83
TUGAS AKHIR METODE PELAKSANAAN DAN PERBANDINGAN DAYA DUKUNG PONDASI KONSTRUKSI SARANG LABA – LABA (KSLL) DENGAN PONDASI TELAPAK PADA PEMBANGUNAN GEDUNG D-III CLASS POLITEKNIK UNHALU DISUSUN OLEH : SAHNO HILHAMI 14459/09

Skripsi Sarang Laba-laba

Embed Size (px)

DESCRIPTION

http://civil-unp.blogspot.com/

Citation preview

Page 1: Skripsi Sarang Laba-laba

TUGAS AKHIR

METODE PELAKSANAAN DAN PERBANDINGAN DAYA DUKUNG

PONDASI KONSTRUKSI SARANG LABA – LABA (KSLL) DENGAN

PONDASI TELAPAK PADA PEMBANGUNAN GEDUNG

D-III CLASS POLITEKNIK UNHALU

DISUSUN OLEH :

SAHNO HILHAMI

14459/09

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2011

Page 2: Skripsi Sarang Laba-laba
Page 3: Skripsi Sarang Laba-laba
Page 4: Skripsi Sarang Laba-laba

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir ini disusun guna

memenuhi sebagian dari syarat akademis bagi penyelesaian studi pada Jurusan Profesional

Keteknikan Program Studi Diploma Tiga ( D-III ) Teknik Sipil Fakultas teknik Universitas

Haluoleo.Tugas ini berjudul :“Metode Pelaksanaan Dan Perbandingan Daya Dukung

Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba ( KSLL ) Dengan Pondasi Telapak Pada

Pembangunan Gedung D-III Class Politeknik Unhalu” Dengan penuh kerendahan hati,

penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis

senantiasa mengaharapkan kritikan yang bersifat konstruktif sehingga dapat membantu

penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Dengan terwujudnya Tugas akhir ini, perkenankanlah kami menghanturkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Abd. Kadir, ST, MT dan Masykur Kimsan, ST yang telah banyak mengorbankan

waktu dan tenaganya dalam membimbing kami guna menyelesaikan penulisan Tugas

Akhir ini.

2. Bapak Ir. Bambang Pamudji SM, Koodinator PT. Katama Suryabumi Indonesia Timur

yang telah banyak memberikan bimbingan di Lapangan dalam mengumpulkan data – data

penelitian sehingga penulisan Tugas Akhir ini bisa berjalan dengan baik.

3. Bapak Ir. Ridway Balaka M Eng selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Haluoleo.

4. Ibu Sitti Nurjanah Ahmad ST, MT, selaku Ketua Program Studi D-III Teknik Sipil

Universitas Haluoleo.

Page 5: Skripsi Sarang Laba-laba

5. Bapak – bapak dan Ibu – ibu Dosen Program Studi D3 Teknik Sipil Unhalu yang telah

mendidik dan membimbing kami selama proses perkuliahan.

6. Teristimewa kepada kedua Orang kami tercinta, saudara – saudaraku serta keluarga yang

telah memberikan doa restu, dorongan moril dan materil guna penyelesaian studi kami.

7. Seseorang yang telah banyak memberikan support dan membatu, baik secara moral

maupun moril sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat dilaksanakan dengan baik.

8. Rekan - rekan kami mahasiswa Fakultas Teknik Unhalu terutama FALUJAH ”04” dan

rekan – rekan serta handai taulan yang tak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu kami guna penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini.

Akhir harapan kami semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan

ilmu bagi pembacanya.

Kendari, Juli 2007

Penulis

Page 6: Skripsi Sarang Laba-laba

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................i

Lembar Pengesahan ............................................................................................................... ii

Kata Pengantar ...............................................................................................................iii

Daftar Isi ...............................................................................................................v

Daftar Gambar .............................................................................................................viii

Daftar Lampiran ...............................................................................................................ix

Abstrak .............................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Proyek ...................................................................................1

1.2 Maksud Dan Tujuan ……… ……………………………..……...… 4

1.3 Batasan Masalah …………………………...……….…………....…….……...4

1.4 Metode Penulisan …………………………………………………..……….5

1.4.1 Obyek Penulisan ………..……………………………………………….….5

1.4.2 Sumber Dan Cara Pengumpulan Data …………………………..………….5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …….………………………………….………..………6

2.1 Uraian Umum Pondasi KSLL ……………………………………..……….7

2.2 Pengertian Pondasi KSLL ……………………………………………….....8

Page 7: Skripsi Sarang Laba-laba

2.3 Keistimewaan Yang dimiliki Oleh Sistem KSLL …………………………..9

2.4 Ruang Lingkup Pekerjaan Pondasi KSLL ……………….………………...16

2.5 Keuntungan Sistem Pelaksanaan Pondasi KSLLL ………………………...16

2.6 Dimensi Tulangan KSLL . …….. ...………………………………………..20

2.7 Membandingkan Konsep Pondasi KSLL Dengan

Konsep Pondasi Rakit …..…………………………………………………20

2.8 Membandingkan Konsep Pondasi KSLL Dengan

Konsep Pondasi Telapak ……………………………………………..…….23

BAB III TINJAUAN UMUM PROYEK …………………………….…………………...24

3.1 Tinjauan Pada Proyek Pembangunan D-III Class ……………………………24

3.1.1 Lokasi Proyek ……………………………………………….………24

3.1.2 Jenis Dan tipe Bangunan …………………………………………...………25

3.1.3 Luas Bangunan dan Luas Lantai ……………………………………..…… 25

3.1.4 Data Umum Proyek ……………………………………………...…………26

3.1.5 Peraturan Proyek Yang Digunakan …………………………….…………..27

3.2 Syarat – Syarat Teknis Pekerjaaan ……………………………..……………28

BAB IV METODE PELAKASAAN DAN PERBANDINGAN

DAYA DUKUNG PONDASI ………………………………………….……….31

Page 8: Skripsi Sarang Laba-laba

4.1 Metode Pelaksanaan Pondasi KSLL …………………………………….….. 31

4.2 Perbandingan Daya Dukung Pondasi KSLL

Dengan Pondasi Telapak …………………………………………....…….. 39

4.2.1 Daya Dukung Pondasi KSLL …………….…………….…………..…….. 40

4.2.2 Daya Dukung Pondasi Telapak...………………………………………….. 42

BAB V PENUTUP …………..………………………………………………………….. 46

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 46

5.2 Saran ..........…………………………………………............................…….. 47

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Skripsi Sarang Laba-laba

Abstrak

Universitas Haluoleo saat ini sedang melakukan pengembangan mutu sarana dan prasarana

pendidikan, salah satu diantaranya adalah Pembangunan Gedung D-III Class Politeknik,

sehingga kami melakukan penelitian terhadap struktur pondasinya yang dikenal dengan

pondasi KSLL. Judul penelitian kami adalah “ Metode Pelaksanaan Dan Perbandingan Daya

Dukung Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba Dengan Pondasi Telapak Pada

Pembangunan Gedung D-III Class Politeknik Unhalu” dalam Proyek The Development And

Upgrading Of Haluoleo University 2006 – 2008. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk

mengetahui lebih jauh tentang konsep pondasi KSLL, sehingga untuk mendapatkan data yang

Valid, kami langsung melakukan penelitian dilapangan untuk mengetahui metode

pelaksanaan sekaligus melakukan analisis terhadap daya dukung tanah pada lokasi

pembangunan tersebut. Dari hasil analisis, ternyata pondasi KSLL sangat cocok pada jenis

tanah tersebut dibanding pondasi telapak karena kapasitas daya dukung KSLL sebesar 0,433

kg/cm2, sedangkan pondasi telapak hanya mencapai 0,39 kg/cm2.

Page 10: Skripsi Sarang Laba-laba

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melihat perkembangan sektor pendidikan dewasa ini sangat berkembang dengan pesat dalam

menyongsong era globalisasi. Pendidikan merupakan salah program pemerintah dalam

mengentaskan kebodohan dalam bangsa ini, terutama daerah Sulawesi Tenggara khususnya

Universitas Haluoleo. Untuk menunjang perkembangan peningkatan pendidikan tersebut,

maka perlu pengadaan sarana dan prasarana yang memadai berupa fasilitas pelayanan Gedung

perkuliahan. Sulawsi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang mengalami pertumbuhan

pendidikan masyakat yang cukup tinggi, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang makin

pesat pula, sehingga menuntut pengadaan fasilitas pendidikan yang cukup dalam mengatasi

permasalahan untuk mengakomodir peserta didik yang memiliki minat yang cukup tinggi,

baik yang datangnya dari dalam daerah, maupun dari luar daerah Sulawesi Tenggara. Untuk

mengatasi persoalan sarana pendidikan tersebut, Universitas haluoleo mengadakan

pembangunan fasilitas pendidikan dalam Proyek The Development And Upgrading Of

Haluoleo University 2006 – 2008, dengan luas areal 235 Ha, guna melengkapi sarana

pendidikan yang telah ada sebelumnya. Pembangunan fasilitas tersebut terspesifikasi

berdasarkan Program Profesi dan Keahlian, baik yang telah ada maupun Program Keahlian

yang telah dicanangkan kedepan berdasarkan kebutuhan perkembangan pendidikan

masyarakat Sulawesi Tenggara.

Adapun spesifikasi sarana yang akan dibangun adalah sebagai berikut :

1. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)

Jurusan Matematika

Page 11: Skripsi Sarang Laba-laba

Jurusan Fisika

Jurusan Kimia

Jurusan Biologi

2. Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Arsitektur

Jurusan Teknik Sipil

Jurusan Teknik Elektro

Jurusan Teknik Mesin

3. Fakultas Pertanian

Jurusan Perikanan

Jurusan peternakan

4. DIII Class Politeknik

Jurusan Teknik Elektro

Jurusan Teknik Mesin

Jurusan Perikanan

Jurusan Peternakan

Jurusan Agrobisnis

Page 12: Skripsi Sarang Laba-laba

5. Student Center dan Fasilitas Olahraga

6. Gedung Administrasi

Poliklinik

Pusat Komputer

Gedung Manajemen

7. Asrama Putra dan Putri

8. Masjid

Dari beberapa gambaran diatas, maka dapat kita melihat bahwa Universitas Haluoleo sedang

melakukan persiapan dalam peningkatan mutu pendidikan masyarakat Sulawesi Tenggara.

Dalam proyek pembangunan ini sangat mengutamakan kualitas maupun kuantitas Fisik

bangunan dalam menjamin kemanan dan kenyamanan sivitas akadenik Unhalu dalam

menjalankan aktivitas program pendidikan serta segi ekonomisnya pembangunan, sehingga

dalam perencanaan dan pelaksanaannya manggunakan metode terbaik yang tersentuh

langsung oleh Teknologi. Seperti halnya dalam pembangunan Gedung D3 Class Politeknik

menggunakan Pondasi Konstruksi Sarang Laba- Laba ( KSLL ), karena prinsip dari konsep

ini sangat ekonomis, kokoh serta aman terhadap penurunan dan guncangan, mengingat

Sulawesi Tenggara cukup rawan terhadap terjadinya gempa. Dewasa ini perkembangan

teknologi konstruksi berkembang sangat pesat, terutama bagian konstruksi pondasi,

mengakibatkan banyaknya penemuan tentang tipe – tipe pondasi yang dapat dipakai sebagai

alternatif pada proyek perencanaan pembangunan berdasarkan kondisi areal suatu daerah,

seperti untuk daerah Sulawesi Tenggara marupakan sebuah hal yang baru untuk penerapan

Pondasi Konstruksi Sarang laba – Laba ( KSLL ) dalam Proyek Pembangunan sarana

pendidikan Unhalu. Dengan melihat kondisi diatas, maka kami merasa sangat tertarik untuk

Page 13: Skripsi Sarang Laba-laba

mengadakan studi peninjauan terhadap Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba (KSLL) pada

pembangunan Gedung D3 Class Politeknik Unhalu, sebagai judul kami dalam penelitian

untuk penulisan Tugas Akhir.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Penulisan dimaksudkan untuk :

1 Memenuhi salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Sipil Fakultas

Teknik Program Diploma Tiga Unhalu.

2 Untuk meningkatkan dan mengembangkan pola pikir sebagai mahasiswa mengenai

pembangunan suatu proyek dilapangan, kemudian dikaitkan dengan teori – teori yang

didapatkan selama dibangku kuliah.

Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah :

Untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep serta penerapan prinsip Pondasi Konstruksi

Sarang Laba – Laba.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah difokuskan pada metode pelaksanaan dan perbandingan daya dukung

Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba dengan pondasi telapak pada pembangunan gedung

D-III Class Politeknik Unhalu.

1.4 Metode Penulisan

1.4.1 Obyek Penulisan

Obyek penulisan adalah Gedung D3 Class Universitas Haluoleo Sulawesi Tenggara.

Page 14: Skripsi Sarang Laba-laba

1.4.2 Sumber Dan Cara Pengumpulan Data

1. Sumber Data

adapun sumber data sebagai berikut :

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari orang – orang yang berkenan

dalam melaksanakan atau perusahan yang bersangkutan yaitu PT. KATAMA

SURYABUMI pelaksana khusus pondasi dan Kontaktor pelaksana proyek oleh PT .

ADHI KARYA (Persero) Tbk Cabang VIII dilapangan sehubungan dengan materi

penulisan.

b. Data sekunder, yaitu data penunjang dengan menggunakan acuan – acuan pustaka, buku

yang berhubungan dengan materi penulisan ini.

2. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpilan data yang ditempuh penulis adalah :

a. Metode Kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan terjun langsung meninjau

pelksanaan di lapangan.

b. Metode Interview, yaitu metode tanya jawab dengan pelaksana dan site manager.

c. Metode Literatur, yaitu dengan penggunan tesis – tesis di Perpustakaan, buku – buku dan

artikel yang berhubungan materi penulisan ini.

Page 15: Skripsi Sarang Laba-laba

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Umum Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba

Konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu pondasi,

karena pondasi merupakan bagian dari rekayasa untuk meneruskan beban yang ditopang oleh

beratnya sendiri pada kedalaman tanah atau batuan yang terletak dibawahya. Sulit ditemukan

dua buah pondasi bahkan pada tapak konstruksi yang berbatasan akan bersifat sama, karena

sifat dari tanah ataupun batuan itu heterogen. Dimana pondasi merupakan suatu bagian

tertentuh dari sistem rekayasa komponen pendukung beban yang mempunyai bidang antara (

interfacing ) terhadap tanah. Mendirikan suatu konstruksi bangunan yang relatif cukup berat

diatas tanah yang daya dukungnya rendah serta rawan terhadap getaran atau guncangan

gempa, jelas akan menjadi suatu tantangan yang harus diatasi. Tantangan ini melahirkan suatu

ide baru yaitu Pondasi dengan konstruksi Sarang Laba – Laba, yang kemudian diangkat

namanya menjadi KSLL. Pondasi sistem konstruksi sarang laba – laba, merupakan pondasi

konvesional yang cukup sederhana dan praktis karena tidak lagi dilakukan pemancangan

seperti konstruksi lainnya dan juga efektif serta ekonomis, 30-50 % dari konstruksi

konvensional lainnya. Dimana sistem ini merupakan kombinasi antara sistem pondasi plat

beton pipih menerus dengan sistem perbaikan tanah, kombinasi berakibat adanya kerja sama

timbal balik saling menguntungkan.

Pondasi sistem KSLL ini ditemukan oleh Ir. Ryiantori dan Ir. Sutjipto pada tahun 1975,

dengan paten nomor 7191, diterapkan diproyek sejak tahun 1978 oleh PT. DASAGUNA yang

kemudian dikembangkan oleh PT. KATAMA SURYABUMI sebagai pemegang lisensi

sampai saat ini, dan telah digunakan 1000 lebih bangunan. Sistem pondasi ini memiliki

kekakuan ( Rigidity ) jauh lebih tinggi/ baik dan bersifat monolit bila dibandingkan dengan

Page 16: Skripsi Sarang Laba-laba

sistem pondasi dangkal lainnya. Karena plat konstruksi pada sarang laba – laba didesain

berfungsi ganda untuk Septic tank, Bak reservoir, lantai, podasi tangga, kolom praktis dan

dinding. Selain sistem ini dapat bekerja dengan baik terhadap beban – beban vertikal kolom

bila ditinjau dari perbandingan penurunan dan pola keruntuhan. Susunan rib – rib diatur

supaya titik pertemuannya berimpit dengan titik beban kolom, karena KSLL berfungsi

memikul beban secara merata. Rib juga berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya yang

bekerja pada kolom, dimana pasir, tanah, sebagai pengisi dipadatkan dan berfungsi untuk

menjepit rib – rib konstruksi terhadap lipatan dan puntir. Rib tepi keliling (Sattlement)

biasanya dibuat lebih dalam, karena kemungkinanan terjadinya pemanfatan akibat beban

beban yang ada diatasnya bisa direduksi dan untuk menjaga kestabilan terhadap kemungkinan

terjadinya kemiringan. Sistem ini dalam pelaksanaanya memerluka waktu yang relatif singkat,

dimana menggunakan sistem ban berjalan dan padat karya serta menuntut keahlian yang

tinggi dan pengembangannya dapat dliaksanakan dengan pricast/ pracetak. Prinsip dari sistem

hubungan pemebesian pada pertemuan antara rib konstruksi, rib sattlement, maupun rib

pembagi, rib dengan kolom, rib dengan plat penutup seluruhnya harus bersifat jepitan

sempurna, karena haris ada panjang penyaluran pada hubungan pertemun tersebut.

2.2 Pengertian Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba

Konstruksi sarang laba – laba adalah sistem konstruksi bangunan bawah yang memaduka

antara kekuatan beton dengan sistem kosntriksi perbaika tanah yang digunakan pada daerah

yang daya dukungnya berkisar 0.15-0.4 Kg/ Cm2. dengan bentuk sistem konstruksinya yang

sedemikian itu, maka KSLL boleh digambarkan sebagai suatu lapisan batu karang yang cukup

tebal, sehingga memiliki kekekalan dan daya dukung yang cukup tinggi.

Sesuai dengan defenisinya, maka konstruksi sarang laba – laba terdiri dari dua bagian

konstrksi, yaitu :

Page 17: Skripsi Sarang Laba-laba

1 Konstruksi Beton

a. Konstruksi beton plat pipih menerus yang dibawahnya yang terdiri dari rib – rib yang pipih,

namun dimensinya cukup tinggi.

b. Penempatan susunan rib - rib tersebut sedemikian rupa sehingga denah/ tampak atasnya

membentuk petak – petak segi tiga dengan hubungan yang kaku.- Ditinjau dari segi

fungsinya rib – ribtersebut terdiri atas tiga macam, yaitu :

- Rib Konstruksi, yaitu rib yang berfungsi sebagai penyebar beban dari struktur bangunan.

- Rib Sattlement, yaitu rib yang berfungsi sebagai tumpuan utama beban bangunan.

- Rib Pembagi, yaitu rib yang berfungsi sebagai pembagi dan pengikat/ pengaku terhadap

rib – rib yang lain.

c. Dengan bentuknya seperti itu, dapat digambarkan seperti bentuk kotak raksasa yang terbalik

( mengahadap kebawah ).

2 Perbaikan Tanah

a. Rongga yang ada diantara rib – rib/ bawah plat, diisi dengan lapisan tanah/ pasir yang

memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna.

b. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan

tebal tiap lapis lebih 20cm, sedangkan pada umunya 2-3 lapis teratas harus melampaui

batas teratas 90% atau 95 % kepadatan maksimum (Standart Proctor Test).

2.3 Keistimewaan Yang Dimilki Oleh Sistem Konstruksi Dan Bentuk KSLL

Dengan bentuk dan sistem sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, tergambarkan

bahwa KSLL merupakan suatu konstruksi bangunan bawah yang amat sederhana. Namun

Page 18: Skripsi Sarang Laba-laba

apabila dikaji secara lebih mendalam, ternyata didalam bentuk dan sistem konstruksinya yang

amat sederhana tersebut, sebenarnya terkandung banyak keistimewaan yangakhirnya, didalam

pemanfaatanya sebagai suatu sistem konstruksi bangunan bawah yang mampu melahirkan

berbagai kelebihan atau keuntungan teknis maupun ekonomis dibandingkan dengan sistem –

sistem konstruksi bangunan bawah yang lain, sebagaimana akan diuraikan secara jelas, baik

sistem konstruksi maupun bentuknya. Uraian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Suatu bentuk plat pipih menerus dan bagian dari plat beton dikakukan oleh rib –rib tegak

yang pipih tepi tertinggi pada bagian bawahnya dengan tujuan agar sistem ini mampu

mereduksi kemungkinan terjadinya perbedaan penurunan (Diferensial Sattlement).

Gambar 2.1 Dimensi KSLL

Keterangan :

t : Tebal Pelat

b : Tebal Rib

h : Tinggi Rib

te : Tebal ekivalen

Tb :Tebal volume penggunaan beton untuk KSLL, seandainya dinyatakan sebagai pelat

menerus tanpa rib.

Dengan bentuk konstruksi semacam ini, maka dengan bahan yang relatif sedikit (setebal tb)

diperoleh pelat yang memiliki kekakuan/ tebal ekivalen (te) yang tinggi. Pada umunya, te =

Page 19: Skripsi Sarang Laba-laba

2,5 – 3,5 tb, dan Variasi tergantung pada desain, kerena bentuk ketebalan ekivalen sebanarnta

tidak merata, melainkan berbantuk gelombang.

2. Adanya Penempatan Plat Pada Sisi Atas Rib Dari Pada Perbaikan Tanah.

Gambar 2.2 Penyebaran Beban

Susunan konstruksi seperti ini akan mengahasilkan penyebaran beban seperti pada gambar

2.2, artinya, untuk mendapatkan luasan pendukung pada luasan tanah asli selebar ( b ), cukup

dibutuhkan pelat efektif selebar (a). Hal ini terjadi karena adanya proses penyebaran beban

mulai dari bawah pelat yang berada pada sisi atas lapisan perbaikan tanah. Lain halnya, kalau

pelat berada dibawah rib atau pelat langsung berada pada sisi atas lapisan tanah asli ( sebagai

umunya pada pondasi pelat penuh konvensional ), maka mendapatkan luasan tanah asli

pendukung selebar ( a ), juga juga diperlukan luasan pelat efektif selebar ( a ).

3. Adanya Susunan Rib – Rib Yang Membentuk Titik – Titik Pertemuan Dan Penempatan

Kolom Atau Beban Pada Titik Pertemuan Rib – Rib.

a. Dengan susunan rib – rib sebagaimana yang digambarkan dibawah ini, maka diperoleh

ketebalan ekivalen yang tidak merata. Pada titik – titik pertemuan rib, diperoleh ketebalan

maksimum; makin jauh dari titik pertemuan rib – rib, ketebalan ekivalen tersebut semakin

berkurang. Dengan kata lain, Grafik ketebalan ekivalen akan membentuk gelombang,

sebagaimana pada gambar 2.5 dibawah.

b. Susunan rib – rib yang membentuk petak – petak segitiga dengan hubungan kaku,

merupakan suatu hubungan yang stabil terhadap pengaruh gerakkan atau gaya horizontal.

Page 20: Skripsi Sarang Laba-laba

Gambar Sketsa 2.3 Susunan Rib

Gambar 2.4 Posisi Kolom

Gambar 2.5 Diagram Penyebaran Beban

Keterangan :

1. Diagram penyebaran beban

2. Diagram Kekakuan ekivalen

4. Rib Sattlement Yang Cukup Dalam.

Gambar 2.6 Rib Sattlement

Penempatan rib Sattlement yang cukup dalam diatur sedemikian rupa, sehingga membagi

luasan konstruksi bangunan dibawah menjadi petak – petak yang masing – masing luasnya

tidak lebih dari 200 m2. Angka ini berdasarka pengamatan empirik sampai saat ini,

memberikan hasil yang cukup memuasakan. Adanya rib Sattlement ini memberikan

keuntungan - keuntungan sebagai berikut :

a. Mereduksi total penurunan.

b. Mempertinggi kestabilan bangunan terhadap kemungkinan terjadi kemiringan.

c. Mampu melindungi perbaikan tanah terhadap kemungkinan terjadi pengaruh .- pengaruh

negatif dari lingkungan sekitar, misalnya :

- Kembang susutnya tanah.

Page 21: Skripsi Sarang Laba-laba

- Kemungkinan terjadinya gradasi akibat aliran air tanah.

d. Menambah kekakuan pondasi dalam tinjauan secara makro.

5. Kolom Mencengkram Pertemuan Rib – Rib Sampai Kedasar Rib.

Gambar 2.7 Kolom

Hal ini membuat konstruksi bagian atas ( Upper Structur ) dengan KSLL ( sebagai konstruksi

bangunan bawah ) menjadi kokoh. Sebagi contoh ; Misalkan tinggi rib konstruksi 120 cm,

maka hubungan antara kolom dengan pondasi KSLL juga akan setinggi 120 cm. Sebagai

perbandingan, pad sistem pondasi tiang pancang, hubungan antara kolom dengan pondasi

hanya setebal pondasinya, yang kurang lebih berkisar antara 50 – 80 cm saja.

6. Sistem Perbaikan Tanah Yang Dilaksanakan Dengan Tampig Rammer Setelah Pengecoran

Rib – Rib.

Pemadatan tanah baru dilaksanakan stelah rib – rib selesai dicor dan berumur sedikitnya 3

hari. Pemadatan dilaksanakan lapis demi lpis dengan menggunakan tamping rammer. Namun

harus dijaga agar perbedaan tinggi antara petak yang sedang dipadatkan dengan petak yang

bersebelahan ti8dak lebih dari 25 cm. Hal mengingat umur beton rib yang masih muda.

Dengan cara ini, mka pemadatan dapat dilaksanakan dengan cara yang mudah umntuk

mencapai hasil kepadatan yang tinggi ( pada umumnya persyaratan kepadatan 90 % yang

diminta bisa dilampaui dengan mudah ). Disamping hasil kepadatan yang tinggip pada lapisan

tanah dalam rib – rib KSLL, lapisan tanah asli dibawah akan ikut dipadatkan, sekalipun tidak

mencapai kepadatan tanah didalam rib – rib KSLL, tetapi sudah ikut memberikan saham yang

cukup memuaskan bagi peningkatan kemampuan daya dukung dan bagi ketahanan

Sattlement.

Page 22: Skripsi Sarang Laba-laba

7. Adanya Kerja Sama Timbal Balik Saling Menguntungkan Antara Konstruksi Beton

Dengan Perbaikkan Tanah.

a. Rib – rib, disampig berfungsi sebagai pengaku pelat dan sebagi sloof, juga sebagai

dinding penyekat dari sistem perbaikan tanah, sehingga perbaikian tanah dapat dipadatkan

dengan tingkat kepadatan yang tinggi ( bila mencapai kepadatan 100 % dengan standart

Proctor ).

b. Begitu pula sebaliknya, adanya perbaikan tanah yang baik, dapat membentuk lapisan

tanah seperti lapisan batu karang sehingga memperkecil dimensi pelat serta rib – ribnya.

2.4 Ruang Lingkup Pekerjaan Pondasi Konstruksi Sarang – Laba – Laba

Ruang lingkup dari pelaksaan pondasi KSLL terbagi dalam beberapa pekerjaan, yaitu:

1. Pekerjaan galian tanah

2. Pekerjaan lantai kerja untuk rib

3. Pekerjaan acuan untuk rib

4. Pekerjaan pembesian untuk rib

5. Pekerjaan pengecoran beton untuk rib

6. Pekerjaan urugan tanah dan pemadatan

7. Pekerjaan urugan pasir dan pemadatan

8. Pekerjaan lantai kerja untuk lantai penutup

9. Pekerjaan pembsian untuk plat penutup

Page 23: Skripsi Sarang Laba-laba

10. Pekerjaan pengecoran beton plat penutup

2.5 Keuntungan Sistem Pelaksanaan Pondasi KSLL

Keistimewaan bentuk dan sistem konstrksinya yang timbul karena bentuk lahiriah yang amat

sederhna, maka bila dibandingkan dengan sistem – sistem pondasi yang lain, sistem KSLL

memiliki berbagai keuntungan, baik ditinjau dari segi efisiensi pelaksanaan, Teknik

konstruksi, keamanan, , maupun dari segi ekonomis.

1. Keuntungan Dari Segi Pelaksanaan

a. Karena bentuk dan sistem konstruksinya yang sderhana, maka memungkinkan untuk

dilaksanakan dengan peralatan yang sederhana dan tidak menuntut tingkat keahlian yang

tinggi.

b. Memungkinkan untuk dilaksanakan dengan cepat jika dibandingkan dengan sistem pondasi

lain.

c. Untuk konstruksi bangunan bertingkat, maka pembiayaan konstruksi perancah(Scaffolding)

untuk plat dan balok lantai 2 (tingkat1) akan mberkurang, sehingga sehingga menjadi

sama dengan perancah dan acuan untuk lantai 3 dan seterusnya.

2. Keuntungan Teknik Konstruksi

Pemebesian pada rib dan plat, cukup dengan pembesian minimum.

a. Bertolak dari dasar pengertian yang terkandung dalam uraian mengenai kebawah dari

sistem KSLL, maka sekalipun untuk beban titik atau kolom yang cukup besar selalu akan

dihasilkan konstruksi beton untuk rib dan plat KSLL, dengan dimensi pembesian yang

minimum yang pada umumnya, hanya diperlukan volume beton rata – rata 0.20 - 0.45 m3,

dan untuk pembesian Rib dan plat cukup dengan pembesian minimum 100 - 150 kg/m3.

Page 24: Skripsi Sarang Laba-laba

b. Ketahanan terhadap differnsial sattlement yang tinggi karena :

- Bekerjanya tegangan akibat beban, sudah merata pada lapisan tanah pendukung.

- Penyusunan Rib sattlemnet sedemikian rupa, sehingga membagi luasan KSLL menjadi

petak – petak yang tidak lebih dari 200 m2, menjadikan KSLL memilki ketahan yang

tinggiterhadap differensial sattlement.

c. Total Sattlement menjadi lebih kecil karena :

- Meningkatan kepadatan tanah pada lapisan tanah pendukungdibawah KSLL akibat

pemadatan yang efektif pada lapisan tanah perbaikan didalam KSLL.

- Bekerjanya tegangan geser pada Rib keliling terluar dari KSLL.

d. Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi sebab :

- KSLL merupakan suatu konstruksi yang mononlit dan kaku

- Adanya rib – rib diagonal, disamping rib – rib arah melintang dan mebujur.

e. Perbaikan tanah KSLL memiliki kestabilan yang bersifat permanen karena adanya

perlindungan dari rib KSLL

f. KSLL memeiliki berbagai fungsi.

Dalam fungsinya sebagai pondasi bangunan gedung, KSLL merupakan sistem konstruksi

bangunan bawah yang mampu menggantikan fungsidari berbagai konstruksi, antara lain

sebagai :

- sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga

- Sebagai sloof / balok pengaku

Page 25: Skripsi Sarang Laba-laba

- Sebagai konstruksi pelat lantai dasar

- Urugan / perbaikan tanah dengan pemadatan tanah

- Dinding penahan urugan dibawah lantai

- Konstruksi pengaman terhadap kestabilan ( kepadatan ) perbaikan tanah yang ada

dibawah lantai

- Pasangan dan plesteran tembok dobawah lantai dasar

- Kolom dibawah peil lantai dasar

- Septictank dan Resapan

- Bak Resevoir ( bila diperlukan )

- Pelabaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diatur sedemikian rupa, sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.

3. Keuntungan Dari Segi Keamanan.

Pondasi konstruksi sarang laba – laba akan menjadi suatu sistem struktur bawah sangat

kaku dan kokoh serta aman terhadap penurunan dan gempa, juga mampu menjawab

dilema yang timbul pada pondasi untuk gedung – gedung yang bertingkat tanggung antara

dua sampai delapan lantai yang didirikan diatas tanah dengan daya dukung rendah 0.2

kg/cm2 sampai dengan 0.5 kg/cm2, sehingga KSLL bukan sekedar pondasi, tapi sistem

konstruksi bangunan bawah / sub struktur yang kokoh dan ekonomis.

4. Keuntungan Dari Segi Ekonomis.

Page 26: Skripsi Sarang Laba-laba

”Dengan memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur dengan

komposisi sekitar 85 % tanah dan 15 % beton, maka sistem ini lebih murah dari pada

pondasi lainnya,” tutur Ir.Kris Suyanto.JF selaku Direktur Utama PT Katama Suryabumi.

Berbagai kelebihan dan kemampuan seperti yang telah digambarkan diatas, membuat

sistem ini mampu menekan biaya bangunan konstruksi pada bangunan bawah pada jumlah

yang cukup besar bila dibandingkan dengan bangunan dengan sistem pondasi lainnya.

Pada umumnya diperoleh penghematan sebesar :

- ± 30 % utuk bangunan 3 sampai 8 lantai

- ± 20 % untuk bangunan 2 lantai

- ± 30 % untuk bangunan gedung kelas satu.

2.6 Dimensi Tulangan Konstruksi Sarang Laba – Laba

Perencanaan dimensi dan mutu besi beton konstruksi sarang laba – laba menggunakan 3

dimensi khusus, yaitu :

- Tulangan polos diameter 8 dan 10 mm dengan mutu BJTP 30

- Tulangan deform diameter 19 mm dengan mutu BJTP 50

Dalam perencanaan KSLL jumlah besi yang digunakan untuk rib dan plat adalah berkisar

antara 100 kg/m3 – 150 kg/m3.

Membandingkan Konsep Pondasi KSLL Dengan Konsep Pondasi Rakit

Pondasi rakit ( raft Pondation ) didefenisikan sebgai bagian bawah struktur yang berbentuk

rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan. Bagian ini berfungsi meneruskan beban

bangunan ke tanah dibawahnya. Pada penggunaanya pondasi rakit dan pondasi KSLL sama

Page 27: Skripsi Sarang Laba-laba

yaitu digunakan untuk tanah yang berkapasitas daya dukung rendah, sehingga jika digunakan

pondasi telapak akan memerlukan luas yang hampir memenuhi bagian bawah bangunan.

Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan jika 50% luas bangunan terpenuhi oleh luasan

pondasi, untuk lebih ekonomisnya maka gunakan pondasi rakit agar lebih menghemat biaya

penggalian dan penulangan beton.

Dalam bentuk yang paling sederhana, pondasi rakit terdiri dari pelat beton bertulang yang

mendukung kolom – kolom dan dinding – dinding penahan bangunannya dengan beban dan

jarak kolom yang relatif sama.

Pondasi rakit merupakan kebalikan bentuk dari pondasi KSLL, sehingga proses penyebaran

beban yang bekerja pada kedua struktur pondasi tersebut berbeda. Perbedaan tersebut dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.8 Penyebaran Beban Pondasi Rakit

Gambar 2.9 Penyebaran Beban Pondasi KSLL

Menurut Peck, dkk ( 1953 ) bahwa untuk menghitung kapasitas dukung pada pondasi rakit,

disarankan untuk menggunakan persamaan :

qa = N – 3 ( 2.1)

5

Dengan N adalah jumlah pukulan per 30 cm dalam uji SPT, sedangkan menurut Bowles

(1968) untuk menghitung daya dukung pondasi berdasarkan hasil uji kerucut statis (sondir)

menyarankan untuk menggunakan persamaan:

Page 28: Skripsi Sarang Laba-laba

qa = qc B + 0,30 Kd ( kg/ cm ) ( 2.2 )

50 B

Dimana Kd = 1+0,33 D/B

Dengan B ≥ 1,2 m, D adalah kedalaman dasar pondasi dan qc adalah hambatan Konus pada

tes Sondir dilapangan. Persamaan ini dapat digunakan dalam meghitung daya dukung pondasi

secara praktis, cukup hanya dengan data tahanan konus rata – rata yang bekerja dibawah

pondasi. Sedangkan untuk perhitungan kapasitas dukung pondasi KSLL menggunakan

persamaan:

qa (KSLL) = 1,5 qa (Pondasi rakit), karena bekerjanya faktor – faktor yang menguntungkan

pada KSLL dibandingkan pondasi rakit sebagai berikut :

1. Untuk beban dan luasan yang sama, KSLL memliki kekauan yang lebih tinggi dari pada

pondasi rakit.

2. Sistem perbaikan tanah yang efektif dalam KSLL ikut memperbaiki dan menambah

kepadatan untuk meningkatkan daya dukung dari tanah itu sendiri.

3. Bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL.

4. Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat yang terletak dibagian atas rib, menyebabkan

tegangan yang timbul akibat beban sudah merata pada lapisan tanah pendukung.

5. KSLL memiliki kemampuan melindungi secara pemanen stabilitas dari perbaikan

didalamnya.

Page 29: Skripsi Sarang Laba-laba

Membandingkan Konsep Pondasi KSLL Dengan Konsep Pondasi Telapak

Pondasi telapak (Spread Footing) merupakan pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung

kolom. Untuk pondasi telapak, ada yang disebut dengan pondasi telapak terpisah dan pondasi

telapak gabungan. Pondasi telapak terpisah pada umumnya digunakan untuk mendukung

sebuah kolom, sedangkan pondasi telapak gabungan untuk mendukung dinding tembok

memanjang. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendasar antara pondasi telapak

dengan pondasi KSLL, karena pondasi KSLL mendukung seluruh beban struktur secara

merata. Sehingga kapasitas dukung kedua pondasi tersebut pun berbeda.Untuk menghitung

kapasitas dukung izin ( qa ) pada pondasi telapak berdasarkan hasil uji kerucut statis menurut

Bowles (1968) menyarankan meggunakan persamaan sederhana ( 2.2 ):

qa = qc B + 0,30 Kd ( kg/ cm )

50 B

Dimana Kd = 1+0,33 D/B

Dengan lebar pondasi (B) ≥ 1,2 m, D adalah kedalaman dasar pondasi dan qc adalah

hambatan konus rata – rata pada tes Sondir dilapangan.

TINJAUAN UMUM PROYEK

3.1 Tinjauan Pada Proyek Pembangunan D-III Class Politeknik Unhalu

3.1.1 Lokasi

Lokasi dari pembangunan proyek ini terletak dalam wilayah kampus Kampus Hijau Bumi

Tridharma Anduonohu Kendari Sulawesi Tenggara. Perkembangan teknologi konstruksi yang

sangat pesat dewasa ini terutama pada bagian konstruksi pondasi mengakibatkan banyaknya

penemuan tipe – tipe pondasi yang dapat dipakai sebagai alternatif pilihan dalam menentukan

Page 30: Skripsi Sarang Laba-laba

jenis pondasi yang akan digunakan dalam suatu perencanaan proyek pembangunan

infrastruktur, tergantung pada kebutuhan dan kondisi suatu daerah.

Pemilihan ini sangat ditentukan oleh hal – hal sebagai berikut :

1. Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi.

2. Besarnya beban yang bekerja dan berat bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi.

3. Keadaan tanah dan daerah sekeliling proyek.

4. Biaya pondasi dibandigkan dengan biaya tipe pondasi lain.

5. Keamanan pondasi terutama terhadap dampak penurunan yang berlebihan dari pondasi

sebagai akibat kondisi daya dukung tanah yang rendah serta guncangan terhadap gempa.

6. Waktu dari pelaksanaan pekerjaan.

Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan diatas, maka perencanaan proyek pembangunan

gedung D3 Class Politeknik Unhalu ini menggunakan Pondasi Konstruksi Sarang Laba –

Laba.

3.1.2 Jenis Dan Tipe Bangunan

1. Jenis bangunan adalah bangunan permanen yang akan digunakan sebagai sarana pendidikan

bagi sivitas akademika Unhalu, khususnya program keahlian D3 Politeknik.

2. Tipe bangunan adalah bangunan yang berlantai 3 (tiga) dengan pembagian :

a. Lantai Satu

b. Lantai Dua

Page 31: Skripsi Sarang Laba-laba

c. Lantai Tiga

3.1.3 Luas Bangunan Dan Luas Lantai

Bangunan ini dibagunan diatas lahan seluas ± dengan luas bangunan sebagai berikut :

a. Lantai Satu = 576 m2

b. Lantai Dua = 576 m2

c. Lantai Tiga = 576 m2

3.1.4 Data Umum Proyek

Adapun data-data Proyek Pembangunan Gedung D3 Claas Politeknik Unhalu adalah sebagai

berikut

Nama proyek : The Development and Upgrading of Haluoleo University

Lokasi : Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu

Pemilik : Universitas Haluoleo

Investor : Islamic Development Bank (IDB)

Rencana Biaya : 16.111.673.000,00 Rupiah

Ukuran Proyek : 6000 m2

Waktu : Oktober 2006 – September 2008

Spesifikasi Teknik :

1. Gedung berlantai 3 (tiga)

Page 32: Skripsi Sarang Laba-laba

2. Rangka Kap Baja

3. Atap Plat Metal

4. Pondasi Konstruksi Sarang Laba – Laba

5. Mutu beton K- 275

6. Mutu Besi Beton yang digunakan adalah :

- Tulangan polos diameter 8 dan 10 mm dengan mutu BJTP 30

- Tulangan deform diameter 19 mm dengan mutu BJTP 50

3.1.5 Peraturan Proyek Yang Digunakan

Peraturan yang dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek “The

Development And Upgrading Of Haluoleo University” ini adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPURG 1987/SKBI-1.3.53.1987) atau

Sistem perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung (SNI 03-1727-19787)

2. Sistem Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung 1991 (SK SNI T-15- 1991-03)

3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1984/SKBI-1.3.55.1987) atau

sistem perencanaan pada bangunan baja (SNI 03-1729-1989)

4. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung (PPTGIUG 1983/SKBI-

1.3.53.1987) atau Sistem perencanaan tahan gempa pada rumah dan gedung (SNI 03-

1726-1989).

5. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)

6. Indonesia plumbing regulation

7. General requisite for public work as in government regulation number 9,May 28th, 1941

(AV) specifically the rule for technic requisite.

Page 33: Skripsi Sarang Laba-laba

8. Pengaturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1991).

9. Standar Industri Indonesia (SII).

10. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-1961).

11. Indonesia regulation of load for building 1981

12. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL-1977).

13. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI).

14. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia (PUIPP-1983).

15. Peraturan plumbing indonesia, 1974

16. Peraturan indonesia tentang tenaga kerja dan keselamatan mereka yang diterbitkan oleh

Departemen Tenaga Kerja Indonesia.

17. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.02/KPTS/1985 tentang pencegahan bahaya

kebakaran.

18. Indonesia paint requisite(NI-4)

19. Peraturan semen portland indonesia (NI-8).

20. Brick as material (NI-10).

3.2 Syarat – Syarat Teknis Pekerjaan

Teknis pelaksanaan adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan persiapan

Sebelum memulai pekerjaan kontraktor harus melakukan hal – hal sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Site / Lapangan

Dalam melakukan suatu proyek, pemeriksaan site adalah merupakan tahapan awal dari

seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebelum memulai pekerjaan yang sesuai dengan

Page 34: Skripsi Sarang Laba-laba

kontrak, maka pemborong harus mengadakan peninjauan site dan pemeriksaan tentang

bagaimana keadaan dan situasi serta bahan – bahan yang akan digunakan.

b. Pembersihan Lapangan Pekerjaan

Setelah diadakan pemeriksaan site atau lokasi yang akan dikerjakan atau dibangun, maka

terlebuh dahulu diadakan pembersihan seluruh lapangan pekerjaan dari segala kotoran,

tumbuhan dan benda – benda yang tidak diperlukan yang terdapat disekitarnya, dimana

memungkinkan akan mengganggu pekerjaan.

c. Pengukuran Rencana Bowplank

Pekerjaan pengukuran dalam pembangunan proyek adalah menentukan letak bangunan,

mengenai batas – batas tapak, peil atau ketinggian tanah. Untuk itulah maka pengukuran

harus dilakukan secara teliti dan seksama. Oleh karena kesalahan yang terjadi akan

mengakibatkan perbedaan posisi bangunan dengan rencana bangunanpada gambar

sebenarnya. Bowplank dari kayu kelas III yang diketam rata pinggirnya. Mengenai

ketelitian pengukuran banguan, bowplank dan peil sesuai dengan gambardan patokan peil.

d. Pengadaan Direksi Keet

Pembuatan direksi keet untuk tempat pelaksana, pangawas dan pemilikmalakukan

koordinasi terhadap pekerjaanyang sedang berlangsung, mengkoordinasi segala bentuk

kegiatan yang menyangkut keberadaan proyek. Direksi keet harus ditempatkan pada

tempat tempat yang strategis sehingga kegiatan proyek dapat dilihat langsung dan tidak

mengganggu kelancaran pekerjaan. Kantor direksi dibuat untuk keperluan rapat lapangan.

Kantor direksi tersebut adalah milik direksi, dibongkar setelah pekerjaan pennyerahan

kedua selesai, bahan bangunannya kayu kelas II, dinding papan dan atap seng gelombang.

e. Pengadaan Utilitas

Page 35: Skripsi Sarang Laba-laba

- Pemborong harus mengadakan sumber air bersih untuk keperluan pelaksanaan pekejaan,

termasuk pompa dan reservoir berukuran 600 liter yang senantiasa terisi penuh. Air

selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan – bahan kimialainnya yang

merusak.

- Pemborong harus mengadakan fasilitas listrik dengan daya sekurang – kurangnya satu

KVA dan berasal dari PLN atau generator.

- Pemborong harus membuat saluran pembuangan air hujan, wadah septictank sementara

dan lampu – lampu penerangan.

- Semua biaya – biaya pengadaan utilitas bdan lain – lain menjadi tanggungan pemilik

proyek.

2. Lingkup Dan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan

- Pekerjaan Galian Tanah

- Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Rib

- Pekerjaan Acuan Untuk Rib

- Pekerjaan Pembesian Untuk Rib

- Pekerjaan Pengecoran Untuk Rib

- Pekerjaan Urugan Dan Pemadatan

- Pekerjaan Urugan Pasir Dan Pemadatan

- Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Pelat Penutup

- Pekerjaan Pembesian Untuk Pelat Penutup

- Pekerjaan Pengecoran Beton Pelat Penutup.

Page 36: Skripsi Sarang Laba-laba

BAB IV

METODE PELAKSANAAN DAN PERBANDINGAN DAYA DUKUNG

4.1 Metode Pelaksanaan Pondasi KSLL

Berdasarkan hasil peninjauan dan penelitian lapangan, penerapan metode pelaksanaan

Pondasi Konstruksi Sarang Laba - Laba pada pembangunan gedung D3 Class politeknik

Unhalu adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan Galian Tanah

a. Pekejan galian tanah untuk lubang pondasi dilaksanakan setelah papan bowplank dengan

penandaan sumbu dan ketinggian setelah dikerjakan serta disetujui oleh direksi pengawas

ACCASIA Engineering Consultan.

b. Galian tanah tahap I : seluruh luasan untuk kebutuhan KSLL digali sampai kedalaman 100

cm, selebar 75 cm.

c. Galian tanah tahap II : dilaksanakan setelah galian tanah tahap I untuk pekerjaan rib

Sattlement ( rib anti penurunan ), sepanjang jalur rib sattlement digali selebar ± 75 cm dari

tepi ke tepi dengan kedalaman 60 - 100 cm, sehingga menjamin keleluasan pemasangan

pembesian, acuan dan keamanan pekerjaan.

d. Untuk penggalian tanah pada posisi kolom, digali sedalam 100 cm.

e. Saat penggalian, cuaca kurang baik sehingga terjadi hujan dan menimbulkan genangan pada

galian tersebut. Untuk itu dilakukan pemompaan guna mengeluarkan air dalam galian.

Jadi, galian tanah tahap II ini tidak dilakasanakan sekaligus, melainkan diatur setahap

demi setahap agar tidak menyulitkan pemompaan.

Page 37: Skripsi Sarang Laba-laba

2. Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Rib dan Beton Dekking

a. Dibawah rib konstruksi maupun rib sattlement dibuatkan lantai kerja, dengan tujuan untuk

mencapai efisiensi yang tinggi, yang memiliki fungsi ganda, yaitu :

- Sebagai lantai kerja, dan

- Sebagai penahan acuan rib

b. Karena lubang galian terdapat genangan air, maka dilakukan pemompaan untuk

mempermudah pembuatan lantaia kerja.

c. Lantai kerja dibuat dengan ketebalan 3 cm, dengan campuran 1:5.

d. Beton dekking dibuat diatas lantai kerja sebagai pembatas antara rib dengan lantai kerja.

3. Pekerjaan Acuan Untuk Rib

a. Bahan untuk acuan yang digunakan berupa kayu balok 4/6, multipleks, serta bahan lain

seperti paku, juga kayu bundar sebagai penopang acuan.

b. Konstruksi acuan dibuat setinggi 190 cm untuk rib Sattlement, dan 130 cm untuk rib

konstruksi.

c. Acuan dipasang sesuai ketebalan Rib yaitu 10 cm dan ditopang, serta diikat kuat sehingga

baik ukuran, bentuk maupun posisi rib – rib tidak berubah selama pengecoran

berlangsung.

d. Acuan dibersihkan dari segala kotoran, dan siap untuk dilakukan pengecoran rib.

e. Acauan bisa dibuka 36 jam setelah pengecoran beton.

Page 38: Skripsi Sarang Laba-laba

f. Karena acuan dibuat dengan sistem bonkar pasang, sehingga dipasang dan dibongkar

dengan mudah tanpa menimbulkan kerusakkan.

4. Pekerjaan Pembesian Untuk Rib

a. Mutu besi beton yang digunakan adalah

- Tulangan polos diameter 8 mm untuk beugel rib.

- Tulangan deform diameter 19 mm dengan mutu BJTP 50 untuk tulangan pokok rib.

b. Besi dipabrikasi dilokasi Workshop berdasarkan bentuk dan ukuran tulangan yang

dibutuhkan sesuai dengan gambar kerja, sebagaimana terlampir (lampiran 2).

c. Beberapa besi rib dirakit diluar acuan, kemudian dipasang dalam acuan yang telah

disiapkan, selanjutnya dipasang beugel rib.

d. Besi beton diikat kuat dengan kawat bendrat, sehingga besi tersebut tidak berubah tempat

selama pengecoran dan diberi jarak dari papan acuan atau lantai kerja dengan pemasangan

selimut beton 3 cm.

e. Dalam pemasangan besi terjadi pertemuan – pertemuan dengan prinsip dan sistem

hubungan pembesian pada pertemuan tersebut antara :

- Rib dengan rib, baik rib konstruksi, rib sattlement maupun rib pembagi.

- Rib dengan kolom

- Rib dengan plat penutup

Menurut Samuel ( pelaksana teknis lapangan ) “Seluruhnya pertemuan tersebut bersifat jepit

sempurna, karena selalu ada panjang penyaluran pada hubungan pertemuan tersebut”.

Page 39: Skripsi Sarang Laba-laba

5. Pekerjaan Pengecoran Untuk Rib

a. Pekerjaan pengecoran untuk rib dilakukan secara manual, dengan alat :

- Mini Mixer (Molen)

- Gerobak Artco

- Skopang

- Mesin Vibrator

b. Pengecoran dapat dilakukan berdasarkan izin dari direksi pengawas dalam hal ini

ACCASIA Engineering Consultan.

c. Sebelum pengecoran dilakukan, pihak PT. Katama Suryabumi melakukan tes sampel

dilaboratorium Teknik Sipil Unhhalu untuk mengetahui Mutu Beton, serta tes Slump

untuk mengetahui kekentalan campuran beton yang disaksikan oleh direksi pengawas

ACCASIA Engineering Consultan.

d. Bila cuaca buruk atau terjadi hujan, maka pengecoran tidak dilakukan karena dianggap

membahayakan mutu beton dari rib yang akan dicor.

e. Pekerjaan pengecoran dilaksanaan sesuai dengan gambar kostruksi. Apabila ada yang tidak

sesuai antara gambar potongan dengan gambar detail, maka Direksi pengawas ACCASIA

Engineering Consultan segera berkonsultasi dengan pihak PT. Katama Suryabumi untuk

dilakukan perbaikan.

f. Bahan – bahan yang digunakan untuk adukan beton

Semen :

Page 40: Skripsi Sarang Laba-laba

- Semen yang digunakan adalah jenis dan merek yang bermutu baik dan atas persetujuan

direksi pengawas ACCASIA Engineering Consultan, yaitu semen Portland Indonesia

merek Bosowa.

- Semen yang telah mengeras sebagian/ seluruhnya, tidak diperkenankan lagi untuk

dipergunakan.

- Semen disimpan pada gudang material yang aman dari air serta terhindar dari

kelembaban semen.

Pasir dan Koral :

- Pasir beton yang digunakan berasal dari Pohara dengan butir – butir yang bersih dan

bebas dari bahan – bahan organik, lumpur dan lain sebagainya.

- Koral yang digunakan berasal dari Moramo yang bersih dan bermutu

- Untuk pengecoran rib dipergunakan koral/ steenslag ukuran ½, sedangkan untuk

pengecoran plat, bisa dipergunkan koral/ steenslag 2/5.

Air :

- Air yang digunakan adalah air sumur Bor tawar yang diadakan langsung oleh PT. Adhy

Karya (Persero) Tbk, tepat samping pembanguan gedung MIPA.

g. Mutu Beton

Mutu beton yang digunakan adalah : K- 275 berdasarkan hasil uji laboratorium Teknik

Sipil Unhalu.

h. Pemeliharaan beton

Page 41: Skripsi Sarang Laba-laba

Beton setelah dicor selama dalam masa pengeringan selalu dibasahi selama minimal 1

minggu.

6. Pekerjaan Urugan Dan Pemadatan

- Untuk pengurungan kembali lubang galian pondasi, digunakan tanah bekas galian atau tanah

yang didatangkan dari luar yaitu tanah yang berasal dari depan Rumah Sakit Propinsi

Sultra dengan warna kekuning- kuningan.

- Urugan tanah dipadatan lapis demi lapis dengan Tamping Rammer,dengan tebal setiap

lapisan 20 cm.

- Pemadatan dilakukan setelah beton rib berumur 3 ( tiga ) hari.

- Pelaksanaan pemadatan tanah untuk tiap lapis setebal 20 cm dan dilaksanakan sampai tanah

tidak tampak turun lagi pada saat pemadatan.

- Mengigat bahwa pemadatan tanah ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap

kemampuan KSLL, maka proses pemadatan diawasi secara seksama oleh direksi

pengawas ACCASIA Engineering Consultan.

- Untuk pekerjaan pemadatan tanah, tidak diperlukan tes kepadatan. Pekerjaan sudah bisa

dilanjutkan dengan lapis berikutnya, apabila pemadatan dengan Tamping Rammer

dianggap cukup dan tidak membutuhkan pemadatan lagi.

- Pemadatan di sekeliling tepi luar pondasi selebar minimum 1,5 m, juga dilaksanakan lapis

demi lapis, namun tidak dites.

7. Pekerjaan Urugan Pasir Dan Pemadatan

a. Setelah pekerjaan urugan tanah dan pemadatan, selanjutnya dilakukan pekerjaan

pengurugan pasir tepat diatas tanah yang telah dipadatkan.

b. Bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini adalah pasir urug yang yang berasal dari

Pohara.

c. Pemadatan dilakukan dengan Tamping Rammer lapis demi lapis, dengan ketebalan tiap

lapis 20 cm.

Page 42: Skripsi Sarang Laba-laba

d. Untuk urugan lapis I, dituntut kepadatan minimal 90 % dari kepadatan optimal.

e. Untuk urugan lapis II, dituntut kepadatan minimal 95 % dari kepadatan optimal.

f. Untuk tes kepadatan, PT. Katama Suryabumi bekerja sama dengan laboratorium Tenik Sipil

Unhalu, yang diawasi langung oleh direksi pengawas ACCASIA Engineering Consultan.

g. Pada saat melakukan pengurugan tanah atau pasir, mengingat beton yang masih muda,

maka dijaga agar tinggi perbedaan urugan antara petak yang bersebelahan tidak lebih dari

20 cm.

8. Pekerjaan Lantai Kerja Untuk Pelat Penutup

Setelah kepadatan pengurugan pasir dites dan melampaui batas persyaratan yang

ditentukan, maka sebelum pekerjaan pembesian pelat penutup dilaksanakan, seluruh

luasan diberi lapisan lantai kerja dengan campuran 1 PC :5 PS setebal 3 cm.

9. Pekerjaan Pembesian Untuk Pelat Penutup

- Besi tulangan yang digunakan adalah diameter 10 mm dengan mutu BJTP 30.

- Pemasangan besi dilakukan langsung diatas lantai kerja, tepat pada tempat akan

ditulangi.

- Untuk penulangan pelat sekitar kolom, terlebih dahulu dipasang tulangan yang berbentuk

jaring laba – laba yang telah dipabrikasi dilokasi workshop yang merupakan ciri khas

dari KSLL, dengan bentuk dan ukuran sebagaimana terlampir (lampiran 2 dan 4).

- Sedangkan untuk penulangan pelat tepat sepanjang jalur rib, terlebih dahulu dipasang

tulangan stek yang menghubungkan dan mengikat erat antara rib dengan pelat yang

dipasang secara zigzag, sebagaimana terlampir (lampiran 2 dan 4).

10. Pekerjaan Pengecoran Beton Pelat Penutup.

Page 43: Skripsi Sarang Laba-laba

- Pengecoran beton pelat penutup dilakukan dengan menggunakan Truck Mixer yang

berkapasitas 5 m2 dan truck Pompa untuk mempermudah dan mempercepat proses

pengecoran.

- Pengecoran dilakukan secara bertahap, mengingat pekerjaan rib dan perbaikan tanah

pada bagian yang lain belum selesai.

- Spesifikasi bahan dan aturan yang digunakan yang digunakan pada pekerjaan, sama

seperti pada pekerjaan pengecoran rib.

- Pengecoran dapat dilakukan atas izin dari direksi pengawas ACCASIA Engineering

Consultan.

- Pengecoran dilakukan berdasarkan ketebalan pelat lantai yang disyaratkan adalah 11 cm.

4.2 Perbandingan Daya Dukung Pondasi KSLL Dengan Pondasi Telapak

Dalam merencanakan suatu pondasi terlebih dahulu diketahui daya dukung tanah atau

kekuatan tanah untuk memikul beban dari setiap konstruksi bangunan yang berada diatasnya

tanpa kegagalan dengan adanya penurunan ( Sattlement ) yang dapat ditolerir untuk

konstruksi pondasi. Beban – beban yang bekerja pada pondasi akan dapat disalurkan ke tanah

secara baik apabila stabilitas pondasi dipenuhi. Kriteria stabilitas pondasi dangkal dapat

dipenuhi jika :

Daya dukung batas tanag lebih besar dari tegangan kontak yang diakibatkan oleh beban total

pada pondasi.

Penurunan pondasi yang terjadi akibat beban yang bekerja lebih kecil dari penurunan yang

disyaratkan.

Page 44: Skripsi Sarang Laba-laba

Oleh karena itu, perencanaan pondasi yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan terjadi

kegagalan. Kegagalan geser tanah dapat menyebabkan distorsi bangunan yang berlebihan dan

bahkan dapat menimbulkan keruntuhan pada konstrksi bangunan tersebut. Oleh karena itu

perlu adanya pemeriksaan kekuatan tanah atau daya dukung tanah melalui penyelidikan

dengan menggunakan sondir untuk mengetahui karakteristik tanah pada kedalaman tertentuh,

sehingga kita dapat merencanakan tipe konstruksi pondasi yang kita inginkan. Kerusakan

konstruksi bangunan yang disebabkan oleh perencanaan pondasi yang tidak memadai,

umunya diakibatkan oleh penurunan yang berlebihan. Akan tetapi dalan kondisi inipun

keruntuhan konstruksi jarang terjadi, sehingga dapat ditaksir bahwa penurunan terjadi secara

perlahan dan tergantung pada lamanya waktu yang terjadi, sehingga kerusakan bangunan atau

retak – retaknya konstruksi perlahan mulai kelihatan, maka perlu dilakukan langkah – langkah

pencegahan untuk menghindari terjadinya keruntuhan.

Dalam setiap perencanaan pondasi, baik daya tahan geser dasar maupun penurunan harus

diselidiki terlebih dahulu sebelum membangun sebuah konstruksi bangunan guna mengetahui

kriteria penurunan untuk menentukan daya dukung yang diijinkan. Oleh karena setiap jenis

pondasi memiliki daya dukung yang berbeda – beda, maka sangat perlu kita melakukan

perbandingan daya dukung pondasi, dalam hai ini kita dapat membandingkan daya dukung

pondasi KSLL dan pondasi telapak pada pembangunan gedung D-III Class Politeknik Unhalu

terhadap beban yang dipikul atau diterimanya dengan menggunakan data sondir lapangan.

4.2.1 Daya dukung pondasi KSLL

Daya dukung pondasi KSLL seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahawa daya

dukung ijin ( qa ) pondasi KSLL adalah 1,5 dari daya dukung ijin (qa) pondasi rakit, maka

untuk perkiraan kapasitas dukung pondasi KSLL dapat dianalisa malalui daya dukung pondasi

rakit sebagai berikut.

Page 45: Skripsi Sarang Laba-laba

Dari data hasil uji kerucut statis (sondir) dilapangan, diketahui hambatan konus (qc) rata –

rata pada kedalaman 2 meter dari muka tanah adalah sebesar 20 kg/ cm2, sedangkan dari hasil

analisis pembebanan struktur, diketahui beban ultimit (Pu) seluruh konstruksi sebesar 2319,46

Ton.

Untuk menghitung kapasitas dukung pondasi rakit berdasarkan data hasil uji kerucut statis

( sondir ) menggunakan persamaan Bowles (1968) (2.2) sebagai berikut :

qa = qc B + 0,30 Kd ( kg/ cm )

50 B

Dimana Kd = 1+0.33 D/B

Dengan - Lebar pondasi (B) = 12 m.≥ 1,2 m.

- Kedalaman pondasi (D) = 2 m

qs = qa

SF

Dimana qs adalah daya dukung aman dan faktor keamanan SF = 1,5.

Sehingga penyelesaiannya adalah sebagai berikut :

qa = 20 12 + 0,30 x (1 + 0.33 x 2 / 12)

50 12

= 0,434 x 1,02 kg/ cm2

= 0,458 kg / cm2

= 4,58 ton / m2

Page 46: Skripsi Sarang Laba-laba

Untuk menghitung daya dukung pondasi KSLL meggunakan persamaan :

qa KSLL = 1,5 qa pondasi rakit

qa KSLL = 1,5 x 4,58 Ton / m2

= 6,87 Ton / m2

qs = 6,87

1,5

qs = 4,33 Ton / m2

4.2.2 Daya Dukung Pondasi Telapak

Untuk menganalisa perkiraan daya dukung telapak, kita juga menggunakan persamaan

Bowles (1968) seperti persamaan diatas karena untuk membandingkan perkiraan daya dukung

kedua pondasi tersebut berdasarkan hasil uji kerucut statis (sondir) dengan data yang sama.

Namun yang menjadi perbedaaan hanya beban yang bekerja pada pondasi telapak terfokus

pada tiap segmen atau kolom yang dipikulnya, sehingga dalam menganalisis kita

menggunakanan beban pada kolom D7 struktur sebesar 203,12 Ton. Sedangkan dari hasil uji

kerucut statis (sondir) dilapangan, diketahui hambatan konus (qc) rata – rata pada kedalaman

2 meter dari muka tanah adalah sebesar 20 kg/ cm2.

Untuk menghitung kapasitas dukung pondasi telapak berdasarkan data hasil uji kerucut statis (

sondir ) menggunakan persamaan Bowles (1968) (2.2) sebagai berikut:

qa = qc B + 0,30 Kd ( kg/ cm )

50 B

Dimana Kd = 1+0.33 D/B

Page 47: Skripsi Sarang Laba-laba

Dengan - Lebar pondasi (B) = 5 m.≥ 1,2 m.

- Kedalaman pondasi (D) = 2 m

qs = qa

SF

Dimana qs adalah daya dukung aman dan faktor keamanan SF = 1,5.

Sehingga penyelesaiannya adalah sebagai berikut :

qa = 20 5 + 0,30 x (1 + 0.33 x 2 / 5)

50 5

= 0,449 x 1,132 kg/ cm2

= 0,508 kg / cm2

= 5,08 Ton / m2

qs = 5,08

1,5

qs = 3,39 Ton / m2

Selanjutnya, untuk menghitung perkiraan dimensi telapak, sebagai bahan pembanding dengan

luasan pondasi KSLL, dapat menggunakan persamaan :

A = PU

qs x Z

dengan Z adalah faktor pengali = 2 D + 1,6 L

D + L

Page 48: Skripsi Sarang Laba-laba

Sehingga penyelesaiannya adalah sebgai berikut :

Z = (1,2 x 144,34) + (1,6 x 13,784)

144,34 + 13,784

= 1,28

Luas pondasi (A) = 203,12

3,39 x 1,28

= 49,98 m2

Panjang pondasi (L) = A

B

= 49,98

5

= 9,99 m

= 10 m

Gambar 4.1 Denah Pondasi Telapak

Jadi, luasan keseluruhan pondasi telapak yang harus memikul seluruh beban struktur adalah :

A total = 50 x 26 ( jumlah kolom )

= 1300 m2

Sedangkan luas pondasi KSLL yang memikul seluruh beban struktur adalah:

A total = 48 x 15

Page 49: Skripsi Sarang Laba-laba

= 720 m2

Sehingga luasan (A) pondasi telapak > luasan (A) pondasi KSLL. Jadi, dari hasil analisis

perkiraan daya dukung dan dimensi, memang pondasi telapak tidak cocok digunakan pada

pembangunan gedung D-III Class Politeknik Unhalu pada proyek The Development And

Upgrading Of Haluoleo University 2006 – 2008, karena luasan pondasi telapak melebihi 100

% luasan bangunan. Untuk itu Terzaghi dan Peck (1948) menyarankan jika 50% luas

bangunan terpenuhi oleh luasan pondasi, untuk lebih ekonomisnya maka gunakan pondasi

rakit agar lebih menghemat biaya penggalian dan penulangan beton.

Page 50: Skripsi Sarang Laba-laba

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari segi peralatan, pelaksanaan pondasi KSLL cukup mudah karena tidak membutuhkan

peralatan yang besar atau alat berat, cukup hanya dengan alat manual pekerjaan pondasi

KSLL sudah dapat dilakukan.

2. Dari segi tenaga kerja, pelaksanaan pondasi KSLL tidak membutuhkan keahlian yang

tinggi, namun dipilih tenaga kerja yang sudah sering melakukan pekerjaan KSLL,

sehingga tidak lagi sulit dalam mengontrol dan mengawasi jalannya pekerjaan.

3. Berdasarkan hasil analisis, bahwa daya dukung tanah pada lokasi pembangunan gedung D-

III Class Politeknik Unhalu, memang cocok untuk digunakan pondasi KSLL sebagai

struktur bawah pada gedung tersebut, karena daya dukung tanah tersebut masuk dalam

kategori tanah yang memiliki daya dukung rendah sebesar 0,433 kg/cm2, dan standar daya

dukung pada pondasi KSLL berkisar 0,2 – 0.5 kg/cm2.

4. Berdasarkan hasil analisis, bahwa daya dukung pondasi KSLL pada lokasi pembangunan

gedung D-III Class Politeknik Unhalu lebih besar dibanding dengan daya dukung pondasi

telapak, dengan perbandingan 0,433 kg/cm2 untuk pondasi KSLL dan 0,39 kg/cm2 untuk

pondasi telapak.

5.2 Saran

1. Dari hasil penelitian yang kami lakukan, kami menemukan banyak kelebihan baik secara

konseptual maupun pelaksanaannya, sehingga kami menyarankan agar pihak PT.

KATAMA SURYABUMI sebagai pemegang lisensi untuk dapat mengembangkan

Page 51: Skripsi Sarang Laba-laba

Pondasi KSLL bukan hanya untuk digunakan dalam lingkup Indonesia saja, namun harus

mampu bersaing secara sehat dalam taraf Internasional.

2. Dibalik kelebihan pasti ada kekurangan yang mesti harus dibenahi dalam setiap

manajemen, begitu pula dengan pelaksanaan pondasi KSSL dilapangan, sehingga setiap

jenis pekerjaan pondasi KSLL dapat dilakukan dengan baik oleh para pelaksana

dilapangan.

Page 52: Skripsi Sarang Laba-laba

Lampiran

Analisisa Perhitungan Beban Yang Bekerja Pada Seluruh Struktur Bangunan

I. Beban Mati

1. Beban Lantai II

Pelat = 536 x 0,12 x 2,4 = 154,37

Plafon = 536 x 0,17 = 91,12

Kolom = 22,47 x 2 = 44,94

Dindng = 0,25 x 4 x 182 x = 182

Balok = Total dalam tabel perhit. balok = 108,04

Tegel = 536 x 2,2 x 0,005 = 5,89

Spesi = 536 x 2,2 x 0,003 = 3,54

ΣV1 = 589,90 Ton

2. Beban Lantai III

Pelat = 536 x 0,12 x 2,4 = 154,37

Plafon = 536 x 0,17 = 91,12

Kolom = 22,47 x 2 = 44,94

Dindng = 0,25 x 4 x 182 x = 182

Balok = Total dalam tabel = 108,04

Page 53: Skripsi Sarang Laba-laba

Tegel = 536 x 2,2 x 0,005 = 5,89

Spesi = 536 x 2,2 x 0,003 = 3,54

ΣV2 = 589,90 Ton

3. Beban Atap

Atap = 50 x 9,46 x 0,01 x 2 = 9,46

Plafon = 48 x 12 x 0,17 = 95,62

Kuda – kuda = - 0,00271 x 9,46 x 0,0213 x 22 = 0,03

- 0,00271 x 6,5 x 0,0213 x 4 = 0,0039

- 0,00271 x 8 x 0,0213 x 4 = 0,004

- 0,0096 x 0,0075 x 46 x 8 = 0,0027

- 0,0096 x 0,0075 x 47 x 6 = 0,0070

Kolom = 0,3 x 0,5 x 2 x 2,4 x 26 = 11,23

Dinding = 0,25 x 2 x 182 = 91

Ring balok = - 0,3 x 0,5 x 2,4 x 116 = 41,76

- 0,3 x 0,5 x 2,4 x 48 = 29,03

ΣV3 = 274,66 Ton

ΣWt = V1 + V2 + V3

= 1454,46 Ton

Page 54: Skripsi Sarang Laba-laba

I= 1,0 Untuk gedung umum perkantoran

R= 3,5 Untuk beton bertulang

Ar= 0,5 untuk gempa wilayah 2

T= 1,0 detik ( waktu getar alamistruktur.

Analisa beban gempa yang bekerja pada struktur

V = C . I .Wt

R

Dengan C = Ar

T

= 0,5

1,0

= 0,5

V = 0,5 x 1 x 1454,46

3,5

= 207,80 Ton

F = Wi . Hi x V

ΣWi.Hi

F1 = 589,9 x 4 x 207,8

10374,72

= 47,26 Ton

F2 = 589,9 x 8 x 249,14

Page 55: Skripsi Sarang Laba-laba

10374,72

= 94,34 Ton

F3 = 274,66 x 12 x 249,14

10374,72

= 66 Ton

E = F1 + F2 + F3

= 207,2 Ton

II. Beban Hidup

1. Lantai II ( V1 ) = 536 x 0,25 =134

2. Lantai III ( V2 ) = 536 x 0,25 =134

3. Atap ( V3 ) = 48 x 9,46 x 0,1 x 2 = 90,82

ΣV = 358,82 Ton

Pu = 1,2 D + 1,0 L + E

= 1,2 x 1454,46 + 358,82 + 207,2

= 2311,372 Ton

Pu = 1,2 D + 1,6 L

= (1,2 x 1454,46) + (1,6 x 358,82)

= 2319,46 Ton

Analisisa Perhitungan Beban Yang Bekerja Pada Kolom D7 Struktur Bangunan

Page 56: Skripsi Sarang Laba-laba

I. Beban Mati

1. Beban Lantai II

Pelat = 4 x 5 x 0,12 x 2,4 = 5,76

Plafon = 5 x 4 x 0,17 = 3,4

Kolom = Dalam table perhit. kolom = 2,3

Dinding = 0,25 x 4 x 9 = 9

Balok = Dalam table perhit. balok = 2,67

Tegel = 4 x 5 x 2,2 x 0,005 = 0,22

Spesi = 4 x 5 x 2,2 x 0,003 = 0,13

ΣV1 = 65,72 Ton

2. Beban Lantai III

Pelat = 4 x 5 x 0,12 x 2,4 = 5,76

Plafon = 5 x 4 x 0,17 = 3,4

Kolom = Dalam table perhit. kolom = 2,3

Dinding = 0,25 x 4 x 9 = 9

Balok = Dalam table perhit. balok = 2,67

Tegel = 4 x 5 x 2,2 x 0,005 = 0,22

Spesi = 4 x 5 x 2,2 x 0,003 = 0,13

Page 57: Skripsi Sarang Laba-laba

ΣV1 = 65,72 Ton

3. Beban Atap

Atap = 4 x 9,46 x 0,01 x 2 = 0,38

Plafon = 4 x 6,5 x 0,17 = 4,47

Kuda – kuda = - 0,00271 x 9,46 x 0,0213 = 0,0006

- 0,0096 x 0,0075 x 4 x 7 = 0,002

Kolom = 0,3 x 0,5 x 2 x 2,4 = 0,72

Dindng = 0,25 x 2 x 9 = 4,5

Ring balok = 0,18 x 1,4 x 2,4 x 4 = 2,42

ΣV3 = 274,66 Ton

ΣWt = V1 + V2 + V3

= 144,34 Ton

I= 1,0 Untuk gedung umum perkantoran

R= 3,5 Untuk beton bertulang

Ar= 0,5 untuk gempa wilayah 2

T= 1,0 detik ( waktu getar alamistruktur.

Analisa beban gempa yang bekerja pada struktur diambil untuk keseluruhan bangunan.

V = C . I .Wt

R

Page 58: Skripsi Sarang Laba-laba

Dengan C = Ar

T

= 0,5

1,0

= 0,5

V = 0,5 x 1 x 1454,46

3,5

= 207,80 Ton

F = Wi . Hi x V x 2

ΣWi.Hi 26

F1 = 589,9 x 4 x 207,8

10374,72

= 3,63 Ton

F2 = 589,9 x 8 x 249,14 x 2

10374,72 26

= 7,52 Ton

F3 = 274,66 x 12 x 249,14 x 2

10374,72 26

= 5,1 Ton

E = F1 + F2 + F3

Page 59: Skripsi Sarang Laba-laba

= 15,95 Ton

II. Beban Hidup

4. Lantai II ( V1 ) = 4 x 5 x 0,25 = 5

5. Lantai III ( V2 ) = 4 x 5 x 0,25 = 5

6. Atap ( V3 ) = 4 x 9,46 x 0,1 = 3,8

ΣV = 13,784 Ton

Pu = 1,2 D + 1,0 L + E

= 1,2 x 144,38 + 13,784 + 15,95

= 202,99 Ton

Pu = 1,2 D + 1,6 L

= (1,2 x 144,38) + (1,6 x 13,784)

= 203,12 Ton

DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, H.c. Teknik Pondas I, Perum FT-UGM, Yogyakarta, 2002.

Kusuma, G. dan Andriono, T. Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan

Gempa, Erlangga, Jakarta, 1996.

Ryantori, dan Sutjipto, Sistem Konstruksi Bangunan Bawah Tepat Guna, Direktorat Patent

dan Hak Cipta, Surabaya,1984.

Page 60: Skripsi Sarang Laba-laba

Sudarmanto, Konstruksi Beton 2, Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik, Bandung,1996.