Upload
hatuyen
View
224
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Era Globalisasi ini, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan
para pesaingnya agar dapat bertahan hidup. Tuntutan dapat berasal dari pelanggan
yaitu tentang mutu pelayanan dan kepuasan standar global yang harus dipenuhi
oleh perusahaan. Untuk itu perusahaan harus berusaha untuk mendapat penilaian
yang baik dari pihak luar perusahaan baik dalam hal keuangan, pelayanan kepada
konsumen, maupun kerapian dalam administrasi agar mendapat kepercayaan dari
mereka.
Selain manajemen, kreditur dan investor juga berkepentingan atas laporan
keuangan sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit dan penanaman modal.
Kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui besarnya aktiva yang
akan digunakan sebagai jaminan dalam pemberian kredit. Kreditur jangka pendek
berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban yang harus segera dipenuhi, dengan dana yang bersumber dari aktiva
lancarnya. Investor berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan
keputusan penanaman modal.
PT. Asuransi Jiwasraya merupakan perusahaan asuransi jiwa nasional
dengan penetrasi pasar terbaik di Indonesia. Berada di posisi 7 (tujuh) besar
setelah 6 (enam) perusahaan asuransi Joint Venture dengan asing. Jiwasraya
merupakan reppresentasi keunggulan perusahaan asuransi jiwa nasional yang
dengan pengalaman dan keahliannya mampu menyaingi dominasi perusahaan
multinasional. Kegiatan utama perusahaan ini adalah melaksanakan program
2
pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan melalui usaha perasuransian
jiwa. Komitmen perusahaan untuk menjalankan tata kelola perusahaan yang baik
juga terus ditingkatkan. Komitmen atas pelaksanaan tata kelola yang baik ini
dilaksanakan sebagai upaya peningkatan nilai perusahaan.
PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) terus mengembangkan dan berinovasi
dalam menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan para Pemegang Polis
serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai manfaat asuransi
jiwa. Dengan keahlian yang dimiliki, Jiwasraya terus mengembangkan produk
dengan pelayanan terbaik untuk produk standar dan produk tailor made sehingga
dapat memenuhi kebutuhan pemegang polis sehingga dapat meningkatkan
pendapatan bagi perusahaan.
Penilaian kinerja sangatlah penting bagi semua perusahaan, termasuk
perusahaan Pegadaian. Melalui penilaian kinerja, perusahaan dapat mengetahui
apakah kinerja dan operasional perusahaan tersebut buruk atau tidak. Jika dinilai
buruk maka diharapkan perusahaan dapat memperbaikinya. Jika kinerjanya sudah
baik, diharapkan perusahaan dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja
dan operasionalnya agar lebih baik.
Untuk memaksimalkan apa yang bisa didapat dan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan maka dibutuhkan adanya suatu penilaian atau
pengukuran terhadap kinerja suatu perusahaan. Fungsi dari suatu penilaian atau
pengukuran kinerja adalah sebagai alat bantu bagi manajemen perusahaan dalam
proses pengambilan keputusan juga memperlihatkan kepada investor maupun
pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan mempunyai
kredibilitas yang baik. Apabila perusahaan mempunyai kredibilitas yang baik itu
3
akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya, selain itu juga dapat
memberikan kepuasan kepada para pelanggan.
Untuk melengkapi cara pengukuran kinerja perusahaan yang telah ada,
selama beberapa tahun terakhir telah berkembang suatu pendekatan baru dalam
mengukur kinerja perusahaan yang dikenal dengan pendekatan nilai tambah
ekonomis (Economic Value Added) atau lebih dikenal dengan sebutan EVA.
EVA adalah pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang dihitung
dengan cara mengurangkan Net Operating Profit After Tax dan Cost of Capital.
EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi,
EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil menciptakan nilai (Value
Creating) bagi pemilik perusahaan tersebut sejalan dengan tujuan memaksimalkan
nilai perusahaan.
Return On Asset (ROA) adalah bentuk yang paling mudah dari analisis
profitabilitas dalam menghubungkan laba bersih (EBIT) yang dilaporkan terhadap
total aktiva. Return On Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas
dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
Adapun kelemahan yang dirasakan dari pengguna rasio-rasio dalam
pengukuran kinerja keuangan yaitu angka-angka yang diperoleh dari perhitungan
tidak bisa berdiri sendiri. Rasio-rasio tersebut akan berarti jika ada perbandingan
dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat resiko yang hampir sama atau
dibandingkan dengan rasio industri, disamping itu juga diperlukan analisa
kecenderungan dari tiap-tiap rasio dengan tahun sebelumnya (time series).
Return On Asset (ROA) dan Economic Value Added (EVA) merupakan
cara yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan PT. Asuransi Jiwasraya
4
(Persero). Oleh sebab itu penulis membandingkan kedua cara tersebut untuk dapat
mengetahui mana yang lebih memberikan nilai bagi PT. Asuransi Jiwasraya
(Persero).
Sebagai gambaran awal PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) melalui laporan
Keuangannya memperlihatkan perkembangan total aktiva dan laba bersihdari
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 seperti yang terdapat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Perkembangan Total Aktiva dan Laba Bersih PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2009-2013
TAHUN
Total Aktiva(Rp)
Perkembangan (%)
Laba Bersih(Rp)
Perkembangan(%)
2009 5.426.207.029.391 - 356.067.263.559 -
2010 7.195.067.737.866 32,59 204.470.227.337 (42,57)
2011 7.965.478.233.012 (10,71) 396.842.305.034 94,08
2012 9.263.290.032.742 16,29 272.220.387.831 (31,40)
2013 17.004.555.132.161 83,57 460.912.635.278 69,32
Sumber: Laporan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya, 2015
Dari tabel 1, menunjukkan bahwa PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
selama lima tahun terakhir. Tahun 2009 hingga tahun 2013 menunjukkan laba
bersih (Net Profit) yang mengalami fluktuatif. Pada tahun 2010 laba bersih yang
diperoleh mengalami penurunan sebesar 42,57 % dengan penggunaan aktiva
mengalami peningkatan 32,59 % dibanding tahun 2009 hal ini disebabkan jumlah
kewajiban kepada pemegang polis mengalami peningkatan. Tahun 2011 laba
bersih yang diperoleh mengalami peningkatan sebesar 94,08 %, hal ini disebabkan
realisasi aktiva perusahaan terjadi peningkatan. Tahun 2012 terjadi penurunan
laba bersih sebesar 31,40 % dengan peningkatan total aktiva 16,29 % hal ini
terjadi karena adanya pembatalan premi yang meningkat. Sedangkan pada tahun
2013, PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) memiliki peningkatan perolehan laba
5
sebesar 69,32 % karena adanya peningkatan penggunaan total aktiva sebesar
83,57 %.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bersifat umum yaitu meneliti
perbandingan antara kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio
keuangan Return On Assets (ROA) dan Economic Value added (EVA), jika suatu
perusahaan dinilai kinerjanya dengan rasio keuangan dan menghasilkan penilaian
yang baik, tetapi bila diukur dengan konsep EVA belum tentu menghasilkan
penilaian yang baik, karena dalam perhitungan kinerja keuangan melalui konsep
EVA ini unsur biaya modal dimasukkan sebagai salah satu unsur perhitungan
kinerja perusahaan dan hal tersebut menunjukkan pertimbangan dalam tingkat
resiko perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA)
dengan Return On Assets (ROA) dalam Menilai Kinerja Keuangan pada PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) di Kota Makassar.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah apakah terdapat perbedaan atas hasil pengukuran kinerja keuangan
dengan Economic Value Added (EVA) dan Return On Assets (ROA) pada PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) di Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan atas hasil
pengukuran kinerja keuangan dengan Economic Value Added (EVA) dan Return
On Assets (ROA) pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) di Kota Makassar.
6
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian, yaitu:
1. Bagi perusahaan, untuk mendapatkan masukan tentang pengukuran kinerja
keuangan dengan menggunakan Economic Value Added dan Return On
Assets (ROA)serta memberikan manfaat dalammenetapkan pengukuran
kinerja yang lebih komprehensif.
2. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis
dalammenerapkan beberapa teori yang diperoleh dalam perkuliahan.
3. Bagi pihak lain yang berkepentingan, untuk memberikan informasi
yangberkenaan dengan pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan
menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Return On Assets (ROA)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Economic Value Added (EVA)
Konsep EVA merupakan suatu konsep penilaian kinerja keuangan
perusahaan yang dikembangkan oleh Stem Stewart & Co, sebuah perusahaan
konsultan manajemen keuangan di Amerika Serikat.
Menurut Widayanto (1994 : 188) bahwa:
Konsep EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perusahaan dan menilai kinerja keuangan perusahaan secara adil yang diukur dengan mempergunakan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal awal yang ada.
a. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Menurut Young dan O’Byrne (2001:18) “EVA merupakan alat komukasi
yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini
yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk menghubungkan dengan
pasar modal.”
Menurut Tunggal (2001:2) bahwa :
Economic Value Added (EVA) adalah suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah absolut dari nilai pemegang saham (Shareholder value) yang diciptakan (created) atau dirusak (destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun.
Berdasarkan definisi Economic Value Added (EVA) yang dikemukakan
oleh kedua ahli tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya EVA merupakan alat
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan nilai tambah yang
memperhatikan adanya biaya modal (cost of capital) yang ditanggung perusahaan.
8
EVA tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan
sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa kecenderungan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan
besarnya Cost of Capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan
keunggulan pendekatan EVA dibanding pendekatan akuntansi tradisional dalam
mengukur kinerja perusahaan.
Economic Value Added (EVA) atau disebut juga dengan nilai tambah
ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh
pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil
mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan
pemegang saham). Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan
struktur modal yang ada.
b. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Menurut Widayanto (1994:223) langkah-langkah yang perlu dilakukan
untuk mendapatkan ukuran EVA adalah sebagai berikut :
a. Menghitung atau menaksir biaya modal utang (Cost of Debt)
Biaya utang (Cost of Debt) merupakan rate yang harus dibayar oleh
perusahaan didalam pasar sekarang untuk mendapatkan utang jangka
panjang yang baru. Yang dimaksudkan disini adalah utang obligasi.
Perhitungannya dapat dilakukan denganmenghitung biaya utang sebelum
pajak, dimana besarnya biaya modal adalah sama dengan tingkat
couponnya, yaitu tingkat bunga yang dibayarkan untuk tiap lembar obligasi.
Perhitungan yang lain adalah dengan cara menghitung biaya utang setelah
9
pajak, dengan mengalikan suku bunga utang (1-t), dimana t adalah tarif
pajak perusahaan yang bersangkutan.
b. Menaksir biaya modal saham (Cost of Equity)
Perhitungan biaya modal (Cost of Equity) dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan keuangan (Financial Approach), yaitu dengan
menjumlahkan bentuk pemberdayaan pembiayaan.
c. Menghitung struktur permodalan dari neraca
Modal atau capital merupakan jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan
untuk membiayai perusahaannya yang merupakan penjumlahan dari total utang
dan modal Saham.
d. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of
Capital-WACC)
WACC merupakan rata-rata tertimbang biaya utang dan modal sendiri,
menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor . Dengan demikian
perhitungannya akan mencakup perhitungan masing-masing komponennya, yaitu
biaya utang (Cost of Debt), biaya modal saham (Cost of Equity), serta proporsi
masing- masing di dalam struktur modal perusahaan.
e. Menghitung EVA
Dilakukan dengan mengurangi laba operasional setelah pajak dengan
biaya modal yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. EVA merupakan NOPAT
(Net Operating Profit After Tax) dikurangi dengan biaya modal.
10
Menurut Young dan O’Bryne (2001:43) “NOPAT merupakan Laba
Operasi perusahaan yang telah dikurangi pajak dan merupakan pengukuran laba
yang didapat perusahaan dari operasi yang dijalankan perusahaan.”
Secara sistematis, EVA dihitung dari kuentungan operasi setelah pajak
(Net Operating Profit After Tax) dikurangi aliran kas yang dibutuhkan untuk
mengganti dana para investor dan kreditor atas resiko usaha dari modal yang
ditanamkan (capital charges).
Rumus untuk menghitung EVA (Economic Value Added):
EVA = NOPAT – Capital Charges
Sedangkan besaran Capital Charges didasarkan pada biaya modal rata-rata
tertimbang (Weighted Average Cost of Capital = WACC) dikalikan dengan aktiva
yang diinvestasikan dalam aktivitas yang berkelanjutan (Invested Capital).
Perhitungan capital charges dirumuskan sebagai berikut:
Capital Charges = WACC x Invested Capital
Dari pengertian diatas, rumus perhitungan Economic Value Added (EVA)
adalah:
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) atau laba operasi bersih sebelum
pajak merupakan sejumlah laba yang akan dihasilkan jika perusahaan tidak
memiliki utang ataupun aset finansial. NOPAT dapat dihitung sebagai berikut:
NOPAT dihitung dengan cara sebagai berikut:
NOPAT = EBIT - Pajak
Dimana:
11
NOPAT = Net Operating Profit After Tax
EBIT = Earning Before Interest and Taxes
2. Invested Capital
Invested capital merupakan penjumlahan keseluruhan pembiayaan
perusahaan. Invested capital sama dengan penjumlahan ekuitas pemegang saham,
hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek, dan hutang jangka panjang
lainnya. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Invested Capital = total aktiva – hutang jangka pendek (tanpa bunga)
3. Weighted Average Cost of Capital (WACC)
Bentuk pembiayaan untuk perusahan biasanya terbagi atas saham dan
hutang. Investor menginginkan return yang tinggi untuk membeli saham pada
perusahaan tertentu dibandingkan ketika mereka meminjam, karena tentunya
membeli saham jauh lebih beresiko. Maka dari itu biaya modal dari perusahaan
tidak hanya tergantung pada biaya hutang dan biaya ekuitas tetapi juga pada
struktur modalnya. Setiap perusahaan memiliki struktur modal optimal, yang di
definisikan sebagai sebagai bauran hutang, saham preferen, dan ekuitas saham
biasa menyebabkan harga saham menjadi maksimal. Karenanya, perusahaan yang
memaksimalkan nilai akan menetapkan target struktur modal optimal.
WACC atau biaya modal rata-rata tertimbang adalah biaya ekuitas dan
biaya hutang masing-masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang
dalam struktur modal.
Adapun rumus untuk menghitung WACC adalah:
WACC = Wd × Kd (1 – T) + We × Ke
Di mana:
12
WACC = Weighted Average Cost of Capital
Kd = Cost of Debt
Wd = Persentase Hutang
T = Pajak
We = Persentase Ekuitas
Ke = Cost of Equity
Perusahaan dapat menghitung WACC dengan mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1. Jumlah hutang dalam struktur modal, pada nilai pasar
2. Jumlah modal dalam struktur modal, pada nilai pasar
3. Biaya hutang
4. Tingkat pajak
5. Biaya Ekuitas
Cost of Capital mempunyai dua makna, dari sisi investor dan perusahaan.
Dari sisi investor, cost of capital adalah opportunity cost yang ditanamkan
investor pada suatu perusahaan, sedangkan dari sisi perusahaan Cost of Capital
adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan sumber
dana yang dibutuhkan.Cost of capital terdiri dari cost of debt (biaya hutang) dan
cost of equity (biaya ekuitas). Sedangkan ekuitas dapat dibagi lagi menjadi saham
preferen dan saham biasa.
Hutang adalah pinjaman perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Hutang terdiri dari hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek yaitu hutang
13
yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditur atau yang akan dilunasi
dalam waktu satu tahun. Hutang jangka panjang yaitu yaitu hutang yang jatuh
tempo lebih dari satu tahun.
Biaya hutang adalah tingkat pengembalian yang dikehendaki, terjadi
karena adanya resiko kredit (credit risk), yaitu resiko perusahaan dalam
memenuhi kewajiban pembayaran bunga hutang yang harus dibayarkan kepada
kreditur. Semakin lama hutang jatuh tempo maka resiko kreditnya akan semakin
besar. Dengan kata lain Cost of Debt adalah tarif yang dibayarkan perusahaan
untuk memperoleh hutang baru jangka panjang di pasar sekarang.
Biaya utang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus
dibayar perusahaan. Mengingat biaya hutang (bunga) dibayar sebelum perusahaan
memperhitungkan pajak penghasilan (tax deductible), maka biaya riil yang
ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak (cost of debt after tax).
Cost Of Debt After Tax = Kd* = Kd (1 - T)
Dimana:
Kd* = Biaya hutang setelah pajak
Kd = biaya hutang sebelum pajak
T = Tarif Pajak (Taxes)
Tabel 2. Kriteria penilaian Kinerja Berdasarkan EVA
EVA > 0Ada nilai tambah ekonomi terhadap perusahaan selama operasionalnya
EVA = 0Perusahaan berada pada posisi impas selama operasionalnya
EVA < 0Kinerja operasional perusahaan gagal memenuhi harapan para investornya
14
c. Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah
dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA yang
lain yaitu:
1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan
beban sebagai konsekuensi investasi.
2. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat
dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan
harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan
dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan
berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan
data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai
konsep penilaian.
4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus
pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga
dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction
concepts.
5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut
merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga
merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat
pengambilan keputusan bisnis.
Selain berbagai keunggulan, konsep EVA juga memiliki kelemahan-
kelemahan. Kelemahan- kelemahan tersebut antara lain:
15
1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur
aktivitas-aktivitas penentu.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan
pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk
menjual atau membeli saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang
justru lebih dominan.
2. Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan asset. Rumus ROA
adalah sebagai berikut :
ROA=Laba bersih sebelum pajak
Total Aktiva
Beberapa Ahli mendefinisikan Return On Assets (ROA) sebagai berikut:
Menurut Hanafi (2000:83) bahwa:
Return on Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk menandai asset tersebut
Menurut Simamora (2006:529) bahwa “Return On assets (ROA)
merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan.”
Menurut Muktharuddin (2007:71) bahwa:
Return On Assets adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan”. ROA (Return On Asset) merupakan rasio keuntungan bersih sebelum pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan
16
Dari definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Return on Assets merupakan rasio imbalan aktiva dipakai untuk mengevaluasi
apakah manajemen telah mendapat imbalan yang memadai (reasonable return)
dari aset yang dikuasainya. Dalam perhitungan rasio ini, hasil biasanya
didefinisikan sebagai sebagai laba bersih (Operating income). Rasio ini
merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa
baik perusahaan telah memakai dananya, tanpa memperhatikan besarnya relatif
sumber dana tersebut. Return On Assets kerap kali dipakai oleh manajemen
puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan
multidivisional.
Brigham (2001:90) mengemukakan bahwa:
Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan semakin besar.
Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor kepada
perusahaan. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan
tersebut makin diminati investor, karena dapat memberikan keuntungan
(return) yang besar bagi investor. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh
terhadap return Saham yang akan diterima oleh investor.
3. Laporan Keuangan
a) Pengertian laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan itu sendiri menurut para ahli adalah
sebagai berikut:
17
Menurut Farid dan Siswanto (1998:179) bahwa “Laporan keuangan
adalah informasi yang diharapkan mampu memberikan bantuan kepada
pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial.”
Menurut Munawir (2002:56) bahwa:
Laporan keuangan adalah alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisikeuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu pagi para pengguna (user) untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat financial.
Baridwan (1992:17) memberikan pengertian bahwa:
Laporan keuangan adalah merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu lingkaran dari transaksi-transaksi keuangan selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak yang lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan data dengan keuangan perusahaan.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan adalah suatu bentuk laporan mengenai informasi kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dibuat setiap akhir tahun periode sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengurus dan berbagai pihak yang berkepentingan
diharapkan akan membantu pagi para pengguna (user) untuk membuat
keputusan ekonomi yang bersifat financial.
b) Komponen Laporan Keuangan
Berdasarkan UU NO. 1/1995 tentang Perseroan Terbatas, pasal 58 ayat
(1) menyebutkan bahwa perhitungan tahunan dibuat sesuai dengan Standar
Akuntansi Indonesia (SAK). Standar Akuntansi Indonesia (SAK) terdiri atas
beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Sampai bulan
18
Oktober 2003 telah diterbitkan sebanyak 60 Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) NO. 1,
laporan keuangan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan.
a. Neraca
Menurut Kasmir (2013:28) bahwa:
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan Passiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.
Menurut SAK, komponen neraca adalah: “1). Aktiva (asset) yang
terdiri atas aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain-lain. 2). Kewajiban
(Liability) dan ekuitas (Equity)”. Kewajiban yang terdiri atas kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Ekuitas adalah hak pemilik baik
dari setoran modal ataupun laba yang belum dibagi.
Menurut Lyn dan Aileen (2008:8) bahwa “neraca adalah laporan posisi
keuangan yang menunjukkan aktiva, utang dan ekuitas pemegang saham suatu
perusahaan pada tanggal tertentu seperti pada akhir triwulan atau satu tahun.”
Berdasarkan dari beberapa penjelasan tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan
atau mengilustrasikan posisi keuangan suatu perusahaan yang terdiri dari
aktiva, kewajiban, dan modal pada suatu waktu tertentu.
b. Laporan Laba Rugi
Menurut Darsono dan Ashari (2005:20) Laporan laba rugi adalah
“akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama
19
periode waktu tertentu”. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan
sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang
dikeluarkan.
Menurut Kasmir (2013:46) bahwa “Laporan laba/Rugi merupakan
laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang
diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode
tertentu.”
Dari penjelasan di atas dapat dimengerti bahwa laporan laba rugi
adalah laporan mengenai pendapatan, biaya, dan laba perusahaan dalam waktu
tertentu yang dapat menyajikan informasi mengenai tingkat keberhasilan
perusahaan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
c. Laporan Arus Kas
Menurut Kasmir (2013:29) “Arus Kas yaitu laporan yang
menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik
yang berpengaruh langsung atau tidak langsungterhadap kas.”
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas digunakan untuk mengetahui apakah modal
perusahaan bertambah atau berkurang dalam satu periode tertentu.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan dan laporan keuangan merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada
kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan
keuangan dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan
20
keuangan. Misalnya, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Perubahan
Modal atau Laba Ditahan, Laporan Kegiatan Keuangan.
4. Kinerja Keuangan
a. pengertian kinerja Keuangan
Fahmi (2012:2) mengemukakan bahwa “Kinerja keuangan adalah
suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan
telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar.”
Harmono (2009:23) mengemukakan bahwa :
Kinerja keuangan umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share) ”.
Zarkasyi (2008:48) mengemukakan bahwa ”kinerja keuangan
merupakan sesuatu yang dihasilkan atau hasil kerja yang dicapai dari suatu
perusahaan.”
Berdasarkan batasan di atas, maka kinerja perusahaan merupakan
sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan
mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya
merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik
suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati.
b. Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan mempunyai arti yang penting bagi
pengambilan keputusan baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan.
Laporan keungan merupakan alat yang dijadikan acuan penilaian untuk
meramalkan kondisi keuangan, operasi dan hasil usaha perusahaan.
21
Rasio Keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan
keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk
memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan datang. Cara yang
digunakan untuk mendukung prediksi tersebut adalah dengan menganalisis
laporan keuangan perusahaan.
Hanafi (2003:77) pada dasarnya analisis rasio keuangan
dikelompokkan ke dalam empat macam kategori, yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahan relatif terhadap hutang lancarnya
(hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Biasanya rasio yang
digunakan adalah current ratio, cash ratio, dan net working capital to total
asset ratio.
b. Rasio Leverage (Solvabilitas)
Rasio ini untuk digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak
solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan
total asetnya. Rasio Leverage yang bisaanya digunakan seperti debt to total
asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to equity ratio,
long term debt to equity ratio, dan lain-lain.
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat beberapa aset kemudian menentukan beberapa
tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas
yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengahkibatkan semakin
22
besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Beberapa
rasio yang digunakan misalnya: total asset turn over ratio, receivable turn
over ratio, inventory turn over ratio, dan sebagainya.
d. Rasio Keuntungan (Profitabilitas)
Rasio ini memberikan gambaran tentang kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset,
dan modal saham tertentu pada periode tertentu. Beberapa rasio yang sering
digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on total asset
(ROA), dan sebagainya.
c. Tahap Menganalisis Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2012:3) terdapat 5 (lima) tahap dalam menganalisis
kinerja keauangan suatu perusahaan secara umum yaitu :
1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan.2) Melakukan perhitungan.3) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitung yang telah
diperoleh.4) Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan.5) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap
berbagai permasalahan yang ditemukan.
d. Keunggulan dan Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (1998:298), keunggulan analisa rasio keuangan:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan.5. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series
23
Fahmi (2012 : 48) kelemahan analisis laporan keuangan:
1. Pengguanaan rasio keuangan akan memberikan pengukuran yang relatif terhadap kondisi suatu perusahaan
2. Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai peringatan awal dan bukan kesimpulan akhir.
3. Setiap data yang diperoleh yang dipergunakan dalam menganalisis adalah bersumber dari laporan keuangan perusahaan
4. Pengukuran rasio keuangan banyak yang bersifat artificial.
5. Asuransi
a. Pengertian Asuransi
Pandia (2005:135) mengemukakan:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu.
Menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1992 “Asuransi atau Pertanggungan
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih di mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkanatau akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
b. Jenis Usaha Asuransi
Usaha perasuransian meliputi dua bidang utama yaitu usaha asuransi dan
usaha penanggung asuransi. Usaha asuransi terdiri dari usaha asuransi kerugian
(Non Life Insurance), usaha asuransi jiwa (Life Insurance) serta usaha
reasuransi (Reinsurance). Sedangkan usaha penunjang usaha asuransi terdiri
24
dari jenis usaha pialang, penilai, konsultan dan agen yang berkaitan mengenai
usaha asuransi.
1) Asuransi Kerugian merupakan usaha yang memberikan manfaat jasa-jasa
dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul akibat terjadinya
peristiwa yang tidak pasti. Jenis asuransi aneka ini meliputi asuransi
kendaraan bermotor, asuransi pencurian, asuransi uang dalam
pengangkutan dan penyimpanan serta asuransi kecurangan.
2) Asuransi Jiwa merupakan suatu jasa asuransi yang diberikan oleh
perusahaan asuransi dalam penanggulangan resiko yang berkaitan dengan
jiwa atau meninggal seseorang yang dipertanggungkan.
Perbedaan pokok antara berbagai jenis polis asuransi jiwa terletak pada
jangka waktu, keuntungan dan fleksibilitasnya. Beberapa jenis polis yang
termasuk dalam asuransi jiwa:
a. Asuransi Berjangka (Term Insurance)
Merupakan polis untuk asuransi yang mewajibkan penanggung untuk
membayar jumlah nominal polis apabila pihak tertanggung meninggal
dalam suatu periode tertentu. Apabila pihak tertanggung tetap hidup
sampai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam polis, maka
kontrak berakhir tanpa nilai.
b. Endowment Insurance
Suatu jenis polis asuransi yang mewajibkan pihak penanggung
membayar sejumlah uang kepada pihak tertanggung atau pihak
keluarga tertanggung (beneficiary) apabila pihak tertanggung tetap
25
hidup selama periode pertanggungan. Dengan demikian premi jenis
pertanggungan seperti ini lebih tinggi dibandingkan dengan harga polis
asuransi berjangka. Asuransi jenis ini dapat digunakan sebagai
tabungan yang dilindungi dengan asuransi jiwa.
c. Whole Life Insurance
Asuransi seumur hidup dikenal sebagai asuransi nilai tunai atau
asuransi nilai permanen. Asuransi jenis ini menawarkan pertanggungan
selama hidup tertanggung.
d. Annuity Contract
Merupakan jenis polis yang menyediakan pemasukan secara periodic
dan teratur bagi pihak tertanggung untuk suatu periode tertentu.
Annuity Contract yang menyediakan pendapatan seumur hidup (Life
annuity Contract). Polis jenis ini dapat dibeli dengan pembayaran
secara periodic (bulanan atau tahunan dengan premi yang fleksibel
yaitu dalam jumlah berapa saja dan untuk waktu kapan saja atau
dengan premi tunggal
3) Reasuransi (Reinsurance) merupakan pertanggungan ulang atau
pertanggungan yang dipertanggungkan kembali atau juga disebut asuransi
dari asuransi. Reasuransi dianggap sebagai satu system penyebaran resiko
di mana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari
pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain. Pihak yang
memberi pertanggungan (tertanggung) disebut ceding company.
Sedangkan yang menerima pertanggungan (penanggung) disebut
reinsurance (Reasuradir).
26
c. Aspek Hukum Kontrak Asuransi
Menurut Pandia (2005:144) terdapat beberapa ketentuan yang
mempengaruhi suatu kontak asuransi. Ketentuan tersebut antara lain:
1. Warranties adalah suatu ketentuan khusus atau suatu pernyataan tertulis
dalam polis yang berhubungan dengan sifat resiko yang ditanggung oleh
pihak penanggung.
2. Representationsmerupakan suatu pernyataan yang berkaitan dengan resiko
yang disertakan oleh pihak tertanggung untuk memperoleh polis asuransi.
3. Concealment merupakan kegagalan pihak tertanggung untuk memberikan
segala informasi yang berkaitan dengan resiko secara baik dan benar. Jika
perusahaan asuransi dapat membuktikan adanya concealment maka klaim
dapat dinyatakan tidak berlaku.
4. Fraund (fraundulent misrepresentations) merupakan suatu tindakan
dengan sengaja membuat pernyataan palsu tidak benar.
7. Hubungan Return On Assets (ROA) dengan Economic Value Added (EVA)
Penilaian Kinerja perusahaan melalui Return On Assets (ROA) mengacu
pada tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dan aktivanya,
sebelum memperhitungkan dampak bagi segi pembiayaannya. Kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dari setiap penjualannya dapat di ukur dengan
menggunakan Net Income Margin, sedangkan Turnover Ratio menunjukkan
seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang
dimilikinya.
Semakin tinggi ROA suatu perusahaan, semakin effisiensi operasi
perusahaan, dan untuk itu manajemen dapat meningkatkan ROA dengan cara
27
meningkatkan operating margin dan meningkatkan turnover ratio, atau
meningkatkan keduanya.
Konsep EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau
proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya.
Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif
menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan sebaiknya
diambil. Sebaliknya, jika kegiatan atau proyek tersebut tidak menguntungkan dan
tidak perlu diambil. Penggunaan EVA dalam mengevaluasi proyek akan
mendorong para manajer untuk selalu melakukan evaluasi atas tingkat resiko
proyek yang bersangkutan.
Menurut Weston dan Copeland menjelaskan bahwa:
1. ROA > WACC merupakan persyaratan atau kondisi yang diperlukan supaya
tercipta nilai bagi perusahaan. WACC adalah jumlah keseluruhan Cost Of
Capital. Karena itu WACC merupakan minimum rate of return yang dapat
diterima untuk menginvestasikan sumber dana dalam suatu proyek.
2. Interval waktu competitive advantage, yaitu periode selama masa
ROA>WACC sebelum persaingan mereka turun sampai level long term
equilibrium. Hal ini akan mendorong munculnya pesaing baru untuk terjun
ke dalam industry yang sama, sehingga akan menurunkan harga jual suatu
produk tertentu.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif antara ROA dengan value creation. Selanjutnya dengan
meningkatkan value creation perusahaan, jika informasi pasar efisien diharapakan
value of stock akan meningkat relative terhadap book value.
28
B. Kerangka Pikir
Menurut Sugiyono (2004 : 11), Analisis Komparatif adalah suatu analisis
yang bersifat membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua
sampel atau lebih yang berbeda.
Dalam hal ini metode analisis rasio keuangan EVA dan ROA memberikan
kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan untuk dapat melihat faktor-faktor
pendorong yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Secara ringkas alur pemikiran konseptual yang mendasari penelitian ini:
Gambar 1 : Skema Kerangka Pikir
Laporan Keuangan PT Asuransi jiwasraya Cabang Sulsel
Laporan Laba Rugi
Neraca
Analisis Laporan Keuangan
Economic Value Added (EVA)
Return On Assets (ROA)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan
Interpretasi
29
C. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2009:159) “Hipotesis diartikan sebagai jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian”.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian
ini adalah: “Di duga Terdapat Perbedaan Antara Economic Value Added (EVA)
dengan Return On Assets (ROA) dalam menilai Kinerja Keuangan Pada
KANWIL VI PT Pegadaian (Persero) MAKASSAR.”
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009 : 38) “variabel penelitian pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulan.”
Berdasarkan pada topic penelitian yaitu: “Analisis Perbandingan
Antara Economic Value Added (EVA) dengan Return On Assets (ROA) dalam
Menilai Kinerja Keuangan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) di Kota
Makassar”. Maka variabel penelitian ini adalah kinerja keuangan berdasarkan
Economic Value Added (EVA) dan Return On Assets (ROA).
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Margono
(2007:105) mengemukakan bahwa “penelitian kuantitatif adalah suatu proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.”
Penelitian ini dilaksanakan pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) di
Kota Makassar. Populasi yang terkait dalam penelitian ini adalah seluruh
laporan keuangan selama lima tahun terakhir tahun 2009-2013 sedangkan
yang menjadi sampel dalam penelitian adalah laporan neraca dan laporan laba
rugi selama lima tahun terakhir tahun 2009-2013. Sedangkan teknik
31
pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara.
Selanjutnya teknik analisis data yang digunakan adalah analisis Ecomoic
Value Added (EVA) dan Return On Assets (ROA).
Setelah data diperoleh kemudian dilakukan analisis data untuk melihat
perbandingan analisis kinerja keuangan dengan menggunakan Economic
Value Added (EVA) dan Return On Assets (ROA) PT. Asuransi Jiwasraya
(Persero) di Kota Makassar. Dari analisis data yang dilakukan akan diperoleh
kesimpulan penelitian yang dapat dijadikan rekomendasi untuk memberikan
masukan kepada pihak PT. Asuransi Jiwasya (Persero) di Kota Makassar.
Adapun desain dalam penelitian ini adalah dapat dilihat pada Gambar
2 sebagai berikut :
GAMBAR 2 : Skema Desain Penelitian
Penelitian
Penelitian Lapangan
Penelitian Pustaka
Literatur yang berhubungan dengan
pembahasan
1. Wawancara2. Dokumentasi
Analisis data
Laporan Hasil Penelitian
32
B. Defenisi Operasional Variabel
a. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) adalah suatu analisis perusahaan di mana
laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal yang diinvestasikan.
Adapun rumus menghitung EVA, yaitu:
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
Dimana:
WACC = Ke x We + Kd(1-T) x Wd
Keterangan:
EVA = Economic Value Added
WACC = Weighted Average Cost of Capital
Ke = Cost of Equity
We = Presentase Ekuitas
Kd = Cost of Debt
Wd = Presentase Hutang
b. Return On Assets (ROA)
Analisis rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian yang dapat
diperoleh atas penggunaan seluruh aktiva perusahaan.
Rumus untuk menghitung Return On Assets (ROA) yaitu :
ROA= Laba Bersih Sebelum PajakTotal Aktiva
Di mana:
ROA = Return On Assets
33
c. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
d. PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) merupakan perusahaan asuransi jiwa
nasional dengan penetrasi pasar terbaik di Indonesia. Berada di posisi 7 (tujuh)
besar setelah 6 (enam) perusahaan asuransi Joint Venture dengan asing.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2009:80) “populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.”
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan PT
Asuransi Jiwasraya(Persero) di Kota Makassar lima tahun terakhir dari tahun
2009-2013.
2. Sampel
Semiawan (2007:13) menyatakan bahwa “sampel adalah segment dari
populasi yang dipilih untuk diwakilinya.” Sampel dari penelitian ini adalah
neraca dan laporan laba rugi PT Asuransi Jiwasraya (Persero)di Kota
Makassar lima tahun terakhirt dari tahun 2009-2013.
34
D. Jenis dan Sumber data
1. Jenis Data
Jenis dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif.
Hidayat dan Sedarmayanti (2002: 35) ”Penelitian kuantitatif adalah
suatu penelitian yang didasari oleh falsafah positivism yaitu ilmu yang valid,
ilmu yang di bangun dari empiris, teramati, terukur, menggunakan logika
matematika dan membuat generalisasi atas rerata.”
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
merupakan data time series (data tahunan) data yang diambil mulai dari tahun
2009 hingga tahun 2013. Data time series adalah data yang dikumpulkan dari
waktu ke waktu pada satu objek untuk menggambarkan perkembangannya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Pengumpulan dimulai dengan tahap penelitian pendahuluan yaitu
dengan cara studi kepustakaan melalui buku-buku atau bacaan-bacaan lain yang
berhubungan dengan perhitungan Economic Value Added (EVA) karena
menggunakan biaya modal (cost of capital) dalam perhitungannya dan Return on
assets (ROA) yang membandingkan antara laba bersih sebelum pajak dengan total
aktiva yang dimiliki. Pada tahap ini dilakukan pemilihan data-data sebagai sumber
referensi penelitian mengenai jenis data yang dibutuhkan, ketersediaan data, dan
gambaran pengolahan data dari sumber/referensi yang telah didapatkan.
35
Tahap berikutnya adalah mengumpulkan keseluruhan data untuk
selanjutnya diolah dan dianalisis melalui teknik atau metode analisis data guna
menjawab persoalan penelitian.
F. Analisis Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Langkah-langkah analisis data kuantitatif terhadap penilitian ini adalah
melakukan review terhadap data laporan keuangan sehingga laporan keuangan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini penulis mendapatkan
data dari kantor PT Asuransi Jiwasraya (Persero) di Kota Makassar. Selanjutnya
melakukan perhitungan terhadap Economic Value Added (EVA)dan Return On
Assets (ROA) pada PT Asuransi Jiwasraya(Persero) Cabang Sulawesi Selatan
tahun 2009-2013.
Rumus untuk menghitung EVA (Economic Value Added):
EVA = NOPAT – Capital Charges
Di mana:
NOPAT = Net Operating Profit After Tax
Sedangkan untuk menghitung ROA (Rerturn On Assets):
ROA=Laba bersih sebelum pajak
Total Aktiva
Pada akhirnya melakukan perbandingan kinerja keuangan berdasarkan
pada rasio keuangan Economic Value Added (EVA) dengan Return On Assets
(ROA) pada PT Asuransi Jiwasraya(Persero) di Kota Makassar.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah PT. Asuransi Jiwasraya
Sebagai perusahaan asuransi tertua dan berpengalaman di Indonesia,
Jiwasraya memiliki catatan sejarah sejak tanggal 31 Desember 1859 dengan Akta
Notaris William Henry Herklots Nomor 185 dan diakui sebagai perusahaan
asuransi jiwa yang pertama kali ada di Indonesia.
Tanggal 17 Desember 1960 yang menjadi PT. Perusahaan Pertanggungan
Djiwa sedjahtera berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1958. Pada
tanggal 1 Januari 1961, Sembilan perusahaan asuransi jiwa milik Belanda dengan
inti utama NILLMU van 1859 dilebur menjadi Perusahaan Negara Asuransi
Djiwa Eka Sedjahtera, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 214 Tahun
1961.
Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Eka Sedjahtera diubah menjadi
Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Djasa Sedjahtera pada tanggal 1 Januari
1965, berdasarkan Keputusan Menteri PPP Nomor BAPN 1-3-24 kemudian
menjadi Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraya pada tanggal 1 Januari 1966,
berdasarkan PP No. 40 Tahun 1965.
Pada tahun 1966, PT. Pertanggungan Djiwa dharma Nasional yang
menjadi milik pemerintah diintegrasikan ke dalam Perusahaan Negara Asuransi
Djiwasraja, berdasarkan SK. Menteri Urusan Perasuransian Nomor 2/SK/66
tanggal 1 Januari 1966.
37
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1972, pada tanggal
23 Maret 1973 dengan Akta Notaris Mohamad Ali Nomor 12 Tahun 1973
Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja berubah status menjadi PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) berdasarkan Akta Notaris Sri Rahayu Nomor 839 Tahun 1984
Tambahan Berita Negara Nomor 67 Tanggal 21 Agustus 1984.
Anggaran dasar PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) telah beberapa kali
diubah dan ditambah , terakhir dengan Akta Notaris Netty Maria Machdar, SH.
Nomor 74 tanggal 18 November 2009 sebagaimana surat Penerimaan
Pembertahuan Perubahan Anggaran Dasar Departemen Hukum dan Hal Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-AH.01.10.01078 tanggal 15 Januari
2010, dan Akta Nomor 155 tanggal 29 Agustus 2008 yang telah mendapatkan
persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sesuai
Surat Keputusan Nomor AHU-96890.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 16 Desember
2008.
Eksistensi Jiwasraya sudah teruji dalam rentang zaman melalui rangkaian
kejadian masa penjajahan, transisi pada era kemerdekaan hingga krisis ekonomi.
Sejak awal berdirinya sebagai perusahaan Hindia Belanda kini menjadi
perusahaan milik Negara. Jiwasraya selalu berupaya melayani para pemegang
polisnya dengan layanan yang maksimal dan komprehensip. Berbekal pengalaman
tersebut, Jiwasraya senantiasa mendidik masyarakat merencanakan masa depan
yang lebih baik.
Dengan pengalaman bisnis yang lebih dari 150 tahun. Jiwasraya terbukti
mampu menunjukkan kompetensi sebagai pemain senior di bidang industry
asuransi jiwa yang menerapkan pola kerja perusahaan modern. Pencapaian kinerja
38
dari generasi ke generasi adalah sebuah kebanggan tersendiri sebagai satu-satunya
BUMN Asuransi Jiwa tertua di Tanah Air.
2. Struktur Organisasi PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
Dalam menunjang terlaksananya kegiatan dan aktivitas perusahaan secara
efektif dalam mencapai tujuan perusahaan. Setiap perusahaan perlu melengkapi
tugas-tugas atau pembagian kerja yang jelas digambarkan dalam suatu struktur
atau bagan.
Dengan adanya pembagian kerja, setiap karyawan dapat dengan mudah
mengetahui fungsi dan tanggung jawab yang telah dilimpahkan kepadanya,
demikian pula batasan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga tidak
mudah menimbulkan konflik baik antara pribadi maupun kelompok unit.
3. Visi dan Misi Perusahaan
Visi perusahan adalah menjadi perusahaan yang terpercaya dan dipilih
untuk memberikan solusi bagi kebutuhan asuransi dan perencanaan keuangan.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Jiwasraya menetapkan misi yang
dilaksanakan:
a. Misi Pelanggan
Selalu memberikan rasa aman, kepastian dan kenyamanan melalui solusi
inovatif dan kompetitif bagi pelanggan atas kebutuhan asuransi dan
perencanaan keuangan.
b. Misi Pemegang Saham
Menciptakan nilai pemegang saham (Shareholder Value Creation) yang
antraktif melalui pengelolaan operasional dan investasi perusahaan yang
berlandaskan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
39
c. Misi Karyawan
Menjadi tempat pilihan untuk tumbuh dan berkembangnya karyawan
menjadi professional yang memiliki integritas dan kompetensi dibidang
asuransi dan perencanaan keuangan.
d. Misi Agen
Berkomitmen mengembangkan agen yang memiliki dedikasi, kemampuan
dan integritas sehingga perusahaan menjadi tempat pilihan bagi agen yang
ingin berkarir serta memiliki penghasilan tinggi.
e. Misi Masyarakat
Berpartisipasi mewujudkan peningkatan kesejahteraan melalui kontribusi
dalam proses pembangunan masyarakat.
f. Misi Aliansi
Membangun kemitraan yang saling menguntungkan serta menciptakan
sinergi bisnis untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
g. Misi Distribusi
Meningkatkan penetrasi pasar dan kualitas pelayanan kepada pelanggan
secara lebih efisien dan efektif melalui multiple distribution channel
seperti bancassurance, direct marketing dan financial planning.
h. Misi Pemasok
Melakukan kerja sama dengan pemasok sesuai prinsip keterbukaan,
fairnessi, saling menguntungkan dan berkembang sebagai partner in
progress
40
i. Misi Regulator
Mewujudkan praktek pengelolaan bisnis asuransi dan perencanaan
keuangan yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
j. Misi Penagih
Menjaga kemitraan dengan penagih yang memiliki integritasdan
kompetensi dalam penagihan premi.
4. Susunan Dewan Komisaris dan Direksi PT. Asuransi Jiwasraya
Dewan komisaris memiliki kewajiban untuk melakukan pengawasan dan
memberikan saran atau pengarahan kepada Direksi serta bertanggung jawab
secara kolektif kepada pemegang saham yang memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan tata kelola perusahaan dengan baik pada seluruh tingkatan atau
jenjang.
Sebagai bentuk tanggung jawab Dewan Komisaris terhadap pemangku
kepentingan, dewan Komisaris memiliki tugas untuk:
a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan perusahaan yang
dilakukan Direksi serta memberikan nasehat kepada Direksi termasuk
rencana pengembangan perusahaan, rencana kerja dan anggaran tahunan
perusahaan, pelaksanaan ketentuan Anggaran Dasar Perusahaan dan
keputusan RUPS serta peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan kepentingan perusahaan.
b. Meneliti dan menelaah laporan Rencana Jangka Panjang Perusahaan
(RJPP), Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), Laporan
Keuangan Tahunan yang telah diaudit dan dipersiapkan oleh Direksi
kemudian ditandatangani oleh Dewan Komisaris.
41
Pedoman dan tata tertib kerja Dewan Komisaris merujuk pada Anggaran
Dasar, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan lainnya yang
sesuai dengan kegiatan perusahaan.
a. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat meminta
bantuan tenaga ahli untuk jangka waktu terbatas dan membentuk komite
yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan atau peraturan perundang-
undangan dan atas beban perusahaan.
b. Pembagian kerja di antara para anggota Dewan Komisaris diatur dalam
rapat komisaris dan untuk kelancaran tugasnya Dewan Komisaris dapat
dibantu oleh seorang sekretaris yang diangkat oleh Dewan Komisaris.
c. Dewan Komisaris atau tenaga ahli yang membantunya berhak meminta
penjelasan tentang segala hal kepada Direksi atau setiap anggota Direksi
dan wajib diberikan penjelasan.
d. Dewan Komisaris setiap saat berhak memberhentikan sementara waktu
seorang atau lebih anggota Direksi tersebut bertindak bertentangan dengan
Anggaran Dasar Perusahaan dan peraturan perundangan atau melalaikan
kewajibannya atau terdapat alasan yang mendesak bagi perusahaan.
Susunan anggota Dewan Komisaris PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
adalah:
a. Djonny Wiguna sebagai Komisaris Utama/ Independen
b. Muhammad Sapta Murti sebagai Anggota komisaris
c. Sumiyati sebagai Anggota Komisaris
d. Sumyana Sukandar sebagai Anggota Komisaris
42
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara pasal 28 ayat 4, masa jabatan komisaris adalah
selama 5 tahun dan dapat diangkat satu kali masa jabatan tanpa mengurangi hak
RUPS untuk memberhentingan sewaktu-waktu.
Dasar pembentukan Komite Audit adalah Keputusan Dewan Komisaris
PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Nomor: 03/Kep.DK.0313 tanggal 1 Maret 2013
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Komite Audit Perusahaan
Perseroan PT. Asuransi Jiwasraya dan Nomor: 04/Kep.DK.0513 tentang
perpanjangan Masa Tugas Komite Audit Perusahaan Perseroan (Persero) PT.
Asuransi Jiwasraya. Tujuan pembentukan adalah untuk lebih mengoptimalkan
hasil audit dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip auditee yang sehat dan
hati-hati serta melibatkan lintas sektoral dalam menetapkan kebijakan.
Susunan keanggotaan komite Audit Dewan Komisaris PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) adalah:
a. Sumiyati sebagai Ketua merangkap anggota
b. Burdjono sebagai anggota
c. Diah Anggreni S. sebagai anggota
Komite Audit mempunyai tugas:
a. Melakukan identifikasi dan evaluasi/pengkajian atas hal-hal yang dianggap
penting oleh Dewan Komisaris
b. Membantu Dewan Komisaris dalam mendorong terbentuknya system
pengendalian internal yang memadai.
43
c. Melakukan evaluasi atas system pengendalian internal perusahaan sebagai
upaya penyempurnaan, pengendalian dan penciptaan iklim disiplin guna
meminimalisir terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan.
d. Meningkatkan efektivitas fungsi audit internal maupun audit eksternal
dengan cara menilai pelaksanaan kegiatan dan hasil audit Divisi Satuan
Pengawasan Intern maupun auditor eksternal, sehingga dapat mencegah
pelaksanaan dan pelaporan audit yang tidak memenuhi standar.
e. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan system pengendalian
internal perusahaan serta implementasinya.
f. Memastikan bahwa prosedur review terhadap segala informasi yang
dikeluarkan perusahaan telah berjalan dengan baik.
g. Membantu Dewan Komisaris dalam memberikan masukan untuk
meningkatkan kualitas transparansi Laporan Keungan Tahunan
perusahaan.
h. Mengevaluasi kecukupan dan ketepatan kebijakan investasi yang
ditetapkan oleh perusahaan serta menilai pelaksanaannya.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Dewan Komisaris sepanjang
masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Dewan Komisaris.
Direksi bertugas dan bertanggung jawab mengelola PT. Asuransi
jiwasraya (Persero) untuk kepentingan dan tujuan perusahaan dengan koordinasi
antar tugas masing-masing Direksi sebagai berikut:
Tugas Direktur Utama:
a. Memimpin pelaksanaan pengurusan perusahaan untuk kepentingan dan
tujuan perusahaan.
44
b. Menjadi coordinator dari seluruh anggota Direksi yang lain dalam
melaksanakan tugas dan wewenang Direksi yang diterapkan dalam
Anggaran Dasar.
c. Membawahi Divisi Sekretariat Perusahaan, Divisi Satuan Pengawasan
Intern dan Sumber Daya Manusia. Direktur pertanggungan membawahi
divisi Aktuaria Perusahaan, Divisi Pertanggungan Perorangan dan
Perkumpulan dan divisi Program Manfaat Karyawan. Direktur keuangan
membawahi Divisi Akuntansi, Divisi Keuangan dan Investasi (termasuk
anak perusahaan, Divisi Umum dan Pengadaan, Divisi Teknologi
Informasi dan unit kerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) Jiwasraya. Direktur Pemasaran membawahi Divisi Pemasaran,
Divisi Penjualan, Divisi Keagenan dan Divisi Dana Pensiun Lembaga
Keuangan.
Susunan anggota Direksi PT. Asuransi Jiwasraya (Persero):
a. Hendrisman Rahim sebagai Direktur Utama merangkap Direktur
Pertanggungan.
b. Hary Prasetyo sebagai Direktur Keuangan.
c. De Yong Adrian sebagai Direktur Pemasaran
Komite di bawah Dewan Direksi adalah Komite Investasi. Dasar
pembentukan Komite Investasi adalah Keputusan Direksi Nomor: 087.SK.U.0413
tanggal 29 April 2013 tentang pembentukan Komite Investasi PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero). Tujuan pembentukannya adalah untuk lebih mengoptimalkan
hasil investasi yang sehat dan hati-hati serta melibatkan lintas sektoral dalam
menetapkan kebijakan investasi.
45
Tugas dan kewajiban Komite investasi adalah:
a. Memantau pelaksanaan dan kegiatan investasi berdasarkan batasan-
batasan transaksi secara umum dengan tetap mengacu pada pedoman
investasi yang telah ditetapkan.
b. Melakukan monitoring atas pelaksanaan investasi oleh Tim Pengelola
Investasi (Divisi Investasi) berdasarkan acuan atau pedoman yang telah
ditetapkan secara tertulis.
c. Mengadakan pertemuan setiap bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan dan
kegiatan investasi yang dibuat oleh Divisi Investasi serta program-program
yang akan dilaksanakan selanjutnya.
d. Melakukan review atas hasil investasi setiap bulan.
Keanggotaan Komite Investasi PT. Asuransi Jiwasraya (Persero):
a. Direktur Utama
b. Direktur Keuangan
c. Kepala Bagian Pengembangan Dana Divisi Investasi
d. Direktur Pertanggungan
e. Direktur Pemasaran
f. Kepala Divisi Investasi
g. Kepala Divisi Keuangan, Akuntansi dan inkaso
h. Kepala Divisi Aktuaria Perusahaan
i. Kepala Divisi Perusahaan
j. Aktuaris Perusahaan
46
B. Laporan Hasil Penelitian
Untuk dapat melihat perbandingan Economic Value Added (EVA) dan
Return On Assets (ROA) sebagai pengukur kinerja keuangan pada PT. Asuransi
Jiwasraya.
Ada beberapa langkah yang diperlukan dalam menghitung EVA:
1. Menghitung biaya hutang
2. Menghitung biaya modal sendiri
3. Menghitung struktur permodalan
4. Menghitung NOPAT
5. Menghitung biaya rata-rata tertimbang
6. Menghitung EVA
Sedangkan untuk menghitung nilai ROA dilakukan antara
membandingkan laba bersih (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan.
Berikut merupakan data hasil analisis Economic Value Added (EVA) dan
Return On Assets (ROA) pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) tahun 2009-
2013 dapat dilihat pada table 3 berikut:
Tabel 3. Hasil Analisis EVA dan ROA pada PT. Asuransi Jiwasraya
(Persero) Tahun 2009-2013
Tahun EVA (Rp) ROA (%)
2009
2010
2011
2012
2013
195.613.921.376
155.793.754.036
300.892.233.692
188.190.343.217
381.833.087.552
6,59
2,85
4,99
3,13
2,79
Sumber: Data Telah Diolah, 2015
47
Dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa nilai EVA menunjukkan hasil yang
positif (EVA>0), artinya PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) pada tahun 2009-2013
telah menciptakan nilai bagi perusahaan (Value Creation) meskipun pada tahun
2010 dan 2012 mengalami penurunan nilai. Hal ini disebabkan adanya penurunan
laba yang diperoleh. Sedangkan ROA menunjukkan hasil yang fluktuatif, pada
tahun 2010 nilai ROA menurun dibandingkan tahun 2009 yaitu 6,59 % menjadi
2,85 % meskipun pada tahun 2010 menggunakan total aktiva yang lebih banyak
pada tahun 2009. Ini berarti tidak terjadi efisiensi penggunaan modal pada
perusahaan tersebut. Sama halnya pada tahun 2013 perusahaan menggunakan total
aktiva dibandingkan tahun sebelumnya tetapi menghasilkan nilai ROA yang lebih
rendah.
C. Pembahasan
1. Analisis Laporan Keuangan
Pada setiap perusahaan bagian keuangan memegang peranan penting
dalam menentukan arah perencanaan perusahaan. Berfungsinya bagian keuangan
merupakan prasyarat bagi kelancaran pelaksanaan kegiatan pada bagian-bagian
lainnya.
Dengan berfungsinya secara baik bagian keuangan membuat kinerja
keuangan yang dilihat dari laporan keuangan perusahaan akan tersaji dengan baik.
Sehingga pihak-pihak yang membutuhkan akan dapat memperoleh laporan
keuangan tersebut dan membantunya dalam proses pengambilan keputusan sesuai
yang diharapkan. Dalam analisis informasi keuangan, setiap aktivitas bisnis harus
dianalisa secara mendalam baik oleh manajemen maupun oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan.
48
Semakin baik kualitas laporan keuangan yang disampaikan maka akan
semakin meyakinkan terhadap kinerja keuangan perusahaan tersebut. Lebih jauh
perusahaan diprediksikan akan mampu untuk tumbuh dan memperoleh
profitabilitas secara kontinuitas yang otomatis pula tentunya pihak-pihak yang
berhubungan dengan perusahaan akan merasa puas tanpa ada mengalami masalah
ataupun kemacetan urusan dimasa mendatang.
Berkaitan dengan pentingnya penyusunan laporan keuangan, maka obyek
yang diteliti adalah pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Cabang Sulawesi
Selatan yakni Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di
sektor asuransi yang Tujuan umumnya adalah untuk melindungi masyarakat
lemah, yang tidak mampu melindungi diri terhadap risiko yang dihadapi melalui
asuransi. Maka perusahaan perlu melakukan analisis kinerja keuangan selama 5
tahun terakhir (tahun 2009 sampai dengan tahun 2013).
Menganalisis Economic Value Added (EVA) dan Return On Assets
(ROA), maka menghasilkan keterangan yang berguna untuk membentuk suatu
pendapat tentang kinerja keuangan perusahaan yang di ukur dengan analisis EVA
dan ROA. Untuk penyusunan rencana yang akan dilaksanakan perusahaan dimasa
yang akan datang, serta sebagai bahan pertimbangan para penyandang dana untuk
mengambil keputusan dalam berinvestasi.
a. Analisis Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasional setelah
pajak (Net Operation Profit After Tax/NOPAT) dikurangi biaya modal atau
Economic Value Added (EVA) merupakan pengukuran pendapatan sisa yang
mengurangkan biaya modal terhadap Laba Operasi.
49
1) Analisis Struktur Modal
Berikut akan disajikan data struktur modal yang telah ditetapkan oleh PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) selama tahun 2009sampai dengan tahun 2013 yang
dapat dilihat melalui tabel3 dibawah ini:
Tabel 4. Struktur Modal PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2009-2013
TAHUN Modal Sendiri (Rp)
Proporsi Modal Sendiri
(%)
Modal Pinjaman(Rp)
Proporsi Modal
Pinjaman (%)
Total Modal
2009 753.942.779353 13,89 4.672.264.250.036 86,11 5.426.207.929.3912010 958.527.574.649 13,32 6.236.540.163.215 86,68 7.195.067.737.8662011 1.353.347.313.645 16,99 6.612.130.919.367 83,01 7.965.478.233.0122012 1.607.106.325.997 20,48 7.366.558.118.457 79,52 9.263.290.032.7422013 1.750.837.113.537 11,98 14.968.102.298.010 88,02 17.004.555.132.161
Rata-rata 15,33 84,67
Sumber: Laporan Keuangan PT. Asuransi Jiwasraya di Makassar, 2015
Berdasarkan tabel 3 yakni hasil analisis struktur modal untuk 5 tahun
terakhir tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 maka rata-rata proporsi
penggunaan modal sendiri sebesar 15,33% dan proporsi modal pinjaman rata-rata
sebesar 84,67%, sehingga dapatlah dikatakan bahwa PT. Asuransi Jiwasraya
dalam mengelola perusahaan lebih banyak menggunakan proporsi modal
pinjaman jika dibandingkan dengan proporsi modal sendiri.
Dengan adanya struktur modal perusahaan PT. Asuransi Jiwasraya
khususnya dalam 5 tahun terakhir tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 maka
dapat disajikan analisis biaya modal. Namun sebelum dilakukan analisis biaya
modal, terlebih dahulu akan disajikan perhitungan biaya modal dan utang (Kd)
dan biaya modal sendiri (Ke).
50
a. Perhitungan Biaya Utang (Cost of Debt)
Sebelum melakukan perhitungan Cost of Debt maka terlebih dahulu
menghitung besarnya pajak yang dibebankan kepada PT. Asuransi Jiwasraya.
Untuk mengetahui besar pajak yang dibebankan kepada PT. Asuransi Jiwasraya
maka diukur dengan membandingkan pajak yang dibebankan oleh bank terhadap
Laba bersih sebelum pajak (EBIT). Nilai rasio yang dihasilkan atas pengukuran
ini menunjukkan besarnya apakah sebuah bank membayar pajak besar atau kecil.
Jadi, jika semakin kecil nilai tarif pajak yang dihasilkan maka semakin kecil
beban pajak yang mesti dikeluarkan oleh sebuah perusahaan.
Berikut merupakan perhitungan tarif pajak yang dibebankan kepada PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat
pada tabel 4:
Tabel 5. Perhitungan Tarif Pajak PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2009-2013
TAHUN TARIF PAJAK (%)
2009 25
2010 0,36
2011 0,17
2012 6
2013 3
Sumber: Hasil Olahan Data, 2015
Dari tabel 5, pada tahun 2010 terjadi penurunan kewajiban pajak, hal ini
disebabkan tidak ada perhitungan pajak dari laba bersih yang menjadi perhitungan
adalah perhitungan pajak untuk aktiva tetap. Tahun 2011 mengalami penurunan
untuk kewajiban pajak karena hanya perhitungan pajak untuk aktiva tetap saja.
Pada tahun 2012 mengalami peningkatan karena terdapat pajak yang
51
ditangguhkan dari anak perusahaan. Selanjutnya pada tahun 2013 kembali
mengalami penurunan karena tidak mencantumkan nilai pajak kini karena terdapat
anak perusahaan yang mengalami kerugian.
Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2013
dapat disajikan melalui perhitungan berikut ini :
1. Tahun 2009
Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2007 dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
Interest Expense Biaya Utang (kd) = x 100 %
Total Liabilities
906.305.862= x 100 % 4.672.264.250.036
= 0,019 %
Biaya utang setelah pajak = 0,019 (1 - 0,25) = 0,015%
2. Tahun 2010
Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2010 dapat ditentukan sebagai
berikut:
1.078.822.797 Biaya Utang (kd) = x 100 %
6.236.540.163.215
= 0,017 %
Biaya utang setelah pajak = 0,017 (1 – 0,004) = 0,017%
3. Tahun 2011
Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2011 dapat ditentukan sebagai
berikut:
52
905.305.862Biaya Utang (kd) = x 100 %
6.612.130.919.367
= 0,014 %
Biaya utang setelah pajak = 0,014 (1 – 0,06) = 0,014 %
4. Tahun 2012
Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2012 dapat ditentukan sebagai
berikut:
1.041.587.714 Biaya Utang (kd) = x 100 %
7.366.558.118.457
= 0,014 %
Biaya utang setelah pajak = 0,014 (1 – 0,06) = 0,001 %
5. Tahun 2013
Besarnya biaya utang (kd) untuk tahun 2013 dapat ditentukan sebagai
berikut:
1.024.262.621Biaya Utang (kd) = x 100 %
14.968.102.298.010= 0,007 %
Biaya utang setelah pajak = 0,007 (1 – 0,03) = 0,0002 %
Tabel 6. Hasil Perhitungan Cost of Debt (Kd) pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2009-2013
TAHUN Cost of Debt (%)2009 1,452010 1,722011 1,372012 0,082013 0,02
Sumber: Hasil Olahan Data. 2015
53
b) Perhitungan Biaya Modal Sendiri
Untuk menghitung besarnya biaya modal sendiri pada perusahaan PT.
Asuransi Jiwasraya selama 5 tahun terakhir (tahun 2009 sampai dengan tahun
2013) dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Tahun 2009
Adapun hasil perhitungan biaya modal sendiri untuk tahun 2009 dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Earning After TaxBiaya Modal Sendiri (ke) = x 100 %
Total Equity
Dari hasil persamaan di atas, maka besarnya biaya modal sendiri dapat
ditentukan sebagai berikut:
356.067.263.559 Biaya Modal Sendiri (ke) = x 100 %
753.942.779.353
= 47,23 %2. Tahun 2010
Adapun hasil perhitungan biaya modal sendiri untuk tahun 2010 dapat
ditentukan sebagai berikut:
204.470.227.337 Biaya Modal Sendiri (ke) = x 100 %
958.527.574.649
= 21,33 %
3. Tahun 2011
Adapun hasil perhitungan biaya modal sendiri untuk tahun 2011 dapat
ditentukan sebagai berikut:
54
396.842.305.034Biaya Modal Sendiri (ke) = x 100 %
1.353.347.313.645
= 29,32 %4. Tahun 2012
Adapun hasil perhitungan biaya modal sendiri untuk tahun 2012 dapat
ditentukan sebagai berikut:
272.220.387.831Biaya Modal Sendiri (ke) = x 100 %
1.607.106.325.997
= 16,94 %
5. Tahun 2013
Adapun hasil perhitungan biaya modal sendiri untuk tahun 2013 dapat
ditentukan sebagai berikut:
460.912.635.278Biaya Modal Sendiri (ke) = x 100 %
1.750.837.113.537
= 26,33 %
Tabel 7. Hasil Perhitungan Cost of Capital (Ke) pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2009-2013
TAHUN Cost of Capital(%)
2009 47,23
2010 21,33
2011 29,32
2012 16,94
2013 26,33
Sumber: Hasil Olahan Data. 2015
Dari hasil perhitungan mengenai besarnya biaya hutang dan biaya modal
sendiri, maka selanjutnya dapat ditentukan besarnya biaya modal rata-rata
55
tertimbang atau WACC (Weighted Average Cost of Capital) yang dapat dilihat
pada perhitungan berikut:
1. WACC Tahun 2009
Besarnya biaya modal rata-rata tertimbang selama tahun 2009 dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
WACC (Ka) = Ke x We + Kd(1-T) x Wd
Di mana:
WACC (Ka) = Weighted Average Cost of Capital
Ke = Cost of Equity
We = Persentase Ekuitas
Kd = Cost of Debt
Wd = Persentase Hutang
T = Pajak
WACC2009 = (0,47 x 0,14) + (0,016 x 0,86)
= 0,07956 atau 7,96 %
2. WACC Tahun 2010
Besarnya perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun
2010 dapat dihitung sebagai berikut:
WACC = (0,21 x 0,13) + (0,015 x 0,87)
= 0,04035 atau 4,04 %
3. Tahun 2011
Besarnya perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun
2011 dapat dihitung sebagai berikut:
WACC = (0,29 x 0,17) + (0,012 x 0,83)
56
= 0,05926 atau 5,93 %
4. Tahun 2012
Besarnya perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun
2012 dapat dihitung sebagai berikut:
WACC = (0,17 x 0,20) + (0,012 x 0,80)
= 0,0436 atau 4,36 %
5. Tahun 2013
Besarnya perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk tahun
2013 dapat dihitung sebagai berikut:
WACC = (0,17 x 0,20) + (0,012 x 0,80)
= 0,0436 atau 4,36 %
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, maka akan disajikan hasil
perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)
untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 yang dapat dilihat melalui tabel 7
berikut ini :
Tabel 8. Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2009-2013
Tahun Biaya Utang Setelah Pajak (Kd)
%
Biaya Modal Sendiri (Ke) %
WACC%
2009 1,45 47,23 7,86 2010 1,72 21,33 4,27 2011 1,37 29,32 6,12 2012 0,08 16,94 3,16 2013 0,02 26,33 3,18
Rata-rata 0,93 28,23 4,98Sumber: Hasil Olahan Data, 2015
Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang
merupakan rata-rata tertimbang dari biaya utang dan modal sendiri yang
57
menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan
Requiment of Return (tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor.
Berdasarkan Tabel 7 mengenai besarnya perhitungan biaya modal dari
tahun 2009 s/d tahun 2013, nampak bahwa biaya modal dari utang (Kd) rata-rata
pertahun sebesar 0,93 %, biaya modal sendiri (Ke) rata-rata sebesar 28,23%, dan
biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) sebesar 4,98 % setiap tahunnya.
2) Analisis NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
Perhitungan NOPAT dihitung dengan tujuan untuk mengetahui laba bersih
yang diperoleh dari laba operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan.
Di mana berdasarkan laporan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) untuk
tahun 2009-2013, maka NOPAT diperoleh sebagai berikut:
Tabel 9. Perhitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) tahun 2009-2013
Tahun
Earning Before Interest and Tax
(EBIT)(1)
Pajak
(2)
NOPAT
( 1- 2 )
2009 355.160.957.69789.334.020.28
4265.826.937.413
2010 203.391.404.540 748.259.775 202.643.144.7652011 395.936.517.125 679.036.761 395.257.480.364
2012 271.178.800.11717.408.910.65
2253.769.889.465
2013 459.888.372.65713.377.223.37
1446.511.149.286
Sumber : Hasil Olahan Data, 2015
Perhitungan Net Operating After Tax (NOPAT) atau laba bersih setelah
pajak bertujuan untuk mengetahui laba bersih perusahaan yang diperoleh dari laba
operasi setelah dikurangi pajak penghasilan. Apabila NOPAT memperoleh nilai
58
positif itu berarti bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan namun apabila
negative maka perusahaan mengalami kerugian pada tahun yang bersangkutan.
Berdasarakan hasil analisis sebelumnya diperoleh nilai NOPAT pada
tahun 2009 sebesar Rp 265.826.937.413, kemudian pada tahun 2010 mengalami
penurunan sebesar Rp 202.643.144.765hal ini disebabkan jumlah kewajiban
kepada pemegang polis mengalami peningkatan. Tahun 2011 NOPAT yang
diperoleh mengalami peningkatan sebesar Rp 395.257.480.364hal ini disebabkan
realisasi aktiva perusahaan terjadi peningkatan. Namun pada tahun 2012 terjadi
penurunan NOPAT sebesar Rp 253.769.889.465hal ini terjadi karena adanya
pembatalan premi yang meningkat. Selanjutnya pada tahun 2013 NOPAT yang
diperoleh mengalami peningkatan sebesar Rp446.511.149.286 karena adanya
peningkatan realisasi penggunaan total aktiva.
3) Analisis Invested Capital
Berdasarkan data laporan keuangan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
untuk tahun 2009-2013, maka Invested Capital dapat dihitung sebagai berikut:
Invested Capital = Total Hutang dan Ekuitas – Hutang Jangka Pendek (tanpa
bunga)
Tabel 10. Perhitungan Invested Capital PT. Asuransi Jiwasraya tahun 2009-2013
Tahun Total Hutang dan Ekuitas (Rp)
1
Utang Jangka Pendek (Tanpa
Bunga)2
Invested Capital (Rp)
1 – 220092010201120122013
5.426.207.029.3917.195.067.737.8667.965.478.233.0129.263.290.032.74217.004.555.132.161
4.533.265.257.8276.098.559.155.8386.423.557.001.1457.365.558.118.45714.968.102.298.01
0
892.942.671.5641.096.508.582.0281.541.921.231.8671.897.731.914.2852.036.452.834.151
59
Sumber: Data Telah Diolah, 2015
Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh Invested Capital PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) selama lima tahun terakhir setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Pada tahun 2009 Invested Capital sebesar Rp892.942.671.564 dan
kemudian pada tahun 2010 sebesar Rp 1.096.508.582.028, tahun 2011 sebesar
Rp1.541.921.231.867 sedangkan untuk 2012 dan 2013 masing-masing sebesar
Rp1.897.731.914.285 dan Rp2.036.452.834.151. Hal ini disebabkan karena
proporsi hutang dan ekuitas setiap tahunnya tahun 2009 – 2013 mengalami
peningkatan.
Tinggi maupun rendahnya proporsi ekuitas merupakan salah satu factor
yang dapat mempengaruhi nilai dari Invested Capital, begitu pula dengan
kewajiban jangka panjang maupun kewajiban jangka pendek juga turut
menentukan besarnya proporsi modal yang diinvestasikan maupun yang harus
dibiayai perusahaan. Oleh karena itu, perubahan Invested Capital yang terjadi
pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) selama lima tahun terakhir tahun 2009-
2013 dikarenakan terjadinya perubahan proporsi ekuitas, kewajiban jangka
panjang dan kewajiban jangka pendek dari tahun ke tahun.
Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Young dan Stephen
(2001:41) bahwa pendekatan yang digunakan untuk menghitung modal yang
diinvestasikan adalah pendekatan keuangan (Finacial Approach), yaitu
menjumlahkan bentuk perbedayaan pembiayaan (untang jangka pendek, utang
jangka panjang dan ekuitas pemegang saham). Oleh karena itu, semakin tinggi
proporsi ekuitas, utang jangka pendek dan utang jangka panjang semakin tinggi
pula Invested Capitalnya dan begitupun sebaliknya.
60
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
Berdasarkan rumus tersebut di atas, selanjutnya akan disajikan
perhitungan nilai tambah ekonomi yang dapat dilihat melalui perhitungan berikut
ini :
1) Tahun 2009
Besarnya nilai EVA untuk tahun 2009 dapat ditentukan sebagai berikut :
EVA = Rp 265.826.937.413 – (7,86 % x Rp 892.942.671.564)
= Rp 265.826.937.413 – Rp 70.123.016.037
= Rp 195.613.921.376
2) Tahun 2010
Besarnya nilai EVA untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai berikut:
EVA = Rp 202.643.144.765 – (4,27 %x Rp1.096.508.582.028)
= Rp 202.643.144.765 –Rp 46.849.390.729
= Rp 155.793.754.036
3) Tahun 2011
Besarnya nilai EVA untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai berikut :
EVA = Rp 395.257.480.364 – (6,12 % x Rp 1.541.921.231.867)
= Rp 395.257.480.364 – Rp 94.365.246.672
= Rp 300.892.233.692
4) Tahun 2012
Besarnya nilai EVA untuk tahun 2012 dapat dihitung sebagai berikut :
EVA = Rp 253.769.889.465 – (3,46 % x Rp 1.897.731.914.285)
= Rp 253.769.889.465 – Rp 65.579.546.248
= Rp 188.190.343.217
61
5) Tahun 2013
EVA = Rp446.511.149.286– (3,18 % x Rp 2.036.452.834.151)
= Rp 446.511.149.286 – Rp 64.678.061.734
= Rp 381.833.087.552
Tabel 11. Hasil Perhitungan EVA (Economic Value Added) PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2009-2013
TAHUN EVA (Rp)2009 195.613.921.376
2010 155.793.754.036
2011 300.892.233.692
2012 188.190.343.217
2013 381.833.087.552
Sumber: Hasil Olahan Data, 2015
Analisis Economic Value Added (EVA) atau nilai tambah ekonomis adalah
salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan dan merupakan indikator tentang
adanya penambahan nilai dari suatu investasi. EVA postif menunjukkan bahwa
manajemen perusahaan berhasil menciptakan kinerja keuangan yang baik dan
meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan dan para pemegang
saham sesuai dengan tujuan manajemen keuangan dalam memaksimumkan nilai
perusahaan. Sedangkan EVA negatif menunjukkan bahwa manajemen tidak
mampu untuk menciptakan nilai perusahaan sehingga mendapat kerugian bagi
pemilik perusahaan dan para pemegang saham.
Berdasarkan hasil perhitungan EVA sebelumnya, maka dapat diketahui
untuk lima tahun terakhir (2009-2013) PT. Asuransi Jiwasraya mampu
menghasilkan nilai EVA positif. Nilai EVA pada tahun 2009 sebesar
Rp195.613.921.376, tahun 2010 sebesar Rp155.793.754.036, tahun 2011 nilai
EVA sebesar Rp300.892.233.692, tahun 2012 sebesar Rp188.190.343.217 dan
62
tahun 2013 nilai EVA adalah sebesar Rp381.833.087.552. hal ini dapat terjadi
karena perusahaan selama lima tahun terakhir mampu menghasilkan nilai NOPAT
yang lebih besar dibandingkan dengan Capital Charges.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Tunggal bahwa Economic Value
Added (EVA) merupakan suatu tolak ukur kinerja keuangan yang berbasis nilai
dan merupakan tolak ukur yang menggambarkan jumlah absolut dari nilai
pemegang saham, di mana EVA positif menunjukkan penciptaan nilai tambah
ekonomis (Value Creation). Hal ini terjadi pada PT. Asuransi Jiwasraya yang
menghasilkan nilai EVA positif selama tahun 2009-2013.
b. Analisis Profitabilitas ROA (Return on Assets)
ROA adalah ukuran rasio yang dinyatakan dalam persentase antara
pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan (Earning After Tax) dengan jumlah
kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Laba Sebelum PajakROA = x 100 %
Total Assets
Indicator ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal
yang ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Imbalan modal perusahaan
atau ROA adalah perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan seluruh
aktiva atau kekayaan perusahaan.
Berikut ini merupakan perhitungan ROA (Return on Assets) PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) tahun 2009-2013:
1. Tahun 2009
356.067.263.559ROA = x 100 %
5.426.207.929.391
63
= 6,59 %
Nilai ini menunjukkan Return On Assets pada perusahaan pada tahun
2009 adalah sebesar 6,59 %. Dengan kata lain bahwa setiap Rp1000,- aktiva
yang dimiliki perusahaan hanya mampu menghasilkan laba sebesar Rp 65,90.
2. Tahun 2010
204.470.227.337ROA = x 100 %
7.195.067.737.866
= 2,85 %
Nilai ini menunjukkan Return On Assets pada perusahaan pada tahun
2010 adalah sebesar 2,85 %. Dengan kata lain bahwa setiap Rp1000,- aktiva
yang dimiliki perusahaan hanya mampu menghasilkan laba sebesar Rp 28,50.
3. Tahun 2011
396.842.305.034ROA = x 100 %
7.965.478.233.012
= 4,99 %
Nilai ini menunjukkan Return On Assets pada perusahaan pada tahun
2011 adalah sebesar 4,99 %. Dengan kata lain bahwa setiap Rp1000,- aktiva
yang dimiliki perusahaan hanya mampu menghasilkan laba sebesar Rp 49,90.
4. Tahun 2012
272.220.387.831ROA = x 100 %
9.263.290.032.742
= 3,13 %
64
Nilai ini menunjukkan Return On Assets pada perusahaan pada tahun
2012 adalah sebesar 3,13 %. Dengan kata lain bahwa setiap Rp1000,- aktiva
yang dimiliki perusahaan hanya mampu menghasilkan laba sebesar Rp 31,30.
5. Tahun 2013
460.912.635.278ROA = x 100 %
17.004.555.132.161
= 2,79 %
Nilai ini menunjukkan Return On Assets pada perusahaan pada tahun
2013 adalah sebesar 2,79 %. Dengan kata lain bahwa setiap Rp 1000,- aktiva
yang dimiliki perusahaan hanya mampu menghasilkan laba sebesar Rp 27,90.
Berikut merupakan hasil perhitungan ROA (Return on Assets) PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) tahun 2009-2013:
Tabel 12. Hasil Perhitungan ROA(Return on Assets) PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2009-2013
TAHUN ROA(%)2009 6,59
2010 2,85
2011 4,99
2012 3,13
2013 2,79
Sumber: Hasil Olahan Data, 2015
Return On Assets atau ROA PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) mengalami
peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2009 kinerja Return On Assets PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) mencatatkan kinerja sebesar 6,59 %, kemudian
tahun 2010 menurun menjadi 2,85 %. Penurunan disebabkan tingkat laba yang
dihasilkan mengalami penurunan disamping terjadi peningkatan aktiva
perusahaan. Pada tahun 2011 kinerja Return On Assets kembali meningkat sebesar
65
4,99 %. Namun berturut-turut pada tahun 2012 dan 2013 kinerja Return On Assets
kembali mengalami penurunan menjadi 3,13 % dan 2,79 % meskipun laba
perusahaan mengalami peningkatan, namun pengelolaan aktiva belum bagus.
c. Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA) dengan Return On Assets (ROA)
Untuk membandingkan Economic Value Added (EVA) dengan Kinerja
Keuangan Return On Assets (ROA), maka nilai Economic value Added (EVA)
yang merupakan nilai nominal harus diubah kedalam skala rasio dengan
mengikuti format perhitungan Return On Assets (ROA), maka nilai Economic
Value Added (EVA) harus dibagi dengan Total Aktiva Perusahaan.
Perbedaan signifikan terletak jika kinerja EVA PT. Asuransi Jiwasraya
(Persero) mengalami penurunan nilai perusahaan dengan makin besar penurunan
nilai perusahaan dapat ditunjukkan. Secara umum perbedaan perubahan kinerja
Economic Value Added (EVA) dan Return On Assets (ROA) pada PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Perbandingan Perubahan EVA dan ROA PT. Asransi Jiwasraya (Persero) tahun 2009-2013
2009 2010 2011 2012 20130
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Sumber: Data Telah Diolah, 2015
66
Berdasarkan gambar 3 terlihat bahwa Kinerja EVA/Aktiva dan ROA pada
PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) berjalan selaras. Hal itu terlihat pada tahun 2010
dimana pertumbuhan nilai EVA/Aktiva dan ROA mengalami penurunan secara
signifikan, lalu kemudian tahun 2011 secara bersama-sama nilai kinerja
EVA/Aktiva dan ROA mengalami peningkatan. Serta tahun 2012 dimana kinerja
ROA dan EVA/Aktiva bergerak turun dengan proporsi yang besar dan tahun 2013
mengalami peningkatan dengan proporsi yang kecil antara EVA/Aktiva da ROA.
Kinerja ROA dan EVA/Aktiva yang selaras menunjukkan proporsi capital PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) antara hutang dan ekuitas perusahaan memiliki
perbandingan yang hampir sama.
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian dari analisis dan pembahasan dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan EVA, maka dapat diketahui untuk lima
tahun terakhir (2009-2013) PT. Asuransi Jiwasraya mampu menghasilkan
nilai EVA positif atau menunjukkan EVA>0. Hal ini dapat terjadi karena
perusahaan selama lima tahun terakhir mampu menghasilkan nilai NOPAT
yang lebih besar dibandingkan dengan Capital Charges.
2. Return On Assets atau ROA PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) mengalami
peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2009 kinerja Return On Assets
PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) mencatatkan kinerja sebesar 6,59 %,
kemudian tahun 2010 menurun menjadi 2,85 %. Penurunan disebabkan
tingkat laba yang dihasilkan mengalami penurunan disamping terjadi
peningkatan aktiva perusahaan. Pada tahun 2011 kinerja Return On Assets
kembali meningkat sebesar 4,99 %. Namun berturut-turut pada tahun 2012
dan 2013 kinerja Return On Assets kembali mengalami penurunan menjadi
3,13 % dan 2,79 % meskipun laba perusahaan mengalami peningkatan,
namun pengelolaan aktiva belum bagus.
3. Kinerja EVA/Aktiva dan ROA pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
berjalan selaras selama lima tahun terakhir tahun 2009-2013. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa Kinerja ROA dan EVA/Aktiva yang selaras
68
menunjukkan proporsi capital PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) antara
hutang dan ekuitas perusahaan memiliki perbandingan yang hampir sama.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan sebagai
berikut:
1. Peneliti menyarankan untuk lebih mengunakan Metode Economic Value
Added (EVA) sebagai salah satu metode dalam mengukur kinerja
keuangan karena metode Economic Value Added (EVA) menggunakan
Biaya Hutang (Cost Of Debt) dan Biaya modal (Cost Of Equity) dalam
pengukurannya di banding dengan metode Konvensional yang hanya
menggunakan Biaya hutang (Cost Of Debt) sebagai tolak ukur
perhitungannya. Karena hal ini dapat membantu kepada para investor
dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi pada suatu perusahaan.
2. Bagi manajemen perusahaan , disarankan agar mampu menekan biaya
modal serta mampu mengantisipasi perubahan perekonomian sehingga
nantinya perusahaan dapat memperkecil risiko kerugian yang dikarenakan
besarnya beban usaha yang dibayarkan. Untuk itu, perusahan harus dengan
cerdas mengantisipasi hal tersebut dengan cara melakukan efisiensi
terhadap beban usaha yang nantinya tidak mengganggu jumlah laba yang
diterima.
69
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting Edisi Tujuh. Yogyakarta: Yogyakarta.
Darsono dan Ashari, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Andi, Yogyakarta.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja keuangan. Cetakan Pertama. Bandung: Alfabeta
Farid & Siswanto. 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal. PT Bursa Efek Jakarta
Harahap, Sofyan syafri. 1998. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Cetakan pertama PT Raja GrafindoPersada:Jakarta.
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan yang Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis, edisi pertama, cetakan pertama. Jakarta: Bumi Aksara.
Helfert, Erich A. 1996. Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk mengelola dan Mengukur kinerja Perusahaan. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers: Jakarta
Laurent, Novelia dan Nur Hidayati, Lina. 2011. “Pengaruh ROA, EPS, EVA, NPM Dan ROE Terhadap Return Saham” Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol 1 Edisi II Hal 34-56, (online), (http://journal.student.uny.ac.id/ jurnal/artikel/1219/50/205)
Lyn M. Frazer & Aileen Ormiston. 2008. Memahami Laporan Keuangan. Edisi ketujuh, Indeks: Jakarta
Mamduh M Hanafi. Drs. MBA. Abdul Halim. Drs. MBA. Akt. 2003. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Revisi. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Margono, Agus Harjito. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta
Mirza, Teuku. 1997. EVA sebagai Alat Penilai. Usahawan No.4 tahun 2006
Munawir S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. UPP-AMP YKPN: Yogyakarta
Poerwadarminta. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
70
PSAK. 2007. Laporan Keuangan Bank. www.PSAK.com. [Agustus 2010].
Rousana, Mike. 1997. Memanfaatkan EVA Untuk Menilai Perusahaan Di Pasar Modal Indonesia. Usahawan No. 04 tahun XXVI, April 1997
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung.Mandar Maju
Semiawan, Conny R. Catatan Kecil tentang Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Kencana: Jakarta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Cetakan Ke delapan. Alfabeta: bandung
Tunggal, Amin Widjaja. 2001. Economic Value Added (EVA). Teori, soal dan kasus. Jakarta: Harvarindo
Young S. David & O’ Byrne Stephen F. 2001, “EVA dan Manajemen. Berdasarkan Nilai”. Salemba Empat : Jakarta.
Zarkasyi, M. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance, Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, cetakan pertama. Bandung: Alfabeta.