Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengetahuan Lingkungan STATE OF THE ENVIRONMENT - INDONESIA
Gardera, D. et al. (eds) (2012) Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012, Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (ISBN 978-602-8358-67-5)
Referensi
Interaksi Kapasitas Pengelolaan dengan Kualitas Lingkungan
Masalah Besar Indonesia [1]
Berkurangnya area hutan
tutupan hutan 104.747.566 ha pada 2000, menjadi 98.242.002 ha pada 2011
Tak imbangnya jumlah penduduk dan luas lahan dengan laju pertumbuhan kendaraan bermotor meningkat pesat tiap tahunnya
pencemaran udara dari kendaraan bermotor semakin bertambah.
Masalah Besar Indonesia [2]
Minimnya sistem pengolahan air limbah di perkotaan
Limbah dari masyarakat juga belum dikelola secara optimal
Pola hidrologis yang rusak/kurang baik.
Situasi Lingkungan Hidup Indonesia
Energi
Udara
Air
Hutan dan Lahan
Pesisir dan Laut
Keanekaragaman Hayati
ENERGI
“Cadangan minyak bumi yang cenderung mengalami penurunan
menjadikan Indonesia sebagai negara net importer minyak bumi.
Tak terelakkan, penggunaan energi terbarukan merupakan salah satu
solusi penting dalam menjaga kestabilan cadangan minyak dan
gas bumi serta kualitas udara lingkungan hidup.”
Energi
Cadangan dan Produksi Energi Fosil per 2007
(asumsi: tidak ada eksplorasi baru)
Energi
Udara [1]
Pemakaian energi fosil di Indonesia menunjukan tren yang terus meningkat di semua sektor
Udara [2]
Udara seperti apa yang kita harapkan dari situasi berikut?
Udara [3]
Pencemar udara yang umum dihasilkan dari proses pembakaran (termasuk bahan bakar fosil): Nitrogen oksida (NOx) Karbon monoksida (CO) Sulfur dioksida (SO2) debu diameter 10 mikron dan 2,5 mikron ke bawah (PM10
dan PM2,5) hidrokarbon (HC).
Proses-proses lain: H2S dan NH3 logam berat aerosol gas sekunder, seperti ozon (O3). (Lihat grafik di KLHI h. 15-17)
Udara - Deposisi Asam [1]
Kadar keasaman (pH) rata-rata tahunan air hujan di 4 kota:
nilai pH berada di bawah pH air hujan normal (5,6).
HUJAN ASAM
pH di bawah 4,5
Udara – Deposisi Asam [2]
Deposisi asam dapat berdampak global dan mengganggu keseimbangan ekosistem:
Keasaman air danau meningkat berkurangnya spesies tertentu
Menghilangkan nutrisi yang dibutuhkan tanah.
SO2 dari hujan asam dapat bereaksi kimia di udara dan yang menyebabkan penyakit pernapasan.
Mempercepat proses karat dari beberapa material: batu kapur, pasir besi, marmer, batu pada dinding beton dan logam.
Merusak bangunan, patung, kendaraan
bermotor dan benda dari batu, logam, dll.
AIR
“Air selalu terbentuk melalui tahap daur hidrologi.
Namun hanya sebagian kecil air saja yang dapat
dimanfaatkan setiap saat.
Sehingga pola konsumsi air yang mengarah
pada pemanfaatan yang tidak berkelanjutan mengakibatkan
penurunan kuantitas dan kualitas air itu sendiri.”
Air [1]
INDONESIA memiliki 6% dari persediaan air dunia atau sekitar 21% dari persediaan air Asia Pasifik, namun pada kenyataannya dari tahun ke tahun di berbagai daerah selalu terjadi kelangkaan dan kesulitan air.
Kebutuhan air minum untuk rumah tangga Indonesia (data 2007)
58% dipenuhi dari air tanah
16% ledeng (PAM)
3% air sungai
2,6% air hujan
7,2% air kemasan
12,6%, mata air
0,4% lainnya.
Air [2]
Tiga masalah klasik air 3T
Too much berarti di suatu tempat, air terlalu berlebih.
Too little berarti di suatu tempat, air sangat kurang.
Too dirty yang berarti air terlalu kotor.
Air [3] – Klasifikasi Air (PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air)
Empat kelas yaitu :
Kelas I, air yang peruntukannya untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
Kelas II, air yang peruntukannya untuk prasarana/sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
Air [4] – Klasifikasi Air
Kelas III, air yang peruntukannya untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
Kelas IV, air yang peruntukannya untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
Air [5] - Status mutu air
Air [6] – Dampak Mutu Air yang Menurun
Pencemaran air berasal dari limbah cair domestik dan industri tidak dikelola, sampah domestik, pemakaian air berlebihan, dan penataan fungsi lahan yang tidak baik
Kualitas air yang buruk dan ganjilnya siklus hidrologi, berpotensi mengganggu kesehatan
Contoh: penyakit diare
kurangnya ketersediaan air bersih
perilaku tidak higienis.
Air [7] – Kematian akibat diare
Air [7]
Kualitas Air Sungai
Kualitas Air Danau
Dampak Penurunan Kualitas Air
Kualitas Air Sungai
Kualitas Air Sungai
Sungai Citarum
Kualitas Air Danau
Pemantauan kualitas air di 15 danau utama pada 2011 menunjukkan, sebagian besar masuk dalam kategori eutrof, kondisi terestrial daerah tangkapan air terancam, dan kondisi sempadan danau terancam
Eutrof adalah status air danau atau waduk yang memiliki kadar unsur hara yang tinggi air telah tercemar karena naiknya kadar Nitrogen dan Fosfor
Oligotrof adalah status trofik air danau atau waduk yang mengandung kadar unsur hara yang rendah.
Kualitas Air Danau
Dampak Penurunan Kualitas Air
Hampir seluruh sungai utama di Indonesia mengalami penurunan kualitas air
air sungai tak dapat digunakan langsung sebagai sumber air bersih
ini membuat jumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan air bersih cukup besar, yaitu sekitar 119 juta.
Penurunan Kualitas Air
Hutan dan Lahan [1]
Hutan tropis merupakan ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Dari penafsiran Citra Satelit Landsat 7 ETM+, luas tutupan hutan mengalami penurunan 104.747.566 hektar pada 2000
98.242.002 hektar pada 2011
deforestasi seluas 6,5 juta hektar selama 11 tahun.
Deforestasi dan degradasi hutan akan menyebabkan pelepasan emisi karbon dioksida ke atmosfer, sehingga mempengaruhi iklim secara global.
Hutan dan Lahan [2]
Perubahan Peruntukan/Fungsi Hutan
Hutan dan Lahan – Lahan Kritis
Tantangan lingkungan hidup juga menghadapi persoalan lahan kritis.
Lahan kritis adalah lahan yang secara fisik telah rusak sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai media produksi atau pengatur tata air.
Perkembangan lahan kritis seiring dengan deforestasi dan degradasi hutan.
Selama 2000 - 2011, lahan kritis bertambah 4 juta hektar, dengan kontribusi setiap provinsi yang berbeda-beda.
Kalimantan Tengah menyumbang jumlah lahan kritis terbesar, diikuti Jambi, Sumatra Utara dan Sulawesi Tenggara.
Pesisir dan Laut
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia: banyak sumber daya perairan dan kelautan.
Pesisir laut menyimpan cadangan minyak, gas, mineral dan bahan tambang.
Ekosistem pesisir: hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang juga memiliki banyak manfaat. Terumbu karang menyediakan bahan makanan, obat-obatan dan
menjaga pantai dari deburan ombak. Padang lamun juga bernilai ekonomi untuk bahan baku obat-
obatan, pupuk, kasur, makanan, penyaring limbah kertas, dan bahan kimia.
Hamparan lamun mampu mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen air laut dan menstabilkan dasar sedimen (BPS, 2012).
Pesisir dan Laut – Hutan Mangrove
Indonesia memiliki hutan mangrove terluas kedua dunia setelah Brazil.
Hutan mangrove melindungi pantai, menahan endapan lumpur dan menjaga keseimbangan lingkungan.
Hutan mangrove terancam alih fungsi untuk berbagai kepentingan, seperti perkebunan, tambak dan pemukiman
Perubahan Peruntukan/Fungsi Hutan Mangrove
Terumbu Karang
KEANEKARAGAMAN HAYATI
“Keanekaragaman hayati terus mengalami penyusutan.
Hutan tropika yang menjadi gudang keanekaragaman hayati
telah menyusut lebih dari setengahnya.
Kecenderungan penyusutan ini memerlukan perhatian khusus dan
penanganan yang lebih serius.”
Keanekaragaman Hayati [1]
Indonesia memiliki berbagai tipe ekosistem: 52 tipe vegetasi yang bisa ditemukan di Nusantara: vegetasi salju di Puncak Jayawijaya, alpina, sub-alpina,
hutan hujan pegunungan, dataran rendah, hutan pantai, savana, mangrove sampai rawa gambut (Kartawinata. 2006).
Garis pantai Nusantara yang membentang hampir 81.000 km dilindungi ekosistem terumbu karang, padang lamun dan mangrove Tipe-tipe vegetasi dihuni aneka spesies tumbuhan, hewan,
dan jasad renik, yang membentuk ekosistem unik dan kompleks.
Keanekaragaman Hayati [2]
Indonesia merupakan 13 % daratan dunia namun menyimpan 17 % dari total spesies di muka Bumi. Sedikitnya 35.000 - 40.000 spesies tumbuhan (11-15%); 707 spesies mamalia (12 %); 350 spesies amfibia dan reptil (15 %); 1.602 spesies burung (17 %) dan 2.184 spesies ikan air tawar (37 %)
Di perairan laut: 2.500 spesies molluska 2.000 spesies krustasea 6 spesies penyu laut 30 mamalia laut lebih 2.500 spesies ikan laut.
Keanekaragaman Hayati (3) - Endemik
Endemisme sangat penting karena makhluk hidup itu tidak dapat ditemukan di belahan Bumi lain.
Spesies endemik Indonesia:
14.800 jenis tumbuhan (nomor 5 dunia) termasuk 225 jenis palem endemik (no 1 dunia);
201 jenis mamalia (nomor 2 dunia);
150 jenis reptilia (nomor 4 dunia);
397 jenis burung (nomor 5 dunia);
100 jenis amfibia;
35 jenis primat; dan
121 jenis kupu-kupu.
Keanekaragaman Hayati [4] - Konservasi
Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam dengan ekosistem asli, yang dikelola dengan sistem zonasi untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (pasal 1 butir 14 UU Nomor 5 Tahun1990).
Suaka margasatwa merupakan kawasan suaka alam (kawasan konservasi) dengan ciri khas berupa keanekaragaman ataupun keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan habitat.
Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam karena alamnya yang punya keunikan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya, atau ekosistem tertentu, yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung alami.
Taman hutan raya merupakan bentuk pelestarian alam kombinasi antara pelestarian ex-situ dan in-situ. Dengan begitu, taman hutan raya dapat ditetapkan dari hutan alam maupun hutan buatan. Fungsi taman hutan raya sebagai ‘etalase’ keanekaragaman hayati, penelitian, tempat penangkaran jenis, serta wisata.
Keanekaragaman Hayati [5] - Konservasi
Tugas Kelompok
Amati salah satu kondisi berdasarkan:
Energi
Udara
Air
Hutan dan Lahan
Keanekaragaman Hayati
Tugas Kelompok
Kelompok bertugas untuk mengidentifikasi permasalah yang berkaitan dengan lingkungan di daerah tersebut.
Kelompok mengusulkan perbaikan-perbaikan apa saja yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan/mengurangi permasalahan yang ada.
Berdasarkan usulan perbaikan yang dibuat, kelompok mengimplementasikan di daerah tersebut dan mengevaluasi perubahan lingkungan yang terjadi.
Apa perubahan kondisi yang terjadi (positif ataupun negatif).
Laporkan dan kumpulkan laporannya
THANK YOU