Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
99
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikri, Palembang, Sumatera Selatan Email: [email protected]
Abstract The purpose of this research were to analyze the effectiveness of the implementation of PKH in improving the welfare of poor families with the perspective Islamic economics. This research is a field research that uses a qualitative descriptive approach. Sampling techniques are purposive sampling and snowball sampling. Primary data were obtained from Palembang City Social Service, Palembang City PKH Coordinator, Palembang Ilir Barat Dua Sub-District Assistant, and PKH Participants selected based on certain conditions. The results of study conclude that the implementation of PKH has been running effectively in Palembang City and in accordance with the objectives of the program. PKH has also had a positive impact on improving the economic welfare of poor families in the city of Palembang, but this welfare was not accompanied at the level of awareness in carrying out religious activities. Mean while Islamic Economics to measure the level of family welfare must consider the indicator of Religion. Keywords: Social safety net, keluarga harapan, Islamic welfare
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa efektivitas pelaksanaan PKH dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Kota Palembang dalam perspektif Ekonomi Islam. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang menggunakan pendekatan Deskriptif kualitatif Teknik sampling dalam penelitian ini yaitu purposive sampling dan snowball sampling, Dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan dokumentasi. Data primer di peroleh dari Dinas sosial kota Palembang, Koordinator PKH Kota Palembang, Pendamping Kecamatam Ilir Barat Dua Palembang, serta Peserta PKH yang dipilih berdasarkan syarat-syarat tertentu. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Pelaksanaan PKH telah berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan. PKH juga telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga miskin di Kota Palembang khususnya kecamatan Ilir Barat Dua Palembang, Namun kesejahteraan tersebut tidak diiringi pada tingkat kesadaran dalam menjalankan aktivitas ibadah. Padahal dalam Ekonomi Islam untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga harus mempertimbangkan indikator Religion.
Kata Kunci :Social safety net, Keluarga Harapan, Kesejahteraan Islam
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
100
PENDAHULUAN
Persoalan kemiskinan merupakan salah satu permasalahan pokok yang
dihadapi bangsa Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Berbagai perencanaan,
kebijakan serta program pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan pada
intinya adalah mengurangi jumlah penduduk miskin. Upaya pengentasan dan
pengurangan kemiskinan harus dilakukan secara komperhensif, mencakup
seluruh aspek kehidupan dan dilaksanakan secara terpadu. Menurut Soegijoko
Seperti dikutip dari Frederic W. Nalle, menyatakan bawah Kemiskinan terjadi
karena kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak sama, sehingga terdapat
masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses pembangunan atau
menikmati hasil pembangunan(Frederic W. Nalle, Emilia K. Kiha: 2018).
Al-Qardhawi menjelaskan bahwa dalam pandangan Islam tidak dapat
dibenarkan seseorang yang hidup di tengah masyarakat Islam ─sekalipun Ahl
alDzimma (warga negara non-muslim). Menderita lapar, tidak berpakaian,
menggelandang (tidak bertempat tinggal). Dengan kata lain ajaran Islam
menyatakan perang terhadap kemiskinan dan berusaha keras untuk
membendungnya serta mengawasi kemungkinan yang dapat menimbulkannya
(Yusuf al-Qardhawi: 2002).Islam, sebagai agama rahmatan lil’alamin
mempunyai tanggungjawab besar untuk merespon masalah kemiskinan.Sebagai
agama yang sempurna, Islam memiliki perhatian yang besar terhadap problem
kemiskinan. Dalam konteks Negara Indonesia, Konstisusi negara juga
menyatakan bahwa masyarakat miskin menjadi tanggung jawab negara, seperti
yang termaktub secara eksplisit melalui UUD 1945 pasal 34 yang berisi “Fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”
Pelaksanaan penanggulanan kemiskinan telah dilakukan pemerintah
Indonesia sejak tahun 1998.Awalnya dilakukan untuk menyelesaikan masalah
sosial akibat dari dampak krisis moneter yang melanda Indonesia.Tahun 1998
pemerintah Indonesia membuat sebuah program jaring pengaman sosial atau
dikenal dengan Social Safety Net. Menurut Sumodiningrat, kebijakan program
Social Safety Net ini bertujuan sebagai upaya penyelamatan (rescue) dan
pemulihan (recovery) Ekonomi yang melanda masyarakat di Indonesia
(Sumodiningrat, gunawan : 1999). Social Safety Net diciptakan untuk menjaga
agar masyarakat tidak jatuh ke bawah tingkat kehidupan minimum yang
dianggap layak oleh masyarakat tersebut.Seiring berjalannya waktu pemerintah
101
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
Indonesia memperluas kebijakan Social Safety Net dengan program
perlindungan sosial bagi penduduk miskin di indonesia. Tahun 2007 pemerintah
pusat masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan program
penanggulangan kemiskinan yang bernama Program Keluarga Harapan (PKH)
program ini merupakan duplikasi dari program pembrantasan kemiskinan yang
dikenal didunia internasional yaitu Conditional cash transfer yang menggunakan
sistim pendekatan Income support schemes(ISS) atau skema tunjangan
pendapatan yang diberikan kepada rumah tangga miskin di Indonesia (Edi
suharto: 2015). Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) diatur melalui
Undang Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial
yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang
percepatan penangulangan kemiskinan. Program ini dilatar belakangi oleh
adanya permasalahan utama pembangunan yaitu masih besarnya jumlah
penduduk miskin serta rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Pada tahun 2018 Pemerintah pusat melalui Kementerian sosial Republik
Indonesia menambah jumlah penerima Program keluarga harapan (PKH)
sebanyak 10.000.232 rumah tangga miskin dengan alokasi anggaran sebesar Rp.
17,5 Triliun (Edi Suharto: 2015). Di Palembang tahun 2020 jumlah penerima
bantuan Program keluarga harapan (PKH) sebanyak 51.938 Keluarga miskin
yang tersebar sebanyak 18 kecamatan di seluruh kota Palembang
(Daryono:2020).Peserta PKH adalah rumah tangga sangat miskin (RTSM) atau
keluarga sangat miskin (KSM) yang sesuai dengan kriteria BPS dan memenuhi
beberapa kriteria program (Direktorat Jaminan sosial : 2013).
Penggunaan dana bantuan PKH diharapkan pemerintah untuk digunakan
dalam membeli kebutuhan dasar yang menunjang pendidikan, kesehatan dan
perbaikan ekonomi keluarga. Namun pada kenyataannya berdasarkan temuan
Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia, penerima bantuan
PKH tersebut mayoritas adalah seorang perokok aktif. Sehingga, ditemukan
beberapa keluarga penerima manfaat (KPM) yang membelanjakan bantuan
untuk membeli rokok. Dengan temuan ini, ada potensi dana PKH yang
diambilkan dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) justru mengalir
untuk pembelian rokok.Padahal seharunya dana bantuan PKH wajib
dimanfaatkan dengan tepat agar sesuai dengan harapan Program. Seperti halnya
pidato yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Joko widodo
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
102
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Jumlah (000 Jiwa) 205,99 202,31 203,12 191,95 184,41 179,32
160
170
180
190
200
210
12,93
12,85
12,04
11,4
10,95
13,62
13,77
13,39
13,01
12,82
10,96
11,13
10,07
10,12
9,66
2014 2015 2016 2017 2018
Palembang Sumsel Nasional
yang menerangkan bahwa penggunaan dana PKH harus digunakan dengan tepat.
Misalnya untuk beli kebutuhan primer seperti telur, ikan, buku sekolah, seragam
anak, sepatu anak yang bisa menunjang pendidikan dan kesehatan keluarga.
Program Keluarga Harapan memiliki dua fungsi yaitu untuk jangka
pendek dengan membantu meringankan beban pengeluaran keluarga miskin dan
jangka panjang, untuk memutus mata rantai kemiskinan antar generasi dengan
meningkatkan sumber daya manusia melalui kesehatan dan pendidikan
(Pedoman Umum PKH : 2019). Seiring dengan berjalannya Program Keluarga
Harapan (PKH) di Kota Palembang, ternyata tidak memberikan dampak
signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan yang ada di kota Palembang.
Dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan per bulan maret tahun
2018 jumlah penduduk miskin di kota Palembang masih mencapai 179,32 ribu
orang (BPS: 2018).
Tabel 1.
Jumlah Penduduk miskin Kota Palembang
Sumber:BPS 2018
Tabel 2.
Persentase Kemiskinan kota Palembang, Sumsel dan Nasional
Sumber: BPS 2018
103
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
Pada skala nasional kota Palembang juga termasuk kota yang memiliki
jumlah penduduk miskin yang cukup besar, melampaui dari nilai rata-rata
masyarakat miskin secara nasional sebesar 9,66%. Dari tabel diatas
menunjukkan bahwa persoalan kemiskinan dikota Palembang merupakan
persoalan besar yang perlu diselesaikan dengan cepat agar terciptanya
kesejahteraan yang merata pada penduduk kota Palembang. Sesuai dengan
amanat konstitusi, yaitu memberikan perlindungan dan menjamin kesejahteraan
bagi seluruh rakyat Indonesia.
TINJAUAN TEORITIK
Kesejahteraan Islam
Pandangan ekonomi Islam tentang kesejahteraan didasarkan atas
keseluruhan ajaran Islam tentang kehidupan ini. Konsep ini sangat berbeda
dengan konsep kesejahteraan dalam ekonomi konvensional, sebab ia adalah
konsep yang holistik. Secara singkat kesejahteraan yang diinginkan oleh ajaran
Islam adalah: a). Kesejahteraan holistik dan seimbang, yaitu mencakup dimensi
material maupun spiritual serta mencakup individu maupun sosial b).
Kesejahteraan di dunia maupun di akhirat, sebab manusia tidak hanya hidup di
alam dunia saja tetapi juga di alam akhirat.Jika kondisi ideal ini tidak dapat
dicapai maka kesejahteraan di akherat tentu lebih diutamakan.Istilah yang
banyak digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan hidup yang sejahtera
secara material-spiritual pada kehidupan di dunia dan akhirat dalam bingkai
ajaran Islam adalah Fallah. Dalam pengertian sederhana, Fallah adalah
kemuliaan dan kemenangan dalam hidup (M. B. Hendrie Anto:2003).
Komitmen Islam yang mendalam terhadap persaudaraan dan keadilan
menyebabkan konsep kesejahteraan (Fallah) bagi semua umat manusia sebagai
tujuan pokok Islam.Kesejahteraan ini meliputi kepuasan fisik sebab kedamaian
mental dan kebahagiaan hanya dapat dicapai melalui realisasi yang seimbang
antara kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia.Untuk kehidupan
dunia, Fallah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup, kebebasan
berkeinginan (free-will), serta kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk
kehidupan akhirat, Fallah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi,
kesejahteraan abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi (bebas dari segala
kebodohan) (P3EI UII: 2008). Fallah, kehidupan yang mulia dan sejahtera di
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
104
dunia dan akhirat dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup
manusia secara seimbang. Tercukupinya kebutuhan masyarakat akan
memberikan dampak yang disebut dengan mashlahah.Mashlahah adalah segala
bentuk keadaan, baik material maupun non material, yang mampu
meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia.
Menurut Ikhwan Abidin Basri, Kesejahteraan ekonomi syariah bertujuan
mencapai kesejahteraan manusia secara menyeluruh, yaitu kesejahteraan
material, kesejahteraan spiritual dan moral. Konsep ekonomi kesejahteraan
syariah bukan saja berdasarkan manifestasi nilai ekonomi, tetapi juga nilai moral
dan spiritual, nilai sosial dan nilai politik Islami(Ikhwan Abidin Basri: 2016).
Secara terperinci, tujuan ekonomi Islam dapat dijelaskan sebagai berikut: 1).
Kesejahteraan ekonomi adalah tujuan ekonomi yang terpenting. Kesejahteraan
ini mencakup kesejahteraan individu, masyarakat dan negara. 2). Tercukupinya
kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat tinggal,
kesehatan, pendidikan, keamanan serta system negara yang menjamin
terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil dibidang ekonomi, 3).
Penggunaan sumberdaya secara optimal, efisien, efektif, hemat dan tidak
mubazir, 4). Distribusi harta, kekayaan, pendapatan dan hasil pembangunan
secara adil dan merata, 5). Menjamin kebebasan individu 6). Kesamaan hak dan
peluang, 7).Kerjasama dan keadilan. Dalam Mu’jam musthalahatu al-ulum al-
Ijtima’iyah, defenisi kesejahteraan adalah kondisi yang menghendaki
terpenuhinya kebutuhan dasar bagi individu atau kelompok baik berupa
kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, sedangkan lawan dari kesejahteraan
adalah kesedihan (bencana) kehidupan (Warkum sumito: 2010).
Begitupun Menurut Pendapat Al Ghazalimendefinisikan aspek kegiatan
ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam kerangka sebuah hierarki
utilitas individu dan sosial yang tripastite, yakni kebutuhan (dharuriyah),
kesenangan atau kenyamanan (hajiyah), dan kemewahan (tahsiniyah). Kunci
pemeliharaan dari kelima tujuan dasar ini terletak pada penyediaan tingkat
pertama (Boedi Abdullah:201). Dharuriyah adalah kemaslahatan esensial bagi
kehidupan manusia dan karena itu wajib ada sebagai syarat mutlak terwujudnya
kehidupan itu sendiri, baik ukhrawi maupun duniawi. Dengan kata lain, jika
dharuriyah itu tidak terwujud, niscaya kehidupan manusia akan punah sama
sekali. Di sisi lain, hajiyah adalah segala hal yang menjadi kebutuhan primer
105
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
manusia agar hidup bahagia dan sejahtera dunia dan akhirat, dan terhindar dari
berbagai kesengsaraan. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka kehidupan
manusia akan mengalami kesulitan (masyaqah).Tingkatan terakhir adalah
tahsiniyyah, yakni kebutuhan hidup komplementer-sekunder untuk
menyempurnakan kesejahteraan hidup manusia. Jika aspek tahsiniyyah tidak
terpenuhi, maka kemaslahatan hidup manusia kurang sempurna dan kurang
nikmat meski tidak menyebabkan kesengsaraan(Hamka Haq, Al-Syatibi:2007).
Kesejahteraan menurut Al-Ghazali adalah tercapainya
kemaslahatan.Kemaslahatan sendiri merupakan terpeliharanya tujuan syara’
(Maqashid Syariah).Manusia tidak dapat merasakan kebahagiaan dan
kedamaian batin melainkan setelah tercapainya kesejahteraan yang sebenarnya
dari seluruh ummat manusia di dunia melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
ruhani dan materi. Untuk mencapai tujuan syara’ agar dapat terealisasi
kemaslahatan, beliau menjabarkan tentang sumber-sumber kesejahteraan yakni:
terpeliharanya keimanan (al-din), jiwa (al-nafs), akal (al-zaql), keturunan (al-
nasl), dan kekayaan (al-mal).Harta merupakan sarana yang penting dalam
menciptakan kesejahteraan ummat.Dalam hal tertentu harta juga dapat
membuat bencana dan malapetaka bagi manusia.Al-Ghazali urutkan prioritasnya
dalam urutan kelima maqashid al-syariah.Keimanan dan harta benda sangat
diperlukan dalam kebahagiaan manusia.Namun imanlah yang membantu
menyuntikkan suatu disiplin dan makna, sehingga dapat menghantarkan harta
sesuai tujuan syariah. Keimanan ditempatkan di urutan pertama karena
memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kehidupan –
yaitu perilaku, gaya hidup, selera, dan preferensi manusia, dan sikap-sikap
terhadap manusia, sumber daya, dan lingkungan. Ini sangat mempengaruhi sifat,
kuantitas, dan kualitas kebutuhan materi, maupun kebutuhan psikologis dan cara
pemuasannya. Kekayaan ditempatkan di belakang, bukan karena kurang penting,
tetapi lebih karena tidak mesti membantu mewujudkan kesejahteraan dari semua
manusia (Umer Chapra: 2001). Syariat menghendaki kehidupan yang layak dan
sejahtera. Maksudnya, syariat dapat terlaksana dengan baik jika manusia
mempunyai kehidupan yang sejahtera dan tidak menghendaki manusia dalam
hidupnya mengalami penderitaan dan kepunahan lantaran ketiadaan harta.
Karena itu, pemeliharaan harta menjadi salah satu tujuan syariat, dalam arti
mendorong manusia untuk memperolehnya dan mengatur pemanfaatannya
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
106
(Hamka Haq:2007). Sementara tiga tujuan lainnya (jiwa, akal, dan keturunan)
berhubungan dengan manusia itu sendiri, yang kesejahteraannya merupakan
tujuan utama syariah. Ini mencakup kebutuhan fisik maupun moral, psikologi
dan akal untuk generasi sekarang dan yang akan datang. Berikut tabel Indikator
Kesejahteraan dalam Islam.
Tabel 3.
Indikator Kesejahteraan Dalam Islam
Aspek Uraian
1). (Religion) Terpenuhinya
ketentraman batin dengan kegiatan
ibadah dan kedekatan terhadap
Tuhannya secara ikhlas.
a). Melaksanakan ibadah, sesuai dengan
ajaran agama/kepercayaan yang dianut
oleh masing masing keluarga/anggota
keluarga;
b). Mendengarkan ceramah agama atau
ikut dalam kegiatan mengaji.
2). (Physical self) Terpenuhi
nyakebutuhan hidup pokok bagi
keluarga penerima bantuan PKH.
a). Terpenuhinya kebutuhan makan nasi
minimal sekali dalam dua hari.
b). Paling kurang sekali seminggu seluruh
anggota keluarga makan
daging/ikan/telur.
c). Memiliki tempat tinggal yang layak
(beratap dan dinding).
3). (knowledge) Hilangnya rasa
takut, yang merupakan
representasi dari terciptanya rasa
aman, nyaman, dan damai.
a). Terjaminnya tingkat keamanan di
tempat tinggal serta terhindar dari aksi
kriminal dan kejahatan.
b). Mendapatkan kemudahan akses
fasilitas pendidikan.
c). Mendapatkan akses layanan kesehatan
dengan mudah.
Social Safety Net
Paket bantuan sosial bagi masyarakat rentan krisis dalam kerangka jaring
pengaman sosial ditempuh pertama kali oleh Presiden Roosevelt pada tahun
1930-an di Amerika Serikat. Depresi ekonomi yang melanda Amerika Serikat
disertai badai salju yang parah mengakibatkan lumpuhnya sebagian besar
107
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
kegiatan ekonomi riil negara itu.Angka pengangguran meningkat tinggi, serta
terjadi kontraksi ekonomi yang disertai dengan melambungnya harga kebutuhan
pokok.Menurunnya produktivitas berbagai sektor perekonomian ini
mengakibatkan daya beli masyarakat menurun yang mengakibatkan
ketidakmampuan masyarakat memenuhi kebutuhan pokok.Akibatnya kualitas
hidup sebagian besar masyarakat menurun drastis.Kondisi ini kemudian segera
diatasi melalui langkah jangka pendek (crash program) dengan tujuan
memulihkan kegiatan ekonomi dan menanggulangi dampak sosial (Gunawan
Sumodiningrat: 1999).
Konsep Social Safety Net diperkenalkan juga oleh para ekonom kapitalis
pada saat proses peralihan ekonomi di negara-negara Eropa timur pada tahun
1990-an. Saat itu terjadi transisi ekonomi dari sistem ekonomi sosialis ke sistem
ekonomi pasar. Proses transisi ekonomi sosialis mendapat jatah pangan gratis
dari pemerintah menjadi tidak lagi mendapat jatah pangan gratis (Mubyarto:
1998). Bank dunia menyebutkan bahwa program social safety net ditujukan
untuk melindungi kelompok orang atau keluarga yang mengalami kondisi
penurunan kapasitas secara kronis sehingga kehilangan pekerjaan dan
pendapatan tetap (chronic poverty) dan kelompok orang atau keluarga yang
mengalami penurunan kapasitas dari garis merjinal kemiskinan sehingga tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup (transient powerty),
perlindungan sosial diperlukan guna menggerakkan produktifitas mereka melalui
pemberian kesempatan kerja dan bantuan sosial dasar terutama kesehatan dan
pendidikan. Setiap orang dan keluarga yang menderita akibat krisis menjadi
prioritas kelompok sasaran penerima bantuan program social safety
net.Pengalaman Bank dunia dibeberapa negara yang pernah dilanda krisis
ekonomi menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas kelompok masyarakat
rentan krisis (capacity building) termasuk kelompok masyarakat miskin dapat
dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat rentan (empowerment).
Sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui berbagai
komponen program yang memberikan peluang bagi kelompok masyarakat rentan
krisis untuk mendapatkan akses ke sumberdaya produksi (Subbarao:
1997).Social Safety Net adalah konsep yang dirancang untuk membantu rakyat
miskin yang terkena dampak akibat krisis ekonomi dan dilaksanakan melalui
tahapan penyelamatan dan pemulihan menuju pada kondisi yang
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
108
normal.Menurut Sumodiningrat, Kebijakan Social Safety Net ini bertujuan
sebagai upaya penyelamatan (rescue) dan pemulihan (recovery) Ekonomi yang
melanda masyarakat di Indonesia (Sumodiningrat: 1999).
Gambar 1 Konsep Social Safety Net
Di Indonesia Social safety net salah satunya di implementasikan pada
Program Keluarga Harapan (PKH). PKH adalah program pemberian uang tunai
kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) berdasarkan persyaratan dan
ketentuan yang telah ditetapkan dengan melaksanakan kewajibannya. Program
semacam ini secara internasional dikenal sebagai program conditional cash
transfers (CCT) atau program Bantuan Tunai Bersyarat. Persyaratan tersebut
dapat berupa kehadiran di fasilitas pendidikan (bagi anak usia sekolah), ataupun
kehadiran di fasilitas kesehatan (bagi anak balita, atau bagi ibu hamil). Tujuan
PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang
kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin.
Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya mempercepat pencapaian target
Millennium Development Goals (MDGs). Secara khusus, tujuan PKH adalah: a).
untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses
layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial; b). mengurangi beban
pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan; c).
Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat
dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial;
d). Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan; dan e). Mengenalkan manfaat
produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga Penerima Manfaat.
Social Safety Net
Pemulihan (Recovery)
Ekonomi
Upaya Penyelamatan
(Rescue)
Kesejahteraan
109
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
Teori Efektivitas
Efektivitas adalah pencapaian sasaran dari upaya bersama (Pasolong,
Harbani: 2014). Konsep efektivitas sebagai suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat tercapai(Sedarmayanti:2009). Sedangkan
menurut Subkhi dan Jauhar efektivitas adalah hubungan antara output dan
tujuan (Nurul Najidah: 2017).Berdasarkan definisi efektivitas diatas, dapat
disimpulkan bahwa efektivitas merupakan kemampuan kerja yang dilakukan oleh
seseorang atau organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Usaha
atau hasil pekerjaan dan tindakan dilakukan haruslah tepat, jika tidak tepat
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau dengan kata lain dikatakan tidak efektif.
Efektivitas program merupakan suatu cara untuk mengukur sejauh mana
suatu program berjalan, guna mencapai tujuan yang telah diterapkan
sebelumnya. Efektivitas program merupakan kegiatan yang pelaksanannnya
menampakkan ketepatan antara harapan yang kita inginkan dengan hasil yang di
capai, dimana ditunjukkan dengan ketepatan harapan, impelementasi, dan hasil
yang dicapai (Makmur: 2011). Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan
bahwa efektivitas program adalah tingkat perwujudan dari perumusan tujuan
yang ditentukan oleh suatu kelompok, dimana didalamnya terdapat tugas-tugas
pokok. Menurut Makmur, efektivitas dapat dilihat dari beberapa segi kriteria,
sebagai berikut (Makmur:2011): 1).Ketepatan perhitungan biaya, 2). Ketepatan
berpikir, 3).Ketepatan tujuan, 4).Ketepatan sasaran.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Fenomena yang diselidiki
dalam penelitian ini adalah fenomena peningkatan kesejahteraan keluarga
miskin melalui Program Keluarga Harapan (PKH), Penelitian ini menggunakan
landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan.Sifat penelitian ini adalah deskriptif.Penelitian ini termasuk ke dalam
penelitian lapangan (field research) karena peneliti terlibat langsung dalam
penelitian dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung
dari informan.Jadi, melalui penelitian deskriptif ini agar peneliti mampu
mendiskripsikan penerapan social safety net pada Program Keluarga Harapan
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
110
(PKH) di kota Palembang serta efektifitas pelaksanaan PKH terhadap
peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di kota Palembang.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling dan snowball sampling.Dalam penelitian ini yang menjadi informan
yaitu; 1).Kepala Dinas Sosial Kota Palembang, 2).Koordinator PKH Kota
Palembang, 3).Pendamping PKH kecamatan Ilir barat Dua 4).Keluarga penerima
manfaat (KPM) yang memenuhi kriteria tertentu. Adapun kriteria yang dijadikan
sebagai sampel penelitian yaitu Keluarga penerima manfaat (KPM) di Kecamatan
Ilir Barat Dua Palembang yang telah menerima bantuan minimal selama delapan
tahun atau sejak tahun 2011 lalu dipilih lagi yang memiliki komponen pendidikan
dan kesehatan.
Lokasi penelitian ini di unit pelaksana Program keluarga Harapan kota
Palembang. Fokus Informan yang dijadikan sampel adalah wilayah kecmatan Ilir
Barat Dua karena wilayah ini mampu merepresentasikan dari hasil
penelitian.Data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode wawancara
dan dokumentasi.Teknik Pengolahan dan Analisa Data menggunakan model
analisis interaktif miles dan huberman yaitu penggumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan tahap terakhir penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Ketepatan Sasaran
Ketepatan sasaran merupakan hal penting yang menentukan berhasil
atau tidaknya program.Program dapat dikatakan efektif, apabila sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan, berdasarkan aturan yang telah disepakati. Sasaran
yang tepat, baik yang ditetapkan secara individu maupun secara organisasi
sangat menentukan suatu keberhasilan (Makmur: 2011). Sasaran PKH
merupakan keluarga miskin dan rentan serta terdaftar dalam basis data terpadu
(BTD) atau data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) program penanganan fakir
miski.Selanjutnya memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan/atau
kesejahteran sosial. Menurut hasil wawancara ke kepala jaminan sosial dan
keluarga dinas sosial kota Palembang, data yang diambil dalam menentukan
sasaran program keluarga harapan (PKH) berusmber dari BDT (Basis data
terpadu) yang merupakan data miskin yang diperoleh dari hasil sensus
111
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
penduduk. Lalu penerima PKH memiliki tiga komponen yaitu komponen
kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial.
1. Kriteria Komponen Kesehatan, Sasaran kriteria kesehatan Program Keluarga
Harapan (PKH) di kota Palembang dalam komponen kesehatan sudah sesuai
kriteria sasaran yang telah ditetapkan. Kriteria komponen kesehatan di Kota
Palembang telah mencakup keluarga miskin dan rentan yang telah terdaftar
di Basis Data Terpadu (BDT) yang memiliki komponen ibu hamil atau
menyusui atau anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun.
Ketepatan sasaran kriteria komponen kesehatan di Kota Palembang, dapat
terjadi karena adanya beberapa cara yang dilakukan pendamping PKH yaitu
melakukan verifikasi antara Basis Data Terpadu (BDT) dengan keluarga
penerima manfaat komponen kesehatan di Kota Palembang, yang dilakukan
melalui verifikasi rutin maupun home visit oleh pendamping PKH setiap tiga
bulan kepada para KPM di Kota Palembang dan terjalinnya koordinasi baik
dengan pihak berwenang mulai dari kelurahan, RW hingga RT setempat
guna memudahkan proses evaluasi.
2. Kriteria Komponen Pendidikan, dalam sasaran kriteria komponen
pendidikan di Kota Palembang telah sesuai sasaran, yaitu mencakup warga
miskin dan rentan miskin yang memiliki anak SD, SMP dan SMA yang telah
terdaftar dalam BDT. Proses pengawasan dalam memastikan kriteria
pendidikan ini dilakukan dengan cara mengkonfirmasi langsung kesekolah
siswa penerima PKH yang bersangkutan . Dalam melakukan pemutahiran
data pendamping PKH setiap tiga bulan melakukan kunjungan ke sekolah
untuk melakukan proses control terhadap kehadiran siswa.
3. Kriteria Komponen Kesejahteraan Sosial, sasaran kriteria komponen
kesejahteraan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Palembang,
dalam komponen lanjut usia belum mencakup semua lansia sesuai sasaran,
sedangkan pada penyandang disabilitas berat telah sesuai sasaran yaitu telah
mengcover semua penyandang disabilitas berat dari keluarga miskin dan
rentan miskin. Penyebab belum tercakup semua lansia sesuai kriteria dalam
komponen kesejahteraan sosial ialah belum terdaftarnya lansia dalam Basis
Data Terpadu dan tidak lagi sesuai sasaran. Proses pendaftaran BDT yang
agak sulit dilakukan menjadi faktor pemnghambat tercakupnya semua lansia
di PKH.
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
112
Ketepatan Tujuan
1. Untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses
layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial;
Peningkatan taraf hidup keluarga penerima manfaat melalui akses layanan
pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial merupakan tujuan yang
sangat penting dari Program PKH.Oleh karenanya setiap peserta PKH
diwajibkan untuk menyekolahkan anaknya di fasilitas pendidikan
(komponen pendidikan) serta wajib menghadiri fasilitas kesehatan
(komponen kesehatan) untuk menjaga kesehatan keluarga.Dalam aturannya
peserta diwajibkan memenuhi komitmen kehadiran di fasilitas kesehatan
minimal satukali setiap bulannya, untuk komponen pendidikan wajib hadir
disekolah minimal 85% kehadiran setiap bulannya baik
SD/SMP/SMA.Untuk Lansia dan disabilitas diwajibkan ikut serta dalam
Homecare dan Homevisit. Jika peserta PKH tidak komitmen menjalankan
kewajibannya maka akan dikenakan sanksi penangguhan bantuan.
Kewajiban tersebut dimaksudkan agar peserta PKH benar-benar
memerhatikan pendidikan bagi keluarganya. Peningkatan kualittas
pendidikan akan berdampak terhadap terputusnya mata rantai kemiskian
pada keluarga tersebut. Pendidikanlah yang akan membawa keluarga miskin
keluar dari kemiskinan. Sementara perhatian terhadap kesehatan akan
berdampak pada peningkatan gizi keluarga yang berpengaruh pada kekuatan
tubuh. Berikut adalah distribusi jawaban informan berdasarkan dampak
penggunaan dana PKH terhadap pendidikan anak.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa PKH memberikan dampak
positif terhadap pendidikan anak para peserta PKH. Dari 30 informan
mayoritas menyatakan bahwa PKH ini memberikan dampak terhadap
pendidikan anaknya sebanyak 18 Informan dengan persentase (60%) dan 12
informan dengan (40%) menyatakan berpengaruh. Selain itu, juga
memberikan dampak dalam memenuhi kebutuhan makan keluarga,
Sebanyak 15 informan dengan persentase (50%) menyatakan sangat
berpengaruh, 14 Informan (47%) menyatakan berpengaruh dan 1 Informan
(3%) menyatakan kurang berpengaruh.
2. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga
miskin dan rentan;
113
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
Program keluarga harapan (PKH) dinilai telah membantu keluarga
miskin peserta PKH dalam mengurangi beban pengeluaran dan
meningkatkan pendapatan keluarga.Program PKH memiliki skema bantuan
tujangan pendapatan.Setiap peserta PKH menerima bantuan berupa uang
tunai dengan jumlah masing-masing keluarga memiliki nominal yang
berbeda berdasarkan komponen keluarga tersebut. Untuk komponen Ibu
hamil, Anak usia dini, Lansia dan disabilitas menerima Rp 2.400.000/tahun,
Untuk keluarga yang memiliki anak SD 900.000/ tahun, anak SMP
1.500.000/tahun, anak SMA 2.000.000/tahun. Bantuan akan diberikan
maksimal empat komponen dalam satu keluarga. Berdasarkan pernyataan
informan bantuan tunai tersebut sangat dirasakan oleh peserta PKH dalam
meringankan baban keluarga peserta PKH.
3. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima
Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta
kesejahteraan sosial;
Perubahan perilaku peserta PKH juga merupakan tujuan dari program
keluarga harapan.Perubahan perilaku kearah positif ini bertujuan untuk
memberikan dampak terhadap kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan
sosial peserta PKH.Dalam membina peserta PKH agar mengalami perubahan
prilaku sehari-harinya peserta PKH diwajibkan untuk mengikuti kegiatan
rutin bulanan yang dampingi langsung oleh pendamping PKH. Tenaga
Pendamping sosial PKH di kota Palembang jumlahnya sebanyak 240 orang
dan tersebar di 18 kecamatan se-kota Palembang. Pertemuan tersebut
dilakukan secara kolektif dengan dibentuk kelompok.Pertemuan ini disebut
dengan P2K2 (Pertemuan peningkatan kemampuan keluarga).Tujuannya
untuk melakukan pembinaan, mengubah mindset sekaligus memberikan
materi sesuai dengan modul yang telah diatur dalam pedoman PKH.Modul
yang menjadi bahasan dari pertemuan tersebut berupa modul pendidikan,
pengasuhan, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan sosial.Pertemuan P2K2
adalahi ruh dari program ini.Karena inilah yang membedakan PKH dengan
program jaring pengaman sosial lainnya. Perubahan mindset keluarga
miskin akan memberikan dorongan terhadap peserta PKH untuk
meningkatkan kemampuan keluarganya agar bisa keluar dari keluarga
miskin. Untuk memastikan adanya perubahan prilaku peserta PKH dalam
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
114
mengakses layanan pendidikan dan kesehatan pendamping PKH kota
Palembang melakukan verifikasi komitmen kehadiran di fasilitas pendidikan
dan fasilitas kesehatan peserta PKH.
4. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
Turunya angka kemiskinan dan kesejangan merupakan tujuan pokok
program PKH. Dalam pelaksanaannya di kota Palembang selama kurun
waktu lima tahun terakhir. Data BPS Kota Palembang menunjukkan bahwa
terjadi penurunan angka kemiskinan di kota Palembang sejak tahun 2013-
2018, tetapi penurunan angka kemiskinan tersebut cenderung bergerak
lambat.
Gambar 6
Statistik Kemiskinan
Program keluarga harapan telah membantu pemerintah dalam
menurunkan angka kemiskinan di kota Palembang, dari statistik kemiskinan
BPS. Namun penurunan tersebut cenderung lambat. Ini terjadi karena
beberapa pelaksanaan program PKH yang dinilai masih kurang maksimal.
Salah satu contohnya saja ada beberapa data yang terdata di BDT yang
kurang tepat sasaran dan upaya perbaikan itu sudah mulai Dinas Sosial kota
Palembang lakukan dengan melakukan pemutahiran data BDT di tahun 2019
lalu.
5. Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga
Penerima Manfaat.
Salah satu tujuan PKH adalah untuk mengenalkan manfaat produk dan
jasa keuangan formal kepada keluarga penerima manfaat.Salah satu jasa
keuangan yang dimaksud ada pihak perbankan.Dalam pengenalan lembaga
115
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
keuangan tersebut PKH menginisiasi penyaluran bantuan melalui Rekening
dan ATM yang dimiliki setiap peserta PKH.Teknis penyaluran ini merupakan
upaya pemerintah melakukan transparansi terhadap penyaluran bantuan
sosial. Setiap peserta PKH akan diberikan buku tabungan dan ATM dari
penyelenggara program. Di Palembang menggunakan Bank BRI sebagai
lembaga penyalur bantuan dana PKH. Setiap jadwal pencairan, peserta PKH
bisa secara langsung menarik saldo bantuannya di ATM terdekat.
Ketepatan Biaya
Ketepatan biaya merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas
program. Makmur menjelaskan ketepatan biaya berkaitan dengan ketepatan
pemanfaatan biaya dan tidak mengalami kekurangan juga tidak mengalami
kelebihan jumlah pembiayaan sampai kegiatan dapat dilaksanakan dengan baik
(Makmur:2011). Dari hasil wawancara ke informan mengenai jawaban terhadap
penggunaan dana bantuan PKH dengan jumlah informan sebanyak tiga puluh
peserta PKH ditemukan jawaban yang berpariatif. Mayoritas keluarga miskin
peserta PKH dalam pengakuannya menggunakan dana PKH untuk keperluan
pendidikan anak, diantaranya juga menggunakannya untuk membeli kebutuhan
makan sehari-hari seperti beras dan lauk pauk, sebagian kecil lagi menggunakan
nya untuk kebutuhan biaya listrik dan air, ada juga yang menggunakannya untuk
modal usaha.
Dari hasil penelitian menerangkan bahwa penggunaan dana PKH
menurut hasil wawancara ke tigapuluh informan menyatakan bahwa 42%
penggunaan bantuan PKH digunakan untuk membiayai kebutuhan pendidikan
anak, 48% untuk digunakan untuk menunjang kebutuhan makan keluarga dan
10% digunakan untuk biaya lain-lain seperti bayar kontrakan, bayar tagihan
listrik/air serta untuk modal usaha. Penggunaan terbesar digunakan peserta PKH
untuk menunjang biaya pendidikan anak dan kebutuhan makan keluarga.
Penggunaan ini otomatis akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan
dan kesehatan keluarga. Jika dikaji pada aturan penggunaan dana PKH,
berdasarkan hasil wawancara tersbut dapat disimpulkan bahwa penggunaan
dana PKH tersebut berarti telah digunakan dengan tepat sesuai aturan yang telah
disosialisasikan.
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
116
Ketepatan Berpikir
Di dalam ketepatan berpikir, Dinas Sosial Kota Palembang telah
memfasilitasi keberlangsungan UPPKH dan mengontrol bantuan yang diterima
KPM, Selain itu Dinas Sosial Kota Palembang juga menjalankan tugasnya dengan
melakukan pembinaan dan pertemuan rutin bersama seluruh Pendamping PKH
Kota Palembang setiap bulannya. Melalui pertemuan tersebut Dinas Sosial kota
Palembang bisa secara langsung menyampaikan setiap arahan dan kebijakan
yang bisa disinergikan ke pendamping PKH Kota Palembang. Selain Dinas Sosial
Kota Palembang, hal serupa juga dilakukan oleh Pendamping PKH Kota
Palembang yang telah melakukan kunjungan rutin untuk memantau peserta PKH
setiap bulannya. Pendamping Program Keluarga Harapan telah berhasil
melaksanakan tugas dan fungsinya, dimana terdapat kerja sama antar tenaga
kerja tersebut. Ketua Kelompok PKH di Kecamatan Ilir Barat Dua telah
menjalankan tugasnya dengan baik serta tercipta kerja sama yang dengan baik
dengan pendamping PKH. Sejalan dengan itu, telah terjalin kerja sama antara
Dinas Sosial Kota Palembang dan Pendamping PKH Kecamatan Ilir barat dua
dan pendamping PKH Kecamatan Ilir barat dua dengan ketua kelompok PKH
Kecamatan Ilir Barat Dua. Setiap bulannya pendamping PKH diwajibkan
mengikuti rapat bulanan yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial kota
Palembang.
Analisis Kesejahteraan Dalam ekonomi Islam
Teori Kesejahteraan dalam Ekonomi Islam tentu berbeda dengan eknomi
konvensional. Dalam ekonomi islam indikator kesejahteraan tidak hanya dalam
memenuhi kebutuhan hidup didunia saja, namun juga diakhirat. Seperti yang
disampaikan pada bab sebelumnya Menurut Ikhwan Abidin Basri, Kesejahteraan
ekonomi syariah bertujuan mencapai kesejahteraan manusia secara menyeluruh,
yaitu kesejahteraan material, kesejahteraan spiritual dan moral. Konsep ekonomi
kesejahteraan syariah bukan saja berdasarkan manifestasi nilai ekonomi, tetapi
juga nilai moral dan spiritual, nilai sosial dan nilai politik Islami (Ikhwan abiding
basri: 2005) . Menurut Amirus Sodiq dalam jurnalnya menjelaskan bahwa Al-
Qur’an telah menyinggung indikator kesejahteraan dalam Surat Quraisy ayat 3-4
ada tiga, yaitu :
a. Menyembah Tuhan (Pemilik) Ka’bah. Indikator sejahtera yang pertama dan
paling utama di dalam Al-Qur’an adalah “Menyembah tuhan (pemilik)
117
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
rumah (Ka’bah)”, mengandung makna bahwa proses mensejahterakan
masyarakat tersebut didahului dengan pembangunan Tauhid, sehingga
sebelum masyarakat sejahtera secara fisik, maka terlebih dahulu dan yang
paling utama adalah masyarakat benar-benar menjadikan Allah sebagai
pelindung, pengayom dan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada sang
khalik. Semua aktivitas kehidupan masyarakat terbingkai dalam aktivitas
ibadah (Muhammad Sobary:2007). Dari hasil wawancara ke informan
ditemukan bahwa mayoritas informan peserta PKH ternyata jarang
menjalankan kegiatan ibadah wajib seperti sahalat 5 waktu dengan rutin.
Dalam hal ini hasil penelitian menyimpulkan bahwa, menerangkan bahwa
dari ke tigapuluh informan yang diwawancarai ada 15 orang (50%) informan
menjawab bahwa jarang melaksanak ibdah shalat lima waktu dalam sehari, 8
informan (27%) mengakui tidak pernah sama sekali melaksanakan ibadah
shalat lima waktu serta 7 informan (23%) mengakui dirinya rutin
melaksanakan ibadah sahalat lima waktu.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa 20 informan (67%)
mengakui tidak pernah mengikuti aktivitas pengajian setiap bulannya, 6
informan (20%) menjawab jarang dan 4 informan (13%) mengakui dirinya
rutin mengikuti kegiatan pengajian atau keagamaan setiap bulannya.
Lemahnya tingkat kesadaran dalam beragama ini kedepan akan berpotensi
menjadi masalah baru bagi keluarga miskin penerima PKH di kota
Palembang. Karena tidak memiliki pembinaan dalam memenuhi kebutuhan
rohani yang memberikan rasa tentram bagi keluarga peserta PKH tersebut.
Padahal Menurut pandangan ekonomi islam, kesejahteraan tidak hanya
diukur pada sisi finansial semata yang berorientasi hanya pada urusan dunia
tetapi juga harus memiliki orientasi pada akhirat.
b. Menghilangkan lapar, dalam memenuhi kebutuhan makan (untuk
menhilangkan rasa lapar) peserta PKH telah diberikan jaminan bantuan
kebutuhan pokok berupa sembako (beras, telur, sayur, dll) oleh pemerintah
setiap bulannya melalui program BPNT. Bantuan sembako tersebut
diberikan dengan nominal Rp. 200.000,-/bulan berupa saldo e-wallet di
kartu ATM PKH yang dimilikinya. Setiap bulan peserta PKH tersebut
menukarkan nya dengan sembako di E-Warung yang dibentuk oleh
kementerian sosial.Bantuan tersebut telah memberikan dampak terhadap
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
118
pemenuhan kebutuhan pokok bergizi bagi peserta PKH.Ini dibuktikan dari
hasil kesimpulan wawancara yang dilakukan, semua infroman menyatakan
setiap hari mengkonsumsi nasi dan mengkonsumsi lauk-pauk yang
mengandung gizi.
c. Menghilangkan rasa takut, membuat suasana menjadi aman, nyaman dan
tentram bagian dari indikator sejahtera atau tidaknya suatu masyarakat.Jika
perampokan, perkosaan, bunuh diri, dan kasus kriminalitas tinggi, maka
mengindikasikan bahwa masyarakat tersebut belum sejahtera. Dengan
demikian pembentukan pribadi-pribadi yang sholeh dan membuat sistem
yang menjaga kesholehan setiap orang bisa terjaga merupakan bagian
integral dari proses mensejahterakan masyarakat (M. Hamdar
Arraiyyah:2007).
Selain terjaminnya tingkat keamanan keluarga dari kriminalitas indikator
ini juga termasuk terjaminnya fasilitas pendidikan dan akses kesehatan; Hasil
penelitian juga menyimpulkan bahwa mayoritas peserta PKH telah merasa aman
tinggal dilingkungannya.Begitu juga dalam memenuhi fasilitas pendidikan dan
kesehatan.Peserta PKH merasakan tidak begitu sulit dalam mengakses layanan
pendidikan dan kesehatan diingkungan tempat tinggalnya.Karena kecamatan Ilir
Barat Dua termasuk wilayah yang memiliki fasilitas pendidikan dan kesehatan
yang cukup memadahi.Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan
juga semua peserta PKH juga menerima bantuan subsidi pendidikan dan
kesehatan dari pemerintah. Subsidi pendidikan tersebut berupa Kartu Indonesia
Pintar dan Subsidi Kesehatan berupa Kartu Indonesia Sehat yang bisa digunakan
untuk berobat. Pada analisa diatas ditemukan bahwa dalam penelitian ini ada dua
indikator yang sudah terpenuhi oleh peserta PKH di Kecamatan Ilir barat dua
Palembang yaitu indikator 1).Terhilangnya dari rasa lapar; dan 2). Terjaminnya
rasa aman nyaman serta terjaminnya fasilitas pendidikan dan kesehatan peserta
PKH.Namun Ada satu indokator yang tidak terpenuhi oleh peserta PKH yaitu
Indikator agama (religion). Ini dikarenakan PKH kota Palembang tidak
menggunakan Teori kesejahteraan islam dalam mengukur tingat kesejahteraan
keluarga miskin di kota Palembang. PKH kota Palembang mengunakan indikator
kesejahteraan berdasarkan BPS. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) untuk
mengukur kesejahteraan terdiri dari 8 (delapan) indikator; 1).Pendapatan,
2).Pengeluaran, 3).Tempat tinggal, 4).Fasilitas tempat tinggal 5).Kesehatan
119
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
keluarga 6).Kemudahan dalam akses fasilitas kesehatan 7).Kemudahan akses
pendidikan dan 8).Kemudahan dalam mendapatkan transportasi. Menurut
Kepala sie jaminan sosial dan keluarga dinas sosial kota Palembang, Keluarga
sejahtera adalah keluarga yang mandiri dan tidak memiliki ketergantungan
bantuan sosial dengan pemerintah, Di Dinas sosial mengukurnya menggunakan
indikator BPS, ada 14 indikator penilaian yang digunakan dalam mengukur
tingkat kesmiskinan keluarga.
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan program
PKH dinilai telah berjalan efektiv sesuai dengan tujuan program. Penggunaan
dana Program keluarga harapan (PKH) oleh peserta PKH telah sesuai digunkan
berdasarkan aturan penggunaannya. Mayoritas informan menggunakan dana
bantuan tersebut untuk memnuhi kebutuhan biaya pendidikan sepeti membeli
sepatu sekolah, buku, pakaian sekolah, iuran pendidikan dll. Sebagian besar lagi
juga menggunakannya untuk membeli kebutuhan makanan bergizi yang
menunjang kesehatan keluarga, seperti membeli beras, susu anak dan lauk-pauk
yang mengandung gizi. PKH juga memiliki dampak terhadap pendidikan dan
kesehatan keluarga peserta PKH.Namun pada analisa terhadap kesejahteraan
dalam Ekonomi Islam ada dua indikator yang sudah terpenuhi oleh peserta PKH
di Kecamatan Ilir barat dua Palembang yaitu indikator 1).Terhilangnya dari rasa
lapar; dan 2).Terjaminnya rasa aman nyaman serta terjaminnya fasilitas
pendidikan dan kesehatan peserta PKH.Mayoritas informan mengakui telah
terpenuhi dalam memenuhi kebutuhan makan yang bergizi, mayoritas informan
juga merasa memiliki jaminan dalam menempuh pendidikan dan kesehatan bagi
keluarganya.Namun Ada satu indokator yang tidak terpenuhi oleh peserta PKH
yaitu Indikator agama (religion).Mayoritas informan masih banyak yang jarang
melaksanakan ibadah wajib seperti shalat 5 waktu dan kegiatan pengajian.
Rendahnya tingkat kesadaran dalam menjalankan aktivitas ibadah ini, kedepan
akan berpotensi menambah masalah baru bagi keluarga miskin di kota
Palembang. Rendahnya indikator agama tersebut juga dikarenakan PKH kota
Palembang tidak menggunakan Teori kesejahteraan islam dalam mengukur
tingat kesejahteraan keluarga miskin di kota Palembang. PKH kota Palembang
mengunakan indikator kesejahteraan berdasarkan BPS. Indikator yang dijadikan
Social Safety Net Pada Program Keluarga Harapan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin Di Kota Palembang
M. Robby Kaharudin
120
alat ukur oleh PKH kota Palembang hanya sebatas pemenuhan kebutuhan yang
berorientasi pada kelangsungan hidup didunia. Padahal jika merujuk pada teori
kesejahteraan dalam persfektif ekonomi islam ada indikator penting yang perlu
dijadikan ukuran untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga, yaitu
indikator Religion atau kesadaran beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Boedi, 2010, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung : Pustaka Setia
Al-Syatibi, Hamka Haq: 2007, Aspek Teologis Konsep Mashlahah dalam Kitab
AlMuwafaqat, Jakarta: Erlangga Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan 2018, Kependudukan & Social,
Sumatera selatan : Pelaporan BPS Deddy Mulyadi, 2015, Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, Bandung:
Alfabeta Direktorat Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial
Kementerian Sosial RI, 2013, Pedoman Umum Program Keluarga Harapan: Ed. Revisi, Kementerian Sosial : Pedum PKH
Edi Suharto, 2015, Jurnal Peran perlindungan sosial dalam mengatasi
kemiskinan di Indonesia : Studi kasus Program keluarga harapan, Universitas pasundan bandung : Jurnal
Frederic W. Nalle, Emilia K. Kiha, 2018, Jurnal Dinamika ekonomi
pembangunan,UNDIP: Jurnal Ekonomi Pembangunan Ikhwan Abidin Basri, 2005, Islam dan Pembngunan Ekonomi, Jakarta: Gema
Insani Press M. B. Hendrie Anto, 2003, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Yogyakarta:
Ekonesia Makmur, 2011, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, Bandung :
Refika Aditam Pasolong, Harbani, 2014, Teori Administrasi Publik, Bandung: Alfabeta Poerwadarminta W.J.S, 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka P3EI UII, Ekonomi Islam, 2008, Jakarta: RajaGrafindo Persada
121
Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman
Volume 8 Nomor 1 Ed. Januari – Juni 2020: hal. 99-121
p-ISSN: 2356-4628 e-ISSN : 2579-8650
Yusuf al-Qardhawi, 2002, Teologi Kemiskinan: Doktrin Dasar dan Solusi Islam Atas Problem Kemiskinan, Yogyakarta: Mitra Pustaka
Sumodiningrat, gunawan, 1999, pemberdayaan masyarakat dan JPS, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama Subbarao, K. et. All, 1997, Safety net program’s and poverty Reduction : Lessons
from Cross- Country Experience, Washinton DC : The World Bank Syaikh Muhammad Abduh, 1999, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Juz‘Amma),
diterj.oleh Muhammad Bagir, Tafsir Juz ‘Amma Muhammad Abduh, Cetakan V; Bandung: Penerbit Mizan
Tim Nasional percepatan penanggulangan kemiskinan (TNP2K), “Program
keluarga harapan”. http://www.tnp2k.go.id diakses pada 15 November 2019
Ulum. Ihyaul MD, 2004, Akuntansi Sektor Publik, Malang ; UMM Press Warkum Sumito, 2010, Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga
Terkait. Cet keempat, Jakarta : Raja Grafindo Persada Yusuf al-Qardhawi, 2002, Teologi Kemiskinan: Doktrin Dasar dan Solusi Islam
Atas Problem Kemiskinan Yogyakarta: Mitra Pustaka
Sumber Lain: Website Kementerian sosial, 2019, Program keluarga
harapanhttps://kemsos.go.id/program-keluarga-harapan-pkh https://kominfo.go.id/content/detail/15884/presiden-pantau-langsung-
penyaluran-pkh-tahap-pertama-tahun-2019/0/artikel_gpr http://staffnew.uny.ac.id/upload/131405899/pendidikan/EKORA+-+JPS.pdf https://pkh.kemsos.go.id/?pg=detail_berita&id=118 http://e-journal.uajy.ac.id/4241/3/2MH01723.pdf.