Upload
sahno-hilhami
View
2.889
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
http://civil-unp.blogspot.com/
Citation preview
TUGAS AKHIR
METODE PELAKSANAAN DAN PERBANDINGAN DAYA DUKUNG
PONDASI KONSTRUKSI SARANG LABA – LABA (KSLL) DENGAN
PONDASI TELAPAK PADA PEMBANGUNAN GEDUNG
D-III CLASS POLITEKNIK UNHALU
DISUSUN OLEH :
SAHNO HILHAMI
14459/09
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir ini disusun guna
memenuhi sebagian dari syarat akademis bagi penyelesaian studi pada Jurusan Profesional
Keteknikan Program Studi Diploma Tiga ( D-III ) Teknik Sipil Fakultas teknik Universitas
Haluoleo.Tugas ini berjudul :“Metode Pelaksanaan Dan Perbandingan Daya Dukung
Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba ( KSLL ) Dengan Pondasi Telapak Pada
Pembangunan Gedung D-III Class Politeknik Unhalu” Dengan penuh kerendahan hati,
penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
senantiasa mengaharapkan kritikan yang bersifat konstruktif sehingga dapat membantu
penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Dengan terwujudnya Tugas akhir ini, perkenankanlah kami menghanturkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Abd. Kadir, ST, MT dan Masykur Kimsan, ST yang telah banyak mengorbankan
waktu dan tenaganya dalam membimbing kami guna menyelesaikan penulisan Tugas
Akhir ini.
2. Bapak Ir. Bambang Pamudji SM, Koodinator PT. Katama Suryabumi Indonesia Timur
yang telah banyak memberikan bimbingan di Lapangan dalam mengumpulkan data – data
penelitian sehingga penulisan Tugas Akhir ini bisa berjalan dengan baik.
3. Bapak Ir. Ridway Balaka M Eng selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Haluoleo.
4. Ibu Sitti Nurjanah Ahmad ST, MT, selaku Ketua Program Studi D-III Teknik Sipil
Universitas Haluoleo.
5. Bapak – bapak dan Ibu – ibu Dosen Program Studi D3 Teknik Sipil Unhalu yang telah
mendidik dan membimbing kami selama proses perkuliahan.
6. Teristimewa kepada kedua Orang kami tercinta, saudara – saudaraku serta keluarga yang
telah memberikan doa restu, dorongan moril dan materil guna penyelesaian studi kami.
7. Seseorang yang telah banyak memberikan support dan membatu, baik secara moral
maupun moril sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat dilaksanakan dengan baik.
8. Rekan - rekan kami mahasiswa Fakultas Teknik Unhalu terutama FALUJAH ”04” dan
rekan – rekan serta handai taulan yang tak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu kami guna penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini.
Akhir harapan kami semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
ilmu bagi pembacanya.
Kendari, Juli 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................i
Lembar Pengesahan ............................................................................................................... ii
Kata Pengantar ...............................................................................................................iii
Daftar Isi ...............................................................................................................v
Daftar Gambar .............................................................................................................viii
Daftar Lampiran ...............................................................................................................ix
Abstrak .............................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Proyek ...................................................................................1
1.2 Maksud Dan Tujuan ……… ……………………………..……...… 4
1.3 Batasan Masalah …………………………...……….…………....…….……...4
1.4 Metode Penulisan …………………………………………………..……….5
1.4.1 Obyek Penulisan ………..……………………………………………….….5
1.4.2 Sumber Dan Cara Pengumpulan Data …………………………..………….5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …….………………………………….………..………6
2.1 Uraian Umum Pondasi KSLL ……………………………………..……….7
2.2 Pengertian Pondasi KSLL ……………………………………………….....8
2.3 Keistimewaan Yang dimiliki Oleh Sistem KSLL …………………………..9
2.4 Ruang Lingkup Pekerjaan Pondasi KSLL ……………….………………...16
2.5 Keuntungan Sistem Pelaksanaan Pondasi KSLLL ………………………...16
2.6 Dimensi Tulangan KSLL . …….. ...………………………………………..20
2.7 Membandingkan Konsep Pondasi KSLL Dengan
Konsep Pondasi Rakit …..…………………………………………………20
2.8 Membandingkan Konsep Pondasi KSLL Dengan
Konsep Pondasi Telapak ……………………………………………..…….23
BAB III TINJAUAN UMUM PROYEK …………………………….…………………...24
3.1 Tinjauan Pada Proyek Pembangunan D-III Class ……………………………24
3.1.1 Lokasi Proyek ……………………………………………….………24
3.1.2 Jenis Dan tipe Bangunan …………………………………………...………25
3.1.3 Luas Bangunan dan Luas Lantai ……………………………………..…… 25
3.1.4 Data Umum Proyek ……………………………………………...…………26
3.1.5 Peraturan Proyek Yang Digunakan …………………………….…………..27
3.2 Syarat – Syarat Teknis Pekerjaaan ……………………………..……………28
BAB IV METODE PELAKASAAN DAN PERBANDINGAN
DAYA DUKUNG PONDASI ………………………………………….……….31
4.1 Metode Pelaksanaan Pondasi KSLL …………………………………….….. 31
4.2 Perbandingan Daya Dukung Pondasi KSLL
Dengan Pondasi Telapak …………………………………………....…….. 39
4.2.1 Daya Dukung Pondasi KSLL …………….…………….…………..…….. 40
4.2.2 Daya Dukung Pondasi Telapak...………………………………………….. 42
BAB V PENUTUP …………..………………………………………………………….. 46
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 46
5.2 Saran ..........…………………………………………............................…….. 47
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
Universitas Haluoleo saat ini sedang melakukan pengembangan mutu sarana dan prasarana
pendidikan, salah satu diantaranya adalah Pembangunan Gedung D-III Class Politeknik,
sehingga kami melakukan penelitian terhadap struktur pondasinya yang dikenal dengan
pondasi KSLL. Judul penelitian kami adalah “ Metode Pelaksanaan Dan Perbandingan Daya
Dukung Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba Dengan Pondasi Telapak Pada
Pembangunan Gedung D-III Class Politeknik Unhalu” dalam Proyek The Development And
Upgrading Of Haluoleo University 2006 – 2008. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengetahui lebih jauh tentang konsep pondasi KSLL, sehingga untuk mendapatkan data yang
Valid, kami langsung melakukan penelitian dilapangan untuk mengetahui metode
pelaksanaan sekaligus melakukan analisis terhadap daya dukung tanah pada lokasi
pembangunan tersebut. Dari hasil analisis, ternyata pondasi KSLL sangat cocok pada jenis
tanah tersebut dibanding pondasi telapak karena kapasitas daya dukung KSLL sebesar 0,433
kg/cm2, sedangkan pondasi telapak hanya mencapai 0,39 kg/cm2.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melihat perkembangan sektor pendidikan dewasa ini sangat berkembang dengan pesat dalam
menyongsong era globalisasi. Pendidikan merupakan salah program pemerintah dalam
mengentaskan kebodohan dalam bangsa ini, terutama daerah Sulawesi Tenggara khususnya
Universitas Haluoleo. Untuk menunjang perkembangan peningkatan pendidikan tersebut,
maka perlu pengadaan sarana dan prasarana yang memadai berupa fasilitas pelayanan Gedung
perkuliahan. Sulawsi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang mengalami pertumbuhan
pendidikan masyakat yang cukup tinggi, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang makin
pesat pula, sehingga menuntut pengadaan fasilitas pendidikan yang cukup dalam mengatasi
permasalahan untuk mengakomodir peserta didik yang memiliki minat yang cukup tinggi,
baik yang datangnya dari dalam daerah, maupun dari luar daerah Sulawesi Tenggara. Untuk
mengatasi persoalan sarana pendidikan tersebut, Universitas haluoleo mengadakan
pembangunan fasilitas pendidikan dalam Proyek The Development And Upgrading Of
Haluoleo University 2006 – 2008, dengan luas areal 235 Ha, guna melengkapi sarana
pendidikan yang telah ada sebelumnya. Pembangunan fasilitas tersebut terspesifikasi
berdasarkan Program Profesi dan Keahlian, baik yang telah ada maupun Program Keahlian
yang telah dicanangkan kedepan berdasarkan kebutuhan perkembangan pendidikan
masyarakat Sulawesi Tenggara.
Adapun spesifikasi sarana yang akan dibangun adalah sebagai berikut :
1. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Jurusan Matematika
Jurusan Fisika
Jurusan Kimia
Jurusan Biologi
2. Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Arsitektur
Jurusan Teknik Sipil
Jurusan Teknik Elektro
Jurusan Teknik Mesin
3. Fakultas Pertanian
Jurusan Perikanan
Jurusan peternakan
4. DIII Class Politeknik
Jurusan Teknik Elektro
Jurusan Teknik Mesin
Jurusan Perikanan
Jurusan Peternakan
Jurusan Agrobisnis
5. Student Center dan Fasilitas Olahraga
6. Gedung Administrasi
Poliklinik
Pusat Komputer
Gedung Manajemen
7. Asrama Putra dan Putri
8. Masjid
Dari beberapa gambaran diatas, maka dapat kita melihat bahwa Universitas Haluoleo sedang
melakukan persiapan dalam peningkatan mutu pendidikan masyarakat Sulawesi Tenggara.
Dalam proyek pembangunan ini sangat mengutamakan kualitas maupun kuantitas Fisik
bangunan dalam menjamin kemanan dan kenyamanan sivitas akadenik Unhalu dalam
menjalankan aktivitas program pendidikan serta segi ekonomisnya pembangunan, sehingga
dalam perencanaan dan pelaksanaannya manggunakan metode terbaik yang tersentuh
langsung oleh Teknologi. Seperti halnya dalam pembangunan Gedung D3 Class Politeknik
menggunakan Pondasi Konstruksi Sarang Laba- Laba ( KSLL ), karena prinsip dari konsep
ini sangat ekonomis, kokoh serta aman terhadap penurunan dan guncangan, mengingat
Sulawesi Tenggara cukup rawan terhadap terjadinya gempa. Dewasa ini perkembangan
teknologi konstruksi berkembang sangat pesat, terutama bagian konstruksi pondasi,
mengakibatkan banyaknya penemuan tentang tipe – tipe pondasi yang dapat dipakai sebagai
alternatif pada proyek perencanaan pembangunan berdasarkan kondisi areal suatu daerah,
seperti untuk daerah Sulawesi Tenggara marupakan sebuah hal yang baru untuk penerapan
Pondasi Konstruksi Sarang laba – Laba ( KSLL ) dalam Proyek Pembangunan sarana
pendidikan Unhalu. Dengan melihat kondisi diatas, maka kami merasa sangat tertarik untuk
mengadakan studi peninjauan terhadap Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba (KSLL) pada
pembangunan Gedung D3 Class Politeknik Unhalu, sebagai judul kami dalam penelitian
untuk penulisan Tugas Akhir.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Penulisan dimaksudkan untuk :
1 Memenuhi salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Sipil Fakultas
Teknik Program Diploma Tiga Unhalu.
2 Untuk meningkatkan dan mengembangkan pola pikir sebagai mahasiswa mengenai
pembangunan suatu proyek dilapangan, kemudian dikaitkan dengan teori – teori yang
didapatkan selama dibangku kuliah.
Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah :
Untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep serta penerapan prinsip Pondasi Konstruksi
Sarang Laba – Laba.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah difokuskan pada metode pelaksanaan dan perbandingan daya dukung
Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba dengan pondasi telapak pada pembangunan gedung
D-III Class Politeknik Unhalu.
1.4 Metode Penulisan
1.4.1 Obyek Penulisan
Obyek penulisan adalah Gedung D3 Class Universitas Haluoleo Sulawesi Tenggara.
1.4.2 Sumber Dan Cara Pengumpulan Data
1. Sumber Data
adapun sumber data sebagai berikut :
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari orang – orang yang berkenan
dalam melaksanakan atau perusahan yang bersangkutan yaitu PT. KATAMA
SURYABUMI pelaksana khusus pondasi dan Kontaktor pelaksana proyek oleh PT .
ADHI KARYA (Persero) Tbk Cabang VIII dilapangan sehubungan dengan materi
penulisan.
b. Data sekunder, yaitu data penunjang dengan menggunakan acuan – acuan pustaka, buku
yang berhubungan dengan materi penulisan ini.
2. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpilan data yang ditempuh penulis adalah :
a. Metode Kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan terjun langsung meninjau
pelksanaan di lapangan.
b. Metode Interview, yaitu metode tanya jawab dengan pelaksana dan site manager.
c. Metode Literatur, yaitu dengan penggunan tesis – tesis di Perpustakaan, buku – buku dan
artikel yang berhubungan materi penulisan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba
Konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu pondasi,
karena pondasi merupakan bagian dari rekayasa untuk meneruskan beban yang ditopang oleh
beratnya sendiri pada kedalaman tanah atau batuan yang terletak dibawahya. Sulit ditemukan
dua buah pondasi bahkan pada tapak konstruksi yang berbatasan akan bersifat sama, karena
sifat dari tanah ataupun batuan itu heterogen. Dimana pondasi merupakan suatu bagian
tertentuh dari sistem rekayasa komponen pendukung beban yang mempunyai bidang antara (
interfacing ) terhadap tanah. Mendirikan suatu konstruksi bangunan yang relatif cukup berat
diatas tanah yang daya dukungnya rendah serta rawan terhadap getaran atau guncangan
gempa, jelas akan menjadi suatu tantangan yang harus diatasi. Tantangan ini melahirkan suatu
ide baru yaitu Pondasi dengan konstruksi Sarang Laba – Laba, yang kemudian diangkat
namanya menjadi KSLL. Pondasi sistem konstruksi sarang laba – laba, merupakan pondasi
konvesional yang cukup sederhana dan praktis karena tidak lagi dilakukan pemancangan
seperti konstruksi lainnya dan juga efektif serta ekonomis, 30-50 % dari konstruksi
konvensional lainnya. Dimana sistem ini merupakan kombinasi antara sistem pondasi plat
beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah, kombinasi berakibat adanya kerja sama
timbal balik saling menguntungkan.
Pondasi sistem KSLL ini ditemukan oleh Ir. Ryiantori dan Ir. Sutjipto pada tahun 1975,
dengan paten nomor 7191, diterapkan diproyek sejak tahun 1978 oleh PT. DASAGUNA yang
kemudian dikembangkan oleh PT. KATAMA SURYABUMI sebagai pemegang lisensi
sampai saat ini, dan telah digunakan 1000 lebih bangunan. Sistem pondasi ini memiliki
kekakuan ( Rigidity ) jauh lebih tinggi/ baik dan bersifat monolit bila dibandingkan dengan
sistem pondasi dangkal lainnya. Karena plat konstruksi pada sarang laba – laba didesain
berfungsi ganda untuk Septic tank, Bak reservoir, lantai, podasi tangga, kolom praktis dan
dinding. Selain sistem ini dapat bekerja dengan baik terhadap beban – beban vertikal kolom
bila ditinjau dari perbandingan penurunan dan pola keruntuhan. Susunan rib – rib diatur
supaya titik pertemuannya berimpit dengan titik beban kolom, karena KSLL berfungsi
memikul beban secara merata. Rib juga berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya yang
bekerja pada kolom, dimana pasir, tanah, sebagai pengisi dipadatkan dan berfungsi untuk
menjepit rib – rib konstruksi terhadap lipatan dan puntir. Rib tepi keliling (Sattlement)
biasanya dibuat lebih dalam, karena kemungkinanan terjadinya pemanfatan akibat beban
beban yang ada diatasnya bisa direduksi dan untuk menjaga kestabilan terhadap kemungkinan
terjadinya kemiringan. Sistem ini dalam pelaksanaanya memerluka waktu yang relatif singkat,
dimana menggunakan sistem ban berjalan dan padat karya serta menuntut keahlian yang
tinggi dan pengembangannya dapat dliaksanakan dengan pricast/ pracetak. Prinsip dari sistem
hubungan pemebesian pada pertemuan antara rib konstruksi, rib sattlement, maupun rib
pembagi, rib dengan kolom, rib dengan plat penutup seluruhnya harus bersifat jepitan
sempurna, karena haris ada panjang penyaluran pada hubungan pertemun tersebut.
2.2 Pengertian Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba
Konstruksi sarang laba – laba adalah sistem konstruksi bangunan bawah yang memaduka
antara kekuatan beton dengan sistem kosntriksi perbaika tanah yang digunakan pada daerah
yang daya dukungnya berkisar 0.15-0.4 Kg/ Cm2. dengan bentuk sistem konstruksinya yang
sedemikian itu, maka KSLL boleh digambarkan sebagai suatu lapisan batu karang yang cukup
tebal, sehingga memiliki kekekalan dan daya dukung yang cukup tinggi.
Sesuai dengan defenisinya, maka konstruksi sarang laba – laba terdiri dari dua bagian
konstrksi, yaitu :
1 Konstruksi Beton
a. Konstruksi beton plat pipih menerus yang dibawahnya yang terdiri dari rib – rib yang pipih,
namun dimensinya cukup tinggi.
b. Penempatan susunan rib - rib tersebut sedemikian rupa sehingga denah/ tampak atasnya
membentuk petak – petak segi tiga dengan hubungan yang kaku.- Ditinjau dari segi
fungsinya rib – ribtersebut terdiri atas tiga macam, yaitu :
- Rib Konstruksi, yaitu rib yang berfungsi sebagai penyebar beban dari struktur bangunan.
- Rib Sattlement, yaitu rib yang berfungsi sebagai tumpuan utama beban bangunan.
- Rib Pembagi, yaitu rib yang berfungsi sebagai pembagi dan pengikat/ pengaku terhadap
rib – rib yang lain.
c. Dengan bentuknya seperti itu, dapat digambarkan seperti bentuk kotak raksasa yang terbalik
( mengahadap kebawah ).
2 Perbaikan Tanah
a. Rongga yang ada diantara rib – rib/ bawah plat, diisi dengan lapisan tanah/ pasir yang
memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna.
b. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan
tebal tiap lapis lebih 20cm, sedangkan pada umunya 2-3 lapis teratas harus melampaui
batas teratas 90% atau 95 % kepadatan maksimum (Standart Proctor Test).
2.3 Keistimewaan Yang Dimilki Oleh Sistem Konstruksi Dan Bentuk KSLL
Dengan bentuk dan sistem sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, tergambarkan
bahwa KSLL merupakan suatu konstruksi bangunan bawah yang amat sederhana. Namun
apabila dikaji secara lebih mendalam, ternyata didalam bentuk dan sistem konstruksinya yang
amat sederhana tersebut, sebenarnya terkandung banyak keistimewaan yangakhirnya, didalam
pemanfaatanya sebagai suatu sistem konstruksi bangunan bawah yang mampu melahirkan
berbagai kelebihan atau keuntungan teknis maupun ekonomis dibandingkan dengan sistem –
sistem konstruksi bangunan bawah yang lain, sebagaimana akan diuraikan secara jelas, baik
sistem konstruksi maupun bentuknya. Uraian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Suatu bentuk plat pipih menerus dan bagian dari plat beton dikakukan oleh rib –rib tegak
yang pipih tepi tertinggi pada bagian bawahnya dengan tujuan agar sistem ini mampu
mereduksi kemungkinan terjadinya perbedaan penurunan (Diferensial Sattlement).
Gambar 2.1 Dimensi KSLL
Keterangan :
t : Tebal Pelat
b : Tebal Rib
h : Tinggi Rib
te : Tebal ekivalen
Tb :Tebal volume penggunaan beton untuk KSLL, seandainya dinyatakan sebagai pelat
menerus tanpa rib.
Dengan bentuk konstruksi semacam ini, maka dengan bahan yang relatif sedikit (setebal tb)
diperoleh pelat yang memiliki kekakuan/ tebal ekivalen (te) yang tinggi. Pada umunya, te =
2,5 – 3,5 tb, dan Variasi tergantung pada desain, kerena bentuk ketebalan ekivalen sebanarnta
tidak merata, melainkan berbantuk gelombang.
2. Adanya Penempatan Plat Pada Sisi Atas Rib Dari Pada Perbaikan Tanah.
Gambar 2.2 Penyebaran Beban
Susunan konstruksi seperti ini akan mengahasilkan penyebaran beban seperti pada gambar
2.2, artinya, untuk mendapatkan luasan pendukung pada luasan tanah asli selebar ( b ), cukup
dibutuhkan pelat efektif selebar (a). Hal ini terjadi karena adanya proses penyebaran beban
mulai dari bawah pelat yang berada pada sisi atas lapisan perbaikan tanah. Lain halnya, kalau
pelat berada dibawah rib atau pelat langsung berada pada sisi atas lapisan tanah asli ( sebagai
umunya pada pondasi pelat penuh konvensional ), maka mendapatkan luasan tanah asli
pendukung selebar ( a ), juga juga diperlukan luasan pelat efektif selebar ( a ).
3. Adanya Susunan Rib – Rib Yang Membentuk Titik – Titik Pertemuan Dan Penempatan
Kolom Atau Beban Pada Titik Pertemuan Rib – Rib.
a. Dengan susunan rib – rib sebagaimana yang digambarkan dibawah ini, maka diperoleh
ketebalan ekivalen yang tidak merata. Pada titik – titik pertemuan rib, diperoleh ketebalan
maksimum; makin jauh dari titik pertemuan rib – rib, ketebalan ekivalen tersebut semakin
berkurang. Dengan kata lain, Grafik ketebalan ekivalen akan membentuk gelombang,
sebagaimana pada gambar 2.5 dibawah.
b. Susunan rib – rib yang membentuk petak – petak segitiga dengan hubungan kaku,
merupakan suatu hubungan yang stabil terhadap pengaruh gerakkan atau gaya horizontal.
Gambar Sketsa 2.3 Susunan Rib
Gambar 2.4 Posisi Kolom
Gambar 2.5 Diagram Penyebaran Beban
Keterangan :
1. Diagram penyebaran beban
2. Diagram Kekakuan ekivalen
4. Rib Sattlement Yang Cukup Dalam.
Gambar 2.6 Rib Sattlement
Penempatan rib Sattlement yang cukup dalam diatur sedemikian rupa, sehingga membagi
luasan konstruksi bangunan dibawah menjadi petak – petak yang masing – masing luasnya
tidak lebih dari 200 m2. Angka ini berdasarka pengamatan empirik sampai saat ini,
memberikan hasil yang cukup memuasakan. Adanya rib Sattlement ini memberikan
keuntungan - keuntungan sebagai berikut :
a. Mereduksi total penurunan.
b. Mempertinggi kestabilan bangunan terhadap kemungkinan terjadi kemiringan.
c. Mampu melindungi perbaikan tanah terhadap kemungkinan terjadi pengaruh .- pengaruh
negatif dari lingkungan sekitar, misalnya :
- Kembang susutnya tanah.
- Kemungkinan terjadinya gradasi akibat aliran air tanah.
d. Menambah kekakuan pondasi dalam tinjauan secara makro.
5. Kolom Mencengkram Pertemuan Rib – Rib Sampai Kedasar Rib.
Gambar 2.7 Kolom
Hal ini membuat konstruksi bagian atas ( Upper Structur ) dengan KSLL ( sebagai konstruksi
bangunan bawah ) menjadi kokoh. Sebagi contoh ; Misalkan tinggi rib konstruksi 120 cm,
maka hubungan antara kolom dengan pondasi KSLL juga akan setinggi 120 cm. Sebagai
perbandingan, pad sistem pondasi tiang pancang, hubungan antara kolom dengan pondasi
hanya setebal pondasinya, yang kurang lebih berkisar antara 50 – 80 cm saja.
6. Sistem Perbaikan Tanah Yang Dilaksanakan Dengan Tampig Rammer Setelah Pengecoran
Rib – Rib.
Pemadatan tanah baru dilaksanakan stelah rib – rib selesai dicor dan berumur sedikitnya 3
hari. Pemadatan dilaksanakan lapis demi lpis dengan menggunakan tamping rammer. Namun
harus dijaga agar perbedaan tinggi antara petak yang sedang dipadatkan dengan petak yang
bersebelahan ti8dak lebih dari 25 cm. Hal mengingat umur beton rib yang masih muda.
Dengan cara ini, mka pemadatan dapat dilaksanakan dengan cara yang mudah umntuk
mencapai hasil kepadatan yang tinggi ( pada umumnya persyaratan kepadatan 90 % yang
diminta bisa dilampaui dengan mudah ). Disamping hasil kepadatan yang tinggip pada lapisan
tanah dalam rib – rib KSLL, lapisan tanah asli dibawah akan ikut dipadatkan, sekalipun tidak
mencapai kepadatan tanah didalam rib – rib KSLL, tetapi sudah ikut memberikan saham yang
cukup memuaskan bagi peningkatan kemampuan daya dukung dan bagi ketahanan
Sattlement.
7. Adanya Kerja Sama Timbal Balik Saling Menguntungkan Antara Konstruksi Beton
Dengan Perbaikkan Tanah.
a. Rib – rib, disampig berfungsi sebagai pengaku pelat dan sebagi sloof, juga sebagai
dinding penyekat dari sistem perbaikan tanah, sehingga perbaikian tanah dapat dipadatkan
dengan tingkat kepadatan yang tinggi ( bila mencapai kepadatan 100 % dengan standart
Proctor ).
b. Begitu pula sebaliknya, adanya perbaikan tanah yang baik, dapat membentuk lapisan
tanah seperti lapisan batu karang sehingga memperkecil dimensi pelat serta rib – ribnya.
2.4 Ruang Lingkup Pekerjaan Pondasi Konstruksi Sarang – Laba – Laba
Ruang lingkup dari pelaksaan pondasi KSLL terbagi dalam beberapa pekerjaan, yaitu:
1. Pekerjaan galian tanah
2. Pekerjaan lantai kerja untuk rib
3. Pekerjaan acuan untuk rib
4. Pekerjaan pembesian untuk rib
5. Pekerjaan pengecoran beton untuk rib
6. Pekerjaan urugan tanah dan pemadatan
7. Pekerjaan urugan pasir dan pemadatan
8. Pekerjaan lantai kerja untuk lantai penutup
9. Pekerjaan pembsian untuk plat penutup
10. Pekerjaan pengecoran beton plat penutup
2.5 Keuntungan Sistem Pelaksanaan Pondasi KSLL
Keistimewaan bentuk dan sistem konstrksinya yang timbul karena bentuk lahiriah yang amat
sederhna, maka bila dibandingkan dengan sistem – sistem pondasi yang lain, sistem KSLL
memiliki berbagai keuntungan, baik ditinjau dari segi efisiensi pelaksanaan, Teknik
konstruksi, keamanan, , maupun dari segi ekonomis.
1. Keuntungan Dari Segi Pelaksanaan
a. Karena bentuk dan sistem konstruksinya yang sderhana, maka memungkinkan untuk
dilaksanakan dengan peralatan yang sederhana dan tidak menuntut tingkat keahlian yang
tinggi.
b. Memungkinkan untuk dilaksanakan dengan cepat jika dibandingkan dengan sistem pondasi
lain.
c. Untuk konstruksi bangunan bertingkat, maka pembiayaan konstruksi perancah(Scaffolding)
untuk plat dan balok lantai 2 (tingkat1) akan mberkurang, sehingga sehingga menjadi
sama dengan perancah dan acuan untuk lantai 3 dan seterusnya.
2. Keuntungan Teknik Konstruksi
Pemebesian pada rib dan plat, cukup dengan pembesian minimum.
a. Bertolak dari dasar pengertian yang terkandung dalam uraian mengenai kebawah dari
sistem KSLL, maka sekalipun untuk beban titik atau kolom yang cukup besar selalu akan
dihasilkan konstruksi beton untuk rib dan plat KSLL, dengan dimensi pembesian yang
minimum yang pada umumnya, hanya diperlukan volume beton rata – rata 0.20 - 0.45 m3,
dan untuk pembesian Rib dan plat cukup dengan pembesian minimum 100 - 150 kg/m3.
b. Ketahanan terhadap differnsial sattlement yang tinggi karena :
- Bekerjanya tegangan akibat beban, sudah merata pada lapisan tanah pendukung.
- Penyusunan Rib sattlemnet sedemikian rupa, sehingga membagi luasan KSLL menjadi
petak – petak yang tidak lebih dari 200 m2, menjadikan KSLL memilki ketahan yang
tinggiterhadap differensial sattlement.
c. Total Sattlement menjadi lebih kecil karena :
- Meningkatan kepadatan tanah pada lapisan tanah pendukungdibawah KSLL akibat
pemadatan yang efektif pada lapisan tanah perbaikan didalam KSLL.
- Bekerjanya tegangan geser pada Rib keliling terluar dari KSLL.
d. Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi sebab :
- KSLL merupakan suatu konstruksi yang mononlit dan kaku
- Adanya rib – rib diagonal, disamping rib – rib arah melintang dan mebujur.
e. Perbaikan tanah KSLL memiliki kestabilan yang bersifat permanen karena adanya
perlindungan dari rib KSLL
f. KSLL memeiliki berbagai fungsi.
Dalam fungsinya sebagai pondasi bangunan gedung, KSLL merupakan sistem konstruksi
bangunan bawah yang mampu menggantikan fungsidari berbagai konstruksi, antara lain
sebagai :
- sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga
- Sebagai sloof / balok pengaku
- Sebagai konstruksi pelat lantai dasar
- Urugan / perbaikan tanah dengan pemadatan tanah
- Dinding penahan urugan dibawah lantai
- Konstruksi pengaman terhadap kestabilan ( kepadatan ) perbaikan tanah yang ada
dibawah lantai
- Pasangan dan plesteran tembok dobawah lantai dasar
- Kolom dibawah peil lantai dasar
- Septictank dan Resapan
- Bak Resevoir ( bila diperlukan )
- Pelabaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diatur sedemikian rupa, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.
3. Keuntungan Dari Segi Keamanan.
Pondasi konstruksi sarang laba – laba akan menjadi suatu sistem struktur bawah sangat
kaku dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa, juga mampu menjawab
dilema yang timbul pada pondasi untuk gedung – gedung yang bertingkat tanggung antara
dua sampai delapan lantai yang didirikan diatas tanah dengan daya dukung rendah 0.2
kg/cm2 sampai dengan 0.5 kg/cm2, sehingga KSLL bukan sekedar pondasi, tapi sistem
konstruksi bangunan bawah / sub struktur yang kokoh dan ekonomis.
4. Keuntungan Dari Segi Ekonomis.
”Dengan memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur dengan
komposisi sekitar 85 % tanah dan 15 % beton, maka sistem ini lebih murah dari pada
pondasi lainnya,” tutur Ir.Kris Suyanto.JF selaku Direktur Utama PT Katama Suryabumi.
Berbagai kelebihan dan kemampuan seperti yang telah digambarkan diatas, membuat
sistem ini mampu menekan biaya bangunan konstruksi pada bangunan bawah pada jumlah
yang cukup besar bila dibandingkan dengan bangunan dengan sistem pondasi lainnya.
Pada umumnya diperoleh penghematan sebesar :
- ± 30 % utuk bangunan 3 sampai 8 lantai
- ± 20 % untuk bangunan 2 lantai
- ± 30 % untuk bangunan gedung kelas satu.
2.6 Dimensi Tulangan Konstruksi Sarang Laba – Laba
Perencanaan dimensi dan mutu besi beton konstruksi sarang laba – laba menggunakan 3
dimensi khusus, yaitu :
- Tulangan polos diameter 8 dan 10 mm dengan mutu BJTP 30
- Tulangan deform diameter 19 mm dengan mutu BJTP 50
Dalam perencanaan KSLL jumlah besi yang digunakan untuk rib dan plat adalah berkisar
antara 100 kg/m3 – 150 kg/m3.
Membandingkan Konsep Pondasi KSLL Dengan Konsep Pondasi Rakit
Pondasi rakit ( raft Pondation ) didefenisikan sebgai bagian bawah struktur yang berbentuk
rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan. Bagian ini berfungsi meneruskan beban
bangunan ke tanah dibawahnya. Pada penggunaanya pondasi rakit dan pondasi KSLL sama
yaitu digunakan untuk tanah yang berkapasitas daya dukung rendah, sehingga jika digunakan
pondasi telapak akan memerlukan luas yang hampir memenuhi bagian bawah bangunan.
Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan jika 50% luas bangunan terpenuhi oleh luasan
pondasi, untuk lebih ekonomisnya maka gunakan pondasi rakit agar lebih menghemat biaya
penggalian dan penulangan beton.
Dalam bentuk yang paling sederhana, pondasi rakit terdiri dari pelat beton bertulang yang
mendukung kolom – kolom dan dinding – dinding penahan bangunannya dengan beban dan
jarak kolom yang relatif sama.
Pondasi rakit merupakan kebalikan bentuk dari pondasi KSLL, sehingga proses penyebaran
beban yang bekerja pada kedua struktur pondasi tersebut berbeda. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.8 Penyebaran Beban Pondasi Rakit
Gambar 2.9 Penyebaran Beban Pondasi KSLL
Menurut Peck, dkk ( 1953 ) bahwa untuk menghitung kapasitas dukung pada pondasi rakit,
disarankan untuk menggunakan persamaan :
qa = N – 3 ( 2.1)
5
Dengan N adalah jumlah pukulan per 30 cm dalam uji SPT, sedangkan menurut Bowles
(1968) untuk menghitung daya dukung pondasi berdasarkan hasil uji kerucut statis (sondir)
menyarankan untuk menggunakan persamaan:
qa = qc B + 0,30 Kd ( kg/ cm ) ( 2.2 )
50 B
Dimana Kd = 1+0,33 D/B
Dengan B ≥ 1,2 m, D adalah kedalaman dasar pondasi dan qc adalah hambatan Konus pada
tes Sondir dilapangan. Persamaan ini dapat digunakan dalam meghitung daya dukung pondasi
secara praktis, cukup hanya dengan data tahanan konus rata – rata yang bekerja dibawah
pondasi. Sedangkan untuk perhitungan kapasitas dukung pondasi KSLL menggunakan
persamaan:
qa (KSLL) = 1,5 qa (Pondasi rakit), karena bekerjanya faktor – faktor yang menguntungkan
pada KSLL dibandingkan pondasi rakit sebagai berikut :
1. Untuk beban dan luasan yang sama, KSLL memliki kekauan yang lebih tinggi dari pada
pondasi rakit.
2. Sistem perbaikan tanah yang efektif dalam KSLL ikut memperbaiki dan menambah
kepadatan untuk meningkatkan daya dukung dari tanah itu sendiri.
3. Bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL.
4. Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat yang terletak dibagian atas rib, menyebabkan
tegangan yang timbul akibat beban sudah merata pada lapisan tanah pendukung.
5. KSLL memiliki kemampuan melindungi secara pemanen stabilitas dari perbaikan
didalamnya.
Membandingkan Konsep Pondasi KSLL Dengan Konsep Pondasi Telapak
Pondasi telapak (Spread Footing) merupakan pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung
kolom. Untuk pondasi telapak, ada yang disebut dengan pondasi telapak terpisah dan pondasi
telapak gabungan. Pondasi telapak terpisah pada umumnya digunakan untuk mendukung
sebuah kolom, sedangkan pondasi telapak gabungan untuk mendukung dinding tembok
memanjang. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendasar antara pondasi telapak
dengan pondasi KSLL, karena pondasi KSLL mendukung seluruh beban struktur secara
merata. Sehingga kapasitas dukung kedua pondasi tersebut pun berbeda.Untuk menghitung
kapasitas dukung izin ( qa ) pada pondasi telapak berdasarkan hasil uji kerucut statis menurut
Bowles (1968) menyarankan meggunakan persamaan sederhana ( 2.2 ):
qa = qc B + 0,30 Kd ( kg/ cm )
50 B
Dimana Kd = 1+0,33 D/B
Dengan lebar pondasi (B) ≥ 1,2 m, D adalah kedalaman dasar pondasi dan qc adalah
hambatan konus rata – rata pada tes Sondir dilapangan.
TINJAUAN UMUM PROYEK
3.1 Tinjauan Pada Proyek Pembangunan D-III Class Politeknik Unhalu
3.1.1 Lokasi
Lokasi dari pembangunan proyek ini terletak dalam wilayah kampus Kampus Hijau Bumi
Tridharma Anduonohu Kendari Sulawesi Tenggara. Perkembangan teknologi konstruksi yang
sangat pesat dewasa ini terutama pada bagian konstruksi pondasi mengakibatkan banyaknya
penemuan tipe – tipe pondasi yang dapat dipakai sebagai alternatif pilihan dalam menentukan
jenis pondasi yang akan digunakan dalam suatu perencanaan proyek pembangunan
infrastruktur, tergantung pada kebutuhan dan kondisi suatu daerah.
Pemilihan ini sangat ditentukan oleh hal – hal sebagai berikut :
1. Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi.
2. Besarnya beban yang bekerja dan berat bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi.
3. Keadaan tanah dan daerah sekeliling proyek.
4. Biaya pondasi dibandigkan dengan biaya tipe pondasi lain.
5. Keamanan pondasi terutama terhadap dampak penurunan yang berlebihan dari pondasi
sebagai akibat kondisi daya dukung tanah yang rendah serta guncangan terhadap gempa.
6. Waktu dari pelaksanaan pekerjaan.
Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan diatas, maka perencanaan proyek pembangunan
gedung D3 Class Politeknik Unhalu ini menggunakan Pondasi Konstruksi Sarang Laba –
Laba.
3.1.2 Jenis Dan Tipe Bangunan
1. Jenis bangunan adalah bangunan permanen yang akan digunakan sebagai sarana pendidikan
bagi sivitas akademika Unhalu, khususnya program keahlian D3 Politeknik.
2. Tipe bangunan adalah bangunan yang berlantai 3 (tiga) dengan pembagian :
a. Lantai Satu
b. Lantai Dua
c. Lantai Tiga
3.1.3 Luas Bangunan Dan Luas Lantai
Bangunan ini dibagunan diatas lahan seluas ± dengan luas bangunan sebagai berikut :
a. Lantai Satu = 576 m2
b. Lantai Dua = 576 m2
c. Lantai Tiga = 576 m2
3.1.4 Data Umum Proyek
Adapun data-data Proyek Pembangunan Gedung D3 Claas Politeknik Unhalu adalah sebagai
berikut
Nama proyek : The Development and Upgrading of Haluoleo University
Lokasi : Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu
Pemilik : Universitas Haluoleo
Investor : Islamic Development Bank (IDB)
Rencana Biaya : 16.111.673.000,00 Rupiah
Ukuran Proyek : 6000 m2
Waktu : Oktober 2006 – September 2008
Spesifikasi Teknik :
1. Gedung berlantai 3 (tiga)
2. Rangka Kap Baja
3. Atap Plat Metal
4. Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba
5. Mutu beton K- 275
6. Mutu Besi Beton yang digunakan adalah :
- Tulangan polos diameter 8 dan 10 mm dengan mutu BJTP 30
- Tulangan deform diameter 19 mm dengan mutu BJTP 50
3.1.5 Peraturan Proyek Yang Digunakan
Peraturan yang dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek “The
Development And Upgrading Of Haluoleo University” ini adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPURG 1987/SKBI-1.3.53.1987) atau
Sistem perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung (SNI 03-1727-19787)
2. Sistem Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung 1991 (SK SNI T-15- 1991-03)
3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1984/SKBI-1.3.55.1987) atau
sistem perencanaan pada bangunan baja (SNI 03-1729-1989)
4. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung (PPTGIUG 1983/SKBI-
1.3.53.1987) atau Sistem perencanaan tahan gempa pada rumah dan gedung (SNI 03-
1726-1989).
5. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
6. Indonesia plumbing regulation
7. General requisite for public work as in government regulation number 9,May 28th, 1941
(AV) specifically the rule for technic requisite.
8. Pengaturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1991).
9. Standar Industri Indonesia (SII).
10. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1961).
11. Indonesia regulation of load for building 1981
12. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL-1977).
13. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI).
14. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia (PUIPP-1983).
15. Peraturan plumbing indonesia, 1974
16. Peraturan indonesia tentang tenaga kerja dan keselamatan mereka yang diterbitkan oleh
Departemen Tenaga Kerja Indonesia.
17. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.02/KPTS/1985 tentang pencegahan bahaya
kebakaran.
18. Indonesia paint requisite(NI-4)
19. Peraturan semen portland indonesia (NI-8).
20. Brick as material (NI-10).
3.2 Syarat – Syarat Teknis Pekerjaan
Teknis pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan persiapan
Sebelum memulai pekerjaan kontraktor harus melakukan hal – hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Site / Lapangan
Dalam melakukan suatu proyek, pemeriksaan site adalah merupakan tahapan awal dari
seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebelum memulai pekerjaan yang sesuai dengan
kontrak, maka pemborong harus mengadakan peninjauan site dan pemeriksaan tentang
bagaimana keadaan dan situasi serta bahan – bahan yang akan digunakan.
b. Pembersihan Lapangan Pekerjaan
Setelah diadakan pemeriksaan site atau lokasi yang akan dikerjakan atau dibangun, maka
terlebuh dahulu diadakan pembersihan seluruh lapangan pekerjaan dari segala kotoran,
tumbuhan dan benda – benda yang tidak diperlukan yang terdapat disekitarnya, dimana
memungkinkan akan mengganggu pekerjaan.
c. Pengukuran Rencana Bowplank
Pekerjaan pengukuran dalam pembangunan proyek adalah menentukan letak bangunan,
mengenai batas – batas tapak, peil atau ketinggian tanah. Untuk itulah maka pengukuran
harus dilakukan secara teliti dan seksama. Oleh karena kesalahan yang terjadi akan
mengakibatkan perbedaan posisi bangunan dengan rencana bangunanpada gambar
sebenarnya. Bowplank dari kayu kelas III yang diketam rata pinggirnya. Mengenai
ketelitian pengukuran banguan, bowplank dan peil sesuai dengan gambardan patokan peil.
d. Pengadaan Direksi Keet
Pembuatan direksi keet untuk tempat pelaksana, pangawas dan pemilikmalakukan
koordinasi terhadap pekerjaanyang sedang berlangsung, mengkoordinasi segala bentuk
kegiatan yang menyangkut keberadaan proyek. Direksi keet harus ditempatkan pada
tempat tempat yang strategis sehingga kegiatan proyek dapat dilihat langsung dan tidak
mengganggu kelancaran pekerjaan. Kantor direksi dibuat untuk keperluan rapat lapangan.
Kantor direksi tersebut adalah milik direksi, dibongkar setelah pekerjaan pennyerahan
kedua selesai, bahan bangunannya kayu kelas II, dinding papan dan atap seng gelombang.
e. Pengadaan Utilitas
- Pemborong harus mengadakan sumber air bersih untuk keperluan pelaksanaan pekejaan,
termasuk pompa dan reservoir berukuran 600 liter yang senantiasa terisi penuh. Air
selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan – bahan kimialainnya yang
merusak.
- Pemborong harus mengadakan fasilitas listrik dengan daya sekurang – kurangnya satu
KVA dan berasal dari PLN atau generator.
- Pemborong harus membuat saluran pembuangan air hujan, wadah septictank sementara
dan lampu – lampu penerangan.
- Semua biaya – biaya pengadaan utilitas bdan lain – lain menjadi tanggungan pemilik
proyek.
2. Lingkup Dan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan
- Pekerjaan Galian Tanah
- Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Rib
- Pekerjaan Acuan Untuk Rib
- Pekerjaan Pembesian Untuk Rib
- Pekerjaan Pengecoran Untuk Rib
- Pekerjaan Urugan Dan Pemadatan
- Pekerjaan Urugan Pasir Dan Pemadatan
- Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Pelat Penutup
- Pekerjaan Pembesian Untuk Pelat Penutup
- Pekerjaan Pengecoran Beton Pelat Penutup.
BAB IV
METODE PELAKSANAAN DAN PERBANDINGAN DAYA DUKUNG
4.1 Metode Pelaksanaan Pondasi KSLL
Berdasarkan hasil peninjauan dan penelitian lapangan, penerapan metode pelaksanaan
Pondasi Konstruksi Sarang Laba - Laba pada pembangunan gedung D3 Class politeknik
Unhalu adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan Galian Tanah
a. Pekejan galian tanah untuk lubang pondasi dilaksanakan setelah papan bowplank dengan
penandaan sumbu dan ketinggian setelah dikerjakan serta disetujui oleh direksi pengawas
ACCASIA Engineering Consultan.
b. Galian tanah tahap I : seluruh luasan untuk kebutuhan KSLL digali sampai kedalaman 100
cm, selebar 75 cm.
c. Galian tanah tahap II : dilaksanakan setelah galian tanah tahap I untuk pekerjaan rib
Sattlement ( rib anti penurunan ), sepanjang jalur rib sattlement digali selebar ± 75 cm dari
tepi ke tepi dengan kedalaman 60 - 100 cm, sehingga menjamin keleluasan pemasangan
pembesian, acuan dan keamanan pekerjaan.
d. Untuk penggalian tanah pada posisi kolom, digali sedalam 100 cm.
e. Saat penggalian, cuaca kurang baik sehingga terjadi hujan dan menimbulkan genangan pada
galian tersebut. Untuk itu dilakukan pemompaan guna mengeluarkan air dalam galian.
Jadi, galian tanah tahap II ini tidak dilakasanakan sekaligus, melainkan diatur setahap
demi setahap agar tidak menyulitkan pemompaan.
2. Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Rib dan Beton Dekking
a. Dibawah rib konstruksi maupun rib sattlement dibuatkan lantai kerja, dengan tujuan untuk
mencapai efisiensi yang tinggi, yang memiliki fungsi ganda, yaitu :
- Sebagai lantai kerja, dan
- Sebagai penahan acuan rib
b. Karena lubang galian terdapat genangan air, maka dilakukan pemompaan untuk
mempermudah pembuatan lantaia kerja.
c. Lantai kerja dibuat dengan ketebalan 3 cm, dengan campuran 1:5.
d. Beton dekking dibuat diatas lantai kerja sebagai pembatas antara rib dengan lantai kerja.
3. Pekerjaan Acuan Untuk Rib
a. Bahan untuk acuan yang digunakan berupa kayu balok 4/6, multipleks, serta bahan lain
seperti paku, juga kayu bundar sebagai penopang acuan.
b. Konstruksi acuan dibuat setinggi 190 cm untuk rib Sattlement, dan 130 cm untuk rib
konstruksi.
c. Acuan dipasang sesuai ketebalan Rib yaitu 10 cm dan ditopang, serta diikat kuat sehingga
baik ukuran, bentuk maupun posisi rib – rib tidak berubah selama pengecoran
berlangsung.
d. Acuan dibersihkan dari segala kotoran, dan siap untuk dilakukan pengecoran rib.
e. Acauan bisa dibuka 36 jam setelah pengecoran beton.
f. Karena acuan dibuat dengan sistem bonkar pasang, sehingga dipasang dan dibongkar
dengan mudah tanpa menimbulkan kerusakkan.
4. Pekerjaan Pembesian Untuk Rib
a. Mutu besi beton yang digunakan adalah
- Tulangan polos diameter 8 mm untuk beugel rib.
- Tulangan deform diameter 19 mm dengan mutu BJTP 50 untuk tulangan pokok rib.
b. Besi dipabrikasi dilokasi Workshop berdasarkan bentuk dan ukuran tulangan yang
dibutuhkan sesuai dengan gambar kerja, sebagaimana terlampir (lampiran 2).
c. Beberapa besi rib dirakit diluar acuan, kemudian dipasang dalam acuan yang telah
disiapkan, selanjutnya dipasang beugel rib.
d. Besi beton diikat kuat dengan kawat bendrat, sehingga besi tersebut tidak berubah tempat
selama pengecoran dan diberi jarak dari papan acuan atau lantai kerja dengan pemasangan
selimut beton 3 cm.
e. Dalam pemasangan besi terjadi pertemuan – pertemuan dengan prinsip dan sistem
hubungan pembesian pada pertemuan tersebut antara :
- Rib dengan rib, baik rib konstruksi, rib sattlement maupun rib pembagi.
- Rib dengan kolom
- Rib dengan plat penutup
Menurut Samuel ( pelaksana teknis lapangan ) “Seluruhnya pertemuan tersebut bersifat jepit
sempurna, karena selalu ada panjang penyaluran pada hubungan pertemuan tersebut”.
5. Pekerjaan Pengecoran Untuk Rib
a. Pekerjaan pengecoran untuk rib dilakukan secara manual, dengan alat :
- Mini Mixer (Molen)
- Gerobak Artco
- Skopang
- Mesin Vibrator
b. Pengecoran dapat dilakukan berdasarkan izin dari direksi pengawas dalam hal ini
ACCASIA Engineering Consultan.
c. Sebelum pengecoran dilakukan, pihak PT. Katama Suryabumi melakukan tes sampel
dilaboratorium Teknik Sipil Unhhalu untuk mengetahui Mutu Beton, serta tes Slump
untuk mengetahui kekentalan campuran beton yang disaksikan oleh direksi pengawas
ACCASIA Engineering Consultan.
d. Bila cuaca buruk atau terjadi hujan, maka pengecoran tidak dilakukan karena dianggap
membahayakan mutu beton dari rib yang akan dicor.
e. Pekerjaan pengecoran dilaksanaan sesuai dengan gambar kostruksi. Apabila ada yang tidak
sesuai antara gambar potongan dengan gambar detail, maka Direksi pengawas ACCASIA
Engineering Consultan segera berkonsultasi dengan pihak PT. Katama Suryabumi untuk
dilakukan perbaikan.
f. Bahan – bahan yang digunakan untuk adukan beton
Semen :
- Semen yang digunakan adalah jenis dan merek yang bermutu baik dan atas persetujuan
direksi pengawas ACCASIA Engineering Consultan, yaitu semen Portland Indonesia
merek Bosowa.
- Semen yang telah mengeras sebagian/ seluruhnya, tidak diperkenankan lagi untuk
dipergunakan.
- Semen disimpan pada gudang material yang aman dari air serta terhindar dari
kelembaban semen.
Pasir dan Koral :
- Pasir beton yang digunakan berasal dari Pohara dengan butir – butir yang bersih dan
bebas dari bahan – bahan organik, lumpur dan lain sebagainya.
- Koral yang digunakan berasal dari Moramo yang bersih dan bermutu
- Untuk pengecoran rib dipergunakan koral/ steenslag ukuran ½, sedangkan untuk
pengecoran plat, bisa dipergunkan koral/ steenslag 2/5.
Air :
- Air yang digunakan adalah air sumur Bor tawar yang diadakan langsung oleh PT. Adhy
Karya (Persero) Tbk, tepat samping pembanguan gedung MIPA.
g. Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah : K- 275 berdasarkan hasil uji laboratorium Teknik
Sipil Unhalu.
h. Pemeliharaan beton
Beton setelah dicor selama dalam masa pengeringan selalu dibasahi selama minimal 1
minggu.
6. Pekerjaan Urugan Dan Pemadatan
- Untuk pengurungan kembali lubang galian pondasi, digunakan tanah bekas galian atau tanah
yang didatangkan dari luar yaitu tanah yang berasal dari depan Rumah Sakit Propinsi
Sultra dengan warna kekuning- kuningan.
- Urugan tanah dipadatan lapis demi lapis dengan Tamping Rammer,dengan tebal setiap
lapisan 20 cm.
- Pemadatan dilakukan setelah beton rib berumur 3 ( tiga ) hari.
- Pelaksanaan pemadatan tanah untuk tiap lapis setebal 20 cm dan dilaksanakan sampai tanah
tidak tampak turun lagi pada saat pemadatan.
- Mengigat bahwa pemadatan tanah ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
kemampuan KSLL, maka proses pemadatan diawasi secara seksama oleh direksi
pengawas ACCASIA Engineering Consultan.
- Untuk pekerjaan pemadatan tanah, tidak diperlukan tes kepadatan. Pekerjaan sudah bisa
dilanjutkan dengan lapis berikutnya, apabila pemadatan dengan Tamping Rammer
dianggap cukup dan tidak membutuhkan pemadatan lagi.
- Pemadatan di sekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 1,5 m, juga dilaksanakan lapis
demi lapis, namun tidak dites.
7. Pekerjaan Urugan Pasir Dan Pemadatan
a. Setelah pekerjaan urugan tanah dan pemadatan, selanjutnya dilakukan pekerjaan
pengurugan pasir tepat diatas tanah yang telah dipadatkan.
b. Bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini adalah pasir urug yang yang berasal dari
Pohara.
c. Pemadatan dilakukan dengan Tamping Rammer lapis demi lapis, dengan ketebalan tiap
lapis 20 cm.
d. Untuk urugan lapis I, dituntut kepadatan minimal 90 % dari kepadatan optimal.
e. Untuk urugan lapis II, dituntut kepadatan minimal 95 % dari kepadatan optimal.
f. Untuk tes kepadatan, PT. Katama Suryabumi bekerja sama dengan laboratorium Tenik Sipil
Unhalu, yang diawasi langung oleh direksi pengawas ACCASIA Engineering Consultan.
g. Pada saat melakukan pengurugan tanah atau pasir, mengingat beton yang masih muda,
maka dijaga agar tinggi perbedaan urugan antara petak yang bersebelahan tidak lebih dari
20 cm.
8. Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Pelat Penutup
Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan yang
ditentukan, maka sebelum pekerjaan pembesian pelat penutup dilaksanakan, seluruh
luasan diberi lapisan lantai kerja dengan campuran 1 PC :5 PS setebal 3 cm.
9. Pekerjaan Pembesian Untuk Pelat Penutup
- Besi tulangan yang digunakan adalah diameter 10 mm dengan mutu BJTP 30.
- Pemasangan besi dilakukan langsung diatas lantai kerja, tepat pada tempat akan
ditulangi.
- Untuk penulangan pelat sekitar kolom, terlebih dahulu dipasang tulangan yang berbentuk
jaring laba – laba yang telah dipabrikasi dilokasi workshop yang merupakan ciri khas
dari KSLL, dengan bentuk dan ukuran sebagaimana terlampir (lampiran 2 dan 4).
- Sedangkan untuk penulangan pelat tepat sepanjang jalur rib, terlebih dahulu dipasang
tulangan stek yang menghubungkan dan mengikat erat antara rib dengan pelat yang
dipasang secara zigzag, sebagaimana terlampir (lampiran 2 dan 4).
10. Pekerjaan Pengecoran Beton Pelat Penutup.
- Pengecoran beton pelat penutup dilakukan dengan menggunakan Truck Mixer yang
berkapasitas 5 m2 dan truck Pompa untuk mempermudah dan mempercepat proses
pengecoran.
- Pengecoran dilakukan secara bertahap, mengingat pekerjaan rib dan perbaikan tanah
pada bagian yang lain belum selesai.
- Spesifikasi bahan dan aturan yang digunakan yang digunakan pada pekerjaan, sama
seperti pada pekerjaan pengecoran rib.
- Pengecoran dapat dilakukan atas izin dari direksi pengawas ACCASIA Engineering
Consultan.
- Pengecoran dilakukan berdasarkan ketebalan pelat lantai yang disyaratkan adalah 11 cm.
4.2 Perbandingan Daya Dukung Pondasi KSLL Dengan Pondasi Telapak
Dalam merencanakan suatu pondasi terlebih dahulu diketahui daya dukung tanah atau
kekuatan tanah untuk memikul beban dari setiap konstruksi bangunan yang berada diatasnya
tanpa kegagalan dengan adanya penurunan ( Sattlement ) yang dapat ditolerir untuk
konstruksi pondasi. Beban – beban yang bekerja pada pondasi akan dapat disalurkan ke tanah
secara baik apabila stabilitas pondasi dipenuhi. Kriteria stabilitas pondasi dangkal dapat
dipenuhi jika :
Daya dukung batas tanag lebih besar dari tegangan kontak yang diakibatkan oleh beban total
pada pondasi.
Penurunan pondasi yang terjadi akibat beban yang bekerja lebih kecil dari penurunan yang
disyaratkan.
Oleh karena itu, perencanaan pondasi yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan terjadi
kegagalan. Kegagalan geser tanah dapat menyebabkan distorsi bangunan yang berlebihan dan
bahkan dapat menimbulkan keruntuhan pada konstrksi bangunan tersebut. Oleh karena itu
perlu adanya pemeriksaan kekuatan tanah atau daya dukung tanah melalui penyelidikan
dengan menggunakan sondir untuk mengetahui karakteristik tanah pada kedalaman tertentuh,
sehingga kita dapat merencanakan tipe konstruksi pondasi yang kita inginkan. Kerusakan
konstruksi bangunan yang disebabkan oleh perencanaan pondasi yang tidak memadai,
umunya diakibatkan oleh penurunan yang berlebihan. Akan tetapi dalan kondisi inipun
keruntuhan konstruksi jarang terjadi, sehingga dapat ditaksir bahwa penurunan terjadi secara
perlahan dan tergantung pada lamanya waktu yang terjadi, sehingga kerusakan bangunan atau
retak – retaknya konstruksi perlahan mulai kelihatan, maka perlu dilakukan langkah – langkah
pencegahan untuk menghindari terjadinya keruntuhan.
Dalam setiap perencanaan pondasi, baik daya tahan geser dasar maupun penurunan harus
diselidiki terlebih dahulu sebelum membangun sebuah konstruksi bangunan guna mengetahui
kriteria penurunan untuk menentukan daya dukung yang diijinkan. Oleh karena setiap jenis
pondasi memiliki daya dukung yang berbeda – beda, maka sangat perlu kita melakukan
perbandingan daya dukung pondasi, dalam hai ini kita dapat membandingkan daya dukung
pondasi KSLL dan pondasi telapak pada pembangunan gedung D-III Class Politeknik Unhalu
terhadap beban yang dipikul atau diterimanya dengan menggunakan data sondir lapangan.
4.2.1 Daya dukung pondasi KSLL
Daya dukung pondasi KSLL seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahawa daya
dukung ijin ( qa ) pondasi KSLL adalah 1,5 dari daya dukung ijin (qa) pondasi rakit, maka
untuk perkiraan kapasitas dukung pondasi KSLL dapat dianalisa malalui daya dukung pondasi
rakit sebagai berikut.
Dari data hasil uji kerucut statis (sondir) dilapangan, diketahui hambatan konus (qc) rata –
rata pada kedalaman 2 meter dari muka tanah adalah sebesar 20 kg/ cm2, sedangkan dari hasil
analisis pembebanan struktur, diketahui beban ultimit (Pu) seluruh konstruksi sebesar 2319,46
Ton.
Untuk menghitung kapasitas dukung pondasi rakit berdasarkan data hasil uji kerucut statis
( sondir ) menggunakan persamaan Bowles (1968) (2.2) sebagai berikut :
qa = qc B + 0,30 Kd ( kg/ cm )
50 B
Dimana Kd = 1+0.33 D/B
Dengan - Lebar pondasi (B) = 12 m.≥ 1,2 m.
- Kedalaman pondasi (D) = 2 m
qs = qa
SF
Dimana qs adalah daya dukung aman dan faktor keamanan SF = 1,5.
Sehingga penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
qa = 20 12 + 0,30 x (1 + 0.33 x 2 / 12)
50 12
= 0,434 x 1,02 kg/ cm2
= 0,458 kg / cm2
= 4,58 ton / m2
Untuk menghitung daya dukung pondasi KSLL meggunakan persamaan :
qa KSLL = 1,5 qa pondasi rakit
qa KSLL = 1,5 x 4,58 Ton / m2
= 6,87 Ton / m2
qs = 6,87
1,5
qs = 4,33 Ton / m2
4.2.2 Daya Dukung Pondasi Telapak
Untuk menganalisa perkiraan daya dukung telapak, kita juga menggunakan persamaan
Bowles (1968) seperti persamaan diatas karena untuk membandingkan perkiraan daya dukung
kedua pondasi tersebut berdasarkan hasil uji kerucut statis (sondir) dengan data yang sama.
Namun yang menjadi perbedaaan hanya beban yang bekerja pada pondasi telapak terfokus
pada tiap segmen atau kolom yang dipikulnya, sehingga dalam menganalisis kita
menggunakanan beban pada kolom D7 struktur sebesar 203,12 Ton. Sedangkan dari hasil uji
kerucut statis (sondir) dilapangan, diketahui hambatan konus (qc) rata – rata pada kedalaman
2 meter dari muka tanah adalah sebesar 20 kg/ cm2.
Untuk menghitung kapasitas dukung pondasi telapak berdasarkan data hasil uji kerucut statis (
sondir ) menggunakan persamaan Bowles (1968) (2.2) sebagai berikut:
qa = qc B + 0,30 Kd ( kg/ cm )
50 B
Dimana Kd = 1+0.33 D/B
Dengan - Lebar pondasi (B) = 5 m.≥ 1,2 m.
- Kedalaman pondasi (D) = 2 m
qs = qa
SF
Dimana qs adalah daya dukung aman dan faktor keamanan SF = 1,5.
Sehingga penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
qa = 20 5 + 0,30 x (1 + 0.33 x 2 / 5)
50 5
= 0,449 x 1,132 kg/ cm2
= 0,508 kg / cm2
= 5,08 Ton / m2
qs = 5,08
1,5
qs = 3,39 Ton / m2
Selanjutnya, untuk menghitung perkiraan dimensi telapak, sebagai bahan pembanding dengan
luasan pondasi KSLL, dapat menggunakan persamaan :
A = PU
qs x Z
dengan Z adalah faktor pengali = 2 D + 1,6 L
D + L
Sehingga penyelesaiannya adalah sebgai berikut :
Z = (1,2 x 144,34) + (1,6 x 13,784)
144,34 + 13,784
= 1,28
Luas pondasi (A) = 203,12
3,39 x 1,28
= 49,98 m2
Panjang pondasi (L) = A
B
= 49,98
5
= 9,99 m
= 10 m
Gambar 4.1 Denah Pondasi Telapak
Jadi, luasan keseluruhan pondasi telapak yang harus memikul seluruh beban struktur adalah :
A total = 50 x 26 ( jumlah kolom )
= 1300 m2
Sedangkan luas pondasi KSLL yang memikul seluruh beban struktur adalah:
A total = 48 x 15
= 720 m2
Sehingga luasan (A) pondasi telapak > luasan (A) pondasi KSLL. Jadi, dari hasil analisis
perkiraan daya dukung dan dimensi, memang pondasi telapak tidak cocok digunakan pada
pembangunan gedung D-III Class Politeknik Unhalu pada proyek The Development And
Upgrading Of Haluoleo University 2006 – 2008, karena luasan pondasi telapak melebihi 100
% luasan bangunan. Untuk itu Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan jika 50% luas
bangunan terpenuhi oleh luasan pondasi, untuk lebih ekonomisnya maka gunakan pondasi
rakit agar lebih menghemat biaya penggalian dan penulangan beton.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari segi peralatan, pelaksanaan pondasi KSLL cukup mudah karena tidak membutuhkan
peralatan yang besar atau alat berat, cukup hanya dengan alat manual pekerjaan pondasi
KSLL sudah dapat dilakukan.
2. Dari segi tenaga kerja, pelaksanaan pondasi KSLL tidak membutuhkan keahlian yang
tinggi, namun dipilih tenaga kerja yang sudah sering melakukan pekerjaan KSLL,
sehingga tidak lagi sulit dalam mengontrol dan mengawasi jalannya pekerjaan.
3. Berdasarkan hasil analisis, bahwa daya dukung tanah pada lokasi pembangunan gedung D-
III Class Politeknik Unhalu, memang cocok untuk digunakan pondasi KSLL sebagai
struktur bawah pada gedung tersebut, karena daya dukung tanah tersebut masuk dalam
kategori tanah yang memiliki daya dukung rendah sebesar 0,433 kg/cm2, dan standar daya
dukung pada pondasi KSLL berkisar 0,2 – 0.5 kg/cm2.
4. Berdasarkan hasil analisis, bahwa daya dukung pondasi KSLL pada lokasi pembangunan
gedung D-III Class Politeknik Unhalu lebih besar dibanding dengan daya dukung pondasi
telapak, dengan perbandingan 0,433 kg/cm2 untuk pondasi KSLL dan 0,39 kg/cm2 untuk
pondasi telapak.
5.2 Saran
1. Dari hasil penelitian yang kami lakukan, kami menemukan banyak kelebihan baik secara
konseptual maupun pelaksanaannya, sehingga kami menyarankan agar pihak PT.
KATAMA SURYABUMI sebagai pemegang lisensi untuk dapat mengembangkan
Pondasi KSLL bukan hanya untuk digunakan dalam lingkup Indonesia saja, namun harus
mampu bersaing secara sehat dalam taraf Internasional.
2. Dibalik kelebihan pasti ada kekurangan yang mesti harus dibenahi dalam setiap
manajemen, begitu pula dengan pelaksanaan pondasi KSSL dilapangan, sehingga setiap
jenis pekerjaan pondasi KSLL dapat dilakukan dengan baik oleh para pelaksana
dilapangan.
Lampiran
Analisisa Perhitungan Beban Yang Bekerja Pada Seluruh Struktur Bangunan
I. Beban Mati
1. Beban Lantai II
Pelat = 536 x 0,12 x 2,4 = 154,37
Plafon = 536 x 0,17 = 91,12
Kolom = 22,47 x 2 = 44,94
Dindng = 0,25 x 4 x 182 x = 182
Balok = Total dalam tabel perhit. balok = 108,04
Tegel = 536 x 2,2 x 0,005 = 5,89
Spesi = 536 x 2,2 x 0,003 = 3,54
ΣV1 = 589,90 Ton
2. Beban Lantai III
Pelat = 536 x 0,12 x 2,4 = 154,37
Plafon = 536 x 0,17 = 91,12
Kolom = 22,47 x 2 = 44,94
Dindng = 0,25 x 4 x 182 x = 182
Balok = Total dalam tabel = 108,04
Tegel = 536 x 2,2 x 0,005 = 5,89
Spesi = 536 x 2,2 x 0,003 = 3,54
ΣV2 = 589,90 Ton
3. Beban Atap
Atap = 50 x 9,46 x 0,01 x 2 = 9,46
Plafon = 48 x 12 x 0,17 = 95,62
Kuda – kuda = - 0,00271 x 9,46 x 0,0213 x 22 = 0,03
- 0,00271 x 6,5 x 0,0213 x 4 = 0,0039
- 0,00271 x 8 x 0,0213 x 4 = 0,004
- 0,0096 x 0,0075 x 46 x 8 = 0,0027
- 0,0096 x 0,0075 x 47 x 6 = 0,0070
Kolom = 0,3 x 0,5 x 2 x 2,4 x 26 = 11,23
Dinding = 0,25 x 2 x 182 = 91
Ring balok = - 0,3 x 0,5 x 2,4 x 116 = 41,76
- 0,3 x 0,5 x 2,4 x 48 = 29,03
ΣV3 = 274,66 Ton
ΣWt = V1 + V2 + V3
= 1454,46 Ton
I= 1,0 Untuk gedung umum perkantoran
R= 3,5 Untuk beton bertulang
Ar= 0,5 untuk gempa wilayah 2
T= 1,0 detik ( waktu getar alamistruktur.
Analisa beban gempa yang bekerja pada struktur
V = C . I .Wt
R
Dengan C = Ar
T
= 0,5
1,0
= 0,5
V = 0,5 x 1 x 1454,46
3,5
= 207,80 Ton
F = Wi . Hi x V
ΣWi.Hi
F1 = 589,9 x 4 x 207,8
10374,72
= 47,26 Ton
F2 = 589,9 x 8 x 249,14
10374,72
= 94,34 Ton
F3 = 274,66 x 12 x 249,14
10374,72
= 66 Ton
E = F1 + F2 + F3
= 207,2 Ton
II. Beban Hidup
1. Lantai II ( V1 ) = 536 x 0,25 =134
2. Lantai III ( V2 ) = 536 x 0,25 =134
3. Atap ( V3 ) = 48 x 9,46 x 0,1 x 2 = 90,82
ΣV = 358,82 Ton
Pu = 1,2 D + 1,0 L + E
= 1,2 x 1454,46 + 358,82 + 207,2
= 2311,372 Ton
Pu = 1,2 D + 1,6 L
= (1,2 x 1454,46) + (1,6 x 358,82)
= 2319,46 Ton
Analisisa Perhitungan Beban Yang Bekerja Pada Kolom D7 Struktur Bangunan
I. Beban Mati
1. Beban Lantai II
Pelat = 4 x 5 x 0,12 x 2,4 = 5,76
Plafon = 5 x 4 x 0,17 = 3,4
Kolom = Dalam table perhit. kolom = 2,3
Dinding = 0,25 x 4 x 9 = 9
Balok = Dalam table perhit. balok = 2,67
Tegel = 4 x 5 x 2,2 x 0,005 = 0,22
Spesi = 4 x 5 x 2,2 x 0,003 = 0,13
ΣV1 = 65,72 Ton
2. Beban Lantai III
Pelat = 4 x 5 x 0,12 x 2,4 = 5,76
Plafon = 5 x 4 x 0,17 = 3,4
Kolom = Dalam table perhit. kolom = 2,3
Dinding = 0,25 x 4 x 9 = 9
Balok = Dalam table perhit. balok = 2,67
Tegel = 4 x 5 x 2,2 x 0,005 = 0,22
Spesi = 4 x 5 x 2,2 x 0,003 = 0,13
ΣV1 = 65,72 Ton
3. Beban Atap
Atap = 4 x 9,46 x 0,01 x 2 = 0,38
Plafon = 4 x 6,5 x 0,17 = 4,47
Kuda – kuda = - 0,00271 x 9,46 x 0,0213 = 0,0006
- 0,0096 x 0,0075 x 4 x 7 = 0,002
Kolom = 0,3 x 0,5 x 2 x 2,4 = 0,72
Dindng = 0,25 x 2 x 9 = 4,5
Ring balok = 0,18 x 1,4 x 2,4 x 4 = 2,42
ΣV3 = 274,66 Ton
ΣWt = V1 + V2 + V3
= 144,34 Ton
I= 1,0 Untuk gedung umum perkantoran
R= 3,5 Untuk beton bertulang
Ar= 0,5 untuk gempa wilayah 2
T= 1,0 detik ( waktu getar alamistruktur.
Analisa beban gempa yang bekerja pada struktur diambil untuk keseluruhan bangunan.
V = C . I .Wt
R
Dengan C = Ar
T
= 0,5
1,0
= 0,5
V = 0,5 x 1 x 1454,46
3,5
= 207,80 Ton
F = Wi . Hi x V x 2
ΣWi.Hi 26
F1 = 589,9 x 4 x 207,8
10374,72
= 3,63 Ton
F2 = 589,9 x 8 x 249,14 x 2
10374,72 26
= 7,52 Ton
F3 = 274,66 x 12 x 249,14 x 2
10374,72 26
= 5,1 Ton
E = F1 + F2 + F3
= 15,95 Ton
II. Beban Hidup
4. Lantai II ( V1 ) = 4 x 5 x 0,25 = 5
5. Lantai III ( V2 ) = 4 x 5 x 0,25 = 5
6. Atap ( V3 ) = 4 x 9,46 x 0,1 = 3,8
ΣV = 13,784 Ton
Pu = 1,2 D + 1,0 L + E
= 1,2 x 144,38 + 13,784 + 15,95
= 202,99 Ton
Pu = 1,2 D + 1,6 L
= (1,2 x 144,38) + (1,6 x 13,784)
= 203,12 Ton
DAFTAR PUSTAKA
Hardiyatmo, H.c. Teknik Pondas I, Perum FT-UGM, Yogyakarta, 2002.
Kusuma, G. dan Andriono, T. Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan
Gempa, Erlangga, Jakarta, 1996.
Ryantori, dan Sutjipto, Sistem Konstruksi Bangunan Bawah Tepat Guna, Direktorat Patent
dan Hak Cipta, Surabaya,1984.
Sudarmanto, Konstruksi Beton 2, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung,1996.