22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem daerah tropis dan sebagian daerah subtropis yang menjadi pndukung utama yang berada di wilayah pesisir yang umumnya terdapat didaerah tropis dan subtropis. Secara ekologis, perairan di wilayah padang lamun memilik berbagai fungsi yang penting bagi perairan pantai karena tingginya produksi primer dan struktur habitat yang kompleks di ekosistem yang didukung oleh berbagai jenis biota-biota yang hidup di dalamnya baik berupa biota bentik dan biota pelagis yang hidup di ekosistem maupun di sekelilingnya. Dalam hal ini, berbagai jenis ikan termasuk ikan-ikan yang bernilai ekonomis,banyak mendiami daerah padang lamun untuk mencari makan maupun sebagai tempat berlindung,terutama bagi juvenil-juvenil ikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada padang lamun dapat dikatakan sebagai sumber daya alam laut yang bernilai tinggi yang mampu menunjang sisi pantai dan perikanan. Mempelajari berbagai sumberdaya yang ada di lamun baik mengenai distribusi biota, komposisi dan kerapatan merupakan hal yang mendasar dalam sebuah penelitian selain juga termasuk pula kelimpahan, dominasi tutupan dan zonasi dari lamun. Penentuan lokasi yang dilakukan terhadap pengidentifikasi ikan yang ingin diketahui bisa menjadi acuan 1

karyatulisilmiah.com · Web viewEkosistem padang lamun merupakan ekosistem daerah tropis dan sebagian daerah subtropis yang menjadi pndukung utama yang berada di wilayah pesisir yang

  • Upload
    lecong

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem daerah tropis dan sebagian daerah

subtropis yang menjadi pndukung utama yang berada di wilayah pesisir yang umumnya

terdapat didaerah tropis dan subtropis. Secara ekologis, perairan di wilayah padang lamun

memilik berbagai fungsi yang penting bagi perairan pantai karena tingginya produksi primer

dan struktur habitat yang kompleks di ekosistem yang didukung oleh berbagai jenis biota-

biota yang hidup di dalamnya baik berupa biota bentik dan biota pelagis yang hidup di

ekosistem maupun di sekelilingnya. Dalam hal ini, berbagai jenis ikan termasuk ikan-ikan

yang bernilai ekonomis,banyak mendiami daerah padang lamun untuk mencari makan

maupun sebagai tempat berlindung,terutama bagi juvenil-juvenil ikan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pada padang lamun dapat dikatakan sebagai sumber daya alam laut yang

bernilai tinggi yang mampu menunjang sisi pantai dan perikanan.

Mempelajari berbagai sumberdaya yang ada di lamun baik mengenai distribusi biota,

komposisi dan kerapatan merupakan hal yang mendasar dalam sebuah penelitian selain juga

termasuk pula kelimpahan, dominasi tutupan dan zonasi dari lamun. Penentuan lokasi yang

dilakukan terhadap pengidentifikasi ikan yang ingin diketahui bisa menjadi acuan awal dan

akhir untuk mewakili genera dan famili darikan yang tertangkap.

1.2.Permasalahan

Upaya dalam mengetahui berbagai jenis komunitas dari jenis ikan-ikan di daerah

komunitas lamun. Penelitian yang dilkukan pada enam lokasi pengambilan sampel yang

dipilih dimana pada masing-masing lokasi berupa Pulau yang merupakan gugusan Pulau-

Pulau Derawan.

Pulau-Pulau tempat dilakukannya penarikan jaring (beach seine) adalah Pulau

Kababan, Pulau Samama dan Pulau Panjang yang merupakan Pulau-Pulau tidak berpenghuni

serta Pulau Derawan 1 dan Pulau. Sangalaki; merupakan pulau yang berpenghuni, sedangkan

Pulau Derawan 2 merupakan gosong pasir yang tidak berpenghuni. Hasil penelitian

didapatkan bahwa ikan-ikan yang berhasil tangkap berjumlah 1.708 ekor yang mewakili 58

jenis dari 30 suk

1

1.3. TujuanDi dalam makalah ini, kami selaku tim yang menyusun ingin memaparkan mengenai

judul yang kami bawa yaitu : " Komunitas Ikan di padang lamun Pulau-Pulau Derawan "

Kekayaan akan berbagai jenis biota berupa jenis-jenis ikan pada ekosistem lamun inilah

memiliki potensi besar yang terkandung.

Adapun berbagai pokok yang ingin di bahas dalam makalah ini yaitu:

Untuk mengetahui berbagai jenis individu ikan yang mendiami daerah di sekitar

gugus Pulau-Pulau Derawan.

Mengetahui pembagian dari famili dan genera ikan juga kelimpahannya di sekitar

Pulau Derawan.

Pembagian berbagai jenis ikan yang ada dan yang paling mendominasi pada Pulau-

Pulau Derawan dan faktor-faktor manusia bagi lamun dan keberadaan jenis-jenis ikan.

Kontribusi dan distribusi jenis-jenis ikan yang di dapat yang memiliki peran penting

bagi siklus hidup di ekosistem sekitar.

1.4. Ruang LingkupDalam hal ini, ruang lingkup yang akan kami bahas ialah berupa berbagai jenis biota

yang mendiami daerah lamun khususnya pada famili dari ikan, baik yang bernilai ekonomis

maupun tidak. Aspek pinggir laut juga dan bentang pulau dari sekitar Pulau-pulau Derawan

juga menjadi pertimbangan pada penelitian ini.

Selain itu, keanekaragaman dan ukuran dari jenis individu ikan yang di tangkap

menjadi acuan terhadap letak dan keberadaan dari individu yang berada di sekitar daerah

lamun. Umumnya ikan yang di dapat memiliki ukuran yang lebih kecil dan banyak

berlindung pada daun-daun lamun dari para predator. Di sini penting fungsi lamun untuk

menjaga keberadaan ikan-ikan kecil.

1.5. Metode PenulisanPada proses pengumpulan makalah ini yang mengenai dengan. Kami menggunakan

berbagai metode-metode yang mampu menyempurnakan materi dan yang di dapat pada

jurnal yang terkait dan menjadi aspek pendukung yang disusun secara runtun.

Metode-metode ini yang kemudian digunakan dalam proses pengumpulan,

penyusunan dan pengetikan adalah yang mendukung sebelum,hingga proses pembekuan

makalah.Dalam penulisan makalah menggunakan cara obseravasi, artikelisasi, jurnalisasi dan

mencari bahan dalam buku-buku yang terkait dengan judul yang di implementasi.

2

BAB IIKEKAYAAN BERBAGAI KOMUNITAS DI EKOSISTEM LAMUN

2.1. Fungsi Ekosistem Padang Lamun bagi Biota

Ekosistem padang lamun ialah ekosistem yang menjadi pendukung utama di wilayah

pesisir terutama didaerah tropis.Tingginya produksi primer dan struktur habitat yang

kompleks pada ekosistem ini mendukung kehidupan berbagai biota bentik atau pelagis yang

berada di ekosisitem maupun di sekitarnya (Randall,1965). Berbagai sumberdaya alam dan

berbagai biota-biota hidup di sana yang berada di sekitar daerah lamun menjadi aspek yang

sangat besar bila bisa di manfaatkan dan menjadi ajang penelitian dan observasi. Hasil yang

di dapatkan bisa menjadi acuan pada berbagai jenis ikan, termasuk ikan-ikan yang bernilai

ekonomis yang tertarik untuk tinggal, mencari makan, tempat asuhan (bagi juvenil-juvenil

ikan) dan menghindari berbagai predator.

Secara ekologis, perairan di wilayah ekosistem padang lamun memiliki berbagai

fungsi yang penting pada perairan pantai. Di karenakan daerah ekosistem merupakan daerah

yang produkif baik di daerah pesisir maupun daerah dangkal yang masih mampu di jangkau

oleh cahaya matahari. Fungsi dari lamun tersebut diantaranya berupa sebagai penyedia bagi

tempat berlindung berbagai jenis biota laut yang hidup di dalamnya (Kikutchi,1980) dan

fungsi sebagai daerah asuhan ( Nursery ground) bagi beberapa jenis biota laut seperti

kelompok crustacea, polychaeta, echinodermata, bivalvia (kerang-kerangan), gastropoda dan

kelompok ikan-ikan baik berupa juvenil maupun yang dewasa (Coles et al,1993).

Lamun merupakan daerah yang menarik, terutama pada musim-musim tertentu, ikan-

ikan memijah dan daerah asuhan sementara, hal ini dapat pula di katakan bahwa daerah

lamun menjadi siklus hidup baginya. Apabila lamun mengalami kerusakan bisa berakibat

fatal bagi berbagai jenis biota-biota tersebut dan bisa menurunya kualitas dan produksi yang

dihasilkan oleh biota. Selain mangrove, padang lamun memiliki peran yang tak kalah

penting,berdasarkan hasil penelitian yang lakukan oleh Parrish (1989) dan Robert (1992)

memperlihatkan bahwa ekosistem mangrove dan lamun memiliki juvenil ikan karang yang

sama besarnya. Faktor penyusun dari lamun yang terdiri dari tipe substrat berpasir yang

bertekstur halus, sedikit lumpur dan memiliki campuaran karang yang telah mati dan

didukung oleh penetrasi cahaya matahari yang bisa digunakan sesuai kebutuhan untuk proses

fotosintesis secara baik.

3

Rusaknya ekosisitem padang lamun banyak disebabkan oleh manusia, dari berbagai

penelitian diperkirakan bahwa hutan mangrove dan padang lamun mengalami kerusakan

berkisar antara 30-60% (Shepherd et al, 1989).

Meskipun memiliki faktor yang sangat penting,namun belum memiliki prioritas yang

utama dalam pengelolaannya di wilayah pesisir bila dibandingkan terhadap pengelolaan yang

dilakukan terhadap terumbu karang maupun mangrove. Siklus hidup lamun yang saling

berdampingan dengan terumbu karang maupun mangrove sehingga mampu menimbulkan

hubungan timbal balik bagi ketiganya.

2.2. Penentuan Daerah Ekosistem Padang Lamun

Penentuan lokasi yang dilakukan pada enam lokasi yang berbeda di sekitar Pulau-

Pulau Derawan, Kalimantan Timur yang mana meliputi Pulau Panjang, Pulau Derawan 1 dan

Derawan 2, Pulau Samama, Pulau Kakaban dan Pulau Sangalaki yang mana peneliti

melakukan proses pengamatan pada bulan Juni-september 2005 dan April-Agustus 2006.

Penelitian yang dilkukan pada enam lokasi pengambilan sampel yang dipilih dimana masing-

masing lokasi berupa Pulau yang merupakan gugusan Pulau-Pulau Derawan. Hasil penelitian

didapatkan bahwa ikan-ikan yang berhasil tangkap berjumlah 1.708 ekor yang mewakili 58

jenis dari 30 suku.

Dalam proses pengambilan contoh sampel, proses dilakukan dengan cara jaring pantai

yang di tarik dengan tegak lurus dengan garis pantai.Jaring digunakan pula mempunyai

panjang sayap yang masing-masing 15 m dengan ukuran mata jaring sebesar 5 1/2 inchi dan

kantong sepanjang 5 m dengan ukuran mata jaring 5 mm.

Pada proses identifikasi terhadap ikan yang berhasil terjaring oleh jaring pantai.

Sampel yang di dapatkan tadi kemudian apabila kurang jelas dalam proses identifikasi saat di

lapangan, maka di awetkan ke dalam larutan formalin 10 % dan selanjutnya proses

identifikasi yang dilakukan di laboratorium. Di laboratorium ikan hasil tangkapan dicacah

menurut jenisnya, diidentifikasi, diukur panjang totalnya (mm) dan ditimbang beratnya

(gram).

Sebanyak enam lokasi pengambilan sampel yang dipilih dimana masing-masing

lokasi berupa Pulau yang merupakan gugusan Pulau-Pulau Derawan. Pulau-Pulau tempat

dilakukannya penarikan jaring (beach seine) adalah Pulau Kababan, Pulau Samama dan

Pulau Panjang yang merupakan Pulau-Pulau tidak berpenghuni serta Pulau Derawan 1 dan

Pulau Sangalaki Pulau Derawan 2.

4

Untuk mengetahui struktur komunitas ikan dilakukan penghitungan dengan

menggunakan beberapa indeks komunitas (ODUM 1996) sebagai berikut : Indeks Keragaman

Shannon : H = - Σ (pi) ln (pi), Indeks Dominasi Simpson : D = Σ (pi)2 Indeks Keseragaman :

e = H /ln S, sama dengan: pi = ni/N ni adalah jumlah jenis individu ( i ) dari hasil tangkapan,

N adalah jumlah total individu ( N = Σ ni ) dan S = jumlah jenis. Dalam proses perhitungan

nilai indeks-indeks tersebut dilakukan dengan piranti lunak PRIMER 5 dalam menghitung

rumus-rumus tersebut.

Gambar 1: lokasi pengambilan sampel

5

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengenalan dan Berbagai Jenis Ikan di Pulau-Pulau Derawan

Proses yang di dapatkan dalam hasil tangkapan ikan di padang lamun pada keenam

lokasi pengamatan seluruhnya berjumlah 1.708 individu yang mewakili 58 jenis dari 30 suku,

sedangkan berat total hasil tangkapan seluruhnya adalah 56.645,2 gram. Tingkat

keanekaragaman jenis ikan tersebut diprediksi berhubungan dengan kondisi terumbu

karangdan lamun di sekitarnya relatif masih baik. Pada Tabel 1 memperlihatkan total hasil

tangkapan ikan padang lamun serta nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh pada

masing-masing lokasi pengamatan. Lokasi pengamatan dari masing-masing pulau memiliki

karakteristik ikan yang bervariasi dan beragam. Pada lampiran 1 menyajikan sebaran ikan

padang lamun yang tertangkap dengan jaring tarik (beach seine) pada 6 lokasi.

Jika dilihat dari jumlah jenisnya, maka Pulau Samama dan Pulau Derawan 1

merupakan lokasi yang paling tinggi jumlah jenis ikannya yaitu masing-masing terdiri dari 22

dan 21 jenis, dengan jumlah individu hasil tangkapan yang sama pada kedua lokasi tersebut

yaitu masing-masing 185 ekor.Tingginya jumlah jenis hasil tangkapan pada kedua lokasi

tersebut mengakibatkan nilai indeks keanekaragaman (H’) sangat tinggi. Sementara nilai

indeks kemerataan (E) dan nilai indeks dominasi (D) yang diperoleh memberikan indikasi

bahwa pada kedua lokasi tersebut tidak adanya dominasi dari jenis-jenis ikan tertentu, bisa

dikatakan bahwa tidak ada dominasi khusus dari masing-masing ikan.

Tabel 1: Total hasil tangkapan ikan padang lamun dan Nilai IndeksKeanekaragaman pada masing-masing lokasi pengamatan.

6

3.2. Hasil Pembagian Ikan dan Berdasarkan Lokasi Penangkapan

Lokasi yang terdiri 6 lokasi yang berbeda di sekitar Pulau-Pulau Derawan,

Kalimantan Timur. Pembagian berdasarkan lokasi ikan bisa memudahkan

dalam mengetahui tingkat Keseragaman, keanekaragaman dan pemerataan dari

masing-masing individu ikan.

Tabel 2: Jenis ikan yang tertangkap dengan jaring tarik (beach seine) di Pulau Samama

Pulau Samama dan Pulau Derawan 1 merupakan lokasi yang memiliki bentangan reef

flat yang cukup luas serta ditumbuhi lamun yang relatif lebih padat dibandingkan dengan

lokasi-lokasi lainnya. Kedua faktor tersebut merupakan kondisi yang ideal bagi ikan-ikan di

sekitarnya untuk memanfaatkan areal padang lamun sebagai tempat berlindung ataupun

7

tempat mencari makan. Namun demikian karena Pulau Derawan merupakan pulau yang telah

banyak dihuni penduduk, mengakibatkan areal padang lamun yang ada disekitar pulau

tersebut lambat laun akan mengalami tekanan (kerusakan) sebagai akibat dari aktivitas

penduduk setempat. Terdegradasinya areal padang lamun di pulau ini semakin terasa hanya

dalam kurun waktu beberapa tahun sudah terlihat perbedaannya, yakni areal yang ditumbuhi

padang lamun semakin sempit serta kepadatannya semakin berkurang.

Sebaliknya Pulau Samama sampai kini kondisi areal padang lamunnya masih tetap

terjaga. Hal ini dikarenakan pulau tersebut tidak berpenghuni serta jarang dikunjungi,

sehingga tekanan akibat aktivitas manusia di lokasi ini relatif rendah. Jenis-jenis ikan yang

tertangkap dengan jaring tarik (beach seine) di areal padang lamun pada lokasi Pulau

Samama didominasi oleh jenis-jenis yang tergolong dalam suku Gerridae sebanyak 58,38%

dari seluruh hasil tangkapan. Dua jenis ikan dari suku Gerridae yang mendominasi hasil

tangkapan tersebut adalah Gerres abreviatus dan Gerres macrosoma, sedangkan jenis-jenis

lainnya tertangkap dengan jumlah individu yang relatif lebih sedikit.

Tabel 2 memperlihatkan komposisi jenis, jumlah individu dan sebaran ukuran beserta

berat total ikan hasil tangkapan di daerah padang lamun lokasi Pulau Samama. Panjang baku

ikan Gerres macrosoma dapat mencapai 250 mm (Weber & Beaufort 1940), sedangkan yang

tertangkap di perairan Pulau Samama memiliki panjang baku antara 113-130 mm. Hal ini

mengindikasikan bahwa daerah padang lamun di Pulau Samama dijadikan sebagai tempat

mencari makan ataupun tempat berlindung bagi ikan-ikan muda.

Tabel 3 di bawah ini dapat dilihat jenis-jenis ikan yang tertangkap (beach seine) di

Pulau Derawan. Jenis-jenis dari suku Labridae dan Lethrinidae merupakan jenis yang

dominan di lokasi tersebut. Jenis-jenis ikan dari suku Labridae lebih banyak menghabiskan

waktunya berada di padang lamun dibandingkan dengan ikan-ikan lainnya, sehingga dapat

dikatakan bahwa suku Labridae merupakan khas ikan di padang lamun. Selain itu hadirnya

jenis ikan dari suku Lethrinidae dari golongan ikan konsumsi memberikan indikasi bahwa

lokasi padang lamun di pulau ini merupakan tempat mencari makan ataupun sebagai tempat

berlindung bagi ikan-ikan muda yang bernilai ekonomi.

8

Tabel 3: Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan jaring tarik di PulauDerawan 1, Perairan Pulau-Pulau Derawan, Kalimantan Timur.

9

Tabel 4. Jenis ikan yang tertangkap dengan jaring tarik di PulauPanjang, Perairan Pulau-Pulau Derawan, Kalimantan Timur.

Bila dilihat dari total individu dan bobot basah hasil tangkapan, maka Pulau Panjang

merupakan lokasi dengan jumlah hasil tangkapan serta bobot basah yang terbesar. Sebanyak

466 ekor ikan dengan bobot basah 18.254,1 gram dari 14 jenis ikan yang tertangkap tersebut.

Jenis-jenis dari suku Gerridae dan Apogonidae turut memberikan sumbangan yang besar

terhadap jumlah hasil tangkapan di Pulau Panjang. Suku Gerridae yang tertangkap sebanyak

310 ekor dengan bobot basah 13.330 gram, merupakan 69,52 % dari total hasil tangkapan di

perairan ini. Jenis Apogon sp (Apogonidae) tertangkap sebanyak 103 ekor dengan bobot

basah 133.9 gram merupakan 23,90 % dari total hasil tangkapan (Tabel 4).

Pulau Kakaban merupakan lokasi dengan jumlah jenis hasil tangkapan yang terkecil,

namun memiliki jumlah individu terbesar dibandingkan dengan hasil tangkapan pada seluruh

lokasi pengamatan. Pada lokasi ini hanya empat jenis ikan yang tertangkap yang umumnya

berukuran dewasa dan pemakan plankton. Hal ini berhubungan erat dengan kondisi perairan

setempat serta ketersediaan pakannya di alam. Ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring tarik

di lokasi ini mendiami sisi Pulau dengan bentangan reef flat dengan substrat karang mati,

10

sedangkan pada sisi Pulau yang berseberangan memiliki bentangan reef flat yang sempit

(slope) dijumpai beberapa koloni karang hidup yang telah rusak akibat aktivitas pengeboman.

Ikan-ikan yang tertangkap dengan jaring tarik di lokasi ini diperoleh jumlah individu

sebanyak 515 ekor dengan bobot 1.466,9 gram.

Jenis ikan dari suku Clupeidae yakni Sardinella sp yang mendominasi hasil

tangkapan (71.65 %) pada lokasi Pulau Kakaban, selanjutnya suku Atherinidae juga

memberikan sumbangan terhadap hasil tangkapan sebanyak 11,16 % (Tabel 5). Syahailatua

(1998) yang mengamati aspek reproduksi ikan Sardinella sp di Teluk Ambon menemukan

bahwa ikan ini telah mengalami matang gonad pada kisaran ukuran antara 115-119 mm,

sedangkan individu yang ditemukan pada penelitian ini memiliki kisaran ukuran yang relatif

lebih kecil.

Hadirnya jenis Sardinella sp di lokasi penelitian dengan jumlah populasi yang

melimpah mengindikasikan bahwa daerah padang lamun di Pulau Kakaban dijadikan sebagai

daerah asuhan (nursery ground) bagi anakan jenis ikan tersebut. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kikuchi (1974) bahwa peranan tradisional padang lamun adalah sebagai daerah

asuhan. Oleh karena itu padang lamun di daerah harus dijaga dari aktivitas manusia yang

merusak.

Tabel 5: Jenis ikan yang tertangkap dengan jaring tarik di PulauKakaban Kecamatan Pulau-Pulau Derawan, Kalimantan

Timur.

11

Tabel 6. Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan jaring tarik di PulauSangalaki Kecamatan Pulau-Pulau Derawan, Kalimantan Timur.

Tabel 7: Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan jaring tarik GosongPasir Derawan ( Derawan 2)

12

Tabel 6 dan Tabel 7 memperlihatkan hasil tangkapan yang dilakukan di Pulau

Sangalaki dan Gosong Pasir Derawan (Pulau Derawan 2). Karakteristik dasar perairan kedua

lokasi ini relatif berbeda. Gosong pasir Derawan merupakan gundukan pasir luas dan tidak

bervegetasi. Keberadaannya cukup labil mengikuti musim, dimana aktivitas ombak dan angin

yang menentukan besarnya timbunan pasir yang membentuk gosongan menjadi sebuah pulau.

Sebaliknya struktur pantai Pulau Sangalaki relatif lebih stabil karena telah terbentuk dalam

waktu yang relatif lebih lama. Hal ini terlihat dari adanya tumbuhan lamun dan algae yang

tumbuh dengan subur serta lokasi pantainya berdekatan dengan daerah terumbu karang.

Dari jenis-jenis ikan yang tertangkap di kedua lokasi tersebut dapat dikatakan bahwa

lokasi Gosong Pasir Derawan (Derawan 2) lebih banyak dikunjungi oleh jenis-jenis ikan

yang berasosiasi dengan substrat pasir berlumpur serta kondisi dasar perairan yang relatif

keruh. Sebaliknya perairan pantai Pulau Sangalaki selain ikan-ikan yang hidup beradaptasi

dengan perairan keruh yang hadir di lokasi ini, terdapat juga beberapa jenis ikan karang yang

mencari makan di lokasi ini. Jarak antara kedua lokasi ini relatif tidak berjauhan, sehingga

kecenderungan untuk hadirnya jenis ikan yang sama pada kedua lokasi tersebut dapat saja

terjadi.

Jika dilihat dari sebaran ukurannya, nampak bahwa sebagian besar jenis ikan yang

ditemukan tergolong ikan-ikan muda. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi padang lamun juga

sebagai daerah asuhan bagi ikan-ikan yang ada di sekitarnya. Hal yang sama juga

dikemukakan oleh Jelbart et al (2007) yang melaporkan hasil tangkapan yang diperoleh pada

daerah lamun yang berdekatan dengan areal mangrove, terdiri dari ikan-ikan yang berukuran

kecil atau belum mencapai ukuran dewasa. Dengan demikian daerah padang lamun di lokasi

penelitian menggunakan daerah padang lamun sebagai daerah asuhan ataupun tempat

mencari makan. Penelitian in dilakukan pada siang hari, namun dapat diprediksi bahwa

jumlah jenis relatif tidak berbeda jauh dengan jenis-jenis ikan yang mengunjungi padang

lamun pada siang hari. Hammerschlag & Serafy (2009) mengemukakan bahwa ikan-ikan

yang mengunjungi daerah mangrove dan lamun pada malam hari relatif sedikit dan sangat

berhubungan dengan musim, jenis ikan dan stadia dalam hidupnya.

13

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada enam lokasi pengamatan maka dapat

disimpulkan bahwa:

Sumberdaya perikanan di daerah padang lamun memiliki keanekaragaman jenis ikan

yang tinggi pada lokasi yang berdekatan dengan areal terumbu karang yang masih

terjaga dengan baik.

Sedangkan lokasi-lokasi yang berdekatan dengan areal terumbu yang telah rusak

akibat aktivitas manusia, jumlah jenis ikannya relatif sedikit namun memiliki jumlah

individu yang relatif melimpah.

Kaitannya dengan kualitas air laut yang relatif masih alami dan belum tercemar

walaupun sebagian habitatnya telah rusak sangat mempengaruhi juga.

Ikan-ikan yang hadir di daerah padang lamun lokasi penelitian tergolong ikan-ikan

muda yang memanfaatkan padang lamun sebagai tempat mencari makan sekaligus

berlindung dari incaran predator.

perairan ini perlu dilindungi dari berbagai aktivitas manusia, untuk fungsi dan

peranan lamun bagi suatu ekosistem dapat berlaku secara maksimal.

4.2. SaranUntuk menjaga keaslian dari ekosistem padang lamun, yang ada harus adanya:

Harus adanya perhatian dari masyarakat pula untuk terciptanya ekosistem yang

berkelanjutan dan menghindari aktivitas manusia yang merugikan alam sekitar.

Menjaga keasrian dari ekosistem padang lamun untuk keberadaan ikan-ikan yang

hidup di sana.

Pelatihan bagi masyarakat dalam untuk mengetahui peranan padang lamun yang

masih kurang dibandingkan pelatihan mangrove dan terumbu karang.

14

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G. 1997. Marine fishes of tropical Australia and south-east Asia.Western Australian

Museum: 292 pp.

Anonim 2003a. Ikan hias laut Indonesia. Balai Riset Perikanan Laut. Pusat Riset Perikanan

Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Anonim 2003b. Laporan akhir penelitian Kepulauan Derawan. Pusat Penelitian

Oseanografi LIPI, Jakarta.

Aziz, A., J.S. Bujang, M.H. Zaakaria, Y. Suryana and M.A. Ghaffar 2006. Fish communities

from segrass bed of Merchang Lagoon, Terengganu, Peninsular Malaysia. Coastal

Marine Science 30(1): 268-275.

Fortes,M.D.1995. Seagrass of Southheast Asia: Enviromental and Management

Perspectives. RCU/EAS Technical Report Series No, 6. UMEPIN Coopration with

Marine Science Institute. University of the Philippines

Hammerschlag. N. and J.E. Serafy 2009. Nocturnal fish utilization of a subtropical

mangrove ecotone. Marine Ecology : 1-11.

Jelbart, J. E., P.M. Ross and R.M. Connolly 2007. Patterns of small fish distributions in

seagrass beds in a temperate Australian estuary.

Kikuchi,T. and J.M. Peres 1977. Consumer Ecology of Seagrass Beds. In: McRoy and

Helferich (eds) Seagrass Ecosystem: A Scientific P Inc. Neerspective.Vol 4. Marcel

Dekker Inc.New York : 357 pp.

Parrish, J.D. 1989. Fish Communities of Interacting Shallowwater Habitats in Tropical

Oceanic Regions, Marine Ecology Prog.Ser. 58: 143-160.

Randall, J.E. 1965. Grazing Effect on Seagrass by Herbivorous Reef Fishes in the West

Indies. Ecology, 46: 225-260.

15