Upload
others
View
24
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SOSIALISASI POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK:
Peran Kesbangpol terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula di Kota Depok
Tahun 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
1441H/2019M
Cherlinda Hestiane Cahyani
11151120000021
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa tentang sosialisasi politik yang diselenggarakan oleh
Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) untuk masyarakat Depok.
Kesbangbpol merupakan departemen pemerintahan yang mengurus bidang politik
dan kestuan bangsa. Mulai dari 2015, Kesbangpol secara konsisten berupaya
meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya pemilih pemula, dengan
menyelenggarakan sosialisasi politik secara rutin untuk pelajar SMA sederajat di
Kota Depok. Mengacu pada hasil pemilu tahun-tahun sebelumnya mulai dari 2014-
2019, partisipasi politik pemilih di Depok masih sangat rendah yaitu menyentuh
angka hanya 68% tahun 2014 dan 58% 2015. Angka partisipasi ini berubah pada
pemilu berikutnya; menjadi 70% hingga 87%. Angka ini menunjukkan bahwa
partisipasi pemilih Depok lebih aktif dan meningkat. Melihat perolehan kenaikan
angka partisipasi politik di Depok, penulis ingin meneliti apakah kenaikan partisipasi
politik masyarakat di Depok dipengaruhi oleh sosialisasi politik yang telah dilakukan
oleh Kesbangpol.
Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed method): kualitatif dan
kuantitafif. Metode ini didukung dengan teori sosialisasi politik (Paul Allen Beck)
dan partisipasi—konvensional dan non-konvensional (Gabriel A. Almond). Teori-
teori tersebut penulis rumuskan menjadi indikator penilaian pada setiap variabel
sosialisasi politik Kesbangpol (X) dan variabel partisipasi politik pemilih pemula (Y).
Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 siswa yang berasal dari 5 SMA
sederajat di Depok yang telah memperoleh sosialisasi politik Kesbangpol pada 2018.
Hasil penelitian menunjukkan sosialisasi politik Kesbangpol berpengaruh
signifikan terhadap partisipasi pemilih pemula di Depok yaitu sebesar 43,6%.
Menurut para peserta sosialisasi, Kesbangpol telah melakukan sosialisasi dengan
sangat baik dan dilakukan dengan perencanaan yang matang. Banyak upaya yang
dilakukan oleh Kesbangpol untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dengan
memberikan wawasan pengetahuan mengenai ilmu bernegara, yang membahas
seputar demokrasi, Pancasila, UUD 45, pemilu, Bhineka Tunggal Ika dan banyak
materi lainnya yang disampaikan demi menunjang dan mendongkrak pengetahuan
masyarakat khususnya pemilih pemula mengenai politik.
Kata Kunci : Sosialisasi Politik, Partisipasi Politik, Kesbangpol, Pemilih Pemula,
Kota Depok.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur tercurah kepada Tuhan YME karena berkat rahmat, hidayah dan
limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Shalawat
serta salam penulis panjatkan kehadirat besar Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan umatnya kenikmatan hidup di masa yang terang benderang seperti saat
ini.
Skripsi ini berjudul ―Peran Sosialisasi Politik Kantor Kesatuan Bangsa dan
Politik Depok (Kesbangpol) terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula Tahun 2018
di Kota Depok‖. Pembuatan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses pengerjaannya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
memiliki kekurangan. Tanpa adanya bantuan, dukungan, doa, dari berbagai pihak
yang ada di lingkungan penulis penulis mungkin tidak bisa menyelesaikan penelitian
ini dengan maksimal. Izinkan penulis memberikan ungkapan rasa terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Bruhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Ali Munhanif, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh jajarannya.
vii
3. Dr.Iding Rosyidin, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Idris Thaha, M.si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak
bantuan kepada penulis mulai dari membimbing, mengkritik dan memberikan
dorongan untuk penulis dalam merampungkan penelitian ini.
6. Terima kasih kepada penguji 1 Dra.Gefarina Djhohan, MA dan Penguji 2 Ana
Sabhana Azmy, M.I.P telah bersedia untuk menguji serta memberikan kritik dan
masukan yang membangun untuk meningkatkan kualitas penelitian penulis demi
menperoleh kesempurnaan pada penulisan skripsi ini.
7. Seluruh dosen pengajar Program Studi Ilmu Politik yang tidak bisa disebutkan
satu per satu. Terima kasih atas seluruh ilmu yang berkualitas dan bermanfaat
semasa penulis menimba ilmu FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tua tercinta Bapak Kabul Arman dan Mama Rumiati. Serta Adik Rizky
Dwi Mannadi. Mungkin ucapan terima kasih tidak cukup untuk menggambarkan
segala dukungan dan doa yang disampaikan untuk segera merampungkan skripsi
ini.
9. Kepada seluruh pejabat Kesbangpol Depok, yang telah membantu penulis untuk
memperoleh data selama proses penelitian. Terkhusus untuk Pakde Prawoto yang
sangat membantu penulis untuk membuat janji wawancara kepada seluruh
simpul-simpul tokoh kunci dari sosialisasi politik Kesbangpol.
viii
10. Sahabat-sahabat penulis yang telah berjalan bersama lebih dari 8 tahun, Intan
Sugiyanti, Dominik Leander, Muthia Maulida, dan Fanny Syawbrianti. Semoga
persahabatan kita akan bejalan selamanya. Kutitipkan doa agar kita memiliki
masa depan yang cerah dan dapat sukses bersama.
11. Seluruh kanda/yunda keluarga besar HMI KOMFISIP Cab. Ciputat.
12. Teman teman SOA Indonesia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis,
selalu menghibur penulis ketika penulis merasa sudah lelah dengan semua drama
skripsi yang dilewati. Kakak-kakak tersayang Oki, Dita, Indah, Ayu, Ina,
Adit. Serta adik-adik yang gesrek Ami, Nia, Cena, Shirin. Dan teman
seperjuangan Ilham.
13. Sahabat-sahabat penulis yang selalu menemani dan mendengarkan keluh kesah
penulis Inas Amirah, Desi, Fajar Eko, Intan Suci Utari, Audy Saphira, Inaas, dan
Helma
14. Teman Seperbimbingan Lila Nurbaiti, Daffa Daud, dan Faiz Kamil yang
senantiasa berjalan bersamaan untuk merampungkan tugas akhir.
15. Junior-junior terdekat, terima kasih atas segala dukungan yang diberikan. Sarah
Soraya, Yolanda, Laras, Ipit, Astari, Eva, dan Alsi. Yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis.
16. Teman-teman kelas A Ilmu Politik 2015, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu. Terima kasih atas memori indah bersama, semoga perjuangan kita dalam
memperoleh ilmu dapat digunakan dengan maksimal dalam kehidupan.
ix
17. Yang tersayang Rahmat Sahputra yang selalu tegar, sabar dan selalu di sisi
penulis.
Tanpa adanya mereka semua, penulis tidak yakin dapat merampungkan
penelitian ini dengan baik. Penulis berharap setiap doa, dukungan serta bantuan yang
diberikan mendapatkan balasan anugrah kenikmatan dari Allah SWT. Penulis sadar
bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan di banyak sisi. Tetapi
penulis berharap bahwa penilitian ini dapat berguna bagi pembaca dan Kesbangpol
Depok. Akhir kata terima kasih banyak atas semua pihak yang mungkin tidak penulis
cantumkan sebelumnya, atas segala dukungan, bantuan, dan doanya penulis ucapkan
rasa syukur sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
x
DAFTAR ISI
SOSIALISASI POLITIK DAN PARTISIPASI POLITIK: ............................................... i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIRISME .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 10
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 11
E. Sistematika Penulisan .............................................................................. 15
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP ................................................................ 18
A. Teori Sosialisasi Politik .................................................................................. 18
A.1. Pengertian Sosialisasi Politik .................................................................. 18
A.2. Agen-Agen Sosialisasi Politik ................................................................. 22
1.Keluarga ............................................................................................ 22
2.Sekolah.............................................................................................. 22
3.Kelompok Pergaulan ......................................................................... 23
4.Media Massa ..................................................................................... 23
5.Kontak-Kontak Politik Langsung ....................................................... 23
A.3. Proses Penyelenggaraan Sosialisasi Politik .............................................. 26
A.4. Metode Sosialisasi Politik ....................................................................... 29
1.Imitasi .................................................................................................. 29
2.Sosialisasi Politik Antisipatoris ............................................................ 30
3.Edukasi atau Pendidikan Politik ........................................................... 30
xi
4. Pengalaman Politik.............................................................................. 31
A.5. Perspektif implementasi dalam Sosialisasi Politik................................... 31
A.6. Tujuan Sosialisasi Politik ....................................................................... 32
D. Pengertian Pemilih Pemula ...................................................................... 34
E. Partisipasi Politik .................................................................................... 36
F. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 40
G. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 42
BAB III METODE PENELITIAN CAMPURAN (MIXED METHOD RESEARCH).... 43
A. Pendekatan Penelitian .............................................................................. 43
B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 44
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 45
D. Variabel dan Pengukuran ......................................................................... 47
E. Operasionalisasi Konsep .......................................................................... 48
F. Populasi dan Sampel Penelitian. .............................................................. 50
G. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................... 52
H. Uji Instrumen Penelitian .......................................................................... 53
H.1. Uji Validitas ........................................................................................... 53
H.2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 55
I. Metode Analisis Data. ............................................................................. 55
I.1. Analisis Statistik Deskriptif ..................................................................... 56
I.2.Uji Normalitas ........................................................................................... 56
I.3. Uji Linearitas ........................................................................................... 57
I.4. Uji Korelasi (Hubungan) .......................................................................... 58
I.5. Uji Regresi Linier Sederhana .................................................................... 58
BAB IV KESBANGPOL DEPOK DAN SOSIALISASI POLITIK ............................... 60
A. Profil Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Depok. .......... 60
B. Struktur Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik. ......................................... 61
C. Program-Program dan Kegiatan Kerja Kesbangpol Depok ...................... 62
D.KESBANGPOL DEPOK DAN PENGAKOMODASIAN PROGRAM SOSIALISASI
POLITIK .......................................................................................................................... 67
D.1. Persiapan Kesbangpol dalam Menyelenggarakan Sosialisasi Politik ............. 67
xii
D.2. Perumusan Target dan Hasil Pelaksanaan Sosialisasi Politik......................... 68
D.3. Pengembangan dan Penentuan Pemateri Sosialisasi Politik Kesbangpol. ...... 69
D.4. Tema dan Materi Pembahasan dalam Sosialisasi Politik ............................... 71
D.5. Peserta Sosialisasi Politik Kesbangpol ......................................................... 74
D.6. Perencanaan Konsep Kegiatan Sosialisasi Politik ........................................ 76
D.7. Faktor Penghambat Sosialisasi Politik Kesbangpol ...................................... 77
E. Hasil Pengujian Pengaruh Sosialisasi Politik Kesbangpol Terhadap Partisipasi Politik
Pemilih Pemula ................................................................................................................ 78
F. Uji Validitas ............................................................................................ 79
G. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 80
H. Identitas Responden ................................................................................ 81
I.1. Itensitas Memperoleh Sosialisasi Politik .............................................. 83
I.2. Kualitas Penyampaian Materi Sosialisasi Politik Kesbangpol. .............. 91
I.3. Pemahaman Peserta Mengenai Materi Sosialisasi Politik. .................... 94
I.4. Orientasi Sikap Peserta Sosialisasi. ....................................................... 98
I.5. Partisipasi Politik Peserta Sosialisasi...................................................102
J. Hasil Uji Asumsi Klasik .........................................................................107
J.1. Hasil Uji Normalitas. ............................................................................107
J.2. Hasil Uji Linieritas ..............................................................................108
K. Uji Korelasi Pearson ...............................................................................111
L. Analisis Regresi Linier Sederhana Pengaruh So sialisasi Politik
Kesbangpol Terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula. ...................................112
BAB V PENUTUP ...........................................................................................................116
A. Kesimpulan ............................................................................................116
B. Saran ......................................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................121
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel III. 1 Daftar Informan Penelitian ................................................................... 46
Tabel III. 2 Operasionalisasi Konsep Penelitian ...................................................... 48
Tabel III. 3 Pilihan Jawaban Kuesioner Berdasarkan Skala Likert ........................... 50
Tabel III. 4 Daftar Sekolah yang Dijadikan Sampel Penelitian ................................ 53
Tabel IV. 2 Tabel Narasumber Sosialisasi Politik Kesbangpol ................................ 70
Tabel IV. 3 Kurikulum Sosialisasi Politik Kesbangpol ............................................ 73
Tabel IV. 4 Sekolah yang Menjadi Peserta Sosialisasi Politik .................................. 74
Tabel IV. 5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Sosialisasi Politik ........................... 79
Tabel IV. 6 Uji Reliabilitas ..................................................................................... 81
Tabel IV. 7 Daftar Sekolah yang Digunakan untuk Sampel Penelitian .................... 81
Tabel IV. 8 Identitas Responden Berdasarkan Usia ................................................. 82
Tabel IV. 9 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 83
Tabel IV. 10 Memperoleh Pengetahuan Politik Melalui Keluarga ........................... 84
Tabel IV. 11 Memperoleh Pengetahuan Politik Melalui Sekolah ............................. 85
Tabel IV. 12 Memperoleh Pengetahuan Politik Kelompok Pergaulan ...................... 87
Tabel IV. 13 Memperoleh Pengetahuan Politik Melalui Partai Politik ..................... 88
Tabel IV. 14 Memperoleh Pengetahuan Politik Melalui Kesbangpol (Pemerintah) .. 89
Tabel IV. 15 Penguasaan Materi Pembicara Sosialisasi Politik Kesbangpol ............ 91
Tabel IV. 16 Komunikasi Dua Arah Pemateri ......................................................... 92
Tabel IV. 17 Materi Disajikan Dengan Menarik dan Inovatif .................................. 93
Tabel IV. 18 Pemahaman Responden terhadap Materi Sosialisasi ........................... 94
Tabel IV. 19 Keseriusan Siswa Mengikuti Sosialisasi Politik Kesbangpol ............... 94
Tabel IV. 20 Mengetahui Tugas, Hak, dan Kewajiban Sebagai Warga Negara ........ 95
Tabel IV. 21 Kesadaran Siswa Mengenai Pentingnya Partisipasi untuk Demokrasi . 96
Tabel IV. 22 Kesadaran Masyarakat dalam Memanfaatkan Hak Pilih ...................... 96
Tabel IV. 23 Memperoleh Informasi Politik yang Baru Diketahui, Melalui Sosialisasi
Politik Kesbangpol .................................................................................................. 97
Tabel IV. 24 Sosialisasi yang Diberikan Meningkatkan Kesadaran Politik Siswa .... 98
Tabel IV. 25 Sosialisasi Politik Berpengaruh Terhadap Partisipasi Politik Siswa ..... 99
Tabel IV. 26 Mensosialisasikan Kembali Ilmu yang Diperoleh dalam Sosialisasi
Kepada Lingkungan .............................................................................................. 100
Tabel IV. 27 Sosialisasi Politik Kesbangpol Mendorong Partisipasi Politik Siswa
untuk Menggunakan Hak Pilih .............................................................................. 100
Tabel IV. 28 Aktualisasi Ilmu Sosialisasi Politik ................................................... 101
xiv
Tabel IV. 29 Ketertarikan Peserta Aktif dalam Kegiatan Politik ............................ 102
Tabel IV. 30 Menggunakan Hak Pilih ................................................................... 103
Tabel IV. 31 Aktif dalam Organisasi Masyarakat .................................................. 103
Tabel IV. 32 Mengawasi Kondisi Perpolitikan Indonesia ...................................... 104
Tabel IV. 33 Mengikuti Rapat dan Diskusi Politik ................................................ 104
Tabel IV. 34 Mengikuti Kampanye Partai Politik .................................................. 105
Tabel IV. 35 Melakukan Partisipasi Politik Non-Konvensional ............................. 106
Tabel IV. 36. Ketertarikan Menjadi Anggota, pengurus, ataupun Pejapat Partai….106
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. 1 Diagram Tingkat Partisipasi Pemilu Masyarakat Depok ........................ 7
Gambar II. 1 Tahapan Penyelenggaraan Sosialisasi Politik ...................................... 26
Gambar II. 2 Piramida Partisipasi Politik ................................................................ 39
Gambar II. 3 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 41
Gambar IV. 1 Struktur Kepengurusan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Depok ..................................................................................................................... 61
xv
DAFTAR SINGKATAN
ASN : Aparatur Sipil Negara
Bawaslu : Badan Pengawas Pemilu
DPT : Daftar Pemilih Tetap
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KCDP : Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Kesbangpol : Kesatuan Bangsa dan Politik
KPU : Komisi Pemilihan Umum
MA : Madrasah Aliyah
Parpol : Partai Politik
Pemilu : Pemilihan Umum
Polri : Kepolisian Negara Republik Indonesia
SMA : Sekolah Menegah Atas
SMK : Sekolah Menegah Kejuruan
SPSS : Statistikal Product and Service Solution
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
TNI : Tentara Nasional Indonesia
UUD : Undang-Undang Dasar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian ini mengkaji peranan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Depok (Kesbangpol) dalam melaksanakan salah satu fungsinya yaitu, memberikan
pendidikan politik kepada warga. Fokus utama bahasan penelitian ini terkait dengan
pengaruh sosialisasi politik Kesbangpol terhadap partisipasi politik pemilih pemula di
Depok. Berisikan paparan tahap pengakomodasian sosialisasi politik yang
diselenggarakan oleh Kesbangpol Depok, serta pengujian statistika mengenai
pengaruh sosialisasi politik Kesbangpol terhadap partisipasi politik pemilih pemula
pada tahun 2018.
Jumlah peserta sosialisasi politik Kesbangpol sebesar 1.100 siswa dari 32 SMA
sederajat di Depok yang telah memperoleh sosialisasi politik dari Kesbangpol.
Kesbangpol mensosialisasikan berbagai tema mengenai politik seperti, demokrasi,
pemilu, pancasila, UUD, Bhineka Tunggal Ika dan lain sebagainya. Pemilihan materi
pembahasan dalam sosialisasi politik memiliki kedudukan yang sangat penting,
karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang dianggap krusial dan wajib untuk
dipahami oleh masyarakat Indonesia.1
Dalam prosesi pelaksanakan sosialisasi politik, diperlukan fasilitator yang
menjadi komunikan politik sebagai subjek yang mampu membangun komunikasi
1 Kesbangpol Depok, ‖Laporan Kegiatan Pendidikan Politik Tahun 2018‖.
2
kritis dalam proses sosialisasi.2 Kesbangpol bekerjasama dengan jajaran institusi
pemerintahan yang memfokuskan kinerja di bidang politik seperti Komisi Pemilihan
Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Menyinggung mengenai pemateri dalam sosialisasi politik Kesbangpol Depok
pada tahun 2018, Mohammad Idris Walikota Depok hadir dalam kegiatan sosialisasi
tidak hanya membuka acara sosialisasi politik, tetapi ikut serta menjadi pemateri
sosialisasi politik dengan tema, pemilih pemula Kota Depok siap wujudkan pemilu
damai demokratis dan bermartabat.3 Dengan kontribusi langsung yang dilakukan oleh
walikota Depok, memperlihatkan dukungan besar pemerintah Depok terhadap
program yang diselenggaran oleh Kesbangpol yaitu sosialisasi politik warga.
Melalui Peraturan Walikota Depok Nomor 33 Tahun 2016 tentang Tugas
Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Kesbangpol, sebagai penyelenggara urusan
pemerintahan daerah berdasarkan asas desentralisasi dan tugas pembantuan dalam
bidang kesatuan dan politik dalam negeri.4 Legitimasi Kesbangpol dalam menyusun
serta melaksanakan kebijakan daerah, dalam bidang kesatuan bangsa, perlindungan
masyarakat dan politik menjadi pokok utama acuan bagi kebijakan, strategi, program
maupun kegiatan institusi ini.5 Yang akhirnya mendasari program rencana kerja
prioritas Kesbangpol yaitu di antaranya, ketahanan bangsa, pembauran kebangsaan,
2 John Balla dan Ramadhan, Panduan Pendidikan Politik Untuk Fasilitator, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset,1999), h. 6. 3 Pemkotdepok, ―Kesbangpol menyelenggarakan pendidikan politik untuk pelajar‖ diakses
melalui https://www.depok.go.id, pada 17 Desember 2018. 4 Peraturan Walikota Depok Nomor 33 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian
Tugas Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Depok. 5 Ibid.
3
kerukunan umat beragama, pendidikan politik, penanganan konflik, pemberdayaan
ormas dan LSM, serta kewaspadaan dini masyarakat.6 Dari tujuh fungsi utama
Kesbangpol, penelitian ini membahas salah satu program prioritas Kesbangpol dalam
bidang politik, yaitu sosialisasi politik untuk pemilih pemula. Sosialisasi untuk
pemilih pemula ini sendiri telah rutin dilaksanakan oleh Kesbangpol sejak 2015.7
Dalam peraturan perundang-undangan mengenai tugas Kesbangpol yang sudah
disinggung sebelumnya, menunjukkan bahwa Kesbangpol menjadi aparatur negara
yang memiliki tugas yang sangat dominan mengenai sosialisasi politik. Guna
menyempurnakan pengimplementasian ideologi Pancasila sebagai landasan negara
serta wawasan kenegaraan masyarakatnya, Kesbangpol bertugas membudayakan
pemahaman serta pandangan politik khalayak banyak, fungsi dari Kesbangpol ini
memperlihatkan bahwasannya pemerintah tidak menganggap remeh dan
menunjukkan keseriusan negara dalam memberikan edukasi pada masyarakat tentang
pendidikan politik kewarganegaraan. Dilihat melalui sejarah perjalanan kemerdekaan
Indonesia, benih-benih perjuangan dan pergerakan masyarakat Indonesia dalam
memperoleh kemerdekan, berawal dari sosialisasi politik yang terjadi di ranah sosial
masyarakat.8 Kesbangpol sebagai wujud nyata peranan negara dalam menggiatkan
sosialisisi politik untuk masyarakat dalam konteks pemerintahan masa kini.
6 Pemkotdepok, ―Kesbangpol Bahas Tujuh Program Prioritas‖, diakses melalui
https://www.depok.go.id , pada 20 Oktober 2018. 7 Pemkotdepok, ‖Kesbangpol Sosialisasikan Pendidikan Politik‖, diakses melalui
https://www.depok.go.id, pada 1 Januari 2019. 8 Eko Handoyo dan Puji Lestari, Pendidikan Politik, (Yogyakarta: Pohon Cahya, 2017), h. 60-
63.
4
Kesbangpol sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berkutat dalam
meningkatkan kapasitas (capacity building) pengetahuan politik masyarakat.
Kesbangpol menggelar program sosialisasi dan pendidikan politik untuk pemilih
pemula dengan berbagai tema dan materi yang berbeda mengenai politik9. Latar
belakang Kesbangpol menentukan pemilih pemula sebagai target utama sosialisasi
dikarenakan pemilih pemula sebagai kelompok yang baru pertama kali berpartisipasi
dalam pemilihan umum. Tentunya memiliki pengetahuan dan pengalaman politik
yang minim dan rendahnya partisipasi politik pemilih pemula, dalam setiap bentuk
partisipasi politik perlu mendapatkan perhatian berupa pendidikan politik, sebagai
modal pengetahuan untuk terjun dalam aktivitas kehidupan dalam bernegara.
Pemilih pemula di Depok menempati jumlah yang cukup tinggi yaitu sebesar
24.666 jiwa yang tergolong sebagai pemilih muda yang terdata dalam Daftar Pemilih
Tetap (DPT).10
Melihat jumlah pemilih pemula yang sangat tinggi, Kesbangpol
Depok mengusahakan semaksimal mungkin untuk memberikan kesempatan bagi
seluruh SMA, MA, SMK sederajat di Depok agar memperoleh sosialisasi secara
merata. Kesbangpol dan jajaran instansi yang berfokus dalam bidang politik, melihat
pemilih pemula sangat berpotensi untuk meningkatkan partisipasi politiknya dalam
9 Pemkotdepok, ―Tahun ini, Kesbangpol Adakan Pendidikan Politik Khusus Siswa SMK‖
diakses melalui https://www.depok.go.id, pada 20 Oktober 2018. 10 Rido Lingga dalam ―KPU Kota Depok Targetkan 100 Persen Tingkat Partisipasi Pemilih
Pemula Depok‖, diakses melalui http://rri.co.id, pada 4 Maret 2019.
5
berkehidupan demokrasi. Maka dari itu pembekalan mengenai pembentukan karakter
pemilih pemula menjadi sangat penting.11
Penyelenggaraan sosialisasi politik untuk pemilih pemula yang telah berjalan
dari tahun 2015 hingga saat ini, bergantung pada pagu indikatif yang diperoleh
Kesbangpol Depok tiap tahunnya. Pada 2018 Kesbangpol memperoleh anggaran yang
bernilai cukup besar.12
Dengan melihat pemakaian anggaran yang sangat besar dalam
proses penyelenggaraan sosialisasi politik Kesbangpol, penelitian ini melihat kualitas
sosialisasi politik Kesbangpol dengan menganalisa kecakapan pemateri dan kualitas
materi yang digunakan dalam sosialisasi politik. Kualitas sosialisasi politik
Kesbangpol juga dilihat dari seberapa besar pengaruh sosialisasi terhadap partisipasi
politik pemilih pemula.
Khusus pada tahun 2018, intensitas sosialisasi politik Kesbangpol Depok
untuk pemilih pemula menjadi lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jika
pada tahun sebelumnya hanya 10 sekolah yang berkesempatan menjadi peserta
sosialisasi. Pada tahun 2018 terdapat 32 sekolah yang terdaftar dan menjadi peserta
sosialisasi. Latar belakang ditingkatkannya jumlah sosialisasi pada tahun 2018
dikarenakan tahun tersebut merupakan tahun politik. Terdapat agenda pemilihan
umum untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur 2018 serta pemilihan presiden
dan wakil presiden untuk tahun selanjutnya yaitu 2019.
11 Pemkotdepok, ―Pemilih Pemula Potensial Tingkatkan Partisipasi Politik‖, diakses melalui
https://www.depok.go.id, pada 5 Oktober 2018. 12 Laporan Kegiatan Kesbangpol Depok tahun 2018. ‖Laporan Kegiatan Pendidikan Politik
Tahun 2018‖
6
Kota Depok mendapat tittle atau panggilan sebagai kota berpendidikan,13
seperti tercantum dalam portal resmi Depok yang memaparkan bahwa masyarakat
Depok memiliki karakter terpelajar serta memiliki pemikiran yang terbuka menganai
politik.14
Dibuktikan dengan hasil survei mengenai pendidikan, Depok mendapat
angka sebesar 10,71 dari keseluruhan Jawa Barat sendiri memperoleh nilai sebesar
7,86 dan lingkup lebih besar Indonesia meraih 7,84. Berdasarkan data tersebut Depok
memperoleh nilai yang cukup tinggi yaitu 10,71 dalam hal pendidikan. Sehingga
menjadi landasan bahwa Depok yang sebagaimana disebut kota berpendidikan
memiliki cara pandang yang luas dan terbuka atas edukasi yang diberikan oleh
pemerintah.
Gau Kadir yang menyatakan bahwa di negara berkembang yang memiliki
dualitas sisi pengetahuan, atau gambaran kehidupan yang dimiliki oleh penduduk
kota dan desa tidaklah sama. Sehingga tingkat mobilitas serta partisipasi sosial kedua
kelompok masyarakat tersebut berbeda.15
Depok merupakan salah satu daerah
perkotaan yang memiliki kemudahan untuk mengakses dan memperoleh informasi
melalui fasilitas komunikasi dengan berbagai bentuk sarana yang disediakan,
membuat masyarakat lebih mengerti dan memahami pentingnya partisipasi dan
mobilitas sosial yang dikerahkan merupakan bentuk dari pembangunan. Dapat
13 Pemkotdepok, ‖Pendidikan‖ diakses melalui https://www.depok.go.id, pada Selasa, 30
Oktober 2019. 14 Pemkotdepok, ―Kesbangpol Tanamkan Pendidikan Politik yang Santun Kepada Pelajar‖,
diakses melalui https://www.depok.go, pada 21 Oktober 2019. 15 Gaul Kadir, Pembangunan politik, (Tangerang Selatan: Pusat penerbitan Universitas
Terbuka, 2003), h.4.27.
7
disumpulkan bahwa masyarakat kota lebih terbuka dengan hal-hal politik dan tidak
begitu apatis.
Jika melihat partisipasi masyarakat Depok melalui empat pemilu sebelumnya,
partisipasi masyarakat pada pemilu selalu mengalami peningkatan. Berikut ini adalah
diagram partisipasi politik masyarakat Depok16
:
Gambar I. 1 Diagram Tingkat Partisipasi Pemilu Masyarakat Depok17
Sumber: http://kota-depok.kpu.go.id/
Melalui Gambar I.1 dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat Depok pada
pemilihan legislatif 2014 memperoleh 68% kemudian pada tahun selanjutnya
mengalami penurunan, pada pemilu walikota dan wakil walikota 2015 hanya
mencapai 56,10% terbilang rendah. Kemudian dalam pemilihan gubernur dan wakil
16 KPU Depok, ―Tingkat Partisipasi Pemilu Kota Depok‖, diakses melalui http://kota-
depok.kpu.go.id/, pada 6 September 2019. 17 Ibid.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Pemilihan
Legislatif 2014
Pemilihan
Walikota Depok
2015
Pemilihan
Gubernur Jawa
Barat 2018
Pemilihan
Presiden dan
Wakil Presiden
2019
68%
56,10%
70,90%
85,41%
8
gubernur Provinsi Jawa Barat 2018 mencapai 70,9% dan pada pemilihan presiden dan
wakil presiden 2019 memperoleh angka tertinggi yaitu 85,41%.
Kesbangpol Depok memberikan pernyataan bahwa rendahnya tingkat
partisipasi pada pemilu 2014 dan 2015, dikarenakan pemilih pemula yang tidak
menggunakan hak pilihnya sehingga partisipasi masyarakat pada pemilu tersebut
belum maksimal.18
Oleh karena itu mulai dari tahun 2015, Kesbangpol Depok
mengkhususkan sosialisasi politik untuk pemilih pemula dan dijadikan program
utama Kesbangpol yang hingga kini rutin diselenggarakan.19
Penelitian ini menguji
asumsi awal bahwasannya sosialisasi politik Kesbangpol berpengaruh dalam
meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula di Kota Depok pada tahun 2018.
Usaha pemerintah dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Hak-Hak Sipil dan
Politik Warga Negara.20
Seperti hak menyampaikan pendapat, hak berserikat, hak
memilih dan dipilih, hak yang sama dihadapan hukum dan pemerintahan. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pendalaman pengetahuan akan politik harus
dilakukan sedari dini untuk membentuk jati diri serta pemahaman politik yang tidak
salah kaprah. Kesbangpol bertugas menanamkan sifat masyarakat yang peka terhadap
isu-isu sosial dan politik.
18 Pemkotdepok, ―Tingkat Partisipasi Pemilih capai 68%‖ diakses melalui depok.go.id pada
27 Oktober 2018. 19 Ibid. 20 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Hak Sipil dan Politik.
9
Indonesia memiliki tatanan hukum mengenai pendidikan politik yaitu
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pedoman Fasilitas
Penyelenggaraan Pendidikan Politik. Dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 5 yang berbunyi
pendidikan politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak,
kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.21
Dalam pasal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah memposisikan
pendidikan politik sebagai aktivitas yang sangat penting untuk memberikan
pemahaman mengenai politik dan pentingnya partisipasi masyarakat. Pemilih pemula
sebagai suatu kelompok yang masih harus terus dibimbing dan diarahkan mengenai
pemahaman masalah politik harus diedukasi secara berkala. Dengan demikian
pemerintah berkewajiban mengadakan pembangunan politik sebagai suatu gerakan
perubahan menuju kepada suatu sistem yang ideal dan ingin dikembangkan oleh
suatu negara.22
21 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2010, tentang Pedoman Fasilitasi
Penyelenggaraan Pendidikan Politik. 22 Gaul Kadir, Pembangunan Politik, h 1.4-1.5.
10
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan penguraian latar belakang masalah sebelumnya, penelitian ini
memiliki ruang lingkup yang dirancang melalui pertanyaan yang menjadi fokus
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana sosialisasi politik yang dilakukan oleh Kesbangpol untuk
meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula di Kota Depok?
2. Bagaimana pengaruh peran sosialisasi politik Kesbangpol terhadap peningkatan
partisipasi politik pemilih pemula di Kota Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan peranan Kesbangpol Depok dalam memberikan sosialisasi
politik kepada pemilih pemula.
b. Menjelaskan tingkat korelasi dan regresi hubungan sosialisasi politik
Kesbangpol Depok terhadap partisipasi politik pemilih pemula.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini dijabarkan sebagai
berikut:
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi bagi studi tentang
sosialisasi politik dalam khazanah keilmuan sosial dan politik khususnya dalam
kajian penelitian sosialisasi politik. Serta berguna untuk referensi dalam pembahasan
mengenai pendidikan politik yang dilakukan oleh Kesbangpol. Adapun manfaat
11
lainnya yaitu menjelaskan peranan Kesbangpol terhadap program sosialisasi politik di
Kota Depok.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan atau evaluasi informasi
bagi pemerintah dalam menilai kinerja Kesbangpol untuk meningkatkan kualitas
sosialisasi politik yang diberikan kepada masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum membahas mengenai sosialisasi politik yang dilaksanakan
pemerintah, penelitian ini berfokus pada kinerja organisasi perangkat dareah, yaitu
Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) dalam memberikan pendidikan politik
kepada pemilih pemula di Depok, berikut beberapa temuan penelitian mengenai
sosialisasi politik, secara umum penelitian ini berfokus kepada aktivitas pemerintah
kepada generasi muda dalam memberikan pendidikan politik yang menjadi suatu
landasan pola berpikir serta menjadi salah satu pintu masuk bagi pemahaman
mengenai politik kepada pemilih pemula. Untuk memperjelas letak perbedaan
penelitian, penulis meninjau secara kritis beberapa literatur penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
Pertama, karya Dzikrina Nur Fatimah23
, penelitian ini mendeskripsikan
mengenai peran Partai Amanat Nasional dalam fungsinya sebagai partai politik untuk
23 Dzikrina Nur Fatimah, ‖Peran Partai Politik dalam Pendidikan Politik Masyarakat (Studi atas
Sekolah Politik Kerakyatan dalam Kaderisasi Partai Amanat Nasional (PAN) Tahun 2015-2017)‖
(Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2017).
12
menyelenggarakan pendidikan politik untuk masyarakat luas, tidak hanya anggota
kader partai saja tetapi juga masyarakat pada umumnya yang belum pernah
berpartisipasi aktif di partai manapun. Skripsi tersebut memfokuskan penelitian pada
pendidikan politik yang dilakukan oleh Partai Amanat Nasional kepada masyarakat
khususnya kalangan pemuda berusia 17-25 tahun di berbagai daerah di Indonesia,
dengan fokus mengenai konsep, program, materi, dan metode pendidikan politik yang
digunakan. Pemilihan studi kasus penelitian ini didasarkan pada alasan bahwa kajian
tentang pendidikan politik masih relatif baru.
Kedua, karya Sirozi24
, buku ini membahas mengenai keterkaitan antara
pendidikan dengan berbagai permasalahan khususnya adalah hubungan politik
dengan pendidikan. Dalam buku ini beranggapan bahwa pendidikan dan politik
adalah elemen penting dalam sistem sosial politik di setiap negara. Hubungan politik
dan pendidikan merupakan unsur pembentuk kerakteristik masyarakat dalam suatu
negara. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk karakter perilaku politik suatu
negara. Terdapat hubungan erat antara pendidikan dan politik. Melihat bahwa
lembaga pendidikan merupakan merupakan salah satu konstalasi politik, sehingga
dalam perkebangannya institusi politik ikut serta mewarnai corak pendidikan yang
berkembang. Menitikberatkan keterlibatan penguasa dalam kegiatan pendidikan yang
dikembangkan. Keterkaitan antara pendidikan dan politik berimplikasi pada semua
aspek, baik filosofis maupun kebijakan, yang mana implementasi suatu kebijakan
24Sirozi, Politik Pendidikan: Dinamika Hubungan Antara Kepentingan Kekuasaan dan Praktik
Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010).
13
pendidikan mampu memberikan dampak bagi kehidupan perpolitikan. Dalam buku
ini menemukan empat aspek kehidupan masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh
kebijakan-kebijakan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah seperti lapangan kerja,
mobilitas sosial, ide-ide, serta sikap.
Di negara berkembang pendidikan formal memiliki peran yang penting dalam
mencapai perubahan politik, dan dalam proses perekrutan dan pelatihan pemimpin
dan elite politik baru. Politik tidak terpisahkan dari pendidikan kecuali jika suatu
negara yang menginginkan generasi yang buta akan politik, sehingga tidak mampu
mengeluarkan negeri dari krisis, kalimat tersebut merupakan kalimat milik Buchori:
‖you cannot escape politics or separate it from education”(anda tidak dapat lari dari
politik atau memisahkannya dari pendidikan), politik adalah cara mengelola
lingkungan yang luas bukan hanya mementingkan tentang kekuasaan, maka dari itu
sekolah yang mana sebagai sarana pendidikan bertugas untuk membantu para pelajar
dalam memilah mana politik yang baik dan mana politik yang buruk. Pendidikan
yang tidak berkualitas merupakan salah satu sumber dari krisis suatu negara.
Ketiga, karya Alex Victor25
dengan menggunakan metode penelitian
kuantitatif, meneliti berdasarkan 3 agen yaitu: peran keluarga, peran lingkungan
pekerjaan, peran lingkungan pergaulan. Dari variable tersebut penelitian bertujuan
untuk melihat manakah yang menjadi pendorong meningkatnya partisipasi politik
pada generasi muda, menjadi fokus utama penelitian tersebut, karena lingkungan
25Alex Victor Wanma,‖ Pentingnya Pendidikan Politik Generasi Muda terhadap Pelaksanaan
Partisipasi Politik di Distrik Samofa‖, (Jurnal Politico,Vol 2, No 6, 2015) https://media.neliti.com,
pada 14 Oktober 2018.
14
sosial yang setiap harinya bersentuhan langsung dengan kepribadian dan pola pikir
masyarakat menjadi faktor dari segala aktivitas dan pemahaman yang dilakukan bagi
kehidupan sehari-hari termasuk di dalamnya adalah aktivitas politik.
Keempat, karya Reza Fahmi Jamaldi26
, penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan menggunakan teknik penarikan sampel probability random
sampling (simple random sampling). Kemudian dengan menggunakan metode
pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling) yang digunakan
untuk mengunji unsur-unsur penelitian atau pengkategorian elementer dalam
populasi. Pada pengujian hubungan antara pendidikan politik dan sikap apatisme
pemilih, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara kedua peubah tersebut jadi hal ini menunjukkan bahwa pendidikan politik
tidak menyebabkan sikap apatisme tetapi sebaliknya diperoleh data bahwa apatisme
masyarakat disebabkan oleh kinerja partai politik. Terdapat 10% pengaruh
pendidikan politik dan kinerja partai politik terhadap sikap apatisme pemilih.
Sedangkan sisanya (100% - 10% = 90%) disebabkan oleh faktor lain. Seperti:
karakter pribadi dari calon legislatif yang akan dipilih, karya nyata dari para calon
legislatif dan catatan hitam partai politik yang mengikuti pemilu 2014 (seperti:
korupsi, kolusi dan nepotisme yang terjadi di tubuh partai tersebut), sikap fanatisme
atau loyalitas semu dari pemilih dan sebagainya.
26 Reza Fahmi Jamaldi, ―Pengaruh Pendidikan Politik dan Kinerja Partai Politik terhadap Sikap
Apatis Pemilih dalam Pemilu 2014‖, Journal of Islamic & Social Studies Vol.1, No.1 2015, https ://
www.researchgate.net, pada 15 Oktober 2018.
15
Kelima, karya Nurcahaya Tandang27
jurnal ini meneliti mengenai pentingnya
membangun pemilih rasional dalam pemilu melalui pendidikan politik. Membahas
mengenai materi pendidikan pemilih serta penyadaran pentingnya pemilu bagi negara
demokrasi. Indonesia yang mana merupakan negara yang salah satunya mengalami
transisi dari rezim otoritarian ke rezim demokrasi, menempatkan pendidikan pemilih
sebagai langkah awal untuk menanamkan kesadaran warga menjadi pemilih rasional.
Dengan menekakan dan menyadarkan arti serta manfaat pemilu agar masyarakat
pemilih menggunakan hak suaranya secara rasional, dengan demikian setelah
memahami arti penting daripada pemilu itu sendiri sebagai sarana penyampaian
aspirasi dalam negara demokrasi. Kemudian dalam jurnal ini juga membahas
mengenai materi isi kampanye yang mana membahas mengenai kebijakan, strategi,
upaya atau langkah serta metode yang digunakan untuk meminimalisir janji-janji
palsu yang dilontarkan oleh calon pemimpin serta memilah mana yang sifatnya utopis
atau hanya sekedar berangan-angan saja yang bersifat membodohi dan membohongi
rakyat.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu:
Bab 1 berisikan deskripsi mengenai alasan mengapa masalah penelitian ini
dipilih. Kesbangpol sebagai representatif pemerintah dalam menjalankan tugasnya
yaitu memberikan pendidikan politik untuk rakyat, serta fenomena peningkatan
27 Nurcahaya Tandang, ―Pendidikan Politik Mewujudkan Rational Choice dalam Pemilu”,
Jurnal Intelijen & Kontra Intelijen (CSICI), Vol.V, No.28 Maret-April tahun 2009, h. 86-96.
16
intensitas sosialisasi politik Kesbangpol maupun peserta sosialisasi politik pada tahun
2018 yang digadang-gadang sebagai pendorong meningkatnya partisipasi politik
masyarakat Depok.
Bab 2 menjelaskan teori sosialisasi politik (Paul Allend Beck) dan partisipasi
politik (Gabriel A. Almond). Teori sosialisasi politik ini membagi tiga klasifikasi
penilain kinerja terhadap agen sosialisasi politik yaitu: intensitas sosialisasi
(exposure), kualitas penyampaian (communication) dan pemahaman target sosialisasi
(receptivity). Selanjutnya pada teori partisipasi politik dikategorikan menjadi
partisipasi politik konvensional dan partisipasi politik non-konvensional.
Bab 3 memaparkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
motode penelitian campuran (mixed method) : kualitatif dan kuantitatif. Pemilihan
sampel menggunakan purposive sampling dengan responden berjumlah 100 yang
diperoleh menggunakan rumus Slovin, responden berasal dari 5 SMA sederajat yang
telah mengikuti kegiatan sosialisasi. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan
tahapan-tahapan teknik statistika uji yang digunakan untuk melakukan uji regrisi
linear sederhana.
Bab 4 menjelaskan temuan dan hasil uji pengaruh sosialisasi politik
Kesbangpol terhadap partisipasi politik pemilh pemula. Pembahasan awal berisi
pemaparan tugas pokok, aktivitas, fungsi, serta persiapan Kesbangpol dalam
menyelenggarakan sosialisasi politik. Selanjutnya memaparkan hasil uji dengan
menggunakan statistika deskriptif dan inferensial.
17
Bab 5 memuat kesimpulan dari tahapan uji yang berisikan temuan dan masukan
yang bisa dijadikan referensi evalusasi kinerja Kesbangpol Depok. Hasil temuan pada
peneltian ini menunjukkan bahwa sosialisasi politik Kesbangpol berpengaruh
terhadap partisipasi politik pemilih pemula sebesar 43,6%.
18
BAB II
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
Bab ini memaparkan secara mendalam teori sosialisasi politik, di antaranya
terdapat pembahasan mengenai agen-agen sosialisasi politik yang ada di masyarakat,
tujuan sosialisasi politik, dan skema penyengelenggaraan sosialisasi politik yang
digunakan untuk melihat peranan Kesbangpol dalam menjalankan sosialisasi politik
untuk pemilih pemula di Depok. Penelitian ini menggunakan teori sosialisasi politik
(Paul Allen Beck) yang merumuskan penilaian besarnya peran suatu agen sosialisasi
politik berdasarkan exposure, communication, dan receptivity. Pada uraian
selanjutnya teori yang digunakan sebagai dasar pembentukan indikator pada variabel
dependen adalah teori partisipasi politik (Gabriel A. Almond), yang membagi
partisipasi politik menjadi partisipasi konvensional dan non-konvensional.
A. Teori Sosialisasi Politik
A.1. Pengertian Sosialisasi Politik
Sosialisasi secara harfiah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
―proses belajar seorang anggota masyarakat untuk menghayati kebudayaan
masyarakat dalam lingkungannya‖.1 Dalam pengertian tersebut terlihat bahwasannya
sosialisasi merupakan kegiatan yang melibatkan proses penyampaian suatu nilai-nilai
ataupun kultur kepada masyarakat.
1 https://kbbi.web.id/, ”Sosialisasi” diunggah pada Kamis, 1 Agustus 2019.
19
Sedangkan definisi lengkapnya mengenai sosialisasi menurut Ramlan Surbakti
sosialisasi politik merupakan satu kesatuan metode penyampaian pesan politik, yang
dibagi menjadi dua yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik2. Sosialisasi
politik merupakan bagian dari proses pendidikan politik yang didalamnya terdapat
tujuan untuk membangun bagaimana seharusnya sikap masyarakat berpartisipasi
melalui aktivitas politik dan sistem politik yang ada.3
Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell Jr mendefinisikan sosialisasi
politik sebagai ―the process by which political cultures are formad, maintained, and
changed”. Terlihat bahwa definisi tersebut lebih condong mengatakan bahwa
sosialisasi politik merupakan proses pembentukan budaya politik masyarakat, yang di
dalamnya terdapat pengenalan nilai-nilai politik.4 Seperti contohnya dalam
pendidikan Indonesia, sedari kecil masyarakat sudah mengetahui konsep ke-
Bhinekaan karena telah diajarkan dan ditanamkan nilai-nilai pancasila melalui proses
sosialisasi politik yang berjalan bersama masyarakat. Hal tersebut memperlihatkan
proses pengenalan serta pendalaman nilai-nilai politik yang kemudian menjadi
orientasi politik pemahaman peran-peran masyarakat dalam sistem politik yang
memiliki sifat stabil dan berkesinambungan.
Didukung dengan pandangan Dennish Kanavagh yang menyatakan bahwa
sosialisasi politik dan pendidikan politik merupakan suatu usaha yang dilakukan
2 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1999), h. 117. 3 Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h. 154. 4 Zulfikri Sulaeman, Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta, (Jakarta:
Kompas Media Nusantara), 2010, h. 20.
20
untuk melestarikan ataupun mengubah budaya politik di masyarakat. Sejalan dengan
pandangan tersebut Kenneth P. Langton melihat sosialisasi politik sebagai ―political
socialization, in the broadest sense, refers to the way society transmits it’s political
culture from generation to generation”. Pemberian pengetahuan pengalaman
berdasarkan budaya politik yang ingin diteruskan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya, melalui transfer nilai, keyakinan, sikap dan khususnya perilaku politik.
Melalui aktivitas inilah terjadinya proses pembentukan pengetahuan serta
pemahaman dan budaya yang ingin dilestarikan ataupun budaya mana yang ingin
diubah.5
Kesbangpol selaku penyelenggara sosialisasi politik yang merepresentasikan
usaha pemerintah, guna menumbuhkan pemahaman, nilai, sikap serta perilaku politik
pada khalayak. Teori sosialisasi dalam penelitian ini digunakan sebagai landasan
berfikir dalam pembahasan penelitian mengenai usaha Kesbangpol dalam menggelar
dan mempertanggungjawabkan salah satu programnya yaitu pendidikan politik
rakyat. Jika berangkat melalui penjelasan sosialisasi politik yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka dalam teori komunikasi politik, Kesbangpol tergolong sebagai
komunikan politik yang berasal dari elite birokrasi.6 Komunikan politik adalah siapa
saja yang mengomunikasikan pesan-pesan politik seperti informasi politik, data
politik, pemahaman politik dan lain sebagainya.7
5 Zulfikri Sulaeman, Demokrasi Untuk Indonesia,h.20. 6 Ibid.,h.223. 7 Ibid.,h.220.
21
Dalam prosesi penyampaian nilai-nilai politik, penelitian ini memperlihatkan
informasi politik dan kurikulum apa saja yang digunakan dan ditanamkan oleh
Kesbangpol Depok kepada masyarakat melalui sosisalisasi politik yang dilakukan.
Sosialisasi politik dapat diumpamakan sebagai jembatan penghubung yang
mentransfer nilai-nilai keyakinan politik dan budaya politik kepada generasi penerus.
Sosialisasi politik dinilai sebagai suatu cara untuk membentuk insan-insan dalam
memahami serta menyadari status dan kedudukannya secara politik dalam kehidupan
bermasyarakat.8 Sosialisasi politik memuat hal-hal penting yang berhubungan dengan
proses dan tujuan yang diinginkan dalam perjalanan politik di suatu negara, dengan
demikian sosialisasi politik mempunyai hubungan yang erat dengan transmisi
pemberian pengetahuan mengenai nilai-nilai, sikap politik, kepercayaan politik serta
harapan politik.9
Melalui beberapa penjelasan pengertian sosialisasi politik, dapat disimpulkan
bahwa sosialisasi politik adalah upaya edukatif baik disengaja ataupun tidak
disengaja, yang dipergunakan untuk membentuk individu yang sadar akan politik.
Sehingga masyarakat mampu menjadi pelaku politik yang partisipan dan bertanggung
jawab dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.
8 Dudih Sutrisman, Pendidikan Politik, Persepsi, Kepemimpinan dan Mahasiswa, (Jakarta:
Guepedia Publisher, 2008), h.7. 9 Haryanto, sosialisasi politik: Suatu Pemahaman Awal, h.9.
22
A.2. Agen-Agen Sosialisasi Politik
Salah satu elemen terpenting dalam sosialisasi politik adalah peranan agen
atau aktor yang menyelenggarakan sosialisasi politik. Agen sosialisasi politik adalah
pihak-pihak yang sangat berperan dalam memberikan pengetahuan mengenai segala
aspek politik seperti nilai dan norma yang berindikasi pelajaran dalam berperilaku
berlandaskan pada pengetahuan dan informasi yang didapatkan melalui agen
sosialisasi.10
Berikut adalah agen-agen sosialisasi politik yang ada dalam
masyarakat.11
1. Keluarga
Keluarga sebagai agen sosialisasi pertama yang berinteraksi sedari kecil untuk
membentuk suatu kepribadian seseorang, keluarga berperan sangat besar dalam
membentuk kepribadian yang berkepemimpinan, serta cara berinteraksi dengan orang
lain. Pengaruh yang diberikan melalui keluarga terhadap individu sangatlah besar
dalam pembentukan sikap dan melakukan interaksi politik dengan aktif.
2. Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa Sekolah adalah agen sosialisasi pendidikan
politik yang memiliki kontribusi besar dalam menyempurnakan sosialisasi awal yang
diperoleh sebelumnya dari keluarga. Kurikulum serta peran guru dengan gaya
10 M.Teguh Wibowo dan Effendi Hasan, “Sosialisasi Politik bagi Pemilih Pemula di
Lingkungan Keluarga”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fisip Unsyiah, Vol.2 No.2, h.538-539 11 Yovitas Octafitria, ―Media Massa Sebagai Agen Sosialisasi Politik pada Kaum Muda”,
Indonesian Journal of Sociology and Education Policy, h.17-18 .
23
kepemimpinannya berpengaruh pada pembentukan sikap ataupun pandangan murid
mengenai pengetahuan akan ilmu sosial, ekonomi dan politik.
3. Kelompok Pergaulan
Kelompok pergaulan sebagai agen yang memiliki ikatan yang erat dengan tiap
individu mampu untuk memberikan motivasi agar aktif dalam bidang politik,
kelompok ini memiliki sifat tidak formal sehingga mudah untuk menyesuaikan
pendapat dan pandangan masing-masing. Interaksi antar teman seperti memberikan
motivasi untuk aktif dalam aktivitas politik menjadi salah satu dorongan untuk
mengembangkan partisipasi masyarakat. Teman sebaya menjadi kelompok rujukan
dalam mengembangkan sikap maupun perilaku termasuk dalam bidang politik.12
4. Media Massa
Sebagai masyarakat yang modern media massa menjadi makanan setiap
harinya, media komunikasi yang sangat beragam seperti elektronik handphone, radio,
internet menyediakan berbagai bentuk informasi dan pendidikan politik yang intens
diberikan kepada masyarakat. Seperti contohnya penyiaran berita mengenai aktivitas
politik seperti diskusi politik dan berita situasi negara merupakan salah satu bentuk
dari peranan media massa dalam menjadi agen sosialisasi.
5. Kontak-Kontak Politik Langsung
Segala kegiatan yang berhubungan dengan kontak politik secara langsung.
Aktifitas yang disadari atau tidak disadari yang menyebabkan seseorang mengalami
proses sosialisasi politik. Seperti contohnya ketika para calon legislatif mengalami
12 Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, ( Jakarta:Prenadamedia, 2010 ),h. 164.
24
banyak peristiwa politis yang menghadapkan dirinya dengan kondisi atau kultur
politik ketika berhubungan atau berinteraksi secara langsung dengan aktivis partai
lainnya.
Jika dikaitkan pembahasan agen sosialisasi dengan bahasan penelitian
mengenai sosialisasi politik Kesbangpol. Kesbangpol tergolong dalam agen kontak-
kontak politik langsung. Beberapa agen politik selain itu seperti keluarga, sekolah,
kelompok pergaulan, dan media massa berperan sebagai agen sosialisasi awal yang
berpengaruh dalam memberikan bekal pemahaman politik sebelum siswa mengikuti
sosialisasi politik dari Kesbangpol. Maka dari itu beberapa agen sosialisasi penulis
jadikan indikator untuk menilai intensitas memperoleh sosialisasi politik. Hal ini
dikarenakan bekerjanya beberapa agen sosialisasi secara bersamaan merupakan hal
yang jelas terjadi, karena kesinambungan atau interaksi antar agen sosialisasi dengan
target sosialisasi terjadi secara bersamaan.13
Sebagai contoh terjadinya sosialisasi
politik antara agen sosialisasi politik sekolah dengan teman sebaya. Hal ini dikarena
tiap individu tidak hanya hidup dalam satu lingkungan dalam kurun waktu yang
sama. Tiap individu mampu menjalani interaksi dan relasi dengan berbagai macam
agen sosialisasi.
Untuk menggambarkan secara jelas mengenai indikator yang digunakan
dalam menilai sosialisasi politik, penelitian ini menggunakan teori sosialisasi politik
dari Paul Allen Beck yang menyatakan bahwa penilain mengenai kualitas peranan
sosialisasi politik yang dilakukan oleh agen sosialisasi politik, ditekankan pada
13 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, h.34.
25
intensitas sosialisasi yang diberlakukan, kualitas penyampaian pengetahuan politik,
pemahaman target sosialisasi serta perubahan karakter yang terbentuk akibat dari
sosialisasi politik.14
Tiga penilaian kualitas sosialisasi exposure, communication dan
receptivity digunakan sebagai instrumen dari indikator pada variabel sosialisasi
politik Kesbangpol.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya yang menjabarkan kelima agen
sosialisasi politik, Kesbangpol sendiri memanfaatkan SMA sederajat untuk menjadi
peserta sosialisasi politik dengan indikasi memanfaatkan dan menghidupkan fungsi
murid-murid dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai salah satu agen sosialisasi
politik bagi lingkungan sekitar. Setiap simpul agen sosialisasi politik dimanfaatkan
dengan maksimal oleh Kesbangpol untuk meningkatkan persebaran sosialisasi.
Uraian mengenai peranan agen sosialisasi yang telah dijelaskan sebelumnya,
menunjukkan bahwasannya proses sosialisasi politik yang dijalani tiap individu,
merupakan proses yang kompleks dan bukan proses yang sederhana. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya, di antaranya agen sosialisasi
sebagai pihak yang mentransfer materi sosialisasi, dengan menggunakan metode
maupun cara pemberian materi yang berbeda satu sama lain. Mulai dari konten
pembahasan, cara ataupun metode penyampaian materi, serta kualitas materi.
Meskipun materi yang disampaikan pada masyarakat itu sama, tetapi
hasilnya akan berbeda. Karena terdapat proses penyampaian yang berbeda dan
14 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, h.51.
26
peranan setiap agen yang menyampaikan sosialisasi dengan beragam.15
Dalam
penelitian ini mendeskripsikan secara detail mengenai konten serta metode yang
Kesbangpol gunakan dalam program sosialisasi politik tahun 2018 terhadap pemilih
pemula.
A.3. Proses Penyelenggaraan Sosialisasi Politik
Merujuk pada skema yang dirancang oleh Wilhelm Hofmeister dan Grabow
mengenai sosialisasi politik, berikut ini tahapan persiapan pelaksanaan sosialisasi
politik.16
Gambar II. 1 Tahapan Penyelenggaraan Sosialisasi Politik17
Sumber: Hofmeister dan Grabow, ‖Political Parties: Funtions and Organisation in Democratic
societies
15Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, Yogyakarta Ph.73. 16Hofmeister dan Grabow, ‖Political Parties: Funtions and Organisation in Democratic
societies”, h.38-39 17 Ibid.
1.Badan atau Organisasi
yang Menyelenggarakan
Sosialisasi Politik
2. Persiapan Tim
Pelatihan
6. Perencanaan Konsep
Kegiatan Sosialisasi
Politik Sosialisasi Politik
3. Perumusan Target
dan Hasil dari
Pelaksanaan
Sosialisasi Politik
5. Pemilihan Peserta
Pendidikan Politik 4. Pengembangan
serta Penentuan
Pemateri dan Materi
Sosialisasi Politik
27
1. Badan atau Organisasi yang Menggelar Sosialisasi Politik
Dibutuhkan keberadaan stakeholder kelompok ataupun komunitas yang ingin
merumuskan, merencanakan, menyelanggarakan dan bertanggung jawab atas agenda
sosialisasi politik yang diberlangsungkan untuk masyarakat. Seperti contohnya partai
politik, pemerintah, sekolah, ataupun organisasi masyarakat18
.
2. Persiapan Tim Pelatihan
Tim penyelenggara sosialisasi harus mempersiapkan mengenai apa saja yang
dibutuhkan dalam menyelenggarakan kegiatan, seperti perihal biaya dan pengeluaran
yang digunakan untuk menyokong program sosialisasi politik, seperti tempat
pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan ketersediaan peralatan pembantu proyektor,
laptop, alat tulis, serta konsumsi untuk peserta, tim, dan pemateri, dan lain-lain.19
3. Perumusan Target dan Hasil Dari Pelaksanaan Sosialisasi Politik
Pada tahap ini, tim harus merumuskan target atau kelompok seperti apa yang
dijadikan fokus sosialisasi politik. Tim yang menyelenggarakan sosialisasi politik
wajib memutuskan target berdasarkan dampak ataupun hasil yang ingin dibentuk
kepada peserta sosialisasi. Contoh: Kesbangpol menargetkan pemilih pemula untuk
meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik.20
18Hofmeister dan Grabow, ‖Political Parties: Funtions and Organisation in Democratic
societies”, h.38-39 19Ibid. 20 Ibid.
28
4. Pengembangan dan Penentuan Pemateri dan Materi yang Disampaikan pada
Sosialisasi Politik
Penyelenggara sosialisasi politik mulai dari menetukan pemateri yang sesuai
dengan standar yang dibutuhkan untuk mengisi dan menjalankan sosialisasi.
Penguasaan materi serta gaya berkomunikasi menjadi indikator penting dalam
menentukan pemateri. Setelah menentukan pemateri selanjutnya menentukan materi
apa yang dibahas sesuai dengan karakteristik peserta dan tujuan diberlangsungkannya
sosialisasi.21
5. Pemilihan Peserta Pendidikan Politik
Menentukan peserta sosialisasi politik sesuai dengan target pembahasan dan
tujuan sosialisasi, sehingga mewujudkan kesinambungan yang apik dan menghindari
kesalahan memilih target sebagai peserta sosialisasi politik. Hal yang dapat
diperhatikan misalnya seperti usia, tempat tinggal dan lain-lain.22
6. Perencanaan Konsep Kegiatan Sosialisasi Politik.
Setelah semua tahapan telah selesai, tahap ini membahas mengenai metode
maupun konsep sosialisasi yang diinginkan, apakah berbentuk forum diskusi santai,
ataupun seminar, konsep sosialisasi disesuaikan dengan peserta yang mengikuti
kegiatan sosialisasi.23
Dengan menggunakan konsep yang dibentuk oleh Hofmeister dan Grabow
mengenai tahapan persiapan penyelenggaraan sosialisasi politik, penelitian ini
21 Hofmeister dan Grabow, ‖Political Parties: Funtions and Organisation in Democratic
societies”, h.38-39 22 Ibid. 23 Ibid.
29
menggunakannya sebagai landasan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai
langkah Kesbangpol Depok dalam mempersiapkan sosialisasi politik. Pembahasan
mengenai persiapan Kesbangpol dalam menyelenggarakan sosialisasi politik seperti
penentuan mengenai pembahasan materi, siapa saja pemateri sosialisasi, materi apa
yang diberikan, siapa sasaran sosialisasi, dan target sosialisasi politik Kesbangpol.
A.4. Metode Sosialisasi Politik
Setelah membahas mengenai tahapan penyelenggaraan sosialisasi politik,
selanjutnya membahas tentang teori sosialisasi politik mengenai metode sosialisasi
politik secara langsung. Dawson menyebutkan empat metode dalam melakukan
sosialisasi politik secara langsung yaitu imitation (imitasi), anticipatory political
socialization (sosialisasi politik antisipatoris), political education (edukasi politik)
dan political experiences (pengalaman politik).24
1. Imitasi
Imitasi (Imitation) merupakan prosesi sosialisasi politik yang paling awal
dilakukan. Berbentuk peniruan setiap nilai, kepercayaan, sikap serta harapan politik,
proses ini dinamakan sosialisasi primer yang mana merupakan langkah pertama
dalam membentuk identitas seseorang. Proses peniruan terbagi menjadi dua yaitu
peniruan pasif dan peniruan kreatif, jika peniruan pasif meniru dengan seutuhnya.
24 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, h.60.
30
Sedangkan peniruan kreatif melakukan peniruan dengan cara dimodifikasikan sesuai
dengan kemauan setiap individu.25
2. Sosialisasi Politik Antisipatoris
Sosialisasi politik antisipatoris (Antisipatory Political Socialization) adalah
proses seseorang dalam mempersiapkan pengetahuan akan nilai, sikap maupun
tingkah laku yang berhubungan dengan posisi ataupun jabatan tertentu. Seperti
contohnya anggota legislatif terpilih yang mempelajari dan mematangkan peranan
mereka ketika ditugaskan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berdasarkan penentuan kedudukan profesi.26
3. Edukasi atau Pendidikan Politik
Edukasi (Political Education) metode ini merupakan upaya nyata untuk
mensosialisasikan nilai-nilai, sikap maupun orientasi politik kepada khalayak banyak.
Kegiatan ini biasa dilaksanakan oleh agen sosialisasi seperti seperti sekolah, partai
politik, pemerintah dan lain sebagainya. Kontak-kontak politik yang dilakukan secara
langsung antara agen-agen sosialisasi politik diharapkan dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat mengenai wawasan dalam berbangsa dan
bernegara.27
Metode sosialisasi ini merupakan metode yang paling sesuai untuk
digunakan dalam pembahasan penelitian, melihat peranan Kesbangpol dalam
memberikan sosialisasi politik melalui berbagai metode seperti seminar, diskusi
25 Susi Fitria Dewi, Sosiologi Politik, (Yogyakarta: Gre Publishing, 2017), h. 64-65. 26 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, h.62. 27 Ibid.,63-64.
31
santai, dan pengelolaan pengetahuan mengenai wawasan mengenai negara dan
politik.
Jika dilihat melalui penjelasan mengenai beberapa jenis sosialisasi politik,
sosialisasi politik Kesbangpol tergolong dalam jenis sosialisasi pendidikan polit ik.
Berbeda dengan metode sosialisasi politik seperti imitasi, sosialisasi politik
antisipatoris, dan inisiatif. Pada metode yang telah disebutkan, proses
penyelenggaraan sosialisasi berada di tangan target maupun sasaran sosialisasi.
Berbeda dengan jenis metode sosialisasi pendidikan politik, peran aktif dikendalikan
lebih banyak oleh agen dan materi sosialisasi.
4. Pengalaman Politik
Pengalaman politik (Political Experience) yang dimiliki setiap individu dapat
membentuk sikap dan orientasi orang tersebut. Pengalaman politik lebih memiliki
ruang yang lebih longgar mengenai kemungkinan seseorang dalam memperoleh
pemahaman mengenai politik bergantung pada aktivitas sesorang dalam arena politik.
Sehingga intensistas seseorang dalam berperan aktif dalam dunia politik maka akan
semakin banyak pula pengalaman politik yang diperolah. Dalam metode sosialisasi
langsung jenis ini kritisitas sesorang sangat berperan penting.28
A.5. Perspektif implementasi dalam Sosialisasi Politik
Paul Allan Beck dalam bukunya The Role of Agents in Political Socialization
menyatakan bahwa bentuk sosialisasi politik dibedakan menjadi dua perspektif yaitu
teaching perspective dan learning perspective. Perbedaan antara keduanya berada
28 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, h.66.
32
pada karaktetistik keaktifan individu sebagai sasaran dari sosialisasi politik. Teaching
perspective merupakan sikap yang ditunjukkan dari sasaran sosialisasi bersifat pasif
karena bergantung pada pemateri, karena hanya diajarkan untuk menerima materi
tanpa memberikan respon tanggapan bias disebut dengan sosialisasi yang berjalan
satu arah. Berbeda dengan learning perspective, sasaran dari sosialisasi politik
bersifat aktif dan tiap individu memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri
selama proses sosialisasi politik, dalam hal ini setiap individu diberikan kesempatan
untuk mengutarakan segala yang ingin diungkapkan seperti kritikan ataupun menolak
materi.29
Dengan menggunakan teori ini, penelitian ini melihat perspektif manakah yang
digunakan oleh Kesbangpol dalam memberikan sosialisasi kepada pemilih pemula.
Penelitian ini melihat kecakapan pemateri dalam memberikan sosialisasi dalam
mengendalikan interaksi selama proses sosialisasi berlangsung.
A.6. Tujuan Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik mengandung unsur pendidikan politik yang mampu
membentuk serta menanamkan kepribadian serta kesadaran dalam berpolitik,
sebagaimana dengan pendidikan politik yang berfungsi untuk membangun
kemampuan dan membentuk pola partisipasi masyarakat yang efektif dalam aktivitas
29 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, h.22-23.
33
politik suatu negara, sehingga perilaku tersebut dapat diterima dan dipraktikkan
dalam sistem politik.30
Berikut adalah tiga aspek tujuan sosialisasi politik:31
1. Membangun Kepribadian Politik
Dalam tahap ini sosialisasi politik berorientasi memberikan pendidikan
mengenai pemahaman isi dan penghayatan atas nilai-nilai yang dianut oleh suatu
negara, pemahaman mengenai etos normatif yang dijadikan sebagai landasan dalam
membina dan mengembangkan diri sehingga membentuk kepribadian dalam
berkehidupan dalam ranah politik. Melalui pendidikan politik, masyarakat diharapkan
menjadi warga negara yang memiliki keterampilan serta bertanggung jawab dalam
berkehidupan berbangsa dan bernegara. dilandaskan atas nilai dan norma yang
berlaku.
2. Kesadaran Politik
Kesadaran merupakan kondisi psikologis yang mana seseorang tanggap pada
suatu hal, jika dalam bahasan politik hal tersebut adalah kondisi politik atau iklim
politik suatu bangsa. Mampu merangsang kesadaran masyarakat untuk menelaah
permasalan politik secara kritis dan rasional.32
3. Partisipasi Aktif
Sosialisasi politik bertugas menyadarkan fungsi politik yang dimiliki oleh
setiap individu sehingga merubah sikap seseorang untuk memiliki keinginan yang
30 Damsar, Pengantar Sosiologi Politik, h. 154-155. 31 Ahmad Dzakirin, Tarbiyah Siyasiyah, (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011), h. 25. 32 Payerli Pasaribu, ―Peranan Partai Politik dalam Melaksanakan Pendidikan Politik”, Jurnal
Ilmu Pemerintahan dan Sosial, Vol V No.1 tahun 2017, h.57
34
kuat dalam berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam proses politik,
seperti aktif dalam kelembagaan partai politik dan lain-lain.33
Melalui tujuan sosialisasi politik yang telah tercantum dalam rencana kerja
Kesbangpol Depok tahun 2018-2019, seluruh poin-poin tujuan sosialisasi politik yang
telah dibahas sebelumnya termaktub dalam capaian program Kesbangpol yaitu
peningkatan kesadaran berbangsa dan bernergara, berikut adalah manfaat sosialisasi
politik dalam sudut pandang Kesbangpol; Meningkatnya pemahaman belajar terhadap
hak dan kewajiban berpolitik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Meningkatnya kemandirian, kedewasaan politik dan pencapaian prestasi
dalam penyelenggaraan kehidupan politik dan kenegaraan. Maksimalnya partisipasi
politik yang demokratis baik fungsi terhadap masyarakat serta mampu
mengembangkan sistem politik yang demokratis yang berlandaskan atas Pancasila.34
C. Pengertian Pemilih Pemula
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah35
pada Bab IV yang menjabarkan bahwa warga Indonesia yang genap
17 tahun atau lebih dan sudah menikah, serta terdaftar sebagai pemilih oleh
penyelenggara pemilu maka orang tersebut memiliki hak pilih. Pemilih pemula
memiliki rentang usia 17 sampai 21 tahun, mayoritas pemilih pemula berada di
33 Ahmad Dzakirin, Tarbiyah Siyasiyah, h.25. 34 Kesbangpol, ―Laporan Rencana Kerja Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Depok Tahun
2018-2019‖. 35 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
35
lingkungan pelajar SMA, mahasiswa serta pekerja muda. Lebih dalam lagi pemilih
pemula merupakan pengkategorian politik pada kelompok yang baru pertama kali
menggunakan suara politik dalam menentukan hak pilihnya. KPU sendiri memiliki
pemahaman yang serupa dan sejalan dengan undang-undang, tetapi lebih detail lagi
menjelaskan yakni TNI/Polri yang baru pensiun dan kembali menjadi warga sipil
yang memiliki hak memilih juga dikategorikan sebagai pemilih pemula. Seperti
diketahui saat bertugas anggota TNI/Polri tidak memiliki hak pilih dalam pemilu
karena harus netral dan tidak berpihak pada siapapun. Setelah memasuki masa
pensiun dalam usia tertentu, barulah memiliki hak memilih dan dipilih dalam
pemilu.36
Karakteristik pemilih pemula sendiri yaitu memiliki antusiasme yang tinggi,
haus akan perubahan, serta pola pikir yang jauh dari pragmatis sehingga dengan
karakteristik yang dimiliki tersebut harus dimanfaatkan dengan baik melalui
pengedukasian pandangan yang rasional untuk membentuk pola pikir yang baik dan
tidak radikal.37
Didukung dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan,
pemuda harus berperan aktif sebagai penegak kekuatan moral, kontrol sosial dan agen
perubahan dalam pembangunan bangsa.38
Menunjukkan bahwa generasi muda
merupakan kunci dari satu bangsa untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
36 KPU, ―Materi Pendidikan Politik KPU Goes to School”. 37 Primandha Sukma Nur Wardhani, ―Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilu
Umum‖, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol.10 No. 1, 2018, h.59. 38 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan.
36
Demi menggapai tujuan yang ingin dicapai tersebut, pembentukan karakter serta
perilaku warga negara menjadi elemen penting. Sehingga sosialisasi politik sangat
bertanggung jawab dalam pembentukan karakter, sifat, dan tanggung jawab dalam
membentuk pendistribusian nilai-nilai politik dan membangun partisipasi yang aktif
serta bertanggung jawab.39
Menurut Suhartono, pemilih pemula mempunyai kebiasaan yang santai, bebas
dan menyukai hal-hal yang meneyanangkan dan haus akan informasi. Melalui
pembahasan mengenai pemilih pemula penelitian ini menjabarkan alasan Kesbangpol
memberikan program prioritas sosialisasi kepada pemilih pemula serta bagaimana
cara penyampian materi sosialisasi politik Kesbangpol kepada pemilih pemula.
D. Partisipasi Politik
Pengertian partisipasi politik sendiri mencakup pada penggabungan dua konsep
dari sosialisasi dan politik. Sosialisasi politik merupakan aktivitas kegiatan yang
didalamnya meliputi hubungan dengan kekuasaan, kebijakan, kewenangan,
pengambilan keputusan, kehidupan publik, baik itu pemerintahan, distribusi, negara
ataupun konflik. Sementara itu jika dalam tahapan awal berlanjut dengan
pengambilan bagian ataupun kontribusi dan berperan serta dalam kegiatan terkait
dengan persoalan politik seperti kekuasaan, kewenangan, pemerintahan, kebijakan,
39 Aris Riswandi Sanusi dan Cecep dermawan, ―Implementasi Pendidikan Politik dalam
Membentuk Karakter Kepemimpinan Lintas Budaya pada Generasi Muda Demi Mewujudkan Budaya
Politik Pancasila‖, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol.25, No. 1, Juni 2016, h. 25-26.
37
serta pengambilan keputusan. Maka penggabungan konsep tersebut mewujudkan
pengertian partisipasi politik yang sifatnya luas.40
Meskipun pandangan masyarakat yang mayoritas beranggapan bahwa inti dari
berpartisipasi politik adalah ikut serta dalam pemungutan suara saat pemilu
berlangsung, partisipasi politik memiliki aktivitas jauh dari pada itu, bukan hanya
sekedar datang dan mengikuti proses pemilihan.41
Ramlan Surbakti menyebutkan
bahwa dalam membedakan bentuk partisipasi politik dapat dibedakan menjadi
partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Bentuk partisipasi aktif antara lain seperti
merumuskan serta mengajukan kebijakan, melontarkan kritik kepada pemerintahan
untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan bentuk kebijakan, lebih tepatnya
bentuk partisipasi aktif ditandai dengan sifat masyarakat yang kritis akan segala
perilaku dan bentuk input serta output kebijakan. Sedangkan bentuk partisipasi pasif
adalah kebalikan dari kegiatan yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu hanya
menerima menaati dan melaksanakan keputusan pemerintah.42
Dalam membahas
mengenai partisipasi politik Keith Faulks menyatakan43
:
―Partisipasi politik adalah keterlibatan aktif individu maupun kelompok dalam
proses pemerintahan yang berdampak pada kehidupan mereka. Hal ini meliputi
keterlibatan dalam pembuatan keputusan maupun aksi oposisi. Yang terpenting,
partisipasi politik merupakan proses aktif seseorang mungkin menjadi anggota
40 Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik: Kajian Mendasar Ilmu Politik,
(Malang: Intrans Publishing, 2015), h.469. 41 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h.182.
42 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, h. 182 43 Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik: Kajian Mendasar Ilmu Politik,
(Malang: Intrans Publishing, 2015), h.470.
38
sebuah partai atau kelompok penekan. Tindakan keterlibatan aktif termasuk
partisipasi politik konvensional, seperti memberikan suara, menduduki jabatan
tertentu, berkampanye untuk partai politik, atau berkontribusi dalam
manajemen koperasi parumahan masyarakt, maupun tindakan konvensional
yang bisa dianggap absah, seperti menandatangani petisi atau mengikuti
demonstrasi damai ataupun ilegal seperti –protes dengan kekerasan atau
menolak membayar pajak‖.
Sejalan dengan pandangan yang telah dibahas sebelumnya Herbert, Samuel P.
Huntington dan Joan M. Nelson menafsirkan partisipasi politik dengan mengaitkan
partisipasi dengan tindakan ilegal dan kekerasan.44
―Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-
pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh
pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif terorganisir atau
spontan, mantap atau sparodis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau
ilegal, efektif atau tidak efektif.‖
Gabriel A. Almond membedakan partisipasi politik menjadi partisipasi politik
konvensional dan partisipasi politik non-konvensional. Partisipasi politik
konvensional berbentuk partisipasi politik normal pada umumnya dalam demokrasi
modern, sedangkan partisipasi politik non-konvensional berbentuk partisipasi yang
bersifat ekstreme dan cenderung ilegal penuh dengan kekerasan dan revolusioner.
Berikut ini rincian bentuk partisipasi politik menurut Gabriel A. Almond dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
44 Mirim Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h.368.
39
Tabel 2.2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik45
Konvensional Non-Konvensional
Pemberian Suara
Diskusi Politik
Kegiatan Kampanye
Membentuk dan Berbagung
dalam Kelompok Kepentingan
Komunikasi dengan Pejabat
Politik dan Administratif.
Pengajuan Petisi
Demonstrasi
Konfrontasi
Mogok
Tindak Kekerasan Politik
seperti perusakan,
pemboman ,
pembakaran,penculikan dll.
Perang Gerilya dan
Revolusi.
Pada penelitian kali ini hanya memanfaatkan beberapa bentuk partisipasi politik
sebagai indikator dalam menilai dampak sosialisasi politik yang terjadi pada pemilih
pemula terhadap partisipasi politik, lebih jelasnya dibahas pada Bab III. Berikut ini
adalah pengelompokkan masyarakat berdasarkan piramida partisipasi politik.
Gambar II. 2 Piramida Partisipasi Politik46
1. Pemain (Gladiators).
Berada pada posisi tertinggi yaitu masyarakat yang sangat aktif dalam proses
dan partisipasi politik. Berikut ini adalah aktivitas partisipasi Gladiators yaitu
45 Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik: Kajian Mendasar Ilmu Politik, h.485. 46 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 372.
Gladiators
Spectators
Apathetics
40
menjadi pejabat publik atau anggota aktif partai politik, menjadi calon pejabat,
menghimpun dana politik, dan menyisihkan waktu untuk kampanye politik.
2. Penonton (spectators).
Partisipasi yang tergolong dalam klasifikasi ini adalah masyarakat yang terdiri
dari 2 kelompok yaitu masyarakat masa transisi dan partisipasi monoton. Bentuk
kegiatan partisipasi masa transisi seperti Mengikuti rapat politik, pawai politik,
memberi dukungan dana partai atau calon, jumpa pejabat publik atau pemimpin
politik. Sebelum masuk kedalam tahap tersebut posisi sebelumnya yaitu partisipasi
monoton seperti, memakai simbol/identitas partai/organisasi politik, mengikuti
diskusi politik, mengajak orang untuk memilih, dan melakukan pemberian suara.
3. Apatis (Apathetics).
Kelompok ini merupakan masyarakat yang tidak aktif sama sekali dan tidak
menggunakan hak pilihnya, orang yang termasuk dalam kelompok ini cenderung
menarik diri dari segala proses politik yang berlangsung.
Dari penggolongan partisipasi politik yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis
menggunakannya sebagai indikator untuk mengetahui golongan dan persentase
partisipasi politik pemilih pemula setelah mendapatkan sosialisasi politik melalui
Kesbangpol.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini digunakan untuk menjabarkan bagaimana proses dan
alur pembahasan dalam sebuah penelitian. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian campuran (mixed method), untuk membahas pertanyaan penelitian
41
mengenai bagaimana peranan Kesbangpol Depok dalam memberikan pendidikan
politik kepada pemilih pemula, untuk menjawab pertanyaan penelitian ini penulis
menggunkan metode kualitatif yaitu dengan memanfaatkan data hasil wawancara dan
dokumen yang diperoleh dari divisi politik Kesbangpol serta pemateri sosialisasi
politik Kesbangpol Depok. Untuk melihat peranan Kesbangpol dalam
mempersiapkan dan menjalankan proses sosialisasi politik pada pemilih pemula,
penulis merujuk pada skema tahapan penyelenggaraan sosialisasi menurut Hofmeister
dan Grabow yang sudah dijelaskan sebelumnya. Di dalamnya membahas secara
mendalam mengenai proses persiapan, perumusan, materi, serta konsep kegiatan
sosialisasi.
Membahas mengenai peran dari sosialisasi politik yang telah dilakukan oleh
Kesbangpol dalam meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula, penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif. Berikut ini penggambaran kerangka pemikiran
penelitian.
Gambar II. 3 Kerangka Pemikiran
Sosialisasi Politik
Kesbangpol (X) Partisipasi
Politik Pemilih
Pemula (Y)
1. Intensitas memperoleh
pengetahuan politik
2. Kualitas penyampaian
materi sosialisasi
3. pemahaman peserta dengan
materi sosialisaisi
4. orientasi sikap peserta
sosialisasi
1. Mengikuti pemilu
2. Mengikuti organisasi di lingkungan masyarakat
3. Mengikuti berita dan informasi
mengenai perpolitikan Indonesia. 4. Melakukan kritik kepada
pemerintah melalui berbagai cara
seperti berdemo dll
5. Tertarik menjadi pengurus atau
pejabat partai
42
Penelitian ini mengungkapkan pengujian pengaruh sosialisasi politik
Kesbangpol Depok terhadap partisipasi politik pemilih pemula di Depok melalui uji
regresi linear sederhana. Dengan berbagai tahapan syarat uji yang telah ditetapkan
ataupun diberlakukan.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah rangkuman kesimpulan yang masih sementara, atau bisa
dibilang perkiraan maupun pendapat peneliti yang dianggap sebagai jawaban
sementara untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan yang sifatnya masih
dugaan yang akan diuji kebenarannya.47
Dalam penelitian ini, adapun rumusan
hipotesis sebagai berikut:
(H0) Tidak ada pengaruh dari sosialisasi politik Kesbangpol terhadap partisipasi
politik pemilih pemula di Kota Depok.
(HI) Ada pengaruh dari sosialisasi politik Kesbangpol terhadap partisipasi politik
pemilih pemula di Kota Depok.
47 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder,
(Jakarta: Raja Grafindo, 2010), h.57.
43
BAB III
METODE PENELITIAN CAMPURAN (MIXED METHOD RESEARCH)
Bab III menjelaskan metode penelitian campuran yang digunakan dalam
penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan,
wawancara, dan survei kuesioner. Bagian selanjutnya berisi tahapan-tahapan uji guna
menganalisa korelasi dan pengaruh sosialisasi politik Kesbangpol terhadap partisipasi
politik pemilih pemula di Depok.
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran (mixed method
research) yaitu metode penelitian yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif dalam proses penelitian yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Data yang digunakan berupa penggabungan data-data yang diperoleh melalui cara-
cara kualitatif dan kuantitatif.1 Untuk lebih memahami definisi mengenai pendekatan
campuran, John W. Creswell memaparkan metode penelitian campuran sebagai
berikut:
―Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Pendekatan ini
menggunakan asumsi-asumsi folosofis dari pendekatan kualitatif dan
kuantitatif kemudian dilakukan pencampuran (mixing) kedua pendekatan
tersebut dalam satu penelitian. Pendekatan ini lebih kompleks dari sekedar
mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data ia jugaa melibatkan fungsi
dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif sehingga kekuatan
1 Muhammad Yaumi dan Muljono Damopoli, Action Research: Teori, Model, dan
Aplikasi.(Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2014), h.99.
44
penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang penelitian kualitatif
dan kuantitatif.‖2
Terdapat dua tipe dalam penelitan mixed method yaitu strategi eksplanatoris
sekuensial yang mana dalam metode penelitian ini mendahulukan data kuantitatif
kemudian diiringi dengan pengolahan dan analisis data kualitatif. Sedangkan dalam
metode campuran yang digunakan pada penelitian ini yaitu strategi eksploratoris
sekuensial strategi ini merupakan antitesis dari strategi eksplanatoris. Tahap pertama
yang dilakukan adalah mengakumulasikan serta menganalisis data kualitatif terdahulu
kemudian pengolahan data kuantitatif berdasarkan pada data yang diperoleh pada
tahapan awal.3 Alasan pemilihan eksploratoris guna mendukung dan
menyempurnakan penelitan kualitatif yang dilakukan pada tahap pertama yaitu
membahas mengenai tahap-tahap persiapan Kesbangpol dalam mensosialisasikan
wawasan politik.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Depok, Jawa Barat. Objek pembahasan dalam
penelitian ini yaitu Kesbangpol Depok sebagai badan pemerintahan yang
menyelenggarakan sosialisasi politik kepada warga Depok, dan Objek penelitian
selanjutnya adalah siswa-siwsi SMA/MA sederajat yang menjadi target dan peserta
sosialisasi yang selenggarakan oleh Kesbangpol Depok.
2 John Creswell, Reasearch Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed,
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011), h.48. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method), (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 408.
45
C. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini memanfaatkan beberapa model pengumpulan data diantara lain
adalah:
1. Observasi Aktif
Teknik ini merupakan pengamatan yang dilakukan peneliti untuk terjun
langsung dengan melakukan pematauan dan pencatatan yang sistematis mengenai
objek yang diteliti, keterlibatan dalam kegiatan menjadi pokok keutamaan fungsi
observasi yang membantu peneliti untuk melihat, mendengar, merasakan kondisi
keadaan secara nyata keberlangsungan sosialisasi politik.4
2. Wawancara
Teknik wawancara ini merupakan salah satu cara memperoleh informasi dan
data melalui interaksi antara peneliti dengan objek penelitian dengan mengajukan
pertaanyaan untuk memperoleh data yang sifatnya mendalam.5 Wawancara ini
merupakan proses tanya jawab secara langsung sehingga sangat bermanfaat untuk
memverifikasi informasi yang telah didapatkan sehingga data yang digunakan dalam
penelitian merupakan data yang valid.
4 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metode Penelitian Kauntitatif, (Sukabumi: CV Jejak), h.
110. 5 Fandi Rosi Sarwo, Teori Wawancara Psikodignotik, (Yogyakarta: PT Leutika Nouvalitera,
2016), h. 2.
46
Tabel III. 1 Daftar Informan Penelitian
No Narasumber Posisi Kontribusi dalam
Sosialisasi
1. Dede Slamet
Permana
Ketua Panwaslu Depok Pemateri sosialisasi
2. Ahmad Sholeh
Firdaus Habibi
Anggota KPU Depok Pemateri sosialisasi
3. Fredi Granida Kepala divisi politik
Kesbangpol Depok
Pemateri sosialisasi
sekaligus
penanggung jawab
acara.
4. Hakim Siregar Kepala kantor Kesbangpol
Depok
Pembina dan
pengawas sosialisasi
5. Sofyan Hadi Guru sekolah asal Pemantau peserta
Sosialisasi berasal
dari sekolah
6. Ahmad Ardra Target sosialisasi Peserta dan siswa
SMAN 5 Depok
7. Dinda Firdza Target sosialisasi Peserta dan siswa
SMAN 5 Depok
Sumber: Data Primer (wawancara).
3. Survei Kuesioner
Proses pengumpulan data melalui kuesioner yang berisikan daftar
pertanyaan ataupun pernyataan yang telah disusun secara sitematis yang akan dijawab
oleh responden ataupun sampel yang menjadi bagian dari populasi penelitian. Jenis
kusioner yang digunakan adalah langsung tertutup, jenis ini terdapat pilihan jawaban
dalam lembar kuesioner yang telah ditentukan peneliti.6
6 Burhan Bungin, Analisis Penelitian Data Kuantitatif, (Jakarta: Raja Grafindo, 2009),h.44-45.
47
4. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data yang bersumber dari jurnal, artikel, buku, media cetak
ataupun elektronik serta laporan dokumen primer terkait dengan bahasan penelitian
seperti laporan kerja, rencana kerja dan lain-lain.7
D. Variabel dan Pengukuran
Variabel merupakan elemen dari penelitian, yang mana elemen tersebut
mempunyai beragam nilai berbentuk kuantitatif maupun kualitatif yang dapat berubah
nilainya. Variabel dapat dibedakan menjadi beberapa kategori bergantung pada
parameter yang digunakan pada suatu penelitian.8 Variabel penelitian yang digunakan
pada penelitian kali ini yaitu variabel yang berdasarkan pada hubungan, lebih
jelasnya dijelaskan di bawah ini:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (Independent Variable) atau independen adalah variabel yang
menjadi sebab ataupun yang mempengaruhi variabel lainnya yaitu variabel terikat
(dependent variable). 9 Variabel bebas ini dianggap sebagai penyebab atas kehadiran
variabel terikat.10
Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah sosialisasi
politik Kesbangpol tahun 2018.
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: PT Alfabet
Danandjadja, 2016),h. 291. 8 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS, (Jakarta: Penerbit Kencana, 2017), h.10. 9 Ibid. 10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ,(Bandung: Alfabeta, 2006), h. 61.
48
2. Variabel Terikat
Variabel terikat (Dependent Variable) atau dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi ataupun variabel yang mendapatkan efek ataupun resultan yang
diakibatkan oleh variabel bebas.11
Variabel dependen ini menjadi variabel yang akan
dijabarkan secara komprehensif12
, melalui pembahasan yang dikaji pada Bab IV.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependennya yaitu partisipasi politik
pemilih pemula di Depok yang mendapatkan sosialisasi politik melalui Kesbangpol.
E. Operasionalisasi Konsep
Untuk menjabarkan mengenai komposisi variabel serta indikator yang
digunakan dalam penelitian, penelitian ini mengkategorikannya berdasarkan atas
sifat-sifat teori penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Adapun rincian
pengoperasian indikator variabel adalah sebagai berikut:
Tabel III. 2 Operasionalisasi Konsep Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Skala
Intensitas Sosialisasi Politik
Mengikuti sosialisasi politik lainnya selain dari Kesbangpol.
Mengikuti sosialisasi politik
dari Kesbangpol.
Kualitas Penyampaian Materi Sosialisasi
Penguasaan materi pembicara.
Penyampaian materi menggunakan bahasa yang
mudah dipahami.
11 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, h.10. 12 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, (Bandung: Rafika Aditama, 2015),
h.185.
49
Sosialisasi
Politik
Kesbangpol
(X)
komunikasi berjalan dua arah.
Ordinal
Penyajian materi dikemas
dengan menarik.
Pemahaman Peserta Mengenai
Materi Sosialisasi Politik.
Mengikuti dengan serius
sosialisasi politik.
Memahami materi sosialisasi
dengan baik
Memperoleh informasi politik
yang sebelumnya tidak
diketahui.
Orientasi Sikap Target Sosialisasi
Menyampaikan kembali sosialisasi yang didapat kepada
lingkugan sekitar
Mengetahui tugas hak dan kewajiban sebagai warga
negara.
Menyadari bahwa partisipasi
politik masyarakat berperan penting dalam proses
demokrasi.
Menggunakan dan
memanfaatkan ilmu yang telah didapatkan
melalui sosialisasi dalam
beraktivitas politik.
Memiliki ketertarikan untuk
aktif dalam kegiatan politik
Partisipasi
Politik (Y)
Apathetics
Tidak melakukan aktivitas
politik apapun
Ordinal
Spectators
Partisipasi
Politik
Konvensional
Mengikuti Pemilu
Mengikuti organisasi sosial
masyarakat
Mengikuti rapat dan diskusi
politik
Mengikuti kampanye politik
Mengikuti berita politik
Partisipasi Politik Non-
Mengkritisi kebijakan
pemerintah dengan berdemonstrasi
50
Konvensional
Mengajukan atau mengisi petisi
Terlibat dalam konfrontasi
politik
Gladiators
Menjadi anggota/kader partai politik
Menjadi calon pejabat
Menjadi anggota partai politik
ataupun pengurus partai
politik, hingga pejabat publik.
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk membantu proses
memperoleh data dalam metode kuantitatif yaitu dengan menggunakan survey
kuesioner. Kuesioner tersebut menggunakan skala likert dan pilihan jawaban yang
disediakan seperti berikut ini:
Tabel III. 3 Pilihan Jawaban Kuesioner Berdasarkan Skala Likert
F. Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi yaitu objek keseluruhan yang memiliki karakteristik sama seperti yang
telah ditentukan oleh peneliti sehingga menjadi sasaran ataupun target penelitian.13
Populasi juga sering disebutkan sebagai sebuah golongan yang memiliki suatu
13 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Method),h. 61.
Kategori Alternatif Jawaban Skor
Sangat tinggi SS = sangat setuju 4
Tinggi S = setuju 3
Rendah TS = tidak setuju 2
Sangat rendah STS = sangat tidak setuju 1
51
kesamaan.14
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA/MA Sederajat
Depok yang mendapatkan kesempatan menjadi peserta sosialisasi politik Kesbangpol
dengan berbagai tema yang diberikan. Berdasarkan laporan kerja Kesbangpol, jumlah
peserta sosialisasi politik dalam 1 tahun yaitu 1.100 peserta.15
Sample adalah rangkaian prosedur yang digunakan untuk menetukan hanya
sebagian populasi saja yang dipilih untuk dimanfaatkan sebagai kelompok kecil yang
diangggap representatife dari keseluruh populasi.16
Penelitian ini menggunakan
rumus slovin untuk menentukan jumlah sampel.
Diketahui bahwa jumlah populasi peserta sosialisasi politik sebesar 1.100
peserta dan penelitian ini menggunakan nilai signifikansi 10% (0,1), sehingga banyak
sampel adalah:
14Lisa Harison, Metodelogi Penelitian Politik,(Jakarta: Kencana, 2009),h.22. 15Kesbangpol,―Laporan Kerja Sosialisasi Politik Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Depok Tahun 2018‖. 16 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, h.30.
Keterangan:
n = sampel
N = populasi
e = nilai signifikansi
52
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 91,66 yang digenapkan menjadi 100 sampel siswa siswi SMA
Sederajat pemilih pemula yang menjadi peserta sosialisasi politik Kesbangpol.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan purposive sampling. Berdasarkan pengertian menurut Sugiyono,
purposive sampling merupakan teknik penelitian dengan menentukan sampel
berdasarkan ketentuan maupun pertimbangan tertentu dengan melihat karateristik
maupun ciri-ciri dan sifat pokok populasi yang telah ditentukan oleh peneliti untuk
memperoleh sampel yang representatif.17
Berikut ini adalah karakteristik sampel yang
ditentukan dalam penelitian ini:
a. Sampel harus berasal dari SMA Sederajat yang telah memperoleh sosialisasi
politik dari Kesbangpol pada tahun 2018.
b. Sampel harus terdaftar dalam absensi peserta sosialisasi politik Kesbangpol
tahun 2018.
Karena populasi yang begitu besar dengan total 32 Sekolah dengan jumlah
peserta 1.100 siswa yang telah medapatkan sosialisasi politik dari Kesbangpol Depok.
Maka penulis menentukan 5 sekolah untuk dijadikan sampel dengan jumlah peserta
sosialisasi politik terbanyak yaitu 100 peserta. Secara sistematis berdasarkan syarat
ketentuan sampel yang telah dibahas sebelumnya, penelitian ini mengambil 20 siswa
17 Sugiyono,Metode Penelitian kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan
manual dan SPSS. (Jakarta: Penerbit Kencana,2014) h.122.
53
sebagai sampel dari 5 sekolah yang memiliki peserta sosialisasi terbanyak. Berikut
adalah daftar sekolah yang dijadikan sampel:
Tabel III. 4 Daftar Sekolah yang Dijadikan Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Jumlah Sampel
1. SMA Negeri 5 Kota Depok 20
2. SMK Negeri 1 Kota Depok 20
3. SMK Nasional Limo 20
4. SMA YAPAN Indonesia 20
5. MA Al-Karimiyah 20
Jumlah 100
H. Uji Instrumen Penelitian
Sebelum melangkah lebih jauh, persiapan pematangan kuesioner yang
digunakan sebagai instrumen utama data dalam penelitian memerlukan uji validitas,
uji validitas dipergunakan untuk membuktikan instrumen yang digunakan dalam
proses pengukuran kredibel dan sesuai dengam konsep penelitian.18
H.1. Uji Validitas
Uji validitas ini dipergunakan untuk menguji instrumen-instrumen yang
digunakan dalam kuesioner penelitian, apakah sudah cocok dan sesuai (valid).19
Berikut ini syarat yang digunakan untuk mengetahui kuosioner yang telah terbentuk
sudah tepat untuk dijadikan landasan pengukuran20
:
18 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), h. 45. 19 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, h.48. 20 Ibid., h.47.
54
1. Koefisien korelasi product moment melebihi 0,3 maka item tersebut dinyatakan
valid dan lolos uji.
2. Jika Koefisien korelasi product moment > r-tabel ( n = jumlah
sampel.
3. Nilai sig ≤ .
Berikut ini adalah rumus untuk menguji validitas konstruk dengan teknik korelasi
product moment, yaitu21
:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Berikut ini adalah landasan pengambilan keputusan uji validitas22
:
a. Jika r hitung ≥ r tabel maka setiap instrumen pernyataan dinyatakan valid dan bisa
digunakan dalam penelitian.
b. Jika r hitung ≤ r tabel maka pernyataan dianggap tidak valid dikarenakan tidak
berkorelasi signifikan terhadap jumlah keseluruhan
Untuk membantu penelitian ini dan mempercepat prosesi pengolahan data,
penelitian ini menggunakan Statistikal Product and Service Solution (SPSSv20) untuk
mengolah data kuantitatif penelitian.
21 Ibid., h.48. 22 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif , h.50.
N = jumlah responden
X = skor variabel (jawaban
responden)
Y = Skor total dari variabel
(jawaban responden)
55
H.2. Uji Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas terhadap instrumen pembentuk kuesioner,
tahapan selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas. Dengan melakukan uji
reliabilitas dapat menunjukkan derajat ketepatan ataupun hasil pengukuran yang
konsisten dalam artian jika dilakukan berulang kali maka akan mendapatkan hasil
yang serupa.23
Penelitian ini mengunakan uji reliabilitas dengan teknik alpha
cronbach, rumus ini dugunakan karena instrumen penelitian terdiri dari pilihan ganda
yang menginterpretasikan penilain sikap24
. Berikut ini adalah bentuk rumus alpha
cronbach25
:
r11 = [
] [
∑ b
]
I. Metode Analisis Data.
Metode analisis data adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam
menganalisa data penelitian yang sudah terkumpul26
. Penelitian ini menggunakan
bantuan software SPSSv20 (Statistikal Product and Service Solution) berikut adalah
tahapan metode analisa yang akan dilakukan dalam penelitian ini:
23 Ibid.,h.55. 24 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif , h.57. 25 Ibid.,h.58. 26 Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009).h. 10.
Keterangan:
r11 : Koefisien reliabilitas instrumen.
k : Jumlah butir pertanyaan.
∑ δ b : Jumlah varian butir.
δ 𝑡 : Varian total.
56
I.1. Analisis Statistik Deskriptif
Teknik statistik deskriptif ini merupakan bentuk analisis data penelitian yang
digunakan untuk menarik kesimpulan atau menggeneralisir dan memberi gambaran
keseluruhan mengenai persepsi dan pandangan responden dalam menjawab
kuesioner. Pendeskripsian ini berguna untuk menjelaskan hasil penelitian berdasarkan
distribusi frekuansi variabel yang diperoleh (skor rata-rata)27
. Menurut pandangan
Sugiyono, analisis deskriptif dimanfaatkan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan
data yang telah diperoleh dengan menyimpulkan berdasarkan perhitungan rata-rata28
.
Berikut adalah rumus hitung analisis deskriptif:
X =
I.2.Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui kepastian
persebaran data yang telah diperoleh, apakah data berdistribusi secara normal atau
tidak.29
Data yang digarap dalam uji normalitas berbentuk skala interval, ordinal
maupun rasio. Karena bentuk penelitian ini menggunakan analisis metode parametik,
27 Usman, Metode Penelitian Sosial. h.129 28 Sugiyono,Metode Penelitian kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan
manual dan SPSS, h. 206. 29 Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki, Statistika Terapan: Untuk Penelitian Ilmu-
ilmu Sosial.(Yogyakarta: Gadjah Mada university Press, 2000).h, 110.
Keterangan:
= Skor rata-rata yang dicari.
X = Jumlah skor gabungan
N = Jumlah responden.
57
maka salah satu syarat yang harus terpenuhi adalah data harus berdistribusi normal.30
Dalam melakukan uji statistik penelitian ini menggunkan SPSSv20 (Statistikal
Product and Service Solution) dengan menggunakan metode kolmogorov smirnov.
Berikut ini adalah dasar pengambilan keputusan dalam melakukan uji normalitas
menurut Singgih Sanoto:
a. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
bersifat normal.
b. Jika nilai Probabilitas < 0,05 maka dapat disumpulkan bahwa model regresi
tidak bersifat normal.
I.3. Uji Linearitas
Uji ini dimanfaatkan untuk mengetahui bentuk sebaran data apakah linear atau
berbentuk kurva31
. Uji linearitas merupakan salah satu uji yang harus dilakukan
sebelum melakukan analisis korelasi ataupun regresi linear.32
Suatu variabel dapat
dikatakan berdistribusi secara normal, jika pola gambar persebaran titik-titik data
membentuk garis diagonal atau posisi persebaran data berada pada sekitar garis lurus
dari kiri bawah ke kanan atas.33
Dalam melakukan uji linearitas, dengan
menggunakan SPSSv20 (Statistikal Product and Service Solution) memanfaatkan
menu analisis test for linearity. Berikut ini adalah landasan pengambilan keputusan
uji linieritas:
30 Ibid.,278 31 Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki, Statistika Terapan.h, 296 32 Ibid. 33 Jonathan Sarwono, Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif: Menggunakan Prosedur
SPSS, ( Jakarta: Elex Media Komputindo, 2012), h.194.
58
a. Jika nilai Signifikansi > 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
b. Jika nilai Signifikansi < 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear antara
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
I.4. Uji Korelasi (Hubungan)
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel
yang akan diuji34
, dengan melakukan uji korelasi dapat diketahui tingkat keeratan
atau tingkat pengaruh variabel X terhadap variabel Y (koefisien korelasi). penulis
menggunakan SPSSv20 (Statistikal Product and Service Solution) dengan
menggunakan pearson product moment corelation. Dengan karakteristik uji sebagai
berikut:
1. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel saling
berhubungan.
2. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka dapat disumpulkan bahwa variabel tidak
saling berhubungan.
I.5. Uji Regresi Linier Sederhana
Uji regresi linear sederhana merupakan metode yang digunakan untuk
mengukur besar tingkat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Dalam uji regresi menggunakan persamaan matematik dengan rumus sebagai
berikut35
:
34 Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki, Statistika Terapan.h 129. 35 Husein Umar, Riset Strategi Pemasaran (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005),h. 307.
59
Y = a + b X
Mengenai definisi analisis regresi, Gujarati dan Jonathan Sarwono
mendefinisikan bahwa analisi regresi merupakan kajian yang melihat hubungan suatu
variabel di antaranya variabel yang diterangkan (variabel terikat) dan variabel yang
menerangkan (variabel bebas)36
.
36 Jonathan Sarwono, Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif: Menggunakan Prosedur
SPSS.(Jakarta: Elex Media Komputindo,2012), h. 194.
Y= Variabel dependen X= Variabel Independen
a = Konstanta
b= Koefisien arah regresi
60
BAB IV
KESBANGPOL DEPOK DAN SOSIALISASI POLITIK
Bab ini memuat bahasan mengenai profil Kesbangpol Depok dengan
memaparkan tugas pokok dan fungsi serta landasan yang digunakan oleh Kesbangpol
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Pada bagian awal pembahasan
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Di dalamnya terdapat paparan data
hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai metode pengumpulan data seperti
wawancara berbagai narasumber yang terikat langsung dalam proses sosialisasi
politik Kesbangpol, dan studi kepustakaan yang didapatkan melalui laporan kerja
serta rencana kerja Kesbangpol 2018-2019.
A. Profil Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Depok.
Termaktub pada peraturan Derah Kota Depok Nomor 19 Tahun 2012
mengenai perubahan peraturan daerah Kota Depok No 08 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Walikota Depok. Kesbangpol Depok
didirikan berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 33 Tahun 2016 yang di dalamnya
terkandung tugas-tugas serta kewajiban Kesbangpol sebagai badan yang mengurus
permasalahan politik, kesatuan bangsa, dan perlindungan masyarakat. Kontribusi
yang dilakukan oleh Kesbangpol Depok dalam meyebarkan wawasan kenegaraan
terhadap masyarakat, sangat membantu pemerintah kota dalam menjalankan
kewajibannya untuk membangun kualitas pemahaman politik pada masyarakat.1
1 Kesbangpol, ―Profil Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Depok‖.
61
Pada dasarnya Kesbangpol adalah bagian dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang menjadi pembantu pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
serangkaian rencana kegiatan dan pelaksanaan program kegiatan mengenai
kebangsaan, persatuan, pembauran dan penanganan konflik, peningkatan wawasan
kebangsaan dan bela negara, pendidikan politik warga, peningkatan kerukunan umat
beragama, serta pemberdayaan organisasi sosial dan politik.2
B. Struktur Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik.
Berdasarkan pada Peraturan Walikota Depok nomor 33 tahun 2016 mengenai
rincian tugas pokok, fungsi dan uraian tugas kantor kesatuan bangsa dan politik
berikut ini adalah organigram Kesbangpol Depok3:
Gambar IV. 1 Struktur Kepengurusan Kesbangpol Kota Depok4
2 Kesbangpol, ―Rencana Kerja Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik tahun 2018-2019‖, h.5-8. 3 Ibid.,h.25. 4 Kesbangpol, ―Profil Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Depok‖
Kepala
Kantor
Kasubag.Tata
Usaha
Kasi
Hubungan
Antar Lembaga
dan Politik
Kasi
Kewaspadaan
Nasional
Kasi Bina Ideologi dan
Wawasan
Kebangsaan
Kelompok
Jabatan
Fungsional
62
Melalui profil Kesbangpol Depok, diinformasikan bahwa organisasi perangkat
daerah Kesbangpol Depok masih berbentuk kantor, berbeda dengan Kesbangpol di
beberapa daerah seperti Jakarta dan Bogor yang sudah berbentuk badan. Perbedaan
antara badan maupun kantor jelas terletak pada jumlah sumber daya manusia yang
menjadi pengurus dalam suatu unit perangkat daerah. Kesbangpol Depok sendiri
memiliki tim pengurus berjumlah 18 orang.5
Dalam program sosialiasasi politik yang Kesbangpol selenggarakan, divisi
yang menjadi penanggung jawab sepenuhnya merupakan divisi hubungan antar
lembaga dan politik dalam negeri, pada tahun 2018 elit birokrasi yang menjabat
adalah Fredi Garnida dan tim. Berdasarkan fungsi dari divisi seksi hubungan antar
lembaga dan politik dalam negeri yang tercantum dalam Peraturan Walikota Nomor
33 Tahun 2016 menyatakan bahwa divisi ini bertugas mengadakan program dalam
bidang sistem implementasi politik seperti kelembagaan politik pemerintahan dan
partai politik, budaya dan pendidikan politik dengan berbagai macam bahasan dan
tema politik berskala kota. Tugas pokok dari seksi ini ialah memfasilitasi,
mengkomunikasikan dan menentukan materi sosialisasi yang diberikan kepada
masyarakat.6
C. Program-Program dan Kegiatan Kerja Kesbangpol Depok
Dalam merumuskan dan menentukan program, Kesbangpol sendiri memiliki
indikator yang menjadi standar rencana kerja dan kebutuhan pelayanan masyarakat,
5 Kesbangpol, ―Profil Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Depok‖. 6 Peraturan Walikota No 33 Tahun 2016 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Kesbangpol. Pasal
8 ayat 2-3.
63
yaitu mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Indikator Kinerja Kunci
(IKK). Berlandaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.7 Berikut ini capaian
kinerja Kesbangpol Depok:
1) Sosialisasi dan Pendidikan Politik.
Proses kegiatan sosialisasi politik dan pendidikan politik yang
diselenggaraakan oleh Kesbangpol merupakan salah satu metode pemerintah untuk
memberikan sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk memahami hak, kewajiban
serta tanggung jawab yang harus dimiliki setiap warganya. Pendidikan dan sosialisasi
politik yang diselenggarakan oleh Kesbangpol disajikan dalam berbagai bentuk
seperti seminar, pelatihan, dialog publik, serta berbagai inovasi baru yang dikeluarkan
oleh Kesbangpol seperti kemah pemuda. Pembahasan lebih dalam mengenai
pendidikan politik dan sosialisasi politik yang dilakukan oleh Kesbangpol merupakan
bahasan utama dari penelitian kali ini, lebih lanjutnya akan dibahas dalam sub bab
selanjutnya.
2) Pengiriman Peserta Pelatihan Wawasan Kebangsaan
Dalam kegiatan ini Kesbangpol mengirim beberapa peserta untuk mendapat
pembekalan pengetahuan dan pemahaman mengenai kesatuan bangsa dan politik
untuk mempertahankan eksistensi Indonesia dalam meningkatkan kapasaitas
7 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
64
masyarakat mengenai politik sekaligus membentuk karakter dan budaya politik yang
menunjang kualitas demokrasi Indonesia.8
3) Verifikasi Bantuan Partai Politik
Bantuan dana ini diberikan untuk menunjang dan mendomblang kinerja partai
politik untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sebelum diberikannya bantuan tersebut
partai politik harus memberikan permohonan bantuan keuangan sebagai persyaratan
administrasi yang harus dilewati. Tidak lepas dari itu setelah dana bantuan diberikan
partai politik wajib memberikan laporan pertanggung jawaban perihal bantuan
keungan partai politik. Kemudian kesbangpol bertugas memverifikasi laporan hasil
pertanggungjawaban bantuan keuangan partai politik.9
4) Bimbingan Teknik bagi Pengurus Partai Politik.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kesbangpol bertujauan untuk membimbing
pengurus partai politik dalam mengelola partai politik mengenai tahap-tahap yang
harus ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan internal partai dan
menyelesaikan perselisihan internal partai politik. Guna memaksimalkan partai
politik dalam menjalankan tugas dan fungsinya Kesbangpol bertugas untuk melatih
dan membentuk partai politik menjadi item yang mampu mendulang sistem politik
Indonesia yang demokratik dengan dilandasi budaya politik yang Pancasilais dan
beretika.10
8 Kesbangpol, ―Rencana Kerja Kesbangpol Depok Tahun 2018-2019‖. 9 Ibid.,h. 26. 10 Kesbangpol, ―Rencana Kerja Kesbangpol Depok Tahun 2018-2019‖.
65
5) Forum Pembauran Kebangsaan.
Berlatarbelakang mengatasi perihal konflik yang sukar terjadi dilingkungan
masyarakat, Kesbangpol membentuk kegiatan Kampung Pembauran dan kegiatan
kemah lintas agama. Untuk memberikan pengalaman pembelajaran serta contoh
bentuk kehidupan yang harmonis dalam kebhinekaan. Menciptakan kerukunan umat
dan pembauran masyrakat dilakukan untuk menciptakn persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.
6) Pembinaan Organisasi Masyarakat (Ormas), Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP).
Kesbangpol memberikan pembinaan kepada stakeholder yang ada di Depok
baik dari Ormas, LSM, dan OKP guna memberdayakan serta membangun kerjasama
pemerintah daerah dengan organisasi masyarakat dalam bidang kesatuan bangsa dan
politik dalam negeri. Pembinaan yang dilakukan ialah penguatan kapasitas ormas
dengan membentuk ormas yang transparan dan akuntabel, sehingga terciptanya
profesionalitas kerja dan kemandirian Ormas. Program ini merupakan salah satu
usaha pemerintah dalam membangun bangsa dalam bentuk mikro.11
Bentuk
programnya seperti program peningkatan peran agama dalam pembangunan
partisipatif.
7) Program Peningkatan Ketentraman dan Keterliban masyarakat.
Program ini dibagi jadi berbagai bentuk seperti pengawasan terhadap
keberadaan orang asing. Hal ini dilakukan untuk memonitoring keamanan dan
11 Kesbangpol, ―Rencana Kerja Kesbangpol Depok Tahun 2018-2019‖.
66
ketertiban wilayah. Selanjutnya kesbangpol membentuk Forum Kewaspadaan Dini
Masyarakat (FKDM) forum ini rutin diadakan sebagi langkah pemerintah dalam
meningkatkan kewaspadaan terhadap keamanan, ketertiban, bencana alam dan hal
lainnya yang menjadi permasalahan masyarakat. Demi mewujudkan rasa tentram
aman dan damai pada masyarakat.12
Tugas-tugas Kesbangpol yang telah dijabarkan sebelumnya memperlihatkan
bahwasannya Kesbangpol memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengurus dan
mengordinir sektor pertahanan dan pendidikan politik di Kota Depok. Mulai dari
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, hingga meningkatkan
ketentraman serta keterlibatan masyarakat untuk guyub bergotong royong.13
12 Ibid. 13 Wawancara dengan Hakim Siregar (Kepala Kantor Kesbangpol Depok Tahun 2019)
67
D. KESBANGPOL DEPOK DAN PENGAKOMODASIAN PROGRAM
SOSIALISASI POLITIK
D.1. Persiapan Kesbangpol dalam Menyelenggarakan Sosialisasi Politik
Sama halnya dengan program pemerintah lain, setiap poin bentuk kebijakan
mengenai kegiatan ataupun peraturan yang dikeluarkan oleh Kesbangpol selaku
instansi pemerintahan yang berlakon sebagai pemangku kebijakan mengenai
sosialisasi politik, sebelum menyelenggarakan kegiatannya, Kesbangpol mendesain
sematang mungkin mengenai persiapan, pelaksanaan dan hasil yang diinginkan
(output) untuk setiap program yang dibentuk. Pembahasan rancangan kegiatan
dibahas melalui rapat kerja ataupun rencana kegiatan yang dilaksanakan rutin oleh
Kesbangpol.
Dalam persiapan penyelenggarakan sosialisasi politik pada masyarak at,
Kesbangpol merancang konsep sosialisasi berdasarkan anggaran yang didapatkan dari
negara. Pada tahun 2018 Kesbangpol mendapatkan pagu indikatif sebesar Rp
1.080.000.000,- khusus untuk menyelenggarakan sosialisasi dan pendidikan politik
kepada masyarakat.14
Dengan latar belakang tahun 2018 yang erat dengan pesta
demokrasi pada triwulan IV Kesbangpol memperoleh tambahan dana sebesar Rp
330.000,- kegiatan sosialisasi ini diselenggarakan pada 11 kecamatan. Dana ini
digunakan untuk membiayai lokasi sosialisasi, konsumsi selama acara berlangsung,
14 Kesbangpol, ―Pembukuan Laporan Keuangan Kesbangpol Depok tahun 2018‖.
68
honorium pembawa acara dan pemateri sosialisasi, serta ongkos bagi para peserta
sosialisasi politik.15
Setelah mendapatkan dan mengetahui pagu indikatif yang diberikan oleh
negara, Kesbangpol menentukan lokasi sosialisasi politik, Kesbangpol membagi
menjadi dua metode. Pertama, roadshow dengan mendatangi langsung sekolah-
sekolah yang menjadi target sosialisasi, dengan mendatangi langsung sekolah
tersebut, Kesbangpol mampu memberikan sosialisasi secara merata kepada siswa-
siswi pemilih pemula yang ada di sekolah. Kemudian manfaat lainnya Kesbangpol
mampu menekan pengeluaran dana untuk sewa gedung dan transportasi bagi peserta
sosialisasi. Sekolah yang didatangi oleh Kesbangpol memiliki 100 kuota untuk
menjadi peserta sosialisasi.16
Metode kedua, mengundang beberapa sekolah untuk menghadiri sosialisasi
politik yang diselenggarakan oleh Kesbangpol di tempat yang telah ditentukan oleh
Kesbangpol Depok. Pada 2018 Kesbangpol Depok mengadakan sosialisiasi politik di
aula Godong Ijo Sawangan dan Wisma Hijau Cimanggis. Pada satu hari pelaksanaan
sosialisasi politik dihadiri sekitar 7-10 sekolah undangan dengan jumlah peserta 15-
20 siswa dari sekolah yang telah diundang.17
D.2. Perumusan Target dan Hasil Pelaksanaan Sosialisasi Politik.
Melalui rapat kerja yang khusus membahas mengenai agenda sosialisasi
politik Kesbangpol. Kesbangpol menentukan pemilih pemula sebagai target
15 Kesbangpol, ―Laporan Rencana Kerja Kesbangpol Depok Tahun 2018-2019‖. 16 Wawancara dengan Fredi Garnida (Kepala Divisi Politik) Pada tanggal 26 Agustus 2019. 17 Ibid.
69
sosialisasi, pemilih pemula di Depok sendiri memiliki persentasi sebesar 30%.
dengan tujuan meningkatkan pemahaman pelajar terhadap hak dan kewajiban
berpolitik dalam kehidupan bermasyarakat, meningkatkan kedewasaan serta
pemahaman mengenai wawasan kebangsaan terhadap pemilih pemula, serta
memaksimalkan partisipasi pelajar selaku pemilih pemula dalam berdemokrasi
sehingga fungsi masyarakat selaku pengawas pemerintah menjadi lebih aktif dan
pengawasannya berdasarkan atas budaya politik yang beazaskan Pancasila.18
Karakteristik pemilih pemula yang masih awam dalam bermanuver politik
atau masih tabu dengan politik, dalam artian polos dan belum sepenuhnya mengerti
perihal politik diharapkan dengan memperoleh sosialisasi politik, pemilih pemula
yang cenderung tersebar dan bersifat fleksibel, mampu menjadi salah satu agen
sosialisasi yang bisa masuk ke rentan usia dibawah mereka ataupun atas mereka
karena pemilih pemula yang dijadikan peserta menduduki usia yang cukup matang
untuk bisa menjadi agen perubah bagi sesama. Sehingga pemilih pemula diharapkan
mampu mentransfer ilmunya ke orangtua, keluarga, maupun teman. Adanya pemilih
pemula diharapkan menjadi perantara untuk tersampaikannya pendidikan politik
kepada berbagai generasi.19
D.3. Pengembangan dan Penentuan Pemateri Sosialisasi Politik Kesbangpol.
Sebelum menyelenggarakan sosialisasi politik kepada masyarakat baik
Kesbangpol, KPU, dan Bawaslu selaku tim dalam mensukseskan acara sosialisasi,
18 Kesbangpol, ―Laporan Rencana Kerja Kesbangpol Depok Tahun 2018-2019‖. 19 Wawancara dengan Firdaus Habibi, (Pemateri Sosialisasi Politik Kesbangpol) di kantor
KPUD Depok Pancoran mas, pada 29 Juli 2019.
70
badan-badan tersebut telah mendapatkan pelatihan ataupun yang dikenal dengan
―Pelatihan Fasilitator Pendidikan Wawasan Kebangsaan dan Politik‖ yang rutin
diadakan tiap tahunnya. Pelatihan ini sendiri diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Kesatuan Bangsa Politik dan Hukum Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia,
guna mempersiapkan tenaga ahli sebelum terjun langsung memberikan sosialisasi
terhadap masyarakat dengan bentuk pelatihan seminar dan simposium.20
Dalam
menentukan pemateri sosialisasi, Kesbangpol berkolaborasi dengan berbagai insitusi
yang berkonsentrasi dalam bidang politik seperi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Tabel IV. 1 Tabel Narasumber Sosialisasi Politik Kesbangpol21
Pemateri Sosialisasi
Utusan Instasi
Pembahasan
Mahadi Rahman KPU Depok Demokrasi
Willi Sumarlin Bawaslu Depok Pengawasan Pemilu
Asnawi Kemenag Islam dan Politik
Fajar Mukhlisin Bawaslu Depok Partai Politik
Naufal Aqli KPU Depok Pemilu
Agus Hermawan Bawaslu Depok Pemilih Pemula
Sriyono Bawaslu Depok Pemilu
Agus Hermawan Bawaslu Depok Demokrasi
Kholil Pasaribu KPU Depok Pancasila
Aldhi Septiawan KPU Depok UUD
Mahmurru KPU Depok Bhineka Tungga lka
Mohammad Idris Walikota Depok Islam dan Demokrasi
Dede Slamet P Bawaslu Depok Pancasila
Alberto Felix Bawaslu Depok Demokrasi
Luli Barlini Bawaslu Depok Pemilu
20 Wawancara dengan Fredi Graneda, (Kepala divisi politik Kesbangpol Depok) di kantor
Kesbangpol Margonda Depok, pada 9 Agustus 2019. 21 Kesbangpol, ― Laporan Kerja Kesbangpol Tahun 2018‖.
71
Ardiansyah Bawaslu Depok UUD dan ke-bhinekaan
Firdaus Habibi KPU Depok Pemilu
Pitoyo Dinas Pendidikan Kewarganegaraan
Suharlin Bawaslu Depok Negara dan sistem negara
Iskandar KPU Depok NKRI
Tati Herawati Staf bag. Ortala Moderator. Sumber: Laporan Kerja Kesbangpol Tahun 2018
Membahas mengenai sosialisasi politik Kesbangpol, pemateri sosialisasi
Kesbangpol mendapatkan honorarium dengan perhitungan yang telah ditentukan.
Sesuai dengan kebijakan kerja yaitu melihat kedudukan jabatan serta jam kerja yang
dihabiskan. Jika pengisi materi merupakan anggota utama atau komisioner maka
perhitungannya akan dikalikan Rp 500.000 perjamnya, untuk tenaga ahli akan
dikalikan Rp 200.000. Maka tiap pemateri akan mendapatkan sekitar Rp 200.000
hingga Rp 1.000.000 setiap mengisi acara sosialisasi.22
D.4. Tema dan Materi Pembahasan dalam Sosialisasi Politik
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, Kesbangpol merumuskan materi
pembahasan berdasarkan atas program pelatihan yang sebelumnya sudah
dilaksanakan dan telah disinggung pada bahasan sebelumnya. Beberapa materi
difokuskan untuk memberdayakan masyarakat untuk mengoperasionalkan informasi
mengenai wawasan dan pengetahuan pengenai prinsip dasar negara, sistem negara
dan prinsip berkehidupan dalam berbangsa dan bernegara yang baik.
22 Laporan Penerimaan Honorarium, Narasumber, Moderator, Notulen, dan Non PNSD.
Kegiatan Sosialisasi Pendidikan Politik Pemilih Pemula.
72
Berikut adalah tema pembahasan dalam sosialisasi politik yang Kesbangpol
kepada pemilih pemula23
:
1. Sosialisasi pemilihan gubernur dan wakil gubernur Provinsi Jawa Barat tahun
2018 bagi pemilih pemula.
2. Pendidikan politik bagi pelajar Madrasal Aliyah pemilih pemula Kota Depok
siap wujudkan pemilu damai demokratis dan bermartabat.
3. Sosialisasi pemilihan presiden dan wakil presiden untuk pemilih pemula bagi
pelajar SMA/ SMK sederajat Kota Depok untuk mewujudkan pemilih cerdas
pemilu berkualitas.
4. Pengenalan partai politik di Indonesia beserta peran dan fungsi partai politik
kepada pemilih pemula.
5. Pendidikan mengenai wawasan kebangsaan, Pancasila, UUD 1945 dan
Bhineka Tunggal Ika untuk pemuda bangsa.
Tema besar yang sudah disebutkan sebelumnya memiliki fokus dan bahasan
yang berbeda mulai dari pengenalan sistem negara dan ketatanegaraan, hak-hak
politik rakyat, partai politik dan pemilu. Bisa dilihat bahwasannya kurikulum tersebut
merupakan perumusan yang dibentuk untuk meningkatkan kesadaran politik
masyarakat. Melalui kerangka dasar yang telah dirumuskan yaitu mengenal,
memahami, dan mengimplementasikan wawasan politik yang diperoleh pada
sosialisasi yang diberikan.24
Terkhusus untuk sosialisasi pemilih pemula pada tahun 2018, memang
dipersiapkan untuk menghadapi pemilu baik itu pemilihan gubernur tahun 2018 dan
23 Kesbangpol, ―Laporan Kerja Kesbangpol Tahun 2018‖. 24 John Balla dan Ramadhan, Panduan Pendidikan Politik untuk Fasilitator, (Yogyakarta:
Insist,1999),h. 2.
73
pemilihan presiden untuk tahun 2019. Karenanya isi dari sosialisasi politik cenderung
dan lebih banyak membahas tentang demokrasi, partai politik, pemilu, tahapan
pemilu, dan simulasi pencoblosan. Untuk lebih detailnya, berikut ini adalah
kurikulum pembahasan yang digunakan dalam sosialisasi politik:
Tabel IV. 2 Kurikulum Sosialisasi Politik Kesbangpol25
Materi Poin Pembahasan
Pancasila
Perspektif historis
Makna dan fungsi Pancasila sebagai
dasar negara
Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa
Aktualisasi Pancasila
Undang-Undang Dasar 1945
Sejarah Undang-Undang Dasar
Paham Konstitusionalisme dan negara
hukum
Aktualisasi UUD Republik Indonesia
Bhineka Tunggal Ika
Perspektif Historis,Sosiologis, dan
Antropologis
Makna dan fungsi seloka Bhineka
Tunggal Ika
Aktualisasi Bhineka Tunggal Ika
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
Perspektif historis NKRI
Makna dan fungsi NKRI
Wawasan nusantara
Demokrasi
Demokrasi dan kebebasan dalam
berbangsa dan bernegara
Keterlibatan warganegara dalam
pembuatan kebijakan publik
Berdemokrasi dengan santun dan
bermartabat
Pemilu
Partai politik peran dan fungsi
Cerdas menggunakan hak pilih
Pembagian Dapil
Simulasi pencoblosan Sumber: Modul Fasilitator Pendidikan Wawasan Kebangsaan.
25 Modul Fasilitator Pendidikan Wawasan Kebangsaan.
74
D.5. Peserta Sosialisasi Politik Kesbangpol
Penentuan peserta sosialisasi tidak ditentukan oleh Kesbangpol melainkan
dipilih oleh KCDP (Kepala Cabang Dinas Pendidikan) pada tingkat provinsi, setelah
Dinas Pendidikan memberikan daftar sekolah yang diundang sebagai peserta
sosialisasi kemudian Kesbangpol bertugas menyebar surat undangan.26
Peserta
sosialisasi politik Kesbangpol berasal dari beberapa siswa-siswi kelas 11-12 SMA
MA SMK sederajat yang ada di Kota Depok. Berikut ini adalah tabel sekolah peserta
sosialisasi.
Tabel IV. 3 Sekolah Yang Menjadi Peserta Sosialisasi Politik27
No Nama Sekolah Jumlah
Siswa
Pelaksanaan
1. SMA Negeri 5 Depok 16
Selasa, 6 November 2018
2. Madrasah Aliyah Al-Awabin 16
3. Madrasah Aliyah Hamidiyah 16
4. Madrasah Aliyah Al-Karimiyah 16
5. Madrasah Aliyah Al-Ittihad 16
6. Madrasah Aliyah Darul Arqom 16
7. Madrasah Aliyah Islamiyah 16
8. Madrasah Aliyah Nurul Huda
Assuriyah
16
Rabu, 7 November 2018
9. Madrasah Aliyah Al-Nahdlah 16
10. Madrasah Aliyah Miftahul huda 16
11. Madrasah Aliyah Qotrunada 16
12. Madrasah Aliyah Al-Hidayah 16
13. Madrasah Aliyah Al-Wutsqo 16
26 Wawancara dengan Hakim Siregar, (Kepala Kantor Kesatun Bangsa dan Politik) di Kantor
Kesbangpol Margonda Depok, pada 26 Agustus 2019. 27 Kesbangpol, ―Laporan Kegiatan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2018‖.
75
14. Madrasah Aliyah Ar-Rahmaniyah 16
15. Madrasah Aliyah YPPD 16
Kamis, 8 November 2018
16. Madrasah Himatul Aliyah 16
17. Madrasah Aliyah Hidayatullah 16
18. Madrasah Aliyah Ibnu Nafis 16
19. Madrasah Aliyah Nur Al-Zahra 16
20. Madrasah Aliyah Nasyatul Khair 16
21. Madrasah YPPD 16
Jumat, 9 November 2018
22. Madrasah Aliyah Al-Jihad 16
23. Madrasah Aliyah Ar- Ridho 16
24. Madrasah Aliyah Nur Al-Zahra 16
25. Madrasah Aliyah Islamiyah 16
26. SMK Nasional Limo 100 Senin , 20 Agustus 2018
27. SMK Negeri 1 Tapos 100 Selasa, 21 Agustus 2018
28. SMK Negeri 2 Sawangan 100 Rabu, 22 Agustus 2018
29. SMK Multicomp Cilodong 100 Kamis, 23 Agustus 2018
30. SMA Al-Karimiyah 100 Jumat, 24 Agustus 2018
31. SMA Negeri 5 Depok 100 Senin, 27 Agustus 2018
32. SMA Yapan Indonesia 100 Selasa, 28 Agustus 2018
Jumlah 1.100 Peserta sosialisasi Politik
Sumber: Laporan Kegiatan Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Tahun 2018.
Dalam melakukan sosialisasi politik untuk masyarakat Depok, Kesbangpol
berusaha semaksimal mungkin menyamaratakan kesempatan tiap sekolah untuk
memperoleh sosialisasi. Tiap tahunnya Kesbangpol memilih golongan atau kelompok
sekolah yang berbeda baik negeri ataupun swasta. Jika pada tahun 2017 fokusnya
76
kepada siswa SMK, tahun 2018 berfokus pada Madrasah Aliyah, kemudian untuk
tahun 2019 yaitu SMA28
.
Sosialisasi politik yang telah rutin dilaksanakan oleh Kesbangpol ini
merupakan langkah besar pemerintah dalam menanamkan ideologi dan membangun
pemahaman politik kepada masyarakat, terlihat dari kurikulum yang dirancang sesuai
dengan kebutuhan dan kultur politik masyarakat.
Membahas mengenai peserta sosialisasi politik Kesbangpol, jika dihubungkan
dengan tahapan sosialisasi yang dikemukakan oleh Robert H Blank29
, pemilih pemula
berada pada tahap kedua yaitu sosialisasi yang diarahkan pada remaja yang masuk
usia dewasa, menunjukkan adanya intensitas relasi dengan kelompok pergaulan
sangat tinggi. Pada tahap ini bentuk sosialisasi yang diperoleh melalui pengembangan
emosional dalam memperoleh pengetahuan mengenai lembaga politik. Kelompok
teman main menjadi pihak yang melakukan sosialisasi memiliki posisi yang sama
dengan target sasaran karena kelompok ini saling membagi informasi yang diperoleh
perihal isu-isu politik atau bahasan politik lainnya.30
D.6. Perencanaan Konsep Kegiatan Sosialisasi Politik
Bentuk sosialisasi yang diharapkan oleh Kesbangpol adalah bentuk seminar
santai, tidak bersifat formal, dengan konsep pembelajaran yang memberikan
kesempatan bagi peserta untuk bertanya maupun mengkritisi materi yang dibahas.
28 Wawancara dengan Fredy Garneda, (Ketua Divisi Polik Kesbangpol tahun 2018) di kantor
Kesbangpol Margonda Depok, pada 9 Agustus 2019. 29 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, h.20 30 Ibid.,h.21.
77
Kesbangpol menginginkan kultur suasana yang atraktif dan enerjik dalam proses
komunikasinya, materi sosialisasi diselingi dengan (ice breaking) sehingga tidak
terkesan kaku. Dalam proses penyampaian materi tidak hanya bersifat teoritis
sehingga terdapat praktek-praktek yang disesuaikan dengan bahasan, seperti simulasi
pemilihan dan lain-lain. Materi yang diberikan sangat inovatif dengan berbagai
bentuk sarana penyampaian berupa slide, lagu, komik, gambar, ataupun video demi
mempermudah dan memikat daya tarik peserta sosialiasasi, yaitu pemilih pemula.31
Melalui observasi yang telah dilakukan, sosialisasi Kesbangpol cenderung
menggunakan teaching perspective karena berfokus pada pemateri dalam
penyampaian nilai-nilai atau suatu pemahaman. Pemateri cenderung memberikan
banyak informasi dibandingkan dengan mengadakan dialog antar peserta dan
pemateri. Sosialisasi bersifat pasif karena bergantung pada pemateri, karena hanya
dibentuk untuk menerima materi tanpa adanya respon tanggapan (sosialisasi berjalan
satu arah)
D.7. Faktor Penghambat Sosialisasi Politik Kesbangpol
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Kepala Kantor Kesbangpol
Depok, yaitu Hakim Siregar mengatakan bahwasannya selain faktor anggaran yang
menjadi penghambat frekuensi sosialisasi kepada masyarakat (terbatasnya peserta
sosialisasi). Faktor lainnya adalah kurangnya sumber daya manusia atau tenaga kerja
31 Wawancara dengan Firdaus Habibi, (pemateri sosialisasi politik Kesbangpol) di kantor
KPUD Depok Pancoran Mas pada 29 Juli 2019.
78
yang ada di Kesbangpol. Kesbangpol hanya memiliki 18 tenaga kerja, sedangkan
Kesbangpol memiliki program yang cukup banyak, diharapkan Kesbangpol Depok ke
depannya bisa berubah jadi unit pemerintahan yang berbentuk badan.32
Dengan
perubahan bentuk Kesbangpol yang sebelumnya kantor menjadi badan dipercayai
mampu menunjang kualitas persiapan berbagai program kegiatan sosialisasi.
Berbeda dengan tanggapan Dede Slamet yang mengatakan bahwasannya
sosialisasi politik harus dilakukan secara rutin dan bukanlah kegiatan yang bersifat
aksidental dikarenakan mendekati pemilu. Dede juga mengatakan bahwasannya sikap
apatis salah satu perserta juga terkadang menjadi penghambat dari sosialisasi politik
dikarenakan tidak semua orang memiliki pandangan terbuka serta ketertarikan
terhadap politik.33
E. Hasil Pengujian Pengaruh Sosialisasi Politik Kesbangpol Terhadap
Partisipasi Politik Pemilih Pemula
Pada bagian ini menyajikan hasil berbagai uji statistika yang digunakan untuk
mengukur dan menganalisis hipotesis yang diajukan. Untuk membantu menghitung
dan mengukur dalam bentuk statistika, penelitian ini menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSSv20), hasil data yang diperoleh melalui
perhitungan ditampilkan dan dijelaskan dalam bentuk gambar ataupun tabel. Seperti
32 Wawancara dengan Hakim Siregar, (kepala kantor Kesbangpol) di kantor Kesbangpol
Margonda Depok, pada 26 Agustus 2019. 33 Wawancara dengan Dede Slamet, (pemateri sosialisasi politik Kesbangpol), di kantor
Bawaslu Beji Depok, pada 30 juli 2019.
79
yang sudah disinggung pada bab sebelumnya penelitian ini menggunakan mixed
method yaitu penggabungan metode kualitatif dan kuantitatif.
F. Uji Validitas
Uji Validitas dan reliabilitas ini dilakukan terhadap 28 pernyataan di
antaranya adalah 18 variabel sosialisasi politik Kesbangpol dan 10 peryataan variabel
partisipasi politik. Seperti yang sudah dilampirkan pada Bab III, 18 pernyataan
mengenai variabel sosialisasi politik berisi intensitas memperoleh sosialisasi politik,
kualitas penyampaian sosialisasi, pemahaman peserta, serta orientasi sikap perseta
dan partisipasi politik. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas kuesioner:
Tabel IV. 4 Hasil Pengujian Validitas Variabel34
34 Hasil olah data SPSSv.20
Variabel No Peryataan r Hitung r Tabel Keterangan
Intensitas Memperoleh
Sosialisasi Politik
1 0,541 0,361 Valid
2 0,614 0,361 Valid
3 0, 435 0,361 Valid
4 0,683 0,361 Valid
5 0,421 0,361 Valid
Kualitas Penyampaian
Sosialisasi
6 0,561 0,361 Valid
7 0,536 0,361 Valid
8 0,813 0,361 Valid
9 0,815 0,361 Valid
Pemahaman Peserta Mengenai Materi
Sosialisasi Politik
10 0,668 0,361 Valid
11 0,665 0,361 Valid
12 0,737 0,361 Valid
13 0,665 0,361 Valid
Orientasi Sikap
Target Sosialisasi
14 0,407 0,361 Valid
15 0,700 0,361 Valid
16 0,525 0,361 Valid
17 0,437 0,361 Valid
18 0,648 0,361 Valid
19 0,849 0,361 Valid
20 0,754 0,361 Valid
80
Sumber: hasil olah data kuesioner menggunakan SPSS.
Tabel sebelumnya menunjukkan bahwa seluruh pernyataan yang digunakan
pada kuesioner penelitian adalah valid. Ketentuan validitas ini diperoleh melalui
perhitungan yang menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan
demikian, karena sampel atau n yang digunakan adalah 30 maka r tabel (0,361).
Berdasarkan uji yang telah dilakukan maka penyataan dalam variabel X dan Y
dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
G. Uji Reliabilitas
Setelah melakukan uji validitas tahap selanjutnya yaitu melakukan uji
reliabilitas, uji reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui konsistensi instrumen
penelitian, jika dilakukan secara berulang makan akan mendapatkan hasil yang sama.
Metode yang digunakan adalah cronbach’s alpha, apabila hasil dari uji reliabilitas
menunjukkan bahwa alpha lebih besar dari r tabel maka pernyataan kuesioner
dinyatakan konsisten. Berikut ini hasil pengujian reliabilitas menggunakan program
SPSS v.20:
Partisipasi Politik
21 0,711 0,361 Valid
22 0,564 0,361 Valid
23 0,708 0,361 Valid
24 0,453 0,361 Valid
25 0,678 0,361 Valid
26 0,390 0,361 Valid
27 0,548 0,361 Valid
28 0,621 0,361 Valid
81
Tabel IV. 5 Uji Reliabilitas35
Variabel r Tabel Cronbach’s
Alpha
N of Items Keterangan
X 0,361
0,894 18 Reliabel Y 0,828 10
Sumber: hasil olah data menggunakan SPSS.
Dapat disimpulkan melalui hasil uji reliabilitas pada Tabel IV.6 bahwa
variabel pengaruh sosialisasi politik Kesbangpol sebagai (variabel X) dan partisipasi
politik pemilih pemula (Y) mengidentifikasin data bersifat reliabel, karena α ≥ 0,361.
H. Identitas Responden
Responden yang dipilih dalam penelitian ini berasal dari 5 sekolah SMA
Sederajat yang pernah mendapatkan sosialisasi politik melalui Kesbangpol dengan
jumlah peserta sebanyak 100 siswa tiap sekolahnya. Berikut adalah daftar sekolah
yang digambarkan melalui tabel:
Tabel IV. 6 Daftar Sekolah yang Digunakan untuk Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Jumlah Sampel
1. SMA Negeri 5 Kota Depok 20
2. SMK Negeri 1 Kota Depok 20
3. SMK Nasional Limo 20
4. SMA YAPAN Indonesia 20
5. MA Al-Karimiyah 20
Jumlah 100
Melalui responden sebanyak 100 siswa, kriteria yang diberikan untuk mengisi
kuesioner adalah berasal dari sekolah yang telah disebutkan sebelumnya dan telah
mengikuti sosialisasi politik yang diselenggarakan oleh Kesbangpol pada tahun 2018.
35 Hasil olah data SPSSv.20
82
Kemudian identitas yang perlu diisi oleh resonden yaitu sekolah, nama, usia, dan
jenis kelamin. Variabel yang ditentukan untuk wajib diisi adalah variabel usia karena
digunakan untuk menganalisa apakah Kesbangpol menargetkan peserta sosialisasi
sesuai dengan target sosialisasi yaitu pemilih pemula. Berikut adalah identitas
responden berdasarkan usia.
Tabel IV. 7 Identitas Responden Berdasarkan Usia36
Usia Frekuensi Persentase
16 tahun 12 12%
17 tahun 63 63%
18 tahun 25 25%
Total 100 100%
Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Berdasarkan jawaban responden sebanyak 100 dalam penelitian ini, tabel
menunjukkan bahwa jumlah responden dengan usia 16 tahun adalah 12% yaitu 12
orang, usia 17, 63% yaitu 63 orang, dan 18 tahun, 23% sebanyak 23 orang. Dapat
dilihat peserta yang mengikuti sosialisasi politik Kesbangpol sesuai dengan rencana
target sosialisasi yaitu pemilih pemula dengan usia mulai dari 16 hingga 20 tahun
yang baru atau pertama kali menggunakan hak politik dalam pemilu. Dikarenakan
sosialisasi ini diprogramkan ke sekolah-sekolah SMA maka peserta hanya menginjak
usia 18 tahun.
36 Data Kuesioner (Primer).
83
Tabel IV. 8 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin37
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 47 47%
Perempuan 53 53%
Total 100 100%
Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pada Tabel IV.9 menunjukkan bahwa perempuan berjumlah 53 orang dengan
persentase 53% responden dan laki-laki berjumlah 47 orang dengan persentase 47%.
I. Hasil Kuesioner
Dalam bagian ini memaparkan hasil kuesioner dengan menggunakan tabel
untuk mempermudah penyajian data dalam mendeskripsikan hasil penelitian.
I.1. Itensitas Memperoleh Sosialisasi Politik
Dalam penelitian ini dipastikan seluruh responden telah mengikuti sosialisasi
politik Kesbangpol, tatapi sebelumnya peneliti ingin mengetahui apakah responden
merasa memperoleh pengetahuan politik dari beberapa agen sosialisasi politik lainnya
seperti keluarga, sekolah, pemerintah, teman sebaya, dan partai politik. Karena
berlandaskan pada teori yang telah dibahas pada bab II, bahwasannya peranan antar
agen sosialisasi sangat mempengaruhi pemahaman dan pandangan seseorang. Karena
dalam satu waktu seseorang mungkin memperoleh sosialisasi politik melalui
beberapa agen. Seperti yang telah dibahas pada pemahasan teori sebelumnya bahwa
proses sosialisasi umumnya melibatkan lebih dari satu agen sosialisasi, yang artinya
sosialisasi cenderung melibatkan banyak agen dari pada agen tunggal.
37 Ibid.
84
Pernyataan awal merupakan salah satu faktor yang menyokong kualitas
pemahaman awal (modal pengetahuan politik) peserta sosialisasi sebelum mengikuti
sosialisasi politik yang diadakan oleh Kesbangpol. Pembahasan ini mengulas
mengenai pendapat siswa siswi tentang beberapa agen sosialisasi politik manakah
yang dirasa memberikan pemahaman politik bagi mereka sebagai pemilih pemula.
Pernyataan pertama yaitu ―saya merasa memperoleh pengetahuan politik dari
keluarga‖. Pernyataan ini akan menunjukkan berapa banyak siswa yang memperoleh
sosialisasi politik melalui keluarga, keluarga memiliki peranan yang krusial dalam
pembentukan jati diri seseorang dikarenakan keluarga merupakan agen sosialisasi
pertama yang ditemui oleh tiap individu.
Tabel IV. 9 Memperoleh Pengetahuan Politik Melalui Keluarga38
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Tidak Setuju 28 28%
Setuju 54 54%
Sangat Setuju 16 16%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Melalui Tabel IV.9 dapat dilihat bahwa keluarga selaku agen sosialisasi
politik pertama memperolah angka cukup tinggi dengan jawaban setuju dan sangat
setuju berjumlah 70 orang. Tetapi masih terdapat beberapa orang, yang merasa tidak
memperoleh pengetahuan politik melalui keluarga sejumlah 30 orang. Jika dilihat
melalui kehidupan sehari-hari memang tidak semua keluarga memiliki ketertarikan
38 Data Kuesioner (Primer).
85
ataupun pemahaman politik untuk membahas ataupun mempelajari politik, meskipun
bahasan materi yang diberikan oleh keluarga lebih bersifat umum, dalam artian agen
sosialisasi ini tidak secara partikular berisi ajaran politik, tetapi dalam
perkembangannya mampu mempengaruhi pandangan maupun sikap politik individu.
Orang tua memangku peranan sangat penting untuk mentransmisikan nilai dan
ideologi politik39
.
Pernyataan kedua yaitu ―Saya merasa memperoleh pengetahuan politik melalui
sekolah‖. Pernyataan ini digunakan untuk mengetahui apakah siswa-siswi
menganggap bahwa sekolah yang di dalamnya terdapat kurikulum pembelajaran yang
mengandung bobot politik melalui pendidikan kewarganegaraan yang merupakan
pintu utama seseorang untuk memahami politik, terlebih intensitas pertemuan dengan
sekolah sebagai (agen sosialisasi) dengan siswa-siswi (target sosialisasi) lebih rutin
dibandingkan dengan agen sosialisasi politik lainnya sepeti pemerintah dan partai
politik.
Tabel IV. 10 Memperoleh Pengetahuan Politik Melalui Sekolah40
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Tidak Setuju 6 6%
Setuju 50 50%
Sangat Setuju 42 42%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
39 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, h.34-36. 40 Data Kuesioner (Primer).
86
Kemudian hasil perolehan data mengenai sekolah selaku agen sosialisasi
politik, memperoleh angka tertingggi dibandingkan dengan agen sosialisasi lainnya,
dengan perolehan jawaban sangat setuju 42 orang dan setuju 50 orang. Sedangkan
yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 orang dan sangat tidak setuju sangat kecil
yaitu hanya 2 orang.
Sekolah sebagai salah satu agen sosialisasi politik mampu melengkapi proses
sosialisasi yang sebelumnya gagal dilakukan oleh keluarga. Pandangan tersebut juga
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Neundorf, Niemi, dan Smets yang
menyatakan bahwa pendidikan sekolah mampu memberikan kompensasi bagi
kegagalan sosialisasi politik yang dilakukan oleh keluarga41
. Hal ini sejalan dengan
persentase yang diperoleh melalui pernyataan penelitian no. 1, sebelumnya keluarga
memperoleh 30% jawaban tidak memperoleh pemahaman politik dari keluarga, tetapi
dalam persentasi yang diperoleh oleh sekolah, hanya memperoleh jawaban tidak
setuju dan sangat tidak setuju berjumlah 8 orang. Sekolah mampu merubah jawaban
sebanyak 22% bagi siswa yang tidak mendapatkan pemahaman politik melalui
keluarga.
Pertanyaan ketiga, ―saya merasa memperoleh pengetahuan politik dari teman
sepermainan‖. Teman sebaya merupakan objek yang memiliki peranan ganda yaitu
sebagai agen sosialisasi politik serta target sosialisasi politik. Hubungan pertemanan
yang dijalin antar teman sepergaulan mampu memberikan arahan, pandangan, serta
41 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal, h.40.
87
pemahaman mengenai politik dengan cara yang lebih riil dan tidak baku. Sosialisasi
politik yang biasanya terjalin melalui perbincangan santai saat berkumpul menjadi
pembeda kelompok teman sepergaulan dengan agen sosiliasi politik lainnya.
Tabel IV. 11 Memperoleh Pengetahuan Politik Kelompok Pergaulan42
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Tidak Setuju 24 24%
Setuju 52 52%
Sangat Setuju 23 23%
Total 100 100%
Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Perolehan persentasi yang didapatkan oleh kelompok pergaulan, nunjukkan dari
100 responden yang menjadi sampel, 23 orang menjawab sangat setuju, 52 orang
setuju, 24 orang menjawab tidak setuju dan 1 orang menjawab sangat tidak setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok pergaulan mememiki peranan penting untung
menghadirkan atau mengadakan asosiasi yang didalamnya dapat menjadi sarana yang
mampu menopang berjalannya sosialisasi43
.
Pernyataan keempat, ―Saya merasa memperolah pengetahuan politik dari partai
politik‖. Dengan pernyataan ini dapat diketahui apakah partai politik telah menjamah
pendidikan politik untuk masyarakat Depok khususnya pemilih pemula.
42 Data Kuesioner (Primer). 43 Haryanto, Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal.,h.41-42.
88
Tabel IV. 12 Memperoleh Pengetahuan Politik Melalui Partai Politik44
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 23 23%
Tidak Setuju 46 46%
Setuju 27 27%
Sangat Setuju 4 4%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Berlanjut pada agen sosialisasi lainnya yaitu partai politik. Partai politik
memiliki image yang lekat dengan fungsinya sebagai organisasi yang bertugas
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, dalam hal ini melihat kedekatan
atau interaksi partai kepada masyarakat khususnya pemilih pemula dalam
menjalankan tugasnya, memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Melalui
tabel yang telah disajikan, dapat diketahui bahwa dari 100 siswa yang menjawab
pernyataan ini, terdapat 4 orang menjawab sangat setuju dan setuju berjumlah 27
orang, sedangkan 46 orang tidak setuju dan 23 orang sangat tidak setuju.
Dapat dilihat bahwa peranan partai dalam memberikan sosialisasi politik pada
masyarakat pemilih pemula masih sangat rendah, diperkirakan hal ini dipengaruhi
oleh penentuan target yang ditetapkan oleh partai politik lebih berfokus pada
masyarakat aktif dewasa dan tidak terlalu melirik pemilih pemula sebagai target
sosialisasi. Dari salah satu siswa yang menjawab pernyataan sangat tidak setuju ini
mengatakan bahwa, ia hanya melihat hubungan, keterlibatan atau interaksi partai
politik dengan orang dewasa atau yang sudah matang dalam kesehariannya. Saya
tidak pernah sekalipun memperoleh ajakan ataupun undangan untuk mengukuti acara
44 Data Kuesioner (Primer).
89
yang dilakukan oleh suatu partai politik di kota Depok.45
Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa partai politik masih belum maksimal dalam menjamah
masyarakat pemilih pemula untuk dijadikan target pendidikan politik.
Pernyatan kelima yaitu yang menjadi pembahasan utama dalam penelitian kali
ini. Pernyataannya berbunyi sebagai berikut ―Saya merasa memperoleh pengetahuan
politik dari Kesbangpol (Pemerintah)‖. Pernyataan ini digunakan untuk mengetahui
apakah sosialisasi yang diberikan oleh Kesbangpol memberikan makna yang begitu
besar bagi pemahaman politik pemilih pemula. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil
yang telah didapatkan melalui kuesioner mengenai pendapat siswa siswi perihal agen
politik yang ada dilingkungan kehidupan masyarakat:
Tabel IV. 13 Memperoleh Pengetahuan Politik Melalui Kesbangpol
(Pemerintah)46
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 8 8%
Tidak Setuju 28 28%
Setuju 51 51%
Sangat Setuju 13 13%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pernyataan ini digunakan untuk mengetahui apakah sosialisasi yang diberikan
oleh Kesbangpol diperhitungkan dan dipandang sebagai salah satu agen yang
berpengaruh dalam memberikan wawasan mengenai politik kepada pemilih pemula.
45 Wawancara dengan Ahmad Ardra, Peserta sosialisasi dan Ketua Osis SMA Negeri 5
Depok, di SMA Negeri 5 Depok. Pada 1 Agustus 2019. 46 Data Kuesioner (Primer).
90
Berdasarkan Tabel IV.13. sebanyak 51 orang menjawab setuju, dan 13 orang
menjawab sangat setuju, 28 orang tidak setuju, 8 orang sangat tidak setuju. Salah
satu perserta sosialisasi mengatakan bahwa bentuk sosialisasi yang diberikan oleh
Kesbangpol mampu memberikan wawasan mengenai cara bernegara yang baik tidak
hanya berpaku pada teks tapi bagaimana aktualisasi pengaplikasiannya dalam
berkehidupan sehari-hari. Mulai dari membahas demokrasi, pemilu, kebhinekaan,
Pancasila dan UUD 45. Penyajian bentuk sosialisasi juga tidak terlalu kaku sehingga
membuat peserta menikmati kegiatan dengan diselangi dengan ice breaking atau
games yang digunakan sebagai salah satu metode untuk mangasah pengetahuan
politik, terhadap materi yang telah didapatkan melalui sosialisasi politik
Kesbangpol47
.
Namun, tidak dapat dipungkiri terdapat 28 siswa yang merasa tidak
memperoleh pengetahuan politik dari Kesbangpol, untuk mengetahui alasan tersebut
penulis mewawancarai beberapa siswa yang menjawab sangat tidak setuju.
Berdasarkan wawancara ini dapat disimpulkan bahwa kerberhasilan Kesbangpol
dalam menyampaikan materi sangat bergantung pada siapakah yang menjadi
pembicara. Karena mayoritas siswa mempermasalahkan penggunaan kata yang begitu
baku dan terlalu kontekstual. Menurut mereka Kesbangpol hanya mengulang kembali
47 Wawancara dengan Ahmad Ardra, peserta sosialisasi dan Ketua Osis SMA Negeri 5
Depok, di Godong Ijo Sawangan Depok, pada 1 Agustus 2019.
91
apa saja yang mereka dapatkan dari sekolah, tidak terdapat hal baru yang mampu
menarik perhatian peserta sosialisasi.48
I.2. Kualitas Penyampaian Materi Sosialisasi Politik Kesbangpol.
Pernyataan yang digunakan untuk melihat kualitas penyampaian materi
Kesbangpol ini terdapat pada butir pernyataan nomor 7, 8, 9, dan 10. Di dalamnya
terdapat penilaian mengenai pengusaan materi, tata cara atau metode sosialisasi, dan
pemahaman peserta sosialisasi.
Pernyataan nomor 7 berbunyi, ―Menurut saya pemateri sosialisasi politik
Kesbangpol, memiliki penguasaan materi yang sangat baik‖. Pernyataan ini
digunakan untuk mengetahui penilaian mereka mengenai penguasaan materi
pembicara sosialisasi politik Kesbangpol. Berikut adalah hasilnya:
Tabel IV. 14 Penguasaan Materi Pembicara Sosialisasi Politik Kesbangpol49
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Tidak Setuju 10 10%
Setuju 52 52%
Sangat Setuju 37 37%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pada Tabel IV.14 menunjukkan dari 100 responden 37 orang sangat setuju, 52
orang di antaranya sangat setuju, 10 orang menjawab tidak setuju dan 1 orang
menjawab sangat tidak setuju terhadap pernyataan bahwa pemateri sosialisasi politik
48 Wawancara dengan Ninda Hidayah, Sarah Yuniar, dan Vito Bahari peserta sosialisasi
politik Kesbangpol, di Godong Ijo Sawangan Depok. 49 Data Kuesioner (Primer).
92
Kesbangpol memiliki pengusaan materi yang sangat baik. Jika berlandaskan pada
persentasi ini, maka kegiatan pelatihan fasilitator yang diselenggarakan oleh
Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementrian Dalam Negeri Rebublik
Indonesia, cukup efektif dalam meningkatkan kualitas fasilitator sosialisasi selaku
pemateri.
Pernyataan nomor 8 berbunyi ―pemateri memberikan kesempatan bagi
perserta sosialisasi, untuk memberikan tanggapan mengenai materi yang
disampaikan‖. Pernyataan ini digunakan mengukur apakah pemateri hanya bersifat
doktrinasi saja tanpa adanya timbal balik dari peserta atau sebaliknya, pemateri
mengajak peserta untuk berinteraksi dan marangsang pemikiran perserta melalui
pertanyaan, pernyataan ataupun ajakan.
Tabel IV. 15 Komunikasi Dua Arah Pemateri50
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Tidak Setuju 7 7%
Setuju 67 67%
Sangat Setuju 26 26%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pada Tabel IV.15 terlihat sebanyak 67 orang menyatakan setuju, 26 orang
menjawab sangat setuju. Kemudian dalam poin pernyataan ini mendapat jawaban
tidak setuju sangat sedikit yaitu hanya 7 orang. Melalui observasi yang telah
dilakukan, pemateri dalam sosialisasi yang diadakan oleh Kesbangpol ini sangat
50 Data Kuesioner (Primer).
93
interaktif dalam berkomunikasi dengan peserta, pemateri tidak ragu memberikan
pertanyaan kepada peserta dan peserta juga diberikan ruang untuk bertanya seputar
materi ataupun bahasan politik lainnya. Pemateri lebih menggunakan metode
pengajaran lerning centered.
Pernyataan nomor 9 ―Materi yang disajikan dalam sosialisasi Kesbangpol
sangat menarik, kreatif dan Inovatif‖. Pernyataan ini digunakan untuk melihat apakah
Kesbangpol memanfaatkan teknologi ataupun unsur lainnya dalam membantu
menyajikan materi sosialisasi.
Tabel IV. 16 Materi Disajikan Dengan Menarik dan Inovatif51
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 4 4 %
Tidak Setuju 19 19%
Setuju 56 56%
Sangat Setuju 21 21%
Total 100 100%
Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Hasil pada pernyataan sebelumnya menunjukkan bahwa pemateri memberikan
inovasi baru dalam penyajian materinya, seperti menyediakan video, gambar ataupun
ilustrasi yang memudahkan peserta untuk memahami materi sosialisasi. Dengan
capaian 77 orang yang setuju dan sangat setuju dengan pernyataan bahwa materi
disajikan dengan kreatif dan inovatif.
Pernyataan nomor 10 yaitu ―Saya memahami keseluruhan materi sosialisasi
yang diberikan oleh Kesbangpol‖ . Pernyataan ini digunakan untuk mengukur apakah
51 Data Kuesioner (Primer).
94
pamateri menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta sosialisasi politik.
Berikut adalah hasilnya.
Tabel IV. 17 Pemahaman Responden terhadap Materi Sosialisasi52
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Tidak Setuju 25 25%
Setuju 60 60%
Sangat Setuju 13 13%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Tabel IV.17 menunjukkan bahwa dari 100 siswa yang menjawab, mayoritas
atau 60 orang menjawab setuju dan sangat setuju 13 orang, 25 orang menjawab tidak
setuju dan 2 orang menjawab sangat tidak setuju.
I.3. Pemahaman Peserta Mengenai Materi Sosialisasi Politik.
Pernyataan nomor 11 berbunyi, ―Saya mengikuti dengan serius dan cermat
sosialiasi yang diberikan oleh Kesbangpol‖. Pernyataan ini digunakan untuk
mengetahui seberapa serius peserta mengikuti sosialisasi politik karena diperlukannya
keseriusan dalam mengikuti dan memahami materi yang diberikan.
Tabel IV. 18 Keseriusan Siswa Mengikuti Sosialisasi Politik Kesbangpol53
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Tidak Setuju 19 19%
Setuju 60 60%
Sangat Setuju 19 19%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
52 Data Kuesioner (Primer). 53 Ibid.
95
Melalui Tabel IV.18 memperlihatkan bahwa dari 100 siswa yang menjadi
responden menunjukkan bahwa mereka mengikuti dengan serius dan cermat
sosialisasi dengan jumlah siswa yang menjawab setuju berjumlah 60 orang, setuju 19
orang, tidak setuju 19 orang, dan sangat tidak setuju 2 orang. Berdasarkan pernyataan
tersebet menunjukkan bahwa 79% siswa mengikuti dengan serius sosialisasi yang
diberikan.
Pernyataan selanjutnya nomor 12 berbunyi, ―setelah mengikuti sosialisasi
Kesbangpol, saya mengetahui tugas, hak, dan kewajiban saya sebagai warga negara
yang baik‖. Pernyataan ini digunakan untuk melihat pemahaman peserta terhadap
materi yang diberikan mengenai tugas hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Tabel IV. 19 Mengetahui Tugas, Hak, dan Kewajiban Sebagai Warga Negara54
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Tidak Setuju 6 6%
Setuju 58 58%
Sangat Setuju 35 35%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pada Tabel IV.19 menunjukkan sebanyak 58 siswa yang menyatakan bahwa
mereka setuju, kemudian siswa yang menjawab sangat setuju berjumlah 35,
kemudian 6 orang menjawab tidak setuju dan hanya 1 orang yang menjawab sangat
tidak setuju.
Pernyataan nomor 13 berbunyi, ―Saya menyadari bahwa kritik masyarakat
kepada pemerintah, merupakan hal yang baik untuk keberlangsungan pemerintahan‖.
54 Data Kuesioner (Primer).
96
Penyataan ini digunakan untuk melihat kesadaran siswa mengenai pentingnya
partisipasi politik masyarakat untuk demokrasi bangsa.
Tabel IV. 20 Kesadaran Siswa Mengenai Pentingnya Partisipasi untuk
Demokrasi55
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Tidak Setuju 3 3%
Setuju 57 57%
Sangat Setuju 39 39%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pernyataan memperoleh suara mayoritas menjawab setuju sebanyak 57 orang,
sangat setuju sebesar 39 orang sedangkan 3 orang lainnya menjawab tidak setuju dan
1 orang menjawab sangat tidak setuju terhadap pernyataan pentingnya kritik
masyarakat untuk keberlangsungan pemerintahan.
Kemudian Pernyataan selanjutnya berbunyi, ―Setelah mengikuti sosialisasi,
saya menyadari bahwa satu suara yang saya miliki berpengaruh besar atas proses
pemerintahan 5 tahun kedepan‖. Pernyataan ini digunakan untuk melihat kesadaran
siswa mengenai pentingnya partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hak suara
pada saat pemilu berlangsung‖.
Tabel IV. 21 Kesadaran Masyarakat dalam Memanfaatkan Hak Pilih56
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Tidak Setuju 6 6%
Setuju 58 58%
Sangat Setuju 36 36%
Total 100 100%
55 Ibid. 56 Data Kuesioner (Primer).
97
Pada Tabel IV.21 dari 100 responden yang menjawab, 1 orang sangat tidak
setuju, 6 orang menjawab tidak setuju, 58 orang menjawaab setuju, dan 36 orang
menjawab sangat setuju terhadap pernyataan bahwa hak pilih yang dimiliki
berpengaruh terhadap proses pemerintahan selama 5 tahun.
Pernyataan selanjutnya, berbunyi ―dengan mengikuti sosialisasi politik
Kesbangpol, saya memperoleh informasi politik yang sebelumnya saya tidak
ketahui‖. Pernyataan ini digunakan untuk melihat apakah Kesbangpol memberikan
informasi baru dan sebelumnya peserta tidak ketahui. Berikut adalah hasilnya:
Tabel IV. 22 Memperoleh Informasi Politik yang Baru Diketahui, Melalui
Sosialisasi Politik Kesbangpol57
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 1 1%
Tidak Setuju 6 6%
Setuju 58 58%
Sangat Setuju 36 36%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Melalui Tabel IV.22 menunjukkan dari 100 siswa yang menjadi responden, 1
orang di antaranya menjawab sangat tidak setuju, 6 orang menjawab tidak setuju, 58
orang menjawab setuju dan 36 orang lainnya menjawab sangat setuju. Melalui
persentasi tersebut mayoritas responden menjawab bahwa mereka memperoleh
informasi politik baru yang sebelumnya mereka tidak ketahui. Hal ini menunjukkan
bahwa Kesbangpol berhasil menyebarkan beberapa wawasan politik yang baru
kepada siswa-siswi sebagai pemilih pemula.
57 Data Kuesioner (Primer).
98
I.4. Orientasi Sikap Peserta Sosialisasi.
Pernyataan pertama yang digunakan untuk mengukur variabel ini berbunyi,
―sosialisasi yang diberikan oleh Kesbangpol, berpengaruh terhadap kesadaran politik
anda‖. Pernyataan ini digunakan untuk mengetahui dan melihat apakah sosialisasi
politik mampu meningkatkan kesadaran politik siswa selaku pemilih pemula.
Tabel IV. 23 Sosialisasi yang Diberikan Meningkatkan Kesadaran Politik
Siswa58
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Tidak Setuju 15 15%
Setuju 61 61%
Sangat Setuju 22 22%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pada Tabel IV.23 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 2 orang
diantara menjawab sangat tidak setuju, 15 orang menjawab tidak setuju, 61 orang
menjawab setuju dan 22 orang lainnya menjawab sangat setuju terhadap pernyataan
bahwa sosialisasi politik Kesbangpol mempengaruhi kesadaran politik siswa.
Pernyataan selanjutnya yaitu ―Setelah mengikuti sosialisasi, saya menjadi aktif
dalam mengikuti kegiatan politik‖. Pernyataan ini dugunakan untuk melihat apakah
sosialisasi berpengaruh terhadap partisipasi politik siswa.
58 Data Kuesioner (Primer).
99
Tabel IV. 24 Sosialisasi Politik Berpengaruh Terhadap Partisipasi Politik
Siswa59
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 3 3%
Tidak Setuju 23 23%
Setuju 57 57%
Sangat Setuju 17 17%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pada Tabel IV.24 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 3 orang
diantara menjawab sangat tidak setuju, 23 orang menjawab tidak setuju, 57 orang
menjawab setuju dan 17 orang lainnya menjawab sangat setuju terhadap pernyataan
dengan mengikuti sosialisasi, saya menjadi aktif dalam mengikuti kegiatan politik‖.
Untuk melihat apakah peserta sosialisasi melakukan tugasnya sebagai agen
sosialisasi bagi lingkungannya, penulis membuat pernyataan yang berbunyi ―Setelah
mendapatkan sosialisasi politik dari Kesbangpol, saya menyampaikan kembali ajaran
yang diberikan kepada lingkungan sekitar‖. Pernyataan ini dijadikan indikator
dikarenakan Kesbangpol menaruh harapan yang tinggi kepada siswa-siswa sosialisasi
ini untuk menyebarluaskan ilmu dan pemahaman yang diberikan kepada masyarakat.
Berikut adalah hasilnya:
59 Data Kuesioner (Primer).
100
Tabel IV. 25 Mensosialisasikan Kembali Ilmu yang Diperoleh
dalam Sosialisasi Kepada Lingkungan60
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 2 2%
Tidak Setuju 12 12%
Setuju 67 67%
Sangat Setuju 19 19%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pada Tabel IV.25 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 2 orang
diantara menjawab sangat tidak setuju, 12 orang menjawab tidak setuju, 67 orang
menjawab setuju dan 19 orang lainnya menjawab sangat setuju. Sebanayak 86%
siswa menyatakan bahwa mereka mensosialisasikan kembali imlu yang didapatkan
kepada lingkup sosial mereka dalam masyrakat seperti keluarga dan teman
sepermainan.
Untuk melihat pengaruh sosailisasi politik Kesbangpol terhadap partisipasi
pemilih pemula, pernyataan yang digunakan berbunyi ―Karena sosialisasi yang
diberikan oleh Kesbangpol, saya ingat dan hadir untuk memberikan hak pilih saya
pada saat pemilu berlangsung‖.
Tabel IV. 26 Sosialisasi Politik Kesbangpol Mendorong Partisipasi
Politik Siswa untuk Menggunakan Hak Pilih61
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 5 5%
Tidak Setuju 43 43%
Setuju 36 36%
Sangat Setuju 16 16%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
60 Data Kuesioner (Primer). . 61 Ibid.
101
Pada Tabel IV.26. dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 5 orang di
antaranya menjawab sangat tidak setuju, 43 orang menjawab tidak setuju, 36 orang
menjawab setuju dan 16 orang lainnya menjawab sangat setuju. Memalui data ini
dapat dilihat bahwa Kesbangpol memperoleh 52% yang menunjukkan bahwa
kesbangpol mampu mendorong siswa untuk ikut hadir dan berpartisipasi dalam
pemilu.
Pernyataan selanjutnya berbunyi ―saat pemilu berlangsung, dalam menentukan
hak pilih. Saya memilih berdasarkan atas ilmu yang diberikan dalam sosialisasi‖.
Pernyataan ini digunakan untuk melihat apakah peserta sosailisasi
mengimplementasikan ajaran yang telah diberikan seperti memilih dan menggunakan
dengan bijak siapa yang akan memperoleh suara, seperti dengan melihat profil dan
pencapaian calon yang akan dipilih.
Tabel IV. 27 Aktualisasi Ilmu Sosialisasi Politik62
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 4 4%
Tidak Setuju 35 35%
Setuju 38 38%
Sangat Setuju 23 23%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Pada Tabel IV.27 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 4 orang di
antaranya menjawab sangat tidak setuju, 35 orang menjawab tidak setuju, 38 orang
menjawab setuju dan 23 orang lainnya menjawab sangat setuju. Dapat dilihat bahwa
62 Data Kuesioner (Primer).
102
angka pengimplementasian ajaran-ajaran sosialisasi yang diberikan hanya mampu
memeproleh angka 61% .
Pernyataan terakhir yang digunakan untuk melihat orientasi sikap target
sosialisasi yaitu berbunyi ― setelah mengikuti sosialisasi politik dari Kesbangpol, saya
menjadi tertarik untuk ikut serta dalam kegiatan politik.
Tabel IV. 28 Ketertarikan Peserta Aktif dalam Kegiatan Politik63
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 5 5%
Tidak Setuju 40 40%
Setuju 50 50%
Sangat Setuju 5 5%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Melalui Tabel IV.28 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 5 orang di
antaranya menjawab sangat tidak setuju, 40 orang menjawab tidak setuju, 50 orang
menjawab setuju dan 5 orang lainnya menjawab sangat setuju.
I.5. Partisipasi Politik Peserta Sosialisasi
Pernyataan pertama yang digunakan untuk melihat partisipasi politik pemilih
pemula, berbunyi ―Saya hadir dan memberikan hak suara saya saat pemilu
berlangsung‖. Pernyataan ini digunakan untuk mengetahui apakah pemilih pemula
ikut serta dalam salah satu bentuk partisipasi politik awal dalam demokrasi.
63 Ibid.
103
Tabel IV. 29 Menggunakan Hak Pilih64
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 6 6
Tidak Setuju 32 32
Setuju 41 41
Sangat Setuju 21 21
Total 100 100 Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Melalui Tabel IV.29 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 6 orang di
antaranya menjawab sangat tidak setuju, 32 orang menjawab tidak setuju, 41 orang
menjawab setuju dan 21 orang lainnya menjawab sangat setuju. Dalam tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa 62% siswa menggunakan hak pilihnya.
Pernyataan berikutnya yang digunakan untuk melihat partisipasi politik pemilih
pemula berbunyi ―saya aktif dalam organisasi yang ada di masyarakat‖. Pernyataan
ini digunakan untuk mengukur berapa banyak siswa yang aktif dalam organisasi
masyarakat.
Tabel IV. 30 Aktif dalam Organisasi Masyarakat65
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 5 5%
Tidak Setuju 19 19%
Setuju 55 55%
Sangat Setuju 21 21%
Total 100 100% Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Melalui Tabel IV.30 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 5 orang di
antaranya menjawab sangat tidak setuju, 19 orang menjawab tidak setuju, 55 orang
menjawab setuju dan 21 orang lainnya menjawab sangat setuju.
64 Data Kuesioner (Primer). 65 Ibid.
104
Pernyataan berikutnya berbunyi ―Saya mengikuti berita dan informasi
mengenai perpolitikan dan kondisi Indonesia‖. Pernyataan ini digunakan untuk
melihat perhatian responden terhadap isu politik Indonesia
Tabel IV. 31 Mengawasi Kondisi Perpolitikan Indonesia66
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 0 0%
Tidak Setuju 26 26%
Setuju 61 61%
Sangat Setuju 13 13%
Total 100 100%
Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Melalui Tabel IV.31 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 26 orang di
antaranya menjawab tidak setuju, 61 orang menjawab setuju dan 13 orang lainnya
menjawab sangat setuju. Melalui tabel tersebut bahwa partisipasi pemilih pemula
melalui meninjau dan mengawasi kondisi indonesia cukup besar yaitu 74%.
Pernyataan berikutnya berbunyi, ― saya pernah mengikuti rapat dan diskusi
politik‖. Pernyataan ini digunakan untuk melihat keterlibatan pemilih pemula dalam
berdialog perihal politik.
Tabel IV. 32 Mengikuti Rapat dan Diskusi Politik67
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 16 16%
Tidak Setuju 45 45%
Setuju 29 29%
Sangat Setuju 10 10%
Total 100 100%
Sumber: Data Kuesioner (Primer).
66 Ibid. 67 Data Kuesioner (Primer).
105
Melalui Tabel IV.32 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 16 orang di
antaranya menjawab sangat tidak setuju, 45 orang menjawab tidak setuju, 29 orang
menjawab setuju dan 10 orang lainnya menjawab sangat setuju.
Pernyataan berikutnya adalah ―Saya pernah mengikuti kampanye salah satu
partai politik‖. Hal ini untuk melihat kedekatan ataupun interaksi pemilih pemula
dengan partai politik.
Tabel IV. 32 Mengikuti Kampanye Partai Politik68
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 16 16%
Tidak Setuju 47 47%
Setuju 29 29%
Sangat Setuju 8 8%
Total 100 100%
Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Melalui Tabel IV.33 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 16 orang di
antaranya menjawab sangat tidak setuju, 47 orang menjawab tidak setuju, 29 orang
menjawab setuju dan 8 orang lainnya menjawab sangat setuju. Persentase yang
menunjukkan rendahnya interaksi pemilih pemula dengan partai politik menunjukkan
sebesar 63%.
Pernyataan berikutnya berbunyi ―Saya pernah mengkritisi pemerintah seperti
melakukan demonstrasi, mengisi ataupun membuat petisi, dan memberikan komentar
pada situs pemerintah‖. Pernyatan ini digunakan untuk melihat apakah pemilih
pemula pernah berpartisipasi dalam salah satu bentuk partisipasi politik non-
konvensional.
68 Ibid.
106
Tabel IV. 33 Melakukan Partisipasi Politik Non-Konvensional69
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 10 10%
Tidak Setuju 41 41%
Setuju 34 34%
Sangat Setuju 15 15%
Total 100 100%
Sumber: Data Kuesioner (Primer).
Melalui Tabel IV.34 dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 10 orang
di antaranya menjawab sangat tidak setuju, 41 orang menjawab tidak setuju, 34 orang
menjawab setuju dan 15 orang lainnya menjawab sangat setuju.
Pernyataan terakhir yang digunakan untuk mengetahui tahap partisipasi
tertinggi yaitu partisipasi politik gladiators dengan bunyi ―saya tertarik untuk
menjadi anggota maupun pengurus partai politik dan menjadi pejabat publik‖. Alasan
mengapa penelitian menggunakan kata tertarik karena besar kemungkinan pemilih
pemula belum atau tidak bisa menjadi pemangku jabatan tersebut, dikarenan usia
yang belum memadai. Alih-alih menggunakan kata ―saya pernah mengikuti….‖
penelitian ini menggunakan kata ketertarikan sebagai bayangan awal partisipasi
pemilih pemula.
Tabel IV. 34. Ketertarikan Menjadi Anggota, pengurus, ataupun Pejapat
Partai70
Kategori Frekuensi Presentase
Sangat Tidak Setuju 18 18%
Tidak Setuju 41 41%
Setuju 35 35%
Sangat Setuju 6 6%
Total 100 100%
69 Data Kuesioner (Primer). 70 Ibid.
107
Melalui Tabel IV.36. dapat disimpulkan bahwa dari 100 responden, 18 orang
di antaranya menjawab sangat tidak setuju, 41 orang menjawab tidak setuju, 35 orang
menjawab setuju dan 6 orang lainnya menjawab sangat setuju.
J. Hasil Uji Asumsi Klasik
Dalam pengujian satitistika tiap pembahasannya memiliki beberapa tahapan
atau berbagai jenis uji yang harus dilakukan, dalam tiap uji memiliki kriteria yang
harus terpenuhi sesuai dengan dasar pengambilan keputusan yang telah ditetapkan.
Pada awal pembahasan dalam Bab IV telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas
quesioner yang digunakan dalam penelitian ini. Maka tahap selanjutnya adalah
melakukan uji normalitas dan linieritas, sebelum melakukan uji regresi linier
sederhana.
J.1. Hasil Uji Normalitas.
Uji normalitas ini merupakan bagian dari uji asumsi klasik, uji ini adalah
salah satu syarat yang harus dilewati untuk melihat apakah nilai residual berdistribusi
normal atau tidak71
. Karena syarat untuk melanjutkan uji hubungan atau korelasi
yaitu harus memiliki sifat berdistribusi normal. Berikut adalah hasil uji normalitas
dengan menggunakan metode kolmogorov smirnov yang diolah melalui program
SPSSv20:
71 Burhan nurgiyantoro, ―statistika terapan untuk penlitian ilmu-ilmu sosial‖, h.111
108
Tabel IV.37 Uji Normalitas72
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 100
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
3,43460289
Most
Extreme
Differences
Absolute ,071
Positive ,038
Negative -,071
Test Statistic ,071
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber:Hasil pengolahan data dengan SPSSv.20
Dasar pengambilan keputusan ini diperoleh jika nilai signifikansinya ≥ 0,05
maka nilai residual berdistribusi secara normal. Melalui Tabel IV.37 dapat diketahui
hasil uji normalitas memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,200. Karena data uji yang
telah dilakukan memperoleh nilai 0,200 > 0,05 maka dengan ini dinyatakan bahwa
data berdistribusi normal dan sesuai untuk digunakan dalam pengujian model regresi.
J.2. Hasil Uji Linieritas
Dalam metode penelitian kuantitatif baik korelasi maupun regresi linier suatu
penelitian, konstruksi tersebut berlandaskan pada dugaan awal yang memikirkan
bentuk variabel yang digunakan dalam hipotesis penelitian mempunyai hubungan
yang linier atau tidak. Berikut adalah dasar pengambilan keputusan:
c. Jika nilai Signifikansi > 0,05 maka terdapat hubungan yang linear antara
variabel sosialisasi politik dengan variabel partisipasi politik
72 Hasil olah data SPSSv.20.
109
d. Jika nilai Signifikansi < 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang linear
antara sosialisasi politik dengan variabel partisipasi politik
Fungsi dari uji linearitas ini adalah untuk melihat bentuk hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Kemudian berikut hasil perhitungan uji linieritas yang
diperoleh melalui program SPSSv20 dengan output Anova Table sebagai berikut:
Tabel IV.38. Uji Linieritas Anova Tabel73
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
partisipasi
politik *
sosialisasi
politik
Between
Groups
(Combined) 901,063 22 40,957 3,544 ,000
Linearity 623,137 1 623,137 53,916 ,000
Deviation
from
Linearity
277,926 21 13,235 1,145 ,323
Within Groups 889,927 77 11,557
Total 1790,990 99
Sumber:Hasil pengolahan data dengan SPSSv.20
Berdasarkan uji lineritas yang telah dilakukan, nilai signifikansi deviation
from linearity yang diperoleh sebesar 0,323 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang linier antara sosialisasi politik Kesbangpol dengan partisipasi
politik pemilih pemula. Untuk memudahkan melihat bentuk linieritas, penelitian kali
ini menggunakan uji linieritas Normal P-P Plot dengan bantuan SPSSv20, berikut
adalah tampilan hasil uji:
73 Hasil olah data SPSSv.20.
110
Gambar IV. 2 Normal P-P Plot74
Sumber:Hasil pengolahan data dengan SPSSv.20
Cara membaca Normal P-P Plot yaitu dengan melihat persebaran titik-titik yang
ada pada gambar, Jika persebaran titik-titik merapat pada garis diagonal maka dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Melalui gambar sebelumnya,
menunjukkan adanya hubungan yang linear, diperlihatkan melalui titik-titik plot data
yang bergerak lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan linier dan positif antara variabel sosialisasi politik Kesbangpol
dengan partisipasi politik. Maka dapat disimpulkan semakin meningkatnya sosialisasi
politik maka akan berpengaruh terhadap partisipasi politik.
74 Hasil olah data SPSSv.20.
111
K. Uji Korelasi Pearson
Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel
dengan meliat signifikansi hubungan dan arah hubungan antar variabel sosialisais
politik dengan partisipasi politik. Kemudian ketentuan pengambilan keputusan yaitu
jika nilai signifikansi < 0,05 maka dinyatakan berkorelasi, jika nilai signifikansi >
0,05 maka dinyatakan tidak berkorelasi. Berikut adalah pedoman derajat hubungan
korelasi menurut Sugiyono75
:
a) Nilai pearson correlation 0,00 -0,199 = hubungan sangat lemah
b) Nilai pearson correlation 0,20- 0,399 = hubungan cukup
c) Nilai pearson correlation 0,40 - 0,599 = hubungan kuat
d) Nilai pearson correlation 0,60 - 0,799 = hubungan sangat kuat
e) Nilai pearson correlation 0,80 - 1,000 = hubungan sempurna
Tabel IV.39. Hasil Uji Korelasi Pearson76
Correlations
Sosialisasi
Politik
Partisipasi
Politik
Sosialisasi
Politik
Pearson
Correlation
1 .590**
Sig. (2-tailed) .000
N 100 100
Partisipasi
Politik
Pearson
Correlation
.590**
1
Sig. (2-tailed) .000
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber:Hasil pengolahan data dengan SPSSv.20
75 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: CV Alfabeta, 2007), h. 62. 76 Hasil olah data SPSSv.20.
112
Berikut ini adalah penafsiran hasil uji korelation pearson product moment:
1. Dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa nilai signifikansi adalah 0,000 < 0,05
maka dinyatakan bahwa variable saling berkorelasi atau terdapat hubungan
antara variable sosialisasi politik dengan partisipasi politik
2. Dengan interpretasi koefisien korelasi sebesar 0,590 dengan ini dapat
disimpulkan bahwa perolehan nilai pearson correlation berkorelasi kuat
dengan perolehan nilai sebesar 0,590.
L. Analisis Regresi Linier Sederhana Pengaruh Sosialisasi Politik Kesbangpol
Terhadap Partisipasi Politik Pemilih Pemula.
Uji regresi linear sederhana digunakan untuk menguji pengaruh satu variabel
bebas terhadap variabel terikat yang mana model perhitungannya akan
memperlihatkan terdapat hubungan linier yang melibatkan antara dua variabel antara
variabel independen (bebas) dan dependen (terikat)77
.
Hipotesis Penelitian:
H0 : tidak ada pengaruh sosialisasi politik Kesbnagpol terhadap partisipasi politik.
H1 : ada pengaruh sosialisasi politik Kesbnagpol terhadap partisipasi politik.
Berikut adalah kriteria dasar pengambilan keputusan dalam uji regresi linear
sederhana:
77 Suyono, Analisis Regresi untuk Penelitian, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h. 5.
113
1. Jika perolehan nilai signifikansi variabel > 0,05, maka H0 diterima dan H1
ditolak. Dengan hasil putusan variabel independen tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen.
2. Jika perolehan nilai signifikansi variabel < 0,05, maka H0 ditolak dan H1
diterima. Dengan hasil putusan variabel independen memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen.
3. Jika perolehan nilai Thitung > Ttabel , maka hipotesis diterima dengan makna
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
4. Jika perolehan nilai Thitung < Ttabel , maka hipotesis ditolak dengan makna
variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Tabel IV.39 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana78
ANOVA
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 623,137 1 623,137 52,290 .000
b
Residual 1167,853 98 11,917
Total 1790,990 99
Sumber:Hasil pengolahan data dengan SPSSv.20
Melalui Tabel IV.39 dapat diketahui bahwa f hitung memperoleh nilai 52,290
dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan melalui kriteria yang
telah disebutkan sebelumnya bahwa model uji regrisi ini dapat digunakan untuk
melihat, menganalisis dan memprediksi hubungan variabel sosialisasi politik
Kesbangpol dengan partisipasi politik pemilih pemula.
78 Hasil olah data SPSSv.20.
114
Tabel IV.40. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana79
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2.333 3.290 .709 .480
Sosialisasi
Politik .436 .060 .590 7.231 .000
Sumber:Hasil pengolahan data dengan SPSSv.20
Dari tabel tersebut diketahui persamaan regresi sederhana yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
Y = a + b X
Melalui analisis ini, memperoleh persamaan regresi yaitu Y = 2,333 + 0,436
X. Perolehan angka konstanta ( ) pada kasus penelitian ini memperoleh nilai sebesar
2,333. Dengan angka koefisien regresi sebesar 0,436 angka ini memperlihatkan
bahwa setiap penambahan 1% satuan sosialisasi politik maka akan meningkatkan
partisipasi politik pemilih pemula sebesar 0,436 satuan atau 43,6% dengan bentuk
hubungan positif.
79 Hasil olah data SPSSv.20.
Y= Variabel dependen
X= Variabel Independen
a = Konstanta
b= Koefisien arah regresi
115
Tabel IV.41 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana80
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 2.333 3.290 .709 .480
Sosialisasi
Politik .436 .060 .590 7.231 .000
Sumber:Hasil pengolahan data dengan SPSSv.20
Pada Tabel IV.41 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 dan Thitung sebesar
7,231. Untuk melanjutkan pada tahap pemutusan kriteria uji, perlu diketahui bahwa
Ttabel sebesar 1,98447. Berikut ini adalah hasil keputusan uji berdasarkan kriteria uji
T:
1. Karena nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka maka H0 ditolak dan H1
diterima. Dengan hasil putusan variabel independen memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan
antara sosialisasi politik Kesbangpol terhadap partisipasi politik pemilih
pemula.
2. Karena Thitung memperoleh nilai 7,231 > Ttabel 1,98447 maka H0 ditolak dan
H1 diterima. Artinya secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan
antara sosialisasi politik Kesbangpol terhadap partisipasi politik pemilih
pemula.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
sosialisasi politik Kesbangpol berpengaruh signifikan terhadap partisipasi politik
pemilih pemula.
80 Hasil olah data SPSSv.20.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian peran dan pengaruh sosialisasi politik Kesbangpol
Depok, terhadap partisipasi politik pemilih pemula tahun 2018, yang dilakukan
dengan menggunakan metode campuran atau (mixed method) penulis memberikan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan Kesbangpol Depok telah konsisten dalam menjalankan
salah satu tugasnya, yaitu memberikan pendidikan politik bagi masyarakat kota
Depok khususnya pemilih pemula. Kesbangpol merancang dengan sangat
matang mengenai konsep sosialisasi yang diselenggarakan mulai dari pemilihan
pemateri atau fasilitator sosialisasi, menentukan target sosialisasi (peserta
sosialisasi), serta materi sosialisasi yang telah ditentukan secara detail. Materi
yang diberikan merupakan materi yang krusial dan wajib untuk diketahui oleh
masyarakat seperti bahasan mengenai demokrasi, Pancasila, Bhineka Tunggal
Ika, UUD 45, dan khususnya pemilu. Semua bahasan yang telah disebutkan
mengandung doktrin positif bagi para peserta sosialisasi mengenai tata cara
menjadi warga negara yang baik dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.
Pembahasan materi dikemas dengan sangat baik dan menarik dengan
memanfaatkan segala media teknologi seperti video, gambar maupun ilustrasi
117
dan komik, yang mumpu memberikan daya tarik kepada peserta sosialisasi
yang menargetkan pemilih pemula.
2. Berdasarkan data yang telah diteliti, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi politik
Kesbangpol Depok berpengaruh signifikan terhadap partisipasi pemilih pemula.
Dengan kekuatan hubungan sebesar 0,590 termasuk dalam hubungan yang kuat.
Dengan artian semakin ditingkatkannya sosialisasi politik pada pemilih pemula
maka terdapat peningkatan pada variabel partisipasi politik pemilih pemula.
Sosialisasi politik Kesbangpol sebagai variabel independen (X)
berpengaruh terhadap partisipasi politik pemilih pemula variabel dependen (Y).
Dengan kekuatan pengaruh sebesar 43,6%, sehingga 56,4% lainnya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Seperti faktor
lingkungan baik keluarga, sekolah, teman sepermainan, media massa dan agen
sosialisasi politik lainnya. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara sosialisasi politik Kesbangpol dengan pasrtisipasi politik pemilih
pemula.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian mengenai peran sosialisasi politik
Kesbangpol Depok terhadap partisipasi politik pemilih pemula. Maka berikut ini
adalah beberapa saran dari penulis untuk perkembangan program sosialisasi politik
Kesbangpol kedepannya.
118
B.1 Saran Akademik
1. Sebaiknya peneliti selanjutnya memfokuskan pembahasan mengenai prosesi
pelatihan fasilitator Kesbangpol sebelum menjadi pemateri sosialisasi, yang di
selenggarakan oleh Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa Politik dan Hukum
Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. Untuk mendalami bagaimana strategi
negara dalam membentuk budaya politik generasi penerus melalui sosialisasi yang
diberikan.
2. Penelitian selanjutnya membahas mengenai beberapa tugas pokok
Kesbangpol yang sebelumnya kurang diketahui oleh beberapa masyarakat. Seperti
Forum pembauran kebangsaan, program bimbingan teknik bagi pengurus partai
politik, serta program peningkatan ketentraman dan keterlibatan masyarakat. Pada
beberapa program yang telah disebutkan, sekiranya menarik bila terdapat penelitian
secara mendalam mengenai beberapa tugas pokok Kesbangpol yang bisa diteliti
sehingga membantu Kesbangpol dalam mengevaluasi kinerja program-program
tersebut.
B.2 Saran Praktis
1. Pemateri sosialisasi politik Kesbangpol atau fasilitator sosialisasi, diambil dari
berbagai kelompok pengajar ahli dalam bidang politik seperti, aktivis politik, tokoh
politik yang berpengaruh, penulis buku politik dan lain sebagainya. Agar dapat
memberikan sudut pandang pembahasan baru yang berbeda dari sebelumnya.
Sehingga pemateri tidak hanya berasal dari Kesbangpol, KPU dan Bawaslu.
119
2. Kesbangpol agar lebih meningkatkan kualitas fasilitator dalam berkomunikasi
untuk menyampaikan materi kepada peserta sosialisasi politik. Seperti yang telah
penulis dapatkan melalui jawaban responden mengenai kritik dan saran tentang
sosialisasi politik Kesbangpol. Beberapa peserta sosialisasi berpendapat bahwa,
penggunaan kalimat atau pemilihan kata terlalu baku dan sulit untuk dipahami oleh
beberapa siswa.
3. Kesbangpol agar lebih meningkatkan intensitas sosialisasi pada tiap sekolah,
sehingga sosialisasi tidak hanya dilakukan dalam satu kali pertemuan untuk
meningkatkan kualitas pemahaman peserta sosialisasi. Hal tersebut dapat dilakukan
secara berkala dan tidak bersifat aksidental.
120
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alfian. Masalah dan Prospek Pembangunan Politik di Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia. 1990.
Anggito, Albi dan Johan Setiawan. Metode Penelitian Kauntitatif, Sukabumi: CV
Jejak. 2003.
Balla, John dan Ramadhan. Panduan Pendidikan Politik Untuk Fasilitator,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 1999.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2008.
Bungin, Burhan. Analisis Penelitian Data Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo. 2009
Creswell, John. Reasearch Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar. 2011.
Damsar. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:Prenadamedia. 2010.
Dewi, fitria, Susi. Sosiologi Politik. Yogyakarta: Gre Publishing. 2017.
Dzakirin, Ahmad. Tarbiyah Siyasiyah. Solo: Era Adicitra Intermedia. 2011.
Handoyo, Eko dan Lestari, Puji. Pendidikan Politik. Yogyakarta: Pohon Cahya.
2017.
Harison, Lisa. Metodelogi Penelitian Politik,Jakarta: Kencana. 2009.
Haryanto. Sosialisasi Politik: Suatu Pemahaman Awal. Yogyakarta: Research Center
for Politic and Government. 2018
Hofmeister dan Grabow, Political Parties: Funtions and Organisation in Democratic
societies.2015.
121
Kantaprawira, Rusadi. Sistem Politik Indonesia: Suatu Model Pengantar. Bandung:
Sinar Baru Algensindo. 2004
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005.
Noor, Juansyah. Metodelogi Penelitian: Skripsi, Tesis, Desertasi dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana. 2011.
Nurgiyantoro Burhan, Gunawan, dan Marzuki. Statistika Terapan: Untuk Penelitian
Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada university Press. 2000.
Rohaniah,Yoyoh dan Efriza. Pengantar Ilmu Politik: Kajian Mendasar Ilmu Politik,
Malang: Intrans Publishing. 2015.
Sarwo, Rosi, Fandi. Teori Wawancara Psikodignotik, Yogyakarta: PT Leutika
Nouvalitera. 2016.
Sarwono, Jonathan. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif: Menggunakan
Prosedur SPSS, Jakarta: Elex Media Komputindo. 2012.
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif, Bandung: Rafika Aditama.
2015.
Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. 2010.
Siregar Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta: Penerbit Kencana. 2017.
Sirozi. Pendidikan Politik: Dinamika Hubungan antara Kepentingan Kekuasaan dan
Praktik Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi Mix Method. Bandung: Alfabeta. 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT Alfabet
Danandjadja. 2016.
Sulaeman, Sulaiman. Demokrasi Untuk Indonesia: Pemikiran Politik Bung Hatta.
Jakarta: Kompas Media Nusantara. 2010.
122
Sumaryono. Etika dan Hukum: Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas
Aquinas.Yogyakarta: Kanisius. 2002.
Sutrisman, Dudih. Pendidikan Politik, Persepsi, Kepemimpinan dan Mahasiswa,
Jakarta: Guepedia Publisher. 2008.
Suyanto, Bagong & Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatife
Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.
Umar, Husein. Riset Strategi Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.
Yaumi, Muhammad dan Muljono Damopoli. Action Research: Teori, Model, dan
Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenamedia Group. 2014.
Internet
Affandi, Idrus & Karim Suryadi, ―Teori dan Konsep Dalam Konteks Pendidikan
Politik‖, http://repository.ut.ac.id pada 3 November 2018.
Antara, ―KPU Jabar Apresiasi Peningkatan Angka Partisipasi Pemilih‖,
http://www.beritasatu.com pada 22 Oktober 2018.
Bhimo, ―Pemilih Pemula Jangan Takut Di Tahun Politik 2018/2019‖,
https://godepok.com/ pada 20 Oktober 2018.
Bid.Statistik dan Persandian, Diskominfo Kota Depok. ―Pendidikan‖,
https://www.depok.go.id. pada 30 Oktober 2018.
Dro,‖ Rekapitulasi Sementara Jumlah Pemilih Di Kota Depok‖, https://godepok.com
pada 20 Oktober 2018 Pukul 19.57 WIB.
Dzakwan, Sigit,‖ Badan Kesbangpol Kobar Sosialisasi Politik Untuk Pelajar‖,
https://daerah.sindonews.com pada 25 Oktober 2018.
Kadir, Gaul, ―Modul 1 Pembangunan Politik‖, http:// repository.ut.ac.id pada 17
Oktober 2018.
123
KPUDepok, ―Tingkat Partisipasi Pemilu Kota Depok‖, http://kota-depok.kpu.go.id
pada 6 September 2019.
Lingga, Rido, ―KPU Kota Depok Targetkan 100 Persen Tingkat Partisipasi Pemilih
Pemula di Depok‖ http://rri.co.id pada 6 September 2019
Pemkotdepok, ―Forum Kantor Kesbangpol, Bahas Tujuh Program Prioritas‖,
https://www.depok.go.id pada 20 Oktober 2018.
Pemkotdepok, ―Kesbangpol Adakan Pendidikan Politik Khusus siswa SMK‖,
https://www.depok.go.id pada 20 Oktober 2018.
Pemkotdepok, ―Kesbangpol Adakan Pendidikan Politik untuk Pelajar‖,
https://www.depok.go.id pada 17 Desember 2018.
Pemkotdepok, ―Kesbangpol Sosialisasikan Pendidikan Politik‖
https://www.depok.go.id pada 1 Januari 2019.
Pemkotdepok, ―Kesbangpol Tanamkan Pendidikan Politik yang Santun Untuk Pelajar
Depok‖, melalui https://www.depok.go.id pada 21 Oktober 2019.
Pemkotdepok, ―Pemilih Pemula Potensial Tingkatkan Partisipasi Politik‖,
https://www.depok.go.id pada 5 Oktober 2018.
Suaramerdeka,‖ Kesbangpol Diminta Optimalkan Pendidikan Politik Pemilih
Pemula‖, https://www.suaramerdeka.com pada 17 Desember 2018.
Jurnal
Jamaldi, Fahmi, Reza. ‖Pengaruh Pendidikan Politik dan Kinerja Partai Politik
Terhadap Sikap Apatis Pemilih Dalam Pemilu 2014‖. Journal of Islamic &
Social Studies. Vol.1 No.1. 2015.
Pasaribu, Payerli. ―Peranan Partai Politik dalam Melaksanakan Pendidikan Politik‖.
Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial”. Vol V No.1. 2017.
124
Sanusi, Riswandi, Aris dan Cecep. ―Implementasi Pendidikan Politik dalam
Membentuk Karakter Kepemimpinan Lintas Budaya pada Generasi Muda Demi
Mewujudkan Budaya Politik Pancasila‖. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial,
Vol.25. No. 1. Juni 2016.
Tandang, Nurcahaya. ―Pendidikan Politik Mewujudkan Rational Choice dalam
Pemilu‖. Jurnal Intelijen & Kontra Intelijen (CSICI). Vol.V. No.28. 2009.
Wanma, Victor, Alex. ―Pentingnya Pendidikan Politik Generasi Muda Terhadap
Pelaksanaan Partisipasi Politik di Distrik Samofa‖. Jurnal Politico.Vol 2. No 6.
2015.
Wardhani, Nur, Sukma, Primandha.―Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilu
Umum”. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Vol.10. No. 1.2018.
Skripsi dan Disertasi
Fatimah, Nur, Dzikrina, ―Peran Partai Politik dalam Pendidikan Politik Masyarakat
(Studi atas Sekolah Politik Kerakyatan dalam Kaderisasi Partai Amanat
Nasional (PAN) Tahun 2015-2017)‖. Skripsi UIN Syaarif Hidayatullah
Jakarta.2017.
Peraturan-Peraturan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 36 Tahun 2010 Tentang Pedoman Fasilitasi
Penyelenggaraan Pendidikan politik.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Peraturan Walikota No 33 Tahun 2016 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Kesbangpol.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik dan Pemilu .
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan.
125
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pemilihan Umum anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia, http ://www.dpr.go.id. Pada 1 Desember 2018.
Arsip dan Dokumen
Kesbangpol, ―Modul Fasilitator Pendidikan Wawasan Kebangsaan‖
Kesbangpol. ―Laporan Kegiatan Kesbangpol Depok, Laporan Kegiatan Pendidikan
Politik Tahun 2018‖.
Kesbangpol. ―Laporan Rencana Kerja Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Depok
Tahun 2018-2019‖.
Kesbangpol. ―Pembukuan Laporan Keuangan Kesbangpol Depok Tahun 2018‖.
KPU Depok. ―Materi Pendidikan Politik KPU Goes to School.”
Wawancara
Hasil wawancara dengan Dede Slamet, pemateri sosialisasi politik Kesbangpol pada
30 juli 2019 di Kantor Bawaslu Depok.
Hasil wawancara dengan Firdaus Habibi, pemateri sosialisasi politik Kesbangpol
pada 29 Juli 2019 di Kantor KPUD Depok.
Hasil wawancara dengan Fredi Garnida, Kepala Divisi Politik Kesbangpol pada 26
Agustus 2019 di Kantor Kesbangpol.
Hasil wawancara dengan Hakim Siregar, Kepala Kantor Kesbangpol Depok Tahun
2019 pada 27 agustus 2019 di Kantor Kesbangpol Depok.
Hasil wawancara dengan Dinda Firdza, Ninda Hidayah, Sarah Yuniar, dan Vito Bahari
peserta sosialisasi politik Kesbangpol.
126
i
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
Nama Lengkap :
Asal Sekolah :
Jenis Kelamin :
Tempat Tanggal Lahir :
Nomor WA :
ANGKET SOSIALISASI POLITIK KESBANGPOL
1. Isilah data responden atau data diri yang telah disediakan.
2. Baca dan jawablah pernyataan maupun pertanyaan yang diberikan dengan
teliti.
3. Jika ada pernyataan atau pertanyaan yang tidak dimengerti, mohon tanyakan
langsung kepada peneliti.
4. Pilihan jawaban terdiri dari gagasan SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak
setuju, STS = sangat tidak setuju.
5. Berilah tanda () pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
6. Terimakasih atas kontribusi anda menjadi sampel dari penelitian ini.
No
Pernyataan
Pilihan jawaban
STS TS S SS
1. Saya merasa memperoleh pengetahuan
politik dari keluarga.
2. Saya merasa memperoleh pengetahuan
politik dari sekolah.
3. Saya merasa memperoleh pengetahuan
politik dari teman sepergaulan.
4. Saya merasa memperolah pengetahuan
ii
politik dari partai politik
5. Saya merasa memperoleh pengetahuan
politik dari Kesbangpol
6. Saya menyadari bahwa sosialisasi politik
merupakan hal yang dibutuhkan oleh
pemilih pemula.
7. Menurut saya pemateri sosialisasi politik
Kesbangpol, memiliki penguasaan materi
yang sangat baik
8. Pemateri memberikan kesempatan bagi
perserta sosialisasi, untuk memberikan
tanggapan mengenai materi yang
disampaikan
9. Materi yang disajikan dalam sosialisasi
politik Kesbangpol sangat menarik, kreatif
dan Inovatif
10. Saya memahami seluruh materi sosialisasi
yang diberikan oleh Kesbangpol.
11. Saya mengikuti dengan serius dan cermat
sosialisasi yang diberikan.
12. Setelah mengikuti sosialisasi politik saya
mengetahui tugas, hak dan kewajiban saya
sebagai warga negara yang baik.
13. Saya menyadari bahwa kritik masyarakat
kepada pemerintah, merupakan hal yang
baik untuk keberlangsungan pemerintahan
iii
14. Setelah mendapatkan sosialisasi politik
Kesbangpol, saya mensosialisasikan
kembali ilmu yang saya dapatkan kepada
lingkungan sekitar.
15. Setelah mengikuti sosialisasi politik,
kesadaran politik saya meningkat.
16. Dengan mengikuti sosialisasi saya
memperoleh informasi mengenai politik
yang sebelumnya saya tidak ketahui.
17. Setelah mengikuti sosialisasi politik saya
mengetahui bahwa satu suara yang saya
miliki, berpengaruh besar atas proses
pemerintahan 5 tahun kedepan.
18. Sosialisasi yang diberikan oleh
Kesbangpol, berpengaruh terhadap
kesadaran politik anda
19. Saya mengikuti pemilu.
20. Karena sosialisasi yang diberikan
Kesbangpol, saya hadir memberikan suara
pada saat pemilu berlangsung
21. Setelah mengikuti sosialisasi, saat pemilu
saya menggunakan hak suara berdasarkan
atas ilmu yang diberikan dalam sosialisasi,
seperti melihat kualitas dan profil siapa
yang akan saya pilih.
22. Setelah mendapatkan pembekalan, saya
iv
menjadi tertarik untuk ikut serta dalam
kegiatan politik.
23. Saya aktif dalam organisasi yang ada di
masyarakat, seperti: osis, karang taruna,
organisasi sosial lainnya.
24. Saya mengikuti berita dan informasi
mengenai perpolitikan dan kondisi
Indonesia.
25. Saya pernah mengikuti kampanye salah
satu partai politik.
26. Saya pernah mengkritik pemerintah saat
adanya kebijakan yang tidak sesuai dengan
keinginan rakyat.
Seperti melakukan komentar pada situs
pemerintah, demonstrasi, mengisi petisi
dll.
27. Saya pernah menjadi panitia pengurus
pemilu di lingkungan rumah saya.
28. Setelah memperoleh sosialisasi dari
Kesbangpol saya tertarik untuk menjadi
anggota ataupun pengurus partai politik.
29. Berikut ini adalah agen sosialisasi politik
yang sangat berperan dalam
mempengaruhi pandangan politik saya.
a. Keluarga.
b. Sekolah.
c. Pemerintah.
d. Partai politik
e. Teman sebaya
f. Media massa
v
30. Berikanlah kritik ataupun saran mengenai sosialisasi politik yang
diberikan oleh Kesbangpol Depok kepada pemilih pemula.
vi
LAMPIRAN 2
JAWABAN KUESIONER PENELITIAN
X.
1
X.
2
X.
3
X.
4
X.
5
X.
6
X.
7
X.
8
X.
9
X.
10
X.
11
X.
12
X.
13
X.
14
X.
15
X.
16
X.
17
X.
18
3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3
2 3 4 3 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3
2 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3
3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3
3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4
1 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4
2 3 2 1 2 4 4 3 2 3 2 4 4 3 3 4 4 3
2 3 4 1 1 1 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3
3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3
3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 3 3 3 2 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 2
2 4 2 2 2 1 2 3 1 2 1 4 1 3 1 4 4 2
3 4 3 1 3 3 1 2 1 1 1 4 3 3 2 4 3 1
3 4 3 2 4 4 4 3 2 3 2 3 4 3 3 4 4 2
2 3 3 1 3 4 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 4 2
3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
2 4 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2
2 4 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2
2 4 2 1 2 3 4 2 1 2 2 3 2 2 3 3 3 2
3 3 2 1 2 3 4 3 2 3 3 4 4 2 2 3 4 3
4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
3 4 3 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3
4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3
3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 1 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2
2 3 3 1 1 1 3 2 3 3 2 1 3 3 3 1 3 3
4 3 4 1 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4
vii
4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4
2 2 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3
3 2 3 3 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4
3 4 2 1 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
2 2 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2
3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3
3 2 3 1 3 4 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 1 3
3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3
2 2 3 1 3 4 4 4 3 2 3 3 2 1 3 3 4 3
3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3
2 2 4 2 3 4 3 2 3 2 3 3 4 2 3 4 2 3
4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3
4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3
4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3
4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3
3 1 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3
3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4
2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 4 2 1 2 2 3 4 3 2 3 3 4 4 2 2 3 4
2 3 2 2 3 4 3 3 1 3 2 3 3 2 3 2 2 2
3 4 1 1 1 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3
3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2
2 4 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2
3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2
3 4 2 1 2 1 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3
2 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3
3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3
3 4 3 1 1 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 2
3 3 4 2 2 4 4 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4
3 3 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2
3 3 4 1 2 1 4 3 2 2 2 3 4 3 1 1 3 1
3 3 2 2 2 3 3 3 4 2 2 3 4 2 3 3 3 1
3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3
3 4 2 1 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3
3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 1 4 3 3 3
viii
3 4 2 2 3 1 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2
3 4 2 2 3 4 4 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2
3 3 2 1 3 4 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 2
4 4 4 2 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3
3 3 2 2 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3
2 3 3 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 4 4 3
3 4 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 2 3 4 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2
3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4
4 4 4 1 3 1 3 3 4 3 4 4 4 3 2 2 4 3
3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3
4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4
3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3
3 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4
2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3
4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 2 3 4 3 3 4 4 3
2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 2 4 4 3
2 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 2 3 4 4
3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 3 4 2 2 3 4
1 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3
2 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3
3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 2 3
4 4 4 2 3 3 4 3 3 2 3 4 2 4 2 3 3 3
ix
Y.
1 Y.
2 Y.
3 Y.
4 Y.
5 Y.
6 Y.
7 Y.
8 Y.
9 Y.
10
4 4 3 3 2 3 2 2 2 3
3 3 3 3 4 3 4 2 4 3
4 3 3 3 4 3 2 2 3 4
2 2 2 3 4 3 2 2 3 3
2 2 2 3 3 4 3 3 3 3
2 2 2 3 4 3 1 1 2 2
4 4 4 3 3 3 2 3 3 3
4 4 4 3 4 4 3 2 2 2
3 2 4 2 4 2 2 1 2 2
3 3 3 2 1 4 1 4 1 1
2 2 2 3 3 3 2 2 2 2
2 2 2 3 4 3 1 1 1 1
2 2 2 3 3 3 2 1 2 2
2 2 2 3 3 3 1 1 1 1
3 2 4 2 2 3 2 3 2 2
4 2 4 1 1 4 3 2 2 2
2 2 2 2 3 2 1 3 3 2
3 2 4 2 3 2 2 2 2 3
3 2 3 3 2 3 1 3 2 2
2 2 2 2 3 3 2 4 2 2
2 2 2 3 3 2 2 2 2 2
2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
3 3 2 2 3 3 2 2 2 2
2 2 2 3 4 3 3 3 2 3
3 3 3 3 4 3 3 2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 3 3 3 2 2 2 2
2 2 2 3 3 3 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 1 3 3 3 4 1 4 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 2 2
4 4 4 2 3 3 1 4 1 1
3 2 2 2 3 3 2 3 2 2
3 2 2 2 3 4 4 1 3 1
2 3 2 3 4 2 2 1 1 1
x
3 3 3 2 3 3 4 2 4 4
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
3 4 3 2 4 3 3 4 1 1
2 2 3 2 3 2 2 3 2 2
1 1 1 1 1 3 1 4 1 1
2 2 3 2 3 2 2 3 2 2
1 1 1 1 3 2 1 4 1 1
2 3 3 3 3 3 2 2 2 3
1 2 3 3 2 3 1 2 1 2
4 3 4 3 4 3 2 2 4 3
4 3 4 3 4 3 2 2 4 3
4 3 4 3 4 3 2 2 4 3
4 3 4 3 4 3 2 2 4 3
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
4 4 4 3 4 3 2 2 3 3
3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
3 3 2 4 3 3 3 2 3 2
1 2 1 2 3 2 2 2 1 2
4 3 3 3 2 3 1 4 1 1
3 3 3 2 2 2 2 2 2 2
4 3 3 2 3 2 1 1 1 1
3 3 3 3 3 2 2 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
3 3 3 2 3 2 2 2 2 2
3 2 2 2 2 3 2 2 2 3
2 2 3 3 2 3 2 3 2 2
2 2 2 2 3 3 3 2 2 3
4 4 3 1 3 2 1 1 1 1
3 3 3 2 3 3 2 3 2 2
4 4 4 4 2 2 2 3 2 2
1 1 2 1 1 3 1 1 4 3
2 2 4 3 3 3 2 3 3 1
4 4 4 2 4 3 3 3 2 1
3 2 2 2 3 2 2 2 2 2
3 3 3 2 4 3 2 2 2 2
2 2 2 3 3 3 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 2 4 2 1
2 2 3 2 3 2 3 2 1 2
xi
3 3 4 3 3 3 2 3 2 2
3 3 3 3 4 4 4 4 3 3
4 4 4 4 2 2 3 3 3 3
3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
4 3 3 3 3 4 4 4 1 4
3 4 4 3 3 3 1 4 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
4 3 3 4 1 3 3 3 3 3
3 4 3 2 3 3 4 2 2 3
3 2 2 2 2 3 3 3 3 3
2 3 4 2 3 4 2 2 2 3
2 2 2 2 3 4 4 4 4 4
3 3 3 2 2 3 3 3 2 3
3 4 2 3 4 4 3 3 3 2
2 2 2 2 3 3 3 3 3 2
1 1 2 3 3 3 3 3 3 4
4 4 4 3 2 3 3 2 3 1
3 4 4 2 4 2 2 2 3 3
2 3 4 2 3 3 2 4 1 1
3 3 3 3 3 3 4 3 4 3
3 2 1 2 2 2 3 3 3 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
4 4 2 3 3 4 3 4 2 3
3 2 3 3 3 3 3 2 2 2
3 2 4 4 2 2 3 2 4 4