Upload
lucky-rahmat-zaelani
View
289
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
qqqq
Citation preview
PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
DI SMK NEGERI 59 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
NUR FAIZAH
NIM: 1110018200030
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMKN
59 Jakarta, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 8 Oktober 2014
Yang mengesahkan,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ali Nurdin, M. Pd Dr. Fathi Ismail, MM
NIP. 195506011981031005 NIP. 194910121978031003
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMKN 59
Jakarta diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada
tanggal 10 November 2014 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 14 November 2014
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Dr. Hasyim Asyari, M.Pd . ... NIP. 19661009 199303 1 004
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)
Dr. Zahrudin, Lc., M.Pd . NIP. 19730302 200501 1 002
Penguji I
Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil . .... NIP. 19560530 198503 1 002
Penguji II
Dr. Jejen Musfah, MA . NIP. 19770602 200501 1 004
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D NIP. 19591020 198603 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nur Faizah
NIM : 1110018200030
Jurusan : Manajemen Pendidikan
Alamat : Jl. Panjang Cidodol RT.002 RW.013 No.32 Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
di SMKN 59 Jakarta adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan
dosen:
Nama Pembimbing I : Drs. Ali Nurdin, M. Pd.
NIP : 19550601 198103 1 005
Jurusan/Program Studi : Manajemen Pendidikan
Nama Pembimbing II : Dr. Fathi Ismail, MM.
NIP : 19491012 197803 1 003
Jurusan/Program Studi : Manajemen Pendidikan
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 8 Oktober 2014
Yang Menyatakan
Nur Faizah
i
ABSTRAK
Nur Faizah, NIM: (1110018200030), Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan di SMKN 59 Jakarta, Skripsi Program Strata Satu (S-1),
Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan pemeliharaan
sarana dan prasarana pendidikan di SMKN 59 Jakarta. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan
mengenai kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan
di SMKN 59 Jakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan, meliputi
wawancara, studi dokumentasi dan observasi dengan interviewee, yaitu Kepala
SMKN 59 Jakarta, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Prasarana, Kepala
Laboratorium Sekolah dan Kepala Perpustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pemeliharaan sarana
dan prasarana pendidikan di SMKN 59 Jakarta sudah baik. Hanya saja karena
belum memiliki Standar Operating Procedure (SOP) maka ada beberapa kegiatan
dalam perencanaan yang belum berjalan dengan baik. Selain itu, teknik
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di SMKN 59 Jakarta belum
optimal. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pemeliharaan tidak dilaksanakan
pendataan sesuai dengan teknik pemeliharaan. Namun dalam hal penganggaran
untuk kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, dana yang
dialokasikan untuk kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sudah
cukup.
Rekomendasi yang dapat penulis berikan agar pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan dapat dilakukan secara optimal ada 3 (tiga). Pertama, perlu
dilakukan analisis kebutuhan secara lebih matang dalam membuat perencanaan
program kerja sarana dan prasarana oleh Tim Sarana dan Prasarana Sekolah.
Kedua, Tim Sarana dan Prasarana Pendidikan harus melakukan pendataan
terhadap sarana dan prasarana yang rusak. Ketiga, Kepala Sekolah harusnya lebih
intensif lagi dalam melakukan pengawasan dan memberikan kesadaran kepada
seluruh warga sekolah dalam memelihara sarana dan prasarana sekolah.
Kata Kunci: Pemeliharaan, Sarana dan Prasarana.
ii
ABSTRACT
Nur Faizah, NIM: (1110018200030), Maintenance of Educational Facilities in
Public Vocational High School 59 Jakarta, Thesis Program Degree of Strata I
(S1), Program Study of Management Education, Faculty of Tarbiyah and
Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2014.
This study aims to describe the maintenance of educational facilities at
Public Vocational High School 59 Jakarta. The method that used in this study is a
qualitative approach to describe the maintenance activities of educational facilities
were conducted at Public Vocational High School 59 Jakarta. Data collection
techniques were used, including interviews, documentation studies and
observation with the interviewees, the Head of 59 Vocational High School
Jakarta, Vice Principal field Infrastructures, The Head of the School Laboratory
and the Head of Library.
The results of the research showed that the maintenance of educational
facilities at Public Vocational High School 59 Jakarta is good. But, because of
Public Vocational High School 59 Jakarta does not have a Standar Operating
Procedure (SOP) so that there was some plans has not been going well. In
addition, maintenance techniques of educational facilities at Public Vocational
High School 59 Jakarta is not optimal. This is due, the data collection acitivities of
maintenance is not carried out in accordance with the maintenance techniques
does. However, in terms of budgeting for maintenance of educational facilities,
the funds that allocated for maintenance activities for school infrastructure is
sufficient.
There are three recommendations which can writer given to the
maintenance of educational facilities in order to can be performed optimally.
First, it is necessary to analyze the needs to be done better of the planning work
program infrastructure by the School Facilities and Infrastructure Team. Second,
The School Facilities and Infrastructure Team should record all of the damaged
facilities and infrastructure. Third, the principal should be more intensive in the
monitoring and bring awareness to the entire school community in maintaining
school facilities and infrastructure.
Keywords: Maintenance, Facilities and Infrastructure.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillaahirabbilaalamin, puji serta syukur dipanjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang tercurah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Allahummashalliala Muhammad, shalawat serta salam
semoga tetap dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing kita pada jalan yang diridhai Allah.
Dengan penuh rasa syukur, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis
sangat menyadari bahwa hasil penelitian dari skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Namun Alhamdulillah berkat bantuan, dorongan dan bimbingan
baik moral maupun material dari banyak pihak sehingga penulis dapat membuat
skripsi yang berjudul Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di
SMKN 59 Jakarta. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifai, MA., Ph. D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asyari, M. Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ali Nurdin, M. Pd. dan Dr. Fathi Ismail, MM., dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak memberikan waktu, arahan, bimbingan,
nasehat, motivasi, ilmu dan kritik yang sangat berarti bagi penulis
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.
4. Seluruh dosen jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan segenap ilmu dan keahlian kepada penulis selama belajar
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
5. Segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku yang penulis
butuhkan.
6. Drs. H. Ramli, M. Pd., Kepala SMKN 59 Jakarta. Semoga Allah
senantiasa memberikan keberkahan dan kesehatan.
7. Elizar Kamal, S. Pd., Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan
prasarana serta semua guru dan staf SMKN 59 Jakarta yang telah
menyediakan kesempatan dan waktunya sehingga penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
8. Mamah dan Ayah (Alawiyah dan Hidayat), terima kasih banyak atas
segala dukungan baik moral maupun materil, doa, nasehat, kesabaran,
kasih sayang serta pengorbanan yang tak pernah putus sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakak dan adik (M. Fadli, Nurmayanti, S. Kom, Andriansyah, S.E,
dan Chaerullah), terima kasih untuk dukungan moral dan materil yang
selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
10. Rekan-rekan seperjuangan MP angkatan 2010, khususnya untuk
Mecca, Sefti dan Siti. Terima kasih teman untuk segala bantuan,
motivasi dan dukungan kalian.
Demikianlah semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan
kebajikannya. Sebagai penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
untuk penulis dan pembaca umumnya.
Jakarta, 8 Oktober 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. Perumusan Masalah .................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................................... 9
1. Pengertian Sarana Pendidikan ............................................ 9
2. Pengertian Prasarana Pendidikan Pendidikan ..................... 11
3. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan ...................... 12
4. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ........ 18
B. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ...................... 28
1. Hakikat Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ...................... 28
2. Tujuan dan Manfaat Pemeliharaan Sarana dan Prasarana .. 30
3. Macam-macam Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.......... 31
4. Proses Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ........................ 31
5. Teknik Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ....................... 33
6. Anggaran Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ................... 36
C. Hasil Kajian yang Relevan ....................................................... 38
D. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu .................................. 39
vi
E. Kerangka Berpikir .................................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 41
B. Pendekatan Penelitian ................................................................. 41
C. Subjek Penelitian ........................................................................ 42
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................. 43
E. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data ...................................... 46
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 50
G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ......................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 54
1. Sejarah Singkat SMK Negeri 59 Jakarta ............................. 54
2. Identitas Sekolah .................................................................. 54
3. Visi dan Misi SMK Negeri 59 Jakarta ................................. 54
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa
SMK Negeri 59 Jakarta........................................................ 55
5. Sarana dan Prasarana SMK Negeri 59 Jakarta .................... 57
6. Struktur Organisasi SMK Negeri 59 Jakarta ....................... 61
B. Deskripsi dan Analisis Data ...................................................... 62
1. Perencanaan Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan ........................................................................... 62
2. Teknik Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ..... 67
3. Anggaran Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan ........................................................................... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 94
B. Saran ........................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 38
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Penelitian ................................................ 41
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data .............................. 46
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Kepala SMKN 59 Jakarta................ 47
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Wakasekbid. Sarana dan Prasarana . 48
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Kepala Laboratorium ...................... 49
Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Kepala Perpustakaan ....................... 49
Tabel 4.1 Data Guru SMK Negeri 59 Jakarta ..................................... 55
Tabel 4.2 Data Karyawan SMK Negeri 59 Jakarta ............................. 56
Tabel 4.3 Data Siswa SMK Negeri 59 Jakarta.................................... 57
Tabel 4.4 Data Inventaris Sarana dan Prasarana
SMK Negeri 59 Jakarta....................................................... 58
Tabel 4.5 Rincian Tugas Tim Sarana dan Prasarana
SMK Negeri 59 Jakarta....................................................... 72
Tabel 5.1 Sarana Ruang Kelas ............................................................ 98
Tabel 5.2 Sarana Ruang Perpustakaan ................................................ 98
Tabel 5.3 Sarana Laboratorium Komputer ......................................... 99
Tabel 5.4 Sarana Laboratorium Multimedia ....................................... 100
Tabel 5.5 Sarana Laboratorium Pemasaran ........................................ 101
Tabel 5.6 Sarana Laboratorium Bahasa .............................................. 102
Tabel 5.7 Sarana Ruang Pimpinan ...................................................... 102
Tabel 5.8 Sarana Ruang Guru ............................................................. 103
Tabel 5.9 Sarana Ruang Tata Usaha ................................................... 104
Tabel 5.10 Sarana Tempat Ibadah......................................................... 104
Tabel 5.11 Sarana Toilet ....................................................................... 105
Tabel 5.12 Sarana Gudang .................................................................... 106
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMK Negeri 59 Jakarta ....................... 61
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara
Lampiran 2 Rincian Rencana Program Kerja 2013/2014
Lampiran 3 Evaluasi Program Kerja 2013/2014
Lampiran 4 Rencana Anggaran Program Kerja 2013/2014
Lampiran 5 Kartu Pemeliharaan Barang Tahun 2013
Lampiran 6 Kartu Inventaris Ruangan Laboratorium Bahasa
Lampiran 7 Kartu Inventaris Ruangan Laboratorium Pemasaran
Lampiran 8 Kartu Inventaris Ruangan Laboratorium Multimedia
Lampiran 9 Kartu Inventaris Ruangan Laboratorium Komputer (KKPI)
Lampiran 10 Rincian Tugas Tim Sarpras
Lampiran 11 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian
Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 14 Lembar Uji Referensi
Lampiran 15 Biodata Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber
daya manusia dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Sebagai
agent of change, pendidikan mampu meningkatkan taraf hidup manusia
menjadi lebih baik. Dalam kehidupannya, manusia perlu dididik dan
mendidik dirinya untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan hidupnya
secara terus menerus. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pelaksanaan pendidikan harus
menjamin peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan perkembangan
zaman yang ada agar warga Indonesia menjadi manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, produktif dan berdaya saing tinggi
dalam pergaulan nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut, pemerintah telah mengatur delapan standar nasional
pendidikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 ayat 1 pasal 1 dijelaskan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.1
Secara umum, penyelenggaraan proses pendidikan sebagai upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan utama dari lembaga
pendidikan. Dalam pencapaian tujuan tersebut tentunya terkait dengan banyak
1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1, h.1.
2
faktor yang di antaranya adalah pengelolaan terhadap sarana dan prasarana
pendidikan.
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 35 ayat 1 disebutkan bahwa standar nasional pendidikan
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan
yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standar sarana dan
prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi
dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.2 Dengan adanya standar pendidikan tersebut, sekolah harus
dapat mengelola semua sumber daya yang ada sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan demi mencapai tujuan pendidikan. Agar tujuan pendidikan
yang hendak dicapai dapat terlaksana dengan baik, maka kegiatan belajar
mengajar yang ada di sekolah haruslah berjalan dengan lancar tanpa adanya
suatu hambatan apapun.
Dalam proses belajar mengajar, agar peserta didik dapat mengikuti
kegiatan belajar mengajar dengan baik maka harus ditopang dengan fasilitas
belajar yang memadai yaitu dengan adanya sumber-sumber belajar yang
berfungsi dengan baik seperti adanya perpustakaan yang lengkap,
laboratorium serta bengkel-bengkel kerja dan dapat menggunakan teknologi
informasi.3 Kegiatan belajar mengajar akan efektif jika ketersediaan sarana
dan prasarana yang ada memadai dan berfungsi dengan baik. Namun hal
tersebut tidaklah cukup karena meskipun sarana dan prasarana yang ada
tersedia secara memadai, tetapi pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana
tersebut tidak dilakukan dengan baik maka nilai guna dan nilai daya dari
2 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I pasal
1 ayat 8, h. 3.
3 Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional (Kajian Pendidikan Masa Depan), (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 176
3
sarana dan prasarana tersebut akan menyusut. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah. Pemeliharaan
terhadap sarana dan prasarana pendidikan merupakan masalah yang sering
terjadi di suatu lembaga pendidikan, di mana kenyataan di lapangan banyak
ditemukan bahwa sekolah tidak mampu memelihara sarana dan prasarana
yang dimilikinya sehingga menyebabkan sarana dan prasarana tersebut rusak
dan tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya lagi. Banyak sekolah
yang tidak melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang
dimilikinya sehingga saat sarana dan prasarana tersebut rusak maka sekolah
langsung melakukan penghapusan terhadap sarana dan prasarana tersebut.
Padahal jika pemeliharaan dilakukan secara baik dan berkala, maka tentunya
hal ini akan meningkatkan efisiensi dari sarana dan prasarana yang ada.
Pemeliharaan sarana dan prasarana itu sendiri bertujuan untuk
memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat
kerja, bangunan dan isinya), untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan
yang dipasang untuk produksi atau jasa, untuk menjamin kesiapan
operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat
setiap waktu dan untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan alat
tersebut.4
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu Standar Nasional
Pendidikan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara satuan pendidikan,
sehingga melengkapi sarana dan prasarana menjadi hal yang mutlak. Hal
tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 45 ayat 1 yang berbunyi: Setiap satuan
pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan
kejiwaan peserta didik. Hal tersebut juga diperkuat dengan Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab VII pasal 42 ayat 1 bahwa Setiap satuan
4 Wahyu Sri Ambar. A, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: Multi
Karya Media, 2007), h. 106
4
pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis
pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.5
Sedangkan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), standar sarana
dan prasarana untuk satu SMK/MAK harus memiliki sarana dan prasarana
yang mampu melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 48
rombongan belajar.6
Jika melihat pada kenyataan yang ada, di mana sarana dan prasarana
pendidikan tidak dapat menunjang proses belajar mengajar karena memang
pengadaan sarana dan prasarana yang tidak diperhatikan dengan baik, banyak
juga sekolah yang sarana dan prasarana pendidikannya sudah cukup memadai
namun karena tidak dilakukan pemeliharaan terhadap fasilitas sekolah
tersebut, sarana dan prasarana yang ada menjadi rusak atau tidak dapat
digunakan lagi sesuai dengan fungsinya. Bahkan terkadang sarana dan
prasarana yang rusak tersebut diabaikan begitu saja tanpa adanya tindak
lanjut untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi atau bahkan menghambat kelancaran kegiatan belajar
mengajar yang ada di sekolah. Berdasarkan kondisi tersebut, lembaga
pendidikan harusnya mampu mengelola semua sarana dan prasarana yang ada
termasuk memeliharanya agar sarana dan prasarana yang ada dapat digunakan
sesuai dengan masa manfaat dari barang tersebut.
Selain itu, masalah-masalah yang sering terjadi di sekolah terkait dengan
sarana dan prasarana pendidikan adalah masalah pemeliharaan. Banyak
sekolah yang tidak mampu memelihara dan merawat sarana dan prasarana
pendidikan yang ada sehingga sarana dan prasarana tersebut banyak yang
rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Kurangnya pemeliharaan terhadap
sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah mengakibatkan sarana
5 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII
pasal 42 ayat 1 , h. 31.
6 Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan
Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK), h. 1.
5
dan prasarana tersebut tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini
tentunya akan menghambat kelancaran proses belajar mengajar yang ada di
sekolah. Kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana di sekolah disebabkan
karena kurangnya kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya
melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada.
Kesadaran dan pemahaman yang kurang tersebut dikarenakan karena tidak
adanya rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap sarana dan prasarana
yang telah dipakai setelah dipakai saat proses belajar mengajar.
Oleh karena itu, sekolah harus bisa menimbulkan kesadaran dan
memberikan pemahaman mengenai betapa pentingnya memelihara sarana dan
prasarana pendidikan yang ada. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan kesadaran dan pemahaman pentingnya pemeliharaan sarana
dan prasarana adalah dengan memberikan arahan dan penjelasan bagi semua
warga sekolah bahwa lebih baik memelihara dan merawat sarana dan
prasarana pendidikan dengan baik daripada sekolah harus mengeluarkan
biaya yang cukup besar untuk melakukan perbaikan terhadap sarana dan
prasarana yang rusak akibat tidak dipelihara dengan baik.
SMK Negeri 59 Jakarta yang terletak di Jl. Peninggaran Barat I
Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan adalah salah satu lembaga pendidikan
formal yang sudah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai.
Akan tetapi masih ada kekurangan dalam hal pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan yang ada. Terdapat beberapa sarana dan prasarana
pendidikan yang kurang mendapatkan pemeliharaan sehingga rusak dan tidak
dapat digunakan lagi. Salah satu contohnya adalah proyektor yang ada di
kelas XII Pemasaran 2 yang rusak dan tidak dapat digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar. Mengingat pentingnya pemeliharaan terhadap sarana dan
prasarana pendidikan yang ada di sekolah, maka suatu lembaga pendidikan
harus melakukan upaya-upaya dalam rangka memelihara dan merawat sarana
dan prasarana yang ada. Pemeliharaan sarana dan prasarana tentunya harus
dilakukan secara rutin dan berkala sebagai upaya pencegahan terjadinya
kerusakan pada sarana dan prasarana yang ada. Dengan pemeliharaan yang
6
teratur maka sarana dan prasarana dapat tahan lebih lama dari segi kuantitas
dan kualitasnya sehingga selalu dalam kondisi baik siap pakai.
Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana Pendidikan di SMK Negeri 59 Jakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Belum efektifnya kegiatan perencanaan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan.
2. Kurangnya kesadaran warga sekolah (kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru, siswa dan pegawai sekolah) dalam memelihara sarana dan
prasarana pendidikan.
3. Masih rendahnya alokasi dana dari Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS) untuk pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan.
4. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan belum berdasarkan teknik
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan.
5. Kurangnya sumber daya manusia yang ikut serta dalam pemeliharaan
sarana dan prasarana.
6. Rendahnya pengawasan terhadap kegiatan pemeliharaan sarana dan
prasarana.
7. Belum adanya Standar Operating Procedure (SOP) kegiatan pemeliharaan
sarana dan prasarana yang baik.
8. Kurangnya upaya sekolah dalam memberikan pemahaman mengenai
pentingnya pemeliharaan sarana dan prasarana.
7
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah yang
akan diteliti pada tiga aspek berikut:
1. Perencanaan program pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
di SMKN 59 Jakarta.
2. Teknik pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di SMKN 59
Jakarta.
3. Alokasi dana Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) untuk kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan di SMKN 59 Jakarta.
Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang diteliti adalah hanya sarana
dan prasarana pendidikan yang berhubungan langsung dengan proses belajar
mengajar seperti: Gedung, ruang kelas, mebiler, laboratorium dan buku.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana perencanaan pemeliharaan
sarana dan prasarana pendidikan di SMKN 59 Jakarta, bagaimana bentuk
teknik pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di SMKN 59 Jakarta
dna bagaimana pengalokasian dana RAPBS untuk kegiatan pemeliharaan
sarana dan prasarana pendidikan di SMKN 59 Jakarta.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis, sebagai bahan untuk menambah wawasan dan mengetahui
bagaimana sesungguhnya penerapan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan.
2. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
khususnya mengenai pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan yang
ada di SMKN 59 Jakarta.
8
3. Bagi Akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah kepustakaan kependidikan dan dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Sarana dan Prasarana Pendidikan
1. Pengertian Sarana Pendidikan
Sarana dan prasarana adalah salah satu komponen penting dalam
sebuah penyelenggaraan pendidikan karena merupakan faktor penunjang
proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan di suatu lembaga pendidikan.
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah
misalnya sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Anak didik tentunya dapat belajar dengan lebih baik dan
menyenangkan jika sekolah mampu memenuhi kebutuhan belajar dari anak
didik itu sendiri.1 Sarana dan prasarana merupakan bagian penting yang harus
mendapat perhatian lebih karena merupakan tolok ukur sebuah sekolah
sehingga dalam penggunaannya harus selalu ditingkatkan dan disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Oleh
karena itu, pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan harus dilakukan
sebaik mungkin, terutama dalam hal pemeliharaan agar sarana dan prasarana
yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan usia sarana dan prasarana
itu sendiri. Selanjutnya akan dibahas beberapa pengertian sarana sebagai
berikut:
Menurut Agustinus Hermino, Sarana pendidikan adalah semua
perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan
dalam proses pendidikan di sekolah.2
1 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h. 183-
185
2 Agustinus Hermino, Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, (Jakarta: Gramedia,
2013), h. 178
10
Wahyu Sri Ambar Arum menjelaskan bahwa sarana adalah semua
peralatan yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.3
Menurut M. Sobry Sutikno, Sarana pendidikan pada umumnya
mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: gedung/ruang
kelas, alat-alat/media pembelajaran, meja, kursi dan sebagainya.4
Menurut H. M. Daryanto, Sarana seperti alat langsung untuk
mencapai tujuan pendidikan. Misalnya: ruang, buku, perpustakaan,
laboratorium dan sebagainya.5
Menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media
Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sarana pendidikan
adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik
yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan
dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.6
Ibrahim Bafadal mengemukakan bahwa sarana pendidikan adalah
semua perangkat yang digunakan secara langsung dalam kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan di sekolah.7
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana
adalah semua peralatan, perabot dan fasilitas baik yang bergerak maupun
tidak bergerak yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah guna mencapai tujuan pendidikan. Contoh sarana pendidikan
misalnya seperti; kursi, meja, buku, papan tulis, alat praktik, alat peraga dan
sebagainya.
3 Wahyu Sri Ambar. A, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, h. 6-7
4 M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga
Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Umum dan Islami), (Lombok: Holistica, 2012), Cet. 1, h. 86
5 H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 6, h. 51
6 Daryanto dan Mohammad Farid, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), Cet. 1, h. 103
7 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), Cet. 2, h. 2
11
2. Pengertian Prasarana Pendidikan
Prasarana secara etimologi (arti kata) adalah alat tidak langsung untuk
mencapai tujuan.8 Hamdani menjelaskan bahwa prasarana pendidikan adalah
fasilitas yang digunakan secara tidak langsung dalam menunjang proses
pengajaran di sekolah, seperti halaman, kebun, taman sekolah dan jalan
menuju sekolah.9 Perbedaan mendasar antara pengertian sarana dan prasarana
pendidikan sebenarnya terletak pada sifatnya saja. Di mana sarana pendidikan
bersifat langsung dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah,
sedangkan prasarana bersifat tidak langsung dalam menunjang kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
Menurut Barnawi dan M. Arifin, Prasarana pendidikan merupakan
semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung digunakan
untuk menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.10
Prasarana pendidikan juga didefinisikan sebagai semua perangkat
kelengkapan dasar yang digunakan secara tidak langsung menunjang
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.11
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana
pendidikan adalah semua fasilitas yang digunakan secara tidak langsung
dalam proses pendidikan seperti; halaman, taman sekolah dan jalan menuju
sekolah.
Berdasarkan pengertian sarana dan prasarana pendidikan yang telah
dijelaskan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sarana dan prasarana
pendidikan merupakan semua alat, fasilitas, atau kelengkapan dasar yang
digunakan secara langsung dan tidak langsung dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan belajar mengajar demi mencapai tujuan
pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang, meja,
8 Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Press, 2006), h.
91
9 Hamdani, Dasar-dasar Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), Cet. 1, h. 191
10
Barnawi dan M. Arifin, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), Cet. 1, h. 48
11
Agustinus Hermino, Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, (Jakarta: Gramedia,
2013), h. 178
12
kursi, papan tulis, alat praktik, alat peraga, perpustakaan, laboratorium,
halaman, taman dan jalan menuju sekolah.
3. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan
Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis,
atau sifatnya, yaitu:
a. Ditinjau dari fungsinya terhadap proses belajar mengajar (PBM), prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak
sangat menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah
tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan
jalan, air listrik, telepon, serta perabot/mebiler. Sedangkan sarana
pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan)
terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan
media pendidikan.12
Prasarana pada pengertian yang telah dijelaskan di atas, memiliki
peran yang sifatnya tidak langsung menunjang proses belajar mengajar
(PBM). Oleh karena itu prasarana hanya menjadi faktor pendukung dalam
proses pendidikan. Sehingga dalam keberadaannya kurang sangat
menentukan efektifnya proses belajar mengajar. Namun hal tersebut tidak
membuat prasarana tidak diperhatikan dalam proses pengadaannya karena
tanpa adanya prasarana pendidikan, proses belajar mengajar yang terjadi akan
terhambat mengingat prasarana pendidikan itu sendiri merupakan faktor yang
mendukung dan melengkapi sarana pendidikan guna terlaksananya proses
belajar mengajar yang efektif. Yang termasuk prasarana pendidikan yaitu
meliputi gedung/bangunan sekolah (ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang
kelas, ruang laboratorium, perpustakaan, ruang Unit Kesehatan Sekolah
(UKS), tempat ibadah, ruang organisasi, gudang, kantin sekolah dan jamban),
air, listrik, telepon dan jalan menuju sekolah.
Sedangkan sarana pendidikan berfungsi secara langsung dalam
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu fungsi kehadirannya sangat
menentukan keefektifan kegiatan pembelajaran di sekolah. Misalnya, buku
12 Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), Cet. 1, h. 115
13
pelajaran yang digunakan saat kegiatan belajar mengajar. Tanpa adanya buku
pelajaran tersebut, maka proses transfer ilmu dari guru ke peserta didik akan
kurang optimal. Hal ini tentunya akan menghambat kelancaran proses belajar
mengajar yang terjadi di kelas.
Jika dilihat dari jenisnya, maka sarana dan prasarana pendidikan
dikategorikan ke dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
b. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik.
Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang
berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk
memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan,
mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media dan
sebagainya.
Fasilitas nonfisik yaitu sesuatu yang bukan benda mati atau kurang
dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk
memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa,
uang.
Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, fasilitas yang
dimaksud adalah sarana dan prasarana yang digunakan di sekolah, baik yang
bersifat fisik maupun nonfisik. Fasilitas fisik adalah semua sarana dan
prasarana pendidikan yang digunakan sekolah yang berwujud benda mati
namun memiliki peran yang penting karena dapat memudahkan suatu
kegiatan pendidikan. Misalnya kendaraan yang biasa digunakan untuk
transportasi, mesin tulis dan komputer sebagai media yang digunakan untuk
praktik kejuruan, perabotan sekolah yang menunjang proses pendidikan, alat
peraga yang digunakan dalam proses belajar mengajar dan model kerangka
manusia atau anatomi tubuh manusia yang digunakan saat pembelajaran
praktik bidang studi dan lain sebagainya.
Adapun pendapat lain yang mengartikan sarana dan prasarana
pendidikan sebagai kebutuhan fisik sekolah. Menurut Tholib Kasan, yang
dimaksud dnegan kebutuhan fisik sekolah adalah sebagai berikut:
1) Kantor,
2) Sekolah,
3) Rumah dinas,
14
4) Gudang,
5) Laboratorium,
6) Instalasi air dan listrik,
7) Jalan,
8) Jembatan,
9) Pagar,
10) Saluran air,
11) Tanah; (tanah kosong, kebun percobaan, taman dan halaman).13
Sedangkan sarana dan prasarana yang dikategorikan ke dalam fasilitas
nonfisik yaitu fasilitas yang memiliki peranan yang sama dengan fasilitas
fisik, hanya saja tidak berwujud benda mati. Misalnya manusia, dalam hal ini
yaitu sumber daya manusia atau guru sebagai pendukung kegiatan belajar
mengajar. Kemudian adalah jasa, yakni kinerja guru itu sendiri dalam
mengajar dan memberikan konsultasi kepada siswa yang sedang mengalami
permasalahan. Yang terakhir adalah uang, di mana uang sebagai faktor
ekonomi memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan di
sekolah, termasuk proses pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat
terealisasikan karena adanyan fungsi uang tersebut.
Sarana dan prasarana pendidikan dapat diklasifikasikan berdasarkan
sifatnya, yaitu:
c. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang
kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas.
1) Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan menjadi barang habis pakai dan barang tak habis
pakai.
a) Barang habis pakai ialah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan dan dalam jangka waktu tertentu barang
tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi
lagi, seperti kapur tulis, tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu
dan sebagainya.
b) Barang tak habis pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya semasa
digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap
13 Tholib Kasan, Op. Cit, h. 95
15
memerlukan perawatan agar selalu siap pakai untuk
pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin tik,
kendaraan, perabot, media pendidikan dan sebagainya.
2) Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak bisa dipindahkan, seperti tanah,
bangunan/gedung, sumur, menara air dan sebagainya.14
Sarana dan prasarana yang digunakan di sekolah dapat
diklasifikasikan berdasarkan sifatnya menjadi barang bergerak dan barang
tidak bergerak. Barang yang bergerak ini dapat dipindahtempatkan dan
tentunya volume barang tersebut dapat dijangkau oleh penggunanya. Barang
bergerak ini terbagi menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai.
Barang habis pakai hanya dapat digunakan dalam jangka waktu yang
tidak lama karena volume barang tersebut akan susut pada saat digunakan dan
sampai barang tersebut habis nilai gunanya. Yang termasuk dalam barang
habis pakai antara lain seperti spidol dan tinta yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar. Sedangkan barang tidak habis pakai jangka waktunya lebih
lama dibandingkan dengan barang habis pakai, karena volumenya tidak akan
susut saat digunakan hanya saja dibutuhkan perawatan secara berkala dan
anggaran biaya untuk melakukan perawatan tersebut agar barang tersebut
selalu dalam kondisi siap pakai ketika akan digunakan. Yang termasuk dalam
kategori barang tidak habis pakai adalah seperti mesin tik, komputer yang
digunakan dalam proses pendidikan dan kendaraan sebagai alat transportasi
yang digunakan pihak sekolah untuk memudahkan kegiatan pendidikan jika
harus dilaksanakan di luar sekolah, media pendidikan dan sebagainya.
Selanjutnya adalah barang tidak bergerak. Barang yang tidak dapat
dipindahtempatkan ini dapat berupa prasarana pendidikan yang digunakan
untuk menunjang proses pendidikan. Yang termasuk barang tidak bergerak
ini yaitu lahan, bangunan/gedung sekolah, air, listrik dan sebagainya.
Sedangkan dilihat dari fungsi dan peranannya dalam proses belajar
mengajar, maka sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi: alat pelajaran,
alat peraga dan media pendidikan.
14 Ibid., h. 115-116
16
Secara singkat ketiga jenis sarana pendidikan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Alat pelajaran Alat pelajaran adalah alat atau benda yang dipergunakan secara
langsung oleh guru maupun murid dalam proses belajar
mengajar.15
b. Alat peraga Alat peraga adalah semua alat bantu pendidikan dan pengajaran,
dapat berupa benda perbuatan dari yang tingkatannya paling
konkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah
pengertian (penyampaian konsep) kepada siswa.16
Dalam proses belajar mengajar, alat peraga sangatlah dibutuhkan
karena dengan penggunaan alat peraga tersebut mampu memudahkan peserta
didik untuk mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan alat peraga
maka peserta didik bisa melihat secara langsung contoh atau gambaran
konkrit dari teori yang mereka pelajari.
c. Media pendidikan Kata media berasal dari bahasa latin yang secara harfiahnya berarti
pengantar atau perantara. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
efektif dan efisien.17
Selain itu ada juga pendapat lain mengenai pengertian media
pendidikan. Media pendidikan adalah segala bentuk saluran
pendidikan baik dalam bentuk cetak maupun audio visual yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan pembelaajr sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar mengajar. Media pendidikan dapat diklasifikasikan
berdasarkan atas media tradisional dan media modern. Contoh dari
media tradisional adalah papan tulis, penghapus dan kapur. Sedangkan
contoh dari media modern adalah slide dan film.18
Bretz mengidentifikasikan ciri utama dari media menjadi tiga unsur
pokok yaitu: suara, visual dan gerak. Sedangkan menurut Gagne, media
terbagi menjadi 7 (tujuh) kelompok yaitu: benda untuk didemonstrasikan,
15 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materiil, (Jakarta: Prima Karya, 1987), h. 11
16
Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 10-11
17
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2012), h. 7
18
Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 11
17
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara
dan mesin belajar.19
Media pengajaran ada tiga jenis, yaitu visual, audio dan audiovisual.20
1) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan indera
pendengaran (kemampuan suara), seperti radio, cassette recorder,
piringan audio.
2) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan,
seperti film strip, slides, foto, gambar, atau cetakan. Adapula media
visual yang menampilkan gambar bergerak seperti film bisu, film kartun.
3) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan
gambar. Media ini memiliki kemampuan yang lebih baik karena
mencakup kedua unsur yang pertama dan kedua.21
Ketiga jenis media pengajaran tersebut dapat digunakan oleh guru
untuk lebih memudahkan dalam penyampaian informasi kepada peserta didik.
Selain itu, dengan penggunaan media pengajaran tersebut akan lebih menarik
minat belajar siswa dalam belajar. Misalnya saat guru menggunakan media
audiovisual berupa film terkait dengan materi pelajaran yang sedang diajar.
Hal itu tentunya akan membuat peserta didik lebih tertarik dan termotivasi
untuk belajar karena peserta didik dapat menghubungkan secara langsung
dengan materi yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, media pengajaran
haruslah dimanfaatkan seoptimal mungkin agar proses belajar mengajar yang
terjadi dapat terlaksana dengan efektif dan efisien sehingga tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai dapat terealisasikan sebagaimana sesuai
dengan yang diharapkan.
Adapun prasarana pendidikan di sekolah bisa diklasifikasikan menjadi
dua macam, yaitu:
19 Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 4, h. 20
20
Barnawi dan M. Arifin, Op. Cit, h. 50
21
Sudirman, dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 1991), Cet. 5, h. 206-
207
18
1. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti: ruang teori, ruang perpustakaan,
ruang praktik keterampilan dan ruang laboratorium.
2. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang
terjadinya proses belajar mengajar, misalnya: ruang kantor, kantin
sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang
usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah dan
tempat parkir kendaraan.22
Selain itu, ada juga pendapat lain mengenai prasarana pendidikan.
Yang termasuk dalam prasarana pendidikan adalah seperti tanah, halaman,
pagar, gedung/bangunan sekolah serta alat perabot/mebeler dan bangunan
infrastruktur. Infrastruktur adalah prasarana lingkungan sekolah untuk
melengkapi gedung sekolah agar sekolah menjadi aman, nyaman dan sehat.
Infrastruktur yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
a) Jalan, gorong-gorong dan jembatan;
b) Jaringan listrik dan telepon;
c) Jaringan air bersih;
d) Sumur gali.23
4. Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai
kegiatan menata, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan,
inventarisasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan dan penghapusan
serta penataan lahan, bangunan, perlengkapan dan perabot sekolah secara
tepat guna dan tepat sasaran.24
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah seluruh proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-
22 Daryanto dan Mohammad Farid, Op.Cit, h. 108
23
Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 11
24
Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: Sarana
Panca Karya Nusa, 2009), h. 125
19
sungguh serta pembinaan secara kontinu terhadap benda-benda pendidikan
agar selalu dalam kondisi siap pakai saat PBM.25
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses kerja
sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana secara efektif dan efisien.
Menurut Agustinus Hermino, proses manajemen sarana dan prasarana
sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pengadaan
b) Pendistribusian
c) Penggunaan dan pemeliharaan
d) Inventarisasi
e) Penghapusan26
Dengan demikian, Agustinus Hermino menyebutkan adanya 5 proses
dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan.
Berbeda dengan Agustinus, Barnawi & M. Arifin menjelaskan bahwa
proses-proses dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan dilakukan
melalui kegiatan sebagai berikut:
a) Perencanaan
b) Pengadaan
c) Pengaturan
d) Penggunaan
e) Penghapusan27
Sedangkan menurut Ary H. Gunawan, secara kronologis-operasional
kegiatan administrasi sarana dan prasarana pendidikan meliputi:
a) Perencanaan Pengadaan Barang
b) Prakualifikasi Rekanan
c) Pengadaan Barang
d) Penyimpanan, Inventarisasi, Penyaluran
e) Pemeliharaan, Rehabilitasi
25 Mulyono, Manajemen Administrasi&Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008), Cet. 1, h. 184
26
Agustinus Hermino, Op. Cit, h. 180
27
Barnawi dan M. Arifin, Op. Cit, h. 48-49
20
f) Penghapusan dan Penyingkiran
g) Pengendalian28
Wahyu Sri Ambar Arum menjelaskan bahwa kegiatan manajemen
sarana dan prasarana pendidikan meliputi:
a) Perencanaan
b) Pengadaan
c) Penyimpanan
d) Inventarisasi
e) Pemeliharaan
f) Penataan
g) Penggunaan dan Pembuatan
h) Penghapusan
i) Pengawasan dan Pengendalian
Dengan demikian, kegiatan manajemen sarana dan prasarana
pendidikan menurut Ary H. Gunawan ada 7 proses. Sedangkan menurut
Wahyu Sri Ambar Arum terdapat 9 proses dalam manajemen sarana dan
prasarana pendidikan. Secara garis besar, proses manajemen sarana dan
prasarana pendidikan yang mereka kemukakan sama, hanya bedanya Ary H.
Gunawan menyebutkan proses prakualifikasi rekanan. Menurut Ary H.
Gunawan, prakualifikasi rekanan dianggap penting untuk menghindari
berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan, seperti penyalahgunaan,
spekulasi, manipulasi, serta perbuatan-perbuatan negatif lainnya.
Dari empat pendapat mengenai proses manajemen sarana dan
prasarana pendidikan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa proses manajemen sarana dan prasarana
pendidikan harus dimulai dengan proses perencanaan. Dengan perencanaan,
maka kita dapat memulai dan melaksanakan suatu program dengan sistematis.
Dari penjelasan mengenai proses manajemen sarana dan prasarana
tersebut, maka penulis berpendapat sama dengan yang dikemukakan oleh
Wahyu Sri Arum Ambar bahwa proses manajemen sarana dan prasarana
28 Ary H. Gunawan, Op. Cit, h. 116
21
pendidikan meliputi: 1) Perencanaan, 2) Pengadaan, 3) Penyimpanan, 4)
Inventarisasi, 5) Pemeliharaan, 6) Penataan, 7) Penggunaan dan Pembuatan,
8) Penghapusan dan 9) Pengawasan dan Pengendalian. Adapun penjelasan
dari masing-masing proses tersebut adalah sebagia berikut:
1) Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Perencanaan berasal dari kata dasar rencana yang artinya
rancangan yang dilakukan pada masa depan. Perencanaan sarana dan
prasarana pendidikan merupakan proses perancangan upaya pembelian,
penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rehabilitasi, distribusi
atau pembuatan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.29
Menurut Ibrahim Bafadal, perencanaan perlengkapan pendidikan
adalah suatu proses menetapkan program pengadaan fasilitas sekolah di
masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.30
Berdasarkan beberapa pengertian perencanaan tersebut, maka dapat
didefinisikan bahwa perencanaan sarana dan prasarana adalah
keseluruhan rancangan mengenai pembelian, penyewaan, peminjaman,
penukaran, daur ulang, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan fasilitas
sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun tujuan dilakukannya perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan adalah untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan
kegagalan yang tidak diinginkan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam pelaksanaannya karena perencanaan dilakukan
berdasarkan analisis kebutuhan dan skala prioritas.31
Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap
organisasi, baik perseorangan maupun kelompok. Oleh karena itu, setiap
kepala sekolah paling tidak harus membuat rencana tahunan yang
mencakup bidang-bidang sebagai berikut:
29 Barnawi dan M. Arifin, Op. Cit, h. 51
30
Ibrahim Bafadal, Op. Cit, h. 26
31
Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 20-21
22
a) Program pengajaran, seperti kebutuhan tenaga guru, pembagian tugas
mengajar, pengadaan buku-buku, alat pelajaran dan alat peraga, dll.
b) Kesiswaan, antara lain prosedur penerimaan siswa baru, pembagian
kelas, bimbingan dan konseling, pelayanan kesehatan, dll.
c) Kepegawaian, seperti penerimaan dan penempatan guru, usaha
kesejahteraan guru, mutasi atau promosi guru dan pegawai sekolah,
dll.
d) Keuangan, yang mencakup pengadaan dan pengelolaan keuangan baik
yang bersumber dari pemerintah atau sumber lainnya.
e) Perlengkapan, seperti rehabilitasi gedung sekolah, penambahan ruang
kelas, perbaikan lapangan olahraga, pengadaan bangku murid dan
sebagainya.32
2) Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan adalah segala kegiatan dalam menyediakan semua
kebutuhan sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pengadaan
ini tentunya tidak terlepas dari proses perencanaan yang telah dilakukan
sebelumnya baik mengenai jumlah maupun jenisnya.
Fungsi pengadaan sendiri adalah untuk memenuhi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan baik menyangkut jenis, jumlah, kualitas,
tempat dan waktu yang dikehendaki.33
Pengadaan yang dilakukan meliputi pengadaan seperti berikut:
1. Pengadaan tanah;
2. Pengadaan bangunan;
3. Pengadaan perabot;
4. Pengadaan kendaraan atau alat taransportasi;
5. Pengadaan sarana pendidikan, alat-alat kantor dan alat tulis kantor.34
32 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), Cet. 15, h. 107
33
Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 46-47
34
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah, Op. Cit, h. 135
23
Dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, tentunya harus
menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah yang telah dirumuskan dalam
perencanaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan untuk menghindari
sekolah membeli barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah
sehingga semua barang yang dibeli adalah memang yang benar-benar
dibutuhkan untuk menunjang proses belajar mengajar serta
meminimalisir pengeluaran yang tidak diperlukan.
3) Penyimpanan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Penyimpanan sarana pendidikan adalah kegiatan simpan
menyimpan suatu barang-barang sekolah baik dalam keadaan baru
maupun rusak yang dilakukan oleh orang yang ditunjuk atau ditugaskan
oleh suatu lembaga pendidikan.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah aspek
fisik dan aspek administratif. Aspek fisik yaitu wadah yang diperlukan
untuk menampung barang negara yang berasal dari pengadaan yang
biasanya disebut dengan gudang. Sedangkan aspek administratif adalah
hal-hal yang diperlukan untuk mendukung kegiatan penyimpanan seperti
bendaharawan kepala gudang, urusan penerimaan, urusan pengeluaran
dan urusan penyimpanan dan pemeliharaan.35
Dalam proses penyimpanan ini, semua barang yang disimpan harus
diletakkan di tempat yang aman dan lokasi penyimpanannya mudah
dijangkau. Diletakkan di tempat aman agar terhindar dari tindak
pencurian jika barang yang disimpan adalah barang yang berharga seperti
komputer sekolah. Lokasi yang mudah dijangkau dimaksudkan agar jika
sewaktu-waktu barang yang disimpan dibutuhkan kembali, maka dapat
diambil dengan mudah dan terjangkau oleh yang membutuhkan.
35 Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 75-76
24
4) Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyusun daftar
barang-barang yang ada dengan teratur berdasarkan ketentuan yang
berlaku. Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan klasifikasi dan
pemberian kode barang untuk memudahkan dalam mencatat dan
mencaritemukan kembali barang tertentu jika suatu waktu dibutuhkan.
Kegiatan wajib yang dilakukan dalam pelaksanaan inventarisasi
adalah:
a) Mencatat semua barang inventaris di dalam Buku Induk Inventaris dan buku pembantu Buku Golongan Inventaris.
b) Memberikan koding pada barang-barang yang diinventarisasikan.
c) Membuat laporan triwulan tentang mutasi barang. d) Membuat daftar isian/format inventaris. e) Membuat daftar rekapitulasi tahunan.36
Secara umum, inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha
penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap
barang-barang milik negara atau swasta. Daftar inventarisasi barang yang
disusun dalam suatu organisasi yang lengkap, teratur dan berkelanjutan
dapat berfungsi untuk:
a) Menyediakan data dan informasi untuk menentukan dan
menyusun rencana kebutuhan barang.
b) Memberikan data dan informasi sebagai pedoman pengarahan
pengadaan barang.
c) Memberikan data dan informasi sebagai pedoman penyaluran
barang.
d) Memberikan data dan informasi dalam menentukan keadaan
barang sebagai pedoman penghapusan barang.
e) Memberikan data dan informasi untuk memudahkan pengawasan
dan pengendalian barang.37
36 Ary H. Gunawan, Op. Cit, h. 141
37
Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 92-93
25
5) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pemeliharaan perlengkapan adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan secara terus menerus agar setiap jenis barang berada dalam
kondisi siap pakai. Kegiatan pemeliharaan itu sendiri dibedakan
berdasarkan kurun waktunya dan keadaan barangnya. Berdasarkan kurun
waktu, pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan sehari-hari dan
pemeliharaan berkala. Sedangkan berdasarkan keadaan barangnya,
pemeliharaan dibedakan menjadi dua, yaitu pemeliharaan barang habis
pakai, pemeliharaan barang tidak habis pakai.38
Berkaitan dengan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan,
idealnya semua sarana dan prasarana pendidikan di sekolah selalu dalam
kondisi siap pakai jika akan digunakan. Secara garis besar, pemeliharaan
sarana dan prasarana pendidikan dilakukan sebagai berikut;
a) Melakukan pencegahan kerusakan;
b) Menyimpan, disimpan di ruang/rak agar terhindar dari kerusakan;
c) Membersihkan dari kotoran/debu atau uap air;
d) Memeriksa kondisi sarana dan prasarana secara rutin;
e) Mengganti komponen-komponen yang rusak;
f) Melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan pada sarana atau
prasarana pendidikan.39
6) Penataan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Penataan sarana dan prasarana pendidikan dibagi menjadi 4
(empat) yaitu sebagai berikut:
a) Penataan Barang Bergerak
Yaitu pengaturan barang-barang yang dapat dipindahkan dari
penempatan sebelumnya, seperti perabot kantor, meja, kursi,
lemari, dsb.
b) Penataan Barang Tidak Bergerak
38 Piet Sahertian, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), cet. 1, h. 195-196
39
Daryanto dan Mohammad Farid, Op. Cit, h. 124
26
Yaitu menata barang-barang yang tidak dapat dipindahkan,
seperti tanah, halaman, gedung, lapangan, dll. Karena tidak dapat
dipindahkan, maka sebelum dibangun, dilakukan perencanaan
yang matang terlebih dahulu agar tidak terjadi perbaikan yang
menimbulkan pemborosan dana.
c) Penataan Barang Bergerak Habis Pakai
Yaitu penataan terhadap barang-barang yang tidak tahan lama,
cepat susut dan habis setelah digunakan, seperti kertas, kapur,
spidol, pensil, tinta spidol, dll.
d) Penataan Barang Bergerak Tidak Habis Pakai
Yaitu dengan cara mengatur barang yang ada dengan diberikan
nomor dan kode pada barang tersebut sesuai dengan kode yang
berlaku. Sarana dan prasarana pendidikan hendaknya ditata
sedemikian rupa untuk memudahkan dalam melakukan inventaris
dan penggunaan serta indah dilihat.40
7) Penggunaan dan Pembuatan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Penggunaan fasilitas pendidikan di sekolah merupakan tanggung
jawab kepala sekolah pada setiap jenjang pendidikan. Untuk kelancaran
kegiatan tersebut, bagi kepala sekolah yang mempunyai wakil bidang
sarana dan prasarana atau petugas yang berhubungan dengan penanganan
fasilitas sekolah, maka diberikan tanggung jawab untuk menyusun
kegiatan yang berkaitan dengan sarana dan prasarana sekolah.
Dalam penggunaan fasilitas sekolah, semua pihak yang
berkepentingan memiliki tanggung jawab bersama dalam penggunaan
fasilitas sekolah tersebut. Hal tersebut berarti bahwa semua pengguna
fasilitas sekolah harus mempertanggungjawabkan pemakaian fasilitas
sekolah dengan baik dan tidak merusak fasilitas yang ada.41
40 Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 125-127
41
Suryadi, Op. Cit, h. 128
27
8) Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Penghapusan perlengkapan adalah kegiatan meniadakan barang-
barang milik lembaga (bisa juga milik negara) dari daftar inventaris
dengan cara yang telah diatur dalam perundang-undangan yang berlaku.
Penghapusan perlengkapan bertujuan untuk:
a) Mencegah kerugian yang lebih besar sebagai akibat untuk pemeliharaan atau perbaikan perlengkapan yang rusak;
b) Mencegah pemborosan biaya pengamanan; c) Membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan
pengamanan;
d) Meringankan beban inventarisasi. Sarana dan prasarana yang akan dihapus harus memenuhi syarat-
syarat penghapusan sebagai berikut:
a) Dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat digunakan lagi; b) Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan; c) Kuno, penggunaannya tidak sesuai lagi dengan perkembangan
zaman;
d) Terkena larangan; e) Mengalami penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang; f) Biaya pemeliharaannya tidak seimbang dengan penggunaannya; g) Berlebihan; h) Dicuri; i) Diselewengkan; j) Terbakar atau musnah akibat bencana alam.42
9) Pengawasan dan Pengendalian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengawasan adalah pengamatan langsung maupun tidak langsung
terhadap manajemen fasilitas yang di dalamnya mencakup kegiatan
perencanaan dan penggunaan fasilitas.43
Pengawasan bertujuan agar hasil pekerjaan yang diperoleh efisien
dan efektif sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengawasan dapat dilakukan melalui lima cara, yaitu sebagai berikut:
a) Pengawasan Langsung
Merupakan pengawasan yang dilakukan secara langsung di
tempat pelaksanaan pekerjaan.
42 Ibrahim Bafadal, Op. Cit, h. 62
43
Suryadi, Op. Cit, h. 129
28
b) Pengawasan Tidak Langsung
Merupakan pengawasan yang dilakukan oleh petugas pengawasan
secara formal yang bertindak atas nama organisasinya.
c) Pengawasan Informal
Yaitu pengawasan yang tidak melalui saluran formal atau
prosedur yang telah ditentukan.
d) Pengawasan Administratif
Yaitu pengawasan yang meliputi bidang keuangan, kepegawaian
dan material.
e) Pengawasan Teknis
Yaitu pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat fisik.44
Seluruh kegiatan manajemen sarana dan prasarana tidak dapat
berjalan dengan sendirinya tanpa adanya pengendalian. Artinya, setiap
kegiatan masing-masing tidak terlepas dari monitoring. Namun demikian,
pengendalian bukan merupakan suatu pengaturan yang kaku dan
membatasi ruang gerak masing-masing fungsi pengelolaan, tetapi agar
terjalin koordinasi bagi seluruh fungsi pengelolaan administrasi, sehingga
pemborosan tenaga, waktu dan biaya dapat dihindarkan.45
B. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
1. Hakikat Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan
pengurusan dan pengaturan sarana dan prasarana agar selalu dalam kondisi
baik dan siap digunakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Pemeliharaan mencakup daya upaya yang terus menerus untuk
mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik.46
44 Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 171-172
45
Ary H. Gunawan, Op. Cit, h. 153
46
Barnawi dan M. Arifin, Op. Cit, h. 74
29
Wahyuningrum menjelaskan bahwa pemeliharaan perlengkapan
adalah suatu kegiatan pemeliharaan yang terus menerus untuk mengusahakan
agar setiap jenis barang tetap berada dalam keadaan baik dan siap pakai.47
Menurut Wahyu Sri Ambar Arum pemeliharaan adalah kegiatan
untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua
barang selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara
berdayaguna dan berhasil guna. Pemeliharaan merupakan kegiatan
penjagaan atau pencegahan daru kerusakan suatu barang sehingga
barang tersebut kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan
dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara berhati-hati
dalam menggunakannya.48
Pada hakikatnya, sarana dan prasarana pendidikan adalah fasilitas
penunjang dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam penggunaan sarana dan
prasarana tersebut ketika proses belajar mengajar berlangsung, harus
digunakan dengan sebaik-baiknya agar tidak mengurangi nilai guna dan usia
pemakaian dari sarana dan prasarana tersebut. Untuk melaksanakan hal
tersebut, dibutuhkan kegiatan pengelolaan terhadap sarana dan prasarana
pendidikan yang dilakukan oleh sekolah agar semua fasilitas yang dimiliki
oleh sekolah terjaga dengan baik. Di samping itu, hal yang perlu mendapat
perhatian agar semua sarana dan prasarana sekolah selalu dalam kondisi baik
dan siap pakai adalah masalah pemeliharaan. Jika sarana dan prasarana
pendidikan yang ada di sekolah terpelihara dengan baik dan dilakukan
pemeliharaan secara berkala, maka sarana dan prasarana tersebut akan selalu
dalam kondisi baik dan siap pakai serta semua personel sekolah dapat
menjalankan tugasnya masing-masing tanpa adanya suatu hambatan,
sehingga tidak ada sarana dan prasarana pendidikan yang rusak dan
menghambat kelancaran proses pendidikan di sekolah.
47 Daryanto dan Mohammad Farid, Op. Cit, h. 124
48
Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 105
30
2. Tujuan dan Manfaat Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
a. Tujuan Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefinisikan dengan
jelas sebagai berikut:
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan isinya).
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi atau jasa.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan alat tersebut.
49
Selain itu, pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan juga
bertujuan agar kekayaan yang besar nilainya itu memperoleh
pengamanan yang baik.50
b. Manfaat Pemeliharaan
Pemeliharaan yang baik akan memberikan manfaat yang baik
untuk negara maupun untuk pegawai yang menangani peralatan tersebut.
Manfaat bagi negara, yaitu:
1) Jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti
tidak perlu mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat.
2) Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan
yang berarti biaya perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.
3) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih
terkontrol sehingga menghindar kehilangan.
4) Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan
dipandang,
5) Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.
Sedangkan manfaat bagi pegawai adalah untuk memudahkan
pekerjaan yang dibebankan kepadanya.51
49 Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 106
50
Tholib Kasan, Op. Cit, h. 96
31
3. Macam-macam Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pemeliharaan terdiri dari 5 macam, yakni sebagai berikut:
a) Pemeliharaan darurat yaitu pemeliharaan tidak terencana.
Pemeliharaan ini dilakukan karena telah mengabaikan pemelihaaan
pencegahan. Misalnya, genteng sekolah yang tidak pernah diperbaiki
dan dibiarkan bocor, saat tiba-tiba hujan datang maka akan
membanjiri ruangan. Akibatnya ruangan tidak dapat dipakai,
sehingga harus diperbaiki secara mendadak karena kalau tidak
diperbaiki, maka akan merusak benda yang lainnya.
b) Pemeliharaan korektif. Pemeliharaan ini dilakukan sesuai dengan
usia alat. Contoh: suatu alat hanya dapat digunakan selama 2 tahun.
Ketika usia pemakaian alat tersebut sudah habis atau lebih dari
waktunya, maka alat tersebut harus diperbaharui.
c) Pemeliharaan pencegahan. Pemeliharaan ini sering disebut dengan
pemeliharaan terencana. Artinya, pemeliharaan yang dilakukan
sudah direncanakan sebelumnya dan biasanya bersifat terjadwal.
d) Perawatan yang dilakukan secara berkala atau terus menerus.
e) Penggantian ringan yang dilakukan karena adanya kerusakan kecil.52
4. Proses Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pemeliharaan dilakukan khusus terhadap barang inventaris yang
sedang dalam pemakaian tanpa mengubah bentuk aslinya. Pemeliharaan
dilakukan agar setiap barang selalu dalam kondisi siap pakai dan dapat
digunakan sesuai dengan fungsinya tanpa adanya hambatan. Ditinjau dari
segi waktu pemeliharaan dapat dibagi menjadi:
a) Berdasarkan kurun waktu
Pemeliharaan menurut kurun waktu dapat dilakukan secara:
1. Pemeliharaan sehari-hari
2. Pemeliharaan berkala
51 Wahyu Sri Ambar. A, Op. Cit, h. 106
52
Ibid., h. 107
32
b) Berdasarkan usia barang
1. Usia barang secara fisik
2. Usia barang secara administratif
3. Pemeliharaan dalam aspek hukum
c) Berdasarkan segi penggunaan
Barang yang digunakan harus sesuai dengan fungsinya untuk
menghindari dari terjadinya kerusakan. Misalnya, komputer yang
ada digunakan untuk keperluan kantor, bukan untuk keperluan
individual atau lainnya. Penggunaan barang pada umumnya
dibedakan pada dua hal yakni memperlakukan dan menjalankan.
Memperlakukan adalah suatu metode untuk menggunakan
barang secara langsung atau tidak, yang dipengaruhi oleh selera
pribadi pemakai barang. Sedangkan menjalankan adalah pengertian
secara khusus yang diterapkan pada barang yang struktur intern
fisiknya ada yang bergerak dan barang itu seluruhnya bergerak.
d) Berdasarkan keadaan barang
Pemeliharaan menurut keadaan barang dilakukan terhadap
barang habis pakai dan barang tak habis pakai (tahan lama).
1. Pemeliharaan barang habis pakai
2. Pemeliharaan barang tahan lama
Barang tahan lama dapat dikelompokkan menjadi:
a) Mesin-mesin
b) Kendaraan.
c) Alat-alat Elektronika
d) Buku-buku
e) Mebiler
f) Alat-alat Laboratorium
g) Gedung-gedung
h) Ruang Kepala Sekolah
33
i) Ruang Kelas.
j) Gedung Unit Sekolah Baru (USB)
k) Bangunan
l) Tanah53
5. Teknik Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Teknik atau tahapan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
dapat dirumuskan menjadi 5P yang akan dijelaskan sebagai berikut:
A. Penyadaran
Penyadaran adalah upaya menanamkan kesadaran kepada warga
sekolah tentang pentingnya pemeliharaan sarana dan prasarana. Dalam
tahap ini perlu ditanamkan rasa memiliki (sense of belonging) sekolah
dan menyadarkan pentingnya kebiasaan baik kepada semua guru dan
siswa. Perlu diketahui bahwa tanggung jawab dalam pemeliharaan
sarana dan prasarana sekolah tidak hanya tugas wakil kepala sekolah
bidang sarana dan prasarana saja, melainkan semua pihak bertanggung
jawab atas hal tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyadaran
kepada semua pihak tersebut.
Pengenalan dan penyadaran pentingnya pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
menggunakan rumus AMBAK. AMBAK merupakan singkatan dari
Apa Manfaatnya BAgi Ku. Contohnya, siswa diminta mengisi form
yang berisi manfaat pemeliharaan WC bagi siswa yang bersangkutan
sendiri.
Cara kedua adalah dengan menjelaskan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan jika pemeliharaan sarana dan prasarana tidak dilakukan.
Kemudian, cara yang ketiga adalah dengan mensosialisasikan tata
tertib dan memasang pesan-pesan pengingat penggunaan sarana dan
prasarana sekolah yang diletakkan di tempat-tempat yang strategis.
53 Ibid., h. 107
34
B. Pemahaman
Pemahaman ialah upaya memberikan pemahaman tentang program
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah. Pemahaman diberikan
kepada semua warga sekolah dengan cara menjelas semua program
pemeliharaan yang dibuat oleh sekolah secara utuh agar tujuan
pemeliharaan dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan.
C. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah tahap penyusunan struktur organisasi
pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah beserta pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya. Pada tahap ini diatur dengan jelas
siapa yang bertanggung jawab, siapa yang melaksanakan dan siapa
yang mengendalikannya. Dalam hal ini, kepala sekolah sebagai
penanggung jawab utama dan harus berkoordinasi dengan ketua
komite sekolah. Keduanya memiliki kedudukan sejajar dan tidak
dapat saling mendikte.
Organisasi membagi personel pemeliharaan berdasarkan kurun
waktu pemeliharaan. Kelompok personel yang bertugas melaksanakan
pemeliharaan harian atau mingguan adalah guru dan siswa. Sedangkan
kelompok personel yang melaksanakan pemeliharaan secara berkala
adalah tim teknis pemeliharaan. Tim teknis ini terdiri dari unsur guru,
wali murid, komite sekolah dan anggota masyarakat.
Struktur organisasi yang telah dibentuk tidak akan berjalan dengan
baik jika tidak dijabarkan dengan jelas tugas, tanggung jawab dan
wewenangnya.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
secara teratur sehingga menjadi suatu kebiasaan civitas sekolah.
Pelaksanaan pemeliharaan terbagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan
rutin dan pemeliharaan berkala.
35
Pemeliharaan rutin bertujuan untuk menjaga sarana dan prasarana
agar tetap dalam kondisi dan bertahan lama. Kegiatannya mencakup
membersihkan semua komponen di dalam maupun di luar ruangan
dan merapikan letak-letak benda. Kegiatan pemeliharaan rutin dapat
menjadi sarana bagi guru untuk mendidik karakter siswa untuk peduli
terhadap lingkungan, memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin.
Sementara pemeliharaan berkala bertujuan untuk merawat dan
memperbaiki jika ada kerusakan sehingga sarana dan prasarana dapat
berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Kegiatan perawatan dapat
dilakukan oleh warga sekolah sendiri, sedangkan kegiatan perawatan
dilakukan oleh orang luar sekolah yang ahli. Pemeliharaan berkala
dilakukan oleh tim teknis pemeliharaan sekolah.
E. Pendataan
Pendataan adalah inventarisasi sarana dan prasarana ditinjau dari
ketersediaan dan kondisinya. Petugas yang ditunjuk untuk menyurvei
sarana dan prasarana harus memahami betul komponen apa saja yang
harus diinventarisasikan. Hasil dari pendataan dapat digunakan untuk
mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana serta untuk
kepentingan pelaporan. Selain itu, hasil pendataan juga dapat
dijadikan dasar untuk mengajukan pengadaan barang pengganti ke
Dinas Pendidikan.54
Jadi, sebelum melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan
prasarana, maka terlebih dahulu kita harus menyadarkan dan memberikan
pemahaman terhadap seluruh warga sekolah untuk memahami dan
menyadari pentingnya memeliharan sarana dan prasarana yang ada untuk
menimbulkan rasa tanggung jawab kepada setiap pengguna sarana dan
prasarana agar mampu menjaga dengan baik sarana dan prasarana yang
54 Barnawi dan M. Arifin, Op. Cit, h. 228
36
telah dipakai agar sarana dan prasarana tersebut dapat digunakan sesuai
dengan jangka waktu maksimal pemakaiannya.
Setelah itu, maka langkah selanjutnya adalah membentuk struktur
organisasi. Hal ini penting dilakukan agar setiap tugas memiliki
penanggung jawab yang jelas sehingga tidak ada tugas yang tumpang
tindih atau bahkan terabaikan karena tidak ada orang bertanggung atas
tugas tersebut.
Jika struktur organisasi atau job design sudah dibuat, maka yang
harus dilakukan selanjutnya adalah pelaksanaan. Dalam hal ini,
pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan sesuai dengan struktur
organisasi yang telah disusun dan disepakati bersama.
Setelah pemeliharaan dilakukan, maka kita dapat mengetahui
kondisi dan ketersediaan sarana dan prasarana yang ada. Dari hasil
kegiatan pemeliharaan, maka kita dapat mendata kondisi sarana dan
prasarana yang ada sehingga dapat dijadikan data dan laporan jika ingin
mengajukan pengadaan barang ke dinas pendidikan setempat.
6. Anggaran Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Anggaran dalam pemeliharaan sarana dan prasarana merupakan hal
yang amat penting. Permasalahan mengenai anggaran pemeliharaan juga
selalu dihadapi oleh manajemen sekolah karena ketidaktersediaan dan
tercukupinya dana pemeliharaan untuk melaksanakan pemeliharaan
gedung secara menyeluruh. Keterbatasan dan kesadaran masyarakat
dalam memberikan kontribusi dalam pengumpulan dana pemeliharaan
sangat kurang, untuk itu berbagai cara perlu ditempuh oleh manajemen
sekolah untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada
masyarakat bahwa pemeliharaan gedung sekolah adalah untuk
kepentingan masyarakat bersama, terutama yang tinggal di sekitar
sekolah.55
55 Decentralized Basic Education (DBE-1) USAID, Pengertian dan Acuan Manajemen Aset
Sarana dan Prasarana Sekolah (Buku IV), Juli 2010, h. B1-14
37
Dengan demikian, perlu adanya koordinasi antara pihak sekolah,
orang tua dan masyarakat sekitar untuk saling bekerja sama dalam
memelihara sarana dan prasarana sekolah, terutama dalam hal
pendanaan. Tentunya pendanaan tersebut harus bisa dilaksanakan
sekolah secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan laporannya.
Dalam hal ini, sekolah harus bisa meningkatkan kesadaran semua warga
sekolah dan masyarakat untuk bisa berkontribusi dalam hal pendanaan
untuk pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah. Hal ini didasarkan
bahwa sarana dan prasarana sekolah itu se