75
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai dari keadaan fisiknya saja, misalnya dilihat dari gedung, pembangunan atau ekspansi. Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan terletak dalam unsur keuangannya, karena dari unsur tersebut juga dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum, mengingat sudah begitu kompleksnya permasalahan yang dapat menyebabkan kebangkrutan dikarenakan banyaknya perusahaan yang akhirnya gulung tikar karena faktor keuangan yang tidak sehat. Dengan keadaan sekarang ini, dimana persaingan ketat dibidang perekonomian sudah mulai masuk ke negara

Skripsi Sri Apriyanti Putri Abidin Br

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai

dari keadaan fisiknya saja, misalnya dilihat dari gedung, pembangunan atau ekspansi.

Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan terletak dalam

unsur keuangannya, karena dari unsur tersebut juga dapat mengevaluasi apakah

kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum, mengingat sudah

begitu kompleksnya permasalahan yang dapat menyebabkan kebangkrutan

dikarenakan banyaknya perusahaan yang akhirnya gulung tikar karena faktor

keuangan yang tidak sehat.

Dengan keadaan sekarang ini, dimana persaingan ketat dibidang

perekonomian sudah mulai masuk ke negara Indonesia, maka jika seorang manajer

perusahaan tidak memperhatikan faktor kesehatan keuangan dalam perusahaannya,

mungkin saja akan terjadi kebangkrutan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.

Analisis keuangan pada dasarnya ingin melihat prospek dan risiko perusahaan.

Prospek bisa dilihat dari tingkat keuntungan (profitabilitas) dan risiko bisa dilihat dari

kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau mengalami

kebangkrutan. (Hanafi, 2005:21).

2

Untuk menghindari kebangkrutan tersebut maka seorang manajer perusahaan

sangat penting untuk selalu berusaha agar perusahaannya dapat terus berjalan atau

dengan kata lain manajer tersebut dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaannya

yang ditempuh dengan cara selalu memperhatikan dan mengadakan evaluasi terhadap

perkembangan perusahaannya dari waktu ke waktu. Seorang manajer harus dapat

memahami kondisi keuangan perusahaannya, karena pada dasarnya kondisi keuangan

tersebut akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaannya secara keseluruhan.

Salah satu alat yang dipakai untuk mengetahui kondisi keuangan, dalam hal ini

tingkat kesehatan suatu perusahaan adalah berwujud laporan keuangan yang disusun

pada setiap akhir periode yang berisi pertanggungjawaban dalam bidang keuangan

atas berjalannya suatu usaha. Laporan finansial merupakan hasil dari proses akuntansi

yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data finansial atau aktivitas

suatu perusahaan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan data atau

aktivitas tersebut. (Munawir, 2007 : 2).

Data finansial yang dimaksud adalah data yang tercermin dalam suatu laporan

finansial, yang memberikan gambaran tentang keuangan suatu perusahaan, yang

terdiri dari Neraca, Laporan Rugi Laba serta laporan-laporan keuangan lainnya.

Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan

diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan

rugi labanya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha

perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2007 : 1).

3

Untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat digunakan alat

analisis yang disebut analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio

keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-

aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka

yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi-laba saja, atau pada neraca dan

laporan rugi-laba. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang

dianggap mencerminkan aspek tertentu (Husnan, 2004 : 69).

Rasio keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relative

maupun absolute yang menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan

angka yang lainnya dalam laporan keuangan (Alwi, 1994:107). Analisis laporan

keuangan akan memberikan hasil yang terbaik jika digunakan dalam suatu kombinasi

untuk menunjukan suatu perubahan kondisi keuangan atau kinerja operasional selama

periode tertentu, lebih lanjut dapat memberikan gambaran suatu trend dan pola

perubahan, yang pada akhirnya bisa memberikan indikasi adanya risiko dan peluang

bisnis (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:557).

Analisis rasio dapat memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud adalah PT Ultrajaya Milk

Industry, Tbk guna menentukan rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas

yang digunakan oleh perusahaan tersebut sebagai dasar dalam penilaian kinerja.

Mabruroh (2004) melakukan penelitian tentang manfaat dan pengaruh rasio

keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public yang

tercatat di BEJ pada tahun 2000. Alat analisis yang digunakan yaitu rasio likuiditas,

rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, hasilnya menyimpulkan bahwa

4

rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial

dan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan perbankan.

Indah Kurniawati (2001) meneliti tentang perbandingan rasio-rasio keuangan

pada perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan,

menyimpulkan bahwa perusahaan besar di Malaysia memiliki tingkat likuiditas yang

lebih rendah dari perusahaan kecil, lebih profitabel dari perusahaan kecil, dan tingkat

solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura menunjukkan perusahaan

besar memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat

solvabilitasnya kurang bagus dari perusahaan kecil. Di Taiwan menunjukkan bahwa

perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari

pada perusahaan kecil.

Dalam hubungan dengan uraian tersebut diatas, akan dapat disajikan data

profil keuangan perusahaan (total aktiva, laba bersih dan penjualan) untuk 5 tahun

terakhir yang dapat disajikan pada tabel 1.1 yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1

Total Aktiva, Laba Bersih dan Penjualan

PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk

Tahun 2006 – 2010

TahunTotal Aktiva

(Rp)Penjualan

(Rp)Laba Bersih Setelah

Pajak (Rp)2006 1.249.080.371.258 835.229.966.049 14.731.717.2162007 1.362.829.538.011 1.126.799.918.436 30.316.644.5762008 1.718.997.392.078 1.362.606.580.492 303.711.501.2042009 1.732.701.994.634 1.613.927.991.404 61.152.852.1902010 2.006.595.762.260 1.404.945.733.980 95.713.080.440

Sumber : PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk

5

Dari tabel diatas dapat dilihat dari tahun 2006 sampai 2010 total aktiva

mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 total aktiva sebesar Rp.1.249.080.370.258,

tahun 2007 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.362.829.538.011, tahun 2008 total

aktiva meningkat sebesar Rp.1.718.997.392.078, tahun 2009 total aktiva meningkat

sebesar Rp.1.732.701.994.634 dam tahun 2010 total aktiva meningkat sebesar

2.006.595.762.260.

Untuk penjualan dapat dilihat pada tahun 2006 sampai dengan 2010

cenderung meningkat. Pada tahun 2006 penjualan sebesar Rp.835.229.966.049, tahun

2007 penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp.1.126.799.918.436, tahun 2008

penjualan meningkat sebesar Rp.1.362.606.580.492, tahun 2009 penjualan meningkat

sebesar 1.613.927.991.404, dan tahun 2010 penjualan mengalami penurunan sebesar

Rp.1.404.945.733.980.

Sedangkan untuk laba bersih setelah pajak dilihat pada tahun 2006 sampai

2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 laba bersih setelah pajak sebesar

Rp.14.731.717.216 dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar

Rp.30.316.644.576, tahun 2008 laba bersih setelah pajak meningkat sebesar

Rp.303.711.501.204, tahun 2009 laba bersih setelah pajak meningkat sebesar

Rp.61.152.812.190, dan pada tahun 2010 laba bersih setelah pajak mengalami

peningkatan sebesar Rp.95.713.080.440.

Dengan memperhatikan penelitian Mabruroh (2004) dan Indah Kurniawati

(2001), penulis tertarik melakukan penelitian tentang kinerja keuangan perusahaan

dan untuk melakukan suatu penelitian dengan mengambil judul “Analisis Kinerja

Keuangan Perusahaan Pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk”.

6

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah

pengukuran kinerja keuangan pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk dapat

menggambarkan kesehatan organisasi perusahaan PT. Ultrajaya Milk Industry,

Tbk?.”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja

keuangan PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk ditinjau dari likuiditas, aktivitas, leverage,

dan profitabilitas.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah referensi dibidang karya

ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.

b. Penelitian ini mungkin merupakan latihan dan pembelajaran dalam menerapkan

teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan, pengalaman dan

dokumentasi ilmiah.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan data dan informasi serta gambaran mengenai analisis kinerja

keuangan perusahaan ditinjau dari likuiditas, aktivitas, leverage, dan

profitabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk tahun 2006 – 2010.

7

b. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Menguraikan teori-teori yang mendasari pembahasan secara detail dan

dipergunakan sebagai dasar untuk menganalisis data-data yang

diperoleh dari perusahaan yaitu tentang pengertian laporan keuangan,

arti penting laporan keuangan, tingkat kesehatan perusahaan,

pengertian kinerja keuangan, analisis rasio keuangan, jenis-jenis rasio

keuangan, pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan,

tinjauan penelitian sebelumnya, dan kerangka pikir.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan disajikan tentang berbagai metode penelitian

meliputi jenis penelitian, obyek penelitian, data dan sumber data,

metode pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini akan disajikan sejarah berdiri perusahaan dan bidang

usaha perusahaan.

8

BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan analisis rasio keuangan, rasio likuiditas, rasio

aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas.

BAB VI : PENUTUP

Dalam bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian dan

saran-saran sebagai pertimbangan bagi manajemen perusahaan.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan

2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat

pesat terutama didukung oleh perkembangan teknologi informasi. Produk-produk

keuangan bermunculan sebagai respon volatilitas harga dan nilai tukar yang sangat

tinggi. Tingginya volatilitas tersebut mengakibatkan risiko yang dihadapi oleh

perusahaan juga semakin besar. Sementara itu perkembangan teknologi informasi

telah membawa perubahan yang sangat fundamental dibidang manajemen keuangan.

Menurut Sutrisno (2008:3) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai

semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan

dana dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan

dana tersebut secara efisiensi.

Selanjutnya pengertian manajemen keuangan sebagaimana dikemukakan oleh

Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 3) bahwa manajemen keuangan menyangkut kegiatan

perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Astuti (2004 : 9)

mengemukakan pengertian manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan

nilai perusahaan dan kekayaan pemegang sahamnya, dengan mengakui bahwa hasil

keputusan keuangan perseroan tergantung pada reaksi investor terhadap keputusan

tersebut.

10

2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus

dilakukan oleh suatu perusahaan, utamanya seorang manajer atau direktur keuangan.

Keputusan keuangan ini diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk

memperoleh laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai

perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga

kemakmuran pada pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah.

Menurut Martono dan Harjito (2008:3) ada tiga fungsi utama dalam

manajemen keuangan yaitu :

1. Keputusan Investasi (Investment Decision)

Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan

dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang

paling penting di antara ketiga bidang keputusan tersebut di atas. Hal ini karena

keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya

rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan

datang.

2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)

Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur neraca yang berada di

sisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dan

yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal.

Pertama keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk

membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai

11

investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan

modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang

terbaik atau seriang disebut struktur modal yang optimum.

3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision)

Kita sering mendengar suatu ungkapan yang berbunyi “lebih mudah membangun

dari pada memelihara”. Ungkapan ini hampir berlaku bagi semua orang yang

memiliki suatu aset (aktiva). Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang

tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien.

2.2 Pengertian Laporan Keuangan

Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan

keuangan. Oleh karena itu diperlukan pembahasan singkat mengenai laporan

keuangan. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi

keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan

pertimbangan di dalam mengambil keputusan.

Berikut ini beberapa pendapat mengenai definisi laporan keuangan

sebagaimana dikemukakan oleh Munawir (2007:2) pengertian laporan keuangan

adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-

pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Menurut Sutrisno (2008:9) mengemukakan bahwa : “Laporan keuangan

merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni

Neraca dan laporan Laba Rugi “.

12

Kasmir (2008:7) berpendapat bahwa : "Laporan keuangan adalah laporan

yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu

periode tertentu."

Ditinjau dari segi intern perusahaan, laporan keuangan dapat digunakan untuk

berbagai tujuan. Data laporan keuangan terutama akan memberikan informasi bagi

manajemen sebagai bahan analisa dan bahan interprestasi untuk mengadakan evaluasi

terhadap aktivitas perusahaan. Laporan keuangan akan menunjukkan sampai seberapa

jauh efisiensi pelaksanaan kegiatan serta perkembangan perusahaan yang telah

dicapai oleh manajemen.

Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan

posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan

perusahan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari

hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang

dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan

beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan

perusahaan pada suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

13

dilaksanakan secara konsisten serta dibuat dan disajikan dalam bentuk neraca dan

laporan laba rugi.

Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan

kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu mengetahui bagaimana

perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai

selama jangka waktu yang diamati. Pada umumnya laporan keuangan itu sendiri dari

neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan modal, dimana neraca

menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal

tertentu, sedangkan pada laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh

perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu.

Dari beberapa pendapat ahli ekonomi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang menjelaskan atau

melaporkan kegiatan perusahaan sekaligus untuk mengevaluasi keberhasilan strategi

perusahaan dalam pencapaian tujuan yang ingin dicapai.

2.3 Pengertian Kinerja Keuangan

Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penelitian itu

sendiri. Bagi manajemen, melihat kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian

tertentu bagi pencapaian tujuan secara keseluruhan. Sedangkan bagi pihak luar

manajemen kinerja merupakan alat untuk mengukur suatu prestasi yang dicapai oleh

organisasi dalam suatu periode tertentu yang merupakan pencerminan tingkat hasil

pelaksanaan aktivitas kegiatannya, namun demikian penilaian kinerja suatu organisasi

14

baik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan diperlukan sebagai dasar

penetapan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.

Kinerja keuangan mengindikasikan apakah strategi perusahaan, implementasi

strategi, dan segala inisiatif perusahaan memperbaiki laba perusahaan. Dengan

menelusuri serangkaian aktivitas penciptaan nilai tambah melalui serangkaian indi-

kator sebab akibat yang penting bagi organisasi, dari aktivita riil sampai aktivitas

keuangan, dari aktivitas operasional sampai aktivitas strategis, dari aktivitas jangka

pendek sampai aktivitas jangka panjang, dari aktivitas lokal sampai aktivitas global,

atau dari aktivitas bisnis sampai aktivitas korporasi. Para pengambil keputusan akan

mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kinerja beragam aktivitas

perusahaan, namun tetap dalam satu rangkaian strategi yang saling terkait satu sama

lain.

Pengertian kinerja keuangan menurut Muchlis (2000:44) bahwa :

Kinerja keuangan adalah prestasi keuangan yang tergambar dalam laporan keuangan perusahaan yaitu neraca rugi-laba dan kinerja keuangan menggambarkan usaha perusahaan (operation income). Profitability suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang

dapat dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam suatu periode tertentu yang

mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Disisi lain kinerja keuangan

menggambarkan kekuatan struktur keuangan suatu perusahaan dan sejauh mana asset

yang tersedia, perusahaan sanggup meraih keuntungan. Hal ini berkaitan erat dengan

15

kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilki perusahaan

secara efektif dan efisien.

Martono dan Harjito (2008:52) berpendapat bahwa kinerja keuangan suatu

perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor,

kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen

sendiri.

Harmono (2009:23) mengemukakan bahwa : ” Kinerja keuangan umumnya

diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain

seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings

per share) ”.

Wahyudin (2008:48) bahwa : “Kinerja keuangan merupakan sesuatu yang

dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar

yang ditetapkan.”

Guna mengetahui tingkat kinerja suatu perusahaan dilakukan serangkaian

tindakan evaluasi yang pada intinya adalah penilaian atas hasil usaha yang dilakukan

selama periode waktu tertentu. Hasil usaha tersebut dapat berupa barang atau jasa

yang dapat menjadi atribut dari keberhasilan kerja organisasi.

Merujuk pada konsep tersebut, maka penilaian kinerja mengandung tugas-

tugas untuk mengukur berbagai aktivitas tingkat organisasi sehingga menghasilkan

informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan organisasi. Perbaikan organisasi

mengandung makna perbaikan manajemen organisasi yang meliputi : (a) perbaikan

perencanaan, (b) perbaikan proses, dan (c) perbaikan evaluasi. Hasil evaluasi

16

selanjutnya merupakan informasi untuk perbaikan ”perencanaan proses evaluasi”

selanjutnya. Proses ”perencanaan proses evaluasi” harus dilakukan secara terus-

menerus (continuous process improvement) agar faktor strategik (keunggulan

bersaing) dapat tercapai.

Berdasarkan definisi diatas, maka kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang

dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar

yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur

dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang

disepakati.

2.4 Penilaian Kinerja Keuangan

Penilaian kinerja keuangan dibagi kedalam dua tahapan proses, yaitu (a) tahap

dasar variabel kunci ditentukan oleh tujuan organisasi, dan (b) tahap melekatkan

penilaian pada setiap variabel kunci. Tahap variabel kunci ditentukan oleh tujuan

yang mempertimbagkan karakteristik variabel, penilaian dengan level-level

organisasi dan keterkaitan variabel, penilaian dengan level-level organisasi dan

berkaitan variabel-variabel pada level serupa. Sedangkan melekatkan penilaian pada

setiap variabel kunci ditentukan oleh karakteristik penilaian kinerja.

Penilaian tingkat kinerja BUMN kesehatan BUMN, sampai saat ini dilakukan

dengan mengacu pada KEPMEN No. Kep-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002

tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN. Tujuannya adalah untuk mengadakan

penilaian terhadap BUMN dengan suatu jangka waktu.

17

Gitosudarmo dan Basri (2002 : 275) berpendapat bahwa penilaian kinerja

keuangan adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan

dalam laporan keuangan yang terdiri dari laba rugi dan neraca.

Definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang

terdiri dari neraca dan laporan rugi laba, menunjukkan bahwa laporan rugi laba

menggambarkan suatu aktivitas dalam satu tahun sedangkan untuk neraca

menggambarkan keadaan pada saat akhir tahun tersebut atas perubahan kejadian dari

tahun sebelumnya.

Penilaian kinerja keuangan pada suatu perusahaan sangatlah penting, karena

di sana dapat dilihat sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Menurut Keputusan

Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara Nomor :

Kep-100/MBU/2002, tentang penilaian tingkat kerja Badan Usaha Milik Negara,

sebagaimana terdapat pada Bab II pada pasal 5 Raharjo (2001:222) yaitu :

1. Penilaian kinerja keuangan mencakup penilaian indikator kinerja keuangan

sebagai berikut :

a. debt equity ratio

b. cash ratio

c. net working capital to total assets

d. inventory turn over

e. collction period

f. sales to total

g. return on equity

18

h. return on assets

i. net profit margin

2. Hasil penilaian kinerja diklasifikasikan sebagai berikut :

a. sangat sehat bila jumlah nilai yang dicapai lebih dari 41,2

b. sehat bila jumlah nilai yang dicapai dari 26,0 s/d 41,2

c. kurang sehat bila jumlah nilai yang dicapai lebih dari 12,4 s/d 26,0

d. tidak sehat bila jumlah nilai yang dicapai 12,4 ke bawah.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-100/MBU/2002,

tentang Metode Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara, sebagai

berikut :

1. Aspek Keuangan

a. Return On Equity (ROE), dengan rumus :

Laba setelah Pajak ROE = x 100 % Modal sendiri

b. Return On Investment (ROI), dengan rumus :

EBIT + Penyusutan ROI = x 100 % Capital Employed

c. Rasio Kas ( Cash Ratio), dengan rumus :

Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek Cash Rasio = x 100 % Current Liabilitas

19

d. Rasio Lancar (Current Ratio), dengan rumus :

Current Asset Current Ratio = x 100 % Current Liabilitas

e. Perputaran Total Asset Turn Over (TATO)

Total Pendapatan TATO = x 100 % Capital Imployed

f. Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset

Total Modal Sendiri TMS terhadap TA = x 100% Total Asset

2.5 Tingkat Kesehatan Perusahaan

Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah suatu

keuangan dalam suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak. Hal ini dapat

dilakukan dengan membandingkan antara dua elemen yang ada atau disebut dengan

rasio. Dengan rasio itu kita dapat mengetahui tingkat likuiditas, aktivitas, leverage,

dan profitabilitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Peningkatan kinerja

harus selalu dikaitkan dengan penerapan prinsip efisiensi. Artinya, dalam upaya

menampilkan kinerja yang memuaskan suatu sistem bekerja sedemikian rupa

sehingga hasilnya menggunakan sebagai sarana, daya dan dana yang dialokasikan

untuk menyelenggarakannya .

20

Penilaian tingkat kinerja keuangan berdasarkan pada Keputusan Menteri

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 juni

2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Tingkat kinerja keuangan perusahaan digolongkan ke dalam 3 (tiga) kategori, sesuai

dengan BAB II pasal 3, yaitu :

1. Kategori sehat, yang terdiri dari :

a. AAA apabila total skor (TS) lebih besar dari 95

b. AA apabila 80 < TS < = 95

c. A apabila 65 < TS < = 80

2. Kategori kurang sehat, yang terdiri dari :

a. BBB apabila 50 < TS < = 65

b. BB apabila 40 < TS < = 50

c. B apabila 30 < TS < = 40

3. Kategori tidak sehat, yang terdiri dari :

a. CCC apabila 20 < TS < = 30

b. CC apabila 10 < TS < = 20

c. C apabila = 10

2.6 Pengertian Rasio dan Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan

keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi

keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan yang

21

diperbandingkan termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam

jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa beberapa

rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan menginterpretasikan

posisi keuangan suatu perusahaan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical

relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan

mengunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi

gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi

keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan

dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.

Menurut Harahap (2007:297) mengemukakan bahwa : ”Rasio keuangan

adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan

dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan

(berarti).”

Dari hasil definisi di atas, maka bila rasio diterjemahkan secara tepat, rasio

juga dapat, menunjukkan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan

yang lebih mendalam. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus

menjadi dasar perbandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang

tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri.

Namun demikian, fungsi rasio seringkali disalah artikan dan akibatnya manfaatnya

terlalu dibesar-besarkan.

22

Abdullah (2004:37) bahwa : ”Analisis rasio keuangan merupakan teknik

analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca

maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.”

Rasio keuangan dapat disajikan dalam dua cara. Yang pertama untuk

membuat perbandingan keadaan pada saat yang berbeda. Dan kedua untuk membuat

perbandingan keadaan keuangan dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan

alat analisis yang berguna apabila dibandingkan dengan rasio standar. Terdapat dua

macam rasio standar yang lazim digunakan. Yang pertama adalah rasio yang sama

dari laporan keuangan tahun-tahun yang lampau. Yang kedua adalah rasio dari

perusahaan lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan yang

dianalisis. Rasio standar kedua ini lazim disebut rata-rata rasio industri.

Menurut Muslich (2003:47) berpendapat bahwa rasio keuangan dapat

dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu :

”1. Rasio likuiditas

2. Rasio efisiensi

3. Rasio leverage

4. Rasio profitabilitas.”

Berdasarkan keempat rasio di atas, maka akan diuraikan satu persatu sebagai

berikut :

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera

dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta

23

tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh. Kas merupakan suatu

aktiva yang likuid. Aktiva lain mungkin relatif likuid atau tidak likuid tergantung

seberapa capat aktiva ini dapat dikonversikan ke kas adalah surat berharga.

Untuk menentukan tingkat likuiditas perusahaan dipergunakan rasio likuiditas,

yaitu : a) Rasio lancar, b) Rasio kas, c) Rasio likuiditas absolut. Rumus dari ketiga

rasio tersebut adalah :

Aktiva Lancara) Rasio Lancar =

Pasiva Lancar

Aktiva Likuid + Piutangb) Rasio Kas = Pasiva Lancar

Aktiva Likuidc) Rasio Aktiva likuid =

Pasiva Lancar

Masing-masing rasio likuiditas ini mencerminkan perspektif waktu yang berbeda

dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Current rasio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan asumsi bahwa semua aktiva

lancar dikonversikan ke dalam kas. Quick rasio digunakan untuk mengukur hal

yang sama dalam perspektif waktu yang lebih singkat. Sedangkan absolute

liquidity rasio mengukur kemampuan perusahaan dalam waktu yang paling

singkat karena hanya aktiva likuid saja yang diperhitungkan.

24

2. Rasio Efisiensi

Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan

mempergunakan aktivanya. Rasio ini semuanya mempergunakan perbandingan

antara tingkat penjualan dengan investasi dalam beberapa aktiva. Asumsi yang

diambil adalah terdapat hubungan antara penjualan dengan berbagai aktiva

tersebut.

Dalam perhitungan dan analisis efisiensi persediaan terdapat beberapa masalah

yang perlu diketahui. Pertama, penjualan dilakukan menurut harga pasar,

sedangkan investasi dalam persediaan dicatat menurut harga pokoknya. Kedua,

penjualan terjadi sepanjang periode (tahun dan sebagainya), sedangkan persediaan

rata-rata antara awal dan akhir periode dalam analisis efisiensi persediaan akan

lebih baik.

Rasio efisiensi yang digunakan, umumnya meliputi :

Penjualana) Ratio penjualan terhadap aktiva =

Aktiva Likuid

Penjualanb) Ratio penjualan terhadap piutang =

Piutang

Penjualanc) Ratio penjualan terhadap persediaan = Persediaan Barang

Penjualand) Ratio penjualan terhadap aktiva lancar =

Aktiva Lancar

25

Penjualane) Ratio penjualan terhadap aktiva tetap =

Aktiva Tetap

Penjualanf) Ratio penjualan terhadap total aktiva =

Total Aktiva

3. Rasio Leverage

Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai

sebagian daripada aktiva perusahaan. Pembiayaan dengan utang mempunyai

pengaruh bagi perusahaan karena utang mempunyai beban yang bersifat tetap.

Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas utang dapat menyebabkan

kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Tetap

penggunaan utang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat

menguntungkan pemegang saham. Karenanya penggunaan utang harus

diseimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya.

Rasio leverage yang lazim digunakan adalah :

Utang Jangka Pendek + Utang Jangka Panjanga) Ratio utang terhadap modal =

Modal

Laba Bersih Operasionalb) Ratio laba bersih terhadap bunga =

Bunga

Total Aktivac) Ratio total aktiva tetap terhadap modal =

Modal

26

Aktiva Tetapd) Ratio aktiva tetap terhadap modal =

Modal

Aktiva Lancare) Ratio aktiva lancar terhadap modal =

Modal

Persediaan Barangf) Ratio persediaan terhadap modal =

Modal

Piutangg) Ratio piutang terhadap modal = Modal

Aktiva Likuidh) Ratio aktiva likuid terhadap modal = Modal

Dari kedelapan rasio diatas, dua rasio pertama mengukur kemampuan perusahaan

membayar bunga dan penggunaan utang. Sedangkan rasio selebihnya melihat

penggunaan leverage dari kewajiban yang tidak mempunyai beban bunga. Hal ini

dapat dilihat dari, misalnya perbedaan antara Total Assets dengan Net Worth yang

tinggi menunjukkan penggunaan leverage yang besar atau modal sendiri yang

kecil. Rasio Total Assets to Net Worth ini juga menunjukkan seberapa besar risiko

yang ditanggung oleh kreditur.

4. Rasio Profitabilitas

Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat

Return On Investment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta

27

oleh investor dalam pasar modal. Jika hasil yang diharapkan lebih besar dari pada

hasil yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan.

Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat

Return on Investment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta

oleh investor dalam pasar modal. Jika hasil yang diharapkan lebih besar dari pada

hasil yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan.

Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan

keuangan. Karenanya profitabilitas dalam konteks analisis rasio, mengukur

pendapatan menurut laporan rugi laba dengan nilai buku investasi. Rasio

profitabilitas ini, kemudian dapat dibandingkan rasio yang sama perusahaan pada

tahun lalu atau rasio rata-rata industri. Rasio profitablitas yang lazim digunakan

meliputi :

Laba Bersiha) Rasio margin laba =

Penjualan

Laba Bersihb) Ratio laba atas total harta =

Total Aktiva

Laba Bersihc) Rasio laba atas ekuitas =

Modal

2.7 Penelitian Terdahulu

Mabruroh (2004) melakukan penelitian tentang manfaat dan pengaruh rasio

keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public yang

28

tercatat di BEJ pada tahun 2000. Alat analisis yang digunakan yaitu rasio likuiditas,

rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, hasilnya menyimpulkan bahwa

rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial

dan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan perbankan.

Indah Kurniawati (2001) meneliti tentang perbandingan rasio-rasio keuangan

pada perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan,

menyimpulkan bahwa perusahaan besar di Malaysia memiliki tingkat likuiditas yang

lebih rendah dari perusahaan kecil, lebih profitabel dari perusahaan kecil, dan tingkat

solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura menunjukkan perusahaan

besar memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat

solvabilitasnya kurang bagus dari perusahaan kecil. Di Taiwan menunjukkan bahwa

perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari

pada perusahaan kecil.

Ernawati (2003) meneliti tentang pengukuran kinerja perusahaan ditinjau dari

analisis rasio keuangan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan mengenai penilaian

kinerja perusahaan pada PT. Alis Jaya Ciptatama tahun 1998-2002 ditinjau dari

analisis rasio keuangan dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan kinerja

PT. Alis Jaya Citatama dinilai kurang baik. Hal ini disebabkan adanya rasio aktivitas

dan profitabilitas yang kurang maksimal meskipun rasio likuiditas dan leverage

dalam keadaan lebih baik.

Retno Tri Setyowati (2008) meneliti tentang analisis rasio keuangan untuk

menilai kinerja perusahaan consumer goods. Analisis yang digunakan yaitu rasio

29

likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa analisis rasio keuangan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kinerja

perusahaan selama tahun 2003-2005 menunjukkan tingkat kinerja perusahaan yang

sehat sekali. Ringkasan penelitian terdahulu sebagaimana yang diuraikan di atas dapat

di lihat pada Tabel berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No.

Nama(Tahun)

Judul

Variabel Penelitian/

Metode Analisis

Hasil Temuan

1. Mabruroh (2004)

Manfaat dan pengaruh rasio keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public.

Rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

Menunjukkan pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial dan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan perbankan.

2. Indah Kurniawati (2001)

Perbandingan rasio-rasio keuangan pada perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan.

Rasio likuiditas dan solvabilitas.

Perusahaan besar di Malaysia memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura menunjukkan perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat solvabilitasnya kurang bagus dari perusahaan kecil. Di Taiwan menunjukkan perusahaan besar memiliki

30

tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari pada perusahaan kecil.

3. Ernawati (2003)

Pengukuran kinerja perusahaan ditinjau dari analisis rasio keuangan.

Rasio aktivitas dan profitabilitas

Dinilai kurang baik disebabkan adanya rasio aktivitas dan profitabilitas yang kurang maksimal meskipun rasio likuiditas dan leverage dalam keadaan lebih baik.

4. Retno Tri Setyowati (2008)

Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan consumer goods.

Rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.

Analisis rasio keuangan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan selama tahun 2003 - 2005 menunjukkan tingkat kinerja perusahaan yang sehat sekali.

2.8 Kerangka Pikir

Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berfungsi untuk mencatat

semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan terdiri atas neraca dan laporan laba

rugi. Laporan keuangan yang telah ada akan dianalisis untuk mengetahui kinerja

keuangan suatu perusahaan. Analisis yang dilakukan dapat berupa analisis rasio

keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri atas beberapa rasio, misalnya perputaran

aktiva dan rasio profitabilitas seperti yang telah dibahas sebelumnya oleh penulis.

Hasil dari rasio ini akan memperlihatkan kinerja perusahaan apakah perusahaan

mampu menghasilkan laba yang maksimal tiap tahun, dan apakah aktiva yang

dimiliki perusahaan mampu memberikan kontribusi maksimal untuk menghasilkan

tingkat pendapatan yang direncanakan. Selanjutnya perusahaan akan mengambil

31

langkah-langkah yang sesuai untuk keperluan perusahaan nantinya untuk

kelangsungan perusahaan.

Adapun kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai

berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.9 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang

diajukan adalah diduga bahwa pengukuran kinerja PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk

Rasio

Likuiditas

Rasio

Aktivitas

Rasio

Leverage

Kinerja Keuangan

Perusahaan

Rasio

Profitabilitas

PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk

Rasio Keuangan

32

telah menghasilkan kinerja yang sehat berdasarkan kinerja likuiditas, aktivitas,

leverage, dan profitabilitas.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Daearah dan Waktu Penelitian

Dalam melakukan penelitian sesuai dengan kebutuhan, maka peneliti memilih

tempat penelitian pada PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk. Sedangkan waktu yang

digunakan selama melakukan penelitian hingga rampungnya penyusunan skripsi ini

diperkirakan kurang lebih tiga bulan lamanya mulai dari bulan Pebruari sampai

dengan bulan April Tahun 2012.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan cara

penelitian kepustakaan (library research), yaitu metode atau teknik penelitian yang

dimaksudkan untuk menelaah buku-buku/literature dan tulisan-tulisan ilmiah yang

mempunyai hubungan dengan pembahasan skripsi ini. Dan dalam memperoleh data

perusahaan penulis mendatangi PIPM (Pusat Informasi Pasar Modal) yang terletak di

Jl. A. P. Pettarani.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Untuk menunjang kelengkapan pembahasan, maka jenis data yang digunakan

dalam penulisan ini adalah data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka

33

yang dapat dihitung, yang diperoleh dari buku laporan perkembangan penjualan

perusahaan yang akan diteliti yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas

dalam penyusunan skripsi ini.

Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan dengan

wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang akan diteliti.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen perusahaan dan informasi

tertulis mengenai keadaan perusahaan yang berkaitan dengan pembahasan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara :

1. Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti dengan

mencatat keterangan atau hal-hal yang berguna bagi penyusunan data untuk

dianalisis.

2. Dokumentasi, yaitu dengan membuat salinan atau mengadakan arsip-arsip dan

catatan-catatan perusahaan yang ada mengenai neraca, laporan rugi laba, jumlah

produksi, jumlah karyawan, pelayanan yang diberikan, gambaran umum

perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.

3.5 Metode Analisis Data

Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan

metode deskriptif dengan menggunakan analisis rasio keuangan sebagai berikut :

34

1. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Adapun rumus

yang digunakan adalah :

a. Net Working Capital

Net Working Capital yaitu untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di

atas utang lancar.

Net Working capital = Aktiva lancar – Utang lancar

b. Current Ratio

Current Ratio yaitu untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam

membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia.

Current Ratio ¿Aktiva lancarUtang lancar

c. Acid Test Ratio (Quick Ratio)

Acid Test Ratio (Quick Ratio) yaitu untuk menghitung kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban-kewajiban atau utang lancar dengan aktiva yang

lebih likuid.

Acid Test Ratio (Quick Ratio)¿Aktiva lancar−Persediaan

Utang lancar

2. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana

efesiensi perusahaan sehubung dengan pengelolaan asset perusahaan untuk

memperoleh penjualan. Adapun rumus yang digunakan adalah :

35

a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Perputaran Piutang (Receivable Turnover) yaitu menunjukkan seberapa cepat

penagihan piutang. Semakin besar angka yang dihasilkan maka akan semakin

baik pengelolaan piutang, dalam hal ini penagihan piutang dilakukan dengan

cepat.

Receivable Turnover ¿Penjualan

Piutang rata−rata

b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) yaitu menunjukkan seberapa cepat

perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini

semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat.

Inventory Turnover ¿HargaPokok PenjualanRata−rata Persediaan

= ... kali

c. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)

Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover) yaitu mengukur perputaran dari

semua asset yang dimiliki perusahaan dan menunjukkan efektivitas penggunaan

seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau

menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh

setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan.

Total Asset Turnover ¿Penjualan Bersih

Total Aktiva = ... kali

3. Rasio Laverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun

36

jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Adapun rumus yang

digunakan adalah :

a. Ratio total utang (Debt Ratio)

Ratio Total Utang (Debt Ratio) yaitu pengukuran jumlah aktiva perusahaan

yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur.

Debt Ratio ¿TotalUtangTotal Aktiva

b. Ratio utang jangka panjang dengan modal sendiri (The Debt-Equity Ratio)

Ratio utang jangka panjang dengan modal sendiri (The Debt-Equity Ratio) yaitu

menghitung perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

The Debt-Equity Ratio ¿Utang Jangka Panjang

Modal Sendiri

c. Ratio utang jangka panjang dengan modal jangka panjang (The Debt To Total

Capitalization)

Ratio utang jangka panjang dengan modal jangka panjang (The Debt To Total

Capitalization) yaitu untuk mengukur berapa bagian utang jangka panjang yang

terdapat di dalam modal jangka panjang perusahaan.

¿ Utang jangka panjangUtang jangka panjang+modal

4. Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik hubungan dengan penjualan

asset maupun laba rugi modal sendiri. Adapun rumus yang digunakan :

a. Gross Profit Margin

37

Gross Profit Margin yaitu mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan

volume penjualan.

Gross Profit Margin ¿Laba kotorPenjualan

x 100%

b. Net Profit Margin

Net Profit Margin yaitu mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan

dengan volume penjualan.

Net Profit Margin ¿Lababersih sesudah pajak

Penjualan x 100%

c. Return On Investment (ROI)

Return On Investment (ROI) yaitu mengukur tingkat penghasilan bersih yang

diperoleh dari total aktiva perusahaan.

ROI ¿Lababersih sesudah pajak

Total aktiva x 100%

3.6 Definisi Operasional Variabel

Secara garis besar definisi operasional variabel digambarkan pada kolom

berikut ini :

38

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator SkalaRasio Likuiditas

a. Net Working Capital

b. Current Ratio

c. Acid Test Ratio (Quick Ratio)

Untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar.Menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia.Menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban atau utang lancar dengan aktiva yang lebih likuid.

= Aktiva lancar – Utang lancar

¿ Aktiva lancarUtang lancar

¿ Aktiva lancar−PersediaanUtang lancar

Rasio

Rasio

Rasio

Rasio Aktivitasa. Perputaran

Piutang (Receivable Turnover)

b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

c. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)

Menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang.

Menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal.Mengukur perputaran dari semua asset yang dimiliki perusahaan.

¿ PenjualanPiutang rata−rata

¿ Harga pokok penjualanRata−rata persediaan

=…kali

¿ Penjualan bersihTotal aktiva

=… kali

Rasio

Rasio

Rasio

Rasio Leveragea. Ratio Total Utang

(Debt Ratio)

b. The Debt-Equity Ratio

Pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur.Menghitung perbandingan antara

¿ TotalutangTotalaktiva

Rasio

Rasio

39

c. The Debt To Total Capitalization

utang jangka panjang dengan modal sendiri.Mengukur berapa bagian utang jangka panjang yang terdapat di dalam modal jangka panjang perusahaan.

¿ Utang jangka panjangModal sendiri

¿ Utang jangka panjangUtang jangka panjang+modal

Rasio

Rasio Profitabilitasa. Gross Profit

Margin

b. Net Profit Margin

c. Return On Investment (ROI)

Mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan.Mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan.Mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan.

¿ Laba kotorPenjualan

x 100 %

¿ Lababersih sesudah pajakPenjualan

x100 %

¿ Lababersih sesudah pajakTotal aktiva

x100 %

Rasio

Rasio

Rasio

40

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat Berdiri PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk

PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk adalah sebuah perusahaan yang berawal dari

sebuah perusahaan keluarga yang bergerak di bidang industri susu, minuman, dan

makanan dalam kemasan aseptic yang tahan lama dengan merek-merek terkenal

seperti Ultra Milk untuk produk susu, Buavita untuk jus buah segar dan The Kotak

untuk minuman the segar. Perusahaan ini didirikan berdasarkan akta No. 8 tanggal 2

November 1971 junco Akta Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971 yang

dibuat dihadapan Komar Andasasmita SH, Notaris di Bandung. Susu yang di-

produksinya dikenal dengan nama UHT (Ultra High Temperatur) yang merupakan

sistem pembuatan susu melalui sistem sterilisasi (sterilid milk) sehingga dapat tahan

lama.

Di Indonesia, PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk merupakan pionir di bidang

industri minuman yang diproses dengan teknologi UHT. Kini lebih dari 20 tahun

sejak melakukan produk komersilnya ditahun 1975, perusahaan telah menghasilkan

lebih dari 40 macam produk.

Perseroan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Dibidang

minuman Perseroan memproduksi minuman aseptik yang diproses dengan teknologi

UHT (Ultra High Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton Tetrapack

41

seperti minuman susu, sari buah, teh, minuman tradisional dan minuman untuk

kesehatan. Perseroan juga memproduksi teh celup (tea bags) dan konsentrat buah-

buahan tropis (tropical fruit juice concentrate). Dibidang makanan perseroan

memproduksi rupa-rupa mentega (butter), susu bubuk (powder milk), dan susu kental

manis (sweet condensed milk), sedangkan produk keju (cheese) yang sejak tahun

1985 diproduksi berdasarkan lisensi dari Kraft Inc., USA, sejak bulan April 1994

diproduksi oleh anak perusahaan Perseroan.

Dalam melakukan kegiatan usahanya perseroan melakukan kerja sama dengan

beberapa perusahaan yang memiliki reputasi internasional seperti Nestle untuk

memproduksi Milo ready to drink. Selain itu Perseroan menjalin kerjasama dengan

Karft Inc., USA, dengan mendirikan perusahaan patungan PT. Kraft Ultra Jaya

Indonesia, perusahaan yang bergerak dalam bidang industri keju.

Proses pembuatan minuman dengan sistem UHT ini mempunyai keunikan,

yakni bahan-bahan yang diproses itu tidak memakai bahan pengawet sedikitpun

untuk dapat membuat tahan lama, dapat disimpan tanpa menjadi rusak. Semua itu

disebabkan oleh proses sterilisasi dengan pemanasan uap air selama 3 – 4 detik

temperatur 140 derajat celcius dengan kertas pak pengemasnya yang telah

disucihamakan terlebih dahulu dengan memakai hydrogen peroksida. Mesin-mesin

untuk produksi untuk didapatkan dari Swedia begitu juga halnya dengan kertas pak

yang merupakan hak patent dari Tetra Pak Internasional yang berpusat di Swedia.

Kantor pusat dan pabrik pengolahan PT Ultrajaya Milk Industry didirikan

diatas tanah seluas lebih dari 12 hektar yang terletak dijalan Raya Cimareme No. 131,

42

Padalarang, Kabupaten Bandung. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di daerah

lintasan hasil peternakan dan pertanian sehingga memudahkan untuk memperoleh

pasokan bahan baku maupun untuk pengiriman hasil produksinya. Kemudian

berdasarkan pertimbangan untuk memperlancar pemasarannya maka sejak tanggal 1

Juni 1978 bagian pemasaran dipindahkan ke Jakarta, di Jalan Raya Bekasi km. 26,

Jakarta Timur.

Susu murni yang diperlukan Perseroan yang diperoleh dari para peternak sapi

yang tergabung dalam Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) dan Koperasi

Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), sedangkan buah-buahan segar seperti jambu,

mangga, nenas, sirsak, dan lain-lain, diperoleh dari petani buah yang tergabung dalam

koperasi Unit Desa yang berada di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa

Timur. Buah-buahan lain seperti jeruk (orange), leci (Leychee), dan anggur (grape)

masih diperoleh secara impor dalam bentuk konsentrat (concentrate). Demikian pula

bahan pengemas aseptic masih diimpor dari Tetra Pak Pacific, Singapore.

Pada saat ini memiliki 1100 orang karyawan yang ditempatkan dibagian

produksi, dibagian distribusi dan pemasaran dan sisanya dibagian administrasi dan

umum. Mereka senantiasa mendapatkan pendidikan dan pelatihan baik didalam

maupun di luar negri, sehingga menjadi tenaga-tenaga yang terampil dan terlatih.

4.2 Struktur Organisasi

43

Agar kegiatan perusahaan dapat berjalan lancar dan tujuan perusahaan dapat

tercapai, maka diperlukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang

jelas.

Struktur organisasi perusahaan ini memperlihatkan bentuk struktur organisasi

garis, dimana setiap bawahan mempunyai atasan tertentu untuk mempertanggung-

jawabkan tugas-tugasnya. Adapun bagan struktur organisasi PT Ultrajaya Milk

Industry, Tbk sebagai berikut :

Skema 4.1

Struktur Organisasi Perusahaan

PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk

Sumber : PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk

Dewan Komisaris

Presiden Direktur

R&D

Direktur Operasional Direktur Adm & Keu

M. Pemasaran M. Pabrikasi M. Administrasi M. Keuangan

44

Adapun uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah

sebagai berikut :

1. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris bertugas mengawasi jalannya perusahaan dan berhak untuk

meminta pertanggungjawaban dari Presiden direktur dan memberi petunjuk serta

menyetujui ataupun menolak apa yang menjadi rencana Presiden Direktur.

2. Presiden Direktur

Presiden Direktur adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan yang

menetapkan kebijaksanaan umum, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas para

Direktur dan merupakan penanggung jawab perusahaan secara keseluruhan .

Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

a. Menentukan pokok-pokok kebijaksanaan perusahaan.

b. Memimpin serta mengorganisir bawahannya dan mengawasi seluruh kegiatan

perusahaan.

c. Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dan Rapat umum Pemegang

Saham.

d. Menetapkan tujuan yang dicapai oleh perusahaan dan membuat rencana kerja.

3. Research and Development (R&D)

Tugas dan tanggung jawabnya adalah :

a. Bertanggung jawab langsung dibawah direksi

b. Menentukan kualitas bahan baku serta melakukan penyempurnaan kualitas

dan komposisi produk yang telah dihasilkan.

45

c. Bekerjasama dengan semua bagian untuk mengembangkan dan meluncurkan

produk baru Direktur Operasional.

4. Direktur Operasional

Tugas dan tanggung jawab Direktur Operasional adalah mengkoordinir

keseluruhan kegiatan pabrik dan pemasaran dan menetapkan sasaran yang akan

dituju terutama yang menyangkut sasaran pemasaran dan pabrikasi.

Direktur Operasional dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh :

1) M. Pemasaran, bertugas memberikan informasi-informasi yang bertujuan

mensukseskan market perusahaan kepada pimpinan perusahaan/wakil

pimpinan, memberikan input pada pimpinan perusahaan untuk dapat

menetapkan jasa biaya pengiriman sesuai dengan input yang telah diberikan

masing-masing bagian.

2) M. Pabrikasi

a. Membuat laporan persediaan barang dalam gudang.

b. Memeriksa laporan barang masuk dan keluar yang dibuat oleh staff

gudang sesuai dokumen pendukungnya.

5. Direktur Administrasi dan Keuangan

Tugas dan tanggung jawabnya meliputi :

a. Melakukan pencatatan secara administratif dan seluruh kegiatan usaha

perusahaan dan mengambil kesimpulan tentang keuntungan dan kerugian.

b. Mengatur dan bertanggung jawab atas penyusunan rencana kegiatan serta

dana yang dibutuhkan bagi kegiatan departemen lain.

46

c. Melakukan pengawasan dan pencatatan dari penggunaan dana serta harta

perusahaan.

Direktur Administrasi dan Keuangan dalam menjalankan tugasnya :

1) Administrasi, bertugas untuk membuat kartu langganan untuk mengetahui

data-data langganan, bonafiditas langganan, dan analisis hutang langganan.

2) Keuangan, bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan terhadap

persoalan-persoalan yang menyangkut keuangan perusahaan dan

melaksanakan prinsip administrasi pada umumnya, melakukan pekerjaan

pembukuan perusahaan.

47

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, 2004, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi keempat, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang

Astuti Dewi, 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, cetakan pertama, Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta

Gitosudarmo, Indriyo, dan Basri 2002, Manajemen Keuangan, edisi keempat, cetakan pertama, penerbit : BPFE, Yogyakarta

Hanafi, M. Mamduh, 2005, Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, Cetakan Pertama, Penerbit : BPFE, Yogyakarta

http://idx.co.id

Harmono, 2009, Manajemen Keuangan, Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan Tori, Kasus dan Riset Bisnis, cetakn pertama, penerbit : Bumi Aksara, Jakarta

Husnan Suad dan Enny Pudjiastuti, 2004, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, edisi pertama, cetakan pertama, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Rajawali Pers, Jakarta

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : BPFE, Yogyakarta

Mabruroh, 2004, Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan dalam Analisis Kinerja Keuangan Perbankan. Benefit. Vol. 8, Mo. 1 : 37 – 51

Martono dan Agus Harjito, 2001, Manejemen Keuangan, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta

Munawir, 2007, Analisa Laporan Keuangan, edisi pertama, cetakan keempatbelas, BPFE, Yogyakarta

Muslich Mohamad, 2003, Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan, cetakan ketiga, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta

48

Raharjo, Budi, 2001, Laporan Keuangan Perusahaan, cetakan pertama, Penerbit : Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Retno, Tri Setyowati, 2008. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja.

Sugiyono, 2009, Statistika untuk Penelitian, penerbit : CV. Alfabeta, Bandung

Sutrisno, 2008, Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi, edisi pertama, cetakan ketiga, Penerbit : Ekonesia, Yogyakarta.

Syafri Harahap Sofyan, 2007, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, edisi pertama, cetakan ketiga, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Zarkasyi, Moh, Wahyudin, 2008, Good Corporate Governance, Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, cetakan kesatu, Penerbit : Alfabeta, Bandung