Sp 3 Gawat Paru-Alima

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    1/33

    HIGH ALTITUDE PULMONARY OEDEMA (HAPE)

    Abstrak

    Edema paru pada ketinggian merupakan suatu akibat fatal pendakian atau

    turun dari puncak gunung yang dilakukan secara cepat, yang dipicu oleh

    penurunan tekanan atmosfir yang semakin berkurang pada ketinggian. Kondisi

    ini dapat terjadi bila seseorang tidak melakukan aklimatisasi terlebih dulu

    sebelum naik dengan cepat ke ketinggian, pengaruh tenaga yang kurang, suhu

    lingkungan yang dingin, penyakit paru yang sudah ada sebelumnya, serta

    pernah mengalami HAPE sebelumnya. Penurunan tekanan udara atmosfir yang

    terjadi di ketinggian memicu terjadinya hipoksia. Hipoksia menimbulkan

    peningkatan tekanan arteri pulmonalis, gangguan permeabilitas kapiler paru,

    kerusakan endotelium paru dan bocornya cairan intravaskular pindah ke

    ekstravaskular, sehingga akhirnya timbullah edema paru.

    Kata kunci : edema paru, ketinggian, hipoksia, tekanan arteri pulmonalis.

    Abstract

     At an altitude pulmonary edema is a result of a fatal climbing or descending

    from the summit of the mountain is done quickly, hich is triggered by a

    decrease in atmospheric pressure diminishing in height. !his condition can

    occur hen someone is not doing acclimati"ation first before rising rapidly to the

    altitude, the less the influence of poer, cold ambient temperatures, pre#e$isting

    lung disease earlier, and had e$perienced previous HAPE. Atmospheric air 

    pressure drop that occurs at altitude hypo$ia triggers. Hypo$ia resulted in

    increased pulmonary artery pressure, pulmonary capillary permeabilitydisorders, pulmonary endothelium damage and leakage of intravascular fluid

    moved into e$travascular, so that eventually arose pulmonary edema.

    Keywords : pulmonary edema, high altitude, hypoxia, pulmonary artery

    pressure.

    1

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    2/33

    I. PENA!"#"AN

      %utaan orang melakukan perjalanan ke ketinggian setiap tahun untuk

    rekreasi dan bekerja. &ebagai contoh, sekitar '((( orang mencoba untuk

    mendaki Mount Rainier  ) *+' m- setiap tahun dan hampir ,/ juta mengunjungi

    resort  ski 0olorado )*1/ m-. Everest Base Camp yang terletak di ketinggian

    2+/( m )1.2'( kaki- adalah ((( m lebih tinggi dari titik tertinggi di Eropa.

    !ubuh manusia dapat menyesuaikan diri dengan ketinggian ini, tetapi jika

    diberikan aktu yang cukup, tidak terburu#buru dan dengan istirahat. Pada

    mereka yang tanpa aklimatisasi dan naik ke ketinggian dapat terjadi kegagalan

    tubuh untuk beradaptasi dengan hipoksia hipobarik. Karena banyak yang tidak

    mengetahui bahaya dan risiko pada saat melakukan perjalanan menuju puncak

    gunung.,,+ 

    Penurunan tekanan atmosfer pada ketinggian yang disertai dengan

    penurunan tekanan partial oksigen )P3-, menjadi masalah bagi para pendaki

    gunung, dan orang yang tinggal di dataran tinggi pada saat turun ke daerah

    yang lebih rendah. 3rang yang naik ke ketinggian tersebut beresiko untuk

    terkena penyakit ketinggian yang akut (acute mountain sickness/AMS), sepertiedema paru pada ketinggian (high altitude pulmonary oedema/A!E)"+,*

    Edema paru pada ketinggian merupakan suatu konsekuensi fatal

    pendakian atau turun dari puncak gunung yang dilakukan secara cepat, yang

    dipicu oleh penurunan tekanan atmosfir yang semakin berkurang pada

    ketinggian. HAPE terjadi dalam bentuk, bentuk pertama biasanya terjadi pada

    dataran rendah dimana pendaki tidak teraklimatisasi dan naik dengan cepat ke

    ketinggian lebih dari 2((#+((( m. 4entuk kedua, terjadi pada pendarat yangnaik ke ketinggian kembali setelah tinggal di ketinggian yang lebih rendah.

    Keberadaan yang terburu#buru dan dalam aktu singkat di daerah pegunungan

    dapat menimbulkan konsekuensi tinggi terjadinya penyakit ketinggian yang

    bahkan dapat mematikan.+,2,/

    5ndividu yang memiliki riayat HAPE mempunyai resiko lebih besar untuk

    mendapat penyakit ketinggian berikutnya. Penderita penyakit paru yang tidak

    terlibat dalam kegiatan aktif seperti ski, memanjat, paparan lingkungan

    2

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    3/33

    ketinggian melalui pekerjaan, kegiatan rekreasi, penerbangan udara komersial

    atau perjalanan mobil meleati pegunungan tinggi, diperkirakan dapat memicu

    timbulnya HAPE.,1

    5nsidens HAPE dilaporkan meningkat dengan pendakian yang cepat dan

    lebih tinggi, terjadi 6 27 pada pasukan 5ndia yang diterbangkan dari

    permukaan laut ke ketinggian +2(( m dan 22(( m. 8iantara pe"iarah di

    ketinggian 1+(( m, 4asnyat mengamati kejadian HAPE sekitar 27. 9ereka

     juga mengamati baha perempuan memiliki insiden HAPE yang lebih tinggi di

    ketinggian *+(( m.,+

    :aktor#faktor yang berkontribusi terhadap berkembangnya HAPE termasuk

    tenaga, suhu lingkungan yang dingin, infeksi saluran napas yang sudah ada,

    dan riayat HAPE sebelumnya. 0ontohnya, setelah pendakian cepat ke

    ketinggian *22' m di Pegunungan Alpen, 6 (7 pendaki gunung terjangkit

    HAPE. 5nsiden ini meningkat menjadi /(#1(7 pada pendaki gunung yang

    pernah menderita HAPE sebelumnya )subyek raan HAPE-, menunjukkan

    kerentanan individu menjadi penentu yang paling penting dari HAPE. ;aki#laki

    dan anita dari segala usia dapat menjadi korban, meskipun laki#laki muda

    tampaknya lebih beresiko daripada yang lain.*,1,<

    II. $IN%A"AN P"&$AKA

    '.(. )isiologi Ketinggian

    3

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    4/33

    8alam kegiatan pendakian terdapat tiga skala ketinggian yang memiliki

    batas dan tentunya memiliki nilai penting terutama dalam usaha penyesuaian

    tubuh terhadap kadar gas yang ada di udara, karena semakin tinggi suatu

    tempat maka tekanan gas yang terkandung juga semakin berkurang. Pada

    tabel dijelaskan mengenai pembagian ketinggian, yang terdiri dari  igh

     Altitude, #ery igh Altitude dan E$treme Altitude.2

    !abel . &kala ketinggian2

    8aerah dengan ketinggian di atas +((( meter, memiliki kandungan gas di

    udara seperti nitrogen, oksigen dan gas lainnya yang tidak berbeda dengan

    daerah permukaan laut, namun para pendaki terkadang sering mengalami

    kesulitan bernafas sehingga mereka harus menggunakan tabung oksigen untuk

    menyelesaikan pendakiannya. Hal ini tentunya membuktikan baha bukan

    persentase gas di udara yang mempengaruhi proses pernafasan, tetapi

    dipengaruhi oleh tekanan parsial masing#masing gas yang ada di udara.

    !ekanan parsial suatu gas dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu =

    temperatur dan konsentrasi gas tersebut.2

     Atmosfer kita tersusun dari campuran gas dan molekul uap air. >as yang

    banyak kandungannya di dalam atmosfir yaitu ?itrogen 1

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    5/33

    mmHg, dengan penurunan tekanan atmosfir, tentunya akan mempengaruhi

    tekanan parsial gas yang lain, tekanan oksigen pada ketinggian tersebut

    menjadi 2 mmHg, seperti yang dijelaskan pada tabel .2

    !abel . Perubahan tekanan barometrik )atmosfir- dan parsial oksigen pada

    ketinggian2

    '.'. Adaptasi tubuh pada ketinggian

      !erpapar dengan ketinggian lebih dari +((( meter secara mendadak

    tentunya dapat menyebabkan kelainan dan bisa menyebabkan kematian. Hal

    ini pernah dialami oleh peneliti balon udara @enith pada tahun

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    6/33

    '.'.(. *entilasi

      Pada daerah yang setara dengan permukaan laut keadaan ventilasi

    tentunya tidak mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena tekanan

    atmosfir udara pada permukaan laut berada pada posisi 1/( mmHg ) atm-

    sehingga komposisi udara berada pada keadaan stabil. ;ain halnya jika kita

    berada pada ketinggian dimana tekanan atmosfir berkurang sehingga

    menyebabkan tekanan parsial gas juga berkurang dan tubuh pun berusaha

    melakukan kompensasi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan

    tersebut.*,2,1

    entilasi diatur oleh karbon dioksida )03-, oksigen dan pH, dimana

    ketiganya akan merangsang kemoreseptor perifer dan kemoreseptor sentral.

    Bespon ventilasi merupakan keadaan fiologis dan merupakan respon aal

    yang terjadi akibat pendakian. Konsentrasi oksigen dan karbondioksida di

    alveoli merupakan gambaran secara langsung tekanan atmosfir dan aktivitas

    ventilasi di alveoli.',(,

    Bespon ventilasi merupakan keadaan fisiologis yang terjadi akibat

    ketinggian. Peningkatan ventilasi ini merupakan akibat perangsangan hipoksia

    dari badan carotid   yang derajatnya berbeda pada tiap individu. Carotid %ody 

    merupakan kemoreseptor yang terletak bilateral pada percabangan arteri

    karotis komunis, yang mana saraf aferen berjalan melalui nervus ering   ke

    nervus &losso'aringeus, akibat rendahnya konsentrasi oksigen di arteri tidak

    berefek langsung pada pusat pernafasan yang berada di medulla oblongata,

    akan tetapi merangsang kemoreseptor.

    ,,+

     Perubahan ketinggian akan menyebabkan penurunan tekanan barometrik

    dan penurunan dari tekanan oksigen )Pa3-,  dimana hal ini merupakan

    kompensasi dari meningkatnya ventilasi yang disebut juga dengan hypo$ic 

    ventilatory response )HB-, yang disebabkan karena penurunan kadar oksigen

    didalam pembuluh darah arteri )P3- sampai dengan /( mmHg, yang diikuti

    dengan peningkatan ventilasi yang tidak terlalu tinggi, tetapi penurunan P3

    yang rendah akibat dari aktivitas carotid %ody"  Peningkatan ventilasi terjadi

    6

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    7/33

    secara substansial, namun keadaan ini tentunya juga sangat dipengaruhi oleh

    kondisi individu masing#masing.,,,+

    '.'.'. &istem Kardio+askuler    Adaptasi tubuh pada sistim kardiovaskuler yaitu dengan melakukan

    perubahan kardiak#ouput ke paru dan peredaran darah sistemik. Pada keadaan

    hipoksia peningkatan kardiak#output dapat membantu penghantaran oksigen

    yang bertujuan untuk mempertahankan hantaran oksigen ke jaringan.

    Peningkatan kardiak#output selama keadaan hipoksia dipengaruhi oleh

    banyaknya pelepasan katekolamin oleh rangsangan parasimpatis. Pada saat

    menetap beberapa hari di ketinggian akan terjadi penurunan kardiak#output

    yang disebabkan oleh penurunan stroke volume"

    8i daerah yang tinggi akan terjadi peningkatan denyut jantung dari pada di

    permukaan laut. ?ilai norepinefrin meningkat namun penurunan regulasi C

    reseptor dapat menurunkan aktivitas otot jantung. :ungsi otonom, terutama

    rangsangan syaraf parasimpatik, memegang peranan dalam penurunan denyut

     jantung, tetapi penurunan denyut jantung bukan faktor yang membatasi

    hantaran oksigen ke jaringan. Penduduk di dataran tinggi !ibet dapat

    mempertahankan rangsangan syaraf parasimpatis dan denyut jantung bahkan

    setelah + tahun menetap di daerah yang lebih rendah. &edangkan bagi orang

    yang baru mendatangi dataran tinggi pada proses aklimatisasi, konsentrasi

    hemoglobin dan volume darah akan meningkat dan hantaran oksigen ke

     jaringan pun meningkat seiring dengan peningkatan stroke volume  dan

    kandungan oksigen arteri. &etelah lama terpapar pada daerah dataran tinggi

    maka strok e volume, kardiak output dan aliran darah ke otot menurun pada

    semua kondisi, sedangkan resistensi sistemik pembuluh darah akan

    meningkat.

     Perubahan hemodinamik pada orang yang baru di daerah dataran tinggi

    tidak terlihat pada orang#orang yang bertempat tinggal di daerah dataran tinggi.

    Hal ini terlihat dari penurunan tekanan darah sistemik secara umum pada orang

    yang tinggal di daerah dataran tinggi di Amerika &elatan, yang hanya dapat

    diperoleh hanya dalam satu tahun setelah pindah ke dataran tinggi. !ekanan

    sistemik yang rendah pada populasi ini merupakan efek utama dari hipoksia

    pada otot#otot dari dinding arteri secara sistemik.,+

    7

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    8/33

    '.'.. !ematologi8alam kondisi hipoksia yang berkelanjutan terdapat perubahan pada

    peningkatan transportasi oksigen ke jaringan di dalam darah. !erdapat

    adaptasi yang terjadi di dalam darah yaitu = . Peningkatan kapasitas pembaa

    oksigen dengan meningkatkan jumlah eritrosit. . Perubahan afinitas

    hemoglobin pada molekul oksigen. !erdapat juga penurunan volume plasma

    dari aktu ke aktu untuk proses diuresis.

    Eritropoietin merangsang produksi sel darah merah, hipoksia merupakan

    stimulus utama untuk pelepasan eritropoietin. ?ilai eritropoietin dalam serum

    meningkat dengan cepat dalam aktu *#*< jam pada pendakian dengan

    ketinggian yang tinggi dan kemudian mulai menurun dalam aktu + minggu

    setelah dilakukannya aklimatisasi. Peningkatan volume sel darah merah dan

    volume darah total akan meningkat bersamaan dengan penurunan volume

    plasma dan perubahan ini dapat meningkatkan kandungan oksigen serta

    hantaran oksigen ke jaringan di dataran tinggi. Bespon eritropoietin ini dapat

    berhenti pada saat turun dari ketinggian. Kadar hemoglobin dapat kembali

    normal jika kita telah berada selama  lebih kurang + minggu pada daerah yang

    sama dengan permukaan laut.,+

    '.. &e-arah !APE

    HAPE dulu disebut dengan pneumonia ketinggian, sehingga sering salah

    diagnosis selama berabad#abad. Hal ini dibuktikan oleh laporan seorang pria

    muda yang meninggal dunia tiba#tiba karena pneumonia beberapa hari setelah

    sampai pada ketinggian. Kematian r acottet  di Mont Blanc  tahun

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    9/33

    kardiogenik. ;alu sejumlah besar tentara 5ndia yang ditempatkan di Himalaya

    menderita HAPE. &ejak itu banyak studi dan tinjauan tentang HAPE yang telah

    dipublikasikan dan masih menjadi subjek penyelidikan yang intensif./,'

    '.. e/inisi

    HAPE adalah edema paru non#kardiogenik yang biasanya mengenai

    orang yang melakukan pendakian pada daerah dengan ketinggian diatas 2((

    m, tanpa melakukan aklimatisasi sebelumnya, dan tetap berada disana selama

    *#*< jam atau lebih. Kelainan ini dapat mengancam nyaa seseorang dan

    mempengaruhi (,#27 dari perjalanan ke ketinggian. 4iasanya terjadi dalam

    #2 hari pertama pendakian dan dapat berkembang tanpa gejala sebelumnya

     Acute Mountain Sickness atau igh Altitude Cere%ral Edema" HAPE juga dapat

    terjadi pada orang#orang yang berdomisili di dataran tinggi ketika melakukan

    perjalanan turun ke daerah yang lebih rendah dan singgah untuk beberapa hari

    di daerah tersebut.#/,'

    '.0. Epidemiologi

    &ebagian besar kejadian HAPE terdapat pada usia muda yaitu pada anak#

    anak, remaja dan deasa muda, namun anak#anak dan deasa muda memiliki

    tingkat kerentanan yang lebih tinggi. Angka kejadiannya bervariasi, di 0ina

    dilaporkan (,27 # ','7 pada anak#anak, remaja dan deasa muda. 8i

    Pegunungan Andes Peru angka kejadian HAPE (7 terjadi pada anak#anak

    usia # tahun, 17 pada remaja usia +#( tahun dan +7 pada usia

    tahun dengan usia termuda yaitu tahun dan tertua yaitu 2+ tahun. Boach %9

    melaporkan baha kejadian HAPE lebih tinggi di 0olorado yaitu (,(7#2,27,

    dimana laki#laki yang terbanyak mengalami HAPE dibanding anita.,+,/ 

    8iperkirakan angka kejadian HAPE yang berkunjung ke resort   ski di

    pegunungan Rocky Colorado adalah (,(#(,7. Kejadian HAPE diantara para

    pendaki Himalaya dan pegunungan Alpen setiap kenaikan /(( mFhari adalah

    sekitar *7. &edangkan pada populasi tentara 5ndia yang diangkut ke ketinggian

    22(( m kejadian HAPE 6 27. &hlim dkk melaporkan peningkatan HAPE yang

    dramatis pada jumlah pendaki di ?epal.,+,/

    9

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    10/33

    '.1. 2e-ala Klinis

      8alam banyak kasus gejala HAPE didahului dengan gejala A9& )sakit

    kepala dan mual-. >ejala aal HAPE yang paling sering dirasakan oleh

    penderita yaitu = sakit kepala, palpitasi, nyeri dada, panik, merasa kelelahan,

    lemah, batuk kering, insomnia, pucat dan kulit terasa dingin. Keluhan objektif 

    sering tampak sianosis, takikardi, takipneu, tekanan vena jugularis meningkat,

    edema perifer, dan demam ringan dengan suhu tidak melebihi +ejala klinis dapat mengalami perburukan dengan cepat, sehingga

    pasien dapat mengalami sesak nafas, asfiksia, dan ditemukan ronki di

    semua lapangan paru.c. Pasien cenderung memiliki tekanan darah tinggi, nadi halus, dan

    takikardi.d. 4eberapa pasien menunjukkan gejala neurologis dan psikiatris, gejala

    yang sering dialami yaitu sakit kepala, vertigo, diplopia, dan muntah,

    bahkan penderita dapat menunjukkan gejala iritasi meningeal atau

    10

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    11/33

    bahkan koma, namun dalam jumlah yang sedikit.  Pemeriksaan lebih

    lanjut biasanya dapat ditemukan peningkatan tekanan dalam cairan

    serebrospinal dan edema di papila optik. 8alam kasus ini,

    encephaledema dapat terjadi bersamaan yang dapat dideteksi dengan

    pemeriksaan 0! scan atau 9B5.e. Pada aal HAPE, biasanya tidak ada demam, tetapi beberapa pasien

    menunjukkan demam yang tidak tinggi.*,2,/,*

    '.3. Pemeriksaaan Penun-ang %ika fasilitas memadai, pasien dengan gejala klinis tersebut sebaiknya

    dilakukan pemeriksaan foto toraks. >ambaran radiologi toraks tampak infiltrat

    yang bilateral )pada kasus berat-, sering aalnya di lobus tengah dan baahkanan ataupun unilateral )pada kasus ringan-. Pembesaran ventrikel kanan

    sering terlihat, ataupun kadang siluet jantung tampak normal disertai dengan

    peningkatan vaskularisasi. Pada pemeriksaan analisa gas darah menunjukkan

    tanda#tanda hipoksemia berat dengan nilai Pa3 +(#*( mmHg dan alkalosis

    respiratorik.*,2 &ebuah studi baru#baru ini menggunakan D&> !oraks pada ketinggian

    **( m di ?epal, tampak adanya gambaran comet tail sign yaitu pola

    echogenic di perifer paru yang timbul akibat peningkatan aliran limfatik. Hal ini

    telah digunakan untuk mendeteksi jalannya edema paru non#kardiogenik. 8an

    ini berguna dalam mendiagnosis HAPE dan menindaklanjuti pasien dengan

    HAPE. 9ereka mengusulkan baha teknik non invasif bisa menjadi alat

    penelitian yang berguna dalam mempelajari perjalanan klinis dan fisiologis

    pasien HAPE./,1,'

    11

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    12/33

      4

    >ambar . A. Badiografi dada seorang laki#laki pendaki gunung +1 tahun dgn

    HAPE menunjukkan gambaran infiltrat yang dominan di sisi kanan. 4. 8engan

    ambaran infiltrat bilateral yang dominan di lobus tengah, dan pembesaran

    ventrikel kanan./,'

    >ambar . >ambaran 0!#&can dada seoang laki#laki pendaki gunung 1 tahun

    dengan HAPE#rekuren yang menunjukkan bercak penyebaran edema.'

    '.4. iagnosis

    8engan menemukan gejala dan tanda yang ada pada penderita HAPE,

    maka penderita HAPE dapat diklasifikasikan menjadi + tipe yaitu*,2,1,* =

    . HAPE ringan8itandai dengan sesak napas, batuk kering, ronki yang terlokalisir di

    basal pada salah satu atau kedua lapangan paru, frekensi napas (#

    +($Fmenit, nadi (($Fmenit, pada rongent toraks tampak penebalan

    bilateral atau gambaran beraan pada basal paru.

    12

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    13/33

    . HAPE sedang&esak napas yang lebih berat, nyeri dada, batuk dengan peningkatan

     jumlah sputum berarna putih atau merah muda, ronki basah di basal

    kedua paru yang kemudian dapat menyebar pada seluruh lapangan

    paru, frekensi napas +(#*($Fmenit, nadi (#($Fmenit, tampak

    gambaran penebalan bilateral dan gambaran beraan pada basal paru

    pada pemeriksaan rongent toraks.+. HAPE berat

    Pada keadaan ini penderita tidak dapat tidur telentang, batuk yang

    semakin meningkat disertai dengan produksi sputum yang semakin

    banyak, ronki basah pada semua lapangan paru, pada rongen toraks

    tampak gambaran beraan bilateral atau seperti gambaran kupu#kupu

    (%at+ing shado+s),  disertai pembesaran jantung. 4eberapa kasus

    ditandai dengan gagal jantung termasuk peningkatan vena jugularis,

    hepatomegali dan edema pada kedua ekstremitas.*,2,1,*

    '.5. Pato/isiologi dan Patogenesis  !erjadinya HAPE sangat berhubungan dengan kondisi hipoksia akibat

    kurangnya kadar oksigen di ketinggian. 8engan peningkatan ketinggian,

    tekanan udara menjadi menurun sehingga menyebabkan penurunan yang

    progresif pada tekanan parsial oksigen. Proses aklimatisasi menyebabkan

    perubahan fisiologis yang membantu menjaga pengiriman oksigen ke jaringan.

    Bespon dari perubahan fisiologis itu meliputi meningkatnya ventilasi alveolar,

    konsentrasi hemoglobin dan afinitas serta ekstraksi oksigen jaringan. Hal ini

    tentunya dapat mempengaruhi beberapa proses penting yaitu= terjadinya

    peningkatan tekanan arteri pulmonalis, peningkatan permeabilitas kapiler 

    pulmonaris dan rusaknya ruang alveolar ephitelium +ater clearance" 8ari ketiga

    proses tersebut peningkatan tekanan arteri pulmonalis merupakan penyebab

    utama terjadi HAPE. &elain itu peningkatan perangsangan simpatis dan

    keadaan individu juga sangat mempengaruhi terjadinya HAPE. Adapun

    patofisiologi terjadinya HAPE dijelaskan sebagai berikut+,*,/,',* =

    '.5.(. Peningkatan $ekanan Arteri Pulmonalis

    13

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    14/33

      Penurunan kadar oksigen )rendahnya kadar oksigen- dapat menyebabkan

    hipertensi pulmonal, hal ini telah diamati oleh Plumier dkk pada tahun '(*.

    4eberapa penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Huitgnen pada

    tahun '/* dengan melakukan kateterisasi jantung pada * orang pasien HAPE

    akut dimana ditemukan peningkatan tekanan arteri pulmonalis secara signifikan

    dibandingkan dengan subjek kontrol pada ketinggian yang sama, adapun

    beberapa kondisi hipoksia yang dapat menyebabkan hipertensi pulmoner 

    yaitu2,/ =

    .asokonstriksi pulmonal yang disebabkan oleh hipoksia4erbeda dengan pembuluh darah sistemik yang membesar sebagai

    respon terhadap hipoksia, pembuluh darah paru justru menjadi menyempit.Penyempitan ini disebabkan oleh perubahan otot polos di dinding arteri akibat

    dari terganggunya depolarisasi membran ion kalsium karena berkurangnya

    oksigen. 8inding arteri menjadi lemah dan akhirnya menyempitFvasokonstriksi.

    Hipoksia yang menyebabkan vasokontriksi pulmonal dapat mengalihkan aliran

    darah dari alveoli dengan kadar oksigen rendah ke alveoli dengan kadar 

    oksigen tinggi sehingga dapat meningkatkan rasio ventilasi perfusi dan

    pertukaran gas sehingga diharapkan oksigenasi menjadi cukup dan tekanan

    parsial oksigen menjadi meningkat.*,2,/ asokonstriksi pulmonal akibat terpapar hipoksia dalam aktu lama

    akhirnya akan menimbulkan peningkatan tekanan arteri pulmonalis, sehingga

    menyebabkan hipertensi pulmonal. Kemudian, hipertensi pulmonal dalam

     jangka aktu yang panjang akan menyebabkan terjadinya HAPE. !ekanan

    arteri pulmonal (!ulmonal Artery !ressure / !A!) dapat meningkat menjadi ++#

    1 mmHg. 4aru#baru ini penelitian dengan ekokardiografi non#invasif telah

    meneliti dengan ditemukannya sejumlah orang memiliki PAP tinggi bahkan

    setelah dia beristirahat di permukaan laut.2,/,',*,2

    . Peningkatan resistensi aliran darah balik vena pulmonalisPada saat tubuh kekurangan oksigen di daerah dataran tinggi, oksigen

    yang masuk jumlahnya sedikit, pada saat ini tubuh masih dapat menggunakan

    mekanisme adaptif mulai dari sistemik sampai ke seluler, untuk mengurangi

    kerusakan otot jantung yang disebabkan oleh hipoksia. ?amun ketika keadaan

    hipoksia semakin berat )seperti pada pendakian yang cepat, aktivitas yang

    14

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    15/33

    berlebihan serta kondisi dengan temperatur yang sangat rendah- maka tubuh

    tidak mampu melakukan pengaturan anti hipoksia pada tingkat seluler. Pada

    keadaan ini akibatnya hipoksia dapat langsung merusak otot jantung terutama

     jantung bagian kiri meskipun gagal jantung kiri bukan penyebab HAPE.,2

    Kerusakan otot jantung disebabkan oleh hipoksia dapat menyebabkan

    fungsi jantung kiri mengalami dekompensasi yang pada akhirnya menyebabkan

    peningkatan tekanan diastolik ventrikel kiri dan tekanan atrium kiri. Kondisi ini

    pada akhirnya dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan dapat

    menyebabkan edema paru, yang dapat menghambat pertukaran gas dan

    oksigenasi. &elain itu juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan parsial

    oksigen arteri sehingga dapat memperburuk keadaan anoksia dan kerusakandari otot jantung. Peningkatan volume darah pulmonal pada daerah yang tinggi

    akan menyebabkan peningkatan resistensi vena pulmonal.,2

    +. Peningkatan volume darah sirkulasi pulmonalPeningkatan volume darah sirkulasi pulmonal merupakan faktor penting

    lainnya yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan sirkulasi pulmonal,

    yang dapat terjadi *

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    16/33

    beberapa cabang vena dan arteri paru. Adapun mekanisme pembentukan mikro

    trombus disebabkan karena pelepasan fibrinogen dan  anti'i%rinoclase  yang

    disebabkan karena peningkatan fungsi hati dan peningkatan pelepasan

    keadaan fibrinolisis yang abnormal tersebut. 5ni merupakan dasar patofisiologi

    penting pembentukan mikro trombus di pembuluh darah paru.*,

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    17/33

    cairan di alveolar. Keseimbangan cairan dalam parenkim paru terganggu akibat

    adanya ekstravasasi cairan dari ruang intravaskular ke interstisium dan alveoli,

    serta +ater clearance alveolar oleh limfatik terhambat sehingga dapat

    mengembangkan retensi edema alveolar. >angguan pembersihan cairan

    alveolar inilah sebagai faktor predisposisi terjadinya HAPE.*,/,'

    &aat pemeriksaan cairan Bronchoalveolar lavage )4A;- juga mengalami

    perubahan, dimana konsentrasi oksida nitratFnitrit cenderung menurun pada

    orang dengan HAPE akibat paparan akut hipoksia. 5ni dibuktikan dari satu

    penelitian oleh Schoene  dkk, dilakukan pemeriksaan cairan 4A; melalui

    4ronkoskopi :iberoptik pada pendaki di ketinggian **(( m di 8enali, Alaska

    Bange. Hasilnya didapati konsentrasi protein molekuler yang tinggi, jumlaheritrosit dan leukosit yang meningkat, mediator inflamasi seperti makrofag,

    tromboksan C, leukotrien 4*, faktor kemotaktik yang ampuh untuk leukosit,

    interleukin# )5;#-, 5;#/, 5;#< dan !?:#J. 4erbeda sedikit pada AB8&, yaitu

    protein tinggi, tapi tidak setinggi pada HAPE. %umlah leukosit yang tinggi

    terutama neutrofil, sehingga respon inflamasinya lebih banyak pada AB8&.*,/,

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    18/33

    )akibat dari ukuran paru yang lebih kecil sehingga menurunkan luas

    penampang pembuluh darah paru-. 5ndividu dengan HAPE#rentan ini terjadi

    pada mereka yang biasanya berada pada ketinggian yang cukup tinggi, tetapi

    lalu turun dan kemudian naik lagi ke ketinggian tersebut. 9ereka merupakan

    kelompok yang rentan atau mudah terpengaruh. 8alam hal ini kebugaran fisik

    seseorang sangat berpengaruh.,2,1,2

    Penderita HAPE akut memiliki perbedaan secara fisik dengan orang

    normal. Penderita HAPE memiliki lingkar dada dan diameter antero posterior 

    yang lebih besar dari pada orang normal. &elain itu penderita HAPE juga

    memiliki serat otot melingkar di dinding anterior paru. Perbedaan struktur 

    pembuluh darah dan fungsi kekebalan tubuh juga dapat menyebabkanperbedaan terhadap toleransi hipoksia dan penyebab#penyebab HAPE lainnya.

    Kelainan seperti hilangnya pembuluh darah paru )hipoplasia paru-, oklusi arteri

    paru atau pneumonektomi dapat meningkatkan resiko HAPE.1,+,2

    Pada individu dengan Paten :oramen 3vale )P:3- dapat meningkatkan

    subjek yang raan HAPE. 8engan hipoksia dan hipoksemia yang berlebihan

    terjadi pirau kanan ke kiri yang melintasi P:3 sehingga dapat lebih

    memfasilitasi hipertensi pulmonal pada subjek yang raan HAPE. 9eskipun

    pengamatan ini menunjukkan pentingnya patofisiologi hipertensi pulmonal.

    8alam sebuah studi baru pada fetalFperinatal yang ditemukan adanya disfungsi

    vaskular paru pada manusia, diduga dapat memicu terjadinya hipertensi

    pulmonal. 8an ditemukan baha hipertensi pulmonal yang berlebihan tidak

    selalu dapat menimbulkan HAPE dan mungkin dapat diakibatkan oleh

    berperannya mekanisme tambahan lain.<

    8alam studi berikutnya dibuktikan baha pentingnya transepitelial

    transportasi natrium pernapasan dalam patogenesis HAPE. Pada percobaantikus rekayasa genetika, kelumpuhan transportasi natrium pernapasan

    memfasilitasi terjadinya edema paru. Agonis beta#adrenergik merangsang

    klirens cairan alveolar pada paru manusia dan tikus secara e$-vivo"  Dntuk ini

    ditetapkan suatu konsep baru patogenesis HAPE.<

    18

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    19/33

     

    >ambar +. &uatu konsep baru untuk patogenesis HAPE. Edema paru

    dihasilkan dari ketidakseimbangan yang terus#menerus antara kekuatan yang

    mendorong cairan ke rongga udara dan respon mekanisme biologisnya. Pada

    subjek raan HAPE, telah dihubungkan dengan meningkatnya cairan alveolar 

    akibat vasokonstriksi berlebihan yang merata pada paru, serta sebagian karena

    adanya kerusakan bioavailabilitas nitrat oksida )?3- dan rangsangan saraf 

    simpatik yang berlebihan. Hipertensi pulmonal yang berlebihan tidak cukup

    untuk memicu HAPE. &ubjek raan HAPE juga ditandai dengan adanya

    kelumpuhan natrium transepitelial pernapasan dan transportasi cairan, yang

    saat terpapar ketinggian akan lebih terganggu oleh faktor#faktor lingkungan

    seperti hipoksia dan suhu dingin. Hubungan antara endotel vaskular pulmonal

    dan kelumpuhan epitel alveolar akhirnya mengarah ke HAPE.<

    '.(6. PenatalaksanaanPenatalaksanaan HAPE tergantung pada beratnya penyakit dan keadaan

    lingkungan, makin cepat diagnosis ditegakkan maka makin mudah ditangani

    dan akan menentukan prognosis dari perjalanan penyakit tersebut. !ujuan

    utama penatalaksanaan ini adalah untuk menurunkan PAP.2,

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    20/33

    Pemberian oksigen akan dapat menurunkan tekanan arteri pulmonal

    pada pasien HAPE dan dapat mengurangi hipoksia. 3ksigen dapat

    diberikan sebanyak *#/ ;Fi namun jika pasien mengalami hipoksia

    berat oksigen dapat diberikan lebih tinggi yaitu

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    21/33

    2. 8eksametason

    8eksametason dapat berperan ganda. &elain untuk pengobatan

    HAPE, pemberian deksametason juga dapat berperan sebagai

    pencegah terjadinya HAPE. 8eksametason diberikan secara regular 

    dengan dosis ( mg melalui intra vena sebanyak #+ kali perhari.

    3bat ini dipakai terutama untuk mengatasi gejala A9& berupa tanda#

    tanda neurologis yang lebih dulu muncul sebelum HAPE. 8apat

    meningkatkan meningkatkan ketersediaan oksida nitrat dalam

    sirkulasi paru yang mengarah ke penurunan tonus vaskular paru,

    mengurangi hipoksia yang terkait dengan aktivasi neurohumoral dan

    permeabilitas kapiler paru, meningkatkan klirens cairan alveolar serta

    menurunkan PAP.

    /. 8iuretik

    ?icorol ( mg 5 injeksi sekali sehari, ?ephramid dengan pemberian

    oral 2( mg dengan dosis + kali sehari. 3bat#obatan yang dapat

    mengurangi hipertensi pulmonal yaitu = nifedipin (#( mg yang

    diberikan secara oral maupun sublingual kali sehari. ?ifedipin ini

    dapat dipergunakan sebagai profila$is dengan dosis formulasi lepas

    lambat ( mg $ perhari sebelum pendakian kemudian +$ perhari.

    alaupun belum ada penelitian controlled-trial yang baik, tapi

    pemberian nifedipin ( mg sublingual bisa digunakan. %ika secara

    klinis hipotensi tidak terjadi secara signifikan dengan dosis pertama

    nifedipin, dapat diulangi setiap 2#+( menit. Sodium  nitroprusside

    intravena drip dengan dosis (#( mgFdosis.

    1. Phosphodiesterase#2 inhibitor )&ildenafil dan !adalafil->olongan obat ini dapat meningkatkan ketersediaan dan efek oksida

    nitrat dalam sirkulasi paru sehingga menurunkan tonus pembuluh

    darah dan tekanan kapiler paru, juga mengurangi kebocoran cairan ke

    dalam ruang interstisial dan alveolar, menurunkan PAP, mengurangi

    hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh paparan akut hipoksia

    hipobarik dan akhirnya dapat mencegah HAPE )dosis ( mg perhari-.

    8apat meningkatkan pertukaran gas dan membatasi hipoksemia yang

    21

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    22/33

    diinduksi oleh ketinggian. !adalafil terbukti dapat mencegah HAPE

    pada individu yang rentan.

    olongan sedative yang dapat diberikan pada pasien HAPE yaitu

    morphine hydrochloride 2#( mg dengan pemberian subkutan, pada

    kasus yang berat dapat dilarutkan 2 mg dalam ( ml glukosa (7 dan

    diberikan secara intravena. Pada beberapa kasus dengan gejala

    ansietas pemberian valium harus diperhatikan karena dapat

    menimbulkan depresi pernapasan.

    '. Antibiotik

    Komplikasi HAPE juga dapat menimbulkan infeksi pada paru. %ika

    kedua kondisi ini terjadi bersamaan, maka akan dapat memperburuk

    keadaan dan sulit untuk dikontrol. Penggunaan antibiotik dengan

    spektrum luas dapat menjadi pilihan pada kondisi ini. Adapun

    antibiotik yang sering digunakan pada pasien HAPE yaitu =

    a. Amoksisilin, pemberian oral grFdosis, + dosis perhari.

    b. ?orflo$acin, pemberian oral (, grFdosis, + dosis perhari.

    c. !rimetropim dan sulfametoksa"ol, # tabletFdosis, dosis perhari

    dengan pemberian oral.

    d. ;evoflo$acin, (,#(, grFdosis, dosis perhari.

    e. Penisilin, *.

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    23/33

    (,/ grFdosis, # dosisFhari, drip intra vena.

     1" Cipro'lo$acin lactate

    (, grFdosis, dosis perhari, drip intra vena.

    (. Acetaminophen dan ibuprofen.

     Acetaminophen dan obat non#steroid anti#inflamasi seperti ibuprofen

    dan aspirin sering efektif dalam mengurangi sakit kepala yang

    berhubungan dengan A9& )jika gejala A9& muncul lebih dulu

    sebelum gejala HAPE-.

    . !urun dari ketinggian

    %ika memungkinkan sebaiknya pasien sesegera mungkin dibaa

    turun ke ketinggian di baah +((( meter untuk pengobatan

    selanjutnya, diharapkan dengan meninggalkan daerah dengan kondisi

    kurangnya oksigen penurunan tekanan arteri pulmonaris dapat

    kembali normal sehingga gejala klinis akibat hipoksia dapat

    berkurang./,1,ambar *. !orta%le hyper%aric cham%er 2 

    23

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    24/33

      8i daerah dengan infrastruktur medis dan bantuan tersedia, pemberian

    obat#obat vasodilatasi tidaklah begitu diperlukan, karena dengan istirahat di

    tempat tidur dan tambahan oksigen selama * L *< jam, akan dapat

    menghilangkan gejala yang dicapai dalam aktu beberapa jam, dan pemulihan

    klinis tercapai dalam beberapa hari biarpun tetap tinggal di ketinggian yang

    sama./

    '.((. Pencegahan

    Penyakit ketinggian terjadi jika ada disfungsi dalam penyesuaian individu

    terhadap penurunan oksigen arteri yang akut. !iga faktor utama yang

    mendukung disfungsi tersebut adalah kerentanan individu, kecepatan

    pendakian, dan ketinggian itu sendiri. Dntuk itu tindakan pencegahan sebaiknya

    dilakukan sebelum melakukan pendakian. Adapun tindakan yang dilakukan

    adalah*,

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    25/33

    1. 9inum banyak cairan selama tinggal di dataran tinggi. Karena

    menghindari dehidrasi sangatlah penting akibat dari kelembaban yang

    cukup tinggi.*,2,/,

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    26/33

    berkembang, deksametason harus ditambahkan. Pada individu yang rentan

    terhadap HAPE, profilaksis dengan deksametason atau nifedipin, selain

    pendakian lambat, dapat membantu mencegah HAPE terulang kembali.

    A)$A8 P"&$AKA

    . Anderson P. Preparing :or &afe !ravel to High Altitude. A&AP &tudy.. ;uks A9, &enson EB. !ravel to High Altitude ith Pre#E$isting ;ung

    8isease )Bevie-. % Eur Bespir ((1M ' = 11(#1'.+. Kiyaat , &athian 4, 0hala B, >arg A. High Altitude 5llness = 0urrent

    !rends. Bevie Articles. Nserial onlineO (#%un#2 Ncited ( %un /OM #

    /. ebned0entral. Available from = DB; =

    FF.ebnedcentral.comFarticlevieF+2.*. 0rapo %8, >lassroth %, Karlinsky %, King !E. 4aumQs !e$tbook of 

    Pulmonary 8isease. 1thed. ?e Rork = ;ippincott illiams S ilkins, ((*.

    H.('#('.2. !aylor A!. High#Altitude 5llnesses = Physiology, Bisk :actors, Prevention,

    and !reatment. Bambam 9aimonides 9edical %ournal ( M )- = e((

    )#

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    27/33

    1. ;ahiri &, 4aby &9, 8igiulio 0. High#Altitude Physiology and 0linical

    8isorders. 8alam = :ishmanQs Pulmonary 8isease and 8isorders. ?e

    Rork = 9c >ra Hill, ((

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    28/33

    &AB5 PD&!AKA 555&E?5?, ' :E4BDAB5 (2

     3& A04345E !50M6.AR7 6EEMA / 

    A!E )E8E9A PABD AK54A! KE!5?>>5A?-

     A;59A &AB5

     

    ?arasumber = dr &yamsul 4ihar, 9Ked)Paru-, &pP  Penanggung jaab = 8B. dr. Amira P. !arigan, 9ked)Paru-, &pP)K-

    28

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    29/33

    PE&EB!A PB3>BA9 PE?8585KA? 83K!EB &PE&5A;5&

    8EPAB!E9E? PD;93?3;3>5 dan 5;9D KE83K!EBA?

    BE&P5BA&5 :K D&D#B&DP H A8A9 9A;5K 9E8A?(2#E79A8AN PEN2E&A!AN

    &ari Pustaka 555 yang berjudul3& A04345E !50M6.AR7 6EEMA (A!E) 

    8ibacakan oleh dr. Alima &ari!elah dilakukan koreksi oleh dr. %on dan perbaikan sesuai dengan hasil

    koreksi dari Pembimbing

    9edan, :ebruari (2

    8iketahui,KP& 8epartemen Pulmonologidan Kedokteran Bespirasi Pembimbing

    8.dr Amira P$,7kedParu;, &pPK; dr.&yamsul 9ihar,7kedParu;, &pPNIP.(515((63(5556'66' NIP. (54'('(5'664('(66 

    A)$A8 I&I

      Hala

    man

    ;E94AB PE?>E&AHA?................................................................. i

    29

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    30/33

    8A:!AB 5&5...................................................................................... ii

    8A:!AB >A94AB ........................................................................ . iv

    8A:!AB !A4E;............................................................................... v

     A4&!BAK ........................................................................................

     5. PE?8AHD;DA?........................................................................

     55. !5?%ADA? PD&!AKA................................................................ *

    .. :isiologi Ketinggian...................................................... *

    .. Adaptasi tubuh pada ketinggian....................................

    2

    ... entilasi............................................................. /

    ... &istem kardiovaskuler....................................... 1

    ..+. Hematologi........................................................ <

    .+. &ejarah HAPE.............................................................. <

    .*. 8efinisi.......................................................................... '

    .2. Epidemiologi................................................................. '

    ./. >ejala klinis.................................................................. (

    .1. Pemeriksaan penunjang...............................................

    .

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    31/33

     

    A)$A8 2A79A8

    Halaman

    >ambar . Badiografi dada............................................................

    31

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    32/33

    >ambar . >ambaran 0! &can dada............................................

    >ambar +. Konsep baru patogenesis HAPE................................. '

    >ambar *. Portable hypobaric chamber........................................ *

     

    A)$A8 $A9E#

    Halaman

    32

  • 8/19/2019 Sp 3 Gawat Paru-Alima

    33/33

    !abel . &kala ketinggian............................................................... *

    !abel . Perubahan tekanan barometrik........................................ 2