Upload
others
View
25
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN
PADA KELUARGA PENDERITA TUBERKULOSIS
(Di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang)
Disusun Oleh:
MUHAMMAD MUSHOFFA IZZUDIN 13.321.0038
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG 2017
i
SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN
PADA KELUARGA PENDERITA TUBERKULOSIS
(Di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1
Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
MUHAMMAD MUSHOFFA IZZUDIN 13.321.0038
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG 2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Bagaimanapun rintangan dan cobaan yang datang pada kita, tetaplah hadapi dengan yakin, kita pasti bisa menghadapinnya. “
vii
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan akan kehadirat Allah SWT atas rahmat
serta hidayah-Nya yang telah memberi kemudahan dan kelancaran dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai sesuai dengan yang dijadwalkan. Dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan.
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua saya (Bapak Supriyatno dan Ibu Sri Luayanah) yang tak
henti mencurahkan do’a serta kasih sayang yang tak terhingga. Dengan
semangat dan dukungan yang tiada hentinya , baik secara moril maupun
materi. Hanya do’a dan prestasi yang dapat saya berikan. Terima kasih
bapak dan ibu atas do’a dan kasih sayang yang telah kalian berikan.
2. Semua keluarga saya khususnya adik saya (Avinda Dwi Sagita) serta
nenek saya yang telah banyak memberi do’a , semangat serta dukungan
demi kelancaran kuliah saya.
3. Teman – teman Mahasiswa S1 – Keperawatan STIKes ICMe Jombang
yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah saya dan memotivasi disetiap
langkah saya.
4. Kedua dosen pembimbing saya, Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,
M.Kep. serta Ibu Tri Dianti Nur W.,S.Kep.Ns yang telah membimbing
saya dengan sabar dan teliti dalam mengerjakan skripsi ini. Semoga ilmu
dan nasehat yang beliau berdua berikan dapat bermanfaat.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen S1 Keperawatan terima kasih banyak atas
semua ilmu , nasehat serta motivasi yang telah diberikan dan semoga
bermanfaat.
6. Kepala Puskesmas Cukir dan seluruh perawat di Puskesmas Cukir
Kabupaten Jombang yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian
dan membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Seseorang (Nuzul Mubarokah) yang selalu menemani, membantu,
memberikan dukungan dan semangat untuk tidak menyerah mengerjakan
skripsi sampai selesai.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sikap
Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Pada Keluarga Penderita Tuberkulosis (di
Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang)“ ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak H.Bambang Tutuko S.H.,S.Kep.,Ns.,M.H. selaku ketua STIKes ICMe
Jombang; Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns,.M.Kep. selaku Kaprodi S1
Keperawatan dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta motivasi
kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini; Ibu Tri Dianti Nur
W.,S.Kep.Ns selaku pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu, tenaga
serta pikirannya demi terselesaikannya skripsi ini; Kepala Puskesmas Cukir
Kabupaten Jombang yang telah memberikan ijin penelitian serta seluruh perawat
Puskesmas Cukir yang telah memberikan ijin penelitian serta menyediakan data
yang diperlukan selama menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.
Jombang, Mei 2017
Penulis
ix
ABSTRACT
ATTITUDE WITH PREVENTION BEHAVIOR OF INFECTION IN THE FAMILY OF TUBERCULOSIS PATIENTS
(In Puskesmas Cukir Jombang District)
By: Muhammad Mushoffa Izzudin
133210038
Tuberculosis is a disease of global concern. Health services can not be separated
from family involvement as the closest person of the patient. The phenomenon that occurs in the community there are still many families who do not bring members of his family
who are sick to the health service, and they do not do the treatment until the end or break up the drug. While the prevention behavior of families is still low, such as families who
live at home with family members who suffer from tuberculosis do not use a mask, and not routine control. The purpose of this research was to analyze the relation of attitude with
behavior prevention of infection in family with tuberculosis in the Puskesmas Cukir Jombang
The design of this study was analytic cros sectiona. The population in this research
is whole family of tuberculosis patient at Cukir Health Center of Jombang Regency as many as 50 people, the sample is 44 respondents with consequtive sampling technique. The independent variable is the prevention attitude of transmission in families of tuberculosis patients dependent variable that is the prevention behavior of transmission
in the family of tuberculosis patients. Data collection using questionnaires. Data processing techniques using Editing, Coding, Scoring, Tabulating and statistical tests using statistical test sperman rank.
The research result of the attitude about prevention of infection in family with
tuberculosis showed that’s most of respondents had positive attitude a number of 26 people (59,1%) and almost half of them had negative attitude numbered of 18 people (40,9%), the prevention behavior of infection in family with tuberculosis showed that’s almost all of respondents had positive attitude as many as 39 people (88,6%), and a small
minority had negative attitude as many as 5 people (11,4%). The statistical test of Sperman Rank showed that’s the value of p = 0.004 < α (0.05) so H0 was rejected and H1 was accepted.
The conclusion is there is a relationship between attitude with prevention behavior of transmission in family of tuberculosis patient at Cukir Public Health Center of Jombang Regency.
Keywords: Attitude, Prevention, Family, Tuberculosis
x
ABSTRAK
SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PADA KELUARGA PENDERITA
TUBERKU LOSIS (Di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang)
Oleh : Muhammad Mushoffa Izzudin
133210038
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Pelayanan
kesehatan tidak terlepas dari keterlibatan keluarga sebagai orang yang terdekat dari pasien. Fenomena yang terjadi dimasyarakat masih banyak keluarga yang tinggal serumah dengan anggota keluarga yang menderita tuberkulosis tidak menggunakan masker, dan mereka tidak melakukan pengobatan sampai selesai atau putus obat. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Jombang.
Desain penelitian ini adalah analitik cros sectiona. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Kabupaten jombang sebanyak 50 orang, sampelnya berjumlah 44 responden dengan teknik consequtive sampling. Variabel independent yakni sikap pencegahan penularan pada keluarga
penderita tuberculosis variabel dependent yaitu perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberkulosis. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik pengolahan data menggunakan Editing, Coding, Scoring, Tabulating serta uji statistiknya menggunakan uji statistic sperman rank.
Hasil penelitian sikap tentang pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberkulosis menunjukkan sebagian besar dari responden bersikap positif berjumlah 26 orang (59,1%) dan hampir dari setengahnya bersikap negatif berjumlah 18 orang (40,9%), perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberkulosis menunjukkan bahwa
hampir seluruhnya dari responden yang berperilaku positif sebanyak 39 orang (88,6%), dan sebagian kecil berperilaku negatif sebanyak 5 orang (11,4%) . Uji statistik Sperman Rank menunjukkan bahwa nilai p = 0.004 < α (0.05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulannya adalah ada hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberculosis di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.
Kata Kunci: Sikap, Perilaku, Keluarga, Tuberkulosis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................... iv
PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi
MOTTO ........................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ix
ABSTRACT .................................................................................................................... x
ABSTRAK ....................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ......................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Sikap .............................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Sikap ........................................................................... 6
2.1.2 Struktur Sikap................................................................................ 6
2.1.3 Pembentukan Sikap ...................................................................... 7
2.1.4 Perubahan Sikap ........................................................................... 8
2.1.5 Karakteristik Sikap ....................................................................... 9
2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Sikap ............................................ 10
2.1.7 Cara Pengukuran Sikap ............................................................... 12
xii
2.2 Konsep Perilaku.......................................................................... 13
2.2.1 Definisi Perilaku.............................................................. 13
2.2.2 Macam-macam Perilaku ................................................. 13
2.2.3 Perilaku Kesehatan ......................................................... 14
2.2.4 Klasifikasi Perilaku Kesehatan ........................................ 14
2.2.5 Domain Perilaku.............................................................. 15
2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ................... 17
2.2.7 Pengukuran Perilaku........................................................ 17
2.3 Konsep Dasar Keluarga .............................................................. 19
2.3.1 Pengertian Keluarga ........................................................ 19
2.3.2 Fungsi Keluarga .............................................................. 19
2.4 Konsep Tuberkulosis .................................................................. 26
2.4.1 Definisi Tuberkulosis ...................................................... 26
2.4.2 Etiologi ........................................................................... 27
2.4.3 Penemuan Penderita Tuberkulosis ................................... 27
2.4.4 Penularan dan Faktor-faktor resiko .................................. 28
2.4.5 Manifestasi Klinis ........................................................... 29
2.4.6 Diagnosa Tuberkulosis .................................................... 31
2.4.7 Penatalaksanaan .............................................................. 31
2.4.8 Taktik dan Strategi Pengobatan Tuberkulosis .................. 32
2.4.9 Patofisiologi .................................................................... 34
2.4.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Tuberkulosis 37
2.5 Penelitian Terkait Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan
Pada Keluarga PenderitaTuberkulosis ......................................... 37
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsetual .................................................................................. 40
3.2 Hipotesis ...................................................................................................... 41
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 42
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 42
4.3 Populasi Penelitian, Sampel dan Sampling .......................................... 43
4.4 Kerangka Kerja ........................................................................................... 44
xiii
4.5 Identifikasi Variabel ................................................................... 45
4.6 Definisi Operasional ................................................................... 45
4.7 Pengumpulan dan Analisa Data .................................................. 46
4.8 Etika penelitian .......................................................................... 54
4.9 Keterbatasan peneliti................................................................... 55
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................... 56
5.2 Hasil Penelitian ......................................................................... 57
5.2.1 Data Umum ....................................................................... 57
5.2.2 Data Khusus ...................................................................... 58
5.3 Pembahasan ................................................................................ 61
5.3.1 Sikap Tentang Pencegahan Penularan Pada Keluarga
Penderita Tuberkulosis ...................................................... 61
5.3.2 Perilaku Pencegahan Penularan Pada Keluarga Penderita
Tuberkulosis ...................................................................... 63
5.3.3 Hubungan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan
Pada Keluarga Penderita Tuberkulosis ............................... 66
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 69
6.2 Saran ............................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
No. Daftar Tabel Halaman
4.2 Definisi operasional............................................................................................ 46
5.1 Distribusi Frekuensi respoonden berdsarkan umur di
PuskesmasCukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada bulan
april 2017 ............................................................................................................. 57
5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas
Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada bulan april 2017
57
5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir di
Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten jombang pada
bulan April 2017 ................................................................................................. 58
5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di
Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek kabupaten jombang pada bulan
april 2017 ............................................................................................................. 58
5.5 Karakteristik responden berdasarkan sikap tentang pencegahan
penularan pada keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada bulan april 2017 ............... 58
5.6 Karakteristik responden berdasarkan perilaku pencegahan penularan
pada keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada bulan april 2017 ............... 59
5.7 Tabulasi silang hubungan sikap dengan perilaku pencegahan
penularan pada keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada bulan april 2017 ............... 59
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Daftar Gambar Halaman
3.1 Kerangka konseptual .............................................................................................. 40
4.1 Kerangka kerja ........................................................................................................... 44
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Jadwal Kegiatan Penelitian
2. Lembar Permohonan Menjadi Responden
3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
4. Kuesioner
5. Lembar Pernyataan Dari Perpustakanan
6. Lembar Surat Studi Pendahuluan
7. Lembar Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan dan Penelitian dari
Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang
8. Lembar Tabulasi Data Umum
9. Lembar Tabulasi Data Khusus
10. Lembar Hasil Output SPSS Data Umum
11. Lembar Hasil Output SPSS Data Khusus
12. Lembar Konsultasi Proposal Penelitian dan Skripsi
13. Surat Pernyataan Bebas Plagiasi
xvii
DAFTAR LAMBANG
1. H1 : hipotesis alternatif
2. % : prosentase
3. : alfa (tingkat signifikansi)
4. X: skor responden
5.
: mean skor kelompok
6. N : jumlah populasi
7. n : jumlah sampel
8. d: tingkat kepercayaan yang diinginkan
9. >: lebih besar
10. <: lebih kecil
11. ≥: lebih besar sama dengan
12. ≤: lebih kecil sama dengan
DAFTAR SINGKATAN
STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
SPSS : Statistic Package for The Social Software
TB : Tuberkulosis
PUSKESMAS : Pusat kesehatan Masyarakat
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global.
Menurut profil kesehatan Indonesia 2015, Insidens dan kematian akibat
tuberkulosis telah menurun dengan adanya berbagai upaya pengendalian
yang dilakukan. Pelayanan kesehatan tidak terlepas dari keterlibatan
keluarga sebagai orang yang terdekat dari pasien terutama pasien
Tuberkulosis. Fenomena yang terjadi dimasyarakat saat ini masih banyak
keluarga yang tidak membawa anggota keluarganya yang sakit ketempat
pelayanan kesehatan mereka hanya membelikan obat di warung atau toko
saat anggota keluarganya sakit atau batuk, dan mereka tidak melakukan
pengobatan sampai selesai atau putus obat (drop out). Sedangkan perilaku
pencegahan keluarga masih rendah, hal tersebut terbukti dengan banyaknya
keluarga yang tinggal serumah dengan anggota keluarga yang menderita
tuberkulosis tidak menggunakan masker saat menjaga anggota keluarganya
yang sakit, dan tidak kontrol rutin, serta melakukan upaya pencegahan yang
lainnya. (Djannah, Suryani, Purwati, 2009)
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan angka tuberkulosis
di Indonesia pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis
sebanyak 330.910 kasus (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Dengan adanya
data tersebut mengemukakan bahwa Jawa Timur menduduki peringkat
kedua Provinsi dengan kasus tuberkulosis terbanyak di Indonesia. Dinkes
1
2
Provinsi Jawa Timur mencatat sebanyak 21.036 penderita dengan kasus
tuberkulosis BTA positif (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2014). Sedangkan
penderita tuberkulosis BTA (+) di Jombang pada tahun 2015 sebesar 575
penderita. Jumlah prevalensi penderita tuberkulosis disebabkan oleh adanya
sikap keluarga yang sebagian besar negatif serta perilaku keluarga yang
cenderung kurang aktif dalam pencegahan penyakit TB (Nugroho, 2010).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Fibriana (2011) yang berjudul
“Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Keluarga Tentang Pencegahan
Penyakit Menular Tuberkulosis” menunjukan bahwa sikap keluarga
sebagian besar negatif, serta perilaku keluarga masih kurang. Hal tersebut
menggambarkan masih rendahnya sikap dan perilaku masyarakat pada
umumnya tentang pencegahan tuberkulosis.
TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah penderita
tuberkulosis BTA positif, pada waktu batuk, bersin, berbicara, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet. Orang dapat terinfeksi
apabila droplet terhirup ke dalam saluran pernafasan (Wijaya dan Putri,
2013). Penularan kuman tuberkulosis dipengaruhi oleh sikap dan perilaku
penderita, keluarga serta masyarakat yang kurang memahami cara mencegah
penularan penyakit tuberkulosis seperti menutup mulut pada waktu batuk
dan bersin, meludah pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan,
imunisasi BCG pada bayi, menghindari udara dingin, serta mengusahakan
sinar matahari masuk ke tempat tidur. Penyakit tuberkulosis dapat berakibat
sangat fatal serta menyebabkan kematian, oleh karena itu
.
3
sikap keluarga sangat menentukan keberhasilan pengobatan. Pencegahan
penularan penyakit tuberkulosis sangat diperlukan karena jika sikap
keluarga yang positif akan berpengaruh pada perilaku yang positif.
Pencegahan penularan tuberkulosis dapat dilakukan dengan cara
petugas melakukan pendekatan kepada penderita suspect tuberkulosis dan
keluarga melalui penyuluhan dan pemberian leaflet ketika datang untuk
berobat. Penyuluhan dan pemberian leaflet pada keluarga berguna untuk
mencegah penyebaran penyakit tuberkulosis, meningkatkan perilaku
keluarga terkait dengan penyembuhan dan penyakit tuberkulosis. Solusi ini
di dukung juga oleh penelitian Purwanto (2011) yaitu bahwa semakin
keluarga memiliki sikap positif maka akan berperilaku baik dan jika
keluarga memiliki sikap negatif maka berperilaku cukup/kurang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penularan
pada keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Jombang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku pencegahan
penularan pada keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir
Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi sikap tentang pencegahan penularan pada keluarga
penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Jombang.
.
4
2. Mengidentifikasi perilaku penceagahan penularan pada keluarga
penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Jombang.
3. Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penularan
pada keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Jombang.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai kajian
pustaka untuk menambah kasanah keilmuan dalam bidang keperawatan
medikal bedah khususnya tentang pencegahan penularan tuberkulosis
dengan harapan akan memperbaiki sikap dan perilaku masyarakat.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Keluarga
Dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan yang
berguna bagi keluarga untuk mencegah penularan tuberkulosis.
2. Bagi Perawat Puskesmas Cukir
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kinerja khususnya dalam
melakukan penyuluhan tentang pencegahan penularan penyakit
tuberkulosis.
3. Bagi Dosen
Sebagai tambahan pengetahuan dalam memberikan materi KMB
kususnya dalam masalah tuberkulosis dan pencegahanya serta bahan
pengabdian masyarakat.
.
5
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai informasi serta menjadi referensi ilmiah pada penelitian lebih
lanjut untuk lebih menyempurnakan penelitian dengan metode lain guna
membantu mengatasi sikap dengan perilaku pencegahan penularan
tuberkulosis. Penelitian lanjutan dapat berupa penelitian dengan sampel
yang lebih besar, jenis dan rancangan penelitian yang berbeda serta
penggunaan kelompok kontrol.
.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Sikap
2.1.1 Pengertian sikap
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
dengan cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan
pada stimulus yang menghendaki adannya respons (Azwar, 2013)
Sikap dapat bersikap positif dan dapat pula bersikap negatif
(Notoatmodjo, 2012).
1. Sikap positif
Sikap positif adalah apabila timbul persepsi yang positif terhadap
stimulus yang diberikan dapat berkembang sebaik-baiknya karena
orang tersebut memiliki pandangan yang positif terhadap stimulus
yang telah diberikan.
2. Sikap negatif
Sikap negatif apabila terbentuk persepsi negatif terhadap stimulus
yang telah diberikan, sikap mungkin terarah terhadap benda, orang
tetapi juga peristiwa, pandangan, lembaga, terhadap norma, nilai dan
lain-lain.
2.1.2 Struktur sikap
Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling menunjang
(Azwar, 2013). Ketiga komponen tersebut pembentukan sikap yaitu sebagai
6
7
komponen kognitif (kepercayaan) emosional (perasaan) dan komponen
konatif (tindakan).
1. Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
2. Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Komponen ini disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif
Komponen ini menunjukkan bagaiman kecenderungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (tital attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan,
berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo,
2012). Komponen kognitif mengenai suatu objek dapat menjadi penggerak
terbentuknya sikap apabila komponen kognitif tersebut disertai dengan
komponen afektif (persepsi) dan komponen konatif (kesiapan untuk
melakukan tindakan) (Azwar, 2013).
2.1.3 Pembentukan sikap
Terbentuknya sikap seseorang pada dasarnya ditandai norma-norma
sebelumnya, sehingga norma tersebut beserta pengalaman dimasa lalu akan
.
8
membentuk suatu sikap, bahkan bertindak, sikap terbentuk setelah individu
mengadakan internalisasi dari hasil (Sobur, 2011) yakni :
1. Observasi serta pengalaman partisipasi dengan kelompok yang
dihadapi.
2. Perbandingan pengalaman yang mirip dengan respon atau reaksi yang
diberikan, serta hasil dari reaksi terhadap dirinya.
3. Pengalaman yang sama melibatkan emosi, karena suatu kejadian yang
telah menyerap perasaan sulit dilupakan sehingga reaksi akan
merupakan reaksi berdasarkan usaha menjauhi situasi yang diharapkan.
4. Mengadakan perbandingan antara sesuatu yang dihadapinya dan
pengalaman orang lain yang dianggap lebih berpengalaman, lebih ahli
dan sebagainya.
2.1.4 Perubahan sikap
Perubahan sikap pada individu ada yang terjadi dengan mudah, ada
yang sukar, hal ini tergantung pada kesiapan seseorang untuk menerima
atau menolak rangsangan yang datang padanya. Perubahan sikap tidak
hanya menyebabkan perubahan yang terjadi pada diri seseorang juga
menyebabkan terjadinya perubahan sikap seiring dengan perkembangan
arus informasi, ekonomi, sosial, politik, kesehatan. Perubahan suatu sikap
tergantung pada karakteristik sistem sikap, kepribadian individu dan afiliasi
individu terhadap kelompok (Sobur, 2011)
.
9
2.1.5 Karakteristik sikap
Karakteristik sikap baik yang dimiliki sebelum maupun sesudah
terbentuknya sikap, mempengaruhi pembentukan sikap tertentu.
Karakteristik sikap Sobur, 2011) meliputi :
1. Sikap ekstrem (extremeness)
Sikap yang ekstrem sulit berubah, baik dalam perubahan kongruen
(perubahan yang searah, yakni bertambahnya derajat kepositifan atau
kenegatifan dari searah) maupun inkungruen (perubahan sikap ke arah
yang berlawanan, misal sikap yang semula negatif menjadi positif atau
sebaliknya.
2. Multifleksitas (multiplexity)
Sikap yang karakteristik multiflek mudah berubah secara kongruen,
namun sulit berubah secara inkongruen, sebaliknya sikap yang simple
mudah berubah secara inkongruen, namun sulit berubah secara
kongruen.
3. Konsistensi (consistency)
Sikap yang konsisten cenderung menunjukkan sikap yang stabil, karena
komponenya saling mendukung satu sama lain, ini akan mudah berubah
ke arah konguen.
4. Interconnectedness
Interconnectedness adalah keterikatan suatu sikap dengan orang lain
dalam suatu kluster. Sikap yang mempunyai kadar keterikatan tinggi
sulit diubah ke arah kongruen.
.
10
5. Konsonan (consonance)
Sikap yang saling berderajat selaras akan lebih cenderung membentuk
kluster. Kluster tersebut cenderung pula memiliki derajat saling
ketergantungan.
6. Streght and number of wants served by attitude
Perubahan sikap ditentukan oleh kekuatan dan ragam-ragamnya. Sikap
yang memiliki kekuatan dan keanekaragaman keinginan yang akan
dipuaskan disebut sikap multi servis. Sikap multi servis ini sangat
dihargai dan diharapkan seseorang. Sikap demikian sukar berubah pada
jenis inkongruen, namun pada perubahan mudah berubah.
7. Centrality of the value to which the attitude is related
Sikap seseorang yang berakar pada nilai yang dianutnya, meskipun
ditukarkan alasan persuasive dan didukung oleh kenyataan yang kuat
tetap sulit untuk diubah, kecuali dengan cara mengubah nilai.
2.1.6 Faktor yang mempengaruhi sikap
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu. Interaksi sosial yaitu individu beraksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Faktor yang
mempengaruhi sikap (Azwar, 2013)
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman yang terjadi secaa tiba-tiba atau mengejutan yang
meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian
dan peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama-kelamaan
.
11
secara bertahap diserap kedalam individu dan mempengaruhi
terbentuknya sikap.
2. Pengaruh orang lain
Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan, misal
dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan
mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakatnya.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pembentukan sikap. Sikap masyarakat diwarnai dengan
kebudayaan yang ada di daerahnya.
4. Media Masa
Media masa elektronik maupun cetak sangat besar pengaruhnya
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang, pemberian
informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal akan memberikan
landasan kognitif baru bagi pembetukan sikap.
5. Lembaga pendidikan dan Lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam
pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduannya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
6. Faktor emosional
Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya sebagai
penyaluran frustasi, atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego,
sikap yang demikian merupakan sikap sementara, dan segera berlalu
.
12
setelah frustasinya hilang, namun dapat juga menjadi sikap yang lebih
persisten dan bertahan lama.
7. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam
menentukan sikap seseorang, karena dari pengetahuan mulai terbentuk
sikap sesuai dengan stimulus yang diberikan (Notoadmodjo, 2012).
2.1.7 Cara Pengukuran sikap
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, maka sikap
akan dijabarkan menjadi suatu indikator. Indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan.
Pernyataan positif diberi skor :
1. Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan
kuesioner, dan diberi melalui jawaban kuesioner skor 4
2. Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner, dan
diberi melalui jawaban kuesioner skor 3
3. Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner, dan diberi melalui jawaban kuesioner skor 2
4. Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner, dan diberi melalui jawaban kuesioner skor 1
Pernyataan negatif diberi skor :
1. Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan
kuesioner, dan diberi melalui jawaban kuesioner skor 1
.
13
2. Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner, dan
diberi melalui jawaban kuesioner skor 2
3. Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner, dan diberi melalui jawaban kuesioner skor 3
4. Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner, dan diberi melalui jawaban kuesioner skor 4
Setelah semua data terkumpul dari hasil kuesioner responden
dikelompokkan sesuai dengan sub variabel yang diteliti. Kemudian untuk
mengetahui kategori sikap responden dicari median nilai dalam kelompok
maka akan diperoleh :
1. Sikap responden positif, bila T responden > T mean
2. Sikap responden negatif, bila T responden < T mean (Azwar, 2013).
2.2 Konsep Perilaku
2.2.1 Definisi perilaku
Menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa
perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Perilaku ini terjadi melalui proses adannya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka dari skinner
ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.(Notoatmojo,
2012)
2.2.2 Macam-macam perilaku
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas
.
14
pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menrima stimulus tersebut, dan belum bisa diamati
dengan jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain.
2.2.3 Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit).
2.2.4 Klasifikasi perilaku kesehatan
Menurut Notoatmojo (2012) perilaku kesehatan diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu :
1. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,
serta pemulihan kesehatan bila mana sudah sembuh dari penyakit.
2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat, perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
3. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Karena makanan dan minuman
dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi
sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunya
kesehatan seeorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit.
.
15
2.2.5 Domain perilaku
Menurut Notoatmojo (2012) menjelaskan bahwa. Pengukuran
terhadap perilaku kesehatan dapat dilihat dari domain perilaku, yakni :
1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya)
terhadap suatu objek, dan dibagi menjadi 6 langkah yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
.
16
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruh
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Peneliaian-peneliaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Notoatmojo (2012)
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok :
1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui ilmunya maka kemudian stimulus
akan mengadakan penlitian, seperti halnya sikap keluarga dalam
perilaku pencegahan tuberkulosis, diperlukan suatu sikap dalam upaya
menekan angka kejadian salah satunya.
.
17
2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut
Lawrence Green, terdapat 3 faktor utama yaitu :
1. Faktor predis posisi (predis posing factors)
Faktor yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu, yaitu
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan
sebagainya.
2. Faktor-faktor pemungkin (reinforcing factor)
Faktor-faktor yang memungkinkan seseorang berperilaku tertentu
seperti adanya sarana prasarana atau fasilitas kesehatan tidak
mendukung bagi masyarakat (puskesmas sangat jauh dan sulit untuk
dijangkau) akan berpengaruh pada kunjungan pelayanan kesehatan.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor-faktor ini meliputi faktor yang memperkuat atau memberikan
dukungan seseorang untuk berperilaku, yaitu kebijakan yang ada
(Notoatmojo, 2012)
2.2.7 Pengukuran perilaku
Skala Likert digunakan untuk mengukur perilaku seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert yang digunakan pada
perilaku dijabarkan menjadi suatu indikator, dan dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.
Menurut (Azwar, 2013), pengukuran perilaku yang berisi
pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya
.
18
maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok
responden.
Subyek memberi respon dengan empat kategori ketentuan, yaitu :
selalu, sering, jarang, tidak pernah.
Dengan skor jawaban :
Jawaban dari item pernyataan perilaku positif
1. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
2. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
3. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
4. Tidak pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
Jawaban dari item pernyataan untuk perilaku negatif
1. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
2. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
3. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
4. Tidak pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
.
19
Penilaian perilaku yang didapatkan jika :
1) Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari
kuesioner ≥ T mean
2) Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari
kuesioner ≤ T mean
2.3 Konsep Dasar Keluarga
2.3.1 Pengertian Keluarga
Keluarga seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan polah perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat (Yeni, 2015).
2.3.2 Fungsi keluarga
1. Fungsi biologis
1) Menuruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
.
20
2) Membentuk norma-norma tingkahlaku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber perhasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa
yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)
5. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat, dan minat yang
dimilikinya
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
6. Fungsi efektif
Hal yang harus dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
.
21
7. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, agama,
budaya, dan perilaku
8. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga
didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan, dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat dilingkungan setempat. Hal yang dikaji sejauh mana keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga :
1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
mengetahui mengenai fakta dari masalah kesehatan yang meliputi
pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, dan yang
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji
adalah :
.
22
a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah
b. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami?
d. Apakah keluarga masalah takut akan akibat dari tindakan
penyakit?
e. Apakah mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan?
f. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
ada?
g. Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan?
h. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah?
3) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah :
a. Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat,
penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara merawatnya)
b. Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sikap dan
perkembangan keperawatan yang dibutuhkan
c. Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan yang dibutuhkan
d. Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada
dalam keluarga
.
23
4) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :
a. Sejauhmana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga
yang dimiliki
b. Sejauhmana keluarga melihat keuntungan atau manfaat
pemeliharaan lingkungan
c. Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi
d. Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit
e. Sejauhmana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi
f. Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga
5) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas atau pelayanan kesehatan dimasyarakat, hal yang dikaji
adalah :
a. Sejaumana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan
b. Sejauhmana keluarga memahami keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan
c. Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas
dan fasilitas kesehatan
d. Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
terhadap petugas kesehatan
e. Apakah fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga
.
24
9. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencana jumlah anggota keluarga
3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga
10. Fungsi ekonnomi
Fungsi yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
1) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan
2) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
11. Perawatan kesehatan keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran.
12. Tujuan perawatan kesehatan keluarga
1) Tujuan umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
keluarga mereka, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka, sehingga
dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
.
25
2) Tujuan khusus
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menangulangi
masalah-masala kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para
anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan
dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan
mutu hidupnya
13. Fungsi keluarga penderita tuberkulosis
Keluarga penderita tuberkulosis mempunyai tugas dalam pengobatan
dan pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara :
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberikan keperawatan kepada salah satu anggota keluarga yang
menderita tuberkulosis, dan yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
4) Mempertahankan suasana dirumah yag menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
.
26
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan
dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
2.4 Konsep Tuberkulosis
2.4.1 Definisi tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar
kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya (Mansjoer, 2010).
Tuberkulosis atau TB paru adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan
salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar
hasil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection
dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari
ghon (Wijaya dan Putri, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan Tuberkulosis
(TB) merupakan penyakit infeksius atau menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ lain.
.
27
2.4.2 Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2013) etiologi Tuberkulosis adalah:
1) Agen infeksius utama, mycrobacetrium tuberkulosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap
panas dan sinar ultraviolet.
2) Mycrobacetrium bovis dan mycrobacetrium avium pernah ada, tetapi
kerjadiannya jarang, berkalitan dengan kejadian infeksi tuberkulosis.
2.4.3 Penemuan penderita tuberkulosis
Kegiatan penemuan pasien tuberkulosis terdiri dari penjaringan
suspect tuberkulosis, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe
pasien.
1. Penmuan penderita tuberkulosis pada orang dewasa
Penemuan penderita tuberkulosis dilakukan pasif, artinya panjaringan
tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung
ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung
dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun
masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka
penderita. Cara ini terkenal dengan sebutan passive promotion case
finding (penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif).
Selain itu semua kontak penderita tuberkulosis paru BTA positif dengan
gejala sama harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan
diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat
tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat mengakibatkan
kematian.
.
28
2. Penemuan penderita tuberkulosis pada anak
Penemuan penderita tuberkulosis paru pada anak merupakan hal yang
sulit. Sebagian besar diagnosis tuberkulosis anak didasarkan atas
gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberkulin.
2.4.4 Penularan dan faktor-faktor resiko
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui
udara. Individu terinveksi melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau
bernyanyi, melepaskan doplet. Doplet yang besar akan menetap dan doplet
yang kecil akan tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan.
Menurut Wijaya & Putri (2013) individu yang beresiko tinggi untuk tertular
tuberkulosis adalah:
1) Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB
aktif.
2) Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kangker,
mereka yang dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi
dengan HIV.
3) Pengguna obat-obatan IV dan Alkoholik.
4) Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma,
tahanan, etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15
tahun dan dewasa muda antara usia 15 sampai 44 tahun).
5) Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya
(misalnya: diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
6) Imigran dari negara yang terinfeksi TB yang tinggi (Asia tenggara,
Afrika, Amerika Latin, Karibia).
.
29
7) Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya: fasilitas kesehatan
jangka panjang, institusi spikiatrik, penjara).
8) Individu yan tinggal didaerah perumahan substandard kumuh.
9) Petugas kesehatan.
10) Resiko untuk tertular tuberkulosis juga tergantung pada banyaknya
organisme yang terdapat diudara.
2.4.5 Manifestasi klinis
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang
juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asistomatik.
Menurut Wijaya & Putri (2013) gambaran klinis TB paru dapat
dibagi menjadi dua golongan, gejala raspiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik meliputi:
1) Batuk : Gejala batuk paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non prokduktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
2) Batuk darah : Darah yang keluar dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan atau darah
segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena
pecahnya pembulu darah. Berat ringannya batuk darah tergantung
dari kecil besarnya pembulu darah yang rusak.
.
30
3) Sesak nafas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkin paru
sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura, pnemothorax, anemia, dll.
4) Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apa bila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gelaja sistemik, meliputi :
1) Demam : merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip dengan influeza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang sedangkan masa beban serangan makin
pendek.
2) Gejala sistemik lain : gejala sistemik lain iyalah keringat malam,
anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
3) Timbulnya gejala biasanya grandual dalam beberapa minggu-bulan
akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak nafas
walaupun jarang dapat juga timbul gejala menyerupai gejala
pneumonia.
Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien
menunjukkan demam tinggkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan BB,
berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya
mungkin non prokduktif, tetapi dapat berkembang kearah pembentukan
spuntum mukopurulen dengan hemoptitis.
Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada lansia,
seperti perilaku tiada biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia,
.
31
dan penurunan BB. Basil tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun
dalam keadaan dorman.
2.4.6 Diagnosa tuberkulosis paru
Diagnosa tuberkulosis paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman tuberkulosis (BTA). Pada program penanggulangan
tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks, dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis
sepanjang sesuai dengan indikasinya. Semua suspect tuberkulosis diperiksa
3 spesimen dahak mikroskopis dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-
sewaktu (SPS) yaitu:
1. S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah
pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada hari kedua.
2. P (pagi): dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas
di UPK.
3. S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat
penyerahan dahak pagi.
2.4.7 Penatalaksanaan
Tindakan pencegahan dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat
dan petugas kesehatan.
1. Penderita tuberkulosis paru
1) Minum obat secara teratur sampai selesai
.
32
2) Menutup mulut waktu bersin atau batuk
3) Tidak meludah disembarang tempat
4) Meludah di tempat yang kena sinar matahari atau di tempat yang
diisi sabun atau karbol/isol
2. Untuk keluarga
1) Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur
2) Buka jendela lebar-lebar agar udara segar dan sinar matahari dapat
masuk
3) Kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari
2.4.8 Taktik dan strategi pengobatan tuberkulosis paru
Pada pengobatan pasien tuberkulosis paru harus menguasai taktik
dan strategi yang efektif, dan efisien untuk menekan terjadinya resistensi
basil agar tidak terjadi relap atau kekambuhan. Untuk menunjang
keberhasilan pengobatan maka taktik yang dipilih, obat kemoterapi harus
dikombinasi, tidak boleh putus-putus, dan dengan jangka waktu lama atau
dikenal sebagai combined, continued, prolonged.
1. Kombinasi (combined) dengan dosis tertentu
Obat tuberkulosis kombinasi dengan dosis tertentu adalah dua atau
lebih komponen obat di dalam satu sediaaan. Kombinasi obat
tuberkulosis bertujuan agar pasien dengan tuberkulosis tidak harus
menggunakan terlalu banyak obat selama pengobatan. Penggunaan
kombinasi dari dua komponen obat telah lama digunakan. Penderita
tuberkulosis aktif tidak dapat diobati dengan satu jenis obat, karena
bakteri tuberkulosis di tubuhnya dapat menjadi kebal atau resistan
.
33
terhadap obat tersebut. Kuman tuberkulosis paru menjadi resistan akibat
dari obat tersebut tidak berkerja lagi terhadap kuman di tubuh penderita.
Menghindari timbulnya resistansi, penderita tuberkulosis paru diobati
dengan kombinasi beberapa obat, yang disebut sebagai terapi anti
tuberkulosis. Terdapat lima pilihan obat yang biasanya dipakai di
Indonesia pengobatan tuberkulosis yaitu :
1) Isoniazid (INH atau H)
2) Pirazinamid (Z)
3) Ethambutol (E)
4) Rifampisin (R)
5) Streptomisin (S)
2. Tujuan dari pemberian obat tuberkulosis paru kombinasi :
1) Pengguna obat kombinasi.
a) Membuat peresepan menjadi lebih mudah.
b) Membuat penyediaan obat lebih mudah karena lebih sedikit.
c) Mengurangi kemungkinan resistensi obat tuberkulosis dengan
memastikan lebih sedikit obat yang perlu digunakan.
d) Mengurangi resiko salah obat.
e) Meningkatkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang
harus diminum lebih sedikit sehingga pengobatan menjadi
lebih mudah dan mengurangi kemungkinan pasien akan
membagi dosis atau hanya meminum beberapa obat.
Penggunaan blister packs,dengan atau tanpa tablet kombinasi
.
34
dosis tertentu, juga membuat pasien untuk patuh terhadap
pengobatan mereka.
2) Berkesinambungan (continued)
Berkesinambungan berarti penderita memakai obat yang
diprogramkan secara terus menerus. Penderita tidak memakai
obatnya secara disiplin, mengakibatkan tuberkulosis menjadi
resistan terhadap obat yang dipakai, selanjutnya obat tersebut tidak
efektif, dan penderita harus memakai obat antu tuberkulosis yang
lain, yang lebih mahal dan lebih sulit dipakai.
3) Jangka waktu yang lama (prolonged)
Terapi tuberkulosis biasanya berlangsung selama enam bulan
sampai dengan 12 bulan. Tantangan kepatuhan pasti ada, sebab
kadang kala penderita mengalami efek samping. Pengawasan oleh
pengawas menelan obat (PMO) seperti dilakukan berdasarkan
DOT-S dapat membantu penderita agar tetap disiplin.
2.4.9 Patofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang
lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan
penyakit (danneberg, 1981 dikutib dari Andra & Yessie, 2013). Setelah berada
dirongga alveolus (biasanya dibagian bawah lobus atas atau dibagian lobus
bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Leokosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi
tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-
.
35
hari pertama maka lokosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala peneumonia akut.
Peneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan
kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus
difogasit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga berkembang melalui
kelenjar limfe regional. Makrofak yang menggalami infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid
yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung 10-20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti
keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jarian glanurasi disekitarnya yang terdiri dari sel
epiteloid dan fibrolas menimbulkan respon berbeda. Jariangan glanurasi
menjadi lebih lebih fibrosa, membentuk jarian parut yang akhirnya
membentuk kapsul yang mengelilinggi tuberkel.
Lasi promer paru-paru disebut fokus ghon dan gabungan
terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Ghon. Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat dari
orang sehat yang kebetulan mengalami pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang ysng terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan
dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Meteri
tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kepercabangan
trankeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali pada bagian lain dari
paru atau basil akan terbawa kelaring, telingga tengah atau usus. Kavitas
kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan menginggalkan
.
36
jariangan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumes bronkus dapat
menyempit dan menutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan
perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau
pembulu darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe
akan mencapai aliran darah dalam jumplah yang lebih kecil yang kadang-
kadang dapat menimbulkan lesi bada bagian organ lain (ekstrapulmoner).
Penyebab hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak
merusak pembulu darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskuler dan tersebar kedalam sistem vaskuler kedalam organ-organ tubuh
(Wijaya & Putri, 2013). Dalam penyakit Tuberkulosis akan muncul masalah
ketidak efektifan pola nafas, hal itu bisa terjadi karena perubahan cairan
intra pleura yang mengakibatkan sesak nafas, sianosis, dan penggunaan otot
bantu nafas. Selain itu tanda sesak nafas merupakan terjadinya kerusakan
membran alveolar-kapiler merusak pleura menyebabkan gangguan
pertukaran gas, produksi sekret yang meningkat, dan pecahnya pembulu
darah mengakibatkan batuk produktif dan batuk darah dapat mengakibatkan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
.
37
2.4.10 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit tuberkulosis
Berat ringannya tuberkulosis paru tergantung pada faktor host,
Virulensi kuman dan lingkungan, menurut WHO (1997) pencetus
terjadinya infeksi yang berat adalah HIV dan kemiskinan berperan pada
keadaan malnutrisi sehingga memperburuk status gizi yang melemahkan
sistem kekebalan tubuh, hal ini dapat diperberat dengan keadaan penyakit
penyerta. Akibat krisis ekonomi terjadi penurunan konsumsi makanan
yang bergizi, sehingga komponen nutrisi untuk bahan pembentukan
antibodi berkurang. Tidak seimbangnya pemasukan yang didapat dengan
kerja keras dibandingkan pengeluaran yang lebih tinggi mengakibatkan
stres psikis yang berkepanjangan. Stres mengakibatkan produksi hormon
stresor kortisol meningkat. Peningkatan kortisol menghambat kerja IL-1,
untuk mengaktifkan limfosit sehingga melemahkan kerja makrofag
menimbulkan kuman mudah mengadakan pembiakan. Pada orang yang
mengalami infeksi namun bila ketahanan tubuhnya normal, 90% akan
sembuh dengan sendirinnya, namun pada mereka yang ketahanan
tubuhnya rendah beresiko tinggi untuk menjadi sakit dari yang ringan
sampai berat, bahkan dapat menyebar keseluruh organ tubuh (Milier, 1997
dikutif Tjandra, 2011).
2.5 Penelitian Terkait Sikap Keluarga dengan Perilaku Pencegahan
Penularan Tuberkulosis
1. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Siti, Dyah, dan Dian yang berjudul
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan
Penularan TBC pada mahasiswa di Asrama Manokwari Sleman
.
38
Yogyakarta tahun 2009. Penelitian ini menggunakan metode observasi
anlitik dengan rancangan penelitian cross setional. Penelitian ini
dilakukan di Asrama Manokwari Sleman dengan teknik Totality
Sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel penlitian sebanyak 37
responden. Berdasarkan hasil penelitian ini, responden paling banyak
mempunyai perilaku baik dengan sikap yang buruk sebanyak 18
responden (48,6 persen) dan 2 (5,4 persen). dari hasil analisis yang
didapatkan korelasi regresi linier dengan nilai Sig 0,001 dan R 0,520
serta R squere 0,270 yang artinya penelitian ini memiliki hubungan
antara sikap tentang TBC dengan perilaku pencegahan penularan di
asrama Manokwari.
2. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Linda Febriana tahun 2011 dengan
judul Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Keluarga tentang
Pencegahan Penyakit Menular Tuberculosis. Desain penelitian ini
menggunakan cross sectional, jumlah sampel yang diambil pada
penelitian ini adalah 22 responden keluarga pasien TB Paru di wilayah
kerja puskesmas wringinaom-gresik melalui metode total sampling.
Setelah ditabulasi data yang dianalisis dengan menggunakan uji
spearman. Hasil penelitian menujukan sikap keluarga sebagian besar
negative yaitu 12 responden (54,5%) besikap positif yaitu 10 responden
(45,5%). Dan perilaku keluarga yang berperilaku baik 6 responden
(27,3%), berperilaku cukup 9 responden (40,9%) dan yang berperilaku
kurang 7 responden (31,8%) sedangkan dari hasil uji statistic diperoleh
.
39
hasil terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku keluarga tentang
pencegahan penyakit menular tuberkulosis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ferry Nugroho dengan judul Hubungan
Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan
Tuberkulosis Paru pada Keluarga di wilayah kerja Puskesmas kota
Wilayah Utara. Penelitian ini menggunakan desain Korelasional.
Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random
Sampling, besar sampel yang didapatkan adalah 25 keluarga. Uji statistik
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Logistik Ganda.
Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki
sikap yang baik yaitu sebanyak 24 responden (96 %) dan paling banyak
responden memiliki perilaku yang baik dan cukup masing-masing
sebanyak 11 responden (44 %). Setelah dilakukan uji statistik Regresi
Logistik Ganda yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan ( =
0,05) didapatkan p = 0,078 dimana p > maka Ho diterima jadi tidak ada
hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penularan Tuberkulosis
paru (TBC paru) pada keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Wilayah Utara.
.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah abtraksi dalam bentuk bagan-bagan agar
mudah diinformasikan (Notoatmodjo, 2015), kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah seperti tabel 3.1 berikut :
Faktor yang mempengaruhi sikap:
1. Pengalaman pribadi
2. Pengaruh orang lain 3. Kebudayaan
4. Media Masa 5. Lembaga pendidikan dan
Lembaga agama 6. Faktor emosional 7. Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku; 1. Faktor predis posisi
2. Faktor-faktor pemungkin 3. Faktor-faktor penguat
Sikap Keluarga sesuai dengan 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
1. Komponen Kognitif 2. Komponen afektif 3. Komponen konatif
Perilaku pencegahan penularan TB Paru
Klasifikasi perilaku kesehatan yaitu:
1. Perilaku pencegahan penyakit 2. Perilaku peningkatan kesehatan, 3. Perilaku gizi
Positif Negatif
1. Prevalensi TB 1. Prevalensi TB
menurun meningkat
2. Menurunya penularan 2. Menularnya TB
TB kepada anggota kepada anggota
keluarga yang lain keluarga yang lain
Keterangan :
Tidak diteliti :
Diteliti :
Hubungan :
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Pada Keluarga Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Cukir Jombang
40
41
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah menyimpulkan suatu ilmu melalui suatu testing dan
pernyataan secara ilmiah atau hubungan yang telah dilaksanakan penelitian
sebelumnya (Nursalam, 2012). Berdasarkan rumusan masalah, maka
hipotesis dalam penelitian adalah :
H1 : Ada hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada
keluarga penderita Tuberkulosis di Puskesmas Cukir Jombang.
.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara yang akan digunkan dalam
penelitian untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu
masalah pada dasarnya menggunakan waktu penelitian (Notoatmodjo, 2015)
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan
yang mungkin timbul selama proses penelitian, hal ini penting karena desain
penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang berpengaruh
dalam penelitian (Nursalam, 2012). Desain penelitian adalah penelitian
analitik cros sectional adalah suatu penelitian yang menyangkut bagaimana
faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan cros sectional
(Notoadmodjo, 2015).
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai penyusunan proposal sampai
dengan penyusunan laporan skripsi pada bulan Februari sampai dengan
bulan Juni 2017
4.2.2 Tempat penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang
42
43
4.3 Populasi Penelitian Sampel dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah objek penelitian atau objek yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga
penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Kabupaten jombang sebanyak 50
orang.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2015). Sampel dalam penelitian ini adalah
keluarga penderita tuberkulosis yang berada di Puskesmas Cukir Kabupaten
Jombang.
Nursalam (2012) penentuan besar sampel dapat dihitung berdasarkan
populasi yang mencerminkan jumlah sampel. Untuk menentukan jumlah
sampel digunakan
N
n = 1+N (d)2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = ingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)
Besar sampel n = n =
N
1+N (d)2 50
1+50(0,05)2 = 50
1+50 (0, 00 25 )
.
44
= 50
1+0,1 25 = 1,12550 = 44,44 = 44 Responden
4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi untuk dapat mewakili
populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2012). Dalam penelitian
ini cara pengambilan sempel menggunakan teknik simple random sampling
yaitu cara pengambilan sampel secara acak sederhana.
4.4 Jalannya penelitian ( Kerangka kerja)
Identifikasi masalah
Rancangan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan
analitik cross sectional
Populasi
Semua keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang
dengan jumlah 50 keuarga
Sampling
Simple random sampling
Sampel
Sebagian keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang dengan jumlah 44 Responden
Pengumpulan data
kuesioner
Pengolahan dan analisa data
Editing, coding, scoring, tabulating, dan uji sperman rank
Penyajian hasil
Penyusunan laporan
Gambar 4.1 : Kerangka kerja Sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada
keluarga penderita Tuberkulosis di Puskesmas Cukir Kabupaten
Jombang
.
45
4.5 Identifikasi Variabel
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu. (Notoatmodjo, 2012).
4.5.1 Variabel independen (variabel bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Hidayat, 2011).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap pencegahan
penularan pada keluarga penderita tuberkulosis.
4.5.2 Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2011). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita
tuberkulosis.
4.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik
(variabel) yang diamati dari sesuatu yang didentifikasi tersebut (Nursalam,
2013).
.
46
Tabel 4.6 Definisi Operasional Sikap Dengan perilaku Pencegahan Penularan pada keluarga penderita tuberkulosis
Variabel Defini
Parameter Alat Ukur Skala Sekor
Operasional
Variabel Pandangan Keluarga Kuesioner Ordinal Positif :
Independen keluarga melaksanakan SS : 4
: Sikap tentang sikapnya sesuai S : 3
pencegahan pencegahan dengan 3 TS : 2
penularan penularan komponen yang STS: 1
pada TB paru saling menunjang Negatif :
keluarga yaitu : SS : 1
penderita 1. Kognitif S : 2
tuberkulosis 2. afektif TS : 3
3. konatif STS: 4 Kriteria
3. Sikap responden
positif, bila T
responden > T
mean
4. Sikap responden
negatif, bila T
responden < T
mean
(Azwar, 2013)
Variabel Tindakan Klasifikasi Kuesioner Ordinal Positif : Dependen yang perilaku Selalu : 4
Perilaku dilakukan kesehatan : Sering : 3 pencegahan untuk 1. Perilaku Jarang : 2
penularan mencegah pencegahan Tidak pernah : 1
pada penularan 2. Perilaku Negatif :
keluarga TB Paru peningkatan Selalu : 1
penderita kesehatan Sering : 2
tuberkulosis 3. Perilaku gizi Jarang : 3
Tidak pernah : 4
Kriteria
Perilaku positif =
Perilaku T skor > T Mean Perilaku negatif =
Perilaku T skor < T
mean
(Azwar, 2013)
4.7 Pengumpulan dan analisa data
4.7.1 Alat / instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2015). Jenis instrumen yang digunakan
dalam penlitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 variabel,
variabel yang pertama berisi 20 pernyataan tentang sikap pencegahan
.
47
penularan pada keluarga penderita tuberkulosis dalam bentuk pernyataan
tertutup berupa pernyataan positif berjumla 10 pernyataan pada pernyataan
nomor 1,2,3,7,8,9,13,14,15,16 dan pernyataan negatif berjumlah 10
pernyataan pada pernyataan nomor 4,5,6,10,11,12,17,18,19,20. Variabel
kedua berisi 10 pernyataan tentang perilaku pencegahan penularan pada
keluarga penderita tuberkulosis yang telah dilakukan warga dalam bentuk
pernyataan tertutup yang terbagi dengan pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Pernyataan positif pada variabel kedua berjumlah 5 pernyataan pada
nomor 1,2,5,6,9 dan pernyataan negatif berjumlah 5 pernyataan pada nomor
3,4,7,8,10.
4.7.2 Tahap pengumpulan data
1. Tahap persiapan pengumpulan data
Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, penliti mengajukan
permohonan rekomendasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang, dan Kepala Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.
2. Setelah ijin penlitian disetujui, peneliti mengumpulkan data dari
Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang, setelah data diambil peneliti
menyeleksi calon responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
peneliti.
3. Setelah mendata yang sesuai dengan kriteria responden, kemudian
peneliti mengadakan pertemuan dengan responden untuk melakukan
informed consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian
ini.
.
48
4. Responden harus mengisi semua daftar pertanyaan dalam kuesioner
yang telah diberikan, dan jika telah selesai kuesioner diserahkan pada
peneliti.
5. Terakhir dilakukan penyusunan laporan hasil penlitian
Pengelolahan data yang lebih ringkas, dan disajikan serta dianalisa
sebagai dasar pengambilan keputusan (Nazir, 2011).
4.7.3 Pengolahan data
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali
apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai
upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Moh.
Nasir, 2011). Dalam editing ini akan dilakukan :
a. Memeriksa kelengkapan data
b. Memeriksa kesinambungan data
c. Memeriksa keseragaman data
2. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut
kriteria tertentu. Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode
tertentu yang biasanya berupa angka (Nazir, 2011). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan beberapa kode pada bagian-bagian tertentu untuk
mempermudah waktu pentabulasian dan analisa data.
a. Responden
Responden1 = R1
Responden2 = R2
.
49
Responden3 = R3
b. Umur
17 – 23 = U1
24 – 30 = U2
31 – 37 = U3
38 – 44 = U4
45 – 51 = U5
52 – 58 = U6
59 – 65 = U7
c. Pekerjaan
Pelajar = P1
Wiraswasta = P2
PNS = P3
Tani = P4
IRT = P5
d. Pendidikan Terakhir
SD = Pt1
SMP = Pt2
SMA = Pt3
Sarjana = Pt4
e. Jenis Kelamin
Laki-laki = J1
Perempuan = J2
.
50
3. Scoring
Melakukan kode ulang pada jawaban yang belum dikelompokan
menjadi kategori tertentu dan memindahkannya dalam analisa yang
lebih lanjut.
Skor untuk pernyataan sikap keluarga tentang pencegahan penularan
TB paru yaitu :
a. Pernyataan positif
Sangat setuju (SS) diberi skor = 4
Setuju (S) diberi skor = 3
Tidak setuju (TS) diberi skor = 2
Sangat tidak setuju (STS) diberi skor = 1
b. Pernyataan negatif
Sangat setuju (SS) diberi skor = 1
Setuju (S) diberi skor = 2
Tidak setuju (TS) diberi skor = 3
Sangat tidak setuju (STS) diberi skor = 4
Skor untuk pernyataan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis
yaitu :
a. Pernyataan positif
Selalu (SL) diberi skor = 4
Sering (SR) diberi skor = 3
Jarang (JR) diberi skor = 2
Tidak pernah (TP) diberi skor = 1
b. Pernyataan negatif
Selalu (SL) diberi skor = 1
.
51
Sering (SR) diberi skor = 2
Jarang (JR) diberi skor = 3
Tidak pernah (TP) diberi skor = 4
4. Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel (Nasir, 2011).
Tabulasi adalah pengelompokan dengan membuat daftar tabel frekuensi
sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Adapun hasil pengolahan
tersebut diinterprestasikan menggunakan skala komulatif :
100% = Seluruhnya
76% – 99% = Hampir seluruhnya
51% - 75% = Sebagian besar dari resonden
50% = Setengah responden
26% - 49% = Hampir dari setengahnya
1% - 25% = Sebagian kecil dari responden
0% = Tidak ada satu pun dari respponden
4.7.4 Analisa Data
Analisa data adalah pengolahan secara manual atau dengan bantuan
komputer yang biasanya melalui beberapa tahap antara lain :
1. Analisis Univariat
Menurut Setiadi (2012), analisis univariat merupakan analisis tiap
variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data
dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Variabel dalam
penelitian ini meliputi variabel satu sikap keluarga tentang pencegahan
penularan pada keluarga penderita tuberkulosis, dan variabel duanya
.
52
adalah perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita
tuberkulosis.
Kedua variabel sama-sama menggunakan skala likert disediakan empat
alternative jawaban dan setiap jawaban sudah tersedia nilainya. Dalam
skala likert ada yang bersifat positif (favorable) terhadap masalah yang
diteliti, sebaliknya ada yang bersifat negatif (unfavorable) terhadap
masalah yang diteliti.
Pernyataan positif sikap keluarga :
a. Sangat setuju (SS) = 4
b. Setuju (S) = 3
c. Tidak setuju (TS) = 2
d. Sangat tidak setuju (STS) = 1
Pernyataan negatif perilaku pencegahan penularan tuberkulosis:
a. Sangat setuju (SS) = 1
b. Setuju (S) = 2
c. Tidak setuju (TS) = 3
d. Sangat tidak setuju (STS) = 4
Pernyataan positif perilaku pencegahan penularan tuberkulosis:
a. Selalu (SL) = 4
b. Sering (SR) = 3
c. Jarang (JR) = 2
d. Tidak pernah (TP) = 1
Pernyataan negatif perilaku pencegahan penularan tuberkulosis :
.
53
a. Selalu (SL) = 1
b. Sering (SR) = 2
c. Jarang (JR) = 3
d. Tidak pernah (TP) = 4
Kemudian dari jawaban responden masing-masing item pernyataan
dihitung tabulasi. Untuk sikap dikategorikan menjadi positif dan negatif
dengan menghitung terlebih dahulu skor T.
T = 50 + 10 [ −
]
Dimana :
X : Skor responden pada skala dukungan yang hendak diubah menjadi
skor T
: Mean skor kel om pok
s : Deviasi standar skor kelompok
untuk mencari s digunakan rumus : ∑( − )2
2 = 1
s : Varians skor pernyataan
n : Jumlah Responden Skor T mea n =
Skor T re sponde n Jumla h Re sponde n
2. Analisis Bivariat
Anlisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
ataupun berkolerasi (Notoatmodjo, 2012), dengan menggunakan uji
statistik adalah spearman rank dengan kemaknaan 0,05 dengan sofware
SPSS, dimana apabila nilai sig < 0,05 maka ada hubungan antara sikap
dengan perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita
.
54
tuberkulosis di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang, sedangkan sig >
0,05 maka tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku
pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberkulosis di
Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.
4.8 Etika Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini, peniliti mengajukan permohonan
kepada institusi Program Pendidikan S1 Keperawatan STIKES ICME
Jombang wawancara terstruktur dengan kuesioner diberikan pada subjek
yang diteliti dengan menekan pada masalahnya dengan melihat etika.
Menurut Hidayat (2014) yaitu yang meliputi :
1. Inform consent (lembar persetujuan)
Inform consent atau lembar persetujuan yang diberikan pada subjek yang
akan diteliti, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang
dilakukan dan dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan, jika responden menolak diteliti
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
2. Anonymity (tanpa nama)
Menjaga kerahasiaan identitas responden peniliti tidak mencatumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data dan cukup memberikan
kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan kerahasiaan dari
responden dijamin peneliti.
.
55
4.9 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi :
1. Ketika mencari responden dalam penelitian ini yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi merupakan suatu tantangan karena peneliti
harus mendatangi setiap rumah dan tidak mengetahui secara lengkap
data dari responden.
2. Banyak responden menganggap bahwa penyakit tuberkulosis
merupakan penyakit yang memalukan karena dapat membuat malu
keluarga.
3. Instrumen mengenai sikap dan perilaku pencegahan penyakit
tuberkulosis yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari teori
dan instrumen dibuat oleh peneliti sendiri, kemudian pernyataan yang
ada di dalam instrumen merupakan pernyataan tertutup, sehingga bisa
jadi pernyataan dalam instrumen ini belum mewakili apa yang
dirasakan oleh responden. Namun peneliti sudah meminimalkan hal
tersebut dengan melakukan uji validitas dan uji reabilitas instrumen.
.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di
Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada bulan april
2017 dengan reponden 44 orang. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian
yaitu data umum dan data khusus. Data umum dimuat karakteristik umur,
pekerjaan, pendidikan terakhir, jenis kelamin. Sedangkan data khusus terdiri
dari sikap pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberkulosis,
perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberkulosis, serta
analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian.
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Cukir Kecamatan diwek Kabupaten Jombang berada di
alamat: Jl. Raya Mojowarno No.9 Cukir, Kec. Diwek, sebelah utara desa
Jatirejo, sebelah selatan desa Kayangan, sebelah timur desa Semoyono,
sebelah barat desa Keras, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia :
Rawat jalan, BP Umum, BP Gigi, Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga
Berencana, Laboratorium, Klinik Remaja, Klinik Sanitasi, Pojok Gizi, UGD,
Rawat Inap Poli Bersalin / PONED, Pelayanan Obgyn. Jaringan Puskesmas
dan UKBM : Puskesmas Pembantu 2, Polindes 11, Bidan di Desa 19,
Posyandu Lansia 25, Posyandu Madya 15, Posyandu Purnama 43, Posyandu
Mandiri 3, Pos Kesehatan desa 11.
56
57
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
a. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi respoonden berdsarkan umur di Puskesmas
Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada bulan april
2017
No Umur Frekuensi Presentase(%)
1 17-23 Tahun 3 6,8
2 24-30 Tahun 3 6,8
3 31-37 Tahun 4 9,1
4 38-44 Tahun 16 36,4
5 45-51 Tahun 12 27,3
6 52-58 Tahun 5 11,4
7 59-65 Tahun 1 2,3
Total 44 100,0 Sumber : data primer tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan hampir dari setengah
responden berusia 38-44 tahun yaitu sebanyak 16 orang (36,4%).
b. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di
Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada
bulan april 2017
No Pekerjaan Frekuensi Presentase(%)
1 Pelajar 1 2,3
2 Wiraswasta 15 34,1
3 PNS 1 2,3
4 Tani 9 20,5
5 IRT 18 40,9
Total 44 100,0 Sumber : data primer tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir dari setengah
responden berkerja sebagai IRT berjumlah 18 orang (40,9%).
.
58
c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pendidikan
terakhir di Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten jombang pada bulan April 2017
No Pendidikan Frekuensi Presentase(%)
1 SD 9 20,5
2 SMP 22 50,0
3 SMA 12 27,3
4 Sarjana 1 2,3
Total 44 100,0 Sumber : data primer tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa setengah responden
yang berpendidikan terakhir SMP sejumlah 22 orang (50,0%).
d. Karakteristik respponden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi respponden berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek kabupaten jombang pada bulan april
2017
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase(%)
1 Laki-laki 14 31,8
2 Perempuan 30 68,2
Total 44 100,0 Sumber : data primer tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar dari
responden perempuan sebesar 30 orang (68,2%).
5.2.2 Data khusus
a. Sikap Tentang Pencegahan Penularan Pada Keluarga Penderita
Tuberkulosis
Tabel 5.5 Karakteristik responden berdasarkan sikap tentang pencegahan
penularan pada keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada bulan april
2017 No Kriteria Frekuensi Presentase(%)
1 Positif 26 59,1
2 Negatif 18 40,9
Total 44 100,0 Sumber : data primer tahun 2017
.
59
Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan sebagian besar dari
responden bersikap positif dalam pencegahan penularan pada keluarga
penderita tuberkulosis berjumlah 26 orang (59,1%)
b. Perilaku Pencegahan Penularan Pada Keluarga Penderita Tuberkulosis
Tabel 5.6 Karakteristik responden berdasarkan perilaku pencegahan
penularan pada keluarga penderita tuberkulosis di
Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
pada bulan april 2017
No Kriteria Frekuensi Presentase(%)
1 Positif 39 88,6
2 Negatif 5 11,4
Total 44 100,0
Sumber : data primer tahun 2017
Berdarkan tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
dari responden yang berperilaku positif dalam pencegahan penularan
pada keluarga penderita tuberkulosis sebanyak 39 orang (88,6%).
c. Hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada keluarga
penderita tuberkulosis
Tabel 5.7 Tabulasi silang hubungan sikap dengan perilaku pencegahan
penularan pada keluarga penderita tuberkulosis di
Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pada bulan april 2017
Sikap perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita
tuberkulosis
pencegahan
Positif Negatif
Jumlah
penularan
F % f % F %
Positif 26 59,1 0 0 26 59,1
Negatif 13 29,5 5 11,4 19 40,9
Jumlah 39 88,6 5 11,4 44 100,0
Uji spearman Rank’s p=0,004
Sumber : data primer tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.7 diatas menunjukan bahwa sebagian besar
responden memiliki sikap yang positif sejumlah 26 (59,1%) responden
dimana 26 (93,2%) responden memiliki perilaku pencegahan positif.
.
60
Analisis data dilakukan secara bivariate dengan menggunakan uji
spearman Rank dengan derajat kemaknaan 5% dilakukan untuk
mengetahui hubungan. Berdasarkan hasil uji spearman Rank antara
variabel sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada anggota
keluarga tuberkulosis di Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang didapatkan nilai p= 0,004 hasil tersebut lebih kecil
dari signifikansi yang digunakan yaitu α = 0,05 artinya ada hubungan
antara sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada keluarga
penderita tuberkulosis.
.
61
5.3 Pembahasan
5.3.1 Sikap Tentang Pencegahan Penularan Pada Keluarga Penderita
Tuberkulosis
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden di Puskesmas Cukir kabupaten Jombang
mempunyai sikap positif sebesar 26 responden (59,1%).
Peneliti berpendapat bahwa sikap positif yang didapatkan pada
hasil penelitian tersebut merupakan cerminan dari kegiatan yang
didapatkan dimana rata-rata dari semua parameter yang telah diberikan
hampir semua responden pada aspek afektif setuju untuk melakukan
pencegahan penularan tuberkulosis seperti keluarga mengerti bahwa
lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi penyebaran tuberkulosis,
penderita tuberkulosis tidak dikucilkan dari keluarga atau masyarakat,
keluarga juga setuju bahwa pemeriksaan kesehatan penting bagi keluarga,
dan penyuluhan tuberkulosis perlu dilaksanakan oleh petugas puskesmas.
Peneliti juga berpendapat bahwa sikap negatif didapatkan dari hasil
parameter pada aspek kognitif dan konatif yaitu keluarga mengira bahwa
penyakit tuberkulosis dapat sembuh sendiri, keluarga juga berpendapat
bahwa tuberkulosis adalah penyakit yang menurun, keluarga juga membeli
obat di warung atau toko pada saat anggota keluarganya ada yang batuk,
dan penderita tuberkulosis membuang dahaknya di sembarang tempat.
Menurut Azwar (2013) afektif merupakan perasaan yang
menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
.
62
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang, komponen afektif disamakan dengan perasaan
yang dimiliki seseorang terhadap pencegahan penularan tuberkulosis.
Sikap responden dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.3 menunjukkan bahwa setengah
responden pendidikan terakhir SMP sebesar 22 responden (50%). Menurut
Azwar (2007) pendidikan berperan dalam meningkatkan pola berpikir dan
wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan semakin baik pengetahuan
seseorang. Menurut pendapat peneliti bahwa pendidikan merupakan salah
satu aspek yang berperan dalam menambah wawasan dan pola berpikir
lebih luas. Pendidikan SMP mempengaruhi dalam pola berpikir, karena
pada pendidikan SMP kemampuan berpikirnya masih dalam bentuk
kongkrit. Pola berpikir secara kongkrit menyebabkan kemampuannya
dalam memandang suatu objek dalam konteks ini adalah pencegahan
penularan tuberkulosis. Mereka mampu berpikir jika penularan
tuberkulosis merupakan penyakit menular, sehingga apabila dalam
keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis mereka menyadari
apabila penyakit ini dapat menularkan kuman dalam keluarga.
Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebesar 30 responden (68,2%).
Suatu studi di India yang dilakukan Rajeswari, dkk (2013) terlihat bahwa
laki-laki lebih lama dalam hal penundaan diagnosis TB dibandingkan
perempuan. Menurut peneliti jenis kelamin perempuan lebih bersikap
positif terhadap masalah sehari-hari seperti mengasuh anak, memenuhi
.
63
kebutuhan gizi keluarga, mengenal masalah keluarga, memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan, memberikan perawatan
terhadap keluarga yang sakit.
5.3.2 Perilaku Pencegahan Penularan Pada Keluarga Penderita Tuberkulosis
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa
hampir seluruh responden di Puskesmas Cukir kabupaten Jombang
berperilaku pencegahan penularan positif sebesar 39 responden (88,6%).
Menurut peneliti perilaku pencegahan penularan pada keluarga
penderita tuberkulosis sebagian besar adalah positif dikarenakan hampir
seluruh responden pada parameter aspek peningkatan kesehatan dan gizi
berkelakuan positif yaitu keluarga selalu membantu penderita tuberkulosis
kontrol di puskesmas, penderita tuberkulosis juga selalu tepat waktu saat
minum obat di rumah, dan keluarga selalu memberikan makanan yang
bergizi kepada penderita tuberkulosis. Peneliti juga berpendapat bahwa
perilaku negatif didapatkan dari hasil peneliti pada parameter aspek
pencegahan penyakit yaitu dimana penderita tuberkulosis meludah di
sembarangan tempat, dan keluarga penderita tidak menggunakan masker
saat kontak dengan penderita.
Perawatan pencegahan melibatkan aktivitas peningkatan kesehatan
termasuk program kesehatan khusus yang dibuat untuk membantu klien
menurunkan resiko sakit, mempertahankan fungsi yang maksimal, dan
meningkatkan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan yang baik
(Perry & Potter, 2007). Gizi (makanan dan minuman) dapat memelihara
serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan
.
64
minuman dapat menjadi penyebab menurunya kesehatan seseorang,
bahkan dapat mendatangkan penyakit (Notoatmodjo, 2012).
Perilaku pencegahan penularan tuberculosis dapat dipengaruhi oleh
umur. Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden kelompok umur 38-44 tahun sebesar (36,4%). Menurut
pendapat Hurlock (2009) mengungkapkan bahwa umur mempengaruhi
perkembangan kognitif dan wawasan seseorang. Perkembangan kognitif
merupakan aspek yang menentukan seseorang untuk berperilaku. Menurut
peneliti tingkat kedewasaan keluarga penderita tuberkulosis paru
bersinergi dengan berkembangnya umur seseorang, dimana umur
membentuk pengalaman kelompok umur 38-44 tahun memiliki
pengalaman yang lebih luas terkait dengan bagaimana mencegah
tertularnya penyakit tuberkulosis paru. Hal ini disebabkan oleh
berkembangnya pola berpikir, dimana berkembangnya pola berpikir ini
mempengaruhi wawasan sehingga membentuk tindakan untuk mencegah
tertularnya penyakit tuberkulosis paru. Tindakan yang dilakukan adalah
dengan menjaga kesehatan, memotivasi keluarga yang menderita
tuberkulosis paru untuk melakukan pengobatan.
Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir dari
setengah responden berkerja sebagai IRT berjumlah 18 orang (40,9%).
Menurut Effendy (2014) ibu rumah tangga merupakan sosok ibu yang
berperan dalam mengurus rumah tangga, mengasuh serta mendidik anak-
anaknya, memenuhi kebutuhan afektif dan sosial keluarganya. Menurut
peneliti ibu rumah tangga mempunyai tanggung jawab dan berkwajiban
.
65
memperhatikan kesehatan rumah, lingkungan dan kesehatan keluargannya
saat sakit, seorang ibu secara otomatis akan merawat anggota
keluargannya yang sakit dan membawanya ketempat pelayanan kesehatan,
serta memberikan makanan yang bergizi bagi keluargannya.
5.3.3 Hubungan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Pada Keluarga
Penderita Tuberkulosis
Hasil analisis diperoleh koefisien korelasi Spearman rank’s sebesar
0,430 hal ini menunjukkan bahwa nilai keeratan hubungan antara sikap
dengan perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita
tuberkulosis paru cukup kuat, dengan ralat kesalahan 0,004< 0,05 yang
berarti ada hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada
keluarga penderita tuberkulosis paru.
Peneliti berpendapat bahwa semakin memiliki sikap positif maka
akan berperilaku positif terhadap upaya pencegahan penularan
tuberkulosis yang dilakukannya, dan sebaliknya jika sikap negatif maka
akan berperilaku negatif terhadap upaya pencegahan penularan
tuberkulosis. Pada dasarnya salah satu factor yang mempengaruhi perilaku
adalah sikap. Sikap merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk perilaku seseorang. Sikap orang tentang tuberkulosis dapat
mendorong oang tersebut dalam melakukan tindakan pencegahan
penularan karena mengetahui bahaya dari tuberkulosis. Hal ini disebabkan
oleh faktor sikap yang dimiliki oleh responden. hasilpenelitian tentang
sikap didapatkan sebagian besar respond memiliki sikap positif terhadap
.
66
upaya pencegahan penyakit tuberkulosis sehingga perilaku pencegahan
yang dilakukan responden sudah baik.
Menurut widayatun diasumsikan perilaku timbul dari sikap,
penelitian yang mempertanyakan bagaimana konsistensi kedua hal itu satu
sama lainya. Bahwa perilaku konsisten dengan sikap hanya dalam kondisi
tertentu. Sikap ini tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah
selalu mencermikan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa
seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang
bertentangan dengan sikapnya (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini
menjelaskan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam semua
level pencegahan penyakit. Dalam pencegahan primer keluarga dapat
mempengaruhi pemilihan gaya hidup yang dapat mencegah penyakit. Hal
penting yang mempengaruhi kesehatan adalah perilaku pencegahan
penyakit dan perilaku pemulihan kesehatan. Perilaku pencegahan penyakit
pada keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Nies dan McEwen
(2007) mengatakan bahwa perilaku yang sehat dalamkeluarga termasuk
dalam pelaksanaanpromosi dan proteksi kesehatan.Benyamin Bloom
(1908) dalam Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa domain dari
perilaku adalah sikap dan tindakan. Roger (1974) dalam Notoatmodjo
(2012) memiliki pendapat yang sama yaitu perilaku yang tidak didasari
oleh perilaku yang adekuat tidak akan bertahan lama pada kehidupan
seseorang, sedangkan sikap yang adekuat jika tidak diimbangi oleh
perilaku yang berkesinambungan tidak akan mempunyai makna yang
berarti bagi kehidupan.
.
67
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumiyati (2013) yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap responden dengan
perilaku pencegahan penularan penyakit tuberkulosis di RW 04 Kelurahan
lagoa Jakarta utara. Nilai probalitas yang didapatkan bersifat signifikan
yaitu 0,003<0,05. Nilai coefficient corelation yang didapatkat 0,378
menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat dan searah antara sikap
masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit tuberkulosis yang artinya
semakin positif sikap seseorang, maka semakin baik upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis yang dilakukan.
Berdasarkan data diatas bahwa perilaku keluarga tentang
pencegahan penyakit menular tuberkulosis di Puskesmas Cukir kabupaten
Jombang hasilnya positif. Dikarenakan keluarga mendapatkan informasi
dari petugas kesehatan yang ada di Puskesmas saat keluarga dan pasien
berobat di Puskesmas. Informasi yang didapatkan oleh keluarga
menjadikan perilaku positif dalam pencegahan tuberkulosis. Berdasarkan
hasil penelitian bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku
pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas
Cukir kabupaten Jombang.
.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
yang telah dilakukan di Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek kabupaten
Jombang sebagai berikut :
6.1 Kesimpulan
1. Sikap tentang pencegahan penularann pada keluarga penderita tuberkulosis
paru sebagian besar responden adalah sikap positif.
2. Perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita tuberkulosis paru
hampir seluruh resonden adalah perilaku pencegahan penularan positif.
3. Ada hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penulan pada keluarga
penderita tuberculosis di Puskesmas Cukir kabupaten Jombang.
6.2 Saran
1. Bagi Keluarga
Dapat mengerti tentang pencegahan penyakit tuberkulosis dan mengetahui
cara melakukan pencegahan penularan tuberkulosis.
2. Bagi Perawat Puskesmas Cukir
Dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku
pencegahan penularan penyakit tuberculosis secara rutin.
3. Bagi Peneliti Selanjunya
Hasil penilitian ini hendaknya dijadikan sebagai jurnal bagi peneliti
selanjutnya, yang dapat dijadikan sebagai referensi yang akan meneliti
lebih lanjut.
68
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. (2013) Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dinkes Jatim. (2014) Penyakit Menular Langsung Tuberkulosis. Profil Kesehatan Jawa Timur, Surabaya.
Dinkes Jombang. (2015) Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus Tb Paru Bta+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas. Profil
Kesehatan jombang.
Djannah, S.N.,Suryani, D.,Purwati, A.A. (2009) Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan TBC Pada Mahasiswa
Di Asrama Manokwari Sleman, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Vol.3, No.3, September 2009
Fibriana, L.P. (2011) Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Keluarga Tentang
Pencegahan Penyakit Menular Tuberkulosis, Jurnal keperawawatan,
Vol.01, No.01, Januari – Desember 2011.
Hidayat, Alimul. A. (2011) Metode Penelitian. Bandung: Mandar Madju.
Hidayat. (2014) Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock, E.B. (2009) Psikologi Perkembangan : Suatu Perkembangan Sepanjang.
Rentan Kehiidupan. Jakarta : EGC.
Kemenkes RI. (2015) Penyakit Menular Langsung Tuberkulosis. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta
Mansjoer, Arief. (2010) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Moch. Nazir. (2011) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nies, M. A. dan McEwen, M (2007) Community/public health nursing :
Promoting the health of populations. St. Louis, MO : Elsevier Saunders.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012) Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012) Ilmu Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2012) Metodelogi Penilitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2015) Metodelogi Penilitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, F.A. (2010) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga,
STIKES Baptis Kediri.
Nursalam. (2012) Konsep dan Penerapan Metodelogi Penilitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Perry & Potter. (2007) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktek. Edisi 4. Vol. 1. Jakarta : EGC.
Purwanto, N.H. (2011) Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Menular Tuberkulosis, Jurnal Keperawatan
dan kebidanan, Stikes Dian Husada Mojokerto.
Rajeswari, dkk (2013) Single vs multidrug therapy in enteric fever. Indian J Pediatr. Januari.
Setiadi. (2012) Konsep dan ProsesKeperawatan Keluarga, Edisi Pertama. Jogjakarta: Graha Ilmu
Sobur, Alex. (2011) Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Tjandra, Yoga. (2011) Jurnal Tuberkulosis Indonesia. Jakarta.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013) Keperawawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Nuha Medika
.
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN “INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG 2017
No. Jadwal Kegiatan Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi judul dan studi kepustakaan
2 Studi pendahuluan
3 Menyusun dan konsultasi BAB 1
4 Menyusun dan konsultasi BAB 2
5 Menyusun dan konsultasi BAB 3
6 Menyusun dan konsultasi BAB 4
7 Konsultasi lembar observasi
8 Sidang Proposal
9 Revisi Proposal
10 Pengambilan data
11 Pengolahan data
12 Konsultasi tabulasi
13 Menyusun dan konsultasi BAB 5 dan 6
14 Konsultasi abstrak dan kelengkapan sidang skripsi
15 Sidang hasil skripsi
La
mp
iran
1
.
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Yth.
Calon Responden Penelitian
Di tempat
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Insan
Cendekia Medika Jombang yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhammad Mushoffa Izzudin
Judul penelitian : Sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada keluarga
penderita Tuberkulosis.
Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya mohon
sekiranya kesediaan ibu untuk mengisi kuesioner yang telah saya sediakan. Saya
menjamin kerahasiaan dan tidak akan saya gunakan diluar kepentingan penelitian
ini serta hasilnya dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan
pengetahuan. Atas kesediaanya, saya mengucapkan terima kasis.
Jombang, 2017
Muhammad Mushoffa Izzudin
.
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya adalah Muhammad Mushoffa Izzudin (133210038) mahasiswa
Program studi S1 Keperawatan Insan Cendekia Medika Jombang. Saat ini sedang
melakukan penelitian tentang Sikap dengan perilaku pencegahan penularan pada
keluarga penderita tuberkulosis di Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu/bapak untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon mengisi lembar
kuesioner dan observasi dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan
menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan.
Partisipasi ibu/bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas
mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi dan semua
informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
keperluan penelitian ini. Terimakasih atas partisipasi ibu/bapak dalam penelitian
ini.
Jombang, 2017
Peneliti Responden
(Muhammad Mushoffa Izzudin) (…………………………)
.
Lampiran 4
KISI-KISI KUESIONER
No Variabel Indikator Nomor Soal
Positif Negatif
1 Sikap tentang Kognitif 1,2,3 4,5,6
penularan
Afektif 7,8,9 10,11,12
Tuberkulosis
Konatif 13,14,15,16 17,18,19,20
2 Perilaku Perilaku pencegahan penyakit 1,2 3,4
pencegahan
Perilaku peningkatan kesehatan 5,6 7,8
penularan
Tuberkulosis
Perilaku gizi 9 10
.
LEMBAR KUESIONER
I. BAGIAN A : DATA
UMUM Kode responden :
Umur:
Pendidikan:
Pekerjaan :
II. Petunjuk pengisian
Jawablah pernyataan berikut dengan memberi tanda
pada jawaban yang dianggap paling sesuai
1. Sangat setuju (SS) jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan
pendapat anda
2. Setuju (S) jika pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat anda
3. Tidak setuju (TS) jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat
anda
4. Sangat tidak setuju (STS) jika pernyataan tersebut sangat tidak sesuai
dengan pendapat anda
No Pernyataan SS S TS STS
1 Penyakit TB paru merupakan penyakit yang menular
2 Menurut keluarga penyakit TB paru dapat sembuh
sendiri
3 Percikan dahak penderita TB paru positif dapat
menularkan kuman tuberkulosis
4 Menurut keluarga TB paru bukan penyakit keturunan
5 Menurut keluarga tidak perlu tahu masalah penyakit
TB paru
6 Penderita TB paru positif tidak menularkan penyakit
TB paru kepada orang lain
7 Keluarga menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal
dapat mempengaruhi penyebaran TB paru
8 Penderita TB paru sebaiknya dikucilkan dari keluarga,
masyarakat, dan pekerjaanya
Setiap anggota keluarga yang batuk terus menerus
9 lebih dari 3 minggu sebaiknya melakukan
pemeriksaan dahak
10 Menurut keluarga pemeriksaan kesehatan tidak
penting bagi keluarga
11 Penyuluhan TB paru tidak perlu dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas
12 Keluarga tidak perlu memperhatikan kebersihan
lingkungan tempat tinggal
.
Jika keluarga mengalami batuk-batuk, keluarga lebih
13 memilih membeli obat di warung dari pada di
Puskesmas
14 Menurut keluarga pencegahan TB paru dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi jamu
Kasur penderita TB paru yang digunakan setiap dua
15 hari sekali di jemur agar kuman tuberkulosis mati oleh
sinar matahari
16 Jendela kamar dibuka setiap pagi agar udara dan sinar
matahari masuk kedalam ruangan kamar
17 Penderita TB paru tidak perlu menutup mulut dengan
tisue atau sapu tangan pada saat batuk
18 Penderita TB paru positif sebaiknya tidak membuang
dahak di sembarang tempat
19 Penderita TB paru positif tidak perlu mempunyai alat
makan sendiri
20 Agar orang lain tidak tertular penyakit TB paru,
penderita TB paru sebaiknya berbicara tidak terlalu
dekat
III. Perilaku Pencegahan Penularan Tubekulosis Paru
1. Selalu (SL) jika selalu dilakukan
2. Sering (SR) jika melakukan tidak intensif sehari-hari
3. Jarang (JR) jika jarang dilakukan
4. Tidak pernah (TP) jika tidak pernah dilakukan
No Pertanyaan SL SR JR TP
1 Penderita TB paru meludah disembarangan tempat
2 Keluarga selalu menjaga kebersihan lingkungan
3 Pada waktu bersin atau batuk penderita TB paru tidak
menutup mulut
4 Keluarga penderita tidak menggunakan masker saat
kontak dengan penderita TB paru
5 Keluarga membantu penderita TB paru 3 hari sekali
kontrol di puskesmas
6 Penderita Tb paru melakukan olah raga setiap hari
agar meningkatkan daya tahan tubuh
7 Penderita tidak tepat waktu saat minum obat dirumah
8 Keluarga tidak membuka jendela setiap pagi hari
9 Keluaga setiap hari memberikan makanan yang
bergizi kepada penderita TB paru
10 Penderita tidak mau makan buah dan minum susu
setiap hari
.
Lampiran 5
Lampiran 6
.
Lampiran 7
Lampiran 8
Data Umum
No Karakteristik
Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
1 2 5 1 5
2 1 4 2 2
3 2 2 3 2
4 1 3 3 2
5 2 5 1 5
6 2 4 1 5
7 2 1 3 2
8 1 1 3 2
9 2 4 2 5
10 1 3 3 2
11 2 5 2 4
12 2 4 2 5
13 1 2 3 2
14 1 1 2 1
15 2 4 3 2
16 2 4 2 4
17 2 5 2 5
18 2 6 1 5
19 1 5 1 4
20 1 4 3 2
21 2 3 4 3
22 1 3 3 2
23 2 6 1 5
24 2 5 2 5
25 2 4 2 2
26 2 5 2 5
27 2 5 2 5
28 1 4 2 4
29 2 7 1 5
30 2 4 2 5
31 2 5 2 4
32 2 6 2 5
33 1 4 3 2
34 2 5 2 5
35 2 4 2 2
36 2 4 2 5
37 2 6 1 5
.
38 2 5 2 4
39 1 4 2 4
40 1 2 3 2
41 2 4 1 5
42 2 6 2 4
43 2 5 2 4
44 1 4 3 2
Keterangan :
a. Responden
Responden1 = 1
Responden2 = 2
Responden3 = 3
b. Umur
17 – 23 = 1
24 – 30 = 2
31 – 37 = 3
38 – 44 = 4
45 – 51 = 5
52 – 58 = 6
59 – 65 = 7
c. Pekerjaan
Pelajar = 1
Wiraswasta = 2
PNS = 3
Tani = 4
IRT = 5
d. Pendidikan Terakhir
SD = 1
SMP = 2
SMA = 3
Sarjana = 4
e. Jenis Kelamin
Laki-laki = 1
Perempuan = 2
.
Lampiran 9
Tabulasi Kuesioner Sikap
Item kuesioner
Nomor Kognitif Afektif Konatif Skor T_skor Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 2 1 2 2 3 1 3 3 1 3 2 3 3 3 3 1 3 3 47 40,32 2
2 3 2 3 2 4 3 4 2 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 4 1 63 58,06 1
3 3 1 3 1 3 3 2 1 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 1 3 48 41,43 2
4 4 2 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 2 1 4 4 4 1 4 3 65 60,28 1
5 3 2 3 3 2 1 3 3 3 2 1 3 1 2 3 3 2 2 3 2 47 40,32 2
6 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 62 56,95 1
7 4 1 3 3 4 3 4 1 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 3 2 61 55,85 1
8 4 1 4 2 4 4 4 1 4 4 4 4 2 2 3 4 4 2 4 1 62 56,95 1
9 4 2 4 2 3 4 4 1 4 4 4 4 2 1 4 4 4 1 4 4 64 59,17 1
10 4 1 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 2 3 4 4 3 1 4 2 62 56,95 1
11 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 1 2 3 4 4 2 4 1 63 58,06 1
12 3 2 3 2 3 1 3 1 3 3 3 3 1 1 2 3 3 2 3 2 47 40,32 2
13 3 3 3 3 1 2 2 3 3 2 1 3 3 3 3 1 2 1 2 2 46 39,22 2
14 3 2 4 1 3 3 4 3 3 4 3 4 2 4 3 4 3 2 3 3 61 55,85 1
15 4 2 3 2 3 4 3 2 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 62 56,95 1
16 3 3 2 1 3 2 3 1 4 3 3 3 1 1 3 3 3 1 3 1 47 40,32 2
17 4 2 3 3 3 2 4 1 4 4 4 3 2 3 3 4 4 2 4 2 61 55,85 1
18 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 50 43,65 2
19 2 3 2 1 3 1 3 2 3 3 3 3 2 1 3 3 3 2 3 3 49 42,54 2
20 3 1 3 4 3 3 4 2 4 3 4 4 3 2 3 3 4 2 3 3 61 55,85 1
21 4 2 3 3 4 4 4 1 3 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 66 61,39 1
22 4 1 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 3 2 3 4 4 1 3 2 62 56,95 1
23 3 3 2 4 3 3 3 1 3 4 3 4 3 3 3 4 3 2 4 3 61 55,85 1
24 2 3 2 1 3 1 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 49 42,54 2
25 4 2 3 2 4 3 4 2 3 4 3 4 3 2 3 4 4 2 3 2 61 55,85 1
26 3 1 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 3 1 48 41,43 2
27 4 2 3 2 4 4 3 1 4 4 3 4 2 3 4 4 4 2 3 2 62 56,95 1
28 3 1 3 3 2 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 48 41,43 2
29 3 1 3 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 50 43,65 2
30 4 3 4 2 3 4 4 2 3 4 3 4 2 2 3 4 4 2 2 3 62 56,95 1
31 2 1 2 2 2 1 3 1 3 2 2 3 1 1 2 3 3 1 2 2 39 31,46 2
32 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 69 64,71 1
33 4 2 4 2 4 4 4 1 4 4 3 4 2 2 4 4 4 2 4 3 65 60,28 1
34 3 2 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 3 2 4 4 3 1 4 3 61 55,85 1
35 2 1 3 1 3 1 2 1 2 2 3 3 1 2 3 3 2 1 2 1 39 31,46 2
36 4 2 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 2 2 3 4 3 2 3 3 63 58,06 1
37 2 1 2 2 1 1 3 1 3 2 2 3 1 1 2 2 3 1 2 2 37 29,24 2
38 3 2 3 3 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 49 42,54 2
39 3 2 3 2 4 3 3 2 4 4 3 4 2 3 4 4 4 2 3 2 61 55,85 1
40 1 2 1 3 1 3 1 2 1 3 1 3 2 3 3 3 1 3 3 2 42 34,78 2
41 3 3 3 2 4 3 3 1 3 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 61 55,85 1
42 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 3 4 4 2 3 3 67 62,5 1
.
43 3 2 4 3 4 2 3 2 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 3 2 62 56,95 1
44 2 1 1 2 3 1 3 2 3 3 3 3 1 1 2 3 1 1 2 2 40 32,56 2
Jumlah 139 86 133 101 136 120 141 73 144 149 137 153 93 101 139 153 141 82 131 100 2452 2200
Rata-rata 3,2 2 3 2,3 3,1 2,7 3,2 1,7 3,3 3,4 3,1 3,5 2,1 2,3 3,2 3,5 3,2 1,9 3 2,3 55,73 49,999
Rata-Rata 2,7
3
2,6
8,398
perparameter
Keterangan :
Positif = 26
Negatif = 18
.
Tabulasi Kuesioner Perilaku
Item kuesioner
Nomor Pencegahan Peningkatan
Gizi Skor T_skor Kriteria
Penyakit
Kesehatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 1 3 3 4 4 4 3 31 50,47 1
2 1 4 4 2 4 3 4 3 4 3 32 54,61 1
3 2 4 3 1 4 2 4 4 4 3 31 50,47 1
4 1 4 4 2 3 4 4 3 4 4 33 58,76 1
5 3 4 4 1 3 2 4 4 4 3 32 54,61 1
6 1 3 4 2 4 3 3 3 4 4 31 50,47 1
7 3 3 4 2 3 2 4 4 4 3 32 54,61 1
8 2 3 4 2 3 4 4 3 4 4 33 58,76 1
9 2 4 3 2 4 3 4 3 3 4 32 54,61 1
10 2 3 4 1 3 4 4 3 3 4 31 50,47 1
11 1 4 4 2 3 4 3 3 4 3 31 50,47 1
12 1 3 3 1 3 2 3 3 3 3 25 25,61 2
13 1 3 3 1 2 1 3 3 3 2 22 13,18 2
14 1 4 4 1 4 1 4 4 4 4 31 50,47 1
15 2 4 3 2 4 3 4 3 4 3 32 54,61 1
16 2 4 3 1 3 4 3 4 4 4 32 54,61 1
17 1 4 4 2 3 2 4 4 3 4 31 50,47 1
18 2 4 4 1 3 4 4 4 3 3 32 54,61 1
19 2 4 3 1 4 3 3 4 3 4 31 50,47 1
20 1 4 3 2 4 2 4 4 4 4 32 54,61 1
21 2 3 4 2 4 2 4 4 3 4 32 54,61 1
22 1 4 4 1 4 2 4 3 4 4 31 50,47 1
23 2 4 3 2 4 2 4 4 4 3 32 54,61 1
24 3 3 4 1 4 3 3 4 3 3 31 50,47 1
25 2 4 4 2 4 2 4 3 4 4 33 58,76 1
26 3 4 4 1 3 2 3 4 3 4 31 50,47 1
27 1 4 3 2 4 4 3 4 4 3 32 54,61 1
28 3 3 4 1 3 2 4 3 4 4 31 50,47 1
29 3 3 3 1 4 4 4 3 4 2 31 50,47 1
30 2 4 3 2 4 3 3 4 3 4 32 54,61 1
31 1 3 4 1 3 1 3 4 3 3 26 29,75 2
32 2 4 4 2 4 3 4 3 3 4 33 58,76 1
33 2 4 3 1 4 3 4 4 4 3 32 54,61 1
34 2 4 4 2 3 2 4 3 4 4 32 54,61 1
35 3 3 4 2 3 2 3 4 4 3 31 50,47 1
36 3 4 4 2 4 2 3 3 4 4 33 58,76 1
37 1 3 3 1 3 2 3 3 3 3 25 25,61 2
38 2 4 4 2 3 4 3 4 3 3 32 54,61 1
.
39 2 4 3 2 4 3 4 3 3 4 32 54,61 1
40 3 3 4 1 4 2 3 4 4 3 31 50,47 1
41 2 4 4 2 3 2 3 4 4 3 31 50,47 1
42 2 4 3 2 3 2 4 3 4 4 31 50,47 1
43 2 4 4 1 4 2 4 3 4 4 32 54,61 1
44 1 3 3 1 4 1 4 3 3 2 25 25,61 2
Jumlah 83 160 159 67 154 113 159 154 159 151 1359 2199,9
Rata-rata 1,88 3,63 3,61 1,52 3,5 2,56 3,61 3,5 3,61 3,43 30,89 49,99
Rata-Rata 2,6
3,3
3,5 9,483
perparameter
Keterangan :
Positif = 39
Negatif = 55
.
Lampiran 10
SPSS DATA UMUM
Frequencies
Statistics
Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
N Valid 44 44 44 44
Missing
0
0
0
0
Frequency Table
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Laki-laki 14 31,8 31,8 31,8
Valid Perempuan 30 68,2 68,2 100,0
Total 44 100,0 100,0
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Umur 17-23 3 6,8 6,8 6,8
Umur 24-30 3 6,8 6,8 13,6
Umur 31-37 4 9,1 9,1 22,7
Valid Umur 38-44 16 36,4 36,4 59,1
Umur 45-51
12
27,3
27,3 86,4
Umur 52-58 5 11,4 11,4 97,7
Umur 59-65 1 2,3 2,3 100,0
Total 44 100,0 100,0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SD 9 20,5 20,5 20,5
SMP 22 50,0 50,0 70,5
Valid SMA 12 27,3 27,3 97,7
Sarjana 1 2,3 2,3 100,0
Total 44 100,0 100,0
.
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Pelajar 1 2,3 2,3 2,3
Wiraswasta 15 34,1 34,1 36,4
PNS 1 2,3 2,3 38,6 Valid
Tani 9 20,5 20,5 59,1
IRT 18 40,9 40,9 100,0
Total 44 100,0 100,0
.
Lampiran 11
SPSS DATA KHUSUS
Frequencies
Statistics
Sikap Perilaku
pencegahan pencegahan
penularan pada penularan pada
keluarga keluarga
penderita Tb penderita Tb
Valid 44 44 N
Missing 0 0
Frequency Table
Sikap pencegahan penularan pada keluarga penderita Tb
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Positif 26 59,1 59,1 59,1
Valid Negatif 18 40,9 40,9 100,0
Total 44 100,0 100,0
Perilaku pencegahan penularan pada keluarga penderita Tb
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Positif 39 88,6 88,6 88,6
Valid Negatif 5 11,4 11,4 100,0
Total 44 100,0 100,0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
sikap pencegahan penularan pada keluarga 44 100,0% 0 0,0% 44 100,0%
penderita Tb * Perilaku pencegahan
penularan pada keluarga penderita Tb
.
sikap pencegahan penularan pada keluarga penderita Tb * Perilaku pencegahan
penularan pada keluarga penderita Tb Crosstabulation
Count
Perilaku pencegahan penularan Total
pada keluarga penderita Tb
Positif Negatif
sikap pencegahan penularan Positif 26 0 26
pada keluarga penderita Tb Negatif 13 5 18
Total 39 5 44
Nonparametric Correlations
Correlations
sikap pencegahan Perilaku pencegahan
penularan pada penularan pada
keluarga penderita keluarga penderita
Tb Tb
sikap pencegahan Correlation Coefficient 1,000 ,430**
penularan pada keluarga Sig. (2-tailed) . ,004
Spearman's penderita Tb N 44 44
rho Perilaku pencegahan Correlation Coefficient ,430**
1,000
penularan pada keluarga Sig. (2-tailed) ,004 .
penderita Tb N 44 44 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.
Lampiran 12
.
.
Lampiran 13