Upload
others
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
MODERNISASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN
(Studi Di Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa
PurwajayaKecamatan Banjar MargoTulang Bawang)
Oleh:
MAR ATUS SHOLIHAH
NPM. 14114741
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)METRO
TAHUN 1440 H/2019 M
MODERNISASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN
(Studi Di Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya
Kecamatan Banjar MargoTulang Bawang)
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Oleh:
MAR ATUS SHOLIHAH
NPM. 14114741
1. Pembimbing I: Dr. Hj. AKLA, M.Pd
2. Pembimbing II : H. BASRI, M.Ag
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN 1440 H/2019 M
ABSTRAK
MODERNISASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN
(Studi Di Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya
Kecamatan Banjar MargoTulang Bawang)
OLEH:
MAR ATUS SHOLIHAH
NPM. 14114741
Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren (Studi Di Pondok Pesantren
Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar MargoTulang Bawang),
kajiannya dilatar belakangi oleh perubahan dan pengembangan sistem pendidikan
pesantren yang semakin lama semakin terbuka dengan pola dari luar, untuk
menjawab tuntutan zaman. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menjawab permasalahan: (1) Arti penting modernisasi
sistem Pendidikan pesantren di pondok pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya
Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang (2) Bagaimana proses modernisasi
sistem Pendidikan pesantren di Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar
Margo Tulang Bawang.
Skripsi ini termasuk jenis penelitian kualitatif lapangan, studi tersebut
dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan
Banjar Margo Tulang Bawang. Selain dari pondok pesantren tersebut juga
digunakan studi kepustakaan yang dijadikan sumber data. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi. selanjutnya analisis
data dalam penelitian ini lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data.
Analisis data selama di lapangan menggunakan analisis data deskriptif.
Aktifitas dalam analisis datanya yaitu: pemaparan data, penyajian data, dan
kesimpulan. Dari hasil penelitian bahwa pelaksanaan Modernisasi Sistem
Pendidikan Pesantren cukup baik, meliputi: (1) Arti penting modernisasi sistem
Pendidikan di pondok pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar
Margo Tulang Bawang adalah berusaha untuk menyempurnakan sistem
pendidikan Islam yang ada di pesantren Darul Ishlah, dengan tujuan agar para
santrinya bisa secara cepat beradaptasi dalam setiap bentuk perubahan peradaban
dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat, karena mereka memiliki
kemampuan yang siap pakai. (2) Proses modernisasi sistem pendidikan pesantren
adalah dengan mengembangkan komponen-komponen yang saling menguatkan
seperti: cara berpikir yang ilmiah, administrasi, kurikulum, struktur organisasi,
sarana prasarana, dan metode Pendidikannya. Dalam pengembangan tersebut
pondok pesantren Darul Ishlah harus benar-benar selektif dalam menerima dan
mengadopsi pola-pola dari luar, Agar tidak kehilangan ciri khas dari pesantren itu
sendiri. Dalam penelitian tersebut peneliti menemukan kekurangan dalam
kurikulum pendidikannya yakni mengenai penambahan materi pendidikan umum
dan pengembangan bidang ketrampilan dan pelatihan untuk menyalurkan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki santri, Selain itu mengenai metode
pengajarannya masih menggunakan metode lama. Sehingga masih perlu
menambah dengan metode modern.
MOTTO
رَا ... رَا بَش ِّ ... تُ نَ ف ِّرَا وَلَ وَعَل ِّمَا وَيَس ِّ
Artinya : “Gembirakan dan permudahlah. Ajarkanlah ilmu dan janganlah kalian
berlaku tidak simpati”.1
1 Abdullah Nasih Ulwan (selanjutnya disebut Ulwan), Pendidikan Anak dalam Islam. Jilid
II. Diterjemahkan oleh Jamaluddin Miri, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h. 142.
PERSEMBAHAN
Dengan rasa Syukur dan Rendah Hati Skripsi ini Saya persembahkankepada :
1. Ayahanda Bapak Suwondo dan Ibu Yeti Sumiati yang senantiasa selalu
menasihati, memotivasi untuk segera menyelesaikan studiku saat ini dan tak
hentinya selalu mendo’akan demi kelancaran dan keberhasilanku dalam
bertholabul ilmi.
2. Adikku yang selalu mendukungku dan mendo’akan keberhasilanku dalam
studiku.
3. Teman-temanku Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di IAIN
Metro Angkatan 2014.
4. Almamaterku IAIN Metro.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
NOTA DINAS ................................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ORISINALITAS PENELITIAN ................................................................... vii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5
D. Penelitian Relevan .......................................................................... 6
BAB II KERANGKA TEORI
A. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ............................................ 8
1. Pengertian Sistem Pendidikan Pondok Pesantren .................... 8
2. Dasar-Dasar Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ................. 12
3. Pentingnya Sistem Pendidikan Pondok Pesantren .................. 13
B. Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ....................... 16
1. Pengertian Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren 16
2. Pentingnya Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok
Pesantren .................................................................................. 17
3. Ciri-Ciri Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren .. 20
4. Dampak Positif dan Negatif Modernisasi Sistem Pendidikan
Pondok Pesantren ..................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ............................................................... 28
B. Sumber Data ................................................................................... 30
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 32
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ................................................. 35
E. Teknik Analisis Data ...................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................................. 40
1. Sejarah Berdirinya Pesantren Darul Ishlah .............................. 40
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Ishlah ......................... 41
3. Keadaan Ustad dan Ustadzah Pesanten Darul Ishlah ............... 44
4. Keadaan Santri Pesantren Darul Ishlah .................................... 45
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Pesantren Darul Ishlah ........... 45
6. Struktur Organisasi Pesantren Darul Ishlah ............................. 47
B. Modernisasi dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren (Studi di
Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar
Margo Tulang Bawang ................................................................... 48
C. Pembahasan .................................................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 54
B. Saran ............................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keadaan Ustad dan Ustadzah Pesantren Darul Ishlah ........................ 44
Tabel 2 Keadaan Santri Pesantren Darul Ishlah ............................................... 45
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Bimbingan Skripsi (SK) ...................................................................... 59
2. Surat Izin Pra-Survey .................................................................................... 60
3. Surat Balasan Pra Survey .............................................................................. 61
4. Surat Izin Research ....................................................................................... 62
5. Surat Tugas.................................................................................................... 63
6. Surat Balasan Izin Research .......................................................................... 64
7. Surat Bebas Jurusan ...................................................................................... 65
8. Surat Bebas Pustaka ...................................................................................... 66
9. Outline ........................................................................................................... 67
10. Alat Pengumpual Data (APD) ....................................................................... 70
11. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi ............................................................ 73
12. Dokumentasi ................................................................................................. 85
13. Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... 89
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di
Indonesia, eksistensinya sampai sekarang masih ada. Pertumbuhan dan
perkembangan pondok pesantren tidak telepas hubungannya dengan
masuknya Islam di Indonesia. Namun sekarang dapat terlihat bahwa
perkembangan dan kemajuan zaman yang sangat pesat di segala aspek dan
peranan agama yang lebih kompleks, dalamperkembangan selanjutnya pondok
pesantren di pengaruhi oleh perkembangan pendidikan dan tuntutan dinamika
masyarakat.
Pondok pesantren diharpahkan mampu melakukan perkembangan-
perkembangan keilmuan ke arah yang lebih baik, yang tentunya sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman pada saat ini.
Sebagaimana dijelaskan di dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.2
2 Firdaus, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen Serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006),hal.49
Demikian jelaslah bahwa pendidikan yang dilakukan oleh lembaga
Pendidikan Pondok Pesantren harus mampu melakukan pengembangan segala
bidang baik inteletualitas maupun kemampuan kecerdasan rohaniah (religius
keagamaan), serta mampu melakukan pengembangan keilmuan ke arah yang
lebih baik, yang tentunya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Patut kita akui bahwasannya pondok pesantren sebagai salah satu
lembaga penyelenggara pendidikan, sedikit banyak telah memberikan
kontribusi positif terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Pada saat ini
yang lebih sering disebut oleh sebagian orang zaman modern atau era
globalisasi, dimana semakin beratnya tantangan dan semakin ketatnya
persaingan dalam segala hal, terutama dalam ilmu pengetahuan. Untuk
menyikapi hal tersebut, tentunya perlu kiranya ada sebuah upaya untuk
menyeimbangkan keilmuan dan keimanan pada diri masing-masing umat,
yang diakibatkan oleh adanya modernisasi. Dalam hal ini harus dilakukan oleh
pondok pesantren melalui penyelarasan serta pengembangan-pengembangan
sistem pendidikan, kurikulum, kegiatan belajar mengajar, pola pembelajaran,
dan metode pembelajaran, bahkan pembekalan keterampilan di pondok
pesantren.
Kita ketahui, modernisasi sangat mempengaruhi sistem pendidikan
pondok pesantren sehingga banyak merubah berbagai paradigma pendidikan
di pondok pesantren, diantaranya dalam jenjang pendidikan yang awal
mulanya dapat dilakukan berulang-ulang namun setelah masuknya
modernisasi terhadap pondok pesantren, jenjang pendidikan pada saat ini
mulai membentuk kelas-kelas yang berjenjang dalam waktu 1 tahun. Oleh
karena itu, pondok pesantren senantiasa dapat meyikapi dampak dari
modernisasi dunia luar terhadap kehidupan pondok pesantren, sehingga ke
khasan pondok pesantren tersebut dapat terjaga kemurniannya atau perubahan
besar dalam pendidikan pondok pesantren itu sendiri, baik dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak negatif dari modernisasi diantaranya
berkurangnya kajian kitab kuning, dikarenakan di dalam pembelajaran di
suatu pondok pesantren banyak mengadobsi ilmu umum untuk dipelajari di
dalamnya, sehingga watu yang ada terbagi untuk mengkaji ilmu pengetahuan
umum.
Sedangkan dampak positif dari modernisasi yaitu ilmu pengetahuan
bisa didapatkan dari mana saja, baik dari buku, majalah, internet dan
sebagainnya, karena seorang kyai bukan lagi menjadi satu-satunya sumber
ilmu pengetahuan.
Kaitannya dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di pondok pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan
Banjar Margo Tulang Bawang yang dapat dijadikan satu sumber penelitian,
dimana pondok pesantren tersebut merupakan pondok pesantren salafiyah
yang telah mengadopsi dan mengaplikasikan sistem pendidikan modern dalam
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil Survey yang dilakukan pada tanggal 24 November
2017 melalui wawancara dengan Pengurus Pondok Pesantren Bapak Tohir
Muntaha diketahui bahwa Pondok Pesantren Darul Ishlah awal mulanya
menggunakan sistem salaf, karena seiring perkembangan zaman dan tuntutan
yang ada pada masyarakat kini pondok pesantren Darul Ishlah telah mulai
menerapkan sistem pendidikan klasikal, yaitu dapat dilihat dari telah di
adakannya lembaga pendidikan formal yaitu Pendidikan Usia Dini Darul
Ishlah (PAUD Darul Ishlah), Taman Kanak-kanak Darul Ishlah (TK Darul
Ishlah), Sekolah Dasar Darul Ishlah (SD Al-Qur’an Darul Ishlah), Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama (SMP Plus Darul Ishlah), Sekolah Menengah Tingkat
Atas (SMK Darul Ishlah).
Berangkat dari masalah yang ada di Pendidikan pondok pesantren,
maka itulah yang melatar belakangi dan mendorong penulis untuk melakukan
penelitian yang berkenaan dengan Modernisasi Dalam Sistem Pendidikan
Pondok Pesantren (Studi Di Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya
Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang), yang nantinya penelitian yang
dilakukan tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi upaya
pengembangan Pendidikan di Pondok Pesantren dan semoga dapat
memberikan kontribusi positif bagi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas untuk memudahkan
pelaksanaan Penelitian, maka masalah yang akan diteliti oleh peneliti secara
operasional yaitu “Bagaimana Modernisasi Dalam Sistem Pendidikan Pondok
Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang
Bawang”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini aitu untuk mengetahui bagaimana
Modernisasi Dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Darul Ishlah
Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat secara Teoritis
Secara teoritis penelitian yang dilakukan ini memberikan
pemahaman kepada masyarakat luas terhadap adanya modernisasi
dalam pengaruhnya terhahadap pondok pesantren serta pola
perkembangan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren yang dilakukan
sebagai upaya peningkatan mutu dan kualitas Pendidikan di Pondok
Pesantren pada era modern seperti saat ini.
b. Manfaat secara Praktis
Secara praktis penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan
kontribusi positif bagi para pengelola Pondok Pesantren dalam rangka
upaya pengembangan Pendidikan di Pondok Pesantren yang lebih baik
lagi demi terwujudnya generasi yang insan kamil, yakni generasi yang
kreatif, mandiri, berakhlak mulia, beriman, bertaqwa kepada Allah
SWT dan berguna bagi nusa dan bangsa.
D. Penelitian Relevan
Bagian ini memuat uraian secara sistematis mengenai hasil Penelitian
terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji. Peneliti
mengemukakan dan menunjukan dengan tegas bahwa masalah yang akan
dibahas belum pernah diteliti atau berbeda dengan Penelitian sebelumnya.3
Sebenarnya penelitian yang membahas tentang modernisasi pesantren
bukanlah hal yang baru, sudah banyak para peneliti yang meneliti tentang
modernisasi pesantren, namun penelitian yang saya lakukan tentunya tidaklah
sama dengan para peneliti lainnya, sebab tulisan ini mempunyai fokus
tersendiri yang menjadikannya berbeda dari studi tentang pesantren yang
dilakukan oleh peneliti lain, di antara penelitian tentang modernisasi pesantren
adalah :
1. Muhammad Zamroji“Modernisasi Sistem Pendidikan pondok pesantren
Sekolah Tinggi Agama Islam At- Tahdjzib Jombang Indonesia ”.4
2. Eko Setiawan “ Modernisasi Pola Sistem Pendidikan Pesantren (Studi
Studi Kasus Pondok Pesantren Modern Darul Fikri Mulyoagung Dau
Malang Universitas Briwijaya Malang).5
Semua penelitian dan tulisan tentang modernisasi pesantren sudah
banyak dilakukan, akan tetapi penulis belum menemukan penelitian tentang
modernisasi sistem pendidikan pesantren dilakukan pada pondok pesantren
3 Zuhairi, et.al. Pedoman Penelitian Karya Ilmiah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016),
h. 39. 4Muhammad Zamroji,(Modernisasi Sistem Pendidikan pondok pesantren Sekolah Tinggi
Agama Islam At- Tahdjzib Jombang Indonesia) 5 Eko Setiawan “ Modernisasi Pola Sistem Pendidikan Pesantren (Studi Studi Kasus
Pondok Pesantren Modern Darul Fikri Mulyoagung Dau Malang Universitas Briwijaya Malang)
Darul Ishlah. Oleh karena itu penulis mengasumsikan bahwa pembahasan dan
penelitian terhadap modernisasi sistem pendidikan pesantren di pondok
pesantren Darul Ishlah belum ada yang melakukannya. Di samping itu penulis
ingin mendeskripsikan bagaimana proses modernisasi sistem pendidikan yang
berlangsung di pondok pesantren Darul Ishlah seperti model kepemimpinan,
jenjang pendidikan, Kurikulum, metode pembelajaran dan pengembangan
manajemen dan sumber daya manusia dari tenaga pendidik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
1. Pengertian Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
cara untuk mencapai tujuan tertentu di mana dalam penggunaannya
bergantung kepada berbagai faktor yang erat hubungannya dengan usaha
pencapaian tujuan tersebut.6
Definisi tradisinonal menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat
komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan. Definisi modern yaitu totalitas yang tersusun dari bagian-bagian
yang bekerja secara sendiri-sendiri (independent) atau bekerja bersama-
sama untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan.7
Sistem pendidikan pondok pesantren sejauh ini terdiri dari dua
kategori, yaitu salafi dan khalafi. Pesantren dikategorikan salafi jika
memiliki komponen kiai, santri, mushalla/masjid, pengajian kitab-kitab
Islam klasik, dan pondok/asrama dengan kurikulum seratus persen
berisikan ilmu-ilmu agama yang disajikan secara sorogan, bandongan,
atau weton. Kategori salafi itu akan berubah jika terjadi suatu inovasi yang
bisa memunculkan komponen baru, seperti keterampilan, sistem
pendidikan madrasah, sistem pendidikan sekolah umum, lembaga
pengembangan masyarakat, atau yang lainnya. Kategori khalafi selamanya
akan mengandung multitafsir akibat ketidakjelasan definisnya. Sebab,
6 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003),h.
245 7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Cetakan Kesembilan,
h.19
kategori yang disebut terakhir ini memang memiliki pola yang sangat
beragam dan tidak mungkin diseragamkan.8
Pondok pesantren merupakan salah satu subsistem pendidikan di
Indonesia, maka gerak dan usaha harus serta arah pengembangannya harusnya
berada di dalam ruang lingkup tujuan pendidikan nasional itu.
Pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
UUD Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 dijelaskan
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujud kan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.9
Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua
komponen atau bagian-bagiannya diarahkan dari tercapainya tujuan tersebut.
Karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah sistem yang disebut sebagai
sistem pendidikan.10
Secara etimologis, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan
sekolah luar sekolah dan masyarakat yang secara langsung dikelola oleh
masyarakat dan bahkan merupakan milik masyarakat karena tumbuh dari dan oleh
masyarakat".11
8 Abd. Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan
Sistem Pendidikan Pesantren, (Yogyakarta:Lkis, 2013), h, 183 9 Hipunan Peraturan Perudang Undanagan, Undang-Undang Sisdiknas Sistem Pendidikan
Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2013),h. 2. 10
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 2012), h. 123. 11
M. Bahri Ghazali, PendidikanPesantrenBerwawasan, (Jakarta: PedomanIlmu Jaya,
2001),h.15
Sedangkan menurut Tim Perkembangan Ilmu pendidikan, Pesantren adalah
lembaga pendidikan dan sosial yang selalu adaptif terhadap perubahan dan
perkembangan yang terjadi di lingkungan.”12
Sistem pendidikan Indonesia yang telah di bagun dari dulu sampai
sekarang ini, ternyata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan
tantangan global untuk masa yang akan datang, Program pemerataan dan
peningkatan kulitas pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih
menjadi masalah yang menonjol dalam dunia pendidikan di Indonesia ini.
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan
pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama
Islam, yang dalam pesantren Indonesia lebih disamakan dengan lingkungan
padepokan yang dipetak-petak dalam bentuk kamar sebagai asrama bagi para
santri. Sedangkan pesantren merupakan gabungan dari kata pe-santri-an yang
berarti tempat santri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren
adalah tempat atau asrama bagi santri yang mempelajari agama dari seorang Kyai
atau Syaikh.
Modernisasi merupakan suatu proses ketika masyarakat yang sedang
memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang
dimiliki masyarakat modern.”13
Modernisasi berdasarkan perubahan dalam modernisasi, yaitu
perubahan tersebut sifatnya progresif (maju) bukan sebaliknya regresif,
perubahan yang menyeluruh dalam berbagai segi kehidupan manusia.
12
Tim Perkembangan Ilmu pendidikan , ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Jakarta: IMTIMA,
2007), h. 458. 13
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik Modern Posmodern dan
Poskolinial (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), h. 172.
Pergeseran kehidupan yang bukanhanya dari segi material (keduniawian)
namunjuga mencakup segi spiritualnya (ukhrawi) yang lebihbaik dan,
modernisasi adalah upaya manusia dalam mengusahakan segala sesuatu
dalam kehidupan agar menjadi baru dan selaras dengan kemajuan iptek
yang berkesinambungan tanpa harus mengesamping kan kehidupan
akhirat.
Bila kita mempergunakan istilah sistem pendidikan dan pengajaran
pondok pesantren, maka yang dimaksud adalah sarana berupa perangkat
organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren.14
Pondok pesantren adalah sistem pendidikan yang melakukan
kegiatan sepanjang hari. Santri tinggal di asrama dalam satu kawasan
bersama guru, kiai dan senior mereka. Oleh karena itu hubungan yang
terjalin antara santri, guru, kiai dalam proses pendidikan berjalan intensif,
tidak sekedar hubungan formal ustadz-santri di dalam kelas. Dengan
demikian kegiatan pendidikan berlangsung sepanjang hari, dari pagi
hingga malam hari.
Penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa sistem pendidikan
Pondok Pesantren adalah sistem yang melakukan kegiatan sepanjang hari,
proses belajar mempunyai frekuensi yang tinggi, adanya proses
pembiasaan akibat interaksinya setiap saat sesama santri, ustadz dan kiai,
14
Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, h.114
disamping itu sistem pondok pesantren adalah penyediaan sarana untuk
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran dipondok pesantren.
2. Dasar-Dasar Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Darul Ishlah
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membimbing para warganegara
Indonesia menjadi pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan
berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar. Serta tujuan
dari pendidikan nasional itu yakni membangun kualitas manusia yang bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan
dengan-Nya sebagai warganegara yang berjiwa pancasila mempunyai semangat
dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian yang
kuat, cerdas, terampil, dapat mengembangkan dan menyuburkan sikap
domokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara sesama manusia dan
dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan daya estetik,
berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakatnya, dasar pendidikan
atara lain adalah:
1. Pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar
negara republik Indonesia tahun 1945.
2. Pasal 3 pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.15
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa dasar sistem
pendidikan pondok pesantren yaitu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional,
karena pondok pesantren merupakan salah satu subsistem pendidikan di
15
Ibid, hal. 5-6
Indonesia, maka gerak dan usaha serta pengembangannya harus berada di dalam
ruang lingkup tujuan pendidikan nasional itu sendiri.
3. Pentingnya Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Sistem pondok pesantren selalu diselenggarakan dalam bentuk
asrama atau komplek asrama dimana santri mendapatkan pendidikan
dalam suatu situasi lingkungan sosial keagamaan yang kuat dalam ilmu
pengetahuan yang dilengkapi pula dengan atau tanpa ilmu pengetahuan
umum. Perkembangan selanjutnya, pondok pesantren disamping
memberikan pelajaran ilmu agama, juga ilmu pengetahuan umum dengan
sistem madrasah atau sekolah.
Modernisasi atau inovasi pendidikan pesantren dapat diartikan
sebagai upaya untuk memecahkan masalah pendidikan pesantren. Atau
dengan kata lain, inovasi pendidikan pesantren adalah suatu ide, barang,
metode yang dirasakan sebagai hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang, baik berupa hasil penemuan (invention) maupun
discovery yang digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan
masalah pendidikan pesantren. Inovasi (modernisasi) pendidikan adalah
sebagai berikut:
1. Sistem Asrama
Sistem asrama merupakan system dimana santri tinggal di dalam asrama
selama 24 jam dengan semua kegiatan dan rutinitas yang ada. Dengan
sistem tersebut diharapkan terciptanya sebuah dinamika kehidupan santri
yang merefleksikan nilai-nilai Islam dalam proses pendidikan dan
suasana kehidupan dalam asrama.
2. Sistem Kelompok (Club, Komunitas)
Yaitu sistem yang di bentuk di mana santri melakukan aktivitas tertentu
dalam kapasitas kelompok. Seperti kelompok olah raga,
kesenianketerampilan, keilmuan, kepramukaan, dll. Sistem ini sengaja
diciptakan guna memacu daya saing antar santri dan kelompok, serta
menjadi wadah bagimasing-masingbidang yang di gemari oleh santri itu
sendiri.
3. Penugasan
Salah satu bentuk metode pendidikan penugasan. Dalam hal ini, selain
tugas belajar, santri juga menjalankan roda organisasi sanrti yang di
kenal dengan Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM). Organisasi
tersebut memiliki beberapa bagian, diantaranya Koperasi Pelajar, Kantin,
Koperasidapur, Bagian Kesehatan, Bagian Keamanan, BagianKesenian,
BagianOlahraga, dll.
4. Disiplin, nilai dan sunnahpondok
Sebagai sebuah lembaga pendidikan pesantren, memiliki disiplin, nilai
dan sunnah pondok yang wajib dilak sanakan oleh pimpinan, guru, santri
dan seluruh warga pondok. Dalam hal ini disiplin, nilai dan sunnah
semuanya diciptakan dari santri, oleh santri dan untuksantri.16
Terlihat dengan adanya pondok pesantren dari dulu hingga sekarang, yang
tentunya mempunyai peranan yang penting, dalam pendidikan, pondok pesantren
masuk dalam sistem pendidikan yang perlu diperhitungkan khususnya dalam
mempelajari ilmu agama, dan juga tidak ketinggalan dalam pengetahuan
umumnya. Selain itu, berbagai kegiatan non formal pun di dalam pondok
pesantren dapat diikuti para santri untuk mengasah bakat mereka. Disisi lain,
pondok pesantren juga mulai menampakkan keberadaannya sebagai lembaga
pendidikan Islam yang mumpuni, dimana didalamnya didirikan sekolah baik
formal maupun non formal.
16
M. Ihsan Dacholfany, Pendidikan Karekter Ala , Pesantren Gontor, (Jakarta: Wafi Media
Tama , 2001), h. 39-40
Ada tiga pola inovasi sistem pendidikan yang dikembangkan di pesantren,
yaitu pola inovasi model Departemen Agama, pola inovasi model LP3ES/P3M,
dan pola inovasi sporadis.
1. Pola Inovasi Model Departemen Agama
Pola inovasi yang diprakarsai oleh Departemen Agama ini
berupa kurikulum keterampilan, ditujukan sekadar sebagai
tambahan terhadap kurikulum yang sudah ada di pesantren.
2. Pola Inovasi Model LP3ES dan P3M
Pola ini bekerja sama dengan pemerintah dan swadaya
masyarakat, tujuannya adalah agar antara pesantren dan
masyarakat terjalin suatu hubungan kemitraan yang leibh
produktif.
3. Pola Inovasi Sporadis
Pola inovasi sistem pendidikan secara sporadis dikembangkan
melalui berbagai cara di tiap-tiap pesantren. Pola inovasi ini
relatif aman dari kontroversi karena pengadopsian inovasinya
dilekukan tanpa keterlibatan pihak luar.17
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pondok
pesantren sangatlah berperan penting dalam pendidikan, maka dari itu
sistem pendidikan pondok pesantren harus dilakukan perkembangan dan
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan yang ada pada
masyarakat saat ini.
17
Abd. Halim Soebahar, Modernisasi Pesantren Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan
Sistem Pendidikan Pesantren,h.183-186
B. Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
1. Pengertian Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Modernisasi merupakan suatu proses ketika masyarakat yang sedang
memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang
dimiliki masyarakat modern.”18
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu
perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek
dalam kehidupan di masyarakat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-
cara baru yang lebih maju, di mana dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat.19
Modernisasi berdasarkan perubahan dalam modernisasi, yaitu
perubahan tersebut sifatnya progresif (maju) bukan sebaliknya regresif,
perubahan yang menyeluruh dalam berbagai segi kehidupan manusia.
Pergeseran kehidupan yang bukan hanya dari segi material (keduniawian)
namun juga mencakup segi spiritualnya (ukhrawi) yang lebih baik dan,
modernisasi adalah upaya manusia dalam mengusahakan segala sesuatu
dalam kehidupan agar menjadi baru dan selaras dengan kemajuan iptek
yang berkesinambungan tanpa harus mengesampingkan kehidupan akhirat.
Pesantren modern berupaya memadukan tradisionalitas dan
modernitas pendidikan. Sistem pengajaran formal ala klasikal (pengajaran
di dalam kelas) dan kurikulum terpadu diadopsi dengan penyesuaian
tertentu. Dikotomi ilmu agama dan umum juga dieleminasi. Kedua bidang
18
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik Modern Pos Modern
dan Poskolinial (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), h. 172. 19
Abdulsyani, Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002),
Cetakan Kedua, h. 176-177
ilmu ini sama-sama diajarkan, namun dengan proporsi pendidikan agama
lebih mendominasi. Sistem pendidikan yang digunakan di pondok modern
dinamakan sistem Mu’allimin.
Pondok pesantren modern telah mengalami transformasi
yang sangat signifikan baik dalam sistem pendidikannya maupun
unsur-unsur kelembagaannya. Pesantren ini telah dikelola dengan
manajemen dan administrasi yang sangat rapi dan sistem
pengajarannya dilaksanakan dengan porsi yang sama antara
pendidikan agama dan pendidikan umum, dan penguasaan bahasa
Inggris dan bahasa Arab.20
Berdasarkan penjelasan diatas dapat jelaskan bahwa modernisasi
sistem pendidikan pondok pesantren adalah perubahan yang dialami pada
sistem pendidikan, metode, maupun unsur-unsur yang lain yang ada pada
pondok pesantren tersebut, disamping itu modernisasi sistem pendidikan
pondok pesantren harus mengalami perubahan yang sifatnya progresif
(maju).
2. Pentingnya Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Pengertian modernisasi hampir identik dengan pengertian
rasionalisasi, yaitu proses perombakan pola berpikir dan tata kerja lama
yang tidak rasional dan menggantinya dengan pola berpikir dan tata kerja
baru yang rasional. Hal itu dilakukan dengan menggunakan penemuan
20
Abdul Tolib, Pendidikan Di Pondok Pesantren Modern, (Universitas Wiralodra
Indramayu: Risalah, ISSN. 2085-2487, 2015), Vol, 1, h. 62
mutakhir manusia di bidang ilmu pengetahuan.21
Berdasarkan penjelasan tersebut, sesuatu dapat disebut modern
kalau ia bersifat rasional, ilmiah, dan kesesuaian hukum-hukum yang
berlaku dalam alam. Sebagai contoh sebuah mesin hitung termodern
dibuat dengan rasionalitas yang optimal, menurut penemuan ilmiah yang
terbaru.
Modernisasi meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk dunia
pesantren. Sejarah yang amat panjang itu, pesantren terus berhadapan
dengan banyak rintangan, di antaranya pergaulan dengan modernisasi.
Dunia pesantren memperlihatkan dirinya bagaikan bangunan luas, yang
tak pernah kunjung berubah. Ia menginginkan masyarakat luar berubah.
Sedangkan sistem pendidikan adalah segala strategi atau metode
yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam
dirinya.22
Jadi berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa sistem
pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen
yang ada dalam proses pendidikan, dimana antara satu komponen dengan
komponen lainnya saling berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Perkembangan pondok pesantren tidaklah semata-mata tumbuh
atas pola lama yang bersifat tradisional dengan pola pengajaran yang ada,
21
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Dunia Pendidikan
Islam Tradisional), cet. Ke-1 (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 76 22
A. Qomar, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PENA, 2011), h. 54
melainkan dilakukan suatu inovasi dalam pengembangan suatu sistem.
Disamping pola tradisinonal yang termasuk ciri pondok-pondok Salafiyah,
maka gerakan khalafiyah telah memasuki perkembangan pondok
pesantren, yakni dapat dilakukan melalui elemen sistem pendidikan
berikut:
a. Pelaku (guru, murid dan penjaga).
b. Perangkat Keras (Masjid, tempat tinggal guru, pondokan, tempat
tinggal kiyai, gedung madrasah, lapangan olahraga, pertanian,
peternakan, kolam ikan dan makam).
c. Perangkat Lunak (tujuan, kurikulum, buku-buku, nilai-nilai, aturan,
perpustakaan, pusat dokumentasi dan informasi, metode
pengajaran, keterampilan, pusat pengembangan masyarakat, serta
fasilitas pengajaran lainnya).23
Wujud sistem pendidikan terpadu pondok pesantren terletak dari tiga
komponen:
a. Belajar, yakni mempelajari jenis-jenis ilmu baik yang berkatian dengan
ilmu umum dan titik tekannya dengan ilmu yang berkaitan dengan
masalah-masalah ajaran agama yang pada akhirnya dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat atau warga
pesantren di dalam pondok pesantren.
b. Pembinaan, yang dilakukan dalam masjid sebagai wadah pengisian
rohani.
c. Praktek, maksudnya mempraktekkan segala jenis ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diperoleh selama belajar dan adanya pembinaan yang
dilakukan dalam masjid memungkinkan mereka untuk
memanifestasikannya dalam pondok. Disamping itu secara tidak
langsung kehidupan yang ditempuh dalam pondok itu sebagai inti
pendidikannya. Sebab pendidikan berarti menjadikan seseorang menjadi
dewasa perilakunnya dalam arti kejiwaan.24
Atas dasar pembentukan kemandirian itu maka sistem pendidikan
dan pengajaran pondok pesantren adalah sistem terpadu. Kemandirian itu
nampak dari keberadaan bangunan sekolah, pondok dan masjid sebagai
23
Abdul Qodir, dalam Jurnal, Pembaharuah Sistem Pendidikan Pesantren dalam
Pembentukan Kemandirian (Studi Kasus Pesantren Al-Muhajirin Palangka Raya Kalimantan
Tengah), (Kalimantan: Studi Agama dan Masyarakat: 2004), Volume2 I, Nomor 1, h. 59 24
M. Bahri Gazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 2001), h. 31-33
wadah pembentukan jati diri. Sekolah adalah wadah pembelajaran, pondok
sebagai ajang pelatihan dan praktek, sedangkan masjid tempat pembinaan
para santri. Ketiga wadah pendidikan itu digerakkan oleh kiyai, yang
merupakan pribadi yang selalu ikhlas dan menjadi teladan santrinya.
3. Ciri-Ciri Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesasanren
Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam Indonesia yang dianggap
tepat karena sistem pesantren tetap mempertahankan tradisi belajar “kitab-kitab
klasik” yang ditunjang dengan upaya internalisasi unsur keilmuan “modern”.
Selain diharapkan dapat memberikan responsi atas tuntutan era mendatang yang
meliputi dua aspek, universal dan nasional.
Dengan adanya transformasi, baik kultur, sistem dan nilai yang ada
di pondok pesatren yang dikenal dengan salafiyah (kuno) kini telah
berubah menjadi khalafiyah (modern). Transformasi tersebut sebagai
jawaban atas kritik-kritik yang diberikan pesantren dalam tranformasi ini,
sehingga dalam sistem dan kultur pesantren terjadi perubahan yang drastis,
misalnya, a). Perubahan sistem pengajaran dari perseorangan atau sorogan
menjadi sistem klasikal yang kemudian kita kenal dengan istilah madrasah
(sekolah). b). Pemberian pengetahuan umum disamping masih
mempertahankan pengetahuan agama dan bahasa arab. c). Bertambahnya
komponen pendidikan pondok pesantren, misalnya keterampilan sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat, kesenian yang Islami, d).
Lulusan pondok pesantren diberikan syahadah (ijazah) sebagai tanda tamat
dari pesantren tersebut dan ada sebagian syahadah tertentu yang nilainya
sama dengan ijazah negeri.25
Ciri-ciri modernisasi pendidikan pesantren adalah salah satu upaya untuk
menciptakan lembaga pendidikan yang mempunyai identitas kultural yang lebih
sejati sebagai konsep pendidikan masyarakat Indonesia baru. Selain di dalamnya
25
Abdul Tolib, Pendidikan Di Pondok Pesantren Modern,h.62-63
diharapkan dapat ditemukan nilai-nilai universalitas Islam yang mampu
melahirkan suatu peradaban masyarakat Indonesia masa depan. Ada beberapa hal
yang dapat diajukan untuk memodernisasikan sistem pendidikan pesantren.
Diantaranya:
a. Merevitalisasi Paradigma pendidikan pesantren.
b. Menyelaraskan antara iptek dan imtaq.
c. Upaya menghilangkan dualisme pendidikan.
d. Mereformasi sistem sorogan dan bandongan menjadi sistem klasikal dan
penjenjangan.
e. Membuat kurikulum yang lebih jelas.26
Berdasarkan lima ciri di atas bahwa sistem pendidikan pesantren
berdasarkan filsafat pendidikannya bersifat theosentric, yaitu pandangan yang
menyatakan bahwa semua kejadian berasal, berproses, dan kembali kepada
kebenaran Tuhan. Semua aktifitas pendidikan dipandang sebagai ibadah kepada
Tuhan. Ada beberapa perilaku yang menjadi tradisi para santri dalam menimba
ilmu di pesantren, yang tentunya dilatarbelakangi oleh adanya pandangan
theosentic tadi. Yaitu: 1). Sukarela dan mengabdi, 2). Kearifan, 3).
Kesederhanaan, 4). Kolektifitas, 5). Mengatur kegiatan bersama, 6). Kebebasan
terpimpin, 7). Mandiri, 8). Menjadikan pesantren tempat menimba ilmu dan
mengabdi, 9). Mengamalkan ajaran agama, 10). Tanpa Ijasah, 11). Restu kyai-
kyai.
Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang berakar panjang pada budaya bangsa Indonesia. Ia berkembang
dengan pranata yang khas selama berabad-abad sebagai lembaga pendidikan
Islam yang mandiri dan bebas dari pengaruh pendidikan kolonial Barat-Eropa.
Modernisasi sistem pendidikan pesantren senantiasa berevolusi, berkembang
26
Syarifah Gustiawati Mukri, Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren:, JURNAL I
Fakultas Agama Islam UIKA Bogor NSANIA,Vol. 13, No. 2, ssn, 307849509, Mei-Agustus
2013, h. 13-17
secara perlahan menuju perbaikan yang terus menerus. Perubahan tersebut
diupayakan dengan mengikuti perkembangan zaman bersama tuntutan keadaan
yang tak terbendung. Hal ini terlihat dari sistem pendidikan pesantren yang
menjelma menjadi madrasah. Dari metode tradisional ke sistem klasikal, dari
sistem halaqah menjadi sistem berjenjang, dari kurikulum tradisional ke
kurikulum modern, dari pendidikan klasik ke pembaharuan pendidikan, hingga
pada aspek manajemennya.
Melihat pentas persaingan regional dan global, modernisasi sistem
pendidikan pesantren tersebut diupayakan mampu mempertahankan eksistensinya
sebagai lembaga pendidikan yang menjaga identitas bangsa, selain
memperhatikan identitas pendidikan yang berbasiskan keilmuwan dan nilai-nilai
keislaman.
Sebagaimana gambaran tentang nilai-nilai pendidikan dalam
pondok pesantren yang erat kaitannya dengan kelahiran pemimpin-
pemimpin masyarakat binaan pondok pesantren. Ciri-ciri pendidikan
pondok pesantren adalah sebagai berikut:
a. Ada hubungan akrab antara santri dengan kiyai-kiyai itu
mmperlihatkan sekali santrinya.
b. Tunduknya santri kepada kiyai. Para santri menganggap bahwa
menentang kiyai selain dianggap kurang sopan juga bertentangan
dengan agama.
c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam pondok
pesantren. Hidup mewah tidak terdapat dalam pondok pesantren.
d. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara di kalangan
santri di pondok pesantren.
e. Jiwa tolong menolong dan persaudaraan sangat mewarnai pergaulan
di pondok pesantren.
f. Pendidikan disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan pondok
pesantren.
g. Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan adalah salah satu
pendidikan yang diperoleh santri dalam pondok pesantren.
h. Kehidupan agama yang baik dapat diperoleh santri di pondok
pesantren itu, karena memang pondok pesantren adalah tempat
pendidikan dan pengajaran agama.27
27
M. Bahri Gazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, h.34
Penjelasan diatas dapat dipahami bahwa ciri-ciri sistem pendidikan
pondok pesantren modern yakni adanya transformasi, baik kultur, sistem
dan nilai yang ada di pondok pesatren yang dikenal dengan salafiyah
(kuno) kini telah berubah menjadi khalafiyah yang dapat dilihat atau
ditandai dengan adanya perubahan sistem, pemberian pengetahuan umum,
bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, lulusan pondok
pesantren diberikan ijazah. Disamping itu ciri sistem pendidikan pondok
pesantren modern yaitu adanya merevitalisasi paradigma pendidikan
pesantren, penyelarasan antara iptek dan imtaq, adanya upaya
menghilangkan dualisme pendidikan, mereformasi sistem sorogan dan
bandongan menjadi sistem klasikal dan penjenjangan, membuat kurikulum
yang lebih jelas.
4. Dampak Positif dan Negatif Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok
Pesantren
Sebagian masyarakat telah mengidentikkan begitu saja istilah
modernisasi dengan istilah westernisasi. Padahal terdapat perbedaan
esensial antara pengertian modernisasi dengan westernisasi. Westernisasi
adalah mengadaptasi gaya hidup barat, meniru-niru, dan mengambil alih
cara hidup Barat. Jadi orang yang meniru-niru, dan mengambil alih cara
hidup Barat, mengadaptasi gaya hidup orang Barat itulah yang lazim
disebut westernisasi. 28
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa westernisasi mempunyai
pengertian yang tidak sama dengan modernisasi, modernisasi bukan
28
Husni, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos Raharjo, 2001), h. 67
pengambilalihan gaya dan cara hidup barat.
Dampak-dampak positif dari modernisasi sebagai berikut: Dampak
negatif modernisasi diantaranya adalah kesadaran masyarakat akan
pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan, kesiapan masyarakat
dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam segala bidang, keinginan
masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan situasi disekitarnya,
serta sikap hidup mandiri.29
Pesantren pada awal mulanya merupakan lembaga
pendidikan yang concern pada pendidikan keagamaan (tafaqquh fi
al din) sebagai bentuk keterpanggilan hati betapa pendidikan itu
penting di atas kepentingan apapun.
Dalam menanggapi gagasan ini, tampak kalangan pesantren
terbelah menjadi dua, yaitu pro dan kontra. Adanya kontroversi ini
mungkin telah disebabkan pada perbedaan pendapat mereka
tentang bagaimana sikap pesantren dalam menghadapi era
globalisasi. Mereka yang pro mengatakan bahwa modernisasi
pesantren akan memberi angin segar bagi pesantren. Mereka
menganggap bahwa banyak sisi positif yang akan diperoleh dengan
modernisasi pendidikan di pesantren. Diantara sisi positif tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bentuk adaptasi pesantren terhadap perkembangan era
globalisasi. Hal ini dilakukan agar pesantren tetap eksis.
b. Sebagai upaya untuk memperbaiki kelemahan dalam sistem
pendidikan pesantren.30
Sementara itu dampak negatif modernisasi bagi dunia pesantren
adalah adanya pergeseran nilai dan kultur inklusif.
a. Pergeseran nilai
Pesantren merupakan satu lembaga yang bercorak
29
Abdullah, Kajian Historis Lembaga Pendidikan Pesantren (Jakarta: Bulan Bintang,
2003), h.24 30
Eko Setiawan, Modernisasi pola Sistem Pendidikan Pesantren (Studi Kasus Pondok
Pesantren Modern Daaul Fikri Mulyoagung Dua Malang), (Universitas Brawijaya Malang),
Jurnal Pascasarjana Sosiologi Fakultas Pertanian, h. 14-15
tradisionalisme religious. Karena adanya arus modernisasi nilai-nlai
tradionalisme dan religious peesantren memudar. Contoh dari statemen
tersebut tampak dalam pergaulan sesama santri. Dahulu corak
kehidupan santri dijiwai dengan semangat kekeluargaan dan
kebersamaan, namun kehidupan santri telah bergeser ke midernis dan
individualistis.31
Dari pendapat diatas seiring berkembangnya nilai-nilai
pembaharuan dalam pesantren itu sendiri. Seperti yang kita ketahui
saat ini pesantren modern lebih menonjolkan sisi individual santri dari
pada kebersamaan.
b. Kultur inklusif
Pada sisi yang lain modernisasi juga telah secara pelan tapi pasti
merubah kultur lokal menjadi lebih terbuka (inclusive) dengan
mengikuti perubahan yang terjadi. Pada titik ini, budaya lokal yang
dianggap sakral dalam dunia pesantren dan selalu dijadikan pijakan
dalam setiap tindakannya lambat laun mengalami pergeseran. “Fakta
ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya manusia adalah dinamis
sehingga arus perubahan yang masuk tidak di respon dalam bentuk
resistensi, namun sebaliknya masyarakat mencoba lebih terbuka
(Open-Minded) dengan tradisi baru yang dianggap memberikan makna
positif dalam rangka mendorong sebuah kemajuan.32
Dua bagian tentang dampak modernisasi dalam dunia pesantren
31
Ibid, h.78 32
Arifin, Metode Pembelajarn Agama Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm 2005),
h.10
sebagai berikut: dampak positif terdiri dari perubahan tata nilai dan sikap.
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan
pergeseran nilai dan sikap masyarakat pesantren yang semua irasional
menjadi rasional. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetauan dan teknologi masyarakat
pesantren menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk
berpikir lebih maju. Tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak negatif:
pola konsumtif, bersikap individualistik, gaya hidup kebarat-baratan dan
kesenjangan sosial.33
Berdasarkan uraian diatas dampak positif maupun negatif
globalisasi tersebut, maka sebagai bangsa Indonesia harus berhati-hati dan
selektif terhadap bentuk globalisasi. Globalisasi harus disikapi dengan
bijaksana. Apanila sembarang mengadopsi maka kehancuran budaya
nasional akan segera tiba.
Modernisasi juga mempunyai dampak bagi kehidupan
bermasyarakat pada masyarakat yang menganut modernisasi. Modernisasi
memiliki dampak negatif dan positif. Ampak positif modernisasi
diantaranya perubahan tata nilai dan sikap, berkembangya ilmu
pengetahuan dan teknologi, tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak
negatif dari modernisasi diantaranya pola hidup konsumtif, sikap
individualistik. Gaya hidup kebarat-baratan, kesenjangan sosial,
kriminalitas.
33
Ibid, h.17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.34
Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
mengungkapkan suatu fenomena melalui deskripsi bahasa non-statistik secara
holistik.35
Berdasarkan pengertian tersebut maka penelitian kualitatif sangat
menekankan pada proses analisis.
Penelitian kualitatif lapangan ini bertujuan untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan
sesuai unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.36
Penelitian ini
dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya,
mempergunakan cara bekerja yang sistematis, terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya atau
serangkaian kegiatan atau proses menjaring data/informasi yang bersifat
sewajarnya.
Bentuk penelitian ini yaitu penelitian studi kasus, yaitu studi yang
mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan
34
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 60. 35
Zuhairi,et.al. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016),
h.23. 36
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 80.
data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian
ini dibatasi oleh waktu dan tempat.
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang akan penulis gunakan ini adalah penelitian yang bersifat
penelitian deskriptif karena bertujuan untuk membuat pencandraan (deskriptif)
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada. Penelitian
deskriptif adalah Penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian-kejadian.37
Secara umum penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek atau subyek
yang diteliti secara tepat, maka berkenaan dengan judul penelitian, peneliti
menekankan pada penelitian deskriptif, maka dalam penelitian ini lebih
menekankan pada pandangan mengenai gambaran peristiwa yang dibentuk oleh
kata-kata secara ilmiah. Jadi, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menerangkan tentang kejadian keadaan dan kenyataan prilaku manusia,
memotivasi serta memberikan gambaran bagi semua pihak yang membutuhkan
serta penelitian yang berusaha melihat makna yang terkandung dibalik objek
penelitian.
B. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dimana data diperoleh.38
Apabila peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber
data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan.
37
Ibid.,h.76. 38
Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, (Metro: STAIN Metro dan Ramayana Pers, 2008),
h.77.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa
berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan
dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang isi
catatan subjek penelitian atau variabel penelitian.39
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.40
Adapun sumber
data yang penulis gunakan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
objek yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu
instansi yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri.41
Pengertian lain data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti (petugas-petugasnya) dari sumber pertanyaannya.42
Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan
wawancara kepada Kepala, Ustadz dan ustadzah atau tenaga pendidik di
Pondok Pesantren Darul Ishlah terkait dengan modernisasi dalam sistem
pendidikan pondok pesantren.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti.43
Pengertian
39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 172. 40
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014), h. 157. 41
Andi Supangat, Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik,
(Jakarta: Kencana Premada Media Group, 2010), h.2. 42
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian., h.39. 43
Andi Supangat, Statistika dalam Kajian., h. 2.
lain data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis
(tabel, catatan, notule rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video,
benda-benda dan lain-lain yang memperkarya data primer.44
Data sekunder dalam penelitian ini adalahprofil Pondok Pesantren Darul
Ishlah, dokumen tentang sejarah singkat Pondok Pesantren Darul Ishlah, letak
geografis, serta jumlah ustadz dan ustadzah atau tenaga pengajar, struktur
organisasi Pondok Pesantren Darul IshlahDesa Purwajaya Kecamatan Banjar
Margo Tulang Bawang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah awal yang harus ditempuh dalam
sebuah penelitian.Prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan data saat
pelaksanaanpenelitian adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.45
Menurut
pendapat lain observasi adalah sebuah proses penggalian data yang dilakukan
langsung oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan mendetail terhadap
manusia sebagai objek observasi dan lingkungan.46
Ditinjau dari pelaksanaannya observasi dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
a. Observasi Partisipan (Participant observation), Observasi
Partisipan dalam penelitian ini, peneliti terlibat dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,
peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data,
dan ikut merasakan suka dukanya.
44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian.,h.22. 45
S. Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),h. 158. 46
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Fokus Groups , (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013), h. 130-131.
b. Observasi Nonpartisipan, dalam penelitian ini, peneliti tidak
telibat dan hanya sebagai pengamat independen. 47
Metode observasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah observasi nonpartisipan, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data
yang tidak ikut berperan dalam kegiatan sehari-harinya, tetapi hanya sebagai
pengamat independen saja.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti melakukan pengamatan atau
obeservasi untuk mengetahui sistem pendidikan pondok pesantren metode,
maupun unsur-unsur yang lain yang ada pada pondok pesantren tersebut,
disamping itu apakah sistem pendidikan pondok pesantren Darul Ishlah
mengalami perubahan yang progresif.
Penelitian ini adalah pengamatan secara langsung yang peneliti
lakukan di Pondok Pesantren Darul Ishlahterkait dengan modernisasi dalam
sistem pendidikan pondok pesantren desa Purwajaya kecamatan banjar
margo tulang bawang.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.48
Menurut pendapat lain, wawancara adalah bentuk komunikasi antara
dua orang, melihatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu.49
47
Sugiyono, Metodologi Penelitian., h. 204-205. 48
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 113. 49
Deddy Mulyana, Metodology Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), h. 180.
Pengertian lain wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang
atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut intervieuwer, sedangkan
orang yang diwawancarai disebut interviewee.50
Berdasarkan beberapa uraian di atas Metode wawancara digunakan
untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan informasi secara lisan
dari seorang responden, dengan cara bercakap-cakap atau komunikasi dan
berhadapan langsung dengan orang tersebut.
Ada beberapa macam wawancara, yaitu wawancara
terstruktur, wawancara semiterstuktur, dan wawancara tidak
terstruktur.
a. Wawancara terstruktur, digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu
dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan
instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
b. Wawancara semiterstruktur, Jenis wawancara ini sudah termasuk
dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya
lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan
dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara
diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
dikemukakan oleh informan.
c. Wawancara tak berstruktur, wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.51
Sedangkan menurut pendapat lain, wawancara secara garis besar
dibagi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang susunan pertanyaannya
sudah ditetapkan sebelumnya dengan pilihan-pilihan jawaban yang
juga sudah disediakan.
b. Wawancara tak terstruktur, yaitu wawancara yang bersifat luwes,
susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan
dapat diubah pada saat wawancara, disesuakan dengan kebutuhan dan
50
Husain Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.57-58. 51
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h.233-234.
kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial-budaya
responden yang dihadapi.52
Berdasarkan jenis wawancara di atas, maka penulis menggunakan
wawancara terstruktur. Subjek yang akan diwawancarai dalam penelitian ini
adalah Kepala dan tenaga pendidik Pondok Pesantren Darul Ishlahterkait
dengan modernisasi dalam sistem pendidikan pondok pesantren desa
Purwajaya kecamatan banjar margo tulang bawang.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah Mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prestasi,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.53
Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data
mengenai profil Pondok Pesantren Darul Ishlah desa purwajaya kecamatan
banjar margo tulang bawang.
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Teknik penjamin keabsahan data merupakan cara-cara yang dilakukan
peneliti untuk mengukur derajat kepercayaan (credibelity) dalam proses
pengumpulan data penelitian. Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian
yang penulis lakukan ini adalah dengan menggunakan trianggulasi.
Trianggulasi data adalah salah satu pengukuran derajat kepercayaan
(credibility) yang bisa digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian”.54
Trianggulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
52
Deddy Mulyana, Metodology Penelitian., h. 181. 53
Suharsimi Arikuno, Prosedur Penelitian., h. 274. 54
Zuhairi, et.al. Pedoman Penulisan., h. 40.
waktu. Sehingga ada trianggulasi dari sumber/informasi, trianggulasi dari teknik
pengumpulan data, dan trianggulasi waktu.55
1. Trianggulasi Sumber
Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan mencari data
dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Peneliti perlu
melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari beragam sumber.
Triangulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.56
2. Trianggulasi Teknik
Trianggulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengumpulan
data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan
trianggulasi teknik yaitu mengecek data dengan sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
Triangulasi teknik adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi atau
dokumentasi.57
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dokumentasi.dan tes lisan.
3. Trianggulasi Waktu
Peneliti dapat mengecek konsistensi, kedalam dan ketepatan/kebenaran
suatu data dengan melakukan trianggulasi waktu. Menguji kredibilitas data
55
Djamal Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
ALFABETA, 2014), h. 170. 56
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitaif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 125-127. 57
Ibid.,h. 373.
dengan trianggulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada
waktu yang berbeda.58
Berdasarkan penjelasan di atas teknik penjamin keabsahan data dalam
penelitian yang peneliti lakukan ini adalah dengan menggunakan trianggulasi
teknik.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai
sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-
macam(trianggulasi) dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.59
Analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain.60
Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data
sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.
Teknik analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensistensikan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.61
58
Djamal Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian., h. 170-171. 59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h.243. 60
Ibid., h. 244. 61
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian., h. 248.
Tujuan utama dari analisis data dalam penelitian kualitatif ialah untuk
meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan,
sehingga hubungan antara problem penelitian dapat dipelajari dan ditest.62
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan pengambilan
kesimpulan dan ferifikasi.63
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.64
Berdasarkan reduksi data di atas dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data (Display Data)
Setelah data direduksi, maka tahap selanjutnya adalah display data.
Melalui data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam bentuk pola
hubungan sehingga akan mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, dan sejenisnya.65
62
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif , (Malang: UIN-Maliki
Press, 2008), h. 354. 63
Sugiyono, Metode Penelitian., h. 246. 64
Ibid., h.247. 65
Ibid., h. 249.
Melalui mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut.
3. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi
Tahap ketiga dalam analisis ini adalah pengambilan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bikti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.66
Kesimpulan dapat berupa deskriptif atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Dengan demikian, setelah data terkumpul maka penulis memilah-milahnya dan
menyajikannya, selanjutnya menarik kesimpulan.
66
Ibid.,h.252.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Pesantren Darul Ishlah
PROFIL
YAYASAN PON. PES. DARUL ISHLAH
Nama Pon. Pes : Yayasan "Darul Ishlah"
Pendiri / pengasuh : KH. Shodiqul Amin
Alamat :
Kampung : Purwajaya Unit I
Kecamatan : Banjar Margo
Kabupaten : Tulang Bawang
Propinsi : Lampung
No. Telp/Hp : 081 272 66466 / 085 258 384 689
No. Rek. : BRI Britama 0605-01-015734-50-9
A/n : Yayasan Darul Ishlah Banjar Margo
Tahun Berdiri : 2003
Keadaan Akhir : Maret 2015
Jumlah Santri Menetap : 297 Orang
Laki-laki : 115 Orang
Perempuan : 182 Orang
Pesantren Darul Ishlah merupakan pesantren yang bercorak
salafiyah yaitu pesantren yang menyelenggarakan pengajaran Al-Qur’an
dan ilmu-ilmu agama Islam dengan mengacu kepada kitab-kitab kuning
(kitab klasik) sebagai inti pelajarannya, dan dalam proses pembelajarannya
diselenggarakan dengan cara klasikal (ibtidiyah, tsanawiyah, dan aliyan).
sedangkan dalam metode pembelajarannya, pesantren Darul Ishlah
menggunakan metode sorogan, wetonan/ bandongan, hafalan, diskusi
majlis taklim, muhdahoroh, bahtsul kutub, dan ditambah dengan metode
karya nyata.
Pesantren Darul Ishlah terletak di wilayah yang strategis. Ia
terletak di sebelah Timur jalan Buncit Raya yang dilalui kendaraan dari
arah Ragunan menuju buncit, Mampang dan Kuningan. Tepatnya berada
diwilayah Rt 05 Rw 06 Kelurahan Kalibata kecamatan Pancoran
Kotamadya Jakarta Selatan. Wilayah ini biasa dikenal dengan nama
Kalibata Pulo, Karena letaknya yang di kelilingi sehingga mirip sebuah
pulau.
Pesantren Darul Ishlah mulai berdiri semenjak tahun 1987
yaitutahun dimana KH. Amir Hamzah mulai merintisnya. Baru pada
tahun1990 saat santri sudah mulai bertambah dan tempat tidak memadai
lagidilakukan pengembangan fisik bangunan pesantren terlebih
setelahmendapat wakaf dari H. Mohammad Ali Yusuf seluat 500 M2,
makabangunan fisik dan sarana belajar pesantren Darul Ishlah
semakinmembaik.
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Ishlah.
VISI “Mencetak Generasi Berintelektual Tinggi Dan Berahlaqul
Karimah”
Indikator
a. Meningkatnya pengembangan kurikulum pesantren.
b. Terwujudnya peningkatan sumber daya manusia pendidik dan tenaga
kependidikan.
c. Meningkatnya proses pembelajaran pesantren
d. Terwujudnya rencana induk pengembangan sarana prasarana
pendidikan
e. Terwujudnya peningkatan kualitas lulusan dalam bidang akademik
maupun non akademik
f. Terwujudnya pelaksanaan manajemen berbasis pesantren dan
peningkatan mutu kelembagaan.
g. Terjalinnya program penggalangan pembiayaan pesantren.
h. Unggul dalam Imtaq, prestasi akademik, non akademik.
MISI
a. Melaksanakan pengembangan kurikulum pesantren :
1) Melaksanakan pengembangan kurikulum pesantren satuan
pendidikan
2) Melaksankan pengembangan pemetaan kompetensi dasar semua
mata pelajaran pesantren.
3) Melaksanakan pengembangan silabus.
4) Melaksanakan pengembangan rencana pembelajaran pesantren.
5) Melaksanakan pengembangan system penilaian.
b. Melaksanakan Pengembangan Tenaga Kependidikan.
1) Melaksanakan pengembangan profesionalitas dewan Asatidz.
2) Melaksanakan peningkatan kompetensi dewan Asatidz
3) Melaksanakan peningkatan kompetensi TU dan tenaga
kependidikan lainnya.
4) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kepada dewan Asatidz, TU
dan tenaga kependidikan lainnya.
c. Melaksanakan Pengembangan Proses pembelajaran pesantren.
1) Melaksanakan pengembangan metode pengajaran pesantren.
2) Melaksanakan pengembangan strategi pembelajaran pesantren
3) Melaksanakan pengembangan strategi penilaian.
4) Melaksanakan pengembangan bahan ajar/sumber pembelajaran
pesantren.
d. Melaksanakan Rencana Induk Pengembangan Fasilitas Pendidikan
1) Mengadakan media pembelajaran pesantren
2) Mengadakan sarana prasarana Pendidikan pesantren.
3) Menata lingkungan belajar sehingga tercipta lingkungan belajar
yang kondusif.
e. Melaksanakan Pengembangan/Peningkatan Standar Ketuntasan dan
Kelulusan.
f. Melaksanakan Pengembangan Kelembagaan dan Manajemen
Pesantren.
1) Mengadakan kelengkapan administrasi pesantren melalui system
administrasi pesantren terpadu.
2) Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
3) Melaksanakan supervise klinis.
g. Melaksanakan Program Penggalangan Pembiayaan Pesantren
1) Melaksanakan Pengembangan Jalinan Pinjaman Dana
2) Melaksanakan Usaha Peningkatan Penghasilan Pesantren
3) Pendayagunaan Potensi Pesantren (Lingkungan)
h. Melaksanakan Pengembangan Penilaian
1) Melaksanakan engembangan Perangkat/ Model-Model
Pembelajaran pesantren
2) Melaksanakan program evaluasi pembelajaran pesantren
3) Menyiapkan siswa melalui kegiatan pengembangan bidang
akademis, non akademis dan imtaq.
4) Mengikuti kegiatan lomba akademis dan non akademis dan
keagamaan.
3. Keadaan Ustad dan Ustadzah Pesantren Darul Ishlah
Adapun keadaan ustad dan ustadzah Pesantren Darul Ishlah dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 1
Keadaan Ustad dan Ustadzah Pesantren Darul Ishlah
NO UNIT PENDIDIKAN
JENIS
KELAMIN TENAGA
ADMINISTRASI JUMLAH
L P
01 Pengasuh Pesantren 2 2 - 4
02 Ustadz Pondok putra 12 - 2 14
03 Ustadz Pondok putri - 12 2 14
04 Madrasah Diniyyah 16 12 2 30
05 TK DARUL ISHLAH - 3 2 5
06 SD IUT DARUL ISHLAH 3 6 1 10
06 SMP DARUL ISHLAH 8 9 1 18
07 MA DARUL ISHLAH 7 6 1 14
08 SMK HADI 7 6 1 14
JUMLAH 55 56 12 115
4. Keadaan Santri Pesantren Darul Ishlah
Adapun keadaan Santri Pesantren Darul Ishlah dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel. 2
Keadaan Santri Pesantren Darul Ishlah
NO UNIT PENDIDIKAN
JENIS
KELAMIN JUMLAH KETERANGAN
P L
01
02
03
04
05
06
07
08
Madrasah Diniyyah
TPA Darul Ishlah
PAUD Darul Ishlah
TK Darul Ishlah
SD - A Darul Ishlah
SMP Plus Darul Ishlah
MA Darul Ishlah
SMK HADI
98
50
12
42
35
74
32
20
88
30
13
28
25
48
26
10
186
80
25
70
60
137
58
30
JUMLAH
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Pesantren Darul Ishlah
Dalam proses pembelajaran, santri di Pesantren Daarul Ishlah
diselenggarakan dengan cara klasikal dan berjenjang. Sedangkan untuk
masa pembelajaran untuk setiap kelas dalam satu marhalah, biasanya
selama satu tahun. Dimana awal tahun dimulai dari pertengahan bulan
Syawal dan berakhir satu atau dua minggu menjelang bulan Ramadhan.
Waktu pembelajaran pesantren biasanya dimulai setelah sholat
shubuh berjama’ah sampai pukul 06.30 WIB di musholla yang sekaligus
sebagai tempat belajar. Selain musholla yang juga berfungsi sebagai
tempat taklim, pondok pesantren Daarul Ishlah juga memiliki sarana dan
prasarana belajar yang lain yang menopang untuk kegiatan pembinaan
santri yaitu:
1. 1 Masjid DARUL ISHLAH.
2. 1 Lab. IPA
3. 1 Kantor Lab. IPA
4. 1 Aula Putri
5. 7 Kamar Asrama Putri.
6. 6 Kamar Asrama Putra.
7. 2 Dapur umum
8. 1 Kantin / Koperasi
9. 1 Kantor pesantren putra
10. 1 Kantor pesantren putri
11. 1 Ruang pengiriman putri
12. 6 Kamar mandi / wc putri
13. 4 Kamar mandi / wc putra
14. 1 Kantor yayasan
15. 1 Kantor MA DI
16. 1 Kantor SMP Plus DI
17. 1 Kantor Paud/TK DI
18. 1 Kantor Madrasah Diniyah DI
19. 3 Ruang kelas MA DI / SD Al Qur’an DI
20. 3 Ruang kelas SMP Plus DI
21. 3 Ruang kelas Paud/TK DI
22. 6 Ruang kelas Madrasah Diniyah DI
23. 1 Musolla Putri Pesantren
24. 3 Lokal SMK HADI
25. Dan Lain-lain.
6. Struktur Organisasi Pesantren Darul Ishlah
Adapun struktur Organisasi Pesantren Darul Ishlah yaitu sebagai
berikut:
a. Pelindung
1) MUSPIKA Kec. Banjar Margo
2) KUA Kec. Banjar Margo
3) Kepala Kampung Purwajaya
b. Penasehat
1) H.M.Untung Subagyo
c. PEMBINA
1) KH. Nur Wahid
2) Hi. Ma’mun Hidayat
d. Dewan Pendewan Asatidzs Harian
1) Ketua Yayasan : KH. Shodiqul Amin
2) Sekretaris : M.Thohir Muntaha,S.Pd,M.Pd.I
3) Bendahara : Ny. Siti Qomariah
e. Kepala Bagian
1) Kabag Pon.Pes : Bp. M. Thohir Muntaha,S.Pd,M.Pd.I
2) Kabag Pembangunan : Bp. Subandi
3) Kabag Pendidikan : Bp. Tamyiz, S.Pd
4) Lurah Pondok : Bp. Lukman Hakim
5) Keamanan : Bp. Eva Junaidi
6) Kesehatan : Bp. Fauzi Misbahul Munir
7) Kabag Kopontren : Ibu Leni, A.Md
8) Humas : Bp. Suwanto
9) Tata Usaha : Abdur Rohman67
B. Modernisasi dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren (Studi Di
Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar
Margo Tulang Bawang)
67
Dokumentasi Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar
Margo Tulang Bawang
Modernisasi telah merambah berbagai bidang kehidupan umat manusia
termasuk pesantren. Modernisasi suatu proses transformasi dari suatu
perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek
dalam kehidupan di masyarakat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara
baru yang lebih maju, di mana dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat.
Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan oleh Peneliti melalui
pengamatan di Pondok Pesantren Darul Ishlah tentang tujuan khusus
modernisasi dalam sistem pendidikan pondok pesantren, maka didapatkan
beberapa penjelasan sebagai berikut:
Pondok pesantren merupakan institusi pendidikan tertua yang tumbuh
dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Meskipun berbagai institusi
pendidikan bermunculan dengan berbagai tawaran program dan keahlian,
namun tampaknya pondok pesantren masih akan tetap eksis, karena memiliki
penunjang tersendiri. Dukungan tersebut tidak serta merta diperoleh tanpa
usaha keras lembaga ini.Sampai saat ini banyak pesantren yang masih
konsisten kepada tafaqquh fiddien, mengajarkan ilmu-ilmu agama guna
mempersiapkan calon-calon ulama, da’i atau ustadz.Namun banyak pula
pesantren melakukan inovasi baru dengan menyelenggarakan pendidikan
madrasah dan sekolah umum bahkan merambah kepada pendidikan
ketrampilan (sekolah formal). Diversifikasi pendidikan di pondok pesantren
semacam ini sebenarnya sebagai respon pesantren atas tuntutan masyarakat
bahwa pendidikan apapun jenisnya, hendaknya bisa membekali peserta didik
dengan materi-materi yang bermanfaat ketika peserta didik tersebut sudah
benar-benar dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Pada awal kemunculan pesantren, lembaga ini memang betul-betul
dekat dengan masyarakat, karena kemunculannya menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat. Namun kini banyak cibiran sinis yang dialamatkan
pada pesantren. Dengan demikian, paling tidak, cibiran itu mengindikasikan,
bahwa hubungan pesantren dengan masyarakat, bukan tanpa masalah sama
sekali, terutama terkait kedekatan dan kiprah nyatanya dalam pengembangan
masyarakat. Keadaan di atas menunjukkan bahwa pondok pesantren
selayaknya selalu bersinergi dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat.Hal ini pula yang menuntut adanya peran pesantren dalam
kehidupan masyarakat agar dapat terus diintensifkan.68
Eksistensi pesantren yang cukup penting bagi kelangsungan tradisi
lokal dan paham ahlussunnah wal jamaah mendorong para ulama untuk
mendirikan sebuah organisasi.Maka muncullah Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah, Persis, al-Irsyad, dan sebagainya. Para ulama saat itu
berpendapat bahwa pesantren-pesantren yang mempunyai kekuatan parsial
perlu berkumpul dan berorganisasi sehingga mampu memunculkan kekuatan
besar yang efektif untuk mempertahankan kepentingan dan mewujudkan
idealisasi komunitas pesantren. Keberadaan pesantren pada suatu kondisi
sosial masyarakat tertentu tidak terlepas dari peran serta pondok pesantren
dalam proses pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Baik itu pemberdayaan
dalam aspek keagamaan, ilmu pengetahuan dan perekonomian. Keberhasilan
pesantren mendapatkan perhatian dari masyarakat luas tidak lepas dari strategi
dakwah pesantren yang dikemas dalam idiom-idiom lokal dan kultural.
Substansinya adalah komitmen untuk membangun peradaban yang berbasis
tradisi, ilmu pengetahuan, ekonomi dan politik kebangsaan.
Pondok Pesantren Darul Ishlah yang berada di desa Purwajaya
Kabupaten Tulang Bawang , sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam
yang cukup tersohor di Desa Purwajaya, selalu berupaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan bagi para santrinya agar kelak mereka bisa menjadi
panutan ketika mereka terjun di masyarkat. Disamping itu pondok pesantren
Darul Ishlah juga berupaya untuk meningkatkan perannya di tengah
masyarakat dengan cara peningkatan kualitas hidup masyarakat salah satunya
melalui pembelajaran pendidikan Islam yang diperuntukkan kepada
68
Dokumentasi Observasi Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan
banjar Margo
masyarakat di sekitar pondok pesantren maupun masyarakat di Desa
Purwajaya secara umum. Peningkatan peran pesantren melalui pembelajaran
pendidikan agama Islam ini, dimaksudkan agar kepedulian masyarakat dan
rasa memiliki terhadap pesantren bisa semakin tumbuh dan meningkat. Hal ini
tentunya memiliki dampak posistif terhadap pesantren karena dengan
demikian keberadaan pesantren Darul Ishlah bisa semakin diterima oleh
masyarakat dan manfaatnya juga bisa dirasakan oleh masyarakat.
Adapun ilmu-ilmu yang diajarkan dalam pesantren-pesantren
walaupun belum berkembang menjadi ilmu yang lebih mapan, telah mampu
memberi dasar pola hidup kebudayaan dan peradapan. Disamping untuk
mendalami ilmu agama, pondok pesantren sekaligus mendidik masyarakat di
dalam asrama, yang dipimpin langsung oleh seorang kyai karena itu peranan
pesantren sangat perlu untuk ditampilkan.
Pada dasarnya pondok pesantren mendidik pada santrinya dengan ilmu
agama Islam agar mereka menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, berilmu yang mendalam dan beramal sesuai dengan tuntutan
agamanya. Namun fungsinya sebagai sosialisasi nilai-nilai dari ajaran Islam
ini tidaklah cukup bagi suatu pesantren untuk mampu bersaing dengan
lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang sudah berkembang dan modern,
bahkan untuk bertahan saja ia harus berani beradaptasi dengan arus
perubahan-perubahan sosial yang sangat pesat ini. Sehingga secara bertahap
sistem pendidikan pesantren mampu berintegrasi dengan sistem pendidikan
nasional.
Pondok pesantren Darul Ishlah tidak hanya membekali santrinya
dengan pengetahuan agama saja, akan tetapi sudah mulai membekali santrinya
dengan keterampilan-keterampilan seperti pertanian, hal ini terutama didasari
oleh adanya tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya output yang
dihasilkan oleh lembaga pendidikan itu terampil dan siap pakai.
Selain mengajarkan pelajaran agama, pesantren juga menekankan
kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, persamaan di hadapan Allah SWT,
rasa percaya diri dan bahkan berani hidup mandiri. Para alumni pesantren
pesantren tidak berkeinginan menduduki jabatan yang ada di pemerintahan
dan karenanya hampir tidak dapat dikuasai oleh pengusaha.
Pada sistem pendidikan modern ini aspek kemajuan pesantren tidak
dilihat dari figur seorang kyai dan santri yang banyak, namun dilihat dari
aspek keteraturan administrasi pengelolaan, misal sedikitnya terlihat dalam
pendataan setiap santri yang masuk sekaligus laporan mengenai kemajuan
pendidikan semua santri.
Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan oleh Peneliti dengan
Ustad Pondok Pesantren Darul Ishlah tentang tujuan khusus modernisasi
dalam sistem pendidikan pondok pesantren, maka didapatkan beberapa
penjelasan sebagai berikut:
1. Merevitalisasi Paradigma pendidikan pesantren
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan pengasuh
dan ustad pondok pesantren Darul Ishlah diketahui bahwa cara pola
kepemimpinan dan pola pengajaran pondok pesantren agar pesantrren
tetap eksis dan ikut mewarnai dinamika perubahan zaman, hal tersebut
dapat diketahui dari penjelasan berikut ini:
“Saya melakukan cara pola kepemimpinan pesantren untuk
mencapai model perencanaan SDM yang lebih komprehensif. Saya
pun merencanakan dan menyiapkan SDM yang unggul dan siap
bersaing. Supaya para santri mampu memanfaatkan dan
meningkatkan penguasaan pengetahuan dalam suatu bidang yang
spesifik”.69
“Saya melakukan cara pola pengajaran diperlukannya inovasi-
inovasi baru dengan tidak keluar dari kerangka berfikir islam yang
memberikan pencerahan dan percepatan penguasaan ilmu
pengetahuan santri di pesantren”.70
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa di pondok
69
Hasil Wawancara dengan Bapak Waluyo selaku pengurus pondok pesantren Darul Ishah
Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang, pada tanggal 07 Desember 2018. 70
Hasil Wawancara dengan Bapak Riyan selaku ustad pondok pesantren Darul Ishlah
Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang, pada tanggal 07 Desember 2018.
pesantren Darul Ishlah mengupayakan untuk diprosesnya agar pesantren
tetap unggul dalam mengikuti perubahan zaman. Dan bertujuan untuk
menumbuhkan generasi pembelajar yang mempunyai pondasi keilmuan
dipesantren.
2. Menyelaraskan antara iptek dan imtaq
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan pengurus
dan ustad pondok pesantren Darul Ishlah diketahui bahwa pondok
pesantren memadukan sistem pendidikan yang baru dengan yang lama
dalam menyelaraskan antara iptek dan imtaq yaitu dengan menggunakan
modernisasi sistem pendidikan, hal tersebut dapat diketahui dari
penjelasan berikut ini:
“Seperti kita ketahui didalam pondok terkenal dengan keislaman
yang mengenal dengan kitab kuning, dengan memasukkan sistem
pendidikan baru dalam dunia pendidikan islam bukan berarti
melepaskan yang lama karena pada pendidikan pesantren itu justru
ada yang perlu ditumbuhkembangkan kembali. Tidak semua yang
lama harus ditinggalkan”.71
“Di dalam pesantren ini tidak hanya mempertahankan pelajarannya
dengan kitab-kitab klasik tetapi kita juga menerapkan sistem
pengajaran klasikal atau memberikan ilmu pengetahuan umum dan
agama. Seperti contoh dengan adanya tambahan pelajaran umum
dan tidak meninggalkan program salafnya”.72
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pondok
pesantren Darul Ishal pesantren yang menyelenggarakan pendidikan
keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu
pengetahuan umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional . Pondok
pesantren sudah menggunakan sistem pendidikan, yaitu diantaranya dapat
dilihat dengan cara berpikir ilmiah, sistem administrasi, penciptaan iklim
yang menyenangkan penggunaan alat-alat komunikasi massa, organisasi,
dan kurikulum.
71
Hasil Wawancara dengan Bapak Waluyo selaku pengurus pondok pesantren Darul
Ishah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang, pada tanggal 07 Desember
2018. 72
Hasil Wawancara dengan Bapak Riyan selaku ustad pondok pesantren Darul Ishlah
Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang, pada tanggal 07 Desember 2018.
3. Upaya menghilangkan dualisme pendidikan.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan pengasuh
pondok pesantren Darul Ishlah diketahui bahwa pondok pesantren dalam
upaya menghilangkan dualisme pendidikan yaitu dengan berusaha
menyempurnakan sistem pendidikan islam yang ada di pondok tersebut,
hal tersebut dapat diketahui dari penjelasan berikut ini:
“Jadi dalam upaya menghilangkan dualisme pendidikan saya
berusaha untuk menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang
ada di pesantren Darul Ishlah, dengan tujuan agar para santrinya
bisa secara cepat beradaptasi dalam setiap bentuk perubahan
peradaban dan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat, karena
mereka memiliki kemampuan yang siap pakai. Dengan adanya
modernisasi pendidikan pesantren akan menghilangkan dualisme
pendidikan yaitu antara yang menitikberatkan ilmu modern dan
pendidikan yang hanya memfokuskan diri pada ilmu tradisional.
Upaya menghilangkan dualisme pendidikan tersebut tidak terlepas
dari usaha menghilangkan pembagian keilmuan saat sekarang”.73
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
upaya menghilangkan dualisme pendidikan, yaitu berusaha untuk
menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada di lingkungan
pondok tersebut. Tujuannya yaitu agar para santri dapat beradaptasi dalam
setiap perubahan peradaban dan dapat diterima di masyarakat.
4. Mereformasi sistem sorogan dan bandongan menjadi sistem klasikal dan
penjenjangan
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, yaitu dalam
mereformasi sistem sorogan dan bandongan menjadi sistem klasikal dan
penjenjangan yang dilakukan pondok pesantren Darul Ishlah yaitu:
“Setiap Pelaksanaan pengajaran kitab yang kami laksanakan yaitu
secara bertahap, dari kitab-kitab yang dasar yang merupakan kitab-
kitab pendek dan sederhana, kemudian ketingkat lanjutan
menengah dan baru setelah selesai menginjak kepada kitab-kitab
takhasus, dan dalam pengajarannya dipergunakan metode-metode
seperti, sorogan, bandongan, hafalan, mudzakaroh dan majlis
73
Hasil Wawancara dengan Bapak Waluyo selaku pengurus pondok pesantren Darul
Ishah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang, pada tanggal 07 Desember 2018
ta’lim dan lain sebagainnya. Mengubah sistem klasik (bandongan)
menjadi sistem klasikal santri akan dapat lebih mencerna ilmu dan
dapat langsung bertanya pada guru yang mengajar karena adanya
pembagian santri dalam setiap kelas. Berbeda halnya dengan
sistem klasik bandongan yang hanya menyediakan satu tempat
belajar mengajar dengan hanya satu orang”.74
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa dalam
mereformasi sistem sorogan dan bandongan menjadi sistem klasikal dan
penejenjangan yang dilakukan oleh pondok pesantren Darul Ishlah yakni
dengan melakukan pelaksanaan pengajaran kitab secara bertahap,
disamping itu pondok pesantren menggunakan metode-metode seperti
hafalan, mudzakaroh, dan majlis ta’lim.
5. Membuat kurikulum yang lebih jelas
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, yaitu yang
dilakukan pondok pesantren dalam membuat kurikulum yang lebih jelas
yaitu dengan cara mengadopsi kurikulum dan lembaga sekolah, yaitu
dapat diktehui dari penjelasan dibawah ini:
“Kami sudah berusaha melakukan mengadopsi kurikulum dari
lembaga sekolah, hubungan ideal antara keduanya perlu
dikembangkan. Kesadaran dalam mengembangkan bentuk kedua
ini, nampak sudah mulai tumbuh di kalangan umat Islam. Namun
kami menyadari dalam kondisi riil, keberadaan pesantren yang
telah mengadopsi kurikulum sekolah (madrasah), termasuk di
pondok kami, ternyata belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan
yang diharapkan”.75
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pondok
pesantren Darul Ishlah sudah berusaha membuat kurikulium yang lebih
jelas, yaitu dengan cara mengadopsi kurikulum dari lembaga sekolah,
namun pondok pesantren menyadari dalam mengadopsi kurikulum belum
74
Hasil Wawancara dengan Bapak Waluyo selaku pengurus pondok pesantren Darul
Ishah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang, pada tanggal 07 Desember 2018 75
Hasil Wawancara dengan Bapak Waluyo selaku ustad pondok pesantren Darul Ishah
Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang, pada tanggal 07 Desember 2018
sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
C. Pembahasan
Berdasarkan deskripsi data dan penyajian data yang telah penulis
uraikan di atas berdasarkan realita yang ada, maka pada bagian ini penulis
akan menyajikan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan
yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan yaitu sebagai berikut:
Dalam proses memodernisasi pendidikan pesantren yang ada di Darul
Ishlah setidaknya memenuhi beberapa syarat yaitu Cara berpikir yang ilmiah,
Sistem administrasi, Penciptaan iklim yang menyenangkan penggunaan alat-
alat komunikasi massa, organisasi, dan kurikulum. Dalam proses modernisasi
sistem pembelajaran pesantren, tidak akan lepas dari tujuan awal pesantren
serta tujuan pendidikan pesantren dan beberapa komponen yang
dikembangkan.
Ada beberapa kecenderungan-kecenderungan baru di pondok pesantren
dalam rangka inovasi terhadap sistem yang selama ini digunakan, yaitu:
1. Mulai akrab dengan metodologi modern.
2. Semakin berorientasi pada pendidikan yang fungsional, artinya
terbuka atas perkembangan di luar dirinya.
3. Diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka dan
ketergantungannya dengan kiai tidak absolut, dan sekaligus dapat
membekali para santri dengan berbagai pengetahuan di luar mata
pelajaran agama maupun keterampilan yang diperlukan di lapangan
kerja.
4. Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut bukan berarti pondok
pesantren telah menduduki posisi sebagai lembaga yang paling ideal, tetapi di
tengah-tengah arus perubahan sosial-budaya justru kecenderungan tersebut
menjadi masalah baru yang perlu di pecahkan, yaitu:
1. Masalah integrasi pondok pesantren ke dalam sistem pendidikan
nasional.
2. Masalah pengembangan wawasan sosial, budaya, dan masalah
ekonomi.
3. Masalah pengalaman kekuatan dengan pihak-pihak lain untuk mencari
tujuan membentuk masyarakat ideal yang diinginkan.
4. Masalah yang berhubungan dengan keimanan dan keilmuan sepanjang
yang dihayati pondok pesantren.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi pondok pesantren perlu
adanya peneguhan tradisi keilmuwan lembaga di tengah arus tantangan
globalisasi. Setidaknya revitalisasi menyangkut tiga ranah penting pendidikan
pesantren. Pertama, revitalisasi pola pengajaran agar mampu menumbuhkan
tradisi keilmuwan dan melahirkan generasi pembelajar. Kedua, revitalisasi
pola kepemimpinan pesantren agar lebih terbuka terhadap segala perubahan
zaman. Ketiga, revitalisasi lingkungan belajar yang kondusif, komprehensif,
dan memberdayakan.
Pondok Pesantren Darul Ishlah dalam modernisasi sistem pendidikan
modern masih terlihat banyak sekali kendala yang dihadapi, sehingga mudah
diduga bahwa hasilnya pun belum sampai pada taraf memuaskan. Oleh karena
itu, upaya untuk merumuskan kembali sebuah lembaga yang bercirikan
pesanten dan mampu untuk memproduksi siswa (santri) yang benar-benar
mempunyai kemampuan handal dan profesional serta berakhlak mulia
senantiasa perlu dilakukan terus-menerus secara berkesinambungan.
Sedangkan komponen-komponen yang perlu dikembangkan oleh Darul
Ishlah selain dari segi fisik atau bangunan, yaitu cara berpikir yang ilmiah,
dari segi sistem administrasi pesantren, segi kurikulum, struktur organisasi,
sarana dan prasarana, metode pengajaran dan ekstra pesantren.
Jadi di pondok pesantren Darul Ishlah sudah ada modernisasi dalam
sistem pembelajarannya, akan tetapi masih ada kekurangan yang perlu
dikembangkan lagi secara berkesinambungan.
BAB V
PENUTUP
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Darul Ishlah pada awalnya
menganut sistem pendidikan pesantren salaf pada umumnya. Namun
seiring dengan perkembangan zaman, pengasuhnya mulai memasukkan
sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia.
2. Modernisasi sistem pendidikan pesantren dipondok pesantren Darul Ishlah
nampak dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam dalam
masyarakat. Adapun beberapa langkah yang diterapkan di pondok
pesantren Darul Ishlah dalam peningkatan pendidikan agama Islam dalam
era modernisasi pada masyarakat yaitu melalui: (a). Arisan tahlilan
mingguan, (b). pembacaan dhiba’an atau berzanji, (c). pembacaan Al
quran, (d). pengajian keagamaan, (e). Penyuluhan (berupa penyuluhan
pertanian, keterampilan, manajemen usaha, serta koperasi simpan pinjam),
dan (f). program pengabdian bagi santri yang sudah lulus Madrasah Aliyah
di berbagai lembaga pendidikan.
3. Faktor penunjang dalam mewujudkan modernisasi sistem pendidikan
pesantren di ponpes Darul Ishlah meliputi; (1). Dukungan dari dewan
pengasuh pondok pesantren berupa motivasi maupun materi. (2).
Komitmen dan semangat yang tinggi dalam memajukan lembaga dari para
pengurus pondok pesantren meskipun fasilitas tidak memadai, (3). Rasa
optimisme yang tinggi dari berbagai pihak baik itu pengurus yasasan,
dewan pengasuh, para pengurus maupun para santri, (4). Terbentuknya
budaya auto kritik yang bersifat kontruktif di lingkungan pesantren, (5).
Konsistensi dari para asatidz maupun para santri untuk mendukung
pelaksanaan program pengembangan pendidikan Islam pada masyarakat,
(6). Adanya pola pemikiran dari masyarakat umum (pengasuh, pengurus,
santri, dan masyarakat) yang menganggap bahwa pendidikan Islam lebih
penting dari pada pendidikan umum (7). Kemampuan dari para pengasuh
menjadi suriteladan, sehingga segala anjurannya dapat memotivasi orang
lain. Sedangkan faktor penghambatnya meliputi, (1). Multi peran
pengurus, yang menyebabkan kinerja dan konsentrasi kurang maksimal,
(2). Sulitnya memahami berbagai karakter yang ada pada masyarakat, (3).
Kurangnya partisipasi dari para masyarakat, (4). Kurangnya sarana
penunjang dalam pelaksanaan kegiatan, (5). Kurangnya semangat atau
keinginan kuat dari para santri dan masyarakat untuk menuntut ilmu, (6).
Adanya perilaku yang lebih mendahulukan kepentingan pribadi dari pada
kepentingan pondok pesantren baik dari pengasuh, pengurus yayasan,
pengurus Pondok Pesantren (asatidz) serta para santri.
C. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan kepada segenap civitas (santri,
ustadz atau ustadzah dan kiai) pondok pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya
Kecamatan Banjar Margo Tulang Bawang adalah: 1. Pada pihak pondok
pesantren, hendaknya lebih berbenah lagi mengenai pengembangan bidang
ketrampilan dan pelatihan untuk menyalurkan dan mengembangkan potensi
yang dimiliki santri, seperti pelatihan komputer, ketrampilan menjahit atau
mungkin pelatihan jurnalistik dan sejenisnya. Serta perlu lebih membuka diri
lagi terhadap masuknya pengetahuan non agama dalam kurikulumnya, dan
juga pengembangan dalam bidang menejerial sistem pendidikan dan
pengajarannya, agar dapat lebih baik dan tangguh serta siap bersaing dengan
lembaga-lembaga pendidikan lain. Dalam era globalisasi ini sebaiknya pondok
pesantren Darul Ishlah lebih mengoptimalkan lagi dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan metode-metode yang ada dan mengadopsi metode-
metode modern, agar tujuan dalam proses belajar mengajar dapat tercapai
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
A. Qomar, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PENA, 2011).
Abdul Hamid dan Yaya, Pemikiran Modern dalam Islam, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2010).
Abdul Tolib, Pendidikan Di Pondok Pesantren Modern, (Universitas Wiralodra
Indramayu: Risalah, ISSN. 2085-2487, 2015), Vol, 1.
Abdullah, Kajian Historis Lembaga Pendidikan Pesantren (Jakarta: Bulan
Bintang, 2003).
Andi Supangat, Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik,
(Jakarta: Kencana Premada Media Group, 2010).
Arifin, Metode Pembelajarn Agama Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm
2005).
Deddy Mulyana, Metodology Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010).
Djamal Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
ALFABETA, 2014).
Djamaluddin dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Bandung: CV
Pustaka Setia, 1999), Cetakan II.
Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, (Metro: STAIN Metro dan Ramayana Pers,
2008).
Eko Setiawan, Modernisasi pola Sistem Pendidikan Pesantren (Studi Kasus
Pondok Pesantren Modern Daaul Fikri Mulyoagung Dua Malang),
(Universitas Brawijaya Malang), Jurnal Pascasarjana Sosiologi Fakultas
Pertanian.
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Fokus Groups , (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013).
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 2012).
Hipunan Peraturan Perudang Undanagan, Undang-UndangSisdiknas Sistem
Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2013).
Husain Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).
Husni, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos Raharjo, 2001).
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014).
M. Bahri Gazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2001).
M. Ihsan Dacholfany, Pendidikan Karekter Ala Pesantren Gontor, (Jakarta:
Wafi Media Tama , 2001).
Mahmud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang: Media
Nusantara, 2006).
Mardiyah, Kepemimpinan Kiai Dalam Memelihara Budaya Organisasi,
(Yogyakarta: Aditya Media Publising, 2012).
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif , (Malang: UIN-
Maliki Press, 2008).
Muhammad Zamroji,(Modernisasi Sistem Pendidikan pondok pesantren Sekolah
Tinggi Agama Islam At- Tahdjzib Jombang Indonesia).
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2011), Cet Kelima.
-------, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT BumiAksara, 2003).
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010).
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik Modern Pos
Modern dan Poskolinial (Jakarta: Rajawali Pres, 2014).
Nurotun Mumtahanah, Pengembangan Sistem Pendidikan Pesantren dalam
Meningkatkan Profesionalisme Santri, (Al-Hikmah: Jurnal Studi
Keislaman, 2015), Volume 5, Nomor 1.
S. Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitaif, (Bandung: Alfabeta, 2014).
-------, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, (Bandung: Alfabeta,
2013).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010).
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).
Syarifah Gustiawati Mukri, Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren:, JURNAL
I Fakultas Agama Islam UIKA Bogor NSANIA,Vol. 13, No. 2, ssn,
307849509, Mei-Agustus 2013.
Tim Perkembangan Ilmu pendidikan , ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Jakarta:
IMTIMA, 2007).
Yasmadi, Modernisasi Pesantren (Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Dunia
Pendidikan Islam Tradisional), cet. Ke-1 (Jakarta: Ciputat Press, 2002).
Zuhairi, et.al. Pedoman Penelitian Karya Ilmiah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2016).
OUTLINE
MODERNISASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN
(Studi Di Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan
Banjar Margo Tulang Bawang)
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
ORISINALITAS PENELITIAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Penelitian Relevan
BAB II KERANGKA TEORI
A. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
1. Pengertian Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
2. Dasar-Dasar Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
3. Pentingnya Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
B. Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
1. Pengertian Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
2. Pentingnya Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok
Pesantren
3. Ciri-Ciri Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
4. Dampak Positif dan Negatif Modernisasi Sistem Pendidikan
Pondok Pesantren
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
B. Sumber Data
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Pesantren Darul Ishlah
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Ishlah
3. Keadaan Ustad dan Ustadzah Pesanten Darul Ishlah
4. Keadaan Santri Pesantren Darul Ishlah
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Pesantren Darul Ishlah
6. Struktur Organisasi Pesantren Darul Ishlah
ALAT PENGUMPUL DATA (APD)
MODERNISASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN
(Studi Di Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa PurwajayaKecamatan Banjar
MargoTulang Bawang)
A. Lembar Wawancara
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jujur
1. Daftar Wawancara (Interview) dengan Pengurus Pondok Pesantren
Darul Ishlah Desa Purwajaya Kecamatan Banjar MargoTulang
Bawang
a. Pola kepemimpinan seperti apa yang digunakan dalam pesantren ini?
b. Bagaimana cara bapak memadukan sistem pendidikan yang baru
dengan yang lama?
c. Bagaimana cara menyeimbangkan iman dan ilmu di dalam pesantren?
d. Bagaimana cara anda menghilangkan pembagian ilmu pendidikan?
e. Apakah disini masih bertahan pada kurikulum yang ada? Jelaskan!
2. Daftar Wawancara (Interview) dengan Ustad Pondok Pesantren Darul
Ishlah Desa PurwajayaKecamatan Banjar MargoTulang Bawang
a. Pola pengajaran seperti apa yang digunakan dalam pesantren ini?
b. Bagaimana cara bapak menerapkan sistem pendidikan yang baru
dengan yang lama?
c. Bagaimana cara menyeimbangkan iman dan ilmu di dalam pesantren?
d. Bagaimana cara anda menghilangkan pembagian ilmu pendidikan?
e. Apakah disini masih bertahan pada kurikulum yang ada? Jelaskan!
LEMBAR OBSERVASI
MODERNISASI DALAM SISTEM PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN
(Studi Di Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa PurwajayaKecamatan Banjar
MargoTulang Bawang)
A. Observasi
Pengamatan mengenai Modernisasi Dalam Sistem Pendidikan Pondok
Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Darul Ishlah Desa
PurwajayaKecamatan Banjar MargoTulang Bawang)
1. Mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh kiyai di Pondok
Pesantren Darul Ishalah
2. Mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh ustad di Pondok
Pesantren Darul Ishlah
3. Mengamati kegiatan belajar yang dilakukan oleh para santri
4. Mengamati kegitan siraman rohani yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
Darul Ishlah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 04 Desember 1995
di Desa Purwajaya Kecamatan Banjar Margo Tulang
Bawang, anak ke-1 dari 3 Bersaudara dari pasangan
bapak Suwondo dan Ibu Yeti Sumiati.
Pendidikan Dasar Penulis tempuh di SDN 1
Purwajaya, dan selesai pada tahun 2008.
Kemudian Penulis melanjutkan Pendidikan di MTs
Al-Iman Banjar Agung dan selesai pada Tahun 2011,
Kemudian Penulis Melanjutkan Pendidikan di MAN Rejoso Jombang Jawa Timur
dan selesai pada Tahun 2014. Kemudian Penulis Melanjutkan Pendidikan ke
Perguruan Tinggi, yaitu di IAIN Metro Lampung dengan masuk ke Fakultas
Tarbiyah dan ilmu keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam dimulai pada
Semester Ganjil Tahun Akademik 2014/2015.