Upload
mutiara-wulan
View
846
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI STAPHYLOCOCCUS SP
I. PENDAHULUAN
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapt di alam
dan menumbuhkannya dalam suatu media buatan. Proses pemisahan
atau pemurnian dari mikroorgnanisme lain perlu dilakukan karena
semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi
mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari
satu jenis mikroorganisme saja.
Proses isolasi dapat dilakukan dengan menumbuhkan pada
media padat, selanjutnya sel – sel microorganism akan membentuk
suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya.
Staphylococcus sp merupakan gram positif berbentuk bulat,
biasanya bergerombol seperti buah anggur. Saat ini terdapt kurang
lebih 32 spesies Staphylococcus sp namun yang penting secara klinik
bagi manusia yaitu Staphylococcus aureus, Stapylococcus epidermidis,
dan Staphylococcus saprophyticus.
II. PRINSIP
Prinsip Isolasi : memisahkan satu jenis mikroorganisme dengan
mikroorganisme lainnya yang berasal dari
campuran bermacam – macam mikroorgnanisme
tersebut
Prinsip Kerja : pemeriksaan dilakukan dengan melakukan
identifikasi berdasarkan pada pemeriksaan
mikroskopik dengan pewarnaan gram,
pembiakan (morfologi dan sifat koloni), uji
katalase dan uji biokimia, uji plasma koagulase
dan DNase, dan uji resistensi terhadap antibotik
novobiosin.
III. TUJUAN
Untuk mengisolasi Staphylococcus sp sehingga dapat
mengidentifikasi jenis spesies dari Staphylococcus sp
( mengidentifikasi Staphylococcus aureus, Stapylococcus epidermidis,
Staphylococcus saprophyticus ).
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Staphylococcus berasal dari kata staphylos berarti kelompok
buah anggur dan coccus berarti bulat. Kuman ini sering ditemukan
sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia.Pada tahun
1880 Pasteur mengenal mengisolir micrococcu yang membentuk
kelompok. Pada tahun 1881 Oyston berhasil mengisolir micrococci
dari abces. Pada tahun 1884 Rosenbach untuk pertama kalinya
mempelajari Staphylococcus secara mendalam sehingga berhasil
mengenal varietas aureus, albus dari micrococcus pyogenes.
A. Kalasifikasi Staphylococcus
Genus Staphylococcus mencakup 32 spesies. Kebanyakan tidak
berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia dan
organisme lainnya. Mereka juga menjadi mikroba tanah. Genus ini
dapat ditemui di seluruh dunia.
Kingdom : monerA
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Sthapylococcacae
Genus : Staphyloccocus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus citerus
Staphylococcus albus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus saprophyticus (Cahtim dkk, 1993)
B. Morfologi dan Fisiologi
Morfologi
Bentuk : bulat, ukuran 1 mikron. Tidak membentuk spora.
Tidak mempunyai flagela. Letak sel satu sama lain yang
karakteristik bergerombol seperti buah anggur. Sifat karakteristik
ini dipakai sebagai pemberian nama Staphylococcus. Tetapi
kadang-kadang ada yang letaknya tersebar atau terpencar.
Pengelompokan ini akan terlihat baik pada pengamatan penanaman
dalam media padat. Pasangan atau rantai pendek lebih sering
terlihat dalam smear nanah dan kultur dalam kaldu. Sifat
pewarnaan : pada kultur muda bersifat Gram (+), sedang pada
kultur tua bersifat Gram (-).
Koloni micrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu
normal (370), dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah
inkubasi 24 jam. Koloni tadi halus, basah, menonjol dengan tepi
bulat dan berwarna, yaitu pada varietas albus berwarna putih,
varietas citreus berwarna kuning jernih dan varietas aureus
berwarna kuning emas. (Jawtez, 1996)
Fisiologi
Micrococci tumbuh paling baik pada suhu 220 – 370. Umumnya
dapat tumbuh dalam lingkungan aerob maupun anaerob. Produksi
warna terlihat baik pada situasi aerob dan terlihat paling baik pada
kultur yang tumbuh pada suhu rendah.
Produksi toksin pada semua strain terlihat pada penanaman
dalam media sederhana yang berisi asam-asam amino, garam
glukosa dan faktor pertumbuhan yaitu thiamin dan asam nicotinat.
Dalam garis besarnya strain aureus lebih aktif metabolismenya dari
pada strain albus. Dalam media kaldu yang berisi dekstrosa,
sukrosa, maltosa, dan manitol akan terjadi pemecahan karbohidrat
menjadi asam tanpa gas. (Jawetz, 1996)
C. Patogenitas
Staphylococcus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang
bersifat poogenik. Untuk pembuatan kultur dapat diambil bahan
dari pernanahan kecil, bisul kecil, bisul besar, dan abces diberbagai
bagian tubuh. Bakteri ini dapat masuk ke dalam kulit melalui
folikel-folikel rambut, muara kelenjar keringat dan luka-luka kecil.
Kemampuan yang menyebabkan penyakit dari staphylococcus
adalah gabungan dari efek yang ditimbulkan oleh produk-produk
ekstraseluler, daya infasi kuman dan kemampuan untuk
berkembang biak.
Staphylococcus patogen mempunyai sifat sebagai berikut:
Dapat menghemolisa eritrosit
Menghasilkan koagulasi’dapat membentuk pigmen (kuning
keemasan)
Dapat memecah manitol menjadi asam
Diantara staphylococcus yang mempunyai kemampuan besar
untuk menimbulkan penyakit ialah Staphylococcus aureus.
Staphylococcus nonpatogen bersifat:
Non hemolitik
Tidak menghasilkan koagulasi
Koloni berwarna putih
Tidak memecah manitol
Infeksi yang ditimbulkan oleh Staphylococcus dapat meluas ke
jaringan sekitarnya, perluasannya dapat melalui darah atau limfe,
sehingga pernanahan disitu bersifat menahun, misalnya sampai
pada sumsum sehingga terjadi radang sumsum tulang
(osteomyelitis). Perluasan ini dapat sampai ke paru-paru, selaput
otak dan sebagainya.
D. Toksin dan Enzim
Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit karena
kemampuannya berkembang biak dan menyebarluas dalam
jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat diproduksi
olehnya, zat tersebut ialah:
1) Eksotoksin
Bahan ini dapat diketemukan di dalam filtrat hasil
pemisahan dari kuman dengan jalan menyaring kultur. Bahan
ini bersifat tidak tahan pemanasan dan bila disuntikkan kepada
hewan percobaan dapat menimbulkan kematian dan nekrose
kulit. Eksotoksin ini mengandung hemolisin, yang dikenal
dalam beberapa jenis:
a) Alfa hemolisin : ialah putih telur yang dapat
menghancurkan eritrosit kelinci dan dapat mempengaruhi
otot polos pembuluh darah.
b) Beta hemolisin : ialah suatu putih telur yang dapat
menghancurkan eritrosit kambing (tetapi tidak pada eritrosit
kelinci) dalam 1 jam pada suhu 37o
c) Gama hemolisin : bersifat antigen.
Eksotoksin ini bila ditambah formalin akan kehilangan sifat
toksinnya dan terbentuk toksoid yang dapat digunakan untuk
imunisasi, walaupun akhirnya tidak dipakai karena nilai
imunitasnya tidak ternilai. (Lowy, F. 2003)
2) Leukosidin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh
Staphylococcus yang bersifat membinasakan atau mematikan
leukosit dari berbagai macam spesies binatang. Leukosidin juga
suatu antigen tetapi lebih termolabil daripada eksotoksin.
(Lowy, F. 2003)
3) Enterotoksin
Yaitu suatu suspensi yang dihasilkan oleh jenis
Staphylococcus tertentu, terutama bila ditanam pada media
setengah padat dengan konsentrasi CO2 yang tinggi (30 %).
Sifat-sifat enterotoksin: bersifat antigen Termostabil, tidak
mengalami perubahan pada perebusan selama 30 menit.
Merupakan salah satu penyebab gejala keracunan
makanan dengan gejala berupa: lesu, kejang perut, berak-berak
(diare), muntah-muntah, yang terjadi 1-6 jam setelah makan
makanan yang mengandung enterotoksin. (Lowy, F. 2003)
4) Koagulase
Yaitu suspensi seperti enzim yang terdiri atas putih telur
yang dapat mengendapkan plasma sitrat atau plasma oksalat.
Staphylococcus patogen kebanyakan menghasilkan bahan ini.
(Lowy, F. 2003)
5) Lain-lain produk ekstra seluler dari Staphylococcus :
a) Stafilokinase yang dapat dengan lambat melarutkan fibrin
seperti streptokinase.
b) Penisilinase, yang dapat merusak penisilin G.
c) Hialuronidase
d) Proteinase
e) Lipase (Lowy, F. 2003)
E. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk pemeriksaan staphylococcus secara laboratorium dapat
dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
Nanah
Darah
Cairan otak
Usapan luka
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi berneda
dengan pemeriksaan laboratorium lainya. Pengambilan sampel
untuk mikrobiologi harus dilakukan secar aseftik unuk mengindari
adanya kuman bakteri lain yang tumbuh pada saat pembiakan pada
media.
Pengambilan sampel darah untuk mikrobiologi harus dilakukan
dengan cara :
1. Tindakan asepsis kulit secara melingkar dengan iodophor dan
alkohol 70%
2. Darah diambil dengan spuit secara steril
3. Tanpa antikoagulan atau dengan sodium polyanetholsulfonate
(SPS) (Yellow-capped tube) dan pindahkan darah ke botol
media kultur
Pengambila sampel dari luka atau usapan luka :
Cara : biopsi(jar. Luka diambil sedikit) (terbaik),
aspirasi(disedot)(ex, bisul yg tertutup), dan swab
Anaerob : biopsi dan aspirasi
Aspirasi untuk :
Abses tertutup
Luka bergaung dengan cairan di dalamnya yang tertutup
debris superfisial
Swab :
Pus diluar dibersihkan terlebih dahulu dengan swab
yang telah dicelupkan dengan NaCl steril dengan swab
baru buat usapan dari dasar ulkus
Tidak dianjurkan untuk mengambil pus yang berasal dari drain
(Wahid, M. H. 2007)
V. CARA KERJA
Identifikasi dilakukan berdasarkan pada :
1. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram
Alat dan bahan :
Alat :
- Kaca obejek
- ose
- Lampu spirtus
- Mikroskop
Bahan :
suspensi bakteri Staphylococcus
sp
Cara kerja :
1) Buat apusan kering dari suspense bakteri yang tealh disediakan
2) Sedian yang telah difiksasi di bubuhi Kristal violet (1 menit)
3) Cuci dengan air mengalir, tetesi lugol (1 menit)
4) Cuci dengan air mengalir, tetesi alkolhol 96 % (20 – 30 detik)
5) Cuci dengan air mengalir, tetesi safranin (30 detik)
6) Cuci dengan iar mengalir, keringkan
7) Amati dengan mikroskop perbesaran 100X
2. Pembiakan (morfologi dan sifat koloni)
Bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan media agar darah dan
MSA (manitol salt agar), inkubasi pada suhu 37℃ selama 18 – 24 jam.
Kemudian hari berikutnya lakukan pengamatan koloni pada media
tersebut. Kemudian dilakukan kembali pewarnaan gram dari koloni
yang tumbuh untuk di identifikasi jenis spesies Staphylococcus nya.
3. Uji katalase dan uji biokimia
Uji katale untuk membedakan Staphylococcus dengan Streptococcus.
Alat dan bahan :
Alat :
- Objek glass
- Ose
- Lampu spirtus
Bahan :
- Koloni bakteri tersangka
- Larutan 2H2O
Cara kerja :
1) Siapkan objek galss, ambil 1 ose koloni bakteri
2) Tetesi dengan 2H2O aduk dengan ose
3) Amati terbentuknya gelembung gas
Uji bikomia dengan manitol untuk membedakan spesies dari bakteri
Staphylocccus sp.
Alat dan bahan :
Alat :
- Ose
- Lampu spirtus
Bahan :
- Koloni bakteri tersangka
- Media manitol
Cara kerja :
1) 1 ose koloni ditanam pada media manitol
2) Inkubasi pada suhu 37℃ selama 24 jam
3) Amati perubahan waran pada media
4. Uji plasma koagulase
Uji plasma koagulase digunakan untuk mengetahui bakteri
Staphylococcus yang pathogen.
Alat dan bahan :
Alat :
- Ose
- Lampu spirtus
- Objek glass
Bahan :
- Plasma
- Koloni bakteri
Cara kerja :
1) 1 ose koloni bakteri di tempatkan pada objek glass
2) Tambahkan 1 tetes plasma sitrat manusia
3) Campur dan baca hasilnya, hasil positif akan di tandai dengan
gumpalan putih.
5. Uji resistensi terhadap novobiosin
Cara kerja :
1) Sediakan lempeng agar Mueller hinton, buat suspense kuman pada
NaCl fisiologis sampai didapat kekeruhan 1 Mc farland
2) Tanam suspense kuman pada agar
3) Letakkan cakram antibiotic novobiosin
4) Inkubasi pada suhu 37 ℃ selama 24 jam.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Hari I :
1. Hasil direct preparat dengan pewarnaan Gram
Sampel : se Bentuk : coccus
Susunan : bergerombol,
satu kokus, diplokokus
Sifat : Gram positif
Tersangka :Staphylococcus
sp
Sampel : sa Bentuk : coccus
Susunan : bergerombol
Sifat : gram positif
Tersangka : Staphylococcus sp
Hari II :
1. Morfologi koloni
Cirri-ciri koloni
Media
Agar Darah MSA
Koloni : se Koloni : sa Koloni : se
Bentuk koloni Bulat Bulat Bulat
Diameter(mm) 3 mm 3 mm 0.1 mm
Warna Putih Putih Putih
Elevasi Convex /
cembung
Convex /
cembung
Convex /
cembung
Permukaan Molst /
basah
Molst /
basah
Molst / basah
Pinggiran Rata Rata Rata
Sifat hemolisis* - hemolisis -
Mempermentas
i manitol
- - Tidak
memfermentasi
manitol
2. Hasil pewarnaan Gram dari koloni tersangka media AD
Sampel : se Bentuk : coccus
Susunan : bergerombol,
satu kokus, diplokokus
Sifat : Gram positif
Tersangka :Staphylococcus
sp
Sampel : sa Bentuk : coccus
Susunan : bergerombol,
satu kokus, diplokokus
Sifat : Gram positif
Tersangka :Staphylococcus
sp
3. Hasil uji katalase : koloni + H2O2 → bergelembung,
katalase positif (+)
Hari III :
No. Parameter pemeriksaan Hasil
1. Plasma koagulase Negatif (-)
2. Gula manitol Negatif (-)
3. Gula glukosa Positif (+)
4. Resistensi terhadap novobiosin Sensitif (diameter 20 mm)
B. Pembahsan
Cara pemeriksaan bakteri tersangka dapat dilakukan dengan car :
1. Pemeriksaan langsung
Dari bahan dibuat sediaan/preparat, kemudian diadakan
pewarnaan. Dapat dipakai zat warna sederhana, tetapi lebih baik
dengan zat warna Gram. Umumnya bersifat gram positif. Secara
mikroskopis tidak dapat dibedakan antara staphylococcus patogen
dan yang non patogen.
2. Penanaman
Kalau ditanam pada media agar darah selama 18 jam suhu
37O C akan tumbuh koloni. Untuk melihat ada tidaknya hemolisin,
atau terbentuknya pigmen. Pengeraman harus lebih lama lagi. Pada
infeksi campuran penanaman pada media ditambah 75 % NaCl
agar flora lain sukar tumbuh.
3. Tes Koagulase
Plasma sitrat yang telah diencerkan 1:5 dicampur dengan
pertumbuhan Staphylococcus dalam media cair dalam jumlah yang
sama. Kemudian ditunggu selama 3 jam, apabila terjadi
perjendelan berarti bahwa Staphylococcus tersebut menghasilkan
koagulase. Semua staphylococcus aureus yang tes koagulase positif
adalah bersifat patogen terhadap manusia, kecuali staphylococcus
albus yang dapat menyebabkan endocarditis (radang selaput dalam
jantung).
4. Tes Manitol
Staphylococcus ditanam pada media cair (air pepton) + 5 %
manitol + phenol merah (sebagai indikator). Setelah dieramkan 18-
24 jam akan terjadi perubahan warna menjadi kuning; karena
terbentuk asam.( Juuti, K. 2004)
Sama halnya dengan pemeriksaan bakteri tersangka pada
praktikum kali ini yaitu dengan cara :1. Pemeriksaan mikroskopik
Dari kedua sampel didapat :
Bentuk koloni : coccus
Susunan : bergerombol diplokokus, satu kokus
Sifat : gram positef
Tersangka : Staphylococcus sp
2. Isolasi
Sampel bahan pemeriksaan diisolasi dalam media dan
diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37o C selama 24 jam.
a. Biakan pada Agar Darah (BAP= Blood Agar Plate)
Media BAP untuk membedakan bakteri yang
menghemolisa darah dan non hemolisa.
Pengamatan koloni pada media:
Media Agar Darah : Koloni berwarna putih, halus,
dan basah. Pada sampel sa di sekitar koloni menjadi jernih
atau transparan pada terjadi hemolisis. Kemudian Yang
tumbuh pada media BAP dengan koloni hemolisa positif
kemudian dilakukan pembuatan preparat dan pewarnaan
metode Gram ( karena Streptococcus juga hemolisa
positif ).
Hasil Pemeriksaan : Bentuknya Coccus/bulat, ungu
gram positif. Susunannya bergerombol seperti buah anggur.
b. Biakan pada MSA (Manitol Salt Agar).
Media MSA : Koloni berwarna merah berarti tidak
memecah manitol.
c. Koloni pada subkultur dilakukan uji katalase dan parameter
pemriksaan yang lain.
Uji Katalase : 1 ose koloni + 1 ose H2O2 3%. Hasil
positif dengan indikasi dengan terbentuknya gelembung.
Tes katalase menentukan apakah organisme menghasilkan
enzim katalase yang menguraikan hidrogen peroksida
menjadi
air dan oksigen.
Parameter pemriksaan lain :
No
.Parameter pemeriksaan hasil
1. Plasma koagulase Negatif (-)
2. Gula manitol Negatif (-)
3. Gula glukosa Positif (+)
4.Resistensi terhadap
novobiosin
Sensitif (diameter 20
mm)
VII. KESIMPULAN
Diagnostik bakteriologik :
Dari bahan pemeriksaan dengan sampel se didapatkan bakteri
Staphylococcus epedermidis sedangkan dari sampel sa didapatkan bakteri
Staphylococcus aureus.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Cahtim, A., dan Suharto. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Bina Aksara Rupa. hal.39-52.
Jawetz, E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Brooks, J. S. Butel and L. N.
Orston. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Diterjemahkan
oleh E. Nugroho & R.F. Maulany. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC. hal. 211-215.
Juuti, K. 2004. Surface protein Pls of methicillin-resistant Staphylococcus aureus role in adhesion, invasion and pathogenesis, and evolutionary aspects. [Disertation]. Helinski: Department of Biological and Environmental Sciences Faculty of Biosciences. p. 61-63.
Lowy, F. 2003. Gram positive : the example of Staphylococcus aureus. J Clinic Invest. 111(9): 1265-1273.
Wahid, M. H. 2007. Pengambilan specimen mikrobiologi . Dalam: Andra.
Jakarta, 29 Juni-1 Juli. Jakarta: Farmacia.