1
MINGGU, 13 MEI 2018 S aat ini dunia pendidikan arsitektur di Indonesia tengah di ramaikan dengan hadirnya sosok warna arsitektur, yakni nusantara. Kehadirannya telah mendapat sambutan yang beragam, ada yang menganggap sebuah hal biasa, ada yang melihat sebagai kemunduran, ada juga sebagai pencerahan arsitektur yang menjadi masa depan arsitektur Indonesia. Tanpa mengetahui lebih mendalam apa itu dan bagaimanakah arsitektur Nusantara niscaya kita akan kesuli- tan melihatnya. Guna mengenal lebih dekat maka kita lihat dahulu beberapa hal tentang arsitektur Nusantara melalui apa itu arsitektur Nusantara dan cara pandangnya 1. Indonesia oleh UNESCO telah diakui dan ditetapkan sebagai negara dengan peninggalan budaya paling banyak, kita kaya ragam budaya 570-an rumah adat tersebar di 17.000-an pulau dengan 570 rumah adat, berarti kita kaya akan produk budaya. 2. Kita hidup di antara ring of fire dimana sesar gempa bumi aktif ber- ada di kepulauan Indonesia sehing- ga banyak pembelajaran tentang arsitektur nusantara yang relefan untuk masa kini 3. Kita hidup di negara beriklim dua musim, negara kita hanya ada musim hujan dan musim kemarau. Kalau kita melihat karakter tersebut bukanlah kita ini mensyaratkan menghuni bebas kena panas dan hujan, dengan kata lain kita ini hidup ini hidup bernaung, berarti atap menjadi syarat minimal jika kita berarsitektur. Hal ikhwal tentang Arsitektur Nusantara 1. Arsitektur Nusantara, arsitek- tur Indonesia, arsitektur anak bangsa, tujuannya adalah lebih mengenalkan akan arsitektur di Bumi Pertiwi sendiri bahkan ke mancanegara 2. Karena lama kurang dibahas sehingga arsitektur nusantara men- jadi terkesan sangat kuno dan ket- inggalan jaman, namun menyimpan banyak keunikan. 3. Objek pembelajaran arsitek- tur nusantara dicapai melalui kasus- kasus rumah adat yang tersebar di Indonesia, sedang tujuan utama adalah bagaimana menyajikan karya anak bangsa tersebut dalam bentuk mengkini/ modern. Kita tidak bisa mengungkap arsitektur anak bangsa yang mo- dern tanpa belajar dari rumah- rumah adat yang ada di Indonesia sebagai obyek kajian yang bisa dimodernkan. Pernyataan Pak Galih (Alm) :, ”Kita memiliki laborato- rium paling lengkap di dunia, tinggal bagaimana kita mempelajari’’ Ada baiknya untuk melihat secara dekat perlu pembahasan apa itu arsitektur Nusantara. Globalisasi adalah kesempatan untuk mengglobalkan arsitektur Nusantara, untuk menjadikan arsitektur Nusantara sebagai sum- bangan internasional dibidang arsitektur (Prijotomo. 2004: 7). Arsitektur Nusantara dibangun sebagai sebuah pengetahuan yang dilandaskan dan dipangkalkan dari filsafat, ilmu dan pengetahuan arsitektur. Mengenali dan belajar arsitektur Nusantara berarti mema- hami karakter kesetempatan, ter- masuk di dalamnya iklim dwi musim dan kegempaan sebagai karakter pembentuk. Jadi arsitektur Nusantara dilihat sebagai karakter arsitektur pernaungan, sehingga atap menjadi unsur utama, pertama dan primer, dinding tidak lagi primer tetapi sekunder. Arsitektur Nusantara bukanlah arsitektur tradi- sional, walaupun keduanya menun- juk pada sosok arsitektur yang sama yakni arsitektur yang ditum- buhkembangkan oleh demikian banyak anak bangsa atau suku bangsa di Indonesia. Serangkaian ikwal berikut ini dicoba untuk dimunculkan sebagai penegas dan pemastian atas kebedaan arsitektur Nusantara dari arsitektur tradisional. Arsitektur Nusantara dibangun sebagai sebuah pengetahuan yang dilandaskan dan dipangkalkan dari filsafat ilmu, ilmu dan pengetahuan arsitektur (Prijotomo. 2004: 9). Mengapa selama ini arsitektur nusantara begitu tenggelam ? Sebuah tulisan menarik, ternyata salah satu penyebab kerusakan arsitektur nusantara adalah sehubungan dengan lamanya pen- jajahan. Semula setiap pemba- ngunan di Indonesia awalnya didasarkan atas prasarat kede- waan, seperti pada keraton, konsep ini diwujudkan dan merupakan hal yang pantas ditiru dan di perbaharui konsep sudah lama nyaris hilang oleh penjajahan Belanda atas arsitektur Indonesia. Penjajahan ini mengakibatkan kekosongan dalam interpretasi simbolik dan kosmis dalam bidang arsitektur dengan ke- rugian yang sampai saat ini belum dapat diperbaiki (Frick. 1997: 63) Di dalam pendidikan arsitektur nampak lekat dengan pengaruh Barat khususnya dalam proses desainnya, yang bermula dari penelusuran, pencarian konsep- konsep, pembuatan diagram, studi bentuk yang akhirnya bermuara pada perwujudan bentuk. Lain hal- nya dengan kebiasaan kita (Timur) dalam mendesain adalah melalui proses-proses, mencoba, memper- baiki, meralat (Frick Heinz. 1997: 54), inilah yang sebenarnya perlu di capai karena sebenarnya kita berasal dari arsitektur tanpa tulis, sehingga sketsa arsitektur sebagai program inilah yang perlu dikem- bangkan. Pendidikan arsitektur pertama kali ada di ITB tahun 1950 disusun atas dasar kurikulum yang berasal dari Belanda sehingga kurang sesuai dengan kondisi Indonesia. Kurikulum berorientasi pada Barat, dikombinasi dengan para dosen hasil didikan Barat (Frick: 1997: 3) kadang cukup menghambat perkembangan arsitektur bercirikan Nusantara. Guna melihat dari dekat tentang karakter arsitektur Nusantara, maka perlu diurai atas beberapa aspek dasar arsitektur nusantara (di- sarikan dan dikembangkan dari berbagai tulisan Prijotomo): 1. Geografis, melibatkan lautan dan daratan. Kita hidup di negara kepulauan Nusanara dengan 17.000-an pulau dan 70% lautan dan 30% daratan, tentunya lautan juga menjadi fokus kajian. 2. Iklim, dua musim, panas dan hujan. Kita hidup di negara dengan dua musim, musim hujan dan musim kemarau, yang keduanya merujuk pada bagaimana kita tetap bisa hidup dengan dua sifat iklim tersebut. 3. Sifat dengan alam, pernaun- gan Menyadari sifat alam di negara tropis maka bagaimana kita menyi- asatinya, sehingga istilah pernaun- gan, payung serta shelter menjadi prasarat agar kita secara minimal terbebas dari segala unsur negarif dari sifat alam. Logikanya sebuah bangunan sebuah struktur bertiang dan beratap tapi tidak berdinding. Serta berselimut alam 4. Material, arsitektur organic (kayu), pelestarian dan pengawe- tannya Bangunan arsitektur nusantara melalui rumah-rumah adat terbuat dari kayu pada masa lalu perapian digunakan untuk mengawetkan konstruksi. Sedang pelestariannya dilakukan dengan cara mengganti sehingga bisa dikatakan sebagai kesementaraan. 5. Tampang, bersolek diluar Tidak ada perbedaan perlakuan hidup di dalam dan di luar rumah, sehingga kehidupan manusia di luar pun dipandang sebagai proses berarsitektur. tampangpun menjadi obyek saat kita di luar . 6. Dilalui jalur gempa bumi, bangunan aman gempa. Kepulauan Nusantara dilalui banyak jalur gempa bumi, sering kali terjadi gempa bumi dan memakan korban manusia. Arsitektur Nusantara pada umumnya meng- gunakan struktur bergoyang, secara visual bisa kita jumpai konstruksi ikat, sambungan pen lubang dan pasak, jenis-jenis konstruksi ini memungkinkan struktur bergoyang pada saat terjadi gempa bumi. 7. Kelembapan tinggi, Curah hujan yang tinggi menye- babkan kelembapan dan butuh banyak resapan dan ketika panas menyengat maka air yang meresap didalam tanah dapat dikembalikan keudara yang panas melalui pen- guapan, mengapa dahulu kita men- erapkan rumah panggung sebagai karakter arsitektur ? Serangkaian hal ihwal berikut ini dicoba untuk dimunculkan sebagai penegas dan pemastian atas perbe- daan arsitektur Nusantara dan arsitektur tradisional. Arsitektur Nusantara dibangun sebagai sebuah pengetahuan yang dilan- daskan dan dipangkalkan dari fil- safat, ilmu pengetahuan arsitektur. (53) Sumber data : Yayasan Rumah Asuh dan beberapa sumber tentang kegempaan Sumber data: Tulisan Prijotomo nama Ch. Koesmartadi Ir, MT status Dosen tetap Progdi Arsitektur Unika Soegijapranata Semarang Peminat Arsitektur Nusantara T rend berarsitektur kontempo- rer telah mendorong pengem- bangan stasiun-stasiun ge- nerasi baru di Eropa. Selain retrofit bangunan lama yang umumnya bergaya klasik, tidak sedikit yang tampil baru sama sekali. Tantangan yang ditemui adalah dalam hal memadu- kan antara warisan arsitektur dan struktur- struktur modern yang terkadang rumit. Dorongan pembaruan berarsitektur ini selain diinisiasi oleh perusahaan-perusa- haan operator kereta, juga didukung penuh oleh pemerintah setempat. Stadelhofen Bahnhof di kota Z¸rich, Swiss merupakan contoh yang menarik dari pengembangan sebuah stasiun kere- ta lama dengan sentuhan arsitektur kon- temporer yang menyatu dengan kawasan kota. Pendekatan desain yang diterapkan merupakan perpaduan antara penge- tahuan struktur dan arsitektur. Stasiun ini dibangun pada tahun 1894 dan menjadi stasiun setempat yang penting. Terletak di sisi timur danau Z¸rich, stasiun ini dimod- elkan ulang pertama kali pada tahun 1984, dan dilanjutkan lagi pada tahun 1990 oleh seorang arsitek-insinyur asal Spanyol bernama Santiogo Calatrava. Dia meme- nangkan kompetisi remodeling stasiun ini pada saat menempuh studi doktoral di ETH (Eidgenˆssische Technische Hochschule) Z¸rich, salah satu universitas teknik papan atas dunia di bidang teknik arsitektur dan struktur. Disebutkan dalam sejumlah literatur, pendidikan gaya ETH memberikan pengaruh besar dalam pen- dekatan mendesain berbasis pengolahan struktur yang diterapkan oleh Calatrava. Tradisi structural art memang kuat dan menonjol di sekolah ini, diturunkan dari tiga orang pendidik berpengaruh yaitu Carl Culmann, Wilhem Ritter, dan Pierre Lardy. Tantangan yang diterima oleh Calatrava dalam pemodelan ulang stasiun saat itu adalah untuk mengakomodasi track ketiga yang bentuknya melengkung sepanjang 270 m di area perbukitan tengah kota. Dalam penyelesaian desain- nya, Calatrava memotong punggung bukit tersebut untuk menempatkan track kereta dan kemudian membangunnya dengan struktur bertingkat. Terdapat empat zona aktivitas utama dari hasil pen- golahan kontur bukit ini yaitu taman kota di bagian teratas, kantilever promenade, 2 peron berseberangan dan area komersial di bagian terbawah. Kesemua area ini diperuntukkan bagi para pejalan kaki, melengkung mengikuti track kereta seba- gai tulang utama pembentuk keseluruhan rancangan. Kantilever Struktur yang digunakan pada kan- tilever promenade adalah dari beton yang disangga oleh deretan kolom baja berca- bang tiga berbentuk Y. Dilihat dari area peron yang berada tepat di bawahnya, bentuk kantilever ini unik karena melengkung keluar (convex), seolah kon- sisten dengan lengkungan jalur kereta. Penggunaan beton sebagai material struk- tur dan konstruksi memang sangat umum di abad ini. Dalam bahasa Spanyol, kata untuk material ini adalah ’’hormigon’’ yang berarti ’’bentuk’’. Kata yang tepat dan lang- sung menjelaskan karekteristik material ini yang memang mudah mewujud dalam berbagai bentuk. Namun, seperti terlihat di bagian kantilever promenade ini, Calatrava tampak tidak membatasi dirinya hanya dengan menggunakan beton. Dialog yang unik dan berhasil antara beton dan baja dalam detail-detail konstruksi memberikan ekspresi kebenaran logika struktur sekali- gus keindahannya. Pada bagian atas kan- tilever promenade ini, secara berderet kerangka baja kanal yang melengkung ke arah punggung bukit bagian atas digu- nakan untuk mengatapinya. Terbuka tanpa penutup atap, bagian ini mem- berikan kesan keluwesan struktur sebagai karya seni arsitektural. Untuk menghubungkan area promenade den- gen area seberang tempat stasiun lama berada, terdapat dua jembatan penye- berangan yang disebut Falkensteg melin- tas di atas track kereta. Selain itu, kedua jembatan ini juga menyatukan dengan area komersial kota, perkantoran, halte tram dan gedung opera. Di area peron seberangnya, deretan kolom baja dengan bentuk yang sama digunakan untuk menyangga kanopi kaca. Ekspresi yang dapat ditangkap adalah ringan dan transparan. Penggunaan mate- rial kaca sebagai bahan penutup atap ini memang umum diterapkan di daerah Eropa seperti Swiss yang beriklim temper- ate. Kesatuan sirkulasi untuk pejalan kaki antar dua area peron yang berhadapan dibentuk melalui penggunaan jalur bawah tanah melewati area komersial. Pada bagian bawah tanah tepat di bawah track kereta ini, keindahan berarsitektur melalui inovasi bentuk struktur juga sangat jelas terlihat. Balok-balok melengkung dengan raut asimetris. Gaya-gaya khas seperti ini juga bisa ditemukan di karya Calatrava lainnya seperti stasiun kereta LiËge- Guillemins di Belgia dan stasiun kereta Lyon Airport di Perancis. Pendekatan gaya Calatrava yang terli- hat dalam desain bangunan stasiun ini memberikan pemahaman reflektif tentang pengetahuan keteknikan yang bisa berpe- ran dalam proses kreatif merancang arsitek- tur. Aktivitas merancang arsitektur yang menonjolkan fungsi dan bentuk bisa jadi sudah tidak lagi menghasilkan penge- tahuan baru. Hanya dengan memperluas dasar pengetahuan dan penerapannya dari bidang lainnya seperti struktur, teknologi di- gital, building science, fisika kota, urbanism, kesehatan umum, material science dan sebagainya, merancang arsitektur akan menghasilkan karya-karya inovatif.(53) Moediartianto I Staff pengajar arsitektur Unika Soegijapranata I Anggota IAI Daerah Jawa Tengah I Promovendus di Technische Universitat Eindhoven, Belanda Mengenal Arsitektur Nusantara Lebih Mendalam Oleh Ch. Koesmartadi EKSPRESI ARSITEKTURAL Stasiun Kereta Stadelhofen DI Eropa, stasiun-stasiun kereta api memiliki fungsi penting sebagai pusat segala aktivitas umum dan komersial. Sejak dikenalkannya jejaring kereta api cepat (High Speed Train - HST) di kawasan Eropa barat di tahun 1990an, stasiun kereta berperan sebagai titik koneksi transportasi sekaligus simpul utama kawasan kota. Tidak kalah penting, keunikan bangunan stasiun kereta juga bisa digunakan sebagai landmark sebuah kota. Oleh Moediartianto

Stasiun Kereta Stadelhofen · 2018-08-27 · pembentuk. Jadi arsitektur Nusantara dilihat sebagai karakter arsitektur pernaungan, sehingga atap menjadi unsur utama, pertama dan primer,

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Stasiun Kereta Stadelhofen · 2018-08-27 · pembentuk. Jadi arsitektur Nusantara dilihat sebagai karakter arsitektur pernaungan, sehingga atap menjadi unsur utama, pertama dan primer,

MINGGU, 13 MEI 2018

Saat ini dunia pendidikanarsitektur di Indonesiatengah di ramaikan dengan

hadirnya sosok warna arsitektur,yakni nusantara. Kehadirannyatelah mendapat sambutan yangberagam, ada yang menganggapsebuah hal biasa, ada yang melihatsebagai kemunduran, ada jugasebagai pencerahan arsitektur yangmenjadi masa depan arsitekturIndonesia. Tanpa mengetahui lebihmendalam apa itu danbagaimanakah arsitekturNusantara niscaya kita akan kesuli-tan melihatnya. Guna mengenallebih dekat maka kita lihat dahulubeberapa hal tentang arsitekturNusantara melalui apa itu arsitekturNusantara dan cara pandangnya

1. Indonesia oleh UNESCOtelah diakui dan ditetapkan sebagainegara dengan peninggalanbudaya paling banyak, kita kayaragam budaya 570-an rumah adattersebar di 17.000-an pulau dengan570 rumah adat, berarti kita kayaakan produk budaya.

2. Kita hidup di antara ring of firedimana sesar gempa bumi aktif ber-ada di kepulauan Indonesia sehing-ga banyak pembelajaran tentangarsitektur nusantara yang relefanuntuk masa kini

3. Kita hidup di negara beriklimdua musim, negara kita hanya adamusim hujan dan musim kemarau.Kalau kita melihat karakter tersebutbukanlah kita ini mensyaratkanmenghuni bebas kena panas dan

hujan, dengan kata lain kita ini hidupini hidup bernaung, berarti atapmenjadi syarat minimal jika kitaberarsitektur.

Hal ikhwal tentang ArsitekturNusantara

1. Arsitektur Nusantara, arsitek-tur Indonesia, arsitektur anakbangsa, tujuannya adalah lebihmengenalkan akan arsitektur diBumi Pertiwi sendiri bahkan kemancanegara

2. Karena lama kurang dibahassehingga arsitektur nusantara men-jadi terkesan sangat kuno dan ket-inggalan jaman, namun menyimpanbanyak keunikan.

3. Objek pembelajaran arsitek-tur nusantara dicapai melalui kasus-kasus rumah adat yang tersebar diIndonesia, sedang tujuan utamaadalah bagaimana menyajikankarya anak bangsa tersebut dalambentuk mengkini/ modern.

Kita tidak bisa mengungkaparsitektur anak bangsa yang mo-dern tanpa belajar dari rumah-rumah adat yang ada di Indonesiasebagai obyek kajian yang bisadimodernkan. Pernyataan PakGalih (Alm) :, ”Kita memiliki laborato-rium paling lengkap di dunia, tinggalbagaimana kita mempelajari’’

Ada baiknya untuk melihatsecara dekat perlu pembahasanapa itu arsitektur Nusantara.Globalisasi adalah kesempatanuntuk mengglobalkan arsitekturNusantara, untuk menjadikanarsitektur Nusantara sebagai sum-bangan internasional dibidangarsitektur (Prijotomo. 2004: 7).Arsitektur Nusantara dibangun

sebagai sebuah pengetahuan yangdilandaskan dan dipangkalkan darifilsafat, ilmu dan pengetahuanarsitektur. Mengenali dan belajararsitektur Nusantara berarti mema-hami karakter kesetempatan, ter-masuk di dalamnya iklim dwi musimdan kegempaan sebagai karakterpembentuk. Jadi arsitekturNusantara dilihat sebagai karakterarsitektur pernaungan, sehinggaatap menjadi unsur utama, pertamadan primer, dinding tidak lagi primertetapi sekunder. ArsitekturNusantara bukanlah arsitektur tradi-sional, walaupun keduanya menun-juk pada sosok arsitektur yangsama yakni arsitektur yang ditum-buhkembangkan oleh demikianbanyak anak bangsa atau sukubangsa di Indonesia. Serangkaianikwal berikut ini dicoba untukdimunculkan sebagai penegas danpemastian atas kebedaan arsitekturNusantara dari arsitektur tradisional.Arsitektur Nusantara dibangunsebagai sebuah pengetahuan yangdilandaskan dan dipangkalkan darifilsafat ilmu, ilmu dan pengetahuanarsitektur (Prijotomo. 2004: 9).

Mengapa selama ini arsitekturnusantara begitu tenggelam ?Sebuah tulisan menarik, ternyatasalah satu penyebab kerusakanarsitektur nusantara adalahsehubungan dengan lamanya pen-jajahan. Semula setiap pemba-ngunan di Indonesia awalnyadidasarkan atas prasarat kede-waan, seperti pada keraton, konsepini diwujudkan dan merupakan halyang pantas ditiru dan di perbaharuikonsep sudah lama nyaris hilang

oleh penjajahan Belanda atasarsitektur Indonesia. Penjajahan inimengakibatkan kekosongan dalaminterpretasi simbolik dan kosmisdalam bidang arsitektur dengan ke-rugian yang sampai saat ini belumdapat diperbaiki (Frick. 1997: 63)

Di dalam pendidikan arsitekturnampak lekat dengan pengaruhBarat khususnya dalam prosesdesainnya, yang bermula daripenelusuran, pencarian konsep-konsep, pembuatan diagram, studibentuk yang akhirnya bermuarapada perwujudan bentuk. Lain hal-nya dengan kebiasaan kita (Timur)dalam mendesain adalah melaluiproses-proses, mencoba, memper-baiki, meralat (Frick Heinz. 1997:54), inilah yang sebenarnya perlu dicapai karena sebenarnya kitaberasal dari arsitektur tanpa tulis,sehingga sketsa arsitektur sebagaiprogram inilah yang perlu dikem-bangkan.

Pendidikan arsitektur pertamakali ada di ITB tahun 1950 disusunatas dasar kurikulum yang berasaldari Belanda sehingga kurang sesuaidengan kondisi Indonesia. Kurikulumberorientasi pada Barat, dikombinasidengan para dosen hasil didikanBarat (Frick: 1997: 3) kadang cukupmenghambat perkembanganarsitektur bercirikan Nusantara.

Guna melihat dari dekat tentangkarakter arsitektur Nusantara, makaperlu diurai atas beberapa aspekdasar arsitektur nusantara (di-sarikan dan dikembangkan dariberbagai tulisan Prijotomo):

1. Geografis, melibatkan lautandan daratan.

Kita hidup di negara kepulauanNusanara dengan 17.000-an pulaudan 70% lautan dan 30% daratan,tentunya lautan juga menjadi fokuskajian.

2. Iklim, dua musim, panas danhujan.

Kita hidup di negara dengandua musim, musim hujan danmusim kemarau, yang keduanyamerujuk pada bagaimana kita tetapbisa hidup dengan dua sifat iklimtersebut.

3. Sifat dengan alam, pernaun-gan

Menyadari sifat alam di negaratropis maka bagaimana kita menyi-asatinya, sehingga istilah pernaun-gan, payung serta shelter menjadiprasarat agar kita secara minimalterbebas dari segala unsur negarifdari sifat alam. Logikanya sebuahbangunan sebuah struktur bertiangdan beratap tapi tidak berdinding.Serta berselimut alam

4. Material, arsitektur organic(kayu), pelestarian dan pengawe-tannya

Bangunan arsitektur nusantaramelalui rumah-rumah adat terbuatdari kayu pada masa lalu perapiandigunakan untuk mengawetkankonstruksi. Sedang pelestariannyadilakukan dengan cara menggantisehingga bisa dikatakan sebagaikesementaraan.

5. Tampang, bersolek diluarTidak ada perbedaan perlakuan

hidup di dalam dan di luar rumah,sehingga kehidupan manusia di luarpun dipandang sebagai prosesberarsitektur. tampangpun menjadiobyek saat kita di luar .

6. Dilalui jalur gempa bumi,bangunan aman gempa.

Kepulauan Nusantara dilaluibanyak jalur gempa bumi, sering kaliterjadi gempa bumi dan memakankorban manusia. ArsitekturNusantara pada umumnya meng-gunakan struktur bergoyang, secaravisual bisa kita jumpai konstruksiikat, sambungan pen lubang danpasak, jenis-jenis konstruksi inimemungkinkan struktur bergoyangpada saat terjadi gempa bumi.

7. Kelembapan tinggi, Curah hujan yang tinggi menye-

babkan kelembapan dan butuhbanyak resapan dan ketika panasmenyengat maka air yang meresapdidalam tanah dapat dikembalikankeudara yang panas melalui pen-guapan, mengapa dahulu kita men-erapkan rumah panggung sebagaikarakter arsitektur ?

Serangkaian hal ihwal berikut inidicoba untuk dimunculkan sebagaipenegas dan pemastian atas perbe-daan arsitektur Nusantara danarsitektur tradisional. ArsitekturNusantara dibangun sebagaisebuah pengetahuan yang dilan-daskan dan dipangkalkan dari fil-safat, ilmu pengetahuan arsitektur.(53)

Sumber data : Yayasan RumahAsuh dan beberapa sumber tentangkegempaan

Sumber data: Tulisan Prijotomonama Ch. Koesmartadi Ir, MTstatus Dosen tetap Progdi ArsitekturUnika Soegijapranata SemarangPeminat Arsitektur Nusantara

Trend berarsitektur kontempo-rer telah mendorong pengem-bangan stasiun-stasiun ge-nerasi baru di Eropa. Selainretrofit bangunan lama yang

umumnya bergaya klasik, tidak sedikityang tampil baru sama sekali. Tantanganyang ditemui adalah dalam hal memadu-kan antara warisan arsitektur dan struktur-struktur modern yang terkadang rumit.Dorongan pembaruan berarsitektur iniselain diinisiasi oleh perusahaan-perusa-haan operator kereta, juga didukungpenuh oleh pemerintah setempat.

Stadelhofen Bahnhof di kota Z rich,Swiss merupakan contoh yang menarikdari pengembangan sebuah stasiun kere-ta lama dengan sentuhan arsitektur kon-temporer yang menyatu dengan kawasankota. Pendekatan desain yang diterapkanmerupakan perpaduan antara penge-

tahuan struktur dan arsitektur. Stasiun inidibangun pada tahun 1894 dan menjadistasiun setempat yang penting. Terletak disisi timur danau Z rich, stasiun ini dimod-elkan ulang pertama kali pada tahun 1984,dan dilanjutkan lagi pada tahun 1990 olehseorang arsitek-insinyur asal Spanyolbernama Santiogo Calatrava. Dia meme-nangkan kompetisi remodeling stasiun inipada saat menempuh studi doktoral diETH (Eidgenˆssische TechnischeHochschule) Z rich, salah satu universitasteknik papan atas dunia di bidang teknikarsitektur dan struktur. Disebutkan dalamsejumlah literatur, pendidikan gaya ETHmemberikan pengaruh besar dalam pen-dekatan mendesain berbasis pengolahanstruktur yang diterapkan oleh Calatrava.Tradisi structural art memang kuat danmenonjol di sekolah ini, diturunkan dari tigaorang pendidik berpengaruh yaitu CarlCulmann, Wilhem Ritter, dan Pierre Lardy.

Tantangan yang diterima olehCalatrava dalam pemodelan ulang stasiunsaat itu adalah untuk mengakomodasitrack ketiga yang bentuknya melengkungsepanjang 270 m di area perbukitantengah kota. Dalam penyelesaian desain-

nya, Calatrava memotong punggung

bukit tersebut untuk menempatkan trackkereta dan kemudian membangunnyadengan struktur bertingkat. Terdapatempat zona aktivitas utama dari hasil pen-golahan kontur bukit ini yaitu taman kota dibagian teratas, kantilever promenade, 2peron berseberangan dan area komersialdi bagian terbawah. Kesemua area inidiperuntukkan bagi para pejalan kaki,

melengkung mengikuti track kereta seba-gai tulang utama pembentuk keseluruhanrancangan.Kantilever

Struktur yang digunakan pada kan-tilever promenade adalah dari beton yangdisangga oleh deretan kolom baja berca-bang tiga berbentuk Y. Dilihat dari areaperon yang berada tepat di bawahnya,bentuk kantilever ini unik karenamelengkung keluar (convex), seolah kon-sisten dengan lengkungan jalur kereta.Penggunaan beton sebagai material struk-tur dan konstruksi memang sangat umumdi abad ini. Dalam bahasa Spanyol, katauntuk material ini adalah ’’hormigon’’yangberarti ’’bentuk’’. Kata yang tepat dan lang-sung menjelaskan karekteristik material iniyang memang mudah mewujud dalamberbagai bentuk. Namun, seperti terlihat dibagian kantilever promenade ini, Calatravatampak tidak membatasi dirinya hanyadengan menggunakan beton. Dialog yangunik dan berhasil antara beton dan bajadalam detail-detail konstruksi memberikanekspresi kebenaran logika struktur sekali-gus keindahannya. Pada bagian atas kan-tilever promenade ini, secara berderetkerangka baja kanal yang melengkung ke

arah punggung bukit bagian atas digu-nakan untuk mengatapinya. Terbukatanpa penutup atap, bagian ini mem-berikan kesan keluwesan struktur sebagaikarya seni arsitektural. Untukmenghubungkan area promenade den-gen area seberang tempat stasiun lamaberada, terdapat dua jembatan penye-berangan yang disebut Falkensteg melin-

tas di atas track kereta. Selain itu, keduajembatan ini juga menyatukan denganarea komersial kota, perkantoran, haltetram dan gedung opera.

Di area peron seberangnya, deretankolom baja dengan bentuk yang samadigunakan untuk menyangga kanopi kaca.Ekspresi yang dapat ditangkap adalahringan dan transparan. Penggunaan mate-rial kaca sebagai bahan penutup atap inimemang umum diterapkan di daerahEropa seperti Swiss yang beriklim temper-ate. Kesatuan sirkulasi untuk pejalan kakiantar dua area peron yang berhadapandibentuk melalui penggunaan jalur bawahtanah melewati area komersial. Padabagian bawah tanah tepat di bawah trackkereta ini, keindahan berarsitektur melaluiinovasi bentuk struktur juga sangat jelasterlihat. Balok-balok melengkung denganraut asimetris. Gaya-gaya khas seperti inijuga bisa ditemukan di karya Calatravalainnya seperti stasiun kereta LiËge-Guillemins di Belgia dan stasiun keretaLyon Airport di Perancis.

Pendekatan gaya Calatrava yang terli-hat dalam desain bangunan stasiun inimemberikan pemahaman reflektif tentangpengetahuan keteknikan yang bisa berpe-ran dalam proses kreatif merancang arsitek-tur. Aktivitas merancang arsitektur yangmenonjolkan fungsi dan bentuk bisa jadisudah tidak lagi menghasilkan penge-tahuan baru. Hanya dengan memperluasdasar pengetahuan dan penerapannya daribidang lainnya seperti struktur, teknologi di-gital, building science, fisika kota, urbanism,kesehatan umum, material sciencedansebagainya, merancang arsitektur akanmenghasilkan karya-karya inovatif.(53)

— Moediartianto I Staff pengajararsitektur Unika Soegijapranata I

Anggota IAI Daerah Jawa Tengah IPromovendus di Technische Universitat

Eindhoven, Belanda

Mengenal Arsitektur Nusantara Lebih MendalamOleh Ch. Koesmartadi

EKSPRESI ARSITEKTURALStasiun Kereta Stadelhofen

DI Eropa, stasiun-stasiunkereta api memiliki

fungsi penting sebagaipusat segala aktivitasumum dan komersial.Sejak dikenalkannya

jejaring kereta api cepat(High Speed Train - HST)di kawasan Eropa barat di tahun 1990an, stasiunkereta berperan sebagaititik koneksi transportasisekaligus simpul utama

kawasan kota. Tidak kalahpenting, keunikan

bangunan stasiun keretajuga bisa digunakan sebagai landmark

sebuah kota.

Oleh Moediartianto