Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM
TERHADAP KEGIATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE
DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN
Oleh:
LULUK MASYRUKAH
NPM. 14118604
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Jurusan : Ekonomi Syariah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H/2018 M
TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM
TERHADAP KEGIATAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE
DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh:
LULUK MASYRUKAH
NPM. 14118604
Pembimbing I : Liberty, SE, MA
Pembimbing II : Elfa Murdiana, M. Hum
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Jurusan : Ekonomi Syariah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H/ 2018 M
TINJAUAN ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP KEGIATAN USAHA
BUDIDAYA IKAN LELE DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
ABSTRAK
Oleh:
LULUK MASYRUKAH
Perkembangan perekonomian di Indonesia telah berkembang dengan
baik, seperti ditunjukan dengan menjamurnya kegiatan usaha yang dapat
dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat, salah satunya adalah budidaya ikan lele.
Usaha budidaya ikan lele yang dilakukan harus sesuai dengan syariat Islam.
Bangkai ayam potong yang digunakan sebagai pakan ikan lele merupakan salah
satu cara untuk meminimalisir kebutuhan pakan yang semakin mahal. Bangkai
ayam potong menjadi salah satu kebutuhan penting dalam budidaya ikan lele,
karena dapat menggemukan ikan lele dengan cepat tanpa biaya apapun. Dengan
etika bisnis Islam, suatu usaha dapat dilihat apakah usaha tersebut memberikan
dampak yang baik terhadap masyarakat sekitar, baik kepada sesama manusia
maupun terhadap alam.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field reseach). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sumber data primer dan sumber data sekunder. Metode wawancara dilakukan
guna mendapatkan informasi mengenai bagaimana penerapan etika bisnis Islam
terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha budidaya ikan
lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan belum
menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu prinsip tauhid, keseimbangan,
kehendak bebas, dan tanggung jawab yaitu berupa bau kurang sedap dari bangkai
ayam potong serta limbah air kolam yang di buang ke aliran irigasi warga
sehingga berdampak terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Usaha budidaya
ikan lele ini juga tidaklah sesuai dengan Fatwa MUI tentang Hukum Hewan
Ternak yang Diberi Pakan dari Barang Najis, yaitu bangkai ayam potong sebagai
pakan ikan lele.
MOTTO
رضاتفسدواافااولاارحتااٱدعوهابعداإصلحهااوااٱل اخوفااوطمعااإن اٱلل
نا ا٥٦اٱلمحسنياقريبام
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdpalah kepada-Nya dengan rasa
takut (tidak akan diterima)dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik”. (QS Al-Araf (7) ayat 56).1
1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Dipenegoro,
2008, h. 157
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dipersembahkan kepada:
1. Kepada Orangtuaku Ibu Sunarmi dan Bapak Ponisan yang senantiasa
memberikan dukungan penuh baik dukungan moril berupa doa dan
motivasi maupun dukungan materil untuk terus melanjutkan pendidikan
dan menggapai impian.
2. Kepada saudara-saudaraku Bambang Santoso, S. Kom dan Bayu Setiaji.
3. Serta para Dosen khususnya kepada Ibu Liberty, SE, MA, Ibu Elfa
Murdiana, M. Hum yang telah membimbing dan memotivasi sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................. iv
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN .................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 7
D. Penelitian Relevan ........................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Etika Bisnis Islam
1. Definisi Etika Bisnis Islam ...................................................... 10
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam ............................................ 11
3. Perilaku Etika Bisnis Islam ....................................................... 17
4. Konsep Bisnis dalam Islam ....................................................... 20
B. Kegiatan Usaha
1. Definisi Kegitan Usaha ............................................................ 23
2. Jenis-jenis Kegiatan Usaha ...................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................................ 27
B. Sumber Data .................................................................................... 28
C. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 39
D. Teknik Analisa Data ........................................................................ 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Desa Sukadamai Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan .......................................................... 32
B. Sejarah Berdirinya Usaha Budidaya Ikan Lele di Desa
Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan .......... 34
C. Pengelolaan Usaha Budidaya Ikan Lele di Desa Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan ............................. 36
D. Analisis Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Kegiatan Usaha
Budidaya Ikan Lele di Desa Sukadamai Kecamatan
Natar Kabupaten Lampung Selatan ................................................ 43
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 55
B. Saran .............................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data kepemimpinan Desa Sukadamai ........................... 32
Tabel 1.2 Data Penduduk Desa Sukadamai
Berdasarkan Mata Pencaharian ...................................... 33
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Pembimbing Skripsi
2. Surat Pra Survey
3. Surat Tugas
4. Surat Izin Research
5. Alat Pengumpul Data
6. Out Line
7. Surat Keterangan Bebas Pustaka
8. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi
9. Foto Dokumentasi
10. Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian di Indonesia ini telah berkembang
dengan baik. Salah satunya ditunjukan dengan menjamurnya kegiatan
bisnis yang dapat dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat di mana
kegiatan bisnis dan juga lahan bisnis yang tidak terbatas jika usaha
tersebut semakin berkembang dengan pesat. Peningkatan jumlah penduduk
di Indonesia merupakan salah satu hal yang menyebabkan prospek
kewirausahaan semakin cerah dengan menjadikan dunia budidaya salah
satu alternatif usaha.
Kegiatan usaha atau dikenal dengan bisnis adalah suatu kegiatan
individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan
jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Secara umum kegiatan ini ada dalam masyarakat dan ada
dalam industri. Ada beberapa jenis kegiatan usaha yang meliputi pertanian,
peternakan, agrobisnis, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi,
komunikasi, usaha jasa dan pemerintah yang bergerak dalam bidang
membuat dan memasarkan barang dan jasa konsumen.2
Sebagai pelaku usaha, dalam menjalankan usahanya juga harus
memperhatikan etika yang ada. Di dalam ajaran Islam, banyak aturan
yang harus diterapkan oleh seorang yang akan menjalankan usahanya.
2 Buchari Alma, et.el, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alvabeta, 2014), h. 112
Dengan aturan-aturan tersebut akan memudahkan seseorang dalam
menjalankan bisnisnya yang menguntungkan dan tetap di jalan Allah
SWT.
Etika bisnis di dalam Islam adalah serangkaian aktivitas dalam usaha
yang dilakukan oleh seseorang yang sesuai dengan syariat Islam,
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan
juga masyarakat.3 Dengan adanya etika bisnis Islam di dalam kegiatan
sebuah usaha, akan mampu memberikan sebuah aturan bagi wirausaha
dalam menjalankan usahanya yang sesuai dengan syariat Islam. 4
Islam memerintahkan kepada setiap pelaku usaha Muslim, baik
secara individual maupun secara bersama-sama, ialah bekerja di bidang
yang dihalalkan oleh Allah SWT. Tidak dilampaui apa yang diharamkan-
Nya. Meskipun ruang lingkup yang halal itu luas, tetapi sebagian besar
manusia sering dikalahkan oleh ketamakan dan kerakusan. Seorang
Muslim tidak diperbolehkan menanamkan sesuatu yang tidak halal
dimakan dan dipakai, seperti tanaman-tanaman yang memabukkan yang
buahnya menghasilkan opium. Haram menanamnya dan membuat segala
sesuatu yang memudharatkan manusia, baik dalam bentuk makanan,
minuman dan obat.5 Seperti dalam QS. Al-Maidah (5): 88 yaitu:
ا اارزقكمااوكوا امم احللاطي بااوااٱلل ااٱتقوا ي ااٱلل نتمابهااٱل ا٨٨مؤمنونااۦأ
3 Muhammad, Paradigma, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syariah, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008), h. 109 4 Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 22-23 5 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta:
Robbani Press, 1417 H), h. 169
Artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya.6
Ayat di atas menjelaskan bahwa zat pada benda yang ditransaksikan
harus halal dan cara memperoleh benda tersebut harus dengan cara yang
halal pula. Dengan demikian Islam tidak membenarkan pelaku usaha
melakukan usahanya terhadap benda yang haram secara zatnya, seperti
halnya bangkai yang diharamkan oleh Islam. Seperti halnya firman Allah
Swt Ayat di atas Allah melarang setiap muslim untuk memakan setiap
bangkai, darah, dan daging babi kecuali dalam keadaan terpaksa sebagai
berikut:
ما ااإن اعليكم م ماوااٱلميتةاحر ااٱلد ابهااٱلنزيراولم هلاأ لغيااۦوما
ها ااٱلل ااٱضطرافمن اإن اعليه اإثم افل اعد اول اباغ اغي غفورااٱللاا١٧٣رحيما
Artinya: “Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai,
darah, daging babi, dan daging hewan yang disembelih dengan
(menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa
(memakannya), bukan karena menginginannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang”. 7
Ikan merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang sangat
dibutuhkan bagi masyarakat dunia. Beragam jenis ikan telah dikonsumsi
oleh masyarakat dunia untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, baik itu
dari jenis air tawar, ikan air payau, maupun ikan laut. Namun, tidak
semua jenis ikan tersebut dapat dientaskan ke kolam budidaya. Hanya
6 QS. Al-Maidah (5): 88 7 QS. Al-Baqarah (2): 173
beberapa ikan saja yang dapat dientaskan ke kolam budidaya untuk
dikembangkan secara intensif, salah satu di antaranya adalah ikan lele.8
Ikan lele menjadi salah satu komuditas hasil perikanan yang sangat
digemari masyarakat Indonesia.Ikan lele merupakan salah satu ikan yang
banyak dikonsumsi masyarakat. Komoditi ini membuat ikan lele
memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari permintaan maupun
harga jualnya.9
Survey yang peneliti lakukan di Desa Sukadamai Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan, bahwasanya di desa tersebut terdapat dua
budidaya yang memproduksi ikan lele secara besar. Namun, peneliti
memilih budidaya ikan lele milik Bapak Poniman karena jumlah
produksi dan luas kolam ikan lele yang sangat besar. Budidaya milik
Bapak Poniman yang masing-masing kolam terdapat di sekeliling rumah
sebanyak Tujuh kolam berukuran besar dengan umur ikan lele yang
berbeda jenis.10
Semakin pesatnya perkembangan usaha dan banyak permintaan
pasar membuat usaha budidaya ikan lele di desa ini meningkatkan lagi
jumlah produksi ikan. Peningkatan kebutuhan pakan juga berlaku pada
usaha ini. Pakan yang memenuhi kebutuhan gizi ikan dapat
meningkatkan pertumbuhan ikan hingga mencapai ukuran siap jual.
8 Bambang Cahyono, Budidaya Ikan Bandeng:Teknik Budidaya di Tambak Payau dan
Tambak Sawah, (Jakarta: Pustaka Mina, 2011), h. 11 9 Tikah Hanani, Panduan Lengkap Ushaa Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang, (Jawa
Barat: Air Publishing, 2016), h. 3 10 Wawancara prasurvey, dengan Bapak Poniman selaku pemilik usaha budidaya ikan
lele pada 12 Mei 2018 di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Mahalnya pakan yang ada di pasaran membuat pelaku usaha
budidaya ikan lele di desa ini memilih cara lain mengurangi pengeluaran
untuk kebutuhan pakan yang dikeluarkan setiap harinya. Pelaku usaha
memberikan pakan ikan lele yang berumur satu sampai dua bulan
setengah (panen) bangkai ayam potong. Pelaku usaha mendapatkan
bangkai ayam potong secara gratis dari peternakan yang ada di Desa
Sukadamai. Bangkai ayam potong yang di gunakan untuk pakan
mencapai berat Tiga Ons sampai dengan Dua Kilogram. Menurut
keterangan Bapak Poniman cara ini sangat efektif untuk memperoleh
keuntungan yang besar.11
Salah satu warga masyarakat yang tinggal di sekitar budidaya ikan
lele milik Bapak Poniman mengaku bahwa merasa segan untuk membeli
bahkan untuk mengkonsumsinya, terlebih makanan yang diberikan
adalah bangkai ayam potong, dan takut jika berpengaruh terhadap
kesehatan. Beberapa masyarakat bahkan mengeluhkan dampak dari
usaha budidaya ikan lele ini, salah satunya adalah bau kurang sedap yang
ditimbulkan dari bangkai ayam potong yang sudah membusuk. Hal ini
dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar usaha budidaya ikan
lele ini. 12 Dan salah satu warga yang lain menyatakan bahwa tidak
merasa keberatan terhadap pakan ikan lele dengan bangkai ayam potong
11Ibid 12 Wawancara kepada Ibu Sri Anah , Ibu Nur Yati, dan Ibu Wasikem selaku masyarakat
sekitar usaha budidaya ikan lele pada 12 Mei 2018
selama jika ikan tersebut dikonsumsi aman tanpa menimbulkan penyakit
oeh yang mengkonsumsi.13
Keuntungan yang didapatkan oleh pelaku usaha budidaya ikan lele di
Desa Sukadamai memanglah sangat besar, dan didukung oleh
permintaan pasar yang terus meningkat. Namun dibalik kesuksesan
dalam menjalankan usaha budidaya ikan lelenya, terdapat keraguan dari
beberapa konsumen yang mengetahui bahwa pakan yang diberikan
adalah bangkai ayam potong. Tentu terdapat pandangan lain, dan seperti
telah diketahui bahwa di dalam Islam bangkai ayam adalah haram
hukumnya.
Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam
mengenai “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Kegiatan Usaha
Budidaya Ikan Lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Kegiatan Usaha Budidaya Ikan
Lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan?
13 Wawancara kepada Ibu Siami selaku masyarakat sekitar usaha budidaya ikan lele
pada 12 Mei 2018
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Melihat rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan etika
bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa
Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk kehidupan masyarakat luas penelitian ini sangat penting
agar masyarakat muslim khususnya para pengusaha semakin tahu
bahwa etika bisnis dalam berbisnis itu harus sesuai dengan syariat
Islam.
b. Bagi peneliti yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan
mengenai etika bisnis Islam, serta dapat dipelajari dan ditinjau
kembali untuk meningkatkan kesejahteraan dalam kegiatan bisnis.
c. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi yang melakukan
penelitian selanjutnya.
D. Penelitian Relevan
Melihat berbagai penelitian terdahulu yang penulis lakukan, berkaitan
dengan masalah etika bisnis terdapat beberapa penelitian yang terdahulu
yang berkaitan dengan masalah yang dilakukan peneliti. Namun, demikian
ditemukan substansi yang berbeda dengan persoalan yang penulis bahas.
Berdasarkan penelitian Asri Aprilia yang berjudul “Limbah Industri
Tahu di Kampung Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung
Timur” yang menjalaskan bahwa limbah industri tahu yang beraada di
Kampung Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Timur
sesuai dengan etika bisnis Islam karena limbah tahu tersebut dimanfaatkan
dan diolah kembali menjadi oncom sehingga tidak merusak lingkungan
sekitar meskipun saat proses pembuatan berhenti maka bau tersebut tidak
ada lagi.14
Sedangkan berdasarkan Skripsi Rizky akmal Djauhari yang berjudul
“Pengelolaan Usaha Tempe di Desa Banjarejo Lampung Timur dalam
perspektif Etika Bisnis Islam” menjelaskan bahwa pengelolaan usaha
tempe belum sesuai dengan etika bisnis Islam karena dampak dari
pencemaran lingkungan yaitu berupa limbah dari tempe yang mengganggu
masyarakat sekitar industri tempe tersebut. Dikarenakan industri tempe
tersebut tidak dikelola dengan baik, maka terjadilah pencemaran
lingkungan berupa limbah cair yang menimbulkan bau yang tidak sedap.15
Penelitian selanjutnya adalah Dwi Wahyudi dengan judul “Budidaya
Ayam Petelur di Tinjau dari Etika Bisnis Islam di Desa Ogan Campang,
Dusun IV Kec. Abung Pekurun, Lampung Utara” yang menjelaskan
bahwa uasaha budidaya ayam tidak sesuai dengan etika bisnis Islam. Hal
14 Asri Aprilia, dalam Skripsi “ Limbah Industri Tahu di Kampung Tempuran
Kecamatan Trimurjo kabupaten Lampung Tengah”, (Metro: Perpustakaan STAIN Jurai Siwo
Metro, 2011), h. 8 15 Rizky Akmal, dalam Skripsi “Pengelolaan Usaha Tempe di Desa Banjarejo Lampung
Timur dalam perspektif Etika Bisnis Islam”, (Metro: Perpustakaan STAIN Jurai Siwo Metro,
2011), h. 7
ini disebabkan oleh bau yang berasal dari kotoran ayam yang tidak
dikelola dengan baik dan merugikan warga sekitar budidaya ayam.16
Sedangkan perbedaan dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah
Penulis lebih fokus kepada tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan
usaha budidaya ikan lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan. Dengan demikian terdapat pokok permasalahan yang
berbeda antara penelitian yang telah peneliti kemukakan di atas dengan
persoalan yang akan di teliti.
16Dwi Wahyudi, dalam Skripsi “Budidaya Ayam Petelur di Tinjau dari Etika Bisnis
Islam di Desa Ogan Campang, Dusun IV Kec. Abung Pekurun, Lampung Utara”, (Metro:
Perpustakaan STAIN Jurai Siwo Metro, 2011), h. 7
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA BISNIS ISLAM
1. Definisi Etika Bisnis Islam
Asal usul etika tidak telepas dari kata asli ethos dalam bahasa
Yunani yang berarti kebiasaan (custom) atau adat istiadat.17 Menurut
Rafik Issa Beekum, etika adalah seperangkat prinsip moral yang
membedakan yang baik dari yang buruk dan bidang ilmu yang bersifat
normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan oleh sesorang individu.18
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa etika
merupakan landasan perilaku manusia yang dijadikan pedoman hidup
yang diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat untuk mengkaji
tentang baik buruknya perilaku manusia dalam berbisnis atau bekerja.
Bisnis dalam Al-Qur’an ditulis dengan kata Al-Tijarah.19 Sedangkan
bisnis dalam Islam diartikan sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas), kepemilikan
hartanya (barang atau jasa) dan termasuk profitnya, namun dibatasi
17 Faisal Badroen, et.el, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group,
2006), h. 4 18 Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 3 19 Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004), h. 17
dengan cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan
haramnya).20
Menurut Faisal Badroen dalam buku Etika Bisnis dalam Islam
menjelaskan bahwa etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik,
buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-
prinsip moralitas. Dalam arti lain etika bisnis merupakan seperangkat
prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam
bertransaksi, berprilaku, danberelasi guna mencapai tujuan-tujuan
bisnisnya dengan selamat.21
Etika binis Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai
dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak
perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik
dan benar.22
Dari beberapa pemaparan di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa etika bisnis Islam adalah serangkaian aktivitas dalam usaha yang
dilakukan oleh seseorang yang sesuai dengan syariat Islam.
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam
Menurut Syed Nawab Haider Naqvi Terdapat empat konsep kunci
tentang manusia dalam hubungan dengan dirinya sendiri dan lingkungan
20 M. Ismail Yusanto dan M. Karabet Widjakusuma, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta:
Gema Insani, 2002), h. 18 21 Faisal Badroen, et. el, Etika Bisnis., h. 15 22 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 171
sosialnya, yaitu: keesaan, keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggung
jawab.23
a. Unity (keesaan)
Alam semesta, termasuk manusia, adalah milik Allah SWT,
yang memiliki kemahakuasaan (kedaulatan) sempurna atas makhluk-
makhluk-Nya. Konsep tauhid (dimensi vertikal) berarti Allah
sebagai Tuhan Yang Maha Esa menetapkan batasan-batasan tertentu
atas perilaku manusia sebagai khalifah, untuk memberikan manfaat
pada individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya.24
Konsep Islam tentang kebebasan manusia, bagaimanapun harus
dicatat dengan cermat bahwa konsep ini tidak di maksudkan untuk
mengurangi kebebasan manusia, tetapi hanya untuk menunjukkan
jalan terbaik dalam menjalankan kebebasan dengan demikian,
manusia bebas untuk memiliki, tetapi cara terbaik dalam
kepemilikan itu dengan memandangnya sebagai pemegang amanat
atas apa yang sebenarnya milik Tuhan.25 Seperti dalam firman Allah
SWT:
ا تاماافااولل مو رضاوماافااٱلسينالجزيااٱل ابماااٱل ـ وا س
أ
يناعملوااويجزيا ااٱل حسنوااباا٣١اٱلسناأ
23 Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h. 37 24 Faisal Badroen, et.el, Etika Bisnis., h. 89 25 Ibid., h. 39
Artinya: “Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. (dengan demikian) dia akan memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah
mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).”26
Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid,
manusia menyaksikan bahwa tiada sesuatupun yang layak disembah
selain Allah, dan tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya, selain
dari pada Allah. Dalam Islam, tujuan diciptakannya manusia adalah
untuk beribadah kepada-Nya. Karena itu segala aktivitas manusia
dalam hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia
(muamalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah.
Karena kepada-Nya manusia akan mempertanggungjawabkan segala
perbuatannya, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.27
b. Equilibrium (keseimbangan),
Islam mengartikan adil sebagai tidak menzalimi dan tidak
dizalimi. Ini berarti bahwa pelaku ekonomi tidak diperbolehkan
untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang lain
atau termasuk alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkelompok-
kelompok dalam berbagai golongan. Golongan yang satu akan
menzalimi golongan yang lain, sehingga terjadi eksploitasi manusia
atas manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang
26 QS. An-Najm (53): 31 27 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 35
lebih besar daripada usaha yang dikeluarkannya karena
kerakusannya.28
Di wilayah produksi, prinsip Islam tentang keadilan menjamin
bahwa tak seorang pun akan diekspoitasi oleh orang lain dan bahwa
tak seorang pun memperoleh kekayaan secara tidak jujur, tidak adil,
ilegal, dan curang hanya pemeluk Islam yang diizinkan untuk
mendapatkan kekayaan melalui cara yang adil dan jujur. Islam
mengakui hak individu untuk mendapatkan sarana kehidupan atau
nafkah, memperoleh harta, memiliki sesuatu serta memiliki hidup
yang layak. Sebaliknya, Islam tidak memperbolehkan orang
menumpuk harta melalui suap, korusi, perampokkan, penipuan, judi,
eksploitasi, bunga serta cara-cara tidak jujur lainnya. 29
Penerapan konsep keseimbangan dalam etika bisnis, berlaku
baik secara harfiah maupun kias dalam dunia bisnis. Seperti firman
Allah Swt. dalam QS. An-Nahl (16) : 90, yaitu:
ا ا۞إن ااٱلل مراباذيااٱلحسناوااٱلعدلايأ ي
اعنااٱلقرباوإيتا وينه
اوااٱلمنكراوااٱلفحشا ءا رونااٱلغ ا٩٠يعظكمالعلكماتذك30Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berbuat adil dan ihsan...”“ rtinya:A
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan
kepada setiap Muslim untuk selalu berbuat adil dan berbuat kebajikan.
28 Ibid
29 Muhammad Sharif Chaundry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 49 30 QS. An-Nahl (16) : 90
Tidak hanya untuk setiap aktivitas ekonomi, melainkan dalam seluruh
aktivitas sehari-hari.
c. Free Will (kehendak bebas)
Dalam pandangan Islam manusia terlahir memiliki kehendak
bebas, yaitu potensi untuk menentukan pilihan di antara pilihan-pilihan
yang beragam. Karena manusia tidak dibatasi, maka ia juga memiliki
kebebasan untuk mengambil pilihan yang salah.31 Seperti dalam QS.
Yunus (10): 108, yaitu:
ااقلا ها يأ ااٱلناساي اجا ءكم ااٱلقاقد افمن ب كمه ار اتدىاٱهامن
النفسها ايهتدي ما افإن ناااهۦاأ اوما ه اعليها ايضل ما افإن اضل ومن
ا١٠٨عليكمابوكيلاArtinya: Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Telah datang
kepadamu kebenaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, sebab itu barang
siapa mendapat petunjuk maka sebenarnya (petunjuk itu) untuk
(kebaikan) dirinya sendiri.dan barang siapa sesat, sesungguhnya
kesesatannya itu (mencelakakan) dirinya sendiri.dan aku bukanlah
pemelihara dirimu.”32
Kunci dalam memaknai dasar etika secara individu terletak dalam
memahami fakta bahwa kemahakuasaan Tuhan secara tidak langsung
berarti bertanggungjawab membuat manusia berada pada pilihan yang
benar. Karena manusia itu bebas dia hanya memilih dua pilihan:
apakah dia, dengan mentaati ketentuan tuhan, membuat pilihan yang
31 Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu., h. 42 32 QS. Yunus (10): 108
benar dan dibimbing ke jalan yang benar; ataukah dia membuat pilihan
yang salah dan jauh dari jalan kebenaran dan melawan Tuhan. 33
d. Responsibility (Tanggung jawab)
Prinsip tanggung jawab begitu mendasar dalam ajaran-ajaran
Islam. Terutama jika dikaitkan dengan kebebasan ekonomi. Setiap
individu mempunyai hubungan langsung dengan Allah Swt. Setiap
individu mempunyai hak penuh untuk berkonsultasi dengan sumber-
sumber Islam untuk kepentingannya sendiri.
Tanggung jawab Muslim ini tentu didasarkan pada cakupan
kebebasan yang luas, yang dimulai dari kebebasan untuk memilih
keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang paling tegas yang
perlu diambilnya. Karena kebebasan itu merupakan kembaran dan
tanggung jawab untuk memenuhi konsep keadilan dan kesatuan,
manusia harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.34
Berkaitan dengan hal ini, Allah berfirman dalam QS. Al-Muddatstsir
(74): 38, yaitu:
انفسابمااكسبتارهينةاا ا٣٨ك
Artinya:“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah
diperbuatnya.”35
33 Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu., h. 43 34 Faisal Badroen, et.el, Etika Bisnis., h. 100-101 35 QS Al-Muddatstsir (74): 38
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap muslim harus bertanggung
jawab atas apa yang dilakukannya. Karenanya, konsep ini bertalian
erat dengan konsep kesatuan, keseimbangan, dan kehendak bebas.
Semua kewajiban harus dihargai kecuali jika secara moral salah.
3. Perilaku Etika Bisnis Islam
Bisnis yang dibangun berdasarkan kaidah-kaidah Al-Quran dan
hadist akan mengantarkan para perilakunya mencapai sukses dunia dan
akhirat. Standar etika bisnis syariah (PBS) mendidik agar para pelaku
bisnis dalam menjalankan bisnisnya adalah sebagai berikut:
a. Takwa
Seorang muslim diperintahkan untuk selalu mengingat Allah
dalam aktivitas mereka. Ia hendaknya sadar penuh dan responsif
terhadap preoristas-preoritas yang telah ditentukan oleh Sang Maha
Pencipta. Kesadaran akan Allah ini hendaklah menjadi sebuah
kekuatan pemicu dalam segala tindakan.36
Semua kegiatan transaksi bisnis hendaklah ditujukan untuk
tujuan hidup yang lebih mulia.Al-Quran memerintahkan untuk
mencari dan mencapai preoritas-preoritas yang Allah tentukan bagi
manusia.
1) Hendaklah mereka mendahulukan pencarian pahala yang besar
dan abadi di akhirat ketimbang keuntungan kecil dan terbatas
yang ada di dunia.
36 Ali Hasan, Manajemen Bisnis., h. 187
2) Mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada
sesuatu yang secara moral kotor, walaupun misalnya yang
disebut terakhir mendatangkan keuntungan yang lebih besar.
Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram.
Dalam hal bisnis, nilai-nilai religius hadir di kala melakukan
transaksi bisnis, selalu mengingat kebesaran Allah, dan karenanya
terbebas dari sifat-sifat kecurangan, kebohongan, kelicikan, dan
penipuan dalam melakukan bisnis.
b. Aqshid
Aqshid adalah sederhana, rendah hati, lemah lembut, santun.37
Berperilaku baik, sopan santun dalam pergaulan adalah fondasi
dasar dan inti yang tinggi mencakup semua sisi manusia.
Berperilaku sopan dalam berbisnis dengan siapa pun tetap
harus diterapkan. Pembisnis muslim diharuskan untuk berlaku
manis dan dermawan terhadap orang-orang yang miskin, dan
karena alasan-alasan tertentu ia tidak mampu memberikan sesuatu
kepada mereka, setidak-tidaknya perlakuan mereka dengan sopan
dan kata-kata yang baik.38
c. Khidmad
Khidmad artinya melayani dengan baik.Sikap melayani
merupakan sikap utama dan pebisnis, tanpa sikap melayani juga
37Ibid., h. 188 38 Ibid., h. 189
menjadi pebisnis, dan bagian penting dari sikap melayani adalah
sopan santun dan rendah hati.
Dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam kegiatan transaksi
maupun pinjam-meminjambentuk toleransi ini adalah kesediaan
untuk memperpanjang rentang waktu sehingga memudahkan orang
lain, bukan menyesengsarakan orang lain. 39
d. Amanah
Islam menginginkan kepada pebisnis agar mempunyai hati
yang hidup sehingga bisa menjaga hak Allah, hak orang lain dan
haknya sendiri, dapat memproteksi perilaku yang merusakamanah
yang diberikan kepadanya, mampu menjaga dan mempertanggung
jawabkannya di hadapan Allah Swt. Sifat amanah harus dimiliki
oleh pebisnis muslim, sebab tidak hanya untuk kepentingan
muamalah semata tetapi berkaitan dengan status iman seseorang
kepada Allah Swt.
Sebagai pebisnis muda Rasulullah Saw dikenal sebagai Mr.
Clean yaitu jujur dan terpercaya karena sifatnya yang amanah.
Sifat amanah seharusnya menghiasi seorang muslim dalam setiap
gerak langkah dan perilaku bisnisnya. 40
4. Konsep Bisnis Dalam Islam
Bisnis yang menguntungkan dalam pandangan Al-Quran bisnis
yang menguntungkan itu mengandung tiga elemen dasar, yaitu:
39Ibid., h. 190 40Ibid., h.191
a. Mengetahui investasi yang paling baik, yaitu jika investasi
tersebut ditujukan untuk mencapai keridlaan Allah.41
b. Keputusan yang sehat, artinya agar sebuah bisnis sukses dan
menghasilkan untung, hendaknya bisnis itu didasarkan atas
keputusan yang sehat, bijaksana dan hati-hati.42
c. Perilaku yang Benar, yaitu perilaku bisnis yang harus berpegang
pada standar perilaku Rasulullah sebagai pedoman.43
Konsep di atas dapat disimpulkan bahwa konsep bisnis dalam
Islam tidak hanya menyangkut duniawi saja, tetapi juga menyangkut
urusan akherat. Bisnis yang sukses menurut Al-Quran adalah bisnis
yang membawa keuntungan pada perilaku dalam dua fase kehidupan
yaitu dunia dan akherat.
Bisnis yang Islami terdapat aturan-aturan yang dikendalikan oleh
halal dan haram, baik cara memperoleh maupun cara pemanfaatan
harta, sama sekali berbeda dengan bisnis konvensional. Dengan
landasan sekularisme yang bersendikan pada nilai-nilai material,
bisnis konvensional tidak memberikan aturan halal haramnya dalam
setiap perencanaan, pelaksanaan dan segala usaha yang dilakukan
dalam meraih tujuan-tujuannya.44
Seorang Muslim tidak akan berusaha dengan sesuatu yang haram,
tidak akan mengembangkan usahanya dengan cara haram. Seorang
41 Mustaq ahmad, Etika Bisnis., h. 38 42Ibid., h. 40 43Ibid., h. 42-43 44 M. Ismail Yusanto dan M. Karabet Widjakusuma, Menggagas Bisni., h. 21
Muslim akan beramal pada ruang lingkup yang jelas-jelas halal dan
menjauhkan diri dari areal yang jelas-jelas haram. Ia akan menjaga
diri seoptimal mungkin dari hal-hal yang syubhat, karena ingin
membersihkan keberagamaannya dan kehormatannya, menjauhkan
diri dari areal haram, atau khawatir terperosok ke dalamnya. 45 Seperti
dalam Firman Allah Swt sebagai berikut:
متا ماوااٱلميتةاعليكمااحر ااٱلنزيراولمااٱلد الغي هلاوما اأ اٱلل
يةاوااٱلموقوذةاوااٱلمنخنقةاوااۦبها كلااٱلنطيحةاوااٱلمتد بعاوما اأ اٱلس
يتما امااذك اإل
Artinya: Diharamkan bagimu (makanan) bangkai, darah, daging
babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah,
yang tersekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih…46
Sedangkan Majelis Ulama Indonesia menfatwakan segala
makanan dan minuman yang bercampur dengan najis sebagai
berikut:
1. Setiap makanan dan minuman yang jelas bercampur dengan
barang haram/ najis hukumnya adalah haram.
2. Setiap makanan dan minuman yang diragukan bercampur dengan
barang haram/ njis hendaknya ditinggalkan.
3. Adanya makanan dan minuman yang diragukan bercampur
dengan barang haram/ najis hendaklah Majelis Ulama
45 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta:
Robbani Press, 2001), h. 26 46 QS. Al-Maidah (5): 3
Indonesiakepada instansi bersangkutan memeriksa di
laboratorium untuk dapat ditemuan hukumnya. 47
Berdasarkan Al-Quran dan Fatwa MUI menjelaskan bahwa
sebagai seorang Muslim kita tidak boleh memakan atau
memanfaatkan hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam Islam
dengan ketentuan halal dan haram.
Sebagai seorang Muslim, tidak diperbolehkan memproduksi
sesuatu yang tidak halal dimakan. Haram menanamnya dan
membuat segala sesuatu yang memudharatkan manusia, baik dalam
bentuk makanan, minuman, dan lain sebagainya. Haram
memproduksi barang yang tidak dipergunakan kecuali untuk hal-hal
haram.48
B. KEGIATAN USAHA
1. Definisi Kegiatan Usaha
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Usaha adalah kegiatan
degan mengarahkan tenaga, pikiran, dan baan untuk mencapai suatu
maksud, ataupun pekerjaan yang meliputi perbuatan, prakarsa, ikhtiar,
daya upaya guna mencapai sesuatu.49
Dalam ekonomi, Kegiatan usaha ini atau dikenal dengan istilah
bisnis telah menjadi kegiatan usaha sebagai individu dan masyarakat
47 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 1980 Tentang Hukum Makanan Dan
Minuman yang Bercampur Dengan Najis. 48 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan., h. 170 49 Yandianto, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi HVS, (Bandung: M2S Bandung,
2003), h. 666
untuk mancari keuntungan dan memenuhi keinginan dan kebutuhan
dalam hidupnya.50
Kata bisnis diambil dari bahasa Inggris Bussines yang berarti
kegiatan usaha. Secara luas, kata bisnis sring diartikan sebagai
keseluruhan kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau badan secara
teratur da terus-menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-
barang atau jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbeikan,
dipertukarkan, atau disewagunakan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan. 51
Usaha atau bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.52
Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa usaha atau bisnis dalam
kegiatan ekonomi merupakan suatu kegiatan dengan menggerakkan
tenaga dan pemikiran untuk menghasilkan suatu barang atau jasa untuk
mencapai suatu keuntungan.
2. Jenis-jenis Kegiatan Usaha
Usaha atau bisnis berarti sejumlah total usaha yang meliputi
pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi,
50 Buchari Alma, et.el, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alvabeta, 2014), h. 111 51 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003), h. 1 52 Buchari Alma, et.el, Manajemen Bisnis., h. 111
usaha jasa dan pemerintah yang bergerak dalam bidang membuat dan
memasarkan barang dan jasa konsumen.53
a. Bidang usaha pertanian (Agriculture), yaitu meliputi usaha
pertanian, kehutanan perikanan, dan perkebunan.
b. Bidang usaha pertambangan (Mining), yaitu meliputi usaha galian
pasir, galian tanah, batu dan bata.
c. Bidang usaha pabrikasi (Manufacturing), yaitu meliputi usaha
industri, assemblasi, dan sintesis.
d. Bidang usaha konstruksi (Contuction), yaitu meliputi usaha
konstruksi bangnan, jembatan, pengairan, dan jalan raya.
e. Bidang usaha perdagangan (Trade), yaitu meliputi usaha
perdagangan kecil, grosir, agen, dan ekspor impor.
f. Bidang usaha jasa keuangan (Financial Service), yaitu meliputi
usaha perbankan, asuransi, dan koperasi.
g. Bidang usaha jasa perorangan (Personal service), yaitu meliputi
usaha potong rambut, salon, loundry,dan catering.
h. Bidang jasa-jasa umum (Pablic service), meliputi usaha
pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi.54
Berdasarkan tujuannya bisnis dapat dikelompokkann menjadi dua
kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Bisnis yang berorientasi keuntungan (profit oriented)
53 Buchari Alma, et.el, Manajemen Bisnis., h. 111-112 54Mudjiarto, et.el, Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 99
Bisnis yang berorientasi keuntungan adalah bisnis yang
didirikan semata-mata bertujuan memperoleh keuntungan untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawannya serta
untuk mengembangkan usahanya lebih lanjut, seperti perusahaan
rokok, perusahaan pembuat rokok dan perusahaan penggiling
padi.55
b. Bisnis yang tidak berorientasi keuntungan (non-profit oriented)
Bisnis yang tidak berorientasi keuntungan adalah bisnis yang
didirikan dengan tujuan utama untuk kepentingan sosial, seperti
yayasan sosial yatim piatu, yayasan panti jompo dan yayasan
sosial penyandang cacat.56
Berdasarkan bergerak dalam bidang berbagai kegiatan, namun
berdasarkan jenis kegiatan secara umum bisnis dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a. Bisnis ekstraktif adalah bisnis yang bergerak dalam penggalian
barang-barang tambang, seperti perusahaan petambangan minyak,
perusahaan pertambangan emas, dan pertambangan batu kapur.
b. Bisnis Agraris adalah bisnis yang bergerak dalam bidang
pertanian, termasuk di dalamnya perikanan, peternakan,
perkebunan dan kehutanan, seperti perkebunan karet, peternakan
sapi dan tambak udang.
55 Suliyanto, Studi Kelayakan Bisnis, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), h. 1 56Ibid., h. 2
c. Bisnis Industri adalah bisnis yang bergerak dalam bidang
pengolahan (manufaktur), yaitu bisnis dengan tujuan untuk
mengubah barang yang kurang berdaya guna menjadi lebih
berdaya guna, seperti pabrik sepeda motor, pabrik pakaian dan
pabrik kerajinan rumah tangga.
d. Bisnis jasa adalah bisnis yang bergerak dalam penyediaan produk
yang tidak berwujud seperti jasa dalam bidang kesehatan, dan
pendidikan, seperti rumah sakit, biro perjalanan dan lembaga
pendidikan.57
57Ibid
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan (field reseach).
Menurut Abdurrahman Fathoni penelitian lapangan adalah penelitian
yang dilakukan di lapangan atau lokasi penelitian suatu tempat yang
dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di
lokasi tersebut.58 Terkait dengan jenis penelitian yang dilakukan maka
tempat yang peneliti gunakan adalah usaha budidaya ikan lele milik
Bapak Poniman di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan.
Penelitian lapangan dalam penulisan proposal skripsi ini bahwa
peneliti melakukan penelitian mengenai tinjauan etika bisnis Islam
terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam penulisan proposal skripsi yang peneliti
gunakan adalah dengan menggunakan sifat deskriptif. Istilah
deskriptif berasal dari bahasa Inggris yaitu to describe yang berarti
memaparkan atau menggambarkan sesuatu.
58 Abdurrahman Fathoni, Metedologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 96
Menurut Suharsimi Arikunto deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain
yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk
laporan penelitian.59
Maksud dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan data dari
hasil penelitian di lapangan yaitu mengenai tinjauan etika bisnis Islam
terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
B. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung memberikan data kepada pengumpul data.60 Jadi sumber
dalam penelitian ini adalah Bapak Poniman pemilik usaha budidaya
ikan lele, karyawan budidaya ikan lele, bendahara desa, dan empat
warga masyarakat sekitar budidaya ikan lele Desa Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, seperti dokumen.61 Adapun
sumber data sekunder yang peneliti gunakan berasal dari buku-buku
59 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 3 60Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 137 61Ibid., h. 137
yang berkaitan dengan etika bisnis Islam dan kewirausahaan, yaitu
buku Mustaq Ahmad yang berjudul “Etika Bisnis dalam Islam” dan
Hendro yang berjudul “Dasar-dasar Kewirausahaan”, dan buku
Buchari Alma dan Donni Juni Prinasa yang berjudul “Manajemen
Bisnis Syariah”.
C. Teknik Pengumpulan data
1. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan terwawancara untuk
mendapatkan informasi secara langsung dari sumber data primer.62
Peneliti menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur.
Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara yang
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Adapun tujuan wawancara semi terstruktur adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang
diwawancarai dimintai pendapatnya.63
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Bapak
Poniman pemilik usaha budidaya ikan lele yaitu Bapak Poniman,
karyawan budidaya ikan lele, Bapak Sugito selaku bendahara desa dan
empat masyarakat sekitar budidaya ikan lele yaitu Ibu Sri Anah, Ibu
Wasikem, Ibu Siami, dan Ibu Nuryati.
62Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 186 63Sugiyono, MetodePenelitian., h. 140
Metode wawancara ini peneliti gunakan untuk mengetahui dan
menggali informasi tentang tinjauan etika bisnis Islam terhadap
kegiatan usaha budidaya ikan lele di Desa Sukadamai Kecamatan
Natar Kabupaten Lampung Selatan.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berup acatatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulenrapat, lengger, agenda, dan sebagainya.64
Penelitian ini pengumumpulan data dengan cara dokumentasi.
Artinya, tata cara atau strategi penelitian dapat menggali informasi dan
data.
D. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyusunan data secara sistematis
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data, menjabarkan, menyusun ke dalam
pola, dan membuat kesimpulan agar dapat di pahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.65
Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah metode kualitatif.
Analisi data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satu
kesatuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
64Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 274 65Sugiyono, Metode Penelitian., h. 244
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.66
Analisis data kualitatif bersifat induktif, metode berpikir yang menarik
kesimpulan dari prinsip umum kemudian diterapkan pada sesuatu yang
bersifat khusus.67 Dengan cara berpikir induktif, peneliti ingin melihat
tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele
Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
66Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian., h. 248 67Sugiyono, Metode Penelitian., h. h. 23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan
1. Sejarah Desa Sukadamai
Desa sukadamai sekitar 50-an masih berupa hutan belantara
hingga datang penduduk dari jawa yang membuka hutan menjadi
kawasan pemukiman seperti sekarang ini. Secara administrasinya
wilayah desa pada saat itu masih sangat luas, Sukadamai masih
menjadi wilayah Desa Margototo Kabupaten Lampung Timur di
bawah kepemimpinan Kepala Desa Mbah Prawiro (Surokasmin).
Sekitar tahun 60-an Desa Sukadamai membentuk wilayah teritorial
seperti sekarang ini dengan kepala desa yang pertama Sutris. Berikut
ini nama-nama kepala desa yang pernah memimpin Desa Sukadamai,
yaitu:
Tabel 1.1
Data kepemimpinan Desa Sukadamai
No Nama Tahun
1 Sutris 1961 s.d 1965
2 Surokasmin 1966 s.d 1969
3 Sukeni 1970 s.d 1972
4 Suwarjo 1973 s.d 1975
5 Sulardi 1976 s.d 1987
6 Taswan 1988 s.d 2007
7 Muwanto 2008 s.d 2013
8 Hi. Suwardi 2014 s.d sekarang68
2. Data Demografi
a. Jumlah penduduk : 6524 Jiwa
b. Jumlah KK : 2066 Kepala Keluarga
c. Jumlah Penduduk : Penduduk (laki-laki 3210 orang dan
perempuan 3314 orang)
d. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sukadamai
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Sukadamai
adalah buruh dan petani. Hal tersebut membuat mereka bertahan
hidup dengan mengandalkan hasil panen dan bekerja.
Tabel 1.2
Data Penduduk Desa Sukadamai Berdasarkan Mata
Pencaharian
Petani Pedagang PNS Buruh TNI/Polri
900 K 150 KK 16 KK 1.005 KK 60 K
e. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas penduduk Desa Sukadamai beragama Islam sebesar
99 % orang.
f. Data Geografi
1) Lokasi
68 Dokumentasi Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
diperoleh pada tanggal 18 Juli 2018
Propinsi : Lampung
Kabupaten : Lampung Selatan
Kecamatan : Natar
Desa : Sukadamai
2) Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Sukadamai sebesar 2187,5 Ha yang
terbagi ke dalam 9 dusun. Desa Sukadamai adalah salah satu
desa yang terbagi menjadi 9 dusun di Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan.
3) Batas Daerah Wilayah Dusun
Utara : Berbatasan dengan Mtero Kibang
Selatan : Berbatasan dengan Karang Anyar
Barat : Berbatasan dengan Desa Banjarejo
Timur : Berbatasan dengan Tanjung Bintang.69
B. Sejarah Berdirinya Budidaya Ikan Lele Desa Sukadamai Kecamatan
Natar Kabupaten Lampung Selatan
Usaha budidaya ikan lele ini berdiri sejak tahun 2010. Beliau memilih
usaha ini dengan alasan tidak mempunyai ladang untuk memenuhi
kebutuhan, sedangkan masyarakat di desanya banyak yang berprofesi
sebagai petani sebagai mata pencahariannya. Karena rezeki setiap orang
itu berbeda, sebagai manusia beliau mencoba usaha yang belum di lakukan
69 Dokumentasi Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
diperoleh pada tanggal 18 Juli 2018
oleh masyarakat sekitar. Mengingat di desanya peluang usaha budidaya
ikan lele masih cukup banyak dengan persaingan usaha yang belum ada,
kemudian beliau berinisiatif memanfaatkan lokasi sekitar rumah untuk
dibuat kolam. Selain itu usaha ini juga dapat dikelola sembari
mengerjakan usaha yang lain. Selain usaha ini, beliau juga membuka
usaha pijat saraf yang saya tekuni sejak tahun 2007. Jadi beliau bisa
menjalankan dua usaha sekaligus dengan bantuan anak laki-lakinya. Usaha
ini membutuhkan dua karyawan pada saat panen saja.70
Adapun beberapa alasan beliau membuka usaha budidaya ikan lele,
yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan ekonomi.
2. Peluang usaha masih banyak.
3. Ikan lele termasuk ikan yang mudah untuk dibudidaya.
4. Tidak memerlukan lahan yang besar, cukup memanfaatkan lingkungan
sekitar rumah.
Awal mula membuka usaha ini, beliau hanya mempunyai 1 kolam,
dengan kolam berukuran 15 x 15 meter yang dapat menampung sekitar
5.000 ikan dengan harga bibit satu ekor ikan lele anakan dihargai Rp. 90
dengan harga jual perkilo Rp. 9.000 sampai Rp. 10.000 (harga petani).
Usaha ini juga dekat dengan irigasi yang biasa untuk mengairi sawah
masyarakat, jadi memudahkan untuk mengisi air kolam.71
70 Dokumentasi Usaha Budidaya Ikan Lele Tahun 2010 71 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
Pada awal tahun 2014 beliau mulai menggunakan bangkai ayam
potong sebagai pakan ikan lele. Beliau mendapatkan informasi ini dari
Jawa tempat beliau dilahirkan. Kemudian beliau mencoba memberi
beberapa bangkai ayam potong untuk satu kolam ikan. Dan setelah
dilakukan perbandingan, berat antara pakan bangkai ayam potong dan
pelet sangatlah jauh berbeda. Pakan bangkai ayam potong menjadikan ikan
lele lebih cepat pertumbuhannya dan berat lele juga bertambah. beliau juga
tidak harus membeli pelet untuk seluruh umur lele karena bangkai ayam
potong gratis beliau dapatkan dari para peternak ayam potong di sekitar
desanya. Beliau hanya perlu mengambil bangkai ayam potong ke kandang
peternakan setiap harinya dengan mobil bak terbuka. 72
C. Pengelolaan Usaha Budidaya Ikan Lele di Desa Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Ikan lele adalah salah satu komuditas perikanan budidaya unggulan
yang dikembangkan secara optimal di darat, disamping memiliki prospek
pasar, ikan lele dumbo juga memiliki kelebihan lebih tahan hidup dan kuat
terhadap serangan hama penyakit.73 Habitat atau lingkungan hidup lele
adalah air tawar, meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele adalah
air sungai, air saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur,
tetapi lele juga relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran
kehidupan ikan dinilai kurang baik.
72 Dokumentasi Usaha Budidaya Ikan Lele Tahun 2014
73 Tikah Hanani, Panduan Lengkap Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang, (Jawa
Barat, Air Publishing, 2016), h. 9
Pemilik usaha menjelaskan bahwa proses pengelolaan usaha budidaya
ikan lele di lakukan selama 75 hari sampai dianggap bisa dipanen, dimulai
dari penebaran bibit atau anakan ikan lele di dalam kolam khusus untuk
pembibitan selama 30 hari dengan ukuran kolam 15 x 15 Meter sebanyak
dua buah sebanyak 40.000 sampai 50.000 bibit ikan lele.
Pemberian pakan bibit dengan pelet tiga kali sehari, pada pagi hari,
siang hari, dan malam hari (paling banyak pemberian pakan). Setelah
sebulan penuh masa pembibitan, ikan akan di sortir memakai alat dengan
lubang masing-masing memiliki dua ukuran yaitu sedang dan paling besar
yang selanjutnya akan dibudidaya pada kolam ukuran 25 x 30 Meter
sebanyak lima kolam. Dari masa pembibitan inilah ikan lele akan dibagi
menjadi tiga ukuran yaitu kecil, sedang dan besar. Masing-masing ukuran
akan membedakan kolam budidaya selanjutnya.74
Pakan untuk ikan lele yang sudah berumur 30 hari adalah bangkai
ayam potong yang di lakukan pada pagi hari, sore hari dan malam hari
(pemberian pakan yang paling banyak). Sebelum dijadikan sebagai pakan
lele, bangkai ayam potong yang sudah mati ini akan direbus bersama
bulunya di sebuah panci besar selama 20 Menit, kemudian didiamkan
sebentar agar tidak panas lalu akan langsung di lemparkan ke kolam
sebagai pakan. Tidak sampai satu jam bangkai ayam potong tersebut akan
habis hanya menyisakan bulu dan tulang. Umumnya bangkai ayam potong
yang digunakan sebagai pakan adalah berukuran 3 ons sampai 2 kilogram
74 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
yang didapatkan dari 10 peternakan yang ada di beberapa desa yaitu Metro
Kibang, Bandarejo, dan Sukadamai. Masing-masing perternakan di miliki
oleh beberapa pemilik yang sama.75
Pemilihan bangkai ayam potong ini dianggap cara yang tepat untuk
mengurangi pengeluaran pakan pelet yang sangat mahal. Beliau
membutuhkan satu Kwintal pelet atau setara dengan Rp. 400.000
perharinya. Terdapat beberapa pakan alternatif lain yang bisa digunakan
sebagai pakan pengganti pelet, yaitu onggok dan dedek. Namun, pakan
alternatif ini lebih mahal dibangdingkan dengan pakan bangkai ayam
potong. Hal ini dikarenakan jika onggok atau dedek tidak didapatkan
secara geratis, namun jika bangkai ayam potong didapatkan secara geratis
dari beberapa peternakan.76
Terdapat budidaya ikan lele lain di Desa Sukadamai yaitu P2MKP
Citra Mitra Lestari dalam bentuk pemberdayaan masyarakat yang dibantu
oleh pemerintah. Budiaya ikan lele ini menggunakan alternatif lain sebagai
pakan yaitu tumbuh-tumbuhan. Selain membudidaya ikan lele, budidaya
ini juga membudidayakan cacing dan ulat sutra.
Menurut Kordi bahwa ikan lele termasuk ikan pemakan segala bahan
makanan (omnivor), baik bahan hewani maupun nabati. Pakan ikan lele
alami adalah adalah binatang-binatang renik, seperti kutu air. Sementara
itu, ikan lele juga memkan larva jentik nyamuk, serangga dan siput-siput
keci. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan misalnya dikolam ikan
75 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018 76 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
lele dapat memkaan pakan buatan seperti pellet dari udang, cacing maupun
ikan.77
Terlihat teori mengenai bagaimana sebaiknya pemberian pakan lele
adalah berupa pelet dari udang, cacing maupun ikan. Bangkai ayam
potong tidak dianjurkan digunakan sebagai pakan lele. Walaupun maksud
dari pemilik usaha ini adalah untuk meminimalisir pengeluaran untuk
pembelian pelet.
Menurut Ibu Siami, bahwasanya beliau mengaku mengetahui usaha
budidaya ikan lele yang dijalankan di sekitar rumahnya. Beliau juga
mengetahui bahwa pakan ikan lele yang dipergunakan adalah bangkai
ayam potong. Menurutnya tidak masalah jika pakan yang digunakan
adalah bangkai ayam potong selama aman untuk dikonsumsi. Beliau
mengakui bahwa ada perbedaan rasa dan bau pada ikan lele saat
dibersihkan. Saat membersihkan ikan lele timbul aroma yang tidak enak
dan sangat pekat. Meski begitu beliau masih mentolerir selama tidak
membahayakan jika dikonsumsi.78
Ibu Nuryati salah satu warga sekitar yang pernah mengkonsumsi ikan
lele tersebut, menyatakan bahwa terdapat perbedaan rasa yang dominan
terhadap ikan lele tersebut. Beliau menjelaskan terdapat bau apek dan
tidak sedap seperti ikan yang tidak segar bila dikonsumsi. Beliau juga
77 Tikah Hanani, Panduan Lengkap Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang, (Jawa
Barat, Air Publishing, 2016), h. 20 78 Wawancara kepada Ibu Siami pada tanggal 16 Juli 2018
meyakini bahwa rasa pada ikan tersebut ditimbulkan dari pakan bangkai
ayam potong.79
Ibu Wasikem dan Ibu Sri Anah mengaku bahwa beliau juga
mengetahui tentang pakan bangkai ayam potong. Beliau tidak menyetujui
bahwa bangkai ayam potong di jadikan sebagai pakan ikan lele, dengan
alasan bahwa itu adalah bangkai dan tidak seharusnya dipergunakan untuk
pakan ikan lele yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Beliau meragukan
akan keamanan mengkonsumsi ikan lele tersebut.
Ibu Sri Anah mengatakan bahwasanya beliau merasa terganggu
dengan dampak dari adanya usaha budidaya ikan lele dengan pakan
bangkai ayam potong ini. Terkadang beliau mengeluhkan bau busuk yang
timbul dari bangkai ayam potong yang ditumpuk dan juga saat angkutan
mobil berisi bangkai ayam potong muncul melewati rumahnya. Selain itu
bau pembakaran tulang dan bulu ikan juga sangat mengganggu karena bau
yang ditimbulkan sangatlah tajam meskipun bau yang ditimbulkan
tidaklah lama.80
Perilaku pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya harus sesuai
dengan perilaku etika bisnis Islam yang didalamnya terdapat kaidah-
kaidah Al-Quran dan hadist agar sukses dunia maupun akhirat, salah
satunya adalah mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada
sesuatu yang secara moral kotor, walaupun misalnya yang disebut terakhir
79 Wawancara kepada Ibu Nuryati pada tanggal 16 Juli 2018 80 Wawancara kepada Ibu Wasikem dan Ibu Sri Anah pada tanggal 16 Juli 2018
mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Mendahulukan pekerjaan
yang halal daripada yang haram.81
Pemilik usaha menggunakan bangkai ayam potong sebagai alternatif
untuk meminimalisir pengeluaran biaya pakan selama 45 hari, sedangkan
bangkai ayam potong yang dipakai untuk pakan merupakan ayam yang
mati karena virus atau terinjak-injak oleh ayam yang lain dan sudah
menjadi bangkai lebih dari 24 jam. Sedangkan di dalam perilaku etika
bisnis Islam pelaku usaha dituntut untuk mendahulukan sesuatu yang
bersih daripada yang kotor meskipun nantinya kentungan yang didapatkan
lebih besar.
Untuk proses panen antara kolam satu dengan yang lain adalah 10
hari. Kolam ikan yang bisa dipanen adalah kolam ikan yang sudah cukup
besar dan sudah berumur 75 hari atau yang memiliki ukuran yang sudah
dianggap layak jual. Proses pembuangan air kolam membutuhkan waktu
48 jam yang dilakukan oleh dua orang karyawan untuk membantu proses
panen ikan lele. Air kolam akan dibuang ke saluran irigasi yang berada di
samping kolam ikan.82
Menurut keterangan warga sekitar usaha budidaya ikan lele, air yang
dibuang ke saluran irigasi menimbulkan bau busuk pada air untuk
mengairi sawah. Dampak air kolam yang dibuang ke aliran irigasi warga
mengandung unsur pencemar yang akhirnya dapat mencemari air irigasi.
Apabila air irigasi terjadi pencemaran maka dapat menyebabkan turunnya
81 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 188 82 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
kualitas air. Meskipun tidak ada dampak secara langsung bagi
pertumbuhan padi, namun dampak bau yang ditimbulkan dikeluhkan oleh
warga. 83
Hal ini dibenarkan oleh keterangan karyawan pada proses panen
berlangsung saat pengeringan air kolam, muncul bau tidak sedap dari air
kolam. Hal ini ditimbulkan dari bau bangkai ayam yang dijadikan pakan
ikan lele.84
Setiap panen ada beberapa agen yang akan mengambil ikan-ikannya
yang selanjutnya akan didistribusikan masing-masing, seperti di rumah
makan, pasar, sampai pada pemancingan kolam ikan. Ikan lele ini memang
tidak dipasaran di desa Sukadamai, pemilik usaha beralasan jika agen di
desanya sudah penuh. Beliau mengungkapkan jika setiap kali panen ikan
lelenya pasti selalu habis terjual dalam satu hari. Dalam sekali panen,
beliau bisa mendapatkan satu Ton ikan lele atau sekurang-kurangnya 9
Kwintal dengan bibit sebanyak 40.000 sampai 50.000 ikan lele dengan
keuntungan sampai Rp.10.000.000.85
Peneliti dapat mengatakan bahwa terdapat beberapa dampak yang
ditimbulkan dari usaha budidaya ikan lele ini yaitu adanya bau busuk yang
ditimbulkan dari penumpukan bangkai ayam potong yang dibiarkan begitu
saja. Hal ini mengganggu udara sekitar usaha budidaya ikan lele serta pada
saat mobil angkutan bangkai ayam potong melintas di jalan. Selain itu,
limbah air kolam yang dibuang melalui irigasi untuk mengairi sawah
83 Wawancara kepada Ibu Wasikemdan Ibu Sri Anah pada tanggal 16 Juli 2018 84 Wawancara kepada karyawan pada tanggal 16 Juli 2018 85 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
warga juga mengeluhkan bau busuk pada air, meskipun tidak memiliki
dampak signifikan terhadap pertumbuhan padi.
D. Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Kegiatan Usaha
Budidaya Ikan Lele Desa Sukadamai Kecamatan Lampung Selatan
Setelah peneliti melakukan beberapa wawancara kepada pemilik
usaha, karyawan dan masyarakat Desa Sukadamai Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan, maka peneliti akan menganalisis hasil
wawancara tersebut, yaitu tentang kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa
Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Etika bisnis Islam telah memberikan ketentuan bahwa para pelaku
bisnis harus mengetahui prinsip-prinsip etika bisnis dalam berbisnis agar
bisnis yang dilakukan mendapatkan keberkahan dan keridhaan dari Allah
Swt. yaitu prinsip tauhid, prinsip kebebasan, prinsip kehendak bebas, dan
prinsip tanggung jawab.
1. Prinsip Tauhid
Konsep tauhid berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa
menetapkan batasan-batasan tertentu atas perilaku manusia sebagai
khalifah, untuk memberikan manfaat pada individu tanpa
mengorbankan hak-hak individu lainnya. Dengan konsep tauhid Allah
menunjukkan jalan terbaik dalam menjalankan kebebasan. Dengan
demikian, manusia bebas untuk memiliki, tetapi cara terbaik dalam
kepemilikan itu dengan memandangnya sebagai pemegang amanat atas
apa yang sebenarnya milik Tuhan. Karena itu segala aktivitas manusia
dalam hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia
(muamalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah.86
Dalam pemahaman hasil wawancara dilapangan mengenai teori
ketauhidan bahwasanya peneliti melakukan wawancara kepada pemilik
usaha budidaya ikan lele. Beliau mengatakan bahwa penggunaaan
bangkai ayam potong sebagai pakan ikan lele yang berumur 30 hari
merupakan langkah untuk mengurangi biaya pembelian pakan pelet
yang mahal. Langkah ini sangatlah efektif untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Hal ini dikarenakan bangkai ayam
potong yang didapatkan secara gratis dari beberapa peternakan,
sedangkan jika harus memberikan pakan dengan pelet beliau harus
membelinya dengan jumlah per harinya satu kwintal pelet. 87
Usaha budidaya ikan lele yang dijalankan oleh Bapak Poniman
tidaklah sesuai dengan prinsip tauhid. Seperti hadist Rasulullah yang
mengharamkan memanfaatkan hewan yang bercampur dengan najis,
yaitu:
Artinya: “Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW telah melarang
Jallalah (hewan yang makanan utamanya dari benda yang najis)
dari kalangan unta, yaitu (tidak boleh) menunggangnya atau
86 Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), h. 39 87 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
meminum susunya” (HSR Abu Dawud).88
Jahallah adalah segala jenis hewan yang tercampur dengan
berbagai bentuk najis. Lele dengan pakan bangkai ayam potong dapat
disebut sebagai hewan jahallah. Dan berdasarkan hadist di atas
Rasulullah mengharamkan hewan yang bercampur dengan najis
maupun memanfaatkannya.
Beberapa Ulama berbeda pendapat mengenai hewan jahallah, atau
hewan ternak yang bercampur dengan najis. Mazhab Syafi’i dan
Mazhab Hambali melarang untuk memakan daging atau
meminumnya, bahkan mengendarai hewan yang demikian halnya,
sebagaian dari mereka dengan tegas menyatakan bahwa larangan ini
bermakna haram, dan Mazhab Maliki memakruhkan hewan yang
bercampur dengan najis.89
Peneliti sependapat dengan Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali
yang melarang segala macam najis yang bercampur dengan hewan
ternak untuk dikonsumsi. Karena dalam penelitian budidaya ikan lele
ini sudah menyebabkan perubahan rasa dan bau pada ikan. Selain itu
pakan bangkai ayam potong yang diberikan merupakan pakan utama,
artinya bangkai ayam potong lebih banyak diberikan, daripada pakan
pelet yang hanya diberikan pada saat masa pembibitan saja.
88 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan Ternak
yang Diberi Pakan dari Barang Najis 89 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan Ternak
yang Diberi Pakan dari Barang Najis
Terdapat solusi agar ikan lele tersebut dapat dikonsumsi dengan
aman, yaitu dengan mengkarantinanya selama tiga hari, atau sampai
bau najis pada ikan sudah hilang. Hal ini berasal dari riwayat Ibnu
Abi Syaibah dari Ibnu ‘Umar “Ibnu ‘Umar mengkarantina (memberi
makan yang bersih-bersih) pada ayam jalalah selama tiga hari.” 90
Pemilik usaha menggunakan ayam potong tanpa memperhatikan
unsur halal atau haram. Hal ini berarti pemilik usaha tidak
mementingkan hubungannya terhadap Allah, dan melupakan aturan-
aturan yang dilarang. Beliau hanya mementingkan bagaimana
usahanya dapat menghasilkan keuntungan yang besar dengan
pengeluaran biaya yang hanya sedikit. Beliau juga menjual lele nya
tanpa mengkarantinanya terlebih dahulu agar lele tersebut aman
dikonsmsi.
2. Prinsip Keseimbangan
Prinsip Islam menyatakan bahwa keadilan menjamin tidak ada
satu pihak pun yang akan dirugikan oleh orang lain, serta tidak
seorang pun yang dapat memiliki harta melalui cara-cara yang tidak
diperbolehkan alam Islam, seperti tidak jujur, tidak adil, ilegal, dan
curang hanya pemeluk Islam yang diizinkan untuk mendapatkan
kekayaan melalui cara yang adil dan jujur.91
90 http://syameela.com/lele-yang-diberi-makan-bangkai-halalkah/ diunduh pada tanggal 3
Oktober 2018 91 Muhammad Sharif Chaundry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), h. 49
Usaha budidaya ikan lele dengan pakan bangai ayam potong
memiliki beberapa dampak terhadap lingkungan masyarakat sekitar.
Di mana dampak yang ditimbulkan dari usaha ini tidak memberikan
keseimbangan sebagaimana semestinya, yaitu keseimbangan terhadap
alam dan keseimbangan terhadap manusia.
Seperti menurut keterangan warga sekitar usaha budidaya ikan
lele, air yang dibuang ke saluran irigasi menimbulkan bau busuk pada
air untuk mengairi sawah. Dampak air kolam yang dibuang ke aliran
irigasi warga mengandung unsur pencemar yang akhirnya dapat
mencemari air irigasi. Apabila air irigasi terjadi pencemaran maka
dapat menyebabkan turunnya kualitas air. Meskipun tidak ada dampak
secara langsung bagi pertumbuhan padi, namun dampak bau yang
ditimbulkan dikeluhkan oleh warga. 92
Bau yang ditimbulkan dari penumpukan bangkai ayam potong
yang dibiarkan begitu saja meresahkan warga sekitar. Tumpukan
bangkai ayam potong ini digunakan sebagai stok pakan saat malam
atau pagi hari dan pada saat itulah bau busuk pada bangkai ayam akan
timbul dan merusak udara lingkungan sekitar. Selain bau dari bangkai
ayam potong, limbah kolam lele yang di buang di irigasi warga untuk
mengairi sawah juga ikut tercemar. Limbah air kolam yang berbau
busuk akan dibuang ke saluran irigasi untuk mengairi sawah warga.
Jadi, air yang tidak berbau berubah menjadi bau busuk yang
92 Wawancara kepada Ibu Wasikemdan Ibu Sri Anah pada tanggal 16 Juli 2018
menyengat. Meskipun air yang tercampur dengan limbah kolam lele
tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan padi, namun bau ini
mengganggu warga pada saat melakukan pengairan untuk sawahnya
dan mengganggu aktivitas warga ada saat di sawah. Terihat bahwa
usaha ini tidak memberikan keseimbangan terhadap alam di sekitarnya
yang telah merugikan masyarakat.
Pada usaha budidaya ikan lele dengan bangkai ayam potong
terlihat bahwa pemilik usaha tidak menerapkan prinsip keseimbangan,
yaitu keseimbangan terhadap alam dan keseimbangan terhadap
manusia, artinya aktivitas usaha ini dapat merugikan manusia di
sekitarnya dan dapat merusak lingkungan alam sekitarnya.
3. Prinsip Kehendak Bebas
Dalam pandangan Islam manusia terlahir memiliki kehendak
bebas, yaitu potensi untuk menentukan pilihan di antara pilihan-pilihan
yang beragam. Karena manusia tidak dibatasi, maka ia juga memiliki
kebebasan untuk mengambil pilihan yang salah. Karena manusia itu
bebas dia hanya memilih dua pilihan, yaitu benar atau salah.
Karenanya setiap kegiatan bisnis pengusaha tahu mana yang baik dan
yang buruk, tahu mengenai bidang kegiatannya, sehingga mampu
mengambil keputusan sendiri, dalam hal ini kebebasan adalah syarat
mutlak agar manusia dapat bertindak secara etis. 93
93 Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ilmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 42-43
Usaha budidaya ikan lele yang dijalankan oleh Bapak Poniman
dipilih berdasarkan keinginan sendiri, dimana manusia bebas
menentukan usaha yang akan dijalankannya sendiri selama masih
dalam aturan-aturan Islam dan tidak melanggar batasan-batasan yang
ditetapkan oleh ajaran agama Islam dan sesuai dengan syariat Islam.
Majelis Ulama Indonesia menfatwakan segala makanan dan
minuman yang bercampur dengan najis sebagai berikut:
4. Setiap makanan dan minuman yang jelas bercampur dengan
barang haram/ najis hukumnya adalah haram.
5. Setiap makanan dan minuman yang diragukan bercampur dengan
barang haram/ njis hendaknya ditinggalkan.
6. Adanya makanan dan minuman yang diragukan bercampur
dengan barang haram/ najis hendaklah Majelis Ulama
Indonesiakepada instansi bersangkutan memeriksa di
laboratorium untuk dapat ditemuan hukumnya. 94
Sedangkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomer 52 Tahun
2012 tentang Hukum Hewan Ternak yang Diberi Pakan dari Barang
Najis “Hewan ternak sebagaimana dalam poin 1 yang diberikan pakan
dari hasil rekayasa unsur produk haram dan tidak menimbulkan
dampak perubahan bau, rasa, serta tidak membahayakan bagi
konsumennya maka hukumnya halal. Namun apabila menimbulkan
dampak perubahan bau, rasa, serta membahayakan bagi konsumennya
94 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 1980 Tentang Hukum Makanan Dan
Minuman yang Bercampur Dengan Najis.
maka hukumnya haram.”95 Sebagai pembimbing umat Muslim Fatwa
MUI memberikan penjelasan bahwa pemberian barang najis pada
suatu hewan ternak tidak diperbolehkan apabila terdapat perbedaan
rasa, dan bau pada hewan ternak.
Bapak Poniman memilih usaha budidaya ikan lele ini memanglah
sesuai dengan keinginan sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak lain,
namun terlihat pada usaha budidaya ikan lele ini tidaklah sesuai degan
Fatwa MUI.
4. Prinsip Tanggung Jawab
Tanggung jawab yang dimiliki setiap muslim didasarkan pada
cakupan kebebasan yang luas. Karena kebebasan itu merupakan
kembaran dan tanggung jawab untuk memenuhi konsep keadilan dan
kesatuan, maka manusia harus bertanggung jawab terhadap segala
tindakannya. 96
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada pemilik
usaha menjelaskan bahwa beliau sudah mendapatkan izin dari kepala
desa. Namun usaha yang berada di lingkungan masyarakat ini
memberikan dampak terhadap masyarakat sekitar. Seperti banyak
masyarakat yang mengeluhkan bau busuk yang ditimbulkan dari
bangkai ayam potong yang ditumpuk begitu saja. Dalam hal ini tidak
95 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan Ternak
yang Diberi Pakan dari Barang Najis 96 Faisal Badroen, et.el, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), h. 100-101
ada salahnya dan akan lebih bagus jika pemilik usaha meminimalisir
keluhan dari masyarakat.
Dalam hal ini pemilik dituntut untuk lebih bertanggung jawab
terhadap apa yang dilakukan baik itu tanggung jawab terhadap
lingkungan alam maupun tanggung jawab terhadap sesama manusia.
Pada usaha budidaya ikan lele dengan bangkai ayam potong terlihat
bahwa pemilik usaha ini tidak menerapkan prinsip tangung jawab.
Berdasarkan uraian di atas aktivitas usaha budidaya ikan lele yang
dijalankan oleh Bapak Poniman belum menjalankan prinsip etika bisnis
Islam karena dalam pakteknya empat prinsip yang ada belum ada yang
sesuai dengan prinsip etika bisnis Islam.
Tidak hanya prinsip-prinsip etika bisnis Islam, konsep bisnis dalam
Islam juga merupakan aspek penting dalam menjalankan suatau usaha.
Konsep bisnis dalam Islam tidak hanya menyangkut duniawi saja, tetapi
juga menyangkut urusan akherat. Bisnis yang Islami terdapat aturan-aturan
yang dikendalikan oleh halal dan haram, baik cara memperoleh maupun
cara pemanfaatan harta.97
Seorang Muslim tidak akan berusaha dengan sesuatu yang haram,
tidak akan mengembangkan usahanya dengan cara haram. Seorang
Muslim akan beramal pada ruang lingkup yang jelas-jelas halal dan
menjauhkan diri dari areal yang jelas-jelas haram. Ia akan menjaga diri
seoptimal mungkin dari hal-hal yang syubhat, karena ingin membersihkan
97 M. Ismail Yusanto dan M. Karabet Widjakusuma, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta:
Gema Insani, 2002), h. 21
keberagamaannya dan kehormatannya, menjauhkan diri dari areal haram,
atau khawatir terperosok ke dalamnya. 98
Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia Jallalah adalah hewan ternak
pemakan barang najis atau pakan dari bahan yang najis, baik sedikit
maupun banyak. Beberapa pendapat ulama dalam qiyas tentang jallalah,
menurut pendapat Imam Al-Khatthabi baik unta, ayam dan binatang
lainnya yang menemakan kotoran sehingga menimbulkan bau busuk pada
dagingnya maka hukumnya makruh untuk dikonsumsi, namun ketika
binatang hanya memakan sedikit kotoran sehingga tidak menimbulkan bau
busuk pada daging maka binatang tersebut aman untuk dikonsumsi.99
Menurut pendapat Imam An-Nawawi ulama sepakat bahwa jika
binatang memakan kotoran atau najis sehingga menimbulkan bau busuk
pada daging maka hukumnya adalah makruh untuk dimakan.100
Menurut pendapat Imam Ibnu Rusyd bahwa terdapat perbedaan
terhadap hewan jallalah. Ada yang tidak membolehkan karena hadits nabi
yang melarang memerah susunya dan memakan hewan jallalah. Pendapat
lain yang tidak memperbolehkan karena bentuknya sama sama daging
98Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani
Press, 2001), h. 26 99 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan Ternak
yang Diberi Pakan dari Barang Najis 100 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan Ternak
yang Diberi Pakan dari Barang Najis
yang biasa dikonsumsi, sedangkan Imam Syafi’i mengharamkan Jallalah
sedangkan Imam Malik menghukumi makruh.101
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, banyak para ulama yang
menyatakan bahwa jallalah hukumnya haram atau tidak harus dikonsumsi.
Untuk menghalalkan hewan jahalah ini, menurut riwayat Ibnu Abi
Syaibah dari Ibnu ‘Umar “Ibnu ‘Umar mengkarantina (memberi makan
yang bersih-bersih) pada ayam jalalah selama tiga hari.”102 Mengkarantina
ikan lele selama tiga hari dimaksudkan agar najis pada lele tersebut hilang
sehingga aman untuk dikonsumsi dan diperjualbeikan. Cara ini belum bisa
diterapkan oleh pemilik usaha karena ketidakpahamannya terhadap bisnis
yang sesuai dengan konsep Islam.
Bangkai ayam potong yang digunakan sebagai pakan ikan lele pada
umumnya sakit oleh virus atau terinjak-injak oleh ayam lain. Menurut
beberapa wawancara kepada karyawan dan masyarakat, lele dari usaha ini
telah terjadi perubahan bau dan rasa meskipun tidak membahayakan bagi
para konsumen, hal ini dikatakan oleh Ibu Wasikem dan Ibu Sri Anah.
Berdasarkan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomer 52 Tahun 2012
tentang Hukum Hewan Ternak yang Diberi Pakan dari Barang Najis
“Hewan ternak sebagaimana dalam poin 1 yang diberikan pakan dari hasil
rekayasa unsur produk haram dan tidak menimbulkan dampak perubahan
bau, rasa, serta tidak membahayakan bagi konsumennya maka hukumnya
101 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan Ternak
yang Diberi Pakan dari Barang Najis 102 http://syameela.com/lele-yang-diberi-makan-bangkai-halalkah/ diunduh pada tanggal 3
Oktober 2018
halal. Namun apabila menimbulkan dampak perubahan bau, rasa, serta
membahayakan bagi konsumennya maka hukumnya haram.”103 Maka
terlihat pada budidaya ikan lele dengan pakai bangkai ayam potong yang
dijalankan oleh Bapak Poniman belum sesuai dengan Fatwa Majelis
Ulama Indonesia.
Sebaiknya usaha yang dilakukan oleh Bapak Poniman tidak
menggunakan bangkai ayam potong sebagai pakan ikan lele, meskipun
biaya yang digunakan cukup besar, atau bisa menggunakan pakan lain
yang tidak menggunakan sesuatu yang mengandung unsur haram.
103 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan Ternak
yang Diberi Pakan dari Barang Najis
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan teori dan penelitian di bab sebelumnya, maka
kesimpulan dalam penelitian ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat
Sukadamai mengenai cara berbisnis dengan baik dan benar. Dalam
penelitian tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya
ikan lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan yang dilakukan oleh pemilik usaha budidaya ikan lele ini belum
menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu prinsip tauhid,
keseimbangan, kehendak bebas, dan tanggung jawab. Hal ini di karenakan
kurangnya pemahaman pemilik usaha mengenai etika bisnis Islam,
mengenai adanya dampak negatif yang ditimbulkan yaitu berupa bau
kurang sedap dari bangkai ayam potong serta limbah air kolam yang di
buang ke aliran irigasi warga sehingga berdampak terhadap masyarakat
dan lingkungan sekitar.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti akan menyampaikan
saran-saran agar menjadi lebih baik untuk kedepannya yaitu:
1. Sebaiknya pemilik usaha meminimalisir bau busuk yang timbul pada
penumpukan bangkai ayam potong sehingga tidak mengganggu
masyarakat sekitar usaha budidaya ikan lele di Desa Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan serta tidak membuang
limbah air kolam ke saluran irigasi warga.
2. Pemilik usaha hendaknya memperhatikan yang diperbolehkan dan
tidak diperbolehkan di dalam Islam. Sistem karantina lele sebelum
diperjualbelikan bisa diterapkan oleh pemilik usaha, agar bau pada lele
dapat hilang. Untuk pakan ikan lele sebaiknya menggunakan bahan-
bahan yang baik seperti pelet. Serta Perlunya sosialisasi tehadap
masyarakat Sukadamai mengenai cara berbisnis dengan baik, seperti
berbudidaya ikan lele dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Fathoni. Metedologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
Adiwarman A. Karim. EkonomiMikroIslami. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Ali Hasan. ManajemenBisnisSyariah. Yogyakarta: PustakaPelajar. 2009.
Bambang Cahyono. Budidaya Ikan Bandeng: Teknik Budidaya di Tambak
Payaudan Tambak Sawah. Jakarta: Pustaka Mina. 2011.
Buchari Alma. et.el. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: Alvabeta. 2014.
Faisal Badroen. et.el. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2006.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 1980 Tentang Hukum Makanan Dan
Minuman yang Bercampur Dengan Najis.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan
Ternak yang Diberi Pakan dari Barang Najis
Imam Az-Zubaid. Ringkasan Shahih Bukhari. Jawa Tengah: InsanKamil. 2016.
Jusmaliani. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta: BumiAksara. 2008.
Lexy J. Moleong.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
RemajaRosdakarya. 2012.
M. Ismail Yusanto dan M. Karabet Widjakusuma. Menggagas Bisnis
Islam.Jakarta: GemaInsani. 2002.
Mudjiarto. et.el. Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006.
Muhammad. Paradigma, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syariah. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2008.
Mustaq Ahmad. Etika Bisnis Dalam Islam.Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2004.
Nurul Huda. et.el. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2008.
Rafik Issa Beekum. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004.
Richard Burton Simatupang. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta: PT Rineka
Cipta. 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2014.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010.
Suliyanto.Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: CV Andi Offset. 2010.
Syed Nawab Haider Naqvi. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2009.
Tikah Hanani. Panduan Lengkap Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang.
Jawa Barat: Air Publishing. 2016.
Yandianto. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi HV. Bandung: M2S Bandung,
2003.
Yusuf Qardhawi. Peran Nilaidan Moral dalam Perekonomian Islam.Jakarta:
Robbani Press. 1417 H.
Http://syameela.com/lele-yang-diberi-makan-bangkai-halalkah/