44
SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN TEPUNG DAUN MURBEI DALAM PAKAN BERBASIS JERAMI PADI PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE SKRIPSI NURUL AKBAR DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

skripsi sapi

  • Upload
    ali

  • View
    297

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas akhir peternakan

Citation preview

Page 1: skripsi sapi

SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN TEPUNG DAUN

MURBEI DALAM PAKAN BERBASIS JERAMI PADI

PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

SKRIPSI

NURUL AKBAR

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: skripsi sapi

RINGKASAN

NURUL AKBAR D24052509 Tahun 2009. Substitusi Konsentrat Dengan Tepung

Daun Murbei Dalam Pakan Berbasis Jerami Padi Pada Sapi Peranakan Ongole.

Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr.Ir. Komang G. Wiryawan

Pembimbing Anggota : Ir. Syahriani Syahrir, MSi.

Jerami padi merupakan limbah pertanian yang memiliki potensi cukup besar

sebagai pakan ternak ruminansia, namun jerami padi memiliki faktor pembatas yakni

rendahnya kadar protein, kalsium dan fosfor, serta tingginya kandungan serat kasar.

Karena itu, pemanfaatan jerami padi dalam ransum harus diimbangi dengan

penambahan konsentrat untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pakan. Ketersediaan

bahan penyusun konsentrat saat ini terbatas akibat harga yang tinggi serta

persaingannya dengan kebutuhan lain. Oleh sebab itu, perlu dicari bahan pakan

alternatif yang dapat menggantikan konsentrat, dimana bahan pengganti tersebut

harus berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi. Salah satu bahan yang

memenuhi kriteria tersebut adalah daun murbei. Tujuan penelitian ini adalah

mengkaji kemampuan tepung daun murbei mensubstitusi konsentrat bila

dikombinasikan dengan jerami padi sebagai pakan alternatif yang murah, berkualitas,

mudah disediakan serta dapat meningkatkan produktivitas sapi potong.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2008,

menggunakan 12 ekor Sapi PO jantan dengan bobot badan 217,16 ± 10,53 kg.

Pemeliharaan sapi dilakukan selama 62 hari (14 hari masa adaptasi dan 48 hari

dilakukan pengamatan). Pemberian pakan 2,5-3,0% dari bobot badan dilakukan dua

kali sehari, pada pagi dan sore hari. Pakan diberikan dengan cara dicampurkan antara

konsentrat dengan daun murbei bentuk mash, maupun jerami padi yang sudah

dikeringkan dan dipotong-potong 3-5 cm. Pemberian air minum ad libitum.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 3

perlakuan dan 4 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan

Analysis of Variance dan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie,

1991). Peubah yang diamati pada penelitian ini antara lain konsumsi pakan,

pertambahan bobot badan, efisiensi pakan, Income Over Feed Cost, dan Revenue

Cost ratio.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ternak yang diberi ransum campuran

jerami padi, konsentrat, dan daun murbei memiliki konsumsi yang lebih tinggi

(P<0,05) dibandingkan ternak yang diberi perlakuan jerami padi dan konsentrat saja

atau jerami padi dan daun murbei saja, akan tetapi ternak yang diberi perlakuan

menggunakan daun murbei memiliki nilai R-C ratio yang lebih menguntungkan

(P<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian daun murbei pada sapi potong

mempunyai nilai efisiensi pakan yang sama dengan pemberian konsentrat.

Kata-kata kunci: daun murbei, sapi peranakan ongole, jerami padi

Page 3: skripsi sapi

ABSTRACT

Substitution of Concentrate with Mulberry Leave on Rice Straw Based

Ration in Ongole Crossbred Cattle

N. Akbar, K. G. Wiryawan, S. Syahrir

The purpose of this experiment was to study the ability of mulberry leave to

substitute concentrate in rice straw based ration of Ongole Crossbred Cattle. This

experiment used a completely randomized design, with 3 treatments and 4

replications. Treatments consisted of P1 (rice straw 50% + concentrate 50%), P2

(rice straw 50% + concentrate 25% + mulberry leave 25%), P3 (rice straw 50% +

mulberry leave 50%). The experiment was conducted for 62 days with the adaptation

periods for 2 weeks. Variables observed were feed consumption, daily body weight

gain, feed efficiency, Income Over Feed Cost (IOFC) and Revenue Cost Ratio. The

data were analyzed by Analysis of Variance, and differences among treatments were

tested with Duncan Multiple Range Test. The results showed that the substitution of

concentrate with mulberry leave did not significantly (P>0.05) affect daily body

weight gain, feed efficiency and Income Over Feed Cost (IOFC), but significantly

increased(P<0.05) feed consumption in P2 compared to control (7.01 vs 6.27 kg/day)

and Revenue Cost Ratio in P3 compared to control (1.78 vs 1.44). It is concluded

that mulberry leave are able to substitute the concentrate and could reduce the feed

cost in cattle.

Keywords : mulberry leave, rice straw, ongole crossbred cattle

Page 4: skripsi sapi

31

SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN TEPUNG DAUN

MURBEI DALAM PAKAN BERBASIS JERAMI PADI

PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

NURUL AKBAR

D24052509

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 5: skripsi sapi

32

SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN TEPUNG DAUN

MURBEI DALAM PAKAN BERBASIS JERAMI PADI

PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

Oleh

NURUL AKBAR

D24052509

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan

Komisi Ujian Lisan pada tanggal 2 Juli 2009

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Komang G. Wiryawan

NIP. 19610914 198703 1.001

Pembimbing Anggota

Ir. Syahriani Syahrir, MSi.

NIP. 131 902 623

Dekan Ketua Departemen

Fakultas Peternakan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Institut Pertanian Bogor Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc

NIP. 19670107 199103 1.003 NIP. 19670506 199103 1.001

Page 6: skripsi sapi

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Juli 1988 di Jakarta. Penulis adalah anak

kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Supena Yusuf dan Ibu Isrowati.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SDN 09 Pagi Cipulir,

pendidikan lanjutan pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP YPUI Jakarta

dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMAI Said

Naum Jakarta. Pada tahun 2005 penulis diterima untuk menimba ilmu di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor

(USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi

dan Makanan Ternak (HIMASITER) periode 2006 – 2007 pada biro kreatifitas

ilmiah dan periode 2007 – 2008 pada biro nutrisi dan industri, pernah mengikuti

program magang di Taman Margasatwa Ragunan, dan pada tahun 2006 - 2008

Penulis mejadi anggota paduan suara “Graziono Simphony” Fakultas Peternakan.

Page 7: skripsi sapi

34

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur hanyalah milik Allah

SWT karena atas segala rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Substitusi Konsentrat Dengan Tepung

Daun Murbei Dalam Pakan Berbasis Jerami Padi Pada Sapi Peranakan

Ongole” yang ditulis berdasarkan hasil penelitian pada bulan Juli sampai dengan

September 2008 di di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

kemampuan daun murbei mensubstitusi konsentrat pakan ternak sapi potong

sehingga dapat diformulasi pakan komplit yang berkualitas, mudah disediakan dan

dapat meningkatkan produksi ternak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis

juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia

peternakan dan dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Bogor, Juli 2009

Penulis

Page 8: skripsi sapi

35

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN.......................................................................................................

ABSTRACT...........................................................................................................

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................

ii

iii

v

vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................

xi

xii

PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

Latar Belakang ..............................................................................................

Tujuan ...........................................................................................................

1

2

Manfaat ......................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3

Murbei (Morus sp.) ....................................................................................... 3

Jerami Padi ...................................................................................................

Sapi Peranakan Ongole .................................................................................

6

7

Konsumsi Pakan ........................................................................................... 8

Pertambahan Bobot badan ............................................................................ 9

Efisiensi Pakan ............................................................................................. 10

Nilai Ekonomi Pakan .................................................................................... 10

R-C ratio ....................................................................................................... 11

METODE .............................................................................................................. 12

Lokasi dan Waktu ........................................................................................ 12

Materi ...........................................................................................................

Alat ..................................................................................................

Bahan ...............................................................................................

12

12

12

Metode .........................................................................................................

Pemeliharaan ……………………………………………………...

Pembuatan Tepung Daun Murbei ...................................................

Perlakuan Penelitian ........................................................................

13

13

13

14

Rancangan Percobaan .................................................................................. 14

Peubah yang Diamati .................................................................................... 14

Analisis Data..................................................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................

Konsumsi Pakan ............................................................................................

16

17

17

Page 9: skripsi sapi

36

Pertambahan Bobot Badan ............................................................................

Efisiensi Pakan ..............................................................................................

Income Over Feed Cost (IOFC) ....................................................................

R-C ratio .......................................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................

Kesimpulan....................................................................................................

Saran..............................................................................................................

UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................

18

20

20

21

23

23

23

24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

LAMPIRAN ......................................................................................................... 30

Page 10: skripsi sapi

37

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Komposisi Nutrien Lima Jenis Daun Murbei .................................................. 4

2. Perbandingan Komposisi Nutrien Daun Murbei Muda dan Tua ...................... 5

3. Komposisi Nutrien Jerami Padi ........................................................................

4. Populasi Sapi Bali, Madura, Ongole, dan Peranakan Ongole ..........................

5. Komposisi Nutrien Tepung Daun Murbei dan Ransum Percobaan .................

6. Susunan Ransum Konsentrat ............................................................................

7

8

12

13

7. Perhitungan Nilai Income Over Feed Cost (IOFC) dan R-C Ratio ..................

8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO Selama

48 Hari Pemeliharaan .......................................................................................

9. Hasil Perhitungan Income Over Feed Cost (IOFC) dan R-C Ratio Selama 48

Hari Pemeliharaan ...........................................................................................

16

17

21

Page 11: skripsi sapi

38

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Daun Murbei .................................................................................................

2. Konsumsi Pakan (kg/hari) dan Pertambahan Bobot Badan (kg/e/hari) Sapi

PO selama 48 Hari Pemeliharaan .................................................................

3

19

Page 12: skripsi sapi

39

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Sapi PO (kg/e/hr) .....................................

2. Uji Lanjut Duncan Konsumsi Ransum (kg/e/hr) ..........................................

3. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan (PBB) …….…………………….

4. Uji Lanjut Duncan Pertambahan Bobot Badan (PBB) …...………………..

5. Sidik Ragam Efisiensi Pakan ………………………………………………

6. Uji Lanjut Duncan Efisiensi Pakan ….…………………………………….

7. Sidik Ragam Income Over Feed Cost (Rp) …..……………………………

8. Uji Lanjut Duncan Income Over Feed Cost (Rp) ..………………….……..

9. Sidik Ragam R-C ratio …………………………………….………………

10. Uji Lanjut Duncan R-C ratio ………………………………………………

31

31

31

31

32

32

32

32

33

33

Page 13: skripsi sapi

40

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakan merupakan komponen biaya terbesar (≥70%) dari biaya total produksi

dan merupakan faktor terpenting untuk menunjang budidaya ternak dalam

meningkatkan performa ternak yang diinginkan. Berbagai usaha mencari bahan

pakan yang murah serta teknologi pemanfaatannya yang mudah sampai saat ini terus

dilakukan untuk membantu pemecahan masalah pakan ternak. Pilihan yang tepat dan

strategis dalam pemberian pakan adalah dengan memanfaatkan limbah pertanian

secara optimal.

Limbah pertanian yang memiliki potensi cukup besar sebagai pakan ternak

ruminansia adalah jerami padi karena ketersediaannya cukup berlimpah terutama di

Indonesia, berkesinambungan, dan dapat menggantikan rumput lapang. Namun, ada

beberapa faktor pembatas pemanfaatan limbah pertanian khususnya jerami padi

sebagai pakan yakni kandungan nutrisinya yang relatif rendah. Beberapa kelemahan

pada jerami padi antara lain kandungan serat (selulosa, hemiselulosa dan lignin) dan

silika yang tinggi. Karbohidrat struktural yang mendominasi komposisi nutrien

jerami padi juga mengakibatkan kecernaannya rendah. Karena itu, pemanfaatan

jerami padi dalam ransum harus diimbangi dengan penambahan konsentrat untuk

mencukupi kebutuhan nutrisi pakan. Akan tetapi, ketersediaan bahan penyusun

konsentrat saat ini terbatas akibat harga yang tinggi serta persaingannya dengan

kebutuhan lain. Oleh sebab itu, perlu dicari bahan pakan alternatif yang dapat

menggantikan konsentrat, dimana bahan pengganti tersebut harus berkualitas dan

mempunyai produktivitas yang tinggi. Salah satu bahan yang memenuhi kriteria

tersebut adalah daun murbei.

Samsijah (1992) melaporkan bahwa daun murbei memiliki potensi sebagai

pengganti konsentrat khususnya ternak ruminansia karena daun murbei memiliki

kandungan protein kasar yang tinggi sebanyak 20.15%. Daun murbei dapat dipanen

sepanjang tahun karena tidak mengalami masa istirahat, hanya mengalami penurunan

produksi sekitar 7 ton bahan kering/ha dari produksi normal pada saat irigasi baik

yaitu 25 ton/ha. Pohon murbei dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pohon murbei cocok dibudidayakan di seluruh

Indonesia, sehingga dapat digunakan dalam jumlah yang tinggi sebagai pakan ternak.

Page 14: skripsi sapi

41

Dengan potensi produksi yang baik dan mudah didapat, kombinasi jerami padi

dengan daun murbei diperkirakan dapat meningkatkan efisiensi produksi dan

efisiensi ekonomi, serta menjadi alternatif pakan komplit berkualitas, mudah

disediakan serta dapat meningkatkan produktivitas ternak.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kemampuan tepung daun murbei

mensubstitusi konsentrat bila dikombinasikan dengan jerami padi sebagai pakan

alternatif yang murah, berkualitas, mudah disediakan serta dapat meningkatkan

produktivitas sapi potong.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

kemampuan tepung daun murbei mensubstitusi konsentrat pakan ternak sapi potong

sehingga dapat diformulasi pakan komplit yang berkualitas, mudah disediakan dan

dapat meningkatkan produksi ternak.

Page 15: skripsi sapi

42

TINJAUAN PUSTAKA

Murbei (Morus sp.)

Murbei termasuk genus Morus dari famili Moraceae. Berdasarkan morfologi

bunga genus Morus dipilah-pilah menjadi 24 jenis yang kemudian ditambah dengan

lima jenis lagi. Menurut Sunanto (1997) murbei berasal dari Cina yang mempunyai

klasifikasi sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Urticalis

Famili : Moreceae

Genus : Morus

Spesies : Morus sp

Tanaman murbei merupakan spesies yang tahan pangkasan dan mudah

bertunas kembali sehingga dapat ditanam bersamaan dengan tanaman lain sebagai

tanaman pagar, tanaman penguat teras ataupun tanaman tumpang sari. Di daerah

tropik murbei dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi

(Sutarno dan Atmowidjojo, 2000). Tanaman ini dapat tumbuh pada lokasi dengan

variasi suhu, pH tanah, dan ketinggian dari permukaan laut yang sangat besar. Oleh

karena itu, tanaman ini mudah dikembangkan untuk kebutuhan lain, seperti sebagai

sumber pakan ternak. Tanaman murbei juga sangat baik digunakan untuk mencegah

erosi. Suhu rata-rata untuk tanaman murbei berkisar antara 21 °C – 25 °C

(Atmosoedarjo et al., 2000), dengan kelembaban udara rata-rata 60% - 90%, curah

hujan rata-rata tahunan 2000 mm – 3000 mm dan intensitas penyinaran matahari

penuh (Samsijah dan Andadari, 1992). Bentuk daun tanaman murbei dapat dilihat

pada Gambar 1.

Gambar 1. Daun murbei

Page 16: skripsi sapi

43

Tanaman murbei berbentuk perdu atau pohon yang tingginya sampai 10 m.

Tanaman murbei mempunyai kulit batang abu-abu, percabangan banyak, dan yang

muda berbulu halus. Daun murbei berbentuk bundar telur-lonjong, berselang-seling,

mudah gugur, pangkal berbentuk jantung, permukaan daunnya gundul atau berbulu

pada tulang daun, dan tepi bergigi. Dalam satu pohon terdapat bunga jantan, betina

dan bunga sempurna yang terpisah, perbungaan bulir dan keluar di ketiak daun

cabang pendek (Sutarno dan Atmowidjojo, 2000).

Katsumata (1964) menjelaskan bahwa di Indonesia dikenal beberapa spesies

murbei yang potensial untuk pakan ulat sutera atau sumber bahan baku pakan ayam,

antara lain Morus cathayana, Morus multicaulis, Morus nigra, Morus australis, dan

Morus alba. Komposisi nutrien dari lima jenis daun murbei dapat dilihat pada Tabel

1. Daun murbei memiliki palatabilitas yang cukup tinggi, dapat digunakan sebagai

pakan hewan herbivora dan monogastrik serta bahan obat-obatan, selain itu daun

murbei tidak teridentifikasi adanya kandungan senyawa antinutrisi.

Tabel 1. Komposisi Nutrien Lima Jenis Daun Murbei

Komposisi

Nutrien

Jenis Murbei

Morus

Alba

Morus

Nigra

Morus

multicaulis

Morus

cathayana

Morus

australis

Air (%) 84,28 83,17 77,11 79,55 83,89

Protein Kasar (%) 20,15 20,06 15,51 18,53 19,44

Serat Kasar (%) 13,27 16,19 12,55 12,89 12,82

Lemak Kasar (%) 3,62 3,63 3,64 3,69 4,10

Abu (%) 10,58 10,77 14,46 14,84 10,63

Karbohidrat (%) 39,20 35,94 42,84 38,43 41,80

Kalsium (%) 2,79 3,02 10,97 11,62 2,43

Fosfor (%) 0,44 0,31 0,30 0,36 0,45

Sumber : Samsijah (1992)

Potensi produksi daun murbei mencapai 22 ton BK/ha/tahun. Potensi

produksi tersebut lebih tinggi dibanding dengan leguminosa lain seperti gamal

(Gliricidia sepium) dengan potensi produksi sebesar 7-9 ton BK/ha/tahun (Horne et

al., 1994) dan lamtoro mini (Desmanthus virgatus) dengan potensi produksi sebesar

7-8 ton BK/ha/tahun (Suyadi et al., 1989). Luas areal tanaman murbei di Indonesia

pada tahun 2004 mencapai 9.492,45 Ha (Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan

Sosial, 2005). Luasan tersebut dapat memproduksi daun murbei sebanyak 208.833,9

Page 17: skripsi sapi

44

ton BK/tahun. Meskipun produksi daun murbei cukup tinggi, fokus pemanfaatan

tanaman ini hanya untuk pakan ulat sutera.

Kandungan protein kasar daun murbei sebesar 20,4% (Machii et al. 2000),

merupakan salah satu indikator kualitas daun murbei yang baik. Boschini (2002)

menyatakan bahwa kandungan protein kasar daun murbei (22-23%) lebih tinggi

dibandingkan hijauan lainnya seperti rumput raja (8,2%), star grass (8,9%), alfalfa

(17%), rumput gajah (9%). Sedangkan bila dibandingkan dengan legum Leucaena

yang mengandung protein kasar sebesar 21,5% (Yulistiani, 2008) maka jika dilihat

dari kadar protein, murbei dapat digunakan sebagai pengganti legum. Pada daun

murbei juga teridentifikasi adanya kandungan asam askorbat, karoten, vitamin B1,

asam folat, provitamin D, mineral Mg, P, K, Ca, Al, Fe dan Si. Protein daun murbei

meliputi globulin, prolamin, dan albumin, sedangkan asam-asam aminonya meliputi

alanin, valin, leusin, lisin, asam aspartat, glisin, arginin, asam glutamat, fenilalanin,

prolin, oksiprolin, tirosin, sistein, serta sistin (Katsumata, 1975).

Ekastuti (1996) menyatakan bahwa kandungan mineral antara Morus alba,

Morus cathayana, dan Morus multicaulis tidak jauh berbeda seperti yang terlihat

pada Tabel 2. Umumnya kandungan kalsium daun muda lebih rendah daripada daun

tua, sedangkan kandungan pospor daun muda relatif lebih besar daripada daun tua.

Kandungan asam amino pada daun tua dan muda mirip dengan jumlah glutamat,

aspartat, leusin, dan treonin terbanyak.

Tabel 2. Perbandingan Komposisi Nutrien Daun Murbei Muda dan Tua

Jenis Daun Kadar Air

(%)

PK

(%)

LK

(%)

SK

(%)

BETN

(%)

Abu

(%)

Energi

(kal/g)

Morus alba

Daun muda

Daun tua

69,89

69,50

22,59

22,10

4,10

6,09

10,21

10,57

53,26

46,81

9,83

14,43

4522

4241

Morus cathayana

Daun muda

Daun tua

73,69

70,78

19,09

16,39

3,71

5,46

8,45

16,80

59,53

47,61

9,22

14,08

4408

4248

Morus multicaulis

Daun muda

Daun tua

74,64

75,13

21,99

19,66

3,70

5,09

12,56

16,86

51,85

44,32

9,9

14,05

4519

3541

Sumber : Ekastuti (1996)

Ket : PK = Protein Kasar, LK = Lemak Kasar, SK =Serat Kasar, BETN = Bahan Ekstrak

Tanpa N. Kecuali kadar air semua variabel dinyatakan dalam bahan kering

Page 18: skripsi sapi

45

Hock dan Elstner (2005) menyatakan bahwa daun murbei mengandung

senyawa aktif yang dapat menghambat aktivitas α-glukosidase dalam usus halus

secara kompetitif sehingga pemecahan ikatan glikosida substrat (karbohidrat)

menjadi monosakarida lebih lambat, senyawa aktif tersebut adalah deoxynojirimycins

(DNJ). Senyawa deoxynojirimycins (DNJ) merupakan kumpulan stereokimia dari

monosakarida yang memiliki potensi menghambat ceramid glukosyltransferase dan

(α, β) glukosidase secara spesifik (Mellor, 2002). Senyawa ini ditemukan terdapat

pada tanaman murbei sebanyak 0,24% (Oku et al., 2006) dan diketahui dapat

menekan kadar glukosa darah, sehingga dapat mencegah diabetes (Kimura et al.,

2004). Senyawa DNJ bekerja secara spesifik dalam menghambat proses glikogenesis,

dalam memecah oligosakarida (Gross et al., 1983). Kemudian Breitmeier (1997)

menambahkan bahwa senyawa DNJ mampu menghambat hidrolisis oligosakarida

menjadi monomer-monomernya.

Jerami Padi

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan

sebagai bahan pakan ternak ruminansia, cukup tersedia dan diduga akan selalu

meningkat ketersediaannya. Hal ini memungkinkan, sehubungan dengan kemajuan

teknologi pertanian yang memberikan kesempatan pada petani untuk menanam padi

sepanjang tahun sehingga produksi padi meningkat, selaras dengan itu produksi

jerami padi juga meningkat. Data produksi jerami padi di Indonesia menunjukkan

potensi cukup besar yaitu 60.135.501 ton bahan kering (BPS, 2004). Penggunaan

jerami padi sebagai pakan mempunyai keterbatasan karena nilai protein dan nilai

cernanya rendah, selain itu juga kurang palatabel. Menurut Sutardi (1980), jerami

padi sebagai makanan ternak hanya berperan sebagai bulk dan menggantikan tidak

lebih dari 25% kebutuhan ternak akan rumput.

Jerami padi mempunyai nilai nutrisi yang rendah karena daya cernanya hanya

sekitar 35-40 % dengan nilai kecernaan bahan kering (KCBK) 20,97% dan

kecernaan bahan organik (KCBO) 20,1% (Selly, 1994). Rendahnya kecernaan bahan

kering jerami padi disebabkan oleh tingginya kadar serat kasar seperti terlihat pada

Tabel 3. Selain itu, jerami padi juga mengandung silika yang tinggi dimana terikat

dengan gugus organik. Pertambahan satu persen silika dalam pakan hijauan akan

Page 19: skripsi sapi

46

menurunkan KCBO sebanyak satu persen dan KCBK sebanyak empat persen

(Cherney, 2000).

Tabel 3. Komposisi Nutrien Jerami Padi

Komponen Selly (1994) Doyle et al.

(1986)

Laconi (1992)

Bahan kering (%) 89,41 100 100

Bahan organik (%) 78,96 - 78,27

Abu (%) - - 21,73

Serat kasar (%) - 28,79 30,80

Lignin (%) 3,35 4-8 3,53

Hemiselulosa (%) - 21-29 -

Selulosa (%) - 35-49 -

Silika (%) 18,32 - 18,32

Protein kasar (%) 7,72 2,2-9,5 6,63

Menurut Suminar (2005) jerami padi dalam keadaan segar relatif lebih hijau,

mempunyai kadar air, palatabilitas dan kecernaan lebih tinggi dibandingkan dengan

yang sudah kering dan bertumpuk. Upaya peningkatan nilai pakan jerami padi

sebagai pakan ternak antara lain dengan penambahan pakan konsentrat, penambahan

sumber protein yang berupa tanaman leguminosa dan atau dengan perlakuan

biologis, fisik maupun kimia (Musofie et al., 1982 dan Musofie, 1984). Daryanti et

al. (2002) melaporkan, penggemukan sapi peranakan ongole yang memperoleh

ransum dasar jerami padi teramoniasi dengan tambahan konsentrat 4 kg/ekor/hari,

menghasilkan pertambahan bobot badan ternak sebesar 717 g/ekor/hari.

Sapi Peranakan Ongole (PO)

Sapi peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu bangsa sapi yang banyak

dipelihara peternak kecil di pulau Jawa. Sapi ini berasal dari persilangan antara

bangsa sapi Jawa maupun Madura (sapi lokal) dengan bangsa sapi Ongole (India).

Postur tubuh maupun bobot tubuh sapi Peranakan Ongole lebih kecil dibandingkan

sapi Ongole. Warna bulunya yang bervariasi tetapi pada umumnya berwarna putih

atau putih keabu-abuan, mempunyai perawakan yang besar, bergumba pada

punuknya dan mempunyai gelambir yang menjulur sepanjang garis bawah leher,

dada sampai ke pusar (Siregar, 2006).

Page 20: skripsi sapi

47

Tabel 4. Populasi Sapi Bali, Madura, Ongole, dan Peranakan Ongole

Jenis Sapi Jumlah (ekor) Persentase (%)

Bali 2.632.125 26,92

Madura 1.131.375 11,57

Ongole 260.094 2,66

Peranakan Ongole 773.165 8,17

Lainnya (asal import) 4.979.830 50,68

Sumber: Soeprapto (2006)

Sapi Peranakan Ongole termasuk tipe sapi pekerja yang baik, tenaganya kuat,

tahan lapar dan haus, serta dapat menyesuaikan dengan pakan yang sederhana

(Sosroamidjojo dan Soeradji, 1986). Berdasarkan hal tersebut maka sapi Peranakan

Ongole sangat cocok untuk dikembangbiakan sebagai ternak pedaging lokal guna

memenuhi kebutuhan daging di Indonesia.

Pertambahan bobot badan harian sangat tergantung dari jenis sapi. Untuk sapi

Peranakan Ongole mempunyai pertambahan bobot badan harian sebesar 0,4-0,8 kg,

sapi Bali sebesar 0,35-0,5 kg dan sapi Brahman sebesar 0,91-1,36 kg (Aziz, 1993).

Data tersebut menunjukan bahwa sapi Peranakan Ongole mempunyai laju

pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan ternak sapi lokal lain. Gonzales et al.

dalam Sanchez (2002) melaporkan hasil penelitiannya menggunakan sapi potong

yang diberikan daun murbei 2,8 % dari BB dan dengan pakan basal rumput gajah

menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 0,95 kg/ekor.

Konsumsi Pakan

Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok

ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut mempunyai akses bebas pada

pakan dan tempat makan. Menurut Parakkasi (1999) konsumsi pakan merupakan

faktor esensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi. Dengan

mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan jumlah zat makanan

dalam ransum untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.

Konsumsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal, faktor

eksternal dan lingkungan. Faktor internal berasal dari dalam ternak itu sendiri, faktor

eksternal berasal dari pakan sedangkan faktor lingkungan berhubungan dengan

Page 21: skripsi sapi

48

lingkungan sekitar dimana ternak tersebut hidup. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh

palatabilitas, sedangkan palatabilitas pakan tergantung pada bau, rasa, tekstur dan

temperatur pakan yang diberikan (Church dan Pond, 1988). Parakkasi (1999)

menyatakan bahwa konsumsi ditentukan oleh ; (1) berat atau besar badan, (2) jenis

makanan (bahan makanan yang berdaya cerna tinggi), (3) umur dan kondisi ternak,

(4) kadar energi dari bahan makanan, (5) stress dan (6) sex atau jenis kelamin.

Sapi yang sehat memerlukan sejumlah pakan yang cukup dan berkualitas,

baik dari segi kondisi pakan maupun imbangan nutrisi yang dikandung. Menurut

Akoso (1996) pakan yang diberikan kepada ternak harus mengandung unsur-unsur

nutrien, yaitu air, karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Khusus pada sapi

perlu adanya ketersediaan serat kasar yang cukup. Selanjutnya Oviedo dalam

Sanchez (2002) melaporkan hasil penelitiannya, konsumsi pakan sapi perah yang

ditambahkan daun murbei sebesar 1 % dari BB ke dalam pakannya yaitu 4,4

kg/ekor/hari.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat

digunakan untuk menilai kualitas pakan ternak. Pertambahan bobot badan yang

diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil zat-zat makanan yang

dikonsumsi. Dari data pertambahan bobot badan akan dapat diketahui nilai suatu

pakan bagi suatu ternak (Church dan Pond, 1988).

Menurut McDonald et al. (2002) pertumbuhan ternak ditandai dengan

peningkatan ukuran, bobot, dan adanya perkembangan. Pengukuran bobot badan

berguna untuk penentuan tingkat konsumsi, efisiensi pakan dan harga (Parakkasi,

1999). Laju pertumbuhan adalah rataan pertambahan bobot persatuan waktu. Laju

pertumbuhan secara nyata dikaitkan dengan bertambahnya bobot hidup dan ukuran

tubuh sebagai refleksi dari kecukupan konsumsi pakan untuk metabolisme tubuh.

Pakan yang tidak cukup akan memperlambat pertambahan bobot hidup dan

memperkecil efisiensi penggunaan ransum (Lebas et al., 1986). Benavides dalam

Sanchez (2002) melaporkan hasil penelitiannya, pertambahan bobot badan harian

domba yang diberikan daun murbei dengan level 0; 0,5; 1; 1,5 % dari BB berturut

turut adalah 60, 75, 85, 101 gram/ekor.

Page 22: skripsi sapi

49

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot badan yang

dihasilkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Card and Nesheim (1972)

menyatakan bahwa nilai efisiensi penggunaan pakan menunjukkan banyaknya

pertambahan bobot badan yang dihasilkan dari satu kilogram pakan. Efisiensi pakan

merupakan kebalikan dari konversi pakan, semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka

jumlah pakan yang diperlukan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin

sedikit. Lemak dan energi dalam ransum dapat memperbaiki efisiensi pakan karena

semakin tinggi kadar lemak dan energi dalam ransum menyebabkan ternak

mengkonsumsi pakan lebih sedikit tetapi menghasilkan pertambahan bobot badan

yang tinggi.

Parakkasi (1999) menyatakan bahwa penambahan protein dalam ransum

dapat meningkatkan pertambahan bobot badan sedangkan pertambahan serat kasar

dalam ransum akan menurunkan bobot badan. Efisiensi pakan dapat ditingkatkan

dengan menambahkan lemak pada ransum tetapi akan berakibat penurunan konsumsi

pakan. Penambahan lemak dalam ransum dapat meningkatkan efisiensi karena lemak

dalam ransum tersebut akan dideposisi dalam tubuh sehingga akan meningkatkan

bobot badan. Dalam penelitian Liu et al. (1998) mendapatkan nilai efisiensi pakan

sebesar 0,1 menggunakan ternak domba yang ditambahkan daun murbei 60 gram dan

biji bunga matahari 75 gram dalam pakannya.

Nilai Ekonomi Pakan

Nilai ekonomi pakan perlakuan yang diukur adalah analisis pendapatan yang

dihitung berdasarkan Income Over Feed Cost (IOFC). Analisis ekonomi sangat

penting karena tujuan akhir beternak adalah untuk mencapai keuntungan. IOFC

merupakan pendapatan dari hasil pemeliharaan setelah dikurangi biaya pakan selama

proses pemeliharaan.

Analisis ekonomi sangat penting untuk memberikan bantuan dalam

mengukur kinerja kegiatan usahanya apakah memberikan keuntungan yang memadai

atau sebaliknya (Bambang, 1992). Ada dua faktor yang mempengaruhi atau yang

memegang peranan penting dalam perhitungan IOFC :

1. Pertambahan bobot badan selama penelitian

2. Harga pakan

Page 23: skripsi sapi

50

Pertambahan bobot badan yang tinggi belum tentu menghasilkan keuntungan

yang terbesar karena dipengaruhi juga oleh harga dan konsumsi pakan, sehingga

sangat penting untuk mencari kesesuaian antara harga pakan dengan pertambahan

bobot badan sehingga diperoleh pendapatan yang maksimal.

R-C ratio

Salah satu cara untuk menghitung nilai efisiensi usaha adalah dengan metode

“Revenue Cost Ratio” (R-C ratio). Sebagai mana yang dikatakan oleh James dan

Stoneberg (1974) nilai R-C ratio diperoleh dari perbandingan antara nilai kotor

(penerimaan) dan biaya (pengeluaran). Bila nilai efisiensi usahanya lebih dari satu

dikatakan usaha tersebut efisien atau menguntungkan, tetapi bila nilai efisiensi

usahanya kurang dari satu berarti usaha tersebut kurang menguntungkan atau

merugikan. Mubyarto (1979) mengemukakan bahwa apabila hasil bersih usaha tani

besar berarti mencerminkan ratio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Semakin tinggi

nilai ini berarti semakin efisien.

Page 24: skripsi sapi

51

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan

Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan

dilakukan dari bulan Juli – September 2008.

Materi

Alat

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini berupa kandang individu

berukuran 2x1 m2. Tiap kandang individu dilengkapi dengan tempat minum dan

tempat pakan. Peralatan yang digunakan adalah sekop, timbangan pakan dan

timbangan sapi.

Bahan

Penelitian ini menggunakan 12 ekor sapi Peranakan Ongole jantan dengan

bobot badan 217,16 ± 10,53 kg yang berasal dari Wonosari, Jawa Tengah. Pakan

yang digunakan sebagai penyusun ransum percobaan berupa jerami padi, konsentrat

dan daun murbei. Jerami padi diperoleh dari lingkungan sekitar Darmaga dalam

kondisi segar yang dipotong 3,5 cm lalu dikeringkan dan diberikan ke ternak.

Konsentrat yang digunakan dalam perlakuan disusun sama dengan kandungan

protein kasar daun murbei yaitu sebesar 20,9 % (Tabel 6). Daun murbei yang

digunakan merupakan varietas Morus alba yang diperoleh dari kebun murbei Pasir

Serongge Cipanas kab. Cianjur dalam bentuk segar dan diberikan ke ternak dalam

bentuk tepung. Komposisi nutrien tepung daun murbei dan ransum percobaan yang

digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Nutrien Tepung Daun Murbei dan Ransum Percobaan

Keterangan Tepung Daun Murbei P1 P2 P3

Kadar Abu (%)

Serat Kasar (%)

Lemak Kasar (%)

Protein Kasar (%)

BETN (%)

10,76

12,09

3,19

20,90

53,16

15,7

15,48

3,35

13,7

51,75

17,2

16,94

2,73

13,7

49,46

18,7

18,41

2,10

13,7

47,17

Sumber : Hasil Analisis Proksimat Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

dan Bioteknologi, IPB (2007)

Page 25: skripsi sapi

52

Tabel 6. Susunan Ransum Konsentrat

Bahan Pakan Jumlah (%)

Jagung Kuning 21,44

Bungkil Kedelai 17,87

Bungkil Kelapa 15

Pollard 30,19

Onggok 6

Tetes 7

Ca (Urea) 2

DCP 0,5

Total 100

Kandungan Nutrien Konsentrat Jumlah (%)

Protein 20,90

TDN 80,02

SK 6,22

BETN 62,34

Lemak Kasar 5,68

Metode

Pemeliharaan

Dua belas ekor sapi dibagi menjadi tiga perlakuan dan masing – masing

perlakuan terdiri dari empat ulangan. Ternak dipelihara dalam kandang individu

selama sepuluh minggu. Dua minggu pertama sebagai masa adaptasi pakan

(preliminary) dan pada minggu ketiga sampai ke sepuluh dilakukan pengamatan.

Pemberian pakan 2,5-3,0% dari bobot badan dilakukan dua kali sehari, pada pagi hari

pukul 06.00 – 07.00 WIB dan pada sore hari pada pukul 16.00 – 17.00 WIB. Pakan

diberikan dengan cara dicampurkan antara konsentrat dengan tepung daun murbei

bentuk mash. Pemberian air minum ad libitum.

Pembuatan Tepung Daun Murbei

Daun murbei segar dibeli di daerah Cipanas Bogor, Jawa Barat. Daun tersebut

kemudian dijemur di bawah terik matahari sampai kering. Daun kering digiling

dengan mesin penggiling untuk mendapatkan tepung dengan ukuran 40 mesh.

Page 26: skripsi sapi

53

Perlakuan Penelitian

Susunan perlakuan substitusi konsentrat dengan daun murbei adalah sebagai

berikut :

P1 = 50% Jerami padi + 50% Konsentrat (kontrol)

P2 = 50% Jerami padi + 25 % Konsentrat + 25 % Tepung Daun murbei

P3 = 50% Jerami padi + 50 % Tepung Daun murbei

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 kali ulangan. Model matematik yang digunakan

adalah :

Yij = + τi + ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan untuk perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

= Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan substitusi dengan murbei ke-i

ij = Error (gallat) perlakuan substitusi dengan murbei ke-i dan ulangan ke-j

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi pakan, pertambahan

bobot badan (PBB), efisiensi pakan, Income Over Feed Cost dan R-C ratio.

Konsumsi Pakan

Sebelum diberikan ke ternak, pakan ditimbang terlebih dahulu berdasarkan

persentase bobot badan yaitu 2,5-3,0% dari bobot badan. Kemudian pakan dibagi

menjadi dua bagian, satu bagian diberikan pagi hari dan satu bagian diberikan pada

sore hari. Sisa pakan ditimbang pada keesokan harinya. Penimbangan pakan dan sisa

dilakukan setiap hari untuk mengetahui rataan konsumsi setiap ternak. Konsumsi

pakan dihitung dari selisih pemberian dikurangi sisa, sedangkan konsumsi pakan per

ekor per hari selama penelitian diperoleh dari konsumsi total selama penelitian dibagi

lama penelitian (48 hari).

Konsumsi pakan (kg) = Pemberian (kg) – sisa (kg)

Konsumsi pakan (kg/ekor/hari) =

Page 27: skripsi sapi

54

Konsumsi selama pemeliharaan (kg/ekor)

Lama Penelitian

Pertambahan Bobot Badan

Pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan dengan menimbang ternak

pada awal dan akhir pemeliharaan. Penimbangan dilakukan pada pagi hari sebelum

ternak diberi pakan dengan menggunakan timbangan sapi.

Pertambahan bobot badan (kg/ekor/hari) diperoleh dari pertambahan bobot

badan dibagi dengan lamanya penelitian.

Pertambahan bobot badan (kg/ekor/hari) =

Bobot akhir (kg) – bobot awal (kg)

Lama Penelitian

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan dihitung dari pertambahan bobot badan selama penelitian

dibagi dengan konsumsi pakan selama penelitian.

Efisiensi pakan =

Pertambahan Bobot Badan (kg/ekor/hari)

Konsumsi pakan (kg/ekor/hari)

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income over feed cost dihitung dari selisih hasil penerimaan dengan

pengeluaran. Penerimaan diperoleh dari penjualan ternak sedangkan pengeluaran

dihitung dari biaya pakan. Penjualan ternak dihitung berdasarkan pertambahan bobot

badan. Perhitungan IOFC dapat dilihat pada Tabel 7.

R-C ratio

R-C ratio diperoleh dari perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran

(Tabel 7). Penerimaan diperoleh dari pertambahan bobot badan per harinya dikalikan

harga jual sapi per kilogram bobot hidup, sedangkan pengeluaran diperoleh dari

biaya pembuatan ransum setiap perlakuan dikalikan konsumsi as fed (kg/hr).

Page 28: skripsi sapi

55

Tabel 7. Perhitungan Nilai Income Over Feed Cost (IOFC) dan R-C ratio

Faktor Pengamatan

Perlakuan

P1 P2 P3

Penerimaan (Ii) I1 I2 I3

Pengeluaran (Ci) C1 C2 C3

IOFC (I1-C1) (I2-C2) (I3-C3)

R-C ratio (I1/C1) (I2/C2) (I3/C3)

Keterangan : Ii = penerimaan yang dihitung dari pertambahan bobot badan per harinya x harga

jual sapi per kilogram bobot hidup.

Ci = pengeluaran yang dihitung dari biaya pembuatan ransum setiap perlakuan x

konsumsi as fed (kg/hr).

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance dan

dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1991).

Page 29: skripsi sapi

56

Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi

PO selama 48 Hari Pemeliharaan

Perlakuan Konsumsi

(kg/e/hr)

PBB

(kg/e/hr)

Efisiensi

Pakan

P1 (50% JP + 50% K) 6,27 ± 0,64 ab

0,91 ± 0,18 0,14 ± 0,02

P2 (50% JP + 25% K + 25% DM) 7,01 ± 0,20b 0,97 ± 0,17 0,14 ± 0,02

P3 (50% JP + 50% DM) 5,64 ± 0,97a 0,79 ± 0,14 0,14 ± 0,00

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata (P<0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum

Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok

ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut mempunyai akses bebas pada

pakan dan tempat makan. Menurut Parakkasi (1999) konsumsi pakan merupakan

faktor esensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi. Dengan

mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan jumlah zat makanan

dalam ransum untuk memenuhi hidup pokok dan produksi.

Rataan konsumsi selama penelitian menunjukkan bahwa ternak yang diberi

perlakuan menggunakan ransum campuran jerami padi, tepung daun murbei dan

konsentrat (P2) konsumsinya nyata lebih tinggi dibandingkan ternak yang diberi

jerami padi dan tepung daun murbei (P3), tetapi tidak berbeda dengan P1 tanpa

tepung daun murbei (Tabel 8). Hal ini menunjukkan bahwa ransum pada perlakuan

P2 lebih disukai ternak dan mempunyai kualitas yang lebih baik. Peningkatan

konsumsi ternak yang diberi perlakuan P2 sebesar 11,8 % dari ransum kontrol.

Selanjutnya ternak yang diberi perlakuan P3 menunjukkan nilai konsumsi yang

rendah yaitu menurun 10,1 % dari ransum kontrol. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Yulistiani (2008) bahwa suplementasi daun murbei sebesar 40% pada

ransum domba yang diberikan jerami padi-urea menunjukkan konsumsi domba

mengalami penurunan. Penurunan konsumsi pada ransum perlakuan P3 disebabkan

kandungan serat kasar dan abu yang tinggi serta BETN yang rendah (Tabel 6).

Perbedaan konsumsi ransum kemungkinan dipengaruhi juga oleh palatabilitas yang

kurang akibat pakan murbei diberikan dalam bentuk mash kering. Hal ini didukung

hasil penelitian Firdus dkk. (2004) mengenai pengaruh kondisi fisik kaliandra dan

campurannya terhadap domba menunjukkan bahwa pemberian pakan kaliandra

Page 30: skripsi sapi

57

dalam bentuk segar memiliki konsumsi tertinggi dibanding pemberian pakan dalam

bentuk kering ataupun kukus. Oleh karena itu, pemberian daun murbei dalam bentuk

segar dimungkinkan dapat meningkatkan konsumsi pakan. Hal lain yang

menyebabkan konsumsi rendah pada ternak yang diberi perlakuan P3 karena pakan

yang diberikan bersifat bulky.

Sifat fisik ransum akan ditentukan oleh pengolahan yang dilakukan sebelum

diberikan pada ternak, sehingga sangat mempengaruhi palatabilitas pakan.

Palatabilitas ransum dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur dan temperatur ransum yang

diberikan (Church dan Pond, 1988). Beberapa ahli palatabilitas menganggap bahwa

tingkat palatabilitas pakan lebih penting daripada nilai nutrien pakan tersebut karena

pakan dengan nilai nutrien tinggi tidak akan berarti bila tidak disukai oleh ternak

(Mcllroy, 1977).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan

untuk menilai kualitas pakan ternak. Menurut McDonald et al. (2002) pertumbuhan

ternak ditandai dengan peningkatan ukuran, bobot, dan adanya perkembangan.

Pengukuran bobot badan berguna untuk penentuan tingkat konsumsi, efisiensi pakan

dan harga (Parakkasi, 1999).

Tabel 8 menunjukkan bahwa ransum perlakuan tidak menyebabkan perbedaan

yang nyata terhadap pertambahan bobot badan. Hal ini dikarenakan pemberian

ransum yang berbeda pada setiap perlakuan. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa

pertambahan bobot badan sapi meningkat dengan semakin tingginya konsumsi.

Pertambahan bobot badan harian dan konsumsi pakan sapi tertinggi pada ternak yang

diberi perlakuan P2 (Gambar 2) dibandingkan dengan ternak yang mendapat

perlakuan P1 dan P3.

Pada penelitian ini juga didapat hasil kecernaan bahan kering tertinggi pada

ternak yang mendapat perlakuan P2 yaitu 60,91% dibanding ternak yang diberi

perlakuan P1 (60,82%) dan P3 (43,84%). Hal ini menunjukkan bahwa nilai

pertambahan bobot badan harian sebanding dengan ransum yang dikonsumsi.

Peningkatan pertambahan bobot badan pada ternak yang diberi perlakuan P2

dipengaruhi oleh nilai konsumsi yang tinggi dan ransum yang diberikan memiliki

kualitas yang baik. Pond et al. (1995) menyatakan bahwa makin baik kualitas ransum

Page 31: skripsi sapi

58

yang dikonsumsi, maka akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih

tinggi dan makin efisien penggunaan ransumnya. Selanjutnya rataan pertambahan

bobot badan ternak yang diberi perlakuan P3 cenderung menurun dibandingkan

ternak yang mendapat ransum kontrol (Gambar 2).

6,277,01

5,64

0,91 0,97 0,79

0

1

2

3

4

5

6

7

8

P1 P2 P3

Ko

nsu

msi

dan

PB

B (

kg/e

/hr)

Perlakuan

Konsumsi

PBB

Keterangan : P1 = 50% Jerami padi + 50% Konsentrat (kontrol)

P2 = 50% Jerami padi + 25 % Konsentrat + 25 % Tepung Daun murbei

P3 = 50% Jerami padi + 50 % Tepung Daun murbei

Gambar 2. Konsumsi Pakan (kg/e/hari) dan Pertambahan Bobot Badan

(kg/e/hari) Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

Penurunan pertambahan bobot badan ternak yang diberi perlakuan P3

kemungkinan disebabkan rendahnya kecernaan pakan akibat bentuk ransum yang

halus sehingga pakan lebih cepat melewati dan meninggalkan saluran pencernaan.

Muchtadi et al. (1992) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ditentukan oleh

beberapa faktor diantaranya adalah daya cerna atau kemampuan untuk menyerap zat-

zat makanan yang ada pada bahan-bahan tersebut. Hal lain yang menyebabkan

penurunan pertambahan bobot badan pada ternak yang diberi perlakuan P3 karena

adanya pengaruh senyawa DNJ dari ekstrak daun murbei yang menghambat

hidrolisis dan metabolisme nutrien dalam tubuh ternak. Hasil ini mendukung

pernyataan Hock dan Elstner (2005) bahwa senyawa DNJ bersifat menghambat

aktivitas α-glukosidase dalam usus halus secara kompetitif sehingga pemecahan

Page 32: skripsi sapi

59

ikatan glikosida substrat (karbohidrat) menjadi monosakarida lebih lambat. Hal ini

menyebabkan sel tidak memperoleh energi yang cukup dalam bentuk monosakarida.

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot badan yang

dihasilkan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Efisiensi pakan merupakan

kebalikan dari konversi pakan, semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka jumlah

pakan yang diperlukan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit.

Menurut McDonald et al. (1988), penggunaan pakan oleh ternak akan semakin

efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah namun menghasilkan

pertambahan bobot badan yang tinggi. Dengan kualitas pakan yang baik maka

ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih efisien penggunaan pakannya. Rataan

efisiensi pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Ternak yang diberi ransum perlakuan menggunakan tepung daun murbei tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap nilai efisiensi pakan. Nilai efisiensi

pakan pada semua perlakuan menunjukkan rataan nilai efisiensi yang sama yaitu

0,14 (Tabel 8), artinya setiap 1 kilogram ransum perlakuan P1, P2 dan P3

menghasilkan pertambahan bobot badan harian sebesar 0,14 kg. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian daun murbei mempunyai nilai efisiensi pakan yang

sama dengan pemberian konsentrat sehingga dapat dikatakan bahwa daun murbei

dapat digunakan sebagai pakan alternatif pengganti konsentrat yang baik.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Nilai ekonomi pakan perlakuan yang diukur adalah analisis pendapatan yang

dihitung berdasarkan Income Over Feed Cost (IOFC). Suatu perusahaan pada

umumnya mempunyai tujuan mendapat keuntungan (profit oriented). IOFC dihitung

karena ≥ 70% biaya produksi berasal dari pakan, sehingga dapat diketahui apakah

ransum yang digunakan cukup ekonomis atau tidak. Menurut Boediono (1985),

penerimaan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Selanjutnya

dijelaskan bahwa pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.

Kasim (2002) mengatakan bahwa IOFC dapat dihitung melalui pendekatan

penerimaan dari nilai pertambahan bobot badan ternak dengan biaya ransum yang

dikeluarkan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perhitungan IOFC adalah

Page 33: skripsi sapi

60

Tabel 9. Hasil Perhitungan Income Over Feed Cost (IOFC) dan R-C ratio

Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

Perlakuan

Peubah P1 P2 P3

Penerimaan (Rp)* 19.057,5 20.265 16.642,5

Biaya pembuatan ransum (Rp/kg) 1.841 1.637 1.446

Pengeluaran (Rp)** 13.158,5 13.002 9.355,5

IOFC (Rp/ekor/hari) 5.899 ± 2.855 7.263 ± 3.286 7.287 ± 1.245

R-C ratio 1,44 ± 0,21 a 1,56 ± 0,24

ab 1,78 ± 0,16

b

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata (P<0,05).

*) Harga jual sapi yang berlaku saat penelitian Rp 21.000,-/kg bobot hidup

**)Koefisien harga pakan dalam bentuk as fed yang berlaku saat penelitian :

Jerami Padi = Rp 100,-/kg; Jagung Kuning = Rp 4.000,-/kg; Bkl Kedelai = Rp

6.500,-/kg; Bkl Kelapa = Rp 2.500,-/kg; Pollard = Rp 2.600,-/kg; Onggok = Rp

1.000,-/kg; Tetes = 2.500,-/kg; Tepung Daun Murbei = Rp 2.800,-/kg; Ca (Urea)

= Rp 2.500,-/kg; DCP = 2.3000,-/kg.

pertambahan bobot badan selama penggemukan, konsumsi pakan dan harga pakan.

Pertambahan bobot badan yang tinggi belum tentu menjamin keuntungan yang

tinggi, tetapi biaya pakan yang rendah diikuti dengan pertumbuhan dan konversi

pakan yang baik akan menghasilkan keuntungan yang maksimal (Wahju, 1997).

Ternak yang diberi ransum perlakuan menggunakan daun murbei tidak

memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai IOFC (Tabel 9). Dari nilai IOFC

yang diperoleh, ransum perlakuan P3 memiliki nilai paling tinggi yaitu Rp 7.287 per

ekor/hari, diikuti oleh ransum perlakuan P2 (Rp 7.263 per ekor/hari) dan ransum

perlakuan P1 (Rp 5.899 per ekor/hari). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

ransum perlakuan P3 yang menggunakan daun murbei 50% dalam ransum

mempunyai nilai ekonomis yang paling besar.

R-C Ratio

Bishop dan Toussaint (1979) serta Makin dkk. (1980) menyatakan bahwa

salah satu cara menilai efisien atau tidaknya suatu usaha adalah dengan

menggunakan tetapan ”Revenue Cost Ratio”, yang merupakan nisbah antara

penerimaan usaha dengan pengeluaran usaha. Usaha ternak dikatakan efisien atau

menguntungkan jika nilai R-C ratio lebih dari 1, sebaliknya jika R-C ratio kurang

dari 1 maka usaha tersebut tidak efisien atau merugikan (Teken, 1981).

Page 34: skripsi sapi

61

Perlakuan pemberian ransum dengan menggunakan daun murbei memiliki

pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap rasio penerimaan dan biaya pakan. Nilai ratio

penerimaan dan biaya pakan (R-C ratio) yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 9.

Hasil tersebut diperoleh dari perbandingan antara total penerimaan dan pengeluaran.

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa semua perlakuan memiliki nilai R-C ratio lebih

dari satu dan ternak yang diberi perlakuan P3 memiliki R-C ratio yang paling tinggi

yaitu 1,79, diikuti oleh perlakuan P2 sebesar 1,56 dan perlakuan P1 sebesar 1,44.

Tingginya nilai R-C ratio pada perlakuan P3 dikarenakan biaya pembuatan ransum

yang lebih murah dibandingkan perlakuan lainnya, sehingga biaya yang dikeluarkan

lebih sedikit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ternak yang diberi ransum

perlakuan P3 menggunakan daun murbei lebih efisien atau menguntungkan

dibanding perlakuan P2 dan kontrol.

Page 35: skripsi sapi

62

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tepung daun murbei dapat digunakan untuk mensubstitusi konsentrat dalam

ransum yang berbasis jerami padi pada sapi Peranakan Ongole, dan penggunaan

tepung daun murbei sampai 50% dalam ransum memiliki nilai ekonomis yang lebih

tinggi dibandingkan dengan ransum tanpa menggunakan tepung daun murbei.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab penurunan

konsumsi pakan jika pemberian daun murbei dalam bentuk kering dibandingkan

dengan pemberian dalam bentuk segar.

Page 36: skripsi sapi

63

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillaahirobbil’Aalamiin.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua yang selama ini telah memberikan

materi, motivasi, kasih sayang serta doa yang tiada henti. Ucapan terimakasih kepada

Dr. Ir. Komang G. Wiryawan selaku dosen pembimbing utama sekaligus dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta saran dan

masukan kepada penulis dengan segenap kesabaran. Ir. Syahriani Syahrir, Msi selaku

dosen pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan, pengarahan serta

saran dan masukan kepada penulis dengan penuh kasih sayang. Kepada Ir. Kukuh

Budi Satoto, MS., Dr. Despal, S.Pt., M.Sc. Agr., dan Dr. Ir. Henny Nuraeni, Msi atas

kesediaannya menguji, mengkritik dan memberikan sumbangan pemikiran serta

masukan dan saran dalam menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan kepada Abang Kiki dan adik-adik penulis (Ikbal

dan Fika) yang telah memberikan kasih sayang dan motivasi kepada penulis.

Terimakasih juga untuk keluarga di Sawangan, Desi, Bang Bundi, Tante Eni dan

Tante Tuti atas segala motivasi, bantuan materi dan doa yang tiada henti kepada

penulis. Kepada teman sepenelitian Lina, Kodel dan Izul yang selalu membantu.

Teman INTP’42 yang telah memberikan semangatnya. Sahabat penulis Ika, Sari,

Tepi, Serly dan Maida atas segala kasih sayang dan persaudaraan yang telah dijalin.

Ucapan terima kasih kepada para staf Laboratorium lapang nutrisi ternak daging dan

kerja Institut Pertanian Bogor atas saran, bantuan dan perhatiannya dalam

penyelesaian penelitian ini.

Bogor, Juli 2009

Penulis

Page 37: skripsi sapi

64

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B. T. 1996. Kesehatan Sapi : Panduan bagi Petugas Teknis, Penyuluh, dan

Peternak. Kanisius, Yogyakarta.

Atmosoedarjo, S., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh, dan W. Moerdoko. 2000.

Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Jaya, Jakarta.

Aziz, M. A. 1993. Agroindustri Sapi Potong : Prospek dalam Pengembangan Pada

PJPT II. Bangkit, Jakarta.

Bambang, A. M. 1992. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah.

Kanisius, Jakarta.

Biro Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Bishop, C. E. and W. D. Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian.

Mutiara, Bandung.

Boschini, C. F. 2002. Nutritional quality of mulberry cultivation for ruminant

feeding. Di dalam : Sanchez MD, editor. Mulberry for Animal Production.

Proceedings of an electronic conference carried out, May and August 2002.

Roma : FAO Animal Production and Health Paper 147 : 173-182.

Breitmeier, D., 1997. Acarbose and 1-deoxynojirimycin inhibit maltose and

maltooligosacharide hydrolysis of human intestinal glucoamylase-maltase in

two different substrate-induced modes. Archives Biochem and Biophys.,

364(1): 7-14.

Card, I. E and M. C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 11th

Edition. Lea and

Febinger Philadelphia, New York.

Cherney, D. J. R. 2000. Characterization of forages by chemical analysis. Dalam D.

I. Givens, E. Owen, R. F. E. Axford dan H. M. Omed. Forage Evaluation in

Ruminant Nutrition. CABI Publishing. United Kingdom. Hal. 281-292.

Church, D. C and W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd

Edition. John Wiley & Sons, Inc., Canada.

Daryanti S, Arifin M, Sunarso. 2002. Respon produksi sapi peranakan ongole

terhadap aras pemberian konsentrat dan pakan jerami padi fermentasi.

Prosiding seminar nasional inovasi teknologi dalam mendukung agribisnis.

Yogyakarta, 2 Nov. 2002. Yogyakarta : Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2005. Tanaman Murbei di

Indonesia. Jakarta.

Doyle, P. T., C. Devendra, and G. R. Pearce. 1986. Rice Straw as a Feed for

Ruminant. International Development Program of Australian Universities and

Colleges Limited. Canberra.

Ekastuti, D. R. 1996. Pemeliharaan berbagai jenis tanaman murbei. Laporan

Penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Firdus, D. A. Astuti dan E. Wina. 2004. Pengaruh kondisi fisik kaliandra dan

campurannya dengan gamal segar terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien

pada domba. JITV 9(1): 12-16.

Page 38: skripsi sapi

65

Gross, V., T. Andus, T. A. Tran-Thi, R. T. Schwars, K. Decker and P. C. Henrich.

1983. 1-Deoxinojirimycins impairs oligosacaride processing of alpha 1-

proteinase inhibitor and inhibits its secretion in primary cultures of rat

hepatocytes. J. Biol. Chem., 12203-12209.

Hock, B. and Elstner. 2005. Plant Toxycology. 4th

Ed. Technische Universitat

Munchen, Freising.

Horne, P. M., K. R. Pond, and L. P. Batubara, 1994. Sheep Under Rubber: Prospects

and Research Proirities in Indonesia. In : Mullen, B. F and H. H. Shelton

(ed), Integration of Ruminants into Plantation Systems in Southeast Asia.

Hal. 58 – 64.

James, S. C and E. Stoneberg. 1974. Farm Accounting and Business Analysis. Iowa

State University Press, Ames, Iowa. 129.

Kasim. 2002. Performa domba lokal yang diberi ransum komplit berbahan baku

jerami dan onggok yang mendapat perlakuan cairan rumen. Skripsi. Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Katsumata, F. 1964. Petunjuk Sederhana bagi Pemeliharaan Ulat Sutera. Japan

Overseas Cooperation Volunteers. Tokyo.

Katsumata, F. 1975. Textbook of Tropical Seri Culture. Japan Overseas Corporation

Volunteers. Tokyo.

Kimura, T., K. Nakagawa, Y. Saito, K. Yamagishi, M. Suzuki, K. Yamaki, H.

Shinmoto and T. Miyasawa. 2004. Determination of 1-deoxinojirimycins in

mulberry leaves using hydrophilic interaction chromatography with

evaporative light scattering detection. J. of Agric. Food Chem. 52 (6) : 1415-

1418.

Laconi, E. B. 1992. Pemanfaatan manure ayam sebagai suplemen non protein

nitrogen (NPN) dalam pembuatan silase jerami padi untuk ternak kerbau.

Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lebas, F. P. Coudert, R. Rouvier, and H. DeRochanbeau. 1986. The Rabbit

Husbandry Health and Production. Food and Agriculture Organization of The

United Nation, Rome.

Liu, J. X., Jun Yao, B. J. Yan, Z. Q. Shi and X. Q. Wang. 1998. Mulberry leaf

supplement for sheep fed ammoniated rice straw. College of Animal

Sciences. Zhejiang University Hangzhou, Zhejiang, China.

Machii, H. A, Koyama, and H. Yamanouchi. 2000. Mulberry Breeding, Cultivation

and Utilization in Japan. National Institute of Sericultural and Entomological

Science. Owashi.

Makin, M., A. Komar, E. Sukraeni., I. Hamidah, N. Suwardi, I. B. Suamba, dan W.

Djaja. 1980. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan, Universitas

Padjadjaran, Bandung.

McDonald, P., R. A. Edwards and J. F. D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. 4th

Edition. Longman Scientific and Technical, New York.

McDonald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalgh, and C. A. Morgan. 2002. Animal

Nutrition. 6th

Edition. Ashford Colour Press. Gosport.

Page 39: skripsi sapi

66

Mcllroy, R. J. 1977. Pengantar Budidaya Rumput Tropika. Terjemahan : Susetyo, S.

Soedarmadi, Kismono, I dan Harini, S. Praditya Pratama. Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Mellor, H. R, R. A. Dwek, G. W. J. Fleet, J. Nolan, F. M Platt, L. Pickering, M. R.

Wormald and T. D. Butters. 2002. Preparation, biochemical characterization

and biological properties of radiolabelled N-alkylated deoxinijirimycins. J. Of

Biochem. 366 : 225-233.

Mubyarto. 1979. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian Pendidikan dan

Penerangan Ekonomi Sosial, Jakarta.

Muchtadi, D., N. S. Palupi dan M. Astawan. 1992. Metabolisme Zat Gizi 1 : Sumber,

Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Musofie, A., N. K. Wardhani, dan S. Tedjowahyono. 1982. Pemanfaatan pucuk tebu

sebagai sumber hijauan makanan ternak. Majalah Perusahaan Gula Pasuruan

XVIII (1-2-2) : 47-5.

Musofie, A., N. K. Wardhani, dan S. Tedjowahyono. 1984. Penggunaan pucuk tebu

pellet dengan penambahan jerami kedelai pada sapi. Makalah Seminar

memanfaatkan lahan sempit untuk meningkatkan produksi peternakan.

Fakultass Peternakan, Universitas Brawijaya. Malang 19-20 November 1984.

Oku, T. Y. Mai, N. Mariko, S. Naoki, and N. Sadako. 2006. Inhibitory effects of

extractives from leaves of morus alba on human and rat small intestinal

disaccaridase Activity. J. of Nutrition. 95 : 933-938.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas

Indonesia Press, Indonesia.

Pond, W. G., D. C. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and

Feeding. 4th

Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York.

Samsijah. 1992. Pemilihan tanaman murbei (Morus sp.) yang sesuai dengan daerah

sindang resmi Sukabumi, Jawa Barat. Buletin Penelitian Hutan. 547:45-59.

Samsijah dan L. Andadari. 1992. Petunjuk Teknis Budidaya Murbei (Morus sp.).

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.

Sanchez. M. D. 2002. Mulberry an Exceptional Forage Available Almost Worldwide

Animal Production and Health Division. Publishing and Multimedia Service.

FAO, Roma.

Selly. 1994. Peningkatan kualitas pakan serat berkualitas rendah dengan amoniasi

dan inokulasi digesta rumen. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Siregar, Sori Basya. 2006. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soeprapto, Herry. 2006. Cara tepat Penggemukan Sapi potong. AgroMedia Pustaka.

Jakarta.

Sosroamidjojo, M. S. dan Soeradji. 1986. Peternakan Umum. Cetakan Ke-9. Cv.

Yasaguna, Jakarta.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan B.

Soemantri. P. T. Gramedia, Jakarta.

Page 40: skripsi sapi

67

Suminar, A. A. 2005. Palatabilitas, kecernaan dan aktivitas ruminasi domba lokal

yang diberi ransum komplit berbahan baku jerami padi hasil olahan cairan

rumen dan amoniasi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sunanto, H. 1997. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam. Kanisius.

Yogyakarta.

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Departemen Ilmu Makanan Ternak.

Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutarno, H. dan Atmowidjojo, S. 2000. Meningkatkan Usaha Apotik Hidup dengan

Prinsip Bersih Lingkungan. Prosea Indonesia, Bogor.

Suyadi, S. dan A. Mahmud, 1989. Produksi biji legum Desmanthus Virgatus. dalam

Wodzicka, M., Tomaszewska and J. A. Thompson (ed) Forage Production

Proceeding of A Workshop Conducted at IPB, Bogor, Indonesia. IPB-

Australian Project.

Teken, I. B. dan Asnawi. 1983. Teori Ekonomi Produksi Pertanian. Institut Pertanian

Bogor, Bogor. 42-43; 79.

Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Yulistiani, D. 2008. Effect of mulberry (Morus alba) foliage supplementation on

sheep fed with rice straw. Disertasi. Universiti Putra Malaysia, Malaysia.

Page 41: skripsi sapi

68

LAMPIRAN

Page 42: skripsi sapi

69

Lampiran 1. Sidik Ragam Konsumsi Ransum Sapi PO (kg/e/hr)

Sumber Keragaman db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 2 3.78 1.89 4.08 4.26 8.02

Error 9 4.16 0.46

Total 11 7.94

Lampiran 2. Uji Lanjut Duncan Konsumsi Ransum (kg/e/hr)

Perlakuan Superskrip

B A

2 7,01

1 6,27 6,27

3 5,64

Lampiran 3. Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan (PBB)

Sumber Keragaman Db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 2 0.062 0.031 1.17 4.26 8.02

Error 9 0.24 0.026

Total 11 0.30

Lampiran 4. Uji Lanjut Duncan Pertambahan Bobot Badan (PBB)

Perlakuan Superskrip

A

3 0,79

1 0,91

2 0,97

Page 43: skripsi sapi

70

Lampiran 5. Sidik Ragam Efisiensi Pakan

Sumber Keragaman Db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 2 0.003 0.001 0.84 4.26 8.02

Error 9 0.02 0.002

Total 11 0.02

Lampiran 6. Uji Lanjut Duncan Efisiensi Pakan

Perlakuan Superskrip

A

2 0,14

3 0,14

1 0,14

Lampiran 7. Sidik Ragam Income Over Feed Cost (Rp)

Sumber

Keragaman

db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 2 5049213.50 2524606.75 0.37 4.26 8.02

Error 9 61490030.75 6832225.64

Total 11 66539244.25

Lampiran 8. Uji Lanjut Duncan Income Over Feed Cost (Rp)

Perlakuan Superskrip

A

1 5,899

2 7,263

3 7,287

Page 44: skripsi sapi

71

Lampiran 9. Sidik Ragam R-C ratio

Sumber Keragaman db JK KT F F0.05 F0.01

Perlakuan 2 0.24 0.12 3.49 4.26 8.02

Error 9 0.30 0.03

Total 11 0.54

Lampiran 10. Uji Lanjut Duncan R-C ratio

Perlakuan Superskrip

B A

3 1,78

2 1,56 1,56

1 1,44