SPAP-komplit

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    1/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA Seksi 110

    TANGGUNG JAWAB DAN FUNGSI AUDITOR INDEPENDEN

    Sumber: PSA No. 02

    PENDAHULUAN

    01 Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk

    menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil

    usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

    Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau

    apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal

    auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan

    apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan AkuntanIndonesia. Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan auditor

    menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip

    akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan

    penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan

    dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

    PERBEDAAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INDEPENDEN DENGAN TANGGUNG JAWAB

    MANAJEMEN

    02 Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh

    keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang

    disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. 1 Oleh karena sifat bukti audit dan karakterisitik

    kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji

    material terdeteksi.2 Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

    guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau

    kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.

    ____________________1 Lihat SA Seksi 312 [PSA No. 25], Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit , dan SA Seksi 316 [PSA No.

    32 dan PSA No. 70] Pertimbangan Kecurangan dalam Audit atas Laporan Keuangan . Pertimbangan Auditor atas unsur

    tindakan pelanggaran hukum dan tanggung jawab untuk mendeteksi salah saji sebagai akibat dari tindakan pelanggaran

    hukum didefinisikan dalam SA Seksi 317 [PSA No. 31] Unsur Tindakan Pelanggaran Hukum oleh Klien . Untuk tindakan

    pelanggaran hukum yang didefinisikan dalam Seksi tersebut yang berdampak langsung dan material atas penentuan

    jumlah dalam laporan keuangan, tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji sebagai akibat dari unsur tindakan

    pelanggaran hukum adalah sama dengan tanggung jawab atas kekeliruan atau kecurangan.

    2 Lihat SA Seksi 230 [PSA No. 04] Penggunaan Kemahiran Profesional dalam Pelaksanaan Pekerjaan Auditor ,

    paragaraf 10 s.d. 13.

    03 Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Tanggung jawab auditor adalah untuk

    menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan

    kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk membangun dan memelihara pengendalian intern yang

    akan, di antaranya, mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi (termasuk peristiwa

    dan kondisi) yang konsisten dengan asersi 3 manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan.

    Transaksi entitas dan aktiva, utang, dan ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan

    pengendalian langsung manajemen. Pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian intern

    tersebut terbatas pada yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara wajar

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    2/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia 4 merupakan bagian yang tersirat

    dan terpadu dalam tanggung jawab manajemen. Auditor independen dapat memberikan saran tentang

    bentuk dan sisi laporan keuangan atau membuat draft laporan keuangan, seluruhnya atau sebagian,

    berdasarkan informasi dari manajemen dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditoratas laporan keuangan auditan terbatas pada pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan

    tersebut.

    ____________________

    3 Asersi (assertion) adalah suatu deklarasi, atau suatu rangkaian deklarasi secara keseluruhan, oleh pihak yang

    bertanggung jawab atas deklarasi tersebut. Jadi, asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara

    implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi merupakan

    pernyataan dalam laporan keuangan oleh manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

    Indonesia.4 Tanggung jawab dan fungsi auditor independen juga berlaku untuk laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan

    basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; pengacuan dalam Seksi ini ke

    laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia juga mencakup

    penyajian sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

    tersebut.

    PERSYARATAN PROFESIONAL

    04 Persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan

    dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen. Mereka tidak termasuk orang yang terlatih

    untuk atau berkeahlian dalam profesi atau jabatan lain. Sebagai contoh, dalam hal pengamatan

    terhadap penghitungan fisik sediaan, auditor tidak bertindak sebagai seorang ahli penilai, penaksir

    atau pengenal barang. Begitu pula, meskipun auditor mengetahui hukum komersial secara garis

    besar, ia tidak dapat bertindak dalam kapasitas sebagai seorang penasihat hukum dan ia semestinya

    menggantungkan diri pada nasihat dari penasihat hukum dalam semua hal yang berkaitan dengan

    hukum.

    05 Dalam mengamati standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, auditor independen

    harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan prosedur audit yang diperlukan sesuai

    dengan keadaan, sebagai basis memadai bagi pendapatnya. Pertimbangannya harus merupakan

    pertimbangan berbasis informasi dari seorang profesional yang ahli.

    TANGGUNG JAWAB TERHADAP PROFESI

    06 Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab untuk mematuhi

    standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya. Dalam mengakui pentingnya kepatuhan

    tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerapkan aturan yang mendukung standar tersebut dan

    membuat basis penegakan kepatuhan tersebut, sebagai bagian dari Kode Etik Ikatan Akuntan

    Indonesia yang mencakup Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik .

    TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

    07 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya

    aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan

    31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar

    Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari

    2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    3/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA Seksi 150

    STANDAR AUDITING

    Sumber: PSA No. 01

    PENDAHULUAN

    01 Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus

    dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan

    berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang

    berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga

    berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.

    STANDAR AUDITING

    02 Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:

    a. Standar Umum

    1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang

    cukup sebagai auditor.

    2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus

    dipertahankan oleh auditor.

    3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran

    profesionalnya dengan cermat dan seksama.

    b. Standar Pekerjaan Lapangan

    1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan

    semestinya.

    2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit dan

    menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

    3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan

    keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan

    yang diaudit.

    c. Standar Pelaporan

    1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip

    akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

    2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip

    akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapanprinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

    3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain

    dalam laporan auditor.

    4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara

    keseluruhan atau suatu asersi1 bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat

    secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor

    dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai

    sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

    _____________________1 Lihat catatan kaki pada halaman 110.2 .

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    4/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    03 Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan dan saling bergantung satu dengan

    lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan dipenuhi atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku

    juga untuk standar yang lain. Materialitas dan risiko audit melandasi penerapan semua standar auditing,

    terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

    04 Konsep materialitas bersifat bawaan dalam pekerjaan auditor independen. Dasar yang lebih kuat harus dicari

    sebagai landasan pendapat auditor independen atas unsur-unsur yang secara relatif lebih penting dan unsur-

    unsur yang mempunyai kemungkinan besar salah saji material. Misalnya, dalam perusahaan dengan jumlah

    debitur yang sedikit, dengan nilai piutang yang besar, secara individual piutang itu adalah lebih penting dan

    kemungkinan terjadinya salah saji material juga lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang

    mempunyai jumlah nilai piutang yang sama tetapi terdiri dari debitur yang banyak dengan nilai piutang yang relatif

    kecil. Dalam perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang, sediaan umumnya mempunyai arti penting, baik

    bagi posisi keuangan maupun hasil usaha perusahaan, sehingga secara relatif sediaan memerlukan perhatian

    auditor yang lebih besar dibandingkan dengan sediaan dalam perusahaan jasa. Begitu pula, piutang umumnya

    memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan premi asuransi dibayar di muka.

    05 Pertimbangan atas risiko audit berkaitan erat dengan sifat audit2. Transaksi kas umumnya lebih rentan terhadap

    kecurangan jika dibandingkan dengan transaksi sediaan, sehingga audit atas kas harus dilaksanakan secara

    lebih konklusif, tanpa harus menyebabkan penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan pihak tidak

    terkait biasanya tidak diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi antarbagian dalam perusahaan atau

    transaksi dengan pimpinan perusahaan dan karyawan, yang tingkat kepentingan pribadi dalam transaksi yang

    disebut terakhir ini sulit ditentukan. Pengendalian intern terhadap lingkup audit mempengaruhi besar atau kecilnya

    risiko salah saji terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Semakin efektif pengendalian intern,

    semakin rendah tingkat risiko pengendalian.

    _____________________2 Lihat SA Seksi 312 [PSA No. 25] Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit .

    JASA SELAIN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

    06 Sebagai tambahan terhadap audit atas laporan keuangan, sepanjang relevan dengan keadaan yang dihadapi

    oleh auditor independen, kesepuluh standar auditing tersebut berlaku untuk jasa selain audit atas laporan

    keuangan, kecuali jika dinyatakan lain dalam suatu Pernyataan Standar Auditing.

    TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

    07 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan

    dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001.

    Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1

    Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001,hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    5/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA Seksi 161

    HUBUNGAN STANDAR AUDITING DENGAN STANDAR PENGENDALIAN MUTU

    Sumber: PSA No. 01

    HUBUNGAN STANDAR AUDITING DENGAN STANDAR PENGENDALIAN MUTU

    01 Dalam penugasan audit, auditor independen bertanggung jawab untuk mematuhi standar auditing yang

    ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Seksi 202 Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik mengharuskan

    anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai auditor independen mematuhi standar auditing jika

    berkaitan dengan audit atas laporan keuangan.

    02 Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dalam

    pelaksanaan audit. Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus membuat kebijakan dan prosedur pengendalian

    mutu untuk memberikan keyakinan1 memadai tentang kesesuaian penugasan audit dengan standar auditing

    yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sifat dan luasnya kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang

    ditetapkan oleh kantor akuntan publik tergantung atas faktor-faktor tertentu, seperti ukuran kantor akuntan publik,

    tingkat otonomi yang diberikan kepada karyawan dan kantor-kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi

    kantornya, serta pertimbangan biaya-manfaat. Lihat SPM Seksi 100 (PSPM No. 01) Sistem Pengendalian Mutu

    Kantor Akuntan Publik .

    ____________________1 Keyakinan (assurance) menunjukkan tingkat kepastian yang dicapai dan yang ingin disampaikan oleh

    auditor bahwa kesimpulannya yang dinyatakan dalam laporannya adalah benar. Tingkat keyakinan yang

    dapat dicapai oleh auditor ditentukan oleh hasil pengumpulan bukti. Semakin banyak jumlah bukti

    kompeten dan relevan yang dikumpulkan, semakin tinggi tingkat keyakinan yang dicapai oleh auditor.

    03 Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan dengan pelaksanaan penugasan audit

    secara individual; standar pengendalian mutu berkaitan dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik

    secara keseluruhan. Oleh karena itu, standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan standar

    pengendalian mutu berhubungan satu sama lain, dan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang

    diterapkan oleh kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara individual dan

    pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara keseluruhan.

    TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

    04 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan

    dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001.

    Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001,

    hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    6/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA Seksi 201

    SIFAT STANDAR UMUM

    Sumber: PSA No. 04

    01 Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar umum

    berbeda dari standar yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan. Standar pribadi

    atau standar umum ini berlaku sama, baik dalam bidang pelaksanaan pekerjaan lapangan maupun pelaporan.

    TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

    02 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan

    dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001.

    Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1

    Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001,

    hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    7/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA Seksi 210

    PELATIHAN DAN KEAHLIAN AUDITOR INDEPENDEN

    Sumber: PSA No. 04

    STANDAR UMUM PERTAMA

    01 Standar umum pertama berbunyi:

    Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai

    auditor.

    02 Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang-bidang

    lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan

    dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.

    PELATIHAN DAN KEAHLIAN AUDITOR INDEPENDEN

    03 Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak

    sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan

    pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk

    memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.

    Pelatihan ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten junior, yang baru

    masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi

    memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Sifat dan luasnya supervisi

    dan review terhadap hasil pekerjaan tersebut harus meliputi keanekaragaman praktik yang luas. Auditor

    independen yang memikul tanggung jawab akhir atas suatu perikatan, harus menggunakan pertimbangan matangdalam setiap tahap pelaksanaan supervisi dan dalam review terhadap hasil pekerjaan dan pertimbangan-

    pertimbangan yang dibuat asistennya. Pada gilirannya, para asisten tersebut harus juga memenuhi tanggung

    jawabnya menurut tingkat dan fungsi pekerjaan mereka masing-masing.

    04 Pendidikan formal auditor independen dan pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain. Setiap

    auditor independen yang menjadi penanggung jawab suatu perikatan harus menilai dengan baik kedua

    persyaratan profesional ini dalam menentukan luasnya supervisi dan reviewterhadap hasil kerja para asistennya.

    Perlu disadari bahwa yang dimaksudkan dengan pelatihan seorang profesional mencakup pula kesadarannya

    untuk secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Ia harus

    mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar

    auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

    05 Dalam menjalankan praktiknya sehari-hari, auditor independen menghadapi berbagai pertimbangan yangdilakukan oleh manajemen perusahaan yang sangat bervariasi, dari yang benar-benar objektif sampai kadang-

    kadang secara ekstrem berupa pertimbangan yang disengaja menyesatkan. Ia diminta untuk melakukan audit

    dan memberikan pendapatnya atas laporan keuangan suatu perusahaan karena, melalui pendidikan, pelatihan,

    dan pengalamannya, ia menjadi orang yang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing, serta memiliki kemampuan

    untuk menilai secara objektif dan menggunakan pertimbangan tidak memihak terhadap informasi yang dicatat di

    dalam pembukuan perusahaan atau informasi lain yang berhasil diungkapkan melalui auditnya.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    8/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

    06 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturandalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001.

    Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1

    Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001,

    hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    9/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA Seksi 220

    INDEPENDENSI

    Sumber: PSA No. 04

    STANDAR UMUM KEDUA

    01 Standar umum kedua berbunyi:

    Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan

    oleh auditor.

    INDEPENDENSI

    02 Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia

    melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern).

    Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun

    sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting

    untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun, independensi dalam hal ini tidak berarti seperti sikap

    seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat disamakan dengan sikap tidak memihaknya

    seorang hakim. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan,

    namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling tidak sebagian) atas laporan

    auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.

    03 Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan

    profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap

    auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yangoleh mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut.

    Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur. Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang

    independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan

    dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Sebagai contoh, seorang auditor

    yang mengaudit suatu perusahaan dan ia juga menjabat sebagai direktur perusahaan tersebut, meskipun ia telah

    menggunakan keahliannya dengan jujur, namun sulit untuk mengharapkan masyarakat mempercayainya sebagai

    seorang yang independen. Masyarakat akan menduga bahwa kesimpulan dan langkah yang diambil oleh auditor

    independen selama auditnya dipengaruhi oleh kedudukannya sebagai anggota direksi. Demikian juga halnya,

    seorang auditor yang mempunyai kepentingan keuangan yang cukup besar dalam perusahaan yang diauditnya;

    mungkin ia benar-benar tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut, namun,

    bagaimana pun juga masyarakat tidak akan percaya, bahwa ia bersikap jujur dan tidak memihak. Auditor

    independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula

    menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya.

    04 Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, agar anggota profesi menjaga

    dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat. Anggapan masyarakat terhadap independensi

    auditor ditekankan di sini karena independensi secara intrinsik merupakan masalah mutu pribadi, bukan

    merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara objektif. Sepanjang persepsi independensi ini

    dimasukkan ke dalam Aturan Etika, hal ini akan mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi.

    05 Bapepam juga dapat menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang melaporkan tentang informasi

    keuangan yang diserahkan kepada badan tersebut, yang mungkin berbeda dengan yang ditentukan oleh Ikatan

    Akuntan Indonesia.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    10/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    06 Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan aturan yang ditetapkan untuk

    mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.

    PENUNJUKAN DAN INDEPENDENSI AUDITOR

    07 Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor di banyak perusahaan

    dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham, atau komite audit.

    TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

    08 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan

    dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001.

    Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1

    Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001,

    hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    11/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA Seksi 230

    PENGGUNAAN KEMAHIRAN PROFESIONAL DENGAN CERMAT DAN SEKSAMA DALAMPELAKSANAAN PEKERJAAN AUDITOR

    Sumber: PSA No. 04

    STANDAR UMUM KETIGA

    01 Standar umum ketiga berbunyi:

    Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya

    dengan cermat dan seksama.

    02 Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan

    menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional

    dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam

    organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

    03 Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan

    bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut. Selanjutnya dalam Seksi ini dibahas tanggung jawab auditor

    dalam hubungannya dengan pekerjaan audit.

    04 Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki oleh auditor pada umumnya dan

    harus menggunakan keterampilan tersebut dengan kecermatan dan keseksamaan yang wajar.

    05 Para auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

    sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang mereka periksa. Auditor dengantanggung jawab akhir untuk suatu perikatan harus mengetahui, pada tingkat yang minimum, standar akuntansi

    dan auditing yang relevan dan harus memiliki pengetahuan tentang kliennya1. Auditor dengan tanggung jawab

    akhir bertanggung jawab atas penetapan tugas dan pelaksanaan supervisi asisten 2.

    _____________________1 Lihat SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi paragraf 07.2 Lihat SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi paragraf 11.

    SKEPTISME PROFESIONAL

    06 Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan

    skeptisme profesional. Skeptisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan

    dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Auditor menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan

    kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan

    maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif.

    07 Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut auditor mempertimbangkan kompetensi dan

    kecukupan bukti tersebut. Oleh karena bukti dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, skeptisme profesional

    harus digunakan selama proses tersebut.

    08 Auditor tidak menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur, namun juga tidak menganggap bahwa kejujuran

    manajemen tidak dipertanyakan lagi. Dalam menggunakan skeptisme profesional, auditor tidak harus puas

    dengan bukti yang kurang persuasif karena keyakinannya bahwa manajemen adalah jujur.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    12/515

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    KEYAKINAN MEMADAI

    09 Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh

    keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan olehkekeliruan atau kecurangan. Keyakinan mutlak tidak dapat dicapai karena sifat bukti audit dan karakteristik

    kecurangan tersebut. Oleh karena itu, suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang

    ditetapkan Ikantan Akuntan Indonesia mungkin tidak dapat mendeteksi salah saji material.

    10 Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk memberikan basis yang

    memadai baginya dalam merumuskan suatu pendapat. Sifat sebagian besar bukti diperoleh, sebagian, dari

    konsep pengujian selektif atas data yang diaudit, yang memerlukan pertimbangan tentang bidang yang akan diuji

    dan sifat, saat, dan luasnya pengujian yang harus dilakukan. Di samping itu, pertimbangan diperlukan dalam

    menafsirkan hasil pengujian audit dan penilaian bukti audit. Meskipun dengan maksud baik dan integritas,

    kesalahan dan kekeliruan dalam pertimbangan dapat terjadi. Lebih lanjut, penyajian akuntansi berisi estimasi

    akuntansi, pengukuran yang mengandung ketidakpastian bawaan dan tergantung pada hasil dari peristiwa di

    masa depan. Auditor menggunakan pertimbangan profesional dalam mengevaluasi kewajaran estimasi akuntansi

    berdasarkan informasi yang dapat diharapkan secara masuk akal yang tersedia sebelum penyelesaian pekerjaan

    lapangan.3 Sebagai akibat dari faktor-faktor tersebut, dalam banyak hal, auditor harus mempercayai bukti yang

    bersifat persuasif daripada yang bersifat menyakinkan. 4

    _____________________3 Lihat SA Seksi 342 [PSA No. 37] Auditing Estimasi Akuntansi .4 Lihat SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit .

    11 Oleh karena karakteristik kecurangan, terutama yang melibatkan penyembunyian dan pemalsuan dokumentasi

    (termasuk pemalsuan dokumen), audit yang direncanakan dan dilaksanakan semestinya mungkin tidak dapat

    mendeteksi salah saji material. Sebagai contoh, suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing

    yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia jarang berkaitan dengan penentuan keaslian dokumentasi. Di samping

    itu, prosedur auditing mungkin tidak efektif untuk mendeteksi salah saji yang disengaja yang disembunyikan

    melalui kolusi di antara personel klien dan pihak ketiga atau di antara manajemen atau karyawan klien.

    12 Oleh karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep pemerolehan keyakinan memadai,

    auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak merupakan suatu jaminan. Oleh karena itu, penemuan kemudian

    salah saji material, yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang ada dalam laporan keuangan, tidak

    berarti bahwa dengan sendirinya merupakan bukti (a) kegagalan untuk memperoleh keyakinan memadai, (b)

    tidak memadainya perencanaan, pelaksanaan, atau pertimbangan, (c) tidak menggunakan kemahiran profesional

    dengan cermat dan seksama, atau (d) kegagalan untuk mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan

    Akuntan Indonesia.

    TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

    13 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif berlakunya aturan

    dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001.

    Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1

    Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001,

    hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    13/515

    Penunjukan Auditor Independen

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    310.1

    SA Seksi 310

    PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN

    Sumber: PSA No. 05

    PENDAHULUAN

    01 Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut:

    Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus

    disupervisi dengan semestinya.

    02 Aspek supervisi asisten dijelaskan dalam SA Seksi 210 [PSA No. 04] Pelatihan dan

    Keahlian Auditor Independen dan SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi. Aspek

    perencanaan pekerjaan lapangan dan saat pelaksanaan prosedur audit dijelaskan dalam SA Seksi

    313 [PSA No. 02] Pengujian Substantif Sebelum Tanggal Neraca.

    PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN

    03 Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran bahwa

    penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan banyak manfaat bagi auditor

    maupun klien. Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya

    sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan efisien serta

    dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.

    PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN MENDEKATI

    ATAU SETELAH TANGGAL AKHIR PERIODE

    04 Walaupun penunjukan dini lebih baik, auditor independen dapat menerima perikatan

    pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca. Dalam hal ini, sebelum menerima perikatan,

    auditor harus yakin apakah kondisi seperti itu memungkinkan ia melaksanakan audit secara

    memadai dan memberi pendapat wajar tanpa pengecualian. Jika kondisi tersebut tidak

    memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara memadai dan untuk memberikan pendapat

    wajar tanpa pengecualian, ia harus membahas dengan klien tentang kemungkinan ia memberikan

    pendapat wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan pendapat. Kadang-kadang

    keterbatasan audit yang timbul sebagai akibat kondisi di atas dapat diatasi. Sebagai contoh,

    penghitungan fisik sediaan dapat ditunda atau dilakukan kembali di bawah pengamatan auditor

    independen.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    14/515

    Penunjukan Auditor Independen

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    310.2

    MEMBANGUN PEMAHAMAN DENGAN KLIEN

    05 Auditor harus membangun pemahaman dengan klien tentang jasa yang akandilaksanakan untuk setiap perikatan.1

    Pemahaman tersebut mengurangi risiko terjadinya salah

    interpretasi kebutuhan atau harapan pihak lain, baik di pihak auditor maupun klien. Sebagai

    contoh, pemahaman tersebut akan mengurangi risiko bahwa klien dapat secara tidak semestinya

    mempercayai auditor untuk melindungi entitas dari risiko tertentu atau untuk melaksanakan fungsi

    tertentu yang merupakan tanggung jawab klien. Pemahaman tersebut harus mencakup tujuan

    perikatan, tanggung jawab manajemen, tanggung jawab auditor, dan batasan perikatan.2

    Auditor

    harus mendokumentasikan pemahaman tersebut dalam kertas kerjanya, lebih baik dalam bentuk

    komunikasi tertulis dengan klien. Jika auditor yakin bahwa pemahaman dengan klien belum

    terbentuk, ia harus menolak untuk menerima atau menolak untuk melaksanakan perikatan.

    06 Pemahaman dengan klien tentang audit atas laporan keuangan umumnya mencakup

    hal-hal berikut ini:

    a. Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan.

    b. Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan mempertahankan pengendalian intern

    yang efektif terhadap pelaporan keuangan.

    c. Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menjamin bahwa entitas

    mematuhi peraturan perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya.

    d. Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan dan informasi yang

    berkaitan tersedia bagi auditor.

    e. Pada akhir perikatan, manajemen akan menyediakan suatu surat bagi auditor yang

    menegaskan representasi tertentu yang dibuat selama audit berlangsung.

    f. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang

    ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mensyaratkan bahwa auditor

    memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak, tentang apakah laporan keuangan bebas dari

    salah saji material, yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena itu, salah

    saji material mungkin akan tetap tidak terdeteksi. Begitu pula, suatu audit tidak didesain untuk

    mendeteksi kekeliruan atau kecurangan yang tidak material terhadap laporan keuangan. Jika,oleh karena sebab apa pun, auditor tidak dapat menyelesaikan auditnya atau tidak dapat

    merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat, ia dapat menolak menyatakan suatu

    pendapat atau menolak untuk menerbitkan suatu laporan sebagai hasil perikatan tersebut.

    ______________________1 Lihat Pernyataan Standar Pengendalian Mutu No. 02 [SPM Seksi 20] Sistem Pengendalian Mutu untuk Praktik

    Akuntansi dan Auditing Kantor Akuntan Publikparagraf 16.2 Tujuan perikatan tertentu mungkin berbeda. Pemahaman harus mencerminkan dampak tujuan tersebut terhadap

    tanggung jawab manajemen dan auditor, dan terhadap batasan perikatan. Berikut ini disajikan contoh:

    a. Review atas informasi keuangan interim (lihat SAT Seksi 400 [PSAT No. 01] Informasi Keuangan Interim,paragraf 09).

    b. Audit atas penerima bantuan keuangan pemerintah (lihat SA Seksi 801 [PSA No. 62] Pertimbangan Audit Kepatuhan

    dalam Audit atas Entitas Pemerintah dan Penerima Bantuan Keuangan Pemerintah, paragraf 10).

    c. Penerapan prosedur yang disepakati bersama terhadap unsur, akun, atau pos tertentu suatu laporan keuangan (lihat

    SA Seksi 622 [PSA No. 51] Perikatan untuk Menerapkan Prosedur yang Disepakati Bersama terhadap Unsur, Akun,

    atau Pos tertentu Suatu Laporan Keuangan, paragraf 03).

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    15/515

    Penunjukan Auditor Independen

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    310.3

    g. Suatu audit mencakup pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern yang cukup untuk

    merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang harus

    dilaksanakan. Suatu audit tidak didesain untuk memberikan keyakinan atas pengendalianintern atau untuk mengindentifikasi semua kondisi yang dapat dilaporkan. Namun, auditor

    bertanggung jawab untuk menjamin bahwa komite audit atau pihak lain yang memiliki

    kewenangan dan tanggung jawab setara akan menyadari adanya kondisi yang dapat

    dilaporkan yang diketahui oleh auditor.3

    Hal-hal tersebut di atas dapat dikomunikasikan dalam bentuk surat perikatan ( engagement letter).

    07 Pemahaman dengan klien juga mencakup hal-hal lain seperti berikut ini:

    a. Pengaturan mengenai pelaksanaan perikatan (sebagai contoh, waktu, bantuan klien berkaitan

    dengan pembuatan skedul, dan penyediaan dokumen).

    b. Pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern, jika diperlukan.

    c. Pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu.

    d. Pengaturan tentang fee dan penagihan.

    e. Adanya pembatasan atau pengaturan lain tentang kewajiban auditor atau klien, seperti ganti

    rugi kepada auditor untuk kewajiban yang timbul dari representasi salah yang dilakukan

    dengan sepengetahuan manajemen kepada auditor.

    f. Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan akses ke kertas kerja

    auditor.

    g. Jasa tambahan yang disediakan oleh auditor berkaitan dengan pemenuhan persyaratan badan

    pengatur.

    h. Pengaturan tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam hubungannya dengan

    perikatan.

    TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

    08 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif

    berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat

    dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan

    Publiik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini

    yang berlaku.

    ______________________3 Untuk perusahaan yang efeknya terdaftar di pasar modal, kondisi yang perlu dilaporkan, yang diketahui oleh

    auditor, mencakup informasi yang disyaratkan dalam peraturan perundangan pasar modal yang berlaku.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    16/515

    Perencanaan dan Supervisi

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA 311.1

    SA Seksi 311

    PERENCANAAN DAN SUPERVISI

    Sumber: PSA No. 05

    PENDAHULUAN

    01 Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa Pekerjaan harus

    direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

    Seksi ini berisi panduan bagi auditor yang melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang

    ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia di dalam mempertimbangkan dan menerapkan prosedur

    perencanaan dan supervisi, termasuk penyiapan program audit, pengumpulan informasi tentang

    bisnis entitas, penyelesaian perbedaan pendapat di antara personel kantor akuntan. Perencanaan

    dan supervisi berlangsung terus-menerus selama audit, dan prosedur yang berkaitan seringkali

    tumpang-tindih (overlap).

    02 Auditor sebagai penanggungjawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian

    fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada personel lain dalam kantor akuntannya. Untuk

    keperluan uraian dalam seksi ini, (a) personel lain dalam kantor akuntan selain auditor sebagai

    penanggungjawab akhir audit disebut dengan asisten dan (b) istilah auditor digunakan untuk

    menyebut baik auditor itu sendiri maupun asistennya.

    PERENCANAAN

    03 Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan

    lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan

    kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.

    Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:

    a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha entitas

    tersebut (lihat paragraf 07).

    b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

    c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang

    signifikan (lihat paragraf 09), termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah

    informasi akuntansi pokok perusahaan.

    d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

    e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.

    f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).

    g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko

    kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang

    mempunyai hubungan istimewa.

    h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan auditor

    tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke Bapepam,laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    17/515

    Perencanaan dan Supervisi

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA 311.2

    04 Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervisi

    biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan entitas dan

    pembahasan dengan personel lain dalam kantor akuntan dan personel entitas tersebut. Contohprosedur tersebut meliputi:

    a. Me-review arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan, dan laporan

    auditor tahun lalu.

    b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan personel kantor akuntan

    yang bertanggung jawab atas jasa nonaudit bagi entitas.

    c. Meminta keterangan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak terhadap entitas.

    d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.

    e. Membahas tipe, lingkup, dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris atau komite

    audit.

    f. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan standar auditing

    yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang baru.

    g. Mengkoordinasi bantuan dari personel entitas dalam penyiapan data.

    h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern.

    i. Membuat jadwal pekerjaan audit.

    j. Menentukan dan mengkoordinasi kebutuhan staf audit.

    k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan informasi

    tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan

    memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu.

    Auditor dapat membuat memorandum yang menetapkan rencana audit awal, terutama untuk

    entitas yang besar dan kompleks.

    05 Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan

    saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis

    (atau satu set program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit harus menggariskan dengan

    rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.

    Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan. Dalammengembangkan program audit, auditor harus diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur

    perencanaan auditnya. Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan

    diperlukannya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.

    06 Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang

    memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya berdasarkan standar auditing

    yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Tingkat pengetahuannya harus memungkinkan auditor

    untuk memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang, menurut pertimbangannya, kemungkinan

    mempunyai dampak terhadap laporan keuangan. Tingkat pengetahuan yang umumnya dimiliki

    oleh manajemen tentang pengelolaan bisnis entitas jauh lebih banyak dibandingkan dengan

    pengetahuan mengenai hal yang sama yang diperoleh auditor dari pelaksanaan auditnya.

    Pengetahuan tentang bisnis entitas membantu auditor dalam:

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    18/515

    Perencanaan dan Supervisi

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA 311.3

    a. Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.

    b. Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah, di-review, dan

    dikumpulkan dalam organisasi.c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas sediaan, depresiasi, penyisihan kerugian

    piutang, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang.

    d. Menilai kewajaran representasi manajemen.

    e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan

    pengungkapannya.

    07 Auditor harus memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sifat

    bisnis entitas, organisasinya, dan karakteristik operasinya. Hal tersebut mencakup, sebagai contoh,

    tipe bisnis, tipe produk dan jasa, struktur modal, pihak yang mempunyai hubungan istimewa,

    lokasi, dan metode produksi, distribusi, serta kompensasi. Auditor juga harus mempertimbangkan

    hal-hal yang mempengaruhi industri tempat operasi entitas, seperti kondisi ekonomi, peraturan

    pemerintah, serta perubahan teknologi, yang berpengaruh terhadap auditnya. Hal lain yang harus

    dipertimbangkan oleh auditor adalah praktik akuntansi yang umum berlaku dalam industri, kondisi

    persaingan, dan, jika tersedia, trendkeuangan dan ratio keuangan.

    08 Pengetahuan mengenai bisnis entitas biasanya diperoleh auditor melalui

    pengalamannya dengan entitas atau industrinya serta dari permintaan keterangan kepada personel

    perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi informasi yang bermanfaat

    mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karakteristik operasi, serta transaksi yang

    memerlukan pertimbangan khusus. Sumber lain yang dapat

    digunakan oleh auditor adalah publikasi yang dikeluarkan oleh industri, laporan keuangan entitas

    lain dalam industri, buku teks, majalah, dan perorangan yang memiliki pengetahuan mengenai

    industri.

    09 Auditor harus mempertimbangkan metode yang digunakan oleh entitas untuk

    mengolah informasi dalam perencanaan audit karena metode tersebut mempunyai pengaruh

    terhadap desain pengendalian intern. Luasnya penggunaan komputer dalam pengolahan sebagianbesar data akuntansi dan kompleksnya pengolahannya mempengaruhi pula sifat, saat, dan luasnya

    prosedur audit yang digunakan oleh auditor. Oleh karena itu, dalam menilai dampak luasnya

    penggunaan komputer terhadap audit laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan hal-hal

    berikut ini:

    a. Luasnya penggunaan komputer dalam setiap aplikasi akuntansi.

    b. Kompleksitas operasi komputer entitas, termasuk penggunaan jasa perusahaan pengolahan

    data dengan komputer dari luar.

    c. Struktur organisasi kegiatan pengolahan data dengan komputer.

    d. Tersedianya data. Dokumen yang digunakan untuk memasukkan informasi ke dalam

    komputer untuk diolah, arsip komputer tertentu, dan bukti audit lain yang diperlukan oleh

    auditor kemungkinan hanya ada dalam periode yang pendek atau hanya dalam bentuk yang

    dapat dibaca dengan komputer. Dalam beberapa sistem komputer, dokumen masukan

    seringkali tidak ada sama sekali karena informasi secara langsung dimasukkan ke dalamsistem. Kebijakan penyimpanan data yang dibuat oleh entitas mungkin mengharuskan auditor

    untuk meminta dilakukannya penyimpanan informasi

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    19/515

    Perencanaan dan Supervisi

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA 311.4

    untuk keperluan review atau untuk melaksanakan prosedur audit pada saat informasi tersebut

    tersedia. Sebagai tambahan, informasi tertentu yang dihasilkan oleh komputer untuk

    keperluan intern manajemen kemungkinan bermanfaat dalam pelaksanaan pengujiansubstantif (terutama untuk prosedur analitik).

    e. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer (TABK) dapat meningkatkan efisiensi

    pelaksanaan prosedur audit. Penggunaan teknik ini juga menyediakan kesempatan bagi

    auditor untuk menerapkan prosedur audit tertentu terhadap keseluruhan populasi akun atau

    transaksi. Sebagai tambahan, dalam menganalisis data tertentu atau menguji prosedur

    pengendalian khusus tanpa bantuan komputer. Lihat panduan mengenai TABK ini dalam SA

    Seksi 327 [PSAK No. 59] Teknik Audit Berbantuan Komputer.

    10 Auditor harus mempertimbangkan apakah keahlian khusus diperlukan untuk

    mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami

    pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksanakan prosedur

    audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang

    memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau dari ahli luar.

    Jika penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus memiliki pengetahuan

    memadai yang bersangkutan dengan komputer untuk mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli

    lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah hasil prosedur yang telah ditentukan tersebut dapat

    mencapai tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi hasil prosedur audit yang diterapkan yang

    berkaitan dengan sifat, saat,

    dan lingkup prosedur audit lain yang direncanakan. Tanggung jawab auditor atas penggunaan ahli

    komputer tersebut sama dengan tanggung jawab auditor atas penggunaan ahli komputer tersebut

    sama dengan tanggung jawabnya atas penggunaan asisten. Lihat SA Seksi 355 [PSA No. 57]

    Auditing dalam Lingkungan Sistem Informasi Komputer dan SA Seksi 314 [PSAK No. 60]

    Penentuan Risiko dan Pengendalian Intern Pertimbangan dan Karakteristik Sistem Informasi

    Komputer.

    SUPERVISI

    11 Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan

    penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada

    asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam

    audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat di antara

    staf audit kantor akuntan. Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas

    banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit.

    12 Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur yang

    mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap

    sifat, lingkup, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis entitas yang

    bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audit. Auditor yangbertanggung jawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan

    pertanyaan akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam audit, sehingga auditor dapat

    menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    20/515

    Perencanaan dan Supervisi

    Hak Cipta@2001, Ikatan Akuntan IndonesiaFor Internal Use Only

    SA 311.5

    13 Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di-review untuk menentukan apakah

    pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan auditor harus menilainya apakah

    hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan auditor.

    14 Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya harus

    menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat mengenai masalah

    akuntansi dan auditing di antara personel kantor akuntan publik yang terlibat dalam audit.

    Prosedur tersebut harus memungkinkan asisten mendokumentasikan ketidaksetujuan di antara

    mereka dan kesimpulan yang diambil jika, setelah konsultasi memadai, ia berkeyakinan bahwa

    perlu baginya untuk tidak sependapat dengan penyelesaian masalah tersebut. Dalam hal ini, dasar

    penyelesaian akhir masalah harus juga didokumentasikan.

    TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

    15 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal

    efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus

    2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku Standar Profesional

    Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001.

    Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    21/515

    SA Seksi 312

    RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS

    DALAM PELAKSANAAN AUDIT

    Sumber: PSA No. 25

    PENDAHULUAN

    01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko

    dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan

    berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Risiko audit dan

    materialitas mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaanlapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk baku.Risiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu dipertimbangkan dalam

    menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil

    prosedur tersebut.

    02 Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang

    tanggung jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: Karena

    sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan

    memadai, bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi.1 Risiko audit 2 adalah risiko

    yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana

    mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. 3

    03 Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual

    atau keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai

    dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sedangkan beberapa

    hal lainnya adalah tidak penting. Frasa menyajikan secara wajar, dalam semua hal

    1Lihat SA Seksi 110 [PSA No. 02] Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen dan SA Seksi 230

    [PSA No. 04] Penggunaan Kemahiran Profesional dengan Cermat dan Seksama dalam Pelaksanaan Pekerjaan Auditoruntuk pembahasan lebih lanjut tentang keyakinan memadai.

    2Di samping risiko audit, auditor juga menghadapi risiko kerugian praktik profesionalnya akibat dari tuntutan

    pengadilan, publikasi negatif, atau peristiwa lain yang timbul berkaitan dengan laporan keuangan yang telah diaudit dandilaporkannya. Risiko ini tetap dihadapi oleh auditor meskipun ia telah melaksanakan audit berdasarkan standar auditing

    yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan telah melaporkan hasil audit atas laporan keuangan dengan semestinya.

    Meskipun seorang auditor telah menetapkan risiko semacam ini pada tingkat yang rendah, ia tidak boleh melaksanakanprosedur yang kurang luas sebagaimana yang seharusnya dilakukan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan

    Akuntan Indonesia.3

    Definisi risiko audit ini tidak mencakup risiko yang dihadapi oleh auditor karena ia secara salah menyimpulkan

    bahwa laporan keuangan berisi salah saji material. Dalam situasi ini, biasanya ia mempertimbangkan kembali atau

    memperluas prosedur auditnya dan meminta klien untuk melakukan tugas tertentu untuk mengevaluasi kembali kewajaran

    laporan keuangannya. Langkah-langkah ini biasanya akan mengarahkan auditor ke kesimpulan yang benar. Definisi risiko

    audit ini juga tidak mencakup risiko yang timbul sebagai akibat pengambilan keputusan pelaporan yang tidak semestinya,

    yang tidak berkaitan dengan deteksi dan evaluasi salah saji dalam laporan keuangan, seperti pengambilan keputusan yang

    tidak semestinya mengenai bentuk laporan auditor karena adanya ketidakpastian atau batasan atas lingkup audit.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    22/515

    yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia4

    menunjukkan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak

    mengandung salah saji material.

    04 Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan

    tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan,cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara

    wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

    umum di Indonesia. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan atau

    kecurangan.

    05 Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah-masalah

    yang mungkin material terhadap laporan keuangan. Auditor tidak bertanggung jawabuntuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai

    bahwa salah saji, yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak materialterhadap laporan keuangan.

    06 Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja

    jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:

    a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber

    penyusunan laporan keuangan.b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah

    tafsir fakta.

    c. Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,

    klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. 5

    07 Meskipun kecurangan merupakan pengertian yang luas dari segi hukumkepentingan auditor secara khusus berkaitan dengan tindakan curang yang menyebabkan

    salah saji material dalam laporan keuangan. Dua tipe salah saji yang relevan dengan

    pertimbangan auditor dalam audit laporan keuangan - salah saji yang timbul dari

    kecurangan dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan

    tidak semestinya terhadap aktiva. Dua tipe salah saji ini dijelaskan lebih lanjut dalam

    SA Seksi 316 [PSA No. 32 dan PSA No. 70] Pertimbangan atas Kecurangan dalam

    Audit Laporan Keuangan. Faktor utama yang membedakan kecurangan dengan

    kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya yang berakibat pada salah sajidalam laporan keuangan merupakan tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.

    4Konsep risiko audit dan materialitas juga berlaku terhadap laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan

    basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; pengacuan dalam Seksi ini ke

    laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia juga mencakuppenyajian sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia tersebut.

    5Kekeliruan tidak mencakup dampak proses akuntansi yang dipakai untuk kenyamanan, seperti

    penyelenggaraan catatan akuntansi dengan basis kas atau basis pajak dan secara periodik dilakukan penyesuaian terhadapcatatan tersebut untuk membuat laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    23/515

    08 Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor untuk memperolehkeyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji material, tidak ada

    perbedaan penting antara kekeliruan dengan kecurangan. Namun, terdapat perbedaan,

    dalam hal tanggapan auditor terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya kekeliruan

    yang terisolasi, tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan prinsip

    akuntansi tidak signifikan terhadap audit. Sebaliknya, bila kecurangan dideteksi, auditor

    harus mempertimbangkan implikasi integritas manajemen atau karyawan dan

    kemungkinan dampaknya terhadap aspek audit.

    09 Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau

    secara gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah

    dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit.

    Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan di suatu entitas

    mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat yang

    berbeda. Begitu juga, apa yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu

    kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang lain.

    10 Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan

    profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memilikipengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan

    keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor

    dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun

    kualitatif. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadipenghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat

    mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas

    informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukandengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik

    pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.

    11 Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam

    mempertimbangkan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil yang ditemukan

    oleh auditor dapat berdampak material terhadap laporan keuangan. Sebagai contoh, suatu

    pembayaran yang melanggar hukum yang jumlahnya tidak material dapat menjadi

    material, jika kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan bersyarat yang

    material atau hilangnya pendapatan yang material. 6

    PERENCANAAN AUDIT

    12 Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas baik dalam:

    (a) Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan

    (b) Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar,dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

    di Indonesia.

    6Lihat SA Seksi 317 [PSA No. 31] Unsur Tindakan Pelanggaran Hukum oleh Klien.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    24/515

    Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas untuk hal yang

    disebutkan pada butir (a) untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan

    sebagai dasar memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan untuk butir (b).

    Pertimbangan pada Tingkat Laporan Keuangan13 Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit

    dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan profesionalnya,

    memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Risiko audit dapat

    ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif.

    14 SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi mengharuskanauditor dalam perencanaan auditnya untuk memperhitungkan antara lain, pertimbangan

    awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit. Pertimbangan tersebut mungkin

    dikuantitatifkan atau mungkin tidak.

    15 Menurut SA Seksi 311 [PSA No. 05] tersebut, sifat, saat, dan lingkup

    perencanaan bervariasi sesuai dengan faktor-faktor: ukuran dan kerumitan entitas,

    pengalaman auditor mengenai entitas, dan pengetahuannya tentang bisnis entitas yangbersangkutan. Oleh karena itu, pertimbangan risiko audit dan materialitas juga bervariasi

    dengan faktor-faktor tersebut. Faktor tertentu yang berkaitan dengan entitas juga

    mempengaruhi sifat, saat dan lingkup prosedur audit untuk saldo akun tertentu atau

    golongan transaksi serta asersi yang bersangkutan (lihat paragraf 24 sampai denganparagraf 33).

    16 Penaksiran risiko salah saji material (yang disebabkan oleh kekeliruan atau

    kecurangan) harus dilakukan dalam perencanaan. Pemahaman auditor tentang

    pengendalian intern mungkin meningkatkan atau menurunkan kepedulian auditor tentangrisiko salah saji material.7 Dalam mempertimbangkan risiko audit, auditor harus secara

    khusus menaksir risiko salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari

    kecurangan. 8 Auditor harus mempertimbangkan dampak penaksiran tersebut atas strategi

    audit menyeluruh dan pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan.

    17 Bilamana auditor menyimpulkan bahwa terdapat risiko signifikan salah sajimaterial dalam laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan kesimpulannya ini

    dalam menentukan sifat, saat, atau luasnya prosedur; penugasan staf; atau perlunya

    tingkat supervisi yang semestinya. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan personel

    yang dibebani tanggung jawab perikatan signifikan harus sesuai dengan penaksiran

    auditor terhadap tingkat risiko untuk perikatan tersebut. Biasanya, risiko yang tinggi

    memerlukan personel yang lebih berpengalaman atau supervisi yang lebih luas dariauditor yang bertanggungjawab akhir atas perikatan yang bersangkutan. Risiko tinggidapat menyebabkan auditor memperluas prosedur yang diterapkan, atau memodifikasi

    sifat prosedur untuk memperoleh bukti yang lebih bersifat persuasif.

    7Lihat SA Seksi 319 [PSA No. 69] Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan.

    8Lihat SA Seksi 316 [PSA No. 70] Pertimbangan Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    25/515

    18 Dalam audit suatu entitas dengan operasi di berbagai lokasi atau dengan

    berbagai komponen, auditor harus mempertimbangkan luasnya prosedur audit yang harusdilaksanakan di lokasi atau komponen pilihan. Faktor yang harus dipertimbangkan oleh

    auditor berkaitan dengan pemilihan lokasi atau komponen tertentu mencakup (a) sifat dan

    jumlah aktiva dan transaksi yang dilaksanakan di lokasi atau komponen tersebut, (b)

    tingkat sentralisasi catatan atau pengolahan informasi, (c) efektivitas lingkunganpengendalian, terutama yang berkaitan dengan pengendalian langsung manajemen atas

    penggunaan wewenang yang didelegasikan kepada orang lain dan kemampuan

    manajemen untuk secara efektif melakukan supervisi aktivitas di lokasi atau komponen,

    (d) frekuensi, saat, dan lingkup pemantauan aktivitas oleh entitas atau orang lain di lokasi

    atau komponen, dan (e) pertimbangan tentang materialitas lokasi atau komponen tersebut.

    19 Dalam merencanakan audit, auditor harus menggunakan pertimbangannya

    dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan awalmengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan, dalam keterbatasan

    bawaan dalam proses audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai

    keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Tingkat

    materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh untuk masing-masing laporan keuangan

    pokok, namun, karena laporan keuangan saling berhubungan, dan sebagian besar

    prosedur audit berhubungan dengan lebih dari satu jenis laporan keuangan, agar efisien,untuk tujuan perencanaan, auditor biasanya mempertimbangkan materialitas pada tingkat

    kumpulan salah saji terkecil yang dapat dianggap material untuk salah satu laporan

    keuangan pokok. Sebagai contoh, jika auditor berkeyakinan bahwa salah saji secara

    keseluruhan yang berjumlah kurang lebih Rp 100.000.000 akan memberi pengaruh

    material terhadap pos pendapatan, namun baru akan mempengaruhi neraca secara

    material apabila mencapai angka Rp 200.000.000, adalah tidak memadai baginya untukmerancang suatu prosedur audit yang diharapkan dapat untuk mendeteksi salah saji yang

    berjumlah Rp 200.000.000 saja.

    20 Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna

    mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar, secara individual ataukeseluruhan, yang secara kualitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.

    Walaupun auditor harus waspada terhadap salah saji yang mungkin material secara

    kuantitatif, pada umumnya adalah tidak praktis untuk merancang prosedur

    pendeteksiannya. SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Auditparagraf 20 menyatakan bahwa

    auditor pada hakikatnya bekerja dalam batas-batas ekonomis, agar mempunyai manfaatekonomis, pendapat auditor harus dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang

    wajar.

    21 Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor mempertimbangkan

    materialitas sebelum laporan keuangan yang akan diauditnya selesai disusun, namun ia

    mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih memerlukan modifikasi signifikan.Dalam kedua keadaan tersebut, pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin

    didasarkan atas laporan keuangan interim entitas tersebut yang disetahunkan atau laporan

    keuangan tahunan satu periode atau lebih sebelumnya, asalkan ia memperhatikan

    pengaruh perubahan besar dalam entitas tersebut (contoh: merger), dan perubahan lain

    yang relevan dalam perekonomian secara keseluruhan atau industri yang merupakan

    tempat entitas tersebut berusaha.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    26/515

    22 Jika secara teoritis diasumsikan bahwa pertimbangan auditor tentang

    materialitas pada tahap perencanaan didasarkan atas informasi yang sama dengan

    informasi yang tersedia pada tahap evaluasi, maka materialitas untuk tujuan perencanaandan evaluasi akan sama. Namun, pada saat merencanakan audit, biasanya tidak mungkin

    bagi auditor untuk mengantisipasi semua keadaan yang mungkin, yang akhirnya akan

    mempengaruhi pertimbangannya tentang materialitas dalam mengevaluasi temuan audit

    pada tahap penyelesaian audit, karena (1) keadaan-keadaan yang melingkupi mungkinberubah dan (2) tambahan informasi mengenai masalah akan selalu ada selama periode

    audit. Dengan demikian, pertimbangan awal tentang materialitas akan berbeda dengan

    pertimbangan yang digunakan dalam mengevaluasi temuan audit. Jika tingkat

    materialitas diturunkan ke tingkat semestinya yang lebih rendah dalam mengevaluasi

    temuan audit (dengan demikian risiko audit yang dihadapi oleh auditor meningkat),

    auditor harus mengevaluasi kembali kecukupan prosedur audit yang telah dilaksanakan.

    23 Dalam merencanakan prosedur audit, auditor harus juga mempertimbangkansifat, sebab (jika diketahui), dan jumlah salah saji yang diketahui dari audit atas laporan

    keuangan periode sebelumnya.

    Pertimbangan pada Tingkat Saldo Akun Individual atau Golongan Transaksi

    24 Auditor menyadari bahwa risiko audit dan pertimbangan materialitas auditmempunyai hubungan terbalik. Sebagai contoh, risiko suatu saldo akun atau golongan

    transaksi serta asersi yang bersangkutan disajikan salah dalam jumlah yang sangat besar

    mungkin sangat rendah, namun risiko bahwa saldo akun atau golongan transaksi

    disajikan salah dalam jumlah yang sangat kecil mungkin sangat tinggi. Dengan

    menganggap pertimbangan perencanaan lain tetap sama, jika auditor ingin menurunkan

    tingkat risiko audit yang menurut pertimbangannya telah memadai untuk suatu saldoakun atau golongan transaksi atau jika ia menginginkan penurunan jumlah salah saji

    dalam suatu saldo akun atau golongan transaksi yang dianggap material, maka auditor

    harus melaksanakan salah satu lebih langkah berikut:

    (a) Memilih prosedur audit yang lebih efektif.

    (b) Melaksanakan prosedur audit lebih dekat ke tanggal neraca, atau(c) Memperluas prosedur audit tertentu.

    25 Dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan

    diterapkan terhadap saldo akun atau golongan transaksi tertentu, auditor harus merancang

    suatu prosedur yang dapat memberinya keyakinan memadai untuk dapat mendeteksi

    salah saji yang menurut keyakinannya, berdasarkan pertimbangan awal tentang

    materialitas, mungkin material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, jikadigabungkan dengan salah saji yang terdapat dalam saldo akun atau golongan transaksi

    yang lain. Auditor menggunakan berbagai metode untuk merancang prosedur guna

    menemukan salah saji yang demikian. Dalam hal tertentu, auditor secara tegas

    memperkirakan, untuk tujuan perencanaan, jumlah maksimum salah saji dalam suatusaldo akun atau golongan transaksi yang apabila digabungkan dengan salah saji yang

    terdapat dalam saldo atau golongan yang lain, tidak menyebabkan laporan keuangan

    auditan mengandung salah saji material. Dalam hal lain, auditor menghubungkan

    pertimbangan awalnya tentang materialitas dengan saldo akun atau golongan transaksi

    tertentu, tanpa memperkirakan salah saji secara tegas.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    27/515

    26 Auditor perlu mempertimbangkan risiko audit pada tingkat akun atau

    golongan transaksi secara individual, karena pertimbangan yang demikian secara

    langsung membantunya dalam menentukan lingkup prosedur audit untuk saldo akun ataugolongan transaksi tersebut. Auditor harus berusaha membatasi risiko audit pada tingkat

    saldo atau golongan transaksi individual sedemikian rupa, sehingga memungkinkannya,

    pada saat penyelesaian audit, untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara

    keseluruhan dengan tingkat risiko audit yang cukup rendah. Auditor menggunakanberbagai pendekatan untuk mencapai tujuan tersebut.

    27 Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, risiko audit terdiri dari

    (a) risiko [yang meliputi risiko bawaan (inherent risk) dan risiko pengendalian (control

    risk)] bahwa saldo akun atau golongan transaksi mengandung salah saji (disebabkan oleh

    kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan

    apabila digabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan transaksi lainnya,

    dan (b) risiko [risiko deteksi (detection risk)] bahwa auditor tidak akan mendeteksi salahsaji tersebut. Pembahasan berikut menjelaskan risiko audit dalam konteks tiga komponen

    risiko di atas. Cara yang digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan komponen

    tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan profesional auditor dan tergantung

    pada pendekatan audit yang dilakukannya.

    a. Risiko BawaanRisiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap

    suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang

    terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan

    transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang

    rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang

    sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada sediaan batu bara. Akun yangterdiri dari jumlah yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko

    lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data

    berupa fakta. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh,

    perkembangan teknologi mungkin menyebabkan produk tertentu menjadi usang,

    sehingga mengakibatkan sediaan cenderung dilaporkan lebih besar. Di samping itu,terhadap faktor-faktor tersebut yang khusus menyangkut saldo akun atau golongan

    transaksi tertentu, faktor-faktor yang berhubungan dengan beberapa atau seluruh

    saldo akun atau golongan transaksi mungkin mempengaruhi risiko bawaan yang

    berhubungan dengan saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Faktor yang

    terakhir ini mencakup, misalnya kekurangan modal kerja untuk melanjutkan usaha

    atau penurunan aktivitas industri yang ditandai oleh banyaknya kegagalan usaha.

    Lihat SA Seksi 316 [PSA No. 32 dan PSA No. 70] Pertimbangan atas Kecurangandalam Audit Laporan Keuangan, paragraf 10.

    b. Risiko PengendalianRisiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadidalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh

    pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan

    operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan

    penyusunan laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada

    karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    28/515

    c. Risiko DeteksiRisiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material

    yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitasprosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena

    ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau

    golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun

    saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lainsemacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak

    sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara

    keliru hasil audit. Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang

    dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan praktik

    audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.

    28 Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua

    risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya adit atas laporankeuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah

    oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik

    dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko

    pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat

    diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang

    diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. Komponenrisiko audit ini dapat ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase atau

    secara nonkuantitatif yang berkisar, misalnya, dari minimum sampai dengan maksimum.

    29 Pada saat auditor menetapkan risiko bawaan untuk suatu asersi yang berkaitan

    dengan saldo akun atau golongan transaksi, ia mengevaluasi berbagai faktor yang

    memerlukan pertimbangan profesional. Dalam melakukan hal tersebut, auditor tidakhanya mempertimbangkan faktor yang secara khusus berhubungan dengan saldo akun

    atau golongan transaksi tersebut, tetapi juga faktor-faktor lain yang terdapat dalam

    laporan keuangan secara keseluruhan, yang dapat mempengaruhi risiko bawaan yang

    berhubungan dengan saldo akun atau golongan transaksi itu. Apabila auditor

    berkesimpulan bahwa usaha yang dibutuhkan untuk mengevaluasi risiko bawaan suatuasersi akan melebihi pengurangan potensial dalam luasnya prosedur audit sebagai akibat

    pengandalan terhadap hasil penetapan tersebut, auditor harus menetapkan risiko bawaan

    pada tingkat yang maksimum pada saat merancang prosedur audit.

    30 Auditor juga menggunakan pertimbangan profesional dalam menetapkan

    risiko pengendalian untuk suatu asersi yang berhubungan dengan suatu saldo akun atau

    golongan transaksi. Penetapan risiko pengendalian didasarkan atas cukup atau tidaknyabukti audit yang mendukung efektivitas pengendalian dalam mencegah dan mendeteksi

    salah saji asersi dalam laporan keuangan. Apabila auditor yakin bahwa pengendalian

    intern tidak ada kaitannya dengan asersi tersebut atau tidak efektif, atau jika ia yakin

    bahwa evaluasi terhadap efektivitas pengendalian intern tidak efisien, ia akanmenentukan risiko pengendalian untuk asersi tersebut pada tingkat yang maksimum.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    29/515

    31 Auditor dapat melakukan penetapan risiko bawaan dan risiko pengendalian

    secara terpisah atau secara gabungan. Apabila auditor menganggap risiko bawaan dan

    risiko pengendalian, baik secara terpisah maupun secara gabungan, adalah kurang darimaksimum, ia harus mempunyai dasar yang cukup. Dasar ini dapat diperoleh, misalnya

    melalui kuesioner, checklist, instruksi, atau alat serupa yang berlaku umum lainnya.

    Khusus mengenai risiko pengendalian, auditor harus memahami pengendalian intern dan

    melaksanakan pengujian pengendalian yang sesuai. Namun, diperlukan pertimbanganprofesional untuk menafsirkan, menerapkan, atau memperluas alat serupa yang berlaku

    umum tersebut agar sesuai dengan keadaan.

    32 Risiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam merancang prosedur

    audit tergantung pada tingkat yang diinginkan untuk membatasi risiko audit suatu saldo

    akun atau golongan transaksi dan tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko

    bawaan dan risiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap risiko bawaan dan

    risiko pengendalian menurun, risiko deteksi yang dapat diterimanya akan meningkat.Namun, auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan risiko bawaan dan risiko

    pengendalian, dengan tidak melakukan pengujian substantif terhadap saldo akun atau

    golongan transaksi, yang didalamnya mungkin terkandung salah saji yang mungkin

    material jika digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan

    transaksi yang lain.

    33 Audit terhadap laporan keuangan adalah suatu proses kumulatif; sewaktu

    auditor melaksanakan prosedur audit yang direncanakan, bukti yang diperoleh auditor

    mungkin menyebabkan ia memodifikasikan sifat, saat, dan lingkup prosedur lain yang

    telah direncanakan tersebut. Dari pelaksanaan prosedur audit atau dari sumber lain

    selama audit berlangsung, auditor mungkin memperoleh informasi yang jauh berbeda

    dengan informasi yang semula digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana audit.Sebagai contoh, besarnya salah saji yang ditemukan mungkin mengubah pertimbangan

    auditor tentang tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian. Di samping itu, informasi

    lain yang diperoleh yang berkaitan dengan laporan keuangan mungkin mengubah

    pertimbangan awal auditor mengenai materialitas. Dalam hal demikian, auditor mungkin

    perlu mengevaluasi kembali prosedur audit yang direncanakan, berdasarkan ataspertimbangan yang telah diperbaiki tentang risiko audit dan materialitas untuk seluruh

    atau sebagaian saldo akun atau golongan transaksi dan asersi yang terkait.

    EVALUASI TEMUAN AUDIT

    34 Dalam mengevaluasi apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,

    dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum diIndonesia, auditor harus menggabungkan semua salah saji yang tidak dikoreksi olehentitas tersebut sedemikian rupa, sehingga memungkinkannya untuk mempertimbangkan

    apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan salah secara material dalam

    hubungannya dengan jumlah individual, subtotal, atau jumlah keseluruhan dalam laporan

    keuangan. Pertimbangan yang bersifat kualitatif juga mempengaruhi kesimpulan yang

    diambil oleh auditor dalam menentukan materialitas salah saji.

  • 7/30/2019 SPAP-komplit

    30/515

    35 Penggabungan salah saji yang diuraikan di atas harus mencakup estimasi

    terbaik auditor mengenai jumlah seluruh salah saji dalam saldo akun atau golongan

    transaksi yang telah diperiksa, dan tidak terbatas hanya pada jumlah salah saji yang telahdiidentifikasi secara khusus. Pada saat auditor menguji saldo akun atau golongan

    transaksi dan asersi yang terkait dengan menggunakan prosedur analitik, auditor biasanya

    tidak akan dapat secara khusus mengidentifikasi adanya salah saji, namun ia hanya akan