Upload
surya-laga
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
1/124
PENGARUH PELATIHAN DASAR PAUD TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN PENDIDIK TENTANG PEMBELAJARAN DI
PAUD
( Ex Pos t Fac to di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Jakarta Timur )
SISCA NURUL FADILA1615061204
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Skripsi Yang Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian PersyaratanDalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
2/124
2
ABSTRAK
Sisca Nurul Fadila. Pengaruh Pelatihan Dasar PAUD Terhadap TingkatPengetahuan Pendidik Tentang Pembelajaran di PAUD. (Ex Post Facto diSanggar Kegiatan Belajar (SKB) Jakarta Timur). Skripsi Jakarta: PG PAUD,
Fakultas Ilmu Pendidikan, universitas Negeri Jakarta, 2011.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empiris tentang pengaruhpelatihan dasar pendidik PAUD terhadap tingkat pengetahuan pembelajarandi PAUD di wilayah Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan di SanggarKegiatan Belajar (SKB) Jakarta Timur, Kelurahan Pondok kelapa, KecamatanDuren Sawit, Jakarta Timur.
Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto . Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh pendidik PAUD di wilayah Jakarta Timur. Adapunsampel dalam penelitian ini adalah pendidik yang pernah mengikuti pelatihandasar PAUD di Sanggar Kegiatan Belajar (Jakarta Timur), Kelurahan PondokKelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur yang berjumlah 78 orang.
Sampel diambil dengan menggunakan stratified sample . Teknik pengumpulandata yang digunakan adalah dengan menggunakan tes tertulis. Teknikanalisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji-t.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka diperoleh harga t hitung = 4,801dan harga t tabel = 2,68, dengan nilai dk = 38 pada taraf signifikansi = 0,05.dari hasil tersebut diketahui bahwa t hitung > t tabel (4,801 > 2,68); artinya Hoditolak dan H1 diterima. Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh adalahpelatihan dasar pendidik PAUD berpengaruh signifikan terhadap tingkatpengetahuan pembelajaran di PAUD.
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa pelatihan merupakan salah satucara yang efektif untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan kompetensipara pendidik PAUD. Dengan mengikuti pelatihan pendidik dapat memilikibekal pengetahuan mumpuni dalam menjalankan perannya untuk menyiapkanpembelajaran di PAUD. Selain mengikuti pelatihan, pendidik PAUD juga dapatmenambah pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru dengan banyakmembaca buku atau artikel tentang pendidikan anak usia dini. Pengetahuan
juga bisa di dapat dengan mengikuti diskusi-diskusi atau seminar. Selain itupihak penyelenggara pelatihan maupun pihak pemerintah dapat mendukunghal-hal yang berkaitan dengan peningkatan mutu dan kualitas pendidik anakusia dini. Hal ini dapat dilakukan dengan terus mengadakan pelatihan yangberkala dan berjenjang serta evaluasi untuk pendidik PAUD. Pelatihan berkaladan berjenjang berguna untuk memperbaharui dan meningkatkankemampuan pendidik. Sedangkan penyelenggaraan evaluasi dimaksukanuntuk mengetahui tingkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki olehpendidik sehingga pemerintah atau lembaga penyelenggara pelatihan dapatmenentukan strategi selanjutnya dalam rangka meningkatkan kompetensipendidik PAUD.
i
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
3/124
3
ABSTRACT
Sisca Nurul Fadila. Effect of Early Childhood Education Basic Trainingagainst Educators Learning Knowledge in Early Childhood Education. (Ex Post Facto in Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), East Jakarta). Thesis.Jakarta: PG PAUD, Faculty of Educations, State University of Jakarta, 2011.
This study aims to obtain empirical data on the influence of basic training ofearly childhood education to educators learning knowledge in early childhoodeducation. The research was conducted in Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),East Jakarta.
The method used is the ex post facto. The populations are early childhoodeducator in East Jakarta. The samples in this study are early childhoodeducators has been basic training early childhood education in East JakartaSanggar Kegiatan Belajar numbered 78 people. Samples taken using
stratified sampling technique. Data collection technique used was to usewriting objective tests. The data analysis technique used is t-test.
Based on hypothesis result get t count = 4,801 and t table = 2, 68, with dk = 38significance rank = 0,05. The result showed t count > t table (4,801 > 2,68),meaning Ho refused and H 1 accepted. Thus the conclusions obtain are thebasic training early childhood education has positive influence the educatorslearning knowledge in early childhood education.
The implications in this research is training is one of effective way to increaseearly childhood educators knowledge and competency. By join the training,the educator would have a good knowledge and good abilities to role their partas an educator to prepare the learning in early childhood education. Beside
join the training, educator can reach their knowledge and new skills with readbooks and join in discussion. The government and organizer also canparticipate to increase the quality of early childhood educator by organizing acontinue and staged training of course with the evaluation to the training.Participants. The aim of a continue and staged training is to up grade theeducator knowledge and ability. Whereas the evaluation will show howsignificant of the training result. So the government can take and decide thenext strategy to increase early childhood educators competency.
ii
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
4/124
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas taufiq dan hidayah-Nya kepada
semesta alam dan seluruh isinya. Salawat dan salam semoga tercurah pada
junjungan besar Nabi Muhammad SAW,serta segenap keluarga, sahabat dan
pengikutnya hingga hari akhir. Atas izin dan pertolonganNya maka peneliti
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pelatihan Dasar
Pendidik PAUD Terhadap Tingkat Pengetahuan Pembelajaran di PAUD ( Ex
Post Facto di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Jakarta Timur).
Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan
kendala yang peneliti temui, namun berkat dorongan, bantuan serta
bimbingan dari semua pihak, hambatan dan kendala tersebut dapat teratasi.
Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak, khususnya kepada Dra
Nurbiana Dhieni, M.Psi dan Dr. M Syarif Sumantri M.Pd, selaku Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian
skripsi ini. Kepada Dr. Karnadi, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta dan Dr. Sofia Hartati, M.Si selaku ketua jurusanPG PAUD dan segenap dosen-dosen dan staff administrasi PG PAUD.
Peneliti juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
Herry Hermawan, S.Sos, M.Si selaku penanggung jawab SKB Jakarta Timur
yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Rasa
terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Rini Supriyati, Ibu Lina Herlina dan
seluruh pendidik dan staf di SKB Jakarta Timur. Rasa terima kasih tak lupa
disampaikan kepada guru-guru PAUD di wilayah Jatinegara, Pasar Rebo,
Pondok Kelapa, Cakung yang telah meluangkan waktu untuk ikut serta dalam
penelitian ini.
Terutama dan utama rasa terima kasih peneliti sampaikan kepada
bapak, ibu tercinta, kakak-kakak, keponakan-keponakan mungil dan segenap
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
5/124
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
6/124
6
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK................................................................................................... iKATA PENGANTAR.... iii
DAFTAR ISI . . v
DAFTAR TABEL . . viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1B. Identifikasi Masalah.................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah................................................................. 9
D. Rumusan Masalah..................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian....................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian...................................................................... 10
BAB II DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretik
1. Hakikat Pengetahuan Pembelajaran di PAUD...................... 12
a. Hakikat Pengetahuan....................................................... 12
1. Pengertian Pengetahuan............................................. 12
2. Jenis-Jenis Pengetahuan............................................. 17
b. Hakikat Pembelajaran di PAUD .......... 19
1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini........................ 19
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini............................... 233. Pembelajaran Anak Usia Dini...................................... 25
2. Hakikat Pelatihan Dasar Pendidik PAUD.............................. 30
a. Hakikat Pelatihan............................................................. 30
1. Pengertian Pelatihan.................................................... 30
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
7/124
7
2. Tujuan Pelatihan.......................................................... 34
3. Komponen Pelatihan.................................................... 38
b. Hakikat Pendidik PAUD................................................... 40
c. Hakikat Pelatihan Dasar PAUD........................................ 471. Pengertian Pelatihan Dasar PAUD.............................. 47
2. Tujuan Pelatihan Dasar PAUD.......... ........................... 49
B. Penelitian yang Relevan............................................................. 51
C. Kerangka Berpikir....................................................................... 53
D. Hipotesis Penelitian.................................................................... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian........................................................................ 56B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 56
C. Metode Penelitian....................................................................... 57
D. Teknik Pengambilan Sampel...................................................... 58
1. Populasi................................................................................. 58
2. Sampel.................................................................................. 58
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 59
1. Definisi Konseptual................................................................ 59
2. Definisi Operasional.............................................................. 60
3. Instrumen Penelitian ............................................................. 61
4. Uji Persyaratan Instrumen..................................................... 64
a Pengujian Validitas........................................................... 64
b Perhitungan Reliabilitas.................................................... 66
F. Teknik Analisis Data.................................................................... 67
1. Statistik Deskriptif.................................................................. 68
2. Statistik Inferensial................................................................. 68a Uji Normalitas.................................................................... 68
b Uji homogenitas ............................................................... 68
c Uji Hipotesis ...................................................................... 69
G. Hipotesis Statistik......................................................................... 70
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
8/124
8
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data.............................................................................. 71
1. Hasil Perhitungan Tingkat Pengetahuan Pendidik
Yang Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................................. 722. Hasil Perhitungan Tingkat Pengetahuan Pendidik Yang
Tidak MengikutiPelatihan......................................................... 74
B. Uji Persyaratan Analisis Data....................................................... 76
1. Uji Normalitas........................................................................... 77
a. Uji Normalitas Data Tingkat Pengetahuan Pendidik
Yang Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.............................. 77
b. Uji Normalitas Data Tingkat Pengetahuan PendidikYang Tidak Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................... 78
2. Uji Homogenitas....................................................................... 79
C. Pengujian Hipotesis...................................................................... 80
D. Pembahasan Hasil Penelitian....................................................... 82
E. Keterbatasan Penelitian................................................................ 84
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................... 85
B. Implikasi........................................................................................ 86
C. Saran............................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 90
LAMPIRAN................................................................................................... 94
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
9/124
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Waktu Penelitian.................................................................... 57
Tabel 2 Desain Peneliian................................................................... 58
Tabel 3 Kisi kisi Pengetahuan Konsep Dasar PAUD....................... 62
Tabel 4 Interpretasi Instrumen Pengetahuan Pembelajaran di PAU. 67
Tabel 5 Deskripsi Data Tingkat Pengetahuan Pendidik Yang
Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD............................................ 72
Tabel 6 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan PendidikYang Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................................. 73
Tabel 7 Deskripsi Data Tingkat Pengetahuan Pendidik Yang
Tidak Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................................. 75
Tabel 8 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pendidik
Yang Tidak Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD........................ 75
Tabel 9 Uji Normalitas Data Tingkat Pengetahuan Pendidik
Yang Mengikuti Pelatihan dasar PAUD................................... 78
Tabel 10 Uji Normalitas Data Tingkat Pengetahuan Pendidik Yang
Tidak Mengikuti Pelatihan dasar PAUD.................................. 79
Tabel 11 Hasil Uji Homogenitas............................................................. 80
Tabel 12 Hasil Uji-t................................................................................. 81
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
10/124
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Tingkat PengetahuanPendidik yang Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.................... 74
Gambar 2 Grafik Histogram Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
Pendidik yang Tidak Mengikuti Pelatihan Dasar PAUD.......... 76
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
11/124
11
DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Instrumen tes Pengetahuan Pembelajaran di PAUD.... .......... 94
Lampiran 2 Data Validitas Instrumen Tes Pengetahuan Pembelajaran
di PAUD........................................................................ 100
Lampiran 3 Perhitungan Validitas Instrumen Butir No.1............................. 101
Lampiran 4 Data Reliabilitas Instrumen Tes Pengetahuan Pembelajaran
di PAUD................................................................................... 102
Lampiran 5 Perhitungan Reliabilitas........................................................... 103
Lampiran 6 Data Pendidik Yang Mengikuti Pelatihan................................ 104
Lampiran 7 Perhitungan Hasil Tes Pengetahuan Pendidik Yang
Mengikuti Pelatihan................................................................. 105
Lampiran 8 Data Pendidik Yang Tidak Mengikuti Pelatihan....................... 107Lampiran 9 Perhitungan Hasil Tes Pengetahuan Pendidik Yang
Tidak Mengikuti Pelatihan....................................................... 108
Lampiran 10 Analisa Uji Normalitas Kelompok Pendidik Yang MengikutiPelatihan.................................................................................. 110
Lampiran 11 Analisa Uji Normalitas Kelompok Pendidik Yang Tidak
Mengikuti Pelatihan................................................................. 111
Lampiran 12 Uji Homogenitas...................................................................... 112
Lampiran 13 Uji-t.......................................................................................... 114
Lampiran 14 Data Responden..................................................................... 116
Lampiran 15 Jadwal Pelatihan.................................................................... 126
Lampiran 16 Pelaksanaan Pelatihan........................................................... 130
Lampiran 17 Instrumen Validitas................................................................. 139
Lampiran 18 Instrumen Penelitian Pendidik Yang Mengikuti
Pelatihan................................................................................. 146
Lampiran 19 Instrumen Penelitian Kelompok Pendidik Yang Tidak
Mengikuti Pelatihan................................................................ 152Lampiran 20 Materi Pelatihan..................................................................... 158
Lampiran 21 Profil Sanggar Kegiatan Belajar Jakarta Timur...................... 174
Lampiran 22 Daftar Riwayat Hidup............................................................. 177
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
12/124
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan faktor penting dan strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia. Salah satu naluri manusia, bahwa
manusia selalu berkembang dan ingin mengembangkan kehidupannya di
segala bidang sesuai dengan tuntutan zaman dan pendidikan hadir sebagai
salah satu cara.
Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 ayat 3 menyatakan bahwa
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 1 Pendidikan
hadir bukan hanya untuk manusia dewasa namun pendidikan yang
sebenarnya dimulai sejak dini bahkan sejak dalam kandungan. Bidang yang
khusus menangani pendidikan untuk anak adalah Pendidikan Anak Usia Dini
atau yang biasa di sebut PAUD.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak mulai dari rentan usia lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
1 UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4ayat 3, p.4 1
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
13/124
13
membantu pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani
sebagai bekal awal anak memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut 2.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang disebut dengan pendidikan anak usiadini adalah sebuah program pendidikan yang ditujukan untuk anak sampai
dengan usia 6 tahun yang bertujuan memberikan pengalaman pertama
kepada anak untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan-
keterampilan baru.
Pada masa usia dini pendidikan menjadi begitu penting, menurut
Bredekamp pendidikan pada masa usia dini ini diakui sebagai periode yang
sangat penting dalam membangun sumber daya manusia, pengembangan
kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa berikutnya. 3 Masa ini
merupakan penentu dan peletak dasar kehidupan manusia. Karena pada
masa ini anak belajar kemampuan dan perkembangan dasar, dimana
kemampuan tersebut merupakan modal anak untuk berkembang di tahap
perkembangan selanjutnya.
Beberapa penelitian tentang neourologi menunjukkan pada masa ini
otak anak berkembang luar biasa pesat, yaitu pada saat lahir otak bayi yang
baru lahir sekitar 25 % dari berat otak dewasa dan pada saat usia 2 tahun
otak anak sekitar 75% berat otak dewasa. 4 Dari penelitian tersebut dapat
dilihat bahwa kemampuan manusia untuk menyerap berbagai hal, paling baik
2 Ibid,Pasal 1 3 Bredekamp, Sue, DevelopMentally Appropriate Practice In Early Childhood Programs ,
(Washington Dc:NAEYC publication,1997 )p .974 Santrok, J W. Perkembangan Anak . 2007. Boston: Mc Graw Hill. P.172
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
14/124
14
pada masa usia dini oleh karena itu masa ini disebut sebagai masa keemasan
atau the golden age .
Pendidikan anak usia dini pertama kali berkembang di dunia baratdan salah satu tokoh yang paling berpengaruh menyebarluaskan tentang
pentingnya pendidikan untuk anak adalah Friederich Wilhelm Frobel. Frobel
dianggap sebagai ayah dari pendidikan anak, ia juga yang pertama kali
mendirikan kindegarten (taman kanak-kanak). Frobel memandang bahwa
pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. 5 Dari
pemikiran-pemikiran tersebutlah maka saat ini berkembang pemahaman
tentang pentingnya pendidikan untuk anak.
Di Indonesia, pendidikan anak usia dini sudah mulai digalakkan
sekitar tahun 1997. Implementasi dari keseriusan pemerintah untuk
mewujudkan pendidikan anak usia dini adalah dengan dikeluarkannya UU No
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bagian ketujuh yang
menjelaskan perihal penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Pemerintah
juga menghimbau masyarakat untuk menyediakan akses pendidikan untuk
anak usia dini sampai satuan lini terkecil di masyarakat yaitu di rukun warga
(RW). Lembaga-lembaga tersebut bisa berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK),
pos PAUD, Bina Keluarga Balita PAUD (BKB PAUD), Tempat Penitipan Anak
(TPA), Kelompok Bermain (KB), atau Satuan PAUD Sederajat (SPS).
Saat ini pendidikan anak usia dini sudah menjadi rujukan utama bagi
para orang tua agar anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak.
5 Patmonodewo, Soemaiarti. Pendidikan Anak Prasekolah , Jakarta: Rineka Cipta. 2003. p.7
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
15/124
15
Walaupun berdasarkan data dari Direktorat PAUD tahun 2007, jumlah anak
usia dini yang tertampung pada lembaga PAUD sekitar 7.155.165 anak atau
sekitar 27,34 % dari jumlah seluruh anak di Indonesia.6
Dilihat dari datatersebut maka dapat dilihat jumlah anak yang terlayani masih cukup rendah.
Ada 2 hal yang melatar belakangi mengapa angka partisipasi anak usia dini
masih rendah, yang pertama adalah tidak tersedianya akses PAUD di daerah
tersebut dan yang kedua adalah belum terbangunnya kesadaran orang tua
akan pentingnya pendidikan anak usia dini.
Selain jumlah partisipasi yang masih rendah, penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini memiliki tantangan tersendiri yaitu pada
pengelolaan program pembelajaran di PAUD. Pengelola PAUD harus mampu
menyelenggarakan pendidikan untuk anak yang sesuai dengan
perkembangan dan karakteristik anak. Karena seyogyanya pendidikan untuk
anak tidak sama dengan pendidikan untuk orang dewasa atau remaja.
Pendidikan untuk anak lebih menekankan kepada pengembangan aspek
perkembangan anak agar berkembang dengan optimal. Pendekatan yang
dilakukanpun berbeda, pendidikan untuk anak usia dini dikemas dengan cara
yang menyenangkan namun bermakna untuk anak.
Untuk dapat merancang pendidikan yang baik untuk anak maka
dibutuhkan tenaga pendidik yang kompeten dibidangnya. Menurut Permen No
58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD, Pendidik anak usia dini adalah tenaga
profesional yang memiliki kompetensi untuk menjalankan tugas dalam
6 Depdiknas, Dikti. 2007.
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
16/124
16
merencanakan, melaksanakan dan menilai program serta membimbing,
memotivasi dan memfasilitasi kegiatan pengasuhan dan pendidikan anak usia
dini.7
Berdasarkan peraturan menteri pendidikan tersebut dijelaskan bahwaseorang pendidik adalah tenaga profesional yang harus mempunyai keahlian
khusus atau kompetensi sebagai pendidik. Kompetensi yang harus dimiliki
diantaranya adalah mampu merancang pembelajaran, mampu melaksanakan
dan mengelola kelas, dan mampu melakukan evaluasi serta menjadi panutan
dan fasilitator untuk peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk dapat menjalankan program
Pendidikan Anak Usia Dini dengan baik dan sesuai dengan ilmu PAUD
diperlukan tenaga pendidik profesional yang paham dan mengerti tentang
prinsip dasar pendidikan anak usia dini serta mampu mengelola program
pembelajaran di PAUD. Sehingga anak-anak mendapatkan pendidikan yang
patut dan berkualitas, yang dapat membantu mengoptimalisasi
perkembangan anak di masa keemasannya yang dapat melahirkan bibit-bibit
sumber daya manusia yang berkualitas.
Pada kenyataannya di lapangan, penyelengaraan program pendidikan
anak usia dini belum berjalan dengan optimal. Banyak penyelenggara
program PAUD yang tidak sesuai dengan disiplin ilmu PAUD sendiri.
Misalnya, seperti dalam pemberian materi pada anak didik, para pendidik
PAUD sering kali hanya terfokus pada kegiatan membaca, menulis dan
berhitung yang dianggap lebih penting, lebih mudah dan praktis yang akhirnya
7 Peraturam Mentri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar PAUD p. 14
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
17/124
17
tanpa disadari mengabaikan aspek perkembangan anak yang lain. Atau
sering kali pendidik PAUD menjadi peran sentral dalam pembelajaran tanpa
melihat partisipasi aktif dari peserta didik sehingga proses pembelajaranmenjadi monoton dan tidak lagi bermakna untuk anak karena tidak ada proses
menemukan pengetahuan itu sendiri untuk anak.
Salah satu penyebab ketidaksesuaian pelaksanaan program PAUD di
lapangan antara lain terkait dengan sumber daya pendidiknya. Sumber daya
manusia yang ditugaskan untuk mengelola program ini belum memiliki
pengetahuan yang dibutuhkan tentang pendidikan anak usia dini dan tidak
memiliki kompetensi yang seharusnya dimiliki. Hal ini terjadi terutama di
lembaga-lembaga PAUD non-formal di tingkat rukun warga (RW) yang
penyelenggaraannya dikelola oleh ibu-ibu/kader PKK.
Peran pendidik PAUD sangat sentral dalam menghidupkan lembaga
PAUD di masyarakat. Sebagian besar pendidik PAUD tidak memiliki
pengetahuan yang mumpuni dan mengerti prinsip dasar PAUD serta tidak
memiliki kompetensi yang seharusnya dimilliki oleh seorang pendidik PAUD.
Hal ini karena para pendidik tidak memiliki latar belakang pendidikan yang
mendukung atau bahkan ada pendidik yang memang tidak mengenyam
pendidikan sebelumnya.
Dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Himpaudi DKI
Jakarta pada tahun 2007, dari 2000 tenaga pendidik PAUD nonformal Se
Jakarta hanya 10% yang berlatar pendidikan Sarjana PAUD, 50% lulusan D2
PGTK dan 40% adalah lulusan SMA. Kondisi ini semakin memprihatinkan
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
18/124
18
takkala banyak PAUD yang diselenggarakan oleh tutor yang merupakan
lulusan SD atau SMP. 8 Selanjutnya data dari Sanggar Kegiatan Belajar tahun
2007, ada sekitar 432 pendidik PAUD di wilayah Jakarta Timur, hanya 12,2 %yang berlatar belakang sarjana, 29,2 % yang berlatar belakang diploma dan
sisanya sekitar 55,8% adalah lulusan SMA atau SMP. 9
Untuk mengatasi hal ini, maka pemerintah menyelenggarakan
berbagai program pendidikan dan pelatihan untuk para pendidik/tutor PAUD.
Pemerintah juga bekerja sama dengan masyarakat maupun perkumpulan
profesi untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
dibutuhkan guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para pendidik.
Data dari SKB Jakarta Timur, dari 432 pendidik PAUD di wilayah Jakarta
Timur sudah sekitar 78 pendidik PAUD yang telah mengikuti pelatihan dasar
PAUD di Sanggar Kegiatan Belajar Jakarta Timur dari tahun 2007 hingga
2010. 10 Peserta pelatihannya merupakan perwakilan dari masing-masing
daerah di Jakarta timur. Dengan dilaksanakannya berbagai program
pendidikan dan pelatihan diharapan dapat meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, perubahan sikap dan perilaku para pendidik PAUD.
Berdasarkan uraian di atas terdapat harapan besar bahwa pelatihan
yang diadakan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pendidik
PAUD sehingga lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran di PAUD
8 Fidesrinur , Makalah Pemerataan dan perluasan akses layanan PAUD Suatu AlternatifSolusi Komprehensif terhadap Pelayanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia:2007, p.139 Data PTKPNF, Sanggar Kegiatan Belajar Jakarta Timur,200710 ibid
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
19/124
19
sampai tingkat satuan terkecil. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji
lebih dalam tentang pengaruh pelatihan dasar PAUD terhadap tingkat
pengetahuan pendidik terhadap pembelajaran di PAUD.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka terdapat berbagai
permasalahan yang dapat diidentifikasikan, sebagai berikut:
1. Masih banyak pendidik PAUD yang belum memiliki pengetahuan tentang
PAUD.
2. Apakah ada peningkatan pengetahuan pendidik terhadap pembelajaran
di PAUD setelah diberikan pelatihan?
3. Seberapa besar pengaruh pelatihan dasar PAUD dalam meningkatkan
pengetahuan pendidik PAUD dalam melaksanakan perannya sebagai
pendidik PAUD?
4. Pengetahuan dan kemampuan apa yang dibutuhkan oleh pendidik PAUD
untuk melaksanakan pembelajaran di PAUD?
C. PEMBATASAN MASALAH
Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka dalam
penelitian ini akan dibatasi pada apakah pelatihan dasar pendidik PAUD
berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan pembelajaran di PAUD.
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
20/124
20
Pelatihan merupakan salah satu metode dalam pendidikan orang
dewasa atau dalam suatu pertemuan yang biasa digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap pesertadengan cara spesifik. Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pelatihan dasar PAUD yang berisikan materi yang terkait pelaksanaan
pembelajaran di PAUD meliputi materi prinsip pembelajaran anak usia dini,
pembuatan perencanaan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran hingga
evaluasi untuk anak. Sedangkan yang dimaksud dengan pengetahuan adalah
segala hal baik itu informasi maupun keterampilan yang di dapat peserta
tentang Pendidikan Anak Usia Dini dari hasil proses pelatihan.
Sasaran penelitian ini dibatasi pada pendidik PAUD di lembaga PAUD
non formal di Jakarta Timur yang pernah mengikuti pelatihan tentang
Pendidikan Anak Usia Dini. Penelitian akan diberikan dengan memberikan tes
kepada pendidik yang sudah mendapatkan pelatihan dan yang belum pernah
mendapatkan pelatihan lalu perbandingan hasilnya akan menunjukkan
pengaruh dari mengikuti pelatihan tersebut.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah yang peneliti
ajukan adalah Apakah terdapat Pengaruh pelatihan dasar PAUD terhadap
tingkat pengetahuan pendidik tentang pembelajaran di PAUD?
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
21/124
21
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini akan memberikan gambaran hubungan antara pelatihan
dasar PAUD terhadap tingkat pengetahuan pendidik tentang pembelajaran diPAUD.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun
secara praktis, yakni sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
khasanah keilmuan terutama dalam bidang pendidikan anak usia dini.
Khususnya dalam pengembangan kualitas sumber daya pendidik anak usia
dini.
2. Secara Praktis
a. Program studi pendidikan anak usia dini
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi para insan akademik,
tentang pengembangan kualitas pendidik anak usia dini.
b. Pemerintah
Sebagai sumbangan informasi bagi pemerintah khususnya
penyelenggara pelatihan dasar PAUD seperti di Sanggar Kegiatan Belajar
untuk mengembangkan kualitas sumber daya pendidik anak usia dini
terutama melalui model pelatihan.
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
22/124
22
c. Pendidik PAUD
Menambah pengetahuan, wawasan serta sebagai bahan masukan
untuk pendidik dalam pengembangan pembelajaran di lembaga PAUD.Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang pembelajaran di PAUD
sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini.
d. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait peningkatan
pengetahuan dan pemahaman pendidik PAUD terhadap pembelajaran di
PAUD.
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
23/124
23
BAB II
KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis
1. Hakikat Pengetahuan Pembelajaran di PAUD
a. Hakikat Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menjadi sebuah fitrah bahwa manusia selalu ingin mengetahui apayang terjadi di sekitarnya. Mengetahui merupakan suatu sikap sadar
manusia. 11 Oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk berfikir karena
mengetahui merupakan salah satu dari bentuk berpikir. Pengetahuan berasal
dari bahasa Yunani yaitu episteme yang artinya pengetahuan/kebenaran.
Menurut Tafsir, pengetahuan adalah semua yang diketahui. 12
Selanjutnya menurut Suriasumantri, pengetahuan pada hakikatnya
merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu. 13
Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui manusia baik itu diperoleh
dengan cara mencari maupun informasi yang datang dengan sendirinya
secara tidak sengaja.
11 J. Sudarminto, Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat Pengetahuan (Yogyakarta: Kanisius,2002) p.62
12 Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu (Bandung : Rosda Karya, 2006) p.4-5 13 Jujun S Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: PT
Pancarahintan Indahgraha, 2007) p.104 12
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
24/124
24
Dari segi psikososial, pengetahuan adalah hasil tahu manusia
terhadap sesuatu atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu
objek yang dihadapinya.14
Pengetahuan adalah hasil usaha manusia untukmemahami suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan sekumpulan
informasi yang diterima oleh panca indera manusia yang kemudian tersimpan
di dalam otak (memori) dalam bentuk arti dan konsep.
Pengetahuan merupakan sebuah proses berpikir yang melibatkan
kemampuan kognitif seseorang untuk mencerna atau memahami sebuah hal.
Dalam taksonomi Bloom pengetahuan merupakan tingkatan terendah dalam
kemampuan kognitif. Bloom membagi kemampuan kognitif seseorang
kedalam 6 tingkatan yaitu mulai dari tingkat sederhana yaitu pengetahuan
sampai pada tingkat yang paling kompleks yaitu evaluasi. Blooms Taxonomy
classifies cognitive ability into six categories, ranging from the fairly simple
recall to information to the complex assimilation of information and evaluation.
15 Keenam tingkat ini disusun berjenjang dan tidak boleh saling mendahului,
dimulai dengan level pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
Pada level pertama yaitu pengetahuan, seseorang dituntut untuk
mempu mengingat ( recall ) informasi yang telah diterima sebelumnya seperti
fakta, terminologi rumus, strategi pemecahan masalah dan sebagainya. 16 Hal
14 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) p.39 15 Kenneth D.Moore, Effective Instructional StrategiesFrom Theory to Practice, California:
Sage Publications, Inc, 2005, p.93 6 Op Cit, p 6
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
25/124
25
ini juga diterangkan oleh Moore The term knowledge learning refers to the
simple recall or recognition of previously learned material. This may involve
the recall of terminology, basic principles, generalizations and specific facts.17
Kata kerja yang biasa digunakan untuk menunjukkan kemampuan ini antara
lain mendefinisikan, memilih, menyebutkan nama, membuat daftar,
menghapal, mengingat, menjelaskan.
Pengetahuan merupakan sekumpulan dari informasi-informasi yang
diterima manusia melalui panca inderanya. Dilihat dari segi motifnya,
pengetahuan diperoleh melalui 2 cara, yaitu (1) pengetahuan yang diperoleh
begitu saja, tanpa niat, tanpa motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha, (2)
pengetahuan yang didasari oleh rasa ingin tahu, yang diperoleh karena
diusahakan misalnya seperti belajar. 18 Dalam memperoleh pengetahuan baik
itu pengetahuan yang diusahakan maupun yang datang secara tidak sengaja
manusia membutuhkan alat atau perantara agar pengetahuan itu dapat
diterima oleh manusia.
Menurut Hopes terdapat 6 alat untuk seseorang memperoleh
pengetahuan, yaitu: (1) pengalaman indera ( sense experience ), (2) nalar
(reason ), (3) otoritas ( authority ), (4) intuisi ( intuition ), (5) wahyu ( revelation ),
(6) keyakinan ( faith ).19 Melalui keenam perantara tersebut memungkinkan
manusia dapat menerima informasi dari luar yang akan berubah menjadi
pengetahuan-pengetahuan baru.
17 Kenneth D. Moore, Op Cit , p.7 18 Ahmad Tafsir, Op Cit , p.4-5 19 Abbas Hamami, Dasar Epistemologi ( Jakarta: Reineka Cipta, 1982),p. 16
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
26/124
26
Yamin menjelaskan tentang proses pengolahan informasi hingga
menjadi pengetahuan yang siap untuk dipanggil sewaktu-waktu jika
dibutuhkan. Dijelaskan bahwa informasi yang menjadi pengetahuan padaseseorang terjadi karena proses interaksi verbal dan nonverbal yang didapat
melalui indrawi manusia berupa pesan yang diterima oleh mata, telinga, kulit,
hidung yang tersimpan di dalam sensory stronge (gudang indrawi) kemudian
ditransfer ke dalam otak melalui short term memory (STM) atau yang biasa
disebut dengan alam sadar. Selanjutnya informasi tersebut dilupakan atau
dikoding untuk dimasukkan ke dalam long term memory (LTM) atau memori
panjang .20 Di memori panjanglah tempat penyimpanan informasi yang
menjadi pengetahuan yang dapat dipanggil sewaktu-waktu jika dibutuhkan.
Manusia membuktikan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial
yang selalu dinamis dan dapat mengembangkan pengetahuan secara
sungguh-sungguh. Menurut Sudarminto ada 3 alasan mengapa manusia
selalu mengembangkan pengetahuan, yaitu alasan strategis, alasan
kebudayaan dan alasan pendidikan. 21 Pengetahuan merupakan hal yang
secara strategis penting bagi kehidupan manusia yaitu yang berkenaan
dengan bagaimana mengelola kekuasaan atau daya kekuatan yang ada
sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud karena pengetahuan
mempunyai daya kekuatan untuk mengubah sebuah keadaan.
20 Martinis Yamin, Op Cit, p.7 21 J. Sudarminto, Op Cit, p.26-28
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
27/124
27
Secara kebudayaan pengetahuan merupakan salah satu unsur dari
kebudayaan. Berkat pengetahuan manusia dapat mengolah dan
mendayagunakan alam lingkungannya, mengenali permasalahan yangdihadapi, menganalisa, menafsirkan pengalaman dan peristiwa, menilai
situasi hingga akhirnya manusia dapat mengambil sebuah keputusan untuk
situasi yang dihadapinya. Dengan daya pengetahuan tersebut maka manusia
dapat membudayakan alam, membudayakan masyarakat dan
membudayakan dirinya sendiri. Sehingga dapat dikatakan pengetahuan
mampu melahirkan dan menjadi penggerak sebuah kebudayaan.
Selanjutnya adalah karena alasan pendidikan, diketahui bahwa
pendidikan adalah sebuah usaha sadar untuk membantu peserta didik
mengembangkan pandangan hidup, sikap dan keterampilan hidup.
Semuanya itu tidak dapat lepas dari penguasaan pengetahuan. Karena
dalam proses belajar mengajar dalam sebuah pendidikan selalu memuat
unsur penyampaian pengetahuan, keterampilan maupun sikap tertentu
kepada peserta didik.
Selain alasan yang telah disampaikan diatas, Suriasumantri
menyampaikan dua hal yang menyebabkan manusia dapat mengembangkan
pengetahuan, yaitu (1) manusia mempunyai bahasa yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi tersebut, (2) kelebihan yang memungkinkan manusia
mengembangkan pengetahuan yaitu bahasa yang bersifat komunikatif dan
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
28/124
28
pikiran yang mampu menalar. 22 Dengan kemampuan komunikasi dan
penalaran yang dimiliki manusia, pengetahuan dapat berkembang dan terus
berkembang sehingga dapat melahirkan sebuah peradaban.Dari uraian tersebut maka yang dimaksud dengan pengetahuan
adalah segala hal yang diketahui oleh seseorang tentang suatu objek.
Pengetahuan meliputi ingatan akan hal-hal yang pernah didapat secara tidak
sengaja maupun yang didapat secara sadar dipelajari oleh seseorang.
Informasi tersebut lalu disimpan dalam ingatan dan dapat dipanggil sewaktu-
waktu pada saat dibutuhkan dalam bentuk mengingat kembali.
2. Jenis Jenis Pengetahuan
Para ahli pendidikan membagi pengetahuan menjadi dua jenis, yaitu
pengetahuan yang bersifat deklaratif dan pengetahuan yang bersifat
prosedural. 23 Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan mengenai apa
sedangkan pengetahuan prosedural lebih mengenai mengapa.
Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan bahwa sesuatu adalah begini
dan begitu dan meliputi semua data serta fakta, pengetahuan teoritis, semua
pengalaman pribadi serta kesukaan pribadi yang pernah dimasukkan ke
dalam ingatan jangka panjang. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Gagne
dan Write menjelaskan pengetahuan deklaratif adalah segala bentuk
22 Jujun S Suriasumantri, Op Cit , p.42 23 Martinis Yamin, Op Cit , p.44
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
29/124
29
informasi verbal sedangkan pengetahuan prosedural sama dengan
pengetahuan intelektual. 24 Pengetahuan deklaratif mampu dijelaskan dengan
kata-kata, misal bagaimana terjadi hujan sedangkan pengetahuan proseduraladalah pengetahuan untuk melakukan sesuatu tanpa mampu dijelaskan
dengan kata-kata.
Selanjutnya, Sudarminto membagi pengetahuan menjadi 3 jenis yaitu
pengetahuan ilmiah, pengetahuan moral dan pengetahuan religius. 25
Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh melalui
pertanggungjawaban secara keilmiahan kebenaran secara ilmiah dan dengan
menerapkan cara kerja/metode ilmiah. Pengetahuan moral adalah jenis
pengetahuan yang tidak memiliki kebenaran yang bersifat objektif dan
universal. Selanjutnya yang dimaksud dengan pengetahuan religius adalah
jenis pengetahuan yang berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap
Tuhan.
Menurut Tafsir, pengetahuan jika ditinjau dari ilmu filsafat, terbagi
menjadi 2 jenis pengetahuan yaitu pengetahuan sains atau disebut dengan
ilmu dan pengetahun filsafat. 26 Pengetahuan sains atau biasa disebut dengan
ilmu adalah pengetahuan yang rasional dan didukung dengan adanya bukti
empiris. Sedangkan pengetahuan filsafat adalah sebuah kebenaran yang
hanya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional namun tidak dapat
dibuktikan secara empiris.
24 Ibid, p.45 25 J. Sudarminto, Op Cit, p. 162 26 Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, (Bandung : Rosda Karya, 2006), p.9
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
30/124
30
b. Hakikat Pembelajaran di PAUD
1. Pengertian Pendidikan Anak Usia DiniTahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang
sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang anak baik fisik, mental,
maupun psikososial. Perkembangan ini berjalan sedemikian cepatnya
sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama sebagian besar menentukan
hari depan anak. Penelitian pada masa lampau memperlihatkan dampak
langgeng pendidikan anak usia dini pada prestasi akademis anak-anak dan
keberhasilan hidup masa depan mereka. 27 Anak yang mendapatkan
pendidikan pada masa-masa ini lebih baik prestasinya dibandingkan dengan
anak yang tidak mendapatkan pendidikan pada masa ini.
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya beberapa
penelitian terbaru tentang neurologi yang mengatakan otak anak sangat
pesat berkembang pada usia dini. Kapasitas kecerdasan anak saat
mencapai usia 4 tahun sudah mencapai 50%, usia 8 tahun mencapai 80%
dan titik akumulasi 100% pada usia 18 tahun. 28 Pernyataan tersebut
membuktikan bahwa perkembangan kecerdasan manusia pada masa anak-
anak telah mencapai 50% dari kecerdasannya jika diberikan stimulus,
27 Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Indeks,2008) p.20
28 Kurikulum Dan Hasil Belajar PAUD (Jakarta: Pusat Balitbang Departemen PendidikanNasional, 2002) p. 1
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
31/124
31
sedangkan 50% lagi diperoleh selama rentangan usia 8 sampai dengan 18
tahun.
Menurut Freud berdasarkan teori psikoanalisisnya, menyatakanbahwa pengalaman seorang anak dengan orang tuanya selama 5 tahun
pertama kehidupan merupakan penentu yang penting bagi perkembangan
kepribadian anak lebih lanjut. 29 Pernyataan Freud telah banyak didukung
oleh sejumlah ahli baik dalam bidang psikologi, kedokteran maupun biologi.
Para ahli menyatakan bahwa masa usia dini merupakan peletak dasar
kehidupan manusia.
Hal tersebut juga dinyatakan oleh Ghazali bahwa karakter anak
ditentukan seberapa banyak penanaman akidah yang mereka peroleh sejak
lahir hingga usia 8 tahun. 30 Melihat betapa pentingnya pada rentang usia
tersebut maka para ahli memberikan perhatian khusus pada masa tersebut
dan salah satu yang mendapat perhatian besar adalah dalam hal
memberikan pendidikan yang layak untuk anak usia dini.
Sebagai komitmen dan keseriusan bangsa- bangsa di dunia terhadap
pendidikan anak usia dini, telah dilaksanakan berbagai forum dan
menghasilkan kesepakatan penting yang dihadiri dan disetujui secara
internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di
Dakar, Senegal telah menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka
aksi pendidikan untuk semua. Salah satu butirnya adalah memperluas dan
29 John. W Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007), p.9 30 Syaid Jafar, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Keluarga dan Lingkungan , Buletin PAUD
Volume 8 No 2 tahun 2009, (Jakarta:Dirjen PAUD,2009), p.50
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
32/124
32
memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama
bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung.
Adapun komitmen antara bangsa secara internasional lainnya adalahkesepakatan antar negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang menyepakati Dunia yang layak bagi anak 2002 atau dikenal
dengan world fit for children 2002 .31 Dari pertemuan tersebut ada beberapa
kesepakatan yang diperoleh yaitu: (1) mencanangkan kehidupan yang sehat,
(2) memberikan pendidikan yang berkualitas, (3) memberikan perlindungan
terhadap penganiayaan, eksploitasi dan kekerasan.
Indonesia sebagai salah satu negara berdaulat yang kerap kali
mengikuti forum internasional menuangkan pentingnya pendidikan untuk
anak usia dini dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
Bab I, Pasal I ayat 14, yaitu:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahunyang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untukmembantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agaranak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 32
Berdasarkan undang-undang tersebut maka yang disebut dengan
pendidikan anak usia dini adalah sebuah program pendidikan yang ditujukan
untuk anak sampai dengan usia 6 tahun. Tujuan dari program pendidikan
anak usia dini adalah memberikan pengalaman pertama kepada anak untuk
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan baru. Sehingga
31 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Naskah Akademik Kajian Kurikulum Pendidikan AnakUsia Dini (Jakarta: 2007), p.1
32 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
33/124
33
anak memiliki bekal dan siap melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya
dan siap sidup dalam masyarakat yang lebih luas.
Menurut pandangan psikologi pendidikan, anak usia dini dalamsebuah lembaga sesungguhnya merupakan proses interaksi antara pendidik
dengan anak didik untuk membantu anak mencapai tugas-tugas
perkembangannya dan memperoleh optimalisasi berbagai ragam potensi
perkembangan. 33 Penanggungjawab utama untuk memberikan pendidikan
anak pada suatu lembaga pendidikan adalah pendidik/guru. Sudah menjadi
tugas pendidik untuk memberikan kegiatan dan menyediakan lingkungan
pembelajaran yang aman dan nyaman sehingga anak dapat
mengembangkan seluruh perkembangannya secara optimal dalam bingkai
sebuah lembaga pendidikan anak.
2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan
semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif,
bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional anak.
Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2002 telah menetapkan
tentang tujuan dari program pendidikan Anak Usia Dini yang terbagi menjadi
dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 34 Tujuan Umum dari program
PAUD adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini
33 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Op Cit, p.6 34 Direktorat PAUD, (Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2002), p. 4 5
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
34/124
34
sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Sedangkan kegiatan pendidikan secara khusus bertujuan
agar :a) anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan
Tuhan dan mencintai sesama, b) anak mampu mengelola keterampilantubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh,gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima ransangan sensorik(panca indera), c) anak mampu menggunakan bahasa untukpemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yangbermanfaat untuk berfikir dan belajar, d) anak mampu berfikir logis,kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukanhubungan sebab akibat, e) anak mampu mengenal lingkungan sosial,
peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial dan budaya.Serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadapbelajar, kontrol diri dan rasa memiliki, f) anak memiliki kepekaanterhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, sertamenghargai hasil karya yang kreatif.
Pada tahun 2007 Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini
merumuskan tujuan dari pendidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut: 35
Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkananak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia danpotensinya, (b) Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkinterjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukanintervensi dini dan (c) Menyediakan pengalaman yangberanekaragam dan mengasyikkan bagi anak usia dini, yangmemungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagaibidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjangsekolah dasar (SD).
Dengan hadirnya PAUD, berharap semakin banyak pula anak usia
dini yang dapat terlayani dan mendapatkan pendidikan yang layak. Sehingga
tidak ada lagi anak yang tidak mendapatkan haknya untuk mendapatkan
penghidupan yang layak.
35 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Op Cit , p. 7
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
35/124
35
Menurut Seefelt dan Wasik tujuan pembelajaran anak usia dini pada
saat ini adalah lebih ke arah menawarkan kepada anak-anak di bawah enam
tahun kesempatan bagi pertumbuhan akademis, intelektual, sosial, emosionaldan fisik melalui program yang terencana dengan baik dari kegiatan dan
pengalaman. 36 Program pendidikan anak diharapkan dapat membantu,
mengarahkan dan memfasilitasi seorang anak untuk dapat tumbuh dan
berkembang dengan optimal. Selain itu dapat membantu mereka
mempersiapkan diri untuk bersosialisasi dan masuk dalam masyarakat.
Selanjutnya Morrison mengungkapkan tujuan yang terkandung dalam
Pendidikan Anak Usia Dini yaitu:
All programs of early childhood education should have goal to guideactivities and on which to base teaching methodologies. Without goals,it is easy to end up teaching just about anything without knowing why.Early childhood education set minimum goals in at least a few of theseareas: social an interpersonal skill, building self-image, academics,thinking, learning readiness, language and nutrition. 37
Dari pernyataan tersebut maka dapat diartikan bahwa dalam setiap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan di PAUD harus memiliki tujuan
tertentu tujuan. Tujuan tersebut adalah untuk mengembangkan kemampuan
anak dalam segala bidang baik itu kemampuan bidang akademik anak
sampai pada kesehatan fisik anak.
3. Pembelajaran Anak Usia Dini
36 Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks, 2008, p.17
37 George S Morrison , Early Chilhood Education To Day: Fourth Edition (London: Merril Publishing Company,1988) p.231
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
36/124
36
Program PAUD pada dasarnya merupakan sebuah program yang
dirancang untuk memberikan pengalaman kepada anak dibawah 6 tahun.
Program dirancang agar mereka dapat menguasai pengetahuan maupunketerampilan baru yang akan berguna untuk kehidupannya di masa
mendatang. Pendidikan diberikan dengan tetap memperhatikan faktor
psikologis dan perkembangan mereka dan melibatkan seluruh aspek
perkembangan anak. Karena dalam perkembangannya, seluruh aspek
perkembangan anak saling terintegrasi dan saling mempengaruhi. Domains
of childrens developmentally - physical, social, emotional, and cognitive are
closely related. Developmentally in one domain influences and is influences
by development in other domains. 38
Berdasarkan uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa perkembangan
anak dibagi menjadi 4 aspek yaitu perkembangan fisik, social, emosi dan
kognitif. Perkembangan fisik berhubungan dengan kemampuan
mengkoordinasikan fisik baik itu yang berhubungan dengan otot besar atau
motorik kasar maupun yang berhubungan dengan otot kecil atau motorik
halus. Perkembangan sosial yaitu kemampuan yang berhubungan dengan
kemampuan seseorang dalam mengenal dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
Selanjutnya yang dimaksud dengan perkembangan emosi yaitu
berhubungan dengan kemampuan mengendalikan perasaan dan
38 Carol Gestwicki, Developmentally Appropriate Practice (Canada: Thompson DelmarLearning, 2007). p.13
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
37/124
37
mengeluarkan perasaan tersebut dengan tepat dan wajar. Sedangkan
perkembangan kognitif berhubungan dengan kecerdasan anak. Kemampuan
anak untuk mencari sebab akibat suatu kejadian dan kemampuan untukmeyelesaikan masalah.
Selain harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan
melibatkan seluruh aspek perkembangannya. Program PAUD dalam
melaksanakan pembelajaran juga harus menggunakan cara atau pendekatan
yang sesuai dengan cara belajar anak. Diyakini bahwa pendekatan yang
paling baik dan paling tepat untuk anak usia dini adalah dengan bermain.
Karena belajar bagi anak usia dini adalah segala sesuatu yang dikerjakannya
ketika ia sedang bermain. Bermain merupakan wahana belajar untuk
mengeksplorasi lingkungan yang dapat mengembangkan kemampuan fisik,
kognitif, dan sosial-emosional anak. 39 Hal ini juga dipertegas oleh Getswicki
dalam DAP play is an important vehicle for children s social, emotional and
cognitive development as well as a reflection of their development. 40 Dengan
bermain anak dapat menguasai keterampilan baru tanpa merasa tertekan
bahkan anak akan merasa senang.
Bermain juga dapat membantu anak untuk memiliki kebiasaan-
kebiasaan baik, seperti tolong-menolong, berbagi, disiplin, berani mengambil
keputusan dan bertanggungjawab dengan sendirinya . Karena dengan
bermain anak akan berinteraksi dengan lingkungannya terutama dengan
39 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Op Cit , p.9 40 Carol Gestwicki, Op Cit, p.14
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
38/124
38
teman sebaya, dimana dalam kelompok pertemanan. Anak akan belajar
tentang peraturan, mana yang boleh dan dapat diterima oleh kelompok atau
mana yang salah dan yang tidak dapat diterima oleh kelompok tersebut.Keterampilan-keterampilan tersebut dapat dipelajari anak dari lingkungannya
karena prinsip pembelajaran anak usia dini adalah mencontoh dari
lingkungan.
Sebagai seorang pendidik anak usia dini tugas utamanya adalah
merancang kegiatan dan menciptakan lingkungan bermain untuk anak.
Lingkungan yang mendukung anak untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan baru melalui pengalaman langsung saat meraka berinteraksi
dengan lingkungannya. NAEYC menyatakan bahwa kegiatan yang sesuai
dengan pengembangan anak usia dini sebaiknya: (1) penyediaan fisik
lingkungan yang aman, (2) kegiatan yang dilaksanakan di PAUD berdasarkan
kesesuaian usia dan kesesuaian individual dan (3) Pembelajaran disusun
sesuai dengan perkembangan anak kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan usia anak dan rambu-rambu dalam pembelajaran disusun sesuai
dengan perkembangan anak. 41
Penyediaan fisik lingkungan yang aman akan mendukung
perkembangan anak baik fisik, sosial, emosional dan kognitif. Metode yang
digunakan dalam pembelajaran juga harus mengacu pada pengembangan
aspek-aspek tersebut. Kesesuaian usia berarti bahwa pada perkembangan
41 Sue Bredekamp, Developmentally Appropriate Practice in Childhood Program ServingChildren from Birth trough Age 8 , Washinton DC, 1987
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
39/124
39
manusia terdapat urutan universal. Kesesuaian individual berati bahwa setiap
anak adalah pribadi yang unik dengan pola waktu pertumbuhan, latar
belakang, kepribadian yang berbeda-beda. Materi yang diberikan juga harusmengacu pada hal-hal tersebut.
Pembelajaran yang dilakukan sebaiknya disusun sesuai dengan
perkembangan anak dan mencakup seluruh aspek. Perkembangan anak
meliputi fisik, emosi, sosial dan kognitif melalui pendidikan terpadu.
Perencanaan, materi, metode, media dan evaluasi mengacu pada
perkembangan anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendidikan
yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
anak atau yang disebut dengan developmentally appropriate practice (DAP)
sebagai landasan pelaksanaannya.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke
arah pertumbuhan dan perkembangan dari segala aspek. Aspek
perkembangan fisik berupa koordinasi motorik halus dan kasar. Aspek
kecerdasan anak yang dapat dikembangkan melalui pemberian rangsangan
daya pikir maupun daya cipta. Aspek sosio emosional yaitu pengembangan
sikap dan perilaku serta agama. Serta pengembangan bahasa dan
komunikasi yang dikembangkan sesuai tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak serta tetap memperhatikan keunikan dari tiap individu.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, yang dimaksud dengan
pengetahuan pembelajaran di PAUD adalah pengetahuan dalam merancang,
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
40/124
40
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran untuk anak usia dini sesuai
dengan prisnsip-prinsip pembelajaran dan perkembangan anak. Bagi
seorang pendidik anak usia dini, pengetahuan akan pembelajaran di PAUDmerupakan kebutuhan mutlak yang harus dimiliki selain pengetahuan-
pengetahuan lain. Pengetahuan-pengetahuan tersebut berguna untuk
menunjang tugasnya dalam membuat pembelajaran yang baik dan bermakna
untuk anak didik mereka.
2. Hakikat Pelatihan Dasar Pendidik PAUD
a. Hakikat Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan idiom baru dalam dunia pendidikan. Pelatihan
biasanya masuk atau dikelompokkan dalam pendidikan non formal. Antara
pendidikan dan pelatihan memiliki keterkaitan satu sama lain walau memiliki
perbedaan, namun diantara keduanya saling mendukung. Menurut Syah
disampaikan pendidikan merupakan tahapan perubahan sikap dan tingkah
laku manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok melalui ikhtiar
pengajaran dan pelatihan. 42 Dari definisi tersebut maka dapat dikatakan
bahwa pelatihan masih berada dalam ruang lingkup pengajaran. Pelatihan
adalah salah satu unsur proses pengajaran terutama dalam pengajaran
keterampilan ranah karsa (psikomotorik).
42 Muhhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosdakarya,2003), p.35
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
41/124
41
Diantara keduanya yaitu pendidikan dan pelatihan memiliki
persamaan yang mendasar yaitu keduanya merupakan aktivitas belajar.
Perbedaannya adalah pendidikan sebagai kegiatan belajar yangberhubungan dengan pekerjaan di masa yang akan datang sedangkan
pelatihan merupakan kegiatan belajar yang berhubungan dengan tugas-tugas
individu pada masa sekarang. 43 Hasil dari pelatihan diharapkan dapat
langsung di aplikasikan oleh peserta dalam kehidupan sehari-hari terutama
untuk menambah kualitas performa peserta dalam melaksanakan tugasnya.
Belajar sendiri merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku
yang dilakukan oleh individu sebagai akibat dari pengalaman ataupun
latihan. 44 Belajar merupakan sebuah proses yang terjadi pada individu yang
didapat melalui pengalaman dan juga latihan sehingga terjadi perubahan
pada individu yang bersifat permanen. Definisi yang tidak jauh berbeda di
kemukakan oleh Wittaker yaitu Learning may be defined as the process by
which behavior originates or altered through training or experience. 45
Perubahan yang terjadi dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
pengetahuan individu dari yang tidak tahu menjadi tahu, perubahan sikap dan
tingkah laku dari yang tidak baik menjadi baik ataupun perubahan
kemampuan individu dari yang tidak bisa menjadi bisa.
43 Saleh Marzuki, Dimensi-Dimensi Pendidikan Non Formal (Malang: Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Malang, 2009),p.184
44 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), p.5545 Wasty Soemanti, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipat, 2003),p.104
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
42/124
42
Chaplin membatasi belajar dengan dua rumusan,yaitu: (1) acquisition
of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and
experience, (2) process of acquiring responses as a result of special practice. 46 Dari uraian tersebut maka dapat diartikan bahwa belajar adalah
pemerolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat
latihan dan pengalaman. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa belajar ialah
proses memperoleh respon respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah usaha sadar
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh hal baru baik itu
pengetahuan maupun keterampilan sehingga terjadi perubahan dalam diri
individu yang bersifat menetap.
Pelatihan merupakan salah satu kegiatan belajar dimana
pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku bisa didapat melalui kegiatan
pelatihan. Pelatihan biasanya banyak dilakukan oleh lembaga/organisasi
tertentu di luar sistem sekolah formal dengan tujuan tertentu pula yang
disesuaikan dengan jenis pelatihan dan sasaran pelatihan. Materi yang
disampaikan biasanya merupakan materi aplikatif dalam artian dapat
langsung digunakan dalam kehidupan sehari-hari peserta. Sehingga dapat
meningkatkan kinerja dan perfoma peserta. Metode yang digunakan lebih
banyak praktek daripada teori.
Pelatihan merupakan salah satu metode yang biasa digunakan
dalam pembelajaran orang dewasa. Suatu pertemuan yang biasa digunakan
46 Ibid, p.90
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
43/124
43
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap
peserta dengan cara yang lebih spesifik. 47 Konsep pembelajaran sepanjang
hayat dapat teraplikasikan di masyarakat, terutama untuk manusia dewasasalah satunya dengan cara mengadakan pelatihan-pelatihan untuk
memperbaharui dan meningkatkan kemampuan individu.
Secara antropologis, diyakini bahwa sebagai makhluk hidup, manusia
akan selalu mengalami perubahan, pertumbuhan dan perkembangan secara
alami dalam hidupnya. Pelatihan hadir sebagai salah satu upaya untuk
membantu dan mempercepat terjadinya perubahan, pertumbuhan dan
perkembangan pengetahuan, keterampilan serta sikap manusia.
Pada perusahaan/lembaga, pelatihan diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan staf atau anggotanya. Oleh karena itu banyak
lembaga dan perusahaan yang sering mengadakan pelatihan untuk para staf
dan anggotanya, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Menurut Hamalik, yaitu:
Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian upaya atautindakan yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentukpemberitahuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenagaprofesional kepelatihan dalam satuan waktu tertentu yang bertujuanuntuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidangpekerjaan tertentu serta meningkatakan efektivitas dan produktivitasdalam suatu organisasi/ lembaga. 48
47 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari teori sampai aplikasi (Jakarta: PT Bumi Aksara,2007), p.158
48 Oemar Hamalik, Pengembangan SDM Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan (Jakarta:Bumi Aksara, 2000), p.14-15
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
44/124
44
Definisi serupa juga dipaparkan oleh Sutamta, pelatihan adalah
suatu usaha untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
dimiliki oleh penyelenggaran, sistemnya agar mereka mampu untukmelaksanakan tugas dengan baik. 49 Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa
pelatihan merupakan sebuah usaha yang dirancang dan dilakukan oleh pihak
lain misal lembaga/organisasi demi mencapai tujuan dari lembaga yang
menyelenggarakan pelatihan tersebut. Sehingga pelatihan biasa
dihubungkan dengan pemberian petunjuk, orientasi dan pengarahan agar
pekerja bisa bekerja lebih baik sesuai dengan tujuan dari lembaga/
perusahaan.
2. Tujuan Pelatihan
Pelatihan yang biasa diselenggarakan oleh lembaga/organisasi
tertentu biasanya memiliki tujuan tertentu pula sesuai dengan tujuan dari
penyelenggaranya. Tujuan-tujuan tersebut lebih banyak menekankan pada
peningkatan kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap
peserta. Pelatihan diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan performa
peserta dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berguna untuk kemajuan
lembaga/organisasi tersebut.
49 Sutamta, Program Latihan sebagai suatu Pendidikan dalam Dunia Pendidikan (Jakarta:Usaha Jaya, 1983), p. 5
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
45/124
45
Bernardin mendefinisikan training is defined as any attempt to
improve employee performance on a currently held job or one related to it. 50
Sedangkan menurut Robinson pelatihan dilakukan untuk mengembangkanpola perilaku seseorang dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
mencapai standar tertentu atau tujuan yang diinginkan. 51 Pelatihan dilakukan
untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan ( capability )
seseorang baik dari segi kognitif berupa pengetahuan atau pemahaman
maupaun dari segi afektif yaitu sikap seseorang kearah yang lebih baik.
Dijelaskan dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja yang terdapat
dalam himpunan peraturan dan perundang-undangan ketenagakerjaan tahun
2000, tertera yang dimaksud dengan pelatihan:
Keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkanserta mengembangkan keterampilan atau keahlian, produktifitas, disiplindan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuaidengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan baik di sektorformal maupun sektor informal. 52
Sehingga dapat diartikan bahwa penyelenggaraan pelatihan lebih
menekankan pada peningkatan kualitas seseorang dalam suatu jabatan.
Diharapkan seseorang setelah mengikuti pelatihan dapat lebih baik dalam
menjalankan tugasnya.
50 H.John Bernardin. Human Resouce Management : An Experiential Approach , (New York:Mcgraw-Hill Companies) p. 164
51 Soebagio Atmodjo, Manajemen Pelatihan (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2002), p.23 52 Himpunan Peraturan Dan Perundang-Undangan Ketenagakerjaa n (Jakarta: Association Of
Labour Legislation,2008) p.299
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
46/124
46
Tujuan pelatihan sebenarnya tertuju pada dua sasaran yaitu pada
partisipan dan organisasi. 53 Dengan pelatihan diharapkan adanya perbaikan
pada partisipan/peserta pelatihan yang merupakan anggota suatuorganisasi/lembaga dan yang kedua adanya perbaikan pada
organisasi/lembaga itu sendiri yakni menjadi lebih efektif.
Lebih lanjut, yang dimaksud dengan tujuan pelatihan untuk partisipan
atau peserta adalah hasil akhir yang akan dicapai. Hasil yang diperoleh dapat
berupa perubahan sikap, perilaku dan kemampuan maupun pengetahuan
peserta pelatihan. Pada latihan kader sebuah organisasi atau lembaga
misalnya, pelatihan bertujuan untuk memperbaiki kecakapan kader dan
selanjutnya diharapkan organisasinya/lembaga yang dinaungi menjadi lebih
efektif dalam melaksanakan program-programnya dan mencapai tujuan.
Menurut Manulung tujuan dari pelatihan dirumuskan menjadi 2 yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. 54 Tujuan umum adalah rumusan mengenai
kemampuan umum yang akan dicapai oleh pelatihan tersebut sedangkan
tujuan khusus adalah rincian kemampuan yang dirumuskan ke dalam tujuan
umum. Contohnya dalam pelatihan pengembangan APE bersumber
lingkungan bagi pendidik PAUD tertera bahwa tujuan umumnya adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam menjalankan
perannya sebagai perencana, fasilitator, motivator, evaluator dan peneliti.
Sedangkan tujuan khususnya antara lain adalah peserta memiliki
53 Op cit . p.174 54 Soekidjo Notoadmodjo, Pengembangan Sumber DayaManusia (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), p. 22
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
47/124
47
pengetahuan dan komptensi berkenaan dengan konsep dan wawasan
PAUD, peserta memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
mengembangkan APE PAUD bersumber lingkungan sekitar dan seterusnya.Pelatihan dilaksanakan dengan harapan peserta dan penyelenggara
dapat memetik manfaat dari pelatihan tersebut. Beberapa manfaaat tersebut
antara lain dikemukakan oleh Robinson sebagai berikut:
(1) pelatihan merupakan alat untuk memperbaiki penampilankemampuan individu atau kelompok dengan harapan memperbaikiorganisasi. Pelatihan yang efektif dapat menghasilkan pengetahuan
dalam berbagai hal seperti pekerjaan/tugas, pengetahuan tentangstruktur dan tujuan organisasi dan lain-lain; (2) keterampilan tertentudiajarkan agar karyawan dapat melaksanaka tugas-tugas sesuaidengan standar yang diinginkan; (3) pelatihan juga dapat memperbaikisikap-sikap terhadap pekerjaan, terhadap pimpinan atau temanseprofesi. 55
Secara umum pelatihan memberikan manfaat untuk memperbaiki
dan meningkatkan kinerja dan performa individu demi terciptanya
harmonisasi individu dalam sebuah kelompok baik itu pada perusahaan,
organisasi maupun pada lembaga baik pemerintahan maupun non
pemerintah.
3. Komponen Pelatihan
Seperti halnya dalam sebuah pembelajaran di lembaga formal yang
memerlukan alat dan perangkat dalam proses pelaksanaanya, pelatihan
dalam prosesnya juga memerlukan hal yang sama. Dalam pelaksanaanya
pelatihan minimal melibatkan unsur-unsur, seperti:
55 Saleh Marzuki, Op cit . p.175
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
48/124
48
(1) pelatih ( trainer ); (2) peserta pelatihan; ( trainee ); (3) materipelatihan ( training material) ; (4) media pelatihan ( training media ); (5)prosedur dan metode pelatihan ( procedure and method of training ; (6)pengelola program ( program conductor) .56
Selain unsur minimal, agar pelaksanaan pelatihan dapat berjalan
dengan maksimal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut
Moekijat hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
(1) perbedaan individu. Dalam latar belakang pendidikan, pengalamandan minat harus diperhatikan dalam merencanakan suatu programpelatihan; (2) hubungan pelatihan dengan analisis jabatan. Analisis
jabatan dapat menunjukkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
seperti apa yang diperlukan untuk masing-masing jabatan (3) partisipasiaktif dalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan aktif dari pesertabisa menambah minat dan motivasi peserta dalam mengikuti kegiatanpelatihan; (4) metode pelatihan. Ada banyak metode pelatihan untuksatu jenis pelatihan dan untuk itu perlu dicari metode yang sesuaidengan situasi yang ada. 57
Sama halnya seperti interaksi dalam sebuah pembelajaran, agar kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan efektif dan diterima oleh peserta didik maka
perlu diperhatikan hal-hal tersebut. Hal ini disebabkan karena sasaran
pelatihan kebanyakan adalah orang dewasa yang motivasi dan cara
belajarnya berbeda dengan anak-anak atau remaja.
Keberhasilan suatu pelatihan dapat dilihat dari respon para peserta
latihan setelah mengikuti suatu pelatihan. Menurut Arif respon peserta
pelatihan dapat digolongkan atas tiga golongan: (1) respon yang bersifat
kognitif. (2) respon yang bersifat afektif dan respon yang bersifat
56 Sudarwan Danim, Kinerja Staf dan Organisasi (Bandung: Pustaka Setia, 2008), p.69 57 Moekijat, Latihan dan Pengembangan Sumber daya Manusia (Bandung: Mandar Maju,
1991), p. 4-6
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
49/124
49
psikomotorik. 58 Respon yang bersifat kognitif berkaitan dengan memahami
dan tidak memahami, tahu dan tidak tahu serta menyadari dan tidak
menyadari terhadap apa yang telah dilatihkan. Respon yang bersifat afektifberkaitan dengan suka dan tidak suka, senang dan tidak senang terhadap
apa yang telah dilatihkan. Sedangkan respon yang bersifat psikomotorik
berkaitan dengan dapat melaksanakan dan tidak dapat melaksanakan, bisa
dan tidak bisa melaksanakan apa-apa yang telah dilatihkan.
Keberhasilan suatu pelatihan juga dapat dilihat dari berfungsi atau
tidaknya unsur-unsur pelatihan seperti:
(1) input dasarnya yaitu para peserta pelatihan yang padaumumnya merupakan orang dewasa, (2) input alat seperti pelatihnya,sarana dan prasarana yang mendukung dan pendanaan untukpelatihan, (3) proses pelatihan yaitu kegiatan belajar mengajar yangdilakukan selama pelatihan berlangsung, (4) input lingkungan sepertiiklim belajar saat pelatihan berlangsung, hubungan peserta denganpelatih dan hubungan sesama peserta, dan (5) hasil pelatihan yaituperubahan yang terjadi pada diri peserta setelah mengikuti pelatihanbaik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotornya. 59
Setelah melakukan pelatihan, kelima unsur tersebut harus dievaluasi
sehingga dapat diketahui keefektifitasan sebuah pelatihan. Selain untuk
melihat keefektifitasan pelatihan, evaluasi juga dapat berguna bagi
penyelenggara untuk menyusun strategi selanjutnya.
58 Zainudin Arif Ms, Pengembangan Program Pelatihan, (Jakarta:Karunika,1996),p.53 59 Moekijat, OpCit , p.40
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
50/124
50
b. Hakikat Pendidik PAUD
Dalam arti yang sederhana pendidik adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Pernyataan tersebut dapat diartikansebagai bahwa seorang pendidik adalah seseorang yang memiliki tugas
mengajar atau pengajar. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003, Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan .60 Istilah guru banyak digunakan dalam
lingkungan pendidikan formal seperti di sekolah sedangkan istilah tutor lebih
tertuju kepada seseorang yang mengajar dalam lingkup pendidikan non
formal seperti tutor paket A, tutor paket B atau tutor PAUD.
Tugas utama seorang pendidik adalah mengajar/mendidik. Menurut
Uno, guru mempunyai tugas yang terbagi menjadi 3 ranah yaitu tugas dalam
bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam kemasyarakatan. 61
Tugas guru sebagai seorang profesi meliputi mendidik, yang berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan. Tugas guru dalam
bidang kemanusiaan dalam artian seorang guru harus mempunyai cinta kasih
yang tulus dalam membimbing anak muridnya untuk menjadi manusia
seutuhnya. Sedangkan tugas guru dalam masyarakat adalah seorang guru
diharapkan menjadi panutan untuk lingkungannya.
60 Departemen Pendidikan Nasional, UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem PendidikanNasional, (Jakarta :2003)
61 Hamzah B.Uno, Profesi Kependidikan , (Jakarta: Bumi Aksara,2008), p.20
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
51/124
51
Pendidik adalah sebuah profesi, yakni suatu pekerjaan yang
memerlukan keterampilan khusus/kompetensi untuk melaksanakannya dan
tidak dapat dilakukan oleh orang lain di luar bidang pendidikan. Seorangpendidik harus memiliki keterampilan khusus yakni orang tersebut memiliki
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bahan kajian atau pelajaran
yang diajarkan. 62 Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik
salah satunya adalah kemampuan merencanakan dan mengelola kelas.
Lendon mengungkapan teacher is a profesional person who conducts
clasess (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
menata dan mengelola kelas). 63 Seorang tutor juga merupakan seorang
profesional walaupun bekerja pada lingkup pendidikan non formal, tutor tetap
harus memiliki keahlian atau kompetensi khusus sesuai dengan bidang yang
diajarkan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa sebagai seorang agen
pembelajar pada jenjang pendidikan dasar, menengah serta pendidikan anak
usia dini maka guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Kompetensi
berarti adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
seeorang baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
62 Anwas Iskandar, Panduan Bagi Tutor Kegiatan Belajar Paket B ,(Jakarta:Depdiknas DirjenPLS Bekerjasama Dengan IPEC DAN ILO 2000) p.10
63 Hamzah B Uno, Op Cit, p.15
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
52/124
52
Dalam artian pendidik atau tutor adalah sebuah profesi atau jabatan
yang mermerlukan keahlian khusus sebagai seorang pendidik dan tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan. Selanjutnyamenurut Morgan dan Murgatroyed menjelaskan competence, eg.
Possession of the skills and knowl edge to perform the service 64 Kompetensi
adalah keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Tidak berbeda halnya dengan layanan kependidikan pada berbagai
jenjang pendidikan lain, layanan yang diberikan oleh seorang guru PAUD
juga layak dinyatakan sebagai layanan ahli profesional karena untuk menjadi
seorang pendidik PAUD harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
khusus. Seorang pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas
untuk merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil
pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan
perlindungan untuk anak didik. 65 Dalam penjabarannya, seorang guru
PAUD, dipersyaratkan memiliki wawasaan yang memadai tentang prinsip-
prinsip perkembangan anak, yang mencakup seluruh aspek
perkembangan anak usia dini.
Selanjutnya, pendidik PAUD harus mengetahui perbedaan individual
anak asuhnya. Karena tidak ada dua anak yang sama walaupun berada
pada tahap perkembangan yang sama. Perbedaan individual mencakup
64 Fasli Jalal, Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam BuletinPAUD Volume 8. no 2 Juni 2009 . (Jakarta: Depdiknas) p.27
65 Depdiknas, Permen No.58 Tahun 2009 tentang Standar penyelenggaraan PAUD , p. 12
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
53/124
53
aspek jender, temperamen, minat, gaya belajar, pengalaman hidup,
budaya, dan juga kemungkinan kelainan atau kekhususan yang
dimiliki.66
Untuk membantu tumbuh kembang anak agar berkembang optimalmaka dalam pembelajaran di PAUD aspek-aspek tersebut tidak boleh
dilupakan
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan No 58 Tahun 2009, Pemerintah
telah menuangkan tentang standar kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik PAUD. Standar yang harus dimiliki oleh seorang pendidik
PAUD mencakup 4 aspek yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, kompetensi pendagogik dan kompetensi sosial. 67 Kompetensi
kepribadian berhubungan dengan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik. Diantaranya adalah mampu bersikap dan berprilaku sesuai
dengan kebutuhan psikologis anak didik, bersikap sesuai dengan norma
agama, budaya dan keyakinan anak serta mampu menampilkan diri sebagai
pribadi yang berbudi pekerti luhur.
Kompetensi profesional berhubungan dengan kemampuan atau
pengetahuan yang harus dimiliki sebagai seorang pendidik. Kompetensi
tersebut antara lain seorang pendidik harus memahami tahapan
perkembangan anak, memahami tumbuh kembang anak, memahami
bagaimana memberikan rangsangan, pendidikan, pengasuhan dan
66 Ibid , p. 867 Depdiknas, Op Cit, p..12-14
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
54/124
54
perlindungan untuk anak didiknya. Selain itu pendidik juga mampu
membangun komunikasi yang baik dengan orang tua.
Kompetensi pendagogik terkait dengan kemampuan pendidik dalammerencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi anak didiknya serta
mengevaluasi program pembelajaran. Sedangkan kompetensi sosial
berkaitan dengan kemampuan guru untuk bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan baik dan efektif kepada peserta didik.
Menurut Jalal, pengetahuan atau kompetensi yang harus dimiliki
oleh tenaga kependidikan anak usia dini dikelompokkan dalam 11 kategori,
yaitu:
Perkembangan Anak (Psikologi Perkembangan, Neorologi), (2) Assesmen dan Pendekatan Pembelajaran ( Developmentally Appropriate Practice, Multiple Intelegence ), (3) Kurikulum danMetodologi Pembelajaran, (4) Kegiatan Anak / Program Pembelajaran,(5) Lingkungan dan Media Pembelajaran, (6) PengelolaanPembelajaran (Perencanaan, Pelaksanaan dan EvaluasiPembelajaran), (7) Pengelolaan Lembaga Pendidikan, (8)Pengembangan Anak Terpadu dan Koordinasi pelayanan, (9) PeranSerta Keluarga dan Masyarakat, (10) Keamanan, Nutrisi danKesehatan Anak, (11) Pengembangan Diri (Komunikasi, Kerjasama). 68
Dari uraian tersebut maka dapat diartikan bahwa seorang pendidik
anak usia dini harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk dapat
mengenal anak didiknya secara mendalam baik itu tentang perkembangan
anak maupun latar belakang keluarga dimana anak dibesarkan. Karena untuk
memberikan pendidikan dan pelayanan yang sesuai maka hal pertama yang
harus diketahui pendidik adalah profil anak didiknya. Sehingga merupakan
68Fasli Jalal, Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam BuletinPAUD Volume 8. no 2 Juni 2009 . (Jakarta: Depdiknas) , p.27
7/25/2019 SKripsi Expos Facto 1
55/124
55
sebuah kebutuhan mutlak bahwa seorang pendidik PAUD harus menguasai
teori perkembangan dan pertumbuhan.
Setelah mengetahui profil anak, maka pendidik juga harus mampumerancang