150
SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA KLAGEN GAMBIRAN KECAMATAN MAOSPATI KABUPATEN MAGETAN Oleh : RIA OKTAVIA NIM : 201302101 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017

SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

SKRIPSI

HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKATKECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA

KLAGEN GAMBIRAN KECAMATANMAOSPATI KABUPATEN

MAGETAN

Oleh :

RIA OKTAVIANIM : 201302101

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN2017

Page 2: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

2

SKRIPSI

HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKATKECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA

KLAGEN GAMBIRAN KECAMATANMAOSPATI KABUPATEN

MAGETAN

Diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan mencapai gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

RIA OKTAVIANIM : 201302101

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Page 3: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

3

BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN2017

PERSETUJUAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah/ Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dantelah dinyatakan layak mengikuti Ujian Sidang

SKRIPSI

HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKATKECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI

DESA KLAGEN GAMBIRAN KECAMATAN MAOSPATIKABUPATEN MAGETAN

MengetahuiKetua Program Studi SI Ilmu Keperawatan

Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.KepNIS. 20130092

Menyetujui,Pembimbing II

Drs. I Made Santu S.Kep.,Ns.,MMNIS. 20050002

Menyetujui,Pembimbing I

Priyoto S.Kep.,Ns.,M.KesNIS. 20150115

Page 4: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

4

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi dan dinyatakan telah

memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Pada Tanggal :

Dewan Penguji

1. Istikomah, S.Kep., Ns., M.Kes(Ketua Dewan Penguji)

:

…………………………

2. Priyoto, S.Kep., Ns., M.Kes(Dewan Penguji 1)

:

…………………………

3. Drs. I Made Santu., S.Kep.,Ns.,MM(Dewan Penguji 2)

:

…………………………

Mengesahkan,STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Ketua

Page 5: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

5

Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid)NIS. 20160130

HALAMAN PERSEMBAHAN

Yang Utama dari segalanya…..

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih

saying Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta

memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau

berikan akhirnya SKRIPSI yang sudah saya susun ini terselesaikan tepat waktu.

Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rosulullah Muhammad SAW

Kusembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan

kusayangi :

Yang pertama untuk kedua orang tua sebagai tanda bhakti, hormat dan rasa

terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada

Bapak Taman dan Ibu Suyati terima kasih sudah memberikan kasih saying,

motivasim segala dukungan, selalu mendo’akan yang terbaik.

Terimakasih Bapak… Terimakasih Ibu… :*

Mempersembahkan untuk saudara-saudara tercinta Mbak Rochmiati, Mas Rio

Hermawan, serta saudara-saudaraku yang tiada henti menyemangatiku.

Bapak Priyoto.,S.Kep.,Ners.,M.Kes dan Bapak Drs. I Made

Santu.,S.Kep.,Ns.,MM yang bersedia meluangkan waktu untuk membimbing

saya dalam penyusunan SKRIPSI ini serta Ibu Istikomah, S.Kep., Ns., M.Kes

selaku penguji. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen Prodi S1

Keperawatan dan seluruh dosen STIKES BHM Madiun atas semua ilmu,

didikan, dan bimbingan yang telah diberikan

Untuk Fathan Mustafid yang tidak pernah berhenti memberi semangat, do’a,

dukungan, dan motivasi.

Page 6: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

6

Mempersembahkan untuk para sahabat-sahabat yang telah banyak membantu

Reny, Jefry , Ika, Siela , Anissa’ush , Eka , Ari , Fandik, Listy, Nona, Shinta,

Neny, Ayu serta semua teman-teman khususnya keperawatan B’2013.

Terimakasih banyak semuanya

Untuk Kos TNC Andin, mbak Iin, Mbak Restu, mbak Ecik, Anisa

terimakasih atas nasehat, hiburan, dan semangat yang kalian berikan selama

kuliah.

“Don’t lose the faith, keep praying, keep trying”

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala

upaya dan usaha yang disertai dengan do’a,

karena sesungguhnya nasib seseorang

manusia tidak akan berubah dengan

sendirinya tanpa berusaha

MOTTO

Page 7: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

7

LEMBAR PERNYATAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ria Oktavia

NIM : 201202101

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini hasil dari pekerjaan saya sendiri dan

didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar

(ahli madya/ sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.

Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/

tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

Madiun, Agustus 2017

Peneliti

Ria Oktavia201302101

Page 8: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Oktavia

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 03 Oktober 1994

Agama : Islam

Alamat : RT01/RW01 Pager Arjowinangun Pacitan

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 2000-2001 : TK Tunas Putra Arjowinangun Pacitan2. Tahun 2001-2007 : SDN Arjowinangun Pacitan3. Tahun 2008-2010 : SMPN 2 Pacitan4. Tahun 2011-2013 : SMKN 1 Pacitan5. Tahun 2013-Sekarang : STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun

Riwayat Pekerjaan : Belum Pernah Bekerja

Page 9: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

9

ABSTRAK

HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKATKECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA KLAGENGAMBIRAN KECAMATAN MAOSPATI KABUPATEN MAGETAN

RIA OKTAVIA20130210

Masa pensiun merupakan masa seseorang berhenti dari aktifitas bekerjasecara formal yang disebabkan karena bertambahnya usia diikuti kemunduranfisik sehingga dibutuhkan penyesuaian diri terhadap masa pensiun. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui hubungan post power syndrome dengan tingkatkecemasan lansia pada masa pensiun di Desa Klagen Gambiran KecamatanMaospati Kabupaten Magetan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi dengan pendekatan crosssectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang pensiun diDesa Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan sebanyak 118 lansia.Besar sampel sebanyak 92 lansia pensiun. Teknik sampling yang digunakanadalah simple random sampling menggunakan instrument kuisioner tertutup.

Diperoleh responden sebagian besar mengalami post power syndrome sedang(53,3%) dan sebagian besar mengalami kecemasan ringan (63,0%). Berdasarkanhasil analisa dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan programSPSS didapatkan p value 0,000 ≤ = 0,05 artinya Ha diterima, sehingga adahubungan antara post power syndrome dengan tingkat kecemasan lansiamenghadapi masa pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan MaospatiKabupaten Magetan. Hasil uji Spearman Rank diperoleh r hitung = 0,429 yaitutermasuk dalam keeratan hubungan kategori sedang.

Faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu pendidikan dimana pendidikantinggi akan memberikan respon rasional disbanding berpendidikan rendah. Hasilpenelitian ini menyimpulkan bahwa post power syndrome dengan tingkatkecemasan lansia menghadapi masa pensiun terdapat hubungan. Hasil penelitianini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi lansia tentang post powersyndrome yang dialami dan cara mengurangi kecemasan dalam pada masapensiun. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.

Kata kunci : post power syndrome, kecemasan, lansia

Page 10: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

10

ABSTRACT

POST POWER SYNDROME RELATIONSHIP WITH LEVEL OFELDERLY DISCUSSION DEALING WITH PENSION SERVICES IN

VILLAGES CLAGEN GAMBIRAN DISTRICT OF MAOSPATI DISTRICTMAGETAN

RIA OKTAVIA

20130210

The retirement period is the period when a person stops working formallybecause of the increase of age followed by the physical decline so that it isnecessary to adjust to retirement. This study aims to determined post powersyndrome relationship with level of elderly discussion dealing with pensionservices in villages Klagen Gambiran District of Maospati District Magetan

This research used correlation research type with cross sectional approach.The population in this research was all the elderly who retired in GambiranVillage, Maebuati Subdistrict, Magetan Regency as many as 118 elderly. A largesample of 92 elderly pensions. The sampling technique used simple randomsampling using closed questionnaire instrument.

Most respondents had moderate post power syndrome (53.3%) and most hadmild anxiety (63.0%). Based on the results of analysis by using Spearman Rankstatistical test with SPSS program obtained p value 0,000 = 0.05 means Haaccepted, so there is a relationship between post power syndrome with anxietylevel elderly face retirement in Klagen Village Gambiran District MaospatiMagetan District. The results of this research analyze with Spearman Rank test,obtained r arithmetic = 0.429 is included in the closeness of a moderate categoryrelationship.

Factors that affect anxiety is education where higher education will provide arational response than low education. The results of this study concluded thatpost power syndrome with anxiety level of elderly facing retirement relationship.The results of this study can be used as additional knowledge for the elderly aboutpost power syndrome experienced and how to reduce anxiety in the retirement.This research can be a reference for further researchers.

Keywords: post power syndrome, anxiety, elderly

Page 11: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

11

DAFTAR ISI

Sampul Depan ..................................................................................................... iSampul Dalam..................................................................................................... iiLembar Persetujuan............................................................................................. iiiLembar Pengesahan .............................................................................................. ivMotto ........................................................................................................................vLembar Pernyataan ............................................................................................. viDaftar Riwayat Hidup ......................................................................................... viiAbstrak ................................................................................................................ viiiAbstract .............................................................................................................. ixDaftar Isi.............................................................................................................. xDaftar Istilah........................................................................................................ xiDaftar Gambar..................................................................................................... xiiDafrar Lampiran.................................................................................................. xiiiKata Pengantar .................................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 11.2 Rumusan Masalah................................................................................. 51.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 51.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Post Power Syndrome ........................................................................... 7

2.1.1 Pengertian Post Power Syndrome ............................................. 72.1.2 Gejala-gejala Post Power Syndrome......................................... 92.1.3 Penyebab Post Power Syndrome............................................... 102.1.4 Faktor yang mempengaruhi post power syndrome ................... 112.1.5 Teori permasalahan ................................................................... 142.1.6 Strategi penatalaksanaan post power syndrome........................ 182.1.7 Cara penanganan pada penderita post power syndrome ........... 19

2.2 Kecemasan pada Lansia ........................................................................ 202.2.1 Definisi Cemas .......................................................................... 202.2.2 Tanda-tanda cemas.................................................................... 212.2.3 Faktor penyebab kecemasan ..................................................... 222.2.4 Faktor yang mempengaruhi mekanisme koping terhadap

kecemasan lansia....................................................................... 262.2.5 Tingkat Kecemasan................................................................... 292.2.6 Skala Kecemasan ...................................................................... 302.2.7 Rentang Respon menurut Gail Stuart........................................ 36

2.3 Konsep Lansia....................................................................................... 372.3.1 Pengertian Lanjut usia............................................................... 372.3.2 Teori-teori lanjut usia................................................................ 382.3.3 Perubahan yang terjadi pada lanjut usia.................................... 442.3.4 Problema Lansia........................................................................ 46

Page 12: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

12

2.4 Pensiun.................................................................................................. 552.4.1 Definisi pensiun ........................................................................ 552.4.2 Jenis-jenis pensiun .................................................................... 562.4.3 Fase penyesuaian diri saat pensiun ........................................... 562.4.4 Perubahan yang terjadi .............................................................. 57

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL3.1 Kerangka konseptual............................................................................. 603.2 Hipotesis ............................................................................................... 61

BAB 4 METODE PENELITIAN4.1 Desain penelitian................................................................................... 624.2 Populasi dan Sampel ............................................................................. 63

2.4.1 Populasi ..................................................................................... 632.4.2 Sampel ...................................................................................... 63

4.3 Teknik Sampling................................................................................... 654.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................................... 654.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional....................................... 67

2.5.1 Variabel Independent/ Variabel Bebas...................................... 672.5.2 Variabel Dependent/ Variabel Terikat ...................................... 672.5.3 Definisi Operasional.................................................................. 68

4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................ 704.6.1... Uji Validitas .............................................................................. 734.6.2... Uji Reliabilitas .......................................................................... 74

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 744.7.1 Lokasi Penelitian....................................................................... 754.7.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 73

4.8 Prosedur Pengumpulan Data................................................................. 744.8.1 Prosedur Pengumpulan Data..................................................... 754.8.2 Analisa Data.............................................................................. 76

4.9 Teknik Analisa Data ............................................................................. 784.9.1 Analisa Deskriptif ..................................................................... 784.9.2 Analisa Analitik ........................................................................ 79

4.10 Etika Penelitian................................................................................... 80BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian .......................................................... 815.2 Data umum............................................................................................ 825.3 Data khusus........................................................................................... 835.4 Pembahasan........................................................................................... 865.5 Keterbatasan Penelitian......................................................................... 93

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 956.2 Saran .................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKALampiran-lampiran

Page 13: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

13

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kerangka konseptual penelitian hubungan post power syndrome

dengn tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan………………………………………………………….60

Tabel 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Post Power Syndrome denganTingkat Kecemasan Lansia pada MasaPensiun…………………………………………………………... 74

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia lansia pensiun di DesaKlagen Gambiran Kecamatan Maospati KabupatenMagetan…………………………………………………………. 66

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin lansia pensiun diDesa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati KabupatenMagetan…………………………………………………………. 82

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan lansia pensiun diDesa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati KabupatenMagetan…………………………………………………………. 82

Tabel 5.4 Post power syndrome pada lansia pada masa pendiun di DesaKlagen Gambiran Kecamatan Maospati KabupatenMagetan…………………………………………………………. 83

Tabel 5.5 Analisis hubungan post power syndrome dengan tingkatkecemasan lansia pada masa pensiun di Desa Klagen GambiranKecamatan Maospati Kabupaten Magetan…………... 84

Tabel 5.6 Analisis hubungan post power syndrome dengan tingkatkecemasan lansia pada masa pensiun di Desa Klagen GambiranKecamatan Maospati Kabupaten Magetan…………... 85

Page 14: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 5 Kuisionner Penelitian

Lampiran 6 Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 7 Hasil Tabulasi

Lampiran 8 Data Umum Responden

Lampiran 9 Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 10 Foto Kegiatan Penelitian

Page 15: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

15

DAFTAR ISTILAH

Syndrome : Sekumpulan gejala

Power syndrome : Kekuasaan

Near : dekat

Phase : Fase

Preretiment Phase : Fase pra pensiun

Retirement Phase : Fase pensiun

Honeymoon : Bulan madu

Economic : Ekonomi

Depriviation : Pemberhentian Jabatan

HARS : Hamilton aAnxiety Rating Scale

WHO : World Healt Organitation

Mild anxiety : Ansietas Ringan

Moderate anxiety : Ansietas Sedang

Agitas : Gugup

Middle age : Usia Pertengahan

Elderly : Lanjut Usia

Page 16: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

16

Old : Tua

Very old : Sangat Tua

Aging : Menua

Somatic Mutatie Theory : Teori Genetic dan Mutasi

Auto Immunue Theory : Reaksi dari Kekebalan Tubuh

Korelai : Hubungan

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan uji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya sehingga penulis dapat

menyesaikan penyuisunan proposal yang berjudul “ Hubungan Post Power

Syndrome dengan Tingkat Kecemasan Lansia pada Masa Pensiun Di Desa Klagen

Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan ”.

Adapun maksud penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi persyaratan

dalam penyelesaian pendidikan sarjana keperawatan di Stikes Bhakti Husada

Mulia Madiun.

Penulis sadar bahwa proposal ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan

bantuan dari pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati mengucapkan

terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. Zaenal Abidin.,SKM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun yang telah memberikan ijin, kesempatan dan pengarahan kepada

peneliti, sehingga proposal ini terselesaikan

Page 17: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

17

2. Kepala Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Madiun yang

telah memberikan ijin untuk terlaksananya pengumpulan data hingga selesai.

3. Mega Arianti Putri.,S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ka Prodi SI Keperawatan

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

4. Priyoto.,S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, dorongan, motivasi, saran dengan sabar, tulus dan iklas kepada

peneliti dalam menyelesaikan proposal ini.

5. Drs. I Made Santu.,S.Kep.,Ns.,MM selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, dorongan, motivasi, saran dengan sabar, tulus dan

iklas kepada peneliti dalam menyelesaikan proposal ini.

6. Istikomah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua dewan penguji dalam skripsi ini.

7. Para Pensiunan di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Orang Tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan

semangat serta doa yang tulus untuk saya menyelesaikan proposal ini.

9. Teman-teman program studi ilmu keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia

Madiun angkatan 2013 atas kerja sama dan motivasinya.

10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkankan satu persatu atas

bantuan dalam menyelesaikan proposal ini.

Madiun, Agustus 2017

Penyusun

Page 18: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

18

Ria Oktavia201302101

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa pensiun adalah masa seseorang berhenti dari aktifitas bekerja secara

formal yang disebabkan karena bertambahnya usia diikuti kemunduran fisik

sehingga dibutuhkan penyesuaian diri terhadap masa pensiun. Pandangan

sebagian besar orang tentang pensiun menyebabkan individu menolak datangnya

masa pensiun, sikap penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan stres,

cemas, depresi dan post power syndrome. Post power syndrome merupakan gejala

pasca kekuasaan dimana sebagian individu merasakan kehilangan status sosial,

jabatan, kekuasaan, penghasilan dan kehormatan (Indriana, 2012).

Post power syndrome terjadi bukanlah karena situasi pensiun atau

menganggur, melainkan bagaimana cara individu menghayati dan merasakan

keadaan baru tersebut. Apabila individu tidak bisa menerima kondisi baru itu,

Page 19: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

19

maka akan merasa kecewa, pesimis yang akan menimbulkan konflik batin,

ketakutan, dan rasa rendah diri. Individu yang optimis memandang masa pensiun

bukanlah akhir dari segalanya, individu akan tetap berpikiran positif sehingga

aperasaan negatif tidak akan muncul akibatnya individu akan dapat menjalani

masa pensiun dengan tenang dan bahagia. Namun hal yang terjadi pada saat masa

pensiun itu tiba, banyak individu tidak mau berhenti dari pekerjaannya (Seminum,

2010).

Page 20: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

7

Post power syndrome juga terjadi karena beberapa faktor antara lain

kurangnya penerimaan diri, penarikan diri secara sosial, masih menginginkan

jabatan, konsep diri yang negatif, regulasi emosi sehingga menimbulkan

gangguan fisik, sosial, dan spiritual. Pada lanjut usia saat memasuki waktu

pensiun serta menghambat aktifitas mereka dalam menjalani kehidupan sehari-

hari. Kecemasan pada lansia umumnya memiliki gejala-gajala yang dialami oleh

setiap orang, namun obyek yang menyebabkan kecemasan itu berbeda, lansia

sering mengalami kecemasan dengan masalah-masalah yang ringan. Kecemasan

akan muncul beberapa tahun menjelang masa pensiun tiba dan akhirnya

memuncak beberapa saat menjelang pensiun sampai tibanya masa pensiun (Setiati

dkk, 2006)

Badan Kesehatan Dunia WHO bahwa penduduk lansia di seluruh dunia pada

tahun 2015 9,8%, diperkirakan pada tahun 2020 mendatang mencapai angka

11,34% atau tercatat 28,8 juta orang. Jumlah populasi Lansia >60 tahun

diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar

pada tahun 2050. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa

Indonesia termasuk 5 besar Negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak

di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6% dari jumlah

penduduk sekitar 25% mengalami gejala post power syndrome.. Ketua yayasan

Gerontologi Abiyoso, Anton Aji Soehartono mengatakan bahwa jumlah lansia

Jawa Timur adalah 4,2 juta jiwa. Pada tahun 2009 di Magetan penduduknya

mencapai 158.864 jiwa. Di Desa Gambira Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan Jumlah populasi Lansia mencapai 531 lansia. Dari hasil penelitian

Page 21: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

8

Setyaningsih dan Mu’in (2013) menunjukkan bahwa tingkat kecemasan lansia

menghadapi masa pensiun adalah 65,4% tidak mengalami kecemasan, 15,0%

mengalami kecemasan ringan, 1,5% mengalami kecemasan sedang, 65,4%

kecemasan berat dan tidak ada yang mengalami kecemasan sangat berat. Hasil

penelitian dari Nurvaini (2016) bahwa tingkat kecemasan lansia menghadapi

masa pensiun menunjukkan 81% tingkat kecemasan sedang, 87,5% tingkat

kecemasan sedang. Hasil penelitian dari Pedi (2016) menyatakan bahwa tingkat

kecemasan lansia kategori tinggi yaitu sebanyak 44,4% dan sebagian besar

mengalami kecemasan dalam kategori sedang sebanyak 37,8 %.

Penyebab post power syndrome ialah individu merasa terputus dari

lingkungan yang sebenarnya ingin dimiliki dan dikuasai terus-menerus. Hal ini

mengakibatkan individu merasa kecewa, sedih, sengsara, berkepanjangan, dan

seolah-olah dunianya merupakan jalan buntu yang tidak bisa ditembus lagi. Emosi

negative yang sangat kuat dari kecemasan hebat yang berkelanjutan langsung

menjadi reaksi somatisme yang mengenai sistem peredaran darah, jantung, dan

sistem saraf yang sifatnya serius dan bias menyebabkan kematian. Begitu

memasuki pensiun, individu tidak lagi memiliki jabatan, kekuasaan, dan pengaruh

yang cukup besar seperti di masa kerjanya sehingga menimbulkan gangguan

psikis yang berdampak negatif terhadap dirinya, seperti mendadak menjadi

sensitif dan pesimis hanya karena masa kejayaannya telah berlalu. Kondisi mental

dan tipe kepribadian juga menentukan mekanisme aktif seseorang dalam

menghadapi masa pensiunnya. Post power syndrome dengan kecemasan akan

berdampak terjadinya stres berat dan putus asa dimana individu terpaku dan

Page 22: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

9

berhenti dalam beraktivitas atau berkarya. Individu merasakan kecemasan yang

mendalam, merasa hidupnya sia-sia, dan tidak berarti (Yunian, 2013).

Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu

penderita untuk mencegah terjadinya post power syndrome. Hal itu akan

mengembalikan kreatifitasnya dan produktifitasnya, meskipun tidak sehebat dulu.

Berkomunikasi dengan baik tanpa melibatkan emosi dengan orang tua yang

mengalami post power syndrome, hal ini untuk meredakan emosinya. Kemudian

dengan memberikan kesibukan dengan cara memfasilitasi orang tua dengan

berbagai kesibukan yang disukainya karena dengan memiliki kesibukan maka

pikiran orang tua dapat teralihkan dan tidak lagi merasa stress (Abdul, 2016).

Setelah dilakukan study pendahuluan pada tanggal 8 Maret 2017 di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan peneliti melakukan

wawancara kepada 10 lansia yang sudah pensiun bagaimana perasaan mereka

setelah pensiun, 6 lansia menjawab merasa gelisah, cemas, sepi, tidak berguna,

dan kurang dihargai, sedangkan 4 lansia mengatakan tidak masalah dan

mempunyai kegiatan lain seperti merawat cucu dan berkebun. Lansia pensiunan

yang tidak memiliki aktivitas setelah pensiun.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasan

lansia menghadapi masa pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati

Kabupaten Magetan.

Page 23: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka maasalah yang dapat di rumuskan

sebagai berikut apakah ada Hubungan Post Power Syndrome dengan Tingkat

Kecemasan Lansia Pada Masa Pensiun Di Desa Klagen Gambiran Kecamatan

Maospati Kabupaten Magetan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasan

lansia pada masa pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati

Kabupaten Magetan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi post power syndrome pada lansia pada masa pensiun di

Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

3. Menganalisis hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasan

lansia pada masa pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati

Kabupaten Magetan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Lansia

Sebagai tambahan pengetahuan bagi lansia tentang post power syndrome

yang dialami dan cara mengurangi kecemasan pada masa pensiun.

1.4.2 Bagi Keluarga Lansia

Page 24: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

11

Menjadi informasi bagi keluarga dalam menghadapi dan mendukung

lansia pada masa pensiun.

1.4.3 Bagi Ilmu Keperawatan

Menjadi data dasar untuk pengembangan ilmu mengenai post power

syndrome dengan kecemasan lansia pada masa pensiun.

1.4.4 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam

pelaksanaan sebuah penelitian.

1.4.5 Bagi Penelitian Selanjutnya

Menjadi sumber informasi dan data pembanding untuk pengembangan

judul selanjutnya yang berhubungan dengan post power syndrome dengan

kecemasan lansia pada masa pensiun.

Page 25: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Post Power Syndrome

2.1.1 Pengertian Post Power Syndrome

Post power syndrome merupakan keadaan yang menimbulkan gangguan

fisik, sosial, dan spiritual pada lanjut usia saat memasuki waktu pensiun sehingga

dapat menghambat aktivitas mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari

(Lestari dkk, 2008). Syndrome artinya kumpulan gejala, sedangkan power

syndrome adalah kekuasaan. Jika diatikan maka post power syndrome adalah

gejala-gejala paska kekuasaan yang muncul berupa gejala-gejala kejiwaan atau

emosi yang kurang stabil dan gejala itu biasanye bersifat negative (Setiati dkk,

2006).

Post power syndrome adalah reaksi somatik dalam bentuk sekumpulan

symptom penyakit, luka-luka, serta kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah dan

rohaniah yang bersifat progresif dan penyebabnya ialah pensiunan atau karena

sudah tidak mempunyai jabatan dan kekuasaan lagi. Individu yang mengalami

gangguan post power syndrome berpandangan bahwa pekerjaan dan bekerja

merupakan kebutuhan dasar dan merupakan bagian yang sangat penting dari

Page 26: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

13

kehidupan manusia. Lingkungan kerja sebagai sentrum sosial, sedangkan bekerja

merupakan aktivitas sosial yang memberikan poenghargaan atau respek, status

sosial, dan prestise sosial kepada individu. Selain memberikan ganjaran material

dalam bentuk gaji, kekayaan, dan bermacam-macam fasilitas material, bekerja

Page 27: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

juga member ganjaran sosial, yaitu kebanggaan dan minat besar terhadap

pekerjaan dengan segala pangkat, jabatan, dan symbol kebesaran berupa intensif

yang kuat untuk mencintai suatu pekerjaan (Semium, 2010).

Post power syndrome adalah goncangan yang dialami oleh individu yang

dianggap sebagai individu yang tunakarya ketika pensiun (tidak dibutuhkan lagi

tenaga dan pikirannya). Akibatnya, individu mengalami problema serius, baik dari

sisi kejiwaan maupun dari sisi fisik. Terlebih pada individu memiliki ambisi yang

besar serta sangat menginginkan posisi yang tinggi dalam pekerjaannya. Individu

yang mengalami post power syndrome tidak bias beradaptasi pada masa

pensiunan sehingga merasakan kehilangan yang berarti dalam kehidupannya,

seperti perasaan kehilangan pangkat atau jabatan serta perasaan berarti pada

individu yang disertai dengan gejala kejiwaan kurang stabil (Tjahja, 1991).

Symptom-simtom penyakit ini disebabkan oleh banyaknya stress

(ketegangan, tekanan batin), rasa kecewa dan ketakutan yang mengganggu fungsi-

fungsi organic dan psikis, sehingga mengakibatkan macam penyakit, luka-luka

dan kerusakan yang progresif (terus berkembang atau meluas). Post power

syndrome tersebut banyak dialami oleh para pensiunan, mantan purnawirawan,

mantan karyawan dan mereka yang tidak mampu melakukan adaptasi yang sehat

terhadap tuntutan kondisi hidup baru (Achmad, 2013).

Menurut Setiati dkk. (2006) syndrome adalah kumpulan gejala sedangkan

power adalah kekuasaan, maka post power syndrome adalah gejala-gejala pasca

kekuasaan yang muncul berupa gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kirang

stabil dan biasanya gejala itu bersifat negative.

Page 28: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

Berdasarkan berbagai definisi post power syndrome di atas maka dapat

disimpulkan bahwa post power syndrome adalah gejala-gejala pasca kekuasaan

yang muncul berupa gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil dan gejala itu

biasanya bersifat negative, yang menimbulkan reaksi somatic dalam bentuk

sekumpulan symptom penyakit ataupun luka dan kerusakan fiungsi tubuh baik itu

jasmani dan rohani yang disebabkan karena individu tersebut sudah tidak bekerja.

2.1.2 Gejala-gejala Post Power Syndrome

Menurut Kartono (2002) gejala post power syndrome dapat dibedakan

menjadi dua yaitu gejala fisik

1. Gejala Fisik

Gejala fisik yang sering muncul yaitu layu, sayu, lemas, tidak bergairah, dan

mudah sakit-sakitan

2. Gejala Psikis

Gejala psikis yang sering muncul adalah tidak pernah merasa puas, sering

merasa putus asa, apatis, depresi, serba salah, menarik diri, malu bertemu

dengan orang lain atau malah sebaliknya seperti cepat tersinggung, tidak

toleran, mudah marah, eksplosif, gelisah, agresif, dan suka menyerang

dengan kata-kata ataupun dengan benda-benda. Bahakan tidak jarang

menjadi beringas dan setengah sadar.

Senitiati dkk, (2006) membagi gejala-gejala post power syndrome menjadi

tiga tipe yaitu :

Page 29: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

1. Gejala Fisik

Tampak tua dibandingkan pada waktu bekerja, rambutnya menjadi putih

semua, berkeriput, pemurung, badannya menjadi lemah, dan sakit-sakitan.

2. Gejala Psikis

Merasa cepat tersinggung, merasa tidak berharga, menarik diri dari

lingkingan pergaulan, ingin bersembunyi, dan lain sebagainya

3. Gejala Perilaku

Umumnya malu bertemu orang lain, suka melakukan kekerasan atau

menunjukkan kemarahan baik dirumah atau tempat lain.

Kondisi fisik dan psikis sedemikian ini jika tidak bisa dikendalikan oleh

individu sendiri, bahkan juga tidak bisa diperingan dengan bantuan medis dan

psikiatri, maka menjadi semakin gawat dan pasti akan memperpendek umur

penderitanya. Berdasarkan teori diatas mengenai gejala post power syndrome

yang disebutkan diatas, peneliti menggunakan gejala-gejala yang sesuai dengan

pelaksanaan penelitian yaitu gejala post power syndrome terdiri dari gejala fisik

dan gejala psikis.

2.1.3 Penyebab Post Power Syndrome

Menurut Kartono (dalam Yunian, 2013) penyebab post power syndrome

ialah

1. Individu merasa terputus dari lingkungan yang sebenarnya ingin dimiliki

dan dikuasai terus-menerus.

2. Individu merasa kecewa, sedih, sengsara, berkepanjangan, dan seolah-olah

dunianya merupakan jalan buntu yang tidak bias ditembus lagi.

Page 30: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

3. Emosi negative yang sangat kuat dari kecemasan hebat yang berkelanjutan

langsung menjadi reaksi somatisme yang mengenai sistem peredaran darah,

jantung, dan sistem saraf yang sifatnya serius dan bias menyebabkan

kematian.

Begitu memasuki pensiun, individu tidak lagi memiliki jabatan, kekuasaan,

dan pengaruh yang cukup besar seperti di masa kerjanya sehingga menimbulkan

gangguan psikis yang berdampak negatif terhadap dirinya, seperti mendadak

menjadi sensitif dan pesimis hanya karena masa kejayaannya telah berlalu.

Kondisi mental dan tipe kepribadian juga menentukan mekanisme aktif seseorang

dalam menghadapi masa pensiunnya.

Individu usia 55-65 tahun fase generativitas dengan stagnasi dan fase

integritas diri dengan putus asa dalam tahap perkembangan hidup. Pada individu

yang mengalami post power syndrome, fase stagnasi dan putus asa lah yang

mendominasi perilakunya. Fase stagnasi adalah fase dimana individu terpaku dan

berhenti dalam beraktivitas atau berkarya, sementara pada fase putus asa, individu

merasakan kecemasan yang mendalam, merasa hidupnya sia-sia, tidak berarti

(Purwati, 2009).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Post Power Syndrome

Menurut Rini (dalam Purwati, 2009) mengungkapkan beberapa faktor yang

mempengaruhi post power syndrome akibat pensin, meliputi :

1. Kepuasan kerja dan pekerjaan

Pekerjaan membawa kepuasan tersendiri karena di samping

mendatangkan uang dan fasilitas, dapat juga memberikan nilai dan

Page 31: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

kebanggaan pada diri sendiri (karena berprestasi ataupun kebebasan

menuangkan kreatifitas). Namun, bila ada seseorang mengalami masalah

saat pensiun, biasanya sudah memiliki kondisi mental yang tidak stabil,

konsep diri negative, dan kurang percaya diti, terutama berkaitan dengan

kompetensi dan keuangan/ penghasilan. Seseorang yang memiliki harga diri

rendah semasa produktifitasnya cenderung akan jadi overachiever semata-

mata membuktikan dirinya sehingga habis-habisan dalam bekerja dan

mengabaikan ssosialisasi dengan sesamanya pula. Pada saat pensiun,

mereka merasa kehilangan harga diri dan kesepian karena tidak memiliki

teman. Pada orang dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri yang

positif, rasa percaya diri kuat, serta didukung oleh keuangan yang cukup,

maka orang tersebut akan lebih dapat menyesuaikan diri karena selama

bertahun-tahun ia telah bekerja, menabung, pengalaman, keahlian, serta

keuangan untuk menghadapi masa pensiun.

2. Usia

Banyak orang yang berasumsi bahwa jika sudah tua, maka fisik akan

semakin melemah, semakin banyak penyakit, cepat lupa, penampilan

semakin tidak menarik, dan semakin banyak hambatan lain yang membuat

hidup semakin terbatas, serta menganggap bahwa pensiun merupakan

pertanda bahwa dirinya sudah tidak berguna dan tidak dibutuhkan lagi

karena usia tua dari produktivitas semakin menurun sehingga tidak

menguntungkan lagi bagi tempat mereka bekerja. Seringkali hal tersebut

menyebabkan ia menjadi over sensitive dan subjektif terhadap stimulus

Page 32: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

yang ditangkap sehingga menyebabkan orang jadi sakit-sakitan saat pensiun

tiba. Salah satu cara mengataasi masalah persepsi negatif terhadap masa tua

adalah dengan mengatakan pada diri sendiri “act your age, but I don’t want

to act old”.

3. Kesehatan

Kesehatan mental dan fisik merupakan predisposisi keberhasilan

seseorang beradaptasi terhadap perubahan hidup yang disebabkan oleh

pensiun ditambah dengan persepsi orang tersebut terhadap penyakit atau

kondisi fisiknya. Jika ia menganggap hal yang dideritanya itu sebagai

hambatan besar dan pesimistik terhadap hidup, maka ia akan mengalami

masa pensiun dengan penuh kesukaran. Menurut hasil penelitian, pensiun

tidak menyebabkan cepat tua dan sakit-sakitan karena justru dapat

meningkatkan kesehatan sebab mereka semakin bisa mengatur waktu untuk

berolah tubuh.

4. Persepsi Seseorang tentang Bagaimana Ia akan beradaptasi dengan Masa

Pensiunnya.

Perencanaan yang dibuat sebelum pensiun (termasuk pola/ gaya hidup

yang dilakukan) akan memberikan kepuasan dan rasa percaya diri pada

individu yang bersangkutan. Namun, hal tersebit juga tidak terlepas dari

persepsinya tentang hidup dan tentang dirinya sendiri. Orang yang percaya

pada potensi diri sendiri dan kurang mempunyai kompetensi sosial yang

baik akan cenderung pesimis dalam menghadapi masa pensiunnya karena

Page 33: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

merasa cemas dan ragu dalam menghadapi dan mengatasi perubahan hidup

dan membangun kehidupan yang baru.

5. Status Sosial Sebelum Pensiun

Jika sesama kerja ia mempunya status sosial tertentu sebagai hasil dari

prestasi dan kerja keras, maka akan cenderung memiliki kemampuan

adaptasi yang lebih baik. Namun, jika status sosial itu didapat bukan murni

dari hasil jerih payah prestasinya, maka orang itu justru cenderung

mengalami kesulitan saat menghadapi masa pensiun karena kebanggaan

dirinya lenyap sejalan dengan hilangnya atribut dan fasilitas yang menempel

pada dirinya selama ia masih bekerja.

2.1.5 Teori Permasalahan

Fase penyesuaian diri pada saat pensiun menurut Rini (dalam Purwanti,

2009) adalah:

1. Preretirement Phase (Fase Prapensiun)

Fase ini dibagi pada 2 bagian lagi, yaitu remote dan near. Pada remote

phase, masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa yang jauh.

Biasanya fase ini dimulai pada saat orang tersebut pertama kali mendapat

pekerjaan dan masa terakhir ketika orang tersebut mulai mendekati masa

pensiun. Sedangkan pada near phase, biasanya orang mulai sadar bahwa

mereka akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini membutuhkan

penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang mulai

memberikan program persiapan masa pensiun.

2. Retirement Phase (Fase Pensiun)

Page 34: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

Masa pensiun ini sendiri terbagi dalam tahapan-tahapan berikut:

a. Honeymoon Phase

Periode ini biasanya terjadi tidak lama setelah orang memasuki masa

pensiun. Sesuai dengan istilah honeymoon (bulan madu), maka

perasaan yang muncul ketika memasuki fase ini adalah perasaan

gembira karena bebas dari pekerjaan dan rutinitas.

b. Disenchatment Phase

Pada fase ini pensiunan mulai merasa depresi dan merasa kosong.

Untuk beberapa orang, pada fase ini mereka merasa ada rasa kehilangan,

baik itu kehilangan kekuasaan, martabat, status, penghasilan, teman

kerja, atau aturan tertentu.

c. Reorientation Phase

Reorientation phase yaitu fase dimana seseorang mulai

mengembangkan pandangan yang lebih realistis mengenai alternative

hidup. Mereka mulai mencari aktivitas baru.

d. Stability Phase

Fase dimana mereka mulai mengembangkan suatu set criteria mengenai

pemilihan aktivitas, dimana mereka dapat merasa hidup tentram dengan

pilihannya.

e. End of Retirement

Biasanya fase ini ditandai dengan penyakit yang mulai menggerogoti

seseorang, ketidak mampuan dalam mengurus diri sendiri, dan

Page 35: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

keuangan yang mulai merosot. Peran saat seorang pensiunan digantikan

dengan peran orang sakit yang membutuhkan orang lain untuk tempat

bergantung.

Ketika lansia memasuki masa pensiun, mereka mengalami perubahan

psikososial, antara lain:

1. Nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya dan identitas yang

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.

2. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-

kehilangan, antara lain kehilangan financial (income berkurang),

kehilangan status (dulu mempunyai jabatan atau posisi yang cukup tinggi,

lengkap dengan segala fasilitasnya), kehilangan teman atau kenalan atau

relasi, kehilangan pekerjaan kegiatan.

3. Beberapa kondisi actual dikalangan para pensiunan di Indonesia di sarikan

dari Kontjro (2002 dalam Dharmodjo, 1985) adalah:

a. Penurunan kondisi kesehatan ternyata tidak disebabkan secara

langsung oleh pensiunan, melainkan oleh problematika kesehatan

yang telah dialami sebelumnya.

b. Tidak jarang masa pensiun malahan dapat meningkatkan kesehatan,

misalnya saja akibat berkurangnya beban tekanan hidup yang harus

dihadapi.

c. Kalangan masyarakat mulai memandang masa pensiun sebagai masa

yang berkesan dan menarik.

Page 36: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

d. Pada masa pensiun, kemungkinan untuk bersantai berkurang, karena

waktu yang ada cenderung tersita untuk mengerjakan pekerjaan rumah

tangga.

e. Kepuasan perkawinan tidak secara signifikandi pengaruhi oleh kondisi

pensiun.

f. Akan ada banyak waktu dan kesempatan bersama keluarga pasangan.

g. Penempatan kerumah jompo, meninggalnya pasangan, mengidap

penyakit serius, serta adanya cacat biasanya menyebabkan perubahan

gaya hidup yang derastis pada mereka yang pensiun.

h. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)

i. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan

sehingga lingkup gerak lebih sempit,

j. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic depriviation),

meningkatnya biaya hidup, bertambahnya biaya pengobatan.

k. Penyakit kronis dan ketidak mampuan.

l. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.

m. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

n. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-

teman dan keluarga.

o. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.

Page 37: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

2.1.6 Strategi Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada lansia yang mengalami post power syndrome dapat

dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan yang dilakukan oleh keluarga, diantaranya:

a. Pendekatan sosial yang diberikan oleh keluarga, yaitu member

perhatian dan respons yang baik dengan member kesempatan kepada

lansia untuk beraktifitas di masyarakat.

b. Pendekatan spiritual yang diberikan oleh keluarga, yaitu dengan

member perhatikan dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan lansia

untuk menjalankan ibadahnya.

2. Pendekatan yang dilakukan oleh perawat, di antaranya:

a. Perawat harus memberitahu keluarga akan pentingnya komunikasi

antara keluarga dan lansia, misalnya dengan member penyuluhan yang

lebih mendalam kepada keluarga yang memiliki lansia.

b. Perawat dapat memahami atau mengetahui dengan pasti perasaan lansia

pada situasi tertentu, misalnya jika dalam penyampaian pendapat

perhatikan juga situasi kondisi lansia, apakah lansia dapat menerima

pendapat tersebut atau tidak.

c. Perawat mendorong lansia untuk mengungkapkan perasaan dan

persepsi pribadinya, misalnya dengan cara mengajak lansia berdiskusi

lebih jelas dan sesuai dengan maksud tujuan kita, supaya tercipta rasa

saling percaya pada lansia untuk mengungkapkan perasaan pada

perawat. (Letari dkk,. 2008)

Page 38: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

2.1.7 Cara Penanganan pada Penderita Post Power Syndrome

Cara penanganan pada lansia yang mengalami post power syndrome dapat

dilakukan dengan:

1. Cara Penanganan Eksternal

a. Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu

penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang mencintainya

memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya, atau ketidak

mampuan dalam mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaan

dan lebih berpikir secara dingin. Hal itu akan mengembalikan

kreativitas dan produktivitasnya, meskipun tidak sehebat dulu. Akan

sangat berbeda hasilnya jika keluarga mengejek dan selalu

menyindirnya, menggerutu, bahkan mengolok-ngoloknya.

b. Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga,

dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya

fase post power syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima

kenyataan dan keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati

fase ini disbanding dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.

c. Bila seorang penderita post power syndrome dapat menemukan

aktualisasi diri yang baru, hal ini sangat menolong baginya. Misalnya

seseorang manajer terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis

baru yang dirintisnya (agrobisnis misalnya), ia akan terhindar dari

resiko post power syndrome.

Page 39: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

2. Cara Penanganan Internal

a. Sejak menerima jabatan, seseorang tetap menjaga jarak emosional yang

wajar antara diri dengan jabatan tersebut, artinya memang karis setinggi

mungkin tetap harus kita jangkau dan menjadi cita-cita demi kepuasan

batin, namun bila karier telah dicapai melalui kesempatan menduduki

jabatan tertinggi, tempatkanlah posisi tersebut dalam posisi wajar.

b. Cadangkanlah sisa energy psikis bagi alternative fokus lain. Dengan

demikian bila status formal dalam bentuk jabatan hilang, masih ada

focus lain bagi penyaluran energi psikis yang sehat.

c. Tanamkanlah dalam diri bahwa jabatan hanya bersifat sementara.

Memang dalam pelaksanaan jabatan diperlukan sikap serius dan

sungguh-sungguh, namun tetap sadarilah bahwa sifat sementara dalam

menjabat tetap berlaku. Tidak ada jabatan yang dapat diemban seluruh

hidup. Pasti akan tiba saatnya beristirahat dan menikmati masa istirahat

tersebut dengan cara yang sehat, baik mental maupun fisik.

2.2 Kecemasan Pada Lansia

2.2.1 Definisi Cemas

Kecemasan adalah reaksi yang normal terhadap stress dan ancaman bahaya.

Kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik

yang nyata maupun yang belum tentu ada. Kecemasan dan ketakutan sering

digunakan dengan arti yang sama; tetapi, ketakutan biasanya merujuk adanya akan

adanya ancaman yang hanya berdasarkan hasil asumsi yang belum tentu benar.

Perasaan tidak berdaya dan tidak adekuat dapat terjadi, disertai rasa terasing dan

Page 40: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

tidak aman. Intensitas perasaan ini dapat ringan atau cukup berat sampai

menyebabkan kepanikan, dan intensitasnya dapat meningkat atau menghilang

terganting pada kemampuan individu dan sumber-sumber pada suatu waktu

tertentu (Priyoto, 2015).

Kecemasan adalah suatu respon yang diberikan kepada seseorang terhadap

suatu obyek yang belum jelas sebabnya ditandai dengan perasaan takut akan

terjadi bahaya atau ancaman pada dirinya orang lain, atau lingkungan tempat

dimana ia berada (Dadang, 2001)

2.2.2 Tanda-tanda Cemas

Menurut Stuart dan Sundeen (2003), efek terhadap respon cemas dapat

diketahui dari hal-hal berikut:

1. Fisiologis

Mencul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare,

sering kencing, nadi cepat, tensi meningkat, ketegangan otot, sukar bernapas,

berkeringat, pupil mata dilatasi, mulut kering, anoreksia, konstipasi, sakit

kepala, penglihatan kabur, mual, muntah, gangguan tidur.

2. Perilaku

Gelisah, tremor, mudah terkejut, bicara cepat, aktivitas dan gerakan

kurang terkoordinasi atau gerakan tidak menentu seperti gemetar, serta

perasaan tegang yang berlebihan.

Page 41: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

3. Kognitif

Tidak mampu memusatkan perhatian atau konsentrasi, persepsi menyempit

atau kreaktivitas menurun, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau

kejadian buruk yang akan terjadi.

Kecemasan merupakan suatu kondisi kejiwaan yang hamper selalu

dirasakan setiap orang. Hal ini sering muncul terutama ketika seseorang

menghadapi persoalan berat atau situasi yang menegangkan, sehingga

timbul kegelisahan.

2.2.3 Faktor Penyebab kecemasan

1. Faktor Internal

a. Pengalaman

Penyebab kecemasan, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam

kehidupan atau dapat terletak di dalam diri sendiri seseorang yang

memiliki pengalaman dalam menjalani suatu masalah yang sulit dalam

hidupnya maka dalam dirinya akan lebih mampu beradaptasi dengan

lingkungan yang tidak begitu sulit yang didapat dari pengalaman

sebelumnya.

b. Respon terhadap stimulus

Kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan

yang diterima akan mempengaruhi kecemasan yang timbul.

c. Usia

Pada usia yang lebih tua, seseorang akan memiliki cara pandang yang

lebih luas sehingga dalam menghadapi suatu masalah akan bercermin

Page 42: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

pada pengalaman yang didapat sewaktu hidup atau dari orang lain.

Dengan semakin banyak pengetahuan dan teman, seseorang akan lebih

siap untuk menghdapi sesuatu.

d. Jenis kelamin atau gender

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, wanita lebih cemas

akan ketidakmampuannya disbanding dengan pria, pria lebih aktif,

eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitif. Peneliatian lain

menunjukkan bahwa pria lebih rileks disbanding wanita.

2. Faktor Eksternal

a. Dukungan keluarga

Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seseorang lebih siap

dalam menghadapi permasalahan.

b. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar lansia dapat menyebabkan seseorang

menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan. Misalnya,

lingkungan yang tidak memberikan cerita negative tentang suatu

permasalahan. Misalnya, lingkungan yang tidak memberikan cerita

negative tentang suatu permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat

dalam menghadapi permasalahan (Priyoto, 2015).

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar

tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwaperistiwa atau

situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut

Page 43: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

Savitri Ramaiah (2003:11) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi

kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu

tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya

pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga,

sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa

tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar

untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika

dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat

lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya

kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama

ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul,

dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010) mengemukakan beberapa

penyebab dari kecemasan yaitu :

Page 44: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam

dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya

terlihat jelas didalam pikiran

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang

berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula

menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat

dalam bentuk yang umum.

c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.

Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan

dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang

mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.

Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu,

keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan

keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Musfir Az-Zahrani (2005:511)

menyebutkan faktor yang memepengaruhi adanya kecemasan yaitu:

a. Lingkingan Keluarga

Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau

penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua

terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta

kecemasan pada anak saat berada didalam rumah.

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang

Page 45: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilak yang buruk,

maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata

masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan.

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi Mekanisme Koping terhadap Kecemasan

pada Lansia

1. Faktor Internal

Seseorang akan mengalami kecemasan, baik kecemasan ringan, sedang,

maupun berat. Untuk lanjut usia dalam pengalaman hidupnya tentu diwarnai

oleh masalah psikologi berupa kehilangan dan kecemasan. Adapun

mekanisme koping pada usia lanjut dipengaruhi factor-faktor usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, motivasi, dan kondisi fisik diuraikan berikut

ini.

a. Usia

Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima

cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa

hubungan antara sistem sosial dengan individu bertambah stabil pada

usia individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua. Teori ini

menekankan bahwa kestabilan ssistem kepribadian sebagai individu

bergerak kea rah usia.

b. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin juga merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada

bentuk adaptasi yang digunakan.

Page 46: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi

masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin

banyak pengalaman hidup yang dilaluinya. Dengan demikian, ia akan

lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Umumnya, lansia

yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi masih dapat produktif,

mereka justru banyak memberikan konstribusinya sebagai pengisi

waktu luang dengan menulis buku-buku ilmiah maupun biografinya

sendiri.

d. Motivasi

Adanya motivasi akan sangat membantu individu dalam menghadapi

dan menyelesaikan masalah. Individu yang tidak mempunyai motivasi

untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah akan membentuk

koping yang destruktif. Jika tiap-tiap kebutuhan dapat dicapai, maka

individu termotivasi untuk mencari kebutuhan pada tahap yang lebih

tinggi, sehingga indivisu akan mempunyai kemampuan dalam

meremehkan masalah.

e. Kondisi fisik

Setelah orang memasuki masa lansia, umumnya mulai dihinggapi

adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple

pathology), misalnya tenaga berkurang, energy menurun, kulit makin

keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara

umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia

Page 47: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

mengalami penurunan berlipat ganda. Hal ini semua dapat

menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologis maupun

sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan

ketergantungan kepada orang lain.

2. Faktor Eksternal

a. Dukungan sosial

Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia sendiri

masih mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai

penyokong atau penopang kehidupannya, sering kali ditemukan bahwa

tidak semua lansia mampu memahami adanya dukungan sosial dari

orang lain. Walaupun ia telah menerima dukungan sosial, tetapi ia

masih saja menunjukkan adanya ketidakpuasan yang ditampilkan

dengan cara menggerutu, kecewa, kesal, dan sebagainya.

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga menurut Kementrian Kesehatan RI adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga merupakan kesatuan

dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang

menciptakan peran-peran sosial bagi suami dan istri, ayah dan ibu,

putra dan putrid, saudara priya, dan saudara wanita (Priyoto, 2015)

Page 48: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

2.2.5 Tingkat Kecemasan

Stuart dan Sundeen (2003) membagi kecemasan menjadi empat tingkatan,

yaitu:

1. Kecemasan Ringan

Pada tingkat ini, kecemasan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan persepsinya. Kecemasan pada tingkat ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitasnya.

2. Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini, individu lebih memfokuskan hal penting dan

mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.

3. Kecemasan Berat

Pada tingkat ini berhubungan dengan pengaruh ketakutan dari terror,

perincian terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kondisi.

Individu tidak mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan.

4. Kecemasan Panik

Kondisi ini berhungan dengan terpengaruh, ketakutan dan keperincian

terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali. Individu

tidak mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan panic

melibatkan disorganisasi, kepribadian yang ditandai dengan meningkatkan

kegiatan motorik. Menurunnya respon untuk berhubungan dengan orang

Page 49: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

lain, distorsi persepsi dan kehilangan pikiran rasional. Tingkah laku panic

ini mendukung kehidupan individu.

2.2.6 Skala Kecemasan

2.2.6.1 Skala Kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/ SRAS)

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/ SRAS) adalah penilaian kecemasan

pada pasien dewasa yang dirancang oleh William WK Zung, dikembangkan

berdasarkan gejala kecemasan dalam DSM-II (Diagnostic and Statistical Manual

of Mental Disorders). Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-

4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hamper setiap waktu.

Terdapat lima belas pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan lima

pertanyaan kea rang penurunan kecemasan (Zung Self-Rating Anxiety Scale

(SAS/ SRAS) dalam lan Mcdowell, 2006). Rentang penilaian 20-80, dengan

pengelompokan sebagai berikut:

Skor 20-44 : normal/ tidak cemas

Skor 45-59 : kecemasan ringan

Skor 60-74 : kecemasan sedang

Skor 75-80 : kecemasan berat

2.2.6.2 Halmiton Anxienty Rating Scale (HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut

alat ukur kecemasan yang disebut Skala Tingkat Kecemasan Hamilton (Hamilton

Anxienty Rating Scale/HARS), HARS merupakan pengukuran kecemasan yang

didasarkan pada munculnya simtom pada individu yang mengalami kecemasan.

Menurut HARS terdapat 14 simtom yang tampak pada individu yang mengalami

Page 50: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi lima tingkatan skor antar 0 (tidak

ada) sampai 4 (berat).

HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh

Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan

terutama pada penelitian percobaan klinis (trial clinic). Skala HARS telah

dibuktikan memiliki validitas dan rehabilitas cukup tinggi untuk pengukuran

kecemasan pada penelitian percobaan klinis (trial clinic) yaitu 0,93 dan 0,79.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan

HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.

Menurut Skala Tingkst Kecemasan Hamilton (Hamilton Anxiety Rating

Scale/ HARS) yang dikutip Priyoto (2013), penilaian kecemasan terdiri atas 14

item.

1. Perasaan cemas, terdiri atas:

a. Firasat buruk

b. Takut akan pikiran sendiri

c. Mudah tersinggung

2. Ketegangan, terdiri atas:

a. Merasa tegang

b. Lesu

c. Tidak dapat istirahat dengan tenang

d. Mudah terkejut

e. Mudah menangis

f. Gemetar

Page 51: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

g. Gelisah

3. Ketakutan, terdiri atas:

a. Pada gelap

b. Ditinggal sendiri

c. Pada orang asing

d. Pada binatang besar

e. Pada keramaian lalu lintas

f. Pada kerumunan orang banyak

4. Gangguan tidur, terdiri atas

a. Sukar memulai tidur

b. Tidak pulas

c. Terbangun malam hari

d. Bangun dengan lesu

e. Mimpi yang menakutkan

5. Gangguan kecerdasan, terdiri atas:

a. Daya ingat buruk

b. Sulit konsentrasi

c. Sering bingung

6. Perasaan depresi, terdiri atas:

a. Kehilangan minat

b. Sedih

c. Bangun dimalam hari

d. Daya ingat buruk

Page 52: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

e. Sulit konsentrasi

f. Sering bingung

7. Gejala rematik pada otot-otot, terdiri atas:

a. Nyeri otot

b. Kaku

c. Kedutan otot

d. Gigi gemertak

e. Suara tidak stabil

8. Gejala sensorik, terdiri atas:

a. Telinga berdengung atau tinnitus

b. Penglihatan kabur

c. Muka merah dan pucat

d. Merasa lemah

e. Perasaan ditusuk-tusuk

9. Gejala kardiovaskuler, terdiri atas:

a. Denyut nadi cepat

b. Berdebar-debar

c. Nyeri dada

d. Denyut nadi mengeras

e. Rasa lemah seperti mau pingsan

f. Detak jantung hilang sekejap

10. Gejala pernapasan, terdiri atas:

a. Rasa tertekan di dada

Page 53: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

b. Perasaan tercekik

c. Merasa napas pendek atau sesak

d. Sering menarik napas panjang

11. Gejala gastrointestinal, terdiri atas

a. Sulit menelan

b. Mual muntah

c. BB menurun

d. Konstipasi

e. Perut melilit

f. Gangguan pencernaan

g. Nyeri lambung

h. Rasa puas di perut

i. Perut terasa penuh

12. Gejala uro genitalia, terdiri atas:

a. Sering kencing

b. Tidak dapat menahan kencing

13. Gejala vegetative atau otonom, terdiri atas:

a. Mulut kering

b. Muka kering

c. Mudah berkeringat

d. Pusing atau sakit kepala

e. Bulu roma berdiri

Page 54: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

14. Apakah klien terlihat:

a. Gelisah

b. Tidak tenang

c. Mengerutkan dahi muka tegang

d. Tonus atau ketegangan otot meningkat

e. Napas pendek dan lepas

f. Muka merah

Cara penilaian masing-masing item adalah sebagai berikut.

Skor : 0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = terdapat satu dari gejala yang ada

2 = separuh dari gejala yang ada

3 = lebih dari separuh gejala yang da

4 = semua gejala yang ada

Sehingga skor minimal 0 dan skor maksimal 56 (14 x 4).

≤ 14 = tidak ada kecemasan

14-20 = kecemasan ringan

21-27 = kecemasan sedang

28-41 = kecemasan berat

42-56 = kecemasan berat sekali

Jadi peneliti menggunakan Skala HARS karena validitas dan rehabilitas

cukup tinggi, tingkat error rendah yaitu 0.97 yang menunjukkan skala HARS

valid dan reliable.

Page 55: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

2.2.7 Reentang Respon Menurut Gail Stuart

Menurut Gail W. Stuart (2006), tingkat kecemasan/ ansietas dibagi menjadi

empat tingkatan kecemasan.

1. Ansietas ringan atau mild anxiety. Perasaan bahwa ada sesuatu yang berada

dan membutuhkan perhatian khusus, stimulasi sensori meningkat dan

membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan

masalah, berpikir, perhatian untuk belajar, bertindak, dan melindungi

dirinya sendiri.

2. Ansietas sedang atau moderate anxiety. Merupakan perasaan yang

mengganggu bahwa ada sesuatu yang berdebar dan ada ancaman, individu

menjadi gugup atau agitasi.

3. Ansietas berat atau sevrtr anxiety. Ansietas berat dialami ketika individu

yakni, bahwa ada sesuatu yang berdebar dan ada ancaman, individu

memperlihatkan respon takut dan distress.

4. Panik atau panic. Ketika individu mencapai tingkat ansietas, panic berat,

semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respons

fight or freeze, yakni kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetapi di tempat dan

beruang atau menjadi beku dan tidak dapat melakukan sesuatu.

Menurut Gail W. Stuart (2006), rentang respons kecemasan dapat di

gambarkan sebagai berikut.

Page 56: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

Teori psikoanalitis, interpersonal, behavioral, dan biological, menelaskan

factor predisposisi dan presipitasi merupakan factor yang mempengaruhi

timbulnya kecemasan di mana ketidakmampuan integritas psikis seseorang dalam

menerima stressor dari luar sehingga seseorang akan menggunakan sebagai

mekanisme untuk menghadapi kecemasan, baik secara konstruktif maupun

destruktif dalam menghadapi kecemasan.

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Pengertian Lanjut Usia

Orhanisasi Kesehatan Dunia menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu usia

pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74

tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75—90 tahun, dan usia sangat tua (very old)

adalah 90 tahun. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik laki-

laki maupun perempuan, yang masih aktif beraktifitas dan bekerja ataupun mereka

yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga berhantung kepada

orang lain untuk menghidupi dirinya (Nugroho, 2008). Menjadi tua atau aging

adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan

Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.2 Rentang Respons Kecemasan Menurut Gail (2006).

Page 57: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi

normalnya. Akibatnya, tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau

memperbaiki kerusakan tersebut (Cunningham, 2003).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya dalam memenuhi

kebutuhan dalam hidup (Priyoto, 2015)

Jadi lanjut usia dapat kita artikan sebagai kelompok penduduk yang berusia

60 tahun ke atas proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau menggantikan dan mempertahankan fungsi

normalnya.

2.3.2 Teori-teori Lanjut Usia

Menurut Sheiera Saul (1974 dalam Siti Bandiyah, 2009), secara individual

tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda-beda. Masing-masing

lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga tidak ada satu factor pun

ditemukan untuk mencegah proses menua. Teori-teori itu dapat digolongkan

dalam dua kelompok, yaitu kelompok teori biologis dan teori kejiwaan sosial.

1. Teori Biologi

Teori biologi adalah ilmu alam yang mempelajari kehidupan dan

organism hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi,

persebaran, dan taksonominya. Ada beberapa macam teori biologis, di

antaranya sebagai berikut:

Page 58: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut Hayflick (1961 dalam Sri Surini Pudjiastuti, 2003), menua

telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies tertentu. Menua

terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh

molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel

kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

b. Teori Interaksi Seluler

Menurut Berger (1994 dalam Noorkasiani, 2009), bahwa sel-sel yang

saling berinteraksi satu sama lain dan mempengaruhi keadaan tubuh

akan baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu harmoni.

Akan tetapi, bila tidak lagi demikian maka akan terjadi kegagalan

mekanisme feed back dimana lambat laun sel-sel akan mengalami

degenerasi.

c. Teori Replikasi DNA

Menurut Cunningham (2003) teori ini mengemukkan bahwa proses

penuaan merupakan akibat akumulasi bertahap kesalahan dalam masa

replikasi DNA sehingga terjadi kematian sel. Kerusakan DNA akan

menyebabkan pengurangan kemampuan replikasi ribosomal DNA

(rDNA) dan memengaruhi masa hidup sel. Sekitar 50% rDNA akan

menghilang dari sel jaringan pada usia kira-kira 70 tahun.

d. Teori Ikatan Silang

Page 59: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

Menurut Year & Gilchrest (2007), proses penuaan merupakan akibat

dari terjadinya ikatan silang yang progresif antara protein-protein

intraselular dan intrasalular serabut kolagen. Ikatan silang meningkat

sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini mengakibatkan penurunan

elastisitas dan kelenturan kolagen di membra basis atau di substansi

dasar jaringan penyambung. Keadaan ini mengakibatkan kerusakan

fungsi organ.

e. Teori Radikal Bebas

Menurut Cunningham (2003), teori radikal bebas dewasa ini lebih

banyak di anut dan dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan.

Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam tubuh yang

mempunyai electron yang tidak terpasang sehingga tidak stabil dan

reaktif hebat. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan teerus-

menerus menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya,

termasuk menyerang sel-sel tubuh yang normal. Teori ini

mengemukakan bahwa terbentuknya gugus radikal bebas (hydroxy,

superoxide,hydrogenperoxide dan sebagainya) adalah akibat terjadinya

otoksidasi dari molekul intraselular karena pengurus sinar UV. Radikal

bebas ini akan merusak enzim superoksida-dismutase (SOD) yang

berfungsi mempertahankan fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan

menjadi rusak. Proses penuaan pada kulit yang dipacu oleh sinar UV

(photoaging) merupakan salah satu bentuk implementasi dari teori ini.

Page 60: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

f. Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immunue Theory)

Menurut Goldteris & Brocklehurst (1989 dalam Siti BAndiyah, 2009)

di dalam proses metabolism tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Ada jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh

ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi

dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun.

2. Teori Kejiwaan Sosial

Teori kejiwaan sosial meneliti dampak atau pengaruh sosial terhadap

perilaku manusia. Teori ini melihat pada sikap, keyakinan, dan perilaku

lansia. Ada beberapa macam teori kejiwaan sosial, di antaranya sebagai

berikut

a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

Menurut Maslow (1954 dalam Noorkasiani, 2009), menyatakan bahwa

para lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikuti banyak

dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada

cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem

sosial dan individu tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Menurut Kuntjoro (2002), dasar kepribadian atau tingkah laku tidak

berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori di

atas. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada

seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian

yang dimilikinya.

Page 61: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

c. Teory Pembebasan (Didengagement Theory)

Teori ini menerangkan putusnya pergaulan atau hubungan dengan

dengan masyarakat dan kemunduran individu lainnya. Cimming and

Henry (1961 dalam Siti Bandiyah, 2009), menyatakan bahwa dengan

bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai

melepaskan di dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut

usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering

terjadi kehilangan ganda (triple loos) yaitu kehilangan peran (loss of

role), hambatan kontak sosial (restraction of contacts and relation

ships), dan berkurangnya komitmen (reduced commitment to social

mores and values)

d. Teori Subkultur

Menurut Rose (1962 dalam Noorkasiani, 1992), lansia merupakan

kelompok yang memiliki norma, harapan, rasa percaya, dan adat

kebiasaan tersendiri sehingga dapat digolongkan sebagai subkultur.

Akan tetapi mereka ini kuraang terintegrasi pada masyarakat luas dan

lebih banyak berinteraksi antar sesame. Di kalangan lansia, status lebih

ditekankan pada bagaimana tingkat kesehatan dan kemampuan

mobilitasnya, bukan pada hasil pekerjaan, pendidikan, ekonomi, yang

pernah di capainya. Kelompok-kelompok lansia seperti ini bila

terkoordinasi dengan baik dan dapat menyalurkan aspirasinya di mana

Page 62: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

hubungan antar grub dapat meningkatkan proses penyesuaian pada

lansia.

e. Teori Strati Kasi Usia

Menurut Riley (1972 dalam Noorkasiani, 2009), teori ini menerangkan

adanya saling ketergantungan antara usia dengan struktur sosial yang

dapat dijelaskan sebagai berikut; organ-ogan tubuh dewasa bersama

masyarakat dalam bentuk kohor dalam artian sosial, biologis,

danpsikologis. Kohor muncul dan masing-masing kohor memiliki

pengalaman dan selera tersendiri. Suatu masyarakat dibagi ke dalam

beberapa strata sesuai dengan lapisan usia dan peran. Masyarakat

sendiri senantiasa berubah, begitu pula individu dan perannya dalam

masing-masing strata, terdapat saling keterkaitan antara penuaan

individu dengan perubahan sosial. Kesimpulannya adalah lansia dan

mayoritas masyarakat senantiasa saling mempengaruhi dan selalu

terjadi perubahan kohor maupun perubahan dalam masyarakat.

f. Teori Penyesuaian Individu demngan Lingkungan

Menurut Lawton (1982 dalam Noorkasiani, 2009), ada hubungan antara

kompetensi individu dengan lingkungannya. Kompetensi ini merupakan

cirri fungsional individu, antara lain kekuatan ego, keterampilan

motorik, kesehatan biologis, kapasitas kognitif, dan fungsi sensorik.

Adapun menimbulkan respon perilaku dari seseorang, bahwa untuk

tingkat kompetensi seseorang terdapat suatu tingkatan suasana atau

tekanan lingkungan tertentu yang menguntungkan baginya. Orang yang

Page 63: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

berfungsi pada level kompetensi yang rendah hanya mampu bertahan

pada level tekanan lingkungan yang rendah, suatu korelasi yang sering

berlalu adalah semakin terganggu (cacat) seseorang, maka tekanan

lingkungan yang dirasakan akan semakin besar.

2.3.4 Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia

Nugroho (2008) menyatakan adapun perubahan yang terjadi pada lansia

tersebut sebagai atas perubahan fisik yang meliputi perubahan pada sel, sisitem

persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan dan sistem musculoskeletal.

Perubahan yang terjadi pada sel adalah lebih sedikit jumlahnya, lebih besar

ukurannya, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati, jumlah sel

otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi,

beratnya berkurang 5-10%. Pada sistem persarafan terjadi berat otak menurun 10-

20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya), lambat dalam

respond an waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf

panca indra, yaitu berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,

mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitife terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin dan kurang sensitive terhadap

sentuhan (Nugroho, 2008).

Pada sistem pendengaran terjadi gangguan pada pendengaran yaitu

hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap

bunyi suara atau nada-nada yang tinggi dan nada yang rendah, suara yang tidak

jelas, sulit dimengerti kata-kata yang diucapkan, membrane timpani menjadi

Page 64: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

mengecil menyebabkan terjadinya kerapuhan pada membrane tersebut, terjadi

pengumpulan serumen dan mengeras karena meningkatnya keratin dan

pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan

jiwa/ stress (Nugroho, 2008).

Sedangkan pada sistem penglihatan terjadi pada pupil yaitu timbul kekakuan

dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih bebentuk bulat (bola), lensa

lebih suram (kekeruhan pada lensa) hingga menjadi katarak, menyebabkan

gangguan penglihatan, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya

daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, berkurang luas pandangannya dan

berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala ukur (Nugroho,

2008).

Pada sistem musculoskeletal terjadi tulang kehilangan density (cairan) dan

makin rapuh, kifosis, discus, intervertebralis menipis dan menjadi pendek dan

tendon mengerut serta mengalami sklerosis. (Nugroho, 2008)

Sementara perubahan mental yang terjadi pada lansia lebih disebabkan oleh

adanya perubahan fisik, organ perasa, kesehatan secara umum, tingkat pendidikan,

keturunan, lingkungan, memori jangka panjang dan jangka pendek, intelegency

dan kemampuan komunikasi verbal dan berkurangnya ketrampilan psikomotor

serta perubahan psikososial pada lansia (Nugroho, 2008).

Perubahan status gizi pada lansia lebih disebabkan pada perubahan

lingkungan maupun status kesehatan lansia. Perubahan tersebut semakin nyata

pada kurun usia 70-an. Factor lingkungan meliputi perubahan kondisi ekonomi

Page 65: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

akibat pensiun, isolasi sosial karena hidup sendiri setelah pasangan meninggal

dunia dan rendahnya pemahaman gizi akan memperburuk keadan gizi lansia.

Factor kesehatan yang mempengaruhi status gizi adalah timbulnya penyakit

degenerative dan non degenerative yang berakibat pada perubahan dalam asupan

makanan dan perubahan penyerapan zat gizi (Darmojo, 2011)

2.3.5 Problema Lansia

Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini

membuat penduduk yang tergolong lanjut usia (lansia) semakin meningkat. Ini

menimbulkan permasalahan tersendiri yang menyangkut aspek kesehatan dan

kesejahteraan para lanjut usia.

Aspek kesehatan pada lansia ditandai dengan adanya perubahan akibat

proses menua menjadi:

1. Sestem Panca Indra

Terdapat sebagai perubahan morfologik baik pada mata, telinga, hidung,

syaraf perasa di lidah dan kulit. Perubahan yang bersifat degenerative ini

bersifat anatomic fungsional, member manifestasi pada morfologi berbagai

organ panca-indra tersebut baik pada fungsi melihat, mendengar,

keseimbangan ataupun perasa dan perabaan. Pada keadaan yang ekstrim

bahkan bisa bersifat patologik, misalnya terjadinya ektropion/ entropion

ulkus kornea, glaucoma, dan katarak pada mata, sampai pada keadaan

konfusio akibat penglihatan yang terganggu. Pada telinga dapat terjadi tuli

konduktif, sindoma maniere (keseimbangan), (Darmojo, 2011).

Page 66: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

2. Sistem Gastro-intestinal

Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan marfologik degenerative,

antara lain perubahan atrofik pada rahang, sehingga gigi lebih mudah

tanggal. Perubahan atrofik juga terjadi pada mukosa, kelenjar dan otot-otot

pencernaan. Berbagai perubahan morfologik akan menyebabkan perubahan

fungsional sampai perubahan patologik, diantaranya gangguan mengunyah

dan menelan, perubahan nafsu makan sampai pada berbagai penyakit,

diantaranya adalah:

a. Disfagia

b. Hiatus Hernia

Sering merupakan keadaan yang menyertai proses menua. Terdapat

laporan mengatakan pada usia diatas 70 tahun disapatkan pada 70%

penderita.

c. Perubahan sekresi lambung

Makin lanjut usia sering terjadi kegagalan sekresi asam, karena terjadi

atrofi sel mukosa lambung.

d. Ulkus peptikum

Terdapat perbedaan dengan usia muda, di mana kekerapan terjadinya

ulkus gaster besar yang asimtomatik dan benigna lebih sering,

walaupun asimtomatik bukannya merupakan hal yang tidak penting

sebagai penyebab kematian. Sepertiga kematian akibat ulkus lambung

terjadi pada usia lanjut. Gejala yang terdapat lebih umum, diantaranya

anemia. Berat badan turun dan rasa tak enak di perut atas (dyspepsia).

Page 67: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

e. Divertikulosis

Merupakan fenomena yang berhubungan dengan lanjutannya usia.

Lokasi yang tersering adalah esophagus, duodenum dan yeyunum.

Kelainan ini penting oleh karena sering menyebabkan defisiensi B12,

terutama pada divertikula multiple.

f. Pancreatitis

Walaupun prevalensinya jarang, akan tetapi insiden meningkat dengan

bertambahnya umur. Hal ini diduga akibat penyakit iskemia vaskuler.

Keadaan ini juga sering terjadi pada hipotermia aksidental.

g. Sindrom malabsorbsi

Penting karena menyebabkan defisiensi berbagai zat (asam folat, B12,

zat besi, kalsium, vit D, dll). Keadaan ini dihubungkan dengan

terjadinya perubahan villi mukosa usus halus pada proses menua,

menjadi lebih pendek dan lebih lebar. Adanya syndrome ini dapat

diperiksa dengan berbagai tes, misalnya tes xylose, tes koleksi feses 3

hari dan tes biopsy usus halus.

h. Usus besar

Dari aspek fisiologik dan patologik dari organ ini, yang perlu

diperhatikan adalah kebiasaan buang air besar, keluhan konstipasi.

Sedangkan berbagai keadaan patologik antara lain adalah penyakit

megakulon, karsinoma, kolon dan recktum, colitis iskemik dan colitis

ulserativa.

Page 68: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

3. Sistem Kardiovaskuler

Walaupun tanpa danya penyakit, pada usia lanjut jantung sudah

menunjukkan kekuatan kontraksi, kecepatan kontraksi dan isi sekuncup.

Terjadi pula penurunan yang signifikan dari cadangan jantung dan

kemampuan untuk meningkatkan kekuatan curah jantung, misalnya pada

keadaan latihan “exercise”. Bila gejala angina timbul pada usia lanjut, hal

ini sudah terjadi pada tingkat latihan yang rendah dan seringkali

menandakan penyakit koroner yang cukup berat. Golongan lanjut usia

sering kali kurang merasakan nyeri dibandingkan usia muda dan gejala

pertama infark miokard akut sering kali adalah gagal jantung, embolus,

hipotensi atau konfusio. Angka kematian akibat infark miokard akut

meningkat pada usia lanjut, dari sekitar 25% pada usia 70-an menjadi

sekitar 40% pada usia 90-an.

4. Sistem Respirasi

Sistem respirasi sudah rendah mencapai kematangan pertumbuhan

pada usia 20-25 tahun, setelah itu mulai mengalami penurunan fungsi.

Elastisitas paru menurun, kekuatan dinding dada meningkat, kekuatan otot

dada menurun. Semua ini berakibat menurunnya rasio ventilasi perfusi

dibagian paru yang tidak bebas dan pelebaran gradient alveolar arteri untuk

oksigen. Keadaan ini tidak boleh disalah artikan sebagai adanya penyakit

paru.

Disamping itu, terjadi penurunan gerak silia di dinding sistem

respirasi, penurunan reflek batuk dan reflek fisiologik lain, yang

Page 69: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya infeksi akut pada

saluran nafas bawah.

5. Sistem Endokrinologik

Metabolism karbohidrat

Pada sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar

gula puasa normal. Disamping factor diet, obesitas, dan kurangnya olahraga

serta penuaan menyebabkan terjadi penurunan toleransi glukosa. Oleh

karena itu banyak ahli mengusulkan bahwa diagnosis DM sebaiknya dibuat

kalau gula darah puasa ≥140 mg%. oleh sebab itu pula diagnosis DM

sebaiknya tidak dibuat berdasarkan tes toleransi glukosa (GTT). Pada usia

lanjut DM tipe II sering terjadi pada individu kurus.

Tiroid

Frekuensi hipertiroid tinggi pada usia lanjut (25% hipertiroid terjadi pada

lansia). Sekitar 75% mempunyai gejala/ tanda klasik, sebagian lagi

menunjukkan apa yag disebut ”apathic thyrotoxicosis”. Hipotiroid

merupakan penyakit yang terutama terjadi antara usia 50-70 tahun. Gejala

dan tandanya sering tidak mencolok sehingga sering tidak terdiagnosis.

Osteoporosis

Sering terdapat pada usia lanjut baik jenis primer atau sekunder. Terutama

terjadi pada wanita pasca menopause oleh karena penurunan mendadak

hormone esterogen. Pada usia lebih tua, kejadian pada pria juga meningkat,

karena faktor-faktor inaktivitas, asupan kalsium yang kurang, pembuatan

vitamin D melalui kulit yang menurun dan juga faktor hormonal.

Page 70: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

6. Sistem Hematologik

Pola pertumbuhan SDP/SDM secara kualitatif tak berubah pada penuaan,

akan tetapi sumsum tulang secara nyata mengandung lebih sedikit sel

hemopoitik dengan respon terhadap stimuli buatan agak menurun. Respon

regenerative terhadap hilang darah atau terapi anemia pernisiosa agak

kurang disbanding waktu muda. Rentang hidup SDM tidak berubah akibat

proses menua, juga morfologi tidak menunjukkan perubahan penting.

Berbagai jenis anemia yang sering didapatkan pada usia lanjut antara lain

adalah:

a. Anemia defisiensi besi akibat hilang darah, malabsorbsi dan malnutrisi.

b. Snemia megaloblastik

c. Anemia pada/ akibat penyakit kronis

7. Sistem Persendian

Penyakit rematik merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

dasabilitas pada usia lanjut, disamping stroke dan penyakit kardiovaskuler.

Pada synovial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi,

fibrilasi dan pembentukan celah dan lekukan di permukaan tulangn rawan.

Erosi tulang rawan hialin menyebabkan eburnasi tulang dan pembentukan

kista dirongga subkondral dan sumsum tulang. Semua perubahan ini serupa

dengan yang terdapat pada osteo-atritis. Keadaan tersebut belum bisa

disebut keadaan patologik, apabila terdapat stress tambahan misalnya

apabila terjadi trauma atau pada sendi penanggung beban. Diantara penyakit

sendi yang sering terdapat pada usia lanjut adalah osteo-atritis, rematoid

Page 71: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

atritis, gout, dan pseudo-gout, atritis mono-artikuler senilis, dan rematika

polimialgia.

8. Sistem Urogenital dan Tekanan Darah

Pada usia lanjut ginjal mengalami perubahan, antara lain yang terjadi

penebalan kapsula Bouman dan gangguan permeabilitas terhadap solute

yang akan difiltrasi. Nefron secara keseluruhan mengalami penurunan

dalam jumlah (jumlah nefron pada akhir rentang hidup rata-rata tinggal

tersisa sekitar 50% disbanding usia 30 tahun) dan mulai terlibat atrofi.

Aliran darah di ginjal pada usia 75 tahun tinggal sekitar 50% disbanding

usia muda. Akan tetapi fungsi guinjal secara keseluruhan dalam keadaan

istirahat tidak terlihat menurun. Barulah apabila terjadi stress fisik (latihan

berat, infeksi, gagal jantung, dll) ginjal tidak dapat mengatasi peningkatan

kebutuhan tersebut dan mudah terjadi gagal ginjal. Pada usia lanjut uga

tidak menggambarkan keadaan fungsi ginjal, oleh karena itu jumlah protein

tubuh dalam masa otot (yang merupakan contributor utama kadar kreatinin

darah) sudah menurun.

Secara umum pembuluh darah sedang sampai besar pada lanjut usia

sudah mengalami berbagai perubahan. Terjadi penebalan intimia (akibat

proses atelosklerosis) atau tunika media (akibat proses menua) yang pada

akhirnya menyebabkan kelenturan pembuluh darah tepi meningkat. Hal ini

akan menyebabkan peningkatan tekanan darah (terutama tekanan darah

sistolik) walaupun tekanan diastolic juga meningkat sebagai akibat banyak

faktoor lain termasuk genetic (teori “mozaik”)

Page 72: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

9. Infeksi dan Imunologi

Diantara perubahan imunologik yang mencolok adalah bahwa pada usia

lanjut, timus sudah mengalami esorbsi. Walaupun demikian jumlah sel T

dan B tidak mengalami perubahan, walaupun secara kwantitatif terjadi

beberapa perubahan, antara lain tanggapan terhadap stimuli artificial. Juga

terjadi peningkatan pembentukan oto-antibodi, sehingga insiden penyekit

oto-imun meningkat. Peningkatan predisposisi pada infeksi tersebut penting

pada lansia, karena pada usia lanjut infeksi cenderung menjadi berat, bahkan

penyebab kematian, infeksi saluran nafas bawah (pneumonia dan

bronkopneumonia) serta infeksi saluran kemih merupakan infeksi penting

pada lanjut usia, yang bisa berlanjut lebih berat. Factor-faktor yang

memperberat infeksi tersebut antara lain adalah imobilisasi, instrumentasi

serta iatrogenic.

Aspek kesejah teraan lansia berdasarkan kelayakan hidup lansia dalam

lingkungan hidupnya. Dalam meningkatkan kesejahteraan lansia diperlukan

peningkatan program dan aksi nasional untuk mendorong partisipasi lansia

dalam masyarakat dan pembangunan termasuk pengambilan keputusan. Hal

lain yang perlu dilakukan adalah peningkatan upaya pembentuk sistem

keamanan dan perlindungan sosial bagi lansia melalui pengembangan dan

pemberdayaan masyarakat, serta dunia usaha terhadap lansia melalui

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat serta dunia usaha terhadap

lansia melalui pengembangan dan pemberdayaan lembaga dan organisasi

Page 73: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

sosial dan dunia usaha. Media atau pers juga mempunyai potensi besar

terhadap program peningkatan kesejahteraan dan perlakuan terhadap lansia.

2.4 Pensiun

2.4.1 Defini Pensiun

Pengertian pensiun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah

tidak bekerja lagi karena telah selesai masa dinasnya. Kimmel (1989)

menambahkan, pensiun merupakan suatu isyarat sosial bahwa seseorang telah

memasuki fase lansia yang juga berarti berakhirnya masa kerja seseorang dan

mulainya periode waktu luang yang panjang tanpa aktivitas rutin.

Dapat disimpulkan pensiun merupakan suatu keadaan ketika seseorang

telah memasuki fase lansia dan telah berhenti dari suatu pekerjaan baik dari

pemerintahan maupun perusahaan swasta dimana individu tersebut memasuki

periode waktu luang yang panang tanpa aktivitas rutin.

2.4.2 Jenis-jenis Pensiun

Menurut WageIndikator.org (2014) dilihat dari penyebabnya, istilah

pensiun dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

a. Pensiun Normal

Pensiun normal merupakan pensiun yang dilakukan karena karyawan/

pegawai sudah memasuki masa pensiun.

b. Pensiun Dini

Pensiun dini sering diistilahkan dengan pensiun dipercepat. Sebelum

memasuki usia pensiun, anda dapat mengajukan untuk pensiun dini.

Page 74: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

Normalnya, pensiun dini dapat diajukan 10 tahun lebih awal dari usia

pensiun.

c. Pensiun karena Cacat

Pensiun karena cacat terjadi karena karyawan/ pegawai mengalami cacat

permanen. Cacat permanen ini menyebabkan karyawan/ pegawai

kehilangan anggot badannya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan

sehari-harinya.

d. Pensiun karena Meninggal

Pensiun jenis ini disebabkan karena karyawan/ pegawai meninggal dunia.

2.4.3 Fase Penyesuaian Diri Saat Pensiun

Robert Atchly (2000) mengembangkan enam fase deskriptif pensiun yang

mempresentasikan proses transisi dari seseorang yang akan berhenti dari dunia

kerja secara permanen, yaitu:

1. Pre-Retirement Phase (fase sebelum pensiun)

fase sebelum memasuki masa pensiun yang melibatkan tahap pelepasan dari

tempat kerja dan tahap perencanaan dalam menyiapkan apa saja yang

dibutuhkan saan sudah memasuki masa pensiun.

2. Retirement Phase (fase pensiun)

Ketika seseorang pensiun, maka mereka tidak lagi berpartisipasi dalam

sebuah pekerjaan, berikut adalah tiga hal yang sering dialami oleh orang

yang sedang pensiun:

Page 75: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

a. The Honeymoon

Tahapan ini ini ditandai dengan perasaan seperti sedang dalam keadaan

liburan tanpa batas, individu yang memasuki tahapan ini akan sangat

sibuk melakukan banyak kegiatan rekreasi yang jarang mereka lakukan

saat bekerja.

b. The immediate retirement routine

Orang-rang yang ketika masih bekerja memiliki kegiatan aktif di luar

pekerjaannya akan lebih mampu membangun rasa nyaman, namun

jadwal yang padat telah menanti setelah pensiun.

c. The rest and relaxation

Periode yang ditandai aktivitas yang sangat rendah dibandingkan

dengan the honeymoon. Individu yang memiliki kesibukan yang sangat

tinggi dan waktu yang sedikit untuk dirinya biasanya akan memilih

untuk melakukan sedikit aktivitas saat periode awal pensiunannya.

Aktivitas akan meningkat setelah beberapa tahun dari fase istirahat dan

relaksasi.

3. Disenchantment Phase (fase kekecewaan)

Pada fase ini pensiunan mulai merasa depresi, merasa kosong. Untuk

beberapa orang pada fase ini, ada rasa kehilangan baik itu kehilangan

kekuasaan, martabat, status, penghasilan, teman kerja, dan aturan tertentu.

Peran serta orang terdekat khususnya keluarga sangat berkontribusi untuk

membantu melewati tahapan ini.

Page 76: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

4. Reorientation Phase (fase reorientasi)

Pada fase dimana seseorang mulai mengembangkan pandangan yang lebih

realistic mengenai alternative hidup dan mereka akan mulai mencari

aktivitas baru. Dychtwald (2006) menyatakan bahwa tahapan ini

berlangsung sekitar 2-15 tahun sesudah pensiun. Pada tahap ini seseorang

akan mulai mengubah prioritasnya, aktivitas, hubungan, dan hidupnya. Para

pensiunan umumnya menyatakan bahwa tahap reorientasi ini merupakan

tahap yang penuh dengan tantangan.

5. Retirement Routine Phase

Masa pensiun yang nyaman dan bermanfaat adalah tujuan semua orang

yang pensiun. Beberapa individu biasanya mampu mendapatkannya segera

setelah mereka berhenti bekerja, sementara yang lain membutuhkan waktu

yang lebih lama mereka hanya berkuat dalam periode kekecewaan. Individu

yang telah memasuki fase ini biasanya akan bertahan selama bertahun-tahun.

6. Termination Of Retirement Phase

Biasanya fase ini ditandai dengan penyakit yang mulai menggerogoti

seseorang ketidakmampuan dalam mengurus diri sendiri dan keuangan yang

sangat merosot. Peran saat seorang pensiun digantikan dengan peran orang

sakit yang membutuhkan orang lain untuk tempat berganting.

2.4.4 Perubahan yang Terjadi

Menurut Turner & Helms (1997) ada beberapa hal penyesuaian yang

dialami seseorang pada masa pensiunnya, yaitu:

Page 77: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

1. Psychology Adjustment

Psychology adjustments meliputi berkurangnya harga diri. Bekerja

bukan hanya berkaitan dengan kebutuhan materi saja melainkan juga

merupakan kebutuhan psikologis seseorang. Secara psikologis, bekerja

menimbulkan rasa identitas, status, maupun fungsi sosial.

2. Financial Adjustment

Financial adjustment meliputi berkurangnya sumber penghasilan.

Penurunan penghasilan merupakan dampak paling nyata dari fenomena

pensiun. Sebagai kepala keluarga tentunya hal ini dapat menimbulkan stress,

terlebih jika kebutuhan tidak bisa ditekan dan malah mengalami

peningkatan.

3. Marital Adjustments

Marital adjustment meliputi ketidakharmonisan pasangan dan

kepergian pasangan. Waktu yang dihabiskan bersama pasangan ketika

sebelum dan sesudah pensiun jelas akan berbeda. Kuantitas bersama

pasangan akan lebih banyak dan akan memungkinkan untuk terjadinya

kesalah pahaman atau ketidakcocokan akan sering terjadi pada masa

pensiun.

4. Berkurang kontak sosial

Seseorang bisa mendapatkan penghargaan sosial ketika mereka meraih

kepuasan dari kontak sosialnya. Ketika memasuki masa pensiun, waktu

untuk bertemu dengan rekan seprofesi akan berkurang.

5. Hilangnya Kelompok Referensi yang bisa Mempengaruhi Self Image

Page 78: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

Biasanya seseorang menjadi anggota dari suatu kelompok organisasi

atau bisnis tertentu ketika dia masih aktif bekerja. Tetapi ketika dia pensiun,

secara langsung keanggotaan pada suatu kelompok akan hilang. Hal ini akan

mempengaruhi seseorang untuk kembali menilai dirinya lagi.

6. Hilangnya tugas yang Berarti

Hal ini dapat dikarenakan pekerjaan yang dikerjakan seseorang

mungkin sangat berarti bagi dirinya dan hal ini tidak bisa dikerjakan saat

seseorang itu mulai memasuki masa pensiun.

7. Hilangnya Rutinitas

Hampir separuh dari harinya dihabiskan untuk bekerja. Tidak semua

orang menikmati jam kerja yang panjang seperti ini, tapi tanpa disadari

kegiatan panjang selama ini memberikan sense of purpose (merasa memiliki

tujuan), memberikan rasa aman, dan pengertian bahwa ternyata kita berguna.

Ketika menghadapi masa pensiun, waktu ini hilang, sehingga mereka mulai

merasakan diri tidak produktif lagi.

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Page 79: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

60

3.1 KERANGKA KONSEPTUAL

Keterangan:

Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian hubungan post power syndromedengn tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa KlagenGambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

Faktor penyebab Internal KecemasanLansia:

1. Pengalaman2. Respon terhadap stimulus3. Usia4. Jenis kelamin

Faktor penyebab Eksternal KecemasanLansia:

1. Dukungan keluarga2. Kondisi lingkungan

Tingkat Kecemasan lansia padamasa pensiun

• Tidak ada kecemasan

• Kecemasan ringan

• Kecemasan sedang

• Kecemasan berat

• Kecemasan berat sekali

Post Power Syndrome lansiapada masa pensiun

• Ringan

• Sedang

• Berat

Faktor yang mempengaruhi Post PowerSyndrom:

1. Kepuasan keraja dan pekerjaan2. Usia3. Kesehatan4. Persepsi seseorang tentang bagai

mana lansia akan beradaptasidengan masa pensiun

5. Status sosial sebelum pensiun

= Diteliti

= Berhubungan

= Tidak diteliti

= Pengaruh

Page 80: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

62

Faktor yang mempengaruhi post power syndrome akibat pensiun, meliputi:

kepuasan kerja dan pekerjaan, usia, kesehatan, persepsi seseorang tentang

bagaimana lansia akan beradaptasi dengan masa pensiunnya, status sosial sebelum

pensiun yang menyebabkan Post Power Syndrome, sehingga dengan adanya

faktor-faktor dari penyebab post power syndrome tersebut menyebabkan

kecemasan. Faktor yang mempengaruhi kecemasan ada faktor internal antara lain:

pengalaman, respon terhadap stimulus, usia, jenis kelamin. Factor eksternal antara

lain: dukungan keluaga, kondisi lingkungan. Untuk mengetahui tingkatan

kecemasan dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu: kecemasan ringan, kecemasan

sedang, kecemasan berat, kecemasan berat sekali.

3.2 HIPOTESIS

Ha : Ada hubungan antara Post Power Syndrome dengan Tingkat

Kecemasan Lansia Pada Masa Pensiun di Desa Klagen Gambiran

Kecematan Maospati Kabupaten Magetan.

Page 81: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

62

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses

penelitian (Hidayat, 2012). Dalam bab ini akan dijelaskan metode penelitian

secara rinci untuk menjawab tujuan dari penelitian berdasarkan masalah yang

sudah ditentukan antara lain desain penelitian, kerangka kerja, variable penelitian,

definisi operasional, sampling desain, pengumpulan data, etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang

diharapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada seluruh

proses penelitian (Nursalam, 2016)

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasi. Rancangan penelitian

ini dipilih karena peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian ini bertujuan

untuk mengungkap hubungan korelatif antar variable (Nursalam, 2016). Dalam

pendekatan menggunakan metode cross sectional yaitu menekankan waktu

pengukuran/ observasi data dan variable independen dan dependen hanya satu saat

(Nursalam, 2016). Dalam hal ini akan melihat hubungan antara post power

syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa Klagen

Gambiran Kecamatan Maospati Kebupaten Magetan.

Page 82: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

63

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misal manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Berdasarkan

pengertian tersebut populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang

pensiun di Desa Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan sebanyak

118 lansia.

4.2.2 Sampel

Menurut (Notoatmodjo, 2012) sampel adalah bagian dari populasi yang

dianggap mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian

lansia yang pensiun di Desa Gambiran Klagen Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan.

Besar sampel penelitian ini dihitung menggunakan Rumus Slovin

(Sujarweni, 2014) adalah:

= 1 + ( )= 1181 + (118 (0,05) )= 1181 + (118 0,0025)= 1181 + 0,295= 1181,295= 91,11 = 92

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

d : Tingkat signifikasi (0,05)

Page 83: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

64

Jadi besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 92 lansia pensiun di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Madiun yang sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi antara lain:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan di teliti (Nursalam, 2013). Dalam

penelitian ini kriteria inklusi adalah :

a. Lansia mengalami pensiunan pegawai

b. Lansia pensiun yang bersedia menjadi responden

c. Lansia yang tidak memiliki gangguan komunikasi

d. Lansia yang tidak dalam kondisi sakit

2. Kriteria Eksklusi

a. Lansia yang tidak ada di tempat saat penelitian selama 2 hari berturut-

turut

b. Lansia yang memiliki gangguan kejiwaan

Page 84: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

65

4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi porsi dan populasi untuk dapat

mewakili populasi. Cara pengambilan sample dari penelitian ini di ambil secara

Probability Sampling prinsip utamanya adalah bahwa setiap subjek dalam

populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel.

Penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling

yaitu teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa

memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi (Nursalam, 2016).

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian, mulai dari desain analisis

data (Hidayat, 2008).

Kerangka kerja dibuat untuk menjelaskan titik penelitian yang dilakukan oleh

peneliti yaitu Hubungan Post Power Syndrome dengan Tingkat Kecemasan

Lansia Pada Masa Pensiun Di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati

Kabupaten Magetan. Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah

Page 85: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

66

Menentukan PopulasiSemua lansia pensiun di Desa Klagen Gambiran

Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan sebayak118 lansia pensiun

Menentukan SampelSebagian lansia pensiun di Desa Klagen GambiranKecamatan Maospati Kabupaten Magetan sebayak

92 lansia

Teknik SamplingSimple Random Sampling

Jenis PenelitianNon Eksperimen Korelasi (Hubungan)

Pengumpulan DataKuesioner

Variable BebasPost Power Syndrome Lansia pada

Masa Pensiun

Variable TerikatTingkat Kecemasan Lansia pada

Masa Pensiun

Pengolahan DataEditing, coding, scoring, tabulating

Analisis DataSpearman Rank

Penarikan Kesimpulan

Pelaporan

Gambar 4.1 : Kerangka Kerja Hubungan Post Power Syndrome dengan TingkatKecemasan Lansia Pada Masa Pensiun

Page 86: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

67

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Variabel Independent/ Variabel Bebas

Variable Independent atau Variabel Bebas adalah variable yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variable lain. Suatu kegiatan stimulus

yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variable

dependen (Nursalam, 2016). Adapun variable independent dalam penelitian ini

adalah Post Power syndrome lansia pada masa pensiun.

4.5.2 Variabel Dependent/ Variabel Terikat

Variable Dependent/ Variable Terikat adalah variable yang dipengaruhi

nilainya oleh variable lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari

manipulasi variabel-variabel lain (Nursalam, 2016). Adapun variabel dependent

dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun.

4.5.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang mendefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,

komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2016).

Page 87: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

68

No Variabel DefinisiOperasional

Parameter Alat Ukur Skala Skor

1. Independent :Post Powersyndromelansia padamasa pensiundi Desa KlagenGambiranKecamatanMaospatiKabupaten

Gejala-gejalapasca kekuasaanyang munculberupa gejala-gejala kejiwaan/emosi yangkurang stabildan gejala-gejala tersebutbersifat negativeyang banyakdialami olehpara pensiunan

Disusun berdasarkanpengembangan dari aspek-aspek fisik serta psikis.Gejala fisik: layu, sayu,lemas, tidak bergairah,danmudah sakit-sakitan.Gejala psikis: tidak puas,putus asa, apatis, depresiserba salah, menarik diri,malu bertemu orang, cepattersinggung, tidak toleran,mudah marah, eksplosif,gelisah, agresif

Kuisioner Ordinal Skor untuk jawabanpernyataan favorable :Sangat Sesuai= 3Sesuai= 2Tidak sesuai= 1Sangat tidak sesuai= 0Skor untuk jawabanpernyataan unfaforable :Sangat sesuai= 0Sesuai= 1Tidak sesuai= 2Sangat tidak sesuai= 3Dengan kategori :Ringan = <24Sedang = 24-48Berat = >48

2. Dependent:TingkatKecemasanLansia padamasa Pensiundi Desa KlagenGambiranKecamatanMaospatiKabupaten

Responemosional yangtidak memilikiobjek spesifikyang dirasakanlansia

lansia mengalami perasaancemas, ketegangan,ketakutan, gangguankecerdasan, perasaandepresi, gejala somatic,gejala sensorik, gejalakardiovaskuler, gejalapernafasan, gejala saluranpencernaan makanan, gejalaurogenital, gejala

Kuisionerdenganmenggunakan HARS(HamiltonAnxietyRatingScale)

Ordinal 0= tidak ada gejalasama sekali1= terdapat satu darigejala yang ada2= separuh dari gejalayang ada3= lebih dari separuhgejala yang ada4= semua gejala yangada

Page 88: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

69

vegetative/ otonom, perilakusewaktu wawancara

Ketegori:<14= tidak adakecemasan14-20= kecemasanringan21-27= kecemasansedang28-41= kecemasan berat42-56= kecemasan beratsekali

Page 89: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

81

4.6 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmojo, 2010). Dalam instrument ini, peneliti

mengumpulkan data secara formal di subjek untuk menjawab pernyataan secara

tertulis. Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup yaitu yang

sudah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal membutuhkan

tanda check-list (√) pada kolom yang tersedia. Pada kuisioner post power

syndrome terdiri dari data umum lansia yang mengalami post power syndrome,

dan data khusus berupa kuisioner pernyataan tentang post power syndrome

dengan skala Likert. Kuisioner pada post power syndrome berisi 18 pernyataan

yang terdiri pernyataan favorable berjumlah 1 pernyataan, dan pernyataan

unfavorable berjumlah 17. Untuk menghitung pengukuran post power syndrome

dimana lansia menjawab Sangat Setuju (SS) diberi diberi skor “3”, Setuju (S)

diberi skor “2”, Tidak Setuju (TS) diberi skor “1”, dan Sangat Tidak Setuju (STS)

diberi skor “0”. Menghitung rentang minimum-maksimumnya adalah 18 x 0 = 0

sampai 18 x 3 = 54. Dengan demikian satuan standart deviasinya bermulai ϭ =

54/6= 9, dan mean teoritisnya adalah 54+0= 54, jadi µ=54/2 27. Kemudian

ditentukan 3 kategori dengan ketentuan sebagai berikut :

x < ( µ – ϭ)

(µ - ϭ) ≤ x < ( µ +ϭ)

(µ + ϭ) ≤ x

Atau

Page 90: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

82

x < (27 – 9) : Ringan

(27 – 9) ≤ x < (27 + 9) : Sedang

(27 + 9) ≤ x : Berat

Keterangan :

µ : Mean teoritis

ϭ : Besar satuan standart devisiasi untuk kategori

x :nilai scoring (Azwar, 2012)

Nila minimum-maksimum = 24 x 0 = 0 (minimum)

24 x 3 = 72 (maksimum)

Standart devisiasi: ϭ = = 36

Ditentukan 3 kategori :

Ringan = x < (µ – ϭ)

= x < (36-2)

= x < 24

Sedang = (µ – ϭ) ≤ x < (µ + ϭ)

= (36 – 12) ≤ x < (36+12)

= 24 ≤ x < 48

Berat = (µ + ϭ) ≤ x

= (36+12) ≤ x

= 48 ≤ x

Page 91: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

83

Setelah ditetapkan criteria seperti diatas maka responden mendapatkan skor :

Ringan = <24

Sedang = 24 – 48

Berat = > 48

Untuk mengukur tingkat kecemasan lansia menggunakan insstrumen Rating

Scale For Anxienty (HARS-A) sebanyak 14 pertanyaan dimana setiap pertanyaan

sudah dipersiapkan jawabannya yang mencangkup perasaan cemas,

ketergantungan, ketakutan,gangguan tidur, gangguan ketegangan, ketakutan,

gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala

sensorik, gejala kardiovaskuler, gejala pernafasan, gejala saluran pencernaan

makanan,gejala urogenital, gejala vegetative/ otonom, perilaku sewaktu

wawancara.

Cara menilai masing-masing item adalah sebagai berikut:

Skor: 0= tidak ada gejala sama sekali

1= terdapat satu dari gejala yang ada

2= separuh dari gejala yang ada

3= lebih dari separuh gejala yang ada

4= semua gejala yang ada

Sehingga skor minimal 0 dan skor maksimal 56 (14x4)

<14= tidak ada kecemasan

14-20= kecemasan ringan

21-27= kecemasan sedang

28-41= kecemasan berat

Page 92: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

84

42-56= kecemasan berat sekali

4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu

daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini pada

umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu.

Uji validitas sebaiknya dilakukan pada setiap butir pertanyaan di uji validitasnya.

Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df=n-2 dengan sig 5%. Jika

r tabel < r hitung maka valid.

Dilaksanakan uji validitas terhadap kuisioner post power syndrome di Desa

Pandeyan Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan, pernyataan yang di uji

validitas sebanyak 18 pernyataan tentang post power syndrome. Setelah itu

kuisioner melalui tahap editing dan scoring kemudian di uji validitas dengan

menggunakan Product Momen Person dengan bantuan program SPSS versi 16.0

for windows. Adapun ≤ 0,05 maka item pernyataan dikatakan valid atau

didasarkan pada nilai r dimana pernyataan dinyatakan valid apabila r hitung > r

tabel pada taraf signifikan 5%, sehingga pernyataan dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Berdasarkan uji coba terhadap 10 responden

lansia yang sudah pensiun di Desa Pandeyan Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan pada tanggal 30 juni 2017 di peroleh nilai corrected item-total

correlation paling besar sebesar 0,954 pada taraf kesalahan 5% dengan n = 10

diperoleh r tabel = 0,632.

Page 93: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

85

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang

berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang

peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2016). Instrument

yang sudah dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya

juga. Apabila datanya benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun

diambil tetap akan sama (Arikunto, 2010).

Setelah item pernyataan valid maka proses selanjutnya masuk pada uji

reliabilitas kuisioner tersebut dengan cara yang sama dengan komputerisasi

menggunakan Alpha Cronbach. Berdasarkan uji coba 10 lansia pensiun di Desa

Pandeyan Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan diperoleh nilai Alpha

Cronbach sebesar 0,769 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuisioner tersebut

reliabel.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati

Kabupaten Madiun.

4.7.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juli 2017

Page 94: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

86

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek

dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2016).

4.8.1 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai

berikut:

1. Mengurus surat pengantar dari kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bhakti Husada Mulia Madiun.

2. Memberikan surat ijin untuk melakukan penelitian ke Kepala Desa Klagen

Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

3. Membuat nama responden dikertas, kemudian djadikan satu dan diambil

secara acak. Lalu memberi penjelasan kepada calon responden tentang

tujuan penelitian dan apabila bersedia menjadi responden dipersilakan untuk

menandatangani inform concent.

4. Peneliti membagikan lembar kuisioner dan mempersilakan responden untuk

mengisi lembar kuisioner sesuai petunjuk. Dalam hal ini peneliti

menggunakan sistem door to door kepada responden dengan mendatangi

rumah responden satu per satu.

5. Setelah lembar kuisioner diisi oleh responden atau dibacakan oleh peneliti

kemudian dikumpulkan kembali pada peneliti dan di cek kelengkapannya,

jika belum lengkap maka saat itu juga diminta untuk melengkapi data,

pengolahn, dan analisa data.

Page 95: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

87

4.8.2 Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses dan

dianalis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut ditabulasi dan

dikelompokkan sesuai dengan variable yang diteliti.

Langkah-langkah analisa:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan semua

kuisioner apakah setiap pertanyaan telah diisi sesuai petunjuk termasuk pula

kelengkapan lembaran instrument barangkali ada yang lepas atau sobek

(Hidayat, 2009).

2. Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode data yang numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2009). Termasuk

dalam kegiatan pengkodean ini antara lain:

1) Memberikan kode terhadap identitas responden untuk menjaga

kerahasiaan identitas responden.

2) Memberikan kode pada kategori data sebagai berikut:

Data Demografi:

a) Jenis kelamin

Kode 1 = Laki-laki

Kode 2 = Perempuan

Page 96: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

88

b) Usia

Kode 1 = 60-74 tahun

Kode 2 = 75-90 tahun

Kode 3 = >90 tahun

c) Pendidikan

Kode 1 = Tidak Tamat SD

Kode 2 = SD

Kode 3 = SMP

Kode 4 = SLTA

3. Scoring

Scoring yaitu menentukan skor untuk tiap item pernyataan dan tentukan

nilai rendah dan tertinggi (Setiadi, 2007)

Langkah-langkah penyekoran dilakukan dengan memberikan skor pada

masing-masing jawaban yang telah diisi oleh responden dengan rentang

skor 0 sampai 3 pada skala post power syndrome

Pernyataan favorable:

0 = Sangat Setuju

1 = Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Sangat Tidak Setuju

Pernyataan unfavorable:

3 = Sangat Setuju

2 = Setuju

Page 97: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

89

1 = Tidak Setuju

0 = Sangat Tidak Setuju

Untuk scoring tingkat kecemasan yaitu:

<14= tidak ada kecemasan

14-20= kecemasan ringan

21-27= kecemasan sedang

28-41= kecemasan berat

42-56= kecemasan berat sekali

4. Tabulating

Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data ke dalam tabel-tabel dan

mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam

berbagai kategori (Nazir, 2011).

4.9 Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif dan analitik. Data

dianalisis secara deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi, tabulasi silang,

kurva dan grafik.

4.9.1 Analisa Deskriptif

Analisa deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan

menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel dan

grafik (Nursalam, 2008).

Page 98: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

90

4.9.2 Analisa Analitik

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan masing-masing variabel yang diteliti. Tujuan

dari analisis univariat adalah menjelaskan karakteristik setiap variabel

penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sifat data secara umum dibedakan atas dua

macam yaitu data kategori berupa skala ordinal dan nominal, data numeric

berupa skala rasio dan interval. Dalam penelitian ini dipakai perhitungan:

a. Distribusi frekuensi

Distribusi frekuensi dalam penelitian ini sebagai berikut:

karakteristik responden, jumlah responden berdasarkan jenis ke

lamin, pendidikan dalam bentuk distribusi dan presentase:

= 100%Keterangan :

P = Angka presentase

f = Frekuensi

n =Banyaknya Responden

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji korelasi

Spearman Rank. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan menggunakan

komputerisasi SPSS 16.0 For Windows. Dari uji statistik ini akan diperoleh

kemungkinan hasil uji yaitu signifikasi atau bermakna dengan α = 0,05. Jika

Page 99: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

91

nilai p value ≤ 0,05 maka terdapat korelasi yang bermakna antara variabel

yang di uji. Hipotesa diterima nilai p value ≤0,05 (Nursalam, 2008)

Dari hasil perhitungan dengan bantuan komputerisasi untuk

menginterprestasikan seberapa kuat hubungan antara variabel, menurut

pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi sebagai berikut :

Tabel 4.2 Daftar Nilai Keeratan Hubungan Antara VariabelNilai Kategori

0,00 – 0,199 Sangat lemah0,20 – 0,399 Lemah0,40 – 0,599 Sedang0,06 – 0,799 Kuat0,80 – 1,00 Sangat kuat

Sumber : (Sugiyono, 2012).

4.10 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek

penelitian adalah manusia, maka penelitian harus memahami hak dasar manusia.

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian

yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia

(Hidayat, 2012). Beberapa prinsip etika penelitian antara lain:

1. Prinsip Manfaat

Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian

yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak

memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan

manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan

manfaat dan mempertimbangkan antara aspek resiko dengan aspek manfaat,

Page 100: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

92

bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilemma dalam etik (Hidayat,

2012).

Mendeteksi gejala post power syndrome pada lansia, kita dapat

mengetahui apakah ada gejala post power syndrome pada lansia tersebut

sehingga dapat di manfaatkan untuk mencegah terjadinya kecemasan pada

lansia.

2. Prinsip Menghargai Hak Azasi Manusia (Recpect Human Diginity)

Manusia memiliki hak dan makhluk yang mulia yang harus dihormati,

karena manusia memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau dan tidak

untuk diikutsertakan menjadi subyek penelitian (Hidayat, 2012).

Prinsip menghargai hak azasi manusia dalam penelitian ini adalah dalam

penelitian, tidak boleh memaksa calon responden untuk wajib menjadi subyek

penelitian. Peneliti memberi kebebasan kepada calon responden untuk

menyetujui atau tidak untuk menjadi responden.

3. Prinsip Keadilan (Right To Justice)

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan

menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga

privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia

(Hidayat, 2012).

Prinsip keadilan dalam penelitian ini adalah tidak membandingkan

responden satu dengan responden lain.

Page 101: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

93

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data

dengan menggunakan lembar kuisioner yang telah diisi oleh responden dan

pengukuran yang telah dilakukan pada responden mengenai hubungan post power

syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa Klagen

Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2017. Dengan jumlah responden

92 lansia pensiunan, sedangkan penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data

umum dan data khusus. Data umum terdiri dari karakteristik responden di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan meliputi usia, jenis

kelamin, pendidikan. Sedangkan data khusus yang disajikan berdasarkan hasil

Page 102: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

94

dari pengukuran variabel yaitu post power syndrome dengan tingkat kecemasan

lansia pada masa pensiun.

5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Klagen Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan dengan fasilitas yang tersedia sebagai berikut: kantor desa, posyandu

lansia. Terdapat 19 RT dan 03 RW, unit pelayanan di Desa sangat mudah

dijangkau karena letak Desa berada di seberang jalan Raya Solo Maospati mudah

dijangkau oleh kendaraan umum maupun pribadi. Di Desa Klagen Gambiran

Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan jumlah Lansia yang tinggal mencapai

531 orang lansia yang terdiri dari 163 laki-laki dan 368 lansia perempuan.

Terdapat lansia yang mengalami pensiun berjumlah 118 lansia pensiunm terdiri

dari 58 laki-laki pensiun dan 34 wanita pensiun.

5.2 Data Umum

Data ini menyajikan karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,

pendidikan:

5.2.1 Karakteristik responden lansia pensiun berdasarkan usia.

Dari hasil penelitian berdasarkan Usia dijelaskan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia lansia pensiun di Desa KlagenGambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan

No Usia Frekuensi Prosentase (%)1 60-74 tahun 66 71,72 75-90 tahun 25 27,23 >90 tahun 1 1,1

Total 92 100Sumber : Data umum responden penelitian di Desa Klagen Gambiran

Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan

Page 103: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

95

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 92 responden paling banyak

di usia 60-74 tahun yang mengalami pensiun dengan jumlah 66 responden dengan

prosentase 71,7%.

5.2.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik jenis kelamin lansia pensiun

dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin lansia pensiun di DesaKlagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan

No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)1 Laki – laki 58 63,02 Perempuan 34 37,0

Total 92 100Sumber : Data umum responden penelitian di Desa Klagen Gambiran

Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 92 responden sebagian

besar jenis kelamin laki-laki dengan 58 lansia pensiun dengan prosentase 63,0%.

5.2.3 Karakteristik lansia pensiun berdasarkan pendidikan

Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik pendidikan lansia pensiun

dijelaskan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan lansia pensiun di DesaKlagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

No Pendidikan Frekuensi (f ) Prosentase (%)

1 SD 11 12,0

2 SMP 18 19,6

3 SLTA/SMA 63 68,5

Total 92 100

Sumber : Data umum responden penelitian di Desa Klagen GambiranKecamatan Maospati Kabupaten Magetan

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 92 responden sebagian

besar pendidikan SLTA/SMA dengan 63 lansia yang pensiun dengan prosentase

Page 104: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

96

68,5%. Dan sebagian kecil berpendidikan SD dengan 11 lansia pensiun dengan

prosentase 12,0%.

Page 105: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

97

5.3 Data Khusus

5.3.1 Post Power Syndrom pada Lansia

Hasil analisis post power syndrome pada lansia pada masa pensiun di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4 Post power syndrome pada lansia pada masa pensiun di Desa KlagenGambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan

No Kategori Frekuensi Prosentase (%)1 Post Power syndrome ringan 28 30,42 Post Power syndrome sedang 49 53,33 Post Power syndrome berat 15 16,3

Total 92 100Sumber : data primer penelitian 2017

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tertinggi dalam kategori

sedang yaitu sebanyak 49 responden (53,3%), terendah dalam kategori berat yaitu

15 responden (16,3%), dan sebagian dalam kategori ringan yaitu 28 responden

(30,4%).

5.3.2 Kecemasan pada Lansia

Hasil analisis kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa Klagen

Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.5 Kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa Klagen GambiranKecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

No Kategori Frekuensi (f ) Prosentase (%)

1 Tidak ada kecemasan 14 15,2

2 Kecemasan ringan 58 63,0

3 Kecemasan sedang 4 4,3

4 Kecemasan berat 16 17,4

Total 92 100

Sumber : data primer penelitian 2017

Page 106: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

98

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa tertinggi responden yang

mengalami kecemasan dalam kategori ringan yaitu sebanyak 58 responden

(63,0%), terendah dalam kategori dalam kategori kecemasan sedang yaitu 4

responden (4,3%), sedangkan sebagian dalam kategori kecemasan berat 16

responden (17,4%), dan tidak ada kecemasan 14 responden (15,2%)

5.3.3 Analisis hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasan lansia

pada masa pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati

Kabupaten Magetan

Hasil analisis hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasan

lansia pada masa pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati

Kabupaten Magetan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 5.6 Analisis hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasanlansia pada masa pensiun di Desa Klagen Gambiran KecamatanMaospati Kabupaten Magetan

Post PowerSyndrome

Tingkat KecemasanTotalTidak ada

kecemasanKecemasan

RinganKecemasan

SedangKecemasann

Beratf % f % f % f % N %

Ringan 6 21,4 19 67,9 1 3,6 2 7,1 28 30,4Sedang 7 14,3 38 77,6 3 6,1 1 2,0 49 53,3Berat 1 6,7 1 6.7 0 0 13 86,7 15 26,3Total 14 15,2 58 63,0 4 4,3 16 17,4 92 100

= 0,05 r = 0,429 p value= 0,000

Berdasarkan tabel 5.6 dapat bahwa hubungan post power syndrome dengan

tingkat kecemasan lansia menghadapi masa pensiun diketahui nilai tertinggi post

power syndrome pada kategori sedang yaitu 49 responden (53,3%) dengan tidak

ada kecemasan 7 responden (14,3%), kecemasan ringan yaitu 38 responden

(77,6%), kecemasan sedang 3 responden (6,1%), kecemasan berat 1 responden

Page 107: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

99

(2,0%). Sedangkan nilai terendah post power syndrome pada kategori berat yaitu

15 responden (16,3%) dengan tidak ada kecemasan 1 responden (6,7%),

kecemasan ringan 1 responden (6,7), kecemasan sedang 0 responden (0%),

kecemasan berat 13 responden (86,7%).

Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank

dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan p value 0,000 ≤ = 0,05 artinya Ha

diterima, sehingga ada hubungan antara post power syndrome dengan tingkat

kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan

Maospati Kabupaten Magetan. Hasil uji Spearman Rank bahwa r hitung = 0,429

yaitu positif, maka semakin tinggi post power syndrome maka semakin tinggi

tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun. Keeratan hubungan dapat dilihat

dari nilai r = 0,429 yang dikategorikan sedang (0,40-0,669) yang artinya keeratan

hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pada masa

pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan

adalah sedang.

5.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuisioner dan pengukuran

terhadap responden pada bulan Juli 2017 dan setelah diolah maka akan membahas

mengenai hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pada

masa pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan.

5.4.1 Post Power Syndrome Lansia Pada Masa Pensiun Di Desa Klagen

Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

Page 108: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa post power syndrome

pada lansia di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan

tertinggi dalam kategori sedang yaitu sebanyak 49 responden (53,3%), terendah

dalam kategori berat yaitu 15 responden (16,3%), dan sebagian dalam kategori

ringan yaitu 28 responden (30,4%).

Post power syndrome merupakan keadaan yang menimbulkan gangguan

fisik, sosial, dan spiritual pada usia lanjut usia saat memasuki waktu pensiun

sehingga dapat menghambat aktivitas mereka dalam menjalani kehidupan sehari-

hari. Faktor yang mempengaruhi post power syndrome pada lansia yang

menghadapi masa pensiun antara lain jenis kelamin, usia, dan pendidikan.

Jenis kelamin adalah salah satu faktor yang mempengaruhi individu untuk

terkena mengalami post power syndrome. Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan didapatkan sebagian besar adalah jenis kelamin laki-laki dengan 58

responden sedangkan jenis kelamin perempuan terdapat 34 responden. Hal ini

sesuai dengan teori Hema (2007), yang mengatakan bahwa antara pria dan wanita,

laki-laki lebih rentan terhadap post power syndrome karena pada wanita umumnya

lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih

dihargai oleh laki-laki. Pernyataan Powel (2007), bahwa sejauh mana kesiapan

individu dalam membuat perencanaan sebelumnya akan membantunya

mengurangi stress akibat ketidaksiapan dirinya menghadapi pensiun. Berarti

sesuai dengan pendapat Hema dan Powel, 2007 bahwa jenis kelamin laki-laki

lebih rentan terhadap post power syndrome.

Page 109: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

101

Dari segi usia sebagian besar penderita post power syndrome dalam

penelitian adalah usia antara 60-74 tahun dengan banyaknya 66 responden

(7,17%). Hal ini sesuai dengan Wardhani (2006), yang menyatakan bahwa post

power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lansia dan

pensiun dari pekerjaannya, hanya saja banyak orang berhasil melalui fase ini

dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Namun

pada kasus-kasus tertentu, individu tidak mampu menerima kenyataan yang ada,

ditambah dengan tuntutan hidup yang harus mendesak. Bila dirinya adalah satu-

satunya penopang hidup keluarga, resiko terjadinya post power syndrome yang

berat semakin besar. Hal ini berarti mendukung teori Wardhani bahwa semakin

besar post power syndrome dialami oleh lansia.

Untuk tingkat pendidikan seseorang menentukan kemudahan dalam

menerima setiap pembaharuan. Semakin tinggi pengdidikan seseorang maka

semakin tanggap beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan. (Darmojo

dan Hadi 2006 dalam Wahyuanesari, 2012). Dari hasil penelitian pendidikan

mayoritas SLTA/SMA dengan 63 responden. Hal ini sesuai dengan teori Darmojo

dan Hadi, 2006 dalam Wahyuanesari 2012 yang berpendapat semakin tinggi

tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula pengetahuan tentang post power

syndrome.

Sebagian orang dalam menghadapi masa pensiun memiliki pandangan

positif, namun ada sebagian yang mempersepsikan pensiun secara negatif, dengan

beranggapan bahwa pensiun merupakan akhir dari segalanya, individu akan

memiliki kondisi mental tidak stabil, rasa kurang percaya diri, berlebih-lebihan

Page 110: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

102

dalam bekerja dengan anggapan bahwa individu yang pensiun tidak berguna lagi

serta merasa tidak dibutuhkan lagi karena usia sudah tua dan produktifitas

menurun.

Post power syndrome adalah reaksi somatik dalam bentuk sekumpulan

symptom penyakit, luka-luka, serta kerusakan fungsi-fungsi jasmaniah dan

rohaniah yang bersifat progresif dan penyebabnya ialah pensiunan atau karena

sudah tidak mempunyai jabatan dan kekuasaan lagi. Apabila individu tidak bisa

menerima kondisi baru itu dan merasa kecewa dan pesimis maka akan timbul

konflik batin, ketakutan dan rasa rendah diri (Seminum, 2010). Hal ini

mengakibatkan deprasi dan post power syndrome (Indriana, 2012).

Jadi dalam hasil penelitian sebagian besar responden mengalami post power

syndrome sedang, hal ini mendukung teori milik Indriana, 2012 dan Seminum,

2010 yang menyatakan menghadapi masa pensiun dengan mempersepsikan

negatif yang berdampak pada ketakutan bahwa raasa rendah diri.

5.4.2 Tingkat Kecemasan Lansia Menghadapi Masa Pensiun Di Desa Klagen

Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan lansia

di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan tertinggi

responden yang mengalami kecemasan dalam kategori ringan yaitu sebanyak 58

responden (63,0%), terendah dalam kategori dalam kategori kecemasan sedang

yaitu 4 responden (4,3%), sedangkan sebagian dalam kategori kecemasan berat 16

responden (17,4%), dan tidak ada kecemasan 14 responden (15,2%)

Page 111: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

103

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), menyatakan bahwa seseorang yang

menderita kecemasan dalam kategori sedang memungkinkan seseorang tersebut

untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.

Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah. Responden kecemasan ini seperti sering nafas pendek

nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang

pandang menyempit, rangsang dari luar tidak mampu di terima, bicara banyak,

susah tidur, dan perasaan tidak enak.

Masa pensiun menuntut penyesuaian diri akan perubahan-perubahan yang

terjadi. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang akan terjadi, pensiun dapat

menimbulkan kecemasan bagi mereka yang akan mengalami masa pensiun.

Perubahan kondisi ini pun dapat berupa perubahan tempat tinggal. Apabila

seorang pensiun memilih suatu tempat sebagai pilihan hari tua untuk

menghabiskan masa pensiun, tentu saja ada konsekuensi yang harus diterima

ketika pensiun, termasuk biaya hidup dan fasilitas kesehatan di wilayah setempat.

Perubahan pemasukan keuangan yang berawal dari gaji menjadi tunjangan

termasuk perubahan yang membawa dampak bagi para pensiunan. Perubahan-

perubahan itu dapat memberi dampak berupa kecemasan bagi seseorang individu.

Menurut Lestari (2015) tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam

memberikan respon terhadap sesuatu yang baik dari dalam maupun dari luar.

Orang yang akan mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan respon

yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau

mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari.

Page 112: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

104

Dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya

kecemasan.

Pendidikan dapat mempengaruhi kecemasan karena orang yang

mengalami post power syndrome merupakan situasi yang sulit bagi lansia yang

mengalami pensiun dan harus di hadapi bila tidak ingin mengalami kecemasan.

Pendidikan mempengaruhi pola pikir lansia yang mengalami pensiun sehingga

kurang berpikir kritis.

5.4.3 Hubungan Post Power Syndrome Dengan Tingkat Kecemasan Lansia Pada

Masa Pensiun Di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan.

Pada peneliti ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan post power

syndrome dengan tingkat kecemasan lansia menghadapi masa pensiun di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan diketahui nilai

tertinggi post power syndrome pada kategori sedang yaitu 49 responden (53,3%)

dengan tidak ada kecemasan 7 responden (14,3%), kecemasan ringan yaitu 38

responden (77,6%), kecemasan sedang 3 responden (6,1%), kecemasan berat 1

responden (2,0%). Sedangkan nilai terendah post power syndrome pada kategori

berat yaitu 15 responden (16,3%) dengan tidak ada kecemasan 1 responden

(6,7%), kecemasan ringan 1 responden (6,7), kecemasan sedang 0 responden (0%),

kecemasan berat 13 responden (86,7%).

Dari uji statistic menggunakan Spearman Rank nilai p=0,000 < α (0,05)

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan post power syndrome

Page 113: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

105

dengan tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa Klagen Gambiran

Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan dengan nilai koefisien kontingensi

sebesar 0,429 yang diinteprestasikan bahwa kekuatan hubungan antar variabel

pada tingkat sedang.

Post power syndrome adalah gejala-gejala pasca kekuasaan yang muncul

berupa gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil dan gejala itu biasanya

bersifat negatif, yang menimbulkan reaksi somatic dalam bentuk sekumpulan

symptom penyakit ataupun luka dan kerusakan fiungsi tubuh baik itu jasmani dan

rohani yang disebabkan karena individu tersebut sudah tidak bekerja. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008), yang berjudul post power

syndrome pada pegawai negeri sipil yang mengalami masa pensiun. Diketahui

pada subjek yang pertama individu dalam menghayati masa tuanya diisi dengan

kegiatan yang bermanfaat dan berusaha menyibukkan dirinya sehingga dapat

mengurangi akibat yang ditimbulkan dari post power syndrom. Pada subjek kedua

individu hanya didalam rumah tidak diisi dengan berbagai kegiatan yang dapat

menyibukkan dirinya sehingga efek dari post power syndrome akan semakin

parah.

Masa pensiun dapat memberikan efek positif dan efek negatif bagi lansia.

Efek positif masa pensiun muncul karena lansia melakukan penyesuaian diri yang

baik, sehingga lansia mengalami tahap integrity atau wisdom(Santrock, 2008).

Efek negatif masa pensiun muncul karena penyesuaian diri yang buruk, sehingga

lansia mengalami despair/putus asa (Rosyid, 2007). Despair pada masa pensiun

dapat menambah distress dan kecemasan pada lansia. Solinge (2007) dalam

Page 114: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

106

penelitiannya menambahkan bahwa ketika individu mengalami pensiun,

kesehatan lansia cenderung menurun akibat dari pensiun. Tanpa adanya stimulus

kondisi pensiun, kebanyakan lansia sendiri telah mengalami distress dan

kecemasan akan tugas perkembangannya. Pernyataan ini diperkuat anggapan

bahwa pekerjaan dianggap penting karena bisa mendatangkan kepuasan (uang,

status, dan harga diri), sehingga melepaskan pekerjaan yang telah dilakukan

sehari-hari akan menimbulkan kecemasan dan penyesuaian diri yang sulit pada

masa lansia (Agustina, 2008). Hal ini mengakibatkan perasaan-perasaan depresi

seperti isolasi sosial dan kecemasan menjadi efek utama dalam menghadapi

pensiun yang tidak ada persiapan pada masa muda (Papalia, 2008).

Penelitian sejalan dengan peneliitian yang di lakukan oleh Nofita (2011),

yang berjudul post power syndrome in retired manager women, diperoleh hasil

bahwa individu yang terkena post power syndrome akan malu dengan

lingkungannya karena kondisi sosial dan ekonominya sehingga cenderung

mengalami kecemasan setelah pensiun.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa post power syndrome yang

dialami oleh lansia merupakan faktor yang signifikan menyebabkan kecemasan.

Hal ini di dukung oleh senitiati dkk (2006) yaitu salah satu gejala perilaku yang

umumnya malu bertemu orang lain, bahwasannya peran serta lansia atau

pensiunan dalam kegiatan sosial ini dapat mencegah kemunduran fisik ataupun

psikis akibat dari post power syndrome, dengan bergabung dalam organisasi ini

para pensiunan tetap dapat menjalin interaksi sosial dengan orang lain yang pada

akhirnya berdampak pada peningkatan harga diri mereka. Melalui aktivitas, para

Page 115: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

107

lansia yang sudah pensiun dapat berkumpul dan berkomunikasi dengan sesama.

Darmodjo dan Martono (2004) mengatakan kegiatan-kegiatan dan hobi beraneka

ragam memungkinkan lansia masih merasa bermanfaat bagi keluarga serta

masyarakat, dan pada akhirnya perasaan tersebut telah cukup dapat memberi

dorongan hidup bagi lansia sehingga tidak akan mengalami apa yang disebut

pension stress atau post power syndrome. Pada penelitian yang di lakukan oleh

Pedi Asareno Tiliano yang berjudul Hubungan Post Power Syndrome Dengan

Tingkat Kecemasan Lansia Menghadapi Masa Pensiun Di Desa Mapagan

Kelurahan Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, dengan hasil

penelitian, sebagian besar responden mempunyai post power syndrome dalam

kategori berat yaitu sebanyak 20 responden (44,4 %) dan sebagian besar

responden mengalami kecemasan dalam kategori sedang yaitu sebanyak 17

responden (37,8 %). Dari hasil uji statistik menggunakan kendal tau diketahui ada

hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasan pada lansia

menghadapi masa pensiun di Desa Mapagan Kelurahan Lerep Kecamatan

Ungaran Barat Kabupaten Semarangdengan nilaip value sebesar 0,001.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pelaksanaannya.

Adapun keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kesulitan penelitian terkadang suasana hati responden tidak dalam suasana

baik (tidak mood)

2. Terdapat beberapa responden yang kurang kooperatif seperti tidak ada di

rumah selama dua hari, jadi mengganti responden yang lain.

Page 116: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

108

3. Keterbatasan dalam pengumpulan data, peneliti tidak meneliti tentang

lamanya pensiun dan jabatan waktu masih kerja.

Page 117: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

98

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul hubungan post power

syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Post power syndrome pada lansia di Desa Klagen Gambiran Kecamatan

Maospati Kabupaten Magetan tertinggi dalam kategori sedang yaitu

sebanyak 49 responden (53,3%), terendah dalam kategori berat yaitu 15

responden (16,3%), dan sebagian dalam kategori ringan yaitu 28

responden (30,4%).

2. Tingkat kecemasan lansia di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati

Kabupaten Magetan tertinggi responden yang mengalami kecemasan

dalam kategori ringan yaitu sebanyak 58 responden (63,0%), terendah

dalam kategori dalam kategori kecemasan sedang yaitu 4 responden

(4,3%), sedangkan sebagian dalam kategori kecemasan berat 16

responden (17,4%), dan tidak ada kecemasan 14 responden (15,2%)

3. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Spearman

Rank dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan p value 0,000 ≤ =

0,05 artinya Ha diterima, sehingga ada hubungan antara post power

syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa

Page 118: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

99

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan. Hasil uji

Spearman Rank bahwa r hitung = 0,429 yaitu positif, maka semakin

tinggi post power syndrome maka semakin tinggi tingkat kecemasan

lansia pada masa pensiun. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r =

0,429 yang dikategorikan sedang (0,40-0,669) yang artinya keeratan

hubungan post power syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pada

masa pensiun di Desa Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan adalah sedang.

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi

lansia tentang post power syndrome yang dialami dan cara mengurangi

kecemasan dalam menghadapi masa pensiun.

2. Bagi Keluarga Lansia

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi keluarga dalam

menghadapi dan mendukung lansia pada masa pensiun.

3. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk pengembangan ilmu

mengenai post power syndrome dengan kecemasan lansia pada masa

pensiun.

4. Bagi Peneliti

Page 119: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

100

Hasil penelitian ini dapat menjadi data menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti sendiri dalam pelaksanaan sebuah penelitian.

5. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk

mengadakan penelitian dengan metode kuantitatif dengan melihat faktor-

faktor lain yang kemungkinan lebih mempengaruhi kecemasan pada

lansia, seperti: dukungan sosial, sosial ekonomi, faktor penyakit, dan

faktor lainnya.

Page 120: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

101

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Fandy Y. 2013. Pengaruh Optimisme Menghadapi Masa PensiunTerhadap Post Power Syndrome Pada Anggota Badan Pembina PensiunanPegawai (BP3) Pelindo Semarang. (diakses 3 Maret 2017)

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:Jakarta.

Azwar, Saifuddin. 2012.Penyusunan Skala Psikologi Edisi II.Yogyakarta: PustakaPelajar.

Dharmawan, Budhi P. 2011. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiunan PadaPegawai Kementrian Agama Yang Istrinya Bekerja Dan Tidak Bekerja.(diakses 3 Maret 2017)

Handayani, Y. 2008. Post Power Syndrome sebagai Gangguan Mental padaMasa Pensiun. (Diakses 4 Maret 2017)

Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: BalaiPenerbit FKUI

Hidayat. 2009. Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat. 2012. Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika.

Indriana, Yeniar. 2015. Harga Diri Kecenderungan Post Power Syndrome PadaPensiunan Pegawai Negeri Sipil Anggota PWRI Cabang Kota Cirebon.(diakses 3 Maret 2017)

Muhith, Abdul dan Sandu Siyoto. 2016. Pendidikan KeperawatanGerontik.Yogyakarta: ANDI.

Page 121: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

102

Nur, Reza A. 2016. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Tingkat KemandirianAktifitas Dasar Sehari-hari (ADS) Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia.Skripsi. Sarjana Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Nurhayati, Istiqomah. 2015. Harga Diri Kecenderungan Post Power SyndromePada Pensiunan Pegawai Negeri Sipil Anggota PWRI Cabang KotaCirebon. (diakses 3 Maret 2017)

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba: Medika:Jakarta.

Nursalam.2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba: Medika:Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Octhy, Nindy R. 2016. Hubungan Antara Keseimbangan Tubuh Dengan ResikoJatuh Di UPT PSLU Magetan.Skripsi.Sarjana Stikikes Bhakti Husada MuliaMadiun.

Potter, PA dan Perry, AG. 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses, dan Praktek. Edisi 4. Jakarta: EGC

Priyoto. 2014. NIC (Nursing Intervention Classification) Dalam KeperawatanGerontik.Ponorogo: Salemba Medika.

Purwati, Puji. 2009. Post Power Syndrome Pada Purnawirawan KepolisianNegara Republik Indonesia Ditinjau Dari Harga Diri. Skripsi. UniversitasKatolik Soegijapranata

Rozak, Hamdan A. 2013. Post Power Syndrome Pada Pensiunan Pegawai NegeriSipil (Studi Kasus Dua Pensiunan Guru MAN Pacitan. (diakses 3 Maret2017)

Seniaty, L, Yulianto, A, & Setiadi, B.N. 2009. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PTIndeks

Stuart, GW dan Sundeen, SJ. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta:EGC

Tiliano, Pendi A. 2016. Hubingan Post Power Syndrome Dengan TingkatKecemasan Lansia Menghadapi Masa Pensiun Di Desa MapanganKelurahan Lerep Kecematan Unggaran Barat Kabupaten Semarang.

Sujarweni, W. 2014. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Page 122: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

103

Page 123: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

104

Lampiran 1

Page 124: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

105

Page 125: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

106

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT

KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA KLAGEN

GAMBIRAN KECAMATAN MAOSPATI KABUPATEN MAGETAN

Oleh :

RIA OKTAVIA

Penulis adalah mahasiswa sarjana keperawatan STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun, penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan sarjana keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Tujuan penulisan untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan post

power syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan”

. Informasi yang saudara berikan hanya akan digunakan untuk

pengembangan ilmu pendidikan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud –

maksud lain.

Partisipasi anda dalam penulisan ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut

atau tidak tanpa adanya sanksi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden

penelitian ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.

Madiun, Mei 2017Peneliti

Ria Oktavia201302101

Page 126: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

107

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Inform Concent)

Dengan Hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun

Nama : Ria Oktavia

Nim : 201302101

Bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan post

power syndrome dengan tingkat kecemasan lansia pada masa pensiun di Desa

Klagen Gambiran Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan”

Adapun informasi dan kesediaan saudara berikan akan dijamin

kerahasiaanya dan saya bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan

merugikan saudara.

Sehubungan dengan hal tersebut, apabila saudara setuju ikut serta

dalam penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan.

Atas kesediaan dan kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih.

Madiun, Juli 2017

Peneliti

Ria Oktavia

NIM. 201302081

Responden

Page 127: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

108

Lampiran 4

KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN

Tabel 1. Kisi-Kisi Kuesioner Post Power Syndrome

Variabel Indikator NomorPertanyaan

Favorable Unfavorable Jumlah

PostPowerSyndrome

Gejala Fisik:

Layu, sayu, lemastidak bergairah, danmudah sakit-sakitan.

1, 2, 3, 4, 5 1, 2, 3, 5 4 5

Gejala Psikis:

Tidak puas, putusasa, apatis, depresi,serba salah, menarikdiri, malu bertemudengan orang, cepattersinggung, tidaktooleran, mudahmarah, eksplosif,gelisah, agresif

6, 7, 8, 9, 10,11, 12, 13, 14,15, 16, 17, 18

13 - 13

Page 128: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

109

Lampiran 5

1. Kuisioner Post Power Syndrome

Kuisioner pada post power syndrome berisi 18 pernyataan yang terdiri

pernyataan favorable berjumlah 1 pernyataan, dan pernyataan unfavorable

berjumlah 17. Dengan perhitungan skor pernyataan favorable: SS=3, S= 2, TS= 1,

STS=0 dan pernyataan unfavorable SS=0, S= 1, TS= 2, STS=3

IDENTITAS

Nama :

Usia : L/P

Pendidikan :

No PERNYATAAN SS S TS STS

1. Semenjak pensiun saya merasamudah sekali mengantuk

2. Saya tidak memiliki semangat lagidalam menjalani aktivitas dankegiatan sehari-hari

3. Sekarang saya hanya ingin dudukberdiam saja tidak ingin melakukanaktivitas apapun

4 Saya merasa setelah pensiun staminasaya tetap terjaga

5 Setelah pensiun saya mudah sakit-sakitan

6 Saya tidak pernah merasa puasdengan pekerjaan yang telah sayacapai saat ini

7 Saya merasa tidak mampu lagimembahagiakan keluarga setelahsaya pensiun

Page 129: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

110

8 Saya tidak peduli dengan keadaanatau nasib orang lain

9 Saya merasa tertekan dengankeadaan saya yang sudah pensiun

10 Saya merasa hal yang saya lakukansering salah

11 Semenjak pensiun saya tidak inginsudah tidak ingin terlibat dalamsuatu kegiatan organisasi ataupunkegiatan sosial lainnya

12 Saya menutup diri dari tetanggamaupun orang lain

13 Perkataan orang lain tentang dirisaya cenderung menyakiti perasaansaya

14 Setelah pensiun saya merasa sudahtidak perlu tahu masalah ataukeadaan dilingkungan sekitar saya

15 Saya mudah tersinggung ketikaorang lain membicarakan hal yangtidak saya sukai

16 Saya tidak dapat dengan mudahmemaafkan kesalahan orang

17 Saya merasa tidak senang ketika adaorang lain yang menyinggung saya

18 Saya tidak segan untuk melukaiorang lain apabila ada yang berusahauntuk mengganggu diri saya

SKOR TOTAL

Keterangan:Ringan = < 24Sedang = 24- 48Berat = >48

Page 130: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

111

2. Kecemasan dengan menggunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety(HARS)

1 Perasaan Cemas

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri

Mudah tersinggung

2 Ketegangan

Merasa tegang

Lesu

Mudah terkejut

Tidak dapat beristirahat dengan nyenyak

Mudah mengangis

Gemetar

Gelisah

3 Ketakutan

Pada gelap

Ditinggal sendiri

Pada orang asing

Pada binatang besar

Pada keramaian lalu lintas

Pada kerumunan banyak orang

4 Gangguan tidur

Sukar memulai tidur

Terbangun malam hari

Page 131: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

112

Tidak pulas

Mimpi buruk

Mimpi yang menakutkan

5 Gangguan kecerdasan

Daya ingat buruk

Sulit berkonsentrasi

Sering bingung

6 Perasaan depresi

Kehilangan minat

Sedih

Bangun dini hari

Berkurangnya kesukaan pada hobi

Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7 Gejala somatik (otot-otot)

Nyeri otot

Kaku

Kedutan otot

Gigi gemeretak

Suara tak stabil

8 Gejala sensorik

Telinga berdengung

Penglihatan kabur

Muka merah dan pucat

Page 132: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

113

Merasa lemah

Perasaan ditusuk-tusuk

9 Gejala kardiovaskuler

Denyut nadi cepat

Berdebar-debar

Nyeri dada

Denyut nadi mengeras

Rasa lemah seperti mau pingsan

Detak jantung hilang sekejap

10 Gejala pernafasan

Rasa tertekan di dada

Perasaan tercekik

Merasa napas pendek/ sesak

Sering menarik napas panjang

11 Gejala gastrointestinal

Sulit menelan

Mual muntah

Berat badan menurun

Konstipasi/ sulit buang air besar

Perut melilit

Gangguan pencernaan

Nyeri lambung

Rasa panas di perut

Page 133: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

114

Perut terasa penuh/ kembung

12 Gejala urogenetalia

Sering kencing

Tidak dapat menahan kencing

Amenor/ menstruasi yang tidak teratur

Frigiditas

13 Gejala vegetative/ otonom

Mulut kering

Muka kering

Mudah berkeringat

Pusing/ sakit kepala

Bulu roma berdiri

14 Perilaku saat wawancara

Gelisah

Tidak tenang

Mengerutkan dahi muka tegang

Tonus/ ketegangan otot meningkat

Napas pendek dan cepat

Muka merah

Jumlah Skor: …...........

Keterangan :<14 = tidak ada kecemasan14-20= kecemasan ringan21-27= kecemasan sedang28-41= kecemasan berat42-56= kecemasan berat sekali

Page 134: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

115

Lampiran 6

Validitas dan Reliabilitas

Pertanyaan PerarsonCorrelation

Valid Tidak Valid

Pernyataan_1 0,898 Valid -Pernyataan_2 0,938 Valid -Pernyataan_3 0,943 Valid -Pernyataan_4 0,908 Valid -Pernyataan_5 0,808 Valid -Pernyataan_6 0,897 Valid -Pernyataan_7 0,821 Valid -Pernyataan_8 0,846 Valid -Pernyataan_9 0,923 Valid -Pernyataan_10 0,897 Valid -Pernyataan_11 0,848 Valid -Pernyataan_12 0,880 Valid -Pernyataan_13 0,761 Valid -Pernyataan_14 0,875 Valid -Pernyataan_15 0,679 Valid -Pernyataan_16 0,826 Valid -Pernyataan_17 0,938 Valid -Pernyataan_18 0,954 Valid -

Page 135: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

116

Correlations

skor_total

item_1

Pearson Correlation .898**

Sig. (2-tailed) .000

N10

item_2 Pearson Correlation .938**

Sig. (2-tailed) .000

N 10

item_3 Pearson Correlation .943**

Sig. (2-tailed) .000

N 10

item_4 Pearson Correlation .908**

Sig. (2-tailed) .000

N 10

item_5 Pearson Correlation .808**

Sig. (2-tailed) .005

N 10

item_6 Pearson Correlation .897**

Sig. (2-tailed) .000

N 10

item_7 Pearson Correlation .821**

Sig. (2-tailed) .004

N 10

item_8 Pearson Correlation .846**

Sig. (2-tailed) .002

N 10

item_9 Pearson Correlation .923**

Sig. (2-tailed) .000

N 10

item_10 Pearson Correlation .897**

Sig. (2-tailed) .000

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.769 19

Page 136: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

117

N 10

item_11 Pearson Correlation .848**

Sig. (2-tailed) .002

N 10

item_12 Pearson Correlation .880**

Sig. (2-tailed) .001

N 10

item_13 Pearson Correlation .761*

Sig. (2-tailed) .011

N 10

item_14 Pearson Correlation .875**

Sig. (2-tailed) .001

N 10

item_15 Pearson Correlation .679*

Sig. (2-tailed) .031

N 10

item_16 Pearson Correlation .826**

Sig. (2-tailed) .003

N 10

item_17 Pearson Correlation .938**

Sig. (2-tailed) .000

N 10

item_18 Pearson Correlation .954**

Sig. (2-tailed) .000

N 10

skor_total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 10

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 137: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

118

Lampiran 7

HASIL TABULASIHUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT

KECEMASAN LANSIA MENGHADAPI MASA PENSIUN DI DESAKLAGEN GAMBIRAN KEC. MAOSPATI KAB. MAGETAN

No NamaJenis

KelaminUsia Pendidikan

TotalSkor

PPSTotalSkor Kecemasan

1 Tn. S Laki-laki 67 SLTA 23 PR 14 KR

2 Tn. H Laki-laki 73 SMP 20 PR 17 KR

3 Tn. H Laki-laki 75 SLTA 17 PR 18 KR

4 Tn. D Laki-laki 79 SLTA 28 PS 16 KR

5 Tn. S Laki-laki 68 SLTA 23 PR 16 KR

6 Ny. H Perempuan 63 SMP 27 PS 12 TK

7 Ny. K Perempuan 64 SLTA 29 PS 12 TK

8 Tn. S Laki-laki 68 SLTA 48 PB 28 KB

9 Tn. S Laki-laki 70 SLTA 22 PR 15 KR

10 Tn. W Laki-laki 82 SD 23 PR 15 KR

11 Ny. S Perempuan 85 SLTA 34 PS 15 KR

12 Tn. E Laki-laki 66 SLTA 49 PB 28 KB

13 Tn. S Perempuan 87 SMP 35 PR 15 KR

14 Tn. S Laki-laki 67 SLTA 49 PB 29 KB

15 Tn. S Laki-laki 87 SLTA 23 PR 17 KR

16 Tn.S Laki-laki 67 SMP 41 PR 15 KR

17 Tn. M Laki-laki 68 SLTA 26 PR 20 KR

18 Ny. P Perempuan 68 SLTA 48 PB 29 KB

19 Ny. M Perempuan 73 SLTA 43 PS 15 KR

20 Tn. L Laki-laki 74 SD 49 PB 28 KB

21 Ny. S Perempuan 80 SLTA 41 PS 16 KR

22 Tn. W Laki-laki 62 SLTA 34 PS 19 KR

23 Tn I Laki-laki 62 SMP 37 PS 15 KR

24 Tn. S Laki-laki 61 SLTA 42 PS 14 TK

25 Tn. S Laki-laki 65 SD 40 PS 17 KR

26 Tn. A Laki-laki 77 SLTA 40 PS 15 KR

27 Tn. S Laki-laki 64 SLTA 41 PS 15 KR

28 Ny. S Perempuan 61 SLTA 53 PB 28 KB

29 Tn. W Laki-laki 63 SLTA 16 PR 16 KR

30 Tn. S Laki-laki 68 SLTA 25 PS 21 KS

31 Tn. M Laki-laki 72 SMP 25 PS 18 KR

32 Ny. P Perempuan 75 SD 27 PS 21 KS

33 Ny. U Perempuan 61 SLTA 49 PB 28 KB

Page 138: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

119

34 Tn. S Laki-laki 66 SLTA 27 PS 16 KR

35 Tn. S Laki-laki 67 SLTA 37 PS 14 KR

36 Tn. S Laki-laki 67 SLTA 31 PS 17 KR

37 Tn. S Laki-laki 77 SLTA 23 PR 14 KR

38 Tn. S Laki-laki 63 SD 53 PB 28 KB

39 Tn. T Laki-laki 73 SLTA 25 PS 17 KR

40 Tn. S Laki-laki 61 SMP 53 PB 17 KR

41 Ny. S Perempuan 70 SLTA 49 PR 13 TK

42 Ny. S Perempuan 80 SD 25 PS 13 TK

43 Ny. S Perempuan 83 SLTA 27 PS 20 KR

44 Ny. I Perempuan 85 SLTA 28 PS 17 KR

45 Ny. S Perempuan 61 SLTA 53 PB 28 KB

46 Ny. S Perempuan 64 SD 25 PS 15 KR

47 Ny. Y Perempuan 72 SMP 31 PS 28 KB

48 Ny. K Perempuan 60 SLTA 53 PR 12 TK

49 Tn. M Laki-laki 62 SD 49 PB 29 KB

50 Ny. S Perempuan 63 SLTA 25 PS 17 KR

51 Tn. G Laki-laki 63 SLTA 21 PR 13 TK

52 Ny. S Perempuan 72 SLTA 53 PR 13 TK

53 Ny. S Perempuan 61 SMP 25 PS 20 KR

54 Tn. S Laki-laki 61 SLTA 27 PS 17 KR

55 Tn. S Laki-laki 61 SLTA 28 PS 17 KR

56 Tn. P Laki-laki 74 SD 22 PR 15 KR

57 Tn. S Laki-laki 74 SLTA 25 PS 14 KR

58 Ny. N Perempuan 62 SLTA 23 PR 17 KR

59 Ny. S Perempuan 61 SMP 49 PB 29 KB

60 Tn. T Laki-laki 63 SD 49 PB 28 KB

61 Tn. S Laki-laki 60 SLTA 28 PS 16 KR

62 Tn. S Laki-laki 63 SLTA 23 PR 12 TK

63 Tn. S Laki-laki 64 SLTA 27 PS 12 TK

64 Tn. P Laki-laki 72 SLTA 29 PS 17 KR

65 Ny. S Perempuan 75 SMP 53 PB 29 KB

66 Tn. S Laki-laki 77 SLTA 22 PR 15 KR

67 Tn. S Laki-laki 61 SMP 29 PS 15 KR

68 Tn. S Laki-laki 61 SLTA 23 PR 14 KR

69 Ny. I Perempuan 63 SLTA 23 PR 16 KR

70 Ny. H Perempuan 75 SLTA 25 PS 21 KS

71 Ny. S Perempuan 87 SLTA 22 PR 18 TK

72 Ny. S Perempuan 85 SMP 22 PR 21 KS

73 Tn. S Laki-laki 65 SLTA 49 PB 28 KB

74 Tn. S Laki-laki 68 SLTA 27 PS 16 KR

Page 139: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

120

75 Tn. S Laki-laki 68 SMP 43 PS 14 KR

76 Tn. H Laki-laki 92 SD 49 PB 29 KB

77 Ny. U Perempuan 64 SLTA 41 PS 14 KR

78 Tn. G Laki-laki 60 SLTA 34 PS 12 TK

79 Tn. K Laki-laki 84 SLTA 37 PS 17 KR

80 Ny. G Perempuan 64 SMP 42 PS 17 KR

81 Tn. S Laki-laki 74 SLTA 40 PS 17 KR

82 Tn. S Laki-laki 65 SLTA 40 PS 15 KR

83 Ny. D Perempuan 82 SD 41 PS 20 KR

84 Tn. R Laki-laki 70 SMP 53 PB 29 KB

85 Ny. K Perempuan 74 SLTA 49 PR 15 KR

86 Tn. S Laki-laki 74 SLTA 25 PS 17 KR

87 Ny. S Perempuan 77 SLTA 25 PS 16 KR

88 Ny. T Perempuan 80 SLTA 27 PS 19 KR

89 Ny. T Perempuan 64 SMP 21 PR 15 KR

90 Tn. A Laki-laki 77 SLTA 27 PS 14 KR

91 Tn. S Laki-laki 66 SLTA 36 PS 17 KR

92 Tn. M Laki-laki 76 SLTA 31 PS 15 TK

Keterangan:PPS : Post power syndromePR : Post power syndrome ringanPS : Post power syndrome sedangPB : Post power syndrome beratTK : Tidak ada KecemasanKR : Kecemsan RinganKS : Kecemsan SedangKB : Kecemsan Berat

Post Power SyndromeRingan = < 24Sedang = 24- 48Tinggi/Berat = >48

Tingkat Kecemasan<14 = tidak ada kecemasan14-20 = kecemasan ringan21-27 = kecemasan sedang28-41 = kecemasan berat42-56 = kecemasan berat sekali

Page 140: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

121

Lampiran 8

Data Umum Responden

1. Karakteristik berdasarkan usia dengan distribusi frekuensi

Statistics

USIA

N Valid 92

Missing 0

Minimum 1

Maximum 3

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 60-74 66 71.7 71.7 71.7

75-90 25 27.2 27.2 98.9

>90 1 1.1 1.1 100.0

Total 92 100.0 100.0

2. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin dengan distribusi frekuensi

Statistics

JENIS KELAMIN

N Valid 92

Missing 0

Mean 1.37

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .485

Minimum 1

Maximum 2

Page 141: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

122

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid LAKI-LAKI 58 63.0 63.0 63.0

PEREMPUAN 34 37.0 37.0 100.0

Total 92 100.0 100.0

3. Karakteristik berdasarkan pendidikan dengan distribusi frekuensi

Statistics

PENDIDIKAN RESPONDEN

N Valid 92

Missing 0

PENDIDIKAN RESPONDEN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 11 12.0 12.0 12.0

SMP 18 19.6 19.6 31.5

SLTA 63 68.5 68.5 100.0

Total 92 100.0 100.0

Page 142: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

123

Data Khusus

1. Hasil Analisis Post Power Syndrome

Statistics

POST_POWER_

SYNDROME

TINGKAT_KECE

MASAN

N Valid 92 92

Missing 0 0

Minimum 1 1

Maximum 3 4

POST_POWER_SYNDROME

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid POST POWER SYNDROME

RINGAN28 30.4 30.4 30.4

POST POWER SYNDROME

SEDANG49 53.3 53.3 83.7

POST POWER SYNDROME

BERAT15 16.3 16.3 100.0

Total 92 100.0 100.0

2. Hasil Analisis Tingkat Kecemasa

TINGKAT_KECEMASAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK ADA KECEMASAN 14 15.2 15.2 15.2

KECEMASAN RINGAN 58 63.0 63.0 78.3

KECEMASAN SEDANG 4 4.3 4.3 82.6

KECEMASAN BERAT 16 17.4 17.4 100.0

Total 92 100.0 100.0

Page 143: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

124

3. Hasil Analisis Hubungan Post Power Syndrome dengan Tingkat Kecemasan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

POST_POWER_SYNDROM

E * TINGKAT_KECEMASAN92 100.0% 0 .0% 92 100.0%

Page 144: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

125

POST_POWER_SYNDROME * TINGKAT_KECEMASAN Crosstabulation

TINGKAT_KECEMASAN

Total

TIDAK ADA

KECEMASAN

KECEMASAN

RINGAN

KECEMASAN

SEDANG

KECEMASAN

BERAT

POST_POWER

_SYNDROME

POST POWER SYNDROME

RINGAN

Count 6 19 1 2 28

% within POST_POWER_SYNDROME 21.4% 67.9% 3.6% 7.1% 100.0%

% within TINGKAT_KECEMASAN 42.9% 32.8% 25.0% 12.5% 30.4%

% of Total 6.5% 20.7% 1.1% 2.2% 30.4%

POST POWER SYNDROME

SEDANG

Count 7 38 3 1 49

% within POST_POWER_SYNDROME 14.3% 77.6% 6.1% 2.0% 100.0%

% within TINGKAT_KECEMASAN 50.0% 65.5% 75.0% 6.2% 53.3%

% of Total 7.6% 41.3% 3.3% 1.1% 53.3%

POST POWER SYNDROME

BERAT

Count 1 1 0 13 15

% within POST_POWER_SYNDROME 6.7% 6.7% .0% 86.7% 100.0%

% within TINGKAT_KECEMASAN 7.1% 1.7% .0% 81.2% 16.3%

% of Total 1.1% 1.1% .0% 14.1% 16.3%

Total Count 14 58 4 16 92

% within POST_POWER_SYNDROME 15.2% 63.0% 4.3% 17.4% 100.0%

% within TINGKAT_KECEMASAN 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 15.2% 63.0% 4.3% 17.4% 100.0%

Page 145: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

126

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .518 .102 5.744 .000c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .429 .112 4.510 .000c

N of Valid Cases 92

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Correlations

POST_POWER

_SYNDROME

TINGKAT_KEC

EMASAN

Spearman's rho POST_POWER_SYNDROME Correlation Coefficient 1.000 .429**

Sig. (2-tailed) . .000

N 92 92

TINGKAT_KECEMASAN Correlation Coefficient .429** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 92 92

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 146: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

127

Lampiran 9

Page 147: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

128

\

Page 148: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

129

Lampiran 10

FOTO KEGIATAN PENELITIAN

Page 149: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

130

Page 150: SKRIPSI KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN DI DESA …repository.stikes-bhm.ac.id/232/1/65.pdf · SKRIPSI HUBUNGAN POST POWER SYNDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA PADA MASA PENSIUN

i

Lampiran 9

JADWAL KEGIATAN

NoKegiatan

Bulan

Januari

2017

Februari

2017

Maret

2017

April

2017

Mei

2017

Juni

2017

Juli

2017

Agustus

2017

1.Pembuatan

dan Konsul

Judul

2. Penyusunan

Proposal

3. Bimbingan

Proposal

4. Ujian

Proposal

5. Revisi

Proposal

6. Pengambilan

Data

7.

Penyusunan

dan

Konsul

Skripsi

8. Ujian

Skripsi