Upload
vunga
View
229
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
KONSTRUKSI REALITAS SOSIAL KASUS TEWASNYA
TERDUGA TERORIS DI MEDIA ONLINE
(ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN SIYONO DI KOMPAS.COM)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Panji Febrian Nugraha
NIM: 111205100039
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
i
ABSTRAK
Panji Febrian Nugraha (1112051000039)
Konstruksi Realitas Sosial Kasus Tewasnya Terduga Teroris di Media Online
(Analisis Framing Berita Siyono di Kompas.com)
Kasus tewasnya terduga teroris Siyono sempat mendapat perhatian publik. Hal initidak terlepas dari peran media massa. Kematian Siyono diduga akibat kekerasan yangdilakukan oleh Densus 88. Kontroversi kematian Siyono semakin berkembang danmenjadi polemik setelah PP Muhammadiyah dan Komnas HAM mengeluarkan rilishasil otopsi ulang Siyono yang berbeda dengan rilis Polri terkait penyebab kematianSiyono. Penelitian ini menjadi menarik karena kasus tewasnya Siyono terjadi saatpengamanan oleh anggota Densus dan peneliti ingin melihat bagaimana media massa,khususnya Kompas.com memandang kasus ini dan fakta apa yang lebih ditekankandalam pemberitaannya.
Media massa, memiliki peran penting dalam penyampaian informasi danperistiwa yang terjadi di masyarakat. Namun, pesan yang disampaikan seringkalimemuat fakta-fakta yang memiliki perspektif tertentu yang ditonjolkan atau diberikanpenekanan lebih terhadap fakta tertentu yang dicoba dibangun oleh media sesuai dengankepentingannya. Masyarakat seakan dipaksa menerima informasi dan konstruksi yangdilakukan oleh media massa sehingga membentuk kesepahaman opini.
Pada penelitian ini, peneliti mengambil 4 buah sampel berita pada situskompas.com terkait pemberitaan mengenai kasus tewasnya Siyono. Berita yang dipilihmerupakan berita edisi tanggal 12 April 2016 sampai 14 April 2016. Rumusan masalahdalam penelitian ini yaitu Bagiamana struktur sintaksis pemberitaan Siyono dikompas.com? Bagaimana struktur skrip pemberitaan Siyono di kompas.com?Bagaimana struktur tematik pemberitaan Siyono di kompas.com? Bagaimana strukturretoris pemberitaan Siyono di kompas.com?
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana frame yang dibentukoleh Kompas.com. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatankualitatif. Sedangkan, teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi analisis teks,wawancara, dan dokumentasi. Analasis pada penelitian ini, dilakukan dengan caramenelaah lima buah berita di Kompas.com terkait berita tewasnya terduga terorisSiyono dilihat dari perangkat framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki yangmemiliki empat elemen struktural yakni: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kompas.com dalam membingkai beritaterkait tewasnya terduga teroris Siyono ini, lebih menonjolkan fakta kesalahan Polriterkait hasil pemeriksaan penyebab kematian yang dinilai di bawah standar dan berbedadengan hasil otopsi yang dilakukan oleh PP Muhammadiyah dan Komnas HAM. Selainitu, pemberitaan Kompas.com juga cenderung menyudutkan tindakan Densus 88 danPolri dan meminta evaluasi serta pengawasan terhadap Densus 88 oleh Polri.
kata kunci: Media, Siyono, Kompas.com, Konstruksi, framing
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman kegelapan
menuju cahaya kebenaran yang penuh kemuliaan. Sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Konstruksi Realitas Sosial Kasus
Tewasnya Terduga Teroris di Media Online: Analisis Framing Pemberitaan
Siyono di Kompas.com”
Adapun skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna melengkapi
salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu
(S1) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini tidak
mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, beserta Bapak Suparto M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, serta Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Masran, M.A. dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan
Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si sebagai pembimbing skripsi, yang telah menyempatkan
waktu dan memberikan arahan dan masukan positif dalam penyusunan dan
penulisan skripsi ini.
4. Bapak S. Hamdani, M.A selaku dosen penasihat akademik yang selalu
memberikan masukan selama menjalani perkuliahan
iii
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
ilmu, pengalaman serta dedikasinya kepada peneliti selama menuntut ilmu dalam
masa perkuliahan dan selalu memotivasi untuk menjadi insan akademis yang
selalu terus belajar.
6. Kepada segenap staff yang bekerja di UIN Jakarta, Perpustakaan Utama, dan
Perpustakaan Fakultas Dakwah terimakasih atas keramahannya dan pelayanan
yang baik kepada penulis selama menjalankan masa perkuliahan.
7. Bapak J. Heru Margianto selaku Asisten Redaktur Pelaksana dari Kompas.com
serta mas Aldy selaku HR Dari Kompas.com yang telah memberikan waktu luang
untuk wawancara di tengah kesibukannya dan membantu penulis dalam proses
pencarian data untuk skripsi ini.
8. Kedua Orangtua tercinta, Bapak Zulkarnain dan Ibu Yulinar yang telah memberi
support baik secara moril maupun materil, sekaligus menjadi alasan utama penulis
untuk segera menyelesaikan studi dan selalu menjadi yang terbaik.
9. Adik-adik penulis, Renaldi Dwi Syahputra, Diah Intan Lestari dan Dini Mursalina
yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
10. Om Agus dan Ibu Anis atas bantuan-bantuan selama penulis menempuh proses
perkuliahan.
11. Bunda Etty Zuhriah, Bunda Tanty Pupti, om Firdaus Muhdahar, om Fathorrahman
atas bantuan-bantuan selama penulis menempuh proses perkuliahan.
12. Muhamad Faiz Wafi, Sahabat dan rekan seperjuangan yang selalu membantu
penulis dalam berbagai hal dari bangku SMA hingga selesainya masa perkuliahan.
13. Sahabat The Amengers: Muhammad Rafi, Rahmat Dian Ismail, Denny Eka Putra,
Muhammad Faiz, Ramadhanil Fajri Islamy, M. Bambang Orlando rekan-rekan
iv
seperjuangan yang juga selalu turut membantu penulis dalam berbagai hal dari
bangku SMA hingga selesainya masa perkuliahan.
14. Keluarga Besar The Kostan, yang selama 5 tahun terakhir menjadi bagian dari
perjalanan perkuliahan penulis.
15. Keluarga besar HMJ KPI, HMI Komfakda dan kepada rekan-rekan WEAK KPI B
2012 khususnya Kepada Faizah, Riadin, Riztira, Pipit, Keke, Dita, Kiki, Ervan,
Reksa, Fatwa, Deden, Abu, Novi, Guntur yang telah bersama-sama menempuh
jalan panjang selama proses perkuliahan dalam suka maupun duka.
16. Rekan-rekan KKN Lebah 2015 Desa Kedung, kepada Ami, Anis, Nisa, Ida, Tika,
Nunu, Devi, Miko, Bogel, Luthfi terimakasih atas kebersamaan, ilmu dan
kenangan dalam proses pengabdian, semoga silaturahmi tetap terjaga.
17. Orang-orang yang berkontribusi terhadap perjalanan hidup penulis dan dan proses
penulisan skrispi, yang mungkin saya lupa cantumkan namanya dalam skripsi ini
penulis ucapkan terimakasih banyak. Semoga Allah selalu membalas kebaikan
kalian.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Penulis hanya dapat mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang terlibat. Hanya ucapan inilah yang dapat
peneliti berikan, semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan khususnya kepada civitas akademik
Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Jakarta.
Jakarta, 26 September 2016
Panji Febrian Nugraha
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1B. Batasan dan Rumusan Masalah............................................................. 4C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 5D. Metodologi Penelitian ........................................................................... 6E. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORITIS ............................................................................ 12A. Konstruksi Pemberitaan dan Realitas Sosial......................................... 17
1. Konstruksi Pemberitaan................................................................... 172. Konstruksi Realitas Sosial ............................................................... 23
B. Teori Framing Model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki ............. 26C. Konsep Media Online ........................................................................... 32
BAB III GAMBARAN UMUM................................................................................ 31A. Profi Kanal News Kompas.com ............................................................ 31B. Pemberitaan Siyono di kanal News Kompas.com................................. 37
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA........................................................... 39A. Analisis Struktur Sintaksis Pemberitaan Siyono................................... 39B. Analisis Struktur Skrip Pemberitaan Siyono..................................... ... 52C. Analisis Struktur Tematik Pemberitaan Siyono................................ ....60D. Analisis Struktur Retoris Pemberitaan Siyono...................................... 62
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 72A. Kesimpulan ........................................................................................... 72B. Saran-saran............................................................................................ 73
Daftar Pustaka………………………………… ................................................................. 74Lampiran-Lampiran
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 01 Pemberitaan Siyono di Kompas.com................................................................ 8Tabel 02 Perangkat Framing Model Pan dan Kosicki ....................................................... 24Tabel 03 Editorial Department of Kompas.com................................................................ 35Tabel 04 Berita Siyono di kompas.com ............................................................................. 37Tabel 05 Analisis Skrip Berita 1 ........................................................................................ 53Tabel 06 Analisis Skrip Berita 2 ....................................................................................... 54Tabel 07 Analisis Skrip Berita 3 ....................................................................................... 55Tabel 08 Analisis Skrip Berita 4 ....................................................................................... 56Tabel 09 Analisis Skrip Berita 5 ....................................................................................... 57Tabel 10 Analisis Retoris Berita 1 .................................................................................... 63Tabel 11 Analisis Retoris Berita 2 .................................................................................... 64Tabel 12 Analisis Retoris Berita 3 .................................................................................... 66Tabel 13 Analisis Retoris Berita 4 .................................................................................... 67Tabel 14 Analisis Retoris Berita 5 .................................................................................... 69
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01 Pola Penulisan Piramida Terbalik .......... .........................................16Gambar 02 Logo Kanal News Kompas.com.......................................................33Gambar 03 Suasana Otopsi jasad Siyono ...........................................................64Gambar 04 Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri brigjen (Pol) Arthur
Tampi ................................................................................................66Gambar 05 Trisno Raharjo Ketua Tim Pembela Kemanusiaan kasus Siyono ............67Gambar 06 Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane..........................68Gambar 07 Suasana pengaman rumah terduga teroris siyono...................................70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi informasi telah
mendorong banyak perubahan yang signifikan di dalam kehidupan manusia.
Informasi bisa di dapat dengan cepat tanpa batas ruang dan waktu. Jika dulu
informasi hanya diperoleh melalui media cetak dan elektronik, kini seiring
perkembangan zaman, informasi bisa diperoleh setiap saat dan dimanapun melalui
media online. Bahkan akhir-akhir ini, banyak media massa seperti Koran mulai
mendirikan edisi online di dunia maya.
Secara fungsional, menurut Ellul dan Goulet, teknologi telah menguasai
masyarakat, bahkan pada fungsi yang substansial sehingga menciptakan realitas
didalam masyarakat itu sendiri. Terlebih dengan mudahnya akses informasi
terutama kebutuhan akan berita dari beragam media yang ada. Realitas telah
dibangun oleh para pekerja media dan mempengaruhi kehidupan manusia.1
Istilah Konstruksi Sosial pertama kali dikenalkan oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann yang menjelaskan bahwa realitas terbentuk oleh proses sosial
melalui tindakan dan interaksi, dimana individu menciptakan secara terus menerus
suatu reallitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.2
Sebuah berita dalam pemberitaan pun tidak terlepas dari konstruksi pekerja
media itu sendiri, dikarenakan wartawan memiliki pandangan, motivasi, ideologi,
dan kecenderungan tertentu dalam mengamati suatu peristiwa. Pemilihan isu
tertentu dan penonjolan isu tersebut merupakan konstruksi media yang mencoba
1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa ( Jakarta: Kencana, 2013), h.177.2 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa ( Jakarta: Kencana, 2013), h. 13.
2
memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk melihat dan menganggap apa
yang dianggap penting oleh media seakan-akan penting untung diikuti
perkembangannya.
Hal ini dikarenakan, media dinilai sebagai agen konstruksi pesan. Fakta-
fakta yang disampaikan oleh media merupakan konstruksi yang bersifat relatif,
dan berlaku sesuai konteks tertentu. Media memandang sebuah peristiwa dari
suatu perspektif dan menonjolkan fakta tertentu serta mengesampingkan fakta
yang lainnya. Sehingga, berita merupakan sesuatu yang bersifat subjektif
dikarenakan tidak terlepas dari opini dan wartawan melihat sebuah peristiwa
dengan perspektif dan pertimbangan tertentu.
Kecenderungan media dalam mengkonstruksi pesan dapat dilihat melalui
framing pemberitaan mereka. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui
bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif tersebut pada
akhirnya akan menentukan fakta yang akan diambil, bagian mana yang akan
ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.3 Menurut
Pan dan Kosicki, Frame dapat dilihat melalui empat perangkat framing yakni:
Sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Kasus meninggalnya terduga teroris Siyono misalnya, kasus ini tak terlepas
dari pengamatan media. Siyono merupakan terduga kasus terorirsme, polisi
menduga siyono merupakan salah satu petinggi jaringan Jamaah Islamiyah.
Siyono meninggal tidak lama setelah dibekuk di rumahnya di Klaten oleh Densus
88.
3 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media(Yogjakarta: LKIS,2005), 79.
3
Yang menjadikan kasus ini menarik adalah keterangan polisi yang
menyatakan bahwa Siyono tewas karena kecelakaan dan melawan petugas.
Namun, pihak keluarga menilai ada keganjilan dalam kematian Siyono, sehingga
menuntut dilakukannya autopsi terhadap jenazah Siyono. Hasil autopsi pun
berbeda dengan pernyataan Polri yang menegaskan bahwa siyono tewas akibat
benda tumpul di kepala, sedangkan hasil autopsi menyebutkan penyebab tewasnya
Siyono adalah pukulan benda tumpul di rongga dada yang menyebabkan retak
tulang iga.4
Kontroversi terkait kematian Siyono ini terus berkembang di media. Media
massa baik cetak, elektronik maupun online berusaha membingkai pemberitaan
terkait tewasnya siyono ini dan membangun realitas masyarakat untuk mengusut
tuntas kasus ini terutama evaluasi terhadap kinerja Densus 88 yang dinilai tidak
memperhatikan asas praduga tidak bersalah dan melanggar HAM.
Kompas.com merupakan salah satu media online besar di negeri ini.
Kompas.com dimulai pada tahun 1995 dengan nama Kompas Online. Kompas
Online pada awalnya hanya berperan sebagai edisi internet dari Harian Kompas.
Kemudian tahun 1998 Kompas Online bertransformasi menjadi Kompas.com
dengan berfokus pada pengembangan isi, desain, dan strategi pemasaran yang
baru. Kompas.com pun memulai langkahnya sebagai portal berita terpercaya di
Indonesia. Saat ini, Kompas.com memiliki 120 juta page view perbulan.5
Sebagai salah satu media online dengan page view yang besar membuat
kompas.com menjadi salah satu pilihan utama masyarakat untuk memenuhi
4http://nasional.kompas.com/read/2016/04/14/07101881/.Otopsi.Ulang.Siyono.Jadi.Pukulan.Telak.bagi.Profesionalisme.Polri. Diakses pada Rabu, 20 April 2016, Pukul. 07.00 WIB.
5http://inside.kompas.com/about-us, diakses pada hari rabu, 20 April 2016, Pukul. 07.30WIB.
4
kebutuhan akan informasi. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam sebuah proses
produksi suatu berita, wartawan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ideologi,
dan kecenderungan tertentu dalam memandang suatu peristiwa. Untuk itu peneliti
tertarik untuk melihat bagaimana kompas.com membingkai pemberitaan terkait
tewasnya Siyono.
Berdasarkan latar belakang di atas maka, peneliti tertarik untuk mengangkat
penelitian yang berjudul: “ Konstruksi Realitas Sosial Tewasnya Terduga
Teroris di Media Online: Analisis Framing Pemberitaan Siyono di
Kompas.com.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar terfokus kepada permasalahan yang diteliti, maka peneliti membatasi
masalah dalam penelitian ini pada lima buah berita terkait tewasnya terduga
teroris Siyono pada kompas.com tanggal 12 April 2016 sampai tanggal 14 April
2016. Alasan dipilihnya tanggal 12 April adalah dikarenakan pada hari itu, hasil
autopsi ulang dari Siyono diumumkan ke publik oleh tim dokter Forensik
Muhammadiyah dengan hasil yang bertentangan dengan penyebab kematian
Siyono yang dikeluarkan oleh Polri. Pemilihan berita sampai tanggal 14 April
dikarenakan peneliti ingin melihat bagaimana pemberitaan tentang Siyono pasca
diumumkannya hasil otopsi ulang oleh Muhammadiyah.
5
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, Adapun rumusan masalah
dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana struktur sintaksis pemberitaan siyono di kompas.com?
2. Bagaimana struktur skrip pemberitaan Siyono di kompas.com?
3. Bagaimana struktur tematik pemberitaan Siyono di kompas.com?
4. Bagaimana struktur retoris pemberitaan Siyono di kompas.com?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk
mengetahui bagaimana kompas.com mengkonstruksi pemberitaan terkait
tewasnya terduga teroris Siyono dilihat melalui model framing Pan dan Kosicki
yang dianalisis dengan menggunakan empat perangkat framing yakni: sintaksis,
skrip, tematik, dan retoris.
2. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis, penelitian ini diharapkan dapat berguna dan mampu
memberikan sumbangan pengetahuan bagi pengembangan ilmu komunikasi,
terutama yang berkaitan dengan analisis framing dan teks media.
2. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan
bagi pembaca dan penelitian selanjutnya terkait konstruksi realitas di media
massa dan framing di media massa.
6
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian
kualitatif. Bogdan dan Guba bependapat bahwa Pendekatan kualitatif merupakan
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang atua perilaku yang dapat diamati.6
Penelitian Kualitatif melihat subjek dan objek dengan apa adanya
berdasarkan fakta yang ada. Sehingga, melalui pendekatan ini akan terlihat
gambaran penelitian, realitas sosial dan persepsi sasaran penelitian.7Pada
penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis isi dan teks
berita di Kompas.com terkait pemberitaan tentang tewasnya terduga teroris
Siyono.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yakni sumber data primer dan
sumber data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Diperoleh dari pemberitaan terkait tewasnya terduga teroris Siyono di
kompas.com pada tanggal 12 April 2016 sampai 14 April 2016.
2. Sumber Data Sekunder
Yakni data-data pendukung lainnya yang diperoleh seperti Arsip, Dokumen,
wawancara yang diperoleh oleh peneliti dari berbagai sumber.
6 Suharsaputra, Uhar, Metode Penelitian Kuantitafit, kualitatif dan tindakan, (Bandung:Refika, 2014), h.10.
7 Gunawan, Iman, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,2013), h.80.
7
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dari penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data data tambahan seperti dokumen dan lain-lainnya.
1. Wawancara
Yakni mengadakan wawancara mendalam atau indepth interview. Dimana
mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan dengan cara melakukan
wawancara langsung kepada orang-orang yang berhubungan dengan penelitian.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara langsung dengan Redaksi
Kompas.com yakni Bapak J. Heru Margianto yang menjabat sebagai Wakil
Redaktur Pelaksana Kompas.com. Wawancara ini digunakan guna melengkapi
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan wawancara tak terstruktur atau bersifat fleksibel.8Hal ini bertujuan
untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan
yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat.
2. Observasi Teks
Selanjutnya, dalam mengumpulkan data, peneliti juga menggunakan metode
observasi teks atau document research. Dalam penelitian ini, peneliti
mengobservasi teks-teks pemberitaan mengenai kasus tewasnya terduga teroris
Siyono di Kompas.compada tanggal 12-14 April 2016 sebanyak lima buah berita.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data dengan cara mengkaji buku-
buku, website, artikel dan lainnya yang berhubungan dengan materi penelitian dan
selanjutnya dijadikan bahan argumen.
8 Rusdi Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka, 2007), h.58.
8
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah kanal news kompas.com, sedangkan objek
dari penelitian ini adalah lima buah berita terkait tewasnya terduga teroris Siyono
pada tanggal 12 April 2016 sampai 14 April 2016.
Adapun judul dari lima buah pemberitaan terkait tewasnya Siyono di
Kompas.com ang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 01Pemberitaan Siyono di Kompas.com
No. Judul Edisi1 Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian
Siyono12 April 2016
2 Polri, Jangan Tutupi Penyebab KematianSiyono!
12 April 2016
3 Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilaidi Bawah Standar
13 April 2016
4 Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak BagiProfesionalisme Polri
13 April 2016
5 Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, BukanMenjadi Algojo
14 April 2016
5. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan model analisis
framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki yang menganalisis framing dengan
empat perangkat yakni: Sintaksis, skrip, tematik dan retoris.9
Sintaksis merupakan Cara wartawan menyusun fakta, Skrip adalah cara
wartawan mengisahkan fakta dengan menggunakan pola 5W+1H. Tematik adalah
cara wartawan menuliskan fakta dan retoris adalah bagaimana cara wartawan
menekankan fakta.
9 Zikri Fachrul Nurhadi, Teori-Teori Komunikasi dalam pespektif penelitian kualitatif,(Bogor: Ghalia, 2015), h.87.
9
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman
penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh Center
For Quality Development and Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh peneliti di perpustakaan
umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat beberapa penelitian skripsi
terdahulu yang berkaitan dengan analisis framing, antara lain:
1. Bingkai Pemberitaan Penyergapan Teroris Ciputat (Studi Komparasi Berita
di Liputan6.com dan Tempo.co yang disusun oleh Aji Sasongko, NIM:
1110051100094, Mahasiswa jurusan Konsentrasi Jurnalistik, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Alasan peneliti memilih penelitian ini
adalah adanya kesamaan isu yang dibahas yakni terkait pemberitaan
mengenai terorisme. Serta kesamaan teori yang digunakan yakni model
framing Pan dan Kosicki.
2. Konstruksi realitas sosial larangan khitan perempuan di media massa:
Analisis Framing berita pro-kontra khitan perempuan di kompas.com yang
disusun oleh Ahmad Mursanih, NIM: 109051000245, Mahasiswa Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Alasan peneliti memilih penelitian ini adalah karena kesamaan
subjek yang diteliti yakni Kompas.com,. Namun, terdapat perbedaan pada
10
kasus yang diangkat dan objek yang diteliti serta model framing yang
digunakan.
F. Sistematika Penulisan
Dalam rangka mempermudah tahap demi tahap penulisan karya ilmiah ini,
maka penulis menyusunnya ke dalam lima bab. Dengan penyusunan sebagai
berikut:
Bab I. Pendahuluan
Pada bab pertama membahas tentang pendahuluan yang melatarbelakangi
penelitian ini dan batasan penelitian yang meliputi: Latar belakang masalah,
batasan dan rumuan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II. Landasan Teoritis
Dalam bab kedua membahas landasan teori menguraikan beberapa hal yang
menyangkut pembahasan dalam penelitian ini meliputi: Konsep Konstruksi
Pemberitaan dan Realitas Sosial, Teori Framing model Zhondang Pan dan Gerald
M. Kosicki, dan Konsep Media Online.
Bab III. Gambaran Umum
Pada bab ketiga ini difokuskan terhadap gambaran umum objek penelitian
yakni Media Online kompas.com yang meliputi: Sejarah, visi misi, dan Struktur
Organisasi. serta pemberitaan mengenai Siyono di Kompas.com.
Bab IV. Temuan dan Analisis Hasil Data Penelitian
Pada bab keempat ini membahas menganai analisis hasil temuan data,
menejelaskan Konstruksi realitas yang dilakukan oleh kompas.com terkait
11
pemberitaan tewasnya terduga teroris siyono melalui konsep framing Zhondang
Pan dan Gerald M. Kosicki. Yang di analisis menggunakan empat perangkat
framing: Sintaksis, Skrip, Tematik, Retoris.
Bab V. Penutup
Pada bab kelima, peneliti memberikan kesimpulan terhadap hasil
penelitian, serta memberikan saran-saran dan beberapa lampiran yang didapat
oleh penulis.
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konstruksi Pemberitaan dan Realitas Sosial
1. Konstruksi Pemberitaan
Berita (news) berasal dari bahasa sansekerta, yaitu vrit (write) yang berarti
ada atau terjadi. Sebagian orang menyebut vrit dengan kata vritta yang berarti
kejadian atau peristiwa yang telah terjadi. Dalam kamus bahasa Indonesia, berita
adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. 1
Sehingga, berita sangat berkaitan dengan peristiwa atau kejadian yang sedang
terjadi.
Berita merupakan salah satu unsur terpenting dalam dunia jurnalistik. Berita
merupakan informasi yang bersifat faktual, aktual, akurat, objektif, penting dan
menarik perhatian publik. Sebagai hasil kerja jurnalistik, berita dituntut untuk
berorientasi pada pasar (market oriented) dan juga beorientasi pada tugas (duty
oriented).2
Definisi berita juga dikemukakan oleh beberapa ahli seperti yang
dikemukakan oleh Dr. Willard C. Bleyer yang mendefinisikan berita sebagai
sesuatu yang termassa (baru) yang dipilih oleh wartawan dan dimuat di surat
kabar. Karena itu, ia dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat menarik
minat pembaca surat kabar tersebut. Selain itu, Nancy Nasution juga
mendefinisikan berita sebagai laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi,
yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat actual, terjadi di lingkungan
1 http://kbbi.web.id/berita Diakses pada 20 Agustus 2016 Pukul 20:30 WIB.2 Indah Suryawati, Jurnalistik: Suatu pengantar teori dan praktik (Bogor: Ghalia Indonesia,
2011), h. 67.
13
pembaa, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwanya berpengaruh kepada
pembaca.3
Dari pendapat beberapa ahli mengenai definisi berita diatas, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa berita adalah laporan yang berisikan tentang informasi
terbaru/aktual, bersifat penting dan menarik perhatian publik. Berita merupan
produk hasil kerja jurnalistik yang bukan merupakan opini atau pendapat
wartawan dan diterbitkan atau ditayangkan di media massa. Namun, perlu kita
ketahui bahwa tidak semua informasi yang tertulis di media cetak dan online,
ataupun informasi yang tayang di media elektronik adalah berita. Sebagai contoh:
iklan tidak bisa disebut sebagai berita. Resep makanan di tabloid pun tidak bisa
disebut sebagai berita. Yang didapat dikategorikan sebagai berita adalah apabila
laporan tersebut berisi peristiwa atau fakta dan dilaporkan di media massa.
Sebuah berita diantaranya adalah harus memiliki nilai atau ciri-ciri berita.
Sedia Willing Barus menjelaskan bahwa laporan jurnalistik masuk kategori berita
jika memiliki ciri-ciri seperti: accuracy, yakni sebuah berita haruslah akurat,
cermat dan teliti tidak asal dan menimbulkan kebingungan. Kemudian
universality, yakni sebuah berita haruslah berlaku umum. Selanjutnya, fairness,
yakni sebuah berita harus lah bersifat jujur, artinya sebuah berita berisi nilai-nilai
kebenaran dan bukan sebuah kebohongan untuk publik, serta harus adil dan tidak
memihak salah satu pihak saja. Humanity, yakni sebuah berita memiliki nilai
kemanusiaan di dalamnya. Dan yang terakhir adalah immediate yaitu segera,
artinya berita harus segera sampaikan agar selalu menjadi kabar yang hangat dan
aktual. 4
3 Indah Suryawati, Jurnalistik: Suatu pengantar teori dan praktik, h. 68.4 Indah Suryawati, Jurnalistik: Suatu pengantar teori dan praktik, h. 77.
14
Septiawan Santana berpendapat bahwa ada untuk menjadikan sebuah
peristiwa menarik dibaca sebagai berita, maka ada beberapa nilai berita yang
mesti diperharikan, elemen berita tersebut yakni:5
1. Immediacy, yaitu hal yang berkaitan dengan kesegaran peristiwa yang
dilaporkan atau kerap disebut timeliness. Unsur waktu merupakan hal yang
sangat penting dalam berita karena sebuah berita sering dinyatakan sebagai
peristiwa yang dilaporkan dan baru saja terjadi.
2. Proximity, yaitu berkaitan dengan kedekatan dengan pembaca. Orang- orang
akan tertarik dengan berita yang menyangkut peristiwa disekitar mereka dan
dalam keseharian mereka.
3. Consequence, yaitu berkaitan dengan konsekuensi dalam berita dan
berpengaruh bagi khalayak.
4. Conflict, yaitu peristiwa-peristiwa yang mengandung konflik di dalamnya
seperti perang, demonstrasi, criminal, perseteruan dan sebagainya.
5. Oddity, yaitu berita yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tidak biasa dan
jarang ditemui yang akan jadi perhatian masyarakat.
6. Sex, yaitu berkaitan dengan skandal yang ada di dalam pemberitaan.
7. Emotion, yaitu yang sering dikenal dengan sebutan human interest, yakni
kisah yang menyentuh nilai kemanusiaan di dalamnya seperti kesedihan,
kemarahan, simpati, cinta dan sebagainya.
8. Prominence, yaitu berkaitan dengan unsur keterkenalan seseorang, tokoh
maupun orang-orang penting di dalam berita.
5 Suhaemi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Ciputat: Lembaga Penelitian UINJakarta, 2009), h. 31.
15
9. Suspense, yaitu berkaitan dengan sesutau peristiwa yang ditunggu- tunggu oleh
masyarakat.
10. Progress, yaitu berkaitan dengan perkembangan sebuah peristiwa.
Hal terpenting dalam mengemas berita adalah bagaimana berita tersebut
dikemas. Isu yang baik jika dikemas dengan tidak baik akan menjadi kurang
menarik, bahkan pesan yang disampaikan sering kali tidak sampai atau bias.
Maka, diperlukan konstruksi sedemikian rupa supaya pesan dapat dimaknai oleh
audiens dan menarik perhatian pembaca.
Para wartawan dalam merumuskan pemberitaannya biasa menggunkan
sebuah struktur yang dikenal dengan pola piramida terbalik. Pola piramida
terbalik memberikan gambaran bagaimana informasi terpenting dalam
pemberitaan ditaruh di posisi paling atas, dan semakin kebawah informasi menjadi
semakin tidak penting atau bisa saja hanya merupakan penjelasan dari paragraf
sebelumnya.6
Pola piramida terbalik pertama kali muncul sekitar akhir tahun 1840-an.
Pola ini lahir akibat dari pengiriman berita melalui telegraf. Pada saat itu, para
wartawan sering kali berebut untuk mengirimkan berita kepada satu operator
telegraf. Hingga, pada akhirnya operator telegraf membuat kebijakan untuk
mengirimkan berita setiap wartawan secara bergiliran dan dibatasi satu paragraf
untuk setiap giliran. Khawatir kesempatan berita yang terkirim hanya satu
paragraf karena biaya pengiriman telegraf mahal dan seringkali terputus serta
adanya deadline ke kantor mereka, maka para wartawan waktu itu dituntut untuk
mencari solusi baru. Sehingga lahirlah ide untuk membuat tulisan yang memuat
6 Suhaemi dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 30.
16
ringkasan isi berita pada awal dan detail di akhir.sehingga apabila terkendala
deadline dan sambungan telegraf yang terputus berita mereka tetap dapat
dipahami secara utuh.7
Penulisan berita dengan pola piramida terbalik ini memberikan beberapa
manfaat kepada para pekerja jurnlistik. Adapun manfaatnya antara lain: pertama,
dengan pola piramida terbalik maka, fakta terpenting diletakkan di posisi paling
atas sehingga membuat detail dan maksud dari berita mudah dan cepat ditangkap
oleh khalayak. Kedua, pola piramida terbalik memudahkan para editor dalam
penyuntingan naskah. Hal ini diakrenakan fakta atau dataterpenting diletakkan
diposisi paling atas sehingga semakin kebawah data dan fakta yang disampaikan
merupakan bagian yang kurang penting dan bisa dihapus.8
Gambar 01
Pola penulisan Berita Piramida Terbalik
Sumber: Suhaemi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 30.
Adapun isu yang dikonstruksi menjadi sebuah berita dapat kita lihat melalui
isi berita tersebut yang terdiri dari unsur-unsur yang membentuk sebuah berita.
Unsur-unsur berita tersebut adalah sebagai berikut:9
7 Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar (Jakarta: Kompas Media Nusantara,2005), h.115.
8 Suhaemi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 30.9 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, (Bandung: nuansa, 2010), h.115.
sangat penting
penting
tidakpenting
17
1. Headline
Judul atau Headline merupakan daya tarik dari sebuah berita. Karena, pada
hakikatnya judul merupakan initsari dari berita. Headline haruslah ditulis dengan
bahasa yang singkat, lugas dan menarik. Headline biasanya dibuat dalam satu atau
dua kalimat pendek, yang memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang
diberitakan. Judul berita berfungsi untuk menarik perhatian pembaca atau
pemirsa, menggambarkan serta meringkaskan isi dari sebuah berita.
2. Teras Berita (lead)
Lead merupakan bagian awal dari berita yang memuat informasi dan fakta
terpenting dari keseluruhan isi berita. Lead dibuat untuk memenuhi rasa ingin tahu
pembacanya secara cepat. Lead biasanya dirumuskan sebagai 5W+1H (What,
Who, When, Where, Why dan How). Dengan adanya lead pembaca atau penonton
dapat segera tahu dan mengerti persoalan pokok dari peristiwa yang sedang
dilaporkan.
3. Body
Setelah kita menemukan Headline dan lead dari suatu naskah berita, maka
yang selanjutnya akan kita temukan adalah body berita. Body berita merupakan
bagian yang merinci dan melengkapi serta memperjelas fakta atau data yang
dijelaskan oleh lead. Body berita sering juga disebut sebagai sisa berita.
4. Penutup
Penutup berita merupakan gagasan akhir yang merinci gagasan utama yang
terdapat di dalam pemberitaan. Penutup berita bisa juga berisi hubungan antar
alinea secara koheresif, yang bertujuan menegaskan gagasan utama dalam sebuah
18
berita. Tetapi ada juga beberapa penutup berita yang menggantung. Model ini
efektif digunakan jika ingin membuat pertanyaan atau pernyataan yang tidak
selesai.
2. Konstruksi Realitas Sosial
Istilah Konstruksi Sosial pertama kali dikenalkan oleh Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann yang menjelaskan bahwa realitas terbentuk oleh proses sosial
melalui tindakan dan interaksi, dimana individu menciptakan secara terus menerus
suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.10
Konstruksi sosial terjadi melalui interaksi antar individu dalam masyarakat
melalui interaksi dan proses sosial yakni: eksternalisasi, objektivikasi dan
internalisasi.11 Eksternalisasi adalah proses ketika sebuah produk sosial telah
menjadi bagian penting dari masyarakat untuk melihat dunia luar. Dalam konteks
ini, informasi dari media massa merupakan produk sosial yang dibutuhkan oleh
individu untuk menilai dan memaknai lingkungannya. Objektivikasi, merupakan
proses interaksi sosial di mana individu melembagakan dirinya bersama orang lain
ke dalam suatu dunia yang sama. Proses ini dilakukan melalui signifikasi bahasa
dan berkembang melalui penyebaran opini di masyarakat. Internalisasi, adalah
proses di mana individu mengidentifikasi dirinya dengan lembaga tempat ia
menjadi anggota. Dalam hal ini lewat pengaruh media massa akan membentuk
pendapat umum yang diphami bersama menjadi opini publik.
Konstruksi sosial di media massa merupakan revisi dari teori Berger dan
Luckmann untuk melengkapi konstruksi sosial atas realitas. Pemahaman akan
konstruksi realitas oleh media massa lahir dikarenakan pesan berupa berita,
10 Bungin, Burhan, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana, 2011), h. 13.11 Bungin, Burhan, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 206.
19
liputan khusus, dan sebagainya merupakan sesuatu yang dibentuk dengan tujuan
tertentu. Ada motif dibalik setiap pesan yang ditampilkan yakni nilai-nilai yang
berusaha disampaikan kepada khalayak dengan tujuan untuk mengubah
pemahaman atau persepsi khalayak akan suatu peristiwa.
Media tidak hanya beperan sebagai agen pemberi informasi dan hiburan
tetapi juga memberikan pengetahuan kepada masyarakat sehingga membawa
masyarakat kepada suatu kerangka berpikir sosial. Pada dasarmya konstruksi
realitas oleh media massa massa lahir dengan prinsip dasar:12
1. Semua pesan media itu merupakan hasil konstruksi.
2. Setiap media memiliki karakteristik, kekuatan, dan keunika dalam membangun
sebuah berita dengan bahsa yang berbeda
3. Pesan Media diproduksi untuk suatu tujuan
4. Semua pesan media berisi penanaman nilai dan tujuan yang ingin dicapai
5. Manusia menggunakan kemampuan, keyakinan, dan pengalaman mereka untuk
membangun sendiri arti pesan media.
6. Media dan pesan media dapat memengaruhi keyakinan, sikap, nilai, perilaku,
dan proses demokrasi.
Konstruksi sosial di media massa menempatkan kelebihan media massa dan
efek media dalam membangun realitas melalui tahap-tahap penting, Proses ini
tidaklah mendapatkan hasil yang tiba-tiba, namun terjadi melalui beberapa tahap
penting yakni:13
1. Tahap Menyiapkan Materi konstruksi
12 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), h.84.
13 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, h.79.
20
Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa merupakan tugas redaksi
media massa. Setidaknya terdapat tiga hal penting dalam penyiapan materi
konstruksi sosial yakni: pertama, keberpihakan media massa kepada kapitalisme.
Kedua, keberpihakan semu kepada masyarakat. Ketiga, keberpihakan kepada
kepenitngan umum.
Tidak jarang dalam menyiapkan sebuah materi pemberitaan terjadi
pertukaran kepentingan diantara pihak-pihak yang berkepentingan dengan sebuah
pemberitaan. Seperti contoh misalnya pembelian jam tayang tertentu atau halaman
tertentu dengan tujuan untuk blow-up terhadap pencitran pihak yang membeli
pemberitaan tersebut.
2. Tahap Sebaran Konstruksi
Prinsip utama dalam sebaran konstruksi adalah real time. Pada media cetak
konsep real time terdiri dari beberapa konsep hari, minggu, bulan. Sedangkan
pada media elektronik dan online, konsep real time berarti berita dapat langsung
ditayangkan dan disampaikan kepada masyarakat saat sedan terjadinya peristiwa.
Pada umumnya, sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model
satu arah. Media massa mendominasi penyebaran informasi sementara khalayak
tidak memiliki pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi. Meskipun pada media
elektronik (radio dan televisi) sebaran konstruksi bias berlaku dua arah, tetapi
agenda setting masih di dominasi oleh media
3. Tahap Pembentukan Konstruksi
Setelah pemberitaan sampai kepada pembaca, tahap selanjutnya dalam
proses konstruksi sosial media massa adalah tahap pembentukan konstruksi.
Tahap ini berlansung melalui tiga tahap yakni: pertama, konstruksi realitas
21
pembernaran. Kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa. Ketiga, sebagai
pilihan konsumtif.
Pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbangun
di masyarakat cenderung membenarkan apa saja yan disajikan oleh media massa
sebagai realitas kebenaran. Ini merupakan tahap pertama dalam proses
pembentukan konstruksi. Selanjutnya, adalah kesediaan dikonstruksi oleh media
massa adalah bahwa pilihan seseorang untuk menjadi pembaca atau pemirsa
media massa adalah pilihannya untuk bersedia pikirannya dikonstruksi oleh media
massa. Masyarakat yang pikirannya telah dikonstruksi oleh media massa akan
cenderung menjadikan media massa sebagai pilihan konsumtif dalam pemenuhan
kebutuhan akan informasi.
4. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca atau
pemirsa memberikan argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya utuk
terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media massa, tahapan ini
penting untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi sosial.
Sedangkan bagi pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan
mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.
B. Teori Framing Model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki
Framing merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui
bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam menseleksi isu
dan menulis berita. Menurut Pan dan Kosicki, Framing merupakan strategi
konstruksi dalam memproses berita melalui perangkat kognisi yang digunakan
22
untuk menafsirkan peristiwa dan mengkode informasi yang dihubungkan dengan
rutinitas dan konvensi pembentukan berita.14
Analisis framing pertama kali dikemukakan oleh Beterson pada tahun 1955.
Pada awalya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana.
Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Goffman pada 1974, yang
mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing
individu dalam membaca realitas. Saat ini, istilah framing digunakan dalam
literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan
penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media.15
Menurut Gamson dan Modigliani, frame adalah cara bercerita atau gugusan
ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Analisis framing
digunakan untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi
fakta. Analisis ini mencermati sikap seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke
dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat
untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. 16
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau
cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis
berita. Cara pandang atau perspektif tersebut pada akhirnya akan menentukan
fakta yang akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan, dan
hendak dibawa kemana berita tersebut.17
14 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media, h. 67-68.15 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 161-162.16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 163.17 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media, h. 79.
23
Terdapat dua aspek penting di dalam konsep framing. Aspek tersebut adalah
pemilihan fakta/realitas dan penulisan fakta.18 Proses pemilihan fakta ini
didasarkan pada asumsi bahwa wartawan tidaklah mungkin melihat peristiwa
tanpa perspektif. Di dalam pemilihan fakta ini terdapat dua kemungkinan akan apa
yang dipilih dan apa yang akan dibuang. Penekanan aspek tertentu dilakukan
dengan memilih angel tertentu yang mengakibatkan pemahaman dan konstruksi
media satu dengan yang lainnya bisa berbeda tergantung kepada sudut pandang
wartawan dalam menuliskan beritanya. Selanjutnya, penulisan fakta berhubungan
dengan bagaimana fakta yang dipilih tersebut disajikan kepada khalayak.
Gagasan- gagasan tersebut diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi
dengan bantuan foto dan gambar atau lainnya. Cara pengungkapan fakta melalui
tulisan ini menyebabkan aspek tertentu menjadi lebih menonjol dan mendapat
perhatian pembaca sehingga dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi
bermakna dan diingat oleh khalayak.
Pan dan Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang
berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda ke dalam teks berita. Framing Model
Pan dan Kosicki memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan model lainnya.
Adapun keunggulannya adalah dalam framing model Pan dan Kosicki, unit
pengamatan terhadap teksnya lebih kompeherensif dan memadai, karena selain
meliputi seluruh aspek yang terdapat di dalam teks (kata, kalimat, paraphrase,
ungkapan), perangkat ini juga mempertimbangkan struktur teks dan hubungan
antar kalimat atau paragraph secara keseluruhan. Menurut Pan dan Kosicki Frame
18 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media, h. 81.
24
dapat dilihat melalui empat perangkat framing yakni: Sintaksis, skrip, tematik,
dan retoris. Lebih jelas perangkat framing model Pan dan Kosicki dapat dijelaskan
pada tabel berikut: 19
Tabel 02Perangkat Framing Pan dan Kosicki
Struktur Perangkat Framing Unit yang diamati
SintaksisCara wartawan menyusunkata
Skema Berita Headline, lead, latar informasi,
kutipan, sumber, pernyataan,
penutup
SkripCara wartawan mengisahkanfakta
Kelengkapan berita 5W+1H
TematikCara wartawan menuliskanfakta
Detail, maksud kalimat
(hubungan), nominalisasi antar
kalimat, koherensi
Paragraf, proposisi
RetorisCara wartawan menekankanfakta
Leksikon, Grafis, Metafor Kata, idiom, Gambar/Foto,
Grafik
Sumber: Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 176.
1. Sintaksis
Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam
kalimat. Sedangkan dalam pemberitaan, sintaksis merujuk kepada pengertian
susunan dan bagian berita dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan yang
meliputi Headline, lead, latar informasi, sumber, penutup. Headline merupakan
aspek sintaksis yang mempunyai aspek framing yang kuat. Headline
memengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam
membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka di jelaskan.
Sementara, latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang
19 Zikri Fachrul Nurhadi, Teori-Teori Komunikasi dalam pespektif penelitian kualitatif,(Bogor: Ghalia, 2015), h. 86-87.
25
ingin ditampilkan wartawan. Latar yang dipilih inilah yang akan membawa ke
arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Bagian lain yang tidak kalah
penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita
dimaksudkan untuk membangun objektivitas prinsip keseimbangan dan tidak
memihak. Bagian ini juga menjelaskan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan
bukan hanya pendapat wartawan semata, melainkan pendapat orang lain yang
memiliki otoritas tertentu juga.
Bagian-bagian ini tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga
membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun.
Bentuk sintaksis yang paling popular adalah struktur piramida terbalik. Elemen
sintaksis ini memberi petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan
memaknai peristiwa dan hendak ke mana berita tersebut akan dibaawa.
2. Skrip
Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini disebabkan oleh
dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan,
peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan peristiwa sebelumnya. Kedua, berita
umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan
lingkungan komunal pembaca. Hal ini dilakukan untuk menarik minta para
pembaca atau khalayaknya. Karena itu, dalam penulisan berita seringkali fakta
dan peristiwa ditulis dengan tulisan yang membuat emosi pembaca terlibat, dan
membuat peristiwa memiliki alur.
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+1H ( Who, What,
When, Where, Why dan How). Meskipun pola ini tidak semuanya selalu kita
jumpai di dalam pemberitaan, namun unsur kelengkapan berita ini merupakan
26
penanda penting dalam analisis framing. Skrip juga digunakan wartawan sebagai
srategi dalam menyusun berita. Skrip memberikan informasi kepada kita akan
bagian mana yang ditekankan oleh wartawan melalui susunan atau urutan dalam
pemberitaannya.
3. Tematik
Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis. Peristiwa
yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan semua
perangakat digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang
dibuat.Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan
atau dibuat oleh wartawan. Struktur ini berkaitan dengan bagaimana fakta
dituliskan oleh wartawan, dan bagaimana kalimat yang dipakai dalam
menempatkan dan menuliskan sumber ke dalam teks berita. secara keseluruhan.
Unsur tematik dapat dimati melalui koherensi atau pertalian antar kata, Serta
proposisi atau kalimat.
Dua buah fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan
koherensi. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi
berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Ada beberapa macam
koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat, proposisi atau kalimat satu
dipandang sebagai sebab atau akibat dari proposisi lainnya. Proposisi sebab-akibat
umumnya ditandai dengan kata hubung “sebab” atau “karena”. Kedua, koherensi
penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas dari proposisi atau
kalimat lainnya. Koherensi pembeda ditandai dengan kata hubund “dan” atau
“lalu”. Ketiga, Koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai
27
kebalikan dari proposisi yang lainnya. Koherensi pembeda biasanya ditandai
dengan kata hubung “dibandingkan” atau “sedangkan”
4. Retoris
Struktur retoris dari berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang
dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh
wartawan. Wartwan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra,
meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang
diinginkan dari suatu berita.
Selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita juga dapat dilakukan
dengan menggunakan unsur grafis. Di dalam berita, unsur grafis biasanya muncul
lewat bagian tulisan yang dibuat lain dari tulisan yang lainnya. Seperti: huruf
tebal, miring, garis bawah, pemakaian huruf yang lebih besar termasuk
penggunaan foto atau gambar. Hal ini ditujukan untuk menekankan kepada
khalayak bahwa bagian tersebut adalah bagian yang harus diberikan perhatian
lebih.
C. Konsep Media Online
Media online merupakan media komunikasi yang pemanfaatannya
menggunakan perngkat internet.20 Saat ini media online merupakan salah satu
media massa yang populer dan terus bertumbuh setiap harinya meskipun
kehadirannya belum terlalu lama. Meskipun internet tidak sepenuhnya digunakan
untuk menjadi media massa, tetapi kehadiran internet banyak disukai oleh
masyarakat dan dijadikan alternatif untuk memperoleh berita dan informasi.
20 Indah Suryawati, Jurnalistik: Suatu pengantar teori dan praktik, h.46.
28
Menurut Septiawan Santana, sejarah media massa memperlihatkan bahwa
sebuah teknologi baru yang muncul tidak akan pernah menghilangkan teknologi
yang lama. Seperti kemunculan radio yang menggantikan surat kabar, kemudian
kemunculan televisi tetap tidak bisa secara total menghilangkannya, hanya
menciptakan sebuah alternatif dan khalayak baru. Maka sudah tentu dikatakan
bahwa jurnalisme online mungkin tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya
bentuk-bentuk media lama yang sudah ada. Melainkan menciptakan suatu cara
yang unik dan berbeda untuk memproduksi dan mendapatkan konsumen berita.
Jadi, menurutnya jurnalisme online tidak akan menghapuskan jurnalisme
tradisional, namun meningkatkan intensitasnya dengan menggabungkan fungsi-
fungsi dari teknologi internet dengan media tradisional.21
Jika dibandingkan degan media massa lainnya, media online memiliki
beberapa kelebihan yang membuatnya lebih digemari oleh masyarakat. Adapun
beberapa kelebihan dari media online yakni:22
1. Informasinya bersifat up to date (terbaru)
Media online dapat melakukan upgrade suatu informasi atau berita dari
waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena media online memiliki proses penyajian
informasi dan berita yang lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan jenis
media massa lainnya.
21 Santana K, Septiawan, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2005), h.135.
22 Indah Suryawati, Jurnalistik: Suatu pengantar teori dan praktik, h.46.
29
2. Informasinya bersifat real time
Media online dapat menyajikan informasi dan berita saat peristiwa sedang
berlangsung (live). Sebagian besar wartawan media online dapat mengirimkan
informasi langsung ke meja redaksi dari tempat terjadinya peristiwa.
3. Informasinya bersifat praktis
Media online dapat diakses dimana saja dan kapan saja sejauh didukung
oleh fasilitas internet. Keunggulan lain yang dimiliki oleh media online adalah
adanya fasilitas hyperlink. Fasilitas ini memungkinkan satu webstite terhubung
dengan website lainnya. Sehingga membuat penggunanya bisa mendapat
informasi lainnya dengan mudah.
Penggunaan internet termasuk kehadiran media online telah menjadi
fenomena besar satu dekade belakangan. Media online menjadi digemari karena
kelebihan-kelebihannya yang membuat akses informasi dan berita menjadi lebih
mudah untuk didapat dan bisa diakses kapanpun. Bahkan kini, media cetak dan
elektronik pun banyak yang membuat bentuk online mereka untuk menunjang
basis penyajian informasi dan berita mereka. Setiap berita dan informasi media
cetak dan elektronik kini bisa dilihat juga dalam bentuk online di website masing-
masing media tersebut.23
Media online melalui internet dan world wide web (www) telah berfungsi
sebagai jendela dunia dengan kemudahannya untuk mencari informasi di masa
kini. Kecepatan dalam pengiriman dan perolehan informasinya menyebabkan
intenet menjadi salah satu alternatif pilihan yang paling digemari untuk memenuhi
kebutuhan informasi masyarakat. Maka tak heran pertumbuhan media online dan
23 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.35.
30
internet terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Namun, untuk
Indonesia sendiri penggunaan media online belum mengancam keberadaan media
cetak maupun elektronik. Hal ini dikarenakan belum meratanya akses internet
diwilayah Indonesia, dan pembangun daerah yang belum merata sehingga
menyebabkan tidak semua orang bisa mengakses internet secara personal.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Kanal News Kompas.com
1. Sejarah dan Perkembangan Kanal News Kompas.com
Kanal News Kompas.com merupakan sebuah portal web yang berisi berita
dan artikel dalam jaringan (daring) yang ada di Indonesia yang bernaung dibawah
PT. Kompas Cyber Media (KCM). PT. KCM merupakan anak perusahaan dari
group Kompas Gramedia (KG). Kompas Gramedia (KG) didirikan pada tanggal
28 Juni1965 Oleh P.K. Ojong dan Jakob Oetama yang bergerak di bidang media
massa cetak dengan nama surat kabar kompas yang diterbitkan untuk melawan
pers komunis. Pada tahun 1980-an, perusahaan ini mulai berkembang pesat,
terutama dalam bidang komunikasi. Saat ini, KG memiliki beberapa anak
perusahaan/bisnis yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio,
hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV hingga universitas.1
Perjalanan bisnis Kompas Gramedia tiba pada perkembangan tren di
masyarakat yang menunjukkan fenomena meningkatnya penggunaan jaringan
Internet untuk mendapatkan informasi. Maka, Harian Kompas membuat versi
online dari edisi cetaknya yang disebut Kompas Online pada tahun 1995.
Kemudian, di tahun 1998 kompas online bertransformasi menjadi kompas.com
yang menjadi unit bisnis dibawah PT. Kompas Cyber Media (KCM) yang
berfokus pada pengembangan isi, desain, dan strategi pemasaran baru.2
1 http://www.kompasgramedia.com/about-kg/history. Diakses pada 1 September 2016Pukul.20.00 WIB.
2Company Profile Kompas.com
32
Sepuluh tahun berlalu, pada tahun 2008 Kompas.com tampil membawa
logo, tata letak, hingga konsep baru di dalamnya. Perubahan ini membuat
tampilan Kompas.com Menjadi lebih kaya, lebih segar, lebih elegan dan tentunya
tetap mengedepankan unsur user-friendly dan advertiser-friendly.3 Sinergi ini
menjadikan Kompas.com sebagai sumber informasi lengkap, yang tidak hanya
menghadirkan berita dalam bentuk teks, namun juga gambar, video, hingga live
streaming. Perubahan ini pun mendorong bertambahnya pengunjung aktif
Kompas.com di awal tahun 2008 yang mencapai 20 juta pembaca aktif per bulan,
dan total 40 juta page views/impression per bulan. Saat ini, Kompas.com telah
mencapai 120 juta page view perbulan.
Pada tahun 2013, Kompas.com kembali melakukan perubahan. Yaitu, pada
tampilan yang memuat halaman menjadi lebih rapi dan bersih serta fitur baru yang
lebih personal. Kompas.com mencoba memahami kebutuhan pembaca yang
beragam dengan menghadirkan fitur Personalisasi. Jadi, pembaca dapat dengan
mudah memilih sendiri berita apa yang ingin mereka baca. Selain itu, Sebagai
portal berita yang mengikuti perkembangan teknologi terkini, kini selain bisa
diakses melalui handphone atau dapat diunduh sebagai aplikasi gratis di
smartphone BlackBerry, Kompas.com juga tampil dalam format iPad dan akan
terus tumbuh mengikuti teknologi yang ada.4
3 Company Profile Kompas.com4 Company Profile Kompas.com
33
2. Visi dan Misi Kanal News Kompas.com5
a) Visi
Menjadi perusahaan terbesar, terbaik, terpadu, dan tersebar di Asia
Tenggara melalui usaha berbasis pengetahuan untuk menciptakan masyarakat
terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan, adil, dan sejahtera.
b) Misi
- Menyediakan produk multimedia yang menyajikan informasi terbaru dan
paling kredibel.
- Memberikan informasi yang mencerahkan dan menghibur individu serta
kelompok masyarakat
3. Logo dan Tagline Kanal News Kompas.com
Perubahan dan inovasi terus dilakukan oleh kompas.com untuk
mempermudah dan memenuhi kebutuhan pembaca. Hingga pada tahun 2013,
Kompas.com tidak hanya memperbaiki tampilan halaman mereka menjadi lebih
rapi dan penambahan beberapa fitur. Pada tahun 2013 mereka juga
memperkenalkan logo baru mereka.
Gambar 02.
Logo Kompas.com
Sumber: http://inside.kompas.com/about-us.
5 Company Profile Kompas.com
34
Logo Baru kompas.com ini memiliki konsep yang terbagi menjadi tiga bagian
utama. Yakni:
1. Logo Mark
Kompas.com mengambil simbol 2 (dua) segitiga yang tumpang tindih
sebagai bentuk representasi panah penunjuk arah yang sejalan dengan nilai
Kompas.com sebagai pedoman berita bagi pembacanya.6
Sedangkan, Perbedaan sudut rotasi di antara kedua segitiga diartikan sebagai
kebebasan dalam memilih pandangan & pendapat bagi pembacanya. Sementara,
tiga warna dasar dan turunannya dimaksudkan untuk menggambarkan
beragamnya individu pembaca Kompas.com.
2. Logo Type
Logo Type yang digunakan disini adalah tulisan Kompas.com yang
merupakan perpaduan dari dua unsur.7 Unsur yang pertama yaitu tulisan Kompas
yang menandakan bahwa portal ini merupakan bagian dari group Kompas
Gramedia (KG) Serta domain .com yang merupakan identitas bisnis perusahaan
sekaligus URL dari portal berita ini.
3. Tagline
Kompas.com memiliki tagline "Rayakan Perbedaan" sebagai wujud
semangat menghargai perbedaan dan keberagaman dalam memenuhi kebutuhan
berita berbagai pembacanya.8
6 http://inside.kompas.com/about-us. Diakses pada 1 September 2016, pukul 20.15 WIB.7 http://inside.kompas.com/about-us. Diakses pada 1 September 2016, pukul 20.15 WIB.8 http://inside.kompas.com/about-us. Diakses pada 1 September 2016, pukul 20.15 WIB.
35
4. Struktur Organisasi Kanal News Kompas.com9
Sebagai sebuah kanal berita, Kompas.com juga memiliki susunan redaksi
yang bertanggung jawab terhadap pemberitaan mereka. Struktur redaksi inilah
yang bertanggung jawab terhadap isi atau konten berita yang akan di tampilkan di
web kompas.com. Redaksi ini dipimpin oleh seorang penanggung jawab redaksi
dan di bantu oleh asisten, editor, reporter, dan lain sebagainya. adapun susunan
redaksi news kompas.com dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 03Editorial Department Kompas.com
No Posisi1 Editor in Chief/Penanggung
JawabWisnu Nugroho
2 News Managing Editor Tri Wahono
3 News Assistant ManagingEditor
Agustinus Wisnubrata
4 News Assistant ManagingEditor
J. Heru Margianto
5 News Assistant ManagingEditor
Amir Sodikin
6 Assistant Managing Editor Moh. Latip
7 Otomania.com AssistantManaging Editor
Aris Fertonny Harvenda
8 Juara.net Editor in Chief Weshley Hutagalung9 Juara.net Managing Editor Firzie A. Idris
10 Juara.net AssistantManaging Editor
Jalu Wisnu Wirajati
11 Editor Laksono Hari Wiwoho, Fidel Ali Permana,Glori Kyrious Wadrianto, Farid Assifa,Caroline Sondang Andhikayani Damanik, AnaShofiana Syatiri, Kistyarini, Palupi AnnisaAuliani, Egidius Patnistik, Ervan Hardoko,Pipit Puspita Rini, Erlangga Djumena,Bambang Priyo Jatmiko, Muhammad RezaWahyudi, Taslimah Widianti Kamil, Lusia
9 http://inside.kompas.com/about-us. Diakses pada 1 September 2016, pukul 20.15 WIB.
36
Kus Anna Maryati, Deasy Syafrina, I MadeAsdhiana, Hilda Hastuti, Jodhi Yudono, FikriaHidayat, Ni Luh Made Pertiwi Finlandiari,Bestari, Azwar Ferdian, Agung Kurniawan,Sandro Gatra Sinaga, Oik Yusuf Araya, IchaRastika, Sabrina Asril, Irfan Maullana, J.Primus, Yunanto Wiji Utomo, AloysiusGonsaga Angi Ebo, Aprilia Ika, M. FajarMarta, Pascal S. Bin Saju, Indra Akuntono,Deliusno, Aprilia Ika Warsanti
12 Reporter Fabian Januarius Kuwado, RobertusBelarminus Goo, Antonius Tjahjo Sasongko,Ferril Dennys Sitorus, Donny Apriliananda,Febri Ardani Saragih, Dian Maharani, ReskaKoko Nistanto, Kurnia Sari Azizah,Alsadadrudi, Ihsanuddin, Dani Prabowo,Sakina Rakhma Diah Setiawan, EstuSuryowati, Andri Donnal Putera, YogaSukmana, Abba Gabrillin, Ambaranie NadiaKemala, Wahyu Adityo Prodjo, Jessi Carina,Silvita Agmasari, Kahfi Dirga Cahya, AndiMuttya Keteng Pangerang, Tri SusantoSetiawan, Arimbi Ramadhiani, NabillaTashandra, Anju Christian, NugyasaLaksamana, Ade Jayadiredja, Wisnu Nova,Verdi Hendrawan, Fatimah Kartini Bohang,Yoga Hastyadi Widiartanto, Ridwan AjiPitoko, Stanley Ravel, Ghulam M. Nayazri,David Oliver Purba, Sri Anindiati Nursatri,Dian Reinis Kumampung, Pramdia Arhando,Iwan Supriyatna, Rakhmat Nur Hakim, FachriFachrudin
13 Photo Editor andPhotgrapher
Dino Oktaviano Sami Putra, HeribertusKristianto Purnomo, Roderick Adrian Mozes,Ari Prasetyo
14 Language Editing Officer Erwin Kusuma Oloan Hutapea, Dimas WahyuTrihardjanto, Eris Eka Jaya
15 Administrative and Secretary Tania Frederika Titaley, Ira Fauziah, AdindaDwi Putri
37
B. Pemberitaan Siyono di Kompas.com
Siyono merupakan terduga teroris asal Klaten, yang tewas setelah dibawa
oleh Densus 88 antiteror Polri pada 8 Maret 2016. Kasus Siyono menjadi
perhatian publik setelah media memberitakan bahwa diduga terdapat pelanggaran
HAM terkait tewasnya Siyono. Kontroversi kematian Siyono semakin mendapat
perhatian publik setelah media memberitakan hasil autopsi ulang yang dilakukan
oleh PP Muhammadiah dan Komnas HAM. Dalam konferensi pers PP
Muhammadiyah dan Komnas HAM mengeluaran hasil rilis terkait kematian
Siyono yakni akibat luka benturan di bagian dada. Hasil ini menjadi kontroversi
dikarenakan berbeda dengan rilis Kepolisian yang menjelaskan bahwa penyebab
kematian Siyono adalah pukulan benda tumpul di bagian kepala.10
Kompas.com termasuk salah satu media yang memberitakan terkait
tewasnya Siyono. Pada web kompas.com, pemberitaan Siyono termasuk ke dalam
kanal news nasional. Dalam Penelitian ini, peneliti mengambil lima buah berita
dari kompas.com untuk melihat bagaimana framing kompas.com terhadap kasus
Siyono di dalam pemberitaan kompas.com. adapun kelima berita tersebut adalah:
Tabel 04Berita Siyono yang Diangkat Oleh Kompas.com
No. Judul Tanggal1 Kontroversi Hasil otopsi dan Misteri Kematian Siyono 12 April 20162 Polri, Jangan Tutupi Penyebab Kematian Siyono 12 April 20163 Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di bawah
Standar13 April 2016
4 Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak bagiProfesionalisme Polri
14 April 2016
5 Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, Bukan MenjadiAlgojo
14 April 2016
Sumber: Kompas.com
10http://nasional.kompas.com/read/2016/04/12/07351811/Kontroversi.Hasil.Otopsi.dan.Misteri.Kematian.Siyono.?page=all, diakses pada 1 September 2016, Pukul. 21.30 WIB.
38
Kelima buah berita inilah yang natinya akan di analisis pada bab selanjutnya
dengan menggunakan perangkat framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki
yang memiliki empat perangkat framing yakni: sintaksis, skrip, tematik dan
retoris.
39
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan analisis berita mengenai kasus
tewasnya Siyono di Kompas.com. Analisis ini terdiri dari lima buah berita di
Kompas.com mulai dari tanggal 12 April 2016 hingga tanggal 14 April 2016.
Analisis ini akan membahas kelima berita tersebut melalui metode analisis
framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki yang mempunyai empat struktur
framing, yakni: 1) sintaksis, 2) skrip, 3) tematik dan 4) retoris. Untuk lebih
jelasnya analisis berita terkait tewasnya Siyono di Kompas.com ini akan
dijelaskan pada pembahasan di bab ini.
A. Analisis Struktur Sintaksis Pemberitaan Siyono
Struktur sintaksis dapat diamati dari bagan berita. Struktur sintaksis
berhubungan dengan bagaimana cara wartawan dalam menyusun peristiwa.
Unsur-unsur seperti opini, pernyataan, kutipan disusun ke dalam bentuk susunan
yang menjadi sebuah kisah. Dengan demikian, struktur sintaksis bisa diamati
melalui headline yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan
sandaran, sumber yang dikutip, dan sebagainya. Adapun, pada bahasan ini,
peneliti akan menjelaskan hasil anasisis struktur sintaksis pada lima buah berita
terkait Siyono yang menjadi objek pada penelitian ini. Sruktur Sintaksis
pemberitaan Siyono pada situs kompas.com akan dijelaskan pada penjelasan di
berikut ini:
40
1. Berita 1 edisi 12 April 2016 ( Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri
Kematian Siyono)
Pada berita yang pertama ini, Kompas.com mengangkat pemberitaan terkait
tewasnya Siyono dengan judul berita Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri
Kematian Siyono. Berita ini tayang setelah pengumuman hasil rilis otopsi Siyono
oleh PP Muhammadiyah dan Komnas HAM terkait penyebab kematian Siyono.
Dari Judul berita ini, Nampak bahwa kompas.com ingin menunjukkan terlebih
dahulu kepada masyarakat terkait gambaran peristiwa kematian Siyono yang pada
akhirnya menimbulkan kontroversi karena perbedaan penyebab kematian yang
diumumkan oleh Polri dengan hasil otopsi.
Lead yang digunakan oleh Kompas.com pada pemberitaan ini adalah
menjelaskan mengenai apa yang menjadi topik pembahasan dari berita ini.
adapaun lead yang digunkan dalam pemberitaan ini adalah:
“Kematian Siyono, terduga teroris asal Klaten, Jawa Tengah, hingga saatini masih menimbulkan tanda tanya. Kepolisian berbeda pendapat denganMuhammadiyah dan Komnas Hak Asasi Manusia. Tiap pihak memilikiversinya , masing-masing , mengenai penyebab utama kematianSiyono.”1
Latar yang digunakan pada berita ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan
Hasil otopsi ulang Siyono dengan rilis Polri terkait penyebab tewasnya Siyono.
Perbedaan ini terjadi di karenakan menurut rilis Polri, penyebab kematan Siyono
adalah luke benturan benda tumpul di bagian kepala, sedangkan berdasarkan hasil
otopsi, penyebab kematian Siyono adalah patah tulang iga, dan luka di bagian
dada.
1“Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016,paragraf 1.
41
Pada berita ini, kompas.com mengambil pendapat dari beberapa narasumber
seperti Siane Indriani (Komisioner Komnas HAM), Brigjen (pol) Arthut Tampi
(Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri), Haris Azhar ( Koordinator
Kontras), Dahnil Anzhar ( ketum PP Muhammadiyah)
Kutipan wawancara yang dilakukan kompas.com dengan Siane Indriani
menjelaskan penyebab kematian Siyono berdasarkan hasil autopsi tim dokter PP
Muhammadiyah dan Komnas HAM dan peryataan bahwa Siyono tewas tanpa
perlawanan. Adapun beberapa kutipan yang menegasan hal tersebut adalah
sebagai berikut:
Paragraf 5“Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patahsebelah kana nada satu, ke luar,” ujar Siane.2
Paragraf 9“Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif,” ujarnya.3
Sementara itu, Kutipan wawancara dengan Brigjen (pol) Arthur Tampi
(Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri) menjelaskan penyebab kematian
Siyono versi Polri yakni, hantaman benda tumpul di kepala dan menegaskan
bahwa otopsi tidak perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian Siyono.
Paragraf 18“ Penyebab kematian adalah terjadi pendarahan di belakang kepala akibatbenturan benda tumpul,” ujar Arthur.4
Paragraf 22“ Pemeriksaan walaupun tanpa otopsi, kita dapat menentukan penyebabkematiannya. Akibat perdarahan kepala belakang,” Ujar Arthur.5
2 “Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016,paragraf 5.
3 “Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016,paragraf 9.
4 “Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016,paragraf 18.
5 “Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016,paragraf 22.
42
Selanjutnya kutipan wawancara dengan Haris Azhar ( Koordinator Kontras),
dan Dahnil Anzhar ( ketum PP Muhammadiyah) yang menilai kinerja Densus
selama ini sesuka hati, dan menuntut evaluasi terhadap kinerja Densus 88.
Paragraf 28“Yak karena selama ini penegak hukum juga amburadul. Sekadarmenunjukkan kepuasan kelompok tertentu,” kata haris.6
Paragraf 33“Kebetulan saya diundang di RDP. Kasus Siyono ini bisa menjadi bahanevaluasi, mungkin buat DPR, berkaitan dengan Densus 88,” ujarDhanil.7
Berita pertama inipun di tutup dengan pernyataan dari Dahnil Anzhar selaku
Ketum PP Muhammadiyah Yang berharap hasil otopsi ini menjadi bahan DPR
untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja Densus 88.
Berdasarkan analisis di atas, dapat kita lihat cara wartawan menyusun fakta
pada pemberitaan ini setelah di analisis dengan menggunakan unsur-unsur
sintaksis. Fakta-fakta disusun sedemikian rupa untuk memberikan pemahaman
kepada pembaca terhadap kasus yang terjadi. Pada bagian awal kompas.com
menempatkan fakta terkait kontroversi penyebab kematian Siyono, lalu
dilanjutkan dengan penyebab kematian Siyono versi Polri dan ditutup dengan
kritik terhadap Polri dan tuntutan evaluasi terhadap aparat penegak hukum yang
dinilai telah sewenang-wenang. Selain itu fakta-fakta yang terkandung dalam
pemebritaan ini diperkuat oleh pendapat berbagai narasumber yang kredibel.
Struktur Sintaksis terkait Berita 1 edisi 12 April 2016 ( Kontroversi Hasil
Otopsi dan Misteri Kematian Siyono) dapat dilihat pada lampiran 1.
6 “Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016,paragraf 28.
7 “Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016,paragraf 33.
43
2. Berita 2 edisi 12 April 2016 (Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono!).
Pada berita kedua, Kompas.com mengangkat berita terkait tewasnya Siyono
dengan judul Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono! Judul ini terkesan provokatif
karena menuding Polri seperti menutup-nutupi kasus kematian Siyono.
Berita ini menggunakan lead yang menempatkan pernyataan Anggota
Komisi III DPR Dwi Ria Latifah yang menuntuk transparansi Polri terkait
penyebab tewasnya Siyono. Adapun lead yang terdapat dalam pemberitaan ini
adalah sebagai berikut:
“Anggota Komisi III DPR Dwi Ria Latifah, meminta polri transparandalam mengungkap kasus kematian terduga teroris siyono. Sebab, adadugaan penganiayaan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 AntiterorPolri ketika memeriksa Siyono”8
Latar yang diambil dalam pemberitaan ini adalah Dalam Perkembangan
kasus tewasnya Siyono oleh Densus 88, Divisi Propam Polri telah memeriksa
anggota Densus yang mengawal Siyono dan mendapatkan hasil bahwa ada
sejumlah prosedur yang tidak dipenuhi oleh petugas yang mengawal.
Yang menjadi Sumber dalam berita ini adalah Anggota Komisi III DPR
Dwi Ria Latifah. Beliau berpendapat bahwa Polri harus menindak tegas
anggotanya yang melakukan kesalahan dan tidak menutup-nutupi penyebab
kematian Siyono akibat kelalaian anggotanya. Selain itu, Dwi juga menuntut
evaluasi terhadap kinerja Densus 88 yang dinilai bertindak semena-mena dengan
menghalalkan berbagai cara atas nama pemberantasan terorisme. Lebih Lanjut
Dwi juga meningatkan Densus serta Polri apabila mereka tidak transparan
tentunya akan merugikan institusi mereka sendiri. Beberpa kutipan wawancara
Dengan Dwi dapat dilihat pada kutipan berikut:
8 “Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono!”, Kompas.com, 12 April 2016, Paragraf 1.
44
“Karena yang rusak nanti adalah institusi Polri sendiri, yang rusak jugainstitusi Densus. Jangan gali lubang tutup lubang untuk citra Densus,”ucap dia.11
Berita ini ditutup dengan pernyataan Dwi Ria Latifah yang menginginkan
Transparansi pengungkapan kasus Siyono karena hal ini diperlukan untuk
menjaga marwah Densus 88. Dan Ia berharap, Polri tidak menutupi kesalahan
yang dilakukan anggotanya.
Kesimpulan dari struktur sintaksis pemberitaan yang kedua adalah dalam
pemberitaan ini fakta disusun berdasarkan pendapat narasumber yang
menginginkan transparansi pengungkapan kasus siyono, selanjutnya wartawan
mengungkapkan alasan kenapa Polri harus berlaku transparan terhadap kasus ini.
Fakta-fakta yang disusun memberikan gambaran kepada khalayak akan kesalahan
anggota Densus dan menekankan kepada khalayak akan evaluasi terhadap kinerja
Densus 88.
Struktur Sintaksis terkait Berita 2 edisi 12 April 2016 (Polri, Jangan Tutupi
Kematian Siyono!) dapat dilihat pada lampiran 2.
9 “Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono!”, Kompas.com, 12 April 2016, Paragraf 3.10 “Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono!”, Kompas.com, 12 April 2016, Paragraf 6.11 “Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono!”, Kompas.com, 12 April 2016, Paragraf 8.
Paragraf 3“Kalau betul terjadi suatu pelanggaran hukum, bukan hanya pelanggaranprosedur, tidak boleh ini ditutupi. Kalau oknum ini bersalah, tindaksecara transparan,” kata Dwi.9
Paragraf 6“Tapi, pasca itu kita harus evaluasi. Jangan karena dianggap sukses, kitalupa bahwa bukan begitu kemudian menganggap seolah kita melakukansesuatu yang terbaik, kemudian apapun bisa dilakukan demipemberantasan terorisme,” ungkap Dwi.10
Paragraf 8
45
3. Analisis Berita 3 edisi 13 April 2016 (Pemeriksaan Jasad Siyono Versi
Polri Dinilai di Bawah Standar).
Pada berita yang ketiga, Kompas.com mengangkat judul Pemeriksaan Jasad
Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar. Judul ini terkesan menghakimi dan
menilai kinerja buruk yang dilakukan oleh Polri terkait rilis hasil kematian Siyono
tanpa melakukan otopsi.
Lead yang digunakan dalam pemberitaan ini menjelaskan pendapat Tim
Pembela Kemanusiaan yang dibentuk oleh PP Muhammadiyah dan Komnas
HAM terkait penilaian mereka terhadap hasil rilis penyebab kematian Siyono oleh
Polri. Sementara, Latar yang diambil dalam pemberitaan ini adalah hasil rilis polri
yang hanya mengandalkan pemeriksaan fisik tanpa otopsi terkait penyebab
tewasnya Siyono. Adapun lead yang terkandung dalam pemberitaan ini adalah
sebagai berikut:
“Tim pembela kemanusiaan yang dibentuk oleh PP Muhammadiyahmenilai hasil pemeriksaan polisi terkait penyebab kematian Siyono tidakbisa dipertanggungjawabkan. Pasalnya, polisi hanya sebatas melakukanpemeriksaan luar dan tak sesuai standar otopsi.”12
Yang menjadi Sumber dalam berita ini adalah Ketua Tim Pembela
Kemanusiaan Kasus Siyono, Trisno Raharjo. Kompas.com menekankan
pemberitaan ini dengan pendapat Trisno yang menyatakan bahwa hasil
pemeriksaan oleh Polri dibawah standar, tidak bisa dipertanggungjawabkan serta
tidak bisa menentukan penyebab kematian Siyono. Berikut ini adalah beberapa
kutipan wawancara Kompas.com dengan Trisno:
12 “Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13April 2016, Paragraf.1.
46
Paragraf 2-3“ Saya sempat menanyakan kepada doker-dokter ahli forensik, apakahkalau begini (hasil scan) termasuk otopsi,” ujar Trisno Raharjo“Jawabannya bukan otopsi dan di bawah standar,” lanjutnya.13
Paragraf 6“hanya men-scan dari luar lalu disimpulkan. Hasil scan-nya dikirimkanke keluarga sebagai penyebab kematian. Menurut dokter forensik, hasilitu tidak bisa dipertanggungjawabkan,” tandasnya.14
Paragraf 9“Berdasarkan otopsi yang telah disampaikan di Komnas HAM Jakarta,penyebab kematian ada pada dada. Bukan pada bagian kepala sepertiyang disampaikan Mabes Polri,”pungkasnya.15
Berita ini ditutup dengan penyebab kematian Siyono berdasarkan hasil
otopsi oleh tim Dokter PP Muhammadiyah dan Komnas HAM yang menjelaskan
penyebab kematian Siyono adalah luka di bagian dada.
Pada pemberitaan ini, fakta yang dicoba ditonjolkan adalah rendahnya
standar pemeriksaan Polri terhadap pemeriksaan Jenazah Siyono. Fakta- fakta
dicoba diperkuat dengan pendapat narasumber yang menjelaskan bahwa
pemeriksaan yang dilakukan oleh Polri tidak sesuai standar autopsi. Pemberitaan
ini juga kembali menekankan penyebab kematian Siyono yang sebenarnya. Dari
struktur sintaksis ini kompas.com berusaha menyampaikan fakta dan menekankan
kepada khalayak bahwa penyebab kematian Siyono adalah bukan seperti yang
diumumkan oleh Polri.
Struktur Sintaksis terkait Berita 3 edisi 13 April 2016 (Pemeriksaan Jasad
Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar) dapat dilihat pada lampiran 3.
13 “Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13April 2016, Paragraf 2-3
14 “Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13April 2016, Paragraf 6
15 “Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13April 2016, Paragraf 9
47
4. Analisis Berita 4 edisi 14 April 2016 (Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan
Telak Bagi Profesionalisme Polri).
Berita keempat mengangkat judul Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak
Bagi Profesionalisme Polri. Judul ini kembali seakan kompas.com menghakimi
kinerja Kepolisian terkait tewasnya Siyono.
Lead dalam berita ini mengangkat opini ketua Indonesia Police Watch
(IPW) Terkait kematian Siyono yang sekaligus menjadi latar dalam berita ini.
Adapun lead dalam berita ini adalah:
“Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakanbahwa kasus kematian terduga teroris Siyono harus menjadi pelajaranberharga dalam melakukan evaluasi internal di tubuh Kepolisian RI.”16
Narasumber yang terkait di dalam pemberitaan ini adalah Ketua Presidium
Indonesia Police Watch Neta S Pane, dan Komisioner Komnas HAM, Siane
Indriani. Kompas.com menekankan pemberitaan dengan pendapat Neta yang
menuntut evaluasi kinerja Densus 88, serta mengapresiasi otopsi terhadap jasad
Siyono Dan menganggap otopsi yang dilakukan oleh PP Muhammadiyah dan
Komnas HAM adalah pukulan telak bagi profesionalisme Polri. Berikut petikan
pendapat Neta yang terdapat di dalam berita ini:
Paragraf 3“Kasus Siyono sudah memicu keberanian publik untuk melakukan otopsiulang terhadap korban kekerasan polisi,” ujar Neta.17
Paragraf 4“otopsi ulang ini menjadi pukulan telak bagi profesionalisme polri,” katadia.18
16 “ Otopsi Ulang SIyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri”, Kompas.com, 14April 2016, Paragraf. 1
17 “ Otopsi Ulang SIyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri”, Kompas.com, 14April 2016, Paragraf. 3.
18 “ Otopsi Ulang SIyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri”, Kompas.com, 14April 2016, Paragraf. 4.
48
Paragraf 7“Karena itu dibutuhkan evaluasi yang komperehensif dan Kapolri harussegera membuat system pengawasan yang maksimal,” ucapnya.19
Sementara itu, pendapat Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani
merupakan beberapa petikan berita pertama yang disambungkan Kompas.com
pada berita ini terkait penyebab tewasnya Siyono. Berita ini ditutup dengan
bantahan terhadap rilis Polri yang menyaakan bahwa Siyono melakukan
perlawanan.
Fakta yang coba ditekankan oleh kompas.com pada pemberitaan ini adalah
kompas.com berusaha menekankan kepada khalayak bahwa kesalahan Polri dalam
mengidentifikasi penyebab kematian Siyono membuat citra dari institusi tersebut
semakin buruk. Kesalahan identifikasi ini menunjukkan bahwa memang terjadi
kekerasan terhadap Siyono sebelum dia tewas. Selanjutnya kompas.com
mengungkapkan penyebab kematian Siyono sesuai dengan hasil rilis PP
Muhammadiyah dan Komnas HAM.
Struktur Sintaksis terkait Berita 4 edisi 14 April 2016 (Otopsi Ulang Siyono
Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri) dalam bentuk tabel dapat dilihat
pada lampiran 4.
5. Analisis Berita 5 edisi 14 April 2016 (Tugas Polisi Melumpuhkan
Tersangka, Bukan Menjadi Algojo).
Pada Berita kelima, Kompas.com mengangkat judul berita Tugas Polisi
Melumpuhkan Tersangka, Bukan Menjadi Algojo. Judul ini terkesan
19 “ Otopsi Ulang SIyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri”, Kompas.com, 14April 2016, Paragraf. 7.
49
mendiskreditkan Kepolisian. Judul ini seakan mengingatkan polisi akan tugas
mereka dan tidak berbuat diluar batas kewajaran.
Lead dari berita ini mengajak pembaca untuk menggugat kinerja Densus 88.
Berita ini mengambil latar dari pernyataan presidium IPW, Nata S Pane terkait
perlu adanya evaluasi terhadap kinerja Densus 88. Adapun Lead dalam
pemberitaan ini adalah:
“Kasus kematian terduga teroris asal Klaten, Siyono, dinilai menjadi titikawal keberanian publik untuk menggugat kinerja Detasemen Khusus 88Antiteror Polri.”20
Narasumber yang terkait di dalam pemberitaan ini adalah Ketua Presidium
Indonesia Police Watch Neta S Pane, dan Komisioner Komnas HAM, Siane
Indriani. Kompas.com menekankan pemberitaan dengan pendapat Neta yang
menuntut evaluasi kinerja Densus 88 dan menekankan tugas Polri untuk
melumpuhkan tersangka bukannya menjadi algojo. Berikut petikan pendapat Neta
yang terdapat di dalam berita ini:
Paragraf 4“Apalagi tugas utama polisi adalah melumpuhkan tersangka dan bukanmenjadi algojo,” ujar Neta.21
Paragraf 7“Sebaliknya jika polisi sudah bertindak sesuai prosedur Komnas HAMharus juga menjelaskannya secara terbuka,” kata Neta.22
Sementara itu, pendapat Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani
merupakan beberapa petikan berita pertama yang disambungkan Kompas.com
pada berita ini terkait penyebab tewasnya Siyono. Berita ini ditutup dengan
20 “Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, Bukan Menjadi Algojo”, Kompas.com, 14 April2016, Paragraf 1.
21 Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, Bukan Menjadi Algojo”, Kompas.com, 14 April2016, Paragraf 4.
22 Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, Bukan Menjadi Algojo”, Kompas.com, 14 April2016, Paragraf 7.
50
bantahan terhadap rilis Polri yang menyaakan bahwa Siyono melakukan
perlawanan.
Pada pemberitaan ini Kompas.com menekankan bahwa dalam upaya
penegakan hukum, seharusnya densus 88 tidak melakukan tindakan diluar batas
kewajaran dengan menggunakan kekerasan. Kutipan dan pendapat narasumber
dalam pemberitaan ini seakan menjadi penguat terhadap pendapat untuk segera
dilakukannya evaluasi terhadap Densus 88. Di akhir pemberitaan, Kompas.com
juga menjelaskan kembali penyebab kematian Siyono versi hasil otopsi PP
Muhammadiyah dan Komnas.HAM. Struktur Sintaksis terkait Berita 5 edisi 14
April 2016 (Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, Bukan Menjadi Algojo) dapat
dilihat pada lampiran 5.
Dari analisis lima berita di atas telah kita lihat struktur Sintaksis terhadap
pemberitaan Siyono di Kompas.com. Sintaksis merupakan cara wartawan dalam
menyusun fakta. Struktur Sintaksis dapat diamati melalui unit pengamatan yakni:
Headline, Lead, Latar, Sumber, Kutipan, Pernyataan dan Penutup. Seperti yang
ketahui, pesan yang disampaikan oleh media adalah hasil konstruksi berdasarkan
ideologi dan cara pandang wartawan dalam melihat sebuah peristiwa. Pada
Struktur sintaksis terkait lima buah pemberitaan Siyono di Kompas.com ini kita
bisa melihat arah kecenderungan Kompas.com dalam membingkai perstiwa
tewasnya Siyono ini.
Lima buah berita yang di ambil dalam penelitian ini tentunya memiliki 5
buah Headline yang berbeda. Namun, meskipun Headline atau judul nya berbeda,
berdasarkan hasil yang peneliti amati. Kelima buah judul ini memiliki kesamaan.
Adapun kesamaannya adalah kelima buah judul ini terkesan provokatif dan
51
mendiskriditan atau menyudutkan Polri serta Densus 88. Judul ini bisa
menggambarkan arah hendak dibawa kemana pemberitaan terkait Siyono ini.
Sebagaimana Penjelasan Wakil Redaktur Pelaksana Kompas.com, J. Heru
Magianto terkait Headline berikut ini:
“Secara umum headline itu kan intisari dari seluruh isi berita. Kalau dionline ada yang khas. Hampir di seluruh media online Yang harusdiperhatikan adalah keyword dari persoalan. Yang kedua, supaya beritaini muncul jika dicari di google. Atau lagi ramai aming nikah samaevelyn. Maka kata aming dan evelyn harus ada di judul. Sesuatu yangkita perkiran sebagai keyword harus ada di judul supaya ada di googledan orang tahu kalau beritanya tentang apa.”23
Berikutnya dari Unit Lead dan Latar, Latar yang digunakan pada kelima
berita ini menggunakan latar perbedaan hasil rilis Polri dan PP Muhammadiyah
terkait penyebab tewasnya Siyono, dan selalu dimulai dengan pernyataan kutipan
wawancara dengan narasumber. Sementara, untuk narasumber sendiri merupakan
orang-orang yang terkait dengan topik yang dibahas dan saling beraitan. Seperti
sumber dari IPW, Komnas HAM, PP Muhammadiyah, dan Kepolisian. Terkait hal
ini, J. Heru Margianto menjelaskan:
“Para wartawan hampir selalu mempunyai insting tentang siapa yangharus di wawancarai. Yang harus dipastikan adalah bahwa narasumberini kredibel dalam artian memahami dan memiliki kapasitas berbicaraterkait topik itu. Lalu harus kompeten, yakni menguasai dan tahu harusngomong apa. Yang ketiga ini yang tricky. Wartawan harus jelimemahami peta narasumber. Jika dilapangan kita akan peka ni untukmelihat narasumber ini pemikirannya ke arah mana. Sehingga harusmemilih yang tepat supaya pandangannya berimbang. Peta ini harusdikuasai. Ketiga ini harus diperhatikan: kredibel, kompeten, danrepresentasi yang objektif terhadap persoalan tersebut.”24
23 Wawancara Pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Kompas.com, Jum’at 24 Juni2016.
24 Wawancara Pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Kompas.com, Jum’at 24 Juni2016.
52
Dan yang terakhir dalam pengamatan unsur Sintaksis adalah penutup berita.
Pada berita yang pertama dan kedua, berita ditutup dengan keinginan untuk
mengevaluasi kinerja Densus 88. Sedangkan, pada berita ketiga sampai lima
menjelaskan tentang penyebab kematian Siyono dan penegasan bahwa tidak ada
perlawanan dari Siyono. Peneliti melihat hal ini sebagai suatu konstruksi
berulang yang berusaha ditekankan oleh Kompas.com kepada pembaca terkait
penyebab tewasnya Siyono dan terkesan memojokkan pihak kepolisian dan
menuntut evaluasi terhadap kinerja Densus 88.
B. Analisis Struktur Skrip Pemberitaan Siyono
Dalam penulisan berita seringkali fakta dan peristiwa ditulis dengan tulisan
yang membuat emosi pembaca terlibat, dan membuat peristiwa memiliki alur.
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W+1H ( Who, What, When,
Where, Why dan How). Meskipun pola ini tidak semuanya selalu kita jumpai di
dalam pemberitaan, namun unsur kelengkapan berita ini merupakan penanda
penting dalam analisis framing.
Skrip juga digunakan wartawan sebagai srategi dalam menyusun berita.
Skrip memberikan informasi kepada kita akan bagian mana yang ditekankan oleh
wartawan melalui susunan atau urutan dalam pemberitaannya. Berikut adalah
hasil analisis terhadap struktur skrip pemberitaan Siyono di situs kompas.com:
1. Berita 1 edisi 12 April 2016 ( Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri
Kematian Siyono)
Struktur Skrip pada pemberitaan ini dapat dilihat dari kelengkapan unsur
5W+1H yang terkandung di dalamnya. Adapun unsur yang terkandung dalam
pemberitaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
53
Tabel 05Analisis Skrip Berita 1
Struktur Unit TeksSkrip What Kontroversi Kematian Siyono akibat perbedaan hasil
otopsi yang dilakukan oleh PP Muhammadiyah danKomnas HAM Dengan penyebab kematian Siyono yangdirilis oleh Polri
Who Siane Indriani (Komisioner Komnas HAM)When 11 April 2016Where Kantor Komnas HAM, JakartaWhy Hasil rilis penyebab kematian Siyono oleh polri berbeda
dengan Hasil otopsi yang dilakukan oleh tim Dokter PPMuhammadiyah dan Komnas HAM
How PP Muhammadiyah dan Komnas HAM mengeluarkanhasil otopsi Siyono yang menyebutkan penyebabkematian adalah ada di bagian dada, bukan kepala sepertihasil rilis oleh Polri
Struktur Skrip dapat diartikan sebagai cara wartawan dalam mengisahkan
fakta. Pada berita yang pertama ini, semua unsur 5W+1H terpenuhi di dalam
pemberitaan. Adapun, dalam mengkisahkan fakta pada berita ini. Kompas.com
memulai mengisahkan fakta dari unsur what, lalu dilanjutkan dengan unsur why,
dan kemudian when, where, who dan terakhir menjelaskan bagaimana peristiwa
tersebut. pada pemberitaan ini, fakta pertama yang di tampilkan oleh Kompas.com
adalah kontroversi kematian Siyono versi hasil otopsi PP Muhammadiyah dan
Komnas HAM, di bagian berikutnya Kompas.com mengisahkan penyebab
kematian Siyono berdasarkan pemeriksaan Kepolisian, dan di akhiri dengan
tuntutan evaluasi terhadap kinerja Densus 88.
54
2. Berita 2 edisi 12 April 2016 (Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono!).
Struktur Skrip pada pemberitaan ini dapat dilihat dari kelengkapan unsur
5W+1H yang terkandung di dalamnya. Adapun unsur yang terkandung dalam
pemberitaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 06Analisis Skrip Berita 2
Struktur Unit TeksSkrip What Permintaan anggota komisi III DPR-RI agar polisi
transparan dalam pengungkapan kasus tewasnya SiyonoWho Anggota Komisi III DPR-RI, Dwi Ria LatifahWhen 12 April 2016Where Komplek Parlemen, JakartaWhy Dalam perkembang kasus tewasnya Siyono, Propam
Polri mendapatkan hasil bahwa ada sejumlah proseduryang tidak dipenuhi oleh anggota densus 88
How Kasus kematian Siyono menimbulkan kontroversidikarenakan perbedaan penyebab kematian yang dirilisoleh Polri dan otopsi ulang yang dilakukan olehMuhammadiyah. Selanjutnya, Propam Polri melakukanpemeriksaan terhadap anggota Densus 88 yangmengawal Siyono dan didapati ada sejumlah proseduryang diabaikan oleh anggota Densus 88.
Pada berita kedua ini, seluruh unsur skrip juga terpenuhi. Kompas.com
memulai berita ini melalui unsur who, lalu dilanjutkan dengan unsur what, why,
when, where dan how. Berita ini disusun berdasarkan pendapat narasumber yang
dalam berita ini adalah Anggota Komisi III DPR-RI, Dwi Ria Latifah.
Kompas.com mengisahkan berita ini secara teratur dan berakhir pada penekanan
untuk melakukan evaluasi terhadap Densus 88.
55
3. Analisis Berita 3 edisi 13 April 2016 (Pemeriksaan Jasad Siyono Versi
Polri Dinilai di Bawah Standar).
Struktur Skrip pada pemberitaan ini dapat dilihat dari kelengkapan unsur
5W+1H yang terkandung di dalamnya. Adapun unsur yang terkandung dalam
pemberitaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 07Analisis Skrip Berita 3
Struktur Unit TeksSkrip What Pendapat Tim pembela kemanusiaan yang dibentuk
oleh PP Muhammadiyah yang beranggapan bahwahasil pemeriksaan Polri terhadap jasad Siyono tidakbisa di pertanggung jawabkan
Who Trisno Raharjo, Ketua Tim pembela kemanusiaan PPMuhammadiyah
When 13 April 2016Where Kantor Pusham UII, YogyakartaWhy Laporan kematian yang dirilis oleh Polri hanya
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik luar dan tidaksesuai standar otopsi
How Hasil otopsi yang dilakukan oleh Tim PPMuhammadiyah berbeda dengan hasil rilis polri. Halini dikarenakan Polri hanya melakukan pemeriksaanfisik dan jauh di bawah standar otopsi menurut Tim PPMuhammadiyah
Berita ketiga dimulai dengan mengisahkan peristiwa apa yang terjadi dan
kenapa peistiwa itu terjadi. Lalu di lanjutkan dengan who, where dan when. Di
bagian akhir barulah di jelaskan detail peristiwa. Pada berita ini, kompas.com
mengisahkan mengenai fakta bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Polri
tidak bisa dijadikan rujukan dalam menentukan penyebab kematian Siyono karena
tidak sesuai standar otopsi.
56
4. Analisis Berita 4 edisi 14 April 2016 (Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan
Telak Bagi Profesionalisme Polri).
Struktur Skrip pada pemberitaan ini dapat dilihat dari kelengkapan unsur
5W+1H yang terkandung di dalamnya. Adapun unsur yang terkandung dalam
pemberitaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 08Analisis Skrip Berita 4
Struktur Unit TeksSkrip What Hasil otopsi siyono yang dinilai menjadi pukulan telak
bagi profesionalisme Polri karena membuat independensilembaga menjadi diragukan.
Who Nata S PaneWhen 13 April 2016Where -Why Kontroversi kematian Siyono sehingga membuat PP
Muhammadiyah dan Komnas HAM melakukan otopsiulang terhadap jasad Siyono
How Hasil otopsi ulang oleh PP Muhammadiyah dan KomnasHAM menunjukkan hasil yang berbeda dengan rilis Polriterkait penyebab kematian Siyono
Fakta dalam berita ini dimulai dengan unsur who, yakni pendapat dari
narasumber Neta S Pane yang menyerukan evaluasi terhadap Densus 88. Lalu
dilanjutkan dengan unsur what dan why, lalu when. Pada berita ini tidak terdapat
unsur where karena pendapat narasumber diperoleh melalui wawancara via
telepon. Berita ini juga disambungkan dengan berita pertama. Sehingga terkesan
Kompas.com seperti menekankan bahwa penyebab kematian Siyono dan otopsi
yang dilakukan oleh Polri adalah kesalahan yang menciderai institusi tersebut.
57
5. Analisis Berita 5 edisi 14 April 2016 (Tugas Polisi Melumpuhkan
Tersangka, Bukan Menjadi Algojo).
Struktur Skrip pada pemberitaan ini dapat dilihat dari kelengkapan unsur
5W+1H yang terkandung di dalamnya. Adapun unsur yang terkandung dalam
pemberitaan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 09Analisis Skrip Berita 5
Struktur Unit TeksSkrip What Pengawasan terhadap kinerja Densus 88 agar tidak
bertindak sewenang-wenangWho Nata S PaneWhen 13 April 2016Where -Why Pengetatan pengawasan terhadap Densus 88 dikarenakan
kerap kali Densus 88 bertindak sebagai algojo danbertindak sewenang-wenang
How Diperlukan pengawasan oleh Polri terkait kinerja Densus88
Berita ini di awali dengan pendapat narasumber yakni Neta S. Pane terkait
otopsi ulang Siyono dan seruan evaluasi terhadap Kinerja Densus 88. Berita ini
juga tidak memiliki unsur where, dikarenakan pendapat narasumber diperoleh
melalui sambungan telepon. Sama seperti berita keempat, Berita ini juga
disambungkan dengan berita pertama. Sehingga terkesan Kompas.com seperti
menekankan bahwa penyebab kematian Siyono dan otopsi yang dilakukan oleh
Polri adalah kesalahan yang menciderai institusi tersebut.
Pada dasarnya, struktur skrip merupakan cara wartawan mengisahkan fakta.
Dari kelima pemberitaan terkait kasus tewasnya Siyono, adapun kesimpulan dari
struktur Skrip kelima pemberitaan tersebut adalah hampir di semua berita diawali
dengan pendapat narasumber untuk menekankan dan menegaskan gagasan yang
58
ingin disampaikan. Keseluruhan unsur konstruksi pemberitaan hampir terdapat di
dalam lima berita ini. Berita-berita tersebut disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu kesatuan cerita yang menggambarkan konstruksi yang dibangun
oleh Kompas.com, kelima berita tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pertama, Kompas.com mengangkat berita dengan judul Kontroversi Hasil
otopsi dan Misteri Kematian Siyono pada tanggal 12 April 2016. Pada
pemberitaan ini, Kompas.com pertama menjelaskan mengenai kontroversi
kematian Siyono akibat perbedaan hasil otopsi yang dilakukan oleh Komnas
HAM dan PP Muhammadiyah dengan hasil rilis oleh Polri. Pada bagian pertama,
Kompas.com menjabarkan bahwa menurut Komnas HAM penyebab kematian
Siyono adalah pada bagian dada. Selanjutnya, Kompas.com menjelaskan
kematian Siyono versi Polri yang menyatakan penyebab kematian adalah benturan
di kepala. Di akhr pemberitaan, Kompas.com Menggiring pembaca untuk
mengevaluasi kinerja Polri terkait pemberantasan terorisme.
Kedua, Berita yang diangkat berjudul Polri, Jangan Tutupi Penyebab
Kematian Siyono, tayang tanggal 12 April 2016. Pada pemberitaan ini
Kompas.com seolah menekan Polri untuk membuka dan tidak menutupi kasus
tewasnya Siyono. Pemberitaan ini seakan menegaskan pemberitaan pertama
terkait evaluasi pemberantasan terorisme oleh Polri. Untuk memperkuat
penekanan pengungkapan kasus, pada pemberitaan ini Kompas.com memperkuat
pendapat mereka melalui pendapat anggota Komisin III DPR, Dwi Ria Latifah.
Ketiga, berita berjudul Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di bawah
Standar yang tayang 13 April 2016. Pemberitaan ini berisi pernyataan-pernyataan
yang dikeluarkan oleh Trisno Raharjo selaku ketua tim pembela kemanusiaa PP
59
Muhammadiyah. Pemberitaan ini kembali menyudutkan Polri dan membahas
hasil penyebab kematian Siyono yang dirilis Polri yang dinilai tidak sesuai
prosedur dan dibawah standar.
Keempat, berita dengan judul Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak bagi
Profesionalisme Polri tayang pada 14 April 2016. Lagi-lagi dalam pemberitaan ini
seolah menyudutkan institusi Polri dan menuntut evaluasi dan pengawasan
terhadap Densus 88. Berita ini diperkuat oleh narasumber Nata S Pane yang
menjabat sebagai ketua Presidium Indonesia Police Watch. Selain itu berita ini
juga dikaitkan kembali dengan berita pertama terkait penyebab tewasnya Siyono
dan Kontroversi perbedaan penyebab kematian melalui hyperlink.
Kelima, Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, Bukan Menjadi Algojo tayang
pada 14 April 2016. Masih terkait dengan narasumber Nata S Pane yang menjabat
sebagai ketua Presidium Indonesia Police Watch yang kembali menekankan
evaluasi dan pengawasan terhadap Densus 88. Berita ini juga kembali dikaitkan
kembali dengan berita pertama terkait penyebab tewasnya Siyono dan Kontroversi
perbedaan penyebab kematian melalui hyperlink.
Dari lima berita di atas bisa dilihat konstruksi yang dicoba dibangun oleh
Kompas.com adalah ada dua bagian. Yakni: Penekanan kepada Polri untuk
membuka kasus Siyono dan tegas menghukum anggotanya jika memang terdapat
kesalahan prosedur dan pelanggaran dalam kasus tewasnya Siyono, dan
Penuntutan kepada Polri untuk segera mengevaluasi kinerja Densus dan
melakukan pengwasan. Karena selama ini Densus 88 tidak pernah diawasi secara
menyeluruh dan kerap kali berlaku sewenang-wenang.
60
C. Analisis Tematik Pemberitaan Siyono
Struktur tematik merupakan struktur yang berhubungan dengan cara
wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi,
kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Bagian ini akan membahas mengenai bagaimana struktur tematik pemberitaan
Siyono di situs kompas.com. adapun struktur sintaksis pemberitaan Siyono
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Berita 1 edisi 12 April 2016 ( Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri
Kematian Siyono)
Dalam berita ini, ditemukan salah satu elemen dari perangkat tematik, yaitu
koherensi penjelas. Koherensi penjelas ditemukan ditandai dengan penggunaan
kata hubung “dan”. Penggunaan kata dan ini ditemukan pada kalimat:
“Menurut Penuturannya, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patahkea rah jantung. Luka itu yang menyebabkan kematian fatal dan disebutsebagai titik kematian Siyono” (Paragraf 6).25
“Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dandisebabkan oleh benturan” (Paragraf 7).26
Dari kedua paragraf di atas, dapat dijelaskan bahwa penggunaan kata “dan”
digunakan sebagai penjelas dari kalimat sebelumnya yakni bahwa kematian
Siyono adalah luka dibagian dada serta luka dikepala Siyono disebabkan oleh
benturan.
25 “Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016,paragraf 6.
26 Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016,paragraf 7.
61
2. Berita 2 edisi 12 April 2016 (Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono!).
Pada berita yang kedua ini, ditemukan sebuah perangkat retoris yakni
koherensi sebab-akibat. Koherensi sebab-akibat menjelaskan bahwa kalimat yang
satu merupakan sebab atau akibat dari kalimat yang lainnnya.
Adapun koherensi sebab-akibat yang ditemukan di dalam berita ini terdapat
pada kalimat:
“Anggota, Komisi III DPR Dwi Ria Latifah, meminta Polri transarandalam mengungkap kasus kematian terduga teroris Siyono. Sebab, adadugaan penganiayaan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 AntiterorPolri ketika memeriksa Siyono.” (Paragraf 1)27
Kata sebab disana menunjukkan adanya dugaan pelangaran ketika Densus
88 menangkap Siyono sehingga Polri harus transparan dalam membuka kasus ini
dan menghukum anggotanya apabila terbukti bersalah.
3. Analisis Berita 3 edisi 13 April 2016 (Pemeriksaan Jasad Siyono Versi
Polri Dinilai di Bawah Standar).
Pada berita ketiga ini juga ditemukan perangkat retoris yakni koherensi
sebab akibat. Koherensi ini ditemukan pada kalimat:
“Menurut dia, jika pihak kepolisian hanya melakukan pemeriksaan luardan dibawah stanar, maka penyebab kematian Siyono tidak bisadijelaskan.” (Paragraf 4)28
Kata maka, pada kalimat ini menjelaskan bahwa penyebab kematian Siyono
tidak bisa dijelaskan karena pemeriksaan yang dilakukan oleh Polri dinilai di
bawah standar.
27 “Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono!”, Kompas.com, 12 April 2016, Paragraf 1.28 “Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13
April 2016, Paragraf.4.
62
4. Analisis Berita 4 edisi 14 April 2016 (Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan
Telak Bagi Profesionalisme Polri).
Pada bertia kelima ini, ditemukan koherensi penjelas yakni kata “dan”.
Koherensi penjelas ini ditemukan pada kalimat:
“Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dandisebabkan oleh benturan.” (Paragraf 12).29
Kata dan disini, menjelaskan bahwa luka di bagain kepala Siyono
disebabkan oleh benturan.
5. Analisis Berita 5 edisi 14 April 2016 (Tugas Polisi Melumpuhkan
Tersangka, Bukan Menjadi Algojo).
Pada berita kelima ini, ditemukan koherensi penjelas yakni kata “dan”.
Koherensi penjelas ini ditemukan pada kalimat:
“Menurut Penuturannya, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patah kearah jantung. Luka itu yang menyebabkan kematian fatal dan disebutsebagai titik kematian Siyono” (Paragraf 13).30
Penggunaan kata “dan” digunakan sebagai penjelas dari kalimat sebelumnya
yakni bahwa kematian Siyono adalah luka dibagian dada.
Struktur tematik merupakan cara wartawan dalam menuliskan fakta. Pada
lima buah pemberitaan terkait Siyono, bisa kita lihat di dalam setiap pemberitaan
terdapat salah satu unsur tematik yakni koherensi. Koherensi membuat dua buah
kalimat yang berisikan fakta menjadi berhubungan, atau bahkan yang tidak
berhubungan bisa menjadi berhubungan. Terdapat dua buah koherensi yang
terdapat dari kelima berita ini. Koherensi tersebut adalah koherensi sebab-akibat
29 Otopsi Ulang SIyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri”, Kompas.com, 14April 2016, Paragraf. 12.30 Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, Bukan Menjadi Algojo”, Kompas.com, 14 April 2016,Paragraf 7.
63
dan koherensi penjelas. Kedua koherensi ini sama-sama memberikan penekanan
terhadap kedua buah fakta yang dihubungkan.
D. Analisis Retoris Pemberitaan Siyono
Struktur retoris adalah struktur yang berhubungan dengan cara wartawan
menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian
pemilihan kata, idiom, grafik, gambar yang juga dipakai guna memberikan
penekanan pada arti tertentu. Bagian ini, akan membahas mengenai struktur
retoris pemberitaan Siyono pada situs kompas.com. adapun struktur retoris dari
kelima berita tersebut adalah:
1. Berita 1 edisi 12 April 2016 ( Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri
Kematian Siyono).
Pada pemberitaan yang pertama ini, struktur retoris yang terdapat di dalam
berita adalah sebagai berikut:
Tabel 10Analisis Retoris berita 1
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon Kematian, Tulang Iga, indikasi.
Bold Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri KematianSiyono, Versi Polri, Evaluasi PemberantasanTerorisme
Italic -Underline -Kapital HAM, RDPFoto Kondisi suasana otopsi jasad Siyono yang dilakukan di
pemakamannya
64
Analisis Struktur Retoris merupakan cara wartawan menekankan fakta.
Unsur retoris dalam penelitian framing, bisa diamati melalui kata dan gambar.
Pada berita pertama ini, gambar yang digunakan adalah Kondisi suasana otopsi
jasad Siyono yang dilakukan di pemakamannya.
Hal ini menekankan fakta bahwa terdapat keganjilam dalam kasus kematian
Siyono sehingga membuat PP Muhammadiyah dan Komnas HAM mengautopsi
ulang jasad Siyono.
Gambar 03
Suasana Otopsi Jasad Siyono
Sumber: Kompas.com
Selain itu, Headline pada berita ini dicetak dengan huruf tebal. Pencetakan
dengan huruf tebal dilakukan untuk menunjukka bahwa bagian tersebut perlu
diberi perhatian lebih oleh pembaca, tertuma bagian tersebut adalah bagian judul.
Selain itu, terdapat juga huruf yang di cetak capital yakni: HAM dan RDP yang
merujuk kepada singkatan Hak Asasi Manusia dan Rapat Dengar Pendapat.
65
2. Berita 2 edisi 12 April 2016 (Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono!).
Pada pemberitaan yang kedua ini, struktur retoris yang terdapat di dalam
berita adalah sebagai berikut:
Tabel 11
Analisis Retoris berita 2
Struktur Unit Teks
Retoris Leksikon Prosedur, marwah, institusi
Bold Polri, Jangan Tutupi Penyebab Kematian Siyono!
Italic -
Underline -
Kapital HAM
Foto Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri brigjen
(Pol) Arthur Tampi menunjukkan hasil visum kepala
terduga teroris Siyono di Mabes Polri
Pada berita yang kedua, huruf yang dicetak tebal adalah judul berita yakni
Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono! Selain, dicetak tebal judul ini juga
diakhiri dengan tanda seru yang merupakan sebuah penekanan. Selain itu juga
terdapat Huruf yang dicetak capital yakni HAM, yang merujuk kepada singkatan
Hak Asasi Manusia.
Adapun foto yang ditampilkan pada berita ini adalah foto Kepala Pusat
Kedokteran dan Kesehatan Polri brigjen (Pol) Arthur Tampi sedang menunjukkan
hasil visum kepala terduga teroris Siyono di Mabes Polri.
66
Gambar 04
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri brigjen (Pol) Arthur Tampi
Sumber: Kompas.com
Foto ini menunjukkan penyebab kematian Siyono versi Polri, sedangkan isi
pemberitaan menyebutkan penyebab kematian adalah bagian dada. Sehingga, foto
ini menguatkan judul berita supaya Polri bertindak transparan dan terbuka untuk
menghukum anggotanya jika terbukti bersalah. Dan seolah-olah membuat Polri
terkesan menutup-nutupi kesalahan anggotanya.
3. Analisis Berita 3 edisi 13 April 2016 (Pemeriksaan Jasad Siyono Versi
Polri Dinilai di Bawah Standar).
Pada pemberitaan yang ketiga ini, struktur retoris yang terdapat di dalam
berita adalah sebagai berikut:
Tabel 12Analisis Retoris berita 3
Struktur Unit TeksRetoris Leksikon Meninggal,
Bold Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di BawahStandar
Italic scanUnderline -Kapital UII, HAMFoto Trisno Raharjo Ketua Tim Pembela Kemanusiaan kasus
Siyono saat memberikan keterangan terkait hasil otopsiSiyono di Kantor Pusham UII
67
Pada Pembertiaan ini huruf yang di cetak tebal adalah judul yakni:
Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar. Dan terdapat
juga huruf yang dicetak miring yakni scan yang merupakan bahasa asing yang
merujuk kepada hasil pemeriksaan jasad Siyono. Terdapat Juga huruf yang ditulis
capital yakni UII, HAM yang merujuk kepada Universitas Islam Indonesia dan
Hak Asasi Manusia.
Dalam berita ini, foto yang ditampilkan adalah Trisno Raharjo Ketua Tim
Pembela Kemanusiaan kasus Siyono saat memberikan keterangan terkait hasil
otopsi Siyono di Kantor Pusham UII.
Gambar 05
Trisno Raharjo Ketua Tim Pembela Kemanusiaan kasus Siyono saatmemberikan keterangan terkait hasil otopsi Siyono di Kantor Pusham UII
Sumber: Kompas.com
Foto ini pun menegaskan saat konferensi pers terkait hasil otopsi Siyono.
Foto ini menguatkan pemberitaan dikarenakan, foto merupakan foto asli saat
siaran pers berlangsung.
68
4. Analisis Berita 4 edisi 14 April 2016 (Otopsi Ulang Siyono Jadi PukulanTelak Bagi Profesionalisme Polri).
Pada pemberitaan yang ketiga ini, struktur retoris yang terdapat di dalam
berita adalah sebagai berikut:
Tabel 13Analisis Retoris berita 4
Struktur Unit TeksRetoris Leksikon Kematian, publik, algojo
Bold Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak BagiProfesionalisme Polri
Italic Kompas.comUnderline -Kapital HAMFoto Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S
Pane
Pada pemberitaan ini huruf yang dicetak tebal adalah judul yang berbunyi
Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri. Selain
huruf yang bercetak tebal juga ditemukan huruf yang dicetak miring yakni
kompas.com. adapun huruf yang dicetak capital adalah HAM yang merujuk
kepada singkatan Hak Asasi Manusia.
Gambar 06Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane
Sumber: Kompas.com
69
Foto yang digunakan dalam berita ini adalah foto Ketua Presidium
Indonesia Police Watch, Neta S Pane. Foto ini dipilih karena isi dari pemberitan
ini adalah pendapat Neta terkait hasil otopsi Siyono. Kehadiran foto ini seakan
menjadi penegas terhadap isi berita.
5. Analisis Berita 5 edisi 14 April 2016 (Tugas Polisi MelumpuhkanTersangka, Bukan Menjadi Algojo).
Pada pemberitaan yang ketiga ini, struktur retoris yang terdapat di dalam
berita adalah sebagai berikut:
Tabel 14Analisis Retoris berita 5
Struktur Unit TeksRetoris Leksikon Publik, Algojo, Kematian
Bold Tugas Polisi Melumpahkan Tersangka, Bukan MenjadiAlgojo
Italic -Underline -Kapital HAM, IPWFoto Suasana pengaman rumah terduga teroris siyono oleh
Densus 88 saat penggerebekan
Pada pemebritaan kelima, terdapat huruf yang di cetak tebal yakni judul
yang berbunyi Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, Bukan Menjadi
Algojo. Selain itu, terdapat juga huruf yang ditulis dengan capital yakni: IPW dan
HAM, yang merujuk kepda singkatan dari Indonesia Police Watch dan Hak Asasi
Manusia.
70
Gambar 07Suasana pengaman rumah terduga teroris siyono oleh Densus 88 saat
penggerebekan
Sumber: Kompas.com
Adapun gambar yang digunakan dalam berita ini adalah gambar Suasana
pengaman rumah terduga teroris siyono oleh Densus 88 saat penggerebekan.
Gambar ini seakan menegaskan judul pembeitaan. Dimana anggota Densus yang
berpakaian dan bersenjata lengkap seakan-akan berpenampilan gagah dan ditakuti.
Struktur Retoris merupak cara wartawan dalam menekankan fakta. Unsur-
unsur yang terkait adalah foto, dan penulisan kata. Di dalam penulisan judul huruf
atau kata dicetak menggunakan huruf tebal. Hal ini bertujuan karena judul
merupakan intisari berita, dan memberikan penekanan kepada pembaca bahwa isi
berita tersebut menjadi penting untuk dibaca.
Selanjutnya, yang diteliti adalah gambar atau foto yang ditampilkan di
dalam pemberitaan. Gambar atau foto ini merupakan sesuatu yang menjadikan
mewakili isi berita. Selain mewakili isi berita, foto atau gambar juga berperan
sebagai visualisasi berita. Selain itu, foto juga berfungsi untuk memperkuat isi
berita, bahkan tidak heran ada berita yang memiliki lebih dari satu foto.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh J. Heru Margianto:
71
“Kita kadang- kadang tidak menaruh foto tidak hanya satu. Kadang di atas.Dan seringkali untuk berita yang panjang fotonya ada lebih dari satu bahkan3. Jadi Foto foto ini berperan untuk mendukung berita, danmemvisualisasikan berita. Kenapa harus memakai foto? karena di internetitu visual. Orang lebih tertarik untuk melihat gambar dan ada yang bilangdaya kliknya lebih tinggi jika ada visual ketimbang teks saja. Maka harusada fotonya. Kemudian di sistem kita, berita jika ingin dijadikan headline ituharus ada fotonya supaya menarik. Tetapi foto tidak selalu harus aktualdengan beritanya.31
Demikianlah beberapa unsur yang digunakan dalam struktur Retoris. Yakni
penggunaan kata/ idiom serta penekanan makan dengan menggunakan gambar.
31 Wawancara Pribadi dengan Wakil Redaktur Pelaksana Kompas.com, Jum’at 24 Juni2016.
72
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemberitaan
kasus tewasnya Siyono di Kompas.com. Maka, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa Kompas.com berupaya meyakinkan pembaca bahwa kasus Siyono
merupakan salah satu kasus yang perlu diungkap ke publik. Dikarenakan terdapat
kesalahan prosedur oleh anggota Densus 88 dan dugaan tindak kekerasan. Fakta
disusun berdasarkan kronologi kematian Siyono versi Polri dan dibandingkan
dengan penyebab kematian versi hasil otopsi PP Muhammadiyah dan Komnas
HAM.
Dari struktur Sintaksis pemberitaannya, Kompas.com menampilkan judul
pemberitaan yang terkesan provokatif dan menggiring opini pembaca dan
terkesan mendiskriditkan Polri serta Densus 88. Lalu berita disusun dengan unsur
kelengkapan berita yang menampilkan hampir semua unsur 5W+1H sehingga
pembaca bisa melihat dengan jelas alur permasalahan dan mudah menangkap isi
pesan yang disampaikan, selain itu berita-berita ini juga dilengkapi dengan
pemilihan narasumber yang relevan dan terkesan juga menyudutkan Polri.
Begitupun, pertautan antar kalimat. Kompas.com menggunakan beberapa
koherensi yang menghubungkan fakta yang satu dengan yang lainnya sehingga
semakin membuat penekanan dan membangun realitas pembacanya. Berita inipun
dilengkapi dengan gambar yang semakin menguatkan penekanan agar polri
mengungkap kasus Siyono dan menuntut evaluasi terhadap kinerja Densus 88.
73B. Saran-saran Untuk Kompas.com
1. Upaya pembertantasan terorime merupakan usaha yang harus di dukung
oleh semua pihak termasuk masyarakat. Kritik dan evaluasi terhadap kinerja
aparat penegak hukum merupakan hal yang wajar. Namun, akan lebih baik
bahwa Kompas.com dalam pemberitaannya tidak terlalu menyudutkan
Densus 88 dengan memperhatikan capaian hasil Densus selama ini. Kritik
dan saran yang membangun akan lebih baik.
2. Hendaklah dalam pemberitaannya Kompas.com harus tetap menyajikan
nilai-nilai yang objektif, dengan tidak hanya menonjolkan salah satu fakta
saja, tetapi juga memberikan berita yang berimbang. Seperti memintai juga
pendapat kepolisian. Hal ini bertujuan supaya berita yang ditampilkan tidak
terkesan profokatif dan malah menimbulkan polemik di masyarakat.
74
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2011.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana, 2013.
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media. Yogjakarta:LKIS, 2005.
Eriyanto, dkk. Politik Media Mengemas Berita. Yogjakarta: LKIS, 1999.
Gunawan, Iman. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: BumiAksara, 2013.
Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas MediaNusantara, 2005.
Nasrullah, Rulli, dan Suhaemi. Bahasa Jurnalistik. Ciputat: Lembaga PenelitianUIN Jakarta, 2009.
Nurhadi, Zikri Fachrul. Teori-Teori Komunikasi dalam pespektif penelitiankualitatif. Bogor: Ghalia, 2015.
Pohan, Rusdi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Lanarka, 2007.
Septiawan, Santana K. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan OborIndonesia, 2005.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik. Bandung: nuansa, 2010.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitafit, kualitatif dan tindakan.Bandung: Refika, 2014.
Suryawati, Indah. Jurnalistik: Suatu pengantar teori dan praktik. Bogor: GhaliaIndonesia, 2011.
Tamburaka, Apriadi. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo,2002.
Taufik Abdullah, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,Disertasi). Ciputat: CeQDA, 2007.
Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Sumber Lain:
http://kbbi.web.id/berita. Diakses pada 20 Agustus 2016 Pukul 20:30 WIB.
http://inside.kompas.com/about-us
http://www.kompasgramedia.com/about-kg/history.
Wawancara Pribadi dengan J. Heru Margianto. Jakarta: 24 Juni 2016
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
Lampiran 1: Analisis Sintaksis Berita 1 edisi 12 April 2016 (Kontroversi HasilOtopsi dan Misteri Kematian Siyono).
Tabel 01Analisis Sintaksis Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Kontroversi Hasil Otopsi dan MisteriKematian Siyono
Judul
Lead Kematian Siyono, terduga teroris asalKlaten, Jawa Tengah, hingga saat inimasih menimbulkan tanda tanya.Kepolisian berbeda pendapat denganMuhammadiyah dan Komnas HakAsasi Manusia. Tiap pihak memilikiversinya , masing-masing , mengenaipenyebab utama kematian Siyono.
Lead
Latar Hasil otopsi ulang Siyono yangberbeda dengan rilis Polri terkaitpenyebab tewasnya Siyono
Paragraf 2
Kutipan “Ada patah tulang iga bagian kiri, adalima ke bagian dalam. Luka patahsebelah kana nada satu, ke luar,” ujarSiane
“Tidak ada perlawanan dari Siyono.Tidak ada luka defensif,” ujarnya
“Apakah itu tertidur atau menyenderdi tembok, kami tidak tahu. Jadi,dilakukan di posisi yang adabantalan,” kata Siane
“ Penyebab kematian adalah terjadipendarahan di belakang kepala akibatbenturan benda tumpul,” ujar Arthur
“ Pemeriksaan walaupun tanpa otopsi,kita dapat menentukan penyebabkematiannya. Akibat perdarahankepala belakang,” Ujar Arthur“Yak karena selama ini penegakhukum juga amburadul. Sekadarmenunjukkan kepuasan kelompoktertentu,” kata haris
“Kebetulan saya diundang di RDP.
Paragraf 5
Paragraf 9
Paragraf 11
Paragraf 18
Paragraf 22
Paragraf 28
Paragraf 33
Kasus Siyono ini bisa menjadi bahanevaluasi, mungkin buat DPR,berkaitan dengan Densus 88,” ujarDhanil
Sumber Siane Indriani (Komisione KomnasHAM), Brigjen (pol) Arthut Tampi(Kepala Pusat Kedokteran danKesehatan Polri), Haris Azhar (Koordinator Kontras), Dahnil Anzhar (ketum PP Muhammadiyah)
Pernyataan
Berdasarkan otopsi, KomisionerKomnas HAM Siane Indrianimengatakan, kematian Siyonodiakibatkan benda tumpul yangdibenturkan ke rongga bagian dada
Menurut penuturannya, tulanh dadaSiyono juga dalam kondisi patah danke arah jantung. Luka itu yangmenyebabkan kematian fatal dandisebut sebagai titik kematian Siyono
Siane pun mengungkapkan bahwa adaluka di bagian kepala dan disebabkanoleh benturan. Namun, hal tersebutbukan menjadi penyebab utamakematian dan tidak menimbulkanpendarahan yang terlalu hebat
Dari seluruh rangkaian otopsi, lanjutSiane, tidak terdapat adanyaperlawanan yang dilakukan Siyono.Ini berdasarkan luka-luka yang diteliti
Selain itu hasil otopsi menunjukkanadanya indikasi memar pada bagianbelakang tubuh. Siane menuturkan ,ada analisis bahwa tindak kekerasandilakukan dalam kondisi tubuhbersandar, dan ditemukan adanyakerusakan jaringan pada bagiantersebut
Mengenai tewasnya Siyono, Polrimenjelaskan bahwa mulanya Siyonmemukul polisi yang hanya sendirianmengawal di mobil saat penangkapan.
Paragraf 4
Paragraf 6
Paragraf 7
Paragraf 8
Paragraf 10
Paragraf 14
Polisi melakukan perlawanan danmemukul balik Siyono
Kepala Divisi Humas Mabes PolriIrjen Anton Charliyan menegaskanbahwa meninggalnya Siyono murniakibat kecelakaan karena adanyaperlawanan, bukan sengaja melakukanpengniayaan
Selain itu, kata Arthur, ada pula kanluka memar di daerah wajah, tangan,dan kaki Siyono. Penyebab lukatersebut karena terjadi perkelahianantar petuga Polisi yang membawanyamenuju bungker penyimpanan senjata
Menanggapi proses otopsi yangdilakuka Muhammadiyah dan KomnasHAM, Arthur Tampi menilai bahwasebenarnya itu tak perlu dilakukan
Lagipula, menurut Arthur, telambatuntuk mengotopsi Siyono karenakondisi jenazahnya tak lagi utuh.Bahkan, jaringan otak pun sudahmembusuk sejak tiga hingga lima harisetelah dimakamkan
Kooridnatir Komisi untuk OrangHilang dan Korban Tindak Kekerasan(Kontras) Haris Azhar menyebutotopsi yang dilakukan PPMuhammadiyah dan Komnas HAMsebagai langkah yang professional danbermartabat untuk memberantasterorisme
Kasus ini, menurut Haris, dapatdijadikan cermin bagi semua pihakbahwa regulasi terkait pemberantasanterorisme perlu dievaluasi lebih lanjut
Sementara itu, Ketua Umum PPPemuda Muhammadiyah DahnilAnzar Simanjuntak menuturkan,kesimpulan final hasil otopsi tersebutnantinya akan dibawa ke DPR pada
Paragraf 17
Paragraf 19
Paragraf 21
Paragraf 23
Paragraf 26
Paragraf 29
Paragraf 31
rapat dengar pendapat di Komisi IIIDPR
Penutup Ia Berharap hasil otopsi yangdiserahkan bisa menjadi bahanevaluasi di DPR berkaitan denganupaya pemberantasan terorisme olehDensus 88
Paragraf 33
Lampiran 2: Analisis Sintaksis Berita 2 edisi 12 April 2016 (Polri, JanganTutupi Kematian Siyono).
Tabel 02Analisis Sintaksis Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono Judul
Lead Anggota Komisi III DPR Dwi RiaLatifah, meminta polri transparandalam mengungkap kasus kematianterduga teroris siyono. Sebab, adadugaan penganiayaan yang dilakukanDetasemen Khusus 88 Antiteror Polriketika memeriksa Siyono
Lead
Latar Dalam Perkembangan kasus tewasnyaSiyono oleh Densus 88, DivisiPropam Polri telah memeriksaanggota Densus yang mengawalSiyono dan mendapatkan hasil bahwaada sejumlah prosedur yang tidakdipenuhi oleh petugas yangmengawal.
Paragraf 2
Kutipan “Kalau betul terjadi suatu pelanggaranhukum, bukan hanya pelanggaranprosedur, tidak boleh ini ditutupi.Kalau oknum ini bersalah, tindaksecara transparan,” kata Dwi.
“Tapi, pasca itu kita harus evaluasi.Jangan karena dianggap sukses, kitalupa bahwa bukan begitu kemudianmenganggap seolah kita melakukansesuatu yang terbaik, kemudianapapun bias dilakukan demi
Paragraf 3
Paragraf 6
Lampiran 3: Analisis Sintaksis Berita 3 edisi 13 April 2016 (PemeriksaanJasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar).
Tabel 09
Analisis Sintaksis Berita 3
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Pemeriksaan Jasad Siyono Versi PolriDinilai di Bawah Standar
Judul
Lead Tim pembela kemanusiaan yangdibentuk oleh PP Muhammadiyahmenilai hasil pemeriksaan polisiterkait penyebab kematian Siyonotidak bisa dipertanggungjawabkan.Pasalnya, polisi hanya sebatasmelakukan pemeriksaan luar dan taksesuai standar otopsi.
Lead
Latar hasil rilis polri yang hanyamengandalkan pemeriksaan fisik tanpaotopsi terkait penyebab tewasnyaSiyono.
Kutipan “ Saya sempat menanyakan kepada Paragraf 2
pemberantasan terorisme,” ungkapDwi.
“Karena yang rusak nanti adalahinstitusi Polri sendiri, yang rusak jugainstitusi Densus. Jangan gali lubangtutup lubang untuk citra Densus,”ucap dia.
Paragraf 8
Sumber Anggota Komisi III DPR Dwi RiaLatifah
Lead
Pernyataan Menurut dia, kasus tewasnya Siyonotelah merusak nama baik Densus 88yang sedang naik daun pasca sernganteroris di kawasan Sarinah beberapawaktu lalu
Paragraf 4
Penutup Transparansi pengungkapan kasusSiyono, lanjut politisi PDI Perjuanganitu, perlu dilakukan untuk menjagamarwah Densus 88. Ia berharap, Polritidak menutupi kesalahan yangdilakukan anggotanya
Paragraf 7
doker-dokter ahli forensic, apakahkalua begini (hasil scan) termasukotopsi,” ujar Trisno Raharjo“Jawabannya bukan otopsi dan dibawah standar,” lanjutnya
“hanya men-scan dari luar laludisimpulkan. Hasil scan-nyadikirimkan ke keluarga sebagaipenyebab kematian. Menurut dokterforensik, hasil itu tidak bisadipertanggungjawabkan,” tandasnya
“Berdasarkan otopsi yang telahdisampaikan di Komnas HAM Jakarta,penyebab kematian ada pada dada.Bukan pada bagian kepala seperti yangdisampaikan Mabes Polri,”pungkasnya
Paragraf 3
Paragraf 6
Paragraf 9
Sumber Trisno Raharjo,Ketua Tim PembelaKemanusiaan Kasus Siyono
Paragraf 2
Pernyataan
Menurut dia, jika pihak kepolisianhanya melakukan pemeriksaan luardan di bawah standar, maka penyebabkematian dari Siyono tidak dapatdijelaskan.
Oleh karena itu, lanjutnya, adaperbedaan hasil Tim otopsi PPMuhammadiyah dan Komnas HAMdengan pemeriksaan yang dilakukanoleh polisi.
Paragraf 4
Paragraf 7
Penutup Dari hasil otopsi yang dilakukan Timotopsi PP Muhammadiyah danKomnas HAM beberapa waktu lalu,penyebab kematian Siyono terdapat dibagian dada
Paragraf 8
Lampiran 4: Analisis Berita 4 edisi 14 April 2016 (Otopsi Ulang Siyono JadiPukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri).
Tabel 13Analisis Sintaksis Berita 4
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Otopsi Ulang Siyono Jadi PukulanTelak Bagi Profesionalisme Polri
Judul
Lead Ketua Presidium Indonesia PoliceWatch Neta S Pane mengatakanbahwa kasus kematian terduga terorisSiyono harus menjadi pelajaranberharga dalam melakukan evaluasiinternal di tubuh Kepolisian RI
Lead
Latar Pada pemberitaan ini Kompas.commengambil latar dari pernyataanPresidium IPW, Neta S Pane terkaitkasus otopsi ulang terduga terorisSiyono
Paragraf 2dan Paragraf4
Kutipan “Kasus Siyono sudah memicukeberanian publik untuk melakukanotopsi ulang terhadap korbankekerasan polisi,” ujar Neta
“otopsi ulang ini menjadi pukulantelak bagi profesionalisme polri,” katadia
“Karena itu dibutuhkan evaluasi yangkomperehensif dan Kapolri harussegera membuat system pengawasanyang maksimal,” ucapnya
“Ada patah tulang iga bagian kiri, adalima ke bagian dalam. Luka patahsebelah kana nada satu, ke luar,” ujarSiane
“Tidak ada perlawanan dari Siyono.Tidak ada luka defensif,” ujarnya
Paragraf 3
Paragraf 4
Paragraf 7
Paragraf 10
Paragraf 14
Sumber Neta S Pane
Pernyataan Lebih lanjut dia menuturkan, selamaini sudah banyak keluhan publicterhadap perilaku Detasemen Khusus
Paragraf 5
88 Antiteror Polri yang cenderungmenjadi algojo dan eksekutor
Namun, kata Neta, tidak ada evaluasiyang menyeluruh terhadap kinerjaDensus. Selain itu, tidak adapengawasan system yang maksimal
Komisioner Komnas HAM SianeIndriani mengatakan kematian Siyonodiakibatkan benda tumpul yangdibenturkan ke bagian dada
Menurut penuturannya, tulang dadaSiyono juga dalam kondisi patah kearah jantung. Luka itu yagmenyebabkan kematian fatal dandisebut sebagai titik kematian Siyono
Siane pun mengungkapkan bahwa adaluka di bagian kepala dan disebabkanoleh benturan. Namun, hal tersebutbukan menjadi penyebab utamakematian dan tidak menimbulkanpendarahan yang terlalu hebat
Paragraf 6
Paragraf 9
Paragraf 11
Paragraf 12
Penutup Dari seluruh rangkaian hasil otopsi,lanjut Siane, tidak terdapat adanyaperlawanan berdasarkan luka-lukayang diteliti.
Paragraf 13
Lampiran 5: Analisis Berita 5 edisi 14 April 2016 (Tugas Polisi MelumpuhkanTersangka, Bukan Menjadi Algojo).
Tabel 17
Analisis Sintaksis Berita 5
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Tugas Polisi Melumpuhkan TersangkaBukan Menjadi Algojo
Judul
Lead Kasus kematian terduga teroris asalKlaten, Siyono, dinilai menjadi titikawal keberanian publik untukmenggugat kinerja Detasemen Khusus88 Antiteror Polri
Lead
Latar Kompas.com mengambil latar daripernyataan presidium IPW, Nata SPane terkait perlu adanya evaluasiterhadap kinerja Densus 88
Kutipan “Apalagi tugas utama polisi adalahmelumpuhkan tersangka an bukanmenjadi algojo,” ujar Neta
“Sebaliknya jika polisi sudahbertindak sesuai prosedur KomnasHAM harus juga menjelaskannyasecara terbuka,” kata Neta
“Ada patah tulang iga bagian kiri, adalima ke bagian dalam. Luka patahsebelah kana nada satu, ke luar,” ujarSiane
“Tidak ada perlawanan dari Siyono.Tidak ada luka defensif,” ujarnya
Paragraf 4
Paragraf 7
Paragraf 12
Paragraf 16
Sumber Nata S Pane
Pernyataan Menurut Neta, IPW sepakat terorismeharus diberantas tuntas dari negeri ini.Namun, siapa pun tidak bolehbertindak sewenang-wenang atas namapemberantasan terorisme
Untuk itu, lanjut Neta, setelah otopsiulang tersebut, Komnas HAM harusmemprakarsai penyidikan independenterhadap kematian Siyono
Paragraf 3
Paragraf 5
Lebih lanjut ia menjelaskan, IPW tetapmendukung penuh pemberantasanterorisme yang dilakukan Polri
Komisioner Komnas HAM SianeIndriani mengatakan kematian Siyonodiakibatkan benda tumpul yangdibenturkan ke bagian dada
Menurut penuturannya, tulang dadaSiyono juga dalam kondisi patah kearah jantung. Luka itu yagmenyebabkan kematian fatal dandisebut sebagai titik kematian Siyono
Siane pun mengungkapkan bahwa adaluka di bagian kepala dan disebabkanoleh benturan. Namun, hal tersebutbukan menjadi penyebab utamakematian dan tidak menimbulkanpendarahan yang terlalu hebat
Paragraf 8
Paragraf 11
Paragraf 14
Penutup Dari seluruh rangkaian hasil otopsi,lanjut Siane, tidak terdapat adanyaperlawanan berdasarkan luka-lukayang diteliti.
Paragraf 15
Transkrip Hasil Wawancara
Narasumber : J. Heru Margianto
Jabatan : Wakil Redaktur Pelaksana
Tanggal Wawancara : Jum’at, 24 Juni 2016. Pukul: 16.00 WIB.
Tempat : Matrix, Unit II, Lt.5, Gedung Kompas Gramedia, palmerah Selatan,
Jakarta.
1. Bagaimana Kompas.com mengemas berita supaya menarik untuk dibacaoleh pembaca?
Dalam jurnalistik, kan ada yang disebut nilai berita. Tidak semuainformasi layak menjadi berita. Informasi yang layak menjadi berita adalahinformasi yang memiliki nilai berita. Apa itu nilai berita? Macam-macam. AdaProminence, dampak, proximity. Itu semua menjadi cara wartawan mengemasberita sehingga layak untuk dijadikan informasi kepada khalayak. Di onlineada yang khusus, tetapi di media lain juga. Di online Memiliki tekanan yanbglebih. Tidak semua berita hanya dipandang dari sisi pentingnya saja tetapi jugamenariknya. Terkadang berita yang banyak dibaca adalah yang menarik.Terkadang ada berita yang menarik tetapi gak penting. Contohnya ada beritajokowi “pipis” di jalan tol. Ini kan ga penting tapi menarik dan banyak yangmembaca. Bagaimana cara wartawan melihat sisi menariknya? Diperlukanpengalaman di lapangan sebagai wartawan untuk menemukan sesuatu yangmenarik untuk diberitakan. Ketika dilapangan bertemu dengan situasi biasanyanaluri akan muncul.
2. Bagaimana proses pembuatan berita di kompas.com? apakah melaluiproses editing?
Ini pertanyaan yang umumnya disampaikan hampir di setiap penelitian disemua media. Jadi prosesnya begini: kita setiap hari mempunyai rapat redaksipukul 3 sampai 4 sore. Kumpul dan membicarakan apa keramaian hari ini, danapa yang bisa di follow up. Yang rapat adalah editor, asisten editor yangdipimpin oleh redaktur pelaksana. Setelah rapat sore biasanya para editor deskseperti ekonomi, nasional, dll ngobrol dan rapat di malam hari. Reporter-reporter kompas.com itu tidak pernah ada di kantor. Biasanya hanya dilapangan ke rumah dan sebaliknya. Kenapa gak ke kantor? Karena hanyamembuang waktu dan tidak ada kepentingan. Tetapi apakah merekaberkomunikasi? Iya, sangat intensif terutama di whatsapp group. Di tingkatdesk rapatnya berlangsung lewat whatsapp group. Setiap ada perkembanganberita selalu laporan di whatsapp. Biasanya para reporter melapor di whatsappgroup. Baik di group desk maupunn yang umum. Malam hari ini biasanyaeditor tiap desk mem follow up berita untuk besok dan mendistribusikan berita.Reporter itu biasanya nongkrong saja tiap pagi di DPR, KPK, dll. Untuk mem
follow up dan mencari berita apa yang bisa daiangkat. Apapun yang merekatemukan di lapangan akan ditulis melalui handphone mereka dan menyetorberita lewat store sent, atau basket berita di kantor kita. Lalu di edit oleh editordan tayang. Editor ini mobile dan ada yang kerja dari rumah.
3. Dalam pemilihan judul dan headline berita adakah kriteria khusus darikompas.com sendiri?
Secara umum headline itu kan intisari dari seluruh isi berita. Kalau dionline ada yang khas. Hampir di seluruh media online Yang harus diperhatikanadalah keyword dari persoalan. Misal hari ini lagi ramat Brexit. Hari ini inggrissedang mengadakan referendum untuk memutuskan keluar atau bertahan diUni eropa. Kata brexit ini harus selalu muncul dijudul berita. Supaya orangorang mengerti kalau ini berita tentang brexit. Itu yang pertama. Yang kedua,supaya berita ini muncul jika dicari di google. Atau lagi ramai aming nikahsama evelyn. Maka kata aming dan evelyn harus ada di judul. Sesuatu yangkita perkiran sebagai keyword harus ada di judul supaya ada di google danorang tahu kalau beritanya tentang apa. Ke khususan penjudulan dalam mediaonline ya itu. Judul adalah saripati dari berita.
4. Adakah kriteria dalam pemilihan gambar utama berita?
Pertama dicari foto yang relevan dengan berita. Artinya aktual danmewakili isi berita. Tetapi sering kali kita tidak mempunyai foto langsung, laludicari foto-foto yang lalu atau arsip yang nyambung yang sejalan dengan isiberita. Kenapa harus memakai foto? karena di internet itu visual. Orang lebihtertarik untuk melihat gambar dan ada yang bilang daya kliknya lebih tinggijika ada visual ketimbang teks saja. Maka harus ada fotonya. Kemudian disistem kita, berita jika ingin dijadikan headline itu harus ada fotonya supayamenarik. Tetapi foto tidak selalu harus aktual dengan beritanya.
5. Di kompas.com umunya gambar diletakkan di bawah headline, apakahada ketentuannya?
Kita kadang- kadang tidak menaruh foto tidak hanya satu. Kadang di atas.Dan seringkali untuk berita yang panjang fotonya ada lebih dari satu bahkan 3.Jadi Foto foto ini berperan untuk mendukung berita, dan memvisualisasikanberita.
6. Bagaimana cara penentuan narasumber di kompas.com?
Para wartawan hampir selalu mempunyai insting tentang siapa yang harusdi wawancarai. Yang harus dipastikan adalah bahwa narasumber ini kredibeldalam artian memahami dan memiliki kapasitas berbicara terkait topik itu. Laluharus kompeten, yakni menguasai dan tahu harus ngomong apa. Yang ketigaini yang tricky. Wartawan harus jeli memahami peta narasumber. Jikadilapangan kita akan peka ni untuk melihat narasumber ini pemikirannya kearah mana. Sehingga harus memilih yang tepat supaya pandangannyaberimbang. Peta ini harus dikuasai. Ketiga ini harus diperhatikan: kredibel,kompeten, dan representasi yang objektif terhadap persoalan tersebut. Reporterini harus jeli memandang ke objektifan narasumber. Ini tidak ditentukan di
rapat redaksi, tetapi merupakan naluri dari wartwawan. Terkadang kita jugasering komentar di berita yang disetor repoter kok dia yang menjadinarasumber. Namun, keputusan ada ditangan editor apakah berita ini akan naikatau tidak.
7. Ringkasnya saya ingin mengkonfirmasi terkait penugasan, jadi alurpenugasan dalam penulisan berita itu dari redpel saat rapat redaksidengan editor lalu ke wartawan?
Redpel tidak memberi penugasan. Redpel lebih meng highlight apa yangada hari ini, kemudian apa yang perlu diberi penekanan dan memonitor isuseberapa di follow up. Secara praktis yang memberikan penugasan adalaheditornya.
8. Jadi naik tidaknya sebuah berita ditentukan oleh editor? Tetapi seringkaliketika wartawan menulis berita tetapi editor menentukan berita ini tidaklayak naik, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi?
Iya editor. Secara umum berita tidak naik karena tidak memenuhi kaidah-kaidah etik. Misalnya di kasus kriminal, si reporter menuliskan beritasedemikian detil dalam kasus pemerkosaan seperti detail, nama, latar. Ini kanmelanggar etik dan ini tak bisa kita naikkan. Atau ada juga berita yangdianggap tidak sesuai etik dikoreksi sedemikian rupa sehingga bisa dinaikkan,atau berita yang dianggap menyudutkan pihak-pihak tertentu. Misal sekolah Amelakukan pemerasan menurut wali murid. Ini kan berita belum ter verifikasilalu, di telusuri ke pihak yang bersangkutan. Ada juga yang terkait sara, tidaklayak disampaikan karena pandangan tertentu. Prinsipnya dalah berita yangdipending, tidak dinaikkan, atau perlu digali ulang adalah yang memenuhikualifikasi kode etik jurnalistik.
9. Seringkali penulis itu subjektif, apakah yang dilakukan editor untukmelihat berita ini berimbang dan tidak subjektif?
Tidak sepenuhnya berita itu subjektif. Apabila menulis hard news, itutidak boleh sama sekali ada opini penulis, apa yang disampaikan narasumberitulah yang diberitakan. Dalam konteks ini subjektivitas tereleminasi. Tetapidalam konteks keberimbangan terdapat perbedaan antara media cetak danonline. Dalam media cetak, keberimbangan dimaknai seluruh yang terlibat adadalam satu berita. Namun di media online ini dipisahkan, menjadi berita satu-satu dan di link atau disambung. Misal, dalam berita ada ada tulisan komentarB lihat disini, atau baca disini. Untuk keberimbangan berita hadir dalam polayang berbeda. Tetapi untuk berita yang berimplikasi membuat nama orang lainburuk. Maka, konfirmasi harus ada dalam satu berita. Kita pun pernahmempending berita ketika pilpres kemarin karena tidak ada konfirmasi daripihak yang bersangkutan. Ada kabar bahwa salah satu dandim di Jakartamemerintahkan untuk memilih salah satu calon. Kita melakukan investigasinamun tidak ada verifikasi, berita ini tidak kita naikkan karena tidak adakonfirmasi. Baru kita naikkan setelah ada konfirmasi dari yang bersangkutan.
10. Bagaimana segmentasi pembaca kompas.com sejauh ini?
Untuk segmentasi sejauh ini umur 25-35 tahun laki-laki mayoritas, danketua 18-24. Untuk presentase saya kurang tahu.
11. Adakah segmentasi ini mempengaruhi pemberitaan kompas?
Cenderung tidak. Karena kita media umum, bukan media khusus. Tetapiada kanal-kanal khusus. Seperti otomotif untuk cowok dan female untukperempuan.
12. Bagaimana kompas.com memandang kasus tewasnya siyono?
Siyono itu kan terduga teroris yang mati ketika ditangkap densus. Berdasarpemberitaan yang ada Tak bisa dipungkiri bahkan diakui kan bahwa ada unsurkekerasan dari pihak densus. Kita menelusuri fakta-fakta hukum apa yangterjadi. Itu beritanya banyak banget kan.
13. Apakah kompas memandang berita siyono ini penting sehingga kompasmembuat topik terkait berita tewasnya siyono ini dna membuat liputankhusus?
Sebenarnya ini bukan liputan khusus, ini merupakan cara kami supayapembaca bisa mengikuti pekembangan berita tersebut. Maksudnya itu saja.Pertimbangannya supaya orang bisa mengikuti perkembangannya dari waktuke waktu
14. Bagaimana kompas.com memandang pemberantasan pemberantasanterorisme selama ini oleh densus 88, dan apakah perlu adanya evaluasisetelah kasus siyono?
Secara umum kita melihat bahwa densus berhasil mengurangi tingkat aksiradikalisme. Terakhir kalau tidak salah ada penangkapan surabaya yangberhasil digagalkan. Itu keberhasilan. Tetapi harus ada beberapa catatan yangdiberikan terkait tindak kekerasan yang dilakukan. Misal begini, ada orangyang ditangkap dalam satu hari kemudian dilepas karena tidak terlibat. Tetapiimplikasinya orang itu akan ter stigma karena sudah ditangkap. Hidupnya tentutidak nyaman. Perlu ada apemulihan nama baik, dan ada sesuatu klarifikasikepada masyarakat. So, keberhasilan patut di apresiasi dan ada beberapacatatan dan kritisi termasuk pada kasus siyono ini.
15. Kenapa kompas.com lebih menonjolkan isu meninggalnya siyonodibandingkan isu bahwa siyono merupakan salah satu pimpinan jaringanterorisme?
Karena ini persoalan serius. Ada orang diperikasa mati. Ini kan menyangkut hakasasi manusia. Bahwa terduga sacara hukum belum inkrah atau berkekuatanhukum tetap bahwa dia bersalah atau tidak. Sementara proses hukum berjalansudah mati. Ini kan catatan serius. Kematiannya karena apa. Klau karenapenanganan tidak benar dalam pemerikasaan, ini kan ada kesalahan serius dalamproses pemeriksaan si densus. Orang yang sudah dinyatakan bersalah saja itutidak boleh diperlakukan dengan cara kekerasan. Bahkan orang yang dihukum
mati masih bisa meminta ampunan melalui grasi. La, ini orang yang masihterduga yang proses hukumnya belum selesai sudah dilakukan seperti itu, Dandiduga ada kesalahan dan kekerasan dalam prosesnya. Maka, karena pokokpersoalannya itu ini yang menjadi fokus kita. Bahwa kemudian dia katakanlah bosteroris itu sama sekali tidak dibenarkan untuk dilakukan secara kekerasan dalamsistem hukum kita. Bahkan bos teroris lo, karena proses hukumnya belum selesai.Jadi pokok persoalannya adalah kematiannya.
Foto Peneliti Bersama Bapak J. Heru Margianto, Wakil Redaktur Pelaksana
Kompas.com
Berita 1
Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri KematianSiyono...
Selasa, 12 April 2016 | 07:35 WIB
Suasana proses otopsi jenasah Siyono di Klaten, Minggu (3/4/2016).
JAKARTA, KOMPAS.com
- Kematian Siyono, terduga teroris asal Klaten, Jawa Tengah, hingga saat inimasih menimbulkan tanda tanya.
Kepolisian berbeda pandangan dengan Muhammadiyah dan Komnas Hak AsasiManusia. Tiap pihak memiliki versinya masing-masing, mengenai penyebabutama kematian Siyono.
Kemarin, Senin (11/4/2016) PP Muhammadiyah dan Komnas HAMmengumumkan hasil otopsi yang telah dilakukan sembilan dokter forensik danseorang dokter dari Polda Jawa Tengah yang ditunjuk oleh PP Muhammadiyah.
Berdasarkan otopsi, Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan,kematian Siyono diakibatkan benda tumpul yang dibenturkan ke bagian ronggadada.
"Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patah sebelahkanan ada satu, ke luar," ujar Siane di Kantor Komnas HAM, Senin.
Menurut penuturannya, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patah dan ke arahjantung. Luka itu yang menyebabkan kematian fatal dan disebut sebagai titikkematian Siyono.
Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dan disebabkan olehbenturan. Namun, hal tersebut bukan menjadi penyebab utama kematian dan tidakmenimbulkan pendarahan yang terlalu hebat.
(Baca: Hasil Otopsi Siyono, Patah Tulang Iga hingga Luka di Kepala)
Dari seluruh rangkaian hasil otopsi, lanjut Siane, tidak terdapat adanyaperlawanan yang dilakukan Siyono. Ini berdasarkan luka-luka yang diteliti.
"Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif," ujarnya.
Selain itu, hasil otopsi menunjukkan adanya indikasi memar pada bagian belakangtubuh. Siane menuturkan, ada analisis bahwa tindak kekerasan dilakukan dalamkondisi tubuh bersandar, dan ditemukan adanya kerusakan jaringan pada bagiantersebut.
"Apakah itu tertidur atau menyender di tembok, kami tidak tahu. Jadi, dilakukandi posisi yang ada bantalan," kata Siane.
Versi Polri
Siyono meninggal dunia tidak lama setelah ditangkap oleh pasukan DetasemenKhusus 88 Antiteror Polri di rumahnya, Dukuh Brengkungan, Desa Pogung,Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Rabu (9/3/2016).
Polisi menduga Siyono menduduki posisi vital di kelompok Neo Jamaah Islamiah.Siyono dianggap orang yang tahu soal persenjataan kelompok teror itu.
(Baca: Polri Anggap Siyono Kunci untuk Ungkap Persenjataan Kelompok NeoJamaah Islamiyah)
Mengenai tewasnya Siyono, Polri menjelaskan bahwa mulanya Siyono memukulpolisi yang hanya sendirian mengawal di mobil saat penangkapan. Polisimelakukan perlawanan dan memukul balik Siyono.
Namun, bagian kepala Siyono terbentur sesuatu hingga tidak sadarkan diri. (Baca:Polri: Terduga Teroris yang Meninggal Sempat Pukul Polisi)
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan menegaskan bahwameninggalnya Siyono murni akibat kecelakaan karena adanya perlawanan, bukansengaja melakukan penganiayaan.
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Polri Brigjen (Pol)Arthur Tampi pun angkat bicara soal meninggalnya Siyono. Pusdokkes telahmelakukan visum terhadap Siyono pada 11 Maret 2016 lalu.
"Penyebab kematian adalah terjadi pendarahan di belakang kepala akibat benturanbenda tumpul," ujar Arthur di Mabes Polri, Jakarta, pertengahan Mei silam.
Selain itu, kata Arthur, ada pula luka memar di daerah wajah, tangan, dan kakiSiyono. Penyebab luka tersebut karena terjadi perkelahian antara Siyono danpetugas polisi yang membawanya menuju bungker penyimpanan senjata.
"Itu terjadi karena yang bersangkutan menyerang petugas dan kondisi satu lawansatu. Langsung kita bawa ke rumah sakit, tetapi tidak tertolong," kata dia.
Menanggapi proses otopsi yang dilakukan Muhammadiyah dan Komnas HAM,Arthur Tampi menilai bahwa sebenarnya itu tak perlu dilakukan.
(Baca: Hasil Visum Lengkap, Polri Anggap Jenazah Siyono Tak Perlu Diotopsi)
"Pemeriksaan walaupun tanpa otopsi, kita dapat menentukan penyebabkematiannya. Akibat perdarahan kepala belakang," ujar Arthur di Mabes Polri,Jakarta, Selasa (5/4/2016).
Lagipula, menurut Arthur, terlambat untuk mengotopsi Siyono karena kondisijenazahnya tak lagi utuh. Bahkan, jaringan otak pun sudah membusuk sejak tigahingga lima hari setelah dimakamkan.
Evaluasi pemberantasan terorisme
Visum yang dilakukan oleh Muhammadiyah dan Komnas HAM dilakukan setelahadanya permintaan dari Suratmi, istri Siyono. Suratmi menilai ada kejanggalandalam kasus kematian suaminya.
Setelah melakukan pendalaman, Komnas HAM dan PP Muhammadiyahsependapat. Upaya otopsi pun dilakukan untuk mengetahui secara pasti penyebabutama kematian Siyono.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)Haris Azhar menyebut otopsi yang dilakukan PP Muhammadiyah dan KomnasHAM sebagai langkah yang profesional dan bermartabat untuk memberantasterorisme.
Kontras menilai bahwa tindak pidana terorisme harus diberantas hingga keakarnya. Namun, upaya pemberantasan yang dilakukan oleh aparat penegakhukum sebaiknya tidak mengesampingkan asas praduga tidak bersalah dan hakasasi manusia.
"Ya karena selama ini penegak hukum juga amburadul. Sekadar menunjukkankepuasan kelompok tertentu," kata Haris.
(Baca: Tuduhan Teroris Masih Melekat pada Almarhum Siyono, Penegak HukumDinilai Diskriminatif)
Kasus ini, menurut Haris, dapat dijadikan cermin bagi semua pihak bahwaregulasi terkait pemberantasan terorisme perlu dievaluasi lebih lanjut.
Evaluasi terutama terkait penggunaan kekuatan dan wewenang terhadap isuterorisme.
Sementara itu, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil AnzarSimanjuntak menuturkan, kesimpulan final hasil otopsi tersebut nantinya akandibawa ke Dewan Perwakilan Rakyat pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) diKomisi III DPR.
Ia berharap hasil otopsi yang diserahkan bisa menjadi bahan evaluasi di DPRberkaitan dengan upaya pemberantasan terorisme oleh Densus 88.
(Baca: Hasil Otopsi Siyono Akan Dibawa ke DPR)
"Kebetulan saya diundang di RDP. Kasus Siyono ini bisa menjadi bahan evaluasi,mungkin buat DPR, berkaitan dengan Densus 88," ujar Dahnil.
Berita 2
Polri, Jangan Tutupi Penyebab Kematian Siyono!
Selasa, 12 April 2016 | 20:36 WIB
Foto: Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri Brigjen PolArthur Tampi menunjukan hasil visum kepala terduga teroris Siyono di MabesPolri, Jakarta, Selasa (5/4/2016)
JAKARTA, KOMPAS.com
- Anggota Komisi III DPR Dwi Ria Latifah meminta, Polri transparan dalammengungkap kasus kematian terduga teroris Siyono. Sebab, ada dugaanpenganiayaan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri ketikamemeriksa Siyono.
Dalam perkembangannya, Divisi Propam Polri telah memeriksa personel Densus88 yang bertugas mengawal Siyono. Dari hasil pemeriksaan, diketahui adasejumlah prosedur yang tidak dipenuhi petugas yang mengawal.
"Kalau betul terjadi suatu pelanggaran hukum, bukan hanya pelanggaranprosedur, tidak boleh ini ditutupi. Kalau oknum ini bersalah, tindak secaratransparan," kata Dwi saat rapat dengar pendapat umum dengan Komnas HAM,PP Muhammadiyah, dan Kontras di Kompleks Parlemen, Selasa (12/4/2016).
(Baca: Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono...)
Menurut dia, kasus tewasnya Siyono telah merusak nama baik Densus 88 yangsedang naik daun pasca serangan teroris di kawasan Sarinah beberapa waktu lalu.
Meroketnya citra Densus saat itu tidak terlepas dari cepatnya prosespengungkapan dan penangkapan teroris yang dilakukan.
"Tapi, pasca itu harus kita evaluasi. Jangan karena dianggap sukses, kita lupabahwa bukan begitu kemudian menganggap seolah kita melakukan sesuatu yangterbaik, kemudian apapun bisa dilakukan demi pemberantasan terorisme," ungkapDwi.
(Baca: Komnas HAM Duga Densus 88 Langgar HAM Terkait TewasnyaSiyono)
Transparansi pengungkapan kasus Siyono, lanjut politisi PDI Perjuangan itu,perlu dilakukan untuk menjaga marwah Densus 88. Ia berharap, Polri tidakmenutupi kesalahan yang dilakukan anggotanya.
"Karena yang rusak nanti adalah institusi Polri sendiri, yang rusak juga institusiDensus. Jangan gali lubang tutup lubang untuk citra Densus," ucap dia.
Berita 3
Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai diBawah Standar
Rabu, 13 April 2016 | 14:49 WIB
Trisno Raharjo Ketua Tim Pembela Kemanusiaan kasus Siyono saat memberikanketerangan terkait otopsi Siyono di kantor Pusham UII, Rabu (13/04/2016)
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
Tim Pembela Kemanusiaan yang dibentuk oleh PP Muhammadiyahmenilai hasil pemeriksaan polisi terkait penyebab meninggalnya Siyono tidak bisadipertanggungjawabkan. Pasalnya, polisi hanya sebatas melakukan pemeriksaanluar dan tak sesuai standar otopsi.
"Saya sempat menanyakan kepada dokter-dokter ahli forensik, apakah kalaubegini (hasil scan) termasuk otopsi," ujar Trisno Raharjo, Ketua Tim PembelaKemanusiaan Kasus Siyono, di kantor Pusham UII, Rabu (13/4/2016).
"Jawabannya bukan otopsi dan di bawah standar," lanjutnya.
Menurut dia, jika pihak kepolisian hanya melakukan pemeriksaan luar dan dibawah standar, maka penyebab dari kematian Siyono tidak bisa dijelaskan.
Selain itu, kesimpulan dari pemeriksaan yang tidak sesuai standar juga tidak dapatdipertanggungjawabkan.
"Hanya men-scan dari luar lalu disimpulkan. Hasil scan-nya dikirimkan kekeluarga sebagai penyebab kematian. Menurut dokter forensik, hasil itu tidak bisadipertanggungjawabkan," tandasnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, ada perbedaan hasil Tim otopsi PP Muhamadiyah danKomnas HAM dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh Polisi.
Dari hasil otopsi yang dilakukan Tim otopsi PP Muhamadiyah dan Komnas HAMbeberapa waktu lalu, penyebab kematian Siyono terdapat di bagian dada.
"Berdasarkan otopsi yang telah disampaikan di Komnas HAM Jakarta, penyebabkematian ada pada dada. Bukan pada bagian kepala seperti yang disampaikanMabes Polri," pungkasnya.
Berita 4
"Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak bagiProfesionalisme Polri"
Kamis, 14 April 2016 | 07:10 WIB
Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane usai acara diskusi dibilangan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/1/2016)
JAKARTA, KOMPAS.com
- Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan bahwa kasuskematian terduga teroris Siyono harus menjadi pelajaran berharga dalammelakukan evaluasi internal di tubuh Kepolisian RI.
Menurut Neta, otopsi ulang yang diinisiasi oleh PP Muhammadiyah dan KomnasHAM menunjukkan bahwa independensi dan profesionalisme forensik Polrimasih diragukan.
"Kasus Siyono sudah memicu keberanian publik untuk melakukan otopsi ulangterhadap korban kekerasan polisi," ujar Neta saat dihubungi Kompas.com, Rabu(13/4/2016).
"Otopsi ulang ini menjadi pukulan telak bagi profesionalisme Polri," kata dia.
Lebih lanjut ia menuturkan, selama ini sudah banyak keluhan publik terhadapperilaku Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri yang cenderung menjadi algojodan eksekutor.
Namun, kata Neta, tidak ada evaluasi yang menyeluruh terhadap kinerja Densus.Selain itu, tidak ada sistem pengawasan yang maksimal.
"Karena itu dibutuhkan evaluasi yang komprehensif dan Kapolri harus segeramembuat sistem pengawasan yang maksimal," ucapnya.
Pada hari Senin (11/4/2016) lalu, PP Muhammadiyah bersama tim forensik danKomnas HAM mengumumkan hasil otopsi Siyono di Kantor Komnas HAM.
Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan kematian Siyonodiakibatkan benda tumpul yang dibenturkan ke bagian rongga dada.
"Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patah sebelahkanan ada satu, ke luar," ujar Siane.
Menurut penuturannya, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patah dan ke arahjantung. Luka itu yang menyebabkan kematian fatal dan disebut sebagai titikkematian Siyono.
(Baca: Hasil Otopsi Siyono, Patah Tulang Iga hingga Luka di Kepala)
Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dan disebabkan olehbenturan. Namun, hal tersebut bukan menjadi penyebab utama kematian dan tidakmenimbulkan pendarahan yang terlalu hebat.
Dari seluruh rangkaian hasil otopsi, lanjut Siane, tidak terdapat adanyaperlawanan berdasarkan luka-luka yang diteliti.
"Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif," ujarnya. (Baca juga:Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono...
Berita 5
"Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, BukanMenjadi Algojo"Kamis, 14 April 2016 | 09:33 WIB
Suasana pengamanan di rumah terduga teroris di Jl Swadaya Satu PT Her satuBalikpapan Selatan, Jumat (15/1/2016).
JAKARTA, KOMPAS.com
- Kasus kematian terduga teroris asal Klaten, Siyono, dinilai menjadi titik awalkeberanian publik untuk menggugat kinerja Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane, memberi apresiasi padaKomnas HAM dan PP Muhammadiyah yang sudah memprakarsai otopsi ulangterhadap Siyono.
Menurut Neta, IPW sepakat terorisme harus diberantas tuntas dari negeri ini.Namun, siapa pun tidak boleh bertindak sewenang-wenang atas namapemberantasan terorisme.
"Apalagi tugas utama polisi adalah melumpuhkan tersangka dan bukan menjadialgojo," ujar Neta saat dihubungi, Rabu (13/4/2016).
Untuk itu, lanjut Neta, setelah otopsi ulang tersebut, Komnas HAM harusmemprakarsai penyidikan independen terhadap kematian Siyono.
Hasil penyidikan independen tersebut harus dibuka secara transparan. Jika adapolisi yang bersalah dan melanggar prosedur harus diproses secara hukum dipengadilan.
"Sebaliknya jika polisi sudah bertindak sesuai prosedur Komnas HAM harus jugamenjelaskannya secara terbuka," kata Neta.
(Baca: Komnas HAM Diminta Lakukan Penyidikan Independen Terkait KematianSiyono)
Lebih lanjut ia menjelaskan, IPW tetap mendukung penuh pemberantasanterorisme yang dilakukan Polri.
Namun, Polri juga sudah saatnya mengawasi sikap, perilaku, dan kinerja Densus88 agar tidak berubah menjadi algojo dan bertindak sewenang-wenang.
Pada hari Senin (11/4/2016) lalu, PP Muhammadiyah bersama tim forensik danKomnas HAM mengumumkan hasil otopsi Siyono di Kantor Komnas HAM.
Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan kematian Siyonodiakibatkan benda tumpul yang dibenturkan ke bagian rongga dada.
"Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patah sebelahkanan ada satu, ke luar," ujar Siane.
Menurut penuturannya, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patah dan ke arahjantung. Luka itu yang menyebabkan kematian fatal dan disebut sebagai titikkematian Siyono.
(Baca: Hasil Otopsi Siyono, Patah Tulang Iga hingga Luka di Kepala)
Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dan disebabkan olehbenturan. Namun, hal tersebut bukan menjadi penyebab utama kematian dan tidakmenimbulkan pendarahan yang terlalu hebat.
Dari seluruh rangkaian hasil otopsi, lanjut Siane, tidak terdapat adanyaperlawanan berdasarkan luka-luka yang diteliti.
"Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif," ujarnya. (Baca juga:Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono...)
Pada hari Senin (11/4/2016) lalu, PP Muhammadiyah bersama tim forensik danKomnas HAM mengumumkan hasil otopsi Siyono di Kantor Komnas HAM.
Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan kematian Siyonodiakibatkan benda tumpul yang dibenturkan ke bagian rongga dada.
"Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patah sebelahkanan ada satu, ke luar," ujar Siane.
Menurut penuturannya, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patah dan ke arahjantung. Luka itu yang menyebabkan kematian fatal dan disebut sebagai titikkematian Siyono.
(Baca: Hasil Otopsi Siyono, Patah Tulang Iga hingga Luka di Kepala)
Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dan disebabkan olehbenturan. Namun, hal tersebut bukan menjadi penyebab utama kematian dan tidakmenimbulkan pendarahan yang terlalu hebat.
Dari seluruh rangkaian hasil otopsi, lanjut Siane, tidak terdapat adanyaperlawanan berdasarkan luka-luka yang diteliti.
"Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif," ujarnya. (Baca juga:Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono...)