkan status gizi seseorang yang sebenarnya memerlukan 5
pemeriksaan yang saling terkait satu sama lain yaitu meliputi pemeriksaan
antropometri, biokemikal, klinis, asupan makanan dan ekonomi (Wardlaw dan Smith,
2006). Namun sumber tebaru menyebutkan bahwa diperlukan gabungan dari indikator
antropometri, marker biologis/ pemeriksaan klinis dan asupan makanan untuk
mengetahui status gizi seseorang (Barasi, 2009).Antropometri merupakan metode yang digunakan untuk mengukur tubuh
manusia berdasarkan indeks yang sudah ditentukan. Indeks adalah cara perhitungan
yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk (shape) melalui keterkaitan antara
titik pengukuran (Glinka et al. 2008). Pengukuran antropometri merupaka indikator
penting untuk menilai status gizi seseorang, untuk mengetahui ukuran dan perubahan
proporsi tubuh. Pengukuran tersebut meliputi berat badan dan tinggi badan, lingkar
bagian tubuh, dan komposisi tubuh, seperti skins fold. Penanda biologis digunakan
untuk menilai kadar nutrien atau produk turunannya, seperti enzim. Sedangkan
pemeriksaan klinis seperti tekanan darah, kadar kolesterol plasma, keadaan dan fungsi
gigi, adanya penyakit tertentu dan fungsi otot akan memberikan informasi tentang
kondisi kesehatan pasien. Sedangkan penilaian asupan makanan dapat menentukan
penyebab dari gangguan gizi yant terjadi pada psien (Barasi, 2009).
Pada orang yang baru masuk rumah sakit pemeriksaan status gizi berguna
untuk mengetahui apakah pasien tersebut telah mengalami malnutrisi ataupun beresiko
mengalami malnutrisi. Pemeriksaan status gizi biasanya dilakukan menggunakan alat
skrining agar dapat dilakukan secara cepat dan sederhana. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk memberikan informasi dasar untuk penyusunan menu diet pada pasien tersebut.
Praktikum penilaian gizi lanjut kali ini yang meliputi pemeriksaan ketebalan
lemak yang diukur menggunakan skinfold caliper, kekuatan otot dengan handgrim
dynamometer, tinggi badan melalui tinggi lutut dan arm span serta metode skrining
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
5/17
5
status gizi SGA, kesemuanya digunakan untuk menilai status gizi pada pasien/kondisi
sakti sebagai dasar untuk menentukan terapi diet.
B.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tebal lemak kulit dengan skinfold
caliper.
2. Mahasiswa mampu melakukan skrining gizi pada pasien dengan SGA atau
screening toollainnya.
3. Mahasiswa mampu menentukan status gizi dengan pendekatan rumus-rumus pada
keadaan yang tidak ideal (pasien tidak dapat ditimbang, tidak dapat berdiri)
4.
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dengan hand grip dynamometer.5. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pengukuran.
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
6/17
6
BAB II
MATERI DAN METODE
A.
ALAT DAN BAHAN
1. Skinfold caliper
2. Hand grip dynamometer
3. Blanko skrining
4. Metline
5. Antropometer
6. Laptop dan LCD
B. PROSEDUR KERJA
1. Skinfold Caliper
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b.
Mengenali lokasi pengukuran. Pada praktikum ini hanya dilakukan pada biceps
dan triceps.
c. Menentukan lokasi titik tengah pada lengan atas.
d. Mengukur tebal lemak kulit pada posisi lengan rileks (ekstensi lemah), dengan
cara mencubit 1,5 cm diatas titik tengah tersebut menggunakan ibu jari dan
telunjuk. Kemudian menarik cubitan tersebut secara vertikal menjauhi lengan.
Dilakukan dengan pelan agar tidak menyakiti.
e. Memasang caliper secara horozontal dibawah cubitan tersebut dan membaca
angka yang ditunjukkan jarum.
f. Melakukan pengukuran 3 kali dan menghitung rata-ratanya.
2. Skrining gizi pada pasien rumah sakit (SGA)
a.
Menyiapkan blanko SGA dan alat tulis.
b. Melakukan wawancara dan pengamatan yang meliputi:
1)
Perubahan berat badan
Menanyakan perubahan berat badan dalam kurun waktu 6 bulan dan 2
minggu terakhir.
2) Perubahan asupan makanan.
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
7/17
7
Menanyakan lama terjadinya perubahan dan adanya perubahan jenis
makanan (makanan padat kurang optimal/cair/cair rendah kalori/makan
sedikit-puasa).
3)
Gangguan saluran cerna
Menanyakan adanya riwayat mual, muntah, diare, nafsu makan turun/
anoreksia yang > 15 hari.
4) Kapasitas fungsional fisik/ aktivitas fisik
Menanyakan apakah ada perubahan aktivitas fisik, lamanya serta jenis
gangguan. Kemudian menilai apakah kemampuan aktivitasnya menurun,
dapat bergerak namun terbatas, atau hanya mampu berbaring saja.
5)
Penyakit yang berkaitan dengan kebutuhan nutrisiMenanyakan keluhan yang membawa pasien masuk rumahsakit dan
menentukan diagnosis primernya. Kemudian menentukan stress metabolik
yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi seperti trauma, operasi, luka bakar,
dan infeksi berat.
6) Pemeriksaan fisik
Melihat apakah ada lemak subkutan dan massa otot yang hilang serta
melihat jika terdapat edema pada pergelangan kaki atau sakrum serta
menilai apakah ada asites.
c. Mengisikan data yang diperoleh ke dalam formulir SGA
d. Menentukan ranking/ skor SGA-nya
3. Penilaian status gizi pada kondisi tidak ideal
a. Menyiapkan alat yang dibutuhkan
b. Melakukan pengukuran tinggi lutut
1) Memposisikan lutut membentuk sudut 90 (probandus naik ke meja)
2)
Mengukur tinggi lutut
3) Mengulangi 3 kali dan diambil rata-rata
c.
Melakukan pengukuran arm span
1) Memposisikan probandus dalam keadaan berdiri dan tangan direntangkan
maksimal
2) Mengukur arm spandari ujung terjauh kanan ke kiri
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
8/17
8
3) Mengulangi 3 kali dan diambil rata-rata
d. Memasukkan hasil perhitungan pada rumus-rumus yang sesuai
e. Menentukan status gizi
4.
Hand grip dynamometer
a. Menyiapkan alat yang dibutuhkan yaituHand grip dynamometer
b. Melakukan pengukuran kekuatan otot tangan dengan posisi antropometri
(berdiri) dan menarik handel sekuat-kuatnya.
c. Membaca hasil pengukuran pada jarum penunjuk
d. Melakukan 3 kali pengukuran dan menghitung rata-rata kemudian
dibandingkan dengan standar (Lampiran).
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
9/17
9
BAB III
HASIL KEGIATAN
A.
SKINFOLD CALIPER
1. Probandus: Daniel Purbo, laki-laki, 57 kg, 2 tahun
Tebal lemak subkutan kulit triceps = 8,17 mm (borderline)
Tebal lemak subkutan kulit biceps = 9,67 mm
Tebal lemak subkutan kulit subscapula = 11,67 mm
Tebal lemak subkutan kulit suprailiaca = 12,83 mm
SK4 = 42.34 mm
Rumus densitas lemak (D) menurut Durnin Womersley, 1974:
D (kg/m3)= 1.1631( 0.0632 x log10 [SK4(mm)])
= 1.1631(0.0632 x log 10 [42.34])
= 1.1631(0.0632 x [log 10 + log 42.34])
= 1.1631(0.0632 x [1+1.62])
= 1.1631(0.0632 x 2.62)
= 1.16310.10281065
= 1.060 kg/m3
Tr iceps Skinfold Thickness menurut heimburger dan ard, 2006:
Percent of
Reference Value
Men
(mm)
Woman
(mm)
Calorie reserves
100 12.5 16.5 Adequate
90 11 15 Adequate
80 10 13 Adequate
70 9 11.5 Adequate
60 7.5 10 Adequate
50 6 8 Borderline
40 5 6.5 Borderline
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
10/17
10
30 4 5 Borderline
20 2.5 3 Severely depleted
Tebal lemak subkutan kulit triceps = 5 mm = Borderline.
B. SKRINING GIZI PADA PASIEN RUMAH SAKIT (SGA)
FORMULIR SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMENT
1. Perubahan berat badan (BB)
Kehilangan BB dalam 6 bulan terakhir = 2 kg% kehilangan BB = 2.94%
Perubahan BB dalam 2 minggu terakhir = turun 5 kg
2.
Perubahan asupan makananTidak berubah = (-)
Berubah = lama 1 bulan
Jenis = Diet padat kurang optimal = (-) Diet cair total = (-)
Diet cair hipokalori = (+) Starvasi = (-)
3. Gejala gastrointestinal (menetap lebih dari 2 minggu)
Tidak ada = (-)
Ada = Mual = (+) Muntah = (+) Diare = (-) Anoreksia = (+)
4. Kapasitas fungsional
Tidak ada gangguan = (+)
Disfungsi = lama 1 bulan
Jenis = bekerja suboptimal
5. Penyakit dan hubungannya dengan kebutuhan malnutrisi
Diagnosis primer = demam typhoid
Stress metabolik = sedang
A.
PEMERIKSAAN FISIK (0= normal, +1= ringan, +2=sedang, +3= berat)
Kehilangan lemak subkutan (triceps, dada) = +2
Kehilangan massa otot (quadriceps, deltoid) = +1
Edema pergelangan kaki = 0
Edema sacrum = 0
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
11/17
11
Asites = 0
B. DERAJAD SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMENT
Gizi baik A = (-)
Malnutrisi sedang B = (+)
Malnutrisi berat C = (-)
C. PENILAIAN STATUS GIZI PADA KONDISI TIDAK IDEAL
A. Tinggi Lutut (Probandus: Daniel Purbo Rinanto, laki-laki, 21 tahun)
a. TB (L)= 64,19(0,4 x usia) + (2,02 x tinggi lutut)
= 64,19(0,4 x 21) + (2,02 x 48,67)
= 64,19
8,4 + 98.31= 154,10 cm
B. Arm span (Probandus: Daniel Purbo Rinanto, laki-laki, 21 tahun)
a. TB = [0.73 x (2 x arm span)] + 0.43
= [0.73 x (2x 168)] + 0.43
= (0.73 x 168) + 0.43
= 1.656 m
= 167.8 cm (pengukuran tinggi badan dengan microtoise 167 cm)
D. HANDGRIP DYNAMOMETER
A. Probandus: Probandus: Daniel Purbo Rinanto, laki-laki, 21 tahun
Rata-rataHandgrip= 36.0 kg (tidak sesuai, N= 46,5 kg)
B. Probandus: Dewantari Saputri, perempuan, 21 tahun
Rata-rataHandgrip= 28.6 kg (sesuai, N= 29.2 kg)
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
12/17
12
BAB IV
PEMBAHASAN
A. SKINFOLD CALIPER
Pemeriksaan ketebalan lipat kulit berguna untuk memperkirakan simpanan lemak yang
ada di tubuh, hal ini dikarenakan kurang lebih 50% lemak tubuh tersimpan di area
subkutan. Ketebalan lipat kulit juga dapat menggambarkan fat mass dari muscle mass
(Heimburger dan Ard, 2006). Daerah yang sering dilakukan pengukuran ketebalan lipat
kulit yaitu pada trisep dan daerah subscapular, yaitu 1 cm dibawah angulus inferior
scapula (Truswell, 2003). Pada praktikum ini praktikan menampilkan data pengukuran
probandus laki-laki (Daniel Purbo,20) dengan total lipatan kulit 42.34 mm.
Standar tempat pengukuran skinfold menurut Norton dan Old (1998) ada sepuluh
lokasi spesifik, yaitu Subscapular, Abdominal, Suprailiac, Iliac crest, Midaxillary, Medial
calf, Front thigh, Triceps, Biceps, dan Chest. Itulah beberapa yang menunjukan tempat
tempat dan petunjuk pengukuran skinfold.
Beberapa asumsi yang digunakan mengapa skinfold dapat digunakan untuk mengukur
lemak tubuh. Pertama, skinfold adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak
bawah kulit; Kedua, distribusi lemak dibawah kulit adala sama untuk semua individu
termasuk jenis kelamin; Ketiga, ada hubungan antara lemak bawah kulit dan total lemak
tubuh; Keempat, jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat digunakan untuk
memperkirakan total lemak tubuh (Wicaksono et al. 2012).
Menurut referensi standart untuk umur 19-24 tahun pada 50% populasi di US
didapatkan ketebalan lipat kulit adalah 9,5 mm (Truswell, 2003). Sedangkan menurut
Heimburger dan Ard (2006) ketebalan lipatan kulit trisep sebesar 5 mm berarti
mempunyai cadangan kalori yang termasuk kategori borderline. Orang yang termasuk
pada kategori borderline berarti orang tersebut dalam keadaan yang sehat dan fit.
Sedangkan untuk referensi standar dari ketebalan lipat kulit pada area lain praktikan
belum mendapatkan sumber. Pemeriksaan ketebalan lipatan kulit pada triep dapat
membedakan komposisi antara fat mass dan fat free mass, yang tidak dapat didapatkan
pada pengukuran BMI. Karena terkadang kenaikan BMI tidak selalu disebabkan
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
13/17
13
peningkatan lemak tubuh, tapi biasanya justru sering terjadi peningkatan massa otot. Oleh
karena itu pemeriksaan ketebalan lipat kulit trisep dapat berguna untuk membedakannya.
Selain pengukuran ketebalan lipatan kulit pada trisep, midarm muscle circumference
juga dapat digunakan untuk membedakan fat mass dan fat free mass. Namun karena nilai
variasi yang lebar pada orang yang sehat dan tergantung umur, maka pengukuran tebal
lipat kulit pada trisep jarang digunakan sebagai pemeriksaan tunggal. Selain itu
pengukuran ini juga tidak akurat untuk pasien dengan edema pada ekstremitas atas.
B. SKRINING GIZI PADA PASIEN RUMAH SAKIT (SGA)
SGA merupakan salah satu alat skrining yang digunakan untuk menilai apakah pasien
mengalami malnutrisi atau tidak. Alat skrining lain yang dikembangkan seperti
Prognostic Nutritional Index (PNI); Nutrition Risk Index (NRI) dan Mini Nutritional
Assessment (MNA). SGA bukan merupakan alat diagnostik namun alat prognostik yang
digunakan untuk menilai clinical outcome tanpa adanya intervensi nutrisi (Elia dan
Stratton, 2011).
Pada praktikum ini pada pasien simulasi, didapatkan pemeriksaan SGA pada Sintin
mengalami malnutrisi sedang. Penilaian ini bisa saja tidak sesuai dengan keadaan pasien
yang sebenarnya karena menurut review dari Queensland Health Dietitians pada tahun
2009, validitas dari SGA hanya sosok untuk kelompok pasien bedah, geriatri, onkologi
dan renal. Di review ini juga disebutkan bahwa pemeriksaan SGA memerlukan latihan.
Hal ini karena penilaian tergantung subjektivitas dari pemeriksa. Menurut review dari Elia
dan Stratton (2011), didapatkan nilai reabilitas dari SGA antara 0,56-0,784 (skala 1-1,0).
Hal ini menunjukkan SGA kurang reliabel jika dibanding dengan MNA (0,25-1,0).
Namun karena sederhana dan mudah dilakukan, hingga saat ini SGA masih sering
digunakan.
C. PENILAIAN STATUS GIZI PADA KONDISI TIDAK IDEAL
Tinggi badan (TB) merupakan komponen beberapa indikator status gizi sehingga
pengukuran TB seseorang secara akurat sangatlah penting untuk menentukan nilai IMT
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
14/17
14
(Indeks Massa Tubuh). IMT berguna sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi
kasus KEK (Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). Namun untuk
memperoleh pengukuran TB yang tepat pada usila cukup sulit karena masalah postur
tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang menyebabkan harus duduk di kursi roda
atau di tempat tidur. Oleh karena itu dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut ( knee
height), panjang lengan (arm span) (Fatimah, 2006).
Pada probandus Dessy, pengukuran BMI menurut tinggi badan dari pemeriksaan tinggi
lutut didapatkan probandus dalam kategori underweight, sedangkan BMI menurut arm
spandidapatkan probandus dalam kategori obese II. Padahal jika diukur dengan keadaan
ideal BMI untuk probandus adalah normal. Hasil yang tidak sesuai ini mungkin
dipengaruhi oleh umur dan etnik probandus. Seperti yang disebutkan Bjelica et al (2012)
dalam penelitiannya bahwa korelasi antara arm spandan tinggi badan sangat bervariasi
tergantung dari etnik dan ras.
D. HANDGRIP DYNAMOMETER
Handgrip merupakan salah satu intrumen yang digunakan untuk mengukur kekuatan
otot tangan. Pengukuran ini dilakukan di tangan karena kekuatan otot tangan merupakan
yang paling representatif untuk menggambarkan total kekuatan tubuh (Newman, 1984).Selain itu, handgrip juga dapat menilai apakah seseorang asupan nutrisi proteinnya
tercukupi atau tidak.
Pada praktikum ini, praktikan meberikan data penguuran 2 probandus, Daniel Purbo
yang didapatkan handgrip tidak sesuai dengan angka rujukan (kurang) . Yang kedua
Dewantari Saputri yang didapatkan handgrip kurang sesuai namun telah mendekati angka
rujukan. Pada probandus yang memiliki nilai handgrip kurang dari rujukan, berarti ada
kemungkinan probandus kekurangan asupan protein. Sedangkan pada probandus yangpemeriksaan handgrip-nya melebihi nilai rujukan memiliki asupan protein yang sudah
adekuat.
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
15/17
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Skinfold digunakan untuk menilai komposisi tubuh dan dapat membedakan
komposisi tubuh antara fat mass dan fat free mass.
2. SGA merupakan pemeriksaan yang sederhana dan mudah dilakukan untuk menilai
adanya malnutrisi atau kemungkinan malnutrisi pada pasien baru masuk rumah
sakit
3. Pemeriksaan status gizi dengan keadaan tidak ideal berguna pada lansia, serta
orang yang menderita kelainan tulang belakang ataupun dengan cedera ekstremitas
bawah yang tidak dapat berdiri dengan tegak
4. Dari praktikum didapatkan penilaian TB dengan pemeriksaan status gizi tidak ideal
tidak sesuai dengan tinggi badan asli.
5. Handgrip merupakan pemeriksaan untuk menilai kekuatan otot dan dapat
menggambarkan asupan protein seseorang.
B. SARAN
1. Pada pemeriksaan gizi lanjutan, diperlukan latihan untuk pemeriksa agar hasil
dapat reliabel2. Dilakukan skrining lain selain SGA agar dapat membandingkan hasilnya antara
alat skrining satu dengan yang lain.
5/21/2018 Status Gizi Lanjut
16/17
16
DAFTAR PUSTAKA
Bjelica D, Popovic S, Kezunovic M, Petkovic J, Jurak G, Grasgruber P (2012). Body height
and its estimation utilising arm span measurements in Montenegrin adults.
Anthropological Notebooks, 18 (2): 6983.
Elia M, Stratton RJ (2011). Considerations for screening tool selection and role of predictive
and concurrent validity. Current Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care,
14: 425433.
Glinka, Josef., Artaria, Dyah.Myrtati ., Koesbardiati, Toetik., (2008). Metode Pengukuran
Manusia. Surabaya : Airlangga University Press.
Fatimah. (2006). Persamaan (Equation) Tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula)
Berdasarkan Usia Dan Etnis Pada 6 Panti Terpilih Di Dki Jakarta Dan Tangerang Tahun
2005. Makara Kesehatan Vol. 10 No. 1. Depok: Indonesian University.
Heimburger DC, Ard JD (2006). Handbook of Clinical Nutrition 4 Edition. Philadelphia:Mosby Elsevier, pp:242-253.
Queensland Health Dietitians (2009). Validated Nutrition Assessment Tools: Comparison
Guide. Diakses 9 November 2013
http://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/hphe_asst_tools.pdf
Truswell AS (2003). ABC of Nutrition 4 Edition.London: BMJ, pp:78-86.
Wardlaw GM, Smith AM (2006). Contemporary Nutrition. New York: McGraw- Hill, pp: 40-
41.
http://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/hphe_asst_tools.pdfhttp://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/hphe_asst_tools.pdfhttp://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/hphe_asst_tools.pdf5/21/2018 Status Gizi Lanjut
17/17
17
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Tabel nilai normal handgrip dynamometer menurut jenis kelamin