Upload
hidayat-kusamanto
View
251
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tepatnya pada tahun 1992 yang diawali dengan
disyahkannya UU No. 7/1992 yang memungkinkan Bank dapat
menjalankan atau mengoperasikan bisnisnya dengan sistem bagi
hasil. Seharusnya menjadi moment yang sangat membahagiakan
muslim Indonesia, karena UU ini akhirnya melahirkan Bank syariah
pertama Indonesia yaitu Bank syariah muamalat Indonesia atau
lebih dikenal dengan nama ( BMI ). Hingga pada akhirnya pada
tahun 1998 ditetapkannya dual Banking system melalui UU No.
10/1998, Bank syariatpun mulai berkembang dengan baik,
sehingga dalam kurun waktu 5 tahun sejak diberlakukannya dual
Banking system pelaku bank syariah bertambah menjadi 10 Bank
syariah dengan 2 Bank yang merupakan Bank syariah yang
mandiri yaitu BMI (Bank Muamalat Indonesia) dan BSM ( Bank
Syariah Mandiri ) sementara yang lainnya merupakan unit cabang
unit syariah dari Bank konvensional.
Namun hal ini bukan berarti Bank syariah dapat berjalan
dengan mulus. Walaupun secara umum konsep yang dipakai
merupakan konsep secara syariah namun pertumbuhan 1
2
perbankan syariah masih saja terkendala karena sistem yang
digunakan di BI merupakan sistem konvensional. Dan seperti yang
kita ketahui bahwa konsep makro ekonomi yang diterapkan di
Indonesia masih sangat jauh dari konsep syariah sehingga bisa
menjadi barrier atau rintangan terhadap pertumbuhan perbankan
syariah di Indonesia.
Selain itu kita lihat dari Bi rate yang ditetapkan. karena
seandainya bi rate itu dinaikan maka hal ini secara tidak langsung
kemungkinan dapat merugikan perbankan syariah. kenapa?
Karena diduga perbankan syariah adalah perbankan yang menitik
beratkan pada sistem bagi hasil, sehingga ketika bi rate dinaikan
maka Bank konvensional menaikan suku bunganya sedangkan
perbankan syariah tidak dapat menaikkan suku bunga.
Hal ini bisa kita lihat pada saat penurunan BI rate 50 basis
poin menjadi 8,75% menjadi keuntungan tersendiri bagi perbankan
syariah, sehingga Bank syariah menjadi lebih kompetitif dari sisi
suku bunga dan bisa meningkatkan nisbah bagi hasil (profit-lose
sharing) untuk nasabah besar.
Dan kita bisa perhatikan akibat penurunan BI rate, nisbah
bagi hasil Bank syariah (profit-loss sharing) diduga mampu
bersaing dengan Bank konvensional. Apalagi, kalau BI rate
diturunkan kembali menjadi 8-8,25% atau bahkan lebih kecil dari
itu, pengaruhnya mungkin akan luar biasa bagi peningkatan daya
3
saing Bank syariah, karena diduga dengan turunnya BI rate,
perbankan konvensional akan menurunkan suku bunganya.
Biasanya penurunan dimulai dari tingkat suku bunga dana pihak
ketiga kemudian diikuti dengan tingkat suku bunga kredit.
Sementara Kalau BI rate naik mungkin beberapa Bank
konvensional menaikkan suku bunganya sangat tinggi, sedangkan
Bank syariah tidak bisa. Sehingga, pada kondisi ketika BI rate
tinggi, Bank syariah menjadi tidak kompetitif.
Sementara jika dibandingkan sistem bagi hasil Bank syariah
dengan Bank konvensional, kalau diekuivalenkan, biasanya
bergerak di kisaran 7-9%. Dengan turunnya suku bunga
perbankan konvensional, diduga nisbah bagi hasil perbankan
syariah menjadi kompetitif. Sedangkan, pada saat BI rate tinggi di
atas 9% tingkat suku bunga Bank konvensional mungkin akan
bergerak di kisaran 9-10%. Dan tidak hanya pembagian nisbah
hasil pada perbankan syariah, perubahan suku bunga bank
Indonesia juga diduga berpengaruh terhadap aset perbankan
syariah.
Pada perbankan konvensional diduga tidak ada korelasi
yang begitu dekat antara sisi aset maupun liabilitinya. Jika BI rate
naik, maka suku bunganya naik. Sedangkan di perbankan syariah,
seberapa besar keuntungan dana pihak ketiga diduga tergantung
4
pada seberapa besar Bank mendapatkan keuntungan dari
pembiayaannya.
Kemungkinan Perbankan syariah juga bakal lebih
kompetitif jika penurunan BI rate didukung kondisi ekonomi yang
baik. Karena, dari sisi aset dan penyaluran kredit Bank syariah
diduga akan menunjukkan kinerja semakin baik. Perubahan tingkat
suku bunga acuan BI rate akan terlihat pengaruhnya terutama
terhadap dana pensiun dan nasabah korporasi besar lainnya.
Sedangkan nasabah ritel (kecil) biasanya tidak terlalu sensitif
terhadap perubahan tingkat suku bunga.
Dengan turunnya BI rate, Bank syariah diduga bisa
mengubah kesepakatan nisbah bagi hasil. Namun, hal itu baru
bisa dilakukan bagi nasabah-nasabah tertentu yang besar-besar
seperti nasabah korporasi. Biasanya, nasabah besar
menggunakan nisbah khusus. Sedangkan nasabah kecil dan ritel
belum bisa diubah nisbahnya mengingat banyaknya jumlah
nasabah dan kecilnya nilai nominal. Jika Bank syariah mengurusi
nasabah ritel satu per satu jelas akan kerepotan. Karena itu,
nasabah ritel dipatok di kisaran 60:40. "Untuk nasabah ritel adalah
60:40 nisbah bagi hasil. Sekitar 60% untuk nasabah dan 40%
untuk Bank.
Namun bagi nasabah-nasabah besar, Bank syariah diduga
bisa memberikan nisbah spesial mulai 65:35, 80:20 bahkan
5
sampai 90:10. Karena pada perbankan syariah, kita bisa
mengubah kesepakatan nisbah sepanjang kedua belah pihak
setuju. Semua itu adalah dana pihak ketiga, baik mudharabah dan
wadiah. Nasabah korporasi diduga memiliki simpanan di atas Rp
500 juta. Sedangkan nasabah di bawah Rp 500 juta termasuk
nasabah ritel. Tapi kategori jumlah nasabah itu memiliki kebijakan
yang berbeda dengan Bank syariah lainnya. Ada juga nasabah Rp
100 juta termasuk kategori korporasi.
Secara tidak langsung dengan adanya pembagian nisbah
yang baik dan saling menguntungkan antara nasabah dengan
bank diduga dapat memberikan penambahan asset terhadap
perbankan syariah. Kenapa? Kemungkinan kepercayaan nasabah
terhadap bank bisa menjadi lebih besar sehingga mereka tetap
membiarkan uang mereka dikelola oleh bank syariah. Sehingga
bank syariah dapat mengelola dana tersebut untuk membantu
para klien yang membutuhkan dana dalam melakukan usaha.
Sehingga pembagian keuntungan usaha tersebut diduga dapat
menambah aset pada bank syariah.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang
masalah di atas maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa
masalah.
6
a. Apakah terdapat pengaruh antara suku bunga Bank Indonesia
(BI rate) terhadap aset perbankan syariah?
b. Seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga terhadap aset
perbankan syariah?
c. Apakah terdapat korelasi antara suku bunga Bank Indonesia
terhadap aset bank konvensional?
d. Kapankah perbankan syariah dapat bersaing secara
kompetitif?
e. Bagaimana pembagian hasil nisbah pada perbankan syariah?
C. Pembatasan Masalah
Meskipun banyak aspek yang menarik untuk diteliti dalam
perbankan syariah di Indonesia, namun karena keterbatasan
waktu, biaya dan materi dalam penelitian ini, maka penelitian ini
dibatasi. Pembatasan masalah tersebut terutama adalah tentang
ada atau tidaknya pengaruh suku bunga Bank Indonesia terhadap
aset perbankan syariah.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas dapat
dirumuskan dua masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan tingkat suku bunga
SBI terhadap asset perbankan syariah?.
7
b. Seberapa besar pengaruh SBI terhadap asset perbankan
syariah?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Bank syari’ah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam
pengembangan Bank syari’ah ke yang lebih baik. Sebagai data
untuk membentuk ataupun memantapkan strategi dalam
pengembangan perbankan syariah kedepan
2. Bagi peneliti dan civitas akademika yang tergabung di STIE
Trianandra
Dapat menjadi ilmu dan menambah wawasan peneliti
dan yang membacanya ataupun sebagai bahan acuan dalam
membuat makalah dan lain sebagainya.
8
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat Aset (Aktiva) Perbankan Syariah
a. Pengertian Aset (Aktiva)
Menurut Munawir (2002:30) aktiva adalah sarana atau
sumber daya ekonomik yang dimiliki oleh suatu kesatuan usaha
atau perusahaan yang hargan perolehannya atau nilai wajarnya
harus diukur secara objektif.
Menurut Thompson yang diterjemahkan oleh
Skoussen dkk (2001 : 131) aktiva adalah kemungkinan
keuntungan ekonomi di masa depan yang diperoleh atau
dikontrol oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau
kejadian dimasa lalu.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004 : 16.2 ) “
Aktiva adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahan dan mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun“.
8
9
Menurut Wikipedia Aset atau aktiva adalah sumber
ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di
kemudian hari. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo
normal debit
a. Aktiva Tetap
Menurut Halim dan Supomo ( 2001: 154 ) aktiva
tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk
beroperasi dan memiliki masa manfaat dimasa yang akan
datang lebih dari satu periode anggaran serta tidak
dimaksudkan untuk dijual.
Menurut Horngren & Harison (1997: 502) aktiva
tetap adalah Aktiva yang dapat digunakan dalam jangka
yang lama dan bentuk fisiknya memberikan kegunaan dari
aktiva tersebut.
Klasifikasi Aktiva Tetap
a) Aktiva tetap yang berwujud (tangible fixed asets)
Merupakan harta berwujud yang bersifat jangka
panjang dalam aktivitas operasi perusahaan,
didalamnya meliputi: tanah, bangunan, perabot,
mesin-mesin, dan peralatan lain yang digunakan
untuk menghasilkan atau memudahkan penjualan
barang dan jasa.
10
b) Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed asets)
Tidak dapat diobservasi atau dilihat secara langsung,
didalamnya berbentuk persetujuan, kontrak, atau
paten, tetapi harta itu sendiri tidak memiliki eksistensi
fisik. Harta tak berwujud termasuk pos-pos seperti hak
cipta, paten, goodwill, dan perjanjian monopoli.
b. Aktiva Produktif
Menurut Bank Indonesia aktiva produktif adalah
penanaman dana bank dalam bentuk kredit, surat berharga,
penyertaan, dan penanaman lain untuk memperoleh
penghasilan.
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor: 5/9
/PBI/2003 Aktiva Produktif adalah penanaman dana Bank
Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam
bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal
sementara, komitmen dan kontinjensi pada transaksi
rekening administratif serta titipan sertifikat wadiah Bank
Indonesia.
11
Pengelompokan Kualitas Aktiva Produktif Pada Bank
Syariah ( http://luqmannomic.wordpress.com )
a) Pembiayaan
Sama halnya dengan kredit pada perbankan
konvensional, kualitas pembiayaan pada bank syariah
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu, lancar, kurang
lancar, diragukan dan macet.
Beberapa ketentuan dalam kualitas pembiayaan:
1) Penilaian terhadap kualitas pembiayaan yang
dilakukan berdasarkan kemampuan membayar
mengacu pada ketetapan pembayaran angsuran
pokok dan ataru pencapaian rasio antara
realisasi pendapatan (RP) dan proyeksi
pendapatan (PP).
2) Proyeksi pendapatan dihitung berdasarkan pada
analisis kelayakan usaha dan arus kas masuk
nasabah selama jangka waktu pembiayaan.
3) Bank syariah dapat mengubah proyeksi
pendapatan berdasarkan kesepakatan dengan
nasabah sepanjang terdapat perubahan atas
12
kondisi ekonomi makro, pasar dan politik yang
mempengaruhi usaha nasabah.
4) Bank Syariah wajib mencantumkan proyeksi
pendapatan dan perubahannya dalam perjanjian
pembiayaan antara bank syariah dengan
nasabah dan harus terdokumentasi secara
lengkap.
5) Pembayaran angsuran pokok pembiayaan dapat
diangsur selama jangka waktu pembiayaan
sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah
dengan nasabah.
6) Jika jangka waktu pembiayaan lebih dari 1
tahun, pembayaran angsuran pokok pembiayaan
wajib diangsur secara berkala sesuai dengan
proyeksi arus kas masuk (cash inflow) usaha
bank.
7) Pembayaran angsuran pokok wajib dicantumkan
dalam perjanjian pembiayaan antara bank
syariah dengan nasabah dan harus
terdokumentasi secara lengkap.
13
b) Piutang
Untuk kualitas piutang dapat digolongkan menjadi
5 golongan yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan dan macet.
Beberapa ketentuan mengenai kualitas piutang dan
qardh:
1) Dalam hal nasabah bank syariah memiliki
beberapa rekening pembiayaan, piuang dan atau
qardh dengan kualitas yang berbeda, maka
kulitas rekening secara keseluruhan dinilai
mengikuti kualitas yang terburuk.
2) Kualitas setiap rekening pembiayaan, piutang
dan atau qardh dapat dikembalikan menjadi
kulitas yang sebenarnya sepanjang terdapat
bukti-bukti dan dokumentasi yang cukup untuk
menyatakan kepastian pemenuhan dan
kelancaaran pembayaran dari nasabah yang
dinilai berdasarkan prospek usaha, kondisi
keuangan dan kemampuan membayar.
3) Dalam hal kualitas yang terburuk adalah
rekening piutang dan atau qardh dengan kualitas
14
dlaam perhatian khusus maka kualitas rekening
dinilai secara masing-masing.
c) Surat Berharga Syariah
Untuk kualitas surat berharga syariah digolongkan
menjadi beberapa golongan yaitu:
1) Surat utang pemerintah
2) Surat berharga pasar uang syariah yang belum
jatuh tempo
3) Obligasi berdasarkan prinsip syariah yang
dicatat dan diperdagangkan di pasar modal serta
belum jatuh waktu dengan realisasi pendapatan
berupa bagi hasil/margin/fee sesuai dengan
jumlah dan waktu yang disepakati.
4) Sertifikat reksadana berdasarkan prinsip syariah
yang memeiliki nilai aktiva bersih lebih besar dari
pada nilai investasi awal, memiliki likuiditas yang
tinggi dan tingkat resiko yang rendah.
5) Surat berharga lainnya berdasarkan prinsip
syariah antara lain medium term note dan atau
surat berharga yang diterbitkan lembaga
15
keuangan yang tergabung dalam pasar
keuangan Islam Internasional atau Islamic
Development Bank yang mempunyai prospek
pengembalian serta mengikuti ketentuan untuk
surat berharga komersial atau obligasi.
6) Macet, surat berharga yang digolongkan dalam
golongan macet adalah surat berharga yang
tidak memenuhi kriteria sebagaimana yang
dimaksud dalam golongan lancar. Untuk kategori
surat berharga ini, penulis tidak menjelaskan lagi
dalam bentuk tabel karena dari penjelasan diatas
sudah dapat dipahami.
d) Penempatan
Kualitas penempatan dimulai berdasarkan pada
ketepatan pembayaran angsuran pokok dan atau rasio
pencapaian antara realisasi pendapatan dengan
proyeksi pendapatan. Untuk kualitas penempatan,
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu lancar, kurang
lancar, diragukan dan macet.
16
e) Penyertaan Modal
Penyertaan modal dengan pangsa bank syariah
kurang dari 20% wajib dicatat dengan metode biaya
(cost method), kualitas penyertaan modal digolongkan
atas :
1) Lancar, penyertaan modal digolongkan lancar
jika berdasarkan laporan keuangan tahun buku
terakhir yang telah diaudit perusahaan tempat
bank syariah melakukan penyertaan
memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian
kumulatif.
2) Kurang lancar, penyertaan modal digolongkan
kurang lancar jika berdasarkan laporan
keuangan tahun buku terakhir yang telah diaudit
perusahaan tempat bank syariah melakukan
penyertaan mengalami kerugian sampai dengan
25% dari modal perusahaan.
3) Diragukan, penyertaan modal digolongkan
diragukan jika berdasarkan laporan keuangan
tahun buku terakhir yang setelah diaudit
perusahaan tempat bank syariah melakukan
17
penyertaan mengalami kerugian lebih dari 25%
sampai dengan 50% dari modal perusahaan.
4) Macet, penyertaan modal digolongkan macet jika
berdasarkan laporan keuangan tahun buku
terakhir yang telah daudit perusahaan tempat
bank syariah melakukan penyertaan mengalami
kerugian lebih dari 50% dari modal perusahaan.
Penyertaan modal dengan pangsa bank syariah
20% atau lebih wajib dicatat dengan metode ekuitas
(equity method) dan digolongkan lancar.
f) Penyertaan Modal Sementara
Kualitas penyertaan modal sementara dinilai
berdasarkan jangka waktu penyertaan yang ditetpakan
dalam ketentuan yang berlaku dan kemungkinan
penjualan penyertaan modal sementara dalam jangka
waktu tersebut. Kualitas penyertaan modal sementara
digolongkan dalam 4 golongan yaitu:
1) Lancar, digolongkan lancar jika belum melebihi
jangka waktu 1 tahun.
18
2) Kurang lancar, digolongkan kurang lancar jika
telah melebihi jangka waktu 1 tahun namun
belum melebihi jangka watu 4 tahun.
3) Diragukan, digolongkan dlam diragukan jika
telah melebihi jangka waktu 4 tahun dan belum
melebihi 5 tahun.
4) Macet, digolongkan macet jika penyertaan modal
sementara belum ditarik kembali walaupun
perusahaan nasabah telah memiliki laba
kumulatif.
Kualitas penyertaan modal sementara dapat diturunkan
oleh Bank Indonesia jika terdapat bukti yang memadai
bahwa:
1) Penjualan penyertaan modal sementara
diperkirakan akan dilakukan dengan harga yang
lebih rendah dari nilai buku dan atau;
2) Penjualan penyertaan modal sementara dalam
jangka waktu 5 tahun diperkirakan sulit untuk
dilakukan.
19
g) Transaksi Rekening Administratif
Kualitas transaksi rekening administratif dinilai
dan digolongkan sesuai dengan ketentuan
penggolongan kualitas pembiayaan dan atau piutang
untuk masing-masing transaksi. Beberapa ketentuan
dalam kualitas transaksi rekening administrative yaitu :
1) Penilaian atas kualitas pembiayaan atas kualitas
pembiayaan, piutang, qardh dan transaksi
rekening administratif yang berjumlah sampai
dengan Rp 500.000.000,- untuk nasabah
individual atau nasabah grup hanya didasarkan
atas kemampuan membayar.
2) Penilaian atas kualitas pembiayaan, piutang,
qardh dan transaksi rekening administratif yang
berjumlah lebih besar dari Rp 500.000.000,- baik
untuk nasabah individual atau nasabah grup
3) Penggolongan kualitas pembiayaan, piutang,
qardh dan transakasi rekening administratif
untuk daerah tertentu yang berjumlah sampi
dengan 1 milyar untuk nasabah individual atau
nasabah grup hanya didasarkan atas
kemampuan membayar
20
h) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
Kualitas untuk sertifikat wadiah Bank Indonesia
yang dimiliki oleh bank syariah digolongkan lancar.
Sintesis
Berdasarkan definisi yang telah disebutkan maka
dapat disintesiskan bahwa, Aset merupakan segala sarana,
prasarana dan SDM yang bernilai ekonomi yang dimiliki oleh
perusahaan yang dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan untuk masa sekarang atau masa depan.
b. Pengertian Perbankan Syariah.
Antonio dan Perwataatmadja (1997:1) membedakan
bank syariah menjadi 2 pengertian yaitu Bank Islam dan Bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam.
Bank syariah yaitu :
a. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip
syariah Islam
b. Bank dan tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan – ketentuan alqur’an dan hadist
Sementara Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah
Islam adalah Bank yang beroperasinya itu mengikuti ketentuan
21
– ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata
cara bermuamalat secara Islam.
c. Sejarah Berdirinya Bank Syariah di Indonesia
Menurut sejarah, awal mula kegiatan Bank Syariah
pertama kali dilakukan di Pakistan dan Malaysia pada tahun
1940-an. Di Kairo Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural
Bank di desa Mit Ghamr. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir
dan masih berskala kecil.
Sekalipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
muslim terbesar di dunia, kehadiran bank yang berdasarkan
Syariah masih relatif baru, yaitu pada awal tahun 1990-an.
Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20
Agustus 1990.
Lahirnya Bank Syariah pertama di Indonesia yang
merupakan hasil kerja tim perbankan MUI adalah dengan
dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte
pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Saat ini
BMI sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di beberapa
kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang,
Makassar dan kota-kota lainnya.
22
Disamping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah
milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri (BSM).
Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari
Bank Konvensional yang sudah ada, seperti BNI Syariah.
(lembaga keuangan islam 2010 : 25 )
a. Produk-Produk Bank Syariah
Dalam rangka melayani masyarakat luas, terutama
masyarakat muslim, Bank Syariah menyediakan berbagai
macam produk perbankan. Produk yang ditawarkan sudah
tentu sangat islami, termasuk dalam hal memberikan
pelayanan kepada para nasabahnya. Berikut ini adalah
berbagai jenis produk Bank Syariah yang ditawarkan
kepada masyarakat luas adalah sebagai berikut:
a. Al-Wadi’ah (Titipan)
Al-Wadi’ah adalah perjanjian simpan-menyimpan
atau penitipan barang ber-harga antara pihak yang
mempunyai barang dan pihak yang dBank Syariaheri
kepercayaan (bank syariah). Tujuan perjanjian ini
adalah untuk menjaga keamanan, keselamatan, dan
keutuhan barang tersebut. Barang-barang yang telah
dititipkan sewaktu-waktu dapat diambil kembali
23
sebagian atau seluruhnya oleh pemilik barang
tersebut.
b. Pembiayaan dengan bagi hasil
Dalam bank konvensional untuk penyaluran
dananya kita mengenal istilah kredit atau pinjaman.
Sedangkan dalam bank syariah untuk penyaluran
dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika
dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh
dari bunga yang dibebankan, maka dalam bank syariah
tidak ada istilah bunga bank akan tetapi bank syariah
menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip bagi hasil dalam
bank syariah yang diterapkan dalam pembiayaan dapat
dilakukan dalam empat akad utama yaitu:
c. Al-Musyarakah
Al-Musyarakah adalah perjanjian kesepakatan
bersama antar pemilik modal untuk menyertakan modal
sahamnya pada suatu proyek, yang biasanya berjangka
waktu panjang. Masing-masing pihak memberikan dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
24
d. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerja sama antara
dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan
seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola.
Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat dari kelalaian pengelola. Apabila kerugian
diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah
yang harus bertanggung jawab atas kerugian tersebutl
e. al-Muzara’ah
Al-Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan
pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.
Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap
untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan
bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia
perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan
bidang plantation atas dasar bagi hasil dari panennya.
f. Al-Musaqah
Al-Musaqah merupakan bagian dari Al-
muzara’ah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab
25
atas penyiraman dan pemeliharaan dengan
menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri.
Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil
panennya.
26
g. Bai’al-Murabahah
Bai’al-Murabahah adalah menjual suatu barang
dengan harga pokok ditambah keuntungan yang
disetujui bersama untuk dibayar pada waktu yang
ditentukan atau dibayar secara cicilan. Dengan cara ini
pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari
barang yang dibeli dan dikehendaki penjual. Perjanjian
murabahah bermanfaat bagi orang yang membutuhkan
suatu barang, tetapi belum mempunyai uang.
h. Bai’as-Salam
Bai’as-Salam artinya pembelian barang yang
diserahkan kemudian hari, tetapi pembayarannya
dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah
harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah
barang dan hukum awal pembayaran harus dalam
bentuk uang.
i. Bai’al-Istishna’
27
Bai’al-Istishna’ adalah kontrak penjualan antara
pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua
belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih
dulu tentang harga dan sistem pembayaran.
Kesepakatan harga dapat dilakukan dengan tawar-
menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di
muka atau diangsur.
j. Al-Ijarah
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa,
tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang
tersebut.. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh
perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating
lease maupun financial lease.
k. Al-Wakalah (Amanat)
Al-Wakalah artinya penyerahan atau pemberian
suatu mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat
ini harus dilakukan sesuai dengan apa yang telah
disepakati oleh si pemberi mandat.
l. Al-Kafalah (Garansi)
28
Al-Kafalah merupakan jaminan yang
diberikanpenanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan
tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain.
m. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari
orang yang berutang kepada orang lain yang
wajibmenanggungnya. Atau dengan kata lain
pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain
pihak.
n. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah
satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini
dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.
Menghitung Bagi Hasil Bank Syariah (www.bi.go.id)
Berbagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah
nisbah bagi hasil, yaitu proporsi bagi hasil antara nasabah
dan bank syariah. Misalnya, jika customer service bank
syariah menawarkan nisbah bagi hasil Tabungan Bank
29
Syariah sebesar 65:35. Itu artinya nasabah bank syariah
akan memperoleh bagi hasil sebesar 65% dari return
investasi yang dihasilkan oleh bank syariah melalui
pengelolaan dana-dana masyarakat di sektor riil. Sementara
itu bank syariah akan mendapatkan porsi bagi hasil sebesar
35%. Bagaimana menghitung nisbah bagi hasil tersebut?
Untuk produk pendanaan/simpanan bank syariah,
misalnya Tabungan Bank Syariah dan Deposito Bank
Syariah, penentuan nisbah bagi hasil dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: jenis produk simpanan, perkiraan
pendapatan investasi dan biaya operasional bank. Hanya
produk simpanan Bank Syariah dengan skema investasi
(mudharabah) yang mendapatkan return bagi hasil.
Sementara itu untuk produk simpanan Bank Syariah dengan
skema titipan (wadiah), return yang diberikanberupa bonus.
Pertama-tama dihitung besarnya tingkat pendapatan
investasi yang dapat dibagikankepada nasabah. Ekspektasi
pendapatan investasi ini dihitung oleh bank syariah dengan
melihat performa kegiatan ekonomi di sektor-sektor yang
menjadi tujuan investasi, misalnya di sektor properti,
perdagangan, pertanian, telekomunikasi atau sektor
transportasi. Setiap sektor ekonomi memiliki karakteristik dan
performa yang berbeda-beda, sehingga akan memberikan
30
return investasi yang berbeda-beda juga. Sebagaimana
layaknya seorang investment manager, bank syariah akan
menggunakan berbagai indikator ekonomi dan keuangan
yang dapat mencerminkan kinerja dari sektoral tersebut untuk
menghitung ekspektasi /proyeksi return investasi. Termasuk
juga indikator historis (track record) dari aktivitas investasi
bank syariah yang telah dilakukan, yang tercermin dari nilai
rata-rata dari seluruh jenis pembiayaan Bank Syariah yang
selama ini telah diberikanke sektor riil. Dari hasil perhitungan
tersebut, maka dapat diperoleh besarnya pendapatan
investasi dalam bentuk equivalent rate- yang akan
dibagikankepada nasabah misalnya sebesar 11%.
Selanjutnya dihitung besarnya pendapatan investasi
yang merupakan bagian untuk bank syariah sendiri, guna
menutup biaya-biaya operasional sekaligus memberikan
pendapatan yang wajar. Besarnya biaya operasional
tergantung dari tingkat efisiensi bank masing-masing.
Sementara itu, besarnya pendapatan yang wajar antara lain
mengacu kepada indikator-indikator keuangan bank syariah
yang bersangkutan seperti ROA (Return On Asets) dan
indikator lain yang relevan. Dari perhitungan, diperoleh
bahwa bank syariah memerlukan pendapatan investasi -yang
juga dihitung dalam equivalent rate- misalnya sebesar 6 %.
31
Dari kedua angka tersebut, maka kemudian nisbah
bagi hasil dapat dihitung. Porsi bagi hasil untuk nasabah
adalah sebesar: [11% dibagi (11%+6%)] = 0.65 atau sebesar
65%. Dan bagi hasil untuk bank syariah sebesar: [6% dibagi
(11%+6%)] = 0.35 atau sebesar 35%. Maka nisbah bagi
hasilnya kemudian dapat dituliskan sebagai 65:35.
Tentu saja dalam prakteknya nasabah Bank Syariah
tidak perlu terlalu pusing dengan perhitungan njlimet bagi
hasil semacam ini. Masyarakat hanya tinggal menanyakan
berapa rate indikatif dari Tabungan Bank Syariah atau
Deposito Bank Syariah yang diminatinya. Rate indikatif ini
adalah nilai equivalent rate dari pendapatan investasi yang
akan dibagikankepada nasabah, yang dinyatakan dalam
persentase misalnya 11% atau 8% atau 12%. Jadi
masyarakat dengan cepat dan mudah dapat menghitung
berapa besar keuntungan yang akan diperolehnya dalam
menabung sekaligus berinvestasi di bank syariah.
Sintesis
Dari definisi ataupun pengertian yang telah
disebutkan diatas maka peneliti dapat menyintesiskan
bahwa perbankan syariah merupakan bank yang
32
mengoperasikan semua operasi kerjanya sesuai syariah
islam.
2. Hakikat Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair (2001:635) berpendapat suku bunga
adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam
bentubentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah
bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman
Menurut Sunaryah (2004:80) suku bunga adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok
per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber
dayayang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada
kreditur.
Menurut Lipsey, Ragant dan Courant (1997:471) suku
bunga adalah harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang
dipinjam dari periode waktu tertentu.
Menurut Nopirin (1992:176) fungsi tingkat bunga dalam
perekonomian yaitu alokasi factor produksi untuk menghasilkan
barang dan jasa yang dipakai sekarang dan dikemudian hari.
Lipsey, Ragan dan Courant (1997:99–100) membedakan
suku bunga menjadi dua bagian yaitu suku bunga nominal dan
suku bunga riil. Dimana suku bunga nominal adalah rasio antara
33
jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang
dipinjam. Sedangkan suku bunga riil lebih menekankan pada rasio
daya beli uang yang dibayarkan kembali. Dengan arti lain suku
bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju
inflasi.
Menurut Muhammad (2002:40) secara leksikal bunga
sebagai terjemahan dari kata interest. Secara istilah sebagaimana
dalam suatu kamus dinyatakan bahwa interest is a charge for a
financial loan, usually a percentage of the amount loaned. Bunga
adalah tanggungan pada pinjaman uang, yanmg biasanya
dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan.
Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga
yang diberikan kepada nasabahnya yaitu:
a. Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas
jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di Bank.
Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar
Bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro,
bunga tabungan dan bunga deposito.
b. Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam
atau harga yang harus dibayaroleh nasabah peminjam
kepada Bank. Sebagai contoh bunga kredit.
34
Sebelum jauh membahas tentang bunga dalam
investasi maka perlu dikaji telebih dahulu apakah bunga
tersebut termasuk riba atau tidak, karena ini akan sangat
mempengaruhi pemaparan tulisan ini, maka akan diulas
sebagai berikut :
Al-qur’an, dengan jelas mengulas tentang riba sebagai
berikut ( www.indonetasia.com ) :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.(Qs:
2:275)
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
Riba berasal dari kata Rabiyah dan Rabwah yang artinya
Bukit atau tanah tinggi. Riba secara teknis berarti
35
mengambil tambahan dari modal pokok tanpa ada
imbalan penganti yang dapat dibenarkan oleh Syariah
Islam. Dengan demikian maka jelas bahwa islam
melarang riba dengan berbagai konsekuensinya. Namun
yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah
bunga sama dengan riba? Untuk memberikan jawaban
atas pertanyaan tersebut perlu dikaji apa sebenarnya
riba. Kata riba = ziyadah yang berarti bertumbuh,
menambah atau berlebih. Adapun pengertian tambah
dalam konteks riba adalah tambahan uang atas modal
yang diperoleh dengan cara yag tidak dibenarkan syara’.
Riba sering diterjemahkan orang dalam bahasa inggris
sebagai usury yang artinya the act of lending money at
an exorbitant or illegal rate of interest. Sementara ulama
fikih mendefinisikan ribadengan kelebihan harta dalam
suatu muamalah dengan tidak ada imbalan atau
gantinya. Maksud dari pernyataan ini adalah tambahan
terhadap modal uang yang timbul akibat transaksi utang
piutang yang harus diberikanterutang kepada pemilik
uang pada saat utang jatuh tempo.
Apabila kita dasarkan pada pengertian riba yang
tercantum dalam surat ar – Rum ayat 39,” riba adalah
nilai atau harga yang ditambahkan kepada harta atau
36
uang yang dipinjamkan kepada orang lain. Ayat ini hanya
sebagai ancang Allah SWT dalam menerapkan hukum
larangan riba pada ayat yang diturunkan selanjutnya.
Seperti Al – Baqarah 277 dan 278. sementara pada ayat
275 surat Al –Baqarah yang didalamnya mengandung
tiga penjelasan yaitu : pertama, jual beli atau bay itu
tidak sama dengan riba. Kedua perdagangan itu
diperbolehkan sementara riba itu diharamkan. Dan yang
ketiga menegaskan bahwa mereka yang telah
mendengar ayat larangan ribaharus segera
menghentikan ribatenpa harus mengembalikan ribayang
sudah tertarik.
Hadist – hadist Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa
riba itu haram dintaranya:
1) Al hakim meriwayatkan dari Ibnu masud bahwa
nabi Muhammaad SAW bersabda. “riba itu
mempunyai 73 tingkatan yang paling rendah
( dosanya ) sama dengan seseorang melakukan
zina dengan Ibunya”
2) Diriwayatkan oleh abu hurairah bahwa Rasulullah
SAW bersabda “tuhan sesungguhnya berlaku adil
karena tidak membenarkan empat golongan
memasuki syurga atau tidak mendapat petunjuk
37
yakni: peminum arak, pemakan riba pemakan
harta anak yatim, dan mereka yang
menelantarkan Ibu/bapak mereka.
3) dari Ibnu abbas, dari Nabi SAW, beliau bersabda “
jika telah muncul wabah zina dan riba disuatu
negeri, maka berarti mereka telah siap menanti
kedatangan azab Allah SWT.”
Agama lain memandang riba
1) Perjanjian lama kitab keluaran ayat 25 pasal
22, “ bila kamu menghutangi seseorang
diantara warga bangsamu uang maka
janganlah kamu berlaku laksana seoirang
pemberi hutang, jangan kamu meminta
keuntungan kepadanya untuk pemilik uang.
2) Kitab ulangan ayat 19 pasal 23, “ janganlah
kamu membungakan kepada saudaramu, baik
uang maupun bahan makanan atau apapun
yang dapat dibungakan
3) Kitab levicitus ( imamat )pasal 35 ayat 7. “
janganlah engkau mengambil bunga uang atau
riba darinya, melainkan engkau harus takut
akan Allahmu, supaya saudaramu bisa hidup
38
diantaramu. Janganlah engkau memberi
uangmu kepada mereka dengan meminta
bunga, juga makananmu janganlah kamu
berikan dengan meminta riba.
Terkait BI Rate Sebagai Suku Bunga Acuan Maka Dapat
dijelaskan Sebagai Berikut (www.bi.go.id)
Pengertian Suku Bunga Bank Indonesia
1) Definisi
Menurut Bank Indonesia BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan
kepada publik.
2) Fungsi
BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur ( RDG ) bulanan dan
diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank
Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management)
di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter.
39
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan
pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank
Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini
diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan
menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan
melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank
Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
3) Penetapan BI Rate
1. Jadwal Penetapan dan Penentuan
1.1. Penetapan respons (stance) kebijakan moneter
dilakukan setiap bulan melalui mekanisme RDG
Bulanan dengan cakupan materi bulanan.
1.2. Respon kebijakan moneter (BI Rate) ditetapkan berlaku
sampai dengan RDG berikutnya
1.3. Penetapan respon kebijakan moneter (BI Rate)
dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan
moneter (lag of monetary policy) dalam memengaruhi
inflasi.
40
1.4. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan
semula, penetapan stance Kebijakan Moneter dapat
dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG
Mingguan.
4) Besar Perubahan BI Rate
Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan
BI Rate (secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25
basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank
Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi,
maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps
dalam kelipatan 25 bps.
5) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk mennetukan
besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman sangat
dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan
maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping faktor-faktor
lainnya.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya
penetapan suku bunga adalah:
1. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara
permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh
41
bank agar kebutuhan dana tersebut cepat terpenuhi dengan
meningkatkan suku bunga simpanan.
2. Persaingan, dalam memperebutkan dana simpanan, maka
disamping faktor promosi, yang paling utama pihak
perbankan harus memperhatikan pesaing.
3. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan
maupun bunga pinjaman kita, tidak boleh melebihi bunga
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman,
maka akan semakin tinggi tinggi bunganya, hal ini
disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa
mendatang. Serta faktor-faktor yang lain.
Sintesis
Dari definisi di atas, maka dapat disintesiskan bahwa Bunga
Bank adalah balas jasa yang diberikan oleh Bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli (yang memperoleh pinjaman).atau menjual (yang
memiliki simpanan) produknya.
42
B. Kerangka Berpikir
Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Aset Perbankan
Syariah
Data – data asset perbankan syariah dan suku bunga bank
Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
laporan tahunan ataupun bulanan yang dikeluarkan oleh bank
Indonesia disitus resminya yaitu www.bi.go.id.
Dalam penelitian ini, peneliti sangat mengharapkan sekali adanya
pengaruh yang ditimbulkan oleh suku bunga bank Indonesia terhadap
asset perbankan syariah.
Sebagaimana yang ditunjukan oleh siklus dibawah ini:
C. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
aoleh suku bunga bank Indonesia terhadap aset perbankan syariah.
Suku bunga bank indonesia (X)
Asset perbankan syariah (Y)
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Apakah terdapat pengaruh SBI terhadap pertumbuhan aset pada
perbankan syariah?
2. Seberapa besar pengaruh suku bunga bank Indonesia terhadap
aset perbankan syariah?
B. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian bukan merupakan tempat yang real.
Melainkan peneliti mendapatkan datanya dengan mengunduh dari
situs resmi Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id. Sementara waktu
peneliti memulai melakukan penelitian ini terhitung bulan Maret 2010
dengan harapan peneliti dapat menyelesaikannya pada September
2010.
45
44
Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Dalam menyusun skripsi peneliti akan mengumpulkan data
sekunder yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun cara yang
dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data yaitu dengan cara:
1. Studi Dokumentasi yaitu metode penelitian yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data yang telah diolah dari pihak lain
pada tempat penelitian yang dimaksud.
2. Penelitian Kepustakaan, Penelitian ini dilakasanakn untuk
mendapatkan data – data tambahan dengan cara mempelajari
teori – teori baik berupa artikel ataupun dari buku – buku yang
relevan.
C. Instrumen Penelitian
1. Instrumen: aset
a. Definisi konseptual
Aset merupakan segala sarana, prasarana dan SDM
yang bernilai ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan yang
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk masa
sekarang atau masa depan.
45
b. Definisi operasional
Aset merupakan segala sarana, prasarana dan SDM
yang bernilai ekonomi yang dimiliki oleh perbankan syariah
yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk
masa sekarang atau masa depan.
2. Instrumen: suku bunga bank Indonesia
a. Definisi konseptual
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
b. Definisi operasional
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Dan denana kebijakan itu setiap bank konvensional dapat
menetapakan bunga bank di tiap – tiap bank.
46
D. Tehnik Analisis Data
Dalam analisa ini peniliti akan mencoba membuat
persamaan antara variabel independent dan variabel dependent
Data yang berhasil peneliti dapatkan selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan tehnik statistik deskripsimaupun
menggunakann statistik inferensial. Statistik dekripsi digunakan
untukmanyajikan data masing – masing variable peneitian yaitu :
suku bunga Bank Indonesia dan pertumbuhan aset perbankan
syariah. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
Statistik deskripsi ini digunakan untuk mengukur ukuran
gejala pusat yang meliputi median, modus, rata – rata dan ukuran
penyebaran dengan menggunakan standar deviasi dan rentang
skor. Disamping itu untuk keperluan penyajian data, digunakan
juga tabel frekuensi dan grafik yang berbentuk histogram.
Statistik inferensial dipergunakan untuk menguji hipotesis
penelitian. Tehnik yang dipergunakan untuk menguji penelitian
adalah analisis regresi dan korelasi sederhana. Yaitu dengan
melakukan beberapa analisa diantaranya:
47
a. Hipotesis statistic
1. Hipotesi pertama
Ho = tidak ada pengaruh SBI terhadap aset perbankan
syariah
Ha = ada pengaruh SBI terhadap aset perbankan syariah
b. Analisis data penelitian
1. Analisis regresi linear sederhana
Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen
Rumus :
Y = a + bx
Y : aset perbankan syariah
a : bilangan konstanta
b : koefisien regresi
x : suku bunga Indonesia
2. Uji t
Analisis ini digunakan untuk menguji apakah benar
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
48
c. Menentukan hipotesis nilai dan hipotesis alternatif Ho : β = 0,
tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen
d. Menentukan level of signivicance ( α = 0,05 ), t = ( α/2; n-1-k)
e. Criteria pengujian
Ho diterima bila t hitung < t table
Ho ditolak bila t hitung > t table
f. Nilai t hitung
t hitung = (b – β) : Sb
Keterangan :
a. t : t hitung
b. b : koefisien regresi
c. β : koefisien hipotesis
d. Sb : regresi standar deviasi
g. Kesimpulan
Dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel
maka dapat diambil kesimpulan apakah Ho diterima atau
ditolak.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia.
Dengan telah derlakukannya Bank Syariah Undang-Undang
No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16
Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional
semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan
mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres
perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata
pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir,
maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung
perekonomian nasional akan semakin signifikan.
Oleh karena itu Pengembangan perbankan syariah sebaiknya
diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat
dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh
karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional
akan mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan
Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya pengembangan
51
50
perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung
pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada
tingkat nasional. Sehingga dapat mendukung perrtumbuhan
perekonomian nasional.
B. Data Perbankan Syariah
Jumlah BUS (Bank Umum Syariah) dan UUS (Unit Usaha Syariah)
Tabel 4.1
Jumlah BUS (Bank Umum Syariah) dan UUS (Unit Usaha Syariah)
Sementara itu, inisiatif pengembangan ekonomi syariah yang
diklaim dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi umat di
Indonesia sudah diluncurkan sejak tahun 1992, yang ditandai
51
dengan pendirian dan pengoperasian Bank Muammalat Indonesia.
Secara teoritis, perbankan syariah seharusnya dapat membantu
mengurangi angka kemiskinan nasional.
C. Deskripsi Data Penelitian
1. Data SBI ( Suku bunga Bank Indonesia)
Data suku bunga bank Indonesia ini peneliti unduh melalui
situs resmi Bank Indonesia
Tabel 4.2
Data Suku Bunga Bank Indonesia
52
No Bulan
BI Rate Tahun
2005 2006 2007 2008
1 Januari
- 12.75
% 9.50% 8.00%
2 Februari
- 12.75
% 9.25% 8.00%
3 Maret
- 12.75
% 9.00% 8.00%
4 April
- 12.75
% 9.00% 8.00%
5 Mei
- 12.50
% 8.75% 8.25%
6 Juni
- 12.50
% 8.50% 8.50%
7 Juli
8.50% 12.25
% 8.25% 8.75%
8 Agustus
8.75% 11.75
% 8.25% 9.00%
9 September
10.00% 11.25
% 8.25% 9.25%
10 Oktober
11.00% 10.75
% 8.25% 9.50%
11 November
12.25% 10.25
% 8.25% -
12 Desember 12.75% 9.75% 8.00% -
53
Data ini menggambarkan perubahan suku bunga bank indonesia
setiap bulannya. Dimana adanya kenaikan dan penurunan yang
terjadi pada suku bunga bank Indonesia. Seperti yang kita ketahui
hal ini disebabkan diantaranya terdapat permasalahan terhadap
perekonomian Indonesia ataupun dunia baik itu dari segi moneter
ataupun inflasi. Rata – rata suku bunga bank indonesia naik
ataupun turun dari sebelumnya adalah sekitar 0.25%
1. Perkembangan Total Aset
Data Perkembangan total ataupun jumlah aset pada perbankan
syariah peneliti unduh melalui situs resmi Bank Indonesia dengan
bagian statistic perbankan syariah.
Tabel 4.3
Data Total Aset Perbankan Syariah
54
No Bulan
Aset perbankan syariah
2005 2006 2007 2008
1 Januari
-
20,584,968
26,948,76
4 35,836,442
2 Februari
-
20,459,669
27,689,73
6 37,550,847
3 Maret
-
20,545,995
28,447,35
2 38,343,742
4 April
-
21,089,959
28,367,64
8 40,071,017
5 Mei
-
21,902,818
29,000,12
4 41,082,893
6 Juni
-
22,700,820
29,208,81
2 42,981,116
7 Juli 17,839,625 22,861,551
29,899,60
4 43,478,881
8 Agustus 18,232,742 23,577,970
30,144,50
4 44,339,780
9 September 18,454,192 24,313,155
31,802,77
3 45,857,224
10 Oktober 18,732,449 25,056,041
33,016,02
9 46,281,660
11 November 18,692,398 25,488,349 33,287,97 -
55
0
12 Desember 20,879,849 26,722,030
36,537,63
7 -
Data ini menggambarkan bagaimana perubahan asset pada
perbankan syariah Dari bulan ke bulan. Dimana kita dapat melihat
b perubahan yang terjadi pada asset perbankan syariah. Yaitu
secara umum asset perbankan syariah selalu meningkat walaupun
adanya penyusutan terhadap asset perbankan syariah namun itu
tidak berlangsung lama dan tidak dalam jumlah yang banyak. Dan
rata – rata kenaikan asset perbankan syariah tiap bulannya
>700,000 ( dalam juta rupiah ) walaupun asset perbankan syariah
pernah mengalami penyusutan namun peningkatan jauh lebih
sering. Penyusutan asset yang terjadi pada perbankan syariah
diantarnya terjadi pada bulan oktober – November 2005 yaitu
sebesar -40,051, dan pada bulan desember 2005 - februari 2006
secara berturut – turut yaitu sebesar -294,881 dan -125,299 dan
pada bulan maret – april 2007 adalah sebesar -79,704 dan
penyusutan terbesar terjadi pada bulan desember 2007 – januari
2008 yaitu sebesar -701,195. Semua penyusutan dihitung dalam
juta rupiah
56
D. Uji Hipotesis
Tabel 4.4
Deskripsi Statistik Suku Bunga Bank Indonesia dan Perbankan
Syariah
Keterangan BI RateAset Perbankan Syariah
(Juta Rupiah)
Mean 9,84% 29.207.728
Median 9,13% 28.028.692
Standar Deviasi 0,017556571 8659490,435
Max 12,75% 46.281.660
Min 8,00% 17.839.625
57
58
1. Suku Bunga Bank Indonesia
Berdasarkan data penelitian tentang suku bunga bank
Indonesia maka diperoleh rentang skor empirik dengan nilai
terendah 8,00% dan tertinggi 12,75%. Selain itu dari data
penelitian diketahui bahwa rata – ratanya adalah 9,84% dan
simpangan baku atau lebih dikenal dengan standar deviasi
0,017556571 (1.75% ) dan untuk median 9,13%.
2. Aset Perbankan Syariah
Berdasarkan data penelitian tentang aset perbankan syariah
maka diperoleh rentang skor empirik dengan nilai terendah
17.839.625 ( juta ) dan tertinggi 46.281.660 ( juta ) Selain itu dari
data penelitian diketahui bahwa rata – ratanya adalah 29.207.728
( juta ) dan simpangan baku atau lebih dikenal dengan standar
deviasi 8659490,435 ( juta ) sedangkan untuk median 28.028.692
( juta )
a. Analisis Regresi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
suku bunga bank Indonesia(x) terhadap aset perbankan syariah
(Y)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam analisa berikut ini :
59
Regresi
b=40∗111,150,543− (393 .75% ) (1,168,309,135 )40∗39 .96%-15.50390625
b=-154195501. 90 . 48084375
a=ΣY−b∑ x
40
Persamaam regresi
Y = a + bX
` Y = 60,774,365 - 320676938.9 X
korelasi
r=NΣ XY−(ΣX ) (ΣY )
√N∑ X2−(∑ X )2 √N∑ Y 2−(∑Y )2
r=NΣ XY−(ΣX ) (ΣY )
√N∑ X2−(∑ X )2 √N∑ Y 2−(∑Y )2
b=NΣ XY−(ΣX ) (ΣY )
N∑ X2−(∑ X )2
b=-320676938. 9
a=1,168,309,135− (-1,262,665,447 )40
a=2,430,974,58240
a=60774364 . 55
60
r=40∗111,150,543−(393 . 75%) (1,168,309,135 )√40∗39 . 96%-15. 50390625√40∗37,048,140,082,554,200−(1,364,946,234,924,450,000 )
r=4446021717−4600217219
√15 . 98475-15.50390625√1,481,925,603,302,170,000− (1,364,946,234,924,450,000 )
r=-154195501 . 9
√0 . 48084375√116,979,368,377,722,000
r=-154195501. 90 .69342898*342022467 .7
r=-154195501. 9237168290. 8
r=-0 .650152267
Interprestasi diduga terdapat hubungan yang sangat erat dan negatif ( r =
-0 . 650152267 ) antara suku bunga bak Indonesia dan aset perbankan
syariah, artinya semakin besar kenaikan suku bunga bank Indonesia
maka semakin keciljumlah penambahan aset pada perbankan syariah.
Koefisien determinan = r2 x 100%
=(-0 . 650152267 )2x 100 %
= 0.42269797 x 100%
=42.26 %
Suku bunga bank Indonesia mempunyai konstribusi terhadap aset
perbankan syariah sebesar 42.26 % atau 42 % dan 58 % dipengaruhi oleh
faktor selain suku bunga bank indonesia
Ho Ditolak Ho Ditolak
α/2 = 0,025 α/2 = 0,025
Ho diterima
2.0227 -2.0227
61
t hitung
b. uji hipotesa
1. Ho :pengaruh suku bunga bank Indonesia terhadap aset
perbankan syariah tidak signifikan
2. Ha : pengaruh suku bunga bank Indonesia terhadap aset
perbankan syariah signifikan
Diketahui :
dk = n – 2
= 40 – 2 = 38
Gambar IV. 1
Hasil uji t : Ho ditolak
t hit= r √n−2
√1−r2
t hit=−0 .65√40−2√1−0 . 42
t hit=−0 .65 x 6 .16
√0 .58
t hit=−4 . 0040 . 76
t hit=−5 . 26
−5 .26
62
E. Pembahasan
Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa terdapatnya hubungan negatif yang signifikan
antara tingkat suku bunga bank Indonesia terhadap aset perbankan
syariah. Hal ini telah terbukti dengan diperolehnya korelasi sebesar –
0.65.
Dari perhitungan koefisien determinan antara tingkat suku
bunga bank Indonesia dengan aset perbankan syariah didapat nilai
sebesar 42.26% sementara sisanya sebesar 57.74% dipengaruhi oleh
berbagai faktor atau variabel lain.
Hasil ini tentu saja tidak timbul dengan begitu saja, melainkan
melalui proses yang cukup panjang. Dalam melewati proses yang
cukup panjang itu maka peneliti memperoleh beberapa hasil
diantaranya mean , median, modus hasil maksimal dan minimal tiapa
– tiap variabel. Seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Dari hasil perhitungan regresi sederhana dan koefisisen
korelasi jelas terlihat hubungan yang begitu kuat antara tingkat suku
bunga bank Indonesia terhadap aset perbankan syariah. Dan hasil
perhitungan pun telah sangat menunjukan bahwa tingkat suku bunga
63
bank Indonesia memberikan dampak yang cukup besar terhadap aset
perbankan syariah.
Hal yang harus kita tahu adalah bahwa data ini benar – benar
menunjukan bahwa kalau suku bunga bank Indonesia memberikan
pengaruh yang cukup besar bagi asset perbankan syariah. Namun
disayangkan pengaruh yang diberikan bersifat negatif. Pengaruh
yang bersifat negative berarti bahwa ketika suku bunga bank
Indonesia menigkat maka hal ini dapat mengakibatkan penambahan
asset bagi perbankan syariah tidak bisa semaksimal mungkin.
Jadi dalam hal ini hal yang seharusnya dilakukan oleh bank
Indonesia adalah harus berhati - hati dalam menetapkan tingkat suku
bunga bank Indonesia agar perbankan syariah dapat menjadi bank
yang kompetitif dan dapat bersaing dengan bank konvensional yang
lain. Serta perbankan syariah bisa mengembangan asetnya yang ada.
64
F. Keterbatasan penelitian
Peneliti sangat menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini pasti
banyak terdapat kekurangan. Mulai dari data, pengolahan hingga
pengujian data. Oelh karena itu pasti banyak sekali terdapat
kesalahahn dalam penulisan skripsi ini.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Peneliti hanya melakukan penelitian dengan menggunakan satu
variable independent. karena keterbatasan inilah peneliti yakin
sekali bahwa masih banyak faktor – faktor lain yang
mempengaruhi aset perbankan syariah.
2. Dalam perolehan data, peneliti hanya menggunakan data
sekunder degan jumlah data yang sangat minim yaitu hanya 40
data. Peneliti sangat menyadari kekurangan data tersebut.
Hal yang paling mendasar adalah bahwa pengetahuan peneliti yang
sangat terbatas.
65
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN
A. Kesimpulan
Pada bagian akhir dari karya tulis ilmiah ini peneliti akan
memaparkan beberapa kesimpulan yang didapat dari hasilpenelitian
yang telah peneliti lakukan, adapun kesimpulan – kesimpulan tersebut
adalah:
1. Terdapat pengaruh negatif antara tingkat suku bunga bank
Indonesia terhadap asset perbankan syariah.
2. Besarnya pengaruh tingkat suku bunga bank Indonesia terhadap
asset perbankan syariah adalah 42.26% dan sisanya dipengaruhi
oleh variabel selain suku bunga bank Indonesia yaitu sebesar
57.76%.
3. Walaupun suku bunga bank Indonesia mengalami perubahan yang
tidak menentu atau bisa dibilang kadang naik dan kadang turun.
Namun asset perbankan syariah tiap bulannya selalu bertambah.
Walaupun ketika suku bunga bank indonesia lebih besar dari
jumlah bulan sebelumnya namun asset perbankan syariah tetap
naik walaupun tidak terlalu besar. Terutama pada bulan juli 2005
sampai dengan juni 2006 suku bunga bank indonesia selalu
meningkat namun asset perbankan syariah tetap bertambah
walaupun pada bulan oktober ke November 2005 adanya
penyusutan terhadap asset perbankan syariah.
65
66
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diimplikasikan beberapa
hal yakni:
Bank syariah telah sedang mengembangan lebih optimal
lagi aset yang ada. Artinya bank syariah tidak membiarkan uang
yang menumpuk terlalu banyak dengan arti lain bank syariah harus
mencari cara untuk membuat uang yang menumpuk menjadi lebih
produksi. Diantaranya dengan cara peminjaman modal bagi
masyarakat yang ingin membangun usaha dengan system bagi hasil
namun dengan cara yang tidak terlalu berbelit – belit. Karena cara
yang terlalu berbelit – belit membuat oleh malas untuk mengurusinya.
Bank syariah sedang dan telah mengadakan program
pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar. yaitu
perbankan syariah sebaiknya mengarahkan pelayanan jasa bank
syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan
masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-
masing bank syariah
Bank syariahpun sudah mulai melakukan pengembangan
produk. Yaitu adanya variasi produk yang beragam dan didukung
oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan
dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama
produk yang mudah dipahami.
67
Dan telah adanya peningkatan kualitas pelayanan. Yaitu
peningkatan kualitas pelayanan yang didukung oleh SDM yang
kompeten serta adanya penyediaan teknologi informasi yang mampu
memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu
mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah
secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah
C. Saran – saran
a. Bank Indonesia sebaiknya memberikan penjelasan tentang
keunggulan bank syariah yang ada di Indonesia kepada
masyarakat umum
b. Adanya sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat luas
c. Memberikan kemudahan bagi para nasabah dalam berbagai
hal. Diantaranya kemudahan dalam menabung, kemudahan
dalam melakukan pinjaman. Dalam arti lain, bahwa perbankan
syariah merupakan benar – benar yang dapat mensejahterakan
umat.
Karena SBI berpengaruh signifikan maka hal ini seharusnya menjadi
perhatian bagi pelaku pasar uang / bank syariah
68
DAFTAR PUSTAKA
Andreas Viklund, Definisi Suku Bunga, http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/teori-suku-bunga-dan-inflasi.html
Antonio, Muh. Syafi’i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
Arifin, Zainul. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: CV. Alvabet
Bank Indonesia. 2010. www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+ Rate/Penjelasan+BI+Rate/
Hakikat Perbankan Syariah http://wiki.dspace.org/static_files/d/d8/Perbankan_Syariah_Indonesia.pdf.
Hosen, M.N. “Buku saku Perbankan Syariah”. Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES). Jakarta, Nopember 2005.
Huda, nurul dan Mustafa Edwin nasution . 2008. Investasi pada pasar modal syari’ah. Jakarta: Prenada media group
_________ dan Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta : prenada media grup
luqman, Pengertian Aktiva Produktif http://luqmannomic.wordpress.com/2007/12/15/aktiva-produktif-bank-syariah/
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: Penerbit AMP YKPN.
Peraturan Bank Indonesia (PBI), No.5/7/2003 tentang Aktiva Produktif
69
Ray, Definisi Aktiva dan Asset, http://manskm.blogspot.com/2009/03/aktiva-tetap.html
____,Definisi Aset atau Aktiva, http://manskm.blogspot.com/2009/03/aktiva-tetap.html
Rizki, Definisi Aktiva, http://rahasiaakuntansi.blogspot.com/2010/03/definisi-aktiva-pasiva.htmlhidayathi
Siswanto, Sutojo, Manajemen Terapan Bank, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1997, halm 202.
Wikipedia.2010, Perbankan Syariah Indonesia, http://wiki.dspace.org/static_files/d/d8/Perbankan_Syariah_Indonesia.pdf
68